· Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat...

33
MAKALAH PENGENDALIAN CULTURAL PADA TANAMAN CABAI Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Disusun Oleh : Denny Sukmawati 105040101111077 Widya Ratna P. 105040101111082 Ali Dawam 105040101111089 Irhamni Lailatul M. 105040101111100 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat...

Page 1:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

MAKALAH

PENGENDALIAN CULTURAL PADA TANAMAN CABAIUntuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman

Disusun Oleh :

Denny Sukmawati 105040101111077

Widya Ratna P. 105040101111082

Ali Dawam 105040101111089

Irhamni Lailatul M. 105040101111100

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seperti yang kita telah ketahui bahwa tanaman yang ditanam dengan sistem

tumpangsari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua

jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak

bersamaan. Dimana apabila menggunakan sistem ini maka akan dapat menciptakan

agroekosistem pertanaman yang komplek, mencakup interaksi antara tanaman sejenis maupun

berbeda jenis. Dengan pengertian seperti itu sangat membuat perhatian bagi kami untuk

meneliti bagaimana sistem tumpangsari itu bila diterapkan apakah menguntungkan dari segi

ekonomi, ekologi maupun sosial. Kemudian kami mencari data mengenai tanaman cabai

apabila di tumpangsarikan hasilnya bagaimana, dan tanaman apa yang cocok untuk

ditumpangsarikan. Maka kami mencari petani di daerah Universitas Brawijaya, daerah Batu

dan sekitar kota Malang. Akhirnya kami menentukan untuk survey pada petani di Batu yaitu

bernama Bapak Toyib yang menanam tanaman cabai dengan sistem tumpangsari yang disebut

pengendalian secara cultural.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pengendalian secara cultural ?

2. Apakah pengertian dari sistem tumpangsari ?

3. Bagaimana hasil produksi tanaman bila menerapkan dengan sistem tumpangsari ?

4. Tanaman apakah yang cocok untuk sistem tumpangsari dari tanaman utama cabai

dengan tetap meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengendalian secara cultural.

2. Untuk mengetahui pengertian dari sistem tumpangsari

3. Untuk mengetahui hasil produksi tanaman bila menerapkan dengan sistem

tumpangsari

4. Untuk mengetahui tanaman apakah yang cocok untuk sistem tumpangsari dari

tanaman utama cabai dengan tetap meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi

tanaman.

Page 3:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

1.4 Manfaat

Pengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

khususnya petani untuk mengembangkan ilmunya dalam meningkatkan produksi pertanian

dengan sistem tumpangsari dengan memandang keuntungan dari segi ekonomi, ekologi dan

sosial.

Page 4:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Tanam Tumpang sari

Sistem tanam tumpangsari adalah menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan.

Ada tiga jenis bertanam tumpangsari yakni tumpngsari campuran, tumpangsari baris dan

tumpang sari pita/jalur. Pada system tanam tumpangsari campuran di atas lahan yang sama

ditanam dua atu lebih tanaman secara bersama-sama dengan tidak memperhatikan jarak

tanam. Pada system tanam tumpangsari baris di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih

tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu. Sedangkan dalam

system tanam tumpangsari pita/jalur di atas lahan yang sama ditanam dua atau lebih tanaman 

dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering disebut sebagai

system surjan.

Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa

pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang

bersamaan atau agak bersamaan. Tumpang sari yang umum dilakukan adalah penanaman

dalam waktu yang hampir bersamaan untuk dua jenis tanaman budidaya yang sama, seperti

jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah. Dalam kepustakaan, hal ini dikenal sebagai

double-cropping. Penanaman yang dilakukan segera setelah tanaman pertama dipanen (seperti

jagung dan kedelai atau jagung dan kacang panjang) dikenal sebagai tumpang gilir.

Tumpang sari dapat pula dilakukan pada pertanaman tunggal (monokultur) suatu

tanaman perkebunan besar atau tanaman kehutanan sewaktu tanaman pokok masih kecil atau

belum produktif. Hal ini dikenal sebagai tumpang sela (intercropping). Jagung atau kedelai

biasanya adalah tanaman sela yang dipilih. Dalam kehutanan hal ini disebut sebagai wana

tani. Suatu konsep serupa juga diterapkan bagi budidaya padi dan ikan air tawar yang dikenal

sebagai mina tani.

