VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 -...

102

Transcript of VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 -...

Page 1: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun
Page 2: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017

PENGANTAR REDAKSI

Jurnal Ipteks “New Media” Volume 8 Nomor 1 Agustus 2017 merupakan edisi keenambelas yang bertemakan “ Arsitektur, Desain Komunikasi Visual, Seni dan TeknologiInformatika.

Edisi ini ditulis oleh Sembilan penulis yang diawali dengan artikel dengan judulAnalisis Indikator Yang Paling Mempengaruhi Kesejahteraan Penduduk MenggunakanAlgoritma Apriori oleh Maya Cendana. Artikel kedua berjudul Peranan Triple HelixDalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Subsektor Arsitektur Dan Desain Interior olehNgurah Gede Dwi Mahadipta. Artikel ketiga berjudul Vague Memories Ida Bagus PutuPurwa Analisa Kreatif Dalam Bingkai Freud Dan Arnheim oleh Dewa Gede Purwita.Artikel keempat berjudul Komunikasi Estetik Film Animasi Kung Fu Panda 3 olehGede Pasek Putra Adnyana Yasa. Artikel kelima ditulis oleh Ni Wayan Nandaryanidengan judul Elemen-Elemen Iklan Televisi Xl Serba Seribu Versi Donat. Artikelkeenam berjudul Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Tambang BatuBara Di Pulau Kalimantan Dengan Metode AHP oleh Aldi Wiliar Wira Permana.Artikel ketujuh oleh Arif Setyo Pambudi dengan judul Sistem Penunjang KeputusanPenentuan Lokasi Pembangunan Supermarket Dengan Metode AHP. Artikel kedelapandengan judul Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Strategis PembangunanPerumahan Dengan Metode AHP oleh Aldi Riyanto. Dan artikel terakhir berjudulMacro Dunia Kecil Yang Diperbesar yang ditulis oleh I Putu Sinar Wijaya.

Page 3: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada New Media atas motivasi dan masukkannyauntuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika New Media ataskekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran guna kesempurnaanselanjutnya sangat kami harapkan dan kepada semua yang telah membantu penerbitanjurnal ini dan para pembaca yang budiman, kami ucapkan terimakasih.

RedaksiAlamat Redaksi

NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459SMS Center: 0818663342 (NMEDIA) email: [email protected] website:

http://www.newmed.ac.id

Page 4: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017

VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017Pelindung dan Penanggung Jawab :

Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom

Penasehat :Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA, Dipl.LMP

Ketua Dewan Redaksi :A. A. Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn

Mitra Bestari :Prof. Dr. Shane Greive (Architect and Urban Specialist, Curtin University of

Technology)

Dewan Editor :Ardina Susanti, S.T, MT.

Made Arini Hanindharputri, S.Sn.,M.Sn.Putu Astri Lestari, S.E.Ak.,M.M.

Desain Cover : I Komang Angga Maha Putra

Alamat Redaksi : NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar

Telp. (0361) 259459, 7448456 Fax: (0361) 701806, 259459. SMS Center: 0818663342 Email: [email protected], website: http://www.newmed.ac.id

JURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun 2010 adalah wahana informasi di bidang ilmupengetahuan, teknologi informasi, ekonomi, bisnis, sinema, seni grafis dan arsitektur. Artikel berupa hasil penelitian, tulisan ilimahpopuler, studi kepustakaan, review buku maupun tulisan ilmia h terkait lainnya. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untukdimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali setahun yaitu September dan Maret. Naskah yang dimuat merupakanpandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubahsubstansi naskah.

Page 5: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKNEW MEDIA

VOLUME 8 NOMOR 1 Agustus 2017

PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAHTATA TULIS NASKAH :1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer

(aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi.2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4, spasi

Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5

halaman.4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New

Romans 16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas(nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).

5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asal penulisdan alamat email dibawah nama.

6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftar katakunci (keyword) diletakkan setelah abstrak.

7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1 spasi.Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.

8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Romans 12 pt9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dan tabel

tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas dengan huruf

kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkan untuk nomordan judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan foto yang bersangkutan.

11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatan kakiyang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip). Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan. Ukuran hurufdalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).

12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftar notasidiletakkan sebelum daftar pustaka.

13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad. Penulisannyaharus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota: penerbit. Judul dicetakmiring.

KETERANGAN UMUM :1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan

naskah bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi kriteria

yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskan kepada penulisnaskah untuk ditanggapi.

Page 6: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

JURNAL IPTEKSNEW MEDIA

VOLUME 8 NOMOR 1 Agustus 2017

DAFTAR ISI

Analisis Indikator Yang Paling Mempengaruhi Kesejahteraan PendudukMenggunakan Algoritma AprioriMaya Cendana1, Denny Setia Putra2

1 - 10

Peranan Triple Helix Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif SubsektorArsitektur Dan Desain InteriorNgurah Gede Dwi Mahadipta

11 - 21

Vague Memories Ida Bagus Putu Purwa Analisa Kreatif Dalam BingkaiFreud Dan ArnheimDewa Gede Purwita

22 - 32

Komunikasi Estetik Film Animasi Kung Fu Panda 3Gede Pasek Putra Adnyana Yasa

33 - 47

Elemen-Elemen Iklan Televisi Xl Serba Seribu Versi DonatNi Wayan Nandaryani

48 - 59

Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan Lokasi Tambang BatuBara Di Pulau Kalimantan Dengan Metode AHP1Aldi Wiliar Wira Permana, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro

60 - 68

Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Lokasi PembangunanSupermarket Dengan Metode AHP1Arif Setyo Pambudi, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,3Aldi Riyanto

69 - 77

Page 7: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

ISSN: 1693 - 313

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi Strategis PembangunanPerumahan Dengan Metode AHP1Aldi Riyanto,2Ketut Bayu Yogha Bintoro , 3Arif Setyo Pambudi

78 - 76

Macro Dunia Kecil Yang DiperbesarI Putu Sinar Wijaya

87 - 94

Page 8: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

1 | P a g e

ANALISIS INDIKATOR YANG PALING MEMPENGARUHIKESEJAHTERAAN PENDUDUK MENGGUNAKAN

ALGORITMA APRIORI

Maya Cendana1, Denny Setia Putra2

Teknik Informatika, Universitas TrilogiJalan TMP Kalibata No. 1 Jakarta Selatan 12760

[email protected], [email protected]

Abstrak- Pendataan keluarga yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994 oleh BKKBNtelah menjadi parameter tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia. BKKBNmembaginya menjadi 5 tahapan, yaitu tahap Keluarga Prasejahtera, Keluarga SejahteraI, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus.POSDAYA sebagai forum silahturahmi di tingkat RW telah mengadopsi kelimatahapan ini untuk memberikan intervensi yang tepat bagi warganya.POSDAYA yangmenjadi studi kasus adalah POSDAYA Mawar di Kelurahan Setu, JakartaTimur.Terdapat 21 indikator pengukuran tingkat kesejahteraan keluarga. Dari semuaindikator yang ada akan dicari hubungan sehingga diperoleh hasil berupa indikator yangpaling kuat mempengaruhi indikator lainnya. Pengetahuan ini akan sangat bermanfaatdalam proses intervensi di tingkat RW maupun Kelurahan. Algoritma yang digunakanadalah algoritma apriori dengan nilai support 15% dan confidence 50%. Dari 100 datayang dianalisis, diperoleh bahwa pelaksanaan program KB merupakan indikator yangpaling mempengaruhi dan dapat dijadikan rujukan intervensi pertama di POSDAYAMawar.

Kata kunci: tahapan keluarga sejahtera, posdaya, algoritma apriori

PENDAHULUAN

Keluarga adalah benteng terakhir

pertahanan negara.Oleh karena itu,

peningkatan kesejahteraan sebuah negara

haruslah dimulai dari keluarga.Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) sejak tahun 1994

telah melaksanakan kegiatan pendataan

keluarga.Kegiatan ini didasarkan pada

Undang-undang No. 10 Tahun 1992

tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Pendataan keluarga ini akan

menghasilkan data dan informasi secara

mikro yang meliputi aspek demografi,

keluarga berencana, keluarga sejahtera

dan individu anggota keluarga [1].

Selain BKKBN, Yayasan

Damandiri yang memiliki kepedulian

dan komitmen tinggi dalam

pengembangan SDM melalui

pemberdayaan keluarga, dengan prioritas

pengentasan kemiskinan, menganjurkan

pembentukan Pos Pemberdayaan

Keluarga (POSDAYA) sebagai forum

silaturahmi yang dapat memunculkan

keberasamaan anggotanya untuk

melakukan aktivitas nyata dalam

gerakan pembangunan di lingkungan

pemukiman paling bawah, yaitu di

Page 9: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

2 | P a g e

tingkat RT, RW, dukuh atau dusun.

Sampai akhir tahun 2014 telah terbentuk

44.571 POSDAYA yang tersebar secara

luas di lebih dari 300 kabupaten/kota di

25 provinsi Indonesia [2]. Salah satunya

adalah POSDAYA Mawar yang terletak

di RW 04 Kelurahan Setu, Kecamatan

Cipayung, Jakarta Timur.Seiring

bertumbuhnya POSDAYA, maka mulai

tahun 2014 telah dilaksanakan Program

Pendataan dan Pemetaan

Keluarga.Program ini mengadopsi

Program BKKBN yang berfungsi untuk

membantu Pemerintah dalam

memberikan pendampingan ataupun

bantuan pemberdayaan.Oleh karena itu

pada bulan Maret 2015 telah

dilaksanakan program pendataan di

POSDAYA Mawar.Total data yang

diperoleh dari 10 RT tersebut adalah 992

data kepala keluarga. Melalui proses

pengolahan data menjadi pengetahuan

yang dikenal sebagai data mining,

terutama dengan menerapkan aturan

asosiasi, maka dapat diperoleh indikator

atau faktor utama yang paling

mempengaruhi tingkat kesejahteraan

keluarga di sebuah RW. Masing-masing

RW, lebih tepatnya dalam sebuah

keluarga, pasti memiliki banyak faktor

penunjang kehidupan. BKKBN

menyebutnya sebagai 21 indikator

tahapan keluarga sejahtera, seperti yang

ditunjukkan pada gambar

1.Keterhubungan antar faktor tersebut

selanjutnya dibuat hukum/aturan yang

dapat dijadikan patokan kebijakan dari

pengguna.

Gambar 1. Tahapan Keluarga Sejahtera [8]

Aturan asosiasi yang dihasilkan

adalah sebuah ekspresi implikasi yang

berbentuk X⇒Y, dimana X dan Y

merupakan disjoint items (X ∩ Y) = ∅.

Contohnya {Milk, Diaper} ⇒ {Beer},

artinya jika pelanggan membeli milk dan

diaper, maka akan membeli beer. Contoh

lainnya pada aplikasi berbasis web,

dimana kecenderungan seorang user

mengakses situs tertentu setelah situs

yang dia akses sebelumnya dapat

dijadikan patokan oleh perusahaan

dalam menawarkan produk ke user

tersebut. Kecenderungan user dapat

diketahui dari aktivitasnya menelusuri

dunia maya, misal setelah dia mengakses

situs A akan cendeerung mengakses situs

B, dan seterusnya [3][4].

Page 10: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

3 | P a g e

Gambar 2. Proses KDD [3]

Sedangkan metrik yang diguna-

kan pada aturan asosiasi adalah Support

(s) dan Confidence (c).

Penelitian ini akan menggunakan

nilai support sebesar 15% dan

confidence sebesar 50%.

Algoritma apriori ini akan

diimplementasikan melalui tahapan-

tahapan yang ada di dalam proses KDD

(Knowledge Data Discovery) seperti

yang ditunjukkan pada gambar 2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian sebelumnya

mengenai aturan asosiasi yang

diterapkan untuk pengolahan data

kependudukan pernah dilakukan oleh [5]

dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul

“Membangun Aturan Asosiasi

Menggunakan Algoritma Apriori

Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan

Kependudukan”, aturan apriori

digunakan untuk membuat aturan

kependudukan dengan menyusun

beberapa usulan atau masukan bagi

pemerintah dalam penanggulangan

kriminalitas.Metode asosiasi

diimplementasikan untuk mendapatkan

hubungan sebab-akibat yang ada pada

data kependudukan tersebut, terutama

untuk menemukan pola hubungan

kriminalitas dengan karakteristik

penduduk.Penelitian tersebut memiliki

123 atribut yang diuji dengan 2215 baris

data. Nilai confidence yang digunakan

lebih besar dari 70% karena tingkat

missing value sebesar 15% sehingga

menghasilkan 10 aturan asosiasi,

misalnya hubungan antara tingkat

pendidikan dengan jumlah pekerja,

hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pendapatan, dsb. Batasan tingkat

confidence berdampak pada akurasi dari

aturan asosiasi sebagai dasar dalam

membuat kebijakan sehubungan

kependudukan.Jika atributnya lebih

banyak, maka usulan yang bisa diajukan

kepada pemerintah juga semakin

bertambah.

Sedangkan penelitian [6] yang

berjudul “Penentuan Pola Yang Sering

Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Menggunakan Metode FP-Growth”

dibuat untuk mengatasi hambatan yang

diterima oleh penduduk miskin terhadap

pelayanan kesehatan., yaitu

ketidaktepatan tim penilai dalam

memberikan penilaian kartu Jamkesmas

sesuai dengan kriteria yang telah

3 | P a g e

Gambar 2. Proses KDD [3]

Sedangkan metrik yang diguna-

kan pada aturan asosiasi adalah Support

(s) dan Confidence (c).

Penelitian ini akan menggunakan

nilai support sebesar 15% dan

confidence sebesar 50%.

