Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas...

20
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 1 Nomor 19 Tahun 2007 ISSN 1410-2021 Plasma Nutfah Indonesia Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan pemasyarakatan plasma nutfah, terbit secara berkala dua kali setahun. Redaksi menerima sumbangan naskah berupa artikel maupun berita (news) tentang keplasmanutfahan. Isi warta Plasma Nutfah Indonesia dapat dikutip tanpa izin Redaksi maupun penulis tetapi perlu menyebut sumbernya. Isi Nomor Ini Berita Utama Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru 1 Artikel Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor 3 Padi Unggul di Kota Bunga 4 Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah 6 Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah 8 Berita Telah Terbentuk Komisi Nasional Sumber Daya Genetik 13 Berita Duka 14 Aktivitas Komnas Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG 15 Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP) 17 Monitoring Aplikasi Program SIPNP 18 Publikasi Baru 20 Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru Badan Litbang Pertanian baru-baru ini melepas dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida, yang diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan nasional adi dan jagung perlu diupayakan peningkatan produksinya me- ngingat kebutuhan terus meningkat. Di Cina, upaya peningkatan produksi diupayakan melalui perakitan dan pengembangan padi hibrida yang luas areal tanamnya saat ini telah mencapai 15 juta ha de- ngan rata-rata hasil 6,9 t/ha. Kontribusi padi hibrida terhadap produksi padi di negara itu telah mencapai 56%. Pengembangan padi hibrida di Cina didukung oleh ketersediaan sekitar 250 varietas unggul hibrida de- ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke- mampuan memproduksi benih F 1 hibrida juga lebih tinggi. Di negara dengan jumlah penduduk lebih satu miliar ini, produktivitas padi hibri- da di tingkat penelitian dapat mencapai 15,2 t/ha dan di tingkat petani berkisar antara 8,5-10,5 t/ha. Sama dengan padi, produksi jagung nasional juga dapat diting- katkan melalui perakitan dan pengembangan jagung hibrida. Diban- dingkan dengan jagung bersari bebas, jagung hibrida berpotensi hasil lebih tinggi karena memiliki gen-gen dominan yang mampu memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau heterosis dengan menggunakan populasi generasi F 1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu, varietas hibrida selalu dibuat atau diper- baharui untuk mendapatkan generasi F 1 . P Keragaan padi hibrida varietas Hipa 6 Jete di Sukamandi Jawa Barat dan jagung hibrida varietas Bima-2 Bantimurung di Maros Sulawesi Selatan Warta Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

Transcript of Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas...

Page 1: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 1

Nomor 19 Tahun 2007 ISSN 1410-2021

Plasma Nutfah Indonesia

Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan

pemasyarakatan plasma nutfah, terbit secara berkala dua kali setahun. Redaksi menerima

sumbangan naskah berupa artikel maupun berita (news) tentang keplasmanutfahan. Isi warta

Plasma Nutfah Indonesia dapat dikutip tanpa izin Redaksi maupun

penulis tetapi perlu menyebut sumbernya.

Isi Nomor Ini Berita Utama Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru

1 Artikel Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor

3 Padi Unggul di Kota Bunga 4 Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah

6

Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah

8

Berita Telah Terbentuk Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

13 Berita Duka 14

Aktivitas Komnas Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG

15 Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP)

17 Monitoring Aplikasi Program SIPNP

18

Publikasi Baru 20

Padi dan Jagung Hibrida Unggul Baru

Badan Litbang Pertanian baru-baru ini melepas dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida, yang diharapkan

dapat memperkuat ketahanan pangan nasional

adi dan jagung perlu diupayakan peningkatan produksinya me-ngingat kebutuhan terus meningkat. Di Cina, upaya peningkatan produksi diupayakan melalui perakitan dan pengembangan padi

hibrida yang luas areal tanamnya saat ini telah mencapai 15 juta ha de-ngan rata-rata hasil 6,9 t/ha. Kontribusi padi hibrida terhadap produksi padi di negara itu telah mencapai 56%. Pengembangan padi hibrida di Cina didukung oleh ketersediaan sekitar 250 varietas unggul hibrida de-ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida juga lebih tinggi. Di negara dengan jumlah penduduk lebih satu miliar ini, produktivitas padi hibri-da di tingkat penelitian dapat mencapai 15,2 t/ha dan di tingkat petani berkisar antara 8,5-10,5 t/ha.

Sama dengan padi, produksi jagung nasional juga dapat diting-katkan melalui perakitan dan pengembangan jagung hibrida. Diban-dingkan dengan jagung bersari bebas, jagung hibrida berpotensi hasil lebih tinggi karena memiliki gen-gen dominan yang mampu memberi hasil tinggi. Hibrida dikembangkan berdasarkan gejala hybrid vigor atau heterosis dengan menggunakan populasi generasi F1 sebagai tanaman produksi. Oleh karena itu, varietas hibrida selalu dibuat atau diper-baharui untuk mendapatkan generasi F1.

P

Keragaan padi hibrida varietas Hipa 6 Jete di Sukamandi Jawa Barat dan jagung hibrida varietas Bima-2 Bantimurung di Maros Sulawesi Selatan

Warta

Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

Page 2: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 2

Dalam upaya peningkatan produksi padi dan jagung yang merupakan pangan penting di Indonesia, Badan Litbang Pertani-an pada tahun 2007 telah mengha-silkan dua varietas padi hibrida dan dua varietas jagung hibrida. Pengembangan hibrida-hibrida unggul ini diharapkan dapat mem-perkuat ketahanan pangan nasio-nal.

Padi Hibrida

Kedua padi hibrida yang di-lepas masing-masing diberi na-ma Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete. Pengujian daya hasil dan adaptasi Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete dila-kukan di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dari MH 2003/04 hingga MH 2004/05. Dalam pengujian multilokasi tersebut, Hipa 5 Ceva menghasilkan gabah dan mempu-nyai standar heterosis yang cukup tinggi dengan rata-rata hasil 7,29 t/ha, sedangkan hasil Hipa 6 Jete rata-rata 7,41 t/ha atau 18% lebih tinggi dibandingkan dengan IR64. Di Banyudono (115 m dpl) pada MH 2004/05, hasil Hipa 5 Ceva mencapai 10 t/ha. Hipa 6 Jete

memberikan hasil tertinggi di Ga-mer (4 m dpl) sebesar 11,2 t/ha. Data ini mengindikasikan bahwa Hipa 5 Ceva lebih sesuai dikem-bangkan di dataran sedang, se-mentara Hipa 6 Jete lebih sesuai di dataran rendah.

Secara keseluruhan, kedua hibrida mampu memberikan hasil yang tinggi di hampir semua lo-kasi pengujian. Hipa 5 Ceva nyata memberikan hasil lebih tinggi di 13 lokasi dari 20 lokasi pengujian, sedangkan Hipa 6 Jete memberi-kan hasil lebih tinggi di 11 lokasi. Hal ini berarti bahwa Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete berpeluang di-kembangkan untuk mendukung upaya peningkatan produksi padi nasional.

Hasil pengujian menunjuk-kan pula bahwa Hipa 5 Ceva ta-han terhadap hama wereng coklat (WBC) biotipe 2 dan agak tahan virus tungro, sementara Hipa 6 Jete bereaksi peka terhadap WBC biotipe 2 dan virus tungro. Terha-dap HDB, kedua hibrida bereaksi agak peka. Dengan pengelolaan yang baik, Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete cukup aman dikembangkan pada lokasi yang tidak endemis hama dan penyakit padi tersebut.

Rendemen beras giling dan beras kepala Hipa 5 Ceva dan Hipa 6 Jete lebih rendah dari IR64 yang populer karena mutu beras-nya memang tinggi. Mutu beras kedua hibrida tersebut tergolong baik karena rendemen beras kepa-lanya masing-masing 63% dan 69%. Varietas padi dengan rende-men beras kepala kurang dari 50% dikeluhkan oleh umumnya konsumen. Hipa 5 Ceva berkadar amilosa 23,5% dengan tekstur nasi pulen, rasa nasi enak, dan aromatik, sementara Hipa 6 Jete berkadar amilosa 21,7% dengan tekstur nasi pulen.

Jagung Hibrida

Kedua jagung hibrida yang baru dilepas itu masing-masing bernama Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Bantimurung. Bima-2 Bantimurung merupakan hasil si-lang tunggal antara galur B11-209 dengan Mr-14. Sementara Bima-3 Bantimurung hasil silang tunggal antara galur Nei9008 dengan Mr-14. Galur B11-209 merupakan ekstrak dari galur S6 (bulk selfing S9) introduksi dari TAMNET (Tropical Asean Maize Network). Nei9008 adalah galur S6 (bulk selfing S9) introduksi dari Depar-temen Pertanian Thailand (kebun percobaan TAKFA), sedangkan Mr-14 adalah galur SW3-3 yang dikembangkan dari populasi Su-wan 3. Ketiga galur tersebut di-kembangkan oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia. Galur B11-209 dan Nei9008 diperoleh melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-6, selanjutnya dengan bulk selfing tiga generasi, sedangkan Mr-14 melalui seleksi pedigree sampai generasi ke-9 dan selan-jutnya dengan bulk selfing.

Sebelum dilepas, Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Banti-murung diuji daya hasil dan sta-bilitas hasilnya pada MK 2004 di Bajeng (Sulawesi Selatan), Ma-lang (Jawa Timur), dan beberapa lokasi di Jawa Tengah, sedangkan pada MH 2004/05 di Lanrang (Sulawesi Selatan), Nusa Tengga-ra Barat, dan Gorontalo. Pada MK 2005 pengujian dilakukan di Ba-jeng dan Bone (Sulawesi Selatan), Muneng dan Malang (Jawa Ti-mur), Blora (Jawa Tengah), Lam-pung, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan pada MH 2005/06 di Nusa Tenggara Timur dan Kali-mantan Selatan.