Keuntungan tumpang sari yaitu:

Adanya pengolahan tanah yang minimal

Jika tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah

jika salah satu tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi

meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam

dapat diperoleh berbagai jenis hasil

menambah kesuburan tanah jika ditumpang sarikan dengan tanaman Leguminosae

mencegah serangan hama penyakit selama semua komoditas dalam tumpang sari tidak

saling menjadi inang hama tanaman yang satu terhadap hama tanaman yang lain

Page 5:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

tetap mempunyai peluang mendapatkan hasil manakala satu jenis tanaman yang

diusahakan gagal

Kekurangan tumpang sari yaitu:

membutuhkan tenaga lebih dalam perawatan karena lebih dari satu tanaman

sedikit mengalami kesulitan dalam proses pemanenan

2.2 Komoditas Cabai

Cabai cukup banyak ditanam oleh petani di Indonesia dari dataran rendah hingga

dataran tinggi (0 -1.200 m dpl). Tanaman cabai dapat ditanam di berbagai tipe lahan yaitu

lahan sawah dan tegalan (kering). Produktivitas yang dapat di capai dengan menggunakan

teknologi budidaya yang sempurna adalah 10,8 ton/ha. Cabai digunakan untuk keperluan

rumah tangga dan bahan baku industri obat-obatan. Kandungan vitamin C pada buah cabai

cukup tinggi. Hal ini merupakan suatu indikator bahwa cabai dapat dikategorikan sebagai

komoditas komersial dan potensial untuk dikembangkan.

Untuk lahan seluas 1 ha diperlukan benih 180 gram atau 18 bungkus kemasan yang

masing-masing berisi 10 gram. Ada 2 cara untuk membibitkan cabai yaitu disemai

dibedengan atau disemai langsung di polybag (kantong plastik). Waktu penanaman yang

paling baik adalah pagi atau sore hari. Umur cabai yang sudah dapat ditanam adalah umur

17.- 23 hari atau tanaman cabai mempunyai daun 2 - 4 helai. Sehari sebelum tanam bedengan

yang telah ditutup mulsa plastik harus dibuatkan lubang tanam. Jarak tanam cabai yaitu 50 -

60 x 60 - 70 cm. Bibit cabai yang siap dipindahkan segera disiram secukupnya dan sebaiknya

juga direndam dalam larutan fungisida sistematik atau bakterisida dengan dosis 0,5 - 1,0 g/l

air selama 15 - 30 menit untuk mencegah penularan hama dan penyakit.

Pupuk yang sukar larut atau pupuk yang bekerjanya lambat seperti pupuk yang

mengandung P, umumnya diberikan sebelum tanam dan pupuk yang bekerjanya cepat dan

mudah larut, seperti pupuk yang mengandung N, sebaiknya diberikan setelah tanaman tumbuh

aktif. Adapun dosis pupuk yang digunakan adalah Urea 150 kg/ha + ZA 50kg/ha + SP36

150kg/ha + KCI 200 kg/ha. Pupuk dasar diberikan pada saat 2 - 3 hari sebelum tanam dengan

semua dosis pupuk SP36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam

dengan sepertiga dosis masing-masing pupuk Urea, ZA dan KCI.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama

Page 6:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

Ulat Grayak

Pengendalian terpadu yang dilakukan adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi.Cara

kultur teknis dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang

menjadi tempat persembunyian hama. Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan

aktif Bacilus thuringiensis seperi Dipel, Florbac, Bactospine dan Thuricide. Cara kimiawi

dengan menyemprotkan insektisida Hostathion 40 EC (2 cc/L) atau Orthene 75 SP I g/L.

Kutu Daun

Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu menanam

tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabai misalnya jagung. Cara kimiawi

dengan menyemprotkan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC (0,1 -

0,2 cc/L), Decis 2,5 EC (0,04% atau Orthene 75 SP 0,1%.)

Lalat Buah

Pengendalian hama ini dilakukan secara terpadu dengan cara pergiliran tanaman yang

bukan tanaman inang, mengumpulkan buah cabai yang terserang lalu dimusnahkan;

pemasangan perangkap beracun metil eugenol serta disemprot dengan insektisida Buldok,

Lannate ataupun Tamaron.

Penyakit

Layu Bakteri

Pengendalian terpadu dilakukan dengan perlakuan benih dengan cara direndam dalam

bakterisida Agrimycin 0,5 g/L selama 5 - 15 menit.

