wanita hamil.docx
-
Upload
faridah-yuwono-28 -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of wanita hamil.docx
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 1/11
wanita hamil
A. DESKRIPSI KASUS
Ny. FS sedang hamil 3 bulan dan menderita ISK,oleh dokter kandungan Ny.FS diresepkan
Primadex F 2xsehari selama 5 hari ,Folamil 1xsehari dan Domperidone prn untuk mengatasi
mual muntah yang kadang muncul dan cukup menggangu. Analisis permasalahan tersebut
sebelum Anda layani dan menyerahkan kepada pasien!
B. ANALISA KASUS
Untuk menganalisa kasus bapak X ini menggunakan metode SOAP.Analisanya adalah sebagai
berikut :
SUBJECT
· Ny.FS terkadang mual dan muntah
· Merasa perih ketika buang air kecil
· Sering buang air kecil atau beser
OBJECT
· Ny.FS telah hamil 3 bulan
· Mengalami ISK (Infeksi saluran kemih)
· Mendapat terapi obat :
ü Primadex Forte 2xsehari selama 5 hari
ü Folamil 1xsehari
ü Domperidon seperlunya
ASSEMENT
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang diderita Ny. FS diasumsikan sebagai infeksi saluran kemih
(ISK) tanpa komplikasi yang disebabkan oleh disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Hal ini
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 2/11
terjadi karena pada wanita hamil, dapat lebih sering terkena ISK karena adanya perubahan
hormonal dan perubahan dari posisi saluran kencing selama kehamilan. Infeksi saluran kemih
(ISK) tanpa komplikasi dapat diterapi paling efektif dengan terapi jangka pendek (3 hari) dengan
trimetoprim-sulfametoksazol fluorokuinolon. (Joseph T.Dipiro, 2002)
b. Terapi farmakologi yang diberikan Primadex Forte mengandung cotrimoksazol terdiri dari
Trimetropin 800 mg dan sulfametoksazol 160 mg (2x dari komposisi Primadex), dengan
kontraindikasi anemia megaloblastik, hamil dan menyusui, bayi berusia kurang dari 2 bulan.
Indeks keamanan Primadex Forte C, yaitu penelitian pada hewan menunjukkan beresiko pada
janin (teratogen), tetapi penelitian pada manusia belum ada. Namun bila manfaat obat lebih besar
daripada resiko boleh diberikan.
c. Terapi antibiotik sulfonamid, cotrimoksazol, penisillin, tetrasiklin,
sefalosporin,fluorokuinolon tidak boleh diberikan pada ibu hamil trimester ketiga karena dapat
menyebabkan teratogen. (Joseph T.Dipiro, 2002). Sedangkan pada kasus Ny.Fs hamil pada
trimester pertama, sehingga masih dapat diberikan (aman).
d. Mual muntah yang dialami Ny. Fs adalah wajar, karena Ny.Fs sedang hamil 3 bulan sehingga
masuk dalam trimester pertama atau yang sering disebut “morning sickness”. Mual dan muntah
ini terjadi karena terdapat perubahan dalam tubuh selama masa hamil yang mencakup perubahan
hormon serta indera penciuman menjadi lebih sensitif. Hal ini juga diperparah oleh kondisi
emosional ibu. Biasanya rasa mual akan berhenti pada akhir trismester I masa kehamilan.
e. Domperindon merupakan lini 3 untuk mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil, sehingga
perlu diganti lini 1 yang aman bagi ibu hamil.
f. Folamil merupakan kombinasi multivitamin dan mineral yang sangat penting
meningkatkan nutrisi bagi ibu hamil.
PLANNING
a. Terapi farmakologis :
ü Ny. FS yang menderita ISK uncomplicated yang menurut Dipiro dapat diatasi dengan pemberian
cotrimoxazole dengan durasi pendek yaitu 3 hari. Jadi, terapi farmakologi untuk mengatasi ISK
pada Ny. FS adalah Primadex Forte 1 x sehari selama 3 hari.
