Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

24
Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung Bandar Lampung | Senin, 20 May 2013 Budi Winarno Banyak perusahaan yang beroperasi di teluk itu. Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, menilai perubahan permukaan air laut menjadi merah di Teluk Lampung kemungkinan besar disebabkan adanya pencemaran dari buangan limbah. Merahnya air laut terlihat jelas di kawasan Teluk Lampung, mulai dari Pantai Panjang hingga tempat pelelangan ikan di Daerah Lempasing. Direktur Walhi Lampung, Bejoe Dewangga di Bandar Lampung kemarin mengatakan, saat ini Walhi sudah menurunkan langsung timnya untuk mencari penyebab pencemaran Teluk Lampung. Dari laporan masyarakat yang diterima, kemungkinan besar hal ini merupakan indikasi pencemaran dari buangan limbah. "Untuk itu, kita minta Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung harus coba mengecek sampel air dari Teluk Lampung yang tercemar itu, kalau dilihat dari laporannya ada indikasi dari buangan limbah perusahaan. Pemerintah tidak boleh diam. Terutama BPPLH harus mulai mengecek sampel air Teluk Lampung yang tercemar itu," ujarnya. Bejoe menilai jika hal ini dibiarkan akan berbahaya bagi kelangsungan hidup ekosistem laut dan masyarakat sekitar. Pemerintah harus tegas menyikapi hal ini. Bejoe mengatakan, sepanjang Teluk Lampung sudah berapa perusahaan yang ada di sekitar Teluk Lampung dan terindikasi mencemari secara instalasi pembuangan air limbah (Ipal). "Kita tidak tahu bagaimana dan seperti apa kondisi Ipal dari perusahaan-perusahaan itu. Ya, perlu dicek untuk itu," katanya lagi. Bejoe juga mengatakan lembaga yang memiliki wewenang untuk itu adalah BPPLH. Dia berharap agar BPPLH segera mengecek dan menindak perusahaan-perusahaan yang memang terindikasi mencemari Teluk Lampung.

Transcript of Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Page 1: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Walhi Soroti Pencemaran Teluk LampungBandar Lampung | Senin, 20 May 2013Budi WinarnoBanyak perusahaan yang beroperasi di teluk itu.

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, menilai perubahan permukaan air laut menjadi merah di Teluk Lampung kemungkinan besar disebabkan adanya pencemaran dari buangan limbah. Merahnya air laut terlihat jelas di kawasan Teluk Lampung, mulai dari Pantai Panjang hingga tempat pelelangan ikan di Daerah Lempasing.

Direktur Walhi Lampung, Bejoe Dewangga di Bandar Lampung kemarin mengatakan, saat ini Walhi sudah menurunkan langsung timnya untuk mencari penyebab pencemaran Teluk Lampung. Dari laporan masyarakat yang diterima, kemungkinan besar hal ini merupakan indikasi pencemaran dari buangan limbah.

"Untuk itu, kita minta Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung harus coba mengecek sampel air dari Teluk Lampung yang tercemar itu, kalau dilihat dari laporannya ada indikasi dari buangan limbah perusahaan. Pemerintah tidak boleh diam. Terutama BPPLH harus mulai mengecek sampel air Teluk Lampung yang tercemar itu," ujarnya.

Bejoe menilai jika hal ini dibiarkan akan berbahaya bagi kelangsungan hidup ekosistem laut dan masyarakat sekitar. Pemerintah harus tegas menyikapi hal ini.

Bejoe mengatakan, sepanjang Teluk Lampung sudah berapa perusahaan yang ada di sekitar Teluk Lampung dan terindikasi mencemari secara instalasi pembuangan air limbah (Ipal). "Kita tidak tahu bagaimana dan seperti apa kondisi Ipal dari perusahaan-perusahaan itu. Ya, perlu dicek untuk itu," katanya lagi.

Bejoe juga mengatakan lembaga yang memiliki wewenang untuk itu adalah BPPLH. Dia berharap agar BPPLH segera mengecek dan menindak perusahaan-perusahaan yang memang terindikasi mencemari Teluk Lampung.

Kepala BPPLH Bandar Lampung, Rejab mengungkapkan baru mengetahui informasi pencemaran namun, dirinya sudah menurunkan langsung stafnya untuk mengambil sampel air dari Teluk Lampung. Rejab belum berani memastikan apakah itu hasil pencemaran limbah dari perusahaan atau seperti apa yang sebenarnya. Dia masih harus memeriksa hasil ceknya dengan dinas terkait seperti dinas perikanan.

