· Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan...

69
APARATUR PEMERINTAH

Transcript of  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan...

Page 1:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

APARATUR PEMERINTAH

Page 2:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga
Page 3:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A. PENDAHULUAN

Pendayagunaan Aparatur Pemerintah dalam Repelita V me-rupakan kelanjutan dari upaya yang telah dilakukan dalam Repelita-repelita sebelummya. Langkah-langkah kebijaksanaan dalam pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam Repelita V di-dasarkan pada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988. Penyempurnaan yang dilakukan mencakup seluruh unsur sistem administrasi pemerintahan, baik aspek kelembagaan, aspek kepegawaian maupun aspek ketatalaksanaan dengan pene-kanan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Tuju-an penyempurnaan tersebut adalah menciptakan aparatur. yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan berwibawa serta mampu melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pemba-ngunan dengan dilandasi semangat dan sikap pengabdian pada negara dan masyarakat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, juga harus bersifat mengayomi dan sanggup menum-buhkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat.

B. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENDAYAGUNAAN APARATUR PEME- RINTAH

Sebagai kelanjutan dan peningkatan dari upaya Pendaya-gunaan Aparatur Pemerintah dari Repelita-repelita sebelumnya,

XXII/3

Page 4:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

sasaran pendayagunaan dalam Repelita V terarah pada perbaikan dan penyempurnaan struktur organisasi, ketatalaksanaan, sis- tem dan administrasi kepegawaian termasuk peningkatan kese-jahteraan dan kualitas sumber daya manusianya; sistem dan administrasi perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan dan peman-tauan; sistem dan administrasi pengawasan; langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi, serta peningkatan tertib hukum dan disiplin aparatur.

Dalam tahun kedua, sebagai bagian dari keseluruhan Repe-lita V, ditempuh langkah-langkah pendayagunaan aparatur Peme-rintah atas dasar Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1989 ten- tang Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima (Repelita V). Ren-cana tersebut secara operasional kemudian juga dituangkan an-tara lain ke dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 90/1989 tanggal 7 Juni 1989 tentang Program Pemacu sebagai prioritas pendayagunaan aparatur negara (PAN). Hal tersebut meliputi 8 sasaran pokok sebagai berikut: (1) Pelak-sanaan Pengawasan Melekat; (2) Penerapan Analisis Jabatan; (3) Penyusunan Jabatan Fungsional; (4) Peningkatan Mutu Ke-pemimpinan Aparatur; (5) Penyederhanaan Prosedur Kepegawai- an; (6) Penyederhanaan Tata Laksana Pelayanan Umum; (7) Sis- tem Informasi Administrasi Pemerintahan; (8) Penitikberatan Otonomi di Daerah-Tingkat II.

1. Pendayagunaan Bidang Kelembagaan

Pendayagunaan kelembagaan mencakup usaha penataan kemba- li susunan organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Desa, hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Semuanya ini bertujuan agar wewenang, tanggung jawab, tugas dan fungsi dari setiap urtisan lembaga-lembaga pemerintahan menjadi lebih jelas. De-ngan langkah-langkah tersebut diharapkan aparatur Pemerintah benar-benar dapat menampung beban kerja dan tuntutan kebutuh- an untuk melaksanakan pembangunan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara lebih berdaya guna dan berhasil guna.

a. Aparatur Pemerintah Pusat

Susunan beberapa organisasi, departemen dalam tahun kedua Repelita V telah mengalami perubahan berupa penyempurnaan yang dilakukan dengan Keputusan Presiden, terakhir dengan Keppres No. 8 Tahun 1991 tentang Penyempurnaan Susunan Orga-

XXII/4

Page 5:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

nisasi Departemen Perhubungan. Penataan susunan organisasi departemen meliputi pembentukan baru, penghapusan dan per- baikan hubungan kerja, didasarkan pada Keppres No. 44 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen.

Tabel XXII-1 memuat sejumlah departemen dan lembaga pe-merintah nondepartemen yang telah melakukan penataan organi- sasi masing-masing, serta dasar hukum penataan organisasi tersebut selama jangka waktu 1988/89 - 1990/91.

b. Aparatur Pemerintah Daerah dan Desa

Pendayagunaan di bidang aparatur Pemerintah Daerah di-maksudkan untuk, pertama, mewujudkan aparatur daerah yang mampu, efektif, efisien, bersih dan berwibawa dalam melaksa-nakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan daerah. Kedua, untuk mewujudkan keserasian dalam pelaksanaan tugas dan ke-wajiban pemerintahan dan pembangunan di daerah, sesuai dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas perbantuan.

Sejak diterbitkan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, telah dilakukan berbagai langkah perbaikan organisasi, antara lain, dibentuknya Sekre-tariat Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, Badan Perenca-naan Pembangunan Daerah Tingkat I dan II, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, serta Dinas-dinas Daerah. Telah dite-tapkan pula Organisasi Kecamatan serta Organisasi Sekretariat Wilayah Pemerintah Kecamatan berdasarkan tipe-tipe kecamatan, sesuai dengan kondisi kecamatan bersangkutan. Selanjutnya, Bappeda yang selama ini berperan aktif dalam penyusunan ren- cana pembangunan tahunan di daerah melalui forum koordinasi pembangunan (Rakorbang) Dati I dan Dati II, sejak tahun 1991 hubungan konsultatif fungsionalnya dengan Bappenas ditingkat- kan. Konsultasi tersebut dimaksudkan untuk menyamakan pende-katan, wawasan, prioritas dan sasaran-sasaran pembangunan yang dilakukan di daerah.

Sejak Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang

Pemerintah-Desa diterbitkan, telah diambil langkah-langkah pendayagu- naan Aparatur Pemerintah desa yang antara lain bersasaran me-ningkatkan kemampuan Aparatur Pemerintah desa dalam rangka pelaksanaan tugas pembangunan desa. Hal tersebut dilakukan antara lain dengan kegiatan pelatihan pengurus LKMD, pelatih-Kader Pembangunan Desa dan Pelatihan Kepala Desa. Tidak. diabaikan pula pembinaan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP)

Page 6:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

XXII/5

Page 7:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

TABEL XXII – 1

PENATAAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA,APARATUR PEMERINTAH

1988/89 – 1990/91

XXII/6

Page 8:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 1)

XXII/7

Page 9:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 1)

XXII/8

Page 10:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 1)

XXII/9

Page 11:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 1)

XXII/10

Page 12:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

dalam rangka pendayagunaan aparatur kecamatan. Adapun hasil-hasil yang telah dicapai sampai dengan tahun kedua Repelita V dapat dilihat dalam Bab XIV tentang Pembangunan Daerah, Desa dan Kota dalam Lampiran Pidato ini.

c. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Hubungan dan kerja sama Aparatur Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan berbagai urusan ma- kin serasi dan mantap. Hal ini tampak antara lain dengan di-serahkannya kepada Pemerintah Daerah beberapa urusan pemerin-tahan daerah yang terdiri dari: (a) Urusan Perkebunan Besar (PP No. 22/1979); (b) Urusan Pariwisata (PP No. 24/1979); (c) Urusan Pekerjaan Umum (PP No. 14/1987); (d) Urusan Per-tambangan Bahan Galian Golongan C (PP No. S7/1986); (e) Urusan Kesehatan (PP No. 7/1987).

Peranan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan pendapatan daerah terus ditingkatkan dan disem-purnakan, antara lain dalam hal: (a) mobilisasi dana yang di-gali dari potensi daerah sendiri secara wajar dan tertib ser- ta dengan berwawasan kesatuan yang berlandaskan prinsip oto-nomi daerah yang lebih nyata dan bertanggung jawab; (b) pe-nyempurnaan kebijaksanaan subsidi bantuan pinjaman yang da- pat mendorong peningkatan pendapatan Pemerintah Daerah dan masyarakat daerah setempat; (c) peningkatan kemampuan orga-nisasi; (d) desentralisasi dalam perencanaan penyusunan program serta pengambilan keputusan dalam memilih proyek-proyek daerah dan pelaksanaannya; dan (e) pengkokohan sistem penantauan agar pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan dapat dioptimalkan.

