VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan...

141
1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh Darussalam Oleh Dr. Raihanah, M.Si. 2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. 3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan Oleh Ir. Helwiyah Zain 4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. 5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. 6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. 7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) Lamteng (Pulo Aceh) Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. 8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M. 9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. 10. Learning English Over the Air A Case Study of Nikoya Radio FM Oleh Ema Dauyah, M.Ed. VOLUME III, NO 2, JULI 2012

Transcript of VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan...

Page 1: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara Nanggroe Aceh

Darussalam

Oleh Dr. Raihanah, M.Si.

2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet pada Produk

Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah Kota Banda Aceh

Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si.

3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata Terhadap

Kekuatan Tekan

Oleh Ir. Helwiyah Zain

4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan

Oleh Mariati B, S.H., M.Hum.

5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman Transmigrasi

Oleh Ir. Mulyadi, M.Si.

7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Ulee Lheue (Banda Aceh) – Lamteng

(Pulo Aceh)

Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si.

8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Guru pada SMA di Kota Sabang

Oleh Ambia Nurdin, S.Pd. S.K.M.

9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus Listrik

Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si.

10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM

Oleh Ema Dauyah, M.Ed.

VOLUME III, NO 2, JULI 2012

Page 2: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

JURNAL ISSN 2086-8421

TASIMAK Media Sain dan Teknologi Abulyatama

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Volume III, No.2 – Juli 2012

Pelindung/Pembina : Rektor Universitas Abulyatama

Penanggung Jawab : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat Universitas Abulyatama

Pemimpin Redaksi : Drs. Yusri, M.Pd.

Redaktur Ahli : Prof. Dr. H. Warul Walidin, A.K. M.A. (IAIN)

Prof.H. Burhanuddin Salim, M.Sc. Ph.D. (Unsyiah)

R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc. Ph.D (Unaya)

Prof. Dr. A. Halim Majid, M.Pd. (Unaya)

Drs. Azwar Thaib, M.Si. (Unaya)

Redaktur Pelaksana : Drs. Zamzami A.R., M.Si.

Yuliana, S.E.

Yulinar, S.Pd.

Dewan Redaksi : Muhammad Nur, S.H., M.Hum

Ir. Mulyadi

Ir. H. Firdaus, M.Si.

Dewi Astini, S.H., M.Hum.

Maryati B, S.H., M.Hum.

Drs. Tamarli, M.Si.

Yulfrita Adamy, S.E. M.Si.

Drs. H.M. Hasan Yakob, M.M.

Drs. Bukhari, M.Si.

Ir. M. Isa T. Ibrahim, M.T.

Distributor/Komunikasi : Drs. Akhyar, M.Si.

Drs. Muhammad, M.Si.

Bendahara : Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

Desain Cover : aSOKA Communications (www.asoka.web.id)

Website : www.abulyatama.ac.id.

Alamat Redaksi : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Universitas Abulyatama, Jl. Blang Bintang Lama km 8,5

Lampoh Keude – Aceh Besar, Telepon 0651 21255

Page 3: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

2

DAFTAR ISI

Halaman

. P

1. Peluang Pengembangan Perikanan Pelagis Kecil di Perairan Utara

Nanggroe Aceh Darussalam

Oleh Dr. Raihanah, M.Si. ............................................................................. 1 – 14

2. Studi Kecenderungan Penggunaan Formalin Sebagai Bahan Pengawet

pada Produk Perikanan di Beberapa Pasar Tradisional dalam Wilayah

Kota Banda Aceh

Oleh Drs. H. Azwar Thaib, M.Si. ................................................................ 15 – 25

3. Pengaruh Perbandingan Campuran Mortar Pengikat Pasangan Batu Bata

Terhadap Kekuatan Tekan

Oleh Ir. Helwiyah Zain ................................................................................. 26 – 31

4. Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan

Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ..................................................................... 32 – 44

5. Penerapan Strategi Active Learning dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI)

Oleh Drs. Nasruddin A.R., M.Si. ................................................................ 45 – 58

6. Sistem Produksi Hijauan Makanan Ternak di Daerah Pemukiman

Transmigrasi

Oleh Ir. Mulyadi, M.Si. .............................................................................. 59 – 67

7. Analisis Kelayakan Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheue

(Banda Aceh) – Lanteng (Pulo Aceh)

Oleh Yulfrita Adamy, S.E., M.Si. ............................................................... 68 – 84

8. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja Guru pada SMA di Kota Sabang

Oleh Ambia Nurdin, S.Pd., S.K.M. ............................................................. 85 – 99

9. Pemberantasan Hama pada Tanaman Mangga dengan Menggunakan Arus

Listrik

Oleh Drs. Zulkarnaini, M.Si. ................................................................... 100 – 109

10. Learning English Over the Air – A Case Study of Nikoya Radio FM

Oleg Ema Dauyah, M.Ed. ....................................................................... 110 – 119

Page 4: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

3

PELUANG PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN

UTARA NANGGROE ACEH DARUSSALAM

(Opportunity of Development of Small Pelagic Fisheries in North Territorial Water of

Nanggroe Aceh Darussalam

Dr. Raihanah, M.Si.

ABSTRACT

Action of management of small pelagic fisheries not yet a lot of done in north

territorial water of Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), because limited in supporting

information and many problems after tsunami. This research aim to analyze common

condition and maximum sustainable yield of small pelagic resources so that can be

known development opportunities. The method of research are descriptive analysis,

standard analysis of fishing unit, and biological analysis. The result that number of

fisherman domestic (RTN) increase from 1999 until 2004 (1231 RTN), and in 2005

decreasing (361 RTN) because the happening of tsunami, and then grow up slowly which

in 2009 become 480 RTN. Number of fishing boats < 5 GT are 186 units in 2005 and 241

units in 2006 caused there are many grands after tsunami. The average production of

small pelagic in quarterly 2 and 3 showed better than quarterly 1 and 4 that are 1517,7

ton and 1530,9 ton respectively. Maximum sustainable yield (MSY) of small pelagic

resources are achieved 15479 tons per year and F-optimum are 4896 trips in research

location. If connected by a annual production (7069,35 ton), hence the utilization of

small pelagic resources about 45,67 %, so this condition gives development

opportunities in the future.

Key words: development, F-optimum, opportunity, small pelagic resources.

I. PENDAHULUAN

Menurut DKP (2010), potensi ikan

pelagis di perairan Indonesia mencapai 3,2

juta/ton atau 51,62 % dari total potensi

perikanan laut yang ada. Oleh karena

potensinya yang besar dan cara

menangkapnya mudah, maka ikan pelagis

kecil merupakan jenis ikan yang paling

banyak diusahakan oleh usaha perikanan

rakyat. Terkait dengan ini, maka

pengembangan perikanan pelagis terutama

perikanan pelagis kecil menjadi hal

penting untuk menyelamatkan ekonomi

rakyat di daerah pesisir. Pemanfaatan

sumberdaya ikan pelagis kecil di Indonesia

umumnya terdiri ikan Selar (Selaroides

leptolepis), Sunglir (Elagastis

bipinnulatus), Teri (Stolephorus indicus),

Japuh (Dussumieria spp), Tembang

(Sadinella fimbriata), Lemuru (Sardinella

Longiceps) dan Siro (Amblygaster sirm),

dan kelompok Skrombroid seperti

Kembung (Rastrellinger spp).

Perairan utara Propinsi Nanggro

Aceh Darussalam (wilayah Selat Malaka)

termasuk perairan Indonesia yang saat ini

banyak dimanfaatkan potensi ikan pelagis

kecilnya oleh nelayan tradisional setempat

Page 5: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

2

maupun yang berasal dari propinsi lain.

Hasil tangkapan ikan pelagis kecil

termasuk paling dominan (52,12 %) di

perairan utara Nanggro Aceh Darussalam.

Secara sepintas, hal ini tentu sangat positif

untuk pengembangan usaha perikanan

yang mendukung pembangunan daerah dan

masyarakat di masa datang.

Menurut Dahuri (2001),

pembangunan perikanan di wilayah utara

dan timur Propinsi Nanggro Aceh

Darussalam ini masih menghadapi

tantangan dan permasalahan yang cukup

besar seperti masih banyaknya pencurian

ikan oleh kapal asing, penangkapan ikan

dengan menggunakan cara yang merusak

sumberdaya dan habitatnya, pelayanan di

pelabuhan perikanan yang dapat

mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, dan

fokus pengembangan tidak diarahkan pada

produk dengan unggulan dengan trend

produksi yang bagus. Pemecahan hal ini

terkadang sulit karena data dan informasi

terkait terutama yang menyangkut kondisi

nelayan, armada penangkapan, statistik

produksi, serta potensi sumberdaya ikan

yang bisa dimanfaatkan belum tersedia

dengan baik. Penelitian ini diharapkan

dapat membantu hal tersebut di atas,

sehingga peluang pengembangan dapat

diketahui dan tindakan pengelolaan dapat

dilakukan secara tepat.

2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah

menganalisis kondisi umum kegiatan

perikanan dan menganalisis potensi lestari

sumberdaya ikan pelagis kecil sehingga

dapat diketahui peluang pengembangannya

di perairan utara Propinsi Nanggro Aceh

Darussalam.

3 METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perairan

utara Propinsi Nanggro Aceh Darussalam

pada koordinat 95,2 – 96,0 BT dan 5,3 –

5,8 LU dengan basis PPN Lampulo.

Penelitian ini dilaksanakan selama 10

(sepuluh) bulan dimulai dari bulan Agustus

2009 sampai dengan Mei 2010.

3.2 Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder, mencakup jenis hasil

tangkapan, jumlah hasil tangkapan, upaya

penangkapan, musim ikan, daerah

penangkapan, zona pemanfaatan, dan

lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Primer

Pengumpulan data primer dilakukan

melalui pengamatan langsung dan

wawancara mendalam pada lokasi dengan

intensitas kegiatan penangkapan ikan

pelagis kecilnya dominan. Data primer

difokuskan pada data jenis hasil tangkapan,

jumlah hasil tangkapan, musim ikan dan

daerah penangkapan ikan, Wawancara

mendalam dilakukan dengan bantuan

kuiseoner kepada responden yang

ditetapkan sebanyak 10 % dari total

populasi kelompok sampling (Irianti dalam

Bungin, 2004). Responden berasal dari

kelompok nelayan, pemilik kapal, dan

pengusaha perikanan.

Page 6: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

3

1CPUE

CPUE FPI

s

s

s

s

i

iCPUE

CPUE FPI

i

i

iFE

HT CPUE

s

s

sFE

HT CPUE

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Sekunder

Metode pengumpulan data

sekunder terdiri dari studi literatur,

konsultasi pakar, dan kombinasi keduanya.

3.4. Metode Analisis

Pengolahan dan analisis data yang

dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari

analisis dekriptif, standarisasi unit

penangkapan ikan, dan analisis biologi.

3.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk

menjelaskan kondisi umum kegiatan per-

ikanan pelagis kecil di perairan Nanggro

Aceh Darussalam. Analisis deskriptif ini

dapat mencakup analisis terkait kondisi

rumah tangga nelayan (RTN), perkem-

bangan armada penangkapan, perkembang-

an produksi/hasil tangkapan baik dalam

skala tahunan maupun kwartal. Hasil

analisis ini dapat disajikan dalam bentuk

narasi, grafik, tabel, dan lainnya.

3.4.2 Standardisasi Unit Penangkapan

Ikan

Standarisasi unit penangkapan

ikan merupakan tahapan penting untuk

analisis potensi sumberdaya perikanan

pelagis kecil di perairan utara Propinsi

Nanggro Aceh Darussalam. Standarisasi

ini diperlukan untuk keseragaman upaya

penangkapan yang ada sehingga tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikan selama ini

di lokasi dapat dihitung dengan mudah,

dapat potensi pengembangannya diketahui.

Unit penangkapan ikan yang dijadikan

standar adalah jenis unit penangkapan

yang paling dominan menangkap jenis-

jenis ikan utama di lokasi yang ditandai

oleh CPUE atau laju tangkapan rata-

ratanya bernilai paling besar. Adapan

persamaan yang terkait dengan

perhitungan FPI ini (Gulland, 1983) :

SE = FPi x FEi

Di mana CPUEs = jumlah hasil

tangkapanan per satuan upaya unit

penangkapan standar pada tahun ke-i;

CPUEi = atau jumlah hasil tangkapanan

per satuan upaya jenis penangkapan yang

akan distandardisasi; HTs = jumlah hasil

tangkapan (catch) jenis unit penangkapan

yang dijadikan standar pada tahun ke-i;

HTi = jumlah hasil tangkapan (catch) jenis

unit penangkapan yang akan

distandardisasi pada tahun ke-i; FEs =

jumlah upaya penangkapan (effort) jenis

unit penangkapan ikan yang dijadikan

standar pada tahun ke-i; FEi = jumlah

Page 7: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

4

upaya penangkapan (effort) jenis unit

penangkapan yang akan distandardisasi

pada tahun ke-i; FPIs = fishing power

indeks atau faktor daya tangkap jenis unit

penangkapan standar pada tahun ke-i; FPIi

= fishing power indeks jenis unit

penangkapan yang akan distandardisasi

pada tahun ke-i; dan SE =upaya

penangkapan (effort) hasil standardisasi

pada tahun ke-i.

3.4.3. Analisis Biologi

Analisis biologi digunakan untuk

menduga potensi lestari (MSY) perikanan

pelagis kecil yang dilakukan dengan cara

mengolah data hasil tangkapan utama dari

setiap unit tangkapan ikan yang

dioperasikan dan upaya penangkapan.

Menurut Sparre dan Venema (1999) yang

diacu dalam Ihsan (2000), parameter

biologi untuk menduga konstanta-

konstanta persamaan surplus produksi.

Pendugaan potensi lestari (Maximum

Sustainable Yield/MSY) dengan model

surplus produksi ini menggunakan

pendekatan awal berupa metode Schaefer

yang mengembangkan analisis regresi dari

catch per-unit effort (CPUE) terhadap

jumlah effort (f) yang distandarisasi.

Secara matematis, catch per-unit effort

(CPUE), MSY, dan f(opt) dinyatakan

dengan persamaan :

CPUE = a – b.f MSY = 4b

a2

f (opt)

= 2b

a

Dimana CPUE = rata-rata tangkapan per

satuan upaya penangkapan, F = upaya

penangkapan, a dan b = parameter

regresi, MSY = potensi lestari ikan pelagis

kecil, dan f(opt) = upaya

penangkapan optimum ikan pelagis kecil.

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Kondisi Nelayan dan Armada

Penangkapan Ikan

4.1.1 Kondisi Rumah Tangga Nelayan

(RTN)

Nelayan merupakan pelaku utama

kegiatan perikanan tangkap termasuk

untuk perikanan pelagis kecil. Peran

nelayan dalam kegiatan perikanan tangkap

termasuk di perairan utara Propinsi

Nanggro Aceh Darussalam (NAD) sangat

tergantung pada kehidupan rumah

tangganya. Nelayan yang melibatkan isteri

dan anaknya dalam kegiatan perikanan

biasanya lebih sukses dan lebih dapat

bertahan terhadap berbagai pemasalahan

yang terjadi pada kegiatan perikanan.

Tabel 1 menyajikan perkembangan jumlah

rumah tangga nelayan (RTN) di perairan

utara Nanggro Aceh Darussalam tahun

1999 – 2009.

Page 8: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

Tabel 1 Perkembangan jumlah rumah tangga nelayan (RTN)

di perairan utara NAD tahun 1999 – 2009

Uraian Tahun

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah

Rumah

Tangga

Nelayan

/RTN (KK)

866 851 1069 1121 1156 1231 361 458 480 480 480

Sumber : Hasil analisis data lapang (2010)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah

rumah tangga nelayan cenderung

meningkat hinga tahun 2004. Pada tahun

2005, menurun drastis dari 1231 RTN pada

tahun 2004 menjadi 361 RTN

pada tahun 2005. Hal ini terjadi karena

adanya tsunami (tahun 2004) yang

menyebabkan banyak anggota keluarga

nelayan yang menjadi korban. Dengan

adanya program pemulihan yang dilakukan

oleh Pemerintah Indonesia dan dibantu

oleh beberapa donor dari luar, maka terjadi

peningkatan kembali pada tahun 2006

menjadi 458 RTN, dan tahun 2009 menjadi

480 RTN.

4.1.2 Perkembangan Armada

Penangkapan

Secara umum, armada penang-

kapan ikan yang berkembang di perairan

utara Nanggro Aceh Darussalam terdiri

dari perahu tanpa motor, perahu papan,

motor tempel, dan kapal motor. Armada

penangkapan ikan tersebut berkembang

secara alami di perairan utara NAD,

berdasarkan pilihan nelayan yang terdapat

di lokasi. Secara detail, Gambar 1

menyajikan secara detail perkembangan

perahu papan dan kapal motor yang

terdapat di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam untuk periode tahun 1999 –

2009.

Page 9: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

(a) perahu papan (b) kapal motor

Gambar 1 Perkembangan jumlah perahu papan dan kapal motor di perairan utara

Nanggroe Aceh Darussalam tahun 1999 – 2009

Berdasarkan Gambar 1, perahu papan

besar meningkat drastis pada tahun 2001

hingga tahun 2004, yaitu sekitar 125 unit

pada tahun 2001 menjadi 201 unit pada

tahun 2004. Sedangkan perahu papan

kecil tidak menglami peningkatan (tetap 35

unit), dan perahu papan sedang belum

dikembangkan (0 unit). Namun setelah

terjadi tsunami, perahu papan besar dan

perahu papan kecil menurun dratis, dan

yang berkembang adalah perahu papan

sedang. Sedangkan untuk kapal motor,

pada periode tahun 1999 – 2004, kapal

motor < 5 GT dan kapal motor 5 – 10 GT

merupakan kapal motor yang dominan

dikembangkan di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam. Pada tahun 1999, kapal

motor < 5 GT sekitar 77 unit dan

meningkat pada tahun 2003 menjadi 120

unit. Untuk kapal motor 5 – 10 GT, pada

tahun 1999 sekitar 87 unit meningkat pada

tahun 2004 menjadi 196 unit. Kapal motor

< 5 GT meningkat menjadi 186 unit tahun

2005 dan 241 unit tahun 2005 karena ada

bantu pasca tsunami. Peningkatan juga

terjadi pada kapal motor 20 – 30 GT,

dimana dari tidak akan menjadi 135 unit

pafa tahun 2005.

4.2 Perkembangan Hasil Tangkapan

Ikan

4.2.1 Hasil Tangkapan Ikan Tahunan

Secara umum, hasil tangkapan

ikan di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam dapat dilihat dalam skala

tahunan dan juga dalam jangka waktu lebih

pendek, misalnya skala kwartal (3

bulanan). Baik dalam skala tahunan

maupun skala kwartal, hasil tangkapan

ikan yang didapat nelayan bisa berbeda-

beda dipengaruhi oleh pola migrasi ikan,

musim, dan faktor lingkungan perairan

lainnya. Gambar 2 menyajikan

perkembangan hasil tangkapan ikan

pelagis kecil di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam tahun 1999 – 2009.

0

50

100

150

200

250

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Ju

mla

h P

era

hu

Pap

an

(u

nit

)

Perahu Papan Kecil Perahu Papan Sedang Perahu Papan Besar

0

50

100

150

200

250

300

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Ju

mla

h K

ap

al

Mo

tor

(un

it)

< 5 GT 5 - 10 GT 10 - 20 GT 20 - 30 GT

30 - 50 GT 50 - 100 GT 100 - 200 GT

Page 10: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

(a) menurut jenis ikan (b) menurut kwartal

Gambar 2 Perkembangan hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan

utara Nanggro Aceh Darussalam tahun 1999 – 2009

Berdasarkan Gambar 2, ikan teri,

layang, dan kembung merupakan hasil

tangkapan yang dominan yang didapat

nelayan di perairan Nanggro Aceh

Darussalam selama periode tahun 1999 –

2009. Namun demikian, hasil tangkapan

tersebut sangat berfluktuasi dari tahun ke

tahun. Ikan teri merupakan hasil

tangkapan terbanyak nelayan periode tahun

2000 – 2001, dan pada tahun 2002 – 2004

sedikit menurun dan digantikan oleh ikan

kembung. Hasil tangkapan ikan layang,

meningkat pesat pada periode tahun 2005 –

2007. Untuk kwartal, hasil tangkapan

tersebut terbagi dalam kwartal 1 (Januari –

Maret), kwartal 2 (April Juni), kwartal 3

(Juli-September), dan kwartal 4 (Oktober –

Desember). Hasil tangkapan rata-rata

ikan pelagis kecil di perairan utara

Nanggro Aceh Darussalam umumnya lebih

banyak pada kwartal 2 dan 3. Pada

kwartal 2, hasil tangkapan rata-rata ikan

pelagis kecil di lokasi mencapai 1517,7 ton

dan pada kwartal 3 meningkat lagi yaitu

rata-rata menjadi 1530,9 ton. Kwartal 4

mempunyai hasil tangkapan rata-rata ikan

pelagis kecil paling rendah di perairan

utara Nanggro Aceh Darussalam, yaitu

1193,1 ton.

4.2.2 Hasil Tangkapan Ikan Di Setiap

Kwartal

Untuk melihat perkembangan hasil

tangkapan setiap jenis ikan pelagis kecil di

setiap kwartal selama 11 tahun (1999 –

2009), maka dilakukan analisis produksi

berdasarkan kwartal (Gambar 3).

Berdasarkan Gambar 3, selama kwartal 1

tahun 2000, 2001 dan 2003, ikan teri

merupakan produk dominan nelayan di

perairan utara Nanggro Aceh Darussalam.

Hasil tangkapan rata-rata ikan teri pada

kwartal 1 tahun 2000, 2001, dan 2003

berturut-turut mencapai 443,1 ton, 877,1

ton, dan 449,6 ton. Selain teri, ikan lemuru

dan selar termasuk jenis hasil tangkapan

penting selama 2000 – 2004, yaitu masing-

masing pada tahun 2000 produksinya

mencapai 354,4 ton dan 135,4 ton, dan

pada tahun 2004 produksinya mencapai

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Pro

du

ksi (t

on

)

Kembung

Layang

Tembang

Selar

Teri

Layar

Lemuru

Sunglir

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Kw artal 1

Kw artal 2

Kw artal 3

Kw artal 4

Produksi (ton)

Page 11: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

7

312,5 ton dan 291,9 ton. Pada kwartal 1

tahun 2005-2007, ikan layang menjadi

hasil tangkapan dominan nelayan di

perairan utara Nanggro Aceh Darussalam,

yaitu masing-masing mencapai 585,5 ton,

723,7 ton, dan 247 ton.

Untuk kwartal 2 ini, hasil

tangkapan rata-rata ikan teri dominan

hanya pada tahun 2001, sedangkan pada

tahun berikutnya didominasi oleh henis

lainnya. Pada kwartal 2 tahun 2004, hasil

tangkapan dominan berupa ikan kembung

yang mencapai 544,6 ton. Pada

kwartal 2 tahun 2005, hasil tangkapan

dominan nelayan berupa ikan layang

(585,5 ton), sedangkan pada kwartal 2

tahun 2006 berupa ikan kembung dan ikan

sunglir yang produksinya masing-masing

mencapai 727,3 ton. Di kwartal 3 untuk

periode tahun 1999 –teri, kembung, dan

layang ini masing-masing mencapai 813

ton (tahun 2001), 717,4 ton (tahun 2003),

dan 613,6 ton (2006).

Gambar 3 Hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis kecil di setiap kwartal di perairan utara

Nanggro Aceh Darussalam tahun 1999 – 2009

0

520

1040

1560

2080

2600

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Pro

du

ksi

Kw

art

al

I (t

on

)

Layang

Tembang

Selar

teri

layar

Lemuru

Sunglir

Jepuh

kembung

(a) kwartal 1 (b) kwartal 2

(c) kwartal 3 (d) kwartal 4

0

520

1040

1560

2080

2600

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Pro

du

ksi

Kw

art

al

III

(Tah

un

)

Layang

Tembang

Selar

teri

layar

Lemuru

Sunglir

Jepuh

kembung

0

520

1040

1560

2080

2600

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Pro

du

ksi

Kw

art

al

IV (

ton

) Layang

Tembang

Selar

teri

layar

Lemuru

Sunglir

Jepuh

kembung

0

520

1040

1560

2080

2600

1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010

Tahun

Pro

du

ksi

Kw

art

al

II (

ton

) Layang

Tembang

Selar

teri

layar

Lemuru

Sunglir

Jepuh

kembung

Page 12: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

8

Bila melihat jenis ikannya, maka

hasil tangkapan rata-rata ikan pelagis kecil

di kwartal 4 termasuk kurang stabil

dibandingkan tiga kwartal lainnya. Ikan

teri merupakan produk dominan untuk

kwartal 4 tahun 2001, yang mencapai

577,2 ton. Ikan kembung menjadi produk

dominan untuk jenis ikan pelagis kecil di

kwartal 4 tahun 2004 yang produksinya

mencapai 760,9 ton. Ikan layang menjadi

produk dominan untuk jenis ikan pelagis

kecil di kwartal 4 tahun 2006 yang

produksinya mencapai 626,4 ton.

4.3 Potensi Pengembangan Perikanan

Pelagis Kecil

4.3.1 Standarisasi Upaya Penangkapan

Ikan Pelagis Kecil

Penangkapan ikan pelagis kecil di

perairan utara Nanggro Aceh Darussalam

umumnya menggunakan jaring insang

hanyut (JIH), jaring insang tetap (JIT),

jaring lingkar (JL), payang, purse seine,

jaring klitik (JK), pukat ikan, dan tramel

net. Jenis ikan pelagis kecil yang umum

ditangkap oleh nelayan di di peraiarn utara

Nanggro Aceh Darussalam terdiri dari

jenis ikan layang, tembang, selar, teri

layar, lemuru, sunglir, jepuh, dan

kembung. Tabel 2 menyajikan hasil

tangkapan total (catch total), effort

gabungan hasil standarisasi dan CPUE

standar.

Tabel 2 Catch total, effort gabungan hasil standarisasi dan CPUE standar

Tahun HTs-total (ton) SE-Gab (unit) CPUE Standar

(ton/unit)

1999 9517.1 4889.320 1.947

2000 16143.5 3044.848 5.302

2001 11379.7 4604.928 2.471

2002 6223.8 10064.343 0.618

2003 6292.5 9632.219 0.653

2004 5707.7 5175.898 1.103

2005 3735.7 346.138 10.793

Page 13: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

1

2006 4093 935.543 4.375

2007 4999.3 4028.183 1.241

2008 4672.2 2894.829 1.614

2009 4998.4 2301.065 2.172

Sumber : Hasil analisis data (2010)

Hasil standarisasi pada Tabel 2 merupakan

gabungan dari hasil analisis standar terkait

hasil tangkapan dan upaya penangkapan

ikan pelagis kecil menggunakan sembilan

jenis alat tangkap tersebut. Alat tangkap

tersebut sangat diandalkan oleh nelayan di

lokasi karena mereka cukup menguasai

teknologinya, meskipun sangat terbatas.

4.3.2 Potensi Lestari Sumberdaya Ikan

Pelagis Kecil

Data hasil standarisasi pada Tabel

2 berguna untuk menganalisis potensi

lestari (MSY) sumberdaya ikan pelagis

kecil dan upaya penangkapan optimumnya

(f-optimum) di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam. Gambar 4 menyajikan

hubungan upaya penangkapan dengan

produksi, MSY dan f-optimum untuk ikan

pelagis kecil di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam.

Gambar 4 Hubungan upaya penangkapanan dengan produksi, MSY dan F Optimum

untuk ikan pelagis kecil di perairan utara Nanggro Aceh Darussalam

MSY =15479 ton

2002

1999

2000

2001

2003

20042005

200620072008

2009

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

0 2000 4000 6000 8000 10000

Upaya Penangkapan (trip)

Prod

uksi

(ton

)

F-opt=4896 trip

Page 14: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

9

Berdasarkan Gambar 4, potensi

maksimum lestari (Maximum Sustainable

Yield/MSY) sumberdaya ikan pelagis kecil

di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam sekitar 15479 ton setiap

tahunnya, sedangkan upaya penang-

kapannya yang optimum (F opt) sekitar

4896 trip. Produksi tahunan rata-rata ikan

pelagis kecil di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam selama periode 11 tahun

terakhir sekitar 7069,35 ton. Bila nilai

tersebut dihubungkan dengan nilai potensi

maksimum lestari (Maximum Sustainable

Yield/MSY) maka tingkat pemanfaatan

sumberdaya ikan pelagis kecil di Pantai

Utara Nanggroe Aceh Darussalam sekitar

45,67 %. Produksi ikan pelagis kecil pada

tahun 2009 yang sekitar 4998,4 ton (Tabel

2), sehingga masih sangat terbuka untuk

ditingkatkan pada tahun-tahun berikutnya.

Hasil analisis terkait slope/kemiringan

hubungan upaya penangkapan dengan

CPUE ikan pelagis kecil menunjukkan

nilai negatif (-0,00065). Nilai negatif

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan

upaya penangkapan ikan cenderung

menurunkan hasil tangkapan ikan untuk

setiap trip penangkapan yang dilakukan di

perairan utara Nanggro Aceh Darussalam.

Namun demikian, nilai negatif sangat kecil

(slope landai) yang menunjukkan bahwa

penurunan hasil tangkapan ikan untuk

setiap trip penangkapan tidak akan terjadi

selama peningkatan upaya penangakapan

dilakukan secara normal.

5. PEMBAHASAN

Potensi lestari sumberdaya ikan

pelagis kecil yang mencapai 15479

ton/tahun merupakan potensi besar untuk

memajukan kegiatan perikanan di perairan

utara Nanggro Aceh Darussalam. Dalam

penelitiannya, Hendriwan, et. al (2008)

menyatakan bahwa potensi perikanan

sangat tingkat optimasi pengelolaan

sumberdaya perikanan dan strategi

pengembangannya sehingga pengelolaan

tersebut dapat berkelanjutan. Namun

demikian, keberhasilan kegiatan perikanan

tangkap termasuk yang terkait dengan

perikanan pelagis kecil, juga sangat

bergantung pada peran yang dilakukan

oleh nelayan. Hal ini karena nelayan

merupakan pelaku langsung yang utama

pada kegiatan perikanan tangkap tersebut.

Menurut Elfindri (2002), nelayan dan

rumah tangganya memegang peran yang

sangat penting dalam memajukan ekonomi

masyarakat pesisir. Hasil tangkapan ikan

yang didapat nelayan dan kontribusi

keluarga nelayan pada usaha perikanan

dapat memacu perkembangan kegiatan

ekonomi kawasan, terutama kawasan

pantai utara Nanggroe Aceh Darussalam.

Pertumbuhan rumah tangga nelayan (RTN)

memberi indikasi positif bagi

perkembangan ekonomi masyarakat

pesisir. Terkait dengan ini, maka berbagai

upaya pembinaan dan pemberdayaan harus

terus dilakukan untuk meningkatkan peran

nelayan tersebut. Pembinaan dari PEMDA

juga sangat diharapkan, Agar peningkatan

pendapatan nelayan sektor ini akan bisa

berjalan sebagai mana harapan.

Untuk hasil tangkapan ikan pelagis

kecil, relatif tinggi pada kwartal 2 (April-

Juni) dan kwartal 3 (Juli-September) setiap

tahunnya terjadi karena kondisi perairan

yang relatif tenang pada bulan-bulan

tersebut, sehingga pergerakan nutrien lebih

stabil. Menurut Dinas Kelautan dan

Perikanan NAD (2010) kepada kwartal 2

dan 3, angin umumnya bertiup dari arah

tenggara menuju ke barat dimana angin

Page 15: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

10

dan ombak tidak terlalu besar, dan di

daerah tropis kondisi ini menyebabkan

musim kemarau. Di samping membantu

penyebaran nutrien terutama yang berasal

dari perairan Sumatera, kondisi ombak

yang tetap ini memudahkan nelayan untuk

melakukan kegiatan penangkapan ikan.

Tomascik, et. al (1997) menyatakan bahwa

perairan yang kaya dengan nutrien dapat

meningkatkan hasil tangkapan terutama

dari jenis ikan pelagis kecil. Sedangkan

menurut Mumby, et. al (1999), migrasi

gerombolan ikan pelagis kecil yang

mengikuti pergerakan nutrien dapat

menjadi petunjuk pemasangan alat

penangkapan ikan.

Ikan layang, selar, teri dan

kembung merupakan ikan pelagis kecil

dominan yang ditangkap nelayan di

perairan utara Nanggro Aceh terutama

untuk kwartal 3. Hal ini karena ikan teri

termasuk mudah berkembang bila kondisi

kondisi kesuburan perairan baik dan arus

perairan yang tenang (di kwartal 3). Pada

kwartal yang sama selama periode 1999 -

2009, produksi ikan pelagis kecil cukup

fluktuatif (tidak stabil) dipengaruhi oleh

pola musim dan jenis alat tangkap/armada

penangkapan yang dioperasikan nelayan

dari waktu ke waktu. Menurut Hartoto,

et.al (2009), pola penggunaan alat

tangkap/armada penangkapan dapat

berubah-ubah dalam waktu yang sama

tergantung dari ketrampilan dan

perkembangan teknik penangkapan yang

sukai nelayan, serta musim ikan. Secara

sosial pola pemanfaatan seperti ini

termasuk baik, karena ada upaya adopsi

teknologi penangkapan, pembinaan

ketrampilan nelayan, serta menumbuhkan

partisipasi pihak-pihak yang berkepenting-

an dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan.

Selama ini pemanfaatan sumber-

daya perikanan pelagis kecil di Pantai

Utara Nanggroe Aceh Darussalam belum

optimal terutama setelah terjadinya

tsunami pada tahun 2004. Menurut BRR

(2010), akibat adanya tsunami

menyebabkan semua sektor ekonomi

masyarakat pesisir lumpuh. Pembinaan

oleh BBR masih perlu untuk mengangkat

kegiatan ekonomi perikanan yang aktif

kurang dari 10 %, dan melanjutkan

pengelolaan hibah. Ekonomi perikanan

masih sulit ditingkatkan lagi karena

masyarakat pesisir masih trauma untuk

melakukan aktivitas ekonomi yang

berhubungan dengan laut. Terkait dengan

ini, maka pengembangan kegiatan

perikanan sebagai basis ekonomi

masyarakat pesisir menjadi tugas bersama

PEMDA dan masyarakat sekitar. Potensi

lestari sumberdaya ikan pelagis kecil yang

mencapai 15.479 ton per tahun (Gambar 4)

perlu dimanfaatkan dengan baik sehingga

membawa kesejahteraan bagi masyarakat

pesisir di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam. Menurut Hanna (1995),

peningkatan kesejahteraan masyarakat

lokal harus menjadi tujuan dari setiap

kegiatan pengelolaan sumberdaya alam,

partisipasi mereka perlu diakomodir secara

optimal dan disertai dengan pembinaan

yang terus meneurus. Hal ini karena

masyarakat local mereka stakhoders yang

dekat dengan potensi perikanan tersebut

dan sehari-hari aktivitasnya di kawasan

tersebut.

Produksi perikanan pada tahun

2009 yang hanya mencapai 4672,2 ton per

tahun atau sekitar 30 % dari potensi lestari

Page 16: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

11

sumberdaya ikan yang ada tentu memberi

ruang untuk pengembangan produksi

perikanan pelagis kecil di perairan utara

Nanggro Aceh Darussalam ini. Bila

mengacu kepada ketentuan Food and

Agriculture Organization (FAO) (2005),

maka tingkat produksi ini berada dalam

range rendah sampai moderat, sehingga

masih leluasa untuk dimanfaatkan.

Sedangkan menurut Fauzi (2005),

pemanfaatan sumberdaya perikanan harus

dilakukan secara selektif dengan memilih

beberapa produk perikanan yang dijadikan

unggulan, dan selanjutnya pemerintah

menetapkan regulasi untuk implementasi

pengelolaannya.

Bila melihat pola produksi/hasil

tangkapan rata-rata yang didapat nelayan

pada semua kwartal, maka ikan teri,

layang, dan kembung dapat dijadikan

sebagai komoditas unggulan untuk jenis

ikan pelagis kecil di perairan utara

Nanggro Aceh Darussalam. Produksi

ketiga jenis ikan pelagis kecil ini cukup

dominan (Gambar 2) dan dapat diperolah

nelayan setiap kwartalnya (Gambar 4.7).

Karyana (1993) dan Mamuaya, et.al

(2007) dalam penelitiannya menyatakan

bahwa produksi ikan yang stabil dengan

nilai yang cukup tinggi dapat menjamin

keberlanjutan ekonomi perikanan bagi

daerah sekitarnya. Ekonomi perikanan

akan berkembang dengan baik sangat

tergantung pada kontribusi masyarakat

kawasan untuk menghasilkan produk yang

dibutuhkan pasar secara kontinyu.

Produksi perikanan yang terjaga dengan

dapat menarik minat investor luar untuk

mengembangan potensi perikanan yang

ada sehingga menjadi lebih besar dan

berdaya saing.

Terkait dengan ini, maka

pemanfaatan potensi sumberdaya ikan

pelagis kecil komoditas unggulan tersebut

harus dilakukan secara hati-hati dan

bertanggung jawab sehingga keberlanjut-

annya dapat dirasakan oleh generasi

mendatang. Slope hubungan upaya

penangkapan dengan CPUE ikan pelagis

kecil di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam bernilai negatif (-0,00065)

pada Gambar 5 memberi indikasinya

perlunya kehati-hatian ini. Semakin sering

kegiatan penangkapan ikan dilakukan,

maka ada kecenderungan hasil tangkapan

yang didapat semakin kurang. Kehatian-

hatian ini dapat dilakukan dalam bentuk

tidak menggunakan bahan atau alat

tangkap yang destruktif, tidak melakukan

penangkapan ikan di daerah ruaya ikan,

meminimalkan interaksi penangkapan

dengan komponen ekosistem perairan dan

hal ini perlu diawasi terus. Kimker (1994)

menyatakan pengawasan pemanfaatan

harus terus dilakukan baik pada perairan

yang overfishing maupun yang tidak

overfishing. Pengawasan yang baik

merupakan ujung tombak dari pelaksanaan

kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan

secara bertanggung jawab yang menjamin

keberlanjutan kegiatan perikanan di suatu

kawasan.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Jumlah rumah tangga nelayan

(RTN) cenderung meningkat hingga tahun

2004. Pada tahun 2005, menurun drastis

menjadi 361 RTN (dari 1231 RTN pada

tahun 2004). Penurunan juga terjadi pada

armada penangkapan ikan perahu papan

kecil, perahu papan besar, dan kapal motor

Page 17: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

12

5 -10 GT. Kapal motor < 5 GT meningkat

menjadi 186 unit tahun 2005 dan 241 unit

tahun 2005. Peningkatan jumlah kapal ini

juga terjadi pada kapal motor 20 – 30 GT,

dimana dari tidak akan menjadi 135 unit

pafa tahun 2005. Hasil tangkapan ikan

pelagis kecil di kwartal 2 dan 3 umumnya

lebih baik daripada kwartal 1 dan 4. Pada

kwartal 2, hasil tangkapan rata-rata ikan

pelagis kecil di lokasi mencapai 1517,7 ton

dan pada kwartal 3 meningkat lagi yaitu

rata-rata menjadi 1530,9 ton. Potensi

maksimum lestari (MSY) sumberdaya ikan

pelagis kecil di perairan utara Nanggro

Aceh Darussalam sekitar 15479 ton setiap

tahunnya, sedangkan upaya penang-

kapannya yang optimum (F-optimum)

sekitar 4896 trip. Produksi tahunan rata-

rata ikan pelagis kecil di perairan utara

Nanggro Aceh Darussalam selama periode

11 tahun terakhir sekitar 7069,35 ton dan

bila dibandingkan nilaiMSY maka tingkat

pemanfaatan ini baru sekitar 45,67 %,

sehingga masih ada peluang untuk

dikembangkan di masa yang akan datangm

terutama untuk jenis unggulan. Oleh

karena pola produksinya yang baik, maka

ikan teri, layang, dan kembung dapat

dijadikan sebagai komoditas unggulan

untuk pengembangan perikanan pelagis

kecil di perairan utara Nanggro Aceh

Darussalam.

