wanita dewasa

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa dewasa merupakan rentangan kehidupan manusia yang paling panjang dibanding dengan masa anak-anak atau remaja. Boleh dikatakan ¾ rentangan kehidupan manusia adalah masa dewasa dan ¼ sisanya sebagai anak-anak dan remaja. Dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi adalah sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh panca indra. Akan tetapi pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal yang berbeda. Dewasa secara mental dapat dilihat dari sikap yang matang dan rasional serta tidak emosional dalam membuat penilaian, dalam bersikap, dalam mengatasi suatu masalah diri sendiri maupun persoalan orang lain. Kalau pertumbuhan fisik akan berhenti pada usia sekitar 20-an tahun, maka kedewasaan adalah proses yang berkembang dalam waktu lama. Oleh karena itu, dewasa secara fisik dan umur belum menjamin seseorang menjadi dewasa secara mental, pola pikir dan pola sikap. Pada wanita dewasa, umumnya mereka mengharapkan kehamilan. Seorang wanita akan merasa bangga apabila 1

description

psikologi

Transcript of wanita dewasa

Page 1: wanita dewasa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa dewasa merupakan rentangan kehidupan manusia yang paling panjang

dibanding dengan masa anak-anak atau remaja. Boleh dikatakan ¾ rentangan

kehidupan manusia adalah masa dewasa dan ¼ sisanya sebagai anak-anak dan

remaja.

Dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan psikologi adalah

sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang. Pertumbuhan fisik yang

normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh panca indra. Akan tetapi

pertumbuhan mental yang sempurna dan matang merupakan hal yang berbeda.

Dewasa secara mental dapat dilihat dari sikap yang matang dan rasional serta

tidak emosional dalam membuat penilaian, dalam bersikap, dalam mengatasi suatu

masalah diri sendiri maupun persoalan orang lain. Kalau pertumbuhan fisik akan

berhenti pada usia sekitar 20-an tahun, maka kedewasaan adalah proses yang

berkembang dalam waktu lama. Oleh karena itu, dewasa secara fisik dan umur belum

menjamin seseorang menjadi dewasa secara mental, pola pikir dan pola sikap.

Pada wanita dewasa, umumnya mereka mengharapkan kehamilan. Seorang

wanita akan merasa bangga apabila mempunyai anak, melahirkan secara normal dan

melewati masa nifas berjalan dengan bahagia dan selamat. Agar sehat dan bahagia

dibutuhkan pengetahuan dan perawatan yang baik, sehingga dapat melewati masa

kehamilan, persalinan dan nifas.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penulisan ini dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud wanita dewasa?

2. Bagaimana masa kehamilan yang biasa dilalui wanita dewasa?

3. Bagaimana masa persalinan yang biasa dilalui wanita dewasa?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan pengertian wanita dewasa

1

Page 2: wanita dewasa

2. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa kehamilan.

3. Menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui wanita dewasa pada masa

persalinan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Wanita Dewasa

2.1.1 Pengertian

2

Page 3: wanita dewasa

Dewasa sendiri berasal dari kata Latin bentuk past participle dari kata

kerja Adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang

sempurna atau telah menjadi dewasa.

Makna dari istilah adult/dewasa adalah individu yang telah

menyelesaikan proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan

kedudukan di masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

(http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07)

Jadi, wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan

proses pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

2.1.2 Fase-fase Masa Dewasa

1) Masa Dewasa Dini (18-40 tahun)

Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak

sepesat masa sebelumnya (puber dan remaja), bahkan di awal usia

dewasa dini (sekitar 18 tahun) kondisi fisik cenderung sudah menetap,

dalam arti bila terjadi perubahan tidak signifikan lagi.

Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang

mulai sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami penurunan

kualitas di usia pertengahan tiga puluhan.

2) Masa Dewasa Madya (40 - 60 tahun)

Pada masa ini mulai terjadi penurunan kemampuan fisik dan

psikologis yang akan tampak semakin menonjol pada setiap individu.

