Wajib Belajar 9 Tahun

download Wajib Belajar 9 Tahun

of 62

Transcript of Wajib Belajar 9 Tahun

ABSTRAK

Manusia merupakan makhluk yang sempurna dibandingkan dengan Makhluk yang lain karena manusia dibekali dengan akal, dengan akal itu manusia bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk, begitu juga halnya kewajiban muslim menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim baik dia laki-laki maupun wanita, Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu dan ayunan sampai keliang lahat, begitu penting ilmu itu dalam pandangan Islam karena untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat haruslah dengan ilmu. Dengan itu penulis tertarik untuk mengkaji hal tersebut kedalam sebuah karya ilmiah, Adapun yang menjadi tujuan penelitian mi untuk mengetahui pandangan Islam terhadap manusia dan wajib belajar metode yang digunakan dalam pembahasan ini yaitu Library Research (penelitian kepustakaan) dengan system penelaahan sumber tertulis yang berkaitan dengan kajian ini. Dan pendapat para ahli yang berkemampuan dengan masalah mi. dan hasil penelitian mi menunjukkan bahwa pendidikan itu merupakan modal utama dalam kita menjalani hidup mi baik didunia maupun akhirat Sehingga karya ilmiah mi benarbenar menjadi acuan bagi kita untuk terus belajar. Semoga dengan kehadiran sk4psi mi menjadi motivasi bagi kita umat Islam dalam mencari ilmu sehingga akan hadir para ilmuan-ilmuan yang terkenal seperti masa kejayaan Islam.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sebagai mana diketahui bahwa manusia dilahirkan dan kedua orang tuanya dalam keadaan lemah. Kelemahan manusia itu harus dikembangkan melalui proses pendidikan secara kontinu sampai anak menjadi dewasa. Manusia mempunyai potensi dasar yang perlu dikembangkan dengan sendirinya, maka untuk itu proses pengembangan potensi pada diri manusia harus ditempuh melalui pendidikan. Dengan demikian, maka pertumbuhan dan

perkembangan potensi-potensi tersebut memungkinkan mencapai kesempurnaan. Bilamana pendidikan yang diperoleh itu baik, maka pertumbuhan dan

perkembangannya juga menjadi baik dan lancar. Oleh karena itu bila ditinjau dan aspek ini, pendidikan merupakan proses pengembangan potensi dan internalisasi nilainilai kedalam jiwa anak yang dilakukan secara terus menerus.1 Kemampuan dasar mi pada dasarnya telah diberikan Allah swt yang didalam agama Islam disebut fitrah. Oleh karena itu manusia memiliki beberapa macam fitrah atau kemampuan dasar, seperti kemampuan untuk berpikir, menilai atau menyikapi dan kemampuan berkarya. Manusia diciptakan Allah swt, juga menjadi khalifah dimuka bumi, hal ini dinyatakan Allah swt dalam Al-Quran:

M. Arifin, Hubungan Timbal Batik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta; Bulan Bintang, 1978), Hal. 23

1

Artinya: Dan jika Tuhanmu mengarakan pada malaikat sesungguhnya akan Aku jadikan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ... (Q.S. Al-Baqarah:20) Untuk dapat melaksanakan tugas-Nya sebagai khalifah dengan baik, yang tidak diberikan pada mahkluk lain. Dengan akal pikiran manusia mampu mengamati alam semesta, menghasilkan dan mengembangkan ilmu untuk tujuan kemakmuran Jim mpeoleh keridhaan Allah swt.2 Di samping itu juga sebagai masih hamba, manusia senantiasa dituntut untuk ajaran Al-Quran, sebab tujuan Allah swt menciptakan jin dan manusia adalah untuku mengabdi kepada-Nya. Ada dua bentuk pengabdian yaitu pengabdian sifat khusus dan formal seperti shalat zakat puasa dan haji. Sedangkan cara kedua adalah bentuk pegabdian dengan melakukan berbagai amal kebaikan yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat.3 Kedi1ukan manusia sebagai khalifah dan hamba yang dibekali akal pikiran manusia diberikan tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan isinya. Alam semesta telah diberikan Allah swt, kepada manusia sebagai amanah (kepercayaan). Untuk itu manusia wajib menjaganya dengan cara bekeja dan amal saleh, sebab dengan amal saleh manusia tidak akan mampu menjaganya.4 Kernampuan manusia menjadi khalifah dan pengembangan tanggung jawab di muka bumi akan terwujut apabila manusia menggunakan akal pikiran dari kalbunya menurut tuntunan agama. Oleh sebab itu ajaran Islam menganjurkan umat muslim untuk belajar, menuntut ilmu untuk mampu mengembangkan akal pikirannya dan2

Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Cet 2 (Jakarta: Raja Garafindo Persada). Ibid, hal 16 Ibid, hal 19

Hal. 1534

membuahkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipergunakan untuk kebutuhan manusia itu sendiri sebagai khaifah dan hamba. Beranjak dari latar belakang di atas penulis akan mengkaji lebih jauh tentang konsep wajib belajar dalam perspektif Islam. B. Rumusan Masalah Untuk terarahnya pembahasan ini penulis akan membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan Islam tentang manusia? 2. Bagaimana konsep Islam dalam menuntut ilmu? C. Tujuan Peneitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian mi adalah untuk: 1. Mengetahui pandangan Islam tentang manusia dan wajib belajar. 2. mengetahui konseb Islam tentang kewajiban menuntut ilmu. D. Metode Penelitian Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Library Reseaarch (kajian kepustakaan) yaitu telaah kepustakaan dengan membaca buku-buku, majalah, artikel lainnya untuk mendapatkan data teoritis yang hubungan dengan wajib belajar 9 tahun menurut pandangan Islam. Metode deskriptif analisis, yaitu pengumpulan data yang didahului dengan cara menalaah buku-buku atau kitab-kitab dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan fokus masalah. Selanjutnya mengadakan analisis dan menjabarkan lebih lanjut tehadap data yang terkumpul.

BAB II MANUSIA DAN KEBUTUHAN BELAJAR

A. Manusia Sebagai Makhluk dan Memiliki Potensi Ada dua tujuan utama diciptanya manusia, sebagai khalifah dan hamba yang mengabdi kepada Allah SWT.5 Allah menjadikan alam dan isinya untuk keperluan dan kebutuhan manusia, ia diberi kebebasan untuk mengolah alam sesuai dengan keperluan manusia sebagai pemimpin di bumi karena manusia mempunyai sifat-sifat ketuhanan.6 Manusia juga clibekali dengan sarana akal dan hati yang berperan mengolah potensi yang ada didalam dirinya dengan tijjuan memakmurkan bumi.7 Manusia juga diciptakan supaya dapat mengabdi kepada Allah SWT, bahwa Dia tidak menjadikanjin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdi kepada-Nya.8 Manusia dibekali dengan kekuatan spiritual untuk mencapai tujuannya, kekuatan spiritual itu juga yang menjadi alasan manusia diberi tanggung jawab memakmurkan bumi. Kekutan spiritual inilah yang dinamakn potensi. Potensi pada manusia adalah sifat-sifat tuhan. Di samping itu manusia memiliki kemampuan untuk berpikir, merasakan dan melaksanakan sesuatu. Manusia juga memiliki potensi pada dirinya seperti pengasih, penyayang, sabar dan sifat-sifat lainnya. Allah SWT telah menghembuskan pada manusia ruh-Nya, makanya manusia memiliki sifat-sifat ketuhanan.9Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta: Ciputat Press, 2000), hal. 17 Q.S. Al-Mukminun: 115 7 Q.S. Al-Baqarah:30, Rum: 72 dan Hud: 61 8 Q.S. Ar-Rahman: 21 9 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologis dan Pendidikan. Ce III, (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), Hal. 327, dan Q.S. 17:29, 32:96

5

Secara umum manusia memiliki beberapa potensi, setidaknya menurut Jalaluddin ada empat potensi yang dimiliki oleh manusia yaitu potensi hidayah AlGhanizah yaitu potensi naluniah. Hidayah Al-Hisyiyah atau potesi inderawi, hidayah Al-Aqliyah atau potensi akal dan hidayah Al-diniyah atau potensi keagamaan. Pertama adalah potensi naluniah, potensi ini merupakan dorongan primer yang berfungsi untuk memelihara keutuhan dan kelanjutan hidup manusia. Diantara dorongan-dorongan tersebut berupa keinginan untuk menjaga diri, seperti minum makan, adaptasi dengan lingkungan dan bentuk insting lainnya. Kemudian dorongan yang kedua adalah dorongan mempertahankan diri yaitu bentuk dorongan yang berbentuk nafsu, marah, bertahan atau menghindarkan diri dari gangguan yang mengancam dirinya baik sesama manusia atau dengan makhluk lainnya seperti gangguan binatang buas dan lain- lain. Dorongan mempertahankan diri berfungsi untuk memelihara manusia dari luar dirinya, realisasinya berupa karya disana, senjata, tempat tinggal dan lain-lain. Golongan yang ketiga adalah dorongan untuk mengembangkan jenis, gocongan ini merupakan nilai seksual. Ketika manusia mencapai umur dewasa dan mempunyai rasa suka kepada lawan jenisnya. Dengan insting atau dorongan yang timbul pada dirinya maka bisa mengadakan hubungan biologis untuk nt* engembangkan keturunan.

Kedua adalah potensi indrawi yaitu potensi yang mendorong manusia utuk mengenal sesuatu diluar dirinya melalui alat indera yang dimilikinya, manusia dapat mengenal suara, warna, rasa, bau, dan aroma dan bentuk sesuatu. Jadi indera berfungsi sebagai media yang menghubungkan manusia dengan dunia diluar dirinya.

Potensi inderawi secara umum meliputi indera penglihatan, indera pendengaran, penciuman, peraba, pendengar dan perasa.namun diluar itu masih ada sejumlah alat indera dalam tubuh manusia antara lain indera-indera keseimbangan dan tektil potensi tersebut dipungsikan melalui pernamfaatan alat indera yang sudah siap pakai seperti mata, telinga, hidung, kulit dan otak maupun fungsi saraL Ketiga adalah potensi akal. Potensi mi berperan dalam mengeloh meningkatkan dirinya dan makhluk lain, sementara hati lebih berperan mempertimbangkan hasil sesuatu yang dihasilkan akal. Dengan adanya akal manusia dapat mengetahui posisi dan eksistensinya sebagai khalifah dan sebagai hamba yang bertugas mengabdi melalui perbuatan baik yang pada akhimya akan meninglcatkan ketaqwaan kepeda Allah SWT. Dengan ilmu pengetahuan manusia dapat enganalisa lebuh jauh tentang ciptaan Allah SVi dialam mi sebagai karunianya yang talc terhingga hikmahnya sehubungan dengan posisinya sebagai khalifah. Dengan demikian ilmu pengetahuan ditranformasikan akal manusia sehingga akan icipta manusia-manusia yang mengembangkan potensipotensinya. Setiap ilmu yang ditranformasikan kepada seseorang harus berkaitan antari ai-nilai aqidah, ibadah dan akhlak. Sehingga dalam setiap prilalcu manusia akan cerminkan prilaku yang sesuai dengan tuntunan yang berlalcu dalam islam. thlla dalam seluruh aspek kehidupan manusia disirami dengan nilai-nilai yang

Islami, maka manusia itu akan mendapat kedamaian hidup, keadilan kejujuran, ketentraman serta kebahagiaan didunia maupun diakhirat kelak.

