Warta - Balai PATPbpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Iklim dalam bentuk peta...

20

Transcript of Warta - Balai PATPbpatp.litbang.pertanian.go.id/balaipatp/assets/... · Iklim dalam bentuk peta...

  • Warta

    Pengantar Redaksi Daftar Isi

    ISSN 0216-4427

    Penelitian dan Pengembangan PertanianVolume 41 No. 5, 2019

    Informasi Prediksi Iklim untuk Perencanaan Pertanian yang Adaptif terhadap Risiko Iklim 1

    Budi Daya Krisan Pot Sederhana 4

    Percepatan Adopsi Teknologi Kakao di Provinsi Nusa Tenggara Barat 6

    Mesin Pembuat Rorak Tingkatkan Efisiensi Waktu dan Biaya Produksi Kakao 9

    Meningkatkan Nilai Tambah Pisang Kepok melalui Penganekaragam Produk 11

    Bio Patenggang Agritan, Padi Amfibi Baru yang Lebih Tahan Penyakit Blas 13

    Sukses Bertanam Kedelai Setelah Padi pada Lahan Pasang Surut Tipe Luapan C 15

    Pakan Aditif Minoxvit Sumber Antioksi dan Peningkat Reproduksi Ternak 17

    Warta Litbang edisi ini diawali dengan penyajian Informasi Iklim untuk Perencanaan Pertanian yang adaptif terhadap risiko iklim yang membahas tentang prediksi musim dalam bentuk probabilistik yang disebut prediksi ansambel. Pada artikel budi daya krisan pot sederhana dibahas tentang media tanah atau campuran tanpa cahaya lampu tambahan dan zat penghambat pertumbuhan. Adopsi seringkali menjadi ukuran keberhasilan dari suatu introduksi teknologi karena dapat diterima dan diterapkan dalam kegiatan produksi. Petani kakao di Nusa Tenggara Barat misalnya mau mengadopsi teknologi budi daya setelah mendapat sentuhan program Modal Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI). Dalam pembuatan rorak (lubang tanam) diperlukan aplikasi mekanisasi dimana rancangan alat dan mesin (alsin) secara mekanis (reverse engineering) dari implemen bor. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen menghasilkan beberapa teknologi pengolahan dan penganekaragaman pisang yang mempunyai umur simpan lama, cita rasa dan tampilan yang baik, diterapkan di skala rumah tangga maupun skala UKM sekaligus meningkatkan nilai tambah pisang kepok. Bio Patenggang Agritan merupakan varietas padi ampibi baru yang lebih tahan penyakit blas hasil penelitian Balitbangtan yang berpotensi hasil tinggi di lahan gogo / lahan sawah. Pakan aditif MINOXVIT mengandung tiga unsur yaitu mineral, antioksidan dan vitamin yang sangat baik untuk menghasilkan kualitas semen, motilitas sperma dan penurunan jumlah kematian sehingga memperbaiki kinerja reproduksi baik indukan maupun pejantan.

    Redaksi

    Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian diterbitkan enam kali dalam setahun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pengarah: Fadjry Jufry; Tim Penyunting: Ketut Gede Mudiarta, Retno Sri Hartati Mulyandari, Intan Yudia Nirmala, Sri Hartati, Sofjan Iskandar, Dwi Priyanto, Syahyuti, Ronald T.P. Hutapea, Ika Djatnika, Rima Setiani, Sri Utami, Tri Puji Priyatno, Miskiyah, Wiwik Hartatik, Ume Humaedah, Vyta W. Hanifah; Penyunting Pelaksana: Morina Pasaribu, Siti Leicha Firgiani; Tanda Terbit: No. 635/SK/DITJEN PPG/STT/1979; Alamat Penyunting: Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Jalan Salak No. 22, Bogor 16151, Telepon: (0251) 8382567, 8382563, Faksimile: (0251) 8382567, 8382563, E-mail: [email protected]. Selain dalam bentuk tercetak, Warta tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada http://www.bpatp.litbang.pertanian.go.id

    Redaksi menerima artikel tentang hasil penelitian serta tinjauan, opini, ataupun gagasan berdasarkan hasil penelitian terdahulu dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi, dan jasa serta berita-berita aktual tentang kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Artikel disajikan dalam bentuk ilmiah populer. Jumlah halaman naskah maksimum 6 halaman ketik dua spasi.

    Foto sampulPadi Varietas Bio Patenggang Agritan

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 1

    Di tengah meningkatnya ancaman perubahan iklim, usaha tani menghadapi kendala yang tidak mudah. Kondisi iklim selama musim tanam yang biasanya menjadi salah satu pendukung keberhasilan usaha tani, saat ini seringkali menjadi kendala. Pada musim hujan (MH), curah hujan yang seharusnya mencukupi, sangat rendah pada

    Informasi Prediksi Iklim untuk Perencanaan Pertanian yang Adaptif terhadap Risiko Iklim

    Salah satu upaya adaptasi terhadap ketidakpastian iklim dalam usahatani adalah melakukan perencanaan pertanian yang sesuai dengan kondisi iklim 1-2 musim tanam ke depan. Dengan penyesuaian waktu tanam, pemilihan komoditas, benih, teknologi budidaya, dan upaya pemberian

    irigasi suplementer menjadi lebih tepat sehingga gagal tanam dan panen akibat kejadian iklim ekstrem dapat dihindari. Oleh karena itu, Informasi

    Prediksi iklim untuk Perencanaan Pertanian yang Adaptif terhadap Risiko Iklim dalam bentuk peta yang dapat diakses melalui telepon genggam akan

    lebih mudah dipahami dan diakses oleh pengguna.

    periode tertentu yang menyebabkan gagal tanam. Sebaliknya pada musim kemarau (MK), kondisi yang berlawanan sering terjadi, misalnya pada tahun yang lalu MK sangat kering, karena tidak ada hujan pada periode yang panjang, namun pada tahun berikutnya curah hujan sangat tinggi. Ketidakpastian iklim antar musim tersebut merupakan

    dampak dari perubahan iklim. Dampak tersebut berlanjut kepada gangguan terhadap sistem produksi pertanian, seperti penurunan dan ketidakpastian produktivitas serta luas panen, kekeringan, banjir dan ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT) sehingga berujung pada ancaman rawan pangan serta peningkatan kemiskinan.

    Salah satu upaya adaptasi terhadap ketidakpastian ikl im dalam usaha tani adalah melakukan perencanaan pertanian yang sesuai dengan kondisi iklim 1–2 musim tanam ke depan. Informasi kondisi iklim tersebut seharusnya didapatkan 1–2 bulan sebelum musim tanam sehingga tersedia waktu yang cukup bagi pengambil kebijakan dan petani untuk menyusun strategi budi daya, sarana dan prasana pertanian untuk mempertahankan usaha tani padi yang menguntungkan pada musim tanam yang akan datang.

    Dengan penyesuaian waktu tanam, pemilihan komoditas, benih, dan teknologi budi daya menjadi lebih tepat sehingga gagal tanam dan panen akibat kejadian iklim ekstrem dapat dihindari. Begitu pula upaya pemberian irigasi suplementer dengan menggunakan pompa yang tentu memerlukan biaya tambahan dapat direncanakan sebelumnya. Berbagai informasi mengenai prakiraan musim sudah tersedia, seperti prakiraan musim yang secara rutin dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Prakiraan musim BMKG memberikan informasi prediksi awal musim, sifat curah hujan, dan pergeseran musim. Informasi tersebut juga sudah

    Prediksi kumulatif curah hujan harian ansambel untuk tanggal tanaman 5 Februari 2002 sampai 120 hari berikutnya untuk kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu.

  • 2 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    diakomodir dalam Sistem Informasi Kalender Tanam dalam penentuan waktu tanam padi, jagung, dan kedelai. Informasi tersebut perlu di dukung oleh informasi prediksi iklim selama musim tanam yang lebih spesifik untuk pertanian seperti prediksi hari tanpa hujan >10 hari berturut-turut, prediksi curah hujan dasarian, hari hujan berturut-turut dan beberapa karakteristik curah hujan lainnya. Informasi prediksi iklim yang diperlukan untuk pertanian

    tentu saja prediksi dalam jangka waktu 3–6 bulan ke depan atau yang dikenal juga sebagai prediksi musim (seasonal prediction). Prediksi untuk jangka waktu yang panjang tersebut tentu saja mempunyai ketidakpastian yang tinggi. Oleh sebab itu prediksi musim disajikan dalam bentuk probabilistik dengan bentuk ansambel.

    Prediksi ansambel terdiri dari beberapa hasil model prediksi cuaca numerik (biasanya berkisar

    5–100 model), yang berbeda kondisi awalnya dan atau representasi numer ik dar i a tmosfer yang merupakan dua sumber utama dar i ket idakpast ian prediksi . Contoh prediksi curah hujan harian ansambel disajikan pada Gambar 1 (Gambar diatas). Pengembangan dari informasi prediksi tersebut telah dilakukan dan dioperasionalkan untuk mendukung tercapainya target produksi pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung berbaga i p rogram s t ra teg is pertanian.

