library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewIstilah...
Transcript of library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-1... · Web viewIstilah...
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Retail
2.1.1 Bisnis Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier , yang berarti memotong
ataumemecah sesuatu. Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai
semuakegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung
kepadakonsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan
bisnis.Ritel jugamerupakan perangkat dari aktivitas-aktivitas bisnis yang
melakukan penambahannilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan
kepada para konsumen untukpenggunaan atau konsumsi perseorangan maupun
keluarga.Seringkali orang-orangberanggapan bahwa ritel hanya berarti menjual
produk-produk di toko.Tetapi, riteljuga melibatkan layanan jasa, seperti jasa
layanan antar (delivery service) ke rumahrumah dan tidak semua ritel dilakukan di
dalam toko. (Utami2006, p4)
Menurut Berman dan Evans (2007, p4), ritel meliputi kegiatan usaha yang
terlibat dalam penjualan barang dan jasa kepada konsumen untuk keperluan
pribadi, keluarga, atau rumah tangga.Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan
konsumen dengan mencari kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya
dengan harga, tempat, dan waktu yang diinginkan pelanggan.Ritel juga
menyediakan pasar bagi para produsen untuk menjual produk-produk
11
mereka.Dengan demikian ritel adalah kegiatan terakhir dalam jalur distribusi yang
menghubungkan produsen dengan konsumen.Jalur distribusi adalah sekumpulan
atau beberapa perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai
tujuan akhir.
2.1.2 Strategi Ritel
Istilah strategi juga sering digunakan dalam bisnis ritel, seperti strategi
merchandise, strategi lokasi, strategi promosi, ataupun strategi penetapan merek
yang dikeluarkan oleh pihak ritel itu sendiri (private label).Strategi tersebut
memengaruhi keputusan ritel terutama pengambilan keputusan yang
strategis.Menurut Berman dan Evans (2007, p12), strategi ritel adalah keseluruhan
rencana atau kerangka kerja yang memandu actions dari peritel.Strategi ritel
idealnya hanya bertahan selama satu tahun.
Setiap peritel, tanpa melihat bentuk atau jenis ritel tersebut, harus
menggunakan enam langkah perencanaan strategi sebagai berikut:
1. Menentukan jenis bisnis yang berkenaan dengan kategori barang atau jasa
danorientasi khusus perusahaan tersebut (seperti full service).
2. Menentukan tujuan jangka panjang dan pendek untuk sales dan profit ,
pangsapasar, citra, dan sebagainya.
3. Menentukan target pasar berdasarkan karakteristik (seperti jenis kelamin
danlevel pendapatan) dan kebutuhan konsumen.
12
4. Merancang rencana jangka panjang, keseluruhan yang memberikan
arahanumum untuk perusahaan.
5. Mengimplementasikan strategi integral yang menggabungkan faktor-
faktorseperti lokasi toko, product assortment , harga, iklan, dan etalase
untukmencapai tujuan.
6. Secara teratur mengevaluasi kinerja dan memperbaiki kelemahan atau
masalahmasalah ketika diobservasi.
Menurut Utami (2006, p56), strategi ritel adalah pernyataan yang menjelaskan beberapa
hal berikut ini:
1. Pasar sasaran (target market), yaitu segmen-segmen pasar yang
direncanakanuntuk dilayani terkait dengan aktivitas memfokuskan sumber
daya yang harusdisiapkan oleh ritel.
2. Format yang direncanakan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
targetpasar. Format ritel adalah gabungan ritel yang didasarkan pada sifat
atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan penentuan harga,
pemasangan iklan dan program promosi, desain toko dan lokasi
khusus.
3. Dasar perencanaan ritel adalah untuk memperoleh keuntungan bersaing
yangdapat dipertahankan (sustainable competitive advantage), atau
keuntungan dari persaingan yang dapat dipertahankan dalam jangka
panjang.
13
Dengan demikian, tiap strategi ritel akan meliputi
(1) Pemilihan segmen target pasar dan penentuan format ritel dan
(2) Pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel
untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi. Strategi ritel
dapat mengembangkan keunggulan bersaing yang memungkinkan
ritel untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi.
