Warta - International Labour Organization · Terdiri dari 23 poin deklarasi, Deklarasi ini...

24
ILO Jakarta Warta Konferensi ketenagakerjaan Asia Pasifik ILO adopsi Deklarasi Bali PERTEMUAN Regional Asia dan Pasifik ke-16 (APRM) ILO berakhir dengan seruan agar pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha melakukan lebih banyak upaya untuk mempromosikan pertumbuhan yang inklusif, keadilan sosial dan kerja layak. Pada acara penutupan APRM, para delegasi menyepakati “Deklarasi Bali” yang menegaskan prioritas-prioritas untuk kebijakan dan aksi di tingkat nasional dan oleh ILO. “Pemerintah, pengusaha dan pekerja di kawasan ini sepakat bahwa aksi untuk mempromosikan kerja layak mendorong pertumbuhan inklusif dan keadilan sosial, menstimulasi dinamika ekonomi dan inovasi serta mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan,” demikian Deklarasi. Menyambut Deklarasi Bali ini, Direktur Jenderal ILO Guy Ryder menegaskan kepada para delegasi bahwa “pelaksanaan Deklarasi dapat mengubah dan memperbaiki kehidupan jutaan pekerja dan keluarga mereka. Ini dapat dimulai dengan upaya menciptakan 249 juta pekerjaan yang layak yang diperlukan kawasan ini apabila kita ingin menerapkan Tujuan 8 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.” Sementara Menteri Ketenagakerjaan Indonesia, Hanif Dhakiri, memuji tingginya komitmen yang diperlihatkan para delegasi untuk mempromosikan pekerjaan yang layak untuk pertumbuhan inklusif di kawasan ini. “Saya mendorong negara-negara Anggota untuk membawa pulang Deklarasi yang jelas dan konsensual ini dan menerapkannya sebagai upaya mewujudkan pekerjaan yang layak di kawasan ini,” kata dia. Konferensi empat hari ini yang diselenggarakan pada 6 hingga 9 Desember 2016 diresmikan oleh Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla. “Mandat ILO adalah mewujudkan keadilan sosial yang sejalan dengan Undang-Undang Dasar Indonesia: Kesejahteraan yang adil untuk semua,”ujar Wakil Presiden kepada para delegasi dalam sambutan pembukaannya. “Yang paling utama adalah terfokus pada perkembangan yang positif dan bersama- sama mewujudkan pekerjaan yang layak dan memenuhi aspirasi pekerja dan pengusaha, yang sama-sama memiliki kebutuhan dan kepentingan yang sama,” ia menambahkan. APRM dihadiri sekitar 350 delegasi – termasuk 24 menteri – yang mewakili pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha dari 37 negara di kawasan Asia, Pasifik dan Negara Arab. ] Januari 2017 Edisi Dwibahasa

Transcript of Warta - International Labour Organization · Terdiri dari 23 poin deklarasi, Deklarasi ini...

ILO JakartaWarta

Konferensi ketenagakerjaan Asia Pasifik ILO adopsi Deklarasi Bali

PERTEMUAN Regional Asia dan

Pasifik ke-16 (APRM) ILO berakhir dengan

seruan agar pemerintah, organisasi pekerja

dan pengusaha melakukan lebih banyak upaya

untuk mempromosikan pertumbuhan yang

inklusif, keadilan sosial dan kerja layak.

Pada acara penutupan APRM, para

delegasi menyepakati “Deklarasi Bali”

yang menegaskan prioritas-prioritas untuk

kebijakan dan aksi di tingkat nasional dan oleh

ILO. “Pemerintah, pengusaha dan pekerja

di kawasan ini sepakat bahwa aksi untuk

mempromosikan kerja layak mendorong

pertumbuhan inklusif dan keadilan sosial,

menstimulasi dinamika ekonomi dan inovasi

serta mengarah pada pembangunan yang

berkelanjutan,” demikian Deklarasi.

Menyambut Deklarasi Bali ini, Direktur Jenderal

ILO Guy Ryder menegaskan kepada para

delegasi bahwa “pelaksanaan Deklarasi dapat

mengubah dan memperbaiki kehidupan jutaan

pekerja dan keluarga mereka. Ini dapat dimulai

dengan upaya menciptakan 249 juta pekerjaan

yang layak yang diperlukan kawasan ini apabila

kita ingin menerapkan Tujuan 8 dari Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan.”

Sementara Menteri Ketenagakerjaan Indonesia,

Hanif Dhakiri, memuji tingginya komitmen

yang diperlihatkan para delegasi untuk

mempromosikan pekerjaan yang layak untuk

pertumbuhan inklusif di kawasan ini. “Saya

mendorong negara-negara Anggota untuk

membawa pulang Deklarasi yang jelas dan

konsensual ini dan menerapkannya sebagai

upaya mewujudkan pekerjaan yang layak di

kawasan ini,” kata dia.

Konferensi empat hari ini yang diselenggarakan

pada 6 hingga 9 Desember 2016 diresmikan

oleh Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

“Mandat ILO adalah mewujudkan keadilan

sosial yang sejalan dengan Undang-Undang

Dasar Indonesia: Kesejahteraan yang adil untuk

semua,”ujar Wakil Presiden kepada para

delegasi dalam sambutan pembukaannya.

“Yang paling utama adalah terfokus pada

perkembangan yang positif dan bersama-

sama mewujudkan pekerjaan yang layak

dan memenuhi aspirasi pekerja dan

pengusaha, yang sama-sama memiliki

kebutuhan dan kepentingan yang sama,”

ia menambahkan.

APRM dihadiri sekitar 350 delegasi –

termasuk 24 menteri – yang mewakili

pemerintah, organisasi pekerja dan

pengusaha dari 37 negara di kawasan Asia,

Pasifik dan Negara Arab. ]

Januari 2017Edisi Dwibahasa

2

Deklarasi Bali APRM• Mewujudkan prinsip-prinsip dan

hak-hak mendasar di tempat

kerja dan meningkatkan tingkat

ratifikasi serta penerapan standar-

standar kerja mendasar.

• Menyusun kebijakan-kebijakan

untuk memperbanyak pekerjaan

yang layak melalui, di antaranya,

lingkungan yang mendukung

perusahaan yang berkelanjutan,

penghapusan bentuk-bentuk non

standar kerja dan transisi pekerja

dari perekonomian informal ke

formal.

• Menanggapi dampak teknologi

terhadap pengusaha dan pekerja.

• Mempercepat tindakan untuk

menghapuskan pekerja anak

dan kerja paksa.

• Mengurangi pelebaran

ketidaksetaraan dan berbagi tingkat

produktivitas melalui investasi

dalam perundingan bersama sebagai

mekanisme penentuan upah dan

membangun standar upah minimum

melalui dialog sosial.

• Membangun ketahanan terhadap

konflik dan bencana melalui promosi

pemulihan intensif kerja.

• Menutup kesenjangan gender dalam

kesempatan dan perlakuan di tempat

kerja.

• Meningkatkan kebijakan migrasi

kerja berdasarkan standar-standar

ketenagakerjaan internasional

melalui, di antaranya, tidak adanya

pembebanan biaya rekrutmen atau

biaya apapun kepada pekerja dan

hak pekerja untuk menyimpan

dokumen perjalanan dan tanda

pengenal.

• Mengakui dan memaksimalkan

potensi pekerjaan yang layak

terhadap Rantai Pasokan Global

dan peluang timbul dari investasi,

perdagangan dan perusahaan

multinasional.

• Meningkatkan perlindungan

sosial, dialog sosial dan

tripartisme, dan memperkuat

lembaga pasar kerja, termasuk

pengawasan ketenagakerjaan.

Kemajuan-kemajuan dalam mencapai

Deklarasi Bali ini akan dilaporkan oleh

ILO setiap dua tahun sekali. ]

Terdiri dari 23 poin deklarasi, Deklarasi ini menuangkan aksi-aksi kebijakan sebagai berikut:

Berita Utama

MENGINGAT jutaan pekerja migran Indonesia dan keluarga mereka harus melakukan perjalanan ke luar negara mereka sendiri untuk mencari pekerjaan, seminar dua hari bertajuk “Mempromosikan Pekerjaan yang Layak bagi Pekerja Migran Indonesia” berakhir pada 19 Desember dengan rekomendasi bagi Indonesia untuk menerapkan prinsip-prinsip rekrutmen yang adil dan mempromosikan jangkauan sistem jaminan sosial yang bersifat universal bagi seluruh pekerja migran Indonesia.

Prinsip-prinsip rekrutmen yang adil yang dipromosikan oleh ILO mencakup tidak ada pembebanan biaya rekrutmen atau biaya apapun kepada para pekerja dan mengizinkan pekerja untuk menyimpan tanda pengenal dan dokumen perjalanan mereka serta hak pekerja untuk keluar dari pekerjaan atau berganti pemberi kerja serta kembali dengan bebas ke negara asal.

Rekomendasi-rekomendasi lainnya termasuk kebutuhan mendesak untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 189 tentang Pekerjaan yang Layak untuk Pekerja Rumah Tangga sebagai upaya perlindungan

Peringatan Hari Pekerja Migran Internasional

Menuju migrasi yang adil bagi pekerja migran Indonesia

2

bagi pekerja rumah tangga migran serta perlindungan yang lebih baik bagi pekerja migran di sektor perkebunan melalui perjanjian bilateral antara Pemerintah Indonesia dan negara-negara tujuan.

Nusron Wahid, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) sangat mendukung penerapan migrasi yang adil melalui revisi Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 22/2014 mengenai Pelaksanaan

Ulasan Khusus

BNP2TKI telah memetakan daerah asal pekerja migran terbesar yang terdiri dari 2.347 desa yang tersebar di lebih 52 kecamatan di

Indonesia. Dengan adanya desentralisasi pembangunan

desa seperti diamanatkan oleh Undang-Undang No. 6/2014, pemerintah saat ini mencoba

membangun keterkaitan antara pembangunan desa dengan program dana desa sebagai

upaya memperkuat tata kelola migrasi kerja dan perlindungan

pekerja migran.Nusron Wahid, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

3

antara Indonesia dan negara-negara Timur Tengah,” kata dia.

Anis juga mengkritisi penundaan persetujuan revisi Undang-Undang No. 39/2004 tentang pekerja migran yang sudah berlangsung lama. “Kami kecewa dengan pemerintah dan parlemen yang gagal memfinalisasi revisi undang-undang pekerja migran tahun ini. Menunda revisi artinya kita memperpanjang penderitaan pekerja migran Indonesia. Pemerintah harus mendorong parlemen untuk memprioritaskan revisi undang-undang pekerja migran di tahun 2017,” tegas Anis.

Pentingnya dialog sosial dikemukakan Irham Saifuddin, Staf ILO. “Pemerintah Indonesia bersama dengan para mitra sosial harus terus mempromosikan dialog sosial dalam tata kelola migrasi kerja, termasuk bagi mereka yang bekerja di sektor-sektor rentan seperti pekerja rumah tangga dan pekerja migran di kapal-kapal ikan serta perkebunan kelapa sawit,” kata Irham.

Empat diskusi kelompok tematis dilakukan saat seminar. Diskusi-diskusi ini mengangkat isu-isu mengenai: 1)

pekerjaan yang layak untuk pekerja rumah tangga migran; 2) pekerjaan yang layak untuk pekerja migran di kapal-kapal ikan; 3) pekerjaan yang layak untuk pekerja migran di perkebunan kelapa sawit; dan 4) prakarsa pemerintah daerah untuk mempromosikan perlindungan pekerja migran. ]

?Daftar IsiBerita Utama 1

Ulasan Khusus 2

Ruang Konstituen 3

Liputan Khusus 4

Hak dalam Bekerja 6

Dari KAMI 7

Sekilas Info 7

Ketenagakerjaan 8

Cuplikan 9

Perlindungan Sosial 12

Gender 17

Pemerintah Indonesia terus meningkatkan tata kelola migrasi kerjanya. Pemerintah Indonesia

pun terus melangkah maju menuju penerapan dan pelaksanaan praktik-praktik migrasi

yang adil. Prinsip-prinsip migrasi yang adil, antara lain, mencakup tidak ada pembebanan

biaya rekrutmen atau biaya apapun kepada para pekerja dan mengizinkan pekerja untuk

menyimpan tanda pengenal dan dokumen perjalanan mereka. Bentuk perlindungan lainnya

termasuk kebebasan bergerak para pekerja, hak untuk keluar dari pekerjaan atau berganti

pemberi kerja serta kembali dengan bebas ke negara asal.

Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, menegaskan komitmen terhadap migrasi yang

adil ini dalam sambutannya saat peringatan Hari Pekerja Migran Internasional, “Pekerjaan

yang Layak untuk Pekerja Migran Indonesia”, yang diselenggarakan pada Desember 2016.

Dalam sambutannya, ia menekankan komitmen pemerintah Indonesia untuk terus-menerus

meningkatkan tata kelola migrasi kerja serta menegaskan perlunya dukungan dari semua

pihak terkait untuk mencapai hal ini.

Menuju migrasi yang adil di Indonesiatanpa biaya rekrutmen

“Ada kebutuhan mendesak untuk mempromosikan perlindungan yang inklusif dan tidak diskriminatif terhadap seluruh warga negara Indonesia, termasuk pekerja migran Indonesia. Pekerja migran Indonesia masih terus mengalami beragam persoalan di sepanjang siklus migrasi dari tahap rekrutmen hingga saat dan setelah bekerja serta tahap pemulangan.”

