WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

12
Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Juni 2012 Warta Buruh Migran | Edisi XV | Juni 2012 Klik www.buruhmigran.or.id Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common (CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil. Salam Redaksi Banyumas Penanggung Jawab Yossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika Murdiana Tim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur Fitri Kontributor M. Zaim Wahid, M Irsyadul Ibad Tata Letak Wahyu Widayat N Ilustrator Danni Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigran Facebook: buruh migran Portal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan: Tim Redaksi Desa adalah peluang lain pengawasan penempatan dan perlindungan buruh migran Indonesia (BMI). Dengan wewenang untuk mengelola data kependudukan serta persinggunga langsung desa dan masyarakat, desa dapat menjadi aktor pemantau penempatan BMI. Warta Buruh Migran Edisi Juni ini akan mengupas peran desa dalam perlindungan buruh migran. Edisi ini mengulas kemungkinan tersebut dalam perspektif hukum yang membahas administrasi kependudukan; profil desa yang tengah mengupayakan penerapan perlindungan terhadap BMI; peluang dijitalisasi data kependudukan untuk mempermudah pencatatan migrasi di level desa; dan ulasan peluang desa untuk melakukan perlindungan terhadap buruh migran. Beberapa kajian seputar peran desa dalam mengawal arus migrasi warganya ke luar negeri akan menjadi bahasan utama dalam terbitan WBM bulan ini. Selamat membaca Perkuat Peran Perlindungan TKI di Desa Pelbagai konflik agraria, melemahnya kewenangan desa mengelola sendiri sumber daya yang mereka miliki, perubahan fungsi lahan pertanian menjadi industri, dan persoalan lain di desa semakin melemahkan kedaulatan desa. Hal yang tragis desa terus dianggap sebagai penyuplai sumber tenaga kerja kasar bagi perkotaan atau bahkan pekerja migran. Desa yang “dilemahkan” dalam mengembangkan potensi yang mereka miliki, turut menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Lantas, apakah desa masih berpeluang memaksimalkan peran menahan laju migrasi warganya ke luar negeri?. Masih ada banyak hal yang bisa dilakukan desa untuk menyikapi migrasi warganya keluar negeri. Berikut Pengalaman Desa Kopang Rembige di Lombok Tengah dan Desa Dermaji dapat menjadi pelajaran. Memaksimalkan Pelayanan Publik Beberapa dokumen yang menjadi prasyarat keberangkatan seseorang menjadi TKI harus diproses di Desa, KK, KTP, dan izin suami atau istri atau orang tua juga harus diketahui desa. Terkait kebutuhan dokumen TKI, Ahmadi, salah satu perangkat Desa Kopang Rembige menyampaikan pelayanan publik di desa harus memerhatikan aspek perlindungan TKI.

description

Desa adalah peluang lain pengawasan penempatan dan perlindungan buruh migran Indonesia (BMI). Dengan wewenang untuk mengelola data kependudukan serta persinggunga langsung desa dan masyarakat, desa dapat menjadi aktor pemantau penempatan BMI. Warta Buruh Migran Edisi Juni ini akan mengupas peran desa dalam perlindungan buruh migran. Edisi ini mengulas kemungkinan tersebut dalam perspektif hukum yang membahas administrasi kependudukan; profil desa yang tengah mengupayakan penerapan perlindungan terhadap BMI; peluang dijitalisasi data kependudukan untuk mempermudah pencatatan migrasi di level desa; dan ulasan peluang desa untuk melakukan perlindungan terhadap buruh migran. Beberapa kajian seputar peran desa dalam mengawal arus migrasi warganya ke luar negeri akan menjadi bahasan utama dalam terbitan WBM bulan ini. Selamat membaca

Transcript of WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Page 1: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

Warta Buruh Migran| Edisi XV | Juni 2012

Klik www.buruhmigran.or.id

Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common

(CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau

keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama,

kecuali untuk kepentingan komersil.

Salam Redaksi Banyumas

Penanggung JawabYossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika MurdianaTim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur FitriKontributorM. Zaim Wahid, M Irsyadul IbadTata LetakWahyu Widayat NIlustratorDanni

Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigranFacebook: buruh migranPortal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan:

Tim Redaksi

Desa adalah peluang lain pengawasan penempatan dan perlindungan buruh migran Indonesia (BMI). Dengan wewenang untuk mengelola data kependudukan serta persinggunga langsung desa dan masyarakat, desa dapat menjadi aktor pemantau penempatan BMI.

Warta Buruh Migran Edisi Juni ini akan mengupas peran desa dalam perlindungan buruh migran. Edisi ini mengulas kemungkinan tersebut dalam perspektif hukum yang membahas administrasi kependudukan; profil desa yang tengah mengupayakan penerapan perlindungan terhadap BMI; peluang dijitalisasi data kependudukan untuk mempermudah pencatatan migrasi di level desa; dan ulasan peluang desa untuk melakukan perlindungan terhadap buruh migran.

