adiksi.akt-unmul.id · Web viewAgar memiliki dasar hukum yang kuat, pelaksanaan penagihan pajak...
Transcript of adiksi.akt-unmul.id · Web viewAgar memiliki dasar hukum yang kuat, pelaksanaan penagihan pajak...
PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN SANKSIADMINISTRASI TERHADAP PEMBAYARAN
TUNGGAKAN PAJAK (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Samarinda )
SkripsiSebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
EVA STIANINGSIHNIM 1301035080
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP
Eva Stianingsih lahir pada tanggal 22 Agustus 1995 di Gunung Intan, Kec.
PenajamPaser Utara, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari Bapak Slamet Bintiaji (almarhum) dan Ibu Sugianti. Memulai
pendidikan tingkat dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Babulu 03 PenajamPaser
Utara dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun yang sama melanjutkan lagi Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri3 PenajamPaser Utara dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun yang sama melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 4PenajamPaser Utara dan menyelesaikan studi pada tahun 2013.
Melanjutkan Pendidikan Akademis pada tahun 2013 di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda dengan memilih jurusan Akuntansi.
Pada tahun 2016 melakukan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Angkatan XLII
pada instansi pemerintah yaitu Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Samarinda.
Samarinda, 3 Oktober 2019
Penulis
Eva Stianingsih
NIM 1301035080
v
Karya ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda (Almarhum) Slamet Bintiaji dan
Ibunda Sugianti,
Saudariku : Frim Nadiansyah yang tercinta
dan tersayang.
Terima kasih atas segala pengorbanan dan
kasih
sayang yang telah diberikan, semoga
segalanya
bernilai ibadah dan mendapat balasan
pahala yang berlipat dari
Allah SWT
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis ucapkan dengan penuh syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas segala petunjuk dan pertolongan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini sebagai tugas akhir menempuh pendidikan S1. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan para sahabat
yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan motivasi
dan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini dengan keikhlasan serta kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang mendalam kepada :
1. Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si. selaku Rektor Universitas Mulawarman.
2. Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mulawarman.
3. Iskandar, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntasi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
4. Dr. H. ZakiFakhroni,M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
vii
5. Yunus Tete konde, S.E., M.Si., Ak., CA., CPAI selaku Dosen Pembimbing I
dan Bapak AgusIwanKesuma, S.E., M.A selaku Dosen Pembimbing II, yang
senantiasa memberikan bimbingan, dukungan, arahan, perhatian serta bantuan
yang besar dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Hj. Isna Yuningsih, S.E., M.M., Ak., CA selaku Dosen Wali selama masa
perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
7. Seluruh staf Jurusan maupun Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mulawarman Samarinda yang senantiasa memberikan pelayanan
yang baik.
8. Kedua orang tuaku Ayahanda Slamet Bintiaji (almarhum) dan Ibunda
sugianti, terima kasih atas doa yang tidak pernah putus
dariawalperkuliahanhinggapenulisanskripsiinidibuat.
9. Terimakasih kepada bibi saya Suhariyati dan paman saya Ibnu Sabil dan juga
keponakan saya Safa Bilqis Latifah atas supportnya selama ini, baik materil
maupun non meteril.
10. Terimakasih kepada pasangan saya Rovanda Asri yang telah memberikan
support dan semangat selama ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
11. Teman-teman saya yang lain : Anik, Luty, Fatimah dan tije walaupun jauh
tetapi selalu memberikan saya support dan dukungan penuh. Trimakasih
untuk semuanya.
viii
12. Teman-teman Akt. Reg B angkatan 2013 khususnya: Aisah, Ajeng,Nung,
Jumi, dan maya, terima kasih atas segala support, bantuan dan kerja samanya
selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini dibuat.
13. Terimakasih kepada ibu dan bapak kos yang telah mensupport saya selama
ini.
Penulis menyadari kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karenanya kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan guna kesempurnaan penulisan
skripsi ini di kemudian hari. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis sendiri pada khususnya, terima kasih
atas segala perhatiannya.
Samarinda, 3 Oktober 2019
Penulis
Eva Stianingsih
NIM 1301035080
ix
ABSTRAK
Eva Stianingsih. 2019. Pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa dan Sanksi Administrasi Terhadap Pembayaran Tunggakan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda). Dibawah bimbingan Yunus Tete Konde, S.E., M.Si., Ak., CA., CPAI dan Agus Iwan Kesuma, S.E., M.A. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh surat teguran, surat paksa, dan sanksi administrasi terhadap pembayaran tunggakan pajak. Metode penelitian yang digunakan dengan metode kuantitatif. Sampel yang digunakan adalah 28.581 surat dan sanksi yang diterbitkan kantor pelayanan pajak pratama samarinda dari bukan januari 2008 sampai dengan bulan desember 2016, dengan pengambilan sampel sebanyak 40 sampel. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, pengolahan data menggunakan program Spss versi 22. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel surat teguran dan surat paksa tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak, akan tetapi yang dominan mempengaruhi pembayaran pajak adalah sanksi administrasi.Saran berdasarkan penelitian ini adalah untuk mengatasi masalah masih rendahnya kontribusi yang dihasilkan dari pelaksanaan penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan sanksi administrasi maka diperlukan kerja sama antara Fiskus dan masyarakat khususnya Wajib Pajak.
Kata Kunci : Surat Teguran, Surat Paksa, Sanksi Administrasi, Pembayaran Tunggakan Pajak.
x
ABSTRACT
Eva Stianingsih. 2019. The effect of the warning letter, the letter forced, and administrativ sanctions againts the payment of tax arrears(Case Studies On KPP Pratama Samarinda).Under the guidance of Yunus Tete Konde S.E., M.Si., Ak., CA., CPAI and Agus Iwan Kesuma, SE., MA.This research was conducted to examine effect of the warning letter, the letter forced, and adminisrtrative sanctions against the payment of tax arrears. The research method was used by quantitative methods. The sample used was 28.581 letters and sanctions isssued by the tax office pratama samarinda from january 2008 to Desember 2016, by taking a sample of 40 samples. Analysis of study data using multiple linier regression analysis,processing data using SPSS version 22. The result of this study indicate that the variable the warning letter and the letter forced do not affect the payment of tax arrears.Suggestion based on this research is to overcome the problem of the low contribution generated from the implementation of tax collection with letters of reprimand, forced letters and administration sanctions so cooperation between the tax authorities and the public, especially taxpayers, is needed.
Key Words : Warning letter, Letter Forced, administrative sanctions, Tax Payment Arrears.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN......................................................................… iiHALAMAN PENGUJI SKRIPSI...............................................................… iiiPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI......................................................... ivRIWAYAT HIDUP.......................................................................................... vHALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... viKATA PENGANTAR...................................................................................... viiABSTRAK......................................................................................................... xABSTRACK...................................................................................................... xiDAFTAR ISI......................................................................................................xiiDAFTAR TABEL .............................................................................................xivDAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvDAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xviBAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1........................................................................................................Latar Belakang..................................................................................................1
1.2........................................................................................................Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3........................................................................................................Tujuan Penelitian..............................................................................................5
1.4........................................................................................................Manfaat Penelitian...........................................................................................6
BABII KAJIAN PUSTAKA.............................................................................72.1 LandasanTeori....................................................................................7
xii
2.1.1 Theory Planed Behavior............................................................72.2 Pajak....................................................................................................8
2.2.1 PengertianPajak.........................................................................82.2.2 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak...........................................8
2.3 Tunggakan Pajak.................................................................................9
2.4 Penagihan Pajak...................................................................................102.4.1Pengertian Penagihan Pajak........................................................102.4.2Dasar Penagihan Pajak...............................................................102.4.3Tindakan Penagihan Pajak..........................................................122.4.4Prosedur Penagihan Pajak..........................................................12
2.5 Surat Teguran......................................................................................13
2.6 Surat Paksa..........................................................................................14
2.7 Sanksi Administrasi............................................................................14
2.8 Penelitian Terdahulu............................................................................16
2.9 Kerangka Konsep................................................................................17
2.10 Hipotesis Penelitian...........................................................................18
2.11 Model Penelitian................................................................................22
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN........................................................23
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional......................................23
3.2 Tempat Penelitian................................................................................24
3.3 Populasi dan Sampel............................................................................25
3.4. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data.....................................26
3.5 Analisis Data........................................................................................263.5.1 Uji Asumsi Klasik.....................................................................26
3.6 Analisis Regresi Linier Berganda........................................................29
3.7 Uji Hipotesis........................................................................................30
BAB IVHASIL PENELITIAN........................................................................32
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian.....................................................324.1.1 Visi Misi dan Nilai....................................................................324.1.2 Kondisi Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda.............33
4.2 Deskripsi Data.....................................................................................34
4.3 Metode Analisis Data................................................................................364.3.1 Statistik deskriptif......................................................................364.3.6 Pengujian Asumsi Klasik...........................................................37
4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda..............................................41
4.5 Uji hipotesis.........................................................................................434.5.1 Hasil Uji t...................................................................................43
xiii
4.5.2 Hasil uji Koefisien determinasi.................................................444.6 Pembahasan.........................................................................................45
BAB V HASIL PENUTUP..............................................................................49
5.1Kesimpulan...........................................................................................49
5.2 Saran....................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................52
LAMPIRAN.......................................................................................................54
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah Penunggak Pajak............................................................... 3Tabel 1.2 Jumlah Surat Teguran, Surat Paksa
dan Sanksi Administrasi............................................................... 4Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu...................................................................... 16Tabel 3.1 Kriteria Sampel.............................................................................. 25Tabel 4.1 Jumlah Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda................. 34Tabel 4.2 Jumlah Surat Teguran, Surat Paksa
dan Sanksi Administrasi............................................................... 35Tabel 4.3 Statistik Deskriptif......................................................................... 36Tabel 4.4 Hasil Kolmogrov Smirnov............................................................ 37Tabel 4.5 Output Pengujian Multikolinieritas............................................... 39Tabel 4.6 Output Pengujian Autokorelasi..................................................... 41Tabel 4.7 Hasil Uji t...................................................................................... 42Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi................................................... 44
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep.........................................................................18Gambar 2.2 Model Penelitian........................................................................ 19Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Samarinda........................... 32Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-P Plot.................................................... 36Gambar 4.3 Grafik Histogram Uji Normalitas.............................................. 36Gambar 4.4 Output Pengujian Heteroskedastisitas........................................ 40
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jumlah Surat Teguran, Surat Paksa dan Sanksi Administrasi................................................................ 53
Lampiran 2. Output SPSS 22............................................................................... 54
xvi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia menganut Self AssesmentSystem dalam melaksanakan
pemungutan pajaknya, sistem pemungutan ini mempunyai arti bahwa besarnya
pajak terutang dipercayakan kepada Wajib Pajak itu sendiri, yaitu masyarakat atau
Wajib pajak harus melaporkan secara teratur seluruh jumlah pajak yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Pada kenyataannya
usaha untuk mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor pajak sampai saat ini
belum berjalan sesuai dengan harapan. Masih banyak Wajib Pajak yang lalai untuk
membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari kewajiban
tersebut. Ini terbukti dengan adanya tunggakan pajak yang terjadi setiap tahun.
