Wakalah kel.7

34
WAKALAH Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalat 2 DISUSUN OLEH : Siti Maysaroh (108046100021) Marisa Fitriyani (108046100156) Prasetyo Wardoyo (108046100192) Semester III Kelas E Perbankan Syari’ah FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

Transcript of Wakalah kel.7

Page 1: Wakalah kel.7

WAKALAHMakalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalat 2

DISUSUN OLEH :

Siti Maysaroh (108046100021)

Marisa Fitriyani (108046100156)

Prasetyo Wardoyo (108046100192)

Semester III Kelas E

Perbankan Syari’ah

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

2009

Page 2: Wakalah kel.7

KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirrohim

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat nikmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, seorang pemimpin

yang akan selalu dikenang umatnya sepanjang masa.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqh Muamalah yang diberikan oleh

bapak Muhammad Harfin sebagai kelengkapan pembelajaran di Universitas Islam Negri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam penyusunan makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari sebagai manusia yang

memiliki keterbatasan, tentu makalah ini tidak luput dari kekurangan. Dengan semangat

amar makruf dan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan, kami senantiasa

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikkan selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi

masyarkat luar yang membaca pada umumnya. Semoga Allah meridhoi hasil karya ini.

Amin ya Robbal ‘alamin.

Jakarta, November 2009

Penyusun

2

Page 3: Wakalah kel.7

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI ...........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................4

Latar belakang..............................................................................4

Batasan dan rumusan masalah.....................................................4

Tujuan penulisan..........................................................................4

Sistematika penyusunan...............................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................6

Pengertian Wakalah.....................................................................6

Bentuk-bentuk Wakalah...............................................................6

Pandangan Ulama........................................................................7

Dasar Hukum Wakalah................................................................7

Rukun dan Syarat-syarat dalam Wakalah....................................9

Berakhirnya Wakalah...................................................................11

Fatwa MUI Wakalah....................................................................11

Skema Wakalah...........................................................................12

Aplikasi Wakalah dalam Perbankan Syariah...............................12

BAB III PENUTUP.................................................................................18

Kesimpulan..................................................................................18

LAMPIRAN.............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................24

3

Page 4: Wakalah kel.7

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Seseorang atau sekelompok dalam kegiatan sehari-harinya sangatlah erat dengan

pemenuhan kebutuhan jasa. Supaya pemenuhan kebutuhan itu sesuai dengan aturan

Islam maka Para ulama dalam fiqih sepakat bahwa akad tabarru’ yang terkait

dengan pelayanan jasa yaitu Wakalah, wadi’ah dan Ariyah. Oleh sebab itu banyak

pula pemahaman yang berbeda-beda dalam pengaplikasiannya terhadap ke

kehidupan sehari-hari.

Tetapi banyak juga segelintir orang yang belum paham bahkan belum

mengetahui definisi dari akad-akad tersebut apalagi cara pengaplikasiannya.

Hal inilah yang melatarbelakangi kami selaku penyusun untuk membantu

memahami hal-hal tersebut dan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Fiqih

Muamalah Namun dalam kesempatan ini kami membatasi hanya membahas

wakalah saja

II. Batasan dan rumusan masalah

Agar lebih mudah membaca dan memahami isi dari makalah ini, kami sebagai

penulis memberikan batasan dan rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :

1. Apa pengertian, dasar hukum, rukun, syarat, dan berakhirnya Wakalah ?

2. Bagaimana aplikasi Wakalah dalam lembaga keuangan Syariah pada saat

ini ?

III. Tujuan penulisan

Makalah ini kami tulis untuk memenuhi tugas Fiqh Muamalah yang diberikan

oleh bapak Muhammad Harfin, seelain itu untuk mengetahui pengertian serta

penerapan Wakalah di lembaga keuangan syariah saat ini.

IV. Sistematika penyusunan

Penyusunan makalah ini memiliki sitematika sebagai berikut :

4

Page 5: Wakalah kel.7

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penulisan dari makalah, tujuan

penulisan makalah, batasan dan rumusan masalah, serta sistematika penyusunan

makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai apa saja yang terkait dengan wakalah.

