Wawasan Nusantara

22
Wawasan Nusantara Hidup dalam perbedaan bukanlah berarti mendatangkan perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara maupun berkeluarga. Perbedaan adalah suatu keindahan yang membuat kita banyak belajar satu sama lain dari orang yang ada di sekitar kita. Pada dasarnya kerukunan antar umat dapat kita jaga yaitu dengan menerapkan konsepsi Wawasan Nusantara. Secara Etimologi Wawasan Nusantara berasal dari bahasa Jawa yaitu Wawas (mawas) yang artinya melihat atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat. Sedangkan ,jika ditambah imbuhan –An maka secara harfiah berarti penglihatan, cara tinjau, cara pandang..Nusantara secara harfiah yang dapat diartikan sebagai gugusan pulau – pulau. Berdasarkan teori – toeri tentang wawasan, latar belakang, falsafah pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan,aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan,terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebut dengan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara berlandasakan pada falsafah Pancasila dan UUD 1945(Undang – Undang 1945) yang disusun untuk kesejahteraan masyarakat secara luas. Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia adalah : cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara lebih menekankan pada rasa kebersamaan dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Wawasan Nusantara mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bag

Transcript of Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara Hidup dalam perbedaan bukanlah berarti mendatangkan perselisihan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara maupun berkeluarga. Perbedaan adalah suatu keindahan yang membuat kita banyak belajar satu sama lain dari orang yang ada di sekitar kita. Pada dasarnya kerukunan antar umat dapat kita jaga yaitu dengan menerapkan konsepsi Wawasan Nusantara. Secara Etimologi Wawasan Nusantara berasal dari bahasa Jawa yaitu Wawas (mawas) yang artinya melihat atau memandang, jadi kata wawasan dapat diartikan cara pandang atau cara melihat. Sedangkan ,jika ditambah imbuhan An maka secara harfiah berarti penglihatan, cara tinjau, cara pandang..Nusantara secara harfiah yang dapat diartikan sebagai gugusan pulau pulau. Berdasarkan teori toeri tentang wawasan, latar belakang, falsafah pancasila, latar belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan, terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebut dengan Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara berlandasakan pada falsafah Pancasila dan UUD 1945(Undang Undang 1945) yang disusun untuk kesejahteraan masyarakat secara luas. Sedangkan pengertian yang digunakan sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik Indonesia adalah : cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional. Wawasan Nusantara lebih menekankan pada rasa kebersamaan dan kesejahteraan masyarakat secara luas. Wawasan Nusantara mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi

seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari hirarkhi paradigm nasional sebagai berikut : 1. Pancasila (dasar negara) 2. UUD 1945 (Konstitusi negara) 3. Wasantara (Visi bangsa) 4. Ketahanan Nasional (Konsepsi Bangsa) Konsepsional5. GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa)

Landasan Idiil Landasan Konstitusional Landasan Visional Landasan Landasan

Operasional Adapun Landasan hukum dari wawasan nusantara di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973 2. TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 tanggal 22 Maret 1978 tentang GBHN 3. TAP MPR Nomor II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983

Bentuk bentuk penyampaian dari wawasan nusantara dikalangan masyarakat secara luas : 1. Menurut sifat / cara penyampaian : Langsung Tidak langsung Ketauladanan Edukasi Komunikasi Integrasi : Ceramah, diskusi, tatap muka : Media massa.

2. Menurut motode penyampaian :

Adapun

pandangan

pandangan

global

mengenai

prospek

implementasi Wawasan Nusantara :1. Negara harus mampu memberikan peranan sebesar besarnya

kepada rakyatnya (Global Paradox) 2. Batas geografi suatu Negara tetap tetapi, hal tersebut dapat ditembus dengan kekuatan ekonomi, dan budaya global (Bordless World dan the End of Nation State) 3. Mengupayakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan masyarakat antara Negara maju dengan Negara berkembang (The Future Of Capitalism) . 4. Perubahan nuansa perang ekonomi, membangun masyarakat yang lebih bekerja sama, menerapkan teknologi bersih lingkungan serta pemerintahan yang demokratis (Building Win Win World) 5. Peranan konsumen dan teknologi baru yang mengantar terwujudnya masyarakat baru (The Second Curve). Hakekat wawasan Nusantara Keutuhan Nusantara / Nasional, bahwa cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional. Adapun bidang bidang yang diharapkan agar menjadi kesatuan yang menyeluruh adalah sebagai berikut :

Wilayah Bangsa Budaya Ekonomi Hankam.