Sehubungan dengan hal itu, tindakan penagihan pun dilakukan. Tindakan
penagihan dilakukan, baik secara persuasif maupun secara represif. Artinya
tindakan penagihan diawali dengan Surat Teguran, tetapi bila Wajib Pajak tidak
mengindahkannya baru dilakukan tindakan secara paksa. Menurut Pasal 1 ayat (9)
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa, disebutkan bahwa: “Penagihan adalah serangkaian tindakan agar
Penanggung Pajak dapat melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan
menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan pajak seketika dan
1
sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, serta menjual barang yang telah disita”.
Setelah dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud tersebut Wajib Pajak tetap tidak
melunasinya, maka dilakukan suatu tindakan penagihan aktif berupa penerbitan
Surat Teguran, Surat Peringatan, atau Surat Lain yang sejenis yang dimaksudkan
untuk menegur atau memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak tidaklah selalu didahului
dengan pelaksanaan Surat Paksa, tetapi dapat langsung dengan melakukan
tindakan berupa penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
tanpa perlu menunggu jatuh tempo pembayaran. Selanjutnya apabila penagihan
seketika dan sekaligus tidak direspon baik oleh Wajib Pajak maka akan
diterbitkan Surat Paksa. Surat Paksa (SP) adalah surat perintah untuk membayar
utang pajak dan biaya penagihan pajak.
Pemberian sanksi adminitrasi kepada wajib pajak yang terlambat menyetor
dan melaporkan SuratPemberitahuan (SPT) kemudian wajib pajak yang dilakukan
pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) sehingga mengakibatkan kurang bayar,
sanksi merupakan hukuman untuk orang yang melanggar peraturan, sehingga
dapat dikatakan bahwa sanksi perpajakan adalah hukuman untuk orang yang
melanggar peraturan dengan cara membayar uang. Penerapan dari sanksi
administrasi masih kurang tegas di Indonesia. Akibatnya masyarakat lebih
cenderung lalai dalam membayar pajak sehingga menambah jumlah penunggak
pajak (Anastasiia, 2011).
3
Di Samarinda, tingkat kesadaran membayar pajak masih cukup rendah,
dengan menjadi peringkat ke dua di Kalimantan Timur dan Utara dengan jumlah
penunggak pajak sebanyak 12.077 wajib pajak. Banyak alasanyang dikemukakan
wajib pajak untuk menunda kewajibannya membayar pajak, satu di antaranya
krisis moneter yang dihadapi, namun KPP Pratama Samarinda mengambil
tindakan tegas menyita harta wajib pajak, bahkan ada yang ditindaklanjuti dengan
melaporkan wajib pajak yang tidak kooperatif dengan menangkap dan
memasukkan ke dalam penjara.
Sebagai gambaran surat yang dikeluarkan KantorPelayananPajak Pratama
Samarinda dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda
Tahun Jumlah Penunggak Pajak Jumlah WP yang sudah melunasi
Jumlah WP yang belum melunasi
2008 506 455 512009 1435 1057 3782010 1696 1223 4732011 1882 1700 1822012 2452 2062 3872013 2478 1967 5112014 4317 2547 17702015 5708 4522 11862016 8669 5465 3208
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Samarinda
Dari tabel 1.1 di ataskitadapatmelihatbahwajumlah penunggak pajak di KPP
Pratama Samarinda semakin meningkat dari tahun ke tahun, petugas pajak sudah
berupaya dalam memaksimalkan penagihan pajak dengan menerbitkan surat
teguran, surat paksa bahkan memberikan sanksi administrasi kepada Wajib Pajak
yang menunggak membayar pajak.
4
Tabel 1.2 Surat Teguran, Surat Paksa dan Sanksi Administrasi dari Tahun 2008-2016 (Dalam Satuan Buah)
No Tahun Surat Teguran
(Buah)
Surat Paksa
(Buah)
Sanksi Administrasi
(Buah)
1 2010 2.273 5.724 722
2 2011 2.691 4.165 277
3 2012 460 508 391
4 2013 372 374 406
5 2014 905 885 1.830
6 2015 3.302 3.315 1.033
7 2016 1.286 1.286 3.539
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda (diolah, 2017)
Dari tabel 1.2 di atas kita dapat melihat bahwa jumlahsurat teguran, surat
paksa, dan sanksi administrasi mengalami fluktuasi dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2016. Jumlah Surat teguran tertinggi terjadi pada tahun 2011, yaitu
2.691 dan jumlah Surat teguran terendah terjadi pada tahun 2013, yaitu 372.
Jumlah Surat paksa tertinggi terjadi pada tahun 2010, yaitu 5.724, jumlah Surat
paksa terendah terjadi pada tahun 2013, yaitu 374. Jumlah Sanksi administrasi
tertinggi terjadi pada tahun 2016, yaitu 3.539, jumlah Sanksi administrasi
terendah terjadi pada tahun 2011, yaitu 277. Hal tersebut menunjukkan bahwa
masih banyak wajib pajak yang enggan untuk membayar pajak sehingga hal
tersebut berpengaruh pada meningkatnya jumlah penunggakan pajak.
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengangkat ke dalam penelitian yang berjudul: “Pengaruh Penagihan Pajak
5
dengan Surat Teguran, Surat Paksa Sanksi Administrasi terhadap Pembayaran
Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
1. Apakah penagihan pajak dengan Surat Teguran berpengaruh terhadap
Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda?
2. Apakah penagihan pajak dengan surat paksa berpengaruh terhadap
Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda?
3. Apakah penagihan pajak dengan sanksi administrasi berpengaruh terhadap
Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisa pengaruh penagihan pajak dengan Surat Teguran,
Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda.
2. Untuk menganalisa pengaruh penagihan pajak dengan Surat Paksa
Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda
3. Untuk menganalisa pengaruh penagihan pajak dengan Sanksi Administrasi
Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak di KPP Pratama Samarinda.
6
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan opini pemikiran masyarakat agar lebih patuh dalam membayar pajak.
Serta menambah konsep dan teori dalam ilmu perpajakan, khususnya mengenai
pembayaran tunggakan pajak.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat
Diharapkan dapat memberi informasi tentang besarnya penunggakan pajak
yang ada di wilayah Samarinda, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak.
b) Bagi Akademisi
Sebagai bahan perbandingan penelitian yang telah ada dan sebagai bahan
masukan dan rujukan bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian yang
sejenis.
c) Pengguna Kebijakan
Bagi kantor pelayanan pajak pratama Samarinda, dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk mengambil keputusan dalam pengambilan kebijakan penagihan pajak
sehingga jumlah penunggakan pajak tidak cenderung meningkat serta
memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan lebih baik.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Theory of Planned Behavior
Theory of Planned Behavior (TPB) dipublikasikan oleh Ajzen, Theory of
Planned Behavior menjelaskan bahwa perilaku wajib pajak yang tidak patuh
(noncompliance) sangat dipengaruhi oleh variabel dari sikap, norma subjektif,
serta kontrol keperilakuan yang di persepsikan. Perilaku yang ditimbulkan oleh
individu muncul karena adanya niat. Ada tiga faktor yang mempengaruhi yaitu:
Behavioral Beliefs, Normative Beliefs dan Control Beliefs (Ajzen, 2012) .