Layu Fusarium

Pengendalian dilakukan dengan perlakuan benih direndam dalam larutan fungisida

Benlate atau Derosal 0,5 - 1,0 g/L selama 5 - 15 menit. Pengapuran tanah sebelum tanam

dengan dolomit pada tanah yang ber pH rendah.

Pada umumnya tanaman cabai mulai dipanen pada umur 75 - 80 hari setelah tanam, panen

berikutnya dilakukan selang waktu 2 - 3 hari sekali. Adapun cara panen buah cabai adalah

dengan memetik buah bersama tangkainya secara hati-hati disaat cuaca terang dan hasil panen

dimasukkan ke dalam wadah yang selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan.

2.3 Komoditas Jagung

Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat

produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman

jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

Syarat pertumbuhan tanaman jagung adalah Curah hujan ideal sekitar 85-200

mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan

Page 7:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau.

Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan

memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak

memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus

akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik,

kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,

sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan

ketinggian optimum antara 50-600 m dpl.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama

a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)

Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman

yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan

PESTONA.

b. Ulat Pemotong

Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-

ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau

VIREXI.

Penyakit

a. Penyakit bulai (Downy mildew)

Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola

pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan;

(4) Preventif diawal tanam dengan GLIO.

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)

Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif

diawal dengan GLIO.

c. Penyakit karat (Rust)

Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3)

sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)

Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3)

benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji

Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,

sperlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Page 8:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami

belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan

pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata

AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn)

dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen

ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen

jika sudah matang fisiologis. Cara Panennya yaitu Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan

tangkai buah jagung.

2.4 Komoditas Kacang Merah

Kacang merah berasal dari daerah neotropical dengan sedikitnya dua pusat

domestikasi: Amerika Tengah (Mexico, Guatemala) untuk yang berbiji kecil dan Amerika

Selatan (sebagian besar Negara Peru) untuk yang berbiji besar. Di waktu post-Columbian,

kacang merah tersebar di seluruh Amerika. Orang-orang Spanyol membawa benih ke

seberang Pasifik menuju Filipina dan dari sana ke Asia, terutama Jawa dan Myanmar, dan ke

Mauritius (McMahon, 2007).

Kacang merah akan berbunga pada panjang hari 9-18 jam dan untuk tipe berhari

pendek memerlukan panjang hari terendah antara 11-12.3 jam untuk inisiasi bunga.

Temperatur optimum antara 16 hingga 27 ° C. Curah hujan normal tahunan adalah 900-1500

mm tetapi dapat toleran dengan sedikitnya 500-600 mm dalam satu musim penanaman.

Kacang ini tumbuh di dataran rendah tropis dan area subtropis tetapi dapat tumbuh hingga

ketinggian 2000-2500 m. Kacang merah menyukai lahan beraerasi dan berdrainase baik

dengan pH 6.0-6.8. Beberapa kultivar tahan terhadap lahan asam dengan pH serendah-

rendahnya 4,4 (Van Steenis, 2004).

Perbanyakan kacang merah adalah dengan biji. Di daerah tropika, kacang jawa

ditanam di kebun rumah, atau tumpangsari dengan sereal (jagung, gandum), akar dan umbi

akar ( ubi rambat, singkong) atau tanaman lain (mis.kapas, tebu). Penanaman tunggal lebih

sering dilakukan di negara Amerika Serikat, Madagaskar dan Peru (McMahon, 2007).

BAB III

Page 9:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

METODOLOGI PELAKSANAAN

Metodologi pelaksaan sangat dibutuhkan dalam proses pencarian data hingga data

dapat disimpulkan. Semua kegiatan yang dilakukan oleh para peneliti disajikan di sini, mulai

dengan pencancarian narasumber, proses wawancara narasumber, dan pengambilan

gambar(dokumentasi).

Dalam metodologi pelaksaan survei ini terdapat metodologi pengumpulan data dan

metode penentuan tempat, berikut uraiannya:

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang digunakan dalam penyusunan laporan

penelitian untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik yang berasal dari penduduk

setempat. Metode ini menggunakan beberapa aspek penelitian yaitu:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara memperoleh informasi atau data melalui

narasumber secara langsung. Tujuan wawancara adalah untuk mendapat informasi

melalui narasumber dalam bidang pertanian. Sedangkan tujuan wawancara yang kami

lakukan adalah untuk mengetahui keadaan pertanian khususnya pada pengendalian

hama yang dilakukan oleh petani.