Pengujian stabilitas hasil ke-dua jagung hibrida baru tersebut dilakukan di 16 lokasi pada MK

Warta Plasma Nutfah Indonesia

Penanggung Jawab Ketua Komisi Nasional Sumber

Daya Genetik

Sutrisno

Redaksi Sugiono Moeljopawiro

Husni Kasim Hermanto

Ida N. Orbani Agus Nurhadi

Alamat Redaksi Sekretariat Komisi Nasional

Sumber Daya Genetik Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor

Tel./Faks. (0251) 327031

Page 3: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 3

2004 dan MH 2005. Selama peng-ujian, Bima-2 Bantimurung mam-pu berproduksi 11 t/ha dengan rata-rata 8,5 t/ha. Varietas unggul ini agak tahan terhadap penyakit bulai (Perenosclerospora may-dis), dan pada saat panen daunnya masih hijau (stay green) sehingga dapat digunakan untuk pakan ter-nak. Bima-3 Bantimurung tergo-long tahan penyakit bulai dan ha-

silnya dapat mencapai 10 t/ha de-ngan rata-rata hasil 8,3 t/ha. Kedua varietas ini dapat beradap-tasi pada lahan optimal dan sub-optimal. Biji Bima-3 Bantimu-rung lebih kecil dibandingkan dengan Bima-2 Bantimurung, namun lebih disukai penangkar karena warnanya yang terang (jingga).

Di KP Muara, Bogor, pada MK 2007, produktivitas Bima-2 Bantimurung dan Bima-3 Banti-murung masing-masing berkisar antara 10-11 t/ha, tidak kalah de-ngan jagung hibrida yang diha-silkan dan dikembangkan oleh swasta.

Puslitbangtan, Bogor

ARTIKEL

Penyediaan Bibit Unggul Tanaman Perkebunan melalui Produksi Embrio Somatik dengan Sistem Bioreaktor

alam rangka meningkatkan daya saingnya, pembudidayaan tanaman perkebunan secara efisien perlu segera dilakukan. Tujuan ter-

sebut bisa dicapai melalui penggunaan bibit unggul dengan program perluasan areal maupun peremajaan tanaman yang sudah atau tidak produktif lagi. Upaya penyediaan bibit tanaman unggul secara massal dalam waktu yang relatif singkat sangat mendesak untuk dilaksanakan. Penundaan upaya tersebut selain akan menurunkan daya saing juga dapat menimbul-kan kerugian bagi usaha perkebunan di Indonesia.

Perkembangan bioteknologi yang pesat, khusus-nya teknologi in vitro, membuka peluang bagi upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Teknologi in vitro, khususnya teknik biak sel dan jaringan tanam-an, terbukti mampu menciptakan kemajuan di bidang perkebunan, termasuk upaya perakitan, penyediaan, dan perbanyakan bibit unggul.

Perbanyakan bibit tanaman perkebunan pada media padat telah berhasil dilakukan, namun daya regenerasi embrio, tingkat keseragaman, dan jumlah planlet atau bibit yang dihasilkan masih perlu diting-katkan. Metode kultur cair, khususnya sistem bio-reaktor, membuka peluang untuk mendapatkan bibit unggul secara massal dengan tingkat keseragaman yang lebih tinggi.

Induksi embrio somatik tanaman kelapa sawit dengan sistem bioreaktor telah berhasil dikembang-kan di Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Pene-litian Bioteknologi Perkebunan. Keberhasilan terse-

but membuka peluang untuk menginduksi embrio somatik tanaman perkebunan lainnya. Masalah lain yang mungkin timbul dan diteliti lebih lanjut adalah sumber dan jenis eksplan, macam media, jenis, dan konsentrasi hormon. Selain itu, faktor pengendali kultur dengan bejana bioreaktor seperti pH media, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi juga perlu dioptimalkan.

Pemilihan eksplan untuk kultur suspensi dengan sistem bioreaktor dapat berupa suspensi sel, agregat sel atau kalus embriogenik dengan ukuran tertentu. Biasanya ukuran agregat sel yang dipakai berkisar antara 50-1.000 µm. Tingkat kepadatan agregat sel juga berpengaruh terhadap keberhasilan kultur sus-pensi dalam bioreaktor. Beberapa perlakuan untuk menentukan sumber atau jenis inokulum, ukuran dan tingkat kepadatan inokulum perlu dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Media dalam bioreaktor yang sesuai dengan ke-butuhan tanaman perkebunan sangat menentukan baik tidaknya pertumbuhan dan perkembangan eks-plan yang dikulturkan. Jenis konsentrasi hormon dan zat-zat lain yang terkandung dalam media juga mem-pengaruhi keberhasilan pertumbuhan dan perkem-bangan sel atau agregat sel. Aspek tersebut penting untuk diteliti karena sangat menentukan keberhasilan induksi embrio somatik dalam kultur sel dengan sistem bioreaktor.

Media dasar yang biasa dipakai untuk tanaman perkebunan antara lain adalah B5 (Gamborg), MS

D

Page 4: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 4

(Murashige-Skoog), DF (De Fossard), WP (Woody Plant), dan Y3 (Eeuweens). Konsentrasi dan kompo-sisi media tersebut bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang dikulturkan.

Jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan sangat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan eks-plan yang dikulturkan. Terjadinya induksi, proliferasi atau maturasi, bergantung pada jenis dan konsentrasi hormon yang diberikan. Untuk tujuan induksi biasa-nya diberikan hormon dari kelompok sitokinin yang konsentrasinya relatif lebih rendah. Untuk tujuan proliferasi, konsentrasi hormon auksin perlu diku-rangi secara bertahap. Hormon dari kelompok auksin antara lain adalah 2,4-D, IAA, IBA atau NAA, dan dari kelompok sitokinin adalah kinetin atau BAP. Penggunaan hormon sejenis juga dapat dilakukan. Untuk mempercepat proliferasi embrio somatik bisa ditambahkan asam amino lain di samping yang telah terkandung dalam komposisi media dasar, seperti asparagin, glutamin, dan asam amino sejenis.

Pada tahap selanjutnya, yaitu tahap maturasi, hormon kelompok auksin dapat diganti dengan ABA atau gibberelin, tetapi tetap mempertahankan hormon sitokinin semula yang konsentrasinya sudah cocok.

Pada tahap ini, asam amino yang telah ditambahkan selain dalam komposisi media dasar juga dapat di-kurangi atau dihilangkan.

Selain ditentukan oleh faktor-faktor tersebut, keberhasilan kultur dalam bioreaktor juga dipenga-ruhi oleh beberapa faktor pengendali, seperti pH me-dia, kadar oksigen terlarut, dan kecepatan agitasi se-lama pengkulturan. Kultur sel kelapa sawit dalam bioreaktor yang telah berhasil dikembangkan oleh Laboratorium Biak Sel Tanaman, Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan, diperoleh melalui proses: pH media 5,1-5,8, kadar oksigen terlarut 50-100%, dan kecepatan agitasi 50-90 rpm. Penentuan nilai berbagai faktor pengendali tersebut bergantung pada jenis dan kondisi eksplan yang dikulturkan.

Penguasaan berbagai faktor yang mempenga-ruhi pertumbuhan dan perkembangan kultur sel ta-naman dalam bioreaktor memberi peluang bagi pro-duksi embrio yang berkualitas dengan sistem bio-reaktor.

Imron Riyadi BPBPI, Bogor

Padi Unggul di Kota Bunga Di balik warna warni bunga yang menghiasi Cipanas, Jawa Barat, terdapat

padi lokal yang diusahakan petani setempat meskipun hasilnya rendah. Pengujian menunjukkan beberapa varietas unggul baru padi cocok

dikembangkan di kawasan wisata ini

ikenal sebagai kota bunga, Cipanas merupa-kan salah satu daerah wisata yang banyak di-kunjungi wisatawan. Udaranya yang dingin

dan sejuk menandakan Cipanas terletak di dataran tinggi. Di sepanjang jalan di kawasan Cipanas me-mang banyak pengusaha tanaman hias yang menjaja-kan berbagai macam jenis bunga.

Meskipun dikenal sebagai kota bunga, tetapi di Cipanas terdapat persawahan yang cukup luas dan masih ditanami dengan padi lokal, antara lain varie-tas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cisereh, Rantai Emas, Ketan Hideung, Bangkok, dan Morneng. Se-lain itu terdapat pula varietas unggul Ciherang yang tidak hanya dikembangkan di Cipanas, tetapi juga

D

Page 5: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 5

telah mendominasi areal pertanaman padi di Jawa Barat. Varietas Hawara Batu, Pandan Wangi, Cise-reh, Rantai Emas, dan Ketan Hideung memiliki rasa nasi yang enak dan beberapa di antaranya bersifat aromatik, tetapi umurnya lebih dari 5 bulan dan ha-silnya rendah. Varietas lokal Bangkok dan Morneng memiliki penampilan seperti varietas unggul. Varie-tas unggul baru Ciherang disukai petani Cipanas karena bentuk gabahnya ramping dan rasa nasinya enak.

Di antara beberapa padi lokal yang masih ber-kembang di Cipanas, Morneng lebih dominan. Dari 269 ha lahan sawah yang terdapat di kota bunga ini, 30% di antaranya ditanami dengan varietas Morneng. Varietas lokal ini memiliki rasa nasi yang enak, sama dengan varietas Pandan Wangi dan Hawara Batu. Di Cipanas, menurut petani setempat, varietas Morneng mampu memberi hasil hingga 6,0 t/ha. Kalau demi-kian berarti hasil padi lokal ini setara dengan varietas unggul pada umumnya. Penampilan tanaman varietas lokal Morneng di lapang memang mirip dengan varietas unggul baru.

Kendala utama produksi padi di dataran tinggi antara lain adalah suhu udara dan radiasi matahari yang rendah. Sama dengan di dataran tinggi lainnya, Cipanas memang sering diselimuti oleh kabut. Bila kondisi ini terjadi pada saat tanaman padi sedang berbunga, maka penyerbukan tidak sempurna, se-hingga banyak gabah yang hampa. Oleh karena itu, tanaman padi di dataran tinggi sebaiknya diusahakan pada musim kemarau, di mana radiasi matahari cu-kup tinggi.