2.1.3 Lokasi
Menurut Jiaqin Yan dan Huei Lee (1997) keputusan pemilihan lokasi
meliputiorganisasi perusahaan untuk menemukan lokasi, memindahkan lokasi
atau memperluas operasi perusahaan.Proses pengambilan keputusan fasilitas
lokasi antara lain identifikasi, analisis,Evaluasi dan seleksi alternative yang
ada.Gudang, toko ritel, terminal,dan lahan penyimpanan adalah fasilitas khusus
untuk pemilihan lokasi.Pemilihan lokasi biasanya dimulai dengan pengenalan
terhadap kebutuhan kapasitas tambahan.Keputusan ini kemudian dibuat untuk
memulai pencarianuntuk lokasi yang terbaik
Seperti yang telah di ketahui, pemilihan lokasi memiliki implikasi strategi
yang sangatpenting untuk operasi lokasi tersebut,karena keputusan lokasi
biasanya akanmelibatkan komitmen jangka panjang dari sumber daya dan tidak
dapat diubah ubah. Secara khusus, pemilihan lokasi mungkin mempunyai
pengaruh signifikan terhadap strategi posisi kompetitif perusahaandalam halbiaya
operasi, kinerja kecepatan pengiriman,dan fleksibilitas perusahaan untuk bersaing
dalampasar.
14
Lebih dari 90% penjualan ritel terjadi di toko. Dengan demikian,
pemilihanlokasi toko adalah salah satu keputusan strategis yang paling signifikan
di ritel.Menurut Cox dan Brittain (2004, p56), lokasi toko harus dipilih agar
dapatmencerminkan kebutuhan kelompok pelanggan yang telah didefinisikan
sebelumnya.(Berman dan Evans2007, p262) Keputusan lokasi sangatlah
kompleks, biayabisa sangat tinggi, hanya sedikit fleksibilitas sesaat lokasi telah
dipilih, dan atributatributlokasi mempunyai dampak yang besar terhadap strategi.
Sehingga, lokasi ritelyang tepat merupakan faktor penentu bagi keberhasilan
peritel.Pemilihan lokasimemerlukan pengambilan keputusan yang panjang karena
dalam pemilihan lokasiterdapat banyak kriteria yang harus dipertimbangkan,
seperti ukuran dan ciri-ciripopulasi, persaingan, akses transportasi, ketersediaan
parkir, lingkungan di sekitartoko, biaya properti, lama perjanjian, dan faktor
lainnya.Menurut Utami (2006, p104), hal yang membuat suatu lokasi memiliki
dayatarik secara spesifik adalah aksesibilitas.Aksesibilitas suatu lokasi adalah
suatukemudahan bagi konsumen untuk masuk dan keluar dari lokasi tersebut.
Analisis inimemiliki dua tahap, yaitu:
1. Analisis makro
Untuk mengukur aksesibilitas lokasi pada tingkat makro, ritel secara
bersamaan mengevaluasi beberapa faktor seperti pola-pola jalan, kondisi
jalan, dan hambatannya.
. 2. Analisis mikro
15
Analisis ini berkonsentrasi pada masalah-masalah pada sekitar lokasi,
seperti visibilitas, arus lalu lintas, parkir, keramaian, dan jalan masuk atau
jalan keluar.
Berdasarkan penelitian Yavas (1994), terdapat dua atribut utama dari
dimensi location, yaitu:
1. Lokasi yang mudah dijangkau.
2. Fasilitas parkir yang luas.
Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) yang dikutip oleh
Pujiastuti, terdapat empat atribut utama dari dimensi location, yaitu:
1. Waktu tempuh perjalanan menuju tempat berbelanja.
2. Kelancaran arus lalu lintas.
3. Banyaknya sarana transportasi yang menunjang.
4. Lingkungan sekitar yang aman.
2.2 Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah upaya menanamkan faktor produksi langka, yakni dana,
kekayaan alam, tenaga ahli dan terampil, teknologi pada proyek tertentu baik
proyek tersebut baru atau perluasan proyek, dalam jangka panjang Husein Umar
(2003, p1).
