Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan...

26
Edisi Juli, 2008 Edisi Juli, 2008 Edisi Juli, 2008 Edisi Juli, 2008 Edisi Juli, 2008 1 Warta Konservasi Lahan Basah ISSN: 0854-963X Edisi Juli, 2008 Edisi kali ini: Peran Hutan Mangrove: Menanggulangi Perubahan Iklim Global Menyimak Ekowisata di Pulau Wayaq, Raja Ampat Rehabilitasi Ekosistem Pesisir di Kecamatan Jaya (Green Coast) Manfaat Danau Komplek Malili (D. Matano, Mahalona dan Towuti) di Sulawesi Selatan Avi Fauna Air pada Penghujung Tahun 2007 di Kawasan Pesisir Mbuti

Transcript of Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan...

Page 1: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 11111

Warta Konservasi

Lahan Basah

I S S N : 0 8 5 4 - 9 6 3 X

Edisi Juli, 2008

Edisi kali ini:

Peran Hutan Mangrove:MenanggulangiPerubahan Iklim Global

Menyimak Ekowisata diPulau Wayaq, RajaAmpat

Rehabilitasi EkosistemPesisir di KecamatanJaya(Green Coast)

Manfaat Danau KomplekMalili (D. Matano,Mahalona dan Towuti) diSulawesi Selatan

Avi Fauna Air padaPenghujung Tahun 2007di Kawasan PesisirMbuti

Page 2: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

22222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

W a r t a K o n s e r v a s i L a h a n B a s a hWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan ataskerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan danKonservasi Alam (Ditjen. PHKA), Dephut dengan WetlandsInternational - Indonesia Programme (WI-IP), dalam rangkapengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basah diIndonesia.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkan untukmeningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akan manfaatdan fungsi lahan basah, guna mendukung terwujudnya lahanbasah lestari melalui pola-pola pengelolaan dan pemanfaatan yangbijaksana serta berkelanjutan, bagi kepentingan generasisekarang dan yang akan datang.

Pendapat dan isi yang terdapat dalam WKLB adalah semata-mata pendapat para penulis yang bersangkutan.

DEWAN REDAKSI:

Penasehat: Direktur Jenderal PHKA;Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP;Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra;Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno

Ucapan Terima Kasih dan UndanganSecara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalamterselenggaranya majalah ini. Walaupun tanpa imbalan apapun, para penulisterus bersemangat berbagi informasi dan pengetahuannya demi perkembangandunia pengetahuan dan pelestarian lingkungan khususnya lahan basah direpublik tercinta ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untukmengirimkan bahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping, gambar danfoto, untuk dimuat pada wadah pertukaran informasi tentang perlahanbasahan diIndonesia ini. Tulisan diharapkan sudah dalam bentuk soft copy, diketik denganhuruf Arial 10 spasi 1,5 dan hendaknya tidak lebih dari 2 halaman A4 (sudahberikut foto-foto).

Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada:Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - Indonesia ProgrammeJl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755e-mail: [email protected]

Foto sampul muka:Keindahan Pulau Wayaq, memilikipotensi pariwisata(Dok.: Bertha Matatar, 2008)

Page 3: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari Redaksi

Fokus Lahan BasahPeran Hutan Mangrove: Menanggulangi Perubahan Iklim Global 4

Konservasi Lahan BasahMenyimak Ekowisata di Pulau Wayaq, Raja Ampat 6

Berita KegiatanPRehabilitasi Ekosistem Pesisir di Kecamatan Jaya(Green Coast) 10

Berita dari LapangManfaat Danau Komplek Malili (D. Matano, Mahalona dan Towuti) di Sulawesi Selatan 10Konversi Lahan Gambut Perkebunan: Ancaman Rusaknya Ekosistem Gambut diKab. Mandaling Natal, Sumatera Utara 12Lahan Rawa Lebak, Kawasan Penyangga Pangan (Studi Kasus Wilayah Ogan Ilir,Sumatera Selatan) 14

Flora dan Fauna Lahan BasahJenis Burung di Areal Hutan Mangrove, Raja Ampat 18Berbagai Jenis Burung Air yang sudah Berbiak di Taman Burung TMII 20Avi Fauna Air pada Penghujung Tahun 2007 di Kawasan Pesisir Mbuti 22

Dokumentasi Perpustakaan 24

Kotak Katik Lahan Basah 24

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daftar Isi

Roda jaman berputar, teknologi berkembang. Sebuah ketentuan alam yang tidak dapat dihindari olehbangsa-bangsa manapun di dunia ini. Populasi manusia bertambah, bertambah pula tuntutan kebutuhanhidup yang sering dianalogikan sebagai kebutuhan perekonomian. Teknologi sering dipandang sebagaijawaban atas kebutuhan itu. Benarkah? bila dibandingkan masa-masa lalu dimana teknologi belum sepesatdan secanggih seperti sekarang ini, secara hakiki apakah saat ini kondisinya dirasakan lebih baik??

Teknologi dan perekonomian seakan dua anak busur yang melesat cepat bergandengan mengarah titik-titiktujuan. Ada yang tepat menancap pada lingkar sasaran, disekitarnya, bahkan adapula yang menancap jauhdari lingkar sasaran. Itu pula yang telah terjadi pada kemajuan teknologi dan perkembangan perekonomianyang terjadi saat ini. Seringkali, kemajuan dan perkembangan di satu sisi harus mengorbankan satu sisilainnya. Pesatnya pembangunan dimana-mana selalu saja diiringi pesatnya kehancuran alam sekitarnya.Meningkatnya nilai-nilai dan angka perekonomian selalu saja dibarengi maraknya kemiskinan. Mengapa???Tidak bisakah kemajuan teknologi dan peningkatan perekonomian tidak mengorbankan alam? tidak bisakahkemajuan dan perkembangan tsb dapat dirasakan merata dan adil segenap lapisan masyarakat?

Goresan-goresan kecil edisi kali ini, diantaranya mengajak kita merenung dan menelaah bahwa peningkatanperekonomian tentu saja dapat dilakukan tanpa harus mengorbankan sisi lingkungan dan manusianya.Pelestarian suatu ekosistem lahan basah tertentu yang dibarengi dengan pengembangan ekowisata didalamnya, adalah salah satu contoh kecil pola perekenomian yang bijak yang juga dapat mendukungpengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi generasi-generasi penerus bangsa. Selamat membaca.

Page 4: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Salah satu masalah paling krusial yangdihadapi penduduk dunia saat ini adalahpemanasan global dimana dampaknya mulai

terasa akhir-akhir ini di hampir seluruh belahan bumi. DiIndia, suhu yang mencapai lebih dari 400C membuatbeberapa orang meninggal akibat panasnya cuaca kalaitu. Hal itu diakui sebagai salah satu dampak daripemanasan global. Efek rumah kaca atau green houseeffect sebenarnya bukan hanya berdampak padakenaikan suhu bumi, tetapi juga berdampak pada hampirsemua aspek kehidupan yang akhirnya akanmengakibatkan kerusakan ekosistem dan kepunahanspesies, termasuk manusia. Perubahan iklim akibatpemanasan global disebabkan oleh peningkatan gaskarbondioksida dan gas-gas rumah kaca lainnya, seperti:(Metana (CH4), Dinitrooksida (N2O), hidrofluorokarbon(HFC), Perfluorokarbon (PFC), dan Sulfur Heksafluorida(SF6)) yang terjebak di atmosphere dan lama-kelamaan menimbulkan apa yang disebut green house effect.Sedangkan penyebab gas rumah kaca dapat berasal dariPembakaran bahan bakar fosil, pembakaran hutan(termasuk lahan gambut), sawah yang tergenang yangdapat menghasilkan gas metana, pemanfaatan pupukyang menghasilkan dinitro oksida, pembakaran padangsabana dan sisa-sisa pertanian, kotoran ternak yangmembusuk dan akan melepaskan gas metana dan jugasampah yang menghasilkan gas metana dsb.nya.Diperkirakan satu ton sampah padat menghasilkan sekitar50 kg gas metana sedangkan 1 m3 tanah gambut yangterbakar ataupun (karena keberadaan parit-parit)teroksidasi akan mengemisikan sekitar 220 kg CO2(padahal luas lahan gambut tropis di Indonesia sangat luasyaitu 21 juta ha, terluas didunia) .

Dari waktu ke waktu penyebab pemanasan global di atastidak akan mengalami penurunan bahkan akan mengalamipeningkatan. Hal ini karena aktivitas manusia yangmeningkat seiring jumlah penduduk dunia yang semakinmeningkat. Populasi penduduk dunia saat inidiperkirakan telah mencapai angka 6,5 miliar. Meskipunini adalah nilai perkiraan, tapi kecenderungan pertumbuhanpenduduk dunia diperoleh berdasarkan data-data yangmendukung. Pada akhir 2050, jumlah penduduk duniadiperkirakan mencapai 9 miliar (www.kompas.co.id).

Salah satu dampak pemanasan global di atas yaitunaiknya muka air laut (sea level rise). Dalam kurunwaktu 1990 sampai 2000 telah terjadi peningkatan mukaair laut di sejumlah daerah di Indonesia. Muka air lautnaik rata-rata 8 mm per tahun di Tanjung Priok, Jepara,Semarang, Batam, Kupang Biak, Sorong ; 7.83 mm pertahun di Belawan dan 1.3 mm per tahun di Cilacap. Naiknya muka air laut ini, akan berdampak besar danmenimbulkan berbagai kerugian bio-fisik yang besar diIndonesia. Sebagai gambaran, wilayah pesisir Indonesiadihuni tidak kurang dari 140 juta jiwa atau 60% daripenduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius50 km dari garis pantai. Secara administratif, kuranglebih 42 Kota dan 181 Kabupaten berada di pesisir, sertaterdapat 47 kota pantai mulai dari Sabang hinggaJayapura sebagai pusat pelayanan aktivitas sosial-ekonomi (www.walhi.or.id). Berikut beberapa kerugianyang akan ditimbulkan akibat naiknya muka air:

1. Pulau kecil yang berketinggian di bawah dua meterberpeluang hilang. Jika diasumsikan kenaikan mukaair laut satu meter pada kemiringan pantai rata-ratadua persen selama seratus tahun, maka wilayahpesisir Indonesia yang tergenang 4.050 ha dan 2000pulau kecil berpeluang tenggelam (Kompas, 26/06/07).

2. Terjadinya abrasi dan garis pantai akan mundurlebih dari 60 Cm (dengan asumsi tidak ada langkahuntuk menekan emisi gas rumah kaca). Hal ini tentusaja mengancam 800 ribu rumah penduduk yangberada di tepi pantai dan infrastruktur pendukunglainnya (www.republika.co.id).

3. Hilang (berkurang) nya luas territorial desa/kota/kabupaten pantai di Indonesia termasuk infrastrukrturdan lahan-lahan pertanian/perikanan yang bernilaitriliunan rupiah

4. Intrusi air laut meningkat. Hal ini tidak hanyamengancam masyarakat di wilayah pesisir, namunjuga penduduk yang tinggal di perkotaan. Pada tahun2070 diperkirakan 50 % dari 2,3 juta pendudukJakarta Utara, misalnya, tidak lagi memiliki sumberair minum dan banyak infrastruktur yang rusakakibat salinitas tinggi (www.republika.co.id).