“Jelas adanya kebutuhan untuk memperkuat upaya kita meningkatkan tata kelola migrasi kerja. Prioritas pertama adalah tata kelola rekrutmen. Peran negara adalah menfasilitasi warga negaranya

biaya masa sekali untuk bekerja di luar negeri.”

“Sebagai implikasi dari sistem rekrutmen yang efektif dan berbiaya rendah, atau bahkan tanpa biaya, Pemerintah Indonesia saat ini sedang dalam proses mempersiapkan sistem informasi bursa kerja yang akurat, kredibel, mudah diakses dan inklusif bagi semua calon pekerja, termasuk pekerja migran.”

“Prioritas berikutnya yang harus dipertimbangkan adalah perlindungan sosial universal untuk semua pekerja, termasuk perlindungan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di negara-negara tujuan bagi pekerja migran serta perlindungan sosial bagi keluarga pekerja migran di negara asal.” ]

mendapatkan pekerjaan dan dipekerjakan, termasuk untuk bekerja di luar negeri. Sistem rekrutmen migran, karenanya, harus menjunjung dan memastikan kebebasan bergerak para pekerja dan hak mereka sebagai warga negara untuk bekerja di luar negeri dan tidak diperlakukan sebagai komoditas.”

“Prioritas kedua adalah mengurangi biaya penempatan bagi para calon pekerja migran. Skema-skema baru perlu dikembangkan untuk mengurangi biaya serendah mungkin, atau apabila memungkinkan di masa mendatang tanpa

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Revisi ini dapat mempermudah prosedur yang menyulitkan dan perizinan yang tidak diperlukan yang mengakibatkan tingginya biaya rekrumen pekerja migran.

Sementara Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant CARE, mengingatkan masih

banyaknya pekerja migran Indonesia yang mengalami eksploitasi akibat lemahnya pemerintah dalam menangani kasus-kasus yang

dialami pekerja migran.

“Pemerintah Indonesia harus menindak dan tidak memberikan toleransi kepada agen-agen rekrutmen swasta yang terlibat dalam perdagangan manusia. Kami menemukan lebih dari 3.000 pekerja migran yang masih berangkat ke Saudi Arabia tahun ini meskipun ada moratorium

Ruang Konstituen

4

Indonesia terus melangkah maju menuju bisnis yang inklusif dengan pembentukan Jejaring Bisnis dan Disabilitas Indonesia (JBDI) pada Desember 2016.

Lima perusahaan menandatangani

komitmen dan mendirikan Jejaring

Bisnis dan Disabilitas Indonesia (JBDI)

di Jakarta pada 16 Desember 2016.

Penandatanganan dan pendirian JBDI ini

sejalan dengan bulan kesadaran disabilitas

di bulan Desember.

Lima perusahaan yang bergabung untuk

membentuk JBDI adalah PT Bank Mandiri

(Persero) Tbk, PT L’Oréal Indonesia, PT

Standard Chartered Indonesia, PT TetraPak

Stainless Engineering dan PT Trans Retail

Indonesia. JBDI didirikan bersama dengan

para mitra, seperti organisasi penyandang

disabilitas, Kementerian Ketenagakerjaan,

ILO dan BPJS Ketenagakerjaan.

JBDI memiliki misi untuk mendorong

komunitas bisnis di Indonesia untuk

menjadi lebih inklusif dan kondusif,

baik melalui pertukaran informasi dan

pengalaman maupun melalui kerjasama

promosikan keberagaman dan inklusivitas di tempat kerjakegiatan antara perusahaan dengan

berbagai pihak terkait yang saling

menguntungkan dan berkelanjutan.

“Melihat kemajuan yang telah dicapai

dalam hal inklusivitas di Indonesia, saya

percaya Jejaring ini akan dapat menjadi

sebuah wadah untuk berbagi dan belajar

antara pemberi kerja untuk membangun

sebuah lingkungan kerja yang inklusif,

kondusif dan adil. Melalui Jejaring ini,

penyandang disabilitas juga dapat menjadi

lebih sadar akan kesempatan yang ada

bagi mereka untuk mengembangkan karir

sesuai dengan kemampuan, minat dan

bakat mereka,” kata Francesco d’Ovidio,

Direktur ILO di Indonesia.

Selanjutnya, Jejaring juga berkomitmen

untuk mempersiapkan sektor usaha

menuju lingkungan kerja yang lebih

inklusif, mendukung peran aktif

penyandang

disabilitas agar

siap untuk

memasuki dunia

kerja, melakukan

rekrutmen

penyandang

disabilitas berbasis

potensi dengan

cara yang setara

dan bersahabat

dengan keragaman

dan mendorong

program-program

kreatif yang dapat

meningkatkan daya

saing perusahaan sekaligus meningkatkan

peran aktif dan kemandirian dari para

penyandang disabilitas.

Mendukung pembentukan JBDI,

Sapto Purnomo, Kepala Sub-Direktorat

Penempatan Tenaga Kerja Khusus,

Direktorat Penempatan Tenaga

Kerja Dalam Negeri, Kementerian

Ketenagakerjaan, menghargai upaya yang

dilakukan perusahaan untuk mendukung

penyerapan dan penempatan pekerja

dengan disabilitas di tempat kerja.

“Kementerian ketenagakerjaan sangat

mendukung pendirian JBDI. Kami akan

terus menyosialisasikan Jejaring ini sebagai

cara untuk mendukung perluasan informasi

dan berbagi pengalaman terhadap

perusahaan-perusahaan di tingkat provinsi

dan kota. Banyak perusahaan di daerah

belum menyadari isu disabilitas dan

inklusivitas di tempat kerja,” kata dia.

Irawan Mulyanto, pegawai sebuah stasiun

TV swasta Metro TV yang juga menjadi

salah satu pendiri Kartunet.com, sebuah

situs interaktif bagi tuna netra, mengatakan

penyandang disabilitas masih berjuang

menghadapi stigma bahwa mereka tidak

mampu bekerja dan tidak kompeten.

Tuna netra, misalnya, terstigmatisasi

bahwa mereka hanya mampu melakukan

pekerjaan memijat.

Dengan penandatanganan dan pendirian

JBDI ini, Jejaring ini akan secara otomatis

Jejaring Bisnis dan Disabilitas Indonesia (JBDI)

Kami mampu melakukan berbagai pekerjaan sesuai dengan keterampilan dan

kompetensi kami. Penyandang disabilitas dapat beradaptasi

dengan dunia usaha dan faktanya penyesuaian tempat kerja tidak mahal dan bahkan dapat dilakukan tanpa biaya. Karenanya, perlakukan kami sama dengan yang lain. Kami juga mampu seperti lainnya.

Kami pun ingin berperan dalam masyakarat, ekonomi dan

keluarga.

Irawan Mulyanto, pegawai stasiun TV swasta Metro TV, pendiri Kartunet.com

Liputan Khusus

5

Komitmen para perusahaan pendiri JBDI

PT Tetra Pak Stainless Engineering (TPSE): Fasilitas inklusif

Mempekerjakan 500 pegawai, Tetra Pak berkomitmen untuk memberikan fasilitas inklusif kepada pekerja dengan disabilitas. Perusahaan mempromosikan dan merekrut penyandang disabilitas. Melalui jejaring ini, mereka bertujuan mempekerjakan lebih banyak pekerja dengan disabilitas dan memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan pekerja dengan

disabilitas. Sejak tahun 2002, perusahaan telah mempekerjakan tiga pekerja dengan disabilitas yang bekerja sebagai insiyur, master data dan pekerja gudang.

PT L’Oréal Indonesia: Sensitivitas disabilitas di tempat kerja

L’Oréal Indonesia terfokus pada peningkatan kesadaran dan pemberdayaan para pegawainya mengenai disabilitas. Sejak tahun 2013, perusahaan telah melakukan serangkaian kegiatan

mengenai keberagaman dan sensitivitas terhadap disabilitas bagi para pegawainya. Tujuan dari kegiatan-kegiatan ini adalah memberikan kesadaran mengenai disabilitas terhadap para pegawai dan memastikan hubungan kerja yang baik termasuk untuk pekerja dengan disabilitas. Kegiatan-kegiatan ini diselengarakan bersama dengan para mitra terkait, seperti organisasi penyandang disabilitas dan ILO. Saat ini, perusahaan telah mempekerjakan lima pekerja dengan disabilitas.

PT Bank Mandiri (Persero): Rekrutmen yang adil dan setara

Hingga saat ini, PT Bank Mandiri telah mempekerjakan 41 pekerja dengan disabilitas dan mereka menjalani proses rekrutmen

yang sama dengan para pekerja lainnya. Selain rekrutmen yang sama, mereka juga memberikan program pemagangan di mana penyandang disabilitas menerima pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan mereka dan ditempatkan dalam bidang pekerjaan di mana mereka dapat menerapkan apa yang pelajari dan mendapatkan pengalaman kerja. Perusahaan pun memberikan layanan perbankan yang ramah disabilitas bagi para pelanggan dengan disabilitas.

PT Trans Retail Indonesia: Pelatihan dan kurikulum inklusif

PT Trans Retail melaksanakan program inklusif bernama “Program Angkatan Kerja Luar Biasa” (Program Angkasa) sejak tahun 2014 di delapan kota besar, yang bertujuan untuk merekrut lebih banyak

lagi pekerja dengan disabilitas. Saat ini perusahaan mempekerjakan 188 pegawai dengan disabilitas dan telah dianugerahi penghargaan Disabilitas dan Tempat Kerja oleh Pemerintah Indonesia pada 2014. Melalui program ini, perusahaan memberikan program pelatihan dengan mempergunakan kurikulum yang disusun dan disesuaikan dengan kebutuhan pekerja dengan disabilitas. Program pelatihan ini dilakukan dengan mempergunakan bahasa isyarat mengingat 95 persen pekerja dengan disabilitas di perusahaan tersebut adalah tuna rungu.

Standard Chartered (Stanchart) Bank Indonesia: Kesetaraan di tempat kerja

Bank Stanchart Indonesia terfokus pada peciptaan kebijakan ketenagakerjaan yang inklusif dan setara. Semua pekerja, termasuk delapan pekerja dengan disabilitas, harus mengikuti 12

modul secara online dan mereka harus mengikuti peraturan yang sama. Perusahaan harus melibatkan semua pegawai, tanpa kecuali, dalam semua program dan kegiatan perusahaan. Untuk program inklusivitas, sebuah program khusus telah dikembangkan bernama champion of diversity and inclusion. Selanjutnya, perusahaan telah menerapkan program penyesuaian tempat kerja bagi semua bangunan kantor baru atau yang direnovasi.

Mempromosikan inklusivitas di tempat kerja:

menjadi anggota Jejaring Bisnis dan

Disabilitas Global ILO. Jejaring global ini

beranggotakan perusahaan multinasional,

organisasi pengusaha, jejaring bisnis

dan organisasi penyandang disabilitas di

negara-negara seperti Cina, Saudi Arabia,

Kosta Rika dan Bangladesh. ]

Pendirian JBDI ini juga merespons data disabilitas terbaru tahun 2016 yang dikeluarkan Universitas Indonesia. Dari 12,15 persen penyandang disabilitas di Indonesia, hanya 51,12 persen yang turut berpartisipasi dalam pasar kerja Indonesia, lebih rendah dari non-penyandang disabilitas yang berada pada angka 70,40 persen. Selain itu, lebih banyak penyandang disabilitas yang berkerja di sektor informal (65,55 persen) dibandingkan sektor formal (34,45 persen).

6

BERKERJASAMA dengan

UNESCO dan ILO, pemerintah Kota

Padang menjadi tuan rumah Pertemuan

Tingkat Tinggi Walikota untuk Kota Inklusif

ke-6 di Indonesia pada 27 September

2016. Pertemuan ini ditujukan untuk

mendorong pengembangan Jejaring Para

Walikota untuk Kota yang Inklusif sebagai

koalisi yang aktif, digerakkan oleh tujuan,

mandiri dan berkesinambungan guna

mendorong dan menyebarkan kebijakan

yang memajukan hak-hak penyandang

disabilitas.

Melihat secara spesifik ke dalam sektor

ketenagakerjaan, ILO terus mendorong

pentingnya kerja yang layak bagi semua,

termasuk penyandang disabilitas.

Francesco d’Ovidio, Direktur ILO untuk

Indonesia, menyatakan penyandang

disabilitas memiliki hak atas perlakukan

dan peluang yang setara dalam

kesempatan kerja, fasilitas umum dan

aspek-aspek sosial lain dalam kehidupan.

“Perempuan dan laki-laki penyandang

disabilitas dapat menjadi anggota

masyarakat yang produktif. Namun,

hanya satu dari lima orang penyandang

disabilitas yang saat ini bekerja dan

memiliki pekerjaan. Dengan kerja yang

layak dan produktif memungkinkan

penyandang disabilitas untuk mewujudkan

aspirasinya, meningkatkan kondisi hidup

dan berpartisipasi lebih aktif dalam

masyarakat,” kata Francesco. Pemerintah

Indonesia bersama dengan pemangku

kepentingan yang terkait, termasuk

sektor swasta, lanjut Francesco, harus

bekerja bersama dalam memberdayakan

penyandang disabilitas dalam dunia kerja.