Dalam tahun kedua Repelita V usaha peninjauan kembali peraturan perundangan mengenai penyerahan sebagian urusan pusat kepada daerah terus dilakukan. Sejalan dengan itu dalam bidang hubungan keuangan daerah telah diambil langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam menggali sumber dana membiayai urusan pemerintahan daerah, termasuk pendapatan daerah yang bersumber pada hubungan keuangan pusat dan daerah. Pada saat yang bersamaan dilakukan pula langkah untuk menyempurnakan sistem dan prosedur keuangan daerah dan kekayaan daerah.

Dalam pada itu langkah-langkah untuk meningkatkan ke-seimbangan tugas, wewenang dan tanggung jawab aparatur Peme-

XXII/11

Page 13:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

rintah, di daerah dalam rangka pelaksanaan asas dekonsentrasi dan tugas-pembantuan terus dilanjutkan. Daiam rangka mening- katkan koordinasi di tingkat, daerah sebagaimana digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 6/1988, pendayagunaan aparatur diarahkan pada langkah-langkah untuk lebih menertibkan dan menegakkan wewenang, tanggung jawab dan hubungan fungsional antara aparatur di Daerah. Atas dasar PP ini koordinasi pelaksanaan tugass pemerintahan umum dan pembangunan di daerah oleh Kepala Wilayah/Daerah dapat dilakukan lebih mantap.

2. Pendayagunaan Bidang Kepegawaian

Pendayagunaan bidang kepegawaian dalam Repelita V di-tujukan pada penyempurnaan sistem administrasi dan peningkat- an kualitas unsur sumber daya manusia dalam seluruh sistem aparatur pemerintahan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahun kedua Repelita V adalah sebagai berikut:

a. Penetapan Formasi dan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Sebelum Repelita V, penyusunan formasi didasarkan pada kemampuan keuangan negara sehingga kurang memperhatikan asas efisiensi. Sejak tahun pertama Repelita V, penetapan formasi pegawai tidak lagi didasarkan pada keaaampuan keuangan negara, tetapi didasarkan padan kebutuhan nyata satuan berdasarkan analisis jabatan. Untuk mendukung kebijaksanaan di atas, maka telah dilakukan pelatihan mengenai analis jabatan yang di- ikuti oleh peserta berbagai instansi, Pemerintah. Namun demi-kian sampai tahun kedua Repelita V belum semua instansi Pemerintah mendasarkan kebijaksanaan formasi berdasarkan ana-lisis jabatan. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pene-rapan analisis jabatan untuk mengetahui beban kerja dan kebu-tuhan, baik kualitas maupun kuantitas pegawai suatu unit or-ganisasi, memerlukan waktu yang relatif lama. Selain itu belum semua instansi dapat mengikutsertakan pegawainya untuk meng-ikuti pelatihan analisis jabatan. Sebab itu selama tahun ke-dua Repelita V dilakukan pula upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelatihan analisis jabatan tersebut.

Adapun perkembangan tambahan formasi pegawai negeri sipil selama ini adalah sebagai berikut. Dalam Repelita II ada tambahan sebesar 522.035 orang, dalam Repelita III 783.888 orang dan dalam Repelita IV 762.537 orang. Formasi untuk tahun kelima Repelita IV ditentukan sebesar 127.311 orang. Pada tahun pertama dan kedua Repelita V masing-masing

XXII/12

Page 14:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

tambahan formasi pegawai negeri sipil ditentukan hanya seba- nyak 75.553 orang dan 80.000 orang.

b. Pembinaan Karier Pegawai Negeri Sipil

Tujuan pembinaan karier pegawai negeri sipil adalah un- tuk menempatkan pegawai yang tepat pada jabatan yang tepat, berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja sehingga dengan demikian dicapai produktivitas yang optimal. Pelaksa-naan pembinaan karier ini dilakukan melalui kenaikan pangkat, penilaian pelaksanaan pekerjaan, penerapan disiplin pegawai, pengembangan jabatan fungsional dan pendidikan serta pelatih- an pegawai.

(1) Kenaikan Pangkat Otomatis

Dalam kaitannya dengan kenaikan pangkat pegawai, khusus- nya pegawai yang menjabat tenaga pendidik dan tenaga pelayan kesehatan, sejak Repelita IV telah dilaksanakan kenaikan pang-kat otomatis (KPO). Dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk se-jumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga SD; 488.315 guru TK, SMTP, SMTA, Penilik dan Pengawas; 234.885 guru agama, penjaga Madrasah Ibtidaiyah, Penilik dan Pengawas; serta 211.249 tenaga medis dan paramedis.

(2) Pengembangan Jabatan Fungsional

Pengembangan jabatan fungsional terus dilakukan, agar karier pegawai negeri sipil tidak terhambat karena terbatas- nya jabatan struktural. Dengan adanya jabatan fungsional, para pegawai negeri sipil yang bertugas dalam bidang bukan struk-tural tertentu juga akan memperoleh kepastian dalam kariernya; dengan demikian akan dapat diharapkan mereka juga akan terdo-rong untuk terus meningkatkan prestasi dan kemampuan profesio-nalismenya.

Pengangkatan pegawai yang menduduki jabatan fungsional didasarkan pada persyaratan dan peraturan yang juga berlaku bagi pegawai negeri sipil lainnya. Sedangkan kenaikan pangkat-nya, sesuai dengan Pasal 12 PP No. 3 Tahun 1980, selain dida-sarkan pada persyaratan yang telah ditentukan, juga harus di-dasarkan pada pemenuhan angka kredit yang ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan memperha-tikan usulan pimpinan instansi yang beraangkutan setelah men-dengar pertimbangan Kepala BAKN.

XXII/13

Page 15:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Sejak dimulainya pengembangan jabatan fungsional pada tahtm terakhir Repelita III sampai dengan tahun kedua Repe-lita V telah dikembangkan sebanyak 48 jabatan fungsional. Da-lam tahun pertama Repelita V telah dikembangkan sebanyak 18 jabatan fungsional, antara lain Penilai Pajak Bumi dan Bangun-an, Pranata Komputer, Guru (di lingkungan Departemen Pendidik-an dan Kebudayaan, Departemen Kesehatan, Departemen Agama dan Departemen Perindustrian), Dokter Gigi, Pamong-pamong Bela- jar, Teknisi Siaran, Andalan Siaran, Adikara Siaran, Jagawa-na, Instruktur Latihan Kerja, Agen, Dosen di lingkungan De-partemen Kesehatan, Pranata Nuklir, Pengawas Radiasi, dan Teknisi Penelitian dan Perekayasaan. Sedangkan pada tahun kedua Repelita V, telah berhasil dikembangkan sebanyak 10 jabatan fungsional, terdiri dari jabatan arsiparis, statis-tisi, guru (di lingkungan Departemen Pertanian dan Departemen Kehutanan), jabatan penera, pemeriksa pajak, teknisi kehutan-an, operator transmisi sandi, jabatan sandiman, dan penyuluh perindustrian.

Peningkatan dan pengembangan jabatan fungsional tersebut memerlukan peningkatan dan pengembangan tenaga analis jabatan, khususnya dalam menentukan beban kerja dan angka kredit suatu jabatan fungsional.

(3) Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan pendidikan dan pelatihan (diklat) pegawai negeri sipil adalah: (a) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampil-an pegawai agar dapat melaksanakan tugasnya secara lebih efi-sien dan efektif; (b) untuk mengembangkan kesatuan berpikir dan kesatuan bahasa guna menimbulkan kesatuan langkah, kegiat-an dan kerja sama dalam menanggapi masalah-masalah dan melak-sanakan pembangunan.

Dalam Repelita I diterbitkan Keputusan Presiden No. 34 Tahun 1972 yang mengatur ruang lingkup tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pembinaan pendidikan dan pelatihan antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Tenaga Kerja dan Lembaga Admiilistrasi Negara. Kemudian dengan Instruksi Presiden No. 15/1974 yang disempurnakan dengan Keputusan Presiden No. 20/1989, Lembaga Administrasi Negara diberi tugas dan tanggung jawab pembinaan pendidikan dan pelatihan khusus untuk pegawai negeri sipil.