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 3/11
ü Selama masa kehamilan, asupan vitamin dan mineral harus ditingkatkan. Sehingga diberikan
Folamil 1 x sehari.
ü Untuk mengatasi mual dan muntah yang kadang muncul, diberikan vitamin B6 seperlunya.
b. Terapi farmakologis alternatif
ü Untuk mengatasi ISK yang diderita Ny. FS, dapat juga diberikan Amoxicillin 3 gram dosis
tunggal selama 7 hari.
ü Untuk menambah asupan vitamin dan mineral diberikan Folamil 1 x sehari.
ü Untuk mengatasi mual dan muntah yang kadang muncul diberikan vitamin B6 seperlunya.
c. Terapi non farmakologis
ü Untuk mengatasi mual muntah dapat diberikan permen jahe yang merupakan antiemetik alami.
ü Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan untuk mencukupi nutrisi.
ü Memperbanyak minum air putih untuk menstimulasi dieresis.
ü Cukup istirahat.
MONITORING
Tujuan dilakukannya monitoring ini adalah untuk memaksimalkan efek terapi dan
meminimalkan DRPs. Kehamilan pada trimester 1 masih termasuk dalam keadaan rentan, oleh
karenanya obat bebas maupun peresepan obat yang diberikan harus benar-benar diperhatikan.
Sehingga perlu diterapkan suatu tujuan pemantauan terapi yaitu dengan menentukan monitoring
yang spesifik terhadap pasien dan monitoring yang spesifik terhadap obat, selain itu juga
terhadap efek samping obat yang diberikan. Untuk kasus yang dialami Ny. FS yang
perlu dimonitoring antara lain :
1. Monitoring mual dan muntah antara lain :
Ø Memastikan apakah Ny. FS masih sering mengalami mual muntah atau tidak setelah melakukan
terapi nonfarmakologi. Namun bila ternyata mual muntah ini membahayakan Ny. FS maka dapat
diberikan piridoksin HCl (vitamin B6) untuk mengatasi mual muntahnya. Akan tetapi sebelum
penggunaan vitamin B6 ini lebih baik dikonsultasikan dengan dokter terlebih dulu.
Ø Monitoring makanan yang dapat menyebabkan mual muntah.
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 4/11
Ø Monitoring mual muntah karena dapat mempengaruhi pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan.
2. Monitoring yang dilakukan untuk Infeksi Saluarn Kemih diantaranya :
Ø Melihat lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan kultur urinnya lagi. Untuk memastikan ada
kesembuhan atau tidak.
Ø Monitoring keberhasilan terapi secara klinis atau secara mikrobiologis (kultur ulang).
Selain itu juga perlu adanya pemantauan atau monitoring terhadap kepatuhan pasien untuk
minum obat selama masa pengobatan dapat mendukung keberhasilan tercapainnya tujuan
pengobatan dan hal ini juga tidak terlepas dari peranan keluarga pasien yang ikut memonitoring
pasien selama masa pengobatan agar pasien selalu patuh.
Monitoring kepatuhannya meminum obat yang diberikan yaitu :
· Vitamin B6 : diminum saat pasien merasakan mual dan muntah
· Primadex F : 1 x sehari selama 3 hari.
Monitoring kepatuhan pasien terhadap penggunaan Primadex F karena jika penggunaan
Primadex F dihentikan akan menyebabkan resistensi (< dari 3 hari)
· Folamil : 1 x sehari.
· Amoxicillin : 3 gram dosis tunggal selama 7 hari (apabila alternatif terapi pengobatannya
disetujui oleh dokter).
Monitoring lain seperti :
· Monitoring terhadap janin Ny. FS, apakah ada efek yang ditimbulkan setelah pemberian obat
pada Ny. FS.
· Monitoring berat badan Ny. FS karena dapat sebagai parameter perkembangan janin dalam
kandungan.
· Memantau kondisi kehamilan/janin pada trisemester I, II, III, seperti melalui test USG
(ultrasonografi).