Kemampuan

yang

dimiliki

manusia

(potensi

intulektual)

manusia

dapat

membedakannya dart makhluk-makhluk lain. Dan manusi memiliki tiga kekuatan; akal, kemauan dan emosi. Akal adalah kekuatan untuk menyebutkan semua hal dan irri-cirinya, serta menemukan hubungan antara hal tersebut. Kemauan adalah kekuatan yang bertindak dengan cara tertentu terarah dan terecana. Emosi adalh kekuatan untuk menginginkan hal-hal tertentu.6 Sementara untuk mengembangkan potensi mi diperlukan proses pendidikan yang berfiingsi menselaraskan antara kekuatan akal, kemauan dan emosi, sehingga relasi antara satu dengan lainnya dapat beijalan seimbang. Keseimbangan aspek tersebut dalam setiap pribadi akan membawa kebaikan dalam hidup dan kehidupan. Apabila terdapat kesenjangan antara aspek-aspek tersebut, maka akan tei:jadi ketidak adilan, ketidak jujuran, kekacauan dan hancurnya moral yang path akhirnya akan menjadi kehancuran segala kehidupan dialam mi. Keempat adalah potensi agama. Potensi mi terdapat path setiap jiwa manusia, yaitu dorongan untuk mengabdikan din path sesuatu yang diyakini pendidikan kngan segala factor yang mendukungnya harus diarahkan untuk menciptakan tanusia agar mampu mengamalkan nilai-nilai aqidab, ibadah dan akhlak serta nilaiirt iLai Iainnya yang sesuai dengan tuntunan agama dalam langkah kehidupannya. 6 Wasti Soemanto, Dasar dan Teori Pendidikan Dunia, Cet II, (Surabaya: Usaha Nasional, IlI*TL hal. 36

B. Manusia Sebagai Khalifah di Bumi

Kata khalifah dalam bahasa arab berasal dan asal kata Khalafa ya Khalaf yang artinya ganti atau member ganti, sedangkan khalifah adalah (pengganti).7 Secara umum khalifah yang dimaksud dalam A1-.quran adalah makhluk yang bertugas memimpin untuk memakmurkan bumi dan bertanggung jawab atas kemakmuran dunia dengan cara melaksanakan ketntuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT didalam syariat baik berupa perintah atau larangan. Menurut Quraisy shihab khalifah berarti pengganti Allah, namun ketika dikatakan manusia menjadi pengganti Allah dimuka bumi mi bukan karena dia tidak mampu akan tetapi sebagai penghormatan sekaligus memuji manusia dalam rnenjalan tugas yang diberikan Allah kepadanya.8 Meskipun menurut sebagian pendapat bahwa manusia (Adam) bukan riakhluk pertama yang diciptakan tuhan, namun Allah menetapkan bahwa dia ciptakan manusia sebagai pemimpin diduni& Sebagaimana dalam surah Al 3aqarah ayat 30 dijelaskan sebagai berikut. (ajU) Artinya ketika tuhan mu berkata kepada malaikat sesungguhnya aku menjadikan manusia dimuka bumi sebagai khalifah (Q.S.Al-Baqarah: 30). 7Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, cet. IV, (Surabaya: Progesif 1997), hal. 363 Qiraisy Syihab, Tafsir Al Misbah, pada kesan dan kerahasiaan Al-qur an, Jilid I, cet, I. Lentera Hati, 2000), hal. 139

Sebuah buku karya Margaret mead dan willian morrow dan karya Alferd kroebel bahwa fosil tertian yang dikenal menyerupai makhluk-makluk bakteri dan lumut (alga) yang berwarna hijau kebiru-biruan itu sekitar 3,7 Juta tahu.n kemungkinan terdapat makhlik aneh yang tidak kita ketahui sebagai penghunu bumi yan tertua, berubah dan berkembang melewati massa ratusan juta tahun, maupun dan asal aslinya seperti manusia (adam) yang diciptakan dan bahan dasar tanah yang belum mengalami proses perubahan.9 Menurut M. Quraisy Shihab, sebagai mana yang dikutip oleh Jalaluddin, tanggung jawab kekhalifahan manusia dapat dirujuk pada informasi Al-quran dalam surah AlBagarah Ayat 30 an surat Shad ayat 26. Ayat 30 surah Al-Baqarah menitik beratkan path kekhaiifahan yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia merupakan penganugrahan Allah SWT kepada manusia itu sendiri dan path ayat kedua menawarkan din Allah SWT kepada manusia sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Tugas sebagai khalifah mempunyai arti dan makna yang lebih komplek dan hias dan makna manusia sebagai makhluk sosial. Tanggung jawab sosial hanya ilerbatas pada tanggung jawab sesame manusia, namun tanggung jawab kekhalifahan da1ah tanggung jawab yang meliputi hubungan tidak saja dengan manusia tetapi ingan sesama makhluk tuhan yaitu tumbuh-tumbuhan, hewan, dan benda ciptaan kinnya. 9Muhammad isa Daud, Penghuni Bumi Sebelum Kita. Terf Irwan Kurniawan, Cet. Bdung: Pustaka Hidayah, 1997), hal, 85

Jalaluddin, Teologi hal. 54

Tanggung jawab manusia sebagai khalifah untuk membangun dan mengelola segala apa yang ada dibumi dengan kehendak pencipta. Untuk mengwujudkan tugas itu, manusia dibekali dengan berbagai potensi di antaranya pengatahuan tentang namanama secara menyelunth. Dalam amanat kekhalifahan ada dua hal yang diharapkan bagi manusia untuk menyanggupi yaitu kesanggupi manusia menggali dan mengembankan potensi ketuhanan yang ada pada dirinya dan kesanggupan manusia mengurus sumber-sumber yang ada dibumi.2 Selaku khalifah manusia bertanggung jawab setiap ,aktivitas kehidupan yang dia lakukan dalam kaitanya dengan makhluk lain tidak hanya manusia. Jadi perlakuan manusia terhadap sesama manusia dan sesame makhluk Allah SWT tidak ibedakan. Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan ummat islam untuk nenyayangi makhluk lain yang ada di bumi mi supaya mereka juga mendapat Lruna dan Allah SVT. Seorang khalifah adalah siapa yang diberi kekuasaan mengelola sesuatu thyah, baik besar maupun kecil dengan demikian apabila seseorang deberi ukan untuk mengelola suatu wilayah maka ia berkewajiban untuk rerigwujudkan suatu masyarakat yang aman, tentram dan makmur disamping masyarakat yang harmonis, path saat seperti itulah akal dan agama serta aya selalu terjaga dan berkembang engan baik.

Gambaran seperti itu dapat dianalogika kepada seorang khalifah sebagai :sa dan pemimpin dalam suatu masyarakat secara umum. Namun path iukan manusia sebagai pemangku amanah kekhalifahan, tanggung jawabnya HQS Al Baqarah Ayat3l Jalaluddin, Teo1ogL. hal . 60 terkait kepada Allah SWT sebagai pemberi amanah engan demikian maka tanggung jawab tersebut tidak hanya terbatas pada wilayah dan budaya masyarakat saja, melainkan mncakup alam sekitarnya. Sehingga dengan demikian tanggung jawab khalifah Allah SWT meliputu upaya menjaga dan memelihara keselamatan din, masyarakat, hewan maupun alam sekitarnya. Semuanya harus memperoleh perlakuan yang baik, adil dan benar sesuai dengan ketentuan hukum-hukum Allah SWT. Keselamatan din dapat dipelihara dengan menjalankan ketentuan syariat Islam. Memelihara agama, memelihara akal, seperti menghindari minuman yang memabukan, menuntut ilmu dan sebagainya memelihara jiwa. Antara lain dengan tidak menganiaya din , memelihara harta benda, tidak boros atau membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan atau kepada hal-hal yang bermamfaat, dan memelihara keturunan, seperti membina keluarga melalui pernikahan yang sah. Demildan pula dalam penciptaan keelamatan hidup bermasyarakat, dapat dilakukan dengan mematuhi pedoman agama tentang hubungan antar sesama manusia, atau antara warga masyarakat. Pada prinsipnya upaya mi didasarkan path upaya perwujudan pola kehidupan yang setiap warga negaranya memiliki kesadaran untuk

mengimplementasikan hukum-hukum Allah SWT dalam setiap aktivitasnya. Pembinaan keselamatan hidup hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya dapat diciptakan melalui pengelolaan dan pemamfaatan yang wajar dan terarah, tidak bersifat

merusak dan merugikan makhluk lain. Hal pengrusakan harus dihindari bi1i kita benar-benar menyadani posisi manusia sebagai khalifah, pemimpin dimuka bumi sehingga tidak melakukan sesuatu yang menguntungkan din sendiri saja. Manusia sebagai khalifah Allah SWT adalah makhluk yang bertugas menjalankan hidupnya berdasarkan pedoman yang diberi oleh Allah SWT mlalui Rasulnya dengan membawa keteladanan yang patut dicontoh. Dalain hal mi manusia berperan sebagai mandataris Allah SWT. Sehingga dalam melaksakan tugasnya sebagai mandataris harus mengikuti jalur dan arah yang telah detntukan oleh pemberi mandat yaitu Allah SWT sebagai mana yang ada dalam syariatnya. C. Manusia Sebagai Hamba Allah Makna yang terkandung dalam konsep hamba Allah SWT seperti dikemukakan oleh Quraisy Shihab terangkum dalam dua konsep dasar yaitu: Kepemilikan, dan pengabdian. Berangkat dan dua konsep mi maka manusia sebagai hamba Allah SWT, harus menyadari bahwa kepemilikan mutlak atas dininya berada path Allah SWT sebagai mana seorang budak yang dimiliki oleh tuannya. Atas dasar status kepemililcan mutlak tersebut, maka selaku hamba, manusia ditetapkan imtuk mengembang tanggung jawab pengabdiannya.3 Pengabdian memang merupakan hak Allah SWT atas hambanya sebab Allah SWT tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepadanya. Aktivitas penghambaan manusia kepada tuhan yang paling utama adalah pengakuan bahwa tiada tuhan selain Allah SWT dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Pengabdian yang dilalaikan manusia selaku hamba Allah SWT, temyata tidak terbatas kepada pernyataan lisan atau dalam bentuk zikir dan doa. lebih dan itu pengabdian

kepada Allah SWT mengutamakan aspek batin sebagai landasan dasar dan segalanya yaitu keikhlasan yang tumbuh dan hati nurani atas dasar kesathran Jal-aluddin, Teologi Hal. 54

sendiri. Melaksanakan perintah seperti shalat, puasa, dan bentuk ibadah lainnya dilakukan dengan kemauan sendiri, bukan juga karena ingin dikatakan orang baik dan sebagainya. Keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT merupakan pedoman dasar bagi posisi manusia sebagai hamba dimata tuhan. Tanpa nilai keikhlasan bagai mana pun pengabdian yang kita lakukan tidal akan bernilai disisi Allah SWT dan sia-sia sesungguhnya Allah SWT benar-benar mengetahui apakah dalam melakukan ibadah seseorang ikhlas atau tidak. Keikhlasan hati tidakbisa dikuatkan dengan lisan dengan mengatakan dirinya iklilas melaksanakan shalat lima waktu atau dia ikhlas membuat orang lain, akan tetapi keikhlasan seseorang banya Allah SWT yang mengetahui dan hati seseorang yang paling dalam. Dalam pespektif pendidika islam, ibadah (Mahdhah) dapat dipegang sebagai contoh yang cepat dan efektif utuk membentuk rasa tanggung jawab tersebut secara optimal melalui pelaksanaan ibadah secara benar konsisten dan berkesinambungan akan teijadi proses intenalisasi nilai nilal pengapdian itu kedalam din manusia. Intemalisasi merupakan proses kompersi (perubahan arah), dan sikap lahir (oleh). Kesikap bati (akal batin). Dengan demikian internalisasi dapat dianggap sebagai proses pembentukan jati din manusia agar mampu bertanggung jawab terhadap dirinya