Peran Hutan Mangrove - MenanggulangiPerubahan Iklim Global

Oleh:Hanifa*

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Page 5: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 55555

5. Berbagai kegiatan matapencaharian masyarakatyang mengandalkan habitat pesisir (sepertipertambakan, sawah dekat pantai) akan hancurdan akibatnya pengangguran akan meningkatserta timbulnya berbagai keresahan sosial

6. Perpindahan perkampungan/pemukiman pesisirke arah daratan berpotensi menimbulkan konfliklahan serta terjadinya re-alokasi penggunan lahanbagi pemukiman yang bergeser kearah darat/menjauhi pantai

Untuk menghadapi fenomena yang sudah di depanmata dan sudah terjadi ini diperlukan upaya mitigasidan adaptasi. Adaptasi terhadap dampak perubahaniklim adalah salah satu cara penyesuaian yangdilakukan secara spontan atau terencana untukmemberikan reaksi terhadap perubahan iklim yangdiprediksi atau yang sudah terjadi. Mitigasi adalahkegiatan jangka panjang yang dilakukan untukmenghadapi dampak dengan tujuan untuk mengurangiresiko atau kemungkinan terjadi suatu bencana. Kegiatan lebih lanjut dari mitigasi dampak adalahkesiapan dalam menghadapi bencana, tanggapanketika bencana dan pemulihan setelah bencana terjadi(Murdiyarso, 2001 dalam Hidayati 2001).

Mangrove merupakan sumber daya alam yang dapatdipulihkan (renewable resources atau flow resources) yangmempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis danekologis). Luas ekosistem mangrove di Indonesiamencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, atausekitar 27% dari luas mangrove di dunia. Sebagaiperangkat mitigasi alami, mangrove memiliki beberapakeuntungan antara lain, penanganan abrasi lebih murahdibanding dengan membuat bangunan laut lain, danmangrove dapat memberi dampak yang menguntungkankualitas perairan disekitarnya; mangrove memiliki sistemakar yang kuat, tajuknya rapat dan lebat sehingga dapatberfungsi sebagai pelindung pantai alami dan menahanintrusi air laut; secara estetika mangrove lebih baik daripadabangunan laut lainnya; bangunan laut dapat menyebabkanerosi dan sedimentasi di tempat lain; kawasan pertambakandapat ditata ulang dengan sistem wanamina (silvofishery),yaitu perpaduan antara hutan mangrove dan perikanan;mangrove dapat menetralisir lahan yang telah tercemar olehlogam berat; menyerap CO2 dan penghasil O2 yang relatiftinggi dibanding tipe hutan lain.

Saat ini, luas penyebaran mangrove terus mengalamipenurunan dari 4,25 juta hektar pada tahun 1982 menjadisekitar 3,24 juta hektar pada tahun 1987, dan tersisa seluas2,50 juta hektar pada tahun 1993. Kecenderunganpenurunan tersebut mengindikasikan bahwa terjadidegradasi hutan mangrove yang cukup nyata, yaitu sekitar200 ribu hektar/tahun. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatankonversi menjadi lahan tambak, penebangan liar dansebagainya (Dahuri, 2002).

Melihat kondisi mangrove saat ini, maka pengelolaan danpengembangan kawasan ekosistem hutan mangrove,perlu didasarkan atas azas kelestarian, manfaat danketerpaduan. Oleh karena itu, sasaran kebijakanpengelolaan ekosistem hutan mangrove secara umumperlu diarahkan pada tiga aspek yaitu:

a. mengurangi tekanan terhadap ekosistem hutanmangrove dalam bentuk pengawasan yang ketatterhadap penebangan liar, perburuan liar dan ancamankerusakan hutan lainnya, menindak petambak liaryang beroperasi, dan melakukan penataan kawasan

b. revitalisasi fungsi ekosistem hutan mangrove dalambentuk melakukan penghutanan kembali(reforestration) daerah yang telah rusak tegakanmangrovenya, dan menata dan memperbaiki aliranpasang surut di dalam kawasan yang sudahterganggu

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

..... bersambung ke halaman 16

Gambar: tambak Silvo-fishery di Desa Lham Ujong(difasilitasi oleh Wetlands International-IP, 2007)

Page 6: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

66666 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

KEADAAN UMUM

B eragamnya keanekaragaman hayati dikepulauan Raja Ampat yang terhampar

dilautan bagian paling barat pulau Papuaadalah pusat keanekaragaman hayati laut tropisterkaya dan tepat dijantung segitiga terumbukarang dunia. Gugusan kepulauannya terdiridari ± 610 buah pulau, seluas 4,6 juta hektardan memiliki keanekaragaman terumbu karangyang tinggi, hamparan padang lamun, hutanbakau, dan pantai tebing berbatu yang indah.Karena keanekaragaman hayati dan kekayaansumberdaya laut yang luar biasa tersebutmenyebabkan kawasan ini menjadi prioritasdunia untuk pelestarian sumberdaya laut danoleh para ahli kelautan ditetapkan Raja Ampatsebagai situs warisan dunia. Kepulauan RajaAmpat dikenal memiliki beranekaragam potensilaut yang sangat tinggi, salah satunya adalahpotensi pariwisata. Hal ini didukung olehkeadaan alam dari kepulauan ini yangmemberikan nilai jasa dalam bentuk potensikeindahan alamnya.

Strategi pembangunan ekonomi berkelanjutanyang berbasis pada sumber daya kelautan dantata ruang yang berwawasan lingkunganmelengkapi visi pembangunan Raja Ampatsebagai kabupaten maritim/bahari yangdidukung oleh potensi sumber daya pariwisata,kelautan dan perikanan. Beragamnyakeanekaragaman hayati darat maupun lautmenjadikan banyak pilihan kegiatankepariwisataan di Kabupaten Raja Ampat. Saatini, ada beberapa tempat yang sudah seringdikunjungi oleh wisatawan lokal maupunmancanegara seperti di Pulau Kri yang dikelolaoleh Perusahaan Penanaman Modal Asing(PMA), dimana wisatawan yang datang lebihbanyak melakukan aktifitas penyelaman di

sepanjang Selat Dampier, atau di gugusan pulau-pulaukarang di Wayaq.

Pulau Wayaq merupakan salah satu pulau di kepulauanRaja Ampat yang memberikan sumbangan keindahanalamnya untuk nilai pariwisata dari kepulauan RajaAmpat.

Pulau Wayaq, terletak di sebelah Barat Pulau Waigeo,kabupaten Raja Ampat. Pulau ini dapat dijangkaudengan transportasi laut seperti speed dan longboat.Jarak dari ibukota kabupaten, Saonek dengan pulauWayaq dapat ditempuh ± 4-5 jam perjalananmenggunakan speed/longboat.

Menyimak Ekowisata di Pulau WayagRaja Ampat

Oleh :Alfredo O. Wanma1 dan Bertha Matatar2

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

Keindahan Pulau Wayaq, memiliki potensi pariwisata(Dokumentasi : Bertha Matatar, 2008)

Page 7: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 77777

POTENSI PARIWISATA

Pulau Wayaq memiliki keindahan alam yang sangatindah dan memberikan daya tarik yang besar bagiwisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.Beberapa potensi sektor pariwisata yang dapatdikembangkan berupa gugusan pulau-pulau karangyang tertata rapi, pantai tebing berbatu yang indah,perairan yang belum tercemar, keindahan pasirputih sepanjang pesisir pantai, terumbu karang yangmenghiasi dasar laut pulau ini dan beberapa biotalaut yang mendiami perairan disekitar pulau ini.Selain itu, pulau ini bukan merupakan daerahsasaran sektor penambangan di kabupaten RajaAmpat, membuat daerah ini diprioritaskan sebagaidaerah pariwisata.

Potensi bawah laut dan pemandangan alam yangindah merupakan potensi pariwisata terbesar yangdapat dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung dipulau ini dan umumnya Beberapa kegiatan yangdilakukan oleh para wisatawan adalah penyelaman(diving) untuk menikmati keindahan alam bawahlaut dan bertamasya mengelilingi sekitar pulau inidengan perahu-perahu dayung.

UPAYA PERLINDUNGAN

Karena pentingnya kepulauan Raja Ampat ini,Pemerintah Indonesia sebelumnya telahmenetapkan kawasan konservasi di beberapa

tempat. Tercatat enam (6) kawasan konservasiyang telah ditetapkan yaitu Cagar Alam (CA)Batanta Barat, 10.000 ha (SK No.912/Kpts/Um/I/1978), CA Salawati Utara, 62.962 ha (SKMenhut:14/Kpts/Um/I/1978), CA Misool Selatan,84.000 ha (SK No.716/Kpts/Um/I/1982), CAWaigeo Barat, 153.000 ha (SK No.395/Kpts/ Um/1981), Suaka Marga Laut Kep. Raja Ampat,60.000 ha (SK Menhut No.81/Kpts-II/1993), CAWaigeo Timur, 119.500 ha (SK No.251/Kpts-II/1996). Selain itu juga Pemerintah DaerahKabupaten Raja Ampat mengusulkan beberapakawasan untuk menjadi kawasan konservasi,karena mengandung kekayaan flora dan fauna,dan habitat yang unik.

Conservation International (CI) merupakan Salahsatu badan yang menangani usaha perlindunganterhadap sumberdaya laut di kepulauan RajaAmpat termasuk dipulau Wayaq. Dalampelaksanaannya, CI melakukan monitoring danpengawasan terhadap keanekaragaman hayatilaut yang ada di Raja Ampat.

1Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan danIlmu Kelauatan, Universitas Negeri Papua, Manokwari

2Dosen Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,Universitas Negeri Papua, Manokwari

Keindahan bawah laut dan pemandangan di sekitar Pulau Wayaq,menarik para wisatawan untuk menyelam dan bertamasya dengan perahu dayung.

(Dokumentasi : Bertha Matatar, 2008)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

Page 8: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

88888 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

GREEN COAST PROJECT

W etlands International Indonesia Programme(WIIP) bersama WWF Indonesia melaluiproyek Green Coast (didanai oleh Oxfam)

telah memfasilitasi beberapa LSM lokal dan KelompokSwadaya Masyarakat untuk membina masyarakat korbantsunami dalam melakukan rehabilitasi ekosistem pesisiryang digabungkan dengan upaya-upaya penciptaanmatapencaharian alternatif di Aceh-Nias sejak Oktober2005. Sejauh ini, pendekatan semacam ini telahmemberikan hasil yang baik, karena partisipasimasyarakat dalam merehabilitasi lahan dilibatkan mulaidari tahap perencanaan, penyiapan dan penanaman bibitserta perawatannya. Partisipasi aktif mereka, diperlihatkandari tingginya nilai persentase hidup tanaman yangditanam, dihargai (appreciated) melalui pemberian‘pinjaman’ modal usaha (tanpa agunan dan tanpa bunga)yang dapat digunakan untuk menciptakan alternatifmatapencaharian. Kegagalan untuk mempertahankanpersentase keberhasilan hidup tanaman rehabilitasi (<75%) akan memiliki kosekwensi terhadap pengembalianmodal usaha yang telah diberikan kepada pihak proyek;namun sebaliknya keberhaslan >75% akanmenjadikannya sebagai hibah. Semua prasarat (hak dankuajiban) kelompok masyarakat untuk dapat menerimabantuan modal usaha yang dikaitkan dengan keberhasilanrehabilitasi dituangkan dalam suatu kontrak kerja yangdisaksikan tokoh masyarakat.

Sampai April 2008 tercatat tak kurang 1000ha lahanpesisir (dari target 1,178 ha hingga akihir 2008) telahdirehabilitasi baik dengan penanaman mangrove, tanamanpantai dan perlindungan terumbu karang di seluruh Acehdan Nias. Di Kecamatan Jaya, pengembangan kegiatanGreen Coast telah dimulai sejak Agustus 2007 hinggaMaret 2009 dan terletak di Desa Krueng Tunong, GleJong, Keude Unga dan Ceunamprong. Empat kegiatanutama yang dikembangkan yaitu: (1) Rehabilitasiekosistem pesisir; (2) Pengembangan mata pencaharianramah lingkungan; (3) Pembuatan peraturan desa yangmendukung upaya rehabilitasi eksositem pesisir dan (4)Kampanye pendidikan lingkungan.

