WALID BIN MUHAMMAD NABIH BINWalid bin Muhammad Nabih] Larangan Berpakaian...sampai saat ini masih...

120

Transcript of WALID BIN MUHAMMAD NABIH BINWalid bin Muhammad Nabih] Larangan Berpakaian...sampai saat ini masih...

  • WALID BIN MUHAMMAD NABIH BIN SAIFUN NASHR

    LARANGAN BERPAKAIAN

    ISBAL Menjulurkan Pakaian Dibawah Mata Kaki

    Bukan Karena Sombong

    AT-TIBYAN SOLO

  • J u d u l A s l i :

    JU41 Penu l i s :

    Walid Bin Muhammad Nabih Bin Saifuti Nashr

    Edis i I n d o n e s i a :

    Larangan Berpakaian Isbal Menjulurkan Pakaian Dibawah Mata

    Kaki Bukan Karena Sombong

    Pener jemah

    Editor Khaththath Desain S a m p u l

    Layout Penerbit

    : A b u H a f s M u h a m m a d T a s y r i f I b n u A l y A s b i A l B u t o n y A l A m b o n y

    : A b u U m a r : T e a m A t - T i b y a n : S t u d i o Raff isual , J l . Cikaret

    Raya K o m p l e k Cikaret R a y a Blok A - 3 A T e l p . / F a x : ( 0 2 5 1 ) 4 8 5 6 3 7 Bogor , 1 6 0 0 1

    : A t - T i b y a n : A t - T i b y a n - S o l o

    J l . K y a i M o j o 5 8 , S o l o , 5 7 1 1 7 t e l p . / F a x ( 0 2 7 1 ) 6 5 2 5 4 0 e m a i l : p u s t a k a @ a t - t i b y a n . c o m h t t p : / / w w w . a t - t i b y a n . c o m

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

    mailto:[email protected]://www.at-tibyan.com

  • DAFTAR ISI

    KATAPENGANTAR

    REKOMENDASI

    MUQADDIMAH

    DALIL-DALIL YANG M E N U N J U K K A N BAHWA MENJULURKAN PAKAIAN (MELE-WATI MATA KAKI -pent.) KARENA SOM-BONG T E R M A S U K S A L A H SATU DARI DOSA-DOSA BESAR:

    A. DARI KITABULLAH B. DARI AS-SUNNAH

    DEFINISI BERBAGAI ISTILAH YANG BER-HUBUNGAN DENGAN RISALAH INI.

    A. Pengertian "Isbal" B. Pengertian "Khuyala"' C. Pengertian "Ka'bain"

  • HARAM MELAKUKAN ISBAL SEKALIPUN TIDAK DISERTAI D E N G A N RASA SOM-BONG 37

    SYUBHAT-SYUBHAT SEPUTAR MASALAH ISBAL BESERTA BANTAHANNYA 59

    A. Syubhat pertama 59 B. Syubhat Kedua 71 C. Syubhat Ketiga 75 D. Syubhat Keempat 77

    PERINGATAN (I):

    (Peringatan: Terhadap sebuah tulisan yang ditulis oleh salah seorang Masyayikh masa kini 83

    HARUSKAH KITA MENGINGKARI ORANG YANG MUSBIL? 95

    KONDISI D I M A N A ISBAL TIDAK DI-HARAMKAN 97

    HUKUM-HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASALAH ISBAL 101

    SAMPAI DIMANAKAH (BATAS) PAKAIAN ITU ? , 101

    PERINGATAN (II) 104

    A. Pertama 104 B. Kedua 105

    I 6 S>— Al-lsbaal Lighairi! Khuyalaa'

  • APAKAH YANG AKAN DIAZAB DARI ORANG YANG ISBAL ITU KEDUA MATA KAKINYA ATAUKAH PAKAIANNYA ? 106

    DALAM HAL APA SAJA (HUKUM) ISBAL ITU BERLAKU ? 107

    A. Isbalnya mantel 111 B. Isbal pada imamah 114 C. Isbal pada lengan baju 115

    BEBERAPA MASALAH 117

    A. Seorang laki-laki menyukai sandal dan pakaian yang bagus 117

    B. Diharamkan bagi Penjahit Untuk Menjahit Pakaian-Pakaian Yang Isbal ... 118

    C. Apakah dalam memendekkan Pakaian Atau Melakukan Isbal (Memanjang-kannya) itu Terdapat Syuhrah (Sikap Tampil Beda)? 119

    PERINGATAN (III):

    (Terhadap Beberapa Hadits Dha'if) 121

    "ALKAFTU" 125

    PENUTUP 127

    Daftar Isi

  • Kata Pengantar

    rgP/fcf'G egala puji bagi Allah yang dengan taufiq-< ^ ^ ^ Nya jualah penerjemah dapat menyelesai-(gSs^c) kan terjemahan buku ini .

    Sebenarnya sejak buku asli dari terjemahan ini diperlihatkan kepada kami oleh Ustadz kami, Ustadz Abu Abdillah Muhammad Yusran Anshar, Lc jazahullahu khairan wa hafizhahu, penerjemah ingin sekali untuk segera mener jemahkannya, melihat pembahasannya yang sangat bagus se-hubungan dengan masalah Hukum Isbal (Hukum Menjulurkan pakaian di bawah mata kaki ) . Dimana buku tersebut membahas secara men-detail hal-hal yang berhubungan dengannya, baik yang dilakukan dengan disertai kesombongan,

    Kata Pengantar

  • maupun yang dilakukan tanpa unsur kesombo-ngan.

    Dari buku tersebut seorang thaalibul 'ilmis syar'iy akan mengetahui dengan jelas bagaimana sebenarnya hukum menurunkan pakaian di-bawah mata kaki bagi laki-laki muslim, yang sela-ma ini menjadi perdebatan dan perselisihan dian-tara kaum muslimin mengenai hukumnya, bukan saja di kalangan orang awam dan para thullabul 'ilmis syar'iy, akan tetapi juga merupakan ikhtilaf di kalangan ahlul 'ilmi (para Ulama). Baik itu ula-ma dahulu maupun ulama zaman ini.

    Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa melakukan isbal itu t idak mengapa (mubah/ boleh saja) asalkan tidak disertai dengan rasa sombong, ada yang mengatakan isbal hukum-nya makruh, ada yang mengatakan haram hu-kumnya secara mutlak, ada yang mengatakan yang diharamkan hanyalah yang dilakukan de-ngan sombong, dan ada yang mengatakan bahwa apabila dilakukan dengan tanpa bermaksud me-nyombongkan diri, maka dia berdosa {haram hu-kumnya) karena terkena ancaman neraka, dan jika dilakukan dengan disertai kesombongan ma-ka hukumannya lebih besar lagi, dimana orang tersebut terkena dua dosa, dosa karena terkena ancaman neraka dan dosa karena kesombongan. Ancaman tersebut berupa, t idak akan diajak bicara oleh Allah, tidak akan diperhatikan, tidak akan disucikan oleh-Nya dan baginya siksaan yang

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • pedih dihari kiamat. Buku ini juga menjelaskan tentang hukum-hu-

    kum yang berhubungan dengan tukang jahit yang menjahit pakaian-pakaian yang isbal, bagaimana dengan isbalnya orang yang ada udzurnya, seper-ti jika dikakinya terdapat luka yang sering dikero-yok oleh lalat j ika tidak ditutup sehingga akan memperbesar lukanya, bagaimana dengan isbal-nya orang yang kurus dan jelek kakinya, bagaima-na dengan orang yang menyukai pakaian dan sandal yang bagus, bagaimana dengan pakaian yang terlalu tinggi atau terlalu turun dari mata kaki, apakah mengangkat pakaian diatas mata ka-ki itu termasuk syuhrah yang diharamkam atau ti-dak, bagaimana sikap seorang muslim terhadap orang yang musbil (yang pakaiannya turun diba-wah mata kaki) dan sebagainya.

    Disamping itu penulis memaparkan tentang tulisan seorang Syeikh yang membantah haram-nya hukum isbal yang dilakukan tidak karena sombong sesuai dengan perkataan yang beliau nu-kil dari tulisan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-'Asqalany, kemudian penulis membantahnya dengan ban-tahan yang sangat ilmiah.

    Semua pembahasan tersebut dibahas dengan tuntas, disertai dengan dalil-dalil dari setiap pen-dapat, baik itu dari pendapat ulama salaf (terkemu-ka) maupun ulama khalaf (belakangan). Baik itu dari Al-Qur'an, maupun dari Sunnah Rasulullah

    yang sangat cocok untuk dikonsumsi oleh para

    Kata Pengantar

  • penuntut ilmu yang ingin mengetahui al-hacj. Karena itu buku tersebut sangat dibutuhkan

    oleh kaum muslimin untuk mengetahui secara pasti bagaimana sebenarnya hukum isbal bagi la-ki-laki, dan apakah ada hukum isbal bagi perem-puan?, terutama bagi saudara-saudara kita yang sampai saat ini masih digerogoti oleh syubhat-syubhat (kesamaran) mengenai hukum isbal.

    Besar harapan kami semoga buku terjemahan ini dapat bermanfaat bagi penulis, penerjemah serta kaum muslimin pada umumnya dan dijadi-kan oleh Allah sebagai amal jariah bagi kami.

    Tak lupa pula penerjemah sangat mengharap-kan koreksi, baik dari penerbit yang menerbitkan buku terjemahan ini, maupun dari para pembaca, jika dalam penerjemahan atau dalam penyusunan kalimat terdapat kesalahan atau keke l i rnn . Atas koreksinya tak lupa kami ucapkan jazakumullahu khairan wa iyyana.

    Makassar, Rabu,12 Jumadis Tsaniyah 1423 H/ 21

    Agustus 2002 M.

    Penerjemah,

    Abu Hafsh Muhammad Tasyrif Asbi, S.Ag. Al-Butony Al-Ambony.

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Rekomendasi

    egala puji bagi Allah Rabb semesta alam. ^ ^ ^ 0 Shalawat dan salam semoga senantiasa di-

    haturkan kepada Rasul yang paling mulia Muhammad, Nabi yang benar dan dibenarkan lagi terpercaya, kapada keluarga serta para sahabat be-liau yang sangat antusias terhadap kebaikan. Amma ba'd.

    Setelah saya membaca sebuah risalah yang ber judul Al-Isbal Lighairil Khuyala' (Hukum Isbal (pakaian Dibawah Mata kaki) bagi orang yang tidak sombong), pent.), tulisan saudara kita al-faadhil (yang terhormat) Walid bin Muhammad, saya mendapatinya sebagai sebuah risalah yang (sangat) bermanfaat lagi menyenangkan. Dida-lamnya penulis menyitir ayat-ayat Al-Qur'an dan banyak hadits-hadits Nabi 5§f yang shahih dan hasan sebagai bukti atas diharamkannya isbal (Pakaian yang turun melewati mata kaki, p e n t ) . Ti-dak asing lagi bahwa perilaku isbal itu:

    Rekomendasi

  • Per tama: besar kemungkinan di lakukan karena sombong.

    Kedua: Menyerupai perempuan.

    Dan tidak dapat diragukan lagi bahwasannya seorang laki-laki yang menyerupai wanita adalah merupakan sesuatu yang diharamkan, sesuai de-ngan hadits:

    "Allah melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan".

    Saya telah melihat beberapa orang pemuda yang menutupi kedua telapak kakinya, dan di an-tara mereka ada yang pakaiannya hingga sete-ngah telapak kakinya sehingga setiap orang yang melihatnya dalam kondisi seperti itu, nampak bahwasannya orang tersebut telah menyerupai wanita.

    Ketiga: Dalam isbal itu terdapat israf. Dan israf adalah mengeluarkan harta bukan untuk ke-taatan kepada Allah dan sesuatu yang berman-faat.

    Keempat: Bahwasanya orang yang melaku-kan isbal dengan keadaan pakaiannya atau sa-rungnya yang melewati mata kaki, terkadang me-narik kotoran, atau kotoran-kotoran tersebut akan melekat padanya.

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Sava tidak mengetahui mengapa sebagian le-laki ar.su pemuda senang melakukan isbal dengan gamis atau celananya sampai kepada keadaan yang dibenci ini.

    Dan penulis - \ ^ a \ ~ (semoga Allah memberikan ganjaran terbaik kepadanya)- telah membawakan dalil-dalil tentang haramnya mela-kukan isbal yang mungkar dan tidak ada manfaat-nya tersebut, melainkan hanya menyelisihi terha-dap Allah dan Rasulullah |f| .

    Maka secara umum risalah ini sesuai dengan judulnya, bagus dan bermanfaat dan kami mena-sehati agar risalah tersebut dibaca, serta diambil manfaat darinya. Saya berharap semoga Allah memberikan manfaat risalah ini bagi hamba-ham-ba-Nya yang beriman yang suka mendengar per-kataan-perkataan dan mengikuti yang terbaik da-ripadanya. Serta menjadikan kita dan penulis risa-lah ini sebagai orang yang mendapatkan husnul klwtimah (kesudahan hidup yang baik) dan tempat kembali yang baik.

    Semoga shalawat dan salam senantiasa dilim-pahkan atas junjungan kita Muhammad, kepada keluarga dan para sahabat beliau.

    Ahmad bin Hajar Ali Buthomy

    2/12/1410- 24/6/1990.

