VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 -...
-
Upload
phungthuan -
Category
Documents
-
view
236 -
download
5
Transcript of VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 -...
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Ipteks “New Media” Volume 8 Nomor 1 Agustus 2017 merupakan edisi keenambelas yang bertemakan “ Arsitektur, Desain Komunikasi Visual, Seni dan TeknologiInformatika.
Edisi ini ditulis oleh Sembilan penulis yang diawali dengan artikel dengan judulAnalisis Indikator Yang Paling Mempengaruhi Kesejahteraan Penduduk MenggunakanAlgoritma Apriori oleh Maya Cendana. Artikel kedua berjudul Peranan Triple HelixDalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Subsektor Arsitektur Dan Desain Interior olehNgurah Gede Dwi Mahadipta. Artikel ketiga berjudul Vague Memories Ida Bagus PutuPurwa Analisa Kreatif Dalam Bingkai Freud Dan Arnheim oleh Dewa Gede Purwita.Artikel keempat berjudul Komunikasi Estetik Film Animasi Kung Fu Panda 3 olehGede Pasek Putra Adnyana Yasa. Artikel kelima ditulis oleh Ni Wayan Nandaryanidengan judul Elemen-Elemen Iklan Televisi Xl Serba Seribu Versi Donat. Artikelkeenam berjudul Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Tambang BatuBara Di Pulau Kalimantan Dengan Metode AHP oleh Aldi Wiliar Wira Permana.Artikel ketujuh oleh Arif Setyo Pambudi dengan judul Sistem Penunjang KeputusanPenentuan Lokasi Pembangunan Supermarket Dengan Metode AHP. Artikel kedelapandengan judul Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Strategis PembangunanPerumahan Dengan Metode AHP oleh Aldi Riyanto. Dan artikel terakhir berjudulMacro Dunia Kecil Yang Diperbesar yang ditulis oleh I Putu Sinar Wijaya.
ISSN: 1693 - 313
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada New Media atas motivasi dan masukkannyauntuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika New Media ataskekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran guna kesempurnaanselanjutnya sangat kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitanjurnal ini dan para pembaca yang budiman, kami ucapkan terimakasih.
RedaksiAlamat Redaksi
NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459SMS Center: 0818663342 (NMEDIA) email: [email protected] website:
http://www.newmed.ac.id
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017
VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017Pelindung dan Penanggung Jawab :
Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom
Penasehat :Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA, Dipl.LMP
Ketua Dewan Redaksi :A. A. Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn
Mitra Bestari :Prof. Dr. Shane Greive (Architect and Urban Specialist, Curtin University of
Technology)
Dewan Editor :Ardina Susanti, S.T, MT.
Made Arini Hanindharputri, S.Sn.,M.Sn.Putu Astri Lestari, S.E.Ak.,M.M.
Desain Cover : I Komang Angga Maha Putra
Alamat Redaksi : NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459. SMS Center: 0818663342 Email: [email protected], website: http://www.newmed.ac.id
JURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun 2010 adalah wahana informasi di bidang ilmupengetahuan, teknologi informasi, ekonomi, bisnis, sinema, seni grafis dan arsitektur. Artikel berupa hasil penelitian, tulisan ilimahpopuler, studi kepustakaan, review buku maupun tulisan ilmia h terkait lainnya. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untukdimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali setahun yaitu September dan Maret. Naskah yang dimuat merupakanpandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubahsubstansi naskah.
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKNEW MEDIA
VOLUME 8 NOMOR 1 Agustus 2017
PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAHTATA TULIS NASKAH :1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer
(aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi.2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi
Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5
halaman.4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New
Romans 16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas(nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).
5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulisdan alamat email dibawah nama.
6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar katakunci (keyword) diletakkan setelah abstrak.
7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi.Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.
8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Romans 12 pt9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel
tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf
kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomordan judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan.
11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kakiyang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran hurufdalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).
12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasidiletakkan sebelum daftar pustaka.
13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannyaharus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota: penerbit. Judul dicetakmiring.
KETERANGAN UMUM :1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan
naskah bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria
yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulisnaskah untuk ditanggapi.
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 8 NOMOR 1 Agustus 2017
DAFTAR ISI
Analisis Indikator Yang Paling Mempengaruhi Kesejahteraan PendudukMenggunakan Algoritma AprioriMaya Cendana1, Denny Setia Putra2
1 - 10
Peranan Triple Helix Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif SubsektorArsitektur Dan Desain InteriorNgurah Gede Dwi Mahadipta
11 - 21
Vague Memories Ida Bagus Putu Purwa Analisa Kreatif Dalam BingkaiFreud Dan ArnheimDewa Gede Purwita
22 - 32
Komunikasi Estetik Film Animasi Kung Fu Panda 3Gede Pasek Putra Adnyana Yasa
33 - 47
Elemen-Elemen Iklan Televisi Xl Serba Seribu Versi DonatNi Wayan Nandaryani
48 - 59
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Tambang BatuBara Di Pulau Kalimantan Dengan Metode AHP1Aldi Wiliar Wira Permana, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro
60 - 68
Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Lokasi PembangunanSupermarket Dengan Metode AHP1Arif Setyo Pambudi, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,3Aldi Riyanto
69 - 77
ISSN: 1693 - 313
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Strategis PembangunanPerumahan Dengan Metode AHP1Aldi Riyanto,2Ketut Bayu Yogha Bintoro , 3Arif Setyo Pambudi
78 - 76
Macro Dunia Kecil Yang DiperbesarI Putu Sinar Wijaya
87 - 94
1 | P a g e
ANALISIS INDIKATOR YANG PALING MEMPENGARUHIKESEJAHTERAAN PENDUDUK MENGGUNAKAN
ALGORITMA APRIORI
Maya Cendana1, Denny Setia Putra2
Teknik Informatika, Universitas TrilogiJalan TMP Kalibata No. 1 Jakarta Selatan 12760
[email protected], [email protected]
Abstrak- Pendataan keluarga yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994 oleh BKKBNtelah menjadi parameter tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia. BKKBNmembaginya menjadi 5 tahapan, yaitu tahap Keluarga Prasejahtera, Keluarga SejahteraI, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus.POSDAYA sebagai forum silahturahmi di tingkat RW telah mengadopsi kelimatahapan ini untuk memberikan intervensi yang tepat bagi warganya.POSDAYA yangmenjadi studi kasus adalah POSDAYA Mawar di Kelurahan Setu, JakartaTimur.Terdapat 21 indikator pengukuran tingkat kesejahteraan keluarga. Dari semuaindikator yang ada akan dicari hubungan sehingga diperoleh hasil berupa indikator yangpaling kuat mempengaruhi indikator lainnya. Pengetahuan ini akan sangat bermanfaatdalam proses intervensi di tingkat RW maupun Kelurahan. Algoritma yang digunakanadalah algoritma apriori dengan nilai support 15% dan confidence 50%. Dari 100 datayang dianalisis, diperoleh bahwa pelaksanaan program KB merupakan indikator yangpaling mempengaruhi dan dapat dijadikan rujukan intervensi pertama di POSDAYAMawar.
Kata kunci: tahapan keluarga sejahtera, posdaya, algoritma apriori
PENDAHULUAN
Keluarga adalah benteng terakhir
pertahanan negara.Oleh karena itu,
peningkatan kesejahteraan sebuah negara
haruslah dimulai dari keluarga.Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) sejak tahun 1994
telah melaksanakan kegiatan pendataan
keluarga.Kegiatan ini didasarkan pada
Undang-undang No. 10 Tahun 1992
tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.
Pendataan keluarga ini akan
menghasilkan data dan informasi secara
mikro yang meliputi aspek demografi,
keluarga berencana, keluarga sejahtera
dan individu anggota keluarga [1].
Selain BKKBN, Yayasan
Damandiri yang memiliki kepedulian
dan komitmen tinggi dalam
pengembangan SDM melalui
pemberdayaan keluarga, dengan prioritas
pengentasan kemiskinan, menganjurkan
pembentukan Pos Pemberdayaan
Keluarga (POSDAYA) sebagai forum
silaturahmi yang dapat memunculkan
keberasamaan anggotanya untuk
melakukan aktivitas nyata dalam
gerakan pembangunan di lingkungan
pemukiman paling bawah, yaitu di
2 | P a g e
tingkat RT, RW, dukuh atau dusun.
Sampai akhir tahun 2014 telah terbentuk
44.571 POSDAYA yang tersebar secara
luas di lebih dari 300 kabupaten/kota di
25 provinsi Indonesia [2]. Salah satunya
adalah POSDAYA Mawar yang terletak
di RW 04 Kelurahan Setu, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur.Seiring
bertumbuhnya POSDAYA, maka mulai
tahun 2014 telah dilaksanakan Program
Pendataan dan Pemetaan
Keluarga.Program ini mengadopsi
Program BKKBN yang berfungsi untuk
membantu Pemerintah dalam
memberikan pendampingan ataupun
bantuan pemberdayaan.Oleh karena itu
pada bulan Maret 2015 telah
dilaksanakan program pendataan di
POSDAYA Mawar.Total data yang
diperoleh dari 10 RT tersebut adalah 992
data kepala keluarga. Melalui proses
pengolahan data menjadi pengetahuan
yang dikenal sebagai data mining,
terutama dengan menerapkan aturan
asosiasi, maka dapat diperoleh indikator
atau faktor utama yang paling
mempengaruhi tingkat kesejahteraan
keluarga di sebuah RW. Masing-masing
RW, lebih tepatnya dalam sebuah
keluarga, pasti memiliki banyak faktor
penunjang kehidupan. BKKBN
menyebutnya sebagai 21 indikator
tahapan keluarga sejahtera, seperti yang
ditunjukkan pada gambar
1.Keterhubungan antar faktor tersebut
selanjutnya dibuat hukum/aturan yang
dapat dijadikan patokan kebijakan dari
pengguna.
Gambar 1. Tahapan Keluarga Sejahtera [8]
Aturan asosiasi yang dihasilkan
adalah sebuah ekspresi implikasi yang
berbentuk X⇒Y, dimana X dan Y
merupakan disjoint items (X ∩ Y) = ∅.
Contohnya {Milk, Diaper} ⇒ {Beer},
artinya jika pelanggan membeli milk dan
diaper, maka akan membeli beer. Contoh
lainnya pada aplikasi berbasis web,
dimana kecenderungan seorang user
mengakses situs tertentu setelah situs
yang dia akses sebelumnya dapat
dijadikan patokan oleh perusahaan
dalam menawarkan produk ke user
tersebut. Kecenderungan user dapat
diketahui dari aktivitasnya menelusuri
dunia maya, misal setelah dia mengakses
situs A akan cendeerung mengakses situs
B, dan seterusnya [3][4].
3 | P a g e
Gambar 2. Proses KDD [3]
Sedangkan metrik yang diguna-
kan pada aturan asosiasi adalah Support
(s) dan Confidence (c).
Penelitian ini akan menggunakan
nilai support sebesar 15% dan
confidence sebesar 50%.
Algoritma apriori ini akan
diimplementasikan melalui tahapan-
tahapan yang ada di dalam proses KDD
(Knowledge Data Discovery) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.
Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai aturan asosiasi yang
diterapkan untuk pengolahan data
kependudukan pernah dilakukan oleh [5]
dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul
“Membangun Aturan Asosiasi
Menggunakan Algoritma Apriori
Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan
Kependudukan”, aturan apriori
digunakan untuk membuat aturan
kependudukan dengan menyusun
beberapa usulan atau masukan bagi
pemerintah dalam penanggulangan
kriminalitas.Metode asosiasi
diimplementasikan untuk mendapatkan
hubungan sebab-akibat yang ada pada
data kependudukan tersebut, terutama
untuk menemukan pola hubungan
kriminalitas dengan karakteristik
penduduk.Penelitian tersebut memiliki
123 atribut yang diuji dengan 2215 baris
data. Nilai confidence yang digunakan
lebih besar dari 70% karena tingkat
missing value sebesar 15% sehingga
menghasilkan 10 aturan asosiasi,
misalnya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan jumlah pekerja,
hubungan antara jenis pekerjaan dengan
pendapatan, dsb. Batasan tingkat
confidence berdampak pada akurasi dari
aturan asosiasi sebagai dasar dalam
membuat kebijakan sehubungan
kependudukan.Jika atributnya lebih
banyak, maka usulan yang bisa diajukan
kepada pemerintah juga semakin
bertambah.
Sedangkan penelitian [6] yang
berjudul “Penentuan Pola Yang Sering
Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Menggunakan Metode FP-Growth”
dibuat untuk mengatasi hambatan yang
diterima oleh penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan., yaitu
ketidaktepatan tim penilai dalam
memberikan penilaian kartu Jamkesmas
sesuai dengan kriteria yang telah
3 | P a g e
Gambar 2. Proses KDD [3]
Sedangkan metrik yang diguna-
kan pada aturan asosiasi adalah Support
(s) dan Confidence (c).
Penelitian ini akan menggunakan
nilai support sebesar 15% dan
confidence sebesar 50%.
Algoritma apriori ini akan
diimplementasikan melalui tahapan-
tahapan yang ada di dalam proses KDD
(Knowledge Data Discovery) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.
Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai aturan asosiasi yang
diterapkan untuk pengolahan data
kependudukan pernah dilakukan oleh [5]
dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul
“Membangun Aturan Asosiasi
Menggunakan Algoritma Apriori
Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan
Kependudukan”, aturan apriori
digunakan untuk membuat aturan
kependudukan dengan menyusun
beberapa usulan atau masukan bagi
pemerintah dalam penanggulangan
kriminalitas.Metode asosiasi
diimplementasikan untuk mendapatkan
hubungan sebab-akibat yang ada pada
data kependudukan tersebut, terutama
untuk menemukan pola hubungan
kriminalitas dengan karakteristik
penduduk.Penelitian tersebut memiliki
123 atribut yang diuji dengan 2215 baris
data. Nilai confidence yang digunakan
lebih besar dari 70% karena tingkat
missing value sebesar 15% sehingga
menghasilkan 10 aturan asosiasi,
misalnya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan jumlah pekerja,
hubungan antara jenis pekerjaan dengan
pendapatan, dsb. Batasan tingkat
confidence berdampak pada akurasi dari
aturan asosiasi sebagai dasar dalam
membuat kebijakan sehubungan
kependudukan.Jika atributnya lebih
banyak, maka usulan yang bisa diajukan
kepada pemerintah juga semakin
bertambah.
Sedangkan penelitian [6] yang
berjudul “Penentuan Pola Yang Sering
Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Menggunakan Metode FP-Growth”
dibuat untuk mengatasi hambatan yang
diterima oleh penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan., yaitu
ketidaktepatan tim penilai dalam
memberikan penilaian kartu Jamkesmas
sesuai dengan kriteria yang telah
3 | P a g e
Gambar 2. Proses KDD [3]
Sedangkan metrik yang diguna-
kan pada aturan asosiasi adalah Support
(s) dan Confidence (c).
Penelitian ini akan menggunakan
nilai support sebesar 15% dan
confidence sebesar 50%.
Algoritma apriori ini akan
diimplementasikan melalui tahapan-
tahapan yang ada di dalam proses KDD
(Knowledge Data Discovery) seperti
yang ditunjukkan pada gambar 2.
Tinjauan Pustaka
Penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai aturan asosiasi yang
diterapkan untuk pengolahan data
kependudukan pernah dilakukan oleh [5]
dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul
“Membangun Aturan Asosiasi
Menggunakan Algoritma Apriori
Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan
Kependudukan”, aturan apriori
digunakan untuk membuat aturan
kependudukan dengan menyusun
beberapa usulan atau masukan bagi
pemerintah dalam penanggulangan
kriminalitas.Metode asosiasi
diimplementasikan untuk mendapatkan
hubungan sebab-akibat yang ada pada
data kependudukan tersebut, terutama
untuk menemukan pola hubungan
kriminalitas dengan karakteristik
penduduk.Penelitian tersebut memiliki
123 atribut yang diuji dengan 2215 baris
data. Nilai confidence yang digunakan
lebih besar dari 70% karena tingkat
missing value sebesar 15% sehingga
menghasilkan 10 aturan asosiasi,
misalnya hubungan antara tingkat
pendidikan dengan jumlah pekerja,
hubungan antara jenis pekerjaan dengan
pendapatan, dsb. Batasan tingkat
confidence berdampak pada akurasi dari
aturan asosiasi sebagai dasar dalam
membuat kebijakan sehubungan
kependudukan.Jika atributnya lebih
banyak, maka usulan yang bisa diajukan
kepada pemerintah juga semakin
bertambah.
Sedangkan penelitian [6] yang
berjudul “Penentuan Pola Yang Sering
Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Menggunakan Metode FP-Growth”
dibuat untuk mengatasi hambatan yang
diterima oleh penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan., yaitu
ketidaktepatan tim penilai dalam
memberikan penilaian kartu Jamkesmas
sesuai dengan kriteria yang telah
4 | P a g e
ditentukan. Metode yang digunakan
adalah FP-Growth untuk menghasilkan
pola yang sering muncul, sehingga hasil
pola tersebut dapat digunakan sebagai
acuan atau sebagai data penunjang
pengambilan keputusan penerima kartu
Jamkesmas.Algoritma FP-Growth
merupakan pengembangan dari
algoritmo apriori, dan diharapkan dapat
memperbaiki algoritma apriori, namun
dalam penelitian [6] tidak dibandingkan
hasil yang diperoleh jika menggunakan
apriori.Penelitian tersebut menguji 181
baris data dan support yang digunakan
harus dibawah 50% agar dapat
menghasilkan pola penerima kartu
jamkesmas.Jumlah data yang digunakan
dapat mempengaruhi hasil pola yang
didapatkan.
Dari kedua penelitian tersebut,
maka penelitian ini juga akan
menentukan pola atau hubungan antar-
variabel yang menjadi indikator tahapan
keluarga sejahtera. Data yang digunakan
sejumlah 100 baris data dikarenakan
proses pembersihan data yang telah
dilakukan dan menggunakan 21
indikator/variabel. Pembersihan data ini
termasuk penghilangan missing value
dan nilai null.Hal ini tergantung pada
karakteristik data itu sendiri.
Penelitian ini mengambil data
dari POSDAYA Mawar, namun
BKKBN dalam [7] sudah menyediakan
data akhir jumlah kepala keluarga
menurut status tahapan keluarga
sejahtera.Data terbaru saat ini belum
dapat ditemukan.
BKKBN seperti yang ditulis
dalam [8] yang berjudul “Kependudukan
dan Keluarga Sejahtera”, membagi
kesejahteraan keluarga ke dalam 3
kebutuhan, yakni:
1. Kebutuhan dasar (basic needs) yang
terdiri dari variabel pangan, sandang,
papan dan kesehatan.
2. Kebutuhan sosial psikologis (social
psychological needs) yang terdiri
dari variabel pendidikan, rekreasi,
transportasi, interaksi sosial internal
dan eksternal.
3. Kebutuhanpengembangan
(developmentneeds) yang terdiri dari
variabel tabungan, pendidikan
khusus, akses terhadap informasi.
Berdasarkan acusan tersebut,
dikembangkan indikator keluarga
sejahtera yang dapat dilihat pada gambar
1.
Penelitian lainnya dengan topik
data mining yang berkaitan dengan
kependudukan sangat banyak seperti [9]
yang melakukan klasifikasi dengan
algoritma C4.5 untuk mengelompokkan
data kependudukan pada tingkatan
kesejahteraan keluarga, atau [10] yang
menggunakan Decision Tree dan Regresi
5 | P a g e
untuk klasifikasi prioritas kelompok
masyarakat yang dapat diberi bantuan,
juga [11] yang melakukan klastering
untuk menentukan kelompok prioritas
penerima bantuan bedah rumah di
Kecamatan Bahar Utara, Provinsi Jambi.
Dari banyaknya penelitian terkait
topik data mining dan kependudukan,
diharapkan penelitian sekarang yang
menekankan pada analisis hubungan
variabel yang mempengaruhi
kesejahteraan penduduk dengan
algoritma apriori dapat membantu
BKKBN, Pemerintah, khususnya di
lingkup terkecil yaitu POSDAYA
Mawar dapat memberikan intervensi
yang tepat, sehingga keluarga yang
berada pada Tahap Prasejahtera dan
Sejahtera I dapat meningkatkan taraf
hidupnya.
Metodologi Penelitian
Berdasarkan gambar 2, maka
penelitian ini menggunakan tahapan-
tahapan yang ada di dalam proses KDD
[3], yaitu:
1. Memahami domain aplikasi untuk
mengetahui dan menggali
pengetahuan awal serta sasaran
pengguna. Domain yang digunakan
adalah sample data kependudukan
keluarga yang berada di dalam
POSDAYA Mawar, yang terletak di
RW. 04, Kelurahan Setu, Kecamatan
Cipayung, Jakarta Timur.
2. Membuat target data-set yang
meliputi pemilihan data dan fokus
pada sub-set data.
3. Pembersihan dan transformasi data
meliputi eliminasi derau, outliers,
missing value serta pemilihan fitur
dan reduksi dimensi. Sample data
yang digunakan sebanyak 100 buah
dengan 21 variabel.
4. Penggunaan algoritma data mining
yang terdiri dari asosiasi, sekuensial,
klasifikasi, klasterisasi, dll. Dalam
tahapan ini, algoritma yang
digunakan adalah algorithm apriori
untuk melakuka asosiasi.
5. Interpretasi, evaluasi dan visualisasi
pola untuk melihat apakah ada
sesuatu yang baru dan menarik dan
dilakukan iterasi jika diperlukan.
Pengetahuan yang dihasilkan adalah
hubungan antar-variabel/indikator
yang mempengaruhi kesejahteraan
keluarga.
PEMBAHASAN
Seleksi Data
Data yang digunakan berasal dari
hasil wawancara dan observasi yang
telah dilakukan terhadap POSDAYA
Mawar yang terletak di RW 04,
Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung,
Jakarta Timur. Total data yang diperoleh
6 | P a g e
adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber
data manual dapat dilihat pada gambar 3.
Pra-pemrosesan Data
Dalam tahapan ini, dilakukan
pembersihan data.Sample hasil akhir dari
pembersihan data sehingga siap diolah
dapat dilihat pada gambar 4.
Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan
Proses Data Mining
Beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam mencari aturan asosiasi
dengan algoritma apriori adalah:
1. Menentukan jumlah itemset, nilai
support dan confidence.
2. Jumlah itemset dari 100 kepala
keluarga dapat dilihat pada gambar
5.
3. Pada pencarian itemset-1, dari 13
variable, sebanyak 9 variabel
memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},
{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan
{F}.
4. Pada pencarian itemset-2, terdapat
16 kombinasi yang memenuhi
syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},
{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},
{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},
{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan
{E,F}.
5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9
kombinasi yang memenuhi syarat,
yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},
{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},
{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}
6 | P a g e
adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber
data manual dapat dilihat pada gambar 3.
Pra-pemrosesan Data
Dalam tahapan ini, dilakukan
pembersihan data.Sample hasil akhir dari
pembersihan data sehingga siap diolah
dapat dilihat pada gambar 4.
Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan
Proses Data Mining
Beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam mencari aturan asosiasi
dengan algoritma apriori adalah:
1. Menentukan jumlah itemset, nilai
support dan confidence.
2. Jumlah itemset dari 100 kepala
keluarga dapat dilihat pada gambar
5.
3. Pada pencarian itemset-1, dari 13
variable, sebanyak 9 variabel
memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},
{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan
{F}.
4. Pada pencarian itemset-2, terdapat
16 kombinasi yang memenuhi
syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},
{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},
{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},
{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan
{E,F}.
5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9
kombinasi yang memenuhi syarat,
yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},
{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},
{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}
6 | P a g e
adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber
data manual dapat dilihat pada gambar 3.
Pra-pemrosesan Data
Dalam tahapan ini, dilakukan
pembersihan data.Sample hasil akhir dari
pembersihan data sehingga siap diolah
dapat dilihat pada gambar 4.
Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan
Proses Data Mining
Beberapa tahapan yang harus
dilalui dalam mencari aturan asosiasi
dengan algoritma apriori adalah:
1. Menentukan jumlah itemset, nilai
support dan confidence.
2. Jumlah itemset dari 100 kepala
keluarga dapat dilihat pada gambar
5.
3. Pada pencarian itemset-1, dari 13
variable, sebanyak 9 variabel
memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},
{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan
{F}.
4. Pada pencarian itemset-2, terdapat
16 kombinasi yang memenuhi
syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},
{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},
{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},
{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan
{E,F}.
5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9
kombinasi yang memenuhi syarat,
yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},
{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},
{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}
7 | P a g e
Tabel 2. Item set
Nilai support menunjukkan
besarnya permasalahan yang dihadapi
oleh kepala keluarga secara bersamaan
dari keseluruhan total transaksi,
misalnya jika nilai support sebesar 50%,
artinya bahwa keseluruhan dari total
transaksi kepala keluarga yang memiliki
permasalahan pasangan usia subur ingin
ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan
dan tidak ada anggota keluarga yang
aktif sebagai pengurus pengumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat
secara bersamaan adalah sebanyak 50%.
Sedangkan confidence
menunjuk-kan permasalahan yang pasti
dimilili oleh kepala keluarga apabila
sudah memiliki permasalahan tertentu
sebelumnya, misalnya jika nilai
confidence 50% berarti kepala keluarga
yang memiliki permasalahan pasangan
usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke
sarana kesehatan dan pasti juga memiliki
permasalahan tidak adanya anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
pengumpulan sosial/yayasan/ institusi
masyarakat secara bersamaan sebesar
50%.
Setelah melalui proses selesai
nilai support sebesar 15% dan
confidence 50%, maka hasil akhir aturan
asosiasi yang diperoleh dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.
Interpretasi dan Evaluasi
Dari data yang diperoleh maka
dapat ditemukan bahwa faktor yang
paling mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat di POSDAYA
Mawar yang dalam hal ini memenuhi
tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah
pelaksanaan program KB bagi pasangan
usia subur.
Aturan yang diperoleh adalah
sebagai berikut: Jika pasangan usia subur
ingin ber-KB tidak pergi ke sarana
kesehatan, maka tidak ada anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
7 | P a g e
Tabel 2. Item set
Nilai support menunjukkan
besarnya permasalahan yang dihadapi
oleh kepala keluarga secara bersamaan
dari keseluruhan total transaksi,
misalnya jika nilai support sebesar 50%,
artinya bahwa keseluruhan dari total
transaksi kepala keluarga yang memiliki
permasalahan pasangan usia subur ingin
ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan
dan tidak ada anggota keluarga yang
aktif sebagai pengurus pengumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat
secara bersamaan adalah sebanyak 50%.
Sedangkan confidence
menunjuk-kan permasalahan yang pasti
dimilili oleh kepala keluarga apabila
sudah memiliki permasalahan tertentu
sebelumnya, misalnya jika nilai
confidence 50% berarti kepala keluarga
yang memiliki permasalahan pasangan
usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke
sarana kesehatan dan pasti juga memiliki
permasalahan tidak adanya anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
pengumpulan sosial/yayasan/ institusi
masyarakat secara bersamaan sebesar
50%.
Setelah melalui proses selesai
nilai support sebesar 15% dan
confidence 50%, maka hasil akhir aturan
asosiasi yang diperoleh dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.
Interpretasi dan Evaluasi
Dari data yang diperoleh maka
dapat ditemukan bahwa faktor yang
paling mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat di POSDAYA
Mawar yang dalam hal ini memenuhi
tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah
pelaksanaan program KB bagi pasangan
usia subur.
Aturan yang diperoleh adalah
sebagai berikut: Jika pasangan usia subur
ingin ber-KB tidak pergi ke sarana
kesehatan, maka tidak ada anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
7 | P a g e
Tabel 2. Item set
Nilai support menunjukkan
besarnya permasalahan yang dihadapi
oleh kepala keluarga secara bersamaan
dari keseluruhan total transaksi,
misalnya jika nilai support sebesar 50%,
artinya bahwa keseluruhan dari total
transaksi kepala keluarga yang memiliki
permasalahan pasangan usia subur ingin
ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan
dan tidak ada anggota keluarga yang
aktif sebagai pengurus pengumpulan
sosial/yayasan/ institusi masyarakat
secara bersamaan adalah sebanyak 50%.