BAB III PENUTUP

Pada bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan penutup dari pembahasan yang

telah dipaparkan pada bab pembahasan.

5

Page 6: Wakalah kel.7

BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN WAKALAH

Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.

Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah

dapat diterima. Wakalah itu berarti perlindungan (al-hifzh), pencukupan (al-kifayah),

tanggungan (al-dhamah), atau pendelegasian (al-tafwidh), yang diartikan juga dengan

memberikan kuasa atau mewakilkan. Adapula pengertian-pengertian lain dari Wakalah

yaitu:

a. Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian

mandat.

b. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama

kepada orang lain sebagai pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam

hal ini pihak kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau wewenang

yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila kuasa itu telah dilaksanakan

sesuai yang disyaratkan, maka semua resiko dan tanggung jawab atas

dilaksanakan perintah tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi

kuasa.

II. BENTUK-BENTUK WAKALAH1

Secara global, wakalah ada dua macam :

a. Wakalah Muqayyadah

Yaitu perwakilan yang terikat dengan syarat yang telah ditentukan dan

disepakati bersama.

b. Wakalah Muthlaqoh

Yaitu perwakilan secara mutlak. Maka seorang wakil dapat melakukan

wakalah secara luas.

III. PANDANGAN ULAMA

1 Ascarya, Akad dam produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hlmn 105

6

Page 7: Wakalah kel.7

Wakalah memiliki beberapa makna yang cukup berbeda menurut beberapa

ulama. Berikut adalah pandangan dari para ulama:

a. Menurut Hashbi Ash Shiddieqy, Wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan,

yang pada akad itu seseorang menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam

bertindak (bertasharruf).

b. Menurut Sayyid Sabiq, Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang

kepada orang lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

c. Ulama Malikiyah, Wakalah adalah tindakan seseorang mewakilkan dirinya

kepada orang lain untuk melakukan tindakan-tindakan yang merupakan haknya

yang tindakan itu tidak dikaitkan dengan pemberian kuasa setelah mati, sebab

jika dikaitkan dengan tindakan setelah mati berarti sudah berbentuk wasiat.

d. Menurut Ulama Syafi’iah mengatakan bahwa Wakalah adalah suatu ungkapan

yang mengandung suatu pendelegasian sesuatu oleh seseorang kepada orang lain

supaya orang lain itu melaksanakan apa yang boleh dikuasakan atas nama

pemberi kuasa.

III. DASAR HUKUM WAKALAH

Menurut agama Islam, seseorang boleh mendelegasikan suatu tindakan tertentu

kepada orang lain dimana orang lain itu bertindak atas nama pemberi kuasa atau yang

mewakilkan sepanjang hal-hal yang dikuasakan itu boleh didelegasikan oleh agama.

Dalil yang dipakai untuk menunjukkan kebolehan itu, antara lain :

a. Al-Qur’an:

 

Artinya :

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang

kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang

tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian

kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu

7

Page 8: Wakalah kel.7

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah

Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan

Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang

yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

QS Al-Baqarah (2:283)

 

Artinya :

“dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah

seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga

perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan,

niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” QS An-Nisaa (4:35)

 

a. Al-Hadits:

Banyak hadits yang dapat dijadikan landasan keabsahan Wakalah, diantaranya:

1.      “Bahwasanya Rasulullah mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang

Anshar untuk mewakilkannya mengawini Maimunah binti Al Harits”.

HR. Malik dalam al-Muwaththa’)

2.      “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali

syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram.” (HR Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf)

 

Dalam kehidupan sehari-hari, Rosulullah telah mewakilkan kepada

orang lain untuk berbagai urusan. Diantaranya adalah membayar hutang,

mewakilkan penetapan had dan membayarnya, mewakilkan pengurusan unta,

membagi kandang hewan, dan lain-lain.

8

Page 9: Wakalah kel.7

a. Ijma’:

Para ulama pun bersepakat dengan ijma’ atas diperbolehkannya Wakalah.

Mereka bahkan ada yang cenderung mensunahkannya dengan alasan bahwa hal

tersebut termasuk jenis ta’awun atau tolong-menolong atas dasar kebaikan dan

taqwa. Tolong-menolong diserukan oleh Al-Qur’an dan disunahkan oleh

Rasulullah.