Dinas perikanan, kata dia, yang turut terkait saat dihubungi Rejab belum bisa mengangkat dan dimintai konfirmasi terkait pencemaran Teluk Lampung. "Saya belum bisa memastikan hasilnya ya harus dicek juga bersama Dinas perikanan. Tapi dari tadi kepala dinas perikanan saya hubungi belum bisa," katanya. n Muhammad Naviandri

Link: http://www.jurnas.com/halaman/14/2013-05-20/247257

Jurnas : Jurnal Nasional

Page 2: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Walhi Lampung: Alga Beracun Marak Akibat PencemaranPosted on June 14, 2013 by teenvoice

Menjaga lingkungan mtugas kita bersama ya Sobat Teen. Soalnya kalo lingkungan tercemar, banyak yang kena akibatnya. Salah satunya kaya yang terjadi di Lampung. Alga atau ganggang di sana jadi banyak beracun karena pencemaran limbah. Duh.

LSM lingkungan Walhi Lampung menyatakan ada ledakan pertumbuhan alga beracun di Teluk Lampung, disebabkan terganggunya ekosistem laut akibat maraknya pencemaran limbah industri. Deputi Direktur Walhi Lampung, Pak Supriyanto menduga pencemaran tersebut berasal dari 12 perusahaan yang berada disekitar teluk tersebut. Selain itu kata dia, pencemaran juga bisa berasal dari 14 sungai yang bermuara di Teluk lampung.

“(Mengenai) adanya booming alga dan sebagainya, ini harus saya sampaikan, di wilayah teluk lampung itu ada 12 perusahaan yang ada di wilayah pesisir itu yang mau tidak mau sebenarnya berkontribusi dalam pencemaran diwilayah lampung itu. Hanya saja kadarnya yang belum bisa dihitung. kemudian tiap perusahaan ini berapa memberikan kontribusi pencemarannya,” kata Pak Supriyanto kepada KBR68H, Jumat (14/6).

Sebelumnya Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) menyebutkan Teluk Lampung berpotensi mengalami ledakan pertumbuhan Alga Pirodinium yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Kematian terjadi jika manusia mengkonsumsi biota laut yang terkontaminasi alga beracun tersebut.

Ayo kita jaga ligkungan sekitar kita ya Sobat Teen. (PortalKBR)

 Link: http://teenvoice.co.id/2013/06/14/walhi-lampung-alga-beracun-marak-akibat-pencemaran/

Page 3: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Ekosistem Laut di Teluk Lampung Terganggu Akibat Limbah Industri

Written by Danu Mahardika Fri,14 June 2013 | 14:01 Print Email Twitter Facebook google+

Ilustrasi: Limbah (foto: ANTARA)

KBR68H,Jakarta -  LSM lingkungan Walhi Lampung menyatakan adanya ledakan pertumbuhan alga beracun di Teluk Lampung, disebabkan terganggunya ekosistem laut akibat maraknya pencemaran limbah industri. Deputi Direktur Walhi Lampung, Supriyanto menduga pencemaran tersebut berasal dari 12 perusahaan yang berada disekitar teluk tersebut. Selain itu kata dia, pencemaran juga bisa berasal dari 14 sungai yang bermuara di Teluk Lampung.

"(Mengenai) adanya booming alga dan sebagainya, ini harus saya sampaikan, di wilayah teluk lampung itu ada 12 perusahaan yang ada di wilayah pesisir itu yang mau tidak mau sebenarnya berkontribusi dalam pencemaran diwilayah lampung itu. Hanya saja kadarnya yang belum bisa dihitung. kemudian tiap perusahaan ini berapa memberikan kontribusi pencemarannya," jelas Supriyanto kepada KBR68H, Jumat (14/6)

Sebelumnya Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI) menyebutkan Teluk Lampung berpotensi mengalami ledakan pertumbuhan Alga Pirodinium yang dapat menyebabkan kematian pada manusia. Kematian terjadi jika manusia mengkonsumsi biota laut yang terkontaminasi alga beracun tersebut.

Editor: Doddy Rosadi

Link: http://www.portalkbr.com/berita/nasional/2676919_4202.html

Page 4: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Home Nasional Jagat Lampung Ekbis Bola Olahraga lifestyle Otomotif Seleb Humaniora +index

2013-05-19 07:30:00Pencemaran Teluk Lampung Mengkhawatirkan

KEDATON (Lampost.co) : Pencemaran limbah di wilayah pesisir Teluk Lampung yang dilaporkan Halimi kepada LBH Bandar Lampung mendapat perhatian dari sejumlah pihak, termasuk Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) dan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung). Berubahnya permukaan air laut yang menjadi merah itu mengingatkan pada fenomena alga merah di Pesawaran yang sempat menyita perhatian dan belum mendapat penyelesaian sampai sekarang.

Berdasar pengamatan Halimi, merahnya permukaan air laut ini terlihat di kawasan pantai panjang hingga PPI Lempasing. Direktur Walhi Lampung Bejoe Dewangga mengatakan saat ini Walhi sudah menurunkan langsung timnya untuk mencari penyebab pencemaran Teluk Lampung. Dari laporan masyarakat yang diterima, kata Bejoe, kemungkinan besar hal ini merupakan indikasi pencemaran dari buangan limbah.