6.2. Saran

Pengembangan usaha perikanan

pelagis kecil hendaknya diarahkan pada

jenis hasil tangkapan yang menjadi

komoditas unggulan, seperti ikan teri,

layang, dan kembung. Komoditas

unggulan tersebut merupakan jenis ikan

yang banyak tersedia di lokasi dan hasil

tangkapan stabil, dan hal ini penting

untuk menjamin kelestarian hayati dan

konyunitas pendapatan bagi nelayan

sekitar.

Page 18: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR). 2010. BRR Dinilai Belum Layak

Tinggalkan Aceh. http://news.okezone.com/read/2008/03/27/1/95302/1/ brr-

dinilai-belum-layak-tinggalkan-aceh.

Bungin, B. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Dahuri, R., 2001. Kebijakan Penertiban Izin Kapal Asing Di Perairan Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia (ZEEI). Seminar Nasional 20 Oktober 2001,

Diselenggarakan Oleh HIMASEPA IPB. Jakarta. 9 hal.

Dinas Kelautan dan Perikanan NAD. 2010b. Prospek Pengembangan Potensi perikanan

Nanggro Aceh Darussalam. DKP NAD, Banda Aceh.

Elfindri. 2002. Ekonomi Patron-klien. Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan dan

Kebijakan Makro. Andalas University Press.

Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Food Agriculture Organization [FAO]. 2005. The State of World Fisheries and

Agriculture (SOFIA). FAO.

Gulland, J. A., 1983. Fish Stock Assessment: Amanual of Basic Methods. Chichester-

New York-Brishbane-Toronto-Singapor: John Wiley Sons. 223 p.

Hanna, S. 1995. Efficiencies of User Participation in Nautral Resource Management. In

Hanna, S. and M. Munasinghe (eds.) In Property Rights and the Environment -

Social and Ecological Issues. Biejer International Institute of Ecological

Economics and The World Bank. Washington, D.C

Hartoto, D., I., Adrianto, L.; Kalikoski, D.; Yunanda, T. (eds) (2009).

Building capacity for mainstreaming fisheries co-management in Indonesia.

Course book. FAO/Jakarta, DKP/Jakarta: Rome, dari website:

ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/012/i0989e/ i0989e.pdf

Hendriwan, M. F. A. Sondita, J. Haluan, dan B. Wiryawan. 2008. Analisis Optimasi

Pengelolaan Perikanan Tangkap dan Strategi Pengembangannya di Teluk

Lampung. Buletin PSP Volume XVII No.1 April 2008. Hal 44-70.

Karyana, B. 1993. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis di Perairan Pantai

Barat Kalimantan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 72 tahun 1993 : 33 –

41.

Page 19: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

16

Kimker, A. L. 1994. Tunner Crab Survival in Closed Pots. Alaska Fishery Research

Bulletin, Vol 1 No. 2 pp 179 – 183.

Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan

Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan Kasus di Kota Manado.

Buletin PSP Vol. XVI. 1 : 146-160.

Mumby, P.J, E. P. Green, A. J. Edwards, and C. D. Clark. 1999. The cost-effectiveness

of remote sensing for tropical coastal resources assessment and management.

Journal of Environmental Management (1999) 55, 157–166.

Tomascik, T., A.J. Mah., A. Nontji, and K.M. Moosa. 1997. The Ecology of The

Indonesian Seas – Part One and Two. The Ecology Journal of Indonesia Series

Vol. 8. Peripcus, Singapore

Page 20: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

17

STUDI KECENDRUNGAN PENGGUNAAN FORMALIN SEBAGAI BAHAN

PENGAWET PADA PRODUK PERIKANAN DI BEBERAPA PASAR

TRADISIONAL DALAM WILAYAH KOTA BANDA ACEH

Drs. H. Azwar Thaib, M. Si

(Email: [email protected])

ABSTRAK

Pengawetan produk hasil perikanan dengan tujuan mempertahankan mutu dan

nilai jual menjadi perhatian semua pihak. Dugaan penggunaan bahan pengawet kimia

seperti formalin, telah meresahkan masyarakat konsumen. Hal tersebut disebabkan oleh

meningkatnya kesadaran masyarakat konsumen terhadap bahaya yang akan ditimbulkan

sebagai akibat dari penggunaaan bahan tersebut. Sementara bagi sebahagian kecil

pedagang yang tidak bertanggung jawab melakukan hal tersebut diduga dengan tujuan

mendapat keuntungan yang lebih besar melalui peningkatan daya simpan yang relatif

lama, dan biaya produksi yang tidak terlalu besar.

Penelitian ini bertujuan untuk untuk melihat apakah terdapat kecendrungan

pengunaan formalin sebagai bahan pengawet pada produk perikanan baik segar maupun

olahan yang di pasarkan pada pasar-pasar tradisional dalam wilayah Kota Banda Aceh.

Sebagai sampel uji dilakukan terhadap produk segar dan olahan, baik yang berasal dari

dalam Propinsi Aceh maupun didatangkan dari Medan Propinsi Sumatra Utara. Adapun

titik pengambilan sampel adalah pasar ikan peunanyong, pasar aceh, pasar pagi seutui,

pasar pagi keutapang, pasar ulhee –lhee, dan TPI Lampulo.

Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hanya sebahagian sangat

kecil dari ikan sampel uji yang terindikasi terdapat formalin. Dan hasil wawancara tidak

ditemukan pengakuan apakah penangkap atau penjual produk perikanan yang memiliki

kecendrungan mengunakan formalin sebagai bahan pengawet.

Kata Kunci: Formalin, bahan pengawet, produk hasil perikanan, dan pasar tradisional.

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi ikan bagi warga masyarakat kota

Banda Aceh, tumbuh berkembang

beberapa pasar di bebrapa wilayah kota.

Umumnya setiap pasar tradisional terdapat

pasar ikan yang menyediakan bernbagai

jenis ikan baik dalam bentuk segar

maupun olehan. Hasil produksi usaha

perikanan dikenal memiliki resiko

diantaranya adalah kemampuan daya

tahan produk tersebut. Maka sebagai upaya

Page 21: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

16

mempertahankan daya simpan dan daya

tahan dilakukan beberapa metoda,

diantaranya adalah rantai dingin dengan

penggunaan es pada produk ikan segar.

Sementara pihak-pihak tertentu diduga

memiliki kecendrungan menggunakan

bahan pengawet kimia seperti formalin,

karena selain biaya produksi relatif murah

dan tidak rusak sampai lebih dari sebulan

pada suhu kamar (25oC) untuk ikan olahan.

Sedangkan untuk ikan segar bisa tahan

sampai tiga hari pada suhu kamar (25oC)

dan hal ini menjadi sangat berbahaya bagi

konsumen (Naibaho, 2011).

Formalin merupakan larutan yang

tidak berwarna dan baunya sangat

menusuk dan bersifat karsinogenik atau

bisa menyebabkan kanker. Dalam formalin

terkandung sekitar 37 % formaldehid

dalam air, dan untuk digunakan sebagai

bahan pengawet biasanya di tambahkan

mentanol hingga 15 % (Judarwanto, 2010).

Akibat yang ditimbulkan tersebut dapat

terjadi dalam waktu singkat atau jangka

pendek dan dalam jangka panjang. Ikan

segar yang di berikan formalin pada

tubuhnya teridentifikasi menjadi kaku,

sulit dipotong , tidak rusak sampai 3 (tiga)

hari pada suhu kamar 25%, warna insang

merah tua, dan warna daging ikan putih

bersih.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah ada kecenderungan

penggunaan formalin pada produk hasil

perikanan dalam bentuk olahan maupun

ikan segar yang di pasarkan di pasar

tradisional dalam wilayah Kota Banda

Aceh.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan

adalah melakukan identifikasi, dengan cara

menganalisis sampel dengan menggunakan

teskit antilin, jumlah sampel (92) tujuh

puluh sembilan jenis yang dibuat masing-

masing produk adalah 3 (tiga) yaitu :

control, analisis teksit antilan, analisis

teskit antilan dengan penambahan formalin

sebanyak 4 tetes. Adapun parameter yang

digunakan adalah Indikatif penggunaan

formalin pada produk ikan uji olahan

maupun segar. Sampel uji diambil dari

pasar tradisional berikut; Pasar Penayong,

Pasar Aceh, Pasar Seutui, Pasar Pagi

Keutapang, Pasar Ulee Lheu, dan TPI

Lampulo

4. Hasil Dan Pembahasan

4.1. Produk Olahan Hasil Perikanan

Dari hasil analisis uji formalin

dengan menggunakan testkit antilin pada

produk olahan hasil perikanan yang

didapatkan hasil seperti pada table 1 -

table 6 sebagai berikut:

Page 22: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

17

Tabel 1 Hasil Analisis Uji Formalin Produk Olahan dengan Menggunakan

Teskit Antilin Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Ikan Peunayong

NO Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin+

formalin

1 Ikan Pisang-

pisang Putih Ungu

muda Ungu tua -

2 Teri Jengki Abu-abu Abu-abu Ungu tua -

3 Teri nasi Abu-abu Ungu

muda Ungu tua -

4 Ikan kayu Coklat Merah

jambu Ungu tua -

5 Ikan talang Coklat Ungu tua Ungu tua +

6 Ikan kepala

batu Putih susu Abu-abu

muda Ungu tua -

7 Ikan

kembung Kuning

Pudar Ungu tua Ungu tua +

Pada sampel produk olahan yang

diperoleh dari Pasar Penayong, dari 7 jenis

produk yang diteliti (tabel 1), terdapat 2

jenis produk yang terindikasi mengandung

formalin yaitu ikan asin talang dan ikan

asin kembung.

Tabel 2 Hasil Analisis Uji Formalin Produk Olahan dengan Menggunakan

Teskit Antilin Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Aceh

NO Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/ Positif

Kontrol Antilin Antilin+ Formalin

1 Ikan pisang-

pisang Coklat pudar Abu-abu

muda Ungu tua

-

Page 23: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

18

2 Teri jengki Coklat Coklat

pudar Ungu tua

-

3 Teri nasi Abu-abu

pudar Ungu tua Ungu tua

+

4 Ikan

kenbung Abu-abu

pudar Abu-abu

pudar Ungu tua

-

5 Ikan kepala

Batu Putih Susu Abu-abu

muda Ungu tua

-

6 Udang sabu Kuning

kecoklatan Ungu tua Ungu tua

+

Pada tabel 2 di atas dapat dilihat

bahwa sampel produk olahan yang

diperoleh dari Pasar Aceh, dari 6 jenis

produk yang diteliti ada 2 jenis produk

yang terindikasi mengandung formalin

yaitu teri nasi dan udang sabu.

Tabel 3 Hasil Analisis Uji Formalin Produk Olahan Lokasi Titik Pengambilan

Sampel Pasar Setui

No Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin+

formalin

1 Ikan kepala

batu Putih susu Abu-abu

muda Ungu tua -

2 Ikan

kembung Abu-abu tua Abu-abu

muda Ungu tua -

3 Ikan talang Coklat pudar Ungu

muda Ungu tua -

4 Ikan pisang-

pisang Coklat pudar Ungu

muda Ungu tua -

Page 24: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

38

5 Udang sabu Coklat muda Abu-abu

tua Ungu tua -

6 Teri jengki Coklat Abu-abu-

muda Ungu tua -

Dari sampel produk olahan yang diperoleh

di Pasar Setuiyaitu dari 6 jenis produk

yang diteliti (tabel 3), tidak terdapat jenis

produk yang terindikasi mengandung

formalin

Tabel 4 Hasil Uji Formalin Produk Olahan dengan Menggunakan Teskit Antiin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Pagi Keutapang.

No Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin+

Formalin

1 Ikan kayu Coklat pudar Merah

jambu Ungu tua -

2 Ikan

kambing-

kambing

Bening putih Nila

muda Ungu tua -

3 Ikan kepala

batu Putih susu Abu-abu

muda Ungu tua -

4 Ikan talang Coklat pudar Nila

muda Ungu tua -

5 Ikan

kembung Kuning

pudar Nila

muda Ungu tua -

6 Teri rebus Coklat tua Nila

muda Ungu tua -

Pada tabel 4 di atas dapat dilihat

bahwa sampel produk olahan yang

diperoleh dari Pasar Pagi Ketapang, dari 6

jenis produk yang diteliti maka tidak

terdapat jenis produk yang terindikasi

mengandung formalin.

Page 25: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

37

Tabel 5 Hasil Uji Formalin Produk Olahan dengan Menggunakan Teskit Antilin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Ulhe Lheue

No Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin+

Formalin

1 Ikan pisang-

pisang Kuning pudar Abu-abu Ungu tua -

2 Teri jengki Coklat Coklat tua Ungu tua -

3 Teri nasi Abu-abu

pudar Coklat muda Ungu tua -

4 Ikan talang Coklat pudar Ungu muda Ungu tua -

5 Ikan kepala

batu Putih susu Abu-abu muda Ungu tua -

Sampel produk olahan yang

diperoleh dari Pasar Ulee Lheu yaitu dari 5

jenis produk yang diteliti (tabel 5), tidak

terdapat jenis produk yang terindikasi

mengandung formalin

Tabel 6 Hasil Uji Formalin Produk Olahan dengan Menggunakan Teskit Antilin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel TPI Lampulo

No Produk

Olahan

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin+

Formalin

1 Ikan kayu Coklat pudar Merah jambu Ungu tua -

2 Ikan talang Coklat pudar Coklat tua Ungu tua -

Page 26: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

20

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa

sampel produk olahan yang diperoleh dari

pasar TPI Lampulo, dari 2 jenis produk

yang diteliti dapat simpulkan bahwa tidak

terdapat jenis produk yang terindikasi

mengandung formalin.

Dari tabel 1, 2, 3, 4, 5, dan 6

diperoleh data bahwa tidak semua produk

olahan hasil perikanan terindikasi

menggunakan formalin sebagai bahan

pengawet. Dari hasil pengamatan, hanya

Pasar Penayong dan Pasar Aceh yang

terindifikasi mengunakan formalain, yaitu

ikan asin talang; ikan asin kembung; ikan

teri nasi; dan udang sabu.

4.2. Produk Ikan Segar

Dari hasil analisis uji formalin

dengan menggunakan teskit antilin pada

produk ikan segar didapatkan hasil analisis

seperti terlihat pada table 7 - tabel 12

berikut ini.

Tabel 7 Hasil analisis uji formalin produk segar dengan menggunakan teskit antilin

lokasi titik pengambilan sampel pasar ikan peunayong

No

Produk

segar

Hasil Analisis Ket Negatif/

Positif Kontrol Antilin Antilin +

Formalin

1 Cumi-cumi Abu-abu Ungu tua Ungu tua +

2 Udang putih Coklat Coklat

muda Ungu tua -

3 Udang

windu Merah

Jambu Abu-abu Ungu tua -

4 Lemuru Coklat tua

pudar Coklat tua Ungu tua -

5 Tongkol Abu-abu Abu-abu Ungu tua -

6 Teri nasi Abu-abu Ungu tua Ungu tua +

7 Pisang-

pisang Coklat Abu-abu Ungu tua -

8 Rambeu Abu-abu Abu-abu Ungu tua -

Page 27: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

38

9 Mujair Coklat tua Ungu tua Ungu tua +

10 Petek putih Putih susu Abu-abu Ungu tua -

Pada sampel ikan segar yang

diperoleh dari Pasar Penayong, dari 10

jenis sampel yang diteliti (tabel 7), terdapat

3 jenis ikan segar yang terindikasi

mengandung formalin yaitu cumi-cumi,

yeri nasi dan mujair.

Tabel 8 Hasil Analisis Uji Formalin Produk Segar Lokasi Titik Pengambilan Sampel

Pasar Aceh

No

Jenis

Produk

Segar

Hasil Analisis

Ket Negatif/

Positif Kontrol Antilin Antilin +

Formalin

1 Tongkol Abu-abu

coklat Abu-abu tua Ungu tua -

2 Teri Nasi Abu-abu pudar Ungu tua Ungu tua +

3 Cumi-cumi Abu-abu Ungu tua Ungu tua +

4 Udang

windu Merah jambu

pudar Abu-abu

muda Ungu tua -

5 Pisang–

pisang Coklat chaki

pudar Abu-abu

muda Ungu tua -

6 Tamban Coklat muda Coklat tua Ungu tua -

Page 28: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

21

7 Lemuru Coklat tua

pudar Coklat tua Ungu tua -

8. Peperek Bening Putih Bening Ungu tua -

19 Mackarel Coklat muda Coklat tua Ungu tua -

10

. Tuna Kuning Abu-abu Ungu tua -

Pada tabel 8 diatas dapat dilihat

bahwa sampel ikan segar yang diperoleh

dari Pasar Aceh, dari 10 jenis sampel yang

diteliti maka terdapat 2 jenis ikan segar

yang terindikasi mengandung formalin

yaitu cumi-cumi dan teri nasi.

Tabel 9 Hasil Analisis Uji Formalin Produk Segar dengan Menggunakan Teskit

Antilin Lokasi Titik Pengambilan Pasar Pagi Setui

No Jenis Produk

Segar

Hasil Analisis Ket Negatif/

Positif Kontrol Antilin Antilin +

Formalin

1 Petek Putih Putih

Susu Abu-abu

muda Ungu tua -

2 Mujair Coklat

Tua Coklat

Tua Ungu tua -

3 Pisang-pisang Coklat

chaki

pudar

Abu-abu

muda Ungu tua

-

4 Cumi-cumi Abu-abu Abu-abu

muda Ungu tua

-

5 Tongkol Abu-abu

coklat Abu-abu

tua Ungu tua -

Page 29: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

22

6 ikan kembung Kuning

pudar Ungu

muda Ungu tua -

7 Udang Putih Coklat

Chaki Coklat

muda Ungu tua -

8 Kerang Coklat

tua

keabuan

Ungu

muda Ungu tua -

9. Peperek Bening

Putih Bening Ungu tua -

10 Mackarel Coklat

muda Coklat tua Ungu tua -

Pada tabel 9 menunjukkan sampel

ikan segar yang diperoleh dari pasar pagi

setui, dari 10 jenis sampel yang diteliti,

tidak terdapat jenis ikan segar yang

terindikasi mengandung formalin.

Tabel 10 Hasil Uji Formalin Produk Segar Dengan Menggunakan Teskit Antiin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Pagi Keutapang

No Jenis Produk

Segar

Hasil Analisis Ket Negatif/

positif Kontrol Antilin Antilin +

Formalin

1 Tamban Coklat

muda Coklat tua Ungu tua -

2 Petek putih Coklat

muda Coklat tua Ungu tua

-

3 Lemuru Coklat tua

pudar Coklat tua Ungu tua -

4 Biji nangka Coklat

pudar Abu-abu

muda Ungu tua -

Page 30: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

23

5 Peperek Bening

putih Bening Ungu tua -

6 ikan kembung Kuning

pudar Ungu

muda Ungu tua -

7 Mujair Coklat Tua Coklat tua Ungu tua -

8 Mackarel Coklat

muda Coklat tua Ungu tua -

9 Tongkol Abu-abu

coklat Abu-abu

tua Ungu tua -

10 Cumi-cumi Abu-abu Abu-abu

muda Ungu tua

-

Sampel ikan segar yang diperoleh

dari Pasar Pagi Keutapang, dari 10 jenis

sampel yang diteliti (tabel 10), tidak

terdapat jenis ikan segar yang terindikasi

mengandung formalin.

Tabel 11 Hasil Uji Formalin Produk Segar Dengan Menggunakan Teskit Antilin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel Pasar Ulhe Lheue

No Jenis Produk

Segar

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin +

Formalin

1 Lemuru

Coklat muda Coklat tua Ungu tua -

2 Mujair

Coklat tua Coklat tua Ungu tua -

3 Kerang

Coklat tua

keabuan Ungu

muda Ungu tua -

Page 31: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

10

4 Petek putih

Putih susu

Abu-abu

muda Ungu tua -

5 Pisang-pisang

Coklat chaki

pudar Abu-abu

Muda Ungu tua -

6 Tamban

Coklat muda Coklat tua Ungu tua

-

7 Cumi-cumi Abu-abu Abu-abu

muda Ungu tua

-

8 ikan kembung Kuning pudar Ungu

muda Ungu tua -

9 Udang windu

Merah jambu

muda Abu-abu

muda Ungu tua -

10 Kerang

Coklat tua

keabuabuan Unggu

muda Ungu tua -

Pada tabel diatas menunjukkan

sampel ikan segar yang diperoleh dari

Pasar Ulhe Lheue, dari 10 jenis sampel

yang diteliti (tabel 11), tidak terdapat jenis

ikan segar yang terindikasi mengandung

formalin.

Tabel 12 Hasil Uji Formalin Produk Segar Dengan Menggunakan Teskit Antilin,

Lokasi Titik Pengambilan Sampel TPI Lampulo.

No Jenis Produk

Segar

Hasil Analisis Ket

Negatif/

Positif Kontrol Antilin

Antilin +

Formalin

1 Tongkol

Abu-abu

coklat Abu-abu

tua Ungu tua -

Page 32: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

38

2 Tuna

Kuning

bening Ungu tua Ungu tua +

3 Udang putih

Coklat

khaki Coklat

muda Ungu tua -

4 Udang windu

Merah

jambu muda Abu-abu

muda Ungu tua -

5 Kerang

Coklat tua

keabuabuan Ungu

muda Ungu tua -

6 Mujair

Coklat tua Coklat tua Ungu tua -

7

Ikan pisang-

pisang

Kuning

pudar Ungu tua Ungu tua +

8 Lemuru

Abu-abu

kecoklatan Abu-abu

muda Ungu tua -

9 Mackarel Coklat

muda Coklat tua Ungu tua -

10 ikan kembung Kuning

pudar Ungu

muda Unu tua -

Tabel 12 menunjukkan bahwa

sampel ikan segar yang diperoleh dari

Pasar TPI Lampulo, dari 10 jenis sampel

yang diteliti ada terdapat 2 jenis ikan segar

yang terindikasi mengandung formalin

yaitu ikan tuna dan ikan pisang-pisang .

Dari analisis data tersebut dapat

dilihat bahwa produk yang di pasarkan

baik dalam bentuk segar maupun dalam

bentuk olahan tidak semua mengandung

formalin (negatif), namun terdapat hanya

sedikit yang mengandung formalin.

Penggunaan teskit antilin hanya

memperlihat perubahan warna bukan

Page 33: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

25

mengukur persentase kandungan formalin

yang ada pada sampel. Warna yang

dihasilkan juga beraneka ragam abu-abu,

coklat, ungu muda, kuning kehijauan, abu-

abu pudar, bening, putih susu, pink pudar.

Meskipun dari hasil uji formalin

didapatkan warna ungu muda dari

beberapa jenis produk akan tetapi tidaklah

bisa disebut bahwa produk tersebut

mengandung formalin hal ini bisa

disebabkan dari berbagai faktor yang

menjadi penyebabnya. Karena warna

daging produk yang dianalisis terdiri dari

beberapa warna tergantung jenis produk,

daerah penyebarannya/perairan tempat

ikan tersebut hidup serta faktor-faktor

lainnya yang dapat berubah warna setelah

dilakukan analisisnya. Oleh sebab itu

indikasi tersebut perlu dilanjutkan dengan

uji lanjut dengan menggunakan

formaldehida teskit, dengan mengambil

titik pengambilan sampel yang sama dan

jenis ikan yang sama pula.

5. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang

dilakukan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a. Tidak semua produk hasil

olahan dan produk perikanan

yang ada di pasar tradisional

wilayah kota Banda Aceh

ditemukan menggunakan

formalin, namun hanya ditemukan

pada sebahagian kecil produk

saja.

b. Dari hasil wawancara tidak

ditemukan pengakuan apakah

penangkap atau penjual produk

perikanan yang mengunakan

formalin.

Page 34: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

26

DAFTAR PUSTAKA

Judarwanto, W. 2010. Pengaruh Formalin bagi System Tubuh. Jakarta: Putera Kembara.

Naibaho, P, 2011. Formalin pada Ikan. Jakarta: Blog Duniaku.

Menkes No.1168/1999. Bahan-Bahan Tambahan Makanan untuk Pengawet yang

Diperbolehkan dan yang Dilarang.

Page 35: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

27

Pengaruh Perbandingan Campuran MortarPengikat

Pasangan Batu Bata Terhadap Kekuatan Tekan

Helwiyah Zain1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kekuatan pasangan batu bata

dengan menggunakan beberapa jenis perbandingan campuran . Bahan batu bata diambil

dari beberapa pabrik batu bata yang ada dalam Wilayan Banda Aceh dan Aceh Besar,

pasir didatangkan dari daerah Aneuk Galong Km 13 Jalan Banda Aceh-Medan. Semen

yang dipakai adalah produksi PT Semen Andalas Indonesia. Pengujian dilakukan di

Laboratorium Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Aceh yaitu pengujian terhadap kekuatan

tekan benda uji pasangan batu bata dengan bermacam-macam variasi perbandingan

campuran. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbandingan campuran 1:4,5

merupakan campuran yang paling ekonomis.

Kata kunci: pasangan batu bata, perbandingan campuran, kekuatan tekan, ekonomis.

Abstract

These research is proposed to get the strength of brick masonry which variation

of mix proportion. Brick materials are used from Banda Aceh and Aceh Besar areas,

sand are coming from Aneuk Galong area at Km 13, Banda Aceh-Medan Road direction.

Cement meterial are used from PT Semen Andalas Indonesia production. The sample

were tested at Dinas Pekerjaan Umum Aceh Province Laboratory to get the relation

between mix proportion and the strength of brick masonry. The result of tested showed

that the most economical mix proportion were 1:4,5.

Keywords: brick masonry,mix proportion,compression strength, economical.

_______________________________________________________

1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil Universitas Abulyatama

1. Pendahuluan

Konstruksi bangunan gedung dari

beton bertulang semakin digemari oleh

masyarakat dalam membangun rumah atau

bangunan untuk kebutuhan lainnya. Hal ini

didasari oleh banyaknya kelebihan yang

dipunyai oleh bahan beton bertulang

dibandingkan dengan bahan bangunan

lainnya seperti baja atau kayu, misalnya

seperti bahannya murah, mudah dibentuk,

tidak memerlukan tenaga ahli yang mahal

dan lain-lain.

Konstruksi bangunan gedung dari

bahan beton secara umum terdiri dari dua

Page 36: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

27

macam komponen yaitu: komponen yang

bersifat struktural dan komponen yang

bersifat non struktural. Komponen

struktural digunakan bahan beton diberi tu-

langan dan komponen non struktural

digunakan bahan pasangan batu gunung

atau pasangan batu bata. Bahan pasangan

batu bata sering digunakan untuk dinding

ruangan, dinding bak kamar mandi,

dinding kolam renang, septiktank, pagar

bangunan, dan lain-lain.

Penggunaan pasangan batu bata hingga

saat ini masih sangat digemari oleh

masyarakat karena harganya relatif murah,

pengerjaan-nya mudah, dan dari segi

keindahan juga tidak kalah menarik

dibanding-kan dengan tipe konstruksi yang

lain. Pasangan batu bata terdiri dari batu

bata diikat dengan bahan campuran semen,

pasir dan air yang dikenal dengan sebutan

mortar. Batu bata hingga saat ini mayoritas

diproduksi oleh masyarakat dari bahan

baku tanah liat dimasak secara tradisional

dalam dapur khusus sampai tahap

kematangan tertentu.

Mutu bahan pasangan batu bata

ditentukan oleh mutu batu bata dan mutu

bahan pengikat (mortar). Mutu bahan

pengikat tergantung pada mutu bahan

pembentuknya yaitu: pasir, semen dan air

serta perbandingan campuran dari ketiga

jenis bahan pembentuknya. Kekuatan

bahan pengikat sering diukur terhadap

kekuatan tekan dan kekuatan geser dari

pasangan batu bata tersebut. Semakin

sedikit jumlah semen terhadap jumlah

pasir maka keku-atan pasangan makin

menurun dan sebaliknya makin banyak

jumlah semen terhadap jumlah pasir maka

kekuatan tekan akan semakin tinggi.

2. Tujuan

Penelitian ini ingin diketahui

kekuatan tekan pasangan batu bata dengan

beberapa variasi perban-dingan campuran

mortar terhadap benda uji dengan cara

pengujian di laboratorium. Variasi

perbandingan campuran yang digunakan

adalah: 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5, 1:4, 1:4,5, 1:5

dan 1:5,5. Dari hasil percobaan tekan

terhadap pasangan batu bata dapat dibuat

grafik hubungan kekuatan tekan - variasi

perbanding-an campuran pasangan batu

bata.

3. Metode Penelitian

Berikut ini diuraikan material yang

dipakai, pengambilan sampel, pembuatan

benda uji, dan percobaan benda uji.

3.1 Pengadaan bahan

Bahan yang dipakai pada penelitian

ini adalah: batu bata, semen, pasir dan air.

Bahan batu bata diambil di pabrik di

sekitar daerah Cot Paya, semen diambil

dari toko bahan bangunan di kota Banda

Aceh, pasir diambil dari sumber material

di daerah Aneuk Galong (km.13 jalan

Banda Aceh-Medan), dan air diperoleh

dari PDAM.

3.1.1 Batu bata

Bahan batu bata diambil yang

digunakan untuk penelitian ini sebanyak

10x8x8 = 640 buah, tetapi diambil di

sumber dapur batu bata sebanyak 700 buah

karena dikhawa-tirkan nanti ada yang

pecah. Batu bata disimpan dalam gudang

yang terlindung dari cuaca.

Page 37: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

28

3.1.2 Semen

Bahan semen yang dipakai pada

penelitian ini adalah semen produksi PT

Semen Andalas Indonesia tipe I. Semen

diambil dari toko bangunan di kota Banda

Aceh sebanyak 10 zak yang bungkusnya

masih utuh (tidak koyak).

3.1.3 Pasir

Pasir untuk penelitian ini diambil dari

daerah Aneuk Galong (km.13 jalan Banda

Aceh-Medan). Pasir tersebut pada saat

pengambilan terlihat bersih, tidak

mengandung humus, atau kotoran-kotoran

lain-nya. Jumlah pasir yang diambil adalah

2 m3 yaitu sekali angkut minimal dengan

pick up.

3.1.4 Air

Air diambil langsung dari perusahaan

air minum Tirta Daroy seba-nyak 10

jerigen a 20 liter. Air ini disimpan dalam

gudang yang terlindung dari cuaca.

3.2 Benda Uji

Benda uji adalah pasangan batu bata

yaitu batu bata diikat dengan mortar.

Mortar adalah campuran semen, pasir dan

air.

3.2.1 Bentuk dan ukuran benda uji

Bentuk benda uji disesuaikan dengan

tujuan penelitian yaitu untuk menguji

kekuatan tekan, oleh karena itu bentuk

benda uji adalah kubus. Benda uji terdiri

dari 4 lapis batu bata yang posisi letaknya

selang-seling, ditambah dengan tebal

mortar masing-masing antara pertemuan

sisi batu bata sehingga jumlah batu bata

setiap benda uji adalah 8 buah. Bentuk dan

ukuran benda uji seperti terlihat pada

Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Bentuk dan ukuran benda uji

3.2.2 Pemeriksaan bahan pembentuk

benda uji

Bahan-bahan pembentuk benda uji yang

diperiksa adalah pasir dan batu bata.

Sedangkan semen dan air cukup dilakukan

dengan pengamat-an visual saja.

a. Benda uji pasir

Pasir dilakukan penyaringan untuk

menghindari adanya kotoran yang

kemungkinan ada dalam pasir. Pasir

diambil secara acak dan disaring dengan

saringan 0,3 dan 0,15 mm. Pasir yang

dipakai adalah pasir yang lewat saringan

0,3 mm dan tertahan di atas saringan 0,15

mm. Pasir tidak dicuci karena menurut

Page 38: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

29

pengamatan terlihat bersih dan keadaan ini

dianggap mendekati keadaan alami.

b. Batu bata

Batu bata diambil dari ke-lompok

dalam keadaan yang masih utuh (tidak

pecah) masing-masing diukur panjang,

lebar dan tingginya. Ukuran ini dicatat

dalam sebuah daftar. Untuk percobaan kuat

tekan digunakan benda uji batu bata

dengan ukuran rata-rata panjang = 20 cm,

lebar 10 cm dan tinggi 4 cm.

3.2.3 Pembuatan benda uji

Benda uji dibuat dengan 8 variasi

perbandingan campuran mortar yaitu: 1:2,

1:2,5, 1:3, 1:3,5, 1:4, 1:4,5, 1:5 dan 1:5,5

dan masing-masing 10 buah benda uji.

Diawali dengan perbandingan campuran

mortar 1:2 dan seterusnya.

Lapis pertama adalah lapisan mortar

tinggi 1 cm, di atasnya disusun 2 buah batu

bata mendatar dalam arah memanjang, di

atasnya diberi lapisan mortar tebal 1 cm, di

atasnya disusun 2 buah batu bata mendatar

dalam arah melintang, di atasnya diberi

lapisan mortar tebal 1 cm, di atasnya

disusun 2 buah batu bata mendatar dalam

arah memanjang, di atasnya diberi lapisan

mortar tebal 1 cm, di atasnya disusun 2

buah batu bata mendatar dalam arah

melintang dan terakhir di atasnya diberi

lapisan mortar tebal 1 cm. Keempat sisi

vertikal dilapisi dengan mortar masing-

masing tebal 1 cm. Benda uji ini masing

direndam selama 28 hari

3.3 Percobaan Kuat Tekan

Benda uji diukur masing-masing

panjang, lebar dan tingginya dan dicatat

pada sebuah daftar. Benda uji diberi

capping untuk menjamin letak benda uji

dalam posisi vertikal. Pada benda uji

dipasang dial gage untuk mencatat

perpendekan benda uji selama percobaan.

Pada saat percobaan, tahap awal dicatat

besarnya beban, dan perpendekan beban =

0. Tahap berikutnya diatur kecepatan

mesin uji sebesar 2 kg/cm2/detik dan

diamati sampai benda uji mulai retak dan

hancur. Setiap benda uji dicatat pola

kehancurannya apakah hancur mortar lebih

dahulu atau kehancuran batu bata lebih

dahulu.

3.4 Analisis Data

Dari percobaan yang telah dilakukan

seperti diuraikan dalam subbab 3.3,

diperoleh sejumlah data. Data yang

diperoleh dari pengujian kuat tekan yaitu

data besarnya beban dan perpendekan

benda uji. Data tersebut dicatat pada

sebuah daftar pada formulir yang sudah

disiapkan. Masing-masing benda uji

dihitung tegangan yang terjadi pada saat

hancur dengan menggunakan persamaan

(2.1). Semua nilai kuat tekan masing-

masing benda uji untuk setiap

perbandingan campuran dihitung tegangan

karakteristiknya dengan menggunakan

persamaan (2.2) dan (2.3). Tegangan

karakteristik ini untuk masing-masing

perbandingan campuran dapat dibuat

grafik hubungan kekuatan tekan dengan

perbandingan campuran.

Page 39: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

30

4. Hasil Penelitian

Percobaan yang dilakukan seperti

diuraikan pada Bab III, telah menghasilkan

sejumlah data dan diolah dengan

menggunakan persamaan (2.1), (2.2) dan

(2.3), sehingga diperoleh hasil berupa

kekuatan tekan untuk masing-masing

perbandingan campuran mortar seperti

diuraikan berikut ini.

4.1 Hasil percobaan kuat tekan

Percobaan kuat tekan terhadap benda

uji menghasilkan kekuatan tekan untuk

masing-masing perbandingan campuran

mortar. Dari perbandingan campuran

mortar yaitu: 1:2, 1:2,5, 1:3, 1:3,5, 1:4,

1:4,5, 1:5 dan 1:5,5 menghasilkan

kekuatan tekan karakteristik seperti terlihat

pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Kekuatan tekan karakteristik

dari beberapa jenis

perbandingan campuran mortar

No

Campuran

Kuat tekan

Karakteristik

1 1sm:2ps 70,455

2 1sm:2,5ps 70,565

3 1sm:3ps 69,971

4 1sm:3,5ps 70,132

5 1sm:4ps 70,943

6 1sm:4,5ps 70,405

7 1sm:5ps 69,199

8 1sm:5,5ps 67,277

Keterangan:

sm = semen

ps = pasir

4.2 Pembahasan

Hasil pengujian terhadap benda uji

sebanyak 8 variasi perbandingan campuran

mulai dari 1sm:2 ps sampai 1sm : 5,5 ps

terlihat bahwa perbandingan campuran

1sm:2 ps sampai 1sm:4,5 ps, kuat tekan

benda uji menunjukkan nilai yang relatif

Page 40: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

31

hampir sama dan sedikit fluktuatif. Pada

perbandingan campuran mulai dari

1sm:4,5ps sampai 1sm:5,5ps terlihat

tendensi menurun. Angka-angka tersebut

dalam bentuk grafik dapat dilihat pada

Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Hubungan kuat tekan benda uji dan

perbandingan campuran

Dari grafik terlihat bahwan grafik mulai

menurun pada perbandingan campuran

1:4,5. Artinya kehancuran benda uji terjadi

akibat kekuatan batu bata dan mortar

mendekati sama. Di sini pula dapat

disimpulkan bahwa pada perban-dingan

campuran 1sm:4,5ps sampai 1sm:5,5ps

kekuatan batu bata lebih kuat dibanding

dengan kekuatan mortar, oleh karena itu

keruntuhan terjadi akibat kehancuran

mortar. Berdasarkan grafik di atas, dapat

disimpulkan bahwa kekuatan batu bata

yang hampir sama dengan kekuatan mortar

terjadi pada perbandingan campura 1:4,5.

Kekutan tekan pasangan batu bata pada

campuran 1:4,5 dapat dihitung dengan cara

interpolasi didapat 70,405 kg/cm2.

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil percobaan yang

dilakukan terhadap benda uji pasangan

batu bata dengan berbagai variasi

perbandingan campuran, maka diperoleh

beberapa kesim-pulan dan saran sebagai

berikut:

Page 41: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

32

5.1 Kesimpulan

1. Perbandingan capuran pengikat

pasangan batu bata yang paling

ekonomis adalah pada 1: 4,5.

2. Kekuatan tekan pasangan batu bata pada

perbandingan campu-ran 1:4,5 adalah

70,405 kg/cm2.

3. Pada perbandingan campuran yang

semakin gemuk ternyata tidak

memberikan penambahan kekuatan

pasangan karena didahului oleh

kehancuran batu bata.

4. Sebaliknya pada campuran yang

semakin kurus, kekuatan pa-sangan

semakin menurun karena keruntuhran

terjadi akibat

kehancuran mortar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pengujian benda uji

seperti terlihat pada Bab IV, dapat

disarankan sebagai berikut:

1. Kepada peneliti lain disarankan agar

dapat menggunakan sampel

batu bata tidak hanya di wilayah Aceh

Besar saja tetapi di wilayah-wilayah

lainnya agar informsi mengenai

kekuatan pasangan batu bata dapat

digu-nakan oleh mesyarakat setempat.