Allah berfirman:

 

Artinya :

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah

kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” QS Al-

Maaidah (5:2).

 

IV. RUKUN DAN SYARAT-SYARAT DALAM WAKALAH

Menurut kelompok Hanafiah, rukun Wakalah itu hanya ijab qabul. Ijab

merupakan pernyataan mewakilkan sesuatu dari pihak yang memberi kuasa dan qabul

adalah penerimaan pendelegasian itu dari pihak yang diberi kuasa tanpa harus terkait

dengan menggunakan sesuatu lafaz tertentu. Akan tetapi, jumhur ulama tidak

sependirian dengan pandangan tersebut. Mereka berpendirian bahwa rukun dan syarat

Wakalah itu adalah sebagai berikut:

a. Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)

Syarat-syarat bagi orang yang mewakalikan adalah dia pemilik barang atau di

bawah kekuasaannya dan dapat bertindak pada harta tersebut. Jika yang

mewakilkan bukan pemilik, wakalah tersebut batal. Anak kecil yang dapat

membedakan baik dan buruk dapat mewakilkan tindakan-tindakan yang

9

Page 10: Wakalah kel.7

bermanfaat dan tidak berbahaya, seperti perwakilam untuk menerima hibah,

sedekah, dan wasiat.

b. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil)

Syarat-syarat bagi yang mewakili, ialah bahwa yang mewakili adalah orang

yang berakal. Bila seorang wakil itu idiot, gila, atau belum dewasa, maka

perwakilan batal. Seseorang yang menerima kuasa ini, perlu memiliki

kemampuan untuk menjalankan amanahnya yang diberikan oleh pemberi kuasa.

ini berarti bahwa ia tidak diwajibkan menjamin sesuatu yang diluar batas,

kecuali atas kesengajaanya. 

c. Obyek yang diwakilkan.

Syarat-syarat sesuatu yang diwakilkan adalah :

Obyek mestilah sesuatu yang bisa diwakilkan kepada orang lain, seperti

jual beli, pemberian upah, dan sejenisnya yang memang berada dalam

kekuasaan pihak yang memberikan kuasa.

Menerima penggantian , maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain

untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk

mengerjakan sholat, puasa, dan membaca ayat al-Qur’an, karena hal ini

tidak bisa diwakilkan.

Objek diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang

masih samar, seperti seorang berkata: ”aku jadikan engkau sebagai wakil

ku untuk mengawinkan anak ku.”

d. Shighat

Yaitu lafaz mewakilkan, shigat diucapkan dari yang berwakil sebagai simbol

keridhoannya untuk mewakilkan, dan wakil menerimanya. Isi dari perjanjian ini

berupa pendelegasian dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa. Tugas

10

Page 11: Wakalah kel.7

penerima kuasa oleh pemberi kuasa perlu dijelaskan untuk dan atas pemberi

kuasa melakukan sesuatu tindakan tertentu. 

V. BERAKHIRNYA WAKALAH

Akad al-wakalah akan berakhir bila ada hal-hal sebagai berikut:

a. Matinya salah seorang dari yang berakad karena salah satu syarat sah akad

adalah orang yang berakad masih hidup.

b. Bila salah seorang yang berakad gila, karena syarat sah akad salah satunya orang

yang berakad memiliki akal.

c. Dihentikannya pekerjaan yang dimaksud, karena jika telah berhenti, dalam

keadaan seperti ini al-wakalah tidak berfungsi lagi.

d. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan terhadap wakil meskipun wakil belum

mengetahui (pendapat Syafii dan Hambali). Menurut mazhab Hanafi wakil

wajib mengetahui putusan yang mewakilkan. Sebelum ia mengetahui hal itu,

tindakannya itu tak ubah seperti sebelum diputuskan, untuk segala hukumnya.

e. Wakil memutuskan sendiri, menurut mazhab hanafi tidak perlu orang yang

mewakilkan mengetahui pemutusan dirinya atau tidak perlu kehadirannya, agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

f. Keluarnya orang yang mewakilkan dari stastus kepemilikan.