    Sebagai contoh salah satu prediksi karakteristik curah hujan adalah prediksi hari tanpa hujan (HTH) > 10 hari berturut turut pada bulan Februari–Mei 2019 untuk Provinsi Jawa Timur (Gambar 2). Berdasarkan prediksi pada Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa selama periode Februari sampai April 2019 peluang kejadian HTH masih rendah ( 10 hari berturut turut pada bulan April-Mei 2019 untuk Provinsi Jawa Timur.

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 3

    Apabila tetap menamam padi, harus memperhatikan ketersediaan sumber air irigasi alternatif dan menggunakan varietas yang toleran kekeringan.

    Karakteristik curah hujan wilayah Indonesia yang sangat luas juga beragam pola dan distr ibusi hujannya, contohnya di pesisir timur Sumatera Utara (Gambar 3). Pada MH sampai Januari diprediksi peluang curah hujan > 50 mm/dasarian tinggi (>80%) yang merupakan salah satu indikasi masih berlangsung MH. Namun pada bulan Februari peluang hujan rendah di wilayah pesisir timur dan pada bulan selanjutnya terdapat peluang hujan yang cukup tinggi. Kondisi ini perlu diperhatikan dengan mempersiapkan sumber air alternatif agar tidak terjadi gagal tanam akibat kekeringan.

    Berbagai informasi prediksi karakterik hujan lainnya seperti prediksi sifat hujan, hari hujan, hujan ekstrem, dan prediksi onset dan Standardized Precipitation Index (SPI) telah tersedia dan dapat diakses melalui website Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) pada alamat www.balitklimat.litbang.go.id. Informasi tersebut di update 4 kali setahun, yang di rilis bulan Januari untuk prediksi bulan Februari–Juli, rilis bulan April untuk prediksi Mei–Oktober, rilis bulan Juli untuk prediksi bulan Agustus–Januari, dan rilis bulan November untuk prediksi bulan Desember–Mei.

    Informasi prediksi dalam bentuk peta akan lebih mudah dipahami oleh pengguna melalui telepon genggam.

    Elza Surmaini

    Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

    Jalan Tentara Pelajar No. 1A

    PO Box 830, Bogor

    Telepon : (0251) 8312760

    Faksimile : (0251) 8312760

    E-mail : [email protected].

    go.id

    Prediksi peluang curah hujan > 50 mm/dasarian bulan Maret-Mei 2019 untuk Provinsi Sumatera Utara.

  • 4 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Krisan pot merupakan tanaman hias pot yang paling populer karena memiliki corak warna serta tipe dan bentuk bunga yang lebih bervariasi. 0Selama ini budi daya krisan potong dan pot menggunakan cahaya lampu tambahan selama 1 bulan. Petani harus menyediakan instalasi listrik dan bola lampu dengan dana yang tidak sedikit. Budi daya krisan potong dengan pemberian cahaya lampu tambahan bertujuan memenuhi keinginan konsumen floris yang menghendaki tangkai yang panjang t inggi tanamannya mencapai 100 cm atau lebih dan dalam kondisi yang tegar, karena yang demikian lebih fleksibel dalam merangkai suatu tatanan dekorasi. Sedangkan budi daya krisan pot dengan cahaya lampu tambahan bertujuan merangsang tunas lateral agar tumbuh dalam jumlah cabang yang lebih banyak.

    U n t u k k r i s a n p o t y a n g menggunakan benih dari krisan p o t o n g ( m i s a l n y a v a r i e t a s Puspita Nusantara dan varietas Kineta), dalam proses budi daya menggunakan ZPT (misalnya Alar). Pemberian ZPT yang diberikan ke tanaman krisan pot adalah ZPT penghambat pertumbuhan,yang mempunyai tujuan supaya tanaman menjadi pendek, bercabang banyak,

    Budi Daya Krisan Pot SederhanaBudidaya krisan potong dengan pemberian cahaya lampu tambahan yang

    dilakukan oleh petani pada umumnya bertujuan memenuhi keinginan konsumen floris yang menghendaki tangkai yang panjang. Untuk efisiensi budidaya krisan, maka Balai Penelitian Tanaman Hias, Badan Penelitian

    dan Pengembangan Pertanian menginisiasi teknologi budidaya krisan pot, dari benih yang berasal dari krisan pot maupun benih krisan potong, tanpa

    menggunakan cahaya lampu tambahan dan tidak menggunakan ZPT, melainkan menggunakan media tanpa tanah yaitu menggunakan arang

    sekam dan cocopeat (serbuk sabut kelapa).

    rimbun, kemunculan bunganya lebih kompak dan serempak, rasio tinggi pot dan tinggi tanaman dalam perbandingan sekitar 1:2,0 atau 1:2,5. Untuk efisiensi budi daya krisan, diadakan percobaan budi daya krisan pot, dari benih yang berasal dari krisan pot maupun benih krisan potong, tanpa menggunakan cahaya lampu tambahan dan tidak menggunakan ZPT, melainkan menggunakan arang sekam dan cocopeat (serbuk sabut kelapa) atau campuran keduanya. Media tersebut sebesar 600 gram per pot, dijenuhkan terlebih dahulu dengan air bersih sebelum benih ditanam sampai umur tanaman 3 hari, supaya akar tanaman dapat menempel erat pada media tanam.

    Media tanam cocopeat sangat dianjurkan karena dapat menyerap dan menyimpan air dalam volume relatif besar, sehingga tidak perlu sering di lakukan penyiraman. Apalagi jika penanaman dilakukan saat musim penghujan, maka penyiraman dilakukan setiap 6 hari sekali. Penambahan arang sekam pada media bertujuan untuk menambah persentase rongga udara, agar terdapat keseimbangan antara pori makro dan pori mikro di dalam media. Benih krisan pot yang dianjurkan menggunakan metode

    tersebut yaitu varietas Avanthe Agrihorti hasil pemuliaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dengan deskripsi: tinggi antara 27,5–29,0 cm, berbunga mulai umur 40–50 hari, tipe bunga spray, diameter kuntum bunga 3,89–4,11 cm, jumlah kuntum antara 6-10 kuntum (SK menteri pertanian, NOMOR : 099/Kpts/SR.120/D.2.7/11/2014). Selain itu varietas Stalkon yang tidak terlalu tinggi antara 80–90 cm, warna bunga kuning cerah dan tipe bunga spray, dan kemungkinan dapat digunakan untuk krisan pot (informasi petani krisan di daerah Pakem, Bpk Antok). Mencermati keadaan awal krisan Avanthe Agrihorti dan Stalkon tingginya hampir sama yaitu antara 3,7–4,0 cm. Setelah pertumbuhan selama 3 minggu, kedua varietas masih mempunyai tinggi yang hampir sama, tetapi varietas Stalkon melaju lebih cepat dengan selisih 2–3 cm. Varietas Avanthe Agrihorti mempunyai tinggi tanaman 5,4 cm–6,5 cm, sedangkan varietas Stalkon 7,4 cm–8,3 cm. Pada saat siap

    Stek benih

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 5

    Keadaan akar Avanthe Agrihorti dan Stalkon(Keterangan: V1= Avanthe Agrihorti, V2= Stalkon, M1= media tanah+ arang sekam+cocopeat+pukan (1:1:1:1), M2= media tanah+arang sekam+cocopeat+pukan (0,5:1:1:1), M3= media tanah+arang sekam+cocopeat+pukan (0:1:1:1)

    dipajang, tinggi Avanthe Agrihorti antara 17,1–18,6 cm dan varietas Stalkon 28 cm apabila ditanam pada media tanpa tanah. Untuk ukuran pot setinggi 11 cm, maka perbandingan tinggi pot dan tinggi tanaman Stalkon yaitu 11:28 atau sama dengan 1 : 2,5. Varietas Avanthe Agrihorti siap dipajang pada umur 74 hst (hari setelah tanam), sedangkan varietas Stalkon pada umur 79 hst. Jumlah bunga yang dihasilkan oleh varietas Avanthe Agrihorti rata-rata 21 kuntum, sedangkan varietas Stalkon sebanyak 18 kuntum. Keunggulan media dengan campuran tanah memang menghasilkan jumlah bunga yang banyak daripada media tanpa campuran tanah.

    Tinggi tanaman Avanthe Agrihorti lebih pendek daripada Stalkon, tetapi mempunyai bobot segar tajuk dan bobot segar akar yang hampir sama dengan varietas Stalkon. Ini menandakan bahwa tubuh

    varietas Avanthe Agrihorti walaupun pendek tetapi tegar. Demikian juga kondisi perakaran varietas Avanthe Agrihorti lebih panjang dan lebih lebat daripada varietas Stalkon. Hal menarik yang didapat pada tanaman krisan pot yang ditanam pada media tanpa tanah adalah bobot segar tajuk tanaman yang lebih berat daripada tanaman yang ditanam pada media campuran tanah. Tajuk tanaman terdiri dari batang, daun dan bunga. Hasil yang didapat ini kemungkinan disebabkan oleh aerasi udara yang lebih besar yang terdapat pada media tanpa tanah daripada media dengan tanah. Kondisi demikian memungkinkan akar tanaman leluasa dalam proses respirasi selama pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan akar lebih luas dan dapat menyerap unsur hara lebih banyak, yang mendorong pertumbuhan tajuk yang lebih besar.