Untuk itu, lanjut dia, pihak BPPLH harus coba mengecek sampel air dari Teluk Lampung yang tercemar itu. "Ya kalau dilihat dari laporannya ada indikasi dari buangan limbah perusahaan. Pemerintah tidak boleh diam. Terutama BPPLH harus mulai mencek sampel air Teluk Lampung yang tercemar itu," kata dia.

Bejoe menilai jika hal ini dibiarkan akan berbahaya bagi kelangsungan hidup ekosistem laut dan masyarakat sekitar. "Pemerintah harus tegas menyikapi hal ini. Dikarenakan dapat merugikan ekosistem laut dan masyarakat sekitar yang tinggal di situ," ujar Bejoe.

Page 5: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Bejoe juga menilai sepanjang Teluk Lampung sudah berapa perusahaan yang ada di sekitar Teluk Lampung dan terindikasi mencemari secara instalasi pembuangan air limbah (IPAL). "Kita tidak tau bagaimana dan seperti apa kondisi ipal dari perusahaan-perusahaan itu. Ya, perlu di cek untuk itu," kata dia. Bejoe juga mengatakan lembaga yang memiliki wewenang untuk itu adalah BPPLH. Dia berharap agar BPPLH segera mengecek dan menindak perusahaan-perusahaan yang memang terindikasi mencemari limbah Teluk Lampung.

Sementara kepala BPPLH Bandar Lampung Rejab mengungkapkan baru mengetahui informasi pencemaran tersebut dari Lampung Post. Namun, dirinya sudah menurunkan langsung stafnya untuk mengambil sampel air dari Teluk Lampung.

"Saya baru tahu dari koran ini. Saya sudah merintahkan staf saya untuk ambil sampel airnya," kata Rejab, Sabtu (18-5) saat dihubungi Lampung Post. Rejab belum berani memastikan apakah itu hasil pencemaran limbah dari perusahaan atau seperti apa yang sebenarnya. Dia masih harus memeriksa hasil ceknya dengan dinas terkait seperti dinas perikanan.

Dinas perikanan, kata dia, yang turut terkait saat dihubungi Rejab belum bisa mengangkat dan dimintai konfirmasi terkait pencemaran Teluk Lampung. "Saya belum bisa memastikan hasilnya ya harus dicek juga bersama dinas perikanan. Tapi dari tadi kepala dinas perikanan saya hubungi belum bisa," katanya. (CR4/L-1)

Link: http://lampost.co/berita/pencemaran-teluk-lampung-menghawatirkan

Page 6: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Blooming Alga Serang Teluk Lampungkupastuntas.co.id

Tanggal 15-07-2013 & waktu 08:50:26

*Ribuan Ikan Mati

 

Kupastuntas.co.id - Hingga Minggu (14/7/2013) air laut Teluk Lampung masih berwarna merah kecoklatan (blooming alga). Jumlah ikan mati semakin banyak. DKP Kota Bandarlampung mengingatkan para nelayan untuk tidak melaut dulu.

Sejak dua pekan terakhir sebagian perairan Teluk Lampung berubah warna menjadi merah kecoklatan. Koordinator Penyuluhan Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bandarlampung, Legono mensinyalir, perubahan warna terjadi karena fenomena alam.

Sebaliknya, Ketua Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, Bejo Dewangga menengarai, perubahan warna air laut bisa terjadi karena faktor pencemaran limbah perusahaan, selain juga dipengaruhi ganggang merah.

"Secara pasti, kami belum mengetahui penyebab fenomena tersebut. Sebab, baru hari Sabtu (13/7/2013), Walhi bersama mahasiswa Unila jurusan Biologi mengambil sampel air laut untuk diteliti di laboratorium," kata Bejo melalui telpon, Minggu (14/7/2013).

Kemungkinan, jelas dia, 10 hari kedepan hasil lab tersebut baru bisa diketahui. "Memang ada beberapa kemungkinan. Apakah karena pengaruh gangang merah atau lainnya," jelas dia.

Jika faktor ganggang merah, dijelaskannya, tentu bisa menyebakan ikan teracuni dan mati. "Kalau ikan sudah teracuni ganggang dan mati, kemudian dikonsumsi masyarakat, ini akan membahayakan. Berkemungkinan orang yang mengonsumsi ikan bisa mati," terangnya.

Penyebab lain, jelas Bejo, adalah pencemaran limbah perusahaan. "Jika limbah yang dibuang itu mengandung bahan kimia, bisa saja air laut tercemar. Tapi ini baru sebatas dugaan, belum ada hasil laboratorium," ujarnya.

Berdasarkan pantauan Walhi Lampung, fenomena air laut berubah merah masih berlangsung hingga Minggu (14/7/2013). Terparah, terjadi di sekitar wilayah Kelurahan Gudang Lelang, Telukbetung. "Situasinya belum berubah," terang dia.

