Wantilan

21
1. Pendahuluan 1.1. Latar belakang Bale banjar merupakan bangunan ruang umum bagi masyarakat Bali. Banyak filosofi dan fungsi yang dikandungnya. Satu contoh bale banjar yang cukup dikenal di Bali adalah bale banjar Gerenceng. Seperti bale banjar lainnya, bale banjar Gerenceng memiliki wantilan dan bangunan lainnya yang melengkapi sebuah bale banjar. Bentuk wantilan dari bale banjar ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya jineng diatas kantor kepala banjar. Sekiranya hal itulah yang menjadi alasan kami untuk mengangkat bale banjar ini sebagai objek penelitian kami. 1.2. Rumusan masalah 1.2.1 Bagaimana sejarah Bale Banjar Gerenceng? 1.2.2 Bagaimana penerapan konsep-konsep bali pada Bale Banjar Gerenceng ? 1.2.3 Sebagai Bale banjar yang telah lama berdiri, bale Banjar Gerenceng tentu saja mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Apa saja perubahan yang telah dibuat pada bale Banjar tersebut baik fungsi maupun bentuknya? 1.3. Metode penelitian Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode sebagai sumber penulisan. Diantaranya

description

Pembahasan wantilan bale banjar 'Gerenceng'

Transcript of Wantilan

Page 1: Wantilan

1. Pendahuluan

1.1. Latar belakang

Bale banjar merupakan bangunan ruang umum bagi masyarakat Bali. Banyak

filosofi dan fungsi yang dikandungnya. Satu contoh bale banjar yang cukup dikenal di

Bali adalah bale banjar Gerenceng.

Seperti bale banjar lainnya, bale banjar Gerenceng memiliki wantilan dan

bangunan lainnya yang melengkapi sebuah bale banjar. Bentuk wantilan dari bale

banjar ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu adanya jineng diatas kantor kepala banjar.

Sekiranya hal itulah yang menjadi alasan kami untuk mengangkat bale banjar ini

sebagai objek penelitian kami.

1.2. Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana sejarah Bale Banjar Gerenceng?

1.2.2 Bagaimana penerapan konsep-konsep bali pada Bale Banjar Gerenceng ?

1.2.3 Sebagai Bale banjar yang telah lama berdiri, bale Banjar Gerenceng tentu saja

mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Apa saja perubahan yang telah dibuat

pada bale Banjar tersebut baik fungsi maupun bentuknya?

1.3. Metode penelitian

Pada penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode sebagai

sumber penulisan. Diantaranya yaitu metode studi pustaka melalui media cetak seperti

buku maupun media elektronik seperti internet, juga metode survey langsung ke lokasi

bersangkutan. Selain itu penulis juga mengambil sumber dari hasil wawancara langsung

kepada arsitek bale banjar Gerenceng yaitu Arsitek Yoka Sara.

1.4. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.4.1.Mengetahui sejarah Bale banjar Gerenceng.

1.4.2.Mengetahui penerapan konsep-konsep Bali pada Bale Banjar Gerenceng

1.4.3.Mengetahui perubahan fungsi maupun bentuk dari Bale banjar Gerenceng.

Page 2: Wantilan

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1.Sebagai sumber referensi maupun kontemplasi mengenai bangunan dengan

konsep Bali.

1.5.2.Menjadi dokumentasi tentang arsitektur tradisional Bali pada umumnya dan bale

banjar Gerenceng pada umumnya.

Page 3: Wantilan

2. Dasar Teori

2.1. Pengertian Fungsi dan Sejarah Bale Banjar

Bale banjar, merupakan satu bangunan khas masyarakat bali yang menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat bali, terutama dalam lingkup banjar. Berikut ini uraian mengenai bale

banjar:

2.1.1. Pengertian dan fungsi wantilan

Bangunan dengan dimensi yang cukup luas yang mengatapi suatu kegiatan

ataupun upacara yang dilaksanakan di ruang terbuka. Memiliki atap bertingkat

dan menggunakan gegulak sebagai perhitungan dimensi bangunan.

Selain itu wantilan merupakan bangunan yang memiliki banyak fungsi

antara lain adalah sebagai tempat rapat warga desa, tempat untuk mementaskan

seni tari, tempat upacara agama, bahkan juga dapat digunakan sebagai tempat

berjualan. Hal ini tidak terlepas dari makna wantilan yang memiliki makna

publik, makna komunikasi, makna ritual, dan makna magis.

