Wakalah kel.7
-
Upload
prasetyo-wardoyo -
Category
Documents
-
view
1.872 -
download
12
Transcript of Wakalah kel.7
WAKALAHMakalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalat 2
DISUSUN OLEH :
Siti Maysaroh (108046100021)
Marisa Fitriyani (108046100156)
Prasetyo Wardoyo (108046100192)
Semester III Kelas E
Perbankan Syari’ah
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2009
KATA PENGANTAR
Bismillahhirohmanirrohim
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat nikmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, seorang pemimpin
yang akan selalu dikenang umatnya sepanjang masa.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqh Muamalah yang diberikan oleh
bapak Muhammad Harfin sebagai kelengkapan pembelajaran di Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari sebagai manusia yang
memiliki keterbatasan, tentu makalah ini tidak luput dari kekurangan. Dengan semangat
amar makruf dan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan, kami senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikkan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi
masyarkat luar yang membaca pada umumnya. Semoga Allah meridhoi hasil karya ini.
Amin ya Robbal ‘alamin.
Jakarta, November 2009
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................2
DAFTAR ISI ...........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................4
Latar belakang..............................................................................4
Batasan dan rumusan masalah.....................................................4
Tujuan penulisan..........................................................................4
Sistematika penyusunan...............................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6
Pengertian Wakalah.....................................................................6
Bentuk-bentuk Wakalah...............................................................6
Pandangan Ulama........................................................................7
Dasar Hukum Wakalah................................................................7
Rukun dan Syarat-syarat dalam Wakalah....................................9
Berakhirnya Wakalah...................................................................11
Fatwa MUI Wakalah....................................................................11
Skema Wakalah...........................................................................12
Aplikasi Wakalah dalam Perbankan Syariah...............................12
BAB III PENUTUP.................................................................................18
Kesimpulan..................................................................................18
LAMPIRAN.............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................24
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seseorang atau sekelompok dalam kegiatan sehari-harinya sangatlah erat dengan
pemenuhan kebutuhan jasa. Supaya pemenuhan kebutuhan itu sesuai dengan aturan
Islam maka Para ulama dalam fiqih sepakat bahwa akad tabarru’ yang terkait
dengan pelayanan jasa yaitu Wakalah, wadi’ah dan Ariyah. Oleh sebab itu banyak
pula pemahaman yang berbeda-beda dalam pengaplikasiannya terhadap ke
kehidupan sehari-hari.
Tetapi banyak juga segelintir orang yang belum paham bahkan belum
mengetahui definisi dari akad-akad tersebut apalagi cara pengaplikasiannya.
Hal inilah yang melatarbelakangi kami selaku penyusun untuk membantu
memahami hal-hal tersebut dan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih
Muamalah Namun dalam kesempatan ini kami membatasi hanya membahas
wakalah saja
II. Batasan dan rumusan masalah
Agar lebih mudah membaca dan memahami isi dari makalah ini, kami sebagai
penulis memberikan batasan dan rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian, dasar hukum, rukun, syarat, dan berakhirnya Wakalah ?
2. Bagaimana aplikasi Wakalah dalam lembaga keuangan Syariah pada saat
ini ?
III. Tujuan penulisan
Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas Fiqh Muamalah yang diberikan
oleh bapak Muhammad Harfin, seelain itu untuk mengetahui pengertian serta
penerapan Wakalah di lembaga keuangan syariah saat ini.
IV. Sistematika penyusunan
Penyusunan makalah ini memiliki sitematika sebagai berikut :
4
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penulisan dari makalah, tujuan
penulisan makalah, batasan dan rumusan masalah, serta sistematika penyusunan
makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai apa saja yang terkait dengan wakalah.
BAB III PENUTUP
Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan penutup dari pembahasan yang
telah dipaparkan pada bab pembahasan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN WAKALAH
Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah
dapat diterima. Wakalah itu berarti perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah),
tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan juga dengan
memberikan kuasa atau mewakilkan. Adapula pengertian-pengertian lain dari Wakalah
yaitu:
a. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat.
b. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama
kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam
hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang
yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila kuasa itu telah dilaksanakan
sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung jawab atas
dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi
kuasa.
II. BENTUK-BENTUK WAKALAH1
Secara global, wakalah ada dua macam :
a. Wakalah Muqayyadah
Yaitu perwakilan yang terikat dengan syarat yang telah ditentukan dan
disepakati bersama.
b. Wakalah Muthlaqoh
Yaitu perwakilan secara mutlak. Maka seorang wakil dapat melakukan
wakalah secara luas.