Walhi mengkhawatirkan, fenomena ini menghancurkan petambak ikan maupun udang yang ada di wilayah Teluk Lampung. "Secara geografis, Teluk Lampung menjorok kedalam. Arah air akan berputar diposisi itu saja, sehingga bisa mempengaruhi lahan milik para petambak," bebernya.

Jika ini terjadi, ujar Bejo, nelayan petambak bisa merugi hingga ratusan juta rupiah. Apalagi, menurut perkiraannya, fenomena itu terjadi sampai satu minggu kedepan.

Terpisah, Kepala Dinas Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota

Page 7: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Bandarlampung, Rejab mengatakan, belum bisa dipastikan apa penyebab fenomena tersebut.

Sebab, kata dia, BPLH bersama Walhi dan mahasiswa Unila baru Sabtu (13/7/2013) lalu mengambil air laut untuk diteliti. "Belum bisa dipastikan apakah air laut dicemari limbah perusahaan atau karena gangguan lain," terangnya.

Karena, air laut mengandung banyak unsur. Bisa jadi karena faktor zat kimia ataupun kotoran sampah dari kawasan pesisir.

Sebelumnya, Koordinator Penyuluhan Perikanan pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bandarlampung, Legono menyatakan, sejak dua minggu terakhir telah terjadi fenomena air laut berubah warna menjadi merah ke coklat-coklatan.

Nelayan Telukbetung diminta untuk tidak melaut dulu. Apalagi, ujar dia, kondisi saat ini banyak ikan mati. Terutama di perairan Teluk Lampung wilayah Bandarlampung.

DKP mengimbau nelayan tidak mencari ikan di perairan tersebut. Sebab, Teluk Lampung berpotensi mengalami perkembangbiakan blooming alga pirodinium (ganggang merah) yang berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat jika mengonsumsi ikan.

Pemicu blooming alga, karena pencemaran lingkungan. Didukung dengan pencahayaan serta arus dasar laut, mengakibatkan sedimen naik di atas permukaan laut.

Fenomena sama, terjadi di perairan Teluk Lempung pada Bulan Oktober hingga Februari 2013 lalu. Air laut berubah warna yang menyebabkan ribuan ikan dan budidaya keramba mati.

Sementara itu, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung mengimbau agar masyarakat tidak mengonsumsi kerang-kerangan saat blooming alga terjadi.

"Kondisi permukaan air laut berwarna merah kecokelatan, kami menyebutnya blooming alga clocodinium," kata Teknisi Penyelia BBPBL Lampung Muawanah, Minggu (14/7/2013).

Kondisi air laut yang demikian, membuat ikan-ikan yang mencari makan di permukaan air akan mati. Penyebabnya, karena saluran pernafasan ikan tertutup alga yang menyerupai agar-agar.

"Ikan-ikan dalam keramba kami saja saat ini sudah mati sebanyak 200 ekor yang siap panen," kata Muawanah.

Dia menyarankan, masyarakat untuk tidak mengonsumsi dulu kerang-kerangan, karena biota tersebut menyimpan racun dalam tubuhnya.

"Jika dikonsumsi, akan berdampak pada gangguan kesehatan seperti pusing-pusing, gatal-gatal pada bagian lidah dan bibir, serta efek fatal bisa menimbulkan kematian," katanya pula. (Wanda)

Link: http://www.kupastuntas.co.id/?page=berita&&no=2521

Page 8: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Sampah Pesisir Diolah Jadi Kompos 09.21 WALHI Lampung No comments ***Bandar Lampung, 06 Januari 2012

BANDARLAMPUNG – Pemkot Bandarlampung terus meningkatkan tata kelola sampah di kota ini, terutama penanggulangan sampah yang ada di daerah pesisir pantai. Mengingat pantai atau daerah perairan adalah potensi yang layak jual, baik di masyarakat lokal maupun mancanegara.

Sekretaris Kota Bandarlampung Badri Tamam mengatakan, potensi yang ada di wilayah pesisir dapat terakomodasi. Terutama masalah sampah, yang tidak hanya menjadi masalah, tetapi bagaimana agar sampah tersebut dapat dimanfaatkan sehingga menghasilkan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah membuat sampah organik menjadi kompos.

’’Nanti kita bekerja sama dengan Dinas Pertanian agar kompos yang telah dibuat mereka beli. Sehingga nantinya para petani sayuran bisa membeli pupuk tersebut, bukan hanya penyediaan pupuk organik,” ujar Badri dalam workshop pengelolaan sampah terpadu dalam mendukung penataan wilayah pesisir di Hotel Marcopolo, bersama Walhi, Mitra Bentala, dan Watala, kemarin (5/1).

Ke depan, sambung mantan sekretaris KPU Lampung ini, petani sayuran yang berada di daerah Kemiling, Rajabasa, dan Sukarame harus menggunakan pupuk kompos, yang menjamin dampak kesehatan bagi masyarakat. ’’Membangun daerah pesisir dan mengubah budaya hidup bersih di kawasan pesisir merupakan hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan pola hidup yang seimbang,” kata dia.