Pertemuan ini diselenggarakan di

bawah program kemitraan PBB untuk

mendorong hak-hak penyandang

disabilitas di Indonesia: UNPRPD. Program

kerja sama antara UNESCO, ILO dan

WHO ini bertujuan untuk mengadopsi

kebijakan-kebijakan terdepan mengenai

hak-hak penyandang disabilitas, yang

didorong melalui lembaga penyandang

disabilitas yang lebih kuat dan perbaikan

pengumpulan data mengenai disabilitas.

UNPRPD didukung oleh Dana Perwalian

Multi Donor Kemitraan PBB untuk

memajukan Hak-hak Penyandang

Disabilitasd. ]

Sebagai sebuah contoh konkret, Kota Padang akan secara resmi membuka wilayah yang ramah penyandang disabilitas pertama

di Jalan Permindo, pada 30 September 2016. Ini menjadi

sebuah model untuk merancang ulang bagian lain dari kota di

masa mendatang.Mahyeldi Ansharullah, Mayor of Padang

sektor, seperti sektor pendidikan dan

ketenagakerjaan.

Dari sudut pandang pengusaha, ILO

menyajikan sebuah studi yang dilakukan

Universitas Indonesia mengenai Pemetaan

Penyandang Disabilitas dalam Bursa Kerja

Indonesia. Studi ini mengungkapkan

terdapat kebutuhan yang mendesak untuk

meningkatkan partisipasi angkatan kerja

penyandang disabilitas. Kebutuhan ini

dapat dipenuhi dengan memperbesar

bursa kerja bagi mereka.

LEBIH BANYAK KOTA berkomitmen menjadi kota inklusif di Indonesia

6

Hak dalam Bekerja

Beberapa kota dari seluruh Indonesia

berpartisipasi dalam pertemuan tersebut

seperti Ambon, Metro, Yogyakarta,

Tanjung Balai, Surabaya, Banda Aceh,

Sungai Penuh, Tangerang Selatan, Tanjung

Pinang, Sijunjung dan Pariaman. Kota-

kota ini menunjukkan komitmennya dalam

menciptakan lingkungan fisik, sosial dan

ekonomi yang inklusif bagi penyandang

disabilitas.

Mahyeldi Ansharullah, Walikota Padang,

dalam pidato pembukaannya, mengatakan

bahwa Kota Padang adalah salah satu kota

inklusif yang paling maju di Indonesia. Kota

ini telah memberlakukan peraturan daerah

mengenai disabilitas pada tahun 2015,

atau setahun sebelum Undang-Undang

No. 8 Tahun 2016 tentang Disabilitas

diterbitkan. Pemerintah Kota Padang juga

berinisiatif memenuhi dan melindungi

hak-hak penyandang disabilitas lintas

Tiga langkah rekomendasi untuk memperbesar bursa kerja bagi penyandang disabilitas:

Membentuk jalur formal bagi penyandang disabilitas untuk melamar pekerjaan;

Peningkatan teknologi guna membantu penyandang disabilitas;

Penyediaan informasi mengenai tawaran pekerjaan apapun bagi penyandang disabilitas ke publik.

1

2

3

7

Dari Kami

TAHUN 2016 merupakan tahun yang produktif bagi Indonesia dan bagi Kantor ILO untuk Indonesia. Pertemuan Regional Asia dan Pasifik (APRM) ILO ke-16 yang

diselenggarakan di bulan Desember di Bali memainkan peran penting dalam menentukan kegiatan ILO di kawasan ini untuk empat tahun ke depan melalui pengadopsian Deklarasi Bali.

Kami bangga dan berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia yang telah menjadi tuan rumah dan menyelenggarakan acara penting ini. APRM juga dilaksanakan di tahun pertama Agenda untuk Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030.

Menanggapi pelaksanaan SDGs di negara ini, dua pertemuan SDGs tingkat tinggi dilaksanakan pada Februari dan Agustus 2016. Pertemuan pertama menegaskan komitmen Indonesia dalam pelaksanaan SDGs, khususnya menetapkan agenda untuk pertumbuhan inklusif melalui kerja layak dan dialog sosial.

Acara kedua di bulan Agustus menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap pengembangan keterampilan, jaminan sosial dan perundingan bersama sebagai langkah-langkah untuk memastikan pencapaian Tujuan 8 dari SDGs mengenai pekerjaan yang layak pertumbuhan ekonomi.

Pencapaian penting lainnya untuk Indonesia adalah peringatan Hari Pekerja Migran Internasional di mana Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melangkah kea rah migrasi yang adil, peluncuran

Jejaring Bisnis dan Disabilitas Indonesia sebagai upaya mewujudkan bisnis yang inklusif dan ratifikasi Konvensi ILO mengenai Ketenagakerjaan Maritim yang mendemonstrasikan komitmen Indonesia untuk mewujudkan lingkungan kerja yang lebih baik bagi para pelaut dan awak kapal.

Kegiatan dan program lainnya di bawah ILO Indonesia yang tercakup dalam Warta ini adalah peringatan 71 tahun PBB di Indonesia, perluasan jaminan sosial, praktik kesetaraan gender dan pekerjaan layak bagi pekerja rumah tangga. Kisah-kisah humanis pun disajikan, mengisahkan pengalaman yang mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Saya percaya Anda mendapatkan manfaat dari Warta ini. Terima kasih dan sukses selalu untuk usaha kita bersama di tahun-tahun mendatang. ]

INDONESIA telah meratifikasi Konvensi ILO mengenai Ketenagakerjaan Maritim tahun 2006 (MLC, 2006), yang bertujuan memperkuat perlindungan terhadap para pelaut dan awak kapal Indonesia, melalui persetujuan bulat dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia saat sidang pleno pada Kamis, 8 September 2016.

Bagi Indonesia, MLC memiliki pengaruh signifikan karena Indonesia merupakan negara pemasok pelaut terbesar kedua. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memiliki sistem pengawasan, pemantauan rutin yang efektif dan terkoordinasi serta langkah-langkah pengendalian kapal lainnya yang diadopsi oleh otoritas-otoritas berwenang.

Persetujuan tersebut merupakan tindak lanjut dari serangkaian audiensi antara Komisi IX DPR yang mengawasi persoalan ketenagakerjaan dengan beberapa kementerian, termasuk para ahli ketenagakerjaan maritim. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, semua pemangku kepentingan membahas poin-poin utama dari konvensi tersebut sebelum mereka sepakat untuk mengesahkannya menjadi undang-undang.

Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, seperti yang dilaporkan Jakarta Post, memuji ratifikasi konvensi, mengatakan bahwa hal ini benar-benar menunjukkan komitmen Indonesia dalam memajukan kesejahteraan dan lingkungan kerja yang lebih baik bagi semua pelaut dan awak kapal. Ia menambahkan bahwa ratifikasi ini juga menunjukkan komitmen terhadap implementasi perlindungan yang lebih baik atas kapal-kapal berbendera nasional ketika berlayar di perairan internasional.

“Pemerintah sekarang harus menjunjung tinggi norma dan standar yang diatur dalam konvensi sebagai undang-undang nasional, termasuk ketentuan untuk mengoptimalkan perlindungan terhadap pelaut-pelaut Indonesia. Ratifikasi ini sejalan dengan visi pemerintah guna membangun Indonesia sebagai axis maritim,” katanya.

Ketika MLC diadopsi di Sesi ke-94 (Maritim) Konferensi Perburuhan Internasional ILO pada Februari 2006, hal ini digambarkan sebagai sebuah “momen bersejarah”. MLC dilihat oleh para pelaut

Indonesia ratifikasi Konvensi ILO mengenai Ketenagakerjaan Maritim

sebagai “piagam hak-hak” yang akan membantu dalam memastikan “kerja yang layak” bagi pelaut, dimana pun kapal mereka berlayar dan di bawah bendera kapal apapun.

Fitur pokok dari MLC adalah bahwa konvensi ini dibangun atas kekuatan pendekatan ILO dalam memastikan bahwa, di setiap negara, standar-standar ketenagakerjaan internasional diterapkan secara efektif di tingkat “bawah” dan ditegakkan. Di saat bersamaan, MLC memenuhi tantangan dari industri yang terglobalisasi ini dengan mengambil alih banyak elemen-elemen yang ditemukan di Konvensi-konvensi maritim utama lainnya dalam memastikan pelayaran yang lebih aman dan mencegah polusi laut.

Dengan ratifikasi MLC, sampai saat ini Indonesia telah meratifikasi total 20 Konvensi ILO, termasuk delapan Konvensi Pokok ILO. ]

Diharapkan bahwa ratifikasi dapat memperkuat landasan

hukum bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan nasional guna meningkatkan perlindungan, penghargaan

dan pemenuhan hak-hak dari pelaut Indonesia sejalan

dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Dede Yusuf, Anggota DPR Komisi IX

Sekilas Berita

8

DUNIA kerja terus mengalami proses perubahan. Terdapat beberapa kekuatan yang mengubahnya, antara lain perkembangan teknologi yang sangat pesat, dampak dan respons terhadap perubahan iklim, hingga berbagai karakter produksi dan kerja yang terus berubah. Untuk memahami dan merespons tantangan-tantangan baru ini secara efektif, ILO pun meluncurkan program “Inisiatif Pekerjaan Masa Depan” (Future of Work Initiative) pada Juni 2015.

dari serangkaian forum yang membahas mengenai masa depan dunia kerja yang diselenggarakan untuk memahami seperti apa saja perspektif dan misi ke depan Indonesia.

Dihadiri sekitar 50 peserta dari perwakilan pemerintah, organisasi pekerja dan pengusaha, akademisi dan organisasi masyarakat sipil, rangkaian diskusi pertama ini berfokus pada perekonomian hijau, serta langkah-langkah dan dampak

sektor-sektor utama kemungkinan akan melihat dampak ketenagakerjaan dalam sektor energi, kimia, manufaktur non-logam. Temuan menyoroti penambahan kesempatan kerja bagi sektor energi terbarukan, khususnya energi listrik dari

sumber panas bumi dan air.

diskusi inisiatif ILO gelar

pekerjaan masa depan di Indonesia

Transisi menuju ekonomi yang berkelanjutan dari aspek sosial dan ekonomi, apabila dikelola

dengan baik, tentu dapat menggerakkan penciptaan

lapangan kerja, peningkatan kerja, keadilan sosial dan

pengentasan kemiskinan. Dan kunci dari transisi ini adalah memahami kaitan antara bursa kerja dan kebijakan

perekonomian yang ramah lingkungan.

Lurraine Villacorta, Penasihat Program Pekerjaan Ramah Lingkungan ILO

8

Untuk mendukung inisiatif ini, ILO menyelenggarakan diskusi awal bersama para mitra dan konstituen utama dengan tema “Inisiatif Pekerjaan Masa depan: Transformasi yang Mempengaruhi Bursa Kerja di Indonesia”, pada 3 November 2016, di Jakarta. Diskusi ini menjadi bagian

perubahan iklim pada bursa kerja sebagai salah satu dari tiga penggerak utama yang mempengaruhi masa depan dunia kerja. Dua penggerak lainnya adalah teknologi dan globalisasi.

Masukan dan temuan utama mengenai topik ini disajikan. Lurraine Villacorta, Penasihat Program Pekerjaan Ramah Lingkungan ILO menekankan bahwa respons-respons yang relevan seperti yang termasuk dalam kebijakan perubahan iklim Indonesia (disebut sebagai NDC) menjadi salah satu penggerak utama dari perubahan dalam dunia kerja di Indonesia.

Temuan utama mengenai studi terkini untuk mengkaji dampak kebijakan perubahan iklim terhadap bursa kerja Indonesia, termasuk target-target nasional untuk pengurangan emisi sampai tahun 2030, tercerminkan dalam NDC yang disajikan oleh Dr Xin Zhou, seorang peneliti senior untuk Institute for Global Environment Strategies (IGES). Studi ini dilakukan bersama dengan Program Pekerjaan Ramah Lingkungan ILO dan ILO Indonesia.

Studi ini menunjukkan bahwa dengan komitmen Indonesia untuk menurunkan target emisi pada tahun 2020 dan 2030,

Studi ini juga mencatat dampak ketenagakerjaan positif yang dapat dioptimalkan melalui kebijakan dan respons bursa kerja yang proaktif, khususnya apabila kebutuhan akan keterampilan dipenuhi. Dengan langkah seperti ini maka memungkinkan untuk melakukan penyerapan pekerja yang kehilangan pekerjaannya ke sektor-sektor yang berkembang.

Selain Indonesia, lebih dari 60 negara di seluruh dunia saat ini merencanakan konsultasi dengan para pemangku kepentingan yang relevan dalam hal ini. Direncanakan, pada tahun 2017, sebuah Komisi Global Tingkat Tinggi mengenai Masa Depan Dunia Kerja akan dibentuk dan mulai melaksanakan pekerjaannya.

