WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai...

129
WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI RUANG PUBLIK (Studi Kasus Tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan Interaksi Antar Pengunjung Serta Penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman, Solo) SKRIPSI Oleh: Dian Kristiyawati Utomo K8405012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai...

Page 1: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK)

SEBAGAI RUANG PUBLIK

(Studi Kasus Tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan Interaksi Antar

Pengunjung Serta Penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman, Solo)

SKRIPSI

Oleh:

Dian Kristiyawati Utomo

K8405012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

2

WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK)

SEBAGAI RUANG PUBLIK

(Studi Kasus Tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan Interaksi Antar

Pengunjung Serta Penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman, Solo)

Oleh:

Dian Kristiyawati Utomo

K8405012

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

3

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Desember 2009

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Basuki Haryono, M. Pd Atik Catur Budiati, S. Sos, M. A

NIP. 19500225 197501 1 002 NIP. 132 308 880

Page 4: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

4

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs. Noor Muhsin Iskandar, M. Pd ( ........................ )

Sekretaris : Drs. Haryono, M. Si ( ........................ )

Anggota I : Drs. H. Basuki Haryono, M. Pd ( ........................ )

Anggota II : Atik Catur Budiati, S. Sos, M. A ( ........................ )

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

5

ABSTRAK

Dian Kristiyawati Utomo, K8405012, WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI RUANG PUBLIK (Studi Kasus tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan Interaksi antar Pengunjung serta Penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman, Solo). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui HIK sebagai ruang publik yang di lihat dari (1) karakteristik pengunjung yang datang ke HIK (2) materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung ataupun antara pengunjung dan penjaja HIK (3) interaksi yang terjadi sesama pengunjung serta antara pengunjung dan penjaja HIK.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan studi kasus analisis jamak. Sumber data dalam penelitian ini berupa manusia (informan), kejadian atau peristiwa dalam masyarakat, tempat dan lokasi, dan dokumen benda-benda lain yang menunjang penelitian ini. Pengumpulan data menggunakan observasi langsung, wawancara, dokumentasi. Untuk mencari kevaliditasan data menggunakan trianggulasi sumber (data) dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan (1) sifat demokratis HIK sebagai ruang publik yang melihat kesetaraan diantara keanekaragaman pengunjung HIK baik itu dari atribut sosial, budaya, ekonomi serta keragaman komunikasi membuat semua orang saling menghormati dan menghargai. Komunikasi yang terjalin di HIK dapat di lihat melalui kegiatan obrolan dalam berbagai topik antara lain politik, ekonomi, sosial, budaya ataupun hanya sekedar curhat. Di lihat dari sifatnya yang bebas dalam obrolan membuat HIK memiliki fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan berbagai aktivitas (sebagai tempat refreshing). (2) Sifat bermakna dari HIK sebagai ruang publik dapat di lihat dari proses interaksi yang terjalin baik itu interaksi antara penjaja HIK dan pengunjung ataupun antar pengunjung HIK. Proses interaksi yang terjadi di HIK dapat berupa kerjasama dan persaingan. (3) Sifat responsif HIK sebagai ruang publik dapat di peroleh dari respon pengunjung ataupun penjaja HIK terhadap interaksi yang terjalin di HIK serta topik obrolan yang sedang di bicarakan. Respon pengunjung ataupun penjaja HIK dapat berupa kerjasama ataupun persaingan, sedangkan respon terhadap topik obrolan terjadi secara pasif atau aktif. Respon obrolan terjadi secara aktif jika obrolan terjalin lancar dan menyenangkan karena orang yang merespon dapat menanggapinya. Berbeda dengan respon yang terjalin pasif, obrolan akan terhenti dan di ganti dengan topik obrolan lainnya yang lebih mudah di pahami oleh semua orang.

Page 6: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

6

ABSTRACT Dian Kristiyawati Utomo, K8405012, WARUNG HIDANGAN KAMPUNG (HIK) AS A PUBLIC SPHERE (Case Study of the Characteristics of Consuments, Communication and Interaction Between HIK Consument and Salesperson Along The Way of Dr. Rajiman Street, Solo). Essay, Surakarta: Teaching and Education Science Faculty of Sebelas Maret University-Surakarta, 2009.

This study aims to determine HIK as public sphere in view of (1) the characteristics of visitors who come to HIK (2) communication material by fellow consuments or between HIK consuments and salespersons (3) interactions that occur between HIK consument and between consuments and salespersons.

This research uses a qualitative approach method with a case study analysis of multiple. Sources of data in the study of human form (the informant), an event or events in the community, places and location, and documents other things that support this research. The data was collected using direct observation, interviews, documentation. To search for data using validity Triangulation sources (data) and methods. Data analysis techniques use an interactive analysis model.

Based on research results, it can be concluded (1) The character of HIK as democratic public sphere which sees equality among the HIK consuments diversity whether from the social, cultural, economics autributes and also the communication diversity which makes everyone respecting and appreciating each other. The communication happened in HIK could be seen from it’s various to chats like politic, economy, social, culture or just sharing. It is seen from it’s characteristics which are free in it’s chat make HIK functioned to reduce various social tensions to erase boredom and weariness after doing various activities (as refreshing place). (2) The character of HIK as meaningful public sphere can be viewed from the process of interaction that exists that HIK interaction between consuments or between consuments and salespersons. The process of interaction that occurred in HIK can be better co-operation and competition. (3) The character of HIK responsive as a public sphere can be obtained from the response HIK consumens or salespersons of interaction that exists in the HIK and communication topics that are in the talking. Response HIK consuments or salespersons may include cooperation or competition, while the response to the topic of communication occurs passively or actively. Response to actively chatter occurs when the chat woven smooth and enjoyable for people who can respond, give respond. In contrast to the passive response is established, the chat will be stopped and replaced with other chat topics which is easier to be understood by anyone.

Page 7: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

7

MOTTO

“Komunikasi adalah sesuatu yang mudah,

susahnya ialah apabila kita tidak menyebutnya dengan perkataan yang mudah”

(T.S Matthews)

“Suatu lapisan masyarakat hendaknya dileburkan menjadi satu

melalui kesadaran bersama”

(Sri Sathya Sai Baba)

“Rasa kebersamaan sangat perlu dalam menjaga hubungan timbal balik”

(Anonim)

“Rasa takut terhadap manusia jangan sampai menghalangi kamu untuk

menyatakan apa yang sebenarnya jika memang benar kamu melihatnya,

menyaksikan atau mendengarnya”

(HR Ahmad)

Page 8: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

8

PERSEMBAHAN

Segala syukur kehadirat Allah SWT

Karya ini dipersembahkan

kepada:

Ibu dan Bapak tercinta atas doa dan pengorbanannya

Kakakku tersayang, Ima

Sahabat-sahabatku,

Teman-teman Sos-Ant’05

dan almamater

Page 9: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

9

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat karunia-Nya dan kemudahan dalam penyelesain skripsi ini untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah berjalan

dengan mudah, akan tetapi banyak hambatan yang menyertainya. Oleh karena itu

sudah sepantasnya peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

peneliti hormati:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta;

2. Bapak Drs. H. Syaiful Bachri, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas

Maret Surakarta;

3. Bapak Drs. H. MH Sukarno, M. Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Sosiologi-Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta;

4. Bapak Drs. H. Basuki Haryono, M. Pd selaku Pembimbing I yang dengan

sabar dan penuh perhatian memberikan pengarahan dan bimbingannya;

5. Ibu Atik Catur Budiati, S. Sos, MA selaku Pembimbing Akademik dan

Pembimbing II yang dengan sabar dan penuh perhatian memberikan

pengarahan, masukan serta saran yang membangun demi penyempurnaan

penulisan skripsi;

6. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi yang telah memberikan ilmu kepada peneliti selama di

bangku kuliah;

7. Bapak Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbang dan Linmas) Kota Surakarta beserta stafnya atas pelayanan

dalam pembuatan surat ijin penelitian;

Page 10: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

10

8. Bapak Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kota Surakarta beserta stafnya atas pelayanan dalam pembuatan surat ijin

penelitian;

9. Bapak Kepala Dinas Pasar Kota Surakarta beserta stafnya atas ijin yang

diberikan untuk mengadakan penelitian serta informasi yang diperlukan

dalam penyusunan skripsi;

10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari akan adanya kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Desember 2009

Peneliti

Page 11: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK ...................................................................... v

HALAMAN MOTTO ........................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... viii

KATA PENGANTAR........................................................................... ix

DAFTAR ISI.......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI................................................................ 8

A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 8

B. Penelitian yang Relevan........................................................ 27

C. Kerangka Berfikir ................................................................. 31

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 34

B. Bentuk dan Strategi Penelitian.............................................. 35

C. Sumber dan Jenis Data.......................................................... 38

Page 12: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

12

D. Teknik Pengumpulan Data.................................................... 40

E. Teknik Analisis Data............................................................. 42

F. Validitas Data........................................................................ 43

G. Prosedur Penelitian ............................................................... 45

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ………………………... 47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 47

B. Deskripsi Data Penelitian...................................................... 51

1. Karakteristik Pengunjung HIK........................................ 52

2. Obrolan Di HIK .............................................................. 62

3. Interaksi yang Terjadi Di HIK ........................................ 76

C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 79

1. HIK Sebagai Wahana Demokratis .................................. 87

a. Diferensiasi Pengunjung HIK..................................... 88

b. Strata Sosial Pengunjung HIK.................................... 92

c. Keanekaragaman Obrolan Yang Terjadi Di HIK ....... 93

2. Kebermaknaan Di HIK .................................................. 98

3. HIK Bersifat Responsif................................................... 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN........................ 106

A. Kesimpulan ........................................................................... 106

B. Implikasi................................................................................ 108

C. Saran...................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 111

LAMPIRAN........................................................................................... 115

Page 13: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

13

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Waktu dan Kegiatan Penelitian...................................... 35

2. Tabel 2 Kerangka Observasi ....................................................... 152

Page 14: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

14

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 Kerangka Berfikir.............................................................. 31

2. Gambar 2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif .... 43

Page 15: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

15

DAFTAR LAMPIRAN

1. Field Note.......................................................................................... 115

2. Interview Guide……………………………………………………. 151

3. Foto-foto Penelitian........................................................................... 154

4. Matrik Analisis Penelitian................................................................. 159

5. Peta Kota Solo................................................................................... 170

6. Peta Jalan Dr Rajiman....................................................................... 171

7. Surat Permohonan Ijin Menyusun Research Kepada Rektor UNS... 172

8. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ........................................ 173

9. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada PD I................... 174

10. Surat Rekomendasi Research dari Bappeda Kota Surakarta ............ 175

11. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian…………………. 176

12. Curriculum Vitae............................................................................... 177

Page 16: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Keterpurukan perekonomian yang di alami saat ini termasuk Indonesia

telah mengakibatkan meningkatnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan dan bertambahnya pengangguran serta berbagai masalah sosial

lainnya. Kondisi perekonomian seperti ini mengakibatkan sektor formal

mengurangi penerimaan pasokan tenaga kerja, bahkan pada pemutusan hubungan

kerja (mem-PHK) pekerjanya. Hal ini membuat sektor informal menjadi salah

satu alternatif tumpuan dan harapan bagi masyarakat. Keadaan ini menyebabkan

menjamurnya sektor informal, oleh karena itu sektor ini diharapkan dapat menjadi

sektor yang dapat menyerap angka pengangguran dalam masyarakat. Kenyataan

diatas diperkuat oleh ”hasil survei yang sudah dilakukan di berbagai kota di

negara sedang berkembang termasuk Indonesia, yaitu kurang lebih 20%-70%

kesempatan kerja terdapat dalam kegiatan ”kecil-kecilan” dengan ”label” sektor

informal” (Jefta, 2004: 11).

Kegiatan sektor informal yang menonjol biasanya terjadi di kawasan

sangat padat penduduk. Disitu pula pengangguran menjadi masalah utama.

Apalagi perkembangan sektor informal yang tidak terkendali dikarenakan

mudahnya masyarakat untuk memasuki kegiatan di sektor tersebut. Selain itu

dalam melakukan kegiatan usaha di sektor informal tidaklah dibutuhkan

persyaratan yang ketat seperti tingkat pendidikan, banyaknya modal, keahlian

khusus serta berbagai prosedur perijinan formal yang rumit dan susah didapat.

Sebenarnya kemudahan-kemudahan prasyarat untuk memasuki kegiatan usaha di

sektor informal inilah yang menyebabkan sektor ini berkembang di luar batas

kendali. Walaupun begitu kegiatan di sektor ini juga merupakan peluang bagi

masyarakat untuk berkecimpung di dalamnya dengan dukungan kemauan, sedikit

pengetahuan, keterampilan, peralatan yang sederhana serta keuletan berusaha

maka sektor informal mendukung perekonomiann negara. Kemudahan-

Page 17: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

17

kemudahan inilah yang membuat masyarakat tertarik menggeluti kegiatan sektor

informal ini terutama pedagang kaki lima (PKL).

PKL merupakan jenis pekerjaan yang penting dan relatif khas dalam

sektor informal di daerah perkotaan. Kekhasan tersebut tersebut karena kehadiran

PKL merupakan salah satu bagian dari sektor informal yang banyak menyerap

tenaga kerja. PKL merupakan unit usaha kecil yang melakukan usaha untuk

menciptakan lapangan kerja dan penghasilan bagi mereka, sehingga unit usaha ini

telah mampu menunjukkan diri sebagai usaha mandiri yaitu kegiatan usaha yang

dilakukan sendiri. Kategori PKL disini adalah mereka yang melakukan kegiatan

usahanya dengan berjualan di sebagian jalan atau trotoar dan biasanya mengambil

tempat atau lokasi di daerah-daerah keramaian umum seperti di depan pertokoan,

pinggir jalan, terminal, sekolahan/kampus, tempat pemberhentian kendaraan,

rumah sakit, tempat ibadah dan lainnya.

Perkembangan PKL tidak pernah ada hentinya seiring dengan

pertambahan penduduk. Hal ini membawa akibat positif dan negatif, positifnya

perdagangan terlihat dari fungsinya sebagai alternatif dalam mengurangi jumlah

pengangguran serta dapat melayani kebutuhan masyarakat khususnya bagi

golongan ekonomi menengah kebawah. Negatifnya sendiri dapat menimbulkan

masalah dalam pengembangan tata ruang kota seperti menganggu ketertiban

umum, kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas, problema penataan dan

kebersihan lingkungan, merusak keindahan. Walaupun terkadang dianggap

mengganggu pemandangan kota, keberadaan PKL tetap nilai perlu. Selain sebagai

salah satu solusi pengangguran, keberadaan PKL turut menyumbang pendapatan

daerah.

Pengusaha wedangan atau ada yang menyebutnya HIK adalah

merupakan rumpun pedagang kaki lima (PKL) termasuk dalam kategori sektor

perekonomian informal yang spesifik bagi Kota Solo. Selain sering disebut

dengan HIK ada istilah unik lainnya yaitu warung ceret telu (disebut demikian

karena di gerobag selalu ada tiga ceret/ketel yang jumlahnya tiga buah), warung

kucingan (karena lokasinya yang kebanyakan di gang-gang kampung serta karena

yang di jual di warung HIK identik dengan nasi kucing yaitu nasi lauk

Page 18: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

18

bandeng/ikan plus sambal). Di Solo warung seperti ini lebih di kenal dengan nama

HIK. HIK yang merupakan kepanjangan dari “Hidangan Istimewa Kampung”

adalah semacam warung makan yang berupa gerobak kayu yang ditutupi dengan

kain terpal plastik dengan warna khas, biru atau oranye menyolok. Warung HIK

inipun juga “berwujud” gerobak kayu berisi aneka makanan dan tiga buah ceret,

beratap tenda plastik warna oranye atau biru yang dikelilingi kursi kayu panjang

dan diterangi senthir (lampu minyak). “ Gerobak berfungsi sebagai meja makan

sekaligus etalase yang mendisplay beraneka macam makanan” (Trah, 2008).

Awal berdirinya HIK sekitar tahun 1950-an dari sesosok Mbah

Pawiro/Pairo yang berasal dari Cawas, Klaten. Beliau yang merantau dari desanya

menuju kota menggelar dagangan di sekitar emperan Stasiun Tugu Yogyakarta.

Pada saat itu Mbah Pawiro/Pairo berdagang masih menggunakan pikulan

(angkring yang dipikul di pundak). Saat itu pedagang seperti Mbah Pawiro/Pairo

dikenal dengan pedagang ting-ting atau HIK. Hal ini dikarenakan biasanya

mereka ”bedagang berkeliling kampung dengan meneriakkan kata "hhiikk...

hiiiyyeeekkk" serta menghiaskan dagangannya dengan hiasan lentera (lampu

ting). Tetapi di Surakarta sendiri nama atau sebutan HIK bermula dari tradisi

"Malam Selikuran" Keraton Surakarta” (Nn, 2008).

Pada dasarnya HIK adalah penjual wedang (minuman panas) dan jajanan

maupun penganan yang cocok untuk mendampingi minuman panas itu. Di masa

lalu, pedagang HIK (hampir semuanya laki-laki), memikul dagangannya

menyusuri jalan-jalan sempit di kampung-kampung. Satu pikulan berisi air panas

yang terus dijaga mendidih. Di pikulan lain penuh jajanan seperti pisang goreng,

pisang rebus, singkong goreng, dan banyak macam lainnya. Untuk menandai

kehadirannya, si pedagang tiap sebentar meneriakkan kata “HIK !”. Peminat akan

keluar rumah, memanggil si penjaja, dan memesan minuman serta mengambil

jajanan yang disukai. Disini semua tetangga juga ikut berkumpul, minum dan

makan bersama-sama, sambil membicarakan bahan pembicaraan tertentu seperti

obrolan tentang ekonomi, sosial ataupun politik, sehingga terjadi ”obrolan yang

bebas dan tidak terarah sehingga sering dikatakan mengobrol ngalor-ngidul

dengan gayeng” (Nn, 2008).

Page 19: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

19

Perkembangannya, warung HIK inipun mengalami kemajuan yang pesat,

baik dalam cara berdagang yang dulu dengan dipikul walaupun juga ada yang

memakai gerobak, sekarang lebih menetap di pinggiran jalan atau trotoar jalan

dengan menggunakan gerobak. Bahkan dari dahulu jualannya hanya pada malam

hari saja. Saat ini HIK dapat dijumpai baik siang, sore ataupun malam hari.

Apalagi tentang prestise tempat makan seperti HIK ini yang dulu sebagai ikon

kaum bawah sekarang menjadi lebih menarik perhatian dari seluruh golongan di

dalam masyarakat tanpa memandang status dan jabatan.

Perubahan yang terjadi pada masyarakatlah yang membuat seluruh

sistem yang didalamnya juga mengikuti perubahan tersebut. Seperti pergeseran-

pergeseran nilai dalam masyarakat juga berubah seiring dengan pertumbuhan

kapitalisme, dimana transformasi kapitalisme mengakibatkan kecenderungan bagi

masyarakat untuk mengikuti pola perubahan yang lebih mencirikan materialisme

ataupun hedonisme. Perubahan yang terjadi menggeser pola pemikiran

masyarakat tentang suatu barang ataupun kebutuhan hidupnya. Salah satu contoh

fenomena yang terjadi saat ini adalah terjadinya pergeseran fungsi makan dari

pemenuhan kebutuhan biologis menjadi pemenuhan akan kebutuhan sosial seperti

perubahan tentang memilih lokasi atau tempat makan. Padahal tujuan utama dari

makan ini sendiri sebenarnya hanyalah untuk mengisi perut dan menghilangkan

rasa lapar. Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja

melainkan lebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat

fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle. Seperti yang di

ungkapkan oleh Abdullah yaitu :

“Makan bukan lagi proses pemuasan kebutuhan biologis, tetapi merupakan kebutuhan simbolis yang dikaitkan dengan jenis makanan, tempat makan, dan suasana yang dihadirkan pada saat makan. Tata makan dan seni di dalam praktik makan telah membentuk suatu lingkaran nilai yang menjauhkan praktik makan dari nilai esensialnya.” (Irwan, 2006: 114)”.

Akhir-akhir ini masyarakat tidak lagi mempermasalahkan hal-hal yang

berhubungan dengan kebutuhan simbolis yang sifatnya mewah (untuk memenuhi

kebutuhan lifestyle) belaka, namun lebih tertarik kepada hal-hal yang berbau

Page 20: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

20

tradisional ataupun bersifat kebersamaan. Perubahan kecil inilah yang

mengakibatkan kebutuhan hidup seperti makan pun juga mengalami perubahan.

Jika dilhat sekarang ini kebanyakan masyarakat lebih tertarik makan di warung

lesehan atau warteg bahkan sampai warung HIK yang terkenal dengan makanan

sederhana atau kampungan, hal ini disebabkan kerena dengan makan di tempat

seperti itu dapat melepaskan beban (tidak terbebani segala macam tata nilai dan

tata norma seperti saat makan di restoran-restoran/café-café). Kini warung-warung

lesehan, warteg, HIK telah menjadi sasaran dari berbagai golongan strata sosial

dan ekonomi yang berbaur menjadi satu tanpa mempermasalahakan statusnya.

Hal ini disebabkan tempat-tempat seperti warteg, HIK, warung lesehan

juga merupakan ranah atau ruang publik layaknya taman kota, halte, pasar dan

sebagainya. Semuanya dikarenakan selain letaknya yang mengambil sebagian

trotoar jalan (yang notabene berfungsi sebagai ruang publik) sehingga tempat-

tempat tersebut juga dirasa sebagai tempat rekreasi dari pada tempat untuk makan,

atau sebagai tempat untuk melebur menjadi satu dengan orang lain untuk bebas

dari berbagai aktivitas sehari-hari layaknya kegunaan ruang publik. Hal seperti ini

terjadi karena terciptanya jalinan yang lebih bebas antara masyarakat dan publik

sejak akhir abad ke-19 sampai abad ke-20 berakibat pada matinya ruang publik

liberal dan munculnya ruang publik yang lebih demokratis, sehingga masyarakat

tidak lagi diawasi oleh pemerintah dalam segala aspek. Hanya saja pemerintah

disini hanya berfungsi sebagai penyedia tempat karena walaupun sudah bebas,

disini pemerintah sebagai penguasa suatu tempat (Negara) dengan segala tata

peraturannya.

Di Kota Solo sendiri banyak tersebar PKL yang menjajakan barang

dagangan masing-masing. Menjamurnya PKL ini terlihat saat melintasi ruas-ruas

jalanan di Solo yang banyak sekali terpampang warung-warung kecil yang

letaknya di pinggir-pinggir jalan baik itu pagi, siang, sore ataupun malam hari.

Khususnya mengenai warung HIK, bila menjelang malam jumlah mereka terus

bertambah sampai ratusan dan menghiasi kanan-kiri jalan hampir di setiap ruas

jalan kota aupun jalan-jalan kampung dengan menu khas masing-masing. Salah

satu daerah di Solo yang sering dipergunakan para PKL yaitu di sepanjang Jalan

Page 21: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

21

Dr Rajiman. Daerah sekitar Jalan Dr Rajiman merupakan areal perekonomian di

Kota Solo apalagi karena banyaknya swalayan dan toko-toko disana maka daerah

tersebut juga disebut daerah pertokoan Pecinan-nya Solo. Selain itu karena

sifatnya yang strategis maka menjadi alternatif utama bagi pedagang terutama

penjaja HIK untuk menggelar dagangan mereka.

Berdasarkan indikator-indikator dalam latar belakang diatas maka

penulis ingin tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul : WARUNG

HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI RUANG

PUBLIK (Studi Kasus tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan Interaksi

antara pengunjung serta penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman Solo)

B. PERUMUSAN MASALAH

Proses terbentuknya HIK sebagai sektor informal merupakan bagian dari

aktivitas malam yang suasananya tradisional, apalagi HIK disini digunakan

sebagai salah satu sarana berinteraksi warga Solo. Dilihat dari hal tersebut maka

menarik untuk mengambil perumusan masalah “Bagaimana proses terbentuknya

HIK sebagai ruang publik bagi masyarakat kota Solo?

Dalam penelitian ini, untuk melihat HIK sebagai ruang publik dibatasi

oleh tiga (3) hal yaitu:

a. Bagaimana karakteristik pengunjung yang datang ke HIK?

b. Apa saja materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung ataupun

antara pengunjung dan penjaja HIK?

c. Bagaimana terjadinya proses interaksi yang terjadi sesama pengunjung

serta pengunjung dan penjaja HIK?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari perumusan diatas maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

HIK sebagai ruang publik yang dilihat dari:

a. Karakteristik pengunjung yang datang ke HIK.

Page 22: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

22

b. Materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung ataupun antara

pengunjung dan penjaja HIK.

c. Interaksi yang terjadi sesama pengunjung serta pengunjung dan penjaja

HIK.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk mengidentifikasi keragaman karakteristik pengunjung yang datang

ke HIK sebagai bentuk kedemokratisan ruang publik.

b. Mengidentifikasi materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung

ataupun antara pengunjung dan penjaja HIK sebagai bentuk proses

interaksi dan menggambarkan sifat kedemokratisan dan kebermaknaan

dalam ruang publik.

c. Mengidentifikasi interaksi yang terjadi sesama pengunjung serta

pengunjung dan penjaja HIK sebagai bentuk responsif dari ruang publik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan bagi masyarakat,

terutama tentang salah satu ruang publik yang masih bersifat tradisional

seperti warung hidangan istimewa kampung (HIK) yang memegang adanya

kebersamaan baik antar para pengunjung ataupun pengunjung dengan penjaja

HIK, serta untuk mengetahui proses interaksi yang terjadi di HIK. Apalagi

karena sifatnya yang tradisional sehingga HIK merupakan bentuk pelestarian

kebudayaan bangsa lewat sajian makanan tradisional yang dijajakan disana.

Selain itu sebagai salah satu wacana bagi pemerintah untuk lebih

memperhatikan suatu pekerjaan di bidang informal salah satunya pedagang

kaki lima (PKL) terutama warung HIK agar lebih dikembangkan karena HIK

sendiri juga merupakan suatu cara pelestarian kebudayaan terutama tentang

makanannya walaupun merupakan menu yang ala kadarnya dan murah

meriah. Apalagi karena warung HIK adalah identitas budaya Solo.

Page 23: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Di kota-kota besar kawasan Jawa seperti Semarang, Jakarta, Surabaya,

Yogyakarta dan Solo pasti sudah terbiasa melihat warung-warung yang

menjajakan makanan tradisional dengan sebutan warung angkringan. Warung

angkringan mempunyai banyak nama samaran seperti warung kucingan, atau

ceret telu, lesehan, ataupun HIK demikian orang menamai tempat ini. Angkringan

juga disebut ceret telu sebab gerobag yang digunakan untuk menjajakan berbagai

makanan diatasnya juga berfungsi untuk merebus minuman dengan menggunakan

tiga buah ceret (ketel). Selain itu disebut warung kucingan karena jajanan yang

disediakan disana khas dengan nasi kucing (nasi putih dengan lauk ikan banding

dan sambal), sedang disebut lesehan karena kebanyakan angkringan disediakan

tikar untuk duduk yang dalam bahasa Jawa disebut lesehan. Di Solo warung

angkringan lebih dikenal dengan sebutan “HIK” ada yang mengatakan itu

kepanjangan dari “Hidangan Istimewa Kampung”. Sedangkan angkringan berasal

dari kata bahasa Jawa “angkring” yang artinya duduk santai dengan melipat satu

kaki ke kursi atau berasal dari kata "angkring" yang berasal dari gerobak jualan

yang dipanggul (angkring) atau bisa juga berarti malangkring (nongkrong dengan

menaikkan salah satu kaki diatas kursi). Sedangkan sebutan warung lesehan

karena warung ini juga menyediakan tempat bagi pembeli untuk makan yang

hanya beralaskan tikar, sehingga pembeli harus rela duduk di bawah atau lesehan

(dalam bahasa Jawa).

Awal perkembangan warung HIK ini sangat menarik, yang mana

sebelumnya penjaja HIK menjual makanan/jajanannya dengan cara dipikul

(asongan) memakai angkring berkeliling keluar-masuk kampung (dari satu

kampung ke kampung lainnya) dan kadang dijajakan dengan penanda suara yang

khas berupa teriakan si pedagang dengan vokal keras. Perkembangan HIK pasca

krisis ekonomi tahun 1997 membawa perubahan yang sangat kentara yaitu HIK

kebanyakan tidak lagi dijajakan secara berkeliling, tetapi sudah menetap dengan

Page 24: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

24

sarana gerobak dan penerangan seadanya berupa lampu minyak atau theplok atau

senthir. Barang dagangan yang disajikan antara lain sega (nasi) kucing dengan

sambel trasi dan sedikit ikan asin, berbagai gorengan seperti tahu goreng, tempe

goreng, bakwan, sate usus, cakar ayam, telor puyuh dan tentu saja minuman

hangat seperti kopi, teh, jahe sampai susu. Meskipun sekarang sudah ada

modifikasi warung HIK dengan kelas yang lebih "mewah" dengan suasana

layaknya di restoran atau café-café.

HIK adalah identitas budaya Kota Solo sehingga kalau belum santap

makan malam di sana rasanya belum jadi wong Solo. Usaha kaki lima angkringan

khususnya HIK memang berkembang pesat di Kota Solo dan Yogyakarta. Di

setiap ruas jalan utama maupun gang kampung dapat dengan mudah ditemukan

pedagang yang menjual nasi kucing dan berbagai lauk sederhana pendukungnya.

Bahkan dulu ”warung ini dikenal juga dengan warung remang karena hanya buka

pada malam hari dengan penerangan lampu senthir” (Nn, 2008).

Warung HIK pada dasarnya adalah tempat menjual wedang (minuman)

dan jajanan maupun penganan yang cocok untuk mendampingi minuman panas

itu. Di masa lalu, pedagang HIK atau angkringan (hampir semuanya laki-laki),

memikul dagangannya menyusuri jalan-jalan sempit di kampung-kampung. Satu

pikulan berisi air panas yang terus dijaga mendidih. Di pikulan lain penuh jajanan,

seperti: pisang goreng, pisang rebus, singkong goreng, dan banyak macam

lainnya. Untuk menandai kehadirannya, pedagang tiap sebentar meneriakkan kata

“HIK!”. Peminat akan keluar rumah, memanggil penjaja, dan memesan minuman

serta mengambil jajanan yang disukai. ”Para tetangga pun akan ikut berkumpul,

minum dan makan bersama-sama, sambil mengobrol ngalor-ngidul dengan

gayeng” (Nn, 2008).

Kini mereka menempatkan dagangannya pada sebuah gerobak,

mendorong gerobak itu ke satu pojok kampung, dan mangkal di sana menunggu

pelanggannya. Para pedagang HIK bisaanya muncul sejak senja hari, dan terus

berdagang hingga sekitar pukul tiga dinihari. HIK bukan sekadar tempat berjualan

minuman dan jajanan, melainkan sebuah lembaga rakyat yang telah

Page 25: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

25

mendenyutkan Solo setiap malam, oleh karena itu dibawah ini akan dibahas

tentang:

1. HIK Sebagai Sektor Informal

Warung HIK sebagai bentuk dari sektor informal yang bentuknya

pedagang kaki lima (PKL) merebak dari dualisme ekonomi di Indonesia, dimana

munculnya dilema ekonomi adalah sebagai dampak dari makin kuatnya proses

modernisasi yang bergerak menuju sifat-sifat yang dualistis antara sektor ekonomi

formal dan informal. Sektor informal ini seringkali juga dipandang sebelah mata

dalam kebijakan pembangunana di Indonesia. Selain itu, sektor informal juga

disebut sebagai potret kegagalan proses transformasi struktur ekonomi di

Indonesia dari pertanian menjadi industri yang terlihat semakin langkanya lahan-

lahan pertanian di pedesaan. Di mana perubahan ini dapat di lihat dari banyaknya

masyarakat yang beralih profesi ke pekerjan sektor informal. Dilihat dari hari

kehari ”sektor informal mengalami peningkatan apalagi hal ini didukung oleh

suatu survei yang mengatakan bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor ini

bertambah 2,71%” (Anton, 2006). Fenomena ini terjadi karena terbatasnya

lapangan kerja dan industrialisasi yang terpusat di daerah perkotaan, jadi

berdampak pada tenaga kerja yang terampil saja yang dapat memasuki sektor

formal sementra di sektor informal mengalami peningkatan dalam kapasitas,

intensitas dan jenis kegiataannya.

“Istilah sektor informal pertama-tama dilontarkan oleh Hart tahun 1971

dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian dari angkatan kerja di

kota yang berada diluar pasar tenaga kerja yang terorganisir” (Breman dalam

Chris Maning dan Tadjuddin Noer Effendi, 1996: 138). Hal sama juga

diungkapkan dalam European Journal of Economics, Finance and Administrative

Sciences oleh Rufus bahwa “Konsep “sektor informal” ditemukan pada tahun

1970an,… yang mana sektor informal adalah suatu badan yang tidak terorganisasi

(tidak tersusun), kebanyakan menurut perundang-undangan negara, tetapi tidak

teregistrasi oleh pemerintah (The concept of “informal sector” since its invention

Page 26: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

26

in the 1970s…the informal sector is unorganized, unregulated and mostly legal,

but unregistered” (Akintoye, 2008: 99).