    Rekomendasi 0

    http://ar.su

  • Muqaddimah

    . '° ' s s a s \\' C * ' ' (i • I

    aji i J-^j /jy» .li]L> pI ojliw^ L^«ijl j5t* {j? i^J-s 9 s ss s 's s s 0 ' 's s S 's s'

    aJI V 01 jjg—!itj tij ^ i l i JlLaj' ii J ^ i *>\i J * s . * i . ' i ' . ' ' f ' \ *

    > o s * ' . T ' ' 0 f - ' r ' ! 9 - t t ' 0 ^ i fct i » J l p ! j u j > ^ j ! i I j caJ dLyi V j aJj! VI

    ' l ' " ' '

    *f * ' \'\' i' ' " ' ' " ' ? °\'i'i°l*'l'' F F I ' I F-r ' \

    ^ J - O - J -̂AJ" l a, " aJll I j S "I I q j H I I g - j \ I -> f

    [\ • T J T ] 4, ^ O j l L l i j v i l j VH

    » ^ * s' s' s 't'" * s s s f S J ' 5-* s s

    ^LIJJ LV^ VU-j «ct-jj U?-} J U^J^K? SJ^-'J

    0 Muqaddimah

  • [v ^ -v • > » - S f i ] ^ (jfj Uj,^ ^ ! j L a JLLS J

  • surmah itu dan gigitlah ia dengan gigi geraham-mu kriian menjumpai Rabb-mu dalam keadaan Dia ridha kepada kalian. Hati-hatilah kamu dengan slo-gan-slogan palsu dan fitnah-fitnah yang membi-nasakan. Berhati-hatilah kamu dengan para pe-nyeru menuju pintu-pintu jahannam yang kulit mereka sama dengan kulit kita, berbicara dengan bahasa kita, namun meninggalkan ilmu, sebagai suatu kezhaliman dan perbuatan sia-sia dan me-ncegah manusia dari menerapkan sunnah-sunnah bahkan kewajiban-kewajiban, atas nama "Islam yang tercerahkan" dan "akal sehat "serta "pemahaman ter-baik".

    Mereka ingin menyesatkan manusia dengan akal-akal mereka yang rusak. Pemahaman yang menjiplak dari para orientalis yang ingin menjadi-kan akal sebagai hakim terhadap syariat Allah yang tidak memuat kebathilan, baik di hadapan-nya maupun di belakangnya, yang diturunkan oleh Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

    Sungguh mereka telah menganggap bodoh para salafus shaleh dan telah menyakit i para imam fiqih dan hadits. Tidaklah mereka tinggal-kan suatu jalan dalam melakukan diskriminasi terhadap ahlul haq melainkan mereka telah mela-luinya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

    Muqoddimah

  • "Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'minl), Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."(QS An-Nisa: 115)

    Dan Allah berfirman:

    • T S - f ' •» ? -» " ^sr„ s - » . > * 's_^

    i i J ' i I J u T l ^ i ^ . J d i S -^ 'V l c £ J ^ " c - S -

    1. Yang d i m a k s u d d e n g a n 0^?J-«-JI (orang-orang m u k m i n ) p a d a ayat tersebut adalah orang-orang m u k m i n p a d a z a m a n Nabi s e b a b j f (alif l a a m ) p a d a k a t a t e r s e b u t a d a l a h "UI 'ahd" (menunjukkan m a s a tertentu) yakni m a s a d i m a n a ayat tersebut di turunkan, (pent.)

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • "Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Mu hajirin dan Anshar dan orang-orang yang meng-ikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah meye-diakan kepada mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemena-ngan yang besar." (QS At-Taubah: 100)

    Dan Rasulullah ^$ bersabda:

    'j^ fjr* «-(W f'—" y^ 1 P J/ u-^1

    "Sebaik baik masa adalah masa (di mana) aku (ber-ada), kemudian periode kedua kemudian periode ke-tiga, kemudian datang (setelah itu) suatu kaum yang tidak ada kebaikan padanya sama sekali". (Dihasan-kan (oleh Syaikh Al-Albany, vcnL) dalam Shahihul faami' no.3293)

    Karena itulah maka setiap jalan tertutup, selain jalan yang ditempuh oleh para salaf. Seluruh jalan tertolak selain jalan yang telah ditempuh oleh Ra-sulullah dan para sahabatnya 4fc dan semoga kita dikumpulkan dalam kelompok mereka.

    Para ulama telah mewasiatkan kepada para penuntut ilmu agar tidak terburu-buru untuk se-gera membuat karangan sampai kaki (pendirian) seorang thalib itu menjadi kuat, hanya saja saya

  • telah mendahului membuat tulisan dalam masa-lah ini karena dua faktor:

    Pertama: Saya telah berniat untuk mengaju-kannya kepada para ulama dan para masyayikh setelah menulisnya, untuk meminta komentar me-reka, yang mana jika mereka membolehkan risa-lah ini (untuk diterbitkan, i " ' 1 1 ' ) , maka saya akan menerbitkannya. Dan jika tidak, niscaya tidak sa-ya terbitkan. Dan pada hakikatnya dalam perkara ini ada beberapa faedah.

    Saya katakan: Hendaklah masyarakat umum tidak dikacaukan oleh setiap orang yang mencu-rahkan pikiran untuk menulis mengenai masalah ini. Dan agar supaya tidak terbuka peluang bagi orang-orang yang suka memperdagangkan ilmu, maka saya memanggil beberapa penuntut ilmu, yang mana mereka telah terdesak untuk segera membuat tulisan, untuk melakukan hal ini. Dari sinilah saya mengirim risalah tersebut kepada Syaikh Muhammad bin Jibrin, seorang anggota or-ganisasi p e r k u m p u l a n ulama-ulama besar -iiil

  • Kemudian saya ajukan kepada Syaikh Ahmad Bin Hajar Ali Buthomy, seorang aadhi (hakim) pada Mahkamah Syar'iyyah yang pertama di Qa-thar. Beliaupun telah meluangkan sedikit waktu-nya yang berharga untuk menelaah risalah terse-but dan menulis sebuah rekomendasi untuknya. Semoga dengannya, risalah ini menjadi lebih ber-bobot dan dihargai, Insya Allah Ta'ala. Semoga Allah memberikan kepadanya balasan yang lebih baik.

    Kedua: Saya mendapatkan bahwa perkara is-bal ini telah tersebar didalam masyarakat, sehing-ga saya melihat sebagian dari pemuda muslim yang dulunya mereka termasuk orang- orang yang multazim (konsekuen) dengan sunnah-sunnah terlebih lagi dengan masalah-masalah fara'idh (perkara-perkara yang diwajibkan, pent.) . Maka tatkala semangat mereka telah luntur, bersamaan dengan itu lenyap pula kebanyakan dari sunnah-sunnah bahkan juga sebagian kewajiban-kewaji-ban. Kemudian mereka mulai mendapatkan ala-san, bahwasannya masalah ini adalah masalah khilafiyah, dan jika pernyataan mereka dibantah, niscaya mereka akan membuat alasan-alasan dan komentar-komentar dengan sebagian dari syubhat yang mereka dapati dari para dai di kalangan ke-lompok dan jama'ah mereka. (Lihat Hukmul Inti-mu' LU Firaqi Wal Jama'aat).

    Allah berfirman :

    Muqoddimah

  • Ij-al > U J ^ - j J Aill ^ y / ? * D i " A l * j ^ } J tj*y^ O " f

    t' t ' s S s C Jl ~* t t' s * ' C

    [rvv^Sn] 4 CtS ^J-^ 5

    "Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak {pula) bagi perempuan yang mu'minah, apa-bila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan satu kete-tapan, akan ada lagi bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka." (QS. Al-Ahzab : 36)

    Saya ingin memberikan nasehat, sebab agama adalah nasehat dan tidak dibolehkan bagi orang yang mengetahui kemungkaran untuk mendiam-kan kemungkaran tersebut, terutama j ika ke-mungkaran itu merupakan salah satu kemungka-ran yang nyata dalam tubuh umat Islam, sehingga dikhawatirkan nantinya ia akan dianggap sebagai sesuatu yang ma'ruf (baik) di antara kaum musli-min.

    Para ulama kita - semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan - telah melaksanakan kewajiban memberikan nasehat kepada umat. Saya ingin menukilkan apa-apa yang telah me-reka sebutkan sehubungan dengan masalah isbal, sehingga seorang muslim akan berada di atas keterangan yang jelas dari agamanya dan tidak

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • menjadi futur2) akibat perkataan orang-orang yang membolehkan isbal.

    Dan sesungguhnya orang yang memperhati-kan keadaan umat sekarang ini, niscaya dia akan melihat keterasingan Islam dan hilangnya kepri-badian Islami yang pernah jaya, baik dalam masa-lah aqidah, manhaj, tabiat maupun penampilan. Dan penampi lan itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap tabiat dan manhaj. Sung-guh Nabi adalah orang yang sangat ingin sese-orang menampakkan cirikhas keislamannya, se-bab beliau mengetahui bahwa hal itu memiliki pe-ngaruh terhadap orang yang memberitakannya. Beliau telah melarang laki-laki menyerupai wanita dan sebal iknya, beliau melarang menyerupai orang kafir dalam mode mereka. Beliau telah me-merintahkan untuk menyelisihi mereka dalam segala hal, sampai pada masalah t ingkah laku yang dzahir. Beliau juga telah memerintahkan un-tuk menyelisihi syetan dalam masalah makanan dan minuman dan lain sebagainya.

    Saya memohon kepada Allah semoga Dia

    2. Fittuur a d a l a h p u d a r n y a s e m a n g a t s e t e l a h s e b e l u m n y a memi l ik i s e m a n g a t y a n g ter lalu t inggi . M i s a l n y a , s e s e o r a n g y a n g d u l u n y a d i a a d a l a h s e b a g a i s e o r a n g y a n g s a n g a t b e r s e m a n g a t u n t u k b e r d a ' w a h , t iba- t iba s e m a n g a t t e rsebut m e l e m a h , b a h k a n h i lang s a m a sekal i , s e h i n g g a p a d a a k h i r n y a dia m e n j a d i s e o r a n g y a n g b i n g u n g . W a l l a h u a ' l a m . (Pent . )

    Muqoddimah

  • menjadikan amalan kita sebagai amal shaleh dan hanya semata-mata untuk mencari ridha-Nya dan bukan untuk mencari ridha siapapun selain-Nya.

    Kemudian ketahuilah wahai saudaraku sesa-ma muslim, bahwasanya para ulama telah sepa-kat tentang haramnya menjulurkan pakaian (me-lewati mata kaki bagi laki-laki pent.) yang dilaku-kan karena sombong. Namun risalah ini memba-has tentang isbal yang dilakukan tanpa disertai ra-sa sombong. Hanya saja saya cukupkan dengan mengambil sebagian dari dalil-dalil mengenai ha-ramnya menurunkan pakaian karena sombong dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya

    K A M P U N U N S B I S U N N A H

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Dalil-dalil yang Menunjukkan Bahwa Menjulurkan Pakaian

    (Melewati Mata Kaki P e n t ) Karena Sombong Termasuk Salah Satu

    Dari Dosa Besar

    A. DARI KITABULLAH

    Allah Ta'ala berfirman:

    "Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini de-ngan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung". (QS. Al-lsra': 37) Dan Allah berfirman:

    "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang

    Dalil-dalil Yang Menunjukkan Bahwa

  • yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman: 18).

    Kedua ayat tersebut dan ayat-ayat yang lain adalah dalil tentang haramnya sombong dan ta-kabbur (bangga diri), baik itu dalam masalah isbal maupun dalam masalah lain.

    B. DARI AS-SUNNAH.

    1. Dari Ibnu Umar 4%ss> bahwasanya Rasulullah ^ f g bersabda:

    "Sesungguhnya orang yang menurunkan pakaiannya (melewati mata kaki,vmL) dengan sombong tidak akan dipandang oleh Allah pada hari kiamat nanti". (Muttafaq 'Alaih).

    Dan Ibnu Majah telah mentakhrij (hadits ini) dari hadits Abu Hurairah secara makna.

    2 . Dari Abu Sa'id secara marfu': A > r- ^ f •• *

    (U*jjPj Jjb j j j

    " barangsiapa yang menurunkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena sombong, niscaya Allah tidak akan memandang kepadanya." ( Hadits Sha-

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • dia di dalam neraka". (Ditakhrij oleh Ahmad dan lain-lain, (terdapat dalam) Shahiihul Jaami' no.6592).

    7. Dari Ibnu Mas 'ud ^fe berkata: Rasulullah 5§I bersabda:

    • J & \ 'j* 'o j * J 1 — 4 i i ^ j L - T 'Ja «Sjl ji-lb ^

    "Tidak akan masuk jannah, orang yang di dalam hatinya terdapat seberat dzarrah dari kesombo-ngan." (Ditakhrij oleh Muslim 2/ 89, Syarah An-Naivawy).

    8. Dari 'Amri bin Syu'aib, dari bapaknya, dari ka-keknya, dari Nabi

  • Mereka diberi minum dari tanah busuk hasil perasan penduduk neraka." (Ditakhrij oleh Ahmad dengan sanad yang hasan).

    DEFINISI BEBERAPA ISTILAH YANG BERHU-BUNGAN DENGAN PEMBAHASAN RISALAH INI .