Tujuan dari Masa Depan Dunia Kerja adalah untuk menghasilkan pemahaman bersama mengenai kekuatan-kekuatan pendorong yang mengubah dunia kerja. Selain itu langkah ini juga untuk memperkuat pemerintah, pengusaha dan pekerja dengan pengetahuan, ide dan alternatif kebijakan guna memajukan keadilan sosial. Hal ini seiring dengan upaya ILO dalam memasuki abad kedua di masa kerjanya. ]

Ketenagakerjaan

9

Meningkatkan kemitraan multi pemangku kepentingan untuk pembangunan

berkelanjutan di Indonesia

Peringatan PBB ke-71 tahun:

Energi terbarukan masih mahal dan hal ini akan

mempengaruhi produktivitas dan daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia. Untuk

mengantisipasinya, kami perlu bekerja sama dan

mengubah perilaku terhadap teknologi, manajemen kerja serta perilaku pekerja guna

mendukung implementasi dari perekonomian hijau.

Agung Pambudhi, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)

Benar bahwa kita perlu mengantisipasi pengembangan

keterampilan. Namun, kita juga perlu mengoptimalkan penciptaan lapangan kerja

dan meminimalkan hilangnya pekerjaan.

Agus R. Toniman, Dewan Nasional Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)

Belajar dari Tujuan Pembangunan Milenium

(MDGs) sebelumnya, kami sangat berkomitmen untuk

menerapkan SDGs dan terus melakukan aksi-aksi kongkret

dengan melibatkan semua pihak untuk mencapai SDGs pada

2030.Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

Selanjutnya, agenda Hari PBB

2016 mencakup diskusi interaktif

mengenai pelaksanaan Agenda 2030

melalui Kemitraan Indonesia-PBB,

yang menghadirkan pembicara dari

Kementerian Luar Negeri dan Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional

dengan penanggap dari UNDP.

Untuk membuat peringatan ini semakin

meriah, pameran seni berjudul “Art

with Purpose: Bringing Global Goals

to Indonesia Art”, yang dibuka pada

hari yang sama dengan seminar dan

berlangsung hingga 30 October di

Museum Nasional yang menghadirkan

karya-karya 22 artis dari berbagai generasi

dalam beragam bentuk seperti film,

pertunjukan, pahat dan media lainnya.

Pameran ini bertujuan meningkatkan

kesadaran mengenai isu-isu global serta

ke-17 tujuan SDGs. ]

ILO berpartisipasi dalam diskusi

interaktif, bertajuk “Aksi Kolaborasi

Indonesia-PBB: Meningkatkan Kemitraan

Multi Pemangku Kepentingan untuk

Pembangunan Berkelanjutan”, di Jakarta

pada 24 Oktober. Diskusi ini merupakan

bagian dari peringatan bersama Persatuan

Bangsa-Bangsa (PBB) ke-71 tahun dan

menandai tahun pertama pelaksanaan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

(SDGs). Diskusi ini diselenggarakan

Kementerian Luar Negeri Republik

Indonesia.

Francesco d’Ovidio, Direktur ILO di

Indonesia, menjadi penanggap dalam sesi

kemitraan global untuk pembangunan di

Indonesia, menanggapi pemaparan Nina

Sardjunani, Kepala Sekretariat SDGs dan

Vivi Alatas, Ekonom Bank Dunia untuk

Program Kemiskinan di Indonesia.

Dimoderatori oleh Anthea Webb,

Perwakilan Program Pangan se-Dunia

(WFP) di Indonesia, sesi ini menyoroti

elemen-elemen penting di bawah

kemitraan dalam penerapan SDGs,

pentingnya perubahan perilaku dalam

mencapai SDGs dan kemitraan dalam

perlindungan sosial sebagai salah satu

sektor yang harus menjadi prioritas di

Indonesia.

Acara ini dibuka oleh Menteri Luar

Negeri, Retno LP Marsudi. Menteri Retno

menegaskan komitmen Indonesia untuk

terus memperkuat dan memperluas

kerjasama internasionalnya dengan PBB,

khususnya dalam pelaksanaan SDGs.

9

Cuplikan

Kita harus mempersiapkan dunia kerja untuk beradaptasi

terhadap perubahan-perubahan baru di masa mendatang.

Kita harus mampu mengikuti perkembangan teknologi yang

pesat. Karenanya, kita perlu fokus pada pengembangan dan peningkatan keterampilan serta

keahlian baru karena adanya perubahan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan lingkungan dalam kasus ini.

Kunjung Masehat, Sekretaris Direktur Umum untuk Pemberdayaan, Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja

Apa kata mereka mengenai pekerjaan masa depan

10

DIALOG Tripartit Tingkat Tinggi dua hari mengenai Ketenagakerjaan, Hubungan Industrial dan Perlindungan Sosial pada 26 Agustus 2016 menghasilkan rekomendasi untuk memperkuat dialog sosial dan pelibatan tripartit dalam pengembangan keterampilan, penyelenggaraan jaminan sosial serta upah dan kesepakatan bersama.

Pertemuan ini menyediakan wadah untuk berdiskusi interaktif dan berbagi pengetahuan mengenai praktik-praktik terbaik di tingkat global dan regional. Pertemuan juga mendorong partisipasi aktif para konstituen tripartit terhadap implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di negeri ini.

Dialog mengenai pengembangan keterampilan yang berfokus pada kemitraan pemerintah-swasta, meningkatkan program pemagangan berkualitas, memperkuat pengembangan keterampilan untuk ekonomi informal dan memastikan akses ke pelatihan bagi perempuan dan kelompok-kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, menjadi bagian pembahasan dari forum ini.

Terkait dengan jaminan sosial, pertemuan kembali mengingatkan pentingnya memperluas cakupan kepada para pekerja di sektor informal, meninjau kembali kebijakan dan peraturan pensiun serta

asuransi pengangguran. Sementara itu, persoalan hubungan industrial yang dibahas mencakup penguatan mekanisme dialog sosial dan kelembagaan melalui dewan nasional dan tripartit, peningkatan kesepakatan bersama melalui peningkatan kapasitas dan penguatan dewan pengupahan nasional dan daerah.

Dialog Tripartit ini digelar sebagai tindak lanjut dari Konferensi Tripartit Jakarta pada Februari yang mengusung tema “Agenda Indonesia untuk SDG Menuju Kerja yang Layak untuk Semua”. Saat itu disimpulkan berbagai tantangan bursa kerja signifikan yang harus direspons oleh aktor-aktor ketenagakerjaan kunci secara komprehensif dan holistik melalui dialog sosial.

Triyono Wibowo, Duta Besar Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Rekomendasi dialog tripartit tentang pengembangan keterampilan, jaminan sosial dan perundingan bersama di Indonesia

dan Organisasi Internasional lainnya, menyatakan Indonesia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia akan terus berupaya untuk mempertahankan kemajuan tersebut selama 15 tahun ke depan hingga 2030. Ia juga menekankan peranan penting yang dimainkan Indonesia dalam forum-forum internasional.

“Isu-isu yang didiskusikan saat dialog merupakan persoalan yang sangat penting untuk mewujudkan sasaran-sasaran nasional yang sangat sejalan dengan tujuan global dari agenda 2030. Indonesia telah memainkan peran kepemimpinan yang penting selama beberapa tahun terakhir ini. Dalam G20, dalam PBB, dan dalam banyak forum internasional lainnya, Indonesia berbicara dengan otoritas dan menjadi pemimpin dari negara-negara berkekuatan ekonomi baru yang sangat dihormati,” ujarnya.

“Dialog Nasional Tripartit Tingkat Tinggi ini menunjukkan tonggak penting lain dalam sejarah dialog sosial Indonesia dan kerjasama antara bangsa dengan ILO. Kami merasa terhormat dapat menjadi bagian dari dialog ini dan kami akan terus mendukung negara-negara anggota seperti Indonesia secara terkoordinir dan efektif,” kata Tomoko Nishimoto, Asisten Direktur Jenderal ILO dan Direktur Regional untuk Asia dan Pasifik ILO. ]

Dialog Nasional Tripartit Tingkat Tinggi ini menunjukkan

tonggak penting lain dalam sejarah dialog sosial Indonesia dan kerjasama antara bangsa

dengan ILO.Tomoko Nishimoto, ILO’s Assistant Director-General and Regional Director for Asia and the Pacific

Ketenagakerjaan

11

ENAM perusahaan

swasta dari Negara

Anggota ASEAN

diberikan penghargaan

pertama dari ASEAN

Red Ribbon for

Outstanding Workplace

(ARROW) atas prakarsa-

prakarsa luar biasa untuk

menciptakan lingkungan

kerja yang sehat dan

aman melalui program

peningkatan kesadaran

dan pencegahan

HIV dan AIDS bagi

para pekerjanya.

Upacara penghargaan

diselenggarakan pada

pertemuan kedua Koalisi

Bisnis ASEAN untuk

HIV dan AIDS di Bogor

selama dua hari pada

14-15 September 2016.

ASEAN berikan penghargaan untuk

Inisiatif VCT@Work merupakan sebuah elemen penting dari kampanye “Getting to Zero

at work” ILO, yang bertujuan untuk menjangkau pekerja

perempuan dan laki-laki dengan VCT. Mewakili kelompok

perempuan dan laki-laki yang hidup dengan HIV terbesar,

dunia kerja memainkan peran penting dalam mencegah HIV

dan menanggapi AIDS.Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di Indonesia

Enam perusahaan yang menerima penghargaan ARROW adalah:

Standard Chartered Bank, Brunei Darussalam

ACLEDA Bank, Kamboja

Kaltim Prima Coal. Indonesia

Sime Darby Group, Malaysia

Maynilad Water Services Inc., Filipina

Microchip Technology Co. Ltd., Thailand

1

4

2

5

3

6

11

Hak dalam Bekerja

Diperkirakan sekitar 34 juta orang hidup dengan HIV (UNAIDS, 2010) di dunia. Sebagian besar dari mereka dalam rentang usia produktif (15-49 tahun) dan tempat kerja adalah tempat di mana mayoritas dari mereka yang terjangkit oleh epidemi ini menghabiskan waktunya. Karenanya, diharapkan bahwa setelah mengetahui status mereka, para pekerja yang hasil tesnya positif dapat mengakses perawatan HIV dan terapi antiretroviral yang dapat menyelamatkan nyawa, memungkinkan mereka untuk menjalani hidup yang sehat dan produktif

tempat kerjadengan program pencegahan HIV dan AIDS

Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO

di Indonesia, memuji keterlibatan dan

komitmen lebih besar yang ditunjukkan

oleh perusahaan-perusahaan tersebut

dalam mencapai target tidak adanya

infeksi HIV baru, tidak adanya diskriminasi

dan tidak adanya kematian terkait AIDS di

tempat kerja, khususnya di antara Negara-

negara Anggota ASEAN di bawah inisiatif

VCT@Work.

Pertemuan ini diselenggarakan oleh

Kementerian Ketenagakerjaan Republik

Indonesia sebagai tuan rumah.

Penghargaan akan diteruskan setiap dua

tahun dibawah koordinasi Koalisi Bisnis

ASEAN untuk HIV dan AIDS (ASEAN

BCA). Koalisi ini dibentuk oleh Pertemuan

Menteri-menteri Tenaga Kerja ASEAN

pada 2014 guna mendorong keterlibatan

lebih besar dari asosiasi pengusaha

dari Negara-negara Anggota ASEAN

dalam pencegahan dan pengendalian

HIV dan AIDS di tempat kerja, dan untuk

mendorong inklusi pencegahan dan

pengendalian HIV di tempat kerja ke

dalam agenda bisnis.

Pertemuan tersebut diakhiri dengan

penyerahan Koordinator BCA ASEAN dari

Indonesia (2014-2016) ke Malaysia (2016-

2018). ]

12

Perlindungan Sosial

INDONESIA mengambil langkah-

langkah menuju perlindungan sosial

universal sesuai dengan mandat konstitusi

dan standar-standar internasional. Sejak

November 2016, lebih dari 170 juta

orang telah menjadi anggota Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan (yang menangani asuransi

kesehatan), sementara 19 juta pekerja

dan pengusaha menjadi anggota BPJS

Ketenagakerjaan (menangani masalah

kecelakaan kerja, kematian dan tunjangan

hari tua).

Memperkuat lembaga jaminan sosial

nasional guna mencapai cakupan

universal dan menggali berbagai solusi

bagi kelompok-kelompok rentan tertentu

(pekerja dari perekonomian informal

dan pekerja migran) merupakan hal-hal

yang menjadi prioritas aksi utama dari

Memperluas cakupan perlindungan sosial di Indonesia

para anggota ILO di Indonesia selama

Dialog Tingkat Tinggi mengenai Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang

diadakan di Jakarta pada Agustus 2016.

Sebagai tindak lanjut dari Dialog tersebut

dan sebagai bagian dari kerangka kerja

proyek regional ILO/Jepang mengenai

Memperluas Jaminan Sosial di ASEAN

(ESSA), lokakarya berbagi informasi selama

dua hari diselenggarakan di Bogor pada

September 2016 lalu.

Sedikitnya 40 perwakilan konstituen

tripartit ILO (pemerintah, pekerja dan

pengusaha) menghadiri lokakarya ini

untuk berbagi informasi mengenai

tantangan-tantangan yang dihadapi dalam

menjalankan strategi perluasan saat ini dan

apa yang dapat dipelajari dari berbagai

inisiatif sebelumnya yang dilakukan

Indonesia dan negara-negara lainnya.