2. Agar tidak berkurang kadar air dalam

mortar, disarankan kepada

pelaksana untuk merendam bat bata

sebelum dipasang

Ucapan terima kasih

Penelitian ini terlaksana berkat

bantuan berbagai pihak baik berupa

dorongan semangat, pelaksanaan penelitian

terutama dalam pembuat-an benda uji,

percobaan di labo-ratorium serta

pengolahan data. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih kepada Dekan

Fakultas Teknik Universitas Abulyatama,

Ketua Jurusan, petugas laborato-rium, dan

teman-teman sejawat di Jurusan Sipil

Unaya.

Page 42: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

33

Daftar Pustaka

Anonim, 1979, American Society for Testing Materials, New York.

Anonim, 1983, Standar Industri Indonesia, Jakarta

Suprapto, J., 1987, Statistik Teori dan Applikasi, Erlangga, Jakarta.

Timoshenko, S., 1976, Strength of Materials, Kringer Publishing Co., New York.

Walpole, R., E., 1985, Probability and Statisyic for Engineer and Scientists, McMillan

Publishing Company, New York.

Page 43: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

34

PENYELESAIAN PELANGGARAN HAM DI ACEH,

KEHARUSAN vs HAMBATAN

Maryati B*

ABSTRAK

Pada dasarnya MoU Helsinki memberi peluang kepada korban konflik Aceh

untuk mendapat keadilan hukum terkait dengan hak-hak asasi yang dilanggar semasa

konflik Aceh berkecamuk hampir tiga dasa warsa. Namun, upaya-upaya kearah itu bukan

hanya lamban dan terkesan kurang serius, akan tetapi juga terhambat oleh Undang-

undang Pemerintahan Aceh (UUPA) UU No. 11 Tahun 2006, undang-undang yang

merupakan implementasi butir-butir MoU Helsinki sendiri. Hambatan itu tercantum

secara eksplisit dalam pasal 28 ayat (1) UU tersebut yang menyatakan bahwa Pengadilan

HAM yang akan dibentuk untuk Aceh hanya untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran

HAM yang terjadi setelah undang-undang tersebut diundangkan. Saat ini Pengadilan

HAM itu sedang dalam proses pembentukan. Kalau pengadilan HAM itu terbentuk, tentu

saja tidak dapat menampung kasus pelanggaran HAM masa konflik, terutama yang terjadi

sejak Aceh dijadikan Daerah Operasi Militer (DOM) 1989 hingga penandatanganan

MoU Helsinki 15 Agustus 2005. Mengadili para pelaku pelanggaran HAM berat itu

adalah suatu keharusan guna memberi keadilan kepada para korban konflik dalam rangka

mewujudkan perdamaian permanen yang berkeadilan. Pelanggaran HAM berat yang

terjadi di Aceh pada umumnya berupa kejahatan kemanusiaan, yang meninggalkan luka

teramat dalam bagi korban dan keluarg korban. Agar kasus-kasus pelanggaran HAM

berat itu dapat diadili maka jalan keluar yang mungkin adalah merevisi pasal 228 UU

No. 11 Tahun 2006 melalui proses legislasi, yaitu membentuk undang-undang untuk

mengeluarkan Aceh dari konpetensi pengadilan HAM di Medan dan menjadikan UU itu

berlaku surut, atau merujuk kepada undang-undang lain yaitu UU No. 26 Tahun 2000

tentang Pengadilan HAM, dengan membentuk Pengadilan HAM ad Hoc sesuai ketentuan

pasal 43 undang-undang ini. Namun kedua cara itu harus melalui jalan panjang yang sulit,

sekalipun Mahkamah Agung yang memiliki kewenangan membentuk pengadilan beserta

prasarana dan sarananya telah menyetujui Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh

dan atau di Aceh sebagaimana dinyatakan dalam surat balasan yang diajukan oleh

Menteri Hukum dan HAM. Hambatan pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh harus

dihilangkan, demikian juga dengan hambatan terhadap pengadilan kasus pelanggaran

HAM selama konflik Aceh berkecamuk. Yang penting kasus pelanggaran HAM berat

harus dapat diadili guna memberi keadilan bagi korban konflik, sementara Pengadilan

HAM untuk dan atau di Aceh harus segera terbentuk sesuai amnat MoU Helsinki.

* Mariati B, S.H. M.Hum. adalah Dosen Kopertis Wil.I dpk FH Unaya, Pengajar Mata Kuliah Hukum dan

HAM

Page 44: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

35

I.PENDAHULUAN

Penandatanganan Memorandum of

Understanding (MoU) Helsinki pada

tanggal 15 Agustus 2005 oleh Pemerintah

Republik Indonesia dan Gerakan Aceh

Merdeka (GAM) merupakan tonggak awal

berakhirnya konflik Aceh yang telah

berlangsung hampir selama dua puluh

sembilan tahun, sejak dideklarasikannya

Aceh Merdeka oleh DR. Hasan

Muhammad Ditiro pada tanggal 4

Desember 1976. Konflik Aceh yang

berkepanjangan itu menyisakan banyak

persoalan Hak Asasi Manusia (HAM)

karena banyaknya pelanggaran HAM

berat terjadi selama hampir tiga dasawarsa

tersebut.

Kamp. Konsentrasi Rumah

Gedong dan Rancung, tragedi Krueng

Arakundo, pembantaian Tgk Bantaqiah

dan pengikutnya di Beutong Ateuh, tragedi

Simpang KKA, tragedi Bumi Fora, dll

merupakan noda-noda hitam pelanggaran

HAM berat di Aceh yang pada dasarnya

memerlukan penyelesaian di masa damai

sesuai amanat MoU Helsinki.

Butir 2 MoU Helsinki mengatur

tentang Hak Asasi Manusia dan butir 2.2

menegaskan tentang keharusan pemben-

tukan Pengadilan HAM untuk Aceh.

Dengan adanya Pengadilan HAM untuk

Aceh berarti bahwa pelanggaran HAM dan

kejahatan kemanusiaan yang terjadi selama

konflik harus mendapat prioritas untuk

diselesaikan.

Saat ini konflik hampir tujuh tahun

berakhir, akan tetapi amanat MoU Helsinki

itu nyaris terabaikan. Ketentuan MoU

Helsinki tentang Pengadilan HAM

malahan telah diimplementasikan secara

ironis dalam Undang-Undang Pemerin-

tahan Aceh (UUPA), UU No. 11 Tahun

2006. Pasal 28 ayat (1) UUPA

menyebutkan bahwa Pengadilan HAM

yang dibentuk untuk Aceh itu hanya untuk

mengadili kasus-kasus pelanggaran HAM

setelah UUPA diundangkan yang berarti

tidak dapat berlaku surut.

Pembentukan Pengadilan HAM itu

belum terbentuk, sementara pelanggaran

HAM masih juga terjadi dan korban

konflik terus menuntut keadilan hukum,

kapan semua itu ditegakkan, kapan semua

itu terwujud. Suara korban bahkan makin

nyaring, desakan di hati mareka tak pernah

berhenti, bahkan adakalanya para korban

mengepalkan tinju tanda marah berlebihan

dan memperlihatkan ekspresi kesedihan

yang sangat dalam, karena mareka merasa

ditindas oleh keadilan hukum serta diinjak

harkat dan martabatnya.

Penyelesaian pelanggaran HAM

pasca konflik memang sangat tergantung

pada itikad baik Pemerintah (dalam hal ini

Pemerintah Pusat), di samping perlu

didukung Pemerintah Aceh dan didorong

berbagai elemen sipil. Badan Reintegrasi

Aceh telah memfasilitasinya, akan tetapi

sampai dimanakah upaya penyelesaian

pelanggaran HAM di Aceh pada masa

konflik, sudahkah ada titik terang atau

bahkan akan tenggelam ditelan arus.

Kapan Pengadilan HAM terbentuk dan

mengadili para pelaku pelanggaran HAM

berat guna memberi keadilan bagi para

korban konflik dan mengembalikan harkat

dan martabat mareka. Penulis mencoba

mengupas persoalan itu dalam tulisan

singkat ini berdasarkan analisa kepusta-

kaan, peraturan perundangan nasional dan

universal, hasil seminar, focus group

discussion (FGD), bahan-bahan dari media

cetak dan elektronik serta internet serta

interview jarak jauh .

Page 45: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

36

II. PELANGGARAN HAM SELAMA

KONFLIK ACEH

Pelanggaran HAM dan

penegakan HAM merupakan dua istilah

kontroversi. Pelanggaran HAM dapat

berupa pelang-garan HAM biasa dan

pelanggaran HAM berat. Pelanggaran

HAM di definisikan sebagai setiap

perbuatan seseorang atau sekelompok

orang termasuk aparat negara baik

disengaja atau kelalaian yang secara

melawan hukum, mengurangi, mengha-

langi, membatasi, dan atau mencabut

hak asasi manusia seseorang atau

kelompok orang yang dijamin oleh

undang-undang ini, dan tidak

mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak

akan memperoleh penyelesaian hukum

yang adil dan benar, berdasarkan

mekanisme hukum yang berlaku (pasal

1 butir 6 UU No. 39 Tahun 1999

tentang Hak Asasi Manusia). Menurut

C. de Rover (1998 : 46) Hak asasi

manusi adalah hak hukum yang berarti

hak-hak tersebut merupakan hukum.

Hak asasi manusia dilindungi oleh

kontitusi dan hukum nasional negara-

negara dunia. Pelanggaran HAM

berat menurut pasal 7 UU No. 26 tahun

2000 tentang Pengadilan HAM

meliputi kejahatan genosida dan

kejahatan terhadap kema-nusiaan.

Kejahatan genosida merupakan

perbuatan untuk menghancurkan atau

memusnahkan seluruh atau sebagian

kelompok bangsa, ras, etnis, atau

kelompok agama dengan cara

membunuh, dll (pasal 8 UU No. 26

Tahun 2000). Sementara kejahatan

kemanusiaan merupakan perbuatan

sebagai bagian dari serangan yang

meluas atau sistemik yang ditujukan

langsung terhadap penduduk sipil

berupa pembunuhan, pemusnahan,

perbudakan, pengusiran atau

pemindahan penduduk secara paksa,

perampasan kemerdekaan secara

sewenang-wenang, penyiksaan,

perkosaan, perbudakan seksual,

pelacuran dengan cara paksa,

pemaksaan kehamilan, sterilisasi secara

paksa, penghilangan paksa, kejahatan

apartheid, dan pengamayaan terhadap

kelompok tertentu atas dasar

persamaan ras, paham politik,

kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis

kelamin, dll (pasal 9 UU No.26 tahun

2000).

a. Pelanggaran HAM Berat di

Dunia Internasional

Pelanggaran HAM berat telah

terjadi sepanjang sejarah umat manusia

dan termasuk di dalamnya upaya

pemusnahan kelompok atau etnis yang

disebut dengan genosida. Genosida

sebagai bagian pelanggaran HAM berat

yang telah didefinisikan di atas merupakan

kejahatan internasional, baik terjadi di

masa perang maupun di masa damai.

Istilah “genosida” yang diciptakan tahun

1944 oleh Raphael Lemkin (Antonio

Cassese, 1994 : 99) merupakan ciri umum

etnis, rasial atau agama, praktik yang

sering terjadi yang dikaitkan dengan salah

satu faktor tersebut. Berbagai kasus

genosida yang pernah terjadi di dunia

antara lain:

Page 46: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

37

- Pemusnahan suku Armenia oleh

orang Turki tahun 1914-1915 dan

terulang lagi tahun 1985

- Pembantaian 6 juta orang Yahudi

oleh Nazi/Hitler di Jerman selama

tahun 1938 hingga tahun 1945

- Pada tahun 1960 Tentra Nasional

Kongo telah membantai ratusan

orang Baluba di propinsi kasai

Selatan kongo

- Tahun 1960-an dan 1970-an

penghancuran suku Indian yang

mendiami wilayah Brazil oleh

pemerintah negara tersebut dengan

berbagai kebijaksanaan

- Pada tahun 1965 di Burundi

100.000 orang suku Hutu dibantai

oleh suku Tutsi yang minoritas dan

diulang tahun 1972 di mana

300.000 orang suku Hutu dibantai

lagi oleh orang Tutsi

- Pembantaian terhadap 2 juta orang

Kamboja terutama yang menganut

agama Islam dan Budha telah

dilakukan oleh rezim Khmer

Merah-Pol Pot tahun 1975-1978 - Tahun 1971-1978 rezim Presiden

Idi Amin telah membunuh ribuan

orang sipil di Uganda - Tahun 1982 pembunuhan orang-

orang Palestina di Lebanon yang

dilakukan oleh orang Kristen

Falangis di kamp-kamp Sabra dan

Shatila direkomendasi tentara

Israel - Tahun 1986-1987 tindakan

genosida di Srilanka dilakukan

oleh mayoritas Singhala terhadap

orang-orang Tamil yang minoritas. Berbagai kasus genosida lain

terus terjadi di muka bumi hingga detik ini,

seperti penghancuran Irak oleh tentara

Amerika Serikat, demikian juga perang di

Afghanistan yang menghancurkan rakyat

sipil dengan alasan yang tidak jelas yang

kesemuanya bermuara kepada genosida.

Sejak awal terjadi pembantaian

suku-suku bangsa di atas, masyarakat

internasional telah bereaksi keras terhadap

genosida dan kemudian melahirkan

Konvensi Genosida (Konvensi Tentang

Pencegahan dan Hukuman Terhadap

Kejahatan Pemusnahan Suatu Bangsa

dengan Sengaja) yang dideklarasikan

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun

1948. Genosida bukan dilakukan tiba-tiba

tapi ada syarat yang melandasinya. Suatu

persyaratan dari genosida adalah adanya

“dolus” atau “keinginan untuk

menghancurkan” (Antonio Cassese,

1984:106). Genosida merupakan kejahatan

internasional, baik terjadi di masa perang

maupun di masa damai.

b. Pelanggaran HAM Berat di Aceh

Sebelum memaparkan pelanggar-

an HAM berat di Aceh semasa konflik,

terlebih dahulu mencatat pelanggaran

HAM berat yang terjadi di Indonesia

khususnya selama masa orde baru (Edwin

Partoci, dkk, 2002 : 37- 43) :

Kasus Tanjung Priuk, 12

September 1984, kasus Talangsari

Lampung, tanggal 7 Februari 1989,

pembantaian terhadap para Jamaah

Warsidi, kasus Trisakti pada bulan Mei

1998: penembakan mahasiswa Universitas

Trisakti yang sedang melakukan aksi

demontrasi menuntut agar Suharto mundur

dari jabatan presiden, kasus Jembatan

Semanggi I tanggal 13 November 1998

dan Semanggi II 24 September 1999,

penghilangan paksa terhadap 4 aktivis, dll.

Di Aceh, kejahatan kemanusiaan

sebagai bagian dari pelanggaran HAM

Page 47: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

38

berat seperti didefinisikan di atas, kerap

terjadi selama konflik berlangsung.

Terutama sejak diberlakukannya Aceh

sebagai Daerah Opersi Militer (DOM) dari

tahun 1989 hingga 1998 dengan

menggunakan “rumoh gedong” dan

“rancung” serta berbagai tempat

penyiksaan lain dalam wilayah Aceh

sebagai kamp konsentrasi. Setelah DOM

dicabut tahun 1998, pelanggaran HAM

berat itu justru terus terulang, mulai dari

tragedi Krueng Arakundo, kasus Simpang

KKA, pembantaian kelompok Tgk

Bantaqiah, tragedi Bumi Flora dan

berbagai pembantaian lain yang tak

mungkin ditulis satu persatu, apalagi

dengan diberlakukannya :darurat militer”

dan dilanjutkan dengan “darurat sipil” dari

tahun 2004 hingga penandatanganan MoU

Helsinki.

Selama Aceh berstatus DOM,

pelanggaran HAM berat itu nyaris tidak

terpublikasi karena dilakukan di kamp-

kamp konsentrasi yang tertutup dari

liputan media. Ketika DOM dicabut,

ternyata Aceh menyisakan antara lain apa

yang dinamakan dengan “Kampung Janda”

dan “Bukit Tengkorak.” Dinamakan

Kampung Janda karena di kampung

tersebut nyaris kosong dari kaum laki-laki

kecuali laki-laki tua renta dan anak-anak

laki-laki bawah umur. Laki-laki di sana

telah hilang, baik karena diculik, dibunuh

atau dihilangkan paksa. Sementara

dinamakan Bukit Tengkorak karena di

bukit tersebut ternyata berisikan kuburan

massal yang tak diketahui identitas

penghuninya setelah kuburan massal itu

dibongkar oleh Tim Pencari Fakta (TPF)

usai pencabutan DOM (Ahmad Farhan

Hamid, 2006).

Di samping itu pasca DOM Aceh

menyisakan anak yatim dalam jumlah

besar dan sisa-sisa penghancuran dan

pembakaran rumah-rumah penduduk dan

tempat usaha serta sejumlah kaum

perempuan yang traumatis akibat

perkosaan masa DOM, di samping anak

yang lahir dari akibat perkosaan terhadap

perempuan yang tidak normal.

DOM memang hanya diberla-

kukan di tiga kabupaten sebelum

pemekaran, yaitu Pidie (sekarang termasuk

Pidie Jaya), Aceh Utara (sekarang

termasuk Bireuen, Kota Lhokseumawe)

dan Aceh Timur (sekarang termasuk kota

Langsa dan Aceh Tamiang). Namun akibat

kekejaman aparat militer masa DOM di

tiga kabupaten tersebut, rakyat Aceh

sungguh-sungguh marah, sehingga

kemudian hampir seluruh rakyat Aceh

melawan Jakarta dan menuntut merdeka.

c. Hak Asasi yang Dilanggar

Sesuai ketentuan pasal 227 UU

Pengadilan HAM, maka hak yang dijamin

untuk tidak dilanggar dan tidak

dibenarkan untuk dilakukan (Ifdhal Kasim,

2010 : 5) adalah:

- semua bentuk penggeledahan

sewenang-wenang atas tubuh,

kediaman, pakaian, pencabutan

atau perampasan hak, atau

pembatasan atas kebebasan setiap

orang

- penyiksaan secara sewenang-

wenang dan pencabutan atas hak

hidup secara melawan hukum

- penangkapan, penahanan, dan

dipenjarakan secara melawan

hukum

Konvensi Menentang Penyiksaan

dan Perlakuan atau Penghukuman lain

yang Kejam, Tidak Manusiawi dan

Merendahkan Martabat Manusia atau

disebut dengan Konvensi Anti Penyiksaan

Page 48: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

39

yang dideklrasikan Tahun 1984 dan

berlaku sejak Juni 1997 telah diratifikasi

Indonesia dengan Undang-Undang No. 5

Tahun 1998. Konvensi ini sangat

menekankan kepada negara pihak konvensi

untuk mencegah tindakan penyiksaan dan

kepada pelaku penyiksaan yang digolong-

kan sebagai tindak pidana harus dihukum

dengan hukuman setimpal dengan pertim-

bangan sifat kejahatannya (Pasal 4

konvensi).

Tindakan penyiksaan yang

tergolong kejahatan kemanusiaan itu kerap

dilakukan oleh aparatur penegak hukum,

baik di masa konflik maupun di saat

damai. Akan tetapi, meskipun ada sanksi

hukum kepada pelaku, penegakan hukum

untuk itu terlewatkan saja, sehingga

penyiksaan menjadi alat ampuh bagi

penyidik untuk mengungkap kasus. Peng-

hilangan paksa, pelaksanaan hukuman mati

di luar proses hukum, sewenang-wenang

dan sumir, adalah tindakan kejam tidak

manusiawi dan merupakan pelanggaran

HAM berat yang kerap dilakukan di masa

konflik Aceh.

Akibat dari berkobarnya pembe-

rontakan GAM di seluruh Aceh, maka

pelanggaran HAM berat juga terjadi di

seluruh Aceh. Mareka yang masih hidup

dan cacat atau trauma akibat penyiksaan

atau pemerkosaan menjadi saksi hidup

pula dari pelanggaran HAM berat itu.

Sementara bagi korban yang telah tiada

baik yang ketahuan pusaranya, maupun

yang tidak ketahuan rimbanya, diberi

kesaksian oleh keluarganya atau janda dan

anak yatim yang diwariskan sebagai ekses

konflik.

Saat MoU Helsinki ditandatangani

karena adanya fakta pelanggaran HAM

selama konflik, maka perundingan

menghasilkan satu poin penting untuk

meninjaklanjuti penyelesaian pelanggaran

HAM tersebut. Poin itu (butir 2) bukan

hanya berisikan tentang pembentukan

Pengadilan HAM untuk Aceh, akan tetapi

juga tentang Komisi Kebenaran dan

Rekonsiliasi dan poin mengenai Keharusan

Pemerintah Indonesia mematuhi Kovenan

Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan

Politik serta Kovenan Internasional tentang

Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

(butir 2.1).

III. PENYELESAIAN PELANGGAR-

AN HAM BERAT DI ACEH

a. Tanggung Jawab Negara

Menurut C. De Rover (1998 : 471)

pelanggaran HAM yang dilakukan oleh

para petugas penegak hukum merusak

integritas keseluruhan organisasi penegak

hukum, dan adanya pelanggaran tersebut

tidak boleh ditutup-tutupi. Terjadinya

pelanggaran tersebut harus dicegah dan

jika tidak mungkin, maka perlu diselidiki

dengan segera, secara cermat dan tidak

memihak.

Menyimak pendapat di atas, maka

dalam kasus pelanggaran HAM selama

konflik Aceh, tidak hanya dilakukan oleh

para petugas penegak hukum, akan tetapi

terbanyak oleh pihak aparat militer sebagai

ekses perang. Pelanggaran justru dilakukan

terhadap rakyat sipil oleh aparat militer

dan penegak hukum secara bersama-sama

ketika gagal mengejar atau menemukan

tentara GAM atau ketika anggota mareka

terbunuh atau cedera. Jenis pelanggaran

yang dilakukan mulai dari pelanggaran

HAM biasa hingga pelanggaran HAM

berat dan kejahatan kemanusiaan, bahkan

bisa mengarah kepada genosida.

Negara bertanggung jawab

terhadap penyelesaian pelanggaran HAM.

Page 49: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

40

Biasanya pelanggaran HAM berat baik

genosida maupun kejahatan kemanusiaan,

dilakukan oleh aparat negara atau

kelompok dan diadili di Pengadilan HAM.

Sementara jika dilakukan oleh person non

alat negara, maka diadili di Peradilan

Umum dengan katagori tindak pidana.

Itulah sebabnya maka negara memberi

kompensasi, restitusi dan atau rehabilitasi

kepada korban pelanggaran HAM (pasal

228 ayat 2). Oleh Badan Reintegrasi Aceh

diberikan dana santunan yang disebut diat

dari dana APBN. (akan tetapi tidak sejalan

dengan diat dalam pelaksanaan hukum

qisas). Komandan bertanggung jawab

terhadap pelanggaran HAM berat yang

dilakukan pasukan yang berada di bawah

pengendaliannya (pasal pasal 42 ayat 1).

Penting untuk diketahui di mana

posisi negara dalam pemenuhan hak

korban pelanggaran HAM sebagai bagian

tanggung jawab negara (Afridal Darmi,

2010) :

- Negara mesti menyediakan

mekanisme yang efektif bagi para

korban untuk mendapatkan

reparasi

- Negara mesti bekerjasama dalam

mencegah pelanggaran HAM,

hukum pidana internasional dan

hukum Humaniter internasional

- Negara mesti mengizinkan

peradilan terhadap setiap orang

yang bertanggung jawab terhadap

pelanggaran HAM, hukum pidana

internasional, dan hukum

humaniter internasional dalam

yurisdiksi negara tersebut

- Negara tidak boleh menerapkan

sikap pura-pura atau putusan yang

tidak adil

- Perjanjian yang dibuat mesti

konsisten dengan hak-hak korban

Pemeriksaan terhadap para jendral

pelaku pelanggaran HAM Atambua di

Timor Leste usai jajak pendapat tahun

1998 di bekas wilayah Republik Indonesia

itu telah dilaksanakan melalui Pengadilan

HAM ad Hoc. Pengadilan HAM ad Hoc

adalah realisasi dari ketentuan pasal 43

UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan

HAM, yang menetapkan bahwa pelang-

garan HAM berat yang terjadi sebelum

diundangkannya Undang-undang Pengadil-

an HAM itu diperiksa dan diputuskan oleh

Pengadilan HAM ad Hoc (ayat (1) yang

dibentuk atas usul DPR RI berdasarkan

peristiwa tertentu dengan keputusan

Presiden (ayat 2) dan pengadilan itu itu

berada di lingkungan Peradilan Umum

(ayat 3).

Meskipun Pengadilan HAM ad

Hoc itu memvonis bebas jendral-jendral

pelaku pelanggaran HAM Atambua,

namun ketentuan pasal 43 UU No.26

Tahun 2000 itu menjadi preseden bagi

kasus-kasus pelanggaran HAM sebelum

Undang-undang Pengadilan HAM itu

diundangkan. Di Aceh juga telah pernah

dipraktekkan mengadili kasus pelanggaran

HAM bukan dengan Pengadilan HAM,

akan tetapi dengan Pengadilan Koneksitas,

sebagaimana dilakukan terhadap para

pelaku pelanggaran HAM dalam kasus

pembantaian Tgk Bantaqiah dan

pengikutnya. Pengadilan Koneksitas itu

dibentuk khusus dan juga berada di

lingkungan Peradilan Umum dalam hal ini

Pengadilan Negeri Banda Aceh. Namun

keputusan Pengadilan Koneksitas seper-

tinya tidak memiliki kekuatan hukum apa-

apa, sebab di samping tidak mengadili

komandan sebagai penanggungjawab

pembantaian, serdadu yang divonnis

sebagai pelaku tidak menjalani

Page 50: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

41

hukumannya. Mareka bebas kembali pasca

divonnis.

Dua kasus di atas memperlihatkan

bahwa negaralah yang bertanggung jawab

terhadap kasus pelanggaran HAM yang

dilakukan oleh aparatnya. Pemerintahlah

yang membentuk Pengadilan Koneksitas di

Aceh dan Pemerintah pula yang khusus

membentuk Pengadilan HAM ad Hoc

untuk mengadili para pelaku peanggaran

HAM pada kasus Atambua.

b. Di manakah Pengadilan HAM

untuk Aceh

Kasus-kasus pelanggaran HAM

semasa konflik Aceh terperangkap di jalan

yang rumit untuk diselesaikan terlebih lagi

dengan ketentuan pasal 28 ayat (1) UU

Pemerintahan Aceh. Artinya jika peng-

adilan itu telah terbentuk, tidak untuk

mengadili kasus pelanggaran HAM berat

semasa konflik Aceh, kecuali mengadili

kasus pelanggaran HAM yang terjadi

setelah Undang-undang itu disahkan.

Namun, jika merujuk kepada

upaya penyelesaian kasus pelanggaran

HAM Atambua, ada juga sedikit titik

terang, yakni dengan dibentuknya

Pengadilan HAM ad Hoc. Akan tetapi

pembentukan Pengadilan HAM ad Hocpun

tidak seperti membalikkan tangan,

melainkan penuh ganjalan. Belum lagi

melihat kekuatan hukumnya yang tak

mampu menjerat satu jendralpun yang

bertanggung jawab pada pelanggaran

HAM berat itu. Sementara Pengadilan

Koneksitas sama sekali bukan jalan keluar.

Penyelesaian pelanggaran HAM

berat semasa konflik Aceh, telah

menimbulkan perdebatan sengit, sesengit

tuntutan pihak korban untuk mengadili

para pelaku pelanggaran HAM secara

setimpal. Di awal perdamaian, berbagai

aksi demo dilakukan oleh pihak korban,

kemudian berbagai seminar digelar untuk

membahas bagaimana cara penyelesaian

pelanggaran HAM yang adil dan

bermartabat, serta bagaimana mempercepat

pembentukan Pengadilan HAM.

Pengadilan HAM yang dibentuk haruslah

pengadilan yang berwenang mengadili dan

memutuskan kasus pelanggaran HAM

semasa konflik.

Menurut ketentuan pasal 45 UU

No. 26 tahun 2000, saat ini Aceh berada

dibawah yurisdiksi Pengadilan HAM di

Medan. Hanya di Jakarta Pusat, Surabaya,

Makassar dan Medan Pengadilan HAM

dibentuk untuk pertama kali yang masing-

masing memiliki wilayah hukum sendiri.

Itu pula sebabnya MoU Helsinki

memerintahkan pembentukan Pengadilan

HAM untuk Aceh. Namun apabila

pembentukan Pengadilan HAM sebagai-

mana dimaksudkan pasal 28 (ayat1) UUPA

itu, tentu saja tidak akan memberi makna

bagi korban konflik Aceh.

Saat ini atau sebelum pasal 28 ayat

(1) UUPA diimplementasikan, Pengadilan

HAM untuk Aceh seperti telah disebutkan

berada di Medan. Akan tetapi selama

pengadilan itu dibentuk menurut para

hakim Pengadilan Negeri Medan (laporan

BRA, 2010), belum ada satu kasus

pelanggaran HAMpun diajukan ke sana.

Jadi Pengadilan HAM Medan itu tak

berfungsi sama sekali, sekalipun walayah

konpetensinya sarat dengan pelanggaran

HAM berat, terutama di Aceh semasa

konflik.

Akibat ketentuan pasal 28 ayat (1)

UUPA, memang ada kemungkinan bahwa

kasus pelanggaran HAM untuk Aceh

diadili di Pengadilan HAM Medan. Akan

tetapi mengingat bahwa pelanggaran HAM

berat di Aceh masa konflik juga paling

Page 51: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

42

banyak terjadi sebelum UU No 26 tahun

2000 diberlakukan, maka kembali

ditemukan jalan buntu apalagi mengingat

pengadilan HAM Medan itu selama ini

tidak berfungsi sama sekali bahkan hakim

dan gedungnyapun belum ada. Kenapa

Pemerintah sampai begitu enggan

membangun gedung dan menempatkan

hakim-hakim untuk Pengadilan HAM,

adakah hubungan dengan objek yang

diadili, wallahualam.

c. Perdebatan Pengadilan HAM

untuk Aceh dan Penyelesaian

Pelanggaran HAM

Pengadilan HAM untuk Aceh

dapat dikatakan masih dalam proses awal

hingga menjelang tahun ketujuh

perdamaian ditandatangani. Perdebatan

untuk itu masih seru dan belum ada titik

temu, meski sudah mulai ditangani

Kementrian Hukum dan HAM serta

Mahkamah Agung. Dalam seminar dan

FGD untuk memfasilitasi pembentukan

Pengadilan HAM untuk Aceh yang

dilaksanakan Badan Reintegrasi Aceh

(BRA) dengan dihadiri pejabat berwenang

di tingkat pusat dan daerah, para praktisi

hukum, akademisi, dan politisi, semua itu

masih pada batas dibicarakan dan

direncanakan, belum ada wujud

konkritnya. Penulis selaku penyelenggara

kegiatan tersebut di tahun 2010 sengaja

mengundang pejabat tinggi tingkat Dirjen

di Kementrian Hukum dan HAM, Deputy

Kementrian Polhukam, Hakim Agung,

anggota DPR RI dan DPD, Ketua Komnas

HAM Pusat, pengacara, dan para hakim

Pengadilan Negeri Medan (sebagai

pengganti hakim Pengadilan HAM

Medan).

Perdebatan itu itu diawali pada

seminar Fasilitasi Pembentukan Peng-

adilan HAM untuk Aceh yang diseleng-

garakan di Banda Aceh dengan

mendatangkan ketua Komnas HAM Pusat

dan Akademisi Spesialis Analis

Pelanggaran HAM serta Aktivis HAM

mantan ketua Lembaga Bantuan Hukum

sebagai nara sumber. Seminar itu

mendatangkan korban pelanggaran HAM

dari berbagai kabupaten kota di Aceh,

akademisi, aktivis HAM, ulama, dll

sebagai peserta sehingga terlihat keteguhan

para korban konflik untuk menyeret para

pelaku pelanggaran HAM ke pengadilan..

Para korban konflik tak mau surut

seincipun dari tuntutan mareka agar pelaku

pelanggaran HAM terhadap keluarga

mareka atau mareka sendiri diadili dan

dihukum secara setimpal. Sementara pihak

nara sumber dalam hal ini ketua Komnas

HAM memaparkan sejauh mana upaya

yang telah ditempuh untuk mewujudkan

pengadilan HAM guna mengadili

pelanggar HAM berat yang telah dilakukan

semasa konflik Aceh.

Yurisdiksi Pengadilan HAM

(Ifdhal Kasim, 2010) adalah bahwa

yurisdiksi itu mengadili tanggung jawab

negara, bukan subtitusi pengadilan pidana

dan dapat merupakan bagian pengadilan

umum atau pengadilan khusus.

Pelanggaran HAM dapat diajukan ke

Pengadilan HAM sebagaimana diatur

dalam UU Pengadilan HAM (UU No. 26

Tahun 2000) melalui Pengadilan HAM ad

Hoc dan melalui Pengadilan HAM

Permanen.

Apa yang harus dilakukan (Ifdhal

Kasim, 2010) adalah segera menyiapkan

legislasi bagi Pengadilan HAM di Aceh,

menyiapkan sarana dan prasarana bagi

pembentukan Pengadilan HAM untuk atau

di Aceh dan mendorong pembentukan

Pengadilan HAM ad Hoc untuk Aceh.

Page 52: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

43

Oleh karena pengadilan berada di bawah

kewenangan Mahkamah Agung, maka

Mahkamah Agunglah yang lebih

bertanggung jawab memikirkan masalah

tersebut.

Untuk menyelesaikan pelanggaran

HAM masa konflik sebagai bagian

perdamaian di Aceh, mengingat hambatan

yang ada dalam pasal 28 bayat (1) UU

Pemerintahan Aceh maka Pengadilan

HAM ad Hoc sebagaimana dimaksudkan

UU Pengadilan HAM diperlukan untuk

Aceh dan harus didorong pemben-

tukannya. Penyelidikan terhadap kasus

Rumah Gedong dan Bumi Flora pada

dasarnya merupakan penyelidikan ad Hoc.

Pembentukan Pengadilan HAM itu

penting dan memerlukan banyak sumber

daya manusia dan biaya. Akan tetapi DPR

sangat lemah sehingga sangat sulit

melakukan tindakan hukum terhadap

Pemerintah dalam mewujudkan Pengadilan

HAM ad Hoc (Saifuddin Bantasyam:

2010).

Perdebatan pada FGD dengan

melibatkan pihak-pihak yang terkait

dengan pembentukan Pengadilan HAM

untuk mengadili kasus-kasus pelanggaran

HAM semasa konflik Aceh memperlihat-

kan kecendrungan yang berbeda. Pihak

berwenang itu adalah Dirjen HAM pada

Kementrian Hukum dan HAM, dan Deputy

Kemenkopolhukam serta ketua Komnas

HAM yang diramu dengan pendapat para

praktisi hukum dan akademisi serta politisi

Aceh di Jakarta yang menekuni persoalan

HAM. Pada acara yang diselenggarakan di

Medan awal Desember 2010 itu

memaparkan bahwa apa yang harus

dibangun di Aceh bersandar pada MoU

Helsinki dan UU No. 26 Tahun 2000.

Menurut pihak Dirjen HAM,

Menteri Hukum dan HAM berdasarkan

surat yang dikirim Gubernur Aceh telah

menyurati Mahkamah Agung. Ketua

Mahkamah Agung setuju dengan pem-

bentukan Pengadilan HAM di Aceh, akan

tetapi bagaimana mekanismenya, apakah

dengan Peraturan Presiden atau lainnya.

Yang jelas supaya tidak terjadi duplikasi,

maka jika pasal 228 ayat (1) UU No. 11

Tahun 2006 dijadikan dasar untuk

mengadili pelanggaran HAM berat

masalah yang muncul adalah bagaimana

mengeluarkan Aceh dari yurisdiksi

Pengadilan HAM Medan. Jika merujuk

pada UU No. 26 Tahun 2000 bagaimana

pula jalan keluarnya, berarti dengan

pembentukan Pengadilan HAM ad Hoc.

Sementara UU No. 11 Tahun 2006

merupakan lex specialist untuk Aceh.

Berarti pasal 28 UU No. 11 Tahun 2006 itu

harus direvisi. Jika melalui revisi berarti

konsekwensinya harus melalui proses

legislasi, sebuah proses panjang yang

melelahkan (demikian Agus Purwanto/

mewakili Dirjen HAM).

Jika dimaknai UU No. 26 Tahun

2000 berarti pembentukan Pengadilan

HAM untuk mengadili pelanggaran HAM

berat dapat berarti pembentukan

Pengadilan HAM ad Hoc. Sementara di

dalam pasal 228 UU No. 11 Tahun 2006

tidak membicarakan pelanggaran HAM

berat. Ini berarti Pasal 228 itu harus

direvisi melalui legislasi (dengan undang-

undang juga).

Akhirnya, FGD tingkat pejabat

berwenang dan terkait dengan persoalan

penyelesaian pelanggaran HAM itu

merekomendasikan bahwa :

1. Merujuk kepada MoU Helsinki

dan UU No. 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dapat

ditempuh kemungkinan :

Page 53: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

44

- Mahkamah Agung menerbitkan

keputusan mengenai pemben-

tukan prasarana dan sarana

mengenai pembentukan

Pengadilan HAM untuk dan

atau di Aceh.

- Untuk mengantisipasi masalah

kompetensi wilayah, maka

Pemmerintah bersama DPR RI

membentuk undang-undang

tentang pencabutan kompetensi

wilayah Pengadilan HAM di

Medan untuk Aceh.

2. Penyelesaian kasus-kasus pelang-

garan HAM yang terjadi sebelum

dan sesudah pengesahan UU No.

26 tahun 2000 sampai dengan

pengesahan UU No. 11 Tahun

2006 dilakukan dengan mengacu

kepada UU No. 26 Tahun 2000.

Ini berarti kecendrungan Pemben-

tukan Pengadilan HAM ad Hoc

guna menyelesaikan kasus-kasus

Pelanggaran HAM semasa konflik

Aceh.

Pendapat atau hasil rekomendasi di

atas belumlah memberi kepastian yang

kongkrit. Semua masih dalam proses awal,

sehingga belum ada kepastian lewat jalan

mana pelanggaran HAM di Aceh

diselesaikan. Melalui revisi pasal 228 UU

No.11 tahun 2006-kah atau merujuk

kepada UU No. 26 Tahun 2000. Namun,

yang perlu diingat adalah bahwa yang

diamanatkan MoU Helsinki bukan hanya

Pengadilan HAM, akan tetapi juga

rekonsiliasi yang permasalahannya dapat

diselesaikan melalui Komisi Kebenaran

dan Rekonsiliasi (KKR). Oleh karena itu

yang terpenting dari semua itu adalah

adanya “pengungkapan kebenaran” pada

tahap awal sebelum kasus pelanggaran

HAM berat itu diselesaikan melalui

Pengadilan HAM atau KKR. Tentu saja

kalau melalui jalur Pengadilan HAM

tergantung pada proses mana harus

ditempuh, revisi pasal 228 UU No. 11

Tahun 2006, atau merujuk kepada UU No.