Hal itu mengingat banyaknya sampah yang dihasilkan dari daerah pesisir, yang setiap harinya bahkan dapat diangkut sedikitnya 13 truk sampah yang dikumpulkan dari hasil menyusuri tepi pantai. Sampah-sampah tersebut memang bukan berasal dari warga sekitar pantai saja, tetapi juga sampah kiriman dari sungai-sungai yang bermuara di laut. Hal ini tentu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.    Hingga kemarin, puluhan warga dengan menggunakan tangan memungut sampah-sampah yang ada pesisir. Sampah kemudian dikumpulkan dalam karung dan diangkut ke pinggir jalan. Selanjutnya, truk mengangkut sampah ke TPA Bakung.

Aktivitas membersihkan sampah pesisir ini menjadi program warga yang bekerja sama dengan pemkot dan konsorsium lembaga swadaya masyarakat (LSM) Mitra Bentala, Walhi, dan Watala.

Ya, sejak Oktober-Desember 2011, sudah puluhan ribu karung sampah yang berhasil dikumpulkan. Program bersih pantai ini meliputi 13 kelurahan yang

Page 9: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

ada di tiga kecamatan, yakni Panjang, Telukbetung Utara, dan Telukbetung Selatan.    Kini wajah pesisir kota sudah berubah. Tumpukan sampah yang biasaya menghiasai pemandangan pesisir Teluk Lampung sudah mulai berkurang. Pantai mulai sedap dipandang mata meskipun masih saja ada sampah yang datang dibawa ombak.    Aktivis Mitra Bentala, Mashabi sempat menuturkan sudah mulai tumbuh kesadaran masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah ke laut. Kondisi laut dan pantai yang sudah besih membuat mereka malu jika harus membuang sampah sembarangan.    Staf pengajar Program Studi Budi Daya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Indra Gumay Yudha mengatakan wilayah pesisir Kota Tapis berseri ini tercemar logam berat dalam jumlah yang bervariasi. Kandungan logam (Pb, Hg, Cu, dan Cd) itu berasal dari limbah industri maupun domestik yang berasal dari aktivitas manusia.    Parahnya, sumur-sumur penduduk dan sungai yang terdapat di wilayah pesisir pun terimbas. Tidak hanya pesisir pantai, berdasarkan hasil analisis atas sejumlah sampel air yang diteliti, diketahui beberapa sungai tercemar. Di antaranya Way Sukamaju, Way Belau, Way Kuala,Way Galih, Way Keteguhan, Way Kunyit, dan Way Lunik.    Ini diketahui dari hasil pengukuran kadar logam berat yang dilakukan di tujuh sungai yang bermuara ke wilayah laut di kota yang berpenduduk lebih dari 800 ribu ini. Di Way Keteguhan, misalnya, kandungan Pb telah melebihi kriteria yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 untuk Mutu Air Kelas III, yaitu mencapai 0.042 ppm. Sementara beberapa sungai lainnya belum terdeteksi keberadaannya. Seperti di Way Sukamaju, Way Belau, Way Kunyit, dan Way Galih.    ”Kandungan logam berat Cu dan Cd di semua sungai yang diukur menunjukkan nilai yang sangat jauh di bawah baku mutu air kelas III. Sumber utama pencemaran logam-logam berat ini dapat berasal dari limbah domestik perkotaan maupun limbah industri,” paparnya.    Dikatakan, sejumlah logam dapat terkandung dalam limbah rumah tangga melalui sampah-sampah metabolik dan korosi pipa-pipa air (Cu, Pb, Zn, dan Cd). Demikian juga halnya dengan industri yang mengolah limbahnya menggunakan lumpur aktif yang membuang limbah lumpur tersebut ke perairan ataupun pencucian lumpur industri yang turut menyumbang pengayaan logam-logam Cu, Pb, Zn, Cd, dan Ag ke dalam air penerima.    Nah berdasarkan hasil analisis atas sejumlah sampel air yang diteliti dari 12 sumur penduduk yang berada di wilayah pesisir kota ini, diketahui bahwa