Para peserta juga membahas mengenai

standar-standar ILO terkait asuransi

ketenagakerjaan/pengangguran dan

mengenai perbandingan berbagai pilihan

rancangan asuransi berdasarkan laporan

yang dipersiapkan proyek ILO/Jepang

(tahap II) yang memetakan situasi di 14

negara, termasuk Vietnam, Thailand,

Republik Korea, Mongolia, Jepang dan

Cina.

Konsultasi ini juga menandai dimulainya

Proyek ILO/Jepang mengenai Perluasan

Jaminan Sosial di ASEAN (ESSA) di

Indonesia. Proyek ini bertujuan untuk

menghasilkan pengetahuan yang lebih

baik mengenai perluasan jaminan sosial,

dan mendorong kerja sama Selatan-

Selatan di antara negara-negara anggota

ASEAN. Proyek memberikan dukungan

langsung ke Indonesia dan Vietnam untuk

meningkatkan cakupan jaminan sosial. ]

Redaksi

Pemimpin Redaksi: Francesco d’Ovidio

Wakil Pemimpin Redaksi: Michiko Miyamoto

Eksekutif Editor: Gita Lingga

Koordinator Editorial: Gita Lingga

Diseminasi: Budi Setiawati

Kontributor: Gita Lingga, Georginia M. Pascual, Gregoire W. Yameogo, Grace M. Halim, Irham A. Saifuddin, Lusiani Julia, Owais Parray, Santy Otto, Tendy Gunawan dan Yunirwan Gah.

Desain & Produksi: Balegraph

ILO Jakarta NewsletterGedung Menara Thamrin, Lantai 22Jl. M. H. Thamrin Kav 3, Jakarta 10250, IndonesiaTel. (62-21) 391-3112 Faks (62-21) 310-0766Email: [email protected] Situs: www.ilo.org/jakarta

Warta ILO Jakarta merupakan terbitan ILO dalam dua bahasa yang bertujuan memberitakan kegiatan-kegiatan pokok ILO Jakarta di Indonesia. Warta ini akan dipublikasikan tiga kali alam setahun serta dapat diakses secara online. Opini-opini yang tercantum di dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dari ILO.

13

Indonesia harus terfokus pada pertumbuhan peluang kerja bahwa ILO siap memfasilitasi dan

mendukung para konstituennya seperti

pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk

memberlakukan kebijakan dan program

yang pro-kesempatan kerja. Tidak hanya

di tingkat nasional, namun juga di tingkat

daerah. “Indonesia adalah negara yang

luas dan itu sebabnya upaya-upaya

pembangunan harus berfokus pada tingkat

nasional dan di tingkat daerah,” ujarnya. ]

DENGAN jumlah penduduk usia

muda yang cukup besar dan kekayaan

alam yang berlimpah, Indonesia

dapat memanfaatkan kelebihan atas

demografinya. Namun, untuk mewujudkan

hal ini, Indonesia perlu menciptakan

peluang-peluang ekonomi dan

berinvestasi pada sumber daya manusia

sehingga memungkinkan lebih banyak

orang untuk terlibat dalam pekerjaan yang

produktif dan layak.

Hal tersebut mengemuka menjadi

beberapa kesimpulan utama dari

dialog interaktif berjudul “Kualitas

Pekerja Indonesia: Siapa yang

Bertanggungjawab?”, pada 15 September

lalu. Dialog ini diselenggarakan oleh Radio

Sonora, sebuah jaringan radio terkemuka

di Jakarta, dan ILO. Selama gelar wicara

ini, ILO menyajikan edisi terakhir dari

Tinjauan Bursa Kerja Indonesia, 2016.

Selain dari pemirsa radio, lebih dari 50

peserta menghadiri dialog interaktif

tersebut. Berbagai persoalan ekonomi dan

ketenagakerjaan dibahas, termasuk pola-

pola pertumbuhan, tingkat pengangguran

muda yang tinggi, kesenjangan gender

dan pengembangan keterampilan.

“Kita menyaksikan perlambatan

pertumbuhan secara serentak, namun

Indonesia dapat melakukan banyak

hal untuk memanfaatkan potensinya

yang sangat besar. Indonesia perlu

Banyak pemerintah provinsi yang belum berfokus pada

kesempatan kerja. Mereka harus bekerja secara aktif dengan

sektor swasta dan memberikan insentif pada perusahaan untuk menyerap lebih banyak pencari

kerja.

Aviliani, Ekonom

Masih sulit untuk menemukan pekerja yang memiliki kualifikasi di tingkat manajerial. Akhirnya, perusahaan memperkerjakan

pekerja-pekerja asing. Karenanya, di masa mendatang,

kita harus meningkatkan pelatihan pendidikan kejuruan kita dan juga mempermudah

perusahaan-perusahaan untuk memperoleh izin investasi.

Harijanto, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),

Kami bekerja sama dengan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) dan Apindo untuk

menyelenggarakan program-program pemagangan yang melibatkan lebih dari 2.000

perusahaan. Kami juga berfokus pada pelatihan-pelatihan

kejuruan untuk pencari kerja dan pekerja.

Sugiharto Sumas, Kepala Penelitian dan Pengembangan dari Kementerian Ketenagakerjaan

memanfaatkan pertumbuhan dan

kesempatan kerja di sektor manufaktur

dan jasa yang bernilai lebih tinggi,” kata

Owais Parray, ahli ekonomi ILO.

Aviliani, ekonom terkemuka Indonesia,

menyoroti bahwa demografi Indonesia

dengan jumlah kaum muda yang tinggi

dapat menjadi keuntungan bagi negara.

Sayangnya, pemerintah di tingkat daerah

tidak memberikan banyak perhatian pada

kesempatan kerja tersebut.

Sementara itu, Harijanto, Ketua

Asosiasi Pengusaha Indonesia

(Apindo), menekankan

pentingnya pekerja yang

berkeahlian dan memiliki

kualifikasi yang diperlukan oleh

perusahaan.

Menanggapi Harijanto,

Sugiharto Sumas, Kepala

Penelitian dan Pengembangan

dari Kementerian

Ketenagakerjaan, menjelaskan

bahwa mulai tahun ini

pemerintah Indonesia telah

menerapkan pendekatan

permintaan-penawaran

guna menanggapi persoalan

pengangguran dan

produktivitas pekerja.

Dalam pidato penutupnya,

Francesco d’Ovidido, Direktur

ILO di Indonesia, menegaskan

13

Ketenagakerjaan

14

KETAHANAN pangan

merupakan salah satu hambatan

pembangunan utama di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT), Indonesia.

Ketahanan pangan sangat dipengaruhi

oleh kondisi iklim pertanian dan

musim. Sejumlah upaya telah dilakukan

Pemerintah Daerah NTT untuk mendorong

produksi pertanian dan mengadopsi

langkah-langkah penunjang bagi para

petani.

Untuk bersama-sama menanggulangi

masalah ketahanan pangan, ILO, bekerja

sama dengan Kementerian Desa,

Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO),

telah mengembangkan program bersama

selama dua tahun mengenai pekerjaan

layak untuk ketahanan pangan dan

pembangunan berkelanjutan di NTT.

Dikoordinir oleh Kementerian Desa,

program bersama yang didanai oleh

Badan untuk Kerjasama Pembangunan

Luxembourg (Luxembourg Agency for

Development Cooperation) dan ILO ini

berfokus pada peningkatan produktivitas

Ketenagakerjaan

Mendorong ketahanan pangan dan

Untuk mewujudkan komitmen ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Desa

mengalokasikan lebih dari Rp 20,7 triliun untuk pembangunan

pedesaan yang juga berarti tiap desa menerima Rp 320

juta. Kami telah meningkatkan alokasi menjadi Rp 46,98 triliun tahun ini, dan sejauh ini kami telah mentransfer 82 persen

dari anggaran ke semua desa di dalam negeri.

Anwar Sanusi, Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

tenaga kerja, peluang kerja dan perluasan

peluang kewirausahaan dalam rantai nilai

makanan agro, khususnya jagung, rumput

laut dan ternak.

Menghargai komitmen pemerintah

Indonesia, Alette Van Leur, Direktur untuk

Departemen Sektoral ILO Jenewa, memuji

kesediaan Indonesia menjadi negara

percontohan pertama untuk ketahanan

pangan dan pembangunan pedesaan.

“Indonesia menjadi salah satu negara

anggota ILO yang sepenuhnya merangkul

pekerjaan yang layak untuk pembangunan

pedesaan dengan dukungan kuat dari

para konstituen tripartit, yang bertujuan

membuka potensi dan peluang lainnya di

wilayah pedesaan,” katanya.

Selama acara penutupan, berbagai

capaian dari proyek bersama ini

dipaparkan. Pelajaran yang diperoleh dan

praktik terbaik program ini juga dibagi

di antara para peserta dari organisasi-

organisasi terkait, antara lain, kementerian,

organisasi internasional dan nasional,

akademisi, organisasi pekerja, organisasi

pengusaha dan lain sebagainya. ]

pembangunan desa berkelanjutan

1515

• Di bawah pengawasan pemerintah Kabupaten Kupang, khususnya Dinas Peternakan, 161 desa mampu memiliki rencana aksi yang terintegrasi dan sinkron guna meningkatkan produktivitas dalam sektor peternakan serta pertanian secara umum melalui sebuah Rencana Induk yang komprehensif yang memasukkan pekerjaan yang layak dan praktik-praktik peternakan yang baik.

• Sekitar 11 kelompok pemasaran kolektif, terdiri dari 5 hingga 10 kelompok petani yang terdiri dari 20 hingga 25 petani penggarap, memiliki jejaring pasar beragam yang menawarkan lebih banyak insentif serta margin keuntungan dan memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mengembangkan cara-cara untuk meningkatkan kondisi kerja.

• Hasil lokakarya mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah direplikasi oleh Kementerian Ketenagakerjaan dalam satu lokakarya serupa di Lampung dan telah diuji coba di dua desa. Alat bantu pelengkap berupa daftar mengenai kesehatan dan keamanan dalam sektor peternakan dan jagung telah

Capaian utama Pekerjaan Layak untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan Desa Berkelanjutan

disusun dan diujicobakan di empat desa.

• Lima kelompok peternak, terdiri dari 20 peternak perorangan, telah meningkatkan bisnis mereka dan diberikan akses atas pinjaman di atas Rp 500 juta agar dapat merencanakan serta mengelola keuangan dan bisnis mereka dengan lebih baik.

• Kurang lebih 350 petani jagung garapan telah menikmati pasar yang lebih baik karena kontrak yang telah dibuat oleh kelompok dagang atau kelompok pemasaran kolektif setempat yang memfasilitasi jejaring pasar baru.

• Tiga kelompok dagang rumput laut atau kelompok dagang kolektif lainnya mengejar bisnis baru dalam mengembangkan pupuk dan pestisida organik lokal sebagai sebuah peluang bisnis baru untuk menghasilkan pendapatan.

• Lima lembaga daerah telah mengadopsi berbagai perangkat ILO untuk diimplementasikan dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan mereka sendiri. Hingga saat ini, 400

peserta tambahan telah dilatih oleh lembaga-lembaga ini. Balai latihan koperasi di tingkat provinsi yang dijalankan oleh departemen koperasi telah mengalokasikan dana untuk melatih lebih dari 500 kaum muda pada tahun anggaran 2017 dan satu universitas di Sumba Timur telah mengadopsi modul manajemen keuangan ILO sebagai modul pelengkap untuk para mahasiswanya.

• Semua petani peternak di empat desa sasaran telah menerima manfaat dari mekanisme perdagangan yang baru dan telah meningkatkan transparansi pasar akibat dari proses dialog yang difasilitasi oleh proyek.

• Pengembangan sistem informasi pasar oleh sepuluh kelompok dagang daerah atau kelompok pemasaran kolektif bersama. Sistem ini telah diperbarui secara rutin guna mendorong fasilitasi ke pasar yang lebih luas dan untuk mendorong para petani untuk bergabung dalam mekanisme pemasaran kolektif. ]

Ketenagakerjaan

16

Keterampilan mengelola keuangan membangun

AFRIANI Ngada Tara Andung, seorang ibu dua orang anak berusia 36 tahun, sekarang sangat memperhatikan keuangan keluarganya. Menggunakan teknik pembukuan yang baru dipelajari, ia juga secara seksama mencatat berbagai sumber pendapatan – budidaya rumput laut, penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan usaha kecil – dan memisahkan pengeluaran usaha dengan rumah tangga.

Ketekunannya ini membuat keluarganya mampu menghemat 2 juta rupiah per bulan.

“Pembukuan keluarga telah mengubah kehidupan saya menjadi lebih baik dan lebih teratur,” ujarnya “Suami dan saya tidak pernah menyadari berapa banyak yang kami peroleh tiap bulannya dan berapa banyak yang kami keluarkan. Uang sepertinya datang dan pergi dengan mudahnya. Contohnya, saya tidak pernah menyadari bahwa keluarga kami mengonsumsi 90 kilogram beras per bulannya”.