    Performa tanaman krisan pot varietas Avanthe Agrihorti (warna bunga ungu) dan varietas Stalkon (warna bunga kuning) pada media tanam yang berbeda.

    Diameter bunga kedua varietas menunjukkan hasil yang berbeda. Avanthe Agrihor t i mempunyai diameter bunga yang terbesar (3,25 cm) jika ditanam di media tanpa tanah, sedangkan diameter bunga varietas Stalkon paling besar (4,26 cm) jika ditanam di media dengan campuran tanah.

    Dengan mel ihat per forma varietas Avanthe Agrihorti maka dapat disimpulkan bahwa semua media dapat digunakan sebagai media tanam pada budi daya krisan pot tanpa cahaya lampu tambahan dan tanpa za t penghambat pertumbuhan, tetapi untuk budi daya krisan Stalkon, lebih baik menggunakan media tanpa tanah. Sebagai saran, apabila krisan Stalkon akan ditanam menggunakan media dengan campuran tanah hendaknya menggunakan pot dengan diameter lebih besar dari 15 cm supaya performa tanaman menjadi “matching” antara tinggi tanaman dan tinggi pot.

    Ika Rahmawati

    Balai Penelitian Tanaman Hias

    Jalan Raya Ciherang PO Box 8 SDL

    Pacet 43253 Cianjur

    Telepon : (0263) 517056

    Faksimile : (0263) 517056

    E-mail : [email protected];

    [email protected]

    V1M1 V2M1 V1M2 V2M2 V1M3 V2M3

    M1 M2 M3 M1 M2 M3

  • 6 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Usaha tani kakao di Provinsi Nusa Tenggara Barat sudah berlangsung lama, mulai tahun 1987. Petani sudah biasa menanam dan akrab dengan usaha tani kakao. Rata-rata umur tanaman kakao yang diusahakan petani lebih dari 30 tahun. Hal ini menunjukkan belum berjalannya peremajaan kakao sehingga produktivitas t e r u s m e n u r u n . P e n u r u n a n produktivitas kakao mendorong petani memulai mengembangkan tanaman kopi di bawah kakao dengan sistem klonalisasi. Tidak hanya kopi, tanaman perkebunan lain seperti durian, cengkeh dan bahkan pisang juga mulai ditanam di lahan kakao. Hal ini dengan harapan, penurunan pendapatan dari hasil kakao dapat di substitusi dari komoditas lainnya, meskipun dari segi populasi tanaman, pohon kakao masih mendominasi. Untuk meningkatkan produktivitas kakao, pemerintah melakukan berbagai upaya di antaranya melalui Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) yang didanai dari Sustainable Management of Agricultural Research and Technology Development (SMARTD). Desa yang terpilih sebagai lokasi adalah Desa Rempek Kecamatan

    Percepatan Adopsi Teknologi Kakao di Provinsi Nusa Tenggara BaratKajian adopsi teknologi budidaya kakao menurut tingkatannya pada petani

    kooperator merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi dan permasalahan yang dihadapi petani dalam mengadopsi suatu teknologi. Masing-masing komponen teknologi memiliki alasan mengapa diadopsi lebih lanjut atau tidak, antara lain ketersediaan logistik dan kemudahan petani dalam mengakses logistik sebagaimana

    anjuran.

    Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, selama periode tahun 2013 - 2015. Desa ini merupakan salah satu lokasi pengembangan kakao di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan agroekosistem lahan kering. Teknologi introduksi dari MP3MI adalah teknologi budi daya kakao yang mencakup rehabilitasi tanaman (sambung samping), pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian hama dan penyakit. Sumber teknologi dari keempat komponen teknologi tersebut adalah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB.

    Gambaran umum pola tanam di lahan kakao di desa kajian.

    Berdasarkan laporan kegiatan BPTP NTB tahun 2013–2015, implementasi teknologi kakao di lokasi tersebut di rancang untuk mendapatkan model pengembangan teknologi dan diseminasi usaha tani berbasis kakao di lahan kering Provinsi NTB. Dengan adanya introduksi teknologi dari BPTP, tanaman kakao diharapkan dapat menjadi usaha tani andalan petani di wilayah tersebut dengan meningkatnya produktivitas dan produksi.

    Kajian Adopsi Teknologi Budi Daya Kakao

    Untuk mengetahui adopsi teknologi kakao oleh petani, pada tahun 2018 dilakukan kajian di Desa Rempek yang merupakan salah satu lokasi pelaksanaan MP3MI di Nusa Tenggara Barat. Tingkatan adopsi yang dibahas mengacu pada teori Rogers (2003) yaitu mengetahui, munculnya minat, implementasi,

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 7

    dan konfirmasi. Secara agregat, persentase tingkat adopsi teknologi MP3MI di lokasi kajian per komponen teknologi budi daya bervariasi, tercatat teknologi pemupukan dan pemangkasan yang paling banyak diadopsi oleh petani.

    Jumlah petani yang mengadopsi t e k n o l o g i k a k a o d i t i n g k a t petani kooperator lebih rendah dibandingkan dengan jumlah petani yang mengetahui teknologi tersebut. Dari level pengetahuan menjadi sikap, menerapkan untuk kemudian melakukan konfirmasi mengalami penurunan persentase. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun petani tahu dan berminat, namun adopsinya belum dapat dipastikan. Petani kooperator yang menjadi responden kaj ian seluruhnya (100%) mengetahui teknologi pemupukan dan pemangkasan, sedangkan pada komponen teknologi sambung samping dan OPT diketahui oleh 96,67% dan 93,33% petani. Namun pada level implementasi untuk masing-masing komponen teknologi persentasenya menurun. Sebagai contoh, teknologi pemupukan yang diketahui oleh seluruh petani kooperator hanya diterapkan sekitar 93,33% atau terdapat 6,67% petani yang tidak menerapkan. Demikian halnya pada komponen teknologi pemangkasan. Teknologi ini juga diketahui oleh seluruh petani kooperator, namun pada implementasinya terdapat

    3,33% petani yang belum mau mengadopsinya. Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa seluruh petani kooperator yang mengetahui t e k n o l o g i p e m u p u k a n d a n pemangkasan berminat untuk menerapkan kedua teknologi tersebut, sementara petani yang menya takan ke te r ta r i kannya terhadap teknologi sambung samping dan OPT relatif lebih rendah yaitu 93,33%. Dari seluruh petani kooperator yang diwawancara, 93,33% dan 96,67% di antaranya menerapkan teknologi pemupukan dan pemangkasan dan sisanya menjawab tidak. Pada teknologi sambung samping, seluruh petani yang berminat ternyata justru menerapkannya atau tidak terjadi penurunan t rend persentase jumlah petani, meskipun hal ini tidak terjadi pada teknologi OPT. Teknologi OPT hanya diterapkan oleh 80% petani atau ter jadi trend penurunan jumlah petani dari beminat menjadi menerapkan sekitar 13,3%. Lebih lanjut, petani kooperator yang mengkonfirmasi teknologi secara rata-rata juga lebih tinggi dibandingkan data agregat. Teknologi pemangkasan bahkan diadopsi secara berkelanjutan oleh petani. Sekitar 93,33% petani hingga pada saat kajian masih tetap menerapkan teknologi anjuran pada budi daya kakaonya. Capaian yang diraih ini cukup menggembirakan karena transfer teknologi dari sumber

    Tabel 1. Persentase level adopsi petani kooperator MP3MI berdasarkan pengetahuan, sikap, implementasi, konfirmasi di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, 2018

    Komponen teknologi

    Pengetahuan (%)

    Sikap (%)

    Implementasi (%)

    Konfirmasi (%)

    Pemupukan 100,00 100,00 93,33 63,33

    Pemangkasan 100,00 100,00 96,67 93,33

    Sambung samping

    96,67 93,33 93,33 46,67

    OPT 93,33 93,33 80,00 43,33Sumber: data primer (diolah), 2018

    teknologi ke pengguna relatif berhasil dan berjalan dengan baik. Meskipun demikian, persentase petani yang masih ber lan jut menerapkan teknologi pemupukan, sambung samping, dan OPT lebih menurun dan lebih rendah dibandingkan teknologi pemangkasan. Petani yang masih menerapkan teknologi pemupukan, sambung samping, dan OPT masing-masing sebesar 63,33%, 46,67%, dan 43,33%.