Manusia pada umumnya mempunyai perilaku yang realistis, mereka
memperhitungkan dalam berperilaku berdasarkan informasi yang tersedia dan
mereka cenderung memikirkan dampak seperti apa yang akan terjadi atas tindakan
yang mereka lakukan.
Hubungan dari teori ini terhadap pembayaran tunggakan pajak adalah
rasionalitas akan mempengaruhi penentuan perilaku dalam melakukan
penunggakan pajak. Dalam konteks ini Wajib Pajak akan mempertimbangkan jika
diberikan surat teguran, surat paksa bahkan dikenakan sanksi administrasi. Selain
rasionalitas, lingkungan yang juga berpengaruh karena akan berhubungan dengan
norma subjektif yang berpengaruh pada keputusan perilaku. Teori ini sangat
relevan untuk menjelaskan terkait penunggak pajak, teori ini memberikan
pengertian dan pemahaman bahwa masyarakat dituntut melaksanakan kewajiban
kenegaraan dengan membayar pajak sehingga diterbitkan surat teguran, surat
7
8
paksa dan bahkan sanksi administrasi bagi penunggak pajak. Hal tersebut dapat
dikaitkan dengan sistem perpajakan yang efisien dan efektif barupa sistem
dikeluarkannya surat teguran, surat paksa, dan sanksi administrasi bagi Wajib
Pajak yang melakukan penunggakan pajak sehingga memberikan motivasi kepada
Wajib Pajak agar tidak menunggak pajak dan membuat Wajib Pajak memiliki
keyakinan untuk taat pajak.
2.2 Pajak
2.2.1 Pengertian Pajak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 menjelaskan bahwa :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(Sutedi, 2013:3)menyatakan bahwa :
Pajak adalah prestasi pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah membiayai
pengeluaran pemerintah.
2.2.2 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan adanya
utang pajak), yaitu ajaran materiil dan ajaran formil.
9
1. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa timbulnya utang pajak dikarenakan
adanya undang-undang perpajakan. Sehingga WP dapat menentukan bahwa
dirinya mempunyai utang pajak atau tidaknya melalui peraturan peundangan
perpajakan tersebut. Ajaran ini konsisten pada penerapan self assesment system.
2. Ajaran Formil
Ajaran formil menyatakan SKP dikeluarkan oleh fiskus sehingga
menimbulkan utang pajak. Memberi keterangan apabila seseorang mempunyai
utang pajak serta jumlah yang harus dilunasi oleh WP. Jangka waktu pembayaran
pun diinformasikan oleh SKP tersebut. Ajaram ini konsisten dengan penerapan
official assesment system.
2.3 Tunggakan Pajak
Resmi (2011:40) menyatakan:
Tunggakan pajakadalah jumlah piutang pajak yang masih terutang pada
saat dikeluarkannya ketetapan pajak, dan jumlah piutang pajak yang belum
lunas yang sebelumnya dalam masa tagihan pajak, SKPKB, SKPKBT,
SKP, dan putusan banding.
Diana & Setiawati (2014:53)mendefinisikan :
Tunggakan pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam
SKP atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan Perundang-
undangan Perpajakan.
10
2.4 Penagihan Pajak
2.4.1 Pengertian Panagihan Pajak
Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000:
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Mardiasmo (2011:125) menyatakan:
Penagihan pajak adalah penagihan yang dilaksanakan oleh fiskus pajak
karena WP tidak mentaati Undang-Undang tentang pelunasan pajak yang
terutang, dengan melaksanakan mengirim surat peringatan, teguran, paksa,
penyitaan, lelang, pencegahan, dan penyanderaan.
2.4.2 Dasar Penagihan Pajak
Sesuai Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, perubahan
ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, bahwa Surat Ketepatan maupun Surat Keputusan yang
menjadi dasar penagihan pajak seperti berikut:
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat pemberitahuan tentang tagihan pajak
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat yang didalamnya
berisi berapa besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
11
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah
yang masih harus dibayar oleh WP.
3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) surat
pemberitahuan tentang adanya tambahan yang harus dilunasi oleh pihak WP.
4. Surat Keputusan Pembetulan
Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan
tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam
surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan
Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan
Bunga.
5. Surat Keputusan Keberatan
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan apabila WP merasa
keberatan atas ketetapan pajak atas pemungutan atau pemotongan pihak ke
tiga.
6. Putusan Banding
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
12
2.4.3 Tindakan Penagihan Pajak
Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan
penagihan yaitu penagihan pasif, penmagihan aktif dan penagihan dengan surat
paksa.
1. Penagihan pasif
Penagihan pasif adalah penagihan yang dilakukan oleh pihak kantor pajak
dengan memberi himbauan ataub pemberitahuan untuk WP agar melunasi
pembayaran pajak yang telah jatuh tempo waktu pembayarannya.
2. Penagihan aktif
Penagihan aktif adalah penagihan yang didasarkan pada STP, SKPKB,
SKPKBT dimana Undang-Undang telah menentukan tanggal jatuh tempo
pembayaran yaitu 1 bulan terhitung mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT
diterbitkan.
2.4.4 Prosedur Penagihan Pajak
Pudyatmoko (2008:183) menyatakan bahwa langkah untuk penagihan pajak
secara aktif-represif itu dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Diterbitkannya surat teguran oleh pejabat yang berwenang dalam hal
menerbitkan surat teguran setelah lamanya 7 hari saat jatuh tempo
pembayaran.
2. Surat teguran diatas tidak diterbitkan dalam oleh penanggung pajak yang telah
disetujui untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang secara
mengangsur atau melakukan penundaan pembayaran pajak.
13
3. Surat paksa.Pada jumlah utang pajak yang masih terutang dan tidak ada
pelunasan oleh WP setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari terhitung sejak surat
teguran diterbitkan, maka akan diterbitkannya
4. Jika terjadi dimana utang pajak yang terutang tidak segera dilunasi oleh WP
setelah lewat waktu dua kali 24 jam sejak pada saat Surat Paksa diterbitkan
kepadanya, maka akan segera diterbitkan Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan
5. Jika WP yang mampunyai tunggakan telah dilakukan penagihan seketika dan
sekaligus, maka WP tersebut akan diberitahukan bahwa diterbitkannya surat
paksa tanpa harus menunggu tanggal yang akan dijatuhkan tempo yaitu 21
hari sejak adanya surat teguran diberitahukan.
6. Apabila utang pajak serta biaya penagihan ysng terutang oleh pihak WP tidak
ada keinginan untuk Melakukan pelunasan setelah lewat waktu 14 hari
terhitung tanggal pelaksanaan penyitaan, maka pihak pejabat mempunyai
wewenang untuk mengumumkan lelang.
7. Jika telah lewat waktu 14 hari namun tidak adanya niat untuk melunasi utang
pajak maka pejabat segera melakukan penjualan barang yang disita melalui
kantor lelang negara.
2.5 Surat Teguran
Menurut Undang-Undang N0.19 Tahun 2000 Pasal 1 ayat 10, menyatakan
bahwa “Surat teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat
yang diterbitkan Oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan kepada Wajib
Pajak untuk melunasi utang pajaknya”. Penerbitan surat teguran, surat peringatan
14
atau surat lain yang sejinis merupakan tindakan awal dari pelaksanaan penagihan
penerbitan surat paksa.
2.6 Surat Paksa
Pandiangan(2014:227) menyatakan bahwa : “Surat Paksa adalah surat
perintah yang ditunjukkan untuk WP agar membayar utang pajak serta biaya
penagihan pajak.”Surat Paksa diterbitkan fiskus (aparat pajak) kepada para wajib
pajak yang mempunyai tunggakan pajak. Wajib Pajak yang mempunyai
tunggakan pajak disebut Penanggung Pajak, sedangkan tunggakan pajak
selanjutnya disebut utang pajak yang harus dilunasi sesuai jangka waktu yang
telah ditetapkan oleh Undang-undang. Utang pajak yang tidak dilunasi dalam
jangka waktu yang ditentukan akan diterbitkan Surat Paksa dengan terlebih
dahulu diterbitkan surat teguran atau surat peringatan.
Menurut Pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 dinyatakan bahwa
Surat Paksa diterbitkan apabila :
1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus.
3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum
dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
2.7 Sanksi Administrasi
Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 pengertian
sanksi administrasi adalah Pengenaan denda, bunga atau kenaikan atas
15
ketidakpatuhan WP dalam menjalankan kewajiban administrasi perpajakan.
Sanksi administrasi bukan sebagai penghukum namun mengingatkan WP agar
lebih teliti dan berhati-hati.
Ada 2 macam Sanksi Perpajakan,
1. Sanksi Administrasi yang terdiri dari:
a. Denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkitan dengan kewajiban pelaporan.
b. Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang
berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak
c. Kenaikan adalah sanksi administrsi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang
harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur
dalam ketentuan material.