Sedangkan confidence
menunjuk-kan permasalahan yang pasti
dimilili oleh kepala keluarga apabila
sudah memiliki permasalahan tertentu
sebelumnya, misalnya jika nilai
confidence 50% berarti kepala keluarga
yang memiliki permasalahan pasangan
usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke
sarana kesehatan dan pasti juga memiliki
permasalahan tidak adanya anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
pengumpulan sosial/yayasan/ institusi
masyarakat secara bersamaan sebesar
50%.
Setelah melalui proses selesai
nilai support sebesar 15% dan
confidence 50%, maka hasil akhir aturan
asosiasi yang diperoleh dapat dilihat
pada gambar 6 dan gambar 7.
Interpretasi dan Evaluasi
Dari data yang diperoleh maka
dapat ditemukan bahwa faktor yang
paling mempengaruhi tingkat
kesejahteraan masyarakat di POSDAYA
Mawar yang dalam hal ini memenuhi
tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah
pelaksanaan program KB bagi pasangan
usia subur.
Aturan yang diperoleh adalah
sebagai berikut: Jika pasangan usia subur
ingin ber-KB tidak pergi ke sarana
kesehatan, maka tidak ada anggota
keluarga yang aktif sebagai pengurus
8 | P a g e
pengumpulan sosial/yayasan/institusi
masyarakat. Nilai support yang diperoleh
dalam aturan tersebut adalah 51% dan
nilai confidence sebesar 89,47%.
Aturan-aturan lain yang dihasilkan
sebanyak 18.
Jika nilai support menggunakan
20%, maka akan diperoleh 10 aturan
asosiasi.
Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel
Selain pasangan usia subur yang
ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan
yang merupakan faktor utama
peningkatan kesejahteraan keluarga,
maka beberapa intervensi yang dapat
diberikan kepada POSDAYA Mawar
adalah:
1. Memperluas lantai rumah sehingga
memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.
2. Setiap keluarga secara teratur
dengan sukarela memberikan
8 | P a g e
pengumpulan sosial/yayasan/institusi
masyarakat. Nilai support yang diperoleh
dalam aturan tersebut adalah 51% dan
nilai confidence sebesar 89,47%.
Aturan-aturan lain yang dihasilkan
sebanyak 18.
Jika nilai support menggunakan
20%, maka akan diperoleh 10 aturan
asosiasi.
Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel
Selain pasangan usia subur yang
ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan
yang merupakan faktor utama
peningkatan kesejahteraan keluarga,
maka beberapa intervensi yang dapat
diberikan kepada POSDAYA Mawar
adalah:
1. Memperluas lantai rumah sehingga
memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.
2. Setiap keluarga secara teratur
dengan sukarela memberikan
8 | P a g e
pengumpulan sosial/yayasan/institusi
masyarakat. Nilai support yang diperoleh
dalam aturan tersebut adalah 51% dan
nilai confidence sebesar 89,47%.
Aturan-aturan lain yang dihasilkan
sebanyak 18.
Jika nilai support menggunakan
20%, maka akan diperoleh 10 aturan
asosiasi.
Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel
Selain pasangan usia subur yang
ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan
yang merupakan faktor utama
peningkatan kesejahteraan keluarga,
maka beberapa intervensi yang dapat
diberikan kepada POSDAYA Mawar
adalah:
1. Memperluas lantai rumah sehingga
memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.
2. Setiap keluarga secara teratur
dengan sukarela memberikan
9 | P a g e
sumbangan materil untuk kegiatan
sosial
3. Pasangan usia subur dengan anak 2
atau lebihmenggunakan
alat/obat/kontrasepsi
Gambar 7. Aturan asosiasi 3 variabel
4. Semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah
PENUTUP
Kesimpulan yang diperoleh yaitu
bahwa 2 indikator yang terdapat dalam
tahapan Keluarga Sejahtera III Plus,
yaitu aktif sebagai pengurus masyarakat
dan kemampuan untuk memberikan
sumbangan materil secara teratur sangat
mempengaruhi keragaman data yang
dihasilkan.
Selanjutnya, hasil yang diperoleh
juga masih harus diolah lagi sesuai
dengan tahapan-tahapan kesejahteraan
masyarakat yang dikategorikan secara
berurutan.
Aturan asosiasi yang digunakan
sudah cukup memadai, namun saran
pengembangan selanjutnya adalah
penggunaan data yang lebih besar
sehingga semakin banyak data training
yang digunakan, hasil yang diperoleh
pun akan semakin akurat.
Apabila akan
mengimplementasikan program untuk
BKKBN, maka data input dapat
diperoleh dari Aplikasi BKKBN seperti
pada [7], sehingga pemerintah dapat
langsung memberikan intervensi yang
tepat bagi sebuah RW.
Daftar Pustaka
Aras, Z. dan Sarjono. 2016. AnalisisData Mining untuk menentukankelompok prioritas penerimabantuan bedah rumahmenggunakan metode clusteringk-Means (Studi Kasus: KantorKecamatan Bahar Utara). Vol. 1,No. 2, Jurnal Manajemen SistemInformasi.
Astuti, L.D. dan Haryanto, H., 2015,Metode Pohon KeputusanMenggunakan Algoritma C4.5untuk Pengelompokkan DataPenduduk pada TingkatanKesejahteraan Keluarga, Skripsi,Fakultas Ilmu KomputerUniversitas Dian Nusantara,Semarang.
Badan Kependudukan dan KeluargaPerencanaan Nasional DirektoratPelaporan dan Statistik. 2013.Profil Hasil Pendataan KeluargaTahun 2012, Jakarta.
Hermawati, F.A. 2013. Data Mining,Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Meilani, B.D. dan Azinar, A.W. 2015.Penentuan Pola yang SeringMuncul untuk Penerima KartuJaminan Kesehatan Masyarakat(JAMKESMAS) MenggunakanMetode FP-Growth, SeminarNasional Inovasi dalam Desaindan Teknologi, Surabaya.
Meilina, P. 2015. Penerapan DataMining dengan MetodeKlasifikasi MenggunakanDecision Tree dan Regresi,Vol.7, No. 1 Jurnal Teknologi,Universitas MuhammadiyahJakarta.
10 | P a g e
Sulianta, 2016. Membangun AturanAsosiasi MenggunakanAlgoritma Apriori sebagaiPertimbangan Membuat AturanKependudukan, SeminarNasional Telekomunikasi danInformatika, Bandung.
Sunarti, Elis, 2011, Kependudukan danKeluarga Sejahtera, InstitutPertanian Bogor, Bogor.
Yayasan Damandiri. 2015. PedomanPendataan dan PemetaanKeluarga dalam RangkaPemberdayaan MasyarakatMelalui Pos PemberdayaanKeluarga (POSDAYA), Jakarta.
Widodo, P.P., Handayanto, T.R., danHerlawati, 2013, PenerapanData Mining dengan Matlab,Bandung: Penerbit RekayasaSains.
Aplikasi BKKBN, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/MDKReports/KS/tabel93.aspx (Tanggal akses 20Desember 2016).
11 | P a g e
PERANAN TRIPLE HELIX DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI
KREATIF SUBSEKTOR ARSITEKTUR DAN DESAIN INTERIOR
Ngurah Gede Dwi Mahadipta
Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Perekonomian dunia selalu
berkembang dari waktu ke waktu dan
yang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa tahapan. Menurut Toffler
(1980) terdapat tiga tahapan
perkembangan ekonomi yaitu
gelombang ekonomi pertanian,
gelombang ekonomi industri, dan
gelombang ekonomi informasi.
Kemudian diprediksikan gelombang
berikutnya adalah gelombang ekonomi
kreatif yang berbasiskan pada ide dan
gagasan kreatif. Gelombang ekonomi
baru ini dapat dikatakan sebagai
gabungan berbagai aktivitas berkaitan
yang ide-idenya ditransformasikan ke
dalam barang dan jasa bernilai budaya,
dimana barang dan jasa tersebut
memiliki nlai yang ditentukan oleh
kekayaan intelektual (Restrepo dan
Marquez, 2015).
Ekonomi Kreatif sebenarnya
adalah wujud dari upaya mencari
pembangunan yang berkelanjutan
melalui kreativitas, yang mana
pembangunan berkelanjutan adalah
suatu iklim perekonomian yang berdaya
saing dan memiliki cadangan sumber
daya yang terbarukan (Departemen
Perdagangan RI, 2008). Dengan kata
lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi
dari semangat bertahan hidup yang
sangat penting bagi negara‐negara maju
dan juga menawarkanpeluang yang
sama untuk negara‐negara berkembang.
Menurut Howkins (2001) ekonomi
kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana
input dan outputnya adalah gagasan
atau dengan kata lain, esensi dari
kreativitas adalah gagasan.Pesan besar
yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah
pemanfaatan cadangan sumber daya
yang bukan hanya terbarukan, bahkan
takt erbatas, yaitu ide, talenta dank
reativitas.
Perpres Nomor 72 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang
Badan Ekonomi Kreatif telah
mengklasifikasi ulang sub-sektor
industri kreatif dari 14 sub-sektor
menjadi 16 sub-sektor, yaitu (1)
Arsitektur; (2) Desain Interior; (3)
Desain Komunikasi Visual; (4) Desain
Produk; (5) Film, Animasi, dan Video;
(6) Fotografi; (7) Kriya; (8) Kuliner; (9)
Musik; (10) Fashion; (11) Aplikasi dan
12 | P a g e
Game Developer; (12) Penerbitan; (13)
Periklanan; (14) Televisi dan Radio;
(15) Seni Pertunjukan; dan (16) Seni
Rupa. Penambahan subsektor kuliner
menjadi penting karena Indonesia
memiliki kekayaan dan warisan budaya
produk makanan yang khas dan dapat
menjadi keunggulan komparatif bagi
Indonesia.Berdasarkan data dari Badan
Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto
(PDB) ekonomi kreatif mengalami
pertumbuhan nilai tambah sebesar
4,38% atau sekitar 852,24 triliun pada
tahun 2015. Hal ini menunjukkan
bahwa ekonomi kreatif memiliki
potensi perkembangan yang baik
dimana ekonomi kratif memberikan
kontribusi sebesar 7,38% terhadap total
perekonomian nasional.Jika dilihat dari
beberapa subsektor, ekonomi kreatif
yang berbasiskan pada desain seperti
arsitektur, desain produk, desain interior
dan desain komunikasi visual
memberikan 2,76% kontribusi terhadap
PDB ekonomi kreatif. Jika dilihat dari
pertumbuhannya, subsektor desain
komunikasi visual mengalami
pertumbuhan paling pesat yaitu sebesar
10,28% dan subsektor arsitektur sebesar
6,62%.
Pertumbuhan dan kontribusi
yang cukup besar ekonomi kreatif yang
cukup besar ini menunjukkan bahwa
sektor ekonomi kreatif ini sangat
potensial bagi perekonomian nasional
dan memerlukan suatu usaha yang lebih
untuk semakin mempertahankan dan
meningkatkan capaian dari sektor
ekonomi kreatif ini. Usaha
pengembangan sektor ekonomi kreatif
ini khususnya subsektor desain dalam
hal ini arsitektur dan desain interior
yang dapat dikatakan masih satu
rumpun ilmu harus melibatkan beberapa
pihak yaitu pelaku usaha dan
cendikiawan, pemerintah dan swasta
(bisnis) yang dikenal dengan triple
helix. Ketiga elemen ini saling
mendukung dalam pengembangan
ekonomi kreatif khususnya subsektor
arsitektur dan desain. Peran pemerintah
sangat penting khususnya pada
pengembangan kelembagaan untuk
dapat terus meningkatkan subsektor
ekonomi kreatif di atas.
Tinjauan Teori
Menurut Howkins (2001),
ekonomi kreatif dapat diartikan sektor
ekonomi tentang bagaimana orang
menghasilkan uang dari ide. Secara
umum ekonomi kreatif didefinisikan
sebagai transaksi produk kreatif yang
memiliki kekayaan ekonomi atau
pelayanan yang dihasilkan dari
kreativitas dan memiliki nilai
ekonomi.Pengertian ekonomi kreatif
menurut Departemen Perdagangan RI
13 | P a g e
(2008) adalah ekonomi yang berasal
dari pemanfaatan kreativitas,
keterampilan serta bakat individu untuk
menciptakan kesejahteraan serta
lapangan pekerjaan melalui penciptaan
dan pemanfaatan daya kreasi dan daya
cipta individu kreatif. Ekonomi Kreatif
sebenarnya adalah wujud dari upaya
mencari pembangunan yang
berkelanjutan melalui kreativitas, yang
mana pembangunan berkelanjutan
adalah suatu iklim perekonomian yang
berdaya saing dan memiliki cadangan
sumber daya yang terbarukan
(Departemen Perdagangan RI, 2008).
Dengan kata lain, ekonomi kreatif
adalah manifestasi dari semangat
bertahan hidup yang sangat penting bagi
negara‐negara maju dan juga
menawarkanpeluang yang sama untuk
negara‐negara berkembang.
Sektor ekonomi kreatif di
Indonesia terdiri dari 16 subsektor
dimana terdapat empat subsektor pada
desain yaitu Arsitektur, Desain Interior,
Desain Komunikasi Visual, Desain
Produk. Subsektor Arsitektur dan
Desain Interior dapat dikatakan
memiliki akar yang sama karena
merupakan satu kesatuan dalam hal
perancangan suatu karya bangunan dan
gubahan ruang dalam. Menurut
Departemen Perdagangan RI (2007)
subsektor Arsitektur adalah kegiatan
kreatif yang berkaitan dengan jasa
desain bangunan, perencanaan biaya
konstruksi, konservasi bangunan
warisan, pengawasan konstruksi baik
secara menyeluruh dari level makro
(Town planning, urban design,
landscape architecture) sampai dengan
level mikro (detail konstruksi, misalnya:
arsitektur taman, desain interior).
Sedangkan subsektor Desain adalah
kegiatan kreatif yang terkait dengan
kreasi desain grafis, desain interior,
desain produk, desain industri,
konsultasi identitas perusahaan dan jasa
riset pemasaran serta produksi kemasan
dan jasa pengepakan.
Arsitektur
Definisi arsitektur secara umum
sangat luas dan sudah banyak
diungkapkan oleh para ahli dalam
bidang ilmu arsitektur itu sendiri.
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KLBI) 2015,
arsitektur adalah jasa konsultasi
arsitektur yang mencakup usaha seperti
desain bangunan, pengawasan
konstruksi, perencanaan kota dan
sebagainya. Menurut Ikatan Arsitek
Indonesia, arsitektur didefinisikan
sebagai wujud hasil penerapan ilmu,
teknologi dan seni secara utuh dalam
menggubah ruang dan lingkungan
14 | P a g e
binaan, sebagai bagian dari kebudayaan
dan peradaban manusia.
Dalam proses kerja di bidang
arsitektur terdapat rantai nilai yang
berperan dalah menciptakan nilai
tambah dari produk arsitektur berupa
hasil karya. Secara umum menurut
Pengembangan Industri Kreatif menuju
Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025,
rantai nilai dalam industri arsitektur
yaitu; (1)permintaan konsumen/
pengguna jasa; (2)pembuatan rancangan
arsitektur (proses kreasi dan produksi
gambar teknik); (3)pengiriman hasil
desain; (4)implementasi dan
pengawasan; dan (5)komersialisasi
(Departemen Perdagangan RI, 2008).
Jika mengacu pada jenis pekerja yang
terdapat dalam subsektor Arsitektur
adalah arsitek dan juru gambar.
Menurut Ikatan Arsitek Indonesia,
arsitek adalah ahli yang mampu
melakukan peran dalam proses kreatif
menuju terwujudnya tata ruang dan tata
massa guna memenuhi tata kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, dengan
dasar pendidikan tinggi arsitektur dan
memiliki kompetensi yang diakui sesuai
ketentuan Ikatan Arsitek Indonesia serta
melakukan praktek profesi.
Desain Interior
Pada awalnya Desain Interior
merupakan salah satu bagian dari
subsektor Desain dalam pengembangan
ekonomi kreatif di Indonesia. Dalam
perkembangannya Desain Interior
dinyatakan sebagai subsektor yang
berdiri sendiri. Menurut IIDA
(International Interior Designer
Association), desain interior adalah
profesi yang hasil karya atau solusi
kreatif dan teknikalnya diaplikasikan
pada suatu struktur dalam rangka
membuat suatu ruangan interior. Desain
interior adalah segala macam aktivitas
yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang berada di dalam dimensi ruang
dan dinding, jendela, pintu, dekorasi,
tekstur, pencahayaan, perabotan dan
funitur dalam rangka membangun ruang
yang optimal untuk penghuni bangunan
yang bersangkutan (Departemen
Perdagangan RI, 2008). Proses desain
dan rantai nilai dalam industri desain
interior tidak jauh berbeda dengan
industri arsitektur. Proses diawali
dengan tahap kreasi oleh perusahaan
interior ataupun desainer interior
independen berdasarkan pesanan dari
pengguna jasa atau klien. Pengguna jasa
disini dapat berupa perusahaan
kontraktor ataupun end user atau
pemilik bangunan pribadi.
Dalam perkembangannya
desainer interior memiliki spesialisasi
yang lebih khusus seperti desain hunian
(residential), komersial, hospitality,
15 | P a g e
kesehatan (health care) dan bangunan
formal (institutional building). Selain
itu desainer interior juga diatur oleh
pemerintah dalam bentuk regulasi,
dimana desainer interior harus memiliki
kompetensi dan memiliki sertifikat
keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi
profesi yang diakui oleh pemerintah
seperti HDII (Himpunan Desainer
Interior Indonesia).
PEMBAHASAN
Pengembangan sektor ekonomi
kreatif di Indonesia secara umum tidak
bisa dilepaskan dari pihak-pihak atau
actor penggerak yang saling
berhubungan dan melengkapi yaitu;
pelaku usaha kreatif dan cendikiawan,
bisnis (swasta) dan pemerintah atau
dikenal dengan istilah Triple Helixs.
Peranan pelaku usaha kreatif atau
cendikiawan disini adalah sebagai aktor
utama karena mereka adalah sumber
dari ide dan kreativitas yang merupakan
modal dasar dalam pengembangan
ekonomi kreatif. Selain itu peran
cendikiawan dalam hal ini para
ilmuwan atau akademisi dalam hal ini
adalah memperbanyak kurikulum
ataupun riset yang dapat menunjang
kreativitas dan orientasi kewirausahaan
(entrepreneurship) dalam dunia
pendidikan. Pihak swasta atau bisnis
disini sangat berperan dalam hal
komersialisasi atau pemasaran dari
produk-produk ekonomi kreatif. Di
samping itu peranan swasta dalam hal
ini juga adalah untuk membantu dari
segi permodalan, khususnya bagi pelaku
usaha kreatif baru atau start-up.
Sedangkan jika kita mengacu pada
peran pemerintah dalam pengembangan
ekonomi kreatif ini lebih banyak dapat
dilihat dari unsur kelembagaan, regulasi
dan berbagai usaha untuk meningkatkan
produktivitas ekonomi kreatif tersebut.
Arsitektur
Perkembangan industri
arsitektur di Indonesia semakin
meningkat yang dapat dilihat dari
pertumbuhannya yang sebesar 6,62%
ICT Advertising
Architecture R & D
Photography, Film & Video
Radio & TV Interactive Games
(2)
Fashion (4)
Art Market Performing Arts
Music Design
Publishing (3)
Culinary Crafts
(1)
GR
OW
TH
Hig
h
Low
High Low
SHARE
16 | P a g e
pada tahun 2015 dan menjadi subsektor
yang pertumbuhan tercepat setelah
subsektor desain komunikasi visual
(10,28%), music (6,26%) dan animasi
video (6,68%). Pertumbuhan yang pesat
ini juga dapat dilihat pertumbuhan dan
pangsa pasar industri arsitektur yang
tinggi bersama beberapa subsektor
ekonomi kreatif lainnya. Ketujuh
subsektor ekonomi kreatif teermasuk
arsitektur ini menjadi prioritas
pemerintah dalam pengembangan pada
tahun 2009-2014.
Dalam industri arsitektur yang
yang berbasiskan pada ide, kreativitas,
ilmu dan teknologi, peranan triple helix
sangat penting khususnya dalam
meningkatkan market share dan juga
penciptaan entrepreneur baru. Hal ini
mutlak dilakukan ketika melihat realita
di lapangan masih banyak terdapat
kendala-kendala dalam pengembangan
industri arsitektur, di samping potensi
dan kekuatan yang dimilikinya. Dari
segi human resourcesterdapat kendala
seperti lulusan sarjana arsitektur yang
berlimpah namun kurang disertai
dengan kemampuan praktis yang
memadai, sebaran arstitek masih lebih
terkonsentrasi di Ibukota, Jawa dan
Bali. Selain itu jangka waktu
pendidikan arsitektur yang terbatas juga
menjadi kelemahan tersendiri. Namun
jika dilihat dari potensi dan kekuatan,
industri arsitektur memiliki kelebihan
seperti ciri khas arsitketur nusantara
yang sudah diakui dunia dan range
aplikasi industri arsitektur yang cukup
luas (mikro dan makro). Dari sisi
industri kelemahan yang cukup terlihat
adalah kompetisi yang sangat ketat
terutama persaingan dengan arsitek
asing yang banyak berpraktek di
Indonesia. Selain itu ketergantungan
pada pemilik modal sebagai pengguna
jasa dan life cycle produk yang yang
panjang menjadi beberapa kelemahan
yang harus disikapi.
Menurut Pangestu (2008),
peranan triple helix cendikiawan, bisnis
dan pemerintah sangat penting dalam
pengembangan industri arsitekturseperti
pengembangan sumber daya insani
arsitek Indonesia meliputi hard skill dan
soft skill, memberikan kesempatan lebih
bagi arsitek lokal dalam pembangunan
fasilitas publik melalui sayembara
desain dan mewujudkan payung hukum
bagi profesi arsitek. Jika ditinjau dari
peranan cendikiawan atau akademisi
khususnya dikampus, peranan penting
yang dapat dilakukan adalah dengan
menyesuaikan kurikulum pendidikan
arsitektur sesuai dengan kebutuhan
pasar nasional dan internasional.
Pendidikan arsitektur di Indonesia
masih kurang dalam hal durasi waktu
jika dibandingkan dengan di luar negeri,
17 | P a g e
karena tamatan perguruan tinggi
arsitektur tidak serta merta menjadi
seorang arsitek profesional dan baru
sebatas sarjana arsitektur. Hal ini
sebenarnya sudah disikapi oleh
beberapa perguruan tinggi arsitektur
dengan membuka Pendidikan Profesi
Arsitek (PPArs) selama dua tahun
termasuk magang di biro arsitek untuk
melengkapi pendidikan arsitektur yang
didapat di perguruan tinggi. Selain itu
asosasi arsitek di Indonesia yang sudah
diakui secara nasional dan internasional
yaitu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)
yang juga anggota UIA (Union
Internationale des Architectes) dan
Arcasia (Architects Regional Council
Asia) juga memberikan pengembangan
keprofesian untuk memperoleh
sertifikat keahlian melalui penataran
kode etik dan program strata dan berhak
berpraktek profesi secara legal serta
berhak menggunakan inisial IAI di
belakang namanya. Anggota profesional
IAI juga berhak berpraktek lintas negara
(cross border practice) khususnya Asia
Tenggara dengan adanya Mutual
Recognition Arrengement (MRA)
dengan sertifikasi ASEAN Architect
(AA).
Dari segi bisnis, industri
arsitektur dalam hal ini memerlukan
adanya promosi terhadap arsitek-arsitek
lokal dan arsitek muda yang potensial
secara internasional. Promosi secara
internasional dapat dilakukan dengan
mengikuti sayembara-sayembara desain
yang banyak diadakan baik oleh swasta,
institusi atapun asosiasi profesi. Dengan
semakin banyaknya arsitek-arsitek lokal
yang mengikuti kompetisi dan
sayembara baik nasional ataupun
internasional serta dimuat di berbagai
media akan meningkatkan daya saing
dari arsitek dan meningkatkan selling
point yang ujungnya akan mengundang
konsumen. Sedangkan dari peran
pemerintah, industri arsitektur
memerlukan payung hukum dan
regulasi yang dapat melindungi profesi
arsitek dan perlindungan terhadap Hak
Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam hal
ini pemerintah khususnya lembaga
legislatif (DPR) sudah menanggapi dan
memproses Rancangan Undang-Undang
Arsitek yang masih dalam pembahasan
di Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) sebagai jawaban dari
kebutuhan arsitek akan payung hukum
untuk mengatur hak dan kewajiban
arsitek dalam berpraktek profesi. Selain
itu pemerintah juga menstimulasi agar
para arsitek yang berpraktek profesi
memperolah sertifikat keahlian sebagai
legalitas akan kompetensi yang
dimilikinya. Pemerintah membentuk
Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (LPJK) sebagai lembaga
18 | P a g e
resmi pemerintah yang bertugas
melakukan usaha-usaha pengembangan
jasa konstruksi termasuk pelatihan dan
sertifikasi tenaga konstruksi termasuk
arsitek dengan mengsinkronkan dengan
program asosiasi profesi.
Desain Interior
Keberadaan desain interior
dalam ekonomi kreatif di Indonesia
termasuk ke dalam subsektor desain
sampai kemudian berdasarkan Perpres
Nomor 72 Tahun 2015 berdiri menjadi
subsektor sendiri bersama subsektor
desain produk dan desain komunikasi
visual. Berdasarkan data Bekraf dan
BPS tahun 2016 tentang kontribusi PDB
ekonomi kreatif, subsektor desain
interior menyumbangkan sebanyak
0,16%. Sedangkan berdasarkan data
Pertumbuhan dan Pangsa Pasar
Subsektor Ekonomi Kreatif oleh Bekraf,
subsektor desain interior masih
termasuk subsektor yang pertumbuhan
dan pangsa pasarnya masih rendah. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal seperti
kurangnya pemahaman masyarakat
tentang profesi dan keilmuan desain
interior dan mengganggapnya bukan
merupakan sesuatu yang penting.
Dalam realita sering terjadi masyarakat
beranggapan desain interior hanyalah
sebatas mengatur furniture sehingga
tidak jarang penghargaan terhadap
profesionalisme masih sangat kurang,
seperti meminta jasa desain gratis. Hal
ini tentu sangat merugikan bagi industri
desain interior terutama desainer yang
harus menuangkan ide, kreativitas, ilmu
dan waktu dalam menyelesaikan suatu
hasil karya interior baik berupa gubahan
ruang dalam termasuk furniture,
aksesoris dan amenitis ruangan, tata
cahaya, tata udara dan tata suara.
Kelemahan lain yang terdapat dalam
industri desain interior adalah masih
kurangnya suplai desainer, kurangnya
wawasan manajerial dan kewirausahaan
desainer, industri desain interior
dianggap kurang sustainable dari segi
ekonomi dan banyaknya desainer asing
yang berpraktek di Indonesia. Selain itu
masih banyaknya pelanggaran hak cipta
dapat menghambat perkembangan
industri desain interior ini.
Menghadapi permasalahan-
permasalahan di atas memerlukan
adanya upaya yang optimal dari peran
triple helix dalam pengembangan
industri desain interior. Dari segi
cendikiawan, peranan perguruan tinggi
sebagai institusi pendidikan desain
interior adalah mencetak desainer
interior dengan kemampuan hard skill
dan soft skill yang dibutuhkan dunia
kerja. Perguruan tinggi desain interior
sekarang ini sudah yang berjenjang
sarjana atau S1. Hal ini berarti lulusan
19 | P a g e
perguruan tinggi desain interior tidak
hanya sebatas tenaga terampil namun
juga sebagai tenaga ahli yang
menguasai teori, konsep dan
keterampilan. Perguruan tinggi dalam
kurikulumnya juga diharapkan
menambah jumlah mata kuliah yang
menunjang aspek-aspek kewirausahaan
seperti Manajemen Proyek Interior,
Etika Profesi dan juga Kewirausahaan.
