eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian...

24
ARTIKEL PERBEDAAN SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TERHADAP ANTIBIOTIK COPROFLOKSASIN DAN KLINDAMISIN DI POLI THT RSUP NTB Oleh NABILA WAHIDA H1A 009 007 PROGRAM SARJANA

Transcript of eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian...

Page 1: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

ARTIKEL

PERBEDAAN SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS TERHADAP ANTIBIOTIK COPROFLOKSASIN DAN KLINDAMISIN DI

POLI THT RSUP NTB

OlehNABILA WAHIDA

H1A 009 007

PROGRAM SARJANAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM

2013

Page 2: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Mataram, 8 Februari 2013

Penulis

Page 3: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

ETHICAL CLEARANCE

Page 4: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

ABSTRACT

THE SENSITIVITY DIFFERENCE BETWEEN BACTERIA CAUSING CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA ON CIPROFLOXACIN AND CLINDAMICIN

ANTIBIOTICS AT THE WEST NUSA TENGGARA PROVINCE GENERAL HOSPITAL

Nabila Wahida, Hamsu Kadriyan, and Siti Rahmatul Aini

Background : Based on research conducted by Ihsan et al 2010 in Basrah, of the 120 patients who suffered COSM (Otitis Media suppurative Chronic), 54.2% were men and 45.8% were women with ratio of 1,2:1. Based on study by VK Poorey 2002 showed sesitivity of the bacteria that causes COSM to ciprofloxacin was 81%. While, clindamycin has the greatest sensitivity to Staphylococus aureus bacteria and has the greatest resistance to the bacteria Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas sp, Enterobacter sp and Stomatococus sp. The research above were observational without focusing on analysis the differences of the sensitivity.

Method : This research was used cross sectional analytic method. Samples were patients in Poly THT General Hospital of West Nusa Tenggara Province diagnosed COSM with inclusion and exclusion criteria and total samples was 34. The subject was taken from the ear fluid and inserted into the transport media then performed bacterial cultures using blood agar. Then performed identification of bacteria type and continued with sensitivity test to see bacterial inhibition zone. The data obtained were processed with the Chi-Square test if data distribution is qualified and Fisher test if the data distribution is not eligible.

Result : Most commonly bacteria found was Pseudomonas aeruginosa. Sensitifity of bacteria causing COSM to ciprofloxacin was 61.76%, while resistance to clindamycin was more than 50%.

Conclution : There was a significant difference on antibiotic sensitivity between ciprofloxacin and clindamycin to the bacteria causing COSM.

Key Words : COSM, sensitivity, ciprofloxacin, clindamycin, bacteria causing COSM.

Page 5: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

ABSTRAKPERBEDAAN SENSITIVITAS BAKTERI PENYEBAB FARINGITIS AKUT

TERHADAP ANTIBIOTIK AMOKSISILIN- ASAM KLAVULANAT DAN KLINDAMISIN DI POLI THT RSUP NTB

Nabila Wahida*, Hamsu Kadriyan**, Siti Rahmatul Aini ***

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, email: [email protected]

**Dosen Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorok Fakultas Kedokteran Unviersitas Mataram

***Dosen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Pendahuluan : Berdasarkan penelitian yang dilakukan olek Ihsan dkk tahun 2010 di Basrah, dari 120 pasien yang menderita OMSK (Oitis Media Supuratif Kronis), 54,2% laki-laki dan 45,8% wanita dengan ratio 1,2:1. Dari penilitian V.K.Poorey tahun 2002 menunjukan bahwa sensitifias bakteri penyebab OMSK terhadap ciprofloksasin mencapai 81%. Selanjutnya klindamisin memiliki sensitiftas terbesar terhadap bakteri Staphylococus aureus dan memiliki resistensi terbesar terhadap bakteri Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Pseudomonas sp, Enterobacter sp dan Stomatococus sp. Penelitian diatas masih bersifat observasi tanpa dilakukan analisis data perbedaan sensitifitas.

Metodologi Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional analytic. Sampel adalah pasien Poli THT Rumah Sakit Umum Provinsi NTB yang terdiagnosis OMSK yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan jumlah 34 sampel. Subjek diambil dari cairan telinga dan dimasukan kedalam media transport kemudian dilakukan pembiakan bakteri menggunakan media agar darah. Selanjutnya dilakukan identifikasi jenis bakteri dan uji sensitifitas untuk melihat zona hambat bakteri. Data yang diperoleh diolah dengan uji Chi-Square apabila distribusi data memenuhi syarat dan uji Fisher apabila distribusi data tidak memenuhi syarat.