III. PANDANGAN ULAMA
1 Ascarya, Akad dam produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hlmn 105
6
Wakalah memiliki beberapa makna yang cukup berbeda menurut beberapa
ulama. Berikut adalah pandangan dari para ulama:
a. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan,
yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam
bertindak (bertasharruf).
b. Menurut Sayyid Sabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang
kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
c. Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya
kepada orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya
yang tindakan itu tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab
jika dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti sudah berbentuk wasiat.
d. Menurut Ulama Syafi’iah mengatakan bahwa Wakalah adalah suatu ungkapan
yang mengandung suatu pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain
supaya orang lain itu melaksanakan apa yang boleh dikuasakan atas nama
pemberi kuasa.
III. DASAR HUKUM WAKALAH
Menurut agama Islam, seseorang boleh mendelegasikan suatu tindakan tertentu
kepada orang lain dimana orang lain itu bertindak atas nama pemberi kuasa atau yang
mewakilkan sepanjang hal-hal yang dikuasakan itu boleh didelegasikan oleh agama.
Dalil yang dipakai untuk menunjukkan kebolehan itu, antara lain :
a. Al-Qur’an:
Artinya :
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
7
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan
Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
QS Al-Baqarah (2:283)
Artinya :
“dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah
seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,
niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS An-Nisaa (4:35)
a. Al-Hadits:
Banyak hadits yang dapat dijadikan landasan keabsahan Wakalah, diantaranya:
1. “Bahwasanya Rasulullah mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang
Anshar untuk mewakilkannya mengawini Maimunah binti Al Harits”.
HR. Malik dalam al-Muwaththa’)
2. “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.” (HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)
Dalam kehidupan sehari-hari, Rosulullah telah mewakilkan kepada
orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya adalah membayar hutang,
mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta,
membagi kandang hewan, dan lain-lain.
8
a. Ijma’:
Para ulama pun bersepakat dengan ijma’ atas diperbolehkannya Wakalah.
Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal
tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan
taqwa. Tolong-menolong diserukan oleh Al-Qur’an dan disunahkan oleh
Rasulullah.
Allah berfirman:
Artinya :
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” QS Al-
Maaidah (5:2).
IV. RUKUN DAN SYARAT-SYARAT DALAM WAKALAH
Menurut kelompok Hanafiah, rukun Wakalah itu hanya ijab qabul. Ijab
merupakan pernyataan mewakilkan sesuatu dari pihak yang memberi kuasa dan qabul
adalah penerimaan pendelegasian itu dari pihak yang diberi kuasa tanpa harus terkait
dengan menggunakan sesuatu lafaz tertentu. Akan tetapi, jumhur ulama tidak
sependirian dengan pandangan tersebut. Mereka berpendirian bahwa rukun dan syarat
Wakalah itu adalah sebagai berikut:
a. Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)
Syarat-syarat bagi orang yang mewakalikan adalah dia pemilik barang atau di
bawah kekuasaannya dan dapat bertindak pada harta tersebut. Jika yang
mewakilkan bukan pemilik, wakalah tersebut batal. Anak kecil yang dapat
membedakan baik dan buruk dapat mewakilkan tindakan-tindakan yang
9
bermanfaat dan tidak berbahaya, seperti perwakilam untuk menerima hibah,
sedekah, dan wasiat.
b. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil)
Syarat-syarat bagi yang mewakili, ialah bahwa yang mewakili adalah orang
yang berakal. Bila seorang wakil itu idiot, gila, atau belum dewasa, maka
perwakilan batal. Seseorang yang menerima kuasa ini, perlu memiliki
kemampuan untuk menjalankan amanahnya yang diberikan oleh pemberi kuasa.
ini berarti bahwa ia tidak diwajibkan menjamin sesuatu yang diluar batas,
kecuali atas kesengajaanya.
c. Obyek yang diwakilkan.
Syarat-syarat sesuatu yang diwakilkan adalah :
Obyek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain, seperti
jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada dalam
kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.
Menerima penggantian , maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain
untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk
mengerjakan sholat, puasa, dan membaca ayat al-Qur’an, karena hal ini
tidak bisa diwakilkan.
Objek diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang
masih samar, seperti seorang berkata: ”aku jadikan engkau sebagai wakil
ku untuk mengawinkan anak ku.”
d. Shighat
Yaitu lafaz mewakilkan, shigat diucapkan dari yang berwakil sebagai simbol
keridhoannya untuk mewakilkan, dan wakil menerimanya. Isi dari perjanjian ini
berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa. Tugas
10
penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan atas pemberi
kuasa melakukan sesuatu tindakan tertentu.