2. Sanksi Pidana
Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam pemberlakuan
sanksi pidana dalam pajak, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru pertama kali
melanggar ketentuan Pasal 38 UU KUB tidak dikenai sanksi pidana, tetapi dikenai
sanksi administrasi. Pelanggaran Pasal 38 UU KUP adalah tidak menyampaikan
SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Meski dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tindak pidana
di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 (sepuluh) tahun
terlampaui jangka waktu ini dihitung sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya
16
masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya tahun pajak yang
bersangkutan.
2.8 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis
Hasil Penelitian
1 Andi Marduati
(2012)
Pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP Makssar Barat
alat analisis kualitatif
-Surat teguran dan surat paksa berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak.
2 Fadmawati R
Saupadang
(2012)
Pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Makssar Utara
regresi linier
sederhana
-Penagihan pajak dan surat paksa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Makassar Utara.
3 Nizar Rachman,
(2015)
PengaruhPenagihan Pajak Dan Surat Paksa Terhadap Penerimaan Pajak (Survey Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)
analisis regresilinier berganda
-Penagihan pajak dan surat paksa berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Sumedang.
4 Tessa Putri Wandira (2017)
Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran, Surat Paksa, Terhadap pnerimaan pajak
Analisis Regresi linier berganda
-Surat teguran, surat paksa dan jumlah wajib pajak terdaftar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penerimaan pajak, baik secara parsial maupun simultan.
5 Dini arzharni Pengaruh Analisis -Penagihan pajak dan sanksi
17
nurdin (2017) Penagihhan Pajak dan Sanksi Adfministrasi Terhadap Pencairan Tunggakan pajak
Regresi linier Berganda
administrasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP Pratama Majalaya
Sumber : Data Sekunder diolah tahun, 2018
2.9 Kerangka Konsep
Peran serta Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak
tentu sangat diharapkan sesuai dengan kerangka sistem self assesment yang dianut
dalam undang-undang perpajakan sejak tahun 1983 yang memberikan
kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Akan tetapi dalam kenyataannya,
masih banyak Wajib Pajak tidak melaksanakan kewajibannya membayar utang
pajak sehingga menimbulkan tunggakan pajak. Untuk menegakkan ketentuan
undang-undang pajak yang ada maka dilakukan tindakan penagihan pajak.
Tindakan penagihan terhadap utang pajak yang dilakukan berdasarkan
Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat
Paksa mempunyai kekuatan hukum yang bersifat memaksa agar wajib pajak mau
melunasi utang pajaknya. Tindakan penagihan pajak berdasarkan urutan proses
dimulai dengan penerbitan surat teguran setelah 7 hari sejak tanggal jatuh tempo
pembayaran. Selanjutnya diterbitkan surat paksa setelah 21 hari sejak
diterbitkannya surat teguran serta sanksi administrasi dan akan diikuti dengan
penyitaan apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dalam jangka
waktu 2 x 24 jam. Biasanya WP akan segera melunasi jika telah diberikan surat
paksa dan denda sanksi administrasi sebelum dilakukan penyitaan. Berdasarkan
18
uraian penjelasan diatas dapat dituangkan dalam suatu skema kerangkan konsep
sebagai berikut:
Kerangka konsep penelitian ini digambarkan pada gambar di bawah ini
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
2.11 Hipotesis Penelitian
a. Pengaruh Surat Teguran terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak
Theory of Planned Behavior menjelaskan bahwa ketika akan melakukan
sesuatu, Wajib Pajak akan memiliki keyakinan tentang harapan normatif dari
Tunggakan Pajak
Penagihan Pajak
Surat Teguran Sanksi Administrasi
Pembayaran Tunggakan Pajak
Surat Paksa
19
orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beluef).
Diterbitkannya surat teguran oleh pertugas pajak kepada Wajib Pajak akan
mempengaruhi sikap dan niat Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hal ini sesuai
dengan bahasan dari Theory of Planned Behavior terkait niat berperilaku dari
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Surat teguran bertujuan
untuk mengingatkan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya dan hanya
bersifat persuasif karena belum ada sanksi hukum Dalam Undang-Undang No 19
tahun 2000 yang mengatur tentang penagihan pajak bahwa setelah lewat dari 7
hari jatuh tempo tunggakan pajak, tetapi wajib pajak belum melunasi utang pajak
maka akan diterbitkan surat teguran.
Penelitian yang dilakukan oleh Indra et al (2017) menjelaskan bahwa surat
teguran tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran tunggakan pajak.
Berbeda dengan penelitianMarduati(2012) menjelaskan bahwa hasil penelitiannya
surat teguran berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak, dimana jumlah
surat teguran yang diterbitkan oleh KPP Pratama sebagai pelaksana tindakan
penagihan pajak. PenelitianMarduati(2012)sejalan dengan penelitianRosyidi
(2014) yang menyimpulkan bahwa surat teguran berpengaruh terhadap
pembayaran tunggakan pajak.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan jika semakin banyak
surat teguran yang diterbitkan, maka semakin banyak pula Wajib Pajak yang
membayar tunggakan pajak dan sebaliknya jika semakin rendah surat teguran
diterbitkan, maka semakin rendah pula Wajib Pajak yang akan membayar pajak.
H1 : Surat teguran berpengaruh positif terhadap pembayaran tunggakan pajak.
20
b. Pengaruh Surat Paksa terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak
Dalam Theory of Planned Behavior jika individu melakukan sesuatu yang
baik dalam bersikap dan berperilaku didasarkan pada niat dan rencana. Sesuai
dengan teori tersebut surat paksa bersifat memaksa Wajib Pajak yang akan
mempengaruhi dan mendorong individu untuk patuh dalam melaksanakan
pembayaran tunggakan utang pajak. Pengaruh surat paksa dapat dilihat seberapa
besar pemahaman ketentuan perpajakan dapat dipahami oleh Wajib Pajak,
dimengeti dipatuhi kemudian dilaksanakan. Tujuannya agar untuk meminimalisir
serendah mungkin banyaknya tunggakan pajak dan Wajib Pajak memahami
perilaku tersebut melanggar hukum dan tidak benar dilakukan. Agar memiliki
dasar hukum yang kuat, pelaksanaan penagihan pajak dengan menggunakan surat
paksa didasarkan dengan perundang-undangan perpajakan di bidang penagihan
pajak.
Penelitian yang dilakukan olehRosyidi (2014)menyatakan bahwa penagihan
pajak dengan surat paksa berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak,
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanMarduati(2012) yang
menyatakan surat paksa berpengaruh pada pembayaran tunggakan pajak.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan jika surat paksa yang
diterbitkan tinggi maka akan meningkatkan pembayaran tunggakan pajak. Dan
sebaliknya jika surat paksa yang diterbitkan rendah jumlahnya makan pembayaran
tunggakan pajak juga semakin rendah.
H2 : Surat Paksa berpengaruh positif terhadap pembayaran tunggakan pajak.
21
c. Pengaruh Sanksi Administrasi terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak
Dalam Theory of Planned Behavior apabila seseorang akan bertindak
didasarkan pertimbangan adanya faktor memfasilitasi atau menghambat perilaku.
Apabila dihubungkan dengan teori tersebut adanya denda brypa sanksi
administrasi yang diberikan oleh pihak perpajakan akan membuat Wajib Pajak
akan melaksanakan pembayaran utrang pajaknya. Sanksi administrasi bertujuan
untuk menumbuhkan ketakutan akan kerugian finansial masyarakat jika
melakukan penunggakan membayar pajak. Landasan hukum mengenai sanksi
administrasi diatur dalam masing-masing pasal Undang-Undang Ketentuan
Umum Perpajakan. Sanksi Administrasi dapat dijatuhkan apabila wajib pajak
melakukan pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-
Undang Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-undang no. 6
tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin (2018)menyatakan bahwa Sanksi
administrasi berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan jika semakin tinggi sanksi
administrasi diterbitkan oleh petugas pajak maka akan cenderung meningkatkan
pembayaran tunggakan pajak. Dan sebaliknya jika semakin rendah sanksi
administrsi yang diterbitkan maka pembayaran tunggakan pajak juga semakin
menurun.
H3 : Sanksi Administrasi berpengaruh positif terhadap pembayaran tunggakan
pajak.
22
2.10 Model Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 variabel independen yaitu,
surat teguran (X1), surat paksa (X2), dan sanksi administrasi (X3) sedangkan satu
variabel dependen yaitu, pembayaran tunggakan pajak (Y), adapun model
penelitian yang dimaksud sebagaimana sebagai gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Model Penelitian
Pembayaran Tunggakan Pajak
(Y)
Surat Paksa (X2)
Sanksi Administrasi
(X3)
Surat Teguran (X1)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu variabel dependen, dan
tiga variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah pembayaran tunggakan pajak pada kantor pelayanan pajak yang
dinotasikan sebagai Y. Variabel pembayaran tunggakan pajak di lihat dari jumlah
penunggak pajak dan berapa jumlah wajib pajak yang melunasi hutang pajak yang
telah di terbitkan.Variabel independen, merupakan variabel-variabel yang
mempengaruhi variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini
dinotasikan sebagai X yang terdiri dari:
1. Surat Teguran (X1)
Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh KPP untuk menegur atau
memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Variabel ini
di ukur dengan dilihat dari banyaknya jumlah surat teguran yang diterbitkan
selama periode tahun 2008-2016 dalam per triwulan di KPP Pratama Samarinda.