26 Tahun 2000.

IV. P E N U T U P

A. Kesimpulan

1. Selama konflik Aceh berkecamuk

telah terjadi pelanggaran HAM

berat berupa kejahatan kemanu-

siaan, baik dimasa Aceh dijadikan

Daerah Operasi Militer (DOM)

maupun setelahnya hingga

ditanda-tangani perdamaian

2. Pelanggaran HAM berat tersebut

harus diselesaikan melalui

Pengadilan HAM guna memberi

keadilan hukum bagi korban

konflik dalam rangka mewujudkan

perdamaian permanen.

3. Sekalipun penyelesaian pelang-

garan HAM itu merupakan amanat

MoU Helsinki, namun penuh

hambatan berhubung pasal 228 UU

No. 11 Tahun 2006 tidak berlaku

surut sehingga Pengadilan HAM

yang terbentuk berdasarkan pasal

tersebut tidak dapat dipakai untuk

mengadili kasus-kasus pelanggaran

HAM masa konflik sebelum UU

itu direvisi.

4. Meskipun Mahkamah Agung telah

menyetujui pembentukan Peng-

5. adilan HAM untuk Aceh, oleh

karena Aceh berada di bawah

konpetensi Pengadilan HAM di

Medan maka harus dibuat undang-

undang untuk mencabut konpe-

tensi tersebut.

6. Apabila pasal 228 UU No. 11

Tahun 2006 tidak direvisi, maka

Page 54: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

45

agar pelanggaran HAM di Aceh

masa konflik dapat diselesaikan

perlu merujuk kepada UU No. 26

Tahun 2000 tentang pelanggaran

HAM, di mana sesuai pasal 43

untuk menyelesaikan kasus

pelanggaran HAM yang terjadi

sebelum pengesahan UU tersebut

dapat dibentuk Pengadilan HAM

ad Hoc atas usul DPR RI.

7. Hingga saat ini upaya

pembentukan Pengadilan HAM

untuk Aceh dan penyelesaian

kasus pelanggaran HAM berat

masa konflik Aceh masih dalam

proses awal dan belum dapat

dipastikan kapan berlanjut,

sementara korban pelanggaran

HAM terus menunggu dan tetap

menuntut agar pelanggaran HAM

semasa konflik Aceh segera

diselesaikan.

B. Saran 1. Agar semua pihak terus

mendorong Pemerintah dan DPR

serta Mahkamah Agung agar

segera membentuk Pengadilan

HAM untuk dan atau di Aceh

2. Agar pihak yang berwenang

sesera mungkin menyelesaikan

kasus pelanggaran HAM berat di

Aceh semasa konflik, baik melalui

revisi pasal 228 UU No. 11 Tahun

2006, maupun melalui pemben-

tukan Pengadilan HAM ad Hoc

3. Agar sesegera mungkin pula

dilaksanakan pengungkapan kebe-

naran terhadap kasus pelanggaran

HAM berat di Aceh semasa

konflik agar terungkap pelaku

pelanggaran HAM yang sebe-

narnya untuk kemudian dise-

lesaikana melalui sarana KKR atau

Pengadilan HAM.

DAFTAR PUSTAKA

Afridal Darmi. Pentingnya Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh Demi

Mewujudkan Perdamaian Abadi, Makalah, disampaikan pada Seminar

Fasilitasi Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh, diselenggaran BRA,

Banda Aceh, Desember 2010.

Ahmad Farhan Hamid. Jalan Damai Nanggroe Endatu, Catatan Seorang Wakil Rakyat

Aceh, Suara Bebas Jakarta, 2006.

Anonim. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi Pembentukan Pengadilan HAM untuk

Aceh, Direktur Penyelesaian Dispute, BRA, Banda Aceh, 2010

------------. Hak Asasi Manusia Tanggung Jawab Negara, Peran Institusi Nasional dan

Masyarakat, Komnas HAM, Jakarta, 1999.

------------. Instrumen Pokok Hak Asasi Manusia Bagi Aparatur Penegak Hukum,

ELSAM, Jakarta , 1999.

Page 55: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

46

Cassese Antonio. Hak Asasi Manusia di Dunia yang Berubah, Yayasan Obor Indonesia,

Jakarta, 1994

Davidson, Scott. Hak Asasi Manusia, Sejarah, Teori dan Praktek dalam Pergaulan

Internasional, Terjemahan PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta 1994

De Rover, C. To Serve & To Protect, Acuan Universal Penegakan HAM, T erjemahan,

International Committee of The Red Cross, Geneve, 1998.

Edwin Partogi, dkk, Stagnasi Hak Asasi Manusia, Laporan Tahunan Kondisi HAM di

Indonesia Tahun 2001, Kontras, Jakarta, 2002.

Ifdhal Kasim, Pengadilan HAM di Aceh, Makalah, disampaikan pada Seminar Fasilitasi

Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh diselenggarakan BRA, Banda

Aceh, Desember 2010.

Ikrar Nusa Bakti (Penyunting). Beranda Perdamaian, Aceh Tiga Tahun Pasca MoU

Helsinki, P2P-LIPI, Pustaka Pelajar, Jakarta, 2008.

Saifuddin Bantasyam. Percepatan Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh dalam

Rangka Memberi Keadilan bagi Korban Konflik Aceh, Makalah disampaikan

pada Seminar Fasilitasi Pembentukan Pengadilan HAM untuk Aceh,

diselenggarakan BRA, Banda Aceh, Desember 2010.

Peraturan Perundang-undangan dan Instrumen HAM Universal:

- UU No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

- UU No. 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan HAM

- UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

- UU No. 5 Tahun 1998 Tentang Ratifikasi Konvensi menentang Penyiksaan dan

Perlakuan atau penghukuman lain yang Tidak Manusiawi, dan Merendahkan

Martabat manusia (Konvensi Anti Penyiksaan) Tahun 1984 diberlakukan, Tahun

1997.

- Deklarasi Tentang Perlindungan bagi Semua Orang dari Penghilangan Paksa,

Tahun 1992

- Pencegahan dan Penyelidikan Efektif Terhadap Pelaksanaan Hukuman Mati di

luar Proses Hukum, Sewenang-Wenang dan Sumir, Tahun 1989

- Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, Tsahun 1966

- Konvensi Tentang Pencegahan dan Hukuman Terhadap Kejahatan Pemusnahan

Suatu Bangsa dengan Sengaja, 1948.

Page 56: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

47

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Drs. Nasruddin A.R., M.Si.

Abstrak

Penggunaan strategi active learning dalam pelaksanaan pembelajaran terutama

pembelajaran PAI dikembangkan untuk meningkatkan kinerja kelas yang hidup dan

menghasilkan pembelajaran yang bermutu tinggi. Realita yang berkembang sekarang ini,

proses pembelajaran masih di dominasi oleh guru sebagai sumber utama pengetahuan dan

ceramah sebagai pilihan metode pembelajarannya. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan

pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, seperti penerapan strategi yang

mendorong siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan pada diri mereka, dengan

harapan dapat meningkatkan kinerja atau proses pembelajaran selama di kelas. Secara

singkat dan terbatas, suatu kriteria dalam pembelajaran aktif adalah siswa mampu

melakukan sesuatu yang mereka pikirkan secara mandiri dan kelompok seperti, menulis,

berdiskusi, berdebat, memecahkan masalah, mengajukan pertanyaan, menjawab

pertanyaan, menjelaskan, menganalisis, mensintesa, dan mengevaluasi.

Kata Kunci: Strategi, Active Learning, PAI.

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu

faktor penting bagi kehidupan manusia,

sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang

terbaik dalam mengembangkan potensi

yang dimilikinya. Diantara pendidikan

yang sangat dibutuhkan manusia adalah

Pendidikan Agama Islam (PAI). PAI

merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan

peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran atau

pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.1

1Abdul Majid., dan Dian Andayani,

Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam

sangatlah penting, karena dengan adanya

pendidikan agama, orang tua dan guru

berusaha secara sadar mendidik dan

mengarahkan anak kepada perkembangan

jasmani dan rohani, sehingga pada

akhirnya tujuan pendidikan Islam akan

tercapai.

Untuk tercapainya tujuan dari PAI

yang mampu membangun kesadaran

beragama para peserta didik, perlu

peningkatan mutu atau kualitas proses

pendidikan. Hal ini sangat tergantung pada

kemampuan seorang guru dalam me-

nguasai materi yang diajarkan, serta

kecakapan guru dalam mengolah informasi

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal.

132.

Page 57: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

48

dan menyampaikannya dengan cara yang

paling efektif kepada peserta didik,

sehingga pada akhirnya akan tercapai suatu

istilah pembelajaran yang disebut PAKEM

(Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan), di mana siswa diarahkan

untuk mengeksplorasi kemampuan, kete-

rampilan, dan pengetahuan secara

menyenangkan. Oleh karena itu, seorang

guru juga dituntut memiliki ketrampilan

dan teknik-teknik tertentu dalam

menyampaikan materi tersebut kepada

siswa.

Guru merupakan salah satu tokoh

yang dapat menjembatani siswa untuk

dapat beriman dan bertaqwa. Hal itu

merupakan bentuk usaha guru sebagai

tanggung jawab yang diamanatkan Allah

swt. Adapun berhasil tidaknya siswa

meraih tujuannya, sehingga hidupnya

senantiasa beribadah kepada Allah swt,

merupakan persoalan hidayah dan petunjuk

Allah swt. Cara guru menciptakan suasana

pembelajaran, memiliki pengaruh yang

sangat besar pada reaksi yang ditampilkan

siswa dalam proses pembelajaran karena

guru merupakan salah satu unsur kekuatan

penentu dalam operasional pendidikan.

Tidak hanya jumlahnya yang banyak tetapi

kualitasnya juga harus tinggi sesuai dengan

tuntutan dan perkembangan dunia

pendidikan yang terus berkembang.

Realita yang berkembang selama

ini adalah strategi pembelajaran PAI yang

belum berjalan secara maksimal

sebagaimana diharapkan oleh semua pihak.

Guru kurang mendapat reaksi positif dari

anak didik, seperti: anak didik yang kurang

menghormati gurunya, motivasi belajar

yang menurun, serta rendahnya pema-

haman anak didik dalam mengamalkan

nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-

hari. Fenomena lain yang sering terjadi

dalam proses pembelajaran yaitu,

umumnya guru masih mendominasi ruang

kelas dan siswa pasif (datang, duduk, dan

menonton). Guru memberikan konsep dan

siswa hanya menerima barang jadi.

Demikian juga ujian dari tahun ke tahun,

soal yang diberikan selalu sama tanpa

adanya perubahan yang signifikan.

Sebab-sebab munculnya fenomena

di atas antara lain, kurangnya kemampuan

guru dalam menguasai kelas dan

penggunaan strategi pembelajaran yang

belum sesuai dengan materi ajarnya,

sehingga kualitas pembelajaran PAI di

sekolah menjadi rendah, dan juga sebab-

sebab lainnya. Dengan demikian, peran

guru sangatlah penting dalam memahami

cara belajar anak, sehingga nantinya dapat

membantu para guru mengatasi kesulitan

yang dialaminya dalam proses pem-

belajaran PAI.

1. Bagaimana efektifitas penerapan

pembelajaran aktif (active learning)

dalam pembelajaran PAI?

2. Faktor apa saja yang mendukung

dan menjadi kendala yang dialami

oleh guru PAI dalam penerapan

strategi active learning?

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana

efektifitas penerapan

pembelajaran aktif (active

learning) dalam pembelajaran

PAI?

2. Untuk mengetahui Faktor apa

saja yang mendukung dan

menjadi kendala yang dialami

Page 58: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

49

oleh guru PAI dalam penerapan

strategi active learning? Adapun manfaat dari penelitian ini

adalah:

1. Dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat

bagi guru-guru dalam

penerapan strate-gi

pembelajaran.

2. Dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat menjadi

trobosan baru bagi praktisi

pendidikan da-am

meningkatkan mutu pendi-

dikan pada umumnya.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian

perpustakaan (Library Research), yaitu

penulis menelaah serta menganalisa buku-

buku (referensi) yang menjelaskan tentang

strategi pembelajaran Active Learning dan

hasil-hasil penelitian yang menyangkut

dengan strategi active learning yang

pernah di tulis oleh peneliti-peneliti

terdahulu

D. Hasil Penelitian dan pembahasan

I. Strategi pembelajaran Active

Learning Dalam konteks pelaksanaan proses

pembelajaran, diperlukan pengembangan

kemampuan berfikir kritis, berfikir kreatif

dan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah. Untuk itu perlu

digunakan berbagai strategi yang dapat

mendukung proses pembelajaran agar

menyenangkan (joyful learning). Konsek-

wensi logis dari tuntutan ini adalah guru

harus mampu mengembangkan sistem

pembelajaran dengan memposisikan pe-

serta didik sebagai pusat proses

pembelajaran (student center instruction),

sehingga betul-betul tercipta proses

pembelajaran yang aktif (active learning).

Adapun yang menjadi tuntutan

dalam penerapan strategi active learning

yaitu, setiap peserta didik harus diikut-

sertakan dalam setiap kegiatan pem-

belajaran. Strategi ini diharapkan mampu

merangsang dan meningkatkan keterlibat-

an mental peserta didik dalam proses

pembelajaraan. Dalam hal ini, peserta

didik diberikan kebebasan dan keleluasaan

untuk mengembangkan potensi dirinya,

baik pada aspek intelektual (cognitive),

emosional-spiritual (affective) dan

keterampilannya (psychomotoric). Oleh

Karena itu, dalam proses pembelajaran

yang dilakukan di kelas, guru harus

mengubah kegiatan pembelajaran dari

transferring menjadi conditioning, yaitu

yang semula guru memposisikan diri

sebagai transformotor, berubah menjadi

fasilitator.

II. Pengertian active learning

(pembelajaran aktif) Istilah active learning adalah

“segala bentuk pembelajaran yang

memungkinkan siswa berperan secara aktif

dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik

dalam bentuk interaksi antar siswa,

maupun siswa dengan guru dalam proses

Page 59: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

50

pembelajaran tersebut”.2 Masnur Muslich

mendefinisikan active learning adalah

“suatu konsep pembelajaran yang

membantu guru dalam penggabungan

antara materi pembelajaran dengan situasi

dunia nyata, dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sehari-hari”.3 Cara

belajar siswa aktif tersebut dapat ber-

langsung secara efektif, bila guru

melaksanakan peran dan fungsinya secara

aktif dan kreatif, mendorong dan

membantu serta berupaya mempengaruhi

siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

dan belajar yang ditentukan.

Peranan guru bukan sebagai orang

yang menuangkan materi pelajaran kepada

siswa, melainkan bertindak sebagai

pembantu dan pelayanan bagi siswanya.

Siswa aktif belajar sedangkan guru

memberikan fasilitas belajar berupa

bantuan dan pelayanan. Dalam kegiatan

pembelajaran aktif, tidak di artikan guru

menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif

namun tidak bersikap mendominasi siswa

dan menghambat perkembangan

potensinya. Guru bertindak sebagai

fasilitator, bukan transformotor. Oleh

karena itu, dapat dipahami bahwa

Pembelajaran aktif adalah strategi

pembelajaran yang memungkinkan siswa

berperan secara aktif dalam proses

pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi

2T.M. A. Ari Samadhi, Pembelajaran

Aktif (Active Learning) Bahan Workshop,

(Jakarta: Tiw, 2007), hal. 48.

3Masnur Muslich, KTSP

Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Learning, (Jakarta: Bumi aksara, 2007), hal.

41.

antar siswa maupun siswa dengan guru.

Pembelajaran aktif (active learning)

dimaksudkan untuk mengoptimalkan

penggunaan semua potensi yang dimiliki

oleh semua anak didik dengan bantuan

pengajar seperti melakukan wawancara,

fokus group untuk memperoleh informasi,

mendiskusi, menjelaskan gagasan, dan

mengamati demo atau fenomena.

III. Prinsip Penerapan Active Learning Pembelajaran yang bermakna lebih

mengedepankan pengembangan potensi

peserta didik, sehingga pembelajaran

bukan bersumber atau terfokus pada guru,

melainkan berfokus dan terpusat pada

peserta didik. Proses pembelajaran yang

demikian idealnya dilakukan dengan cara

santun dan menyenangkan, bukan dengan

doktrinisasi dan intimidasi atau tekanan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa,

pembelajaran tersebut adalah pembelajaran

ramah anak atau dengan prinsip asah, asih

dan asuh.

Dalam penerapan pembelajaran

aktif, tentunya memiliki tolok ukur

sehingga dapat dikatakan bahwa proses

pembelajaran tersebut adalah pembelajaran

yang aktif (active learning), tolok ukur

tersebut adalah:

1. Metode pembelajaran:

a. Kegiatan belajar siswa

menggunakan metode pembelajar-

an yang bervariasi, sesuai dengan

mata pelajaran. Idealnya lebih dari

3 jenis.

b. Kegiatan belajar siswa mengguna-

kan metode pembelajaran yang

sesuai dengan spesifikasi bahan

ajar.

Page 60: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

51

2. Pengelolaan kelas:

a. Kegiatan belajar siswa variatif.

b. Kelompok belajar siswa beragam

c. Kegiatan pembelajaran mengguna-

kan tata meja atau kursi yang

memudahkan siswa berinteraksi

dengan guru maupun dengan siswa

lainnya.

3. Keterampilan bertanya:

a. Pertanyaan yang diajukan guru

dapat memancing atau mendukung

siswa dalam membangun konsep

atau gagasannya secara mandiri.

b. Guru juga mendorong siswa untuk

berani bertanya, berpendapat dan

mempertanyakan gagasan guru atau

siswa lain.

4. Pelayanan individual:

a. Terdapat program kegiatan belajar

mandiri siswa yang terencana dan

dilaksanakan dengan baik.

b. Guru mengidentifikasi, merancang,

mengevaluasi dan menindaklanjuti

Program Pembelajaran Individual

(PPI) sebagai respon adanya

kebutuhan khusus (hiperaktif,

autis, lamban, dsb).

5. Sumber belajar dan alat bantu

pembelajaran:

a. Guru membuat alat bantu pembel-

ajaran sesuai dengan kompetensi

yang dikembangkan sendiri atau

bersama siswa.

b. Lembar kerja mendorong siswa

dalam menemukan konsep,

gagasan, dan cara dan dapat

menerapkannya dalam konteks

kehidupan nyata sehari-hari.

6. Umpan balik dan evaluasi:

a. Guru memberikan umpan balik

yang menantang (mendorong

siswa untuk berpikir lebih lanjut)

sesuai dengan kebutuhan siswa.

b. Setiap proses dan hasil pembel-

ajaran disertai dengan reward atau

penghargaan dan pengakuan

secara verbal dan non verbal.

7. Komunikasi dan interaksi:

a. Bantuan guru kepada siswa dalam

pembelajaran bersifat mendorong

untuk berfikir (misalnya dengan

mengajukan pertanyaan kembali).

b. Setiap pembelajaran terbebas dari

ancaman dan intimidasi (yang

ditandai: tidak ada rasa takut, anak

menikmati, guru ramah).

c. Perilaku warga kelas (siswa dan

guru) sesuai dengan tata tertib

yang dibuat bersama dan etika

yang berlaku.

d. Komunikasi terjalin dengan baik

antara guru-siswa dan atau siswa-

siswa.

8. Keterlibatan siswa:

a. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk tampil di

depan kelas untuk menyajikan,

mengemukakan dan melakukan

sesuatu.

b. Dalam setiap kerja kelompok ada

kejelasan peran masing-masing

siswa dan terlaksana secara

bergilir.

9. Refleksi:

a. Setiap selesai pembelajaran guru

meminta siswa menulis atau

mengungkapkan kesan dan

keterpahaman siswa tentang apa

yang telah dipelajari.

b. Guru melaksanakan refleksi atau

perenungan tentang kekuatan dan

kelemahan pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

10. Hasil karya siswa:

a. Berbagai hasil karya siswa

dipajangkan, ditata rapi dan

Page 61: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

52

diganti secara teratur sesuai

perkembangan penyampaian mate-

ri pembelajaran.

b. Hasil karya siswa adalah murni

karya atau buatan siswa sendiri.

11. Hasil belajar:

a. Hasil belajar siswa memenuhi

kriteria ketuntasan minimal

(KKM).

b. Siswa mengalami peningkatan

kompetensi personal atau sosial

sesuai dengan potensinya.

Indikator fisik yang kelihatan

secara lahiriah menandai siswa dalam

proses pengajaran seperti dilansir berikut

ini. Oleh Sudjana diringkas dalam bukunya

Cara Belajar Siswa aktif menyebutkan

sebagai berikut, sebagaimana dikutip oleh

Ahmad Tafsir, yaitu:4

1. Segi siswa:

a. Keinginan, keberanian menampil-

kan minat, kebutuhan dan per-

masalahan yang dihadapinya.

b. Keinginan dan keberanian serta

kesempatan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan persiapan, proses,

dan kelanjutan belajar.

c. Penampilan berbagai usaha belajar

dalam menjalani dan menyelesai-

kan kegiatan belajar sampai

mencapai hasil.

d. Kemandirian belajar.

2. Segi guru:

a. Usaha mendorong, membina

gairah belajar dan berpartisipasi

dalam proses pengajaran secara

aktif.

b. Peranan guru yang tidak mendo-

minasi kegiatan belajar siswa.

4Ahmad Tafsir, Metodologi

Pengajaran…”, hal. 146.

c. Memberi kesempatan kepada

siswa untuk belajar menurut cara

dan keadaan masing-masing.

d. Menggunakan berbagai metode

mengajar dan pendekatan multi

media.

3. Segi program tampak hal-hal berikut:

a. Tujuan pengajaran sesuai dengan

minat, kebutuhan serta

kemampuan siswa.

b. Program cukup jelas bagi siswa

dan menantang siswa untuk

melakukan kegiatan belajar.

4. Segi situasi menampakkan hal-hal

berikut:

a. Hubungan erat antara guru dan

siswa, siswa dengan siswa, guru

dengan guru, serta dengan unsur

pimpinan sekolah.

b. Siswa bergairah dalam belajar

5. Segi sarana belajar tampak adanya:

a. Sumber belajar yang cukup.

b. Fleksibel waktu bagi kegiatan

belajar.

c. Dukungan media pengajaran.

d. Kegiatan belajar di dalam maupun

di luar kelas.

Tanda-tanda itu akan mempermu-

dah guru merencanakan dan melaksanakan

pengajaran. Indikator-indikator tersebut

sekurang-kurangnya dapat menjadi rambu-

rambu bagi guru dalam merencanakan dan

melaksanakan lesson plan (rencana

belajar) cara belajar siswa aktif dengan

menggunakan strategi active learning.

IV. Beberapa Strategi Active Learning

untuk PAI

Thomas Samuel Kuhn, seorang

sejarawan dan filsuf sains Amerika Serikat,

Page 62: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

53

sebagaimana dikutip dalam buku

“Paradigma Baru Pembelajaran

Keagamaan”, mengatakan bahwa per-

ubahan-perubahan dalam ilmu dan

peradaban manusia diawali dengan

pergeseran paradigma. Apabila pandangan-

pandangan dasar ini bergeser, banyak hal

dalam ilmu dan peradaban manusia jadi

berubah, dalam dunia pendidikan dan

pembelajaran pun telah terjadi pergeseran

paradigma. Pergeseran paradigma dalam

pendidikan dan pembelajaran inilah yang

patut di indahkan untuk mengembangkan

metodologi-metodologi pembelajaran yang

baru. Para ilmuwan dan praktisi

pendidikan dapat secara teoritis dan praktis

menciptakan pendekatan-pendekatan pem-

belajaran baru yang selaras dengan

kemajuan zaman.

Dalam hal ini, Mel Silberman

seorang guru besar kajian psikologi pendi-

dikan di Temple University, mencetuskan

dalam sistem pembelajaran aktif terdapat

101 strategi belajar yang menjadikan siswa

aktif. Namun tidak semua strategi tersebut

bisa diterapkan pada satu pelajaran

tergantung kondisi dan kebutuhan dari

pelajaran tersebut. Oleh karena itu, ada

beberapa strategi pembelajaran aktif

(active learning) yang dianggap cocok

untuk diterapkan dalam pembelajaran PAI,

beberapa strategi pembelajaran tersebut

antara lain adalah:5

5Melvin L. Silberman, Active

Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj:

Sarjuli, et. al, judul asli: Active Learning:101

Strategies to Teach any subject, (Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 2007), hal. 71, 82, 104,

106, 124, 127, 152, 166, 168, 190.

1. Assessment search (penelitian untuk

penilaian)

Assessment search merupakan

strategi yang cukup menarik untuk

memberi tugas materi pelajaran anda

secara cepat dan pada saat yang

bersamaan, menilai kelas dalam waktu

yang singkat dan sekaligus melibatkan

peserta didik sejak awal pertemuan untuk

saling mengenal dan bekerjasama.

Prosedur penerapannya sebagai

berikut:

a. Bagi 3 atau 4 pertanyaan untuk

memahami siswa anda, anda boleh

memasukkan pertanyaan seperti

berikut:

1) Pengetahuan mereka terhadap

pelajaran

2) Sikap mereka terhadap pel-

ajaran

3) Keinginan atau harapan mere-

ka terhadap mata pelajaran

Tulis pertanyaan sehingga jawaban

nyata dapat dicapai, hindari

pertanyaan open-ended.

b. Bagilah kelompok yang terdiri dari

3 atau 4 orang siswa (tergantung

jumlah pertanyaan yang dibuat).

Berilah setiap peserta didik satu

dari masing-masing tugas

pertanyaan. Mintalah dia (peserta

wanita-pria) untuk mewawancarai

peserta yang lain dalam kelompok

itu dan rekam jawaban dari

pertanyaan yang diberikan kepada-

nya.

c. Panggil seluruh peserta dalam sub

kelompok yang telah diberikan

pertanyaan yang sama. Misalnya,

jika ada 18 orang peserta, bagilah

menjadi 6 kelompok dimana setiap

Page 63: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

54

kelompok terdiri dari 3 orang

peserta. Maka 6 orang diantara

mereka akan diberi pertanyaan

yang sama.

d. Mintalah masing-masing sub-

kelompok mengumpulkan data

mereka dan meringkasnya.

Kemudian mintalah masing-

masing sub kelompok untuk

melaporkan kepada seluruh kelas

apa yang telah mereka pelajari

tentang peserta lainnya.

2. Active knowledge sharing (berbagi

pengetahuan secara aktif)

Active knowledge sharing meru-

pakan strategi yang bagus untuk menarik

para peserta didik dengan segera kepada

materi pelajaran, strategi ini dapat

digunakan untuk mengukur tingkat

pengetahuan peserta didik pada saat yang

sama, melakukan kerjasama tim (team

work). Strategi ini dapat diterapkan pada

hampir semua mata pelajaran.

Prosedur penerapannya sebagai

berikut:

a. Siapkan sebuah daftar pertanyaan

yang berkaitan dengan materi

pelajaran yang akan anda ajarkan.

Sebagai contoh: (1) Bagaimana

sistem pemerintahan Abu Bakar,

Umar bin Khattab, Utsman Bin

Affan, dan Ali bin Abi Thalib? (2)

Identifikasikan hal-hal berikut:

ash-shabiqu nal awwaluwn, haji

wada`, Fathul Makkah. (3)

Menurut pendapat anda, apa

peristiwa penting dalam Islam

tentang isra` mi`raj?

b. Mintalah peserta didik menjawab

berbagai pertanyaan semampu

mereka.

c. Kemudian, ajaklah mereka berke-

liling ruangan, dengan mencari

peserta didik lain yang dapat

menjawab berbagai pertanyaan

yang tidak mereka ketahui

bagaimana menjawabnya. Dorong-

lah para peserta didik untuk saling

membantu satu sama lain.

d. Kumpulkan kembali seisi kelas

dan ulaslah jawabannya. Isilah

jawaban yang tidak diketahui dari

beberapa peserta didik. Gunakan

informasi itu sebagai jalan

memperkenalkan topik-topik

penting di kelas itu.

3. Inquiring minds what to know

(membangkitkan rasa ingin tahu)

Strategi sederhana ini merangsang

rasa ingin tahu peserta didik dengan

mendorong spekulasi mengenai topik atau

persoalan. Para peserta didik lebih

mungkin menyimpan pengetahuan tentang

materi yang tidak tercakup sebelumnya

jika mereka terlibat sejak awal dalam

sebuah pengalaman pengajaran kelas

penuh.

Prosedur penerapannya sebagai

berikut:

a. Tanyakan ke kelas, satu

pertanyaan pembangkit minat

untuk merangsang. Keingintahuan

tentang sebuah persoalan yang

ingin anda diskusikan. Pertanyaan

itu hendaknya satu, yang dengan

itu anda berharap bahwa beberapa

pesrta didik tahu jawabannya.

b. Doronglah untuk berspekulasi dan

menebak dengan bebas, gunakan

Page 64: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

55

frase seperti “tebaklah” atau

“cobalah”.

c. Jangan memberi umpan balik

dengan segera. Terimalah semua

tebakan. Bentuk keingintahuan

tentang jawaban yang “sebenar-

nya”.

d. Gunakan pertanyaan sebagai

petunjuk kearah apa yang

sekiranya anda ajarkan. Sertakan

jawaban terhadap pertanyaan anda

dalam presentasi anda. Anda

hendaknya tahu bahwa para

peserta didik lebih memberikan

perhatian daripada biasanya.

4. Active debate (perdebatan aktif)

Debat bisa menjadi satu metode

berharga untuk meningkatkan pemikiran

dan perenungan, terutama jika siswa

diharapkan mengemukakan pendapat yang

bertentangan dengan diri mereka sendiri.

Konsekuwensinya, setiap siswa akan

melibatkan diri dalam perdebatan tersebut

untuk mempertahankan argumentasinya,

dan bukan hanya pelaku debatnya saja

tetapi semua yang ada dalam ruangan

tersebut.

Prosedur penerapannya sebagai

berikut:

a. Kembangkan suatu pertanyaan

yang berkaitan dengan sebuah isu

Kontroversial yang berkaitan

dengan mata pelajaran anda.

b. Bagilah kelas menjadi dua tim

debat. Tugaskan (secara acak)

posisi “pro” pada satu kelompok

dan posisi “kontra” pada kelompok

yang lain.

c. Selanjutnya, buatlah dua atau

empat sub kelompok di dalam

masing-masing tim debat itu.

Dalam sebuah kelas dengan 24

peserta didik, misalnya mungkin

anda buat tiga kelompok pro dan

tiga kelompok kontra, masing-

masing berisi empat anggota.

d. Mintalah tiap-tiap sub kelompok

mengembangkan argumen-

argumen untuk posisi yang

ditentukannya, atau berikan sebuah

daftar argumen yang lengkap yang

mungkin mereka diskusikan dan

pilih. Pada akhir diskusi mereka,

suruhlah sub kelompok tersebut

memilih seorang juru bicara.

5. Jigsaw learning (belajar jigsaw)

Belajar ala jigsaw merupakan

teknik yang paling banyak dipraktekkan.

Teknik ini serupa dengan pertukaran

kelompok dengan kelompok, namun ada

satu perbedaan penting yaitu tiap siswa

mengajarkan sesuatu. Ini merupakan

alternatif menarik bila ada materi belajar

yang bisa disegmentasikan atau dibagi-

bagi, dan bila bagian-bagiannya harus

diajarkan secara berurutan. Tiap siswa

mempelajari sesuatu yang bila digabung-

kan dengan materi yang dipelajari oleh

siswa lain membentuk kumpulan

pengetahuan atau keterampilan yang padu.

Prosedur penerapannya sebagai

berikut:

a. Pilihlah materi belajar yang dapat

dipisah menjadi bagian-bagian.

Sebuah bagian dapat disingkat

seperti sebuah kalimat atau

beberapa halaman.

b. Hitunglah jumlah bagaian belajar

dan jumlah peserta didik. Dengan

satu cara yang pantas, bagikan

tugas yang berbeda kepada

kelompok peserta yang berbeda.

Contoh: bayangkan sebuah kelas

terdiri 12 siswa, anggaplah anda

Page 65: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

56

dapat membagi materi pelajaran

dalam tiga bagian, kemudian anda

dapat membentuk kwartet atau

“kelompok belajar” membaca,

berdiskusi, dan mempelajari materi

yang ditugaskan kepada mereka.

c. Setelah selesai, bentuklah

kelompok “jigsaw learning” setiap

kelompok mempunyai seseorang

wakil dari masing-masing

kelompok dalam kelas. Seperti

dalam contoh, setiap anggota

masing-masing kwartet menghi-

tung 1, 2, 3, 4. Kemudian

bentuklah kelompok peserta didik

“jigsaw learning” dengan jumlah

sama, hasilnya akan terdapat

empat kelompok yang terdiri dari

3 orang. Dalam setiap trio aka

nada orang peserta yang

memepelajari bagian I, seorang

untuk bagian II, dan seorang lagi

bagaian III.

d. Mintalah anggota kelompok

“jigsaw” untuk mengajarkan

materi yang telah dipelajari kepada

yang lain.

e. Kumpulkan kembali peserta didik

ke kelas besar untuk memberi

ulasan dan sisikan pertanyaan guna

memastikan pemahaman yang

tepat.

Untuk tercapainya strategi terse-

but, guru harus merancang metode

pembelajaran sesuai dengan tujuan

pembelajaran itu sendiri. Karena guru

memegang peranan penting dalam

meningkatkan kualitas pengajaran. Guru

bertanggung jawab terhadap mutu

pendidikan. Guru harus berperan lebih

proaktif dalam melaksanakan tugasnya.

Berkenaan dengan hal tersebut, Zamroni

dalam bukunya “Paradigma Pendidikan

Masa Depan” mengemukakan: “mengajar

hanya dapat dilakukan dengan baik dan

benar oleh seseorang yang telah melewati

pendidikan tersebut yang memang

dirancang untuk mempersiapkan guru

profesional. Guru dituntut untuk dapat

menguasai metode-metode mengajar,

karena peranan guru dalam mengajar akan

memberikan dampak atau pengaruh

terhadap pendidikan anak didik”.6

Melaksanakan tugas sebagai seorang guru

merupakan salah satu perwujudan dari

tanggung jawab. Sikap tanggung jawab ini

tidak hanya kepada masyarakat, tetapi juga

kepada Allah swt.

V. Kendala-kendala dalam Penerapan

Active Learning dalam PAI

Dalam proses pembelajaran

tentunya terdapat kendala-kendala yang

dapat menghambat berjalannya proses

pembelajaran yang seutuhnya, dan

akhirnya menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan. Beberapa kendala dalam

pembelajaran PAI yang diidentifikasikan

sebagai penghambat Pendidikan Agama

Islam di sekolah, antara lain:7

1. Timbulnya sikap masyarakat atau

orang tua di beberapa lingkungan

sekitar sekolah yang kurang

concerned kepada pentingnya

pendidikan agama, tidak menga-

cuhkan akan pentingnya pemantapan

6Zamroni, Paradigma Pendidikan

Masa Depan, (Jakarta: Biografi Publishing,

2000), hal. 60. 7Muzayyin Arifin, Kapita Selekta

Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2003), hal. 149-153.

Page 66: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

57

pendidikan agama di sekolah yang

berlanjut di rumah.

2. Situasi lingkungan sekitar sekolah

disubversi oleh godaan-godaan setan

yang beragam bentuknya. Situasi

demikian melemahkan daya

konsentrasi dan berakhlak mulia,

serta mengurangkan gairah belajar

siswa.

3. Gagasan baru yang mulai

bermunculan di-impose oleh para

ilmuwan mengenai perlunya men-

cari terobosan baru terhadap

berbagai kemacetan dan problema

pembangunan, meluas kearah jalur

kehidupan remaja yang kondusif

kepada watak dan ciri-ciri usia puber

dan adolesens mereka, secara latah

mempraktekan makna yang keliru

atas kata-kata terobosan menjadi

mengambil jalan pintas dalam

mengejar kemajuan belajarnya tanpa

melihat cara-cara yang halal dan

haram, seperti nyontek atau membeli

soal-soal ujian akhir.

4. Produksi pendidikan sekolah yang

dicapai dalam waktu yang relatif

singkat dengan dana yang seminimal

mungkin, namun berhasil melu-

luskan sejumlah murid yang lebih

besar, dimana dalam hal

menyangkut pendidikan agama

faktor internalisasi (pendalaman)

nilai-nilai proses kependidikan

kurang mendapat tempat yang wajar

dalam sistem efisiensi tersebut.

5. Timbulnya sikap prustasi di

kalangan orang tua atau masyarakat

bahwa tingkat kependidikan yang

dengan susah payah diraih, akan

menjamian anaknya untuk mendapat

pekerjaan yang layak. Namun

karena perluasan lapangan kerja

tidak dapat mengimbangi pembeng-

kakan penuntut kerja. Setelah lulus

sekolah, orang tua masih bersusah

payah berjuang mencarikan peluang

kerja bagi anaknya. Padahal masih

ada beban finansial yang harus di

tanggung oleh mereka. Semuanya

itu menyebabkan tendensi sosial kita

kurang mengharagai pengetahuan

sekolah yang tidak dapat di jadikan

tumpuan mencari nafkah. Pendi-

dikan agama terkena dampak negatif

dari sikap dan kecenderungan

tersebut. Apabila guru agama tidak

terampil memikat minat murid,

maka efektifitas pendidikan agama

tidak dapat diwujudkan.

Dari beberapa hal di atas, dapat

disimpulkan yang menjadi kendala dalam

proses pembelajaran secara umum, dan

akhirnya menjadi kendala khusus dalam

dunia pendidikan, yaitu:

1. Rendahnya kualitas sarana fisik atau

keterbatasan sumber belajar;

2. Rendahnya kualitas guru;

3. Rendahnya kesejahteraan guru;

4. Rendahnya prestasi siswa;

5. Mahalnya biaya pendidikan/ keterba-

tasan dana;

Banyak alternatif yang dapat

diambil oleh seluruh pelaku, peneliti

sekaligus pakar pendidikan dalam

mengatasi problematika ataupun kendala

yang terjadi baik di dunia pendidikan

ummnya dan dalam proses pembelajaran

PAI khususnya, yang terpenting dari itu

adalah komitmen dari semua pihak dan

realisasi dari program yang direncanakan

secara sungguh-sungguh untuk merubah

proses pendidikan yang masih mengalami

banyak kendala menjadi lebih baik.

Page 67: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

58

E. Penutup

Berdasarkan hasil kajian yang

peneliti lakukan tentang penerapan

strategi active learning dalam

pembelajaran PAI, maka dalam hal

tersebut peneliti dapat mengemukakan

beberapa statement seba-gai bentuk

dari kesimpulan dan saran sebagai

berikut:

a. Kesimpulan

1. Guru merupakan salah satu

faktor yang sangat menentukan

terhadap maju mundurnya

pendidikan pada sebuah

lembaga pendidikan,

keberhasilan seorang guru

dalam mengajar sangat

didukung oleh pengalaman-

pengalaman dan latihan yang

serius secara terus menerus

serta menunjukkan sikap dan

perilaku yang simpati

memperlihatkan suri tauladan

yang baik, sehingga dapat

terjadi daya promotor yang

positif bagi kegiatan belajar

anak.