Pada sebagian individu, khususnya pada masa awal dewasa madya

(40-50 tahun) kondisi ini menimbulkan sikap penolakan (denial) yang

ditunjukkan dengan sikap over acting, untuk menunjukkan kepada orang

lain, bahwa dirinya masih potensial �dan tetap muda seperti dua puluh tahun

lalu, dengan berusaha mencari pasangan � baru yang berusia jauh di bawah

individu (usia dua puluhan), atau menutupi kerut-kerut wajah dengan

menebalkan kosmetik yang digunakan.

3) Masa Dewasa Lanjut (60 – dan seterusnya)

Masa ini sering diistilahkan senescence atau usia lanjut. Pada masa

ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat mengalami penurunan,

dan cenderung untuk terus-menerus menurun.

(http://midwifecommunity.blogspot.com/, 19 maret, 18.07)

2.1.3 Ciri-ciri kematangan

3

Page 4: wanita dewasa

1) Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego. Minat orang yang sudah

matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak

condong pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan

pribadi.

2) Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien.

Seseorang yang telah matang akan melihat tujuan-tujuan yang ingin

dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefinisikan secara

cermat dan tahu mana yang pantas dan tidak, serta bekerja secara

terencana menuju arah tertentu.

3) Mengendalikan perasaan pribadi.

Individu yang telah matang secara psikologis, akan mampu menyetir dan

menguasai perasaan-perasaannya sendiri ketika mengerjakan sesuatu

atau berhadapan dengan orang lain. Mereka cenderung tidak lagi hanya

mementingkan dirinya sendiri, tetapi telah mampu mempertimbangkan

perasaan perasaan orang lain.

4) Objektif. Orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai

keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.

5) Menerima kritik dan saran.

Orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak

selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang

lain dem peningkatan dirinya.

6) Pertanggung jawaban terhadap usaha-usaha pribadi.

Orang yang matang mau member kesempatan pada orang lain membantu

usaha-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa

beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara

sungguh-sungguh, sehingga untuk itu dia perlu batuan orang lain tetapi

tetap dia bertanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

7) Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru. Orang matang

memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatan diri dengan kenyataan-

kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

(http://psychologymania.wordpress.com/, 19 maret, 18.20)

2.2 Masa Kehamilan

Kehamilan merupakan periode krisis yang akan berakhir dengan

dilahirkannnya bayinya. Selama kehamilannya, pada umumnya ibu mengalami

4

Page 5: wanita dewasa

perubahan baik fisik maupun psikis yang tampaknya hal tersebut berhubungan

dengan perubahan biologis atau hormonal yang dialaminya. Emosi ibu hamil

cenderung labil. Reaksi yang ditunjukan terhadap kehamilan dapat saja berlebihan

dan mudah berubah-ubah.

Kehamilan merupakan Episod Dramatis dari kondisi biologis maupun psikologis

yang tentunya memerlukan adaptasi dari seorang wanita yang sedang

mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah

kodrati yang harus dilalui, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai peristiwa

yang menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang

kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses

kehamilan yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi

pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga

ketingkat gangguan jiwa yang berat.

Seiring persipannya untuk menghadapi peran baru,wanita tersebut mengubah

konsep dirinya agar ia siap menjadi orang tua, begitu pula halnya denga suami.

Suami bersiap diri untuk menjadi seorang ayah. Selama kehamilan kebanyakan

wanita mengalami perubahan psiklologis dan emosional. Seringkali kita mendengar

seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu

dan bahwa dia memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya namun

tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah kehamilannya,

khawatir jika ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau khawatir akan

adanya kemungkinan bayinya tidak normal.

(Herawati, 2012)

2.2.1 Teori Reva Rubin

Menekan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini

seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau

latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat

mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu

beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan

psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan.

Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki

harapan-harapan antara lain:

1) Kesejahteraan ibu dan bayi

2) Penerimaan dari masyarakat

5

Page 6: wanita dewasa

3) Penentuan identitas diri

4) Mengetahui tentang arti memberi dan menerima.

Perubahan umum pada perempuan hamil:

1) Ketergantungan dan butuh perhatian.

2) Membutuhkan sosialisasi.

Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai

peran nya:

1) Anticipatory stage

Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan

interaksi dengan anak yang lain.

2) Honeymoon stage

Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasar yang dijalaninya.

Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.

3) Plateu stage

Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang

ibu. Pada tahap ini ibu memerlukan waktu beberapa minggu sampai ibu

kemudian melanjutkan sendiri.

4) Disengagement

Merupakan tahap penyelesain latihan peran sudah berakhir.

Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran

tentang idaman, gambaran diri dan tubuh. Gambaran diri seorang wanita

adalah pandangan wanita tentang dirinya sendiri sebagai bagian dari

pengalaman dirinya, sedangkan gambaran tubuh adalah berhubungan dengan

perubahan fisik yang tejadi selama kehamilan.

Arti dan efek kehamilan pada pasangan:

1) Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8

(delapan) bulan sampai dengan 3(tiga) bulan setelah melahirkan.

2) Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita

hamil.

3) Anak-anak akan di lahirkan merupakan gabungan dari tiga macam

perbedaan:

a. Hubungan ibu dengan pasangan

6

Page 7: wanita dewasa

b. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang

c. Hubungan ibu dengan individu yang unik

4) Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri

5) Tugas yang harus di lakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:

a. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan dengan janin dalam

satu tubuh.

b. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin

c. Penyelesaian dan identifikasi kebinggungan dengan peran

transisi.

6) Reaksi yang umum pada kehamilan, yaitu :

a. TM I : Ambivalen, takut, tantasi, khawatir.

b. TM II : Perasaan enak memenuhi kebutuhan untuk mempelajari

perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi narsistik, pasif,

introvent, egosentrik dan self centered.

c. TM III : berperasaan aneh, semberono, jelek, menjadi introvert,

merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.

Aspek yang di identifikasi dalam peran ibu:

1) Gambaran tentang idaman bayi sehat.

2) Gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia lakukan.

3) Gambaran tubuh, gambaran ketika hamil dan setelah nifas.

(http://viniezharachma.wordpress.com, 19 maret, 18.31)

2.2.2 Teori Ramona Mercer

Teori ini lebih menekan pada stress antepartum (sebelum melahirkan) dalam

pencapaian peran ibu, marcer membagi teorinya menjadi dua pokok bahasan:

1) Efek stress Anterpartum

Stress Anterpartum adalah komplikasi dari resiko kehamilan dan

pengalaman negative dari hidup seorang wanita, asuhan yang di berikan

adalah memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi ketidak

percayaan ibu.

Penilitian mercer menunjukkan ada enam faktor yang berhubungan

dengan status kesehatan ibu, yaitu:

a. Hubungan Interpersonal

b. Peran keluarga

c. Stress anterpartum

7

Page 8: wanita dewasa

d. Dukungan social

e. Rasa percaya diri

f. Penguasaan rasa takut, ragu dan depresi

Maternal role menurut mercer adalah bagaimana seorang ibu

mendapatkan identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan

penjabaran yang lengkap dengan dirinya sendiri.

2) Pencapaian peran ibu

Peran ibu dapat dicapai bila ibu menjadi dekat dengan bayinya

termasuk mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran, lebih lanjut

mercer menyebutkan tentang stress anterpartum terhadap fungsi keluarga,

baik yang positif ataupun yang negative. Bila fungsi keluarganya positif

maka ibu hamil dapat mengatasi stress anterpartum, stress anterpartum

karena resiko kehamilan dapat mempengaruhi persepsi terhadap status

kesehatan, dengan dukungan keluarga dan bidan maka ibu dapat

mengurangi atau mengatasi stress anterpartum.

Perubahan yang terjadi pada ibu hamil selama masa kehamilan

(Trimester I, II dan III) merupakan hal yang fisiologis sesuai dengan filosofi

asuhan kebidanan bahwa menarche, kehamilan, nifas, dan monopouse

merupakan hal yang fisiologis.