    Sebelum saya mengarahkan pembahasan ter-hadap apa yang saya sanggah, saya ingin menye-butkan pengertian dari beberapa kata yang (akan sering) berulang-ulang penyebutannya ditengah-tengah risalah ini, apalagi kata-kata tersebut me-rupakan kata kunci dalam pembahasan ini.

    1. PENGERTIAN "ISBAL".

    Berkata Sipemilik Kamus (maksudrv i adalah "Kamus Almnhiith", pent.) , pada halaman 1308 cetakan Ar-Risaalah: "Dikatakan AH-J! lisi ^ j J l artinya: "air mata dikatakan isbal apabila mengalir" c/j^J\ :J\ .*L!JI CJCJ),, J a n g i t 0 „ isbal, yakni "menurunkan hujan"',oli-jl ^ j l j ^ t J — - ' , " apabila ia seseorang menurunkan pakaiannya"

    Berkata Ibnul Atsir tsfeb dalam An-Nihayah (2/ 339): "Di dalam hadits dikatakan :

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • . V L ^ J i ^ f du>

    tiga golongan orang yang tidak akan dilihat Allah di hari Kiamat: orang yang isbal pakaiannya, yakni orang yang memanjangkan pakaiannya dan menyeretnya ke tanah apabila ia berjalan, dan semata-mata dia melakukannya karena sombong dan ang-kuh"»

    2. PENGERTIAN "AL-KHUYALAA'"

    Berkata Al Feiruz Abadi dalam kamus Al-Muhiith (halaman 1288) : J J - l j J ^ l j 'th^ JONJI :2-L>J.!J 5JLJ-IJ adalah (kesombongan). Sedang-kan kata: Jb-£ J > - j dan J ^ ^ l artinya:"Orang yang sombong".

    Dalam "An -N ihayaji" f{2/o93,)„ disebutkan: "Dan di dalam hadits: *JI AJI! J&j ^ 4y y* Cr° yang artinya: "Barang siapa 'yang memajangkan pa-kaiannya karena "khuyala"' maka Allah tidak akan memandang kepadanya ". Kata khuyala' dan khiyala'

    3 . Jadi y a n g d i m a k s u d d e n g a n m e l a k u k a n "Isbal" a d a l a h m e n u -r u n k a n p a k a i a n m e l e w a t i m a t a k a k i , b a i k i tu d i l a k u k a n d e n g a n disertai rasa s o m b o n g a t a u p u n t idak diserta i d e n g a n rasa s o m b o n g . p e n t . ) .

    Dalil-dalil Yang Menunjukkan Bahwa

  • adalah "sombong dan angkuh". Dikatakan: Jbii berarti: "dia adalah orang yang angkuh", dan pada-nya terdapat dan

  • kaki sampai kedua ka'bain (mata kaki) bahkan Ra-sulullah 3§ telah mempraktekkannya sebagai pe-nerarapan dari firman Allah t ! t :

    "Dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai kepada kedua matakaki."

    Maka barang siapa yang tidak membasuh ka'-bain, yakni dua tulang yang menonjol pada per-sendian antara betis dan telapak kaki (yakni mata kaki), maka wudhunya tidak sah. Adapun menu-rut Syi'ah orang yang tidak membasuh kedua ma-ta kakinya, wudhunya tetap sah dan ini adalah pendapat yang bathil, sebab bertentangan dengan hadits dari Khalid bin Ma'dan :

    Jij J^aj *>U-j aIIp a&I lJls? l J j ^ j d\

    J L « J 8 J>\3 « .U j i \ g y/il j»J j j J l j J J * 4>«XS

    ^ r l j . . i j b j l j JJ^I j S - l J L ^ W ) .ot>U>2j!j s. jv?^Jl

    ( Al sS3ji\

    "Bahwasanya Nabi

  • ( uliP *>U J j j

    "Neraka Wail-lah bagi tumit-tumit (yang tidak terkena air wudhu." (Muttafaq'Alaih)

    Selanjutnya bahwasanya ayat terdahulu seperti:

    [•uS-tfiii] 4 {cjp (3*|̂ «JI ĝii ISOJUIJ lSCâ >-j IJL^PIJ^

    "Maka basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu sampai ke siku." (QS Al-Maidah 6 )

    Maka sesungguhnya pembahasan tentang masuknya kedua kaki dalam istilah ka'bain sama halnya dengan masuknya siku dalam masalah wudhu, sebab ka'b itu termasuk dalam kategori betis sebagaimana halnya siku masuk dalam kate-gori lengan (demikianlah yang dikatakan oleh Abu Bakar Ibnul Araby dalam Ahktn ..tl Qur'an 2/580).

    Dan barangsiapa menginginkan pembahasan lebih luas dalam masalah ini, maka hendaklah merujuk kepada kitab An Nihayah oleh Ibnul At-siir (4/148), Lisaanul Arab (1/717) dan Qamus Al-Muhiith (hal. 168).

  • Haram Melakukan Isbal Sekalipun Tidak Disertai Rasa

    Sombong

    "tfTf^) etahuilah wahai hamba Allah -semoga Allah (0 [7>^t§€ memberikan pengetahuan kepadaku

    dan juga anda- bahwasanya melakukan isbal (bagi laki-laki) diharamkan karena beberapa alasan:

    Pertama: Terdapat ancaman Neraka bagi orang yang melakukan isbal sekalipun tidak disertai rasa sombong, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits berikut:

    1. Dir iwayatkan dari Ibnu Abbas secara marfu':

    & ' 0 ' O ' ' £ f

    y s - y - f

    'Setiap sesuatu yang melewati mata kaki dari

    0 Haram Melakukan Isbal Sekalipun 48,37 |r

  • pakaian (tempatnya adalah) di Neraka" (Lihat Shahiihul Jaami' no. 4532)

    2. Dari Abu Hurairah dari Nabi beliau ber-sabda:

    (c^jUJi 4 ^ 1 ) j * j y p 'j» 'j» j i l t U

    "Apa yang turun melewati mata kaki dari pakaian maka (tempatnya) di Neraka" (Hadits ini ditakhrij oleh Al-Bukhari).

    3. Dari Aisyah dari Nabi s§| :

    ( x A c r ^ ) j i p y \ 'j» j ^ S \ £

    "Apa saja yang berada di baivah mata kaki dari pakaian (tempatnya) di Neraka" (Hadits Shahih ditakhrij oleh Ahmad)

    4. Dari Samurah bin Jundub ^fe juga seperti ha-dits di atas.

    5. Dari Ibnu Umar ^fe dia berkata Rasulul lah^ bersabda:

    (O "O A £.Url £f*^>) - J ^ J * ) j f 'j* J~*>& l i l i U

    "Apa saja yang di balik (di bawah) mata kaki maka (tempatnya) di Neraka" (Lihat Shahihul Jaami' No. 5618)

    Kedua: Terdapat perintah untuk mengangkat pakaian.

    6. Dari Amru bin As Syarid f̂e> berkata Rasulullah

    4 ? ^ ^ — Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • 5f§ bersabda kepada seorang laki-laki yang menjulurkan pakaiannya (ke tanah):

    "Angkatlah pakaianmu dan bartaqwalah kepada Allah" (Takhrijnya akan disebutkan kemudian insya Allah ).

    7. Hadits Nabi:

    "Sebaik-baik lelaki adalah Khuraim Al Asady seki-ranya tidak panjang rambutnya dan (tidak) isbal pakaiannya."

    (Hadits ini derajatnya Hasan Lighairih. Di-takhrij oleh Ahmad 4/321, 322, 345, dari hadits Khuraim bin Fatik Al-Asadi. Di dalam sanadnya terdapat Abu Ishaq, dia adalah As-Sabi'iy seorang mudallis. Dia telah mu'an 'anah (meriwayatkan hadits dalam bentuk 'an 'an, P c n t ) , namun dia mem-punyai penguat dari hadits Sahi bin Hanzha-liyyah yang ditakhrij oleh Ahmad 4/179-180, di-takhrij juga oleh Abu Daud 4/348, dan di dalam-nya terdapat perawi yang bernama Qais bin Ba-shir bin Qais At -Taghliby. Tidak ada yang meri-wayatkan dari beliau selain Hisyam bin Sa'd Al-Madany. Abu Hatim berkata: "Saya tidak melihat sesuatu kejanggalan dalam hadits beliau.

    Haram Melakukan Isbal Sekalipun

  • Dan Ibnu Hibban memuatnya dalam perawi-perawi tsiqah.

    Berkata Al Hafidz tentang beliau "Maabul" (diterima periwayatannya,, pent.) , yakni tatkala diikutkan, kalau tidak maka ia adalah Layyinul Hadits (lemah haditsnya). Dengan demikian maka hadits ini derajatnya Hasan Lighairih (mencapai hadits hasan karena ada hadits lainnya, pent.) wal hamdu lillahi wal minnah. Dan telah dihasankan pula oleh An-Nawawi dalam Riyadhus Sha-lihin.

    Maka perhatikanlah dua hadits tersebut dan juga yang selainnya wahai saudaraku muslim, di dalamnya terdapat perintah dari Rasulullah sedangkan kaedah mengatakan:

    "Asal dari perintah hukumnya adalah wajib",

    Sesuai dengan firman Allah

    «L! -13 p g .,

  • 8. Dari Al Mughirah bin Syu'bah 4*> berkata: "Te-lah bersabda Rasulullah |§:

    j U V I ^-iJ l

    "Wahai Sufyan bin Sahi jangan kamu melakukan isbal, sebab Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan isbal."(Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syekh Al-Albany dalam Shahih Ibnu Majah 2876).

    9. Dari Jabir bin Sulaim 4?e> bahwasanya Nabi 5tt telah bersabda kepadanya :

    y'j aLJ j JA / y j i J O O L J j i j ^ i JLL I J / j

    "...dan hati-hatilah kamu terhadap isbalnya sarung-(pakaian), karena sesungguhnya isbalnya sarung (pakaian) itu adalah bahagian dari kesombongan, dan Allah tidak menyukai kesombongan." (Lihat As Shahihah 770).

    Sedangkan asal hukum larangan adalah haram. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ^ :

    4. D a l a m hadits tersebut Rasulul lah M- m e n y e b u t "izaar" (sarung), s e b a b p a k a i a n k a u m m u s l i m i n ket ika itu k e b a n y a k a n a d a l a h s a r u n g , (pent.) L ihat p e r k a t a a n At -Tabrany p a d a h a l a m a n 79 d a l a m b u k u t e r j e m a h a n ini .

    Haram Melakukan Isbal Sekalipun

  • "Apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian, dan apa yang aku larang maka jauhilah." (Muttafaq 'Alaih)

    Dari sini anda melihat bahwa bentuk-bentuk dan uslub-uslub larangan dan pengingkaran itu bermacam-macam, terkadang ada yang berbentuk zajr (celaan), demikian juga cara dan ushlub pe-rintah, karena itu maka tidak ada dalil-dalil yang mengharamkan isbal secara muthlak yang lebih jelas dari pada hadits-hadits tersebut. Namun de-mikian saya juga - d e n g a n mengharap per-tolongan Allah tfe - akan menyebutkan dalil-dalil yang lain, serta perkataan ahli ilmu yang dapat menghibur orang-orang beriman, sehingga tidak ada hujjah (alasan) bagi seseorang untuk mela-kukan isbal dan agar supaya orang-orang yang berakal dapat mengambil pelajaran.

    Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab Fathul Baary setelah menyebutkan sebagian dari hadits-hadits terdahulu:

    "Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa melakukan isbal yang disertai dengan rasa sombong, merupakan salah satu dari dosa-dosa besar. Adapun jika dilaku-kan dengan tidak disertai dengan rasa sombong, maka sesuai dengan zhahir hadits-hadits tersebut juga

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • diharamkan." (Lihat Fathul Baary 10/263).

    Syeikh Ibnu Utsaimin 5) ^\ ^^j^ berkata:

    "Sesungguhnya isbalnya pakaian yang dilakukan dengan tujuan menyombongkan diri, maka hukuman-nya adalah tidak akan dipandang oleh Allah di hari kiamat nanti, dan ia tidak akan diajak bicara, dan tidak akan disucikan dan ia akan mendapatkan azab yang pedih. Adapun jika dilakukan dengan tidak ber-maksud sombong, maka hukumnya adalah bahwa bahagian yang turun melewati mata kaki (dari pakaiannya) itu akan disiksa dengan api Neraka"'.

    Keempat: Bahwasannya kita diperintahkan untuk meneladani Nabi «H.

    Allah c l t berfirman :

    4 @ j -f"^ fj-^t3

    "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah 2§| itu suri tauladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedata-ngan) hari Kiamat." (QS Al-Ahzab :21).

    5. P e n u l i s m e n y e b u t " ^\ i ^ I S m " , s e b a b k e t i k a i t u S y e k h U t s a i m i n m a s i h h i d u p , a d a p u n s e k a r a n g i n i , m a k a k i t a s e b u t k a n k e p a d a b e l i a u J j | ..

    Marahi Melakukan Isbai Sekalipun

  • Dan Allah berfirman:

    "Apa yang diberikan rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggal-kanlah." (QS. Al- Hasyr:7)

    Al-Hafidz Ibnu Katsir berkata ketika me-nafsirkan ayat :

    [ v : y J - i ] ^ 4pllfj_all-

    " D a n orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: kalau sekiranya dia (Al Qur'an) ada-lah suatu yang baik, tentulah mereka tiada men-dahului kami (beriman) kepadanya." (QS. Al-Ahqaaf: 11).