2. Dari hasil olah data dan

sumber-sumber lainnya

menunjukkan bahwa dalam

pelaksanaan pene-rapan active

learning dalam pembelajaran

PAI oleh para guru masih

menghadapi kendala maupun

hambatan seperti terbatasnya

sarana maupun prasarana dari

pihak sekolah, kreatifitas guru

yang masih rendah dimana

pendekatan dan penerapan

active learning yang belum

maksimal baik dalam bentuk

penguasaan materi ataupun

penggunaan media belajar,

kurangnya sumber bacaan yang

dimiliki siswa, dan alokasi dana

yang minim sehingga memaksa

Produksi pendidikan sekolah

yang dicapai dalam waktu yang

relatif singkat harus mencapai

target maksimal.

b. Saran-saran

Sehubungan dengan kesimpulan

diatas, maka dapat dikemukakan beberapa

saran sebagai masukan dalam pelaksanaan

penerapan active learning pada

pembelajaran PAI, antara lain:

1. Agar mutu pelajaran PAI di

sekolah meningkat, maka

kepada para guru PAI harus

lebih mendalami ilmunya,

sehingga wujud dari

profesionalisme guru tersebut

tampak. Guru PAI juga perlu

untuk memahami dan

mendalami tentang strategi

active learning dengan lebih

banyak mengikuti pelatihan-

pelatihan, membaca referensi

buku tentang active learning,

membuka website tentang

strategi active learning terutama

dalam bidang PAI.

2. Diharapkan kepada kepala

sekolah dapat memfasilitasi

Page 68: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

59

para guru terutama guru PAI

dalam mening-katkan mutu

pendidikan disekolah, baik

dengan yang bersifat pelatihan

maupun bimbingan, serta sudah

seyogyanya kepala sekolah

menyediakan buku-buku

tentang pembelajaran PAI untuk

menam-bahkan khazanah

keilmuwan terutama yang

berkaitan dengan starategi

active learning.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid., dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

T.M. A. Ari Samadhi, Pembelajaran Aktif (Active Learning) Bahan Workshop, Jakarta:

Tiw, 2007.

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Learning, Jakarta: Bumi

Aksara, 2007.

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,

2004.

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, terj: Sarjuli, et.

al, judul asli: Active Learning:101 Strategies to Teach any subject, Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 2007.

Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Jakarta: Biografi Publishing, 2000.

Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Page 69: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

60

SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK

DI DAERAH PEMUKIMAN TRANSMIGRASI

Ir. Mulyadi, M.Si.

Abstrak

Hijauan makanan ternak di Indonesia pada umumnya bersumber dari hasil

sisa pertanian, rumput alam, semak-semak, daun dan batang pohon-pohonan.

Sumber daya alam besar pengaruhnya terhadap produksi hijauan tersebut.

Pemanfaatan hijauan ini selain tergantung pada jenis dan kelas ternak yang

dipelihara, juga tergantung pada sistem pertanian dan peternakan yang dianut.

Ternak sebagai salah satu komponen dalam sistem usaha tani harus ditempatkan

dalam struktur menurut fungsinya sebagai salah satu komponen usaha tani.

Alternatif penggunaan ternak dapat diperhitungkan karena ternak banyak jenis,

sistem produksi dan macam produksinya. Di daerah transmigrasi banyak ditanam

tanaman pangan, palawija. Oleh karena itu, makanan ternak diharapkan dari

limbah tanaman pertanian seperti jerami padi, jagung, umbi-umbian dan kacang-

kacangan. Untuk tetap tersedianya sumber hijaun makanan di daerah transmigrasi,

selain mengharapkan dari limbah, maka dapat dilakukan penanaman hijauan di

tanah-tanah limbah (tak digunakan), pematang-pematang bahkan tepi-tepi jalan.

Kata Kunci: hijauan ternak, daerah transmigrasi, dan produksi

1. PENDAHULUAN

Program transmigrasi ditujukan

untuk meningkatkan penyebaran

penduduk dan tenaga kerja serta

pembukaan dan pengembangan daerah

produksi dan pertanian baru dalam

pembangunan dae-rah, khususnya di

luar Pulau Jawa, yang dapat menjamin

peningkatan taraf hidup para

transmigrasi dan masyarakat

sekitarnya, (Siregar:1981).

Pencapaian tujuan program

transmigrasi diperlukan penyesuaian

yang saling menggalang produktivitas

antar- lahan, komoditas dan pola

pertanian/ pemeliharaan yang

tergabung dalam suatu keterpaduan

yang diinginkan dalam TRI MATRA

pembangunan pertanian yaitu: terpadu

wilayah, terpadu komoditas dan

terpadu usaha tani.

Sebahagian besar peternak di

daerah transmigrasi merupakan

Page 70: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

61

peternak kecil, tidak memikirkan

persediaan makan-an ternaknya.

Mencari rumput hingga jauh dari

desanya setiap hari dalam musim

kemarau merupakan gejala sudah

menipisnya tanaman rumput di

sekitarnya. Menyabit rumput segar

bercampur rumput kering merupakan

usaha untuk menambah makanan

ternak yang diberikan dalam kandang.

Dengan demikian alternatif

yang dapat ditempuh pengembangan

peternakan di daerah transmigrasi dapat

diusahakan dengan jalan perbaikan

hijauan makanan ternak dan

pemanfaatan limbah pertanian,

sehingga luas areal tanah hijauan

makanan

ternak yang dibutuhkan per satuan

ternak dapat dikurangi.

(Soedomo:1985).

Nitis (1979), mengemukakan

bah-wa hijauan makanan ternak di

Indonesia pada umumnya bersumber

dari hasil sisa pertanian, rumput alam,

semak-semak, daun dan batang pohon-

pohonan. Sumber daya alam besar

pengaruhnya terhadap produksi hijauan

tersebut. Pemanfaatan hijauan ini selain

tergantung pada jenis dan kelas ternak

yang dipelihara, juga tergan-tung pada

sistem pertanian dan peternakan yang

dianut.

Sistem produksi hijauan

makanan ternak yang lain, baik di

daerah lahan kering, lahan basah dan

lahan pasang surut untuk dapat

tersedianya hijauan sepanjang tahun

suatu periode secara terus menerus,

dapat ditanam hijauan pada tanah-tanah

khusus atau tanah yang tidak

digunakan untuk pertanian, di bawah

lahan perkebun-an, di pematang-

pematang, di teras-teras dan di pinggir-

pinggir jalan.

Dengan pola pengembangan

hijau-an dengan memanfaatkan lahan-

lahan limbah, maka petani peternak di

daerah pemukiman transmigrasi untuk

penyediaan hijauan bagi ternaknya

dapat diperoleh secara kontinyu, yang

penting adalah cara pengolahannya

harus betul-betul tepat. Keuntungan

yang lain dengan sistem tersebut dapat

mencegah terjadinya erosi, sehingga

kehilangan unsur hara tanah yang

dibawa oleh air dapat dihindari.

Apabila jenis hijauan leguminosa yang

ditanam sekaligus dapat menyuburkan

tanah-tanah di lahan tersebut.

2. BEBERAPA MACAM SISTEM

PRODUKSI HIJAUAN YANG

SESUAI DENGAN KEADAAN

ALAM

Mutu hijauan makanan ternak

pada setiap lahan akan berbeda

menurut daerah atau jenis tanahnya.

Hal ini dipengaruhi oleh suburnya

tanah, kaya tidaknya unsur hara,

semakin subur tanah sehingga mutu

Page 71: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

62

hijauan semakin baik dan produksi

akan meningkat.

Produksi rumput yang tumbuh

di tanah sawah, tegalan, kebun, hutan

dan pinggir jalan berkisar antara 14-15

ton bahan kering (BK) /ha/tahun. Akan

tetapi, untuk bahan panganan berkisar

1,5 ton dan kebun rumput sekitar 2,5

ton BK/ha/tahun (Nell & Rollinson

yang disitasi Nitis, 1979).

Permasalahan yang ada di

Indonesia adalah tanah yang

diperuntukkan untuk pemukiman

transmigrasi adalah sebahagian besar

tanah kelas IV ke atas, sudah tentu

kesuburannya kurang. Akan tetapi

seandainya pengelolaannya yang baik

akan mening-katkan kesuburannya,

misalnya dengan penamaman jenis

hijaun leguminosa, karena dapat

menfiksasi N dari udara dengan

bantuan bakteri rizobium yang terdapat

pada bintil akarnya.

Umumnya lahan yang diberikan

untuk transmigrasi tidak diperuntukkan

untuk pembuatan padang rumput atau

padang pengembalaan,walaupun dalam

perencanaan ada juga yang khusus

diper-untukkan bagi pembuatan kebun

rumput, tapi tidak begitu luas, namun

kenyataannya petani enggan untuk

menanamnya. Mereka lebih

mengutama-kan untuk menanam

pangan.

Pada pola ini maka peternakan

harus menyesuaikan dengan pola

penyediaan makanan ternaknya dengan

bidang-bidang pertanian, perkebunan

dan kehutanan. Segala bahan makanan

yang berasal dari sisa-sisa pertanian

ataupun limbah harus dimanfaatkan

sebaiknya. Sedangkan areal lahan yang

masih mungkin dipergunakan untuk

penanaman hijauan harus dikelola

dengan baik. Misalnya dengan sistem

zero grazing yaitu hijauan dipotong dan

diberikan pada ternak dalam kandang,

ternak tidak dilepas di tanah-tanah

kristis, tanah-tanah pertanian,

perkebunan dan kehutanan.

Perkembangan peternakan di

daerah transmigrasi mengikuti perkem-

bangan kegiatan terdahulu di daerah itu

atau mengikuti pola asal daerah yang

dikirimkan asal transmigran tersebut.

Akan tetapi, kegiatan terdahulu seperti

kegiatan pembukaan tanah, pertanian,

konservasi tanah dan lingkungan

dilakukan oleh pemerintah. Peternakan

diadakan sedemi-kian rupa, sehingga

tidak akan meng-ganggu kebutuhan

primer rakyat, bahkan jika mungkin

menunjang kegiatan yang sudah ada.

Suatu wilayah pengembangan

transmigrasi sudah barang tentu tidak

akan dipaksakan mengembangkan

suatu model usaha tani terpadu saja,

akan tetapi disusun menurut kesesuaian

komponen lahan dan petani.

Menjadikan suatu model usaha tani

terpadu atau beberapa pengembangan

transmigrasi, berarti mengembangkan

suatu sistem yang lebih besar dari

Page 72: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

63

sistem usaha tani. Hal ini akan

menyangkut pengorganisasian,

pengadaan komponen pembentuk

usaha tani, tenaga penyuluh, sistem tata

niaga yang lebih luas dan segala

sesuatu untuk mengembangkan areal

tersebut (Siregar et al, 1981).

A. Permasalahan yang Dihadapi

Perwujudan dan keterpaduan

dalam program transmigrasi sangat

mungkin untuk diatur karena

faktor-faktor pembatas masih hanya

pada faktor dasar seperti lahan,

manusia dan komoditas. Namun,

pola usaha, pengolahan dan lain-

lain masih bisa memilih dan

mengatur dari permulaan, yang

sulit dikendali adalah faktor iklim.

Ternak sebagai salah satu

komponen dalam sistem usaha tani

harus ditempatkan dalam struktur

menurut fungsinya sebagai salah

satu komponen usaha tani.

Alternatif penggunaan ternak dapat

diperhitung-kan karena ternak

banyak jenis, sistem produksi dan

macam produksinya (Siregar et al,

1981).

Interaksi ternak dengan lahan

adalah adaptasi ternak secara

biologis, kemampuan lahan

menghasilkan makanan ternak, pola

pemeliharaannya dan daya tampung

areal lahan yang tersedia.

Sedangkan interaksi ternak

dengan komoditi lain mempunyai

beberapa aspek yaitu perebutan

tempat pada lahan terbatas,

perebutan hara, energi, udara dan

air. Masalah hama dan penyakit

yang saling mengganggu secara

fisik, serta saling merebut waktu

dan tenaga petani yang terbatas.

Dengan demikian ternak dengan

komoditi lain bisa berkembang

kearah complementary/

suplementary effect, tetapi bisa juga

berkembang kearah mutualis

exclusivenness.

B. Transmigran di Lahan Kering

Dilahan kering pada umumnya

dengan cara pembukaan hutan dan

padang alang-alang pertanian

pangan dan perkebunan. Hal ini

semakin merosotnya tingkat

kesuburan tanah dengan

temperatur harian yang cukup

tinggi, sehingga pelapukan bahan

organik dan pencucuian hara dan

erosi lebih cepat sert diikuti

dengan produksinya menurut.

Pada daerah kering hijau-

hijauan itu berupa rerumputan

diwaktu musim hujan, dan semak-

semak atau daun-daunan, batang

pohon-pohon pada musim kering.

Pada tanah yang alang-alang

dominan, dapat ditanami stek

gamal maupun stek stylosanthes.

Tanaman baru ini lambat laun akan

mengalahkan alang-alang berubah

menjadi pasture campuran yang

mutunya lebih baik. Alang-alang

jika dipotong maupun digembalai

Page 73: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

64

secara teratur pada masa

pertumbuhannya, selain

produksinya meningkat,

kualitasnya bertambah baik. Perco-

baan menunjukkan bahwa alang-

alang muda maupun alang-alang

dengan suplemenentasi konsetrat

dapat meningkatkan produksi

ternak domba maupun sapi

(Soewardi dkk, 1974)

Pada pertanian yang bersifat

mixed-farming tujuan utama

adalah produksi pertanian

sedangkan usaha sambilannya

adalah ternak. Selanjut-nya, sistem

pertanian yang dianut pada

umumnya polyculture pada tanah

tegalan dan monoculture pada

tanah sawah. Penanaman khusus

tanaman makanan ternak tidak

dilakukan. hijauan didapat dari

galangan, pinggir jalan dan tanah

kosong sementara setelah panen

padi atau palawija.

Pada tanah tegalan, sistem

tumpangsari yang sudah

dipraktekkan selain mengintensif-

kan penggunaan tanah, meningkat-

kan produksi pa-ngan, juga

meningkatkan produksi hijauan

makanan ternak. Hanya saja pada

sistem yang sering dilakukan

sekarang, yang diberikan kepada

ternak hanya jerami dari tanama

untama atau tanaman selanya.

Pola produksi hijauan dilahan

seperti ini harus ditetapkan sistem

produksi hijauan yang bersifat

protektif dan dapat menyuburkan

tanah, yaitu dengan menanam

hijauan yang perakarannya dapat

mengikat tanah yang kuat serta

penanaman hijauan leguminosa

dilereng-lereng, pematang-

pematang, batas-batas tanah dan

lahan-lahan kosong lainnya yang

tidak ditanam tanaman pangan atau

perkebunan.

Seperti banyak dilakukan di

Jepang, dimana gulma yang

tumbuh dibawah pohon sebagai

cover crop diganti dengan hijaun

makanan ternak, baik jenis

leguminosa maupun jenis rumput.

Sedangkan penanaman hijauan

unggul di bawah pohon kelapa

telah banyak dilakukan seperti di

Bali, Thailand dan Philipina. Dari

hasil percobaan tersebut ternyata

dapat meningkatkan pertambahan

berat badan dengan pengembalaan

ternak di bawah hijauan yang

ditanam di bawah pohon kelapa

tersebut. Sama juga halnya dengan

produksi kelapa yang meningkat

dengan introduksi ternak, karena

secara langsung ternak tersebut

dapat menyuplai feses dan urine

yang dapat menyuburkan pohon

kelapa tersebut. Cover crop-nya

dapat ditanam jenis leguminosa

seperti siratro, calopo dan sentro.

Jadi, cover crop merupakan

sumber pakan bagi ternak

bersamaan juga dengan jenis-jenis

rumput lapangan yang tumbuh

bersamaan dengan cover crop

tersebut. ada juga bagi petani

Page 74: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

65

peternak yang agak intensif,

mereka menanam hijauan unggul

dengan membuat beberapa larikan

antara sela-sela pohon karet

tersebut.

Sistem pemeliharaan ternak

pada pola diatas untuk menjaga

agar kontinuitas hijauan pakan

dapat terpenuhi serta nmenjaga

agar tidak terjadi kerusakan cover

crop tersebut, maka perlu diatur

pengelolaan yang tepat. Cara yang

telah banyak dilakukan seperti

diperkebunan karet Malaysia

adalah dengan pengemba-laan

semi permanen dan pengaturan

rotasi grazing. Ternak

digembalakan pada pagi hari

sampai siang hari, kemudian

ternak dikandangkan. Tenunya

didalam kandang ternak di-berikan

makanan tambahan makanan.

Adapun pengaturan rotasi

disesuaikan dengan kapasitas

tampung. Seandai-nya faktor ini

tidak dapat diatur, misalnya

kapasitas tampung tinggi maka

akan mengakibatkan kerusakan

cover crop tersebut. begitu pula

jika daya tampung tujuan untuk

pengendalian gulma oleh ternak

tidak terpenuhi, karena kita

pengendalian gulma di samping

keuntungan lainnya.

Ternak yang sesuai untuk

dikem-bangkan pada pola diatas

adalah ternak domba, karena

ternak ini umumnya ketika

merumput tidak banyak menoleh

kiri-kanan dan memakan apa yang

ada disekitarnya. Berbeda dengan

kambing dalam waktu merumput

lebih gesit dan sifatnya suka

memanjat pohon-pohon karet

tersebut yang mengakibatkan

kerusakan dan terganggu

kerusakan karet. Apabila

dipelihara ternak besar seperti sapi

dan kerbau dengan sistem

pengembalaan dapat

mengakibatkan kerusakan cover

crop dan tanah, karena injakannya

terlalu berat serta pohon karet

terganggu dengan gesekan-gesekan

badan ternak ter-sebut.

Salah satu cara yang dapat

ditempuh apabila ingin

memelihara ternak sapi atau

kerbau adalah dengan sistem zero

grazing, tetapi dengan sistem

iniakan menambah waktu dan

tenaga untuk memotog rumput.

Namun apabila petani tersebut

memelihara 1-2 ekor ternak/

kepala keluarga, hal ini masih

memungkin-kan.

Sedangkan menurut Santosa

dan bambang (1981), mengatakan

bahwa sebahagian besar dari

hijauan yang diberikan kepada

ternak dilokasi transmigrasi terdiri

dari rumput lapangan yang

produksinya rendah, bahkan

sebahagian yang lain adalah

gulma. Hanya sebahagian kecil

(7%) merupakan jenis kacang-

kacangan yang berasal dari limbah

pertanian.

Page 75: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

66

C. Transmigrasi dilahan Pasang

surut

Pada lahan pasang surut

prioritas kedua adalah usaha tani

terpadu orientasi ikan.

Pengelolaanya mung-kin dengan

memanfaatkan sistem folder atau

untuk daerah pantai akan bercocok

tambah perpaduan dengan tanaman

keras biasanya dengan kelapa.

Akan tetapi secara alamiah

sebenarnya perpaduan yang ideal

adalah ikan, rumbia/sagu, itik dan

kerbau. Sagu akan jadi sumber

karbohidrat, baik untuk manusia

maupun ternak. Kotoran ternak

akan menyuburkan perairan untuk

meman-faatkan hijauan yang

selalu subur didaerah tropika basah

dan pasang surut tersebut (Siregar

et al, 1981).

Penenpatan transmigrasi di

daerah pasang surut yang kondisi

lahannya rendah dan dekat dengan

laut, maka tanaman keras yang

paling sesuai dikembangkan

adalah kelapa, se-dangkan untuk

tanaman pangan dapat ditanam

tanaman padi pasang surut.

Sedangkan untuk sumber pakan

ternak dapat diharapkan dari

hijauan yang tumbuh di bawah

pohon kelapa tersebut.

M. R. de Guzman dan A.V.

Allo (1979), mengatakan bahwa

jenis rumput yang dapat

dikembangkan harus dapat

beradaptasi dengan intensitas

cahaya yang rendah, tidak

menghambat dalam manajemen

pohon kelapa dan tidak

berkompetisi hara dengan pohon

tersebut.

Sedangkan menurut D.L

Pluckneet (1979), mengatakan

bahwa hijauan yang sesuai

dikembangkan dibawah pohon

kelapa harus memenuhi

karakteristik dibawah ini:

1. Hijauan tersebut harus

toleransi terhadap naungan.

2. Dapat digembalakan pada

hijauan yang tingginya 8-1

cm dari permukaan tanah,

sehingga memudahkan

dalam mengum-pulkan buah

kelapa (tidak tersembunyi

oleh rumput).

3. Hijauan tersebut harus tahan

injakan oleh ternak besar

(sapi atau kerbau)

4. Hijauan tersebut harus

palatebel (disukai oleh

ternak)

5. Tidak berkompetisi hara

dengan kelapa.

6. jenis rumput prenial, kalau

yang anual produksi biji

harus banyak dan daya

Page 76: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

67

kecambah harus betul-betul

baik.

Apabila dikembangkan jenis

rumput unggul pada perkebunan

yang masih muda (belum

berbuah), maka ternak tidak dapat

digembalakan di bawah pohon

tersebut karena ternak akan

memakan daun-daun kelapa.

Untuk itu maka dianjurkan untuk

memotong rumput tersebut dan

diberikan didalam kandang. Untuk

menjaga agar kesuburan tanah

terjamin, maka dilakukan

kombinasi penanaman rumput

dengan legumi-nosa.

Ternak baru dapat

digembalakan apabila umur pohon

kelapa sekitar 8 tahun atau kira-

kira ternak tersebut tidak sampai

lagi untuk memakan daun-daun

dan buah kelapa yang masih muda,

ini untuk yang jumlah pohon 124

pohon/ha. Sedangkan jika

penanaman sejumlah 143-156

pohon/ ha, maka ternak baru dapat

digembalakan apabila pohon

tersebut berumur 12-15 tahun

(M.R de Guzman dan A. V. Allo,

1979).

Menurut D. L Pluckneet (1979)

kalau tidak dikembangkan rumput

unggul hanya dengan

mengharapkan jenis rumput

lapangan, maka kualitasnya kurang

baik dan daya tampung juga sangat

rendah. Kecuali ada beberapa jenis

rumput lapangan yang nilai gizinya

agak baik seperti rumput kudzu,

paragrass, carpetgrass dan

guineagrass. Salah satu cara untuk

meningkatkan produksi dan nilai

gizi hijauan adalah dengan

pemupukan dan introduksi hijauan

leguminosa.

Jenis rumput dan leguminosa

yang tahan naungan dan kondisi

asin, yang dapat dikembangkan

dibawah pohon kelapa adalah

sebagai berikut:

Page 77: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

68

Tabel 1. Spesies hijauan yang toleran terhadap hijauan dan kondisi asin

No Species Keterangan

Rumput

1 : Brachiaria Mutica (para graa) xx

2 : Pennisetum Purpureum (Napier Grass) xx

3 : Panicium Maximum (Guinea grass) xx

4 : Dicanthium Aristatum (Alabang x) x

5 : Brachiara Ruziziensis (Ruzi grass) x

6 : B. Miliformis (Cori grass) x

7 : B. Brizantha (Signal grass) xx

8 : Chloris gayana (Rhodes grass) xx

9 : Paspalum Conjugatu (Carabao grass) x

10 : P. Commersonii x

11 : P. Dilatatu x

LEGUME

13 : Centrosema Pubesces (Centro) xx

14 : Phaseolus Antropurpureus (Sirantro) xx

15 : Pueraria Phasiolaides (Kudzu) x

16 : Lucaena Leucocephala (Ipil-ipil) xx

17 : Colopogonium Mucunoides (Calopo) x

Sumber : M.R de Guzman dan A.V. Allo (1975).

Ket : x = tahan naungan

xx = tahan naungan dan kondisi asin.

Page 78: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

69

3. KESIMPULAN

Perkembangan peternakan di

daerah transmigrasi dapat diusahakan

dengan jalan perbaikan hijauan

makanan ternak dan pemanfaatan

limbah pertanian. Di daerah

transmigrasi yang kondisi lahan kering,

yang banyak menanam tanaman

pangan, palawija. Oleh karena itu,

makanan ternak diharapkan dari limbah

tanaman pertanian seperti jerami padi,

jagung, umbi-umbian dan kacang-

kacangan.

Sedangkan pada perkebunan,

pemanfaatan hijauan yang tumbuh

dibawah perkebunan tersebut adalah

alternatif yang dapat ditempuh untuk

pakan ternak. Untuk mendapatkan hasil

pakan yang baik, maka perlu diintro-

duksikan jenis-jenis hijauan unggul

yang tahan naungan. Kalau

transmigrasi didaerah pasang surut

tentu dipilih jenis hijauan yang tahan

naungan dan salinasi yang tinggi.

Untuk tetap tersedianya sumber

hijaun makanan di daerah transmigrasi,

selain mengharapkan dari limbah,

maka dapat dilakukan penanaman

hijauan di tanah-tanah limbah (tak

digunakan), pematang-pematang

bahkan tepi-tepi jalan.

Hijauan yang dipilih tentunya

selain nilai gizinya baik, juga bersifat

protektif terhadap erosi dan kesuburan

tanah, juga pada tanaman pagar agar

bisa ditanam jenis legume pohon, yang

merupakan sumber pakan untuk musim

paceklik

Page 79: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

69

DAFTAR PUSTAKA

Gusman. M.R. dan A.V. Allo F.N.Z.I.N.S, 1975. Pasture Production Under

Coconut Palms, ASPC. Taiwan.

Nitis, I.M, 1979. “Tanaman Makanan Ternak : Potensi, Pemanfaatan dan

Pengelolaannya.” Procedding Seminar, Penelitian dan Penunjang

Pengembalaan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan dan

Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Pluckneet, D.L, 1979. Managing Pastures and Cattle Under Coconuts. Wesview

Press/Boulder, Colorado.

Reksohadiprodjo. S, 1984. Pengembangan Peternakan di Daerah Transmigrasi.

BPFF.Jogjakarta.

Santosa dan B.R Prawiradiputra, 1981. Budidaya Hewan Ternak di Daerah

Transmigrasi Sitiung. Balai Penelitian Ternak: Bogor.

Sastrodihardjo. S, T. Manurung, A.R Siregar dan P. Sitorus, 1982.

“Pengembangan Budidaya Ternak di Wilayah Transmigrasi”. Journal

Litbang Pertanian. Balai Penelitian Ternak: Bogor.

Soewardi, b. D. Sastrodipradja, A.H Nasution & J.H. Hutosuit. 1974. Studies on

Alan-alang (Imperata Cylindrica) for Cattle Feeding. Boitrop Bull,

no.8.

Wirdjoarmodjo, H dan S. Kusumaputra, 1981. “Usaha Penanaman Hijauan

Makanan Ternak Sebagai Salah Satu Kegiatan Perhutani untuk

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa”. Procedding Seminar

Penelitian Peternakan, Perum Perhutani: Jakarta.

Page 80: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

70

ANALISIS KELAYAKAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN LINTASAN

ULEE LHEU (BANDA ACEH)-LAMTENG (PULO ACEH)

Yulfrita Adamy, S.E., M.Si.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan negara kepu-

lauan yang terdiri dari gugusan pulau-pulau

besar maupun gugusan pulau-pulau kecil yang

terbentang dari Sabang sampai Mereuke. Hal

inilah yang mana negara kita memerlukan

angkutan penyeberangan untuk menghubung-

kan antara pulau tersebut.

Angkutan peyeberangan adalah salah

satu bentuk sistem transportasi yang diperlukan

untuk menjangkau daerah-daerah yang dibatasi

oleh sungai, laut, selat, maupun teluk. Kegiatan

angkutan penyebrangan bukanlah merupakan

kegiatan yang berdiri sendiri, tapi berkaitan

erat dengan aspek-aspek ekonomi dan sosial

yang berada dalam jangkauan pelayanan

angkutan penyebrangan tersebut.

Provinsi Aceh mempunyai luas daerah

yang relatif besar, yakni mencapai 57.365,57

Km2 yang terbagi dalam 23 kabupaten/kota, di

mana Provinsi Aceh mempunyai beberapa

gugus kepulauan yang terletak di sisi Barat dan

Utara dari pulau Sumatera. Daerah kepulauan

tersebut memiliki jumlah penduduk dan

produksi, seperti: hasil pertanian, perkebunan,

perikanan dan termasuk pariwisata yang

membutuhkan transportasi laut. Dalam hal ini

keterkaitan antara wilayah daratan dan

kepulauan dalam beberapa hal mengindi-

kasikan pentingnya peningkatan layanan

transportasi antara daratan dan kawasan

kepulauan tersebut. Sampai sejauh ini, di

beberapa kawasan pulau tersebut telah tersedia

prasarana berupa pelabuhan seperti pelabuhan

penyeberangan Balohan, pelabuhan penyebe-

rangan Ulee Lheu, pelabuhan penyeberangan

Sinabang, pelabuhan penyeberangan Lamteng,

pelabuhan penyeberangan Labuhan Haji,

pelabuhan penyeberangan Singkil dan

pelabuhan penyeberangan Pulau Banyak.

Semua lintasan angkutan penyeberangan yang

beroperasi di Provinsi Aceh dilaksanakan oleh

PT. ASDP (Angkutan Sungai Danau dan

Penyeberangan).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian

di atas, maka yang menjadi perumusan masalah

adalah apakah angkutan penyeberangan pada

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) – Lamteng

(Pulo Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk mengkaji kelayakan angkutan penyebe-

rangan pada lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)

– Lamteng (Pulo Aceh) secara ekonomis dan

finansial.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan masukan dan rekomendasi

kepada Dinas Perhubungan, Komunikasi,

Informasi dan Telematika Pemerintah

Aceh terhadap strategi pengembangan

sistem transportasi Penyeberangan lintas

Ulee Lheu – Lamteng.

Page 81: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

71

2. Sebagai referensi bagi pihak-pihak lain

yang tertarik untuk meneliti bidang ini

dalam rangka pengembangan kawasan

Kecamatan Pulo Aceh

II. METODE PENELITIAN

2.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam analisis ini yang diperhatikan

adalah hasil yang harus diterima oleh investor

atau siapa saja yang berkepentingan dalam

proyek tersebut.Penelitian ini dilakukan di

pelabuhan penyeberangan PT. ASDP (Persero)

cabang Aceh yang berada di Ulee Lheu (Banda

Aceh) dan pelabuhan penyeberangan Lamteng

(Kecamatan Pulo Aceh). Kapal penyeberangan

yang beroperasi di lintasan penyeberangan

Ulee Lheu – Lamteng adalah kapal ferry type

Ro-Ro KMP. Simeuleu dengan kapasitas kapal

yang dapat mengangkut 15 kendaraan dan 240

penumpang.

2.2 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

instansi terkait terutama PT ASDP (Persero).

Pengumpulan data sekunder merupakan

pengumpulan data secara tidak langsung dari

sumber/obyek. Dimana data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi dan sudah

dikumpulkan. Biasanya data-data diperoleh

dari tulisan seperti buku-buku teori, buku

laporan, peraturan-peraturan, dan dokumen

baik yang berasal dari instansi terkait maupun

hasil kajian literatur yang sudah dalam bentuk

publikasi sehingga penulis hanya bertugas

mengumpulkan dan mengolah data tersebut

sehingga sesuai dengan data yang dibutuhkan

oleh penulis untuk menyelesaikan penulisan

ini.

2.3 Model Analisis Data

Sesuai dengan topik penelitian yaitu

kelayakan ekonomi dan finansial

penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng,

maka metode analisis yang digunakan kriteria

kelayakan investasi. Kriteria yang

dimaksudkan terdiri dari Net Present Value

(NPV) dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C).

Sedangkan kriteria lainnya seperti Internal rate

of return (IRR) tidak dimasukkan. Hal ini

disebabkan aliran penerimaan (revenue) dari

penggunaan KMP Simeulue dalam melayani

penyeberangan Ulee Lheu-Lamteng relatif

lebih besar bila dibandingkan dengan biaya

(cost) yang dikeluarkan PT ASDP (Persero)

untuk setiap periode waktu analisis.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV adalah selisih

antara jumlah kas yang dihasilkan sebuah

proyek investasi (setelah memperhi-

tungkan nilai waktu uang) dan nilai

investasi yang diperlukan atau selisih

antara present value dari sebuah proyek

dan investasi awal, dengan formula

sebagai berikut:

n

1i0

I

k1

iCF

NPVi

, atau

0I

nk1

nCF.....

3k1

3CF

2k1

2CF

k1

1CF

NPV

Dengan :

I0 : Investasi awal

k : Tingkat diskonto

CFi : Arus kas tahun i

Kriteria kelayakan usaha dengan

menggunakan NPV sebagai berikut:

Page 82: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

72

b. Apabila NPV > 0 dapat diartikan

bahwa usaha layak dilakukan, artinya

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo

Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

c. Apabila NPV < 0 dapat diartikan

bahwa usaha tidak layak dilakukan,

artinya angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) –

Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak

secara ekonomis dan finansial.

2. Grosss Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C)

adalah perbandingan antara benefit kotor

yang telah di-discount dengan cost secara

keseluruhan yang telah di-discount,

dirumuskan sebagai berikut:

n

1i)1(

iC

n

1i)1(

iB

B/C Grossn

r

nr

Kriteria kelayakan investasi dengan

menggunakan Gross B/C sebagai berikut:

- Apabila Gross B/C > 1 dapat diartikan

bahwa usaha layak dilakukan, artinya

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh) – Lamteng (Pulo

Aceh) layak secara ekonomis dan

finansial.

- Apabila Gross B/C < 1 dapat diartikan

bahwa usaha tidak layak dilakukan,

artinya angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) –

Lamteng (Pulo Aceh) tidak layak

secara ekonomis dan finansial.

Sebelum dilakukan analisis kelayakan

angkutan penyeberangan secara ekonomis dan

finansial, dilakukan estimasi terhadap jumlah

penumpang (orang), kendaraan (unit) dan

barang (ton) yang dapat dilayani oleh angkutan

penyeberangan KMP Simeulue. Sesuai dengan

ketersediaan data, dasar estimasi adalah data

kwartal selama periode kwartal IV tahun 2008

hingga kwartal IV tahun 2010 (n = 9).

Peralatan yang digunakan untuk melakukan

estimasi adalah metode trend linier

diformulasikan sebagai berikut.

Y = a + bX

Di mana :

Y : Nilai yang diestimasi yang dalam hal ini

adalah jumlah penumpang (orang),

kendaraan (unit) dan barang (ton).

a : Konstanta

b : Koefisien regresi

X : Periode waktu (kwartal).

Setelah diketahui estimasi penumpang

(orang), kendaraan (unit) dan barang (ton) pada

setiap kwartal dalam periode tahun tertentu,

kemudian dibuat estimasi tahunan dengan cara

melakukan penjumlahan jumlah penumpang

(orang), kendaraan (unit) atau barang (ton)

yang diangkut oleh KMP Simeulue mulai dari

kwartal I-IV dalam periode tahun yang sama.

2.4 Definisi Operasional Variabel

Variabel yang dioperasionalkan dalam

penelitian ini terdiri dari variabel-variabel yang

digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi

dan finansial berkaitan dengan angkutan

penyeberangan lintasan Ulee Lheu-Lamteng.

Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai

berikut.

1. Investasi, adalah investasi yang dike-

luarkan oleh PT ASPD (Persero) untuk

memulai angkutan penyeberangan lintasan

Ulee Lheu - Lamteng. Investasi yang

dimaksudkan adalah dalam bentuk

pembelian kapal KMP Simeulue diukur

dengan satuan rupiah.

2. Biaya operasional

Page 83: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

73

Biaya operasional, adalah biaya-biaya

(cash outflow) yang dikeluarkan oleh PT

ASDP (Persero) berkaitan dengan

pengoperasionalan KMP Simeulue, terdiri

dari:

a. Biaya tetap, terdiri dari gaji ABK,

kesehatan ABK, makanan ABK, air

tawar ABK, dan asuransi dengan

satuan rupiah.

b. Biaya variabel, terdiri dari bahan

bakar (BBM) untuk memenuhi mesin

induk dan mesin bantu, pelumas untuk

mesin induk dan mesin bantu, air

tawar untuk penumpang, biaya

pelabuhan (kapal istirahat), biaya

pelabuhan (kapal sandar), biaya rambu

dan biaya overhead/alokasi perawatan

kapal setiap tahun, dengan satuan

rupiah.

c. Biaya docking tahunan adalah biaya

perawatan kapal pada saat docking di

setiap tahunnya dengan satuan rupiah.

3. Penerimaan usaha

Penerimaan usaha dalam hal ini adalah

penerimaan (cash inflow) yang diperoleh

PT ASDP (Persero) berkaitan dengan

pengoperasionalan KMP Simeulue untuk

melayani angkutan penyeberangan lintasan

Ulee Lheu-Lamteng. Penerimaan usaha

dimaksud terdiri dari :

a. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan penumpang adalah hasil

perkalian antara jumlah penumpang

yang diangkut dalam periode tahun

tertentu dengan harga tiket (tarif

pelayanan) per penumpang (orang)

pada periode tahun tersebut dengan

satuan rupiah.

b. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan kendaraan adalah hasil

perkalian antara jumlah kendaraan

yang diangkut dalam periode tahun

tertentu dengan harga tiket (tarif

pelayanan) per unit kendaraan pada

periode tahun tersebut dengan satuan

rupiah.

c. Penerimaan yang berasal dari peng-

angkutan barang adalah hasil

perkalian antara jumlah barang yang

diangkut dalam periode tahun tertentu

dengan tarif pelayanan per ton barang

pada periode tahun tersebut dengan

satuan rupiah.

4. Tarif pelayaran, adalah besarnya nilai

nominal yang harus dibayarkan oleh

seseorang untuk memanfaatkan layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue

lintasan Ulee Lheu-Lamteng tidak

termasuk tarif asuransi. Dengan demikian

tarif pelayaran adalah harga tiket atau

biaya yang dibayarkan penumpang baik

atas orang, kendaraan, maupun barang

setelah dikurangi dengan tarif asuransi

masing-masing jenis angkutan tersebut,

diukur dengan satuan rupiah.

III. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

3.1 Investasi dan Biaya Operasional KMP

Simeulue

Pengoperasian KMP Simeulue untuk

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

membutuhkan investasi dan biaya operasional.

Perhitungan kebutuhan investasi dan biaya

operasional yang harus dikeluarkan PT ASDP

berkaitan dengan pelayanan transportasi laut

dari dan ke Pulo Aceh dijelaskan dalam sub

bab berikut.

3.1.1 Investasi Angkutan Penyeberangan

KMP Simeulue

Dalam perspektif kelayakan usaha

dari segi finansial, investasi dapat diartikan

Page 84: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

74

sebagai dana yang dikeluarkan oleh pengusaha

untuk memulai suatu usaha. Karena itu, dalam

kajian mengenai kelayakan angkutan penyebe-

rangan, maka investasi dimaksud adalah

besarnya dana yang dikeluarkan untuk memulai

usaha angkutan penyebarangan terutama dalam

bentuk biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian kapal. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa dana yang keluarkan oleh PT ASDP

untuk pengadaan KMP. Simeulue sebesar Rp

15.000.000.000,00 dengan masa produktif

selama 27 tahun, nilai sisa (residu) kapal

tersebut diperkirakan sebesar 10% dari nilai

awal. Dengan demikian nilai sisa (residu) dari

KMP Simeulue sebesar Rp 1.500.000.000,00.

Penyusutan (depresiasi) per tahun

dilakukan secara garis lurus, sehingga besarnya

penyusutan per tahun sebesar Rp

500.000.000,00 dicari dengan membagi dasar

penyusutan dengan jangka waktu analisis.

Dasar penyusutan diperoleh dari hasil

pengurangan antara harga perolehan (harga

kapal pada awal periode) di satu sisi dengan

nilai sisa (residu) pada akhir periode analisis di

sisi lain, seperti perhitungan di bawah ini.

27

0001.500.000. Rp. - .00015.000.000 Rp Depresiasi

27

.000,0013.000.000 Rp Depresiasi

0,00500.000.00 Rp Depresiasi

3.1.2 Perhitungan Biaya Operasional KMP.

Simeulue dan Total Biaya.