“Sethurman juga ikut memperkenalkan konsep sektor informal melalui

serangkaian penelitian yang mengungkapkan secara lebih terinci tentang sektor

perdagangan dan jasa yang menggelembung dalam jumlah besar, tetapi berskala

kecil seperti PKL” (Didik, 1994: 26). Hal serupa juga diungkapkan oleh Evers

yaitu:

“...sektor informal didefinisikan sebagai bidang di mana produksi barang dan jasa pada umumnya berada di luar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar. Pedagang kaki lima, usaha kecil yang tenaga kerjanya anggota keluarga sendiri, tukang becak, tukang semir sepatu dan pemulung dianggap sebagai perwujudan sektor informal ini (Hans-Dieter Everes dan Rudiger Korff, 2002: 234-235)”.

Dari berbagai jenis pekerjaan di sektor informal yang paling dominan

aktivitasnya adalah PKL, karena merupakan pekerjaan yang paling nyata dan

banyak dari sektor ini sehingga istilah sektor informal sering diidentikkan dengan

jenis pekerjaan yang dilakukan oleh PKL. “PKL sebagai satuan tenaga kerja di

sektor informal menduduki tempat terbanyak dalam hal jumlah angkatan kerja dan

keterlibatan mereka di sektor jasa dan perdagangan” (Cahyono, 1983: 79).

Dimana PKL ini sangat beragam bentuk dan jenisnya dari hari-ke hari seperti

pedagang dorongan dari yang menjual makanan jadi sampai pada penjual

waralaba di pinggir-pinggir jalan, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Gary S.

Fields bahwa,

“….sektor informal mempunyai aktivitas dengan akses yang bebas seperti menjual dagangannya di jalan-jalan (PKL) dan jasa dalam skala kecil yang mendukung mereka untuk mencari uang tambahan, karena pekerjaan seperti ini lebih baik dari pada menjadi pengangguran (…the informal sector has free-entry activities such as street-vending and small scale services that enable those who do such work to eke out a meager existence, which they do because it is better for them than being unemployed (Gary S. Fields, 2007: 3)”

Menurut International Labor Organization (ILO) mendefinisikan,

“sektor informal sebagai sektor yang mudah ntuk dimasuki oleh pengusaha pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga berskala kecil, menggunakan sumber ekonomi

Page 27: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

27

dalam negeri, dimiliki oleh keluarga berskala kecil, menggunakan teknologi padat karya dan teknologi yang disesuaikan, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar bangku sekolah; tidak diatur pemerintah dan bergerak dalam pasar penuh persaingan” (Soedarsono dalam Priyono, Yasin, Hasan dan Hadisumarto, 1982: 58).

Pengertian sektor informal dalam data sensus penduduk dalam Jefta

(2004: 10) disebut “sebagai pekerja yang berusaha sendiri tanpa buruh, bekerja

sendiri dengan buruh tak tetap atau keluarga dan pekerja keluarga tak dibayar”.

Sektor informal menurut Miftah adalah “satu bentuk produksi yang dilakukan

oleh sebagian besar masyarakat lapisan bawah” (Miftah, 1991: 31). Pengertian-

pengertian diatas didukung oleh pengertian dari sektor informal dalam Kamus

Ekonomi Bisnis Perbankan (Guritno, 1994: 369) dimana “sektor informal berasal

dari kata informal sector (sektor tak resmi) khususnya di negeri berkembang

(developing country) adalah mereka yang bergerak dalam pekerjaan padat karya

(laborintensive) (perdagangan, jasa penjahit dan sebagainya) kecil-kecilan”.

Sering dianggap penganggur (unemployed) atau kurang kerja (underemployed)

dan tak tercatat pada statistik kesempatan kerja nasional, meskipun sering

produktif dan banyak menyumbang pada pendapatan nasional (national income).

Umumnya ditandai dengan rasio modal-modal-keluaran (capital-output-ratio)

rendah. Dari berbagai pengertian diatas sektor informal merupakan sektor

perekonomian yang sifatnya masih bersifat tradisional, tidak memerlukan modal

besar dan merupakan wadah yang menyediakan kesempatan kerja bagi

masyarakat diluar perekonomian sektor formal. Namun diluar itu semuanya,

sektor informal baik disadari dan tidak disadari mampu memberikan kontribusi

yang berarti dari sektor penyerapan tenaga kerja sampai menjadi sektor alternatif

selain sektor formal.

Sektor informal sebenarnya menjadi semakin penting keberadaannya

apalagi setelah ekonomi Indonesia dilanda krisis seperti sekarang. Selain itu

sebenarnya “sektor informal mempunyai andil yang cukup berarti di dalam

memberikan tambahan penghasilan rendah di kota apalagi sektor informal

mempunyai kemampuan yang tangguh dalam memberikan peluang pekerjaan bagi

kaum penganggur di kota” (Tadjuddin Noer Effendi, 1995: 87). Atau dengan kata

Page 28: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

28

lain “memberikan kontribusi yang besar dalam aktivitas ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat terutama golongan lemah” (Alisjahbana, 2006: 37).

Namun sektor informal sendiri juga dianggap banyak mengundang masalah di

daerah perkotaan, karena sektor informal terutama yang beroperasi di kota dapat

mengurangi keindahan kota dan diduga sebagai penyebab kemacetan lalu lintas.

Hal senada juga di ungkapkan oleh Mustafa yaitu:

“....keberadaan dan keberlangsungan sektor informal perkotan diwarnai perdebatan wacana antara mereka menyatakan bahwa sektor informal sebagai alternatif kesempatan kerja yang akan meningkatkan pendapatan dan mereka yang mengatakan bahwa sektor informal sebagai patologi sosial yang muncul dalam dinamika pembangunan perkotaan serta mengganggu kenyamanan dan ketertiban (Mustafa, 2008: 4-5).”

Fenomena memekarnya “sektor informal di kota-kota besar di Indonesia,

banyak ditanggapi sebagai “ganjalan” oleh pihak penguasa (pemerintah kota)

karena sektor ini beroperasi ditempat-tempat stategis dan dipandang merusak

lingkungan serta keindahan kota” (Jefta, 2004: 10). Bahkan selain itu dampak dari

sektor informal terutama yang berpangkalan di pinggir-pinggir jalan juga

mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Karena dampak-dampak seperti diatas,

maka ada pemerintah kota yang mengambil kebijaksanaan membatasi ruang gerak

sektor informal, bahkan terkadang pemerintah kota menggunakan cara-cara yang

kurang manusiawi seperti mengusir dengan menghancurkan peralatan usaha para

penjaja di sektor informal ini.

“Kegiatan sektor informal sendiri memiliki ciri seperti tenaga kerja

merupakan anggota keluarga yang tidak dibayar, gerak berpindah-pindah antar

kota dan antar desa serta lainnya” (Murray, 1994: 18). Ciri-ciri sektor informal

menurut Hidayat sebagai berikut:

1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara baik, karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedianya di sektor formal.

2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai izin usaha. 3. Pola kegiatan usaha tidak beraturan baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan

ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari sub sektor ke lain sub sektor. 6. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional.

Page 29: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

29

7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil.

8. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, karena pendidikan yang dipergunakan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.

9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri usahanya dan kalau mengerjakan, buruh berasal dari keluarga.

10. Sumber dana modal usaha pada umumnya dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi.

11. Hasil produksi atau jasa terutama di konsumsikan oleh golongan kota atau desa yang berpenghasilan rendah tetapi kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah (Tadjuddin Noer Effendi, 1995: 91).

Selain itu aktivitas-aktivitas informal adalah sesuatu yang ditandai

dengan : 1. Mudahnya untuk dimasuki 2. Bersandar pada sumberdaya lokal 3. Usaha milik sendiri 4. Operasinya dalam skala kecil 5. Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif (menyesuaikan) 6. Keterampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal, dan 7. Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif (Alan

dan Josef, 1996: 96) Dilihat dari ciri-ciri serta segala aktivitasnya diatas, sektor informal

merupakan suatu sektor perekonomian yang simpel dan sederhana, dimana

masyarakat tidak memerlukan suatu persyaratan khusus untuk berkecimpung di

dalamnya. Untuk menjalankan sektor informal ini hanya memerlukan modal,

pekerja, lokasi yang tidak terlalu spesifik karena dapat dilakukan oleh siapa saja.

Tetapi walaupun begitu, sektor informal merupakan alternatif pekerjaan yang

berpeluang besar untuk menambah penghasilan masyarakat. Perekonomian

disektor informal ini merupakan perekonomian mandiri yang secara langsung

sebenarnya dapat memperbaiki kesejahteraan golongan masyarakat ekonomi

lemah dan mengurangi kemiskinan yang terjadi pada suatu negara.

“Di perkotaan sendiri masyarakat yang bekerja di sektor informal ini

cukup banyak, terutama sebagai pedagang jalanan yang berdagang makanan jadi”

(Murray, 1994: 30). Sektor informal sering dihubungkan dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang pesat terutama di kota-kota besar menjadi pendorong

arus urbanisasi, sehingga ini juga berdampak pada timbulnya faktor informal

khususnya PKL merupakan akibat adanya dualisme ekonomi di perkotaan dan

Page 30: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

30

pedesaan. Apalagi dalam perkembangannya desa menjadi satu gaya hidup dan

kota menjadi gaya hidup yang di sebut urbanisme. Dua-duanya muncul sebagai

dua jenis gaya hidup, yang lantas berubah menjadi dua kutub yang saling

bertentangan (Dhakidae, 1980: 2).

Fenomena dualisme ekonomi yang melahirkan sektor informal ini

memang akibat adanya perbandingan kesempatan kerja yang ada di perkotaan dan

di pedesaan, dimana hal ini berdampak pada urbanisasi besar-besaran dari desa ke

kota. Urbanisasi yang terjadi ini membuat menjamurnya sektor informal

khususnya PKL di pinggir-pingir jalan karena mereka yang datang di perkotaan

(para urban) disini tidak survive dengan perekonomian di kota. Persoalan justru

diambil ketika kedua gaya kehidupan itu bertemu atau dipaksa gaya kehidupan itu

bertemu bila produk industri yang berasal dari kota meluaskan lintasannya dan

menguak tabir-tabir budaya yang melindungi desa, maka desa sudah berada dalam

lintasan pengaruh kota. Desa sudah berpedoman kepada kota sehingga konsumsi

kota menjadi konsumsi desa, bahkan segala perilaku di kota sampai merebak di

desa-desa sehingga sekarang ini pedesaan layaknya perkotaan. Dimana keadaan

ini juga berdampak pada merebaknya sektor informal baik diperkotaan dan

pedesaan, yang berbeda hanyalah dipedesaan sektor informal ini tidak seperti di

perkotan yang jumlahnya terlalu besar.

HIK merupakan salah satu bentuk usaha sektor informal yang berupa

PKL dalam katagori PKL yang sudah menetap seperti warung-warung tenda

lainnya, hanya saja dalam perkembangannya HIK yang dahulu merupakan PKL

malam atau waktu operasinya malam hari sekarang ini HIK bisa di temukan setiap

saat baik itu pagi, siang , sore dan malam hari. Apalagi dilihat dari ciri-ciri sektor

informal diatas pantas saja HIK menjadi bagian dari sektor informal ini. Sampai-

sampai sekarang ini penjaja HIK merupakan salah satu alternatif masyarakat

untuk mencari nafkah, sebab penjaja HIK ini boleh dibilang simpel dimana hanya

memerlukan modal kecil sebab makanan yang dijajakan pun merupakan makanan

titipan dari orang lain (setoran) yang akan dibayar saat makanan habis terjual.

Sehingga penjaja hanya perlu mempersiapkan sajian minumannya saja seperti

minuman (wedang) jahe, teh, kopi dan sebagainya yang disajikan hangat ataupun

Page 31: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

31

dingin. Jadi usaha HIK ini sebenarnya merupakan usaha sektor informal yang di

dalamnya terdapat beberapa usaha rumah tangga.

Pedagang warung HIK merupakan salah satu pedagang sektor informal

yang mampu bertahan menghadapi dampak krisis ekonomi yang terjadi di

Indonesia. Di samping mampu memberikan pendapatan untuk keluarga yang

relatif cukup, mereka juga mampu membuka lapangan pekerjaan dan sekaligus

mengurangi angka pengangguran. Bahkan keberadaan pedagang warung HIK

mampu menghidupkan suasana kota pada malam hari. Dengan adanya aktifitas

ekonomi di malam hari suasana kota menjadi tidak sepi. Dengan adanya warung

HIK berarti tersedia tempat bagi masyarakat yang membutuhkan tempat untuk

santai, ngobrol, dan berdiskusi pada malam hari.

2. HIK Sebagai Ruang Publik

Geertz dalam bukunya Penjaja dan Raja menyadari bahwa,

“perubahan-perubahan di masyarakat termasuk di dalam pertumbuhan ekonomi tidaklah berjalan melalui pola-pola radikal”. Perubahan-perubahan masyarakat berjalan lama menuruti pola-pola perubahan yang setahap demi setahap "gradual change" yang tampak dalam sikap dan tingkah laku anggota-anggota masyarakat, dan bukan dalam pendapatan serta produksi seperti dalam proses ekonomi” (Geertz, 1973: xix).

Dimana modernisasi ini mempengaruhi tingkah laku (perilaku)

masyarakat. “Pembangunan di negara berkembang khususnya Indonesia sendiri

menghasilkan citra baru dimana konsumsi menjadi suatu dimensi status dan

prestise (gengsi) dalam barang-barang pemenuhan kebutuhan sehari-hari ”seperti

makanan, minuman, pakaian dan sebagainya dalam memenuhi kehidupan

sosialnya” (Murray, 1994: xiii).

Perubahan-perubahan tersebut akan berjalan setahap demi setahap dalam

jangka waktu yang lama yang di mulai dari perubahan-perubahan di dalam nilai-

nilai kehidupan masyarakat dan karakteristik fungsi lembaga-lembaga

masyarakat, yang kemudian merembes melalui kehidupan keluarga, sistem

pendidikan, organisasi ekonomi, politik, yang pada akhirnya muncul sebagai

perubahan sosial budaya yang besar di masyarakat. Seperti yang tergambar di

Page 32: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

32

dalam sektor informal dimana setelah adanya modernisasi yang salah satunya

dengan berkembangnya cara pengolahan makanan (pembuatan makanan) yang

cepat atau sering disebut dengan makanan cepat saji (fast food) yang

dikembangkan oleh restoran-restoran atau café-café hingga makanan ala kadarnya

di warung-warung pinggir jalan yang siap disajikan dengan hanya menunggu di

bukanya warung. Warung memiliki bermacam-macam makna, misalnya saja

warung tegal (warteg) merupakan suatu tempat untuk makan yang tetap dan

khususnya menjual makanan gaya tegal. Warteg pun juga memainkan peran

penting karena selain sebagai tempat untuk menjual makanan juga menjadi pusat

istirahat dan tempat bergosip bagi para pengunjungnya (langganannya). Hal ini

seperti ungkapan Geertz “pasar adalah sebuah lembaga ekonomi dan sekaligus

cara hidup... suatu dunia sosial mendekati lengkap karena itu ia cenderung

mengabaikan keterikatan antara para pedangang pasar dan rumah tangga kampung

dan implikasi-implikasi sosial dari tawar-menawar barang dan gosip” (Murray,

1994: 74-75). Disini HIK pun juga bersifat sama seperti warteg (warung Tegal).

Produksi makanan-makanan yang tersedia di warung-warung makanan

sangat tergantung oleh pasar, sebab pasar sendiri memang dapat memberikan

mode produksi dan konsumsi. Namun dalam pergeseran mode produksi dan

konsumsi yang sangat dipengaruhi oleh tahap ekspansi pasar (kapitalisme), seperti

berbagai definisi dan “nilai menjadi bergeser dan pengaruh sistem dunia yang

dalam konteks sulit dihindari meskipun mode artikulasi akan sangat berbeda dari

satu tempat ke tempat lain” (Irwan, 2006: 177). “Konsumsi makanan dianggap

sebagai bagian dari rekreasi, bukan hanya pemenuhan kebutuhan dasar” (Irwan,

2006: 180)

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat juga membuat

sektor informal memungkinkan terjadinya suatu perlawanan terhadap tekanan-

tekanan dari luar seperti tekanan-tekanan aktivitas-aktivitas para pegunjung dari

kerja dan kehidupan-kedupan sehari-hari yang dirasa membosankan. Selain itu

sekarang warung-warung jalanan yang ada di pinggir-pinggir jalan bisa

digolongkan sebagai ruang publik. Definisi ruang publik adalah sebatas ruangan

yang menyediakan kebebasan berekspresi, beraktivitas, dan memberikan makna

Page 33: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

33

lebih bagi komunitas, dan suasana hati yang nyaman dan tentram. Dan bahwa

ruang publik tidaklah seharusnya sesuatu yang berorientasi ke bisnis, tapi

berorientasi ke arah aktivitas komunitas, dan rekreasional dengan aksesabilitas

yang mudah dan murah.

Konsep ruang publik pada awalnya bermula dari sebuah esai Jurgen

Habermas pada tahun 1962 berjudul The Structural Transformation of The Public

sphere. Dalam esai tersebut, Habermas melihat perkembangan wilayah sosial

yang bebas dari sensor dan dominasi. Wilayah itu disebutnya sebagai “public

sphere”, yakni semua wilayah yang memungkinkan kehidupan sosial kita untuk

membentuk opini publik yang relatif bebas. Ini merupakan sejarah praktek sosial,

politik dan budaya yakni praktek pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi

mengenai masalah-masalah kepentingan sosial umum. “Penekanannya mengenai

pembentukan kepekaan (sense of public), sebagai praktik sosial yang melekat

secara budaya” (Ibnu, 2008). Fathurin yang mengutip Alan McKee menyatakan

beberapa pengertian tentang public sphere sebagai berikut :

“(1) Ruang publik adalah suatu wilayah hidup sosial kita di mana suatu pendapat umum dapat dibentuk diantara warganegara, berhadapan dengan berbagai hal mengenai kepentingan umum tanpa tunduk kepada paksaan dalam menyatakan dan mempublikasikan pandangan mereka.

(2) Ruang publik adalah istilah yang berkenaan dengan metafora yang digunakan untuk menguraikan ruang virtual dimana orang-orang dapat saling berhubungan.

(3) Ruang publik adalah ruang dimana percakapan, gagasan, dan pikiran masyarakat bertemu.

(4) Ruang publik adalah ruang virtual dimana warga negara dari suatu negeri menukar gagasan dan mendiskusikan isu, dalam rangka menjangkau persetujuan tentang berbagai hal yang menyangkut kepentingan umum.

(5) Ruang publik adalah tempat di mana informasi, gagasan dan perberdebatan dapat berlangsung dalam masyarakat dan pendapat politis dapat dibentuk” (Fathurin, 2009).

Ruang publik secara teoritis dapat diartikan sebagai

“wilayah di mana masyarakat sebagai warga negara memikili akses yang luas terhadap setiap kegiatan publik, yang mana warganegara berhak melakukan berbagai kegiatannya secara bebas dan merdeka khususnya dalam hal menyampaikan pendapat, berkumpul dan berserikat” (Nadiroh, 2007: 136).

Page 34: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

34

Sementara itu menurut Pauline Johnson ruang publik adalah,

“…ruang publik merupakan suatu perkumpulan yang memberikan kesempatan pada orang-orang/individu dalam masyarakat untuk memperlihatkan dirinya sebagai pribadi/individu yang memiliki potensi untuk menyamaratakan dalam kepentingan bersama, yang mana hal ini dapat dibangun melalui musyawarah dan partisipasi (Pauline Johnson defines the public sphere as an inclusive mode of association that provides individuals with the opportunity to establish their private concerns as potentially having generalizable significance and where collective aims can be built through deliberation and participation (Pauline Johnson, 2008).

Ruang publik memang merupakan suatu ruang yang bebas yaitu dimana

semua orang-orang yang berada di ruang publik dapat melakukan apapun bahkan

melakukan dialog (percakapan) tanpa adanya sesuatu yang mengikat mereka.

Orang-orang yang terlibat di dalam percakapan public sphere adalah orang-orang

privat bukan orang dengan kepentingan bisnis atau profesional bukan pula pejabat

atau politikus. Tujuan dari ranah publik adalah menjadikan manusia mampu untuk

merefleksikan dirinya secara kritis, baik secara politis-ekonomis maupun budaya.

Menurut Habermas tidak ada aspek kehidupan yang bebas dari kepentingan,

bahkan juga ilmu pengetahuan. Struktur masyarakat yang emansipatif dan bebas

dari dominasi dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk

berpartisipasi dalam pengambilan keputusan adalah struktur ideal. Apa yang ingin

disampaikan oleh Habermas adalah mengenai sistem demokrasi. Habermas yakin

bahwa sebuah ruang publik yang kuat, terpisah dari kepentingan-kepentingan

pribadi, dibutuhkan untuk menjamin tercapainya keadaan ini. Ruang publik yang

dipahami Habermas bukanlah prinsip yang abstrak melainkan sebuah konsep yang

praktis.

Habermas mengangkat obrolan di coffe house (Inggris) abad 18, salons

(Prancis) dan tichgesllschaften atau himpunan masyarakat meja (Jerman) sebagai

ruang publik. Disitulah forum yang ideal tempat berbagai gagasan didiskusikan

secara terbuka. Komentar-komentar yang ada dalam berbagai pemberitaan

diperdebatkan. Pada akhirnya, opini yang tercipta mampu mengubah berbagai

bentuk hubungan dan struktur sosial kemasyarakatan baik di kalangan kaum

Page 35: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

35

aristrokrasi maupun lingkungan bisnis pada umumnya. Bagaimanapun banyak

dari Tischgesellschaften, salons, dan coffe house mungkin berbeda dalam ukuran

dan komposisi publik mereka, gaya cara bekerja mereka, puncak perdebatan

mereka, dan orientasi topik mereka, mereka seluruhnya mengorganisasikan

diskusi diantara masyarakat privat yang cenderung terus menerus, sebab itu

mereka memiliki sejumlah kriteria institusional umum.

Secara institusional, menurut Habermas terdapat kriteria yang

menyamakan ketiga forum diskusi (public sphere) antara lain:

1. Mereka memelihara suatu bentuk hubungan sosial yang jauh dari pensyaratan

kesamaan status. Kecenderungan mengganti penghormatan atas tingkatan

dengan kebijakan yang cocok secara merata. Sama-sama memelihara

kesetaraan sebagai manusia, terlepas dari atribut sosial dan budaya serta

kepentingan ekonomi.

2. Diskusi dalam suatu publik mengisyaratkan permasalahan area yang

kemudian tidak pernah dipersoalkan. Domain “perhatian umum” yang

menjadi objek perhatian kritis publik menetapkan suatu perlindungan diantara

otoritas gereja dan negara yang memiliki monopoli interpretasi tidak hanya

dari mimbar tetapi juga dalam philosopi, literatur dan seni.

3. Proses yang sama yang mengubah budaya kedalam komoditi, public sphere

pada dasarnya bersifat inklusif. Para peserta diskusi senantiasa mengaitkan

dengan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan obyek yang didiskusikan

dapat diakses oleh siapa saja, dengan demikian fungsi publik (dalam hal ini

sekelompok orang yang berdiskusi di coffe house) adalah pendidik. Ruang

publik borjuis memang berkembang dari sistem feodal yang menolak prinsip-

prinsip diskusi publik terbuka pada masalah-masalah universal. Pada awalnya,

para angota public sphere hanyalah kaum borjuis laki-laki, bangsawan, dan

intelaktual yang bertemu untuk mendiskusikan karya-karya sastra (Habermas,

2007: 54 -56).

Namun begitu, dalam kajian Habermas dikemudian hari diskusi-diskusi

tersebut telah bergeser menjadi pembicaraan-pembicaraan politik. Pembicaraan

mengenai hal ini membuka jarak sosial dan merupakan perlawanan terhadap

Page 36: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

36

status quo. Sehingga, tujuan public sphere pun berubah, menjadikan orang

mempunyai sikap kritis terhadap kekuatan negara. Hal senada juga dikatakan oleh

Soules yaitu, menurutnya:

“Habermas menetapkan ruang publik sebagai ruang (tempat) virtual (nyata) atau imajiner (khayalan) dalam masyarakat yang tidak selalu ada di semua ruang pengenalan. Di dalam bentuk ideal, ruang publik adalah "memperbaiki kebersamaan antar pribadi (individu) sebagai publik dan jaringan sosial dengan negara". Melalui tindakan berkumpul dan berdebat (berbicara), ruang publik menghasilkan pendapat dan sikap yang berfungsi untuk menguatkan atau menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan negara. Idealnya ruang publik merupakan sumber opini publik yang diperlukan untuk "mensahkan kewenangan dalam berjalannya demokrasi”.... Habermas percaya pada ruang publik dapat dilakukan dan dikelola melalui dialog, pembicaraan, perdebatan dan diskusi. Dalam "Further Reflections," Habermas menyatakan bahwa debat publik dapat didiskusikan melalui "pengungkapan suatu pendapat sampai dengan membentuk perkumpulan" seperti perkumpulan yang sifatnya sukarela, organisasi sosial, gereja, klub olahraga, kelompok-kelompok masyarakat yang bersangkutan, gerakan bawah tanah, serikat pekerja …… (Habermas defined the public sphere as a virtual or imaginary community which does not necessarily exist in any identifiable space. In its ideal form, the public sphere is "made up of private people gathered together as a public and articulating the needs of society with the state". Through acts of assembly and dialogue, the public sphere generates opinions and attitudes which serve to affirm or challenge--therefore, to guide--the affairs of state. In ideal terms, the public sphere is the source of public opinion needed to "legitimate authority in any democracy"…. Habermas believes the public sphere can be most effectively constituted and maintained through dialogue, acts of speech, through debate and discussion. In "Further Reflections," Habermas claims that public debate can be animated by "opinion-forming associations"--voluntary associations, social organizations, churches, sports clubs, groups of concerned citizens, grassroots movements, trade unions….. (Soules, 2009).

Publik adalah warga negara yang memiliki kesadaran akan dirinya, hak-

haknya, kepentingan-kepentingannya. Publik adalah warga negara yang memiliki

keberanian menegaskan eksistensi dirinya, memperjuangkan pemenuhan hak-

haknya, dan mendesak agar kepentingan-kepentingannya terakomodasi. Sehingga

publik bukanlah kategori pasif, melainkan aktif. Sehingga, publik bukan

kerumunan massa yang diam (mass of silent) tetapi ruang publik adalah tempat

Page 37: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

37

bagi publik untuk mengekspresikan kebebasan dan otonomi mereka, dimana

ruang publik bisa berwujud kebebasan berbicara dan mengungkapkan ide.

Apa yang ditampilkan Habermas tentang public sphere borjuis baik Salon,

Coffe House, dan Tichgesllschaften secara filosofis dan institusional memiliki

kesamaan dalam beberapa hal. Baik Salon, Coffe House, dan Tichgesllschaften

sama-sama melihat kesetaraan sebagai manusia dalam kontek berkomunikasi dan

berbagi informasi melalui tradisi dialog. Dalam diskusi tersebut mereka

melepaskan diri dari berbagi atribut sosial dan budaya serta kepentingan ekonomi

tertentu. Para peserta diskusi disini senantiasa mengaitkan dengan kepentingan

masyarakat luas dan objek yang didiskusikan dapat diakses oleh siapa saja.

Namun walaupun begitu ada perbedaan antara public sphere borjuis pada abad ke-

7 dan ke-8 Eropa dimana yang datang di public sphere borjuis adalah dari

kalangan tertentu, seperti borjuis laki-laki, bangsawan dan intelektual untuk

mendiskusikan karya-karya sastra khususnya persoalan-persoalan karya seni dan

tradisi baca tulis, bvahkan sering pula terjadi diskusi-diskusi tentang perdebatan

ekonomi dan politik. Sementara di Prancis, contoh yang diberikan Jurgen

Habermas, perdebatan-perdebatan semacam ini bisaa terjadi di salon-salon.

Warga-warga Prancis bisaa mendiskusikan buku-buku, karya-karya seni baik

berupa lukisan atau musik. Tetapi dalam perubahannya, sekarang ruang publik

lebih bersifat bebas dalam artian semua masyarakat dari semua kalangan dapat

mengakses ruang ini, bahkan pembicaraan yang terjadi di ruang publik sekarang

ini lebih lebar baik itu masalah pribadi sampai masalah umum ataupun gosip

belaka.

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis dan

bermakna. Responsif dalam arti ruang publik harus dapat digunakan untuk

berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Sementara demokratis berarti ruang

publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar

belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik

manusia. Dan terakhir bermakna yang berarti ruang publik harus memiliki tautan

antara manusia, ruang, dunia luas, dan konteks sosial. Dengan karakteristik ruang

publik sebagai tempat interaksi warga masyarakat, tidak diragukan lagi arti

Page 38: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

38

pentingnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kapital sosial. Namun

sayangnya, arti penting keberadaan ruang-ruang publik tersebut di Indonesia lama

kelamaan diabaikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang wilayah

sehingga ruang yang sangat penting ini lama-kelamaan semakin berkurang.

Ruang-ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan

interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya, seperti

lapangan olah raga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, dan lain sebagainya

lama-kelamaan menghilang digantikan oleh mall, pusat-pusat perbelanjaan, ruko-

ruko, warung-warung dan ruang-ruang bersifat privat lainnya. Dilihat dari ketiga

sifat ruang publik diatas, warung HIK sudah menyangkut ketiga sifat diatas,

bersifat responsif karena di HIK kita bebas melakukan apa saja tanpa batasan dan

melakukan kegiatan apa saja bahkan kegiatan yang sifatnya formal sekalipun

seperti rapat. Dikatakan demokratis, memang warung HIK sekarang tidak hanya

ditujukan kepada golongan ekonomi tertentu melainkan sudah dapat dinikmati

dari berbagai golongan tanpa memandang status. Sedangkan bermakna, warung

HIK ini sebagai ruang interaksi masyarakat dimana di sana kita dapat berinteraksi

dengan siapa saja dengan bahan pembicaraan yang luas tanpa ada batasannya.

Warung HIK dahulu masuk dalam ruang publik kelas marginal-alternatif

atau seringkali dibayangkan ruang publik sebagai sebuah eksklusivitas di ranah

Indonesia. Barangkali karena ruang publik menjadi sebuah ruang yang mahal;

mahal karena kita menemukan keterbatasan-keterbatasan misalnya jumlah dan

luasan yang minim " untuk menjadi sebuah ruang yang benar-benar milik publik"

dan harus dibayar dengan harga yang mahal dibandingkan kepentingan yang

dirasakan lebih penting dari ruang publik itu sendiri. Atau kadang ruang publik

merupakan sebuah ruang sisa dari fasilitas yang diperuntukkan bagi publik,

misalnya saja ruang tunggu yang berada di terminal dan stasiun yang kadang

merupakan sisia ruang dari lahan yang digunakan untuk kepentingan bernilai

ekonomi seperti warung, agen tiket perjalanan, atau jasa ekonomi lain. Trotoar

atau pedestrian atau kaki lima yang notabene sebagai daerah milik jalan tetapi

untuk saat ini bergeser menjadi lahan yang ‘lagi-lagi’ juga bernilai ekonomi bagi

pencari laba seperti pedagang kaki lima, papan iklan atau sektor informal lain.

Page 39: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

39

Ruang publik dapat juga terbentuk secara sendiri tanpa kita ketahui dan kita

rancang sebelumnya, seperti HIK.

HIK sebagai ruang publik dengan karakter yang khas dan sederhana;

gerobak plus lampu minyak atau theplok yang tentunya memiliki nuansa yang

berbeda di dalamnya karena kita akan menemukan ruang dengan aura kehangatan

dan kadang remang-remang oleh efek penerangan lampu theplok tersebut. Ruang

itu akan berarti sebagai ruang publik bila ada sekumpulan orang di dalamnya yang

menikmati hidangan yang dijual dan terjadi interaksi sosial yang hangat antar

pembeli (konsumen) yang saling kenal ataupun yang belum kenal sekalipun, serta

pembeli dengan penjual. Kadang terjadi obrolan yang menarik dan bebas tanpa

terikat oleh aturan dan birokrasi yang ruwet. HIK sebagai ruang publik marginal

sekaligus sebagai ruang publik alternatif karena kita akan menemukan banyak

alternatif di dalamnya seperti alternatif dalam segi finansial (karena tidak

memerlukan biaya mahal untuk mengaksesnya); alternatif menu (karena bukan

makanan yang cepat saji dengan sajian tradisional.dan yang jelas adalah makanan

halal) dan alternatif tempat (tidak memerlukan ruang terlalu besar dan bisaanya

mengambil lahan publik seperti trotoar dan gang-sudut kampung).

