(Wa Ode Hasnawati) Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung...
-
Upload
bio07unsrat -
Category
Documents
-
view
604 -
download
1
Transcript of (Wa Ode Hasnawati) Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung...
DISTRIBUSI DAN DIVERSITAS SERANGGA TANAH
PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI GUNUNG KLABAT
SULAWESI UTARA
OLEH :
WA ODE HASNAWATI
071012002
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2011
DISTRIBUSI DAN DIVERSITAS SERANGGA TANAH
PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI GUNUNG KLABAT,
SULAWESI UTARA
WA ODE HASNAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biologi
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2011
i
RINGKASAN
Wa Ode Hasnawati, Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Di bawah bimbingan
Farha N.J. Dapas, S.Si. M.Env. Stud, sebagai Ketua. Dr. Roni Koneri, S.Pd., M.Si
dan Adelfia Papu, S.Si., M.Si, sebagai Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan diversitas serangga tanah
pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dengan
menggunakan perangkap jebak (pitfall trap). Analisis data yang digunakan
kepadatan, frekuensi, nilai penting dan Indeks keragaman/Shannon.
Hasil penelitian ditemukan 8 order, 15 family, 23 genus dan 5383 individu. Family
yang paling banyak ditemukan adalah formicidae 3340 individu, sedangkan yang
sedang yaitu Staphylinidae 260 individu dan paling sedikit family Thysanura dengan
jumlah 58 individu. Kehadiran genus serangga tanah pada setiap tipe habitat sangat
bervariasi. Ada genus yang ditemukan pada ketiga tipe habitat, ada yang hanya
ditemukan pada dua tipe habitat dan bahkan ada yang menghuni hanya pada satu tipe
habitat. dan diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan
2.66 pada siang hari), sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam
hari dan 2.18 pada siang hari). Nilai Indeks Shannon masih berada dalam kategori
keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe
Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Nama : Wa Ode Hasnawati
NRI : 071012002
Program Studi : Biologi
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Farha N.J. Dapas, S.Si. M.Env. Stud Ketua
Dr. Roni Koneri, S.Pd., M.Si Adelfia Papu, S.Si., M.Si
Anggota Anggota
Ketua Program Studi Biologi Dekan F-MIPA UNSRAT
Ir. Feky Mantiri, M.Sc., Ph.D Prof. dr. Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And NIP : 19670201 199203 1 003 NIP : 19510612 198103 1 006
Tanggal lulus : 26 September 2011
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Masohi pada tanggal 7 Juli 1989. Penulis merupakan anak
pertama dari lima bersaudara dan anak dari pasangan La Ode Bolo dan Salmia.
Tahun 200l penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 2 Suli Salahutu, Maluku
Tengah. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Tidore, Maluku
Utara dan masuk SMA Negeri 1 Tidore, Maluku Utara dan lulus tahun 2007. Pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk UNSRAT melalui Program Tumou Tou
(T2) dan memilih F-MIPA dengan Program Studi Biologi.
Selama mengikuti perkuliahan penulis dibimbing oleh dosen wali yaitu Prof. dr.
Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And. Pada tahun 2008 penulis menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Biologi (Hibiscus rosa-sinensis) dan anggota Biro Kerohanian
Islam (BKI). Selanjutnya pada tahun 2009-2010 menjadi pengurus Himpunan
Mahasiswa Biologi (Hibiscus rosa-sinensis).
Tahun 2010 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata-Terpadu (KKN-T) angkatan 89
yang ditempatkan di posko UNSRAT 13 Kecamatan Malalayang Kota Manado.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Distribusi
Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung Klabat,
Sulawesi Utara”.
Dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih kupersembahkan skripsi ini untuk kedua
orang tua penulis dan adik-adikku yang tidak pernah berhenti memberikan kasih
sayang, motivasi, semangat serta doa sepanjang hidup penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dekan F-MIPA UNSRAT Prof. dr. Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And
yang juga sebagai dosen wali yang selalu memberikan dorongan dan arahan
selama penulis kuliah di F-MIPA UNSRAT.
2. Pimpinan jurusan Biologi F-MIPA UNSRAT Ir. Feky Mantiri, M.Sc., Ph.D,
sekertaris jurusan F-MIPA UNSRAT Febby E.F. Kandou, S.Si., M.Kes, seluruh
staf dosen dan pengawai jurusan Biologi F-MIPA UNSRAT atas pengajaran
dan motivasinya.
3. Farha N.J. Dapas, S.Si. M.Env. Stud, sebagai Ketua Komisi Pembimbing. Dr.
Roni Koneri, S.Pd., M.Si dan Adelfia Papu, S.Si., M.Si, sebagai Anggota
Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
v
petunjuk, bimbingan dan arahan sejak persiapan penelitian hingga penyusunan
skripsi ini.
4. Drs. Deidy Katili, M.Si, Dr. Saroyo, M.Si dan Handry Lengkong, S.Pt., M.Si.,
M.Kes, sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, kritikan
dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini.
5. Yang terkasih Fadli Sararik, atas dukungan, motivasi dan perhatian.
6. Teman-teman Himaju Biologi serta teman-teman Angkatan 07 (Aljah Saputri,
Dimitra Suruan, Fitriyanty Monoarfa, Joice Hape, Maria Ballo, Lisa Pantilu,
Eka Julianty, Maria Josefa, Ridwan Nurdin, Billy Rompis, Akbar Embo dan
Tiben Wenda) yang memberikan semangat serta doa dan Igun yang membantu
dalam pengambilan sampel di lapangan.
7. Teman-teman kost dan Teman-teman KKN-T Angkatan 89 Posko 13 UNSRAT
yang memberikan semangat serta doa.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang
tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik, saran dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Manado, 26 September 2011
Wa Ode Hasnawati
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………...……. ii
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………. iii
KATA PENGATAR………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. . x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………….………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………….………………………………….. 3
1.3 Tujuan……………….……………………………………………. 3
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serangga Tanah……………………………………………............ 4
2.2 Klasifikasi Serangga Tanah…..……………………………............ 5
2.3 Morfologi Serangga Tanah……………………………………..…. 5
2.4 Ekologi Serangga Tanah………………………………………….. 7
2.5 Peranan Serangga Tanah………………………………………. …. 8
2.6 Gunung Klabat……………………………………………………. 9
III. METODODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian………………….………………… 11
3.2 Alat Dan Bahan……………………………………………....... … 11
3.3 Teknik Pengambilan Sampel……………………………………… 11
vii
3.4 Identifikasi Sampel……………………………………………… 13
3.5 Analisis Data…………………………………………………….. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian……………………………… 15
4.2 Distribusi dan Keanekaragaman Serangga Tanah……………….. 16
4.3 Jenis-Jenis Serangga Tanah yang Ditemukan……………………. 23
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………. 36
5.2 Saran…………………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 37
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 39
viii
DAFTAR TABEL
1. Jumlah family dan genus serangga tanah yang ditemukan pada tiga
habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara………………………… 18
2. Distribusi Spesies Serangga Tanah Yang Ditemukan Pada Tiga Tipe
Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara………………………… 19
3. Nilai Indeks Diversitas Genus di Tiga Habitat……………………… 23
4. Kondisi Lingkungan Di Gunung Klabat……………………………. 23
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Morfologi Serangga Tanah………………………………………….. 6
2. Bagan penelitian di Gunung Klabat…………………………………. 12
3. Kelimpahan Individu serangga tanah pada tiga tipe habitat
di Gunung Klabat, Sulawesi Utara…………………………………. 20
4. Iridomyrmex………………………………………………………… 23
5. Platyhrea............................................................................................ 24
6. Mimirca…………………………………………………………….. 24
7. Halictus…………………………………………………………….. 25
8. Ponera……………………………………………………………… 25
9. Solenopsis ………………………………………………………….. 26
10. Euborellia …………………………………………………………. 26
11. Gryllus……………………………………………………………… 27
12. Pheidole…………………………………………………………….. 27
13. Paederus ……………………………………………………………. 28
14. Dyscinetus…………………………………………………………… 29
15. Entomobrya …………………………………………………………. 29
16. Formica ……………………………………………………………… 30
17. Cucujus……………………………………………………………… 30
18. Lathrobium …………………………………………………………. 31
19. Trixoscelis ………………………………………………………….. 31
20. Batrisodes …………………………………………………………… 32
21. Amitermes………………………………………………………........ 32
22. Mycetophagus ………………………………………………………. 33
23. Tridactylus ………………………………………………………….. 33
24. Forficula ……………………………………………………………. 34
25. Sphenophorus ………………………………………………………. 34
26. Thermobia ………………………………………………………….. 35
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Lokasi penelitian……………………………………………… 39
2. Foto Lokasi Dan Kegiatan penelitian…………………………………. 40
3. Data Curah Hujan Bulanan………………………………………… 41
4. Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Malam Hari………….. 42
5. Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Siang Hari…………….. 43
6. Indeks Diversitas Serangga Tanah Setiap Lokasi………………….. 44
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Serangga ini
seringkali sangat banyak jumlahnya, contohnya populasi serangga pegas
(Collembola) berjumlah jutaan tiap area. Semut (Hymenoptera) kadang sangat
banyak, semut umumnya bersarang di dalam tanah dan makan di atas tanah.