sendini. mi sesuatu bentuk pertanggung jawaban yang didasani oleh motif intrisik (dalam din).4 Kembali pada status manusia maka tanggung jawab selaku hamba Allah SWT dititik beratkan path upaya bagai mana ia dapat mengimplementasikan diii 14 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal.72

seutuhnya sebagai seorang pengabcli Allah SWT yang patuh dan setia dengan penuh keikhlasan. Sikap tunduk seperti mi disebut Istislam (Tunduk). Dengan demikian tanggung jawab manusia selaku hamba Allah SWT dititik beratkan pada bagai mana seseorang membentuk pribadinya secara maksimal agar dia dapat menempatkan dirinya menjadi pengabdi Allah SWT yang setia, tanpa pamrih set-ta menghilangkan segala bentuk sifat syirik pada dirinya sebab jika seseorang berbuat syirik, mengakuai ada tuhan selain Allah SWT, maka ia gagal mengemban amanat sebagai kbalifah dan sebagai hamba. Orang syirik tidak mau dan mampu mengwujudkan ketentraman dan kedamaian dimuka bumi. Manusia sebagai hamba Allah SWT adalah manusia yang memiliki sosok pribadi yang taat aturan Allah SWT dan menempatkan dirinya sebagai hamba terhadap pemililcnya yaitu Allah SWT dengan demikian dalam menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah SWT dalam kondisi bagai riana pun ia senantiasa akan menempatkan dirinya dalam jalur dan arah kehidupan yang diridhai Allah SWT. Baik dalam melaksanakan ibadah formal maupun non formal seperti mengangkat bath dan tengahjalan supaya orang tidak terhalang atau menolong orang yang teijadi

kecelakaan dijalan, dan bentuk amalan lainnya, hendaknya dilakukan seseorang dengan ikhlas tidak ingin terkenal, ingin dipuji dan sebagainya, tetapi dilakukan semata karena menyadari din sebagai hamba Allah SWT ia melakukaii pengabdian kepadanya mengharapkan ridhanya.

Tujuan terakhir dan pendidikan islam realisasi penyerahan din sepenuhnya kepada Allah SWT baik secara perorangan, masyarakat, maupun ummat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah SWT yang berserah din kepada Khaliqnya, ia adalah hambanya yang benilmu pengetahuan dan beniman secara bulat dengan kehendak pencitanya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam ayat-ayat benikut. (1v: Artinya : Sesungguhnya shalatku ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah SWT tuhan semesta alam. (Q.S. A1-Anam :162). Path waktu itu beberapa tokoh pendidikan berkumpul disana untuk mengkaji dan mendiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan islam. Beberapa hasil yang dirumuskan pada waktu itu adalah bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berkepribadian berbudi pekerti luhur menurut ajaran islam. Tujuan tersebut ditetapkan atas dasar pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbmgan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan mengasuh dan mengawasi prilaku semua ajaran Islam. Hingga jelas bila berbicara tentang pendidikan khususnya Islam tidak terlepas dan nilai-nilai

ajaran Islam itu sendiri, disebabkan karena realisasi nilai-nilai inilah yang pada hakikatnya menjadi dan tujuan pendidikan Islam.

Selanjutnya M. Arifin membagi tujuan pndidikan islam menurut tugas dan fungsinya sebagai berikut: a. Tujuan individual yang menyangkut individu melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat b. Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyrakat secara keseluruhan, dan dengan tingkah laku masyarakat unumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya c. Tujuan profosinal yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.15 Bila kita cermati konsep yang disampaikan diatas mengenai tujuan pendidilcan Islam, apa yang disampaikan oleh M. Arifm maupun Hasan Lamgulung maupun basil-hasil kongres bahwa tujuan pendidikan Islam yang mereka paparkan athlah pendekatan dan pengabdian kepath Allah SWT, menghambakan diii kepadanya dengan pembentukan kepribadian danjiwa sesuai dengan tuntunan syariat D. Manusia Sebagal Makhluk yang Bertanggung Jawab Seperti yang dijelaskan path pembahasan diatas Allah SWT menggariskan penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepadanya. Dengan demikian garis kehidupan yang barus dijalani manusia berada rentang peijalanan garis lurus menuju kebenaran hakiki yang telah diproramkan penciptanya agar dapat dipedomani. Secara garis rentang itu menghubungkan duajalur utama yaitu pertikal dan horizontal.

Abuddin Nata, Filsafar Cet. I, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 2001), haL72

Secara vertical garis lurus mi menghubungkan manusia selaku tnakhluk dengan Allah SWT sebagai pencipta. Hubungan mi akan mungkin terbina dan terpelihara melalui tindak ibadah sebagai bentuk hubungn langsung dengan Allah SWT. Adapun hubungan horizontal adalah hubungan antar sesame manusia dengan manusia atau manusia dengan makhluk lainnya seth lingkungan dimana ia berada.6 Dengan berpegang kepada kedua hubungan mi secara konsisten, manusia akan terpelihara dan penyelewengan dan kesesatan maksudnya hubungan yang baik dengan tuhan dalam bentuk sikap patuh dan taat melaksanakan apa yang ia penintahkan akan menghindarkan kita dan penyiinpangan sebab yang diperintahkannya bukan merupakan penyimpangan dan kesi-siaan melainkan sesuatu yang membuat hati sesesorang lega dan berguna bagi dirinya.7 Dalam kaitannya dengan tanggung jawab bahwa manusia tidak akan mengetahui tanggung jawubnya kepada tuhan sebelum Ia mengetahui dininya adalah hamba yang mengabdi dan mempertanggung jawabkan segala apa yang dia lakukan selama ia hidup didunia tentang bagai mana ia melakukannya semua tergambar dalam bentuk hubungan tiga dimensi utama manusia, yaitu sebagai individu, makhluk sosial dan sebagai khalifah Allah SWI. Dalam upaya memenuhi status tersebut masing-masing secara optimal, manusia sudah dilengkapi Allah SWT dengan berbagai potensi yang jika dibina, dibimbing seth dikembangkan secara benar dan berkesinambungan akan dapat menompang pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Melaksaan tanggung jawab mi dititik beratkan path

16 Jalaluddin, Teologi.._, hal. 52 Daud Au, Peadidikan hal. 30

upaya menjaga dan memelihara kemakmuran serta keharmonisan, hubungan atas ridha Allah SWT dan Rasulnya inilah yang disebut sebagai tanggungjawab. Jadi ada beberapa alasan mengapa manusia dibebani dan dimintai tanggung jawab yaitu karena manusia dipercayakan oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin dibumi atas makhluk-makhluk lainnya begitu juga manusia telah diberi beberapa potensi oleh tuhan yang deng9n potensi tersebut ia dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh Allah SWT dan bisa dipertanggung jawabkan. Sebagai khalifah manusia bertanggung jawab path semua kegiatan kehidupan yang dia lakukan dalam kaitan hubungannya dengan makhluk lain tidak hanya manusia. Jad.i perlakuan manusia terhadap sesame manusia dan sesame makhluk Allah SWT tidak dibedakan. Nabi Muhammad SAW sendiri menganjurkan ummat islam untuk menyanyangi makhluk lain yang ada dibumi mi supaya mereka juga mendapat karunia dan Allah SWT. Seorang khalifah adalah orang yang diberi kepercayaan mengelola suatu wilayah, balk besar maupun kecil dan bertanggung jawab atas kepercayaan yang diamanatkan kepadanya. Dengan demikian apabila seseorang diberi kedudukan untuk mengelola suatu wilayah, maka ia berkewajiban untuk mengwujudkan suatu masyarakat yang aman, tentram dan makmur. Disamping tatanan masyarakat yang harmonis, path saat seperti itulah akal dan agama serta budaya selalu terjaga dan berkembang dengan balk.

BAB III KONSEP WAJIB BELAJAR DALAM ISLAM A. Pengertian Belajar Wajib belajar dalam Islam menepati posisi penting dalam sejarah turunnya a!Quran Ayat yang pertama turun telah memberikan isyarat pentingnya belajar. Menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Beban wajib belajar terkait dengan posisi manusia sebagai khalifah di bumi serta sebagai hamba Allah SWT yang mengabdi kepada-nya. Khalifah adalah pemimpin, raja, penguasa, maka sebagai pemimpin manusia harus cerdas, bepegetahuan dan cerdas dan makliluk Allah SWT lainnya sehingga manusia dapat mengendalikan mereka. Disamping itu dengan belajar manusia dan mengelola alam semesta, sumber daya alam yang disediakan Allah SWT untuk kebutuhan manusia. Melalui proses belajar juga manusia mengetahui posisinya sebagai hamba Allah SWT, mengetahui jati dirinya sebagai manusia dan mengakui kemaha kuasaan Allah SWT. Dalil-dalil megenai wajib belajar, baik dalam al-Qur;an maupun hadist banyak sekali ditemukan, maka untuk untuk mengertian tentang wajib belajar kita dapat melihat sam per saW baik dalam al-Quran maupun hadist. Dalam al-Quran sendiri ayat-ayat yang terkait dengan belajar atau pendidikan mencakup beberapa ayat dalam berbagai swat. Di antaranya adalah surat al-baqarah: 3 1-33, surat Ali-hnran; 14,110,112,159 dan 164, surat An-Nisa: 58-59 dan 135, surat A1-Maidah: 8 dan 1516, surat At-Taubah: 105, Hud: 9-10, surat an-Nahi: 78, Al-Isra: 23-24 dan 70, surat

AI-Muminun: 71, surat An-Nur: 2 1,32 dan 55, surat Al-Ahzab: 21, surat AlJatsiyah: 23-24, surat Al-Rahman: 1-4, dan surat A1-Jumuah: 2. Dan sekian banyak jumlah ayat AI-Quran yang mensinyalir pentingnya belajar, ada beberapa ayat yang diangap paling penting untuk dijadikan dasar hukum wajib belajar antara lain adalah: 1. Surat A1-Alaq ayat 1-5 0tfiL0 LiI *4 *4 Artinya Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang memciptakan (1), dia memciptakan manusia dan segumpal darah (2), bacalali! Dan tuhan mu maha mulia (3), dia yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (4), mangajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S al-Alaq: 1-5) 2. Surat At-Taubah ayat 123 :i iJJ uLSI i 1fl,1i i, ii t Artinya Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu;min itu pergi semuanya medang perang, megapa tidak pergi dan tiap-tiap golongan diantara mareka beberapa oranng untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepad.a kaumnya apabila kembali kepada mereka supaya mereka itu dapat menjaga dirinya (Q.S attaubah: 123) M. Darwis Hude Dkk, Cak.rawala Ilmu Dalam Al-qur an, Get. 11. (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), HaI.427

3. Surat Al-Mujadalah: 11

lj34 i Artinya Allah SWT mengankat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kamu berapa derajat. . .(Q.S. al-Mujadalah: 11) 4. Surat A1-Baqarah ayat 31-32 LzL 5 0 Artinya :Dan Allah SWf telah mengajarkan kepada Adam nama bendabendaselumya, kemudian mengemukakannya kepada pam Malaikat lalu berfirman : sebutkanlah kepada ku nama benda-benda itu jika kamu memang orangorang yang benar!. Mereka menjawab: maha suci Enkau, tidak ada yang kami ketauhi selain dan apa yang Enkau ajarkan kepath kami sesungguhnya Enkau Maha mengetahui lagi bijak san. (Q.S. alBaqarah: 31-32) 5. Surat Al-Rahman ayat 1-4 Artinya: (Tuhan) Yang Maha Pemurah dalam al-Quran. Dia menciptakan manusia, mangajarkan pandai berbicara (Q.S. ar-Rahman: 1-4).