2.1. Filosofi dasar dalam bangunan tradisional Bali

Pada subbab ini akan dibahas mengenai teori arsitektur tradisional Bali. Berikut

penjabarannya:

A. Tri Hita Karana

Menurut Dwijendra (2008 : 2) Tri Hita Karana berasal dari kata Tri yaitu

tiga. Hita yang berarti kemakmuran, baik, gembira, senang, dan lestari. Karana

yaitu sebab, sumber, atau penyebab. Jadi Tri Hita Karan berarti tiga unsur

penyebab kebaikan yang meliputi :

a. Atma (roh atau jiwa).

b. Prana (tenaga).

c. Angga (jasad atau fisik).

Konsepsi Tri Hita Karana dipakai dalam pola ruang dan pola perumahan

tradisional bali yang diidentifikasi sebagai berikut:

a. Parahyangan, dalam arsitektur tradisional bali berupa tempat suci.

Representasi hubungan manusia dengan Tuhan (Atma).

Page 4: Wantilan

b. Pawongan, dalam arsitektur tradisional bali berupa manusia.

Representasi hubungan manusia dengan manusia sesamanya yang

harus senantiasa harmonis (Angga).

c. Palemahan, dalam arsitektur tradisional bali berupa pekarangan.

Merepresentasikan hubungan manusia dengan alam sekitarnya (Prana).

B. Tri Angga dan Tri Loka

Menurut Dwijendra (2008 : 4) Tri Angga berasal dari kata Tri yang berarti

tiga dan Angga yang berarti badan. Tri Angga terbagi menjadi :

a. Utama Angga (kepala).

b. Madya Angga (badan).

c. Nista Angga (kaki).

Tri Angga dalam bhuana agung (alam semesta) sering disebut dengan tri

loka atau tri mandala. Dalam kaitannya dengan arsitektur tradisional bali maka :

a. Utama Angga merupakan bagian atap.

b. Madya Angga merupakan bagian dinding.

c. Nista Angga merupakan bagian bebaturan.

C. Orientasi

Menurut Dwijendra (2008 : 6) dalam tata nilai arsitektur tradisional bali

untuk mencapai keselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit berdasarkan

pada tata nilai hulu-teben. Konsep ini memiliki orientasi-orientasi sebagai

berikut:

a. Orientasi dengan konsep sumbu ritual kangin-kauh.

- Kangin (matahari terbit) - luan, nilai utama.

- Kauh (matahari terbenam) - teba, nilai nista.

b. Orientasi dengan konsep sumbu bumi atau natural kaja-kelod.

- Kaja (kearah gunung) - luan, nilai utama.

- Kelod (kearah laut) - teba, nilai nista.

c. Orientasi dengan konsep akasa-pertiwi, atas-bawah.

- Alam atas - Akasa, purusa.

-Alam bawah - Pertiwi, pradana.

Page 5: Wantilan

Konsep akasa-pertiwi yang diterapkan dalam pola ruang kosong dalam

perumahan atau lingkungan bali dikenal dengan natah.

D. Sanga Mandala

Konsep tata ruang sanga mandala juga merupakan konsep yang lahir dari

sembilan manifestasi Tuhan yaitu dewata nawa sanga yang menyebar di delapan

arah mata angin ditambah satu ditengah untuk menjaga keseimbangan alma

semesta.

Konsep sanga mandala digunakan sebagai acuan untuk melakukan zonasi

kegiatan dan tata letak bangunan tradisional bali. Berikut ini penjelasan konsep

Sanga Mandala secara ilustratif:

Kemudian, berikut ini pembagian zonanya dalam bangunan:

Utamaning

Nista

(III)

Utamaning

Madya

(II)

Utamaning

utama

(I)

Madyaning

nista

(VI)

Madyaning

mady

a

(V)

Madyaning

Utama

(IV)

Page 6: Wantilan

Nistaning

Nista

(IX)

Nistaning

mady

a

(VIII)

Nistaning

Utama

(VII)