Berbagai jenis diklat pegawai negeri sipil yang dikem-bangkan dan terus ditingkatkan meliputi diklat prajabatan dan

XXII/14

Page 16:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

diklat dalam jabatan. Penyelenggaraan diklat prajabatan bagi calon pegawai negeri mulai dilakukan secara teratur sejalan dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 30 Tahun 1981. Sementara itu, diklat dalam jabatan yang diperuntukkan bagi pegawai negeri terdiri dari diklat penjenjangan dan diklat nonpenjenjangan atau diklat khusus. Diklat penjenjangan ter- diri dari Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar (SEPA- DA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan (SEPALA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA), Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi/Nasional (SESPA/SESPANAS). Se-dangkan diklat nonpenjenjangan meliputi antara lain kursus-kursus organisasi dan metode, teknik-teknik manajemen, peren-canaan pembangunan, manajemen proyek, manajemen perusahaan negara, pengawasan, analisis jabatan, analisis kebijakan dan diklat khusus lainnya. Di samping diklat penjenjangan dan diklat nonpenjenjangan, bagi pegawai negeri dimungkinkan pula untuk mengikuti program pendidikan S-2 dan S-3 secara selek- tif di dalam atau di luar negeri.

(a) Diklat Prajabatan

Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 30 Tahun 1981 ten- tang Latihan Prajabatan, setiap Calon Pegawai Negeri Sipil diwajibkan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan. Se-lama tahun kedua Repelita V, Pendidikan dan Pelatihan Praja-batan diikuti oleh 8.329 orang; terdiri dari Prajabatan Ting- kat I, II dan III masing-masing sebanyak 1.025 orang, 6.132 orang dan 1.172 orang. Dengan demikian, hingga tahun kedua Re~elita V Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan telah diikuti oleh 341.475 orang, terdiri dari Prajabatan Tingkat I sebesar 73.968 orang, Tingkat II 236.170 orang, dan Tingkat III seba-nyak 31.337 orang.

(b) Diklat Dalam Jabatan

Perkembangan pelaksanaan diklat dalam jabatan baik yang bersifat penjenjangan maupun yang nonpenjenjangan adalah se-bagai berikut.

Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA) dan Seko-lah Staf dan Pimpinan Administrasi Nasional (SESPANAS) dise-lenggarakan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) diikuti peserta dari Departemen, LPND, BUMN/D, dan Pemerintah Daerah. Penyelenggaraan SESPA, termasuk SESPANAS, selama tahun kedua Repelita V sebanyak 40 angkatan yang diikuti oleh 545 orang seperti tampak dalam Tabel XXII-2.

XXII/15

Page 17:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

TABEL XXII – 2

JUMLAH LULUSANSESPA (SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN ADMINISTRASI),

1988/89 – 1990/91

XII/16

Page 18:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga
Page 19:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Dalam tahun kedua Repelita V, penyelenggaraan SEPADYA diikuti oleh sebanyak 139 angkatan dengan jumlah peserta 4.360 orang, SEPALA diikuti oleh 7.927 orang yang terbagi da- lam 265 angkatan. Sedangkan diklat tingkat SEPADA diikuti oleh sebanyak 118 angkatan dengan jumlah peserta sebesar 3.522 orang. Para peserta SESPA/SESPANAS, SEPADYA, SEPALA, dan SEPADA berasal dari berbagai departemen dan lembaga Peme-rintah nondepartemen. Pelaksanaan diklat nonpenjenjangan se-lain dilakukan oleh LAN juga sering dilakukan oleh departemen atau instansi tempat pegawai bersangkutan bertugas.

Salah satu jenis diklat nonpenjenjangan adalah diklat teknis fungsional yang pada tahun kedua Repelita V telah di-lakukan untuk sehanyak 37 angkatan, diikuti 1.256 peserta dari berbagai instansi Pemerintah Pusat maupun Daerah. Beberapa program diklat telah dikembangkan, antara lain diklat analisis jabatan, analisis manajemen dan manajemen proyek. Dalam tahun kedua Repelita V, jumlah peserta seluruh program diklat ter-sebut mencapai sebanyak 424 orang, termasuk 212 peserta pro-gram diklat analisis jabatan.

Dalam hubungannya dengan pengembangan diklat nonpenjen-jangan, sejak Repelita I telah pula dikembangkan berbagai kursus Program Perencanaan Nasional (PPN) baik bagi para pe-rencana dari instansi Pusat maupun Daerah. Dalam tahun kedua Repelita V jumlah peserta kursus-kursus PPN mencapai sebanyak 131 orang dengan rincian seperti tampak dalam Tabel XXII-3. Selain itu, telah pula diadakan kursus Teknik Manajemen Pe-rencanaan Pembangunan (TMPP) yang diikuti 120 peserta dari berbagai Bappeda Tingkat II. Dalam rangka program TMPP ini akan dilatih staf perencana seluruh Bappeda Tingkat II dari seluruh Indonesia; akan berlangsung sekitar 3,5 tahun dan di-selenggarakan dengan kerja sama antara OTO-Bappenas dengan Departemen Dalam Negeri dan 4 Universitas di Indonesia (Unsyiah, UI, UGM, UNHAS).

c. Penghasilan Pegawai Negeri Sipil

Pemerintah menyadari pentingnya unsur gaji dan penghasil-an dalam peningkatan kesejahteraan dan produktivitas pegawai. Karena itu sejak Repelita I Pemerintah telah berupaya melaku-kan beberapa kali perbaikan penghasilan pegawai negeri sipil baik dalam sistem penggajian, tingkat gaji pokok, besarnya tunjangan maupun cara penyalurannya. Dalam PP No. 12 Tahun 1967 perbandingan gaji pokok yang terendah dengan yang ter-

XXII/17

Page 20:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

TABEL XXII - 3

JUMLAH PESERTA KURSUS-KURSUS PROGRAM PERENCANAAN NASIONAL,1988/89 - 1990/91

Repelita V

Jenis Kursus 1988/89 1989/90 1990/91

1. Perencanaan Jangka Panjang 39 39 39

2. Perencanaan Proyek-proyekPembangunan

31 31 32

3. Perencanaan Proyek-proyekPertanian & Agro Industri

31 31 30

4. Perencanaan Proyek-proyekTransportasi

31 31 30

Jumlah 132 132 131

tinggi adalah 1 banding 25. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1977 perbandingan gaji pokok yang terendah dengan yang tertinggi diperbaiki menjadi 1 ban- ding 10. Pada tahun 1985, dengan Peraturan PemerintahNo. 15/1985 yang mulai berlaku sejak 1 April 1985 kembali dilakukan perubahan mendasar berupa perubahan sistem dan peningkatan gaji pokok pegawai negeri. Penghasilan rata-rata pegawai negeri naik sebanyak 20% dari penghasilan lama. Per-aturan ini ditandai pula dengan perbandingan kenaikan gaji pokok yang terendah dan yangg tertinggi secara lebih progre-sif, menjadi 1 banding 8. Selain itu jumlah penerimaannya meningkat secara substansional, gaji pokok terendah meningkat 176% sedangkan gaji pokok tertinggi 121%. Gaji pokok terendah meningkat dari Rp 12.000,- menurut PP No. 7/1977 menjadi Rp 33.200,- menurut PP No. 15/1985; gaji pokok tertinggi meningkat dari Rp 120.000,- menurut PP No. 7/1977 menjadi Rp 265.000,- menurut PP 15/1985.

XXII/18

Page 21:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Di samping peningkatan gaji pokok, dilakukan pula per-baikan pemberian tunjangan khusus bagi jabatan fungsional tertentu seperti peneliti, hakim, panitera pengadilan, penyu-luh pertanian, penyuluh keluarga berencana, dan widyaiswara. Perbaikan penghasilan juga telah beberapa kali dilakukan bagi para pemegang jabatan struktural, terakhir dilakukan dengan diterbitkannya Keppres No. 17/1987.

Dalam tahun 1989 kembali dilakukan perbaikan penghasilan pegawai negeri. Sesuai dengan kemampuan keuangan negara dan semakin beratnya tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul-nya, Pemerintah kembali meningkatkan gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI sebesar 10% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1988, berlaku mulai bulan Januari 1989. Kemudian dalam tahun pertama Repelita V, mulai April 1989 juga dilakukan peningkatan gaji pegawai negeri dan anggota ABRI sebesar 15% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1988. Selanjutnya pada Januari 1990 dilakukan pula peningkatan gaji pegawai negeri dan anggota ABRI sebesar 10% dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1989. Dengan demikian, sesuai dengan Keppres No. 50 Tahun 1990 Tanggal 29 September 1990, dalam tahun pertama Repeli- ta V Pemerintah telah menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan anggota ABRI sebanyak 25%. Sementara itu, dalam tahun kedua Repelita V, Pemerintah juga telah memberikan tunjangan kom-pensasi bagi pegawai negeri yang bertugas di bidang persan-dian.