Varietas Unggul Dataran Tinggi

Departemen Pertanian telah melepas varietas unggul padi dataran tinggi yang relatif mampu ber-adaptasi dalam kondisi suhu udara rendah, di antara-nya varietas Adil, Gemar, dan Makmur. Dilepas pada tahun 1970-an, ketiga varietas unggul dataran tinggi ini berumur 130-140 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa

nasi kurang enak. Pada tahun 1980-an telah dilepas pula tiga varietas padi dataran tinggi, yaitu Batang Agam, Batang Ombilin, dan Batang Sumani, umur 140-150 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi juga ku-rang enak.

Pada tahun 2003 Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan beberapa varietas padi yang mampu beradaptasi dengan baik di dataran tinggi, yaitu Luk Ulo, Cibogo, Batang Piaman, dan Batang Lembang, dengan umur lebih genjah dan rasa nasi enak. Varie-tas Sarinah yang dilepas pada tahun 2006 juga dapat dikembangkan di dataran tinggi, umur 100-120 hari, hasil 5-8 t/ha, dan rasa nasi enak. Varietas-varietas unggul baru padi dataran tinggi ini belum dikenal oleh umumnya petani di dataran tinggi, termasuk di Cipanas.

Skrining Varietas

Untuk mengetahui keragaan tanaman dan poten-si hasil beberapa varietas/galur yang dapat dikem-bangkan di dataran tinggi telah dilakukan pengujian di Cipanas pada MK 2006. Dari pengujian ini dike-tahui bahwa hasil padi lokal Morneng lebih rendah dari varietas unggul Sarinah dan Cibogo (padi sa-wah), tetapi lebih tinggi dari varietas Silugonggo (padi gogo) (Lihat Tabel). Hasil yang lebih tinggi diberikan oleh galur BP2886-3D-KN-26-1, BP 3002-3D-KN-8-2, dan BP 1778-2F-1-1. Umur varietas Morneng lebih panjang 14-18 hari dibandingkan dengan varietas Sarinah, Cibogo, galur BP2886-3D-KN-26-1, dan 22 hari lebih panjang dari varietas Silugonggo (padi gogo dataran rendah beriklim kering).

Pengujian tersebut menunjukkan bahwa varietas Sarinah, Cibogo, dan galur BP2886-3D-KN-26-1 dapat dikembangkan di dataran tinggi, menggantikan varietas lokal seperti Morneng di Cipanas. Selain berdaya hasil tinggi, varietas/galur tersebut berumur genjah dan rasa nasinya juga enak. Untuk menambah pilihan bagi petani perlu pula diteliti varietas/galur

Sifat penting beberapa varietas/galur padi. KP Cibadak, Cipanas, Jawa Barat, MK 2006.

Sifat penting Sarinah Cibogo BP2886-3D-KN-26-1 Silugonggo Morneng

Tinggi tanaman (cm) Jumlah anakan Umur tanaman (hari)1)

Bobot 1.000 gabah (g) Gabah isi (%) Hasil gabah (g/rumpun)

89,2 24,6

115 29,7 72,2 64,2

60,0 25,0

119 25,9 90,6 57,2

74,9 26,4

115 28,9 91,5 67,8

53,9 30,6

111 26,4 83,3 37,0

87,0 18,2

133 22,2 90,7 48,6

1)umur sejak mulai tanam bibit.

Page 6: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 6

lain yang sesuai dikembangkan di dataran tinggi, de-ngan mempertimbangkan permintaan pasar agar pe-tani memperoleh pendapatan yang layak dari usaha-tani padi di dataran tinggi.

Kalau kedudukannya akan digantikan oleh va-rietas unggul baru, padi-padi lokal di kota bunga ter-

sebut tentu perlu dilestarikan sebagai plasma nutfah yang diperlukan dalam perakitan varietas unggul baru berdaya hasil tinggi dengan rasa nasi enak.

1Didi Suardi dan 2Trinny S. Kadir 1BB-Biogen, Bogor

2BB Padi, Sukamandi

Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah

eberadaan anggrek hitam di Kalimantan Tengah (Kalteng) terancam punah akibat adanya aktivitas penebangan hutan secara

liar (illegal logging), pembukaan lahan perkebunan, pemukiman penduduk, kebakaran hutan, dan yang sangat gencar adalah eksploitasi besar-besaran ke luar pulau. Bahkan kebakaran hutan yang terjadi se-tiap tahun menyebabkan musnahnya keragaman gene-tik (genetic diversity) yang bernilai miliaran rupiah.

Berdasarkan kejadian tersebut, penyelamatan anggrek hitam merupakan hal yang sangat mendesak. Kegiatan penyelamatan dapat berupa eksplorasi, karakterisasi dan koleksi, serta konservasi secara ex situ sebagai bahan untuk perbaikan sifat tanaman anggrek untuk menghasilkan varietas anggrek hitam baru.

Anggrek hitam merupakan tanaman epifet yang hidupnya menumpang pada pohon-pohon besar di hutan primer. Anggrek jenis Coelogyne merupakan jenis anggrek simpodial (pertumbuhan batang ter-batas). Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl) telah mendapatkan hadiah pertama dari Ibu Negara RI pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada tahun 1976. Anggrek ini memiliki bentuk, warna, dan aroma yang sangat menarik. Kelebihan lainnya adalah rajin berbunga, namun memerlukan kondisi yang relatif lembab.

Ekologi dan Syarat Tumbuh

Penyebaran marga tanaman ini adalah di Sumatera dan Kalimantan, yang habitat hidupnya di-temukan pada pohon-pohon tua dekat sungai di hutan basah (hutan primer), baik di dataran rendah maupun daerah pegunungan (dipertocarpt) sampai ketinggian 1.000-1.500 dpl dengan kelembaban relatif tinggi.

Perbanyakan Tanaman

Tanaman anggrek Coelogyne dapat diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan cara memisahkan anakan yang ditanam pada media sabut kelapa, pakis, serbuk gergaji yang sudah terlebih dahulu direndam dengan larutan fungisida dan sudah steril. Serbuk gergaji merupakan media yang paling sesuai untuk pengembangan anggrek lokal ini, dibandingkan dengan media lainnya. Perbanyakan secara generatif belum banyak dikembangkan dan lebih berhasil jika dikembangkan secara laboratories.

Beberapa anggrek genus Coelogyne hasil eks-plorasi, karakterisasi, dan inventarisasi di hampir semua daerah di Kalteng adalah anggrek hitam, anggrek meteor, anggrek coklat, dan anggrek mu-tiara. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne Kalteng disajikan pada Tabel 1.

K

Gambar 1. Keragaan beberapa anggrek “unik” Kalteng

Anggrek hitam (Coelogyne pandurata)

Anggrek mutiara (Coelogyne asperata)

Anggrek coklat (Coelogyne verrucosa)

Anggrek meteor (Coelogyne foestermanii)

Page 7: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 7

Tabel 1. Hasil karakterisasi beberapa anggrek genus Coelogyne di Kalteng.

Nama daerah: Anggrek hitam Pertelaan

Sifat kualitatif/kuantitatif

1. Tipe pertumbuhan Simpodial

2. Karakter daun Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb lonjong, tiap pseudobulb terdapat satu pasang daun, penampang melintang jorong, bujur telur, dan oval, warna hijau muda kekuningan, tinggi tanaman 59,2 cm, panjang 9,6 cm, lebar 5,6 cm, ketebalan 1,6 cm.

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3 sepal, 2 petal dan satu bibir (labellum). Bunga berbentuk lanset/mata lembing, sepal berbentuk lanset/mata lembing, bentuk petal lonjong, susunan petal terbuka. Bentuk ujung sepal dan petal meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang sepal dan petal cekung. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah, dan kalus. Bentuk bibir segi tiga, letak lekuk bibir diujung, penampang melintang membalik agak dalam, tipe kalus sederhana.

6. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 10,5, panjang rangkaian bunga, 27,1 cm, diameter 0,5 cm. Daun:pPanjang daun 49,6 cm, lebar 7,6 cm, ketebalan 0,1 cm. Bunga: panjang 5,4 cm, lebar 10,6 cm, panjang x lebar lateral 1,72 cm, panjang x lebar petal 6,89 cm. Jumlah kuntum dalam satu tangkai bunga 6. Warna bunga hijau muda.

Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai.

Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7 hari.

Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer koleksi berasal dari TNTP Kobar. Anggrek ini mendapat hadiah pertama ”Piala Ibu Tien Suharto” pada Pameran Anggrek Nasional di Jakarta pada April 1976.

Nama daerah: Anggrek meteor Pertelaan

Sifat kualitatif/kuantitatif

1. Tipe pertumbuhan Simpodial

2. Karakter daun Warna daun hijau tua, berbentuk jarum, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dan mirip seperti daun kelapa, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, tetapi jika dipegang akan terasa pertulangan daun yang sangat tebal sehingga menyebabkan permukaan daun tidak rata, ujung daun simetri.

3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat kehijau-hijauan.

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb lanset/mata lembing, penampang melintang jorong, bujur telur dan oval, warna hijau tua, pseudobulb mempunyai bagian-bagian sehingga menyebabkan permukaan tidak rata. Panjang 18,5 cm, lebar 7,2 cm, ketebalan 1,2 cm.

Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai.

Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun.

Nama daerah : Anggrek coklat Nama latin : Coelogyne verrucosa Pertelaan

Sifat kualitatif/kuantitatif

1. Tipe pertumbuhan Simpodial

2. Karakter daun Warna daun hijau muda, berbentuk lanset/mata lembing, bentuk ujung daun meruncing dengan sisi-sisi yang tajam, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal dibagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb bundar telur, berisi empat, tersusun rapat, panjang 6 cm, diameter 2cm.

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: Daun kelopak berbentuk jorong, panjang 4,5 cm, lebar 1,5 cm berwarna hijau muda. Daun mahkota berbentuk jorong sempit panjang 4,5 cm, lebar 0,5 cm berwarna hijau muda. Labellum (bibir): terdiri atas keping sisi, keping tengah dan kalus, panjang 4,5 cm, lebar 2 cm berwarna kuning muda; taju ujungnya keriting, berwarna putih dengan alur coklat, tipe kalus sederhana.