Hasil : Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas bakteri penyebab OMSK terhadap ciprofloksasin menunjukan angka 61,76% , sedangkan klindamisin memiliki angka reistensi lebih dari 50%.

Simpulan : Didapatkan perbedaan yang signifikan terhadap sensitifitas antibiotik ciprofloksasin dan klindamisin terhadap bakteri penyebab OMSK.

Kata Kunci : OMSK, sensitifitas, ciprofloksasin, klindamisin, bakteri penyebab OMSK.

Page 6: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

PENDAHULUAN Otitis Media Supuratif Kronik

(OMSK) didalam masyarakat Indonesia

dikenal dengan istilah congek, teleran,

atau telinga berair. Penyakit ini pada

umumnya tidak memberikan rasa sakit

kecuali apabila sudah terjadi komplikasi.

Biasanya komplikasi yang didapatkan

pada penderita OMSK tipe maligna

seperti labirinitis, meningitis, abses otak

yang dapat menyebabkan kematian.

OMSK merupakan salah satu masalah

kesehatan utama yang terjadi pada

sebagian besar penduduk sosial

menengah ke bawah di seluruh dunia,

khususnya negara berkembang di

wilayah Asia dan Afrika. Pada tahun

1990, OMSK bertanggung jawab atas

terjadinya 28.000 kematian diseluruh

dunia, yang dihubungkan dengan

komplikasi dari OMSK, sebagian besar

kematian ini terjadi pada negara

berkembang. Pada seluruh kasus

gangguan pendengaran diseluruh dunia,

164 juta kasus diantaranya disebabkan

oleh OMSK dan 90% kasus tersebut

terjadi di negara berkembang. OMSK

dapat disebabkan oleh bakteri aerob,

seperti Pseudomonas aeruginosa,

Escherichia coli, S. aureus,

Streptococcus pyogenes, Proteus

mirabilis, dan Klebsiella sp, atau oleh

bakteri anaerob diantaranya adalah

Bacteroides, Peptostreptococcus dan

Proprinibacterium 2, 22

Menurut survei Kesehatan Indra

Penglihatan dan Pendengaran di

Indonesia, pada tahun antara 1994-

1996 yang dilaksanakan pada 7 provinsi

menunjukan prevalensi OMSK secara

umum adalah sebesar 3,9% dari

populasi masyarakat yang ada. OMSK

tipe benigna merupakan penyebab

morbiditas utama dari telinga tengah

yaitu sebesar 3,0%. Usia terbanyak

penderita infeksi telinga tengah adalah

7-18 tahun yang merupakan usia

produktif 1.

Pada tahun 2002 diperkirakan

sebanyak 503.269 ribu orang

mengalami gangguan pendengaran di

Indonesia yang disebabkan oleh OMSK

dan merupakan penyebab gangguan

pendengaran terbesar kedua di

Indonesia. Beberapa faktor yang

menyebabkan otitis media akut menjadi

otitis media kronik yaitu terapi yang

terlambat diberikan, terapi yang tidak

adekuat, virulensi kuman yang tinggi,

daya tahan tubuh yang rendah (gizi

buruk), atau higenitas yang buruk. 3,1

Komplikasi akibat OMSK dapat

dibagi menjadi beberapa komplikasi

antara lain : di telinga tengah, komplikasi

di telinga dalam, komplikasi ektradural

dan komplikasi ke susunan saraf pusat.

Komplikasi di telinga tengah antara lain

Page 7: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

perforasi membran timpani peristen,

erosi tulang pendengaran, paralisis

nervus fasialis. Sedangkan komplikasi di

telinga dalam seperti fistula labirin,

labirinitis supuratif, dan tuli saraf

(sensorineural ). Komplikasi ekstradural

antara lain abses ekstradural, trombosis

sinus lateralis, petrosis, dan komplikasi

ke susunan saraf pusat yaitu meningitis,

abses otak, dan hidrosefalus otitis20.