Kesadaran keuangan Afriani baru terbangun setelah ia bergabung dengan pelatihan keterampilan yang diselenggarakan oleh ILO (melalui mitra lokal), mengenai Pendidikan Keuangan untuk Keluarga, sebagai bagian dari Proyek Kerja yang Layak untuk Ketahanan Pangan dan Pembangunan Desa Berkelanjutan yang diselenggarakan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Program pelatihan ini melengkapi masyarakat yang hidup di wilayah rawan pangan dengan keahlian kewirausahaan dasar sehingga mereka dapat bergeser dari mata pencarian yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi kegiatan kewirausahaan yang lebih berkelanjutan,” Yunirwan Gah, Koordinator Proyek ILO, menjelaskan.

Proyek ini, didanai oleh Luxembourg Agency for Development Cooperation dan ILO, terfokus pada perbaikan produktivitas kerja, peningkatan peluang kerja dan perluasan peluang kewirausahaan dalam rantai nilai makanan berbasis pertanian, khususnya jagung, rumput laut dan ternak.

Afriani dan petani rumput laut diberikan keahlian untuk memulai pembukuan keluarga dan menyusun target-target keuangan jangka pendek, menengah dan panjang.

Di rumah, ia segera menerapkan pengetahuan barunya dan tercengang ketika menemukan bahwa keluarganya memperoleh Rp. 5,800,000 per bulannya dari budidaya rumput laut dan Rp. 1,600,000 per bulannya dari menjual es batu. “Kami tidak pernah menyadari bahwa kami memperoleh penghasilan sebesar itu,” ujarnya. “Pelatihan ini benar-benar telah membuka mata saya mengenai pentingnya manajemen keuangan dan pembukuan.”

Selanjutnya ia menghitung pengeluaran rutin keluarga, dan sebagai hasilnya, mampu menyusun anggaran untuk hal-hal seperti pengeluaran rutin harian, pendidikan dan komitmen-komitmen sosial. “Keluarga saya menghabiskan total Rp. 5,300,000 per bulannya. Ketika secara seksama menghitung prioritas dan pengeluaran, saya memiliki pengeluaran yang sebenarnya tidak diperlukan dan tidak saya sadari,” ujarnya.

Setelah memilah-milah situasi keuangan hari per hari, Afriani kemudian menggunakan keahlian barunya ini untuk jangka waktu yang lebih panjang,

Saya belajar banyak mengenai manajemen keuangan selama pelatihan. Sebagai pemimpin

kelompok, saya harus membantu dan mendukung

anggota kelompok saya untuk menyelesaikan tugas-tugas

karena tidak semuanya dapat membaca dan menulis.

mengembangkan sebuah pendekatan strategis terhadap alur keuangannya. “Sebelumnya, kekhawatiran saya adalah harga pasar yang berfluktuasi, dan saya mengabaikan pentingnya pengelolaan uang ketika harga pasar sedang bagus”.

“Saya sekarang memiliki akun bank. Dulu saya sempat menabung namun berhenti beberapa tahun yang lalu karena saya selalu kehabisan uang. Sekarang keadaan sudah berubah. Hanya dengan mencatat pendapatan dan pengeluaran Anda, saya dapat mulai menabung sekarang,” ujarnya.

“Yang paling saya pelajari adalah bahwa saya tidak menyadari kapasitas dan kemampuan sendiri. Pelatihan ini telah mengubah saya menjadi petani yang lebih baik, pengusaha yang lebih baik dan ibu yang lebih baik”.

Pelatihan Afriani juga telah memberikan manfaat kepada keluarga lain dalam komunitasnya. Ia ditunjuk sebagai fasilitator lokal untuk membantu para tetangga dalam mempertajam manajemen keuangan rumah tangga mereka, sehingga mereka dapat juga meningkatkan bisnisnya dan memastikan bahwa pendapatan mereka dapat menunjang kepastian pangan, pendidikan serta komitmen budaya dan sosial.

“Penghasilan yang dikelola dengan baik sangatlah penting bagi komunitas saya karena kami memiliki tanggung jawab adat yang harus dipenuhi sebagai bagian dari budaya Sumba Timur,” ujarnya.

Berdasarkan keberhasilan pelatihan Pendidikan Keuangan untuk Keluarga, ILO saat ini memperkenalkan perangkat pelatihan lainnya; Pengembangan Usaha Berbasis Komunitas (Community-Based Enterprise Development/C-BED), yaitu sebuah program pelatihan rendah biaya dan mudah untuk diimplementasikan guna membantu pengusaha dan pemilik usaha melakukan perencanaan dan peningkatan.

Sekali lagi, menurut Yunirwan, pelibatan komunitas adalah kunci kesuksesan program, dan Afriani memimpin di depan. “Kami mengagumi semangat dan komitmen Afriani. Ia berkomitmen untuk memperbaiki tidak hanya dirinya dan usahanya namun juga orang lain di komunitasnya. Ia secara aktif memfasilitasi pelaksanaan C-BED dalam kelompok dan komunitasnya,” ujarnya. ]

16

Kisah Sukses

masa depan yang lebih baik

17

Gender

SEBUAH perusahaan berskala menengah di Bali telah membuktikan bahwa praktik-praktik non-diskriminasi di tingkat perusahaan, termasuk di usaha kecil dan menengah (UKM), akan meningkatkan kinerja dan produktivitas pekerja.

Sejak awal pembentukan perusahaannya yang bernama Spa Factory Bali, Maria Satya Putri menaruh perhatian serius terhadap kesejahteraan para pegawainya. Memulai usahanya sejak tahun 2002 dengan satu pegawai =hingga kini mempekerjakan lebih dari 50 pegawai, Maria telah menjalankan praktik-praktik dan peraturan-peraturan non-diskriminasi.

Selain itu, opsi juga diberikan kepada pekerja perempuan yang menyusui. Mereka bisa menggunakan ruang menyusui di mana tersedia kulkas untuk menyimpan ASI atau mereka dapat mengambil rehat satu jam untuk menyusui bayinya di rumah. Opsi kedua sebagian besar berlaku bagi para pekerja perempuan yang tinggal di daerah sekitar perusahaan.

Kebijakan sensitif gender ini, ujar Maria, telah meningkatkan motivasi, kinerja dan efisiensi para pekerjanya. Ia juga menyaksikan adanya rasa memiliki dan loyalitas yang lebih kuat dari mereka.

Respons positif tidak hanya datang dari para pekerja, namun juga dari para investor dan pembeli. “Pembeli terkesan dengan hal ini dan sebagai hasilnya, penghasilan kami meningkat 30 persen,” ia menambahkan dengan bangga.

“Memahami kebutuhan pekerja dan memberikan apa yang penting bagi mereka adalah sebuah investasi karena manfaat, motivasi, produktivitas dan loyalitas yang dihasilkan kembali lagi untuk perusahaan,” kata Januar Rustandie, Manajer Program SCORE ILO, mengomentari praktik-praktik kesetaraan gender di Spa Factory.

Spa Factory terus menciptakan sebuah lingkungan yang aman bagi pekerja laki-laki dan perempuan. Perusahaan ini sekarang telah mengasuransikan pekerja-pekerja dan keluarganya di bawah BPJS Kesehatan dan telah melakukan pemeriksaan kesehatan reproduksi tahunan untuk pekerja perempuannya. ]

Investasi pada kesetaraan gender

Spa Factory Bali merupakan sebuah usaha berskala menengah yang mengembangkan dan memproduksi produk-produk spa untuk hotel dan sanggraloka lokal dan nasional. Spa Factory juga merupakan perusahaan yang berpartisipasi dalam program Kesinambungan Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE) sejak 2015.

Perusahaan ini menyediakan fasilitas penitipan anak bagi pekerjanya, yang memungkinkan mereka membawa anak ke tempat kerja. Fasilitas ini memberikan rasa nyaman dan aman bagi para pekerja dengan mengetahui anak-anak mereka terjaga dengan baik ketika mereka di tempat kerja.

“Saya ibu dari dua orang anak, saya menghargai rasa aman dengan mengetahui bahwa saya bisa bekerja sementara anak-anak saya terjaga dengan baik,” ujarnya, mempertimbangkan fasilitas ini sebagai sebuah investasi untuk perusahaan.

Menyadari pentingnya menyeimbangkan tanggung jawab kerja dan keluarga, ia juga menyediakan cuti keluarga darurat untuk para pekerjanya. Pekerja dapat mengambil cuti satu hari dalam sebulan untuk merawat anak atau anggota keluarga yang sakit. Lama cuti dapat diperpanjang menjadi tiga hingga empat hari untuk keadaan-keadaan darurat yang lebih serius seperti rawat inap di rumah sakit.

baik untuk bisnis

Walaupun perusahaan saya masih dianggap sebagai

UKM, namun saya memahami kebutuhan ibu-ibu muda yang

bekerja untuk saya. Mereka membutuhkan keyakinan bahwa mereka tidak perlu memilih antara kerja dan

keluarga, khususnya selama masa-masa darurat.

Maria Satya Putri, Pemilik Spa Factory

Perusahaan ini menyediakan fasilitas penitipan anak bagi

pekerjanya, yang memungkinkan mereka

membawa anak ke tempat kerja. Fasilitas ini memberikan rasa

nyaman dan aman bagi para pekerja dengan mengetahui anak-anak

mereka terjaga dengan baik ketika mereka di tempat

kerja.

18

DUNIA sedang menghadapi

krisis pengangguran muda yang makin

meningkat, termasuk di Indonesia. Di

berbagai sektor perekonomian, kaum

muda memiliki kemungkinan 2,8 kali

lebih tinggi menjadi pengangguran

dibandingkan dewasa. Bahkan di

Indonesia, kaum muda memiliki

kemungkinan 4,6 kali lebih tinggi menjadi

pengangguran dibandingkan dewasa.

Karenanya, pemagangan yang berkualitas

tinggi sangat penting dalam menghadapi

persoalan pengangguran muda. Sistem

pemagangan yang memadukan pelatihan

di tempat kerja serta di luar tempat kerja

telah terbukti sukses dalam mendorong

pembelajaran dan pembentukan

Apprenticeship Network/GAN) untuk

mendorong sistem pemagangan di

kalangan perusahaan. Apindo sejak saat

itu terlibat aktif mendorong program

pemagangan di tingkat provinsi. Salah

satu promosi pun dilakukan di Solo, Jawa

Tengah. Lokakarya mengenai pemagangan

dilaksanakan di sana dan dihadiri sekitar 50

peserta yang mewakili berbagai perusahaan

dari sektor hotel, otomotif dan retail.

Kunjungan ke Taman Tekno Solo,

balai latihan kerja pemerintah, dan

Akademi Teknik Industri (ATNI), mampu

menyediakan peluang bagi para peserta

untuk mempelajari lebih lanjut mengenai

kurikulum dan kesiapan institusi pendidikan

dalam berkerjasama dengan industri.

Perusahaan atasi pengangguran mudamelalui program pemagangan

Pemagangan selain dapat menjadi kontribusi

pengusaha dalam mengurangi pengangguran, juga dapat

memberikan manfaat bagi pengusaha dengan

menyediakan pekerja yang memiliki keterampilan, yang sesuai dengan kebutuhan

perusahaan.

FX Sri Martono, Kepala Program Pelatihan Apindo

Kami telah menerima manfaat positif dari program

ini. Hampir 80 persen dari pemagang direkrut oleh

perusahaan karena mereka terbukti memiliki keterampilan kerja yang lebih baik. Hal ini

membantu pemerintah daerah dalam menangani persoalan

pengangguran muda.

Sumartono, Head of Manpower Office in Solo

Selain itu, praktik-praktik yang baik

mengenai bagaimana merumuskan

silabus pemagangan juga dibagi

oleh perusahaan-perusahaan yang

berpartisipasi. Untuk memastikan

efektivitas dari program pemagangan,

berdasarkan pengalaman perusahaan,

maka diusulkan bahwa silabus dan

program pemagangan harus diperbarui

dan dievaluasi secara rutin.

Lokakarya ditutup dengan komitmen

dari Apindo untuk meneruskan upaya

mendorong pemagangan di tingkat

perusahaan serta melaksanakan sebuah

aksi nasional yang bertujuan untuk

mendorong perusahaan mengembangkan

program pemagangan, khususnya melalui

Jejaring Pemagangan Indonesia. ]

Ketenagakerjaan

keterampilan. Selain itu juga mampu

memfasilitasi kesempatan kerja dengan

membangun jembatan antara dunia

pendidikan dan dunia kerja.

Dari perspektif pengusaha, pemagangan

mampu menyediakan pekerja-

pekerja muda dengan keterampilan

yang diperlukan sesuai kebutuhan

perusahaan. Asosiasi Pengusaha

Indonesia (Apindo) merespons persoalan

pemagangan dengan terus-menerus

meningkatkan kesadaran para anggotanya

sehingga sistem yang lebih kokoh

dapat ditempatkan untuk semakin

mengembangkan keterampilan kaum

muda Indonesia.

Apindo baru saja bergabung dalam

Jejaring Pemagangan Global (Global

19

“FORUM Bisnis merupakan

acara penting tahunan yang mampu

menyediakan peluang untuk

mengembangkan pendekatan dan prinsip

dalam membangun konsensus serta dialog

sosial dengan para aktor utama dalam

rantai usaha di Indonesia,” demikian

Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO

untuk Indonesia, saat membuka Forum

Bisnis Better Work Indonesia pada 6-7

September 2016 di Jakarta.