6. Buah Bentuk jorong, besar, panjang 6 cm.

7. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 29-45 cm, jumlah kuntum 2-3 tiap tandan. Diameter 10 cm. Daun: panjang daun 32 cm, lebar 7 cm, tiap umbi berdaun tunggal.

Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai dengan ketinggian 1000-1500 m dpl.

Musim berbunga Berbunga sepanjang tahun, masa pembungaan 7-10 hari.

Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.

Page 8: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 8

Ronny Yuniar Galingging BPTP Kalimantan Tengah

Pengelolaan Plasma Nutfah Kalimantan Tengah

ndonesia merupakan salah satu daerah tropis yang memiliki keanekaragaman ekosistem yang dihuni oleh flora, fauna, spesies, dan genetika

lain, yang tergolong besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Sebanyak 14-29 tipe ekosistem alami lebih dari 5 juta spesies atau 16,7% dari jumlah yang ada di dunia terdapat di Indonesia, sehingga Indonesia dikenal sebagai a mega biodiversity country (Wardana 2002).

Salah satu pulau di Indonesia yang banyak me-nyimpan keanekaragaman hayati adalah Kalimantan. Selain memiliki kekayaan flora dan fauna, Kaliman-tan juga diketahui memiliki 2.500-5.000 spesies ang-grek dan merupakan jumlah terbesar di dunia (Chain et al. 2000).

Kalimantan Tengah dengan luas wilayah 15.380.000 ha atau 7,93% dan luas wilayah Indone-sia memiliki berbagai spesies tanaman buah, tanam-an obat, tanaman hias, tanaman kehutanan, tanaman perkebunan, tanaman pangan lokal, dan sebagian telah dimanfaatkan oleh masyarakat (Krismawati et al. 2003).

Kelestarian keanekaragaman hayati perlu digali, dikelola, dan dijaga agar tidak punah. Sekitar 35-50% dari semua jenis keanekaragaman hayati yang ada di bumi secara berangsur-angsur dapat punah karena berbagai faktor, antara lain pembukaan hutan untuk lahan pertanian, industri kayu, perkebunan, perladangan, pemukiman, dan kebakaran hutan serta bencana alam, yang tanpa disadari menghilangkan sumber daya genetik yang sebagian besar belum ter-identifikasi dan masih berada di kawasan hutan. Ke-rusakan hutan tropis basah dan ekosistemnya menun-jukkan hubungan yang nyata dengan hilangnya bebe-rapa jenis flora (Mac Kinnon 1996).

Plasma nutfah adalah sumber sifat keturunan yang terdapat dalam setiap kelompok organisme dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Manfaat penting dari plasma nutfah adalah sebagai sumber genetik dalam perakitan varietas unggul, penyedia agen ha-yati, bahan baku obat, minyak atsiri, kosmetika, pa-ngan, dan sebagainya. Pemanfaatan plasma nutfah tidak hanya terbatas pada kalangan peneliti, pemulia ataupun ahli taksonomi, namun lebih dimanfaatkan

Tabel 1. Lanjutan.

Nama daerah : Anggrek mutiara Nama latin : Coelogyne asperata Pertelaan

Sifat kualitatif/kuantitatif

1. Tipe pertumbuhan Simpodial

2. Karakter daun Warna daun hijau tua, berbentuk jorong, bentuk ujung daun melebar pada ujungnya, penampang melintang daun zigomor/tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, pertulangan daun sangat tebal di bagian bawah daun, bentuk tepi daun berjumbai, tekstur permukaan daun gundul, ujung daun simetri.

3. Akar Tipe perakaran: akar tanah, serabut, warna akar coklat tua.

4. Pseudobulb Bentuk pseudobulb bulat telur, agak pipih, mengkerut, panjang 15 cm. Warna pseudobulb hijau muda.

5. Pembungaan Posisi pembungaan: pucuk, tipe pembungaan tandan menjurai, resupinat terpuntir, ada spur. Perhiasan bunga: terdiri atas 3 sepal, 2 petal dan satu bibir (labellum). Daun kelopak berbentuk lanset, panjang 7 cm, daun mahkota lebih ramping dari daun kelopaknya, panjang 3-4 cm lebar 1 cm. Daun kelopak dan daun mahkota berwarna kuning susu dengan pinggiran keputihan. Labellum (bibir): berwarna coklat tua, ditengah beralur kasar dengan garis-garis putih, tipe kalus sederhana.

6. Buah Bentuk jorong, panjang 6 cm.

7. Karakter-karakter lain Tangkai bunga: panjang 50 cm, jumlah bunga tiap tandan 7-30 kuntum, diameter bunga 7-9 cm. Daun: panjang daun 45-100 cm, lebar 7-17 cm.

Ekologi Menyukai tempat lembab di hutan-hutan primer di sekitar pinggiran sungai, dengan ketinggian 1000 m dpl.

Musim berbunga Berbunga bulan Maret-Mei, masa pembungaan 7 hari.

Keterangan khusus Tanaman berasal dari hutan primer, koleksi berasal dari Murutuwu, Barito Timur.

I

Page 9: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 9

langsung oleh masyarakat hingga industri (Dwiyanto 2001).

Plasma nutfah merupakan aset nasional yang perlu dilestarikan, berbagai upaya telah dilakukan di Kalteng, antara lain melakukan inventarisasi dan ka-rakterisasi plasma nutfah, meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan plasma nutfah dan menumbuhkan rasa kepemilikan dan tanggung jawab dalam pelesta-riannya melalui pembentukan Komisi Daerah (Komda) Plasma Nutfah.

Komda Plasma Nutfah Kalteng

Tugas pokok

Komda plasma nutfah Kalteng dibentuk ber-dasarkan Surat Keputusan Gubemur Kalimantan Te-ngah Nomor 126 Tahun 2004, yang ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2004 di Palangka Raya. Tugas utama Komda Plasma Nutfah adalah:

a. Menentukan kebijakan pengelolaan plasma nutfah.

b. Mengidentifikasi masalah dan menginventarisasi kekayaan dan kelangkaan plasma nutfah.

c. Merumuskan sistem pelestarian plasma nutfah dan pemanfaatan secara berkelanjutan.

d. Menganalisis teknologi yang tersedia dan yang di-butuhkan serta dapat diterapkan dalam penge1o1a-an plasma nutfah.

e. Memasyarakatkan keberadaan dan pentingnya plasma nutfah.

f. Menghimpun pendapat dan kepentingan stake-holder atau pihak-pihak yang berkepentingan ter-hadap (plasma nutfah yang berkaitan dengan pelestarian dan pemanfaatannya).

Program kerja

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Komda Plasma Nutfah Kalteng menyusun program kerja yang tertuang dalam program jangka pendek (4 ta-hun) dan program jangka panjang (7 tahun). Program kerja jangka pendek dan jangka panjang Komda Plasma Nutfah Kalteng disajikan dalam Tabel 1.

Hasil pencapaian program

Pencapaian hasil dari pelaksanaan program ker-ja Komda Plasma Nutfah Kalteng masih bersifat sederhana dan belum optimal. Dalam menghimpun data dan informasi tentang pengelolaan plasma nutfah masih mendapat kendala, karena sebagian besar lembaga/instansi yang telah melakukan penge-lolaan plasma nutfah (baik karena Tupoksi lembaga-

Tabel 1. Program Kerja Komda Plasma Nutfah Kalteng.

Program kerja Tahun Kegiatan

Jangka pendek 2004 Menghimpun data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang ada di Kalteng, baik yang sudah dikelola maupun yang belum (karakterisasi potensi plasma nutfah)

Mengidentifikasi kegiatan pengelolaan, plasma nutfah yang dilaksanakan instansi/lembaga terkait

2005 Menginventarisasi data koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/ lembaga terkait

Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng kepada stakeholder dan komponen masyarakat serta kabupaten

2006 Menyusun database kekayaan plasma nutfah Mengidentifikasi kawasan-kawasan alam sebagai kawasan lindung dalam pelestarian plasma

nutfah Melakukan sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah ke kabupaten dan menghimbau untuk

membentuk Koncab 2007 Menyusun sistem informasi database kekayaan plasma nutfah Kalteng Menciptakan kawasan lindung sebagai tempat koleksi secara ex situ dan in situ Jangka panjang 04-12 Kawasan khusus yang berfungsi sebagai kebun koleksi plasma nutfah khas Kalteng/arboretum/

agrowisata, dan lain-lain, yang dapat berfungsi sebagai pusat studi, kajian ilmiah, biofarmaka, dan lain-lain

Menggali sumber pendapatan asli daerah dan pengelolaan plasma nutfah

Page 10: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 10

nya maupun tidak) kurang menginventarisir apa saja yang telah dilakukan. Beberapa hasil yang diperoleh adalah:

a. Data dan informasi dasar tentang keberadaan plasma nutfah yang sudah dikelola.

No. Jenis plasma nutfah yang dikelola Penge1ola

1. Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk pohon

Dishut, BLSDA, WWF

2. Plasma nutfah tanaman kehutanan berbentuk perdu

Dishut, BLSDA, WWF

3. Plasma nutfah tanaman perkebunan Disbun

4. Plasma nutfah tanaman hias BPTP, Disperta

5. Plasma nutfah tanaman obat-obatan BPTP

6. Plasma nutfah tanaman buah-buahan BPTP

7. Plasma nutfah tanaman padi lokal UNPAR, BPTP

8. Plasma nutfah satwa Dishut, BLSDA, WWF

9. Plasma nutfah ikan lokal DKP

b. Kegiatan penge1olaan plasma nutfah yang dilaksanakan instansi/lembaga terkait.

No. Kegiatan Pelaksana

1. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Tengkiling

Dishut, BKSDA

2. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Pararawen

Dishut, BKSDA

3. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Bukit Sapat Hawang

Dishut, BKSDA

4. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Sungai Lamandau

Dishut, BKSDA

5. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Tanjung Keluarga

Dishut, BKSDA

6. Identifikasi flora dan fauna di area konservasi Nyaru Menteng

Dishut, BKSDA

7. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman obat-obatan spesifik Kalteng

BPTP

8. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman anggrek spesifik Kalteng

BPTP, Distan

9. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman buah-buahan spesifik Kalteng

BPTP, CIMMTROP

10. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman padi lokal UNPAR, CIMTROP

11. Identifikasi dan karakterisasi flora dan fauna di area konservasi hutan Sebangau

WWF

12. Pengelolaan usahatani ramah lingkungan Care Intr

13. Penyelamatan dan pengembalian orang hutan Kalimantan

WWF, BOS

c. Koleksi pengelolaan plasma nutfah yang telah dilakukan instansi/lembaga terkait.