Algoritma apriori ini akan

diimplementasikan melalui tahapan-

tahapan yang ada di dalam proses KDD

(Knowledge Data Discovery) seperti

yang ditunjukkan pada gambar 2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian sebelumnya

mengenai aturan asosiasi yang

diterapkan untuk pengolahan data

kependudukan pernah dilakukan oleh [5]

dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul

“Membangun Aturan Asosiasi

Menggunakan Algoritma Apriori

Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan

Kependudukan”, aturan apriori

digunakan untuk membuat aturan

kependudukan dengan menyusun

beberapa usulan atau masukan bagi

pemerintah dalam penanggulangan

kriminalitas.Metode asosiasi

diimplementasikan untuk mendapatkan

hubungan sebab-akibat yang ada pada

data kependudukan tersebut, terutama

untuk menemukan pola hubungan

kriminalitas dengan karakteristik

penduduk.Penelitian tersebut memiliki

123 atribut yang diuji dengan 2215 baris

data. Nilai confidence yang digunakan

lebih besar dari 70% karena tingkat

missing value sebesar 15% sehingga

menghasilkan 10 aturan asosiasi,

misalnya hubungan antara tingkat

pendidikan dengan jumlah pekerja,

hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pendapatan, dsb. Batasan tingkat

confidence berdampak pada akurasi dari

aturan asosiasi sebagai dasar dalam

membuat kebijakan sehubungan

kependudukan.Jika atributnya lebih

banyak, maka usulan yang bisa diajukan

kepada pemerintah juga semakin

bertambah.

Sedangkan penelitian [6] yang

berjudul “Penentuan Pola Yang Sering

Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Menggunakan Metode FP-Growth”

dibuat untuk mengatasi hambatan yang

diterima oleh penduduk miskin terhadap

pelayanan kesehatan., yaitu

ketidaktepatan tim penilai dalam

memberikan penilaian kartu Jamkesmas

sesuai dengan kriteria yang telah

3 | P a g e

Gambar 2. Proses KDD [3]

Sedangkan metrik yang diguna-

kan pada aturan asosiasi adalah Support

(s) dan Confidence (c).

Penelitian ini akan menggunakan

nilai support sebesar 15% dan

confidence sebesar 50%.

Algoritma apriori ini akan

diimplementasikan melalui tahapan-

tahapan yang ada di dalam proses KDD

(Knowledge Data Discovery) seperti

yang ditunjukkan pada gambar 2.

Tinjauan Pustaka

Penelitian-penelitian sebelumnya

mengenai aturan asosiasi yang

diterapkan untuk pengolahan data

kependudukan pernah dilakukan oleh [5]

dan [6].Pada penelitian [5] yang berjudul

“Membangun Aturan Asosiasi

Menggunakan Algoritma Apriori

Sebagai Pertimbangan Membuat Aturan

Kependudukan”, aturan apriori

digunakan untuk membuat aturan

kependudukan dengan menyusun

beberapa usulan atau masukan bagi

pemerintah dalam penanggulangan

kriminalitas.Metode asosiasi

diimplementasikan untuk mendapatkan

hubungan sebab-akibat yang ada pada

data kependudukan tersebut, terutama

untuk menemukan pola hubungan

kriminalitas dengan karakteristik

penduduk.Penelitian tersebut memiliki

123 atribut yang diuji dengan 2215 baris

data. Nilai confidence yang digunakan

lebih besar dari 70% karena tingkat

missing value sebesar 15% sehingga

menghasilkan 10 aturan asosiasi,

misalnya hubungan antara tingkat

pendidikan dengan jumlah pekerja,

hubungan antara jenis pekerjaan dengan

pendapatan, dsb. Batasan tingkat

confidence berdampak pada akurasi dari

aturan asosiasi sebagai dasar dalam

membuat kebijakan sehubungan

kependudukan.Jika atributnya lebih

banyak, maka usulan yang bisa diajukan

kepada pemerintah juga semakin

bertambah.

Sedangkan penelitian [6] yang

berjudul “Penentuan Pola Yang Sering

Muncul untuk Penerima Kartu Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Menggunakan Metode FP-Growth”

dibuat untuk mengatasi hambatan yang

diterima oleh penduduk miskin terhadap

pelayanan kesehatan., yaitu

ketidaktepatan tim penilai dalam

memberikan penilaian kartu Jamkesmas

sesuai dengan kriteria yang telah

Page 11: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

4 | P a g e

ditentukan. Metode yang digunakan

adalah FP-Growth untuk menghasilkan

pola yang sering muncul, sehingga hasil

pola tersebut dapat digunakan sebagai

acuan atau sebagai data penunjang

pengambilan keputusan penerima kartu

Jamkesmas.Algoritma FP-Growth

merupakan pengembangan dari

algoritmo apriori, dan diharapkan dapat

memperbaiki algoritma apriori, namun

dalam penelitian [6] tidak dibandingkan

hasil yang diperoleh jika menggunakan

apriori.Penelitian tersebut menguji 181

baris data dan support yang digunakan

harus dibawah 50% agar dapat

menghasilkan pola penerima kartu

jamkesmas.Jumlah data yang digunakan

dapat mempengaruhi hasil pola yang

didapatkan.

Dari kedua penelitian tersebut,

maka penelitian ini juga akan

menentukan pola atau hubungan antar-

variabel yang menjadi indikator tahapan

keluarga sejahtera. Data yang digunakan

sejumlah 100 baris data dikarenakan

proses pembersihan data yang telah

dilakukan dan menggunakan 21

indikator/variabel. Pembersihan data ini

termasuk penghilangan missing value

dan nilai null.Hal ini tergantung pada

karakteristik data itu sendiri.

Penelitian ini mengambil data

dari POSDAYA Mawar, namun

BKKBN dalam [7] sudah menyediakan

data akhir jumlah kepala keluarga

menurut status tahapan keluarga

sejahtera.Data terbaru saat ini belum

dapat ditemukan.

BKKBN seperti yang ditulis

dalam [8] yang berjudul “Kependudukan

dan Keluarga Sejahtera”, membagi

kesejahteraan keluarga ke dalam 3

kebutuhan, yakni:

1. Kebutuhan dasar (basic needs) yang

terdiri dari variabel pangan, sandang,

papan dan kesehatan.

2. Kebutuhan sosial psikologis (social

psychological needs) yang terdiri

dari variabel pendidikan, rekreasi,

transportasi, interaksi sosial internal

dan eksternal.

3. Kebutuhanpengembangan

(developmentneeds) yang terdiri dari

variabel tabungan, pendidikan

khusus, akses terhadap informasi.

Berdasarkan acusan tersebut,

dikembangkan indikator keluarga

sejahtera yang dapat dilihat pada gambar

1.

Penelitian lainnya dengan topik

data mining yang berkaitan dengan

kependudukan sangat banyak seperti [9]

yang melakukan klasifikasi dengan

algoritma C4.5 untuk mengelompokkan

data kependudukan pada tingkatan

kesejahteraan keluarga, atau [10] yang

menggunakan Decision Tree dan Regresi

Page 12: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

5 | P a g e

untuk klasifikasi prioritas kelompok

masyarakat yang dapat diberi bantuan,

juga [11] yang melakukan klastering

untuk menentukan kelompok prioritas

penerima bantuan bedah rumah di

Kecamatan Bahar Utara, Provinsi Jambi.

Dari banyaknya penelitian terkait

topik data mining dan kependudukan,

diharapkan penelitian sekarang yang

menekankan pada analisis hubungan

variabel yang mempengaruhi

kesejahteraan penduduk dengan

algoritma apriori dapat membantu

BKKBN, Pemerintah, khususnya di

lingkup terkecil yaitu POSDAYA

Mawar dapat memberikan intervensi

yang tepat, sehingga keluarga yang

berada pada Tahap Prasejahtera dan

Sejahtera I dapat meningkatkan taraf

hidupnya.

Metodologi Penelitian

Berdasarkan gambar 2, maka

penelitian ini menggunakan tahapan-

tahapan yang ada di dalam proses KDD

[3], yaitu:

1. Memahami domain aplikasi untuk

mengetahui dan menggali

pengetahuan awal serta sasaran

pengguna. Domain yang digunakan

adalah sample data kependudukan

keluarga yang berada di dalam

POSDAYA Mawar, yang terletak di

RW. 04, Kelurahan Setu, Kecamatan

Cipayung, Jakarta Timur.

2. Membuat target data-set yang

meliputi pemilihan data dan fokus

pada sub-set data.

3. Pembersihan dan transformasi data

meliputi eliminasi derau, outliers,

missing value serta pemilihan fitur

dan reduksi dimensi. Sample data

yang digunakan sebanyak 100 buah

dengan 21 variabel.

4. Penggunaan algoritma data mining

yang terdiri dari asosiasi, sekuensial,

klasifikasi, klasterisasi, dll. Dalam

tahapan ini, algoritma yang

digunakan adalah algorithm apriori

untuk melakuka asosiasi.

5. Interpretasi, evaluasi dan visualisasi

pola untuk melihat apakah ada

sesuatu yang baru dan menarik dan

dilakukan iterasi jika diperlukan.

Pengetahuan yang dihasilkan adalah

hubungan antar-variabel/indikator

yang mempengaruhi kesejahteraan

keluarga.

PEMBAHASAN

Seleksi Data

Data yang digunakan berasal dari

hasil wawancara dan observasi yang

telah dilakukan terhadap POSDAYA

Mawar yang terletak di RW 04,

Kelurahan Setu, Kecamatan Cipayung,

Jakarta Timur. Total data yang diperoleh

Page 13: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

6 | P a g e

adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber

data manual dapat dilihat pada gambar 3.

Pra-pemrosesan Data

Dalam tahapan ini, dilakukan

pembersihan data.Sample hasil akhir dari

pembersihan data sehingga siap diolah

dapat dilihat pada gambar 4.

Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan

Proses Data Mining

Beberapa tahapan yang harus

dilalui dalam mencari aturan asosiasi

dengan algoritma apriori adalah:

1. Menentukan jumlah itemset, nilai

support dan confidence.

2. Jumlah itemset dari 100 kepala

keluarga dapat dilihat pada gambar

5.

3. Pada pencarian itemset-1, dari 13

variable, sebanyak 9 variabel

memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},

{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan

{F}.

4. Pada pencarian itemset-2, terdapat

16 kombinasi yang memenuhi

syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},

{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},

{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},

{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan

{E,F}.

5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9

kombinasi yang memenuhi syarat,

yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},

{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},

{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}

6 | P a g e

adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber

data manual dapat dilihat pada gambar 3.

Pra-pemrosesan Data

Dalam tahapan ini, dilakukan

pembersihan data.Sample hasil akhir dari

pembersihan data sehingga siap diolah

dapat dilihat pada gambar 4.

Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan

Proses Data Mining

Beberapa tahapan yang harus

dilalui dalam mencari aturan asosiasi

dengan algoritma apriori adalah:

1. Menentukan jumlah itemset, nilai

support dan confidence.

2. Jumlah itemset dari 100 kepala

keluarga dapat dilihat pada gambar

5.

3. Pada pencarian itemset-1, dari 13

variable, sebanyak 9 variabel

memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},

{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan

{F}.

4. Pada pencarian itemset-2, terdapat

16 kombinasi yang memenuhi

syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},

{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},

{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},

{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan

{E,F}.

5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9

kombinasi yang memenuhi syarat,

yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},

{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},

{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}

6 | P a g e

adalah sejumlah 100 dari 10 RT. Sumber

data manual dapat dilihat pada gambar 3.

Pra-pemrosesan Data

Dalam tahapan ini, dilakukan

pembersihan data.Sample hasil akhir dari

pembersihan data sehingga siap diolah

dapat dilihat pada gambar 4.

Tabel 1. Sample Data Yang Sudah Dibersihkan

Proses Data Mining

Beberapa tahapan yang harus

dilalui dalam mencari aturan asosiasi

dengan algoritma apriori adalah:

1. Menentukan jumlah itemset, nilai

support dan confidence.

2. Jumlah itemset dari 100 kepala

keluarga dapat dilihat pada gambar

5.

3. Pada pencarian itemset-1, dari 13

variable, sebanyak 9 variabel

memenuhi syarat, yaitu: {C}, {J},

{U}, {T}, {K}, {M}, {N}, {E}, dan

{F}.

4. Pada pencarian itemset-2, terdapat

16 kombinasi yang memenuhi

syarat, yaitu: {C,J}, {C,U}, {J,U},

{U,T}, {U,M}, {U,N}, {U,E},

{U,F}, {T,N}, {T,E}, {T,F},

{M,N}, {M,E}, {N,E}, {N,F}, dan

{E,F}.

5. Pada pencarian itemset-3, terdapat 9

kombinasi yang memenuhi syarat,

yaitu: {C,J,U}, {U,T,N}, {U,M,N},

{U,N,E}, {U,E,F}, {T,N,E},

{T,E,F}, {M,N,E}, {N,E,F}

Page 14: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

7 | P a g e

Tabel 2. Item set

Nilai support menunjukkan

besarnya permasalahan yang dihadapi

oleh kepala keluarga secara bersamaan

dari keseluruhan total transaksi,

misalnya jika nilai support sebesar 50%,

artinya bahwa keseluruhan dari total

transaksi kepala keluarga yang memiliki

permasalahan pasangan usia subur ingin

ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan

dan tidak ada anggota keluarga yang

aktif sebagai pengurus pengumpulan

sosial/yayasan/ institusi masyarakat

secara bersamaan adalah sebanyak 50%.

Sedangkan confidence

menunjuk-kan permasalahan yang pasti

dimilili oleh kepala keluarga apabila

sudah memiliki permasalahan tertentu

sebelumnya, misalnya jika nilai

confidence 50% berarti kepala keluarga

yang memiliki permasalahan pasangan

usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke

sarana kesehatan dan pasti juga memiliki

permasalahan tidak adanya anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

pengumpulan sosial/yayasan/ institusi

masyarakat secara bersamaan sebesar

50%.