Perkembangan tekhnologi

kedokteran dan banyaknya penelitian

terutama dibidang farmasi, akan

memberikan hasil sensitif terhadap

berbagai mikroorganisme dengan

efektifitas yang tinggi dan efek samping

yang minimal, seperti golongan

quinolon. Sebaliknya, semakin banyak

pemakaian antibiotik tanpa didukung

hasil pemeriksaan kultur sensitivitas

mikroorganisme, pemakaian antibiotik

yang tidak teratur, dan dosis obat yang

kurang tepat akan memberikan derajat

resistensi yang semakin meningkat

terhadap antibiotik20.

Hasil penelitian di Karachi, Pakistan

menunjukkan bahwa antibiotik

ciprofloksasin masih sensitif terhadap

sebagian besar organisme aerob.

Persentase yang didapatkan adalah

85% masih sensitif dan yang resisten

hanya 15% dari 275 bakteri aerob yang

berhasil dikultur6. Demikian pula, hasil

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Venkatesha di Bangalore, menunjukkan

bahwa 85 dari 146 bakteri aerob

(58,21%) yang masih sensitif. Khusus

untuk bakteri Pseudomonas Aeruginosa

didapatkan 66,66% masih sensitif (26

dari 39 bakteri Pseudomonas

Aeruginosa yang berhasil dikultur).

Persentase tersebut menunjukkan

ciprofloksasin masih sensitif terhadap

bakteri Pseudomonas Aeruginosa20.Ciprofloksasin memiliki efektifitas in

vitro melawan sejumlah besar bakteri

gram negative dan bakteri gram positif,

termasuk juga terhadap P. Aeruginosa

dan S. Aureus. Hal tersebut dibuktikan

dengan hasil penelitian awal pada

sejumlah kecil populasi yang

menunjukkan bahwa ciprofloksasin

masih efektif untuk bakteri OMSK pada

pasien dewasa17.

Dari hasil penelitian, obat golongan

quinolon seperti ciprofloksasin secara

keseluruhan masih memiliki sensitifitas

yang tertinggi terhadap semua bakteri

yang diikuti oleh ofloxacin17.

Klindamisin merupakan antibiotik

yang digunakan pada bakteri anaerob

dan protozoa. Klindamisin aktif terhadap

kuman kokus gram positif, termasuk

yang resisten terhadap penisilin juga

terhadap banyak kuman anaerob seperti

Bacteroides fragilis. Obat ini

dikonsentrasikan dalam tulang dan

diekskresi lewat urin dan empedu15.

Page 8: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Hasil penelitian di RSUP NTB,

bakteri yang paling banyak ditemukan

adalah Pseudomonas Aeruginosa dan

kedua adalah Staphylococcus Aureus.

Untuk ciprofloksasin masih sensitif

dengan jumlah kuman resisten hanya

23,1% 21.

Oleh karena itu dari permasalahan-

permasalahan diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap bakteri penyebab OMSK

dengan judul Penelitian Perbedaan

Sensitifitas Bakteri Penyebab OMSK

Terhadap Antibiotik Ciprofloksasin dan

Klindamisin di Poli THT Rumah Sakit

Umum Provinsi NTB.

METODE DAN CARA KERJAPenelitian ini dilakukan secara

cross-sectional analytic. Penelitian ini

dilakukan untuk menentukan profil

bakteri, sensitifitas masing-masing

ciprofloksasin dan klindamisin, serta

perbandingan sensitifitas antibiotik

ciprofloksasin dan klindamisin terhadap

bakteri penyebab otitis media supuratif

kronis.12

Populasi penelitian ini dilakukan

pada pasien otitis media supuratif kronik

yang menjalani perawatan di poli

penyakit THT Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Populasi pada penelitian ini dianggap

sebagai suatu populasi terjangkau.

Sampel yang digunakan pada

penelitian ini berjumlah 34 orang.

Dengan kriteria usia di atas 5 tahun,

secara klinis didiagnosis otitis media

supuratif kronis oleh dokter spesialis

THT serta tidak sedang menjalani

pengobatan antibiotik lokal atau

sistemik. Setelah itu, pasien diminta

kesediaannya sebagai sampel dengan

menandatangani formulir informed

consent sebagai sampel, selanjutnya

diambil cairan telinga. Lalu, dilakukan

kultur dan uji sensitifitas di laboratorium.

Media transport yang digunakan

pada penelitian ini adalah carry and blair

medium transport dan untuk kultur

bakteri adalah agar untuk tujuan umum

yaitu media agar darah.