Interaksi yang terjadi di HIK sebagai ruang publik terjadi dengan

spontan, karena di ruang publiklah jalinan penyesuaian diri paling banyak dituntut

sebab di sana siapa saja bisa hadir sebagai manusia bebas bahkan interaksi dapat

dilihat dari komunikasi antar individu disana. Komunikasi adalah suatu jenis

interaksi, di mana para partisipan memakai bahasa atau simbol-simbol lain yang

sudah disepakati bersama melalului sarana-sarana komunikasi lewat bahasa dan

simbol-simbol tersebut mempertemukan orang ke dalam relasi-relasi timbal balik.

Komunikasi pada dasarnya adalah proses ketika seseorang berhubungan dengan

orang yang lain serta membangun suatu keterlibatan antara kedua belah pihak,

dalam komunikasi semua orang terlibat. Sehingga dengan komunikasi diharapkan

masing-masing orang memiliki ruang untuk mengaktifkan dirinya, yakni suatu

ekspresi yang ditujukan terhadap orang lain, salah satunya terwujud di dalam

ruang publik.

Page 40: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

40

Interaksi dalam ruang publik dapat juga berupa perdebatan terutama

perdebatan yang bebas dari semua peraturan yang sifatnya formatif saja karena di

ruang publik seperti HIK perdebatan juga bisa sifatnya non-formatif. Karena

sesuai dengan fungsi ruang publik yang bebas sehingga segala interaksi yang

didalamnya tidak bersifat monoton tetapi sifatnya relaks, maka debat yang terjadi

pun bisa berujud suatu pembicaraan non rasional bahkan sampai perdebatan yang

sifatnya jenaka.

Partisipan debat juga diharuskan memiliki kepentingan bersama atas

kebenaran, yang berarti mereka juga harus dapat menunda perbedaan status,

sehingga mereka berbicara dalam keadaan setara. Komunikasi di era modernitas

sendiri adalah komunikasi yang bebas dominasi. Setiap individu memiliki hak

untuk saling berdialog dan berwacana atas segala sesuatu yang terjadi di ruang

publik.

Interaksi ini juga pernah dibahas oleh Georg Simmel atas bentuk-bentuk

interaksi/sosiasi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang

mana Simmel menekankan dalam kehidupan kita diperintah oleh dua kutub.

Kutub-kutub tersebut yaitu kutub individualitas dan kutub yang bersifat umum.

Kutub individualitas seseorang dapat dilihat di dalam pengembangan kepribadian

sesuai dengan ciri khas atau keunikan individu tunggal, sedangkan kutub yang

sifatnya umum dapat dilihat dalam lingkungan sosial/lingkungan kebudayaan

guna memperoleh pengakuan dalam masyarakat. ”Sosiasi adalah bentuk-bentuk

dan pola-pola khusus di mana manusia saling bergaul dan berinteraksi”

(Widyanta, 2002: 89). Dalam hal ini interaksi-interaksi yang semula hanya terjadi

sementara atau pendek dan kemudian berubah menjadi suatu interaksi yang

intensif dan cepat maka disebut sebagai sosiasi. ”Sosiasi ini meliputi berbagai

interaksi yang relatif stabil dan individu yang terlibat dalam interaksi pasti

melibatkan berbagai kepentingan, alasan, persangkalan psikologisnya masing-

masing” (Widyanta, 2002: 88). Diantara kedua kutub ini yaitu antara kepentingan

pribadi dan umum akan terbentuk dalam suatu tempat atau wilayah sosial

(lingkungan sosial/kebudayaan). Dalam wilayah ini manusia diposisikan sebagai

aktor (subyek/self) yang aktif, sehingga Simmel menggambarkan manusia sebagai

Page 41: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

41

makhluk yang berada dalam pusat atau tengah-tengah lingkaran antara wilayah

privat individual, wilayah sosial individual dan wilayah kultural. Di lingkungan

kebudayaan, manusia (individu) barada dalam dua wilayah privat dan sosial

sekaligus, karena individu selain individu memenuhi kebutuan atau keingingan di

wilayah privatnya dia juga sekaligus memenuhi kebutuhan sosialnya. Bisa di

umpamakan bila seseorang berada di dalam suatu wilayah kultural seperti warung

HIK, individu selain memenuhi kebutuhan pribadi (makan, minum, rekreasi, dan

sebagainya) juga sekaligus memenuhi kebutuhan sosialnya yaitu bertemu dengan

orang lain, ngobrol ataupun bentuk interaksi lainnya.

Hal serupa juga dapat di lihat di warung-warung HIK, dimana disana

selain sebagai ruang publik yang merupakan hasil dari kebudayaan dalam

masyarakat juga sekaligus merupakan tempat privat yaitu sebagai tempat dimana

individu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Apalagi karena sifatnya yang

umum memungkinkan di HIK seseorang bisa bebas dalam mengungkapkan segala

hal baik itu sifatnya individualis ataupun sosial. Dalam memenuhi kebutuhan

individual (privat) disini individu bisa menunjukkan kemampuannya atau

berekspresi sesuasai dengan keinginannya tanpa ada suatu peraturan yang

mengikat seperti di ruang umum lainnya. Karena dalam suatu interaksi yang

terjadi di ruang publik seperti warung HIK ini, individu bebas mengungkapkan

segala beban pikirannya sehingga juga terjalin suatu interaksi sosial dengan

individu lain (pengunjung HIK lainnya). Pertama kali di HIK mungkin akan aneh

melihat seseorang dengan bebas membicarakan sesuatu yang sifatnya pribadi,

tetapi bagi individu (anggota masyarakat) yang sering datang ke HIK hal tersebut

merupakan suatu fenomena yang biasa saja. Sebab HIK dimata mereka

merupakan suatu wilayah dimana seseorang melepas segala hal yang pribadi

maupun umum sekaligus sebagai tempat mencari suatu partner, teman bicara atau

berdiskusi mulai dari masalah sekolah, pergaulan remaja, permasalahan pekerjaan,

kondisi perekonomian, pelayanan publik, olah raga sampai dengan masalah

perkembangan politik di daerah atau negara.

Page 42: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

42

B. PENELITIAN YANG RELEVAN Beberapa sumber penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti ada

dua yaitu penelitian dari Noviana Lely Setyowati dan Slamet Santoso. Noviana

Lely Setyowati adalah seorang mahasiswi dari Universitas Sebelas Maret,

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), jurusan Sosiologi. Lely mengambil

penelitian dengan judul Eksistensi Pengusaha HIK dan Kepuasan Pelanggan

(Studi Diskriptif Kualitatif tentang Eksistensi Pengusaha HIK dan Kepuasan

Pelanggan di Sekitar Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta) sebagai syarat

untuk memenuhi tugas-tugas dan melengkapi sarjana FISIP. Penelitian ini sangat

menarik karena disini dikatakan bahwa Pengusaha HIK merupakan alternatif

pekerjaan yang tergolong dalam sektor informal dan juga menghindari pandangan

negatif daripada menganggur. Kegiatan perdagangan HIK merupakan timbal balik

atau sepihak dimana para pelaku dalam perdagangan HIK yaitu pengusaha HIK,

juragan, maupun konsumennya saling berinteraksi sehingga terjadi pertukaran

yang saling menguntungkan. Bahkan pertukaran tersebut akhirnya menjadi suatu

aktivitas yang melembaga dalam struktur sosial yang lebih luas.

Jenis kegiatan perdagangan HIK ini mengalami perubahan dengan segala

atribut yang melekat pada warung tersebut. Eksistensi secara ekonomi, sosial dan

budaya merupakan akibat dari perjuangan yang panjang seperti pengusaha HIK

yang bertahan menghadapi problema-problema kehidupan sosial di masyarakat

Surakarta yang semakin tidak toleran berorientasi pada kehidupan di daerah

asalnya. Namun walaupun terjadi beberapa perubahan dalam menjalankan

usahanya ini, para pengusaha HIK tidak mudah putus asa dalam membangun

usaha dalam sektor ini. Sehingga keberadaan pengusaha HIK makin hari turut

mewarnai kehidupan malam di Surakarta.

Elemen-elemen dasar dalam struktur pengusaha HIK meliputi eksistensi,

fungsionalitas dan kultural. Eksistensi pengusaha HIK sendiri terdiri dari

eksistensi ekonomi, eksistensi sosial, dan eksistensi kultural. Sedang elemen

fungsionalitas diantaranya fungsi ekonomi, fungsi sosial, dan fungsi budaya yang

menimbulkan persepsi dan interaksi masyarakat. Eksistensi kultural dalam HIK

Page 43: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

43

dapat dilihat dari berbagai hidangan yang disajikan dan suasana yang masih ke-

tradisionalan

Alasan yang dikemukakan oleh pengusaha HIK dalam menekuni usaha

berdagang makanan dan minuman disebabkan beban dan resiko yang ditanggung

adalah minimal. Pada umumnya HIK yang ada, sebelumnya berprofesi lain, ada

yang menjadi tukang becak, jual ayam, supir truk dan sebagainya. Proses ini

merupakan penggambaran dalam pekerjaan. Oleh karena itu, menjadi pengusaha

HIK dengan penghasilan yang lumayan dan tanggung jawab yang tidak menuntut

secara ketat menjadi sebuah pilihan bagi mereka yang memiliki ketrempilan dan

pendidikan terbatas.

Beberapa faktor-faktor yang menjadi eksistensi pengusaha HIK dapat

terus berjalan dari penelitian dan observasi yang dilakukan diantaranya yaitu:

1. Fenomena pengusaha HIK memiliki akar historis panjang dalam masyarakat

Surakarta.

2. Fenomena pengusaha HIK bagi masyarakat Surakarta memiliki dimensi

fungsionalitas, sosial dan kultural disebabkan eksistensi pengusaha HIK yang

meliputi eksistensi ekonomi, eksistensi sosial dan eksistensi budaya.

3. Fenomena pengusaha HIK merupakan kegiatan sektor ekonomi informal yang

mempunyai daya serap atau daya tampung cukup besar disebabkan untuk

memasukinya tidak diperlukan persyaratan khusus, seperti: pendidikan,

ketrampilan serta persyaratan formal lainnya.

4. Fenomena pengusaha HIK dilihat dari aspek ekonomi memiliki jangkauan

segmentasi pasar yang luas, bebas dan murah meriah.

5. Fenomena pengusaha HIK merupakan kultur sebagai pos atau tempat

”wedangan” dan ngobrol-ngobrol pada waktu malam, karena apa yang

ditawarkan pengusaha HIK sebenarnya bukan hanya jajanannya seperti nasi

kucing dan ”wedangan” tetapi itu suasana, keramahan, kebebasan serta

kemurahmeriahan juga ditawarkan.

6. Fenomena pengusaha HIK tetap eksis disebabkan pengusahanya memiliki

daya tahan untuk tetap berlangsung dengan mencoba melakukan perubahan-

perubahan tanpa merubah esensi eksistensi pengusaha HIK yang telah ada.

Page 44: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

44

7. Fenomena pengusaha HIK memiliki resikoekonomis yang ringan karena

hampir semua dagangan titipan dan gerobag HIK menyewa dengan tarif antara

Rp 1.500,- sampai dengan Rp 2.000,- per hari. dengan demikian praktis,

pengusaha HIK hanya bermodalkan tenaga.

8. Fenomana eksistensi pengusaha HIK juga dipengaruhi adanya aktifitas

supranatural yaitu dengan melibatkan dukun untuk menjaga usaha HIK tetap

laris.

9. Menjadi pengusaha HIK memiliki suka duka tersendiri dalam menghadapi

resiko-resiko berdagang pada malam hari seperti menghadapi para pemuda

yang suka mabuk dan meminta jenis makanan serta minuman tanpa

membayar. Namun hal ini bagi pengusaha HIK bukan merupakan masalah

yang berarti. Di samping itu suasana tempat HIK yang familiar sebagai tempat

obrolan yang bahkan disertai dengan canda tawa menjadikan pengusaha HIK

serta konsumennya melupakan persoalan-persoalan yang membelit mereka.

Hal ini sangat mendukung pengusaha HIK tersebut terus bertahan.

10. Konsumen HIK merasa puas dengan keberadaan HIK di sekitar kampus UNS.

11. Terjadi hubungan antara pengusaha HIK dengan juragan gerobag, penyetor

makanan dan juga konsumennya. Hubungan disini saling menguntungkan dan

mereka saling tergantung sama lain. Hal ini juga mempengaruhi kepuasan

konsumen sehingga hubungan tersebut menjadi salah satu faktor penting

pengusaha HIK tetap bertahan hingga sekarang.

Disamping faktor-faktor tersebut, juga didukung oleh faktor laian baik itu

alamiah ataupun rekayasa yang semuanya tetap tergantung pada pengusaha HIK

sebagai aktor aktif yang menentukan masa depannya sendiri.

Penelitian yang ke dua dari Slamet Santoso, dia adalah mahasiswa

Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Skripsinya berjudul

Kemampuan Bertahan Pedagang Warung HIK Di Kota Ponorogo (The Survival

Of Hik Vendors In Ponorogo). Penelitiannya ini juga masih senada dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lely, hanya saja penelitian ini lebih berbicara

tentang bertahannya pedagang HIK saja. Di mana pedagang warung HIK di kota

Ponorogo telah mampu berkembang dengan baik dan mampu bertahan

Page 45: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

45

menghadapi persaingan usaha. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan

jumlah pedagang warung HIK yang mengalami peningkatan cukup signifikan dari

tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan menghadapi persaingan

usaha tersebut, di samping didorong faktor ketrampilan dan semangat kerja yang

tinggi, juga didorong oleh berperannya modal sosial di antara pedagang warung

HIK. Modal sosial yang telah berperan pada para pedagang warung HIK adalah

saling memberikan informasi dan bantuan, baik terkait dengan informasi peluang

usaha, lokasi usaha yang startegis, modal usaha, kelompok usaha, maupun tempat

tinggal. Berdasarkan tingkat kemandirian (kepemilikan) pedagang warung HIK

terhadap gerobak untuk berjualan dan penyediaan makanan dan jajanan yang akan

disajikan, pedagang warung HIK di kota Ponorogo dapat digolongkan menjadi

tiga golongan. Ketiga golongan itu ialah pedagang warung HIK yang mandiri,

semi mandiri, dan nonmandiri.

Seorang pedagang warung HIK dikatakan sebagai pedagang yang

mandiri, jika mereka memiliki gerobak sendiri, sekaligus menyiapkan makanan

dan jajanan sendiri, kendati tetap dan selalu bersedia menerima makanan titipan.

Pedagang warung HIK yang termasuk dalam golongan semimandiri adalah

mereka yang memiliki gerobak sendiri, tetapi makanan dan jajanan dipasok oleh

orang lain, biasanya oleh ketua kelompok. Adapun pedagang warung HIK yang

termasuk dalam golongan nonmandiri adalah mereka yang menyewa gerobak dan

sekaligus mengambil makanan dan minuman dari ketua kelompok, sehingga

sifatnya hanya menjualkan saja.

Dari sisi konsumen, pembeli yang datang ke warung HIK tidak hanya

semata-mata didorong oleh motif ekonomi (hanya membeli makanan dan

minuman), tetapi didorong juga oleh motif yang lain, yaitu membutuhkan tempat

yang nyaman untuk bersantai, mengobrol, dan berdiskusi. Kebanyakan pembeli

merasa nyaman untuk singgah berlama-lama di warung HIK. Hal tersebut

disebabkan, di samping minuman dan jajanan yang disajikan cukup bervariasi dan

dapat memesan jajanan yang dibakar, mereka juga dapat memilih tempat duduk

yang disukai untuk bersantai, baik di kursi yang telah disediakan ataupun tempat

duduk lesehan di trotoar dengan beralaskan tikar. Karena suasana tradisional dan

Page 46: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

46

bersifat

sifatnya yang masih menganut kebersamaan pengunjung inilah maka HIK menjadi

suatu usaha yang tetap bertahan dan banyak diminati oleh masyarakat.

Penelitian ini memberikan gambaran bagi peneliti untuk mengetahui

profil penjaja HIK dan suasana dalam HIK sehingga peneliti bias menjalin

interaksi dalam melakukan penelitian.

C. KERANGKA BERFIKIR

Gambar 1: Kerangka Berfikir

Keterangan:

Banyak aktivitas terjadi dalam kehidupan bermasyarakat yang dapat

dilihat dari berbagai sisi diantaranya ekonomi, politik, sosial dan budaya. Dari

berbagai aktivitas tersebut dalam penelitian ini akan lebih mengangkat pada sektor

ekonomi masyarakat, dimana dari sektor ekonomi ini dapat dibedakan menjadi

sektor formal dan informal. Sektor formal dan informal disini merupakan kegiatan

perekonomian yang terbesar di dalam negara-negara berkembang seperti halnya di

HIK di kota Solo

Ruang Publik

Responsif Demokratis

Bermakna

HIK sebagai warung yang

bernuansa tradisional

HIK Sebagai Sektor

Informal

Page 47: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

47

Indonesia. Keberadaan kedua sektor atau yang sering disebut dualisme ekonomi

ini, membawa dampak yang besar bagi kegiatan perekonomian apalagi dari dua

sektor yang paling banyak digeluti oleh masyarakat adalah perekonomian disektor

informal. Sektor informal yang semakin pesat perkembangannya mempunyai

kemampuan yang lumayan dalam memberikan kesempatan kerja bagi kaum

penganggur di kota-kota besar. Kenyataan ini diperkuat oleh ”survei yang sudah

dilakukan di berbagai kota di negara sedang berkembang termasuk Indonesia

dimana ditemukan kurang lebih 20-70% kesempatan kerja terdapat dalam

kegiatan ”kecil-kecilan” dengan label sektor informal” (Jefta, 2004: 11).

Fenomena yang terjadi dalam masyarakat sekarang yang lebih menuju ke

modernitas khususnya dalam bidang informal menyebabkan banyak sektor

informal yang seharusnya dapat menjadi sumber kearifan lokal masyarakat kita

menjadi semakin mundur. Salah satunya yang dapat dianggap sebagai bagian dari

kebisaaan masyarakat kita dan sudah seharusnya mendarah daging adalah PKL

(Pedagang Kaki Lima) khususnya keberadaan HIK (Hidangan Istimewa

Kampung). HIK adalah sebuah dagangan yang bergerak komoditas makanan-

minuman-jajanan yaitu pedagang yang menjajakan makanan, dan minuman.

Apalagi HIK sendiri juga merupakan suatu warung yang bisa digolongkan sebagai

warung yang sifatnya masih tradisional dan menjadi suatu gambaran kehidupan

malam di Kota Solo, kenapa disebut tradisonal karena menyajikan berbagai aneka

makanan jajanan pasar atau makanan tradisional seperti sega (nasi) kucing dengan

sambel trasi dan sedikit ikan asin.; berbagai gorengan seperti tahu goreng, tempe

goreng, bakwan, sate usus, cakar ayam, telor puyuh, bahkan terkadang ada wajik

(makanan yang terbuat dari ketan), klepon (makanan yang bentuknya bulat warna

hijau) dan tentu saja minuman hangat seperti kopi, teh, jahe sampai susu. Nuansa

yang menyajikan aneka makanan tradisional di HIK ini bahkan digunakan sebagai

salah satu cara pelestarian kebudayaan terutama tentang makanannya walaupun

merupakan menu yang ala kadarnya dan murah meriah. Sedangkan HIK sebagai

salah satu fenemena kehidupan malam di Kota Solo sebab warung-warung seperti

ini mudah sekali di jumpai di Solo dari di pinggir jalan besar sampai gang-gang

kecil di perkampungan ataupun di perkotaan saat hari menjelang malam.

Page 48: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

48

HIK yang merupakan simbol dari golongan masyarakat kelas bawah,

sekarang ini karena perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat juga

mempengaruhi perubahan pada sektor informal terutama pada HIK. Perubahan itu

dapat dilihat dimana sekarang ini HIK tidak hanya diminati oleh masyarakat

golongan ekonomi bawah tetapi oleh semua golongan masyarakat tidak

memandang golongan dan stratanya. Di HIK semua orang bisa datang, bisa

berbicara apa saja tanpa ada batasan. Inilah yang membuat HIK menjadi ruang

publik. HIK sebagai ruang publik dengan karakter yang khas dan sederhana.

Ruang publik sendiri ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis dan

bermakna. Dilihat dari ketiga sifat ruang publik diatas, warung HIK sudah

menyangkut ketiga sifat diatas pertama dikatakan demokratis, memang warung

HIK sekarang tidak hanya ditujukan kepada golongan ekonomi tertentu melainkan

sudah dapat dinikmati dari berbagai golongan tanpa memandang status.

Sedangkan bermakna, warung HIK ini sebagai ruang interaksi masyarakat dimana

di sana kita dapat berinteraksi dengan siapa saja dengan bahan pembicaraan yang

luas tanpa ada batasannya. Sedangkan responsif karena kita bebas melakukan

kegiatan apapun disana. Dengan demikian, maka HIK sebagai ruang publik harus

dapat memenuhi ketiga faktor tersebut.

Page 49: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Solo terutama daerah di sepanjang

jalan Dr Rajiman, alasan mengambil lokasi tersebut adalah karena berdasarkan

penelitian pendahuluan lokasi ini menunjukkan adanya banyak PKL termasuk di

dalamnya HIK dari di pagi sampai malam hari, walaupun ada larangan dari

pemerintah kota Solo untuk berjualan dilokasi tersebut. Selain itu banyak

masyarakat yang memanfaatkan jajanan tersebut untuk memenuhi kebutuhan

makanan dan minuman di warung-warung HIK sambil memanfaatkan ngobrol

dengan teman sesama pembeli.

Warung-warung HIK pada awalnya hanya buka saat sore sampai malam

hari, namun pada perkembangannya warung HIK ini bisa kita jumpai dari pagi

sampai malam hari. warung HIK ini bisa ditemui dari pagi sampai malam karena

makin banyak pembeli yang tertarik untuk memenuhi makan dan minum dari pagi

sampai malam hari sehingga menarik penjaja HIK untuk membuka warungnya

dari pagi sampai malam hari.

Alasan ilmiah peneliti mengambil lokasi sepanjang Jalan Dr Rajiman

yaitu karena adanya penataan/penertiban PKL di sepanjang jalan protokol di Kota

Solo. Seiring dengan peresmian program City Walk oleh Pemerintahan Kota Solo

(Pemkot), muncul peraturan yang melarangan para PKL untuk berjualan di

sepanjang Jalan Slamet Riyadi kecuali di depan Solo Grand Mall (SGM). Adanya

larangan tersebut membuat banyak PKL mencari tempat/lokasi alternatif untuk

berjualan, yang salah satunya di sepanjang Jalan Dr Rajiman.

Selain itu, alasan praktis peneliti mengambil lokasi tersebut disebabkan

karena berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga setiap saat peneliti

dapat melakukan observasi kapan saja. Apalagi karena dekat dengan tempat

Page 50: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

50

tinggal maka peneliti dapat mengenal informan lebih dekat sehingga

memungkinkan terjadinya wawancara yang lebih mendalam.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal, penyusunan desain

penelitian, pengumpulan data, analisis data dan penulisan laporan. Adapun rincian

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Waktu dan Kegiatan Penelitian

Waktu No. Kegiatan November’08 Maret

’09 Juni’09 September

’09 Desember

’09 1. Penyusunan

Proposal

2. Penyusunan Desain Penelitian

3. Pengumpulan Data, Analisis Data

4. Penulisan Laporan

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti disini adalah penelitian

kualitatif yang bertujuan untuk menggali atau membangun atau menjelaskan

berbagai fenomena/peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. Peneliti melihat

peristiwa di lapangan dan berupaya menemukan apa yang sedang terjadi dalam

dunia yang diteliti. Penelitian kualitatif seperti ini berupaya “memandang apa

yang sedang terjadi dalam dunia tersebut dan meletakkan temuan-temuan yang

diperoleh didalamnya” (Bungin, 2003: 82). Penelitian kualitatif merupakan

penelitian multimetode dengan satu fokus masalah yang diteliti. Disamping itu

“penelitian kualitatif memiliki sudut pandang naturalistik dan pemahaman

interpretif tentang pengalaman manusia” (Salim, 2006: 35-38). Dalam sudut

pandang naturalistik, topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli (yang

sebenarnya) dari subyek penelitian dimana kondisi ini tidak dipengaruhi oleh

Page 51: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

51

perlakuan (treatment) secara ketat oleh peneliti. Sedangkan sudut pandang

interpretif dalam penelitian kualitatif yaitu penafsiran data (termasuk penarikan

kesimpulannya) secara idiografis, yaitu mengkhususkan kasus daripada secara

nomotetis (mengikuti hukum-hukum generalisasi). Karena “interprestasi dalam

penelitian kualitatif tidak mengarah pada melakukan generalisasi dari hasil

penelitiannya” (sic) (Sutopo, 2002:44). “Metode-metode kualitatif memungkinkan

kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sebagaimana

mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya” (Bogdan, 1993: 30).

Definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualittatif

adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subyek penelitian meliputi perilaku, persepsi, tindakan yang sifatnya secara

holistik dan naturalistik. Penafsiran kualitatif secara ekploratif dari fenomena

sosial disajikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan dengan metode yang

sistematis. Sehingga penelitian secara kualitatif sangat pas untuk meneliti tentang

fenomena sosial khususnya yang berhubungan dengan tindakan/perilaku ataupun

persepsi masyarakat sebab dalam penelitian ini peneliti terjun langsung ke

lapangan.

Oleh karena itu, peneliti disini hendak menjelaskan dan menggali data

tentang fenomena HIK sebagai ruang publik di sepanjang Jalan Dr Rajiman

dengan melihat dari berbagai karakteristik pengunjung yang datang ke HIK,

materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung ataupun antara

pengunjung dan penjaja HIK, serta interaksi yang terjadi sesama pengunjung serta

pengunjung dan penjaja HIK. Semuanya akan disajikan dalam bentuk kata-kata

dan bahasa dengan padat dan jelas sehingga dapat menjelaskan fenomena HIK

sebagai ruang publik kepada pembaca.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian ini adalah penelitian studi kasus eksploratoris, jenis

penelitian ini adalah ”salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang

menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis” (Bungin,

2008: 229). Sedangkan menurut Yin, ”studi kasus adalah suatu inkuiri empiris

Page 52: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

52

yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata” (Yin, 2006: 1).

”Studi kasus eksploratif ini menggunakan desain analisis jamak (multi-level

analysis) karena analisis jamak ini adalah studi kasus yang menyoroti perilaku

kehidupan dari kelompok individu dengan berbagai tingkatan masalah penting”

(Salim, 2006: 121). Studi kasus eksploratoris dengan desain analisis jamak ini

dipilih oleh peneliti sebab sangat cocok dalam meneliti fenomena sosial yang

terjadi dalam masyarakat tentang keberadaan HIK sebagai ruang publik yang

dilihat dari tiga (3) hal yaitu:

a. Karakteristik pengunjung yang datang ke HIK.

b. Materi obrolan yang dilakukan oleh sesama pengunjung ataupun antara

pengunjung dan penjaja HIK.

c. Interaksi yang terjadi sesama pengunjung serta pengunjung dan penjaja HIK.

Penelitian ini menggunakan studi kasus eksplanatoris analisis jamak

dengan maksud agar peneliti mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari

lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas. Studi ini yang akan dilakukan

karena HIK sebagai ruang publik merupakan fenomena sosial yang mempunyai

sisi-sisi unik bermakna bagi lingkungan sekitarnya di dalam komunitas para

peminat HIK sendiri, sebab HIK merupakan salah satu tempat/warung yang

banyak dikunjungi oleh warga Solo karena selain dapat mempererat kebersamaan

para pengunjung lewat interaksi yang terjadi disana serta sebagai salah satu

tempat untuk sekedar melepas lelah setelah seharian melakukan aktivitas.

HIK sebagai ruang publik merupakan suatu fenomena sosial adalah

bagian dari realitas yang terikat oleh interaksi secara dialektis dari subjek dan

objeknya. Akibatnya terdapat banyak realitas sebanyak manusianya yang ada dan

terlibat. Orang boleh membentuk realitas dirinya atau realitas sosialnya menurut

pandangan mereka sendiri dengan cara yang berbeda dalam waktu dan tempat

yang berbeda pula. Menurut Bergner dalam Sutopo menyatakan bahwa

”realitas sosial sebagai hasil kehendak manusia secara sadar tidak mungkin dapat dipisahkan dari kekhususan hubungan antar manusia, termasuk para peneliti yang mengambil bagian di dalamnya serta memberi tafsir mengenai realitas yang dihadapinya" (Sutopo, 2002: 3).

Page 53: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

53

Dalam fenomena HIK sebagai ruang publik juga merupakan relitas yang

terikat oleh interaksi secara dialektis sebab di sana terjadi percakapan (obrolan)

para pengunjung serta akan melihat karakteristik pengunjung HIK, hal inilah yang

akan diteliti oleh peneliti.

C. Sumber dan Jenis Data

Sumber data merupakan bagian yang penting dalam penelitian karena

ketepatan memilih dan menentukan sumber dan jenis data akan menentukan

ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh. Data tidak akan bisa

diperoleh tanpa adanya sumber data. Sumber data dalam penelitian ini berupa

manusia (informan), kejadian atau peristiwa dalam masyarakat, tempat dan lokasi,

dan dokumen benda-benda lain yang menunjang penelitian ini. Informan

(narasumber) adalah individu yang memiliki informasi. Sedangkan menurut

Sutopo,

“Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki oposisi yang sama, dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitati lebih tepatnya disebut sebagai informan daripada responden” (Sutopo, 2002: 50)

Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan kunci

yang terdiri dari penjaja HIK di jalan Dr. Rajiman, serta pengunjung HIK yang

diambil dari berbagai karakteristiknya yaitu berdasarkan beragam usia,

pendidikan, macam kendaraan yang dipakai.

Selain dari sumber data di atas peneliti juga menggunakan jenis data

guna mendukung penelitian yang akan dilakukan. Jenis data yang akan digunakan

oleh peneliti dalan penelitian ini antara lain berupa:

a. Perilaku atau tingkah laku

Data atau informasi dapat dikumpulkan dari peristiwa atau aktivitas

atau perilaku sebagai jenis data yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Dari

Page 54: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

54

pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa mengetahui proses

bagaimana sesuatu terjadi secara pasti. Perilaku sebagai jenis data memang

sangat beragam baik secara sengaja atau tidak, aktivitas berulang atau hanya

satu kali terjadi, aktivitas formal maupun informal dan yang juga tertutup

maupun terbuka untuk bisa diamati siapa saja. “Berbagai permasalahan

memang memerlukan pemahaman lewat kajian perilaku atau sikap dari para

pelaku dalam aktivitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya” (Sutopo,

2002: 51).

Tingkah laku manusia disini dilakukan dengan cara menafsirkan

(memahami). Untuk melakukan ini menuntut apa yang oleh Weber disebut

dengan verstehen, “pemahaman yang empatik atau kemampuan menyerap dan

mengungkapkan lagi perasaan-perasaan, motif-motif dan pemikiran-pemikiran

dibalik tindakan orang lain” (Bogdan, 1993: 45). Data-data ini di dapat dengan

melakukan observasi partisipan aktif atau pengamatan berperan serta di

warung-warung HIK, dimana yang diteliti adalah tentang tingkah laku para

pengunjung dan penjaja HIK yang meliputi interaksi yang dilakukan oleh

pengunjung dan penjaja HIK ataupun antar pengujung ataupun kebiasaan-

kebiasaan/perilaku yang dilakukan di HIK.

b. Ucapan-ucapan atau kata-kata

Ucapan atau kata-kata adalah jenis data yang dapat digunakan jika

peristiwa hanya terjadi satu kali atau hanya berjalan dalam jangka waktu

tertentu dan tidak berulang kembali, maka karena peristiwanya secara langsung

tidak dapat dapat dilihat oleh peneliti sehingga peneliti memperoleh data lewat

ceritera dari narasumber.

Jika jenis data berupa ucapan-ucapan atau kata-kata dari narasumber

dapat dijadikan bukti. ”Bilamana rekaman dilakukan oleh peneliti, hal itu

berarti hanya sebagai tambahan kelengkapan untuk lebih memantapkan catatan

lapangan” (Sutopo, 2002: 53). Dimana data yang berupa ucapan-ucapan ini

diperoleh dari wawancara dengan para informan seperti pengunjung dan

Page 55: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

55

penjaja HIK dari cerita-cerita penjaja dan pengunjung tentang kebiasaan yang

mereka lakukan di HIK.

c. Tulisan-tulisan

Jenis data berupa tulisan-tulisan dapat berupa buku-buku dan artikel-

artikel ataupun lainnya yang merupakan bahan tertulis yang berhubungan

dengan peristiwa atau aktivitas tertentu. “Dalam mengkaji jenis data tertulis,

peneliti sebaiknya tidak hanya mencatat yang tertulis tetapi juga berusaha

menggali dan menangkap makna” yang tersirat di dalamnya (Sutopo, 2002:

54). Catatan tertulis juga bisa berupa tulisan-tulisan dari surat kabar, majalah,

memo dan lainnya. “Catatan-catatan ini bisa mempertajam peneliti untuk

mengarahkan penelitiannya pada garis yang berhasil guna” (Bogdan, 1993:

122). Seperti tulisan-tulisan yang mendukung tentang penelitian ini baik dari

media massa ataupun arsip-arsip dari organisasi yang mewadahi HIK. Catatan

tersebut berupa artikel di media massa, hasil penelitian ataupun tulisan-tulisan

lainnya tentang HIK, sektor informal (PKL) ataupun ruang publik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari jenis data

yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda. Metode observasi dalam

penelitian ini yaitu observasi partisipan aktif atau pengamatan berperan serta.