VI. FATWA MUI WAKALAH

Seiring dengan berkembangnya institusi keuangan Islam di Indonesia, maka

suatu aturan hukum turut pula dikembangkan untuk melegalisasi serta melindungi akad-

akad yang sesuai Syari’ah Islam diterapkan dalam Sistem Keuangan Islam di Indonesia.

Maka dari itu, Dewan Syari’ah Nasional – Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan

fatwa NO: 10/DSN-MUI/IV/2000.2

            Fatwa ini ditetapkan pada saat Rapat Pleno Dewan Syari’ah Nasional (8

Muharram 1421 H./13 April 2000) yang menetapkan:

a. Ketentuan Wakalah.

b. Rukun dan Syarat Wakalah.

c. Aturan terjadinya perselisihan

VII. SKEMA WAKALAH3

2 Isi fatwa lengkapnya terdapat pada lampiran3 Syafii Atonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press hlmn 123

11

Page 12: Wakalah kel.7

VIII. BEBERAPA APLIKASI WAKALAH DALAM PERBANKAN SYARIAH

Akad Wakalah dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang, termasuk dalam

bidang ekonomi, terutama dalam institusi keuangan:

a. Transfer uang

Proses transfer uang ini adalah proses yang menggunakan konsep akad

Wakalah, dimana prosesnya diawali dengan adanya permintaan nasabah sebagai

Al-Muwakkil terhadap bank sebagai Al-Wakil untuk melakukan

perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada

rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika transfer

dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank

mengkreditkan sejumlah dana kepada kepada rekening tujuan. Berikut adalah

beberapa contoh proses dalam transfer uang ini :

1. Wesel Pos

NASABAHMUWAKIL

BANKWAKIL

INVESTORMUWAKIL

AgencyAdministrationCollectionPaymentEtcTAUKIL

Kontrak+fee

Kontrak+fee

12

Page 13: Wakalah kel.7

Pada proses wesel pos, uang tunai diberikan secara langsung dari Al-

Muwakkil kepada Al-Wakil, dan Al-Wakil memberikan uangnya secara

langsung kepada nasabah yang dituju.

AL-MUWAKKIL AL-WAKIL Nasabah yang dituju

2. Transfer uang melalui cabang suatu bank.

Dalam proses ini, Al-Muwakkil memberikan uangnya secara tunai kepada

bank yang merupakan Al-Wakil, namun bank tidak memberikannya secara

langsung kepada nasabah yang dikirim. Tetapi bank mengirimkannya

kepada rekening nasabah yang dituju tersebut.

3. Transfer melalui ATM

Kemudian ada juga proses transfer uang dimana pendelegasian untuk

mengirimkan uang, tidak secara langsung uangnya diberikan dari Al-

Muwakkil kepada bank sebagai Al-Wakil. Dalam model ini, Nasabah Al-

Muwakkil meminta bank untuk mendebet rekening tabungannya, dan

kemudian meminta bank untuk menambahkan di rekening nasabah yang

dituju sebesar pengurangan pada rekeningnya sendiri. Yang sangat sering

terjadi saat ini adalah proses yang ketiga ini, dimana nasabah bisa

melakukan transfer sendiri melalui mesin ATM.

b. Letter Of Credit Syariah

1. Letter Of Credit Import Syariah

Akad untuk transaksi Letter of Credit Import Syariah ini menggunakan akad

Wakalah Bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional

Nomor: 34/DSN-MUI/IX/2002. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki

definisi dimana nasabah memberikan kuasa kepada bank dengan imbalan

pemberian ujrah atau fee.

I. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:

Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga

pembayaran barang yang diimpor.

13

Page 14: Wakalah kel.7

Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk

pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.

Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk

nominal, bukan dalam bentuk prosentase.

1.akad 3 Dokumen & pembayaranAl-Muwakkil Al-Wakil EksportirImportir 2.menabung penuh Bank

Pengiriman Barang

II. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:

Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk pembayaran

harga barang yang diimpor.

Importir dan Bank melakukan akad Wakalah bil Ujrah untuk

pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.

Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal, bukan dalam bentuk prosentase.

Bank memberikan dana talangan (qardh) kepada importir untuk

pelunasan pembayaran barang impor.

III. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah, dengan ketentuan:

Nasabah melakukan akad wakalah bil ujrah kepada bank untuk

melakukan pengurusan dokumen dan pembayaran.

Bank dan importir melakukan akad Mudharabah, dimana bank

bertindak selaku shahibul mal menyerahkan modal kepada

importir sebesar harga barang yang diimpor.

IV. Akad Wakalah bil Ujrah dan Hiwalah, dengan ketentuan:

Importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk

pembayaran harga barang yang diimpor.

14

Page 15: Wakalah kel.7

Importir dan Bank melakukan akad Wakalah untuk pengurusan

dokumen-dokumen transaksi impor.

Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.

Hutang kepada eksportir dialihkan oleh importir menjadi hutang

kepada Bank dengan meminta bank membayar kepada eksportir

senilai barang yang diimpor.

2. Letter Of Credit Eksport Syariah

Akad untuk transaksi Letter of Credit Eksport Syariah ini menggunakan

akad Wakalah Bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional Nomor: 35/DSN-MUI/IX/2002. Akad Wakalah ini memiliki

definisi dimana bank menerbitkan surat pernyataan akan membayar kepada

eksportir untuk memfasilitasi perdagangan eksport.

I. Akad Wakalah bil Ujrah dengan ketentuan:

Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.

Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit

L/C (issuing bank), selanjutnya dibayarkan kepada eksportir

setelah dikurangi ujrah.

Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal, bukan dalam presentase.

1. akad 2. transaksi, penagihan Importir Al-Wakil Al-Muwakkil 5. Pembayaran Bank 3. pembayaran- Eksportir

ujrah

4. Pengiriman Barang

II. Akad Wakalah bil Ujrah dan Qardh dengan ketentuan:

Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.

15

Page 16: Wakalah kel.7

Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit

L/C (issuing bank).

Bank memberikan dana talangan (Qardh) kepada nasabah

eksportir sebesar harga barang ekspor.

Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.

Pembayaran ujrah dapat diambil dari dana talangan sesuai

kesepakatan dalam akad.

Antara akad Wakalah bil Ujrah dan akad Qardh, tidak dibolehkan

adanya keterkaitan (ta’alluq).

III. Akad Wakalah bil Ujrah dan Mudharabah dengan ketentuan:

Bank memberikan kepada eksportir seluruh dana yang

dibutuhkan dalam proses produksi barang ekspor yang dipesan

oleh importir.

Bank melakukan pengurusan dokumen-dokumen ekspor.

Bank melakukan penagihan (collection) kepada bank penerbit

L/C (issuing bank).

Pembayaran oleh bank penerbit L/C dapat dilakukan pada saat

dokumen diterima (at sight) atau pada saat jatuh tempo

(usance).

Pembayaran dari bank penerbit L/C (issuing bank) dapat

digunakan untuk Pembayaran ujrah, pengembalian dana

mudharabah, dan pembayaran bagi hasil.

Besar ujrah harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal, bukan dalam bentuk presentase.

c. Investasi Reksadana Syariah

Akad untuk transaksi Investasi Reksadana Syariah ini menggunakan akad Wakalah dan Mudharabah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 20/DSN-MUI/IV/2001. Akad Wakalah ini memiliki definisi dimana pemilik modal memberikan kuasa kepada manajer investasi agar memiliki kewenangan untuk menginvestasikan dana dari pemilik modal.

d. Pembiayaan Rekening Koran Syariah

16

Page 17: Wakalah kel.7

Akad untuk transaksi pembiayaan rekening koran syariah ini menggunakan akad Wakalah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 30/DSN/VI/2002. Akad Wakalah ini memiliki definisi dimana bank memberikan kuasa kepada nasabah untuk melakukan transaksi yang diperlukan.

e. Asuransi Syariah

Akad untuk Asuransi syariah ini menggunakan akad Wakalah bil Ujrah. Hal ini sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 52/DSN-MUI/III/2006. Akad Wakalah bil Ujrah ini memiliki definisi dimana pemegang polis memberikan kuasa kepada pihak asuransi untuk menyimpannya ke dalam tabungan maupun ke dalam non-tabungan.