Dari segi bisnis promosi bisa
dilakukan oleh para desainer dengan
mengikuti kompetisi dan sayembara
yang diselenggarakan secara nasional
dan internasional. Keterlibatan desainer
dalam proyek-proyek berskala besar
juga dapat sebagai ajang promosi yang
efektif bagi para desainer. Peranan
asosiasi profesi dalam hal ini HDII
(Himpunan Desainer Interior Indonesia)
sebagai anggota IFI (Interaction
Federation of Interior Designer/
Architect) juga sangat penting,
diantaranya sebagai wadah komunikasi,
konsultasi dan koordinasi para anggota
(desainer), antar asosiasi profesi sejenis
baik di dalam dan di luar negeri dan
sebagai mitra kerja pemerintah dalam
mengembangkan serta meningkatkan
peranserta jasa konstruksi desain
interior dalam memberi kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia. HDII
juga berperan dalam melakukan
komunikasi dan koordinasi dengan
perguruan tinggi desain interior agar
terjadi kesinambungan antara dunia
pendidikan dan dunia kerja.
Peran pemerintah dalam
pengembangan industri desain
khususnya desain interior adalah
sebagai fasilitator dan juga regulator.
Dalam fasilitator, pemerintah dalam hal
ini LPJK mengadakan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga ahli dan tenaga
terampil bidang desain interior untuk
meningkatkan kompetensi para
desainer. Selain itu LPJK juga
berkoordinasi dengan asosiasi profesi
HDII dalam hal sertifikasi kompetensi
desainer interior. LPJK selaku lembaga
pemerintah dalam hal pengembangan
jasa konstruksi memiliki kewenangan
dalam mengatur sertifikasi semua
pelaku dan badan usaha berbagai
disiplin ilmu yang berkaitan dengan jasa
konstruksi. Hal ini sejalan dengan peran
pemerintah sebagai regulator sepeti
yang diamanatkan Undang-Undang No.
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
2000 tentang Usaha dan Peran
Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun
2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi.
20 | P a g e
SIMPULAN DAN SARAN
Perkembangan ekonomi kreatif
di Indonesia mengalami peningkatan
yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari
kontribusi ekonomi kreatif termasuk
subsektor arsitektur dan desain interior
sebesar 7,38% terhadap total
perekonomian nasional. Pertumbuhan
ekonomi kreatif subsektor arsitektur
yang termasuk empat besar
menunjukkan adanya gairah dan
akselerasi produktivitas dan munculnya
pelaku-pelaku usaha baru. Sejalan
dengan hal tersebut masih terdapat
beberapa hambatan-hambatan dalam
perkembangan ekonomi kreatif
khususnya subsektor arsitektur dan
desain interior yang dapat dilihat dari
masih kecilnya kontribusi PDB
ekonomi kreatif subsektor desain
interior.
Menyikapi hal ini diperlukan
adanya koordinasi dan keselarasan
antara komponen triple helix sebagai
aktor dan faktor penggerak ekonomi
kreatif khususnya subsektor arsitektur
dan desain interior. Peran cendikiawan
khususnya akademisi dan perguruan
tinggi adalah untuk menyelaraskan
kurikulum pendidikan agar sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja dan
berorientasi kewirausahaan. Unsur
bisnis lebih banyak berperan dalam
koordinasi dalam hal promosi baik
secara individu pelaku usaha kreatif
ataupun melalui organisasi profesi
melalui keiikutsertaan dalam berbagai
kompetisi untuk meningkatkan selling
point arsitek dan desainer interior.
Pemerintah dalam hal ini lebih berperan
sebagai fasilitator melalui LPJK yang
berkoordinasi dengan asosiasi profesi
dalam pendidikan, pelatihan dan
sertifikasi komptensi. Pemerintah juga
berperan sebagai regulator dalam
memberikan kebijakan dan payung
hukum untuk melindungi hak dan
kewajiban dari pelaku usaha keratif
dalam hal ini arsitek dan desainer
interior.
Daftar Pustaka
Badan Ekonomi Kreatif dan Badan
Pusat Statistik. 2016. Data dan
Hasil Survei Ekonomi Kreatif.
Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif.
Canadian Heritage. 2013. The Creatuve
Economy: Key Concepts and
Litereture Rivew Highlights.
Canada: Policy Research Group.
Departemen Perdagangan RI. 2008.
Pengembangan Industri Kreatif
Menuju Visi Ekonomi Kreatif
Indonesia 2025. Jakarta:
Departemen Perdagangan
Republik Indonesia.
Departemen Perdagangan RI. 2008.
Studi Industri Kreatif Indonesia.
Jakarta: Departemen
Perdagangan Republik
Indonesia.
21 | P a g e
Departemen Perdagangan RI. 2014.
Ekonomi Kreatif: Kekuatan
Baru Indonesia Menuju 2025.
Jakarta: Departemen
Perdagangan Republik
Indonesia.
Howkins, J. (2001). The Creative
Economy: How People Make
Money From Ideas. London,
UK: Penguin.
Pangestu, M.E. 2008. Hasil Konvensi
Pengembangan Ekonomi Kreatif
2009-2015. Naskah Lengkap
Pekan Produk Budaya Indonesia
2008. Jakarta 4 – 8 Juni.
Restrepo, F.B dan Marquez, I.D, 2015.
Orange Economy: Potensi
Kreativitas yang Tak Terbatas.
Jakarta: Noura Books.
Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif:
Ekonomi Baru Mengubah Ide
dan Menciptakan Peluang.
Jakarta : Salemba Empat.
22 | P a g e
VAGUE MEMORIES IDA BAGUS PUTU PURWAANALISA KREATIF DALAM BINGKAI FREUD DAN ARNHEIM
Dewa Gede PurwitaProgram Studi Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Vague Memories Ida Bagus Putu Purwa sebagai tajuk pameran tunggalnya di GriyaSantrian Gallery, Sanur, Bali menghadirkan sebelas karya lukis kontemporer. VagueMemories dipilih oleh Ida Bagus Putu Purwa karena mampu mewakili kegelisahaannyadalam kerja kreatif sekaligus mampu menampung gagasannya tentang visi perupanya.Karya yang dianalisa adalah karya dengan judul “Vague Memory” dan sekuel tiga panelkarya berjudul “Behind the Mask”, “Behind the Religion”, dan “Behind the Spirituality”memiliki tema sama yaitu mengkritisi sosio-kultural Bali maupun Indonesia. Dalam analisakreatif Ida Bagus Putu Purwa mempergunakan bingkai teori kreativitas dari Sigmund Freuddan Arnheim. Vague Memories dalam konteks ini dilihat dari sudut pandang psikoanalisisyang dalam pembahasannya mempergunakan dua teori psikolog seni tersebut. Realitasmerupakan kata kunci untuk masuk lebih dalam saat hendak membaca karya-karya IdaBagus Putu Purwa dalam periode gelap ini sehingga atmosfir kontemplatif sangat kentalterasa. Berpijak dari kondisi kejiwaan yang hadir atas kenangan yang samar, susahmembangkitkan kenangan-kenangan masa lalu hingga adanya kedekatan personal dengansosok perempuan berkembang menjadi wacana realitas. Hal inilah kemudian menjadipijakannya menghadirkan karya-karya dalam periode gelap yang kritis terhadap dirinyasendiri maupun kritis terhadap permasalahan sosio-kulturalnya.
Kata kunci: Vague Memories, Ida Bagus Putu Purwa, realitas, proses kreatif.
PROLOG SEBUAH REALITAS
Kita mulai mengingat sebagian-sebagian, lalu mulaimengasosiasikan beberapa haldengan hal-hal lainnya, hinggaakhirnya kita mulai membentukgagasan umum tentang hal-halitu… indra kita merupakan satu-satunya titik singgung langsungantara diri kita dan realitas di luardiri kita.1
Sebagaimana pernyataan John
Locke memandang sebuah realitas dalam
1 Magee, Brian. The Story of Philosophy (terj. MarcusWidodo, Hardono Hadi). Yogyakarta: Kanisius. 2008.
konteks ini adalah dunia kesenirupaan
menegaskan bahwa seniman mempunyai
daya nalar lebih melalui proses kreatifnya
sehingga mampu melahirkan karya-karya
seni sesuai kondisi kejiwaan maupun
keadaan sosial sekitarnya. Kepekaan
indra tersebut terlatih melalui proses
ulang-alik perenungan maupun interaksi
sosial antara seniman dengan masyarakat,
melalui kecerdasan kreatifnya itulah
seniman mempertautkan gejala, kondisi
23 | P a g e
sosial, simbol-simbol dan ideologi
seniman.
Ida Bagus Putu Purwa (Gus
Purwa) salah satu seniman atau dalam
bahasa populer kesenirupaan kini disebut
sebagai seorang perupa, mengetengahkan
wacana realitas melalui karya-karya
mutakhirnya yang dipamerkan dengan
tajuk “Vague Memories” di Griya
Santrian Gallery selama satu bulan dari
19 Mei hingga 19 Juni 2017. Dalam
jajaran karya yang terpajang pada dinding
galeri keseluruhan beraura kontemplatif,
realitas yang mengelebat sekaligus
mengganggu nalarnya sebagai pribadi
maupun realitas yang terjadi dalam
lingkungan sosialnya (Bali), hal ini
diketengahkan oleh Gus Purwa bukan
tanpa alasan maupun runutan peristiwa
jelas. Seperti sebuah ungkapan yang
kerap kali membayangi orang-orang yang
berprofesi atau menekuni dunia seni
(lukis, desain, patung, tari, karawitan,
teater,dan lainnya) bahwa hal yang paling
ditakuti oleh seniman adalah kematian
daya kreatif, jadi secara otomatis pikiran
seniman selalu tergerak untuk mencari
hingga menemukan suatu hal melalui
proses kreatif yang terus menerus. Inilah
kemudian menjadi daya inovasi artistik
sekaligus sebagai pendulum kreatif Ida
Bagus Putu Purwa.
Ida Bagus Putu Purwa memulai
mendasari karya-karya Vague Memories-
nya melalui proses kontemplatif. Ia
menyadari bahwa ada sebuah kekurangan
atau kejanggalan dalam dirinya, sebuah
gejala yang sangat sulit sekali mengingat
potongan-potongan kejadian di masa lalu
bahkan yang beberapa bulan telah terjadi,
hal ini berdampak pada keadaan
kejiwaannya melalui kecemasan yang
berlebih, ketakutan-ketakutan mulai
meneror, hingga kesakitan pikiran
berimbas pada kesakitan fisik. Nyatanya
ia tidak membiarkan teror tersebut terus
menggerogoti kehidupannya hingga jalan
yang dipilih adalah melakukan
perenungan. Serupa penyataan Hardiman
dalam tulisannya menyatakan pertama,
seniman berhadapan dengan sejumlah
rasa pada dirinya untuk mengungkapkan
potensi-potensi yang dimilikinya, kedua
ia berhadapan dengan lingkungan yang
telah mengkonstruksinya.2
Dalam tulisan ini, karya yang
dibahas adalah karya lukis “Vague
Memory” dan sekuel tiga karya “Behind
2 Tulisan Hardiman “Tentang Diri” adalah tulisankuratorialnya dalam pameran tunggal Nisak IndriKhayati. Lihat Hardiman. Eksplo(ra)si Tubuh: Esai-Esai Kuratorial Seni Rupa. Singaraja: Mahima InstituteIndonesi dan Widya Pataka. 2015. Hlm, 89.
24 | P a g e
the Mask”, “Behind the Spirituality”, dan
“Behind the Religion”. Kedua karya ini
dipilih dari sebelas karya karena dianggap
mampu mewakili wacana realitas dalam
maupun luar dari kehidupan Ida Bagus
Putu Purwa, lebih dari itu karya ini juga
dianggap mampu mewakili analisa kreatif
dari Freud dan Arheim mengenai proses
kreatif perupa dalam menciptakan karya
seni, tentu saja seni lukis seperti yang
akan dibahas.
Vague Memories menjadi menarik
karena memang dalam sebuah diskusi di
Studio Batako milik Ida Bagus Putu
Purwa dengan penulis, ia pernah
menceritakan perihal peliknya kehidupan
yang pernah dialaminya, bagaimana ia
kemudian mengamini masa sulitnya
hingga mampu melewati tahap demi
tahap. Berdasarkan atas peristiwa
teresebut kemudian nampaknya persoalan
ini selaras dengan riset psikoanalisa
Sigmund Freud tentang kreativitas dan
juga Arnheim yang menjelaskan tentang
persoalan kreatif yang muncul sebagai
ideologi seniman. Persoalan-persoalan
inilah kemudian mendasari penulis untuk
menuliskan lebih lanjut perihal karya-
karya Vague Memories Ida Bagus Putu
Purwa melalui gagasan tentang kreativitas
oleh Freud dan Arnheim yang tidak
terlepas dari kejadian atau latar belakang
seniman.
Kreativitas Oleh Freud Dan Arnheim
Dalam dunia kreativitas, Freud
maupun Arnheim menyumbangkan
pemikiran terhadap dunia seni rupa.
Dengan dasar teori psikoanalisis, Freud
berpendapat bahwa cara Leonardo da
Vinci melukis dipengaruhi oleh sejarah
pribadi sang seniman di masa kanak-
kanaknya (gejala Oedipus complex).
Sebaliknya Arnheim berpendapat bahwa
cara melukis tidak menyangkut masalah
kepribadian, tetapi lebih sebagai
ungkapan visi sang seniman. Tujuan
estetik seniman adalah menterjemahkan
apa yang ada di dalam pikiran ke dalam
bentuk nyata.3
Freud yakin bahwa semua seni
dan sastra merupakan hasil dari
sumblimasi terhadap dorongan libido.
Mimpi di siang hari bolong dan khayalan
adalah cara-cara menyibak dari
cengkraman prinsip realitas yang
membosankan. Para seniman dan penulis
sebenarnya membiarkan dirinya sendiri
untuk hidup dalam dunia khayal mereka,
sehingga dengan efektif menyibak prinsip
3 Damajanti, Irma. Psikologi Seni Sebuah Pengantar.Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. 2006. Hlm, 75.
25 | P a g e
realitas, lalu menggunakan fantasi mereka
secara kreatif.4
Rudolf Arnheim adalah seorang
ahli psikologi Gestalt. Teorinya tentang
kreativitas didasarkan pada hasil
penelitiannya terhadap proses penciptaan
lukisan “Guernica” karya Pablo Picasso
pada tahun 1962. Ia berpendapat bahwa
dalam berkreasi, seniman berjuang untuk
memecahkan masalah dengan
mengerahkan seluruh kesadaran dan
kemampuan intelektual yang mereka
miliki. Pemecahan masalah ini
melibatkan visual thingking, dan hasil
yang dicapai diarahkan oleh
pertimbangan bentuk dan keinginan yang
kuat untuk mengekspresikan suatu makna
yang khas. Bahwa setiap bentuk, garis
dan warna menjadi suatu simbol untuk
menerjemahkan hasratnya ke dalam
bentuk visual.5
4 Ibid, hlm. 97.5 Ibid, hlm. 74.
Gambar 1. Ida Bagus Putu Purwa saat jumpa perspameran tunggal Vague Memories di Griya
Santrian Gallery, 18 Mei 2017.Dokumen: Dewa Gede Purwita
Ida Bagus Putu Purwa ketika
berkarya dalam pembacaan penulis
menggabungkan kedua pemikiran
psikolog tersebut, selain menyuguhkan
atau menghadirkan karya-karya lukis
sarat akan tema yang kontemplatif, ia
juga hadir sebagai karya kritis. Kedua
unsur ini dikemas dalam karya-karya
mutakhir dalam periode capaian estetik
dengan perwujudan warna yang
cenderung gelap, permainan simbol-
simbol lokal, tujuannya adalah
mengkritisi realitas di dalam diri maupun
di luar dirinya. Dalam konteks kerja
kreatif Freud, relasi kreativitas Ida Bagus
Putu Purwa adalah membiarkan dirinya
larut dalam persoalannya, menikmati
ragam rasa yang hadir ketika ia berada
dalam kondisi vague memory hingga
menemukan visual-visual dalam ruang
26 | P a g e
khayalnya yang mampu mewakili ide-
idenya sekaligus dapat menyembuhkan
depresinya. Dalam konteks kerja kreatif
Arnheim, Ida Bagus Putu Purwa secara
sadar setelah proses kontemplatif yang
dilalui sebagai fondasi visual thinking
ternyata menghadirkan karya-karya yang
kritis terhadap persoalan dirinya sekaligus
juga berkembang dengan kritis
menanggapi kondisi sosio-kulturalnya.
VAGUE MEMORIES
Anna Notrh dalam artikelnya
menyatakan bahwa “vague memory may
be linked to depression”6 mengenai
kondisi kejiwaan ketika pikiran manusia
yang sangat susah membangun kembali
kenangan-kenangan masa lampaunya
serupa dengan sebuah kondisi depresi,
kekalutan pikiran sehingga proses
memunculkan kenangan itu sangat sulit.
Beberapa hal yang mendasari gejala
kejiwaan ini adalah adanya individu
manusia yang memiliki masa-masa sulit
atau dalam masa anak-anaknya memiliki
pengalaman traumatik terhadap sesuatu
hal terkadang memiliki ingatan maupun
kenangan yang terbatas. Dalam perspektif
psikoanalisa salah satu alasannya adalah
kemungkinan memori di otak manusia
6 Lihat artikel Anna North tentang vague memory dalamJezebel.com
tersebut secara tidak sadar dipotong
karena individu manusia secara psikologi
belum siap menerima kejadian dalam
masa-masa sulit. Walaupun terkadang
sebagian ingatan samar diketahui, coba
dibangkitkan lagi, menerawang dalam
ketidakjelasan titik temu, akan tetapi itu
sangatlah menyakitkan. Jadi tidak salah
ketika Anna North mengaitkan kondisi
Vague Memory dengan keadaan depresi
seseorang.7
Jika ditilik dari potongan biografi
estetiknya di awal tahun 2013 ia memulai
study tentang drawing di atas media
kertas, hingga berkembang dengan
pengolahan charcoal dan cat minyak.
Tahap ini Gus Purwa menembus batas-
batas terminology drawing yang pada
kemunculannya selalu diidentikan dengan
menggambar dan dinomor-duakan dalam
dunia seni lukis. Drawing dalam konteks
pergulatan kreatif Gus Purwa hadir bukan
hanya sebagai garis-garis estetik namun
lebih dari itu, ia hadir sebagai narasi yang
mewakili ide dan gagasan seniman.
Pernyataan menarik dikemukakan oleh
Hardiman perihal drawing dan painting,
7 Beberapa tulisan ini dikutip dari tulisan saya (DewaGede Purwita) yang dikembangkan lagi, untuk lebihjelasnya, tulisan kuratorial pameran “Vague Memories”Ida Bagus Putu Purwa dapat dilihat di KatalogPamerannya di Griya Santrian Gallery yang dikuratorioleh I Made Susanta Dwitanaya, dan Novita RiatnoMaria, dan sebagai penulis adalah Dewa Gede Purwita.2017.
27 | P a g e
dengan jelas menyebutkan adanya
peristiwa ulang-alik dalam kedua proses
tersebut, drawing dalam tradisi melukis
maupun lukisan dalam tradisi drawing.8
Capaian karya pada masa ini saya frame
dengan dark period atau periode gelap.
Gambar 2. Vague Memory - 200 x 300 cm -Charcoal & oil on canvas – 2016Dokumen: Dewa Gede Purwita
Latar belakang terciptanya karya
ini dapat dirujuk kepada kondisi diri
personal perupa, sebuah gejala depresi
akibat dari realitas yang tengah atau telah
dilewati. Dalam wawancara, Ida Bagus
Putu Purwa menyatakan ketidaknyaman
dirinya pernah melalui masa-masa sulit
dalam diri interenya. ia mengalami
kesulitan mengingat potongan ingatan
masa lampaunya dan bahkan kejadian
beberapa bulan belakangan juga,
ihwalnya adalah ia mencoba untuk
menyelami pola pikir seseorang, mencoba
8 Tentang drawing dalam bahasan Hardiman, lihatkatalog “Painting & Drawing: Works by tencontemporary masters”. Kendra Gallery. 2008.
menerobos batas-batas dirinya dan tanpa
sadar ia yang tengah larut tersebut
kehilangan daya ingatan membangkitkan
memori dirinya sendiri. Kejadian ini
berlarut-larut sehingga menyebabkan
kecemasan berkepanjangan.
Karya lukis potret diri Gus Purwa
disesaki oleh latar tengkorak manusia,
tone warna gelap dengan aksen merah tua
mengarah warna magenta. Potret diri
dalam karya ini jelas merujuk kepada
dirinya, pun bagi setiap orang. Potret diri
yang disesaki latar tengkorang, berjajar
dibelakang figur, jika menghayati dengan
sungguh, karya ini tergolong sebuah
karya yang meneror namun dibalut
dengan sentuhan estetik serupa estetika
romantisme sehingga audiens tidak
merasakan efek kengerian dengan cepat
akan tetapi perlahan menyusup kedalam
diri. Dapat dibaca dengan jelas sebuah
kecemasan akan kematian itu tersamar
atau justru sengaja disamarkan dalam
ingatan tiap manusia. dalam karya ini
perupa seolah mengajukan pertanyaan
yang filosofis, mengapa mencemaskan
kematian padahal semua yang ada di
dunia tidak abadi? Tipikal manusia boleh
jadi sengaja mengaburkan segala ingatan
atau memori tentang jalan akhir tersebut
karena diburu kecemasan, padahal kita
28 | P a g e
tahu semua akan menuju kepada sebuah
ketiadaan. Sering kali teks-teks agama
apapun itu memberikan pencerahan
melalui kalimat-kalimat penentram jiwa
akan tetapi siapakah yang mampu
melawan kecemasan akan kematian?
Karya ini mau tidak mau menjadi
filosofis.
Deretan tiga panel karya lukis di
sebelah utara dinding galeri memajang
karya Ida Bagus Putu Purwa yang kritis
terhadap realitas sosio-kultural, dalam hal
ini pendapat Arheim tentang visi seniman
saat menghasilkan karya seni. Tiga panel
ini menjadi kritik terhadap realitas
religius manusia Bali kini, secara umum
juga Indonesia yang belakangan isunya
kian panas, adalah “Behind the Mask”,
“Behind the Religion”, dan “Behind the
Spirituality”. Pada umumnya tiga panel
ini menunjukan ikonik spiritual yaitu
topeng, topeng yang dihadirkan adalah
topeng-topeng yang dalam kepercayaan
Bali memiliki nilai magis dan disungkemi
bersama sebagai sungsungan yaitu
Barong Bangkal, Rangda, Rarung,
background lukisan tersamar dihadirkan
gambaran relief-relief erotis yang
mengasosiasi terhadap pikiran yang liar,
tidak terbatas. Kalimat-kalimat pendek
berwarna merah yang ditulis di depan
objek menyatakan sebuah ketegasan
realitas tersebut di masa kini.
Gambar 3. Behind the Mask - 200 x 150cm -Charcoal & oil on canvas – 2016Dokumen: Dewa Gede Purwita
Karya ini merupakan satu tematik
dari dua karya lainnya yaitu Behind the
Religion dan Behind Spirituality. Selain
visual konten karya pun serupa,
mengkritisi sosio-kultural di Bali, masa
kini. Figur manusia dengan topeng
Barong Bangkal (babi hutan) sebagai
identitasnya. Bagaimanapun juga karya
ini menjadi kritis terhadap lingkungan
sekitar kita dan di Bali khususnya,
fenomena fashion spiritual begitu kira-
kira. Topeng dalam konteks ini sebagai
penutup wajah mengidentifikasikan
penutupan jati diri, berkilah di balik
29 | P a g e
kesakralan padahal latar belakangnya
tidak sejalan dengan fashion yang ia
pergunakan, apakah spiritualitas kini
hanyalah aksesoris belaka? Pertanyaan
kritis ini mewakili visi Ida Bagus Putu
Purwa bahwa kejujuran dalam kehidupan
juga dalam berkarya merupakan modal
seniman sebagai manusia biasa,
sedangkan realitasnya disimbolkan oleh
fenomena berkilah dari pikiran kotor
dengan figur mempergunakan topeng,
bukankah itu sebuah kamuflase.
Gambar 4. Behind the Religion - 200 x 180cm -Charcoal & oil on canvas – 2017Dokumen: Dewa Gede Purwita
Seri kedua dari karya tematik
topeng ini tidak jauh beda dengan dua
karya lainnya yaitu Behind the Mask dan
Behind the Spirituality. Beberapa tahun
belakangan fenomena menguatnya ajaran
agama yang melembaga mengharuskan
juga sedini mungkin mengajari anak-anak
tentang pemelukan kepercayaan, padahal
jika ditarik kebelakang khususnya Bali
pola pengasuhan ini sudah ada sejak dulu
yang dikenal melalui maguru sisya
maupun Buddha kula. Tradisi ini
kemudian diberangus oleh lembaga
formal keagamaan dan masuk ke
kurikulum tentu saja dengan pengebirian
disana-sini. Mungkin jadi hal inilah yang
menyebabkan kini kelatahan akan
gampangnya kita menyebutkan satu demi
satu secara hafal mengenai idiom-idiom
agama tidak berbanding lurus dengan
bagaimana cara kita memahami. Alih-alih
mempergunakan agama untuk
mempercantik wajah nyatanya ia menjadi
menyeramkan secara psikis. Erotisme
dalam latar belakang menunjukan hasrat
manusia yang tidak akan pernah padam
akan sebuah ikatan, seperti ungkapan
terkenal Karl Marx bahwa agama adalah
candu masyarakat.
30 | P a g e
Gambar 5. Behind the Spirituality - 200 x 150cm- Charcoal & oil on canvas – 2017
Dokumen: Dewa Gede Purwita
Karya ini adalah seri ketiga
tematik topeng Gus Purwa, topeng rangda
merah yang dalam idiom dunia literasi
Bali sebagai Kalika. Ditengah kehidupan
sosio-kulturalnya, manusia Bali dihadapi
oleh dua posisi, satu sisi laku spiritual
personal yang seharusnya menjadi
konsumsi diri sendiri dan di sisi lain laku
spiritual komunal yang membaur dalam
lingkup adat-istiadat. Keduanya serupa
namun memiliki batasnya masing-
masing. Fenomenanya, kini laku spiritual
personal yang harusnya menjadi
konsumsi diri sendiri justru meluber
menjadi konsumsi publik, apakah ini
sebuah gejala pudarnya suntuk pemujaan
sang setia? Sejalan dengan karya Behind
the Mask dan Behind the Religion, apakah
spiritualitas itu hanyalah sebuah fashion
mentereng bagai berlian yang harus di
pamerkan padahal perilaku kita masih
diikat material?
Sekuel karya ini menunjukan
pikiran kritis Ida Bagus Putu Purwa
dalam menanggapi realita sosio-kultural
yang berkembang, ia notabena hidup
ditengah-tengah masyarakat Desa Sanur
yang dikenal dengan spiritualitas di
bidang sastra dan rupa melihat pergeseran
nilai-nilai spiritual yang kian hari-kian
mencari kulitnya, bukan esensinya. Selain
sebagai pelaku dalam dunia ritual ia juga
sebagai pengamat. Melaui jalur
kesenirupaanlah ia menghadirkan daya
kritis seorang perupa dengan
mempertanyakan sekaligus memahami
dirinya sendiri ditengah gempuran
globalisasi yang amat seksi dimata
masyarakat. Itulah sebuah jalur
kontemplatif Ida Bagus Putu Purwa.