Sejalan dengan langkah-langkah perbaikan penghasilan pegawai negeri, dengan Keppres No. 51 Tahun 1990 Pemerintah juga mengadakan perbaikan penghasilan bagi para pensiun dan para penerima tunjangan yang bersifat pensiun.

d. Manajemen Informasi Kepegawaian

Informasi kepegawaian yang lengkap, dapat dipercaya dan mudah ditemukan sangat diperlukan untuk mendukung pengambilan kebijaksanaan pembangunan secara tepat di bidang kepegawaian. Untuk itu telah dilakukan secara terus menerus berbagai per-baikan berkaitan dengan administrasi kepegawaian, antara lain: (1) Penataan Nomor Induk Pegawai Negeri Sipil; (2) Pemberian Kartu Pegawai; (3) Perekaman data Pegawai Negeri Sipil ber- ikut perkembangannya dalam pita magnetik; (4) Penyusunan ber-kas Pegawai Negeri Sipil ke dalam almari khusus; (5) Penyu-sunan nama Pegawai Negeri Sipil menurut abjad; (6) Pemberian

XXII/19

Page 22:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Kartu Istri/Suami Pegawai Negeri Sipil (KARIS/KARSU); (7) Pe-nyajian jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut kepangkatan dan golongan ruang, kedudukan, wilayah kerja sebagai bahan infor-masi untuk perencanaan anggaran belanja pegawai.

Untuk mendukung proses pengolahan data dan informasi ke-pegawaian di atas, sejak tahun 1983 Badan Administrasi Kepe-gawaian Nasional telah dilengkapi dengan perangkat komputer. Kemudian, dalam Repelita V, BAKN merencanakan membangun Sis-tem Informasi Kepegawaian Republik Indonesia (SIMKRI). Dengan sistem ini, diharapkan akan terwujud hubungan langsung secara terus menerus di bidang informasi kepegawaian antara BAKN de-ngan semua instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah.

e. Pensiun Otomatis

Salah satu kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi di bidang kepegawaian yang sekaligus juga untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri sipil adalah penetapan pensiun secara otomatis bagi pegawai negeri sipil yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke bawah yang telah mencapai ba-tas usia pensiun. Pensiun otomatis ini diatur dalam PP No. 8 Tahun 1989, dan berlaku sejak 1 Agustus 1989.

Pada tahun pertama Repelita V telah berhasil diselesai- kan penetapan Surat Keputusan pensiun otomatis untuk 11.582 orang pegawai negeri sipil, sedangkan pada tahun kedua Repe-lita V berhasil diselesaikan untuk 32.222 pegawai. Oleh karena pensiun otomatis ini sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan pegawai, maka kebijaksanaan ini terus diting-katkan dan dikembangkan.

f. Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan

Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawai-an beserta peraturan pelaksanaannya. Sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut sampai tahun pertama Repelita V telah ditetapkan sebanyak 190 peraturan yang terdiri dari 97 Per-aturan Pemerintah dan 93 Keputusan Presiden. Sedangkan selama tahun kedua Repelita V, telah ditetapkan sebanyak 6 (enam) Peraturan Pemerintah dan 2 (dua) Keputusan Presiden, sebagai-mana tercantum dalam Tabel XXII-4.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil akan terus diupayakan langkah-langkah penyempurnaan peraturan-

XXII/20

Page 23:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

TABEL XXII - 4PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKAN

SEBAGAI PERATURAN PELAKSANAAN DARIUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974

No. BentukPeraturan

NomorUrut Nomor Tahun Tentang

I. Peraturan 1 20 1975 Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, danPemerintah Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

2 21 1975 Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.

3 5 1976 Formasi Pegawai Negeri Sipil .

4 6 1976 Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.5 20 1976 Keanggotaan Pegawai Negeri Sipil Dalam

6 24 1976

Partai Pol i t ik dan Golongan Karya.

Cuti Pegawai Negeri S ipi l .

7 7 1977 Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.8 19 1977 Kedudukan,. Kedudukan Keuangan dan Hak

9 26 1977

Kepegawaian lainnya Bagi Kepala Daerahdan Wakil Kepala Daerah.

Pengujian Kesehatan Pegawai Republik

10 12 1978

Indonesia dan Tenaga-tenaga Lainnyayang Bekerja pada Negara Republik In-donesia.

Penghasilan Terendah Bagi Penerima

11 13 1978

Pensiun.

Pengangkatan Pegawai/Guru Sekolah Swasta

12 5 1979

Bersubsidi Menjadi Pegawai Negeri Sipi l .

Pengangkatan Pegawai Yang Bekerja Pada

13 10 1979

Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat ITimor Timur Menjadi Pegawai Negeri Sipil .

Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai

14 15 1979

Neger i .

Daftar Urut Kepangkatan Pegawai NegeriSipil.

XXII/21

Page 24:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII-4)

No.Bentuk NomorPeraturan Urut Nomor Tahun Tentang

15 16 1979 Pengangkatan Calon/Pegawai Perusahaan

16 32 1979

Jawatan Kereta Api Menjadi Calon/Pega-wai Negeri Sipil.

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.17 3 1980 Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Ne-

18 13 1980

geri Sipi l .

Perubahan dan Penambahan atas Peratur-

19 30 1980

an Pemerintah No. 7 Tahun 1977 tentangPeraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.20 37 1980 Pengangkatan Pegawai Yayasan Televisi

21 47 1980

Republik Indonesia menjadi Pegawai Ne-ger i S ipi l .

Perubahan atas Peraturan Pemerintah

22 55 1980

Nomor 14 Tahun 1980 tentang PemberianTunjangan Perbaikan Penghasilan BagiPegawai Negeri dan Pejabat Negara.

Pengangkatan Kepala Kelurahan dan Per-

23 12 1981

angkat Kelurahan menjadi Pegawai NegeriS ip i l .

Perawatan Tunjangan Cacat dan Uang Duka

24 25 1981

Pegawai Negeri Sipil.

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.25 4 1982 Pemberian Uang Duka Wafat Bagi Kelu-

26 37 1982

arga Penerima Pensiun.

Penyesuaian/Penetapan Kembali Pensiun

27 1 1983

Pokok Bekas Guru Dalam Dinas TetapSekolah Swasta Bersubsidi.

Perlakuan Terhadap Calon Pegawai Ne-

28 10 1983

geri Sipil yang Tewas atau Cacat Aki-bat Kecelakaan Karena Dinas.

Izin Perkawinan dan Perceraian BagiPegawai Negeri Sipil.

XXII/22

Page 25:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4)

XXII/23

Page 26:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4)

XXII/24

Page 27:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4)

XXII/25

Page 28:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4)

XXII/26

Page 29:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4)

XXII/27

Page 30:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga
Page 31:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

(Lanjutan Tabel XXII – 4 )

XXII/28

Page 32:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

peraturan bidang kepegawaian disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang dihadapi.

3. Bidang Ketatalaksanaan

Pendayagunaan ketatalaksanaan mencakup administrasi umum dan administrasi kebijaksanaan pembangunan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi kegiatan pekerjaan di dalam dan antar lembaga Pemerintah. Selain itu juga dimak-sudkan untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan aparatur Pemerintah kepada masyarakat dan dunia usaha. Dengan demikian akan tercipta iklim yang lebih mendorong dan mening-katkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan pembangunan.

a. Administrasi Umum

Dalam rangka meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di dalam dan antar lembaga-lembaga Pemerintah, dalam tahun kedua Repelita V telah ditingkatkan langkah-langkah penyempurnaan peraturan, ketentuan dan prose-dur, antara lain dalam hal surat menyurat, pengelolaan ke-uangan, pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi barang milik Pemerintah, termasuk sistem pembukuan dan akuntansi Pe-merintah serta pelaksanaan inventarisasi kekayaan milik negara.