I : mrajan, sumur

II : mrajan, sumur, meten

III : mrajan, sumur, penunggun karang

IV : bale dangin

V : natah, pengijeng

VI : bale dauh, penunggung karang

VII : kebun

VIII : bale delod, dapur, jineng

IX : bada, dapur, jineng, sumur

3. Pembahasan

Bale banjar Gerenceng, terletak di Jl. Sutomo, Denpasar. Berikut ini posisinya terhadap

desa-desa pakraman lainnya di Kota Denpasar:

Page 7: Wantilan

3.1. Sejarah Bale Banjar Gerenceng

Gambar: Sumber: Suryada (2011)

Page 8: Wantilan

Bale Banjar Gerenceng yang sekarang berdiri merupakan karya dari arsitek Bali yang

terkenal, yaitu A.A. Yoka Sara. Sejarah pembangunan bale Banjar Gerenceng ini sendiri

memiliki cerita yang sangat menarik. Bale banjar gerenceng tersebut pertama kali dirancang

oleh kakek Yoka Sara.

Dalam

perkembangannya, bale

banjar tersebut

mengalami beberapa kali

renovasi. Pertama kali

mengalami renovasi

tahun 1924. Gambar di

samping merupakan

sketsa kasar dari Yoka

Sara mengenai Sejarah

Perubahan bentuk dari

bale banjar Gerenceng.

Pada tahun 1930-1940

terjadi perubahan yaitu: adanya penambahan luas dari bale banjar pada sisi utara bale banjar

yang sebelumnya, juga adanya pembuatan 2 buah bangunan baru yaitu 2 buah bale lantang

pada bagian utara bale banjar sebelumnya dan juga muncul 2 buah bangunan baru lagi yaitu

dapur dan bale pewaregan di seberang barat jalan.

Penambahan bangunan ini dimaksudkan untuk memuat

aktivitas dari krama banjar itu sendiri.

Pada tahun 1950 terjadi penambahan 2 masa bangunan

terjadi perubahan posisi dari bale kukul. 2 masa banguna

tersebut adalah wantilan dan kantor, sedangkan untuk

bangunan bale lantang dihilangkan. Menurut keterangan dari

narasumber yaitu Yoka Sara 4 pilar yang ada pada wantilan

merupakan perlambangan dari 4 tempekan yang ada pada bale banjar grenceng. Posisi dari

bale kukul dipindahkan ke sisi barat jalan, menurut arsitek Yoka Sara peletakan bale kukul

ini dirancang oleh sang kakek. Peletakan bale kukul sengaja di buat menutup gang, agar

pertemuan antara jalan dan gang tidak langsung terlihat seperti perempatan.

Page 9: Wantilan

Pada tahun 2005 terjadi 3 cara dalam pengembangan bale banjar grenceng. Pada tahun

pengembangan bale banjar grenceng dipimpin langsung oleh arsitek Yoka Sara.

1. Konservasi

Konservasi dilakukan untuk mempertahankan bangunan yang ada pura

penyarikan. Untuk mempertahankan bangunan yang ada pada pura penyarikan

dilakukan pemindahan bangunan dengan cara di angkat memakai alat berat. Pura

penyarikan dipindahkan ke sisi timur dari bale banjar selain itu bangunan bale gede

juga dipindahkan ke sisi utara dari bale banjar.

2. Restorasi

Banguan bale gede yang sudah berumur lebih dari 90 tahun, mengalami

kerusakan pada beberapa komponen konstruksi. Untuk memperbaiki itu dilakukan

penggantian pada beberapa bagian yang rusak. Menurut arsitek Yoka Sara, beberapa

tiang mengalami depormasi karena menahan gaya horizontal yang diterima oleh

bangunan bale gede tersebut.

3. New Development

Pada tahun ini terdapat penambahan bangunan baru yaitu candi bentar yang

terdapat pada sisi barat bale banjar. Candi bentar didesain langsung oleh arsitek Yoka

Sara yang terinspirasi dari candi bentar yang ada di pura Maospait.Pada tahun 2006

wantilannya diperbaharui dan bangunan jineng di bangun kembali dengan tujuan

mengembalikan Dewi Sri.

Page 10: Wantilan

3.2. Konsep Awal Perancangan Wantilan Bale Banjar Grenceng

Konsep perancangan awal bale

banjar grenceng kami dapatkan melalui

proses wawancara dengan arsiteknya, yaitu

Yoka Sara. Berikut rangkuman hasil

wawancara kami.