Dalam observasi partisipan aktif, peneliti berperan aktif sebagai pengamat

yang mengikuti situasi penelitian dengan mempertimbangkan posisi yang bisa

memberikan akses untuk pengumpulan data lengkap dan mendalam (Sutopo,

2002: 67). “Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan pancaindra, karena itu menggukan pengamatannya melalui

hasil kerja pancaindra mata yang dibantu pancaindra lainnya untuk

menangkap fenomena yang sedang diteliti” (Bungin, 2008: 15). Dalam hal ini

Page 56: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

56

peneliti bertindak sebagai instrumen penelitian. Tugas peneliti berupa

pengamatan tentang : apa yang mereka lakukan, apa yang mereka ketahui dan

benda-benda apa saja yang mereka buat dan gunakan dalam kehidupan

mereka.

Observasi partisipan aktif ini digunakan untuk mengamati tentang

aktivitas atau perilaku informan. Dari pengamatan tersebut tugas dari peneliti

seterusnya adalah menangkap makna dari perilaku informan. Pengamatan ini

dilakukan di warung-warung HIK, baik itu kebiasaan para pengunjung dan

penjaja ataupun mengamati tentang berbagai obrolan dan interaksi yang ada

di HIK serta karakteristik pengunjung yang datang ke warung tersebut.

b. Wawancara

Jenis data yang sangat penting dalam penelitian kualitas adalah

berupa manusia yang dalam posisi sebagai nara jenis (informan). Untuk

mengumpulkan informasi dari jenis data ini diperlukan teknik wawancara

secara mendalam dalam berbagai situasi sehingga tercipta suasana akrab

antara peneliti dan informan. Keakraban ini dilakukan guna mendapatkan data

yang punya kedalaman dan rinci. ”Wawancara mendalam secara umum

adalah proses memperoleh keterangan dengan cara Tanya jawab sambil

bertatap muka dengan atau tanpa pedoman” (Bungin, 2008: 108). Wawancara

mendalam ini dilakukan secara tidak terstruktur/tanpa pedoman karena

peneliti merasa tidak tahu tentang fenomena yang akan diteliti.

Di dalam proses wawancara selain mendengarkan dan menulis,

peneliti juga dapat merekamnya tetapi harus meminta ijin terlebih dahulu

pada informan demi kelancaran penelitian ini. ”Wawancara ini teknik

pengambilan informan menggunakan model purposisif agar terjadi

wawancara yang mendalam (indepth interviewing)” (Salim, 2006: 12). Dalam

penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada penjaja dan

pembeli/pengunjung HIK tentang berbagai kebiasan yang mereka lakukan di

HIK mulai dari obrolan yang biasa dibicarakan di HIK, berbagai interaksi

yang di lakukan di HIK, serta menanyakan siapa saja yang biasa datang di

HIK (khusus untuk penjaja HIK).

Page 57: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

57

c. Dokumen

“Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang sering memiliki

posisi penting dalam penelitian kualitatif, terutama bila sasaran kajian

mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa masa lampau yang

sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa masa kini yang sedang diteliti”

(Sutopo, 2002: 69). Dokumen memiliki beragam bentuk dari yang sederhana

sampai yang lebih lengkap. Selain itu dokumen bisa berbentuk ini bisa

berbentuk gambar, grafik, table dan lainnya. Pada penelitian ini dokumen

digunakan dengan melihat literature, foto serta dokumen yang relevan dengan

penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut berupa data-data tentang PKL

terutama warung-warung HIK dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(Bappeda) ataupun dari dinas PKL terkait serta organisasi HIK yaitu

Paguyuban Wedangan Baron (PAWON).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu langkah dalam penelitian yang berupa

pekerjaan-pekerjaan seperti mengatur, mengurutkan, mengumpulkan data dan

mengkatagorikan. Namun sebelum sampai pada pengkatagorian dalam proses

analisis data dilakukan pengumpulan data yang dilakukan di lapangan dalam hal

ini di HIK. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan model analisis

interaktif. Model analisis ini terdapat empat (4) langkah diantaranya pengumpulan

data, sajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi dan reduksi data. Untuk bentuk

sederhananya dapat dilihat dalam bagan berikut:

Page 58: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

58

Gambar 2: Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Sutopo, 2002: 95-96)

Dari gambar diatas berarti peneliti dalam mengumpulkan data selalu

membuat reduksi data dan sajian data yang berupa catatan lapangan berupa data

yang telah didapat. Reduksi data disini berupa pokok-pokok penting atau

pemahaman segala peristiwa yang dikaji supaya peristiwa menjadi lebih jelas

dipahami setelah itu ditarik kesimpulannya tetapi dalam hal ini masih mengacu

pada pengumpulan data.untuk merefleksi kembali apa yang telah ditemukan dan

digali dalam penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan model interaktif sebab dalam aktivitasnya dilakukan dengan cara

interaksi anatar penjaja HIK, pengunjung HIK maupun kelompok organisasi HIK.

Model interaktif ini dilakuykan agar dalam mengambil kesimpulan akhir nanti

dapat merefleksikan kembali dari data-data yang didapat sebelumnya sehingga

penelitian yang dilakukan benar-benar dapat menjelaskan fenomena yang

sebenarnya terjadi di dalam masyarakat (fenomena sebenarnya yang terjadi di

HIK).

F. Validitas Data

Penelitian kualitatif adalah berusaha menjelaskan makna dibalik realitas,

maka untuk pemahaman mendalam tentang fenomena yang diteliti, dalam

memperoleh validitas data, dapat dilakukan dengan trianggulasi. “Triangulasi

bukan alat atau strategi pembuktian, melainkan suatu alternatif pembuktian secara

Penyajian data

Reduksi data

Penarikan kesimpulan

Pengumpulan data

Page 59: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

59

empiris, sudut pandang pengamatan yang teratur dan menjadi strategi yang baik

untuk menambah kekuatan, keluasan dan kedalaman suatu penelitian” (Salim,

2006:35).

Dalam penelitian ini, triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber

(data) dan triangulasi metode. Menurut Sutopo “triangulasi data atau sumber

mengarahkan peneliti menggunakan sumber data yang berbeda” (Sutopo, 2002:

79). Artinya, data yang sama atau sejenis, secara kelompok berasal dari sumber

sejenis ataupun berbeda jenis. Triangulasi sumber dalam penelitian ini yaitu

informan. Kedudukan informan sebagai narasumber dengan teknik wawancara

mendalam (wawancara tidak terstruktur), sehingga informasi dari narasumber

yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari narasumber (informan)

lainnya.

Penelitian ini menggunakan triangulasi data (sumber) yaitu informan

yang berbeda-beda dengan mengkategorikan informan sesuai dengan

karakteristiknya yaitu dengan ukuran sesuai dengan umur (tua/muda), status

pendidikan (pelajar/mahasiswa atau sudah bekerja), status pekerjaan dan

kendaraan yang dipakai (motor atau mobil). Selain itu juga melihat tentang

interaksi yang terjadi di HIK. Pengecekan balik untuk memperoleh derajat

kepercayaan (validitas) dilakukan dengan membandingkan persepsi informan

yang satu dengan informan yang lainnya tentang HIK sebagai ruang publik

berdasarkan obrolan dan interaksi yang terjadi di sana, lalu membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara yaitu membandingkan antara

persepsi informan dengan pengamatan yang sebenarnya tentang HIK sebagai

ruang publik.

Sedangkan “trianggulasi metode yaitu pengumpulan data-data yang

sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik atau metode yang berbeda” (Sutopo,

2002: 80). Hal ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh

dari beberapa metode atau teknik pengumpulan data, sehingga dapat ditarik

kesimpulan data untuk lebih kuat validitasnya. “Trianggulasi ini dilakukan untuk

melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data”

(Bungin, 2008: 257). Dari hal diatas maka triangulasi metode yang digunakan

Page 60: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

60

dalam penelitian ini yaitu dengan metode wawancara mendalam (indepth

interviewing) dan metode observasi partisipan (pengamatan berperan serta).

Metode wawancara mendalam dan observasi digunakan untuk mengetahui bahwa

data yang diperoleh benar-benar valid dan merupakan fenomena yang benar-benar

terjadi di dalam masyarakat (dimana dalam penelitian ini peristiwa yang

sebenarnya terjadi di HIK).

G. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara pasti

seperti halnya penelitian kuantitatif. Langkah-langkah penelitian ini digunakan

sebagai bgan atau kerangka yang akan dilakukan oleh peneliti supaya tidak salah

langkah dan digunakan agar penelitian mudah dilakukan karena sesuai prosedur

yang pasti. “Langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan

mengambil prosedur penelitian yang meliputi empat tahap, yaitu: persiapan,

pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian” (Sutopo,

2002: 187-189). Untuk lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut.

a. Persiapan.

1) Menyusun proposal penelitian yang meliputi pengajuan judul dan tulisan

proposal penelitian kepada dosen pembimbing .

2) Membuat desain penelitian yaitu dengan mengumpulkan bahan/sumber

materi penelitian yang berasal dari lapangan berupa data dan pengamatan

awal serta menyiapkan instrumen penelitian atau alat observasi.

3) Mengurus perizinan penelitian.

b. Pengumpulan Data.

1) Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan

pengamatan atau observasi partisipan aktif dan dokumentasi.

2) Membuat fieldnote (catatan lapangan) dan transkrip hasil wawancara.

3) Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.

c. Analisis Data.

1) Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai desain penelitian yang

diawali dari pengumpulan data yang diikuti dengan reduksi data

(pembuatan matriks hasil penelitian lapangan), penyajian data (pembuatan

Page 61: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

61

matriks hasil lapangan dengan matriks teori) dan penarikan kesimpulan

(verifikasi).

2) Mengembangkan hasil eksplorasi data dengan analisis lanjut kemudian

disesuaikan dengan hasil temuan di lapangan.

3) Melakukan pengayaan dalam menganalisis data yang sudah ada dengan

dosen pembimbing.

4) Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

d. Penyusunan Laporan Penelitian.

1) Penyusunan laporan awal.

2) Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan

dosen pembimbing.

3) Melakukan perbaikan laporan sesuai hasil diskusi

4) Penyusunan laporan akhir.

Page 62: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kota Surakarta yang terkenal dengan sebutan Kota Solo merupakan

salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Solo secara umum merupakan

daratan rendah dengan ketinggian ± 92 meter dari permukaan laut dan luas

wilayahnya 44,04 km2. Jumlah penduduk kota Solo menurut data Pemkot tahun

2007 adalah 518.245 jiwa pada malam hari, dan fluktuasi penduduk mencapai

1.200.000 jiwa pada siang hari.

Secara geografis Kota Solo sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan

dengan Kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar. Kota Solo merupakan bekas eks-

Karisidenan Surakarta yang meliputi Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar,

Boyolali, Klaten, Wonogiri dan Kabupaten Sragen. Tetapi Kota Solo merupakan

kota yang paling besar dari kabupaten-kabupaten lain. Kondisi Kota Solo yang

merupakan daerah transit dan disangga oleh daerah lain (kabupaten lain)

merupakan satu kesatuan membuat mobilitas yang terjadi sangat besar. Hal ini

disebabkan karena penduduk yang masuk ke Kota Solo (dari berbagai kabupaten)

malakukan berbagai aktifitas di antaranya, sekolah, bekerja baik itu disektor

formal ataupun informal, dan lainnya. Sedangkan secara administratif Kota Solo

memiliki lima kecamatan (dengan jumlah kalurahan ada 51). Kecamatan-

kecamatan yang ada di Kota Solo yaitu Kecamatan Banjarsari, Jebres, Laweyan,

Pasarkliwon dan Kecamatan Serengan.

Jalan Dr Rajiman membujur dari arah timur ke barat dimulai dari

Kecamatan Pasarkliwon (Kalurahan Pasarkliwon Baluwarti dan Kalurahan

Kauman), Kecamatan Serengan (Kalurahan Kemlayan, Jayengan) sampai dengan

Kecamatan Laweyan (Kalurahan Sriwedari, Panularan, Penumping, Bumi dan

Kalurahan Pajang), dan panjangnya sekitar 6 (enam) Km.

Page 63: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

63

Dilihat dari jumlah penyebaran PKL di Solo, Jalan Dr Rajiman

menempati posisi keempat dengan jumlah 133 PKL, jumlah paling banyak

PKLnya adalah Jalan Bridg. Slamet Riyadi yang selanjutnya Jalan Adi Sucipto,

dan Jalan Ir. Juanda. Jumlah tersebut masih dapat bertambah, karena PKL yang

ada sebagian belum terdaftar oleh Pemkot. ”Di sepanjang Dr Rajiman, daerah

yang jumlah PKLnya paling banyak di daerah di depan Pasar Kadipolo yaitu

berjumlah 72 PKL” (Solopos, 29 Juli 2009: III).

Lokasi ini dipilih karena adanya penataan/penertiban PKL di sepanjang

jalan protokol di Kota Solo, yang salah satunya larangan berjualan di sepanjang

Jalan Slamet Riyadi kecuali di depan Solo Grand Mall (SGM) seiring peresmian

program City Walk oleh Pemerintahan Kota Solo (Pemkot Solo). Adanya larangan

tersebut membuat banyak PKL mencari tempat/lokasi alternatif untuk berjualan,

yang salah satunya di sepanjang Jalan Dr Rajiman. Apalagi karena letak jalur

Jalan Dr Rajiman dianggap strategis karena dengan pusat pembelanjaan seperti

daerah Coyudan (pusat pertokaan) yang menjajakan perlengkapan rumah tangga,

elektronik, sepatu dan sandal pakaian dan lainnya. Alasan di ataslah yang

menjadikan ruas jalan Dr Rajiman diserbu oleh PKL salah satunya pedagang HIK.

Menurut Wikipedia ”HIK di Solo tidak diketahui kapan dan dimana

pertama kali ada, hanya saja HIK beralih di Solo karena dampak perluasaan HIK

di Jogyakarta yang dilakukan oleh masyarakat dengan alasan keunikan warung

HIK” (Wikipedia. 2008). Warung HIK sendiri berawal sekitar tahun 1950-an dari

sesosok Mbah Pawiro/Pairo yang berasal dari Cawas, Klaten. Mbah Pawiro

merantau dari desanya menuju kota dengan tujuan berjualan HIK di sekitar

emperan Stasiun Tugu Yogyakarta dengan cara menggelar dagangannya. ”Pada

saat itu Mbah Pawiro/Pairo berdagang masih menggunakan pikulan (angkring)”

(Nn, 2008). Dari awal mula inilah HIK mulai tersebar di seluruh daerah Jawa

Tengah, yang salah satunya di Solo. Hal ini pula yang membawa masyarakat dari

luar daerah seperti Klaten dan Boyolali datang ke Solo untuk berdagang HIK.

Bahkan sampai sekarang pun mayoritas pedagang HIK masih berasal dari Klaten

dan Boyolali, hanya saja mereka kini sudah menetap di Solo. Mereka menyebar

ke seluruh penjuru Kota Solo yang salah satunya di sepanjang Jalan Dr Rajiman.

Page 64: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

64

HIK di Jalan Dr Rajiman, dilihat dari jumlahnya terdapat sekitar 20-an

pedagang. Dari 20 HIK tersebut yang memiliki tempat yang biasa digunakan

untuk pengunjung sebagai tempat ngobrol (ruang publik) sebanyak 3 warung

HIK, maka dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian ketiga warung

tersebut. Para pedagang HIK tersebut memilih berjualan di Jalan Dr Rajiman

karena berdekatan dengan pangkalan (basecamp) pedagang HIK yaitu di Baron.

Selain itu, sebagian besar dari mereka mengambil makanan dari PAWON

(Paguyuban Wedangan Baron) yang berada di Baron Gede. PAWON merupakan

tempat yang mewadahi para pedagang HIK untuk melakukan transaksi makanan.

Bahkan pedagang HIK yang berada di Solo kebanyakan mengambil makanan di

PAWON. PAWON beranggotakan kurang lebih 200 penjaja HIK dan 300

pemasok makanan.

Ketiga HIK tersebut adalah warung milik Bapak Mrdn, Mgr, dan Bapak

Jmd. Warung HIK Bapak Mrdn berada di sebelah Pasar Kadipolo depan toko alat-

alat musik, kantor koperasi, dan toko alat elektronika, dimana tempat parkir depan

toko-toko tersebut digunakan untuk tempat lesehan. Warung Bapak Mrdn terbuat

bambu dan diberi atap seng, yang luas warungnya 4X3 meter (12 m2). Disana

tersedia fasilitas kursi/bangku panjang dan tikar untuk lesehan. Untuk warung

Bapak Mgr terletak di daerah Baron sebelah Apotik Fajar Baron, luas warung

tersebut 6X2 meter (12 m2). Warung Bapak Mgr terdiri dari gerobag dan tempat

lesehan dari tikar. Sedangkan warung Bapak Jmd terletak di daerah belakang Gor

Bhinneka tepatnya depan salon perawatan kulit yang berada di depan Jalan Dr.

Rajiman atau dekat dengan toko buku Gajah Mada. Perlengkapan warung Bapak

Jmd terdiri dari gerobag dan tempat lesehan dari tikar, yang luas warungnya

sekirar 5X3 meter (15 m2).

Tipe bangunan warung HIK di sepanjang Jalan Dr Rajiman ada tiga

macam yaitu permanen, bongkar pasang tenda dan gerobag (cenderung berhenti).

Tipe permanen adalah bangunan warung yang sudah menetap dan bangunananya

terkadang sudah terbuat dari batu bata. Tipe bongkar pasang disini hampir sama

dengan permanen sudah menetap tetapi bangunannya terbuat dari bahan yang

mudah dibongkar pasang setiap saat seperti tenda/deklit. Sedangkan tipe gerobag

Page 65: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

65

merupakan bangunan warung yang hanya menggunakan gerobag dan diatasnya

sudah dilengkapi dengan deklit, tetapi tipe ini sifatnya cenderung menetap dalam

artian jika berpindah tempet pun hanya dalam jarak yang dekat dengan lokasi

sebelumnya. Dari ketiga tipe tersebut yang paling banyak dipakai adalah bongkar

pasang tenda. Untuk tipe permanen dan gerobag (yang cenderung berhenti),

sekarang ini jumlahnya sedikit antara 5 hingga 10 pedagang. Diluar tipe-tipe

tersebut, juga terdapat pedagang yang menggunakan tipe bangunan campuran

antara bongkar pasang tenda dengan gerobag dan premanen dengan gerobag.

Warung HIK Bapak Jmd dan Bapak Mgr masuk dalam kategori bangunan tipe

gerobag (cenderung berhenti) karena yang diberi tenda hanya gerobag HIK saja

dan untuk tempat lesehan beratapkan langit. Sedangkan warung Bapak Mrdn

merupakan tipe bangunan permanen yang dilengkapi dengan tempat lesehan di

belakang warungnya.

Jenis makanan yang dijajakan di HIK terdiri dari gorengan (tempe/tahu

goreng, tempe/tahu bacem, pisang goreng, bakwan goreng, bergedel, ayam/ikan

goreng, puyuh goreng, blanggreng (singkong goreng), limpung (ketela goreng)

dan lainnya) dan makanan tradisional (jajan pasar) seperti klepon, bikang ambon,

lemper, lapis legit, combro (ketela tumbuk goreng), pisang rebus, prastel, karang

gesing (makanan yang terbuat dari pisang), mego mendung (makanan yang

terbuat dari tepung terigu diisi dengan pisang), dan lainnya. Makanan selain

gorengan dan jajan pasar adalah sate (sate ayam, sate kulit, sate bakso, sate jamur,

sate telur puyuh, sate kikil, sate usus, dan sate keong), nasi (nasi kucing/banding,

nasi oseng-oseng, nasi goreng), dan makanan kecil lainnya seperti marneng,

rambak (rambak kulit ikan, rambak kulit sapi, rambak kedelai, rambak biasa),

kerupuk, karak, kacang goreng, kacang kulit, kedelai goreng dan sebagainya.

Aneka jenis makanan (terutama gorengan dan sate) yang dijajakan di HIK dapat

dipesan dalam keadaan hangat dengan dibakar atau biasa. Untuk menu

minumannya terdiri dari teh, kopi, jahe hangat dan minuman instant seperti

coffeemix, marimas, nutrisari dan lainnya yang semuanya dapat disajikan dalam

keadaan hangat atau dingin. Tetapi untuk teh dan kopi di sebagian warung HIK

menyediakan kedua minuman tersebut disediakan dalam dua variasi yaitu teh/kopi

Page 66: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

66

joss atau tubruk. Teh/kopi joss merupakan racikan minuman yang dicampur

dengan bara api saat terakhir penyajiannya, sedangkan teh/kopi tubruk adalah

minuman teh/kopi yang dalam pengolahannya diberi jahe. Walaupun kedua

minuman ini terbilang kreasi minuman baru, namun menjadi menu favorit yang

selalu dicari pelanggan HIK terutama oleh mereka yang menjadi penggemar

minuman tersebut. Harga makanan di HIK sangatlah beragam mulai dari Rp.

200,00 hingga Rp 4.000,00, bahkan dari patrolan harga tersebut setiap HIK

menentukan tarif berbeda-beda walaupun makanan yang dijual sama. Seperti nasi

kucing, di warung HIK Bapak Mrdn harganya hanya Rp. 1.000,00 sedangkan di

warung Bapak Jmd harganya Rp. 1.500,00.

B. Deskripsi Data Penelitian

Ruang publik merupakan suatu ruang atau tempat yang bebas digunakan

oleh semua orang dari berbagai strata, dan disana semuanya dapat melakukan

percakapan tanpa adanya sesuatu yang mengikat mereka. Dari percakapan inilah

terjadinya suatu komunikasi yang lama-kelamaan membentuk interaksi individu

antar individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang

ada didalamnya. Dalam percakapan yang terjadi, mereka melepaskan diri dari

berbagi atribut sosial dan budaya serta kepentingan tertentu. Semua orang yang

berada dalam ruang publik senantiasa mengaitkan materi percakapan dengan

kepentingan masyarakat luas atau masalah yang aktual pada saat itu. Percakapan-

percakapan dalam ruang publik dapat disebut pula dengan obrolan. Ruang publik

di Kota Solo yang sering digunakan untuk mengobrol adalah warung-warung HIK

yang berada di Jalan Dr Rajiman.

Ruang publik menurut Habermas ditandai oleh tiga hal yaitu responsif,

demokratis dan bermakna. Responsif berarti bahwa ruang publik harus dapat

digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas, dalam ruang publik

semua orang harus dapat merespons segala situasi yang berkembang didalamnya.

Sementara demokratis berarti ruang publik seharusnya dapat digunakan oleh

masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi dan budaya serta

Page 67: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

67

aksesibel bagi berbagai kondisi fisik manusia. Dan terakhir bermakna yang berarti

ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dunia luas, dan konteks

sosial. Tautan-tautan antar manusia inilah yang membentuk suatu interaksi

diruang publik.

Sifat demokratis ruang publik dalam penelitian ini berhubungan dengan

karakteristis pengunjung HIK yang beraneka ragam dan obrolan yang terjadi di

HIK. Sifat bermakna dapat dilihat dari salah satu kegiatan yang dilakukan diruang

publik yaitu mengobrol untuk membicarakan berbagai persoalaan-persoalaan yang

terjadi didalam masyarakat. Obrolan yang merupakan salah satu bentuk

komunikasi inilah yang nantinya akan membentuk suatu interaksi semua orang

yang berada di HIK. Dari ngobrol-ngobrol disinilah sifat responsif dipergunakan

oleh pengunjung untuk merespons segala situasi.

1. Karakteristik Pengunjung HIK

Ruang publik yang sifatnya demokratis salah satunya dapat dilihat dari

karakteristik pengunjung HIK. Karakteristik pengunjung HIK dalam penelitian ini

diambil berdasarkan jenis kelamin dan usia, agama, etnis serta strata sosial

masing-masing individu di dalam kehidupan bermasyarakat.

a. Jenis Kelamin dan Usia Pengunjung HIK

Menurut William Kornblum perbedaan “jenis kelamin adalah

perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis” (Priyono, 2007:

21). Selain itu pengunjung juga dapat dikategorikan berdasarkan usia.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa

pengunjung HIK dilihat dari jenis kelamin jumlahnya hampir sama antara

laki-laki dan perempuan, sedangkan dilihat dari usianya dapat di kategorikan

sebagai berikut:

1) Kalangan orang dewasa

Menurut Hurlock, masa dewasa terdapat tiga kategori. Pertama

masa dewasa dini, yang dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira

umur 40 tahun. Kedua masa dewasa madya yang dimulai pada umur 40

tahun sampai umur 60 tahun. Ketiga masa dewasa lanjut (usia lanjut),

Page 68: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

68

dimulai pada umur 60 tahun keatas (1993: 246). Menurut wawancara

dengan penjaja HIK yaitu Bapak Mrdn, Jmd dan Mgr, pengunjung

kategori orang dewasa yang biasa datang dua golongan yaitu dewasa yang

sudah tua dan dewasa yang masih muda. Kategori usia dewasa yang sudah

tua yang dimaksud adalah pengunjung yang berusia 40 tahun keatas atau

menurut Hurlock masuk dalam kategori masa dewasa madya dan masa

dewasa lanjut. Sedangkan usia dewasa yang masih muda adalah

pengunjung yang usianya 20 tahun keatas, seperti pengunjung yang masih

kuliah (mahasiswa) ataupun orang dewasa yang sudah bekerja baik itu

sudah menikah atau belum menikah.

Pengunjung kalangan dewasa lebih suka datang ke HIK setelah

pulang kerja terutama ketika malam hari sekitar pukul 19.00 WIB ke atas.

Mereka lebih memilih pergi ke HIK atau tempat lainnya setelah kerja

karena kegiatan seperti ini merupakan suatu aktivitas refreshing untuk

menghilangkan kepenatan dan kejenuhan dari kerja satu hari penuh.

Lihat saja Pyn yang berusia 26 tahun (termasuk kategori orang

dewasa) dan merupakan karyawan salah satu pabrik di Solo menyatakan

bahwa:

“…aku biasa datang habis pulang kerja ya….jam segini (sekitar pukul 19.00 WIB) tapi terkadang juga jam sembilan (21.00 WIB) baru datang, cabutnya ntar malam (kurang lebih pukul 22.00 atau 23.00 WIB), sama teman-teman tapi kalau enggak sama pacar….ngilangin stress kerja….kan paling enak nongkrong ma temen gitu….”(Wwcr/Pyn/15/07/09).

2) Kalangan remaja

Menurut Hurlock, “masa remaja berlangsung kira-kira dari 13

tahun sampai 16 atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia

16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum”

(1993: 206). Kategori kalangan remaja antara lain pengunjung yang

bersekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah

Menengah Akhir (SMA).

Page 69: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

69

3) Kalangan anak-anak

Kalangan anak-anak yang sering datang ke HIK yaitu usia 2 tahun

hingga usia 12 tahun. Anak-anak kategori ini adalah mereka yang belum

sekolah hingga anak-anak yang sudah bersekolah tingkat Sekolah Dasar

(SD).

Pengunjung HIK kategori anak-anak biasa datang bersama dengan

orang tua atau orang dewasa yang masih satu keluarga. Seperti yang

diungkapkan oleh Ibu Sr,

“ …saya hampir setiap hari kesini (HIK) dengan anak (masih TK) dan suami, ya…biasanya jam segini (sekitar pukul 19.00 WIB) datangnya habis ntar kalau malam-malam kan anakku ngantuk lah, apalagi besok kan anak harus sekolah dan kita (orang tua)nya kerja…….ya enggak langsung pulang kerumah tapi dari sini masih keliling-keliling….”(Wwcr/Sr/14/08/09).

Setiap hari di HIK pengunjung yang datang dari berbagai usia mulai

dari anak-anak sampai orang tua, hanya saja untuk pengunjung anak-anak

datang saat sore hari tetapi untuk mereka yang datang bersama orang dewasa

bisa sampai malam hari.

b. Agama

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, untuk mengetahui

agama pengunjung HIK dapat dilihat atribut-atribut agama yang mereka

pakai. Seperti agama Islam perempuannya memakai kerudung, agama

Katholik dan Kristen memakai kalung/gelang berbentuk salib. Meskipun tidak

semua pengunjung HIK memakai berbagai atribut-atribut agama.

c. Etnis

Keberadaan berbagai etnis menjadi gambaran tentang kompleksitas

kebudayaan di Indonesia. Menurut Bruce J. Cohen bahwa ”kelompok etnis

dibedakan oleh karakteristik budaya yang dimiliki oleh para anggotanya”

(Priyono, 2007: 19). Salah satu karakteristik etnis dapat dilihat melalui

penggunaan bahasa. Tetapi karena lokasi penelitian mengambil daerah Solo

yang masyarakatnya sebagian besar etnis Jawa, Tionghoa dan Arab, maka

Page 70: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

70

disini diambil perbedaan dari daerah asal para pengunjung HIK serta bahasa

yang digunakan dalam melakukan interaksi di dalam HIK.

Menurut pengamatan yang dilakukan, perbedaan bahasa yang

digunakan terlihat dari logat atau dialek saat berbicara. Di Solo sendiri logat

bahasa yang digunakan beranekaragam karena dilihat dari daerah asalnya

penduduk di Solo bersifat heterogen/beragam. Ada penduduk asli Solo dan

penduduk berasal dari daerah luar Solo yang menetap di Solo (menjadi warga

Solo). Pengunjung yang merupakan orang asli Solo merupakan etnis Jawa

dalam berbicara menggunakan Bahasa Indonesia atau Jawa dengan logat

Solo. Sedangkan pengunjung yang merupakan orang Solo tetapi berasal dari

luar daerah, bahasa yang digunakan sama yaitu Bahasa Indonesia dan Jawa

namun mereka menggunakan logat asal daerah mereka. Dan pengunjung yang

merupakan etnis Tionghoa dalam berbahasa lebih berirama dengan logat

China. Pengunjung etnis Arab menggunakan Bahasa Indonesia dengan logat

Arab mendayu dan tegas tidak seperti orang China yang agak cadel. Untuk

pengunjung yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam berbahasa

logatnya sangat medok (khas) Bahasa Jawa sesuai dengan daerah masing-

masing. Terutama mereka yang berasal dari daerah seperti Purbalingga,

Cilacap dan Banjarnegara menggunakan logat ngapak-ngapak, sedangkan

pengunjung berasal dari Jawa Barat dalam berbicara terlihat dengan logat

Sunda. Pengunjung dari Jakarta menggunakan Bahasa Indonesia yang

sebagian terlihat menggunakan logat Betawi.

d. Strata sosial

Strata sosial yang berarti membedakan masyarakat berdasarkan

lapisan-lapisan sosial secara bertingkat atau sifatnya vertikal. Terbentuknya

strata sosial merupakan hasil kebiasaan manusia antara satu dengan yang lain

secara teratur dan tersusun, baik secara perorangan ataupun kelompok. HIK

sebagai ruang publik yang bebas di kunjungi oleh berbagai strata sosial dalam

masyarakat dapat dilihat dari berbagai kelas dan golongan di antaranya

berdasarkan kriteria ekonomi, sosial, dan politik. Strata sosial dari

pengunjung HIK dilihat dari berbagai kriteria antara lain:

Page 71: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

71

1). Kriteria Sosial-Ekonomi Pengunjung

Secara umum, pelapisan sosial (strata sosial) masyarakat di negara-

negara demokratis seperti Indonesia, dilihat dari pekerjaan antara lain

golongan pertama adalah upper-upper class meliputi golongan orang

kaya lama yang berpengaruh dalam masyarakat seperti penguasa negara.

Golongan kedua, lower-upperclass merupakan kelompok orang yang

belum lama menjadi kaya. Golongan ketiga, upper-middle class

mencakup pengusaha dan kaum professional (pekerjaan yang

membutuhkan ijazah dan gelar pendidikan minimal S1/Strata1).