Serangga penghuni tanah lain yang penting adalah rayap (Isoptera), berbagai
lebah penggali tanah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera) dan lalat-lalat
(Diptera) dan beberapa aphid (Homoptera) (Borror et al., 1997).
Penelitian mengenai serangga tanah di Indonesia masih sangat sedikit. Penelitian
tentang serangga tanah di Indonesia yang pertama dilakukan oleh Dammerman
(1925). Hasil penelitiannya ternyata serangga tanah yang paling tinggi kepadatan
populasinya adalah Hymenoptera yaitu Family Formicidae, dan diikuti oleh
Coleoptera Family Oniscoidea. Hasil penelitian Adianto di Jawa Barat dan
Suhardjono di Kalimantan menunujukkan bahwa serangga tanah tertinggi
kepadatan populasinya di lantai hutan adalah Collembola, kemudian diikuti oleh
Coleoptera dan Hymenoptera (Suin, 2003).
Peranan terpenting dari serangga tanah dalam ekosistem adalah sebagai perombak
bahan organik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal
dari berbagai residu tanaman akan melalui proses dekomposisi sehingga terbentuk
2
humus sebagai sumber nutrisi tanah (Setiadi, 1989). Serangga tanah biasa
ditemukan di tempat teduh, tanah yang lembab, sampah, padang rumput, dan di
bawah kayu lapuk (Howell, 1981). Jumlah jenis serangga tanah yang terdapat
pada suatu tempat tertentu menunjukkan keanekaragaman serangga tanah
(Soegianto, 1994). Menurut Resosoedarmo et al., (1985), keanekaragaman
serangga tanah di setiap tempat berbeda-beda, keanekaragaman rendah terdapat
pada komunitas dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering.
Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan komunitas
lingkungan optimum, misalnya daerah subur, tanah kaya, dan daerah pegunungan.
Gunung Klabat yang terletak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara,
dikategorikan sebagai kawasan penting melihat perannya sebagai penentu
ekosistem yang terkait dengan aspek kualitas lingkungan, sosial, dan ketersediaan
sumber daya alam. Gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Provinsi
Sulawesi Utara. Puncak ketinggiaannya mencapai sekitar 2100 meter (Anonim,
2011). Gunung Klabat berdekatan dengan ibukota kabupaten yaitu Airmadidi.
Gunung Klabat merupakan habitat bagi organisme yang hidup di pengunungan
misalnya monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra), kuskus (Ailurops sp), dan lain
sebagainya. Sebagai hutan tropis dataran tinggi, Gunung Klabat masih
menyimpan kekayaan hayati. Gunung Klabat memiliki berbagai potensi yang
dapat dikembangkan sebagai kawasan konservasi maupun lokasi wisata alam
(Samad, 2010).
Pada saat ini belum ada informasi mengenai distribusi dan diversitas serangga
tanah yang terdapat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Hal ini disebabkan karena
3
banyak orang berpendapat bahwa keberadaan serangga tanah tidaklah penting.
Padahal melihat fungsinya, serangga tersebut sangat berperan penting dalam
menjaga keseimbangan ekosistem.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana distribusi dan diversitas serangga tanah pada habitat kebun, semak
dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan diversitas serangga
tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi
Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi distribusi dan diversitas serangga tanah pada
habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi
Utara.
2. Memberikan informasi kepada Dinas Kehutanan, peneliti, dan semua
pihak yang memerlukan informasi tentang distribusi dan diversitas
serangga tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung
Klabat, Sulawesi Utara untuk konservasi.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serangga Tanah
Kelompok serangga tanah sangat banyak dan beranekaragam. Serangga tanah
dapat dikelompokan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat
yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan ukuran tubuhnya serangga
tanah dikelompokan atas mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Ukuran
mikrofauna berkisar antara 20 sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200
mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter.
Berdasakan kehadirannya, serangga tanah dibagi atas kelompok singgah (transit),
sementara, berkala (periodik) dan menetap (permanen). Serangga berdasarkan
tempat hidupnya atau habitatnya dibedakan menjadi Epigeon, Hemiedafon dan
Eudafon. Epigeon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan
tumbuh- tumbuhan. Hemiedafon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan
organik tanah. Eudafon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan mineral
(Suin, 2003).
Menurut Lilies (1992), serangga tanah menurut jenis makanannya, dibedakan
menjadi:
1. Detrivora/Saprofag, yaitu serangga yang memanfaatkan benda mati yang
membusuk sebagai makanannya.
2. Herbivora/Fitofagus, yaitu serangga yang memanfaatkan tumbuhan seperti
daun, akar dan kayu sebagai makanannya.
3. Microphytic, yaitu serangga pemakan spora dan hifa jamur.
5
4. Karnivora, yaitu serangga yang berperan sebagai predator (pemakan
serangga lain).
5. Omnivora, yaitu serangga yang makanannya berupa tumbuhan dan jenis
hewan lain
2. 2 Klasifikasi Serangga Tanah
Lilies (1991) membagi serangga dalam dua golongan besar yaitu Apterygota dan
Pterygota, berdasarkan pada struktur sayap, bagian mulut, metamorfosis dan
bentuk tubuh keseluruhan. Apterygota terbagi menjadi 4 order dan Pterygota
terbagi menjadi 20 order dengan 14 order diantaranya sebagai serangga tanah.
Klasifikasi Ilmiah menurut Lilies (1991):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota dan Apterygota
Order : Thysanura, Diplura, Protura, Collembola, Isoptera, Orthoptera, Plecoptera,
Dermaptera, Tysanoptera, Hemiptera, Coleoptera, Mecoptera, Diptera, Dan
Hymenoptera.
2.3 Morfologi Serangga Tanah
Secara umum morfologi serangga tanah terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala,
toraks, dan abdomen. Ketiga bagian tersebut dilindungi oleh kutikula yang
tersusun dari lapisan kitin yang keras. Bagian terluar serangga tanah terbagi
menjadi beberapa buku-buku. Kepala serangga tanah tersusun dari sepasang
6
antena, sepasang mandibular (rahang belakang), sebuah hipofharing dan labium
(Borror et al., 1997). Pada kepala terdapat alat-alat untuk memasukan makanan
atau alat mulut, mata majemuk (mata faset), mata tunggal (oseli), serta sepasang
antena (Jumar, 2000).
Toraks terdiri dari tiga ruas yaitu protoraks (bagian depan), mesotoraks (bagian
tengah) dan metatoraks (bagian belakang) (Jumar, 2000). Pada setiap buku-buku
terdapat sepasang kaki yang beruas-ruas dan pada mesothoraks dan metathoraks
terdapat sayap. Sayap merupakan lembaran ganda yang banyak mengandung
pembuluh darah (Campbell, 1999) (Gambar 1).
Abdomen merupakan bagian ketiga dan paling posterior dari tubuh serangga
tanah. Fungsi dari abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat
reproduksi (Borror et al., 1997). Alat reproduksi serangga biasanya terletak pada
ruas abdomen ke 8 dan 9. Abdomen pada serangga terdiri dari 11 ruas atau
beberapa ruas saja (Jumar, 2000).
Gambar 1 : Morfologi Serangga Tanah (Anonim, 1999)
7
2.4 Ekologi Serangga Tanah
Menurut Suin (2003), keberadaan serangga tanah di suatu lingkungan dipengaruhi
oleh faktor-faktor lingkungan, baik abiotik maupun abiotik. Faktor lingkungan
abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika (suhu, kadar air,
porositas dan tekstur tanah) dan faktor kimia (pH, kadar organik tanah, dan unsur-
unsur mineral tanah). Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur
komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik
bagi serangga tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti
mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya.