Beberapa kajian seputar peran desa dalam mengawal arus migrasi warganya ke luar negeri akan menjadi bahasan utama dalam terbitan WBM bulan ini. Selamat membaca

Perkuat Peran Perlindungan TKI di Desa

Pelbagai konflik agraria, melemahnya kewenangan desa

mengelola sendiri sumber daya yang mereka miliki, perubahan

fungsi lahan pertanian menjadi industri, dan persoalan lain di

desa semakin melemahkan kedaulatan desa. Hal yang tragis

desa terus dianggap sebagai penyuplai sumber tenaga kerja

kasar bagi perkotaan atau bahkan pekerja migran.

Desa yang “dilemahkan” dalam mengembangkan potensi

yang mereka miliki, turut menjadi salah satu penyebab

tingginya angka pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke

luar negeri. Lantas, apakah desa masih berpeluang

memaksimalkan peran menahan laju migrasi warganya ke luar

negeri?.

Masih ada banyak hal yang bisa dilakukan desa untuk

menyikapi migrasi warganya keluar negeri. Berikut Pengalaman

Desa Kopang Rembige di Lombok Tengah dan Desa Dermaji

dapat menjadi pelajaran.

Memaksimalkan Pelayanan PublikBeberapa dokumen yang menjadi prasyarat keberangkatan

seseorang menjadi TKI harus diproses di Desa, KK, KTP, dan izin

suami atau istri atau orang tua juga harus diketahui desa.

Terkait kebutuhan dokumen TKI, Ahmadi, salah satu perangkat

Desa Kopang Rembige menyampaikan pelayanan publik di desa

harus memerhatikan aspek perlindungan TKI.

Page 2: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 2 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

02 | Sekilas Peristiwa

“Sebelum menandatangani dokumen, perangkat

desa harus melakukan mediasi antara keluarga, Calon

TKI, dan pihak-pihak yang mengarahkan warganya

menjadi TKI, dalam hal ini adalah Calo TKI. Kepala

Desa tidak boleh asal tandatangan, apalagi memalsu

dokumen identitas.

Semua pihak harus didudukkan, syukur ketika diskusi

menemukan alternatif pekerjaan, dan Calon TKI tidak

harus bekerja ke luar negeri,” tutur Ahmadi, ditemui

saat mengikuti dengar pendapat RUU Desa di DPR RI

(20/06/12).

Desa kantong TKI harus memiliki pengetahuan yang

utuh soal prosedur dan mekanisme migrasi atau

bekerja di luar negeri. Hal ini penting agar ketika

pekerjaan alternatif bagi Calon TKI di desa tidak

ditemukan, pelayanan publik di desa bisa mengawal

proses migrasi melalui jalur yang minim risiko.

“Sekalipun harus menjadi TKI, desa harus bisa

menjelaskan bahwa tanpa calo sekalipun, warga bisa

memproses sendiri migrasi melalui jalur yang minim

risiko, dan desa harus memiliki data akurat terkait

warganya yang menjadi TKI, serta terus melakukan

kontak secara berkala dengan keluarga untuk

memastikan kondisi warganya di luar negeri,”

tambahnya.

Peran lain dari pelayanan publik terkait isu TKI di desa

adalah keterlibatan desa membantu keluarga TKI yang

terlibat masalah di luar negeri. Pengalaman Desa

Dermaji di Banyumas menunjukkan desa mampu

menjadi penghubung penyelesaian proses

pemulangan jenazah warganya yang menjadi TKI di

Brunnei Darussalam.

Pada kasus pemulangan jenazah Riswo dari Brunnei

Darussalam, Bayu Setyo Nugroho, Kades Dermaji

menjembatani komunikasi keluarga dengan pelbagai

pihak, BNP2TKI, relawan jaringan Mekarwangi di

Jakarta, redaksi PSDBM, dan kerabat almarhum di

Brunnei Darussalam hingga jenazah Riswo tiba di Desa

Dermaji.

Peran desa dalam perlindungan TKI juga butuh

mewujud dalam upaya pembangunan ekonomi desa.

Identifikasi potensi dan aset lokal penting dilakukan

untuk menuju kemandirian desa. Asumsinya, jika

potensi ekonomi desa dapat dikelola dengan maksimal,

maka desa tidak lagi hanya diposisikan sebagai

penyuplai tenaga kerja kasar di perkotaan atau luar

negeri. Hal ini karena warga desa mampu terserap di

sektor-sektor ekonomi perdesaan.