Lebih dari 20 pembeli dan pemasok

berpartisipasi dalam forum ini. Forum

tahunan ini terbuka bagi partisipasi

yang lebih luas seperti pemasok untuk

mendukung solusi inovatif terhadap

berbagai tantangan ketenagakerjaan

dalam rantai pasokan global yang besar.

Acara ini memberikan fokus khusus pada

fitur-fitur Better Work seperti pelaporan

publik. Fitur juga mencakup tantangan

dan peluang dalam kepatuhan terhadap

peraturan serta persoalan dalam hubungan

industrial. Hari kedua forum ini difokuskan

pada mitra-mitra Better Work. Pada sesi

ini disediakan ruang untuk berinteraksi

dengan serikat pekerja, asosiasi

pengusaha, dan perwakilan pemerintah di

BETTER WORK INDONESIAForum Bisnis

Industri garmen dan alas kaki menghadapi tantangan seperti

peningkatan upah tahunan sebesar 11 persen; melemahnya

mata uang rupiah terhadap dollar AS dan tekanan pembeli terkait dengan harga. Untuk memastikan bahwa industri tetap kompetitif, komunikasi

antara pabrik dan serikat pekerja harus terbuka dan

transparan.

Anne Patricia Susanto, APINDO

tingkat nasional untuk membahas isu-isu

kunci yang mempengaruhi kepatuhan,

termasuk problem yang dihadapi di sektor

garmen dan alas kaki.

Better Work Indonesia merupakan salah

satu dari lima program negara yang

dikaji secara independen oleh Tufts

University atas efektivitasnya dalam

meningkatkan kehidupan pekerja garmen

dan meningkatkan daya saing pabrik. Hasil

dari Laporan Kajian Dampak menunjukkan

bahwa Program Better Work memiliki

dampak signifikan dan penting pada

kondisi kerja.

“Sebelumnya, bukti dari hasil yang sama-

sama menguntungkan, meningkatkan

kondisi kerja dan meningkatkan margin

profit, sebagian besar masih menjadi

anekdot belaka. Kajian Dampak yang

dilakukan Tufts University menjadi langkah

yang signifikan dalam membangun

bukti dari relasi tersebut,” ujar Professor

Drusilla Brown, penulis utama dari laporan

tersebut.

Ditegaskan juga bahwa pemantauan

terhadap kepatuhan sangat penting dan

dialog sosial memainkan bagian penting

dalam meningkatkan hasil bagi pekerja. ]

Dampak-dampak utama yang disoroti, mencakup:

w Stabilitas kerja yang lebih baik bagi pekerja, dengan proporsi pekerja memiliki jangka waktu kontrak yang lebih panjang naik menjadi dua kali lipat.

w Peningkatan kesadaran pekerja mengenai hak dan kesediaan untuk mempertimbangkan serikat pekerja dengan serius.

w Penurunan prevalensi kekerasan verbal.

w Efek yang cukup besar dalam besaran upah yang dibawa pulang pekerja.

v Peningkatan perawatan prenatal.

19

Ketenagakerjaan

2016

2020

Praktik bisnis yang bertanggungjawab dan berkelanjutan di IndonesiaILO menggelar serangkaian seminar tentang praktik-praktik bisnis berkelanjutan dan bertanggungjawab di Indonesia. Rangkaian seminar

ini merespons tantangan besar yang saat ini berdampak pada dunia kerja, terutama ketidakpastian dari melambatnya perekonomian

global dan nasional, ketergantungan pada sumber daya yang semakin berkurang dan semakin terancam oleh perubahan iklim yang tak

dapat dielakkan. Tantangan ini turut memaksa industri untuk berubah dari ‘bisnis biasa’ dan harus meningkatkan nilai-nilai ekonomi, sosial

dan ekologis kepada masyarakat.

Rangkaian acara ILO ini bertujuan melibatkan para aktor ketenagakerjaan utama, terutama para mitra tripartit (pemerintahan, pekerja,

dan pengusaha) dalam melaksanakan praktik-praktik berkelanjutan dan bertanggungjawab sebagai upaya menelaah langkah-langkah aksi

bersama.

Acara ini difasilitasi oleh Yukiko Arai, pakar dari Unit Perusahaan Multinasional dan Pelibatan Usaha ILO Jenewa. “Pratik-praktik yang

bertanggungjawab secara sosial kerapkali dianggap mahal dan membahayakan daya saing. Namun, saya berharap lokakarya-lokakarya

ini dapat mendemonstrasikan bahwa mencapai hasil menang-menang mungkin dilakukan melalui daya saing yang meningkatkan praktik

kerja dan usaha yang bertanggungjawab secara sosial.,” kata Yukiko.

Rangkaian acara ini diselenggarakan ILO melalui Proyek Industri dan Tempat Kerja untuk Pertumbuhan Berkelanjutan dan Inklusif

(Proyek InSIGHT). Didanai Pemerintah Jepang, Proyek ini bertujuan memperkuat dialog kebijakan dan kapasitas kelembagaan guna

mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif dalam industri dan tempat kerja. Proyek ini juga bertujuan meningkatkan

struktur tripartit setempat dan sistem pendukung untuk mendorong keberlanjutan dan daya saing di tingkat sektor dan tempat kerja. ]

SEKITAR 30 anggota Asosiasi Perhotelan Bali berkumpul untuk mengkaji langkah-langkah meningkatkan penerapan prinsip-prinsip Deklarasi Tripartit ILO mengenai Perusahaan Multinasional dan Kebijakan Sosial (Deklarasi PMN). Lokakarya ini merupakan tindak lanjut dari lokakarya serupa yang digelar di Jakarta.

Berbeda dengan lokakarya Jakarta, lokakarya Bali secara spesifik menargetkan sektor perhotelan karena sektor ini termasuk yang paling maju dalam mempromosikan pengembangan keahlian bagi kaum muda. Sektor-sektor lainnya cenderung menerapkan standar kerja khusus dan membutuhkan sertifikasi bagi para pekerjanya.

Ricky Putra, Kepala Asosiasi Hotel Bali, yang juga General Manager dari The Royal Santrian di Bali, mengatakan bahwa “dalam hal standar dan kualitas sumber daya manusia, Indonesia merupakan salah satu negara termaju di sektor hotel. Para pekerja hotel kami benar-benar dicari oleh sektor hotel di seluruh dunia, di Maladewa, Timur Tengah dan banyak tempat lain.”

Namun masih ada aspek operasional yang dapat ditingkatkan, misalnya dalam

Rantai hotel global untuk promosikan ketenagakerjaan muda

hal pengadaan produk lokal. “Kualitas, sertifikasi, dan kebersihan tidak dapat dijamin bila kita mendapatkannya langsung dari produsen lokal. Standar rantai hotel yang berbeda juga menghalangi kami mencari sumber secara kolektif. Harus ada terobosan untuk mengatasi hal tersebut sehingga produk lokal bisa diterima,” jelas Fransiska Handoko, Government Relation Director dari Asosiasi Perhotelan Bali.

Selama lokakarya, seorang pengusaha sosial, Mariko Asmara, memberi inspirasi bagi para peserta dengan berbagi pengalaman mengenai bagaimana perusahaan dapat bertanggungjawab secara sosial dan berkontribusi secara lebih positif kepada komunitas.

Berbagai pengalaman di tingkat regional, Georginia Pascual dari Proyek InSIGHT ILO berbagi berbagai inisiatif ILO dalam sektor perhotelan yang diterapkan di Filipina dan Thailand, di bawah Proyek Usaha Asia yang Lebih Ramah Lingkungan.

Selama lokakarya, para peserta juga secara aktif terlibat dalam diskusi yang kaya dengan pertukaran pendapat dan gagasan. Mereka memberikan sambutan yang baik untuk menyokong praktik

Para peserta antusias untuk menjajaki lebih lanjut langkah-langkah yang dapat dilakukan bersama ILO, terutama untuk memfasilitasi dialog dengan pemerintah, menindaklanjuti

peluang untuk penelitian yang berorientasi pada aksi tentang sektor perhotelan di Bali dan

mengadakan pertukaran pengetahuan tentang

instrumen dan perangkat ILO.

Tendy Gunawan, Staf ILO

ketenagakerjaan serta usaha yang berkelanjutan dan bertanggungjawab secara sosial ini. Mereka berkomitmen untuk memelihara Bali sebagai destinasi paling dituju di Asia dan membantu memfasilitasi pengembangan masyarakat Bali. ]

Ketenagakerjaan

21

SEKITAR 80 perwakilan dari perusahaan multinasional, asosiasi pengusaha, organisasi pekerja, pengamat ketenagakerjaan dan kaum akademisi berkumpul di Jakarta pada 15 November lalu untuk membahas berbagai upaya agar dunia usaha dapat menerapkan prinsip-prinsip Deklarasi Tripartit ILO tentang Perusahaan Multinasional dan Kebijakan Sosial (Deklarasi PMN).

Mohamad Fahmi, Direktur Eksekutif dari Business Links Indonesia, mengingatkan para peserta tentang pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) terhadap tenaga kerja yang tertuang di dalam Deklarasi PMN ILO. Saat ini, masih ada salah pengertian tentang pelaksanaan CSR di Indonesia, di mana perusahaan cenderung berfokus pada kegiatan komunitas dan bukan pada peningkatan kemampuan para pegawai mereka.

Sementara itu, Alexander Noah, Direktur Pengelola Hotel Dharmawangsa yang juga merupakan perwakilan dari Asosiasi Perhotelan Jakarta, mengatakan bahwa industri perhotelan di Indonesia telah menerapkan konsep CSR tenaga kerja. “Saya yakin konsep CSR tenaga kerja ini juga bisa diterapkan di industri lainnya, bukan hanya di industri perhotelan.

Perusahaan harus mengalokasikan dana untuk kegiatan CSR dan akan lebih baik lagi jika dana tersebut dapat digunakan untuk memperkuat sumber daya manusia internal yang bermanfaat bagi perusahaan dalam jangka panjang,” katanya.

Selanjutnya sejumlah perwakilan perusahaan multinasional dari PT Panasonic Gobel Indonesia, PT Holcim di Indonesia dan PT Astra Daihatsu Motor turut memaparkan program CSR tenaga kerja mereka. PT Panasonic, misalnya, berfokus pada perbaikan fasilitas internal bagi para pekerja sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan daya saing mereka. Sementara PT Astra Daihatsu

dan meningkatkan jejaring usaha di Indonesia

Mempromosikan ketenagakerjaan

Mohamad Fahmi, Direktur Eksekutif dari Business Links Indonesia

berfokus pada manufaktur dalam rantai pasokan dengan meningkatkan pendidikan dan kompetensi karyawan.

PT Holcim Indonesia berfokus pada upaya memberikan peluang pendidikan kejuruan bagi kaum muda di area operasional mereka, terutama terkait industri teknis yang berhubungan dengan semen. Dengan memadukan pembelajaran di kelas dengan pelatihan teknis, para lulusan pendidikan kejuruan ini tidak hanya diserap oleh PT Holcim, namun juga oleh perusahaan multinasional lainnya. ]

Deklarasi PMN merupakan satu-satunya instrumen ILO yang memberikan panduan langsung kepada perusahaan mengenai kebijakan sosial. Terkait erat dengan standar-standar ketenagakerjaan internasional, pasal-pasal Deklarasi ini memaparkan praktik-praktik baik mengenai praktik-praktik tempat kerja yang bertanggungjawab dan berkelanjutan. Deklarasi ini juga merupakan satu-satunya instrumen global yang dikembangkan dan diadopsi oleh pemerintah, pengusaha dan pekerja dari seluruh dunia.

Diadopsi lebih dari 40 tahun lalu, Deklarasi PMN masih sangat relevan saat ini dalam konteks terkait Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan. Prinsip-prinsip di bawah Deklarasi ini bertujuan mendorong kontribusi positif perusahaan-perusahaan multinasional terhadap kemajuan ekonomi dan sosial, serta meminimalisir dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul akibat kegiatan operasional mereka.

21

Ketenagakerjaan

Saat ini masih belum ada standar tentang CSR di

Indonesia. Dewan Perwakilan Rakyat sedang menyusun rancangan peraturan CSR

sebagai sarana untuk mengatur pelaksanaan CSR di Indonesia.

Selain kegiatan CSR untuk komunitas, juga penting

melakukan CSR internal untuk memberdayakan pekerja dan menyediakan fasilitas internal

yang lebih baik.

2222

DIHADIRI oleh 50 peserta tripartit, Forum Hubungan Industrial yang diselenggarakan pada November lalu di Jakarta memaparkan hasil Seminar Hubungan Industrial Tripartit Regional ke-7 bertajuk “Mempromosikan Dialog Sosial dalam Perusahaan” yang diadakan di Chiba, Jepang September lalu. Forum tersebut menggarisbawahi hubungan industrial di kawasan ASEAN. Salah satu hasil yang disoroti adalah pentingnya kerja sama bipartit di tingkat perusahaan sebagai upaya mendukung hubungan industrial yang harmonis di dalam perusahaan.

Selama diskusi interaktif tentang peran lembaga kerjasama bipartit di tempat kerja, Siti Junaedah, Direktur Kerjasama Hubungan Industrial, Kementerian Ketenagakerjaan, menegaskan pentingnya komunikasi dan negosiasi yang adil antara pengusaha dan pekerja di tingkat tempat kerja.