Perubahan yang di alami oleh ibu, selama kehamilan terkadang

dapat menimbulkan stress anterpartum, sehingga bidan harus memberikan

asuhan kepada ibu hamil agar ibu dapat menjalani kehamilannya secara

fisiologis (normal), perubahan yang di alami oleh ibu hamil antara lain

adalah:

a. Ibu cenderung lebih tergantung dan lebih memerlukan perhatian

sehingga dapat berperan sebagai calon ibu dan dapat

memperhatikan perkembangan bayinya.

b. Ibu memerlukan sosialisasi

c. Ibu cenderung merasa khawatir terhadap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya.

d. Ibu memasuki masa transisi yaitu dari masa menerima kehamilan

kehamilan ke masa menyiapkan kelahiran dan menerima bayinya.

Empat tahapan dalam melaksanakan peran ibu menurut Mercer:

8

Page 9: wanita dewasa

a. Anticipatory

Saat sebelum wanita menjadi ibu, di mana wanita mulai

melakukan penyesuaian social dan psikologis dengan mempelajari

segala sesuatu yang di butuhkan untuk menjadi seorang ibu.

b. Formal

Wanita memasuki peran ibu yang sebenarnya, bimbingan peran

di butuhkan sesuai dengan kondisi system social.

c. Informal

Di mana wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam

melaksanakan perannya.

d. Personal

Merupakan peran terakhir, dimana wanita telah mahir melakukan

perannya sebagai ibu.

Sebagai bahan perbandingan, Reva Rubin menyebutkan peran ibu

telah di mulai sejak ibu menginjak kehamilan pada masa 6 bulan setelah

melahirkan, tetapi menurut Mercer mulainya peran ibu adalah setelah bayi

lahir 3-7 bulan setelah dilahirkan.

Wanita dalam menjalankan peran ibu di pengaruhi oleh faktor –faktor

sebagai berikut:

a. Faktor ibu

a) Umur ibu pada saat melahirkan

b) Persepsi ibu pada saat melahirkan pertama kali

c) Stress social

d) Memisahkan ibu pada anaknya secepatnya

e) Dukungan social

f) Konsep diri

g) Sifat pribadi

h) Sikap terhadap membesarkan anak

i) Status kesehatan ibu.

b. Faktor bayi

a) Temperament

b) Kesehatan bayi

c. Faktor-faktor lainnya

9

Page 10: wanita dewasa

a) Latar belakang etnik

b) Status pekawinan

c) Status ekonomi

d. Dari faktor social support, mercer mengidentifikasikan adanya empat

factor pendukung:

a) Emotional support

Yaitu perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya dan mengerti.

b) Informational support.

Memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan ibu

sehingga dapat membantu ibu untuk menolong dirinya sendiri

c) Physical support

Misalnya dengan membantu merwat bayi dan memberikan

tambahan dana

d) Appraisal support

Ini memungkinkan indifidu mampu mengevaluasi dirinya sendiri

dan pencapaiaan peran ibu

Mercer menegaskan bahwa umur, tingkat pendidikan, ras, status

perkawinan, status ekonomi dan konsep diri adalah faktor-faktor yang

sangat berpengaruh dalam pencapaiaan peran ibu. Peran bidan yang di

harapkan oleh mercer dalam teorinya adalah membantu wanita dalam

melaksanakan tugas dan adaptasi peran dan mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi pencapaian peran ini dan kontribusi dari stress

antepartum.

(http://deetha-nezz.blogspot.com/, 20 maret, 17.13)

2.3 Masa Persalinan

Banyak dokter psikolog dan seniman yang berspekulasi mengenai arti dari

peristiwa kelahiran. Ada beberapa pendapat spekulatif mengenai peristiwa kelahiran

anak manusia ini. Misalnya saja: Tangis seorang bayi pada saat kelahirannya itu

merupakan suatu mekanis disebabkan oleh peristiwa terhirupnya udara untuk

pertama kalinya dalam paru-paru. Bayi tersebut dicabut dari kehangatan perlindungan

dalam rahim ibunya. Dan sejak kelahirannya, ia harus belajar dengan kemampuan

sendiri untuk hidup, menghirup udara, menghisap air susu. Ia harus melatih semua

fungsi jasmaniah dan rokhaniahnya agar bisa mempertahankan hidupnya. Dengan

10

Page 11: wanita dewasa

sendirinya, saat kelahiran itu menimbulkan akibat psikologis yang mengejutkan bagi si

bayi. Terjadilah semacam trauma psikis, yang akan dibawa sepanjang hayat.