Selain dasar hukum yang terdapat dalam al-Quran, dapat juga dilihat beberapa hadist Rasulullah SAW yang memerintahkan umatnya untuk belajar atau menuntut ilmu. Diantar hadist tersebut adalah: Artinya : Tuntutlah ilmu dan ayunan sampai keliang lahad. (H.R. Bukhari)

Artinya: Tuntutlah ilmu walau kenegeri cina. (H.R. Muslim) Artinya: Menuntut ilmu wajib bagi muslim maupun muslimah. (H.R. Muslim). Dan berapa hadist di atas dapat dirangkum bahwa: 1. Wajib belajar adalah perintah Allah SWT untuk menuntut ilmu, dengan adanya pengetahuan manusia bisa mengenai dirinya dan mengenal Allah SWT maha pencipta. 2. Wajib belajar adalah perintah Allah SWT yang berkaitan erat dengan kualitas amal yang dilakukan seseorang, dengan bekal ilmu amal yang dilakukan seseorang lebili mengerah dan sempurna. 3. Wajib belajar merupakan perintah Allah SWT untuk mengenal din manusia itu sendiii, Alam ada segala isinya, mengetahui perintah dan larangan Allah SWT serta memahami hubungan antar sesama manusia. Tujuan yang akan dicapai manusia baik dunia maupun akhirat hanya dapat dicapai melalui pengetahuan, sedangkan untuk dapat pengetahuan harus melalui proses belajar. Allah SWT sangat memuliakan orang-orang berpengetahuan, sehingga Allah SWT mengajurkan beberapa orang dan setiap komunitas masyarakat untuk menuntuk ilmu (umum maupun agama).

l3egitu juga apabila hadis Nabi di atas, betapa pentingnya belajar, sampai Nabi mengajurkan Umatnya kenegara non muslim sekalipun, walaupun dalam hadistnya Nabi memberikan contoh ke Negeri cina, itu hanya salah satunya, namun kalau orang mau, dia bisa saja pergi belajar kemana saja ia suka, asalkan apa yang dipelajarinya dapat dapat pengetahuan yang bermamfaat bagi dirinya dan bagi bangsarya. Rasulullah

Sawjugas menegaskan pentingnya menuntut ilmu tidak hanya bagi laid-laid, tapi juga bagi kaum perempuan, dan yang terkhir, bahwa perintah belajar dalam islam adalah belajar sepanjang haya, dan ayunan sampai keliang lahat, B. Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Islam Semua aktivitas manusia pasti dilantarbelakangi oleh tujuan tertentu yang mandatangkan mamfaat bagi hidupanny& Demildan juga dengan pendidikan. Pemdidikan adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai, sehingga pendidikan dilakukan dengan suatu perencanaan yang matang. Aktivitas yang menyimpang dan pencapai tujuan tersebut sedapat mungkin dicegah karena akan kotrak pronduktif dengan tnjuan pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri memiliki dua fungsi, yaitu memberi arah dalam kejidupan dan Ia juga merupakan sesuatu yang ingin di capai oleh segenap kegiatan pendidikan.2 Dalam bahasa inggris, istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata, yaitu : aim purpose, goal, dan objevtive. The oxford English Disctionary mengartikan aim sebagai perbuatan yang menentukan cara berkenaan dengan tujuan yang diharapkan. Goal adalah tujuan yang ditargetkan dengan pengerahan upaya yang sungguhsungguh. objective adalah tujuan pengantara ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah 2 Umar Tirtaraharja dan La sub, Penganrar Pendidikan, haL37

tujuan umum, sedangkan objective merupakan tujuan khusus. Purpose adalah sinonim bagi istilah di atas. The Oxford English Distionary juga mendefinisikan purpose dengan salah satu ketentuan berkenaan dangan hal-hal yang akan dilakukan atau yang

akan di capai. Tujuan dalam perspektif pendidikan adalah target-target yang ditetapkan untuk mencapai melalui aktifitas pendidikan. Dalam bahasa Arab, istilah tujuan memakai kata, dar magashid. Istilahistilah mi bila diamati secara mendalam, semakna dengan istilah yang dipakai dalam bahasa inggris. Dengan demikian, tujuan penidikan Islam adalah secara aktivita pendidikan Islam yang dilakukan secara sistematis dan terpragram. Karena tujuan pendidilcan adalah untuk membentuk karakter manusia, maka sebelum membahas tujuan pendidikan secara mendetil, perlu diketauhi bagaimana Islam memandang watak (karakter manusia) sebagai objek yang akan dibina dengan pendidikan. Manusia telah diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna. Dalam perspektif Islam, manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi. Untuk membekali manusia dalam menunaikan tugasnya, manusia dikaruniai dengan empat potensi: 1) Fitrah (potensi) yang baih 2) Kesatuan antar badan dan roh, 3) Kebebasan kemauan (free will), 4) Potensi yang paling penting yaitu aqi (akal).3 Inilah empat potensi yang menjadi bekal manusia untuk menjadi khalifah. Fitrah,bisa diartikan dengan bakat, tabiat atau kejadian, potensi dasar dan sebagainya. Fitrah dalam arti potensi dasar erat kaitannya dengan pendidikan. Umar Tirtaraharja dan La sula, Penganrar Pendidikan, hal.38

Potensi dasar adalah demensi psikologis yang mengandung komponen-komponen, yang paling penting diantaranya adalahberiman kepada Allah SWT dan cenderung kepada kebenaran. Kecenderungan kepada kebenaran.4 Menumbuhkan rasa ingin untuk membentuk daya kreaktivitas dan produktivitas dalam bingkai llahiya dan insaniyah. Kesemua proses itu dilaksnakan melalui pendidikan. Kesatuan atara jiwa (roh) dan raga. Manusia bukan sekedar seonggok jasad beijalan yangtidak memiliki daya kontrol. Dalam fisik manusia terdapat zat yang paling penting untuk mengerakkan manusia, yitu roli. Kebebasan (free will). Manusia diberi Allah SWT kebebasan untuk memamfaatkan potensi yang yang telah diberi Allah SWT di atas bagai mana fitrah (potensi) itu dipergunakan akan membentuk sosok manusia itu sehagai individu, jika Ia berbuat balk, maka a akan menjadi individu yang baik, tapi jika ia salah mempergunakan potensinya maka ia akan menjadi individu yang rusak, yang tidak kalah penting adalah manusia memiliki akal. Akal adalah kemampuan berfikir untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Dengan dukungan ke empat potensi inilah memungkinkan manusia menjadi khalifah, Wakil Tuhan dimuka bumi,. Keempat potensi tersebut memunkinkan manusia dibentuk dan bina dengan pendidikan untuk mencapai tujuantujuan penciptaan manusia itu sendiri. Disamping itu jika manusia ditinjau dan unsur kejadianya, manusia adalah kumpulan dan nih, badan dan akal. Karena itu dan tujuan pendidikan dalam islam adalah membina ketiga komponen mi dalam pendidikan islam merupakan tujuan M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspektf hal. 32

pokok, sehingga pembagian tujuan tersebut menjadi : tujuan jasmani, tujuan rohani,

dan tuj uan akal. Tujuan pendidikan jasmani adalah agar setiap individu memiliki fisik yang sehat dan kuat. Bahkan Nabi mengatakan bahwa mukmin yang kuat Iebih baik dan lebih dicintai di sisi Allah SWT dan mukmin yang lemah. Penafsiran terhadap kuat dan sehat mi bisa relatif. Kat tentu dapat di artikan dengan kekuatan fisik atau bahkan kekuasaan yang ada ditangannya. Sedangkan tujuan pendidikan nih yang paling utama dalam Islam adalah memastikan ahwa senantiasa megakui kebenaran yang ditunjukkan agama, sebab nih memang sejak awalnya suci, tetapi karena pengaruh lingkimgan, nih bisa meyimpang dan kebenaran.5 Di sisi tujuan pendidikan akal adalali mendidik akal manusia untuk dapat menemukan kebenaran dengan kekuatan inteligensinya. Dengan akalnya manusia bisa menelaah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT sehingga akan menguat kan keyakinannya.. Dengan demikian, tujuan pendidikan islam yang hendak dicapai dengan pembinaan ketiga komponem mi adalah membangun kepribadian utama yang terjamin keselarasanya dengan dukungan komponen-komponen satu sama lain dan perasaan optinme berhadapan dengan alam semesta ciptaan Tuhan. Aliran pendidikan computer menyatakan bahwa tujuan akhir clar pendidikan adalah aktualisasi diii (self-actualization). Dalam perspektif Islam, aktualisasi diii adalah pengembangan potensi (firah) sampai titik yang tertinggi. Sebab pad4 hakikatnya, fitrah yang dimiliki manusia adalah bagian nih yang ditiupkan oleh Tuhan kepada manusia. Tujuan penciptaan manusia sendiri adalah beribadah, ibadah M. Nasir Budirnan, Pendidikan dalam Perspek1f....., hal. 141-143 ik)a kciJ (/C,e5

(clalam arti yang sesungguhnya) adalah pun5ak tertinggi pendidikan, yakni membentuk kepribadian manusia sebagai khalfah al-ardh. A1-Quran tidak mengunkapkan secara eksplisit tujuan pendidikan, namun dan b&ipa isyarat ayat-ayat al-quran dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan itu ada. Surat aI-Baqarah ayat 31 yang berbicara tentang kejadian adam yang berbunyi: L j1a3 j %4 tcVi Si

Artinya: Dan Allah SWT mengajarkan nama-nama segala sesuatunya kepada Adam kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfinnan sebutkanlan kepada-Ku nama benda-benda itujika kamu memang orangorang yang benar. (A1-Baqarah: 31) Pengajaran Allah SWT kepadam Adam, memberikan kesadaran intelektual dan kesadaran spiritual. Kesadran spiritual menyebabkan Adam bersikap Ta zhirn kepada Tuhan dan ia merendahkan diii. Al- asma kullaha adalah potensi akal, bukan potensi naqal, sebab, kata Hasan Langgulung, jika yang dimaksudkan adalah potensi naqal, maka Malaikat lebih tahu daripada Adam, tapi mereka sama sekali tidak memiliki potensi aqal. Potensi akal adalah kemampuan kognitif untuk menginterfensikan ayatayat qauliyah (Aiquran) dan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) yang dijiwai oleh kesadaran spiritual bahwa segalanya adalah karunia Yang Maha Kuasa, dan tidak sekedar itu, kemampuan kognitif itu path gilirannya dipergunakan untuk kemaslahatan hidup manusia.