31 | P a g e
Gambar 6. Suasana Pembukaan Pameran “VagueMemories” Ida Bagus Putu Purwa di Griya
Santrian Gallery, 19 Mei 2017.Dokumen: Dewa Gede Purwita
KESIMPULAN
Kerja kreatif sesungguhnya sangat
menarik untuk dibahas karena berhadapan
dengan ragam olehan fantasi seniman,
Freud dan Arheim merumuskan dengan
jelas mengenai hal tersebut bahwa adanya
latar belakang sejarah seniman dalam
muatan karya-karyanya sekaligus adanya
visi sang seniman dalam mengkritisi
lingkungan sosio-kulturalnya. Ida Bagus
Putu Purwa hanya salah satu dari sekian
banyak perupa yang melakukan proses
kerja kreatif ini namun, tentang Vague
Memories tentu saja memberikan sebuah
gambaran tentang bagaimana seseorang
harus berjuang dalam permasalahan-
permasalahan di dalam maupun di luar
dirinya. Terlebih memilih jalan sebagai
seorang perupa yang tinggal di Bali
dengan riuhnya acara adat, tidaklah
mudah untuk membagi pikiran agar tetap
mampu bertahan dan berkembang dalam
laju cepat globalisasi.
Ida Bagus Putu Purwa mampu mereduksi
pemikiran-pemikirannya dari proses
melonjaknya kecemasan, kekawatiran,
ketakukan, kesakitan hingga jalur
kontemplasi sadar. Vague Memories
merupakan bahasa ungkapnya yang
menandai Dark Periode, keberlanjutan
dari periode-periode gerak ekspresif yang
kini tersublimasi dalam ruang fantasi
pikiran yang dinamis.
Daftar Pustaka
Anna North. “vague memory” (artikelinternet). Jezebel.com
Damajanti, Irma. Psikologi Seni SebuahPengantar. Bandung: PT. KiblatBuku Utama. 2006.
Hardiman. Eksplo(ra)si Tubuh: Esai-EsaiKuratorial Seni Rupa. Singaraja:Mahima Institute Indonesi danWidya Pataka. 2015.
________. “Painting & Drawing: Worksby ten contemporary masters”.Kendra Gallery. 2008.
Magee, Brian. The Story of Philosophy(terj. Marcus Widodo, HardonoHadi). Yogyakarta: Kanisius.2008.
Purwita, Dewa Gede. “Vague Memory:Ruang Antara Ingatan MasaLampau dan Realitas” (katalogpameran Vague Memories IdaBagus Putu Purwa). Sanur: GriyaSantrian Gallery. 2017.
32 | P a g e
__________________. “MengolahTubuh-tubuh Estetik di AtasKertas” (artikel SarasvatiMagazine). Edisi Mei. 2015.
33 | P a g e
KOMUNIKASI ESTETIK FILM ANIMASI KUNG FU PANDA 3
Gede Pasek Putra Adnyana YasaProgram Studi Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali
Email: [email protected]
ABSTRAK
Komunikasi merupakan suatu proses menciptakan dan menggunakan informasi antaraseseorang atau lebih agar dapat terhubung dengan orang lain. Oleh karenanya,komunikasi dapat hadir dimana-mana. Tidak terkecuali dalam dunia seni maupundesain. Begitu juga pada peristiwa estetik dari karya seni maupun desain. Salah satunyadari karya seni itu adalah film animasi, yang dalam hal ini adalah film animasi Kung FuPanda 3. Kung Fu Panda 3merupakan film animasi yang dibuatdengan teknik 3dimensi, dan merupakan film animasi lanjutan dari film aninasi Kung Fu Pandayangtelah sukses sebelumnya menguasai pasar dunia. Film animasi Kung Fu Panda 3merupakan produksi salah satu studio terbaik yaitu Dreamworks. Artikel ini membahastentang komunikasi yang terdapat pada wilayah estetik dari film animasi Kung FuPanda 3. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif, data dianalisisdengan deskriptif kualitatif dan interpretatif. Hasil kajian menunjukkan bahwakomunkasi yang dikonstruksi antara karya seni dengan penonton/audiens terdapat padawilayah estetik sehingga dapat menciptakan rasa indah dan menarik kepadapenontonnya.
Kata kunci : Komunikasi, Estetik, Film Animasi, Kung Fu Panda 3
ABSTRACT
Communication is a process of creating and using information between a person ormore in order to connect to others. Therefore, communication can be presentedeverywhere. No exception in the world of art and design. So that is the aesthetic eventsof art and design. One of them is the animated film, which is in this case, the animatedKung Fu Panda 3 movie. Kung Fu Panda 3 is an animated movie made with 3-dimensional techniques, and an advanced animated movie of the successful Kung FuPanda 3 animation movie.Controlled the world marketpreviously. The Kung Fu Panda3 animated film is the production of one of Dreamworks' best studios. This articlediscusses about the communication contained in the aesthetic region of the animatedKung Fu Panda 3 movie. The study method is used qualitative method, the data areanalyzed with descriptive qualitative and interpretative. The results of the study showthat the communication constructed between the artwork and the audience / audience isin the esthetic area which to create a sense of beautifulness and interested to theaudience.
Keywords: Communication, Aesthetics, Animation Movie, Kung Fu Panda 3
PENDAHULUAN
Dharsono (2007:50)
menyebutkan bahwa seni bermakna
sebagai komunikasi. Mengapa seni
dikatakan bermakna sebagai
komunikasi?.Lebih lanjut Dharsono
34 | P a g e
menyatakan bahwa seniman
mengharapkan tidak hanya harus
berhasil mengekspresikan perasaannya,
tetapi juga memindahkan perasaannya.
Maka dari itu tujuan seni yang baik dan
benar dapat memenuhi kebutuhan batin
setiap individu masyarakat. Oleh
karenanya seni dikatakan Dharsono
sangat penting bagi individu
masyarakat, karena merupakan
makanan batin. Hal itu disebabkan
karena keindahan yang ditimbulkan
oleh karya seni itu sendiri. seni adalah
aktivitas yang menghasilkan keindahan
(Dharsono, 2007:48).
Berdasarkan pendapat Dharsono
tersebut, makaestetik (keindahan) seni
erat kaitannya dengan komunikasi.
Karya seni dapat dikatakan kurang
bagus/indah/menarik jika karya seni
tersebut tidak dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap penikmatnya. Hal
itu karena komunikasi merupakan
proses timbal balik antara karya seni
dengan penikmatnya atau penontonnya.
Apabila tidak ada proses komunikasi
atau muatan komunikasi pada karya
seni tersebut maka pesan yang
terkadung tidak akan dapat
tersampaikan dengan baik kepada
penikmat/penontonnya. Lebih-lebih
pada karya seni film animasi yang sarat
dengan pesan dan makna yang ingin
disampaikan. Karena tujuan dari film
animasi adalah dapat merubah pola
pikirdari penonton. Apabila mampu
merubah pola pikir penonton,berarti
film itu telah berhasil. Arti berhasil
dalam hal ini adalah keberhasilan
komunikasi antara karya seni film
animasi tersebut dengan
penikmatnya/penontonnya. Maka dari
itu komuniksi harus betul-betul dapat
menyelimuti serta menjembatani karya
seni terhadap penonton. Salah satu
komunikasi yang dapat dikemas yaitu
pada wilayah estetik karya seni itu
sendiri. Estetik (keindahan) yang
membalut karya seni tersebut harus
mampu berkomunikasi kepada
penonton. Maka dari itu muncullah
istilah komunikasi estetik.
Istilah komunikasi estetik
pertama kali dimunculkan oleh Cupchik
& Heinrichs (1981), dimana komunikasi
estetik yang dimaksud adalah sebuah
proses komunikasi antara seniman
dengan publiknya dalam sebuah
peristiwa seni yang menunjukkan
keunikan pesan atau makna dalam
penyampian informasi. Yang
dimaksudkan dalam hal ini, bahwa
komunikasi estetik dapat ditentukan
melalui pengalaman, pengetahuan, dan
perasaan subjektif terkait dengan nilai-
nilai pengetahuan estetik dari seseorang
penikmat seni atau audiens.
35 | P a g e
Menurut Chandrasekhar
(1987), komunikasi estetik terjadi
karena relasi harmonis antara unsur-
unsur kehidupan seni dengan
kecerdasan, perasaan, dan pengalaman
individu dalam lingkungannya.
Sementara Jackson (2003:10)
berpendapat bahwa komunikasi estetik
identik dengan kesenangan. Pendapat
Jackson tersebut manunjukkan bahwa
erat kaitannya antara estetika dengan
komunikasi. Lebih lanjut Jackson
menyatakan bahwa tanpa kesenangan
tidak akan ada proses komunikasi
estetik, tidak akan tercapai kreasi seni,
karena perasaan senang ini merupakan
kekuatan mental yang menjadi
pendorong tercapainyabentuk
komunikasi estetik. Di samping itu,
komunikasi estetik juga merupkan
kalimat lain dari komunikasi keindahan
yang menjadi inti dari komunikasi seni
(Jaeni,2012:179).
Merujuk dari pendapat-pendapat
tentang komunikasi estetik di atas, maka
hal tersebutsebagai isyarat bahwa untuk
menganalisis dan menginterpretasikan
komunikasi keindahan pada sebuah
karya seni yang dalam hal ini adalah
film animasi yaitu sebagairelasi nilai-
nilai. Terkait dengan kajian ini,
komunikasi estetik yang dimaksud
adalah peristiwa komunkasi dalam seni
film animasi yang didalamnya terdapat
nilai-nilai estetik sebagai sarana
penyampaian pesan dari animator
kepada audiens. Oleh karena itu, dalam
kajian ini berupaya untuk mendapatkan
nilai-nilai estetik dalam karya seni film
animasi Kung Fu Panda 3yang meliputi
perasaan-pengalaman dan nilai sosial
budaya.
Nilai-nilai estetik yang
dimaksud dalam kajian ini adalah
unsur-unsur pembentuk karya seni
filmanimasi yang dapat menimbulkan
kesan indah, menarik,serta
menyenangkan bagi orang yang
melihat/audiens.Nilai estetik dalam
animasi dibentuk melalui unsur seni
rupa/desain dan unsur pembentuk film
(Yasa, 2014:228). Unsur seni
rupa/desain tersebutmeliputi garis,
bidang, ruang, dan warna. Selanjutnya
berkaitan dengan unsur pembentuk film
yaitu terdiri dari unsur naratif dan unsur
sinematik. Unsur naratif dalam film
animasi meliputi unsur tema, cerita,
struktur cerita, dan tokoh/karakter.
Sementara unsur sinematik yang
terdapat dalam film animasiyaitumise-
en-scene, sinematografi, editting, dan
suara. Lebih lanjut menurut Yasa
(2014:228) masing-masing unsur
tersebut baik unsur seni rupa/desain,
unsur naratif maupun unsur sinematik
saling terkait, saling mendukung, saling
membutuhkan dan mempengaruhi
36 | P a g e
antara satu dengan lainnya sehingga
tercipta satu kesatuan yang mampu
menciptakan rasa indah pada
pengamatnya.
Unsur Seni Rupa/Desain
Dalam bidang seni dan desain,
garis merupakan unsur yang memiliki
peranan paling besar dan terpenting,
karena garis memiliki peran ganda,
yaitu sebagai goresan nyata yang dapat
menghasilkan nilai tersendiri, dan
sebagai garis semu yang dapat
membantu membentuk keindahan suatu
karya seni(Sanyoto, 2010: 91). Lebih
lanjut Sanyoto membagi garis menjadi
dua jenis, yaitu garis nyata dan garis
semu. Mengamati film animasi Kung Fu
Panda 3 terkait dengan unsur
garisditemukan unsur garis nyata dan
semu. Garis nyata tersebut tampak pada
beberapa background. Garis nyata juga
digunakan sebagai aksen pada beberapa
garis backgroundnya. Aksen berfungsi
sebagai penekanan pada hal-hal tertentu
agar background tersebut seolah-olah
tampak nyata. Penekanan garis tersebut
dalam film animasi Kung Fu Panda
3terletak pada garis-garis sudut
pertemuan antar bidang pada
background. Hal itu berfungsi sebagai
penguat bahwa disudut tersebut terdapat
suatu pertemuan antar garis dari
masing-masing bidang sehingga
timbullah garis yang lebih tebal. Selain
itu, garis nyata juga dapat berfungsi
sebagai kesan pemisah antar bidang.
Disamping garis nyata,
terdapat juga garis semu dalam film
animasi Kung Fu Panda 3 yang
penerapannya lebih banyak pada
karakter/tokoh. Sanyoto (2010: 92)
berpendapat, garis semu terjadi dari
batas limit suatu benda/objek (kubus,
balok, silinder, dan lain-lain), batas
ruang, batas warna, dan benda/objek-
objek lain apa saja yang seolah dibatasi
garis. Lebih lanjut Sanyoto menyatakan
bahwa garis semu yang terjadi dari
rangkaian massa sangat penting dalam
seni rupa, karena garis semu dapat
membantu menciptakan keindahan.
Pendapat lain mengenai
pentingnya unsur garis dalam karya seni
maupun desain adalah Dharsono.
Dharsono (2004: 40) berpendapat
bahwa garis yang dibuat oleh seorang
seniman akan memberikan kesan
psikologis yang berbeda pada setiap
garis yang dihadirkan. Dikatakannya,
garis sebagai medium seni rupa
mempunyai peranan yang sangat
penting, selama seorang penghayat
mampu menangkap informasi yang
disampaikan lewat medium garis yang
dihadirkan. Berdasarkan pendapat
kedua tokoh tersebut, garis memiliki
peran penting dalam suatu karya seni
37 | P a g e
rupa maupun desain. Unsur garis dalam
karya seni rupa dan desain dapat
memberikan kesan tertentu pada
pengamat seni atau audiens, garis dapat
menciptakan nilai tersendiri, garis dapat
membantu membentuk keindahan pada
karya seni/desain, serta garis dapat
memberikan kesan psikologis terhadap
pengamat suatu karya seni/desain.
Pentingnya peran garis tersebut, tidak
terkecuali juga pada karya seni film
animasi.Buktinya unsur garis
diperhatikan dan diterapkan dengan
baikdalam film animasi Kung Fu Panda
3.
Unsur seni rupa dan desain
lainnya yang terdapat dalam film
animasi Kung Fu Panda 3 yaitu bidang.
Suatu bidang terjadi karena dibatasi
oleh sebuah kontur (garis) dan atau
dibatasi oleh adanya warna yang
berbeda atau oleh gelap terang pada
arsiran atau karena adanya tekstur
(Dharsono, 2004: 41). Bentuk bidang
terdiri dari dua macam yaitu bidang
geometri dan non geometri(Sanyoto,
2010: 104). Bidang geometri adalah
bidang teratur yang dibuat secara
matematika, sedangkan bidang non
geometri adalah bidang yang dibuat
secara bebas. Bidang yang membentuk
film animasi Kung Fu Panda 3 bertolak
dari pendapat Sanyoto, dapat ditemukan
dua macam bidang yaitu bidang
geometri dan non geometri sebagai
pembentuknya. Bidang geometri lebih
banyak terdapat pada objek
background. Sedangkan bidang non
geometri terdapat pada objek
tokoh/karakter dan beberapa objek
sebagai background seperti tumbuhan,
pohon, dan objek lainnya. Susunan dari
bentuk-bentuk bidang baik bidang
geometri maupun non geometri dalam
film animasi Kung Fu Panda
3membentuk suatu ruang. Djelantik
(1999: 23) berpendapat bahwa ruang
merupakan atau sebagai tempat bentuk-
bentuk itu berada. Ruang mempunyai
tiga dimensi: panjang, lebar, dan tinggi.
Selain garis, bidang maupun
ruang yang telah diuraikan di atas,
warna juga merupakan unsur yang
mendukung terciptanya keindahan film
animasi Kung Fu Panda 3. Unsur warna
dapat memberikan pengaruh psikologis
penontonnya. warna dapat didefinisikan
secara subjektif/fisik sebagai sifat
cahaya yang dipancarkan, atau secara
subjektif/psikologis sebagai bagian dari
pengalaman indra penglihatan(Sanyoto,
2010: 11). Lebih lanjut Sanyoto
menyatakan bahwa warna merupakan
salah satu unsur seni rupa, sehingga
sesungguhnya tidak bisa berdiri sendiri
untuk mencapai keindahan, karena
masih dipengaruhi unsur lain. Pendapat
lain muncul dari Djelantik (1999: 30)
38 | P a g e
yangberpendapat bahwa semua warna
memiliki sifat-sifat mendasar yang ikut
menentukan persepsi (kesan) yang
terjadi pada pengamat setelah tahap
penangkapan (sensasi) oleh mata. Oleh
karena itu, secara langsung setiap warna
bisa berpengaruh dengan menciptakan
rasa yang khas pada manusia.
Pentingnya warna yang dapat
menciptakan keindahan pada karya seni,
dapat memberikan makna tertentu, dan
dapat memberikan pengaruh terhadap
psikologis penonton khususnya dalam
film animasi. Oleh sebab itu,
pengelolaan warna serta penggunaannya
penting untuk diperhatikan oleh kreator,
designer, animator serta kru lainnya
yang terlibat dalam produksi sebuah
film animasi.
Warna yang digunakan dalam
film animasi Kung Fu Panda 3 berperan
untuk membangun suasana, mencipta-
kan kesan dramatik, dan sebagai simbol
untuk menciptakan makna serta sebagai
pendukung/penguatan ketercapaian
pesan. Selain memang warna yang
digunakan dalm film animasi tersebut
untuk menggambarkan objek tertentu
sesuai aslinya, juga sebagai pencipta/
pembangun mood, dramatik, dan
makna. Dharsono (2004: 49)
berpendapat bahwa warna memiliki
hubungan erat dengan kehidupan
manusia, maka warna dianggap
mempunyai peranan yang sangat
penting diantaranya: warna sebagai
warna, warna sebagai representasi alam,
warna sebagai lambang/simbol, dan
warna sebagai simbol ekspresi.
Mencermati film animasi Kung Fu
Panda 3 secara utuh, warna-warna yang
digunakan memiliki kecenderungan
bernada sama. Meskipun masing-
masing warna yang digunakan adalah
sebagai warna benda itu sendiri, warna
sebagai representasi alam, warna
sebagai lambang, warna sebagai
pemberi kesan jarak, dan warna sebagai
pembangun suasana (mood), namun
dari keseluruhan warna yang digunakan
tersebut tidak membuat/menciptakan
kesan terpisah. Justru warna-warna
yang digunakan dibuat dengan warna-
warna senada atau yang berdekatan
sehingga dapat menciptakan kesatuan,
keselarasan, dan keharmonisan.
Unsur Pembentuk Film
Film animasi Kung Fu Panda 3
merupakan sebuah film cerita, oleh
sebab itu tentu tidak lepas dari unsur
naratif yang membentuknya. Unsur
naratif tersebut terdiri dari elemen-
elemen pembentuk seperti tema, cerita,
tokoh, masalah/konflik, lokasi, waktu
dan yang lainnya. Elemen-elemen
dalam unsur naratif membentuk suatu
jalinan peristiwa yang memiliki maksud
39 | P a g e
dan tujuan. Jalinan peristiwa tersebut
terikat oleh sebuah aturan yang menurut
Pratista disebut dengan hukum
kausalitas (logika sebab-akibat).
Elemen-elemen unsur naratif tersebut
berperan penting dalam membentuk
film animasi Kung Fu Panda 3. Tema
merupakan sesuatu yang paling awal
ditentukan sebelum membuat film
animasi. Hal ini dikemukakan oleh
Nurhadi selaku animator senior PT.
Panangkaran Bening Studio
Yogyakarta, bahwa tema ditetapkan
pertama kali dalam proses penciptaan
film animasi (wawancara, 14 Desember
2013). Diawali dari penentuan tema,
kemudian dapat dikembangkan menjadi
sebuah cerita yang berpijak dari tema
tersebut. Sementara itu Boggs (1992:
14), berpendapat bahwa tema
merupakan jumlah menyeluruh dari
semua unsur, tema berfungsi sebagai
faktor dasar pemersatu dalam sebuah
film. Melalui adanya tema maka segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses
selanjutnya dalam pembuatan film
animasi akan dapat berpijak dan
berpegangan dari tema. Hal tersebut
karena tema dapat menyatukan persepsi,
dan dapat dijadikan pemersatu sebuah
film animasi.
Meskipun film tersebut
dikerjakan oleh tim (team work), akan
tetapi dengan adanya suatu tema yang
telah ditentukan maka dalam proses
produksi filmnya semua tim akan
mengacu pada satu tema tersebut.
Melalui hal tersebut tidak ada banyak
film di kepala masing-masing tim
pembuat film animasi atau animator.
Ditegaskan kembali oleh Boggs (1992:
15-16), bahwa tema diartikan sebagai
persoalan pokok atau sebuah fokus
sekitar mana sebuah film dibangun (dan
yang memberikan padanya suatu
kesatuan). Selanjutnya Boggs (1992:
18-19) merumuskan tema dalam film
adalah sebuah pernyataan secara tepat
untuk meringkaskan subyek yang
didramatisasikan dalam film dan
disampaikan oleh semua unsurnya.
Tema berupa pernyataan yang dimaksud
Boggs tersebut diantaranya: tema
sebagai sebuah pernyataan moral, tema
sebagai sebuah pernyataan tentang
hidup, tema sebagai sebuah pernyataan
tentang sifat manusia, tema sebagai
komentar sosial, dan tema sebagai
sebuah teka-teki moral atau filsafati.
Seperti yang telah diuraikan,
bahwa sebuah tema dijabarkan melalui
cerita atau sebuah cerita merupakan
penjabaran dari sebuah tema.
Terbentuknya cerita akan
mempermudah dalam pembentukan
karakter/tokoh yang berperan dalam
cerita tersebut. Ide untuk sebuah cerita
merupakan inti dari sebuah storysebuah
40 | P a g e
film. Gagasanserta ide unik yang
tertuang dalam sebuah cerita film
animasi sangatlah dibutuhkan. Hal
tersebut agar menghasilkan film animasi
yang menarik dan diminati
penontonnnya setelah ditayangkan.
Penentuan ide cerita tergolong dalam
proses yang gampang-gampang susah,
terutama untuk mendapatkan sebuah ide
yang unik, segar atau aktual serta
faktual.
Menurut Djalle, dkk, (2007: 83),
cerita dapat dibagi dua kategori yaitu
pertama, fakta (fact) yaitu cerita yang
berhubungan dengan kejadian
sebenarnya, atau biasanya diangkat dari
kejadian sebenarnya. Kedua, cerita fiksi
atau khayalan (fiction) yakni
berhubungan dengan kejadian yang
dibangun atau dibuat berdasarkan
imajinasi. Untuk membuat sebuah
cerita, ada berbagai macam cara yang
dapat dilakukan di antaranya:
menceritakan sesuatu yang sedang
terjadi atau dialami secara langsung
oleh pembuat cerita; menceritakan
sesuatu yang sedang terjadi atau dialami
seseorang yang diketahui/kenal dengan
pembuat cerita; menceritakan sesuatu
yang imajinasi namun berdasarkan
situasi yang nyata; menceritakan
sesuatu secara keseluruhan yang
dibangun berdasarkan imajinasi
(fantasy). Cerita yang dibangun dalam
film animasi Kung Fu Panda
3menceritakan sesuatu yang imajinasi
namun berdasarkan situasi nyata.
Imajinasi berkaitan dengan background
mengenai tempat atau lokasi kejadian.
Lokasi kejadian dalam film animasi
Kung Fu Panda 3bersifat imajinasi,
karena yang divisualkan tersebut tidak
ada di suatu tempat yang nyata.
Setiap cerita yang dibangun
dalam sebuah film animasi memiliki
struktur. Begitu pula yang ada
dalamfilm animasi Kung Fu Panda
3.Sebuah struktur dari cerita film
animasi Kung Fu Panda 3 berangkat
dari adanya storyline. Storyline
memberikan sugesti secara visual dari
sebuah pengembangan, yang mana satu
adegan dapat diberi tanda tentang
kejadian yang sedang berlangsung atau
sedang terjadi (Djalle, dkk, 2007: 90).
Secara umum struktur cerita dapat
dibagi menjadi tiga yaitu permulaan,
pertengahan, dan penutupan. Struktur
ini sering dikenal dengan istilah struktur
tiga babak atau struktur hollywood
klasik, yaitu merupakan model struktur
cerita yang paling lama, populer serta
berpengaruh sepanjang sejarah film
(Pratista, 2008: 46).
Pada tahap permulaan atau
babak persiapan, biasanya diperkenal-
kan tokoh utama dan tokoh pendukung,
pihak protagonis dan antagonis,
41 | P a g e
masalah dan tujuan serta menyangkut
ruang maupun waktu dalam sebuah
cerita. Pada babak ini terjadinya
interaksi awal dari tokoh protagonis dan
antagonis. Melalui interkasi tokoh
protagonis maupun antagonis tersebut
maka muncullah bibit-bibit masalah.
Pada babak permulaan atau persiapan
merupakan sesuatu yang menggambar-
kan latar belakang dari suatu cerita,
serta latar belakang terjadinya suatu
permasalahan.
Gambar 1. Tokoh/karakter dalam film animasiKung Fu Panda 3
Sumber: Print screen video film animasi KungFu Panda 3
Selanjutnya pada tahap
pertengahan atau disebut dengan babak
konfrontasi. Pada babak konfrontasi ini
biasanya menggambarkan usaha dari
masing-masing tokoh untuk dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi di
babak sebelumnya. Melalui usaha yang
berupa tindakan masing-masing tokoh
tersebut biasanya memicu terjadinya
konflik. Apabila konflik tersebut
menjadi kompleks dan sering kali
sampai terjadi konfrontasi fisik antara
tokoh protagonis dan antagonis, maka
disinilah terjadinya klimaks dari sebuah
cerita. Pencapaian klimaks tersebut
dilakukan dengan tempo cerita yang
dibuat semakin meningkat.
Tahap terakhir adalah tahap
penutup atau babak resolusi. Tahap
penutup atau resolusi merupakan tahap
dimana terjadinya pemecahan masalah
dari konflik yang terjadi. Sering kali
pada babak ini terjadinya puncak dari
konflik atau sering disebut ketegangan
tertinggi. Melalui puncak konflik
tersebut, menimbulkan hasil dan
menurunkan tempo cerita. Hasil dari
pemecahan masalah, jika pada film-film
live-action biasanya terjadi konflik
tokoh antagonis dan protagonis dan
diakhiri kekalahan salah satu tokoh,
kedua tokoh sama-sama tidak berdaya,
atau kedua tokoh melakukan
perdamaian. Semua hal tersebut
tergantung dari faktor subyektif
pembuat cerita atau sutradara dari film
tersebut.
Tokoh/karakter merupakan
elemen yang sangat mendukung dalam
sebuah cerita. Menurut Djalle, dkk,
(2007: 97) karakter adalah kepribadian.
Setiap karakter dikatakan biasanya
mempunyai kekuatan, kelemahan,
kelakuan, kebiasaan, tujuan yang
mendefinisikan apa yang mereka
lakukan, mengapa mereka lakukan,
mengapa mereka melakukan, dan
42 | P a g e
bagaimana mereka melakukannya.
Sebuah karakter harus dapat
menggambarkan cerita yang
diperankan.
Dalam film animasi,
penggambaran maupun pembuatan
ekspresi masing-masing tokohnya
sedikit lebih sulit dibandingkan film
live-action. Sebelum membuat
tokoh/karakter dalam sebuah produksi
film animasi, seorang animator harus
mampu memahami dan berusaha
menjadi tokoh yang dibuatnya tersebut.
Sifat dari tokoh yang akan dibuat
tersebut harus dipahami dengan oleh
animator atau harus benar-benar
dikuasai. Cahyono seorang animator
spesialisasi karakter dari PT.
Panangkaran Bening Studio Yogyakarta
berpendapat, sebagai seorang pembuat
karakter harus bisa meniru atau bahkan
bisa memiliki sifat yang sama seperti
tokoh/karakter yang akan digambar.
Memahami sifat tokoh/karakter terlebih
dahulu baru kemudian apa yang akan
digambar dapat dihayati. Apa yang
digambar merupakan hasil dari sifat
animatornya. Gambar merupakan
cerminan sifat pembuatnya. Misalnya
dalam membuat karakter panda,
animator sendiri harus menguasai sifat-
sifat/tingkah laku panda agar didapat
penjiwaannya (wawancara,13 Desember
2013).