(http://anto1987.files.wordpress.com/, 20 maret, 17.30)

2.3.1 Adat Kebiasaan Melahirkan

Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis

semata, akan tetapi banyak pula diwarnai proses psikologis. Jika seandainya

kelahiran itu cuma fisiologis semata saja sifatnya dan kondisi organisnya juga

normal maka pasti proses berlangsungnya akan sama saja dimana-mana dan

tidak akan mempunyai banyak variasi. Sedang pada kenyataannya, aktivitas

melahirkan bayi cukup bervariasi dari yang amat mudah dan lancar sampai

pada yang sangat sukar, berlangsung normal ataupun yang abnormal dll.

Banyak orang berspekulasi tentang mudah atau sulitnya aktivitas melahirkan

bayi itu dengan memperbandingkan prosesnya diantara berbagai suku bangsa

yang mempunyai bermacam kebudayaan. Orang menyebutnya beberapa faktor

penyebab dari mudah sulitnya aktivitas melahirkan bayi antara lain :

1) Perbedaan iklim dan lingkungan sosial yang mempengaruhi fungsi-fungsi

kelenjar endokrin, kelenjar endokrin ini sangat penting fungsinya pada

saat melahirkan bayi.

2) Cara hidup yang baik atau cara hidup yang sangat ceroboh dari wanita

yang bersangkutan, sebab cara hidup tersebut terutama cara hidup

seksualnya mempengaruhi kondisi rahim dan organ genitalnya.

3) Kondisi otot panggul wanita.

4) Kondisi psikis wanita yang bersangkutan.

Banyak peneliti menyatakan bahwa otot panggul wanita primitif lebih

efisien dari pada otot panggul wanita modern yang serba manja, sebab wanita-

wanita dengan kebudayaan primitif hidupnya sangat aktif dan kerjanya lebih

berat guna mengatasi tantangan alam. Kerja berat dan kehidupan aktif jelas

memperkuat otot panggulnya sehingga memudahkan proses kelahiran.

Lagipula wanita primitif memiliki toleransi yang lebih besar terhadap

penderitaan dan rasa sakit ketika melahirkan bayinya, sehingga sepintas lalu

tampak bahwa proses kelahiran pada wanita primitif lebih mudah dan cepat.

Biasanya proses melahirkan itu banyak dipengaruhi oleh proses identifikasi

wanita yang bersangkutan dengan ibunya, jika ibunya mudah melahirkan,

maka pada umumnya anak gadisnya kelak juga akan mudah melahirkan

11

Page 12: wanita dewasa

bayinya. Dengan demikian pengaruh psikologis ibu ikut memainkan peranan

dalam fungsi reproduksi anak perempuannya. Patut dicatat, bahwa masih

banyak terdapat adat kebiasaan dan kepercayaan takhayul di Indonesia,

terutama di jawa, misal peristiwa “mitoni” atau menujuh bulani wanita hamil dan

selamatan tradisional untuk menyambut bayi. Pada umumnya upacara

tradisional bertujuan untuk :

1) Menjauhkan pengaruh buruk dari lingkungan.

2) Menghindarkan godaan setan atau tenaga gaib.

3) Mengundang roh yang baik untuk merestui ibu hamil berserta bayinya.

Asistensi oleh seorang kawan, ibu, mertua atau nenek bukan

disebabkan oleh karena mereka memiliki banyak pengalaman, akan tetapi lebih

banyak didorong oleh relasi kekeluargaan dan sebab emosional tertentu. Adat

kebiasaan ini lambat laun mengalami modifikasi atau perubahan, yaitu relasi

tadi menjadi lebih rasional sifatnya, sebab mereka selanjutnya mengundang

seorang wanita yang berpengalaman atau dukun dan dikemudian hari

memanggil seorang bidan. Pada intinya relasi mereka itu mempunyai tujuan

yang sama yaitu :

1) Memperlancar proses kelahiran bayi.