V. BERAKHIRNYA WAKALAH
Akad al-wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:
a. Matinya salah seorang dari yang berakad karena salah satu syarat sah akad
adalah orang yang berakad masih hidup.
b. Bila salah seorang yang berakad gila, karena syarat sah akad salah satunya orang
yang berakad memiliki akal.
c. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam
keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi.
d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil meskipun wakil belum
mengetahui (pendapat Syafii dan Hambali). Menurut mazhab Hanafi wakil
wajib mengetahui putusan yang mewakilkan. Sebelum ia mengetahui hal itu,
tindakannya itu tak ubah seperti sebelum diputuskan, untuk segala hukumnya.
e. Wakil memutuskan sendiri, menurut mazhab hanafi tidak perlu orang yang
mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari stastus kepemilikan.
VI. FATWA MUI WAKALAH
Seiring dengan berkembangnya institusi keuangan Islam di Indonesia, maka
suatu aturan hukum turut pula dikembangkan untuk melegalisasi serta melindungi akad-
akad yang sesuai Syari’ah Islam diterapkan dalam Sistem Keuangan Islam di Indonesia.
Maka dari itu, Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan
fatwa NO: 10/DSN-MUI/IV/2000.2
Fatwa ini ditetapkan pada saat Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional (8
Muharram 1421 H./13 April 2000) yang menetapkan:
a. Ketentuan Wakalah.
b. Rukun dan Syarat Wakalah.
c. Aturan terjadinya perselisihan
VII. SKEMA WAKALAH3
2 Isi fatwa lengkapnya terdapat pada lampiran3 Syafii Atonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press hlmn 123
11
VIII. BEBERAPA APLIKASI WAKALAH DALAM PERBANKAN SYARIAH
Akad Wakalah dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang, termasuk dalam
bidang ekonomi, terutama dalam institusi keuangan:
a. Transfer uang
Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad
Wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai
Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada
rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika transfer
dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank
mengkreditkan sejumlah dana kepada kepada rekening tujuan. Berikut adalah
beberapa contoh proses dalam transfer uang ini :
1. Wesel Pos
NASABAHMUWAKIL
BANKWAKIL
INVESTORMUWAKIL
AgencyAdministrationCollectionPaymentEtcTAUKIL
Kontrak+fee
Kontrak+fee
12
Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung dari Al-
Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan uangnya secara
langsung kepada nasabah yang dituju.
AL-MUWAKKIL AL-WAKIL Nasabah yang dituju
2. Transfer uang melalui cabang suatu bank.
Dalam proses ini, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada
bank yang merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara
langsung kepada nasabah yang dikirim. Tetapi bank mengirimkannya
kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.
3. Transfer melalui ATM
Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian untuk
mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-
Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, Nasabah Al-
Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan
kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang
dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering
terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa
melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.
b. Letter Of Credit Syariah
1. Letter Of Credit Import Syariah
Akad untuk transaksi Letter of Credit Import Syariah ini menggunakan akad
Wakalah Bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki
definisi dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan
pemberian ujrah atau fee.
I. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:
Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga
pembayaran barang yang diimpor.
13
Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk
pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.
Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal, bukan dalam bentuk prosentase.
1.akad 3 Dokumen & pembayaranAl-Muwakkil Al-Wakil EksportirImportir 2.menabung penuh Bank
Pengiriman Barang
II. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:
Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran
harga barang yang diimpor.
Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk
pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.
Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.
Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk
pelunasan pembayaran barang impor.
III. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah, dengan ketentuan:
Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk
melakukan pengurusan dokumen dan pembayaran.
Bank dan importir melakukan akad Mudharabah, dimana bank
bertindak selaku shahibul mal menyerahkan modal kepada
importir sebesar harga barang yang diimpor.
IV. Akad Wakalah bil Ujrah dan Hiwalah, dengan ketentuan:
Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk
pembayaran harga barang yang diimpor.
14
Importir dan Bank melakukan akad Wakalah untuk pengurusan
dokumen-dokumen transaksi impor.
Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.
Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang
kepada Bank dengan meminta bank membayar kepada eksportir
senilai barang yang diimpor.
2. Letter Of Credit Eksport Syariah
Akad untuk transaksi Letter of Credit Eksport Syariah ini menggunakan
akad Wakalah Bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor: 35/DSN-MUI/IX/2002. Akad Wakalah ini memiliki
definisi dimana bank menerbitkan surat pernyataan akan membayar kepada
eksportir untuk memfasilitasi perdagangan eksport.
I. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:
Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.
Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit
L/C (issuing bank), selanjutnya dibayarkan kepada eksportir
setelah dikurangi ujrah.
Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal, bukan dalam presentase.
1. akad 2. transaksi, penagihan Importir Al-Wakil Al-Muwakkil 5. Pembayaran Bank 3. pembayaran- Eksportir
ujrah
4. Pengiriman Barang
II. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:
Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.
15
Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit
L/C (issuing bank).
Bank memberikan dana talangan (Qardh) kepada nasabah
eksportir sebesar harga barang ekspor.
Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.
Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan sesuai
kesepakatan dalam akad.
Antara akad Wakalah bil Ujrah dan akad Qardh, tidak dibolehkan
adanya keterkaitan (ta’alluq).
III. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah dengan ketentuan:
Bank memberikan kepada eksportir seluruh dana yang
dibutuhkan dalam proses produksi barang ekspor yang dipesan
oleh importir.
Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.
Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit
L/C (issuing bank).
Pembayaran oleh bank penerbit L/C dapat dilakukan pada saat
dokumen diterima (at sight) atau pada saat jatuh tempo
(usance).
Pembayaran dari bank penerbit L/C (issuing bank) dapat
digunakan untuk Pembayaran ujrah, pengembalian dana
mudharabah, dan pembayaran bagi hasil.
Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam
bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.
c. Investasi Reksadana Syariah
Akad untuk transaksi Investasi Reksadana Syariah ini menggunakan akad Wakalah dan Mudharabah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001. Akad Wakalah ini memiliki definisi dimana pemilik modal memberikan kuasa kepada manajer investasi agar memiliki kewenangan untuk menginvestasikan dana dari pemilik modal.
d. Pembiayaan Rekening Koran Syariah
16
Akad untuk transaksi pembiayaan rekening koran syariah ini menggunakan akad Wakalah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 30/DSN/VI/2002. Akad Wakalah ini memiliki definisi dimana bank memberikan kuasa kepada nasabah untuk melakukan transaksi yang diperlukan.
e. Asuransi Syariah
Akad untuk Asuransi syariah ini menggunakan akad Wakalah bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 52/DSN-MUI/III/2006. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana pemegang polis memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk menyimpannya ke dalam tabungan maupun ke dalam non-tabungan.
Dalam model ini, pihak asuransi berperan sebagai Al-Wakil dan pemegang polis sebagai Al-Muwakil.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.
Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah
dapat diterima. Pengertian Wakalah adalah:
a. Perlindungan (al-hifzh)
b. Pencukupan (al-kifayah)
c. Tanggungan (al-dhamah)
d. Pendelegasian (al-tafwidh)
17
Dalam akad Wakalah beberapa rukun dan syarat harus dipenuhi agar akad ini
menjadi sah:
a. Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)
b. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil)
c. Obyek yang diwakilkan.
d. Shighat .
Akad Wakalah telah dapat diterapkan dalam Institusi Keuangan Islam di
Indonesia. Fatwa untuk akad ini telah dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah Nasional –
Majelis Ulama Indonesia NO: 10/DSN-MUI/IV/2000. Hal ini akan mendukung
perkembangan produk-produk keuangan Islam dengan akad Wakalah, yang mana akan
mendukung pula perkembangan perbankan dan investasi Syariah di Indonesia, seperti
transfer uang, letter of credit syariah, investasi reksadana syariah, dll.
LAMPIRAN
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 10/DSN-MUI/IV/2000Tentang
WAKALAH
Menetapkan : FATWA TENTANG WAKALAH4
Pertama : Ketentuan tentang Wakalah:
1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
4 Untuk melihat fatwa tentang L/C, wakalah pada asuransi, dll. Silahkan lihat di: http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?pg=2
18
2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.
Kedua : Rukun dan Syarat Wakalah:
1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan)a. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan. b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni
dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.
2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili)a. Cakap hukum,b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, c. Wakil adalah orang yang diberi amanat.
3. Hal-hal yang diwakilkana. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,b. Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam,c. Dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam.Manfaat barang atau jasa harus
bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.
Ketiga :
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Ditetapkan di : JakartaTanggal : 08 Muharram 1421 H / 13 April 2000 M
Prosedur beberapa aplikasi wakalah pada BSM5
1. Reksadana Mandiri Investasi Syariah Berimbang
Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Saham (equity fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam portofolio Efek Saham Syariah.
