WAWANCARA PSIKIATRIK

25
WAWANCARA PSIKIATRIK DAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK A. WAWANCARA PSIKIATRIK Dokter mempunyai banyak cara untuk mendiagnosis, menangani, dan mengobati penyakit pasien. Kemampuan untuk mengembangkan hubungan dokter dan pasien yang efektif memerlukan pemahaman yang kuat mengenai kompleksitas perilaku manusia dan pendidikan yang terus menerus mengenai teknik berbicara dan mendengarkan orang lain. Wawancara psikiatri didasarkan atas pengertian psikopatologi dan psikodinamik. Dalam wawancara psikiatri, apakah pasien bersedia mengungkapkan keluhan atau tidak, dipengaruhi oleh hubungan antara dokter dengan pasien. Factor-faktor yang mempengaruhi proses wawancara adalah pasien, situasi klinik, factor teknis, dan gaya/orientasi/pengalaman dokter. Pada umumnya pasien mau bersikap terbuka pada dokter apabila ia merasa: - Dokter mau mendengarkan dengan sabar - Dokter tidak menyerang (dengan kata-kata) dan tidak mengadakan penilaian secara moralistik - Dokter memegang teguh rahasia jabatan - Dokter menggunakan informasi yang didapat dari pasien untuk menolong pasien. 1

Transcript of WAWANCARA PSIKIATRIK

Page 1: WAWANCARA PSIKIATRIK

WAWANCARA PSIKIATRIK

DAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

A. WAWANCARA PSIKIATRIK

Dokter mempunyai banyak cara untuk mendiagnosis, menangani, dan

mengobati penyakit pasien. Kemampuan untuk mengembangkan hubungan dokter

dan pasien yang efektif memerlukan pemahaman yang kuat mengenai

kompleksitas perilaku manusia dan pendidikan yang terus menerus mengenai

teknik berbicara dan mendengarkan orang lain.

Wawancara psikiatri didasarkan atas pengertian psikopatologi dan

psikodinamik. Dalam wawancara psikiatri, apakah pasien bersedia

mengungkapkan keluhan atau tidak, dipengaruhi oleh hubungan antara dokter

dengan pasien. Factor-faktor yang mempengaruhi proses wawancara adalah

pasien, situasi klinik, factor teknis, dan gaya/orientasi/pengalaman dokter.

Pada umumnya pasien mau bersikap terbuka pada dokter apabila ia merasa:

- Dokter mau mendengarkan dengan sabar

- Dokter tidak menyerang (dengan kata-kata) dan tidak mengadakan

penilaian secara moralistik

- Dokter memegang teguh rahasia jabatan

- Dokter menggunakan informasi yang didapat dari pasien untuk menolong

pasien.

Hal- hal yang terjadi saat wawancara

1. Pasien

- Psikopatologi

- Psikodinamik

- Kekuatan kepribadian

- Motivasi

- Transference, proses dimana secara tidak sadar pasien bersikap terhadap

dokternya dengan menggunakan pola perilaku dan berperasaan seperti

menghadapi tokoh yang bermakna dalam hidupnya sewaktu masa anak-anak

1

Page 2: WAWANCARA PSIKIATRIK

- Resistence, beberapa perilaku pasien yang menghambat kemajuan dari proses

pengobatan

2. Dokter

- Aliansi terapeutik, hubungan dokter-pasien dapat digunakan untuk meringankan

gejala pasien

- Counter transference, respon dokter terhadap pasien dimana pasien seperti

figure penting dari masa lalu dokter

- Salam/pembuka pembicaraan/pengungkapan perasaan/peralihan sekonyong-

konyong/ eksplorasi masa lalu dengan menggunakan kata-kata pasien/ pertanyaan

bersifat terbuka-tertutup/ pasien diberi kesempatan bertanya.

Salah satu hal yang paling penting dimiliki oleh dokter adalah kemampuan

untuk melakukan wawancara secara efektif. Wawancara yang dilakukan dengan

terampil mampu menggali data yang diperlukan untuk mengerti dan mengobati

pasien dan dalam proses untuk meningkatkan pengertian dan kepatuhan pasien

terhadap saran dokter. Pada umumnya, pewawancara harus menunjukkan sikap

yang tidak menghakimi, tertarik, keprihatinan dan keramahan, jika tidak, maka

informasi yang penting mungkin tidak dapat diperoleh.