    Alasan Penentu Keberlanjutan Adopsi oleh Petani

    Masing-masing komponen teknologi memiliki alasan mengapa diadopsi lebih lanjut atau tidak. Teknologi pemupukan sudah tidak diterapkan lagi karena alasan tidak tersedianya pupuk dan ket idakmampuan sebagian besar petani dalam membeli pupuk anjuran. Meskipun demikian, minat petani terhadap teknologi ini cukup positif karena dirasakan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan penampilan tanaman.

    Te k n o l o g i p e n g e n d a l i a n hama dan penyak i t dengan penyemprotan juga tidak diadopsi secara berkelanjutan karena faktor ketersediaan dan kemampuan petani membeli pestisida. Selain itu ada petani yang menyatakan karena tanaman kakaonya sudah cukup tinggi maka penyemprotan sulit dilakukan. Pada kasus teknologi pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit, kombinasi antara keterbatasan modal dan kelangkaan logistik teknologi menjadi salah satu faktor kritis terjadinya kemandegan adopsi. Menurut Baumgart-Getz et al. (2012), modal menjadi salah satu penduga aspek finansial terbaik dalam memprediksi kemungkinan terjadinya adopsi. Sedangkan ketersediaan logistik jelas akan sangat mempengaruhi keberlanjutan adopsi. Persoalan

  • 8 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    klasik tidak tersedianya teknologi setelah introduksi atau program selesai menjadi cerminan belum terbangunnya sistem logistik atau sistem pendukung (supporting system) penyediaan teknologi. Padahal, Grawe (2009) menekankan pentingnya peningkatan kinerja logistik karena dapat mempengaruhi daya saing suatu produk, adopsi, dan bahkan difusi dari sebuah produk atau teknologi baru.

    Teknologi sambung samping adalah teknologi yang paling tidak diyakini mampu memberikan keberhasi lan nyata terhadap pertumbuhan dan hasil kakao, karena tingginya tingkat kegagalan pada sambung samping oleh sebagian besar petani. Dari hasil kajian tercatat ada seorang petani yang masih menerapkan dan mengadopsi lanjut teknologi ini, bahkan menyediakan jasa sambung samping. Petani ini dapat menjadi pioneer dan local champions dalam pengembangan teknologi sambung samping. Teknologi pemangkasan masih diterapkan oleh seluruh petani responden karena dianggap memberikan perubahan signifikan pada usaha tani kakao, yaitu (i) peningkatan kualitas yang memicu perbaikan harga jual sekitar

    Rp 1.000–2.000/kg lebih tinggi dibandingkan kakao sebelum ada pemangkasan, (2) peningkatan hasil per satuan karung sekitar 25–40 kg/karung lebih banyak, serta (3) buah tidak menempel dan terhindar dari penyakit busuk batang.

    Upaya Difusi Teknologi dari Petani Kooperator ke Non Kooperator

    K e p u t u s a n p e t a n i d a l a m mengadopsi dipengaruhi banyak aspek, baik secara bersama maupun terpisah dalam menghasi lkan tingkat adopsi beragam di tingkat pengguna. Namun demikian, faktor ketersediaan teknologi dirasakan sangat krusial dalam menjaga keberlanjutan adopsi. Untuk itu, sub sistem penyediaan teknologi perlu diperbaiki selain sub sistem distribusi informasi yang sangat terkait dengan pendampingan dan penyampaian teknologi. Upaya menjaga keberlanjutan adopsi juga perlu bersamaan dengan peningkatan kapasitas sumber daya petani, sehingga pada saat program berhenti, petani mampu menerapkan sendiri teknologi yang pernah diintroduksikan. Pada kasus

    MP3MI di Provinsi NTB, sudah terjadi difusi teknologi ke para petani di luar kooperator meskipun belum optimal.

    Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk memperluas difusi teknologi ke petani non kooperator antara lain (i) meningkatkan frekuensi dan intensitas proses transfer pengetahuan dan keterampilan dari petani kooperator ke petani non kooperator melalui pendekatan formal dan berkelompok seperti pelat ihan, temu lapang, atau pertemuan, (ii) mengoptimalkan pendekatan komunikasi secara individual dari petani ke petani yang seringkali bersifat informal, (iii) memperluas jangkauan diseminasi ke petani non kooperator melalui berbagai media diseminasi, dan (iv) meningkatkan promosi terkait manfaat dan dampak dari sebuah adopsi teknologi ke petani non kooperator.

    Yovita Anggita Dewi

    Balai Besar Pengkajian dan

    Pengembangan Teknologi Pertanian

    Jalan Tentara Pelajar No. 10

    Cimanggu, Bogor

    Telepon : (0251) 8351277

    Faksimile : (0251) 8350928

    E-mail : [email protected].

    go.id

    Petani dan tanaman kakao (Sumber: Rubiyo (2019)

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 9

    Tanaman kakao merupakan komoditi perdagangan yang memberikan harapan besar bagi Indonesia. Berdasarkan data Kemenperin, kakao merupakan salah satu komoditas andalan ekspor nasional, di samping kelapa sawit dan karet, dengan sumbangan devisa mencapai US$ 1,05 miliar tahun lalu.

    Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan produksi kakao. Kendala dalam budi daya kakao saat ini adalah adanya kelangkaan tenaga kerja dan kelangkaan alat bantu untuk memproduksi kakao. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penerapan mekanisasi dalam budidaya kakao.

    Salah satu proses budi daya kakao yang memerlukan aplikasi m e k a n i s a s i a d a l a h p r o s e s pembuatan rorak. Hingga saat ini, pembuatan rorak masih dilakukan secara manual yang membutuhkan tenaga kerja sekitar 60 HOK/ha, sehingga kurang efisien dari segi waktu, tenaga dan biaya produksi. Untuk cakupan yang luas, membuat rorak dengan tenaga manusia merupakan usaha besar. Untuk itu, dibutuhkan pembuat rorak yang digerakkan traktor roda empat

    Mesin Pembuat Rorak Tingkatkan Efisiensi Waktu dan Biaya Produksi Kakao

    Mesin pembuat rorak adalah suatu implement yang ditarik traktor roda empat yang berfungsi untuk membuat lubang (rorak) di antara pokok

    tanaman kakao. Rorak merupakan saluran buntu atau bangunan berupa got dengan ukuran tertentu yang dibuat pada bidang olah teras dan sejajar

    garis kontur. Rorak berfungsi untuk menjebak/menangkap aliran permukaan dan tanah yang tererosi serta bermanfaat sebagai media penampungan

    bahan organik, sebagai sumber hara bagi tanaman di sekitarnya.

    yang efisien waktu dan biaya, terutama pada proses pemeliharaan tanaman sehingga dapat membantu meningkatkan produktivitas kakao di tingkat petani.

    Rancangan dan Mekanisme Kerja Alsin

    Rancangan alsin untuk pembuatan rorak secara mekanis merupakan reverse engineering dari implemen bor yang digunakan untuk membuat lubang tanam. Modifikasi dilakukan pada beberapa bagian antara lain mengubah bentuk ulir, ketebalan mata bor, disain rangka, panjang sambungan dari implement ke traktor, serta metoda sambungan ke traktor, sehingga diperoleh screw berputar (screw ditcher) yang dapat digunakan untuk membuat rorak. Salah satu komponen penting mesin pembuat rorak adalah pengebor yang berupa ulir (screw) berbentuk kerucut. Diameter atas ulir (screw) adalah sebesar 500 mm dan mempunyai dua mata ulir yang berfungsi memotong dan mengangkat tanah ke atas. Pengebor ini berfungsi untuk membuat lubang tanah sampai kedalaman sekitar 50 cm dan memanjang sampai dengan

    5 m serta mengangkat tanah dari lubang tersebut ke sekitarnya. P e n g e b o r a w a l m e m p u n y a i ketebalan screw sebesar 5 mm diganti screw dengan ketebalan 10 mm. Dengan perubahan ketebalan screw ini, pengebor mempunyai kekuatan dua kali lipat dari pengebor sebelumnya dan mampu dipakai untuk jangka waktu yang lebih lama. Kerucut hanya dibuat pada ulirnya saja dengan dudukan ulir tetap berupa pipa tebal yang lubang dalam ujungnya berupa splines untuk memperkuat ikatan screw dengan transmisi di atasnya yang tersambung dengan Power Take Off (PTO).

    Pada pengope ras iannya , i m p l e m e n p e m b u a t r o r a k digandengkan secara full mounted ke t raktor roda empat ke las sedang (45HP) untuk keperluan pengangkatan dan keperluan daya putar poros screw. Putaran poros screw diperoleh dari putaran poros PTO traktor menggunakan universal joint dengan panjang yang dapat diatur menyesuaikan jarak antara traktor dan implemen pembuat rorak. Lebar traktor terluar adalah sekitar 150 cm dengan harapan traktor dapat berjalan di antara batang tanaman Kakao.