Golongan keempat, lower-middle class meliputi para pegawai

pemerintah, kaum semi professional (pegawai kantor, pedagang, teknisi

yang berpendidikan menengah dan mereka yang tidak bergelar), para

supervisor (manager, kepala cabang perusahaan) dan pengrajin

terkemuka. Golongan kelima, upper-lower class terdiri dari sebagian

besar pekerja tetap (pekerja), orang-orang yang mempunyai keterampilan

mekanis, teknisi dan kapster. Golongan keenam, lower-lower class

diantaranya pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, dan

orang-orang yang hampir terus-menerus bergantung pada tunjangan.

Selain itu kriteria ekonomi ini dibagi menjadi kelompok orang kaya,

berkecukupan dan miskin.

Di HIK sebagai ruang publik sangatlah beragam pekerjaan

pengunjungnya mulai dari pengangguran, buruh, sopir becak, sampai

karyawan/pegawai dengan berbagai jabatan. Dilihat dari pekerjaan

pengunjung HIK, sebagian besar mereka bekerja sebagai

pegawai/karyawan suatu perusahaan atau toko yang masuk dalam

golongan keempat yaitu lower-middle class. Golongan tersebut paling

banyak karena Jalan Dr Rajiman (lokasi penelitian) dekat dengan pabrik-

pabrik dan pertokoan.

Dilihat dari tingkat pendidikan yang dicapai oleh individu dalam

masyarakat ada tiga golongan diantaranya:

Page 72: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

72

a) Masyarakat berpendidikan tinggi adalah mereka yang melanjutkan

pendidikan tingkat kuliah, baik itu yang sudah lulus kuliah atau masih

kuliah.

b) Masyarakat berpendidikan menengah adalah mereka yang

melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga lulus.

c) Masyarakat berpendidikan rendah adalah mereka yang hanya

berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan masyarakat yang tidak

bersekolah.

Pendidikan menjadi faktor penting yang menjadi indikator

penentuan strata sosial oleh masyarakat dalam berbagai strata, golongan

strata atas umumnya bersekolah disekolah-sekolah terkenal ataupun

sekolah taraf internasional dan mereka melanjutkan pendidikan sampat

tingkat pendidikan tertinggi seperti S1, S2, S3 dan seterusnya. Sementara

itu masyarakat yang menduduki strata menengah ke bawah kebanyakan

bersekolah di sekolah negeri atau swasta biasa, bahkan ada diantara

mereka putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali karena keterbatasan

ekonomi.

Pengunjung HIK dilihat dari tingkat pendidikannya culup beragam,

mulai dari mereka yang masih sekolah sampai yang sudah lulus/tamat

sekolah seperti SMA dan sederajat (SMK/STM) bahkan terdapat

pengunjung yang lulusan S1 dan S2. Mereka yang sudah lulus/tamat

sekolah ini rata-rata sudah bekerja.

“he…aku kelas XI (SMA kelas 2 disalah satu SMA Negeri di Solo)….kan baru pulang les jadi mampir sekalian kan lapar kebetulan diajak bocah-bocah (teman-teman) makan sini ya udah deh…”(Wwcr/T/26/08/09).

Berbeda dengan ungkapan Bapak Rhmt yang agak ragu-ragu ketika

peneliti menanyakan pekerjaan dan pendidikan terakhirnya, namun

karena sebelumnya Bapak Rhmt menanyakan berbagai hal kepada

peneliti akhirnya beliau mengungkapkan dan menceritakan tentang

pekerjaanya.

Page 73: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

73

“ saya kerja di agent travel X, sama mbak dulu saya juga kuliah di UNS tetapi di Ekonomi program administrasi. Saya bisa kerja disitu juga karena program magang waktu semester VII kebetulan milih administrasi di travel. E’… mungkin karena kerjanya bagus dan kebetulan membutuhkan administrasi saya dipanggil untuk menggantikan yang lama sampai sekarang. Hanya saja satu tahun kerja dapat jabatan baru untuk mempromosikan travel akhirnya menjadi sekarang menjadi kepala pemasaran…..”(Wwcr/Bpk Rhmt/14/08/09).

Selain itu, dari wawancara dengan beberapa pengunjung lainnya

seperti Pyn dan Dn yang merupakan lulusan SMA/SMK dan mereka

sudah bekerja sebagai karyawan/karyawati. Pyn merupakan karyawan di

sebuah pabrik tekstil di Solo, sedangkan Dn adalah karyawati di sebuah

toko yang letaknya di dekat Pasar Kembang. Mereka berdua menyatakan

bahwa mereka senang datang ke HIK untuk bersantai-santai sambil

nongkrong setelah satu hari bekerja. Mereka datang ke HIK biasanya

bersama teman-teman mereka dan pasangan masing-masing. Bahkan

menurut penuturan penjaja HIK yang bernama Bapak Jmd dan Mrdn

sebagian dari pengunjung ada yang tidak bersekolah.

Menurut pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,

di HIK tingkatan pendidikan tidaklah dipermasalahkan bagi

pengunjungnya sehingga tingkat pendidikan ini bukan merupakan suatu

penghalang seseorang untuk datang ke HIK.

2). Kriteria Sosial-Budaya Pengunjung

Kriteria sosial-budaya pengunjung HIK dapat dilihat dari

kebiasaan-kebiasaan perilaku mereka setiap hari terutama ketika mereka

di HIK. Salah satu kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat dilihat dari cara

berbicara pengunjung HIK, karena cara berbicara antara pengunjung

berbeda-beda tergantung strata mereka dalam masyarakat. Cara berbicara

pengunjung yang tergolong strata atas akan berbeda dengan masyarakat

yang berada dalam strata bawah. Pengunjung yang termasuk golongan

strata atas (baik itu dilihat dari pekerjaan atau tingkat pendidikannya

Page 74: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

74

tinggi) memiliki gaya bicara yang sopan dan memperhatikan etika

berbicara (tergantung lawan bicara mereka). Bahkan jika berbicara dalam

satu kelompok (pendidikannya setara), mereka sering mengadaptasi

istilah-istilah asing. Seperti kalangan anak muda (remaja) yang masih

duduk dibangku sekolah atau kuliah menyebut warung HIK yang sering

mereka kunjungi dengan sebutan basecamp.

Menurut pengamatan yang dilakukan, pengunjung kalangan remaja

merupakan pengunjung yang paling menarik perhatian karena kelompok

ini lebih mencolok dari pengunjung lainnya. Lihat saja kemeriahan dan

kehebohan yang mereka perbuat terutama ketika mereka membicarakan

suatu hal yang menarik, ada kalanya mereka tertawa terbahak-bahak

sampai melakukan hal-hal yang menarik perhatian pengunjung lain.

Seperti perilaku tiba-tiba berdiri sambil mempraktekkan suatu hal yang

mereka bicarakan sampai tingkah laku menangis tersedu-sedu karena

masalah yang dihadapinya (terutama untuk pengunjung perempuan).

Perilaku dan tingkah laku inilah yang membuat pengunjung lain terkejut

dan tertarik untuk melihat tingkah mereka.

Cara berbicara pengunjung HIK terkadang juga tidak

memperhatikan etika, bahkan sampai mengeluarkan kata-kata yang

kurang sopan atau sumpah serapah. Cara berbicara kurang sopan atau

sumpah serapah ini biasanya dilakukan oleh pengunjung yang

pekerjaannya seperti sopir becak, dan kuli bangunan. Seperti perkataan

“bajingan, bajindul, kere, ndlogok”, dan kata-kata kotor lainnya.

Kebiasaan berbicara kotor yang mereka bawa ini merupakan dampak dari

lingkungan ataupun pekerjaan mereka.

Selain cara berbicara kebiasaan perilaku yang lain seperti perilaku

saat makan yang tidak sopan atau seenaknya seperti makan dengan kaki

diangkat keatas (kebiasaan ini biasa dilakukan oleh pengunjung laki-laki),

makan sambil berbicara dan sebagainya. Walaupun kebiasaan-kebiasaan

ini bisa dibilang buruk tetapi pengunjung di HIK tidak

mempermasalahkannya, karena di HIK semua bebas melakukan segala

Page 75: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

75

hal tanpa memandang segala sesuatu dari kesopanan atau tidak asalkan

mereka (pengunjung) dan pengunjung lainnya merasa nyaman berada

disana.

Kebiasaan lain akibat adanya globalisasi menyebabkan alat

transportasi juga berkembang pesat, mulai dari munculnya alat

transportasi berupa sepeda sampai dengan kendaraan bermesin. Alat

transportasi yang berupa kendaraan bermesin digunakan seperti sepeda

motor dan mobil membuat kebiasaan berjalan kaki atau bersepeda ontel

dilupakan oleh sebagian masyarakat sebab dengan menggunakan sepeda

motor atau mobil dapat menempuh suatu perjalanan lebih cepat atau

sampai tempat tujuan. Hal inipun juga dilakukan ketika masyarakat

datang ke HIK juga menggunakan kendaraan baik itu kendaraan pribadi

ataupun kendaraan umum. Kategori kendaraan pribadi disini seperti

sepeda motor dan mobil sedangkan kendaraan umum antara lain

bus/angkot. Walaupun kendaraan bermesin menjadi primadona alat

transportasi masyarakat, alat transportasi tidak bermesin seperti sepeda,

becak hingga berjalan kaki masih digunakan oleh sebagian masyarakat

terutama masyarakat golongan bawah.

Menurut pengamatan yang dilakukan, jenis kendaraan yang dipakai

oleh pengunjung HIK diantaranya golongan atas memakai kendaraan

mobil dan motor, golongan menengah mengendarai motor dan sepeda.

Diluar jenis kendaraan-kendaraan tersebut seperti jalan kaki atau naik

kendaraan umum (becak, bus, angkot) tidak dapat digolongkan karena ada

beberapa alasan seperti rumahnya dekat memilih untuk berjalan kaki, atau

pengunjung yang malas mengendarai kendaraan pribadi atau tidak dapat

mengoperasikannya akan memilih nebeng teman atau naik kendaraan

umum.

3). Kriteria Sosial-Politik Pengunjung

Pelapisan masyarakat dalam kriteria sosial-politik berhubungan

dengan wewenang dan kekuasaan masyarakat. Masyarakat yang memiliki

Page 76: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

76

wewenang atau kekuasaan umumnya ditempatkan pada lapisan

masyarakat atas. Kelompok ini antara lain para penjabat eksekutif dalam

pemerintahan pusat ataupun daerah hingga penjabat dalam suatu

perusahaan atau lembaga-lembaga sosial di dalam masyarakat.

Kriteria sosial-politik pengunjung HIK sangatlah beragam mulai

dari masyarakat biasa, kalangan penjabat serta berbagai aktivis dari LSM.

Mereka datang ke HIK selain dalam rangka makan atau hanya ngobrol,

sebenarnya mereka juga ingin mengetahui kebiasaan masyarakat lewat

obrolan yang mereka lakukan (melakukan pengamatan di HIK). Bahkan

sebagian kalangan seperti para aktivis dan penjabat pemerintahan (Lurah

atau Kades, Camat dan lainnya), warung HIK digunakan untuk

mendengarkan suara masyarakat tentang berbagai hal yang berhubungan

dengan keluhan atau kenyamanan masyarakat tentang program atau

kegiatan dari pemerintah dan sebagainya.

Di lihat dari hal tersebut menjadikan HIK sebagai tempat untuk

menyampaikan aspirasi masyarakat terutama pengunjung HIK kepada

perangkat desa ataupun penjabat pemerintahan lainnya tentang keluhan-

keluhan sekitar lingkungan tempat tinggal atau desa mereka. Seperti yang

diungkapkan oleh Bapak Jmd bahwa di HIKnya terkadang ada

pembicaraan tentang program desa seperti perbaikan selokan, perbaikan

saluran pembuangan samapah dan sebagainya yang biasanya juga

didatangi oleh Bapak Lurah, tetapi untuk pembicaraan seperti kerja bakti

yang datang adalah warga bersama Bapak RT atau RW.

Senada dengan Bapak Jmd, penjaja HIK lainnya yaitu Bapak Mrdn

mengatakan bahwa warung HIK miliknya terkadang digunakan oleh

anggota LSM untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat, salah satunya

organisasi PKL Jalan Dr. Rajiman dalam membicarakan pengelolaan PKL

Pasar Kembang dan Pasar Kadipolo dengan perwakilan PKL setempat.

Selain itu menurut Bapak Mrdn terkadang ketika terdapat pengunjung

yang kebetulan menjabat sebagai pejabat pemerintahan, para pengunjung

lain (yang mengetahuinya) secara spontan menanyakan masalah-masalah

Page 77: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

77

ekonomi, politik hingga masalah pemerintahan tetapi pembicaraan ini

biasanya dibumbui dengan pembicaraan yang lucu sehingga pembicaraan

tidak membosankan.

Mendengarkan suara masyarakat yang dilakukan di tempat umum

seperti HIK ini terjadi secara spontan karena mereka memang refleks

membicakan suatu masalah yang berhubungan dengan keadaan desa atau

sekitar tempat tinggal mereka kepada siapa saja yang datang di HIK tidak

terkecuali dengan mereka yang menjabat sebagai perangkat desa

(kedudukan dalam pemerintahan). Keadaan seperti inilah yang membuat

HIK sebagai ruang publik bersifat demokratis sebab semua pengunjung

dapat membicarakan berbagai hal dan kepada siapa saja tanpa batasan.

2. Obrolan Di HIK

Obrolan atau pembicaraan di HIK terjadi secara bebas (sifatnya

bebas) dan terbuka dengan mempergunakan bahasa atau simbol sebagai alat

komunikasi diantara pedagang dan pengunjung atau antara pengunjung.

Sifatnya bebas, dalam artian semua orang yang berada di HIK bebas

membicarakan berbagai hal/peristiwa/masalah, sedangkan terbuka berarti

mereka secara terbuka atau bebas berbicara dengan siapa saja termasuk

dengan orang yang belum dikenal sekalipun.

Pembicaraan/obrolan yang terjadi di HIK menggunakan beberapa

bahasa diantaranya Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Campuran antara

Bahasa Indonesia dan Jawa. Tetapi karena perkembangan jaman dan arus

globalisasi seperti sekarang ini, bahasa juga mengalami perkembangan

terutama bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang sehingga muncullah

suatu bahasa baru yang salah satunya adalah bahasa gaul. Bahasa gaul wujud

dari campuran atau gabungan berbagai bahasa yang ada di Indonesia. Bahasa

gaul ini biasa digunakan oleh sebagian sekelompok anak muda untuk

berkomunikasi.

Bahasa Jawa yang digunakan oleh pengunjung HIK adalah Bahasa

Jawa Ngoko. Bahasa Jawa yang dipergunakan sangat beragam dengan

Page 78: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

78

bermacam-macam logat tergantung daerah asal pengunjung yang belum

terbiasa dengan logat Jawa Solo. Bahasa Indonesia yang menjadi Bahasa

Nasional, merupakan bahasa pengantar yang paling banyak digunakan dalam

berinteraksi oleh semua pengunjung terutama oleh pengunjung yang tidak

mengerti Bahasa Jawa. Ataupun pengunjung yang hanya bergaya dengan

menggunakan Bahasa Indonesia. Sedangkan bahasa gaul sering digunakan

oleh pengunjung kalangan remaja terutama remaja yang sangat senang

menggunakan teknologi atau yang terkena imbas arus informasi dan

globalisasi. Karena bahasa gaul ini merupakan perpaduan atar berbagai

bahasa yang digunakan oleh mereka (komunitas) yang mengakuinya dan

menggunakannya. Diluar logat (cara pengucapan) yang sesuai dengan daerah

asal (medok), sekarang ini masyarakat terutama kalangan remaja sedang

mengikuti logat orang asing (Bule). Salah satu contohnya adalah memanggil

teman mereka dengan sebutan “bro” (singkatan dari brother yang berarti

saudara) atau “bu” (panggilan untuk teman wanita) dan banyak lagi. Trend

bahasa gaul ini mulai marak digunakan oleh masyarakat terutama remaja dari

film-film ataupun sinetron yang mereka lihat di televisi.

Selain bahasa, di HIK simbol juga digunakan sebagai alat

komunikasi. Diantaranya angkat tangan, tepuk tangan atau bersiul sebagai

simbol kalau pengunjung ingin memesan sesuatu pada pedagang, dan

berbagai pola tingkah laku lainnya yang digunakan untuk memberikan isyarat

pada orang lain (baik itu pedagang ataupun pengunjung lainnya).

Obrolan yang terjadi di HIK sangatlah beragam mulai dari obrolan

yang sifatnya pribadi seperti keluarga, pacar, diri sendiri (yang bersangkutan),

pekerjaan/sekolah, konflik dengan orang lain, dan sebagainya. Serta obrolan

yang sifatnya umum diantaranya tentang ekonomi, politik, sosial, olahraga,

fashion/pakaian, teknologi, kesehatan, internasional, hiburan dan sebagainya.

Obrolan sifatnya pribadi yang sering dibicarakan antara lain:

a. Obrolan tentang diri sendiri (yang bersangkutan)

Pembicaran tentang diri sendiri ini merupakan suatu hal yang

dibicarakan untuk memulai pembicaraan (pernyataan basa-basi) dengan

Page 79: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

79

orang lain yang tidak dikenal atau karena tidak ada topik poembicaraan

lainnya. Seperti “…bosan hari ini…?; hah…stress nie…?”. Obrolan

tentang diri sendiri digunakan untuk mengungkapkan kegelisahan,

kegundahan ataupun kegembiraan seseorang kepada orang lain.

Salah satu kegundahan dan kegelisahan yang menjadi bahan

obrolan di HIK adalah tentang masalah diri sendiri. Masalah tentang diri

sendiri merupakan suatu persoalan yang timbul dalam diri individu-

individu karena ketidakmampuan mereka mengendalikan diri. Obrolan

dalam kategori ini antara lain tentang susah tidur, stress karena suatu hal,

bosan dan sebagainya. Masalah ini merupakan salah satu topik obrolan

yang sering dibicarakan oleh semua orang.

b. Obrolan tentang keluarga

Obrolan tentang keluarga sering dibicarakan oleh pengunjung,

terutama pengunjung yang sudah dewasa. Pembahasan obrolan keluarga

biasanya tentang keberhasilan atau kesuksesan putra-putri mereka,

tingkah lucu ataupun kenakalan anak atau cucu mereka hingga berbagai

kejadian unik atau lucu yang terjadi di dalam keluarga mereka. Salah satu

obrolan tentang masalah keluarga adalah seperti yang dibicarakan oleh

Ibu Sr yang yang bertukar pengalaman dengan pengunjung lain tentang

masalah anak–anak mereka yang nakal atau bandel:

“piye tho bu….??? Ry niku mboten saget moco tapi yen itung-itungan isoh bu, tapi yen diajari ngeja niku mboten saget-saget nganti mumet bu….padahal tahun ngarep ajeng SD…. (…bagaimana bu…??? Ry (anak ibu Sr yang masih TK besar) tidak bisa membaca padahal tentang hitung-hitungan (matematika dasar) sudah lancer tetapi kalau dilatih setiap hari tetap saja tidak bisa-biasa membuat pusing saja padahal tahun depan sudah mau SD…)” (Wwcr/Sr/14/08/09).

Obrolan masalah tersebut biasanya ditanggapi oleh pengunjung

lainnya yang sama-sama sudah berkeluarga dengan berbagi pengalaman

mereka satu sama lainnya atau terkadang memberi nasihat tentang sikap

yang harus mereka lakukan kepada keluarga mereka masing-masing.

Selain itu, obrolan keluarga terkadang juga dibicarakan oleh remaja atau

Page 80: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

80

kalangan anak muda yang mempunyai masalah keluarga seperti bentrok

atau konflik dengan orang tua atau anggota keluarga lain serta masalah-

masalah yang dihadapi remaja karena orang tua mereka bercerai dan

sebagainya. Obrolan masalah keluarga oleh remaja ini merupakan

pembicaraan dalam bentuk curhat atau sharing baik itu dengan teman

ataupun penjaja (mereka yang sudah akrab). Salah satu hasil pengamatan

tentang masalah keluarga ini adalah yang dilakukan oleh Dn yang sering

meminta saran/sharing/curhat kepada teman-temannya atau terkadang

dengan penjaja HIK tentang konflik dengan orang tuanya,

“pusing enggak betah dirumah…. ibu tu…ngomel-ngomel terus gak tahu sebabnya apa….tapi kalau di tanya ngapain marah e…malah banding-bandingin aku ma tetanggaku yang sekarang dah PNS…mana jadi PNS lulus ja SMK kerja sekarang ja dah syukur… tho!!! E’ belum lagi ntar kompalin lain-lainnya lagi. Terus ja bandingin anaknya dengan orang lain….sebel aku…(Obsvsi/Dn/21/07/09)”

Berbeda dengan Tn yang masih duduk di bangku SMA, merasa

sebal dengan orang tuanya yang marah-marah karena ketahuan bolos

sekolah satu hari.

“ha…diceramahi ki…ma ibuku…wingi konangan cabut neng SGM, kowe kit ho… pekok bengok-bengok yo weruh to…. Ha…neng ngomah ku di ceramahi….suwe tenan, nganyelke…. ( ha…dimarahi sama ibu karena kemarin ketahuan tidak masuk sekolah jadi di rumah di marahi lama banget)”(Obsvs/Wr Bp Mrdn/25/08/09).

Masalah keluarga yang dialami oleh remaja ini, biasanya tentang

perasaan kekesalan, kekecewaan atau unek-unek mereka terhadap orang

tua atau anggota keluarga lain yang membuat mereka tidak merasa

nyaman dirumah.

c. Obrolan tentang pacar

Obrolan tentang pacar memang tergolong pembicaraan yang umum

dilakukan oleh pengunjung HIK terutama kalangan anak muda/remaja

yang memiliki pacar ataupun orang dewasa yang belum menikah.

Obrolan ini berisi tentang konflik akibat kecemburuan atau

Page 81: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

81

ketidakcocokan mereka dalam berbagai hal yang menimbulkan suatu

problem didalamnya. Seperti dialami oleh Pyn yang merasa sudah tidak

cocok dengan pacarnya yang menurutnya sering menuntut untuk

ditemani kamana saja,

“…stress’ pak…ben byar kon ngancani mrono-mrene, padahal gandeng wae lagi anyaran… (menyebalkan, setiap hari disuruh menemani kemana saja padahal pacaran saja baru saja….)”(Wwcr/Pyn/15/07/09).

Berbeda dengan Sp yang merasa marah dengan tingkah pacarnya

yang over protective (pecemburu) sehingga dia merasa keberatan harus

selalu memberitahu dimana saja dia berada,

“…pertama-tama senang diperhatikan selalu tanya dimana dan dengan siapa aku tapi lama-kelamaan capai setiap saat ditanya ntar kalau dengan teman cowok (satu kampus) saja marah-marah sampai berantem akhirnya ko’…”(Obsvs/Wr Bp Mrdn/25/08/09).

Menurut pengakuan penjaja HIK Bapak Mgr, obrolan tentang pacar

ini di warungnya memang menjadi bahan pembicaraan yang dibicaran

oleh pengunjung yang masih sekolah (SMA) dan sudah akrab dengan

beliau,

“ judeg mbak…yen wis bocah-bocah kemari kalau ada masalah dengan pacarnya. Walah curhatannya komplit dari A sampai Z tapi intine’ okeh-okeh’e ( intinya masalah yang dibicarakan kebanyakan) paling masalah cemburu dan bertengkar enggak jelas maklum masih SMA masih labil sedikit-sedikit bertengkar…,”(Wwce/Bpk Mgr/14/08/09).

Selain masalah pertengkaran atau kecemburuan dalam berpacaran,

di HIK juga terdapat yang membicarakan tentang tempat ngedate atau

hang out yang enak untuk berduaan dengan pacar. Bahkan mereka

sampai mencari informasi tentang tempat-tempat yang akan mengadakan

suatu kegiatan seperti konser atau lainnya. Informasi-informasi tentang

konser ataupun pagelaran lainnya di dapat oleh pengunjung HIK dari

mulut ke mulut atau terkadang mereka memesan informasi kepada

penjaja HIK jika mendapat informasi dari pengunjung lainnya. Menurut

pengamatan, informasi tentang event-event atau acara seperti konser,

Page 82: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

82

pameran, ataupun pagelaran biasa memang ditampung oleh penjaja HIK

dari berbagai pengunjung untuk diberitahukan kepada para pelanggannya

terutama mereka yang masih remaja ataupun dewasa yang tertarik

dengan informasi-informasi tersebut.

d. Obrolan tentang sekolah dan masalah pekerjaan

Obrolan tentang sekolah biasanya terjadi pada kalangan anak

sekolah atau pelajar/mahasiswa. Obrolan ini isinya tentang berbagai hal

yang terjadi di sekolah atau kampus baik itu tentang pelajaran, teman

atau staff pengajar (guru/dosen). Seperti Rt yang merupakan mahasiswa

PTN di Solo terkadang membicarakan masalah kampus seperti masalah

teman kampusnya dengan pacarnya,

“ temenku itu menyebalkan (resek), pinjam sesuatu pasti enggak kembali….kemarin ja pinjam baju putih ku padahal baju putih kesayangan satu-satunya lagi, udah ku pinjami e’….waktunya ku minta segala alasan.. baru di cuci, ketinggalan dirumah apalah….akhirnya ya enggak kembali….., kata si E juga dia pinjam uang juga enggak kembali…parah tu orang pinjam enggak lihat kondisi lainnya…..”(Obsvs/Rt/13/08/09).

Obrolan tentang konflik dengan teman sekolah (seperti yang

diungkapkan oleh Rt) merupakan topik yang selalu dibahas atau

diceritakan di HIK, baik itu diceritakan dengan teman satu geng (gaps)

ataupun dengan penjaja HIK. Sedangkan obrolan tentang pelajaran,

sangat jarang mereka bahas ketika di HIK karena berbagai persoalan

pelajaran mereka selesaikan dengan mengikuti berbagai kegiatan

bimbingan belajar (les pelajaran) di luar sekolah. Selain itu menurut

pengamatan yang dilakukan, obrolan tentang sekolah yang sering

dibicarakan adalah tentang masalah guru atau pengajar, terutama

membicarakan guru yang galak (sering disebut killer oleh para siswa).

Bagi mereka keberadaan guru killer ini yang membuat kegiatan belajar-

mengajar di kelas menjadi menakutkan atau menegangkan (tidak

menyenangkan) sehingga membuat mereka tidak kerasaan (betah) di

kelas saat pelajaran berlangsung. Diluar obrolan tentang guru-guru killer,

mereka juga membicarakan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka tekuni

Page 83: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

83

di sekolah. Obrolan tersebut mulai dari kesenangan mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler tersebut hingga jadwal berbagai kegiatan di

ekstrakulikuler, bahkan tidak jarang pula mereka mengajak untuk

bergabung dalam kegiatan tersebut kepada teman lainnya yang tidak

mengikuti ekstrakurikuler apapun.

Obrolan tentang pekerjaan biasanya dilakukan oleh mereka yang

sudah bekerja, dan bahan pembicaraannya sekitar masalah date line

(masalah waktu mengerjakan tugas mereka yang menumpuk/banyak),

masalah konflik dengan teman, masalah dengan atasan (dalam dunia

kerja sering disebut boss) dan sebagainya. Hal senada juga diutarakan

oleh Pyn yang bekerja di salah satu pabrik tekstil di Kota Solo,

“walah….pakde…akhir-akhir niki mboten saget methu-methu, gaweanne numpuk nglembur terus……akeh pesenan de’…tp ngembur terus kok ngih mboten munggah-munggah jabatanne yo de’….ha….(walah pakde…akhir-akhir ini tidak dapat jalan-jalan karena pekerjaannya banyak sampai lembur atau kejar dateline menyelesaikan pekerjaan.. tetapi melembur terus juga tidak naik-naik jabatannya)”(Obsvs/Pyn/15/08/09).

Obrolan tentang pekerjaan merupakan topik yang sering

dibicarakan oleh pengunjung HIK yang sudah bekerja. Diantara

pengunjung yang sudah bekerja sebagian masih berstatus mahasiswa

(kuliah sambil bekerja atau magang). Bahkan untuk kalangan tertentu

seperti aktivis-aktivis LSM ataupun perangkat desa (Lurah, Camat, Rt,

Rw dan lainnya), warung HIK digunakan untuk mendapatkan informasi

dari masyarakat tentang berbagai hal mengenai keluhan-keluhan

masyarakat yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

memperbaiki kinerja mereka dalam mengatur program pemerintahan.

e. Obrolan keseharian

Obrolan soal satu ini terjadi secara spontan karena peristiwa yang

mereka temui atau alami menjadi pengalaman menarik bagi mereka.

Obrolan keseharian antara lain berisi tentang peristiwa-peristiwa konflik

dengan orang lain, kejadian-kejadian lucu dan lainnya yang mereka

jumpai secara tidak sengaja ketika berada disuatu tempat dan waktu yang

Page 84: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

84

tidak terduga. Misalnya saja kejadian atau peristiwa yang mereka alami

ataupun temukan dijalan, warung, mall, bank dan sebagainya. Obrolan

tentang topik ini mulai dari konflik dengan orang lain saat dijalan karena

menyerempet atau menabrak seseorang hingga kejadian-kejadian lucu,

menyebalkan atau tragis. Kejadian lucu tersebut seperti yang terjadi

ketika peneliti melakukan pengamatan di warung HIK Bapak Jmd,

terdapat beberapa pengunjung yang tiba-tiba menceritakan kejadian-

kejadian terpeleset di jalan ketika menyeberang yang membuatnya malu

karena menjadi perhatian orang lain disana.

Pembicaraan dalam menceritakan peristiwa-peristiwa tersebut,

biasanya salah satu seseorang menceritakan dan lawan bicara terkadang

juga terkenang kembali peristiwa serupa yang mereka alami. Obrolan ini

sering di ikuti dengan tawa dari pencerita ataupun pendengar yang berada

di HIK.

Selain obrolan yang sifatnya pribadi yang menjadi bahan obrolan

pengunjung HIK, juga terdapat obrolan yang sifatnya umum. Obrolan-obrolan

tersebut antara lain:

a. Obrolan tentang sosial-ekonomi

Di HIK obrolan tentang sosial-ekonomi merupakan topik umum

yang dibicarakan oleh orang dewasa baik itu yang sudah bekerja ataupun

belum. Mereka umumnya membicakan masalah ekonomi keluarga

hingga perekonomian suatu negara dan lainnya. Obrolan ekonomi yang

dibicarakan seputar masalah krisis ekonomi, harga-harga barang terutama

sembako dan BBM yang naik turun harganya. Senada dengan hal diatas,

menurut salah satu penjaja HIK di Jalan Dr Rajiman yang bernama

Bapak Mrdn, masalah krisis yang berdampak pada harga sembako

(sembilan bahan pokok) dan BBM memang merupakan topik

pembicaraan yang selalu dibicaran,

“….kalau masalah harga, dari harga sembako dan minyak yang mahal biasanya lebih sering diobrolkan bapak-bapak mbak…kan

Page 85: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

85

ya ngaruh ma keadaan dirumah pa lagi yang masih punya anak kecil-kecil…”(Wwcr/Bp Mrdn/09/07/09).

Masalah ekonomi keluarga yang dibicarakan kebanyakan tentang

pemenuhan kebutuhan sehari-hari mereka karena dampak dari kenaikan

harga barang-barang. Apalagi untuk pengunjung yang masih mempunyai

putra-putri usia sekolah dan pekerjaan sehari-hari mereka tidak

menunjang seperti buruh atau karyawan pabrik, mereka kebingungan

tentang pemenuhan kebutuhan anak-anak mereka. Selain membicarakan

dampak dari krisis tersebut, pengunjung juga sering mengkritik

penanganan pemerintah terhadap perekonomian negara sampai

membanding-bandingkan keadaan ekonomi sekarang (pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudoyono/SBY) dengan perekonomian ketika

mereka masih muda (pemerintahan Presiden Suharto).

b. Obrolan tentang sosial-politik

Pembahasan tentang sosial-politik ini lebih sering dibicarakan

ketika ada suatu peristiwa yang dilakukan dalam kancah pemerintahan

seperti layaknya pemilihan presiden dan wakil presiden kemarin. Disini

pengunjung saling mengeluarkan pendapat mereka tentang pasangan

capres dan cawapres dari berbagai partai politik (parpol). Seperti yang

diutarakan oleh Bapak Slmt dengan teman ngobrol disampingnya,

“piye to..pak, saiki yen nyoblos ra nyoblos podho wae…wong yo rego-rego munggah terus ro podo korupsi…..,mungkin ko’ yo sing kepilih pak SBY maneh, lha wingi britane poling sing okeh SBY…..(bagaimana lagi…sekarang ini masalah memilih dan tidak capres tidak merubah keadaan, paling-paling yang terpilih tetap Bapak SBY karena poling suara terbanyak yang diberitakan di media massa adalah SBY..)”(Obsvs/Bapak Slmt/11/08/09).