2) Menjamin keselamatan ibu dan bayinya.

Pada zaman modern ini kepercayaan pada kekuatan gaib selama proses

reproduksi sudah mulai berkurang, sebab secara anatomis dan fisiologis

kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan patologis atau

sebab abnormalitas, namun semua kemajuan ini dibarengi dengan kecemasan

dan ketakutan pada desa dan kesalahan sendiri sehingga menimbulkan rasa

tegang, ketakutan, konflik batin dan materil psikis lainnya.

(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

2.3.2 Faktor Somatis dan Psikis yang Mempengaruhi Kelahiran Bayi

Setiap proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, yaitu sejak

turunnya bibit kedalam rahim ibu sampai kelahiran bayi itu senantiasa saja

dipengaruhi (distimulir atau justru terhambat) oleh pengaruh-pengaruh psikis

tertentu maka ada:

1) Interdependensi di antara faktor-faktor somatis (jasmaniah) dan faktor-

faktor psikis.

12

Page 13: wanita dewasa

2) Jadi pada fungsi reproduksi yang sifatnya biologis itu selalu dimulai pula

oleh elemen-elemen psikis.

Untuk memperoleh sedikit pengertian tentang situasi psikologis

kelahiran, kita harus menjenguk sejenak fase terakhir dari masa kehamilan.

Bahkan pada wanita paling sehat sekalipun kondisi somatis menjelang

kelahiran bayi ini dirasakan sangat berat dan tidak menyenangkan.

Penderitaan fisik dan beban jasmaniah selama berminggu-minggu terakhir

masa kehamilan itu banyak menimbulkan gangguan psikis.

(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

2.3.3 Emosi pada Saat Hamil dan Proses Melahirkan

Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan

kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi positif

sebagai perlindungan menghadapi stres, yang bisa menjadi masalah apabila

berlebihan.

Pada setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak, apabila

dirinya hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan

berani menanggung segala cobaan dan rasa lemah hati, takut, ngeri, rasa

cinta, benci, keraguan dan kepastian, kegelisahan dan rasa tenang bahagia,

harapan penuh kegembiraan dan kecemasan yang semuanya menjadi semakin

intensif pada saat mendekati masa kelahirannya bayinya. Hal ini disebabkan

oleh :

1) Takut mati

Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah suatu fenomena fisiologis

yang normal namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya

kematian. Bahkan pada proses kelahiran yang normal sekalipun

senantiasa disertai perdarahan dan kesakitan yang hebat. Peristiwa inilah

yang menimbulkan ketakutan khususnya takut mati, baik kematian dirinya

sendiri maupun bayinya. Pada saat sekarang perasaan takut mati tidak

perlu dilebih-lebihkan karena majunya ilmu pengetahuan.

2) Trauma kelahiran

Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan terpisahnya bayi dari

rahim ibunya yaitu merupakan ketakutan hipotesis untuk dilahirkan di dunia

dan takut terpisah dari ibunya, seolah-olah ibu tidak mampu menjamin

keselamatan bayinya.

13

Page 14: wanita dewasa

3) Perasaan bersalah/berdosa

Pada setiap fase perkembangan menuju pada feminisme sejati yaitu

sejak masa kanak-kanak, gadis cilik, pubertas sampai usia adolescen,

selalu saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi cinta kasih pada ibu

yang kadangkala juga diiringi rasa kebencian. Dalam semua aktifitas

reproduksinya, wanita itu banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya.

Jika identifikasi itu menjadi salah satu bentuk dan wanita tadi banyak

mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa berdosa terhadap

ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya menjadi tidak mampu

berfungsi sebagai ibu yang bahagia, sebab selalu saja ia bebani atau

dikejar-kejar rasa berdosa. Oleh karena itu kita sering menjumpai adat

kebiasaan dimana orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalau

ibunya/nenek sang bayi menunggu dikala ia melahirkan bayinya, maka

menjadi sangat pentinglah kehadidran ibu tersebut pada saat anaknya

melahirkan oroknya.