Dalam model ini, pihak asuransi berperan sebagai Al-Wakil dan pemegang polis sebagai Al-Muwakil.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari sekian banyak akad-akad yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.

Wakalah termasuk salah satu akad yang menurut kaidah Fiqh Muamalah, akad Wakalah

dapat diterima. Pengertian Wakalah adalah:

a. Perlindungan (al-hifzh)

b. Pencukupan (al-kifayah)

c. Tanggungan (al-dhamah)

d. Pendelegasian (al-tafwidh)

17

Page 18: Wakalah kel.7

Dalam akad Wakalah beberapa rukun dan syarat harus dipenuhi agar akad ini

menjadi sah:

a. Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)

b. Orang yang diwakilkan. (Al-Wakil)  

c. Obyek yang diwakilkan.

d. Shighat . 

Akad Wakalah telah dapat diterapkan dalam Institusi Keuangan Islam di

Indonesia. Fatwa untuk akad ini telah dikeluarkan oleh Dewan Syari’ah Nasional –

Majelis Ulama Indonesia NO: 10/DSN-MUI/IV/2000. Hal ini akan mendukung

perkembangan produk-produk keuangan Islam dengan akad Wakalah, yang mana akan

mendukung pula perkembangan perbankan dan investasi Syariah di Indonesia, seperti

transfer uang, letter of credit syariah, investasi reksadana syariah, dll.

LAMPIRAN

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL

NO: 10/DSN-MUI/IV/2000Tentang

WAKALAH

Menetapkan : FATWA TENTANG WAKALAH4

Pertama : Ketentuan tentang Wakalah:

1. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

4 Untuk melihat fatwa tentang L/C, wakalah pada asuransi, dll. Silahkan lihat di: http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?pg=2

18

Page 19: Wakalah kel.7

2. Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak.

Kedua  : Rukun dan Syarat Wakalah:

1. Syarat-syarat muwakkil (yang mewakilkan)a. Pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan. b. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni

dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainya.

2. Syarat-syarat wakil (yang mewakili)a. Cakap hukum,b. Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, c. Wakil adalah orang yang diberi amanat.

3. Hal-hal yang diwakilkana. Diketahui dengan jelas oleh orang yang mewakili,b. Tidak bertentangan dengan syari’ah Islam,c. Dapat diwakilkan menurut syari’ah Islam.Manfaat barang atau jasa harus

bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

Ketiga :

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ditetapkan di : JakartaTanggal :  08 Muharram 1421 H / 13 April 2000 M

Prosedur beberapa aplikasi wakalah pada BSM5

1. Reksadana Mandiri Investasi Syariah Berimbang

Produk Reksa Dana Syariah yang dikeluarkan oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), jenis Reksa Dana Saham (equity fund) yaitu wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor) untuk selanjutnya diinvestasikan oleh Manajer Investasi minimal 80% dalam portofolio Efek Saham Syariah.

Manfaat:

1. Memberikan alternatif investasi bagi nasabah2. Memberikan tingkat pertumbuhan investasi jangka panjang yang menarik

melalui investasi pada efek syariah bersifat ekuitas.

5 http://www.syariahmandiri.co.id/produkdanjasa/produkdanjasa.php

19

Page 20: Wakalah kel.7

Fasilitas/fitur:

JenisReksa Dana Saham (equity fund)

Investor Perorangan atau perusahaan dan telah memiliki rekening di BSM

Minimal pembelian pertama Investor: Rp1.000.000

Minimal pembelian selanjutnya Investor: Rp500.000

Minimal penjualan kembaliRp50.000

Minimal pengalihanRp50.000

Minimal SaldoRp50.000

Maksimal unit pembelian2% dari total unit Reksa Dana MITRA Syariah

Tempat pembelianCabang Bank yang telah terdaftar di Bapepam dan LK atau Cabang yang telah memiliki WAPERD

Pembelian/Penjualan/Pengalihan:

Biaya pembelian (subscription fee)Minimal 0,5%, maksimal 1,25% beban investor

Biaya penjualan (redemption fee) 1% jika investasi < 6 bln 0% jika investasi ≥ 6 bln

1% dari nilai transaksi pengalihan

Biaya pengalihan (switching fee)