Hal senada juga dinyatakan oleh Bapak Mrdn bahwa obrolan politik

ataupun ekonomi biasanya dilakukan oleh orang dewasa, apalagi musim-

musim pilpres yang dibicarakan adalah segala hal yang berhubungan

dengan masing-masing kandidat atau calon,

Page 86: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

86

“ bapak-bapak yang kemari akhir-akhir ini sering berdebat tentang capres dan cawapres…mulai dari misi-visi mereka sampai janji-janji dari capres …….”(Wwcr/Bapak Mrdn/11/07/09).

Selain pembicaraan diatas yang diobrolkan dalam kategori sosial-

ekonomi juga tentang masalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah seperti konversi minyak tanah ke gas, pendidikan, korupsi

dan sebagainya. Bahkan pembicaraan tentang persoalan internasional

terutama tentang konflik antar negara seperti masalah antara Indonesia

dengan Malaysia dalam hal pengklaiman (pengakuan) Malaysia terhadap

kebudayaan Indonesia, perang di Palestina dan paska perang Amerika

dan Irak dan sesejenisnya menjadi bahan obrolan menarik bagi

pengunjung HIK. Pembicaraan-pembicaraan seperti ini biasanya

merupakan respon masyarakat tentang keadaan yang diberitakan atau

disiarkan di media massa terutama televisi dan koran saat itu.

c. Obrolan tentang sosial-budaya

Obrolan tentang sosial-budaya merupakan salah satu bahan obrolan

yang sering dibicarakan oleh semua orang karena masalah sosial ini

menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan kepedulian sesama atau

kesosialan individu. Pembahasan/topik yang dibicarakan mulai dari

kegiatan sosial yang dilakukan individu atau pribadi seperti kepedulian

dengan orang disekitar kita sampai kegiatan kepedulian yang sifatnya

umum yaitu kegiatan gotong royong atau kegiatan sosial dari pemerintah

pusat untuk masyarakat yang kurang mampu salah satunya program BLT

(Bantuan Langsung Tunai). Pembicaraan tentang masalah sosial yang

terjadi di HIK diantaranya seperti dibicarakan oleh pengunjung yang

sudah dewasa (bapak-bapak) di warung HIK Bapak Md, di mana mereka

membicarakan kegiatan gotong royong memperbaiki selokan di

lingkungan mereka karena menumpuknya sampah.

“….sesuk, piye pak kerja baktine mulai jam piro? disisan ke’ ngresiki kalen?....kudune kalenne ku di kei’ penyaring po dititup dadine yen udan ki sampah’e ra mlebu…..(bagaimana besok gotong royong apakah sekalian membersihkan selokannya?....seharusnya diberi penyaring atau ditutup saja

Page 87: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

87

atasnya sehingga sampah-sampah di jalan tidak bisa masuk)”(Obsvs/Wr Bpk Md/03/08/09).

Selain itu obrolan tentang sosial-budaya ini juga membicarakan

tentang keprihatinan para pengunjung HIK terhadap segala peristiwa

bencana alam yang disiarkan di media massa atau peristiwa-peristiwa

lain. Terutama pembicaraan tentang mengkritik langkah-langkah tangkas

yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah setempat dalam menyikapi

bencana alam.

Diluar obrolan tersebut yang masuk kategori sosial-budaya adalah

masalah olahraga, di mana olahraga merupakan salah satu bahan obrolan

yang sering dibicarakan oleh semua pengunjung dari berbagai kalangan.

Olahraga yang dibicarakan juga beraneka mulai dari hasil pertandingan

yang disiarkan oleh media massa terutama televisi hingga gossip (gosip)

atau rumor tentang atlit-atlit yang bersangkutan. Seperti yang terjadi

akhir-akhir ini musim pertandingan bulutangkis, mereka langsung saling

berkomentar pertandingan tersebur,

“wah…badminton kalah terus….po neh yen (apalagi kalau) lawannya China mesti kalah palagi yang tunggal putra….lama-lama peringkatnya turun pasti tahun ketahun”(Wwncr/Bpk Jmd/11/08/09).

Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Mgr bahwa pengunjung

HIK warungnya dalam membicarakan tentang olahraga biasanya

tergantung pertandingan olahraga apa yang sedang disiarkan di televisi.

Kebanyakan adalah pertandingan sepak bola, bulutangkis, Formula One

(F1), Grand Prix Formula One (GP) dan tinju. Namun untuk sebagian

anak muda lebih sering membicarakan pertandingan basket antar sekolah

yang mereka lihat langsung di sekolahan atau di gelanggang-gelanggang

olahraga (GOR).

Di luar obrolan yang berkaitan dengan olahraga juga diobrolkan

tentang kesehatan. Di HIK obrolan dengan topik kesehatan sering

dibicarakan oleh pengunjung kalangan dewasa terutama yang sudah

menikah. Obrolan masalah satu ini biasanya dalam bentuk bertukar

Page 88: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

88

informasi tentang berbagai hal kesehatan seperti obat, dokter, atau tempat

alternatif kesehatan lainnya. Seperti yang peneliti temukan saat

melakukan pengamatan, para orang tua sering bertukar informasi tentang

obat-obat tradisional atau tempat pengobatan alternatif karena bagi

mereka obat-obat tradisonal lebih dinilai berkhasiat dan aman bagi

kesehatan. Salah satu obrolan tersebut ditemui ketika melakukan

pengamatan di warung HIK Bapak Minggar,

“….tetanggaku juga ada yang mengidap penyakit dalam kalau enggak salah diabet, sekarang katanya lumayan dia berobat ke klinik wijaya di Jalan Veteran dekat Gading sesudah perempatan Ngemblekan, katanya cuma diberi teh dari makutodewa coba saja kesana….”(Obsrvs/Wrg Bpk Mgr/13/08/09).

Senada dengan hasil pengamatan diatas, menurut Bapak Jmd,

obrolan tentang kesehatan dalam bentuk bertukar informasi tentang

kesehatan memang sering terjadi. Bahkan terkadang obrolan tentang

kesehatan dihubungkan dengan hal-hal mistis, seperti pengobatan ke

dukun atau ke paranormal. Untuk masalah mistik ini biasanya

dibicarakan oleh orang tua terutama orang-orang jaman dulu (kakek-

kakek atau nenek-nenek) yang masih mempercayainya. Pengunjung yang

masih percaya dengan hal-hal mistis ataupun tahayul, pembicaraan

tentang kesehatan selalu dikaitkan dengan hal-hal berbau mistik seperti

sakit karena pesugihan, susuk, santet dan sejenisnya.

Selain olahraga dan kesehatan, kategori sosial budaya juga

menyangkut tentang fashion pakaian. Fashion merupakan bahan obrolan

yang sering dibicarakan oleh pengunjung wanita terutama kalangan

remaja. Remaja yang dimaksud disini adalah mereka yang sudah

terpengaruh globalisasi, apalagi mereka yang sering melihat televisi dan

membaca majalah tentang fashion. Fashion berdampak terhadap tata cara

berpakaian mereka, salah satunya mereka berpakaian dengan model yang

beraneka ragam dengan mencontoh pakaian para selebritis/artis ataupun

mereka berusaha tampil beda dengan gaya-gaya yang unik (atau lebih

tepatnya berpakaian yang aneh-aneh). Keunikan cara berpakaian mereka

Page 89: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

89

ini tampilkan karena mereka ingin dianggap trendi atau mengikuti jaman,

bahkan terkadang mereka menampilkan cara berpakaian yang berbeda

dari siapa pun sehingga membuat mereka menjadi trendsetter (pencetus

mode) dalam berpakaian.

Pembicaraan fashion berkisar tentang berbagai mode yang

ditawarkan atau diiklankan di majalah-majalah atau toko-toko pakaian

mana yang menjual/menyajikan pakaian dengan mode-mode pakaian

trendi, ada diskonnya, dan sebagainya. Seperti yang dibicarakan oleh

kelompok remaja perempuan yang ada di warung HIK Bapak Mrdn,

“gimana bu…di Matahari tadi ada hem panjang baru enggak? kemarin ku kesana masih model lama tapi ada sepatu lucu?...doku (uang) enggak cukup…di Singosaren kira-kira ada enggak ya?”

Diluar obrolan tentang pakaian, hal lain yang dibicarakan adalah

fashion rambut (model rambut) dan berbagai aksesorisnya. Fashion

rambut ini lebih ke mode pewarnaan rambut (haircoloring) dan berbagai

bentuk rambut harajuku (mode potongan rambut seperti orang Jepang)

terutama meniru dari amime (animasi Jepang/cartoon Jepang) dan

selebritis dari Jepang, Korea, Taiwan dan China.

Obrolan sosial-budaya juga menyangkut tentang teknologi, di mana

pembicaraan ini biasanya terjadi di kalangan remaja dan dewasa yang

sangat menyukai teknologi terutama tentang item-item teknologi seperi

handphone (HP), laptop, kamera digital, gameboy dan lainnya. barang-

barang teknologi seperti HP dan laptop lebih digunakan untuk internetan.

Di internet mereka lebih senang mengeksplor segala informasi disana

atau memasuki situs-situs persahabatan seperti Yahoo Messenger (YM),

frienster, facebook, twitter dan lainnya.

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, obrolan tentang

teknologi ini sangat beragam. Untuk mereka yang masih sekolah seperti

siswa SMP dan SMA, pembicaraan masalah teknologi berisi tentang

permainan game online dan situs-situs persahabatan seperti friendster,

facebook ataupun twitter yang mereka akses lewat warung internet ataun

Page 90: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

90

handphone (HP). Sedangkan mereka yang kuliah lebih senang

membicarakan situs-situs persahabatan seperti diatas, selain itu

membicarakan tentang aplikasi-aplikasi komputer (corel, aplikasi web,

aplikasi Yahoo Messenger (YM) dan lainnya) ataupun komponen-

komponen komputer mulai dari hardware (model keybord, speaker dan

aksesoris komputer lainnya) hingga software (CPU), laptop dan

sebagainya. Pengunjung yang sudah bekerja lebih membicarakan

masalah teknologi yang mendukung pekerjaan mereka seperti HP dan

laptop yang multifungsi hingga teknologi untuk sekedar memberi

hiburan bagi mereka seperti MP3, MP4, ipod dan lain-lain.

Pembahasan lainnya adalah pembicaraan tentang hiburan.

pembicaraan tentang hiburan ini diobrolkan oleh semua kalangan dan

menyangkup berbagai hiburan. Menurut pengamatan yang dilakukan

peneliti, masalah hiburan ini mulai dari acara konser musik, film-film

bioskop, pameran-pameran, gossip-gossip di media massa hingga

sekedar pembicaraan tentang jalan-jalan ke pusat pembelanjaan.

Pembicaraan tentang jalan-jalan di pusat pembelanjaan lebih dibicarakan

oleh kalangan remaja. Seperti yang sedang dibicarakan oleh sekelompok

siswa-siswi SMA ketika pulang les di salah satu lembaga bimbingan

belajar,

“…wah….habis nie kemana lagi?...gimana kalau nonton aja… da yang baru kan…..mumpung masih sore juga kan? Apa ada plan lainnya….” “ bosen ah lihat bioskop, enggak punya uang… kan akhir minggu gimana kalau cuma jalan-jalan ja sekalian ke Timezone ja? Ni masih da koin, gimana?”(Obsvsi/Wrg Bpk Mrdn/28/08/09).

Sedangkan informasi tentang dangdutan, wayang dibicarakan oleh

kalangan orang tua. Dan untuk informasi gosip-gosip, sinetron dan

sejenisnya dibicarakan oleh kaum perempuan berbagai usia. Seperti yang

terjadi di warung Ibu Ytm, dimana pengunjung HIK kebanyakan para

karyawan toko-toko daerah Singosaren, mereka sering mengobrolkan

tentang cerita sinetron yang mereka lihat pada malam hari.

Page 91: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

91

3. Interaksi yang Terjadi Di HIK

Interaksi adalah suatu hubungan yang sifatnya dinamis menyangkut

hubungan antara orang perorangan (individu), antara kelompok dengan

kelompok, maupun antara individu dengan kelompok. Dan interaksi disini

merupakan suatu pendekatan terhadap orang lain. Interaksi yang terjadi

didalam masyarakat ada beberapa bentuk diantaranya kerjasama, persaingan

(competition) dan konflik (pertentangan). Kerjasama adalah sebagai suatu

usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama

karena mereka menyadari adanya kepentingan dan ancaman yang sama.

Kerjasama yang terjalin merupakan suatu langkah mempertahankan kesan-

kesan atau identitas yang ditampilkan individu dalam berhadapan dengan

orang lain, sehingga disini individu saling menghormati dan menghargai

orang lain dengan cara berusaha menyesuaikan perilaku kita dengannya atau

sesuai dengan norma dan sopan santun yang terdapat dalam masyarakat. Di

HIK kerjasama ini terlihat jelas karena semua pengunjung yang datang saling

menghormati dan menghargai satu sama lain, sehingga menciptakan

kerjasama dalam membentuk suasana menyenangkan disana. Bahkan

terkadang juga terjalin kerjasama dalam bidang-bidang tertentu, salah satunya

kerjasama dalam suatu bisnis. Seperti peneliti temukan dalam pengamatan

adalah kerjasama usaha dalam bidang tanaman yang mana Bapak X (seorang

pemilik toko bunga) karena sering bertemu dengan Y (kebetulan mempunyai

teman yang berjualan pupuk untuk tanaman hias) di HIK dan lama kelamaan

mereka sering bertukar informasi tentang berbagai tanaman mulai dari cara

perawatan hingga cara menanam tanaman terutama tanaman hias. Dari

pertemuan di HIK inilah akhirnya mereka menjalin kerjasama

mengembangkan toko bunga di luar kota. Selain itu kerjasama yang terjadi di

HIK adalah kerjasama dalam bidang penelitian seperti yang sedang peneliti

lakukan atau aktivis-aktivis LSM yang ingin mencari informasi yang

berhubungan dengan HIK atau lainnya yang mungkin di HIK mereka dapat

memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian.

Page 92: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

92

Persaingan diartikan sebagai suatu persaingan antar individu atau

kelompok untuk mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang

menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau

dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman

atau kekerasan (Soekanto, 1982: 91). Dalam persaingan yang terjadi,

terkadang terjalin suatu kerjasama antara pelakunya karena suatu alasan demi

menciptakan suatu persaingan yang seru sampai-sampai tidak memberi

kesempatan untuk lawan-lawan mereka yang dianggap tidak pantas dalam

memenangkan persaingan tersebut. Di HIK persaingan yang terjadi dalam

bentuk tingkah laku dan perilaku, dimana persaingan dalam hal menjadi yang

lebih dari pengunjung lainnya (istilah Bahasa Jawanya adalah pamer kepada

pengunjung lain) baik itu lebih dalam berbagai hal.

Diluar persaingan terbut terkadang juga terjadi persaingan dalam hal

untuk menjadi perhatian umum dan menarik perhatian pengunjung lain.

Seperti dengan bergaya dalam model pakaian yang mereka pakai atau dengan

teknologi yang mereka bawa (antara lain HP, laptop, dan sebagainya), dengan

tertawa terbahak-bahak atau melakukan tindakan yang aneh-aneh bahkan

persaingan dalam berkata-kata (saling mengejek), misalnya jika ada

pengunjung lain yang dirasa lebih gaya (dalam artian memakai pakaian yang

lebih bagus) mereka biasanya langsung mengomentari pengunjung tersebut

dengan beragam sindiran seperti “ ….halah di HIK!...saja masak harus gaya,

kan tinggal pakai kaos ok!” atau terkadang dengan melirik temannya dengan

maksud agar melihat pengunjung yang lebih bergaya.

Sedangkan bentuk interaksi yang lain adalah konflik. Konflik

merupakan suatu perasaan atar individu untuk saling menghancurkan karena

suatu perbedaan-perbedaan yang ada seperti kebudayaan, pola perilaku, emosi

dan lainnya. Konflik biasanya berujud amarah dan rasa benci yang

menyebabkan dorongan-dorongan melukai atau menyerang pihak lain

(lawan). HIK sebagai ruang publik yang sifatnya demokratis karena semua

orang dapat mengaksesnya maka disana perbedaan tidaklah dipermasalahkan

sehingga segala bentuk konflik jarang terjadi. Jika terjadipun konflik didalam

Page 93: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

93

HIK hanyalah sebatas persaingan yang tidak menimbulkan suatu penyerangan

atau melukai orang lain, karena mereka merasa malu untuk ribut-ribut/bentrok

dengan pengunjung lain.

Interaksi yang terjadi di HIK sebagai ruang publik terjadi dengan

spontan, karena di ruang publik jalinan penyesuaian diri paling banyak

dituntut sebab di sana siapa saja bisa hadir sebagai manusia yang bebas di

mana interaksi dapat dilihat dari komunikasi antar individu disana.

Komunikasi adalah suatu jenis interaksi, di mana para partisipan memakai

bahasa atau simbol-simbol lain yang sudah disepakati bersama melalui

sarana-sarana komunikasi lewat bahasa dan simbol-simbol tersebut

mempertemukan orang ke dalam relasi-relasi timbal balik. Bahasa dan simbol

digunakan sebagai alat komunikasi, sehingga komunikasi pada dasarnya

adalah proses ketika seseorang berhubungan dengan orang yang lain serta

membangun suatu keterlibatan antara kedua belah pihak, dalam komunikasi

semua orang terlibat. Di HIK, bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi

bermacam-macam ada Bahasa Indonesia, Jawa, Campuran Bahasa Indonesia

dengan Jawa dan bahasa gaul. Sedangkan simbol yang digunakan disana

seperti tepuk tangan, tunjuk jari atau tangan melambai untuk memanggil

penjaja HIK. Sehingga dengan komunikasi diharapkan masing-masing orang

memiliki ruang untuk mengaktifkan dirinya, yakni suatu ekspresi yang

ditujukan terhadap orang lain, salah satunya terwujud di dalam ruang publik

yaitu HIK. Bahkan untuk interaksi yang terjadi di HIK terjalin sangat akrab

antar pengunjung, baik itu mereka sudah mengenal ataupun yang belum

mengenal satu sama lain.

Interaksi yang terjadi di HIK pertama kali biasanya diawali dengan

perkenalan atau basa-basi tentang membicarakan topik yang sama-sama

mereka ketahui, yang akhirnya berkenalan satu sama lain. Dari perkenalan

inilah ada diantara mereka menjadi teman sampai rekan bisnis. Selain itu

interaksi yang terjadi dapat juga tentang pertukaran informasi suatu kegiatan

atau peristiwa suatu hal. Seperti informasi tentang berbagai pameran,

informasi tentang event band, informasi berbagai macam perlombaan,

Page 94: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

94

informasi discount/toko-toko mana saja yang sedang sale (terdapat potongan

harga) hingga informasi gossip pun juga menjadi bahan obrolan di HIK.

Pembicaran basa-basi inipun juga dilakukan oleh penjaja HIK kepada

pengunjung yang lama tidak ke warung sehingga para penjaja lupa. Hal ini

dilakukan oleh penjaja dengan tujuan bahwa pengunjung tidak merasa

dilupakan dan dimaksudkan memberi suasana kekeluargaan sehingga

pengunjung merasa senang dan betah.

Menurut pengungkapan Bapak Jmd, pembicaraan basa-basi ini

dilakukan untuk mengakrabkan diri dan menciptakan suanana kekerabatan

dengan pengunjung karena menurut beliau, pengunjung senang datang ke

HIK karena suasana di HIK tersebut dan bukanlah karena makanan atau

minumannya. Untuk masalah makanan/minumana merupakan prioritas kedua

karena untuk makan/minum seseorang bisa datang atau membeli diberbagai

tempat (warung), sedangkan prioritas utama adalah suasana kekerabatan yang

menjadikan pengunjung “kangen” (senang) bahkan menjadi ketagihan datang

ke HIK.

Menurut pengamatan yang peneliti lakukan di beberapa warung HIK,

interaksi di HIK terjadi sangat alamiah karena pengunjung ataupun penjaja

yang tidak saling mengenal dapat berinteraksi satu sama lain. Sifat HIK yang

menjalin kebersamaan baik itu antar pengunjung atau pengunjung dengan

penjaja membuat hubungan mereka seperti keluarga atau teman sehingga

mereka bebas dan terbuka membicaran berbagai persoalan/masalah sampai

masalah yang sifatnya pribadi sekalipun.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Sehari-hari individu selalu di hadapkan pada berbagai aktivitas-aktivitas

sosial dan ekonomi di dalam bermasyarakat. Sosial digunakan untuk menyebutkan

peran dan hubungan seseorang di masyarakat. Sedangkan ekonomi lebih

menunjukkan pada aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan. Seseorang dapat

bertahan hidup harus terpenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan primer seperti

Page 95: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

95

makan, tempat tinggal, dan pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut

seseorang harus dapat bekerja sesuai kemampuan yang dimiliki. Di Indonesia,

jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pekerjaan di sektor

formal dan sektor informal. Ke dua jenis pekerjaan tersebut yang paling banyak

menyerap tenaga kerja adalah pekerjaan di sektor informal.

Berbagai pekerjaan di sektor informal yang paling dominan dan

menonjol aktivitasnya adalah pedagang kaki lima (PKL), karena hal tersebut

istilah sektor informal sering diidentikkan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan

oleh PKL. Apalagi jenis usaha di sektor inilah yang paling berpengaruh karena

jumlahnya yang mendominasi dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

terutama golongan menengah ke bawah. Besarnya jumlah PKL sebagai bagian

dari sektor informal di berbagai pusat-pusat perdagangan baik di lokasi pertokoan

maupun di tempat-tempat strategis lainnya membuat ”PKL mengarah pada

terjadinya pasar dengan pola tradisional, yaitu pasar yang timbul hanya karena

adanya peluang transaksi antara pembeli dan penjual” (Ali, 2008: 9). Pasar tidak

hanya berwujud dalam karakter ekonomi saja melainkan sebagai suatu gejala

sosial sekaligus kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dalam proses jual beli dalam

kegiatan perekonomian juga terjalin interaksi baik itu antara penjaja dan penjaja,

pembeli dengan penjaja ataupun pembeli dengan pembeli. Selain itu, Menurut

Chris Manning dan Tadjuddin Noer Effendi, “ciri-ciri sektor informal pada

umumnya miskin, kebanyakan dalam usia kerja utama (prime age), berpendidikan

rendah, upah yang diterima dibawah upah minimum, modal usaha rendah,

memberikan kemungkinan untuk mobilitas vertikal” (Maning dan Effendi, 1996:

76). Yang terjadi pada penjaja HIK di kawasan Jalan Dr Rajiman telah memenuhi

sebagian ciri-ciri di atas.

HIK termasuk dalam sektor informal disebabkan karena kualifikasi

ekonomi sektor informal yang dimiliki oleh penjaja HIK. Pertama dilihat dari

keterampilan yang dibutuhkan penjaja HIK lebih diperoleh diluar bangku sekolah

sehingga di lihat dari pendidikan mereka, rata-rata pendidikan mereka mulai dari

SD hingga SMA. Kedua, usahanya tidak diatur oleh pemerintah dan usahanya

bergerak dalam pasar yang penuh dengan persaingan. Ketiga, modal yang

Page 96: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

96

digunakan tidak terlalu banyak. Keempat, dalam mengembangkan usaha HIK ini

tidaklah diperlukan ijin secara resmi dari pemerintah. Kelima, usaha HIK ini

tidaklah diperlukan teknologi modern karena cukup dengan gerobag, lampu

minyak (teplok), tungku untuk pembakaran, kursi panjang (bangku) dan tikar

sebagai tempat lesehan.

Menjadi pengusaha HIK tidak memerlukan syarat khusus karena sifatnya

tergolong sektor informal maka dapat dijalankan oleh semua orang. Pada

umumnya yang menjadi penjaja HIK memiliki keterampilan dan pendidikan

minimal dan latar belakang menjadi penjaja HIK ini biasanya di dahului oleh

profesi lain atau profesi di bidang informal lainnya. Seperti yang terjadi pada

Bapak Jmd bahwa sebelum menekuni pekerjaan ini beliau bekerja sebagai satpam

pabrik. Begitu pula yang terjadi oleh pengusaha lainnya lewat wawancara, seperti

Bapak Mrdn sebelum berjualan HIK beliau bekerja sebagai buruh bangunan,

Bapak Mgr yang dahulu sebelumnya bekerja sebagai buruh sablon, sedangkan Ibu

Ytm adalah sebagai buruh jahit.

Hampir semua penjaja HIK di Jalan Rajiman berasal dari Klaten,

Boyolali dan Solo, seperti Bapak Mrdn berasal dari Klaten, Bapak Jmd dan Bapak

Mgr merupakan orang asli Solo. Menurut mereka bertiga, mereka menjadi penjaja

HIK karena tidak memerlukan modal yang begitu besar sebab yang disiapkan

hanya gerobag, lampu minyak (teplok) atau lampu listrik, anglo, ceret,

pemanggang, porong, gelas, meja, piring plastic kecil, ember, tikar, deklit,

bangku, sendok, dan tremos. Di mana modal untuk membeli barang-barang

tersebut tidak terlalu banyak, dan jika tidak punya uang pun mereka bisa

meminjam uang kepada orang lain atau koperasi simpan pinjam. Atau bahkan

penjaja HIK dapat menyewa gerobag dengan berbagai peralatannya kepada

pengusaha HIK. Sedangkan untuk makanan yang di jual di HIK kebanyakan

berasal dari pemasok makanan kecuali nasi (untuk penjaja HIK yang membuat

nasi sendiri) dan minuman. Sesuai ungkapan dari Bapak Ptt yang merupakan

ketua dari Paguyuban Wedangan Baron (PAWON) mengatakan bahwa modal

menjadi penjaja HIK ada dua cara, pertama dengan modal sendiri dan kedua

dengan pinjamam. Untuk cara kedua ini bisa saja meminjam dari koperasi simpan

Page 97: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

97

pinjam ataupun meminjam dari satu orang ke orang lain. Peminjaman dengan cara

ke dua ini bisanya dilakukan dengan berhutang dari orang lain atau tengkulak

(reternir). Peminjaman seperti ini sangatlah beresiko karena bunga yang

ditanggung oleh peminjam sangat besar. Karena besarnya resiko tersebut para

penjaja HIK lebih senang merintis usaha mereka dengan modal sendiri dan jika

tidak mempunyai modal, mereka lebih memilih pinjam dari koperasi ataupun

pihak keluarga. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Mgr dan Mrdn menyatakan

bahwa modal untuk merintis usaha HIK mereka dapat dengan meminjam uang

dari pihak keluarga.

Dengan demikian para penjaja HIK selain mendapat modal dengan cara-

cara diatas, mereka juga hanya bermodalkan tenaga dan peralatan berjualan (untuk

yang modal sendiri) karena semua makanan berasal dari pemasok (kecuali

membuat nasi sendiri), sehingga penjaja tinggal datang ke paguyuban seperti

PAWON (merupakan suatu yang mewadahi para pedagang HIK) untuk

mengambil makanan yang telah disiapakan oleh pemasok. Untuk kegiatan

mengambil makanan dari pemasok ini berbeda dengan pengambilan makanan dari

pemasok pada jaman dulu (yang mana para pemasok mengantarkan makanan ke

berbagai penjaja HIK dan mengambilnya lagi setelah habis), sekarang ini karena

danya suatu paguyuban seperti PAWON ini menyediakan wadah bagi pemasok

dan penjaja HIK untuk transaksi makanan. Berdirinya paguyuban ini berawal dari

adanya perselisihan antar pemasok makanan yang saling berebut panjaja HIK

karena makanan yang mereka titipkan sama. Dari perselisihan pemasok inilah

sehingga timbul gagasan untuk mendirikan suatu organisasi yang mengatur segala

macam hal yang berhubungan dengan HIK, mulai dari jenis makanan yang dijual

hingga lokasi lokasi yang strategis untuk berdagang.

Selain kualifikasi diatas, HIK khususnya HIK malam merupakan

kegiatan sektor informal yang tidak teridentifikasi oleh kantor statistik Solo

karena aktivitasnya berdagang pada malam hari dan karena lokasi HIK

kebanyakan berada depan teras toko, tempat parkir, dan jalan jalur hijau sehingga

usaha HIK tidak dianggap terlalu mengganggu lalu lintas di Solo.

Page 98: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

98

HIK sebagai sektor informal, dalam transaksi ekonomi yang terjadi

mengarah pada terjadinya pasar melalui proses transaksi jual beli. Hal tersebut di

lihat sebagai suatu gejala sosial budaya karena terjalinnya interaksi antar penjual

dan pembeli. Dalam kegiatan perdagangan, HIK setidaknya ada dua hubungan

yang dapat dilihat dari proses perdagangan HIK tersebut yaitu:

a) Hubungan penjaja HIK dengan pemasok makanan

Hubungan ini berdasarkan pada hubungan ketergantungan karena

pemasok merupakan pihak yang menyediakan pasokan makanan yang akan

dijual penjaja HIK. Hubungan ini biasanya terjadi di dalam PAWON

dimana penjaja dan pemasok sama-sama bertemu untuk transaksi makanan

mulai dari jumlah makanan yang dititipkan kepada penjaja HIK hingga

penyerahan uang hasil makanan yang terjual.

b) Hubungan penjaja HIK dengan konsumennya

Hubungan penjaja dengan konsumen adalah mengenai keakraban

penjaja HIK kepada konsumennya sehingga para konsumen merasa senang

dan nyaman di HIK. Disini penjaja HIK menaruh kepercayaan kepada

konsumennya karena sistem jualannya yang “pokwe” (njipuk dewe atau

ambil sendiri) dan membayarnya akhir, sehingga jumlah dan apa yang

dimakan dipercayakan kepada konsumen. Bahkan terkadang terdapat

konsumen yang hutang dibolehkan oleh penjaja karena mereka tidak mau

kehilangan pelanggan.

Kembali kepada pembahasan tentang HIK sebagai sektor informal, di

mana pada sektor ini selain terjadi kegiatan perekonomian juga menyangkut aspek

sosial budaya lewat terjalinnya interaksi dalam perdagangan. Pada karakter

interaksi yang terjadi ini maka terbentuklah masyarakat yang guyub karena

didasari oleh sifat sektor ini yang masih tradisional. HIK ini merupakan suatu

perdagangan yang sifanya tradisional hal ini bisa dilihat dari tampilan warungnya

yang masih menggunakan peralatan tradisional seperti lampu minyak “teplok”

atau lampu listrik dengan voltase kecil dan suasana remang-remang di HIK

tersebut dimanfaatkan para pembeli menikmati makanan dan minuman sambil

ngobrol-ngobrol yang memperlihatkan kebersamaan yang terjalin didalamnya.

Page 99: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

99

Suasana yang demikian menggambarkan para penjaja HIK masih menyuguhkan

sesuatu yang sifatnya tradisional dan bahkan keadaan ini yang membuat

masyarakat makin tertarik datang atau berkunjung di HIK. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh salah satu pengunjung HIK (Wwn), menurutnya HIK

merupakan tempat yang masih menjaga ketradisionalan seperti di pedesaan mulai

dari penampilan HIK yang menggunakan peralatan tradisional seperti teplok,

anglo,hingga makanan yang dijual disana kebanyakan jajanan pasar. Serta suasana

kebersamaan yang mengakrabkan para pengunjung di HIK membuat suatu

kenyamanan tersendiri bagi semua orang yang datang.

Sisi-sisi yang ditawarkan oleh penjaja HIK pada masyarakat selain

jajanan yang disajikan juga berkaitan dengan tradisi agraris (suasana pedesaan)

yang sepi dan remang-remang, tempat mengobrol serta wedangan merupakan

sensasi tersendiri bagi masyarakat. Hal seperti itu berkembang di tempat HIK

sebagai salah satu gambaran suasa tradisional. Budaya oral yaitu mengobrol

(obrolan-obrolan) di luar rumah, di pos-pos tertentu masih terus hidup. Boleh

dikatakan, pada jaman modernisasi sekarang ini tradisi masih dapat dipertahankan

atau bahkan terus diminati karena tradisi dapat dikembangkan dengan berbagai

formatnya sehingga menjadikan sisi-sisi unik. Beberapa dugaan tentang

kebiasaan-kebiasaaan mengobrol sambil menikmati minuman pada malam hari

seperti di HIK merupakan gambaran kebiasaan yang dahulu dilakukan oleh para

pejabat keraton.

Masyarakat Solo menempatkan HIK sebagai tempat untuk ngobrol-

ngobrol dengan semua orang yang ada disana dalam membicarakan berbagai hal

mulai dari pengalaman, gossip, politik, ekonomi, bahkan sampai pembicaraan

yang berbau mistik. Di HIK berbagai pembicaraan terjadi secara spontanitas yaitu

tanpa persiapan apapun terutama mereka yang datang untuk melakukan kegiatan

yang sifatnya formal seperti rapat, arisan dan sebagainya. Dalam pembicaraan

yang sifatnya spontanitas ini semua orang bebas mengutarakan apa saja tanpa rasa

takut. Bahkan kritikan, keluhan dan umpatan ataupun sumpah-serapah sering kali

terucap di warung HIK. Obrolan yang terjadi di HIK dapat masuk ke kegiatan

kultural atau eksistensi kultural karena dari obrolan ini akan membentuk suatu

Page 100: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

100

interaksi semua orang yang ada di sana. Terjadinya interaksi sebagai akibat dari

terjalinnya obrolan semua orang di HIK, menurut pandangan penulis juga dapat

disebut sebagai ruang publik hanya saja ruang publik yang sifatnya ekonomis

karena terjadi kegiatan jual-beli di dalamnya.