No. Jenis koleksi Bentuk konservasi

Dokumen (database)

Jumlah koleksi

1. Tanaman kehutanan

Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD

15 famili, 151 spesies

2. Tanaman perkebunan

Ex situ dan budi daya

Microsof excell, CD

76 spesies

3. Padi lokal Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD

24 jenis

4. Tanaman anggrek/hias

Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD, program

34 spesies

5. Tanaman obat-obatan

Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD, program

37 spesies

6. Tanaman buah-buahan

Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD, program

38 spesies

7. Fauna/satwa Ex situ dan in situ

Microsof excell, CD, VCD, Film dokumenter

14 spesies

d. Sosialisasi keberadaan Komda Plasma Nutfah Kalteng (tidak dilakukan secara khusus, tetapi di-lakukan pada saat pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu yang terkait. Sasaran sosialisasi kebijak-an, peneliti, penyuluh, LSM, pemerhati lingkung-an, petani, dan stakeholder lainnya.

e. Menyusun database kekayaan plasma nutfah Kalteng.

BPTP Kalteng telah melakukan penyusunan data-base kekayaan plasma nutfah dengan mengguna-kan program Sistem Informasi Pengelolaan Plas-ma Nutfah yang dikeluarkan Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. Mengingat informasi yang disajikan program ini tidak spesifik dengan keka-yaan plasma nutfah yang dimiliki Kalteng, maka Programmer BPTP Kalteng telah membuat prog-ram pengelolaan database plasma nutfah yang lebih sederhana dan lengkap (semua sektor).

Pemasyarakatan Pentingnya Plasma Nutfah

Dalam rangka pemasyarakatan dan pentingnya pengelolaan plasma nutfah, maka instansi/lembaga/ institusi yang terkait langsung dan menjadi bagian dari keanggotaan Komda Plasma Nutfah Kalteng telah melakukan beberapa kegiatan, seperti:

a. Melaksanakan pameran dan mengenalkan lebih luas tanaman obat, tanaman hias, dan tanaman buah spesifik Kalteng, dalam bentuk poster dan bentuk tanaman.

b. Menyebarkan brosur, leaflet tentang pelestarian lingkungan dan orang hutan Kalimantan.

Page 11: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 11

c. Menyebarkan film dokumenter setiap pekan di aboretum Nyaru Menteng.

d. Membuat dan menyebarkan leaflet dan brosur tentang tanaman obat Kalteng dan khasiatnya.

e. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Dinas Kehutanan untuk program penyelamatan hutan dan alam sekitar.

f. Kerja sama antara TVRI Kalteng dengan Bimas Ketahanan Pangan untuk program pemanfaatan pakan lokal yang bergizi tinggi.

g. Melakukan kegiatan wisata ke kawasan habitat anggrek hitam Kalteng di Desa Marutuwu Kab. Bartim, pada saat PEDA VIII tahun 2006.

Tabulasi sederhana sebagian koleksi plasma nutfah Kalteng.

Banyaknya yang telah di … Komoditas

Eksplorasi Koleksi Konservasi Dokumentasi (database) Keterangan

Tanaman buah Ramunia/Gandana Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Maritam/Tanggaring Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Binjai Madu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Leko Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Layung Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Taitungen Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Papaken Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Asam Hambawang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Rambai Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Cempedak nangka Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Kasturi Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Asam tungku Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Dua aksesi Untit Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Kalangkala Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi Bijai Masam Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Satu aksesi

Tanaman Obat: Ujung Atap Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: ramuan jamu (satu aksesi) Temu Putih Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun, batang, dan akar

Khasiat: penawar bisa (satu aksesi) Jariangau Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi)

Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Simpur Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat penawar gigitan binatang (satu aksesi) Penawar Seribu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat sakit malaria (satu aksesi) Penawar Sampai Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang

Khasiat: obat penawar bisa (gigitan) binatang (satu aksesi)

Pasak Bumi Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat kuat (satu aksesi)

Bawang Hantu Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: umbi Khasiat: obat pusing (satu aksesi)

Taya Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun (satu aksesi) Sambung Urat Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang

Khasiat: obat patah tulang, keseleo (satu aksesi) Tawas Ut Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat penawar racun Daun Sawang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat sakit kepala/pusing (satu aksesi) Mayama Dewa Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: penawar bisa dan obat gosok (satu aksesi) Karamunting Kodok Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan akar

Khasiat: obat penyakit gula (satu aksesi) Karamunting Padang Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat luka (satu aksesi) Sembung Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan akar

Khasiat: obat sakit kepala (satu aksesi) Daun Surap Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat : obal sakit gigi Karereng Eksplorasi Koleksi Ex situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun

Khasiat: obat kanker payudara, bisul bernanah, badan bengkak (satu aksesi)

Suli Tekak Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat pegal linu

Page 12: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 12

Penutup

Sumber plasma nutfah yang dimiliki Indonesia merupakan plasma nutfah alami yang terdapat dalam berbaga jenis flora dan fauna yang hidup di hutan. Demikian pula plasma nutfah potensial yang terdapat dalam ekosistem pertanian dan pemukiman. Bebe-rapa plasma nutfah menjadi rawan, langka bahkan sampai punah karena terjadinya perubahan-perubah-an besar dalam penggunaan sumber daya hayati dan penggunaan lahan tempat mereka hidup serta peru-bahan-perubahan habitatnya yang disebabkan oleh terjadinya pemanfaatan yang tidak terkendali.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan, ma-ka kekayaan plasma nutfah yang beraneka ragam dan tersebar di Kalteng merupakan suatu potensi pasar yang menguntungkan, karena memiliki nilai jual dan cukup digemari oleh masyarakat. Beberapa tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, satwa langka, dan lain-lain yang terdapat di Kalteng adalah varietas lokal, dan terdapat yang spesifik Kalteng.

Keberadaan Komda Plasma Nutfah, sangat be-sar manfaatnya dan berperan aktif dalam memberi-kan masukan kepada penentu kebijakan di daerah terutama dalam hal penentuan kebijakan pengelolaan plasma nutfah, merumuskan sistem pelestarian ber-kelanjutan, dan lain-lain. Sehingga keberadaan Kom-da Plasma Nutfah perlu didukung dalam berbagai hal oleh semua pihak.

Daftar Pustaka

Krismawati, A. dan M. Sabran. 2004. Eksplorasi dan karakterisasi tanaman obat dan buah-buahan di Kalimantan Tengah. Warta Plasma Nutfah Indonesia 16:11-16.

Diwyanto, K. 2001. Pengelolaan plasma nutfah. Warta Plasma Nutfah Indonesia 11:7-8.

Mac Kinnon, K. 1996. The ecology of Kalimantan. The Ecology of Indonesia Series Vol. III. Periplus Edition (HK) Ltd., Rep. Of Singapore.

Susilawati dan Amik Krismawati BPTP Kalimantan Tengah

Lampiran : Lanjutan

Banyaknya yang telah Komoditas

Eksplorasi Koleksi Konservasi Dokumentasi (database) Keterangan

Kaka Tuak Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat kencing manis

Tranraket Kowong Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat batuk

Tapukus Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat sakit pinggang

Koko Dompey Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat lumpuh

Sawang Kariau Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat penawar setelah melahirkan

Kupang Bagading Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat sakit perut/disentri

Uru Dagang Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat luka

Tebu Jarung Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat sakit pinggang

Kaja Mihing Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat bengkak

Suli Nyaru Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan akar Khasiat: obat bengkak

Barumut Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan daun Khasiat: obat kutu kaki

Siwa Uwa Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat: obat panas

Paku Patai Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat: obat tekanan darah tinggi

Karehou Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang dan daun Khasiat: obat keputihan

Sungkai Papan Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: akar Khasiat :obat muntah darah

Rahiya Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun dan batang Khasiat: obat TBC

Rumput Telang Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: daun Khasiat: obat batuk, TBC

Poro Panahan Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: obat kuat

Pamulan Bahang Eksplorasi Koleksi In situ Microsoft excell Bagian yang bermanfaat: batang Khasiat: penawar racun

Page 13: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 13

BERITA

Telah Terbentuk, Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

erdasarkan SK Menteri Pertanian No. 734/Kpts/ OT.140/12/2006, tanggal

29 Desember 2006, tentang pem-bentukan Komisi Nasional Sum-ber Daya Genetik (Komnas SDG), maka penggunaan nama Komisi Nasional Plasma Nutfah yang selama 30 tahun digunakan terhitung mulai tanggal tersebut berganti nama menjadi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik. SK Menteri Pertanian No. 734/ Kpts/OT.140/12/2006 tersebut se-

kaligus mencabut SK Menteri Pertanian No. 341/Kpts/KP.150/ 6/2001.

Dalam kepengurusan Kom-nas SDG, selain tampak wajah-wajah baru sebagai Pelaksana Harian, juga terjadi perubahan format kepengurusan, yaitu Wakil Ketua dan Sekretaris II ditiada-kan. Sedangkan Sekretaris Peng-arah merangkap menjadi Ketua Pelaksana Harian dan dijabat se-cara ex-officio oleh Kepala Balai

Besar Penelitian dan Pengem-bangan Bioteknologi dan Sumber-daya Genetik Pertanian.

Anggota Pelaksana Harian, selain pakar-pakar sumber daya genetik dari Badan Litbang Perta-nian, juga berasal dari Institut Pertanian Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Kemente-rian Lingkungan Hidup, Departe-men Kelautan dan Perikanan, ser-ta Departemen Kehutanan. Secara lengkap susunan pengurus Komnas SDG disajikan berikut.

B

Susunan Kepengurusan Komnas SDG berdasarkan SK Mentan No. 734/Kpts/OT.140/12/2006.