Hakim et al., (1986) dan Makalew (2001), menjelaskan bahwa faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi aktivitas serangga tanah yaitu iklim (curah hujan,
suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah), vegetasi (hutan, padang
rumput) dan cahaya matahari. Cahaya mempengaruhi kegiatan biota tanah, yakni
mempengaruhi distribusi dan aktivitas organisme yang berada di permukaan
tanah, pada tanah tanpa penutup tanah, serta di permukaan batuan. Cahaya
merupakan sumber energi pada komponen fotoautotropik biota tanah.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kelembaban
udara penting untuk diketahui karena dengan mengetahui kelembaban udara dapat
diketahui seberapa besar jumlah atau kandungan uap air yang ada. Jika besarnya
kandungan uap air yang ada melebihi atau kurang dari kebutuhan yang
diperlukan, maka akan menimbulkan gangguan atau kerusakan
(Anggraini et al., 2003).
8
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisik tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan
menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah
lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara.
Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan
tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi
daerah dan keadaan tanah. Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam
melakukan penelitian mengenai serangga tanah. pH sangat penting dalam ekologi
serangga tanah karena keberadaan dan kepadatan serangga tanah sangat
tergantung pada pH tanah. Serangga tanah ada yang hidup pada tanah dengan pH
asam dan ada pula pada pH basa, sehingga dominasi serangga tanah yang ada
akan dipengaruhi oleh pH tanah (Suin, 1997).
2. 5 Peranan Serangga Tanah
Serangga tanah berperan dalam proses pelapukan bahan organik dan keberadaan
serta aktivitasnya berpengaruh positif terhadap sifat fisik tanah (Rahmawaty,
2000). Selanjutnya Setiadi (1989) dalam Rahmawaty (2000) menambahkan
bahwa serangga tanah berperan penting di dalam ekosistemnya, yaitu sebagai
perombak bahan organik kemudian melepaskan kembali dalam bentuk bahan
anorganik yang tersedia bagi tumbuh-tumbuhan hijau.
Kelompok serangga tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan
sebagai: Saprofagus, yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga
mempercepat proses dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan populasi
9
mikroba tanah. Geofagus, yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik,
yang secara tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran
hara, memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di
dalam tanah. Predator, yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga
berperan sebagai pengendali populasi hama penyakit tanaman (Anonim, 2008).
Menurut Rahmawaty (2000), proses dekomposisi bahan-bahan organik
berlangsung sebagai berikut: pertama perombak yang besar atau makrofauna
(Isoptera, Hymenoptera, dll) meremah substansi yang telah mati, kemudian materi
ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Butiran
feses tersebut akan dimakan oleh mesofauna dan atau makrofauna pemakan
kotoran yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses pula. Feses
tersebut selanjutnya akan dimakan oleh mikrofauna dengan bantuan enzim
spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi
lebih sempurna apabila hasil ekskresi dari mikrofauna dihancurkan dan diuraikan
lebih lanjut oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada proses
mineralisasi. Melalui proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati akan
menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan
lagi.
2.6 Gunung Klabat
Gunung Klabat merupakan gunung tertinggi (2100 m dpl) di Sulawesi Utara
dengan luas 5300 Ha. Gunung ini memiliki struktur vegetasi yang berbeda ditiap
strata hutannnya. Ketinggian di bawah 2000 m dpl, struktur vegetasinya mirip
dengan hutan dataran rendah lain. Semakin bertambahnya ketinggian, pohon-
10
pohonnya agak lebih rendah dan tidak terlalu besar, banyak ditumbuhi oleh
anggrek epifit. Semakin mendekati puncak, kanopi pohon menjadi lebih seragam,
pohon-pohon bahkan lebih pendek, daun-daun kecil dan relatif tebal serta lumut
melimpah (Whitten et al., 1987).
Berdasarkan penelitian Pontoh (2010), di hutan lindung Gunung Klabat Minahasa
Utara terdapat 50 spesies pohon yang tergolong dalam 33 famili dari 140 individu
pohon yang dipilih. Spesies yang dominan di lokasi sekunder 1 di ketinggian 542
m dpl adalah Canarium sp. dengan INP (Indeks Nilai Penting) 69,78%; Dillenia
cellebica dominan di lokasi sekunder 2 di ketinggian 1.121 m dpl dengan INP
28,78%; Melicope sp. dominan di lokasi primer 1 di ketinggian 1.228 m dpl
dengan INP 56,67%; dan Saurauia sp. dominan di lokasi primer 2 di ketinggian
1.528 m dpl dengan INP 134,22%. Indeks Keragaman (Shannon) antara 0.6443-
1.3503, nilai masuk dalam kategori rendah
11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di sekitar post 1 Gunung Klabat Minahasa Utara pada
bulan Mei-Juli 2011 (Lampiran 1). Habitat yang dijadikan tempat pengambilan
sampel adalah kebun, semak dan hutan sekunder. Identifikasi serangga dilakukan
di Laboratorium Konservasi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu wadah-wadah plastik dengan ukuran yang sama
(diameter = 5,3 cm dan tinggi = 9,8 cm), tiang penyangga atap jebakan, atap
jebakan yang terbuat dari plastik, pH meter, higrometer, saringan, sekop, botol
film, meteran, tali plastik, penggaris, pinset, lup, mikroskop (olympus CX 21) ,
alat tulis menulis, kamera (Sony dan Canon) dan peralatan identifikasi serangga
tanah (Kunci Identifikasi Borror et al; 1997; Suin; 1997; Lilies, 1992 dan
Bugguide, 2011). Bahan yang akan digunakan yaitu kertas label, air, aquades,
sabun cair, garam dan alkohol 70%.
3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan spesies mengikuti
garis transek. Pada masing-masing tipe habitat dibuat tiga garis transek dengan
panjang 50 meter (Gambar 2). Pengambilan sampel dengan menggunakan
perangkap jebak (pitfall trap). Perangkap jebak berupa wadah plastik
12
(diameter = 5,3 cm dan tinggi = 9,8 cm) yang ditanam di tanah dan diisi dengan
campuran cairan dengan komposisi air 1 liter : detergen 3 sendok makan : garam
dapur 3 sendok makan, yang dituangkan sampai setengah dari tinggi wadah,
permukaan wadah dibuat rata dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam
perangkap maka perangkap diberi atap. Jarak antar perangkap 5 meter (Suin,
2003), dengan jumlah perangkap pada masing-masing transek 10 buah sehingga
jumlah seluruh perangkap 90 buah. Sampel serangga tanah disimpan dalam botol
pengawet (botol film) yang telah diisi alkohol 70%. Parameter lingkungan diukur
yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, keasaman tanah dan ketebalan
serasah.
Gambar 2: Bagan penelitian di Gunung Klabat
Keterangan:
PT: Pitfall Trap.
GUNUNG KLABAT
Kebun
Semak
Hutan
Sekunde
Transek 2 Transek 1
Transek 3 Transek 3
Transek 2 Transek 1 Transek 1
Transek 3
Transek 2
PT
PT
PT PT PT
PT
PT
PT
PT
13
3.4 Identifikasi Sampel
Seluruh botol pengawet (botol film) yang berisi sampel serangga tanah yang
diperoleh dari lapangan, masing-masing diberi label berdasarkan tempat
pengambilan. Proses identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, lup dan
mikroskop. Buku Identifikasi yang dipakai yaitu Borror et al., (1997), Suin
(1997), Lilies (1992) dan Bugguide (2011). Setiap sampel diidentifikasi hingga
tingkat genus, untuk mendapatkan gambaran tentang genus dilakukan perbedaan
berdasarkan kenampakan morfologi. Identifikasi dilakukan di Laboratorium
Konservasi Jurusan Biologi Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.5 Analisis Data
Analisis data menurut Soegianto (1994) :
1. Kepadatan
Kepadatan populasi menyatakan jumlah individu setiap daerah cuplikan,
dengan rumus:
� =JumlahIndividujenisi
Jumlahwadah
�� =KJenisi
JumlahKSemuajenis�100%
Dimana:
K = Kepadatan populasi
Kr = Kepadatan relative
2. Frekuensi
Frekuensi menyatakan kehadiran suatu individu dalam sejumlah titik
sampling, dengan rumus:
� =Jumlahsatuanpetakyangdidudukiolehjenisi
Jumlahseluruhpetakcontohyangdigunakan
14
�� =Frekuensimutlakjenisi
Frekuensitotalseluruhjenis�100%
Dimana :
F = Frekuensi
Fr = Frekensi relative
3. Nilai penting
Nilai penting menunjukkan besarnya peranan ekologis dari spesies dalam
suatu komunitas. Nilai penting dapat diketahui berdasarkan densitas relatif
dan frekuensi relatif.