PENCAPAIAN KEGIATAN GREEN COAST DIKECAMAYAN JAYA

Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya, terletak dipantai barat Aceh berjarak sekitar 80 km dari KotaBanda Aceh ke arah selatan. Kecamatan Jaya ataulebih sering disebut Lamno dikenal masyarakat Acehsebagai tempat wisata religi karena sarat dengansejarah perkembangan Islam dan sejarah masuknyaPortugis ke Aceh yang ditandai dengan adanyamakam Sultan Ala’addin Riayatsyah di Desa Gle Jong.Topografi sepanjang pantai yang landai dandibelakangnya berbukit menghasilkan pemandanganyang indah sehingga Kecamatan Jaya juga banyakdikunjungi untuk tujuan wisata alam. Mata pencaharianutama penduduk adalah sebagai petambak, nelayandan petani musiman.

Tsunami 2004 telah mengakibatkan perubahan bentangalam yang cukup serius seperti hilang(ambelas) nyadaratan dan terbentuknya rawa-rawa pesisir. Selainmemakan korban sekitar 5906 jiwa (wanita 3210 danpria 2696), banyak desa yang hilang dan mengalamikerusakan fasilitas mata pencaharian. Sebagai contoh,sebagian besar tambak di Desa Keude Ungah danCeunamprong belum dapat dioperasikan sehinggabanyak petambak yang harus menjalankan profesi lainseperti buruh bangunan dan nelayan sebagai alternatifmata pencaharian bahkan hingga saat ini masih adayang menganggur. Terkait pada kondisi tersebut,maka upaya rehabilitasi pesisir dan penciptaan matapencaharian alternatif perlu dilakukan.

Rehabilitasi Ekosistem Pesisirdi Kecamatan Jaya Kabupaten Aceh Jaya

Oleh:Ita Sualia

Foto udara Muara Krueng Tunong sebelum tsunami(Juni 2003, kiri) dan setelah tsunami (Juni 2005, kanan). Lingkaran

kuning lokasi rehabilitasi mangrove (M) dan hutan pantai (P)Sumber foto: Laporan ADB-ETSP

Page 9: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 99999

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Desa Krueng Tunong

Tsunami menghancurkan hampir seluruh daratan di sisiutara desa bahkan menyebabkan semenanjung DesaUjung Sudeun dan Gua di Bukit Temega terputus.Kawasan yang dulunya Desa Ujung Sudeun kini berubahmenjadi pulau yang terpisah sama sekali dari daratandan tidak lagi berpenghuni dan diperkirakan telahmemakan lebih dari 1000 jiwa.

Bersama dua kelompok masyarakat yang terdiri dari 50orang, sejak Agustus 2007 proyek Green Coast telahmerehabilitasi sekitar 40 ha lahan pesisir denganmenanam tidak kurang dari 71.000 mangrove (umumnyadi muara sungai dan tepi pematang tambak) dan 7.100tanaman pantai (di kawasan pantai berpasir).

Sejak Juni 2008, WIIP melalui proyek yang didanai FoN(Force of Nature) Malaysia, kegiatan rehabilitasi pesisir didesa ini diperluas 50 ha lagi (dengan jumlah tanamanmangrove sebanyak 50,000 dan tanaman pantai 5000)dan bukit Temega 20 ha (dengan 12.500 tanaman terdiridari asam jawa, durian, pala, mangga, jambu keling,rambutan dll.).

Selain kegiatan rehabilitasi, kedua proyek di atas jugamemberi bantuan pendanaan kepada kelompokmasyarakat untuk mengembangkan alternatifmatapencaharian berupa berternak ayam, sapi, kambing,tambak udang serta modal warung maupun berkebunkacang.

Desa Gle Jong

Desa Gle Jong masih berada dalam satu lingkupkemukiman dengan Desa Krueng Tunong. Lokasikeduanya hanya dibatasi atau diapit oleh satu desalain. Desa Gle Jong ramai dikunjungi warga Acehterutama saat Idul Adha untuk berziarah ke makamSultan Ala’addin Riayatsyah yang diyakini sebagaisalah seorang pemimpin dan penyebar Islampenting di Aceh. Desa Gle Jong di masa lalu jugadiyakini tempat sekumpulan orang Portugismembentuk pemukiman (enclave) dan akhirnyaberasimilasi dengan penduduk setempat denganmemeluk agama Islam.

Tsunami 2004 menyebabkan tewasnya 1500 wargadan hilangnya satu dusun dari tiga dusun yang adadi Desa Gle Jong. Selain itu, tsunami telahmenyebabkan mundurnya garis pantai hingga 500meter ke darat, menghancurkan vegetasi hutanpantai dan rawa-rawa, serta mengubah sawahmenjadi rawa baru berair payau yang saat inidigunakan masyarakat sebagai tempat menangkapudang menggunakan jaring anco, liftnet.

Ancaman aktivitas manusia di wilayah pesisir yangsaat ini terjadi adalah penambangan pasir olehindividu desa. Setiap hari sekitar 600 m3 atau 100truk pasir ditambang. Berdasarkan informasi warga,salah satu dampak dari penggalian pasir adalahmasuknya air laut ke darat lebih jauh 3m saat

Stop PressFAO bekerjasama dengan Wetlands International - IP telah menerbitkansebuah buku Panduan Burung liar dan Flu Burung: Pengantar riset lapanganterapan dan tehnik pengambilan sampel penyakit.

Buku tersebut merupakan terjemahan dari buku aslinya yang berjudulWild birds and avian influenza: An introduction to applied fieldresearchand disease sampling techniques, terbitan FAO.

Dengan dilengkapi foto-foto berwarna sebagai penunjang informasi,panduan ini diharapkan dapat mendukung ketersediaan informasiyang akurat, tepat serta dapat menjadi bahan pendidikan yangbenar, baik dan mudah dimengerti, khususnya dalammenanggapi penyebaran virus H5N1 ganas di Indonesia

Page 10: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

pasang dari sebelumnya. Kondisi diatas berpeluangmenimbulkan konflik karena kecilnya nilai sumbanganyang diberikan penambang pasir kepada kas desadibanding kerusakan lingkungan yang ditibulkan.

Upaya rehabilitasi ekosistem pesisir (umumnya beruparawa air payau dan pantai berpasir) dilakukan oleh 25orang warga yang tergabung dalam satu kelompok dantelah menanam sekitar 73.000 tanaman rehabilitasi yangterdiri dari 70.000 mangrove 2000 tanaman pantai dan950 tanaman pekarangan. Modal usaha yang diberikanoleh proyek GC digunakan oleh anggota kelompok untukmembeli sampan bekas (sebagai nelayan tangkap),berternak itik, ayam, kambing, usaha warung, menjahit,membuat kue dan pembuatan ikan asin.

Desa Keude Unga

Desa Keude Unga terletak disebuah dataran antaraBukit Barisan bagian Barat dan Samudera Hindia yangjuga merupakan muara/Kuala Unga. Saat gempa bumiterjadi pada pagi hari 26 Desember 2004, polisi-polisipara militer yang berpos di Desa Keudeu Ungamenyadari akan datangnya gelombang tsunami lalusegera menyuruh penduduk untuk naik ke perbukitan.Hal tersebut menyebabkan hampir seluruh pendudukDesa Keude Unga selamat, sedangkan wilayah DesaKeude Unga sendiri termasuk mangrove yang tumbuhdisekitar pemukiman hilang berubah menjadi laut.Pemukiman yang ditempati oleh warga saat ini, padaawalnya adalah sawah yang berubah menjadi rawaasin lalu ditimbun untuk dijadikan perumahan.

Kegiatan rehabilitasi di Desa Keude Unga dilakukanoleh 2 kelompok (total 38 orang) masyarakat binaanWIIP. Dari sekitar 80.000 bibit tanaman yang telahditanam, umumnya terdiri dari mangrove (70.000),tanaman pantai (9.650) dan tanaman pekarangan (350).

Dari komponen modal usaha yang diberikan oleh proyekGC, ternyata pengelolaan kegiatan ekonomi di DesaKeude Unga lebih maju bila dibandingkan dengan tigadesa lainnnya di Kecamatan Jaya. Dua kelompokmasyarakat dengan total anggota yang terdiri dari 38orang ini telah berhasil mengembangkan usaha simpanpinjam (dana bergulir) anggota dan sampai dengan saatini tidak ada kendala dalam pengembalian cicilan tiapbulannya. Dana ini dikelola oleh Kelompok dengan jenis-jenis usaha yang dikembangkan terdiri dari berternakayam, itik, membuat kerupuk, membuka warung danmembuat tempe. Dari kesemua jenis usaha tersebut,

ternyata usaha tempe mengalami kemajuan yang sangatpesat. Pada mulanya dalam seminggu hanyamenggunakan 5kg kedele sebagai bahan baku pembuattempe, sekarang 10kg kedele.hari. Perhitungan kasarpendapatan dari usaha tempe saat ini mencapaiRp1,5juta/ bulan. Disamping itu kelompok juga memilikiusaha ternak sapi yang dikelola secara berkelompok/bersama sebanyak 2 ekor.

Desa Ceunamprong

Desa Ceunamprong bersebelahan dengan Desa KeudeUnga dan masih berada dalam satu kemukiman yaituKemukiman Kuala Unga. Jumlah korban jiwa akibattsunami sekitar 150 jiwa, sebagian besar pendudukyang selamat sebelumnya menyelamatkan diri keperbukitan yang letaknya tidak jauh dengan desa.

Keanekaragaman hayati di desa ini cukup tinggi, hal initerlihat dari sekitar 23 jenis burung yang dijumpai saatsurvey oleh WIIP, lima jenis diantaranya merupakanjenis yang dilindungi berdasarkan undang-undangIndonesia. Jenis yang dilindungi tersebut, yaitu: Kuntulbesar Egretta alba Kuntul kecil E. garzetta, Cekakaksungai Halcyon chloris, Burung-madu kelapaAnthreptes malacensis, dan Burung-madu srigantiNectarinia jugularis. Selain itu, berdasarkan informasiwarga, sebelum tsunami di pantai berpasir DesaCeunamprong sering ditemukan penyu bertelur.

Di desa Ceunamprong, proyek GC dilaksanakan agakterlambat (yaitu sekitar November 2007) dibandingketiga lokasi lainnya di atas (umumnya telah dimulaipada April 2007). Tapi keterlambatan ini tidak menjadihambatan bagi berhasilnya kegiatan rehabilitasi di desaini. Hal ini terlihat dari telah selesai ditanamnyasebanyak 73.000 tanaman rehabilitasi yang terdiri dari71.000 mangrove, 1.650 tanaman pantai dan 350tanaman pekarangan (lihat Tabel 4).