    Mes in pembua t ro rak i n i dirancang dapat beroperasi pada kecepatan jalan 2 km/jam, dengan cara menarik screw ditcher yang berputar ke arah kontur di antara pokok pohon kakao. Sumber tenaga putar screw berasal dari putaran PTO traktor roda empat. Penyaluran tenaga dari PTO ke poros implemen

  • 10 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    screw menggunakan komponen penerus daya yang fleksibel yaitu universal joint.

    Spesifikasi dan Unjuk Kerja Mesin Pembuat Rorak

    Pembuat rorak terdiri atas rangka utama dengan tiga titik gandeng, yakni: (1) rangka untuk dudukan transmisi, (2) universal joint dan (3) screw ditcher. Tiga titik gandeng dibuat untuk traktor roda empat kelas sedang atau sekitar 45 HP. Dimensi dan bobot pembuat rorak yaitu: panjang 1981 mm, lebar 695 mm dan tinggi 1158 mm serta bobot 207,5 kg. Sudut screw ditcher

    terhadap bidang tegak lurus vertikal adalah 27,5° dengan putaran screw ditcher 60 rpm.

    Cara pengoperasian pembuat rorak di lakukan dengan cara memutar terlebih dahulu screw ditcher, kemudian menjalankan traktor roda empat, setelah itu sambil traktor berjalan diturunkan secara perlahan screw ditcher sampai terbentuk lubang yang memanjang dengan kedalaman 40–50 cm.

    Hasi l unjuk kerja pembuat rorak yang telah digandengkan dengan traktor Farmlead FL454 dengan transmisi antara berupa universal point sepanjang 1,5 m, putaran engine sebesar 1.800 rpm, menggunakan putaran PTO 1.000

    Uji lapang mesin pembuat rorak.

    Contoh rorak di antara pokok pohon.

    rpm dan posisi gigi persneling L-1, maka dihasilkan: lebar olah rorak 40,2 cm; kedalaman rorak 41,5 cm; kecepatan kerja 2,0 km/jam, slip 11,8%, dikarenakan beban penggalian pada screw ditcher; konsumsi bahan bakar 5,3 l/jam; kapasitas kerja 12,5 jam/ha; serta efisiensi lapang 74,2%.

    Lilik Tri Mulyantara dan

    Dony Anggit Sasmito

    Balai Besar Pengembangan

    Mekanisasi Pertanian

    Jalan Sinarmas Boulevard, Pagedangan,

    Tangerang, Banten

    Telepon : 08119936787

    E-mail : [email protected].

    go.id

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 11

    Pisang merupakan salah satu produk hortikultura sumber karbohidrat, sumber serat, mineral terutama kalium dan magnesium, serta vitamin. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pisang dapat berperan untuk menurunkan kadar glukosa dan kolesterol pada darah. Efek hipoglikemik atau penurunan kadar glukosa darah dapat terlihat setelah mengkonsumsi satu hingga dua buah (250g) pisang dalam sehari. Efek hipoglikemik dapat terjadi karena pisang mengandung beberapa senyawa aktif seperti serat, flavonoid, dan magnesium. Pisang yang harus diolah dulu sebelum dikonsumsi, umumnya memiliki nilai jual yang rendah. Teknik pengolahan yang cukup dikenal masyarakat masih secara konvensional seperti direbus, dikukus, dan digoreng, dengan umur simpan yang rendah sehingga jangkauan pemasaran juga rendah. Teknologi pengolahan diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah pisang sebagai bentuk penganekaragaman produk.

    Balai Besar Penelit ian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) telah menghasilkan beberapa teknologi pengo lahan p i sang sepe r t i teknologi pengolahan sereal pisang, saus pisang, dan selai pisang.

    Meningkatkan Nilai Tambah Pisang Kepok melalui Penganekaragam Produk

    Pisang kepok memiliki kandungan nutrisi dan nilai fungsional yang baik, namun pemanfaatannya belum optimal. Pengolahan pisang kepok

    seringkali masih konvensional hanya sebatas direbus, dikukus, atau digoreng. Melaui penganekaragaman produk untuk meningkatkan nilai

    tambah pisang kepok diharapkan lebih meningkatkan minat kaum muda untuk mengkonsumsi pisang.

    Teknologi tersebut cukup aplikatif bagi masyarakat karena proses pengolahannya dapat dilakukan dalam skala rumah tangga ataupun skala UKM, serta menghasilkan produk yang memiliki umur simpan lama, cita rasa dan tampilan yang baik.

    Sereal Pisang

    Sereal pisang merupakan produk berbahan dasar pisang mentah/mengkal yang diolah melalui proses pengupasan pisang, pengukusan, penyawutan, pembekuan, thawing, dan pengeringan. Sereal pisang d imanfaatkan sebagai menu makanan pengganti sarapan dengan pangsa pasar anak-anak. Kelebihan

    produk ini adalah kaya nutrisi dan memiliki nilai fungsional yang baik, yaitu kaya serat, mengandung kalium serta bebas gluten. Sereal pisang merupakan makanan siap saji yang dapat disajikan dengan ditambah susu panas dan cukup didiamkan selama 3-5 menit sehingga terjadi proses rehidrasi dan siap untuk dikonsumsi. Penambahan susu pada penyajian produk sereal pisang akan membuat sereal pisang memiliki kandungan protein yang cukup baik. Sereal pisang juga dapat disajikan dengan penambahan buah-buahan kering dan dibuat dengan berbagai aneka varian rasa, seperti original, asin, atau pun rasa keju.

    P roduk se rea l p i sang in i cukup menarik sehingga diyakini mampu meningkatkan minat kaum muda, terutama anak-anak untuk mengonsumsi pisang. Kelebihan lain dalam pengolahan sereal pisang ini adalah tidak melalui proses penepungan, sehingga lebih menghemat waktu dan biaya. Harga untuk produk yang sejenis per cup nya diperkirakan berkisar Rp 7.500.

    Contoh rorak di antara pokok pohon.

  • 12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Saus Pisang

    Saus merupakan cairan kental atau pasta yang terbuat dari bubur buah, berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dengan rasa yang menggugah selera (asam dengan atau tanpa rasa pedas). Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saus mempunyai daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan kadang ditambahkan pengawet yang aman.

    Pada pengolahan saus pisang, bahan baku yang dipergunakan adalah pisang kepok matang. Perbandingan antara p isang d e n g a n c a b a i a d a l a h 1 : 2 . Perbandingan cabai dan buah tersebut mempengaruhi rasa, warna, aroma, dan penampakan dari saus yang dihasilkan. Garam, gula dan asam akan mempengaruhi rasa dan juga dapat berperan sebagai bahan pengawet. Tahapan proses pembuatan saus pisang dapat dilihat pada bagan proses pembuatan saus pisang.

    Selai Pisang

    Selai merupakan bahan makanan yang kental atau semi padat dibuat dari campuran buah dan gula yang sudah dihancurkan ditambah gula dan dimasak hingga kental atau berbentuk setengah padat. Proporsinya adalah 35% bagian berat buah dan 65% bagian berat gula (Fasogbon et al., 2013). Campuran buah dan gula tersebut dipekatkan hingga hasil akhir memiliki TPT (total padatan terlarutnya). Selai pisang dibuat dari buah pisang m a t a n g y a n g d i h a n c u r k a n , dicampur gula, dan dimasak. Proses pemasakan dilakukan untuk menghomogenkan campuran buah dan gula, menguapkan sebagian air sehingga diperoleh struktur gel. Proses pemasakan

    Pisang Matang

    Pengupasan

    Pengukusan (5-10 menit)

    Pisang kukus

    Pembuburan

    Bubur campuran cabai dan pisang

    Cabai

    Pengukusan 5 menit

    Cabai kukus

    Bumbu : Garam, gula, minyak wijen,

    kecap inggris, minyak goreng

    Air

    Penyaringan

    Pemasakan

    Saos Pisang

    Proses pembuatan saus pisang.

    harus dikendalikan dengan baik karena pemasakan yang berlebih menyebabkan selai menjadi keras dan kental, sedangkan pemanasan yang kurang menghasilkan selai yang encer. Selain itu, proses pengadukan juga harus dikendalikan untuk menghindari terbentuknya gelembung udara yang dapat merusak tekstur. Selai yang baik harus memiliki sifat oles yang baik dan tidak keras. Untuk meningkatkan umur simpan produk, pengisian produk ke dalam kemasan jar kaca dapat dilakukan pada saat produk masih panas (hot filling) kemudian

    menutup kemasan dan dilanjutkan dengan melakukan proses sterilisasi. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan merebus atau mengukus selai dalam jar selama 20 menit.