Metode uji sensitivitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode Kirby-bauer dengan media

muller-hinton agar, yaitu dengan cara

meletakkan cakram antibiotik pada

kertas saring yang telah dilapis oleh

kultur kaldu bakteri dan kemudian diukur

zona hambat dari bakteri tersebut.

Page 9: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

HASILGambar 4.1. Distribusi sampel berdasarkan

jenis kelamin

Gambar 4.2. Karakteristik sampel

penelitian.

Gambar 4.3. Frekuensi penderita OMSK

berdasarkan bakteri penyebab berdasarkan

pewarnaan gram (gram positif dan gram

negatif).

Gambar 4.4. Frekuensi pasien OMSK

berdasarkan bakteri penyebab.

Page 10: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Tabel 4.1 Sensitifitas bakteri penyebab

OMSK terhadap Ciprofloksasin.

Nama Bakteri

Hasil interpretasi Jum-

lah

n (%)

Sen-

sitif n

(%)

Inter-

mediet

n (%)

Resis-

ten n

(%)

Proteus

mirabilis

5

(71,43)0(0)

2

(28,57)

7 (100)

Pseudomonas

aeruginosa

6

(46,15)

3

(23,08)

4

(30,77)

13

(100)

Staphylococcus

aureus6 (60) 3 (30) 1 (10)

10(100)

Pseudomonas

sp2 (100) 0 (0) 0 (0)

2 (100)

Enterobacter

sp1 (100) 0 (0) 0 (0)

1 (100)

Stomatococus

sp1 (100) 0 (0) 0 (0)

1 (100)

Tabel 4.2 Sensitifitas Bakteri Penyebab

OMSK Terhadap Klindamisin.

Nama Bakteri

Hasil Intepretasi Jum-

lah

n (%)

Sen-

sitif

n (%)

Inter-

mediat

n (%)

Resis-

ten

n (%)

Proteus

mirabiliszzzzz0 (0) 0 (0)

7

(100)7(100)

Pseudomonas

aeruginosa0 (0) 0 (0)

13

(100)

13

(100)

Staphylococcu

s aureus5 (50) 2 (20) 3 (30)

10

(100)

Pseudomonas

sp0 (0) 0 (0)

2

(100)

2

(100)

Enterobacter

sp0 (0) 0 (0)

1

(100)

1

(100)

Stomatococus

sp0 (0) 0 (0)

1

(100)

1

(100)

Page 11: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Gambar 4.5 Perbandingan sensitifitas Ciprofloksasin dan klindamisin untuk tiap bakteri.

]]]]]

Value Df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact

Sig.

(2-

sided)

Exact

Sig.

(1-

sided)

Point

Probability

Pearson

Chi-Square23.611a 2 .000 .000

Likelihood

Ratio25.239 2 .000 .000

Fisher's

Exact Test24.193 .000

Linear-by-

Linear

Association

21.622b 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid

Cases68

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5.

The minimum expected count is 4,00.

b. The standardized statistic is 4,650.

Page 12: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Hasil uji non parametrik di atas

dilihat dari Person Chi-Square

didapatkan nilai asymp.Sig (2-sided)

kurang dari 0,05 yaitu 0,000 hal ini

bermakna bahwa hipotesis nol ditolak

dan hipotesis alternatif diterima yaitu

terdapat perbedaan secara bermakna

dari kedua sensitifitas antibiotik tersebut.

PEMBAHASANTelah dilakukan penelitian tentang

jenis-jenis bakteri penyebab OMSK dan

sensitifitasnya terhadap dua jenis

antibiotik yakni ciprofloksasin dan

klindamisin. Pada penelitian ini

didapatkan sebaran distribusi umur

yang paling banyak terserang OMSK

adalah dari kelompok umur dewasa

(umur 18-55 tahun) dengan persentase

mencapai 59%. Distribusi sampel ini

sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Junaedi Amrullah

yang mendapatkan distribusi sampel

paling besar pada kelompok umur

dewasa (umur 18-55 tahun) dengan

persentase mencapai 50% 25. Distribusi

sampel tersebut berbeda dengan

penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Fahmi, dimana distrubusi umur

yang paling banyak terserang OMSK

adalah kelompok umur anak-anak (umur

5-12 tahun)7. Begitupula penelitian yang

dilakukan oleh Malikarjun yang

menemukan distribusi umur yang paling

banyak terkena OMSK adalah dari

kelompok umur 0-10 tahun6. Perbedaan

tersebut bisa saja didapatkan karena

dalam penelitian ini kunjungan pasien

pada saat pengambilan sampel rata-rata

dari kalangan dewasa serta dapat pula

dipengaruhi oleh waktu penelitian, lama

penelitian dan jumlah sampel yang

diambil.