HIK Sebagai Ruang Publik

”Ruang publik merupakan tempat untuk mempromosikan sekaligus

menghargai hak untuk berbeda, sehingga ekspresi perbedaan, spontanitas, dan

kreativitas adalah bagian dari kehidupan sehari-hari ruang publik” (Agus, dkk,

2005: 99). Dengan kata lain ruang publik adalah segala macam ruang yang

memungkinkan publik untuk menjalani transaksi dalam bingkai kultur

demokratis. Dari kegiatan transaksi tersebutlah, sekarang ini ruang publik

dimanfaatkan sebagian orang untuk jadi ajang promosi untuk mencari keuntungan

saah satunya lewat kegiatan sektor informal khususnya usaha HIK.

Pembahasan HIK sebagai ruang publik akan dibahas berdasarkan teori

Habermas tentang ruang publik. Apa yang ditampilkan Habermas tentang publik

sphere borjuis baik Salon, Coffe House, dan Tichgesllschaften secara filosofis dan

institusional memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Baik Salon, Coffe House,

dan Tichgesllschaften sama-sama melihat kesetaraan sebagai manusia dalam

kontek berkomunikasi dan berbagi informasi melalui tradisi dialog. Dalam diskusi

tersebut mereka melepaskan diri dari berbagi atribut sosial dan budaya serta

kepentingan ekonomi tertentu. Para peserta diskusi disini senantiasa mengaitkan

dengan kepentingan masyarakat luas dan objek yang didiskusikan dapat diakses

oleh siapa saja. Namun walaupun begitu ada perbedaan antara publik sphere

borjuis pada abad ke-7 dan ke-8 Eropa dimana yang datang di publik sphere

borjuis adalah dari kalangan tertentu, seperti borjuis laki-laki, bangsawan dan

intelektual untuk mendiskusikan karya-karya sastra khususnya persoalan-

persoalan karya seni dan tradisi baca tulis, bahkan sering pula terjadi diskusi-

diskusi tentang perdebatan ekonomi dan politik. Sementara di Prancis, contoh

yang diberikan Jurgen Habermas, perdebatan-perdebatan semacam ini bisa terjadi

di salon-salon. Warga-warga Prancis biasa mendiskusikan buku-buku, karya-

Page 101: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

101

karya seni baik berupa lukisan atau musik. Tetapi dalam perubahannya, sekarang

ruang publik lebih bersifat bebas dalam artian semua masyarakat dari semua

kalangan dapat mengakses ruang ini, bahkan pembicaraan yang terjadi di ruang

publik sekarang ini lebih lebar baik itu masalah pribadi sampai masalah umum

ataupun gosip belaka.

Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis dan

bermakna. Responsif dalam arti ruang publik harus dapat digunakan untuk

berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Sementara demokratis berarti ruang

publik seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar

belakang sosial, ekonomi dan budaya serta aksesibel bagi berbagai kondisi fisik

manusia. Dan terakhir bermakna yang berarti ruang publik harus memiliki tautan

antara manusia, ruang, dunia luas, dan konteks sosial. Dengan karakteristik ruang

publik sebagai tempat interaksi warga masyarakat, tidak diragukan lagi arti

pentingnya dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kapital sosial. Namun

sayangnya, arti penting keberadaan ruang-ruang publik tersebut di Indonesia lama

kelamaan diabaikan oleh pembuat dan pelaksana kebijakan tata ruang wilayah

sehingga ruang yang sangat penting ini lama-kelamaan semakin berkurang.

Ruang-ruang publik tersebut yang selama ini menjadi tempat warga melakukan

interaksi, baik sosial, politik maupun kebudayaan tanpa dipungut biaya, seperti

lapangan olah raga, taman kota, arena wisata, arena kesenian, dan lain sebagainya

lama-kelamaan menghilang digantikan oleh mall, pusat-pusat perbelanjaan, ruko-

ruko, warung-warung dan ruang-ruang bersifat privat lainnya.

Dilihat dari sifat ruang publik (demokratis, bermakna dan responsif),

warung HIK sudah menyangkut sifat-sifat tersebut. Bersifat demokratis karena di

HIK semua orang dapat mengaksesnya tanpa memandang status dan latar

belakang sosial, ekonomi dan budaya. Bermakna karena warung HIK sebagai

ruang interaksi masyarakat dimana di sana semua orang dapat berinteraksi dengan

siapa saja dengan bahan pembicaraan yang luas tanpa ada batasannya. Sedangkan

bersifat responsif sebab semua orang dapat merespon segala hal yang terjadi di

sana dalam artian semua orang dapat bergabung dalam obrolan yang terjalin di

HIK

Page 102: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

102

1. HIK Sebagai Wahana Demokratis

”Konsepsi ruang publik (public sphere) yang digagas oleh Habermas

merujuk pada suatu area atau ruang di mana warga negara mampu melempari

opini, kepentingan dan kebutuhan mereka secara bebas tanpa tekanan

siapapun” (Eka, dkk, 2009: 114). Ini merupakan sejarah praktek sosial,

politik dan budaya yakni pertukaran pandangan yang terbuka dan diskusi

mengenai masalah-masalah kepentingan sosial umum. Orang-orang yang

terlibat di dalam percakapan ruang publik adalah orang-orang privat bukan

orang dengan kepentingan bisnis atau profesional bukan pula penjabat atau

politikus karena mereka datang di ruang publik tanpa memandang status

ataupun jabatan mereka. Dengan kata lain ruang publik merupakan suatu area

atau ruang di mana seluruh anggota masyarakat dapat berinteraksi, bertukar

pikiran dan berdebat tentang masalah-masalah publik dengan bebas, baik

bebas dari dominasi dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama

untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau percakapan. Inilah

yang dimaksud demokratis oleh Habermas.

HIK sebagai ruang publik yang demokratis dapat di lihat dari

karakteristik pengunjung dan obrolan yang terjadi disana. Di lihat dari

karakteristik pengunjung yang datang di HIK beraneka ragam karena HIK

terbuka bagi semua orang tanpa terkecuali. Karakteristik pengunjung HIK

dalam penelitian ini diambil berdasarkan jenis kelamin dan usia, agama, etnis

serta strata sosial masing-masing individu di dalam kehidupan bermasyarakat.

Di sana pengunjung mulai dari siswa-siswi, mahasiswa, buruh, sopir becak,

pegawai swasta, pegawai pemerintah, aktivis seperti aktivis LSM, dan

sebagainya.

Menurut struktur sosial yang ada dalam masyarakat, karakteristik

pengunjung HIK terdiri dari dua bentuk yaitu diferensiasi dan stratifikasi.

Keanekaragaman pengunjung inilah yang didapati pula saat melakukan

penelitian.

Page 103: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

103

a. Diferensiasi pengunjung HIK

Diferensiasi sosial yang merupakan suatu penggolongan terhadap

perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama/sejenis atau dengan kata

lain sifatnya sejajar (horizontal) membuat masyarakat sama (dalam artian

masyarakat tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi

dari golongan lain, walaupun dalam kenyataannya terdapat kelompok

tertentu yang menganggap golongannya lebih tinggi). Di lihat dari

pengertian diferensiasi tersebut maka peneliti mengelompokkan

pengunjung HIK dari dua kategori. Pertama pengunjung HIK dilihat dari

usia dan jenis kelamin. Kedua dilihat dari agama dan etnis pengunjung

HIK.

Keanekaragaman usia dan jenis kelamin pengunjung HIK

Pengunjung HIK tidak hanya diminati oleh laki-laki tetapi juga

oleh perempuan. Dari pengamatan yang dilakukan, menunjukkan bahwa HIK

merupakan tempat nongkrong para laki-laki tidak benar. Karena jika di lihat

dari komposisi jenis kelamin pengunjung HIK antara laki-laki dan perempuan

jumlahnya seimbang, tetapi karena pengunjung laki-laki lebih sering

nongkrong hingga larut malam atau hingga HIK akan tutup maka masyarakat

sering mengidentikan seperti tempat nongkrong laki-laki. Padahal jika kita

datang ke HIK sebelum pukul 24.00 WIB, sebenarnya jumlah pengunjung

perempuan tidak kalah dengan jumlah pengunjung laki-laki.

Sedangkan di lihat dari segi usia, menurut hasil penelitian yang

telah dipaparkan sebelumnya, pengunjung HIK sangatlah bervariatif mulai

dari usia anak-anak hingga usia dewasa. Dari kenyataan tersebut, sekalipun

ada sebagian pendapat bahwa HIK merupakan ruang publik dengan

segmentasi kalangan orang tua, tidak selamanya benar karena usaha ini

heterogen sehingga semua kalangan usia dapat menikmatinya. Hanya saja

untuk usia anak-anak mereka datang ke HIK bersama dengan orang tua

ataupun anggota keluarga lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

beberapa pengunjung seperti Ibu Sr, Bapak Mrdn, Jmd dan Bapak Mgr bahwa

pengunjung HIK usia anak-anak juga sering datang ke HIK hanya saja waktu

Page 104: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

104

mereka datang bisa di bilang terlalu pagi bagi pengunjung lainnya. Hal ini

dikarenakan pengunjung usia anak-anak biasanya dapat kita jumpai pada sore

hari sekitar pukul 18.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Sebab menurut

pernyataan beberapa orang seperti Ibu Sr dan Ibu Ttk, mereka sering

membawa anak-anak mereka sekitar jam enam hingga delapan malam karena

ingin melatih dan membiasakan anak-anaknya untuk berada dirumah sebelum

pukul sembilan malam serta membiasakan mereka untuk tidur sebelum jam

sembilan. Kebiasaan ini di lakukan dengan maksud anak-anak mereka tidak

mengantuk keesokan harinya pada waktu sekolah terutama ketika pelajaran

berlangsung.

Para orang tua yang menemani anak-anak mereka datang ke HIK

sebenarnya berperan sebagai pendamping anak layaknya diruang publik

lainnya. Pendampingan tersebut dilakukan terutama oleh pengunjung yang

tempat tinggalnya jauh dari lokasi HIK yang di tuju. Kegiatan pendampingan

orang tua terhadap anak-anak mereka dilakukan sebagai tindakan pengamanan

dan pengawasan orang tua terhadap anak dari bahaya-bahaya tak terduga yang

sering terjadi di lingkungan sekitar seperti penculikan anak (kejahatan-

kejahatan yang akhir-akhir ini sedang marak-maraknya di publikasikan oleh

media massa), kecelakaan lalu lintas dan lainnya. Apalagi mengingat letak

warung-warung HIK yang kebanyakan berlokasi di pinggir jalan yang salah

satunya berlokasi di Jalan Dr Rajiman ini menambah suatu pemikiran orang

tua menemani anak-anaknya ketika pergi ke HIK.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan oleh orang tua

yang memiliki anak usia remaja, karena mengingat sifat-sifat remaja yang

sensitif dan ingin bebas membuat orang tua berfikir ulang untuk menyamakan

mereka seperti anak-anak. Hal tersebut membuat anak-anak yang sudah

remaja lebih senang berpergian ke luar rumah tanpa ditemani oleh orang

tuanya. Seperti remaja yang berusia 13 hingga 18 tahun atau remaja setingkat

SMP dan SMA kebanyakan lebih senang datang ke HIK dengan teman-

temannya dari pada dengan orang tua masing-masing. Hal inilah yang

dilakukan oleh sebagian besar remaja yaitu, T dan teman-temannya ketika

Page 105: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

105

datang ke salah satu warung HIK yang berada di Jalan Rajiman. Kedatangan

pengunjung HIK usia remaja dapat dijumpai pada saat sore hari sekitar pukul

18.00 WIB hingga pukul sebelum 23.00 WIB. Mereka biasanya datang ke

HIK sesudah kegiatan les tambahan ataupun memang karena keinginan

mereka untuk keluar rumah. Hal senada juga diungkapkan oleh T yang

mengatakan bahwa dia biasa datang ke HIK sehabis les tambahan di salah satu

lembaga bimbingan belajar. Dia mengungkapkan bahwa lebih senang mampir-

mampir sekalian ke mana saja seperti mall ataupun HIK dari pada pulang

langsung ke rumah.

Berbeda lagi dengan pengunjung HIK dewasa, mereka lebih

menyukai datang pada malam hari sekitar pukul 19.00 WIB hingga malam

hari bahkan ketika HIK akan tutup. Berbagai alasan yang di utarakan oleh

berbagai pengunjung dewasa datang ke HIK beranekaragam mulai dari

keindahan suasana malam hari yang indah akan gemerlap lampu-lampu kota

hingga alasan refreshing sehabis kerja seharian. Beragam alasan tersebut

menjadikan suatu persoalan yang menarik mereka untuk pergi keluar rumah

terutama ke HIK dari pada istirahat di rumah.

Keanekaragaman Agama dan Etnis Pengunjung HIK

Keanekaragaman agama dan etnis di HIK adalah suatu bentuk

perbedaan yang tidak terlalu mencolok karena interaksi yang terjadi tidaklah

memperdulikan agama ataupun etnis mereka. Untuk masalah perbedaan

agama hanya terlihat lewat berbagai atribut keagamaan yang mereka pakai

seperti kalung salib, kerudung, ataupun atribut agama lainnya. Hal ini

membuat pengunjung yang tidak memakai atribut keagamaan sulit diketahui

agama dan kepercayaan mereka.

Di lihat dari etnis, Indonesia merupakan negara yang terdiri dari

suku bangsa sehingga etnis di Indonesia juga beragam. Di Solo sendiri etnis

ada tiga macam yaitu Jawa, Tionghoa dan Arab. Sedangkan etnis lainnya

seperti Madura, Sunda, Betawi, dan lainnya juga ada hanya saja jumlahlah

lebih sedikit. Keberadaan etnis Tionghoa dan Arab di Kota Solo ini

kebanyakan terkumpul dalam suatu daerah dan sisanya berada menyebar.

Page 106: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

106

Lihat saja etnis Arab di Solo banyak di temui di daerah Pasar Kliwon dan etnis

Tionghoa dapat kita temui di daerah Coyudan dan sekitarnya.

Seperti hasil temuan yang disampaikan sebelumnya telah

menyebutkan bahwa keragaman etnis ini lebih di lihat dari segi penggunaan

bahasa dengan berbagai logat. Dari inilah seseorang dapat diketahui etnis dan

asal daerahnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Alex Thio yang

mengemukakan bahwa kelompok etnis adalah sekelompok orang yang saling

berbagi warisan kebudayaan tertentu. Dengan kata lain ”etnis berbeda dengan

ras karena kelompok etnis digunakan untuk mengacu suatu kelompok atau

kategori sosial yang perbedaannya terletak pada criteria kebudayaan bukan

biologis” (Priyono, 2007: 19). Selain itu, juga diperkuat oleh pernyataan dari

”Bruce J. Cohen menyebutkan bahwa kelompok etnis dibedakan oleh

karakteristik budaya yang dimiliki oleh para anggotanya, dimana karakteristik

itu meliputi agama, bahasa atau kebangsaan” (Priyono, 2007: 19).

Berdasarkan pendapat tersebut maka peneliti berusaha mengungkapkan bahwa

perbedaan etnis pengunjung HIK juga dilihat dari pembendaharaan bahasa

yang digunakan oleh pengunjung. Tetapi karena pengunjung HIK merupakan

warga Negara Indonesia kecuali para turis yang datang maka mereka

menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa daerah seperti Bahasa Jawa

sebagai bahasa pengantar setiap hari. Termasuk etnis Tionghoa dan Arab

tersebut yang merupakan WNI juga menggunakan Bahasa Indonesia atau

bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar, namun yang berbeda hanyalah logat

atau dialek mereka dalam mengucapakan kata-kata dalam bahasa pengantar

tersebut.

Perbedaan bahasa yang terlihat dari logat bahasa yang digunakan

dalam berkomunikasi dengan orang lain inilah yang membedakan orang

secara etnis (atau lebih tepatnya kekhasan dalam logat bahasa ini membuat

orang lain menebak seseorang berasal dari daerah mana). Seperti logat bahasa

ngapak yang digunakan oleh orang berasal dari daerah Purbalingga,

Banjarnegara dan Cilacap menggambarkan bahwa orang-orang tersebut

berasal dari sana. Sedangkan Bahasa Jawa seperti endasmu, utekmu yang

mana di Solo merupakan bahasa kasar sering digunakan oleh orang-orang

Page 107: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

107

Jawa Timur. Lain lagi dengan logat dan bahasa yang diakhiri oleh kata-kata je

merupakan perkataan yang sering digunakan oleh orang-orang yang berasal

dari Yogyakarta dan Magelang. Bahasa dan cara pengucapannya (logat) inilah

yang mengidentifikasikan seseorang sesuai dengan daerah asal mereka.

Pengunjung yang merupakan etnis Tionghoa ataupun Arab lebih

terlihat dari ciri fisik mereka. Etnis Tionghoa lebih bercirikan warna kulit

kuning langsat, mata sipit dan dari segi bahasa terutama logat bahasanya lebih

terdengar berirama dan cadel. Etnis Arab bercirikan hidung mancung (orang

Jawa sering menyebut dengan istilah mbetet), bentuk muka oval dan dalam

berbicara dengan logat lebih tegas dan terdengar mendayu-dayu. Di lihat dari

ciri-ciri fisik mereka sebenarnya seseorang dapat mengetahuinya tanpa

bertanya terlebih dahulu.

b. Strata Sosial Pengunjung HIK

Dilihat dari status sosial pengunjung HIK beraneka ragam mulai

dari strata sosial atas hingga strata sosial bawah. Sehinnga deskripsi bahwa

HIK merupakan suatu ruang publik kelas marginal selama ini adalah salah.

Mungkin dahulu HIK sebagai alternatif kelas marginal dapat di bilang

benar tetapi karena perkembangan jaman dan ketertarikan masyarakat

akan suatu hal yang sifatnya tradisional membuat masyarakat dari strata

menengah ke atas mulai tertarik datang ke tempat-tempat yang berbau

tradisional seperti HIK. Menurut hasil wawancara pengunjung HIK dari

semua strata sosial, ketertarikan mereka datang ke HIK karena segi

kebersamaannya. Hal ini disebabkan karena sifat masyarakat perkotaan

yang individualis membuat mereka ”kangen” dengan kebersamaan antar

individu.

Kebersamaan yang terlihat di warung-warung HIK, yang mana

mereka datang ke HIK selain untuk makan tujuan utama mereka adalah

bertemu dan melakukan berbagai aktivitas dengan pengunjung lainnya

ataupun penjaja HIK. Baik itu dengan pengunjung dan penjaja yang sudah

mereka kenal atau belum. Seperti yang Wwn, Pyn, Bapak Slmt, Dn, T dan

pengunjung lainnya rasakan. Mereka senang datang ke HIK dari pada

Page 108: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

108

tempat lain karena mereka menganggap semua pengunjung dan penjaja

HIK adalah keluarga sehingga suasana yang terjalin seperti suasana

kekeluargaan dan kebersamaan. Dari terjalinnya hubungan kekeluargaan

dan kebersamaan menjadikan segala sesuatu yang dilakukan tanpa ada rasa

pekiwuh-pekiwuhan atau malu-malu. Ikatan kebersamaan tersebut

membuat pengunjung yang berasal dari strata bawah tidak harus tunduk

kepada mereka yang berstrata atas karena posisi pengunjung yang berada

di HIK adalah sama. Keadaan sama dalam artian semua pengunjung

mempunyai kebebasan sesuai dengan sifat ruang publik demokratis.

Semua pengunjung yang datang di HIK tidaklah memandang usia,

jenis kelamin, agama, etnis dan strata sosial, karena jika mereka sudah masuk

dalam obrolan mereka melupakan berbagai atribut ataupun status yang

mereka sandang. Hal yang terpenting bagi mereka adalah topik pembicaraan

yang sedang dibahas. Bahkan terkadang terdapat pengunjung yang datang

hanya untuk mengobrol tanpa makan dan minum atau di HIK berjam-jam

dengan makan satu gorengan dan memesan satu gelas minum. Keadaan

tersebut dapat diartikan bahwa mereka datang ke HIK hanya meminjam

tempat untuk berbincang-bincang.

c. Keanekaragaman Obrolan Yang Terjadi Di HIK

Kembali pada sifat ruang publik yang demokratis selain dilihat

dari karakteristik pengunjung, obrolan di HIK termasuk dalam kategori

demokrasi. Ruang publik yang merupakan suatu area atau tempat berdebat

tentang masalah-masalah publik dengan bebas merupakan suatu

penggambaran dari kedemokrasian. Hal ini juga diperkuat oleh Alan

McKee menyatakan beberapa pengertian tentang public sphere sebagai

berikut :

1) Ruang publik adalah suatu wilayah hidup sosial kita di mana suatu pendapat umum dapat dibentuk diantara warganegara, berhadapan dengan berbagai hal mengenai kepentingan umum tanpa tunduk kepada paksaan dalam menyatakan dan mempublikasikan pandangan mereka.

Page 109: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

109

2) Ruang publik adalah istilah yang berkenaan dengan metafora yang digunakan untuk menguraikan ruang virtual dimana orang-orang dapat saling berhubungan.

3) Ruang publik adalah ruang dimana percakapan, gagasan, dan pikiran masyarakat bertemu.

4) Ruang publik adalah ruang virtual dimana warga negara dari suatu negara menukar gagasan dan mendiskusikan isu, dalam rangka menjangkau persetujuan tentang berbagai hal yang menyangkut kepentingan umum.

5) Ruang publik adalah tempat di mana informasi, gagasan dan perberdebatan dapat berlangsung dalam masyarakat dan pendapat politis dapat dibentuk (Fathurin, 2009).

Dari pengertian-pengertian diatas menunjukkan bahwa ruang

publik merupakan suatu ruang yang mampu mengkomunikasikan

pandangan-pandangan yang berbeda sekaligus melahirkan tindakan

komunikasi. Salah satu tindakan komunikasi yang dilakukan di ruang

publik adalalah suatu obrolan atau omong-omong yang bebas dalam

berbagai hal.

Demokratis dalam artian berbagai obrolan yang terjadi di HIK

dapat terjadi pembicaraan yang bebas atau membicarakan suatu masalah

dengan beragam topik bahasan. Keragaman ini merupakan persyaratan

yang menurut Habermas harus dipatuhi, dimana suatu ruang publik mesti

memungkinkan semua topik dapat di bahas. Dengan kata lain, mestinya

tidak ada batasan tentang topik apa yang mesti dibicarakan dalam ruang

publik. Menurut hasil penelitan sebelumnya pun sebenarnya juga terlihat

bahwa topik obrolan di HIK memang beragam mulai dari topik yang

sifatnya pribadi hingga umum. Obrolan yang sifatnya pribadi tidak sama

seperti topik umum karena obrolan ini hanya di bicarakan dengan

pengunjung lainnya yang sudah dianggap teman ataupun penjaja yang

mereka anggap seperti keluarga, sehingga tidak memungkinkan

pembicaraan tersebut dikonsumsi umum. Berbeda dengan obrolan tentang

topik-topik umum seperti epolisosbud (ekonomi, politik, sosial, budaya)

dan lainnya yang sering di beritakan di media massa membut obrolan

tersebut menjadi konsumsi umum. Sebenarnya obrolan dengan topik

Page 110: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

110

pribadi seperti pembicaran keluarga, diri sendiri, sekolah atau pekerjaan

dan lainnya ini dapat menjadi obrolan publik tergantung seseorang mau

membahasnya dengan siapa saja. Menurut penelitian, obrolan di HIK yang

sifatnya pribadi sebenarnya merupakan komsumsi umum karena semua hal

di bicarakan di sana semua orang dapat melihat dan mendengarnya

sehingga mau tidak mau semua obrolan merupakan obrolan yang sifatnya

umum (dalam artian semua orang dapat ikut membagi pengalaman, rahasia

dan sejenisnya yang sifatnya pribadi tanpa malu-malu).

Obrolan di HIK terjadi dalam dua arah yaitu obrolan yang terjadi

antara pengunjung dan penjaja HIK serta obrolan yang terjadi antar

pengunjung HIK. Obrolan yang terjalin baik antara pengunjung dan

penjaja ataupun antar pengunjung HIK, pertama kali merupakan suatu

pembicaraan perkenalan yang diawali dengan berbagai pertanyaan yang

bisa di bilang suatu pembicaraan basa-basi untuk mengenal penjaja HIK

ataupun pengunjung yang baru saja mereka temui. Bahkan terkadang

pembicaraan terjadi secara tidak sengaja, dengan pengertian obrolan

terjadi tanpa terdapat perkenalan terlebih dahulu yang mana tiba-tiba saja

saling terjalin pembicaraan antar ke dua belah pihak. Pembicaraan seperti

ini merupakan suatu obrolan yang sering terjadi di HIK. Obrolan-obrolan

tersebut selanjutnya terjadi lebih kearah pengakraban diri yang lama-lama

terjadi pembicaraan ke arah yang lebih umum seperti obrolan-obrolan

bernuasansa politik, ekonomi ataupu perbincangan sesuai keadaan yang

terjadi pada saat itu.

Selain itu obrolan ini terjadi karena memang di antara ke dua

belah pihak sudah saling mengenal dalam artian baik pengunjung ataupun

penjaja sudah mengenal lawan bicaranya. Obrolan yang terjalin karena

sudah saling mengenal lebih terjalin secara menyenangkan karena

pembicaraan yang terjadi lebih lama dan topik bahasan yang dibicarakan

pun lebih beragam bahkan sampai obrolan pribadi tidak seperti

pembicaraan yang terjadi karena tidak saling mengenal.

Page 111: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

111

Pengunjung yang sudah menjadi langganan dari suatu HIK dalam

menjadi obrolan terlihat lebih luwes dalam artian tidak ada rasa malu-malu

dalam menanyakan segala sesuatunya antar ke dua belah pihak. Kegiatan

obrolan yang merupakan suatu bentuk komunikasi lama-kelamaan akan

membentuk suatu interaksi antar keduanya. Hubungan inilah yang

menurut berbagai informan baik itu penjaja seperti Bapak Jmd, Mrdn, dan

Bapak Mgr serta berbagai pengunjung yaitu Bapak Slmt, Pyn, Wwn, Rt,

Dn) merupakan suatu hubungan kekeluargaan di HIK.

Di lihat dari berbagai hal tersebut, HIK memiliki fungsi

mereduksi ketegangan-ketegangan sosial sekalipun sifatnya hanya sesaat

tetapi yang sesaat tersebut nampaknya efektif bagi pengunjung yang

datang. Fungsi mereduksi tersebut misalnya sebagai tempat untuk

menghilangkan kejenuhan, ketegangan, informatif (tempat ngobrol) dan

fungsi biologis, yaitu tempat mendapat kesegaran sambil makan dan

minum. Walaupun terkadang pengunjung disana bisa ngobrol berjam-jam

tanpa membeli makanan ataupun minuman satu pun, penjaja tetap merasa

senang karena merupakan salah satu resiko yang dihadapi penjaja. Seperti

yang dialami oleh beberapa penjaja HIK yaitu Bapak Mrdn dan Bapak

Jmd, bahwa kerugian akibat pengunjungnya hutang tidaklah menyurutkan

pendirian mereka untuk merintis usaha HIK karena menurut mereka suatu

resiko memang harus dihadapi sebagai wirausaha ataupun pengusaha

manapun. Bahkan yang mereka prioritaskan adalah masalah kenyamanan

pengunjung.

Di HIK kenyamanan pengunjung sangatlah diperhatikan penjaja

karena jika pengunjung nyaman di HIK berarti pengunjung merasa

”betah” dan menjadi pelanggan tetap warung mereka. Kenyamanan di

HIK tidak sama dengan tempat makan lainnya sebab kenyamanan menurut

pengunjung adalah kenyamanan dalam membentuk suatu keakraban

dengan semua orang yang berada di sana. Seperti yang di ungkapkan

sebelumnya bahwa pengunjung lebih tertarik dengan keakraban yang

terjalin di HIK, baik itu lewat bentuk komunikasi yang terjadi ataupun

Page 112: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

112

bentuk interaksi yang terjalin di sana. Dari inilah penjaja HIK biasanya

menjalin komunikasi dengan pengunjung lewat berbagai obrolan-obrolan

tentang berbagai topik saat itu.

Hal senada juga di alami oleh Bapak Mgr bahwa setiap orang

yang datang ke HIK sebenarnya mempunyai kepentingan masing-masing,

mereka datang mulai dari ingin berkenalan atau menjalin silaturahmi,

makan, kerjasama (sudah janjian dahulu). Dari kepentingan-kepentingan

ini ada yang ngobrol sambil menikmati makanan dan minuman dan

ketemu dengan pengunjung yang ada tanpa makan dan minum. Inilah yang

menjadi daya tarik HIK bagi masyarakat.

HIK juga merupakan tempat pelarian dari berbagai masalah-

masalah yang pengunjung hadapi. Seperti yang diungkapkan oleh

beberapa informan yaitu Wwn, Rt, Bapak Jk, Pyn dan informan lainnya

yang mengatakan bahwa HIK merupakan tempat untuk menggungkapkan

berbagai masalah dari masalah pribadi hingga masalah yang sifatnya

umum. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, obrolan yang dibicarakan

lebih menuju ke arah masalah-masalah umum seperti masalah ekonomi,

politik, budaya hingga masalah-masalah gosip selebriti/artis. Untuk

masalah pribadi, pengunjung biasanya membicarakan ”uneg-uneg” segala

permasalahan yang melilit masing-masing individu.

Masalah-masalah yang sifatnya pribadi ini merupakan suatu

bentuk curhat individu terhadap masalah dirinya. Dalam posisi seperti ini,

pendengar lebih mendengarkan curhat setelah itu baru memberi suatu

masukan/saran dan sebagaian ada yang mengalihkan pembicaraan tersebut

ke obrolan yang sifatnya lawakan atau lelucon dengan maksud pencurhat

tersebut agar lebih rileks dengan berbagai masalah yang dihadapinya.

Obrolan tentang masalah-masalah umum di HIK terjadi sebagai

bahan pembicaraan yang sifatnya universal sehingga semua orang yang

berada di warung dapat bergabung (nimbrung) bersama-sama dan saling

mengeluarkan berbagai pendapat serta kesan mereka terhadap masalah-

masalah tersebut. Obrolan satu ini merupakan suatu refleksi (pembicaraan

Page 113: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

113

yang terjadi secara tidak sengaja) di lakukan oleh pengunjung HIK dan

merupakan suatu obrolan yang fresh karena obrolan ini biasanya

membahas masalah-masalah yang memang sedang di bicarakan oleh

media massa saat itu. Menurut Bapak Jmd, Mgr dan Bapak Mrdn, obrolan-

obrolan seperti ini yang memang dilakukan oleh pengunjung HIK.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semua masyarakat dari

beranekaragam latar belakang sosial, ekonomi dan budaya dapat

menikmati HIK. Dari latar belakang sosial dilihat dari pendidikan para

pengunjung HIK, ekonomi dilihat dari pekerjaan sedangkan budaya dilihat

dari keberagaman etnis, bahasa dan agama. Keberagaman pengunjung

HIK inilah yang menjadikan obrolan di HIK juga beragam. Orang-orang

yang berkunjung di HIK pasti membawa suatu topik yang berbeda-beda

atau bebas. Keanekaragaman tersebut yang mencirikan sifat demokratis

HIK.

2. Kebermaknaan di HIK

Sifat ruang publik ke dua menurut Habermas adalah bermakna yang

berarti ruang publik harus memiliki tautan antara manusia, ruang, dunia luas,

dan konteks sosial. Dari pengertian yang menggambarkan bahwa ruang publik

harus memiliki tautan antar manusia inilah maka dapat di lihat dari interaksi

yang terjalin di ruang publik.

Interaksi yang terjadi di HIK sebagai ruang publik terjadi dengan

spontan, karena di ruang publik jalinan penyesuaian diri paling banyak

dituntut sebab di sana siapa saja bisa hadir sebagai manusia bebas bahkan

interaksi dapat terjadi melalui komunikasi yang terjadi antar individu disana.

Komunikasi adalah suatu jenis interaksi, di mana para partisipan memakai

bahasa atau simbol-simbol yang sudah disepakati bersama. Komunikasi pada

dasarnya adalah proses ketika seseorang berhubungan dengan orang yang lain

serta membangun suatu keterlibatan antara kedua belah pihak, dalam

komunikasi semua orang terlibat. Sehingga dengan komunikasi diharapkan

masing-masing orang memiliki ruang untuk mengaktifkan dirinya, yakni

Page 114: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

114

suatu ekspresi yang ditujukan terhadap orang lain, salah satunya terwujud di

dalam ruang publik. Komunikasi yang terjadi di HIK dapat di lihat melalui

bentuk obrolan-obrolan pengunjung ataupun penjaja di sana.