    Ira Mulyawanti dan S Joni Munarso

    Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Pascapanen Pertanian

    Jalan Tentara Pelajar No. 12 A

    Cimanggu, Bogor

    Telepon : (0251) 8351277

    Faksimile : (0251) 8350928

    E-mail : bbpascapanen@litbang.

    pertanian.go.id ,

    Pisang Matang Kupas

    Air

    Tepung Tapioka/Maizena

    Pengadukan

    Larutan Tepung Tapioka/Maizena

    Pembuburan

    Pemasakan

    Selai Matang

    Mentega Pemasakan

    Selai Pisang

    Gula

    Pencampuran Bahan

    Proses pembuatan selai pisang

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 13

    Bio Patenggang Agritan adalah var ie tas turunan esensia l (VTE) dari varietas padi gogo Situ Patenggang berdasarkan S K P e l e p a s a n n o m o r : 2 5 5 /HK.540/C/05/2019.

    Varietas Situ Patenggang sendiri dilepas pada tahun 2003 dan telah diterima dengan baik oleh petani karena berbagai keunggulannya. Meski dikategorikan sebagai padi gogo, Situ Patenggang adaptif pada kondisi genangan atau sawah sehingga dikenal juga sebagai padi amfibi.

    Ada 12 varietas padi amfibi yang direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk menghadapi cuaca ekstrim, salah satunya adalah varietas Situ Patenggang. Saat ini varietas ini dilaporkan rentan terhadap penyakit blas Ras073, Ras033, Ras001, Ras 373 dan Ras 041 yang banyak menyebar di beberapa lokasi endemis penyakit blas, seperti Sukabumi, Jasinga, Lampung, dan Sitiung, Sumatera Barat. Serangan penyakit blas pada tanaman padi dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga mencapai 50%. Bahkan pada kondisi l ingkungan yang mendukung, serangan penyakit

    Bio Patenggang Agritan, Padi Amfibi Baru yang Lebih Tahan Penyakit Blas

    Pada awal pelepasannya, varietas Situ Patenggang salah satu varietas padi fungsional aromatik dikategorikan tahan penyakit blas. Namun saat

    ini varietas Situ Patenggang dilaporkan rentan terhadap penyakit blas yang banyak menyebar di beberapa lokasi endemis penyakit blas. Sumber

    gen ketahanan untuk perbaikan Situ Patenggang berasal dari varietas monogenik tahan penyakit blas. Bio Patenggang Agritan, merupakan

    varietas padi amphibi baru dengan mengintroduksi gen ketahanan terhadap penyakit blas yang bersifat durable resistance.

    blas dapat mengakibatkan puso. Oleh karena itu, upaya peningkatan sifat ketahanan Situ Patenggang d i l a k u k a n k e m b a l i d e n g a n mengintroduksi gen ketahanan yang bersifat durable resistance (resistensi yang tahan lama).

    Sumber Gen Ketahanan Bio Patenggang Agritan

    Sumber gen ketahanan untuk perbaikan Situ Patenggang berasal dari varietas monogenik tahan penyakit blas IRBLta-Re2 sebagai pendonor. Varietas monogenik IRBLta-Re2 diketahui memiliki spektrum ketahanan luas terhadap ras-ras pathogen blas di lapang. Sifat ketahanan tersebut dikendalikan oleh gen-gen Pita2. Hasil penelitian Chen dkk. (2014) juga terdeteksi adanya gen Pita3 dalam genom IRBLta-Re2. Dengan demikian IRBLta-Re2 memiliki dua jenis gen Pita yang diduga menyebabkan varietas monogenic tersebut tahan terhadap banyak ras patogen blas. Hal ini yang menjadi pertimbangan pemilihan IRBLta-Re2 sebagai donor gen untuk perbaikan sifat ketahanan varietas Situ Patenggang.

    Proses Introduksi Gen Ketahanan dan Seleksi Galur-galur Bio Patenggang

    Proses introduksi gen Pita ke da lam genom va r i e tas S i t u Patenggang dilakukan melalui persilangan konvensional antara Situ Patenggang dan IRBLta-Re2. Insersi gen Pita pada galur-galur turunan hasil persilangan dilakukan dengan marka molekuler foreground Pita403 dan ITS, selain validasi fenotipe sifat ketahanan melalui uji infeksi dengan patogen blas. Marka tersebut bersifat polimorfis untuk kedua tetua. Sifat polimorfik antar tetua inilah yang selanjutnya digunakan sebagai pola untuk menyeleksi galur-galur turunannya, sehingga diperoleh galur-galur yang memiliki tipe genotipe sama dengan tetua donor yang membawa gen ketahanan terhadap penyakit blas.

    Galur-galur hasil persilangan yang membawa gen ketahanan disilang balik (backcross) sebanyak tiga kali dengan Situ Patenggang (background) sebagai tetua pemulih. Galur-galur hasi l s i lang bal ik diseleksi dengan marka molekuler background untuk mengeliminasi alel yang tidak diinginkan dari tetua donor yang ikut terintrogresi ke dalam galur-galur segregan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa galur-galur hasil silang balik memiliki kesamaan 90% dengan Situ Patenggang tetapi tetap membawa gen Pita. Awalnya, seleksi dengan marka molekuler background dilakukan pada generasi BC3F2 menggunakan high density genome-

  • 14 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    based 384 SNP (single nucleotide polymorphism) dengan alat high-throughput genome analyzer iScan (Illumina, AS). Berdasarkan marka-marka SNP yang signifikan, kemudian dirancang marka SNAP (Single nucleotide-amplified polymorphism) yang aplikatif untuk seleksi populasi silang balik lanjutan dengan teknik PCR. Dari hasil seleksi tersebut diperoleh empat nomor galur yang memiliki kemiripan karakter dengan varietas Situ Patenggang dan sudah membawa gen Pita asal IRBLta-Re2. Galur-galur ini dikenal sebagai galur turunan esensial dari Situ Patenggang.

    U n t u k p ro s e s p e l e p a s a n galur turunan esensial menjadi varietas perlu dilakukan uji petak pembanding. Metode pengujian mengacu pada metode uji Baru, Unik, Seragam, dan Stabil (BUSS) dengan varietas Situ Patenggang sebagai pembandingnya. Proses pengujian ini juga tetap dipandu dengan analisis keragaman genotipe menggunakan marka foreground dan background. Uji petak pembanding dilakukan di Kebun Percobaan Balai Besar Tanaman Padi pada tahun 2016. Ada empat nomor galur yang telah diuji dan kemudian diusulkan menjadi kandidat varietas turunan esensial (VTE). Dari hasil sidang tim Pelepasan dan Perlindungan Varietas Tanaman Pangan (PPVTP), galur nomor Sta-8-S15-TB16 disetujui untuk dilepas sebagai varietas unggul baru padi gogo yang diberi nama ‘Bio Patenggang Agritan’ dan dilepas berdasarkan SK Pelepasan nomor 25514K-540/C/05/2019.

    Keunggulan Bio Patenggang

    Setelah berhasil dilepas menjadi varietas unggul, Bio Patenggang Agritan harus diadopsi petani atau pengguna agar mampu berkonstribusi dalam meningkatkan dan mendukung keberlangsungan swasembada beras nasional. Untuk itu varietas Bio Patenggang telah diujiadaptasikan di beberapa lokasi yang menjadi target pengembangan, baik di lahan kering, sawah tadah hujan, maupun sawah irigasi. Dari hasil pengujian potensi varietas Bio Patenggang di lahan gogo mencapai 6,8–7,7 t/ha, sedangkan potensi hasil di lahan sawah sekitar 8,5–9 t/ha. Dengan demikian hasil uji adaptasi tersebut memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dari hasil uji petak pembanding yang hanya mencapai 6 t/ha. Di salah satu lokasi pengembangan di lahan sawah tadah hujan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan, produksi GKG (ton/ha) Bio Patenggang Agritan lebih tinggi sekitar 36,4% pada MTII, 2018 dibandingkan dengan varietas Ciherang yang biasa ditanam petani. Lokasi lahan pengujian diketahui merupakan daerah endemis penyakit blas dan serangan hama WBC. Dengan peningkatan yang sangat signifikan tersebut, Pemerintah Daerah OKUT kemudian melakukan penanaman kembali di empat lokasi berbeda dengan luasan mencapai 10,25 ha pada MTI 2019 melalui program Padi Organik. Dipilihnya Bio Patenggang Agritan dalam program padi organik karena

    produksi tinggi, kualitas sangat baik, pulen, teksturnya sedang, kadar amilosa 24%, dan termasuk beras aromatik. Bio Patenggang Agritan juga mempunyai daya adaptabilitasnya yang tinggi pada berbagai agroekosistem pertanian atau sawah, seperti lahan kering, sawah tadah hujan, maupun sawah irigasi (varietas amphibi). Padi ini berumur 120–125 hari setelah semai, bertipe tegak, tinggi tanaman 143 cm, anakan produktif 15 batang, bentuk gabah agak ramping, warna gabah kuning emas, bobot gabah 24 g/1.000 butir, dan produksi rata-rata 4,7 t GKG/ha.