Biaya operasional yang dimaksudkan

dalam kajian ini adalah biaya-biaya yang harus

dikeluarkan oleh PT. ASDP (Persero) setelah

adanya investasi. Biaya operasional dimaksud

terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya

variabel (variable cost) dan biaya docking

tahunan.

(1) Biaya tetap (fixed cost), terdiri dari gaji

ABK, kesehatan ABK, makanan ABK, air

tawar ABK, dan asuransi. KMP Simeulue

memiliki 14 orang ABK dengan gaji per

hari sebesar Rp 70.000,00. Berdasarkan

ketentuan yang berlaku dalam pembayaran

gaji dimaksud, satu tahun dihitung selama

365 hari, sehingga besarnya pembayaran

gaji ABK per tahun sebesar Rp

357.700.000,00 (14 X Rp 70.000,00 X

365). Selanjutnya biaya kesehatan yang

diterima oleh setiap ABK sebesar Rp

8.000,00 per hari. Total biaya kesehatan

dimaksud per tahun sebesar Rp

40.880.000,00 (14 X Rp 8.000,00 X 365).

Selanjutnya biaya makanan ABK dihitung

sebesar Rp 20.000,00 per orang/hari. Total

biaya makan ABK per tahun sebesar Rp

102.200.000,00 (14 X Rp 20.000,00 X

365).

Biaya tetap berikutnya adalah biaya air

tawar ABK dan biaya asuransi. Air tawar

yang dimaksudkan adalah air tawar untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Besarnya biaya air tawar per tahun untuk

memenui kebutuhan ABK sebesar

Rp. 33.726.000,00. Selanjutnya biaya tetap

untuk pembayaran asuransi adalah sebesar

Rp 129.600.000,00 per tahun.

(2) Biaya variabel (variable cost), terdiri dari

bahan bakar (BBM) untuk memenuhi

mesin induk dan mesin bantu, pelumas

untuk mesin induk dan mesin bantu, air

tawar untuk penumpang, biaya pelabuhan

(kapal istirahat), biaya pelabuhan (kapal

sandar), biaya rambu dan biaya

overhead/alokasi perawatan kapal setiap

tahun.

Biaya bahan bakar minyak untuk

memenuhi kebutuhan mesin induk sebesar

Rp 284.582.938,00 per tahun, dan untuk

memenuhi kebutuhan mesin bantu sebesar

Rp 458.933.904,00 per tahun. Biaya

Page 85: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

75

pelumas untuk memenuhi kebutuhan

mesin induk sebesar Rp 25.709.042,00 per

tahun, dan untuk memenuhi kebutuhan

mesin bantu sebesar Rp 41.459.798,00 per

tahun. Pengeluaran untuk air tawar

penumpang sebesar Rp 1.137.629,00 per

tahun. Selanjutnya biaya kapal istirahat/

sandar masing-masing sebesar Rp

10.656.000,00 per tahun. Demikian pula

halnya dengan biaya rambu sebesar Rp Rp

10.656.000,00 per tahun. Terakhir biaya

variabel berkaitan dengan pengoperasian

KMP Simeulue adalah biaya

overhead/alokasi perawatan kapal sebesar

Rp 66.410.600,00 per tahun.

(3) Biaya docking tahunan, biaya ini dialokasi-

kan untuk perawatan kapal dengan total

biaya sebesar Rp. 370.000.000,00 per

tahun.

Besarnya biaya operasional berdasar-

kan masing-masing jenis biaya seperti

dijelaskan di atas dapat dilihat Tabel 1 di

bawah ini.

Tabel 1

Page 86: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

76

Biaya Operasional KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun

No Kelompok Biaya Biaya per Item

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

I

II

III

Biaya Tetap (Fixed Cost)

1. Gaji ABK

2. Kesehatan ABK

3. Makanan ABK

4. Air Tawar ABK

5. Asuransi

Total Biaya Tetap

Biaya Variabel (Variable

Cost)

1. Bahan Bakar Minyak (BBM)

Mesin Induk

Mesin Bantu

2. Pelumas

Mesin Induk

Mesin Bantu

3. Air Tawar untuk penumpang

4. Biaya pelabuhan (Kapal

Istirahat)

5. Biaya pelabuhan (Kapal

Sandar)

6. Biaya Rambu

7. Overhead/alokasi perawatan

kapal

Total Biaya Variabel

Biaya Docking Tahunan

357.700.000,00

40.880.000,00

102.200.000,00

33.726.000,00

129.600.000,00

284.582.938,00

458.933.904,00

25.709.042,00

41.459.798,00

1.137.629,00

10.656.000,00

10.656.000,00

10.656.000,00

66.410.600,00

370.000.000,00

664.106.000,00

910.201.911,00

370.000.000,00

1.944.307.911,00

Sumber: PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa

biaya operasional dalam bentuk biaya tetap

yang dikeluarkan berkaitan dengan pengope-

rasian KMP Simeulue guna melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng sebesar

Rp 664.106.000,00 per tahun, belum termasuk

penyusutan (depresiasi) kapal. Biaya opera-

sional dalam bentuk biaya variabel sebesar

Rp 910.201.911,00 per tahun, dan biaya

docking tahunan sebesar Rp 370.000.000,00

per tahun. Total biaya operasional sebesar Rp

1.944.307.911,00 per tahun.

Sesuai dengan asumsi yang digunakan

dalam analisis kelayakan ini, dimana biaya

operasional diasumsikan naik sebesar 5%

dalam setiap 5 tahun mulai tahun 2016. Total

biaya dalam periode tahun tertentu merupakan

Page 87: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

77

penjumlahan keseluruhan pengeluaran dalam

tahun tersebut termasuk penyusutan

(depresiasi) armada angkutan. Sebagaimana

yang telah dijelaskan sebelumnya, penyusutan

(depresiasi) armada angkutan per tahun sebesar

Rp 500.000.000,00. Dengan demikian total cost

(pengeluaran total) selama periode tahun 2008

hingga tahun 2035 seperti terlihat dalam Tabel

2 berikut.

Tabel 2

Investasi, Depresiasi dan Biaya Operasional KMP Simeulue Serta Total Biaya

Angkutan Penyeberangan Lintasan Ulee Lheu-Lamteng Per Tahun

Selama Periode Tahun 2008-2035

Tahun

Tahun

Ke

Biaya

Investasi

(Rp)

Depresiasi

(Penyusutan)

(Rp)

Biaya

Operasional

(Rp)

Total Biaya

(Rp)

1 2 3 4 5 6 (3 + 4 + 5)

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

2033

2034

2035

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

15,000,000,000

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

500,000,000.00

486,076,978

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

1,944,307,911.00

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,041,523,306.55

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,143,599,471.88

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,250,779,445.47

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

2,363,318,417.74

15,486,076,977.75

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,444,307,911.00

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,541,523,306.55

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,643,599,471.88

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,750,779,445.47

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

2,863,318,417.74

Page 88: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

78

Sumber: PT. ASDP (Persero) dan Hasil Estimasi Peneliti.

3.2 Estimasi Jumlah Angkutan dan

Penerimaan

3.2.1 Estimasi Jumlah Angkutan

Lintas penyeberangan Ulee Lheu -

Lamteng baru beroperasi pada kwartal IV

tahun 2008 dan prediksi jumlah penumpang

dan barang pada pelabuhan penyeberangan

Ulee Lheu - Lamteng harus dilakukan karena

data utama masukan model adalah jumlah

penumpang dan barang. Secara garis besar, jasa

angkutan penyeberangan Ulee Lheu - Lamteng

tidak hanya melayani penumpang (orang) akan

tetapi juga melayani kendaraan dan barang.

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah

penumpang yang memanfaatkan layanan jasa

KMP Simeulue lintasan penyeberangan Ulee

Lheu – Lamteng mengalami peningkatan dari

waktu ke waktu, seperti terlihat dalam Tabel 3

di bawah ini.

Tabel 3

Perkembangan Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan

Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

Selama Kwartal IV Tahun 2008-Kwartal IV Tahun 2010

Uraian

Tahun

2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Kwartal

IV

Kwartal

I

Kwartal

II

Kwartal

III

Kwartal

IV

Kwartal

I

Kwartal

II

Kwartal

III

Kwartal

IV

Penumpang

(Orang)

Dewasa

Anak

538

135

643

161

729

182

742

186

988

247

1.068

267

812

203

1.165

291

1.322

331

Kendaraan

(Unit)

Golongan I

Golongan II

Golongan III

Golongan IV

Golongan V

Golongan VI

Golongan VII

-

120

-

25

20

12

3

-

135

-

45

29

13

4

-

147

-

57

29

14

6

-

150

-

63

32

14

5

-

163

-

67

35

15

8

-

142

-

55

29

13

5

-

146

-

49

33

14

7

-

148

-

68

32

16

6

-

163

-

61

33

14

6

Page 89: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

79

Golongan VIII 4 4 4 4 4 4 5 4 4

Barang (Ton) 100 111 112 114 117 113 114 115 113

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

Berdasarkan data kwartal seperti terlihat dalam

Tabel 1 di atas, maka estimasi (perakiraan)

jumlah penumpang (orang), kendaraan (unit)

dan barang (ton) yang memanfaatkan layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue hingga

tahun 2035 (n = 27) seperti terlihat dalam

Tabel 4.

Page 90: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

80

Tabel 4

Estimasi Jumlah Penumpang, Kendaraan dan Barang Yang Memanfaatkan

Layanan Penyeberangan KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

Hingga Periode Tahun 2035

Tahun Penumpang

(Orang)

Kendaraan

(Unit) Barang

(Ton) Dewasa

Anak-

Anak Jumlah Gol II Gol IV Gol V

Gol

VI Gol VII Gol VIII

2008

2009

2010

1.182

3.102

4.367

295

776

1.092

1.477

3.878

5.459

120

595

599

25

232

233

20

125

127

12

56

57

3

23

24

4

16

17

100

454

455

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

5.810

7.194

8.579

9.964

11.348

12.733

14.118

15.502

16.887

18.272

19.657

21.042

22.426

23.811

25.196

26.580

27.965

29.350

30.734

32.119

1.452

1.798

2.145

2.491

2.837

3.183

3.530

3.876

4.222

4.568

4.914

5.260

5.606

5.953

6.299

6.645

6.991

7.338

7.684

8.030

7.262

8.992

10.724

12.455

14.185

15.916

17.648

19.378

21.109

22.840

24.571

26.302

28.032

29.764

31.495

33.225

34.956

36.688

38.418

40.149

671

725

779

832

885

939

993

1.047

1.100

1.153

1.207

1.261

1.315

1.368

1.421

1.475

1.529

1.583

1.636

1.689

299

350

401

450

502

551

602

653

702

754

803

854

905

954

1.006

1.055

1.106

1.157

1.206

1.258

150

166

186

202

220

238

254

274

290

308

326

342

362

378

396

414

430

450

466

484

62

67

71

75

79

84

88

93

97

101

105

110

114

118

122

127

131

135

139

144

31

37

42

47

53

58

63

69

74

79

85

90

95

101

106

111

117

122

127

133

16

17

20

20

20

20

20

20

20

22

24

24

24

24

24

24

24

28

28

28

478

495

514

530

550

566

586

602

621

638

656

674

692

710

727

746

763

782

798

818

Page 91: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

81

2031

2032

2033

2034

2035

33.504

34.890

36.274

37.658

39.043

8.376

8.722

9.068

9.415

9.761

41.880

43.612

45.342

47.073

48.804

1.743

1.797

1.851

1.904

1.957

1.307

1.358

1.409

1.458

1.510

502

518

538

554

572

148

152

157

161

165

138

143

149

154

159

28

28

28

28

30

834

854

870

889

906

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010 dan Hasil Estimasi Peneliti.

Data penumpang, kendaraan dan barang pada

tahun 2008 adalah data riil pada kwartal IV

tahun tersebut. Selanjutnya data tahun 2009

dan tahun 2010 adalah penjumlahan

penumpang, kendaraan dan barang selama

periode tahun tersebut. Selanjutnya data tahun

2011 hingga tahun 2035 merupakan data

estimasi atau perakiraan yang diperoleh dengan

metode trend linier (data estimasi dapat dilihat

lampiran 1 hingga lampiran 8).

3.2.2 Estimasi Penerimaan

Penerimaan usaha layanan jasa

penyeberangan KMP Simeulue lintasan Ulee

Lheu -Lamteng berasal dari tarif angkutan.

Tarif angkutan yang dimaksudkan dalam

penelitian ini bukanlah dihitung sebesar nilai

nominal biaya transportasi yang dibayarkan

oleh penumpang atau pengguna jasa

penyeberangan atas layanan penyeberangan

yang mereka terima. Hal ini disebabkan, harga

tiket atau ongkos yang dibayarkan oleh

pengguna jasa penyeberangan sudah termasuk

tarif asuransi. Besarnya tarif (asuransi dan

pelayaran) KMP Simeulue lintasan penye-

berangan Ulee Lheu-Lamteng seperti terlihat

dalam Tabel 5 berikut.

Tabel 5

Tarif KMP Simeulue Lintasan Ulee Lheu-Lamteng

No Jenis Satuan Tarif Per Satuan (Rp) Tiket/Tarif

Dibayar (Rp) Asuransi Pelayaran

I

II

Penumpang

Ekonomi B Dewasa

Ekonomi B Anak

Kendaraan

Golongan I *

Golongan II

Golongan III *

Golongan IV

Golongan V

Golongan VI

Orang

Orang

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

Unit

1.850

925

90

700

2.450

4.025

4.375

5.250

11.150

7.075

6.910

15.300

55.550

115.975

166.625

204.750

13.000

8.000

7.000

16.000

58.000

120.000

171.000

210.000

Page 92: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

82

III

Golongan VII

Golongan VIII

Barang

Unit

Unit

Ton

5.250

5.250

6.150

317.750

379.750

73.850

323.000

385.000

80.000

Sumber : PT. ASDP (Persero), 2010.

Keterangan :

*) Belum memanfaatkan layanan

penyeberangan KMP Simeulue.

Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui

bahwa harga tiket atau tarif yang dibayarkan

oleh pengguna jasa angkutan penyeberangan

KMP Simeulue lintasan Ulee Lheu-Lamteng

terdiri dari tarif pelayaran dan tarif asuransi.

Tarif asuransi pada dasarnya adalah bagian dari

tarif/ongkos transportasi yang dibayarkan oleh

pengguna jasa transportasi tetapi menjadi hak

perusahaan jasa asuransi, sehingga tidak dapat

dihitung sebagai penerimaan perusahaan jasa

transportasi. Karena itu, dalam perhitungan

penerimaan (benefit) perusahaan jasa penye-

berangan, tarif yang dihitung adalah tarif

pelayaran.

Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam bab sebelumnya, asumsi yang digunakan

untuk menganalisis kelayakan finansial layanan

jasa penyeberangan KMP Simeulue di

antaranya adalah ongkos angkutan atau harga

tiket yang harus dibayarkan oleh penumpang

meningkat sebesar 20% setiap 5 tahun mulai

dari tahun 2016. Karena itu, besarnya

penerimaan jasa penyeberangan dicari dengan

menjumlahkan tarif pelayaran untuk seluruh

penumpang (orang), kendaraan (unit) ditambah

dengan barang ton yang diangkut oleh KMP

Simeulue.

3.3 Analisis Kelayakan (Finansial)

Angkutan Penyeberangan Ulee-Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

Sebagaimana yang telah dijelaskan

sebelumnya, kriteria yang digunakan dalam

analisa kelayakan angkutan penyeberangan

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh) - Lamteng

(Pulo Aceh) mengacu pada kriteria kelayakan

investasi. Kriteria yang dimaksud dibatasi

hanya pada net present value (NPV) dan gross

benefit cost ratio (Gross B/C). Sedangkan

internal rate of return (IRR) tidak digunakan

dalam analisa ini. Hal ini disebabkan aliran kas

masuk berupa penerimaan (cash inflow) dari

usaha angkutan penyeberangan pada setiap

periode waktu analisis lebih kecil bila

dibandingkan dengan aliran kas keluar (cash

outflow) usaha tersebut.

a. Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara jumlah kas

yang dihasilkan sebuah proyek investasi

(setelah memperhitungkan nilai waktu uang)

dan nilai investasi yang diperlukan atau selisih

antara present value dari sebuah proyek dan

investasi awal. Dalam hal ini, NPV adalah

jumlah penerimaan yang diterima PT ASDP

(Persero) dari pengoperasian KMP Simeulue

dalam melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh) (setelah

memperhitungkan nilai waktu uang) dengan

nilai investasi yang diperlukan, yang dalam hal

ini investasi yang dimaksudkan adalah

pembelian kapal.

Page 93: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

83

Penerimaan bersih (net benefit) dari

penggunaan angkutan penyeberangan KMP

Simeulue setiap periode waktu analisis

menunjukkan nilai negatif yang berarti biaya

operasional yang harus dikeluarkan oleh PT

ASDP (Persero) lebih besar bila dibandingkan

dengan penerimaan yang diperoleh (dari tiket

penumpang, ongkos pengangkutan kendaraan

dan ongkos barang). Investasi atau total biaya

pada awal periode analisis (kwartal IV tahun

2008) adalah sebesar Rp 15.458.739.398,00

dengan perincian pembelian kapal sebesar Rp

15.000.000.000,00 dan biaya operasional

selama kwartal IV tahun 2008 sebesar Rp

486.076.978,00. Selanjutnya total net benefit

yang telah di-discount adalah keseluruhan net

benefit selama periode tahun 2009 hingga

tahun 2035 sebesar - Rp 16.175.159.311,00

ditambah dengan present value dari nilai sisa

(residu) kapal sebesar Rp 70,500,000,00 pada

akhir periode analisis. Dengan demikian

jumlah keseluruhan kas yang dihasilkan

menunjukkan angka negatif sebesar -

16.104.659.311,00 (- Rp 16,175,159,311 + Rp

70,500,000,00). Mengacu pada rumus yang

telah dikemukakan, maka besarnya nilai NPV

dapat dicari sebagai berikut (untuk lebih

jelasnya lihat lampiran 9).

n

1i0

I

k1

iCF

NPVi

,39815,458,739 - .31116.104.659 Rp. - NPV

,70931,563,398 Rp. - NPV

Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut dapat diketahui bahwa Net Present

Value (NPV) dari angkutan penyeberangan

KMP Simeulue menunjukkan angka negatif

yaitu sebesar - Rp 31.563.398.709,00. Angka

ini lebih kecil dari 0,00 (NPV < 0) dapat

diartikan bahwa dengan menggunakan jangka

waktu analisis selama 27 tahun (periode tahun

2009-2035) maka total kerugian yang harus

ditanggung oleh PT ASDP (Persero) dari

pengoperasian KMP Simeulue guna melayani

rute penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) adalah sebesar Rp

31.563.398.709,00. Jumlah ini jauh lebih besar

bila dibandingkan dengan nilai investasi

(pembelian kapal motor tersebut) yang hanya

sebesar Rp 15.000.000.000,00. Dengan

demikian dapat diartikan bahwa jika dilihat

dari aspek bisnis terutama kelayakan usaha

menurut sudut pandang PT ASDP (Persero)

sebagai penyedia jasa angkutan, pengoperasian

angkutan penyeberangan KMP Simeuleu guna

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sangat

tidak layak. Hal ini disebabkan perusahaan

selalu mengalami kerugian dari pada setiap

tahunnya.

b. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C

Ratio)

Gross benefit cost ratio (Gross B/C)

adalah perbandingan antara benefit kotor yang

telah di-discount dengan cost secara

keseluruhan yang telah di-discount. Hasil

perhitungan menunjukkan total benefit kotor

yang telah di-discount atau present value dari

penerimaan usaha berkaitan dengan

pengoperasian KMP Simeulue dalam melayani

angkutan penyeberangan Ulee Lheu (Banda

Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) sebesar Rp

3.894.870.244,37. Sedangkan total cost yang

telah di-discount atau present value dari

keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk

pengoperasian kapal motor tersebut sebesar Rp.

35.528.768.953,51, sehingga gross benefit cost

ratio (Gross B/C) dicari sebagai berikut.

(Perhitungan Gross Benefit Cost Ratio lihat

lampiran 9).

.953,5135.528.768 Rp.

244,373.894.870. Rp B/C Gross

0,1096 B/C Gross

Gross B/C berdasarkan perhitungan

menunjukkan angka lebih kecil dari 1,00 dapat

diartikan bahwa benefit PT ASDP (Persero)

Page 94: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

84

dari pengoperasian KMP Simeulue untuk

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) jauh lebih

kecil bila dibandingkan dengan pengeluaran

yang ditanggung perusahaan. Bahkan nilai

Gross B/C sebesar 0,1096 dapat juga diartikan

bahwa penerimaan usaha angkutan

penyeberangan dimaksud hanya 10,96 persen

dari total pengeluaran yang harus ditanggung

oleh perusahaan. Dengan demikian berarti,

bahwa pengangkutan tersebut selalu merugi,

hanya saja dapat melakukan operasinya karena

mendapat subsidi pemerintah.

3.4 Analisis Ekonomi Angkutan

Penyeberangan Ulee-Lheu (Banda

Aceh) - Lamteng (Pulo Aceh)

Analisis ekonomi yang dimaksudkan

dalam hal ini berkaitan dengan dampak

ekonomi yang dirasakan masyarakat Pulo Aceh

setelah adanya pengoperasian KMP. Simeulue

dalam melayani rute penyeberangan pada

lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng

(Pulo Aceh). Keberadaan KMP tersebut sudah

memberikan dampak positif bagi kelancaran

kegiatan ekonomi masyarakat di Polu Aceh.

Indikator yang dapat dijadikan tolok ukur

peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat

adalah arus barang, pendapatan masyarakat

serta perkembangan infrastruktur dikawasan

Pulo Aceh terutama yang berada di sekitar

Lamteng.

1. Dampak ekonomi berkaitan dengan arus

barang.

Dengan dibukanya rute penyeberangan

KMP. Simeulue telah dapat meningkatkan

arus barang dan jasa termasuk kendaraan

dari dan ke Pulo Aceh. Sebelumnya arus

barang sedikit dan kendaraan roda empat

sulit untuk diseberangkan. Rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)

ke Pulo Aceh hanya memanfaatkan kapal

nelayan dengan kapasitas penumpang

sebanyak 100 orang dan 1 unit mobil

pikap. Biaya transportasi juga relatif mahal

yaitu sebesar Rp 15.000 per orang belum

termasuk barang bawaan. Adapun ongkos

transportasi untuk satu unit mobil sebesar

Rp 1.500.000. Akibatnya, sebelum

pengoperasian KMP. Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh),

masyarakat Pulo Aceh tidak hanya sulit

memenuhi kebutuhan mereka, akan tetapi

juga hidup dalam keterisolasian. Kondisi

kehidupan masyarakat di Pulo Aceh sangat

jauh berbeda dengan kondisi kehidupan

masyarakat di daratan Aceh.

Setelah pengoperasian KMP Simeulue

guna melayani rute penyeberangan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

terjadi peningkatan arus barang dan jasa.

Masyarakat yang dulunya kesulitan dalam

hal transportasi disebabkan tingginya biaya

angkutan dan hanya menggunakan kapal

nelayan, saat ini sudah bisa menikmati

kemudahan. Selain tarif angkutan yang

harus mereka bayarkan jauh lebih murah,

mereka juga dapat membawa barang

dalam jumlah besar. Demikian pula bagi

mereka yang ingin membawa kendaraan

dari dan ke Pulo Aceh. Tarif angkutan

untuk satu unit bus ukuran kecil hanya

sebesar Rp 171.000,00 sudah termasuk

asuransi.

2. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

pendapatan masyarakat.

Adanya pengoperasian KMP Simeulue

guna melayani rute penyeberangan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

telah menjadi rangsangan bagi masyarakat

untuk meningkatkan kegiatan ekonomi

produktif. Masyarakat yang tinggal di

kawasan Pulo Aceh sudah dapat

memasarkan hasil pertanian mereka

dengan waktu yang relatif cepat bila

dibandingkan dengan kondisi sebelum

adanya pengoperasian kapal motor

Page 95: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

85

tersebut. Mereka juga bisa membawa

barang dengan jumlah relatif besar dengan

biaya yang jauh lebih murah bila

dibandingkan biaya transportasi yang

harus dikeluarkan jika memanfaatkan

kapal nelayan. Artinya pengoperasian

KMP Simeulue dalam melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) telah meningkatkan

efisiensi kegiatan ekonomi masyarakat dan

pada akhirnya dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat.

3. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

perbaikan infrastruktur

Pengoperasian KMP Simeulue telah

membawa dampak positif bagi perbaikan

infrastruktur di kawasan tersebut. Pada

kondisi sebelumnya, tidak satu pun ruas

jalan beraspal di Pulo Aceh. Hal ini selain

disebabkan sedikitnya jumlah kendaraan

bermotor, biaya transportasi bagi material

yang dibutuhkan untuk pembangunan

infrastruktur di kawasan tersebut juga

relatif mahal. Ongkos angkut untuk satu

karung pasir bangunan mencapai sebesar

Rp 3.000 (Anonymous, 2008). Akibatnya

selain infrastruktur yang sangat

memprihatinkan, perumahan penduduk

dikawasan Pulo Aceh juga sangat jauh

berbeda dengan perumahan masyarakat

yang tinggal di daratan Aceh.

Setelah dibukanya rute penyeberangan

Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo

Aceh) sudah terjadi perbaikan

infrastruktur. Sebagian jalan di kawasan

tersebut sudah beraspal, terutama di

kawasan Lamteng. Selain itu, jumlah

kendaraan roda empat di Pulo Aceh juga

sudah mengalami peningkatan. Sekalipun

tidak ada data kuantitatif yang mencatat

tentang jumlah riil kendaraan di kawasan

tersebut, namun berdasarkan hasil

wawancara dengan aparat Kantor

Kecamatan Pulo Aceh diperoleh informasi

jumlah kendaraan di Pulo Aceh meningkat

dari waktu ke waktu. Bahkan truk

inercouler pun sudah bisa ke Pulo Aceh.

Selain terjadinya perbaikan inftrastruktur

untuk kepentingan masyarakat, kondisi

perumahan masyarakat juga semakin baik.

Masyarakat yang tinggal di kawasan Pulo

Aceh sudah dapat memperoleh bahan

bangunan seperti semen, besi dan lain

sebagainya dengan harga relatif lebih

murah akibat murahnya biaya transportasi

setelah pengoperasian KMP Simeulue.

Hingga saat ini sudah banyak rumah

masyarakat di kawasan tersebut dengan

kontruksi semen. Kondisi saat ini jauh

berbeda dengan kondisi sebelum

pengoperasian KMP Simeulue dimana

secara umum bangunan fisik rumah

penduduk di kawasan tersebut

berkontruksi kayu.

4. Dampak ekonomi yang berkaitan dengan

peningkatan mobilisasi penduduk terma-

suk kunjungan wisata ke Pulo Aceh.

Sejak pengoperasian KMP Simeulue guna

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke

Pulo Aceh. Bahkan pengunjung yang

datang ke Pulo Aceh tidak hanya berasal

dari Kota Banda Aceh, tetapi juga dari

daerah lain selain Banda Aceh. Bahkan

turis manca negara pun sudah mulai

mendatangi daerah tersebut sebagai tempat

berlibur. Mereka yang mengunjungi Pulo

Aceh tidak hanya dengan tujuan

menikmati panorama alam, akan tetapi

juga menghabiskan waktu liburan dengan

cara memancing ikan di kawasan pulau

tersebut.

Meningkatnya jumlah masyarakat yang

berkunjung ke Pulo Aceh sudah membawa

dalam positif bagi peningkatan kegiatan

ekonomi produktif. Indikasi ini secara

nyata terlihat dari munculnya pedagang

Page 96: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

86

kecil disekitar kawasan pelabuhan yaitu

Desa Lamteng Pulo Aceh.

Berdasarkan uraian di atas dapat

dipahami bahwa sekalipun pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute penyeberangan

Ulee Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

tidak layak jika dipandang dari aspek finansial

yang berorientasi bisnis, namun layak secara

ekonomi. Karena keberadaan KMP tersebut

sudah tidak hanya dapat membawa dampak

positif bagi peningkatan kegiatan ekonomi

produktif dikalangan masyarakat, akan tetapi

lebih penting lagi mampu membuka

keterisolasian Pulo Aceh dan pulau-pulau di

sekitarnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian analisa yang telah

dilakukan maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Biaya operasional yang ditanggung oleh

PT ASDP (Persero) dalam mendukung

pengoperasian KMP Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh) relatif

besar yaitu sebesar Rp 1.944.307.911,00

per tahun. Biaya ini didominasi oleh biaya

tetap (fixed cost) terdiri dari gaji ABK,

kesehatan ABK, makanan ABK, air tawar

ABK, dan asuransi; dan biaya variabel

(variable cost), terdiri dari bahan bakar

(BBM) untuk memenuhi mesin induk dan

mesin bantu, pelumas untuk mesin induk

dan mesin bantu, air tawar untuk

penumpang, biaya pelabuhan (kapal

istirahat), biaya pelabuhan (kapal sandar),

biaya rambu dan biaya overhead/alokasi

perawatan kapal setiap tahun.

2. Nilai net present value (NPV)

pengoperasian KMP Simeulue dalam

melayani rute penyeberangan Ulee Lheu

(Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh)

menunjukkan angka negatif sebesar - Rp

31.563.398.709,00 (NPV < 0). Dengan

demikian dapat disimpulkan jika dilihat

dari aspek ekonomi dan finansial menurut

sudut pandang tujuan bisnis, maka usaha

angkutan penyeberangan tersebut

dinyatakan tidak layak. Hal ini berarti

bahwa upaya untuk mempertahankan

pengoperasian kapal motor tersebut

memerlukan adanya subsidi pemerintah

secara terus menerus.

3. Hasil perhitungan gross benefit cost ratio

(gross B/C) menunjukkan angka sebesar

0,1096. Angka ini lebih besar dari 1, dapat

diartikan bahwa total benefit atau

penerimaan yang diperoleh PT ASDP

(Persero) dari pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute angkutan

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) hanay sebesar 10,96

persen dari total biaya. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari

aspek ekonomi dan finansial menurut

sudut pandang tujuan bisnis (mencari

keuntungan), maka usaha angkutan

penyeberangan tersebut dinyatakan tidak

layak.

4. Kendatipun berdasarkan aspek ekonomi

dan finansial (yang berorientasi pada

keuntungan usaha), pengoperasian KMP

Simeulue guna melayani rute

penyeberangan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh) dinilai tidak layak,

namun jika dilihat dari kepentingan

ekonomi masyarakat Pulo Aceh secara

umum, pengoperasian KMP tersebut

sangat layak. Dengan adanya peng-

operasian KMP tersebut dapat membawa

dampak positif bagi kegiatan ekonomi

masyarakat seperti biaya transportasi orang

dan barang menjadi lebih efisien, arus

barang dan jasa dari dan ke Pulo Aceh

semakin lancar.

4.2 Saran-saran

Page 97: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

87

Berdasarkan kesimpulan yang telah

diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi

saran dan rekomendasi dari penelitian ini

sebagai berikut.

1. Sebaiknya manajemen PT ASDP (Persero)

mengupayakan adanya peningkatan

efisiensi biaya operasional layanan jasa

angkutan penyeberangan lintasan Ulee

Lheu (Banda Aceh)-Lamteng (Pulo Aceh).

Upaya peningkatan efisiensi dapat

dilakukan dengan cara mencari kapal

motor pengganti dengan kapasitas angkut

yang lebih kecil bila dibandingkan dengan

KMP Simeuleu. Hal ini disebabkan,

penggunaan KMP Simeulue untuk

melayani rute penyebarangan tersebut

belum optimal. Selain jumlah penumpang

relatif sedikit (jauh lebih kecil dari

kapasitas angkut), biaya operasional yang

harus dikeluarkan sehubungan dengan

penggunaan kapal motor tersebut relatif

besar.

2. Pemerintah dipandang perlu untuk

mempertahankan pemberian subsidi bagi

PT ASDP (Persero) dalam mengalokasikan

sumber daya armada angkutan penyebe-

rangan lintasan Ulee Lheu (Banda Aceh)-

Lamteng (Pulo Aceh). Dari segi bisnis,

usaha pelayanan angkutan penyeberangan

untuk lintasan dimaksud tidak mengun-

tungkan bagi perusahaan tersebut. Namun

dampak ekonomi yang diperoleh dengan

adanya layanan jasa penyeberangan

tersebut dapat meningkatkan kegiatan

ekonomi masyarakat Pulo Aceh dan pulau-

pulau lainnya dalam wilayah Kabupaten

Aceh Besar.

Page 98: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

86

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous (2008) Pelayaran Baru di Perbatasan Aceh-India, Media Indonesia, Selasa 4

November 2008.

Aprianoor M. A. 2008. “Analisis Kebutuhan dan Kelayakan Ekonomi Pembangunan Jalan

Arteri Alternatif di Kota Kandangan”, Tesis (Tidak Dipublikasikan) Program

Pascasarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro

Semarang.

Badan Litbang Dephub RI. 2007. “Studi Kebutuhan Ruang Kapal Angkutan Laut dan

Penyeberangan Perintis”, Laporan Badan Litbang Dephub, Jakarta.

Dishub Prov. Aceh, 2007. Masterplan Perhubungan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,

Banda Aceh.

Dishub Prov. Aceh, 2007. Studi Pengembangan Transportasi Terpadu di Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, Banda Aceh.

Frensidy, B. 2010. Matematika Keuangan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis Kajian Dari Aspek Keuangan, Graha

Ilmu, Jakarta.

Ibrahim, M. Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta.

Morlok, E. K. 1995. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Edisi IV, Erlangga,

Jakarta.

Munandar, 2002. Bugeting: Penganggaran Perusahaan, BPFE UGM, Yogyakarta.

Nasution, N. 2004. Manajemen Transportasi, Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Priyanto. 2006. “Pemodelan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pelabuhan Penyeberangan

(Studi Kasus Pelabuhan Penyeberangan Merek-Bakauheni”, Majalah Ilmiah

Teknologi, Edisi Agustus 2006, Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Sekretariat

Negara, Jakarta.

, Undang-Undang No. 37 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 2 tahun 2000 Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

Page 99: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

87

, Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1983 Tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Banda Aceh.

, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan Jalan.

, Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 53 Tahun 2002 Tentang

Tatanan Kepelabuhan Nasional.

Salim, Abbas. 2006. Manajemen Transportasi, PT. Raja Grafindo, Jakarta.

Simbolon, Masringan M. 2003. Ekonomi Transportasi, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sitepu, Ganding. 2009. “Analisis Biaya Operasional Kapal Penyeberangan di Wilayah Pulau

Tertinggal”. Jurnal Penelitian Enjiniring, Vol. 12, No. 2 Tahun 2009. ISSN: 1411-6243.

Hal. 119-128.

Soejono. 1994. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi II, ITB, Bandung.

Sukirno, S. 2004. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparsa (2005) “Analisis Angkutan Penyeberangan Lintas Ketapang – Gilimanuk”, Tesis

(Tidak Dipublikasikan) Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Sutoyo, S. 2001. Studi Kelayakan Proyek Transportasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Transportasi, ITB, Bandung.

Widyakusuma, A. 2007. “Analisis Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Saumlaki di

Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku”. Tesis (Tidak Dipublikasikan)

Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta.

Yuwono, N. 2004. Model Pelabuhan II-Transportasi Sungai dan Saluran (Inland Water

Transportation, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Page 100: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

88

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN

KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU

PADA SMA DI KOTA SABANG

Ambia Nurdin

ABSTRAK

Keberadaan guru menjadi salah satu kunci suksesnya penyelenggaraan

pendidikan di sekolah. Guru harus memiliki komitmen dan rasa tanggungjawab

dalam kemajuan pendidikan dengan menunjukan kinerja yang maksimal sebagai

pendidik. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin dapat mempengaruhi kinerja

dan kepuasan guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya, sehingga dengan gaya

kepemimpinan yang efektif dapat menggerakkan personil sekolah dalam

memajukan pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Selain itu, pentingnya

memperhatikan kepuasan kerja guru, karena dengan adanya kepuasan kerja bagi

guru di sekolah dapat berdampak positif terhadap upaya kerja keras sebagai

motivasi guru dalam menyelesaikan tugas dan tanggungjawab profesinya.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan kepala

sekolah dan kepuasan kerja terhadap kinerja guru SMA di kota Sabang. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Teknik pengambilan data menggunakan angket dengan skala likert.

Analisis data menggunakan regresi linier ganda. Populasi adalah seluruh guru

pada SMA Negeri 1 dan 2 Sabang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 70 orang

menggunakan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)

Hubungan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja berpengaruh

78,3% untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya untuk

peningkatan kinerja SMA. (2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan

kerja guru secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja guru SMA. (3) Variabel yang dominan mempengaruhi kinerja guru adalah

kepuasan kerja guru yaitu sebesar 66,3%, dan kemudian diikuti variabel gaya

kepemimpinan kepala sekolah sebesar 53,4%. (3) Hasil analisis regresi linier

menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah akan mempengaruhi

kinerja guru sebesar 30,7% sedangkan kepuasan kerja mempengaruhi kinerja guru

sebesar 44%. Artinya gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja dapat

mempengaruhi peningkatan kinerja guru.

Page 101: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

89

Kata Kunci : Gaya Kepemimpinan, Kepuasan Kerja, dan Kinerja guru SMA

PENDAHULUAN

Kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) merupakan salah satu unsur yang

penting dalam menjamin keberlangsungan

pembangunan nasional. Karena bangsa

yang akan bertahan menghadapi persa-

ingan global yang semakin ketat adalah

bangsa yang mempunyai kualitas SDM

yang tinggi, yang menguasai berbagai

macam keterampilan, IPTEK, mampu

mewujudkan gagasan, ide, pemikiran,

sikap, perilaku terbaik, memiliki dan daya

juang yang tinggi.

Pembangunan suatu bangsa dimulai

dari pembangunan sumber daya manusia

melalui jalur pendidikan, yaitu mendidik

segenap masyarakat untuk dapat menem-

patkan diri sesuai dengan potensi dan

kompetensi masing-masing, dan dapat

berperan aktif dalam pembangunan.

Sehingga pendidikan harus ditempatkan

sebagai sentral yang perlu memdapat

perhatian semua pihak, karena melalui

pendidikan akan membentuk masyarakat

yang berkualitas. Namun kenyataanya,

dunia pendidikan Indonesia saat ini belum

dapat mensejajarkan diri dengan negara-

negara berkembang lainnya, terlebih lagi

dengan negara yang sudah maju.

Rendahnya mutu pendidikan disebabkan

oleh berbagai komponen yang dapat

mempengaruhinya seperti kebijakan

pemimpin, kinerja pemimpin termasuk di

dalamnya kinerja kepala sekolah, kinerja

guru, kualitas bahan ajaran, rendahnya

kedisiplinan, dan kurangnya koordinasi

antara pelaksana pendidikan, sehingga

perlunya manajemen yang baik dalam

suatu organisasi, khususnya organisasi

pendidikan.

Dalam suatu organisasi pendidikan,

unsur manusia merupakan unsur yang

sangat besar pengaruhnya terhadap keber-

hasilan suatu organisasi termasuk. Banyak

orang yang mengatakan bahwa manusia di

dalam suatu organisasi merupakan bagian

yang terpenting dibandingkan dengan

komponen-komponen lainnya. Oleh karena

itu, sudah merupakan kewajiban bagi

setiap pimpinan organisasi seperti kepala

sekolah untuk dapat memberikan motivasi

agar dicapai kepuasan kerja bagi para guru.