Setelah melalui proses selesai

nilai support sebesar 15% dan

confidence 50%, maka hasil akhir aturan

asosiasi yang diperoleh dapat dilihat

pada gambar 6 dan gambar 7.

Interpretasi dan Evaluasi

Dari data yang diperoleh maka

dapat ditemukan bahwa faktor yang

paling mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat di POSDAYA

Mawar yang dalam hal ini memenuhi

tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah

pelaksanaan program KB bagi pasangan

usia subur.

Aturan yang diperoleh adalah

sebagai berikut: Jika pasangan usia subur

ingin ber-KB tidak pergi ke sarana

kesehatan, maka tidak ada anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

7 | P a g e

Tabel 2. Item set

Nilai support menunjukkan

besarnya permasalahan yang dihadapi

oleh kepala keluarga secara bersamaan

dari keseluruhan total transaksi,

misalnya jika nilai support sebesar 50%,

artinya bahwa keseluruhan dari total

transaksi kepala keluarga yang memiliki

permasalahan pasangan usia subur ingin

ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan

dan tidak ada anggota keluarga yang

aktif sebagai pengurus pengumpulan

sosial/yayasan/ institusi masyarakat

secara bersamaan adalah sebanyak 50%.

Sedangkan confidence

menunjuk-kan permasalahan yang pasti

dimilili oleh kepala keluarga apabila

sudah memiliki permasalahan tertentu

sebelumnya, misalnya jika nilai

confidence 50% berarti kepala keluarga

yang memiliki permasalahan pasangan

usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke

sarana kesehatan dan pasti juga memiliki

permasalahan tidak adanya anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

pengumpulan sosial/yayasan/ institusi

masyarakat secara bersamaan sebesar

50%.

Setelah melalui proses selesai

nilai support sebesar 15% dan

confidence 50%, maka hasil akhir aturan

asosiasi yang diperoleh dapat dilihat

pada gambar 6 dan gambar 7.

Interpretasi dan Evaluasi

Dari data yang diperoleh maka

dapat ditemukan bahwa faktor yang

paling mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat di POSDAYA

Mawar yang dalam hal ini memenuhi

tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah

pelaksanaan program KB bagi pasangan

usia subur.

Aturan yang diperoleh adalah

sebagai berikut: Jika pasangan usia subur

ingin ber-KB tidak pergi ke sarana

kesehatan, maka tidak ada anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

7 | P a g e

Tabel 2. Item set

Nilai support menunjukkan

besarnya permasalahan yang dihadapi

oleh kepala keluarga secara bersamaan

dari keseluruhan total transaksi,

misalnya jika nilai support sebesar 50%,

artinya bahwa keseluruhan dari total

transaksi kepala keluarga yang memiliki

permasalahan pasangan usia subur ingin

ber-KB tidak pergi ke sarana kesehatan

dan tidak ada anggota keluarga yang

aktif sebagai pengurus pengumpulan

sosial/yayasan/ institusi masyarakat

secara bersamaan adalah sebanyak 50%.

Sedangkan confidence

menunjuk-kan permasalahan yang pasti

dimilili oleh kepala keluarga apabila

sudah memiliki permasalahan tertentu

sebelumnya, misalnya jika nilai

confidence 50% berarti kepala keluarga

yang memiliki permasalahan pasangan

usia subur ingin ber-KB tidak pergi ke

sarana kesehatan dan pasti juga memiliki

permasalahan tidak adanya anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

pengumpulan sosial/yayasan/ institusi

masyarakat secara bersamaan sebesar

50%.

Setelah melalui proses selesai

nilai support sebesar 15% dan

confidence 50%, maka hasil akhir aturan

asosiasi yang diperoleh dapat dilihat

pada gambar 6 dan gambar 7.

Interpretasi dan Evaluasi

Dari data yang diperoleh maka

dapat ditemukan bahwa faktor yang

paling mempengaruhi tingkat

kesejahteraan masyarakat di POSDAYA

Mawar yang dalam hal ini memenuhi

tahap Keluarga Sejahtera III Plus adalah

pelaksanaan program KB bagi pasangan

usia subur.

Aturan yang diperoleh adalah

sebagai berikut: Jika pasangan usia subur

ingin ber-KB tidak pergi ke sarana

kesehatan, maka tidak ada anggota

keluarga yang aktif sebagai pengurus

Page 15: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

8 | P a g e

pengumpulan sosial/yayasan/institusi

masyarakat. Nilai support yang diperoleh

dalam aturan tersebut adalah 51% dan

nilai confidence sebesar 89,47%.

Aturan-aturan lain yang dihasilkan

sebanyak 18.

Jika nilai support menggunakan

20%, maka akan diperoleh 10 aturan

asosiasi.

Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel

Selain pasangan usia subur yang

ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan

yang merupakan faktor utama

peningkatan kesejahteraan keluarga,

maka beberapa intervensi yang dapat

diberikan kepada POSDAYA Mawar

adalah:

1. Memperluas lantai rumah sehingga

memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap

penghuni rumah.

2. Setiap keluarga secara teratur

dengan sukarela memberikan

8 | P a g e

pengumpulan sosial/yayasan/institusi

masyarakat. Nilai support yang diperoleh

dalam aturan tersebut adalah 51% dan

nilai confidence sebesar 89,47%.

Aturan-aturan lain yang dihasilkan

sebanyak 18.

Jika nilai support menggunakan

20%, maka akan diperoleh 10 aturan

asosiasi.

Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel

Selain pasangan usia subur yang

ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan

yang merupakan faktor utama

peningkatan kesejahteraan keluarga,

maka beberapa intervensi yang dapat

diberikan kepada POSDAYA Mawar

adalah:

1. Memperluas lantai rumah sehingga

memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap

penghuni rumah.

2. Setiap keluarga secara teratur

dengan sukarela memberikan

8 | P a g e

pengumpulan sosial/yayasan/institusi

masyarakat. Nilai support yang diperoleh

dalam aturan tersebut adalah 51% dan

nilai confidence sebesar 89,47%.

Aturan-aturan lain yang dihasilkan

sebanyak 18.

Jika nilai support menggunakan

20%, maka akan diperoleh 10 aturan

asosiasi.

Tabel 3. Aturan asosiasi 2 variabel

Selain pasangan usia subur yang

ingin ber-KB pergi ke sarana kesehatan

yang merupakan faktor utama

peningkatan kesejahteraan keluarga,

maka beberapa intervensi yang dapat

diberikan kepada POSDAYA Mawar

adalah:

1. Memperluas lantai rumah sehingga

memenuhi ukuran 8 m2 untuk setiap

penghuni rumah.

2. Setiap keluarga secara teratur

dengan sukarela memberikan

Page 16: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

9 | P a g e

sumbangan materil untuk kegiatan

sosial

3. Pasangan usia subur dengan anak 2

atau lebihmenggunakan

alat/obat/kontrasepsi

Gambar 7. Aturan asosiasi 3 variabel

4. Semua anak umur 7-15 tahun dalam

keluarga bersekolah

PENUTUP

Kesimpulan yang diperoleh yaitu

bahwa 2 indikator yang terdapat dalam

tahapan Keluarga Sejahtera III Plus,

yaitu aktif sebagai pengurus masyarakat

dan kemampuan untuk memberikan

sumbangan materil secara teratur sangat

mempengaruhi keragaman data yang

dihasilkan.

Selanjutnya, hasil yang diperoleh

juga masih harus diolah lagi sesuai

dengan tahapan-tahapan kesejahteraan

masyarakat yang dikategorikan secara

berurutan.

Aturan asosiasi yang digunakan

sudah cukup memadai, namun saran

pengembangan selanjutnya adalah

penggunaan data yang lebih besar

sehingga semakin banyak data training

yang digunakan, hasil yang diperoleh

pun akan semakin akurat.

Apabila akan

mengimplementasikan program untuk

BKKBN, maka data input dapat

diperoleh dari Aplikasi BKKBN seperti

pada [7], sehingga pemerintah dapat

langsung memberikan intervensi yang

tepat bagi sebuah RW.

Daftar Pustaka

Aras, Z. dan Sarjono. 2016. AnalisisData Mining untuk menentukankelompok prioritas penerimabantuan bedah rumahmenggunakan metode clusteringk-Means (Studi Kasus: KantorKecamatan Bahar Utara). Vol. 1,No. 2, Jurnal Manajemen SistemInformasi.

Astuti, L.D. dan Haryanto, H., 2015,Metode Pohon KeputusanMenggunakan Algoritma C4.5untuk Pengelompokkan DataPenduduk pada TingkatanKesejahteraan Keluarga, Skripsi,Fakultas Ilmu KomputerUniversitas Dian Nusantara,Semarang.

Badan Kependudukan dan KeluargaPerencanaan Nasional DirektoratPelaporan dan Statistik. 2013.Profil Hasil Pendataan KeluargaTahun 2012, Jakarta.

Hermawati, F.A. 2013. Data Mining,Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Meilani, B.D. dan Azinar, A.W. 2015.Penentuan Pola yang SeringMuncul untuk Penerima KartuJaminan Kesehatan Masyarakat(JAMKESMAS) MenggunakanMetode FP-Growth, SeminarNasional Inovasi dalam Desaindan Teknologi, Surabaya.

Meilina, P. 2015. Penerapan DataMining dengan MetodeKlasifikasi MenggunakanDecision Tree dan Regresi,Vol.7, No. 1 Jurnal Teknologi,Universitas MuhammadiyahJakarta.

Page 17: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

10 | P a g e

Sulianta, 2016. Membangun AturanAsosiasi MenggunakanAlgoritma Apriori sebagaiPertimbangan Membuat AturanKependudukan, SeminarNasional Telekomunikasi danInformatika, Bandung.

Sunarti, Elis, 2011, Kependudukan danKeluarga Sejahtera, InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Yayasan Damandiri. 2015. PedomanPendataan dan PemetaanKeluarga dalam RangkaPemberdayaan MasyarakatMelalui Pos PemberdayaanKeluarga (POSDAYA), Jakarta.

Widodo, P.P., Handayanto, T.R., danHerlawati, 2013, PenerapanData Mining dengan Matlab,Bandung: Penerbit RekayasaSains.

Aplikasi BKKBN, http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/MDKReports/KS/tabel93.aspx (Tanggal akses 20Desember 2016).

Page 18: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

11 | P a g e

PERANAN TRIPLE HELIX DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI

KREATIF SUBSEKTOR ARSITEKTUR DAN DESAIN INTERIOR

Ngurah Gede Dwi Mahadipta

Dosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali

Email: [email protected]

PENDAHULUAN

Perekonomian dunia selalu

berkembang dari waktu ke waktu dan

yang dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa tahapan. Menurut Toffler

(1980) terdapat tiga tahapan

perkembangan ekonomi yaitu

gelombang ekonomi pertanian,

gelombang ekonomi industri, dan

gelombang ekonomi informasi.

Kemudian diprediksikan gelombang

berikutnya adalah gelombang ekonomi

kreatif yang berbasiskan pada ide dan

gagasan kreatif. Gelombang ekonomi

baru ini dapat dikatakan sebagai

gabungan berbagai aktivitas berkaitan

yang ide-idenya ditransformasikan ke

dalam barang dan jasa bernilai budaya,

dimana barang dan jasa tersebut

memiliki nlai yang ditentukan oleh

kekayaan intelektual (Restrepo dan

Marquez, 2015).

Ekonomi Kreatif sebenarnya

adalah wujud dari upaya mencari

pembangunan yang berkelanjutan

melalui kreativitas, yang mana

pembangunan berkelanjutan adalah

suatu iklim perekonomian yang berdaya

saing dan memiliki cadangan sumber

daya yang terbarukan (Departemen

Perdagangan RI, 2008). Dengan kata

lain, ekonomi kreatif adalah manifestasi

dari semangat bertahan hidup yang

sangat penting bagi negara‐negara maju

dan juga menawarkanpeluang yang

sama untuk negara‐negara berkembang.

Menurut Howkins (2001) ekonomi

kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana

input dan outputnya adalah gagasan

atau dengan kata lain, esensi dari

kreativitas adalah gagasan.Pesan besar

yang ditawarkan ekonomi kreatif adalah

pemanfaatan cadangan sumber daya

yang bukan hanya terbarukan, bahkan

takt erbatas, yaitu ide, talenta dank

reativitas.

Perpres Nomor 72 Tahun 2015

tentang Perubahan Atas Peraturan

Presiden Nomor 6 Tahun 2015 Tentang

Badan Ekonomi Kreatif telah

mengklasifikasi ulang sub-sektor

industri kreatif dari 14 sub-sektor

menjadi 16 sub-sektor, yaitu (1)

Arsitektur; (2) Desain Interior; (3)

Desain Komunikasi Visual; (4) Desain

Produk; (5) Film, Animasi, dan Video;

(6) Fotografi; (7) Kriya; (8) Kuliner; (9)

Musik; (10) Fashion; (11) Aplikasi dan

Page 19: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

12 | P a g e

Game Developer; (12) Penerbitan; (13)

Periklanan; (14) Televisi dan Radio;

(15) Seni Pertunjukan; dan (16) Seni

Rupa. Penambahan subsektor kuliner

menjadi penting karena Indonesia

memiliki kekayaan dan warisan budaya

produk makanan yang khas dan dapat

menjadi keunggulan komparatif bagi

Indonesia.Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik, Produk Domestik Bruto

(PDB) ekonomi kreatif mengalami

pertumbuhan nilai tambah sebesar

4,38% atau sekitar 852,24 triliun pada

tahun 2015. Hal ini menunjukkan

bahwa ekonomi kreatif memiliki

potensi perkembangan yang baik

dimana ekonomi kratif memberikan

kontribusi sebesar 7,38% terhadap total

perekonomian nasional.Jika dilihat dari

beberapa subsektor, ekonomi kreatif

yang berbasiskan pada desain seperti

arsitektur, desain produk, desain interior

dan desain komunikasi visual

memberikan 2,76% kontribusi terhadap

PDB ekonomi kreatif. Jika dilihat dari

pertumbuhannya, subsektor desain

komunikasi visual mengalami

pertumbuhan paling pesat yaitu sebesar

10,28% dan subsektor arsitektur sebesar

6,62%.