Secara filsofis, penciptaan manusia bukan tindakan yang sia-sia dan tanpa tujuan. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah (menghambakan din) kepada Allah SWT yang diberi amanah untuk memakmurkan alam semesta (khalifah di muka bumi). Dengan potensi yang dikaruniakan itu, manusia rindu akan kebenaran, dengan berbagai cara manusia akan kebenaran. Kebenaran hakiki yang diperoleh oleh manusia akan dimanfaatkan untuk mensejahterakan hidup manusia. Secara garis besar, tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan kemaslahatan bagi manusia lahir dan batin. Selain rumusan umum tersebut, para pakar pendidikan Islam telah berusaha merumuskan tujuan pendidikan Islam meski masih diwarnai oleh perbedaan-perbedaan persepsi, tapi sebenarnya memiliki sebtansi yang sama. Beberapa rumusan malah dihasilkan melalui pertemuanpertemuan resmi seperti Kongres Intemasional tentang pendidikan Islam (Sesond World Conference on Muslim Education, Islamaba, March, 15-20, 1980) Rumusan hash kongres tersebut mengacu sepenuhnya dengan kehendak Allah SWT yang terkandung dalam ayat:

Artinya: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, bidup dan matiku hanya untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam. (Q.S. A1-Anam:162) Ada dua tujuan penting bila kim berpedoman kepada undang-undang sistem pendidikan nasional yaitu pengembangan potensi rasional atau akal manusia dan pengembangan potensi spiritual (agama) manusia, sehingga tampak ada keseimbangan antara potensi rasional dan potensi spiritual.

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, pakar pendidikan Islam seperti Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibani membagi tujuan pendidikan Islam menurut bidang dan fungsi manusia secara filosofis. Menurut bidang tugas, maka tujuan pedidikan dapat dibagi tiga, yaitu tujuan individual; tujuan sosial; dan tujuan profesional. a. Tujuan individual berkaitan dengan individu-individu, pelajaran (learning) dan dengan pribadi-pribadi, perubahan yang dinginkan teijadi terhadap tingkah laku masing-masing individu, aktivitas dan pencapaiannya. b. Tujuan sosial pendidikan beripitan dengan tujuan masyarakat secara keseluruhan, dengan tingkah laku masyarakat umumnya, dengan apa yang berkaitan dengan kehidupan mi tentang perubahan yang diingini dan pertumbuhan, memperkaya pengalaman dan kemajuan yang dilngini. c. Tujuan profesional berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas masyarakat.6 Dalam aplikasinya, tujuan pendidikan dapat dibagi dua, yaitu tujuan operasional dan tujuan fimgsional. Tujuan operasional adalali tujuan yang ditetapkan sebagai program kegiatan yang harus dicapai seperti kurikulum pengajaran. Tujuan operasional adakalanya tercapai meskipun tujuan fungsional belum tercapai. Sebaliknya tujuan operasionalnya belum tercavai.7 Ringkasnya, tujuan belajar atau pendidikan dalam Islam adalah membentuk muslim agar menjadi hamba Allah SWT seperti Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan sun tauladan dalam segala hal. Rasul sebagai pendidik umat telah sukses melaksanakan

pesan Ilahi dalam dalam kehidupan. Meski terasa sangat ideal, tapi sangat tepat jika setiap muslim berkeinginan kuat meneladani Rasulullah SAW 6Om Muhammad al-toumi al-syalbani, Falsafah h. 399 M. Arifin, Ilmu Pendidi/can... hal. 43

dalam berbagai dimensi. Dengan pendidikan Islam, diharapkan umat Islam akan menjadi individu-individu yang teladan dalam beragama dan menjadi individuindividu yang berhasil sebagai warga Negara. Perintah belajar dalam Islam sebagaimana yang diisyaratkan AL-quran maupun hadits memberikan pemahaman bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan pribadi seseorang. Sehingga pbadi-pribadi tersebut menjadi muslim sejati. Yaitu muslim yang selalu berpegang teguh path ajaran agamanya. Belajar adalah sarana pengembangan atau pendidikan jiwa sebagaimana dikemukakan oleh Mahmud Yunus bahwa tjuan belajar adalah mendidik dan melatih seseorang, pemuda pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup atas kaki sendiri, pengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan tanah aimya, bahkan sesame umat manusia.8 Jelas bahwa pengembangan jiwa itu diperlukan dengan tujuan untuk membentuk manusia agar menjadi muslim, beriman, berakhlak mulia serta berkepribadian yang teguh sesuai dengan nilai-nilai Islam, dalam segala aspek kebidupannya.

Dan tujuan-tujuan tersebut di atas dapat digambarkan bahwa manusia dalam segala aspek kehidupannya merupakan manusia yang penuh pengabdian dan amal shaleh, terutama dalam hala berhubungan dengan Allah SWT, sesame dan dengan 8 Mahmud Yunus, Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya agung.t.t). hal. 13

lingkungannya. Perbuatannya, menjadi prioritas yang utama dalam pendidikan Islam. Jiwa anak disirami dengan nilai-nilai moral dan intelektual, serta beramal shaleh. Dan beberapa pendapat di atas, ada beberapa tujuan pendidikan dalam Islam yaitu: 1. Ditinjau dan segi jasmaniah, tujuan pendidikan adalah menciptakan generasi sehat fisik dan kuat, dan segi ruhani pendidikan bertujuan mengakui kebenaran Allah dan ciptaan-Nya, sedangkan dan segi akal, pendidikan bertujuan untuk menemukan kebenaran yang bisa mengatkan keyakinan kepada kebenaran itu sendiri. 2. Dan segi ruang lingkupnya pendidikan bertujuan mendidik individu, masyarakat dan profesi. Pendidikan individual adalah melatih, membimbing seseorang untuk mampu mengetahui, mengerti dan memahami serta mengaplikasikan nilai-nilai moral dan prilaku dengan benar. Tujuan pendidikan kemasyarakatan adalah untuk mengarahkan masyarakat untuk dapat berprilaku bailc, berkreasi dengan aktif dan benar untuk mewujudkan kemaslahatan dalam masyarakat. Adapun tujuan pendidikan profesional adalah untuk menciptakan pribadi yang menguasai pengetahuan sesuai dengan profesinya dan mengaplikasikan pengetahuannnya dengan benar dan untuk kemaslahatan. 3. Tujuan pendidikan dalam Islam juga adalah untuk mengembangkan potensi fitrah dan akal yang ada path manusia atau aktualisasi din.

4. Tujuan pendidilcan Islam juga adalah untuk menciptakan individu yang bertaqwa dan berakhlak balk serta pribadi cerdas. 5. Inti dan keempat tujuan pendidikan di atas adalah bahwa tujuan pendidikan atau belajar dalam Islam adalah untuk mengetahui tugas manusia sebagai califa dan sebagai hamba. Sebagai khalifah manusia barus cerdas, adil, bijaksana, kreatif serta mampu mewujudkan perdamaian. Untuk itu mannusia harus berpendidikan dan belajar. Begitu juga tugas manusia sebagai hamba, seorang hamba harus beriman dan bertaqwa kepada Allah dengan sebenarnya. Sedangkan untuk mencapai taqwa manusia juga harus mendapatkannya dengan belajar dan pendidikan.9 C. Kiasifikasi Ilmu Dalam Islam yang wajib dipelajari Salah satu tema yang terus menerus muncul dalam keilmuan Islam adalah kiasifikasi ihnu dan deskripsinya. Sejak Al-Kindi path abad ketiga/sembilan hingga Syah Waliyyullah dan New Delhi path abad ke dua belas/kedelapan belas hijriyah, Mahmud Yunus, Pendidikan Agama, (Jakarta: Hidakarya agung.t.t). haL 19

para sarjana-sarjana muslim telah banyak menyumbangkan perhatian dan kejeniusan intelektual mereka untuk menjelaskan tema mi secara rinci. Pada dasarnya pengembangan ilmu-ilmu dalam Islam dan klasifikasinya terkait erat dengan pendidikan formal dan informal yang memungkinkan penggalakan dan pemindahan pengetahuan dalam segala bentuknya. Sudah jelas bahwa sistem pendidikan itu berdasarkan konsep Islam tradisional tentang pengetahuan dan pendidikan. Ia menekankan terutama tentang ilmu-ilmu agama tetapi meliputi semua bentuk pengetahuan lain dan keadilan Tuhan sampai ilmu farmasi. Sebab itu akhirnya

semua pengetahuan yang menyangkut aspek tersebut adalah manifikasi Tuhan kepada manusi& Pandangan yang suci tentang pengetahuan inilah yang mewarnai keseluruhan system pendidikan tidak terpisah dan lembaga khas agama seperti masjid atau menasah dan sebagainya. Ketika membahas kiasifikasi ilmu dalam Islam, kita akan teringat dengan seorang tokoh yang terkenal yaitu Al-Kindi. Dia berusaha mencani keseimbangan antara rasio dan wahyu atau agama. Ilmu yang ditulisnya dalam buku ft aqsam a! ulum mencerminkan kiasifIkasi anistoteles. Dengan perkembangan terus menerus ilmu-ilmu Islam maka cabang-cabang dan bentuk-bentuk baru ilmu bermunculan, dalam waktu yang sama ilmu-ilmu yang berasal dan peradaban-peradaban pm-Islam di islamkan dan disesuaikan dengan jenjang pengetahuan menurut Islam. Kedua kecendrungan mi tergambar dalam kiasifikasi yang berpuluh-puluh bab telah diusahakan oleh penulis-penulis kenamaan seperti Ibnu Sina, Ikhwan al-Safa, A1-Ghazali dan Ibnu Rusydi. Begitu juga sejarahwan agung pada abad ke -14 yaltu Ibn Khaldun dalam Muqaddzmah juga memberikan uraian lengkap tentangklasifikasi ilmu-ilmu Islam setelah masa kematangan) Sejak Ibnu Khaldun ada beberapa ensikiopida yang ditulis dalam bahasa Arab dan Persi, kemudian juga dalam bahasa Turki, seperti karya Qutb al-Din al Sirazi lebih perhatian terhadap filsafat, sedangkan Daud al- Antaki lebih banyak berbicara tentang ilmu-ilmu. Salah satu ensikiopedia yang paling sempurna dan paling terkenal adalah Nafais al-funun (unsure-unsur yang paling berharga dalam ilmu-ilmu) karya Syamsudin al-Amuli yang ditulis pada abail ke 5 M atau abad 9 H.