Melalui pengelolaan layanan publik desa yang

transparan, akuntabel, demokratis, dan berpihak pada

masyarakat, khususnya kelompok marginal desa

sangat mampu untuk berdaulat. Meskipun kondisi ini

pun masih sebatas bayangan ideal peran desa, bukan

tidak mungkin, dengan keberanian dan kreativitas,

desa dapat mewujudkannya menjadi realitas. [ ]

Suasana lokakarya desa-desa di Banyumas, beberapa diantaranya

adalah desa kantong BMI

Page 3: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 3 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

03 | Sekilas Peristiwa

Banyumas

Dermaji Siap Menjadi Desa

Percontohan untuk Perlindungan

Buruh Migran

Desa adalah bagian penting dalam penyelenggaraan penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI). Undang-undang No 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri memberikan wewenang kepada pihak desa untuk terlibat dalam legalisasi dokumen dan pengawasan pemberangkatan. Meski tidak terdapat petunjuk teknisnya, namun desa berkewajiban untuk memeriksa kesahihan beberapa dokumen yang menjadi prasyarat migrasi, seperti surat izin pihak keluarga dan kartu tanda penduduk.

Menurut Bayu Setyo Nugroho, Kepala Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Banyumas, meski menjadi bagian kerja keseharian desa, pengawasan penempatan TKI masih jarang diperhatikan oleh pihak desa. Pelbagai faktor menjadi penyebabnya, salah satunya adalah kapasitas pengetahuan perangkat desa tentang proses migrasi aman (18/06/2012).

“Sebagai percontohan, kami siap menjadi desa yang menjadi model pengawasan buruh migran yang baik,” tegas Bayu.

Dengan dukungan Pusat Sumber Daya Buruh Migran Infest Yogyakarta dan Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas, Desa Dermaji akan memulai proses perbaikan tata kelola perlindungan buruh migran dengan merapikan data kependudukan dan membangun database penduduk yang bermigrasi ke luar negeri untuk bekerja. Guna kebutuhan tersebut, Desa Dermaji –seperti halnya desa dalam Gerakan Desa Membangun (GDM)– akan menggunakan sistem informasi tata kelola pemerintahan desa Mitra Desa -

yang dikembangkan oleh GDM dan Infest Yogyakarta. Ketersediaan database ini akan memudahkan proses temu kembali data warga yang bekerja di luar negeri. Dengan demikian, penanganan kasus dan pengawasan akan lebih mudah dilakukan.

Pemerintah Desa Dermaji juga akan menerapkan peraturan khusus desa yang mengatur sistem perekrutan warga menjadi buruh migran oleh Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) atau perwakilannya. Setiap PPTKIS yang beroperasi di Wilayah Dermaji diwajibkan untuk melapor dan meminta izin operasi.

“Pihak Desa Dermaji tidak akan mengeluarkan surat untuk migrasi apabila PT yang memberangkatkan diindikasikan bermasalah,” tegas Bayu.

Pembuatan database PPTKIS yang beroperasi di wilayah Dermaji memudahkan proses pengawasan dan penanganan kasus. Hal ini mencegah terulangnya banyak kasus tidak diketahuinya PPTKIS dan penanggungjawab perekrutan TKI yang diberangkatkan ke luar negeri. Hal ini sangat merugikan pihak TKI dan menyulitkan pemerintah desa.

Kegiatan persiapan ujicoba penerapan sistem pengawasan ini ditargetkan akan selesai pada akhir Agustus 2012. Pemerintah Desa Dermaji hingga saat ini terus berkoordinasi dengan Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) untuk menyusun langkah taktis dan menyiapkan kebutuhan persiapan lainnya. [ ]

Page 4: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 4 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

Forum Human Trafficking di Hong KongOleh: Fera Nuraini

Hong kong

Seminar ini berlangsung pada pukul 2 siang hingga pukul 6 sore waktu setempat. Hadir dalam forum ini Pun Thin Chi dari HKCTU, Beate Andrees dari ILO, Elizabeth Tang dari IDWN, Sring Atin dari LIPMI, Anik Setyo dari IMWU, Haryati dari INDIES Jakarta, perwakilan BMI di Hong Kong, serta warga lokal Hong Kong. Turut hadir pula Sendra Utami dan Hari Budiarto selaku perwakilan dari KJRI Hong Kong.

Forum ini menyoroti praktik perdagangan manusia yang dilakukan oleh Agen dan PJTKI. Dalam forum dibahas mengenai bagaimana sampai saat ini BMI yang bekerja ke Hong Kong harus diperas selama 7 bulan lamanya melalui potong gaji yang jika ditotal jumlahnya mencapai HK$ 21.000 (setara Rp 24.000.000 lebih).