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
Pada kasus ini komunikasi, informasi dan edukasi yang dapat disampaikan kepada pasien adalah
mengenai cara konsumsi obat secara teratur agar obat yang digunakan dapat memberikan efek
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 5/11
terapi secara optimal dan mengenai aturan pakai serta memberikan saran terapi non farmakologi
yang dapat dilakukan pasien.
Pada kasus ini, pasien mengalami ISK (Infeksi Saluran Kemih) dan saran yang perlu
disampaikan adalah dapat menjaga kebersihan vagina tiap kali buang air kecil dengan cara dari
depan ke belakang (mencegah bakteri dari anus masuk ke vagina atau uretra), tidak menahan
buang air kecil bila ingin buang air kecil,menghindari faktor-faktor yang dapat memperburuk
ISK, minum air putih lebih banyak minimal 2 liter sehari (untuk menstimulasi diuresis sehingga
kuman tidak memiliki kesempatan untuk memperbanyak diri dalam kandung
kemih), memeriksakan kandungan pada dokter spesialis kandungan untuk mengetahui
perkembangan janin karena trimester awal sangat rentan, istirahat yang cukup, dan olahraga yang
cukup seperti jalan-jalan di pagi hari serta minum dengan teratur untuk terapi farmakologinya
yakni Primadex Forte 1x sehari selama 3 hari.
Untuk mengatasi mual muntah pada masa kehamilan terapi non farmakologi yang perlu
dilakukan diantaranya adalah:
ü Minum air yang hangat, seperti jahe (Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Journal of
Obstetrics and Gynecology menemukan bahwa jahe sangat membantu mengurangi morning
sickness)
ü Istirahat yang cukup
ü Menghirup minyak aroama terapi (fresh care) untuk mengurangi mual
ü Mengkonsumsi suplemen atau nutrisi (Folamil 1x sehari ) dan mengkonsumsi buah yang
mengandung banyak air dan dingin, misal melon, anggur, smoothies, jeruk, atau mentimun
ü Makan dalam jumlah sedikit namun sering, terutama makan makanan yang tinggi akan kandungan
karbohidrat dan protein serta buah-buahan dan makanan yang berisi B6, seperti kuning telur,
yogurt, dan whole grain
ü Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual
ü Bila terapi non farmakologi belum dapat mengurangi intensitas mual dan muntah dapat diberikan
Vitamin B6 yang pemakaiannya bila perlu saja, dan
ü Obat Mual muntah dapat dihentikan bila mual muntah sudah tidak dirasakan atau berkurang.
C. EVALUASI OBAT TERPILIH
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 6/11
· PRIMADEX FORTE
Primadex Forte mengandung kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol) dimana
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk kombinasi karena sifat sinergisnya.
Kombinasi keduanya menghasilkan inhibisi enzim berurutan pada jalur asam folat. Mekanisme
kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam folat bakteri dan pertumbuhan lewat
penghambat pembentukan asam dihidrofolat dari asam para-aminobenzoat. Dan mekanisme
kerja trimetoprim adalah menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat .
· KOTRIMOKSAZOL
Trimetoprim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligat pada dua tahap yang
berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi. Penemuan
sediaan kombinasi ini merupakan kemajuan penting dalam uasaha meningkatkan efektivitas
klinik antimikroba. Kombinasi ini lebih dikenal dengan kotrimoksazol.
EFEK TERHADAP MIKROBA
Spectrum Antibakteri. Spectrum antibakteri trimetoprim sama dengan sulfametoksazol,
meskipun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat daripada sulfametoksazol. Mikroba yang
peka terhadap kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol ialah ; S. pneumoniae, C. diphtheria, dan
N meningitis, 50-59 % strain S. aureus, S. epidermidis, S. pyogenes, S. viridians, S. faecalis, E.
coli, P. mirabilis, P. morganii, P. rettgeri, Enterobacter, Aerobacter spesies, Salmonela, Shigela,
Serratia dan Alcaligenes spesies dan Klebsiela spesies. Juga beberapa strain stafilokokus yang
resisten terhadap metisilin, trimetoprim atau sulfometoksazol sendiri, peka terhadap kombinasi
tersebut. Kedua komponen memperlihatkan interaksi sinergistik. Kombinasi ini mungkin efektif
walaupun mikroba telah resisten terhadap tirmetropim. Sinergisme maksimum akan terjadi bila
mikroba peka terhadap kedua komponen.