Tiap wawancara mempunyai tiga komponen utama, yaitu memulai

wawancara, wawancara itu sendiri, dan mengakhiri wawancara.

1. Memulai Wawancara

Kesan pertama yang paling penting bagi seorang pasien ditentukan oleh

bagaimana seorang dokter memulai wawancara tersebut. Cara seorang dokter

membuka komunikasi dengan pasien mempunyai efek yang kuat bagi

kelangsungan wawancara. Pasien seringkali merasa cemas pada saat pertama

kali berhadapan dengan dokter, merasa lemah dan terintimidasi. Seorang

dokter yang dapat menegakkan rapport dengan cepat, menempatkan pasien

pada perasaan tenang dan menunjukkan perhatian akan dapat melakukan

pertukaran informasi yang produktif. Pertukaran informasi tersebut penting

untuk menyususn diagnosis yang tepat dan menegakkan tujuan pengobatan.

2. Wawancara Yang Baik

Dalam wawancara yang baik dokter dapat menemukan secara terinci apa

yang mengganggu pasien. Dokter harus melakukan wawancara secara

2

Page 3: WAWANCARA PSIKIATRIK

sistematis untuk mempermudah identifikasi masalah yang relevan dalam

konteks kerja sama yang empatik dan berkelanjutan dengan pasien.

3. Menyimpulkan Wawancara

Pada tahap ini, dokter harus memberikan kesempatan pada pasien untuk

bertanya. Dokter harus mengucapkan terima kasih kepada pasien karena telah

memberikan informasi yang diperlukan. Setiap peresepan obat harus

disampaikan secara jelas dan singkat, dan dokter harus yakin apakah pasien

mengerti cara penggunaannya.

Nancy Andreason dan Donal Black telah menetapkan 11 teknik yang sering

digunakan pada sebagian besar wawancara psikiatrik, yaitu:

1. Dapatkan rapport seawal mungkin pada wawancara

2. Tentukan keluhan utama pasien

3. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnosis banding

sementara

4. Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan diagnostik dengan

menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terinci

5. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk

menentukan dengan akurat jawaban pertanyaan

6. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana

kuatnya pikiran berkaitan

7. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup

8. Jangan takut menanyakan tentang topik yang anda atau pasien rasakan sulit

atau memalukan

9. Tanyakan tentang fikiran bunuh diri

10. Berikan kesempatan kepada pasien untuk menanyakan pertanyaan pada

akhir wawancara

11. Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan rasa kepercayaan dan jika

mungkin harapan

3

Page 4: WAWANCARA PSIKIATRIK

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara psikiatrik,

yaitu :

a. Penatalaksanaan waktu

Konsultasi awal berlangsung selama 30 menit sampai 1 jam, tergantung

keadaan. Wawancara dengan pasien psikotik atau dengan penyakit medis

adalah singkat karena pasien mungkin merasakan bahwa wawancara adalah

menegangkan. Wawancara yang panjang mungkin diperlukan diruang gawat

darurat.

b. Susunan tempat duduk

Cara kursi disusun ditempat periksa dokter psikiatrik adalah mempengaruhi

wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama tingginya, sehingga tidak ada

orang yang melihat kebawah untuk melihat yang lainnya.

c. Tempat periksa dokter psikiatrik

Pasien sering kali mempunyai reaksi terhadap tempat periksa dokternya yang

mungkin menyimpang atau tidak, dan mendengarkan dengan cermat atas

setiap komentar dapat membantu dokter psikiatrik untuk mengerti pasiennya.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pasien berespon lebih positif pada dokter

laki-laki yang menggunakan jas dan dasi dari pada mereka yang tidak.

d. Membuat catatan

Sebagian besar dokter psikiatrik tidak menganjurkan membuat catatan yang

banyak selama suatu sesi, karena menulis dapat menurunkan kemampuan

untuk mendengarkan. Tetapi beberapa pasien dapat mengungkapkan

kemarahan jika dokter psikiatrik tidak menulis catatan selama suatu

wawancara, mereka mungkin merasa takut kalau komentar mereka tidak

cukup penting untuk dicatat.

e. Wawancara selanjutnya

Wawancara yang dilakukan setelah wawancara pertama memungkinkan

pasien mengkoreksi tiap kesalahan informasi yang telah diberikan dalam

pertemuan pertama.