Pertumbuhan dan kontribusi

yang cukup besar ekonomi kreatif yang

cukup besar ini menunjukkan bahwa

sektor ekonomi kreatif ini sangat

potensial bagi perekonomian nasional

dan memerlukan suatu usaha yang lebih

untuk semakin mempertahankan dan

meningkatkan capaian dari sektor

ekonomi kreatif ini. Usaha

pengembangan sektor ekonomi kreatif

ini khususnya subsektor desain dalam

hal ini arsitektur dan desain interior

yang dapat dikatakan masih satu

rumpun ilmu harus melibatkan beberapa

pihak yaitu pelaku usaha dan

cendikiawan, pemerintah dan swasta

(bisnis) yang dikenal dengan triple

helix. Ketiga elemen ini saling

mendukung dalam pengembangan

ekonomi kreatif khususnya subsektor

arsitektur dan desain. Peran pemerintah

sangat penting khususnya pada

pengembangan kelembagaan untuk

dapat terus meningkatkan subsektor

ekonomi kreatif di atas.

Tinjauan Teori

Menurut Howkins (2001),

ekonomi kreatif dapat diartikan sektor

ekonomi tentang bagaimana orang

menghasilkan uang dari ide. Secara

umum ekonomi kreatif didefinisikan

sebagai transaksi produk kreatif yang

memiliki kekayaan ekonomi atau

pelayanan yang dihasilkan dari

kreativitas dan memiliki nilai

ekonomi.Pengertian ekonomi kreatif

menurut Departemen Perdagangan RI

Page 20: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

13 | P a g e

(2008) adalah ekonomi yang berasal

dari pemanfaatan kreativitas,

keterampilan serta bakat individu untuk

menciptakan kesejahteraan serta

lapangan pekerjaan melalui penciptaan

dan pemanfaatan daya kreasi dan daya

cipta individu kreatif. Ekonomi Kreatif

sebenarnya adalah wujud dari upaya

mencari pembangunan yang

berkelanjutan melalui kreativitas, yang

mana pembangunan berkelanjutan

adalah suatu iklim perekonomian yang

berdaya saing dan memiliki cadangan

sumber daya yang terbarukan

(Departemen Perdagangan RI, 2008).

Dengan kata lain, ekonomi kreatif

adalah manifestasi dari semangat

bertahan hidup yang sangat penting bagi

negara‐negara maju dan juga

menawarkanpeluang yang sama untuk

negara‐negara berkembang.

Sektor ekonomi kreatif di

Indonesia terdiri dari 16 subsektor

dimana terdapat empat subsektor pada

desain yaitu Arsitektur, Desain Interior,

Desain Komunikasi Visual, Desain

Produk. Subsektor Arsitektur dan

Desain Interior dapat dikatakan

memiliki akar yang sama karena

merupakan satu kesatuan dalam hal

perancangan suatu karya bangunan dan

gubahan ruang dalam. Menurut

Departemen Perdagangan RI (2007)

subsektor Arsitektur adalah kegiatan

kreatif yang berkaitan dengan jasa

desain bangunan, perencanaan biaya

konstruksi, konservasi bangunan

warisan, pengawasan konstruksi baik

secara menyeluruh dari level makro

(Town planning, urban design,

landscape architecture) sampai dengan

level mikro (detail konstruksi, misalnya:

arsitektur taman, desain interior).

Sedangkan subsektor Desain adalah

kegiatan kreatif yang terkait dengan

kreasi desain grafis, desain interior,

desain produk, desain industri,

konsultasi identitas perusahaan dan jasa

riset pemasaran serta produksi kemasan

dan jasa pengepakan.

Arsitektur

Definisi arsitektur secara umum

sangat luas dan sudah banyak

diungkapkan oleh para ahli dalam

bidang ilmu arsitektur itu sendiri.

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan

Usaha Indonesia (KLBI) 2015,

arsitektur adalah jasa konsultasi

arsitektur yang mencakup usaha seperti

desain bangunan, pengawasan

konstruksi, perencanaan kota dan

sebagainya. Menurut Ikatan Arsitek

Indonesia, arsitektur didefinisikan

sebagai wujud hasil penerapan ilmu,

teknologi dan seni secara utuh dalam

menggubah ruang dan lingkungan

Page 21: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

14 | P a g e

binaan, sebagai bagian dari kebudayaan

dan peradaban manusia.

Dalam proses kerja di bidang

arsitektur terdapat rantai nilai yang

berperan dalah menciptakan nilai

tambah dari produk arsitektur berupa

hasil karya. Secara umum menurut

Pengembangan Industri Kreatif menuju

Visi Ekonomi Kreatif Indonesia 2025,

rantai nilai dalam industri arsitektur

yaitu; (1)permintaan konsumen/

pengguna jasa; (2)pembuatan rancangan

arsitektur (proses kreasi dan produksi

gambar teknik); (3)pengiriman hasil

desain; (4)implementasi dan

pengawasan; dan (5)komersialisasi

(Departemen Perdagangan RI, 2008).

Jika mengacu pada jenis pekerja yang

terdapat dalam subsektor Arsitektur

adalah arsitek dan juru gambar.

Menurut Ikatan Arsitek Indonesia,

arsitek adalah ahli yang mampu

melakukan peran dalam proses kreatif

menuju terwujudnya tata ruang dan tata

massa guna memenuhi tata kehidupan

masyarakat dan lingkungannya, dengan

dasar pendidikan tinggi arsitektur dan

memiliki kompetensi yang diakui sesuai

ketentuan Ikatan Arsitek Indonesia serta

melakukan praktek profesi.

Desain Interior

Pada awalnya Desain Interior

merupakan salah satu bagian dari

subsektor Desain dalam pengembangan

ekonomi kreatif di Indonesia. Dalam

perkembangannya Desain Interior

dinyatakan sebagai subsektor yang

berdiri sendiri. Menurut IIDA

(International Interior Designer

Association), desain interior adalah

profesi yang hasil karya atau solusi

kreatif dan teknikalnya diaplikasikan

pada suatu struktur dalam rangka

membuat suatu ruangan interior. Desain

interior adalah segala macam aktivitas

yang berkaitan dengan segala sesuatu

yang berada di dalam dimensi ruang

dan dinding, jendela, pintu, dekorasi,

tekstur, pencahayaan, perabotan dan

funitur dalam rangka membangun ruang

yang optimal untuk penghuni bangunan

yang bersangkutan (Departemen

Perdagangan RI, 2008). Proses desain

dan rantai nilai dalam industri desain

interior tidak jauh berbeda dengan

industri arsitektur. Proses diawali

dengan tahap kreasi oleh perusahaan

interior ataupun desainer interior

independen berdasarkan pesanan dari

pengguna jasa atau klien. Pengguna jasa

disini dapat berupa perusahaan

kontraktor ataupun end user atau

pemilik bangunan pribadi.

Dalam perkembangannya

desainer interior memiliki spesialisasi

yang lebih khusus seperti desain hunian

(residential), komersial, hospitality,

Page 22: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

15 | P a g e

kesehatan (health care) dan bangunan

formal (institutional building). Selain

itu desainer interior juga diatur oleh

pemerintah dalam bentuk regulasi,

dimana desainer interior harus memiliki

kompetensi dan memiliki sertifikat

keahlian yang dikeluarkan oleh asosiasi

profesi yang diakui oleh pemerintah

seperti HDII (Himpunan Desainer

Interior Indonesia).

PEMBAHASAN

Pengembangan sektor ekonomi

kreatif di Indonesia secara umum tidak

bisa dilepaskan dari pihak-pihak atau

actor penggerak yang saling

berhubungan dan melengkapi yaitu;

pelaku usaha kreatif dan cendikiawan,

bisnis (swasta) dan pemerintah atau

dikenal dengan istilah Triple Helixs.

Peranan pelaku usaha kreatif atau

cendikiawan disini adalah sebagai aktor

utama karena mereka adalah sumber

dari ide dan kreativitas yang merupakan

modal dasar dalam pengembangan

ekonomi kreatif. Selain itu peran

cendikiawan dalam hal ini para

ilmuwan atau akademisi dalam hal ini

adalah memperbanyak kurikulum

ataupun riset yang dapat menunjang

kreativitas dan orientasi kewirausahaan

(entrepreneurship) dalam dunia

pendidikan. Pihak swasta atau bisnis

disini sangat berperan dalam hal

komersialisasi atau pemasaran dari

produk-produk ekonomi kreatif. Di

samping itu peranan swasta dalam hal

ini juga adalah untuk membantu dari

segi permodalan, khususnya bagi pelaku

usaha kreatif baru atau start-up.

Sedangkan jika kita mengacu pada

peran pemerintah dalam pengembangan

ekonomi kreatif ini lebih banyak dapat

dilihat dari unsur kelembagaan, regulasi

dan berbagai usaha untuk meningkatkan

produktivitas ekonomi kreatif tersebut.

Arsitektur

Perkembangan industri

arsitektur di Indonesia semakin

meningkat yang dapat dilihat dari

pertumbuhannya yang sebesar 6,62%

ICT Advertising

Architecture R & D

Photography, Film & Video

Radio & TV Interactive Games

(2)

Fashion (4)

Art Market Performing Arts

Music Design

Publishing (3)

Culinary Crafts

(1)

GR

OW

TH

Hig

h

Low

High Low

SHARE

Page 23: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

16 | P a g e

pada tahun 2015 dan menjadi subsektor

yang pertumbuhan tercepat setelah

subsektor desain komunikasi visual

(10,28%), music (6,26%) dan animasi

video (6,68%). Pertumbuhan yang pesat

ini juga dapat dilihat pertumbuhan dan

pangsa pasar industri arsitektur yang

tinggi bersama beberapa subsektor

ekonomi kreatif lainnya. Ketujuh

subsektor ekonomi kreatif teermasuk

arsitektur ini menjadi prioritas

pemerintah dalam pengembangan pada

tahun 2009-2014.

Dalam industri arsitektur yang

yang berbasiskan pada ide, kreativitas,

ilmu dan teknologi, peranan triple helix

sangat penting khususnya dalam

meningkatkan market share dan juga

penciptaan entrepreneur baru. Hal ini

mutlak dilakukan ketika melihat realita

di lapangan masih banyak terdapat

kendala-kendala dalam pengembangan

industri arsitektur, di samping potensi

dan kekuatan yang dimilikinya. Dari

segi human resourcesterdapat kendala

seperti lulusan sarjana arsitektur yang

berlimpah namun kurang disertai

dengan kemampuan praktis yang

memadai, sebaran arstitek masih lebih

terkonsentrasi di Ibukota, Jawa dan

Bali. Selain itu jangka waktu

pendidikan arsitektur yang terbatas juga

menjadi kelemahan tersendiri. Namun

jika dilihat dari potensi dan kekuatan,

industri arsitektur memiliki kelebihan

seperti ciri khas arsitketur nusantara

yang sudah diakui dunia dan range

aplikasi industri arsitektur yang cukup

luas (mikro dan makro). Dari sisi

industri kelemahan yang cukup terlihat

adalah kompetisi yang sangat ketat

terutama persaingan dengan arsitek

asing yang banyak berpraktek di

Indonesia. Selain itu ketergantungan

pada pemilik modal sebagai pengguna

jasa dan life cycle produk yang yang

panjang menjadi beberapa kelemahan

yang harus disikapi.

Menurut Pangestu (2008),

peranan triple helix cendikiawan, bisnis

dan pemerintah sangat penting dalam

pengembangan industri arsitekturseperti

pengembangan sumber daya insani

arsitek Indonesia meliputi hard skill dan

soft skill, memberikan kesempatan lebih

bagi arsitek lokal dalam pembangunan

fasilitas publik melalui sayembara

desain dan mewujudkan payung hukum

bagi profesi arsitek. Jika ditinjau dari

peranan cendikiawan atau akademisi

khususnya dikampus, peranan penting

yang dapat dilakukan adalah dengan

menyesuaikan kurikulum pendidikan

arsitektur sesuai dengan kebutuhan

pasar nasional dan internasional.

Pendidikan arsitektur di Indonesia

masih kurang dalam hal durasi waktu

jika dibandingkan dengan di luar negeri,

Page 24: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

17 | P a g e

karena tamatan perguruan tinggi

arsitektur tidak serta merta menjadi

seorang arsitek profesional dan baru

sebatas sarjana arsitektur. Hal ini

sebenarnya sudah disikapi oleh

beberapa perguruan tinggi arsitektur

dengan membuka Pendidikan Profesi

Arsitek (PPArs) selama dua tahun

termasuk magang di biro arsitek untuk

melengkapi pendidikan arsitektur yang

didapat di perguruan tinggi. Selain itu

asosasi arsitek di Indonesia yang sudah

diakui secara nasional dan internasional

yaitu Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)

yang juga anggota UIA (Union

Internationale des Architectes) dan

Arcasia (Architects Regional Council

Asia) juga memberikan pengembangan

keprofesian untuk memperoleh

sertifikat keahlian melalui penataran

kode etik dan program strata dan berhak

berpraktek profesi secara legal serta

berhak menggunakan inisial IAI di

belakang namanya. Anggota profesional

IAI juga berhak berpraktek lintas negara

(cross border practice) khususnya Asia

Tenggara dengan adanya Mutual

Recognition Arrengement (MRA)

dengan sertifikasi ASEAN Architect

(AA).