Np = Kr +Fr
Dimana :
Np = Nilai Penting
Kr = Kepadatan relatif
Fr = Frekuensi relatife
4. Indeks keragaman/Shannon.
Analisis data keragaman dilakukan dengan menggunakan rumus indeks
keragaman dari Shannon (1949) dalam Odum (1996):
H’ = ∑ %& ln %&
Dimana:
Pi = Peluang kepentingan untuk tiap spesies = ni/N
ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies
N = Nilai kepentingan total
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Gunung Klabat adalah gunung tertinggi di Sulawesi Utara dengan tinggi 2100 m
dpl dan memiliki kekayaan flora dan fauna yang didalamnya termasuk serangga
tanah. Tiga lokasi yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah kebun, semak dan
hutan sekunder (Lampiran 2) dengan deskirpsi:
1. Kebun
Sebidang tanah yang ditanami tanaman musiman dan tahunan. Adapun jenis
tumbuhan penyusun kebun adalah, Mangifera indica (mangga), dan Musa sp.,
(pisang). Kebun memiliki suhu rata-rata 26,3°C dengan kelembaban udara
69,5%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 0,3 cm.
2. Semak
Semak adalah suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan
pohon karena cabangnya yang banyak dan hanya cabang utamanya yang
berkayu dan biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa
pohon atau perdu tergantung kondisi pertumbuhannya. Adapun jenis
tumbuhan penyusun semak adalah Piper aduncum, Imperata cylindrical, serta
berbagai jenis paku-pakuan. Semak memiliki suhu rata-rata 25°C dengan
kelembaban udara 72,5%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 1 cm.
3. Hutan Sekunder
Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah
ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan
sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Adapun jenis tumbuhan
16
penyusun Hutan Sekunder adalah Canarium sp., Eugenia sp., Litsea sp., dan
Dillenia celebica. Hutan Sekunder memiliki suhu rata-rata 25°C dengan
kelembaban udara 60%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 1,5 cm.
4.2 Distribusi dan Diversitas Serangga Tanah
Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan sebanyak 8 orde, 16 family, 23 genus
dan 5383 individu. Family Formicidae paling banyak ditemukan dengan jumlah
3340 individu, sedangkan yang sedang dari Family Staphylinidae dengan jumlah
260 individu dan yang paling sedikit ditemukan Family Lepismatidae dengan
jumlah 58 individu (1.08%) (Tabel 1). Family Formicidae adalah satu kelompok
yang sangat umum dan menyebar luas, ditemukan hampir di setiap habitat darat
dan jumlahnya melebihi kebanyakan hewan-hewan darat lainnya (Borror et al.,
1997).
Family Formicidae kebanyakan ditemukan di tanah, serasah daun dan di kayu
mati (Bugguide, 2011). Family ini hidup secara berkoloni (berkelompok) dan
tersusun dalam kasta-kasta, dengan hidup secara berkelompok mereka mampu
manajemen sumber daya makanannya, sehingga mampu beradaptasi pada
berbagai vegetasi dengan ketebalan serasah yang berbeda (Kramadibrata, 1995).
Family Staphylinidae ditemukan lebih sedikit dari Family Formicidae, hal ini
disebabkan karena Family Staphylinidae hidup secara individual di bawah tanah
dan komensal (menumpang pada individu yang lain) di sarang-sarang serangga
sosial seperti sarang dari Family Formicidae yang paling banyak ditemukan
17
sehingga Family Staphylinidae memiliki tempat hidup yang banyak pula, hanya
saja berbeda perbandingan jumlah individu yaitu satu individu Family
Staphylinidae berbanding satu koloni Family Formicidae (Borror et al., 1997).
Sedangkan Family Lepismatidae yang paling sedikit ditemukan hal ini disebabkan
karena kebanyakan hidup di batang-batang pohon yang mati (Borror et al., 1997)
dan di lokasi penelitian tidak semua lokasi ditemukan batang-batang pohon mati.
Secara teoritis Kramadibrata (1995) menyatakan bahwa serangga tanah secara
aktif akan berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain, apabila terjadi
perubahan lingkungan sementara misalnya hujan. Dengan berpindah dari
lingkungan yang berubah, serangga tanah akan dapat tinggal pada rentangan
kondisi lingkungan yang optimum bagi mereka.
Kehadiran serangga tanah pada tingkat genus setiap tipe habitat sangat bervariasi.
Ada genus yang ditemukan pada ketiga tipe habitat, ada yang hanya ditemukan
pada dua tipe habitat dan bahkan ada yang menghuni hanya pada satu tipe habitat.
Genus yang ditemukan pada semua tipe habitat sebanyak 15 genus yaitu
Plathyrea, Mirmica, Ponera, Iridomyrmex, Solenopsis, Gryllus, Trixoscelis,
Tridactylus, Forficula, Amitermes, Lathrobium, Dyscinetus, Euborellia, Cucujus
dan Pheidole. Sedangkan genus yang ditemukan pada dua tipe habitat sebanyak 3
genus yaitu Mycetophagus, Halictus dan Paederus. Genus yang ditemukan pada
satu tipe habitat sebanyak 5 genus diantaranya Batrisodes, Entomobrya, Formica,
Thermobia dan Sphenophorus (Tabel 2).
18
Tabel 1. Jumlah Family dan Genus Serangga Tanah yang Ditemukan pada Tiga
Habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
No Family/Genus HS % Kbn % Smk % Jml % I Formicidae Mirmica 148 2.75 442 8.21 202 3.75 792 14.71
Platyhrea 201 3.73 340 6.32 220 4.09 761 14.14
Solenopsis 31 0.58 474 8.81 72 1.34 577 10.72
Iridomyrmex 82 1.52 327 6.07 133 2.47 542 10.07
Ponera 103 1.91 295 5.48 121 2.25 519 9.64
Pheidole 23 0.43 0 0.00 92 1.71 115 2.14
Formica 24 0.45 0 0.00 0 0.00 24 0.45
II Halictidae
Halictus 0 0.00 10 0.19 0 0.00 10 0.19
III Grylidae
Gryllus 56 1.04 124 2.30 173 3.21 353 6.56
IV Tridactylidae
Tridactylus 45 0.84 109 2.02 150 2.79 304 5.65
V Anthomyiidae
Trixoscelis 77 1.43 7 0.13 55 1.02 139 2.58
VI Forficulidae
Forficula 17 0.32 32 0.59 66 1.23 115 2.14
VII Carcinophoridae
Euborellia 142 2.64 0 0.00 101 1.88 243 4.51
VIII Termitidae
Amitermes 89 1.65 43 0.80 61 1.13 193 3.59
IX Staphylinidae Batrisodes 95 1.76 0 0.00 0 0.00 95 1.76
Lathrobium 25 0.46 27 0.50 33 0.61 85 1.58
Paederus 0 0.00 45 0.84 35 0.65 80 1.49
X Mycetophagidae
Mycetophagus 0 0.00 21 0.39 23 0.43 44 0.82
XI Scarabaeidae
Dyscinetus 11 0.20 18 0.33 15 0.28 44 0.82
XII Cucujidae
Cucujus 113 2.10 0 0.00 61 1.13 174 3.23
XIII Curculionidae
Sphenophorus 26 0.48 0 0.00 0 0.00 26 0.48
XIV Entomobryidae
Entomobrya 90 1.67 0 0.00 0 0.00 90 1.67
XV Lepismatidae
Thermobia 58 1.08 0 0.00 0 0.00 58 1.08
Total 1456 27.05 2314 42.99 1613 29.96 5383 100
Keteranan : HS = Hutan Sekunder Smk = Semak
Kbn = Kebun
19
Tabel 2. Distribusi Genus Serangga Tanah yang Ditemukan pada Tiga Tipe
Habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
No Genus/spesies Kebun Semak Hutan Sekunder
Siang Malam Siang Malam Siang Malam
1 Plathyrea + + + + + +
2 Mirmica + + + + + +
3 Ponera + + + + + +
4 Iridomyrmex + + + + + +
5 Solenopsis + + + + - +
6 Gryllus + + + + + +
7 Halictus + + - - - -
8 Trixoscelis + - - + + +
9 Tridactylus + + + + + +
10 Forficula + + + + + +
11 Amitermes + + + + + +
12 Paederus - + + + - -
13 Lathrobium + + - + + +
14 Mycetophagus + + + + - -
15 Dyscinetus + + + + + +
16 Euborellia - + + + + +
17 Cucujus - + + + + +
18 Pheidole - + + + + +
19 Batrisodes - - - - + +
20 Entomobrya - - - - + +
21 Formica - - - - + +
22 Thermobia - - - - + +
23 Sphenophorus - - - - + +
Keterangan :
+ Ditemukan serangga
- Tidak ditemukan seranggga
Kelimpahan genus serangga tanah tertinggi berdasarkan jumlah individu
ditemukan pada habitat kebun, kemudian disusul oleh habitat semak dan yang
paling rendah di habitat hutan sekunder (Gambar 4). Perbedaan kelimpahan yang
terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis vegetasi. Di habitat
kebun vegetasi tidak beranekaragam yang menyebabkan serasah seragam
20
sehingga variasi pakan sangat rendah dan di habitat kebun telah didominasi oleh
jenis serangga tertentu yang telah mengalami adaptasi dengan daerah yang
suhunya tinggi. Sedangkan berdasarkan waktu kelimpahan tertinggi pada malam
hari 2877 individu. Serangga lebih sering beraktifitas di malam hari untuk
menghindari serangga predator. Presentasi jumlah serangga tanah di Gunung
Klabat, Sulawesi Utara didominasi oleh genus Mirmica dengan jumlah 792
individu (14,71%). Genus Plathyrea menempati urutan kedua dengan jumlah 761
individu (14,41%) dan Genus Solenopsis menempati urutan ketiga dengan jumlah
577 individu (10,72%).