Page 10: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

sumur-sumur tersebut telah tercemar oleh logam berat Pb dan Cu dalam jumlah yang relatif kecil. ”Kecuali sumur di Kelurahan Sukamaju yang mengandung logam Pb hingga 0.046 ppm,” papar dia.    Keberadaan logam berat Hg umumnya masih berada dalam baku mutu yang ditetapkan, bahkan di beberapa tempat tidak terdeteksi, namun di sekitar perairan laut dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu. Kandungan logam Cu diketahui telah melebihi baku mutu pada beberapa lokasi pengukuran. Keberadaan logam Cd telah melebihi baku mutu dengan kandungan Cd telah mencapai 0,026 ppm atau sekitar 26 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan.    ”Sumber pencemaran logam-logam berat ini diperkirakan dapat berasal dari aktivitas pelabuhan, docking kapal, ataupun limbah industri yang berasal dari perkotaan yang terbawa oleh sungai-sungai yang bermuara di sekitar perairan tersebut, seperti sungai Way Belau, Way Sukamaju, Way Keteguhan, dan Way Kunyit.    Di wilayah Kecamatan Panjang misalnya terdapat aktivitas bongkar muat batu bara, yaitu di DUKS milik PT Bukit Asam. Pada saat bongkar muat, cukup banyak debu batu bara yang masuk ke perairan laut. Hal ini juga diduga turut menyumbangkan sejumlah besar kandungan logam berat di perairan laut di sekitarnya. (ful/c1/adi)

Link: http://walhilampung.blogspot.com/2012/01/sampah-pesisir-diolah-jadi-kompos.html

Page 11: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Perairan Teluk Lampung Memprihatinkan

Bandar Lampung, Kompas – Banyaknya sampah plastik, pencemaran air akibat limbah industri, rumah sakit, rumah tangga, serta rumah makan menyebabkan kondisi perairan di sekitar Teluk Lampung akhir-akhir ini tampak memprihatinkan.

Di kawasan sekitar Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Lempasing, Teluk Betung, air laut tampak keruh dan berminyak. Kawasan pantai di sekitar PPI itu pun banyak endapan lumpur berwarna hitam serta sisa-sisa sampah plastik dan bangkai ikan.

Hal serupa juga tampak di Sungai Belau, sekitar dua kilometer sebelum lokasi PPI. Air sungai yang masih aktif digunakan sebagai tempat sandar perahu-perahu nelayan tersebut keruh dan berminyak.

“Kami mengimbau agar semua warga bekerja sama menjaga dan melestarikan air yang merupakan kebutuhan hidup yang tak tergantikan oleh apa pun juga,” papar Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Lampung Syamsudin Rahmat, Kamis (12/6) di Teluk Betung.

Ia mengungkapkan itu dalam peringatan hari Lingkungan Hidup Sedunia yang bertema Air bagi Dua Miliar Penduduk.

Syamsudin mengemukakan, saat ini kondisi air di kawasan Gunung Betung dan kawasan perairan Teluk Lampung mengkhawatirkan.

“Gunung Betung yang menjadi daerah tangkapan air dan menjadi sumber air bersih bagi warga Lampung mulai rusak akibat dirambah,” papar Syamsudin.

Air barang langka

Page 12: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Hal senada juga diungkapkan Plth (pelaksana tugas harian) Gubernur Lampung Tursandi Alwy. Ia mengemukakan, kawasan hutan bakau di pantai timur Lampung telah rusak. Selain itu akibat banyaknya pencemaran, mutu air di kawasan Lampung mulai menurun.

Tursandi menambahkan, di Lampung air telah menjadi barang yang langka dan mahal. “Bisa jadi di masa mendatang air menjadi barang mewah, padahal air tak bisa diganti,” tutur Tursandi.

Dalam kesempatan tersebut dicanangkan program laut bersih dan pantai lestari, serta sungai bersih. Hal itu dilakukan untuk mengupayakan perbaikan dan perlindungan bagi kelestarian air, serta keragaman hayati yang hidup di dalamnya.

Saat ini di kawasan rekreasi pantai di Lampung banyak dijual terumbu-terumbu karang yang dijual seharga Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu rupiah persatu terumbu karang. Berkurangnya terumbu karang dan polusi air oleh limbah perkotaan, menyebabkan hasil tangkapan nelayan di kawasan Teluk Lampung menurun. (jos)

- See more at: http://www.menlh.go.id/perairan-teluk-lampung-memprihatinkan/#sthash.7W49Rc1y.dpuf

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0306/13/daerah/367653.htmJumat, 13 Juni 2003 –

See more at: http://www.menlh.go.id/perairan-teluk-lampung-memprihatinkan/#sthash.7W49Rc1y.dpuf

Page 13: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Nelayan Pesisir Teluk Lampung Adukan Pencemaran LimbahTRIBUNLAMPUNG.co.id - Para nelayan di pesisir Teluk Lampung di Bandarlampung, Jumat (17/5), melaporkan dugaan pencemaran limbah telah berlangsung satu bulan terakhir, sehingga membuat ikan mati dan mengusik aktivitas keseharian mereka.    Pengaduan nelayan pesisir itu disampaikan kepada LBH Bandarlampung, setelah aduan serupa kepada sejumlah lembaga nyaris tidak ditanggapi lebih lanjut.    Kepala Operasional LBH Bandarlampung Heri Hidayat mendampingi Direkturnya, Wahrul Fauzi Silalahi, membenarkan pihaknya telah menerima pengaduan dari beberapa orang perwakilan kelompok nelayan pesisir Teluk Lampung terkait gejala ikan mati dan dugaan limbah kurang lebih satu bulan terakhir ini.      Halimi sebagai Ketua Kelompok Nelayan yang melaporkan kasus tersebut ke LBH Bandarlampung menyampaikan bahwa sebelumnya mereka sudah mencoba beberapa kali meminta bantuan kepada beberapa lembaga untuk membela dan menindaklanjuti keluhan para nelayan itu, namun belum ada tanggapan dari para pihak yang dimintakan bantuan tersebut.    Menurut Halimi, diduga telah terjadi pencemaran limbah di wilayah pesisir pantai Teluk Lampung yang terlihat dari perubahan warna permukaan air laut di kawasan tersebut yang menjadi merah.    Selain itu, banyak ikan tangkapan yang mati, baik itu dari tangkapan bubu, sodo ataupun hasil budidaya dalam keramba.