“Kami telah mengadakan serangkaian pelatihan untuk pelatih, terutama untuk para penggiat serikat buruh agar mereka dapat melatih para anggotanya tentang bagaimana melakukan negosiasi yang adil berdasarkan kepercayaan di tempat kerja. Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan juga telah mengembangkan dan menyebarluaskan perangkat komunikasi tentang kerja sama bipartit untuk mendukung hubungan industrial yang harmonis di Indonesia,” katanya menjelaskan.

Para perwakilan organisasi pengusaha dan pekerja sepakat bahwa kedua belah pihak harus mengembangkan komunikasi yang transparan dan membangun kepercayaan satu sama lain. “Dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), kami berharap para pekerja akan membuka lebih banyak dialog ketimbang melakukan pemogokan di jalanan,” kata Myra Hanartani dari Apindo. Agus R. Toniman, Dewan Nasional KSPI, menambahkan, “Kami perlu membangun komunikasi yang lebih baik di tingkat perusahaan, di mana kami dapat menyampaikan kebutuhan para pekerja.”

Sesi-sesi interaktif dalam forum mencakup pembelajaran Sistem Ketenagakerjaan Jepang dan penerapan praktisnya untuk mendukung kebutuhan hubungan industrial di Indonesia. Isu-isu lain yang dibahas termasuk kerjasama pekerja-

kerja yang mempromosikan kerjasama bipartit yang kuat dan timbal-balik di tingkat perusahaan.

Matheus Sikardian dari HM Sampoerna, misalnya, menekankan pendekatan pribadi kepada para pekerjanya yang kebanyakan perempuan dengan tingkat pendidikan rendah. Sementara Budi Santosa dari IBCSD menyebutkan perusahaannya telah menciptakan keterbukaan dan transparansi untuk memperkuat hubungan industrial di tempat kerja.

Dengan menggunakan pendekatan berbeda, Budi mengungkapkan mereka membicarakan pengampunan pajak (tax amnesty) secara terbuka atau mengundang seorang analis ketenagakerjaan, misalnya, untuk membicarakan dampak masa depan, dari hasil pemilu di Amerika Serikat. “Para pegawai kami perlu mengetahui realitas sehingga mereka dapat saling mendukung,” ungkap Budi. ]

Jalur menuju peningkatan hubungan industrialdi Indonesia

Forum ini memainkan peran penting dalam mempromosikan dialog sosial di antara para aktor ketenagakerjaan di negara ini. Melalui dialog sosial kita dapat membangun kepercayaan dan

memperkuat komunikasi di antara kita. Karenanya, saya

berharap hasil-hasil dari forum ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dan

perwujudan hubungan industrial yang harmonis di Indonesia.

Hayani Rumondang, Direktur Jenderal Hubungan Industri Kementerian Tenaga Kerja

Pendekatan pribadi lebih sesuai bagi para pekerja kami yang mayoritas adalah kaum ibu dan ibu rumah tangga. Mereka tidak peduli akan

data dan statistik, tapi mereka lebih peduli tentang menjaga keberlangsungan pekerjaan

mereka dan bagaimana mereka dapat membiayai keluarganya.

Matheus Sikardianto, HM Sampoerna Tbk

pengusaha dalam menciptakan tempat kerja yang lebih ramah lingkungan, lebih aman dan lebih produktif di Filipina serta kasus percontohan dari Vietnam tentang penciptaan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik melalui praktik-praktik ketenagakerjaan dan usaha yang bertanggungjawab secara sosial.

Pengalaman di dalam negeri disampaikan oleh perwakilan HM Sampoerna Tbk, Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan PT Toyota Motor. Mereka berbagi program di tempat

Ketenagakerjaan

2323

jurnalisme yang luar biasa terkait dengan isu-isu ini, “ ujar Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di Indonesia.

Proses registrasi dan seleksi dilakukan bagi karya jurnalistik media yang dipublikasikan dalam periode 1 Juni 2015 hingga 30 September 2016, baik diproduksi oleh para jurnalis secara perorangan maupun tim. Terdapat 82 artikel dan pelaporan jurnalistik yang diterima dan dipilih melalui sebuah proses seleksi oleh para juri: Endy Bayuni, Pemimpin Redaksi Jakarta Post, Burhan Solihin, Editor Eksekutif Tempo.co dan Mohamad Teguh, Pemimpin Redaksi SCTV.

Selain penghargaan media, ILO dan AJI Jakarta juga memberikan beasiswa media bagi para jurnalis terpilih untuk melakukan peliputan mendalam mengenai PRT dan PRTA. Para jurnalis yang terpilih dari tujuh media terkemuka mempublikasikan dan menyiarkan rangkaian pelaporan mendalam atas sejumlah persoalan, seperti: kurangnya peraturan mengenai PRT, hak untuk berserikat bagi PRT, penderitaan PRTA, kurangnya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja bagi PRT dan PRTA sebagai sebuah bentuk perbudakan modern.

Dua penghargaan kehormatan diberikan kepada para PRT yang secara aktif mengadvokasi perjuangan PRT sebagai bagian dari jurnalisme warga. Selain

ILO dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta menyelenggarakan acara penyerahan penghargaan media atas reportase terbaik mengenai perlindungan pekerja rumah tangga (PRT) dan penghapusan pekerja rumah tangga anak (PRTA) di Indonesia pada 23 November lalu di Jakarta.

Pemenang dari lima kategori dibagi menjadi empat jenis: artikel feature, foto bercerita, liputan mendalam dan laporan investigasi.

Penghargaan media ini bertujuan untuk mengapresiasi karya jurnalis dalam menghasilkan produk-produk jurnalisme bermutu, yang mampu menggambarkan berbagai persoalan PRT dan PRTA. Penghargaan media ini juga merupakan bagian dari kampanye ILO untuk menyoroti berbagai upaya nasional, termasuk media massa, dalam mendorong pekerjaan yang layak bagi PRT dan penghapusan PRTA.

“ILO sangat menghargai kemitraan dengan AJI Jakarta. Melalui penghargaan media ini, diharapkan media dapat melanjutkan upaya mengedukasi masyarakat, memperkuat upaya-upaya baik di tingkat nasional dan daerah, serta memberikan suara kepada para pekerja rumah tangga dan pekerja rumah tangga anak yang tidak dapat menyalurkan aspirasinya melalui berbagai karya

mengenai pekerja rumah tangga dan pekerja rumah tangga anak

ILO-AJI Jakarta anugerahi penghargaan media

Pemenang Penghargaan Media ILO-AJI Jakarta 2016:

Laporan investigasi:

• “NTT Darurat Perdagangan

Manusia” oleh Johan Pahlevi dari

Metro TV.

Pelaporan mendalam:

• “Ani: Habis Gelap Terbitlah

Terang” oleh Kenia Gusnaeni dari

Rajawali TV (RTV)

• “Menolak Pengabaian” oleh

Wina Triyanita Sari Simanjuntak

dari DAAI TV

Artikel feature:

• “Menggantung Nasib PRT”

oleh Kresna dari Tirto.id

• “Geliat Pemberdayaan PRT”

oleh Dodi Prananda dari Jawa

Pos

Foto bercerita:

• “Cerita Penampungan PRT”

oleh Andrey Gromico dari Tirto.id

itu, sebagai sebuah upaya untuk terus mendorong pekerjaan yang layak untuk PRT, ILO Jakarta menyelenggarakan serangkaian pelatihan keterampilan menulis bagi PRT sehingga mereka dapat mengadvokasi berbagai persoalan yang dialami dan dapat menyuarakan aspirasinya.

Penghargaan dan beasiswa media ini merupakan bagian dari kampanye ILO melalui Proyek Mempromorsikan Pekerjaan yang Layak untuk Pekerja Rumah Tangga guna Mengakhiri Pekerja Rumah Tangga Anak (PROMOTE). Didanai Departemen Perburuhan Amerika Serikat (USDOL), Proyek PROMOTE bertujuan mengurangi pekerja rumah tangga anak secara signifikan dengan membangun kapasitas kelembagaan mitra guna mendorong pekerjaan yang layak untuk pekerja rumah tangga secara efektif. ]

Ketenagakerjaan

24

Pekerja rumah tangga Indonesia yang teraniaya

SELAMA lebih dari tujuh tahun, Marni Siti* (nama samaran), 22 tahun, disekap di rumah majikannya, seorang ibu dengan empat anak, Mala Husin* (nama samaran) yang menyiksanya secara rutin dan tidak memberikan makan, tidur dan upah atas kerja yang melelahkan dengan jam kerja yang panjang. Ia akhirnya berhasil lari dengan lompat dari lantai tiga menggunakan kabel antena dan memanjat pagar setinggi dua meter. Dengan memar dan bengkak di sekujur tubuhnya, ia pergi ke polisi dan melaporkan majikan penyiksanya pada Februari 2016 lalu.

Marni mulai bekerja di rumah majikannya

pada tahun 2007 ketika ia baru berusia

12 tahun. Ia meninggalkan keluarga dan

tujuh saudaranya di Bogor, Jawa Barat,

dan pergi ke Jakarta dengan pemikiran

ia diundang untuk berlibur. “Saya sedang

libur sekolah saat itu mempersiapkan

studi lanjutan ke pesantren. Paman saya

datang ke rumah dengan majikan saya

mengundang saya pergi ke Jakarta untuk

liburan,” ingatnya.

Ia menceritakan kisah ini dalam diskusi

interaktif mengenai perlindungan

terhadap pekerja rumah tangga (PRT)

dan penghapusan pekerja rumah tangga

anak yang diselenggarakan di Jakarta

pada 14 Agustus. Diskusi interaktif ini

diselenggarakan bersama oleh ILO dan

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta.

Setelah tiba di Jakarta, Mala berjanji

ia akan memperlakukan Marni seperti

Saya hanya berlari dan berlari

dengan orang-orang menonton

saya dengan rasa tidak percaya.

Orang takut menolong saya

karena kondisi saya. Saya

lari ke kantor polisi. Saya

mengatakan pada polisi bahwa

saya takut dipenjara, dan polisi

mengatakan bahwa saya tidak

perlu khawatir karena majikan

sayalah yang harus dipenjara.

mencari keadilan putrinya sendiri dan akan disekolahkan.

“Mala bahkan meminta saya untuk

memanggilnya Mama dan menganggap

empat anaknya seperti saudara saya

sendiri. Mala juga mengatakan bahwa

rumahnya adalah rumah saya juga,”

lanjutnya.

Namun, setelah beberapa bulan, bukannya

pergi ke sekolah, ia harus melakukan

berbagai pekerjaan rumah tangga. Ketika

ia bersikeras ingin pulang, ia dibawa ke

kantor polisi. “Mala mengancam saya

bahwa polisi akan menangkap saya dan

saya akan dipenjara apabila saya pulang.

Saya takut dan tinggal,” ujar Marni.

Selama dua tahun pertama, Mala akan

membawa Marni pulang ke Bogor

untuk bertemu keluarganya. Namun,

Mala berulangkali mengancam untuk

memasukkan ayah Marni ke penjara apabila

ia memutuskan untuk tidak kembali dan

memberitahukan orangtuanya. Ketakutan,

Marni terus bekerja sebagai PRT.

Namun, setelah tahun kedua, kekerasan fisik

dimulai ketika Marni dituduh berselingkuh

dengan salah satu anggota keluarga.

Dimulai dengan tonjokan, kemudian

pemukulan dengan ikat pinggang, sapu

dan sandal. Air panas disiram ke dada

Marni, perutnya disetrika dan ia dipaksa

untuk memakan kotoran kucing.

Penyiksaan ini tidak hanya dilakukan oleh

Mala, namun juga oleh suami dan anak-

anaknya. Marni mengatakan bahwa anak-

anaknya juga bergabung dengan ibunya

memukul dan menyiksa dan bukannya

menyelamatkannya. Tidak mampu

memikul perlakuan tidak manusiawi

tersebut, Marni mencoba untuk mengakhiri

hidupnya tiga kali namun gagal.

Akhirnya, pada Selasa, 13 Februari 2016,

setelah dipukuli dan disiksa selama

berjam-jam, ia memutuskan untuk lari

dari rumah. Ia melompat dari lantai tiga

menggunakan kabel antena dan memanjat

gerbang depan setinggi lebih dari 2 meter

walaupun sekujur tubuhnya memar dan

bengkak.

Polisi segera menggeledah rumah Mala

namun Mala sudah melarikan diri. Ia

menyerahkan diri ke polisi pada hari

berikutnya. Sementara Marni dibawa

rumah sakit polisi untuk perawatan dan

telah menjalani program penyembuhan

trauma. Kasus ini sekarang sedang

disidangkan dengan Marni dalam proses

pemulihan dari luka mental dan fisik yang

berat karena penganiayaan majikannya.

“Saya harap majikan penyiksa saya dan

keluarganya diadili dan dijatuhi hukuman

atas apa yang mereka lakukan pada saya.

Penganiayaan mereka meninggalkan

bekas luka dan trauma namun saya

hanya ingin melanjutkan hidup dan

menggapai mimpi saya” katanya. Sembari

berjalannya persidangan, Marni sekarang

mempersiapkan diri untuk melanjutkan

studinya, mengambil paket pendidikan. ]

24

Ketenagakerjaan