Teori atau Paham Kekuasaan 1. Paham Machiavelli (Abad XVII)

Dalam bukunya tentang politik yang diterjemahkan ke dalam bahasa dengan judul The Prince, Machiavelli memberikan pesan tentang cara membentuk kekuatan politik yang besar agar sebuah negara dapat berdiri dengan kokoh. Didalamnya terkandung beberapa postulat apabila dan cara pandang dalil-dalil tentang berikut: bagaimana pertama, memelihara segala cara kekuasaan politik. Menurut Machiavelli, sebuah negara akan bertahan menerapkan dihalalkan dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan; kedua, untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu domba (divide et impera) adalah sah; dan ketiga, dalam dunia politik (yang disamakan dengan kehidupan binatang buas ), yang kuat pasti dapat bertahan dan menang. Semasa Machiavelli hidup, buku The Prince dilarang beredar oleh Sri Paus karena dianggap amoral. Tetapi setelah Machiavelli meninggal, buku tersebut menjadi sangat dan banyak dipelajari oleh orang-orang serta dijadikan pedoman oleh banyak kalangan politisi dan para kalangan elite politik.

2. Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)

Kaisar Napoleon merupakan tokoh revolusioner di bidang cara pandang, selain penganut baik dari Machiavelli. Napoleon berpendapat bahwa perang di masa depan akan merupakan perang total yang mengerahkan segala upaya dan kekuatan nasional. Kekuatan ini juga perlu didukung oleh kondisi sosial budaya berupa ilmu pengetahuan teknologi demi terbentuknya kekuatan hankam untuk menduduki dan menjajah negara-negara disekitar Prancis. Ketiga postulat Machiavelli telah diimplementasikan dengan sempurna oleh Napoleon, namun menjadi bumerang bagi dirinya sendiri sehingg akhir kariernya dibuang ke Pulau Elba.

3. Paham Jendral Clausewitz (XVIII)

Pada era Napoleon, Jenderal Clausewitz sempat terusir oleh tentara Napoleon dari negaranya sampai ke Rusia. Clausewitz akhirnya bergabung dan menjadi penasihat militer Staf Umum Tentara Kekaisaran Rusia. Sebagaimana kita ketahui, invasi tentara Napoleon pada akhirnya terhenti di Moskow dan diusir kembali ke Perancis. Clausewitz, setelah Rusia bebas kembali, di angkat menjadi kepala staf komando Rusia. Di sana dia menulis sebuah buku mengenai perang berjudul Vom Kriege (Tentara Perang). Menurut Clausewitz, perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Baginya, peperangan adalah sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran inilah yang membenarkan Rusia berekspansi sehingga menimbulkan perang Dunia I dengan kekalahan di pihak Rusia atau Kekaisaran Jerman.

4. Paham Feuerbach dan Hegel

Paham materialisme Feuerbach dan teori sintesis Hegel menimbulkan dua aliran besar Barat yang berkembang didunia, yaitu kapitalisme di satu pihak dan komunisme di pihak yang lain. Pada abad XVII paham perdagangan bebas yang merupakan nenek moyang liberalisme sedang marak. Saat itu orang-orang berpendapat bahwa ukuran keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar surplus ekonominya, terutama diukur dengan emas. Paham ini memicu nafsu kolonialisme negara Eropa Barat dalam mencari emas ke tempat yang lain. Inilah yang memotivasi Columbus untuk mencari daerah baru, kemudian Magellan, dan lain-lainnya. Paham ini juga yang

mendorong Belanda untuk melakukan perdagangan (VOC) dan pada akhirnya menjajah Nusantara selama 3,5 abad.

5. Paham Lenin (XIX)

Lenin telah memodifikasi paham Clausewitz. Menurutnya, perang adalah kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Bagi Leninisme/komunisme, perang atau pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah sah dalam kerangka mengkomuniskan seluruh bangsa di dunia. Karena itu, selama perang dingin, baik Uni Soviet maupun RRC berlomba-lomba untuk mengekspor paham komunis ke seluruh dunia. G.30.S/PKI adalah salah satu komoditi ekspor RRC pada tahun 1965. Sejarah selanjutnya menunjukkan bahwa paham komunisme ternyata berakhir secara tragis seperti runtuhnya Uni Soviet.