    Kata beliau: "Adapun Ahlussunnah Wal jama'ah, maka mereka akan mengatakan terhadap setiap perbuatan dan per-kataan yang tidak ada sumbernya dari para shaha-bat:" ini adalah suatu bid'ah, sebab seandainya hal itu merupakan suatu kebaikan, niscaya mereka (para shahabat) pasti telah lebih dahulu melakukannya dari pada kita. Sebab mereka tidak pernah meninggalkan suatu kebaikan pun melainkan mereka telah meng-

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • amalkannya." (Dikutip dari kitab Adillatu Tahriimi Halqil Lihyah).

    Dalam hadits yang masyhur dari Al-Irbadh bin Sariyah Rasulullah ^ bersabda:

    j»js-i*3 ijtiS :>•!

  • "Maka barangsiapa yang benci terhadap sunnahku berarti dia bukan dari golonganku" (HR Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahihain).

    Sesungguhnya beliau Jf| adalah penghulu orang-orang bertaqwa dan orang-orang suci, namun pa-kaian beliau sampai setengah betisnya, (sebagai-mana diriwayatkan oleh Ahmad dan At Tirmidzi dalam As Syama'il dan lain-lain, hadits yang sha-hih):

    » ' O' - O ' « j , : " J (Jjj>p\J AjS~\ Aj>r_^M) . 4 J L » OLVSU 4JJJ" 01 S

    "Adalah pakaian beliau sampai pada setengah kedua betisnya". (Ditakhrij oleh Amad, Turmudzy dalam As-Syamaa'il, dan lain-lain. Hadits ini shahih).

    Abu Juhaifah *$e> mengatakan :

    ( Y ^ ^ . i S j ^

    "Saya melihat Rasulullah ?ft dan beliau ketika itu mengenakan pakaian (mantel) yang berwarna merah, seakan-akan saya melihat putihnya kedua betis beliau." (Muttafaqun Alaihi. Lihat Mukhtashar Al-Bukhari No. 211)

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Dan hadits Utsman 4es>

    .oli- i_3Ua>l (J,) cJlS' jJLl»j AIIP *il L5H? ^ 1 Sjljl j )

    "Bahwasannya pakaian Rasulullah ^ sampai per-tengahan kedua betisnya." (Ditakhrij oleh At Tirmidzi dalam As Syamail dan di shahihkan oleh Syeikh Al Albany No. 98)

    Jika Rasulullah yang beliau adalah manusia paling bertaqwa dan paling jauh dari sifat kesom-bongan namun beliau tawadhu (merendahkan diri) lalu memendekkan pakaiannya khawatir akan terjadi ujub (angkuh) dan kesombongan pada diri-nya, maka mengapa tidak menjadikan beliau se-bagai audwah (panutan), orang-orang yang me-ngaku bahwasannya larangan melakukan isbal itu hanya jika disertai kesombongan. Ataukah mere-ka lebih tawaddhu dari pada beliau «f|.

    Kelima: Sesungguhnya memanjangkan pakai-an (melewati mata kaki) itu merupakan indikasi kesombongan, dan merupakan dzari'ah (sarana yang membawa) kepada kesombongan. Sedang-kan syari'at telah mencegah hal-hal yang dapat membawa kepada hal-hal yang diharamkan, dan bahwasanya hukum sarana itu sama dengan hu-kum tujuan.

    Haram Melakukan Isbal Sekalipun

  • Al Hafidz Ibnu Hajar (dalam Fathnl Baari 10/264) berkata:

    "Sesungguhnya isbal itu menghendaki dipanjang-kannya pakaian, sedangkan memanjangkan pakaian itu menghendaki adanya kesombongan, sekalipun orang yang memakainya tidak bermaksud demi-kian".

    Perkataan beliau ini diperkuat oleh riwayat dari Ibnu Umar yang dinyatakan marfu' (sam-pai kepada Nabi i f t , sabda beliau :

    Vj sL^Ji jij^i J C I j C i j iiu'ij \ si f

    "Dan hindarilah olehmu isbal dalam berpakaian karena sesungguhnya memanjangkan pakaian mele-wati mata kaki itu termasuk tanda kesombongan" (Hadits Shahih).

    Dan dalam hadits Jabir bin Sulaim sabda Nabi M •

    N/J ? L d i & ' x , \ 3 ^

    "Dan hati-hatilah kamu dengan memanjangkan pakaian (melewati mata kaki) karena sesungguhnya memanjangkan pakaian (melewati mata kaki itu) termasuk kesombongan dan (sombong itu, pent•) tidak disukai oleh Allah." (Lihat As- Shahihali no. 770).

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa' •

  • Bahkan tidak kita dapati suatu kesombongan-pun yang dilakukan (oleh seseorang) yang lebih besar dari pada yang dilakukan oleh orang yang telah mengetahui adanya ancaman dari Nabi g| kemudian dia masih tetap melakukannya.

    Dalam hadits Amru bin Tsarid 4-&> terdahulu dikatakan:

    ^ 5 ' ' ' ' st ' ° ' ' ' ' ' 0 0 £ 0 ' ' o c ' " * ' ' i t s

    j r oii A dikaj Li^-i J j i i

    ^ o l ; 2 A J > ^ j i j > i i j l i ^ y y o g s y s s t y

    .A^SLw- i 9\ yajl j l

  • da:"Angkatlah pakaianmu karena sesungguhnya se-tiap ciptaan Allah itu indah". Maka tidaklah terlihat dari orang tersebut setelah itu melainkan pakaiannya sampai kesetengah betisnya." (Di takhrij oleh Ahmad dan lainnya. Hadits ini sesuai dengan syarat Bukhari dan muslim. Lihat As Shahihah no. 1441).

    Dalam riwayat tersebut Rasulullah ^ tidak bertanya kepadanya "Apakah kamu melakukan-nya dengan sombong atau tidak?" Sehingga jika ia menjawab "Ya" , niscaya beliau akan berkata kepadanya: "Jangan kamu lakukan itu" dan jika ia mengatakan "Tidak" maka beliau akan membe-rikan keringanan baginya.

    Di samping itu, dalam hadits tersebut shaha-bat telah menjelaskan maksudnya bahwa apa yang dilakukannya bukan karena sombong na-mun demikian beliau tidak menerima alasan terse-but bahkan beliau mencegahnya dari melakukan isbal serta memer intahkannnya untuk takut kepada Allah tif ini merupakan dalil bahwasanya perbuatan isbal itu secara muthlak menafikan (menghilangkan) ketakwaan (rasa takut) kepada Allah

    Keenam: Bahwasannya isbal itu merupakan bentuk menyerupai wanita.

    Dari Ibnu Umar 4 berkata, Nabi ;ft bersabda:

    Jl 5 /̂ JjjJu JJ~"J lj tL~Jl « • *_i-5si 4_«_L* 1̂

    4^50^— Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • "Barangsiapa yang memanjangkan pakaiamiya kare-na sombong maka Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari Kiamat". Maka timmu Salamah bertanya: "Lalu bagaimana yang harus diperbuat oleh para wanita terhadap ujung-ujung (pakaian) mereka?" Jawab beliau: "Hendaklah mereka meman-jangkannya sejengkal (dari mata kaki, pent.)", Ummu Salamah berkata: "Kalau begitu telapak kaki mereka akan kelihatan (kalau mereka berjalan, pent."), beliau menjawab : "Kalau begitu panjangkan sehasta dan tidak boleh lebih dari itu." (Hadits Sha-hih riwayat Abu Daud, At Tirmidzi dan Nasa'iy).

    Perhatikanlah wahai saudaraku muslim bagai-mana Nabi 2§§ mengkhususkan para wanita de-ngan hukum yang berbeda dengan hukum bagi para lelaki serta menghususkan mereka dari ke-umuman nash.

    Dan dalam hadits (yang lain) dikatakan: j s j| " " ' c O' ' 0 ' ^ 2 ' ^ / A "*

    .\>rJ\ aI«J L r 3 j SIjLJlj SIJJl aLJ (j~1> J ^r J l A&l ^

    (ijS-j J j l ^ ji\ A?rj>-\

    "Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan dan perempuan yang memakai pakaian laki-laki." (Hadits Shahih riwayat Abu Daud dan

    Haram Melakukan Isbal Sekalipun

  • lainnya).

    Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah : "Telah kita jelaskan bahwasannya penyerupaan dalam perkara-perkara yang zhahir akan mewariskan penyerupaan dalam akhlaa dan amal perbuatan. Karenanya kita dilarang menyerupai orang-orang kafir dan dilarang bagi setiap laki-laki dan wanita untuk saling menyerupai satu sama lain". Lelaki yang menyerupai wanita maka dia akan mendapatkan akhlak mereka (perempuan) sedangkan wanita yang menyerupai lelaki juga akan mendapatkan akhlak para lelaki, sehingga akan terjadilah tabarruj (ber-solek), penampakan (bagian-bagian) tubuh, serta keikut sertaan (kaum wanita) kepada para lelaki, yang terkadang membuat sebagian kaum wanita menam-pakkan tubuhnya seperti yang dilakukan oleh kaum lelaki, dan mereka akan menuntut untuk menjadi lebih tinggi dari kaum lelaki serta melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan rasa malu kaum wanita" (Di-ringkas dari Majmu' Fataawaa 22/154).

    At-Thabrani is>M berkata : "Tidak diperbolehkan bagi para lelaki untuk menye-rupai kaum wanita dalam masalah pakaian dan perhiasan yang dikhususkan bagi kaum wanita"

    Dari Kharsyah bin Al- Hurr ia berkata:

    ' * * ' \ t '\^ f 0 - ' •" s f i ' i \ ' 0 ' ' * * °f

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • y y yy }y y y y , . % a y . * y

    S y

    .(ljj> ^ j*&>^>.

    "Saya telah melihat Umar bin Khattab tiba-tiba le-watlah di hadapan beliau seorang pemuda yang isbal pakaiannya dan ia menyeretnya ke tanah, lalu beliau memanggilnya lalu berkata kepadanya, "Apakah anda haid?" la menjawab: "Wahai amirul mu'minin apakah laki-laki juga haid ?" Umar berkata: "Lalu kenapa engkau menurunkan pakainmu sampai ke atas telapak kakimu!!" setelah itu beliau meminta pisau kemudian mengumpulkan ujung pakaiannya lalu memotong kain yang melewati mata kaki" Kharsyah (perawi) berkata: "Seakan-akan saya melihat benang-benang (berhamburan) di atas tumit- nya" (Riwayat ini sanadnya shahih, di takhrij oleh Ibnu Abi Syaibah 8/393 lebih ringkas dari ini).

    Wal hasil bahwasannya isbal bagi wanita itu wajib hukumnya sebab wanita itu adalah aurat. Al hafidz Ibnu Hajar Al Asqalany berkata :

    "Bagi wanita itu ada dua keadaan; yakni keadaan yang "disukai" yaitu keadaan dimana (panjang

    Haram Melakukan Isbal Sekalipun

  • pakaiannya) melebihi apa yang diperbolehkan bagi para lelaki dengan ukuran sejengkal (ke bawah mata kaki) dan keadaan yang "diperbolehkan" yakni dengan ukuran hasta (di bawah mata kaki) (Dikutip dari Fathul Baari 10/259).

    Maka tiada daya dan kekuatan melainkan de-ngan pertolongan Allah*H. Di zaman ini timba-ngan telah terbalik, sehingga lelaki telah menu-runkan pakaiannya menyerupai wanita dan ti-daklah nampak dari diri mereka selain wajah dan kedua telapak tangan! Sedangkan wanita membu-ka pakaiannya, sehingga kelihatan kedua betis-nya, bahkan lebih dari itu. Bahkan hal tersebut se-makin bertambah, sehingga lelaki yang memen-dekkan pakaiannya diingkari dan diperolok-olok, h a n y a karena dia ingin meneladani Nabi . De-mikian pula dengan para wanita yang meman-jangkan jilbabnya karena ketaatan (kepatuhan) kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka diperolok-olok dan diejek oleh manusia. Cukuplah Allah "Mi sebagai tempat untuk kita mengadu.

    Ketujuh: Bahwasanya pada isbal itu terdapat pemborosan.

    Tidak dapat diragukan lagi bahwasannya pembuat syari 'at (Allah t H ) telah menjadikan ukuran (batasan tertentu) bagi pakaian laki-laki, oleh karena itu apabila seseorang laki-laki meman-jangkan pakaiannya melewati batas yang telah di tentukan baginya, maka berarti dia telah melaku-

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • kan suatu pemborosan. Sungguh Allah § ^ telah berfirman:

    s "* } s S'*1 °_ i •* J> yy 9 jy o-*y ° J\f y

    "Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS.7/ Al- A'raf :31)

    Kedelapan: Bahwasanya orang yang melaku-kan isbal, pakaiannya tidak aman dari terkena najis.