Gambar 3. Kelimpahan Individu Serangga Tanah Pada Tiga Tipe Habitat di
Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Indeks Nilai Penting tertinggi pada malam hari yaitu genus Mirmica dan
Platyhrea dan pada siang hari juga sama yaitu Platyhrea (23,97) dan Mirmica
(22.39); sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis serangga tanah yang
mendominasi di lokasi penelitian adalah dari Genus Mirmica dan Platyhrea.
Soetjipto (1993) mengemukakan bahwa spesies yang dominan merupakan spesies
2314
1613
1456
0
500
1000
1500
2000
2500
Kebun Semak Hutan Sekunder
21
yang secara ekologi sangat berhasil dan mampu menentukan kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan hidupnya. Genus yang secara permanen (menetap)
lebih melimpah dibandingkan genus lainnya. Genus yang secara permanen
(menetap) akan mengkonsumsi makanan lebih banyak, menempati lebih banyak
tempat untuk reproduksi dan lebih memerlukan banyak ruang, sehingga
pengaruhnya lebih besar.
Indeks diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan
2.66 pada siang hari) sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam
hari dan 2.18 pada siang hari) (Tabel 3). Nilai Indeks Shannon masih berada
dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5,
diversitas tinggi berkisar 3,5 dan rendah 1,5 (Odum, 1996). Diversitas tertinggi di
habitat hutan sekunder disebabkan oleh faktor lingkungan antara lain suhu,
kelembaban, pH, dan ketebalan serasah (Tabel 4). Suhu di habitat hutan sekunder
rendah yaitu 25°C, sedangkan di habitat kebun tinggi yaitu 26,3°C. Suhu
merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran serangga
tanah. Selain itu suhu juga memiliki peranan yang penting dalam mengatur
aktivitas serangga tanah. Setiap genus serangga tanah mempunyai batas toleransi
yang berbeda. Pada umumnya suhu yang efektif untuk kelangsungan hidup
serangga tanah menurut Natawigena (1990) berkisar antara 15°C-45°C.
Kelembaban udara juga berbeda untuk hutan sekunder dan kebun yaitu 69,5% dan
60%. Kelembaban menurut Susanto (2000) berpengaruh secara langsung terhadap
kehidupan serangga tanah. pH pada ketiga lokasi hutan sekunder dan kebun sama
yaitu 5. Derajat keasaman (pH) tanah sangat penting dalam ekologi serangga
22
tanah karena kepadatan dan keberadaan serangga tanah sangat tergantung pada pH
tanah. pH tanah yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan serangga tanah
mati. Heddy (1994) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah merupakan
faktor pembatas bagi kehidupan serangga tanah. Kondisi pH yang terlalu asam
atau basa akan menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna
atau bahkan mengalami kematian. Khusus pada serangga tanah, pH tanah
berpengaruh secara langsung pada organ-organ tubuhnya, sehingga pada suatu
daerah tertentu yang mempunyai pH yang terlalu asam atau basa jarang sekali
terdapat serangga-serangga tanah.
Serasah-serasah di habitat hutan sekunder tebal yaitu 1,5 cm dan kebun tidak
terlalu tebal yaitu 0,5 cm, hal ini disebabkan karena cahaya matahari masih bisa
menembus sampai di tanah dan tentunya daun-daun tersebut menjadi mudah
kering dan hancur sebelum menjadi busuk karena lembab. Curah hujan tinggi
pada waktu penelitian bulan mei 165 dan bulan juni 153 (Lampiran 3).
Indeks diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder disebabkan juga karena
aktivitas manusia di habitat hutan sekunder kurang sehingga tidak mengganggu
keberadaan serangga tanah, sebaliknya di habitat kebun aktivitas manusia sangat
tinggi yang dapat mempengaruhi keberadaan serangga tanah. Sedangkan
diversitas tertinggi berdasarkan waktu yaitu pada siang hari 2,71. Nilai Indeks
Shannon masih berada dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya
berkisar antara 1.5-3.5, diversitas tinggi berkisar 3,5 dan rendah 1,5 (Odum,
1996). Menurut Soegianto (1994) suatu komunitas dikatakan mempunyai
23
keanekaragaman genus tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak genus
dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama.
Tabel 3. Nilai Indeks Diversitas Genus di Tiga Habitat
Habitat Diversitas
Keterangan Siang Malam
Kebun 2.18 2.06 Sedang Semak 2.55 2.57 Sedang Hutan Sekunder 2.66 2.73 Sedang
Tabel 4. Kondisi Lingkungan di Gunung Klabat
Habitat pH Suhu Kelembaban Ketebalan serasah Kebun 5 26,3°C 69,5%, 0,3 cm Semak 5 25,0°C 72,5% 1,0 cm Hutan Sekunder 5 25,0°C 60,0% 1,5 cm
4.3 Jenis-Jenis Serangga Tanah yang Ditemukan
Deskripsi dari masing-masing jenis serangga tanah yang ditemukan di Gunung
Klabat dengan menggunakan kunci identifikasi berdasarkan Borror et al., (1997),
Suin (1997), Lilies (1992) dan Bugguide (2011) adalah sebagai berikut:
1. Iridomyrmex
Kepala berbentuk segitiga, cembung, toraks memanjang, sempit, mata agak
ditengah-tengah, abdomen oval, kaki dan antenna panjang (Suin, 1997). Dengan
ukuran tubuh yang di temukan 0,8 cm. Sampel yang diamati dari genus ini
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Gambar 4. Iridomyrmex
24
Genus : Iridomyrmex
(Bugguide, 2011) (Gambar 4)
2. Platyhreae
Genus dengan tubuh berwarna hitam. Kepala berbentuk segitiga, terdapat
sepasang antenna yang terbagi menjadi 10 ruas. Bentuk mulut lancip, toraks 3
ruas, tarsus 5 ruas. Tidak bersayap. Abdomen 6 ruas, ujung runcing. Ukuran tubuh
yang didapat 1,5 cm. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki klasifikasi
sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Platyhrea
(Bugguide, 2011) (Gambar 5).
Gambar 5. Platyhrea
3. Mirmica
Genus ini mempunyai tubuh berwarna kuning kecoklatan. Kepala segitiga, mulut
lancip, antenna 12 ruas. Toraks sempit memanjang, terdapat 3 pasang kaki (Suin,
1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera Gambar 3a. Mirmica Gambar 3b. Mirmica Perbesaran 10x40 (Bugguide, 2011)
25
Family : Formicidae
Genus : Mirmica
(Bugguide, 2011) (Gambar 6)
4. Halictus
Panjang tubuh yang ditemukan 1,5 cm. Warna tubuh metalik dan biasanya dapat
dikenali dengan ruas-ruas pertama yang melengkung (Borror et al., 1997).
Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera
Family : Halictidae
Genus : Halictus
(Bugguide, 2007) (Gambar 7)
Gambar 7. Halictus
5. Ponera Ponera merupakan semut hitam besar dengan panjang tubuh 2-4 mm. Semut ini
memiliki petiole dengan segmen tunggal. Mulut lancip dengan tipe mulut
mandibulate, antenna bentuk geniculate. Segmen-segmen pada gaster tampak
jelas dan terdapat sting di ujungnya. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
26
6. Solenopsis
Serangga pekerja terdiri dari berbagai ukuran (polimorfik) antara 2,4 sampai 6
mm, mandibulata memiliki empat gigi berbeda dan antena terdiri dari 10 segmen,
warna tubuh biasanya merah coklat dengan abdomen agak kehitaman. Klasifikasi
dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera Gambar 9a. Solenopsis Gambar 9b. Solenopsis Perbesaran 10x40 (Bugguide, 2011) Family : Formicidae
Genus : Solenopsis (Bugguide, 2011) (Gambar 9).
7. Euborellia
Serangga dewasa berwarna coklat tua, dan bersayap. Berukuran 12 sampai 16
mm, kaki yang pucat, biasanya dengan sebuah garis gelap sekitar pertengahan
femur, dan tibia. Abdomen terdiri dari 8-10 segmen dan memiliki cerci pada
ujung abdomen. Taksonomi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Ponera
(Bugguide, 2011) (Gambar 8)
Gambar 8a. Ponera
27
Subclass : Pterygota
Order : Dermaptera
Family : Carcinophoridae
Genus : Euborellia
(Bugguide, 2007) (Gambar 10).
Gambar 10. Euborellia
8. Gryllus
Salah satu jenis jengkerik tanah yang berwarna hitam hingga kecoklatan (ada
kemerahan sedikit) yang ditemukan berukuran panjang sekitar 3 cm (cengkerik
muda). engkerik dewasa berukuran antara 15-25 mm, antena hitam cenderung
lebih panjang daripada panjang tubuh. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah
sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Gryllus
(Bugguide.net, 2011) (Gambar 11).
Gambar 11. Gryllus
9. Pheidole
Serangga tanah dengan warna tubuh hitam, kepala oval, mata kecil. Toraks
dengan pronotum yang sisi lateralnya agak tinggi, kaki 3 pasang, 4 ruas pada
masing-masing kaki. Tarsus 5 ruas, pada ujung terdapat kuku tarsus (claw).
28
Abdomen besar dan oval (Suin, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Pheidole
(Bugguide, 2007) (Gambar 12).
Gambar 12a. Pheidole Pembesaran 10x40
Gambar 12b. Pheidole (Bugguide, 2011)
10. Paederus
Spesies dengan warna kuning kecokelatan. Kepala segitiga, mulut lancip. Toraks
3 ruas, terdapat 3 pasang kaki, terdapat sayap yang pendek dan menebal.
Abdomen terbagi menjadi 7 ruas, dengan warna lurik, ujung abdomen mengecil
dan naik ke atas. Panjang tubuh sekitar 3 mm. Sampel yang diamati dari genus ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coleoptera
Family : Staphylinidae
Genus : Paederus
(Bugguide, 2011) (Gambar 13).
Gambar 13a. Paederus
Perbesaran10x40
Gambar 13b. Paederus (Bugguide, 2011)
29
11. Dyscinetus
Serangga berwarna hitam dengan panjang tubuh serangga dewasa berkisar dari
18,7 mm, sedangkan lebarnya adalah 7,9 mm. Tubuh lonjong dan agak cembung.
Dyscinetus semua ditandai dengan adanya cakar, antena 10 ruas (Bugguide.net,
2011). Mempunyai tanduk pada kepala (Suin, 1997). Klasifikasi dari serangga
tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coeleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Dyscinetus
(Bugguide, 2011) (Gambar 14).
Gambar 14a. Dyscinetus
Pembesaran 10x40
Gambar 14b. Dyscinetus
(Bugguide, 2011)
12. Entomobrya
Spesies ini mempunyai tubuh berwarna kuning, dengan tubuh memanjang.
Abdomen terdiri dari 6 ruas dan ruas ke empat besar, paling sedikit dua kali
panjang ruas ke tiga sepanjang garis tengah dorsal. Protoraks menyusut (Borror et
al., 1997). Mempunyai ekor seperti pegas yang digunakan untuk melompat
(Lilies, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Apterygota
Gambar 15a. Entomobrya
Pembesaran 40x10
Gambar 15b. Entomobrya
(Bugguide, 2011)
30
Order : Collembola
Family : Entomobryidae
Genus : Entomobrya
(Bugguide, 2011) (Gambar 15)
13. Formica
Serangga dengan warna yang cemerlang, berukuran sedang sampai kecil, jarang
lebih dari 20 mm. Ruas Abdomen berbentuk seperti bonggol yang tegak
(Borror et al., 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Formica
(Bugguide, 2011) (Gambar 16).
Gambar 16. Formica
14. Cucujus
Serangga gepeng dengan warna tubuh merah kecoklat-coklatan, panjang tubuh 13
mm (Borror et al., 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Gambar 17a.Cucujus Pembesaran 10x40
Gambar 17b. Cucujus
(Bugguide, 2011)
31
Order : Coeleoptera
Family : Cucujidae
Genus : Cucujus
(Bugguide, 2007) (Gambar 17).
15. Lathrobium
Tubuh memanjang, jarang pendek dan lebar, perut tidak terlindungi sehingga
penampilan yang sangat tidak lazim untuk kumbang. Mereka umumnya kumbang
kecil (2-8 mm), dengan beberapa spesies, kecil (sekitar 0,5 mm) atau lebih besar
(40-50 mm). sayap pendek meliputi sayap belakang membran biasanya besar dan
berkembang dengan baik. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coeleoptera
Family : Staphylinidae
Genus : Lathrobium
(Bugguide, 2011) (Gambar 18).
Gambar 18. Lathrobium Perbesaran 10x40
16. Trixoscelis
Tubuh berwarna kekuningan dengan kaki berwara coklat gelap, kepala segitiga,
toraks berwarna abu-abu dan abdomen berwarna abu-abu mengkilap. Klasifikasi
dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
32
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Diptera
Family : Anthomyiidae
Genus : Trixoscelis
(Bugguide, 2011) (Gambar 19)
Gambar 19. Trixoscelis Perbesaran 10x40
17. Batrisodes
Spesies dengan tubuh memanjang dan oval, warna merah kecokelatan. Bentuk
kepala segitiga dengan sepasang antena 13 ruas. Toraks terbagi menjadi 3 ruas,
dimana terdapat 3 pasang kaki dengan 3 ruas pada masing-masing kakinya.
Abdomen terdiri dari 5 ruas. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coleoptera
Family : Staphylinidae
Genus : Batrisodes
(Bugguide, 2007) (Gambar 20)
Gambar 20a. Batrisodes
Pembesaran 10x40
Gambar 20b. Batrisodes
(Bugguide, 2011)
33
18. Amitermes
Memiliki dua pasang sayap bertekstur dan gelap berpigmen yang hampir sama
dalam ukuran dan bentuk. Panjang tubuh sekitar 4 mm (panjang tanpa sayap) dan
9 mm (dengan sayap). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Isoptera
Family : Termitidae
Genus : Amitermes
(Bugguide.net, 2011) (Gambar 21).
Gambar 21a. Amitermes
Perbesaran 10x40
Gambar 21b. Amitermes
(Bugguide, 2011)
19. Mycetophagus
Spesies dengan tubuh oval, kepala memanjang menjadi sebuah moncong, bentuk
segitiga. dan menutup abdomen, abdomen meruncing. Antenna 10 ruas, warna
tubuh merah, pada sayap terdapat bintik hitam (Lilies, 1992). Klasifikasi dari
serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coleoptera
Family : Mycetophagidae
Genus : Mycetophagus
(Bugguide, 2011) (Gambar 22).
Gambar 22a. Mycetophagus
Gambar 22b. Mycetophagus
(Bugguide, 2011)
34
20. Tridactylus
Orthoptera kecil, memiliki ukuran kurang dari 4-10 mm, agak pipih, femur
belakang besar (digunakan untuk melompat), tarsi depan dan tengah dengan dua
segmen (Borror et al., 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai
berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Orthoptera
Family : Tridactylidae
Genus : Tridactylus
(Bugguide, 2011) (Gambar 23)
Gambar 23a. Tridactylus
Perbesaran10x40
21. Forficula
Serangga tanah berwarna hitam, panjangnya 15-20 mm, Sayap depan pendek dan
kasar, mulut tipe mandibula, terdapat cerci di ujung abdomen. Klasifikasi dari
serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Ordo : Dermaptera
Family : Forficulidae
Genus : Forficula
(Bugguide, 2011) (Gambar 24).
