· Web view Peningkatan terbesar terjadi dalam populasi ayam pedaging, ayam petelur, babi dan...
date post
05-Jan-2020Category
Documents
view
1download
0
Embed Size (px)
Transcript of · Web view Peningkatan terbesar terjadi dalam populasi ayam pedaging, ayam petelur, babi dan...
PERTANIAN DAN PENGAIRAN
BAB VI
PERTANIAN DAN PENGAIRAN
A. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara Tabun 1988 menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian lainnya, dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian baik segi nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerjanya.
Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan pembangunan nasional, pembangunan pertanian dalam arti luas perlu terus dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, peternak dan nelayan, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendukung pembangunan daerah dan mengintensifkan kegiatan transmigrasi.
Dalam usaha menyongsong proses tinggal landas dalam Repelita selanjutnya, pembangunan pertanian diarahkan pula untuk pengembangan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga tercipta landasan yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan. Dalam hubungan ini usaha untuk meningkatkan produksi, pengembangan kelembagaan pertanian rakyat dan prasarana fisik di pedesaan merupakan prioritas utama. Usaha-usaha ini dimaksudkan untuk lebih memeratakan kegiatan pembangunan dan meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah, yang akhirnya dapat meningkatkan permintaan hasil-hasil industri dalam negeri.
Pengembangan kelembagaan pertanian rakyat dan prasarana fisik di pedesaan merupakan kebijaksanaan yang sangat penting untuk meningkatkan efisiensi di bidang produksi dan distribusi hasil-hasil pertanian. Dengan makin berkembangnya prasarana perhubungan di pedesaan, para petani akan makin tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain terhadap perubahan harga pasar. Dalam hubungan ini kelembagaan pertanian rakyat yang tangguh perlu dikembangkan secara terus menerus melalui pembinaan kelompok petani dan koperasi petani serta lembaga-lembaga keuangan di pedesaan.
Kebijaksanaan harga pangan dan sarana produksi, yang ditempuh sejak Repelita I, masih merupakan salah satu kebijaksanaan terpenting dalam Repelita V. Kebijaksanaan ini telah terbukti dapat mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani serta menjamin daya beli masyarakat. Kebijaksanaan ini makin bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi pedesaan, karena makin berkembangnya kelembagaan pertanian dan prasarana fisik di pedesaan.
Produksi hasil-hasil pertanian terpenting dalam tiga tahun Repelita V umumnya meningkat (Tabel VI-l), kecuali produksi jagung, ubi jalar dan kapas. Dalam tahun 1991 produksi beberapa basil pertanian tetap menunjukkan peningkatan bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya. Produksi hasil pertanian yang menunjukkan peningkatan adalah ubi jalar, kedele, ikan darat, ikan laut, daging, telur, susu, karet, kelapa sawit, cengkeh, teh dan gula tebu. Bahkan kenaikan produksi ikan laut, daging, telur dan cengkeh pada tahun 1991 lebih tinggi dari kenaikan rata-rata produksi komoditi tersebut selama tiga tahun Repelita V. Sebaliknya dalam tahun 1991 produksi padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,9%, 7,8%, 0,1% dan O,8% dibanding dengan tingkat produksi dalam tahun 1990. Hal ini disebabkan terutama oleh menurunnya luas panen, sebagai akibat adanya musim kemarau yang panjang pada tahun 1991. Musim kemarau yang panjang ini juga berpengaruh terhadap produktivitas
TABEL VI - 1
PEREMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1988 - 1991 (ribu ton)
Repelita V
Jenis Hasil
1988
1989
1990 1)
1991 2)
1.
Padi
41.676
44.726
45.179
44.321
2.
Jagung
6.652
6.193
6.734
6.209
3.
Ubi kayu
15.471
17.117
15.830
15.813
4.
Ubi jalar
2.159
2.224
1.971
1.978
5.
Kedele
1.270
1.315
1.487
1.541
6.
Kacang tanah
589
620
651
646
7.
Ikan laut
2.170
2.272
2.370.
2.505
8.
Ikan darat
711
765
793
807
9.
Daging
937
971
1.028
1.099
10.
Telur
443
456
484
510
11.
Susu 4)
265
338
346
360
12.
Karet
1.176
1.209
1.275
1.284
13.
Kelapa sawit/minyak
1.800
1.965
2.413
2.658
14.
Inti sawit
360
393
504
551
15.
Kelapa/kopra
2.139
2.208
2.332
2.305
16.