6. Paham Lucian W.Pye dan Sidney

Dalam buku Political Culture and Political Development (Princeton University Press, 1972 ), mereka mengatakan :The political culture of society consist of the system of empirical believe expressive symbol and values which devidens the situation in political action can take place, it provides the subjective orientation to politics..The

political culture of society is highly significant aspec of the political system. Para ahli tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur sebyektivitas dan psikologis dalam tatanan dinamika kehidupan politik suatu bangsa, kemantapan suatu sistem politik dapat dicapai apabila sistem tersebut berakar pada kebudayaan politik bangsa yang bersangkutan. Tentang Geopolitik Geopolitik adalah system politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu Negara yang apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik suatu Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak kepada geografi Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu kepada geografi sosial (hukum geografi), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi suatu Negara.

Pemahaman Dasar Geopolitik Istilah Geopolitik pertama kali digunakan oleh Rudolf Kjllen, seorang ahli politik dari Swedia pada tahun 1905. sebagai cabang dari geografi politik, geopolitik fokus pada perkembangan dan kebutuhan akan ruang bagi suatu negara. Geopolitik mengkombinasikan teorinya Friedrich Ratzels tentang perkembangan alami sebuah negara dengan Heartland Theory (teori kawasan inti) dari Sir Halford J. Mackinders untuk membenarkan praktek-praktek yang bersifat ekspansionis dari beberapa negara. Sir Halford John Mackinder adalah ahli geography dari Inggris yang menulis paper pada tahun 1904 The Geographical Pivot of History. Dalam papernya Mackinder mengatakan bahwa menguasai Eastern Europe adalah

perkara yang penting untuk menguasai dunia. Dia mengformulasikan hipothesisnya:1. Who rules East Europe commands the Heartland 2. Who rules the Heartland commands the World-Island 3. Who rules the World-Island commands the world

4. Mackinders Heartland (juga disebut sebagai the Pivot Area) adalah daerah ini dari Eurasia, dan yang dimaksud dengan the World-Island adalah seluruh daerah Eurasia (Eropa dan Asia).

A. Sasaran Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan Nasional.

Wawasan

nusantara

menjadi

pola

yang dalam

mendasari

cara

berpikir,bersikap,bertindak menyangkut kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan

rangka menghadapi,menyikapi,atau menangani berbagai permasalahan bernegara. Implementasi

wawasan nusantara sentiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut :a. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan politik, akan

menciptakan iklim penyelenggara negara yang sehat dan dinamis. b. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan ekonomi, akan menciptakan tatananekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata.

c. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan sosial budaya,

akan

menciptakan

sikap

batiniah

dan

lahiriah

yang

mengakui,menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan atau keBhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus karunia Sang Pencipta.d. Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan hankam, akan

menumbuh-kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa yang lebih lanjut akan membentuk sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia.

B. Pemasyarakatan/Sosialisasi Wawasan Nusantara.

Pemasyarakatan wawasan nusantara tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut :

5.

Menurut

sifat/cara

penyampaiannya,dapat

dilaksanakan

sebagai berikut :a.

Langsung,yang terdiri dari ceramah,diskusi,dialog,tatap

muka.b.

Tidak langsung,yang terdiri dari media elektronik,media

cetak.

6.

Menurut metode penyampaiannya yang berupa : a. Keteladanan.

Melalui metode penularan keteladanan dalam sikap perilaku kehidupan sehari-hari kepada lingkungannya,terutama dengan memberikan contoh-contoh berpikir,bersikapdan bertindak

mementingkan

kepentingan

bangsa

dan

negara

di

atas

kepentingan pribadi dan golongan,sehingga timbul semangat kebangsaan yang selalu cinta tanah air.b.

Edukasi sampaiperguruan di lingkungan tinggi,kursus-kursus dan

Melalui metode pendekatan formal yang dimulai dari tingkat kanak-kanak dilaksanakan sebagainya.Dan juga melalui metode pendekatan informal dapat rumah/keluarga,di lingkungan pemukiman,pekerjaan,dan organisasi kemasyarakatan.c.

Komunikasi. nusantara melaui metode komunikasi iklim diri dan tenggang adalah saling rasa

Wawasan mampu

tercapainya hubungan komunikatif secara baik yang akan menciptakan menghargai,menghormati,mawas nusantara.d.

sehingga tercipta kesatuan bahasa dan tujuan tentang wawasan

Integrasi.