Selain itu, ditingkatkan pula kelancaran dan efisiensi pelayanan umum kepada masyarakat, seperti penyaluran Kartu Tanda Penduduk (KTP), pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan pencatatan sipil. De-mikian pula mutu dan efisiensi pelayanan lebih ditingkatkan dengan mempersiapkan sistem pengelolaan keuangan yang lebih memberikan otonomi kepada unit-unit pelayanan masyarakat, seperti rumah sakit, perguruan tinggi, Puskesmas dan lembaga-lembaga penelitian.

Untuk meningkatkan pelayanan umum secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, seperti dalam penyaluran KTP, pembe-rian perizinan, pengelolaan PBB, pajak dan lain sebagainya, dalam tahun kedua Repelita V penggunaan sarana komputer makin diperluas sampai ke daerah-daerah.

b. Administrasi Kebijaksanaan Pembangunan

Selanjutnya dilakukan pula upaya-upaya pendayagunaan

XXII/29

Page 33:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

administrasi kebijaksanaan pembangunan untuk meningkatkan efisiensi dan memperlancar pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha. Langkah-langkah pendayagunaan tersebut dilakukan seiring dengan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang pada dasarnya berupa penyesuaian kebijaksanaan dan pe-nyederhanaan struktur, prosedur dan ketentuan-ketentuan pe-l.aksanaannya, sehingga pelayanan aparatur. Pemerintah dapat dilakukan secara lebih mudah, murah dan cepat. Langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi yang telah dilakukan sejak Juni tahun 1983 terus dilanjutkan dan ada beberapa di antaranya yang telah ditinjau kembali untuk disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahun kedua Repelita V langkah deregulasi dan debirokratisasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, dituangkan antara lain dalam Paket 28 Mei 1990 mengenai tarif bea masuk barang; Paket Desember 1990 mengenai Pasar Modal dan; Paket 28 Februari 1991 mengenai usaha penyehatan bank-bank.

4. Sistem Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Pengendalian Proyek Pembangunan

Pendayagunaan di bidang Sistem Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Pengendalian Proyek Pembangunan meliputi bi- dang administrasi perencanaan dan penganggaran, pembiayaan, pemantauan dan pengendalian pelaksanaan.

a. Administrasi Perencanaan dan Penganggaran

Pendayagunaan administrasi perencanaan dan penganggaran pertama-tama ditujukan pada penyederhanaan Daftar Isian Proyek (DIP), sehingga dewasa ini DIP hanya terdiri dari 2 halaman yang menggambarkan kegiatan pokok yang akan dilakukan dan dana yang diperlukan. DIP dilengkapi dengan Lembaran Kerja (LK) yang memuat rincian pengeluaran yang tercantum dalam DIP dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari DIP. LK ini meru-pakan dasar pertimbangan bagi Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran untuk memberikan persetujuan atas DIP yang diajukan. Langkah-langkah lainnya adalah penajaman prioritas dan per-baikan perencanaan proyek, serta tata cara penganggarannya. Untuk memperlancar pelaksanaan, DIP yang telah disahkan oleh Bappenas dan Direktorat Jenderal Anggaran berlaku sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO).

Dalam pelaksanaan proyek terdapat Petunjuk Operasional (P0) yang merupakan bagian kelengkapan dari DIP dan LK.

XXII/30

Page 34:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

PO diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga dan isinya merupakan pedoman yang ha-rus ditaati oleh pemimpin proyek. Selain merupakan tolok ukur pengawasan atas pelaksanaan proyek, PO juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan oleh aparat baik untuk pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat. Dalam rangka peningkatan keefektifan pembangunan pada tahun kedua Repelita V telah di-lakukan pendayagunaan konsultasi nasional antar Bappeda, yang mengkhususkan pada pengenalan permasalahan dan aspirasi daerah secara lebih tepat dan mendorong perencanaan dari hawah ter-masuk, dilaksanakannya identifikasi prioritas sektoral di daerah oleh Bappeda. Selain itu, diupayakan pula percepatan pengajuan usulan proyek dan penyusunan perkiraan APBN.

b. Administrasi Pembiayaan dan Pelaksanaan

Tujuan perbaikan administrasi pembiayaan dan pelaksanaan adalah untuk meningkatkan mutu, ketertiban dan kelancaran administrasi penerimaan dan pengeluaran keuangan negara. Di samping itu perbaikan itu juga dimaksudkan untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan keserasian dalam menyusun APBN dan APBD, memperbaiki sistem dan prosedur pengeluaran biaya ope-rasional dan pemeliharaan serta biaya rutin. Perbaikan terse-but antara lain dilaksanakan melalui penyusunan standar dan tolok ukur berbagai kegiatan.

Prosedur pelaksanaan APBN dituangkan dalam Keputusan Presiden. Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984 merupakan Kep-pres terakhir yang telah berulang kali mengalami perbaikan. Isinya antara lain menetapkan: Prosedur pengusulan proyek, sistem dan persyaratan pelelangan, peran serta golongan eko-nomi lemah dan penggunaan hasil produksi dalam negeri, penye-derhanaan revisi DIP, dan pengendalian pelaksanaan dan prose-dur pengadaan barang dan jasa Pemerintah.

Khusus mengenai pengadaan barang dan jasa Pemerintah, telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1988. Inpres ini merupakan perbaikan atas Keppres No. 10/1980 tentang Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang dilaku-kan secara terpusat. Inpres No. 1/1988 ini menetapkan batas wewenang baru dalam penetapan pemenang lelang. Adapun pejabat yang berwenang mengambil keputusan mengenai penetapan peme- nang lelang, adalah: (1) Kepala Kantor, Satuan Kerja, atau Pemimpin Proyek untuk pengadaan yang bernilai sampai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah); (2) Direktur

XXII/31

Page 35:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Jenderal atau Pejabat setingkat, untuk pengadaan yang bernilai Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai de-ngan Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah); (3) Menteri/ Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen atau Pejabat yang setingkat, untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) sampai dengan Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah); (4) Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen setelah mendapat persetuju-an dari Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Indus- tri dan Pengawasan Pembangunan untuk pengadaan yang bernilai di atas Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah).

Sementara itu, ketentuan yang berlaku bagi Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah adalah: pengambilan keputusan mengenai penetapan pemenang pelelangan sampai dengan Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah) ditetapkan oleh Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah. Sedangkan untuk penentu- an penetapan lelang di atas Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah), Badan Usaha Milik Negara dan Milik Daerah harus mengajukan permohonan persetujuan langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Peng-awasan Pembangunan.

c. Administrasi Pemantauan dan Pengendalian Pelak-sanaan

Tujuan pendayagunaan administrasi pemantauan dan pengen-dalian pelaksanaan adalah agar sasaran pembangunan dapat di-capai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hasil pe-mantauan pertama-tama, merupakan alat untuk mengetahui ting- kat pelaksanaan suatu proyek dan langkah apa, apabila ada, yang perlu diambil untuk mengusahakan agar pelaksanaan proyek yang bersangkutan dapat terselesaikan sesuai dengan rencana. Di samping itu hasil pemantauan juga merupakan umpan balik untuk perbaikan rumusan dan pelaksanaan rencana, kebijaksana-an, program dan proyek pembangunan.

Pemantauan proyek pembangunan yang dibiayai dari APBN dilakukan dalam bentuk laporan berkala dari pimpinan proyek kepada pejabat yang telah ditentukan sesuai dengan Pasal 70 Ayat 3 Keppres No. 29 Tahun 1984. Khususnya pemantauan proyek pembangunan yang menggunakan bantuan luar negeri telah dida-yagunakan dengan dibentuknya Tim P4DLN (Tim Pendayagunaan Pe-laksanaan Proyek-proyek dengan Dana Luar Negeri) berdasarkan Keppres No. 2/1986. Tim ini kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 10/1988, dengan tugas pokok meningkatkan kelan-

XXII/32

Page 36:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

caran pelaksanaan proyek-proyek pembangunan yang sebagian di-biayai dengan dana luar negeri. Kemudian dalam tahun 1990 sistem pemantauan proyek-proyek APBN disempurnakan dengan la-poran realisasi keuangan (SPM) di samping laporan yang meng-gunakan formulir B-1.

Dalam tahun kedua Repelita V dari pemantauan atas 4.067 proyek telah ditemukan 6.401 masalah. Hasil temuan pemantauan ini dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima besar): (1) Pelaksa-naan 2.387 masalah (37,29%); (2) DIP 751 masalah (11,73%); (3) Koordinasi 405 masalah (6,32%); (4) Penawaran/Lelang 348 masalah (5,43%); (5) SPJ 285 masalah (4,45%).