Berdasarkan pengecekan yang telah dilakukan, permukaan air laut yang menjadi merah ini terlihat di kawasan pantai Panjang hingga kawasan Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Lempasing.

Namun sampai saat ini, nelayan setempat belum mengetahui persis dari mana limbah tersebut

Page 14: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

berasal.Menurut Halimi, sekitar enam bulan yang lalu nelayan setempat melihat gerak-gerik mencurigakan kapal yang diduga sedang membuang limbah di perairan tersebut.

Dugaan kuat mereka, pencemaran tersebut dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang berada di kawasan pesisir Teluk Lampung.

Para nelayan itu mengeluh akibat pencemaran yang terjadi di perairan tersebut, secara otomatis mengurangi hasil tangkapan nelayan yang berdampak pada penurunan pendapatan ekonomi harian nelayan.

Mereka yang sedikitnya biasa mendapatkan 10 kilogram ikan perhari, saat ini untuk mendapatkan 1 kilogram saja sulit.Menurut Kepala Operasional LBH Bandarlampung Heri Hidayat, pihaknya menerima pengaduan para nelayan pesisir Teluk Lampung itu dan secepatnya akan membentuk tim investigasi untuk melihat kondisi di lokasi dan mengumpulkan data-data terkait pengaduan pencemaran limbah tersebut.

"Bila benar telah terjadi pencemaran limbah di perairan teluk tersebut, banyak ketentuan sanksi pidana yang dapat menjerat pelakunya," ujar dia.

Dia menegaskan, pelaku pencemaran lingkungan dapat dikenai ketentuan Undang-Undang No. 45 Tahun 2009tTentang Perikanan maupun Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup.

"Kami juga mendesak dinas maupun instansi terkait untuk mengecek dan menanggapi keluhan para nelayan tersebut," katanya lagi.

Link: http://lampung.tribunnews.com/2013/05/18/nelayan-pesisir-teluk-lampung-adukan-pencemaran-limbah

Page 15: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Nelayan Teluk Lampung Terancam Pencemaran

Teraspos - Sejumlah nelayan kecil yang biasa menangkap ikan di perairan dangkal Teluk Lampung wilayah Kota Bandarlampung, mengeluhkan hasil tangkapan dalam beberapa bulan terakhir makin menyusut akibat pencemaran laut semakin parah.

"Air laut sekarang ini seperti berwarna merah. Belum lagi pencemaran sampah seperti plastik bekas pakai yang makin banyak memenuhi perairan dekat sini," kata Herman, salah satu nelayan di perkampungan nelayan Sukaraja Bandarlampung, Senin.

"Kalau lagi panen ikan baung seperti sekarang, bisa mendapatkan hasil tangkapan sebesar Rp85.000, belum dipotong biaya bahan bakar. Sisanya baru dibagi bersama dengan rekan sekerja," katanya.

Harga ikan di pesisir Desa Sukaraja Bandarlampung itu juga relatif murah, berkisar Rp10.000-Rp30.000 per kg.

Ikan yang dijual juga umumnya berukuran kecil.

Para nelayan kecil yang juga disebut nelayan payang di pesisir Desa Sukaraja itu, juga menyebutkan kondisi air laut semakin tercemar akibat limbah batu bara dan sampah non-organik lainnya yang terus mengotori perairan Teluk Lampung.

Sampah plastik itu kini terlihat memenuhi semua pesisir Desa Sukaraja. Padahal puluhan tahun sebelumnya, pesisir Desa Sukaraja terkenal dengan keindahan pasir putihnya.

Nelayan payang setempat umumnya masih menangkap ikan secara sederhana.

Mereka membawa jaring atau payang ke laut sejauh 1--2 km dari pantai. Kemudian, sekitar 10 hingga 12 orang nelayan menarik secara perlahan ke pesisir yang membutuhkan waktu 4--5 jam.

Akibat pencemaran sampah itu, ikan hasil tangkapan mereka selalu bercampur dengan sampah plastik, karena kondisi perairan dangkal Teluk Lampung kini makin tercemar.