Masalah lain yang juga dibahas adalah kenyataan yang terjadi sampai saat ini buruh migran masih bekerja seperti budak. Hal ini dibuktikan dengan ketiadaan sistem jam kerja yang jelas, padahal Konvensi ILO No. 189 sudah mengakui buruh migran sebagai bagian dari pekerja. Sayang, Indonesia memang belum meratifikasi konvensi ini.

Selain itu, UU no.39/2004 juga menjadi sorotan

lantaran dari total 109 pasal yang ada, hanya 8 pasal

saja yang berpihak pada buruh migran,

selebihnya hanya mewakili kepentingan pengusaha PJTKI. Kontrak mandiri dan permasalahan mengenai underpayment (gaji dibawah standar) juga disuarakan dalam forum ini.

“Pemerintah Hong Kong sudah membatasi pemotongan gaji hanya 10 persen atau sebesar HK$374, tapi BMI harus membayar HK$ 21,000. Ini gila!,” ujar salah satu peserta forum yang merupakan penduduk lokal Hong Kong.

Aktivis buruh migran menanggapi permasalahan dengan cukup serius. Salah satunya Pu Thin Chi dari HKCTU yang berjanji akan terus bekerja sama dengan LSM dan juga organisasi yang ada di Hong Kong untuk menghentikan praktik perdagangan manusia ini. Selain itu, Sring Atin dari LIPMI juga menyoroti tentang kebijakan pemerintah Indonesia yang hanya berorientasi keuntungan dan kebijakan ambigu yang semakin menyuburkan pelanggaran.

Sendra Utami dan Hari Budiarto selaku perwakilan dari KJRI Hong Kong berjanji untuk membawa permasalahan untuk disuarakan ke pemerintah Indonesia. (CNF). [ ]

Pada Minggu, 24 Juni 2012 yang lalu, digelar

sebuah acara yang bertajuk “A Forum on Human

Trafficking of Indonesian Migrant Workers in Hong

Kong” atau Seminar Praktik Perdagangan Manusia di

Hong Kong. Forum yang melibatkan HKCTU, IMWU,

INDIES, ITUC, dan Aliansi Cabut UU No.39/2004 ini

digelar di The Hong Kong Polytechnic University,

Hung Hom.

04 | Sekilas Peristiwa

Page 5: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 5 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

05 | Kajian

Mengakomodasi Migrasi Ketenagakerjaan

Sebagai Peristiwa Kependudukan

Desa memainkan peran penting dalam administrasi

kependudukan nasional. Tanpa peran desa administrasi

kependudukan akan menjadi kian sulit. Sebagai unit

pemerintahan formal terkecil, desa bersinggungan

langsung dengan masyarakat dan menjadi tumpuan

akurasi data kependudukan nasional. Mengacu pada

Undang-Undang No. 23 Tahun 2006, administrasi

kependudukan mencakup serangkaian kegiatan penataan

dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk,

pencatatan sipil, dan pengelolaan informasi administrasi

kependudukan yang menjadi tanggung jawab

pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pada

proses tata kelola kependudukan ini, desa memperoleh

penugasan dari kabupaten/kota untuk menjadi pelaksana

sebagian administrasi kependudukan. Fungsi desa ini

dilaksanakan dengan mengacu pada asas pembantuan.

Undang-undang (UU) Nomor 23 Tahun 2006

mendefinisikan penduduk sebagai warga negara

Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di

Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65

Tahun 2010 (Permendagri No. 65 Tahun 2010) tentang

Pedoman Penyusunan Profil Perkembangan

Kependudukan menjelaskan lebih rinci definisi istilah

kependudukan. Kependudukan didefinisikan sebagai hal-

hal yang berkaitan dengan jumlah, struktur,

pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran,

kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang menyangkut

politik, ekonomi, sosial budaya, agama, serta lingkungan

penduduk di suatu tempat. UU No. 23 Tahun 2006,

mendefinisikan administrasi kependudukan sebagai

sebuah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban

dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan

melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan,

serta yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya,

agama, serta lingkungan penduduk di suatu tempat.

Peran desa dalam tata kelola administrasi

kependudukan diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 37 Tahun 2007 yang menetapkan bahwa

penugasan lebih lanjut tentang tata administrasi

kependudukan kepada camat, lurah dan kepala desa

menjadi tanggungjawab bupati/walikota. Selanjutnya,

petugas registrasi data kependudukan adalah pegawai

negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab

memberikan pelayanan pelaporan peristiwa

kependudukan dan peristiwa penting serta pengelolaan

dan penyajian Data Kependudukan di desa/kelurahan

(pasal 1 butir 20 UU No. 23 Tahun 2006). Karena itu,

sekretaris desa yang berfungsi sebagai petugas

pencatatan yang diatur dalam pasal 1 UU No. 23 Tahun

2006 adalah pegawai negeri.