Pengarah Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Wakil Ketua : Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian Sekretaris : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian; Anggota : 1. Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Departemen Pertanian; 2. Kepala Biro Hukum dan Humas, Departemen Pertanian; 3. Kepala Pusat Perizinan dan Investasi, Departemen Pertanian 4. Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Departemen Pertanian; 5. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; 6. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; 7. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; 8. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian; 9. Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia; 10. Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan; 11. Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Hortikultura; 12. Direktur Perbenihan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Perkebunan; 13. Direktur Perbibitan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan; 14. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan, Departemen Kehutanan; 15. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati; Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam,

Departemen Kehutanan; 16. Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia; 17. Kepala Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ; 18. Asisten Deputi Urusan Keanekaragaman Hayati, Kementerian Lingkungan Hidup; 19. Kepala Pusat Riset Perikanan Budidaya, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan

Perikanan; 20. Dr. Anida Haryatmo, Direktur Program Hibah Yayasan KEHATI; 21. Dr. Soenartono Adisoemarto, Yayasan Naturindo

Page 14: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 14

Komnas SDG

Berita Duka

r. Soenartono Adisoe-marto, yang akrab disa-pa Pak Toni, dilahirkan

di Kudus pada 28 September 1935. Semasa hidupnya, beliau adalah peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, pensiun pada tahun 2001. Pak Toni adalah pengabdi dan tokoh pejuang pe-lestarian sumber daya genetik (plasma nutfah) Indonesia, sejak dibentuknya Komisi Nasional Sumber Daya Genetik (dahulu Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Nasional tahun 1976) sampai ta-hun 2007. Terakhir pak Toni di-angkat sebagai anggota Pengarah

Komisi Nasional Sumber Daya Genetik sesuai dengan Surat Ke-putusan Menteri Pertanian Nomor 734/Kpts/OT.140/12/2006 ter-tanggal 29 Desember 2006. ten-tang Pembentukan Komisi Na-sional Sumber Daya Genetik.

Banyak buku dan karya ilmi-ah yang telah dihasilkan beliau, baik yang diterbitkan di dalam maupun luar negeri. Aktivitas pak Toni sampai menjelang sakit cu-kup padat, baik kegiatan ilmiah maupun kerokhanian. Beliau aktif di Yayasan Naturindo yang didiri-kan bersama Dr. Didien Sastra-

pradja, Dr. Mien Rivai, dan Dr. Setijati D. Sastrapradja. Pak Toni banyak membantu meletak-kan dasar-dasar hukum pengelola-an sumber daya genetik di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pak Toni merupakan orang penting yang memotori penyusunan dan disahkannya dua buah Undang-Undang Republik Indonesia oleh DPR-RI dan Pemerintah RI, yaitu UU RI Nomor 5 tahun 1994 ten-tang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diver-sity (Konvensi Perserikatan Bang-sa-Bangsa mengenai Keanekara-gaman Hayati) dan UU RI Nomor

Pelaksana Harian Komisi Nasional Sumber Daya Genetik

Ketua : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;

Sekretaris : Dr. Muhamad Herman, Ahli Peneliti Madya pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian;

Anggota : 1. Dr. Sugiono Moeljopawiro, Ahli Peneliti Madya pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian;

2. Dr. Ida Hanarida, Ahli Peneliti Utama pada Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian;

3. Ir. Bambang Setiadi, MS, Ahli Peneliti Utama pada Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan;

4. Dr. Machmud Thohari, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor;

5. Dr. Firdaus Kasim, Ahli Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan;

6. Dr. Hardiyanto, Peneliti Utama pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura;

7. Prof. Dr. Subandriyo, Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan;

8. Prof. Dr. Maharani Hasanah, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan;

9. Dr. Sri Sulandari, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;

10. Dr. Sriani Sujiprihati, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor;

11. Endah Tri Kurniawaty, S.Hut.M.E, Kasubid Konservasi Sumber Daya Genetik, Kementerian Lingkungan Hidup;

12. Dr. Rudhy Gustiano, Departemen Kelautan dan Perikanan

13. Ir. Endro Subiandono,MSc, Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan

14. Drs. Herry Djoko Susilo, MSc, Kasubdit Konservasi Jenis dan Genetik, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan

D

Page 15: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 15

4 Tahun 2006 tentang Pengesahan International Treay on Plant Gen-etic Resources for Food and Agri-culture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian).

Sejak Desember 2006, pak Toni batuk-batuk, tetapi meskipun sudah diingatkan oleh teman-te-man dekat dan keluarga, beliau ti-dak mau berobat. Gejala batuknya bertambah parah pada Januari 2007. Pada Februari 2007, beliau sempat minta tolong dibelikan se-buah kamera digital yang model-nya compact sehingga dapat di-kantongi dan dibawa kemana-mana untuk membuat foto serang-ga sebagai pelengkap buku takso-nomi serangga yang sedang disu-sunnya. Pada pertengahan Maret 2007 permintaan beliau untuk di-belikan kamera digital Nikon mo-del Coolpix S-10 berikut dengan SD memory card 1GB dan sebuah tripod baru dapat terwujud.

Pada 20 Maret 2007, karena desakan Bu Toni, beliau mau ber-obat ke dokter dan atas anjuran dokter untuk observasi penyakit, beliau harus rawat inap. Semula beliau ingin dirawat di RS di Bogor, sayangnya setelah mencari ke berbagai RS di Bogor tidak ada tempat tidur yang kosong, sehing-ga beliau harus dirawat di RS Mitra Keluarga Jatinegara. Beliau sempat dirawat selama tiga ming-gu di RS Mitra Keluarga Jatine-gara. Pada awalnya diagnosa dok-ter adalah pneumonia dan paru basah. Dokter sempat mengeluar-kan cairan dari rongga dadanya sebanyak 1,5 liter, tetapi keadaan beliau bahkan semakin sulit ber-nafas. Beberapa hari kemudian setelah melalui pemeriksaan yang lebih lengkap, baru didiagnosa bahwa pak Toni menderita kanker paru dan sudah stadium lanjut. Rupanya beliau memang sudah tidak dapat bertahan lebih lama, pada hari Rabu, 11 April 2007 jam 09.00 WIB, Dr. Soenartono

Adisoemarto meninggalkan kita semua dalam usia 71 tahun di RS Mitra Keluarga Jatinegara. Pak Toni dimakamkan disebelah ma-kam putranya yang telah menda-huluinya beberapa tahun yang lalu karena menderita lupus erythe-matosus di halaman rumah beliau di Badakputih, Kotabatu, Bogor

Gelak tawa dan canda yang selalu dilontarkan beliau akan te-tap mengingatkan kehadiran be-liau pada setiap pertemuan. Se-lamat jalan Pak Toni, terima kasih atas semua usaha dan perjuangan-nya untuk melestarikan sumber daya genetik Indonesia. Semoga semangat juang pak Toni tetap menyertai teman-teman yang ma-sih ada dalam melanjutkan per-juangan melestarikan sumber da-ya genetik Indonesia untuk kese-jahteraan umat manusia, khusus-nya bangsa Indonesia. Amin.

Agus Nurhadi Komnas SDG

AKTIVITAS KOMNAS

Rapat Paripurna Pertama Komnas SDG

ertemuan paripurna Komisi Nasional Sumber Daya Ge-netik (Komnas SDG) yang

pertama dilaksanakan pada tang-gal 14 Maret 2007 dan dipimpin langsung oleh Kepala Badan Litbang Pertanian sebagai Ketua Pengarah Komnas SDG. Dalam sambutannya, Ketua Komnas SDG menyampaikan terima kasih kepada mantan ketua dan anggota Komisi Nasional Plasma Nutfah yang selama ini telah bekerja ke-ras dan penuh dedikasi untuk pe-

lestarian sumber daya genetik Indonesia. Ketua Pengarah juga menyampaikan harapan kepada Pelaksana Harian tentang hal-hal yang dihadapi Komnas SDG, antara lain:

Komnas SDG diharapkan tetap pro-aktif dalam mendorong pembahasan di tingkat DPR-RI tentang RUU Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik, menjadi Undang-Un-dang. RUU tersebut saat ini

berada di Kementerian Ling-kungan Hidup (KLH), meski-pun belum menjadi prioritas Program Legislasi Nasional (Prolegnas) DPR-RI dan juga belum diprioritaskan oleh KLH untuk diselesaikan pada tahun 2007.

Pelaksana Harian Komnas SDG harus mempersiapkan aturan-aturan dalam mengim-plementasikan Peraturan Men-teri Pertanian Nomor 67 Tahun

P

Page 16: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 20076 16

2006 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik. Karena di dalam Per-mentan tersebut, Menteri Per-tanian mengamanatkan kepada Komnas SDG dan melibatkan peran sertanya dalam membe-rikan masukan kepada Ketua Pengarah terhadap pengeluaran berbagai izin eksplorasi, pe-ngeluaran, pemasukan, dan pendirian kebun koleksi SDG.

Dalam melaksanakan UU RI Nomor 4 Tahun 2006, Komnas SDG harus membantu imple-mentasinya, dan mengingat ba-nyak rencana kerja sama pene-litian dalam SDG yang akan dirintis melalui maka Komnas SDG harus betul-betul siap da-lam memberikan masukan dan pertimbangan.

Komnas SDG juga dihimbau untuk terus melakukan prog-ram sosialisasi tentang perlu-nya pelestarian dan pemanfa-atan SDG yang berkelanjutan ke daerah-daerah yang me-mang perlu segera ditangani dan yang mempunyai minat besar untuk melestarikan SDGnya.

Dalam hal kerja sama dengan pemerintah daerah/departe-men/instansi yang telah dirin-tis dan yang telah berjalan de-ngan baik, diharapkan dapat lebih ditingkatkan lagi.

Ketua Pengarah juga me-nyampaikan bahwa saat ini Badan Litbang Pertanian sedang mem-bangun Bank Gen yang berlokasi di Balai Besar Penelitian dan Pe-ngembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) yang diharapkan akan selesai pada tahun 2008.

Untuk itu, diharapkan para pe-mangku kepentingan di luar Ba-dan Litbang Pertanian juga me-manfaatkan Bank Gen tersebut se-bagai tempat menyimpan SDG hasil eksplorasi dari instansi atau individu.