Gambar 24a. Forficula
Perbesaran 10x40
Gambar 24b. Forficula (Bugguide, 2011)
35
22. Sphenophorus
Serangga yang berukuran 3-4 mm, berwarna gelap, mempunyai moncong, antenna
mucul di pertengahan moncong (Lilies, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Pterygota
Order : Coeleoptera
Family : Curculionidae
Genus : Sphenophorus
(Bugguide, 2011) (Gambar 25).
Gambar 25a. Sphenophorus
Pembesaran 10x40
Gambar 25b. Sphenophorus
(Bugguide, 2011)
23. Thermobia
Serangga berwarna coklat muda, panjang 12 mm, memunyai ekor yang berbulu,
tubuh pipih, tertutup sisik dan tidak bersayap dan antenna 11 ruas (Borror et al.,
1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Subclass : Apterygota
Order : Thysanura
Family : Lepismatidae
Genus : Thermobia
(Bugguide, 2011) (Gambar 26).
Gambar 26a. Thermobia
Pembesaran 10x40
Gambar 26b. Thermobia
(Bugguide, 2011)
36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa di Gunung
Klabat ditemukan sebanyak 8 orde, 16 family, 23 genus dan 5383 individu.
Family Formicidae paling banyak ditemukan dengan jumlah 3340 individu,
sedangkan yang sedang dari Family Staphylinidae dengan jumlah 260 individu
dan yang paling sedikit ditemukan Family Lepismatidae dengan jumlah 58
individu. Genus yang ditemukan pada semua tipe habitat sebanyak 15 genus.
Genus yang ditemukan pada dua tipe habitat sebanyak 3 genus. Genus yang
ditemukan pada satu tipe habitat sebanyak 5 genus dan diversitas tertinggi di
habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan 2.66 pada siang hari),
sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam hari dan 2.18 pada
siang hari). Dapat disimpulkan bahwa Nilai Indeks Shannon masih berada dalam
kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5.
5.2. Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai metode penelitian serangga
tanah dengan menggunakan metode corong Barlese-Tullgren.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman serangga pada
lokasi Hutan primer.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, P.W.K., Maddub, A., dan H.R. Anggraini. 2003. Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optik Lapisan Gelatin. SeminarNasional I Opto Elektronika dan Aplikasi Laser.Jakarta 1 – 2 Oktober.
Anonim. 2011. Nasional Sulawesi Island http:// griyawisata.com /index.php/
2010101522539/sulawesi island/gunung-klabat-sulawesi-utara/menu-id-87. html. (12 Maret 2011).
Anonim. 1999. Hymenoptera. http:// entnemdept.ufl.edu /choate/ Hymenoptera.
pdf. (12 April 2011). Anonim. 2008. Pemanfaatan Biota Tanah Untuk Keberlanjutan
Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(2): hal 157-163.
Anonim. 2011. Klabat. http://maps.google.co.id/ klabat. ( 18 April 2011). Borror, D.J. ,C.A; Triplehorn dan N.F. Johnson. 1997. Pengenalan Pelajaran
Serangga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Bugguide. 2011. Identification, Images, & Information For Insects, Spiders &
Their Kin For the United States & Canada. Canada http://bugguide.net/node/view/15740. (16 Mei 2011)
Campbell, N. A., Jane . B. R., and Lawrence. G. M. 1999. Biologi. Edisi Kelima
Jilid dua. Erlangga. Jakarta. Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Heddy, S. 1994. Pengantar Ekologi. Rajawali Press. Jakarta. Howell, D. U. 1981. Introduction to Insect Biology and Diversity. Mc Graw
Hill International Book Company, Kagasuka. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan. ITB. Bandung. Lilies, S. C. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Jakarta. Lilies, S. C. 1992. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Jakarta.
38
Makalew, A. D. N. 2001. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah Sains. Program PascaSarjana/S3.
Natawigena, H. 1990. Entomologi pertanian. Orba Sakti. Bandung. Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press.
Yokyakarta Pontoh, G. B. A. P. 2010. Analisis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Lindung
Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawei utara. Skripsi. Unsrat. Manado.
Rahmawaty. 2006. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan
Hutan Wisata Alam Sibolangit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. http.www.library.usu.ac.id/modules.php. (26 Juli 2011).
Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada
Komunitas Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor. (16 Maret 2011).
Resosoedarmo, S., Kuswata, K., Aprilani, S. 1985. Pengantar Ekologi. Fakultas
Pasca Sarjana IKIP Jakarta dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta.
Samad, Abdul. 2010. Biodiversitas Mamalia Diurnal Di Gunung Klabat.
Skripsi. Unsrat. Manado. Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Usaha Nasional. Surabaya. Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Suin, N. M. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan
Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Whitten, A.J., Mustafa, M., dan Henderson, G.S. 1987. The Ekology of Sulawesi.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Lampiran 1. Peta Lokasi P
Peta Lokasi Penelitian
39
Lampiran 2. Foto Lokasi dan Kegiatan
Gambar : Pitfall Trap
Habitat 2. Semak
Lokasi dan Kegiatan Penelitian
Gambar : Pitfall Trap Habitat 1. Hutan sekunder
abitat 2. Semak Habitat 3. Kebun
Identifikasi Serangga
40
Habitat 1. Hutan sekunder
Habitat 3. Kebun
41
Lampiran 3. Data Curah Hujan Bulanan
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Jumlah 106 145,6 162,5 249,7 162 153 Max 19 65 81 50 54 15
(Keterangan : dalam ml)
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika
Provinsi Sulawesi Utara 2011
42
Lampiran 4. Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Malam Hari
No Genus Jumlah K KR Jmlh Khdrn F FR INP
1 Mirmica 450 5.00 15.64 75 0.83 11.81 27.45
2 Platyhrea 424 4.71 14.74 76 0.84 11.97 26.71
3 Solenopsis 362 4.02 12.58 57 0.63 8.98 21.56
4 Iridomyrmex 297 3.30 10.32 61 0.68 9.61 19.93
5 Ponera 284 3.16 9.87 59 0.66 9.29 19.16
6 Gryllus 162 1.80 5.63 58 0.64 9.13 14.76
7 Euborellia 117 1.30 4.07 41 0.46 6.46 10.52
8 Tridactylus 130 1.44 4.52 28 0.31 4.41 8.93
9 Pheidole 103 1.14 3.58 33 0.37 5.20 8.78