Berikut mi adalah kiasifikasi ilmu-ilmu dalam Islam oleh baberapa tokoh Islam yang terkenal di antaranya Ibn Sina, al-Farabi dan al-Ohazali. 1. Klasifikasi menurut Ibn Sina Ibn Sina membagi ilmu pada dua bagian yaitu: (1). Ilmu sementara, (2). Ilmu abadi (hikmah). Dalam ilmu abadi dia membagi kepada dua cabang yaitu sebagai tujuan dan sebagai alat. Adapun ilmu abadi sebagai tujuan dibaginya menjadi tujuan seoritis dan tujuan praktis. Ilmu teoritis dipecah menjadi beberapa cabang seperti ilmu thabi, Matematika, metafisika dan universal. Sedangkan ilmu praktis dipecah kepada beberapa bagian yaitu akhlak, pengurusan rumah, pengurusan Kota (politik) dan syariah. 2. Klasifikasj ilmu menurut al-Farabi Al-Farabi membagi ilmu kepada empat pokok ilmu pengetahuan beserta cabangcabangnya. Keempat pokok ilmu terseut adalah (1). Ilmu bahasa dan cabangcabangnya. (2). Ilmu logika dan cabang-cabangnya, (3). Ilmu menghitung dan cabangcabangnya, (4). Ilmu tabhii dan metafisika serta cabang-cabangnya. Dan kelima ilmuilmu masyarakat dan cabangcabangnya. Dalam ilmu bahasa ia memecahkannya path beberapa cabang ilmu yaitu unsure-unsur mengenai semua bahasa seperti nahwu, dikte dan resitasi prosody. Sementara logika meliputi katagori. katagori, peritermenia., prior analitis, topic, sofistilc retorik dan syair. Dalam Ilmu hitung menghitung ia membagi kepada hitung menghitung, geometrit, optic, music, ilmu tentang alat dan mekanik. Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, cet, V, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru 2003) hal. 101

Hasan Langgulung, Asas-Aso.s cet, V, (Jakarta: Pustaka Al Husna Ban.i 2003) hal. 101

Pokok-pokok Ilmu Tabi I dibagi kan menjadi dua yaitu sam tabiI dan ilmu metafisika. Dan sam tabiI dipecah lagi menjadi prinsip filsafat tabil, kajian benda sederhana, generasi dan korupsi, aksiden mengenai elemen-elemen, mineral, tumbuhtumbuhan dan hewan. Sementara ilmu metafisika dipecah menjadi ilmu wujud, prinsip sam dan pembahasan tentang Non kebendaan. Adapun pokok ilmu yang kelima tentang ilmu masyarakat di baginya menjadi dua yaitu fiqh dan kalam. 3. Klasifikasi Ilmu menurut Syamsudin Muhammad Amuli Ilmu dibagi dua yaitu ilmu-ilmu filsafat dan ilmu-ilmu bukan filsafat :filsapat ada dua yaitu ilmu teori dan ilmu praktis, ilmu teori meliputi metafisika, matimatika dan 4ilsafat tabii ilmu praktis meliputi individu (etika) dan mengenai masyarat yang dipecah menjadi ekonomi dan polotik. Sedangican ilmu non filsafat adalah ilmu agama dan non agama. Ilmu agama meliputi intelektualdan naqil. Sementara ilmu non agama tidak mengalami pemecahan.2 4. Kiasifikasi Ilmu Menurut al-Ghazali A1-Ghazali mengalami ilmu path dim induk ilmu pengetahuan syriah dan aqiyah. IImu syriah dibagi lagi menjadi empat bagian yaitu asal, cabang, pendahuluan dan penutup. Dan ilmu asal Ia memecahkannya path beberapa bagian yaitu al-Quran, Hadist sejarali Nabi dan sahabatahabat. Sementara cabang meliputi fiqh dan hati. Pendahuluan dipecahkan menjadi bahasa dan nahwu. Sementara menutup meliputi alQuran dan Hadist.3

Kedua dan ilmu aqliyah. Dalam induk ilmu mi ia membagi path dim yaitu dicari dan dharuni (penting). ilmu yang dicari meliputi dunia yang terdiri dan obatobatan, matematika, astrologi, dan teknik. Sementara ilmu akhirat terdiri dan Allah SWT dan sifat-sifatnya. Beberapa pendapat dan paham kiasifikasi ilmu diatas, jika digabungkan maka sebenarnya tidak ada ilmu yang tidak wajib dipelajari, atau tidak ada yang diprioritas dan yang tidak menjadi prioritas. Ilmu filsafat, agama, bahasa, dan ilmu lainnya merupakan ilmu yang sangat penting. Dalam Islam semua ilmu merupakan sati kesatuan yang tidak munkin terpisahkan. Contoh, orang yang mengangap filsafat lebth penting dan path agama dengan alasan filsafat saja yang mempu mengantarkan 12 Ibid, 62-63 3Hasan Langgulung, Asas-Asas cet, V, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru 2003) hal. 64-64

manusia berfikir logis dan rasional, sementara agama tidak, nah pada saat dia mengatakan lebih penting, maka ia telah melakukan kekeliruan pemahaman. Hanya saja munkin proritas ilmu yang lebih tepat diterapkan pada jenjang dan umur anak didik, dengan kata lain manusia mempunyai pase pertumbuhan; anak-anak, remaja dan dewasa, pada setiap jenjang umur mi, pemahaman dan analisa seth kebutuhan anak tidak sama. Oleh karena itu materi pendidikanjuga harus disesuaikan. Sesuai dengan sub judul diatas yaitu kiasifikasi ilmu yang wajib dipelajari, penulis menilai tidak ada satu ilmupun yang tidak wajib dipelajari asalkan saja pemahaman seth pemahaman seth penerapan mengetahui tersebut digunakan untuk kemaslahatan

umum atau tidak merusak pribadi dan masyarakat. Ada ilmu yang baik tapi disalah gunakan oleh sebagai orang, hal mi tentu saja tidak dibenarkan. Satu hal lagi, walaupun semua ilmu penting, manusia tidak mungkin dapat dikuasai semuanya, maka ilmu yang wajib dipelajari yaitu ilmu yang berguna dan bermamfaat bagi pribadi, masyarakat dan agama seth sesuai dengan bakat dan kecenderungan seseorang. Mengenai ruang lingkup pendidikan agama islam cakupannya amat luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dialam dunia dan akhirat, sasarannya mencakup seluruh lapangan hidup manusia apapun profesi dan manapun lapangan keijanya. M. Arifin , mengatakan:

Ruang lingkup peiididikan agama Islam adalah mencakup segala bidang kehidupan manusia didunia mi, dimana manusia mampu memamfaatkan sebagai tempat menanam benih amaliah, yang hasilnya akan dipetik dan diperoleh dihari akhirat nanti, sesuai dengan usaha apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia mi.4 W M. Arlim, Hubungan Timbat Batik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga,(Jakarta; Bulan Bintang, 1978), Hal. 23 Adapun materi pendidikan agama Islam itu adalah meliputi ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT maupun hubungan sesama manusia serta hubungan manusia dengan alam lingkupnya. Dalam mentrasferkan ajaran agma Islam yaitu dalam proses belajar mengajar, faktor yang amat penting diperhatikan adalah bahan atau materi dan ajaran Islam, yang akan disampaikan kepada anak didik, sehinga tujuan pendidikan agama Islam yang diinginkan akan tercapai sesuai dengan target dan ketentuan yang telah ditentukan.

Path ganis besarnya materi pendidikan agama Islam itu dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Aqidah (keimanan) 2. Syaniat, meliputi: a. Ibadah (hubungan hamba dengan Allah SWT) b. Muamalah (hubungan sesama manusia dengan Alam) 3. Akhlak (ikhsan) Zainal Abidin Abmad, mengemukakan bahwa materi pendidikan agama Islam itu terdiri dan: 1. Aqidah atau keimanan, meliputi iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, han kiamat dan takdir. 2. Syariat yang meliputi: a. lbadah, terdini dan rukun Islam yang lima yaitu : Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

Adapun materi pendidikan agama Islam itu adalah meliputi ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT maupun hubungan sesama manusia serta hubungan manusia dengan alam lingkupnya. Dalam mentrasferkan ajaran agma Islam yaitu dalam proses belajar mengajar, faktor yang amat penting diperhatikan adalah bahan atau materi dan ajaran Islam, yang akan disampaikan kepada anak didik, sehinga tujuan pendidikan agama Islam yang diinginkan akan tercapai sesuai dengan target dan ketentuan yang telah ditentukan.

Path ganis besarnya materi pendidikan agama Islam itu dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Aqidah (keimanan) 2. Syaniat, meliputi: a. Ibadah (hubungan hamba dengan Allah SWT) b. Muamalah (hubungan sesama manusia dengan Alam) 3. Akhlak (ikhsan) Zainal Abidin Abmad, mengemukakan bahwa materi pendidikan agama Islam itu terdiri dan: 1. Aqidah atau keimanan, meliputi iman kepada Allah, malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, han kiamat dan takdir. 2. Syariat yang meliputi: a. lbadah, terdini dan rukun Islam yang lima yaitu : Syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

a. Membiasakan menghafal doa harian b. Membiasakan berzikir c. Membiasakan membaca A1-quan dan memahaminya. Dalam hal ibadah: a. Praktek shalat dan membiasakan shalat berjamaah b. Puasa c. Bersedekah Dalam hal akhlak: a. Saling menghormati b. Berbuat balk

c. Sopan santun d. Taat terhadap praturan dli. Dengan demikian tentunya guru dan para pengasuh serta siapa saja yang bertugas hendaknya menjadi contoh teladan utama bagi anak-anak asuhnya, itulah pendidikan yang langsung tanpa disadari kita telah mendidik mereka clengan apa yang selalu kita keijakan dan kita katakan. D. Dukungan Islam Dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun Manusia terutama muslim dituntut untuk belajar (menuntut ilmu) oleh Allah SWT disebabkan beberapa hal yaitu: 1. Dijadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi Kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan kehonnatan besar yang diberikan Allah SWT, namun urtuk melaksakan tugas yang dibebankan kepada manusia bukanlah hal yang mudah. Segala sesuatu tidak akan bisa dilakukan tampak bekal pengetahuan. Untuk memperolehnya maka manusia dituntut untuk belajar, menuntut ilmu baik ilmu umum maupun ilmu agama. Keduanya tidak dibedakan dan mempunyai posisi dan kedudukan yang sama. Ilmu harus dibekali dengan ilmu agama supaya ada keseimbangan antara keduanya. Tugas kekhlifahan sebagi dalam al-Quran surat al-Baqarah Ayat 30 dijelaskan sebagai berikut: (r Artinya: Ketikan Tuhan mu berkata kepada malaikat sesungguhnya Aku menjadikan manusia dimuka bumi mi sebagai khalifah. (Q.S. al-Baqarah 30)

Dalam menjelaskan ayat di atas, jalaluddin menguntip pendapat quraisy Syihab, bahwa tanggung jawab kekhalifahan manusia dapat dirujuk path imformasi al-Quran dalam surat al-Baqarah Ayat 30 dan surat shad Ayat 26. Ayat 30 surat al Baqarah menitik beratkan path kekhalifahan yang berikan oleh Allah SWT kepada manusia merupakan penganugerahan dan pada ayat ke dua menawarkan din Allah SWT kepada manusia sebagai amanat yang harus dipertangungjawabkan.15 Tanggung jawab manusia sebagai khalifah untuk membangundan mengolah segala apa yang ada dibumi dengan kehendak pencipta. Untuk mewujudkan tugas itu, manusia dibekali dengan sebagai potensi diantaranya pengetahuan tentang namanama secara menyeluruh.16 Dalam amanah kekhalifahan ada dua hal yang diharapkan 15 Jalaluddin, Teologi Pendidilwn (Jakarta :GraJIndo 2001) . Hal 54 16 Departemen Agarna, Quran Terjemahan Q.S. al Baqarah ayat 31

bagi manusia untuk menyanggupinya yaitu kesanggupan manusia menggli potensi ketuhanan yang ada pada dirinya dan kesanggupan manusia mengurus sumbersumber yang ada dibumi.7 2. Mengetahui kebesaran dan ke-maha kuasaan Allah SWT. Belajar atau menuntut ilmu bagi seorang muslim pada dasarnya bertujuan untuk mengetahul ke-mahabesaran Allah SWT. Dengan mengetahuan yang dimiliki manusia yang mampu menciptakan sesuatu yang baru, perkembangan teknologi yang mampu mengubah gaya hidup manusia dan mengantarkannya kepada hidup modern. Semua itu menjadi tanda kekuasaan Allah SWT, maka sebenamya semua pengetahuan manusia yang serba terbatas harus menjadari bahwa semua semuanya berasal dan Allah