Pada saat ini ada tiga perusa-haan swasta yang minta evaluasi terhadap SDG transgenik yang akan dimasukkan ke Indonesia. Permintaan tersebut ditujukan ke-pada Komisi Keamanan Pangan dan Keamanan Hayati yang ber-ada di Badan Litbang Pertanian (BB-Biogen).

Pada pertemuan tersebut, Prof. Dr. Kusuma Diwyanto, mantan Ketua Komnas Plasma Nutfah tahun 2001-2006, me-nyampaikan laporan hasil kegiat-an Komnas Plasma Nutfah. Se-cara ringkas disampaikan hasil-hasil yang dicapai dalam waktu 6 tahun. Hal-hal yang menonjol yang disampaikan antara lain:

Sosialisasi UU RI Nomor 29 tahun 2000 tentang Perlin-dungan Varietas Tanaman

Disusunnya Naskah Akademik dan RPP tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan yang disampaikan kepada KLH

Menggoalkan RUU tentang Aksesi Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanam-an untuk Pangan dan Pertanian menjadi Undang Undang RI Nomor 4 Tahun 2006

Penyusunan Naskah Akademik dan RUU Pelestarian dan Pe-manfaatan Sumber Daya Ge-netik ke KLH

Launching Database SDG Per-tanian dan Situs Komisi Nasio-nal Plasma Nutfah pada tahun 2005

Sosialisasi Pengelolaan Plasma Nutfah ke berbagai instansi, stakeholders, guru-guru, dan mahasiswa pertanian

Mendorong pembentukan Ko-misi Daerah Plasma (Komda) Nutfah (saat ini sudah terben-tuk 14 Komda di Indonesia).

Dalam diskusi yang dibuka oleh Ketua Pengarah Komnas SDG, mantan Ketua Komnas Plasma Nutfah (Prof. Dr. Kusuma Diwyanto) menyampaikan saran tentang perlunya membentuk tim kecil untuk menangani berbagai masalah SDG internasional. Se-yogyanya ditunjuk dan dipilih mereka yang paham betul dalam masalah yang akan ditangani, dan seyogyanya mereka menjadi wa-kil Pemerintah RI dalam forum-forum internasional tersebut. Ku-suma Diwyanto juga menyaran-kan bahwa sudah waktunya Kom-nas SDG berkiprah untuk mena-ngani kasus flu burung dengan cara melakukan seminar nasional atau lokakarya penanganan flu burung di Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Komnas SDG me-nyampaikan tentang konsep tata kerja serta rencana kerja dan ke-giatan Komnas SDG pada tahun 2007 dan 2008. Dalam konsep tata kerja dibahas mengenai tugas dan tanggung jawab pengarah serta pelaksana harian, demikian pula dibahas tentang kesekretari-atan Komnas.

Page 17: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 17

Dalam acara diskusi, bebe-rapa saran/masukan dari pengurus harian, yaitu:

Ir. Utami Andayani, MSc, Asisten Deputi Bidang Kon-servasi Keanekaragaman Ha-yati dan Kerusakan Lingkung-an KLH, mempertanyakan ten-tang cakupan dan ruang ling-kup Permentan Nomor 67 ta-hun 2006, apakah hanya men-cakup tentang eksplorasi SDG tanaman saja atau juga men-cakup SDG hewan, ikan dan hutan? Selain itu diharapkan dukungan Komnas SDG untuk menggoalkan RUU PPSDG menjadi Undang-Undang. Per-lu diketahui bahwa KLH pada tahun 2007 hanya mempriori-taskan revisi Undang-Undang Lingkungan yang mencakup RUU Sampah dan RUU Sum-ber Daya Alam menjadi Un-dang-Undang.

Dr. Sriani Sujiprihati, Fakultas Pertanian IPB, menghimbau Komnas SDG melakukan so-sialisasi tentang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik ke berbagai perguruan tinggi di Indonesia secara road show.

Dr. Anida Haryatmo, Yayasan KEHATI, meminta bahan-ba-han yang dipresentasikan oleh Sekretaris Komnas untuk diki-rimkan lewat e-mail kepada hadirin, baik Pengarah dan Pe-laksana Harian. Dr. Anida juga mempertanyakan, apakah da-lam sosialisasi pengelolaan plasma nutfah, Komnas SDG juga menjangkau sampai kepa-da masyarakat langsung?

Ketua pelaksana harian me-minta kepada hadirin untuk memberikan alamat e-mail ma-sing-masing kepada sekretariat Komnas SDG, atau langsung mengirimkannya ke e-mail address sekretariat Komnas SDG: [email protected].

Endah Tri Kurniawaty, S.Hut., M.E., menanyakan tentang pe-ngembangan database SDG pertanian, agar bisa dimanfaat-kan oleh para pengambil ke-bijakan (decision maker) perlu dibuat standarnya. Selanjutnya diberikan masukan kepada Sekretaris Pelaksana Harian Komnas SDG, bahwa untuk pengambilan keputusan dalam rapat paripurna, seyogyanya kehadiran tidak dapat diwakil-kan.

Wakil Ketua Pengarah Kom-nas SDG, Dr. Haryono menyam-paikan bahwa untuk mengawali sosialisasi telah dikirimkan kepa-da Gubernur, Bupati, Walikota, dan Dinas-Dinas Pertanian di se-luruh Indonesia, UU RI Nomor 4 Tahun 2006. Diharapkan Komnas SDG perlu menindaklanjuti de-ngan sosialisasi secara tatap muka dengan para pemangku kepen-tingan.

Agus Nurhadi Komnas SDG

Aplikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP)

plikasi dan Sosialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian

(SIPNP) versi 1.5 telah dilakukan pada 12-15 Juni 2007 di Pusat Pemberdayaan Pelatih dan Te-naga Keterampilan Pertanian (VEDCA) Jl. Jangari KM 14, Su-kajadi, Karang Tengah, Cianjur. Apresiasi dihadiri oleh 26 peserta yang berasal dari BPTP, Komda Plasma Nutfah, Puslit Kelapa Sawit Medan, Puslit Kopi dan Kakao Jember, Balit Jeruk dan

Buah Subtropika Tlekung, Balit Tanaman Industri dan Rempah, Balit Tanaman Obat dan Atsiri, serta BB-Biogen.

Pada sosialisasi ini, selain penyampaian materi juga dilaku-kan aplikasi program. Ada empat materi sosialisasi yang disampai-kan oleh pakar plasma nutfah, yaitu:

1. Koleksi, karakterisasi, dan evaluasi plasma nutfah tanam-

an semusim (Ir. T. Sudiaty Silitonga, MS).

2. Karakterisasi dan status plas-ma nutfah tanaman perkebun-an rakyat (Prof. Dr. Maharani Hasanah).

3. Karakterisasi fenotip dan gene-tik ternak untuk aplikasi data-base plasma nutfah (Dr. Tike Sartika).

A

Page 18: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 18

4. Manajemen aksesi plasma nut-fah di Bank Gen (Dr. Sutoro).

5. Pengenalan Microsoft Access (Hakim Kurniawan, SP, MP).

Pada acara pengenalan Microsoft Access, sosialisasi di-lanjutkan dengan instalasi prog-ram SIPNP versi 1,5 yang dilan-jutkan dengan Teknis Dokumen-tasi dan Pengelolaan Data Plasma Nutfah Tingkat Lanjut mengguna-kan Microsoft Access. Para peser-ta diperkenalkan mulai dari pem-buatan Tabel, Form, Query, Macro, Module dan Page, sampai kepada bagaimana membuat Report.

Dari aplikasi dan sosialisasi SIPNP ini, disampaikan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Penggunaan database sebagai sistem informasi plasma nutfah pertanian dirasakan perlu seba-gai media untuk mendokumen-tasikan informasi penting plas-ma nutfah yang disimpan se-bagai koleksi;

2. Untuk mengoperasionalkan program aplikasi SIPNP versi 1.5 diperlukan perangkat lunak sistem operasi Microsoft Win-dows dan Microsoft Access versi 2002 atau yang lebih ba-ru yang lengkap, artinya diper-lukan perangkat lunak yang teregistrasi dan asli. Komnas SDG perlu merekomendasikan kepada pihak yang terkait dan kompeten agar mengusahakan penyediaan piranti lunak yang teregistrasi;

3. Peserta merasakan perlu pela-tihan lebih lanjut untuk lebih menguasai penggunaan prog-ram aplikasi SIPNP;

4. Mengingat penggunaan prog-ram aplikasi SIPNP untuk pe-ngelolaan plasma nutfah secara terus menerus dan teratur me-merlukan perangkat keras komputer dan piranti lunak yang teregistrasi, disarankan kepada instansi atau unit pe-laksana teknis agar menyedia-kan perangkat keras dan lunak sesuai kebutuhan, serta SDM

yang menguasai cara meng-operasionalkannya;

5. Untuk lebih mengakomodasi jenis sumber daya genetik yang akan didokumentasikan dengan program aplikasi SIPNP maka program ini perlu dikembangkan lebih lanjut dan ditambah dengan jenis-jenis sumber daya genetik yang be-lum diliput oleh program SIPNP versi 1,5.

Untuk lebih menyempurna-kan program aplikasi SIPNP se-suai dengan keperluan pengguna-annya maka deskriptor dan lain-lain informasi yang belum ada perlu ditambahkan sesuai dengan standar CGRFA maupun UPOV.

Agus Nurhadi Komnas SDG

Monitoring Aplikasi Program SIPNP

egiatan monitoring dila-kukan dalam rangka mengevaluasi hasil ke-

giatan Aplikasi Program dan So-sialisasi Sistem Informasi Plasma Nutfah Pertanian (SIPNP) yang diselenggarakan pada 12-15 Juni 2007.

Dari hasil diskusi dengan para kontak person dan pengelola database plasma nutfah pertanian di masing-masing institusi yang

dikunjungi, diperoleh informasi sebagai berikut:

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur-Karangploso.