Jenis bakteri yang berhasil

teridentifikasi adalah Proteus mirabilis,

Pseudomonas aeruginosa,

Staphylococus aureus, Pseudomonas

sp, Enterobacter sp, dan Stomatococus

sp. Dari jenis-jenis bakteri tersebut

71% merupakan gram negatif dan 29%

merupakan gram positif. Dari

keseluruhan bakteri, terbanyak dari

golongan Pseudomonas aeruginosa

dengan persentase 38 %. Disusul

dengan bakteri Staphylococus aureus

dengan persentase 29% dan urutan

ketiga adalah bakteri Proteus mirabilis

dengan persentase 21%. Jenis bakteri

yang berhasil teridentifikasi tersebut

sesuai dengan sumber yang

menyatakan bahwa bakteri yang paling

sering teridentifikasi sebagai penyebab

OMSK adalah dari jenis bakteri

Pseudomonas aeruginosa dan

Staphylococus aureus16. Beberapa

penelitian sebelumnya, seperti

penelitian yang dilakukan oleh Gehanno

juga menemukan tiga besar bakteri yang

Page 13: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

ditemukan adalah Staphylococus

aureus, Pseudomonas aeruginosa dan

Proteus mirabilis22. Penelitian lainnya

yang dilakukan oleh tahira dkk, juga

menenemukan Pseudomonas

aeruginosa, Proteus mirabilis sebagai

bakteri terbanyak penyebab OMSK dari

jenis gram negatif, sedangkan dari jenis

gram positif didapatkan Staphylococus

aureus sebagai bakteri tersering

penyebab OMSK6. Selanjutnya

penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Hendra pada tempat yang sama

ditemukan Proteus mirabilis merupakan

bakteri terbanyak penyebab OMSK

dengan presentase 29 %, diikuti oleh

Pseudomonas aeruginosa dengan

presentase 26 %, dan Staphylococus

aureus diurutan ketiga dengan

presentase 24% 26. Bakteri-bakteri

penyebab tersering OMSK sangat

dipengaruhi oleh faktor higienitas diri

serta kebersihan lingkungan yang

menjadi salah satu faktor resiko terkena

OMSK10.

Aktifitas sensitifitas ciprofloksasin

terhadap bakteri penyebab OMSK

berbeda-beda dibeberapa center

kesehatan. Ciprofloksasin merupakan

antibiotik spektrum luas yang masih

peka terhadap beberapa jenis bakteri

penyebab OMSK seperti Pseudomonas

aeruginosa dan Staphylococcus aureus.

Cara kerja dari ciprofloksasin adalah

dengan cara menghambat kerja DNA

girase (topoisomerase II) merupakan

enzim yang bertanggung jawab pada

terbuka dan tertutupnya lilitan DNA

sehingga mencegah relaksasi DNA

superkoil yang dibutuhkan untuk

transkripsi dan duplikasi normal15.

Beberapa penelitian yang

dilakukan sebelumnya seperti penelitian

yang dilakukan oleh Tahira dkk,

menunjukkan bahwa angka sensitifitas

ciprofloksasin mencapai 85% dan yang

resisten 10% dari keseleruhan jumlah

bakteri yang teridentifikasi. Sedangkan

dari hasil penelitian ini kami dapatkan

bahwa Ciprofloksasin masih sensitif

terhadap 61,76 % bakteri penyebab

OMSK dengan angka resistensi 20,59%

dari total bakteri terisolasi dan

intermediet 17,65%. Untuk kuman

terbanyak yakni Pseudomonas

aeruginosa angka sensitifitas mencapai

46,15 %, intermediet 23,08%, dan yang

resisten 30,77%.

Angka sensitifitas yang ditunjukkan

oleh antibiotik klindamisin terhadap

bakteri penyebab OMSK sebesar

14,70%, intermediet 5,9%, dan resisten

79,40%. Sedangkan untuk kuman

terbanyak yakni Pseudomonas

aeruginosa angka resistensi mencapai

100%. Hasil tersebut menunjukkan

angka resistensi yang cukup tinggi pada

klindamisin mencapai lebih dari 50%.