    Dengan terus berkembangnya perubahan iklim global yang akan berdampak terhadap peningkatan cekaman kekeringan dan sekaligus kebanjiran, varietas Bio Patenggang Agritan akan menjadi andalan untuk mendukung ketahanan pangan. Kondisi iklim yang tidak menentu, perkembangan populasi OPT juga akan sulit diprediksi, sehingga dengan tersedianya varietas Bio Patenggang Agritan yang tahan terhadap patogen blas dapat meminimalisir kehilangan hasil akibat serangan OPT.

    Dwinita Utami

    Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Bioteknologi dan Sumber

    Daya Genetik Pertanian

    Jalan Tentara Pelajar No. 3A

    Cimanggu, Bogor

    Telepon : (0251) 8337975

    Faksimile : (0251) 8338820

    E-mail : [email protected].

    go.id

    Keragaan varietas Bio Patenggang Agritan dan suasana panen MTII, 2018 petani Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), Sumatera Selatan

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 15

    Lahan pasang surut merupakan lahan marginal yang memiliki masalah dan kendala antara lain pH yang rendah, adanya zat beracun, kahat unsur hara phosphor dan kalium, jika diusahakan secara tidak tepat tidak akan memberikan hasil memuaskan.

    Lahan pasang su ru t j i ka diusahakan secara tepat dan benar untuk pertanian akan memberikan hasil yang memuaskan. Seperti yang dilakukan oleh petani-petani di Kecamatan Tangaran, Kabupaten Sambas yang merupakan daerah sentra kedelai, yang sebelumnya hanya 1,2–1,5 ton/ha, ternyata dapat menghasilkan produksi hingga mencapai 2,4 t/ha biji kering setelah menerapkan teknologi budi daya dengan tepat dan benar melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Produktivitas ini lebih tinggi dari produktivitas kedelai Kalimantan Barat yang hanya mencapai 14,08 ku/ha dan produktivitas kedelai Nasional 14,44 ku/ha (Kementan, 2018).

    Di Kabupaten Sambas, kedelai sebagian besar diusahakan pada lahan pasang surut tipe luapan C, dimana lahan ini tidak terluapi baik pasang besar maupun pasang kecil dengan kedalaman muka air tanah kurang dari 50 cm dari

    Sukses Bertanam Kedelai Setelah Padi pada Lahan Pasang Surut Tipe Luapan C

    Lahan pasang surut jika diusahakan secara tepat untuk pertanian akan memberikan hasil yang memuaskan. Seperti yang dilakukan oleh petani daerah sentra kedelai di Kecamatan Tangaran Kabupaten Sambas yang

    sebelumnya produktivitas kedelainya hanya 1,2–1,5 ton/ha, ternyata setelah menerapkan teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dapat

    menghasilkan produksi hingga mencapai 2,4 t/ha biji kering.

    permukaan tanah. Pada lahan ini, sebelum diusahakan kedelai, petani terlebih dahulu menanam padi pada bulan Agustus/September sampai Desember/Januari, sehingga kedelai diusahakan setelah padi pada Bulan Februari/Maret–Mei/Juni.

    Teknologi Budidaya Kedelai Setelah Padi di Lahan Pasang Surut pada Tipe Luapan C

    Penggunaan Benih Varietas Unggul dan Bermutu, merupakan salah satu komponen teknologi utama dalam peningkatan produksi dan produktivi tas usaha tani. Varietas kedelai yang ditanam dan berkembang di lahan pasang surut Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat adalah varietas unggul dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, yaitu Grobogan, Anjasmoro dan Agromulyo. Hal ini didasarkan atas hasil uji adaptasi varietas unggul tersebut yang dapat beradaptasi dengan baik dengan hasil 1,5 t/ha–2,88 t/ha. Selain itu, varietas kedelai ini juga berbiji besar dengan ukuran biji 14,5–18 gr/100 butir sesuai dengan permintaan pasar. Selain varietas unggul, benih yang

    digunakan juga harus bermutu.Penggunaan Benih kedelai yang bermutu di antaranya dicirikan dengan daya tumbuh > 80%, tidak keriput, tidak bercampur dengan varietas yang lain dan kotoran lain. Benih bermutu ditandai dengan adanya label atau telah memperoleh sertifikasi.

    Persiapan Lahan. Tanah bekas penanaman padi t idak per lu dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah). Pada saat panen jerami dipotong pendek. Untuk pengendalian gulma perlu disemprot dengan herbisida pra tumbuh kontak atau sistemik. Setelah itu lahan diberi bahan organik seperti pupuk kandang dan abu sekam dll.

    Pembuatan Saluran Drainase. Tanaman kedelai memerlukan air yang cukup, namun kelebihan air akan menghambat pertumbuhan kedelai. Oleh karena itu, diperlukan saluran drainase untuk mengalirkan air ke lahan pertanaman agar kelembapan lahan terjaga dan dapat membuang kelebihan air pada saat hujan. Saluran drainase dibuat dengan ukuran lebar dan kedalaman sekitar 30 cm dan jarak antar saluran 2–5 m.

    Penanaman. Dilakukan dengan tugal, jarak tanam 40 x 15 cm atau 35 x 20 cm, sebanyak 2 biji/lubang, kemudian ditutup dengan tanah. Pada tanah-tanah yang porous, sebaiknya sebelum penanaman, lubang tanam diberi abu sekam agar di dalam lubang tanam menjadi lembap dan biji akan cepat tumbuh. Kebutuhan benih kedelai berbiji besar adalah 40– 45 kg/ha.

  • 16 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    Penyulaman. Dilakukan pada tanaman kedelai yang mati pada umur 1 minggu setelah tanam (MST). Penyulaman diharapkan tidak melebihi 1 MST karena tanaman yang disulam dikhawatirkan tumbuhnya tidak seragam dengan tanaman yang pertama.

    Pemupukan. Dilakukan pada umur 10 HST, yang dapat dilakukan secara tugal dengan jarak 5 cm dari tanaman atau larikan atau dapat dilakukan secara sebar jika tanah dalam keadaan lembap. Dosis pemupukan yang dapat digunakan adalah 50 kg Urea, 100 kg SP 36 dan 50 kg KCl/ha atau 150 kg NPK, 36 SP36 dan 12 kg KCl/ha.

    Penyiangan. Untuk menghindari persaingan dengan gulma, maka per lu d i lakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan 2 kali atau tergantung pada banyaknya gulma. Penyiangan dapat d i lakukan menggunakan kored atau cangkul kecil atau dapat juga menggunakan herbisida purna tumbuh.

    Pengenda l i an Organ i sme Pengganggu Tanaman. Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) d i lakukan se jak awa l pertanaman. Terlambat dalam penanganan OPT akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap penurunan produksi. OPT utama yang biasa menyerang tanaman kedelai adalah hama lalat bibit, ulat grayak, penggerek polong dan pengisap polong, serta penyakit karat daun dan hawar daun. Pada daerah endemik lalat bibit, sebaiknya dilakukan perlakuan dengan insekt is ida berbahan aktif corbusulfan. Berdasarkan pengalaman, OPT yang paling utama pada tanaman kedelai di Kabupaten Sambas adalah ulat grayak.

    Pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan penanaman serentak, menanam var ie tas yang tahan seperti Ijen (berbiji kecil), dan jika diperlukan dapat digunakan penyemprotan dengan

    insektida berbahan aktif permetrin, dekametrin, sipermetrin, sihalotrin dan klorfluazinon.

    Panen. Dilakukan setelah semua daun tanaman sudah tua, atau berwarna kuning atau telah gugur. Panen dapat menggunakan sabit bergerigi atau sabit tanpa bergerigi. Setelah dipanen, polong kedelai yang masih melekat di batangnya segera dijemur. Kemudian biji dirontokkan dengan cara dipukul atau menggunakan mesin perontok. Setelah dirontok, biji segera dijemur atau dikeringkan dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering.

    Sari Nurita

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

    Kalimantan Barat

    Jalan Budi Utomo No. 45,

    Siantan Hulu, Pontianak

    Telepon : (0561) 882069

    Faksimile : (0561) 883883

    E-mail : [email protected].

    go.id

    Keragaan pertumbuhan kedelai setelah padi di lahan pasang surut tipe luapan C di Kecamatan Tangaran Kab. Sambas, Kalimantan Barat

  • Volume 41 Nomor 5, 2019 17

    Permasalahan yang dihadapi para peternak dalam usaha peternakan, khususnya usaha pembiakkan adalah reproduksi induk dan jantan. Masalah pada indukan adalah masa birahi yang lama setelah ternak melahirkan dan indukan memerlukan beberapa kali perkawinan/IB sebelum terjadi kebuntingan (conception rate nya rendah). Sedangkan pada pejantan, ditemui kualitas semen yang rendah dan pejantan yang libidonya cukup rendah. Hal ini menjadi masalah serius, karena kemajuan usaha peternakan khususnya peningkatan populasi ternak sangat bergantung kepada reproduksi induk dan jantan. Penyebab utama rendahnya reproduksi induk dan jantan adalah dari nutrisi pakan yang dikonsumsi ternak, terutama apabila terjadi kekurangan nutrisi dan mineral/vitamin yang diperlukan untuk proses reproduksi.