Pengalihan ini berlaku apabila investasi telah berjalan minimal 6 bulan

Pengalihan investasi dari MITRA Syariah dibatasi maksimum sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun

Mekanisme Transaksi:

1. Investor mendatangi Kantor Cabang BSM terdaftar atau yang memiliki WAPERD untuk melaksanakan transaksi pembelian Reksa Dana MITRA Syariah dengan mengisi formulir aplikasi pembukaan rekening (jika belum memiliki rekening di BSM), formulir aplikasi pembukaan rekening Reksa Dana (jika baru pertama kali membuka rekening Reksa Dana MITRA Syariah) dan formulir aplikasi pembelian Reksa Dana serta Kuesioner Profil Risiko

20

Page 21: Wakalah kel.7

2. Bank memproses permohonan dan mengirimkan laporan pembelian reksadana mitra syariah kepada manajer investasi

3. Manager Investasi meneruskan laporan pembelian total MITRA Syariah ke Bank Kustodian.

2. BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)

Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam hitungan menit.

Karakteristik:

Dapat dilakukan di seluruh cabang Bank Syariah Mandiri Pengiriman hanya dalam bentuk mata uang rupiah Batas waktu transfer sesuai waktu yang ditentukan Bank Syariah Mandiri.

Manfaat:

Memudahkan nasabah dalam melakukan transaksi bisnis khususnya dalam hal transaksi keuangan sehingga kredibiltas nasabah dapat terjamin

Dana yang ditransfer nasabah dalam hitungan menit dapat diterima di bank tujuan dengan aman dan mudah

Tidak perlu membawa uang tunai untuk menyelesaikan transaksi bisnis.

Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.

Syarat:

1. Mandiri2. Mengisi slip transfer3. Dikenakan biaya RTGS sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri.

3. Inkaso BSM

Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah.

Karakteristik:

Nasabah harus memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri Mata uang rupiah atau valuta asing lainnya (USD, SGD) Hasil inkaso BSM dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening

nasabah di bank lain Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila terjadi

kesalahan/keterlambatan hasil inkaso BSM, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab.

21

Page 22: Wakalah kel.7

Manfaat:

Nasabah dapat menerima pembayaran warkat dari seluruh wilayah Indonesia dan dari negara tertentu sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri

Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.

Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.

Syarat:

1. Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri2. Mengisi slip inkaso BSM 3. Biaya inkaso rupiah Rp10.000,- + biaya koresponden4. Biaya inkaso luar negeri lihat SE tarif Devisa.

4. Kliring BSM

Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring.

Karakteristik:

Hasil kliring dikreditkan ke rekening nasabah atau ditransfer ke rekening nasabah di bank lain

Valuta rupiah Bank hanya penerima amanat dan mewakili (wakalah) nasabah, bila warkat

tersebut ditolak bank tertarik, maka Bank Syariah Mandiri tidak bertanggung jawab.

Manfaat:

Aman, nasabah dapat menerima pembayaran berupa warkat dari client-nya tanpa harus menggunakan uang cash

Nasabah tidak perlu melakukan penagihan sendiri.

Peruntukkan: 1. Perorangan2. Badan Usaha/badan hukum.

Syarat:

1. Memiliki rekening di Bank Syariah Mandiri2. Mengisi slip setoran3. Dikenakan biaya kliring BSM sesuai ketentuan Bank Syariah Mandiri.

22

Page 23: Wakalah kel.7

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jalil, Ma’ruf. Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur’an dan As-

Sunnah Ash-Shahihah

Suhendi, Hendi. 2007. Fiqh Muamalah. Jakarta : P.T Raja Grafindo Persada

Lathif, Azharudin. 2005. Fiqh Muamalah. Jakarta : UIN Jakarta Press

Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

23

Page 24: Wakalah kel.7

Perwataatmadja, Kernaen. 1992. Adab Bagaimana Bank Islam. Yoyakarta: Dana

Bhakti Wakaf

Remy Sjahdeini, Sutan. 1999. Perbankan Islam. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti

Syafii Atonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press

http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?pg=2

http://www.syariahmandiri.co.id/produkdanjasa/produkdanjasa.php

24

Page 25: Wakalah kel.7

25