16
Menurut Downes dan Goudman dalam buku studi kelayakan proyek
karangan Suratman (2001, p6) memberikan pengertian investasi sebagai
berikut:”..Investment can refer to financial investment (where an investor puts
money into avehicle) or to an investment of effort and time on the part of
individual who wants to reap profits from the success of his labor ..”
Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia investasi adalah penanaman
modal atauuang di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan. Sehingga dapatdisimpulkan investasi adalah pengeluaran yang
ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan persediaan kapital (capital
stock) yang diharapkan dapat memberikan pengembalian yang menguntungkan
dimasa yang akan datang.
2.2.2 Ciri-ciri Investasi
Ciri-ciri investasi berdasarkan pendapat Siswanto Sutojo (2000, p2)
adalah:
1. Investasi tersebut menyerap dan mengikat dana dalam jumlah besar.
2. Manfaat yang akan diperoleh perusahaan (misalnya keuntungan), baru
dapat dinikmati sepenuhnya beberapa masa setelah investasi dilakukan.
3. Tingkat resiko yang ditanggung perusahaan lebih tinggi.
4. Keputusan investasi proyek yang keliru, tidak dapat direvisi begitu saja,
seperti halnya keputusan memberikan kredit penjualan kepada pelanggan
baru secara tidak tepat, tanpa harus menderita kerugian yang cukup besar.
2.2.3 Manfaat Investasi
17
Manfaat investasi adalah untuk meningkatkan jumlah perdagangan ekspor,
menciptakan lapangan kerja baru, dan penghematan pengeluaran devisa (Siswanto
Sutojo 2000, p3).
2.3 Ekspansi
2.3.1 Pengertian Ekspansi
Berdasarkan pendapat Keown, Scott, Martin, dan Petty (2001, p231)
ekspansidimaksudkan sebagai perluasan modal, baik perluasan modal kerja saja,
atau modal kerja dan modal tetap, yang digunakan secara tetap dan terus–menerus
didalam perusahaan.
2.3.2 Bentuk-bentuk Dari Ekspansi
1. Business expansion atau ekspansi bisnis adalah Ekspansi yang dijalankan
tanpa mengakibatkan perubahan stuktur modal. Dalam bentuk ekspansi ini
perusahaan tidak menambah modal kerja saja dengan menggunakan
kapasitas produksi yang tersedia didalam perusahaan.Oleh karenanya
perusahaan tidak menambah aktiva tetap, maka tidaklah dibutuhkan
tambahan modal jangka panjang sehingga tidak mengakibatkan perubahan
struktur modalnya.Sering disebut juga ekspansi yang berangsur–angsur.
2. Financial expansion atau ekspansi keuangan adalah Ekspansi yang
dijalankan dengan membeli alat produksi tahan lama, memodernisir alat–
alat produksi yang lama, mendirikan pabrik baru, mengambil alih
perusahaan lain, penggabungan dengan perusahaan lain dan lain–lain.
Bentuk ekspansi yang membutuhkan tambahan modal jangka panjang,
18
sehingga bentuk ekspansi ini mengakibatkan perubahan struktur
modalnya.Sering disebut ekspansi yang melonjak.
2.3.3 Keuntungan–keuntungan Bagi Perusahaan Yang Mengadakan
Ekspansi
1. Adanya produksi yang ekonomis:
a. Makin besar perusahaan mempunyai kemungkinan yang lebih
besar untuk dapat bekerjadengan biaya produksi rata–rata atau harga
pokok yang lebih rendah.
b. Penggunaan yang lebih efisien.
c. Adanya stabilitasi dalam produksi dan makin berkurangnya
kerugian–kerugian karenamenganggurnya aktiva–aktiva tetap.
2. Pembelian dan penjualan yang ekonomis:
a. Kedudukan terhadap penjual lebih kuat, sehingga dapat
mengadakan pembelian dengansyarat–syarat yang menguntungkan.
b. Pembelian dalam jumlah besar, memungkinkan pembelian dapat
dilakukan langsung darisumbernya.