4) Ketakutan riil

Pada setiap wanita hamil, ketakutan untuk melahirkan bayinya itu

bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkrit lainnya, misal takut bayi lahir

cacat, bayi bernasib buruk, beban hidup makin bertambah, takut

dipisahkan, takut kehilangan bayinya. Ketakutan mati yang sangat

mendalam dikala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan primer,

ketakutan itu menjadi semakin intensif, jika ibunya, suaminya dan semua

orang yang bersimpati padanya ikut-ikutan menjadi panik dan resah

memikirkan keadaannya. Oleh karena itu sikap menghibur dan melindungi

dari suami dan keluarganya sangat besar artinya karena bisa memberikan

support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakutan, baik

yang riil maupun yang tidak.

(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

2.3.4 Reaksi Wanita Hypermaskulin dalam Menghadapi Kelahiran

Wanita yang sangat aktif dan hypermaskulin bersifat kejantanan ekstrim,

sejak mula pertama kehamilannya senantiasa diombang ambingkan diantara

keinginan instinktif untuk memiliki seorang anak melawan rasa keengganan

untuk melahirkan anak sendiri, karena anak tersebut dianggap menghambat

karier dan kebahagiaannya. Kehidupan emosionalnya senantiasa goyah

dilanda kerinduan cinta pada seorang anak kontrak kebencian akan

14

Page 15: wanita dewasa

mendapatkan keturunan. Kedua gejala tersebut akan memuncak, lalu meletus

jadi fenomena neoritis yang obsesif. Sebagai akibatnya wanita tersebut tidak

mempunyai kepercayaan diri dan sering dikacau oleh gangguan syaraf antara

lain berupa migraien, juga banyak konflik batin dalam dirinya. Kehamilan

dirasakan sebagai suatu peristiwa mimpi atau dirasakan sebagai pengalaman

somnabolistis seperti mimpi berjalan dan selalu dikejar oleh emosi yang

antagonis. Dia juga dimuati oleh macam-macam kecemasan yaitu cemas kalau

sang bayi akan menghambat profesinya, cemas kalau tidak mampu

memelihara bayinya. Bertandingnya konflik yang lebih fundamental yaitu

dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Dorongan maskulinitas

lebih memberatkan prestasi karier dan jabatan sedang dorongan feminitas

secara naluri menginginkan anak sendiri. Selanjutnya pada saat kelahiran

bayinya wanita yang bersifat hipermaskulin ini akan berusaha mengatasi

ketakutannya dan kesakitan jasmaniah dengan usaha sendiri dan menganggap

kelahiran bayinya sebagai suatu prestasi pribadi, akan tetapi oleh karena

usaha tersebut sifatnya sangat maskulin agresif maka kegiatan tersebut justru

mengacaukan kelahiran normal dan semakin mempersulit kelahiran bayinya

dengan kemampuan sendiri. Lalu dia bersikap hiperpasif dan membiarkan

dokter/bidan melahirkan bayinya melalui pembedahan.

(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

2.3.5 Reaksi Wanita Total Pasif dalam Menghadapi Kelahiran

Wanita yang mengalami proses kelahiran bayinya secara total pasif,

selama kehamilannya wanita ini sama sekali tidak menyadari keadaan dirinya

dan merasa tidak bertanggung jawab pada segala sesuatu yang terjadi pada

dirinya. Ia cuma tahu bahwa perutnya secara kebetulan ketempatan satu buah

janin yang kelak akan lahir dari dirinya. Selanjutnya alam yang harus

bertanggung jawab akan kelahiran bayinya kelak. Wanita tersebut tidaktahu

bagaimana ia seharusnya bersikap dan bertingkah laku, ia merasa tidak perlu

mengetahui secara detail keadaan dirinya yang tengah hamil karena

menganggap sesuatu yang tidak berguna atau itu urusan suaminya/ibunya dan

bisa mengganggu ketenangan batinnya. Secara membuta ia mengikuti saja

semua sugesti dan instruksi orang lain dan bagikan anak kecil yang masih

senang bermain-main ia memusatkan segenap minat pada upaya

menghilangkan semua bentuk ketakutan dan bentuk kesalahan jasmaniah.