Manfaat:
1. Memberikan alternatif investasi bagi nasabah2. Memberikan tingkat pertumbuhan investasi jangka panjang yang menarik
melalui investasi pada efek syariah bersifat ekuitas.
5 http://www.syariahmandiri.co.id/produkdanjasa/produkdanjasa.php
19
Fasilitas/fitur:
JenisReksa Dana Saham (equity fund)
Investor Perorangan atau perusahaan dan telah memiliki rekening di BSM
Minimal pembelian pertama Investor: Rp1.000.000
Minimal pembelian selanjutnya Investor: Rp500.000
Minimal penjualan kembaliRp50.000
Minimal pengalihanRp50.000
Minimal SaldoRp50.000
Maksimal unit pembelian2% dari total unit Reksa Dana MITRA Syariah
Tempat pembelianCabang Bank yang telah terdaftar di Bapepam dan LK atau Cabang yang telah memiliki WAPERD
Pembelian/Penjualan/Pengalihan:
Biaya pembelian (subscription fee)Minimal 0,5%, maksimal 1,25% beban investor
Biaya penjualan (redemption fee) 1% jika investasi < 6 bln 0% jika investasi ≥ 6 bln
1% dari nilai transaksi pengalihan
Biaya pengalihan (switching fee)
Pengalihan ini berlaku apabila investasi telah berjalan minimal 6 bulan
Pengalihan investasi dari MITRA Syariah dibatasi maksimum sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun
Mekanisme Transaksi:
1. Investor mendatangi Kantor Cabang BSM terdaftar atau yang memiliki WAPERD untuk melaksanakan transaksi pembelian Reksa Dana MITRA Syariah dengan mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening (jika belum memiliki rekening di BSM), formulir aplikasi pembukaan rekening Reksa Dana (jika baru pertama kali membuka rekening Reksa Dana MITRA Syariah) dan formulir aplikasi pembelian Reksa Dana serta Kuesioner Profil Risiko
20
2. Bank memproses permohonan dan mengirimkan laporan pembelian reksadana mitra syariah kepada manajer investasi
3. Manager Investasi meneruskan laporan pembelian total MITRA Syariah ke Bank Kustodian.
2. BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)
Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan menit.
Karakteristik:
Dapat dilakukan di seluruh cabang Bank Syariah Mandiri Pengiriman hanya dalam bentuk mata uang rupiah Batas waktu transfer sesuai waktu yang ditentukan Bank Syariah Mandiri.
Manfaat:
Memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi bisnis khususnya dalam hal transaksi keuangan sehingga kredibiltas nasabah dapat terjamin
Dana yang ditransfer nasabah dalam hitungan menit dapat diterima di bank tujuan dengan aman dan mudah
Tidak perlu membawa uang tunai untuk menyelesaikan transaksi bisnis.
Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.
Syarat:
1. Mandiri2. Mengisi slip transfer3. Dikenakan biaya RTGS sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri.
3. Inkaso BSM
Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.
Karakteristik:
Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya (USD, SGD) Hasil inkaso BSM dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening
nasabah di bank lain Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila terjadi
kesalahan/keterlambatan hasil inkaso BSM, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab.
21
Manfaat:
Nasabah dapat menerima pembayaran warkat dari seluruh wilayah Indonesia dan dari negara tertentu sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri
Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.
Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.
Syarat:
1. Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri2. Mengisi slip inkaso BSM 3. Biaya inkaso rupiah Rp10.000,- + biaya koresponden4. Biaya inkaso luar negeri lihat SE tarif Devisa.
4. Kliring BSM
Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.
Karakteristik:
Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening nasabah di bank lain
Valuta rupiah Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila warkat
tersebut ditolak bank tertarik, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab.
Manfaat:
Aman, nasabah dapat menerima pembayaran berupa warkat dari client-nya tanpa harus menggunakan uang cash
Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.
Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.
Syarat:
1. Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri2. Mengisi slip setoran3. Dikenakan biaya kliring BSM sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri.
22
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Jalil, Ma’ruf. Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur’an dan As-
Sunnah Ash-Shahihah
Suhendi, Hendi. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada
Lathif, Azharudin. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta : UIN Jakarta Press
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
23
Perwataatmadja, Kernaen. 1992. Adab Bagaimana Bank Islam. Yoyakarta: Dana
Bhakti Wakaf
Remy Sjahdeini, Sutan. 1999. Perbankan Islam. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti
Syafii Atonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press
http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?pg=2
http://www.syariahmandiri.co.id/produkdanjasa/produkdanjasa.php
24
25