Saat ini pengembangan alternatif matapencaharian(kegiatan ekonomi) sedang dalam tahap identifikasi jenisusaha yang akan dilakukan kelompok. Dari hasilpengamatan WIIP dan diskusi dengan masyarakat,usaha yang cukup potensial untuk dikembangkan didesa ini adalah pertanian sayuran, kacang tanah,semangka, cabe dan usaha perikanan tangkap.Memanfaatkan keberadaan kotoran ternak (misalsebagai kompos) yang cukup banyak di desa inidiharapkan dapat mendukung usaha-usaha alternatifyang telah diidentifikasi di atas.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Page 11: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 1111111111

PELATIHAN REHABILITASI DANPENDIDIKAN LINGKUNGAN BAGIMASYARAKAT

Untuk meningkatkan pengetahuan danketerampilan anggota kelompok masyarakatdalam melaksanakan kegiatan-kegiatanrehabilitasi, proyek GC terlebih dahulumemberikan pelatihan-pelatihan rehabilitasi. Didalamnya termasuk tehnik memilih danmenyiapkan bibit di dalam pesemaian,menetapkan lokasi penanaman dan menanamserta merawat bibit di lokasi penanaman. Semuaupaya-upaya di atas, oleh WIIP didukung denganberbagai buku panduan yang mudah dipahami.

Selanjutnya untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat akan pentingnya pelestarianlingkungan pesisir, proyek GC juga telahmelakukan berbagai upaya kampanye danpendidikan lingkungan dengan target masyarakatluas (termasuk para guru dan murid sekolahserta anggota masyarakat). Kegiatan ini dilakukandi dalam ruang kelas maupun di lapngan terbuka.Beberapa kompetisi penanaman mangrove jugadilakukan untuk para murid sekolah. Untukmendukung kegiatan ini, WIIP telahmenyebarluaskan berbagai bahan-bahankampanye lingkungan (termasuk brosur, leaflet,poster, komik dsb.).

HASIL PEMBELAJARAN

Kegiatan rehabilitasi pesisir di Kecamatan Jaya telahmemberikan beberapa pembelajaran yang bermanfaat bagimasyarakat maupun pembelajaran bagi keberhasilanupaya-upaya serupa di tempat lain. Berikut ini adalah hasilpembelajaran yang diperoleh:

Masyarakat sangat menyukai pendekatan yang dilakukanoleh proyek GC, Pertama: karena fasilitator tingal di desabersama masyarakat binaannya sehinga timbul hubunganyang akrab diantara mereka. Kedua: penggabunganpemberian modal usaha yang dikaitkan dengan kegiatanrehabilitasi dipandang sangat mendidik sehinga masyarakatmerasa ikut memiliki/bertanggung jawab akan hasilrehabilitasinya. Ketiga: pemberian berbagai pelatihan untukmeningkatkan keterampilan tentang tehnik rehabilitasi telahmemperluas wawasan masyarakat sehingga ke depan, halini dapat diterapkan untuk menyiapkan bibit-bibit tanaman(bernilai ekonomi) lainnya. Keempat: kegiatan rehabilitasi(melalui pemulihan ekosistem mangrove) diyakini akandapat melindungi pemukiman dari bencana badai maupunair pasang dan memulihkan sumber matapencahrianmasyarakat pesisir.

Namun demikian, beberapa hal/pembatas yang berpontensimenggagalkan kegiatan rehabilitasi di Aceh Jaya juga perludiantisipasi, diantaranya: (a) Pembangunan jalan rayaBanda Aceh-Meulaboh (meski lokasi jalan relatif jauh)berpotensi melintasi sebagian kawasan mangrove yangtelah tumbuh secara alami di utara desa Keude Unga. (b).

Keberadaan ternak (seperti kambingdan kerbau) di sekitar lokasirehabilitasi berpeluang menggagalkanupaya rehabilitasi, oleh karenanyadibutuhkan biaya besar untukmemagari tanaman. (c). adanyapenambangan pasir laut telahmenggerus garis pantai di desa GleJong dan ini berpeluangmembahayakan pemukiman dibelakangnya dan menggagalkanupaya rehabilitasi. Untuk mengatasihal demikian peraturan desa perlusegera dibuat dan ditaati. (d) pola iklimyang tidak menentu/berubah(diantaranya musim hujan) danberubahnya pola arus telahmenyebabkan berpindahnya endapanlumpur di muara Krueng Tunong danini menyebabkan tercerabutnya

beberapa tanaman rehabilitasi.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Page 12: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

D anau Komplek Malili adalah sekelompokdanau yang terdiri dari tiga danau yangsaling berdekatan dan saling berhubungan

(D. Matano, Mahalona dan Towuti) dan 2 danau lain diatasnya yang jauh lebih kecil, (D. Masapi dan Lantoa)di Kabupaten Malili Timur, Sulawesi Selatan. Ketigadanau yang pertama terjadi secara tektonik di Indonesia.Danau Matano yang lokasinya paling atas (382 m dpl)luasnya 164 km2 dengan kedalaman 590m, D.Mahalona di bagian hilirnya (310 m dpl) seluas 24 km2

dengan kedalaman 73 m dan D. Towuti yang paling hilir(293 dpl) seluas 651km2 dengan kedalaman 203m.Danau tersebut memiliki perairan yang jernih danmelimpah sepanjang tahun dengan fluktuasi kedalamanyang semula kecil, karena terdukung oleh hutan primeryang masih bagus di sekitarnya. Tetapi kini fluktuasikedalamannya agak meningkat karena adanya kegiatanHPH legal dan illegal disekitarnya. Dan adanya kegiatanpenambangan Nikel oleh PT INCO, meskipun PT INCOmemperhatikan kewajiban penghutanan kembali dikawasan hutan yang telah ditambang.

Airnya yang jernih dan melimpah sejak dua dekadesilam telah dimanfaatkan untuk keperluan perusahaanPT. INCO yang juga membangun pembangkit tenagalistrik di hilir D. Towuti yang telah dimanfaatkan pulauntuk kepentingan Pemda dan masyarakat setempat.Pemanfaatan air danau untuk kepentingan yang lainmemang ada tetapi belum optimal. Penduduk telah lamamemanfaatkan produk ikan dari nelayan lokal untukkonsumsi sumber protein masyarakat setempat.Perahu motor telah banyak dimiliki masyarakat untukkepentingan alat transport antar kampung yang bedalokasi, untuk pengangkut hasil hutan dan penangkapanikan di danau. Karena pemandangan di sekitarnya yangindah serta kejernihan airnya melimpah ruah danmengalir dari Matano kearah Towuti, maka Pemdasetempat sejak 1979 telah memanfaatkan pula sebagaiTaman Wisata Alam dengan SK dari Menteri PertanianNo. 274/Kpts/Um/1979. Tetapi sayangnya tidak adaprogram pengembangan wisata yang jelas, sehinggafungsinya sebagai obyek wisata kurang berhasil.Fasilitas infrastruktur untuk wisatawan masih minim,belum ada petugas pengelola wisata yang khusus

sehingga tampak belum ada dampak positif bagiPemda maupun masyarakat lokal. Peningkataninfrastuktur untuk publik memang telah ada berkatbantuan PT. INCO.

POTENSI D. KOMPLEK MALILI

Secara umum biasanya potensi air danau adalah untukirigasi pertanian dan usaha perikanan karenadimungkinkan untuk pengembangan kultur jenis-jenisikan konsumsi seperti di banyak danau dan bendungandi P. Jawa. Demikian pula potensi sebagai pembangkitlistrik tenaga air. Apabila masih banyak kawasan yanglebih rendah dari lokasi danau, pemanfaatan sebagai airirigasi pertanian / perkebunan dan usaha kulturperikanan serta sebagai stasiun pembangkit listriksumber air minum masih bisa dikembangkan /ditingkatkan demi meningkatkan kesejahteraanmasyarakat sekitarnya. Tetapi Danau Komplek Malilimenurut pemahaman penulis memiliki potensi yangbisa dimanfaatkan lebih optimal jika didasarkan kepadapemanfaatan kekayaan jenis-jenis fauna akuatik yanghidup didalamnya, terutama jenis-jenis endemik yanghanya dijumpai hidup di danau tersebut dari seluruhwilayah di dunia, yang umumnya amat menarik sebagaiobyek ekowisata internasional jika dikelola dengan baikdan profesional. D. Komplek Malili mempunyai potensitersebut, tetapi selama ini belum pernah diketahui.Bahkan sebaliknya potensi tersebut terancam hilangkarena kesalahan kita dalam memanfaatkan potensinya.

Pemanfaatan danau tersebut sebagai obyek WisataAlam selama ini hanya menarik wisatawan lokal (anak-anak sekolah) untuk mandi di danau pada hari libur,sementara potensi lain dari danau yang merupakantempat hidup dari ikan, ketam dan mungkin udangmasih belum digali secara optimal pemanfataannya.

Dari hasil studi terakhir tahun 2002 Danau KomplekMalili memiliki 30 jenis ikan endemik, yang 14 jenisdiantaranya dijumpai hidup di D. Matano, 19 jenis hidupdi D. Towuti dan 10 jenis hidup di D. Mahalona.Meskipun ketiga danau saling berhubungan ternyata 11

Manfaat Danau Komplek Malili(D. Matano, Mahalona dan Towuti) di Sulawesi Selatan

Oleh:Dr. Soetikno Wirjoatmodjo*

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Page 13: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 1313131313

jenis hanya hidup di D. Matano, 7 jenis hanya dijumpai diD. Towuti. Hanya satu jenis, Telmatherina bonti yangdijumpai hidup di ketiga danau tersebut. Di antara jenis-jenisyang ada tadi yang terbanyak di D. Matano adalahTelmatherina antoinae dan yang terjarang adalahNomorhamphus brembachi. Di D. Towuti yang terbanyakadalah Paratherina striata dan yang terjarang adalahOryzias marmoratus dan T. Bonti. Sedangkan di D.Mahalona yang terbanyak adalah Telmatherina celebensisdan Paratherina striata dan yang terjarang adalah T. Bontidan P. Labiosa. Di Danau Masapi hanya dijumpai Oryziasmarmoratus dan di D.Lantoa hanya O. Marmoratus dan T.celebensis.

Ikan-ikan tersebut adalah obyek tangkapan bagi nelayan lokaluntuk konsumsi. Meski potensial sebagai ikan hias tetapibelum termanfaatkan karena masih sulit untuk dipelihara diaquarium. Jenis-jenis endemik di perairan tawar adalahtergolong rawan punah jika ditangkap secara berlebihan olehnelayan. Selain penangkapan berlebih introduksi jeni-jenisbaru juga membahayakan sebagai pesaing makan ataupesaing breeding ground / spawing ground / feeding ground.Kondisi-kondisi seperti inilah yang dapat kita lihat di D.Komplek Malili sekarang. Di D. Towuti kini nelayan telahmenggunakan 19 bagang yang dapat menangkap berbagaijenis dan ukuran ikan dalam jumlah banyak pada malamhari dengan bantuan lampu petromax sebagai penarikberkumpulnya ikan yang sedang mencari makan. Jugauntuk menambah obyek tangkapan kini telah dijumpaiadanya jenis-jenis ikan konsumsi lain yang di masukkan kedanau secara illegal, seperti ikan gabus, lele, mujaer, mas,betok yang semuanya bukan asli dari Sulawesi. Hal ini jelasmerupakan pesaing jenis lokal. Bahkan ikan gabus adalahtergolong predator yang dapat memangsa jenis ikan lokal,sehingga semuanya itu mengancam kepunahan jenis ikanlokal endemik yang secara ilmiah dan ekonomis amat perlukita jaga kelangsungan hidupnya di danau tersebut. Karenaitu Pemda bersama Dept. Kehutanan, Dept. Kelautan danPerikanan perlu mengambil langkah penting untukpengamanan kelangsungan hidup ikan-ikan endemiktersebut.

Cara yang tepat dan bijak untuk mengatasi masalahtersebut adalah :

1. Jenis-jenis ikan endemik tersebut harus diusulkan untukdilindungi sebagai obyek bisnis perikanan.Penangkapan ikan dengan sistem bagang harusdihentikan. Mencegah meningkatnya populasi ikangabus yang tergolong predator dan ikan mujair sebagaipenyaing potensial.