Mekanisme Kerja. Aktifitas antibakteri kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya pada dua
tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat.
Sulfonamide menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan
trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrshidrofolat.
Tetrahidrofolat penting untuk reaksi-reaksi pemindahan satu atom C, seperti pembentukan basa
purin (adenin, guanin, dan timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin). Sel-sel mamalia
menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan dan tidak mensintensis senyawa tersebut.
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 7/11
Trimetoprim menghambat enzim dihidrofolat reduktase mikroba secara sangat selektif. Hal ini
penting, karena enzim tersebut juga terdapat pada sel mamalia.
Resistensi Bakteri. Frekuensi terjadinya resistensi terhadap kotrimaksazol lebih rendah daripada
terhadap masing – masing obat, karena mikroba yang resisten terhadap salah satu komponen
masih peka terhadap komponen lainnya. Resistensi mikroba terhadap trimetropim dapat terjadi
karena mutasi. Resistensi yang terjadi pada bakteri gram-negatif disebabkan oleh adanya plasmid
yang membawa sifat menghambat kerja obat terhadap enzim dihidrofolat reduktase. Resistensi S.
aureus terhadap trimetropim ditentukan oleh gen kromosom, bukan oleh plasmid. Resistensi
terhadap bentuk kombinasi juga terjadi in vivo. Pravalensi resistensi E.coli dan S. aureus
terhadap kotrimoksazol meningkat pada pasien yang diberi pengobatan dengan sediaan
kombinasi tersebut. Selama lima tahun penggunaan resistensi S. aureus meningkat dari 0,4%
menjadi 12,6%. Dilaporkan pula terjadinya resistensi pada beberapa jenis mikroba Gram-negatif.
Efek Samping. Pada dosis yang dianjurkan tidak terbukti bahwa kotrimoksazol menimbulkan
defisiensi folat pada orang normal. Namun batas antara toksisitas untuk bakteri dan untuk
manusia relative sempit bila sel tubuh mengalami defisiensi folat. Dalam keadaan demikian obat
ini mungkin menimbulkan megaloblastosis, leucopenia, atau trombositopenia. Kira-kira 75%
efek samping terjadi pada kulit, berupa reaksi yang khas ditimbulkan oleh sulfonamid. Namun
demikian kombinasi trimetoprim-sulfametoksazol dilaporkan dapat menimbulkan reaksi kulit
sampai tiga kali lebih sering dibandingkan sulfisoksazol pada penberian tunggal (5,9% vs 1,7%).
Dermatitis eksfoliatif, sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis jarang terjadi.
Gejala-gejala saluran cerna terutama berupa mual dan muntah; diare jarang terjadi. Glositis dan
Stomatitis relatif sering. Ikterus terutama terjadi pada pasien yang sebelumnya telah mengalami
hepatitis kolestatik alergik. Reaksi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, depresi dan
halusinasi, disebabkan oleh sulfonamid. Reaksi hematologik lainnya ialah berbagai macam
anemia (aplastik, hemolitik dan makrositik), gangguan koagulasi, granulositopenia,
agranulositosis, purpura, purpura Henoch-Schonlein dan sulfhemoglobinemia. Pemberian
diuretik sebelumnya atau bersamaan dengan kotrimoksazol dapat mempermudah timbulnya
trombositopenia, terutama pada pasien usia lanjut dengan payah jantung; kematian dapat terjadi.
Pada pasien AIDS (Aqcuired immune-deficiency syndrome) yang diberi pengobatan
kotrimoksazol umtuk infeksi oleh Pneumocystis carinii, sering terjadi efek samping demam,
lemah, erupsi kulit, dan/atau pansitopenia.