Posisi wantilan ditentukan melalui

kajian letak dan tata nilai. Posisi balebanjar

merupakan poros dari wantilan.

Pembuatan desain dari wantilan bale

banjar ini diawali dengan mendesain atapnya. Pada bagian atas dari atap diletakan sebuah

menur, menur ini sebagai perlambangan pencahayaan dari surga, di bawah menur adanya

penutup atap yang terbuat dari kaca sehingga sinar matahari dapat langsung masuk. Secara

filosofi cahaya yang masuk merupakan cahaya dari surga yang langsung masuk dan

Page 11: Wantilan

menerangi masyarakat yang ada di banjar grenceng. Pada bagian bawah atap tertadap

susunan kaca yang membentuk segidelapan yang merupakan simbol dari dewata nawasanga

yang pusatnya terletak pada menur yang ada pada bagian atas atap. Selain itu, empat pilar

yang ada pada wantilan tersebut merupakan simbol dari empat tempekan yang ada pada bale

banjar tersebut.

3.3. Penerapan Konsep

1. Konsep Tri angga

Bangunan – bangunan yang

terdapat pada bale banjar

grenceng melihatkan pembagian

triangga dengan jelas. Seperti

kebanyakan bangunan tradisional

bali, pembagian kepala, badan

dan kaki bangunan dapat

dibedakan walaupun hanya

dengan melihatnya secara

sepintas. Komposisi kepala badan

dan kaki bangunan akan membangun nilai estetika pada sebuah bangunan,

perbandingan atap (kepala), tiang atau dinding (badan) dan bataran (kaki) pada

bangunan – bangunan yang terdapat pada bale banjar grenceng sudah memiliki

perbandingan yang terlihat bagus.

Wantilan pada bagunan bale banjar grenceng

memiliki nilai estetika tinggi, hal ini terlihat dari

bentuk atap (kepala) yang tidak biasa terlihat pada

sebuah bale banjar. Bentuk kap yang d ekspose

pada bangunan ini dibuat dengan desain yang

sangat menarik, arsitek dari bangunan ini ingin

memberikan nilai lebih pada kapnya. Bentuk atap,

tiang dan bataran pada bangunan wantilan terlihat

sangat padu. Tiang pada bangunan ini di desain

spesial hanya untuk wantilan bale banjar grenceng

Page 12: Wantilan

saja, bentuk tiang yang seperti ini menjadi hal baru dalam bangunan bale banjar.

Arsitek mendesain langsung dan mempertimbangkan saran – saran yang diberikan oleh

orang yang ahli dalam pemasangan batu bata.

Pada bangunan bale gede, bentuk atap, tiang, dinding dan bataran terlihat seperti

bangunan bale yang biasa terlihat pada bangunan bale yang terdapat di tempat lain.

Bentuknya terlihat biasa, hanya dilengkapi dengan sedikit ornamen tetapi memilki

komposisi yang baik sehingga terlihat bagus walaupun sederhana.

2. Tri hita karana

Bale banjar ini memiliki

pembagian wilayah yang memakai

konsep trihita karana. Pembagian ini

berdasarkan fungsi dari areal

tersebut. areal parhyangan

ditempatkan bangunan – bangunan

yang memiliki fungsi

persembahyangan yaitu pura

penyarikan dan bagunan bale gede.

Areal parhyangan terletak pada bagian utara bale banjar. Untuk areal pawongan

terdapat bangunan wantilan, yaitu bangunan yang memiliki fungsi tempat bersosialisasi

antara masyarakat yang ada di sekitar areal banjar. Sedangkan untuk areal palemahan

terletak pada bagian selatan dan barat dari bale banjar, areal ini dipisahkan oleh jalan

dan sebuah gang. Pada areal ini terdapat bale kukul dan bale pewaregan.

3. Sanga mandala

Pembagian wilayah menurut konsep sanga

mandala pada bangunan ini tidak terlihat jelas,

hanya terlihat jelas pada bagian utama, pada bagian

utamaning utama terdapat bangunan suci, pada

bagian madyaning utama terdapat bangunan bale

gede. Pada bagian madya terdapat bangunan

wantilan yang berorientasi ke barat dan sebuah bale

Page 13: Wantilan

pewaregan. Dan pada bagian nista terdapat bangunan bale kukul dan kantor

administrasi dari banjar ini.