2. Untuk meningkatkan manfaat D. Komplek Malili, potensijenis-jenis ikan endemik perlu ditingkatkan sebagaiobyek kunjungan program ekowisata yang terkoordinasi

dengan baik demi pelestarian konservasinya.Hal ini berarti penetapan sebagai TWA yangtelah dimulai Tahun 1979 perlu didukung penuhdengan menyiapkan segala programpengembangannya sebagai obyek ekowisatadengan sistem paket yang dapat menjadi obyekpekerjaan yang diharapkan bisa meningkatkankesejahteran SDM muda lokal, menampungpara pekerja yang dilarang dari penggunaanbagang maupun pembalak liar hutan.

3. Sarana dan prasarana untuk mengembangkanprogram ekowisata perlu disiapkan dengan baikdan terinci, yang terkait dengan upayapeningkatan kualitas pelayanan ekowisata yangjuga bisa melibatkan keikutsertaan masyarakat;

4. Pemukiman padat penduduk dan perusahaanpenggergajian ditepi danau perlu dimundurkanatau dipindahkan agar sepanjang tepian danautidak tampak kumuh;

5. Jenis-jenis ikan endemik dijadikan sebagaiobyek wisata yang menarik perhatianpengunjung dengan cara melihat kehidupannyadidalam perairan dengan cara diving kelokasibreeding ground / spawing ground / feedingground atau melihat dari permukaan air dengansistem snorkeling ataupun dengan lombakemampuan menangkap jenisnya dengan alatyang disediakan untuk diberi hadiah yangberbeda untuk masing-masing jenis.

Pelaksanaan program butir (5) akan memicukehadiran wisatawan dalam dan luar negeri danmemberikan tambahan pengetahuan bagi parapengunjung tentang jenis-jenis ikan endemikistimewa di dunia (hanya hidup di danau KomplekMalili). Makin banyaknya wisatawan pengunjungsecara paket akan dapat meningkatkan pendapatandaerah dan mensejahterakan masyarakat lewatpenjualan produk wisata Malili yang spesial.

IWF dapat membantu perencanaan dan penyiapanprogram Ekowisata Malili jika diminta oleh Pemdasetempat (Propinsi / Kabupaten). PT INCO yangpunya kegiatan pertambangan nikel di kawasanMalili agaknya dapat diminta untuk membantupenyiapan / pengadaan infrastruktur ataupun saranapenunjang program Ekowisata Malili.

Yayasan Pelestarian Alam dan Kehidupan Liar IndonesiaThe Indonesian Wildlife Conservation Foundation (IWF)

Jl. H. Batong Raya No.3 Cilandak Jakarta Selatan 12430Email :[email protected]

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Page 14: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Lahan Gambut, khususnya di PropinsiSumatera Utara kondisinya semakinmemprihatinkan. Kerusakan lahan gambut

yang dialaminya paling banyak disebabkan perluasanareal perkebunan. Areal perkebunan dengan cepatmenggantikan lahan-lahan hutan termasuk kawasanhutan bergambut. Alasan lahan lebih produktif biladitanami tanaman perkebunan seperti kelapa sawitlebih mudah diterima daripada mempertahankan lahangambut secara alami.

Lahan Gambut yang terlihat masih cukup luas terdapatdi Desa Sikapas Kecamatan Muara Batang GadisKabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara.Ketebalan gambut bervariasi antara lebih dari 1 mhingga lebih dari 3 m. Areal lahan Gambut merupakandaerah tangkapan Air dimana di dalamnya mengalirsungai Aek Siriam.

Lahan Gambut Sikapas saat ini masuk dalam arealperkebunan swasta seluas sekitar 5.000 ha. Secarafungsi hutan, areal gambut Sikapas masuk dalam APL(Areal Penggunaan Lain) dimana dulunya bekas arealHak Pengusahaan Hutan (HPH). Lahan GambutSikapas memiliki nilai penting bagi masyarakat DesaSikapas.

SUMBER IKAN

Ekosistem gambut di desa Sikapas telah menjaditumpuan hidup masyarakat desa yang bermatapencaharian sebagai pencari ikan. Sungai AekSiriam yang melintasi desa Sikapas merupakansumber muara bagi aliran air yang berasal darihutan rawa gambut. Hutan rawa gambutmemberikan hasil ikan yang melimpah bagimasyarakat desa Sikapas dan sekitarnya.

Hasil ikan utama adalah limbat (lele rawa) yangditangkap secara tradisional dengan perangkap ikan(bubu). Bubu dibuat dari rotan yang terdapat pintumasuk lubang kecil dan lubang besar dimana sekaliikan masuk tidak dapat keluar. Di dalam bubu,diletakkan bungkusan ampas kelapa yang telahbusuk sebagai umpan ikan. Cara tersebut dilakukansecara turun tmurun dan tidak merusak ekosistemgambut.

Setiap hari penangkap ikan tradisional berangkat kehutan gambut melewati alur sungai memakaisampan (biduk). Mulai pukul 8.00 merekamendayung biduk lalu masuk ke rawa-rawa dalam

Konversi Lahan Gambut ke Perkebunan:Ancaman Rusaknya Ekosistem Gambut diKabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Oleh:Achmad Siddik Thoha

Gambar 1. Sungai Aek Siriam (Kiri) dan Penulis Memegang Bubu, Alat Perangkap Ikan Limbat(Tengah) dan Ikan Lele yang Diasapi (Kanan)

Page 15: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 1515151515

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

hutan untuk mengambil bubu yang dipasang harikemarin dan menggantinya dengan yang baru.Menjelang sore sekitar pukul 14.00 penangkap ikankembali ke pangkalan perahu untuk beristirahat danmenunaikan shalat.

Rata-rata penangkap ikan mendapatkan limbat 1 kgper bubu. Tiap penangkap ikan umumnya bermodal8 – 10 bubu. Sehingga paling tidak setiap hari 8 - 10kg limbat bisa mereka peroleh. Bila limbat dibelilangsung dari penangkap ikan yang baru turun daribiduk, dengan Rp. 10.000,- kita bisa membawa satukilogram limbat segar. Selain dijual dalam kondisisegar, sebagian besar ikan limbat diawetkan dengancara diasapi yang dikenal dengan ikan sale.

KEANERAGAMAN HAYATI HUTAN GAMBUTSIKAPAS

Terdapat berbagai flora dan fauna yang hidup dihutan gambut Sikapas. Flora yang tumbuh di ataslahan gambut menurut nama lokalnya antara lain;Jangkang, Rengas, Bacang, Meranti Rawa, Kuranji,Jambu-jambu, Bongal, Melako, Mahe. JenisBongal, Kuranji, Mahe, Bacang mendominasi arealgambut yang terletak di pinggir sungai Aek Siriam,dimana ketebalan gambut melebihi 3 m.

Pertumbuhan vegetasi di lahan gambut desa Sikapasmenyesuaikan tempat tumbuhnya. Pada Areal rawagambut yang agak dangkal tumbuh jenis Rengas,Meranti Rawa, Melako dan Jambu-jambu. Padagambut dalam (lebih 3 m) beberapa jenis pohonyang tumbuh membentuk akar lutut seperti Bacang,Bongal dan Mahe. Disamping itu ditemukan pohonyang memiliki akar tunjang seperti pada jenis Kuranji,Jangkang dan Jambu-jambu serta pohon berbaniryang ditemukan pada jenis Melako, Kompas/kempasdan Rengas.

Fauna yang dijumpai dari mamalia antara lainsiamang (Hylobates sp), monyet ekor panjang(Macaca fascicularis), beruk (Macaca sp), harimau(Panthera tigris sumatranus), beruang madu,macan.dahan. Fauna burung diantaranya rangkong(enggang/Bucheros rhinoceros), beo, elang, perkututdan butbut. Ditemukan pula jenis reptil yaitu ular danbiawak serta amphibi berupa penyu.

ANCAMAN KERUSAKAN

Sampai saat penulis berada di lapangan, konversilahan gambut menjadi perkebunan semakinmeluas. Perusahaaan perkebunan dengan ijinBupati mendominasi kegiatan konversi lahan darihutan atau ekosistem gambut menjadi kebunkelapa sawit. Beberapa lokasi juga dijumpai arealperkebunan di lahan gambut yang menjadi milikkoperasi maupun perorangan.

Ditetapkannya Hutan Gambut Sikapas sebagaiareal perkebunan, dapat mengancam kondisiekologi, keberlangsungan mata pencaharian danmerusak sumber ekonomi masyarakat.. Konversilahan gambut menjadi perkebunan akanmengancam fungsi lindung gambut Sikapas. ArealGambut yang sampai saat ini berfungsi sebagaireservoir air akan rusak. Hujan tak akan mampulagi ditahan dan akan meluapkan Aek Siriam.Sementara pada musim kemarau ancamankebakaran gambut akan semakin terbuka.

Pendapatan utama masyarakat Sikapas dari ikanrawa akan menurun dan bahkan terancam hilang.Rawa-rawa gambut sebagai habitat ikan limbatakan musnah akibat dikonversi menjadiperkebunan. Disamping itu, satwa langka harimausumatera yang kini masih ditemukan jejaknya jugaakan berpindah tempat bahkan musnah akibatberubahnya habitat.

Dengan semakin giatnya perluasan arealperkebunan di Sumatera Utara, maka semakinsulit menghindari rusaknya lahan gambut. Otonomidaerah yang menggenjot Pendapatan Asli daerahdengan segala upaya yang memungkinkanmenyebabkan perlindungan kawasan lindungsemakin terabaikan.

*Staf Pengajar Departemen Kehutanan Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara - Medan

Jl Tri Darma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155E-mail: [email protected]

Page 16: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

No Nama Kabupaten Luas Lahan Lebak (ha) Presentase

1 Ogan Komering Ilir (OKI) 122.463 55, 19 2 Banyu Asin 39.372 17,74 3 Musi Banyu Asin 19.877 8,96 4 Muara Enim 12.684 5,72 5 Ogan komiring Ulu (OKU) 12.371 5,58 6 Musi Rawas 8.425 3,79 7 Palembang 6.702 3,02

Jumlah 221.894 100,00

Kawasan Ogan Ilir merupakan kabupatenpemekaran dari kabupaten Ogan Komering Ilir(OKI) melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2003. Secara geografis terletak diantara 30 02' LSsampai 30 48' LS dan diantara 1040 20' BT sampai 1040

48' BT. Luas wilayah Kabupaten Ogan Ilir adalah2.666,07 km2 atau 266.607 hektar meliputi enam wilayahkecamatan. Kabupaten Ogan Komiring Ilir (OKI)merupakan kabupaten yang memiliki lahan lebak terluasyang mencapai 55,2 % dari luasan lahan lebak diPropinsi Sumatera Selatan (Tabel 1). Wilayah Ogan Ilirdialiri oleh satu sungai besar yaitu sungai Ogan yangmengalir mulai dari Kecamatan Muara Kuang, RantauAlai, Tanjung Raja, Indralaya Pemulutan Selatan,Pemulutan Barat dan Pemulutan, serta bermuara diSungai Musi di Kertapati, wilayah Palembang. Sedangsungai kecil antara lain sungai Kelekar, sungai Rambang,sungai Keramasan, sungai Kuang, dan sungai Randu.

Secara umum jenis tanah tergolong tanah alluvial danpodsolik. Tanah alluvial terdapat di daerah aliran sungai(DAS) yang tersebar di sebagian besar wilayah Ogan Ilir,tanah mengandung humus yang bermanfaat untukpertanian. Sedangkan lahan kering umumnya tergolongtanah podsolik yang tidak tergenang.