    Masalah inilah yang ditunjukkan oleh hadits yang ditakhrij oleh Ahmad dan At Turmudzi da-lam As - Syama-il , dan dalam riwayat An Nasaa'i dari 'Ubaid bin Khalid (yang mana) dia ber-kata:

    y o * o '9 * J- ' f ' ' '' * £ / * 9 _< y, ' ** 0 c j. 0* Cfji : J ^ J ^ ^ " - r ^ 1 ^ y r ^ J l s ^ 1 ^

    4 l l p a&1 L̂̂ > l i l i O ' L 5 ^ ^ L 5 ^ ' 4

    y y y "* a * f b 0 i 0 b t 6 } ° *' & y y y f y y y y i& £ •* y 1&

    l i l i o^ l i l i J i i !«j— ^ j «iL^il Jaili-I i^*-) .

  • "Saya pernah berjalan dengan mengenakan mantel yang saya julurkan (ke bawah mata kaki) lalu ada orang yang bekata kepada saya: "Angkatlah pakaian-mu, sebab hal itu membuatnya lebih tahan lama dan lebih bersih", lalu saya pun menoleh ternyata beliau adalah Nabi ^H, maka saya berkata: "Ini hanyalah sebuah burdah (mantel) yang berkotak-kotak (yakni padanya terdapat garis hitam dan putih)", maka beliaupun bersabda: "Mengapa kamu tidak menela-dani aku ?". Ubay berkata: "Kemudian saya mem-perhatikan (pakaian beliau) ternyata pakaiannnya sampai ke setengah betis beliau". (Riwayat ini dikatakan jayyid (baik sanadnya) oleh Al Hafidz dan dishahihkan oleh Syekh Al Albany dalam Mukhtashar As-Syamaail Al Muhammadiyah no. 97).

    Dari Ibnu Mas'ud berkata :

    JUi a j * s - »1 ji Jii ^Zi i_jl_sJl JJw«J ^s- lJs- k_jUi Jio k\ AIP jl—SCj .ilĵ iS ^ 'fj il^J i fli iljljl ^jjl 'J>\j : i

    \—* ^i i

  • kepada Rabbmu dan lebih bersih bagi pakaianmu". Maka ketika itupun Abdullah bin mas'ud berkata: "Betapa takjubnya aku terhadap umar 11 jika dia me-lihat sesuatu yang ada hak Allah atasnya, maka tidak ada sesuatu pun yang dapat mencegahnya untuk me-negurnya (yakni ketika itu beliau dalam keadaan merasakan sakitnya luka akibat tikaman yang me-nimpa beliau)" (Riwayat ini ditakhrij oleh Al-Bukhari dan Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).

    Dari hadits-hadits tersebut nampak bahwa pa-ra salaf tidak berpendapat bahwasanya pakaian orang yang musbil apabila terkena kotor atau na-jis maka dia akan dibersihkan oleh apa yang ber-ada sesudahnya (tanah sesudahnya).

    Adapun hukum (isbal) yang berhubungan de-ngan (pakaian) wanita, maka sesungguhnya se-orang wanita pernah bertanya kepada Ummu Sa-lamah Sjg£̂ tentang hal tersebut dia berkata:

    JL_5 :QJ c i l i i jilll J j j ] j £ JJpf jl S ' - " s

    C 's 3 s , 'f>' t ' o's *< 's N ' t'

    f>-\) I » S jg j?! J

  • Abu Daud dan lainnya).

    Sesungguhnya telah diberikan keringanan oleh Pembuat Syari'at terhadap wanita sebab dia mem-butuhkan untuk tertutup, sebagaimana yang di-sabdakan Nabi «!| :

    "Wanita itu adalah aurat" (Ditakhrij oleh Tirmidzi dan lainnya dan hadits ini shahih}.

    Berbeda halnya dengan kaum lelaki, dimana mereka dilarang melakukan isbal. Karena itulah sehingga mereka tidak mendapat keringanan ter-sebut sebab keringanan itu hanya berlaku bagi orang yang membutuhkannya (yakni kaum wa-nita. P e n t ) .

    i / T r e s ESnak Islami http://f4ampungsunnah. cn. nr

    0 - Al-lsbaal Lighairll Khuyaiaa'-

    http://f4ampungsunnah

  • Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal Beserta

    Bantahannya

    Syubhat pertama :

    Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa isbal itu boleh asalkan tidak disertai kesombongan, mereka berdalil dengan hadits Ibnu Umar ® (yang mana dia) berkata:

    Jj\ " ^y» J l &3 .£ji*Jll)

    o i i y . :sj : JUi . c - * i y .^jljl £»J i -M1 |-^-^'

    (W . O l * A j jjl J j j ^JJ .o j jI J ai lajl jJl aJ)I

    • Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal 4S 5 9

  • ( J j c — J j L>- dJJi J*jL> c J U ) :~A)\jj

    pernah masuk menemui Rasulullah ^ dan (ketika itu) pakaianku berbunyi (karena terseret-seret) maka beliau bertanya: siapakah ini ? jawabku: Abdullah bin Umar, beliau bersabda: "Jika kamu adalah Abdullah (seorang hamba Allah,pent.) maka angkatlah pakaianmu", maka akupun mengangkat-nya beliau bersabda: "Tambah lagi", kata Ibnu Umar: "Maka akupun mengangkatnya sampai mencapai setengah betis". Maka begitulah keadaan pakaiannya sampai ia meninggal dunia. Kemudian beliau menoleh ke Abu Bakar lalu bersabda: "Barangsiapa uang memanjangkan pakaiannya dengan sombong, maka Allah tidak akan memandang kepadanya pada hari Kiamat". Maka Abu Bakar berkata: "Sesungguh-nya pakaianku sering turun", lalu Rasulullah ber-sabda: "Kamu tidak termasuk dari mereka" (dalam riwayat yang lain dikatakan: "Kamu bukan orang yang melakukannya dengan sombong"). (Ditakhrij oleh Ahmad, Abdurrazzaq dan lainnya. Syeikh Al Albany mengatakan sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim Lihat As Shahihah 4 /95 ) .

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Bantahan :

    Sesungguhnya hadits yang dipakai sebagai dalil untuk membolehkan isbal yang dilakukan tanpa disertai kesombongan ini, kamipun mema-kainya sebagai dalil tentang pengharaman isbal secara mutlak. Maka hadits ini sebenarnya bukan-lah hujjah (untuk mendukung) mereka namun dia merupakan hujjah (untuk membantah mereka).

    Ketika mengomentari hadits tersebut Syeikh Al-Albany :

    "Dalam hadits tersebut terdapat dalil yang jelas bahwasannya wajib bagi setiap muslim untuk tidak memanjangkan pakaiannya sampai di bawah mata kaki akan tetapi hendaklah dia mengangkatnya ke atas kedua mata kaki sekalipun hal tersebut dilakukan dengan tidak disertai rasa sombong.Dalam hadits ini pula terdapat bantahan yang jelas terhadap para masyayikh yang memanjangkan ujung jubah-jubah mereka sampai hampir-hampir menyentuh tanah de-ngan dalih mereka melakukannya bukan karena som-bong. Mengapa mereka tidak meninggalkannya demi mengikuti perintah Rasulullah sebagaimana yang beliau perintahkan kepada Ibnu Umar? Ataukah me-reka merasa lebih suci hatinya daripada Ibnu Umar?" (Lihat As shahihah 4/95 oleh Al Albany).

    Beliau juga mengatakan dalam Muqad-dimah r ingkasan (Kitab) Asy -Syamail Al-Muhammadiyyah: "....pada zaman ini hampir-hampir kebanyakan dari kaum muslimin melupakan

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • firman Jdlah Tabaraka wa Ta'ala:

    \ o^o-! 5 L L->- 3 J - i -nt j^-j ,4 ̂ 0 i r l i j ̂

    "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al Ahzab:21).

    Dan di kalangan mereka ada orang-orang ter-tentu dari sebagian para da'i dan lainnya, orang-orang yang zuhud (sedikit sekali) dari meneladani beliau dalam banyak petunjuk dan adab. Seperti ketawadhuan beliau dalam berpakaian, cara ma-kan, cara minum, cara tidur, shalat, dan ibadah beliau. Bahkan di antara mereka ada orang yang sedikit sekali mengikuti sunnah beliau dalam bebe-rapa hal tersebut seperti makan dan minum sam-bil duduk dan memendekkan pakaian sampai ke atas kedua mata kaki bahkan mereka mengang-gap hal tersebut sebagai "tasyaddud" (perbuatan ekstrim) dan membuat orang diluar islam menja-uh dari Islam. Sehingga anda akan mendapati se-bagian di antara mereka yang tidak peduli menu-runkan pakaiannya di bawah mata kaki dengan anggapan bahwa dia melakukannya bukan kare-na sombong, sambil menghibur hatinya dengan sabda beliau kepada Abu Bakar:

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'-

  • (•%^>- dJ-Sli J-*-^ Cr*-* d.'.«.»J "Kamu bukanlah orang yang melakukannya karena sombong,"

    Mereka lupa akan perbedaan antara diri mere-ka dengan diri Abu Bakar. Padahal beliau me-mang tidak sengaja melakukan isbal sebagaimana yang sangat jelas dari perkataan beliau:"

    "Sesungguhnya salah satu dari bagian sarungku sering turun." (Lihat Ghayatul Maraam hadits ke 90).

    Sedangkan mereka memang sengaja menurun-kan pakaiannya karena kebodohan atau karena masa bodoh dengan sifat pakaian Rasulullah « H . (lihat bab 17), dan sabda Nabi % , berikut, (no. 99):

    ' O ' O y S ' g O '

    i J j Âi c-l'l

  • Dan dalam hadits yang lain :

    s i p i l i ) . jtfi j i j i j^i ^ ^'y^ ^ y " y y y

    "Apa yang berada dibazvah mata kaki dari pakaian itu tempatnya di Neraka." (Lihat Al-Misykaat 4314, 4331).

    Dan hadits riwayat Muslim dari Ibnu Umar |§, dia berkata:

    y o y o y y ^ % % ' ' y y y yQ \ y y y

    ** ' ' y ' o ' 3 f 0 y ' ' ' j 3 $ y & j ° ^

    Jl 43 ^jjl ^it ;

  • yang dia merupakan orang yang lebih afdhal di antara shahabat dan orang yang paling taqwa diantara mereka namun Nabi j f | tidak membiar-kannya melakukan isbal, maka bukankah hal itu menunjukkan bahwa adab tersebut tidaklah ber-sangkut-paut dengan kesombongan?. Dan bahwa-sanya seandainya beliau melihat sebagian di anta-ra para da'i yang memanjangkan jubahnya atau celana panjangnya, niscaya beliau lebih pantas untuk mengingkari perbuatan mereka itu. Dan ke-tika mereka dapat menanggapi pengingkaran be-liau tersebut dengan sangkaan mereka bahwa me-reka melakukannya bukan karena sombong pada-hal mereka memang sengaja melakukannya, nis-caya Ibnu Umarlah orang yang paling tepat (un-tuk beralasan seperti itu) sebab memang begitulah yang dilakukannya, bahwa dia tidak melakukan itu karena sombong sebagaimana yang ditunjuk-kan oleh kata "Istirkhaa"' yakni turun dengan sen-dirinya. Namun demikian Rasulullah tetap me-ngingkar i perbuatannya lalu kemudian Ibnu Umar segera mematuhi kata-kata beliau, maka masih adakah orang yang mematuhi kata-kata be-liau sekarang ini ?"

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mem-punyai hati atau yang meggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (QS. Qaaf: 3 7 ) .

    Seandainya bukan karena orang yang ditunjuk kepada mereka itu termasuk dari orang khusus yang mengharuskan mereka menjadi qudwah (contoh) bagi yang lain, niscaya aku tidak akan menunjukkan (menyebutkan) apa yang telah kusebutkan berupa kezuhudan dan menjadikan orang lain zuhud dari mengikuti sunnah serta mencontohinya sebab banyak sekali orang yang menyalahinya dengan kesalahan yang lebih besar dari itu.

    Ibnul Araby Al-Maliky •ii'M berkata:

    "Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-laki untuk memanjangkan pakaiannya melewati mata kaki lalu dia berdalih: "Aku tidak bermaksud sombong degan-nya", sebab larangan tersebut telah mengenainya baik secara lafadz maupun secara "Ulat" (sebab), dan lafadz (ucapannya itu) tidak boleh menyangkut ma-salah hukum lalu ia mau berkata: "Saya bukanlah orang yang melakukannya (karena kesombongan), karena Ulat (sebab) tersebut bukan berhubungan dengan kata aku", sebab perkataan tersebut menyala-hi syari'at dan anggapan itu tidak diterima. Bahkan karena kesombongannyalah sehingga dia meman-jangkan pakaian dan sarungnya. Karena itulah maka kedustaannya dalam masalah tersebut sudah pasti". (Lihat 'Aaridhatul al Ahwadzy 7/238).

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Berkata Syekh Ibnu Utsaimin 4&fe> /'Adapun orang yang berhujjah dengan hadits Abu Bakar 4̂ e>, maka kami katakan kepadanya bahwa dalam ha-dits tersebut tidak ada hujjah bagimu dipandang dari dua sisi:

    Pertama: Bahwasanya Abu Bakar mengata-kan: "Sesungguhnya salah satu dari ujung kainku sering turun, kecuali jika aku menjaganya."