Peneliti mengambil sampel data pertriwulan adalah agar lebih terlihat pengaruh
dari pengeluaran surat teguran, dimana peneliti mengambil sampel data dari tahun
2008-2016.
23
24
2. Surat Paksa (X2)
Surat paksa adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh KPP dan
dilakukan oleh juru sita untuk memaksa Wajib Pajak melunasi utang pajak dalam
jangka waktu tertentu. Variabel ini diukur dengan melihat dari banyaknya jumlah
surat paksa yang diterbitkan selama periode tahun 2008-2016 dalam pertriwulan
di KPP Pratama Samarinda. Peneliti mengambil sampel data pertriwulan adalah
agar lebih terlihat pengaruh dari pengeluaran surat paksa, dimana peneliti
mengambil sampel data dari tahun 2008-2016.
3. Sanksi Administrasi (X3)
Sanksi adminstrasi (X3) dapat dijatuhkan apabila wajib pajak melakukan
pelanggaran terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam Undang-Undang
Ketentuan Umum Perpajakan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No.
16 Tahun 2009 tentang perubahan ke 3 atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983.
Pengukuran variabel sanksi administrasi dilihat dari banyaknya jumlah Wajib
Pajak yang mendapatkan sanksi administrasi dalam per triwulan selama periode
tahun 2008-2016 di KPP Pratama Samarinda. Peneliti mengambil sampel data
pertriwulan adalah agar lebih terlihat pengaruh dari penerbitan sanksi
administrasi, dimana peneliti mengambil sampel data dari tahun 2008-2016.
3.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kantor Pelayanan Pajak Pratama
Samarinda yang beralamat di jalan. MT Haryono No. 17, Air Putih Samarinda
Ulu, Kalimantan Timur. Tempat penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan
25
bahwa baik data maupun informasi yang dibutuhkan mudah diperoleh serta
relevan dengan pokok permasalahan yang menjadi objek penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang memiliki tunggakan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda. Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sehingga sampel yang diambil
oleh peneliti adalah Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak per triwulan
selama 9 tahun dari tahun 2008 - 2016 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Samarinda.
Tabel 3.1 Kriteria Sampel
No Kriteria Sampel Sampel
1 Wajib Pajak yang diterbitkan surat teguran oleh KPP
Pratama Samarinda periode tahun 2008-2016.
40
2 Wajib pajak yang diterbitkan surat paksa oleh KPP Pratama
Samarinda periode tahun 2008-2016.
40
3 Wajib Pajak yang diterbitkan sanksi administrasi oleh KPP
Pratama Samarinda periode tahun 2008-2016.
40
4 Jumlah wajib pajak yang melunasi tunggakan pajak di KPP
Pratama Samarinda untuk periode tahun 2008-2016
40
Jumlah Sampel 160
Sumber: Data Diolah Peneliti, 2019
Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah
disebutkan di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 40
sampel pada masing-masing variabel.
26
3.4 Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda berupa
laporan kinerja seksi penagihan serta data-data yang terkait.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adlah
dokumentasi. Pengumpulan data tersebut diperoleh dari dokumen-dokumen yang
merupakan data olahan dari instansi terkait. Selain itu, data yang digunakan untuk
mendukung hasil penelitian berasal dari literatur, artikel, dan berbagai sumber lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.5 Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda, yaitu alat statistik yang dipergunakan untuk mengatahui pengaruh
antara satu atau beberapa variabel independen terhadap variabel
dependen.Aplikasi perangkat lunak yang digunakan dalam menganalisis data pada
penelitian ini adalah SPSS versi 22.
Statistik Deskriptif
Analisis ini digunakan dalam membantu peneliti meringkas hasil
penelitian yang dilaksanakan tanpa adanya kesimpulan secara umum dari data
yang didapatkan. Statistik deskriptif menurut Ghozali (2013:174) yaitu
mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang hasil pengamatan terhadap
kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena secara kuantitatif.
27
3.6 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukandengan melihat analisis grafik atau uji statistik
untuk mendapatkan residual atau tidaknya uji asumsi klasik normalitas. Pada
grafik , dapat dideteksi pada tabel histogram. Seperti diketahui bahwa uji t dan F
berasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Menurut Ghozali (2013:160). ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat analisis grafik atau uji
statistik. Jika menggunakan grafik, normalitas dapat dideteksi dengan melihat
tabel histogram. Untuk jumlah sampel yang kecil dapat dibantu dengan melihat
normal probability plot, membandingkan distribusi kumulatif data asli dengan
distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2013:160-161). Untuk
menguji normalitas residual pada uji statistik dapat digunakan uji statistik non-
parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S), dengan membuat hipotesis:
H0: Data residual terdistribusi normal
HA: Data residual tidak terdistribusi normal
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
28
variabel independen sama dengan nol. Menurut (Ghozali, 2013:160-161) untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah
sebagai berikut :
a. Nilai R Square (R²) yang dihasilkan oleh perkiraan suatu model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel dependen tersebut tidak
signifikan dipengaruhi oleh variable-variabel independen.
b. Menganalisis matrik korelasi variable-variabel independen. Terindikasi adanya
multikolinieritas, jika antar variable independen terdapat korelasi yang tinggi
(umumnya > 0.90). Tetapi, tidak adanya korelasi yang tinggi antar variablel
independen bukan berarti model tersebut tidak terindikasi multikolinieritas.
Multikolinieritas terjadi disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau
lebih variable independen.
c. Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai toleransi dan lawannya (2)
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen yang mana yang dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Toleransi mengukur kevariabilitasan variabel independen yang terpilih, yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai toleransi
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai
cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah
nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolinieritas yang masih dapat ditolerir.
3. Uji Heteroskedastisitas
29
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai
ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2013:139).
Menurut Ghozali (2013:139) dengan melihat grafik plot (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID) dapat dideteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Pola
tertentu yang timbul teratur menunjukkan terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi penelitian. Untuk memperkuat uji scatterplot terdapat cara lain yaitu
dengan pengujian statistik uji park. Apabila variabel independen memiliki tingkat
signifikasinya melebihi 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam model regresi.
4. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode sebelumnya (t-1) (Ghozali, 2013:110).
3.7 Analisis Regresi Liniear Berganda
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda yaitu suatu model yang digunakan untuk menganalisis lebih dari satu
30
variable independen. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y : Pembayaran Tunggakan pajak
a : Konstanta
b1 : koefisien regresi variabel surat teguran
b2 : koefisien regresi variabel surat paksa
b3 : koefisien regresi variabel sanksi administrasi
X1 : surat teguran
X2 : surat paksa
X3 : sanksi administrasi
e : error term
3.8 Uji Hipotesis
1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Uji t digunakan menguji pengaruh variabel independen
masing-masing. Dengan menggunakan t tabel, pada uji t, nilai t yang dihitung
akan dibandingkan dengan nilai t pada tabel. Apabila nilai thitung lebih besar dari
ttabel, hipotesis awal diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya, apabila besarnya nilai
thitung lebih kecil dari nilai t tabel maka hipotesis awal (Ha) ditolak dan Ho
diterima (Ghozali, 2013:178).
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)
31
Koefisien dterminasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi vaiabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menandakan
kemampuan variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel-
variabel dependen terbatas. Nilai mendekati 1, berarti semua variabel dependen
dapat diterangkan oleh variabel-variabel independen(Ghozali, 2013:177).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Kantor Pelayanan Pajak Pratama samarinda sebelumnya bernama Kantor
Inspeksi Pajak, dengan adanya modernisasi di DJPsesuai dengan Peraturan menteri
keuangan No.67/PMK.01/2008. Kantor Pelayanan PajakPratama Samarinda terletak
di Jalan M.T Haryono Nomor 17 Samarinda. Adapun wilayah yang menjadi wilayah
kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Samarinda terdiri dari 10 Kecamatan, yaitu
kecamatan Loajanan Ilir, Kecamatan Palaran, Kecamatan samarinda Kota,
Kecamatan Samarinda Seberang, Kecamatan Samarinda Ulu, Kecamatan samarinda
Utara, Kecamatan Sambutan, Kecamatan Sungai Kunjang dan Kecamatan Sungai
Pinang.
4.1.1 Visi Misi dan Nilai
Visi
Menjadi institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di Wilayah Asia
Tenggara.
Misi
Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan Undang-
Undang Perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan Negara
demi kemakmuran rakyat.