Survei yang kami lakukan mengunakan teknik wawancara langsung kepada

petan. Kami mengunjungi langsung ke rumah dan lahan petani serta mengajukan

pertanyaan seputar budidaya tanaman yang dilakukan oleh petani. Metode wawancara

dilakukan penulis sebanyak satu kali, yaitu pada hari Rabu, 16 Nopember 2011.

Narasumber yang dipilih untuk diwawancarai adalah Bapak Toyib di Dusun Karang

Ploso Desa Grimoyo.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bukti dari suatu penelitian, dapat berupa foto, dokumen,

dan vidio. Tujuan dokumentasi adalah mendapatkan bukti akurat dari apa yang telah

dilakukan dan bukti bahwa pewawancara benar-benar melakukan wawancara. Hasil

dokumentasi kami saat melakukan wawancara berupa foto dan pada akhir wawancara

kami berfoto bersama dengan tuan rumah. Dokumentasi ini kami butuhkan sebagai

bukti keaslian wawancara yang kami lakukan dengan narasumber.

3. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis suatu pembahasan sesuai dengan tema yang dipilih. Pada

saat survei, pertama kami melakukan observasi untuk menentukan narasumber yaitu

Page 10:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

petani. Untuk memperoleh data tersebut, kami melakukan pendataan dengan bertanya

dengan warga sekitar dusun Karang Ploso. Berdasarkan informasi yang telah

diperoleh, kami melakukan wawancara secara langsung pada petani yaitu Bapak

Toyib. Setelah Mendapat informasi yang telah diperlukan, kami pun melakukan foto

bersama.

3.2 Metodelogi Penentuan Tempat

Pengumpulan data untuk pembuatan laporan ini di laksanakan di Dusun Karang

Ploso Desa Grimoyo, kecamatan Bumiaji, kota Batu.

Dalam pelaksanaan survei lapang ini, penentuan tempat di tentukan sendiri oleh

kami. Kami menentukan tempat di Desa Grimoyo karena sudah mengetahui daerah

tersebut karena sudah mendapatkan pengalaman sebelumnya.

Page 11:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

BAB IV

HASIL WAWANCARA

Pengendalian yang dilakukan pada tanaman cabe oleh bapak Toyib adalah

pengendalian cultural yaitu dengan cara tumpang sari, yakni tanaman cabe sebagai tanaman

utama, kemudian ditumpangsari dengan tanaman jagung dan tanaman kacang merah. Cara

budidaya tanaman cabai yang dilakukan pertama kali oleh Bapak Toyib adalah pengolahan

lahan. Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi

pertunbuhan dan pembentukan hasil. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah

kembali, agar menjadi agregat-agregat tanah yang lebih halus sehingga berstruktur remah

(gembur). Pengolahan lahan milik Pak Toyib ini dilakukan dengan menggunakan traktor.

Beliau memilih menggunakan traktor karena dianggapnya lebih mudah dalam pembalikan

tanah, tidak membutuhkan waktu yang lama, dan dalam pengerjaannya hanya membutuhkan

satu orang saja. Setelah tanah di olah dibuat bedengan pada tanah yang bertujuan untuk

melindungi akar tanaman dari genangan air terutama pada saat musim hujan. Juga di buat

saluran irigasi untuk mengairi lahan.

Pak Toyib terlebih dahulu melakukan pemupukan secara merata sebelum melakukan

penanaman. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang pada. Penggunaan pupuk kandang

ini sebanyak 1,5 ton untuk lahan seluas 1.800 m2. Pemberian pupuk dilakukan dengan

mencampurkan tanah dan pupuk dengan menggunakan cangkul. Setelah itu tanah di diamkan

selama 1 hari agar organisme pengganggu dalam tanah bisa mati terkena sinar matahari.

Selanjutnya dilakukan penyemaian pada benih cabai dan sawi. Benih cabai disemai

selama 17-23 hari yakni pertama benih disebar kemudian ditutup dengan karung goni dengan

tujuan mempercepat perkecambahan. Setelah muncul 2 sampai 4 helai daun kira-kira selama

17 sampai 23 hari maka bibit cabai tersebut ditransplantingkan ke lahan yang telah

disediakan. Sedangkan benih sawi penyemaiannya selama kurang lebih 20 hari. Setelah

dilakukan persemaian maka bibit cabai dan bibit sawi serta benih jagung ditanam pada lubang

tanam yang telah dibuat. Jadi dalam satu guludan terdapat lima lubang dengan jarak tanam 25

cm. Pengaturan penanaman dalam guludan tersebut yaitu pada bagian tengah ditanam jagung,

kemudian sisi kanan kiri jagung diapit tanaman cabai, setelah itu sisi kanan kiri tanaman cabai

diapit tanaman sawi.