Dari segi bisnis, industri

arsitektur dalam hal ini memerlukan

adanya promosi terhadap arsitek-arsitek

lokal dan arsitek muda yang potensial

secara internasional. Promosi secara

internasional dapat dilakukan dengan

mengikuti sayembara-sayembara desain

yang banyak diadakan baik oleh swasta,

institusi atapun asosiasi profesi. Dengan

semakin banyaknya arsitek-arsitek lokal

yang mengikuti kompetisi dan

sayembara baik nasional ataupun

internasional serta dimuat di berbagai

media akan meningkatkan daya saing

dari arsitek dan meningkatkan selling

point yang ujungnya akan mengundang

konsumen. Sedangkan dari peran

pemerintah, industri arsitektur

memerlukan payung hukum dan

regulasi yang dapat melindungi profesi

arsitek dan perlindungan terhadap Hak

Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam hal

ini pemerintah khususnya lembaga

legislatif (DPR) sudah menanggapi dan

memproses Rancangan Undang-Undang

Arsitek yang masih dalam pembahasan

di Program Legislasi Nasional

(Prolegnas) sebagai jawaban dari

kebutuhan arsitek akan payung hukum

untuk mengatur hak dan kewajiban

arsitek dalam berpraktek profesi. Selain

itu pemerintah juga menstimulasi agar

para arsitek yang berpraktek profesi

memperolah sertifikat keahlian sebagai

legalitas akan kompetensi yang

dimilikinya. Pemerintah membentuk

Lembaga Pengembangan Jasa

Konstruksi (LPJK) sebagai lembaga

Page 25: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

18 | P a g e

resmi pemerintah yang bertugas

melakukan usaha-usaha pengembangan

jasa konstruksi termasuk pelatihan dan

sertifikasi tenaga konstruksi termasuk

arsitek dengan mengsinkronkan dengan

program asosiasi profesi.

Desain Interior

Keberadaan desain interior

dalam ekonomi kreatif di Indonesia

termasuk ke dalam subsektor desain

sampai kemudian berdasarkan Perpres

Nomor 72 Tahun 2015 berdiri menjadi

subsektor sendiri bersama subsektor

desain produk dan desain komunikasi

visual. Berdasarkan data Bekraf dan

BPS tahun 2016 tentang kontribusi PDB

ekonomi kreatif, subsektor desain

interior menyumbangkan sebanyak

0,16%. Sedangkan berdasarkan data

Pertumbuhan dan Pangsa Pasar

Subsektor Ekonomi Kreatif oleh Bekraf,

subsektor desain interior masih

termasuk subsektor yang pertumbuhan

dan pangsa pasarnya masih rendah. Hal

ini disebabkan oleh beberapa hal seperti

kurangnya pemahaman masyarakat

tentang profesi dan keilmuan desain

interior dan mengganggapnya bukan

merupakan sesuatu yang penting.

Dalam realita sering terjadi masyarakat

beranggapan desain interior hanyalah

sebatas mengatur furniture sehingga

tidak jarang penghargaan terhadap

profesionalisme masih sangat kurang,

seperti meminta jasa desain gratis. Hal

ini tentu sangat merugikan bagi industri

desain interior terutama desainer yang

harus menuangkan ide, kreativitas, ilmu

dan waktu dalam menyelesaikan suatu

hasil karya interior baik berupa gubahan

ruang dalam termasuk furniture,

aksesoris dan amenitis ruangan, tata

cahaya, tata udara dan tata suara.

Kelemahan lain yang terdapat dalam

industri desain interior adalah masih

kurangnya suplai desainer, kurangnya

wawasan manajerial dan kewirausahaan

desainer, industri desain interior

dianggap kurang sustainable dari segi

ekonomi dan banyaknya desainer asing

yang berpraktek di Indonesia. Selain itu

masih banyaknya pelanggaran hak cipta

dapat menghambat perkembangan

industri desain interior ini.

Menghadapi permasalahan-

permasalahan di atas memerlukan

adanya upaya yang optimal dari peran

triple helix dalam pengembangan

industri desain interior. Dari segi

cendikiawan, peranan perguruan tinggi

sebagai institusi pendidikan desain

interior adalah mencetak desainer

interior dengan kemampuan hard skill

dan soft skill yang dibutuhkan dunia

kerja. Perguruan tinggi desain interior

sekarang ini sudah yang berjenjang

sarjana atau S1. Hal ini berarti lulusan

Page 26: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

19 | P a g e

perguruan tinggi desain interior tidak

hanya sebatas tenaga terampil namun

juga sebagai tenaga ahli yang

menguasai teori, konsep dan

keterampilan. Perguruan tinggi dalam

kurikulumnya juga diharapkan

menambah jumlah mata kuliah yang

menunjang aspek-aspek kewirausahaan

seperti Manajemen Proyek Interior,

Etika Profesi dan juga Kewirausahaan.

Dari segi bisnis promosi bisa

dilakukan oleh para desainer dengan

mengikuti kompetisi dan sayembara

yang diselenggarakan secara nasional

dan internasional. Keterlibatan desainer

dalam proyek-proyek berskala besar

juga dapat sebagai ajang promosi yang

efektif bagi para desainer. Peranan

asosiasi profesi dalam hal ini HDII

(Himpunan Desainer Interior Indonesia)

sebagai anggota IFI (Interaction

Federation of Interior Designer/

Architect) juga sangat penting,

diantaranya sebagai wadah komunikasi,

konsultasi dan koordinasi para anggota

(desainer), antar asosiasi profesi sejenis

baik di dalam dan di luar negeri dan

sebagai mitra kerja pemerintah dalam

mengembangkan serta meningkatkan

peranserta jasa konstruksi desain

interior dalam memberi kontribusi pada

pertumbuhan ekonomi Indonesia. HDII

juga berperan dalam melakukan

komunikasi dan koordinasi dengan

perguruan tinggi desain interior agar

terjadi kesinambungan antara dunia

pendidikan dan dunia kerja.

Peran pemerintah dalam

pengembangan industri desain

khususnya desain interior adalah

sebagai fasilitator dan juga regulator.

Dalam fasilitator, pemerintah dalam hal

ini LPJK mengadakan pendidikan dan

pelatihan bagi tenaga ahli dan tenaga

terampil bidang desain interior untuk

meningkatkan kompetensi para

desainer. Selain itu LPJK juga

berkoordinasi dengan asosiasi profesi

HDII dalam hal sertifikasi kompetensi

desainer interior. LPJK selaku lembaga

pemerintah dalam hal pengembangan

jasa konstruksi memiliki kewenangan

dalam mengatur sertifikasi semua

pelaku dan badan usaha berbagai

disiplin ilmu yang berkaitan dengan jasa

konstruksi. Hal ini sejalan dengan peran

pemerintah sebagai regulator sepeti

yang diamanatkan Undang-Undang No.

18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

2000 tentang Usaha dan Peran

Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan

Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan

Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun

2000 tentang Penyelenggaraan

Pembinaan Jasa Konstruksi.

Page 27: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

20 | P a g e

SIMPULAN DAN SARAN

Perkembangan ekonomi kreatif

di Indonesia mengalami peningkatan

yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari

kontribusi ekonomi kreatif termasuk

subsektor arsitektur dan desain interior

sebesar 7,38% terhadap total

perekonomian nasional. Pertumbuhan

ekonomi kreatif subsektor arsitektur

yang termasuk empat besar

menunjukkan adanya gairah dan

akselerasi produktivitas dan munculnya

pelaku-pelaku usaha baru. Sejalan

dengan hal tersebut masih terdapat

beberapa hambatan-hambatan dalam

perkembangan ekonomi kreatif

khususnya subsektor arsitektur dan

desain interior yang dapat dilihat dari

masih kecilnya kontribusi PDB

ekonomi kreatif subsektor desain

interior.

Menyikapi hal ini diperlukan

adanya koordinasi dan keselarasan

antara komponen triple helix sebagai

aktor dan faktor penggerak ekonomi

kreatif khususnya subsektor arsitektur

dan desain interior. Peran cendikiawan

khususnya akademisi dan perguruan

tinggi adalah untuk menyelaraskan

kurikulum pendidikan agar sesuai

dengan kebutuhan dunia kerja dan

berorientasi kewirausahaan. Unsur

bisnis lebih banyak berperan dalam

koordinasi dalam hal promosi baik

secara individu pelaku usaha kreatif

ataupun melalui organisasi profesi

melalui keiikutsertaan dalam berbagai

kompetisi untuk meningkatkan selling

point arsitek dan desainer interior.

Pemerintah dalam hal ini lebih berperan

sebagai fasilitator melalui LPJK yang

berkoordinasi dengan asosiasi profesi

dalam pendidikan, pelatihan dan

sertifikasi komptensi. Pemerintah juga

berperan sebagai regulator dalam

memberikan kebijakan dan payung

hukum untuk melindungi hak dan

kewajiban dari pelaku usaha keratif

dalam hal ini arsitek dan desainer

interior.

Daftar Pustaka

Badan Ekonomi Kreatif dan Badan

Pusat Statistik. 2016. Data dan

Hasil Survei Ekonomi Kreatif.

Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif.

Canadian Heritage. 2013. The Creatuve

Economy: Key Concepts and

Litereture Rivew Highlights.

Canada: Policy Research Group.

Departemen Perdagangan RI. 2008.

Pengembangan Industri Kreatif

Menuju Visi Ekonomi Kreatif

Indonesia 2025. Jakarta:

Departemen Perdagangan

Republik Indonesia.

Departemen Perdagangan RI. 2008.

Studi Industri Kreatif Indonesia.

Jakarta: Departemen

Perdagangan Republik

Indonesia.

Page 28: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

21 | P a g e

Departemen Perdagangan RI. 2014.

Ekonomi Kreatif: Kekuatan

Baru Indonesia Menuju 2025.

Jakarta: Departemen

Perdagangan Republik

Indonesia.

Howkins, J. (2001). The Creative

Economy: How People Make

Money From Ideas. London,

UK: Penguin.

Pangestu, M.E. 2008. Hasil Konvensi

Pengembangan Ekonomi Kreatif

2009-2015. Naskah Lengkap

Pekan Produk Budaya Indonesia

2008. Jakarta 4 – 8 Juni.

Restrepo, F.B dan Marquez, I.D, 2015.

Orange Economy: Potensi

Kreativitas yang Tak Terbatas.

Jakarta: Noura Books.

Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif:

Ekonomi Baru Mengubah Ide

dan Menciptakan Peluang.

Jakarta : Salemba Empat.

Page 29: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

22 | P a g e

VAGUE MEMORIES IDA BAGUS PUTU PURWAANALISA KREATIF DALAM BINGKAI FREUD DAN ARNHEIM

Dewa Gede PurwitaProgram Studi Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Vague Memories Ida Bagus Putu Purwa sebagai tajuk pameran tunggalnya di GriyaSantrian Gallery, Sanur, Bali menghadirkan sebelas karya lukis kontemporer. VagueMemories dipilih oleh Ida Bagus Putu Purwa karena mampu mewakili kegelisahaannyadalam kerja kreatif sekaligus mampu menampung gagasannya tentang visi perupanya.Karya yang dianalisa adalah karya dengan judul “Vague Memory” dan sekuel tiga panelkarya berjudul “Behind the Mask”, “Behind the Religion”, dan “Behind the Spirituality”memiliki tema sama yaitu mengkritisi sosio-kultural Bali maupun Indonesia. Dalam analisakreatif Ida Bagus Putu Purwa mempergunakan bingkai teori kreativitas dari Sigmund Freuddan Arnheim. Vague Memories dalam konteks ini dilihat dari sudut pandang psikoanalisisyang dalam pembahasannya mempergunakan dua teori psikolog seni tersebut. Realitasmerupakan kata kunci untuk masuk lebih dalam saat hendak membaca karya-karya IdaBagus Putu Purwa dalam periode gelap ini sehingga atmosfir kontemplatif sangat kentalterasa. Berpijak dari kondisi kejiwaan yang hadir atas kenangan yang samar, susahmembangkitkan kenangan-kenangan masa lalu hingga adanya kedekatan personal dengansosok perempuan berkembang menjadi wacana realitas. Hal inilah kemudian menjadipijakannya menghadirkan karya-karya dalam periode gelap yang kritis terhadap dirinyasendiri maupun kritis terhadap permasalahan sosio-kulturalnya.

Kata kunci: Vague Memories, Ida Bagus Putu Purwa, realitas, proses kreatif.

PROLOG SEBUAH REALITAS

Kita mulai mengingat sebagian-sebagian, lalu mulaimengasosiasikan beberapa haldengan hal-hal lainnya, hinggaakhirnya kita mulai membentukgagasan umum tentang hal-halitu… indra kita merupakan satu-satunya titik singgung langsungantara diri kita dan realitas di luardiri kita.1

Sebagaimana pernyataan John

Locke memandang sebuah realitas dalam

1 Magee, Brian. The Story of Philosophy (terj. MarcusWidodo, Hardono Hadi). Yogyakarta: Kanisius. 2008.

konteks ini adalah dunia kesenirupaan

menegaskan bahwa seniman mempunyai

daya nalar lebih melalui proses kreatifnya

sehingga mampu melahirkan karya-karya

seni sesuai kondisi kejiwaan maupun

keadaan sosial sekitarnya. Kepekaan

indra tersebut terlatih melalui proses

ulang-alik perenungan maupun interaksi

sosial antara seniman dengan masyarakat,

melalui kecerdasan kreatifnya itulah

seniman mempertautkan gejala, kondisi

Page 30: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

23 | P a g e

sosial, simbol-simbol dan ideologi

seniman.