SWT. 3. Memahami perintah dan larangan dalam hukum islam. Dalam menjalani hidup, manusia khususnya umat muslim telah diberikan pendoman dan petunjuk yang jelas yaitu A1-Quran. Segala aturan mengenai kehidupan terdapat dalam kitab tersebut baik larangan atau perintah Allah SWT untuk melaksanakannya. Larangan dan perintah Allah SWT dalam berbagi hal tidak lain untuk kemaslahatan manusia dan keselarasan hungan baik dengan Allah SWT maupun sesame makiuk Allah SWT. 7Jalaluddin, Teologi..... haL 60 Hukum islam diyakini oleh semua umat muslim bersumber dan wahyu Allah SWT yang disunguhkan dalam bentuk kitap suci yaitu al-Quran. Menurut faziur Rahman alQuran adalah sebuah dokumen untuk umat manusia. berbagi julukan lain senada dalam ayat-ayat lain)8 Pemahaman dan interpretasi terhadap muatan al-Quran menandakan adanya suatu penalaran yang sistematis dan logis untuk menemukan rahasia yang tersirat didalamnya. Dengan kata lain kontekstualitas al-Quran dalam pemahaman yang mendalam terhadap isi al-Quran inilah yang melahirkan sesuatu prses penalaran. Pemahaman mi dapat ditelusuri dalam sebuah cabang ilmu yang dinamakan dengan ushul fiqh (Islamic Legal Theori). Untuk memahami perintah dan larangan dalam hukum islam seorang muslim harus banyak belajar dan berusaha memahaminya dengan baik. Jika tidak manusia tidak akan mampu memahami hukum Allah SWT apalagi melaksanakanya.

Dan beberapa hakekat belajar ada tiga pokok penting yang menjadi catatan, yaitu : pertama, hakekat belajar dalam islam terkait dengan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi, kedua, mengetahui maha besar-Nya Allah dan ketiga adalah mengetahui perintah dan larangan Allah. Tampa belajar manusia tidak akan mampu dan sanggup mengembang amanah kekhalifahan dan Allah, begitu jugak dengan pengakuan terhadap kebesaran Allah dan melaksanakan perintah dan larangannya. Analisa lebih jauh, belajar pada hakekatnya adalah kebutuhan manusia dalam mencapai tujuan dunia dan akhirat, karena untuk mencapai keduanya manusia harus berpendidikan dan belajar. Kehidupan dunia dan akhirat seseorang akan berarti 18Fazlur Rahman, Tema-Tema Al-qur an, cet II (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996) hal 1

mencapai tujuan dunia dan akhirat, karena untuk mencapai keduanya manusia harus berpendidikan dan belajar. Kehidupan dunia dan akhirat seseorang akan berarti apabila manusia tersebut mengetahui banyak hal atau berpengetahuan luas, dangan modal pengetahuan dia dapat melakukan berbagai hai yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, mengetahui prilaku yang wajar dan tidak wajar, melakukan sesuatu yang terbaik. Dasar Tujuan Pendidikan Agama Islam Agama merupakan fitrah manusia, maka setiap manusia adalah beijiwa agama. Jiwa aama hanya dapat dikembangkan melalui usahausaha pendidikan mulai dan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Manusia yang tidak terdidik khususnya pendidikan agama sama halnya dengan hewan, bahkan lebih rendah dan itu.

Oleh karena itu apabiala ummat Islam mengiginkan kemajuan dan melepaskan diti dan kehinaan dan kesengsaraan maka masalah pendidikan agama ad.alah masalah pokok yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Adapun pengertian pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha yang sistematis dan praktis yang dilakukan oleh ummat Islam dewasa dalam bentuk tingkah laku anak didik agan hudupnya sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam yang berdasar path Al-quran dan hadist. Hal mi juga telah penulis singgung dalam bab I path penjelasan istilah belakang. Untuk lebih jelas berikut im penulis mengangkat beberapa definisi dan pam ahli yang lain diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menurut Zakiah Daradjat : Penidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuh terhathp anak didik, agar kelak setelah

a. Menurut Zakiah Daradjad : Penidikan agama islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuh terhadap anak didik, agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama islam serta menjadilcan sebagai jalan kehidupan.9 b. Menurut M. Arifin, mendifinisikan : pendidikan agama islam adalah sistim pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, karena nilai-nilai islam telah menjiwai dan mewarnai comic kehidupannya.2 c. Menurut Muhammad Abdul Qadir Ahmad, mengatakan : pendidikan agama pada hakikatnya adalah pendidikan yang memperbaiki sikap dan tingkah laku manusia,

membina budi pekerti luhur seperti kebenar, keikhlasan dan menghidupkan hati nurani manusia untuk memperbaiki (muraqabah) Allah SWT. Baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain.2 Dan beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha atau bimbingan untuk mempersiapkan anak-anak agar dapat hidup dengan sempurna dalam masyarakat, menggunakan akal pikiran yang sehat akhlak yang terpuji dan mengamalkan ajaran Islam yang bersumber dan Al19 Zakiah daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Dirjen Kelembagaan Agama Islam Bumi (Jakarta :Aksara, Tahun i992, )hal 86. 20 M. Arifin,, Ilmu Pendidikan islam, (Bumi Aksara,Jakarta,Tahun 1993), hal 11. 21 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,Tahun F984), hal 12. Agar pendidikan agama Islam berhasil dengan baik dan tercapai tujuan yang diinginkan, sangat dibutuhkan peran serta dan perhatian yang serius dan orang tua, pemerintah dan masyarakat untuk berupaya mengambil langkah-langkah yang tepat serta mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana seperti, alat-alat dan sarana yang memadai, lingkungan yang sehat dan lain-lain sebagainya. Dasar dalah pangkal dan suatu aktifitas, sedangkan tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai oleh suatu aktifitas tersebut.Didalam menerapkan dasar dan tujuan bagi suatu aktifitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukumhukum dasar yang dianut didalam kehidupannya. Oleh karena itu apabila pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianut manusia itu berbeda, maka akan berbeda pulalah dasar tujuan dan pelaksanaannya. Dengan demikian dasar dan tujuan serta

pelaksanaan pendidilcan barat akan berbeda dengan dasar tujuan dan cara pelaksanaan pendidikan orang mukmin. Orang barat menganut pandangan hidup dan hukum-hukum dasar matenialisme yang dihasilkan oleh pikiran manusia semata, sedangkan bagi orang mukmin menganut pandangan hidup dan hukum-hukum dasar agama yang diwahyukan oleh Allah SWT dan sunnah Rasulullah SAW sebagaimana sabdanya; Artinya Aku telah meninggalkan kepadamu dua perkara, jika kamu beipegang teguh kepada keduanya kamu tidak akan sesat selamanya yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya.22 Dan hadist diatas jelaslah bahwa agama islam telah menetapkan bagi pam pemeluknya suatu pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang harus mereka Malik Bin Anas,Al-Muwatta, Juz II. Mustafa Al-Baby Al-halaby wa Auladih, (Mesir, 1347 M-1928 M,) hal 208

anut dan pedomani dalam melaksanakan aktifitas mereka yaitu ajaran agania Islam sendiri yang telah tercantum dalam Al-quaran dan kitab-kitab hadist. Pandangan hidup dalam hukum-hukum dasar dalam agama islam itu mutlak kebenarannya, sebab datangnya dan yang maha mutlak sendiri yaitu Allah SWT. Pendidikan agama Islam adalah salah satu aktivitas manusia (umat Islam) yang paling pokok untuk kemajuan dan kemulain umat islam itu sendiri, maka dasar dan tujuannya adalah sebagai berikut: Dasar ideal pendidikan Islam sudah pasti dan sudah jelas yaitu kitab Allah dan sunnah rasulullah. Hal mi tegas dinyatkan dalam firman Allah:

(V : ---4 1 Artinya Dan barang siapa mentaati Allah dan rasulNya maka sesungguhnya ia telah mendapatkan kemenangan yang besar (Qs Al-Ahzab ayat 71).23 Ayat diatas dengan tegas menyatakan bahwa bahwa apabila manusia telah mengatur aktifitas dan seluruh aspek kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan kitab Allah dan sunnah rasulnya, maka kan bahgialah hidupnya baik didunia maupun diakhirat kelak. Maka jelaslah bahw yang menjadi dasar ideal bagi seluruh aktifitas manusia yag beriman termasuk aktifitas pendidikannya adalah bersumber dan kitab Allah dan sunnah rasulnya yaitu Al-quran dan hadist. Agama Islam telah mewajibkan kepada pemeluknya untuk melaksanankan pendidikan agama Islam, disebabkan manusia itu memiliki tugas dan tanggung 23 Departemen Agarna RI, Al-qur an dan Terjmahannya. ; hal 702

jawabnya yang besar dengan khaliq penciptanya yaitu Allah, sesuai dengan arnanahNya antara lain: a. Manusia sebagai khalifah (pemimpin) dimuka bumi mi, manusia mengemban amanah yaitu mewujudkan kemakmuran dan kebahgiaan dalam hidupnya.24 Tugas-tugas khalifah itu hams dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan aturan dan kehendak Allah SWT. Untuk dapat melaksanankan tugas hidup manusia sesuai dengan ketentuan Allah, maka manusia haruslah mengerti dan memahami aturanaturan tersebut dengan sebaik-baiknya yaitu dengan memiliki ilmu pengetahuan lewat upaya pendidikan. Mengenai tugas kekhalifahan manusia itu telah dinyatkan Allah dalam firmannya:

Artinya: Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi mi (Qs Fathir 39) b. Karena manusia telah beijanji dengan Allah untuk patuh kepadaNya, kesaksian itu teijadi sewaktu nih manusia masih berada dalam arwah, manusia telah mengikrarkan janjinya dihadapan Allah untuk selalu mematuhi segala perintahNya sesuai dengan firmannya: Artinya : Bukankah Aku mi tuhanmu? Mereka menjawab betul (Engkau tuhan kami) kami menjadi saksi (Qs Alaraf I 72).25 24 Syahminan Zaini, Prinsip-prinsip dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: K&am Mulia, tahun I86),. hal 18 25 Departetnen Agama RI, Quran Teijemahan ; hal 250