Page 16: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Nelayan payang setelah bekerja mulai pagi sampai sore hari bisa mendapatkan penghasilan berkisar Rp15.000 sampai Rp20.000 per orang.

Namun, tak jarang mereka tidak mendapatkan hasil apa pun setelah bekerja seharian.

Sebelumnya, Koordinator Penyuluhan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Bandarlampung, Legono, telah meminta para nelayan setempat tidak melaut untuk sementara waktu karena sebagian perairan Teluk Lampung kini kembali berwarna merah sehingga banyak ikan yang mati.

"Fenomena memerahnya warna permukaan air laut terjadi sejak dua minggu terakhir. Warna air merah cokelat, tidak merata. Lokasinya di perairan Teluk Lampung wilayah Bandarlampung," katanya.

Sekarang ini di Teluk Lampung berpotensi terjadi perkembangbiakan blooming alga Pirodinium yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan jika mengonsumsi biota laut yang terkontaminasi alga tersebut.(*)

Redaktur: Teguh Nugroho

- See more at: http://nasional.teraspos.com/read/2013/07/15/55005/nelayan-teluk-lampung-terancam-pencemaran#sthash.QMhbtoOI.dpuf

Link: http://nasional.teraspos.com/read/2013/07/15/55005/nelayan-teluk-lampung-terancam-pencemaran

Page 17: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

Nelayan Keluhkan Pencemaran Teluk LampungBandarlampung (ANTARA News) - Para nelayan, wisatawan, dan pengusaha keramba ikan di kawasan Teluk Lampung mengeluhkan pencemaran air laut di kawasan itu karena menyulitkan mereka mencari ikan, memengaruhi usaha mereka, serta mengurangi keindahan dan mengganggu kenyamanan turis.

Informasi yang dihimpun ANTARA dari sejumlah nelayan, wisatawan, dan pemilik keramba ikan di kawasan Teluk Lampung, Kota Bandarlampung, Minggu, mengatakan pencemaran air Teluk Lampung perlu mendapat perhatian.

"Banyak hal di kawasan Teluk Lampung ini yang perlu dipotret dan segera diatasi kalau ingin lingkungan di sini tidak semakin rusak," kata seorang nelayan, Nur (45).

Menurut dia, perairan itu tidak saja dipenuhi sampah, baik organik maupun anorganik, yang terbawa air sungai dari berbagai wilayah Kota Bandarlampung, tetapi juga buangan limbah dari industri dan pelabuhan serta kapal-kapal yang beroperasi di sana.

Nur mengharapkan pihak terkait perlu memantau secara terus-menerus masalah lingkungan di perairan itu, apalagi di kawasan itu akan dikembangkan menjadi pusat wisata terpadu, dan pembangunan "Water Front City" (WFC).

Hasil pemantauan di lapangan menunjukkan dari kawasan Pelabuhan peti kemas ke arah timur pantai itu tampak berjajar sejumlah aktivitas pelabuhan, mulai dari Pelabuhan Panjang, Pelabuhan Pertamina, dan Peusahaan Kayu Lapis.

Kemudian ke arah timur lagi terdapat kegiatan pelabuhan ekspor, pelabuhan perusahaan bubur kertas (pulp), pelabuhan batu bara, dan masih banyak industri di kawasan pantai lainnya hingga ke kawasan pantai Kabupaten Lampung Selatan, sekitar Pantai Pasir Putih, Pulau Pasir, dan Tanjun Selaki.

Sejumlah nelayan dan wisatawan yang ada di kawaan itu, baik yang memancing, menjaring, dan berwisata sering mendapati warna air laut yang keruh, dan mengapung-apung berbagai jenis

Page 18: Walhi Soroti Pencemaran Teluk Lampung

sampah.

Akibatnya, banyak pula pemancing dan penjaring ikan yang sering mendapatkan sampah-sampah, baik berupa dedaunan, kertas, plastik, bahkan ada yang berupa kaca-kaca atau beling seperti bekas bohlam lampu.

Seorang peselam dan pekerja yang sering menyelam di kawasan itu, baik yang ada kaitannya dengan keramba ikan maupun memperbaiki baling-baling kapal, mengaku air di perairan itu keruh. Tidak jarang, sehabis mereka menyelam kulit tubuhnya terasa gatal-gatal.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Lampung membantu pembangunan WFC Bukit Kunyit Bandarlampung sebesar Rp6 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2009.

Gubernur Lampung, Sjachroedin Z.P,, mengatakan pemprov mendukung pembangunan kawasan pesisir pantai di Kota Bandarlampung itu agar lebih indah dan asri.

Menurut dia, pembangunan kawasan pesisir juga dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya perekonomian di daerah itu sehingga Kota Bandarlampung sebagai wajah Provinsi Lampung semakin menarik, dan dapat meningkatkan investasi bagi daerah tersebut.

Link: http://www.antaranews.com/print/188844/