f. Melakukan wawancara situasi

Dokter psikiatrik dilatih untuk bersikap fleksibel dalam memodifikasi gaya

wawancaranya untuk mengikuti situasi tertentu. Pasien yang mempunyai

4

Page 5: WAWANCARA PSIKIATRIK

diagnosis psikiatrik yang berbeda memiliki kemampuan yang berbeda dalam

peran sertanya saat wawancara dan berbeda pula dalam hal tantangan yang

diberikannya pada dokter psikiatrik yang melakukan wawancara. Misalnya :

Pasien depresi dan bunuh diri

Pasien depresi sering tidak mampu untuk bercerita secara spontan dan

adekuat mengenai penyakitnya karena faktor-faktor tertentu seperti

retardasi psikomotor dan keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap

bertanya secara spesifik pada seseorang yang mengalami depresi tentang

riwayat dan gejala yang berhubungan dengan depresi, termasuk

pertanyaan tentang ide bunuh diri. Alasan lain untuk bersikap spesifik

dalam bertanya kepada pasien depresi adalah bahwa pasien tidak

menyadari bahwa gejala tertentu seperti berjalan saat tidur malam atau

meningkatnya keluhan somatik adalah berhubungan dengan gangguan

depresi.

Bunuh Diri

Permasalahan khusus saat mewawancarai pasien yang mengalami depresi

adalah kemungkinan untuk bunuh diri.. Jika dokter psikiatri sudah

memutuskan bahwa pasien berada dalam ancaman resiko untuk bunuh diri,

pasien harus dirawat di rumah sakit atau dilindungi dengan cara lain.

Pasien yang kasar

Pasien yang mungkin mengalami kekerasan harus didekati dengan sikap

dan teknik yang sama dengan yang digunakan pada pasien bunuh diri.

Pertanyaan spesifik yang perlu dijawab oleh pasien yang kasar adalah

termasuk tentang tindakan kekerasan pasien sebelumnya dan kekerasaan

yang dialami semasa kanak-kanak.

Pasien dengan waham

Waham dari seorang pasien tidak boleh ditantang secara langsung. Waham

mungkin merupakan pikiran sebagai suatu strategi pertahanan dan

perlindungan diri pasien, untuk melawan ancaman kecemasan, penurunan

harga diri dan kebingungan. Menantang suatu waham dengan menegaskan

bahwa hal tersebut tidak benar atau tidak mungkin, hanya akan

meningkatkan kecemasan pasien dan seringkali menyebabkan pasien yang

5

Page 6: WAWANCARA PSIKIATRIK

terancam mempertahankan keyakinannya bahkan secara lebih mati-

matian. Tetapi tidak dianjurkan untuk berpura-pura mempercayai waham

pasien. Suatu pendekatan yang sangat membantu adalah menyatakan

bahwa dokter mengerti keyakinan pasien akan waham, tetapi dokter tidak

mempunyai keyakinan yang sama.

g. Mewawancarai sanak saudara

Wawancara dengan anggota keluarga dapat bermanfaat dan mungkin penuh

kesulitan. Wawancara dengan anggota keluarga dapat dilihat dari berbagai

sudut pandang. Jika tujuan dokter adalah untuk mendiagnosis suatu gangguan,

maka semakin banyak fakta yang diberikan kepada dokter, semakin mudah

untuk menyusun diagnosis, prognosis dan pengobatan. Tetapi dari pandangan,

dinamika dan analitik, jika dokter melihat masalah pasien sangat dipengaruhi

interaksi dengan tokoh penting di dalam kehidupannya, maka kenyataan

eksternal kurang penting dari pada persepsi pasien sendiri. Pada umumnya,

semakin serius keadaan pasien saat datang (sebagai contohnya gangguan

depresi berat, ide bunuh diri atau psikosis), semakin mungkin dan

kemungkinan lebih tepat bagi dokter psikiatrik berhadapan dengan anggota

keluarga.

6

Page 7: WAWANCARA PSIKIATRIK

B. PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

Untuk memeriksa penderita mental perlu diikuti suatu bagan pemeriksaan

agar lebih sistematis, sehingga paling sedikit hal-hal yang penting tidak

terlupakan.