    Selain nutrisi, faktor lingkungan dapat mempengaruhi k iner ja reproduksi induk dan jantan. Stress yang disebabkan oleh lingkungan salah satunya disebabkan karena kehadiran radikal bebas. Stress oks idat i f dapat ter jadi pada

    Pakan Aditif Minoxvit Sumber Antioksi dan Peningkat Reproduksi Ternak Masa birahi yang lama setelah melahirkan dan rendahnya conception rate indukan serta rendahnya kualitas semen dan libido pejantan merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi pada usaha perbibitan. Sementara itu, peningkatan populasi ternak sangat bergantung pada

    reproduksi indukan dan pejantan. Pakan aditif MINOXVIT terbukti sangat bermanfaat untuk peningkatkan kinerja mikroba rumen; pencegahan

    penurunan bobot badan indukan setelah melahirkan; peningkatkan laju pertumbuhan anak yang baru lahir; serta memperpendek siklus birahi

    kembali setelah melahirkan, sehingga induk dapat beranak setiap tahun.

    indukan yang terkena paparan panas matahari yang berlebihan akibat terjadinya perubahan iklim, tanpa adanya peneduh. Kejadian ini banyak dialami oleh indukan yang dipelihara di daerah dengan suhu yang tinggi dan digembalakan. Terjadinya stress oksidatif yang sangat tinggi selama suhu udara panas ini menyebabkan kegagalan reproduksi pada induk. Hal yang sama dapat dialami oleh pajantan, namun yang dipengaruhi adalah kualitas semen. Pada umumnya terjadi penurunan kualitas semen yang ditandai dengan gerakan sperma yang lambat, tingginya persentase sperma yang mati. Libido jantan dapat juga terpengaruh dengan kondisi stress oksidatif ini. Pemanasan global akan terus terjadi dimana diprediksi akan terus terjadi peningkatan suhu bumi. Hal ini menjadi masalah serius yang akan dihadapi oleh dunia peternakan, khususnya peternak rakyat yang merupakan bagian terbesar dari usaha peternakan di Indonesia (lebih dari 90%). Melihat permasalahan tersebut, maka penelitian di Balai Penelitian Ternak mencoba untuk mendapatkan teknologi yang dapat

    membantu memecahkan permasalah tersebut. Teknologi ini tentunya bersifat mudah diterapkan dan murah, yang berarti menggunakan bahan-bahan lokal sehingga mudah diperoleh. Teknologi yang mudah diterapkan akan mempunyai daya adopsi yang tinggi oleh pengguna. Pakan aditif menjadi salah satu p i l ihan, karena pakan ad i t i f diberikan dalam jumlah yang kecil, namun memberikan dampak yang signifikan/besar. Pakan aditif yang dimaksud adalah MINOXVIT, yang merupakan kependekan dari tiga unsur yang menyusunnya yaitu mineral, antioksidan dan vitamin. Tiga komponen ini merupakan unsur mikro yang mempunyai peran yang besar. Antioksidan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi stress terhadap radikal bebas dan stress oksidasi.

    Keunggulan pakan aditif ini adalah dari bahan bakunya, yaitu kulit buah manggis yang merupakan sumber antioksidan yang sangat tinggi. Sumber antioksidan lainnya yang diperlukan dalam jumlah sedikit dalam proses reproduksi bersumber dari mineral dan vitamin α-tocopherol. Kombinasi tiga jenis antioksidan yang berbeda sumber menjadi satu pakan aditif MINOXVIT dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat dan baik terhadap reproduksi. Pada indukan yang sedang bunting, pakan aditif diberikan kepada ternak setiap hari dimulai pada saat indukan memasuki kebuntingan bulan ke 9 dan dihentikan pada saat indukan telah melahirkan dan bunting kembali. Berdasarkan hasil

  • 18 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian

    penelitian, pemberian pakan aditif MINOXVIT umumnya selama 3 bulan, yaitu sebulan sebelum melahirkan sampai 2 bulan setelah melahirkan. Kalau pada pejantan, pemberian selama 2 minggu berturut-turut telah dapat meningkatkan libido ternak dan kualitas spermanya.

    Beberapa hasi l penguj ian p e n g g u n a a n M I N O X V I T d i antaranya adalah pada kambing PE memberikan respon pada volume semen yang dihasilkan. Kambing jantan yang dipelihara di daerah dingin (24°C) yang diberi pakan aditif MINOXVIT setiap hari selama 1 bulan dapat menghasilkan volume semen 28,6% lebih banyak dibandingkan kambing jantan yang tidak diberi pakan aditif. Dampak terhadap volume semen lebih besar terlihat pada kambing yang dipelihara pada suhu panas (33°C), dimana peningkatan volume semen tercatat sebesar 40% dibandingkan ternak yang tidak diberi pakan aditif MINOXVIT. Pemberian MINOXVIT juga menyebabkan peningkatan motilitas sperma sebanyak 12% dibandingkan dengan sperma yang dihasilkan dari kambing yang tidak diberi pakan aditif MINOXVIT. Hasi l yang sama ditunjukkan pada persentase sperma yang hidup, dimana pemberian pakan aditif MINOXVIT menghasilkan penurunan persentase sperma yang mati dalam semen kambing sebesar 17%, dibandingkan dengan semen dari kambing yang tidak diberi pakan aditif MINOXVIT. Jika dilihat dari konsumsi pakan, kedua kelompok kambing mempunyai

    konsumsi pakan yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan jumlah konsumsi pakan yang sama, kambing jantan yang diberi pakan aditif MINOXVIT menghasilkan kualitas semen yang lebih baik. Pemberian pakan aditif sumber antioksidan pada induk kerbau yang dimulai dari umur kebuntingan 9 sampai 2 bulan setelah melahirkan, menunjukkan hasil bahwa induk yang diberi pakan aditif MINOXVIT mendapatkan birahi kembali 8 hari lebih cepat dari pada induk kerbau yang tidak diberi MINOXVIT. Implikasinya adalah bahwa ternak mempunyai jarak beranak (Calving interval/CI) yang pendek, dimana ternak dapat melahirkan satu anak setiap tahun (CI=12 bulan). Lebih pendek daripada kondisi di lapangan yaitu jarak beranak 15–24 bulan. Penurunan bobot badan induk setelah melahirkan lebih rendah 43,4% dibandingkan dengan dengan induk kerbau yang tidak diberi pakan aditif MINOXVIT. Hasil pengamatan terhadap anak yang dilahirkan dari induk kerbau yang diberi pakan aditif MINOXVIT menunjukkan bahwa anak yang dilahirkan mempunyai laju pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pakan aditif sumber antioksidan tidak hanya pada induknya tetapi pada anaknya. Ini dimungkinkan karena induk menghasilkan susu yang lebih baik sehingga anak mempunyai pertumbuhan yang lebih baik. Fungsi dan manfaat pakan aditif MINOXVIT adalah meningkatkan kualitas semen ternak melalui peningkatkan konsentrasi sperma dalam semen;

    peningkatkan persentase sperma yang hidup; peningkatkan motilitas sperma; penurunan jumlah sperma yang mati; dan peningkatan volume semen. Untuk indukan, fungsi dan manfaatnya adalah peningkatan kinerja mikroba rumen; pencegahan penurunan bobot badan induk setelah melahirkan; peningkatkan laju pertumbuhan anak yang baru lahir dari induk yang diberi pakan aditif MINOXVIT; dan memperpendek post partum oestrus (birahi kembali setelah melahirkan), sehingga induk dapat beranak setiap tahun.

    Pakan aditif MINOXVIT ini telah tersebar di wilayah Indonesia sebanyak 28 prov ins i . Mula i dimanfaatkan secara besar dalam program nasional SIWAB pada tahun 2017. Sampai sekarang pakan aditif MINOXVIT masih terus dimanfaatkan oleh peternak karena hasilnya memberikan kepuasan bagi para peternak, dimana induk-induk mempunyai jarak beranak 12 bulan dengan kematian pedet yang rendah. Pakan aditif MINOXVIT masih dibuat di laborator ium nutrisi di Balai Penelitian Ternak. Produksinya disesuaikan dengan jumlah permintaan.

    M. Winugroho, Yeni Widiawati,

    Tatan Kostaman, dan

    Ari Kusumaningrum

    Balai Penelitian Ternak

    Jalan Veteran III, PO. BOX 221

    Ciawi Bogor

    Telepon : (0251) 8240752

    Faksimile : (0251) 8240754

    E-mail : [email protected].

    go.id

    Pengolahan Minoxvit (a), pengemasan dan pengepakkan Minoxvit (b). Pemberian Minoxvit pada sapi.

    (a) (b)

    Cover Warta 41 - no5 OK.pdf (p.1)kata pengantar warta vol 41 no 5.pdf (p.2)Warta Vol 41 No 5 - 2019.pdf (p.3-20)