Ida Bagus Putu Purwa (Gus

Purwa) salah satu seniman atau dalam

bahasa populer kesenirupaan kini disebut

sebagai seorang perupa, mengetengahkan

wacana realitas melalui karya-karya

mutakhirnya yang dipamerkan dengan

tajuk “Vague Memories” di Griya

Santrian Gallery selama satu bulan dari

19 Mei hingga 19 Juni 2017. Dalam

jajaran karya yang terpajang pada dinding

galeri keseluruhan beraura kontemplatif,

realitas yang mengelebat sekaligus

mengganggu nalarnya sebagai pribadi

maupun realitas yang terjadi dalam

lingkungan sosialnya (Bali), hal ini

diketengahkan oleh Gus Purwa bukan

tanpa alasan maupun runutan peristiwa

jelas. Seperti sebuah ungkapan yang

kerap kali membayangi orang-orang yang

berprofesi atau menekuni dunia seni

(lukis, desain, patung, tari, karawitan,

teater,dan lainnya) bahwa hal yang paling

ditakuti oleh seniman adalah kematian

daya kreatif, jadi secara otomatis pikiran

seniman selalu tergerak untuk mencari

hingga menemukan suatu hal melalui

proses kreatif yang terus menerus. Inilah

kemudian menjadi daya inovasi artistik

sekaligus sebagai pendulum kreatif Ida

Bagus Putu Purwa.

Ida Bagus Putu Purwa memulai

mendasari karya-karya Vague Memories-

nya melalui proses kontemplatif. Ia

menyadari bahwa ada sebuah kekurangan

atau kejanggalan dalam dirinya, sebuah

gejala yang sangat sulit sekali mengingat

potongan-potongan kejadian di masa lalu

bahkan yang beberapa bulan telah terjadi,

hal ini berdampak pada keadaan

kejiwaannya melalui kecemasan yang

berlebih, ketakutan-ketakutan mulai

meneror, hingga kesakitan pikiran

berimbas pada kesakitan fisik. Nyatanya

ia tidak membiarkan teror tersebut terus

menggerogoti kehidupannya hingga jalan

yang dipilih adalah melakukan

perenungan. Serupa penyataan Hardiman

dalam tulisannya menyatakan pertama,

seniman berhadapan dengan sejumlah

rasa pada dirinya untuk mengungkapkan

potensi-potensi yang dimilikinya, kedua

ia berhadapan dengan lingkungan yang

telah mengkonstruksinya.2

Dalam tulisan ini, karya yang

dibahas adalah karya lukis “Vague

Memory” dan sekuel tiga karya “Behind

2 Tulisan Hardiman “Tentang Diri” adalah tulisankuratorialnya dalam pameran tunggal Nisak IndriKhayati. Lihat Hardiman. Eksplo(ra)si Tubuh: Esai-Esai Kuratorial Seni Rupa. Singaraja: Mahima InstituteIndonesi dan Widya Pataka. 2015. Hlm, 89.

Page 31: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

24 | P a g e

the Mask”, “Behind the Spirituality”, dan

“Behind the Religion”. Kedua karya ini

dipilih dari sebelas karya karena dianggap

mampu mewakili wacana realitas dalam

maupun luar dari kehidupan Ida Bagus

Putu Purwa, lebih dari itu karya ini juga

dianggap mampu mewakili analisa kreatif

dari Freud dan Arheim mengenai proses

kreatif perupa dalam menciptakan karya

seni, tentu saja seni lukis seperti yang

akan dibahas.

Vague Memories menjadi menarik

karena memang dalam sebuah diskusi di

Studio Batako milik Ida Bagus Putu

Purwa dengan penulis, ia pernah

menceritakan perihal peliknya kehidupan

yang pernah dialaminya, bagaimana ia

kemudian mengamini masa sulitnya

hingga mampu melewati tahap demi

tahap. Berdasarkan atas peristiwa

teresebut kemudian nampaknya persoalan

ini selaras dengan riset psikoanalisa

Sigmund Freud tentang kreativitas dan

juga Arnheim yang menjelaskan tentang

persoalan kreatif yang muncul sebagai

ideologi seniman. Persoalan-persoalan

inilah kemudian mendasari penulis untuk

menuliskan lebih lanjut perihal karya-

karya Vague Memories Ida Bagus Putu

Purwa melalui gagasan tentang kreativitas

oleh Freud dan Arnheim yang tidak

terlepas dari kejadian atau latar belakang

seniman.

Kreativitas Oleh Freud Dan Arnheim

Dalam dunia kreativitas, Freud

maupun Arnheim menyumbangkan

pemikiran terhadap dunia seni rupa.

Dengan dasar teori psikoanalisis, Freud

berpendapat bahwa cara Leonardo da

Vinci melukis dipengaruhi oleh sejarah

pribadi sang seniman di masa kanak-

kanaknya (gejala Oedipus complex).

Sebaliknya Arnheim berpendapat bahwa

cara melukis tidak menyangkut masalah

kepribadian, tetapi lebih sebagai

ungkapan visi sang seniman. Tujuan

estetik seniman adalah menterjemahkan

apa yang ada di dalam pikiran ke dalam

bentuk nyata.3

Freud yakin bahwa semua seni

dan sastra merupakan hasil dari

sumblimasi terhadap dorongan libido.

Mimpi di siang hari bolong dan khayalan

adalah cara-cara menyibak dari

cengkraman prinsip realitas yang

membosankan. Para seniman dan penulis

sebenarnya membiarkan dirinya sendiri

untuk hidup dalam dunia khayal mereka,

sehingga dengan efektif menyibak prinsip

3 Damajanti, Irma. Psikologi Seni Sebuah Pengantar.Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. 2006. Hlm, 75.

Page 32: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

25 | P a g e

realitas, lalu menggunakan fantasi mereka

secara kreatif.4

Rudolf Arnheim adalah seorang

ahli psikologi Gestalt. Teorinya tentang

kreativitas didasarkan pada hasil

penelitiannya terhadap proses penciptaan

lukisan “Guernica” karya Pablo Picasso

pada tahun 1962. Ia berpendapat bahwa

dalam berkreasi, seniman berjuang untuk

memecahkan masalah dengan

mengerahkan seluruh kesadaran dan

kemampuan intelektual yang mereka

miliki. Pemecahan masalah ini

melibatkan visual thingking, dan hasil

yang dicapai diarahkan oleh

pertimbangan bentuk dan keinginan yang

kuat untuk mengekspresikan suatu makna

yang khas. Bahwa setiap bentuk, garis

dan warna menjadi suatu simbol untuk

menerjemahkan hasratnya ke dalam

bentuk visual.5

4 Ibid, hlm. 97.5 Ibid, hlm. 74.

Gambar 1. Ida Bagus Putu Purwa saat jumpa perspameran tunggal Vague Memories di Griya

Santrian Gallery, 18 Mei 2017.Dokumen: Dewa Gede Purwita

Ida Bagus Putu Purwa ketika

berkarya dalam pembacaan penulis

menggabungkan kedua pemikiran

psikolog tersebut, selain menyuguhkan

atau menghadirkan karya-karya lukis

sarat akan tema yang kontemplatif, ia

juga hadir sebagai karya kritis. Kedua

unsur ini dikemas dalam karya-karya

mutakhir dalam periode capaian estetik

dengan perwujudan warna yang

cenderung gelap, permainan simbol-

simbol lokal, tujuannya adalah

mengkritisi realitas di dalam diri maupun

di luar dirinya. Dalam konteks kerja

kreatif Freud, relasi kreativitas Ida Bagus

Putu Purwa adalah membiarkan dirinya

larut dalam persoalannya, menikmati

ragam rasa yang hadir ketika ia berada

dalam kondisi vague memory hingga

menemukan visual-visual dalam ruang

Page 33: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

26 | P a g e

khayalnya yang mampu mewakili ide-

idenya sekaligus dapat menyembuhkan

depresinya. Dalam konteks kerja kreatif

Arnheim, Ida Bagus Putu Purwa secara

sadar setelah proses kontemplatif yang

dilalui sebagai fondasi visual thinking

ternyata menghadirkan karya-karya yang

kritis terhadap persoalan dirinya sekaligus

juga berkembang dengan kritis

menanggapi kondisi sosio-kulturalnya.

VAGUE MEMORIES

Anna Notrh dalam artikelnya

menyatakan bahwa “vague memory may

be linked to depression”6 mengenai

kondisi kejiwaan ketika pikiran manusia

yang sangat susah membangun kembali

kenangan-kenangan masa lampaunya

serupa dengan sebuah kondisi depresi,

kekalutan pikiran sehingga proses

memunculkan kenangan itu sangat sulit.

Beberapa hal yang mendasari gejala

kejiwaan ini adalah adanya individu

manusia yang memiliki masa-masa sulit

atau dalam masa anak-anaknya memiliki

pengalaman traumatik terhadap sesuatu

hal terkadang memiliki ingatan maupun

kenangan yang terbatas. Dalam perspektif

psikoanalisa salah satu alasannya adalah

kemungkinan memori di otak manusia

6 Lihat artikel Anna North tentang vague memory dalamJezebel.com

tersebut secara tidak sadar dipotong

karena individu manusia secara psikologi

belum siap menerima kejadian dalam

masa-masa sulit. Walaupun terkadang

sebagian ingatan samar diketahui, coba

dibangkitkan lagi, menerawang dalam

ketidakjelasan titik temu, akan tetapi itu

sangatlah menyakitkan. Jadi tidak salah

ketika Anna North mengaitkan kondisi

Vague Memory dengan keadaan depresi

seseorang.7

Jika ditilik dari potongan biografi

estetiknya di awal tahun 2013 ia memulai

study tentang drawing di atas media

kertas, hingga berkembang dengan

pengolahan charcoal dan cat minyak.

Tahap ini Gus Purwa menembus batas-

batas terminology drawing yang pada

kemunculannya selalu diidentikan dengan

menggambar dan dinomor-duakan dalam

dunia seni lukis. Drawing dalam konteks

pergulatan kreatif Gus Purwa hadir bukan

hanya sebagai garis-garis estetik namun

lebih dari itu, ia hadir sebagai narasi yang

mewakili ide dan gagasan seniman.

Pernyataan menarik dikemukakan oleh

Hardiman perihal drawing dan painting,

7 Beberapa tulisan ini dikutip dari tulisan saya (DewaGede Purwita) yang dikembangkan lagi, untuk lebihjelasnya, tulisan kuratorial pameran “Vague Memories”Ida Bagus Putu Purwa dapat dilihat di KatalogPamerannya di Griya Santrian Gallery yang dikuratorioleh I Made Susanta Dwitanaya, dan Novita RiatnoMaria, dan sebagai penulis adalah Dewa Gede Purwita.2017.

Page 34: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

27 | P a g e

dengan jelas menyebutkan adanya

peristiwa ulang-alik dalam kedua proses

tersebut, drawing dalam tradisi melukis

maupun lukisan dalam tradisi drawing.8

Capaian karya pada masa ini saya frame

dengan dark period atau periode gelap.

Gambar 2. Vague Memory - 200 x 300 cm -Charcoal & oil on canvas – 2016Dokumen: Dewa Gede Purwita

Latar belakang terciptanya karya

ini dapat dirujuk kepada kondisi diri

personal perupa, sebuah gejala depresi

akibat dari realitas yang tengah atau telah

dilewati. Dalam wawancara, Ida Bagus

Putu Purwa menyatakan ketidaknyaman

dirinya pernah melalui masa-masa sulit

dalam diri interenya. ia mengalami

kesulitan mengingat potongan ingatan

masa lampaunya dan bahkan kejadian

beberapa bulan belakangan juga,

ihwalnya adalah ia mencoba untuk

menyelami pola pikir seseorang, mencoba

8 Tentang drawing dalam bahasan Hardiman, lihatkatalog “Painting & Drawing: Works by tencontemporary masters”. Kendra Gallery. 2008.

menerobos batas-batas dirinya dan tanpa

sadar ia yang tengah larut tersebut

kehilangan daya ingatan membangkitkan

memori dirinya sendiri. Kejadian ini

berlarut-larut sehingga menyebabkan

kecemasan berkepanjangan.

Karya lukis potret diri Gus Purwa

disesaki oleh latar tengkorak manusia,

tone warna gelap dengan aksen merah tua

mengarah warna magenta. Potret diri

dalam karya ini jelas merujuk kepada

dirinya, pun bagi setiap orang. Potret diri

yang disesaki latar tengkorang, berjajar

dibelakang figur, jika menghayati dengan

sungguh, karya ini tergolong sebuah

karya yang meneror namun dibalut

dengan sentuhan estetik serupa estetika

romantisme sehingga audiens tidak

merasakan efek kengerian dengan cepat

akan tetapi perlahan menyusup kedalam

diri. Dapat dibaca dengan jelas sebuah

kecemasan akan kematian itu tersamar

atau justru sengaja disamarkan dalam

ingatan tiap manusia. dalam karya ini

perupa seolah mengajukan pertanyaan

yang filosofis, mengapa mencemaskan

kematian padahal semua yang ada di

dunia tidak abadi? Tipikal manusia boleh

jadi sengaja mengaburkan segala ingatan

atau memori tentang jalan akhir tersebut

karena diburu kecemasan, padahal kita

Page 35: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

28 | P a g e

tahu semua akan menuju kepada sebuah

ketiadaan. Sering kali teks-teks agama

apapun itu memberikan pencerahan

melalui kalimat-kalimat penentram jiwa

akan tetapi siapakah yang mampu

melawan kecemasan akan kematian?

Karya ini mau tidak mau menjadi

filosofis.