Page 12:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

Pengaturan penanaman yang dilakukan pleh Bapak Toyib, secara jelas dapat dilihat

pada gambar di bawah ini:

Contoh dalam satu bedengan

Keterangan:

@ : tanaman sawi (setelah panen diganti dengan kacang merah)

O : tanaman cabai

# : tanaman jagung

Setelah penanaman, dilakukan pemupukan susulan pada setiap tanaman. Pupuk yang

digunakan adalah pupuk ZA dan pupuk NPK dengan pengurangan dosis 50% dari dosis yang

dianjurkan. Pemberian pupuk ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan cabai.

Kemudian dilakukan pemeliharaan seperti penyiraman, penyiangan, pemupukan susulan dan

pengontrolan secara rutin oleh Beliau. Pak Toyib melakukan penyiangan tanaman cabai dan

tanaman lain yang di tumpang sarikan untuk menghilangkan rumput-rumput atau gulma yang

berada di sekitar tanaman karena hal tersebut dapat merugikan dan dapat menurunkan

produksi cabai. Penyiangan yang dilakukan oleh Pak Toyib biasanya setelah 2 minggu

penanaman. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati yaitu dengan menggunakan tangan

mencabut rumput dan gulma yang adda tanpa harus merusak tanaman yang sudah tumbuh.

Untuk 20 hari setelah tanam, sawi kemudian dipanen dan digantikan dengan tanaman

kacang merah. Hasil panen tanaman sawi ini adalah 4 kuwintal. Kemudian 86-96 hari setelah

tanam, tanaman jagung dapat dipanen kemudian setelah selesai proses pemanenan jagung ini,

dapat ditanami kembali benih jagung manis yang baru. Sehingga sistem tumpangsari oleh

Bapak Toyib ini dilakukan secara berlanjut. Menurut Bapak Toyib, jarang ditemukan hama

pada tanaman yang di budidayakannya. Tetapi pernah ditemukan hama trips pada cabai dan

belalang hijau. Cara yang dilakukan Bapak Toyib apabila ditemukan trips pada cabai yaitu

dengan menyiram trips tersebut dengan air yang banyak. Hal tersebut dikarenakan trips tidak

suka pada kondisi hujan tetapi suka pada kondisi panas sehingga disiram dengan air sebanyak

@ O # O @

@ O # O @

@ O # O @

@ O # O @

@ O # O @

@ O # O @

Page 13:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

mungkin agar seperti kondisi hujan. Sedangkan pada belalang hijau hanya dibiarkan saja

karena jumlahnya tidak banyak. Jadi Bapak Toyib tidak menggunakan pestisida sama sekali

dalam proses usaha tani yang dilakukannya.

Sistem tumpangsari yang dilakukan oleh Bapak Toyib ini merupakan salah satu

pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan cara cultural. Karena dengan sistem

tumpang sari menyebabkan biodeversitas dan diharapkan dapat menekan populasi dari hama

yang menyerang tanaman utama, dengan adanya biodeversitas maka populasi hama dan

musuh alami atau predator relatif seimbang. Sehingga terjadilah keseimbangan dalam

ekosistem lahan yang di budidayakan dengan sistem tumpang sari oleh Bapak Toyib. Untuk

mengatasi hama kutu daun pada tanaman cabai dapat dilakukan dengan cara menanam tanaman

perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabai yaitu jagung. Tanaman yang ditumpangsarikan ini

adalah tanaman yang tidak sejenis sehingga tidak menimbulkan efek yang saling

mengganggu. Sawi atau kacang merah merupakan tanaman yang dianggap cocok

ditumpangsarikan dengan tanaman cabai karena tumbuhnya rendah dan batangnya tidak

tegak tetapi menyebar menutupi tanah. Sedangkan tanaman cabai batangnya tumbuh tinggi ke

atas dan tidak bersinggungan, juga tanaman jagung lebih tinggi batangnya daripada tanaman

cabai. Selain itu tanaman cabai ini termasuk tanaman tahan naungan. Meski ternaungi

tanaman ini masih bisa berproduksi. Dilihat dari segi umur tanaman, umur panen sawi atau

kacang merah lebih pendek dibandingkan dengan cabai. Selain itu pemanenan sawi atau

kacang merah berlangsung dalam satu minggu sedangkan cabai mempunyai interval waktu

panen yang agak lama karena masa berbuahnya tidak sekaligus.