Selain unsur naratif yang telah
diuraikan di atas, juga terdapat unsur
sinematik dalam film animasi Kung Fu
Panda 3. Unsur sinematik merupakan
aspek-aspek teknis dalam produksi
sebuah film (Pratista, 2008: 2). Dalam
hal teknis tersebut di dalamnya
mencakup gaya maupun cara untuk
mengolah bahan maupun materi film
animasinya. Unsur sinematik secara
umum menurut Pratista (2008: 1) terdiri
dari empat elemen pokok yaitu mise-en-
scene, sinematografi, editting, dan
suara. Film animasi Kung Fu Panda 3
juga memiliki keempat elemen pokok
unsur sinematik tersebut. Keempat
elemen yang berperan dalam film
animasi Kung Fu Panda 3.
Unsur sinematik yang pertama
adalahmise-en-scene. Mise-en-
scenemerupakan segala hal yang
terletak di depan kamera dan diambil
gambarnya dalam sebuah produksi film
(Pratista, 2008: 61). Mise-en-scene
adalah salah satu unsur sinematik yang
sebetulnya lebih gampang dikenali. Hal
ini karena sebagian besar yang dapat
dilihat pada film yang dalam hal ini film
animasi adalah bagian dari unsur mise-
en-scene. Unsur yang dimaksud tersebut
meliputi: setting/ background,
pencahayaan, tokoh/pemain beserta
pergerakannya, dan kostum/tata rias
wajah (dalam film live-action). Mise-
43 | P a g e
en-scene sangat berkaitan erat dengan
unsur sinematik lainnya seperti
sinematografi, editting dan suara. Tanpa
adanya keterlibatan dengan unsur-unsur
tersebut, unsur mise-en-scene seperti
tidak ada bedanya dengan pertunjukan
panggung. Begitu pula halnya unsur
mise-en-scene yang terdapat dalam film
animasi Kung Fu Panda 3. Unsur-unsur
mise-en-scene diperhatikan dengan baik
sehingga di samping unsur-unsur
tersebut memerlukan unsur sinematik
lainnya, unsur sinematik yang lain
tersebut juga sangat membutuhkan
peranan unsur-unsur mise-en-scene.
Unsur-unsur mise-en-scene yang
berperan dalam film animasi Kung Fu
Panda 3 meliputi: background atau
setting (latar), pencahayaan (lighting),
dan gerakan tokoh/karakter animasinya.
Mencermati gerak animasi
dalam film animasi Kung Fu Panda 3,
gerak animasi merupakan sesuatu yang
mutlak karena merupakan film animasi.
Merujuk daripengertian kata “animasi”
maka gerak dan pergerakan karakter
merupakan elemen penting dalam
membuat film animasi. Gerak dan
pergerakankarakter dapat menimbulkan
animasi yang tampak hidup, logis dan
dapat diterima oleh akal sehat penonton
(audiens). Untuk dapat membuat
gerakan yang logis maka perlunya
memperhatikan atau mengacu pada
prinsip-prinsip film animasi. Prinsip
animasi merupakan aturan dasar yang
memungkinkan karakter yang
diciptakan dapat bergerak dan hidup
wajar, dalam arti dapat diterima oleh
akal manusia, meskipun karakter tokoh
ciptaan merupakan hasil imajinasi yang
tak mungkin dapat diterima secara rasio
(Djalle, dkk 2007:29). Prinsip film
animasi tersebut meliputi Pose to Pose,
Timing, Stretch and Squash,
Anticipation, Secondary Action, Follow
Trought and Over Lapping Action, Easy
In and Easy Out, Arch, Exaggeration,
Staging, Appeal, dan Personality.
Bertolak dari prinsip animasi tersebut,
selanjutmya mencermati prinsip animasi
yang diterapkan dalam film animasi
Kung Fu Panda 3, hasilnya
menunjukkan bahwa animator film
animasi Kung Fu Panda 3 menerapkan
semua prinsip-prinsip dari animasi
dalam setiap gerakan tokoh/karakternya.
Di samping unsur seni
rupa/desain dan pembentuk film yang
dapat menciptakan bentuk estetik dalam
karya seni film animasi seperti yang
telah diuraikan, juga didukungdengan
unsur-unsur estetik yang mendasar
dalam struktur karya seni yaitu
kesatuan, penekanan, dan
keseimbangan. Yasa (2014:155)
berpendapat bahwa wujud karya seni
(film animasi) tidak terlepas dari unsur
44 | P a g e
estetik yang membentuk atau
membangun struktur film animasi itu.
Pendapat Yasa tersebut sejalan dengan
pendapatnya Djelantik (1999: 39),yang
menyatakan bahwa terdapat tiga unsur
estetik mendasar dalam struktur setiap
karya seni yaitu: 1) keutuhan atau
kebersatuan (unity), penonjolan atau
penekanan (dominance), dan
keseimbangan (balance).Dimana ke
semua unsur tersebut, baik kesatuan,
penekanan, dan keseimbangan ada atau
diterapkan dalam film animasi Kung Fu
Panda 3. Tanpa adanya unsur kesatuan,
penekanan, dan keseimbangan maka
akan terjadi kesembrautan dalam karya
seni.
Terkit dengan komunikasi
estetik film animasi Kung Fu Panda 3,
realitas keindahan dalam seni film
animasi Kung Fu Panda 3 merupakan
hasil ciptaan manusia kreatif melalui
kekuatan mengonstruksi. Barker (2000:
10) menyatakan bahwa konstruksi pada
dasarnya sebuah usaha diskursif
maupun representatif yang sadar diri
yang bertujuan menafsirkan dan
menggambarkan dunia kekinian. Lebih
lanjut dikatakan bahwa keindahan
merupakan sebuah realitas pertunjukan
yang dikontruksi oleh masyarakat
pendukungnya, baik pelaku maupun
publiknya. Jaeni (2012:192-196)
membagi fungsi komunikasi estetik
menjadi dua, yaitu komunikasi ekspresif
dan komunikasi reflektif.
Komunikasi Ekspresif dan Reflektif
Mulyana (2007: 24) dalam Jaeni
(2012:192) berpendapatbahwa dalam
fungsi-fungsi komunikasi terdapat
fungsi komunkasi ekspresif baik pada
pesan verbal maupun nonverbal.
Komunikasi ekspresif ini terdapat juga
dalam film animasi Kung Fu Panda 3.
Ekspresi tindakan yang ditunjukkan
oleh tokoh/karakter dalam film animasi
Kung Fu Panda 3 memiliki penjiwaan
yang baik. Hal tersebut dapat dilihat
melalui setiap scene-nya, seperti adegan
jahat, adegan berkelahi, memukul,
adegan bercanda, adegan bergembira,
dan lain-lain. Sementara ekspresi dialog
terdapat pada setiap dialog antar
tokoh/karakter di setiap adegannya.
Baik itu ekspresi dialog pada tokoh
antagonis yang mengekspresikan
kejahatan maupun tokoh protagonis
yang mengekspresikan kebaikan.
45 | P a g e
Gambar 2. Tokoh/karakter antagonis danprotagonis
Sumber: Print screen video film animasi KungFu Panda 3
Disamping itu, komunikasi
estetik seni film animasi memiliki
fungsi komunikasi ekspresif dan lebih
jauh juga memiliki nilai sebagai
komunikasi reflektif yang atas
peristiwanya memasuki wilayah
pemahaman diluar kesadaran. Yang
dimaksud pemahaman di luar kesadaran
dalam hal ini adalah tingkat emosional
yang ditimbulkan dari film animasi
Kung Fu Panda 3 terhadap
penontonnya. Tingkat emosi itu sangat
terasa ketika tokoh protagonis dan
antagonis di benturkan. Selain itu, juga
tingkat kesadaran terhadap keindahan.
Dimana seorang penonton tenggelam
dalam keindahan yang ditunjukkan
dalam film animasi Kung Fu Panda 3.
Seperti yang diungkapkan oleh Jaeni
(2012:197) bahwa ketidaksadaran
merasakan keindahan dapat dikatakan
sebagai perangkat jiwa yang bekerja
lewat olah batin atau olah rasa. Olah
batin atau olah rasa yang dimaksud
adalah terletak pada pribadi si
penikmat/penonton film animasi itu
sendiri.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah
diuraikan di atas tentang komunikasi
estetik dalam film animasi Kung Fu
Panda 3, dapat ditarik kesimpulan
bahwa estetik (keindahan) seni erat
kaitannya dengan komunikasi. Karya
seni dapat dikatakan kurang
bagus/indah/menarik jika karya seni
tersebut tidak dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap penikmatnya.
Apabila tidak ada proses komunikasi
atau muatan komunikasi pada karya
seni tersebut maka pesan yang
terkadung tidak akan dapat
tersampaikan dengan baik kepada
penikmat/penontonnya.Salah satu
komunikasi yang dapat dikemas yaitu
pada wilayah estetik karya seni itu
sendiri.Komunikasi keindahan pada
sebuah karya seni yang dalam hal ini
adalah film animasi yaitu sebagairelasi
nilai-nilai. Relasi nilai tersebut yaitu
peristiwa komunikasi dalam seni film
animasi yang didalamnya terdapat nilai-
nilai estetik sebagai sarana
penyampaian pesan dari animator
kepada audiens.
Nilai-nilai estetik yang
terkandung dalam film animasi Kung
46 | P a g e
Fu Panda 3adalah unsur-unsur
pembentuk karya seni film animasi
yang dapat menimbulkan kesan indah,
menarik,serta menyenangkan bagi orang
yang melihat/audiens.Nilai estetik
tersebut dibentuk melalui unsur seni
rupa/desain dan unsur pembentuk film.
Unsur seni rupa/desain itu meliputi
garis, bidang, ruang, dan warna.
Selanjutnya berkaitan dengan unsur
pembentuk film yaitu terdiri dari unsur
naratif dan unsur sinematik. Unsur
naratif tersebut meliputi unsur tema,
cerita, struktur cerita, dan
tokoh/karakter. Sementara unsur
sinematiknyameliputimise-en-scene,
sinematografi, editting, dan suara.
Masing-masing unsur tersebut baik
unsur seni rupa/desain, unsur naratif
maupun unsur sinematik saling terkait,
saling mendukung, saling membutuhkan
dan mempengaruhi antara satu dengan
lainnya sehingga tercipta satu kesatuan
yang mampu menciptakan rasa indah.
Di samping unsur seni
rupa/desain dan pembentuk film yang
dapat menciptakan bentuk estetik dalam
film animasi Kung Fu Panda 3, juga
didukung dengan unsur-unsur estetik
yang mendasar dalam struktur filmnya
yaitu kesatuan, penekanan, dan
keseimbangan.Seluruh elemen dan
relasi nilai estetik didukung dengan
komunikasi yang baik. Komunikasi
tersebut bersifat ekspresif dan reflektif.
Komunikasi ekspresif ditunjukkan oleh
tokoh/karakter dalam film animasi Kung
Fu Panda 3 memiliki penjiwaan yang
baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui
setiap scene-nya, seperti adegan jahat,
adegan berkelahi, memukul, adegan
bercanda, adegan bergembira, dan lain-
lain. Sementara ekspresi dialog terdapat
pada setiap dialog antar tokoh/karakter
di setiap adegannya. Baik itu ekspresi
dialog pada tokoh antagonis yang
mengekspresikan kejahatan maupun
tokoh protagonis yang mengekspresikan
kebaikan. Sementara komunikasi
reflektif memasuki wilayah pemahaman
diluar kesadaran.Pemahaman di luar
kesadaran dalam hal ini adalah tingkat
emosional yang ditimbulkan dari film
animasi Kung Fu Panda 3 terhadap
penontonnya. Tingkat emosi itu sangat
terasa ketika tokoh protagonis dan
antagonis di benturkan, dan juga tingkat
kesadaran terhadap keindahan.
Daftar Pustaka
Barker, Chris. 2000. Cultural Studies:Theory and Practice, London:Sage
Boggs, Joseph M. 1992.The Art oWatching Film. Terj. Asrul Sani.Jakarta: Yayasan Citra.
Chandrasekhar, S. 1987. Truth andBeauty: Aesthetics andMotivations in Science.
47 | P a g e
Chicago: The ChicagoUniversity Press
Cupchik, G.C. & Heinrichs, R.W. 1981.Toward an Intrgrated Theory ofAesthetic Preception in theVisual Art. (Ed.) Day,H.I.Advances in IntrinsicMotivation and Aesthetics. NewYork: Plenum Press
Dharsono. Seni Rupa Modern.Bandung: Rekayasa Sains, 2004.
Djalle, Zaharudin G.,dkk. 2007. TheMaking Of 3D Animation Movie.Bandung: Informatika.
Djelantik, A.A. M. 1999. EstetikaSebuah Pengantar. Jakarta:Masyarakat Seni PertunjukanIndonesia (MSPI).
Jackson, Stephanie. 2003. AestheticLinks to Motivation ThroughCommunication: An Evaluationof the Four-Drive Theory and Its
Connection to Aesthetics.University of North Carolina atGreensboro.
Jaeni. 2012. Komunikasi Estetik:Menggagas Kajian Seni dariPeristiwa KomunikasiPertunjukan. Kampus IPBTaman Kencana Bogor: PTPenerbit IPB Press
Pratista, Himawan. 2008. MemahamiFilm. Yogyakarta: HomerianPustaka.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010.Nirmana Elemen-elemen Senidan Desain. Yogyakarta:Jalasutra.
Yasa, Gede Pasek Putra Adnyana. 2014.Kajian Estetika dan Makna FilmAnimasi Bul. Tesis Penciptaandan Pengkajian Seni, Denpasar:Institut Seni IndonesiaDenpasar.
48 | P a g e
ELEMEN-ELEMEN IKLAN TELEVISI XL SERBA SERIBUVERSI DONAT
Ni Wayan NandaryaniDesain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali
e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Semakin hari jumlah produk yang ingin diiklankan melalui televisi mengalamipeningkatan, hal ini mengakibatkan persaingan ketat diantara barang-barang produktersebut. Masing-masing berusaha keras mengatur siasat dengan meningkatkankreativitas dan ide-ide kreatif untuk mengungguli para pesaingnya serta dapatmempengaruhi khalayak untuk membeli produk yang diiklankan. Salah satu ide kreatifyang menarik minat serta perhatian adalah penggunaan bahasa gaul atau bahasa alaydalam iklan televisi. Iklan televisi XL serba seribu versi donat merupakan salah satuiklan yang menggunakan strategi kreatif ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui elemen-elemen apa yang digunakan dalam iklan tersebut. Penelitian inidirancang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan teknikpengumpulan data dokumentasi dan observasi serta studi kepustakaan. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa iklan televisi XL serba seribu versi donat menggunakanelemen-elemen yang terdiri dari video, audio, talent, promps, setting, lighting dangraphics.
Kata kunci : Iklan Televisi, Elemen-elemen iklan, Iklan XL serba seribu versi donat.
PENDAHULUAN
Iklan sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat. Setiap hari, kehidupan kita
selalu diwarnai oleh berbagai macam
iklan. Di televisi, radio, surat kabar, dan
hampir disetiap sudut jalan kita tidak
bisa menghindar dari iklan. Industri
periklanan di Indonesia meningkat pesat
setelah munculnya televisi swasta.
Dengan adanya televisi swasta
masyarakat bisa menikmati berbagai
tayangan hiburan, informasi, olahraga,
kesenian dan sebagainya. Hampir
semua acara televisi swasta padat
dengan iklan. Iklan televisi merupakan
salah satu media yang termasuk dalam
kategori above the line karena memiliki
beberapa karakter yakni informasi yang
disebarkan bersifat serempak dan luas
serta penerima pesan cenderung
anonim.
Televisi menggunakan warna,
suara, gerakan, dan musik. Selain itu
pemirsanya dapat diseleksi menurut
jenis program dan waktu tayangannya.
Beragam elemen biasanya terpadu
untuk menciptakan dampak visual dari
49 | P a g e
iklan-iklan di televisi. Namun elemen
seperti audiovisual tidak bisa berdiri
sendiri, elemen audiovisual harus
didampingi elemen-elemen lain agar
dapat menciptakan iklan televisi yang
efektif dan menarik. Elemen-elemen
yang harus ada dalam iklan televisi
yaitu video, audio, talent, promps,
setting, lighting dan graphics.
Semakin hari jumlah produk
yang ingin diiklankan melalui televisi
mengalami peningkatan, baik dalam
segi jenis maupun merk, hal ini
mengakibatkan persaingan yang ketat
diantara barang-barang produk tersebut,
masing-masing berusaha keras
mengatur siasat dengan meningkatkan
kreativitas dan ide-ide kreatif untuk
mengungguli para pesaingnya serta
dapat mempengaruhi khalayak untuk
membeli produk yang diiklankan.
Salah satu ide kreatif yang
menarik minat serta perhatian adalah
penggunaan bahasa gaul atau bahasa
alay dalam iklan televisi. Pemakaian
serta pemilihan bahasa dalam iklan
televisi produk komersial merupakan
strategi produsen untuk menarik
perhatian konsumen melalui bahasa
unik dan menarik yang terdapat di
dalam iklan. Apabila konsumen tertarik,
mengenal sekaligus menyukai produk-
produk yang diiklankan maka promosi
dianggap berhasil.
Iklan televisi XL serba seribu
versi donat merupakan salah satu iklan
yang menggunakan strategi kreatif ini.
Berawal dari tayangan iklan televisi ini,
kini kata ciyus dan miapah akrab dalam
bahasa pergaulan sehari-hari. Kalangan
anak muda dan remaja di Denpasar juga
seolah terkena virus bahasa alay ini.
Berdasarkan uraian di atas, muncullah
pemikiran untuk menganalisis elemen-
elemen apa saja yang dimunculkan
dalam iklan televisi XL serba seribu
versi donat.
MATERI DAN METODE
PENELITIAN
Materi
Materi dalam penelitian ini adalah iklan
televisi XL serba seribu versi donal
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, menurut Bodgan dan
Biklen dalam Metodologi Penelitian
Kualitatif Analisis Data oleh Emzir
menjelaskan terdapat lima ciri utama
penelitian kualitatif, yaitu (1)
Naturalistik, penelitian kualitatif
memiliki latar aktual sebagai sumber
langsung data dan peneliti merupakan
instrument kunci. (2) Data deskripttif,
50 | P a g e
data yang dikumpulkan lebih
mengambil bentuk kata-kata atau
gambar daripada angka-angka. Hasil
penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan
dari data untuk mengilustrasikan dan
menyediakan bukti presentasi. (3)
Berurusan dengan proses, peneliti
kualitatif lebih berkonsentrasi pada
proses daripada dengan hasil atau
produk. (4) Induktif, peneliti kualitatif
cenderung menganalisis data mereka
secara induktif. (5) Makna, makna
adalah kepedulian yang esensial pada
pendekatan kualitatif (Emzir,2011:2-4).
Dalam artikel ini teknik
pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa cara sebagai berikut :
a. Dokumentasi dan Observasi
Menurut Bungin (2010:122), teknik
dokumentasi adalah pengumpulan
data atau informasi yang disimpan
atau didokumentasikan sebagai
bahan dokumenter, sedangkan
observasi adalah teknik
pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan
pengindraan.
Kedua teknik tersebut digunakan
dalam proses perekaman materi
iklan dari copy tayang pada media
televisi, dimana iklan tersebut
ditayangkan di beberapa stasiun
televisi swasta yang ada di
Indonesia pada tahun 2012.
Pengumpulan data dalam kegiatan
ini menggunakan teknik pencatatan
dan pengamatan. Data dari hasil
rekaman tersebut kemudian
diuraikan semua elemen-elemen
yang membentuk iklan tersebut.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik
untuk mendapatkan data teoritis
guna memperoleh pendapat para
ahli dan teorinya melalui sumber
acuan (Bohar,1987:244). Teknik
ini digunakan dengan
mengumpulkan informasi melalui
buku, jurnal ilmiah serta artikel
meliputi literatur tentang perikalan
dan iklan televisi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Iklan
Kegiatan periklanan, sebetulnya
sudah dimulai sejak jaman peradaban
Yunani kuno dan Romawi kuno. Pada
awalnya, iklan dilakukan dalam bentuk
pesan berantai atau disebut juga the
word of mouth. Pesan berantai ini
dilakukan untuk membantu kelancaran
jual beli di dalam masyarakat, yang
pada waktu itu belum mengenal huruf
dan hanya mengenal sistem barter
dalam kegiatan jual belinya. Setelah
51 | P a g e
manusia mulai menggunakan sarana
tulisan sebagai alat penyampaian pesan,
maka kegiatan periklanan mulai
menggunakan tulisan-tulisan atau
gambar yang dipahat pada batu, dinding
atau pada papan. Pada waktu itu, iklan
mulai digunakan untuk kepentingan
lost and found, yang biasanya berkaitan
berkaitan dengan pengumuman tentang
budak yang lari dari tuannya. Pada
jaman Romawi kuno, iklan dalam
bentuk stempel batu banyak
dipergunakan oleh para dukun untuk
menjajakan obat-obatan. Setelah sistem
percetakan ditemukan oleh Gutenberg
pada tahun 1450, maka kegiatan
periklanan pun mulai dilakukan dengan
menggunakan surat kabar. Sejak saat
itu, iklan semakin sering digunakan
untuk kepentingan komersial (Noviani,
2002:2).
Vestergaard and Schroder
(1985) dalam Widyatama (2007)
menuliskan bahwa iklan memiliki lima
tujuan yaitu, menarik perhatian,
membangkitkan minat, merangsang
hasrat, menciptakan keyakinan dan
melahirkan tindakan (membeli barang
atau jasa). Namun tujuan dasar iklan
adalah memberikan informasi tentang
produk dan layanan jasa dengan cara
strategi persuasif, agar berita atau pesan
dapat dipahami, diterima, disimpan,
diingat, serta ada tindakan tertentu
(membeli) yang ditingkatkan dengan
cara menarik perhatian konsumen serta
menimbulkan asosiasi-asosiasi yang
dapat menggugah selera, agar bertindak
sesuai keinginan komunikator
(Widyatama, 2011 : 29).
Iklan Televisi
Televisi merupakan media
audiovisual yang canggih. Dengan
menggunakan dua elemen kekuatan
sekaligus yaitu audio dan visual
menjadikan televisi sebagai media
promosi yang sangat mahal. Semenjak
munculnya beberapa televisi swasta,
semenjak itu pula iklan televisi menjadi
primadona media beriklan. Sumartono
(2002) memaparkan bahwa, iklan
televisi telah menjadi komoditas
masyarakat. Kehadirannya bahkan telah
menjelma menjadi kekuatan baru yang
mampu menyulap khalayak untuk
secara suka rela melakukan apa yang
diinginkan. Hal ini disebabkan karena
kekuatan (keunggulan) televisi itu
sendiri. Dilihat dari sisi teknologis,
media televisi memiliki keunggulan
yaitu mampu menjangkau wilayah yang
sangat luas dalam waktu bersamaan,
sehingga dapat menghantarkan secara
langsung suatu peristiwa di suatu
tempat ke berbagai tempat lain yang
52 | P a g e
berjarak sangat jauh. Selain itu, televisi
juga mampu menciptakan suasana yang
bersamaan di berbagai wilayah
jangkauannya dan mendorong
khalayaknya memperoleh informasi dan
melakukan interaksi secara langsung
(Sumartono,2002:10).
Beragam elemen biasanya
terpadu untuk menciptakan dampak
visual dari iklan-iklan di televisi.
Namun elemen seperti audiovisual
tidak bisa berdiri sendiri, elemen
audiovisual harus didampingi elemen-
elemen lain agar dapat menciptakan
iklan televisi yang efektif dan menarik.
Elemen-elemen yang harus ada dalam
iklan televisi yaitu video, audio, talent,
promps, setting, dan lighting
(Wells,1992).
a. Video, yakni yang menyangkut
segala visualisasi yang muncul pada
iklan televisi
b. Audio, merupakan keseluruhan unsur
audio yang ditampilkan pada iklan
televisi yang biasanya berupa musik,
suara, efek suara, ataupun yang
berupa voice over dari talent yang
tampil di iklan ataupun narator yang
tidak kelihatan.
c. Talent, merupakan pemeran ataupun
tokoh-tokoh yang muncul pada
sebuah iklan di televisi.
d. Promps, merupakan produk yang
diiklankan pada iklan televisi.
e. Setting, merupakan lokasi pembuatan
iklan
f. Lighting, merupakan efek
pencahayaan yang ditampilkan di
iklan televisi yang digunakan sebagai
pelengkap iklan atau mempertegas
suatu adegan yang muncul dalam
iklan televisi.
g. Graphics, merupakan keseluruhan
efek grafis yang ada pada sebuah
iklan televisi yang dapat berupa
tulisan (seperti ilustrasi, desain
ataupun ilustrasi foto).
Iklan Televisi XL Serba Seribu Versi
Donat
Iklan ini ditayangkan pada
seluruh televisi swasta di Indonesia
pada tahun 2012 dan berdurasi 15 detik.
Mengambil setting di dalam sebuah
rumah. Dimulai dari adegan Omesh
yang menawarkan setengah potong
donat kepada laki-laki lain. Namun
untuk setengah potong donat yang
diberikan Omesh meminta imbalan agar
laki-laki tersebut mencuci piring, gelas,
sendok, berbagai peralatan dapur lain,
mobil, baju, dan celana. Karena
kesalnya, tiba-tiba laki-laki tersebut
menyumbat mulut Omesh dengan
setengah potong donat yang diberikan
53 | P a g e
tadi sebelum Omesh menyelesaikan
ucapannya. Kemudian terdengar suara
narator yang mengatakan “mau modal
dikit mau dapat banyak, Cuma XL yang
bisa ngasi seribu sms ke semua
operator”. Dan diakhiri dengan adegan
Omesh memegang setengah potong
donat di tangan kiri dan telepon
genggam di tangan kanan sambil
mengucapkan kata-kata ciyus dan
miyapah.
Gambar 1. Scene Terakhir pada Iklan TelevisiXL Serba Seribu Versi Donat
Elemen-Elemen Iklan Televisi XL
Serba Seribu Versi Donat
Adapun elemen-elemen yang digunakan
dalam iklan televisi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Video
Visualisasi yang dimunculkan
dalam setiap adegan iklan tersebut
adalah :
1. Adegan Omesh sedang
mengaduk mug kemudian
muncul laki-laki lain. Sambil
mengaduk mug Omesh
menawarkan setengah potong
donat kepada laki-laki tersebut.
Ukuran shot menggunakan
medium shot dengan angel
camera straight angel.
Gambar 2. Adegan 1 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
2. Menampilkan ekspresi laki-laki
lain gembira melihat donat yang
ditawarkan Omesh. Ukuran shot
close up dengan angel camera
straight angel.
Gambar 3. Adegan 2 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
3. Berikutnya menampilkan adegan
Omesh tersenyum sambil
meminta kepada laki-laki itu
untuk mencuci piring. Ukuran
shot close up dengan angel
camera straight angel.
54 | P a g e
Gambar 4. Adegan 3 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
4. Dilanjutkan dengan menampil-
kan adegan Omesh meminta
laki-laki tersebut mencuci gelas.
Ukuran shot medium shot
dengan angel camera straight
angel.
Gambar 5. Adegan 4 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
5. Selanjutnya menampilkan
adegan Omesh meminta laki-laki
tesebut mencuci sendoknya juga.
Ukuran shot close up dengan
angel camera straight angel.
Gambar 6. Adegan 5 Iklan Televisi XL SerbaSeribu Versi Donat
6. Kemudian menampilkan
ekspresi laki-laki tersebut yang
ingin memakan donat namun
tidak jadi karena mendengar
masih banyak permintaan yang
diinginkan Omesh. Ukuran shot
close up dengan angel camera
straight angel.
Gambar 7. Adegan 6 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
7. Menampilkan adegan Omesh
dan laki-laki yang sama melihat
ke arah tumpukan piring kotor.