32
33
Gambar 4.1Struktur Organisasi KPP Pratama Samarinda
Sumber: Subbagian Umum KPP Pratama Samarinda
4.1.2 Kondisi Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda
Berikut kondisi data mengenai kondisi tunggakan pajak di KPP Pratama
Samarinda yang disajikan dalam tahun 2008 sampai 2016:
KepalaKantor
Subbagian Umum Kelompok Jabatan Nasional
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pelayanan
Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan
Seksi Pengawasan dan
Konsultasi I
Seksi Pengawasan dan
Konsultasi II
Seksi Pengawasan dan
Konsultasi III
Seksi Pengawasan dan
Konsultasi IV
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
34
Tabel 4.1 Jumlah Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda
Tahun Jumlah Penunggak Pajak Jumlah WP yang sudah melunasi
Jumlah WP yang belum melunasi
2008 506 455 512009 1435 1057 3782010 1696 1223 4732011 1882 1700 1822012 2452 2062 3872013 2478 1967 5112014 4317 2547 17702015 5708 4522 11862016 8669 5465 3208
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Samarinda
Dari tabel di atas dapat dilihat tunggakan pajak di KPP Pratama
Samarinda dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, tunggakan pajak
yang ada di KPP Pratama Samarinda berasal dari STP/SKPKB/SKPKBT yang
belum lunas dan telah lewat tanggal jatuh tempo, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Putusan peninjauan Kembali yang
menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah. Penambahan
jumlah tunggakan berasal dari kenaikan teriwulan berjalan.
4.2 Deskripsi Data
Sebelum melakukan pengolahan data dan pengujian hipotesis terlebih
dahulu akan dijabarkan data yang akan diolah mengenai jumlah surat teguran,
surat paksa, dan sanksi asministrasi yang diterbitkan serta pembayaran tunggakan
pajak yang di lihat dari jumlah Wajib Pajak yang melunasi atas pajak yang
terutang didasarkan pada STP, SKPKB, SKPKBT di Kantor Pelayanan pajak
Pratama Samarinda dari tahun 2008 sampai 2016.
35
Tabel 4.2 Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan, Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan, Jumlah Sanksi Administrasi yang Diterbitkan dan Pembayaran Tunggakan pajak (Tahun 2007-2016)
Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan
(Buah)
Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan
(Buah)
Sanksi Administrasi
(Buah)
Pembayaran Tunggakan Pajak
(Orang)2007Triwulan 1 250 216 160 474Triwulan 2 159 86 63 433Triwulan 3 137 134 105 323Triwulan 4 112 85 54 4352008Triwulan 1 142 103 112 192Triwulan 2 64 44 124 134Triwulan 3 49 36 21 27Triwulan 4 110 81 97 1062009Triwulan 1 99 53 104 228Triwulan 2 165 70 214 275Triwulan 3 261 57 195 208Triwulan 4 110 26 253 4132010Triwulan 1 701 111 186 273Triwulan 2 1635 364 274 301Triwulan 3 1.705 765 328 289Triwulan 4 2.273 4.433 342 3572011Triwulan 1 560 419 378 529Triwulan 2 2.035 568 274 358Triwulan 3 1.122 738 344 340Triwulan 4 825 589 475 4352012Triwulan 1 367 280 328 523Triwulan 2 100 52 144 760Triwulan 3 47 37 125 351Triwulan 4 81 4 108 4312013Triwulan 1 211 67 196 485Triwulan 2 77 76 70 413Triwulan 3 118 18 105 353Triwulan 4 112 67 94 7182014Triwulan 1 249 137 253 356Triwulan 2 188 119 174 725Triwulan 3 286 255 242 754Triwulan 4 394 182 382 7472015Triwulan 1 866 595 1.200 1.085Triwulan 2 1.179 1.084 1.044 943Triwulan 3 838 701 835 1.050Triwulan 4 935 419 955 1.444
36
2016Triwulan 1 607 307 744 734Triwulan 2 318 238 212 2.534Triwulan 3 368 112 395 821Triwulan 4 329 293 318 1.422
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Samarinda (data diolah)
4.3 Metode Analisis Data
4.3.1 Statistik Deskriptif
Perolehan data dari kuantitatif akan dipaparkan sebagai variabel-variabel
terkait dalam penelitian. Data-data yang telah tersedia akan disajikan dalam
bentuk tabel statistik deskriptif agar mempermudah dalam menjelaskan hasil
penelitian. Berikut disajikan data-data dari variabel dalam penelitian dengan
pendekatan tabel statistik deskriptif dengan bantuan Software SPSS versi 22.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Pembayaran_Tunggakan_Pajak 557.42 465.069 40
Surat_Teguran 569.98 794.207 40
Surat_Paksa 302.05 408.441 40
Sanksi_Administrasi 303.55 277.074 40Sumber : Output Program SPSS 22, 2019
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang digunakan
adalah sebanyak 40 sampel. Selain itu, dalam tabel diatas
menunjukkan :Rata-rata jumlah pembayaran tunggakan pajak adalah 557.42
dengan standar deviasi 465.069. Rata-rata jumlah surat teguran 569.98
dengan standar deviasi 794.207. Rata-rata jumlah surat paksa adalah 302.05
dengan standar deviasi 408.441. dan Rata-rata jumlah sanksi administrasi
adalah 303.55 dengan standar deviasi 277.074.
37
4.3.2 Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen variabel
dependen yaitu surat teguran, surat paksa, dan sanksi administrasi dan
pembayaran tunggakan pajak (Y) keduanya memiliki distriubusi normal atau
tidak. Uji normalitas dapat dilihat dengan menggunakan analisis grafik, yaitu
histogram dan Normal Probality plot.
Tabel 4.4Hasil Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal
Parametersa
Mean .0000000
Std. Deviation 6.82490160
Most Extreme
Differences
Absolute .119
Positive .119
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .751
Asymp. Sig. (2-tailed) .626Sumber : output SPSS 22, 2019
Berdasarkan tabel 4. bahwa nilai kolmogrov-semirnov z sebesar 0,751 dan
nilai signifikansi (Asymp.sig 2-tailed) diatas 0,05 yiatu sebesar 0,626 jadi dapat
disimpulkan bahwa residual telah berdistribusi normal, sehingga uji normalitas
terpenuhi. Hasil uji kolmogrov-semirnov ternyata terlihat. Selain dengan uji
38
kolmogrov-semirnov kita juga bisa melihat uji normalitas dengan menggunakan
grafik PP-Plots dan histogram.
Berikut ini gambar grafik uji normalitas pada grafik pp-plot:
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas P-P Plot
Sumber : Output SPSS 22, 2019
39
Gambar 4.3 Grafik Histogram Uji Normalitas
Sumber : Output SPSS 22, 2019
. Pada gambar 4.2 grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat
disimpulkan bahwa data yang diolah adalah data yang berdistribusi normal yang
artinya uji normalirtas terpenuhi.
. Berdasarkan gambar 4.3 pada grafik histogram, residual data telah
menunjukkan kurva normal yang membentuk lonceng sempurna.
2. Uji Multikolinieritas
Untuk menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai
VIF pada model regresi. Apabila nilai VIF > 5, terjadi multikolinieritas.
Sebliknya, jika VIF < 5, tidak terjadi multikolinieritas.
Untuk analisisnya dengan SPSS, disajikan output pada tabel “Coefficients”
berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Surat_Teguran .133 7.526
Surat_Paksa .116 8.647
Sanksi_Administrasi .698 1.433
Sumber : Output Program SPSS 22, 2019
40
Pada tabel diatas menunjukkan bahwaSurat teguran mempunyai
nilai tolerance 0,133, surat paksa mempunyai nilai tolerance 0,116, sanksi
administrasi mempunyai nilai tolerance 0,698 dan surat teguran
mempunyai nilai VIF 7,526, surat paksa mempunyai nilai VIF 8,647, dan
sanksi administrasi mempunyai nilai VIF 1,433. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa persamaan regresi tidak terdapat problem
multikolinieritas karena nilai tolerance di atas 0,10 dan nilai VIF (variance
inflation factor) di bawah 10.
3. Uji heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan hasil
output SPSS melalui grafik scatterplot antar Z prediction (ZPRED) yang
merupakan variabel bebas dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel
terkait. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut;
Gambar 4.4 Output Pengujian Heteroskedastisitas
Sumber: Output Program SPSS 22, 2019
41
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali, 2013: 141).
4. Uji Autokorelasi
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi
dengan uji Durbin-watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Nilai Durbin-Watson dibawah -2 (DW < -2) berarti autokorelasi positif
b. Nilai Durbin-Watson berada diantara -2 dan 2 (-2 < DW <2) berarti tidak
terjadi autokorelasi.
c. Nilai durbin-Watson diatas 2 (DW > 2) berarti terjadi autokorelasi negative
Tabel 4.6 Output Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.651
Sumber: Output Program SPSS 22, 2019
Dari hasil olah data diatas, ditemukan Durbin-watson test yaitu 1.651 dan
DW berada di antara -2 dan 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
tidak terjadi autokorelasi.
4.4 Hasil Analisis Regresi Linier berganda
42
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh signifikan antara dua atau lebih varabel bebas terhadap variabel terikat
baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil perhitungan melalui
SPSS versi 22 diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 358.409 104.186 3.440 .001
Surat_Teguran -.205 .233 -.350 -.882 .384
Surat_Paksa .244 .485 .214 .503 .618
Sanksi_Administrasi .798 .291 .476 2.743 .005
Sumber: Output Program SPSS 22, 2019
Berdasarkan tabel 4.7, maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
Y = 358,409 – 0,205 X1 + 0,244 X2 + 0,798 X3 + ɛ
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
1. Koefisien regresi pada variabel surat teguranberarah negatif sebesar -0,205 hal
ini berarti jika variabel surat teguran bertambah satu satuan maka variabel
pembayaran tunggakan pajak berkurang sebesar 0,205 satuan atau sebesar
20,5%.