4. Panca Maha Bhuta

Pertiwi (tanah) : adanya lapangan upacara yang terbuka

Apah ( air ) : adanya saluran saluran air, yang memadai, seperti got dan instalasi pipa

Teja ( api ) : pemanfaatan cahaya matahari sebagai sumber energi utama dunia, telah

dapat di laksanakan dengan baik. Pemanfaat api pada Paon juga dimanfaatkan

dengan baik, digunakan sebagai warung makan.

Bayu ( angin ) : sirkulasi udara baik di dalam maupun luar ruangan terjadi dengan baik

– Akasa ( ruang kosong ) : Terdapat ruang kosang pada bangunan utama

bangunan banjar tersebut yaitu dibawah Menur yang melambangkan Hyang

Parama Wises.

5. Asta Dik Pala

o Utara yang dijaga

oleh dewa kuwera

terdapat bale

Gede yang

berfungsi sebagai

tempat untuk

mempersiapkan

keperluan

Upacara

o Timur laut yang

dijaga dewa isana

untuk perletakan

padmasana,

o Timur yang dijaga dewa indra terdapat panggung untuk pertunjukan warga

banjar, serta di lantai 2 terdapat tempat penyimpanan Gong dan alat music

tradional warga banjar tersebut. Peletakan Gong yang merupakan kekayaan

B

r

a

h

m

a

B

r

a

h

m

a

B

a

y

u

B

a

y

u

N

i

r

t

h

i

N

i

r

t

h

i

S

i

w

a

S

i

w

a

A

g

n

i

A

g

n

i

Y

a

m

a

Y

a

m

a

B

a

r

u

n

a

B

a

r

u

n

a

I

n

d

r

a

I

n

d

r

a

K

u

w

e

r

a

K

u

w

e

r

a

Page 14: Wantilan

banjar tersebut akan lebih baik jika diletakkan di sebelah Utara karena pada

sebelah utara dijaga oleh dewa Kuwera yang melambangkan kekayaan.

o Tenggara yang dijaga dewa agni, tidak terdapat bangunan balai banjar.

o Selatan yang dijaga dewa yama yaitu difungsikan sebagai Jineng pada lantai 2

dan Kantor/ Ruang Kepala Banjar pada lantai satu.

Kantor akan lebih tepat jika diletakkan di sebelah Timur sebagai pusat

pemerintahan yang dijaga oleh dewa Indra

o Barat daya yang dijaga neriti untuk perletakan bale kulkul dan paon yang

digunakan sebagai tempat berjualan makanan.

o tempat makan

o Barat laut yang dijaga dewa bayu tidak terdapat bangunan banjar

3.4. Pengalihan Fungsi Bangunan

Dalam perkembangannya

menghadapi zaman yang makin

modern ini, Bale Banjar Gerenceng

menjadi bangunan multifungsi.

Adapun maksud dari multifungsi itu

adalah bale banjar tersebut sekarang

sudah mengalami banyak perubahan

fungsi. Diantaranya yaitu kini bale

banjar tersebut digunakan sebagai tempat berniaga bagi masyarakat sekitar. Di sisi

barat banjar (seberang jalan) yang merupakan bale pawaragan dari banjar digunakan

sebagai tempat berdagang babi guling. Sedangkan sisi selatan dari wantilan digunakan

pula sebagai tempat berdagang rujak.

4. Penutup

4.1. Kesimpulan

Page 15: Wantilan

Bale banjar Gerenceng secara keseluruhan telah mengadopsi dan mengaplikasikan

konsep tradisional Bali dalam bangunannya (Bale Gede, Pura Penyarikan, Kantor & Jineng

dan Wantilan). Konsep dipadupadankan dengan gaya modern, menghasilkan bangunan

berbeda yang menjadi ciri khas bale banjar Gerenceng.

4.2. Saran

Perlu lebih banyak lagi para perancang bangunan yang memiliki kesadaran tinggi akan

budaya warisan leluhur seperti arsitek perancang wantilan bale banjar Gerenceng, agar

budaya tradisi negeri kita dapat terus terjaga.