    Dengan demikian jelaslah bahwa dia (Abu Ba-kar memang tidak sengaja menurunkan kain-nya karena bermaksud sombong dengannya (dan itu bukanlah kesombongan) akan tetapi pakaian-nya turun dengan sendirinya namun dia selalu menjaganya. Adapun orang-orang yang melaku-kan isbal dan berdalih bahwa mereka tidak mela-kukannya karena sombong akan tetapi mereka se-ngaja menurunkan pakaian mereka, maka kami katakan kepada mereka; jika anda bermaksud un-tuk memanjangkan pakaian anda dengan tidak disertai rasa sombong, maka anda akan diadzab dengan api Neraka sesuai dengan apa yang turun dari pakaian anda. Dan apabila anda meman-jangkannya dengan disertai rasa sombong maka anda akan diadzab dengan adzab yang lebih be-sar lagi dari itu, yakni anda tidak akan diajak bi-cara oleh Allah di hari kiamat dan tidak akan di-pandang (dengan pandangan rahmat), serta akan diazab dengan adzab yang pedih.

    Kedua: Bahwasanya Abu Bakar telah menda-

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • pat rekomendasi dari Nabi dan beliau telah me-nyaksikannya bahwa Abu Bakar bukanlah orang yang melakukan demikian karena sombong. Maka apakah salah seorang diantara mereka juga telah mendapatkan rekomendasi dan kesaksian (seperti yang didapati oleh Abu Bakar dari Rasulullah ^ ?

    Namun setan senantiasa membuka peluang kepada sebagian manusia untuk mengikuti hal-hal yang mutasyabih dari nash-nash Al Qur'an dan Sunnah agar dia menampakkan kepada mereka apa yang pernah mereka kerjakan di dunia. Dan hanya Allah-lah yang dapat memberikan petun-juk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kejalan yang lurus. Dan kami memohon semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita dan juga mere-k a " . (Dikutip dari Fataawaa Muhitnmah Cet . Jam'iyyah Turaats, dengan sedikit perubahan).

    Syeikh bin Baaz mengatakan dalam Fataawa beliau yang disebarkan di majalah Ad Da'zvah hal. 920 sebagai bantahan terhadap orang yang berdalil dengan hadits Abu Bakar dan sabda Nabi - | t ."Kamu bukanlah orang yang melakukan-nya karena sombong", beliau berkata :

    "Yang dimaksud oleh Rasulullah $H adalah, barang-siapa yang menjaga pakaiannya jika pakaiannya tersebut turun kemudian dia mengangkatnya, maka orang seperti ini tidak dianggap sebagai orang yang memanjangkan pakaiannya dengan sombong, sebab dia tidak sengaja memanjangkannya. (Yang terjadi

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • pada keadaan seperti ini) hanyalah bahwa pakai-annya sendiri yang suka turun namun dia selalu mengangkat dan menjaganya. Yang demikian ini tidak dapat dipungkiri akan keudzurannya. Adapun orang yang memang sengaja menurunkannya baik itu celana, sarung atau baju, maka ia terkena anca-man, dan perbuatannya itu tidak termasuk udzur. Sebab hadits-hadits shahih yang melarang tentang isbal itu telah mengenai dirinya, baik secara lafaz maupun secara makna dan maksudnya. Karena itu maka wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati terhadap isbal dan takut kepada (siksaan) Allah dalam masalah tersebut dan hendaklah dia tidak menurun-kan pakaiannya melewati kedua mata kaki, sebagai pengamalan dari hadits-hadits shahih tersebut dan kehati-hatian terhadap murka dan siksa Allah."

    Lagi pula, melakukan pelanggaran yang meru-pakan perbuatan dari orang-orang yang sombong tersebut, kemudian hendak berlepas diri dari pe-nyakit ini (sombong) sebagai upaya penyucian di-ri, padahal kenyataan menunjukkan yang sebalik-nya.

    Masalah ini semakin bertambah jelas dengan adanya hadits dari Abi Umamah ^ dimana ia berkata: "Tatkala kami bersama Rasulullah ||§ ti-ba-tiba kami disusul oleh Amru bin Zarrah Al-Anshari dengan (memakai) hiasan sarung dan mantel yang isbal maka Rasulullah mengambil ujung pakainnya dan dengan bertawadhu' kepa-

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • da Allah lalu berkata:

    J , ... t o s s s s Z> s s , Z>* * a t J es t 9 os —wJl j J i ) JJiCJl ^ i l i - J l .Ai)l j L

    "Hambamu (laki-laki), anak hamba ( laki-laki)-Mu dan anak hamba perempuan-Mu", sampai didengar oleh Amru lalu dia berkata: "Wahai Rasulullah sesungguhnya aku ini mempunyai betis yang kurus". Maka Rasulullah bersabda, "sesungguhnya Allah telah memperindah setiap ciptaan-Nya, wahai Amru sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang isbal (pakaiannya)." (Hadits ini ditakhrij oleh Thabrani dan derajatnya hasan).

    Ketika mengomentari hadits ini Ibnu Hajar berkata : "Zhahir hadits tersebut menun-

    jukkan bahwa Amru tidak bermaksud melakukan isbal karena sombong. Namun demikian dia telah dilarang (oleh Rasululllah untuk melakukan-nya, sebab pada isbal itu terdapat kesombongan". (Lihat Fathul Baary 10/264).

    Beliau juga mengatakan: "Dan dalam perta-nyaan Ummu Salamah kepada Nabi !§g: "Lalu ba-gaimanakah semestinya para wanita berbuat ter-

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • hadap ujung-ujung pakaiannya?"

    Dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa-sannya hadits-hadits yang melarang tentang isbal t idaklah berkai tan dengan masalah sombong (atau tidak), sebab sekiranya demikian niscaya permintaan keterangan dari Ummu Salamah (ke-pada Nabi sU) mengenai hukum wanita yang me-manjangkan pakaiannya itu tidak ada gunanya. Namun karena dia memahami bahwa larangan dari isbal itu adalah bersifat muthlak baik itu karena sombong atau tidak, maka diapun ber-tanya tentang hukum bagi wanita dalam masalah tersebut disebabkan mereka perlu melakukan isbal untuk menutup aurat -sebab wanita seluruh (tu-buhnya) adalah aurat- lalu kemudian beliau men-jelaskan bahwa hukum mereka dalam masalah ini lain dengan hukum kaum lelaki" (Perkataan ini dikutip secara makna dari perkataan Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 10/259).

    Syubhat Kedua:

    Mereka menyangka bahwa nash-nash yang datang secara muthlak mengenai larangan dari is-bal tersebut (seluruhnya) harus dikaitkan dengan dalil yang di dalamnya terdapat lafadz "karena sombong". Dan mereka mengatakan bahwa mem-bawa (dalil) mutlak (umum) kepada (dalil) mucjay-yad (khusus) itu wajib hukumnya.

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • Bantahan

    Berkata Syekh Ibnu Utsaimin "Sesung-guhnya isbal itu jika dilakukan dengan maksud menyombongkan diri maka hukumannya adalah: pelakunya tidak akan dipandang oleh Allah lHf pada hari kiamat, tidak akan diajak bicara, dan ti-dak akan disucikan, serta baginya siksaan yang pedih. Adapun jika dilakukan tanpa bermaksud menyombongkan diri, maka hukumannya adalah akan diazab apa yang turun melebihi mata kaki dengan Neraka sebab Nabi ^ bersabda :

    O ^ s t ' ' O o ' * O.- ' ' ' 0 ' ^ O J I ^ * ' ^ ' ^ '

    O ^ O ^ # ^ O , 31 w3).i—>il^ol i_jI>JL)

  • .jLoLiLll 4_JL AIIL JSLJ ĵ J IT*>^>- (J-*

    "Barangsiapa yang menurunkan pakaiannya (mele-wati matakaki) karena sombong maka dia tidak akan diperhatikan oleh Allah pada hari Kiamat."

    Ada pun orang yang melakukannya tanpa bermaksud sombong, maka dijelaskan dalam Sha-hih Al-Bukhari dari Abu Hurairah «|b bahwasa-nya Nabi ;H bersabda :

    "Apa saja yang melewati mata kaki dari pakaian, maka (tempatnya) di Neraka."

    Dalam hadits tersebut beliau tidak menghu-bungkannya dengan (kata-kata) sombong. Dan ki-ta juga tidak boleh menghubungkannya dengan kesombongan, sebagaimana yang terdapat pada hadits:

    .jul! J 'Jp tiJJi j? J A L I (JIS" C» /jL*S0l C J

    dAJU « I j j ) .j^CaJl ^ j j

  • mengapa baginya (untuk menurunkannya) di antara betis dan kedua mata kaki dan apa yang melebihi mata kaki maka tempatnya di Neraka. Dan barang-siapa yang menurunkan pakaiannya karena sombong maka dia tidak akan dipandang oleh Allah di hari Kiamat (nanti)." (HR. Malik, Abu Daud, Nasa'iy, Ibnu Majah dan lainnya).

    Nabi telah menyebutkan dua contoh (sekali-gus) dalam satu hadits, dan beliau telah menjelas-kan perbedaan hukum keduanya, sebab ancaman keduanya berbeda. Keduanya berbeda dalam per-buatan dan berbeda pula hukuman dan dan anca-mannya.

    Kapan (sesuatu itu) berbeda hukum dan se-babnya, maka saat itu pula dia tidak dapat dipa-lingkan dari (hukum) muthlak (umum) kepada mu-aayyad (khusus) sebab kaedah "Membawa hukum mutlak (umum) kepada muaayyad (khusus)", di an-tara persyaratannya adalah adanya kesepakatan (kesesuaian) antara dua nash dalam (satu) hu-kum. Adapun jika hukum (keduanya) berbeda, maka tidak boleh dikhususkan yang satu kepada yang lain. Karena itulah ayat tentang tayammum yang terdapat dalam ayat :

    t> ! i ' / > > t s 9 '

    "Maka usaplah wajah dan tanganmu dengannya (debu yang suci)", tidak dikhususkan dengan ayat tentang wudhu yang terdapat dalam firman Allah:

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'-

  • "Maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku". Sehingga tayammum itu tidak sampai ke siku. Dan karena hal tersebut memang saling ber-tentangan." (Dikutip dengan sedikit perubahan dari As'illah Muhimmah hal. 29-30).

    Syubhat ke tiga :

    Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar #yfe: "Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan (sebuah hadits) dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang jayyid (baik) bahwa-sannya beliau menurunkan sarungnya, lalu beliau ditanya tentang perbuatannya tersebut maka be-liau menjawab: "Sesungguhnya aku adalah orang yang memiliki kedua betis yang kecil."

    (Saya katakan: "Sanad hadits tersebut shahih sesuai syarat syaikhain (Bukhari dan muslim)" (Lihat Muhsannif oleh Ibnu Abi Syaibah 8/390).

    Bantahan :

    Al Hafidz membantah atsar tersebut . Beliau mengatakan bahwasanya atsar tersebut mengandung kemungkinan bahwa beliau (Ibnu Mas'ud 4̂ e> menurunkan pakaiannya (hanya) dari batas yang disunnahkan (yakni setengah betis) dan jangan disangka bahwa bel iau menurun-kannya sampai melewati kedua mata kakinya.

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • Alasan tersebut dapat dilihat dalam perkataan be-liau: "Sesungguhnya saya adalah orang yang me-miliki kedua betis yang kecil". Beliau (Al-Hafizh) berkata lagi: " . . .dan mungkin saja beliau (Ibnu Mas'ud) belum mengetahui kisah Amru bin Za-rarah yang terdahulu." (Lihat Fathul Baary 10/ 263).

    Lagi pula atsar tersebut adalah atsar .yang mauauf (perbuatan shahabat) yang bertentangan dengan banyak (riwayat) yang marfu' (sanadnya sampai kepada Rasulullah - P e n t ) . Dan tidak dapat diragukan lagi bahwa riwayat yang marfu' itu lebih didahulukan (dari pada riwayat-riwayat yang mauquf - P e n t ) , sebab yang menjadi huj jah adalah apa yang datang dari Nabi

  • Dan di antara dali l -dali l yang berkenaan dengan hal tersebut adalah apa-apa yang telah di tetapkan dalam ushul (kaedah) "Apabila perbuatan seorang perawi bertentangan dengan apa yang ia riwayatkan maka yang didahulukan adalah riwayat-nya serta ditinggalkan perbuatannya". Lalu bagai-mana halnya dengan Ibnu Mas'ud yang mana be-lum diketahui dari beliau apakah hadits (tentang isbal) tersebut sudah sampai kepada beliau atau-kah belum?

    Syubhat ke empat: Sebagian mereka berkata, "Kalian ini hanya

    berbicara mengenai hal-hal sepele dan masalah far'iyah (masalah cabang, bukan masalah pokok, f , e n t ) , padahal masalah seperti itu hanyalah me-rupakan kulit saja dari agama ini, yang tidak per-lu kita bahas secara bertele-tele. Bahkan hendak-lah kita membahas masalah-masalah besar dan permasalahan-permasalahan yang berbahaya , yang akan membahayakan perjalanan ummat ini.

    Bantahan:

    Kami katakan kepada mereka "tunggu sebentar, janganlah kalian diperdaya oleh setan"., sebab Allah berfirman dalam Al Qur'an:

    [y .A:

  • "Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke-dalam Islam secara keseluruhannya." (QS. Al-Baqarah:208).

    Berkata Ibnu Katsir (dalam menafsirkan ayat tersebut): "Masuklah kamu ke dalam Islam dan taatilah seluruh perintah-perintahnya".