3. Manajemen ekonomis
Manajemen merupakan faktor yang konstan, sedangkan bagian–bagian,
pabrik, perusahaanyang ditambahkan adalah meruapakan faktor–faktor
variabel.Ekspansi disini dimaksudkanuntuk mencapai titik efisiensi
19
manajemen yang optimal atau untuk mendapatkan imbanganyang sebaik–
baiknya antara menajemen dengan faktor–faktor variabel tersebut.
4. Pembelanjaan yang ekonomis
Makin besarnya perusahaan memberikan kemungkinan untuk dapat
menggunakan modalnyadengan lebih efisien. Apabila perusahaan menuju
kepada laba yang maksimal, makaperusahaan akan menambah modalnya
sampai laba yang diperoleh dari modal yangdiinvestasikan terakhir adalah
sama dengan tingkat bunga yang berlaku.
2.4 Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
2.4.1 Sejarah AHP
Konsep sistem pendukung keputusan diperkenalkan pertama kali oleh
Michael S. Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management
Decision System (Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh
tahap pengambilan keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih
data yang relevan, dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan alternatif.
Konsep dasar pengambilan keputusan adalah memilih satu atau lebih
diantara sekian banyak alternatif keputusan yang mungkin. Alternatif
keputusan meliputi keputusan kadakepastian, keputusan berisiko, keputusan
ketidakpastian dan keputusan dalam konflik.
20
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu
teori pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty,
seorang ahli matematika yang bekerja pada University of Pitsburgh di
Amerika Serikat, pada awal tahun 1970-an.
Model ini hingga kini sudah mengalami berbagai pengembangan.
Beberapa sifat atau karakter dari model AHP ini adalah:
1. pembobotan kriteria dilakukan dengan cara
membandingkansepasang kriteria (pairwise). Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hubungan yang tegas antara dua buah kriteria yang
diperbandingkan.
2. Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan kemudian
diberinilai bobot. Nilai bobot antara 2 hingga 9 menunjukkan nilai kriteria
satu lebih penting daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.
Sedangkan nilai pecahan antara 1/2 hingga 1/9 menunjukkan nilai
kriteria satu lebih rendah daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.
Salah satu kritis terhadap metode ini adalah kesulitan responden dalam
menetapkan nilai bobot angka terhadap hubungan antar kriteria. Namun, hal
ini dapat diatasi dengan beberapa teknik wawancara atau penggantian angka
bobot dengan kondisi kualitas hubungan. Artinya, hubungan antar kriteria
tidak dipertanyakan dalam bentuk skala angka melainkan dengan skala
gradasi tingkat preferensi. Tingkat konsistensi responden juga dapat
dievaluasi.
21
Salah satu teknik pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang
digunakandalamanalisiskebijaksanaan.PadahakekatnyaAHP merupakan suatu
modelpengambilkeputusanyangkomprehensif dengan memperhitungkan hal-hal
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan
dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-
model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan
lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian
menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen
kesalahan sistem (Saaty,2001).
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu
model pengambilan keputusan yang sering digunakan. Memanfaatkan pakar
sebagai nara sumber dan sekaligus responden. Pendapat satu orang yang
benar-benar menguasai permasalahan lebih baik daripada pendapat 1.000
orang yang tidak memahami permasalahan.
Sebagai contoh, OPEC menggunakan AHP untuk memilih strategi
dalam upaya mewujudkan tujuannya (Permadi, 1992). Bayazit and Karpak
(2005) menggunakan AHP dalam menyeleksi pemasok (supplier) untuk pasar
modern. Pemilihan berbagai alat transportasi dengan menggunakan AHP
dilakukan oleh Teknomo (1999). Bourgeois (2005) juga menggunakan
AHPuntuk menyusun prioritas topik-topik penelitian yang akan diusulkan
oleh UNCAPSA, sebuah lembaga riset yang dikelola oleh UN-ESCAP.
22
Menurut Bourgeois (2005) AHP umumnya digunakan dengan tujuan
untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif/pilihan yang ada dan
pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum,
dengan menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten
dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif. Dengan tuntutan yang
semakin tinggi berkaitan dengan transparansi dan partisipasi, AHP akan
sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang
menuntut transparansi dan partisipasi.
Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki
analitik(AHP)menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk
membuatsuatu keputusan efektif atas isu kompleksdenganmenyederhanakan dan
mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya AHP adalah suatu
metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang terstruktur kedalam
suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan pendekatan
AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
2.4.2 Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta
menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable
diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut
secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagaipertimbangan
23
tersebut kemudian dilakukan sintesauntukmenetapkanvariabelyang memiliki
prioritastinggi dan berperan untuk mempengaruhihasil pada sistem tersebut
(Marimin, 2004).
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional
dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang
mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya.
Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP,
yaitu sebagai berikut;
1. Reciprocal Comparison
Artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat perbandingan dan
menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat
resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B
lebih disukai daripada A dengan skala 1/x.
2. Homogenity
Artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala
terbatas atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan
satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-
elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen dan harus dibentuk
cluster (kelompok elemen) yang baru.
3. Independence
24
Artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria
tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh
objektifkeseluruhan. Ini menunjukkanbahwapolaketergantungan dalam
AHP adalah searah,maksudnya perbandingan antara elemen- elemen
dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh elemen- elemen
pada tingkat diatasnya.
4. Expectation
Artinyauntuktujuanpengambilkeputusan.Strukturhirarki diasumsikan
lengkap. Apabilaasumsi ini tidakdipenuhi makapengambil keputusan tidak
memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau diperlukan
sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Kelebihan dari metode AHP ini adalah sebagai berikut;
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsejuensi dari kriteria
yang dipilih sampai subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkanvaliditassampaidengan batastoleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para
pengambilkeputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan
outputanalisis sensitivitas pengambilan keputusan.
25
2.4.3 Prosedur AHP
AHP merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu
prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi
criteria). Karena sifatnya yang multi kriteria, AHP cukup banyak digunakan
dalam penyusunan prioritas.
Di samping bersifar multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu
proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas
dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur. Kegiatan tersebut
dilakukan oleh ahli-ahli yang representatif berkaitan dengan alternatif-
alternatif yang akan disusun prioritasnya (Bougeois, 2005).
Dalam pengambilan keputusan dengan metode AHP, langkah-
langkahkegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mendefinisikan suatu kegiatan yang memerlukan pemilihan
dalampengambilan keputusannya, seperti;
b. Menentukan kriteria dan alternatif-alternatif tersebut terhadap
indentitaskegiatan membuat hierarkinya.
c. Membuat matriks “pairwise comparison” berdasarkan criteria
focus dengan memperhatikan prinsip-prinsip “comparative judgment”
d. Buatlah matriks pairwise comparison dengan memperhatikan prinsip-
prinsip comparative judgment berdasarkan kriteria pada tingkatdiatasnya.
26
2.4.4 Perhitungan Metode AHP
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1. Mengidentifikasi permasalahan dan menentukan solusi yang
diinginkan.Dalam menyusun prioritas, maka masalah penyusunan
prioritas harus mampu didekomposisi menjadi tujuan (goal) dari
suatu kegiatan, identifikasi pilihan-pilihan (alternatif), dan
perumusan kriteria (kriteria) untuk memilih prioritas.
2. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi
interaksi antara komponen dan juga dampak-dampaknya pada sistem.
Penyusunan hirarki atau struktur keputusan dilakukan untuk
menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang
teridentifikasi.
Langkah pertama adalah merumuskan tujuan dari suatu kegiatan
penyusunan prioritas. Setelah tujuan dapat ditetapkan, maka langkah
selanjutnya adalah menentukan kriteria dari tujuan tersebut. Persoalan
yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria
dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti gambar
dibawah ini
27
§
Gambar 2.1 Struktur Hierarki AHP
3. Penilaian prioritas elemen kriteria dan alternatif
Setelah masalah terdekomposisi, maka ada dua tahap penilaian
atau membandingkan antar elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan
perbandingan antar alternatif untuk setiap kriteria. Perbandingan antar
kriteria dimaksudkan untuk menentukan bobot untuk masing masing
kriteria. Di sisi lain, perbandingan antar alternatif untuk setiap
kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu alternatif untuk suatu
kriteria. Dengan perkataan lain, penilaian ini dimaksudkan untuk
melihat seberapa penting suatu pilihan dilihat dari kriteria tertentu.