Riwayat psikiatrik

I. Data identifikasi

II. Keluhan utama

III. Riwayat penyakit sekarang (onset, faktor pencetus)

IV. Riwayat penyakit sebelumnya

A. Psikiatrik

B. Medis

C. Riwayat alkohol dan zat lain

V. Riwayat pribadi

A. Pranatal dan perinatal

B. Masa anak-anak awal (≤ 3 tahun)

C. Masa anak-anak pertengahan (3-11 tahun)

D. Masa anak-anak akhir (sampai remaja)

E. Masa dewasa

1. Riwayat pekerjaan

2. Riwayat perkawinan dan hubungan/relasi

3. Riwayat pendidikan

4. Keagamaan

5. Aktifitas sosial

6. Situasi hidup sekarang

7. Riwayat hukum

F. Riwayat psikoseksual

G. Riwayat keluarga

H. Mimpi, khayalan, nilai hidup

Tujuan dan Laporan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan keadaan jiwa pada umumnya ialah untuk mendapatkan

satu atau lebih dari pada hal-hal yang di bawah ini yaitu:

7

Page 8: WAWANCARA PSIKIATRIK

1. Menentukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai

dasar pembuatan diagnosa (diagnosa sementara) serta menentukan tingkat

gangguan serta pengobatannya (indikasi pengobatan psikiatrik khusus) dan

selanjutnya penafsiran prognosanya.

2. Menggambarkan strukutur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan

riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang dimiliki.

3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien untuk berpartisipasi secara wajar

dalam pengobatan yang cocok baginya.

Laporan pemeriksaan keadaan jiwa atau status mental yang dipakai dalam

psikiatri klinik berarti hasil pemeriksaan jiwa pasien. Adapun laporan

pemeriksaan keadaan jiwa itu merupakan suatu bentuk cerita yang mengandung

banyak hal seperti afek, emosi, cara berbicara (ucapan), persepsi dan fungsi

kognitif termasuk orientasi. Mengingat pendekatan holistik terhadap pasien, maka

laporan pemeriksaan keadaan jiwa itu seharusnya merupakan bagian dari

pemeriksaan umum semua pasien, biarpun hanya singkat, apabila tidak terdapat

tanda-tanda gangguan jiwa.

Suatu formulir laporan pemeriksaan keadaan jiwa yang lebih lengkap

biasanya terdiri dari bagian-bagian :

1. Identifikasi pasien

Data identifikasi memberikan ringkasan demografik tentang nama pasien,

usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, latar belakang etnis dan

agama. Dokter harus menyatakan apakah pasien datang atas keinginan sendiri,

dirujuk atau dibawa oleh orang lain.

Data identifikasi adalah alat untuk memberikan sketsa ringkas tentang

karakteristik pasien yang kemungkinan penting dan dapat mempengaruhi

diagnosis, prognosis, pengobatan dan kepatuhan.

2. Keluhan utama atau sebab utama apakah yang menyebabkan ia datang berobat

(menurut pasien dan /atau keluarganya)

3. Riwayat penyakit sekarang

Bagian ini memberikan gambaran yang lengkap dan kronologis tentang

peristiwa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Hal ini akan membantu

8

Page 9: WAWANCARA PSIKIATRIK

menjawab pertanyaan tentang mengapa pasien datang ke dokter, bagaimana

keadaan hidup pasien saat onset gejala atau perubahan perilaku muncul dan

bagaimana keluarga serta lingkungan memperlakukan pasien.

Perkembangan gejala pasien harus digambarkan dan diringkaskan secara

sistematis. Gejala yang tidak tampak juga harus digambarkan. Jika terdapat

hubungan antara gejala fisik dan psikologis, maka harus dicatat.

4. Riwayat penyakit sebelumnya

Bagian ini merupakan suatu peralihan dari riwayat penyakit sekarang dan

riwayat pribadi pasien. Episode penyakit psikiatrik maupun medis yang

terdahulu harus dijelaskan.

5. Riwayat penyakit dahulu

Melalui informasi riwayat medik yang dahulu, dokter dapat mengetahui

tinjauan medis tentang gejala dan mencatat setiap penyakit medis atau bedah

yang berat dan trauma berat, khususnya yang memerlukan perawatan di rumah

sakit, yang dialami pasien, seperti trauma kraniosereberal, penyakit

neurologis, tumor dan gangguan kejang.

Penyebab, komplikasi dan pengobatan setiap penyakit dan efek penyakit

pada pasien harus dicatat. Pertanyaan spesifik tentang gangguan psikosomatik,

penggunaan alkohol dan zat lain harus dinyatakan dan dicatat.