Tabel 1. Luas lahan lebak per kabupaten di propinsiSumatera Selatan

lebak mencapai 37.736 ha dengan produksi 132.077ton (Diperta, Ogan Ilir, 2005) Agroekosistem lahankering dan tadah hujan luasnya relatif kecil, untuk padiladang seluas 2.369 ha dengan produksi sebesar4.027 ton dan padi tadah hujan seluas 457 ha denganproduksi sebesar 2.285 ton.

Penduduk di wilayah Ogan Ilir pada Tahun 2005mencapai 356.983 jiwa, terdiri atas 178.556 jiwa priadan 178.427 jiwa wanita dengan kepadatan penduduk134 jiwa/km2, berarti kabupaten ini mempunyai jumlahpenduduk laki-laki lebih besar dari pendudukperempuan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK) penduduk di Kabupaten Ogan Ilir mencapai72,34 %.(Suseda OKI, 2005). Mayoritas pendudukdengan sumber mata pencaharian utama petani,sebagian peternak itik dan nelayan.

Lahan Rawa Lebak,Kawasan Penyangga Pangan(Studi Kasus Wilayah Ogan Ilir, Sumatera Selatan)

Oleh:Agus Supriyo*

Pemanfaatan lahan lebak wilayah ini utamanya untukpengembangan tanaman pertanian pangan khususnyapadi. Pada tahun 2005 luas panen sawah padi lahan

Secara umum usaha tani padi sawah lahan lebak dilokasi studi masih dilakukan secara turun temurun danmasih mengandalkan kondisi alam. Teknologi budidayapertanian yang diterapkan baik komoditas tanamanpangan (padi) dan ternak Itik secara konvensional.

Keberadaan air, baik untuk lahan pertanian terutama lahansawah lebak berasal dari air Sungai Ogan maupun airhujan, untuk kebutuhan rumah tangga ketersediaan airnyadipenuhi dari air sungai dan air tanah (air sumur).

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Gambar 1. Pemukiman penduduk di daerah lahan rawa lebak,Kotadaro, Kab. Ogan Ilir

Page 17: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 1717171717

BUDIDAYA PADI DI LAHAN LEBAK

Berdasarkan kedalaman air, lahan rawa lebak dibagimenjadi 3 macam: yaitu lebak dangkal (kedalamgenangan air < 50 cm selama < 3 bulan), lebaktengahan (genangan air 50 – 100 cm selama 3 – 6bulan) dan lebak dalam (kedalaman air > 100 cmselama > 6 bulan).

a. Persiapan lahan, dilaksanakan tanpa olah tanahyaitu meliputi pembersihan bekas jerami padi padatahun sebelumnya dan rumput-rumput air dengan ditebas kemudian dibiarkan membusuk dikumpulkanpada jalur (galangan) sawah sekitar 1–2 minggu.Kemudian pada minggu ketiga dengan pengait (kayu)untuk meratakan gulma yang telah membusuk kelahan.

b. Persemaian dan penanamanKegiatan penyemaian padi lebak tergantung daritipologi lahan dan ketinggian air pada areal yangditanami, persemaian padi dapat dilakukan 2 sampai3 kali pindah semai tergantung dari waktu tanam yangdisesuaikan dengan ketinggian air. Pada lahan lebakdangkal umumnya penyemaian dilakukan hanya 1 –2 kali dan tanam dilakukan pada umur persemaian30 sampai 40 hari. Sedang pada lahan lebaktengahan dan lebak dalam penyemaian dapatberlangsung sampai tiga kali. Hal ini karena petanibaru menanam padi bila air telah menyurut denganketinggian air maksimal antara 15 - 25 cm.

Kegiatan tanam padi di lahan lebak disesuaikandengan keadaan genangan air. Pada lebak dangkalair surut lebih cepat sehingga masa tanam bulanFebuari–Maret, Lebak tengahan masa tanam bulanMaret-April, sedangkan pada lahan Lebak masatanam pada bulan Mei–Juni.

c. PemeliharaanKegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan,pengendalian gulma dan hama serta penyakit. Pemupukanumumnya jarang dilaksanakan, walau dilaksanakan hanyapupuk urea dengan takaran dibawah rekomendasi. Hamautama yang menyerang tanaman padi adalah hama tikus,hama kepinding air dan wereng hijau namun intensitasnyaterglong rendah.

d. PanenPanen dilakukan setelah 80 - 90 % gabah menguning. Alatpanen yang digunakan sabit bergerigi (dominan) terutamauntuk padi unggul dan sebagian petani menggunakan ani-ani terutama untuk gabah yang digunakan untuk benih.Rerata hasil padi unggul pada lahan lebak dalam 3,5 –4,0 t/ha, lebak tengahan 3,0 – 3,5 t/ha dan lebak dangkal2,5 – 3,0 t/ha. Hal ini diduga karena akumulasi sedimentdan status kesuburan yang lebih tinggi pada lahan lebakdalam dibanding dengan lahan lebak tengahan dan lebakdangkal.

SURPLUS BERAS

Produksi komoditas beras dari Kab. Ogan Ilir pada tahun2005 menunjukkan Surplus beras sebanyak 42.264 tondari produksi beras yang mencapai 95.111 ton, sehinggadapat menyumbang stok pangan Sumatera Selatankhususnya beras dalam rangka mendukung SUMATERASELATAN SEBAGAI LUMBUNG PANGAN. Hal iniditunjukkan oleh keberhasilan pencapaian produksi padiKabupaten Ogan Ilir yang mencapai 153.250 ton gabahkering giling atau 95.111 ton setara beras, dari areal panenpadi seluas 43.219 ha (Tabel 2).

Gambar 2. Persiapan lahan pada rawa lebak tengahan diKotadaro, Kab. Ogan Ilir

Gambar 3. Persemaian apung pada lahan lebak tengahan diKotadaro, Kab. Ogan Ilir

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Page 18: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

1818181818 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Tabel 2. Perkembangan tanaman pangan hortikultura diKab. Ogan Ilir Th 2004-2005

Sumber : Dinas Tan Pangan Hortikultura dan Ket PanganKab Ogan ilir, 2006.

Gambar 4. Kegiatan tanam padi Ciherang pada lahan lebaktengahan di Kotadaro, Ogan Ilir

Untuk memelihara keberhasilan pencapaianswasembada pangan (beras) ini, beberapa halyang perlu terus diupayakan antara lain revitalisasijaringan irigasi, dukungan eksternal (penyediaansarana produksi & penyuluh), kebijakan pemerintahdan partisipasi aktif petani berdasarkan pengalaman(kearifan) petani dalam mengelola usahatani.

* Peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra)Banjarbaru. Kotak Pos 31. Kal-Sel

E-mail : [email protected]

Uraian/komoditi Tahun 2004 Tahun 2005 Perkembangan - Luas Panen Padi - Produksi Padi (gabah) - Surplus Beras

41.358 ha 147.795 ton 43.437 ton

43.219 ha 153.250 ton

42.264 ton

Naik 4,49 % Naik 3,69 %

Turun 2,77 % Jeruk Manis 14.580 ton 22.431 ton Naik 53,84 % Nenas Segar 54.874 ton 69.187 ton Naik 26,08 %

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

c. mengembangkan manfaat sosial ekonomikawasan, dalam bentuk, menata dan memperbaikisistem budidaya perikanan yang ada dengansistem mina hutan, mengembangkan programwisata alam ekosistem hutan mangrove yangmenarik dan profesional, dan merumuskankembali sistem kelembagaan pengelolaanekosistem hutan mangrove yang menjaminadanya sinergi antara pemerintah, masyarakatdan dunia usaha dalam mendukung fungsi ekologidan ekonomis kawasan tersebut.

Rehabilitasi mangrove yang merupakan bagian daripengelolaan dan pengembangan yang berkelanjutandan juga sebagai upaya adaptasi terhadap naiknyamuka air laut (sea level rise) akibat pemanasanglobal (global warming) sangat perlu untuk segeradilakukan. Selain itu, rehabilitasi mangrove tidak

hanya sebagai upaya adaptasi terhadap naiknya mukaair laut akibat pemanasan global, akan tetapi jugasebagai upaya penyerapan karbon penyebab gasrumah kaca. Hal ini karena mangrove dapat menyerap1.5 metrik ton C/ha/tahun(www.mangroveactionproject.org).

Salah satu cara merehabilitasi mangrove adalahdengan merealisasikan Reboisasi untuk kawasanekosistem hutan mangrove yang sudah terlanjurdigunakan untuk usaha perikanan tetapi denganproporsi yang tidak seimbang, yaitu 80% tambak dan20% hutan (atau bahkan mangrovenya ditebang habis),menjadi sebaliknya dan pada kawasan mangrove yangterkena abrasi. Kendala upaya reboisasi di daerahtambak adalah keberadaan teritip dan ketam yangsering menjadi hama bagi mangrove yang masihmuda.

..... Sambungan dari halaman 5

Peran Hutan Mangrove - menanggulangi perubahan iklim ...........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Page 19: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Adapun kendala reboisasi di daerah abrasi adalah tidakadanya media lumpur yang memadai untuk tumbuhbibit bakau dan daerahnya labil karena selalu terkenaombak. Untuk reboisasi di wilayah ini, terlebih dahuluperlu dilakukan kegiatan prakondisi berupapengamanan dari pukulan ombak dan penyediaanmedia tumbuh. Caranya adalah dengan pembuatan“groin” dari batu sepanjang garis pasang surut. Namunpembuatan groin ini memerlukan biaya yang cukupbesar. Alternatif lain adalah membuat terucuk bambuyang rapat. Pembuatan groin atau terucuk bambu inibertujuan untuk menahan lumpur yang terbawa ombaksehingga lama-kelamaan akan tersedia media tumbuhyang sesuai bagi pertumbuhan pohon. Pada kasusseperti ini, Jenis pohon yang cocok untuk daerah yangterkena abrasi adalah api-api (Avicenia sp).

Dalam merealisasikan reforestation hutan mangrove,maka diperlukan kesadaran dan partisipasi dari seluruhmasyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya antara lain, pelatihan, pengembangan danimplementasi program pendidikan dan kesadaranpublik, membangun Pusat Informasi PemanfaatanMangrove Secara Lestari, membuat danmempublikasikan website untuk demonstration site,memfasilitasi penyusunan kebijakan pengelolaanmangrove lestari yang berbasis masyarakat. Selain itu,perlu dilakukan usaha-usaha peningkatan kesejahteraanekonomi masyarakat dengan mengembangkanberbagai peluang usaha mandiri melalui berbagaikegiatan antara lain, mengembangkan kegiatan wisataalam dan mengembangkan usaha budidaya perikanan.

Satu bentuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalahdengan menerapkan pola silvofishery yaitu polabudidaya ikan secara terpadu di ekosistem mangrove. Penerapan silvofishery dikawasan ekosistem hutanmangrove diharapkan dapat tetap memberikanlapangan kerja bagi petani disekitar kawasan tanpamerusak hutan itu sendiri dan adanya pemerataan luaslahan bagi masyarakat. Harapan ini dapat terwujuddengan catatan tidak ada pemilik modal yangmenguasai lahan secara berlebihan. Untukmengantisipasi hal tersebut, harus ada ikatan perjanjianantara pengelola tambak dan Dinas Terkait, yang antaralain berisi kewajiban bagi pengelola tambak untukmenjaga kelestarian hutan serta sanksi bagi pengelolatambak mengingkari kewajibannya. Informasi yangdiperoleh penulis dalam wawancara dengan petani didaerah Blanakan, Subang, ketentuan yang harusdipenuhi oleh pengelola tambak antara lain menjagaperbandingan hutan dan tambak sebesar 80% hutandan 20% kolam. Jika perbandingan hutan dan tambak

50-80% : 20-50%, pengelola tambak diberiperingatan dan jika perbandingan antara hutan dantambak mencapai 50% : 50% ijin pengelolaandicabut.