Page 14: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Dalam penelitian ini tidak

ditemukan adanya pertumbuhan bakteri

anaerob, hal tersebut terjadi karena

berbagai faktor yang sangat

berpengaruh dalam pertumbuhan

bakteri anaerob yaitu cara pengambilan

spesimen, media transport, kekeruhan

suspensi bakteri, waktu

pengeringan/peresapan suspensi

bakteri, temperatur inkubasi, waktu

inkubasi, ketebalan agar, jarak antara

disc obat, potensi disc obat, komposisi

media dan peralatan yang terjamin

memadai19. Salah satu faktor yang telah

disebutkan dapat saja terjadi dalam

penelitian ini, karena bakteri anaerob

merupakan bakteri yang pertumbuhan

dan metabolismenya tidak

membutuhkan oksigen.

Hasil uji beda tingkat sensitifitas

bakteri penyebab OMSK terhadap

antibiotik ciprofloksasin dan klindamisin

didapatkan hipotesis nol ditolak (P≤

0,05), dimana hasil yang bermakna

terdapat perbedaan yang signifikan

sensitifitas antibiotik ciprofloksasin

dibandingkan klindamisin terhadap

bakteri penyebab otitis media supuratif

kronis. Dan hasil pemaparan data

deskriptif terlihat bahwa ciprofloksasin

masih lebih baik tingkat sensitifitasnya

dibanding klindamisin.

Dari penelitian diatas dapat dilihat

perbedaan sensitifitas yang signifikan

antara dua jenis antibiotik yang

digunakan dalam penelitian ini. Dimana

didapatkan bahwa ciprofloksasin masih

lebih baik sensifitasnya dibandingkan

klindamisin terhadap semua bakteri

yang teridentifikasi. Perlu pertimbangan

lebih dalam tentang regimen terapi

klindamisin sebagai regimen terapi pada

OMSK karena didapatkan angka

resistensi bakteri yang cukup besar yaitu

lebih dari 50%.

SIMPULANTiga bakteri terbanyak yang

ditemukan adalah Pseudomonas

aeruginosa 38%, Staphylococus aureus

29% dan Proteus mirabilis 21%.

Terdapat perbedaan yang signifikan

pada sensitifitas bakteri penyebab

OMSK terhadap ciprofloksasin dan

klindamisin.

SARANPerlu pertimbangan yang lebih

lanjut terhadap regimen terapi

klindamisin sebagai pilihan terapi pada

OMSK karena didapatkan angka

resistensi yang besar mencapai lebih

dari 50%.

Perlu penyempurnaan pada

metode penelitian agar dapat

mengidentifikasi bakteri anaerob baik

dari segi pengambilan spesimen, media

Page 15: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

transport, kekeruhan suspensi bakteri,

waktu pengeringan/peresapan suspensi

bakteri, temperatur inkubasi, waktu

inkubasi, ketebalan agar, jarak antara

disc obat, potensi disc obat, komposisi

media dan peralatan yang terjamin

memadai.

DAFTAR PUSTAKA1. Anonim. Otitis Media Supuratif Kronik.

2009. [cited 2012 des 8]. Available

from :URL

:http://www.scribd.com/doc/13607134/O

titis-Media-Kronik

2. World Health Organization. Chronic

Suppurative Otitis Media: Burden Of

Illness And Management Options. 2004.

[cited 2012 Des 8]. WHO : Geneva.

Available from: URL;

www.who.int/pbd/deafness/activities/hea

ring_care/ otitis _ media .pdf .

3. World Health Organization. 2007.

Situation Review and Update on

Deafness, hearing loss and Intervention

Programmes. 2007. [cited 2012 Des 8].

Available from: URL;

www.searo.who.int/LinkFiles/Publicatio

ns_SRUDHLIP.pdf

4. CLSI. Performance Standard For

Antimicrobial Susceptibility Testing;

Sixteenth Information Supplement.

NCLLS Standard And Guideline : Vol

26(3). 2007. [cited 2012 Des 8].

Available from: URL;

www.sld.cu/galerias/pdf/servicios/.../ nccl

s .jan2006parte01.pdf .

5. Masykura. OMSK dengan

Komplikasi.2011. [cited 2012 Sept 15].

Available from: URL;

http://www.scribd.com/doc/44463271/Re

ferat-OMSK-Dengan-Komplikasi

6. Tahira, Mansoor, Mohammed Ayub

Musani., Gulnaz Khalid., et all.