6. Riwayat pribadi, ditanyakan antara lain mengenai perkembangan fisik dan

mental, hubungan antar manusia, emosi, sifat, minat, kemampuan dan prestasi,

keterampilan, pengalaman penting, kepercayaan, gangguan jiwa yang pernah

dialaminya yang dapat dibagi pada masa kanak-kanak, pubertas, dan dewasa

tua.

7. Riwayat keluarga: orang tua, saudara, susunan keluarga, susunan anggota

rumah tangga dalam keluarga yang ditempatinya, anggota keluarga yang

pernah atau sedang menderita gangguan jiwa serta jenis gangguan jiwa

tersebut.

8. Pemeriksaan fisik

9. Pemeriksaan psikiatrik, meliputi

a. Kejujuran dan kelengkapan informasi

b. Sikap pasien terhadap pemeriksa

9

Page 10: WAWANCARA PSIKIATRIK

c. Rupa pasien

d. Psikomotor

e. Sikap dan tingkah laku umum

f. Afek dan emosi

g. Kualitas bicara dan pikiran

h. Isi bicara dan pikiran

i. Fungsi somatis dan kekhawatiran somatik

j. Persepsi

k. Kesadaran

l. Fungsi Kognitif

m. Pertimbangan

n. Potensi bunuh diri atau melakukan kekerasan

o. Pengertian tentang sikap terhadap gangguannya.

10. Evaluasi psikologik

11. Evaluasi sosiologik

12. Diagnosa/klasifikasi

13. Program pengobatan dan hasilnya

14. Data pengakhiran pengobatan atau pengeluaran pasien dari rumah sakit

15. Tindak lanjut

Prognosa dicatat berdasarkan pengertian si pemeriksa mengenai daya tahan

pasien, kelemahan penyesuaian dirinya, gangguan atau penyakit yang dideritanya

serta kenyataaan hidupnya, dipengaruhi juga oleh riwayat mengenai pola

penyesuaian diri pasien terhadap berbagai stres dahulu dan kestabilannya. Setelah

mengerti benar keadaan pasien serta seluk beluk pengalaman hidupnya barulah si

pemeriksa yang bersangkutan itu memberi rekomendasi mengenai suatu cara

pengobatan.

10

Page 11: WAWANCARA PSIKIATRIK

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang

menggambarkan jumlah total observasi pemeriksa dan kesan tentang pasien

psikiatrik saat wawancara. Pemeriksaan satus mental dalah suatu gambaran

tentang penampilan pasien, bicara, tindakan dan pikiran selama wawancara.

Bahkan jika pasien membisu atau inkoheren atau menolak menjawab pertanyaan,

dokter dapat memperoleh informasi yang banyak melalui observasi yang cermat.

Garis Besar Pemeriksaan Status Mental

I. Gambaran Umum

a. Penampilan

b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

c. Sikap terhadap pemeriksa

II. Mood dan Afek

a. Mood

b. Afek

c. Kesesuaian

III. Bicara

IV. Gangguan persepsi

V. Pikiran

a. Proses atau bentuk pikiran

b. Isi pikiran

VI. Sensorium dan kognitif

a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran

b. Orientasi

c. Daya ingat

d. Konsentrasi dan perhatian

e. Kapasitas untuk membaca dan menulis

f. Kemampuan visuospasial

g. Pikiran abstrak

h. Sumber informasi dan kecerdasan

VII. Pengendalian impuls

11

Page 12: WAWANCARA PSIKIATRIK

VIII. Pertimbangan dan Tilikan

IX. Reliabilitas

I. Gambaran Umum

a. Penampilan

Hal ini adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien dan

kesan fisik secara keseluruhan yang disampaikan kepada dokter psikiatrik,

seperti yang dicerminkan dari postur ketenangan, pakaian, dan dandanan.

Contoh hal-hal di dalam kategori penampilan adalah jenis tubuh, postur,

ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan kuku. Istilah umum yang

digunakan untuk mengggambarkan penampilan adalah tampak sehat, sakit,

agak sakit, seimbang, kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-

anak, dan kacau. Tanda kecemasan dicatat: tangan yang lembab, keringat

pada dahi, postur tegang, mata lebar.

b. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Kategori ini dimaksudkan pada aspek kuantitatif maupun kualitatif

dari perilaku pasien. Yang termasuk di dalamnya adalah manerisme, tiks,

gerakan isyarat, kedutan, perilaku stereotipik, echopraxia, hiperaktivitas,

agitasi, melawan, fleksibilitas, rigiditas, cara berjalan, dan ketangkasan.