Biasanya orang lebih mudah mengatakan bahwa elemen A lebih
penting daripada elemen B, elemenBkurangpentingdibanding dengan
28
elemen C, dsb. Namunmengalamikesulitanmenyebutkan seberapapenting
elemen Adibandingkanelemen Batau seberapa kurang pentingnya elemen
B dibandingkan dengan elemen C. Untuk itu kita perlu membuat tabel
konversi dari pernyatan prioritas ke dalam angka- angka.
Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9
adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.. Masing-
masingperbandingan berpasangan dievaluasidalam Saaty’sscale 1 –
9sebagai berikut;
Most Important Naeutral Most Imporant
Element A 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Element B
Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya (Equal Importance)
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
29
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan pertimbangan yang berdekatan (Compromise values)
Sumber: Saaty, T.L The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting,
Resource Allocation.Pittsburgh University Pers. 1990. P. 97
a. Pengertian nilai tengah-tengah adalah Jika
elemen A sedikit lebih penting dari elemen B maka kita
seharusnya memberikan nilai 3, namun jika nilai 3 tersebut
dianggap masih terlalu besar dan nilai 1 masih terlalu kecil maka
nilai 2 yang harus kita berikan untuk prioritas antara elemen A
dengan elemen B.
b. Tabel diatas tidak disebutkan konversi nilai
elemen A kurang penting dari elemen B karena pernyataan elemen
A kurang penting dari elemen B sama dengan pernyataan nilai
elemen B lebih penting dari elemen A
4. Membuat matriks berpasangan
untuk setiap kriteria dan alternatif, kita harus melakukan
perbandingan
berpasangan(pairwaisecomparison)yaitumembandingkansetiap elemen
dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara
30
berpasangan sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen
dalambentukpendapatkualitatif.Untuk
mengkuantifikasikanpendapatkualitatiftersebutdigunakanskala penilaian
sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka
(kuantitatif).
Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif
dan kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang
telah ditentukan untuk menghasilkan ranking dan prioritas.
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat
keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap
elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level
hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A,
kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, A3
dan A4. Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut
akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini :
Tabel 2.2 Contoh matriks perbandingan berpasangan
A1 A2 A3 A4
A1 1 1/2 1/5 1/3
A2 2 1 1/3 1
A3 5 3 1 ½
31
A4 3 1 2 1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen
digunakan skalabilangandari1sampai 9 sepertipadaTabel2.1, Penilaian ini
dilakukan olehseorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang
persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan
terhadapnya.
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri
maka diberi nilai 1. Jikaelemen i dibandingkan dengan elemen j
mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan
elemen i merupakan kebalikannya.
Cara mengisinya adalah dengan menganalisa prioritas antara
elemenbarisdibandingkandenganelemen kolom.Dalam prakteknya kita
hanya perlu menganalisa prioritas elemen yang terdapat dibawah pada
garis diagonal (kotak dengan warna dasar putih) yang ditunjukan dengan
warna kuning atau diatas garis diagonal yang ditunjukan dengan
kotak warna hijau.
Hal ini sesuai dengan persamaan matematika yang
menyebutkan jika A:B= X, maka B : A = 1/X. Contoh: jika prioritas
elemen A2 (baris) : elemen A1 (kolom) = 2, maka prioritas elemen A1
(baris) : elemen A2 (kolom) = 1/2 (lihat rumus persamaan
perbandingan matematika diatas).
32
Sehingga prioritas setiap elemen antara elemen A1 : elemen A1 =
1, elemen A3 : elemen A1 = 5, elemen A3 : elemen A2 = 3, elemen A4 :
elemen A1 = 3, elemen A4 : elemen A2 = 1, elemen A4 : elemen A3 = 2.
Selanjutnya adalah menentukan bobot pada tiap elemen, nilai
bobot ini berkisar antara 0 - 1. dan total bobot untuk setiap kolom adalah
1. Cara menghitung bobot adalah angka pada setiap kotak dibagi
denganpenjumlahan semua angka dalam kolom yang sama.Contoh : bobot
dari (elemen A1, elemen A1) = 1/ (1+2+5+3) = 0.090, (elemen A2,
elemen A1) = 2 / (1+2+5+3) = 0.181.