    Al-Alusy berkata: "Makna (dari ayat tersebut) adalah "Masuklah kamu ke dalam Islam dengan seluruh (diri)mu. Dan janganlah kamu biarkan sedikit pun, baik itu yang (berhubungan dengan) hal-hal yang lahir kamu maupun yang batin, melainkan berada dalam Islam. Sehingga ti-dak ada tempat bagi yang lain (selain Islam)".

    Nabi S|| telah menyuruh, melarang, dan mem-beri peringatan mengenai masalah isbal. Dan telah terdapat lebih dari 15 shahabat yang meriwayat-kan hadits-hadits yang berkaitan dengannya. Ti-dak mengapa kami sebutkan (nama-nama) mere-ka di sini. Mereka adalah:

    1. Abu Hurairah

    2. Abdullah bin umar

    3. Abdullah bin Abbas

    4. Abdullah bin Mas'ud

    5. Aisyah

    6. Abu Sa'id Al Khudry

    7. Hudzaifah

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • 8. Abu Umamah

    9. Samurah bin Jundub

    10. Al Mughirah bin Syu'bah

    11. Sufyan bin Sahi

    12. 'Ubaid bin Khalid

    13. Jabir bin Sulaim

    14. 'Amru bin Syarid

    15. 'Amru bin Zarrah

    16. Anas (bin Malik) w.

    Ini menandakan bahwa (riwayat tentang isbal) telah mencapai tingkatan mutawatir dari beliau. Karena itulah maka perkara ini adalah merupa-kan perkara yang senantiasa harus diperhatikan oleh kaum muslimin.

    Sehingga tidak pantas bagi seorang muslim untuk menganggap remeh sesuatupun dari dosa, sebab mungkin saja suatu dosa (yang diremehkan itu) akan menjadi sebab "zaighul qalb" (tergelin-cirnya hati/ berpalingnya hati dari kebenaran, pent.). Allah f | berfirman:

    [o;^JwaJl] 4 (0; j»-

  • Dari Sahi bin Sa'ad 4p> dari Nabi telah ber-sabda :

    /. '' f * ' /. '" ' t' O ' i

    ' ' ' ' ' ' if t ' ' ' ' t ' ' ' ' ' ° ^ o '

    ^̂ fe- :> j*—j Ii s-li-j ^ j — « J Ii « . I— . s l j Jaj IJfy cj5 ^ ' ' a ' *

    i ' ° - ' 0 * " f' 11 i ' -* " i ' ° •* C " i •* ff

    "Hati-hatilah kamu dari meremehkan dosa-dosa (kecil) karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu laksana suatu kaum yang singgah di suatu lembah lalu datanglah seseorang dengan sepo-tong kayu dan datang yang lain dengan sepotong kayu, sehingga mereka dapat mengumpulkan (sejum-lah potongan kayu) yang dengannya sanggup mem-buat roti menjadi masak.. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu manakala dilakukan oleh seseorang maka ia akan membinasakannya." (Hadits ini diriwayat-kan oleh Ahmad dan lainnya, lihat As Shahihah no. 389).

    Berkata Ibnul Mu'taz

    Tinggalkan dosa-dosa kecil dan (dosa-dosa) besar. Itulah takwa.

    Berbuatlah sebagaimana yang diperbuat oleh orang yang berjalan di atas tanah yang berduri, di mana dia berhati-hati terhadap apa saja yang dilihatnya.

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa' —

  • Janganlah kamu meremehkan (dosa-dosa) kecil sesungguhnya gunung-gunung (yang besar itu) kumpulan dari kerikil (yang kecil).

    Saya melihat perkataan yang sangat tepat un-tuk membantah orang-orang yang telah mengang-gap remeh perkara kemaksiatan serta menyembu-nyikan ketaatan dan sunnah-sunnah tersebut ada-lah perkataan Ubadah bin Gjursh p > M :

    't" - ' o ' - *• *s s t' o -

    . o U L j — a *^ J j J * -

    "Sesungguhnya kalian melakukan sesuatu yang kalian pandang sebagai suatu hal yang lebih kecil (dosanya) dari sehelai rambut namun pada masa Nabi, kami menganggapnya sebagai salah satu dari dosa-dosa besar (yang membinasakan)." (Hadits ini ditakhri j oleh Ahmad dan lainnya, hadits shahih).

    (Orang-orang) menyebutkan perkataan Ubadah bin Qursh tersebut di hadapan Muhammad bin Si-rin %s>Mi (seorang tabi'in, p e n t ) , maka beliau membe-narkannya dan berkata: "Saya berpendapat bah-wa menjulurkan pakaian (sampai melewati mata kaki) termasuk dosa besar sebab padanya terdapat ancaman yang keras. Sedangkan orang-orang

    Syubhat-syubhat Seputar Masalah Isbal

  • yang menganggapnya sebagai salah satu dari dosa-dosa kecil, itu disebabkan karena kebodohan dan terpedaya." (Dikutip dari Fathur Rabbany 17/291).

    Kemudian, bahwa dikotomi agama dengan is-tilah kulit dan isi adalah merupakan suatu bid'ah masa kini yang tidak dikehendaki dengannya me-lainkan untuk melepaskan sebagian dari perintah-perintah Allah "M dan menghancurkan Islam. Be-narlah orang yang mengatakan: "Seandainya bu-kan karena kulit niscaya akan binasalah isi".

    Syekh Muhammad bin Ismail QM> telah mem-berikan faedah dan menjelaskan dengan baik dalam kitab bel iau Adillatu Tahriitni Halqil Lihyah (dalil-dalil tentang haramnya mencukur jenggot) seputar masalah ini dengan (perkataan beliau): "bid'ahnya pembagian agama menjadi kulit dan isi". Maka merujuklah kesana sebab hal itu penting.

  • Sebuah Peringatan Penting

    PERINGATAN I:

    Peringatan: Terhadap sebuah tulisan yang ditulis oleh salah seorang masyayikh masa kini.

    Salah seorang saudara kita dari para penuntut ilmu telah memperlihatkan kepadaku sebuah ki-tab yang dikarang oleh seorang Syeikh yang ter-masuk salah satu dari ulama-ulama terhormat masa kini. Kitab yang berjudul Kaifa Nata'amalu Ma'as Sunnatin Nabawiyah. Beliau telah berbica-ra dalam kitab tersebut pada halaman 103 seputar pokok bahasan kita ini.

    Menurut saya (penulis) ada beberapa hal yang perlu dikoreksi . Dan saya akan menyebutkan poin-poin terpenting daripadanya, sehingga kita tidak membebani risalah ini dengan bantahan-bantahan serta meninggalkan hal-hal yang ber-

    Sebuah Peringatan Penting

  • sifat umum diantara banyaknya bantahan-ban-tahan tersebut. Kebanyakan di antaranya telah ada bantahannya pada pembahasan-pembahasan sebelumnya, yang pembaca dapat melihatnya di sela-sela pembahasan (dalam risalah ini, P e n t ) .

    Pertama: bahwa beliau telah mencela orang yang hanya mengambil salah satu dari hadits-hadits saja yang berbicara mengenai obyek pem-bahasan (masalah isbal, p e n t ) tanpa mengumpul-kan hadits-hadts yang shahih yang berkaitan de-ngannya. Sungguh beliau telah jatuh ke dalam apa yang beliau ingkari sendiri, di mana beliau tidak menyebutkan kecuali hanya tiga buah hadits saja. Hal itu nampak dari beberapa dalil yang te-lah saya utarakan dalam ulasan tadi. Bahkan be-liau hanya mengambil perkataan sebagian ulama saja tanpa menoleh kepada perkataan ulama lain dalam masalah yang sama. Hal tersebut akan nampak dari koreksi (penulis) berikut ini:

    Kedua Beliau menukil dari Al-Hafizh Ibnu Hajar, perkataan beliau: "Sesungguhnya pemut-lakan ini (yakni dalam masalah isbal) dibawa kepada qaid (keterkaitan dengan) (kesombongan), sebab di situlah yang terdapat di dalamnya ancaman, sesuai kesepakatan (ulama, P e n t ) . " (Be-liau sandarkan (perkataan ini) kepada Fathul Baary 10/ 257).

    Kalimat yang beliau nukil dari perkataan Ibnu Hajar, (sebenarnya) tidaklah bermakna sebagai-

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • mana yang dipahami oleh Syekh tersebut - #U*s> -bahwa yang diharamkan hanyalah isbal bagi orang yang sombong saja, sedangkan bagi orang yang tidak sombong maka hukumnya boleh atau makruh. Sebab (pada paragraf tersebut-ed) Al-Hafizh belum sampai pada pembahasan menge-nai (hukum) isbal bagi orang yang melakukannya dengan tanpa disertai kesombongan. Bahkan be-liau (Ibnu Hajar, p e n t ) berkata setelah perkataan tersebut (10/257):

    "Adapun melakukan isbal hanya sekedar isbal saja (tanpa kesombongan, p e n t ) maka akan datang pembahasan (tersendiri) mengenai masalah ter-sebut dalam bab selanjutnya." Sebagaimana be-liau juga mengatakan di lain tempat (10/262): "Dan akan saya sebutkan pembahasan masalah ini dalam waktu dekat".

    Ini berarti bahwasannya yang dimaksud oleh Al-Hafizh dengan dalil-dalil yang mengharamkan isbal yang di lakukan karena sombong tanpa menyebutkan dalil-dalil lain (yang menunjukkan haramnya isbal tanpa disertai kesombongan, p e n t ) hanya dalam pembicaraan beliau yang pertama. Setelah itu Al-Hafizh menetapkan keputusan yang mengatakan tentang haramnya isbal secara mutlak, dan beliau telah menyebutkan beberapa perkataan (ulama) yang menyelisihi beliau dengan dalil-dalil mereka beserta bantahan terhadapnya, sebagaimana kebiasaan beliau yang tidak asing lagi bagi para penuntut ilmu, apalagi bagi para

    Sebuah Peringatan Penting

  • ulama. Beliau (Al-Hafizh, p e n t ) mengatakan demi-kian (dalam Fathul Baary) 10/263 setelah menye-butkan hadits-hadits tentang menurunkan pakai-an (melewati mata kaki, p e n t ) karena sombong. Beliau berkata:

    "Hadits-hadits ini menunjukkan' bahwasannya isbalnya pakaian (yang dilakukan) karena som-bong merupakan suatu dosa besar. Adapun mela-kukan isbal tanpa disertai dengan kesombongan, maka zhahir hadits-hadits tersebut menunjukkan keharamannya juga", namun beliau (Penulis kitab Kaifa Nata 'Aamalu Ma'as Sunnatin Nabawiyah, pent.) berdalil dengan Qaid (sebab) yang terdapat dalam hadits-hadits tersebut, yakni "yang dila-kukan dengan sombong" bahwasannya pelara-ngan yang ada mengenai tercelanya isbal dibawa kepada qaid (keterkaitan dengan dalil lain yang berbeda), sehingga tidaklah diharamkan melaku-kan isbal apabila selamat dari kesombongan.

    Kemudian beliau (Ibnu Hajar, p e n t ) menyebut-kan (ulama) yang berpendapat demikian), beliau berkata:

    "Berkata Ibnu Abdil Barr: Yang difahami (dari hadits-hadits tersebut, p e n f ) adalah bahwa melaku-kan isbal tanpa disertai kesombongan tidaklah ter-kena ancaman tersebut, hanya saja menurunkan pakaian dan lainnya dari pakaian itu tercela da-lam segala hal."

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'

  • Kemudian bel iau m e n y e b u t k a n perkataan Imam An-Nawawy bahwa (ancaman bagi orang yang melakukan) isbal di bawah kedua matakaki, (hanya bagi orang yang malakukannya) karena sombong. Adapun jika dilakukan tanpa kesombo-ngan maka makruh hukumnya.

    Demikian pula dengan apa yang ditulis oleh Imam As-Syafi'iy tentang adanya perbedaan anta-ra menurunkan (pakaian) karena sombong de-ngan yang dilakukan tanpa disertai kesombongan. Beliau berkata:

    "Yang mustahab (sunnah, P e n l ) adalah apabila pakaian sampai setengah betis , dan boleh dan tidak makruh, adalah yang di bawah betis hingga pada kedua mata kaki. Dan apa yang melampaui kedua mata kaki itu dilarang dengan larangan ha-ram jika dilakukan dengan sombong. Adapun jika dilakukan dengan tidak karena sombong, maka larangannya adalah larangan " tanzi ih" , sebab hadits-hadits yang ada mengenai larangan ten-tang isbal, datang secara mutlak, sehingga harus (dibawa kepada) qaid (kaitannya) dengan isbal karena sombong."

    Saya (penulis) katakan, pendapat ini telah sa-ya bantah dalam (pembahasan ) syubhat kedua.