Kopi
386
401
13
419
17.
T e h
137
141
.55
158
18.
Cengkeh
61
55
66
84
19.
Lada
56
68
70
71
20.
Tembakau
116
81
156
101
21.
Gula/tebu
1.918
2.108
2.119
2.253
22.
Kapas 5)
39.731
38.374
32.857
38.000
23.
Kayu bulat 6)
28.485
24.409
24.409
.
24.
Kayu olahan 6)
11.851
17.593
17.593
.
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara
3) Dalam gabah kering giling
4) Dalam juta liter
5) Dalam ton
6) Dalam ribu m3
tanaman kelapa/kopra, sehingga produksinya menurun sebesar 1,2% dibanding produksi tahun 1990. Sedangkan terjadinya penurunan produksi tembakau sebesar 35,3% bila dibanding produksi tahun sebelumnya, adalah sebagai akibat terjadinya pengalihan penggunaan lahan untuk komoditi lainnya, antara lain untuk tanaman sayuran.
Sementara itu selama tiga tahun Repelita V rata-rata pertumbuhan volume ekspor hasil-hasil pertanian terpenting menunjukkan kecenderungan menaik, kecuali ekspor tembakau, kulit ternak dan kacang tanah (Tabel VI-2). Volume ekspor teh, jagung dan kacang tanah, yang mengalami penurunan pada tahun 1990, dalam tahun 1991 tetap menunjukkan penurunan masing-masing sebesar 0,6%, 77,1% dan 66,7% dibanding dengan volume ekspor tahun sebelumnya. Selanjutnya volume ekspor komoditi kulit ternak, gaplek dan kopi yang menunjukkan peningkatan dalam tahun 1990, menggambarkan kebalikan dalam tahun 1991, yaitu masing-masing menurun sebesar 50,0%, 82,4% dan 9,8% dibanding tahun sebelumnya. Turunnya volume ekspor hasil-hasil pertanian tersebut, antara lain disebabkan oleh meningkatnya permintaan dalam negeri dan menurunnya harga di pasaran internasional. Volume ekspor karet, yang menurun sebesar 6,5% dalam tahun 1990, menunjukkan kebalikan yang berarti dalam tahun 1991, yaitu naik sebesar 13,2% dibanding tahun sebelumnya.
B. TANAMAN PANGAN. 1. Padi/Beras
Dalam Repelita V kebijaksanaan utama pembangunan pertanian adalah memantapkan swasembada pangan. Sasaran tersebut dicapai melalui kebijaksanaan harga, yang mendorong petani meningkatkan produktivitas lahan sawah. Kebijaksanaan ini didukung pula dengan peningkatan usaha intensifikasi, yaitu dengan cara membina kelompok petani, mendorong petani menggunakan benih unggul bersertifikat dan menggunakan pupuk secara efisien, menerapkan teknologi pengendalian hama terpadu, mengelola air irigasi secara teratur dan menggunakan teknologi pascapanen untuk mengurangi kehilangan hasil. Khusus mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dalam tahun 1991 pelaksanaan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) telah ter -bukti dapat menekan penyerangan hama sampai tingkat minimum. PHT ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan petani
TABEL VI - 2
PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1988 - 1991 (ribu ton)
Repelita V
Jenis Produksi
1988
1989
1990 1)
1991 2)
1.
Karet
1.230,3
1.151,8
1.077,3
1.219,9
Z.
Minyak sawit
834,0
917,2
973,6
1.305,0
3.
T e h
108,0
114,7
110,9
110,2
4.
K o p i
307,0‑
357,4
421,8
380,6
5.
L a d a
45,0 '
42,8
48,4
50,3
6.
Tembakau
30,2
17,4
17,4
22,4
7.
Udang (segar/awetan)
56,6
77,2
94,0
95,6
8.
Ikan segar
65,9
81,7
107,9
153,1
9.
Kulit ternak
3,2
2,3
2,8
1,4
10.
Jagung
37,5
233,9
136,6
31,3
11.
Kacang tanah
1,2
0,7
0,3
0,1
12.
Gaplek/Ubi Kayu
1.116,2
1.194,7
3.603,9
632,9
13.
Kayu olahan 3)
10.461,0
11.533,0
9.121,0
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara
3) Dalam ribu m3
untuk menguasai ekologi lahan usaha taninya, sehingga dapat mengendalikan hama dan penyakit secara alamiah. Selain usaha intensifikasi, peningkatan p