Dalam pada itu, dalam rangka pemantapan sistem pemantau- an dan pelaporan pelaksanaan proyek dengan dana luar negeri telah dikembangkan sistem informasi mengenai pelaksanaan pro-yek masing-masing, baik yang menggunakan bantuan bilateral maupun yang menggunakan bantuan multilateral. Dengan sistem informasi tersebut perkiraan disbursement dari sumber dana masing-masing dapat diperoleh secara cepat. Dalam rangka ini pemantauan perkembangan pelaksanaan diarahkan pada Form-II dari kontrak proyek dengan bantuan luar negeri. Langkah ini dapat lebih mendayagunakan pengendalian pelaksanaan dana luar negeri; di samping lebih meningkatkan daya serap bantuan luar negeri dan kelancaran pelaksanaan proyek-proyek dengan dana luar negeri.

5. Aparatur Badan Usaha Milik Negara

Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diarahkan untuk meningkatkan kemampuannya dalam menunjang pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah di bidang ekonomi dan keuangan atas dasar prinsip-prinsip ekonomi yang sehat dan efisien. Dengan langkah tersebut diharapkan BUMN mampu melaksanakan fungsinya secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, sehingga di sam-ping dapat membantu mensukseskan kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi pemerintah juga dapat lebih meningkatkan sumbangannya pada penerimaan negara. Selain itu, pendayagunaan tersebut diarahkan pula untuk mendorong BUMN agar turut berusaha me-ningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang dunia usaha swasta, khususnya usaha golongan ekonomi lemah dan koperasi, dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Sehubungan dengan hal-hal di atas, Pemerintah telah me-ngeluarkan kebijaksanaan yang dituangkan dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 1988 tentang Pedoman Penyehatan dan

XXII/33

Page 37:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Pengelolaan BUMN. Sebagai pelaksanaan dari kebijaksanaan ter-sebut Pemerintah telah mengeluarkan petunjuk teknis yang dituangkan dalam SK Menteri Keuangan Nomor 740/KMK.00/1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas BUMN, yang berisikan kriteria untuk menilai tingkat kesehatan BUMN; dan SK Menteri Keuangan No. 741/KMK.00/1989 tentang Rencana Jangka Panjang, Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan serta Pelim-pahan Kewenangan Pengambilan Keputusan. Hasil-hasil usaha tersebut tercermin dalam perkembangan nilai aktiva, penjualan dan laba BUMN, yang disajikan dalam Tabel III-12, dalam Bab III Pengembangan Dunia Usaha dalam Lampiran Pidato ini.

Sejalan dengan itu, peranan BUMN dalam memajukan dunia usaha khususnya usaha golongan ekonomi lemah dan koperasi telah pula ditingkatkan. Upaya tersebut dituangkan dalam SK Menteri Keuangan No. 1232/KMK.013/1989 tentang Pedoman Pembi-naan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui Badan Usaha Milik Negara. Atas dasar Surat Keputusan Menteri Keuangan tersebut, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap peng-usaha ekonomi lemah dan koperasi. Pembinaan yang dilakukan dapat berupa: (a) peningkatan kemampuan manajerial; (b) pe-ningkatan kemampuan dalam keterampilan teknik produksi; (c) peningkatan kemampuan modal kerja, antara lain bantuan pengadaan bahan baku dan modal usaha; (d) peningkatan kemam-puan pemasaran atau bantuan pemasaran, dan (e) pemberian ja-minan untuk mendapatkan kredit perbankan.

Langkah lain yang ditempuh dalam dua tahun pertama Repe-lita V adalah perbaikan struktur permodalan beberapa BUMN. Untuk itu langkah-langkah yang ditempuh antara lain berupa(1) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI yang berasal dari kekayaan negara hasil likuidasi perusahaan perseroan (Perse- ro) PT Karya Mina ke dalam modal saham PT Persero Tirta Raya Mina (PP. No. 11/1990); (2) Penjualan seluruh saham PT Perse- ro LEPPIN (PP. No. 12/1990); (3) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal PT (persero) Doc dan Perkapalan Surabaya (PP. No. 21/1990); (4) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal Perusahaan Umum (Perum) Telekomuni-kasi (PP. No. 23/1990); (5) Penambahan Penyertaan Modal Nega- ra RI ke dalam modal saham PT (Persero) Jasa Marga (PP. No. 24/1990); (6) Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam modal Perum Bio Farma (PP. No. 25/1990); (7) Penambahan Pe-nyertaan Modal Negara RI ke dalam modal Perum Gas Negara (PP. No. 26/1990); dan (8) Penambahan Penyertaan Modal Negarayang berasal dari kekayaan Negara hasil likuidasi perusahaan PT (Persero) Pusat Perkayuan Marunda ke dalam modal saham

XXII/34

Page 38:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kawasan Berikat Nusantara (PP. No. 31/1990). Rincian perkiraan realisasi PMP per sektor dalam tiga tahun terakhir ini dapat dilihat lebih jauh dalam Tabel III-1S, pada Bab Pengembangan Dunia Usaha.

Langkah penyempurnaan dan peningkatan peranan BUMN dalam pembangunan ekonomi juga mencakup perubahan status dan atau pembubaran badan usaha, antara lain: (1) Pengalihan bentuk Perusahaan Jawatan (PERJAN) Pegadaian menjadi Perum Pegadaian (PP No. 10/1990); (2) Pembubaran PT (Persero) Karya Mina; (3) Pengalihan bentuk Perusahaan Negara Perkebunan XIX men-jadi Persero (PP No. 13/1990); (4) Pengalihan bentuk Perum Asuransi Sosial Tenaga Kerja menjadi Persero (PP. No. 19/1990) dan (5) Pembubaran PT (Persero) Pusat Perkayuan Marunda (PP No. 31/1990). Hingga tahun kedua Repelita V badan usahamilik negara yang berbentuk Persero tunggal dan persero pa- tungan berjumlah 156 buah, berbentuk Perum 33 buah, sedangkan yang berbentuk Perjan sudah tidak ada lagi.

Sementara itu, BUMN yang berstatus khusus karena diben- tuk berdasarkan Undang-undang tersendiri berjumlah 9 buah, terdiri dari 8 Bank Pemerintah dan PT Pertamina. Sedangkan BUMN yang belum diubah ke dalam bentuk yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 9/1969 terdiri atas 4 buah PN dan 3 buah PT lama (lihat Tabel XXII-5).

6. Pengawasan dan Penertiban Operasional

Pelaksanaan pengawasan dan penertiban operasional meru-pakan salah satu langkah dalam rangka mewujudkan Pemerintah yang bersih dan berwibawa. Dalam hubungan itu pula tindakan tersebut dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tena- ga, keuangan dan kekayaan milik negara. Dengan demikian pe-nyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan dapat berja-lan secara berdaya guna dan berhasil guna.

Adapun langkah-langkah pendayagunaan yang telah dilaksa-nakan dalam tahun kedua Repelita V meliputi pengembangan sis-tem, kebijaksanaan, sarana dan kemampuan profesional tenagapengawasan, penyempurnaan dalam bidang kelembagaan, serta pe-mantapan langkah tindak lanjut berupa penertiban-penertiban. Sistem pengawasan yang dikembangkan mencakup pengawasan fung-sional, pengawasan melekat, pengawasan legislatif, dan peng-awasan masyarakat.

XXII/35

Page 39:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

TABEL XXII – 5STATUS BADAN USAHA MILIK NEGARA,

Per Maret 1991

XXII/36

Page 40:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

a. Pengawasan Keuangan Negara

Dalam rangka lebih mendayagunakan pelaksanaan pengawasan dengan Keppres No. 31 Tahun 1983 Pemerintah membentuk Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian, dengan Inpres No. 15/1983 Pemerintah telah menetapkan pedoman peng-awasan yang memungkinkan seluruh pengawasan dilaksanakan se-cara lebih terpadu dan terarah, baik dalam perumusan kebijak-sahaan dan penyusunan rencana maupun dalam pembidangan kewe-nangan pelaksanaan pengawasan. Sesuai Inpres No. 15/1983 ter-sebut, pengawasan fungsional yang dilakukan harus didasarkan pada program kerja pengawasan tahunan (PKPT) nasional yang disusun oleh BPKP dan disahkan oleh Menko Ekuin dan Wasbang. Dengan cara ini dapat dihindari tumpang tindih pemeriksaan antara aparat pengawasan pusat dan daerah serta aparat peng-awasan fungsional lainnya.