    Al-Hafizh berkata: "Nash yang ditunjuk oleh beliau - yakni Imam

    An-Nawawi - telah disebutkan dalam Mukhtashar

    Sebuah Peringatan Penting

  • dari As-Syafi'iy. Beliau berkata: Tidak dibolehkan As-sadl (menurunkan pakaian di bawah mata ka-ki, pent.) di dalam shalat maupun di luar shalat karena sombong, adapun jika dilakukan bukan karena sombong maka ringan (hukumnya, pent.) sebagaimana perkataan Nabi -H kepada Abu Ba-kar •"

    Al-Hafizh berkata:

    "Perkataan beliau "ringan" tidaklah "sharih" (tegas, pent.) dalam pengharaman, akan tetapi hal tersebut dibawa kepada (isbal yang dilakukan) dengan sombong. Adapun isbal yang dikakukan bukan karena sombong, maka berbeda keadaan-nya. Apabila pakaian sesuai dengan ukuran pe-makainya akan tetapi dia menurunkannya, maka disini tidak nampak adanya pengharaman, ter-utama jika dilakukan tanpa ada maksud tertentu, sebagaimana yang terjadi pada Abu Bakar. Dan apabila pakaian melebihi ukuran pemakainya, maka hal ini terkadang membawa kepada ha 1 yang dilarang dari segi israf (pemborosan), bah-kan sampai kepada haram, dan tekadang terkena larangan dari segi penyerupaan dengan wanita. Dan hal yang (terakhir) ini lebih mungkin terjadi daripada yang pertama. Al-Hakim telah mensha-hihkan hadits Abu Hurairah, dimana Rasulullah J | telah melaknat laki-laki yang memakai pakaian perempuan. Terkadang juga larangan mengenai hal tersebut dari segi; bahwasannya pemakainya

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • tidak akan aman dari menempelnya najis pada pakaiannya."

    (Saya katakan, dan beliau juga telah menye-butkan hadits ' Ubaid bin Khalid, (sebagaimana yang) telah lewat pada halaman 16, dan atsar da-ri Umar 4 dalam masalah tersebut).

    Beliau - Al-Hafizh (10/264) - berkata: "Dan larangan isbal terkadang juga ( dapat) dilihat dari sisi lain, yakni, keberadaannya yang memungkin-kan munculnya kesombongan."

    Ibnul Arabiy berkata, "tidak dibenarkan bagi laki-laki untuk mengenakan pakaiannya hingga melewati mata kaki, lalu dia berdalih, "aku tidak melakukan hal itu karena sombong,, karena illah (sebab) tersebut bukanlah ditujukan kepada "ku" , sebab dalih tersebut tidak selamat, Bahkan (per-buatannya) memanjangkan ujung (pakaiannya) itu sendiri menunjukkan akan ke sombongannya." (Dikutip secara ringkas).

    Kemudian beliau - yakni Al-Hafizh - berkata: "Walhasi l bahwasanya isbal itu menghendaki adanya (perbuatan) menurunkan pakaian, se-dangkan menurunkan pakaian menghendaki ada-nya kesombongan, sekalipun pemakainya tidak bermaksud sombong."

    Dan beliau memperkuat (perkataan beliau tersebut) dengan hadits marfu'dari Ibnu Umar H§:

    Sebuah Peringatan Penting

  • s s y y y s

    "Dan berhati-hatilah kamu dari menurunkan (pa-kaian ke bawah mata kaki, f m L ) karena sesungguhnya menurunkan) termasuk kesombongan". (Dan beliau juga menyebut hadits Amru bin Zararah sebagai-mana yang terdapat pada halaman depan).

    Kemudian Al-Hafizh menyebutkan, sebagai komentar terhadap hadits tersebut. Beliau berkata: "Zhahirnya, bahwasannya Amru tidak melaku-kan isbal karena sombong, bahkan dia sendiri te-lah mencegah dirinya dari melakukan hal terse-but, sebab (isbal) merupakan mazhann (tempat dugaan terjadinya) kesombongan." (Dan beliau mengir ingi pendapat tersebut dengan Hadits Amru bin Syariid Ats-Tsaqafy sebagaimana yang telah disebutkan di depan.

    Kemudian beliau (Al-Hafizh, P e n t ) menyebut-kan atsar Ibnu Mas'ud, lalu beliau membantahnya dengan apa yang telah kami nukilkan disini. Ke-mudian beliau menutup perkataannya dengan hadits dari Al-Mughirah bin Syu'bah yang ber-kata:

    "Saya melihat Rasulullah

  • Setelah (pembahasan) ini, maka menjadi jelas-lah bagi pembaca beberapa perkara:

    Pertama: Bahwasanya Fadhilatus syeikh telah keliru dalam menukil dari Al-Hafizh Ibnu Hajar dimana beliau (Ibnu Hajar, p e n t ) mengatakan ha-ram (hukumnya), sedangkan Syeikh tersebut me-ngatakan hukumnya boleh atau makruh. Dan hal ini didasari atas kesalahan kedua.

    Kedua: Bahwasanya Syeikh tersebut hanya mengambil perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar pada satu tempat dan tidak melihat perkataan beliau yang terdapat pada tempat lainnya. Padahal per-kara inilah yang beliau anggap sebagai aib bila terjadi pada diri orang lain. Kami mengucapkan permohonan maaf atas keutamaan beliau. Beliau adalah orang yang teguh dalam berda'wah kepa-da Allah - "Mi- Semoga beliau diberikan ganjaran yang terbaik atas kesungguhan yang telah beliau berikan dalam berkhidmat terhadap kaum mus-limin. Akan tetapi telah kita pelajari dari para imam kita - semoga Allah merahmati mereka se-mua - bahwasanya al-haq wajib menjadi tuntutan kita dan (wajib) kita terapkan sekalipun atas diri kita sendiri. Dan kami nasehatkan (hal tersebut) juga kepada para Imam (pemimpin) kaum musli-min dan masyarakat mereka.

    Allah mengetahui bahwasanya kita mencintai keutamaan beliau karena Allah - akan tetapi al-haq (kebenaran) lebih kami cintai lagi (dari pada

    Sebuah Peringatan Penting

  • mencintai keutamaan beliau, pent.). Sungguh Al-Imam Darul Hijrah Malik bin Anas - - telah berkata:

    o ' ° ' - t - S o ' - ^ - .*' ' ' o - o * ^ "*

    "Setiap kita (dapat) diambil perkataannya dan ditolak (dibantah) kecuali penghuni kubur ini" - dan beliau menunjuk ke kubur Rasulullah $jj$. Karena itu maka saya katakan, bahwa: "Mung-

    kin saja beliau belum membaca sisa perkataan Al-Hafizh Ibnu Hajar dan kami berprasangka se-perti itu. Sebab berprasangka yang baik kepada kaum muslimin adalah wajib. Apalagi berpra-sangka baik terhadap seorang alim yang mulia dan Syekh yang memiliki keutamaan. Bersamaan dengan itu pula kita katakan: "Sesungguhnya be-liau telah jatuh dalam apa yang beliau ingkari terhadap manusia, disebabkan karena ketergesa-gesaan beliau dalam memutuskan (perkara ini, P e n t ) . Dan hal seperti ini tidak pantas terjadi pada diri orang di bawah beliau dari para penuntui ilmu dan orang-orang selain mereka. Betapa tidak, beliau (Ibnu Hajar, p c n t ) adalah seorang yang alim yang ditunjuk oleh semua jar i , seorang yang terkenal dengan penelitian ilmiahnya dalam ma-salah-masalah yang besar. Sungguh Al-Hafizh telah menyebutkan sejumlah nash-nash dan dalil-dalil serta bantahan-bantahan yang tidak didapati di dalam (kitab lain) selain Kitab Fathul Baary. Bahkan beliau Q)£b tidak membiarkan peluang

    Al-Isbaal Lighairil Khuyalaa'

  • bagi seorangpun yang datang sesudah beliau un-tuk mengatakan tentang makruhnya isbal secara mutlak, apalagi membolehkannya. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh Imam As- Syaukany, yang mengomentari tentang (Fathul Baary): " Ti-dak ada hijrah setelah Fath ( maksudnya adalah Fat-hul Baary, P e n t J".

    Atau kemungkinan beliau (Syekh tersebut) telah membaca seluruh perkataan al-Hafizh dan telah menelaahnya akan tetapi beliau tidak me-nyebutkannya dan bahkan menyembunyikannya. Ini merupakan suatu penafian (peniadaan) terha-dap amanah ilmiyah. Kami membersihkan Syekh tersebut - semoga Allah memberkahi beliau pada umur beliau - dari perbuatan semacam itu. Sebab yang demikian itu bukanlah merupakan ciri-ciri ahli ilmu dan orang bertaqwa. Bahkan merupa-kan salah satu dari sifat-sifat ahlul bid'ah dan pengikut hawa nafsu, dan merupakan jalan ahli tadlis 7 ) , semoga beliau tidak termasuk orang yang seperti itu.

    7. Tadliis d a l a m i lmu hadits adalah m e n y e m b u n y i k a n cacat sanad ( r a n g k a i a n p a r a p e r i w a y a t h a d i t s ) s e r t a m e m p e r b a g u s z h a h i r n y a . H u k u m Tadliis i tu makruh (d ibenci ) . D a n tadlis isnad itu lebih makruh dar i p a d a tadlis as-syuyuukh. (Pent . D i k u t i p dar i C D Mausuu'ah Al-Hadits As-Syariif P r o d u k s i ke-2 , t a h u n 2000 ) D a n y a n g d i m a k s u d d e n g a n tadlis d is ini a d a l a h (orang y a n g s u k a m e n y e m b u n y i k a n i l m u , f™1.) Wallahu Alam.

    Sebuah Peringatan Penting

  • Dari sini nampaklah suatu perkara yang pen-ting, yakni bahwa Syekh tersebut #>JK belum me-ngumpulkan hadits-hadits dalam bab ini seluruh-nya secara baik yang dapat menjadikan beliau te-gak di atas ketepatan (kebenaran) dalam masalah ini. Bagaimana mungkin beliau membawa (dalil-dalil) mutlak (umum) kepada (dalil-dalil) muaayyad (dalil khusus)?

  • Haruskah Kita Mengingkari Orang yang Melakukan Isbal

    jO^Y^vita wajib mengingkari Syeikh tersebut dan (̂ Sp>f/c orang lain selain beliau dari orang-orang {Q(fmL yang tidak memandang adanya penging-

    karan dalam masalah ini terhadap orang-orang yang melakukan pelanggaran - dan peringatan itu sangat bermanfaat bagi orang-orang yang ber-iman - Kami katakan kepada mereka, bahwa ka-mi leluasa (untuk melakukan) apa yang leluasa (dilakukan ) oleh Rasulullah ?tt dan sahabat-saha-bat beliau f̂e>. Sungguh telah berlalu penjelasan kami mengenai hadits-hadits yang shahih (yang menuinjukkan) pengingkaran beliau terhadap orang-orang yang melakukan isbal. Beliau meru-bah kemungkaran tersebut dengan lisan dan ta-ngan, begitu pula dengan Umar bin Khatthab 4 dan kebanyakan dari para sahabat -sjfe,. Sedang-kan dalam sebuah hadits Rasulullah ^ft bersabda:

    ( jV-L—« -\ ) . . .9j^-^i 'J>̂ -» (V-^-f

  • "Barangsiapa di antara kamu yang melihat kemung-karan maka hendaklah dia merubahnya..." (Ditakh-rij oleh Muslim).

    Adapun apa yang dinukil oleh Syekh tersebut dalam kitab beliau dari Imam An-Nawawy dari syarah Muslim (4/795 Cet. As- Syu'ab) seputar hadits Abu Bakar 4fe>, maka telah kami bantah dalam (pembahasan) syubhat pertama.

    Demikianlah , dan kami memohon kepada Allah semoga Dia memberikan petunjuk kepada kita semua kepada apa-apa yang dicintai dan diri-dhai-Nya, dan semoga Dia memberikan taufik-Nya kepada para da'i Islam di atas kebenaran dan ketepatan, dan tidak menjadikan di dalam hati kita rasa dengki terhadap orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Dia Maha Pengasih lagi Maha Pe-nyayang.

    Al-lsbaal Lighairil Khuyalaa'-

  • Kondisi Dimana Isbal Tidak Diharamkan

    1. Telah berlalu (penjelasan) bahwasanya wanita, sesuai dengan nash yang ada, keluar dari hukum (haramnya) isbal.8'

    8. M a k s u d n y a a d a l a h b a h w a w a n i t a t idak terkena h u k u m isba l . p e n l ) . S a y a p e n t ) k a t a k a n b a h w a p e r k a t a a n p e n g a r a n g ini t idak tepat , s e b a b y a n g s e b e n a r n y a b a g i w a n i t a a d a j u g a h u k u m i s b a l n y a d i m a n a m e r e k a t i d a k b o l e h m e l e b i h k a n p a k a i a n m e r e k a m e l e w a t i b a t a s tersebut , y a k n i u k u r a n p a k a i a n y a n g m e l e w a t i m a t a k a k i leb ih dar i s a t u h a s t a (satu s i k u ) .

    A p a b i l a p a k a i a n w a n i t a m e l e w a t i m a t a kak inya lebih dar i sa tu s i k u m a k a h a r a m h u k u m n y a b a g i m e r e k a , s e s u a i d e n g a n hadi t s U m m u S a l a m a h m e n g e n a i p e r t a n y a a n b e l i a u k e p a d a N a b i

  • 2. Berkata Al-Hafizh dalam Fathul Baary 10/257: "Dikecualikan dari isbalnya pakaian secara mutlak, apa-apa yang isbal karena darurat. Se-perti j ika pada kedua matakaki seseorang terdapat luka yang ser