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 8/11
Infeksi Saluran Kemih .Sulfonamid masih berguna untuk infeksi ringan saluran kemih bagian
bawah. Tetapi timbulnya resistensi makin meningkat terutama pada bakteri Gram-negatif,
sehingga sulfonamide tidak dapat diandalkan untuk pengobatan infeksi yang lebih berat pada
saluran kemih bagian atas. Penting untuk membedakan infeksi pada ginjal dan infeksi pada
saluran kemih bagian bawah. Sulfonamid digunakan untuk pengobatan sistitis akut maupun
kronik, infeksi kronik saluran kemih bagian atas dan bakteriuria yang ansimtomatik. Sulfonamid
efektif untuk sistitis akut tanpa penyulit pada wanita. Pengobatan infeksi ringan saluran kemih
bagian bawah, dengan kotrimoksazol ternyata sangat efektif, bahkan untuk infeksi oleh mikroba
yang telah resisten terhadap sulfonamid sendiri. Dosis 160 mg trimetoprim dan 800 mg
sulfametoksazol setiap 12 jam selama 10 hari menyembuhkan sebagian besar pasien. Efek terapi
sediaan kombinasi lebih baik daripada masing-masing komponennya terutama bila mikroba
penyebabnya golongan enterobacteriaceae. Pemberian dosis tunggal (320 mg trimetoprim
dengan 1600 sulfametoksazol) selama 3 hari, juga efektif untuk pengobatan infeksi akut saluran
kemih yang ringan. Sediaan kombinasi ini terutama efektif untuk infeksi kronik dan berulang
saluran kemih. Pada wanita, efektivitasnya mungkin disebabkan oleh tercapainya kadar terapi
dalam secret vaginal. Jumlah mikroba disekitar orificium urethrea menurun sehingga
kemungkinan terjadinya infeksi ulang pada saluran kemih bagian bawah berkurang. Dosis kecil
(200 mg sulfametoksazol dan 40 mg trimetoprim per hari atau 2-4 kali dosis tersebut yang
diberikan satu atau dua kali per minggu) efektif untuk mengurangi frekuensi kambuhnya infeksi
saluran kemih pada wanita. Dosis dewasa yang umum digunakan ialah 100 mg setiap 12 jam.
Untuk memberikan pengobatan dengan sediaan kombinasi tersebut perlu dipertimbangkan hasil
pemeriksaan sensitivitas mikroba.
Pada Planning Farmakologi yang kedua, digunakan amoksisilin karena kotrimoksazol dari
berbagai literatur banyak menyebutkan jika kotrimoksazol mempunyai efek teratatogen untuk
trisemester 1 sehingga alternatif antibiotik lain yang aman digunakan amoksisilin.
· AMOKSISILLIN
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengan cara menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap
mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid. Amoksisillin merupakan
turunan ampisillin yang hanya berbeda pada satu gugus hidroksil dan memiliki spektrum
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 9/11
antibakteri yang sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik bila diberikan peroral dan menghasilkan
kadar yang lebih tinggi dalam plasma dan jaringan.
Aktivitas dan Mekanisme Kerja Amoksisilin. Amoksisilin merupakan prototip golongan
aminopenisilin berspektrumluas, tetapi aktivitasnya terhadap kokus gram positif kurang daripada
penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh β-laktamase yang diproduksi kuman gram
positif maupun gram negatif. Amoksisilin (dalam bentuk trihidrat garam sodium) dapat
dikombinasikan dengan asamklavulanat (sebagai potasium klavulanat), penghambat β-laktamase,
untuk menambah spektrum dalam melawan organisme Gram-negatif, dan untuk melawan
mediator antibiotik bakteri yang resisten terhadap produksi β-laktamase.
Amoksisilin bekerja dengan menghambat dinding sel bakteri, dengan menghambat cross-linkage
di antara rantai polimer peptidoglikan linear yang menutupi komponen mayor dari dinding sel
kuman Gram-positif.Mekanisme kerja antibiotik ini secara ringkas, adalah : (1) Obat bergabung
dengan penicilin-binding protein (PBPs) pada kuman. (2) terjadi hambatansintesis dinding sel
kuman karena proses transpeptidasi antar rantai peptidoglika terganggu. (3) kemudian terjadi
aktivitas enzim proteolitik pada dinding sel yang mengakibatkan pecahnya dinding sel bakteri.