Interaksi dalam ruang publik bersifat non-formatif sebab perdebatan

yang terjadi terjalin bebas dari semua peraturan. Karena sesuai dengan fungsi

ruang publik yang bebas sehingga segala interaksi yang didalamnya tidak

bersifat monoton tetapi sifatnya relaks, maka perbincangan atau obrolan yang

terjadi pun bisa berwujud suatu pembicaraan non rasional bahkan sampai

perdebatan yang sifatnya jenaka. Lihat saja jika anda datang di HIK, anda

pasti kebanyakan menemukan obrolan berbau jenaka dari pada obrolan yang

serius. Menurut beberapa informan seperti Bapak Slmt, Bapak Jmd dan Pyn

mengatakan bahwa obrolan jenaka ini merupakan suatu penyeimbang dalam

mempererat keakraban. Apalagi pembicaraan seperti ini biasa juga sebagai

selingan bahan obrolan ketika pengunjung ataupun penjaja sedang

membicarakan topik pembicaraan yang berat-berat seperti obrolan ekonomi,

politik, sosial ataupun budaya.

Partisipan debat melalui obrolan ini juga diharuskan memiliki

kepentingan bersama atas kebenaran, yang berarti mereka juga harus dapat

menunda perbedaan status, sehingga mereka berbicara dalam keadaan setara.

Komunikasi di era modernitas sendiri adalah komunikasi yang bebas

dominasi. Setiap individu memiliki hak untuk saling berdialog dan berwacana

atas segala sesuatu yang terjadi di ruang publik.

Interaksi ini juga pernah dibahas oleh Georg Simmel atas bentuk-

bentuk interaksi/sosiasi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sehari-

hari. Simmel menekankan dalam kehidupan kita diperintah oleh dua kutub.

Kutub-kutub tersebut yaitu kutub individualitas dan kutub yang bersifat

umum. Kutub individualitas seseorang dapat dilihat di dalam pengembangan

kepribadian sesuai dengan ciri khas atau keunikan individu tunggal,

sedangkan kutub yang sifatnya umum dapat dilihat dalam lingkungan

sosial/lingkungan kebudayaan guna memperoleh pengakuan dalam

masyarakat. ”Sosiasi adalah bentuk-bentuk dan pola-pola khusus di mana

Page 115: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

115

manusia saling bergaul dan berinteraksi” (Widyanta, 2002: 89). Dalam hal ini

interaksi-interaksi yang semula hanya terjadi sementara atau pendek dan

kemudian berubah menjadi suatu interaksi yang intensif dan cepat maka

disebut sebagai sosiasi. ”Sosiasi ini meliputi berbagai interaksi yang relatif

stabil dan individu yang terlibat dalam interaksi pasti melibatkan berbagai

kepentingan, alasan, persangkalan psikologisnya masing-masing” (Widyanta,

2002: 88). Diantara kedua kutub ini yaitu antara kepentingan pribadi dan

umum akan terbentuk dalam suatu tempat atau wilayah sosial (lingkungan

sosial/kebudayaan). Dalam wilayah ini manusia diposisikan sebagai aktor

(subyek/self) yang aktif, sehingga Simmel menggambarkan manusia sebagai

makhluk yang berada dalam pusat atau tengah-tengah lingkaran antara

wilayah privat individual, wilayah sosial individual dan wilayah kultural. Di

lingkungan kebudayaan, manusia (individu) berada dalam dua wilayah privat

dan sosial sekaligus, karena individu selain memenuhi kebutuhan atau

keinginan di wilayah privat, juga sekaligus memenuhi kebutuhan sosial.

Bila di umpamakan seseorang berada di dalam suatu wilayah kultural

seperti warung HIK, individu selain memenuhi kebutuhan pribadi (makan,

minum, rekreasi, dan sebagainya) juga sekaligus memenuhi kebutuhan

sosialnya yaitu bertemu dengan orang lain, ngobrol ataupun bentuk interaksi

lainnya. Sedangkan sosiasi yang terjalin merupakan bentuk perpanjangan dari

interasi pengunjung dengan semua orang di HIK yang mengarah ke bentuk-

bentuk interaksi seperti kerjasama, persaingan ataupun konflik. Dari ketiga

bentuk interaksi yang terjalin pengunjung ataupun penjaja di HIK lebih

mengarah ke kerjasama. Lihat saja aktivitas jual beli yang terjadi antara

penjaja dan pengunjung HIK merupakan bentuk interaksi kerjasama. Bentuk

kerjasama lainnya yang ditemukan oleh peneliti dalam pengamatan adalah

kerjasama yang terjadi antar pengunjung HIK yaitu kerjasama bisnis (usaha)

tanaman dan kerjasama dalam penelitian (seperti yang peneliti lakukan dalam

wawancara dengan pengunjung dan penjaja HIK). Sedangkan persaingan di

HIK dapat di lihat dari berbagai perilaku pengunjung. Menurut hasil

penelitian yang di dapat dari pengamatan persaingan berupa persaingan dalam

Page 116: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

116

perilaku fashion baik itu melalui gaya rambut ataupun pakaian yang

pengunjung kenakan. Selain itu persaingan dapat di lihat dari respon mereka

yang berupa kata-kata terhadap perilaku, tingkah laku dan gaya (penampilan)

pengunjung lain, baik itu respon yang sifatnya positif seperti memuji ataupun

negatif seperti mengolok-olok penampilan orang lain.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjalin

di HIK ada dua hubungan interaksi. Pertama interaksi antara penjaja dengan

pengunjung HIK, kedua interaksi antar pengunjung HIK.

a. Interaksi antara penjaja dengan pengunjung HIK

Interaksi antara penjaja dan pengunjung di HIK mungkin yang

terlihat hanya sebatas interaksi antara penjual dan pembeli layaknya di

warung-warung lainnya. Tetapi jika kita melihat lebih dalam interaksi

yang terjadi antara penjaja dan pengunjung itu layaknya interaksi yang

terjalin antar keluarga atau saudara. Lihat saja interaksi yang terjalin antara

penjaja seperti Bapak Jmd dan bapak Mrdn dengan pelanggannya remaja

seumuran anak SMP atau SMA, yang mana interaksi yang terjalin

layaknya anak dan bapak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Jmd bahwa anak-anak yang sering datang (dalam artian anak-anak SMP

dan SMA bahkan orang dewasa yang belum menikah yang sering

memanggil Bapak Jmd dengan sebutan pak’e atau Bapak) menganggap

Bapak Jmd sebagai bapak sendiri sehingga mereka datang terkadang hanya

untuk curhat atau meminta solusi tentang permasalahan yang mereka

hadapi layaknya hubungan yang terjadi antara bapak dan anak.

Pengunjung seperti ini bisanya adalah mereka yang memang hubungannya

tidak dekat dengan keluarganya (dalam artian keluarga sebenarnya). Di

luar hubungan layaknya seperti keluarga ini bisa dibilang hubungan

penjaja dan pengunjung HIK adalah hubungan pertemanan (khususnya

pengunjung usia dewasa) baik itu dengan pengunjung kalangan orang tua

ataupun orang dewasa.

Selain itu interaksi yang terjalin dengan pengunjung dan penjaja

HIK di sini merupakan bentuk kerjasama. Bentuk kerjasama penjaja dan

Page 117: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

117

pengunjung tersebut dapat dilihat dalam relasi jual beli yang terjadi.

Sedangkan interaksi yang terjalin secara mendalam seperti jalinan

kekeluargan atau pertemanan merupakan suatu dampak berlangsungnya

kerjasama tersebut. Disini hubungan tersebut merupakan suatu sosiasi

yang terjalin karena keterlanjutan adanya interaksi (kerjasama) antara

penjaja dan pengunjung HIK.

b. Interaksi antara pengunjung HIK

Interaksi yang terjalin antar pengunjung HIK terjadi lebih kearah

hubungan pertemanan atau rakanan. Di lihat dari bentuk-bentuk interaksi

yang sudah dipaparkan pada hasil temuan, maka bentuk interaksi antar

pengunjung dapat dikatakan bentuk interaksi dalam kerjasama dan

persaingan. Dikatakan kerjasama karena di HIK antar pengunjung

terkadang secara sengaja ataupun tidak terkadang terdapat suatu interaksi

yang menjurus kearah tersebut. Beberapa orang yang datang ke HIK

menjalin kerjasama dalam hal bisnis ataupun kerjasama saling

memberikan informasi seperti yang terjalin antara aktivis LSM dan

pengunjung lainnya ataupun kerjasama antara peneliti dengan penjaja

ataupun pengunjung HIK lainnya dalam mencari informasi tentang

keadaan di HIK.

Bentuk interaksi lainnya adalah persaingan. Persaingan yang

terjadi di HIK mungkin untuk sebagian orang tidak melihatnya, tetapi

cermatilah berbagai tingkah laku dan percakapan yang terjadi disana lama-

kelamaan kita akan melihatnya sebagai suatu bentuk persaingan.

Perhatikan saja pembicaraan yang terjadi pada satu kelompok pengunjung

terhadap perilaku pengunjung lain. Jika mereka melihat berbagai tingkah

laku pengunjung lain yang dirasa agak norak atau ngaya (lebih bergaya

darinya, lebih cantik, ataupun kelebihan lainnya) mereka pasti langsung

memberi komentar yang beraneka ragam mulai komentar yang sifatnya

positif ataupun negatif. Komentar-komentar yang sifatnya negatif inilah

dapat digolongkan ke dalam bentuk persaingan karena mereka (yang

memberi komentar negatif tersebut) pasti membandingkannya dengan

Page 118: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

118

dirinya ataupun orang lain yang dianggapnya lebih perfect (sempurna)

sesuai dengan pemikirannya.

3. HIK Bersifat Responsif

Sifat responsif menurut ruang publik Habermas berarti ruang publik

harus dapat digunakan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan luas. Dilihat

dari sifat responsif yang menyatakan ruang publik dapat digunakan untuk

berbagai kegiatan maka orang dapat merespons situasi berkembang salah

satunya lewat kegiatan komunikasi yang membuat terjalinnya interaksi.

Komunikasi di HIK dilakukan secara langsung antar pengunjung ataupun

antara pengunjung dan penjaja. Hanya saja komunikasi di HIK ini lebih

mengarah pada berbagai perbincangan yang terjadi atau lebih populernya

lewat obrolan-obrolan.

Responsif inilah merupakan suatu sifat yang mendasari sifat-sifat

ruang publik lainnya (yaitu sifat demokratis dan bermakna). Di lihat dari sifat

responsif tersebut, maka HIK sebagai ruang publik yang di dalamnya terjadi

berbagai aktivitas seperti kegiatan biologis (makan dan minum) dan kegiatan

sosial (komunikasi yang pada akhirnya membentuk suatu jalinan interaksi).

Padahal berbagai kegiatan-kegiatan tersebut sudah masuk dalam sifat-sifat

sebelumnya. Namun jika di telaah lebih dalam, sifat responsif ini mengacu

pada gerak respon seseorang terhadap situasi yang terjadi di ruang publik.

Gerak respon yang terjadi di HIK sebagai ruang publik mungkin agak

berbeda dengan gerak respon yang terjadi di ruang publik lainnya seperti

mall, internet, taman-taman kota atupun lainnya yaitu respon masyarakat

terhadap perkembangan-perkembangan yang sifatnya ke arah modernitas dan

teknologi. Respon yang terjadi di HIK mungkin bisa di bilang sifatnya sangat

sederhana yaitu respon semua orang di sana terhadap obrolan dan interaksi

yang terjalin di HIK. Mulai dari respon seseorang terhadap yang terjadi atau

dalam artian pemahaman kita terhadap bahan obrolan yang sedang di

bicarakan. Di HIK respon obrolan ini bisa terjadi secara pasif atau aktif

karena jika pembicaraannya sekitar masalah ekonomi, politik ataupun

Page 119: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

119

masalah lainnya yang dianggap rumit atau sulit dipahami banyak orang maka

obrolan yang terjadi sifatnya pasif. Namun jika kita membicarakan suatu hal

yang memang dipahami oleh semua orang maka responnya akan berlangsung

aktif (obrolan terjadi multi arah yang mana semua orang saling memberikan

respon lebih cepat dan obrolan terjadi menyenangkan). Bahkan respon yang

terjadi terkadang melenceng dari suatu bahasan obrolan.

Sifat responsif lainnya juga dapat dilihat dari interaksi yang terjalin di

HIK. Bentuk-bentuk interaksi yang terjalin di HIK seperti kerjasama dan

persaingan merupakan suatu respon seseorang terhadap orang lain. Sehingga

interaksi dapat juga dikatakan sebagai respon lanjutan dari kegiatan obrolan

yang terjadi di HIK. Bayangkan jika seseorang tidak merespon segala

aktivitas yang terjadi di HIK maka tidak akan terjalin obrolan ataupun

interaksi di sana.

Respon dari seseorang inilah yang membuat suatu interaksi berjalan

lancar atau terhambat. Misalnya saja dalam kegiatan obrolan yang terjadi di

HIK, jika respon pendengar terhambat dalam artian lambat memahami bahan

obrolan yang sedang di lontarkan dari pembicara otomatis obrolan akan

terjadi pasif bahkan obrolan akan melenceng di luar pembahasan. Apabila hal

ini terjadi pendengar biasanya hanya mengomentari dengan kata-kata ketidak

tahuan seperti ”tidak tahu”, ”masa bodoh”, ”au ah”, dan sebagainya. Tetapi

terkadang pendengar melakukan pengalihan pembicaraan ke obrolan lain.

Berbeda dengan respon pendengar lancar dalam artian pendengar mengerti

maksud dan arah pembicaraan maka obrolan akan berlansung lancar dan

menyenangkan. Dalam obrolan yang berlangsung secara lancar ini pendengar

ataupun pembicara akan melontarkan berbagai pendiskripsian bahan obrolan

sesuai dengan pemahaman ataupun pendapat mereka masing-masing.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di HIK respon-respon

tersebut juga terjalin secara lancar (aktif) atau terhambat (pasif). Tetapi di

HIK respon terhadap suatu obrolan tidaklah menjadi suatu hal yang di

permasalahkan karena jika seseorang tidak dapat merespon obrolan yang

terjadi pembicaraan akan akan tetap berlangsung karena topik yang di

Page 120: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

120

obrolkan dapat beragam topik tanpa ada batasan apapun. Begitu pula dengan

interaksi yang terjalin di HIK dapat berlangsung selama masing-masing

individu melakukan respon sesuai dengan pemahaman mereka terhadap

segala hal yang terjadi di sana.

Page 121: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

121

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan analisis data penelitian

tentang HIK sebagai Ruang Publik (Studi Kasus tentang Karakteristik

Pengunjung, Obrolan dan Interaksi antara Pengunjung serta Penjaja HIK Di

Sepanjang Jalan Dr Rajiman, Solo), penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut:

Di lihat dari sifat-sifat ruang publik yaitu demokratis, bermakna dan

responsif, HIK dapat menjadi ruang publik dari sifat-sifat tersebut. Sifat pertama

demokratis, ruang publik melihat yang melihat kesetaraan sebagai manusia

dalam kontek berkomunikasi dan berbagi informasi maka sifat ruang publik

demokratis karena di dalamnya semua orang saling menghargai dan menghormati

keragaman atribut sosial dan budaya serta kepentingan ekonomi tertentu.

Keragaman ini merupakan persyaratan yang harus dipatuhi, dimana suatu ruang

publik mesti memungkinkan semua topik dapat di bahas. Ruang publik

merupakan suatu ruang yang mampu mengkomunikasikan pandangan-pandangan

yang berbeda sekaligus melahirkan tindakan komunikasi inilah yang di maksud

adalah kegiatan obrolan di HIK. Dari obrolan-obrolan yang terjadi di HIK

menandakan bahwa mereka saling menghormati dan menghargai segala obrolan

yang di kemukakan oleh masing-masing orang baik itu obrolan yang berisi curhat

(mengutarakan emosi perasaan mereka) hingga obrolan yang berbau politik,

ekonomi, sosial, budaya (obrolan yang bersifat umum). Obrolan yang sifatnya

umum ini merupakan suatu percakapan tentang ungkapan “uneg-uneg” (pendapat)

mereka terhadap keadaan yang terjadi saat itu. Obrolan-obrolan di HIK

merupakan suatu refleksi (pembicaraan yang terjadi secara tidak sengaja) di

lakukan oleh pengunjung HIK dan merupakan suatu obrolan yang fresh karena

obrolan ini biasanya membahas masalah-masalah yang aktual masa itu. Selain itu

obrolan ini terjadi karena memang di antara ke dua belah pihak sudah saling

mengenal dengan baik antar pengunjung maupun penjaja bahkan obrolan terjadi

tanpa rasa malu-malu. Sifat demokratis HIK sebagai ruang publik membuat HIK

Page 122: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

122

memiliki fungsi mereduksi ketegangan-ketegangan sosial sekalipun sifatnya

hanya sesaat tetapi yang sesaat tersebut nampaknya efektif bagi pengunjung yang

datang atau sebagai tempat refreshing. Fungsi mereduksi tersebut misalnya

sebagai tempat untuk menghilangkan kejenuhan, ketegangan, informatif (tempat

ngobrol) selain fungsi biologis tergantung kepentingan masing-masing orang yang

datang. Fungsi mereduksi ini menjadikan HIK juga merupakan tempat untuk

membicarakan berbagai masalah secara bersama-sama.

Sifat kedua, kebermaknaan HIK sebagai ruang publik dapat di lihat

dari interaksi yang terjadi di sana. Sesuai dengan fungsi ruang publik yang bebas

membuat interaksi tidak bersifat monoton tetapi sifatnya relaks dalam arti

interaksi terjalin pelan-pelan tetapi bertahan lama karena di luar HIK mereka tetap

menjalin interaksi. Interaksi yang terjadi ini di awali dengan komunikasi yang

terjalin diantara orang-orang di sana. Komunikasi diantara pengunjung yang

datang ada yang menggunakan bahasa Indonesia, Jawa ataupun bahasa campuran

(campuran bahasa Indonesia-Jawa atau bahasa Indonesia-Inggris) hingga bahasa

gaul, obrolan yang terjalin dapat dengan bahasa sopan ataupun tidak sopan seperti

memaki dan sebagainya. Interaksi yang terjalin di HIK ada dua hubungan

interaksi yaitu antara penjaja dengan pengunjung dan antar pengunjung. Interaksi

yang terjadi di HIK dapat berlanjut ke dalam bentuk kerjasama atau persaingan,

kerjasama penjual dan pembeli yang di lakukan oleh penjaja dan pengunjung HIK

dan kerjasama saling memberikan informasi dalam segala hal baik itu antara

penjaja dan pengunjung ataupun antar pengunjung. Persaingan di HIK dapat di

lihat dari ekspresi dan pendapat mereka tentang pengunjung lainnya. Selain itu

interaksi di HIK yang semula berjalan pendek dalam artian terjadi saat itu saja

lama-kelamaan berjalan lebih intensif (sering) membuat interakasi berjalan secara

stabil dan individu yang terlibat pasti melibatkan berbagai kepentingan, alasan

masing-masing. Dari keragaman kepentingan dan alasan inilah membuat interaksi

yang terjadi akan terbentuk suatu kelompok yang bersifat kekeluargaan.

Sifat ketiga, responsif ruang publik berkaitan dengan kegiatan obrolan

ataupun interaksi di HIK. Dilihat dari sifat responsif berhubungan dengan respon

seseorang terhadap segala sesuatu yang terjadi di HIK. Dalam kegiatan obrolan

Page 123: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

123

responsif ini merupakan bentuk respon pengunjung terhadap topik pembicaraan

yang sedang di bahas. Bentuk-bentuk interaksi yang terjalin di HIK seperti

kerjasama dan persaingan merupakan suatu respon seseorang terhadap orang lain.

Respon obrolan dapat terjadi secara pasif atau aktif. Dikatakan aktif jika obrolan

terjadi multi arah yang mana semua orang saling memberikan respon lebih cepat

dan obrolan terjadi menyenangkan. Sedangkan pasif jika obrolan sulit di pahami

sehingga obrolan tiba-tiba akan terhenti dan di ganti dengan topik obrolan lainnya.

HIK yang dahulu sering diidentifikasikan sebagai ruang publik untuk

kalangan marginal tidak benar, ternyata merupakan ruang publik untuk semua

kalangan mulai dari kalangan elite (ekonomi ke atas) hingga ekonomi bawah

(marginal). Selain itu pengunjungnya berasal dari beranekaragam strata sosial,

jenis kelamin, usia, agama, etnis. Dilihat dari topik obrolan yang di bahas

beranekaragam masalah yang aktual masa itu sehingga menjadikan HIK sebagai

ruang publik yang benar-benar bersifat bebas.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat dikaji implikasi sebagai

berikut:

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil temuan studi, maka dapat dikaji secara teoritis, peneliti

menggunakan teori Habermas tentang ruang publik (public sphere), teori ini

menyatakan tentang semua wilayah atau tempat yang memungkinkan

kehidupan sosial kita untuk membentuk opini publik yang relatif bebas. Bebas

baik itu bebas dari dominasi pemerintah, bebas terhadap semua kalangan dan

bebas dalam membahas berbagai persoalan. Apa yang ingin disampaikan oleh

Habermas adalah mengenai sistem demokrasi dari inilah maka ruang publik

ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis dan bermakna.

Dalam penelitian HIK sebagai ruang publik yang di tandai dengan

sifat-sifat ruang publik (demokratis, bermakna dan responsif) ini yang

merupakan tempat interaksi warga masyarakat mempunyai arti penting dalam

menjaga dan meningkatkan kualitas kesejahteraan sosial karena di sana semua

Page 124: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

124

orang tidak memandang status dan strata yang mereka sandang. Hal ini dapat di

lihat dari kegiatan obrolan sangatlah bebas berbicara dengan siapa pun tanpa

terkecuali dan membicarakan berbagai hal mulai dari berita-berita yang aktual,

gosip hingga obrolan tentang curhat.

Selain itu, interaksi yang terjadi di ruang publik juga didukung oleh

teori interaksi dari Georg Simmel atas bentuk-bentuk interaksi/sosiasi yang

terjadi di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Di HIK Interaksi yang

terjalin lebih merupakan suatu bentuk interaksi kerjasama dan persaingan.

Interaksi yang terjalin dari beragam keragaman kepentingan dan alasan lama-

kelamaan akan membentuk suatu kelompok yang bersifat kekeluargaan.

2. Implikasi Praktis

Dari penelitian di atas, implikasi praktis adalah memberikan

pengetahuan kepada penjaja ataupun pengunjung HIK di Jalan Dr Rajiman.

Mereka dapat bertoleransi dengan saling menghormati dan menghargai

berbagai keanekaragaman yang ada baik itu keragaman sosial, budaya, ekonomi

dan politik pengunjung HIK. Dari toleransi inilah salah satu wujud dalam

menjaga interaksi sosial yang terjadi di antara penjaja dan pengunjung ataupun

sesama pengunjung baik itu melalui kegiatan obrolan yang dilakukan karena

menggambarkan kebersamaan. Kebersamaan yang terjalin di HIK yang

menggambarkan kekeluargaan ini sebenarnya menjadikan nilai tambah karena

jarang di temui di ruang publik lainnya seperti mall, restoran, taman-taman kota

atau ruang publik lainnya. Suasana kebersamaan dan kekeluargaan inilah yang

membuat ketertarikan masyarakat untuk berkunjung ke HIK.

C. SARAN

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang HIK sebagai

Ruang Publik (Studi Kasus tentang Karakteristik Pengunjung, Obrolan dan

Interaksi antara Pengunjung serta Penjaja HIK Di Sepanjang Jalan Dr Rajiman,

Solo), peneliti memberikan saran-saran untuk menambah wawasan mengenai hal

tersebut sebagai berikut:

Page 125: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

125

1. Bagi Penjaja HIK Jalan Dr Rajiman

a. Penjaja HIK hendaknya tetap dapat mempertahankan usahanya lewat

kreasi makanan tradisional yang dijajakan sehingga mampu menjadi salah

satu wisata kuliner di Kota Solo.

b. Penjaja HIK hendaknya lebih menjaga kebersihan baik itu kebersihan

makanan, tempat makan (sendok, garpu, piring kecil, dan gelas) dan

lingkungan warungnya.

c. Penjaja HIK agar menyediakan sarana prasarana lebih baik seperti tikar

karena selama ini tikar-tikar di warung HIK banyak yang sudah berlubang

dan kotor.

2. Bagi Pemerintah Kota

Pemerintah Kota Solo hendaknya lebih memperhatikan pekerjaan di

sektor informal salah satunya warung HIK di Jalan Dr Rajiman, karena HIK

sendiri juga merupakan suatu cara pelestarian kebudayaan terutama

makanannya sebagai salah satu wisata kuliner. Selain itu warung HIK

dianggap sebagai salah satu identitas budaya Solo.

3. Bagi Pengunjung HIK Jalan Dr Rajiman

a. Pengunjung HIK hendaknya dapat menjaga kebersihan dengan membuang

sampah ke tempat yang sudah disediakan oleh masing-masing penjaja.

b. Pengunjung HIK agar dapat menertibkan parkir-parkir kendaraannya yang

di pakai (terutama di warung-warung HIK yang tidak ada juru parkir)

sehingga tidak mengganggu kelancaran lalu lintas sekitar.

Page 126: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

126

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim. 2006. Teori Dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogtakarta: Tiara Wacana

Agus, S., Bagus, T., B. Herry-Priyono., Budi, H., M. Kusnaeni., R. Kristiawan.,

Saldi, I., & Yasraf, A. 2005. Republik Tanpa Ruang Publik. Yogyakarta: IRE PRESS

Akintoye, Ishola Rufus. 2008. Reducing Unemployment Through The Informal

Sector: A Case Study of Nigeria. Diakses dalam http://www.eurojournalsn.com tanggal 28 Mei 2009 pukul 14.00

Ali Achsan Mustafa. 2008. Transformasi Sosial Masyarakat Marginal

(Mengukuhkan Eksistensi Pedagang Kaki Lima Dalam Pusaran Modernitas). Malang: INSPIRE

Alisjahbana. 2006. Marginalisasi Sektor Informal Perkotaan. Surabaya: TSS

Press Alison, J. Murray. 1994. Pedagang Jalanan Dan Pelacur Jakarta. Terjemahan

Nasyith Majidi. Jakarta: LP3ES Anton, A Setyawan. 2006. Memberdayakan Sektor Informal Perkotaan, Studi

Empirik Pada PKL Kota Solo. Surakarta : UMS Press. Diakses pada http://www.scribd.com/doc/4442595/Artikel-PublikasiInformal2for-USAHAWAN Tanggal 28 Mei 2009 pukul 13.46

Bambang Tri Cahyono. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. Yogyakarta:

UGM Press Bogdan, Robert. 1993. Kualitatif (Dasar-Dasar Penelitian). Terjemahan Khozin

Afandi. Surabaya: Usaha Offset Printing Burhan Bungin. 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana _____________. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif (Aktualisasi Metodologis

Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Daniel Dhakidae. 1980. Juni. Gaya HIdup. Prisma. 2 Didik Rachbini. J. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan (Gejala Involusi

Gelombang Kedua). Jakarta: LP3ES

Page 127: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

127

Eka, N. S., Mahendra, W., Firdastin, R. Y., Kamila, A., Paramastu, T. A., Paring,

G.U., Dhianika, E. A., Sutopo, J. K., & Gigih, M. 2009. Anomi Media Massa. Surakarta: KATTA

Everes, Hans-Dieter & Rudiger Korff. 2002. Urbanisme Di Asia Tenggara:

Makna Kekuasaan Dalam Ruang-Ruang Sosial. Terjemahan Zulfahmi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Fathurin. 2009. Pengertian Public Sphere Teori Komunikasi II (INTERPRETIF &

KRITIS). Diakses dalam http://www.fathurin-zen.com/?p=93 tanggal 25 Mei 2009 pukul 14.56

Fields, S. Gary. 2007. Dual Economy. Diakses dalam

http://digitalcommons.ilr.cornell.edu/workingpapers/17 tanggal 28 Mei 2009 pukul 14.06

Geertz, Clifford. 1973. Penjaja Dan Raja (Perubahan Sosial Dan Modernisasi

Ekonomi Di Dua Kota Indonesia). Terjemahan S. Supomo. Jakarta: PT Gramedia

Gilbert, Alan & Josef Gugler. 1996. Urbanisasi Dan Kemiskinan Di Dunia

Ketiga. Terjemahan Anshori. Yogyakarta: PT. Tiara Wcana Guritno, T. 1994. Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan Inggris-Indonesia.

Yogyakarta: UGM Press Habermas, Jurgen. 2007. Ruang Publik (Sebuah Kajian Tentang Katagori

Masyarakat Borjuis). Terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Kreasi Wacana

Hurlock, Elizabeth. B. 1993. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan). Terjemahan Isti Widayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Ibnu. 2008. Public Sphere (Ruang Publik). Diakses dalam

http://ibnuadamaviciena.wordpress.com/2007/07/24/ruang-publik/) tanggal 16 September 2008 pukul 14.30

Irwan Abdullah. 2006. Kontruksi Dan Reproduksi Kebudayaan. Jakarta: Pustaka

Pelajar Jefta Leibo. 2004. Problem Perkotaan Dan Konflik Sosial (Sebuah Perspektif

Sosiologi). Yogyakarta: INPEDHAM

Page 128: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

128

Johnson, Pauline. 2008. Habermas: Rescuing The Public Sphere. Diakses dalam http://www.palgrave-journals.com/cpt/journal/v7/n4/full/cpt20087a.html tanggal 26 Mei 2009 pukul 16.32

Manning Chris & Tadjuddin Noer Effendi. 1996. Urbanisasi, Pengangguran Dan

Sektor Informal Di Kota. Terjemahan Al. Ghozi Usman & Andre Bayo Ala. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Mitfah Wirahadikusumah. 1991. Mei. Sektor Informal Sebagai ”Bumper” Pada

Masyarakat Kapitalis. Prisma. 31 Mulyadi, S. 2003. Ekonomi Jenis Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Nadiroh. 2007. Agustus. Konsep Dan Dinamika Masyarakat Madani (Civil

Society) Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun Ke-13. 136

Nn, 2008. Angkringan Tugu. Diakses dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Angkringan tanggal 28 Oktober 2008 pukul 13.35

Noviana Lely Setyowati. 2005. Eksistensi Pengusaha Hik Dan Kepuasan

Pelanggan (Studi Diskriptif Kualitatif Tentang Eksistensi Pengusaha Hik Dan Kepuasan Pelanggan Di Sekitar Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi. FISIP. UNS

Priyono, M. H., Bakir Hasan & Djunaedi Hadisumarto. 1982. Sumber Daya

Manusia Kesempatan Kerja Dan Pembangunan Ekonomi (Kumpulan Makalah Terpilih Sidang Pleno Isei 10-12 Desember 1981). Jakarta: FE Universitas Indonesia.

Slamet Santoso. 2006. Kemampuan Bertahan Pedagang Warung Hik Di Kota

Ponorogo. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Ponorogo Dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 7, No. 2, 2006: 188-201 diakses pada http://74.125.155.132/search?q=cache:tCQJWsu3ahwJ:eprints.ums.ac.id/401/1/6._SLAMET_SANTOSA.pdf+hik+sektor+informal&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a , tanggal 10 Juni 2009, pukul 12.17

Suharsih & Tika Sekar Arum. 2000. Target Zero Growth PKL Belum Bisa

Terealisasi. Artikel. Solo Raya Dalam Solopos tanggal 29 Juli 2009 Soerjono Soekanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada

Page 129: WARUNG HIDANGAN ISTIMEWA KAMPUNG (HIK) SEBAGAI …/Warung... · fungsi mereduksi berbagai ketegangan-ketegangan sosial untuk menghilangkan kejenuhan atau kepenatan setelah melakukan

129

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS Press Soules, Marshall. 2009. Jürgen Habermas Dan Public Sphere. Diakses dalam

http://records.viu.ca/~soules/media301/habermas.htm tanggal 12 Mei 2009 pukul 16.49

Tadjuddin, Noer Effendi. 1995. Sumber Daya Manusia Peluang Kerja Dan

Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana Titi Priyono. 2007. Sosiologi 2 (SMA/MA Kelas XI). Jakarta: Yudistira Tsuryo. 2006. HIK: Ruang Publik Dalam Kelas Marginal-Alternatif. Diakses

dalam http://tsuryo.blog.friendster.com/ tanggal 24 Oktober 2008 pukul 12.35

Trah. 2008. Fenomena Angkringan Di Kota Jogja. Diakses dalam

http://theaples.multiply.com/journal/item/1 tanggal 24 Oktober 2008 pukul 14.40

Widyanta, A. B. 2002. Problem Modernitas Dalam Kerangka Sosiologi

Kebudayaan Georg Simmel. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

Yin, K. Robert. 1996. Studi Kasus (Desain Dan Metode). Terjemahan M.Djauzi

Mudzakir. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada