Warta Bea Cukai Edisi 406

81
PROFIL AMBANG PRIYONGGO KEHIDUPAN SAYA DI BC HANYALAH SALAH SATU FACET DARI BANGUNAN HIDUP SEBAGAI MANUSIA SAAT INI PEMBUKUAN INTERNAL YANG DIPAKAI SEBAGAI ALAT PENGAWASAN OLEH DJBC WAWANCARA THOMAS SUGIJATA SEPTEMBER 2008 TAHUN XL EDISI 406 AUDIT CUKAI UNTUK MENGUJI KEPATUHAN BUKAN MENCARI KESALAHAN

Transcript of Warta Bea Cukai Edisi 406

Page 1: Warta Bea Cukai Edisi 406

MENUNGGU IMPLEMENTASIPROFILAMBANG PRIYONGGOKEHIDUPAN SAYA DI BC HANYALAH SALAH SATUFACET DARI BANGUNAN HIDUP SEBAGAI MANUSIA

SAAT INI PEMBUKUAN INTERNAL YANG DIPAKAISEBAGAI ALAT PENGAWASAN OLEH DJBC

WAWANCARATHOMAS SUGIJATA

SEPTEMBER 2008TAHUN XL EDISI 406

AUDITCUKAI

UNTUK MENGUJI KEPATUHANBUKAN MENCARI KESALAHAN

Page 2: Warta Bea Cukai Edisi 406

1WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

IZIN DEPPEN: NO. 1331/SK/DIRJEN-G/SIT/72TANGGAL, 20 JUNI 1972 ISSN.0216-2483

PELINDUNGDirektur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Direktur Jenderal Bea dan Cukai:Drs. Anwar Suprijadi, MSc

PENASEHATDirektur Penerimaan & PeraturanKepabeanan dan Cukai:Drs. Hanafi UsmanDirektur Teknis KepabeananIr. Agung Kuswandono, MADirektur Fasilitas KepabeananDrs. Kusdirman IskandarDirektur CukaiDrs. Frans RupangDirektur Penindakan & PenyidikanDrs. R.P. Jusuf IndartoDirektur AuditDrs. Thomas Sugijata, Ak. MMDirektur Kepabeanan InternasionalDrs. M. Wahyu Purnomo, MScDirektur Informasi Kepabeanan & CukaiDr. Heri Kristiono, SH, MAKepala Pusat Pendidikan danPelatihan Bea dan CukaiDrs. Endang TataInspektur Bea dan CukaiEdy SetyoTenaga Pengkaji Bidang Pelayanan &Penerimaan KCDrs. Bambang PrasodjoTenaga Pengkaji Bidang Pengawasan &Penegakan Hukum KCDrs. Erlangga Mantik, MATenaga Pengkaji Bidang PengembanganKapasitas & Kinerja Organisasi KCSusiwijono, SE

KETUA DEWAN PENGARAHSekretaris Direktorat JenderalBea dan Cukai:Drs. Kamil Sjoeib, MA

WAKIL KETUA DEWAN PENGARAH/PENANGGUNG JAWAB

Kepala Bagian Umum:Sonny Subagyo, S.Sos

DEWAN PENGARAHIr. Harry Mulya, MSi,Drs. Patarai Pabottinggi,Drs. R. Syarif Hidayat, M.Sc,Muhamad PurwantoroMarisi Zainuddin Sihotang, SH.,M.M.Lupi Hartono, Muhammad Zein, SH, MA.Maimun, Ir. Agus Hermawan, MA.

PEMIMPIN REDAKSILucky R. Tangkulung

REDAKTURAris Suryantini,Supriyadi Widjaya,

FOTOGRAFERAndy Tria Saputra

KORESPONDEN DAERAH` Hulman Simbolon (Medan),

Ian Hermawan (Pontianak), DonnyEriyanto (Makassar), Bambang Wicaksono(Ambon), Muqsith Hamidi (Balikpapan)

KOORDINATOR PRACETAKAsbial Nurdin

SEKRETARIS REDAKSIKitty Hutabarat

PIMPINAN USAHA/IKLANPiter Pasaribu

TATA USAHAShinta Dewi AriniUntung Sugiarto

IKLANKitty Hutabarat

SIRKULASIH. Hasyim, Amung Suryana

BAGIAN UMUMRony Wijaya

PERCETAKANPT. BDL Jakarta

ALAMAT REDAKSI/TATA USAHAKantor Pusat Direktorat JenderalBea dan Cukai,Jl. Jenderal A. Yani (By Pass) Jakarta TimurTelp. (021) 478 65608, 478 60504,4890308 Psw. 154Fax. (021) [email protected]

REKENING GIRO a/n :PITER PASARIBUBANK BRI KANTOR KASDITJEN BEA DAN CUKAI JAKARTANomor Rekening : 1256.01.000001.30.5

Pengganti Ongkos Cetak Rp. 12.500,-

TERBIT SEJAK 25 APRIL 1968

DARI REDAKSI

1WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

MEMBANGUNKEPATUHAN INTERNAL

DAN EKSTERNALasca pemeriksaan KPK ke KPU Bea Cukai Tanjung Priok yangmengakibatkan beberapa pegawai ditindak, sempat adakomentar begini, “Bagaimana dengan pengusaha yang nakal,kok nggak ada beritanya ?”. Jawabannya muncul kemudianbulan Agustus lalu.

Media massa pada pertengahan bulan Agustus memberitakanDirektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) telah mencoret 2000perusahaan penyedia jasa kepabeanan (PPJK) yang dinilai tidakmenjalankan bisnis secara jujur. DJBC juga telah menonaktifkan 1000perusahaan importir yang dianggap nakal dan tidak bisa menjelaskanidentitasnya. Kemudian, DJBC menghentikan kegiatan operasional 1.204pabrik rokok karena tidak mengantongi izin NPPBKC atau nomor pokokpengusaha barang kena cukai.

Data tersebut menunjukkan keseriusan DJBC dalam melakukanpenegakan hukum, tidak hanya di internal tapi juga lingkup eksternal. Halini ditegaskan Dirjen Bea Cukai Anwar Suprijadi ketika meresmikanKPPBC Madya Cukai Malang pada 1 Agustus 2008 (hal. 19). Di hadapanpara pengusaha rokok di kota Malang, Dirjen mengatakan bahwa programreformasi yang dilakukan di DJBC adalah membangun kepatuhan baikinternal maupun eksternal.

“Terus terang kami ingin tingkat kepatuhannya kita tingkatkan.Kepatuhan di internal di lingkungan BC dan kepatuhan mitra utama kami”.Buat mitra usaha, Dirjen secara tegas mengatakan, “Yang patuh kamilayani dengan baik, yang tidak patuh kita bina, kalau gak bisa dibina,sarannya dibinasakan saja.”

Sedangkan buat internal bea cukai, Dirjen bilang begini, “Sekarangsaya mohon kita harus tegas, kalau (pegawai) yang tidak benar kitabenahi, kalau bisa kita bina, kalau tidak… ya jangan gabung di jajaranbea cukai, itu harapan kami.”

Pesan tersebut seharusnya tidak dibaca sebagai ancaman semata,namun sebagai upaya untuk mengajak pegawai dan pengusaha untukbekerja dan berbisnis secara benar dan taat hukum.

Sementara itu, perlu kami informasikan adanya perubahan formasiredaksional majalah WBC. Salah satu anggota redaksi, Zulfril Adha Putratelah mengundurkan diri dari posisinya sebagai redaktur di WBC perAgustus lalu. Kami mengucapkan terima kasih untuk kontribusinya selamakurang lebih lima tahun di WBC, dan sukses untuk karirnya kedepan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka rencananya mulai awalSeptember redaksi akan menambah satu hingga maksimum dua anggotabaru. Bila telah resmi bergabung, kami akan segera perkenalkan, karenaanggota baru inilah yang akan mulai berkomunikasi dengan pembacasekalian.

Selamat menjalankan ibadah puasa.Lucky R. Tangkulung

P

Page 3: Warta Bea Cukai Edisi 406

2 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Laporan Utama5-14

Wawancara15-18

Profil60-63

Pengawasan23-28

Sejak kecil Ambangbercita-cita menjadidiplomat, cita-cita initumbuh karenakegemarannyamembaca dan berdebat.Kini Ambang yangmengabdi sebagaipegawai di DJBCmemilih untukmenjalani hidupsebagai suatu totalitas.

Sebagai salah satu pilarutama praktek kepabeanandan Cukai, audit dibidangkepabeanan dan Cukaimemainkan peran yangsangat signifikan dalammengemban tugas DJBC.Terkait dengan pelaksanaanaudit Cukai DJBC kembaliakan memiliki kewenanganyang lebih luas dalammelaksanakan.

1 DARI REDAKSI3 SURAT PEMBACA4 KARIKATUR19 DAERAH KE DAERAH

- Peresmian KPPBC TipeMadya Cukai Malang

- Implementasi tahap DuaNSW

29 SEPUTAR BEA CUKAI36 SIAPA MENGAPA

- Dwi Noeroel Soesanti- Khrisnawan- Ilmi H.D.

38 ENGLISH SECTIONOptimizing Excise RevenueCollection of Tobacco Product

41 KEPABEANANINTERNASIONALKunjungan Menteri DalamNegeri Australia Ke KPU Beadan Cukai Tanjung Priok

42 KERJASAMAINTERNASIONALDJBC dan Kastam DirajaMalaysia Gelar Operasi PatkorKastima 14/2008 di PerairanSelat Malaka

44 OPINI- Royalties and Licence Fees

as a Condition of Sale- Apa Itu Barang kena Cukai?

48 KOLOMDewan Kemakmuran Masjid diLingkungan Direktorat JenderalBea dan Cukai

50 KONSULTASIKEPABEANAN DANCUKAI- Paket Kiriman Luar Negeri

Melalui Kantor Pos- Bonus Barang Sebagai Free

of Charge51 CUKAI

Sosialisasi Penyediaan danPemesanan Pita Cukai HasilTembakau

53 RENUNGAN ROHANIPuasa, Ajang Untuk MelatihDisiplin Waktu

54 RUANG INTERAKSIToleransi

55 RUANG KESEHATANPemeriksaan Kesehatan(Medical Check Up)

57 PERISTIWA- Pekan Olahraga di

Lingkungan Kanwil DJBCNangroe Aceh darussalam

- Sarasehan Pensiunan Beadan Cukai 2008

- Tarakan Cycling ClubPromosikan Hidup SehatDengan Bersepada

DAFTAR ISINOMOR INI

Dalam ketentuan audit Cukai sesu-ai Peraturan Menteri Keuangan,pejabat bea dan Cukai berwenangmelakukan audit Cukai terhadappengusaha pabrik, pengusahatempat penyimpanan, importirbarang kena Cukai, penyalur danpengguna barang kena Cukai yangmendapat fasilitas pembebasanCukai, demikian menurut DirekturAudit DJBC, Thomas Sugjata.

Beberapa kegiatan bidangpengawasan mengisi rubrikini antara lain NarcoticIntelligence Operation DJBC-CNB, penegahan perhiasanoleh petugas BandaraSoekarno-Hatta, PelatihanPerpindahan Lintas BatasLimbah B3 ilegal sertaretraining Doghandler danAnjing Pelacak DJBC.

2 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 4: Warta Bea Cukai Edisi 406

3WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Surat PembacaKirimkan surat anda ke Redaksi WBC melalui alamat surat, faxatau e-mail. Surat hendaknya dilengkapi dengan identitas diri yang benardan masih berlaku.

PAKAIAN DINASMelalui surat ini saya ingin mengetahui tata cara berpakaian dinas

pada Ditjen Bea dan Cukai. Apakah ada aturan secara khusus tentangtata cara berpakaian dinas, khususnya bagi pegawai wanita berpakaianmuslim. Apakah diperbolehkan pegawai wanita yang berpakaian muslimmemakai jilbab dengan ukuran yang lebih besar dari jatah/pembagianjilbab dari kantor pusat.

Demikian surat dari saya, terima kasih atas jawabannya mohonmaaf jika kurang berkenan.

NurwantiNIP 060111xxx

DJBC Sulawesi

Sehubungan dengan surat Saudari Nurwanti, dengan ini kamisampaikan sebagai berikut:l Bahwa ketentuan pakaian dinas seragam DJBC diatur berdasarkan

Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor SE-29/BC/2005 tentang Penegasan Kembali Pemakaian Dinas SeragamPegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

l Dalam rangka meningkatkan ketertiban dan disiplin, pada SuratEdaran tersebut juga diatur ketentuan berpakaian dinas seragamuntuk pegawai wanita yang menggunakan busana muslimah, yaitusebagai berikut :

A. Pemakaian Pakaian Dinas SeragamWarna pakaian dinas seragam (tutup badan dan sepatu) danwaktu pemakaiannya sama dengan pegawai lainnya, namunkhusus untuk pegawai wanita yang menggunakan busanamuslimah memakai kaos kaki berwarna hitam dan tanpa ikatpinggang.

B. Bentuk Model Pakaian Dinas Harian (PDH-BC) :1) Tutup Kepala :

Menggunakan jilbab sesuai warna pakaian dinas seragamyang dipakai, yaitu berwarna coklat kehijau-hijauan dan/atau biru kehitam-hitaman dengan ukuran 100 cm x 100cm.

2) Tutup Badan :a. Kemeja lengan panjang krah tegak dengan epolet

yang dipasang di atas bahu, kemeja di bagian depanditutup dengan 5 (lima) buah kancing dan dengan 2(dua) buah saku tertutup dalam bentuk lurus setinggidada, dipakai di luar rok, dalam bentuk dan modelsebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IVKeputusan Menteri Keuangan No. 466/KMK.05/1999;

b. Rok model span sebatas mata kaki, dengan 2 (dua)buah lipatan berhadapan setinggi-tingginya 50 cm dibelakang, dalam bentuk dan model sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran IV Keputusan MenteriKeuangan No. 466/KMK.05/1999;

c. Ikat pinggang berwarna hitam, lebar lebih kurang 3,50cm.

3) Tutup Kaki :Tutup kaki kulit berwarna hitam, dengan tumit setinggi-tingginya lebih kurang 7 cm di atas mata kaki dan kaoskaki berwarna hitam.

C. Bentuk Model Pakaian Dinas Lapangan (PDL-BC) :1) Tutup Kepala :

Sama dengan PDH-BC.2) Tutup Badan :

a. Kemeja lengan panjang polos tanpa manset,sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIIIKeputusan Menteri Keuangan No. 466/KMK.05/1999;

b. Rok kulot span sebatas mata kaki, sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran VIII Keputusan MenteriKeuangan No. 466/KMK.05/1999;

3) Tutup Kaki :Sama dengan PDH-BC

D. Bentuk Model Pakaian Dinas Upacara (PDU-BC) :1) Tutup Kepala :

Menggunakan jilbab sesuai warna pakaian dinas seragamyang dipakai, yaitu berwarna coklat kehijau-hijauan dan/atau biru kehitam-hitaman dengan ukuran 100 cm x 100 cm.

2) Tutup Badan :a. Kemeja berbentuk jas lengan panjang dengan epo-

let yang dipasang di atas bahu kemeja dan dengan4 (empat) kancing dan 2 (dua) buah saku atasdengan lipatan di tengah dan tutup saku berbentukalokade. Bagian depan ditutup dengan 4 (empat)buah kancing dan 2 (dua) buah kancing saku,dipakai di luar rok. Kancing berwarna Kuning emasuntuk golongan III dan IV serta berwarna putih pe-rak untuk golongan I dan II , kancing-kancing me-makai Tanda Korps Bea dan Cukai. Contoh gambarsebagaimana ditetapkan dalam Lampiran XI Kepu-tusan Menteri Keuangan No. 466/KMK.05/1999;

b. Rok dengan model sama dengan rok PDH-BC.3) Tutup Kaki :

Sama dengan PDH-BC.E. Ketentuan Lainnya :

Untuk Pegawai yang memangku Jabatan Struktural Eselon IVke atas di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, padasetiap hari Jum’at, memakai kemeja batik lengan panjang danrok warna gelap, model sesuai ketentuan busana muslimah.

Demikian kami sampaikan untuk dapat dimaklumi.

Sekretaris Direktorat Jenderalu.b.

Kepala Bagian Organisasi Dan Tata Laksana

Harry MulyaNIP 060079900

IJIN MELANJUTKAN SEKOLAH1. Apakah ada peraturan yang baru mengenai ijin melanjutkan

sekolah/kuliah yang menyatakan bahwa :a. Sebelum pangkat pengatur (gol. II c) tidak boleh melanjutkan

sekolah/kuliah S1.b. Sebelum pangkat penata muda Tk. I (gol III a) tidak boleh

melanjutkan sekolah/kuliah S2.Mengingat ada isu-isu hal tersebut yang meragukan.

2. Apakah nantinya ijazah S1 dan S2 tersebut diakui ? Padahal belummencapai pangkat pengatur (gol II c) dan belum mengikuti UPKP V(S1) dan UPKP VI (S2) ?

3. Apakah ada peraturan terbaru berkaitan syarat-syarat untukmengikuti UPKP V (S1) dan UPKP VI (S2) ?

Richi A.J. NdoluNIP. 060108270

KPPBC Tipe A Ngurah Rai

Sehubungan dengan surat Sdr. Richi A.J. Ndolu, NIP 060108270,tentang peraturan mengenai ijin melanjutkan sekolah/kuliah, kamisampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa terkait hal tersebut, ketentuan yang berlaku saat ini adalahKeputusan Menteri Keuangan Nomor 411/KMK.01/2002 tanggal 24September 2002 tentang Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat(UPKP) Bagi PNS di Lingkungan Departemen Keuangan.Ketentuan tersebut meskipun tidak secara tersurat mengaturmengenai ijin melanjutkan sekolah/kuliah, namun dengan membacaPasal 1 Butir 5 dan Butir 7, Pasal 4 Ayat (1) a, Pasal 9 Ayat (3), danLampiran I keputusan Menteri Keuangan tersebut, dapatdisimpulkan bahwa mekanisme untuk melanjutkan sekolah/kuliahdapat melalui ijin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan danmelalui tugas belajar.

2. Pegawai yang melanjutkan sekolah/kuliah di luar kedinasan, untukdapat diikutkan dalam UPKP harus memenuhi persyaratansebagaimana tersebut dalam Pasal 3 dan Pasal 4 keputusanMenteri Keuangan tersebut dalam butir 1. Departemen Keuanganpada prinsipnya tidak membatasi pegawai yang akanmengembangkan dirinya untuk memperoleh tingkat pendidikanyang lebih tinggi, yang diatur disini adalah persyaratan yang harusdipenuhi pegawai yang telah memperoleh pendidikan yang lebihtinggi untuk dapat mengikuti UPKP. Namun yang perlu diperhatikandalam persyaratan untuk mengikuti UPKP adalah sebagaimanatersebut dalam Pasal 3 Ayat (3), bahwa pertimbangan penunjukanpeserta UPKP diatur lebih lanjut oleh masing-masing unit eselon I,dalam hal ini DJBC menyesuaikannya dengan kebutuhan dansumber daya organisasi.

3. Terhadap pegawai yang telah memperoleh ijazah yang lebihtinggi melalui ijin belajar di luar kedinasan, apabila tidak melaluiUPKP atau tidak lulus UPKP, ijazah tersebut tetap dapat diakuiuntuk kenaikan pangkatnya secara reguler sesuai dengan ke-tentuan PP 99 tahun 2000 sebagaimana terakhir diubah denganPP 12 tahun 2002. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan sesuaiPasal 32 ketentuan tersebut, adalah adanya pengecualianuntuk mengikuti ujian dinas tingkat I bagi pegawai yang telahmemperoleh ijazah S1 atau DIV, dan pengecualian untukmengikuti ujian dinas tingkat I atau tingkat II bagi pegawai yangtelah memperoleh ijazah S2 atau ijazah S3.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian Saudara, kami ucapkanterima kasih.

Kepala Bagian Kepegawaian

Azhar RasyidiNIP 060079946

3WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 5: Warta Bea Cukai Edisi 406

4 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 20084 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

KARIKATUR

Page 6: Warta Bea Cukai Edisi 406

5WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

JBC kembali akan memiliki kewenangan yang lebihluas dalam melaksanakan tugas audit cukai.Kewenangan audit cukai kini tidak hanya dilakukanterhadap pihak pabrikan saja, kewenangan itu jugadapat dilakukan terhadap pihak penyalur, importir ba-

rang kena cukai, dan pengguna barang kena cukai yang men-dapatkan fasilitas.

Kewenangan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keu-angan Nomor 91/PMK.04/2008 tentang audit cukai, rencana-nya akan diberlakukan terhitung sejak 15 Agustus 2008.Perubahan pelaksanaan audit cukai yang cukup mendapat an-tusias dari pihak pabrikan berskala be-sar, diharapkan dapat lebih mencapaisasaran dan meningkatkan tingkat ke-patuhan dari pengusaha barang kenacukai.

Sebagai salah satu pilar utamapraktek kepabeanan dan cukai, auditdi bidang kepabeanan dan cukaimemainkan peran yang sangat signifi-kan dalam mengemban tugas DJBC.Hal ini adalah konsekuensi logis daripenerapan prinsip self-assesmentsystem yang memberikan hak kepadaimportir atau pengguna jasa untukmenghitung dan membayarkan kewa-jiban pabean dan cukainya sendiri ke-pada negara.

Kegiatan audit kepabeanan mau-pun cukai, secara prinsip tidak jauhberbeda, karena pengertian auditsecara umum adalah pengumpulaninformasi dan bukti-bukti dariinformasi yang dilakukan oleh orangyang kompeten dan independen,untuk menentukan dan melaporkantingkat kesesuaian antara informasitersebut dengan kriteria yang telahditetapkan.

Untuk itu, terdapat beberapa halpenting dalam pelaksanaan audit,yaitu adanya:a. informasi dan kriteria yang

ditetapkan;

b. pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti;c. dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen;d. dan pelaporan

Menurut Kepala Seksi Audit Impor, Mudji Raharjo, dalamsetiap pelaksanaan audit, perlu dimulai dengan penetapantujuan agar dapat menentukan jenis audit yang akan dilaksana-kan, serta standar audit yang harus diikuti oleh auditor. Apakahaudit yang akan dilakukan merupakan audit keuangan, auditkinerja atau operasional, atau audit untuk tujuan tertentu yangbiasa disebut dengan audit ketaatan dan audit investigasi.

“Untuk audit keuangan, audit yang dilakukan meliputi auditatas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikankeyakinan apakah laporan keuangan dari entitas yang diaudittelah menyajikan secara wajar tentang posisi keuangan, hasiloperasi/usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansiyang berlaku umum,” jelas Mudji Raharjo.

Lebih lanjut Mudji Raharjo menjelaskan, audit atas hal yangberkaitan dengan keuangan, mencakup penentuan apakahInformasi keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengankriteria yang telah ditetapkan, entitas yang diaudit telah meme-nuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan keuangan ter-

tentu, dan sistem pengendalian interninstansi tersebut, baik terhadaplaporan keuangan maupun terhadappengamanan atas kekayaannya, telahdirancang dan dilaksanakan secaramemadai untuk tujuan pengendalian.

Sementara untuk audit kinerja atauaudit operasional, audit yang dilakukanmeliputi pemeriksaan secara objektifdan sistematik terhadap berbagaimacam bukti, untuk dapat melakukanpenilaian secara independen ataskinerja entitas atau program/kegiatanpemerintah yang diaudit. Audit kinerjadimaksudkan untuk dapat meningkat-kan tingkat akuntabilitas danmemudahkan pengambilan keputusanoleh pihak yang bertanggung jawabuntuk mengawasi atau memprakarsaitindakan koreksi. Audit kinerja menca-kup audit tentang ekonomi, efisiensi,dan program.

Sedangkan untuk audit dengan tu-juan tertentu atau audit investigasi,biasanya dilakukan dengan pemerik-san untuk tujuan khusus, di luar peme-riksaan keuangan dan pemeriksaankinerja. Termasuk dalam pemeriksaantujuan tertentu ini adalah pemeriksaanatas hal-hal yang berkaitan dengankeuangan dan bersifat investigatif atau-pun audit ketaatan tertentu.

Karena, audit investigasi merupa-

AUDIT

D

KEWENANGAN BARU. DJBC terhitung 15 Agustus 2008akan melaksanakan audit cukai bukan hanya kepada pihakpabrikan saja, tapi juga kepada importir hingga penyalur.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai(DJBC) saat ini sedang giat-giatnyamelakukan pengawasan di bidangcukai. Pengawasan yang dilakukan

dimulai dengan penelitian pada tahapawal pengusaha mengajukan

perijinan, kegiatan operasi intelijen,penindakan, dan pelaksanaan audit.

CUKAI

5WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 7: Warta Bea Cukai Edisi 406

6 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

kan kegiatan pemeriksaan dengan lingkuptertentu, periodenya tidak dibatasi, lebihspesifik pada area-area pertanggungjawabanyang diduga mengandung inefisiensi atauindikasi penyalahgunaan wewenang, denganhasil audit berupa rekomendasi untuk ditin-daklanjuti bergantung pada derajatpenyimpangan wewenang yang ditemukan.Audit ketaatan atau audit investigasi sendiribertujuan untuk menentukan apakah auditeetelah memenuhi atau mengikuti prosedur danperaturan tertentu yang telah ditetapkan.

“Salah satu contoh dari audit ketaatanadalah audit cukai yang dilakukan dengan tu-juan apakah auditee telah memenuhiperaturan penundang-undangan di bidangCukai. Secara ringkas sesuai definisi umumyang dijelaskan di bagian sebelumnya, pelak-sanaan audit cukai dapat digambarkan seper-ti gambar di bawah ini,” ujar Mudji

Audit Cukai sebagai alat pengawasanyang komprehensif, dilakukan untuk memas-tikan kepatuhan pengusaha terhadap Ketentuan di Bidang Cukai.Kewenangan pejabat bea dan cukai untuk melakukan auditdiatur dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1995 Nomor 76, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa “Peja-bat bea dan cukai berwenang melakukan audit cukai terhadappengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importirbarang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukaiyang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai.”

Lebih lanjut dalam undang-undang tentang cukai tersebut,audit cukai didefinisikan sebagai serangkaian kegiatanpemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumenyang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yangberkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik,serta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukaidan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuanperundang-undangan di bidang cukai.

Sebelum diberlakukannya Undang-Undang Nomor 39 Ta-hun 2007, Pejabat bea dan cukai berwenang memeriksa buku,catatan, atau dokumen yang diwajibkan oleh undang-undangdan pembukuan perusahaan yang berkaitan dengan BarangKena Cukai. Pada bagian penjelasan dinyatakan bahwa dalamhal pemeriksaan pembukuan perusahaan, dapatdikoordinasikan dengan Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini da-lam prakteknya di lapangan menimbulkan pertanyaan tentangbatasan di dalam melakukan audit, apakah seluruh dokumen

yang terkait dengan kegiatan usaha di bidangcukai ataukah hanya terbatas pada buku, catat-an atau dokumen yang diwajibkan oleh undang-undang (contoh : Buku persedian Barang KenaCukai, Buku Persediaan pita cukai, dll).

Dengan pengertian audit cukai yang diaturdalam undang-undang tersebut, sangat jelasapa yang dilakukan DJBC saat melakukan auditcukai, yaitu melakukan pemeriksaan laporankeuangan, buku, catatan dan dokumen yangmenjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumenlain yang berkaitan dengan kegiatan usaha,termasuk data elektronik, serta surat yangberkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang.

“Pentingnya audit cukai dilakukan sebenar-nya dapat dilihat dari hubungannya dengan auditdi bidang kepabeanan. Audit kepabenanandilakukan sebagai konsekuensi dari pemberlaku-an sistem self assessment, nilai pabean berda-sarkan nilai transaksi, dan pemberian fasilitasbea masuk tidak dipungut, dibebaskan,

ditangguhkan, dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhioleh perusahaan,” ujar Mudji.

Di bidang cukai, audit cukai dilakukan sebagai konsekuensidiberlakukannya :1. sistem self assesment;2. pemberian fasilitas tidak dipungut cukai, pembebasan cukai,

atau penundaan cukai; dan3. penggantian “Buku Persediaan” dengan pembukuan yang

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umumdi Indonesia.

SISTEM SELF ASSESMENTPada sistem self assesment di bidang cukai, terdapat kewajib-

an pengusaha untuk memberitahukan Barang Kena Cukai (BKC)yang selesai dibuat (untuk BKC yang dibuat di Indonesia) danmemberitahukan BKC yang dimasukan ke dalam Daerah Pabean(untuk BKC yang diimpor dari luar Daerah Pabean). Hal inididasarkan pada pasal 3 ayat (1) UU No. 39 Tahun 2007 tentangCukai, yang mengatur saat terutang cukai yaitu pada :a. Saat selesai dibuat untuk Barang Kena Cukai yang dibuat di

Indonesia, karena ada kewajiban untuk memberitahukanBarang Kena Cukai yang dibuat oleh Pengusaha, dengan do-kumen cukai yang ditetapkan.

b. Saat pemasukannya ke dalam daerah pabean untuk BarangKena Cukai yang diimpor, dimana pengusaha diwajibkanmemberitahukan pemasukan Barang Kena Cukai yang dila-kukan dengan Pemberitahuan Impor Barang.

“Oleh karenanya,audit cukai dilakukanuntuk memastikankepatuhan pengusahaterhadap ketentuanperatuan di bidang cu-kai, apakah yangdiberitahukan tentangBarang Kena Cukaiyang selesai dibuat danyang dimasukkan telahsesuai dengan keada-an yang sebenarnya,”papar Mudji.

Pada Undang-Undang Cukai pasal 7Atentang penundaan cu-kai, pasal 8 tentang ti-dak dipungut cukai, danpasal 9 tentang pembe-basan cukai telah diaturnorma dan syarat pem-

MUDJI RAHARJO. Audit cukai dilakukanuntuk memastikan kepatuhanpengusaha terhadap ketentuan peratuandi bidang cukai.

6 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 8: Warta Bea Cukai Edisi 406

7WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

alam ketentuan audit cukai sesuai PMK tersebut,pejabat bea dan cukai berwenang melakukanaudit cukai terhadap pengusaha pabrik, pengusa-ha tempat penyimpanan, importir barang kenacukai, penyalur, dan pengguna barang kena cukai

yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai. Ini berartiterdapat perluasan dan penegasan terhadap obyek auditdalam PMK yaitu importir barang kena cukai, penyalur, danpengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitaspembebasan cukai.

Berkaitan dengan perluasan obyek audit tersebut, mes-kipun sudah di dalam peredaran bebas dan sudah dilunasicukainya, audit cukai terhadap penyalur tetap dapat dilaku-kan dalam rangka pengawasan terhadap peredaran barangkena cukai itu sendiri. Hal ini terkait dengan karakteristikbarang kena cukai sesuai pasal 2 Undang-undang No. 39tahun 2007 tentang cukai, yaitu :a. konsumsinya perlu dikendalikan;b. peredarannya perlu diawasi;c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi

masyarakat atau lingkungan hidup;d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara

demi keadilan dan keseimbangan

Tujuan dari audit cukai adalah untuk menguji kepatuhanpengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, impor-tir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barang kenacukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai ataspelaksanaan pemenuhan ketentuan perundang-undangandi bidang cukai.

Dalam pelaksanaannya, Audit cukai terdiri dari auditumum, audit khusus dan audit investigasi. Secara umumpenjelasan ketiga jenis audit tersebut adalah sebagai berikut :a. Audit Umum adalah audit cukai yang memiliki ruang

lingkup pemeriksaan secara lengkap dan menyeluruhterhadap pemenuhan kewajiban cukai.

berian fasilitas cukai tersebut. Pengusaha berkewajiban untukmemenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan selama yang ber-sangkutan menggunakan fasilitas yang diperolehnya.

Penyalahgunaan terhadap kriteria yang telah ditetapkandimungkinkan terjadi selama tidak ada instrumen pengawas-an yang komprehensif. Audit cukai sebagai instrumenpengawasan yang komprehensif diperlukan untuk memban-dingkan antara kriteria yang ditetapkan dengan kondisi yangada dan untuk membuktikan apakah barang kena cukai telahdigunakan sesuai tujuan peruntukannya.

Karena audit cukai sangat erat kaitannya dengan pembu-kuan di bidang cukai, maka pengaturan dan penegasanpembukuan dalam undang-undang cukai ini sangat penting.Hal ini dikarenakan, dalam pelaksanaan di lapangan diperlu-kan suatu aturan yang tegas dan batas–batas yang jelas ten-tang norma–norma yang harus dipenuhi dalam penyelengga-raan pembukuan.

Di dalam undang-undang tentang cukai, pengaturan ten-tang audit cukai dimaksudkan untuk :a. Mempertegas kewenangan Pejabat Bea dan Cukai untuk

melaksanakan pemeriksaan dalam rangka audit di bidangcukai

b. Mempertegas dan mengatur lebih rinci tentang kewenanganPejabat Bea dan Cukai dalam melaksanakan audit sehinggaobyek audit kooperatif dalam membantu proses audit.

c. Mengatur kewajiban perusahaan untuk menyediakan te-naga, peralatan dan menyerahkan buku, catatan,dokumen, dan/atau surat yang berkaitan dengan kegiatanusahanya dalam rangka audit cukai agar pelaksanaanaudit dapat berjalan dengan baik dan lancar.

d. Untuk memberikan efek jera maka terdapat penambahansanksi administrasi bagi pengusaha yang menyebabkanPejabat Bea dan Cukai tidak dapat melaksanakan kewe-nangan untuk keperluan audit. Kalau dulu sanksiadministrasi berupa denda paling sedikit Rp 5.000.000dan paling banyak Rp 50.000.000 sekarang dikenakansanksi adminitrasi berupa denda sebesar Rp 75.000.000.

Dengan sanksi yang cukup jelas dalam undang-undangcukai, maka pembukuan yang baik dan sesuai dengan aturanyang berlaku, diharapkan dapat menimbulkan ketaatan daripengusaha barang kena cukai dalam mencatat dan membu-kukan kegiatan cukai yang dilaksanakan.

Pentingnya audit cukai yang dilaksanakan DJBC, me-mang bukan sekedar sebagai pengawas kegiatan yang dila-kukan pengusaha barang kena cukai, audit cukai juga pentingdilaksanakan agar negara dapat mengetahui seberapabanyak barang kena cukai yang telah diproduksinya, danseberapa banyak negara dapat memungut pajak dari kegiatanproduksi tersebut.

PENGAWASAN. Pelaksanaan audit cukai pada penyalur sebagaisarana pengawasan yang lebih efektif.

IMPLEMENTASIDAN PELAKSANAAN

AUDIT CUKAI

BABAKBARU

Sesuai dengan Amanat pasal 39 ayat(3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1995 tentang Cukai, sebagaimana telahdiubah dengan Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2007, yang ketentuannyalebih lanjut mengenai audit cukai diatur

dengan atau berdasarkan peraturanMenteri. Menindak lanjuti amanat

tersebut, maka dibuat dan diterbitkan-lah Peraturan Menteri Keuangan RI

Nomor 91/PMK.04/2008 tanggal23 Juni 2008 tentang Audit Cukai.

D

adi/mr

7WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 9: Warta Bea Cukai Edisi 406

8 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

Pelaksanaan audit umum bisa dilakukan secara terenca-na atau insidental. Audit umum yang terencana dilaku-kan sesuai Daftar Rencana Obyek Audit (DROA) yangdisusun setiap 6 (enam) bulan / semester sekali, ber-dasarkan manajemen resiko. Sedangkan audit umumyang insidentil dilakukan atas Perintah Dirjen, Perminta-an Direktur, KaKanwil, KaKPU, instansi diluar DJBC danInformasi Masyarakat.

b. Audit Khusus adalah audit cukai yang memiliki ruanglingkup pemeriksaan tertentu terhadap pemenuhan ke-wajiban cukai.Audit khusus dilakukan sewaktu-waktu berdasarkanperintah Dirjen, Permintaan Direktur, KaKanwil, KaKPU,instansi diluar DJBC dan Informasi Masyarakat,menggunakan skala prioritas.

c. Audit Investigasi adalah audit cukai yang dilakukanuntuk menyelidiki dugaan tindak pidana cukai.Audit investigasi dilakukan secara sewaktu-waktu dalamhal terdapat indikasi tindak pidana di bidang kepabean-an/cukai didasarkan pada rekomendasi Direktur Penin-dakan dan Penyidikan (P2) atau Kepala Bidang Penin-dakan dan Penyidikan. Pelaksanaan audit investigasiharus didahulukan dari audit umum dan audit khusus,guna penyelesaian secepatnya.

Menurut Kepala Seksi Audit Impor, Mudji Raharjo, seti-ap jenis audit tersebut mempunyai karakteristik yangberbeda, antara lain menyangkut ruang lingkup pemeriksa-an, prosedur pemeriksaan, susunan tim, dan pelaporanhasil audit. Audit cukai dilaksanakan secara terencana se-suai Daftar Rencana Obyek Audit atau sewaktu-waktu.“Audit umum dan audit khusus dilaksanakan berdasarkansurat tugas Direktur Jenderal. Sedangkan audit investigasidilaksanakan berdasarkan surat perintah Direktur Jenderal.audit investigasi dilakukan berdasarkan surat perintah,karena dalam pelaksanaan audit susunan keanggotaan timmelibatkan pegawai, bukan saja dari Direktorat Audit ataubidang audit, tetapi ditambah pegawai dari DirektoratPenindakan dan Penyidikan atau Bidang Penindakan danPenyidikan,” papar Mudji.

Untuk melakukan audit kegiatan Audit Cukai, dibentukTim audit. Susunan keanggotaan tim audit terdiri dari :a. seorang Pengawas Mutu Audit (PMA);b. seorang Pengendali Teknis Audit (PTA);

c. ketua auditor; dand. seorang atau lebih auditor.

Dalam pelaksanaan audit cukai, untukkepentingan pemantapan audit dan teknispemeriksaan tim audit memerlukan tam-bahan pegawai baru atau pegawai yangmenguasai bidang keahlian khusus, olehkarena itu susunan keanggotaan tim auditdapat ditambah dengan :a. seorang atau lebih pejabat bea dan cu-

kai selain auditor; dan/ataub. seorang atau lebih pejabat instansi lain

di luar Direktorat Jenderal Bea dan Cu-kai.

PMA, PTA, Ketua Auditor, Auditor, dan/atau pejabat Bea dan Cukai dalam timaudit dapat diganti apabila dialihtugaskan,dianggap tidak mampu, atau atas perminta-an dari yang bersangkutan. Di samping itu,jumlah Auditor dapat ditambah dalam halvolume pekerjaan mempunyai tingkat kesu-litan tinggi.

“Saat ini, dalam melaksanakan audit,tim audit berpedoman pada standar audit.standar audit terdiri dari 3 kategori yaitu :

standar umum, standar pelaksanaan lapangan dan standarpelaporan. Dalam standar umum ditegaskan bahwa auditorharus memiliki keahlian, kemampuan, pengetahuan, dan ke-terampilan, serta telah mengikuti pelatihan teknis yang diper-lukan dalam tugasnya. Oleh karena itu anggota tim tersebutyaitu PMA, PTA, Ketua Auditor dan auditor harus memilikisertifikat keahlian yang diterbitkan Direktur Jenderal Bea danCukai sesuai jenjang penugasannya sebagai PMA, PTA, Ke-tua Auditor dan auditor,” ungkap Mudji

Kegiatan audit cukai juga dapat dilaksanakan bersama-sama dengan instansi lain, dalam hal ini dilakukan antara laindengan Direktorat Jenderal Pajak dan BPKP.

Dalam pelaksanaan audit, tim audit mempunyai kewenangan:a. meminta laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang

menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yangberkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronikserta surat yang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai;

b. meminta keterangan lisan dan/atau tertulis kepada peng-usaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, importirbarang kena cukai, penyalur, pengguna barang kena cu-

TETAP DILAKUKAN AUDIT. Kendati barang kena cukai tersebut sudah berada di peredaran bebas,namun tetap bisa dilakukan audit.

WAJIB MENYERAHKAN. Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumenyang menjadi bukti dasar pembukuan, wajib diserahkan untuk melihatkebenaran dan keakuratan data perusahaan yang akan diaudit.

8 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 10: Warta Bea Cukai Edisi 406

9WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

erkait dengan kewenangan DJBC dalam melakukanaudit sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007,maka perlu diatur secara detail kewajibanmenyelenggarakan dan menyimpan pembukuan. Ke-wajiban ini akan memudahkan pejabat bea dan cukai

dalam melaksanakan audit di bidang kepabeanan dan cukai(auditable).

Dalam hubungannya dengan peraturan pembukuan dalambentuk suatu hukum positif, banyak kepentingan yang berben-turan pada tataran pelaksanaan ketentuan mengenai pembu-kuan, baik itu dari sisi dunia usaha maupun sisi pemerintahsebagai aparat pengawasan. Oleh karena itu, perlu diatursecara tegas pengertian pembukuan agar tidak menimbulkanmulti tafsir.

KETENTUAN BARU DIBIDANG PEMBUKUANKetentuan tentang pembukuan selama ini telah diatur dan

diwajibkan dalam undang-undang perpajakan. Konsep pembu-

kai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai, dan/atau pihak lain yang terkait;

c. memasuki bangunan atau ruangan tempat untuk menyim-pan laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yangmenjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yangberkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk sarana/mediapenyimpan data elektronik, pita cukai atau tanda pelunas-an cukai lainnya, sediaan barang, dan/atau barang yangdapat memberi petunjuk tentang keadaan kegiatan usahadan/atau tempat lain yang dianggap penting, serta mela-kukan pemeriksaan di tempat tersebut; dan

d. melakukan tindakan pengamanan yang dipandangperlu terhadap bangunan atau ruangan sebagaimanadimaksud dalam huruf c.

Terkait dengan kewenangan tersebut, dalam pelaksa-naan audit, auditee wajib :a. menyerahkan laporan keuangan, buku, catatan dan

dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dandokumen lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha,termasuk data elektronik serta surat yang berkaitandengan kegiatan di bidang cukai, serta menunjukkansediaan barangnya untuk diperiksa;

b. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis; danc. menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya

auditee apabila penggunaan data elektronikmemerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus.

Dalam hal pimpinan auditee tidak berada di tempat atauberhalangan, kewajiban tersebut beralih kepada yang mewa-kilinya.

“Terkait dengan waktu penyelesaian audit, pelaksana-an audit harus diselesaikan dalam jangka waktu palinglama 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat tugas atau su-rat perintah. Dan, jangka waktu ini dapat diperpan-jang,”jelasnya.

Dalam pelaksanaan audit langkah-langkah yangditempuh adalah sebagai berikut:a. Tim audit menyusun Daftar Temuan Sementara (DTS) ya-

itu daftar yang memuat temuan dan kesimpulansementara atas hasil pelaksanaan audit. Dikecualikan daripenyusunan DTS dalam hal audit investigasi.

b. DTS disampaikan oleh tim audit kepada auditeeuntuk ditanggapi. Tanggapan auditee disampaikan ke-pada tim audit dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerjasejak tanggal diterimanya DTS oleh auditee.

c. Atas permohonan auditee, jangka waktu tersebutdapat diperpanjang satu kali untuk waktu paling lama7 (tujuh) hari kerja.

d. Apabila auditee tidak memberikan tanggapan dalamjangka waktu sebagaimana yang ditentukan, temuandalam DTS dianggap disetujui oleh auditee.

Terkait dengan pelaporan hasil pelaksanaan auditdituangkan dalam bentuk Laporan Hasil Audit (LHA). LHAtersebut ditandatangani oleh ketua auditor, PTA, danPMA. LHA digunakan sebagai dasar penetapan pejabatbea dan cukai dan ditindaklanjuti dengan surat tagihandan/atau surat rekomendasi.

Kewenangan lebih luas kini telah diberikan kepada DJBC,tentunya dengan kewenangan ini DJBC diharapkan mampumenciptakan tingkat kepatuhan dari auditee dalam menjalan-kan usahanya. Karena, sebagai produk cukai yang sangatdibatasi jumlahnya, peran audit sangat menentukan bagipenerimaan negara yang tiap tahunnya selalu bertambah.

Dengan berpedoman pada standar audit yang berlakusaat ini, tentunya kebijakan audit cukai yang baru dapatlebih menyentuh pokok-pokok dalam audit, sehinggamampu mendeteksi segala kemungkinan penyelewengandari pihak pengusaha cukai.

PADA AUDIT CUKAI

PEMBUKUANDAN PENCATATAN

Kegiatan audit cukai sangat terkaiterat dengan pembukuan di bidang

cukai. Pengaturan dan penegasanpembukuan dalam undang-undang

cukai ini sangat penting karena dalampelaksanaan di lapangan diperlukansuatu aturan yang tegas dan batas–

batas yang jelas tentang norma–normayang harus dipenuhi dalam

penyelenggaraan pembukuan.

T

STANDAR AKUNTASI NASIONAL. Dengan kebijakan baru di bidang auditcukai, penyelenggaraan pembukuaan pun kini disesuaikan dengan standarakuntasi nasional.adi/mr

9WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 11: Warta Bea Cukai Edisi 406

10 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

kuan dalam bidang kepabeanan dan cukai diselaraskan denganundang-undang perpajakan tanpa menghilangkan fungsi peng-awasan di bidang kepabeanan dan cukai. Sehingga, diharap-kan pembukuan yang akan diatur tidak akan menimbulkan be-ban ekonomis dan administratif bagi dunia usaha.

Menurut Kepala Seksi Audit Impor, Mudji Raharjo, per-ubahan yang mendasar yang terkait dengan audit di bidang cu-kai yaitu dengan adanya perubahan Pasal 16 UU no. 11 tahun2005 tentang cukai. Pada peraturan lama pasal 16 ayat (1)huruf a disebutkan bahwa: “Pengusaha pabrik wajib mencatatdalam buku persediaan barang kena cukai yang dibuat di pab-rik, dimasukkan ke pabrik atau dikeluarkan dari pabrik”. Padapasal 2 disebutkan bahwa : “Pengusaha tempat penyimpananwajib mencatat dalam buku persediaan barang kena cukaiyang dimasukkan atau dikeluarkan dari tempat penyimpanan.”

Dalam peraturan baru UU No. 39 tahun 2007 pasal 16 ayat(1) disebutkan “Pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyim-panan, importir barang kena cukai atau penyalur yang wajibmemiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, wajib menyelenggarakanpembukuan.

Perubahan tersebut didasari bahwa kewajiban “mencatatpersediaan” dalam pasal 16 terlalu sempit cakupannya,sehingga perlu diubah menjadi “kewajiban menyelenggarakanpembukuan” karena pencatatan juga merupakan bagian daripembukuan. Pembukuan yang diwajibkan adalah pembukuanyang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlakuumum dan dilaporkan berdasarkan standar akuntansi keuang-an Indonesia.

“Dalam buku persediaan yang diwajibkan oleh undang-undang cukai, pengisian dirasa masih rumit, hal ini terlihat daribeberapa masukkan pihak pengusaha yang mengalamikesulitan dalam melakukan pencatatan dalam buku persediaankhususnya yang terkait dengan hasil tembakau. Bahkan seba-

gian pengusaha meminta bantuan kepada pegawai bea dan cu-kai untuk melakukan pengisian dalam buku persediaan barangkena cukainya,” ujar Mudji.

Selain itu papar Mudji, masih dijumpai adanya perusahaanyang mempunyai sistem pengendalian internal yang sudah cukupbagus, menggunakan EDP (Electronic data Processing) dalamsetiap transaksinya tetapi masih harus membuat buku persediaanyang formatnya sudah ditentukan. Hal ini merupakan kewajibantambahan yang kurang perlu.

PEMBUKUAN YANG SESUAI STANDAR AKUTANSI INDONESIADalam praktek pengawasan di Kantor Pengawasan dan Pela-

yanan Bea dan Cukai (KPPBC) juga timbul penafsiran yangsempit, bahwa kewenangan pemeriksaan oleh bea cukai terbataspada buku persediaan yang diwajibkan saja. Hal ini tentunyamenimbulkan hambatan dalam pelaksanaan tugas DJBC. Dalamkenyataannya, waktu pelaksanaan audit data dalam buku perse-diaan itulah yang perlu diuji kebenarannya melalui pemeriksaanpencatatan internal perusahaan.

Penggantian “Buku Persediaan” dengan pembukuan yang se-suai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia, pada pengusaha pabrik non skala kecil, pengusahatempat penyimpanan, importir barang kena cukai, dan penyalurnon skala kecil, dilakukan karena sudah tidak sesuai dengan per-kembangan administrasi perusahaan modern.

Pengertian pembukuan sesuai dengan penjelasan pasal 16undang-undang tentang cukai berbunyi: “Suatu proses pencatat-an yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data daninformasi yang meliputi dan mempengaruhi keadaan harta,hutang, modal, pendapatan, dan biaya yang secara khusus meng-gambarkan jumlah harga perolehan dan penyerahan barang ataujasa yang kemudian diikhtisarkan dalam laporan keuangan.”

Dalam hubungannya dengan “pengawasan”, unsur-unsuryang terkait dengan pengertian pembukuan dan laporan pembu-

PENGECUALIAN. Untuk pengusaha kecil mendapat pengecualian pembuatan pembukuan, namun tetap diharuskan membuat laporan.

10 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 12: Warta Bea Cukai Edisi 406

11WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

kuan, harus dipenuhi saat mengatur masalah pembukuan, karenadengan pembukuan yang baik maka sebuah perusahaan dikata-kan “dapat diaudit” (auditable).

“Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa laporan keua-ngan, sangat penting dalam hubungannya dengan “Audit” karenalaporan keuangan adalah instrumen yang dapat mengikhtisarkanseluruh kegiatan perusahaan, dengan berbagai karakteristiknya,”kata Mudji.

Untuk itu, laporan keuangan sebagai bagian yang tidak terpi-sahkan dari pembukuan, perlu diminta/diperlihatkan kepadapejabat bea cukai yang melaksanakan audit cukai, karena walau-pun audit cukai bersifat compliance tetapi pada hakekatnya auditharus dilakukan secara komprehensif. Dimulai dari laporankeuangan yang merupakan “suatu laporan yang disusun secarateratur dan disajikan secara ringkas atas transaksi keuanganyang meliputi neraca, laba rugi, dan arus kas” sampai dengan do-kumen yang menjadi dasar pembukuan (divergen).

Disamping itu, dalam melakukan audit harus dilakukan peng-ujian-pengujian yang dapat diperbandingkan (comparable) antarakomponen pelaporan yang satu dengan yang lainnya sesuairuang lingkup pemeriksaan dalam audit cukai. Sehingga padaprinsipnya proses audit merupakan kebalikan dari proses penyu-sunan laporan keuangan, seperti bagan di bawah ini :

PRINSIP ADMINISTRASI MODERNPerlu dijelaskan pula bahwa audit cukai berbeda dengan audit

perpajakan, karena audit cukai terbatas pada transaksi-transaksiyang terkait dengan barang kena cukai dan pita cukai, yang tentu-nya tidak terkait dengan transaksi yang menjadi domain auditperpajakan, seperti penyusutan, biaya, besarnya pendapatan ma-upun besarnya keuntungan suatu perusahaan.

Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi penye-lenggaraan, penyimpanan, dan penatausahaan pembukuan, saatini perusahaan tidak hanya menggunakan media kertas secaramanual, tetapi juga menggunakan media elektronik lainnya. Un-tuk itu peraturan yang akan dibuat disesuaikan dengan perkem-bangan yang ada.

Selain hal tersebut, seiring tuntutan untuk menciptakangood corporate governance, setiap perubahan yang dilakukanharus menerapkan prinsip-prinsip administrasi modern, yaitu :

1. AccountableSetiap perusahaan harus dapat menyajikan informasi yang

dapat dipertanggung jawabkan kepada stakeholders.2. Reliable

Setiap perusahaan harus menyajikan informasi yang dapatdiandalkan. Suatu informasi dikatakan memiliki kualitas andal jikabebas dari pengertian yang menyesatkan, dan kesalahanmaterial.3. Transparansi

Setiap perusahaan harus menerapkan transparansi dalamsegala aspek terutama dari sisi pengelolaan keuangannya.Keterbukaan dapat dicapai melalui sistem dan prosedur adminis-trasi yang baik dan laporan keuangan yang dapat dipercaya.4. Representational Faithfullness

Penyajian yang tulus dan jujur mengandung arti bahwa in-formasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta

peristiwa lain yang seharusnya disajikan atau yang secara wa-jar dapat diharapkan untuk disajikan

Dalam pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pembuku-an, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan sebagaima-na diatur dalam pasal 16 A, yaitu :a. Pembukuan wajib diselenggarakan dengan baik yang men-

cerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnyadan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai har-ta, kewajiban, modal, pendapatan, dan biaya.

b. Pembukuan wajib diselenggarakan di Indonesia denganmenggunakan huruf latin, angka Arab, mata uang rupiah,serta Bahasa Indonesia, atau dengan mata uang asing danbahasa lain yang diijinkan oleh Menteri.

c. Laporan keuangan, buku, catatan dan dokumen yang men-jadi bukti dasar pembukuan, dan surat yang berkaitan de-ngan kegiatan usaha wajib disimpan selama 10 (sepuluh)tahun pada tempat usahanya di Indonesia.

“Pengaturan pada ayat ini dimaksudkan agar dari pembuku-an tersebut dapat dihitung besarnya nilai cukai yang seharus-nya dibayar dan/atau pengawasan terhadap produksi dan per-edaran barang kena cukai. Untuk menjamin tercapainya maksud

tersebut, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atausistem yang lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasar-kan standar akuntansi keuangan, kecuali peraturan perundang-undangan di bidang cukai menentukan lain,” jelas Mudji.

PEMBUKUAN SECARA ELEKTRONIKSesuai dengan perkembangan teknologi, pembukuan

tersebut dapat diselenggarakan secara manual dan/atauelektronik. Dan, khusus terhadap sediaan barang harusdilakukan penatausahaan sediaan barang yang sekurang-kurangnya memuat jenis, spesifikasi, jumlah pemasukan danpengeluaran sediaan barang.

Dalam hal pengusaha memperoleh dan/ataumenggunakan fasilitas cukai, penatausahaan sediaan barangtersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapatdiketahui jenis, spesifikasi, jumlah pemasukan danpengeluaran sediaan barang yang berkaitan dengan fasilitascukai yang diperoleh dan/atau digunakan.

Khusus mengenai laporan keuangan, telah diatur hal-halsebagai berikut ;a. Laporan keuangan disusun dan disajikan berdasarkan pada

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.b. Laporan keuangan wajib disusun dan disajikan paling sedi-

kit setahun sekali.c. Laporan keuangan wajib disajikan di atas kertas dan di-

tandatangani oleh pengusaha pabrik, pengusahatempat penyimpanan, importir barang kena cukai, ataupenyalur yang wajib memiliki izin.

d. Dalam hal pengusaha pabrik, pengusaha tempat penyim-panan, importir barang kena cukai, atau penyalur yang wa-jib memiliki izin, merupakan badan hukum, laporan keuang-an ditandatangani oleh pimpinan atau pegawai yangditunjuk di lingkungan badan hukum yang bersangkutan.

11WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 13: Warta Bea Cukai Edisi 406

12 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

Dalam perkembangannya, nanti akan diatur mengenai pe-ngalihan data ke dalam bentuk elektronik dimana:a. Laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan surat,

yang asli dapat dialihkan ke dalam bentuk data elektronik.b. Laporan keuangan, buku, catatan, dokumen, dan surat

yang asli, yang mempunyai kekuatan pembuktian otentikdan masih mengandung kepentingan hukum tertentu, wajibtetap disimpan.

Setiap pengalihan laporan keuangan, buku, catatan, doku-men, dan surat wajib dilegalisasi oleh pimpinan atau orangyang ditunjuk di lingkungan badan hukum yang bersangkutan,dengan dibuatkan berita acara yang sekurang-kurangnyamemuat :a. keterangan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun

dilakukannya legalisasi;b. keterangan bahwa pengalihan laporan keuangan, buku,

catatan, dokumen, dan surat yang dibuat diatas kertas kedalam disket, compact disk, tape backup, hard disk ataumedia lainnya telah dilakukan sesuai dengan aslinya; dan

c. tanda tangan dan nama jelas orang bersangkutan.

Buku, catatan, dokumen, dan surat dalam bentuk data elek-tronik wajib dijaga atau dijamin keandalan sistem pengolahandatanya supaya dapat dibuka, dibaca, atau diambil kembali su-atu saat.

Lebih lanjut diatur bahwa laporan keuangan, buku, catatan,dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan doku-men lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha, serta suratyang berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai, baik tertulis diatas kertas atau sarana lain yang terekam dalam bentukapapun yang dapat dilihat dan dibaca, wajib disimpan selama10 (sepuluh) tahun pada tempat usahanya di Indonesia, terma-suk tempat-tempat lain yang khusus diperuntukkan sebagaitempat penyimpanan laporan keuangan, buku, catatan, doku-men, dan surat.

PENGECUALIAN PADA PENGUSAHA KECILPada pasal 16 ayat (2) UU No. 39 tahun 2007 tentang cu-

kai disebutkan bahwa “Dikecualikan dari kewajiban menye-lenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatanadalah pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecil yangwajib memiliki izin dan pengusaha tempat penjualan eceranyang wajib memiliki izin.” Ketentuan ini dimaksudkan untukmemberikan pengecualian bagi pengusaha pabrik denganskala kecil, penyalur skala kecil dan pengusaha TPE yangtidak mampu untuk menyelenggarakan pembukuan.

“Namun demikian pengecualian ini tidak menghapus kewajibanpengusaha-pengusaha tersebut untuk melakukan pencatatan. Ke-wajiban melakukan pencatatan ini dimaksudkan untuk memberi ke-mudahan dalam memenuhi ketentuan undang-undang ini dengan

tetap menjamin pengamanan hak-hak negara,” ungkap Mudji.Lebih lanjut Mudji menjelaskan, yang dimaksud dengan pe-

ngusaha pabrik skala kecil dan penyalur skala kecil adalah orangpribadi yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajaksebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangandi bidang perpajakan. Sebagai konsekuensi dari ketentuankewajiban penyelenggaraan pembukuan dimaksud, khusus untukpengusaha yang melakukan kegiatan usaha di bidang cukai yangsudah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak diwajibkanmenyelenggarakan pembukuan dan tidak diwajibkan menyeleng-garakan buku persediaan, atau buku bantu persediaan yang sela-ma ini diwajibkan.

Yang dimaksud dengan “pencatatan” adalah proses pengum-pulan dan penulisan data secara teratur tentang :a. Pemasukan, produksi, dan pengeluaran barang kena cukai; danb. Penerimaan, pemakaian, dan pengembalian pita cukai atau

tanda pelunasan cukai lainnya.

Mengingat keterbatasan dari pengusaha skala kecil dimaksuddalam menyelenggarakan pencatatan, perlu diberikan petunjukatau format yang memudahkan mereka dalam mencatat transak-si dalam kegiatan usahanya. Pencatatan wajib dilakukan oleh :a. Pengusaha pabrik skala kecil;b. Penyalur etil alkohol atau minuman mengandung etil alkohol

skala kecil yang wajib memiliki Nomor Pokok Pengusaha Ba-rang Kena Cukai; atau

c. Pengusaha tempat penjualan eceran etil alkohol atauminuman mengandung etil alkohol yang wajib memiliki NomorPokok Pengusaha Barang Kena Cukai.

Pengusaha pabrik skala kecil dan penyalur etil alkohol atauminuman mengandung etil alkohol skala kecil merupakan orangpribadi yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Dalam pelaksanaanya, nanti akan dibuatkan format pencatat-an untuk masing-masing jenis BKC, sehingga untuk pengusahaskala kecil dapat memakai format tersebut untuk kegiatan penca-tatan. Catatan tersebut, sebelum digunakan harus mendapatpengesahan dari Kepala Kantor Pelayanan Utama atau pejabatyang ditunjuknya, atau Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayan-an Bea dan Cukai atau pejabat yang ditunjuknya.

Sama dengan ketentuan tentang pembukuan, pengusahapabrik skala kecil, penyalur skala kecil yang wajib memiliki izin,dan pengusaha tempat penjualan eceran yang wajib memiliki izin,harus menyimpan catatan selama 10 (sepuluh) tahun pada tem-pat usahanya di Indonesia.

SANKSIDalam ketentuan mengenai pembukuan dan pencatatan juga

diatur mengenai sanksi bagi pengusaha yang tidak mengindah-kan ketentuan pembukuan dan pencatatan.

Dalam penerapan pembukuan di bidang cukai, telah diaturjuga sanksi bagi pengusaha yang tidak menyelenggarakanpembukuan berupa denda sebesar Rp 50.000.000 (Lima puluhjuta rupiah), sanksi bagi pengusaha yang menyelenggarakanpembukuan, tetapi tidak mengindahkan kriteria yang telahditetapkan dalam penyelenggaraan pembukuan berupa dendasebesar Rp 25.000.000 (Dua puluh lima juta rupiah). Sanksi bagipengusaha skala kecil yang tidak melakukan pencatatan berupadenda sebesar Rp 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah).

Dengan adanya aturan baru tentang pembukuan, diharapkanpara pengusaha dapat lebih baik lagi dalam mencatat segalakegiatan produksi yang dilakukannya. Selain itu, kejelasan akanbatas waktu pelaksanaan audit yang lebih terprogram juga dapatmembantu pengusaha dalam menyediakan data-data yang diper-lukan, sehingga pelaksanaan audit dapat berjalan dengan baik.

Pelaksanaan audit cukai, pada prinsipnya untuk meningkat-kan kepatuhan pangusaha dalam menjalankan bisnisnya. Untukitu, pentingnya audit cukai dilaksanakan baik terhadap pengusa-ha berskala besar maupun skala kecil adalah untuk menciptakanpersaingan usaha yang sehat dan menjadi sarana pendidikan bagipengusaha dalam menyelenggarakan pembukuan.

MEDIA ELEKTRONIK. Untuk pengusaha besar yang menggunakanmedia elektronik dalam pembukuaannya, juga diatur dalam kebijakanyang baru ini.

adi/mr

12 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 14: Warta Bea Cukai Edisi 406

13WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008 13WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ebagai salah satu pilar pengawasan yang dilakukanDirektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), auditcukai yang sebelumnya telah diatur dalam Undang-Undang nomor 11 tahun 1995 tentang cukai, dankembali diatur dengan lebih jelas pada Undang-Un-

dang nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai, dalam pelaksana-annya memiliki andil yang cukup signifikan terhadap upayapeningkatan target penerimaan cukai.

Adanya tambah bayar dan pelunasan tunggakan cukaiyang harus diselesaikan oleh perusahaan cukai, menjadikanaudit cukai selain sebagai alat pembinaan dalam administrasipembukuan perusahaan cukai, juga sebagai alat untukmelihat sejauhmana tingkat kepatuhan dari perusahaan cukaiterhadap kebijakan cukai.

Agar dalam pelaksanaannya dapat lebih mencapai sasar-an, belum lama ini Menteri Keuangan mengeluarkan kebijak-an baru tentang audit cukai, yang mana pada kebijakan ter-sebut DJBC mendapatkan kewenangan yang lebih luas untukmengaudit bukan hanya pihak pabrikan saja, tapi juga impor-tir barang kena cukai, penyalur, hingga pengguna barangkena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cukai.

Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keua-ngan nomor: 91/PMK.04/2008 tentang audit cukai, selain

memberikan kewenanganlebih luas kepada DJBC,juga memberikan keringan-an kepada para penggusa-ha cukai dalam hal pembu-atan buku persediaanbarang kena cukai. Bukutersebut sejauh ini dipan-dang cukup merepotkanoleh pengusaha berskalabesar, karena merekaumumnya telah mengguna-kan sistem akuntasi nasio-nal harus mendapat tamba-han pekerjaan denganpembuatan buku tersebut.

Bagi perusahaan skalakecil, buku tersebut terka-dang juga menyulitkan me-reka, karena dengan SDMyang minim dan umumnyamasih menggunakan sis-

tem tradisional dalam halpembukuan, sehingga men-jadi kendala ketika perusa-haan tersebut akan diaudit.

KENDALA KEBIJAKAN YANGLAMA

Menanggapi pelaksana-an audit yang saat inisudah berjalan dan adanyaperubahan yang cukup sig-nifikan dalam kebijakanaudit cukai, menurut LekirDaud selaku Corporate &Regulatory Affairs DirectorPT. British AmericanTobacco Indonesia (BAT),perusahaannya hingga kinitelah empat kali dilakukanaudit, yaitu pada tahun1998, 2003, 2007, dan2008. Dari hasil audit ter-akhir, ada perbedaan per-sepsi antara BAT dengan auditor mengenai tarif HS, yangmengakibatkan PT. BAT harus membayar selisih perbeda-an tarif bea masuk, padahal pada audit sebelumnya tidakterdapat temuan seperti itu.

“Audit yang dilaksanakan selama ini memang cukupbaik dan memberikan masukan untuk memperbaiki sistemkontrol dan pelaksanaan di BAT. Selain itu, personel beacukai yang terlibat dalam audit cukai sangat kooperatif dansangat memahami aturan-aturan kepabeanan yang berlakudan teknis audit secara umum,” ujar Lekir Daud.

Namun demikian masih menurut Lekir Daud, ada bebe-rapa hal yang menjadi kendala bagi BAT, antara lain pema-haman personel mengenai proses yang berkaitan dengancukai tembakau masih kurang, demikian juga pemahamanmengenai proses pabrik rokok. Selain itu, pada audit cukaiini tidak ada kepastian mengenai jangka waktupelaksanaan audit, sehingga sering terjadi tumpang tindihdalam pelaksanaan audit cukai yang dilakukan oleh kantorbea cukai yang berbeda, seperti Kantor Wilayah danKantor Pelayanan Utama.

Sementara itu menurut Direktur Keuangan PT. PanjangJiwo, Martono, selaku perusahaan minuman mengandungetil alkohol (MMEA), perusahaannya sudah tiga kalidilakukan audit, namun dari audit yang dilakukan itu, tidaksatu pun kendala yang dihadapinya, bahkan denganpelaksanaan audit cukai ini, PT. Panjang Jiwo menjadi lebihpaham akan sistem administrasi yang lebih baik.

“Audit cukai yang selama ini dilaksanakan oleh DJBCsudah sesuai dengan prosedur dan mengacu pada pera-turan-peraturan yang ada. Makanya, selama ini kami tidakmengalami kendala ketika dilakukan audit, bahkan denganadanya audit cukai ini sangat membantu kami dalam haltertib administrasi cukai,” kata Martono.

Lain halnya yang disampaikan oleh Direktur KeuanganPT. TOP TEN Tobacco, Yuli Soekarno, menurutnya walau-pun perusahaannya baru satu kali dilakukan audit pada ta-hun 2007, namun dalam pelaksanaan audit tersebut banyakhal yang menjadi kendala bagi perusahaannya. Yuli menilaisosialisasi tentang audit cukai belum efektif dilaksanakansehingga perusahaanya kesulitan saat akan diaudit.

Selain itu, audit cukai yang seharusnya menjadi pembi-naan dalam sistem pembukuan masih kurang dilaksanakansehingga perusahaannya belajar sendiri untuk proses auditini.

“Audit cukai memang sangat bagus dijalankan untukmelihat tingkat kepatuhan dari pengusaha cukai. Namundemikian, jangan jadikan audit cukai ini sebagai pembina-saan, jadikanlah audit cukai sebagai sarana pembinaan

AUDIT CUKAISEBAGAI

PEMBINAANADMINISTRASIPEMBUKUAN

Disesuaikannya sistem pembukuan yanglama dengan standar akuntansi nasional

pada Peraturan Menteri KeuanganNomor: 91/PMK.04/2008 tentang audit

cukai, mendapat sambutan yang sangatpositif dari para pengusaha.

S

LEKIR DAUD. Kebijakan audit cukaiyang baru ini harus dilaksanakansecara benar dan konsisten.

MARTONO. Dari audit yangdilakukan, banyak hal yang dapatkami perbaiki terutama dalam haladministrasi cukai.

DOK PT. PANJANG JIWO

DOK. PT. BAT

Page 15: Warta Bea Cukai Edisi 406

14 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

L A P O R A N U T A M A

perusahaan dalam tertib administrasi. Untuk itu sosialisasimengenai tatacara audit juga harus disosialisasikandengan jelas, bukan hanya secara lisan tapi juga secaratertulis,” jelas Yuli Soekarno.

PERUBAHAN PADA SISTEM PEMBUKUAN DAN WAKTU AUDITSementara itu menurut Lekir Daud, dengan adanya per-

ubahan pada sistem pembukuan dan kejelasan pada waktupelaksanaan audit, pada peraturan yang baru tentang auditcukai, jelas lebih baik. Artinya, definisi terhadap personelyang terlibat kini lebih jelas, dan adanya perbedaan yanglebih detail antara audit umum, audit khusus, dan auditinvestigasi menjadikan pengusaha lebih paham akan jenisaudit yang dilakukan terhadap perusahaannya.

Demikian halnya dengan PT. Panjang Jiwo, perusahaanini menilai pada kebijakan baru tentang audit cukai, terda-pat kejelasan yang lebih spesifik baik mengenai perubahanpembukuan barang kena cukai maupun lama waktu prosesaudit.

“Digantinya buku persediaan barang kena cukai, denganpelaporan yang sesuai dengan standar akuntasi nasionalmembuat perusahaan tidak mengerjakan dua kalipembukuan, karena bagi perusahaan besar yang sistempembukuannya sudah berjalan baik, akan mengalamikerepotan jika harus mengerjakan buku pelaporan lainnya,”ungkap Martono.

Masih menurut Martono, dari sisi waktu audit yang me-ngatur lamanya pemeriksaan, kini sudah jauh lebih baik,karena dalam kebijakan yang baru, audit harus diselesai-kan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan. Selain itu,untuk permintaan laporan yang lebih spesifik dari pihakauditor, kini waktunya juga semakin jelas sehingga pihakperusahaan dapat menyiapkan data-data yang diperlukansedini mungkin, dan pada saat pelaksanaan audit sudahdapat mempersiapkanya sehingga proses pelaksanaanaudit akan semakin lancar.

Hal ini juga diamini oleh Yuli Soekarno, menurutnya di-gantinya buku persediaan barang kena cukai denganpelaporan yang sesuai dengan standar akuntasi nasional,akan lebih mempermudah perusahaan dalam menyajikandata-data produksi dan dapat menyesuaikan dengan sis-

tem akuntasi yang memang sudahada di perusahaan.

“Kebijakan baru untuk pergantianbuku barang kena cukai dengan bukulaporan ini, kami sangat mendukung-nya. Memang, kami berada dalam skalamenengah, tapi untuk skala kecil bukuini juga terkadang merepotkan dan takheran kalau masih ada yang memintapetugas bea cukai untuk membuatkan-nya. Inikan tidak fair, masa pembukuankita yang buat bea cukai,” kata Yuli Soe-karno.

Masih menurut Yuli, untuk kedepan-nya diharapkan sosialisasi akan auditcukai lebih ditingkatkan lagi, karena se-bagian perusahaan yang ada di daerahadalah perusahaan kecil, sehingga per-lu bimbingan yang lebih intensif dalampembuatan pelaporan hasil produksiyang sesuai dengan undang-undang.Selain itu, sosialisasi akan kebijakanbaru juga harus jelas waktunya, jangansampai pengusaha masih mengguna-kan kebijakan lama, padahal sudah adakebijakan baru yang mengatur lebihbaik lagi.

HARAPAN PADA AUDIT CUKAI YANGBARU

Masih terkait dengan kebijakan baru tentang audit cukai,PT. BAT menilai kebijakan yang baru memang memberikanaturan yang lebih jelas mengenai audit cukai, namundemikian PT. BAT tetap mengalami kendala dalam pelaksa-naan audit cukai, karena batas waktu yang diberikan kepa-da perusahaan untuk memberikan tanggapan terhadapdata temuan sementara (DTS) hanya diberikan tujuh harikerja.

“Ini sangat memberatkan, karena pada kenyataannya seca-ra internal kami butuh waktu lebih dari 14 hari untuk mempela-jari dan mendiskusikan sebelum memberikan tanggapan,karena dibutuhkan koordinasi dengan departemen lain yangsering kali tidak ada di satu lokasi,” ungkap Lekir Daud.

Untuk itu PT. BAT berharap dengan adanya kebijakanyang baru di bidang audit cukai, maka audit cukai dapat di-laksanakan secara benar dan konsisten, termasuk peratur-an pelaksanaannya harus dibuat dengan mempertimbang-kan masukan yang diberikan oleh perusahaan cukai, untukmeningkatkan kualitas personel dan proses audit cukai.

Sementara PT. Panjang Jiwo berharap, dengan kebi-jakan yang baru ini perusahaannya dapat banyak belajardalam menata adminsitrasi sehingga menjadi lebih baik, se-lain itu Panjang jiwo juga berharap SDM yang ada di peru-sahaannya akan lebih giat lagi belajar mekanisme pembu-kuan yang baik sesuai dengan kebijakan baru di bidangaudit cukai.

Baik PT. BAT, PT. Panjang Jiwo, PT. TOP TEN, terma-suk juga diyakini perusahaan-perusahaan dibidang cukaitentunya sangat mendukung sekali keluarnya kebijakanbaru di bidang audit cukai. Kebijakan baru tentang auditcukai kini tinggal menunggu pelaksanaannya, dengankebijakan ini DJBC berharap dapat lebih memaksimalkanperannya sebagai unit pengawasan di bidang cukai, danperusahaan cukai tentunya akan lebih mudah dalammenyediakan data produksinya yang pada akhirnya auditcukai dapat mencapai sasaran.

Satu hal yang penting pada pelaksanaan audit cukai ada-lah audit cukai dapat menjadi sarana bimbingan atau pem-belajaran dalam sistem administrasi yang baik dan benarkepada perusahaan cukai, sehingga mereka akan semakinpatuh karena pembukuan mereka terus diawasi.

KEJELASAN WAKTU. Dengan lebih jelasnya waktu pelaksanaan audit, membuat perusahaan siapuntuk menyediakan data-data yang diperlukan.

adi

14 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 16: Warta Bea Cukai Edisi 406

15WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

“TUJUAN AUDITCUKAI LEBIH

SPESIFIK, UNTUKMENGUJI

KEPATUHANPENGUSAHA”

Thomas Sugijata, Direktur Audit

Terhitung sejak 15 Agustus 2008,Direktorat Jenderal Bea dan Cukai(DJBC) mendapatkan kewenanganyang lebih luas untuk melakukan auditdi bidang cukai. Dari PeraturanMenteri Keuangan Nomor 91/PMK.04/2008 tentang Audit Cukai, selainmemberikan kewenangan yang lebihluas juga memberikan nuansa barudalam pembukuan persedian barangkena cukai yang kini lebih menggunakansistem akuntansi nasional.

Adanya perubahan yang cukup signifikanpada kebijakan audit cukai yang baru ini,pada umumnya disambut positif olehpengusaha barang kena cukai.Karena selain memberikan kemu-dahan dalam mengerjakanpembukuan, padakebijakan ini juga dapatmembantu pihakpabrikan untuk lebihmengawasi pere-daran barang kenacukai yang merekaproduksi, yangakhirnya dapatmenciptakanpersaingan yanglebih sehat.

Untuk mengeta-hui perubahanantara peraturanaudit cukai yanglama denganaudit cukai yangbaru, juga visidari kebijakanaudit cukai yangbaru ini, WBCmewawancaraiDirektur Audit,TTTTThomas Sugijahomas Sugijahomas Sugijahomas Sugijahomas Sugijatatatatata.Berikut petikanwawacaranya:

WAWANCARA

15WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 17: Warta Bea Cukai Edisi 406

16 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Terkait dengan adanya ketentuan baru tentang AuditCukai dalam UU No. 39 tahun 2007 tentang Cukai,perubahan apa yang ada pada ketentuan tersebut?

Kewenangan untuk melakukan audit sudah diatur di da-lam UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Dalam UU No. 39tahun 2007 tentang Cukai, perubahan yang terkait denganaudit cukai diantaranya adalah:1. Adanya pengertian/definisi audit cukai : Dulu di dalam

Undang-Undang No. 11 tahun 1995 tentang cukai, tidakdiatur secara tegas tentang definisi audit cukai. Sekarangtelah dicantumkan secara jelas definisi audit cukai yaitu :serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan,buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasarpembukuan, dan dokumen lain yang berkaitan dengan ke-giatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yangberkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sedi-aan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuanperundang-undangan di bidang cukai.

2. Tujuan audit cukai lebih spesifik yaitu menguji kepatuhanpengusaha pabrik, pengusaha tempat penyimpanan, im-portir barang kena cukai, penyalur, dan pengguna barangkena cukai yang mendapatkan fasilitas pembebasan cu-kai atas pelaksanaan pemenuhan ketentuan perundang-undangan di bidang cukai.

3. Perluasan (penambahan) dan penegasan obyek audityaitu importir barang kena cukai, penyalur, dan penggunabarang kena cukai yang mendapatkan fasilitas pembe-basan cukai.

4. Penggantian buku persediaan dengan kewajiban menye-lenggarakan pembukuan bagi pengusaha yang bergerakdi bidang cukai dan Pengecualian dari kewajiban menye-lenggarakan pembukuan tetapi wajib menyelenggarakanpencatatan bagi pengusaha skala kecil.

5. Pengaturan secara terinci dan detail tentang kewenangantim audit dalam pelaksanaaan audit cukai.

6. Kewajiban pihak perusahaan terkait dengan pelaksanaanaudit cukai.

7. Hasil audit cukai yang merupakan penetapan pejabat beadan cukai.

8. Dalam mekanisme audit, dimungkinkan banding atas pe-netapan pejabat bea dan cukai (akibat temuan audit) se-telah melalui mekanisme keberatan.

9. Penambahan sanksi atas penyelenggaraan pembukuandan penyelenggaraan pencatatan serta apabila menye-babkan Pejabat Bea dan Cukai tidak dapat menjalankankewenangan di bidang audit.

Apa Visi dari ketentuan baru tersebut ?Pada dasarnya Kewenangan untuk melakukan audit su-

dah diatur di dalam UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai.Ketentuan baru tersebut dilakukan untuk mengantisipasi danmenampung perkembangan yang ada dan terjadi selama 12pelaksanaan kegiatan audit cukai. Kewenangan Audit lebihdirinci di dalam aturan yang baru tersebut.Ketentuan baru tersebut dimaksudkan untuk :1. Mempertegas kewenangan pejabat bea dan cukai untuk

melaksanakan pemeriksaan dalam rangka audit di bidangcukai,

2. mempertegas dan mengatur lebih rinci tentang kewe-nangan pejabat bea dan cukai dalam melaksanakan auditsehingga obyek audit kooperatif dalam membantu prosesaudit.

3. mengatur kewajiban perusahaan untuk menyediakan te-naga, peralatan dan menyerahkan buku, catatan,dokumen, dan/atau surat yang berkaitan dengan kegiatanusahanya dalam rangka audit cukai agar pelaksanaanaudit dapat berjalan dengan baik dan lancar.

4. untuk memberikan efek jera, dengan sanksi administrasibagi Pengusaha yang menyebabkan pejabat bea dan cu-kai tidak dapat melaksanakan kewenangan untuk keperlu-an audit.

5. penambahan beberapa ayat yang dimaksudkan untuk

mengatur kewenangan pejabat bea dan cukai pelaksana-aan pemeriksaan dalam rangka audit di bidang cukai.

Siapa yang menjadi Obyek Pemeriksaan dalam RangkaAudit Cukai ?

Kalau dahulu, dalam Undang-Undang Cukai sebelum di-lakukan perubahan, pejabat bea dan cukai berwenangmemeriksa buku, catatan atau dokumen yang diwajibkan olehundang-undang dan pembukuan perusahaan yang berkaitandengan barang kena cukai serta sediaan barang kena cukaidari pabrik, tempat penyimpanan dan tempat lain untuk ke-perluan audit di bidang cukai

Sekarang sudah diatur secara rinci siapa-siapa yangmenjadi obyek audit. Dalam ketentuan tentang audit cukaisesuai PMK tersebut pejabat bea dan cukai berwenang mela-kukan audit cukai terhadap, pengusaha pabrik, pengusahatempat penyimpanan, Importir barang kena cukai, penyalur;dan pengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitaspembebasan cukai.

Terdapat perluasan dan penegasan terhadap obyek auditdalam PMK yaitu importir barang kena cukai, penyalur, danpengguna barang kena cukai yang mendapatkan fasilitaspembebasan cukai.

Kewenangan melakukan pemeriksaan dalam rangka auditcukai, meskipun sudah di dalam peredaran bebas dan sudahdilunasi cukainya, yaitu audit cukai terhadap penyalur tetapdapat dilakukan dalam rangka pengawasan terhadap pere-daran barang kena cukai itu sendiri. Hal ini terkait dengankarakteristik barang kena cukai sesuai pasal 2 Undang-Undang No. 39 tahun 2007 tentang cukai, yaitu konsumsinyaperlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaian-nya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakatatau lingkungan hidup, pemakaiannya perlu pembebananpungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.

Terdapat 3 jenis Jenis Audit Cukai yaitu Audit Umum,Audit Khusus, dan Audit Investigasi, apa yangmembedakan diantara ketiga jenis audit tersebut ?

Pengertian masing-masing jenis audit cukai, sesuai de-ngan ketentuan umum Peraturan Menteri Keuangan tentangaudit cukai adalah, audit umum, audit khusus, dan auditinvestigasi.

Yang membedakan masing-masing jenis audit tersebutpada intinya dapat dilihat dari ruang lingkup pemeriksaan.Pada audit umum ruang lingkup pemeriksaan adalah menye-luruh dan lengkap terhadap pemenuhan kewajiban cukai.Pada audit umum ruang lingkup terbatas/tertentu terhadaphal-hal tertentu yang menjadi sasaran pemeriksaan. Padaaudit investigasi hanya memeriksa yang terkait dengan duga-an tindak pidana cukai.

Dari perbedaan ruang lingkup tersebut berpengaruh ter-hadap pelaksanaan jenis audit masing-masing yang meliputi,waktu pelaksanaan audit, dasar pelaksanaan tugas/perintahaudit, prosedur pemeriksaan, susunan tim, dan pelaporanhasil audit.

Apa yang menjadi kendala DJBC selama ini dalammelaksanakan Audit Cukai ?

Selama ini terkait dengan jumlah SDM (Auditor) yang ter-batas, konsentrasi pelaksanaan audit cukai masih menitikbe-ratkan pada kegiatan audit kepabeanan, mengingat banyakrekomendasi audit kepabeanan dan beban pengawasan dibidang kepabeanan.

Sebagian pengusaha belum mengetahui, kalau merekamerupakan obyek audit. Mereka beranggapan bahwa penga-wasan selama ini hanya dilakukan oleh KPPBC setempat.Terdapat resistensi oleh beberapa pengusaha yangmenganggap bahwa kewenangan dalam pelaksanaan auditcukai terbatas hanya pada buku persediaan yang diwajibkan.Padahal untuk mengetahui kondisi sebenarnya dalam bukupersediaan perlu dilakukan pengujian transaksi internalperusahaan. Dan, belum semua pengusaha yang bergerak di

WAWANCARA

Page 18: Warta Bea Cukai Edisi 406

17WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

bidang cukai menyelenggarakan pembukuan yang dapatdiaudit (auditable) termasuk ketertiban di dalam penyimpanandokumen.

Dalam ketentuan baru mengenai Audit Cukai, ada halyang baru di dalam pelaksanaan audit, yaitu kewajibanmenyelenggarakan Pembukuan bagi Perusahaan ? Bisadijelaskan ?

Yang dimaskud dengan pembukuan adalah “suatu prosespencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpul-kan data dan informasi yang meliputi dan mempengaruhikeadaan harta, utang, modal, pendapatan dan biaya yangsecara khusus menggambarkan jumlah harga perolehan danpenyerahan barang atau jasa, yang kemudian diikhtisarkandalam laporan keuangan.”

Memang kegiatan audit cukai sangat terkait dengan pem-bukuan yang dilakukan oleh pihak perusahaan. Dalampelaksanaan di lapangan diperlukan suatu aturan yang tegasdan batas–batas yang jelas tentang norma–norma yang ha-rus dipenuhi dalam penyelenggaraan pembukuan. Oleh kare-na itu pengaturan dan penegasan pembukuan dalam keten-tuan peraturan perundang-undangan sangat penting

Untuk mendukung kegiatan audit cukai, perlu diatur seca-ra detail kewajiban menyelenggarakan dan penyimpananpembukuan. Kewajiban ini akan mempermudah pejabat beadan cukai dalam melaksanakan audit di bidang kepabeanandan cukai (auditable).

Dulu kewajiban melakukan pencatatan oleh pengusaha pab-rik dan pengusaha tempat penyimpanan, dilakukan dalam bukupersediaan yang sudah ditetapkan bentuk dan formatdokumennya. Buku persediaan yang diwajibkan oleh undang-undang cukai pengisiannya dirasa masih rumit, hal ini terlihat daribeberapa masukan diketahui bahwa pihak pengusaha mengala-mi kesulitan di dalam melakukan pencatatan dalam buku persedi-aan khususnya yang terkait dengan hasil tembakau.

Sekarang ini telah dibuat khusus untuk pengusaha skalakecil suatu format khusus pencatatan yang sederhana dandapat diimplementasikan untuk mencatat kegiatan transaksibarang kena cukai dan pita cukai.

Di Lapangan terdapat juga adanya perusahaan yang mempu-nyai sistem pengendalian internal yang sudah cukup bagus,menggunakan EDP (Electronic data Processing) dalam setiaptransaksinya, tetapi untuk memenuhi ketentuan peraturan masihharus membuat buku persediaan yang formatnya sudah ditentu-kan. Hal ini merupakan kewajiban tambahan yang kurang perlu.

Penggantian “Buku Persediaan” dengan pembukuan yangsesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum diIndonesia, karena seiring tuntutan untuk menciptakan goodcorporate governance, setiap perubahan yang dilakukan harusmenerapkan prinsip-prinsip administrasi modern, yaitu account-able, reliable, transparansi, dan representational faithfulness.

Apakah kewajiban untuk menyelenggarakanpembukuan tersebut di berlakukan untuk semuaperusahaan yang bergerak di bidang Cukai ?

Kewajiban menyelenggarakan pembukuan tidak diberlakukanuntuk setiap perusahaan, ada batas yang jelas pada pembukuantersebut diwajibkan atau tidak diwajibkan untuk perusahaan.

Ada pengecualian kewajiban untuk menyelenggarakanpembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan yaitu bagiadalah pengusaha pabrik skala kecil, penyalur skala kecilyang wajib memiliki izin dan pengusaha Tempat PenjualanEceran (TPE) yang wajib memiliki izin.” Ketentuan ini dimak-sudkan untuk memberikan pengecualian bagi pengusahapabrik dengan skala kecil, penyalur skala kecil dan pengusa-ha TPE yang tidak mampu atau secara teknis mengalamikesulitan untuk menyelenggarakan pembukuan.

Sesuai dengan ketentuan yang baru tersebut, peng-usaha pabrik skala kecil dan penyalur skala kecil adalahorang pribadi yang tidak dikukuhkan sebagai PengusahaKena Pajak sebagaimana dimaksud dalam peraturanperundang-undangan di bidang perpajakan.

Sebagai konsekuensi dari ketentuan kewajiban penye-lenggaraan pembukuan dimaksud, khusus untuk pengusahayang melakukan kegiatan usaha di bidang cukai yang sudahdikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak diwajibkanmenyelenggarakan pembukuan dan tidak diwajibkan menye-lenggarakan buku persediaan, atau buku bantu persediaanyang selama ini diwajibkan.

Dari sisi peraturan yang menjadi Dasar Hukum, apaperbedaan Ketentuan Pembukuan yang lama dan yangbaru, termasuk pembukuan di bidang kepabeanan?

Dari beberapa aspek perbandingan dapat dilihat darimatriks di bawah ini :

ii. Ketentuan Pembukuan

Page 19: Warta Bea Cukai Edisi 406

18 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Apa yang menjadi kelemahan dari ketentuan yang lamadan Keunggulan dari peraturan yang baru sehinggaperlu ada perubahan dalam ketentuan pembukuan ?

Pada ketentuan yang lama yang mengatur tentang bukupersediaan :a) Semua pengusaha untuk jenis BKC yang sama

menggunakan format buku persediaan yang sama, tanpamembedakan sistem pembukuan yang dilakukan olehpengusaha.

b) Dalam buku persediaan, yang menjadi dasar pemasukandan pengeluaran adalah dokumen cukai dan bukandokumen internal perusahaan.

c) Merupakan kewajiban tambahan yang tidak perlu, karenabanyak perusahaan yang sudah menyelenggarakanpembukuan, bahkan lebih lengkap dibanding denganbuku persediaan yang diwajibkan.

d) Kepastian dalam pelaksanaan audit, mengingat kegiatanaudit sampai batas buku persediaan yang diwajibkan atausampai ke pembukuan internal perusahaan.

Pada ketentuan yang baru :a) Penyempurnaan dari ketentuan yang lama yang menggu-

nakan buku persediaan, saat ini pembukuan internalperusahaan yang dipakai sebagai alat pengawasan olehDJBC.

b) Menghilangkan kewajiban bagi pengusaha untukmembuat buku persediaan.

c) Khusus untuk pengusaha skala kecil akan dibuatkan su-atu format yang sederhana yang dapat diterapkan untukpencatatan produksi dan mutasi keluar masuknya barangkena cukai.

d) Kepastian di dalam pelaksanaan audit sesuai dengandefinisi audit cukai.

Untuk melaksanakan ketentuan di dalam PeraturanMenteri Keuangan No. 91/PMK/2008 tentang AuditCukai, adakah produk hukum misalnya PeraturanDirektur Jenderal untuk membantu implementasi ?

Terdapat beberapa aturan hukum untukpelaksananaan ketentuan yang terkait denganpelaksanaan audit yaitu diantaranya ketentuan mengenai:a. Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pembukuan di

bidang Cukai;b. Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pencatatan;c. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai mengenai

Tata laksana Audit Kepabeanan dan Audit Cukai.d. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai mengenai

Standart Audit Kepabeanan dan Audit Cukai;e. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai

mengenai Program Audit; danf. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai mengenai

Sertifikasi Auditor, Ketua Auditor, Pengendali TeknisAudit (PTA) dan Pengawas Mutu Audit (PMA) Bea danCukai.

Apa harapan Bapak dengan adanya ketentuan baru dibidang audit cukai?

Ada empat harapan terkait dengan dikeluarkannyaketentuan baru di bidang audit cukai. Pertama, tentunyadengan ketentuan yang baru diharapkan pelaksanaanaudit menjadi lebih efektif, sederhana, dan implementatif.Kedua, secara internal para auditor secara aktifmembekali diri dengan pemahaman dan pengetahuanakan ketentuan peraturan di bidang cukai. Ketiga, secaraekternal kami berharap agar perusahan agar patuh dankooperatif bila dilakukan audit cukai atas kegiatanusahanya. Dan keempat, perlu dipahami bahwa kegiatanaudit cukai bukan untuk mencari kesalahan demi tagihannegara, tapi sesuai tujuan audit cukai adalah mengujikepatuhan pengusaha atas pelaksanaan pemenuhan ke-tentuan perundang-undangan di bidang cukai.

WAWANCARA

eresmian KPPBC Madya Cukai Malang dilaku-kan oleh Direktur Jenderal Bea Cukai AnwarSuprijadi, didampingi Kepala Kanwil DJBC JawaTimur II CF Sidjabat, dan Kepala KPPBC TipeMadya Cukai Malang Barid Effendi.

Bersama Dirjen yang tiba di kota Malang pada 1 Agus-tus pagi, ikut serta Sekretaris DJBC Kamil Sjoeib, KetuaTim Percepatan Reformasi sekaligus Direktur AuditThomas Sugijata, Direktur Cukai Frans Rupang, DirekturP2 Jusuf Indarto, dan Kepala Bagian Kepegawaian AzharRasyidi.

Acara peresmian yang diadakan di aula pertemuangedung KPPBC Malang dihadiri undangan dari instansiterkait di kota Malang, mitra kerja yang terdiri dari pengu-saha pabrik rokok, etil alkohol, dan minuman mengan-dung etil alkohol (MMEA), serta pejabat dan pegawai dilingkungan Kanwil dan KPPBC Madya Cukai Malang.

Mengawali acara, Kepala Kanwil DJBC Jawa Timur(Jatim) II CF Sidjabat dalam sambutannya melaporkanbahwa secara keseluruhan Kanwil DJBC Jatim II telahmencapai target cukai sebesar 102% dari target semes-

PERESMIANKPPBC TIPE

MADYA CUKAIMALANG

Setelah sukses melakukan softlaunching awal Juli lalu, Kantor

Pengawasan dan Pelayanan Bea danCukai (KPPBC) Tipe A3 Malang

pada 1 Agustus 2008 secara resmiditetapkan menjadi KPPBC Tipe Madya

Cukai Malang, sesuai KeputusanDirjen Bea Cukai No. KEP-46/BC/2008.

PEMUKULAN GONG. Dilakukan oleh Dirjen Bea Cukai Anwar Suprijadisebagai tanda peresmian KPPBC Tipe Madya Cukai Malang.

P

FOTO-FOTO : KY

DAERAH KE DAERAH

Page 20: Warta Bea Cukai Edisi 406

19WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ter, atau pencapaian pada 1 Agustus sudah mencapai51,15% dari target tahunan 2008, dengan nilai penerimaancukai sebesar Rp. 9,79 triliun dari target penerimaan sebesarRp. 19,15 triliun. Dalam pencapaian tersebut KPPBC TipeMadya Cukai Malang menempati peringkat kedua denganmemberikan kontribusi pencapaian target Kanwil DJBC JatimII, setelah KPPBC Madya Cukai Kediri.

KPPBC Madya Cukai Malang untuk tahun anggaran 2008ditargetkan menghimpun total penerimaan hingga 4 triliunlebih, dengan perincian sebagai berikut :

Target Penerimaan TA 2008BM = Rp. 2.175.260.000Cukai = Rp. 4.226.344.910.000Total = Rp. 4.228.520.170.000

Hingga bulan Juli 2008, penerimaan yang berhasildikumpulkan dari bea masuk maupun cukai sebagai berikut :

Realisasi Penerimaan Januari sd Juli 2008BM = Rp. 1.194.667.612 (54,92%)Cukai = Rp.2.744.419.919.959 (64,94%)Total = Rp.2.745.614.587.571 (64,93%)

Secara geografis, wilayah kerja KPPBC Madya Cukai Malangmeliputi tiga Daerah Tingkat II yaitu Kota Malang, Kabupaten Ma-lang, dan Kota Batu. Dari ke-3 wilayah yang cukup luas tersebut,tugas pengawasan dan pelayanan yang dilakukan meliputi pabrikHasil Tembakau sebanyak 367 pabrik, pabrik Etil Alkohol 1 pabrik,MMEA 3 pabrik, Kawasan Berikat 3 pabrik, Kantor Pos lalu bea 1kantor, dan pengusaha pengguna fasilitas KITE.

Kepala KPPBC Tipe Madya Cukai Malang Barid Effendi,dihadapan Dirjen dan undangan mengatakan, “Sejak muncul-nya rencana pembentukan Kantor Madya Cukai kami terusmelakukan pembenahan dan langkah-langkah persiapanserta evaluasi dan kajian secara terpadu dan komprehensif”.

Langkah-langkah yang sudah dan sedang dijalankan ter-sebut diantaranya renovasi gedung kantor baik interior mau-pun eksterior, melakukan perhitungan kebutuhan SDM, pene-rapan teknologi informasi (TI) dalam pelayanan dan penga-wasan, penyusunan dan penerapan key performance indica-tor, sosialisasi dan internalisasi bagi pegawai dan penggunajasa, serta penerapan polling kepuasan pelanggan yang dila-kukan sejak 1 Juli - 31 Juli, dan telah mengumpulkan respon-den sebanyak 110, dengan hasil 25 sangat memuaskan, 42memuaskan, 26 cukup memuaskan dan 17 tidak memuaskan.

“Seluruh proses persiapan dan pembenahan tersebut ti-dak terlepas dari dukungan dan kerjasama semua pihak dandapat kami laksanakan tepat waktu, mulai sejak jadwal persi-apan, jadwal uji coba, jadwal soft launching hingga peresmi-an pada saat ini,” ujar Barid.

KEPATUHAN PEGAWAI DAN MITRA USAHASebelum memukul gong tanda peresmian KPPBC Tipe

Madya Cukai, Dirjen Bea Cukai Anwar Suprijadi kepada mitrausaha yang hadir mengatakan bahwa peresmian ini merupa-kan suatu rentetan dari program reformasi di bidang bea dancukai. Dirjen menambahkan, peresmian ini juga merupakansuatu bentuk policy dari pemerintah khususnya DJBC untukmembuat administrasi di bidang cukai menjadi lebih baikserta bagaimana membuat prosedur lebih sederhana.

“Mungkin bapak-bapak bertanya apa bedanya kantor yangdulu dengan sekarang? Bedanya adalah kami mempunyaiseksi kepatuhan internal. Jadi bagi rekan-rekan yang melang-gar kode etik akan ditindak oleh seksi kepatuhan internal”.

Namun, tidak hanya kepatuhan di tingkat internal sajayang ingin ditingkatkan, Dirjen juga menegaskan pentingnyakepatuhan mitra usaha. “Yang patuh kami layani dengan baik,yang tidak patuh kita bina, kalau yang gak bisa dibina, saran-nya dibinasakan saja. Inilah yang kami sepakat bagaimanasistem ini kita bangun dengan baik.”

“Hal yang berbeda lagi adalah ada seksi bimbingan dan

Disela-sela acara ramah tamah peresmian KPPBCTipe Madya Cukai Malang, WBC bersama beberapamedia lokal mewawancarai Dirjen Bea Cukai untukmengetahui perkembangan terakhir di DJBC. Berikutpetikannya:

Setelah peresmian di Malang ini, kantor-kantormana lagi yang akan diresmikan ?

Setelah peresmian di Malang, terus ke Kediri mudah-mudahan akhir Agustus, setelah itu Tanjung Perak Sura-baya, kemudian Kudus, Soekarno-Hatta, dan Belawan.

Untuk di Kediri persiapan yang dilakukan ?Menata jaringan IT (teknologi informasi), SDM-nya,

sama persiapan fisik bangunan

Dalam sambutan, bapak bilang salah satu tujuanpembentukan KPPBC Madya Cukai juga KPU adalahkepatuhan internal dan eksternal. Pasca kerjasamaKPK dan Bea Cukai, di tingkat internal adaperubahan besar yang bapak lihat ?

Cukup besar, kemarin kami sendiri melakukan pener-tiban di Juanda, kita tidak bersama KPK tapi dari internalkita, dan ternyata ada dua pegawai yang kena kasus,karena ada pengusaha yang diminta uang yang nggakresmi. Sudah kita tindak, sudah kita proses. Kita sih teruslakukan pembenahan-pembenahan, bisa dilihat di kantorpusat ada banyak kontainer-kontainer numpuk eksbatam, ini sedang kita lakukan penyelidikan terhadaporang-orang kita yang lalai melakukan tugasnya

Terhadap pihak internal yang ternyata bersalah ?Kita proses hukuman disiplin sampai pemberhantian.

Kalau di 2008 sudah sekitar 21 pegawai yang kita usul-kan, yang diberhentikan sudah tujuh (Dalam pemberitaandi media massa pada pertengahan Agustus, sudah adadelapan pegawai bea cukai yang diberhentikan - red).Mayoritas kasusnya banyak menerima uang tidak resmi.Apa yang kita lakukan sebenarnya membangunkepatuhan, baik internal pegawai kami di bea cukaimaupun eksternal, klien. Kalau ada pelanggaran ya kitalakukan law enforcement. Jadi kita tidak pandang bulu,siapa pun kita tertibkan.

Untuk merubah perilaku sehingga pencitraan bisalebih baik?

Kita komitmen, kita tegas dalam reward danpunishment dan keteladanan pimpinan, kalau pimpin-annya tegas tidak menerima kan harusnya dibawah-nya ikut juga.

“KitaTidakPandangBulu,SiapapunKitaTertibkan”

ky

Page 21: Warta Bea Cukai Edisi 406

20 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

konsultasi. Kami ingin melakukan sosialisasi, kami ingin me-lakukan bimbingan dan kepatuhan supaya program ini bisadilakukan dengan baik. Tentunya apa yang kita lakukan hariini belum tentu cocok untuk satu tahun ke depan, untuk inisaya mengharapkan masukan, kritik dari bapak-bapak,bidang atau urusan apa yang harus kita perbaiki,” ujar Dirjen.

Para pengusaha di bidang cukai di kota Malangtergabung ke dalam beberapa wadah seperti Gaperoma (Ga-bungan Pengusaha Rokok Malang) yang memiliki anggota 34perusahaan rokok, ada juga Asperki (Asosiasi PengusahaRokok Kecil) serta yang sifatnya nasional Asprindo (AsosiasiProdusen Etil Alkohol Indonesia).

Kepada para pengusaha Anwar Suprijadi kembali menga-takan, “Kalau bapak-bapak pengusaha di Malang ini banyakmenghadap saya atau menghadap Pak Frans berarti meka-nisme di Kantor Pelayanan Madya ini tidak jalan, jadi makin

sedikit saya makin bangga. Harapan kami supaya bapak-bapak tidak usah jauh-jauh ke Jakarta, tapi bisa diselesai-kan di Malang.”

Di akhir sambutannya, Dirjen menyampaikan penghargaan-nya kepada para pengusaha yang telah membayar cukai dengantertib. “Saya menyampaikan terima kasih, mudah-mudahan dikemudian hari kita akan lebih patuh dan lebih tertib lagi”.

Ketua Gaperoma, Johny, ketika ditemui WBC mengata-kan, yang perlu dibenahi dari KPPBC Madya Cukai Malangadalah masalah sistem penerapan TI dan aplikasinya, namunia memaklumi hal tersebut karena dari jadwal soft launchinghingga peresmian adalah masa transisi. Ia juga berharapsarana dan prasarana kantor lebih ditingkatkan untukkenyamanan pengguna jasa, “Parkir disini susah, kantin gakada, fotokopi juga gak ada, susah jadinya. Tapi kalau menge-nai kinerja karyawan saya angkat jempol pada mereka.”

FOTO BERSAMA. Dari kiri ke kanan, Kepala Bagian Kepegawaian Azhar Rasyidi, Sekretaris DJBC Kamil Sjoeib, Direktur P2 Jusuf Indarto, KepalaKanwil DJBC Jawa Timur II CF Sidjabat, Direktur Jenderal Bea Cukai Anwar Suprijadi, Kepala KPPBC Tipe Madya Cukai Malang Barid Effendi, KetuaTim Percepatan Reformasi sekaligus Direktur Audit Thomas Sugijata, dan Direktur Cukai Frans Rupang.

KOTAK POLLING. Pengguna jasa bisamemanfaatkan kotak polling yang ada dibagiandepan kantor untuk menyampaikanpendapatnya atas pelayanan yang diberikanKPPBC Tipe Madya Cukai Malang Undangan yang hadir

FOTO-FOTO : KY

DAERAH KE DAERAH

ky

Page 22: Warta Bea Cukai Edisi 406

21WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

mplementasi tahap kedua sistem NSW resmi diluncurkan olehMenteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati selaku KetuaTim Persiapan NSW pada 11 Agustus 2008 bertempat di GumayaTower Hotel, Semarang Jawa Tengah. Acara peluncuran NSW kaliini agak berbeda dibandingkan acara peluncuran tahap sebelum-

nya di Bali, karena pada momen kali ini dikaitkan dengan peringatanHari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-63.

Suasana pun juga agak berbeda karena hadirnya sejumlah tamuasing, antara lain pejabat yang mewakili Sekretaris Jenderal ASEANdan komunitas NSW dari negara-negara anggota ASEAN serta per-wakilan dari Kedutaan Besar negara-negara ASEAN. Acara peresmi-an diawali dengan menyanyikan bersama-sama Lagu KebangsaanIndonesia Raya oleh peserta yang hadir.

Acara juga dihadiri oleh para menteri terkait, antara lain MenteriPerhubungan (selaku Wakil Ketua II Tim Persiapan NSW),JusmanSyafii Djamal, Menteri Komunikasi dan Informatika, Muhamad Nuh,serta Wakil Sekretaris Kabinet, Lambok Nahatan, Gubernur Jawa Te-ngah, Ketua Pelaksana Harian Tim NSW, Edy Putra Irawady, Direktur

Jenderal Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi, jajaran eselon II dan staf intidi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, para pimpinan Tim PersiapanNSW, para pejabat terkait dari instansi pemerintah pusat dan daerah,serta para pelaku usaha dari berbagai daerah.

Dalam sambutannya selaku Ketua Tim Persiapan NSW, Sri Mul-yani Indrawati menyampaikan, sebagaimana yang ditetapkan dalamCetak Biru Pembangunan dan Penerapan NSW yang agenda pelak-sanaannya dituangkan dalam Instruksi Presiden No.5 Tahun 2008tentang Fokus Kebijakan Ekonomi 2008-2009, bahwa sebelum NSWberintegrasi dalam sistem ASEAN Single Window (ASW) yangdirencanakan pada bulan Juni 2009, maka implementasi NSW perludilakukan secara bertahap agar fasilitas pelayanan impor ekspor be-nar-benar efektif dan berkelanjutan.

Peluncuran tahap kedua sistem NSW ini, lanjut Menkeu Sri Mul-yani Indrawati, semula akan dilaksanakan pada awal bulan Juli,namun karena pada bulan Agustus Indonesia mendapat giliran untukmenjadi tuan rumah bagi serangkaian pertemuan kelompok kerja pa-da ASEAN Single Window (ASW), maka penyelenggaraan peluncuransistem NSW sengaja dilaksanakan menjelang pelaksanaan rangkaianpertemuan ASW yaitu pada tanggal 12-19 Agustus 2008.

“Mulai 12 sampai 19 Agustus 2008 Tim NSW dari seluruh negara-

IMPLEMENTASITAHAP DUA

NSWMelalui National Single Window (NSW),

semua ketentuan, prosedur danproses bisnis yang terkait dengan ekspor

impor dapat diselaraskan dan sebagaimomentum untuk membenahi aspek

koordinasi antar instansi terkait, sehinggaberbagai persoalan dikarenakan

lemahnya koordinasi antar instansi dapatlebih mudah diatasi secara sistemik.

PENYERAHAN TANDA PENGHARGAAN, kepada pihak yang memberikan dukungan, kontribusi dan komitmennya dalam mendukung kelancaranpembangunan dan penerapan sistem NSW.

I

PENEKANAN TOMBOL oleh Menkeu didampingi para menteri sebagaitanda peluncuran implementasi tahap kedua Sistem NSW.

Page 23: Warta Bea Cukai Edisi 406

22 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

negara anggota ASEAN akan mengadakan pertemuan di hotel ini. Un-tuk itu saya ucapkan selamat datang dan selamat melakukanpertemuan, semoga rangkaian pertemuan ASW dapat membuahkanhasil yang baik, untuk memperlancar pembangunan dan penerapansistem ASW di kawasan ASEAN,” imbuh Menkeu.

Hal ini lanjut Sri Mulyani, dimaksudkan untuk memanfaatkan keha-diran para tamu asing dari negara-negara anggota ASEAN sebagaisarana untuk penyebarluasan mengenai perkembangan pembangun-an dan penerapan sistem NSW pada tingkat ASEAN. Dikemukakanpula bahwa pertimbangan pemilihan tempat penyelenggaraan diSemarang, antara lain karena Semarang merupakan salah satu kotapelabuhan yang akan dijadikan lokasi perluasan penerapan sistemNSW pada akhir 2008, sehingga melalui kegiatan ini sekaligus dimak-sudkan untuk sosialisasi perkembangan sistem NSW kepada parapelaku usaha setempat.

PENINGKATAN JUMLAH PENGGUNA SISTEM NSWPada peluncuran implementasi tahap kesatu jumlah instansi yang

bergabung dalam sistem NSW hanya 5 (lima) instansi terkait perizinanatau Government Agency (GA) . Kelima instansi yang telah tergabungtersebut sejak Desember 2007 selain Direktorat Jenderal (Ditjen) Beadan Cukai adalah Ditjen Perdagangan Luar Negeri, Badan Pengawas-an Obat dan Makanan, Karantina Ikan, Karantina Tumbuhan, danKarantina Hewan. Sedangkan pada tahap kedua ini jumlah instansiyang terlibat telah bertambah menjadi 15 GA dengan menggandeng10 GA baru yaitu Departemen Kesehatan, Departemen ESDM, Depar-temen Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, DepartemenKehutanan, Departemen Pertanian, Ditjen Postel, Badan PengawasanTenaga Nuklir, Departemen Perhubungan dan Kepolisian RepublikIndonesia.

Meskipun pada implementasi tahap kedua ini pelayanan sistemNSW masih terbatas untuk melayani importir, namun jumlahperusahaan yang dilayani secara bertahap terus ditingkatkan. Jikapada implementasi tahap kesatu sistem NSW hanya melayani ImportirJalur Prioritas (IJP) sebanyak 88 perusahaan, maka pada tahapanyang kedua importir yang dilayani oleh sistem NSW telah diperluas,sehingga menjangkau importir Mitra Utama (MITA) Prioritas sebanyak97 perusahaan (dari 102 MITA Prioritas) dan MITA Non Prioritassebanyak 46 perusahaan. Dengan demikian semua dokumen PIB(Pemberitahuan Impor Barang) yang dikirimkan oleh MITA Prioritasdan MITA Non-Prioritas telah menggunakan fasilitas di Portal INSW(Indonesia Nasional Single Window).

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bertindak sebagaikoordinator pembangunan dan pengembangan NSW dan Timpersiapan NSW telah melakukan langkah-langkah untuk mengin-tegrasikan berbagai pelayanan dari setiap instansi ke dalamsistem Portal INSW. Dalam portal NSW telah di upload databaseLartas (ketentuan larangan dan pembatasan impor) secara realtime dilengkapi dengan buku pintar untuk memudahkan pelakuusaha mengetahui kebijakan pengimporan barang ke Indonesia.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi menyatakanterhadap para importir yang terkait dengan keperluan NSW, pihaknyamasih melakukan penyeleksian dan pendataan terhadap importir. Darihasil pendataan tersebut lanjutnya, terdapat sekitar 14.000 importirbisa melaksanakan NSW yang 30 persen diantaranya merupakanimportir high risk, hal ini sesuai dengan keinginan pemerintah yangmenargetkan seluruh importir nasional yang mencapai 14.000perusahaan dan sejumlah eksportir untuk mengimplementasikanNSW pada Desember 2008.

Pendataan ini lanjut Anwar, akan terus dilaksanakan terhadappara importer untuk selanjutnya menawarkan kepada semuapengguna jasa untuk ikut dalam pelaksanaan NSW. Bagi yang tidaksiap atau tidak ingin dalam pelakanaan NSW otomatis pengguna jasaakan diblokir aksesnya ke sistem importasi barang di NSW.

Untuk instansi terkait seperti Departemen Perhubungan telahmembangun sistem pelayanan kepelabuhan secara online yaituinaportnet dan persiapan pembangunan sistim NSW untuk airport.Sementara Departemen Perdagangan yang telah mendorong danmengarahkan jajarannya dalam membangun dan menerapkaninatrade dan mengintegrasikannya ke dalam Portal INSW sehinggapelayanan perijinan ekspor dan impor dapat dilakukan secara onlinemelalui Portal INSW.

Demikian halnya yang dilakukan oleh Departemen Pertanian, me-lalui Badan Karantina Pertanian membangun Sistem PelayananKarantina Hewan secara online melalui sistem Pelayanan Online Ka-rantina Hewan (Sikawan) dan Sistem Pelayanan Online KarantinaTumbuhan (Sipusra). Hal sama juga dilakukan Menteri Kelautan danPerikanan yang bersama jajarannya telah berhasil membangunSistemTerpadu Pelayanan Karantina Ikan Online (Sister Karoline), ter-masuk juga yang dilakukan BPOM yang telah membangun dan me-ngembvangkan sistem pelayanan e-BPOM dan mengintegrasikannyake dalam Sistem Portal INSW.

Pada peluncuran NSW tahap ini, acara juga diisi dengan kunjung-an Menteri Keuangan beserta rombongan, termasuk MenteriPerhubungan, ke Terminal Peti Kemas Semarang yang sejak 1 Juli2001 lalu ditetapkan sebagai unit bisnis tersendiri yang terpisah darimanajemen Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dengan sebutanTerminal Peti Kemas Semarang (TPKS). Di tempat ini Menkeumendapat penjelasan dari pihak pengelola TPKS mengenai pelayananyang dilakukan TPKS dalam mendukung kegiatan distribusi barangdengan rute nasional maupun internasional.

Selanjutnya rombongan melihat kegiatan pemeriksaan barangdalam kontainer yang dilakukan aparat petugas Kantor Wilayah(Kanwil) Bea dan Cukai Jawa Tengah dan DIY. Dalampemeriksaan tersebut aparat berhasil mengamankan kontainerberisi kayu yang akan diekspor ke luar negeri yang kasusnya se-dang dalam proses pendalaman lebih lanjut oleh aparat Bea danCukai. Kunjungan berakhir di Kanwil Bea dan Cukai Jawa Tengahdan DIY dan selanjutnya dilakukan briefing oleh Menkeu kepadajajaran Bea dan Cukai.

PARA MENTERI BESERTA PIMPINAN TIM NSW melakukan kunjungankerja ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

MENKEU MENINJAU TEGAHAN KAYU didampingi Kakanwil DJBCSemarang, Ismartono.

FOTO-FOTO WBC/RIS

ris

DAERAH KE DAERAH

Page 24: Warta Bea Cukai Edisi 406

23WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ntuk meningkatkan kemampuan para doghandler, sebut-an bagi petugas yang mendampingi anjing pelacaknarkotika yang tergabung dalam tim K-9, maupunkepada APN itu sendiri, DJBC mengadakan pelatihandan penyegaran (retraining) yang diadakan pada 4-29

Agustus 2008.Retraining diberikan kepada para doghandler angkatan XI dan

XII yang selama ini bertugas dibeberapa wilayah pengawasanBea dan Cukai, antara lain Bandara Ngurah Rai Bali, BandaraPolonia dan Pelabuhan Belawan Medan, Bandara Juanda Sura-baya, Bandara Hang Nadim Batam serta petugas doghandler di-beberapa wilayah pengawasan Bea dan Cukai lainnya.

Setelah kurang lebih setahun doghandler dan APN menjalan-kan tugas pengawasan terhadap upaya masuknya narkotikasecara illegal di wilayah Indonesia, mereka dipanggil untuk mela-kukan penyegaran kembali. Penyegaran yang dilakukan meliputimateri teori dan praktek kepada para pawang anjing pelacak ma-upun kepada APN.

Menurut Kepala Seksi Penindakan IV Kantor Pusat DJBC,Duki Rusnadi, tujuan dari penyegaran dan pelatihan ini adabeberapa hal, yaitu ; memonitor kinerja tim K-9 di daerah, evalua-si dan penyempurnaan sistem dan prosedur pelacakan, pertukar-an informasi peta kerawanan daerah, dan evaluasi beban kerja

dan kebutuhan unit k-9 di ma-sing-masing daerah.

Peserta yang mengikutiretraining ini berjumlah 15orang, dengan sasaran yaghendak dicapai adalah pe-ngembangan kapasitas dankualitas unit K-9, standarisasikapasitas dan kualitas unit K-9 seluruh Indonesia, danstandarisasi manajemen ope-rasional APN. Dalam bebera-pa kesempatan sebelumnya,para trainer dikirim ke luarnegeri seperti ke Jepang danAustralia untuk meningkatkankemampuannya. “Dalamwaktu dekat kami juga akanmelakukan penyegaran paratrainer bersama dengan Aus-tralia Customs,” imbuh Duki.

Dalam retraining ini me-nurut Duki, komposisi pelatih-

an yang diberikan adalah 20 persen teori dan 80 persen praktek.Untuk pelatihan di lapangan, peserta diterjunkan di bumi perke-mahan Cibubur dan juga di Kantor Pengawasan dan Pelayanan(KPPBC) di Jakarta dan sekitarnya sebagai tempat praktek. Saatini jumlah APN dan doghandler aktif ada sebanyak 40 pasang.APN yang dimiliki DJBC berasal dari Jerman, Belanda, Australiadengan jenis yang beragam seperti Malinois, German Shepperd,Golden Retriever dan Labrador.

Jumlah APN yang aktif tersebut dirasakan masih jauh dariideal untuk mem-back up kegiatan pengawasan narkoba dan pre-cursor illegal. Karena itu untuk kedepan akan terus diupayakanpenambahannya, namun disesuaikan dengan fasilitas yang ter-sedia di KPPBC.

“Saat ini kebutuhan terbesar ada di Jakarta dan sekitarnya,karena meliputi pelabuhan Tanjung Priok, Bandara HalimPerdana Kusuma, serta Kantor Pos Pasar Baru,” imbuh Duki.

Ketika ditanya apakah ada kemungkinan DJBC membiakkansendiri anggota unit anjing pelacaknya, Duki menyatakan,mengenai rencana tersebut belum pernah ada, demikian jugadengan kajiannya, jadi pengadaannya masih dengan melakukanpembelian ke negara asal APN.

ORGANISASINYA PERLU DITINGKATKANSalah seorang pelatih (trainer) senior APN yang merupakan

angkatan pertama ketika DJBC pertama kali mendirikan unitanjing pelacak narkotika dan pawang anjing pelacak pada tahun1981, menyatakan bahwa tujuan retraining ini adalah untuk mem-bangkitkan motivasi, baik bagi doghandler maupun APN-nya.

“Petugas doghandler harus telaten, tekun dan hati-hati. Jikaanjingnya sudah jenuh maka secepatnya kita tarik untuk dilaku-kan retraining. Setelah retraining dijalankan selanjutnya APN di-kembalikan ke unit tugasnya masing-masing. Lain halnya jika ma-najemen operasional APN di suatu wilayah tidak memadai atautidak layak untuk APN maka tidak akan kita paksakan ditempat-kan di sana melainkan kita tempatkan di unit anjing pelacak Kan-tor Pusat, karena nantinya akan merusak mental APN maupundoghandler-nya.” imbuh trainer tersebut.

Di retraining ini terdapat materi baru, terkait dengan mulaimaraknya penyelundupan ketamine, untuk itu jumlah yangdiawasi yang sebelumnya ada sabu, ganja, morphin, kini ditam-bah jenis ketamine, demikian menurut trainer senior tadi yang ju-ga instruktur X-ray dan instruktur Customs Narcotic Team.

Anjing pelacak narkotika memiliki dua tipe yaitu agresif danpasif, yang dibedakan berdasarkan reaksi dari APN tersebut.Tipe APN agresif menunjukkan reaksi dengan menggaruk-garukbarang yang diduga mengandung narkoba, sedangkan APN

RETRAININGDOGHANDLER DANANJING PELACAKNARKOTIKA DJBC

Anjing Pelacak Narkotika (APN) yangdimiliki Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai (DJBC) disiapkan untuk membantumendeteksi adanya narkoba dan

prekursor pada barang impor yangmasuk ke Indonesia, baik itu melalui

udara, darat maupun laut. Meskisebenarnya APN bisa dilatih untuk

mendeteksi bahan peledak, tetapi sam-pai sekarang belum dilakukan karenaAPN yang ada saat ini penggunaannya

masih dikonsentrasikan padapenindakan narkoba dan prekursor. SEBAGIAN PESERTA RETRAINING doghandler dan APN DJBC 2008 .

DUKI RUSNADI. Kemampuan unit K-9dapat lebih dijaga atau ditingkatkankualitasnya dari tahun ke tahun.

U

FOTO-FOTO WBC/RIS

PENGAWASAN

Page 25: Warta Bea Cukai Edisi 406

24 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

pasif akan menunjukkan reaksinya dengan duduk didekat obyekyang diduga mengandung narkoba. Respon ini disesuaikandengan wilayah tugasnya, seperti untuk pelacakan di dalamterminal penumpang dan di pesawat digunakan tipe pasif agartidak mengganggu atau membahayakan penumpang atau pesa-wat.

Khusus untuk unit APN, instruktur senior ini mengharapkanagar kedudukan organisasinya bisa ditingkatkan lagi. Menurut-nya, pada masa pembentukan unit APN tahun 1981, DJBC ber-sama Kepolisian sama-sama merintis, tetapi kini Kepolisian telahmemiliki direktorat tersendiri atau setingkat eselon II. Sementaradi DJBC unit APN-nya yang setingkat Kasubdit atau eselon IIItetapi kini justru turun lagi menjadi unit selevel eselon IV.

“Dulu tahun 1981 di Polres tidak ada tahanan narkotika, seka-rang di Polsek pun sudah ada tahanan untuk pelanggar narkoti-ka, karena itu saya berharap supaya unit APN menjadi kasubditlagi, syukur-syukur bisa menjadi direktorat. Jangan sampaikorban narkotika semakin banyak tetapi organisasi kita semakinturun,” ujarnya yang selama 20 tahun berkecimpung dengan ma-salah narkotika di KPPBC Soekarno-Hatta.

Ia kembali menekankan kepada paradoghandler, dengan adanya retraining inidiharapkan fisik dan mental yang notabenepara junior bisa terus berkembang danmeningkat sehingga tidak mengandalkan yangsenior saja, mereka bisa lebih baik lagi danjangan sampai macet.

APN DAN DOGHANDLER, MITRA KERJAKecintaan terhadap binatang, sehat jasmani

dan rohani, tabah dan sabar menghadapi bi-natang terutama anjing pelacak dan bisa mem-praktekkan kemampuan intelijen, merupakanpersyaratan yang harus dimiliki seorangpawang, demikian menurut Robert Sipahutar,salah seorang trainer APN yang bertugas diKPPBC Ngurah Rai.

“Dalam berlatih, para pawang dituntut untukmemiliki tingkat keseriusan yang tinggi meng-ingat nantinya pawang dan APN adalah mitrakerja, jadi manusianya yang harus memahamikarakter masing-masing anjing pelacak, yangdipisahkan menjadi anjing agresif dan anjingpasif,” ujar Robert yang sudah setahun menjadiinstruktur APN.

Yang terpenting dari retraining ini, lanjut

Robert adalah menyegarkan kembali, baik kepada doghandlermaupun APN-nya. Karena selama ini ada image bahwadoghandler yang bertugas hanya bekerja dengan APN-nya, danmemang kenyataannya anjing pelacak hanya memiliki kekuatanmendeteksi narkoba selama 4 jam sedangkan para doghandlermemiliki jam kerja sampai 8 jam, berarti ada sisa waktu 4 jamyang mulai dimaksimalkan dengan melakukan pekerjaan selainmembawa anjing pelacak, misalnya melakukan surveillance, ana-lisa data dan sebagainya.

Sementara itu Hotman Simorangkir, Asisten Instruktur APNyang bertugas di Bandara Polonia Medan, mengaku agak kesu-litan terutama dalam hal mendapatkan contoh barang ketika akanme-refresh anjing pelacak. Menurutnya, di daerah jarang sekalimelakukan training addict (training untuk barang narkotika),padahal prinsip dari APN adalah pengulangan dan pengulangan

“Kalau tidak refresh nanti anjing jadi liar lagi. Makanya perlu-nya refreshment adalah mengenalkan kembali narkoba kepadaAPN,” ujar Hotman.

Sementara itu Alfredo M Silalahi, doghandler pada KPPBCTipe A3 Polonia Medan, mengaku senang meng-ikuti retraining ini. Mengingat ia bisa bertemukembali dengan rekan-rekan satu angkatannyayang telah tersebar di beberapa KPPBC di Indo-nesia. Di kesempatan ini pula ia bisa bertukarpengalaman dengan rekan-rekannya selamamenjalankan tugas, begitu juga untuk APN-nyamenjadi terbentuk lagi motivasinya sehinggakembali semangat untuk bertugas.

“Retraining ini jelas menunjang tugas saya se-bagai doghandler dan manfaatnya jelas membuatAPN semangat lagi bekerja. Pawang berperan se-kali untuk mengendalikan APN. Jadi peran handleradalah bagaimana membuat anjing itu nyamanbekerja. Harapan kami retraining seperti ini bisadilakukan setiap tahun untuk menunjang tugas kitadi lapangan,” ujar Alfredo yang mengaku selamabertugas di Medan, kendala yang dihadapinyaadalah suasana bandara yang semrawut dan ramaioleh hiruk pikuk orang.

“Bisa dibilang Bandara Polonia semrawut,tanpa pass orang saja bisa masuk seenak-nya, jadi terlalu banyak orang, dan memangkondisi di Polonia banyak orang sehinggawaktu untuk APN melakukan pemeriksaansebentar sekali. Selain itu tingkat stres-nyacukup tinggi buat APN,” tandas Alfredo.

ALFREDO M. SILALAHI. Bisa bertukarpengalaman dengan rekan-rekannyaselama menjalankan tugas,termasuk APN-nya menjadi terbentuklagi motivasinya sehingga kembalisemangat untuk bertugas.

APN AGRESIF sedang melacak keberadaan barang yang didugamengandung unsure narkoba.

TRAINER SENIOR, Jangan sampai korban narkotika semakin banyaktetapi organisasi khusus APN Bea dan Cukai semakin turun.

ris

PENGAWASAN

Page 26: Warta Bea Cukai Edisi 406

25WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ndonesia sebagai negara kepulauan yang jumlahnya mencapairibuan, terkadang menjadi tujuan pembuangan limbah B3 olehnegara lain. Perkembangan pembuangan limbah pun akhir-akhirini sudah tidak lagi memakai cara-cara kuno seperti dibuang kelaut, untuk itu perlu kesiapan dan pengetahuan dari penegak hu-

kum akan jenis-jenis limbah yang masuk ke Indonesia.Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang bertugas menga-

wasi keluar masuknya barang-barang yang termasuk larangan danpembatasan, menyadari bahwa pengetahuan para pegawai DJBCakan jenis-jenis limbah dan tatacara penyelesaiannya sangat diperlu-kan, karena pemasukan limbah saat ini sudah dilakukan dengan caramodern seperti dimasukan ke dalam kontainer.

Untuk mendukung tantangan tugas yang semakin berat tersebut,belum lama ini DJBC bekerjasama dengan Kementrian LingkunganHidup (KLH) dan Basel Convention Regional Centre for South-EastAsia (BCRC), mengadakan pelatihan nasional perpindahan lintas ba-tas limbah B3 ilegal untuk pegawai DJBC, yang berlangsung di ge-dung KLH Jakarta pada 22 hingga 24 Juli 2008.

Pelatihan yang diikuti oleh 25 pegawai dari seluruh Kantor Peng-awasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) di Indonesia yangmemiliki potensi masuknya limbah, dibuka oleh Pjs. Direktur Penindak-an dan Penyidikan, Achmad Budiyanto dan Direktur BCRC,Aboejoewono. Dalam pemaparannya Aboejoewono menjelaskan,sedikitnya 8,5 juta ton limbah B3 bergerak atau pindah dari satu nega-ra ke negara lain setiap tahunnya.

“Perpindahan limbah B3 tersebut, dari satu sisi merupakankegiatan perdagangan yang menguntungkan. Ini dikarenakaniming-iming keuntungan yang cukup besar dari negara maju ke-pada negara berkembang jika mau menerima limbah mereka. Inidilakukan oleh negara maju karena mereka menyadari kalaupengolahan limbah di negara mereka sangat mahal dan lahanyang tersedia pun tidak ada, sementara di negara berkembanglahan untuk pembuangan limbah masih ada,” papar Aboejoewono.

Lebih lanjut Aboejoewono menjelaskan, dari sisi lainnya banyaknegara yang mengeluhkan kalau mereka menerima pengiriman lim-bah tanpa perijinan dan tanpa kejelasan penanganan, sebagaimanalaiknya secara ramah lingkungan.

Pengiriman limbah tanpa ijin tersebut umumnya untuk merekaya-sa dan menghindar dari aturan-aturan yang disepakati, seperti dengancara penyelundupan melalui pengapalan lintas batas, penyuapan,penipuan dan pemalsuan dokumen. Akibat kegiatan tersebut semuaorang bisa terkena dampaknya, karena tanpa pengolahan dan penge-lolaan yang tepat, limbah B3 berdampak pada kesehatan manusia danlingkungan.

Sementara itu menurut M. Ilham Malik, Asisten Deputi UrusanAdministrasi Pengendalian Limbah B3 KLH, pelatihan limbah B3 untukpegawai DJBC sangatlah penting karena sebagai penjaga pintugerbang bangsa DJBC harus mampu mendeteksi jenis limbah yangmasuk dan cara penanganannya. Selain itu, pengenalan jenis limbahyang jumlah dan jenisnya berbeda-beda tentunya harus dipahami olehpetugas bea cukai agar dapat mendeteksi secara dini jenis limbahyang masuk.

“Untuk itu pada pelatihan kali ini juga dijelaskan mengenai prose-dur penangan jenis limbah yang masuk agar petugas bea cukaipaham akan jenis-jenis limbah, baik limbah yang diatur dalam konven-si basel maupun jenis limbah yang tidak diatur oleh konvensi basel.Selain itu kami harapkan pelatihan ini juga dapat berjalan secara konti-nyu agar pemahaman limbah bagi petugas bea cukai dapat merata,”ujar Ilham.

Masih menurut Ilham, pelatihan serupa akan diupayakan menjadikegiatan rutin pada waktu yang akan datang, dengan menyempurna-kan materi-materi pelatihan yang masukannya berasal dari pelatihansebelumnya.

Hal ini juga diamini oleh Direktur P2, Jusuf Indarto, menurut-nya Indonesia yang kini menjadi salah satu negara tujuan pembu-angan limbah, harus mempersiapkan diri dengan pengetahuanmengenai jenis-jenis limbah yang akan masuk. Karena, sampaisaat ini sudah banyak kasus pemasukan limbah yangmenyatakan aman namun pada kenyataannya limbah tersebutsangat tidak bermanfaat dan dapat merusak lingkungan.

“Limbah itu kini sudah hampir sama denga narkoba, banyak darinegara-negara lain mencoba memasukannya ke Indonesia, untuk itudengan pelatihan ini saya berharap petugas bea cukai mampu men-deteksi secara dini jenis limbah yang masuk dan cara penyelesaian-nya,” kata Jusuf Indarto.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini sangat bermanfa-at bagi petugas bea cukai. Materi yang diajarkan untuk menambahpengetahun peserta misalnya seperti masalah penyelundupan limbahB3 antar negara, peran petugas bea dan cukai dalam pelaksanaankonvensi basel, dan indikator resiko. Dalam pelatihan tersebut jugamenghadirkan nara sumber yang berkompenten dibidangnya,sehingga pengetahuan peserta pelatihan semakin kaya akan jenis-jenis limbah dan tatacara penanganannya.

Pelatihan juga dilengkapi dengan kunjungan ke fasilitas pengelola-an limbah (receipt facility) di Cileungsi Bogor, dimana para peserta

PELATIHANPERPINDAHAN LINTAS BATAS

LIMBAH B3 ILEGALMasalah penyelundupan limbah bahanberbahaya dan beracun (B3) ke Indone-

sia saat ini perlu penanganan yangsangat serius. Banyak dalih yang

digunakan negara lain untuk membuanglimbahnya ke Indonesia. Untuk itu

perlu pengetahuan yang cukup luas daripegawai bea cukai tentang limbah B3

dan proses penyelesaiannya.

FOTO BERSAMA. Direktur P2, Asisten Deputi KLH dan para peserta pelatihan.

PENGOLAHAN LIMBAH. Para peserta pelatihan saatmeninjau langsung perusahaan pengolahan limbah diCileungsi Bogor yang merupakan perusahaanpengelolaan limbah terbesar di Indonesia.

I

DOK. BCRC

Page 27: Warta Bea Cukai Edisi 406

26 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

dapat melihat secara langsungproses pengelolaan limbahshield oil eks kapal asing danjenis-jenis limbah apa saja yangdapat diolah atau dimanfaatkankembali.

Kunjungan juga dilakukanke pelabuhan Tanjung Priok,dimana diperlihatkan unit pena-nganan limbah yang berada dibawah Pelindo. Dalamkunjungan ke Tanjung Prioktersebut, para peserta menda-patkan pengetahuan baru, di-mana selama ini prosespenanganan limbah khususnyalimbah oli dari kapal asing yangmasuk ke Indonesia, penga-wasannya belum berjalandengan baik. Padahal, jumlah

yang mereka buang ke Indonesia cukup besar.Berdasarkan informasi, selama ini kapal-kapal asing yang masuk

“membuang” limbah olinya di Indonesia minimal 5 ton dan maksimal100 ton. Hasil buangan limbah tersebut selanjutnya ditampung olehperusahaan-perusahaan swasta Indonesia yang kemudian diolahkembali menjadi barang yang tidak diketahui. Kegiatan pengumpulanoli-oli bekas kapal tersebut sudah berlangsung cukup lama, dan peng-awasan yang dilakukan DJBC belum berjalan dengan baik.

Terkait dengan minimnya pengawasan yang dilakukan DJBC, halini juga karena rezim pengaturan yang berbeda dan kontradiktif antarapengaturan basel convention yang dilaksanakan oleh KLH denganpengertian moupel convention yang dijalankan oleh Dephub. Sehing-ga, koordinasi yang baik antara KLH, Departemen Perhubungan, danAdpel, khususnya dalam hal perijinan belum berjalan dengan baik. Halinilah yang menyebabkan masih adanya kesimpangsiuran perijinan,sehingga upaya pengawasan yang dilakukan DJBC tidak dapat dilaku-kan secara maksimal.

Dari unit penanganan limbah di pelabuhan Tanjung Priok, kunjung-an kemudian diakhiri dengan melihat hasil tegahan limbah kondomasal Jerman yang diberitahukan sebagai new latex scrap, yang kinidalam proses reekspor. Keberhasilan pemerintah Indonesia melaku-kan penekanan kepada pemerintah Jerman untuk bersedia menerima

DATA TANGKAPAN LIMBAH B3 DJBC

kembali limbah kondom bekasnya, berawal dari diangkatnya isu lim-bah kondom bekas tersebut sebagai isu internasional pada konvensibasel di Denpasar belum lama ini.

Terkait dengan materi pelatihan dan kunjungan ke perusahanpengolahan limbah, juga ke Tanjung Priok, menurut salah satupeserta pelatihan, Heri Purwanto, analis P2 Kantor PelayananUtama (KPU) Tanjung Priok, pelatihan ini sangat penting untukpetugas bea cukai, karena dengan pelatihan ini dapat mendeteksiapakah barang yang masuk tersebut limbah atau bukan. Karenaselama ini belum ada alat yang mendeteksi apakah barang yangdikirim berupa limbah atau bukan.

“Kami sangat terbantu sekali dengan adanya pelatihan limbah B3ini, namun kami melihat pelatihan yang berlangsung selama tiga haritersebut masih berkutat seputar prosedur saja, sementara untukpengenalan jenis-jenis limbah masih sangat sedikit sekali. Untuk itu,kedepan pelatihan harus dititikberatkan ke lapangan jangan hanyaprosedur, selain itu data-data yang dimiliki oleh KLH juga disampaikanke kami agar kami dapat memahaminya dengan baik,” ungkap Heri.

Sementara menurut Adang, Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai,yang turut serta dalam pelatihan limbah B3 ini, untuk pegawai beacukai pelatihan ini sangat penting karena dapat mengerti jenis-jenislimbah dan tatacara penyelesaiannya. Namun, untuk tatacara

penyelesaian kasus limbah danpersyaratan-persyaratanlimbah, belum banyak disentuhpada diklat ini.

“Mungkin kalau jenis-jenislimbah lebih detail dijelaskantermasuk klasifikasi barang dankode HS-nya, maka pelatihanakan semakin menarik. Kamiberharap ada materi khususdalam diklat tersebut yangmembahas jenis limbah yangsering masuk ke Indonesia danbagaimana tatacara penyele-saiannya,” harap Adang.

Masih menurut Adang, un-tuk Pusdiklat pelatihan ini sa-ngat bermanfaat karena ba-nyak materi-materi yang dapatdijadikan bahan kajian.

NO TANGGAL PELABUHAN JENIS BARANG NEGARA ASAL MODUS

1 29 Juli 2004 Batam Limbah B3 Jenis Material Singapura Diberitahukan sebagai PupukOrganic Waste

2 23 Februari 2005 Tanjung Priok Limbah B3 jenis Mix Waste Inggris Diberitahukan sebagai Waste Paper(United Kingdom) (Limbah yang diperbolehkan impor)

3 14 Maret 2005 Tanjung Priok Limbah B3 Berupa Sampah Belanda Diberitahukan sebagai Waste PaperDomestik (Domestic/Municipal Unsorted & Mix Paper (Limbah yangWaste) berupa plastik, diperbolehkan impor)kertas, kain bekas

4 18 Maret 2005 Tanjung Priok Limbah B3 jenis Limbah Amerika (USA) Diberitahukan sebagai Waste PaperCampuran Plastic, Kayu, Logam (Limbah yang diperbolehkan impor)

5 29 Maret 2005 Tanjung Priok Limbah B3 jenis Limbah Amerika (USA) Diberitahukan sebagai Waste PaperCampuran Plastic, Kayu, Logam (Limbah yang diperbolehkan impor)

6 01 Januari 2007 Selat Panjang Limbah B3 jenis Limbah Singapura Penyelundupan ImporElektronik berupa MonitorKomputer Bekas, CPU Bekas,Laptop Bekas, Proyektor Bekas,dan Spare Part Bekas

7 23 Nopember 2007 Tanjung Priok Limbah B3 berupa Kondom Jerman Diberitahukan sebagai New LatexBekas & Waste Lateks Scrap

8 28 Januari 2008 Tanjung Perak Limbah B3 berupa Aki Bekas Amerika (USA) Diberitahukan sebagai Refined Lead9 04 Februari 2008 Tanjung Perak Limbah B3 berupa Aki Bekas Uni Emirat Arab Diberitahukan sebagai Refined Lead,

Lead Ores10 11 Mei 2008 Tanjung Balai Limbah B3 berupa Aki Bekas Singapura Penyelundupan Impor

Karimun

HERI PURWANTO. Saat ini alatpendeteksi limbah belum ada, untuk ituperlu pengalaman dan pengetahuanyang luas tentang limbah.

ADANG. Untuk materi perlu ada satusesi khusus tentang klasifikasibarang dan HS-nya. adi

PENGAWASAN

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 28: Warta Bea Cukai Edisi 406

27WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

egiatan workshop ini merupakan bentuk kepedulian di-antara kedua belah pihak, DJBC maupun CNB dalammenghadapi tantangan penyalahgunaan dan peredarangelap narkotika, psikotropika dan precursor di Indone-sia yang semakin meningkat.

Acara yang dibuka oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai, AnwarSuprijadi pada pukul 08.00 diikuti oleh 25 peserta yang merupakanpegawai yang berasal dari 11 kantor, baik dari Kantor Pusat, KantorWilayah maupun Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai.Para peserta dipilih dari anggota Customs Narcotic Team (CNT) yangtelah berhasil melakukan penegahan narkoba periode 2008 serta yangmemiliki kompetensi di bidang surveilence dan operasi intelijen.

Ketika menyampaikan sambutannya dalam pembukaan work-shop tersebut, Anwar Suprijadi menyampaikan programkhususnya untuk bidang Penindakan dan Penyidikan (P2) di bi-dang pemberantasan peredaran gelap narkotika. Ia menjelaskan,dalam kurun waktu enam bulan terakhir, pihaknya telahmenjalankan konsep dan melaksanakan program penting denganmembentuk suatu satuan tugas yang dinamakan CNT.

CNT, lanjut Anwar, dalam menjalankan tugasnya berdasarkanperaturan anti narkotika dengan standar internasional. Petugasbea cukai dalam hal ini telah melakukan beberapa penegahan pe-nyalahgunaan obat terlarang dan menjalankan tugas sebagai

penjuru dari Airport Interdiction sama halnya Seaport Interdictiondengan cara seperti peme-riksaan pabean, pengamatan, analisisdan metode investigasi lainnya.Dengan demikian jalur narkotika,terutama yang berasal dari China, Taiwan, Hongkong, Thailanddan Malaysia secara serius dapat ditekan.

“Sebagai aparat penegak hukum, kami berada di garis depan ber-sama pemerintah dalam upaya memerangi peredaran narkotika.Institusi kami sangat menyambut baik hubungan yang baik ini denganSingapura Customs (CNB ), dalam hal pertukaran informasi dan pe-nyediaan bantuan berupa kerjasama yang ada saat ini,” imbuh Anwar.

Diakhir sambutannya Anwar menekankan, tindakan untukmelawan masuknya narkoba hanya bisa dilaksanakan dengan adanyakerjasama dan hubungan baik antara instansi di Indonesia. SelakuDirjen Bea dan Cukai Anwar berharap pelatihan ini dapat membantupetugas Bea dan Cukai Indonesia untuk menjadi lebih baik dalammemahami elemen yang baik dalam bidang kerjasama antara instansiuntuk menghasilkan kontrol yang efektif.

MATERI PELATIHANMaksud dan tujuan diselenggarakannya workshop adalah untuk

meningkatkan kerjasama antara dua institusi dalam menangani masa-lah peredaran gelap narkoba dengan menciptakan SDM yang berkua-litas, peduli dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap upayapencegahan penyelundupan narkotika, psikotropika dan precursor.

Sementara, manfaat yang diperoleh dari pelatihan bagi peserta

DJBC-CNBPelatihan sumber daya manusia yang

menitikberatkan pada peningkatankemampuan surveillance dan operasi

intelijen hasil kerjasama antara DirektoratJenderal Bea dan Cukai (DJBC) dengan

Central Narcotic Bureau (CNB) yangberkedudukan di Singapura, baru-baru inidiselenggarakan. Pelatihan dengan namaNarcotics Intelligence Operations Work-shop ini diadakan pada 21-25 Juli 2008 di

Aula Loka Muda, Kantor Pusat DJBC.

Narcotics IntelligenceOperations Workshop

PELATIHAN DILAKSANAKAN selama lima hari dimulai dengan kegiatan teori dari tanggal 21-23 Juli 2008, meliputi enam materi.

K

PENYEMATAN TANDA PESERTA PELATIHAN, sebagai tanda dimulainyaNarcotics Intelligence Operations Workshop DJBC-CNB.

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 29: Warta Bea Cukai Edisi 406

28 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

etugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta pada 26 Juli2008 berhasil menegah sejumlah perhiasan yang dibawaseorang penumpang dari Hongkong menuju Indonesia. IJ,penumpang yang membawa 77 periasan tersebut arget pe-tugas Bea dan Cukai berdasarkan analisa profil penumpang

maupun juga pengecekan melalui X-ray. Dari hasil pengecekanterhadap tas yang dibawa IJ baik yang disimpan di bagasi maupun tasbawaannya ternyata tersimpan perhiasan mewah yang nilainya diper-kirakan lebih dari Rp. 1 Milyar.

Kepala Seksi Pencegahan dan Penindakan Kantor Pengawasandan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Soekarno-Hatta, EkoDharmanto pada press release yang dilaksanakan di KPBBC Soekar-

no-Hatta pada 28 Juli 2008 mengatakan, petugas menahan IJ karenatidak memberitahukan perhiasan yang dibawanya itu pada formulirpemberitahuan pabean atau customs declaration yang sudah menjadiprosedur standar internasional. Tidak melakukan pengisian pemberi-tahuan pabean terhadap barang yang dibawanya adalah modus yangdigunakan IJ agar terhindar dari kewajiban membayar Bea Masuk,Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) maupun juga pungutan lainnya.

Hingga berita ini diturunkan, IJ masih ditahan oleh petugas Beadan Cukai Bandara Soekarno-Hatta untuk proses penyelidikan lebihlanjut. Eko juga mengatakan, dari hasil pemeriksaan petugasdiperoleh keterangan bahwa seluruh perhiasan tersebut adalah titipandari beberapa orang yang dibawa IJ dari Hongkong. Sedangkan motifapakah perhiasan tersebut akan digunakan sendiri atau akan dijualkembali, pihak KPPBC Soekarno Hatta masih melakukan proses pe-nyelidikan menyeluruh terhadap kasus tersebut.

Untuk menentukan jumlah kewajiban yang seharusnya dibayar IJ,maka perhiasan-perhiasan tadi akan dicocokan dengan nilai pabean-nya, sehingga dapat ditentukan jumlah nilai perolehan sebenarnya daribarang-barang tadi sebagai dasar untuk pembebanan terhadap BeaMasuk dan Pajak Dalam Rangka Impor lainnya (PDRI).

Selama proses penyelidikan ke-77 perhiasan tersebut diamankanpetugas terutama untuk pengamanan terhadap persepsi atau peneri-maan negara. Kasus penyelundupan perhiasan ini adalah adalahkasus kedua yang berhasil diungkap oleh petugas Bea dan CukaiBandara Soekarno-Hatta selama tahun 2008 ini.

DITEGAH PETUGAS BEA CUKAIBANDARA SOEKARNO-HATTA

adalah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam tekniksurveillance, source handling (penanganan informasi) maupun teknikperencanaan operasi. Selain itu yang diajarkan hal-hal yang berkaitandengan narkotika terutama pengetahuan dan keterampilan menanganiinforman dan bagaimana teknik interview yang baik.

Keseluruhan pelatihan dilaksanakan selama lima hari dimulai de-ngan kegiatan teori dari tanggal 21-23 Juli 2008, meliputi enam materiyaitu intelligence cycle, information and source handling, interviewtechniques, surveillance technique, surveillance practical dan opera-tional intelligence. Dengan pengajar terdiri dari enam orang personilCNB Singapura yaitu, Mr Khrishnan Suppiah (Deputy Head Intel II), MrMohd Hamzah Md Yusop (Deputy Head Intel II), Mr. Saherly Limat(OC Intel Projects), Mr Wong Chong Yeo, Mark (OC Training) serta MrKamarudin Wanjor (Surveillance Trainer).

Setelah menerima materi teori, peserta melanjutkan pelatihandengan kegiatan praktek dari tanggal 23-24 Juli 2008 meliputipraktek teknik perencanaan operasi, pengintaian target operasi,penanganan informasi (informan) dan penindakan dengan teknikpelaksanaan dimulai dari Bandara Soekarno-Hatta dilanjutkan disekitar Arion Mall dan berakhir di sekitar Kantor Pusat DJBC.

Setelah materi teori dan praktek telah lengkap diberikan, pelatihanditutup pada 25 Juli 2008. Acara ditutup secara resmi oleh Direk-tur P2 DJBC, Jusuf Indarto. Direktur P2 dalam sambutan penu-tupan workshop menyatakan tugas untuk menegah masuknyanarkoba ke Indonesia kini sudah menjadi tugas utama dan men-jadi agenda dari berbagai institusi dalam berbagai program kerja.

Keberadaan petugas bea cukai saat ini dalam pelatihan adalahdalam rangka melaksanakan tugas dengan metode yang berkaitandengan bagaimana cara untuk melakukan investigasi dalam hal per-dagangan narkoba. “Saya yakin dari berbagai materi yang diperoleh,para peserta dapat melaksanakannya dalam tugas sehari-hari danbisa memberi nilai tambah bagi para peserta,” ujar Jusuf Indarto.

Berbagai kerjasama, baik pertukaran informasi dan juga pengala-man diharapkan mampu dijalankan melalui berbagai program yangnantinya dapat membantu DJBC untuk mencapai tujuan, yaitu mene-kan peredaran narkoba secara maksimal. Pertukaran pengetahuan ini,lanjut Jusuf Indarto, merupakan kesempatan bagi kedua belah pihakuntuk mendapat kesempatan meningkatkan kemampuan dan manfa-at dimasa yang akan datang.

“Dukungan yang diperoleh seperti melalui pelatihan saat ini meru-pakan upaya kami untuk menjadikan negara kami sebagai negarayang aman dan juga nyaman untuk dikunjungi. Saya berharap kerja-sama yang ada saat ini melalui berbagai program dapat membantukami untuk menjalankan tujuan yang sama untuk mencapai efektifitasdalam menekan peredaran narkoba,” ujar Jusuf Indarto mengenaikerjasama antara DJBC dengan CNB.

Diakhir sambutannya Jusuf Indarto menyampaikan terima ka-sih atas kesuksesan CNB yang telah melakukan workshop danjuga para peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan. Ter-masuk ucapan terimakasih kepada para pengajar yang telah me-nyampaikan materi pelatihan kepada petugas bea cukai berkaitandengan peraturan anti narkotika dan pelaksanaannya.

Perhiasan sebanyak 77 buah dengan ber-bagai macam bentuk yang masuk secara

ilegal ditegah oleh petugas Bea dan CukaiBandara Soekarno Hatta untuk pengaman-an terhadap persepsi penerimaan negara.

PERHIASAN TEGAHAN. Dimasukkan oleh penumpangdari Hongkong tanpa memberitahukannya dalam formulirpemberitahuan pabean.

P

PERHIASAN

EKO DHARMANTO. Pelaku tidak memberitahukan perhiasan terebut dalamformulir pemberitahuan pabean untuk menghindari kewajiban membayar pajakBea Masuk dan pungutan lainnya

FOTO-FOTO WBC/ATS

PENGAWASAN

zap

ris

Page 30: Warta Bea Cukai Edisi 406

29WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

SEPUTAR BEACUKAI

JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani memimpin upacara bendera Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-63 pada 17 Agustus 2008 di Departemen Keuangan LapanganBanteng Jakarta Pusat. Pelaksanaan upacara tahun ini kembali dikoordinir oleh petugas dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diantaranya dalam pembacaan naskahProklamasi, pembacaan naskah Pancasila, serta sebagai komandan upacara yaitu Kepala Bagian Keuangan DJBC, Untung Basuki. Upacara yang dimeriahkan pula denganpenampilan Marching Band Bina Caraka Bea dan Cukai, dihadiri pejabat eselon I, II, III dan IV dilingkungan Departemen Keuangan. Pelaksanaan upacara yang dimulai padapukul 08.00 WIB, berlangsung secara khidmat dan berakhir pada pukul 09.30 WIB.

JAKARTA. Bertempat di aula Juanda gedung Departemen Keuangan (Depkeu) pada 12 Agustus 2008 berlangsung pelantikan pejabat eselon I dilingkungan Depkeu. Pelantikandidasarkan pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83/M, tahun 2008 yang menyatakan melantik Hekinus Manao sebagai Inspektorat Jenderal DepartemenKeuangan, Permana Agung sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional, dan Agus Suprijanto sebagai Staf Ahli Menteri KeuanganBidang Penerimaan Negara. Acara pelantikan dipimpin langsung Menteri Keuangan Sri Mulyani dan dihadiri seluruh pejabat I dan II dilingkungan Depkeu (gambar kiri).Tampak Sri Mulyani memberi ucapan selamat kepada Permana Agung serta kepada kedua pejabat yang baru dilantik (gambar kanan).

JAKARTA. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-63 menyelenggarakan pertandingan persahabatanvoli antara tim DJBC melawan tim Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pertandingan persahabatan yang diselenggarakan di KP-DJBC pada 8 Agustus 2008 inimemepertandingkan tim pejabat eksekutif, tim putri dan tim putra (Tampak foto bersama tim putra DJBC dan DJP - foto kanan). Pertandingan diawali tim pejabateksekutif DJBC dipimpin Anwar Suprijadi melawan tim eksekutif DJP yang dipimpin Darmin Nasution (foto kiri). Dalam pertandingan ini Tim DJP juga diperkuat olehKepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Anggito Abimanyu. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh tim pejabat eksekutif DJBC dengan skor set pertama 25 : 20 danset kedua 25 : 21. Acara dilanjutkan dengan pertandingan putri dengan hasil akhir seri, dan tim putra yang dimenangkan tim DJP. Dirjen Pajak Darmin Nasutionketika diwawancarai usai pertandingan mengatakan, melalui pertandingan ini diharapkan hubungan antara DJBC dan DJP menjadi lebih erat lagi. Bahkan bilamemungkinkan pertandingan persahabatan ini selain dibuat secara berkala juga bisa meluas ke wilayah-wilayah dilingkungan Depkeu. Dirjen Bea dan Cukai AnwarSuprijadi mengatakan ide pertandingan ini yang datangnya dari teman-teman Bea dan Cukai memang bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan.

29WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 31: Warta Bea Cukai Edisi 406

30 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

SEPUTAR BEACUKAI

JAKARTA. Poliklinik DJBC bekerjasama dengan KopesatDJBC dam Kimia Farma dalam rangka Hari Koperasi ke-61menyelenggarakan pemeriksaan kesehatan menyeluruh(medical check up) di poliklinik DJBC Bojana TirtaRawamangun pada 11 Juli 2008. Para pegawai yang ikutdalam pemeriksaan tersebut tercatat sebanyak 37 orang,yang melakukan pemeriksaan paru-paru, mata, gigi, jantungdan lain-lainnya Tampak pada gambar suasana para pegawaisedang diperiksa oleh tim medis poliklinik KP-DJBC.

JAKARTA. Tim BKF yang dipimpin Anggito Abimanyu menghadiripertandingan final voli antara tim Direktorat P2 melawan KanwilDJBC Jakarta pada 1 Agustus 2008 dalam rangka memperingatiHari Kemerdekaan RI Ke-63. Pada gambar kanan pertandinganfinal Dit. P2 melawan tim Kanwil DJBC Jakarta yangdimenangkan oleh tim Dit. P2. Sedangkan pada gambar kiri, fotobersama Anggito Abimanyu (kostum putih) dengan pejabateselon II dan III DJBC beserta tim yang akan bertanding.

JAKARTA. Jumat pagi pada 31 Juli 2008 usai melakukan senam kesegaran jasmani,dilaksanakan pertandingan final bola basket antara tim Direktorat IKC melawan timSekretariat KP-DJBC. Tampak pada gambar, sebelum bertanding kedua tim fotobersama, dengan tim Dit. IKC memakai kostum hitam dan tim Sekretariat memakaikostum abu-abu. Pertandingan yang diselenggarakan dihalaman parkir belakanggedung utama dalam rangka memperingati hari Kemerdekaan RI ke-63 inidimenangkan tim Sekretariat. Kiriman Direktorat IKC

JAKARTA. Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Priok menyelenggarakan serangkaian acara kegiatan olahraga yakni pertandingan voli, tenis meja, bulutangkis, dan sepak bola, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-63. Pertandingan yang diselenggarakan dilapangan olahraga kantor, dibuka pada 18 Juli 2008oleh Kepala Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Priok M. Nadjib ditandai dengan pelepasan serangkaian balon udara. Tampak pada gambar kiri Kepala Pangsar-op melakukan pemukulan bola pertama dalam pertanding bola voli, dan gambar kanan, empat tim yang akan bertanding yakni tim pegawai Kantor Pangkalan Sarana OperasiBea dan Cukai Tanjung Priok, tim armada Kapal Patroli Speed boat, tim Kapal Patroli BC 8004 dan BC 9006 foto bersama dengan Kepala Pangsarop dan pejabat eselon IV.

JAKARTA. Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-63, pada 8 Agustus 2008 di Auditorium gedung B, tim bulutangkisDirektorat Fasilitas bertanding di final melawan tim Kanwil DJBCJakarta. Tampak pada gambar kedua tim melakukan foto bersamasebelum bertanding. Pertandingan tersebut dimenangkan KanwilDJBC Jakarta dengan skor 2 : 1.

s

t

s

30 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 32: Warta Bea Cukai Edisi 406

31WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

JAKARTA. Pada 25 Juli 2008 di Aula Loka Muda, Direktur P2 Jusuf Indarto menutup acara pelatihan Narcotics Intelligence Operator Workshop yang diselenggarakan selamalima hari, kerjasama Central Narcotic Bureau (CNB) Singapura dengan DJBC. Dalam acara penutupan tersebut dilakukan penyerahan sertifikat Best Participant oleh KepalaOperasi CNB Mr Khrishnan Suppiah kepada Khoirul Hadziq (Kanwil DJBC Jakarta) seperti tampak pada gambar kiri. Selain itu dalam kesempatan yang sama juga dilakukanpenyerahan cindera mata DJBC yang diserahkan Direktur P2 Jusuf Indarto kepada enam orang personil CNB Singapura. Malam harinya di Jimbaran Ancol diselenggarakanacara ramah tamah yang dihadiri seluruh personil CNB dan para peserta training. Tampak foto bersama dalam acara tersebut (kanan).

MALANG. BAPOR Kanwil DJBC Jatim II dalam rangka memperingati HUT Proklamasi RI ke-63 menyelenggarakan beberapa cabang olahraga/ pertandingan diantaranyapertandingan tenis meja, bulutangkis, permainan kartu domino, catur dan voli. Pertandingan tersebut diikuti para pejabat dan pegawai Kanwil DJBC Jatim II dan KPPBCMadya Malang. Tampak pada gambar kiri, Kakanwil Jatim II Malang CF Sidjabat (no 2 dari kanan) ikut ambil bagian dalam pertandingan domino, sedangkan gambarkanan, Kabid P2 Kanwil Jatim II M Aflah Farobi (baju safari) sedang berkonsentrasi dalam pertandingan catur. Kiriman Agung Nugroho, KWBC Jatim II

JAKARTA. Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tanjung Priok dalam puncak acara kegiatan olah raga dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke-63menyelenggarakan acara hiburan yakni tarik tambang, balap karung, terong bola, balap kelereng, joget duduk dan joget balon. Acara hiburan yang diselenggarakanpada 14 Agustus 2008 diisi dengan penyerahan piala kepada tim patroli BC 8004 yang menjadi juara umum dengan menjuarai pertandingan voli, badminton dansepakbola. Selain itu dalam acara yang sama juga dilakukan penyerahan cindera mata kepada empat pegawai yang berpindah tugas yakni Afif Supriatin, HendraMaulana, Dini Hardi (pindah ke KPU Tanjung Priok sebagai operator Gamma Ray) dan Hendri Gunawan (pindah ke KPPBC Surabaya juga sebagai operator GammaRay). Tampak pada gambar kiri, tim – tim yang telah menerima piala foto bersama dengan Kepala Pangsarops dan pejabat eselon IV, dan pada gambar kanan, M.Nadjib menyerahan cindera mata kepada empat pegawai yang berpindah tugas ketempat baru. Kiriman Kantor Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Priok

31WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 33: Warta Bea Cukai Edisi 406

32 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

SEPUTAR BEACUKAI

PALU. Pada 1 Juni 2008 Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan mengadakan tes tertulis assessment untuk KPPBC Utama. Sebelumnya tes diselenggarakan di Kanwil Makassar, namun karena banyaknya peminat dari kantor Pangsarops yang berjumlah hampir 40-an pegawai, maka test diadakan di Kantor PangsaropsPantoloan. Tampak dalam gambar kiri panitia test dari UI (Universitas Indonesia) didampingi Kepala Pangkalan Nasaruddin serta Kepala Seksi Nautika, sedangkan pada gambarkanan, para pegawai yang sedang mengisi lembar jawaban. Kiriman Trilabali, Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan (foto Trilabali)

PALU. Pada 4 Juni 2008 Kepala Kanwil DJBC Makassar Teguh Indrayana melakukan kunjungan kerja ke Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan bersama KabidP2 Kanwil DJBC Makassar beserta Kepala Seksi Penindakan, dan Kepala Seksi Penyidikan DJBC Makassar. Tampak pada gambar kiri, Kakanwil yang didampingi KepalaPangsarops dan Kabid P2 DJBC Makassar memberikan pengarahan (briefing) kepada para pegawai. Setelah melakukan briefing Kakanwil juga menyempatkan diri melihat-lihatbeberapa armada kapal patroli yang ada di Pangkalan Sarana Opersi Bea Cukai Pantoloan saat ini. Sedangkan gambar kanan, para pegawai Pangsarops BC Pantoloan berfotobersama Kakanwil, Kabid P2, dan Kepala Seksi DJBC Makassar. Kiriman Trilabali, Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan (foto Trilabali)

PALU. Pada 27 Juli 2008 Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Tipe B Pantoloan melaksanakan acara malam pelepasan Kepala Kantor Pangsarops Bea dan CukaiPantoloan Nasaruddin. Tampak dalam gambar kiri, pemberian tanda mata dari pegawai yang diwakili oleh RM Agus Ekawijaya selaku Kepala Seksi Nautika kepada Nasaruddinyang akan berpindah tugas ke KPPBC Makassar. Dalam acara tersebut para Kepala Seksi dan para pegawai menyempatkan diri berfoto bersama-sama dengan Nasaruddinbeserta ibu sebagai kenang-kenangan seperti tampak pada gambar kanan. Kiriman Trilabali, Kantor Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai Pantoloan (foto Trilabali)

KUDUS. Terhitung mulai 1 Agustus 2008, KPPBC Tipe A3 Kudus resmi memberlakukan uji coba menjadi KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus. Bertempat di Aula KPPBCKudus, Kepala Kantor Wilayah Bea dan Cukai Jateng dan DIY, Ismartono, meresmikan uji coba tersebut. Tampak pada gambar, Kakanwil Jateng dan DIY, Ismartono,sedang memberikan potongan tumpeng kepada Kepala KPPBC Kudus, B. Wijayanta BM. Pada kesempatan tersebut, Kakanwil juga melakukan inspeksi ke unitpelayanan KPPBC dan melakukan dialog dengan pegawai dan perwakilan market forces. Dijadwalkan pada awal Oktober 2008, KPPBC Tipe A3 Kudus resmi menjadiKPPBC Tipe Madya Cukai Kudus. Pengirim Darmawan Sigit Pranoto, KPPBC Kudus.

32 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 34: Warta Bea Cukai Edisi 406

33WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

SEMARANG. Dalam rangka mewujudkan Good Governance, Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah dan DIY mengadakan Rapat Kerja Wilayah yang berlangsung 10 - 11Juli 2008 dengan tema “ Melalui Transformasi Sikap dan Perilaku Kita Bangun Citra Bea dan Cukai Menuju Good Governance. Acara Rakerwil yang diselenggarakandi ruang Rapat Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DIY, Jl. Coaster 1-3 Tanjung Mas – Semarang dipimpin langsung oleh Kepala Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DIY,Ismartono dan dihadiri para Pejabat Eselon III dan IV serta para pegawai KPPBC di lingkungan Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DIY. Dalam rapat tersebut KepalaKanwil mengajak para peserta Rakerwil untuk merubah sikap dan mental kearah yang lebih baik, guna mendukung reformasi birokrasi Departermen Keuangan untukmewujudkan Good Governance. Tampak pada gambar kiri, foto bersama peserta rakerwil, sedangkan gambar kanan, Kepala Kanwil, Ismartono didampingi KabidFasilitas Zulkarnain, memberikan sambutan sekaligus membuka acara rapat kerja wilayah. Pengirim Untung SL - Kanwil DJBC Jawa Tengah dan DIY

JAKARTA. Direktur Audit Thomas Sugijata memimpin Apel pagi Kantor Pusat DJBC yang rutin dilaksanakan tiap pertengahan bulan (gambar kiri). Apel yang biasanyadilakukan tiap tanggal 17 tersebut, kali ini dilaksanakan pada 15 Agustus 2008. Dalam Apel tersebut dilakukan pemberian piala kepada para juara I dalampertandingan voli, basket, bulutangkis dan sepakbola dalam rangka memperingati hari kemerdekaan RI ke-63 (gambar kanan). Tahun ini, juara I voli dipegang tim Dit.P2, basket dipegang tim Sekretariat, bulutangkis dipegang oleh tim Kanwil DJBC Jakarta, dan Sepakbola dipegang oleh tim Dit. P2.

JAKARTA. Dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW panitia Masjid Baitut Taqwa (MBT) KP-DJBC menyelenggarakan ceramah motivasi dengantema Mencari Mutiara Hikmah Perjalanan Isra’Mi’raj, yang diadakan pada 13 Agustus 2008 dengan mengambil tempat di Auditorium Utama KP-DJBC. Hadir dalamacara tersebut Direktur PPKC Hanafi Usman yang mewakili Dirjen membuka acara, Direktur Fasilitas Kusdirman dan Kepala Kanwil DJBC Jakarta Heru Santoso. Usaimembuka acara Hanafi Usman melakukan pemotongan pita dalam rangka pembukaan perpustakaan masjid dan toko MBT. Acara ceramah motivasi ini dibawakan olehJammil Azzaini dari Inspirator Suksesmulia dari Kubik Training dan Consultacy, dengan dihadiri oleh para pejabat eselon III dan IV serta para pegawai DJBC. Selainitu acara di meriahkan pula dengan penampilan Nasyid D’ Customs (Mahasiswa Prodip III Bea dan Cukai)

33WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 35: Warta Bea Cukai Edisi 406

34 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

SEPUTAR BEACUKAI

CENGKARENG. Tanggal 5 Agustus 2008, KPPBC Soekarno Hatta menerimakunjungan dua penyidik dari Hong Kong Customs Drug Investigation Bureauuntuk saling bertukar informasi tegahan narkoba yang dilakukan di KPPBC SH.Pertemuan ini juga dijadikan sebagai ajang saling tukar informasi tentang trendmodus dan alur perdagangan narkoba internasional. Tampak pada gambar darikiri kekanan, Mr. Chan, Kasi P2 Eko Darmanto, Kepala KPPBC SH RahmatSubagio, Mr Philip Chan, dan Decy Arifinscah (perwakilan DJBC di Hongkong).Kiriman KPPBC Soekarno-Hatta

BALIKPAPAN. Agenda Rapat Kerja (Raker) Kantor Wilayah DJBC KalimantanBagian Timur yang diselenggarakan pada tanggal 7 - 8 Agustus 2008 di AulaKantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur berlangsung sukses dan lancardengan dipimpin langsung oleh Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur,Nasir Adenan. Tampak pada gambar, foto bersama seluruh peserta seusai Rakerdilaksanakan. MuQsith Hamidi, Balikpapan

LHOKSEUMAWE. Dalam rangka peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 63, timolah raga Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)Lhokseumawe NanggroeAceh Darussalam mengadakan pertandingan olah ragabola voli. Tampak pada gambar tim bola voli KPPBC Lhokseumawe sebelumbertanding melawan PT. Pelindo I Cabang Lhokseumawe pada 25 Juli 2008.Kiriman Bapor KPPBC Lhokseumawe

MALANG. Pada 5 dan 7 Agustus 2008 Kanwil DJBC Jatim II Malangmenyelenggarakan Turnamen Futsal dalam rangka memperingati Hari KemerdekaanRI ke-63. Turnamen diikuti oleh 4 tim yaitu, tim Kanwil Jatim II Bidang P2, tim KanwilJatim II Bidang Audit, dan dari KPPBC Madya Malang yang menurunkan 2 tim (TimA dan Tim B). Pembukaan Turnamen Futsal ditandai dengan tendangan bolapertama (kick off) oleh Kepala KPPBC Madya Cukai Malang, Barid Effendi. TimFutsal KPPBC Madya Malang berhasil keluar sebagai juara pertama setelah dalamfinal mengalahkan tim Kanwil Jatim II (Bidang P2) dengan skor 7-2. Tampak dalamgambar, tim futsal KPPBC Madya Malang (seragam orange) foto bersama dengantim Futsal KWBC Jatim II Bidang P2 (seragam merah) mengapit Barid Effendi(berdiri no. 4 dikiri memakai jaket). Kiriman KPPBC Madya Cukai Malang

JAKARTA. Bapor KP-DJBC menyelenggarakan pertandingan final sepakbolakesebelasan Direktorat P2 melawan kesebelasan Direktorat Fasilitas dalamrangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-63. Pertandingan final denganwaktu 2 x 40 menit ini cukup seru dengan hasil imbang 1 : 1. Setelah diadakanperpanjangan waktu skor namun tetap imbang maka dilakukan adu pinalti yangjuga menghasilkan angka imbang 5 : 5. Oleh wasit diadakan tambahantendangan yang akhirnya dimenangkan oleh Direktorat P2 dengan skorkeseluruhan 7 : 6. Tampak pada gambar foto bersama kedua kesebelasan,kesebelasan Dit. P2 berkostum putih merah dan Dit. Fasilitas berkostum merah.

BALIKPAPAN. Pada 31 Juli 2008 bertempat di ruang kerja Kepala Kanwil DJBCKalimantan Bagian Timur dilakukan penandatanganan berkas serah terimajabatan Pejabat Eselon III di lingkungan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timurantara pejabat yang lama dengan pejabat yang menggantikan, yang kemudiandilanjutkan acara ramah tamah atau pisah sambut bersama seluruh pegawai Beadan Cukai di lingkungan Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur di Aula Kanwil.Tampak dalam gambar foto bersama dari kiri : Lupi Hartono (Pj. KasubditPerencanaan Audit); Sunarto (KBU Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur);Ambang Priyonggo (Pj. Kabid P2 Kanwil DJBC Jawa Tengah dan D.I.Yogyakarta); Kepala Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur, Nasir Adenan;Imron (Kabid P2 Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur) dan DjanurindroWibowo (Kepala KPPBC Tipe A4 Bontang). MuQsith Hamidi, Balikpapan

34 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 36: Warta Bea Cukai Edisi 406

35WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

PURWAKARTA. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Purwakarta terpilih menjadi kantor percontohan dilingkungan Departemen Keuangan.Kantor tersebut pada 14 Agustus 2008 dikunjungi oleh tim penilai dari Departemen Keuangan yang dipimpin Juni Hastoto (Karo Ortala). Para tim penilai setiba diKPPBC Purwakarta diterima Sekretaris Ditjen Bea dan Cukai Kamil Sjoeib dengan didampingi Kepala Kanwil DJBC Jawa Barat Jody Koesmendro dan Kepala KPPBCPurwakarta Martediansyah. Acara yang diselenggarakan di lantai tiga Aula KPPBC Purwakarta, diawali kata sambutan dari Kepala Kanwil DJBC Jawa Barat JodyKoesmendro, sambutan ketua tim penilai, presentasi Kepala KPPBC Purwakarta Martediansyah (gambar kiri) dan diakhiri dengan tanya jawab. Usai acara tim penilaimeninjau setiap ruangan yang berada di KPPBC Purwakarta seperti tampak pada gambar kanan.

BANDA ACEH. Keluarga besar pegawai di lingkungan Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam yang meliputi : KPPBC Tipe A4 Sabang, KPPBC Tipe B Meulaboh, KPPBCTipe B Kuala Langsa, KPPBC Tipe A4 Lhokseumawe, KPPBC Tipe A4 Banda Aceh dan Kantor Wilayah DJBC NAD, dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-63menyelenggarakan beberapa kegiatan lomba. Lomba memanfaatkan fasilitas olah raga di komplek rumah dinas kantor wilayah seperti lapangan bulutangkis, voli, dan tenis meja.Usai melaksanakan serangkaian olahraga, acara ditutup dengan family gathering di Pantai Ujung Batee dengan beberapa games (gambar kiri). Acara dilanjutkan denganpenyerahan piala bergilir juara umum oleh Kepala Kanwil DJBC NAD, Iswan Ramdana kepada kontingen Kanwil DJBC NAD yang diwakili oleh Kepala Bagian Umum danKepatuhan Internal Kanwil DJBC NAD, Safuadi pada acara penutupan di Pantai Ujung Batee. Kiriman Muhammad Firstananto, Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam

JAKARTA. Bertempat di Aula Gedung Induk Kantor Pelayanan Utama (KPU) Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok, berlangsung kegiatan bimbingan mental (Bintal) bagipegawai KPU dan Dharma Wanita KPU Tanjung Priok. Sebagai motivator dan pembicara dalam Bintal tersebut adalah Kyai Haji Abdullah Gymnastiar yang populerdengan panggilan AA Gym. Agenda rutin yang dilakukan oleh Dewan Kemakmuran Masjid KPU Tanjung Priok ini berlangsung pada 23 Juli 2008 dengan tema“Perubahan Diri Menyongsong Kesuksesan Institusi”. Tampak pada gambar AA Gym dan Kepala Kantor, Kushari Suprianto berpose bersama dengan para pegawaipeserta Bintal dan bersama anggota Dharma Wanita. Kiriman KPU Tanjung Priok

MERAUKE. Pada 25 – 26 Juli 2008, Kepala Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua dan Irian Jaya Barat (Kanwil MPI) Ariohadi melakukan kunjungan kerja ke KPPBCTipe B Merauke dalam rangka pelaksanaan pengawasan dan pemantauan KPPBC – KPPBC yang berada dibawah pengawasan Kanwil MPI. Pada kesempatantersebut, Kepala Kanwil DJBC Maluku, Papua dan Irian Jaya Barat Ariohadi bersama dengan Kepala KPPBC Tipe B Merauke Myfriend P Limbong dan pegawaiKPPBC Merauke melakukan foto bersama di Pelabuhan Laut Merauke dan Pos Pengawasan Bea dan Cukai (LBD) Sota. Kiriman KPPBC Tipe B Merauke

35WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 37: Warta Bea Cukai Edisi 406

36 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Pepatah buah jatuh tidak jauh daripohonnya tampaknya berlaku bagi Wiwieq.Wiwieq adalah nama panggilan sehari-harinya. Wanita kelahiran Situbondo, 6Oktober 1962 ini mengikuti jejak sang ayahmenjadi pegawai Bea dan Cukai. “Waktu itusaya diminta ayah untuk mengikuti tesmasuk pegawai Bea dan Cukai, walaupunsebenarnya cita-cita saya seorang polisiwanita.,” tuturnya.

“Pada 1982 ketika masih duduk dibangku kelas tiga SMA Hang TuahSurabaya dengan berbekal ijasah SMPsaya ikut dan berhasil lulus,”kenangnya.

Pertama kali bertugas Wiwieq ditempatkan di Kantor Inspeksi TanjungPerak dengan Pangkat Juru Muda Tingkat Iatau golongan I b sebagai pelaksana. Pada1992 ia dimutasi ke Kantor Inspeksi JuandaSurabaya sebagai verifikator dan auditorhingga pada 2005. Setelah itu iadipromosikan menjadi Korlak AdministrasiImpor di Kantor Pengawasan danPelayanan Bea dan Cukai Tanjung PerakSurabaya hingga sekarang.

Ibu dari dua orang anak ini mengaku ter-kesan saat bertugas di Kantor Inspeksi Tan-jung Perak Surabaya ketika waktu itu kepa-la kantor dijabat oleh (Alm.) G. Soetipto.“Tiada hari tanpa olah raga, setiap hari jikaada waktu luang pegawai diajak olah ragaterutama bola volley,” ujarnya mengenang.

Dalam bekerja Wiwieq selalu berpegangpada kesabaran dan keiklashan kepadaTuhan, “Semua pekerjaan harus diawali dandiakhiri dengan doa. Sehingga semua dapatberjalan dengan lancar,” kata pegawai yangpernah ikut diklat PKN dan Verifikasi ini.

Semangat belajar yang tinggi membuat iamelanjutkan kuliah di luar jam kerja kantor.Gelar Sarjana Hukum ia raih pada 2002 di Uni-versitas Bhayangkara Surabaya dan Pasca-sarjana Magister Manajemen disandang pada2004 dari Universitas Mahardika Surabaya.

Sebelum menjadi pegawai ia dan ketigaadiknya bergabung dalam grup Drum BandBina Caraka Surabaya. Memiliki hobi yangsama dengan ketiga adiknya membuat iatidak perlu repot untuk mengawasi adik-adiknya karena waktu kegiatannya selalubersamaan. Selain memimpin adik-adiknyaia juga punya tanggung jawab memimpinteman-temannya sebagai mayoret. Prestasiyang pernah diraih dengan Drum Band BinaCaraka adalah juara II Marching Band pada1983 di Senayan Jakarta mewakili KantorBea dan Cukai Surabaya.

Selain di dunia musik,Wiwieq juga aktifdi dunia olah raga renang, senam, danvolley. Dengan hobinya itu ia juga pernahmeraih juara I senam poco-poco dan juaraII bola volley pada upacara ulang tahunDepartemen Keuangan.

Banyak keuntungan yang didapatnyadengan berolah raga, disamping badansehat hati juga senang. “ Karena dengankesehatan semua aktivitas dapat berjalandengan lancar. Health is everything, withoutit everything is nothing,”imbuh Wiwieq yangsaat ini merupakan pegawai golongan III b.

Bakat olah raga pun menurun kepadadua orang puterinya Bunga Anisa danFarisa Asfara yang kini menjadi atlitpanahan tingkat nasional mewakili daerahpropinsi Jawa Timur.

Kedepannya ia berharap agar citra Beadan Cukai semakin baik di mata masyara-kat. “Dengan adanya Kantor PelayananUtama nantinya bisa menjadi tolak ukurkantor-kantor Bea dan Cukai lainnya danberjalan sesuai dengan tujuatpendiriannya,” tutur pegawai yang aktif dipengajian Al Hikmah Surabaya mengakhiriwawancara.

DWI NOEROEL SOESANTI, SH, MM

SIAPA MENGAPA

bambang w. (ambon)

KHRISNAWAN

Pegawai yang mendapat peringkat pertamadari 60 peserta yang ikut diklat Post ClearanceAudit (PCA) di Pusdiklat Bea dan Cukai pada 29Oktober 2007 lalu, bertekad mempertahankanPrestasinya itu dalam pekerjaan sehari-haridengan tetap bersikap profesional. Diklat yang di-

ikutinya selama 45 hari tersebut, dijadikan modaldasar pengetahuan, keterampilan mengenai auditdalam rangka pelaksanaan tugas teknis dibidangkepabeanan dan cukai.

Terkait dengan diklat yang telah diikutinya,Khrisnawan merasa materi yang didapat dalamdiklat sudah cukup memadai termasuk didalam-nya dipaparkan berbagai contoh kasus, namunakan lebih baik jika pelaksanaan diklat yang akandatang lebih diperbanyak praktek lapangan, karenauntuk pelaksanaan tugasnya nanti para auditor ba-nyak terjun kelapangan. Bahkan dalam UU Kepa-beanan dan Cukai yang baru pun memberi ruangbagi para auditor dalam melaksanakan tugasnya.

“Penambahan waktu tersebut untuk prakteklapangan, artinya terjun langsung ke perusahaansebagai pendamping tugas auditor yang ada. Satuhal yang penting dilakukan auditor saat ini adalah,ranjin-rajinlah bertanya kepada teman-teman yanglebih senior, sehingga akan mengembangkan kre-atifitas dalam diri,” ujar Khrisnawan.

Dengan peringkat yang diraihnya itu, Khrisna-wan merasa dirinya sebagai salah satu pegawainegeri sipil yang menjadi ujung tombak dalam me-ngawasi dan mengamankan penerimaan negara,khususnya dalam hal audit. Untuk itu ia selalumenanamkan dalam dirinya untuk selalu taat padaaturan, karena sebagai auditor sanksinya jugasangat berat jika melanggar ketentuan yang ada.

Pria kelahiran 21 Nopember 1980 dan ayahsatu putra ini, mengaku menjadi pegawai DJBCbukanlah cita-citanya. Ia yang awalnya bercita-cita

menjadi sarjana teknik industri, akhirnya tertarikmasuk ke DJBC dengan mengikuti test di STANprodip III.”Padahal ujian masuk perguruan tingginegeri saya lulus juga, tapi karena teman-temanbanyak yang ikut STAN dan lulus, akhirnya sayajuga lebih memilih STAN,” kenangnya.

Khrisnawan mulai meniti karir di Bea Cukaisejak tahun 2002, dengan penempatan pertama dibagian Kepegawaian. Belum lama di Kepegawaiania dipindah ke Bagian Organisasi Tata Laksana(OTL). Lagi-lagi, enam bulan berjalan di OTL iadipindahkan ke Sekretariat, dan kemudian masukdalam Tim Direktorat Fasilitas Kepabeanan. Khris-nawan mengaku merasa beruntung dapat menja-lankan pekerjaan yang diberikan selama kini. Ken-dati di DJBC memiliki sistem mutasi, Khrisnawanmerasa tidak perlu khawatir karena dengan mutasijustru akan menambah pengalaman dan variasidalam bekerja. Saat ini ia bertugas di KanwilDJBC Jakarta sebagai pelaksana pada bagianKemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).

“Sekarang di Kanwil Jakarta yang notabenekantornya berada di Kan- tor Pusat, lusa atau en-tah kapan saya pasti akan dimutasi, baik di PulauJawa maupun di luar Pulau Jawa, namunsemuanya itu dapat saya nikmati sebagai abdinegara dalam menjalankan tugas, dan saya tidakperlu khawatir jika ditempatkan didaerah mana-pun,” ungkapnya.

Seperti pengalaman pertamanya sebagai timdi Direktorat Fasilitas dalam menangani masalahpengalihan Bapeksta ke Bea dan Cukai. Kendalayang dihadapinya pun cukup banyak, mulai darikendala sistem hingga perlunya penyempurnaanaturan yang ada, harus dijalani dengan baik walau-pun dirasakannya sangat berat, namun semuabisa diatasi dengan baik.

“Kalau sukanya, ya saya bersyukur karenahingga kini saya masih dapat melihat MonumenNasional (Monas) dengan mudah dan kapan saja.Sedangkan dukanya, saya terkadang sedihkarena hingga kini masih banyak masyarakat yangmenilai bea cukai tidak berubah, padahal beacukai sekarang dan dulu sudah jauh berbeda,”ungkapnya.

ILMI H.D.

“Menikmati dan menghayati sebuah pekerja-an,” begitu kalimat yang terlontar dari pria yangmengabdi selama 26 tahun 3 hari di BagianUmum, tepatnya di Kepegawaian ketika ditanyamengapa menghabiskan hampir seluruh masakerjanya dibagian tersebut selama mengabdi diDirektorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

Ilmi H.D.atau biasa disapa Pak Ilmi saat inibertugas di KPPBC Tipe A3 Samarinda hinggamemasuki masa purnabaktinya pada tanggal 1September 2008. Mengabdi selama 28 tahun 6bulan di DJBC dijalani bapak 8 orang anak inidengan suka cita karena sesuai prinsip hidupnyabahwa setiap pekerjaan itu harus dinikmati dandihayati sehingga ditempatkan dimanapun kitasebagai pegawai menjalaninya dengan perasaansenang tanpa beban. Prinsip hidupnya itu pundituangkan dalam kesehariannya selama bekerjasehingga tidak mengherankan bila ia begitu betahdibagian kepegawaian mengurus segala hal yangberkaitan dengan pegawai seperti permohonan

ats

36 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 38: Warta Bea Cukai Edisi 406

37WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

NO123456

7891011121314151617181920212223242526

N A M ASamsu, Drs .Manahara Manurung, S.IP.Rachmat RahardjoSupr i ja tna YusufHariyo Soedarsono, S.H.Muhammad Rivai

Purwi toSuma Kasan SaputraFaudj iDjasiman, S . IPMuchidin Rumakway, S.Sos.I lmi HDMargionoHuseinEf fendiHasan Basri Panjaitan, S.H.Frans Nai tBaginda Gint ingRedjoBuchar iTahjudinA.Kar im SeninMusl imDjuragan HasibuanOnahAbd Wahid

N I P060060059060034161060040734060051832060045486060035065

06004166806003301860052414

06004080306005805106005864706004900906005242606004074760049453

060062732060052314060052523060049184060057423060045288060058160060059616060044496060057361

GOLIV/bIV/aIV/aIV/aIV/aIV/a

IV/aIV/aIII/bIII/cIII/aIII/bIII/bIII/bIII/cIII/bIII/aIII/bIII/aIII/bII/dII/bII/dII/dII/dII/d

J A B A T A NKepala KantorKepala Seksi Tempat Penimbunan IKepala Subbagian KepegawaianKepala Seksi KITE IIKepala Seksi Tempat Penimbunan VISeksi Peraturan Cukai danPeraturan LainnyaKepala Seksi Kepabeanan dan Cukai IKepala Seksi Kepabeanan dan Cukai IP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n aP e l a k s a n a

K E D U D U K A NKPPBC Tipe A4 KotabaruKPPBC Tipe A2 TangerangKanwil BantenKanwil Jawa BaratKPPBC Tipe A2 JuandaDirektorat PPKC

KPPBC Tipe A2 PurwakartaKPPBC Tipe A3 SurakartaKPPBC Tipe A2 PurwakartaKPPBC Tipe A2 BekasiKPPBC Tipe A4 AmbonKPPBC Tipe A3 SamarindaKPPBC Tipe A2 BekasiKPPBC Tipe A2 TangerangKPPBC Tipe A2 TangerangKPPBC Tipe A3 MerakKanwil Bali, NTB dan NTTKPPBC Tipe A3 MedanKPPBC Tipe A3 KudusKPPBC Tipe A2 JakartaKPPBC Tipe A2 JakartaPANGSAROP TBKKPPBC Tipe A3 DumaiKPPBC Tipe A4 Teluk NibungKPPBC Tipe A3 PalembangKPPBC Tipe A4 Tarakan

Segenap jajaran Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyatakan duka yang sedalam-dalamnya. Bagi keluargayang ditinggalkan semoga diberikan ketabahan dan kekuatan oleh Tuhan Yang maha Esa. Amin.

BERITA DUKA CITATelah meninggal dunia, MUCHIDIN RUMAKWAY, S.Sos, Pelaksana Pemeriksa pada Kantor Pengawasan

dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A4 Ambon, pada hari Minggu, 03 Agustus 2008.

NO1

23

NIP60044388

6004157560045471

NAMASofyan Permana, Drs.

NjanandrenMurod Zain i

GOLIV/e

III/bII/d

JABATANPelaksana Pemeriksa PejabatDiperbantukanKoordinator Pelaksana OperasiPelaksana

KEDUDUKANSekretariat DJBC

KPPBC Tipe B Teluk NibungKPPBC Tipe A Palembang

cuti, kenaikan pangkat, gaji berkala, DP3 dan yang lainnya yang bisa dikatamerupakan pekerjaan rutin dari pria kelahiran Banjarmasin, 12 Agustus 1952dari pasangan Haji Djapri dan Hj. Haniah ini.

Sebagai seorang guru mengetik selama 11 tahun yakni sejak duduk diSMP Banjarmasin hingga diterima menjadi pegawai bea cukai pada tahun1980, Ilmi merupakan pribadi yang bersahaja dan senang bekerja. Waktuluang sekolah dimanfaatkannya untuk belajar mengetik ditempat kursusyang dimiliki kakaknya hingga ia sendiri yang membantu mengajar disana.Mengetik dengan sepuluh jari bukan hal yang sulit baginya sampai-sampaiIlmi memiliki 3 buah ijazah mengetik antara lain Ijazah mengetik Swasta, CalonJuru Ketik Negeri dan Juru Ketik Negeri. Kesemuanya itu di gunakan untukmendaftar ketika ada penerimaan capeg (calon pegawai) di Departemen Keu-angan pada tahun 1980.

Menanti kurang lebih satu tahun akhirnya diumumkan yang lulus danmenjadi capeg di Departemen Keuangan yaitu di DJBC sebanyak 49 orangdari total 3.300 pendaftar kala itu. Dan nama Ilmi termasuk dalam daftar orang-orang yang lulus tersebut, walaupun ia belum mengerti apa yang akan dikerja-kan di instansi DJBC yang akan dimasukinya.

Penempatan pertamanya di Kantor Inspektorat Bea dan Cukai 8 Banjar-masin (sekarang menjadi Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur) di BagianKepegawaian dengan Golongan I/b. Selama empat tahun empat bulan disanakemudian dimutasi ke Kantor Inspeksi Bea dan Cukai Samarinda juga di Bagi-an Kepegawaian. Di Samarinda selama 8 tahun 2 bulan akhirnya ia mendapatkesempatan mencari pengalaman bertugas di Jakarta yakni di Kantor Pela-yanan Bea dan Cukai Tanjung Priok (sekarang KPU Tanjung Priok) dari tahun1992 sampai 2005 atau selama 13 tahun 8 bulan 23 hari begitu paparnya se-cara detail. Di Tanjung Priok pun Ilmi ditempatkan kembali di Bagian Kepega-

waian, bersama delapan rekan kerjanya. Banyak masalah di kepegawaianmenjadi tantangan tersendiri baginya, apalagi di Tanjung Priok yang menurut-nya banyak permasalahan yang hampir tiap hari ia dan rekan-rekan hadapi.“Namanya juga bekerja, tentunya akan ada masalah yang harus dihadapi dansebagai seorang pegawai yang berintegritas dan profesional harus kita hadapidengan penuh tanggung jawab dan semua tentu ada hikmah yang dapat kitapetik menjadi pelajaran” paparnya dengan lugas.

Setelah sekian lama merantau akhirnya Ilmi mutasi ke KPBC Banjarma-sin yakni dikampung halamannya. Kurang lebih dua tahun disini ia dapat me-rasakan pekerjaan dibidang lain yakni Pabean. Dan menjelang masa purna-baktinya ia dimutasikan ke KPPBC Samarinda awal tahun 2008.

Ketika ditanya mengenai mesin absen yakni finger print yang mulai digu-nakan di Kantor Bea Cukai didaerah ia menyambut baik karena dengan ada-nya ini diharapkan setiap pegawai lebih disiplin dalam bekerja karena denganterbiasa datang tepat pada waktunya ke kantor merupakan kunci awalbagaimana seorang pegawai memiliki integritas yang baik, begitu lanjut priayang telah terbiasa berangkat pukul 07.00 ke kantor.

Mengenai diklat yang pernah diikuti, Ilmi menuturkan hanya ada dua yangpernah diikutinya yakni DPT I Pabean pada tahun 1982 dan DPT I Kepegawai-an tahun 1984. Walau demikian Ilmi begitu mengutamakan masalah pendidik-an bagi anak-anaknya, karena hanya dengan ilmu pendidikan seorang akanberhasil sesuai apa yang diharapkannya ungkap suami Fauziah ini. Di akhirwawancara, ia hanya menyampaikan sebuah pesan yang merupakanharapannya agar korupsi dilingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai(DJBC) yang telah begitu mengakar setidaknya dapat berkurang denganadanya reformasi birokrasi dan kejadian sidak oleh Komisi PemberantasanKorupsi (KPK). muQsith hamidi, balikpapan

TAMBAHAN : DATA PEGAWAI PENSIUN T.M.T 01 AGUSTUS 2008 *

PEGAWAI PENSIUN T.M.T 01 SEPTEMBER 2008INFO PEGAWAI

* DATA DITERIMA DARI BAGIAN KEPEGAWAIAN

37WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 39: Warta Bea Cukai Edisi 406

38 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

SECTION

ENGLISH

lobally, year of 2008 has been marked by so-me negative concerns in economy. It isbelieved that there are two major things thatcause this so called world economy turbu-lence; the increasing of oil price and the Uni-

ted States slowdown economy. Since we apply the openeconomy policy, the fundamental change in globaleconomy will also give direct impact on our national eco-nomy. The impact itself will depend highly on our econo-mic sustainability. Unfortunately, our country is not strongenough to face this “global pressure”. That is whyeconomy authority formulates some programs to resolvethis economy problem, with the biggest concern tomaintain the rate of economy growth in one side and tocontrol the inflation in the other side. Those two actionsrequire high-quality economy formula.

The latest news stated that government will readjustthe state budget (APBN) since most of the assumptionsused to determine objectives are not realistic anymore. Inone of his comments, our President said that should thegovernment insist on maintaining the 2008 state budget,the country’s economy may collapse. Usually, Govern-ment readjusts state budget in mid year (July). This dra-

matic policy shows how serious this economy turbulenceis. It is predicted that the targeted economic growth rate(6.8%) will not be achieved.

Government, through the Head of Fiscal Policy Body,said that the target will be revised down to 6.4%. In itsbudget revision, government also assumes the inflationrate at 6.5% which is higher than the previous assump-tion (6%). However, the targets still need to be consultedwith the House of Representatives sometime in midFebruary. Compared to last year achievement, newlyproposed target is only 0.68% higher than our last yearachievement when our economic growth rate can reach6.32% (the highest rate for the last ten years).

Thus, government needs to find financial resource tofinance the increasing deficits (from 1.7% to 2%) in statebudget due to an increase of oil subsidy, food subsidyand electricity subsidy. Like it or not, Government has tocarry out this “in-efficient policy” in order to sustainhousehold’s purchasing power. This needs to be done sothat the function of the households’ consumption aseconomic growth’s “buffer” will not decrease.

To respond to the situation, economy authority, in thiscase Minister of Finance exercises some strategic appro-aches, like optimizing the national revenue, increasingsubsidies (oil, food and electricity) and cutting down depar-tmental expenses. The question is, how can Governmentfind alternative sources of revenue in such a very shorttime? With the limited time, it will almost be impossible forgovernment to find new revenue sources. Hence, the most-

OptimizingEXCISE REVENUE COLLECTION

OF TOBACCO PRODUCTSHopefully, this year target will besurpassed. Consequently, it will

give extra cash for the governmentto help finance our budget deficits.

LABOR. Tobaccoproducts

industry is a bigindustry in

Indonesia. Manylabors employedin this industry.

G

FOTO : ISTIMEWA

38 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 40: Warta Bea Cukai Edisi 406

39WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

SECTION

ENGLISH

realistic approach is by maximizing the current sources ofrevenue. Related to this subject, what can DirectorateGeneral of Custom and Excise (DGCE) contribute?

There are two objective strategy should be addres-sed. First, as our minister instructed, through budgetingefficiency policy (15 % of total budget given) and second,through optimizing revenue collection. From the perspec-tive of DGCE, excise revenue has predominantly contri-buted to national revenue. This writing aims to examinetobacco excise contribution in respond to the need of na-tional revenue.

A POTENTIAL SOURCE OF REVENUEIn most countries, tobacco industry has always been

a sensitive issue, especially to developing countries. Ci-garettes industry has a very unique characteristic. In oneside, its presence is really needed due to its exciserevenue contribution. On the other side, its growth is verymuch controlled by the government for its negative exter-nalities on health.

Government is so concerned with this industry whichhas become greatest contributor of excise revenue. To-bacco products industry is a big industry in Indonesia.Many labors employed in this industry. Based on WorldHealth Organization (WHO) report in 2002, approximately400,000 persons are employed in tobacco farming, factory,and cigarette vendors. This is because in our countrymost of tobacco products companies are labor intensive.

In mid 1997, like other South East Asian countries,Indonesia experienced a monetary crisis which led to agreat economic crisis. Surprisingly, in 1998, which wasstill in the period of economy crisis, cigarettes industryreached its highest production (Wibowo, Tri 2003). Itimplied that economic crisis did not effect the consump-tion of cigarettes.

As what Warner (2000) wrote in his paper that re-gardless of its health consequences, tobacco is crucial toa nation’s (or region’s) economy. Without the cultivationof tobacco, manufacture of tobacco products, distributionand sale of products, a country’s economy will sufferdevastating economic consequences. Jobs will be lost,incomes will fall, tax revenues will plummet, and tradesurpluses will veer dangerously in the direction of deficits.

Tobacco products manufacturers have given greatcontribution. In private sector, many labors absorbed,not to mention the spillover effects such as: tobacco far-mers, distributors and sellers which directly and indi-rectly very much depend on this sector. While for thegovernment, this sector contributes through its excisetaxation. Table below shows that the contributionof excise revenue increases significantly year by year.

EXCISE REVENUE OF TOBACCO PRODUCTS Fiscal Excise Progressive Year (in milyards Increase

rupiah) (year on year)

1995/1996 3,489.74 -1996/1997 4,087.97 17.14%1997/1998 4,937.19 20.77%1998/1999 7,436.27 50.62%1999/2000 10,125.09 36.16%

2000 11,124.60 9.87%2001 17,063.64 53.39%2002 23,015.15 34.88%2003 25,928.29 12.66%2004 28,636.27 10.44%2005 32,650.62 14.02%2006 37,061.55 13.51%

SOURCE: DIRECTORATE OF EXCISE

For the last eleven years, averagely, it has shown an in-crease about 24.86% per year. The figure shows that thissector promises a “potential range” to be maximized. Thequestion is how can we optimize this “potential range”?

EXCISE TARIFF STRUCTUREMost countries apply specific excise tariff. They impo-

se the excise tariff on every piece of cigarette, instead ofevery pack. And they let the tobacco companies deter-mine the price. Meanwhile, the case is different in Indone-sia. We apply combination of advalorem (percentage ofretail price) and specific system. In practice, governmentdetermines the minimum price as the basis for anadvalorem excise tax. In short, the system applied in ouradministration is a bit complex.

According to the newly stipulated decree enacted bythe Minister of Finance number 134/PMK.04/2007, tocome up with a single excise tariff, we have to assess:kinds of tobacco products, the manufacturer’s classifica-tion and then its retail minimum price. But, that is not endof the story. We also have to add the specific tariff for thefinal excise calculation. In short, the formula for calculat-ing the excise is retail price times excise tariff (%) plusspecific tariff.

The highly rated - frequency of stipulation of ministe-rial decree concerning on excise tariff structure shows theweakness of current system. According to my research,from 1996 to 2007, at least there have been 21 ministe-rial decrees enacted concerning on tobacco products.That actually gives ghastly impact, not only to manufactu-rers, but also to government. It will give negative impacton the manufacturers in the sense of planning theirbusiness. Ideally, planning business should be done withseveral conditions, internally and externally. We caninclude production factors as their internal factors. At thesame time, they also have to consider the externalfactors such as demand on tobacco products and gover-nment policy (locally and nationally).

Thus, changing the excise tariff in a short time is notfair for the manufacturer’s perspective since it will compli-cate the manufacturers for planning their business. Fromthe government viewpoint, the relatively hasty changingexcise policy indirectly shows our incapability to accom-modate external changes in each of excise policyenacted. Briefly, changing the excise tariff in a short timeis neither efficient nor effective.

PERFECTING THE SYSTEM

a. Policy of determining targetTheoretically, tobacco products are relatively inelastic

demand. This means that an increase in one unit price oftobacco products does not automatically decrease the

HEALTH ISSUES.Smoking give alot of negativeimpact on health

FOTO : ISTIMEWA

39WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 41: Warta Bea Cukai Edisi 406

40 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

SECTION

ENGLISH

quantity consumed. Nevertheless, it does not mean excisetariff on tobacco products can be set as high as possibleto increase its revenue contribution. For this reason, itseems that tobacco product is an easy source of revenue.Then, what is the right level of cigarette taxation, if any?What is the basis for determining that it is right? (Chalo-upka, et al 2000). Obviously, we cannot find an idealanswer to that question. But, of course we can not allowourselves to be trapped just trying to get an ideal formula.

Regarding to effects of price, many studies con-ducted to assess the price elasticity on cigarettes. Theycame up with the same result that the estimated priceelasticity fall within the relatively wide range from -0.14 to-1.23, but most fall in the narrower range from -0.3 to -0.5(Chaloupka, et al 2000). Had I got the data, I would havecome up with our own range. Assume that the range isquite same from ours; than it means that raising cigaretteexcise to a certain level would lead to both significant re-ductions in smoking and large increases in cigarette taxrevenues.

Formulating an excise policy on tobacco products isnot an easy task. Philosophically, that policy can beviewed in revenue target. One appropriate approach toformulate revenue target is by using econometricsmethods to accommodate the factors related to the exci-se collection. The formula itself should at least considerthe effects of price on tobacco products on demand, to-bacco control policies, socioeconomic and demographicfactors.

Information of the demand pattern of tobacco productsis the key element to get an almost ideal econometricsmodel. This is important since each type of tobacco pro-ducts has diverse market which requires different policy.Had we got the pattern or magnitude of each type oftobacco products, it would have helped us to originate analmost ideal formula.

In the process of determining the target revenue, weshould also consider the socioeconomic and demo-graphic factors which can be represented by income percapita (GDP per capita), households’ expenditure andtotal number of people aged and population aged 15 to64 year old. The introduction of the lower income and thehigher income spending on cigarettes consumption datawill be useful to evaluate the consumption pattern.

Based on her research in 2005, Aditomo finds thatthe low-income group is very responsive to increases inincome. For that group, a 10 percent increase in incomeincreases average cigarette consumption by 12.2percent. Of this, 9.1 percent is attributable to an increasein the quantity of cigarettes smoked; 3.1 percent is attri-butable to an increase in smoking participation. House-holds in middle and high-income groups are not veryresponsive to increases in income. Knowing the exactconsumption pattern based on income spending will helpus set the target more accurately.

Meanwhile, the reasoning of why we use the num-ber of people aged and population aged 15 to 64 yearold is based on WHO estimation about productive age ofsmoking. Tobacco control policies are in line with thehealth issues. Besides revenue collection, we shouldalso consider the negative effects of smoking in thepolicy making decision. Nowadays, this health issue hasbeen brought up to more serious concern due to thefindings in medical researches that smoking give a lot ofnegative impact on health.

b. Strengthening control systemThere are two objects that KPPBC focuses, retail pri-

ce and total production. KPPBC continuously monitoriesthe market price to ensure that it is still in the range allo-wed. As for the production of tobacco products, KPPBCis also monitoring the production of tobacco products

under its jurisdiction. This is to ensure that the total pro-duction in one fiscal year is appropriate to its classifica-tion. Based on this monitoring activity, KPPBC sendsreports to headquarter periodically. Besides focusing onretail price and production activities, KPPBC should alsobe empowered to control the distribution of excise tape.

However, the current report system should be impro-ved. We must start to think how to establish an online-report system from each of KPPBC to headquarter (Di-rectorate of Excise).

What is the benefit of the system? Principally, theretwo major advantages that this online-report system offers.First, the control system can be done more effectively.With this system, production growth and market price oftobacco products can be reviewed accurately. Second,the availability of the updated data will make things easierfor the decision maker to evaluate or improve the systemand to more important, to evaluate the target.

c. Simplifying tariff structureAs noted earlier, the system applied in our administra-

tion is a combination of advalorem and specific system.Relating to the advalorem system, (Townsend, 1998)suggested that one disadvantage of an advalorem taxsystem is that the tobacco industry might keep prices,and consequently tax revenues, below where they wouldotherwise be. Therefore, the introduction of the specificsystem partially in the current tariff structure is brilliant. Itis hoped, in the near future, government will impose 100% specific system. By implementing the specific system,control system will be conducted more effectively. Theimplementation of the specific system will also makethings easier for calculating or setting up target revenue.

In addition, it is also important not to change theexcise tariff structure in a very short time. Therefore, thepolicy or regulation enacted should be accommodative inresponse to external changes.

CONCLUSIONHaving briefly described about the current system, I

may conclude that there is still a “room” to be maximized.Based on the timeframe, the improvement can be dividedinto two steps, short-run strategy and medium-runstrategy. In the short-run, strengthening of controllingfunctions and using econometrics model to set revenuetarget as explained earlier are not negotiable. In themedium-run, implementing an online report system fromKPPBC to headquarter and imposing 100% specific sys-tem is a must.

Hopefully, this year target will be surpassed. Conse-quently, it will give extra cash for the government to helpfinance our budget deficits.

ReferenceAditomo, Sri Moertiningsih. Triasih Djutaharta. Hendratno. 2005. Cigarette

Consumption, Taxation and Household Income: Indonesia Case Study. HNPDiscussion Paper. Economics of Tobacco Control Paper No. 26, The WorldBank Washington.

Chaloupka, F. J., T. W. Hu, K. E. Warner, R. Jacobs, and A. Yurekli. 2000.The Taxation of Tobacco Products. In Tobacco Control in DevelopingCountries, ed. P. Jhaand F. Chaloupka. New York: Oxford University Press.

Graves, P.E, Robert,L.S, Dwight, R.L. (1996). Slope versus Elasticity and theburden of Taxation, The Journal of Economic Education Vol.27 No. 23 pp.229-232.

Jakarta Post. February 2008. (Newspaper).Kompas. February 2008. (Newspaper).Nicholson, Walter. Christopher Snyder B. (2007). Intermediate Microecono-

mics and Its Application (7th edition) Mason, Ohio: Thomson South-Western.Warner K.E. (2000). The Economics of Tobacco: Myths and Realities, Tobacco

Control pp 78-89.Wibowo Tri. (2003). Potret Industri Rokok di Indonesia, Kajian Ekonomi dan

Keuangan Vol.7 No.2 pp. 83-107.Witoelar, Firman. Pungpond Rukumnuaykit. John Strauss. (2005) Smoking

Behavior among Youth in a Developing Country: Case of Indonesia, YaleUniversity.

Saut Mulia Simbolon,Pelaksana Pemeriksa pada Bagian Organisasi Tata Laksana

40 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 42: Warta Bea Cukai Edisi 406

41WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

enteri Dalam Negeri Australia (Minister for Home Af-fairs Australia) Bob Debus berserta dengan rombong-an pada 5 Agustus 2008 berkunjung ke Kantor Pe-layanan Utama (KPU) Bea dan Cukai Tanjung Priok.Kunjungan merupakan bagian dari kunjungan resmi-

nya ke Indonesia, dimana ia dan rombongan melihat dan meman-tau beberapa area yang berada dalam wilayah kerja yangkeberadaannya berasal dari kerjasama antara Direktorat JenderalBea dan Cukai (DJBC) dengan pemerintah Australia dalam hal iniAustralian Customs Service yang berada di bawah Ministry forHome Affairs yang dipimpinnya.

Pada kunjungan tersebut Bob Debus yang diterima langsung olehDirektur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Suprijadi beserta staf inti ter-masuk Kepala KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok Kushari Suprianto,mendapat pemaparan mengenai kinerja KPU selama ini sertaberbagai prestasi yang diperoleh KPU Bea dan Cukai Tanjung Priokbaik dalam bidang pelayanan, pengawasan dan juga dalammenghimpun pendapatan negara dari Bea Masuk. Selain pemaparanyang berlangsung di Gedung Induk KPU Tanjung Priok, Bob Debusjuga menyaksikan simulasi kerja pengawasan Bidang P2 pada KPUBea dan Cukai dalam menegah masuknya narkotika dari luar negeri.

Dalam acara simulasi tersebut, Bob terlihat antusias melihat kiner-ja petugas Bea dan Cukai dalam menjalankan tugasnya yang begitucekatan, dan juga kemampuan Hi-Co Scan yang dimiliki KPU Beadan Cukai Tanjung Priok yang berfungsi maksimal dalam melakukanpenegahan masuknya narkoba dari luar negeri melalui pelabuhan

Tanjung Priok. Ketika melihat dari dekat kemampuan Hi-Co Scan ter-sebut Bob berkata,”Kami tidak mempunyai alat secanggih ini di Syd-ney,” yang disambut dengan tawa para hadirin saat itu.

Bob beserta rombongan juga menyaksikan kemampuan anjingpelacak milik KPU Bea dan Cukai dalam mendukung kinerja petugasyang melakukan pengawasan dengan mendeteksi heroin yangtersimpan dalam kontainer yang bercampur dengan barang lainnya.

Usai menyaksikan simulasi tadi, kepada pers Bob mengatakan,pihaknya merasa puas dengan kinerja para petugas KPU Bea danCukai baik yang telah dipaparkan maupun dalam simulasi yangdisaksikannya. Menurutnya kerjasama yang baik selama ini denganIndonesia khususnya dengan DJBC bisa ditingkatkan lagi terutamakerjasama dalam penanganan kejahatan transnasional seperti per-edaran narkotika.

Hal senada juga dikatakan Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi,menurutnya kerjasama yang ada saat ini sangat besar manfaatnyabagi kedua belah pihak. “Kami membahas berbagai perkembanganyang ada saat ini terutama bidang kepabeanan dalam forum customsto customs talk yang secara rutin dilaksanakan, “

Mengenai sarana yang dimiliki oleh DJBC untuk menunjangkinerja pengawasan,Anwar mengatakan pihaknya memiliki bebe-rapa alat deteksi yang berada di Tanjung Priok maupun dipelabuhan lain seperti Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Alat-alat tersebut seperti Hi-Co scan dan juga Gamma Ray yang kinitengah diuji cobakan diharapkan dapat meningkatkan kinerja dibi-dang pengawasan, sehingga fungsi sebagai community Protecti-on menjadi benar-benar terlaksana.

KERJASAMA DJBC DENGAN ACSAustralian Customs Service dengan Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai telah menjalin kerjasama sejak lama terutama dalam bidangcommunity protection. Topik mengenai berbagai kerjasama yangdilakukan oleh ACS dengan DJBC selalu dilaksanakan melalui forumcustoms to customs talk yang diselenggarakan bergantian baik diAustralia maupun juga di Indonesia, dimana tahun ini rencananyapertemuan tersebut akan berlangsung di Indonesia.

Selain itu ACS dan DJBC juga terlibat dalam kerangka kerjasamaSpecial Travel Security Fund (STSF) yang berlangsung pada 2004hingga 2007. STSF merupakan kerjasama antara ACS Dengan DJBCdalam hal peningkatan kemampuan pengawasan DJBC terutamauntuk merespon aktifitas dan dan transaksi melalui laut yang dinilaiberesiko tinggi oleh ACS. Dalam kerjasama ini DJBC mendapatbantuan berupa pelatihan dibidang analisis intelejen, ship search, danjuga bantuan berupa peralatan berupa CCTV, radiation detector danitemizer (alat pendeteksi narkoba) disamping bantuan berupa anjingpelacak narkoba beserta denga pelatihnya.

KE KANTOR PELAYANAN UTAMABEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK

KUNJUNGANMENTERI

DALAM NEGERIAUSTRALIA

PEMAPARAN KINERJA KPU BEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK. RombonganMenteri Dalam Negeri Australia mendapat pemaparan mengenai kinerjaKPU Bea dan Cukai Tanjung Priok

SIMULASI KINERJA PENGAWASAN. Bob Debus bersama rombongan melihatdari dekat kinerja petugas yang melakukan pengawasan dari ruang Hi-Co Scandalam acara simulasi penegahan narkoba dari luar negeri.

Australian Customs Service danDirektorat Jenderal Bea dan Cukai telahmenjalin kerjasama sejak lama terutama

dalam bidang community protection.

M

KEPABEANAN INTERNASIONAL

zap

FOTO-FOTO WBC/ATS

Page 43: Warta Bea Cukai Edisi 406

42 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

elat Malaka merupakan satu perairan yang sangatpenting bagi perdagangan Indonesia dan Malaysia.Perairan Selat Malaka merupakan perairan tersibukyang menjadi jalur perdagangan dan kegiatanekonomi dunia, sehingga negara Indonesia dan

Malaysia yang merupakan negara serumpun yang dipisahkanoleh selat tersebut memiliki kepentingan untuk mengaman-kan Selat Malaka.

Selain untuk mencegah dari berbagai macam tindakan

DJBC DAN KASTAMDIRAJA MALAYSIA

GELAR OPERASIPATKOR KASTIMA

14/2008DI PERAIRAN

SELAT MALAKAKerjasama bilateral antara Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)Indonesia dengan Kastam Diraja

Malaysia (KDM) semakin meningkat. Halini terbukti dengan kembali digelarnya

Operasi Patroli TerkoordinasiKastam Indonesia dan Malaysia, ataulebih dikenal dengan nama PATKORKASTIMA ke-14 yang baru-baru inidiselenggarakan. Patkor Kastima

merupakan kerjasama instansi pabeankedua negara dalam bidang pengawasan

berupa patroli rutin tahunanuntuk mengamankan perairan SelatMalaka yang merupakan salah satu

perairan tersibuk di dunia.

yang dapat mengganggu stabilitas keamanan dan ekono-mi di perbatasan kedua negara, Patkor Kastima jugalebih spesifik bertujuan untuk mengamankan perairan ter-sebut dari kegiatan perdagangan ilegal berupa tindak pida-na penyelundupan, sehingga dapat membuktikan kepadakomunitas internasional mengenai terwujudnya kerjasamayang erat diantara negara pesisir Selat Malaka khususnyadiantara Malaysia dan Indonesia sebagai bentuk kedau-latan kedua negara dalam penegakan hukum khususnyadalam bidang Kepabeanan dan Cukai.

PATKOR KASTIMA 14/2008 telah dilaksanakan dari tang-gal 7-22 Juli 2008. Patroli kali ini melibatkan sembilan kapalpatroli Bea dan Cukai kedua negara, dimana dari DJBCmenurunkan lima Kapal Patroli Cepat (Fast Patrol Boat/FPB)yaitu BC-5002, BC-7005, BC-10001, VSV BC-1607 danVSV BC-1608. Sedangkan Kastam Diraja Malaysiamenurunkan empat armada kapal patroli yaitu Bahtera PerakK-36, Perantas KB-51, Perantas KB-59 dan Perantas KB-85.Sementara itu personil yang diturunkan mencapai 130 oranggabungan dari instansi Pabean kedua negara.

Dalam patroli kali ini juga dilakukan pertukaran perso-nil yaitu masing-masing delapan orang personil antar ke-dua negara, dengan harapan dapat memberikan pengala-man dan pengetahuan baru bagi kedua belah pihakmengenai pelaksanaan patroli Bea dan Cukai di keduanegara, serta yang terpenting lebih merapatkan hubungansilaturahmi antara instansi pabean kedua negara.

Pembukaan PATKORKASTIMA 14/2008 dilak-sanakan di Pulau PenangMalaysia. Delegasi DJBCberangkat dari Belawanmenuju Pulau Penangtanggal 6 Juli 2008. Keti-ka memasuki wilayah per-airan Malaysia, KapalPatroli Bea dan Cukai di-jemput di titik pertemuanRV-1 oleh Kapal PatroliKastam Diraja Malaysiauntuk kemudian dipandumemasuki Dermaga Kas-tam Pulau Penang. Denganmenggunakan bis milikKastam Diraja Malaysia,delegasi Indonesia

PETA sektor operasi Patkor Kastima

S

PEMBUKAAN PATKOR KASTIMADI MALAYSIA. Dihadiri DirekturP2 DJBC Jusuf Indarto dipimpinoleh Ketua Pengarah KastamDiraja Malaysia, yaitu Datuk SriAbdul Rahman bin Abdul Hamid.

KERJASAMA INTERNASIONAL

Page 44: Warta Bea Cukai Edisi 406

43WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

selanjutnya menuju tempat pertemuan untuk selanjutnyamenikmati welcoming drink yang telah disiapkan.

Upacara pembukaan dilaksanakan di Perumahan Pega-wai Kastam Diraja Malaysia di Bukit Perai, Pulau Penang.Dalam Upacara pembukaan tersebut, Ketua delegasi Beadan Cukai Indonesia dipimpin oleh Direktur Pencegahandan Penyidikan (P2) Kantor Pusat,. Jusuf Indarto,sedangkan Kastam Diraja Malaysia dipimpin oleh KetuaPengarah Kastam Diraja Malaysia, yaitu Datuk Sri AbdulRahman bin Abdul Hamid.

Dalam sambutannya, Ketua Pengarah Kastam DirajaMalaysia menyampaikan,bahwa yang paling pen-ting dari Operasi PatkorKastima 14/2008 ini ada-lah bagaimana mening-katkan hubungan kerjasa-ma yang sudah terbinaselama ini menuju kerja-sama lainnya, seperti per-tukaran informasi antarkedua instansi Pabeandalam kerangka memba-ngun Customs Intelligen-ce Network serta melaku-kan kerjasama pertukaranpengiriman pegawaidalam rangka peningkat-an kapasitas dan kapabili-tas SDM kedua instansiPabean baik dalambentuk pendidikan latihanmaupun kursus-kursus.

Selepas pembukaanseluruh armada patroli

selanjutnya menuju sektor patroli yang sudah ditentukandalam Perintah Patroli Bersama yang diterima oleh keduaKomandan Gugus Tugas (KGT) masing-masing. Adapundaerah operasi bagi Satuan Tugas Indonesia terletak an-tara perairan Langsa, Aceh sampai dengan perairan Pu-lau Batam, dan bagi Satuan Tugas Malaysia terletak an-tara perairan Pulau Pinang sampai perairan Pulau Lima.

PENGALAMAN BERKESAN PARA PERSONILPelaksanaan Patkor Kastima 14/2008 berjalan dengan

baik dan lancar. Unsur Indonesia (BC-5002) telah berhasilmelakukan penegahan/penangkapan terhadap satu kapalbermuatan barang-barang bekas tanpa dilengkapidokumen manifest berasal dari Singapura dengan tujuanPulau Batam. Selama patroli juga telah dilakukan tukarmenukar informasi mengenai keberangkatan dan kedatang-an kapal beserta muatannya diantara unsur-unsur satuan

tugas kedua negara, sehingga pengawasan dapat dilaku-kan secara lebih efektif.

Patkor Kastima 14/2008 telah memberikan kesan ter-sendiri bagi personil kedua negara yang mengikuti opera-si kali ini. Diantaranya adalah Rozaime bin Jamaludin(Personil Perantas KB-51) yang bertugas di PulauPenang dan Abdul Yazaid bin Othman (Personil PerantasKB-85) yang bertugas di Port Klang. Rozaime menyam-paikan bahwa Patkor Kastima yang diikutinya merupakanyang pertama, dan sekaligus memberikan kesan tersen-diri. Dimana ada perbedaan pelaksanaan tugas patroli diMalaysia dengan di Indonesia. Di Malaysia, kapal patrolihanya melakukan patroli biasanya pagi sampai sore, ke-mudian kembali ke pelabuhan.

Tapi berbeda dengan di Indonesia, dimana patroli di-laksanakan berhari-hari, walaupun demikian petugas Beadan Cukai Indonesia tetap tegar dan selalu mengedepan-kan tugas negara dalam keadaan apapun. Rozaimemerupakan personil yang dipertukarkan, dan ditempat-kan di kapal patroli Bea Cukai Indonesia, yaitu VSV BC-1608.

“Patroli dengan kapal VSV merupakan tantangantersendiri dan merupakan pengalaman yang tidak dapatdilupakan,” mengingat di Malaysia tidak ada kapal sepertiini yang ia pergunakan yaitu kapal patroli “DUGONG”(duyung), demikian ia lebih suka menyebut kapal VSVmilik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Lain halnya dengan Abdul Yazaid bin Othman yangdipertukarkan dan ditugaskan di FPB BC-5002. Ia merasaseperti di keluarga sendiri dengan sambutan danpelayanan yang diberikan oleh personil Bea dan CukaiIndonesia selama PatkorKastima tahun ini. Keikut-sertaan Yazaid padaPatkor Kastima tahun inimerupakan yang keempatkali.

Penutupan Patkor Kas-tima 14/2008 dilaksana-kan di Pelabuhan “Harbo-ur Bay” Batam tanggal 22Juli 2008. Penutupan se-lain dihadiri oleh personilkedua negara juga diha-diri oleh pejabat instansiterkait yang ada diProvinsi Kepulauan Riau.Upacara penutupandipimpin oleh Direktur P2,Jusuf Indarto dan Timba-lan Ketua Pengarah Bi-dang Pencegahan DatukHj. Mardina binti Haji Alwi.Dalam sambutannya, Di-rektur P2 menyampaikanbahwa pelaksanaan Operasi Patkor Kastima telah mem-berikan dampak positif bagi kedua negara dalam upayapengamanan di Selat Malaka, khususnya dalam upaya-upaya pemberantasan penyelundupan sebagai bagiandari penegakan hukum Kepabeanan dan Cukai.

Selanjutnya, Direktur P2 juga menambahkan menge-nai perlunya peningkatan bentuk-bentuk kerjasamaantara instansi pabean kedua negara, selain meningkat-kan intensitas, frekuensi serta memperluas wilayahpatroli, juga menyambut upaya-upaya yang akan dilaku-kan kedua negara dalam melakukan kerjasama pertukar-an informasi, serta pertukaran pengiriman pegawai Beadan Cukai kedua negara dalam bentuk pendidikan danpelatihan, maupun kursus-kursus yang diharapkan akanmampu meningkatkan kuallitas dan kapabilitas SDMpegawai Bea dan Cukai kedua negara di masa yang akandatang.

KAPAL PATROLI BEA DAN CUKAI, memasuki wilayah perairan Malaysia.

YAZAID. Keikutsertaannya padaPatkor Kastima tahun ini merupakanyang keempat kali.

ROZAIME. Patroli dengan kapal VSV meru-pakan tantangan tersendiri dan merupakanpengalaman yang tidak dapat dilupakan.

Asep Ridwan, SH., MH - (Kanwil Khusus DJBC Kepulauan Riau)

FOTO-FOTO ASP

Page 45: Warta Bea Cukai Edisi 406

44 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

O P I N I

aya sangat senang membaca tulisan Sdri. Nanik SusilawatiRizain dalam WBC edisi 402 Mei 2008, yang berjudul“Menggali potensi penerimaan melalui pengawasan terhadapPembayaran Royalty”. Melalui tulisan ini saya juga inginmenyampaikan selamat dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada Tim Audit KWBC Jakarta yang telah menemukan permasalahanroyalti pada PT WI dan PT MJI, dalam pelaksanaan auditnya.

Melalui tulisan ini pula saya juga ingin memperdalam pembahasanseluk beluk tentang royalti yang juga kami temui sebelumnya ketikamelaksanakan tugas sebagai auditor KWBC Bandung. Permasalahantentang royalti ini juga menjadi diskusi hangat di lingkungan auditorKWBC Bandung. Selain itu saya ingin memperkaya pembahasandengan menambahkan referensi yang saya gunakan dalam memperkuatargumen terutama berkaitan dengan royalti dan biaya lisensi sebagaipersyaratan penjualan barang impor.

Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita lihat lagi pengertianroyalti terlebih dahulu. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Beadan Cukai No. KEP-81/BC/1999 tanggal 31 Desember 1999 tentang Pe-tunjuk Pelaksanaan Penetapan Nilai Pabean untuk Penghitungan BeaMasuk, halaman 5, paragraf 3, pasal 5, ayat 1c, royalti dan biaya lisensiditambahkan, sepanjang:i) Dibayar oleh pembeli secara langsung dan tidak langsung;ii) Merupakan persyaratan penjualan barang impor;iii) Berkaitan dengan barang impor yang sedang ditetapkan nilai

pabeannya; daniv) Belum termasuk dalam harga yang sebenarnya dibayar atau

yang seharusnya dibayar.

Kemudian royalti dijelaskan lebih lanjut pada lampiran Kep Dirjentersebut. Pada Salinan Lampiran I halaman 29 butir 4.3.1. Kep Dirjen BCNo. Kep-81/BC/1999 disebutkan bahwa Pengertian Royalti dan BiayaLisensi adalah pembayaran yang berkaitan dengan paten, merekdagang dan hak cipta. Dan berdasarkan Salinan Lampiran I halaman29 butir 4.3.2., royalti dan lisensi ditambahkan sepanjang:a. Dibayar oleh pembeli secara langsung atau tidak langsung;

Pembeli berkewajiban membayar royalti atau biaya lisensi ataspembelian barang impor yang bersangkutan.

b. Merupakan persyaratan penjualan barang impor;Dalam rangka pembelian barang, pembeli diharuskan membayar ro-yalti atau biaya lisensi. Tanpa mempermasalahkan apakah pemba-yaran royalti ditujukan kepada penjual atau pihak lain (royalti holderatau kuasanya) yang sama sekali tidak terlibat dalam transaksi ba-rang impor yang bersangkutan.

c. Berkaitan dengan barang impor;Pada barang impor yang bersangkutan terdapat Hak Atas KekayaanIntelektual, antara lain berupa hak atas merek, hak cipta atau hak pa-ten (di dalam barang impor terdapat proses kerja yang dipatenkan).

Salah satu yang menjadi diskusi menarik antara auditor denganauditee adalah tentang kalimat “Merupakan persyaratan penjualanbarang impor”, karena auditee berbeda pendapat pada butir ini. Selain ituke-4 syarat royalti dalam halaman 5, paragraf 3, pasal 5, ayat 1c KepDirjen BC No. Kep-81/BC/1999 harus dibaca dalam “satu nafas” yangapabila satu butir tidak terpenuhi maka royalti dan biaya lisensi tidak bisaditambahkan.

Kondisi royalti yang ditemukan pada auditee adalah bahwa terdapatperjanjian lisensi dimana importir tersebut berkewajian membayar royaltisecara periodik dengan persentase tertentu dari harga jual/nilai penjualanke DPIL. Perjanjian lisensi tersebut dibuat sebelum dilakukannyaimportasi atas barang yang mengandung Hak Atas Kekayaan Intelektual(HAKI) berupa hak atas merek.

Kemudian auditee berpendapat bahwa royalti yang merupakan per-syaratan penjualan barang impor yang ditambahkan pada nilai transaksiadalah royalti yang disyaratkan dan dibayarkan tepat pada saatimportasi. Auditee juga berargumen bahwa pada saat importasi tidak adaroyalti yang dibayarkan dan perusahaan secara rutin membeli barangimpor dengan menggunakan purchase order/sales contract. Royaltidibayarkan setelah terjadi penjualan barang impor di DPIL yang dihitungberdasarkan persentase tertentu dari harga jual/nilai penjualan barangimpor tersebut ke DPIL.

Auditee menggunakan dalil berdasarkan Salinan Lampiran Ihalaman 29 butir 4.3.2. huruf c yaitu “Dalam rangka pembelian barang,pembeli diharuskan membayar royalti atau biaya lisensi”. Berdasarkankalimat itulah auditee menyatakan bahwa pada saat pembelian barangimpor perusahaan tidak diharuskan membayar royalti, dan tetap bisamelakukan importasi hanya dengan menggunakan purchase order/salescontract, sehingga auditee berpendapat bahwa pembayaran royalti yangdibayarkan setelah terjadi penjualan ke DPIL tidak ditambahkan padanilai transaksi.

Apakah royalti seperti ini ditambahkan pada harga yang sebenarnyadibayar atau yang seharusnya dibayar? Coba kita kaji lebih mendalam.Auditee mengartikan “dalam rangka pembelian barang” tersebut semata-mata dilihat transaksi per transaksi. Sedangkan tim audit berpendapatbahwa “dalam rangka pembelian barang” semestinya dilihat secara kese-luruhan sebab musabab suatu importir dapat melakukan importasi danberdagang barang impor yang mengandung HAKI berupa hak atas me-rek di DPIL, yaitu karena adanya perjanjian lisensi dimana perusahaandiharuskan membayar royalti atas penggunaan merek.

Untuk memperkuat argumen tim audit, selain dengan dasar KepDirjen BC No. Kep-81/BC/1999, kami juga menggunakan referensi dariWTO Agreement and Texts of The Technical Committee on CustomsValuation 2nd Edition July 1997 tentang kasus royalti yang dikeluarkanoleh Customs Co-operation Council (CCC) / World Customs Organiza-tion (WCO) berupa Advisory Opinion terutama butir 4.11 sebagaimanajuga menjadi referensi dalam tulisan Sdri. Nanik tersebut.

Namun ada satu referensi lagi yang ingin saya bahas disini yang sa-ngat membantu kami memperkuat argumen tentang royalti, yaituInformation Document dari Technical Committee on Customs Valuationyang saya peroleh dari website World Customs Organization (http://www.wcoomd.org) dengan nomor dokumen 40.818 E / V11-11743, 4th

Session yang dikeluarkan di Brussel, 28 November 1996. (lihat lampiran)

Dari dokumen tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Apabila royalti dan biaya lisensi dibayarkan kepada penjual dalam

rangka pemenuhan kontrak penjualan, itu jelas merupakanpersyaratan penjualan. Akan tetapi, bisa juga terjadi kasus dimanakontrak penjualan barang tidak secara eksplisit mengharuskan suatupembayaran dan kewajiban membayar royalti dan biaya lisensimuncul dari perjanjian terpisah yang dibuat sebelum atau sesudahpenjualan atau dinyatakan dalam perjanjian lain dibawah judul yangberbeda yang dibuat sebelum atau setelah penjualan.Sifat atau karakteristik dan kepentingan ekonomi dari suatu royaltyagreement umumnya memerlukan suatu kontrak terpisah/tersendiridimana secara eksplisit akan menunjuk kewajiban untuk membayarsuatu royalty atau licence fee. Akan tetapi mungkin tidak selalueksplisit bahwa pembayaran semacam itu harus dibuat sebagaisuatu persyaratan dari penjualan atau sebagai suatu hasil dariimportasi barang yang sedang dinilai (paragraf 3).Didalam kasus-kasus seperti ini seluruh keadaan ekonomi disekitartransaksi harus diuji/diperiksa. Dimana, apabila penjual tidak akan

ROYALTIES ANDLICENCE FEES

AS A CONDITIONOF SALE

ROYALTI DAN BIAYA LISENSISEBAGAI PERSYARATAN

PENJUALAN BARANG IMPOR

Oleh:Moh Firstananto J,SST, Ak.

S

44 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 46: Warta Bea Cukai Edisi 406

45WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

menjual barang untukekspor kepada pembelitanpa pembayaranroyalty atau licence fee,atau pembeli tidak da-pat membeli dan me-ngimpor barang, seca-ra legal dan definitif,tanpa membayar royal-ty atau licence fee, ma-ka kewajiban semacamini merupakan suatupersyaratan penjualanbarang yang sedang di-nilai (paragraf 4).Dari logika danhubungan sebab akibatyang terjadi padaimportir tersebut jelasbahwa royalti yangdibayarkan merupakanpersyaratan penjualanbarang impor, karenajelas royalti harus diba-yarkan sebagai akibatdari adanya perjanjianlisensi yang dalam halini dibuat sebelum tran-saksi penjualan yangmerupakan perikatanhukum bagi kedua be-lah pihak.

2. Dari paragraf 5 padainformation documenttersebut, dapat disimpulkan bahwa esensi dari “persyaratan pen-jualan” adalah pembayaran royalti itu masuk dalam suatu kontrak/perjanjian yang merupakan suatu kewajiban hukum yang apabilatidak dipenuhi maka membuat kontrak tersebut batal atau tidakberlaku. Pada kenyataannya importir tersebut secara periodik harusmembayar royalti, sehingga hal ini jelas merupakan persyaratanpenjualan sebagaimana disyaratkan dalam perjanjian, dimana apa-bila perjanjian tidak dipenuhi tentunya akan batal atau tidak berlakudan importir tidak dapat mengimpor lagi barang yang mengandungHAKI tersebut.

Dari penjelasan berdasarkan information document diatas dapatdisimpulkan bahwa memang karakteristik royalti umumnya didasariperjanjian lisensi yang dibuat sebelum atau sesudah importasi.

Sedangkan mengenai perhitungan royalti berdasarkan persentasedari harga jual/nilai penjualan kembali barang impor di DPIL tetapmemenuhi persyaratan “berkaitan dengan barang impor” karena barangyang dijual tersebut adalah barang yang sama yang juga merupakanbarang impor itu sendiri dan yang terpenting pada barang tersebutterdapat HAKI, sehingga “berkaitan dengan barang impor” disini lebihditekankan bahwa esensi dari pembayaran royalti tersebut karenaadanya HAKI pada barang impor tersebut, bukan cara perhitungannya,karena ada juga pembayaran royalti yang tidak berdasarkan padapersentase dari harga jual tetapi royalti dibayarkan dalam jumlah tertentuyang disebutkan dalam perjanjian tanpa dikaitkan dengan omset penjual-an yang dibayarkan secara periodik selama periode perjanjian.

Namun yang umum ditemui adalah pembayaran royalti yang dihitungberdasarkan persentase dari harga jual/nilai penjualan kembali ke DPIL.Tentang perhitungan royalti berdasarkan persentase dari harga jual/nilaipenjualan juga disebut dalam paragraph 6 information document dan halini dapat dimengerti karena lebih fair bagi kedua belah pihak penjual danpembeli dengan menghitung pembayaran royalti atas barang-barangimpor yang laku terjual saja.

Dari penjelasan berdasarkan information document tersebut dapatdisimpulkan bahwa royalti semacam ini “merupakan persyaratanpenjualan/as a condition of sale” sehingga harus ditambahkan pada har-ga yang sebenarnya dibayar atau yang seharusnya dibayar.

PERMASALAHAN1. Tentang “merupakan persyaratan penjualan barang impor”

Yang menjadi permasalahan adalah masih sederhananya penjelas-an mengenai royalti terutama tentang “merupakan persyaratan pen-jualan barang impor” dalam Kep Dirjen BC No. Kep-81/BC/1999 ter-sebut. Sehingga apabila ditemui kasus-kasus yang serupa maka au-ditor akan kesulitan memberikan penjelasan terhadap auditee karenaauditee umumnya resisten atau keberatan dengan masalah ini.

2. Penggunaan istilah selain royalti dan biaya lisensiAda juga kasus royalti yang lain yang menarik yang kami temui da-lam audit. Yaitu penggunaan istilah lain atau judul lain dalam perjanji-an yang berkaitan dengan merek. Buyer dan Seller atau licensor danlicensee dalam perjanjiannya sama sekali tidak menggunakan istilahperjanjian lisensi dimana umumnya terdapat biaya lisensi/royalti,namun menggunakan istilah perjanjian waralaba dengan membayarfee waralaba/fee prinsipal atas penggunaan merek. Terhadap yangdemikian saya berpendapat bahwa hal ini masuk dalam kategoriroyalti/biaya lisensi dengan alasan:a. Pada Salinan Lampiran I halaman 29 butir 4.3.1. Kep Dirjen BC

No. Kep-81/BC/1999 disebutkan bahwa pengertian royalti danbiaya lisensi adalah pembayaran yang berkaitan dengan paten,

REFERENSI WCO

45WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 47: Warta Bea Cukai Edisi 406

46 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

O P I N I

arang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteris-tik : konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perludiawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatifbagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannyaperlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan

keseimbangan, dikenai cukai berdasarkan undang-undang tentangcukai. Barang-barang tertentu tersebut selanjutnya dinyatakan sebagaibarang kena cukai.

Cukai dikenakan terhadap barang kena cukai yang terdiri dari: etilalkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang diguna-kan dan proses pembuatannya; minuman yang mengandung etilalkohol dalam kadar berapapun, dengan tidak mengindahkan bahanyang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yangmengandung etil alkohol; hasil tembakau, yang meliputi sigaret, ceru-tu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya,dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan penggantiatau bahan pembantu dalam pembuatannya.

Sehubungan dengan penetapan jenis barang kena cukai sebagai-mana disebutkan di atas sesuai dengan Undang-Undang 11 Tahun1995 Tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Un-dang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai, maka saat ini untuk se-mentara waktu kita baru mengenal tiga jenis barang kena cukai secaraumum, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, danhasil tembakau. Penambahan atau pengurangan jenis barang kenacukai tersebut sangat dimungkinkan mengikuti perkembangan ekono-mi, situasi politik, serta keuangan negara. Pengertian dari masing-masing jenis barang kena cukai tersebut dijelaskan pada keterangandi bawah ini.

Etil alkohol atau etanol adalah barang cair, jernih, dan tidak ber-warna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH,yang diperoleh baik secara peragian dan/atau penyulingan maupunsecara sintesa kimiawi.

Minuman yang mengandung eti alkohol adalah semua barang cairyang lazim disebut minuman yang mengandung etil alkohol yang diha-silkan dengan cara peragian, penyulingan, atau cara lainnya, antaralain bir, shandy, anggur, gin, whisky, dan yang sejenis. Sementarayang dimaksud dengan konsentrat yang mengandung etil alkoholadalah bahan yang mengandung etil alkohol yang digunakan sebagaibahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman yangmengandung etil alkohol.

Hasil tembakau berupa sigaret adalah hasil tembakau yang dibuatdari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilin-ting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahanpembantu yang digunakan dalam pembuatannya. Sigaret ini terdiridari sigaret kretek, sigaret putih, dan sigaret kelembak kemenyan.

Sigaret kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur

merek dagang dan hak cipta. Sehingga pembayaran yangberkaitan dengan merek dengan menggunakan istilah feewaralaba/fee prinsipal yang dituangkan dalam bentukperjanjian waralaba tersebut esensinya adalah royalti/biayalisensi, terlebih lagi perusahaan membukukannya denganaccount biaya royalti/biaya lisensi, karena secaraakuntansi, sifat/karakteristik transaksi seperti ini memangmasuk ke dalam biaya royalti/lisensi.

b. Penggunaan istilah lain selain royalti dan biaya lisensi di-mungkinkan seperti dijelaskan dalam Information Documentdari Technical Committee on Customs Valuation dengannomor dokumen 40.818 E / V11-11743, 4th Session yangdikeluarkan di Brussel, 28 November 1996 tersebut.Sehingga auditor harus lebih cermat dalam membaca doku-men perjanjian yang berkaitan dengan HAKI baik paten, me-rek dagang dan hak cipta.

USULANUntuk lebih memudahkan pelaksanaan penerapan aturan nilai

pabean, sebaiknya poin-poin penting dalam Information Documentdari Technical Committee on Customs Valuation dengan nomordokumen 40.818 E / V11-11743, 4th Session yang dikeluarkan diBrussel, 28 November 1996 diadopsi untuk memberbaiki penjelasandalam Kep Dirjen BC No. Kep-81/BC/1999.

Selain itu contoh-contoh kasus yang secara resmi dikeluarkanoleh WCO untuk kasus royalti dalam Advisory Opinion sebaiknyajuga dijadikan lampiran contoh kasus pada Kep Dirjen BC No. Kep-81/BC/1999 sehingga memudahkan pelaksanaan di lapangan, kare-na selama ini lima kali revisi terhadap Kep Dirjen BC No. Kep-81/BC/1999 belum pernah membahas secara khusus masalah royalti.

Sudah beberapa kali auditor menemukan permasalahan royaltidan mungkin ke depannya masih banyak lagi kasus-kasus tentangroyalti yang dihadapi auditor karena makin meningkatnya penerapanaturan HAKI dan pada umumnya auditee masih resisten atau kebe-ratan terhadap masalah ini karena memang penerapan aturan nilaipabean berkenaan dengan royalti/biaya lisensi belum begitu populer.

Untuk memperjelas permasalahan royalti ini dan guna membe-rikan perlakuan yang sama kepada seluruh importir yang berkaitandengan HAKI ada baiknya pembahasan juga dilakukan dengansemacam simposium atau sosialisasi dan perbaikan peraturan yangmelibatkan Direktorat Audit, Direktorat Teknis Kepabeanan, danDirektorat Kepabeanan Internasional.

SARANUntuk lebih memudahkan auditor melihat adanya transaksi royal-

ti, maka sebaiknya auditor lebih mencermati Laporan Keuangan,Catatan atas Laporan Keuangan dan/atau General Ledger, karenaapabila importir mengimpor barang-barang yang mengandung HAKIdengan hak distribusi dan penjualan di DPIL secara eksklusif, biasa-nya importir memiliki perjanjian lisensi dimana umumnya importir di-haruskan membayar biaya lisensi atau royalti.

Apabila importir melaksanakan sistem akuntansinya dengan se-hat (sound practice), maka tentunya dia akan menyatakannya dalamLaporan Keuangan, Catatan atas Laporan Keuangan dan/atauGeneral Ledger dalam perkiraan/account sesuai prinsip-prinsip akun-tansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles/GAAP).

Sebaliknya pemberi lisensi yang umumnya adalah perusahaanmultinasional juga tidak akan sembarang memberikan lisensi terha-dap importir yang tidak memenuhi prinsip-prinsip akuntansi yangberlaku umum, karena tentunya pemberi lisensi tidak mau HAKI-nyadilanggar dan umumnya pemberi lisensi berhak memiliki aksesterhadap pembukuan importir tersebut untuk memeriksa/menghitungroyalti yang harus dibayarkan, baik pemeriksaan langsung olehpemberi lisensi maupun melalui Akuntan Publik yang ditunjuk untukmengaudit pembukuan importir.

Selain itu pembayaran royalti juga dilaporkan dalam SPTTahunan. Dengan demikian Laporan Keuangan yang telah diauditAkuntan Publik dan SPT Tahunan dapat diandalkan oleh auditor beacukai dalam melaksanakan tugas auditnya.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Wallahu a’lam bisshowab.Penulis adalah Kepala Seksi KITE Kanwil DJBC NAD

Oleh :Dian Jusriyati S.E., M.M.

APA ITU

BARANGKENA

CUKAI?B

46 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 48: Warta Bea Cukai Edisi 406

47WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

dengan cengkih, atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa mem-perhatikan jumlahnya.

Sigaret putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpadicampuri dengan cengkih, kelembak, atau kemenyan. Sigaret kretekdan sigaret putih terdiri dari sigaret yang dibuat dengan mesin atauyang dibuat dengan cara lain selain daripada mesin.

Sigaret kretek dan sigaret putih yang dibuat dengan mesin adalahsigaret kretek dan sigaret putih yang dalam pembuatannya mulai daripelintingan, pemasangan filter, pengemasannya dalam kemasanuntuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, seluruh-nya, atau sebagian menggunakan mesin. Selanjutnya dalam pengo-longan tarif dan harga jual ecerannya dibedakan menjadi Sigaret Kre-tek Mesin (SKM) dan Sigaret Putih Mesin (SPM).

Sigaret kretek dan sigaret putih yang dibuat dengan cara lain dari-pada mesin adalah sigaret kretek dan sigaret putih yang dalam prosespembuatannya mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasandalam kemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatanpita cukai, tanpa menggunakan mesin. Selanjutnya dalam pengolong-an tarif dan harga jual ecerannya dibedakan menjadi Sigaret KretekTangan (SKT), Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF,) dan Sigaret PutihTangan (SPT).

Sigaret kelembak kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuat-annya dicampur dengan kelembak dan/atau kemenyan asli maupuntiruan tanpa memperhatikan jumlahnya.

Hasil tembakau berupa cerutu adalah hasil tembakau yang di-buat dari lembaran-lembaran daun tembakau diiris maupun tidak,dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau, un-tuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan peng-ganti atau bahan pembantu yang digunakan da-lam pembuatannya.

Hasil tembakau berupa rokok daun adalah hasiltembakau yang dibuat dengan daun nipah, daunjagung (klobot), atau sejenisnya, dengan caradilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahanpengganti atau bahan pembantu yang digunakandalam pembuatannya.

Hasil tembakau berupa tembakau iris adalahhasil tembakau yang dibuat dari daun tembakauyang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkanbahan pengganti atau bahan pembantu yang digu-nakan dalam pembuatannya.

Hasil tembakau berupa hasil pengolahan tem-bakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuatdari daun tembakau selain yang disebut dalam de-finisi hasil tembakau sebelumnya yang dibuat se-cara lain dengan perkembangan teknologi dan se-lera konsumen, tanpa mengindahkan bahan peng-ganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

Begitu mudahnya mengidentifikasikan barang kena cukai sehing-ga lama-kelamaan banyak di antara pegawai bea dan cukai yang ma-lah salah mengartikan suatu jenis barang sebagai barang kena cukaiatau bukan. Contoh, apabila suatu pabrik rokok merek Padudmembuat campuran rajangan daun tembakau dengan diberi cengkihdan saus rokok kemudian hasil blending tersebut dijual ke pabrik rokoklain merek Keris, apakah hasil blending itu berupa barang kena cukaiatau bukan? Kalau bukan merupakan barang kena cukai apa alasan-nya? Kalau merupakan barang kena cukai apakah bisa dikategorikansebagai tembakau iris?

Sebagian di antara kita menyatakan bahwa hasil blending dariPadud tadi bukan merupakan barang kena cukai karena mendasarkanpada penggalan definisi tembakau iris “..., untuk dipakai,...”. Penganutfaham ini mungkin lupa bahwa dalam definisi sigaret juga terdapatpenggalan kata-kata yang sama, akan tetapi coba diperhatikan, apa-kah dengan demikian ada pabrik rokok yang menjual rokok batanganke pabrik rokok lain? Kalau toh ada tentunya kejadian itu akan menjadibarang tangkapan P2 karena melanggar pasal 25, pasal 27, dan pasal29 yang dilanjutkan dengan pasal 54 Undang-Undang Cukai, dengankata lain berarti sigaret batangan tersebut sudah dikategorikan sebagaibarang kena cukai.

Hal yang sama seharusnya berlaku juga untuk hasil blending ter-sebut. Kalau demikian apakah hasil blending tersebut dapat dikategori-

kan sebagai tembakau iris? Jawabannya memang barang itu adalahtembakau iris. Yang dimaksud dengan penggalan kata “..., untukdipakai,...” dalam definisi sigaret maupun tembakau iris (juga cerutudan rokok daun) adalah sudah dapat dikonsumsi atau digunakansebagaimana barang kena cukai tersebut lazimnya dikonsumsi. Bukansemata-mata harus sudah dikemas dan siap untuk penjualan eceran.

Dalam contoh kasus di atas masih banyak yang terjebak bahwabarang kena cukai tersebut harus dikemas untuk penjualan eceran ter-lebih dahulu baru dapat dikeluarkan dari pabrik (acuannya pada pasal8 dan pasal 29 Undang-Undang Cukai). Akan tetapi coba diperhatikanpasal 27 Undang-Undang Cukai yang memungkinkan pengangkutanbarang kena cukai dalam keadaan curah, dengan demikianbagaimanapun keadaan barang kena cukai tersebut, apakah sudahdikemas maupun tidak dikemas, bukan sebagai bagian dari syaratmaupun definisi barang kena cukai itu sendiri.

Nah, kalau hasil blending tadi adalah barang kena cukai berupatembakau iris, untuk selanjutnya pabrik rokok merek Padud tadi harusmemenuhi aturan dalam pasal 7, pasal 25 atau pasal 27, pasal 30,atau pasal 29 bila tidak ingin terkena pasal 54 pada waktu mengirimhasil blendingnya ke pabrik rokok merek Keris.

Jangan juga kita terjebak pada pengertian barang kena cukai yangtidak dipungut cukainya sebagaimana tercantum dalam pasal 8Undang-Undang Cukai maupun barang kena cukai yang mendapatpembebasan sebagaimana tercantum dalam pasal 9 Undang-UndangCukai. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa apabila sudahdibebaskan ataupun cukainya tidak dipungut maka barang tersebutsudah bukan barang kena cukai sehingga tidak perlu dilindungi doku-

men cukai atau tidak perlu diawasi.Contoh sekali lagi, dan ini agak kontroversial,

apakah spiritus bakar (brand spiritus) termasukbarang kena cukai atau bukan? Sebelum sampaipada jawabannya, kita lihat dulu bagaimana bunyipasal 9 ayat (2) Undang-Undang Cukai.“Pembebasan cukai dapat juga diberikan atas ba-rang kena cukai tertentu yaitu :a. etil alkohol yang dirusak sehingga tidak baik

untuk diminum;b. minuman yang mengandung etil alkohol dan

hasil tembakau, yang dikonsumsi olehpenumpang dan awak sarana pengangkut yangberangkat langsung ke luar daerah pabean.”

Penjelasan pasal 9 ayat (2) huruf a: yang di-maksud dengan “etil alkohol yang dirusak sehinggatidak baik untuk diminum” adalah etil alkohol yangdirusak dengan bahan perusak tertentu, yang dalamistilah perdagangan lazim disebut spiritus bakar

(brand spiritus). Dari kalimat yang tercantum di dalam pasal 9 ayat (2)huruf a beserta penjelasannya tersebut dapat disingkat menjadi “Pem-bebasan cukai dapat juga diberikan atas barang kena cukai tertentuyaitu spiritus bakar”. Jadi, spiritus bakar adalah termasuk dalam pe-ngertian barang kena cukai, hanya saja diberikan pembebasan cukai.

Akan tetapi ada juga yang membantahnya, pengertian pasal itudapat diartikan bahwa “etil alkohol (barang kena cukai) yang dirusak(karena sudah dirusak maka tidak lagi sebagai barang kena)sehingga...”. Namun coba persandingkan dengan pasal 9 ayat (2)huruf b, yang menyatakan bahwa kata sambung “yang” adalah katasambung yang menjelaskan syarat mengapa barang kena cukaitersebut dibebaskan cukainya. Kata sambung “yang” bukan berfungsiuntuk menjelaskan pengertian barang kena cukai “yang” justru dijadi-kan bukan sebagai barang kena cukai sehingga dibebaskan cukainya.Kurang jelas? Coba direnungkan lagi secara mendalam.

Terakhir, yang perlu kita pahami bersama, bahwa undang-undangadalah apa yang tertulis di dalamnya, bukan apa yang dimaui olehpembuatnya apalagi oleh penafsirnya, sehingga pemahaman kita mautidak mau, suka tidak suka, benar tidak benar, adalah dari hitam diatas putih yang dicantumkan di dalam undang-undang tersebut.Walaupun akibatnya bisa jadi bahan guyon, akan tatapi kalau undang-undangnya saja sudah bilang begitu terus mau gimana lagi?

Berkenan menanggapi? Atau mau menambahkan penjelasan me-ngenai barang kena cukai yang lainnya?Wassalam.

Penulis adalah Client Coordinator pada KPU Tanjung Priok

SAAT INI UNTUKSEMENTARA WAKTU

KITA BARU MENGENALTIGA JENIS BARANGKENA CUKAI SECARA

UMUM, YAITU ETILALKOHOL, MINUMANYANG MENGANDUNGETIL ALKOHOL, DANHASIL TEMBAKAU

47WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

* * *

Page 49: Warta Bea Cukai Edisi 406

48 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

adinya tulisan ini diniatkan untuk dibuat pada saat genap 3(tiga) tahun perjalanan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM)di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)yang dimulai sejak terbitnya Keputusan Direktur JenderalBea dan Cukai Nomor KEP-102/BC/2005 tanggal 21

Oktober 2005, tapi akhirnya tetap diselesaikan sekarang karena padaakhirnya untuk pemuatan sebuah artikel terserah pada Redaksi WBC.

Selain untuk menjadi evaluasi perjalanan DKM hingga saat ini,penulis juga ingin sumbang saran mengenai potensi pengembanganyang bisa dilakukan untuk lebih memberdayakan keberadaan DKM.Selain itu, tulisan ini juga ditujukan bagi para pelaku sejarah yang terli-bat dalam merumuskan Keputusan Direktur Jenderal Bea dan CukaiNomor KEP-102/BC/2005, agar merenungkan kembali apakah sudahcukup puas hanya menjadi pencetus kelahirannya? Padahal, bukan-kah itu baru langkah awal saja? Karena perjuangan yang sesungguh-nya adalah melaksanakan apa-apa yang sudah termaktub di dalam-nya dan sudah kita sepakati dalam musyawarah dulu. Adakah nampaksumbangan anda setelahnya, wahai sekalian Bapak, Ibu, Saudara?

SEKILAS SEJARAH DKMSejarah terbentuknya DKM tidak bisa dipisahkan dari sejarah

Masjid Baitut Taqwa Kantor Pusat DJBC, dimulai dengan terbitnyaKeputusan Ketua Yayasan Al Amanah Departemen Keuangan Nomor142/KEP/YA/1994 tentang Pembentukan Panitia PembangunanMasjid Dalam Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea danCukai. Dengan semangat ukhuwah Islamiyyah dan pengorbanan(tadhiyah) dari para pegawai Kantor Pusat DJBC yang ikut andil didalamnya dengan merelakan dipotong sebagian dari gaji/TKPKNbulanannya, alhamdulillah akhirnya selesai juga pembangunan MasjidBaitut Taqwa di Kantor Pusat DJBC dan diresmikan oleh MenteriKeuangan saat itu yaitu Bapak Mar’ie Muhammad pada 31 Mei 1997.

Sejak saat itulah, Masjid Baitut Taqwa menjadi bagian dari syiarIslam di Kantor Pusat DJBC yang dimotori oleh Pengurus MasjidBaitut Taqwa yang anggotanya terdiri dari para pejabat dan pegawaiyang peduli untuk memakmurkan masjid, yang ditetapkan dengan Ke-putusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Namun seiring perjalanannya, dirasakan ada yang tidak optimalketika untuk pembentukan pengurus masjid saja harus dengan Kepu-tusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai tanpa ada pengaturan hal-halyang menjadi lingkup tugas dan tanggung jawab yang jelas. Hal inilahyang akhirnya menjadi latar belakang lahirnya Keputusan DirekturJenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-42/BC/2002 tanggal 5 Juli 2002tentang Pengelolaan Masjid Baitut Taqwa Kantor Pusat Direktorat Jen-deral Bea dan Cukai, yang di dalamnya ditetapkan tugas pokok danfungsi Pengurus Masjid Baitut Taqwa.

Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-42/BC/2002 menyebutkan bahwa Pengurus Masjid Baitut Taqwa mempunyai

tugas pokok mengoptimalkan penggunaan Masjid Baitut Taqwa untukkegiatan ibadah dan syiar Islam di Kantor Pusat DJBC. Dalam melak-sanakan tugas pokok tersebut Pengurus Masjid Baitut Taqwa mempu-nyai fungsi antara lain :a. Menyelenggarakan kegiatan ibadah, dakwah dan pendidikan ke-

Islaman sebagai sarana dalam membina mental dan meningkat-kan integritas pegawai;

b. Memberdayakan zakat, infaq, shodaqoh dan bentuk pengumpulandana lainnya yang tidak bertentangan dengan syariat Islam seba-gai sumber dana dari seluruh kegiatan Masjid;

c. Melaksanakan kegiatan sosial yang dapat mendukung citra positifDJBC.

Ada lagi satu hal yang menarik untuk diketahui, dalam dokumenRencana Strategis Pengurus Masjid Baitut Taqwa Kantor Pusat DJBCTahun 2002 - 2007, ternyata Pengurus juga mempunyai motto yaitu“Menghidupkan Nurani Dalam Berkarya”. Sederhana tapi ternyatamenjadi hal yang sangat dibutuhkan saat ini dalam membangun in-tegritas dan citra positif DJBC.

Perlahan tapi pasti, Masjid Baitut Taqwa Kantor Pusat DJBC ber-gerak menjadi model yang dipandang berpotensi untuk turut memba-ngun integritas SDM Bea dan Cukai serta akan mampu mendukungcitra positif DJBC melalui program-program kegiatannya, sehinggalayak untuk ditularkan ke unit struktural DJBC di bawahnya yaitu kan-tor wilayah, kantor pelayanan, balai penelitian dan pangkalan saranaoperasi yang ada di lingkungan DJBC seluruh Indonesia.Pertimbangan inilah yang akhirnya menjadi dasar pembentukan DKMmelalui beberapa musyawarah pengurus dan akhirnya mendorongterbitnya Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-102/BC/2005 tanggal 21 Oktober 2005 tentang Dewan KemakmuranMasjid Di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

DKM SAAT INISejak terbitnya Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai

Nomor KEP-102/BC/2005 tanggal 21 Oktober 2005, sepertinyaperkembangan DKM tidak berjalan dengan masif sebagaimana yangdiharapkan semula. Menurut catatan penulis, belum banyak pemben-tukan DKM di kantor wilayah dan kantor pelayanan yang ada saat ini.Selain Kantor Pusat DJBC, ternyata baru KPPBC Tipe A2 Jakarta,KPU Bea Cukai Tipe A Tanjung Priok, dan KPU Bea dan Cukai Tipe BBatam. Bagaimana dengan yang lain?

Jika dicari letak permasalahannya, mungkin terkait dengan keti-daktahuan adanya Keputusan Direktur Jenderal Bea dan CukaiNomor KEP-102/BC/2005 tentang Dewan Kemakmuran Masjid DiLingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Bagaimanapun harusdiakui bahwa tidak pernah ada sosialisasi khusus untuk mendistribusi-kan keputusan tersebut. Namun, seiring dengan penyebaran parapelaku sejarah pembentukan DKM melalui jalur mutasi dan promosi,kenapa juga tidak diiringi dengan menjadi motor penggerak inisiatifpembentukan DKM di kantor yang baru? Padahal untuk membentukDKM tersebut tidak harus dari nol, karena hampir di setiap kantorsudah mempunyai pengurus musholla atau pengurus masjid masing-masing. Jadi, bukankah tinggal mengarahkan saja?

Hal yang berbeda, jika ternyata kantor yang bersangkutan me-mang belum memiliki bangunan masjid atau musholla. Tetapi menuruthemat penulis, walaupun belum mempunyai masjid atau musholla,seharusnya tidak menghalangi terbentuknya DKM, karena justrumengupayakan pembangunan masjid atau musholla akan menjaditugas pertama DKM ketika sudah terbentuk. Dan satu lagi, denganadanya DKM akan dimungkinkan kerja sama dengan DKM kantorlainnya, sebagaimana tersebut dalam diktum Kelima ayat (2) Kepu-tusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-102/BC/2005,yang berbunyi “Dewan Kemakmuran Masjid dapat saling memberikanbantuan dana atau bantuan dalam bentuk lain”.

DKM DAN KPUWalaupun masih bisa dihitung dengan jari, faktanya pada 2

(dua) kantor baru yang diharapkan menjadi motor dalam reforma-si birokrasi DJBC yaitu KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priokdan KPU Bea dan Cukai Tipe B Batam ternyata malah sudahmembentuk DKM. Bahkan sudah bergerak aktif melaksanakantugas pokok dan fungsinya melalui program-program kegiatannya.

K O L O M

Oleh :Aris Sudarminto

DI LINGKUNGANDIREKTORAT JENDERAL

BEA DAN CUKAIREFLEKSI (HAMPIR) TIGA TAHUN

PERJALANANNYA

DEWANKEMAKMURAN

MASJID

T

48 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 50: Warta Bea Cukai Edisi 406

49WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Tentu saja ini menjadi sebuah fakta yang menggembirakandan menarik untuk dianalisa. Apakah ini berarti konsep DKMyang memang menghendaki pembentukan SDM yang berinteg-ritas dan berkeinginan kuat untuk selalu membentuk citra positifDJBC berkorelasi positif dengan tujuan pembentukan KPU?

Pasti. Namun penulis lebih memilih bahwa sangat besar ke-mungkinan di dalam duo KPU yang ada saat ini, memang terda-pat SDM yang siap menjadi motor penggerak dan mempunyaikarakter sebagai agen perubahan serta mampu melihat ke de-pan untuk terlibat aktif dalam proses perubahan DJBC yang lebihbaik melalui semua sarana yang ada, salah satunya dengan aktifdalam DKM. Sebuah premis yang bisa diikuti oleh kantor-kantorlain yang akan menjadi KPU-KPU berikutnya dan penulis akanaktif memantau terus untuk membuktikan premis ini.

DKM DAN KEPEDULIAN SOSIALSatu hal yang pasti, bahwa dengan reformasi birokrasi De-

partemen Keuangan sudah memberikan peningkatan take homepay pegawai DJBC. Suatu hal yang harus disikapi dengankebanggaan dan juga rasa syukur kepada Allah SWT. Setiapmuslim pasti meyakini dengan bersyukur Allah SWT akanmenambahkan nikmatNya. Di sisi lain, keyakinan akan adanyahak fakir miskin pada rejeki yang Allah SWT berikan buat kitaharus diimbangi dengan keaktifan untuk peduli dalam berbagibuat mereka.

Pertanyaannya, bisakah keinginan berbagi dari masing-ma-sing individu tersebut bersinergi dengan pembentukan citra posi-tif institusi? Bagaimana caranya? Jawabannya adalah sangat bi-sa sekali, yaitu melalui DKM itu sendiri. DKM harus mempunyaiunit organisasi yang akan mampu mendukung pelaksanaantugas pokok dan fungsinya atau mempunyai program kepedulianyang bisa diterapkan secara khusus untuk masing-masingkantor.

Mengadopsi konsep Corporate Social Responsibility (CSR)yang sedang dikembangkan saat ini oleh perusahaan swasta,DKM bisa merubah namanya menjadi Customs SocialRensposibility atau Bea Cukai Peduli (Customs Care). Apapunnamanya, dengan sedikit kelebihan yang kita punya saat ini,DKM harus mampu menjadi perantara individu-individu yangpeduli dan menyalurkannya semaksimal mungkin untukmewujudkan program-program kepedulian sosial di bidang-bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sebagaimana yangsaat ini dilakukan oleh DKM KPU Bea dan Cukai Tipe B Batamyang tengah menjalankan program KPU Batam Peduli denganberhasil mengajak hampir seluruh pegawainya untuk turut ber-partisipasi di dalamnya.

PENUTUPDemikian akhir dari tulisan ini dengan harapan semoga

rekan-rekan Bea dan Cukai di seluruh pelosok negeri ini dapatmemahami dan selanjutnya mampu menjadi pelopor terbentuk-nya DKM di kantornya masing-masing. Mudah-mudahan kedepan nanti, DKM benar-benar mampu menjadi sentra pembina-an dan pembentukan SDM Bea dan Cukai yang aktif menjadiagen perubahan dan juga mempunyai kepedulian sosial.Dengan demikian, citra positif DJBC secara linier dapat terbentuksecara nyata di semua unit kantor yang ada di seluruh pelosoknusantara, dan tidak hanya diwakili oleh KPU-KPU saja.

Semoga. Selamat Berjuang!

Referensi :1. Keputusan Ketua Yayasan Al Amanah Departemen Keuangan Nomor

142/KEP/YA/1994 tentang Pembentukan Panitia Pembangunan MasjidDalam Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

2. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-42/BC/2002tentang Pengelolaan Masjid Baitut Taqwa Kantor Pusat DirektoratJenderal Bea dan Cukai.

3. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-102/BC/2005 tentang Dewan Kemakmuran Masjid Di Lingkungan DirektoratJenderal Bea dan Cukai.

Penulis adalah Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan Idi Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam, sekaligus

Sekretaris Dewan Kemakmuran Masjid di KPU Bea Cukai Batamdan pernah menjadi Pengurus DKM Kantor Pusat DJBC

PERATURAN MENTERI KEUANGANPer Agustus 2008

No. P E R A T U R A N P E R I H A L

N o m o r Tanggal

1. 73/PMK.05/2008 9-05-08 Tata Cara Penatausahaan DanPenyusunan LaporanPertanggungjawaban BendaharaKementerian Negara/Lembaga/Kantor /Satuan Kerja.

2. 77/PMK.01/2008 23-05-08 Bantuan Hukum Di LingkunganDepartemen Keuangan.

3. 91/PMK.04/2008 23-05-08 Audit Cukai4. 94/PMK.011/2008 30-06-08 Modalitas Penurunan Tarif Bea

Masuk Dalam RangkaPersetujuan Antara RepublikIndonesia Dan Jepang MengenaiSuatu Kemitraan Ekonomi

5. 95/PMK.011/2008 30-06-08 Penetapan Tarif Bea MasukDalam Rangka PersetujuanAntara Republik Indonesia DanJepang Mengenai SuatuKemitraan Ekonomi.

6. 96/PMK.011/2008 30-06-08 Penetapan Tarif Bea MasukDengan Skema Liser SpecificDuty Free Scheme (USDFS)Dalam Rangka PersetujuanAntara Republik Indonesia DanJepang Mengenai SuatuKemitraan Ekonomi.

7. 97/PMK.01/2008 4-07-08 Layanan Pengadaan SecaraElektronik Departemen Keuangan.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIPer Agustus 2008

P E R A T U R A N

No. N o m o r Tanggal P E R I H A L

1. P-09/BC/2008 30-06-08 Tata Cara Pelayanan DanPengawasan Penggunaan TarifBea Masuk Dalam Rangka UserSpecific Duty Free Scheme(USDFS) BerdasarkanPersetujuan Antara RepublikIndonesia Dan Jepang MengenaiSuatu Kemitraan Ekonomi.

2 P-10/BC/2008 22-07-08 Penyediaan Dan PemesananPita Cukai Hasil Tembakau.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAIPer Agustus 2008

P E R A T U R A N P E R I H A L

No. N o m o r Tanggal

1 SE-26/BC/2008 30-06-08 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pe-netapan Tarif Bea Masuk DalamRangka Persetujuan antara Repub-lik Indonesia Dan Jepang MengenaiSuatu Kemitraan Ekonomi.

2 SE-27/BC/2008 7-07-08 Penegakan disiplin Kerja PegawaiDan Penggunaan Mesin AbsensiElektronik Di Lingkungan Direkto-rat Jenderal Bea dan Cukai.

3 SE-28/BC/2008 15-07-08 Pencabutan Surat Edaran DirekturJenderal Bea dan Cukai NomorSE-37/BC/2001 Tanggal 14Desember 2001 Tentang PetunjukPelaksanaan PemberianPekerjaan Sub Kontrak KepadaPDKB Lainnya Tanpa KewajibanMengembalikan Barang HasilPekerjaan Sub Kontrak.

4 SE-29/BC/2008 16-07-08 Penyesuaian Jam KerjaPelayanan Dan PengawasanKepabeanan Dan Cukai DenganJam Kerja Ketersediaan Listrik.

INFO PERATURAN

Page 51: Warta Bea Cukai Edisi 406

50 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

PAKET KIRIMAN LUAR NEGERIMELALUI KANTOR POSaya pernah bertugas di Pos Bea Cukai pada PT. DHL.Di PT. DHL setiap barang kiriman dari luar negerimereka buat PIBT-nya, dan setiap barang kirimanke luar negeri mereka buat PEB-nya (BC. 3.0).Artinya setiap Pegawai Pelaksana Administrasi (Pe-

tugas Jaga Pintu) tidak menanggung mutlak atas risikoyang mungkin akan terjadi pada setiap paket kiriman ke luarnegeri dan/atau paket kiriman dari luar negeri. Sebab PEBsetelah difiat ekspor terlebih dahulu oleh Korlak AdministrasiEkspor (Kepala Hanggar Ekspor) baru kemudian PelaksanaJaga Pintu menandatangani Persetujuan Ekspor, danbarang tersebut siap untuk diterbangkan ke luar negeri tuju-an ekspor. Begitu pula sebaliknya alur dokumen PIBT terha-dap barang kiriman dari luar negeri.

Sekarang saya bertugas di Pos Bea Cukai pada PT. (Perse-ro) Pos Indonesia. Terhadap barang kiriman dari luar negeriterlebih dahulu dicacah oleh Pelaksana Pemeriksa Bea Cukaidan disaksikan oleh Petugas dari PT. (Persero) Pos Indonesia,kemudian hasil pencacahan tersebut dituangkan di dalam Pen-cacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP), sebagaimanadiatur dalam SKB Dirjen Bea dan Cukai dan Dirjen Postel Tang-gal 20 Desember 1976 masing-masing Nomor : KEP-1661/DJBC/76 dan 42/Dirjen/1978.

Setelah itu PPKP ditandatangani oleh Korlak Adm. Impor(Ka. Hanggar Impor) dan Pelaksana Pemeriksa Bea dan Cukai,lalu lembar ke-2, 3, dan 4 diserahkan oleh Pelaksana Adminis-trasi (Petugas Jaga Pintu) kepada Petugas PT. (Persero) PosIndonesia untuk pengeluaran barang tersebut.

Terhadap barang kiriman ke luar negeri melalui PT. (Perse-ro) Pos Indonesia, si pengirim hanya mengisi form CN-23 yangmereka peroleh dari Petugas Loket PT. (Persero) Pos Indone-sia. Kemudian barang dan form CN-23 tersebut mereka bawake Pos Bea Cukai. Disini Pelaksana Administrasi (Petugas JagaPintu Bea Cukai) membubuhi stempel “INDONESIA CUTOMS”dan menuliskan tanggal pengiriman paket tersebut danditandatangani atau diparaf tanpa ada Fiat Ekspor dari KorlakAdm. Ekspor (Ka. Hanggar Ekspor) terlebih dahulu. Danterhadap barang tersebut dilakukan pemeriksaan secara selektifoleh Pelaksana Administrasi (Petugas Jaga Pintu).

Disini Pelaksana Administrasi (Petugas Jaga Pintu) bekerjasecara tunggal, artinya Petugas Jaga Pintu pasti menanggungrisiko yang mungkin akan terjadi terhadap paket kiriman terse-but, sebab hanya dia yang membubuhi tanda tangan di formCN-23. (Di Bea Cukai ada istilah untuk apa tanda tangan kalaubisa tidak karena akan meninggalkan bekas).

Pertanyaan saya adalah :1. Bagaimana perlakuan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

terhadap paket kiriman ke luar negeri melalui PT. (Persero)Pos Indonesia ?

2. Adakah ketentuan yang mengatur tata cara ekspor paketkiriman melalui PT. (Persero) Pos Indonesia ? Maksud sayasampai batas berapa kilogramkah berat paket tersebut yangdapat dilayani pengirimannya melalui PT. (Persero) Pos In-donesia, cukup hanya menggunakan form CN-23 saja atauharus menggunakan BC 3.0 (PEB) ? Sebab yang melaku-kan pengiriman tersebut bukan hanya orang awam saja,

tetapi juga perusahaan-perusahaan besar yang sudah ber-bentuk Perseroan Terbatas (PT).

3. Form CN-23 itu dokumen siapa? Direktorat Jenderal Bea Cu-kai atau PT. (Persero) Pos Indonesia ?

Terima kasih.Ishak Effendi

NIP. 060100884Pelaksana Adm. pada KPPBC Tipe A3 Medan

Tanggapan :

Perihal pertanyaan dari pembaca WBC perihal paket kirimanke luar negeri melalui Kantor Pos, disampaikan jawaban sebagaiberikut :

1. Terhadap barang ekspor yang dikirim melalui pos, dalambatas berat barang tidak melebihi 100 kg, dikecualikan darikewajiban mengajukan pemberitahuan pabean ekspor (PEB);

2. Untuk barang ekspor yang dikirim melalui pos dengan beratlebih dari 100 kg atau barang ekspor berupa cargo yangdikirim melalui PT. Pos Indonesia sesuai ketentuan yangberlaku dilakukan oleh PPJK Pos Indonesia. Dalam hal inipemberitahuan pabean ekspor/PEB dibuat oleh PT. PosIndonesia;Ketentuan tentang tata cara ekspor paket kiriman pos melaluiPT. Pos Indonesia (Persero) diatur dalam KeputusanBersama Direktur Jenderal Bea dan Cukai dengan DirekturJenderal Pos dan Telekomunikasi nomor : KEP-34/BC/2000dan KEP-41/DIRJEN/2000 tanggal 05 Juni 2000 tentangPenyelesaian Barang Impor atau Barang Ekspor yang DikirimMelalui Pos.

3. Form CN-23 adalah dokumen PT. Pos Indonesia (Persero).

4. Sehubungan dengan berubahnya status Perum Pos dan Giromenjadi PT. Pos Indonesia (Persero), saat ini kami sedangmembahas perubahan tatacara impor dan ekspor barang-barang melalui PT. Pos Indonesia (Persero) untuk disesuai-kan dengan peraturan perundang-undangan di bidang kepa-beanan dan pos yang berlaku.

BONUS BARANGSEBAGAI FREE OF CHARGE

Sebagai pembaca setia WBC, ijinkan saya mengajukan per-tanyaan sehubungan dengan aktifitas perusahaan kami PT.Green Planet Indonesia yang rutin melakukan impor pupuk maje-muk organik non subsidi.

Sebagaimana biasanya jika perusahaan kami mempunyairencana impor, maka dibuat Purchase Order (PO) ke supplier/eksportir, dan dilanjutkan dengan pengiriman Proforma Invoiceoleh supplier. Pernah satu kali, dengan maksud baik dari supplierpada Proforma Invoice ditambahkan barang sebagai bonus yangberhubungan dengan barang impor tersebut.

Pada invoice diberikan keterangan “no customs value”. Ka-mi katakan kepada supplier agar tidak perlu diberikan bonus,nanti akan bermasalah dengan pabean Indonesia.

KONSULTASIKEPABEANAN & CUKAISetiap surat pertanyaan yang masuk ke Redaksi Warta Bea Cukai baik melalui pos,fax ataupun e-mail, harus dilengkapi dengan identitas yang jelas dan benar. Redaksihanya akan memproses pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan menyebutkanidentitas dan alamat yang jelas dan benar. Dan sesuai permintaan, kami dapatmerahasiakan identitas anda. Redaksi

S

Page 52: Warta Bea Cukai Edisi 406

51WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ntuk tahun 2009, khususnya pada penyediaan danpemesanan pita cukai hasil tembakau, DJBCmengeluarkan kebijakan baru yang dituangkanmelalui Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukainomor P-10/BC/2008 tentang Penyediaan dan

pemesanan pita cukai hasil tembakau. Ada beberapaperbedaan yang cukup signifikan antara peraturan yang lamadengan baru, khususnya untuk penyediaan dan pemesananyang dilakukan oleh KPPBC Tipe Madya Cukai.

Agar kebijakan ini dapat berjalan dengan efefktif, makapada 25 Juli 2008, Direktorat Cukai menyelenggarakansosialisasi yang berlangsung di ruang Auditorium gedung BKP DJBC. Sosialisasi yang dibuka oleh Direktur Penerimaan

Pertanyaan saya adalah :1. Apakah pemberian bonus barang dan keterangan free of

charge dalam invoice, bisa membebaskan barang terse-but dari objek pajak oleh pejabat BC ?

2. Jika tidak, bagaimana ketentuannya agar bonus barangdapat bebas dari Pajak Dalam Rangka Impor ?

Demikian pertanyaan disampaikan, dengan maksudmendapatkan jawabannya. Terima Kasih

Irwan SusantioTembaga Dalam I No. L8B RT 02/03

Letjen Suprapto Jkt 10640

Tanggapan :

Perihal pertanyaan mengenai bonus barang sebagaiFree of Charge, disampaikan jawaban sebagai berikut :

1. Ketentuan nilai pabean atas barang free of charge ber-dasarkan Kep-81/BC/1999 tanggal 31 Desember 1999tentang Petunjuk Penetapan Nilai Pabean untuk Penghi-tungan Bea Masuk adalah sebagai berikut :a. Metode I tidak digunakan untuk menetapkan nilai

pabean apabila barang impor bukan merupakansubjek suatu penjualan untuk di ekspor ke daerahpabean;

b. Apabila barang impor bukan merupakan subjek darisuatu penjualan, berarti tidak terdapat nilai transaksisehingga barang impor yang bersangkutan tidak da-pat ditetapkan berdasarkan Metode I. Contoh barangimpor bukan merupakan subjek dari suatu penjualanantara lain yaitu barang yang dikirim dengan cuma-cuma, misalnya barang hadiah, barang promosi, ba-rang contoh (free of charge);

c. Apabila nilai pabean tidak dapat ditetapkan ber-dasarkan Metode I, maka nilai pabean ditetapkanberdasarkan Metode II s.d Metode VI sesuaihirarki.

2. Pertanyaan tentang apakah pemberian keterangan freeof charge bisa membebaskan barang tersebut dari objekpajak, disampaikan bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (1)UU Nomor 17 tahun 2006 dinyatakan bahwa barangyang dimasukkan ke dalam daerah pabean diperlakukansebagai barang impor dan terutang bea masuk.

3. Berdasarkan pasal tersebut kami berpendapatbahwa semua barang impor terutang bea masuk, ke-cuali atas barang-barang tertentu yang diatur tersen-diri, misalnya barang yang mendapatkan pembebas-an bea masuk atau barang kiriman atau barangpenumpang yang memenuhi kriteria untuk tidak dike-nakan bea masuk.

4. Dengan demikian, atas barang yang dipertanyakan,sepanjang tidak terdapat keputusan tentang pembebas-an bea masuk, maka atas barang tersebut dikenakanbea masuk dan PDRI. Adapun nilai pabeannya adalahdengan menggunakan Metode II s.d Metode VI sesuaihirarki.

Demikian disampaikan dan atas kerjasamanya kamiucapkan terima kasih.

Direktur Jenderalu.b.

Direktur Teknis Kepabeanan

Agung KuswandonoNIP 060079971

SOSIALISASIPENYEDIAAN DAN PEMESANANPITA CUKAI HASIL TEMBAKAU

Dengan kebijakan baru tentangpenyediaan dan pemesanan pita cukai

hasil tembakau yang baru ini,Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea

dan Cukai (KPPBC) dapat mengirim-kannya ke Kantor Pusat Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), melaludua cara, yaitu secara elektronik

bagi KPPBC yang sudah memiliki SistemAplikasi Cukai (SAC) sentralisasi,

dan manual bagi KPPBC yang belummemiliki sistem elektronik.

SOSIALISASI. Direktur Cukai yang didampingi oleh Direktur PPKC, saatmensosialisasikan kebijakan P-10/BC/2008 tentang penyediaan danpemesanan pita cukai hasil tembakau.

U

CUKAI

Page 53: Warta Bea Cukai Edisi 406

52 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai, Hanafi Usman, danDirektur Cukai, Frans Rupang, dihadiri oleh Kepala SeksiKepabeanan dan Cukai seluruh Indonesia.

Pada kata sambutannya Hanafi Usman menjelaskan, pe-mesanan dan penyediaan pita cukai untuk tahun 2009 harus-lah berjalan dengan efektif dan sesuai dengan target yangtelah ditentukan. Hal ini dikarenakan, kemungkinan mening-katnya kembali target penerimaan cukai tahun 2009 akan sa-ngat dipengaruhi dengan jumlah pemesanan pita cukai yangada.

LATAR BELAKANG DAN PERBEDAAN PADA KEBIJAKAN BARUSementara itu Frans Rupang dalam pemaparan tentang

P-10/BC/2008 menjelaskan, ada tiga hal yang melatarbelaka-ngi dikeluarkannya P-10/BC/2008, yaitu adanya pembentuk-kan KPPBC Tipe Madya Cukai, perlunya layanan unggulanpada KPPBC Tipe Madya Cukai melalui pengembangansistem aplikasi cukai sentralisasi, dan perlunya kepastian dantransparansi dalam pelayanan cukai.

“Dengan latar belakang tersebut, maka ada beberapa per-bedaan yang cukup mendasar antara P-10/BC/2008 denganperaturan sebelumnya P-31/BC/2007. Antara lain, diakomo-dirnya SAC sentralisasi yang saat ini baru digunakan olehKPPBC Tipe Madya Cukai Malang, penyederhanaan formatdokumen Permohonan Penyediaan Pita Cukai (P3C), Permo-honan Penyediaan Pita Cukai Tambahan (P3CT) dan P3CTijin Direktur Jenderal menjadi satu format dokumen denganbeberapa pilihan penggunaannya,” papar Frans Rupang.

Perbedaan lainnya dijelaskan juga oleh Frans Rupang,penghapusan rekapitulasi P3C yang pita cukainya disediakandi KPPBC (DP3C maupun DP3CT). Selanjutnya atas permo-honan penyediaan pita cukai baik yang disediakan KPPBCmaupun di kantor pusat menggunakan format P3C. Selain itu,ketentuan dalam P3C pengajuan tambahan ijin Direktur Jen-deral, yaitu diajukan setelah P3C pengajuan tambahan sam-pai dengan tanggal 25 bulan pengajuan CK-1, diajukan sekaliuntuk periode pengajuan yang sama, Direktur Jenderal dapatmenyetujui semua, sebagian atau menolak. Dan, penyeder-hanaan sistem dan prosedur terkait P3C di kantor pusat.

PEMESANAN SECARA ONLINETerkait dengan pemesanan online, saat ini DJBC juga

telah melakukan berbagai persia-pan, antara lain pemasanganjaringan untuk koneksi KP DJBCdan KPPBC, instalasi SACsentralisasi pada KP DJBC danKPPBC, dan pemilihan dan pela-tihan SDM terbaik dalam rangkapembentukan KPPBC Tipe Ma-dya Cukai. Sementara itu, untukKPPBC yang belum memiliki SACsentralisasi, dapat melaksanakantatacara penyediaan dan peme-sanan pita cukai secara manual.

“Untuk KPPBC yang pemesa-nan pita cukai masih secara ma-nual, DJBC tidak akan melibatkantim untuk mendampingi pelaksa-naan P-10/BC/2008, namun bagiKPPBC yang akan melakukantatacara penyediaan danpemesanan secara online, perluadanya suatu tim dari DirektoratCukai dan Direktorat IKC yangmendampingi pelaksanaan awal,sekaligus untuk melatih pemakai-an SAC sentralisasi,” kata FransRupang.

Adanya perbedaan baik pro-sedur maupun format penyediaandan pemesanan pita cukai pada

P-10/BC/2008 ini, diharapkan dari segi penerimaan dapatmeningkatkan penerimaan negara di bidang cukai melaluipeningkatan pelayanan prima kepada pengusaha, tetapi tetapmemperhatikan kepatuhan pengusaha pada peraturankhususnya di bidang cukai. Dari segi kemudahan pelayanankepada pengusaha, DJBC juga berharap dengan mengako-modir SAC sentralisasi yang memungkinkan informasi datadari KPPBC dapat secara online dan real time dengan KPDJBC.

Dari segi kemudahan, yang dapat dinikmati pengusahaantara lain, validasi data oleh sistem (untuk mengurangihuman error), tidak perlunya mengirimkan hard copy (khususP3C) ke KP DJBC, dan dengan sistem ini pengusaha jugadimungkinkan melihat status pelayanan seperti prosespermohonan penyediaan pita cukai dan persediaan pita cukaisecara real time.

“Dari segi kepatuhan pengusaha pada peraturan khusus-nya di bidang cukai, DJBC menegaskan beberapa hal yangmenjadi dasar untuk tidak melayani P3C dan CK-1, yaituNPPBKC dalam keadaan dibekukan, memiliki utang cukaiyang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan cukai, dansanksi administrasi berupa denda yang belum dibayar sam-pai dengan tanggal jatuh tempo, dan tidak melunasi biayapengganti penyediaan pita cukai dalam waktu yang ditetap-kan,” terang Frans Rupang.

Agar pelaksanaan P-10/BC/2008 ini dapat berjalandengan efektif, DJBC pun dalam waktu dekat ini akan mela-kukan sosialisasi kepada para pengguna jasa cukai, yangmateri sosialisasi akan langsung dijabarkan oleh KPPBC-KPPBC dimana pengusaha cukai tersebut berada. Karena,sasaran yang ingin dicapai DJBC dengan P-10/BC/2008 iniadalah, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat usaha,meningkatkan kepatuhan pengusaha terhadap peraturankhususnya di bidang cukai, dan efisiensi penyediaan danpemesanan pita cukai hasil tembakau.

“Selain itu, untuk kedepan ini DJBC juga masih akan me-nyampaikan peraturan-peraturan di bidang cukai baik kepadapegawai maupun pengusaha, karena ada beberapa peratur-an yang perlu dikaji ulang terkait pelayanan cukai untuk me-ningkatkan pelayanan kepada masyarakat usaha dan kepas-tian juga transparansi dalam pelayanan cukai,” tandas FransRupang.

SAC SENTRALISASI. Salah satu perbedaan antara kebijakan yang baru dengan yang lama adalah, dijalankannyasistem SAC sentraliasai untuk KPPBC Tipe Madya Cukai.

adi

CUKAIFOTO-FOTO WBC/ATS

Page 54: Warta Bea Cukai Edisi 406

53WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

ari perjalanan hidup kita, baik yang langsung kitaalami maupun dari menengok apa yang terjadi disekitar kita, kita akan temui betapa besarnyakerugian yang kita alami sebagai insan, keluarga,kelompok, organisasi, perusahaan sampai kantor

pemerintahan hanya karena kita tidak istikamah dalammemegang amanah tentang waktu (waqt dalam bahasa Arabatau time dalam bahasa Inggris).

Waktu ini memegang peran penting dalam hidup kita dialam sementara atau di dunia ini. Alquran dalam beberapaayat menyebut tentang waktu dalam berbagai kata atau wu-jud, misalnya Al Ashr dan Lailatul Qadr. Bahkan, meninggalatau mati yang tidak lain adalah dimensi waktu dijadikanmisteri milik Allah. Paling sedikit tiga dari Asmaa ul Husnaa(99 sifat istimewa Allah) terkait langsung dengan waktu yaituYa Mumiitu (Maha Mematikan), Ya Awwal, dan YaAakhir. Dalam ilmu fisika, waktu bersama ruangmerupakan besaran yang paling fundamentalyaitu tidak ada besaran lain yang ikut menentukankeduanya. Beda dengan energi, gaya dan kece-patan di mana besarannya ikut ditentukan olehwaktu dan ruang. Dalam pepatah kuno berbahasaInggris, kita kenal time is money.

Kelima rukun Islam menekankan pentingnyadisiplin waktu. Dalam hal waktu, puasa memilikisifat unik bila dibandingkan dengan keempat ru-kun Islam yang lain. Dalam dua kalimat syahadat,zakat, dan haji, waktu memang disebut namuntidak definitif. Dalam ibadah shalat, waktu sangatditekankan yaitu lakukanlah shalat segera setelahtiba waktunya yang ditandai dengan azan, pang-gilan shalat.

Dalam ibadah shaum, kita diingatkan akan ti-ga rukun puasa yaitu niat, imsak, dan zaman(atau waktu). Niat yang kita yakini betul sebagaimotivator dalam kita melaksanakan kegiatan,termasuk ibadah shaum. “Aku berniat berpuasabesok hari, melaksanakan fardu Ramadan tahun ini sebagaikewajibanku tahun ini dan semata-mata karena Allah.”Dalam lafal niat ini ditekankan betul pentingnya berniat ma-lam hari. Ini langkah latihan disiplin tingkat awal, yaitu meni-atkan shaum semalam sebelumnya.

Kemudian imsak atau mulai menahan diri dari hal-halyang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai terbenammatahari. Allah berfirman, “...makan minumlah hingga terangbagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”(Al Baqarah 2:187).

Rukun yang terakhir adalah zaman atau waktu. HadisRasulullah berikut memberi penjelasan tentang waktu. DariIbnu Umar, katanya, “Saya telah mendengar Nabi bersabdaapabila malam datang dan siang lenyap dan waktu berbukabagi orang yang berpuasa” (H.R. Bukhari-Muslim). Dalambeberapa kesempatan, Rasulullah bersabda agar dalammenjemput imsak, kita mesti mengikutinya sampai tiba saat-nya waktu imsak. Sementara untuk berbuka puasa, kita

dianjurkan melakukannya segera setelah terdengar azanMagrib. Ini yang membuat disiplin waktu dalam menjalankanibadah puasa berbeda dengan ibadah shalat.

Puasa yang merupakan latihan efektif untuk kita berlatihdisiplin waktu ini mendapat perhatian khusus dari Allah SWT.Puasa dijadikan begitu istimewa seperti difirmankan AllahSang Maha Mengetahui melalui hadis yang dituturkanRasulullah SAW, yaitu, “Segala amal ibadah anak Adamadalah miliknya kecuali puasa. Ia adalah untuk-Ku dan Akusendiri yang akan memberikan pahalanya” (H.R. Bukhari).

Jika ibadah sesuai dengan rukun Islam memiliki ukuranfisik melalui gerakan dan ucapan yang bisa diukur olehmanusia kualitasnya, ibadah puasa lebih dari sekadar fisik.Ada ukuran kualitas yang kuantifikasinya sepenuhnya adapada Allah SWT, seperti digambarkan hadis tersebut.

Dalam beberapa hadis memang ada upaya un-tuk menjelaskan betapa penting dan istimewanyapuasa di bulan Ramadhan ini. Misalnya, setiapibadah atau perbuatan baik yang dilakukan dibulan suci ini mendapat pahala berlipat. Bahkan,ada ulama dan guru-guru agama yang mencobamenguantifikasi pahala yang tentu semua inimengacu pada ayat dalam surat Lailatul Qadryang mengatakan bahwa bulan Ramadhan inilebih baik dari seribu bulan.

Keberhasilan dalam berdisiplin memenuhi ru-kun puasa, khususnya waktu ini membuat Muslimdan Muslimah yang menjalankan ibadah shaumberbahagia. Ada hadis yang menggambarkankegembiraan tersebut, yaitu, “Orang yang berpu-asa itu mempunyai dua macam kegembiraan,yang satu ialah ketika berbuka dan yang satu lagiketika ia bertemu dengan Tuhannya” (H.R. Bukha-ri-Muslim).

Dengan kepatuhan kita menjalankan puasayang bukan sekadar menahan lapar dan haus,insya Allah menjadikan kualitas hidup kita lebih

baik. Tidak ada lagi pemborosan waktu. Tidak ada lagiterlambat datang ke sekolah. Tidak ada lagi dosen terlambatmengumumkan hasil ujian. Tidak ada lagi istilah terlambatmasuk kerja. Tidak ada lagi keterlambatan memberi layananterbaik sesuai dengan amanah yang kita emban. BulanSyawal menjadi bulan baru dengan disiplin waktu yang lebihbaik. Namun demikian, kita semua adalah manusia yangtidak sempurna dan yang mudah lupa akan hal-hal baikyang telah kita pelajari. Itu sebabnya puasa sunah menjadiamanah kita yang selain untuk mengabdi dan membuatAllah SWT lebih menyayangi kita, juga sebagai ajang kitaterus melatih disiplin waktu. To learn dan to relearn menjadikebiasaan yang kita terus upayakan dan sempurnakan.

Umat Islam tidak lupa di hari akhir pada bulan suciRamadhan selain melafalkan hamdallah telah dapatmenunaikan ibadah shaum sebulan penuh, sering dansama-sama memanjatkan doa, “Ya Allah, izinkan kamibertemu Ramadhan sekali lagi. Amin.

Kusmayanto Kadiman/ Titian

“…PUASAYANG BUKAN

SEKADARMENAHAN

LAPAR DANHAUS, INSYA

ALLAHMENJADIKAN

KUALITASHIDUP KITA

LEBIH BAIK…”

D

Dalam salah satu khotbahnya, sebagaimana diceritakan Salman Al-Farisi,Rasulullah SAW berkata, “Dan ia (Ramadhan) adalah bulan yang awalnya

merupakan rahmat, pertengahannya merupakan ampunan, dan akhirnya sebagaipembebas dari api neraka” (H.R. Baihaqi dan Ibnu Khuzaimah).

PUASAAJANG UNTUK MELATIH DISIPLIN WAKTU

RENUNGAN ROHANI

Page 55: Warta Bea Cukai Edisi 406

54 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

onflik merupakan kata yang pada sebagian orang menim-bulkan interpretasi sedang terjadi perang dunia, sehinggamemerlukan tindak kekerasan atau penghindaran dengancara memindahkan diri dari area konflik. Sementara bagiorang lainnya merupakan kancah mengasah keterampilan

diri menghadapinya dengan kepala dingin tanpa kekerasan.Di Indonesia berbagai konflik terjadi, dan lebih banyak bernuansa

kekerasan. Kekerasan merupakan cikal bakal perlukaan baik fisikmaupun emosi dalam dendam kesumat yang tak pernah habisnya jikaterus diwariskan. Konflik bermula dari perbedaan. Indonesia sendiriterdiri dari banyak ragam budaya yang jelas berbeda dari Sabangsampai Merauke, dari kulit sawo matang gelap sampai kulit pualam,dari rambut lurus sampai keriting. Jika saja perbedaan ini tetap memi-cu konflik berdarah, maka keanekaragaman budaya dan individu akanpunah sia-sia.

Untuk tetap dapat bersanding dalam keanekaragaman, dalam ke-bhinekaan, maka diperlukan sikap bertoleransi. Kata toleransi hanyamuncul saat ada konflik, ketika orang dihadapkan pada tata nilai priba-dinya yang terusik oleh tata nilai pihak lain yang menurutnya berten-tangan dengan tata nilainya. Atau ketika pihak lain mengusik tata nilaidiri yang jelas bertentangan.

Didalam toleransi tidak ada unsur kekerasan, artinya relasi diluarkonflik tetap baik dan tidak ada kekerasan saat konflik. Untuk bertole-ransi diperlukan motivasi dari dalam diri untuk menjaga hubunganbaik, sekalipun dalam konflik, berakar dari sikap menghargai perbeda-an pada setiap individu dan hak perkembangan pikiran yang lain dari-

pada pikiran dirinya. Motivasi, karena ber-asal dari dalam diri individu tak dapat diukuroleh pihak manapun. Jadi kriteria toleransiadalah adanya konflik, tidak adanyakekerasan dan menerima kesamaan hak(BertelsmannGroup for Policy Research).

PENYEBAB INTOLERANSIManusia tidak secara alami berbekal

kepandaian untuk mengatasi intoleransi.Keterampilan mengatasi intoleransi dipe-lajari di sepanjang kehidupan melaluiinteraksi sosial. Mengubah pola pikir untukmenerima perbedaan secara rasional, tidakmenggunakan kekerasan, dengan menggu-nakan tatakrama.

Beberapa penyebab utama intoleransipada abad modern ini adalah: berubahatau putusnya hubungan relasi tradisional(hubungan kekeluargaan dan kekerabatan),perubahan pola orientasi yang cepat (gayahidup), kompleksitas masalah ekonomi dansosial (globalisasi), sangat cepatnya terjadiperubahan informasi (media)

Perubahan situasi sosial mendorongorang untuk berhadapan dengan rencanahidup, opini, dan sikap yang rentangperbedaannya luas sehingga menimbulkan

sikap ambivalensi, pada satu sisi mempertahankan nilai budaya,agama, dan etnisitas sementara disisi lain terdapat perbedaan standaretika, dan tata nilai yang saling berkompetisi sehingga berpotensimenimbulkan konflik.

Meningkatnya pluralisme di masyarakat membuat banyak orangmerasa tidak nyaman dan terancam. Pluralisme bukan hanyamemberi kesempatan orang untuk memilih apa yang dikehendakinya,tetapi juga membuat orang terpaksa memilih satu, sementaramenjemput suatu pilihan berarti menolak pilihan lainnya. Dampak dariproses ini adalah berbagai perasaan tidak nyaman, frustasi, tuntutanyang berlebihan dan stres.

Kompetisi yang kuat, membuat pola orientasi membentuk identitasdiri sering menerobos batas norma dan standar yang ada, seringkalipula sulit memantapkan identitas. Sedangkan untuk membuatsuasana nyaman tanpa kecurigaan, tidak bias dan mempunyai konsepdiri adalah kemantapan sebuah identitas.

MEMBANGUN TOLERANSISetiap orang tak mungkin menghindari bertemu, bergaul dan ber-

interaksi dengan orang lain, orang yang berbeda pendapat, keperca-yaan dan tata nilai. Dengan terus berinteraksi dalam kebhinekaan, ma-ka setiap orang memperoleh kesempatan belajar membentuk dirimenghadapi perbedaan secara rasional. Kesempatan belajar ini, yangtersedia bagi semua orang, pemanfaatannya sering dilakukan, sedikitdilakukan atau sama sekali tidak dilakukan. Perbedaan pemanfaatankesempatan belajar, juga membuahkan konsep diri dalam tataran yangberbeda. Pendidikan, pengasuhan dan peran model sangat diperlukanuntuk mendapatkan kesamaan persepsi pada keberagaman.

Dalam masyarakat yang bertoleransi, lebih sedikit kemungkinanorang mengalami ketakutan, ketidak berdayaan, permusuhan dankekerasan, keras kepala dan fanatisme. Toleransi akan menumbuhkan

RUANG INTERAKSI

Oleh: Ratna Sugeng

Untuk tetap dapat bersanding dalamkeanekaragaman, dalam kebhinekaan,maka diperlukan sikap bertoleransi.

K

Toleransi

Page 56: Warta Bea Cukai Edisi 406

55WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

kreativitas, suatu prasyarat penting untuk membangun diri danmengembangkan masyarakat yang nyaman. Karena itu adalahsangat penting orangtua mengajarkan perbedaan pada anak, dantidak mendogma melainkan membangunkan kesadaran atasrealitas dan berpikir jernih menghadapi setiap perbedaan sertamenyikapinya dengan penuh tanggung jawab tanpa kekerasan.Edukasi dan contoh peran memegang kunci utama pemahamanmenghadapi perbedaan.

MENGAJARKAN TOLERANSIToleransi tidak didapatkan secara alamiah, karena itu perlu

dipelajari dan diajarkan, lebih tepatnya dilatihkan. Setiap orangmempunyai persepsi atas apa yang ditangkap inderanya, karenaitu pelajaran membimbing mengenali perbedaan secara kompre-hensif dan bagaimana menghadapi dalam keseharian, baikmengarahkan emosi dan sikap ketika menghadapinya dan caramengendalikan diri ketika berhadapan dengan konflik, termasukmengalah tanpa merasa kalah.

Pengetahuan tentang toleransi meliputi melihat perbedaandan kesamaan, konsekuensi ketika bersikap menghadapi konflik,keuntungan dan hambatan dalam toleransi. Pembelajaran iniakan membawa individu kedalam keterampilan berdialog danberkomunikasi, memahami cara pandang dan keyakinan oranglain tanpa meluruhkan keyakinan diri sendiri, mampu menerapkanmodel menyelesaikan konflik secara demokratis dan konstruktif.

Prasyarat penyerapan optimal pembelajaran menghadapikonflik hanya diperoleh jika seseorang berkepribadian matang,intelegensi cukup (bukan retardasi mental*) dan sehat jiwa (tidakmengalami gangguan mental emosional berat**). Metode yangdianggap tepat dalam pembelajaran ini adalah memodelkanseseorang (biasanya orangtua dan tokoh masyarakat), edukasikreatif yang memungkinkan individu mengalami konflik danmenghadapinya, pengetahuan yang memadai dan tindakan ter-bimbing (artinya ketika menghadapi konflik ada seseorang yangdapat memahami dan bersama merencanakan jalan keluar).

Konsep pembelajaran toleransi meliputi menyiapkan individuuntuk dapat menerima salah paham sebagai hal lumrah,menanamkan pembentukan struktur dan menghadapkan individupada konflik spesifik dan merasakannya kemudian mendorong-nya untuk berkomunikasi sehingga terlatih mengendalikan emosi,sikap dan perilaku, mengajarkan melakukan solusi atas masalahdan meredakan gejolak emosi, mendorong individu untuk maudan mampu membicarakan perbedaan, mengubah opini danmampu bernegosiasi keluar dan kedalam diri.

Bernegosiasi dengan diri sendiri atas ketidak nyamanan aki-bat benturan tata nilai yang dihadirkan konflik merupakanpembelajaran yang menyita energi. Cara yang biasa digunakanadalah mengubah persepsi atas peristiwa yang dialami. Sebagaicontoh dalam pelatihan manajemen dimana hambatan diubahmenjadi tantangan, dan kegagalan sebagai sukses yang tertunda.

Dalam pembelajaran toleransi maka ada keseimbangan an-tara dukungan yang menentramkan hati dan penciptaan suasanaketidak pastian melalui langkah-langkah pendekatan sebagaiberikut : menyadarkan individu atas interpretasi yang dibuatnyadan pola tindakan yang diambilnya, mempertanyakan interpretasiyang dibuatnya dan pola tindakan yang diambilnya, menyajikanalternatif pola pikir-sikap dan tindakan ketika berhadapan dengankonflik tanpa melakukan tindak kekerasan, membuat ulang disainbaru yang memungkinkan individu melakukan tindakanmenghadapi konflik tanpa tindak kekerasan dan menghargai hak-hak orang lain.

Keterangan :*) retardasi mental adalah keterbelakangan mental yang biasanya

dibawa sejak lahir. Mereka mempunyai IQ dibawah rata-rata orangnormal sehingga tidak dimungkinkan untuk menganalisis kejadiandisekitarnya atau ucapan orang.

**) gangguan mental emosional berat adalah mereka yang jiwanya ter-belah antara dunia nyata dan tidak, sehingga seringkali mengacau-kan antara realita dan bukan realita.

Ratna Sugeng adalah seorang Psikiater,pertanyaan ataupun konsultasi bisa melalui [email protected]

DIASUH OLEH PARA DOKTERDI KLINIK KANTOR PUSAT DJBC

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

Anda BertanyaDokter Menjawab

RUANG KESEHATAN

erubahan dalam tubuh, seperti perubahan dalam darahmerupakan kejadian awal yang terjadi sebelum suatupenyakit menunjukkan gejala dan tanda-tandanya. Seba-gai contoh, seorang yang menderita diabetes mellitus(penyakit gula/ kencing manis) akan mengalami kenaikan

kadar gula dalam darah jauh sebelum menunjukkan gejala sepertisering mengalami kehausan, kehilangan berat badan dan lukayang susah sembuh. Kenaikan kadar kolesterol dan trigliserida(lemak dalam darah) juga dapat dideteksi beberapa tahun sebe-lum terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Kedua penyakit tersebut (jantung dan stroke) merupakanpenyakit dengan kejadian yang sering terjadi di zaman globalisasiini dan tanpa ada kata wasalam. Penyakit langsung merenggutjiwa dengan cepat. Sehingga sangat perlu dilakukan pencegah-an penyakit dengan pemeriksaan kesehatan secara berkala se-tahun sekali.

Pemeriksaan kesehatan memberikan informasi penting yangdilakukan dengan tes darah adalah :

1. Nilai dasarPemeriksaan kesehatan dapat memberikan nilai dan kondisikesehatan pada saat pemeriksaan dan sebagai perbandinganuntuk pemeriksaan di masa mendatang

2. Mencegah penyakitPemeriksaan kesehatan dapat mendeteksi secara dini penya-kit yang belum bergejala dan tidak disadari oleh seorangpenderita. Sebagai contoh : penyakit hepatitis B yang tidakmenimbulkan gejala sehingga tidak disadari oleh pende-rita. Seperti diketahui penyakit hepatitis B merupakan pe-nyakit yang menyerang sel-sel hati oleh virus yang dikemudi-an hari sekitar 10-20 tahun mendatang menjadi sel-sel hatimengeras dan menimbulkan keganasan pada hati sebagaikanker hati.Penyakit hepatitis ini hanya dapat dideteksi dini dengan pe-meriksaan darah Hbs Ag dan Anti Hbs Ag. Jika didapat Hbs Agyang positif secepatnya memberi tanda penderita harusdiberi pengobatan ke arah hepatitis B. Bila Hbs Ag negatif danAnti Hbs Ag negative sebaiknya secepatnya dilakukanimmunisasi dengan vaksin hepatitis B, sebagai perlindunganke arah hepatitis B.Bila Hbs Ag negatif dan Anti Hbs Ag positif menunjukkan tan-

Mengapa perlu dilakukan pemeriksaankesehatan ? Apakah anda pernah

mengalami hal berikut ? Anda menggigitsebuah apel yang kelihatan segar

hanya untuk mengetahui ternyata isinyabusuk. Sama seperti halnya apel

tersebut, Anda dan saya tidak dapatmengetahui kesehatan seorang

hanya dari penampakan luarnya saja.

PEMERIKSAANKESEHATAN

(Medical Check Up)

P

Page 57: Warta Bea Cukai Edisi 406

56 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

da baik sehingga sudah ada keamanan dalam tubuhnya.Bagi penderita yang dirawat, pemeriksaan kesehatan lebihlanjut diperlukan untuk mencegah komplikasi penyakit.

3. Kenyamanan hidupKarena kita mengetahui dengan pasti kondisi kesehatan saatini akan memberikan kenyamanan hidup kita. Pemeriksaankesehatan juga mendeteksi apakah tubuh kita denganaktivitas keseharian, pola makan dan gaya hidup kita sudahcukup baik untuk mendukung kesehatan hari ini dan di masamendatang.

Terdapat beberapa faktor resiko untuk terkena serangan jan-tung/ coroner atau stroke dibawah ini :1. Pria >35 tahun, wanita 40 tahun, yang memiliki riwayat

keluarga berpenyakit jantung yang memiliki riwayat keluargaberpenyakit jantung.

2. Tekanan darah tinggi (. 140/90 mmHg)3. Diabetes4. kolesterol tinggi (> 200 mg/dl)5. Riwayat pemakai/ pecandu kambuhan (perokok berat)6. Gaya hidup yang monoton (kurangnya latihan 3 kali dalam

seminggu)7. kelebihan berat badan 20 persen atau lebih8. stress karena pekerjaan

Segeralah melakukan pemeriksaan bila terdapat salah satu/lebih faktor resiko di atas. Terdapat beberapa test-test yang dapatdipilih untuk memberikan informasi kesehatan tubuh secara me-nyeluruh dalam sistim paket sehingga dapat dilaksanakan denganbiaya ekonomis.

l Profil Hematologi- Haemoglobin (Hb)- Laju Endap Darah (ESR)- Sel darah merah (RBC)- Sel darah putih (WBC)- MCU- MCH- MCHC- Trombosit (PLT)

- Gambaran darah tepi(DH Court)

l Fungsi Hati (liver)- SGOT (AST)- SGPT (ALT)- Total Protein- Albumin- Globulin- Total Bilirahim- Alkali propotase

Untuk paket sederhanacukup dengan SGOT,SGPT

l Fungsi Ginjal (kidney)- Umum- creatimin

l Profil Tulang danSendi

- Kalsium- Fosfat- Asam urat- Rheumatik factor

l Profil Lemak- Total kolesterol- Kolesterol HDL- Kolesterol LDL- Trigliserida

- Ratio total/ HDL

l Penyaringan Diabetes- Gula darah puasa (glucose)

l Urinalisa (urin rutin/ urin lengkap)Untuk mengetahui keadaan paru-paru dan jantung dilakukanthoraks foto dan ECg (ElectroCardiogram) serta treadmill.ECg dilakukan dalam keadaan berbaring untuk mengetahuikeadaan jantung dalam keadaan istirahat.Treadmill dilakukan dalam keadaan exercise untuk mengeta-hui keadaan jantung dan kebugaran seseorang.

Terdapat test-test tambahan lainnya yang dibutuhkan untukmengetahui lebih jelas kesehatan bagian tubuh lainnya atau ab-normalitas lainnya, antara lain :

l Penyakit menular : VDRL, Hepatitis A Antigen (Hbs Mg),Hepatitis B Antibodi (Anti Hbs Ag)

l Profil Tiroid : T4, TsHs

l Tumor marker (petanda tumor)- AFP (Tumor marker hati/ liver)- CEA (Tumor marker usus besar)- CA 19.9 (Tumor marker gastrointestiral)- CA 15.3 (Tumor marker ovari)- PSA (Tumor marker prostate)- NPC/ EBU (Tumor marker nasopharyngeal)

l Test pilihan lainnya- HA VigG : Secrening hepatitis A Antibodi- HIV : Secrening AIDS- Beta Crosslap : Tes resiko Osteoporosis- LS-CRP : Resiko penyakit jantung- H. Pyloni : Bakteri penyebab gangguan lambung- HBA IC : Bagi penderita diabetes

Ingatlah ! mencegah lebih baik daripada mengobati. Jagalahkesehatan anda mulai dari muda.

dr. Rosalinda Harahap Poliklinik Kantor Pusat JBC

RUANG KESEHATAN

Page 58: Warta Bea Cukai Edisi 406

57WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

alam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-63Kantor Wilayah DJBC Nanggroe Aceh Darussalam menye-lenggarakan kegiatan Pekan Olahraga. Panitia menetapkantema pekan olah raga tahun ini yaitu “Junjung Tinggi Sporti-fitas, Kekeluargaan dan Kebersamaan”. Tujuan dari tema

dan acara ini adalah untuk silaturahmi serta memupuk rasa kebersa-maan dan kekeluargaan diantara pegawai khususnya di lingkunganKanwil dan KPPBC-KPPBC di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam.

Rangkaian acara dimulai dengan upacara pembukaan secararesmi oleh Kepala Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam, IswanRamdana pada 9 Agustus 2008 bertempat di Stadion Lambhuk.Setelah itu diikuti foto bersama dan kemudian dilanjutkan dengan per-tandingan sepak bola. Adapun cabang olahraga yang dipertandingkanadalah: Sepakbola, Bola Voli, Tenis Meja dan Bulutangkis bertempatdi Lapangan Olahraga Kanwil DJBC NAD, serta Catur, Domino danpertandingan eksebisi Play Station Winning Eleven.

Kegiatan ini diikuti oleh lebih kurang 184 orang dari keluarga besarpegawai di lingkungan Kanwil DJBC Nanggroe Aceh Darussalam yangmeliputi : KPPBC Tipe A4 Sabang, KPPBC Tipe B Meulaboh, KPPBCTipe B Kuala Langsa, KPPBC Tipe A4 Lhokseumawe, KPPBC Tipe A4Banda Aceh dan Kantor Wilayah DJBC NAD. Suasana kebersamaanmakin terasa karena sebagian besar kegiatan dipusatkan di komplekrumah dinas kantor wilayah dan memanfaatkan fasilitas olah raga dikomplek rumah dinas kantor wilayah seperti Lapangan Bulutangkis,Voli, Tenis Meja, dan peserta dari luar Banda Aceh seperti Sabang,Meulaboh, Lhokseumawe, dan Langsa berbaur menjadi satu denganmenginap di rumah dinas dan mess kantor wilayah.

Rangkaian acara ditutup dengan mengadakan family gatheringdengan beberapa games kelompok di Pantai Ujung Batee, BandaAceh pada 10 Agustus 2008. Pada Pekan Olahraga tahun ini keluarsebagai juara umum kontingen dari Kanwil setelah berhasil merebutjuara I untuk cabang olahraga Bulutangkis, Bola Voli, Catur danDomino. Kemudian disusul KPPBC Tipe A4 Lhokseumawe sebagaiJuara II yang menang di cabang sepak bola dan tennis meja, danKPPBC Tipe B Meulaboh sebagai Juara III. Acara ditutup denganpemberian hadiah terhadap para juara di masing-masing cabang dankesan-pesan dari Kepala Kantor Wilayah untuk meningkatkan prestasibaik dalam olah raga dan pelaksanaan tugas-tugas di kantor masing-masing.

PEKANOLAHRAGA

DI LINGKUNGANKANWIL DJBC NANGGROE ACEH

DARUSSALAM (NAD)

POR. Pembukaan Pekan Olah Raga dilakukan oleh Kakanwil DJBC NAD, Iswan Ramdana (foto kiri) dan barisan kontingen peserta pekan olah raga dariKanwil dan KPPBC di NAD (foto kanan).

Tujuan dari tema dan acara ini adalahuntuk silaturahmi serta memupuk

rasa kebersamaan dan kekeluargaandiantara pegawai

D

moh firstananto j, sst, akPERTANDINGAN BOLA VOLI di lapangan voli komplek Rumah Dinas &Mess Kanwil DJBC NAD

PERISTIWA

Page 59: Warta Bea Cukai Edisi 406

58 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

pa kabar, udah lama tidak bertemu,” itulah kata-katayang terlontar dari para mantan pegawai DirektoratJenderal Bea dan Cukai ketika menghadiri acarasarasehan Pensiunan Bea dan Cukai yang berlangsungpada 30 Juli 2008 di Auditorium Gedung A Kantor Pusat

Jenderal Bea dan Cukai. Tawa lepas dan canda sesama mantan pe-gawai Bea Cukai menjadi pelepas rindu bagi para mantan pensiunan.

Selain itu juga terlihat pula kebanggaan dari para pensiunan ketikamelihat ada “adik”nya kini menduduki jabatan penting di DJBC sehing-ga pertemuan tersebut tidak hanya menjadi ajang reuni dengan temansejawat, tapi juga pertemuan dengan para “adik-adik” yang saat initengah bertugas. Berbagai pembicaraan menarik tidak jarang terjadibaik diantara para pensiunan maupun juga dengan para pegawaiyang masih aktif, termasuk perbincangan mengenai Bea Cukai yangmuncul di pemberitaan media masa.

Acara yang digagas oleh Paguyuban Purnawirawan Bea danCukai ini mendapat dukungan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,seperti daei Sekretariat DJBC, Poliklinik Bea dan Cukai dalam kegiatanpemeriksaan kesehatan secara gratis maupun juga majalah Warta

Bea Cukai, Warta Purnawirawan Bea dan Cukai sebagai media publi-kasi, Ikatan Ahli Kepabeanan Indonesia (IAKI) dan lain sebagainya.

Menurut ketua pelaksana sarasehan yang juga Pemimpin RedaksiWarta Purnawirawan Bea dan Cukai Fx. Suwito Marsam, pihaknyamerasa gembira dengan antusiasnya para pensiunan untuk mengha-diri acara tersebut, dimana diperkirakan 300 peserta hadir pada acaratersebut.”Acara ini bukan hanya untuk menjalin silaturahmi antarpensiunan,namun juga dengan para rekan-rekan yang masih aktif“lanjutnya.

Direktur Jenderal Bea dan Cukai Anwar Suprijadi yang ikut hadirturut merasa gembira atas terlaksananya acara tersebut. Tidak hanyaitu ia juga mengatakan, hubungan baik antara DJBC dengan parapensiunan memang harus terus terjalin dengan baik mengingat parapensiunan telah membangun dasar-dasar kepabeanan dan cukaiyang ada dan masih terus dijalankan hingga saat ini.

Dalam sambutannya Anwar juga menunjukkan perhatiannya ter-hadap kiprah para pensiunan Bea dan Cukai yang aktif pada beberapaacara kegiatan yang dilaksanakan oleh Paguyuban Pensiunan Beadan Cukai dimana DJBC bersedia turut membantu dalam hal pendata-an para pensiunan dan lain sebagainya dengan menunjuk KepalaBagian Umum DJBC untuk membantu pengembangan paguyubantersebut yang menurutnya telah menjadi program bersama antaraDJBC dengan Paguyuban Pensiunan Bea dan Cukai.

Untuk dapat terus berkembang ia menyarankan agar kedepannyaPaguyuban Pensiunan tidak hanya berkembang di Jakarta, namunjuga bisa berkembang di daerah lainnya, mengingat banyak para pen-siunan Bea dan Cukai yang bermukim di daerah.

Perhatian yang disampaikan Dirjen Bea dan Cukai AnwarSuprijadi terhadap keberadaan wadah pensiunan Bea dan Cukai men-dapat tanggapan positif dari Ketua Paguyuban Bea dan CukaiSoepardjo. Menurutnya perhatian tersebut dapat semakin memperko-koh silaturahmi antar pensiunan Bea dan Cukai dengan rekanpegawai yang masih aktif . Selain itu ia juga menyampaikan terimakasih kepada DJBC yang telah membantu penyelenggara acara sara-sehan tersebut sehingga dapat berjalan dengan sukses.

Penyelenggaraan acara silaturahmi tersebut tidak hanya melibatk-an para pensiunan Bea dan Cukai saja, namun juga melibatkan bebe-rapa pegawai DJBC yang masih aktif. Begitu pula dengan hiburanyang disajikan, tidak hanya diisi oleh para pensiunan juga, namun jugamelibatkan hiburan dari para pegawai maupun juga dari keluarga parapensiunan.

Acara yang dihadiri Dirjen Bea dan Cukai, pensiunan Bea dan Cu-kai serta mantan pejabat dilingkungan DJBC, juga dihadiri oleh bebe-rapa pejabat staff inti dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea danCukai seperti Direktur Cukai Frans Rupang, Tenaga Pengkaji BidangPengawasan dan penegakkan Hukum Kepabeanan dan Cukai Er-langga Mantik dan juga Inspektur Jenderal Bea dan Cukai Edy Setyo.

Acara silaturahmi tersebut ditutup dengan pemberian cende-ramata dari Direktur Jenderal Bea dan Cukai kepada 10 pensiun-an DJBC yang masuk dalam kategori senior.

PENSIUNAN BEA DAN CUKAI 2008

Paguyuban Pensiunan diharapkan tidakhanya berkembang di Jakarta, namun

juga bisa berkembang di daerah lainnya,mengingat banyak para pensiunan Beadan Cukai yang bermukim di daerah.

DIRJEN BEA DAN CUKAI BESERTA BEBERAPA STAFF INTI. Berfoto bersama dengan para pensiunan

SARASEHAN

PADUAN SUARA PENSIUNAN BEA DAN CUKAI yang terdiri dari para pensiunanturut memeriahkan acara sarasehan pensiunan Bea dan Cukai

“A

FOTO-FOTO WBC/ZAP

PERISTIWA

zap

Page 60: Warta Bea Cukai Edisi 406

59WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

al ini terlihat de-ngan ikut sertanyaratusan pesertadalam acara FunBike 2008 yang

pertama kali digelar di kotaini, yang diselenggarakanTarakan Cycling Club(TCC). Sambil mengusungtema “Stop Global War-ming”, acara TCC Fun Bikeberlangsung pada Minggu,20 Juli 2008 dengan meng-ambil start sekaligus finish diPasar Boom Panjang.Menempuh rute sepanjangkurang lebih 20 km, parapeserta memulai perjalanansepeda santai berkeliling ko-ta Tarakan pada pukul 7.00WITA dan berakhir satu se-tengah jam kemudian.

Banyaknya jumlah pe-serta diluar perkiraan pani-tia. Awalnya diharapkan ha-nya sekitar 300 peserta,namun tercatat hingga 527

peserta ikut bergabung dalam Fun Bike 2008. Hal ini dise-babkan selain tidak ada batasan umur dan bebas mengguna-kan sepeda jenis apapun, peserta juga tidak dipungut bayar-an untuk ikut acara ini alias gratis.

Pembina TCC sekaligus Kepala Kantor Pengawasan danPelayanan Bea Cukai (KPPBC) Tarakan, Heru Hariadi, menyata-kan kegembiraannya melihat antusias dan animo masyarakatkota Tarakan untuk turut bergabung. Rencananya, acara fun bikedi kota Tarakan bisa digelar setiap tahun, dan tahun depan diha-rapkan kegiatan ini lebih meriah lagi.

Tidak hanya masyarakat umum, acara fun bike ini jugadiikuti oleh pejabat Pemerintah Kota, unsur Muspida sertapejabat instansi lainnya. Diantaranya yang ikut mengayuhpedal sepeda pada pagi hari tersebut Walikota Tarakan HJusuf SK, Ketua DPRD Tarakan H Udin Hianggio, Kapolres,Komandan Kodim, Kajari, Kepala Lapas, Kepala Imigrasi,serta pejabat instansi pemerintah dan swasta lainnya.

“Tujuan saya agar sepeda ini bisa bermasyarakatlah.Bersepeda bukan sesuatu yang mahal. Murah, meriah, sehatdan bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” ujarHeru. Terbukti, salah satu peserta dan juga anggota TCCyang ikut dalam fun bike adalah seorang tukang tambal ban.

Menurut Heru, olahraga ini tidak perlu menggunakan sepedaberharga jutaan. Selain bermanfaat untuk kesehatan, bersepedamenjadi salah satu sarana penghematan BBM, yang tentunyaakan membantu mengurangi pemanasan global. Hal ini turut di-sadari pejabat pemerintah kota Tarakan. Dalam acara fun biketersebut, Walikota Tarakan menyarankan seluruh lapisan masya-rakat terutama Muspida dan aparatnya untuk mulai bersepeda kekantor minimal sebulan sekali.

Keberadaan TCC sendiri tidak lepas dari gagasan KepalaKPPBC Tarakan, Heru Hariadi, yang juga merupakan anggotaCustom Cycling Club (CCC). Kegiatan bersepeda yang tadinyahanya pada lingkup pegawai bea cukai Tarakan, kemudianberkembang luas hingga bergabung banyak unsur masyarakatdan pejabat pemerintah dari instansi lain sehingga kemudiandilebur menjadi satu nama, Tarakan Cycling Club (TCC). Secararutin anggota TCC bersepeda setiap minggu pagi.

Selain sebagai olahraga, lanjut Heru, bersepeda menjadisarana berkoordinasi dengan semua lapisan dari unsurMuspida maupun pemerintah kota, dan juga sebagai wujudkoordinasi bea cukai dengan masyarakat kota Tarakan. “Ber-sepeda adalah forum komunikasi yang baik”.

PARA PEJABAT yang ikut dalam acara Fun Bike 2008, dari kiri ke kanantampak Kepala KPPBC Heru Hariadi, Walikota Tarakan (memegangmic.), Ketua DPRD Tarakan, Komandan Kodim Tarakan, Kepala Lapas,dan Kepala Imigrasi Tarakan

TARAKANCYCLING CLUBPROMOSIKAN HIDUP SEHAT

DENGAN BERSEPEDAKegiatan bersepeda santai yang

menggabungkan unsur olahraga danhiburan ternyata sangat diminati

di kota Tarakan, Kalimantan Timur.

H

FUN BIKE 2008

ky

FOTO-FOTO : DOK. TCC

Page 61: Warta Bea Cukai Edisi 406

60 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

P R O F I L

ahir di Magelang pada 23 April 1969, Ambang Pri-yonggo merupakan anak bungsu dan satu-satunyapria dari lima bersaudara dari pasangan (Alm) NizamBurhanudin yang berprofesi jaksa dan Misjati yangseorang guru. Karena sang ayah telah tiada sejak ia

masih begitu kecil, ibunyalah yang praktis memegang peranutama dalam menjalankan kehidupan rumah tanggasekaligus proses pembentukan pribadi Ambang. “She’s themost inspiring person in my life”, kata Ambang tentang ibutercintanya.

“Dalam masa-masa sulit kami, ibu tampil sebagai pemim-pin keluarga yang tangguh dan tabah, bahkan masih mampumenjadi guru teladan, membuat grup drama anak-anak yangsering tampil di TVRI Yogya tapi sayangnya saya malah ndakpernah direkrut, menang dalam beberapa kali lomba menulis,dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.” Orang terpentinglainnya bagi Ambang kecil adalah sang kakek dari pihak ibuyang tinggal tak jauh dari rumahnya. Ia seorang pensiunanpolisi yang katanya tahan membaca dari pagi hingga malamsetiap harinya dan banyak memberi pelajaran hikmah asammanisnya kehidupan kepada Ambang.

Sebagai anak laki satu-satunya tentu saja Ambang sa-ngat disayang, terlebih oleh kakak-kakaknya yang semuaperempuan. Ambang mengingat, kakak-kakaknya seringberebut memandikan dan itu baru berhenti setelah ia disunat.“Sebenarnya saya malu sama teman-teman, tapi untuk mem-beri penghiburan saudara apa salahnya,” katanya berkilah.Kendati demikian, di banyak hal lain ia sebenarnya tidak ter-lalu diistimewakan. Ia sendiri sejak kecil menyadari keadaanmenuntut tanggung jawabnya untuk berbuat terbaik danmenjadi pemecah persoalan dalam keluarga yang dibilang-nya sangat demokratis itu.

Di sisi lain seluruh anggota keluarga sudah menaruh ke-percayaan yang tinggi kepada Ambang sejak ia masih kecil.Keputusan penting keluarga hampir selalu menunggupersetujuannya. Itulah mengapa Ambang senang merenungdan haus akan ilmu pengetahuan khususnya melalui memba-ca buku termasuk buku-buku berat bagi anak seusianya.

Kota kelahirannya Magelang memberi kesan masa kecilyang indah bagi diri Ambang. Ia mengalami kegembiraankanak-kanak seperti bermain di latar (lapangan) saat bulan

purnama, mencari ikan dan belut, berenang di sungai, bah-kan sampai ikut menggembala kerbau atau bebek segala disawah bersama teman-temannya. Baginya itu adalah penga-laman dan pelajaran berharga untuk tidak pernah melupakanbau purba lumpur sawah. “Menemani belajar malam hariwaktu kuliah di Los Angeles, saya suka bikin ubi panggang,sambil kadang ngingat kawan-kawan masa kecil yang tidakbisa nerusin sekolah”.

Lingkungan masa kecil di Magelang juga mendekatkan-nya pada kisah-kisah epos Pangeran Diponegoro, JenderalSoedirman, maupun tokoh fiksi Maesa Jenar. Saat liburan pu-asa, Ambang yang memang hobi beratnya membaca ini se-ring berkunjung ke perpustakaan Soedirman, dan selalu sajamenyempatkan melongok kamar Jenderal Soedirman wafat.

CITA-CITA SEBAGAI DIPLOMATAmbang kecil sempat dimasukkan ke TK, namun hanya

bertahan beberapa hari saja. Ia tak tahan dan drop-out. Olehibunya ia kemudian langsung dimasukkan SD, namun di ke-las 1, ia oleh gurunya tidak dinaikkan karena dianggap tidakmampu. Sebagai pendidik, ibunya tahu betul karakter dankapasitas Ambang yang juga ia didik sendiri di rumah. Iadiselamatkan dari guru yang digambarkan agak bengis itu kekelas 2 di sekolah lain dengan pemantauan lebih khusus dariibunya.

Ternyata ibunya benar, Ambang dapat melanjutkan seko-lah dengan lancar. Selanjutnya, praktis ibu dan kakak-kakak-nya tidak lagi banyak campur tangan urusan belajar hinggaurusan mencari sekolah. Ambang diberi kepercayaan penuhuntuk menentukannya sendiri. Bahkan ketika nilai rapornyakurang bagus, mereka tidak pernah mempermasalahkan.Kata ibunya, yang penting jadi manusia ilmu, nilai hanyaukuran di sekolah. Tapi tetap saja Ambang ditantang untukmembuktikan setiap menjelang naik jenjang pendidikan. “SD-mu sudah Negeri 1, usahakan sekolah-mu negeri terus danbernomor 1, kalau tidak, apa kata orang-orang yang terlanjurmelihatmu anak pintar,” begitu kata-kata ajaib ibunya, yangterus diulang hingga Ambang mau kuliah. “Alhamdulillah,saya selalu dapat memenuhi harapan dan tantangan itu,” tu-kas Ambang.

Sejak kecil Ambang bercita-cita menjadi diplomat, cita-citaini tumbuh karena kegemarannya membaca dan berdebat.Tapi ia juga terobsesi menjadi guru atau pendidik karenaterinspirasi ibunya yang serba bisa dan guru di kampung itusangat terhormat. Lulus SMAN 1 Magelang tahun 1987,Ambang akhirnya memutuskan untuk kuliah di Jurusan IlmuHubungan Internasional, Universitas Gadjah MadaYogyakarta, untuk menggapai cita-citanya menjadi diplomat.

Di kota pelajar inilah Ambang menemukan tempatnyauntuk mengembangkan kapasitas intelektualnya. Minatnyameluas hingga ke masalah agama, sastra dan filsafat. Ditempat kuliahnya sendiri ia merasa beruntung diajar olehbanyak dosen berkelas seperti Amien Rais, Yahya Muhaimindan orang-orang muda pintar seperti Anggito Abimanyu.Baginya, Yogyakarta adalah persemaian dan ibukota hati.

MENJADI WARTAWANMenjelang lulus wisuda digambarkan sebagai saat yang

berat bagi Ambang, karena ia harus meninggalkan kota ter-cintanya untuk melanjutkan cita-cita menjadi diplomat.Kebetulan waktu pulang ke Magelang, ia membaca lamaranjadi wartawan koran Suara Karya. Sambil menunggu wisudaia ikut serangkain tes menjadi wartawan yang dipikirnya se-bagai jembatan yang berharga untuk mengembangkan pe-ngetahuan dan pengalaman praktis. Apalagi Ambangmemang punya hobi menulis di surat kabar sebelumnya.

Diterima sebagai reporter di surat kabar Suara Karya ta-hun 1994, membuat Ambang harus meninggalkan Yogyakartadan hijrah ke Jakarta. Ambang mengakui menjadi wartawanmembuatnya paham akan banyak hal, karena sebagai seo-rang jurnalis ia mendapat kesempatan untuk meliput berbagaihal dari sidang DPR hingga perkampungan kumuh, bahkan

60 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

AMBANG PRIYONGGOKEPALA BIDANG P2 KANWIL JAWA TENGAH

JALANIHIDUP

SEBAGAISUATU

TOTALITASKeinginannya untuk berbuat yang

terbaik dalam segala hal ia jalani denganselalu memperkaya diri dengan ilmu

pengetahuan dan berserah diri kepadaAllah - Tuhan Yang Maha Sutradara.

L

Page 62: Warta Bea Cukai Edisi 406

61WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008 61WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Page 63: Warta Bea Cukai Edisi 406

62 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

P R O F I L

kamar mayat. Bukan cuma itu, sebagai wartawan ia akhirnyadapat mengetahui segala kegiatan yang ada di Deplu, karenaia sempat menjadi wartawan yang diposkan di Deplu.

“Dunia wartawan memang cukup menyenangkan, dan di-sini saya merasa sebagai seorang yang bebas. Disini jugasaya bisa banyak mengenal banyak orang, mulai dari menterihingga ke pejabat-pejabat lainnya, makan satu meja denganmenteri pun saya sudah merasakannya saat itu, namun sayaberprinsip dunia jurnalistik harus saya akhiri karena saya me-miliki cita-cita yang sesungguhnya,” tuturnya.

Tepat satu setengah tahun menjadi wartawan, Ambangmenerima pengumuman diterima di Deplu. Di saat yanghampir bersamaan ia juga diterima di Departemen Keuangan,di sebuah universitas sebagai dosen, dan beberapa surat ka-bar lain dan media elektronik. Ambang harus segera memu-tuskan jalan hidupnya selanjutnya dan ini dirasakannyasangat sulit. Pintu gerbang menjadi diplomat sudah terbuka,menjadi wartawan juga mengasyikkan, juga dosen. Tapi men-jadi pegawai Bea cukai sama sekali tidak pernah ia bayang-kan. Pada saat sulit dan menentukan, ia selalu memohonpetunjuk dari Allah. “Saya sudah shalat minta petunjuk, tapikok rasanya dikembalikan lagi ke saya. Kemudian adapetunjuk-petunjuk lain kok anehnya malah mengarah ke BeaCukai.” jelas Ambang.

“Akhirnya di waktu yang telah saya tentukan, saya akanberangkat dari kos di Mampang sambil berzikir, dan takterasa saya menyeberang jalan Tendean yang dilewati bus keRawamangun. Ya sudah, apapun keputusan ini saya anggapatas petunjuk dari Allah,” lanjutnya.

AWAL KARIER DI DJBCBergabung dengan DJBC pada 1996, ada satu hal yang

menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Ambang yaitu saatharus mengikuti pendidikan kesamaptaan. Bagi Ambang,saat itu semua pekerjaan tidak beda dengan dunia jurnalistik,dimana segala sesuatunya dapat diatur oleh diri sendiri tanpaada kekangan dari pihak luar. Ternyata di DJBC tidakdemikian, segala sesuatu harus dijalankan dengan disiplindan mentaati ketentuaan yang ada layaknya di dunia militer.

“Begitu saya akan mengikuti samapta, saya datang agakterlambat karena harus menyelesaikan pekerjaan saya dimedia dan memang pembukaan masih hari besoknya. Atasketerlambatan itu saya mendapat pukulan 3 kali dari pelatihasal Kopassus.” Pengalaman seperti ini sangat berharga bagiAmbang untuk mengolah perubahan-perubahan ekstrim.

Selesai mengikuti kesamaptaan, masih di tahun 1996 pe-nempatan pertama Ambang adalah Bagian Hubungan Inter-nasional (Hubint-sekarang Dit.Kepabeanan Internasional).Disini Ambang kembali mengalami pergolakan hidup karena

ia yang memiliki cita-cita sebagai diplomat kini ditempatkan ditempat dengan lingkup yang jauh lebih sempit. Ini membuatia mengolah batin, ekspektasi, mental, dan harapan yangkemudian dijadikannya sebagai pelajaran hidup yang sangatberarti.

Pengalaman paling berharga menjadi pelaksana di Hubintadalah saat DJBC menjadi tuan rumah ASEAN DG Meetingdi Ancol, Jakarta. Sebagai tuan rumah, ia tidak mau panitiakelihatan tidak profesional. “Sewaktu ada acara golf para dir-jen di daerah Bogor ternyata tidak ada anggota panitia yangmengantar perjalanan ke lokasi. Saya ambil alih, saya pasti-kan ke para sopir khususnya sopir mobil saya yang di posisidepan bahwa mereka tahu tempatnya. Ternyata di perjalanansopir di mobil saya tidak begitu yakin, hanya diberi ancar-ancar. Ya saya berzikir saja, alat bantu saya untuk memantaudua mobil para tamu di belakang hanya spion. Alhamdulillah,dari berpuluh-puluh persimpangan saya dapat memutuskanarah yang tepat hingga sampai tujuan.”

Dua tahun di Hubungan Internasional, tahun 1998 Am-bang mendapat promosi sebagai Kepala Subseksi Informasipada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Batam. DiBatam kembali ia mendapatkan banyak pengalaman dibidang pengawasan termasuk di lokasi-lokasi yang agakrawan di malam hari.

Saat menjalankan tugas sebagai Kasubsi Informasi, Am-bang yang menerima pengumuman lolos tes kuliah di luarnegeri, pada tahun 2000 akhirnya Ambang berangkat keAmerika untuk melanjutkan kuliah S2 di University of South-ern California, Los Angeles mengambil jurusan Public Admi-nistration.

“Saya memang dasarnya senang belajar, tapi untuk me-lanjutkan S2 ini, saya hanya memiliki waktu 16 bulan untukmenyelesaikan kuliah S-2nya dari normalnya 2 tahun, hal inidikarenakan gelombang penerimaan angkatan saya adalahgelombang terakhir dari hutang Bank Dunia. Untuk itu sayabelajar mati-matian apalagi terpaksa jumlah mata kuliah yangdiambil lebih banyak agar bisa lulus lebih awal.” katanya.

Di Amerika selain harus menyelesaikan kuliah lebih cepat,tantangan lainnya adalah ketika ia memperkenalkan diri dari

FOTO KELUARGA - Kebahagian tak perlu banyak syarat

BERSAMA ABK kapal di Karang Unarang, Blok Ambalat, Kaltim.

62 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

FOTO-FOTO DOK. PRIBADI

Page 64: Warta Bea Cukai Edisi 406

63WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

Indonesia dan disambut cemoohan dari mahasiswa Amerika.Disinilah Ambang merasa terusik harga dirinya sebagai ma-hasiswa Indonesia. “Saya melawannya dengan membuktikankepada mereka bahwa orang Indonesia mampu, merekaakhirnya menerima saya. Alhamdulillah saya termasuklulusan tercepat dan tanpa saya minta seorang profesor sayamemberi surat rekomendasi untuk melanjutkan ke jenjangdoktor,” kata Ambang sambil segera mengutip syair the Rol-ling Stones:”You can’t always get what you want!”.

IKUT MERANCANG ASEAN SINGLE WINDOWSelesai kuliah tahun 2001, tahun 2002 Ambang menda-

patkan promosi sebagai Kepala Seksi ASEM pada DirektoratKepabeanan Internasional. Disini Ambang terlibat penye-lenggaraan kegiatan seminar dan pertemuan Asem WorkingGroup Meeting. Selain itu secara fungsional ia jugamengerjakan tugas Seksi APEC sambil aktif di berbagai tim diKP DJBC. Tahun 2004 Ambang mutasi pindah meja menjadiKasi Asean. Di sini ia sangat sering ditugaskan ke luar negerisebagai delegasi mewakili Indonesia untuk acara sidang danseminar. Di antara yang penting adalah pertemuan-pertemu-an awal pembentukan ASEAN Single Window. “Naluridiplomat saya tertantang di sini, saya dituntut untuk dapatmerepresentasikan kepentingan Bea Cukai sekaligus harusdapat mengemas hasil-hasil pertemuan internasionaltermasuk Single Window dalam laporan sehingga mendapatperhatian dan ditindaklanjuti hingga dapat diimplementasi-kan,” jelasnya.

Awal tahun 2006, Ambang dimutasi sebagai Kepala SeksiPencegahan II Direktorat Penindakan dan Penyidikan (P2)Kantor Pusat DJBC. Dengan pengalaman di Batam danpengalaman di internasional, ia pun berusaha menjalankantugasnya dengan sebaik mungkin. Masih di tahun 2006 iakembali mendapat mutasi sebagai Kepala Seksi Pencegahandan Penindakan pada KPPBC Tanjung Mas. Kalau di KantorPusat ia lebih banyak berkecimpung di wilayah strategis, diSemarang ia melaksanakan tugas pengawasan yang sifatnyataktis-operasional, yang harus diselesaikan secara cepat dantepat.

“Saya berprinsip bea cukai adalah tunggal, hanya saja adapembagian tugasnya, karena sebelumnya saya di P2 pusat,maka di Semarang saya melihat P2 Semarang adalah bagiandari bea cukai yang secara utuh, untuk itu saya berprinsipkita harus satu visi, jadi tidak ada istilah P2 Kantor Pelayananberbeda dengan P2 Kantor Wilayah (Kanwil), dan berbeda de-ngan P2 Kantor Pusat. Mungkin pada awal-awal saya sering dili-hat seperti P2 pusat, namun dengan berjalannya waktu akhirnyapemikiran saya makin banyak dipahami banyak orang,” tuturnya.

Tujuh bulan sebagai Kepala Seksi P2 KPPBC TanjungMas, Agustus tahun 2007 Ambang mendapatkan promosisebagai Kepala Bidang P2 pada Kantor Wilayah (Kanwil)Kalimantan Bagian Timur.”Disini posisi saya adalah posisitengah, artinya saya harus dapat menyampaikan misi Pusatdengan Kanwil, dan misi Kanwil dengan Pelayanan. Disinipun fokus pekerjaannya berbeda dengan wilayah Jawa yangcenderung lengkap segala kegiatan, di Kalimantan Timurlebih terfokus pada barang-barang fasilitas dan patroli laut.

Satu tahun di Kalimantan Timur, tahun 2008 ini Ambangmendapatkan mutasi sebagai Kepala Bidang P2 Kanwil JawaTengah. “Di Jawa Tengah ini saya akan berusahamenjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan mendukungprogram reformasi yang kini dijalankan oleh DJBC, sehinggainstitusi ini dapat lebih beramanah dan citranya dapat lebihbaik lagi,” ujarnya.

MENYELAMI HIDUP DENGAN BERSERAH DIRISuami dari Yulita. S.AG yang asli Bukittinggi dan ayah

dari Aulia N. Priyonggo (9) dan Insyira Rahmi Priyonggo (2),kendati mendapat ujian dari Tuhan karena anak pertamanyamenderita autis, menganggap semua ini sebagai rahmat dansumber hikmah yang diberikan oleh Tuhan. Ia pun merasabangga dengan istrinya yang alumnus IAIN Imam Bonjol danmantan aktifis PB HMI ini karena kesabarannya yang ia iba-ratkan seluas lautan dan begitu besar jasanya dalam meng-asuh anak-anaknya khususnya kepada putra pertamanyayang menderita autis.

“Meski merasa prihatin, alhamdulillah kami tetap merasaikhlas dan bersyukur dan relatif sangat bahagia. Kami belajaruntuk lebih memperhatikan hal-hal yang hakiki, menyikapihidup sebagai suatu totalitas perjuangan sebagai mahlukAllah bernama manusia. Spektrum kehidupan itu begitu luas,karena itu saya melihat kehidupan saya di bea cukai hanya-lah salah satu facet dari bangunan hidup sebagai manusia,jadinya saya enteng, nothing to loose, gak perlu nyari atautakut kehilangan jabatan atau posisi. Persoalannya justrukalau kita nggak bisa amanah,” tuturnya.

Dengan keikhlasan hati dalam menjalankan hidup ini,Ambang akan selalu siap untuk ditempatkan dimana saja,karena dengan keikhlasan hati pastinya kebahagiaan akantercapai. Segala harapan tentang jabatan adalah hal tabudalam dirinya, bagi Ambang jabatan tidak perlu dikejar, kare-na jika sudah waktu pastinya akan datang juga.

Satu hal yang juga mengilhaminya hingga kini adalah,doa dari ibunda yang merupakan pendorong dalamhidupnya, hal ini menjadi bukti bagi dirinya karena berkat doaibunyalah ia dapat menjadi seperti sekarang ini, dan ini akantetap dipertahankan demi kemajuan DJBC untuk menujukeprofesionalan tugas yang diembannya selama ini.

MENDAMPINGI KAKANWIL meninjau pembenahan pelabuhan Tunon Takadi Nunukan.

AMBANG saat menghadiri salah satu pertemuan internasional di Tokyo,Jepang

63WARTA BEA CUKAIEDISI 406 SEPTEMBER 2008

adi

Page 65: Warta Bea Cukai Edisi 406

64 WARTA BEA CUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

PT. TIRTAMAS MEGAHCabang Kediri

CV. TOP TEN TOBACCOTAJIMAS

Kantor PusatJl. Ngrangkah Sepawon Rt/Rw. 01/01

Dsn. Bangunrejo Ds. Pranggang,Kec. Plosoklaten Kab. Kediri

JAWA TIMURTelp +62354 392580Fax +62354 397424

P E R U S A H A A N R O K O K

PT. SEMANGGIMAS – SEJAHTERADs. Jongbiru – Kec. Gampengrejo

Kediri - Telp. (0354) 689151

Relasi & Mitra Kerja Direktorat Jenderal Bea dan CukaiMengucapkan Selamat Atas :

I M P L E M E N T A S IKPPBC MADYA CUKAI KEDIRIKPPBC MADYA CUKAI KEDIRI

Page 66: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

PERATURAN MENTERI KEUANGANNOMOR 84/PMK.07/2008

TENTANGPENGGUNAAN DANA BAGI HASIL

CUKAI HASIL TEMBAKAUDAN SANKSI ATAS

PENYALAHGUNAAN ALOKASIDANA BAGI HASIL

CUKAI HASIL TEMBAKAU

MENTERI KEUANGAN, Menimbang :a. bahwa berdasarkan Pasal 66A ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-UndangNomor 39 Tahun 2007, diatur ketentuan mengenai penggunaan dana bagihasil cukai hasil tembakau;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana, dimaksud dalam huruf adan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 66D ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubahdengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, perlu menetapkanPeraturan Menteri Keuangan tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil CukaiHasil Tembakau dan Sanksi atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi HasilCukai Hasil Tembakau;

Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4755);

2. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :Menetapkan :PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGGUNAAN DANA BAGIHASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN SANKSI ATAS PENYALAHGUNAANALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1(1) Dana bagi hasil cukai hasil tembakau dialokasikan dalam undang-undang

mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan perubahannya.

1

Page 67: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(2) Alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksudpada ayat (1) kepada daerah provinsi/kabupaten/kota ditetapkan olehMenteri Keuangan dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

Pasal 2(1) Penggunaan dana bagi hasil cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 66A ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentangCukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun2007, digunakan untuk mendanai kegiatan:a. peningkatan kualitas bahan baku;b. pembinaan industri;c. pembinaan lingkungan sosial;d. sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/ataue. pemberantasan barang kena cukai ilegal.

(2) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,mendorong, dan melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud padaayat (1) sesuai dengan prioritas dan karakteristik daerah masing-masing.

BAB IIPENGGUNAAN DANA BAGI HASIL

CUKAIHASIL TEMBAKAU

Bagian KesatuPeningkatan Kualitas Bahan Baku

Pasal 3(1) Peningkatan kualitas bahan baku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) huruf a digunakan untuk peningkatan kualitas bahan baku industrihasil tembakau yang meliputi:a. standardisasi kualitas bahan baku;b. pembudidayaan bahan baku dengan kadar nikotin rendah;c. pengembangan sarana laboratorium uji dan pengembangan metode

pengujian;d. penanganan panen dan pascapanen bahan baku; dan/ataue. penguatan kelembagaan kelompok petani bahan baku untuk industri

hasil tembakau.(2) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,

mendorong, dan melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas bahan bakusebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dankarakteristik daerah masing-masing.

Bagian Kedua

Pembinaan Industri

Pasal 4(1) Pembinaan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b

digunakan untuk pembinaan industri hasil tembakau yang meliputi:

2

Page 68: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

a. pendataan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau (registrasimesin/peralatan mesin) dan memberikan tanda khusus;

b. penerapan ketentuan terkait Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI);c. pembentukan kawasan industri hasil tembakau;d. pemetaan industri hasil tembakau;e. kemitraan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan usaha besar dalam

pengadaan bahan baku;f. penguatan kelembagaan asosiasi industri hasil tembakau; dan/ataug. pengembangan industri hasil tembakau dengan kadar tar dan

nikotin rendah melalui penerapan Good Manufacturing Practises(GMP).

(2) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,mendorong, dan melaksanakan kegiatan pembinaan industri sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dan karakteristik daerahmasing-masing.

Pasal 5Pendataan mesin/peralatan mesin produksi (registrasi mesin/peralatanmesin) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya mencakup data:a. jumlah mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau di setiap pabrik

atau tempat lainnya;b. identitas mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau (merek, type,

kapasitas, asal negara pembuat);c. identitas kepemilikan mesin/peralatan mesin produksi hasil tembakau;

dand. perpindahan kepemilikan mesin/peralatan mesin produksi hasil

tembakau.

Pasal 6(1) Pemetaan industri hasil tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

ayat (1) huruf d merupakan bagian dari pembinaan industri berupa kegiatanpengumpulan data yang berkaitan dengan industri hasil tembakau di suatudaerah.

(2) Pemetaan industri hasil tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1),sekurang-kurangnya meliputi:a. nama pabrik, Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC),

dan nomor izin usaha industri;b. lokasi/alamat pabrik (jalan/desa, kota/kabupaten, dan provinsi);c. realisasi produksi;d. jumlah tenaga kerja linting/ giling, tenaga kerja pengemasan, dan

tenaga kerja lainnya;e. realisasi pembayaran cukai;f. wilayah pemasaran;g. jumlah, merek, type, dan kapasitas mesin/peralatan mesin produksi

hasil tembakau;

3

Page 69: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

h. jumlah alat linting; dani. asal daerah bahan baku (tembakau dan cengkih).

(3) Gubernur/bupati/walikota harus menyusun, mengadministrasikan, danmemutakhirkan database industri hasil tembakau.

Bagian KetigaPembinaan Lingkungan Sosial

Pasal 7(1) Pembinaan lingkungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

ayat (1) huruf c meliputi :a. pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di

lingkungan industri hasil tembakau dan/atau daerah penghasilbahan baku industri hasil tembakau;

b. penerapan manajemen limbah industri hasil tembakau yangmengacu kepada Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL);

c. penetapan kawasan tanpa asap rokok dan pengadaan tempatkhusus untuk merokok di tempat umum; dan/ atau

d. peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan penyediaan fasilitasperawatan kesehatan bagi penderita akibat dampak asap rokok.

(2) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,mendorong, dan melaksanakan kegiatan pembinaan lingkungan sosialsebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan prioritas dankarakteristik daerah masing-masing.

Bagian KeempatSosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai

Pasal 8(1) Sosialisasi ketentuan di bidang cukai sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ayat (1) huruf d merupakan kegiatan menyampaikan ketentuandi bidang cukai kepada masyarakat yang bertujuan agar masyarakatmengetahui, memahami, dan mematuhi ketentuan di bidang cukai.

(2) Sosialisasi ketentuan di bidang cukai dilaksanakan dalam periodetertentu dan/atau secara insidentil.

(3) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,mendorong dan melaksanakan kegiatan sosialisasi ketentuan dibidang cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Bagian KelimaPemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal

Pasal 9(1) Pemberantasan barang kena cukai ilegal sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) huruf e meliputi :

4

Page 70: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

a. pengumpulan informasi hasil tembakau yang dilekati pita cukaipalsu di peredaran atau tempat penjualan eceran;

b. pengumpulan informasi hasil tembakau yang tidak dilekati pitacukai di peredaran atau tempat penjualan eceran; dan

c. pengumpulan informasi barang kena cukai berupa etil alkohol danminuman mengandung etil alkohol yang ilegal di peredaran atautempat penjualan eceran.

(2) Dalam hal pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditemukan indikasi adanya hasil tembakau yang dilekatipita cukai palsu, hasil tembakau yang tidak dilekati pita cukai, atau etilalkohol dan minuman mengandung etil alkohol yang ilegal diperedaran atau tempat penjualan eceran, gubernur/bupati/walikotamenyampaikan informasi secara tertulis kepada Direktorat JenderalBea dan Cukai.

(3) Penyampaian informasi tentang adanya indikasi sebagaimanadimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sebagai berikut :a. dalam hal pelaksana kegiatan adalah gubernur, informasi

disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah atau Kepala KantorPelayanan Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setempat;atau

b. dalam hal pelaksana kegiatan adalah bupati/walikota, informasidisampaikan kepada Kepala Kantor Pengawasan dan PelayananBea dan Cukai setempat.

(4) Gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk menggerakkan,mendorong, dan melaksanakan kegiatan pemberantasan barang kenacukai ilegal sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB IIIRANCANGAN

KEGIATAN

Pasal 10(1) Bupati/walikota membuat dan menyampaikan rancangan program kegiatan

dan penganggaran dana bagi hasil cukai hasil tembakau sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 kepada gubernur sebelum tahun anggaranberjalan.

(2) Gubernur membuat dan menyampaikan rancangan program kegiatandan penganggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dankonsolidasi rancangan program kegiatan dari Bupati/Walikotasebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri Keuangan c.qDirektur Jenderal Perimbangan Keuangan dan Menteri DalamNegeri c.q Direktur Jenderal Bina Administrasi Keuangan Daerah padaawal tahun.

5

Page 71: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

BAB IVPELAPORAN

Pasal 11

(1) Bupati/walikota membuat laporan alokasi penggunaan dana ataspelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, setiap 6(enam) bulan kepada Gubernur.

(2) Gubernur membuat laporan alokasi penggunaan dana atas pelaksanaankegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan laporan konsolidasidan bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap 6 (enam)bulan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

(3) Laporan kegiatan disusun dengan menggunakan format sebagaimanaditetapkan dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 12(1) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)

dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :a. untuk semester pertama paling lambat tanggal 10 Juli, danb. untuk semester kedua paling lambat tanggal 10 Desember.

(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. untuk semester pertama paling lambat tanggal 20 Juli; danb. untuk semester kedua paling lambat tanggal 20 Desember.

(3) Dalam hal tanggal 10 atau tanggal 20 jatuh pada hari libur, batas akhirpenyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.

BAB VPEMANTAUAN DAN

EVALUASIATAS ALOKASI

PENGGUNAAN DANABAGI HASIL

CUKAI HASIL TEMBAKAU

Pasal 13(1) Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan

melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas laporan alokasipenggunaan anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

(2) Dalam melaksanakan kegiatan pemantauan dan evaluasi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) Direktur Jenderal Perimbangan Keuangandapat berkoordinasi dengan instansi/unit terkait.

(3) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membandingkan antararancangan program kegiatan dan penganggaran dana bagi hasil cukaihasil tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 denganlaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

6

Page 72: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(4) Atas hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat(1) Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyampaikan laporandan rekomendasi kepada Menteri Keuangan.

(5) Berdasarkan laporan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud padaayat (4), Menteri Keuangan dapat :a. meminta penjelasan kepada gubernur/bupati/walikota yang

bersangkutan dalam hal terjadi indikasi penyalahgunaan alokasianggaran dana bagi hasil cukai hasil tembakau; dan/ atau

b. meminta aparat pengawasan fungsional untuk melakukanpemeriksaan dalam hal terjadi indikasi penyimpangan penggunaananggaran dana bagi hasil cukai hasil tembakau.

(6) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana, dimaksud pada ayat (5)huruf b mengindikasikan adanya penyimpangan pelaksanaan,penggunaan dana bagi hasil cukai, indikasi penyimpangan tersebutditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

BAB VISANKSI ATAS

PENYALAHGUNAANALOKASI DANA

BAGI HASIL CUKAI HASILTEMBAKAU

Pasal 14(1) Atas penyalahgunaan alokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau dapat

diberikan sanksi berupa penangguhan sampai dengan penghentianpenyaluran dana bagi hasil cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia.

(2) Termasuk dalam kategori menyalahgunakan alokasi dana bagi hasil cukaihasil tembakau adalah provinsi/kabupaten/kota yang tidak menyampaikanlaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.

Pasal 15Sanksi berupa penangguhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14dilakukan dalam hal provinsi/kabupaten/kota terindikasi menyalahgunakanalokasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau.

Pasal 16(1) Dalam hal provinsi/kabupaten/kota tidak terbukti menyalahgunakan alokasi

dana bagi hasil cukai hasil tembakau maka sanksi berupa penangguhansebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dicabut.

(2) Dana bagi hasil cukai hasil tembakau yang penyalurannya ditangguhkandapat disalurkan kembali pada periode penyaluran berikutnya sepanjangtidak melampaui tahun anggaran berjalan.

7

Page 73: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Pasal 17Sanksi berupa penghentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1)dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:a. dalam hal provinsi/kabupaten/kota telah 2 (dua) kali diberikan sanksi

berupa penangguhan penyaluran dana bagi hasil cukai hasil tembakau,maka penyaluran berikutnya dihentikan; atau

b. dalam hal provinsi/kabupaten/kota terbukti terjadi penyimpangansebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) maka penyaluran danabagi hasil cukai hasil tembakau berikutnya dihentikan.

BAB VIIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 18Terhadap, penggunaan, pelaporan, serta pemantauan dan evaluasi DanaAlokasi Cukai Hasil Tembakau Tahun Anggaran 2008 berlaku ketentuansebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

BAB VIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman PeraturanMenteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara RepublikIndonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 2 Juni 2008MENTERI KEUANGAN

ttd

SRI MULYANI INDRAWATI

8

Page 74: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAINOMOR P - 10/BC/2008

TENTANGPENYEDIAAN DAN

PEMESANAN PITA CUKAIHASIL TEMBAKAU

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

Menimbang :a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4 Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 240/KMK.05/1996 tentang Pelunasan Cukaisebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri KeuanganNomor 60/PMK.04/2007;

b. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat usahadan efisiensi penyediaan pita cukai; dan

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf adan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukaitentang Penyediaan dan Pemesanan Pita Cukai Hasil Tembakau;

Mengingat :1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah denganUndang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Nomor4755);

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 240/KMK.05/1996 tentang PelunasanCukai sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 60/PMK.04/2007;

MEMUTUSKAN :Menetapkan :PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANGPENYEDIAAN DAN PEMESANAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:1. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.2. Direktur adalah Direktur Cukai pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.3. Kantor Pusat adalah Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.4. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Bea dan Cukai yang

membawahi Kantor.

9

Page 75: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

5. Kantor adalah Kantor Pelayanan Utama (KPU) dan KantorPengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) yang mengawasipabrik atau tempat usaha importir hasil tembakau.

6. Kepala Seksi Pabean dan Cukai/Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanandan Cukai/Kepala Seksi Kepabeanan dan Cukai adalah Kepala SeksiPabean dan Cukai pada KPU, Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanandan Cukai pada KPPBC Tipe Madya Pabean dan Tipe Madya Cukai,dan Kepala Seksi Kepabeanan dan Cukai pada KPPBC Tipe A1, TipeA2, Tipe A3, dan Tipe A4.

7. Kepala Seksi Penerimaan dan Pengembalian/Kepala SeksiPerbendaharaan adalah Kepala Seksi Penerimaan dan Pengembalianpada KPU, Kepala Seksi Perbendaharaan pada KPPBC Tipe MadyaPabean, Tipe Madya Cukai, Tipe A1, Tipe A2, Tipe A3, dan Tipe A4.

8. Kepala Subseksi Perbendaharaan dan Pelayanan adalah KepalaSubseksi Perbendaharaan dan Pelayanan pada KPPBC Tipe B.

9. Pejabat Penerima Dokumen adalah Kepala Seksi Pabean dan Cukai/Kepala Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai/Kepala SeksiKepabeanan dan Cukai/Kepala Subseksi Perbendaharaan danPelayanan.

10.Pengusaha adalah pengusaha pabrik atau importir hasil tembakau.11. Permohonan Penyediaan Pita Cukai yang selanjutnya disingkat P3C

adalah dokumen pelengkap cukai yang digunakan Pengusaha untukmengajukan permohonan penyediaan pita cukai sebelum pengajuandokumen pemesanan pita cukai (CK-1).

12.Produksi adalah jumlah produksi pabrik hasil tembakau yangdirealisasikan dengan CK-1.

13.Harga Jual Eceran (HJE) adalah harga yang ditetapkan sebagai dasarpenghitungan besarnya cukai.

14.Jenis pita cukai dalam rangka pengajuan P3C yang selanjutnyadisebut jenis pita cukai adalah pita cukai yang di dalamnya berisiuraian yang terdiri dari seri, warna, tarif, HJE, peruntukan dan jenishasil tembakau.

15.Biaya Pengganti Penyediaan Pita Cukai adalah biaya yang harusdibayar oleh pengusaha atas penyediaan pita cukai yang telahdiajukan dengan P3C tetapi tidak direalisasikan dengan CK-1.

16.Surat Pemberitahuan Pengenaan Biaya Pengganti (SPPBP) adalahpemberitahuan kepada pengusaha tentang pengenaan biaya penggantiatas penyediaan pita cukai yang telah diajukan dengan P3C tetapitidak direalisasikan dengan CK-1.

BAB IIPENYEDIAAN PITA CUKAI

Pasal 2(1) Pita cukai hasil tembakau disediakan di Kantor Pusat dan di Kantor.(2) Pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan berdasarkan

P3C.

10

Page 76: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

Pasal 3P3C hanya dapat diajukan oleh pengusaha dalam hal:1. telah memiliki Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC)

dan NPPBKC tersebut tidak dalam keadaan dibekukan;2. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan

cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang belum dibayarsampai dengan tanggal jatuh tempo; dan/atau

3. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam waktu yangditetapkan.

Pasal 4(1) Pita cukai hasil tembakau untuk pengusaha pabrik hasil tembakau:

a. dengan total produksi semua jenis hasil tembakau dalam 1 (satu) tahuntakwim sebelumnya lebih dari 100.000.000 (seratus juta) batang dan/atau gram, disediakan di Kantor Pusat.

b. dengan total produksi semua jenis hasil tembakau dalam 1 (satu) tahuntakwim sebelumnya sampai dengan 100.000.000 (seratus juta) batangdan/atau gram, disediakan di Kantor.

(2) Pita cukai hasil tembakau untuk Importir hasil tembakau disediakan diKantor Pusat.

(3) Pita cukai hasil tembakau untuk pengusaha pabrik sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf b atas permohonan pengusaha yang bersangkutandapat disediakan di Kantor Pusat.

Pasal 5(1) Untuk penyediaan pita cukai, pengusaha wajib mengajukan P3C kepada

Kepala Kantor.(2) Kepala Kantor meneruskan P3C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke

Kantor Pusat secara:a. elektronik dalam hal Kantor telah memiliki Sistem Aplikasi Cukai

Sentralisasi; ataub. manual dalam hal Kantor tidak memiliki Sistem Aplikasi Cukai

Sentralisasi.(3) Tata cara penyediaan pita cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IPeraturan Direktur Jenderal ini.

(4) Bentuk P3C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakanformat sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan DirekturJenderal ini.

Pasal 6(1) Pengusaha dapat mengajukan permohonan penyediaan pita cukai mulai

tanggal 1 (satu) sampai dengan tanggal 10 (sepuluh) untuk kebutuhan 1(satu) bulan berikutnya dengan menggunakan P3C pengajuan awal kepadaKepala Kantor.

(2) Dikecualikan dari batas waktu P3C pengajuan awal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dalam hal :

11

Page 77: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

a. pengusaha baru mendapatkan NPPBKC;b. pengusaha mengalami kenaikan golongan;c. pengusaha yang NPPBKC-nya diaktifkan kembali setelah

pembekuannya dicabut;d. untuk kebutuhan pita cukai bulan Januari; ataue. terdapat kebijakan di bidang tarif cukai atau HJE.

(3) P3C pengajuan awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapatdilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) periode persediaan untuk setiap jenispita cukai.

(4) Untuk Kantor yang tidak menerapkan Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi,Kepala Kantor menyampaikan P3C pengajuan awal ke Kantor Pusat palinglambat pada hari kerja berikutnya.

Pasal 7(1) Pengusaha dapat mengajukan P3C pengajuan tambahan kepada Kepala

Kantor dalam hal pita cukai yang telah disediakan berdasarkan P3Cpengajuan awal tidak mencukupi.

(2) P3C pengajuan tambahan hanya dapat diajukan paling lambat tanggal 20(dua puluh) pada bulan pengajuan CK-1.

(3) Jenis pita cukai yang diajukan pada P3C pengajuan tambahan samadengan jenis pita cukai yang sudah diajukan pada P3C pengajuan awaluntuk periode yang sama.

(4) P3C pengajuan tambahan hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1(satu) periode persediaan untuk setiap jenis pita cukai.

(5) Untuk Kantor yang tidak menerapkan Sistem Aplikasi Cukai Sentralisasi,Kepala Kantor menyampaikan P3C pengajuan tambahan ke Kantor Pusatpaling lambat pada hari kerja berikutnya.

Pasal 8(1) Pengusaha dapat mengajukan P3C pengajuan tambahan izin Direktur

Jenderal melalui Kantor dalam hal jumlah pita cukaiberdasarkan P3C pengajuan awal dan P3C pengajuan tambahan tidakmencukupi.

(2) P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal dapat diajukan setelahP3C pengajuan tambahan dan paling lambat sampai dengan tanggal 25(dua puluh lima) pada bulan pengajuan CK-1.

(3) Jenis pita cukai yang diajukan pada P3C pengajuan tambahan izinDirektur Jenderal, sama dengan jenis pita cukai yang sudah diajukanpada P3C pengajuan awal dan P3C pengajuan tambahan untukperiode yang sama.

(4) Pengajuan P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal sebagaimanadimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)periode persediaan untuk setiap jenis pita cukai.

(5) Kepala Kantor menyampaikan P3C pengajuan tambahan izin DirekturJenderal dan Surat Rekomendasi Kepala Kantor ke Kantor Pusat palinglambat pada hari kerja berikutnya.

12

Page 78: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(6) Surat Rekomendasi Kepala Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (5)sekurang-kurangnya berisi:a. alasan P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal yang diajukan

oleh pengusaha;b. data rata-rata perbulan CK-1 dalam 6 (enam) bulan terakhir; danc. pendapat Kepala Kantor.

(7) Atas P3C pengajuan tambahan izin Direktur Jenderal dan SuratRekomendasi Kepala Kantor, Direktur Jenderal dapat mengabulkanseluruhnya/sebagian atau menolak.

Pasal 9(1) Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha pada P3C pengajuan

awal untuk setiap jenis pita cukai:a. paling banyak 100% (seratus persen) dari rata-rata perbulan jumlah pita

cukai yang dipesan dengan CK-1 dalam kurun waktu tiga bulan terakhirsebelum P3C pengajuan awal, dengan memperhatikan batasanproduksi golongan pengusaha pabrik; atau

b. dalam hal data rata-rata perbulan jumlah yang dipesan dengan CK-1dalam kurun waktu tiga bulan terakhir sebelum P3C pengajuan awaluntuk jenis pita cukai yang diajukan tidak tersedia, jumlah pita cukaiyang dapat diajukan sesuai kebutuhan perbulan denganmemperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik.

(2) Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha dalam P3C pengajuantambahan paling banyak 50% (lima puluh persen) untuk setiap jenis pitacukai dari P3C pengajuan awal yang telah diajukan dalam periode yangsama dengan memperhatikan batasan produksi golongan pengusahapabrik.

(3) Dalam hal jumlah pita cukai yang dapat diajukan dengan P3C kurang dari10 (sepuluh) lembar, maka jumlah pengajuan pita cukai dalam P3C adalah10 (sepuluh) lembar.

(4) Jumlah pita cukai yang diajukan oleh pengusaha dalam P3C pengajuantambahan izin Direktur Jenderal, sesuai dengan kebutuhan denganmemperhatikan batasan produksi golongan pengusaha pabrik.

Pasal 10Pembulatan jumlah pita cukai yang diajukan dengan P3C dilakukandengan cara membulatkan jumlah ke bawah dan harus dalam kelipatan 10(sepuluh).

BAB IIIPEMESANAN PITA CUKAI

Pasal 11(1) Pengusaha yang telah mengajukan P3C dapat mengajukan CK-1 kepada

Kepala Kantor untuk mendapatkan pita cukai.

13

Page 79: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(2) Jumlah pita cukai yang dipesan dengan CK-1 disesuaikan dengan jumlahpersediaan pita cukai yang ada di Kantor atau Kantor Pusat.

Pasal 12CK-1 hanya dapat diajukan oleh pengusaha dalam hal:1. NPPBKC tidak dalam keadaan dibekukan;2. tidak memiliki utang cukai yang tidak dibayar pada waktunya, kekurangan

cukai, dan/atau sanksi administrasi berupa denda yang belum dibayarsampai dengan tanggal jatuh tempo; dan/atau

3. telah melunasi biaya pengganti penyediaan pita cukai dalam waktu yangditetapkan.

Pasal 13(1) Untuk pemesanan pita cukai, pengusaha wajib mengajukan CK-1 kepada

Kepala Kantor.(2) Dalam hal pita cukai disediakan di Kantor Pusat, Kepala Kantor

meneruskan CK-1 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke Kantor Pusatsecara:a. elektronik dalam hal Kantor telah memiliki Sistem Aplikasi Cukai

Sentralisasi; ataub. manual dalam hal Kantor tidak memiliki Sistem Aplikasi Cukai

Sentralisasi.(3) Tata cara pemesanan pita cukai hasil tembakau sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilaksanakan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IIIPeraturan Direktur Jenderal ini.

BAB IVPITA CUKAIYANG TIDAK

DIREALISASIKANDENGAN CK-1

Pasal 14(1) Setelah berakhirnya tahun anggaran dan/atau berlakunya kebijakan

baru di bidang cukai yang berpengaruh terhadap pita cukai, atas pitacukai yang telah disediakan berdasarkan P3C yang tidakdirealisasikan dengan CK-1 dan masih berada di Kantor dan KantorPusat dilakukan pencacahan.

(2) Pencacahan atas pita cukai yang tidak direalisasikan dengan CK-1sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 60 (enampuluh) hari oleh:a. Kepala Kantor, untuk sisa persediaan pita cukai di Kantor; danb. Kasubdit Pita Cukai atas nama Direktur, untuk sisa persediaan pita

cukai di Kantor Pusat.

14

Page 80: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(3) Hasil pencacahan pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,dituangkan dalam Berita Acara Pencacahan yang dibuat rangkap 2 (dua)dengan peruntukan:a. lembar pertama untuk Kantor yang bersangkutan; danb. lembar kedua Kantor Pusat.

(4) Hasil pencacahan pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)huruf b, dituangkan dalam Berita Acara Pencacahan dan disampaikankepada Direktur.

(5) Sisa pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan BeritaAcara Pencacahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b,dikirimkan oleh Kepala Kantor ke Kantor Pusat, paling lambat 60 (enampuluh) hari setelah dilakukan pencacahan.

(6) Kantor Pusat melakukan pemusnahan atas sisa pita cukai sebagaimanapada ayat (5) sesuai ketentuan yang berlaku.

(7) Pemusnahan atas pita cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf adapat dilakukan oleh Kepala Kantor atau Kepala Kantor Wilayah setelahmendapatkan izin dari Direktur Jenderal dan dilaksanakan sesuaiketentuan yang berlaku.

BAB VBIAYA PENGGANTI

PENYEDIAAN PITA CUKAI

Pasal 15(1) Pengusaha yang telah mengajukan P3C namun tidak merealisasikan

seluruhnya dengan CK-1, dikenai biaya pengganti penyediaan pita cukai.(2) Dikecualikan dari ketentuan pengenaan biaya pengganti penyediaan pita

cukai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal terjadi:a. kenaikan HJE karena Harga Transaksi Pasar melebihi HJE;b. karena kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan

administratif oleh Pejabat Bea dan Cukai.(3) Besarnya biaya pengganti penyediaan pita cukai sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) untuk setiap keping pita cukai adalah:a. pita cukai seri I : Rp 18,00 (delapan belas rupiah);b. pita cukai seri II : Rp 35,00 (tiga puluh lima rupiah); danc. pita cukai seri III : Rp 18,00 (delapan belas rupiah).

(4) Atas sisa pita cukai yang tidak direalisasikan dengan CK-1 sebagaimanadimaksud dalam pasal 14 ayat (2) huruf a, Kepala Kantor menerbitkanSPPBP kepada pengusaha.

(5) Atas sisa pita cukai yang tidak direalisasikan dengan CK-1 sebagaimanadimaksud dalam pasal 14 ayat (2) huruf b, Direktur memberitahukankepada Kepala Kantor untuk menerbitkan SPPBP kepada pengusaha.

(6) Pembayaran biaya pengganti penyediaan pita cukai dibuktikan denganmenggunakan Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN HasilTembakau Buatan Dalam Negeri (SSCP) sebagai Penerimaan CukaiLainnya.

15

Page 81: Warta Bea Cukai Edisi 406

KEPUTUSAN & KETETAPAN

BONUS WARTA BEACUKAI EDISI 406 SEPTEMBER 2008

(7) Biaya pengganti penyediaan pita cukai wajib dilunasi paling lambat 30(tiga puluh) hari sejak tanggal diterimanya SPPBP.

(8) Dalam hal biaya pengganti penyediaan pita cukai tidak dilunasi dalamwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7), P3C dan CK-1 berikutnyatidak dilayani.

(9) Bentuk SPPBP sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5)menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IVPeraturan Direktur Jenderal ini.

BAB VIKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 16Dalam hal sistem aplikasi cukai sentralisasi tidak dapat digunakan dalamkurun waktu 4 (empat) jam, untuk kelancaran pelayanan, Kepala Kantor dapatmelaksanakan pelayanan secara manual.

BAB VIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17Terhadap P3C/P3CT/P3CT Izin Direktur Jenderal/DP3C/DP3CT/DP3CT IzinDirektur Jenderal atau CK-1 yang diajukan sebelum berlakunya PeraturanDirektur Jenderal ini, akan diselesaikan berdasarkan P-31/BC/2007.

BAB VIIIPENUTUP

Pasal 18Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku, Peraturan DirekturJenderal Nomor P-31/BC/2007 tentang Penyediaan dan Pemesanan PitaCukai Hasil Tembakau dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 19Peraturan Direktur Jenderal ini berlaku mulai tanggal 1 Agustus 2008.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 22 Juli 2008DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

ttd

ANWAR SUPRIJADINIP 120050332

16