BPTP Jawa Timur telah ikut dalam kegiatan pelatihan/so-sialisasi penggunaan program aplikasi SIPNP v1.5 sejak ta-hun 2006. Program aplikasi hasil pelatihan/sosialisasi pada

tahun 2006 telah diinstall, na-mun demikian kegiatan penge-lolaan data belum dapat berja-lan dengan optimal karena be-lum tersedianya perangkat komputer khusus. Tenaga khu-sus untuk dokumentasi data juga belum ada. Staf pengelola dokumentasi data saat ini (Ir. Amik Krismawati, MP.) juga sekaligus pemulia tanam-an banyak terlibat dalam ke-giatan yang lain.

K

Page 19: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 19

Pembekalan materi dalam ke-giatan sosialisasi yang dise-lenggarakan pada 12-15 Juni 2007 dirasakan masih sangat kurang, sehingga disarankan untuk menambah waktu pada kegiatan sosialisasi yang akan datang. BPTP Jawa Timur mengusulkan agar pada penye-lenggaraan kegiatan sosialisasi yang akan datang dibagi menu-rut wilayah. Untuk wilayah Ja-wa diusulkan diselenggarakan di Jawa Timur.

2. Balai Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis-Tlekung.

Program aplikasi SIPNP v1.5 belum diimplementasikan di Balai Penelitian Jeruk dan Ta-naman Buah Subtropis, Tle-kung. Institusi ini untuk perta-ma kalinya ikut dalam kegiatan sosialisasi penggunaan prog-ram aplikasi SINPN v1.5 pada 12-15 Juni 2007, di mana program aplikasi yang dibagi-kan merupakan format SIPNP untuk Komda Plasma Nutfah. Oleh karena itu, khusus untuk Balai Penelitian Jeruk dan Ta-naman Buah Subtropis, Tle-kung nantinya akan disiapkan program aplikasinya. Macam komoditas prioritas yang dita-ngani oleh Balai Penelitian Je-ruk dan Tanaman Buah Sub-tropis, Tlekung telah berhasil diidentifikasi pada saat perte-muan monitoring, yaitu jeruk, anggur, apel, lengkeng, dan mangga. Demikian pula de-ngan daftar deskriptor dari ma-sing-masing komoditas. Infor-masi yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai dasar dalam penyiapan program apli-kasi SIPNP v1.5 untuk Balai

Penelitian Jeruk dan Tanaman Buah Subtropis, Tlekung.

3. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.

Kegiatan dokumentasi data te-lah dimulai pada komoditas kakao. Lebih dari 100 record data telah masuk dalam prog-ram aplikasi SIPNP v1.5. Na-mun demikian, ada beberapa penyempurnaan yang diperlu-kan dalam kaitannya dengan macam karakternya. Semen-tara itu untuk kopi data belum masuk. Hal ini disebabkan sedang dilakukan pembenahan mengenai daftar karakter stan-dar yang akan digunakan seba-gai dasar dalam kegiatan ka-rakterisasi. Daftar karakter ha-sil pembenahan inilah yang akan dimasukkan dalam for-mat tampilan data karakterisasi pada program aplikasi SIPNP v1.5.

Pergantian staf pengelola do-kumentasi dirasakan menjadi salah satu masalah dalam kon-tinuitas kegiatan dokumentasi data plasma nutfah kopi dan kakao. Beberapa masalah tek-nis yang dijumpai di antara-nya transformasi data dari SIPNP versi sebelumnya ke SIPNP v1.5, pengelolaan data foto serta perubahan/penam-bahan beberapa karakter baru pada tampilan data karakterisa-si. Pada saat monitoring, seka-ligus dilakukan pula pembim-bingan teknis khususnya dalam pengembangan program apli-kasi SIPNP v1.5 yang diguna-kan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember.

4. Komisi Daerah (Komda) Plas-ma Nutfah Jawa Timur.

Program aplikasi SIPNP v1.5 hasil kegiatan pelatihan/so-sialisasi telah diinstall. Meski-pun demikian kegiatan entri data belum berlangsung karena masih minimnya ketersediaan data. Data yang ada masih se-dikit, itupun belum berpedo-man pada format baku untuk komoditas tertentu karena ke-giatan inventarisasi data dalam banyak hal masih bersifat spontanitas dan sangat tergan-tung pada ketersediaan data yang diperoleh saat koleksi di lapang. Meskipun baru tersedia sedikit data, namun akan di-usahakan untuk segera masuk ke dalam database. Penyem-purnaan kelengkapan data akan dilakukan nantinya bersa-maan dengan penambahan data baru yang lainnya.

Komda Plasma Nutfah Jawa Timur juga mengusulkan agar pada penyelenggaraan kegiatan sosialisasi yang akan datang dibagi menurut wilayah. Mere-ka sangat berharap penyeleng-garaannya di Jawa Timur.

Meskipun belum semua insti-tusi peserta kegiatan pelatihan/ sosialisasi SIPNP v1.5 dimoni-toring, namun informasi yang diperoleh dari kegiatan moni-toring pada empat institusi ter-sebut akan sangat bermanfaat bagi perencanaan pengem-bangan dan penyempurnaan SIPNP v1.5 khususnya, mau-pun perencanaan kegiatan ko-ordinasi database sumber daya genetik untuk tahun menda-tang.

Agus Nurhadi Komnas SDG

Page 20: Warta Plasma Nutfah Indonesiaindoplasma.or.id/publikasi/pdf/wpn_19_2007.pdf · ngan produktivitas 20-30% lebih tinggi dari varietas inbrida dan ke-mampuan memproduksi benih F1 hibrida

Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 20

PUBLIKASI BARU

Buletin Plasma Nutfah Volume 13 Nomor 1 Tahun 2007

agung merupakan bahan pangan dan pakan yang penting di Indonesia. Hingga saat ini produksi nasional jagung belum mampu memenuhi kebu-

tuhan sendiri karena budidayanya dihadapkan kepa-da berbagai kedala, baik biotik maupun abiotik. Di antara komponen teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul sudah terbukti kemampu-annya mengatasi sebagian dari kendala tersebut.

Untuk keperluan perakitan varietas unggul, pe-ngelolaan plasma nutfah jagung memegang peranan penting. Di BB-Biogen terdapat 886 aksesi jagung yang disimpan di Bank Gen, 581 aksesi di antaranya berupa varietas lokal, 165 varie-tas introduksi, 107 galur varietas inbrida, dan 33 varietas unggul lama dan baru. Sebagian dari plasma nutfah jagung tersebut berumur genjah, toleran keke-ringan dan lahan masam, tahan penyakit bulai dan hama lalat bibit. Selain informasi tentang koleksi plasma nutfah jagung di BB-Biogen, Sri Gajatri Budiarti dalam Buletin Plasma Nutfah nomor ini juga menjelaskan sta-tus pengelolaan plasma nutfah jagung. Data dan informasi dari pengelolaan itu didokumentasi-kan dalam bentuk database.

Di Sulawesi Tenggara, jambu mete dan kakao merupa-kan komoditas unggulan. Masa-lah yang dihadapi dalam usahatani jambu mete ada-lah produktivitas yang rendah dan berfluktuasi kare-na tingginya curah hujan. Berbeda dengan jambu mete, usahatani kakao dihadapkan kepada serangan hama penggerek buah kakao (PBK) yang sampai saat ini belum ditemukan cara pengendalian yang efektif dan efisien. Karena itu penggunaan klon/varietas ta-han dan toleran menjadi pilihan. Dalam buletin ini Ahmad Sulle dari BPTP Sulawesi Tenggara meng-informasikan 95 nomor jambu mete yang berdaya hasil tinggi, 28 nomor di antaranya toleran terhadap curah hujan yang fluktuatif. Enam klon yang diung-gulkan kini ditanam di kebun entres komersial. Iden-

tifikasi di lapang menemukan enam individu kakao yang tahan terhadap hama PBK. Klon-klon unggul jambu mete dan kakao tersebut layak digunakan se-bagai bahan tanaman di daerah pengembangan baru atau sebagai komponen peremajaan tanaman yang sudah tua.

Menggunakan metode UPOV, Kusmana dan Eri Sofiari dari Balitsa, Lembang, telah mengkarakteri-sasi kentang Granola, Atlantic, dan Balsa. Informasi lengkap tentang 50 sifat penting ketiga varietas ken-tang tersebut disajikan dalam buletin nomor ini.

Kali ini N.M. Heriyanto dkk. menginformasikan hasil pe-nelitian tentang ekologi per-mudaan saninten (Castanopsis argentea) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Hasil penelitian menun-jukkan, jenis tanaman yang men-dominasi komunitas tumbuhan tingkat semai adalah kileho (Saurauia pendula Bl) pada ke-tinggian tempat 1.300-1.600 m dpl, huru (Litsea sp.) pada ke-tinggian tempat 1.400-1.700 m dpl, dan nangsi pada ketinggian tempat 1.500 m dpl.

Penanaman tanaman ka-cang-kacangan penutup tanah merupakan standar dalam pe-nyiapan lahan untuk tanaman

perkebunan, termasuk kelapa sawit dan karet. Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman kacang-kacang-an tersebut, Happy Widiastuti dan Suharyono dari Pusat Penelitian Bioteknologi Tanaman Perkebunan meneliti kemampuan sinergistik Bradyrhizobium (bakteri penambat N2), Aeromonas punctata (bakteri pelarut fosfat), dan Acaulospora tuberculata (cenda-wan mikoriza abuskular). Hasil penelitian mereka juga dapat disimak dalam Buletin Plasma Nutfah nomor ini.

Hermanto

J

Buletin Plasma Nutfah Volume 13 Nomor 2 Tahun 2007

Karakteristik Umbi Plasma Nutfah Tanaman Talas (Colocasia esculenta) Seleksi Galur Kentang dari Progeni Hasil Persilangan Karakter Morfologis dan Beberapa Keunggulan Mangga Podang Urang (Mangifera indica L.) Variasi Morfologi dan Virulensi Phytophthora capsici Asal Lada Studi Ekologi dan Potensi Geronggang (Cratoxylon arborescens Bl.) di Kelompok Hutan Sungai Berpasir-Sungai Siduung, Kabupaten Tanjung Redeb, Kalimantan Timur Daya Cerna Jagung dan Rumput sebagai Pakan Rusa (Cervus Timorensis)