Wawasan nusantara melalui metode integrasi adalah terjalinnya persatuan dankesatuan.

C. Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara.

Dewasa

ini

kita

menyaksikan dan

bahwa

individu sedang

dalam

bermasyarakat,berbangsa,

bernegara

mengalami

perubahan.Faktor utama yang mendorong terjadinya proses perubahan tersebut adalah nilai-nilai kehidupan baru yang dibawa oleh negara maju dengan kekuatan penetrasi globalnya.Tantangan itu antara lain :

a. Pemberdayaan rakyat Dunia.

Pemberdayaan mayarakat adalah sebuah konsep yang memadukan dua konsep berbeda yang lebih baik dengan reonanis domestik dan internasional. Dalam demokrasi yang merupakan bagian integral dari perdebatan tentang parisipasi wrga dalam proses politik dan kebijakan. Pengembangan Masyarakat adalah proses ideal yang terus memiliki pengikut, meskipun puncak munculnya pada saat ini merupakan pertumbuhan pada tahun 1970- an berbasis pada masyarakat hukum. Koperasi pembangunan perumahan dan perkotaan, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan , semangat ini tetap di lebih baru, yang didanai pemerintah 'komunitas tempat' inisiatif dan kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki "kegagalan negara dan pasar" dalam penyampaian pelayanan sosial. (Barraket 2002) Pendekatan ini merupakan bagian dari serangkaian luas reformasi disarankan untuk merancang kebijakan dan proses implementasi yang pada gilirannya, didasarkan pada ajaran yang lebih dalam demokrasi deliberatif dan teori kritis seperti' Habermas pada 'aksi komunikatif'. (Risse 2000) Mereka yang mendorong lebih luas, pertimbangan kebijakan yang lebih inklusif berpendapat bahwa teori pilihan sosial bekerja dari teorema ketidakmungkinan menganggap bahwa preferensi individu, yang tidak pernah dapat sempurna dikumpulkan, adalah pra-politik, kekal dan hanya pernah sebagian dinyatakan dalam tindakan politik seperti pemilu. Demokrasi perwakilan, misalnya, jelas merupakan metode yang tidak sempurna agregasi preferensi, tetapi ada mode jauh kurang diinginkan dari pemerintah, seperti kediktatoran. (Mackie 2006) argumen yang mendukung demokrasi perwakilan masih memungkinkan ruang yang cukup untuk ketidaksetaraan kekuasaan. Mereka yang berusaha 'memperdalam' demokrasi, terutama melalui musyawarah kebijakan ditingkatkan, yang pada dasarnya juga mencari untuk memperbaiki ketimpangan tersebut. Pendekatan deliberatif menerima bahwa pemilu tidak dapat dihindari dan diinginkan, tetapi menolak gagasan bahwa preferensi kesejahteraan

sosial pra-politik. Musyawarah, para pendukungnya berpendapat, adalah proses politik dimana preferensi masyarakat yang diubah dalam pertemuan dengan nilai-nilai dan alternatif bukti empiris dan persepsi, dan memindahkan beberapa jalan menuju konsensus. Ketika pemilihan umum terjadi setelah proses musyawarah awal mereka datang lebih dekat dengan mencerminkan preferensi masyarakat yang benar daripada yang akan terjadi. Mereka juga akan lebih langsung demokratis bahwa mereka adalah akan terpengaruh oleh keputusan kebijakan tertentu dari perwakilan telah diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses pembentukan kebijakan. Analisis kebijakan partisipatif menggambarkan satu set model untuk menerapkan ide-ide praktis deliberatif. Masalah konvensi, panel warga dan juri, pertemuan balai kota, dan konferensi konsensus adalah beberapa kegiatan yang telah diujicobakan (Bingham, Nabatchi et al. 2005) Lebih dari munculnya praktik musyawarah,bahwa tidak ada arti menetap pemberdayaan, atau demokrasi, itu semua diperebutkan. Pemberdayaan masyarakat tidak kalah diperebutkan dalam konteks pembangunan internasional, memang, penuh pemberdayaan menyiratkan bahwa masyarakat bahkan mungkin berusaha untuk menolak 'proyek' seluruh pembangunan setelah mereka sepenuhnya memahami sifatnya. Pada tampilan pertama, bagaimanapun, pemberdayaan masyarakat, seperti yang paling sering didefinisikan, tampaknya menjadi satu set sub-, atau prekursor yang diperlukan untuk, pemikiran pembangunan partisipatif dan praktek. Silsilah konseptual pembangunan partisipatif membentang setidaknya kembali ke abad kesembilan belas kritik kolonialisme, dan kemungkinan lebih lanjut untuk Rousseau-ian interpretasi dari kontrak sosial (Cowen dan Shenton 1996) Pada pasca perang manifestasi perkembangannya., Pembangunan partisipatif telah ditentang untuk modernisasi dan neoliberal teori pembangunan. Salah satu cara oposisi ini dapat dicirikan adalah dengan mengidentifikasi setiap sisi teorisasi tentang hubungan antara individu dan pengembangan. Teori Modernisasi, misalnya, melihat individu sebagai warga negara dengan demokrasi perwakilan