Dengan perhitungan yang sama bobot prioritas tabel elemen di atas
menjadi:
Tabel 2.3 Matriks Hasil Normalisasi
A1 A2 A3 A4
A1 0.091 0.091 0.057 0.118
A2 0.182 0.182 0.094 0.353
A3 0.455 0.545 0.283 0.176
A4 0.273 0.182 0.566 0.353
5. Penentuan nilai bobot prioritas
Baik kriteriakualitatif,maupunkriteriakuantitatif, dapat
dibandingkan sesuaidenganpenilaianyang telah ditentukanuntuk
33
menghasilkanbobotdanproritas.Bobotatauprioritas dihitungdengan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
Selanjutnya adalah mencari nilai bobot untuk masing-masing
elemen. Caranya adalah (mengambil contoh dari tabel 2.3 di atas) dengan
melakukan penjumlahan setiap nilai bobot prioritas pada setiap baris
tabel dibagi dengan jumlah elemen. Sehingga diperoleh bobot
masing- masing elemen adalah:
Elemen A1 = (0.091 + 0.092 + 0.057 + 0.118) / 4 = 0.089 (8.9%)
Elemen A2 = (0.182 + 0.182 + 0.094 +0.353) / 4 = 0.203 (20.3%),
dengan perhitungan yang sama elemen A3, elemen A4
Elemen A3= 0.365 (36.5%)
Elemen A4 = 0.343 (34.3%)
Sehingga jumlah total bobot semua elemen = 1 (100%) sesuai
dengan kaidah pembobotan dimana jumlah total bobot harus bernilai
100. Kaidah pembobotan menyatakan bahwa:
1. Nilai bobot KPI berkisar antara 0 - 1 atau antara 0% -
100% jikakita menggunakan prosentase.
2. Jumlah total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%)
3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-).
34
Hasil perbandingan berpasangan AHP dalam bobot prioritas yang
mencerminkan relatif pentingnya elemen-elemen dalam hirarki. Terdapat
tiga jenis bobot prioritas yaitu:
Local priority weights (LPW), menyatakan relatif pentingnya
sebuah elemen dibandingkan dengan induknya (Aplikasi untuk level A,
B dan C).
Average priority weights (APW), menyatakan relatif pentingnya
sebuah elemen dibandingkan dengan satu set induknya (Aplikasi hanya
untuk level B), danGlobal priority weights (GPW), menyatakan relatif
pentingnya sebuah elemen terhadap tujuan keseluruhan (Aplikasi untuk
semua level).
6. Pengujian Konsistensi Logis
Saaty’sAHP juga memberikanpertimbangan terhadap
pertanyaanmengenailogikakonsistensidarievaluator.Indeks konsistensi (CI)
adalah perhitungan matematis untuksetiapperbandingan berpasangan---
matrik perbandingan.CIinimenyatakandeviasikonsistensi.Kemudian
indeks acak (Random index/RI), sebagai hasil dari respon acak yang
mutlak dibagi dengan CI dihasilkan rasio konsistensi(CRs).Semakin
tinggiCRsmakasemakinrendah konsistensi, demikian juga sebaliknya.
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
35
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara
berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan
ordinal. Hubungantersebutdapatditunjukkansebagaiberikut(Suryadi &
Ramdhani, 1998):
Hubungan kardinal : aij .ajk = aik
Hubungan ordinal : Ai > Aj, Aj >Ak maka Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :
a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila
anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih
enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali
dari pisang.
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak
dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih
enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari
hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten
sempurna.Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang.
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
36
a. Mengalikan matriks awal dengan nilai bobot proritas
bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi nilai bobot
prioritasbersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = CI =
f. Rasio Konsistensi = CR =
dimana RI adalah Indeks Random konsistensi, dilihat dari
tabelRandomIndeksdibawahsesuaidengan ukuran n. Jika rasio
konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat
dibenarkan/konsisten. Daftar RIdapatdilihat pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Random Indeks
Ukuran Matriks (n) Nilai RI
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
37
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
38