Ukuran shot medium shot
dengan angel camera straight
angel.
Gambar 8. Adegan 7 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
8. Setelah itu menampilkan adegan
Omesh yang masih meminta
laki-laki tersebut untuk
mencucikan mobilnya. Ukuran
55 | P a g e
shot close up dengan angel
camera straight angel.
Gambar 9. Adegan 8 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
9. Berikutnya menampilkan
ekspresi laki-laki tersebut mulai
kesal dengan permintaan Omesh
yang begitu banyak. Ukuran shot
close up dengan angel camera
straight angel.
Gambar 10. Adegan 9 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
10. Karena kesalnya akhirnya laki-
laki tersebut menyumbat mulut
Omesh dengan donat yang
tidak jadi dia makan tersebut.
Ukuran shot medium shot
dengan angel camera straight
angel.
Gambar 11. Adegan 10 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
11. Dilanjutkan dengan menampil-
kan adegan Omesh memegang
donat di tangan kiri dan telpon
genggam di tangan kanan
sambil mendengarkan suara
narator dan melihat ke atas
seolah-olah mencari sumber
suara tersebut. Disebelah kanan
Omesh juga terdapat teks :
paket serbu serba seribu 1000
sms ke semua operator.
Aktifkan sekarang
*123*1000#. Warna yang
digunakan didominasi oleh
warna biru, karena biru
merupakan warna identitas dari
XL. Ukuran shot medium shot
dengan angel camera straight
angel.
Gambar 12. Adegan 11 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
56 | P a g e
12. Masih menampilkan adegan
Omesh memegang donat dan
handphone namun kini
menghadap ke kamera sambil
mengucapkan kata ciyus dan
miapah. Disebelah kanan
Omesh terdapat teks berwarna
jingga bertuliskan XLangkah
Lebih Maju dan dibawahnya
terdapat teks kecil mengani
syarat dan ketentuan berlaku.
Ukuran shot medium shot
dengan angel camera straight
angel.
Gambar 13. Adegan 12 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
13. Sama seperti di atas,
menampilkan adegan Omesh
memegang donat dan
handphone. Namun teks yang
terdapat di sebelah kanan
Omesh diganti dengan logo XL
yang berwarna putih hijau,
serta terdapat bulatan berwarna
orange di atas huruf x .
Gambar 14. Adegan 13 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat
b. Audio
Suara dialog antara Omesh dan
seorang laki-laki. Efek suara yang
digunakan adalah efek suara berupa
bunyi gelas (mengaduk sendok
dalam gelas), Suara Narator dan
musik yang digunakan pada akhir
iklan.
c. Talent
Talent dalam iklan XL Serba seribu
versi donat ini adalah Ananda
Omesh dan seorang laki-laki yang
belum diketahui namanya.
d. Promps
Produk yang diiklankan dalam
iklan ini adalah provider XL
dengan keunggulannya Serba
Seribu yaitu memberikan gratis
1000 sms ke semua operator
dengan cara menekan *123*1000#
e. Setting
Lokasi pembuatan iklan dalam
iklan XL Serba Seribu versi donat
ini adalah di dalam sebuah rumah.
57 | P a g e
f. Lighting
Pencahayaan buatan dengan
bantuan lampu karena lokasi
shooting berada di dalam ruangan.
g. Graphics
Merupakan keseluruhan efek grafis
yang ada pada sebuah iklan televisi
seperti warna, logo dan teks.
Graphics yang ditampilkan dalam
iklan ini dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Logo
Gambar 15. Logo XLPada bagian akhir iklan ditampilkan
logo XL dengan latar belakang
berwarna biru. Logo merupakan
identitas yang dipergunakan untuk
menggambarkan citra dan karakter
suatu lembaga atau perusahaan
maupun organisasi. Perusahaan PT.
Excelcomindo Pratama (XL)
menggunakan jenis logotype yaitu
nama perusahaan atau produk yang
tampil dalam bentuk tulisan khusus
untuk menggambarkan ciri khas
secara komersial. Huruf X pada logo
XL terlihat seperti orang yang
sedang berjalan. Di atas huruf X itu
terdapat sebuah bulatan berwarna
oranye. Bulatan itu melambangkan
sebuah wajah yang memberikan ciri
adanya sebuah pribadi. Sedangkan
lengkung huruf L yang berwarna
hijau terlihat luwes agar mampu
memberikan kesan bahwa XL
memberikan apa yang betul-betul
dibutuhkan pelanggan.
Warna
Pada bagian akhir iklan warna yang
dominan digunakan adalah warna
biru. Warna biru merupakan warna
identitas dari produk XL. Dalam
psikologi warna, warna biru
melambangkan ketenangan. Di dunia
desain, biru sering disebut “warna
corporate” karena hampir semua
perusahaan menggunakan warna
biru sebagai warna utamanya. Tidak
heran memang, karena biru
merupakan warna yang termasuk
tenang dan bersifat penyendiri.
Gambar 16. Lingkaran Warna
Logo XL menggunakan warna putih,
hijau dan oranye. Putih adalah warna
yang murni, tidak ada campuran
apapun. Sehingga sering di anggap
58 | P a g e
sebagai warna yang menimbulkan
efek suci dan bersih. Warna putih
pada huruf X dalam logo XL dapat
memberikan kesan yang simple dan
minimalis. Huruf L menggunakan
warna hijau. Hijau adalah warna
yang tenang karena biasanya di
kaitkan dengan lingkungan dan
alam. Di dalam desain, kita bisa
menggunakan warna hijau untuk
memberikan kesan segar. Bulatan di
atas huruf X dalam logo XL
menggunakan warna oranye atau
jingga. Oranye adalah hasil
peleburan merah dan kuning,
sehingga efek yang di hasilkan kuat
dan hangat. Warna oranye juga
digunakan dalam teks yang
dimunculkan di akhir iklan ini.
Gambar 17. Teks dalam IklanTelevisi XL Serba Seribu Versi Donat
Teks
Pada 2 scene terakhir dalam iklan ini
dimunculkan teks-teks sebagai
berikut:
Scene pertama manampilkan teks :
Paket Serbu serba seribu1000 SMS ke semua operatorAktifkan sekarang *123*1000#Teks tersebut menggunakan jenis
huruf sans serif yaitu huruf tanpa kait
di ujung. Teks tersebut merupakan
inti dari pesan iklan yang ingin
disampaikan.
Pada scene kedua terdapat teks XL
Langkah lebih Maju. Ini merupakan
slogan dari produk XL. Dewasa ini
keberadaan slogan dapat dijadikan
sebagai ciri khas perusahaan atau
produk. Artinya, hanya dengan
mengetahui slogannya khalayak dapat
mengingat perusahaan atau produk
tersebut.
PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa agar dapat menarik
minat konsumen dalam iklan televisi
harus mengandung elemen-elemen yaitu
video, audio, talent, promps, setting,
lighting dan graphics. Dalam iklan XL
Serba seribu ini unsur graphics menjadi
bagian yang sangat penting karena
menampilkan inti dari isi pesan iklan
yang ingin disampaikan. Selain itu yang
menjadi faktor penyebab iklan ini
59 | P a g e
menarik adalah penggunaan bahasa gaul
atau bahasa alay dalam akhir iklan.
Daftar Pustaka
Bohar,Soeharto.1987. PengantarPenelitian Ilmiah: Dasar,Metode, dan Teknik. Bandung :Tarsito.
Bungin, Burhan. 2010. PenelitianKualitatif. Jakarta : KencanaPrenada Media Group.
Ratna, Noviani. 2002. Jalan TengahMemahami Iklan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.
Sugiyono.2005. Memahami PenelitianKualitatif. Bandung. Alfabet
Sumartono.2002. Terperangkap DalamIklan: Meneropong imbas PesanIklan Televisi. Bandung :Alfabet.
Suyanto,M. 2007. Marketing Strategi :Top Brand Indonesia.Yogyakarta : Andi Offset.
Widyatama, Rendra. 2011. TeknikMenulis Naskah Iklan.Yogyakarta : Kompas GramediaGroup.
Sumber Lain :
Video Iklan XL Serba Seribu VersiDonat
60 | P a g e
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHANLOKASI TAMBANG BATU BARA DI PULAU KALIMANTAN
DENGAN METODE AHP
1Aldi Wiliar Wira Permana, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro12Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik
InformatikaUniversitas Trilogi, [email protected] , [email protected]
ABSTRAK
Pemilihan lokasi tambang merupakan persoalan yang sangat penting dalampenentuan lokasi tambang batu bara yang harus diplih oleh perusahaan tambang. Dalammenentukan lokasi tambang batu bara, ada beberapa faktor atau kriteria yang harusdiperhatikan diantaranya kandungan zat di dalam tanah, menentukan UPS (Ultimate PitSlope), ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi,dimensi jenjang/bench, kondisi geografi dan geologi, kondisi geometric jalan danpemilihan system penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerahpenambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kriteria-kriteria yang digunakandalam pemilihan lokasi tambang batu bara. Kriteria-kriteria tersebut dianalisismenggunakan metode AHP, AHP merupakan system yang fleksibel dalam penentuandan perhitungan prioritas yang paling tinggi. Hasil keputusan adalah lokasi yangstrategis atau tidak untuk tambang batu bara tersebut berdasarkan data yang didapat darikriteria tertinggi. Sistem ini berguna dalam pengambilan keputusan pemilihan lokasitambang batu bara.
Kata Kunci— Sistem Pendukung Keputusan, SPK, Analytical Hierarchy Process,Lokasi Tamabang.
PENDAHULUAN
Seiring banyaknya masalah yang
terjadi dalam pertambangan batu bara
berdasarkan pertimbangan teknis yaitu
seperti kandungan zat di dalam tanah,
menentukan UPS (Ultimate Pit Slope),
ukuran dan batas maksimum dari
kedalaman tambang pada akhir operasi,
dimensi jenjang/bench, kondisi geografi
dan geologi, kondisi geometric jalan dan
pemilihan system penirisan yang
tergantung kondisi air tanah dan curah
hujan daerah penambangan, oleh karena
itu peneliti ingin meneliti tentang system
pendukung keputusan untuk menentukan
lokasi tambang menggunakan AHP
(Analytic Hierarchy Process) yang akan
mempermudah perusahaan tambang
untuk menentukan lokasi tambang
batubara di pulau kalimantan. System
pendukung keputusan adalah bagian dari
system informasi berbasis pengetahuan
yang dipakai untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam seuatu
organisasi, lembaga atau perusahaan.
Dapat juga dikatakan sebagai system
computer yang mengolah data menjadi
informasi untuk mengambil keputusan
dari masalah spesifik. Penelitian ini
61 | P a g e
bertujuan untuk membantu mengambil
keputusan untuk pengusaha tambang
batu bara berdasarkan kriteria-kriteria
yang digunakan dalam pemilihan lokasi
tambang batu bara. Kriteria-kriteria
tersebut dianalisis menggunakan metode
AHP.AHP merupakan system yang
fleksibel dalam penentuan dan
perhitungan prioritas yang paling
tinggi.Hasil keputusan adalah lokasi
yang strategis atau tidak untuk tambang
tersebut berdasarkan data yang didapat
dari kriteria tertinggi.
AHP (Analytic Hierarchy
Process) merupakan system pendukung
keputusan menggunakan perhitungan
matrik berpasangan. AHP memiliki
hirarki yang kompleks antara lain tujuan,
kriteria, sub kriteria perhitungannya
sampai level yang paling bawah dari sub
kriteria tersebut. Dengan menggunakan
system pendukung keputusan ini
sangatlah akurat dalam proses
perhitungan dalam penentuan lokasi
pertambangan. Dalam penelitian ini,
metode AHP diaplikasikan pada system
pendukung keputusan untuk menentukan
lokasi tambang yang tepat dan
strategis.Untuk penentuan lokasi
tambang, diasumsikan bahwa kriteria-
kriteria yang digunakan dalam menilai
lokasi tambang adalah legalitas lahan,
lokasi apakah aktivitas pertambangan
berdampak pada pemukiman masyarak
atatau tidak, kandungan di dalam tanah
apakah aman atau tidak dan masalah
keungan.
Dengan adanya penelitian ini,
membantu mengambil keputusan untuk
pengusaha tambang batu bara
berdasarkan kriteria-kriteria yang
digunakan dalam pemilihan lokasi
tambang batu bara yang strategis di
pulau kalimantan.
Tinjauan Pustaka
Terdapat pada penelitian sebelumnya
tentang bagaimana mengambil
keputusan dengan kasus-kasus yang ada
dengan caracara yang berbeda, ada yang
menggunakan satu metode untuk
analisisnya dan ada juga yang
menggabungkan beberapa metode dalam
studi kasus yang di ambilnya.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Rian Kurnia Setiawan pada tahun
2014 dengan judul “Implementasi
Metode Analytical Hierarchy Process
Dalam Medukung Keputusan Investasi
Perumahan Berdasarkan Lokasi”
didalam penelitian ini menjelaskan
mengenai penentuan pemilihan rumah
dari beberapa kriteria yang dipilih
pembeli diantaranya yaitu :
Diskon/Promo, Spesifikasi/Fasilitas,
Jarak dari Sekolah/Keunggulan Lokasi
dan Tipe. Dengan mengembangkan
Sistem Pendukung Keputusan
62 | P a g e
menggunakan metode AHP ini
diharapkan calon pembeli mendapatkan
kemudahan dalam memilih rumah
berdasarkan lokasi yang sesuai dengan
keinginan dan keadaan calon pembeli.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Friska Abadi pada tahun 2016
dengan judul “Penentuan Penerima
Bantuan Dana untuk Sekolah Menengah
Di Kab. Banjar Menggunakan Metode
AHP-TOPSIS Dengan Pendekatan
Fuzzy” yang dapat memberikan prioritas
penerima bantuan dana dengan
memperhitungkan segala kriteria yang
membantu, mempercepat serta
mempermudah penentuan sekolah mana
yang berhak menerima bantuan.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Ermawati pada tahun 2015 dengan
judul “Sistem Pendukung keputusan
Pemilihan Calom Peserta Cerdas Cermat
Dengan Metode Analytical Hierarchy
Process (Studi kasus: SMAN 1 Simpang
Kiri Subulussalam)” yang dapat
melakukan pemilihan siswa dalam
mengikuti cerdas cermat pada tingkat
Sekolah Menengah Atas dengan kriteria-
kriteria yang sudah ditentukan oleh
pihak sekolah.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Lusiana Kristiyanti, Aris Sugiharto,
Helmie Arif W dengan judul “Sistem
Pendukung Keputusan Pemilihan
Pengajar Les Private Untuk Semua
Lembaga Bimbingan Belajar dengan
Metode AHP (Studi Kasus LBB System
Cerdas)” yang dapat memberikan
rangking pengajar berdasarkan nilai
yang didapat pengajar sehingga dapat
digunakan untuk pemilihan pengajar di
lembaga bimbingan belajar.
Penelitian yang pernah dilakukan
oleh Tri Ginanjar Laksana, Ma’mun
Efendi Zarkasy pada tahun 2015 dengan
judul “Sistem Pendukung Keputusan
Seleksi Supplier Pemilihan Bibit Ayam
Boiler Menggunakan Metode AHP
(Study kasus : CV.CMB)” yang dapat
mempermudah Bagian Quality Control
dalam melakukan penilaian untuk
mendapatkan satu supplier yang
memberikan penawaran serta pelayanan
terbaik dan dapat mengevaluasi dan
menyeleleksi supplier tidak hanya
menekankan pada aspek/kriteria biaya
(cost) dan ditambah penilaian lain yang
sifatnya subjektif tetapi menakan pada
aspek benefit.
Berdasarkan penelitian sebelum-
nya dapat dipastikan bahwa satu metode
ataupun kombinasi beberapa metode
analisis dapat digunakan sebagai
pengambilan keputusan untuk dapat
digunakan atau hanya sebagai
rekomendasi oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.
63 | P a g e
Metodelogi Penelitian
Perhitungan AHP
Pada dasarnya langkah-langkah
dalam metode AHP meliputi :
1. Menyusun hirarki dari permasalahan
yang dihadapi. Persoalan yang akan
diselesaikan, diuraikan menjadi
unsurunsurnya, yaitu kriteria dan
alternatif, kemudian disusun menjadi
struktur hierarki.
2. Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui
perbandingan berpasangan. Menurut
Saaty (1988), untuk berbagai
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah
skala terbaik dalam mengekspresikan
pendapat. Nilai dan definisi pendapat
kualitatif dari skala perbandingan.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan
menilai tingkat kepentingan satu
elemen terhadap elemen lainnya.
Proses perbandingan berpasangan,
dimulai dari level hirarki paling atas
yang ditujukan untuk memilih
kriteria, misalnya A, kemudian
diambil elemen yang akan
dibandingkan, misal A1, A2, dan A3.
3. Penentuan prioritas Untuk setiap
kriteria dan alternatif, perlu
dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilainilai
perbandingan relatif kemudian diolah
untuk menentukan peringkat
alternatif dari seluruh alternatif. Baik
kriteria kualitatif, maupun kriteria
kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan
bobot dan proritas. Bobot atau
prioritas dihitung dengan manipulasi
matriks atau melalui penyelesaian
persamaan matematik. Pertimbangan
- pertimbangan terhadap perbanding-
an berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas
melalui tahapan-tahapan berikut:
i.Kuadratkan matriks hasil
perbandingan berpasangan. ii. Hitung
jumlah nilai dari setiap baris,
kemudian lakukan normalisasi
matriks.
4. Konsistensi Logis Semua elemen
dikelompokkan secara logis dan
diperingatkan secara konsisten sesuai
dengan suatu kriteria yang logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari
hasil perbandingan secara
berpasangan tersebut harus
mempunyai hubungan kardinal dan
ordinal. Hubungan tersebut dapat
ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi
& Ramdhani, 1998) : Hubungan
kardinal : aij . a¬jk = aik¬ Hubungan
ordinal : Ai¬> Aj, Aj> Ak maka Ai>
Ak Hubungan diatas dapat dilihat
dari dua hal sebagai berikut : a.
Dengan melihat preferensi
64 | P a g e
multiplikatif, misalnya bila anggur
lebih enak empat kali dari mangga
dan mangga lebih enak dua kali dari
pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang. b. Dengan
melihat preferensi transitif, misalnya
anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka
anggur lebih enak dari pisang. Pada
keadaan sebenarnya akan terjadi
beberapa penyimpangan dari
hubungan tersebut, sehingga matriks
tersebut tidak konsisten sempurna.
Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan
proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian
per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris
dibagi prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen,
akan didapat λ maks.
e. Indeks Konsistensi (CI) =
(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio
Konsistensi = CI/ RI, di mana RI
adalah indeks random
konsistensi. Jika rasio konsistensi
≤ 0.1, hasil perhitungan data
dapat dibenarkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.
A. Perbandingan Antara Kriteria Dan
Kriteria.
Untuk perbandingan kriteria dan
kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5
di dalam table ada kolom berwarna
biru, pada kolom biru dapat diisi
berdasarkan range skala
perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warna ungu adalah
hasil dari total.
Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.
B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria
Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat
dijelaskan pada tabel 1 di dalam table
ada kolom berwarna orange, pada kolom
orange dapat diisi berdasarkan range
64 | P a g e
multiplikatif, misalnya bila anggur
lebih enak empat kali dari mangga
dan mangga lebih enak dua kali dari
pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang. b. Dengan
melihat preferensi transitif, misalnya
anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka
anggur lebih enak dari pisang. Pada
keadaan sebenarnya akan terjadi
beberapa penyimpangan dari
hubungan tersebut, sehingga matriks
tersebut tidak konsisten sempurna.
Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan
proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian
per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris
dibagi prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen,
akan didapat λ maks.
e. Indeks Konsistensi (CI) =
(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio
Konsistensi = CI/ RI, di mana RI
adalah indeks random
konsistensi. Jika rasio konsistensi
≤ 0.1, hasil perhitungan data
dapat dibenarkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.
A. Perbandingan Antara Kriteria Dan
Kriteria.
Untuk perbandingan kriteria dan
kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5
di dalam table ada kolom berwarna
biru, pada kolom biru dapat diisi
berdasarkan range skala
perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warna ungu adalah
hasil dari total.
Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.
B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria
Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat
dijelaskan pada tabel 1 di dalam table
ada kolom berwarna orange, pada kolom
orange dapat diisi berdasarkan range
64 | P a g e
multiplikatif, misalnya bila anggur
lebih enak empat kali dari mangga
dan mangga lebih enak dua kali dari
pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang. b. Dengan
melihat preferensi transitif, misalnya
anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka
anggur lebih enak dari pisang. Pada
keadaan sebenarnya akan terjadi
beberapa penyimpangan dari
hubungan tersebut, sehingga matriks
tersebut tidak konsisten sempurna.
Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi
seseorang. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan
proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian
per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris
dibagi prioritas bersangkutan dan
hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen,
akan didapat λ maks.
e. Indeks Konsistensi (CI) =
(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio
Konsistensi = CI/ RI, di mana RI
adalah indeks random
konsistensi. Jika rasio konsistensi
≤ 0.1, hasil perhitungan data
dapat dibenarkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.
A. Perbandingan Antara Kriteria Dan
Kriteria.
Untuk perbandingan kriteria dan
kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5
di dalam table ada kolom berwarna
biru, pada kolom biru dapat diisi
berdasarkan range skala
perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warna ungu adalah
hasil dari total.
Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.
B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria
Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat
dijelaskan pada tabel 1 di dalam table
ada kolom berwarna orange, pada kolom
orange dapat diisi berdasarkan range
65 | P a g e
skala perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warga hijau adalah
hasil dari total.
Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.
C. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kandungan Zat Dalam
Tanah
Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.
D. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)
Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.
E. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Batas Maksimum
Kedalaman Tambang
Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.
F. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Dimensi Jenjang/ Bench
Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan
alternative.
G. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geografi &
Geologi
Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.
65 | P a g e
skala perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warga hijau adalah
hasil dari total.
Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.
C. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kandungan Zat Dalam
Tanah
Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.
D. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)
Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.
E. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Batas Maksimum
Kedalaman Tambang
Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.
F. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Dimensi Jenjang/ Bench
Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan
alternative.
G. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geografi &
Geologi
Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.
65 | P a g e
skala perbandingan kriteria dan kriteria
sedangkan untuk warga hijau adalah
hasil dari total.
Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.
C. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kandungan Zat Dalam
Tanah
Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.
D. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)
Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.
E. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Batas Maksimum
Kedalaman Tambang
Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.
F. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Dimensi Jenjang/ Bench
Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan
alternative.
G. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geografi &
Geologi
Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.
66 | P a g e
H. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geometric Jalan
Dan Pemilihan System Penirisan
Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.
1. Menentukan Perankingan
Untuk setiap kriteria dan
alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons).
Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan
peringkat alternatif dari seluruh
alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun
kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui
penyelesaian persamaan matematik.
Tabel 10. perankingan.
Dari hasil di atas pada tabel 13
dapat disimpulkan sebagai berikut dari
hasil yang ada di bagian penentuan
prioritas pilihan Pontiak dengan nilai
0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan
0,16. Jika diranking maka urutannya
prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu
Katingan selanjutnya adalah
Balikpapan.Maka sebagai pengusaha
disarankan memilih Pontianak karena
memperoleh prioritas tertinggi.
2. Perhitungan Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria
yang logis. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas
bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per
baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi
prioritas bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan
didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)
/ (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana
RI adalah indeks random konsistensi.
Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil
perhitungan data dapat dibenarkan.
66 | P a g e
H. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geometric Jalan
Dan Pemilihan System Penirisan
Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.
1. Menentukan Perankingan
Untuk setiap kriteria dan
alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons).
Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan
peringkat alternatif dari seluruh
alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun
kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui
penyelesaian persamaan matematik.
Tabel 10. perankingan.
Dari hasil di atas pada tabel 13
dapat disimpulkan sebagai berikut dari
hasil yang ada di bagian penentuan
prioritas pilihan Pontiak dengan nilai
0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan
0,16. Jika diranking maka urutannya
prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu
Katingan selanjutnya adalah
Balikpapan.Maka sebagai pengusaha
disarankan memilih Pontianak karena
memperoleh prioritas tertinggi.
2. Perhitungan Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria
yang logis. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas
bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per
baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi
prioritas bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan
didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)
/ (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana
RI adalah indeks random konsistensi.
Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil
perhitungan data dapat dibenarkan.
66 | P a g e
H. Perbandingan Kriteria Dan
Alternative Kondisi Geometric Jalan
Dan Pemilihan System Penirisan
Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.
1. Menentukan Perankingan
Untuk setiap kriteria dan
alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons).
Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan
peringkat alternatif dari seluruh
alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun
kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui
penyelesaian persamaan matematik.
Tabel 10. perankingan.
Dari hasil di atas pada tabel 13
dapat disimpulkan sebagai berikut dari
hasil yang ada di bagian penentuan
prioritas pilihan Pontiak dengan nilai
0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan
0,16. Jika diranking maka urutannya
prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu
Katingan selanjutnya adalah
Balikpapan.Maka sebagai pengusaha
disarankan memilih Pontianak karena
memperoleh prioritas tertinggi.
2. Perhitungan Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan
secara logis dan diperingatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria
yang logis. Penghitungan konsistensi
logis dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas
bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per
baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi
prioritas bersangkutan dan hasilnya
dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan
didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)
/ (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana
RI adalah indeks random konsistensi.
Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil
perhitungan data dapat dibenarkan.
67 | P a g e
Tabel 11. Index random konsistensi.
Implementasi menghitung konsistensi
Tabel 12. Perhitungan konsistensi.
Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +
0,98 + 0,52 = 6,36
Indeks konsistensi =
CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan
keputusan yg sangat konsisten,
sedangkan CI > 0, maka pengambilan
keputusan yang tidak konsisten
(inkonsisten).
Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI
dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai
RI ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel.13 Nilai RI.
CI/RI =, , = 0,058
Secara umum, tingkat konsistensi
adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤
0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10
maka terdapat inkonsistensi yang serius
dan hasil analisis AHP tidak mempunyai
arti atau analisis AHP tidak ampuh
dalam pengambil keputusan.
Dapat disimpulkan dari keputusan
nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)
Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat
menyelesaikan masalah dalam
pengambilan keputusan.
KesimpulanKonsep rancangan sistem
pendukung keputusan penentuan lokasi
tambang batu bara diharapkan menjadi
acuan bagi pengembangan sistem
nantinya. Dari berbagai lokasi tambang
batu bara yang ada di pulau kalimantan
diharapkan dapat membantu pengusaha
batu bara dalam menentukan lokasi
67 | P a g e
Tabel 11. Index random konsistensi.
Implementasi menghitung konsistensi
Tabel 12. Perhitungan konsistensi.
Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +
0,98 + 0,52 = 6,36
Indeks konsistensi =
CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan
keputusan yg sangat konsisten,
sedangkan CI > 0, maka pengambilan
keputusan yang tidak konsisten
(inkonsisten).
Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI
dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai
RI ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel.13 Nilai RI.
CI/RI =, , = 0,058
Secara umum, tingkat konsistensi
adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤
0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10
maka terdapat inkonsistensi yang serius
dan hasil analisis AHP tidak mempunyai
arti atau analisis AHP tidak ampuh
dalam pengambil keputusan.
Dapat disimpulkan dari keputusan
nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)
Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat
menyelesaikan masalah dalam
pengambilan keputusan.
KesimpulanKonsep rancangan sistem
pendukung keputusan penentuan lokasi
tambang batu bara diharapkan menjadi
acuan bagi pengembangan sistem
nantinya. Dari berbagai lokasi tambang
batu bara yang ada di pulau kalimantan
diharapkan dapat membantu pengusaha
batu bara dalam menentukan lokasi
67 | P a g e
Tabel 11. Index random konsistensi.
Implementasi menghitung konsistensi
Tabel 12. Perhitungan konsistensi.
Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +
0,98 + 0,52 = 6,36
Indeks konsistensi =
CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan
keputusan yg sangat konsisten,
sedangkan CI > 0, maka pengambilan
keputusan yang tidak konsisten
(inkonsisten).
Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI
dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai
RI ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel.13 Nilai RI.
CI/RI =, , = 0,058
Secara umum, tingkat konsistensi
adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤
0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10
maka terdapat inkonsistensi yang serius
dan hasil analisis AHP tidak mempunyai
arti atau analisis AHP tidak ampuh
dalam pengambil keputusan.
Dapat disimpulkan dari keputusan
nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)
Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat
menyelesaikan masalah dalam
pengambilan keputusan.
KesimpulanKonsep rancangan sistem
pendukung keputusan penentuan lokasi
tambang batu bara diharapkan menjadi
acuan bagi pengembangan sistem
nantinya. Dari berbagai lokasi tambang
batu bara yang ada di pulau kalimantan
diharapkan dapat membantu pengusaha
batu bara dalam menentukan lokasi
68 | P a g e
tambang batu bara yang sesuai dengan
keinginan penusaha.
Daftar Pustaka
Adriyendi, Yeni Melia. DSS using AHPin selection of Lecturer. March2013.
Alit Suryo Irawan. System pendukungkeputusan pemilihan jurusan diSMA Islam Sudirman ambarawamenggunakan metode AnalyticalHierarchy Process(AHP).
Angga Fitra Nurifai, Nova Rijati, SSiM.Kom. system pendukungkeputusan pemilihan perumahandengan metode Fuzzy tahani(Studi pada PT.BUKITSEMARANG JAYA METRO).
Armadyah Amborowati. Sistempenunjang keputusan pemilihanperumahan dengan metode AHPmenggunakan Expert Choice.
Aris Sugiharto, Lusina Kristiyanti,Helmie Arif W. Sistempendukung keputusan pemilihanpengajar les privat untuk siswalembaga bimbingan belajardengan metode AHP (Studi kasusLBB system cerdas).
Ermawati. System pendukung keptusanpemilihan calon peserta cerdascermat dengan metode analyticalhierarchy(AHP) (Studikasus:SMA Negeri 1 SimpangKiri Subulussalam). Maret 2015.
Friska Abadi. Penentuan Penerimabantuan dana untuk sekolahmenengah di kab.Banjarmenggunakan metode AHP-Topsis dengan pendekatanFuzzy. 2016.
Krupesh A Chauhan, N,C Shah,R.Venkata Rao. The AnalyticalHierarchy Process as aDecision-Support System in theHousing Sector: A Case Study.2008.
Mohamed Salah, Soliman Abu Samra,Ossama Hosny. AnalyticalHierarchy Process DecisionSupport System(AHP-DSS) fortrenchless technology..
Rok Pupnik, Matja Kukar. DecisionSupport System to SupportDecision Processes with DataMining. 2007.
Ms. Simi Sojan, Ms Sify K Raphy,Ms.Pinky Thomas. TechniquesUsed in Support System forCRM-A Review. February 2014.
69 | P a g e
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI
PEMBANGUNAN SUPERMARKET DENGAN METODE AHP
1Arif Setyo Pambudi,
2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,
3Aldi Riyanto,
123Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik
InformatikaUniversitas Trilogi, Jakarta
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Penentuan lokasi merupakan masalah utama dalam membangun
Supermarket.Investor sering kali mendapat kesulitan karena banyaknya kriteria yang
harus dipertimbangkan untuk mencari lokasi strategis. Masalah dalam pembangunan
Supermarket sering di anggap sepele sehingga tidak sedikit supermarket yang tidak
dapat mencapai target penjualan. Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah
perancangan pembuatan sistem penunjang keputusan penentuan lokasi strategis
pembangunan Supermarket.Perencanaan ini menggunakan metode Analitycal Hierarchy
Process (AHP).Sistem penunjang keputusan dapat membantu investor dalam memilih
lokasi strategis dengan hasil analisis yang didapat dari Multi-CriteriaDecision Making.
Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi yaitu Geografis, Penduduk,
Biaya, sarana dan Prasarana, dengan sub-criterianya luas lahan, Dekat dengan
pemukiman, Kondisi jalan, Rawan bencana, Kepadatan Penduduk, Jumlah UKM, Biaya
Pembelian Lahan, Biaya total pembangunan, dll.Tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk mempermudah
Investordalam mengambil keputusan menentukan lokasi strategis. Perhitungan metode
AHP menggunakan perangkat lunak Expert choice 11.
Kata Kunci : Sistem penunjang keputusan, Pemilihan lokasi strategis, Analitycal
Hierarchy Process(AHP), Expert choice 11.
PENDAHULUAN
Penentuan lokasi merupakan
masalah utama dalam membangun
supermarket.Dalam penentuan lokasi
strategis untuk pembangunan
Supermarket, Investor sering kali
mendapat kesulitan karena banyaknya
kriteria yang harus dipertimbangkan
untuk mencari lokasi yang baik.Masalah
dalam pembangunan Supermarket ini
sering di anggap sepele, sehingga tidak
sedikit Supermarket yang tidak dapat
mencapai target penjualan. Kegagalan
dalam menentukan lokasi strategis
untuk membangun Supermarker akan
merugikan investor, sehingga memilih
lokasi yang tepat adalah salah satu hal
yang paling penting. Bila pilihannya
tepat, maka target penjualan akan
tercapai, dan kelak akan meningkatkan
pendapatan perusahaan dan ekonomi
masyarakat.
Kemajuan teknologi komputer
yang pesat dapat membantu kehidupan
manusia bahkan di dalam bidang-
bidang yang sulit kita selesaikan secara
70 | P a g e
bersamaan.Melihat pentingnya dalam
menentukan lokasi yang tepat, maka
perlu dibuatkan sistem pendukung
keputusan (SPK) yang dapat membantu
investor dalam menentukan lokasi
untuk membangun supermarket dengan
menggunakan perangkat lunak Expert
choice 11 untuk teknis analisa
Analytical Hierarchy Process(AHP).
Berdasarkan latar belakang diatas, serta
untuk menetukan arah dari penulisan
ini, dengan demikian perumusan
masalah yang ada adalah “memecahkan
masalah dalam menentukan lokasi
strategis pembangunan Supermarket”.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan sebuah Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) untuk
mempermudah pengambilan keputusan
penentuan lokasi strategis supermarket,
denganmenggunakan perangkat lunak
Expert choice 11 untuk teknis analisa
Analytical Hierarchy Process(AHP).
Sehingga dapat membantu investor
dalam menentukan lokasi strategis yang
tepat.
1. Landasan Teori
Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung
Keputusan atau Decision Support
System (DSS) pertama kali diungkapkan
pada awal tahun 1970-an oleh Michael
S. Scott Morton dengan istilah
Management Decision System.Definisi
dari sistem pendukung keputusan
adalah suatu sistem berbasis komputer
yang diajukan untuk membantu
pengambilan keputusan dalam
memanfaatkan data dan model tertentu
untuk memecahkan berbagai persoalan
yang tidak tersetruktur (Daihani, 2001).
Sistem Pendukung keputusan
(SPK) atau Decision Support System
(DSS) adalah sebuah sistem yang
mampu memberikan kemampuan
pemecahan masalah maupun
kemampuan pengkomunikasian untuk
masalah dengan kondisi semi terstruktur
dan tak terstruktur.Sistem ini digunakan
untuk membantu pengambilan
keputusan dalam situasi smei terstruktur
dan situasi tidak terstruktur (Turban,
2001).
Sistem Pendukung Keputusan
mengacu pada suatu sistem yang
memanfaatkan dukungan computer
dalam proses pengambilan keputusan.
Hal ini dikemukanan oleh beberapa ahli,
diantaranya Little Man dan Watson
memberi definisi bahwa Sistem
Pendukung Keputusan merupakan suatu
sistem yang interaktif, yang membantu
mengambil keputusan melalui
penggunaan data dan model-model
keputusan untuk memecahkanmasalah –
masalah yang sifatnya semi terstruktur
dan tidak terstruktur (Suryadi, 2001).
71 | P a g e
Sistem Pendukung Keputusan
adalah sistem berbasis komputer
intetraktif yang membantu pengguna
dalam penilaian dan pemilihan Sistem
tidak hanya menyediakan penyimpanan
dan pengambilan data tapi juga
meningkatkan akses informasi
tradisional dengan dukungan untuk
pembuatan model pengambilan
keputusan dan penalaran berbasis model
(Roger & Marek, 2007).
2. Teori Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan
salah satu keputusan yang harus dibuat
secara hati-hati.Penelitian-penelitian
terdahulu menemukan bahwa lokasi
usaha berhubungan dengan kesuksesan
usaha tersebut (Nurul Indarti,
2004).Pemilihan lokasi tersebut
didorong oleh pertimbangan besarnya
sarana transportasi, jalur angkutan
umum, tingkat perekonomian, luas area,
kemanan, harga tanah, dan sumber daya
manusia.
Metode Analytical Hierachy Process
(AHP)
Mengambil Keputusan adalah
suatu proses yang dilaksakan orang
berdasarkan pengetahuan dan informasi
yang ada dengan harapan bahwa akan
terjadi. oleh karena itu diperlukan suatu
metode yang tepat untuk mengambil
keputusan. Salah satu metode yang
digunakan untuk memilih lokasiadalah
Analytical Hierarchy Process
(AHP).Metode AHP ini pertama kali
dikemukan oleh Dr. Thomas L. Saaty
dari Wharton School of Business pada
tahun 1970. AHP merupakan suatu
metode yang digunakan dalam proses
pengambilan keputusan suatu masalah-
masalah kompleks seperti
permasalahan: perencanaan, penentuan
alternatif, penyusunan prioritas,
pemilihan kebijaksanaan, alokasi
sumber,penentuan kebutuhan,
peramalan kebutuhan, optimasi, dan
pemecahan konflik. Suatu masalah
dikatakan kompleks jika struktur
permasalahan tersebut tidak jelas dan
tidak tersedianya data dan informasi
statistik yang akurat, sehingga input
yang digunakan untuk menyelesaikan
masalaha ini adalah intuisi manusia.
(Saaty, 1980).
Keputusan dapat diambil dari
kriteria keputusan yang ada.Kriteria itu
dapat dilakukan dengan adanya
informasi yang diolah dan disajikan
dengan dukungan sistem penunjang
keputusan.Adapun informasi terbentuk
dari adanya data yang terdiri dari
bilangan dan trems yang disusun,
diolah, dan disajikan dengan dukungan
sistem infromasi manajemen. Kemudian
keputusan yang diambil ditindaklanjuti
72 | P a g e
dengan aksi yang dalam pelaksanaanya
perlu mengacu pada standar prosedur
operasi, dan akan membentuk kembali
data, begitu seterusnya yang terjadi
pada siklus data, informasi, keputusan,
dan aksi.
Analitycal Hierarchy Process
(AHP) oleh Dr. Thomas L. Saaty dari
Whartoon School of Business pada
tahun 1970-an untuk mengorganisasi-
kan informasi dan judgement dalam
memilih alternatif yang paling disukai
(Saaty,1983) (Marimin, 2004) persoalan
yang komplek dapat di sederhanakan
dan dipercepat proses pengambilan
keputusannya.
Dalam menentukan keputusan
dengan AHP ada beberapa prinsip yang
harus dipahami, diantaranya adalah :
1. Penyusunan Hierarki
System yang komplek dapat
dipahami dengan memecahnya menjadi
elemen-elemen pendukung keputusan,
menyusun elemen secara hierarki, dan
menggabungkannya atau dengan
mensistesiskannya.
2. Penilaian Kriteria dan Alternatif
Kriteria dan alternative
dilakukan dengan perbandingan
berpasangan. Menurut Saaty (1983),
untuk berbagaipersoalan, skala 1
sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekpresikan pendapat. Nilai dan
pendapat kulaitatif dari skala
perbandingan Saaty dapat dilakukan
pada tabel 1 berikut
Tabel 1. Skala perbandingan Saaty (MARMIN,
2004)
NILAI KETERANGAN
1 Kriteria/Atrenatif A sama penting
dengan Kriteria/Alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangan jelas lebih peting dari B
9 A mutlah lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai
yang berdekatan
1. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan
alternatif, perlu dilakukan perbandingan
dengan perpasangan. Nilai-nilai
perbadingan relative dari seluruh
alternatif kriteria bisa disesuaikan
dengan keputusan yang telah ditentukan
untuk menghasilkan bobot dan
prioritas.Bobot dan prioritas dihitung
dengan memanipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan
matematika.
2. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokan
secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria
yang logis.
Perhitungan indeks konsistensi (CI),
pengukuran ini dimaksud untuk
mengetahui konsistensi jawaban yang
akan berpengaruh pada kesahihan hasil.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
73 | P a g e
𝐶𝐼 =𝜆𝑀𝑎𝑥 − 𝑛
𝑛 − 1
Untuk mengetahui apakah Ci dengan
besaran tertentu cukup baik atau tidak,
perlu diketahui rasio yang dianggap
baik, yaitu apabila:
CR ≤ 0,1
Rumus CR (Consistency Ratio) adalah :
𝐶𝑅 = 𝐶𝐼
𝑅𝐼
CR merupakan parameter yang
digunakan untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan telah
dilakukan dengan konsekuen atau tidak.
Nilai Ri merupakan nilai random index
yang dikeluarkan oleh Oarkridge
Labolatory seperti pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Skala Nilai Random Indeks Oarkridge
Labolatory(MARMIN, 2004)
N 1 2 3 4 5 6 7
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32
N 8 9 10 11 12 13
RI 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56
METODE
Analisis penelitian diawali
dengan pengamatan penduduk dalam
menetukan kriteria lokasi belanja yang
baik.Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan
menyajikan rangkuman wawancara dan
hasil survey yang berupa kuesioner.
Selanjutknya dilakukan
pencarian data skunder yang ada di
lapangan melalui berbagai media,
seperti : internet, literatur dan jurnal
serta artikel-artikel sehingga didapatkan
informasi yang akurat mengenai
penentuan lokasi strategis pembangunan
supermarket.
Berdasarkan wawancara dengan
pakar mengenai data, selanjutnya diolah
dengan menggunakan pendekatan
proses hieraki analitis (AHP) untuk
menentukan lokasi pembangunan
supermarket.
SPK pemilihan lokasi
pembangunan
supermarket
Memberikan rekomendasi
pengambilan keputusan
tentang alternatif lokasi
Menetukan
kriteria, sub-
kriteria penelitian
Menetukan
alternatif
penelitian
Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran
Dalam menentukan prioritas
langkah-langkah Sistem Penunjang
Keputusan penentuan lokasi strategis
pembangunan Supermarket, diusulkan
sebanyak Empat jenis kriteria,
Tigabelas jenis sub-kriteria, dan Tiga
jenis alternatif strategis yang
mendukung dapat terlihat pada tabel 3
berikut :
74 | P a g e
Tabel 3. Kriteria, Sub-kriteria dan alternatif
penentuan lokasi strategis pembangunan
supermarket Sasaran Kriteria Sub-kriteria Alternatif
Penentuan
Lokasi
Strategis
pembangunan
Supermarket
Geografis
Luas Lahan
Lokasi A
Lokasi B
Lokasi C
Dekat dengan
Pemukiman
Kondisi Jalan
Dekat dengan
Supllayer
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Respon
Penduduk
Jumlah UKM
Biaya
Biaya
Pembelian
Lahan
Biaya Total
Pembangunan
Biaya Total
Pajak
Sarana
dan
Prasarana
Jangkauan
Internet
Jangkauan
Kendaraan
Umum
Jaringan Jalan
Supermarket
Penyelesaian metode
pengambilan keputusan dengan AHP
menggunakan Perangkat lunak Expert
Choice 11untuk perhitunangan
pemecahan persoalan yang sudah teruji
kehandalannya. Pemodelan AHP untuk
Penentuan lokasi strategis
pembangunan supermarket dapat dilihat
pada gambar 2 berikut ini :
Gambar 2. Diagram Hierarki dan Keputusan
dengan Pendekatan AHP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 3. Kriteria pemilihan Geografis yang
harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
Supermarket
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam Gambar 3
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria Geografis
yaitu luas lahan dengan nilai bobot
0.426 atau sebanding dengan 42,6%
dari sisi Geografis, urutan berikutnya
lokasi yang dekat dengan pemukiman
dengan nilai 0.243 atau sebanding
dengan 24,3% , Kondisi jalan dengan
nilai 0.140 atau sebanding dengan 14%,
Rawan bencana dengan nilai 0.137 atau
sebanding dengan 13,7%, dan peringat
75 | P a g e
prioritas kriteria yang terakhir adalah
lokasi dekat dengan supplayer dengan
nilai 0.054 atau sebanding dengan
0,54%.
Gambar 4. Kriteria Penduduk yang harus
dipertimbangkan dalam pembangunan dan
target pasar Supermarket
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 4
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
yang harus diperhatikan dalam kriteria
penduduk yaitukepadatan penduduk
dengan nilai 0.540 atau sebanding
dengan 54%, Respon Penduduk dengan
nilai 0.297 atau sebanding dengan 29%
, Jumlah UKM dengan nilai 0.163 atau
sebanding dengan 16,3%.
Gambar 5. Kriteria sarana dan prasarana yang
harus dipertimbangkan dalam materi penunjang
Supermarket.
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 5
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
yang harus diperhatikan dalam kriteria
sarana dan prasarana yaitu Jangkauan
Internet dengan nilai 0.547 atau
sebanding dengan 54,7%, Jangkauan
kendaraan Umum dengan nilai 0.263
atau sebanding dengan 26,3% ,
Jaringan jalan menuju supermarket
dengan nilai 0.190 atau sebanding
dengan 19%.
Gambar 6. Kriteria Biaya yang harus
dipertimbangkan dalam pembangunan
Supermarket
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 6
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
yang harus diperhatikan dalam kriteria
Biaya yaitu Biaya total Pajak dengan
nilai 0.484 atau sebanding dengan
48,4%, Biaya total pembangunan
dengan nilai 0.349 atau sebanding
dengan 34,9% , Biaya Pembelian
Lahan dengan nilai 0.168 atau
sebanding dengan 16,8%.
Gambar 7. Nilai Bobot Global Prioritas
Alternatif Strategis Berdasarkan Penentuan
Lokasi pembangunan Supermarket
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 7
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
76 | P a g e
atau tertinggi alternative dalam strategis
SPK penentuan lokasi strategis
pembangunan Supermarket adalah
Lokasi A dengan nilai bobot 0,501 atau
sebanding dengan 50,1% dari total
alternatif yang ditetapkan. Peringkat
prioritas berikutnya adalah Lokasi B
dengan nilai bobot 0,300 atau sebanding
dengan 30% peringkat prioritas yang
terakhir adalah Lokasi C dengan nilai
bobot 0,200 atau sebanding dengan
20% dari total alternatif yang
ditetapkan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengolahan data
menggunakan software expert Choice
11maka diperoleh kesimpulan bahwa
urutan prioritas dari paling tertinggi
sampai terendah adalah :
1. Lokasi a dengan nilai bobot 50%
2. Lokasi b dengan nilai bobot 30%
3. Lokasi c dengan nilai bobot 20%
Dari 3 buah kriteria pemilihan.
Daftar Pustaka
Dedi Trisnawarman, margaret Liveraja.
2006. Aplikasi Sistem
Pengambilan Keputusan
Pemilihan Sekolah.
Ellya, 2013. Penilaian Kinerja Dosen
dengan Menggunakan metode
AHP Studi Kasus di STIE
Ahmad Dahlan Jakarta.
Faisal, 2010. Strategi IT Rencana
Penanggulangan Bencana
(Disaster Recovery Planning
DRP) pada Core UICo System
Dengan Pendekatan Analytical
Hierarchy Process Studi Kasus
unical Indonesia. STMIK Nusa
Mandiri Jakarat.
Faisal, 2015. Sistem Penunjang
Keputusan Pemiliha Perangkat
Pemrosesan Data Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy
Process(AHP) dan Multi-
Criteria Decision Making
(MCDM).
Faisal, Silvester Dian handy Permana,
2015. Sistem Penunjang
Keputusan Pemilihan Sekolah
Menengah Kejuruan Teknik
Komputer dan Jaringan yang
terfaforit dengan menggunakan
Multi-Criteria Decision Making.
Fitriyani, 2012. Aplikasi AHP Sebagai
Model SPK Pemilihan Tempat
Kuliah di Bangka Belitung.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan
Kriteria Majemuk. Penerbit PT
Grasindo, Jakarta.
Parmadiharto, 2007. Rancang Bangun
SPK Pemilihan SMA Swasta
Favorit Degan Metode AHP
Berbasis WEB.
Saaty, R.W. The Analytic Hierarchy
Process - What It Is and How It
Used, Journal of Mathematical
Modelling Vol. 9 no. 3-5,
1987.p. 161-176.
Sri Andayani. 2012. Performance
Assessment Dalam Perspektif
Multiple Criteria Decision
Making, Seminar Nasional
Penelitian. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suryadi.2001.Sistem Pendukung
Keputusan, Remaja Rosdakarya.
Bandung.
77 | P a g e
Supriyono, Wisnu Arya Wardhana,
Sudaryo. 2007. Pemilihan
pejabat dengan metode AHP.
Supriyono, Wisnu Arya, Sudaryo. 2007.
Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural dengan Metode AHP.
Turban. 2005. Decision Support
Systems and Intelligent Systems
(Sistem pendukung keputusan
dan sistem cerdas). Andi Offset,
Yogyakarta.
Yohanes, Kusrini, Andi. 2015. Sistem
Pendukung Keputusan
Pemilihan Jurusan SNMPTN
Bagi Siswa SMAN 7 Purworejo.
78 | P a g e
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI
STRATEGIS PEMBANGUNAN PERUMAHAN
DENGAN METODE AHP
1Aldi Riyanto,
2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,
3Arif Setyo Pambudi,
123Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik
InformatikaUniversitas Trilogi, Jakarta
[email protected],[email protected]
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan memiliki peran penting untuk menentukan lokasi
strategis pembangunan perumahan.Manfaat dari sistem pendukung keputusan ini adalah
dapat digunakan para pengembang perumahan untuk penentukan lokasi strategis
pembangunan perumahan dengan hasil analisis yang didapat dari kriteria
tertinggi.Dalam penentuan lokasi yang strategis untuk pembangunan sebuah perumahan,
pengembang perumahan sering kali kesulitan dalam mengambil keputusan karena
banyaknya alternatif kriteria yang mempengaruhi pilihan - pilihan yang ada. Penelitian
kali ini untuk menentukan lokasi strategis pembangunan perumahan digunakan metode
Analytical Hierarchy Process.Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
luas tanah yang tersedia, Jalur listrik, ketersediaan air, harga lahan, biaya pembangunan,
pajak, jalur menuju jalan raya, angkutan umum, jarak menuju fasilitas umum, kepadatan
tanah, penghijauan, bebas banjir, kebersihan lingkungan, pekerjaan penghuni
perumahan, pendapatan penghuni perumahan, dan pendirian perdagangan. Kriteria-
kriteria tersebut dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Process menggunakan
software Expert Choice.
Keywords: Analytical Hierarchy Process, Real Estate Development, Decision
Support System.
PENDAHULUAN
Rumah tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung tetapi juga
sebagai sarana investasi.Hal tersebut
menyebabkan intensitas pembangunan
perumahan yang terus menerus
meningkat.Untuk menentukan lokasi
strategisdalam pembangunan
perumahan pengembang tentu memiliki
banyak parameter yang harus
dipertimbangkan agar lokasi yang
nantinya terpilih akan memberikan
keputusan tertinggi bagi pengembang
perumahan itu sendiri. Penentuan lokasi
perumahan mencakup beberapa faktor
diantaranya luas tanah yang tersedia,
jalur menuju jalan raya, ketersediaan
air, angkutan umum, bebas banjir,
polusi, penghijauan, kebersihan
lingkungan dan keamanan.Banyaknya
parameter yang harus dipertimbangkan
tersebut membuat para pengembang
kesulitan akan pemilihan lokasi yang
strategis untuk pembangunan
perumahan.
79 | P a g e
Untuk meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pengembang dalam
mengambil keputusan maka dibuatlah
sebuah sistem pendukung keputusan
yang menerapkan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP).Penggunaan
metode ini yang nantinya digunakan
sebagai metode untuk perhitungan
dalam penentuan lokasi strategis
pembangunan perumahan.Adapun Area
cakupan pengambilan data lokasi hanya
hanya dilakukan pada wilayah
Kabupaten Bogor .
Oleh karena itu diperlukan
adanya Solusi untuk mengatasi masalah
tersebut.Pada penelitian saat ini
digunakan sebuahperangkat lunak
sistem pendukung keputusan penentuan
lokasi strategis pembangunan
perumahan di Kabupaten bogor. kriteria
- kriteria yang digunakan nantinya akan
dijadikan pertimbangan untuk
menentukan hasil penentuan lokasi
yang tepat dengan kriteria tertinggi.
Sistem ini nantinya akan digunakan
oleh para pengembang perumahan
untuk menentukan lokasi strategis
ketika akan membangunan perumahan
di wilayah Kabupaten Bogor.
landasan teori
Teori yang digunakan sebagai
landasan mengenai Sistem Pendukung
Keputusan Penentuan Lokasi Strategis
Pembangunan Perumahan dengan
metode Analytical Hierarchy Process
adalah sebagai berikut.
1. Sistem
Sistem adalah kumpulan elemen-
elemen sistem yang saling berhubungan
atau saling berinteraksi antara satu
elemen dengan elemen yang lain untuk
membentuk sistem. (Jogiyanto HM,
1998 )
2. Informasi
Informasi merupakan data yang
sudah diolah, dibentuk atau
dimanipulasi sesuai dengan keperluan
tertentu.Informasi dibuat untuk
kepentingan manajemen sesuai dengan
unit kerja dan tingkatan masing-
masing.Informasi berasal dari kegiatan
operasional sehingga dapat dibuat
beberapa model. (Zulkifli Amsyah,
1997)
3. Sistem Pendukung Keputusan
Mempertajam pendapat Gorry dan
Scott Morton mengenai definisi SPK,
maka Little menyusun definisi SPK
adalah sekumpulan prosedur berbasis
model untuk data pemrosesan dan
penilaian, guna membantu para manajer
mengambil keputusan. Little
mempunyai argumen bahwa untuk
berhasil maka sistem harus mudah,
kuat, mudah dikontrol, mampu
menyesuaikan diri, lengkap pada
80 | P a g e
persoalan penting, dan mudah
dikomunikasikan (Kusumadewi, 2006).
Menurut Turban pada tahun
2005, Sistem pendukung keputusan
merupakan suatu pendekatan untuk
mendukung pengambilan keputusan.
Sistem pendukung keputusan
menggunakan data, memberikan
antarmuka pengguna yang mudah, dan
dapat menggabungkan pemikiran
pengambil keputusan (Turban, 2005).
4. Analytical Hierarchy Process
(AHP)
Menurut Armadyah
Amborowati, menegaskan bahwa
Analytical Hierarchy Process (AHP)
adalah suatu metode unggul untuk
memilih aktivitas yang bersaing atau
banyaknya alternative berdasarkan
beberapa kriteria tertentu atau khusus.
Kriteria dapat bersifat kuantitatif atau
kualitatif, dan bahkan kriteria kuantitatif
ditangani dengan struktur kesukaan
pengambil keputusan berdasarkan
angka.