Tingkah laku wanita total pasif selama kehamilannya sangat khas yaitu :

15

Page 16: wanita dewasa

1) Selalu bergantung dan menempel pada ibunya.

2) Ia menyuruh suaminya sebanyak mungkin melakukan semua tugasnya.

3) Pada umumnya semua tingkah lakunya sangat infantil, kekanak-kanakan

4) Tetap saja ia bersikap sangat pasif.

5) Di tengah kelincahan dan kegembiraannya dan kondisi perutnya yang

semakin membesar penampakkan dirinya menyerupai seorang gadis cilik

yang tengah bermain dengan bonekanya.

6) Jika kehamilannya semakin tua wanita ini menjadi tidak sabaran dan

sedikit pasif, ia banyak mengeluh dan mendesak lingkungannya agar

kelahiran bayinya bisa dipercepat.

7) Wanita ini mengalami kehamilan dan kelahiran bayinya sebagai suatu

peristiwa magis yang menakjubkan. Otomatis ia menyatakan kepada

dunia luar adanya sesuatu benda yang diinjeksikan ke dalam rahimnya

melalui coitus secara sadar atau tidak sadar.

8) Sama sekali ia tidak merasa bertanggung jawab akan mati atau hidupnya

benda yang dititipkan di rahimnya itu.

9) Semua sikap bermusuhan terhadap ibunya sendiri menjadi lenyap, sebab

sejak kehamilannya wanita itu ingin menyerahkan semua tanggung jawab

sendiri kepada ibunya.

10) Ia mengharapkan agar ibunya bersedia terus menerus menunggui dirinya

di saat hamil dan melahirkan bayinya untuk memberikan atensi pada

kelahiran janinnya.

(http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/, 20 maret, 17.46)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Wanita dewasa adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan proses

pertumbuhan fisiknya, dan siap menerima peran dan kedudukan di masyarakat

bersama dengan orang dewasa lainnya.

Pada masa kehamilan, biasanya psikologis wanita dewasa cenderung berubah

drastic, terutama dia akan cenderung memulai perannya seolah-olah menjadi ibu.

16

Page 17: wanita dewasa

Sehingga pada masa kehamilanlah biasanya seorang wanita akan belajar menjadi

seorang ibu, hal ini tentu membutuhkan orang lain untuk mendampingi dan

membantunya hingga dia merasa mampu menjalankan perannya sebagai ibu.

Masa persalinan merupakan masa yang terberat yang harus dilalui oleh wanita

dewasa. Masa persalinan sering kali dikaitkan dengan adat kebiasaan persalinan,

factor somatic dan psikis yang mempengaruhi kelahiran bayi, emosi dalam masa

persalinan seperti perasaan takut mati, trauma kelahiran, perasaan bersalah dan

ketakutan rill. Pada wanita hypermaskulin, dia lebih goyah dalam menghadapi

persalinan, karena adanya pertandingan konflik yang lebih fundamental yaitu

dorongan maskulinitas melawan dorongan feminitas. Pada wanita total pasif, dia

cenderung bersikap lebih cuek terhadap kehamilannya dan mempercayakan kepada

orang yang dipercayainya untuk menjaganya. Biasanya wanita total pasif selalu

bergantung dan menempel pada ibunya, dan dia lebih sering mengeluh kapan janin

yang ada didalam kandungannya akan keluar.

3.2 Saran

Baik pada petugas kesehatan dan wanita dewasa, harus mengetahui kondisi

psikologis wanita dewasa terutama saat kehamilan dan persalinan. Karena kondisi

psikologis juga dapat mempengaruhi. Sehingga jika kita sudah mengetahui apa yang

biasanya terjadi, kita dapat lebih mengontrol segala tindakan yang dapat merugikan

pada masa-masa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mansur, Herawati. 2012. Psikologi Ibu dan anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba

Medika

http://midwifecommunity.blogspot.com/

http://psychologymania.wordpress.com/

http://viniezharachma.wordpress.com/

http://deetha-nezz.blogspot.com/

http:// anto1987.files.wordpress.co m/

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/

17

Page 18: wanita dewasa

18