Gambaran mengenai pemeriksaan tahunan oleh aparatur pengawas fungsional hingga tahun kedua Repelita V dapat di-lihat pada Tabel XXII-6. Pada tahun pertama Repelita V ke-giatan pemeriksaan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun kedua Repelita V kebijaksanaan pengawasan fung-sional lebih ditekankan pada aspek kualitas pengawasan. Ke-bijaksanaan yang ditempuh diarahkan pada identifikasi dan kajian mengenai faktor-faktor penyebab hambatan dengan tujuan

TABEL XXII - 6

KEGIATAN PEMERIKSAAN TAHUNANOLEH APARATUR PENGAWASAN FUNGSIONAL,

1988/89 - 1990/91

Repelita V

U r a i a n 1988/89 1989/90 1990/91

Satuan Kerja 30.309 31.039 30.681

Proyek Pembangunan 12.663 12.448 12.654

BUMN & BUMD 3.842 4.075 3.658

Jumlah 46.814 47.562 46.993

XXII/37

Page 41:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

lebih meningkatkan pendayagunaan manajemen keuangan dan pem-bangunan.

Dalam rangka pelaksanaan pengawasan dalam hal-hal yang diperlukan, BPKP melaporkan hasil pemeriksaannya kepada Ke-jaksaan Agung. Sejak tahun 1983/84 hingga tahun 1.990/91 BPKP telah menyerahkan kepada Kejaksaan Agung sebanyak 703 kasus dengan nilai sebesar Rp 408,080 miliar. Selain itu, BPKP telah melakukan audit yang menghasilkan penghematan penge-luaran Negara dan penambahan penerimaan Negara yang selu-ruhnya berjumlah Rp 1.273,027 miliar.

Sementara itu, pendayagunaan pengawasan ditingkatkan lagi dengan lebih dikembangkannya pengawasan melekat. Dalam hubungan ini telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1988 tentang Penataran Pengawasan Melekat dan Instruksi Pre-siden No. 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat. Hasil pelaksanaan pengawasan melekat dalam tahun ke-dua Repelita V menemukan 2.765 kasus yang digolongkan sebagai tindakan penyimpangan. Kasus penyimpangan tersebut meliputi 85,9% pelanggaran disiplin; 6,4% penggelapan dan pemborosan keuangan negara; 3,3% pungutan liar dan 4,3% penyalahgunaan wewenang.

Di samping pendayagunaan pengawasan fungsional dan peng-awasan melekat tersebut di atas, telah terlaksanakan pula pengawasan legislatif dan pengawasan masyarakat. Pengawasan legislatif dilakukan oleh DPR dan DPRD melalui pelaksanaan hak budget dan pelaksanaan kunjungan kerja komisi-komisi DPR ke daerah-daerah untuk melihat secara nyata proses penyeleng-garaan pemerintahan dan pembangunan. Hasil kunjungan kerja tersebut dilaporkan kepada Sidang Pleno DPR dan disampaikan kepada Pemerintah untuk mendapatkan perhatian dan tanggapan. Sedangkan pengawasan masyarakat dilaksakanan melalui berbagai cara, antara lain melalui media massa dan surat terbuka ke-pada instansi terkait. Sejak tahun 1989 telah dibuka pula ke-sempatan bagi masyarakat untuk menyampaikan informasi kepada Wakil Presiden melalui Kotak Pos 5000 mengenai tindakan yang tidak wajar oleh unsur aparatur Pemerintah. Keluhan dan peng-aduan masyarakat ini diteruskan kepada instansi yang berwe-nang untuk diadakan penyelidikan kebenaran serta penyelesaian masalahnya.

b. Penertiban Operasional

Sebagai tindak lanjut pengawasan dilaksanakan penertiban

XXII/38

Page 42:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

operasional di lingkungan aparatur Pemerintah Pusat dan Dae- rah dan BUMN. Hasil pengawasan dan penertiban operasional yang telah dicapai dapat dilihat pada Tabel XXII-7. Dari tabel tersebut terlihat bahwa oknum aparatur Pemerintah yang ditindak sejak Juni 1977 sampai dengan Maret 1991 adalah se-banyak 39.500 orang. Mereka tersangkut dalam 29.952 peristiwa. Dari jumlah tersebut, 37.290 orang dikenakan tindakan admi-nistratif; 1.970 orang dikenakan tindakan hukum; dan 240 orang dikenakan tindakan lain-lain.

TABEL XXII - 7

PELAKSANAAN OPERASI TERTIB DI LINGKUNGAN APARATUR NEGARA,JUNI 1977 - MARET 1991

7. Disiplin Aparatur dan Tertib Hukum

Peningkatan disiplin aparatur merupakan unsur penting dalam upaya peningkatan disiplin nasional. Sesuai dengan Krida Kedua dari Panca Krida Kabinet Pembangunan V, maka langkah-

XXII/39

Page 43:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

langkah untuk meningkatkan disiplin dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa lebih diintensifkan. Dalam penegakan disiplin aparatur, di samping langkah-langkah penertiban operasional tersebut di atas, ditempuh pula langkah-langkah peningkatan berupa pengembangan dan penegakan hukum serta aturan perundangan lainnya. Berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan untuk menegakkan di-siplin tersebut antara lain ialah: 1) larangan judi bagi pe-gawai negeri/anggota ABRI (Inpres No. 13 Tahun 1973); 2) pola hidup sederhana (Keputusan Presiden No._ 10 Tahun 1974); 3) pembatasan kegiatan pegawai negeri dalam usaha swasta (Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1974); 4) peraturan yang mengatur kewajiban, larangan dan sanksi atas pelanggarannya (Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980), dimana ditetapkan 26 kewajiban dan 18 larangan bagi pegawai negeri serta 3 tingkatan sanksi, yaitu hukuman disiplin ringan, hukuman di-siplin sedang dan hukuman disiplin berat, serta 5) pengaturan tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri sipil (Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1990 tentang Per-ubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983).

Dalam rangka peningkatan disiplin, sesuai Pasal 4 Undang-Undang No. 8/1974, dengan Instruksi Presiden No. 10 Tahun 1978 kepada segenap pegawai negeri diwajibkan mengikuti pena-taran Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P-4). Se-lain itu, peningkatan disiplin nasional, Penataran P-4 juga diikuti berbagai kelompok dalam masyarakat seperti pemuda, pelajar, pemuka agama.

Penataran P-4 yang telah dilaksanakan oleh BP-7 di Pusat dan di Daerah dalam tiga tahun terakhir ini diikuti 6.682 orang. Dari jumlah ini yang dinyatakan lulus sebanyak 5.224 orang. Sementara yang telah mengikuti penataran P-4 hingga Maret 1990/91 sebanyak 3.488.711 orang dengan rincian seba- gai berikut: (1) Tipe A sebanyak 614.507 orang (angka diper-baiki); (2) Tipe B sebanyak 1.512.299 orang; dan (3) Tipe C sebanyak 1.361.905 orang.

Dalam rangka peningkatan disiplin pegawai negeri sipil secara berkeadilan, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1980, telah dibentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian yang dituangkan dalam Keppres No. 67 Tahun 1980. Badan terse-but bertugas: memeriksa dan mengambil keputusan mengenai ke-beratan yang diajukan oleh PNS yang berpangkat Pembina go-longan ruang IV/a ke bawah, memberikan. pertimbangan kepada

XXII/40

Page 44:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Presiden mengenai usul penjatuhan hukuman disiplin pemberhen-tian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri, dan pember-hentian tidak dengan hormat sebagai PNS bagi yang berpangkat Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b ke atas, serta pembe- basan dari jabatan bagi pejabat eselon I.