Page 6: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 6 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

06 |Kajian

Pemberian wewenang kepada Desa/kelurahan dalam

tata kelola administrasi kependudukan berfungsi

sebagai perwakilan pemerintah/instansi di tingkat

kabupaten/kota yang dapat mewakili penandatanganan

beberapa surat atau keperluan administratif

kependudukan, seperti keterangan pindah, surat

keterangan kelahiran dan kematian.

Peran sentral desa tersebut menempatkan desa tidak

hanya sebagai pelaksana, melainkan ujung tombak

administrasi kependudukan. Desa yang bersentuhan

langsung dengan masyarakat menjadi bagian penting

pula dalam pelbagai survei-survei kependudukan yang

berfungsi untuk memperbaharui data kependudukan

untuk kepentingan pembangunan sektoral, seperti

yang dilakukan oleh Badan Pusat statistik (BPS). Peran

besar desa tersebut idealnya juga dapat diarahkan

untuk pencatatan data migrasi ketenagakerjaan.

Migrasi Tenaga Kerja Sebagai Peristiwa

Kependudukan Desa

Migrasi ketenagakerjaan secara terperinci tidak

termuat sebagai bagian dari catatan peristiwa

kependudukan desa. Meski terkait dengan kepindahan

penduduk yang bersifat sementara, migrasi

ketenagakerjaan masih belum memperoleh perhatian

laiknya peristiwa kependudukan lain, seperti kelahiran,

kematian dan perpindahan penduduk dengan jenis

lain, seperti ke luar daerah dan keluar negeri selain

untuk bekerja. Mobilitas pendudukan adalah bagian

yang ditegaskan dalam Permendagri No. 65 Tahun

2010 sebagai bagian dari perkembangan

kependudukan, selain aspek kuantitas dan kualitas

penduduk. Sayangnya, istilah mobilitas ini kerap

dimaknai sebagai perpindahan yang tidak terkait

dengan perpindahan sementara, termasuk migrasi

ketenagakerjaan. Mobilitas ini hanya dimaknai sebagai

perpindahan penduduk secara langsung, baik yang

masuk dan keluar karena terkait dengan aspek

perkembangan penduduk.

Lemahnya aturan yang mengatur tentang pencatatan

migrasi ketenagakerjaan menyebabkan desa seakan

tidak punya wewenang untuk terlibat dalam tata kelola

perpindahan penduduk sementara jenis ini. Bayu

Setyo Nugroho (36), Kepala Desa Dermaji Kecamatan

Lumbir Banyumas, menegaskan keterbatasan tersebut

menyebabkan desa tidak banyak bisa mengambil

tindakan penting terkait dengan perlindungan migrasi

tenaga kerja. Pemerintah desa hanya menjadi sebatas

penandatangan atas surat-surat yang menjadi

prasyarat migrasi. Hal senada dengan Kepala Desa

Dermaji juga disampaikan oleh Munawar Achmad (56),

Kepala Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang

Banyumas. Meski berjumlah sedikit, pemerintah Desa

Pancasan tidak bisa turut serta melakukan pengawalan

proses migrasi tenaga kerja. Padahal, pihak desa akan

menjadi pihak yang disalahkan atau dilibatkan jika

terdapat kasus atau persoalan yang dialami oleh BMI.

Pencatatan migrasi tenaga kerja sebagai

peristiwa kependudukan menjadi salah satu

hal penting dalam proses migrasi.

Mengacu pada beberapa penanganan kasus yang

dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Buruh Migran

(PSD-BM), ketidaktahuan pihak desa menjadi salah

satu hal yang kerap terjadi. Pihak desa tidak memiliki

data terperinnci tentang pemberangkatan BMI, negara

tujuan dan lokasi bekerja, pelaksana penempatan

Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dan kontak

penanganan. Hal ini menunjukkan lemahnya kinerja

administrasi kependudukan di level desa yang

menyangkut pemberangkatan tenaga kerja ke luar

negeri.

Page 7: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 7 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

07 | Kajian

Pencatatan migrasi tenaga kerja sebagai salah satu

peristiwa kependudukan bisa digunakan sebagai alat

untuk melibatkan pihak desa dalam tata laksana

penempatan buruh migran.

Melalui pencatatan, desa bisa mengetahui secara

terperinci situasi dan aktor yang terlibat dalam migrasi

kependudukan warga desa, seperti calo/agen dan

PPTKIS yang memberangkatkan; status bekerja BMI;

alamat dan narahubung di luar negeri. Pencatatan ini

akan memudahkan proses temu kembali data buruh

migran, termasuk dalam situasi darurat penanganan.

Memasukkan migrasi ketenagakerjaan sebagai salah

satu peristiwa kependudukan dapat memperkuat daya

tawar pihak desa untuk memaksa PPTKIS

menyerahkan data terperinci terkait dengan

penempatan BMI. Dengan model ini, kejadian hilang

kontak atau peristiwa tidak diketahuinya PPTKIS yang

memberangkatkan BMI tidak perlu terulang lagi.

Ketercatatan ini juga memungkinkan evaluasi pihak

pemerintah desa atas kinerja penempatan BMI secara

langsung.

Migrasi yang tercatat sebagai peristiwa kependudukan

akan mendorong peran aktif desa untuk turut serta

mendokumentasi dan mengawasi pelaksanaan

penempatan buruh migran. Hal ini juga berfungsi

untuk melibatkan desa lebih dari sekedar juru tanda

tangan atau pengesahan dokumen migrasi. Desa

berhak terlibat lebih jauh untuk meminta PPTKIS

menyerahkan atau melakukan pembaruan data BMI

yang diberangkatkan.

Penyerahan data dari PPTKIS memungkinkan kontrol

desa atas penempatan agar tidak terjadi praktek

kecurangan, perdagangan manusia dan pelanggaran

lain yang merugikan buruh migran.

Data migrasi dapat digunakan untuk juga

mengawasi proses penempatan hingga kepulangan.

Jika terkodifikasi dengan baik, data migrasi dapat

menjadi penunjuk apabila terjadi atau adanya

indikasi pelanggaran, seperti masa kerja yang

melampaui ketentuan kesepakatan kerja sama atau

kontrak kerja. Data tersebut dapat menjadi acuan

pihak desa untuk menanyakan situasi buruh migran

terkait kepada PPTKIS yang memberangkatkan.

Instrumen peristiwa kependudukan ini dapat

menambah keterlibatan pihak ketiga dalam kontrol

pelaksanaan penempatan buruh migran di luar

negeri. Aturan ini berpeluang untuk menjadi

instrumen evaluasi untuk proses pemberangkatan

tenaga kerja yang dilakukan oleh PPTKIS.

Keterlibatan pihak desa dapat menjadi peluang lain

memperkuat pengawasan keseluruhan proses

migrasi ketenagakerjaan mulai dari level desa. [ ]

M. Zaim Wahid,Staff Media JGOS dan

Relawan Gerakan Desa

Membangun (GDM)

Page 8: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 8 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

08 | Kajian

Dijitalisasi Data Migrasi Tenaga Kerja

di Level DesaOleh: Muhammad Irsyadul Ibad

Penyimpanan data di desa dengan menggunakan media

fisik, seperti kertas menjadi salah satu tantangan

perbaikan tata kelola administrasi dan pelayanan di level

desa. model penyimpanan tersebut menyulitkan temu

kembali dan pengolahan data. Model tersebut juga

membuat pelayanan publik akan menjadi pelan karena

harus terlebih dahulu dilakukan pencarian data secara

manual.

Sejak awal tahun 2012, Lembaga Kajian Pengembangan

Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan (Infest)

Yogyakarta telah memulai upaya untuk memuat sebuah

aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk

mempermudah tata kelola data dan pelayanan melalui

sistem dijital. Sistem yang dinamai Mitra Desa ini telah

sampai pada versi 1.0.

Sistem ini dikembangkan oleh Infest dengan dukungan

pengetahuan dari beberapa desa di Banyumas, seperti

Desa Melung dan Karangnangka Kecamatan Kedung

Banteng, Desa Dermaji Kecamatan Lumbir, Desa

Pancasan Kecamatan Ajibarang; dan Desa

Mandalamekar Kecamatan Jatiwaras Tasikmalaya.

Berikut ini adalah cuplikan wawancara dengan

Muhammad Khayat, Kepala Program Pengembangan

dan Pemberdayaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) Infest Yogyakarta terkait dengan pengembangan

sistem yang salah satunya akan digunakan untuk

mendukung tata kelola administrasi migrasi

ketenagakerjaan di level desa.

Apa yang sebenarnya dimaksud dengan

dijitalisasi?

Pengubahan bentuk dan model penyimpanan data

yang semula menggunakan media kertas atau media

tulis fisik lainnya menjadi data elektronik yang

tersimpan di dalam sistem komputer.

Kenapa dij italisasi dibutuhkan dalam tata

kelola administrasi desa?

Dijitalisasi penting untuk temu dan pengolahan

kembali data kependudukan sehingga

mempermudah kinerja pemerintah desa untuk

kebutuhan tertentu. Penerapan dijitalisasi untuk

menggantikan kencederungan penggunaan media

kertas (paper based) sebagai penyimpanan data.

Apa kelemahan dari model penyimpanan

data menggunakan kertas?