Pseudomonas Aeruginosa In Chronic

Suppurative Otiis Media: Sensitivity

Spectrum Against Various Antibiotics In

Karachi. 2009. [cited 2012 Des 12].

Available from: URL;

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20

524487.

7. Anshori Fahmi., et al. Perbedaan

Sensitifitas Bakteri Aerob Penyebab

Otitis Media Ssupuratif Kronis Terhadap

Amoksisilin dan Sefadroksil. Maaram:

Fakultas Kedokteran Universitas

Mataram; 2010

8. Aboet, A. Radang Telinga Tengah

Menahun. Pidato Pengukuhan Jabatan

Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Page 16: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

Bedah Kepala Leher pada Fakultas

Kedokteran USU Medan: 2007

9. Ballenger, Jhon Jacob. Penyakit Telinga

Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher,

Jilid 2, Edisi 13. Jakarta: Binapura

Aksara; 1997

10. Brooks Et Al. Jawetz, Melnick, &

Adelberg’s Medical Microbiology 23th

Edition. Singapore: McGraw-Hill; 2006

11. Brunton Et Al. Goodman And Gilman’s

The Pharmacological Basis Of

Therapeutics 11th Edition. San Fransisco:

McGraw-Hill; 2008

12. Budiarto, Eko. Metodologi Penelitian

Kedokteran Sebuah Pengatar. Jakarta:

EGC; 2003

13. Depkes RI. Survey kesehatan Indera

Penglihatan dan Pendengaran pada 7

Propinsi diIndonesia tahun 1994-1996.

Jakarta: Depkes Ri: Ditjen Pembinaan

Kesehatan masyarakat; 1997

14. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005

15. Katzung, B et al. Basic and Clinical

Pharmacology, 10th ed. San Fransisco:

Mc Graw Hill ; 2006

16. Lalwani, Anil K. Current Diagnostic

And Treatment Otolaryngology Head

And Neck Surgery Second Edition. New

York: McGraw-Hill Company; 2007

17. Nursiah, Siti. Pola Kuman Anaerob

penyebab OMSK dan kepekaan terhadap

beberapa antibiotik di bagian THT FK

USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Medan: 2003

18. Paparella Et All. Boies Buku Ajar

Penyakit THT Edisi 6,. Jakarta: EGC;

1994

19. Soemarno. Isolasi dan Identifikasi

Bacteri Klinik. Akademi Analisis

Kesehatan Yogyakarta. Yogyakarta:

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia; 2000

20. Seopardi E., Arsyad Efiaty., Jenny

Bashiruddin., et all. Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan.

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2007

Page 17: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/8982/1/NABILA WAHIDA.doc · Web viewHasil: Dari penelitian ini bekteri yang paling banyak ditemukan adalah Pseudomonas aeruginosa. Senstifitas

21. Sukaryatin E., Rambu M., Kadriyan H.,

Trisna A., dkk. Pola Dan Sensitifitas

Antibiotik Pada Pasien Kuman Otitis

Media Supuratif Kronis Tipe Benigna Di

RSUP Mataram. Jurnal Kedokteran

Mataram Edisi 5 Februari 2010 Hal. 1-5:

Mataram: 2010

22. V.K. Poorey. Study Of Bacterial Flora In

CSOM And ITS Clinical

Significance.Associate Professor and

Head, 2Resident, Department of E.N.T.,

S.S. Medical College and G.M. Hospital

Rewa: 1991

23. Virella, Gabriel. Microbiology And

Infectious Disease Third Edition. USA:

Williams And Willkins Waverly

Company; 1997

24. Adams, George L., et al. Boeis: Buku

Ajar Ilmu Penyaki THT. Jakarta: EGC;

1997

25. Amrullah, Lalu Junaedy., et al.

Perbedaan Sensitifitas Bakteri Aerob

Penyebab Otitis Media Supuratif Kronis

Terhadap Antibiotik Ciprofloxacin dan

Amoksisilin-Asam Klavulanat Di Rumah

Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara

Barat. Karya Tulis Ilmiah Universitas

Mataram ; 2011

26. Gautama, Hendra., et al. Perbedaan

Sensitifitas Bakteri Aerob Penyebab

Otitis Media Supuratif Kronis Terhadap

Antibiotik Trimetoprim-Sulfametoksazol

dan Amoksisilin-Asam Klavulanat Di

Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Karya Tulis Ilmiah

Universitas Mataram ; 2011