Deretan tiga panel karya lukis di

sebelah utara dinding galeri memajang

karya Ida Bagus Putu Purwa yang kritis

terhadap realitas sosio-kultural, dalam hal

ini pendapat Arheim tentang visi seniman

saat menghasilkan karya seni. Tiga panel

ini menjadi kritik terhadap realitas

religius manusia Bali kini, secara umum

juga Indonesia yang belakangan isunya

kian panas, adalah “Behind the Mask”,

“Behind the Religion”, dan “Behind the

Spirituality”. Pada umumnya tiga panel

ini menunjukan ikonik spiritual yaitu

topeng, topeng yang dihadirkan adalah

topeng-topeng yang dalam kepercayaan

Bali memiliki nilai magis dan disungkemi

bersama sebagai sungsungan yaitu

Barong Bangkal, Rangda, Rarung,

background lukisan tersamar dihadirkan

gambaran relief-relief erotis yang

mengasosiasi terhadap pikiran yang liar,

tidak terbatas. Kalimat-kalimat pendek

berwarna merah yang ditulis di depan

objek menyatakan sebuah ketegasan

realitas tersebut di masa kini.

Gambar 3. Behind the Mask - 200 x 150cm -Charcoal & oil on canvas – 2016Dokumen: Dewa Gede Purwita

Karya ini merupakan satu tematik

dari dua karya lainnya yaitu Behind the

Religion dan Behind Spirituality. Selain

visual konten karya pun serupa,

mengkritisi sosio-kultural di Bali, masa

kini. Figur manusia dengan topeng

Barong Bangkal (babi hutan) sebagai

identitasnya. Bagaimanapun juga karya

ini menjadi kritis terhadap lingkungan

sekitar kita dan di Bali khususnya,

fenomena fashion spiritual begitu kira-

kira. Topeng dalam konteks ini sebagai

penutup wajah mengidentifikasikan

penutupan jati diri, berkilah di balik

Page 36: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

29 | P a g e

kesakralan padahal latar belakangnya

tidak sejalan dengan fashion yang ia

pergunakan, apakah spiritualitas kini

hanyalah aksesoris belaka? Pertanyaan

kritis ini mewakili visi Ida Bagus Putu

Purwa bahwa kejujuran dalam kehidupan

juga dalam berkarya merupakan modal

seniman sebagai manusia biasa,

sedangkan realitasnya disimbolkan oleh

fenomena berkilah dari pikiran kotor

dengan figur mempergunakan topeng,

bukankah itu sebuah kamuflase.

Gambar 4. Behind the Religion - 200 x 180cm -Charcoal & oil on canvas – 2017Dokumen: Dewa Gede Purwita

Seri kedua dari karya tematik

topeng ini tidak jauh beda dengan dua

karya lainnya yaitu Behind the Mask dan

Behind the Spirituality. Beberapa tahun

belakangan fenomena menguatnya ajaran

agama yang melembaga mengharuskan

juga sedini mungkin mengajari anak-anak

tentang pemelukan kepercayaan, padahal

jika ditarik kebelakang khususnya Bali

pola pengasuhan ini sudah ada sejak dulu

yang dikenal melalui maguru sisya

maupun Buddha kula. Tradisi ini

kemudian diberangus oleh lembaga

formal keagamaan dan masuk ke

kurikulum tentu saja dengan pengebirian

disana-sini. Mungkin jadi hal inilah yang

menyebabkan kini kelatahan akan

gampangnya kita menyebutkan satu demi

satu secara hafal mengenai idiom-idiom

agama tidak berbanding lurus dengan

bagaimana cara kita memahami. Alih-alih

mempergunakan agama untuk

mempercantik wajah nyatanya ia menjadi

menyeramkan secara psikis. Erotisme

dalam latar belakang menunjukan hasrat

manusia yang tidak akan pernah padam

akan sebuah ikatan, seperti ungkapan

terkenal Karl Marx bahwa agama adalah

candu masyarakat.

Page 37: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

30 | P a g e

Gambar 5. Behind the Spirituality - 200 x 150cm- Charcoal & oil on canvas – 2017

Dokumen: Dewa Gede Purwita

Karya ini adalah seri ketiga

tematik topeng Gus Purwa, topeng rangda

merah yang dalam idiom dunia literasi

Bali sebagai Kalika. Ditengah kehidupan

sosio-kulturalnya, manusia Bali dihadapi

oleh dua posisi, satu sisi laku spiritual

personal yang seharusnya menjadi

konsumsi diri sendiri dan di sisi lain laku

spiritual komunal yang membaur dalam

lingkup adat-istiadat. Keduanya serupa

namun memiliki batasnya masing-

masing. Fenomenanya, kini laku spiritual

personal yang harusnya menjadi

konsumsi diri sendiri justru meluber

menjadi konsumsi publik, apakah ini

sebuah gejala pudarnya suntuk pemujaan

sang setia? Sejalan dengan karya Behind

the Mask dan Behind the Religion, apakah

spiritualitas itu hanyalah sebuah fashion

mentereng bagai berlian yang harus di

pamerkan padahal perilaku kita masih

diikat material?

Sekuel karya ini menunjukan

pikiran kritis Ida Bagus Putu Purwa

dalam menanggapi realita sosio-kultural

yang berkembang, ia notabena hidup

ditengah-tengah masyarakat Desa Sanur

yang dikenal dengan spiritualitas di

bidang sastra dan rupa melihat pergeseran

nilai-nilai spiritual yang kian hari-kian

mencari kulitnya, bukan esensinya. Selain

sebagai pelaku dalam dunia ritual ia juga

sebagai pengamat. Melaui jalur

kesenirupaanlah ia menghadirkan daya

kritis seorang perupa dengan

mempertanyakan sekaligus memahami

dirinya sendiri ditengah gempuran

globalisasi yang amat seksi dimata

masyarakat. Itulah sebuah jalur

kontemplatif Ida Bagus Putu Purwa.

Page 38: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

31 | P a g e

Gambar 6. Suasana Pembukaan Pameran “VagueMemories” Ida Bagus Putu Purwa di Griya

Santrian Gallery, 19 Mei 2017.Dokumen: Dewa Gede Purwita

KESIMPULAN

Kerja kreatif sesungguhnya sangat

menarik untuk dibahas karena berhadapan

dengan ragam olehan fantasi seniman,

Freud dan Arheim merumuskan dengan

jelas mengenai hal tersebut bahwa adanya

latar belakang sejarah seniman dalam

muatan karya-karyanya sekaligus adanya

visi sang seniman dalam mengkritisi

lingkungan sosio-kulturalnya. Ida Bagus

Putu Purwa hanya salah satu dari sekian

banyak perupa yang melakukan proses

kerja kreatif ini namun, tentang Vague

Memories tentu saja memberikan sebuah

gambaran tentang bagaimana seseorang

harus berjuang dalam permasalahan-

permasalahan di dalam maupun di luar

dirinya. Terlebih memilih jalan sebagai

seorang perupa yang tinggal di Bali

dengan riuhnya acara adat, tidaklah

mudah untuk membagi pikiran agar tetap

mampu bertahan dan berkembang dalam

laju cepat globalisasi.

Ida Bagus Putu Purwa mampu mereduksi

pemikiran-pemikirannya dari proses

melonjaknya kecemasan, kekawatiran,

ketakukan, kesakitan hingga jalur

kontemplasi sadar. Vague Memories

merupakan bahasa ungkapnya yang

menandai Dark Periode, keberlanjutan

dari periode-periode gerak ekspresif yang

kini tersublimasi dalam ruang fantasi

pikiran yang dinamis.

Daftar Pustaka

Anna North. “vague memory” (artikelinternet). Jezebel.com

Damajanti, Irma. Psikologi Seni SebuahPengantar. Bandung: PT. KiblatBuku Utama. 2006.

Hardiman. Eksplo(ra)si Tubuh: Esai-EsaiKuratorial Seni Rupa. Singaraja:Mahima Institute Indonesi danWidya Pataka. 2015.

________. “Painting & Drawing: Worksby ten contemporary masters”.Kendra Gallery. 2008.

Magee, Brian. The Story of Philosophy(terj. Marcus Widodo, HardonoHadi). Yogyakarta: Kanisius.2008.

Purwita, Dewa Gede. “Vague Memory:Ruang Antara Ingatan MasaLampau dan Realitas” (katalogpameran Vague Memories IdaBagus Putu Purwa). Sanur: GriyaSantrian Gallery. 2017.

Page 39: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

32 | P a g e

__________________. “MengolahTubuh-tubuh Estetik di AtasKertas” (artikel SarasvatiMagazine). Edisi Mei. 2015.

Page 40: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

33 | P a g e

KOMUNIKASI ESTETIK FILM ANIMASI KUNG FU PANDA 3

Gede Pasek Putra Adnyana YasaProgram Studi Desain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali

Email: [email protected]

ABSTRAK

Komunikasi merupakan suatu proses menciptakan dan menggunakan informasi antaraseseorang atau lebih agar dapat terhubung dengan orang lain. Oleh karenanya,komunikasi dapat hadir dimana-mana. Tidak terkecuali dalam dunia seni maupundesain. Begitu juga pada peristiwa estetik dari karya seni maupun desain. Salah satunyadari karya seni itu adalah film animasi, yang dalam hal ini adalah film animasi Kung FuPanda 3. Kung Fu Panda 3merupakan film animasi yang dibuatdengan teknik 3dimensi, dan merupakan film animasi lanjutan dari film aninasi Kung Fu Pandayangtelah sukses sebelumnya menguasai pasar dunia. Film animasi Kung Fu Panda 3merupakan produksi salah satu studio terbaik yaitu Dreamworks. Artikel ini membahastentang komunikasi yang terdapat pada wilayah estetik dari film animasi Kung FuPanda 3. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif, data dianalisisdengan deskriptif kualitatif dan interpretatif. Hasil kajian menunjukkan bahwakomunkasi yang dikonstruksi antara karya seni dengan penonton/audiens terdapat padawilayah estetik sehingga dapat menciptakan rasa indah dan menarik kepadapenontonnya.

Kata kunci : Komunikasi, Estetik, Film Animasi, Kung Fu Panda 3

ABSTRACT

Communication is a process of creating and using information between a person ormore in order to connect to others. Therefore, communication can be presentedeverywhere. No exception in the world of art and design. So that is the aesthetic eventsof art and design. One of them is the animated film, which is in this case, the animatedKung Fu Panda 3 movie. Kung Fu Panda 3 is an animated movie made with 3-dimensional techniques, and an advanced animated movie of the successful Kung FuPanda 3 animation movie.Controlled the world marketpreviously. The Kung Fu Panda3 animated film is the production of one of Dreamworks' best studios. This articlediscusses about the communication contained in the aesthetic region of the animatedKung Fu Panda 3 movie. The study method is used qualitative method, the data areanalyzed with descriptive qualitative and interpretative. The results of the study showthat the communication constructed between the artwork and the audience / audience isin the esthetic area which to create a sense of beautifulness and interested to theaudience.

Keywords: Communication, Aesthetics, Animation Movie, Kung Fu Panda 3

PENDAHULUAN

Dharsono (2007:50)

menyebutkan bahwa seni bermakna

sebagai komunikasi. Mengapa seni

dikatakan bermakna sebagai

komunikasi?.Lebih lanjut Dharsono

Page 41: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

34 | P a g e

menyatakan bahwa seniman

mengharapkan tidak hanya harus

berhasil mengekspresikan perasaannya,

tetapi juga memindahkan perasaannya.

Maka dari itu tujuan seni yang baik dan

benar dapat memenuhi kebutuhan batin

setiap individu masyarakat. Oleh

karenanya seni dikatakan Dharsono

sangat penting bagi individu

masyarakat, karena merupakan

makanan batin. Hal itu disebabkan

karena keindahan yang ditimbulkan

oleh karya seni itu sendiri. seni adalah

aktivitas yang menghasilkan keindahan

(Dharsono, 2007:48).

Berdasarkan pendapat Dharsono

tersebut, makaestetik (keindahan) seni

erat kaitannya dengan komunikasi.

Karya seni dapat dikatakan kurang

bagus/indah/menarik jika karya seni

tersebut tidak dapat berkomunikasi

dengan baik terhadap penikmatnya. Hal

itu karena komunikasi merupakan

proses timbal balik antara karya seni

dengan penikmatnya atau penontonnya.

Apabila tidak ada proses komunikasi

atau muatan komunikasi pada karya

seni tersebut maka pesan yang

terkadung tidak akan dapat

tersampaikan dengan baik kepada

penikmat/penontonnya. Lebih-lebih

pada karya seni film animasi yang sarat

dengan pesan dan makna yang ingin

disampaikan. Karena tujuan dari film

animasi adalah dapat merubah pola

pikirdari penonton. Apabila mampu

merubah pola pikir penonton,berarti

film itu telah berhasil. Arti berhasil

dalam hal ini adalah keberhasilan

komunikasi antara karya seni film

animasi tersebut dengan

penikmatnya/penontonnya. Maka dari

itu komuniksi harus betul-betul dapat

menyelimuti serta menjembatani karya

seni terhadap penonton. Salah satu

komunikasi yang dapat dikemas yaitu

pada wilayah estetik karya seni itu

sendiri. Estetik (keindahan) yang

membalut karya seni tersebut harus

mampu berkomunikasi kepada

penonton. Maka dari itu muncullah

istilah komunikasi estetik.

Istilah komunikasi estetik

pertama kali dimunculkan oleh Cupchik

& Heinrichs (1981), dimana komunikasi

estetik yang dimaksud adalah sebuah

proses komunikasi antara seniman

dengan publiknya dalam sebuah

peristiwa seni yang menunjukkan

keunikan pesan atau makna dalam

penyampian informasi. Yang

dimaksudkan dalam hal ini, bahwa

komunikasi estetik dapat ditentukan

melalui pengalaman, pengetahuan, dan

perasaan subjektif terkait dengan nilai-

nilai pengetahuan estetik dari seseorang

penikmat seni atau audiens.

Page 42: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

35 | P a g e

Menurut Chandrasekhar

(1987), komunikasi estetik terjadi

karena relasi harmonis antara unsur-

unsur kehidupan seni dengan

kecerdasan, perasaan, dan pengalaman

individu dalam lingkungannya.