Penyimpanan data menggunakan kertas memakan

ruang, proses pencarian membutuhkan waktu lebih

banyak. Resiko kerusakan kertas juga tinggi. Jika tidak

disimpan secara benar kehilangan data adalah

resikonya.

Page 9: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 9 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

09 | Kajian

Kemudahan apa yang diperoleh dari

dijitalisasi?

Beberapa kemudahan dijitalisasi data

kependudukan itu memudahkan proses temu dan

olah kembali data kependudukan. Saat masih

menggunakan kertas, pencarian data harus

dilakukan dengan membongkar tumpukan

penyimpanan kertas. Dengan dijitalisasi analisa dan

pengolahan data menjadi lebih mudah, seperti

mencari angka statistika kependudukan atau

pengolahan lain sesuai dengan kebutuhan desa.

Aplikasi apakah yang sedang Anda

kembangkan untuk mendukung dijitalisasi

data di tingkat desa?

Aplikasi ini adalah perangkat lunak (software) yang

dapat digunakan untuk menyimpan dan mengolah

data dasar warga desa untuk kepentingan khusus

administrasi desa, seperti penerbitan dokumen

surat pengantar. Sistem ini juga bisa digunakan

untuk mencatat peristiwa kependudukan (lahir,

mati, pindah datang, kawin dan cerai).

Apakah aplikasi ini juga dapat digunakan

untuk mencatat migrasi ketenagakerjaan

sebagai salah satu peristiwa kependudukan?

Bisa. Akan ada fasilitas khusus yang memuat data-

data penting migrasi ketenagakerjaan penduduk

desa. Artinya migrasi masuk ke dalam isu peristiwa

kependudukan.

Apa saja akan masuk ke dalam fitur migrasi

tenaga kerja pada aplikasi ini?

Sistem ini akan memuat proses migrasi dengan cara

merekam keseluruhan data terkait dengan calon TKI

dan pihak lain yang terlibat, seperti PJTKI (Pelaksana

Penempatan Tenaga Kerja Indonesia), sponsor,

negara tujuan, update keberangkatan, data

pekerjaan di luar negeri, majikan, negara tujuan dan

kontak di sana. Data ini akan terhubung dengan data

pokok masing-masing individu warga desa berbasis

kartu keluarga (KK).

Apa kemudahan lain yang akan disajikan aplikasi ini?

Aplikasi ini bisa mempercepat pelayanan, karena

proses temu kembali yang cepat. Di Desa Melung

Kecamatan Kedung Banteng Banyumas, ada tagline

Kalau lebih dari 5 menit warga tidak perlu

membayar. Itu menunjukkan kemudahan yang

disajikan dalam sistem ini.

Berapa desa yang telah mempergunakan sistem ini?

Aplikasi ini baru akan diluncurkan pada akhir

Agustus 2012, tapi beberapa desa yang menjadi

pengembang sudah mulai menggunakannya, seperti

Desa Melung, Desa Karang Nangka, Desa Dermaji

dan Desa Pancasan (MII).

Page 10: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 10 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

10 | Panduan

Tips Aman Sebelum Menjadi TKI (2)Oleh: Narsidah

Jika pada terbitan edisi Mei 2012 dibahas tentang

informasi penting yang harus dipastikan oleh

seseorang sebelum memutuskan menjadi TKI. Pada

edisi ini disampaikan informasi terkait prosedur dan

beberapa hal penting lain sebelum proses migrasi.

Prosedur dan Pengurusan Dokumen TKI:

Pengurusan dokumen sebaiknya dilakukan oleh

Calon TKI sendiri, jika sponsor membantu

menguruskan dokumen, pastikan dokumen tidak ada

yang dipalsukan.

1. Agar dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI

harus memiliki dokumen sesuai UU nomor 39

tentang PPTKLN Tahun 2004 yang meliputi:

- Kartu Tanda Penduduk (KTP-foto copy);

- Ijasah pendidikan terahir;

- Akte kelahiran atau surat keterangan kenal

lahir;

- Surat keterangan status perkawinan bagi yang

telah menikah melampirkan foto copy buku

nikah;

- Surat keterangan ijin suami/istri atau orang tua;

- Surat keterangan sehat berdasarkan hasil

pemeriksaan kesehatan dan psikologi;

- Surat Rekomendasi dari Dinas Tenaga Kerja

setempat;

- Surat Perjanjian Penempatan TKI;

- Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN);

- Sertifikat Lulus Uji Kompetensi (LUK);

- Surat Perjanjian Kerja (Kontrak Kerja );

- Paspor yang diterbitkan oleh kantor Imigrasi

setempat;

- Visa Kerja;

2. Pastikan tidak ada pemalsuan data pada dokumen

anda.