baru dibebankan dengan perusahaan bangunan negara kapitalis. Barubaru ini, neo-liberalisme menganggap individu sebagai warga negara baik dan rasional maksimizer utilitas ekonomi (Easterly 2002; tahun2002)

Kedua teori memegang tujuan pembangunan sama ekonomi kapitalis modern, negara dan masyarakat, dan keduanya telah menduduki tempat pusat dalam donor resmi. kebijakan di masa sesudah perang. Secara keseluruhan, mereka dianggap sebagai visi 'hegemonik' pembangunan. Pembangunan partisipatif, dan konsep pemberdayaan masyarakat yang meliputi, benar termasuk dalam bidang kontra-hegemonik teorisasi, bahkan jika itu adalah istilah yang telah semakin banyak digunakan oleh donor resmi. Definisi hubungan individu dengan pembangunan, bahwa, konsepsi dari setiap instansi, ditandai dengan kontra-hegemonik sejarah teoretis. Ketergantungan teori pada akhir 1950-an dan 1960-an diwakili tantangan konseptual besar pertama untuk modernisasi (meskipun pengembangan masyarakat telah dipandang sebagai penting dari perspektif implementasi dari tahun 1940 (Bhattacharyya 1972)). Pertama, modernisasi ditandai membenarkan, dan menjadi produk, ketidaksetaraan struktural eksploitatif dalam sistem kapitalis global yang mendukung industri Utara. (Petiteville 1998) Kedua, mereka melihat individu sebagai didefinisikan oleh posisi mereka dalam sistem kapitalis, dalam cara yang menggemakan prinsip pascakolonialisme. Ekonomi, politik, sosial, budaya dan psikologis dari identifikasi diri individu yang tak terhapuskan ditandai dengan mana individu yang duduk dalam hubungan kapitalis Utara-Selatan (Branson, Guerrero et al. 1998) Oleh karena itu. Munculnya 'kelas bawahan' di bawah kolonialisme; maka kehadiran elit pembangunan di Selatan negara bagian. Setiap instansi, di sini, adalah subordinasi untuk struktur. Hal ini lebih pertanyaan struktur dan agensi bahwa perbedaan antara teori ketergantungan dan versi terbaru dari kontra-hegemonik pemikiran muncul. Produk politik kunci dari teori ketergantungan adalah dorongan berbasis negara untuk Orde Ekonomi Internasional Baru, yang dianggap

sebagai pemberdayaan membutuhkan reformasi sistem kapitalis global, tetapi tersirat bahwa posisi individu dalam sistem yang seolah-olah sebagai korban lokal global yang tidak adil . struktur (Bhagwati 1977; Makki 2004) Menantang struktur tersebut adalah peran negara - terlepas dari sejarah pembentukan dan sifat pemerintah mereka - dan bukan non-negara kolektif individu, baik itu masyarakat atau organisasi masyarakat sipil atau lainnya pengelompokan. Pengembangan radikal berteori menantang ini, dan melakukannya dengan mengacu lebih eksplisit untuk pemberdayaan keadilan, yang didefinisikan dengan mengacu pada interpretasi Marxis emansipasi. Sementara teori pengembangan radikal menerima bahwa kekuasaan dalam konteks pembangunan baik mungkin mengikuti 'pertama atau kedua' Lukes dimensi '(paksaan dan kontrol agenda), mereka ditekankan Lukes pandangan dimensi ketiga' '(cooption), dan dianggap sebagai pemberdayaan yang melibatkan kebangkitan populasi untuk posisi tersebut, nyata merugikan di mana mereka berada. (Lukes 1974) Untuk mengetahui bahwa mereka berdaya adalah langkah awal kunci untuk 'mengembangkan' populasi memulai proses re-mendefinisikan kehidupan mereka ingin memimpin dan posisi mereka terhadap sistem kapitalis dan negara. Dalam konteks ini, mudah untuk melihat mengapa teori radikal dini didefinisikan individu dengan mengacu pada kelas mereka, yaitu, posisi mereka dalam hubungannya dengan pembagian kerja internasional dan mode produksi. (Higgott 1983) teori Kemudian mengambil pandangan yang lebih luas individu dan tempat mereka dalam masyarakat, menyoroti pengaruh untuk setiap instansi diperoleh dengan emansipasi masyarakat lokal, tanpa mengabaikan bagaimana masalah struktural yang lebih luas dalam sistem ekonomi global bekerja dengan cara mereka ke (Leftwich 2005) lokal. kedua kasus pertanyaan Anda tetap siapa yang instigates proses emansipatoris: Sebuah elit revolusioner? Donor atau LSM bertindak sebagai katalis eksternal? Teori pengembangan radikal cenderung katalis hak istimewa eksogen yang lebih endogen.

Pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat muncul paling jelas pada masa setelah teori pembangunan radikal. Mereka berpendapat bahwa individu-individu dalam komunitas lokal mereka memiliki peran penting dalam membebaskan diri mereka sendiri. Ketegangan politik antara setiap instansi dan struktur tetap, secara alami, tetapi saldo yang ada tip lebih ke arah badan. Karya Sen dan Nussbaum dalam mendefinisikan pembangunan sebagai meningkatkan kemampuan individu untuk dapat hidup kehidupan mereka memilih pendekatan adalah contoh kunci dari ini (Sen 1999; Nussbaum 2000) dampak pada struktur lembaga individu melalui pelaksanaan kebebasan melalui. beberapa bentuk pengambilan keputusan kolektif, sebaiknya demokrasi. Asal Sen di bidang ekonomi dan teori pilihan sosial yang jelas di sini karena ia conceptualises pembentukan pengembangan kebijakan sebagai bentuk kesejahteraan sosial pengambilan keputusan dan menyiratkan bahwa kesulitan yang sama berlaku dalam menggabungkan preferensi individu dari seluruh komunitas. Demokrasi sebagai pilihan sosial adalah unsur transformatif diperlukan dalam konsepsi Sen pembangunan, meskipun tidak perlu mengikuti model demokrasi perwakilan barat untuk surat itu. (Sen 2005) Sementara pembahasan di atas mengungkapkan kesamaan

mengenai perdebatan Utara dan Selatan lebih pemberdayaan - baik berkonsultasi dengan seperti tentang posisi individu, biasanya sebagai warga negara, dalam proses pembentukan kebijakan - ada perbedaan penting antara konteks di mana transformasi terjadi. Perubahan demokratis dan sosial di Utara diasumsikan menghasut endogen; hal yang sama tidak dapat dikatakan Selatan. Mengambil contoh dari analisis kebijakan partisipatif dan gerakan yang muncul untuk demokrasi deliberatif dalam, partai politik dan LSM Utara / organisasi masyarakat sipil dan bahkan pemerintah, atau setidaknya cabang birokrasi mereka, semuanya terlibat dengan warga negara pada masalah ini. (Bingham, Nabatchi et al 2005). Ada berbagai klaim sebagai representasi dan legitimasi, dan perdebatan tentang efektivitas rasional model kebijakan partisipatif dan parameter negara, tapi setidaknya ada konsensus yang luas di sebelah kanan pelaku terkait untuk terlibat . Bentuk yang lebih ekstrim dari kontes politik dalam hal pemberdayaan, misalnya, serikat tindakan langsung atas hak industri, dapat menguji bahwa kesepakatan luas, tapi jarang pergi terlalu jauh