10 Cucujus 95 1.06 3.30 19 0.21 2.99 6.29
11 Trixoscelis 79 0.88 2.75 18 0.20 2.83 5.58
12 Amitermes 68 0.76 2.36 14 0.16 2.20 4.57
13 Entomobrya 28 0.31 0.97 18 0.20 2.83 3.81
14 Forficula 51 0.57 1.77 11 0.12 1.73 3.50
15 Formica 14 0.16 0.49 18 0.20 2.83 3.32
16 Batrisodes 58 0.64 2.02 8 0.09 1.26 3.28
17 Sphenophorus 18 0.20 0.63 16 0.18 2.52 3.15
18 Thermobia 39 0.43 1.36 8 0.09 1.26 2.62
19 Lathrobium 34 0.38 1.18 7 0.08 1.10 2.28
20 Paederus 33 0.37 1.15 4 0.04 0.63 1.78
21 Dyscinetus 12 0.13 0.42 4 0.04 0.63 1.05
22 Mycetophagus 15 0.17 0.52 1 0.01 0.16 0.68
23 Halictus 4 0.04 0.14 1 0.01 0.16 0.30
Total 2877 31.97 100.00 635 7.06 100.00 200.00
43
Lampiran 5. Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Siang Hari
No Genus Jumlah K KR Jmlh Khdrn F FR INP
1 Platyhrea 337 3.74 13.45 65 0.72 10.52 23.97
2 Mirmica 342 3.80 13.65 54 0.60 8.74 22.39
3 Solenopsis 215 2.39 8.58 61 0.68 9.87 18.45
4 Tridactylus 174 1.93 6.94 52 0.58 8.41 15.36
5 Gryllus 191 2.12 7.62 47 0.52 7.61 15.23
6 Ponera 235 2.61 9.38 34 0.38 5.50 14.88
7 Iridomyrmex 245 2.72 9.78 31 0.34 5.02 14.79
8 Amitermes 125 1.39 4.99 34 0.38 5.50 10.49
9 Euborellia 126 1.40 5.03 29 0.32 4.69 9.72
10 Cucujus 79 0.88 3.15 23 0.26 3.72 6.87
11 Trixoscelis 60 0.67 2.39 27 0.30 4.37 6.76
12 Forficula 64 0.71 2.55 25 0.28 4.05 6.60
13 Pheidole 12 0.13 0.48 31 0.34 5.02 5.50
14 Paederus 47 0.52 1.88 21 0.23 3.40 5.27
15 Lathrobium 51 0.57 2.04 20 0.22 3.24 5.27
16 Dyscinetus 32 0.36 1.28 21 0.23 3.40 4.67
17 Entomobrya 62 0.69 2.47 6 0.07 0.97 3.44
18 Mycetophagus 29 0.32 1.16 14 0.16 2.27 3.42
19 Formica 10 0.11 0.40 13 0.14 2.10 2.50
20 Batrisodes 37 0.41 1.48 1 0.01 0.16 1.64
21 Thermobia 19 0.21 0.76 3 0.03 0.49 1.24
22 Halictus 6 0.07 0.24 5 0.06 0.81 1.05
23 Sphenophorus 8 0.09 0.32 1 0.01 0.16 0.48
Total 2506 27.84 100.00 618 6.87 100.00 200.00
44
Lampiran 6. Indeks Diversitas Serangga Tanah Setiap lokasi
Indeks Diversitas Serangga Tanah Malam Hari di Hutan Sekunder No Spesies Jumlah Pi Ln pi Pi ln pi 1 Platyhrea 101 0.14 -1.98 -0.27 2 Mirmica 80 0.11 -2.22 -0.24 3 Euborellia 73 0.10 -2.31 -0.23 4 Cucujus 71 0.10 -2.34 -0.23 5 Batrisodes 58 0.08 -2.54 -0.20 6 Ponera 52 0.07 -2.65 -0.19 7 Iridomyrmex 46 0.06 -2.77 -0.17 8 Thermobia 39 0.05 -2.93 -0.16 9 Solenopsis 31 0.04 -3.16 -0.13 10 Entomobrya 28 0.04 -3.27 -0.12 11 Trixoscelis 24 0.03 -3.42 -0.11 12 Pheidole 23 0.03 -3.46 -0.11 13 Amitermes 20 0.03 -3.60 -0.10 14 Lathrobium 18 0.02 -3.71 -0.09 15 Sphenophorus 18 0.02 -3.71 -0.09 16 Gryllus 16 0.02 -3.83 -0.08 17 Formica 14 0.02 -3.96 -0.08 18 Tridactylus 13 0.02 -4.03 -0.07 19 Forficula 8 0.01 -4.52 -0.05 20 Dyscinetus 1 0.00 -6.60 -0.01 Jumlah Individu 734 Jumlah Spesies 20
H' = 2.73
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Hutan Sekunder No Spesies Jumlah Pi Ln pi Pi ln pi 1 Platyhrea 100 0.14 -1.98 -0.27 2 Mirmica 68 0.09 -2.36 -0.22 3 Euborellia 69 0.10 -2.35 -0.22 4 Amitermes 69 0.10 -2.35 -0.22 5 Entomobrya 62 0.09 -2.45 -0.21 6 Ponera 51 0.07 -2.65 -0.19 7 Trixoscelis 53 0.07 -2.61 -0.19 8 Cucujus 42 0.06 -2.84 -0.17 9 Iridomyrmex 36 0.05 -3.00 -0.15 10 Gryllus 40 0.06 -2.89 -0.16 11 Batrisodes 37 0.05 -2.97 -0.15 12 Tridactylus 32 0.04 -3.12 -0.14 13 Dyscinetus 10 0.01 -4.28 -0.06 14 Thermobia 19 0.03 -3.64 -0.10 15 Formica 10 0.01 -4.28 -0.06 16 Forficula 9 0.01 -4.38 -0.05 17 Sphenophorus 8 0.01 -4.50 -0.05 18 Lathrobium 7 0.01 -4.64 -0.04 Jumlah Individu 722
Jumlah Spesies 18
H' = 2.66
45
Indeks Diversitas Serangga Tanah Malam Hari di Kebun
1 Mirmica 251 0.20 -1.60 -0.32
2 Solenopsis 273 0.22 -1.52 -0.33
3 Platyhrea 200 0.16 -1.83 -0.29
4 Ponera 156 0.13 -2.08 -0.26
5 Iridomyrmex 161 0.13 -2.04 -0.26
6 Gryllus 72 0.06 -2.85 -0.16
7 Tridactylus 52 0.04 -3.17 -0.13
8 Forficula 20 0.02 -4.13 -0.07
9 Paederus 20 0.02 -4.13 -0.07
10 Amitermes 15 0.01 -4.42 -0.05
11 Lathrobium 6 0.00 -5.33 -0.03
12 Mycetophagus 7 0.01 -5.18 -0.03
13 Dyscinetus 7 0.01 -5.18 -0.03
14 Halictus 4 0.00 -5.74 -0.02
1 Mirmica 251 0.20 -1.60 -0.32
2 Solenopsis 273 0.22 -1.52 -0.33
3 Platyhrea 200 0.16 -1.83 -0.29
Jumlah Individu 1244
Jumlah Spesies 14
H' = 2.06
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Kebun
No Spesies Jumlah Pi Ln pi Pi ln pi
1 Mirmica 191 0.18 -1.72 -0.31
2 Ponera 139 0.18 -1.72 -0.31
3 Solenopsis 201 0.19 -1.67 -0.31
4 Platyhrea 140 0.13 -2.03 -0.27
5 Iridomyrmex 166 0.16 -1.86 -0.29
6 Gryllus 52 0.05 -3.02 -0.15
7 Amitermes 28 0.03 -3.64 -0.10
8 Paederus 25 0.02 -3.76 -0.09
9 Lathrobium 21 0.02 -3.93 -0.08
10 Tridactylus 57 0.02 -3.98 -0.07
11 Mycetophagus 14 0.01 -4.34 -0.06
12 Dyscinetus 11 0.01 -4.58 -0.05
13 Forficula 12 0.01 -4.49 -0.05
14 Trixoscelis 7 0.01 -5.03 -0.03
15 Xylophagus 6 0.01 -5.18 -0.03
Jumlah Individu 1070
Jumlah Spesies 15
H' = 2.18
46
Indeks Diversitas Serangga Tanah Malam Hari di Semak No Spesies Jumlah Pi Ln pi Pi ln pi 1 Platyhrea 123 0.14 -1.99 -0.27 2 Mirmica 119 0.13 -2.02 -0.27 3 Iridomyrmex 90 0.10 -2.30 -0.23 4 Pheidole 80 0.09 -2.42 -0.22 5 Ponera 76 0.08 -2.47 -0.21 6 Gryllus 74 0.08 -2.50 -0.21 7 Tridactylus 65 0.07 -2.63 -0.19 8 Solenopsis 58 0.06 -2.74 -0.18 9 Trixoscelis 55 0.06 -2.79 -0.17 10 Euborellia 44 0.05 -3.02 -0.15 11 Cucujus 24 0.03 -3.62 -0.10 12 Forficula 23 0.03 -3.67 -0.09 13 Amitermes 33 0.04 -3.30 -0.12 14 Paederus 13 0.01 -4.24 -0.06 15 Lathrobium 10 0.01 -4.50 -0.05 16 Mycetophagus 8 0.01 -4.72 -0.04 17 Dyscinetus 4 0.00 -5.41 -0.02 Jumlah Individu 899 1.00
Jumlah Spesies 17
H' = 2.57
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Semak
No Spesies Jumlah Pi Ln pi Pi ln pi
1 Platyhrea 97 0.14 -2.00 -0.27
2 Gryllus 99 0.14 -1.98 -0.27
3 Mirmica 83 0.12 -2.15 -0.25
4 Tridactylus 85 0.12 -2.13 -0.25
5 Euborellia 57 0.08 -2.53 -0.20
6 Ponera 45 0.06 -2.76 -0.17
7 Iridomyrmex 43 0.06 -2.81 -0.17
8 Forficula 43 0.06 -2.81 -0.17
9 Cucujus 37 0.05 -2.96 -0.15
10 Amitermes 28 0.04 -3.24 -0.13
11 Paederus 22 0.03 -3.48 -0.11
12 Lathrobium 23 0.03 -3.44 -0.11 13 Solenopsis 14 0.02 -3.93 -0.08
14 Mycetophagus 15 0.02 -3.86 -0.08
15 Pheidole 12 0.02 -4.09 -0.07
16 Dyscinetus 11 0.02 -4.17 -0.06
Jumlah Individu 714 1.00
Jumlah Spesies 16
H' = 2.55