Struktur sebuah model AHP
adalah model dari sebuah pohon
terbaik.Ada suatu tujuan tunggal di
puncak pohon yang mewakili tujuan
dari masalah pengambilan
keputusan.Seratus persen bobot
keputusan dari di titik ini.Tepat
dibawah tujuan adalah titik daun yang
menunjukkkan kriteria, baik kualitatif
maupun kuantitatif. Bobot Tujuan harus
dibagi diantara titik-titik kriteria
berdasarkan rating.suatu
Gambar 1. Struktur Hierarki AHP
Bobot dari setiap kriteria adalah 100%
dibagi dengan bobot tititk kriteria
berdasarkan rating.Setiap alternative
dibandingkan dengan masing masing
kriteria.(Armadyah Amborowati, 2005)
Dalam menyelesaikan
permasalahan dengan AHP ada
beberapa prinsip yang harus dipahami,
diantaranya adalah :
1. Membuat Hirarki
Sistem yang kompleks bisa di
pahami dengan memecahnya menjadi
elemen - elemen pendukung keputusan,
menyusun elemen secara hirarki, dan
menggabungkannya atau mensintesis-
nya
81 | P a g e
Tabel 1. Daftar Index Random Consistency
2. Penilaian Kriteria Dan Alternatif
Kriteria dan alternative
dilakukan dengan perbandingan
berpasangan.Untuk berbagai persoalan,
skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik
untuk mengekspresikan pendapat.Nilai
dan definisi pendapat.Nilai dan definisi
pendapat kuantitatif dari skala
perandingan Saaty bisa diukur
menggunakan table analisis seperti pada
Tabel 2. (Saaty, 1983)
Tabel 2. Skala perbandingan Saaty (MARMIN,
2004)
NILAI KETERANGAN
1 Kriteria/Atrenatif A sama penting
dengan Kriteria/Alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangan jelas lebih peting dari B
9 A mutlah lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai
yang berdekatan
3. Menentukan Prioritas (Synthesis
Of Priority)
Untuk setiap kriteria dan
alternative, perlu dilakukan
perbandingan berpasangan (pairwise
comparison). Nilai – nilai perbandingan
relative dari seluruh alternative kriteria
bisa disesuaikan dengan keputusan yang
telah ditentukan untuk menghasilkan
bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas
dihitung dengan memanipulasi matriks
atau melalui penyelesaian persamaan
matematika.
4. Konsistensi Logis (Logical
Consistency)
Konsistensi memiliki dua
makna.Pertama, objek-objek yang
serupa bisa dikelompokkan sesuai
dengan keseragaman dan relavansi.
Kedua, menyangkut tingkat tingkat
hubungan antara objek yang di dasarkan
pada kriteria tertentu (Kusrini, 2007).
Adapun Perhitungan indeks
konsistensi (CI), pengukuran ini
dimaksud untuk mengetahui konsistensi
jawaban yang akanberpengaruh pada
kesahihan hasil. Rumusnya adalah
sebagai berikut:
𝐶𝐼 =𝜆𝑀𝑎𝑥 − 𝑛
𝑛 − 1
Untuk mengetahui apakah Ci
dengan besaran tertentu cukup baik atau
tidak, perlu diketahui rasio yang
dianggap baik, yaitu apabila:
Ukuran
Matriks
Nilai IR
1,2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
1,57
1,59
82 | P a g e
CR ≤ 0,1
Rumus CR (Consistency Ratio) adalah :
𝐶𝑅 = 𝐶𝐼
𝑅𝐼
CR merupakan para meter yang
digunakan untuk memeriksa apakah
perbandingan berpasangan telah
dilakukan dengan konsekuen atau tidak.
Nilai Ri merupakan nilai random index
yang dikeluarkan oleh Oarkridge
Labolatory seperti pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Skala Nilai Random Indeks Oarkridge
Labolatory (MARMIN, 2004)
Metode Penelitian
Analisis penelitian ini diawali
dengan melakukan pengamatan kepada
pengembang perumahan dalam
menetukan kriteria lokasi perumahan
yang baik.Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan
menyajikan rangkuman wawancara dan
hasil survey yang berupa kuesioner.
Selanjutknya dilakukan pencarian data
skunder yang ada di lapangan melalui
berbagai media, seperti : internet,
literatur dan jurnal serta artikel-artikel
sehingga didapatkan informasi yang
akurat mengenai penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan.
Berdasarkan wawancara dengan
pengembang perumahan mengenai data,
selanjutnya diolah dengan
menggunakan pendekatan proses
hieraki analitis (AHP) untuk
menentukan lokasi pembangunan
perumahan.
Gambar 2. Kerangka Konsep Pemikiran
Dalam menentukan prioritas langkah-
langkah Sistem Penunjang Keputusan
penentuan lokasi strategis pembangunan
perumahan, diusulkan sebanyak lima
jenis kriteria, 16 jenis sub-kriteria, dan
tiga jenis alternatif strategis yang
mendukung dapat terlihat pada tabel 4
berikut :
N
1
2
3
4
5
6
7
RI
0.00
0.00
0.58
0.90
1.12
1.24
1.32
N
8
9
10
11
12
13
RI
1.41
1.45
1.49
1.51
1.48
1.56
83 | P a g e
Tabel 4. Kriteria, Sub-kriteria dan alternatif
penentuan lokasi strategis pembangunan
perumahan
Penyelesaian metode pengambilan
keputusan dengan AHP menggunakan
Perangkat lunak Expert Choice 2000TM
untuk perhitungan pemecahan persoalan
yang sudah teruji kehandalannya.
Pemodelan AHP untuk Penentuan
lokasi strategis pembangunan
perumahan dapat dilihat pada gambar 3
berikut ini :
Gambar 3. Diagram Hierarki dan Keputusan
dengan Pendekatan AHP
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Kriteria Sumber daya yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan beserta nilai
bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 4
diatas di peroleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria sumber
daya yaitu Ketersediaan Air dengan
nilai bobot 0.528 atau sebanding 52,8%
dari sisi sumber daya, urutan berikutnya
Jalur Listrikdengan nilai bobot 0,333
atau sebanding dengan 33,3%, %, dan
peringkat prioritas kriteria yang terakhir
adalah Luas Tanah Yang Tersedia
Sasaran Kriteria Sub-kriteria Alternatif
Penentuan
Lokasi Strategis
Pembangunan Perumahan
Sumber
daya
Ketersediaan Air
Lokasi A
Lokasi B
Lokasi C
Jalur Listrik
Luas Tanah yang
Tersedia
Biaya Harga Lahan
Biaya
Pembangunan
Pajak
Jarak
Jarak menuju jalan
raya
Angkutan Umum
Jarak menuju
fasilitas umum
Geografis Kepadatan Tanah
Penghijauan
Bebas Banjir
Kebersihan
Lingkungan
Ekonomi
Perdagangan
Pekerjaan
Penghuni
Perumahan
Pendapatan Penghuni
Perumahan
84 | P a g e
dengan nilai bobot 0,140 atau sebanding
dengan 14,0.
Gambar 5. Kriteria Biaya yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan beserta nilai
bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 5
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria Biaya yaitu
Harga Lahandengan nilai bobot 0,594
atau sebanding dengan 59,4% dari sisi
Biaya, urutan berikutnya Biaya
Pembangunandengan nilai bobot 0,249
atau sebanding dengan 24,9%, dan
peringkat prioritas kriteria yang terakhir
adalah Pajak dengan nilai bobot 0,157
atau sebanding dengan 15,7%.
Gambar 6. Kriteria Jarak yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan beserta nilai
bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 6
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria Jaraka yaitu
Jarak Menuju Jalan Rayadengan nilai
bobot 0,547 atau sebanding dengan
54,7% dari sisi Jarak, urutan berikutnya
Angkutan Umumdengan nilai bobot
0,263 atau sebanding dengan 26,3%,
dan peringkat prioritas kriteria yang
terakhir adalah Jarak Menuju Fasilitas
Umum dengan nilai bobot 0,190 atau
sebanding dengan 19,0%.
Gambar 7. Kriteria Geografis yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan beserta nilai
bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 7
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria Geografis
yaitu Kepadatan Tanahdengan nilai
bobot 0,477 atau sebanding dengan
47,7% dari sisi Geografis, urutan
berikutnya Penghijauandengan nilai
bobot 0,240 atau sebanding dengan
24,0%, Bebas Banjirdengan nilai bobot
0,166 atau sebanding dengan 16,6%,
dan peringkat prioritas kriteria yang
85 | P a g e
terakhir adalah Kebersihan Lingkungan
dengan nilai bobot 0,117 atau sebanding
dengan 11,7%.
Gambar 8. Kriteria Ekonomi yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi
strategis pembangunan perumahan beserta nilai
bobotnya
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 8
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi dalam kriteria Ekonomi
yaitu Perdagangandengan nilai bobot
0,540 atau sebanding dengan 54,0%
dari sisi Ekonomi, urutan berikutnya
Pekerjaan Penghuni Perumahandengan
nilai bobot 0,297 atau sebanding dengan
29,7%, dan peringkat prioritas kriteria
yang terakhir adalah Pendapatan
Penghuni Perumahan dengan nilai
bobot 0,163 atau sebanding dengan
16,3%.
Gambar 9. Nilai Bobot Global Prioritas
Alternatif Strategis Berdasarkan Penentuan
Lokasi Strategis Pembangunan Perumahan
Berdasarkan hasil pengolahan
data responden ahli dalam gambar 9
diatas diperoleh bahwa prioritas utama
atau tertinggi alternatif dalam strategis
SPK penentuan lokasi strategis
pembangunan perumahan adalah Lokasi
A dengan nilai bobot 0,563 atau
sebanding dengan 56,3% dari total
alternatif yang ditetapkan. Peringkat
prioritas berikutnya adalah Lokasi B
dengan nilai bobot 0,285 atau sebanding
dengan 28,5%. Peringkat prioritas
kriteria yang terakhir adalah Lokasi C
dengan nilai bobot 0,152 atau sebanding
dengan 15,2% total alternatif yang
ditetapkan.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan pengolahan
data menggunakan software Expert
Choice 2000 maka diperoleh
kesimpulan bahwa urutan prioritas dari
paling tertinggi sampai yang terendah
adalah:
1. Lokasi A dengan nilai bobot 56,3%.
2. Lokasi B dengan nilai bobot 28,5%.
3. Lokasi B dengan nilai bobot 15,2%.
dari 3 buah kriteria pemilihan.
Daftar Pustaka
Amborowati, Amardyah. 2008. Sistem
Penunjang Keputusan
Pemilihan Perumahan dengan
Metode AHP Menggunakan
Expert Choice.
86 | P a g e
Faisal, Silvester Dian handy Permana,
2015. Sistem Penunjang
Keputusan Pemilihan Sekolah
Menengah Kejuruan Teknik
Komputer dan Jaringan yang
terfaforit dengan menggunakan
Multi-Criteria Decision Making.
Faisal, 2010. Strategi IT Rencana
Penanggulangan Bencana
(Disaster Recovery Planning
DRP) pada Core UICo System
Dengan Pendekatan Analytical
Hierarchy Process Studi Kasus
unical Indonesia.STMIK Nusa
Mandiri Jakarat.
Faisal, 2015. Sistem Penunjang
Keputusan Pemiliha Perangkat
Pemrosesan Data Menggunakan
Metode Analytical Hierarchy
Process(AHP) dan Multi-
Criteria Decision Making
(MCDM).
Hermawan, Julius. 2005. Membangun
Decision Support
System.Yogyakarta: Andi.
Jogiyanto HM, 1998. Analisa dan
Desain Sistem Informasi.
Yogyakarta.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi
Sistem Pendukung Keputusan.
Yogyakarta: Andi.
Kusumadewi, 2006. Sistem Pendukung
Keputusan dan
Aplikasinya.Yogyakarta: Gava
Media.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan
Kriteria Majemuk. Jakarta:
Penerbit PT Grasindo.
Saaty, R.W., The Analytic Hierarchy
Process - What It Is and How It
Used, Journal of Mathematical
Modelling Vol. 9 no. 3-5,
1987.p. 161-176.
Saaty, T.L., 2004. Decision making -
the analytic hierarichal process
and the analytic network
process.Journal of Systems
Science and Systems
Engineering.Vol 13(1) : 35.
Sri Andayani, 2012. Performance
Assessment Dalam Perspektif
Multiple Criteria Decision
Making, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Supriyono, Wisnu Arya, Sudaryo, 2007.
Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural dengan Metode AHP.
Turban, 2005.Decision Support Systems
and Intelligent Systems (Sistem
pendukung keputusan dan
system cerdas) Jilid 1, Andi
Offset.
Zulkifli Amsyah, 1997.Perencanaan
dan Pembangunan Sistem
Informasi.Yogyakarta: CV Andi
offset.
87 | P a g e
“MAKRO” DUNIA KECIL YANG DIPERBESAR
I Putu Sinar WijayaDesain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali
email : [email protected]
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan di
bidang fotografi dimulai oleh
banyaknya penemuan-penemuan dari
para ahli di berbagai belahan dunia,
salah satunya Makro fotografi Secara
teknis makro didefinisikan sebagai foto
yang dibuat antara 1 / 10 ukuran dan
ukuran hidup hidup. Normal fotografi
didefinisikan sebagai kurang dari 1 / 10
ukuran hidup, dan microphotography
didefinisikan sebagai ukuran lebih besar
dari kehidupan. Jangan khawatir
mengenai hal ini karena bahkan istilah-
istilah ini didefinisikan secara berbeda
oleh orang yang berbeda mengacu pada
lensa makro mereka sebagai "mikro"
lensa.
Makro fotografi adalah fotografi
close-up. Definisi klasik adalah bahwa
gambar yang diproyeksikan pada
bidang film " (yaitu, film atau sensor
digital) dekat dengan ukuran yang sama
sebagai subyek. Pada film 35 mm
(misalnya), lensa biasanya dioptimalkan
untuk fokus tajam pada area kecil
mendekati ukuran frame film.
Kebanyakan lensa makro 35mm format
mencapai setidaknya 1:2, artinya,
gambar pada film ini adalah 1 / 2
ukuran obyek yang dipotret. Banyak
35mm lensa makro, adalah 1:1, berarti
gambar pada film ini ukuran sama
dengan objek yang sedang difoto.
Dalam beberapa tahun terakhir,
istilah makro telah digunakan dalam
bahan pemasaran untuk berarti bisa
fokus pada subjek yang cukup dekat
sehingga ketika biasa 6 × 4 inch (15 ×
10 cm) cetak dibuat, gambar hidup-
ukuran atau lebih besar. Dengan 35mm
film ini memerlukan rasio pembesaran
hanya sekitar 1:4, yang menuntut
kualitas lensa yang lebih rendah dari
1:1. Dengan kamera digital ukuran
gambar yang sebenarnya jarang
dinyatakan, sehingga rasio pembesaran
sebagian besar tidak relevan; kamera
bukan mengiklankan jarak fokus
terdekatmereka.
Macroscopy bersaing dengan
mikroskop digital di mana sebuah
tabung kamera kecil yang bisa
88 | P a g e
dilekatkan langsung ke sebuah
komputer, biasanya melalui port USB.
Macroscopy(bisa dilihat dengan mata
telanjang) juga bersaing dengan
photomicroscopy, dan jauh lebih murah
untuk mencapai gambar berkualitas
tinggi. Namun, pembesaran gambar
yang tinggi lebih sulit menggunakan
macroscopy.
Metode ini sangat berguna
dalam pekerjaan forensik, di mana
rincian kecil pada kejahatan atau
kecelakaan adegan sering mungkin
penting. Trace bukti seperti sidik jari
dan tanda skid sangat penting, dan
mudah direkam menggunakan
macroscopy. Retak permukaan dari
produk pecah sangat mengungkapkan
menggunakan fraktografi, terutama
ketika memotret menggunakan lampu
melirik untuk menyorot detail
permukaan. Terbatas kedalaman
lapangan merupakan suatu
pertimbangan penting dalam fotografi
makro. Hal ini penting untuk fokus
kritis pada bagian paling penting dari
subyek, sebagai elemen yang lebih
dekat bahkan milimeter atau lebih jauh
dari bidang fokus mungkin terlihat
kabur. Karena ini, penggunaan
mikroskop tahap sangat dianjurkan
untuk fokus yang tepat dengan
pembesaran besar seperti memotret sel-
sel kulit. Atau, lebih banyak gambar
subjek yang sama dapat dibuat dengan
sedikit berbeda fokus panjang dan
kemudian bergabung dengan fokus
khusus susun perangkat lunak yang
mengambil keluar bagian-bagian paling
tajam setiap gambar, artificial
meningkatkan kedalaman.
Setiap mahluk hidup, baik
manusia, binatang maupun tumbuh-
tumbuhan, tidak dapat lepas dari
lingkungan di sekitarnya. Hanya saja,
seperti yang dikatakan Berger
(Wuthnow, 1984), manusia adalah
mahluk yang terus-menerus terlibat
dalam proses pembentukan diri dengan
lingkungan atau dunia manusia itu.
Coba kita amati tanah /lapangan yang
tidak begitu luas, disana terdapat
populasi serangga yang giat di
sekelililng, serangga tadi tidak henti-
hentinya berterbangan, bergerak kesana
kemari di rerumputan, bebungaan dan
tanah. Diantara binatang-binatang di
dunia serangga ialah mahkluk yang
paling beraneka ragam .
89 | P a g e
salah satu contoh foto makro
serangga
pencipta sering mengamati
gerakan-gerakan dan ekpresi-ekpresi
dari serangga-serangga kecil yang
sangat membuat penasaran akan tingkah
mereka, corak warna, tekstur kulit dan
bentuknya membri ide untuk
mengabadikan kedalam karya seni
fotografi. Di karenakan detail serangga
sangat menarik untuk di dijadikan karya
seni fotografi dengan memotret bagian-
bagian tertentu dari serangga sesuai
dengan engel
Rumusan Ide Penciptaan
Berdasarkan penjelasan di atas
maka rumusan masalanya adalah
penulis ingin mengekplorasi dan
menghadirkan aspek-aspek visual yang
unik dan menarik dari seekor serangga
dan mengabadikan, dan mengamati
detail yang menarik dari kondisi
serangga tingkah laku serangga-
serangga kecil, warna-warninya yang
cerah serta corak-coraknya dengan
teknik makro fotografi.
Tujuan Penciptaan
Dalam setiap penciptaan karya
seni tentu adanya berbagai hal yang
ingin dicapai, termasuk didalamnya
adalah tujuan,adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam hal ini adalah: ingin
menampilkan sebuah karya foto yang
dapat menghadirkan dunia yang kecil
kedalam kehidupan manusia..melalui
foto macro, kita dapat mempelajari
kompleksitas dunia kecil yang sering
kita abaikan. Seperti populasi serangga
yang giat di sekelililng, yang tidak
henti-hentinya berterbangan, bergerak
kesana kemari direrumputan, bebungaan
dan tanah. dan menjadikan sebuah karya
seni fotografi yang menarik.
Manfaat Penciptaan
Adapun manfaat yang ingin diperoleh
dalam penciptaan karya seni fotografi
ini adalah:
Meningkatkan wawasan serta
kreativitas dalam menciptakan suatu
karya seni fotografi.
Dapat menjadi sebuah media
pembelajaran dalam seni fotografi,
sehingga dalam membuat suatu
karya seni fotografi yang kreatif.
Dapat dijadikan sebuah referensi
dalam penciptaan karya fotografi
dalam perbandingan pengetahuan
maupun praktek secara kontekstual.
90 | P a g e
KAJIAN PUSTAKA
Istilah fotografi berasal dari
bahasa latin yaitu photos dan graphos.
Photos artinya cahaya/sinar, sedangkan
graphos adalah menulis, mencatat/
melukis dengan cahaya, (Leo nardi,
1989:8). Kamus besar bahasa Indonesia
member arti foto sebagai seni dari
proses penghasil gambar dengan cahaya
pada film atau permukaan yang
dipekakan (KBBI,1989:236).
Pengertian fotografi di atas juga
terdapat dalam bukunya Photography
:A Handbook of History, Materials, and
Processes, yangmenyebutkan sebagai
berikut:
A the term of photography isderived from two Greeks wordsmeaning “Light” (phos) and“writing” (graphein). Light isessential element inphotography, for it processestwo properties that combine tocreate a permanent image. Thefirst is that light, when processtrough lens and focused uponsame fields, such as paper ofglass, can produce an image.(Wheeler,1974:2)
Fotografi merupakan proses
merefleksikan kenyataan dalam suatu
karya yang berkat bentuk dan isinya
mempunyai daya untuk mendapatkan
imaji yang akurat (benar dan tepat) dari
objek, dengan menggunakan reaksi
kimia atau digital antara sinar/cahaya,
melewati susunan lensa dan di fokuskan
pada sebuah bidang serta berbagai
macam energi yang memancar, dengan
permukaan yang sudah dipersiapkan
secara kimiawi atau secara digital.
Melalui foto, seseorang dapat
bercerita banyak tentang suatu
kenangan, peristiwa, kegiatan,
nostalgia, ekspresi. Foto adalah bahasa
gambar, bahasa gambar, merupakan
bahasa universal, bahasa yang mudah
dipahami oleh setiap orang. Disamping
itu, foto juga memiliki sifat jujur, tanpa
mengurangi dan menambah detail
ataupun situasi, seperti ditulis dalam
buku Pengantar jurnalistik bahwa
fotografi dengan sifat-sifatnya yang
mampu merekam sesuatu secara tepat,
cepat, dan objektif serta menyediakan
informasi visual yang gambling
(Soelarko,1985:61).
Salah satu sifat khas pada
fotografi adalah sangat menguntungkan
dalam komunikasi antara manusia,
antara suku bangsa karena sifatnya yang
nonverbal, sehingga gambar-gambar
yang dihasilkan kamera dapat melintasi
batasan-batasan bahasa dan perlu
diterjemahkan terlabih dahulu. Foto
merupakan mediumrepresentasi yang
menghasilkan kebenaran atau realitas
karena hal yang direpresentasikan
memang yang sesungguhnya ada
(Marianto,2006:158).
91 | P a g e
Fotografi adalah salah satu
media yang digunakan untuk
menyampaikan gagasan, cerita,
peristiwa,. Sehingga foto sangat
memungkinkan menjadi alat
komunikasi yang komunikatif dan
informatif. Sedangkan bila dilihat dalam
konteks sebagai bahasa gambar, karya
fotografi mampu memberikan
pengertiannya sendiri tanpa harus
menggunakan kata-kata. David Ogilvy
(1983:76) mengatakan : A picture, they
say, can be worth a thousand word.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan
bahwa sebuah gambar/foto mampu
berbicara, menggungkapkan gagasan
dan bahkan mewakili daripada ribuan
kata.
Selain hal tersebut di ataas,
fotografi (kamera) memiliki
kemampuan merekam benda yang
bergerak dengan sangat cepat yang
tidak dapat ditangkap oleh mata,
memotret benda-benda yang angat
kecil, yang tidah terlihat mata manusia,
kemampuan untuk melukiskan seribu
satu detail dalam sekejap mata,
memiliki kemampuan dalam
menyajikan warna dan proporsi secara
tepat yang sulit diuraikan secara verbal.
Penggunaan atau pemilihan foto baik
berwarna maupun hitam putih
tergantung pesan yang akan
disampaikan. Dalam mengekspresikan
sosok serangga kedalam karya fotografi,
saya sajikan dengan foto berwarn,
karena foto berwarna menyajikan
keadaan yang nyata, realism, dan
mampu menyampaikan pesannya,
dengan demikian warna tersebut
menjadi esensial
Namun, sepertinya mustahil
dapat menghasilkan foto seperti itu jika
tidak mengenal dan memahami dari
masing-masing teknis fotografi dasar.
Fotografi memang bukan segalanya
tentang kamera, namun kamera adalah
alat untuk menyalurkan visi kita itu.
Maka, sekiranya perlu mengenal dan
memahami bagaimana kamera bekerja.
Tugas utama dari kamera adalah
mengatur intensitas cahaya yang masuk
dan pada akhirnya mengenai
film/sensor (selanjutnya saya sebut
medium). Apabila, kamera mengizinkan
terlalu banyak cahaya yang masuk maka
medium akan terbakar (overexposed).
Dan sebaliknya. Bagaimana agar cahaya
yang masuk itu tidak berlebih dan tidak
kurang, atau dengan kata lain ‘pas’.
Berikut saya jabarkan satu-satu.
Makro fotografi adalah seni
mengambil gambar close-up yang
mengungkapkan rincian yang tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang.
Sebagai contoh, sementara kita dapat
92 | P a g e
melihat serangga terbang di dinding,
mata kami tidak dilengkapi untuk
melihat rincian halus dari bulu wajah
itu. Di sinilah masuk fotografi makro ini
memberi kita gambaran sekilas tentang
dunia yang sangat kecil,
METODE PROSES PENCIPTAAN
Dalam proses penciptaan seni
fotografi, penulis menggunakan
beberapa tahapan untuk mewujudkan
sebuah karya seni yang mengambil
tema “Dunia kecil yang di perbesar”
yaitu:
A. Proses Penciptaan
Ada pun pertimbangan dalam
segala kendala tenis dalam penciptaan
karya ini akan dibagi ke dalam dua
proses, proses lain yang biasa dilakukan
tentunya akan dipersiapkan terlebih
dahulu, survey tempat yang banyak
terdapat serangga, persiapan teknis
fotografer sendiri, alat dan proses
pemotretan.
B. Pengamatan subjektif
Pada tahapan ini di lakukan
observasi yang mendalam tentang jenis
dan anatomi serangga, dan memilih
serangga yang memiliki tekstur kulit
yang menarik, warna yang menarik, dan
bentuk yang unik, seperti:
a. Lebah,
b. capung
c. Kupu-kupu,
d. Belalang, dan masih banyak lagi.
Sehingga nantinya dapat dijadikan karya
seni fotografi makro yang menarik.
C. Proses persiapan
Proses persiapan ini dimulai
dengan survey tempat atau lokasi,
sehingga terdapat berbagai macam
serangga yang akan dijadikan objek
pemotretan. Selain itu dibutuhkan alat
untuk mendukung observasi, secara
umum material yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut:
• Kamera DSLR
• Lensa macro 50mm, 85mm, 100mm
• Lighting/ ring flash
• tripod
D. Proses Pemotretan
Tingkatan sangat kecil ketika
fokus pada objek dekat; diafragma kecil
(f8-f22 angka tinggi) seringkali
diperlukan untuk memastikan
kedalaman lapangan. Hal ini
memerlukan baik kecepatan rana yang
rendah atau pencahayaan terang untuk
eksposur benar; di semua tetapi
pencahayaan alami terang jika kontak
yang terlalu lama tidak dianjurkan,
tambahan pencahayaan (seperti dari unit
flash) diperlukan. Uniform pencahayaan
93 | P a g e
bisa sulit dengan subjek yang sangat
dekat dengan lensa, cincin flash (ring
flash) dipasang di bagian depan lensa.
Mata kita harus peka akan
gerakan-gerakan, dan juga bisa
membedakan mana tiupan angin dan
mana gerakan kecil serangga, dan
mereka pun lebih peka dari kita, jadi
harus bisa memposisikan diri agar tidak
membuat mereka merasa terganggu
Ada beberapa cara saat
mengambil photo serangga saat masih
pagi, dimana serangga-serangga masih
kurang peka karena kurang cahaya, tapi
itu pun sulit kalau kita tidak
menggunakan flash, karena dibutuhkan
kestabilan tangan jika tidak
menggunakan tripod, karena gambar
akan menjadi blur (tidak fokus).
pencipta lebih suka saat ada
matahari, karena pencahayaan akan
bagus, dan speednya akan terekam baik
pada kamera, karena pencipta tidak
menggunakan tripod serta tidak
menggunakan flash (ini hanya karena
bebih mudah bergerak dengan
menggunakan kamera dan lensa saja).
Referensi Makro Fotografi
Sumber : fotografer.net
Sumber : Best fotografi makro
Sumber : fotografer.net
94 | P a g e
Sumber : Best fotografi makro
Sumber : fotografer.net
Sumber : fotografer.net
Proses pemotretan makro, dengan cara
membalikan lensa
Daftar Pustaka
Alwi, Audi Mirza. 2004. FotoJurnalistik. Bumi AksaraJakarta.
Marianto,M Dwi. 2006. Quantum Seni.Semarang : Dahara Prize.
Nardi, Leo. 1989. “PenunjangPengetahuan Fotografi”,dalamFotina Fotografi. Bandung.
Soelarko. RM. 1985. Pengantar FotoJurnalistik.Bandung: PT. KaryaNusantara.
Wheeler, Dan W. 1974. Photography :A Handbook of History,Materials, and Processes.London : Holt, Rinehart andWinston Inc.