2. Koefisien regresi pada variabel surat paksa berarah positif sebesar 0.244 hal ini
berarti jika variabel surat paksa bertambah satu satuan maka variabel
43
pembayaran tunggakan pajak bertambah sebesar 0,244 satuan atau sebesar
24,4%.
3. Koefisien regresi pada variabel sanksi administrasi berarah positif sebesar
0,798, hal ini berarti jika variabel sanksi administrasi bertambah satu satuan
maka variabel pembayaran tunggakan pajak bertambah sebesar 0,798 satuan
atau sebesar 79,8%.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
4.5.1 Hasil Uji t (Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel dependen. Uji t digunakan menguji pengaruh variabel
independen masing-masing. Dengan menggunakan ttabel, pada uji t, nilai t
yang dihitung akan dibandingkan dengan nilai t pada tabel. Apabila nilai
thitung lebih besar dari ttabel, hipotesis awal diterima dan HO ditolak.
Sebaliknya, apabila besarnya nilai thitunglebih kecil dari nilai ttabel maka
hipotesis awal (Ha) ditolak dan HO diterima (Ghozali, 2013: 179).
Berdasarkan hasil pengujian dari tabel 4.7 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh Surat Teguran Terhadap Pembayaran
Tunggakan Pajak
Hasil uji hipotesis 1 yang ditunjukkan pada tabel 4.7, variabel surat teguran
mempunya thitung sebesar -0,882. Hal ini berarti Ha ditolak sehigga dapat dikatakan
bahwa surat teguran tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak
karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel 2,031 (-0,882<2,031).
44
2. Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pembayaran
Tunggakan pajak
Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.6, variabel surat paksa
mempunyai thitung sebesar 0,503. Hal ini berarti Ha ditolak sehingga dapat
dikatakan bahwa surat paksa tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan
pajak karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel 0,503 (0,503<2,031).
3. Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh Sanksi Administrasi Terhadap
Pembayaran Tunggakan Pajak
Hasil hipotesis 3 yang di tunjukkan pada tabel 4.6, variabel sanksi
administrasi mempunyai thitung2,743. Hal ini berarti Ha diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa sanksi administrasi berpengaruh positif terhadap pembayaran
tunggakan pajak karena nilai thitung lebih besar dari ttabel 2,031 (2,743>2,031).
4.5.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menandakan kemampuanvariabel-
variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel-variabel dependen
terbatas. Nilai mendekati satu, berarti hampir semua variabel dependen dapat
diterangkan oleh variabel-variabel independen (Ghozali, 2013:177).
45
Model Summaryb
Model RR
SquareAdjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .495a .245 .182 420.66090 .245 3.890 3 36 .017
Tabel 4.8Hasil Uji Koefisien DeterminasiSumber: Output Program SPSS 22, 2019
Berdasarkan tabel model summery di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,245 dan nilai koefisien determinasi
yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) adalah 0,182. Hal ini berarti 24,5%
dari pembayaran tunggakan pajak bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen
(surat teguran, surat paksa dan sanksi administrasi). Sedangkan sisanya (100% -
24,5% =75,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini. Nilai R2 yang kecil dalam penelitian ini menandakan kemampuan
variabel-variabel independen (bebas) dalam menjelaskan variabel-variabel
dependen terbatas karena yang mempengaruhi pembayaran tunggakan pajak
dalam penelitian ini hanya variabel sanksi administrasi (X3).
4.6 Pembahasan
46
Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda mengenai pengaruh surat
teguran, surat paksa dan sanksi administrasi terhadap pembayaran tunggakan
pajak, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengaruh Surat Teguran Terhadap Pembayaran Tunggakan pajak
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara
surat teguran terhadap pembayaran tunggakan pajak, dilihat berdasarkan
nilai signifikan lebih dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa semakin
tingginya surat teguran yang diterbitkan oleh KPP Pratama Samarinda
maka tidak meningkatkan Wajib Pajak dalam membayar tunggakan pajak.
Adanya sikap seperti ini terkait dengan theory of planned behaviour
bahwa perilaku wajib pajak yang tidak patuh sangat dipengaruhi oleh niat
mereka yang tidak ada niatan membayar pajak. Adanya surat teguran tidak
merealisasikan pembayaran tunggakan pajak terlaksana seperti yang
diharapkan oleh petugas pajak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra et al (2017) yang
menyatakan bahwa surat teguran tidak berpengaruh terhadap pembayaran
tunggakan pajak. Dan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan
oleh Ningsih (2008) juga menjelaskan bahwa surat teguran tidak berpengaruh
terhadap pembayaran tunggakan pajak.Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al(2016)yang dari penelitian ini
mereka mendapatkan hasil bahwa surat teguran tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pembayaran tunggakan pajak.
47
Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa WP tidak takut adanya surat
teguran, para penunggak pajak ini masih saja membiarkan utang pajak
mereka tidak dilunasi karena tidak ada beban atau kerugian secara
finansial atas diterbitkannya surat teguran. Jadi dapat disimpulkan bahwa
diterbitkannya surat teguran tidak meningkatkan pembayaran tunggakan
pajak.
2. Pengaruh Surat Paksa Terhadap Pemmbayaran Tunggakan Pajak
Hasil penelitian menyatakan tidak terdapat pengaruh antara surat paksa
terhadap pembayaran tunggakan pajak, dilihat berdasarkan nilai signifikan lebih
dari 0,05. Sikap para penunggak pajak ini terkait dengan theory planned
behaviour bahwa WP tidak patuh serta kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.
Perilaku Wajib Pajak yang tidak kooperatif terhadap tindakan penagihan menjadi
penyebab tidak berpengaruhnya jumlah surat paksa yang diterbitkan terhadap
pembayaran tunggakan pajak.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al
(2016) yang menyatakan bahwa surat paksatidak berpengaruh terhadap
pembayaran tunggakan pajak dan penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2008)juga menjelaskan bahwa
surat paksa tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak.Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehIndra et al(2017) yang
menyatakan bahwa surat paksa berpengaruh negatif terhadap pembayaran
tunggakan pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih(2008)juga
48
menjelaskan bahwa surat paksa berpengaruh negatif terhadap pembayaran
tunggakan pajak.
Hal ini membuktikan bawa semakin banyak surat paksa yang diterbitkan
oleh KPP Pratama Samarinda, maka tidak meningkatkan pembayaran tunggakan
pajak. Hal itu terjadi sebab pada dasarnya Wajib Pajak belum memiliki kesadaran
dan belum memiliki rasa takut atau khawatir terlebih sampai diterbitkannya sanksi
administrasi. Kondisi ini karena surat paksa masih tidak membuat para penunggak
pajak ini mengalami kerugian secara finansial dan hampir sama seperti
diterbitkannya surat teguran, tetapi surat paksa ini bersifat lebih memaksa para
penunggak pajak agar membayar tunggakan pajaknya. Dari hasil penelitian, surat
paksa ini masih tidak terlaksana sebagaimana yang diinginkan para petugas pajak.
3. Pengaruh Sanksi Administrasi Terhadap Pembayaran Tunggakan Pajak
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif secara
parsial antara sanksi administrasi terhadap pembayaran tunggakan pajak
dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05.Theory of planned
behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam
memenuhi pembayaran tunggakan pajaknya. Motivasi dari dalam diri
Wajib Pajak dapat ditingkatkan dengan adanya sosialisasi perpajakan
untuk menambah pengetahuan Wajib Pajak. Sanksi pajak yang dikenakan
juga dapat membuat Wajib Pajak enggan untuk melanggar peraturan
perpajakan, karena Wajib Pajak akan memiliki tekanan akibat dari sanksi
sehingga memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran
tunggakan pajak serta terbentuklah intensi untuk patuh membayar pajak.
49
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin
(2018)menyatakan administrasi berpengaruh positif terhadap pembayaran
tunggakan pajak.
Adanya sanksi administrasi membuat penunggak pajak merasa
terbebani secara finansial dikarenaka semakin lama utang pajak dibiarkan
maka akan semakin bertambah sanksi yang dibebankan. Cara ini sangat
merealisasikan untuk membuat WP yang mempunyai tunggakan akan
berusaha melunasi besaran utang pajak mereka jika mereka tidak ingin
semakin dirugikan atas banyaknya sanksi yang diberikan. Adanya sanksi
administrasi WP akan berusaha sebisa mungkin untuk melunasi besaran
utang pajak mereka. Hal ini membuktikan bahwa sanksi administrasiakan
meningkatkan Wajib Pajak dalam membayar tunggakan pajak.