Maka dan pernyataan diatas, jelaslah manusia mengemban amanah dan Allah sebagai khalifah dimuka bumi yang didalam jiwanya telah dibekali dengan nilai-nilai fitrah (ketauhidan). Karena itu manusia wajib mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dengan jalan melaksanankan syariat islam yang telah ditentukan dalam itab Al-quran dan sunnah rasulNya. Hal mi dapat dakukan dengan balk apabila potensi fitrah ketauhidan manusia itu dapat dikembangkan dan dididik sesuai dengan mlai-nilai ajaran islam yang murni. Pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar hukum yang cukup kuat, dasar-dasar tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Secara hukum/ yuridis pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia berdasarkan praturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan pelaksanaan pendidikn agama disekeolah-sekolah dan lembaga formal laiimya di Indonesia. Dasar-dasar tersebut diantaranya adalah: a. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara yaitu pancasila dimana sila yang pertama dan pancasila adalah ketuhanan yang maha esa. Untuk merealisasiakan dan sila yang pertama itu, maka diperlukan adanya pendidikan agama kepada anak-anak diseluruh Indonesia. b. Dasar struktural, yaitu dasar UUd 1945 dimana pada bab XI pasal 29 ayat 1 dan2berbunyi: 1. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha esa. 25 Departemen Agama RI, Quran Terjemahan ; hal 250

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap warga negara Indonesia untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. c. Dasar operasional yaitu yang disebutkan pada: Tap MPR No IV / MPR / 1973 yang kemudian dikokobkan kembali path Tap MPR No IV / 1978 jo. Ketetapan MPR No II / MPR / 1983 tentang GBHN, yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendid.ikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulpm disekolah-sekolah mulai dan sekolah dasar sampai perguruan tinggi.26

Adapun tujuan pendidikan agama Islam sebagai mana yang telah dikmukakan diatas, bahwa tujuan adalah yang hendak dicapai oleh suatu aktifits manusia, maka tujuan berfungsi untuk mengarahkan dan mengontrol serta memudahkan evaluasi aktivitas, karena itu suatu tujuan aktivitas barns dirumuskan dengan tujuan dan sasaran yang tegas dan jelas agar mudah dalam mengarahkan, mengontrol dan mengevaluasi suatu kgiatan tersebut. Perlu diketahui islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk manusia sebagai pedoman dalam kehidupannya. Tujuan pendidikan Islam barns sesuai dengan tujuan yang Islam harus dipahami terlebih dahulu untuk apa manusia itu diciptakan Allah, sebab tujuan pendidikan Islam itu identik dengan tujuan bidup manusia dimuka bumi itu. 26Zinj dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Biro Ilniiah Fakultas Tarbiyah lAIN Sunan Ampel, Malang, tahun 1983), hal 23.

Dalam ajaran Islam telah dinyatakan dengan jelas bahwa tujuan manusia diciptakan Allah adalah untuk mengabdi dan menghambakan diii kepadanya. Sebagai mana firman Allah dalam surat Az-Zariat ayat 56: (0:c4jl i)Z4 L Artinya: dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku (Q.S. Az-Zariat : 56). Disamping itu pendidikan Islam juga bertujuan untuk mengwujudkan suatu kebahagiaan bagi manusia, balk kebahagian didunia maupun kebahagiaan diakhirat, seperti diterangkan dalam firman Allah sebagai berikut:

,Wl L - Artinya: ya tuhan kanii, berilah kami kebaikan didunia dan kebaikan diakhirat dan peliharalah kami dan siksaan neraka (Q.S A1-Baqarah: 201). Didalam ayat yang lain berhubungan dengan tujuan pendidikan Islam juga dinyatakan dalam firman Allah sebagai berikut: LS Li Eh31; (V:-.-.U Artinya: dan carilah path apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebaikan) negeri akhirat, dan jangan lupa kebahagiaanmu dan (kenikmatan) duniawi... (Q.S AlQashas : 77 )27 27 Departemen Agama RI, Quran Terjemahan; hal 623

Untuk lebih jelas tujuan pendidikan itu penulis mengemukakan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut: Abdullah Fajar, mengataka : tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan prisipprinsip Islam kedalam sanubari dan pikiran generasi muda agar mereka mencapai citacita hidup beriman dan menjalankan ajran Islam dengan sebaikbaiknya. 28 Zakiah Daradjad, mengatakan: Tujuan pndidikan agama Islam adalah untuk mengwujudkan kepribadian seseorang (anak) menjadi insan kamil (manusia seutuhnya) sebagai mana yang diinginkan Islam (Allah SWT)?9 Secara phisikologi amat membantu dan membimbing mereka untuk memperoleh perhatian, kasih sayang serta semangat baru Disamping mereka diberikan

kentrampilan, disekolah dan latihan lainnya, membutuhkan bekal kerohanian yaitu nilai agama berupa keimanan danketaqwaan kepada Allah SWT. Membantu dan membimbing anak-anak asuh kearah kepribadian yang wajar serta kemampuan kentrampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat seth dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai seorang muslim yang baik.3 Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dan beberapa segi, yaitu: 1. Dasar Religius 28Au1 Fajar , Peradaban dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pres, tahun 1991, hal 57 29 Zakiah Daradjat, ilmu Pendidikan Islam Dirf en Kelembagaan Agama Islam Bumi (Jakarta :Aksara, Tahun. 1992, )hal ; hal 26 Kanwil Departemen sosial Daerah Istimewa Aceh,; hal 61

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dan ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Quran maupun aihadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dan Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.3 2. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhainini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dani perundang-undangan yang secara Iangsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. Adapun dasar yuridis formal mi terbagi tiga bagian, sebagai berikut: 3. Dasar Ideal Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dan falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. mi mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia hams percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya hams beragama.32 4. Dasar KonsitusionallStruktural Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: 31 Zuhairini, Abdul Gholir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah lAIN Sunan Ampel Malang), hal. 23 32Zuhai Abdul Ghotir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya biro Ilmiah fakultas tarbiyah lAIN Sunan Ampel Malang), hal. 22 ttct LACK 7?

a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masinginasing dan untukberibadat menurut agama dan kepercayaannya.33 Bunyi dan UTJD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian

manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam. 5. Dasar Operasional Yang dirnaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia. Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor 1V/MPR11978 dan Tap MPR nomor UIMPRJI983 tentang GBHN, yang pada pokontya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kunikulum sekolah-sekolah, mulai dan sekolah dasar sampai dengan universitasuniversitas negeri.34 Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada. Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus ....(Surabaya: biro llmiah fakultas tarbiyah lAiN Sunan Ampel Malang), hal. 22 2 ? Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus... (Surabaya: biro llmiah fakultas tarbiyah lAiN Sunan Ampel Malang), hal. 23

6. Dasar Psikologis Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal mi didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia balk sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan path hal-hal yang

membuat hatinya tidak tenang dan tid.ak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.35 Semua manusia yang hidup di dunia mi selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bqhwa dalam jiwanya ada sutu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dantempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepath Yang Maha Kuasa. Dan uaraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan din kepath Tuhan. Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanarnan nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai mi juga alam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan Abdul majid,, Dian Andayani, . Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)

pendidikan juga dapat membentuk perkembanagan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis. Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bemegara, serta untuk dapat melanjutkan padajenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PM: OO2)36 Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang dtharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dan kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dannormal karena taqwanya kepada Allh SWT.37 Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agamaadalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya 36Au1 majid, , Dian Andayani, . Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 135 37zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 29

sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.38

Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempumaan Insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.39 Adapun Muhammad Atbiyah AlAbrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempuma. Pendidikan bucli pekerti dan akhlak adalahjiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka,menanqmkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dan pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikanjiwa.4 Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam. -038 Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT.

HidakaiyaAgung, 1983), hal. 13 Ramayulis, ilmu Pendidikan Islam , hal. 71-72 40Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dos ar-dos ar Pokok Pendidikan islam , terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987 ), hal. 1

BAB IV PENUTUP

Dalam bab terakhir mi akan penulis kemukakan beberapa kesimpulan dan saran-saran yang erat hubungannya dengan permasalahan yang sedang penulis kemukakan, adapun kesimpulan dan saran-saran tersebut adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan. 1. Manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna diciptakan dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia diberi kelebthan, dengan kelebihan itulah manusia dituntuk selalu teijadi perubahan-perubahan dalam kehidupannya, karena manusia tidak terlepas dan proses pendidilcan dimanapun ia berada. 2. Dalam konsep Islam belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim baik lakilaid maupun perempuan. Karena dalam ajaran Islam orang yang berpendidikan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. B. Saran-Saran 1. Manilah kita meningkatkaii taraf pendidikan kama pendidikan merupakan modal dasar bagi kita untuk meningkatkan tarap hidup baik didunia maupun diakhirat kelak. 2. Sadarilah bagi kita betapa pentingnya belajar dalam Islam, karena itu merupak perintah, dan menjadi kewajiban kita untuk belajar demi masa depan balk didunia maupun diakhirat kelak. DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001 Ahmad Warson Munawwir, A1-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, cet. IV, Pustaka Progesif, Surabaya 1997 2rO Abdul Ghani dan Djohar Bahry, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987 Abdul Fajar MSc, Peradaban dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pres,

tahun 1991 Abdul majid, S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Faziur Rahman, Tema-Tema Al-qur an, cet II, Pustaka Hidayah, Bandung 1996 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisis Psikologis dan Pendidikan. Cet. III, Al Husna Zikra, Jakarta 1995 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, cet, V. Pustaka Al Husna Barn Jakarta 2003 Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakar Belajar. Cet. 2, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 2003 Jalaluddin, Tiologi Pendidikan, Cet. I, Raja Grafindo Persada, Jakarta 2001 Mahmud Yunus, Pendidikan Agama, Hidakarya agung.t.t Jakarta Muhammad Daud All, Pendidikan Agama Islam, Cet 2 Raja Garafindo Persada. 1992 Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam, Bustami Mukhtar Yahya dan Fahchurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan hukum Islam, Cet. 10 A1-Maarifat, Bandung 1986 Muhammad Isa Daud, Penghuni Bumi Sebelum Kita. Terj. Irwan Kumiawan, Cet. IV, Pustaka Hidayah, Bandung 1997 M. Arifin, Hubungan Timbal Batik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta; Bulan Bintang, 1978 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,Tahun 1984

M. Darwis Hude Dick, Cakrawala Ilmu Dalam Al-qur an, cet. II, Pustaka Firdaus, Jakarta 2002 M. Arifin,, Ilmu Pendidikan islam, (Bumi Aksara,Jakarta,Tahun 1993), hal 11. Malik Bin Anas,Al-Muwatta, Juz II, Mustafa Al-Baby Al-halaby wa Auladih, Mesir,1347 M-1928 M, Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. HidakaryaAgung, 1983 Poerwadarminta, WJ.S. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta 1988 Qiraisy Syihab, Tafsir Al Misbah, pada kesan dan kerahasiaan Al-qur an, Jilid I, cet, I. Lentera Hati, Ciputat 2000 Syaluninan Zaini, Prinsip-prinsip dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, tahun 1986), hal 18 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1, Ciputat Press, Jakarta 2000 Wasti Soemanto, Dasar dan Tiori Pendidikan Dunia, Cet II, Usaha Nasional, Surabaya 1987 Zakiah daradjat, Ilmu Pendidikan Islam Dirfen Kelembagaan Agama Islam Bumi Jakarta :Aksara, Tahun 1992 Zuraini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah lAIN Sunan Ampel, Malang, tahun 1983 Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ihniah fakultas tarbiyah lAiN Sunan Ampel Malang), hal. 23

Zuhairini, D Abdul Ghofir, Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: biro Ilmiah fakultas tarbiyah lAIN Sunan Ampel Malang), ha