dengan

memecahnya

atau

untuk

memicu

perselisihan

sekitar

kedaulatan. Tidak ada resolusi yang nyata untuk ini, tapi, dari perspektif kebijakan penelitian, bahwa kurangnya resolusi bukanlah alasan untuk tidak bertindak. Semua kebijakan publik, termasuk kebijakan pembangunan, harus bekerja dari asumsi bahwa, tidak peduli seberapa baik pembuat kebijakan niat, ada hanya akan menjadi sub-optimal solusi untuk masalah kebijakan. Kemurnian teoritis tidak pernah tercapai di dunia kita yang kompleks, multi-variate - kebijakan sehingga dapat hanya pernah 'satisfice', meminjam dari Herbert Simon. Oleh karena itu mungkin, jika tidak secara teoritis murni, untuk pihak ketiga eksternal memiliki peran dalam memfasilitasi hubungan antara individu dan masyarakat dan negara pada permasalahan tertentu. Ini tidak menganggap intervensi pihak ketiga, atau, bahkan, musyawarah itu sendiri, yang pantas dalam semua kasus, meskipun partisipasi semua pihak terkait dalam pembangunan pengambilan keputusan dipegang keluar sebagai teknik manajemen yang baik, jika tidak ada yang lain, untuk meminimalkan potensi pasca-pembangunan konflik legitimasi. Sehubungan dengan pemberdayaan masyarakat, oleh karena itu, pertanyaan untuk menjawab adalah dalam keadaan apa, dan dalam bentuk apa, adalah intervensi donor eksternal yang sesuai? Adalah mereka yang keadaan dimana donor eksternal memfasilitasi mode pengambilan kebijakan pembangunan partisipatif atau deliberatif yang mengarah pada pemberdayaan masyarakat yang membicarakan baik lembaga dan struktur? Faktor SDM, masih menjadi pokok tantangan dalam pembangunan masyarakat, yang nota bene masih memerlukan pola program dari atas ke bawah (Top Down Planning). Untuk negara maju telah melaksanakan program Buttom up Planning. Indonesia masih pseudo bottom up (bottom up semu, masih berbau top down tetapi samar dan tidak diakui).

b. Dunia yang tanpa batas. Kemajuan IPTEK membawa dunia tanpa batas.Untuk kemajuan IPTEK harus didasarkan dengan SDM masyarakat. Tanpa SDM yang sesuai dengan IPTEK menghambat implementasi wawasan nusantara.

c. Era baru kapitalisme. Era kapitalisme baru tak terpisahkan dari globalisasi. Negara-negara kapitalis selalu mempertahankan dan mengembangkan eksistensinyadibiudang ekonomi dengan menekan negara berkembang dengan isu global yang mencakup demokratisasi, HAM dan lingkungan hidup. (Bagaimana sikap AS dengan sekutunya terhadap negara berkembang. Makna hakiki negara berkembang adalah negara tertinggal, Indonesia negara yang kaya, akan tetapi masyarakatnya adalah masyarakat yang miskin di dunia. Bagaimana mata uang Rupiah dibandingkan dengan mata uang lain di dunia ini. Apa makna jumlah TKI meningkat baik secara legal maupun illegal).

e.

Kesadaran warga negara.

Secara nasional nampak ada kesadaran untuk mempertahankan NKRI. Namun secara regional masih terdapat daerah yang berkehendak untuk memisahkan diri dari NKRI. Ada lagi yang berjuang untuk memecahkan wilayah menjadi wilayah baru yang tidak didasari dengan SDA dan SDM. Hal ini sebagai strategi perebutan kekuasaan dalam suatu wilayah. Akibatnya terjadi perbenturan antar masa yang pro dan kontra.

D. Prospek Implementasi wawasan Nusantara

Tujuan dari Wawasan Nusantara dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan nasional dan tujuan ke dalam. Tujuan nasional dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 45. Pada UUD 45 dijelaskan bahwa tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan tujuan yang kedua, yaitu tujuan ke dalam, adalah untuk mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan, baik alamiah maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia dilihat dari konsep geopolitiknya adalah menjunjung tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan seluruh dunia. Untuk mewujudkan integrasi tanah air serta mencapai tujuan Wawasan Nusantara di atas, maka dipakailah lima asas, yaitu: 1. Satu kesatuan wilayah: a. Satu wadah Bangsa Indonesia yang bersatu; b. Satu kesatuan tumpah darah dengan bersatunya dan dipersatukan segala anugerah dan hakekatnya. 2. Satu kesatuan Negara: a. Satu UUD dan politik pelaksanaannya; b. Satu ideologi dan identitas nasional. 3. Satu kesatuan budaya: a. Satu perwujudan budaya nasional atas dasar Bhinneka Tunggal Ika; b. Satu tertib sosial dan tertib hukum. 4. Satu kesatuan ekonomi: a. Satu tertib ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan; kawasan untuk menyelenggarakan dan membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di