Bakteri yang peka terhadap amoksisilin diantaranya adalah Staphylococcus, Streptococcus,
Diplococcus pneumoniae, Bacillusanthracis, Enterococcus, Corynebacterlum diphtherlae,
Salmonella sp,Shigella sp, H. Influenzae, Proteus mirabilis, E. Coli, N. Gonorrhoeae, W.
Meningitidis
Cara PemberianAntibiotik amoksisilin termasuk antibiotik time deppendent sehingga untuk
menjaga konsentrasi obat dalam plasma tetap berada pada kadar puncak, maka obat diberikan
sesuai dengan jadwal waktu yang telah dibuat.Obat dapat diberikan bersamaan dengan makanan.
Lama Pemberian tergantung pada jenis dan tingkat kegawatan dari infeksinya, jugatergantung
pada respon klinis dan respon bakteri penginfeksi. Sebagaic ontoh untuk infeksi yang persisten,
obat ini digunakan selama beberapa minggu. Jika amoksisilin digunakan untuk penanganan
infeksi yangdisebabkan oleh grup ß-hemolitic streptococci, terapi digunakan tidak kurang dari 10
hari guna menurunkan potensi terjadinya demam reumatik dan glomerulonephritis. Jika
amoksisilin digunakan untuk pengobatan ISK (infeksi saluran kemih) maka kemungkinan bisa
lebih lama, bahkan beberapa bulan setelah menjalani terapi pun, tetap direkomendasikan untuk
diberikan.
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 10/11
Amoksisilin-kalium klavulanat diindikasikan untuk infeksi saluran kemih berulang pada anak
dan dewasa oleh E. coli dan kuman pathogen lain yang mmproduksi betalaktamase, yang tidak
dapat diatasi oleh kotrimoksazol, kuinolon atau sefalosporin oral. Dosis amoksisilinklavulanat
per oral untuk dewasa dan anak berat > 40 kg ialah 250 mg-125 mg tiap 8 jam. Untuk penyakit
berat dosis 500 mg-125 mg tiap 8 jam. Untuk anak berat < 40 kg dosis amoksisilin 20
mg/kg/hari, dosis klavulanat disesuaikan dengan dosis amoksisilin.
· FOLAMIL
Berikut komposisi yang ada pada folamil :
ü ß-karoten 10.000 iu
ü Vitamin B1 mononitrate 10 mg
ü Vitamin B2 2,5 mg
ü Nikotinamid 20 mg
ü Vitamin B6 HCl 15 mg
ü Kalsium pantotenat 7,5 mg
ü Vitamin B12 4 mcg
ü Vitamin C 100 mg
ü Vitamin D 400 iu
ü Asam folat 1 mg
ü Kalium iodida 100 mcg
ü Ferrous Fumarat 90 mg
ü Tembaga sulfat 0,1 mg
ü Kalsium laktat 250 mg
ü Sodium fluoride 1 mg
Farmakologi
Folamil adalah kombinasi multivitamin dan mineral yang membantu mencegah kekurangan
vitamin dan mineral.
Indikasi
Suplemen vitamin dan mineral selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas ke salah satu dari komponen Folamil.
Dosis & Administrasi
7/22/2019 wanita hamil.docx
http://slidepdf.com/reader/full/wanita-hamildocx 11/11
Mengambil 1 caplet setiap hari
Vitamin B6 (piridoksin)
Penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh. Vitamin B6 juga diberikan untuk
mengurangi keluhan mual-mual pada ibu hamil. Vitamin B6 merupakan lini pertama dalam
mengatasi mual dan muntah pada ibu hamil. Piridoksin merupakan pilihan utama dalam
mengurangi mual muntah dalam kehamilan, Ulasan Sistematik Cochrane juga memperlihatkan
bahwa piridoksin memang efektif dalam mengurangi gejala mual muntah, walaupun tidak
terdapat bukti piridoksin mengurangi frekuensi muntah. (Jewell MD dan Young G, 2003)