Sejak dibentuknya sampai dengan tahun kedua Repelita V, Badan Pertimbangan Kepegawaian telah memeriksa dan mengambil keputusan mengenai keberatan yang diajukan dan pengusulan pemberhentian sebanyak 1.662 orang. Jumlah ini terdiri dari PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke bawah se-banyak 1.641 orang dan PNS yang berpangkat golongan ruang IV/b ke atas sebanyak 21 orang. Dari jumlah tersebut telah selesai diperiksa dan diputuskan sebanyak 862 orang yang ter-diri dari golongan ruang IV/a ke bawah sebanyak 84S orang dan golongan ruang IV/b ke atas sebanyak 17 orang. Sedangkan yang belum dapat diselesaikan masing-masing untuk golongan ruang IV/a ke bawah sebanyak 796 orang dan golongan ruang IV/b ke atas sebanyak 4 orang.

Langkah lain yang ditempuh adalah pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara. Peradilan Tata Usaha Negara tersebut di-bentuk dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1986, diikuti dengan penerapannya yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 7 Ta- hun 1991 dengan membentuk sejumlah Pengadilan Tata Usaha Negara. Langkah ini bersama dengan langkah-langkah pendayagu-naan sistem pengawasan, sistem pemantapan dan pengendalian, dan langkah-langkah penertiban operasional mempunyai dampak terhadap peningkatan tertib hukum dan disiplin aparatur.

Sementara itu, untuk meningkatkan disiplin pegawai nege- ri sipil, juga dilakukan penyelenggaraan upacara bendera, ke-giatan KORPRI, pertemuan sosial, penyempurnaan peraturan per-undang-undangan dan pemantapan pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan yang berlaku, pembudayaan pengawasan melekat dan pengawasan lainnya.

8. Pendayagunaan Administrasf Kearsipan

Langkah-langkah pendayagunaan kearsipan mencakup pembi- naan kearsipan dinamis dan kearsipan statis di seluruh apara- tur Pemerintah di Pusat dan Daerah. Hal ini dimaksudkan agar dokumen-dokumen Pemerintah yang berkaitan dengan penyelengga-raan pemerintahan dan pembangunan terpelihara secara baik dan tertib. Pembinaan kearsipan dinamis meliputi kegiatan pena-taran, bimbingan teknis, dan konsultasi dalam menata dan me-

XXII/41

Page 45:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

nyusutkan arsip inaktif dan menyiapkan jadwal retensi arsip. Pembinaan kearsipan statis antara lain berupa pelatihan di bidang konservasi dan preservasi, membuat dan merawat mikro-film.

Fungsi dan kedudukan Arsip Nasional telah disempurnakan berdasarkan Keputusan Presiden No. 26/1974, sebagai pelaksa-naan Undang-undang No. 7/1971 tentang Ketentuan Pokok Ke-arsipan. Keputusan ini telah memantapkan berbagai langkah pendayagunaan kearsipan antara lain pengembangan sistem ke-arsipan kartu kendali, dan peningkatan penyimpanan, penataan dan pengawetan arsip statis.

Dalam tahun kedua Repelita V telah ditempuh langkah-langkah pembinaan kearsipan berbentuk upaya peningkatan ke-terampilan baik bagi tenaga di Kantor Arsip Nasional sendiri maupun bagi tenaga bidang kearsipan di instansi-instansi lainnya. Selain itu dilakukan pula upaya untuk memantapkan sistem dan tata kerja kearsipan di lembaga-lembaga Pemerintah Pusat maupun Daerah yang telah dan akan menerapkan sistem ke-arsipan dinamis. Lembaga-lembaga Pemerintah yang telah dibina antara lain ialah Sekretariat Jenderal MPR, Sekretariat Jen-deral DPR, Departemen Agama, Departemen Tenaga Kerja, BATAN, BKKBN, Pemda Tingkat I Bengkulu, Pemda Tingkat I Lampung, Pemda Tingkat I Sulawesi Selatan, Pemda Tingkat I Jawa Barat, Pemda Tingkat I Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Pemda Ting- kat I Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, dalam periode 1990 - 1993 dalam rangka pembinaan tenaga dan pengembangan kearsipan, telah diadakan kerja sama dalam pelatihan dan bantuan tenaga-tenaga ahli dengan Lembaga Arsip Kerajaan Belanda.

9. Peran Serta Masyarakat Dalam Pembangunan

Aparatur Pemerintah juga dituntut untuk mampu melayani, mengayomi serta menumbuhkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan. Sejak Repelita I ditempuh lang-kah-langkah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan antara lain melalui proyek padat karya, PKK, program bantuan pembangunan kepada daerah melalui Inpres Desa, dan Inpres Dati II. Dalam Repe- lita II ditempuh pula langkah-langkah pengembangan unit usaha kecil melalui kebijaksanaan perkreditan seperti KIK, KMKP, Kredit Mini, Kredit Candak Kulak, dan Kredit Pembangunan dan Pemugaran Pasar.

XXII/42

Page 46:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

Kemudian, sejak Repelita III peran serta masyarakat di-tingkatkan dengan memperluas proyek-proyek pembangunan yang dapat menumbuhkan peran serta masyarakat, seperti pemugaranperumahan dan lingkungan desa, serta Inpres Penghijauan dan Reboisasi. Selanjutnya dikembangkan pula proses perencanaan pembangunan dari bawah melalui LKMD dan UDKP. Sejak Repe- lita IV upaya tersebut diperluas dengan langkah-langkah dere-gulasi dan debirokratisasi secara menyeluruh. Dalam tahun kedua Repelita V langkah-langkah deregulasi dan debirokrati-sasi yang mempunyai dampak terhadap peningkatan prakarsa dan peran serta masyarakat makin ditingkatkan, antara lain dengan: (1) mengusahakan peningkatan pengawasan oleh masyarakat untuk menunjang terciptanya iklim berusaha yang lebih baik, (2) mendorong kerja sama antara usaha besar, menengah, dan kecil termasuk koperasi, dan (3) meningkatkan peran serta lembaga swadaya masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan proyek pem-bangunan dari program-program pembangunan di bidang kesejah-teraan sosial.

10. Penelitian Aparatur Pemerintah

Penelitian aparatur Pemerintah diarahkan pada hal-hal yang dikaitkan dengan upaya pengembangan disiplin dan sistem administrasi pembangunan yang diperlukan guna menunjang lang-kah-langkah kebijaksanaan pendayagunaan aparatur Pemerintah. Kegiatan penelitian tersebut dilaksanakan oleh berbagai pusat penelitian di lingkungan Departemen Dalam Negeri, Lembaga Ad- ministrasi Negara, Arsip Nasional, dan Perguruan Tinggi.

Penelitian-penelitian yang telah dilaksanakan selama ta-hun kedua Repelita V meliputi: (1) Penelitian dan Pengembang- an Ekonomi dan Keuangan Daerah; (2) Penelitian dan Pengem-bangan Administrasi-Pemerintahan Daerah; (3) Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Daerah dan Kota; (4) Pengkajian dan Pemantapan Sistem Tata Laksana Surat; (5) Penelitian Sistem Kearsipan Zaman Hindia Belanda; (6) Penelitian dan Pengem-bangan Otomatisasi Arsip; (7) Penelitian dan Analisa Kebijak-sanaan di Bidang Kepegawaian; (8) Penelitian Tentang Koordi-nasi Pelaksanaan Program Pelayanan Peningkatan Kemampuan Go-longan Masyarakat Miskin Di Indonesia; (9) Penelitian Pene-rapan Jabatan Fungsional Administrasi Umum; (10) Penelitian tentang Eselonisasi Jabatan Struktural Pada Instansi Pemerin-tah; (11) Penelitian dan Pengembangan Sistem Jaringan Infor-masi Administrasi Aparatur Pemerintah; (12) Penelitian dan Pengemban$an Titik Berat Otonomi Pemerintah Di Daerah Ting- kat II; (13) Penelitian Tentang Sistem Pengembangan Terpadu

XXII/43

Page 47:  · Web viewDalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut pada tahun kedua Repelita V telah dilaksanakan KPO untuk sejumlah 2.768.112 orang, terdiri dari 1.833.633 guru SD dan penjaga

BUMN, Koperasi dan Swasta; (14) Penelitian dan Pengembangan tentang Persiapan Pelaksanaan Peradilan Tata Usaha Negara.

Penelitian mengenai aparatur Pemerintah masih menghadapi beberapa masalah, antara lain, masalah kelembagaan dan orga-nisasi penelitian, dana, dan kualitas serta jumlah peneliti yang terbatas.

XXII/44