Dari hasil pengamatan kami, dapat diketahui bahwa cabai yang di tumpang sarikan

dengan tanaman jagung, sawi, dan kacang merah menghasilkan cabai yang bagus bentuknya

besar, segar, dan banyak. Jadi dengan menggunakan sistem tumpang sari ini Bapak Toyib

memperoleh banyak keuntungan selain dari hasil produksi cabai juga dari hasil produksi

jagung, sawi, dan kacang merah yang di tumpang sarikan.

Page 14:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada dasarnya melakukan proses budidaya tanaman pertanian secara monokultur

secara tidak langsung petani sebenarnya mengundang hama dari tanaman yang

dibudidayakan, karena petani sebenarnya menyediakan makanan yang melimpah bagi hama.

Dengan ditemukannya sistem tumpangsari dapat menjadi solusi untuk menangani serangan

hama. Karena pada sistem tumpangsari adalah suatu bentuk pertanaman campuran

(polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam

waktu yang bersamaan atau agak bersamaan. Dengan menggunakan sistem ini maka akan

dapat menciptakan agroekosistem pertanaman yang komplek, mencakup interaksi antara

tanaman sejenis maupun berbeda jenis. Dan hasil dari survey kami kepada petani Dusun

Grimoyo, Desa Karang Ploso Kota Batu yaitu Bapak Toyib yang menggunakan sistem

tumpangsari bahwa tanaman cabai yang ditumpangsarikan dengan tanaman sawi, jagung dan

kemudian diganti kacang merah maka hasilnya tetap bagus dan dapat meningkatkan produksi

tanaman.

4.2 Saran

Pengendalian cultural dengan sistem tumpangsari dari hasil survey kami ini

diharapkan dapat menjadikan wacana kepada Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya dan disarankan agar lebih mempelajari pengendalian hama dengan sistem yang

aman dan menguntungkan dari segi ekonomi, ekologi dan sosial. Kepada para petani juga

diharapkan untuk tidak selalu menggunakan pestisida dalam mengendalikan hama penyakit

pada tanaman yang di budidayakan sebelum melebihi ambang batas ekonomi.

Page 15:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2011. Tumpang sari. http://riset-analyst.blogspot.com/2011/07/definisi-

tumpang-sari-adalah.html. diakses pada tanggal 22 Nopember 2011

Anonymous. 2011. Budidaya jagung. http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-

jagung.html. diakses pada tanggal 22 Nopember 2011

Grubben, G.J.H. 1994. Amaranthus L. In : J. S. Siemonsma and Kasem Piluek (Eds.) : Plant

Resources of South-East Asia No. 8. Vegetables. Prosea. Bogor. 412 pp. 

McMahon, Margaret, et. all. 2007. Hartmann’s Plant Science-Growth, Development, and

Utilization of Cultivated Plants. Pearson Prentice Hall : New Jersey.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Van Steenis. 2004. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.

Page 16:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

LAMPIRAN

Dokumentasi Tanaman Tumpang Sari Antara Tanaman Cabai, Jagung Dan Kacang Merah

1. Tanaman cabai berumur 4 bulan 2. Tumpang sari tanaman cabai,Kacang tanah

3.Tanaman cabai 4. Kacang merah berumur 3 bulan

5. Tanaman cabai kriting 6. Tanaman Cabai

Page 17:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

7. Pupuk kandang yang digunakan oleh pak toyib dalam pemupukan lahannya

8. cabai kriting 9. Tumpangsari tanaman cabai, jagung, dan kacang merah

Page 18:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

10. tanaman cabai, jagung, dan kacang merah 11. Tanaman kacang merah

12. Tanaman cabai 13. Tanaman jagung berumur 2 bulan

14. Tanaman jagung 15. Benih sawi Pak Coy

16. Sabit (Alat untuk menyiangi tanaman) 17. Pak Toyib (Petani yang kita wawancarai)

Page 19:  · Web viewPengendalian cultural dengan sistem tumpangsari pada tanaman cabai ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pertanian, juga bagi para masyarakat umum dan

Dokumentasi dengan petani yang diwawancarai