Dengan pengembangan Silvofishery secara lebihtertata dan perbandingan antara hutan dan tambaksebesar 80% : 20%, diharapkan dapatmeningkatkan produksi per satuan luas dan hasiltangkapan udang liar. Harapan tersebut didasarkanpada asumsi bahwa hutan disekitar kolam yanglebih baik akan meningkatkan kesuburan kolamdengan banyaknya detritus, yang secara tidaklangsung akan berpengaruh terhadap produksi. Disamping itu, hutan yang lebih baik akan menjaditempat mengasuh anak yang cukup bagi udang,melindungi udang dari suhu yang tinggi danmenyediakan makanan yang lebih banyak bagiudang dan ikan. Lebih lanjut, daun mangrove yangjatuh diduga mengandung alelopaty yang dapatmengurangi keberadaan penyakit ikan dalamtambak. Adapun sistem silvofishery yang dapatdiaplikasikan adalah sistem empang parit dansistem empang inti. Sistem empang parit adalahsistem mina hutan dimana hutan bakau berada ditengah dan kolam berada di tepi mengelilingihutan. Sebaliknya sistem empang inti adalahsistem mina hutan dengan kolam di tengah danhutan mengelilingi kolam (Departemen Kehutanandan Perkebunan, 1999b).

Pendekatan yang diterapkan tentu saja pendekatanbottom-up dimana dalam hal ini masyarakatdilibatkan dan berpartisipasi secara aktif dalampengelolaannya. Melalui pendekatan Bottom-up,masyarakat secara keseluruhan mendapatpengertian bahwa hutan mangrove yang akanmereka rehabilitasi akan menjadi milik masyarakatdan untuk masyarakat, khususnya yang berada didaerah pesisir. Dengan demikian semua prosesrehabilitasi atau reboisasi hutan mangrove yangdimulai dari proses penanaman, perawatan,penyulaman tersebut dilakukan oleh masyarakat.Melalui mekanisme ini, masyarakat tidak merasadianggap sebagai “kuli”, melainkan merasamemilikinya dan dengan rasa tersebut, masyarakatmerasa mempunyai andil dalam rehabilitasi hutanmangrove.

*(Mahasiswa Jurusan Manajemen SumberdayaPerairan- IPB)

Page 20: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

2020202020 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Luasan hutan mangrove Papua seluas 3 juta hamenyebar di beberapa daerah diantaranya di KepulauanRaja Ampat di Sorong. Fungsi dan manfaat hutanmangrove tidak dapat diragukan lagi karena sebagaisuatu kesatuan eksosistem dan pendukung komponenbiotik manfaat hutan mangrove antara lain (1) lahantambak, pertanian dan kolam garam, (2) arenapariwisata dan pendidikan, (3) chips sebagai bahan bakukertas, (4) industri papan dan plywood, (5) sumber kayubakar dan arang berkualitas dan (6) pendukungkehidupan fauna; ± 52 jenis ikan dan 61 jenis udang, 54jenis burung berasosiasi dengan mengrove sertasebagai sarang lebah madu (Onrizal, 2006).

Menurut Nontji (1987), eksosistem hutan mangrove diIndonesia mempunyai nilai keanekaragaman hayati yangtinggi karena didalamnya dapat ditemukan 35 speciestanaman, 9 species perdu, 9 species liana, 5 specieshewan dan 29 species epifit dan parasit. Hal ini cukupberalasan karena sebagai suatu kesatuan, ekosistemmangrove bukan hanya sebagai penyedia makanan bagibiota, tetapi berperan dalam pendauran serasah yangmelibatkan sejumlah besar mikroorganisme yangmampu menciptakan ikllim yang baik bagi kehidupanbiota (Ridd et al., 1990).

Sebagai pendukung kehidupan fauna, areal hutanmangrove di Raja Ampat karena sudah dikenal secara

mendunia apalagi kekayaan biota lautnya menyajikanatraksi bawah laut yang terkenal dalam mendukungwisata laut berbasis ekologi. Namun demikian halyang jauh lebih penting yaitu fungsi hutan mangrovesebagai tempat dimana proses pembelajaran jugabisa berlangsung. Pada bulan Mei sampai denganJuni 2007 penelitian tentang Analisis Vegetasi Man-grove di Kampung Waisai Distrik Waigeo SelatanKabupaten Raja Ampat telah dilakukan dan tulisan inicoba melihat sisi lain hutan mangrove sebagai habitatberbagai jenis satwa khususnya burung.

Kampung Waisai terletak di bagian selatan PulauWaigeo yang merupakan salah satu dari 4 (empat)pulau terbesar yaitu Waigeo, Batanta, Salawati danMisol serta terdiri dari ± 600 Pulau-pulau kecil diKabupaten Raja Ampat. Kampung Waisai dapatditempuh dengan menggunakan transportasi laut yangterdiri dari speed boad, long boad dan kapal perintisdengan waktu tempuh yang bervariasi dari kotaSorong. Secara geografis Kampung Waisai beradapada pulau Waigeo bagian Selatan dan terletak padaKoordinat 1300 10’ sampai 1310 20’ Bujur Timur dan00 sampai 00 28’Lintang Selatan.

Berdasarkan hasil inventarisasi, jenis mangrove yangterdapat di Kampung Waisai seperti ditunjukkan padaTabel 1.

Jenis Burung di Areal Hutan MangroveRaja Ampat

Oleh:Sadik Mayor1 & Freddy Pattiselanno2

No Nama Ilmiah Famili Nama Umum Nama Lokal Gambar

1. Sonneratia alba Sonneratiaceae Jangkar bogem Suai/ tawawir 1

2. Sonneratia caseolaris Sonneratiaceae Jangkar bogem Suai/ tawawir

3. Rhizophora apiculata Rhizophoraceae Api-api Kor 2

4. Rhizophora mucronata Rhizophoraceae Api-api Kor 3

5. Bruguiera gymnorrhiza Rhizophoraceae Jangkar kandeka Ayuwon

6. Bruguiera cylindrica Rhizophoraceae Jangkar kandeka Ayuwon

7. Xylocarpus sp. Meliaceae Jangkar nyiri Kabau/ awayu 4

Tabel 1. Jenis Mangrove di Kampung Waisai

Page 21: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 2121212121

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa sebaranjenis mangrove ini sangat berkaitan dengan jenis substratsebagai tempat tumbuhnya. Di kampung Waisai,terdapat tiga jenis substrat masing-masing tanah berpasir,tanah berkarang dan dan tanah berlumpur. Di tanahberlumpur, jenis dari famili Rhizophoraceae (R. apiculata,R. mucronata, B. cylindrical dan B. gymnorrhiza), padatanah berkarang jenis yang ditemukan adalah S. albadan S. caseolaris, sedangkan di tanah berpasir jenis darifamili Rhizophorceae kembali ditemukan denganXylocarpus sp.

Kawasan hutan mangrove yang ada ternyatadimanfaatkan oleh kelompok burung tertentu sebagaitempat tinggal, tempat mencari makan dan tempatbermain mereka. Dikaitkan dengan telah dikenalnyaRaja Ampat sebagai objek wisata bahari yang selama inimenjadi primadona, fungsi kawasan sebagai penyediaatraksi jenis satwa lain seperti burung bisa jugadikembangkan sebagai pendukung potensi wisataberbasis ekologi. Dari pengamatan yang dilakukan

kelompok burung yang ditemukan pada arealmangrove di Raja Ampat disajikan pada Tabel 2,sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untukaktivitas “bird watching” menjadi salah satu wisataalternatif di Kampung Waisai.

Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkanbahwa areal hutan mangrove yang adamemainkan peranan yang sangat penting terhadapketersediaan habitat burung yang hidup danmemanfaatkan kawasan sebagai tempat bermaindan mencari makan. Oleh karena diharapkanhasil yang diperoleh ini menyajikan suatu potretbaru kawasan yang selama ini dikenal karenaobjek wisata baharinya. Akhirnya jika kelestarianmangrove di Raja Ampat tetap dijaga, bukan hanyakeberadaan biota lautnya yang tetap terjaga tetapikehadiran jenis burung tertentu yang memanfaatkankawasan ini sebagai tempat hidupnya dapatmenyuguhkan suatu atraksi menarik bagipenggemar “bird watching”.

No. Nama Ilmiah Famili Nama umum Nama Lokal Manfaat kawasan 1. Accipiter novaehollandiae Accipitridae Elang-Alap kelabu Mangkang-kang Makan, main 2. Artamus sp Artamidae Kekep Makan, main 3. Cacatua galerita Psittacidae Kakatua koki Aweko Makan, main 4. Coracina melaena Campephagidae Kepudang-sungu hitam Manwawa Makan, main 5. Corvus orru Corvidae Gagak orru Manwawa Makan, main 6. Dacelo gaudichaud Alcedinidae Kukabura perut-merah Mangkoi –ingkainum Makan, main, tinggal 7. Ducula pinon Columbidae Pergam pinon Mangkaua Makan, main 8. Eclectus roratus Psittacidae Nuri bayan Mandar Makan, main 9. Egretta sp Ardeidae Kuntul Mansorom Makan, main, tinggal

10. Goura cristata Columbidae Mambruk ubiaat Makan, main 11. Haliaeetus leucogaster Accipitridae Elang-laut perut-putih Mangkang-kang Makan, main 12. Larus novaehollandiae Laridae Camar perak Maninei Makan, main 13. Larus ridibundus Laridae Camar kepala-hitam Maninei Makan, main 14. Lorius lorry Psittacidae Kasturi kepala hitam Manyouri Makan, main 15. Megatriorchis doriae Accipitridae Elang-alap doria Mangkang-kang Makan, main, tinggal 16. Probosciger aterrimus Psittacidae Kakatua raja Manang-kris Makan, main, tinggal 17. Rhyticeros plicatus Bucerotidae Julang Papua Mandawam Makan, main, tinggal

Tabel 2. Jenis burung yang memanfaatkan kawasan mangrove

1Sadik MayorJurusan Biologi FMIPA UNIPA Manokwari

2Freddy PattiselannoLaboratorium Produksi Ternak FPPK UNIPA Manokwari

Email: [email protected]

Page 22: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

2222222222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Terdapat 31 jenis burung air dipelihara diTaman Burung TMII. Seluruhnya mewakili 9famili, yaitu Pelecanidae, Phalacrocoracidae,

Ardeidae, Ciconiidae, Anatidae, Gruidae, Rallidae,Charadriidae dan Alcedinidae. Dengan memberikanpemeliharaan dan sarana berbiak yang memadai,maka 26 jenis telah mampu berbiak. Bahkan 10jenis di antaranya tergolong burung langka yangdilindungi (Peraturan Pemerintah. No. 7 / 1999),seperti Bangau tongtong, Bangau putih, Kuntul kecil,Kuntul kerbau, Roko-roko dan Ibis putih.

PEMELIHARAAN DAN PEMENUHANKEBUTUHAN HIDUP

Secara umum pemeliharaan burung-burung air diTaman Burung TMII tidaklah berbeda dengantempat-tempat ex-situ yang lain. Setiap hari tempathidupnya dan sangkar dibersihkan. Pemberianpakan diberikan sekali dalam sehari secara adlibitum. Pakan yang diberikan berupa ikan mujairmati bagi burung-burung pemakan ikan, dan biji-bijian dan sayuran untuk burung keluarga Anatidae(Bebek-Angsa) Gruidae (Jenjang), Rallidae(Tikusan-Mandar), dan Charadriidae (Kenanga).