Dengan adanya sanksi administrasi tersebut maka Wajib Pajak
menjadi lebih waspada atau berhati-hati dalam membayar pajak karena ada
konsekuensinya yang harus ditanggung jika tidak menghitung, melapor,
dan menyetorkan pajak dengan sebagaimana mestinya.Dengan
diterbitkannya sanksi administrasi maka pembayaran tunggakan pajak
mengalami peningkatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil uji t didapat t hitung untuk surat teguran -0,882 sedangkan t tabelnya
sebesar 2,031. Karena t hitung lebih kecil dari t tabelnya yakni -0,882 <
2,095 sehingga dalam penelitian ini menerima Ho dan menolak Ha yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan penagihan pajak dengan surat teguran
tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pajak pada KPP
Pratama Samarinda.
2. Hasil uji t didapat t hitung untuk surat paksa sebesar 0,503 sedangkan t
tabelnya yakni 2,031. Karena t hitung lebih kecil dari t tabelnya -
0,503<2,031 sehingga dalam penelitian ini menerima Ho dan menolak Ha
yang menunjukkan bahwa pelaksanaan penagihan pajak dengan surat
paksa tidak berpengaruh terhadap pembayaran tunggakan pada KPP
Pratama Samarinda.
3. Hasil uji t didapat t hitung untuk sanksi administrasi sebesar 2,743
sedangkan t tabelnya yakni 2,031. Karena t hitung lebih besar dari t
tabelnya 2,743>2,031 sehingga dalam penelitian ini Ha diterima sehingga
dapat dikatakan bahwa sanksi administrasi berpengaruh positif terhadap
pembayaran tunggakan pajak pada KPP Pratama Samarinda.
49
5.2 Saran
Saran penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengatasi masalah masih rendahnya kontribusi yang dihasilkan dari
pelaksanaan penagihan pajak dengan surat teguran, surat paksa dan sanksi
administrasi maka diperlukan kerjasama dengan cara merealisasikan
program sensus perpajakan nasional yang dapat menjaring potensi pajak
yang belum tergali, dengan program sensus ini diharapkan seluruh
masyarakat mengetahui dan memahami masalah perpajakan serta
sekaligus dapat membangkitkan kesadaran dan kepedulian, suka rela
menjadi Wajib Pajak dan membayar pajak.
2. Untuk mengatasi kendala-kendala yang sering dihadapi oleh seksi
penagihan dalam pelaksanaan penagihan pajak, yaitu dengan memberikan
bimbingan, penyuluhan, dan sosialisi berbagai kebikjakan perpajakan pada
Wajib Pajak sehingga kendala-kendala tersebut diharapkan dapat
diminimalisir untuk tahun mendatang.
3. Diharapkan aparat pajak melakukan tindakan tegas seperti melakukan
penyitaan bahkan tindakan pidana terhadap Wajib Pajak yang tidak
kooperatif sesuai dengan ketentuan perpajakan yang ada dan berlaku di
Indonesia.
4. Dikarenakan sanksi administrasi menjadi faktor pendukung tertinggi, KPP
Pratama Samarinda disarankan memaksimalkan kegiatan pemeriksaan
pajak, supaya penerimaan pajak dari sanksi administrasi terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
51
5. Disarankan kepada Wajib Pajak agar dapat membayar pajak sesuai dengan
ketentuan berlaku demi terciptanya stabilitas ekonomi sebagai penunjang
kesejahteraan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasiia, R. (2011). Mengenal Sanksi Pajak. Retrieved from https://aviantara.wordpress.com/2011/04/18/mengenal-sanksi-pajak/
Ajzen, I. (2012). Theory Of Planned Beavior.
Diana, A., & Setiawati, L. (2014). Perpajakan Teori dan Peraturan Terkini. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayat, T., Fatahurrazak, & Ratih, A. E. (2016). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bintan(Periode 2013-2015).
Ikbal, M. (2015). Metodelogi Penelitian. Samarinda.
Indra, R. R., Yulistia, R., & Darmayanti, Y. (2017). Pengaruh Tindakan Penagihan Pajak Aktif Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Di KPP PRATAMA PADANG.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Marduati, A. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tuinggakan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Universitas Hasanuddin Makassar.
Ningsih, W. (2008). Analisis Pengaruh Surat Teguran, Surat Paksa dan Penyitaan Monitery Asset di Bank Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Kasus Pelaksanaan Penagihan Pajak Pada Kanwil DJP Jakarta Barat).
Nurdin, D. A. (2018). Pengruh Penagihan Pajak Dan Sanki Adminitrasi Tehadap Pencairan Tunggakan Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung Periode 2012-2016).
Pandiangan, L. (2014). Administrasi Perpajakan Pedoman Praktis Bagi Wajib Pajak Di Indonesia. (S. Saat, Ed.). Surabaya: Penerbit Erlangga.
Pudyatmoko, S. (2008). Hukum Pajak. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rachman, N. (2015). Pengaruh Penagihan Pajak Dan Surat Paksa Terhadap penerimaan pajak (Survey pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang).
52
53
Resmi, S. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus. (E. S. Suharsi, Ed.) (Edisi 6 Bu). Jakarta: Salemba Empat.
Rosyidi, F. (2014). Pengarh Pengihan Pajak Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Lingkungan KANWIL DJP Jawa Tengah I Dan Jawa Tengah II. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No., 12.
Saupadang, F. R., Thoeng, R., & Aziz, M. N. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Utara.
Sutedi, A. (2013). Hukum Pajak. Jakarta: Sinar Grafika.
53
Lampiran-lampiran
Lampiran 1: Jumlah penunggak pajak, surat teguran, surat paksa, dan
sanksi administrasi
Jumlah Penunggak Pajak di KPP Pratama Samarinda
Tahun Jumlah Penunggak Pajak
Jumlah WP yang sudah melunasi
Jumlah WP yang belum melunasi
2008 506 455 51
53
2009 1435 1057 3782010 1696 1223 4732011 1882 1700 1822012 2452 2062 3872013 2478 1967 5112014 4317 2547 17702015 5708 4522 11862016 8669 5465 3208
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Samarinda
Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan, Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan, Jumlah Sanksi Administrasi yang Diterbitkan dan Pembayaran
Tunggakan Pajak(Tahun 2007-2016)
Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan
(Buah)
Jumlah Surat Paksa yang Diterbitkan
(Buah)
Sanksi Administrasi
(Buah)
Pembayaran Tunggakan Pajak
(Orang)2007Triwulan 1 250 216 160 474Triwulan 2 159 86 63 433Triwulan 3 137 134 105 323Triwulan 4 112 85 54 4352008Triwulan 1 142 103 112 192Triwulan 2 64 44 124 134Triwulan 3 49 36 21 27Triwulan 4 110 81 97 1062009Triwulan 1 99 53 104 228Triwulan 2 165 70 214 275Triwulan 3 261 57 195 208Triwulan 4 110 26 253 4132010Triwulan 1 701 111 186 273Triwulan 2 1635 364 274 301Triwulan 3 1.705 765 328 289Triwulan 4 2.273 4.433 342 3572011Triwulan 1 560 419 378 529Triwulan 2 2.035 568 274 358Triwulan 3 1.122 738 344 340Triwulan 4 825 589 475 435
53
2012Triwulan 1 367 280 328 523Triwulan 2 100 52 144 760Triwulan 3 47 37 125 351Triwulan 4 81 4 108 4312013Triwulan 1 211 67 196 485Triwulan 2 77 76 70 413Triwulan 3 118 18 105 353Triwulan 4 112 67 94 7182014Triwulan 1 249 137 253 356Triwulan 2 188 119 174 725Triwulan 3 286 255 242 754Triwulan 4 394 182 382 7472015Triwulan 1 866 595 1.200 1.085Triwulan 2 1.179 1.084 1.044 943Triwulan 3 838 701 835 1.050Triwulan 4 935 419 955 1.4442016Triwulan 1 607 307 744 734Triwulan 2 318 238 212 2.534Triwulan 3 368 112 395 821Triwulan 4 329 293 318 1.422
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Samarinda (data diolah)
Lampiran 2: Output SPSS 22
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Pembayaran_Tunggakan_Pajak 557.42 465.069 40
Surat_Teguran 569.98 794.207 40
Surat_Paksa 302.05 408.441 40
Sanksi_Administrasi 303.55 277.074 40
53
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 6.82490160
Most Extreme
Differences
Absolute .119
Positive .119
Negative -.108
Kolmogorov-Smirnov Z .751
Asymp. Sig. (2-tailed) .626
53
53
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Surat_Teguran .133 7.526
Surat_Paksa .116 8.647
Sanksi_Administrasi .698 1.433
Uji Heteroskedastisitas
53
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 1.651
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta1 (Constant) 358.409 104.186 3.440 .001
Surat_Teguran -.205 .233 -.350 -.882 .384
Surat_Paksa .244 .485 .214 .503 .618
Sanksi_Administrasi .798 .291 .476 2.743 .005
Hasil Uji F
53
ANOVAb
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2064862.320 3 688287.440 3.890 .017a
Residual 6370401.455 36 176955.596
Total 8435263.775 39
Model Summaryb
Model RR
SquareAdjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .495a .245 .182 420.66090 .245 3.890 3 36 .017
Hasil Uji Determinasi (R Square)