3. Baca dan Pahami isi Kontrak Kerja.

Page 11: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 11 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

11 | Panduan

Program Asuransi TKI:

1. PPTKIS/PJTKI wajib mengikutsertakan setiap

Calon TKI (BMI) dalam program asuransi TKI

yang ditanggungkan untuk masa pra

penempatan, selama bekerja, dan purna

penempatan;

2. Kartu peserta asuransi yang selanjutnya

disingkat KPA adalah kartu yang diterbitkan

oleh penanggung sebagai bukti keikutsertaan

tertanggung (TKI) dalam asuransi yang

merupakan bagian dari polis;

3. Penerima santunan adalah tertanggung atau

ahli waris yang sah untuk menerima santunan;

4. Sebelum berangkat atau terbang ke luar negeri

Anda harus menyalin (foto copy) semua

dokumen: Paspor, Visa, Kontrak Kerja, dll,

berikan pada keluarga di rumah dan simpan

ditempat yang aman

Hal-Hal Penting Bagi TKI Saat di

Penampungan atau Proses Pendidikan

dan Pelatihan di Balai Latihan Kerja:

1. Pastikan PPTKIS yang menampung Anda (calon

TKI) mempunyai job order atau dokumen

permintaan tenaga kerja dari agen di luar

negeri, fasilitas yang memadai sesuai dengan

standardisasi dalam peraturan.

2. Saat di penampungan calon TKI wajib

mendapatkan pelatihan sesuai standardisasi

yang ada meliputi: pelatihan bahasa negara

tujuan, ketrampilan (cara bekerja),

pengetahuan adat istiadat dan budaya negara

tujuan, peraturan ketenaga kerjaan di

Indonesia dan di negara tujuan, serta informasi

tentang hak-hak buruh migran.

3. Pada saat ditampung calon TKI tidak boleh

dipekerjakan di luar PT (di-PKL-kan)

4. Bila anda seorang pekerja rumah tangga atau

buruh pabrik, mintalah surat kontrak kerja, teliti

dan pahami isinya, apakah sudah mengandung

hak-hak seperti besarnya gaji atau tunjangan lain

seperti hari libur, persyaratan dan kewajiban,

sesuai peraturan di negara setempat, jenis

pekerjaan serta alamat jelas dari majikan yang

mempekerjakan anda.

5. Kontrak kerja: Sebelum menandatangani

perjanjian kerja atau kontrak, mintalah waktu

beberapa saat untuk membacanya terlebih

dahulu, tanyakan pada pegawai PT jika ada hal

yang kurang dipahami. Kontrak kerja harus dibaca

dengan teliti dan pahami isinya.

6 Mintalah kepada pegawai PT salinan (foto copy)

dari setiap surat/dokumen yang anda

tandatangani

7. Jangan biarkan PPTKIS, sponsor atau calo, dan

orang lain memalsukan identitas anda

8. Jangan pernah mau untuk menandatangani

kertas kosong atau tulisan yang isinya anda tidak

mengerti

Pemberangkatan:

1. Pastikan Anda (Calon TKI) sudah diikut sertakan

Asuransi TKI

2. Alat transportasi yang digunakan pada saat

pemberangkatan ke negara tujuan sesuai

dengan standardisasi adalah menggunakan

pesawat terbang

Page 12: WARTA BURUH MIGRAN EDISI JUNI 2012

Halaman 12 | Warta Buruh Migran | Juni 2012

3. Visa adalah selembar kertas atau stempel

khusus di dalam paspor yang merupakan

tanda bahwa anda diijinkan masuk ke suatu

negara dengan visa kerja. Anda harus berani

MENOLAK jika PPTKIS menguruskan visa turis

untuk anda, hal itu berarti agen atau PPTKIS

menggunakan jalur yang tidak sah secara

hukum dan anda akan menanggung resiko

sebagai buruh migran ilegal.

4. Kontrak kerja adalah perjanjian yang

mengatur tentang hak-hak seperti besarnya

gaji, waktu pembayaran gaji, atau

tunjangan lain seperti hari libur,

persyaratan dan kewajiban, sesuai

peraturan di negara setempat, jenis

pekerjaan serta alamat jelas dari majikan

yang mempekerjakan anda.

5. Sebelum berangkat atau terbang ke luar

negeri anda harus mendapatkan salinan

(foto copy) semua dokumen milik Anda

seperti: Paspor, Visa, Kontrak Kerja, dll,

berikan pada keluarga dirumah dan simpan

ditempat yang aman

Lindungi TKI, Rekam data migrasi sejak

di desa.

12 | Panduan

Redaksi PSD-BM menerima pelbagai tulisan seputar kajian buruh migran.

Kirim tulisan ke email redaksi di alamat [email protected]