Kegelisahan, meremas-remas tangan, melangkah, dan manifestasi fisik

lainnya harus digambarkan. Retardasi psikomotor atau perlambatan

pergerakan tubuh secara umum harus dicatat.

c. Sikap terhadap pemeriksa

Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat digambarkan sebagai

bekerjasama, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, datar, menggoda,

bertahan, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, bermain-main,

menyenangkan, mengelak, atau berlindung. Tiap kata sifat lainnya dapat

digunakan.

12

Page 13: WAWANCARA PSIKIATRIK

II. Mood dan Afek

a. Mood

Mood didefinisikan sebagai emosi yang meresap dan terus menerus

yang mewarnai persepsi seseorang akan dunia. Kata sifat yang sering

digunakan untuk menggambarkan mood adalah depresi, kecewa, mudah

marah, cemas, marah, meluap-luap, euforik, kosong, bersalah, terpesona,

sia-sia, merendahkan diri sendiri, ketakutan, dan membingungkan. Mood

mungkin labil, berarti bahwa mood berfluktuasi atau berubah dengan cepat

antara hal-hal yang ekstrim.

b. Afek

Afek dapat didefinisikan sebagai respon emosional pasien yang

tampak. Afek adalah apa yang disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi

wajah pasien, termasuk jumlah dan macam perilaku ekspresif. Afek

mungkin sejalan dengan mood atau tidak sejalan. Afek digambarkan

sebagai dalam rentang normal, terbatas, tumpul, atau datar. Di dalam

rentang afek yang normal, terdapat variasi dalam ekspresi wajah, irama

suara, penggunaan tangan dan pergerakan tubuh. Jika afek terbatas,

terdapat penurunan jelas di dalam rentang dan intensitas ekspresi.

Demikian juga pada afek tumpul, ekspresi emosional menurun lebih jauh.

Untuk mendiagnosis afek datar, dokter harus tidak menemukan tanda

ekspresi afektif, suara pasien harus monoton, wajah harus imobil.

c. Kesesuaian

Kesesuaian respon emosional pasien dapat dipertimbangkan di

dalam konteks masalah subjektif yang didiskusikan pasien.

III. Bicara

Bagian laporan ini menggambarkan karakteristik fisik dari berbicara.

Bicara dapat digambarkan di dalam kuantitasnya, kecepatan produksi bicara,

dan kualitasnya. Pasien mungkin digambarkan sebagai senang berbicara, suka

mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespon normal terhadap

petunjuk dari pewancara. Bicara mungkin cepat atau lambat, tertekan, ragu-

13

Page 14: WAWANCARA PSIKIATRIK

ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik, bersambungan, terputus-

putus, atau mengomel.

IV. Gangguan Persepsi

Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mungkin berkenaan

dengan diri sendiri atau lingkungan. Sistem sensoris yang terlibat auditorius,

visual, olfaktorius, atau taktil) dan isi pengalaman ilusi atau halusinasi harus

digambarkan. Keadaan terjadinya tiap pengalaman halusinasi adalah penting,

karena halusinasi hipnagogik dan halusinasi hipnopompik adalah mempunyai

kepentingan yang jauh lebih kecil dibandingkan jenis halusinasi lainnya.

V. Pikiran

a. Proses berfikir (bentuk fikiran)

Pasien mungkin memiliki ide yang terlalu melimpah atau kemiskinan ide.

Gangguan dari proses fikiran antara lain pengenduran asosiasi, flight of

ideas, pikiran berpacu, sirkumstansialitas, gado-gado kata, asosiasi bunyi,

penghambatan pikiran, pikiran samar-samar.

b. Isi pikiran

Gangguan isi pikiran adalah waham, preokupasi, obsesi, fobia, gagasan

bunuh diri, kemiskinan isi.

VI. Sensorium dan Kognitif

a. Kesiagaan dan tingkat kesadaran

Gangguan kesadaran biasanya menyatakan adanya gangguan otak organik.