Terbentuknya kepuasan kerja, diharapkan

berdampak positif terhadap upaya kerja

keras sebagai motivasi guru dalam

mengarahkan segala kemampuan menyele-

saikan tugas atau pekerjaannya di sekolah,

termasuk kegiatan non akademik berupa

kegiatan ekstrakurikuler yang bertujuan

mengembangkan kemampuan keterampil-

an psikomotorik siswa. Selain itu dengan

kepuasan kerja guru diharapkan mampu

mengerjakan tugas di luar jam wajib

mengajar di kelas, seperti dalam mem-

persiapkan bahan ajar atau perangkat

pembelajaran di rumah.

Sekolah sebagai suatu organisasi

pendidikan, penting memperhatikan ke-

mampuan dalam merencanakan dan

mengorganisir pelaksanaan pendidikan

perlu didukung kemampuan dan gaya

kepemimpinan kepala sekolah. Kepemim-

pinan pada hakikatnya merupakan fungsi

inti dalam proses manajemen. Kepala

sekolah harus dapat mengelola sekolahnya

Page 102: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

90

agar berkembang maju dari waktu ke

waktu. Segenap sumber daya yang ada

harus dilibatkan secara optimal sesuai

dengan potensi dan kompetensinya. Para

guru perlu digerakkan secara efektif dan

hubungan baik antara mereka perlu dibina

agar tercipta suasana yang positif,

menggairahkan, dan produktif. Demikian

pula penataan fisik dan administrasi perlu

dibina agar menjadi lingkungan pendidikan

yang mampu menumbuhkan kreativitas,

disiplin, dan motivasi belajar yang tinggi

bagi siswa.

Gaya kepemimpinan seseorang

merupakan perilaku yang ditampilkan

pimpinan untuk memberikan pengaruh

pada bawahannya. Gaya kepemimpinan

dapat dilihat dari perilaku yang digunakan

pemimpin seorang pada saat mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain atau

karyawannya. Sebagai seorang pemim-

pinan harus selalu memiliki kesadaran

bahwa di dalam memimpin sebuah

organisasi pasti sering menghadapi

perubahan-perubahan, baik perubahan

intern maupun perubahan ekstrem. Oleh

karena itu, seorang pimpinan harus sadar

bahwa ia harus memiliki berbagai gaya

kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi

organisasi yang dipimpinnya. Setiap

sekolah pasti memiliki keinginan untuk

mewujudkan visi dan misi. Jika setiap

jenjang pendidikan memperhatikan

pemberdayaan SDM dengan baik, maka

kemungkinan besar peningkatan kinerja

guru dapat dicapai dan pada akhirnya akan

meningkatkan mutu pendidikan. Sehingga

kepala sekolah sebagai pimpinan di

sekolah harus mendorong teruwujudnya

visi dan misi sekolah dengan segala

sumber daya yang ada. Mulyasa (2007:

107) mengemukakan bahwa “perilaku

kepala sekolah harus dapat mendorong

kinerja para guru dengan menunjukkan

rasa bersahabat dan penuh pertimbangan

terhadap para guru, baik sebagai individu

maupun sebagai kelompok”.

Setiap kepala sekolah selaku

pimpinan berusaha menempatkan serta

memperlakukan guru dan para, staf, sebaik

mungkin dalam jabatan atau posisi-posisi

dengan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh guru dan staf pegawai yang

ada. Sehubungan dengan hal ini, Robbins

(2006:112) menjelaskan bahwa:

Pemimpin harus mampu membuat

suatu keputusan dalam rangka

mengembangkan suatu proses

dimana ditetapkan suatu pola

tindakan berdasarkan pilihan

antara sejumlah alternatif guna

tercapainya tujuan, sesuatu hasil

yang diinginkan dan perhatian,

memotivasi bawahan untuk

bersama-sama mencapai sasaran

yang telah ditetapkan. Untuk

mencapai keberhasilan seorang

pemimpin harus mampu

mempengaruhi bawahannya,

dengan membuat suatu strategi

atau rencana, menyusun suatu

kebijaksaan dalam rangka

mengantisipasi tantangan,

tanggung jawab dan berusaha

untuk menemukan macam-macam

pola tindakan alternatif dan

menggariskan pedoman petunjuk

dalam mengambil keputusan yang

Page 103: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

91

akan dilakukan oleh seorang

pimpinan

Gaya seorang pemimpin dalam hal

ini adalah kepala sekolah, sangat

mempengaruhi aktivitas guru, seperti

semangat dalam melaksanakan tugas,

meningkatkan kinerja dan kepuasan dalam

bekerja. Hal ini akan memberi dampak

terhadap peningkatan motivasi dan prestasi

belajar siswa. Kepala sekolah harus

mampu memberi dorongan kepada guru

sehingga mereka memiliki semangat yang

tinggi, percaya diri dalam melaksanakan

tugasnya. Kepala sekolah harus dapat

memberikan motivasi serta berupaya untuk

selalu memberikan kepuasan kerja kepada

guru, sehingga dengan kepuasan kerja

tersebut dapat meningkatkan kinerja guru,

dan akan memberikan kontribusi pada

peningkatan mutu pendidikan.

Kepuasan kerja merupakan sikap

seseorang atau kelompok terhadap

pekerjaan. Keadaan perasaan yang puas

terhadap pekerjaan merupakan bukti

penghargaan yang diterimanya dari

sejumlah aktivitas yang telah diberikan.

Hal ini sesuai sebagaimana dikemukakan

oleh Gibson (2006: 150) : “kepuasan kerja

adalah sikap yang dimiliki pekerja tentang

pekerjaan mereka, merupakan hasil

persepsi mereka tentang pekerjaan”. Jadi

kepuasan kerja merupakan respon emo-

sional dari para pekerja tentang harapan

yang akan didapat dari aktivitasnya.

Motivasi yang ada pada diri se-

seorang merupakan kekuatan pendorong

yang akan mewujudkan suatu perilaku

guna mencapai tujuan pengembangan diri.

Kebutuhan dan keinginan yang ada dalam

diri seseorang akan menimbulkan motivasi

internalnya. Jadi secara singkat dapat

dikatakan dengan pemenuhan kebutuhan

guru oleh pimpinan sekolah merupakan

salah satu hal yang dapat mendorong guru

melakukan pekerjaannya yang menjadi

tanggung jawabnya dengan baik. Semakin

giat guru melakukan pekerjaannya, berarti

semakin mudah untuk mencapai tujuan

organisasi pendidikan.

Di Sabang hanya terdapat dua

Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu

SMA Negeri 1 Sabang dan SMA Negeri 2

Sabang. Kedua SMA ini selalu berupaya

melakukan berbagai cara untuk memper-

baiki sistem tata kelola di sekolah, baik

menyangkut pengelolaan SDM maupun

sumber daya lainnya dalam rangka

perbaikan kinerja sekolah sehingga

melahirkan peserta didik yang bermutu dan

berkualitas. Salah satu permasalahan yang

perlu dicermati yaitu gaya kepemimpinan

kepala sekolah dan kepuasan guru

didorong terus kearah perbaikan karena hal

tersebut akan membawa sekolah menuju

kepada kinerja yang baik.

Berdasarkan informasi dari obser-

vasi awal, di dapatkan beberapa temuan di

lapangan yang cukup mengkhawatirkan

yaitu masih terdapat beberapa guru yang

tidak mau memberikan kontribusinya

terhadap kemajuan sekolah, dengan sering

datang terlambat atau sering tidak hadir

sekolah karena memiliki pekerjaan lain di

luar sekolah. Ketidakdisplinan ini penulis

amati selama kurun waktu yang lama,

disebabkan karena kurang efektifnya gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan

rendahnya pemenuhan kepuasan kerja bagi

guru yang seharusnya diberikan oleh

seorang pemimpin kepada bawahannya

(kepala sekolah kepada guru). salah satu

Page 104: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

92

faktor penyebab rendahnya kinerja Sekolah

ini adalah rendahnya jaminan finansial dan

jaminan sosial yang meliputi sistem,

besarnya gaji, tunjangan, promosi, dan

fasilitas yang diberikan kepada guru

selama ini.

Berdasarkan uraian di atas

penulis merasa tertarik untuk

mengadakan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Kepuasan Kerja

terhadap Kinerja Guru SMA di Kota

Sabang”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang

masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah

pengaruh gaya kepemimpinan dan

kepuasan kerja terhadap kinerja Guru

SMA di Kota Sabang”?

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang ingin

dicapai melalui penelitian ini adalah

mendapatkan keterangan yang lengkap

dan akurat tentang pengaruh gaya

kepemim-pinan kepala sekolah dan

kepuasan kerja terhadap kinerja Guru

SMA di Kota Sabang.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus yang

ingin dicapai melalui penelitian ini adalah

untuk mengetahui tentang :

a. Pengaruh gaya kepemimpinan

kepala sekolah terhadap kinerja

Guru SMA di kota Sabang.

b. Pengaruh kepuasan kerja

terhadap kinerja Guru SMA di

Kota Sabang.

c. Pengaruh gaya kepemimpinan

kepala sekolah dan kepuasan

kerja terhadap kinerja Guru

SMA di Kota Sabang.

Hipotesis Penelitian

Untuk mempermudah kegiatan

pernyusunan instrumen dan pengumpulan

data perlu dirumuskan hipotesis penelitian

sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari gaya

kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja Guru SMA di

Kota Sabang

2. Terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari kepuasan kerja

terhadap kinerja Guru SMA di

Kota Sabang.

3. Terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari gaya

kepemimpinan kepala sekolah

dan kepuasan kerja terhadap

kinerja Guru SMA di Kota

Sabang.

Manfaat Penelitian

Page 105: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

93

1. Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini

bermanfaat sebagai bahan kajian bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam

bidang administrasi pendidikan, khusunya

tentang kepemimpinan kepala sekolah dan

prilaku guru dalam meningkatkan kualitas

kinerja sekolah sebagai lembaga pendi-

dikan yang memiliki tangungjawab dalam

mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

2. Praktis Secara praktis penelitian ini

diharapkan dapat berguna bagi semua

pihak terutama dalam hal:

a. Memberikan masukan bagi

kepala sekolah dalam rangka

meningkatkan kinerja sekolah

melalui pelaksanaan

kepemimpinan kepala sekolah

yang tepat dan sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

b. Masukan bagi guru dalam melak-

sanakan tugas dan

tanggungjawab-nya sebagai

pendidik di sekolah, agar dapat

meningkatkan kinerjanya bagi

sekolah.

c. Bagi pihak terkait (Dinas

Pendidikan) sebagai bahan

informasi sehingga memberikan

masukan dalam membina kepala

sekolah dan upaya pemenuhan

kepuasan kerja guru di sekolah.

PROSEDUR PENELITIAN

Metode penelitian merupakan

cara ilmiah yang digunakan untuk

mendapatkan data dengan tujuan

tertentu. Pendekatan dalam penelitian

ini adalah pendekatan kuantitatif

dengan menggunakan metode

penelitian deskriptif korelasional.

Margono (2009:56) mengemukakan

bahwa “Pendekatan kuantitatif adalah

suatu proses menemukan pengetahuan

yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat menemukan menemukan

keterangan mengenai apa yang kita

ketahui”.

Pemilihan pendekatan

kuantitatif dan metode deskriptif dalam

penelitian ini karena dalam penelitian

yang dilakukan akan menjelaskan

secara empirik pengaruh gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan

kepuasan kerja guru terhadap kinerja

SMA di kota Sabang atau dengan kata

lain alasan menggunakan pendekatan

kuantitatif ini yaitu dapat menghasilkan

dan menguji suatu hipotesis mengenai

hubungan antar variabel atau untuk

menyatakan besar kecilnya hubungan

antara kedua variabel. Derajat

hubungan variabel- variabel dinyatakan

dalam suatu indeks yang dinamakan

koeefesien korelasi.

Faktor yang berpengaruh

terhadap faktor yang paling

berpengaruh terhadap besar kecilnya

koefesien korelasi adalah keandalan

instrumen yang digunakan untuk

mengukur variabel- variabelnya. Oleh

karena itu instrumen yang tidak

Page 106: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

94

memiliki keandalan yang tinggi tidak

mampu mengungkapkan derajat

hubungan yang bermakna atau

signifikan.

Makna suatu korelasi

dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa

mengandung tiga hal. Pertama

kekuatan hubungan antar variabel,

kedua signifikan statistik hubungan

kedua variabel tersebut, dan ketiga arah

korelasi.

Penelitian ini untuk melihat

pengaruh gaya kepemimpinan kepala

sekolah dan kepuasan kerja guru

terhadap kinerja SMA di kota Sabang,

sehingga penelitian ini dilaksanakan di

Sabang yaitu pada SMA Negeri 1

Sabang yang berada di jalan Aneuk

Laot kecamatan Sukakarya dan SMA

Negeri 2 Sabang yang berada di jalan

Tgk. Chik Ditiro kecamatan Sukajaya

Sabang. Sedangkan waktu penelitian

dilakukan mulai dari tanggal Mai 2011

sampai dengan Juni 2011.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menyajikan

data-data secara kuantitatif, setelah

dilakukan uji validitas dan uji

reliabilitas diketahui bahwa instrumen

penelitian yang diuji validitasnya

ternyata hasilnya semua dari angket

tersebut lebih besar dari rtabel (0,279),

artinya bahwa item-item baik variabel

bebas dan variabel terikat, semua

dinyatakan sahih (valid). Dari hasil uji

reliabilitas, diperoleh bahwa seluruh

item-item tersebut cukup reliabel

(handal) dan konsisten untuk mengukur

variabel-varibel tersebut karena

memiliki nilai cronbach alpha lebih

dari 0,50.

Pada penelitian ini penulis mengolah

seluruh data yang diperoleh dengan

program SPSS versi 13.0 dan hasilnya

menunjukkan adanya pengaruh yang

positif dan signifikan antara gaya

kepemimpinan dan faktor kepuasan

kerja terhadap kinerja SMA di kota

Sabang. Pembahasan penelitian ini

dilakukan dengan maksud untuk

mendeskripsikan variabel-variabel

dalam penelitian yaitu: gaya

kepemimpinan, faktor kepuasan kerja,

dan kinerja guru SMA

1. Pengaruh Variabel Gaya

Kepemimpinan Kepala Sekolah

(X1) Terhadap Kinerja Guru

SMA (Y)

Adapun Indikator gaya

kepemim-pinan meliputi (1) gaya

kepemimpinan delegatif, (2) gaya

kepemimpinan parsi-patif, (3) gaya

kepemimpinan konsultatif dan, (4)

gaya kepemimpinan instruktif. Dari

hasil analisis data penelitian diperoleh

gambaran bahwa nilai maksimum dari

gaya kepemimpinan sebesar 47,5

dengan standar deviasi sebesar 0,440.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya

Page 107: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

95

pengaruh yang positif dan signifikan

antara gaya kepemimpinan kepala

sekolah dengan kinerja guru SMA di

kota Sabang dengan korelasi 0,534

pada tingkat signifikansi 0,000 dalam

hal ini artinya gaya kepemimpinan

kepala sekolah dapat meningkatkan

kinerja guru sebesar 53,4%.

Hasil analisis dari setiap

indikator gaya kepemimpinan kepala

sekolah me-nunjukkan bahwa gaya

kepemimpinan kepala sekolah sangat

mendukung peningkatan kinerja guru

SMA.

Gaya kepemimpinan delegatif

merupakan ciri seorang pemimpin yang

cenderung mendelegasikan wewenang

kepada bawahannya, dimana

pendelegasi-an wewenang ini

dimaksudkan agar staf atau bawahan

merasa diikut-sertakan dalam setiap

tugas dan tanggung jawab. kelebihan

gaya kepemimpinan delegatif adalah

dapat diterapkan dalam suatu

organisasi terutama di lembaga pendi-

dikan, jika lembaga pendidikan

tersebut mempunyai staf dengan

motivasi tinggi dan mempunyai

kemampuan yang tinggi pula, sehingga

pimpinan dapat mendele-gasikali

wewe-nang sesuai dengan bidang dan

kemam-puan para karyawan dalam

menjalankan tugasnya

Gaya kepemimpinan

partisipatif biasanya

mendesentralisasikan wewenang

kepada bawahannya. Keputusan partisi-

patif tidak bersifat sepihak, seperti

halnya dengan delegatif, karena

keputusan itu timbul dari upaya

konsultasi dengan para pengikut dan

keikutsertaan mereka. Para guru

memperoleh informasi dari pemimpin

tentang kondisi yang mempengaruhi

pekerjaan mereka dan didorong untuk

mengungkapkan gagasan dan

mengajukan saran.

Pemimpin dengan gaya

konsultatif dapat dilihat dari cirinya

yaitu jika menghadapi staf yang

memiliki kemam-puan yang kurang

baik, tetapi memiliki motivasi kerja

baik, gaya kepemimpinan konsultatif

paling efektif untuk diterapkan karena

hal ini akan dapat meningkatkan

prestasi kerja dari para karyawan

karena adanya motivasi yang tinggi

dari diri seorang bawahan. Artinya,

pimpinan banyak memberikan

bimbingan sehingga kemampuan staf

secara bertahap me-ningkat.

Sedangkan Ciri dari gaya

kepemimpinan instruktif dapat dilihat

dari sikap pemimpin yang jika

menghadapi staf yang memiliki

kemampuan yang kurang baik dan

produktivitas kerja juga kurang baik,

maka upaya kepemimpinan instruktif

paling efektif. Menurut Zainun (2009:

13) “Seorang pemimpin dapat

melakukan berbagai cara dalam

Page 108: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

96

kegiatan mempe-ngaruhi atau memberi

motivasi orang lain atau bawahan agar

melakukan tindakan-tindakan yang

selalu terarah terhadap pencapaian

tujuan organisasi”. Sehingga dapat

dimaknai, bahwa pimpinan lebih

banyak memberi petunjuk yang

spesifik dan secara ketat dan

mengawasi staf dalam mengerjakan

tugasnya.

2. Pengaruh Variabel Kepuasan

Kerja (X2) Terhadap Kinerja

Guru SMA (Y)

Dari hasil penelitian dapat

dijelaskan bahwa semua indikator

faktor kepuasan kerja yang diteliti

sangat berpengaruh untuk

meningkatkan kinerja guru SMA di

kota Sabang. Adapun yang menjadi

indikator faktor kepuasan kerja adalah

(1) Isentif, (2) penghargaan, (3)

promosi, (4) kelompok kerja, (5)

kondisi kerja, dan (6) loyalitas.

Dari hasil analisis data

penelitian diperoleh gambaran tentang

nilai maksimum dari faktor kepuasan

kerja sebesar 48,3 dengan standar

deviasi sebesar 0,422 dalam penelitian

ini ditemukan adanya pengaruh yang

positif dan signifikan antara faktor

kepuasan kerja dengan kinerja guru

pada pada SMA di kota Sabang dengan

nilai korelasi 0,663 dengan tingkat

signifikansi 0,000 yang artinya variabel

faktor kepuasan kerja akan mampu

mempengaruhi peningkatan kinerja

guru yaitu sebesar 66,3%.

Hasil analisis dari setiap

indikator faktor kepuasan kerja

menunjukkan bahwa faktor kepuasan

adalah yang paling dominanan

peningkatan kinerja guru SMA. Dalam

hal ini faktor kepuasan kerja adalah

prioritas utama keberhasilan

pendidikan di sekolah, dengan faktor

kepuasan kerja yang baik yang

dirasakan oleh guru maka kinerja guru

tersebut akan meningkat pula,

kepuasan kerja disini bukan hanya

sekedar materi saja tetapi meliputi

perasaan, kesenangan, kenyaman-an

guru dalam menjalankan tugasnya di

sekolah. Sehing-ga dalam menjalankan

tugasnya setiap guru akan memperoleh

hasil yang maksimal. Halini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Robbins (2006:112) bahwa faktor-

faktor yang paling penting dalam

mendorong kepuasan kerja adalah: (1)

kerja yang menantang, (2) ganjaran

yang pantas (upah maupun promosi),

kondisi kerja yang mendukung, dan (4)

rekan sekerja yang mendukung.

Orang yang menyukai

pekerjaan-nya apabila diberikan

peluang kepada mereka untuk

menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan

keberagaman tugas, kebebasan, dan

umpan balik tentang bagaimana kinerja

mereka, serta adanya pembinaan yang

berkaitan dengan pengembangan

wawasan guru melalui program-

program pembinaan. Hal ini seperti

Page 109: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

97

pendapat Usman (2012:55) “Melalui

berbagai kegiatan, diharapkan guru

memiliki motivasi untuk berbuat lebih

baik dalam meningkatkan kinerja atau

statusnya sebagai seorang guru, karena

melalui program tersebut guru dihargai

martabat dan haknya dalam

profesinya”.

Selanjutnya pentingnya

dilakukan evaluasi kinerja sebagai

umpan balik terhadap pekerjaan guru

selama ini, sehingga lahirnya

penghargaan terhadap kinerja-kinerja

yang baik. Karena setiap orang

menginginkan sistem pembayaran dan

kebijakan promosi yang adil, sehingga

dalam bekerja mereka akanmelakukan

yang terbaik. Selanjutnya keadaan

lingkungan yang mendukung dan

nyaman juga dianggap perlu dalam

pencapaian kepuasan kerja yang

tujuannya untuk memfasilitasi kinerja

menjadi lebih baik.

Kemudian hasil evaluasi

pekerjaan seseorang tidak boleh

dirahasiakan kepada yang

bersangkutan, akan tetapi dirahasia-kan

kepada orang lain yang tidak memiliki

kepentingan dalam hal ini. Dengan

demikian yang bersangkutan dapat

mengetahui kelemahan-kelemahannya

untuk dapat diatasi, dan diperbsiki di

masa akan datang.

Adapun variabel yang membuat

pekerja saling mendukung di dalam

hubungan kerja antara lain adalah hasil

kerja, yaitu berupa rewars dan biaya

(cost) yang terkait dengan kerja.

Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai

sikap umum individu terhadap

pekerjaannya, ini berarti kepuasan

kerja itu sendiri merupakan bagian dan

perilaku organisasi dalam ilmu

administrasi pendidikan. Jadi dapat kita

simpulkan bahwa penilaian seseorang

atas seberapa puas atau tidak puas

dirinya dengan pekerjaan adalah

perhitungan yang sangat sulit dari

sejumlah elemen pekerjaan yang

sensitif. Kepuasan dan ketidakpuasan

kerja seseorang akan sangat tergantung

pada perilaku yang muncul di setiap

individu dalam bekerja.

Mencermati hal tersebut di atas

dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja

adalah salah satu hal yang mempunyai

peran dalam meningkatkan kinerja guru

di sekolah, karena apabila kepuasan

kerja yang dinikmati oleh guru telah

dapat terpenuhi maka dalam bekerja

guru tersebut akan memberikan hasil

yang maksimal atau sebaik mungkin

yang pada akhirnya akan meningkatkan

kinerja dari organisasi tempat mereka

bekerja. Berkaitan dengan itu, guru

akan benar-benar nyaman dalam

bekerja dan dapat meningkatkan

kinerjanya, jika adanya jaminan

kesejahteraan bagi para guru. Menurut

Usman (2012: 51) “Kesejahtraan yang

diperoleh seseorang akan menen-tukan

motivasinya melakukan pekerjaan.

Apabila dalam suatu organisasi, seperti

organisasi pendidikan persekolahan

Page 110: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

98

selalu dilakukan penilaian terhadap

kesejahteraan yang akan diterima

seseorang. Kesejah-teraan akan

menjadi pertimbangan bagi seseorang

untuk menerima suatu peker-jaan”.

Sehingga pentingnya memperhati-kan

kesejahteraan guru dalam upaya

menjamin kepuasan kerja sebagai

pendidik di sekolah untuk mendorong

peningkatan kinerja guru.

3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Kepuasan

Kerja Terhadap Kinerja Guru

SMA

Hasil analisis di lapangan

menunjukkan bahwa variabel-variabel

gaya kepemimpinan dan faktor

kepuasan kerja secara simultan dan

parsial mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap kinerja

guru. Pengaruh variabel-variabel

tersebut bersifat positif terhadap kinerja

guru dengan korelasi sebesar 0,783.

Besarnya kontribusi dari variabel-

variabel tersebut secara bersama-sama

terhadap variabel perubahan kinerja

guru adalah 78,3% (R2

= 0,783). Secara

teoretis, kinerja selain dipengaruhi oleh

faktor-faktor variabel lain yang

mendukung peningkatan kinerja guru.

Nawawi (2006:71) menjelaskan

bahwa manusia sebagai individu tidak

mungkin bekerja sendiri dalam

mewujud-kan eksistensi organisasi

yang kompetitif, sedangkan di sisi lain

bagaimana sikap bawahan

melaksanakan tugasnya sudah tentu

sangat bergantung pada gaya pemimpin

yang mendesain dan organisasinya.

Sedangkan Robbins (2006: 113)

menyatakan perilaku pemimpin juga

akan sangat menentukan kepuasan

kerja bawahannya. Sehingga

kepemimpinan sangat berpengaruh

terhadap sikap kerja bawahan, yang

juga dapat dicerminkan dari semangat

kerja yang berkaitan dengan ketulusan

hati karena adanya kepuasan kerja

sebagai akibat adanya prilaku yang

membangun dari pimpinan. Dalam hal

ini kinerja SMA akan meningkat

apabila kinerja dari masing-masing

guru juga meningkat. Salah satu cara

untuk meningkatkan kinerja guru yaitu

apabila atasannya mau mengerti dan

ramah, suka memberi pujian bila guru

melakukan kerja yang baik dan juga

mau mendengar keluhan dari

bawahannya.

Tingkat penghasilan sering

disebut sebagai salah satu variabel

determinan dalam meningkatkan

kinerja, karena tingkat penghasilan erat

kaitannya dengan pemenuhan

kebutuhan hidup, dan hal ini

merupakan salah satu unsur yang

terdapat dalam faktor kepuasan guru.

Karena bila tingkat penghasil guru

masih rendah atau dengan kata lain

kesejahteraan guru belum baik, maka

akan berdampat pada kinerja guru di

sekolah, hal ini seperti pendapat Usman

(2012: 52) “Dalam kondisi

Page 111: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

99

kesejahteraan guru belum baik, harus

mencari tambahan penghasilan diluar

lembaga pendidikannya ditunjang pula

oleh kondisi yang tidak kondusif, tidak

memberi support untuk terciptanya

perilaku yang normatif, maka

perubahan perilaku sangat sulit

diharapkan. Sehingga pentingnya

memperhatikan kesejahteraan guru

dalam upaya menciptakan kepuasan

kerja untuk meningkatkan kinerja para

guru di sekolah, selain kepemimpinan

dari kepala sekolah sebagai pimpinan

di suatu lembaga pendidikan.

Dengan demikian dapat

disimpul-kan bahwa antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan

kepuasan guru berpengaruh pada hasil

peningkatan kinerja guru, karena

apabila gaya kepemimpinan sorang

atasan disenangi oleh bawahan sudah

tentu guru merasa senang dan selalu

berusas memberikan hasil kerja yang

sebaik mungkin, selanjutnya apabila

semua kebutuhan guru sudah terpenuhi

maka kinerjanyapun akan meningkat

sehingga dengan demikian akan

meningkatkan kinerja dari organisasi

tempat mereka bekerja.

KESIMPULAN

1. Hubungan gaya kepemimpinan

kepala sekolah (X1) dan kepuasan

kerja (X2) berpengaruh 78,3% untuk

meningkat-kan kinerja guru (Y)

dalam melaksa-nakan tugasnya

untuk peningkatan kinerja SMA,

secara kuantitatif tingkat hubungan

antara kedua variabel terhadap

kinerja guru tergolong tinggi.

2. Berdasarkan hasil pengujian statistik

uji F menunjukkan bahwa variabel

gaya kepemimpinan kepala sekolah

dan kepuasan kerja guru secara

bersama-sama berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja guru

SMA. Hal ini dapat dilihat dari hasil

Fhitung > Ftabel yaitu Fhitung sebesar

52,918 sedangkan Ftabel sebesar 3,13.

artinya secara statistik membuktikan

bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang

digunakan dapat diterima sebaliknya

hipotesis nihil (Ho) ditolak.

3. Pada penelitian ini bahwa variabel

yang dominan mempengaruhi

kinerja guru SMA di kota Sabang

adalah kepuasan kerja guru yaitu

sebesar 66,3% dan kemudian diikuti

variabel gaya kepemimpinan kepala

sekolah sebesar 53,4%.

4. Hasil analisis regresi linier

menunjuk-kan bahwa gaya

kepemimpinan kepala sekolah akan

mempengaruhi kinerja guru sebesar

30,7% sedangkan kepuasan kerja

mempengaruhi kinerja guru sebesar

44%. Artinya kedua variabel

penelitian tersebut dapat

mempengaruhi peningkatan kinerja

guru, akan tetapi diharapkan adanya

peningkatan yang lebih baik lagi

sehingga ke depan kinerja guru

Page 112: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

100

SMA akan menjadi lebih baik dan

sesuai dengan yang kita harapkan.

IMPLIKASI

1. Kepala sekolah sebagai pemimpin

dapat mempengaruhi kinerja dan

kepuasan guru tersebut dalam

melaksanakan tugasnya, sehingga

dengan gaya kepemimpinan yang

efektif dapat menggerakkan

personil sekolah dalam memajukan

pendidikan di sekolah yang

dipimpinnya. Kepala sekolah

sebagai pimpinan di sekolah

memiliki peranan yang sangat

penting dalam mempengaruhi,

menggerakkan dan mengendalikan

aktivitas bawahan dengan

mengadakan suatu pendekatan

sesuai arah yang telah ditetapkan

dalam upaya memenuhi kebutuhan

guru dan menerapkan perilaku adil

kepada bawahan.

2. Kepuasan kerja guru akan

meningkat apabila guru merasa

dihargai dan diberikan suatu

penghargaan yang layak dalam

setiap menjalankan tugasnya.

Untuk meningkatkan kinerja guru

SMA melalui kepuasan kerja.

Kepala sekolah hendaknya

menyiap-kan suatu metode rewards

(penghar-gaan) yang sesuai

berdasarkan kinerja yang telah

dilakukan oleh guru-guru di

sekolah.

3. Kinerja guru akan meningkat

apabila dalam bekerja huru tersebut

memperoleh kepuasan kerja yang

layak sebaliknya kinerja guru akan

menurun apabila guru tersebut tidak

memperoleh kepuasan dalam

menjalankan tugasnya.

4. Apabila kinerja guru di suatu

sekolah baik maka kinerja sekolah

juga akan meningkat, sebailknya

apabila kinerja guru di suatu

sekolah kurang maksimal maka

kinerja sekolah tersebut tidak akan

memberikan hasil yang diinginkan.

SARAN

1. Kepala sekolah harus mampu

memberikan motivasi kerja secara

kekeluargaan kepada guru-guru

yang belum menunjukkan prestasi

kerja agar bisa meningkatkan

kinerjanya yaitu dengan

memperhatikan kepuasan kerja bagi

guru tersebut.

2. Guru diharapakan dapat bekerja-

sama dengan kepala sekolah dan

pihak stakeholder lainnya, dalam

melak-sanakan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai pendi-

dik, serta terus meningkatkan

kompetensinya dalam meningkatkan

kinerjanya bagi sekolah.

3. Kepala sekolah selaku manajer di

sekolah harus bisa menghargai dan

memahami kebutuhan guru dalam

meningkatkan kepuasan kerja,

Page 113: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

101

karena kepuasan kerja yang rendah

dapat mengakibatkan turunnya

motivasi kerja guru sehingga

berdampak pada rendahnya kinerja

sekolah.

4. Untuk meningkatkan kinerja guru

SMA melaui kinerja guru, maka

peran kepala sekolah selaku

pemimpin perlu lebih ditingkatkan

lagi, karena dengan peran

kepemimpinan yang baik,

diharapkan dapat membangkitkan

motivasi kerja guru menjadi lebih

baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Abor, A. Rahman. (2006). Kepemimpinan Pendidikan Bagi Perbaikan dan

Peningkatan Pengajaran. Yogyakarta: Nur Cahaya.

As’ad, Mohammad. (2007). Psikologi Industri, Yogyakarta : Liberty.

Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi

Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Arianti, Elli. (2009). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Instruktif, Konsultatif,

Parsipatif, dan Delegatif Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru pada Man

Kota Banda Aceh. Tesis. Banda Aceh.

Asropi (2007) Manajemen Sumber Manusia Daya Manusia, Teori dan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Ary, Donald. (2005). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Alih Bahasa:

Arief Furchan. Surabaya Usaha Nasional.

Asmara, U.H. (2006). Pengaruh Tindakan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Kematangan Kerja Karyawan. Tesis. FPS-IKIP Bandung.

Blanchard, K. (2007). Leading at a Higher Level. Upper Sadle River,. New

Jersey: Prentice Hall.

Blanchard, K. & Hersey, P. (2007). Management of Organizational Behavior

Utilizing Human Resource. 9th Edition. London: Prentice-Hall

International Editions.

Page 114: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

101

Brown, U.J. (2007). Organizational Commitment in Higher Education, Working

paper. Mississippi: Jackson State University.

Bush, T & Coleman, M. (2008). Leadership and Strategic Management in

Education. London: A Sage Publications Company.

Depdiknas (2006) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2006

Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas

Darma , Surya. (2006). Manajemen Kinerja, Falsafah, Teori dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

Davis, K dan Newstrom. (2007). Perilaku Manajemen Bekerja. Jakarta: Erlangga.

Dessler, Gary. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kesepuluh, Jilid

2. Jakarta: Salemba Empat

Effendi, Sofian, 2001, Analisis Kebijakan Publik, Modul Kuliah MAP Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Fathoni, Abdurrahman. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Gibson, Ivancevich. (2006). Organisasi Jilid 1. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Handoko (2008) Manajemen. Yokyakarta: PT. BPFE

Hanim, Yusliza. (2009). Pengaruh Faktor Kepuasan Kerja pan Tanggung Jawab

Terhadap Kinerja Guru Pada SMK Negeri 2 Langsa. Tesis. Banda Aceh.

Harun, Cut Zahri. (2010). Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Yogyakarta:

Pena Persada Dekstop Publisher.

Haryana, Gani. (2007). Study Tentang Gaya Kepemimpinan Gaya Wanita Kepala

Sekolah dan Hubungannya Dengan Keefektifltas Organisasi Sekolah Pada

Sekolah Dasar di Kotamadya Malang. Malang : Pascasarjana IKIP Malang.

Kartono, Kartini. (2008). Pemimpin Dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Kurniawati, Elli. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

pada SMA Negeri Banda Aceh. Tesis. Banda Aceh.

Page 115: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

102

Luthans, Fred & Davis, K. (2006). Organizational Behavior. Sixth Edition,

International Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Margono, S. (2009). Metodelogi penelitian. Jakarta: rineka cipta.

Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosda Karya

Nawawi, Hadari. (2006). Administrasi Personil Untuk Peningkatan Produktivitas

Kerja. Jakarta: C V. Haji Masagung.

Purwanto, M. Ngalim (2005) Kepemipinan Kepala Sekolah. Edisi Revisi.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

Rivai, Veithzal. (2007). Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi Edisi Kedua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Robbins, P. Stephen. (2006). Perilaku Organisasi Edisi Lengkap. Jakarta:

Salemba Empat.

Sardiman, N. (2005), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja

Grafindo Persada.

Siagian, P. Sondang. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka

Cipta

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alphabeta.

Umar, Husein. (2007). Riset sumber daya manusia dalam organisasi. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Usman, Nasir. (2012). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Konsep, Teori, dan

Model. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Usman, Nasir. (2007). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung: Mutiara

Ilmu.

Usman, Husaini. (2009). Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara

Wahyono, Teguh (2006) Analisis Data Statistik dengan SPSS. Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rineka Cipta

Page 116: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

103

Wirawan. (2006). Kapita Selekta Teori Kepemimpinan: Pengantar untuk Praktek

dan Penelitian. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Wahjosumidjo. (2007) Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Edisi Revisi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wirosardjono, S. (2008). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia

Yaverbaum, E dan Sherman, E. (2008). Everthing Leadership Book. Second

Edition. Adams Media: Avon, Massachusetts.

Yukl, Gary A. (2008). Leadership In Organization. New York: Prentice-Hall Inc.

Zainun, Bukhari (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Toko

Gunung Agung

Page 117: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

104

PEMBERANTASAN HAMA PADA TANAMAN MANGGA DENGAN

MENGGUNAKAN ARUS LISTRIK

Drs. Zulkarnaini, M.Si.

Dosen FKIP Universitas Abulyatama

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pemberantasan hama

pada tanaman mangga dengan menggunakan arus listrik. Penelitian ini

dilaksanakan di Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan yang

melibatkan sebanyak 88 tanaman mangga ( 44 kelompok kontrol dan 44

kelompok perlakuan ) pada setiap rumah penduduk dalam kecamatan tersebut.

Pelaksanaan penelitian direncanakaI selama satu bulan. Penelitian ini sepenuhnya

menggunakan metode eksperimen dengan memanfaatkan seperangkat alat ukur

arus listrik, tegangan, dan hambatan listrik. Prinsip dasar peralatan ini

menggunakan tegangan listrik untuk pembasmian hama tanaman mangga.

Keberhasilan pelaksanaan penelitian ini digunakan statistik uji t pada taraf

signifikansi 5% antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan tegangan listrik

pada tanaman mangga, dapat mematikan hama tanaman mangga, terutama hama

penggerek batang yang terdapat di dalam batang tanaman, yang ditandai dengan

tumbuh kembali daun segar dan berwarna hijau serta berproduksi secara maksimal

tanpa ada ranting atau kanopi yang lapuk atau patah.

Kata kunci : Tanaman mangga, arus listrik, hama tanaman, dan pembasmian hama

I. PENDAHULAN

Masyarakat Kecamatan

Labuhan Haji Tapaktuan Kabupaten

Aceh Selatan sudah berpuluh tahun

menanam mangga dipekarangan

rumah dan di areal kebun-nya. Sifatnya

yang mudah tumbuh, berdaun rindang

dan memiliki banyak varietas dengan

buah yang beraneka rasa, inilah yang

menyebabkan populernya tanaman

mangga di Kecamatan tersebut.

Saat ini tidak kurang 80%

kepala keluarga masyarakat Kecamatan

Labuhan Haji menanam mangga.

Mereka tersebar secara merata di

berbagai desa, dengan mata pencairan

sampinganya adalah menanam mangga.

Kekuatan ekonomi keluarga mereka

disamping bercocok tanam padi dan

budidaya pala mereka juga menanam

mangga. Dapat dibayangkan jika hasil

panen mangga banyak dan berkualitas,

tentu pendapatan mereka meningkat,

maka gaya dan pola hidup mereka akan

Page 118: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

105

berubah. Hasil wawancara

penulis dengan petani mangga

didapatkan bahwa, untuk satu pohon

yang bebas dari hama dan berdiameter

30 cm, maka buah mangga untuk sekali

petik dapat berjumlah 2 hingga 3 ton.

Kalaulah rata –rata harga jual per kilo

Rp. 6.000 saja, maka petani tanaman

mangga berhak mendapat keun-tungan

untuk satu pohon Rp. 12.000.000 - Rp.

18.000.000. Hitungan tadi hanya

terjadi di atas kertas saja, karena yang

terjadi di masyarakat justru sebaliknya.