Tempat hidupnya berupa suatu sangkar kubahraksasa, yang di dalamnya telah tersedia kolam air,berbagai jenis pohon dan tanaman, serta disediakanpula tempat bersarang, berupa ranting-ranting dandedaunan kering, dan kotak-kotak sarang.

Untuk pencegahan penyakit dilakukan desinfektasilingkungan berupa penyemprotan sangkar seminggusekali, dan pemeriksaan feces terhadap berbagaijenis burung secara acak.

Berbagai Jenis Burung Airyang Sudah Berbiak di Taman Burung TMII

Oleh :Widyabrata Prahara

Sepasang angsa Boha (Anseranas semipelmata) dengan7 ekor anaknya yang menetas di Taman Burung TMII.

(Foto : Taman Burung TMII)

Seekor induk Bangau tongtong (Leptoptilosjavanicus) dengan 2 ekor piyiknya yang menetas

di Taman Burung TMII(Foto : Taman Burung TMII).

Page 23: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 2323232323

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

No Nama Indonesia Nama Umum Nama Ilmiah Status kelangkaan

Status Perbiakan

A Pelecanidae 1 Undan kacamata Australian Pelican Pelecanus conspicilatus Dilindungi - B Phalacrocoracidae 2 Pecuk padi Black Cormorant Phalacrocorax

sulcirostris - Berbiak

C Ardeidae 3 Kowak malam Black-crowned Night

Heron Nycticorax nycticorax - Berbiak

4 Kowak merah Rufous Night Heron Nycticorax caledonicus Dilindungi Berbiak 5 Cangak merah Purple Heron Ardea purpurea - Berbiak 6 Cangak abu Grey Heron Ardea cinerea - - 7 Kuntul kecil Little Egret Egretta garzetta Dilindungi Berbiak Lanjutan

8 Kuntul kerbau Cattle Egret Bulbucus ibis Dilindungi Berbiak 9 Blekok Javan Pond Heron Ardeola speciosa - Berbiak D Ciconiidae 10 Bangau tongtong Lesser Adjutant Leptoptilos javanicus Dilindungi Berbiak 11 Bangau hitam White-necked Stork Ciconia epicopus Dilindungi Berbiak 12 Bangau putih Milky Stork Mycteria cinerea Dilindungi Berbiak E Threskiornitidae 13 Roko roko Glossy Ibis Plegadis falcinelus Dilindungi Berbiak 14 Ibis putih Black-headed Ibis Threskiornis aethiopicus Dilindungi Berbiak F Anatidae 15 Belibis tutul Spotted Whistling Duck Dendrocygna guttata - Berbiak 16 Belibis kembang Greater Tree Duck Dendrocygna arcuata - Berbiak 17 Belibis batu Lesser Tree Duck Dendrocygna javanica - Berbiak 18 Boha Magpie Goose Anseranas semipelmata - Berbiak 19 Angsa Domestic Swan Anser domesticus - Berbiak 20 Bebek Domestic Mallard Anas platyrhynchos - Berbiak 21 Itik manila Muschovy Duck Cairina moschata - Bebiak 22 Angsa hitam Black Swan Cygnus atratus - Berbiak G. Gruidae 23 Jenjang mahkota

hitam Black-crowned Crane Balearica pavonina - -

24 Jenjang mahkota kelabu

Grey-crowned Crane Balearica regulorum - -

H Rallidae 25 Sribombok White-breasted

Waterhen Amaurornis phoenicurus - Berbiak

26 Mandar Purple Swamphen Porphyrio porphyrio - Berbiak 27 Tikusan Banded Landrail Rallus philippensis - Berbiak I Charadriidae

28 Kenanga Masked Plover Vanellus miles - Bebiak J Alcedinidae 29 Rajaudang jawa Javan Kingfisher Halcyon cyanoventris Dilindungi Berbiak 30 Rajaudang paruh

bangau Stork-billed Kingfisher Pelargopsis capensis Dilindungi Berbiak

31 Rajaudang kalung putih

White-collared Kingfisher

Halcyon chloris Dilindungi -

Daftar Jenis Burung Air yang Dipelihara di Taman Burung TMII

*Alamat rumah : Jl. Tebet Timur Dalajm VIII U No.1 Jakarta Selatan 12820Alamat kantor : Taman Burung TMII, Jl. Taman Mini – Jakarta Timur 13560

Telp. : 081808710088

Page 24: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

2424242424 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

P esisir Mbuti merupakan salah satukawasan di bagian selatan Papua dan diujung timur nusantara tepatnya kota

Merauke. Kawasan pesisir ini berada disebelah barat Kota Merauke dan dapatdijangkau dengan kendaraan bermotor ± 10menit. Kawasan pesisir ini merupakanhamparan lumpur (mudflat) yang cukup luaspada saat surut dan memiliki kondisi pantaiyang sangat datar. Kawasan ini memiliki potensiburung air yang cukup tinggi baik jenis maupunjumlah individu per jenis serta habitat bagispesies migran Australia pada saat musimdingin. Beberapa sungai yang bermuara padakawasan ini juga terdapat vegetasi mangroveyang tumbuh bagai pagar hidup dan bariergempuran ombak pada saat pasang.

Pada kawasan ini terdapat perkampunganmasyarakat (lokal dan pendatang) yang sudahmenyatu dengan kondisi pantai. Hal ini terlihatdalam penggunaan lahan pesisir pantai olehmasyarakat sebagai tempat mencari udang danikan serta pada saat surut digunakan sebagaitempat tambatan perahu/kapal nelayan. Selainitu, pada saat air laut surut digunakan sebagaitempat rekreasi dan arena olah raga (sepakbola). Aktivitas masyarakat tersebut merupakandaya tarik tersendiri bagi kaum wisatawan (lokalmaupun domestik) dalam menikmati keindahanpantai Mbuti menjelang terbenamnya mentari diufuk barat.

Selain itu, kawasan ini juga merupakan habitatbagi beberapa avifauna air yang cukupmenarik. Bagi pengamat/pemerhati burung air,pesisir Mbuti merupakan tempat yang ideal

dengan karakteristik alam yang mempesonadan dibarengi dengan tontonan aktivitas burungair yang sangat menarik. Pada pertengahanbulan Desember 2007, berdasarkanpengamatan di kawasan pesisir Mbutiditemukan beberapa spesies burung airdiantaranya gajahan timur (Numeniusmadagascariensis) dan kedidi putih (Calidrisalba). Kedua jenis burung tersebut beraktivitassecara individu dan berkelompok (2 – 4 ekor)bahkan mereka tidak menghiraukan aktivitaspara nelayan dan masyarakat yang sedangmenikmati keindahan pantai Mbuti. Kedua jenisburung tersebut dapat diamati dari jarak yangcukup dekat (± 7 meter) dan sedangmelakukan aktivitas mencari makan. Selainkedua jenis burung air di atas, kawasan ini jugadigunakan sebagai habitat spesies burungmigran diantaranya kelompok pelikan. Namunpada akhir bulan Desember tidak ditemukankelompok jenis tersebut dan jenis burung air.Apakah pertanda bahwa habitat burung migransudah semakin terdesak oleh aktivitasmanusia?

Avifauna Air pada Penghujung Tahun2007 di Kawasan Pesisir Mbuti

Oleh :Petrus I. Bumbut

Page 25: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008Edisi Juli, 2008 2525252525

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora & Fauna Lahan Basah

Mengingat kawasan pesisir Mbuti sebagai salahsatu habitat lahan basah bagi beberapa spesiesmigran maka perlu upaya konservasi danpengelolaan yang melibatkan para stakeholdertermasuk masyarakat adat setempat sebagaikawasan lindung atau konservasi. Hal inidisebabkan karena kondisi kawasan pesisirterlihat sepintas telah mengalami kerusakan baiksecara alami oleh gempuran ombak danaktivitas manusia seperti pengambilan pasir/tanah untuk dijual serta pemanfaatan mangroveuntuk kayu bakar dan bangunan. Dengandemikian perlu tindakan preventif sesegera

Aktivitas Gajahan dan Kedidi pada Hamparan Lumpur Pesisir Mbuti(Foto : Petrus I. Bumbut)

Penggunaan Kawasan Pesisir Mbuti Pada Waktu Surut(Foto : Petrus I. Bumbut)

mungkin dan perlu dipikirkan alternatif pengelolaannya.Memang banyak tantangan dan resiko yang harusdihadapi namun perlu upaya perlindungan ataukonservasi terhadap lahan basah tersebut untukkepentingan generasi sekarang dan generasimendatang.

*Program Studi Konservasi Sumberdaya HutanFakultas Kehutanan

Universitas Negeri Papua ManokwariEmail : [email protected]

Page 26: Warta Konservasi Lahan Basah - wetlands.or.id fileWarta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen.

2626262626 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

Asdak, C., D. Hidayati, T. Soetopo(dkk.). 2007. Pengelolaan DAS: DariWacana Akademis Hingga PraktekLapangan. LIPI, ix + 179.

Darnaedi, D., E.A. Widjaja dan S.D.Sastrapradja. 2008. Sumber DayaHayati dan Pertanian. P2 BiologiLIPI/NATURE INDONESIANA/PPROSEA/KEHATI, 13.

Hasudungan, F. 2008. EkosistemLaguna Teluk Belukar Serta AspekSosial Ekonomi Masyarakat di DesaTeluk Belukar, Kecamatan GunungSitoli Utara, Kabupaten NiasPropinsi SumateraUtara. Laporan Teknis,Wetlands International-IP,xiv + 97.

bang tri’ Jul-08

Hasudungan, F. 2008. ProsidingLokakarya: Upaya PengelolaanEkosistim Laguna Teluk BelukarSecara Berkelanjutan. WetlandsInternational-IP, vii + 39.

Hasudungan, F. dan I.N.N.Suryadiputra. 2008. Luaha Talu, AUnique LAGOON in Desa TelukBelukar Laguna Unik di Desa TelukBelukar Nias, Indonesia.Wetlands International-IP.

Lasmana, F.P.S. 2008. Jenis-jenisKelelawar Penyerbuk dan TumbuhanKiropterofili di Way Canguk, TamanNasional Bukit Barisan Selatan,Lampung (Skripsi). UniversitasPadjajaran Fakultas MIPA, xv + 107.

Nawir, A.A., Murniati, dan L.Rumboko. 2008. Rehabilitasi Hutan diIndonesia: Akan Kemanakah ArahnyaSetelah Lebih dari Tiga dasawarsa?CIFOR, xlii + 283.

Trisal, C.L., S. Wafar, N.Suryadiputra (dkk.). 2008. Post

Tsunami Restoration of CoastalEcosystem in Maldives:Restoration and Education

Component. Draft Final Report July2008, Wetlands International, 52.

1 S

2 U

3 M

4 B

5

E

6

R

7 D

8 A

9 Y

10 A

11 A

12 I

13 R

Isilah kotak-kotak di samping ini :

1. Daerah pantai2. Tanah liat3. Perubahan bentuk air menjadi es4. Sistem pengairan di Bali5. Hewan yang tidak bertulang

belakang6. Penguapan7. Ilmu tentang air8. Titik-titik air yang turun dari awan9. Kura-kura laut10. Sistem pengairan11. Tempat bertemunya air sungai dan

laut12. Saluran air kecil13. Perembesan air laut ke air tanah