Pengaburan kesadaran adalah penurunan kewaspadaan terhadap lingkungan

secara menyeluruh. Seorang pasien mungkin tidak mampu mempertahankan

perhatiannya terhadap stimulus lingkungan untuk mempertahankan pikiran

atau perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Pasien yang mengalami perubahan

tingkat kesadaran seringkali menunjukkan juga suatu gangguan tingkat

orientasi.

14

Page 15: WAWANCARA PSIKIATRIK

b. Orientasi

Gangguan orientasi biasanya dibedakan menurut waktu, tempat dan orang.

Tiap gangguan biasanya tampak dalam urutan tersebut (yaitu perasaan

tentang waktu terganggu sebelum perasaan tentang tempat), demikian juga

saat pasien membaik gangguan hilang dalam urutan terbalik.

c. Daya Ingat

Daya ingat atau memori biasanya dibagi menjadi empat bidang: daya ingat

jauh, daya ingat masa lalu yang belum lama, daya ingat yang baru saja, dan

daya ingat segera. Reaksi terhadap kehilangan daya ingat dapat memberikan

petunjuk penting tentang gangguan dasar dan mekanisme mengatasinya.

d. Konsentrasi dan perhatian

Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan. Sebagai contoh,

suatu gangguan kognitif, kecemasan depresi, dan stimuli internal seperti

halusinasi dengar, semuanya dapat berperan dalam gangguan konsentrasi.

e. Kemampuan membaca dan menulis

Pasien harus diminta untuk bereaksi terhadap suatu kalimat. Sebagai contoh

tutuplah mata anda dan selanjutnya melakukan apa yang diperintahkan.

Pasien juga diminta untuk menulis kalimat yang sederhana tetapi lengkap.

f. Kemampuan visuospasial

Pasien harus diminta untuk mencontoh suatu gambar, seperti jam atau segi

lima yang berpotongan.

g. Berpikir abstrak

Berpikir abstrak adalah kemampuan pasien untuk berhadapan dengan

konsep. Pasien datang dengan gangguan cara dimana mereka

mengkonseptualisasikan atau menangani gagasan. Disini pasien dapatkah

menjelaskan kemiripan-kemiripan seperti antara buah apel dan buah peer

atau antara kebenaran dan kecantikan?

h. Sumber informasi dan inteligensi

Jika dicurigai suatu kemungkinan gangguan kognitif. Apakah pasien

mempunyai kesulitan dengan tugas mental, seperti menghitung uang

kembalian dari seribu rupiah setelah dibelanjakan lima ratus rupiah.

15

Page 16: WAWANCARA PSIKIATRIK

VII. Pengendalian Impuls

Apakah pasien mampu untuk mengendalikan impuls seksual, agresif, dan

impuls lainnya. Suatu pemeriksaan pengendalian impuls adalah penting dalam

memastikan kesadaran pasien tentang perilaku yang sesuai secara sosial dan

suatu pengukuran tentang kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya sendiri

atau orang lain. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi dari

riwayat pasien sekarang dan dari perilaku yang diobservasi selama

wawancara.

VIII. Pertimbangan dan Tilikan

a. Pertimbangan

Selama perjalanan menggali riwayat penyakit, dokter psikiatrik harus

mampu menilai banyak aspek kemampuan pasien dalam pertimbangan

sosial. Apakah pasien mengerti kemungkinan akibat dari perilakunya, dan

apakah pasien dipengaruhi oleh pengertian tersebut. Dapatkah pasien

memperkirakan apa yang dilakukannya di dalam situasi khayalan.

b. Tilikan

Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka

sakit. Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya atau

menunjukkan suatu kesadaran bahwa mereka sakit tetapi melemparkan

kesalahan kepada orang lain, faktor eksternal atau bahkan faktor organik.

Mereka mungkin mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tetapi

menggambarkannya sebagai suatu yang tidak diketahui atau misterius di

dalam dirinya.

IX. Reliabilitas

Bagian status mental dari laporan menyimpulkan kesan dokter

psikiatrik terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan untuk melaporkan

situasinya dengan akurat. Bagian ini memasukkan suatu perkiraan kesan

dokter psikiatrik pada kebenaran atau kejujuran pasien.

16

Page 17: WAWANCARA PSIKIATRIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis Psikiatri Jilid 1 Edisi Ketujuh. Jakarta :

Binarupa Aksara. 1997. 1-25

17