Sesungguhnya mereka sangat

iri dengan membanjirnya mangga-

mangga inpor yang tersebar di pasar-

pasar tradisional yang rasanya enak

dan buahnya besar-besar serta cantik-

cantik. Sementara hasil panen mangga

mereka , dimana berpuluh tahun

membanting tulang , namun untuk

mendapatkan seperti mangga impor

hanya untuk satu musim saja, sungguh

merupakan sebuah impian belaka.

Masyarakat setempat punya

alasan yang kuat, kenapa harus

menanam mangga. Disamping harga

jual yang relatif tinggi dan syarat

tumbuh yang terpenuhi serta

masyarakat disana juga sudah paham

tentang manfaat yang dikandung oleh

buah mangga bagi kesehatan manusia.

Menyangkut syarat tumbuh

misalnya; ketinggian 0 – 500 dpl dapat

menghasilkan buahnya yang lebih

bermutu dan jumlahnya yang lebih

banyak dari pada didaratan tinggi.

Parameter lain adalah tanah; untuk

budidaya mangga diperlukan tanah

gembur mengandung pasir dan

lempung dalam jumlah yang seimbang.

Selanjutnya dikatakan bahwa, suhu

optimum untuk pertumbuhan mangga

adalah berkisar 27°C – 38°C. Ketiga

syarat tumbuh di atas sangat terpenuhi

bagi tanaman mangga di Kecamatan

Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan.

Atas pertimbangan itu, disertai

munculnya motivasi masyarakat

setempat serta berbagai bentuk

penyuluhan dari Dinas Pertanian dan

Peternakan, maka masyarakat setempat

secara beramai-ramai ikut menanam

mangga, baik dipekarangan maupun di

areal perkebunanya, dengan harapan

agar berbuah banyak serta berkualitas

sehingga pendapatan keluarga mereka

meningkat. Namun yang terjadi

dilapangan hingga saat ini, adalah

sebuah kekecewaan yang berat karena

hasil yang didapatkan berbanding

terbalik. Mereka telah mengeluarkan

modal, tenaga serta mengorbankan

waktu untuk kemakmuran mereka

sendiri, tetapi yang terjadi diluar

dugaan, dimana semakin hari tanaman

mangga semakin tidak produktif, malah

mengalami kematian. Lebih celaka

lagi adalah, satu demi satu ranting

tanaman mangga jatuh berikut

daunnya, hingga akhirnya batang

mangga rubuh begitu saja.

Pertanyaannya adalah kenapa bisa

terjadi demikian? jawabannya adalah,

adanya serangan hama penyakit yang

Page 119: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

106

menyerang, mulai dari batang hingga

buahnya, sebagai akibat dari masih

rendahnya kesadaran para petani

dalam memelihara tanaman dan

pemahaman pengetahuannya. Atas

dasar itu, penulis memberi solusi

dengan cara memberikan arus listrik

pada tanaman mangga yang

bertegangan 220 Volt. Dengan cara

tersebut, ternyata tanaman mangga

akan nampak segar, yang ditandai

dengan daunnya yang berwarna hijau

dan dahan tumbuh bertambah banyak,

yang pada akhirnya buah yang

dihasilkan semakin banyak serta

berkualitas, sehingga kita lebih siap

untuk menyambut pasar bebas,

khususnya mengekspor buah mangga

yang berkualitas dan mengantisi-pasi

muncul serta berkembangnya berbagai

hama penyakit.

2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan

masalah dalam tulisan ini adalah :

a. Bagaimanakah penerapan

metode kejutan listrik pada

pemberantasan hama penggerek

batang tanaman mangga.

b. Bagaimanakah efektifitas

penerap-an metode kejutan

listrik untuk pemberantasan

hama penggerek batang

tanaman mangga

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Hama Mangga

Hama tanaman adalah gangguan

pada tumbuhan tanaman yang

disebabkan makhluk hidup lain dengan

cara memakan bagian dari tanaman

tersebut. Hama mangga yang selama

ini sudah dikenal oleh masyarakat

adalah sebagai berikut :

a. Wereng mangga (Indeocerus

niveosparpus, Ideocerus

clypealis, I. atkinsoni)

Gejala pohon mangga yang

terserang hama ini adalah

terhambatnya pertumbuhan

pucuk daun, bunga, dan

buah karena wereng

mengisap cairan pucuk

muda, bunga dan buah.

Selain mengisap cairan,

hama ini mengeluarkan

cairan manis yang dapat

menjadi media baik untuk

pertumbuhan cendawa

jelaga (Capnoduim

mangiferum dan Meliola

mangiferae), yang dapat

menyebabkan kematian bagi

buah mangga muda. Cairan

manis ini juga mengundang

semut api untuk memakan

tunas daun atau kuncup.

Cairan yang dikeluarkan

hama ini akan membeku

dan membentuk jamur

kerak hitam.

Page 120: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

107

Serangan terjadi pada

saat malai bunga stadia

bunga mulai memanjang

membentuk buah. Nimfa

dan wareng dewasa

menyerang secara bersama

dengan mengisap cairan

pada bunga, sehingga bunga

menjadi kering, penyer-

bukan dan pembentukan

buah terganggu kemudian

buah muda akan mati.

Serangan parah terjadi jika

didukung cuaca panas yang

lembab. Hama ini dapat

mengundang tumbuh dan

berkembangnya penyakit

embun jelaga ( sooty mold )

dengan dikeluarkan embun

madu yang menyebabkan

phytotoxid pada tunas,

daun, dan bunga.

b. Penggerak pucuk

Gejala yang timbul dari

serangan hama penggerak

pucuk adalah bagian pucuk

daun digerek hingga menjadi

berkerut dan kering karena

cairan makanan tidak mencapai

bagian yang digerek.

Penggerek pucuk ini memakan

daun muda dan pucuk daun

sehingga pada bagian ini

terlihat habis.

Hama ini menggerek

pucuk yang masih muda ( flush

) dan malai bunga dan

menggerek tunas atau mulai

menuju ke bawah. Tunas daun

atau malai bunga menjadi layu,

kering akibatnya rusak,dan

kemudian mati.

c. Lalat Buah ( Bractocera

dorsalis, Dacus dorsalis )

Gejala yang ditimbulkan

hama lalat buah adalah titik

hitam kecil pada serangan

awal. Perkembangan ulat

ter-jadi pada waktu

pematangan buah. Di

sekeliling titik hitam lama –

kelamaan menguning dan

selanjutnya buah mulai

membusuk. Buah busuk

men-jadi tanda terjadinya

perkem-bangan larva.

Serangan lalat buah bersifat

aggravator, yaitu

memungkinkan serangan

hama sekunder seperti

jamur dan bakteri. Karena

buah jatuh, produktivitas

pohon jadi menurun.

d. Penggerek cabang

(Cryptorrhynchus

goniocnemis)

Gejala serangan hama

penggerek cabang adalah

tajuk rusak, cabang patah,

dan pada patahan terlihat

liang peng-gerek, bekas

hama ini merusak. Dahan

yang mati kelihatan

berlubang dan

mengeluarkan getah, bila

Page 121: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

108

dibelah tampak lubang yang

besar.

e. Kepik mangga/penggerak

buah (Cryptorrhynochus

gravis)

Hama kepik mangga

me-nyerang buah dan masuk ke

dalam buahnya. Gejala

serangan hama ini adalah, buah

kelihatan berlubang-lubang,

sedangkan bila serangan pada

buah muda menyebabkan buah

gugur sebelum waktu petik.

Pengendaliannya dengan

menggu-nakan semut merah

yang dapat menyebabkan kepik

mangga ini tidak bertelur.

f. Kutu perisai

Gejala serangan yang

ditimbulkan kutu perisai

adalah daya tahan pohon

menjadi hilang atau lemah

sekali, pertumbuhan

terhambat, daun menjadi

kuning, dan akhirnya pohon

mati. Serangan hama ini

terjadi pada pohon mangga

yang masih muda yaitu pada

masa pertumbuhan awal.

g. Bubuk buah mangga

Hama bubuk buah

mangga menyerang buah

yang besar sampai tunas

muda. Gejala yang timbul

adalah kulit buah kelihatan

normal, bila dibelah terlihat

bagian dalamnya dimakan

bubuk buah ini.

h. Bisul daun (Procontarinia

matteiana )

Gejala hama bisul daun

adalah daun menjadi

berbisul dan daun berwana

coklat, hijau, atau

kemerahan.

i. Tungau (Paratetranychus

yothersi, Hamitarsonemus

latus)

Tungai menyerang daun

mangga yang masih muda,

selanjutnya menyerang

permu-kaan daun mangga

bagian bawah. Hama ini

menyerang rangkaian bunga

sehingga produksi mangga

menjadi rendah.

j. Codot

Hama codot menyerang

pohon mangga dengan

memakan buah mangga

pada malam hari, dalam

jumlah kecil tidak

bermasalah, tetapi dalam

jumlah kumulatif, produksi

buah menjadi rendah.

2. Perameter – parameter yang

mempengaruhi syok listrik

Syok listrik serius, apabila arus

melewati body / tanaman

semakin besar. Menurut hukum

Ohm, intensitas arus listrik

Page 122: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

109

tergantung kepada tegangan dan

tahanan yang ada. (I = V/R)

berarti tegangan penting dalam

menentukan beberapa arus yang

dapat dilewati oleh tahanan

yang diberikan oleh pokok

tanaman. Disamping itu ada

pula parameter-parameter lain

yang turut berperan

mempengaruhi tingkat syok (

J.F. Gabriel, 1996 ).

Dari sudut arus.

a. Tanaman akan menderita

syok lebih serius pada

tegangan 220 volt dari pada

110 volt, oleh karena kuat

arus pada tegangan 220 volt

lebih besar daripada

tegangan 110 volt, dengan

catatan nila R sama.

b. Basah tidaknya kulit

tanaman.

Kulit yang basah akan

memudahkan arus listrik

melewai batang tanaman.

Ini dapat dimengerti, karena

kulit yang basah tahanannya

jauh lebih kecil bila

dibandingkan dengan kulit

yang kering.

Selanjutnya, Hukum Joule,

energi listrik yang dihasilkan oleh

suatu sumber listrik sebanding dengan

kuadrat arus, sebanding dengan

hambatan penghantar dan sebanding

pula dengan lamanya arus mengalir.

W = 0,24I2

Rt

I = Kuat arus ( Ampere )

W = Energi listrik ( Joule )

R = Hambatan ( Ohm )

t = Waktu ( sekon )

Dalam percobaan Joule di atas, energy

listrik berubah menjadi energy kalor.

Joule mendapatkan bahwa 1 Joule = 0,

24 kalori, (Diana Barsella, 2010)

3. Pemberantasan Hama

Ada beberapa peneliti yang

telah melakukan penelitian

berkenaan dengan pemberatsan

hama pada beberapa tanaman

mangga. Penelitian A. Halim, 2008

mengatakan bahwa tanaman

mangga akan terhindar dari ulat jika

diberikan kejut listrik + 80 volt

dengan durasi waktu lebih kecil 15

menit.

Hasil yang sama juga pernah

dilakukan oleh Samsul Bahri ( 2009

) pada tanaman jeruk manis dan

jeruk purut, dimana tanaman

tersebut diberi perlakuan berupa

kejutan listrik yang bertegangan +

50 volt dengan lama waktu dibawah

13 menit, hasilnya sangat luar biasa,

di mana sebelumnya banyak daun

dimakan ulat, namun dalam

beberapa bulan ke depan, kelihatan

daun-daun mudanya mulai muncul

dan tanaman tersebut hidup sangat

segar dan berdaun lebat.

Yenni Tirtasari (2011),

Alumni Mahasiswa Program Studi

Page 123: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

110

Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas

Abulyatama, pernah menghasilkan

sebuah penelitian yang

berhubungan dengan ulat pada

tanaman mangga. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa

mangga dengan cara diberikan kejut

listirk hidup subur dan buahnya

relatif banyak.

Nurmiati (2010), Alumni

Universitas Abul Yatama

mengatakan bila kejut listrik

diberikan pada tanaman keras,

maka akan mengakibatkan bebagai

hama pada tanaman keras tersebut

mati, sehingga memungkinkan

tanaman hidup sehat dan berbuah

lebat.

Kejut listrik juga pernah

dilakukan oleh Hans Van Etten (

2008) untuk meningkatkan produksi

tanaman obat. Caranya adalah

dengan pemberian arus listrik

beberapa mili ampere kepada

tanaman obat jenis tertentu

sehingga dapat diketahui

kandungan zat kimia yang

berkhasiat meningkat. Hans Van

Etten dan Timnya mencoba pada 8

spesis tanaman, antara lain dari biji

pagoda dari Jepang hingga biji-

bijian. Masing-masing akarnya

diberi aliran arus listrik 30 mili

ampere. Setelah diamati dalam

waktu tertentu, tujuan tanaman

menghasilkan

Senyawa obat 20 kali lipat daripada

perlakuan normal. Sementara satu

tanaman menghasilkan peningkatan

hingga 168 kali lipat.

Dengan cara yang sama juga,

Zulkarnaini ( 2010 ) pernah

membuat penelitian tentang

pemberantasan ulat pada tanaman

mangga dengan menggunakan

aliran arus listrik. Hasilnya adalah

ulat pada tanaman mangga punah

dan saat musim panen tiba buah

yang dihasilkan besar-besaran dan

berkualitas sehingga para petani

mangga mendapat keuntungan yang

banyak dari hasil penjualan.

Selanjutnya, Zulkarnaini (

2009 ) menghasilkan sebuah

peneltian untuk pemberantasan

hama pada pohon kelapa di seluruh

Kecamatan Tanah Jambo Aye

Kabupaten Aceh Utara, di mana

pohon kelapa dalam jumlah areal +

1 ha diserang hama yang

ditunjukkan oleh daun kelapa habis

dimakannya dan pucuk kelapa

berwarna kuning. Jika ini dibiarkan

maka dalam waktu tidak lama

pohon kelapa akan mati atau

tumbang satu persatu. Penulis

mencoba untuk memberikan kejut

listrik pada setiap pohon kelapa

dengan tegangan 220 volt, ternyata

hasilnya di luar dugaan di mana

dalam waktu 7 minggu daun-daun

kelapa sudah nampak segar

kembali dan seiring dengan

perjalanan waktu, pohon kelapa

tumbuh normal seperti sedia kala

dan hasilnyapun tidak mengece-

wakan.

Page 124: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

111

III. TUJUAN DAN MANFAAT

PENELITIAN

1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah penggunaan

arus listrik pada tanaman mangga

dapat memberantas hama,

khususnya hama penggerek batang

mangga.

2. Manfaat

Manfaat yang didapat dari hasil

penelitian ini adalah terjadinya

peningkatan ekonomi bagi petani

tanaman mangga sebagai akibat

produksi buah mangga yang

meningkat dengan menguasai

metode pemberantasan hama yang

bernuansa teknologi tepat guna dan

sangat sederhana.

IV. METODE PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan untuk

pemberantasan hama pada tanaman

mangga adalah diawali dengan cara

menyapu batang dan daun dengan sapu

lidi biasa yang telah diikat dengan kayu

panjang atau bambu. Tujuannya adalah

agar semut kerangket yang hidup disela

daun dan semut merah yang dapat

menyebabkan penggerek buah tidak

bertelur serta dapat jatuh ke tanah

sebelum diberikan kejutan listrik. Jika

ketinggian pohon 3 meter berarti

membutuhkan waktu 30 menit per

tanaman, maka selesailah penyapuan

tersebut.

Langkah berikutnya adalah pada

setiap pohon di pasang paku sebanyak

2 biji yang berukuran 3 inci. Kedua

paku tersebut di pasang pada tanaman

mangga bagian atas dan bawah

tanaman mangga. Selanjutnya, pada

kedua paku tersebut diikat wayer listrik

untuk seterusnya dialirkan arus listrik

bertegangan 220 Volt. Biarkan 1-2

jam, tergantung umur tanaman mangga,

lalu arus listrik diputuskan agar jangan

berpengaruh pada pertumbuhan

tanaman mangga. Disarankan pasca

penggunaan metode ini, petani tanaman

mangga memberikan pupuk pada setiap

tanaman mangga.

2. Analisis Data

Data yang diperoleh, dianalisis

dengan menggunakan statistik

deskriptif dan inferensi. Hasil analisis

data akan memberikan informasi

tentang keampuhan metode

pemberantasan hama dengan

menggunakan metode aliran arus

listrik. Disamping itu juga akan di

analisis keterkaitan antara kuat listrik

dengan lama waktu pembasmian hama.

Berdasarkan data yang di dapat dari

kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan akan dilakukan uji-t pada

taraf signifikansi 5%. Hasil uji t akan

menggambarkan keampuhan metode

yang dikembangkan dalam penelitian

ini.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Diawali dengan pengumpulan

data dari hasil percobaan yang

dilakukan pada tanaman mangga untuk

Page 125: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

112

selanjutnya di analisa dengan

menggunakan uji – t pada taraf

signifikansi 5% antara kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan.

Data-data yang dimaksud dicari rata-

rata, standar deviasi, varian dan

seterusnya untuk kemudian

dimasukkan dalam sebuah persamaan

yang sering dikenal dengan uji –t.

Berdasarkan hasil uji t (t-hitung)

dibandingkan dengan t-tabel untuk

selanjut dianalisa guna mendapatkan

sebuah keputusan .

Berikut ini akan ditampilkan

beberapa parameter angka, antara lain

selang kepercayaan o dan 1 serta to

untuk 1 dan to untuk o. Nilai

kepercayaan adalah 18,744 o

24,154 dan -7,691 1 -3,993.

To untuk 1 = -6,659 dan to untuk o

= 16,673. Nilai-nilai di atas

dimasukkan ke dalam tabel Anova,

seperti berikut ini :

Model Sum of Square Df Mean Squae F Sig

Regresion 29,429 1 24,429 44,337 0,000

Residual 7,301 11 0,664

Total 36,730 12

Dengan mengkombinasikan nilai-nilai

di atas maka didapatlah hasil akhir

untuk diambil sebuah keputusan yaitu

terdapat perbedaan yang signifikan

antara pemberian tegangan listrik

dengan tanpa pemberian tegangan

listrik.

Hal positif yang sangat

menguntungkan masyarakat adalah :

a) Tanaman mangga terhindari

dari berbagai hama, pohonnya

dapat segar kembali, berbuah

banyak serta berkualitas

sehingga harga jual meningkat.

b) Mendapatkan suatu metode

yang tepat, yaitu pemberantasan

hama mangga dengan

menggunakan arus listrik.

c) Menghasilkan suatu artikel

ilmiah yang terkait dengan

bidang yang dikaji

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan.

Ada beberapa kesimpulan

yang dapat dihasilkan

sehubungan dengan telah

selesainya penelitian ini :

a) Tanaman mangga terhindari

dari berbagai hama,

pohonnya dapat segar

kembali, berbuah banyak

Page 126: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

113

serta berkualitas sehingga

harga jual mening-kat.

b) Mendapatkan suatu metode

yang tepat, yaitu pemberan-

tasan hama mangga dengan

menggunakan arus listrik.

c) Menghasilkan suatu artikel

ilmiah yang terkait dengan

bidang yang dikaji

2. Saran

Saran dalam penelitian ini

adalah, menyangkut metode

yang dikem-bangkan agar dapat

diterapkan pada jenis tanaman

lain yang banyak terdapat di

kawasan Kabupaten Aceh

Selatan, misalnya: tanaman

pala, kelapa sawit dan coklat.

DAFTAR PUSTAKA

A. Halim, 2008. Kejut Listrik Bertegangan Rendah dapat Mematikan Ulat pada \

Tanaman Mangga : Wacana Kependidikan.

Anonymous (tt tahun). Pengenalan dan Pengendalian Hama dan Penyakit

Tanaman Mangga, (Online), (http://id.shvoong.com, diakses 5 Mei 2009).

Bappenas, 2000. Mangga,(Online), (http ://www.warintek,ristek.go.id, diakses 8

Maret 2009).

Hans Van Etten, 2008. Kejut Listrik Tingkatkan Khasiat Tanaman Obat, (Online),

http://kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.03.20214067&channel=I&mm=

53&idx=71.

Samsul Bahri, 2009. Pengaruh Arus Listrik Pada Tanaman Jeruk Nipis Dan Jeruk

Purut Dengan Menggunakan Tegangan Rendah : Wacana Kependidikan.

Yenni Tirtasari, 2009. Keju Listrik Pada Tanaman Mangga dapat Meningkatkan

Produksi Buahnya. Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan, Universitas

Abulyatama.

Zulkarnaini, 2009. Pemutusan Siklus Hama Pada Pokok Kelapa Dengan

Tegangan 220 Volt : Tasimak

Zulkarnaini, 2009. Pemberantasan Ulat dengan Mnggunakan Arus Listrik pada

Pokok Mangga : Tasimak.

Page 127: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

111

Learning English Over The Air – A case study of Nikoya Radio FM

Ema Dauyah, M.Ed.

ABSTRACT

The purpose of this study is to see whether an English radio program

would affect the participants’ achievement and also to find out whether there is a

correlation between the level of education and their achievement. There were 50

registered members of Nikoya English radio program taken as the sample of this

study. There are two instruments used in this study, a set of questionnaire

consisted of 6 open-ended and 5 close-ended questions, and a set of written test

consisted of reading comprehension, word spelling and structure. The data were

analyzed in some statistical procedure; using point biserial correlation. It was

found that the coefficient correlation was not statistically significant which means

that the higher the level of education they were in does not influence them to get

high achievement. Because of some other factors that might had influence the

result, such as the participants’ attention to follow the program actively (how

active they involved in the program), the frequency they attended the meeting

session, and even their motivation to follow the program by radio.

I. Introduction

1.1. Background of the Study

It is generally accepted that

English the international language has

dominated education all over the world.

Nowadays, many practicians have

developed a lot of English program.

They provide various activities that

hopefully motivate the student to

obtain ability to communicate in the

target language.

English over the radio or TV

seems to be increasing in numbers.

There are series of English programs

broadcasted over the television such as

“Belajar Bahasa Inggris” over TVRI,

and over the radio such as the Voice of

America (VOA), the British

Broadcasting Commission (BBC), and

the Australian Broadcasting

Commission (ABC). These program

are especially designed for people in

Indonesia. Nowadays, a radio station

in Banda Aceh also had designed such

an English program broadcasted by

Nikoya Radio, a local FM radio station.

The program was directed by a native

speaker of English, an American. In

addition, this program had an English

listeners’ club, a forum where the

instructor meets participants. So far,

there were 250 registered members

including males and females. These

members come from different level of

Page 128: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

112

education. Many of them are Junior

High School students, Senior High

School students, and College students.

The aim of the program was to

make the audience able to

communicate in the target language

and also have a good performance in

English achievement. The program

was aired regularly once a week for a

duration of two hours. In addition,

there was one special session every

month where the instructor of this

program directly met the members of

listeners’ club for a duration of about

two hours of each meeting.

The meeting session provided

communicative environment in which

the participants share the information

about anything that really happened

around them. They also required to

create the new topic and the

n they tried to make a

conversation about such a topic. For

example, sharing ideas about their

activities at school and talk about the

conditions of their country. To make

the participants interested in following

the course, several other activities were

added to improved their interest in

following the program, such as

language games and giving the

comment about love.

In addition to those formal

programs, occasionally they also had a

forum of informal activity. They

sometimes did a picnic and invited a

native speaker as a guest star. Usually,

the guest star was one of the

instructor’s friends. The guest star was

asked to talk about his/her feeling or

experience during his stay in this

country. Consequently, the participants

could improve their English and had

self-confidence to talk. During this

activity, they also talked anything

impromt to with the guest star or to

their instructor about anything thought

of were interested in.

During the conversation, the

instructor often corrected mistakes

made by the participants. For example,

during the conversation the participants

might say, “I want asking you?” The

instructor generally corrected such a

mistake immediately by saying “You

mean do you want to ask me?” which

the student corrects himself: “Yes, I

want to ask you?”

In order to make the

participants able to carried out

conversation, the instructor provided

the participants with conversation

book. The Conversation book was

made by the instructor herself that

contain of simple structure, idioms, and

daily conversations. The instructor

also corrected any mistakes on the air if

the participants sent her questions by

telephone or letters.

The result of this program, is

that the participants would have a

greater confidence when they spoke in

public and could improve their

performance in English without feeling

afraid to make any mistakes. Based on

the interviewer with the participants, it

was shown that their speaking style

was good with a greater self-

Page 129: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

113

confidence. And they also felt sure that

their English in school was better than

before.

What appears in writers’ mind

then is how far does the Nikoya

English program influence the

participants’ performance in their

English?

1.2. Problem of the Study

Based on such background, the

study would be focused on some

survey questions. First, it is legitimate

to ask whether such an English

program as aired by Nikoya radio

station would affect the Participants’

English achievement as measured by

constructed test. The second question

would deal with whether the

participants’ level of education might

have any influence on their English

achievement

1.3. Aim of the Study

The aim of this study are :

1. This study tries to find out the effect

of the English radio program on the

participants’ English achievement.

2. This study tries to see whether there

is any relationship between the

participants’ different level of

education with the participants’

English achievement dealing with

the English radio program.

3. This study also to fulfill partial

requirements to obtain the degree of

Sarjana Pendidikan (S1) at the

Faculty of Teacher Training and

Education, Syiah Kuala University.

1.4. Scope of the Study

It is necesssary to limit the

scope of this study in order to enable

the writer to study the problem much

deeper. Since the Nikoya FM Radio

listeners live in a wide range of area in

the province of Nanggroe Aceh

Darussalam, this survey study will be

limited to those registered club

members who the parts in once of the

club members’ monthly meeting.

II. RESEARCH METHODOLOGY

2.1.The Population and Sample

The population of the study was

all registered members of the Nikoya

English radio program. For this study,

the data were taken from the

participants who were attenting the

English club meeting. These members

came from different level of education

sample, such as Junior High School,

Senior High School, and College.

However, all the members of this

program had the same position as

learners although the level of their

education varied to some extent. On

that day, from two hundred and fifty

members, only fifty members attended

Page 130: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

114

the program that consisted of sixteen

males and thirty-four females. It

means that only twenty percent of the

registered members attended the

meeting.

a. Place and Time of the research

The Nikoya English radio

program Started from May 2002, The

English program was directed by a

native speaker, an American, who

carried out all the activities and

prepared materials for the program.

The program had two hundred and fifty

registered members. The test was

conducted on Monday, April 6, 2003,

at SMK 3 Banda Aceh, where the

monthly meeting was scheduled. There

were fifty participants; they were used

as the sample and subject of this study.

b. Instrument

In collecting the data, two kinds

of instruments were used. The first is

that one set of written test and the other

kind is a set of questionnaire. Since the

English radio program did not have any

guide book or text book to use, in this

case, the materials of the test mainly

dealt with reading-comprehension,

writing (word spelling) and structure.

Those three tests were used to measure

the participants’ achievement. Each

test was accompanied by an instruction

of what to do and how to answer the

questions.

The reading comprehension test

consisted of one reading text with five

items in the form of multiple choice

questions. The items number 1, 2, and

3 were about inference questions and

the items number 4 and 5 asked about

word meaning. The participants were

asked to choose the most suitable

answer among five options and then

put the choice in the blank provided.

Each correct answer would have 1

point. Since in this section there were

five items, so, the highest possible

score would be 5 point. The purpose of

this test was to see the participants’

ability in comprehending the

information of the text provided.

Another test was writing, it

specifically focused on word spelling.

There were ten sets of items. Each set

had five different words, labeled A, B,

C, D and E; some sets had misspelled.

The participants were required to

identify the misspell word among the

options by giving a cross. If the

participants correctly crossed the

misspell word in the set, their answer

considered was correct. Each correct

answer would be given 1 score. So, if

the participants answered all items

correctly, the highest possible score

would be 10. The purpose of this test

was to see the participants’ ability in

identifying the word spelling.

The last test was structure. This

test also consisted of ten-items in the

form of multiple choice questions. The

questions number 1-9 were about

subject-verb agreement and the rest

Page 131: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

115

was about noun-pronoun agreement.

The participants were asked to choose

one suitable answer among five options

by giving a cross. Each correct answer

would be given 1 score. So, the highest

possible score would be 10. This test

was used to see the participants’ ability

about subject verb and noun-pronoun

agreement.

In addition, a set of

questionnaire was prepared, asking

about the participants’ personal

characteristics and background in

learning English. There were eleven

questions. The questionnaire consisted

of two kinds, 6 open-ended and 5

cloze-ended questions. The open-

ended questions required the

participants to fill the blank with their

own answer or realities. Question

number six asked about non-formal

education. There were four options, 3

options were given with 3 choices,

such as, (1) English Course, (2)

Computer Course, (3) Electronics

Course, and the option number 4 was

blank, in this case, the participants

filled the option with their own choice

or answer. Such questions were asked

in order to know the reason why they

were interested in following the

program.

Before the participants did the

test, they were told to fill in the

questionnaire items. They had to finish

the questionnaire and the test in 60

minutes.

c. Process of Analysis

The data were analyzed by

using statistical procedures. The test

consisted of 25 items, each correct

answer would be given 1 score. It

means that if all the items were

answered correctly, the highest

possible score would be 25 and the

lowest would be 0 (zero). Later this

score would be considered as their

achievement of the program.

Further, the participants’ level

of education was compared with their

achievement in order to know whether

there is correlation between because

their level of education and their

achievement score. To find this, the

point biserial statistical procedures

were used because there were two

kinds of data, one continuous and one

categorical variable. The continuous

variabel was related to the achievement

score and categorical variable was

related to their level of education.

To know the type or the degree

of correlation between these two

variables, the table distribution was

used. The elements X and Y in the

table given for each variable,

representing of education and

achievement score and to make them

different respectively. Because there

were three level of education, it is

necessary to use different number. 1

was used to indicate Junior High

School, 2 to indicate Senior High

School, and 3 to indicate College.

Page 132: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

116

In analyzing the data, the step

suggested by Slavin (1984:199) was

used:

1. Compute the sum of each set

score ( , ).

2. Square each score and sum the

square ( , ).

3. Count the number of score in

each group (N).

4. Compute the Standard

Deviation for each group:

= =

5. Compute the scores products by

multiplying each X score by its

corresponding Y score and sum

the cross products ( Y).

6. Calculate the correlation as

follows:

rXY =

Where: rXY : The correlation score

: The sum of X (level of

education

: The sum of Y (achievement

score)

Sx : The standard deviation of

the X

Sy : The standard deviation

of the

N : The total number of

sample

III. RESULT AND DISCUSSION

This part consists of the result

and discussion of the study. The

purpose of the study is to see whether

the English radio program woul effect

the participants’ achievement as

measured by the test given. This study

also intends to find out whether there is

a correlation between the participants’

level of education and their

achievement score. The result of the

study will be summarized in the table

below and followed by the discussion.

(see table 1).

Page 133: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

117

Table 1. The Result of the Study

Level of education

N=50

Range Score

X

The frequency of participants under and above the mean

r

T

Under Above

1 9 3-10 6.11 2 7 0.17 1.39

2 9 7-12 9.22 2 7

3 32 1-14 8.56 12 20

Where : 1 = junior high school

2 = senior high school

3 = college

N = Sum of the participants

X = mean score

r = point biserial correlation

t = level of significance

The table shows that college

level participants in the study got the

highest score (14). However, they also

got the lowest score (1). Of the three

level participants, it appears that senior

high school participants had better

achievement; their scores range from 7-

12 or their mean score ( X ) = 9.22.

This is the highest among the three

levels.

From such achievement and

mean score on those three levels, senior

high school participants got better

score. It may be caused by the sum of

the participants of each level, junior

and senior high school were the same

(9) where college students were bigger

(32). It means that the English radio

program was dominated by the college

students. This sum, of course,

influences their mean score. In this

case college students got the highest

(14), because their sum was more than

other levels; consequently, the result of

their mean score is lower than senior

high school student.

The mean score of each level of

education shows that the mean score of

senior high school is the highest (9.22).

From 9 participants only 2 of them that

had score lower than the mean and the

rest, 7 participants, were above the

mean. It means that senior high school

student really understood the items in

the test, compared to the other levels.

This frequency is the same with the

junior high school participants although

their mean score is different (6.11).

Compared to the college students

whose mean score was 8.56, 12 out of

32 participants got score lower than the

mean and the rest, 20 participants, were

above. This result seems to be caused

by the number of participants in that

this level had more students than other

levels and also it may be caused by the

variety of their majors. In other words,

most of them were not from the

Page 134: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

118

English Department. It means that they

did not learn English as their major.

While junior and senior high schools

learn English actively in their school as

English is one of the subjects in the

school curriculum. The result is that

they could answer the item better than

the college level participants.

Page 135: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

119

In order to see how many students got on each

section of their test, 5 reading comprehension items,

10 word spelling items, 10 structure items, the

frequency distribution table is constructed below (see

Table 2 ).

Table 2 Students’ Score Distribution in Terms of the Level of Education

The table shows that, for reading

comprehension test, most of the participants of each

level got score zere (0). It happens because a school, a

private English course and an English radio program

do not focus on teaching reading about inference

questions but they only focus on teaching reading to

find the main idea. So, the participants in this case

did not have enough ability in answering the test

about inference questions. In other words, they were

had difficulties in comprehending the items given and

it made their score low. Only 1 participant of college

level had 4 points, she was from English departement,

in her study she learn about reading more deeper and

has been trained to make inference beside main idea.

Test Score

Reading Comp Word Spelling Structure

0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Junior high school 3 6 4 1 4 2 5 1 1

Senior high school 5 3 1 4 4 1 1 3 1 4

College 17

11

2 1 1 2 4 10

7 7 2 2 2 1 6 5 6 6 1 3

Page 136: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

120

Page 137: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

121

For word spelling test, all the

participants of each level seems to be

able to answer the items given. It

means that, no one of them got score

zero (0). Although, in this case, their

score was not too high because they did

not answer the question given, their

scores ranged between 2-6. It means

that the participants would be able to

identify the spelling of the word

provided. It may becaused the effect of

the English radio program that often

introduced new words and gave their

spelling, and also may be caused by the

background knowledge that

participants had at school and in the

English course.

The last test was structure.

English test, it seems that the

participants of its level could answer

the items. But from those three levels,

college students were better than the

other levels. It can be seen from the

table 2 that 3 out of 32 participants got

high score (9). It means that they could

not answer 1 item from those 10 items

given. The other groups of participants

also could answer the test given

although they did not get high score

like the three college participants. In

this case, their scores spread from 2-8.

Compared to those three section

of the test, it seems that the participants

in the study had good score in

structure. This result appears because

the English radio program, school and

private English course focused the

teaching on grammar to the students.

A correlation coefficient (r)

expresses the degree to which to

variable vary in the same (or opposite)

direction (Slavin, 1984). Further,

Slavin gives the coefficient correlation

that range from -1 to +1 as follows:

-1.0 -.8 -.6 -.4 -.2 0 +.2 +.4 +.6 +.8 +.10

When y is high no relationship When x is high

Y is low, and between x and y y is low and

Vice versa vice versa

To know whether there is a

correlation between participants’ level

of education and their achievement, the

point biserial correlation was calculated

and found that the coefficient (r) is

0.17. It indicates that there is no

correlation between their level of

education and their achievement

because it is found in the range of -.2 0

+.2

From the calculation, it was

found the coefficient correlation was

0,17. This means that the students

level of education and their

achievement were not correlated. In

other words, the achievement score that

Page 138: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

122

participants got was not influenced by

their level of education.

To see whether the coefficient

is significant or not, the coefficient

correlation was tested by finding t and

it was found to be 1.39, which is lower

than the t values in the table. This

means that it is not statistically

significant at 0.05. Therefore, the null

hypothesis is accepted in that their

achievement in the test was not

affected by their level of education. It

can be concluded that the level of

education of the participants does not

influence their achievemen. In other

words, the higher the level of education

they attended does not make them have

better achievement. Because there are

some other factors, that might have

influence the result, such as the

participants’ attention to follow the

program actively (how active they

involved in the program), the frequency

they attended the meeting session, and

even their motivation an interest to

follow the program by radio.

IV. CONCLUSIONS AND

SUGGESTIONS

Conclusions

From the result of the study,

some conclusions can be drawn as

follows:

1. The English radio program, to some

extent, has good effect on the

participants’ achievement.

2. The level of education of the

participants who follow the English

Radio Program does not affect their

achievement in the test.

Suggestions

There are many unknown

factors which may have influence the

participants’ achievement in relation

with the study. It could be offered

some suggestions concerning to the

English radio program by radio.

1. The English radio program should

be aired at about 2 times a week and

at the meeting section to as many as

possible.

2. The material provided in the

program should be suitable to the

members, because there are different

level of education and occupation.

Page 139: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

Jurnal Tasimak Vol. III, No.2, Juli 2012 ISSN 2086 - 8421

123

3. Add some other activities to make

the participants more interested in

following the program.

Page 140: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

124

BIBLIOGRAPHY

Brown, G. Frederick. (1981). Measuring Classroom Achievement. Canada.

Holt, Rinehart and Winston.

Brown, H. Douglas. (1987). Principles of Language Learning and Teaching.

Englewood Cliff, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Brown, James Dean. (1988). Understanding Research in Second Language

Learning. Cambridge: Cambridge University Press.

Changshum, Chen. (1992). “Using VOA English Program in the Classroom”.

English Teaching Forum, 30 Number 4, October.

Corria, Ignacio Lopez. (1999). “Motivating EFL Learners”. English Teaching

Forum. Volume 37 Number 2, April-June.

Dembo, H. Myron. (1991). Applying Educational Psycology in the Classroom.

Canada: Longman Publishing Group University.

Finocchiaro, Mary and Banomo, Michael. (1973). The Foreign Language

Learner: A Guide for Teachers. New York, Regent Publishing Company,

Inc.

Gronlund, E. Norman. (1987). Constructing Achievement Test. Englewood Cliff,

New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Head, W. Sidney. (1956). Broadcasting in America. Boston: Houghton Mifflin

Company.

Imhoof, Maurice. (1985). “Teaching English by Radio”. English Teaching

Forum. Volume 23, Number 3, July.

Koster, Gerald. (1994). “Breaking the News: Using CNN in the Classroom”.

English Teaching Forum. Volume 32, Number 1 January.

Lindgren, C. Henry. (1976). Educational Psychology in the Classroom. New

York. John Wily and Sons, Inc.

Long, Michael H and Porter, Patricia A. Group Work, Language Talk, and

Second Language Acquisition. TESOL QUATERLY Volume 19

Number 4, June 1985.

Page 141: VOLUME III, NO 2, JULI 2012 - eafm-indonesia.net · Penyelesaian Pelanggaran HAM di Aceh, Keharusan vs Hambatan Oleh Mariati B, S.H., M.Hum. ... potensinya yang besar dan cara menangkapnya

125

Measenner, Paul De. (2000). Here’s the News “A Radio News Manual” Unesco

Associate-Expert.

Slavin, E. Robert. (1984). Research Methods in Education. Englewood Cliff,

New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Silver, M. Steven. (1982). “Games for the Classroom and the English Speaking

Club”. English Teaching Forum. Volume 20, Number 2, April.

William, L. Dicks. (1984). “Using the Discussion Group Technique in the ESL

Conversation Class”. Englsih Teaching Forum. Volume 23, Number 4,

October.

Woolfolk, E. Anita. (1987). Educational Psychology. Englewood Cliff, New

Jersey: Prentice-Hall, Inc.

VOA. (2000). VOA GUIDE, Voice of America English Broadcast, Washington,

DC: World Wide Spring Summer.