b. Seluruh

potensi

yang secara

ada

atau

yang

dapat

diadakan, suatu

diselenggarakan

total

untuk

mewujudkan

kesatuan sistem pertahanan keamanan, yang meliputi subyek, obyek dan metode. Perwujudan tanah air sebagai satu kesatuan, sudah sesuai dengan aspirasi dari falsafah Pancasila. Pelaksanaan Wawasan Nusantara akan terlihat hasilnya dengan terwujudnya suatu ketahanan nasional Indonesia. Ketahanan nasional Indonesia bersifat defensif serta melihat dan mawas ke dalam disertai usaha untuk membina daya, kekuatan serta kemampuan sendiri, meliputi segenap aspek kehidupan alamiah dan sosial. Dengan wawasan Nusantara, suatu ketahanan nasional dapat tercapai sesuai dengan kepribadian serta bentuk kepulauan Indonesia yang satu kesatuan dalam persatuan ini. Jadi, Wawasan Nusantara bermaksud untuk mewujudkan kesejahteraan, ketenteraman dan keamanan bagi Bangsa Indonesia, dengan demikian ikut melaksanakan ketertiban dunia (World Order). 1. Ajaran Dasar Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara Sebagai Wawasan Nasional Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mejemuk dalam

menyelenggarakan kehidupan di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun Hankan harus mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Sebagai acuan pokok ajaran dasar Wawasan Nusantara adalah wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesia, yaitu cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional.

Landasan Idiil: Pancasila Pancasila sebagai Dasar Negara, Pandangan hidup bangsa, sumber dari segala sumber hukum dan sebagai ideologi bangsa serta sebagai Identitas keserasian, kebersamaan Nasional. dan Pancasila kearifan mencerminkan dan membina nilai keseimbangan, kekeluargaan, Pancasila keselarasan, persatuan dalam kesatuan,

kehidupan.

mempunyai kekuatan hukum yang mengikat para penyelenggara negara, pemimpin, pemerintahan dan seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia telah dijadikan landasan Idiil dan dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 45, sehingga Pancasila merupakan landasan Idiil Wawasan Nusantara. Landasan Konstitusional UUD 45 merupakan konstitusi dasar yang menjadi pedoman pokok dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. UUD 45 mengatur dan mengakui bahwa bumi, air dan dirgantara diatasnya serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. 2. Asas Wawasan Nusantara

Asas Kepentingan Bersama Asas ini terutama sekali pada saat menghadapi penjajah untuk merebut kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka asas ini merupakan asas untuk membangun dan mengisi kemerdekaan untuk mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dalam pembukaan UUD 45. Asas Keadilan Asas keadilan tercermin dalam tatapergaulan dengan tidak merugikan para pihak dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi diatas

kepentingan Asas Kejujuran Semua perbuatan sesuai dengan realita, dan hukum. Asas Solidaritas

golongan/umum.

Asas ini merupakan asas saling memahami dan saling menghargai antar sesama dengan tidak membedakan asal usul, agama atau adat istiadat masing-masing. Asas Kerjasama Asas ini menerapkan kebersamaan, gotong royong, ringan sama dijinjing berat Asas Kesetiaan Asas ini bermakna kesetiaan terhadap kesepakatan bersama.3.

sama

dipikul.

Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motovasi,serta ramburam,bu dalam menentukan kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara dari pusat sampai daerah untuk kesejahteraan masyarakat. 4. Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi dari segala aspek kehidupan masyarakat dengan mengutamakan kepentingan umum/nasional. E. KeberhasilanImplementasi wawasan Nusantara Wawasan Nusantara perlu menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, dan menangani permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang beroriantasi kepada kepentingan rakyat dan keutuhan wilayah tanah air. Wawasan Nusantara juga perlu diimplementasikan dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan serta dalam upaya menghadapi tantangan tantangan dewasa ini. Karena itu, setiap warga negara Indonesia perlu memiliki kesadaran untuk :

1. Mengerti, memahami, dan menghayati hak dan kewajiban warga negara serta Hubungan warga negara dengan negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. 2. Mengerti, memahami, dan menghayati bahwa di dalam menyelenggarakan kehidupannya negara memerlukan Konsepsi Wawasan Nusantara, sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki Wawasan Nusantara guna mencapai cita cita dan tujuan nasional. Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara Indonesia agar sadar bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, diperlukan pendekatan dengan program yang teratur, terjadwal, dan terarah. Hal ini akan mewujudkan keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusantara. Dengan demikian Wawasan Nusantara terimplementasi dalam kehidupan nasional guna mewujudkan Ketahanan Nasional.