Sementara Jackson (2003:10)

berpendapat bahwa komunikasi estetik

identik dengan kesenangan. Pendapat

Jackson tersebut manunjukkan bahwa

erat kaitannya antara estetika dengan

komunikasi. Lebih lanjut Jackson

menyatakan bahwa tanpa kesenangan

tidak akan ada proses komunikasi

estetik, tidak akan tercapai kreasi seni,

karena perasaan senang ini merupakan

kekuatan mental yang menjadi

pendorong tercapainyabentuk

komunikasi estetik. Di samping itu,

komunikasi estetik juga merupkan

kalimat lain dari komunikasi keindahan

yang menjadi inti dari komunikasi seni

(Jaeni,2012:179).

Merujuk dari pendapat-pendapat

tentang komunikasi estetik di atas, maka

hal tersebutsebagai isyarat bahwa untuk

menganalisis dan menginterpretasikan

komunikasi keindahan pada sebuah

karya seni yang dalam hal ini adalah

film animasi yaitu sebagairelasi nilai-

nilai. Terkait dengan kajian ini,

komunikasi estetik yang dimaksud

adalah peristiwa komunkasi dalam seni

film animasi yang didalamnya terdapat

nilai-nilai estetik sebagai sarana

penyampaian pesan dari animator

kepada audiens. Oleh karena itu, dalam

kajian ini berupaya untuk mendapatkan

nilai-nilai estetik dalam karya seni film

animasi Kung Fu Panda 3yang meliputi

perasaan-pengalaman dan nilai sosial

budaya.

Nilai-nilai estetik yang

dimaksud dalam kajian ini adalah

unsur-unsur pembentuk karya seni

filmanimasi yang dapat menimbulkan

kesan indah, menarik,serta

menyenangkan bagi orang yang

melihat/audiens.Nilai estetik dalam

animasi dibentuk melalui unsur seni

rupa/desain dan unsur pembentuk film

(Yasa, 2014:228). Unsur seni

rupa/desain tersebutmeliputi garis,

bidang, ruang, dan warna. Selanjutnya

berkaitan dengan unsur pembentuk film

yaitu terdiri dari unsur naratif dan unsur

sinematik. Unsur naratif dalam film

animasi meliputi unsur tema, cerita,

struktur cerita, dan tokoh/karakter.

Sementara unsur sinematik yang

terdapat dalam film animasiyaitumise-

en-scene, sinematografi, editting, dan

suara. Lebih lanjut menurut Yasa

(2014:228) masing-masing unsur

tersebut baik unsur seni rupa/desain,

unsur naratif maupun unsur sinematik

saling terkait, saling mendukung, saling

membutuhkan dan mempengaruhi

Page 43: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

36 | P a g e

antara satu dengan lainnya sehingga

tercipta satu kesatuan yang mampu

menciptakan rasa indah pada

pengamatnya.

Unsur Seni Rupa/Desain

Dalam bidang seni dan desain,

garis merupakan unsur yang memiliki

peranan paling besar dan terpenting,

karena garis memiliki peran ganda,

yaitu sebagai goresan nyata yang dapat

menghasilkan nilai tersendiri, dan

sebagai garis semu yang dapat

membantu membentuk keindahan suatu

karya seni(Sanyoto, 2010: 91). Lebih

lanjut Sanyoto membagi garis menjadi

dua jenis, yaitu garis nyata dan garis

semu. Mengamati film animasi Kung Fu

Panda 3 terkait dengan unsur

garisditemukan unsur garis nyata dan

semu. Garis nyata tersebut tampak pada

beberapa background. Garis nyata juga

digunakan sebagai aksen pada beberapa

garis backgroundnya. Aksen berfungsi

sebagai penekanan pada hal-hal tertentu

agar background tersebut seolah-olah

tampak nyata. Penekanan garis tersebut

dalam film animasi Kung Fu Panda

3terletak pada garis-garis sudut

pertemuan antar bidang pada

background. Hal itu berfungsi sebagai

penguat bahwa disudut tersebut terdapat

suatu pertemuan antar garis dari

masing-masing bidang sehingga

timbullah garis yang lebih tebal. Selain

itu, garis nyata juga dapat berfungsi

sebagai kesan pemisah antar bidang.

Disamping garis nyata,

terdapat juga garis semu dalam film

animasi Kung Fu Panda 3 yang

penerapannya lebih banyak pada

karakter/tokoh. Sanyoto (2010: 92)

berpendapat, garis semu terjadi dari

batas limit suatu benda/objek (kubus,

balok, silinder, dan lain-lain), batas

ruang, batas warna, dan benda/objek-

objek lain apa saja yang seolah dibatasi

garis. Lebih lanjut Sanyoto menyatakan

bahwa garis semu yang terjadi dari

rangkaian massa sangat penting dalam

seni rupa, karena garis semu dapat

membantu menciptakan keindahan.

Pendapat lain mengenai

pentingnya unsur garis dalam karya seni

maupun desain adalah Dharsono.

Dharsono (2004: 40) berpendapat

bahwa garis yang dibuat oleh seorang

seniman akan memberikan kesan

psikologis yang berbeda pada setiap

garis yang dihadirkan. Dikatakannya,

garis sebagai medium seni rupa

mempunyai peranan yang sangat

penting, selama seorang penghayat

mampu menangkap informasi yang

disampaikan lewat medium garis yang

dihadirkan. Berdasarkan pendapat

kedua tokoh tersebut, garis memiliki

peran penting dalam suatu karya seni

Page 44: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

37 | P a g e

rupa maupun desain. Unsur garis dalam

karya seni rupa dan desain dapat

memberikan kesan tertentu pada

pengamat seni atau audiens, garis dapat

menciptakan nilai tersendiri, garis dapat

membantu membentuk keindahan pada

karya seni/desain, serta garis dapat

memberikan kesan psikologis terhadap

pengamat suatu karya seni/desain.

Pentingnya peran garis tersebut, tidak

terkecuali juga pada karya seni film

animasi.Buktinya unsur garis

diperhatikan dan diterapkan dengan

baikdalam film animasi Kung Fu Panda

3.

Unsur seni rupa dan desain

lainnya yang terdapat dalam film

animasi Kung Fu Panda 3 yaitu bidang.

Suatu bidang terjadi karena dibatasi

oleh sebuah kontur (garis) dan atau

dibatasi oleh adanya warna yang

berbeda atau oleh gelap terang pada

arsiran atau karena adanya tekstur

(Dharsono, 2004: 41). Bentuk bidang

terdiri dari dua macam yaitu bidang

geometri dan non geometri(Sanyoto,

2010: 104). Bidang geometri adalah

bidang teratur yang dibuat secara

matematika, sedangkan bidang non

geometri adalah bidang yang dibuat

secara bebas. Bidang yang membentuk

film animasi Kung Fu Panda 3 bertolak

dari pendapat Sanyoto, dapat ditemukan

dua macam bidang yaitu bidang

geometri dan non geometri sebagai

pembentuknya. Bidang geometri lebih

banyak terdapat pada objek

background. Sedangkan bidang non

geometri terdapat pada objek

tokoh/karakter dan beberapa objek

sebagai background seperti tumbuhan,

pohon, dan objek lainnya. Susunan dari

bentuk-bentuk bidang baik bidang

geometri maupun non geometri dalam

film animasi Kung Fu Panda

3membentuk suatu ruang. Djelantik

(1999: 23) berpendapat bahwa ruang

merupakan atau sebagai tempat bentuk-

bentuk itu berada. Ruang mempunyai

tiga dimensi: panjang, lebar, dan tinggi.

Selain garis, bidang maupun

ruang yang telah diuraikan di atas,

warna juga merupakan unsur yang

mendukung terciptanya keindahan film

animasi Kung Fu Panda 3. Unsur warna

dapat memberikan pengaruh psikologis

penontonnya. warna dapat didefinisikan

secara subjektif/fisik sebagai sifat

cahaya yang dipancarkan, atau secara

subjektif/psikologis sebagai bagian dari

pengalaman indra penglihatan(Sanyoto,

2010: 11). Lebih lanjut Sanyoto

menyatakan bahwa warna merupakan

salah satu unsur seni rupa, sehingga

sesungguhnya tidak bisa berdiri sendiri

untuk mencapai keindahan, karena

masih dipengaruhi unsur lain. Pendapat

lain muncul dari Djelantik (1999: 30)

Page 45: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

38 | P a g e

yangberpendapat bahwa semua warna

memiliki sifat-sifat mendasar yang ikut

menentukan persepsi (kesan) yang

terjadi pada pengamat setelah tahap

penangkapan (sensasi) oleh mata. Oleh

karena itu, secara langsung setiap warna

bisa berpengaruh dengan menciptakan

rasa yang khas pada manusia.

Pentingnya warna yang dapat

menciptakan keindahan pada karya seni,

dapat memberikan makna tertentu, dan

dapat memberikan pengaruh terhadap

psikologis penonton khususnya dalam

film animasi. Oleh sebab itu,

pengelolaan warna serta penggunaannya

penting untuk diperhatikan oleh kreator,

designer, animator serta kru lainnya

yang terlibat dalam produksi sebuah

film animasi.

Warna yang digunakan dalam

film animasi Kung Fu Panda 3 berperan

untuk membangun suasana, mencipta-

kan kesan dramatik, dan sebagai simbol

untuk menciptakan makna serta sebagai

pendukung/penguatan ketercapaian

pesan. Selain memang warna yang

digunakan dalm film animasi tersebut

untuk menggambarkan objek tertentu

sesuai aslinya, juga sebagai pencipta/

pembangun mood, dramatik, dan

makna. Dharsono (2004: 49)

berpendapat bahwa warna memiliki

hubungan erat dengan kehidupan

manusia, maka warna dianggap

mempunyai peranan yang sangat

penting diantaranya: warna sebagai

warna, warna sebagai representasi alam,

warna sebagai lambang/simbol, dan

warna sebagai simbol ekspresi.

Mencermati film animasi Kung Fu

Panda 3 secara utuh, warna-warna yang

digunakan memiliki kecenderungan

bernada sama. Meskipun masing-

masing warna yang digunakan adalah

sebagai warna benda itu sendiri, warna

sebagai representasi alam, warna

sebagai lambang, warna sebagai

pemberi kesan jarak, dan warna sebagai

pembangun suasana (mood), namun

dari keseluruhan warna yang digunakan

tersebut tidak membuat/menciptakan

kesan terpisah. Justru warna-warna

yang digunakan dibuat dengan warna-

warna senada atau yang berdekatan

sehingga dapat menciptakan kesatuan,

keselarasan, dan keharmonisan.

Unsur Pembentuk Film

Film animasi Kung Fu Panda 3

merupakan sebuah film cerita, oleh

sebab itu tentu tidak lepas dari unsur

naratif yang membentuknya. Unsur

naratif tersebut terdiri dari elemen-

elemen pembentuk seperti tema, cerita,

tokoh, masalah/konflik, lokasi, waktu

dan yang lainnya. Elemen-elemen

dalam unsur naratif membentuk suatu

jalinan peristiwa yang memiliki maksud

Page 46: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

39 | P a g e

dan tujuan. Jalinan peristiwa tersebut

terikat oleh sebuah aturan yang menurut

Pratista disebut dengan hukum

kausalitas (logika sebab-akibat).

Elemen-elemen unsur naratif tersebut

berperan penting dalam membentuk

film animasi Kung Fu Panda 3. Tema

merupakan sesuatu yang paling awal

ditentukan sebelum membuat film

animasi. Hal ini dikemukakan oleh

Nurhadi selaku animator senior PT.

Panangkaran Bening Studio

Yogyakarta, bahwa tema ditetapkan

pertama kali dalam proses penciptaan

film animasi (wawancara, 14 Desember

2013). Diawali dari penentuan tema,

kemudian dapat dikembangkan menjadi

sebuah cerita yang berpijak dari tema

tersebut. Sementara itu Boggs (1992:

14), berpendapat bahwa tema

merupakan jumlah menyeluruh dari

semua unsur, tema berfungsi sebagai

faktor dasar pemersatu dalam sebuah

film. Melalui adanya tema maka segala

sesuatu yang berkaitan dengan proses

selanjutnya dalam pembuatan film

animasi akan dapat berpijak dan

berpegangan dari tema. Hal tersebut

karena tema dapat menyatukan persepsi,

dan dapat dijadikan pemersatu sebuah

film animasi.

Meskipun film tersebut

dikerjakan oleh tim (team work), akan

tetapi dengan adanya suatu tema yang

telah ditentukan maka dalam proses

produksi filmnya semua tim akan

mengacu pada satu tema tersebut.

Melalui hal tersebut tidak ada banyak

film di kepala masing-masing tim

pembuat film animasi atau animator.

Ditegaskan kembali oleh Boggs (1992:

15-16), bahwa tema diartikan sebagai

persoalan pokok atau sebuah fokus

sekitar mana sebuah film dibangun (dan

yang memberikan padanya suatu

kesatuan). Selanjutnya Boggs (1992:

18-19) merumuskan tema dalam film

adalah sebuah pernyataan secara tepat

untuk meringkaskan subyek yang

didramatisasikan dalam film dan

disampaikan oleh semua unsurnya.

Tema berupa pernyataan yang dimaksud

Boggs tersebut diantaranya: tema

sebagai sebuah pernyataan moral, tema

sebagai sebuah pernyataan tentang

hidup, tema sebagai sebuah pernyataan

tentang sifat manusia, tema sebagai

komentar sosial, dan tema sebagai

sebuah teka-teki moral atau filsafati.

Seperti yang telah diuraikan,

bahwa sebuah tema dijabarkan melalui

cerita atau sebuah cerita merupakan

penjabaran dari sebuah tema.

Terbentuknya cerita akan

mempermudah dalam pembentukan

karakter/tokoh yang berperan dalam

cerita tersebut. Ide untuk sebuah cerita

merupakan inti dari sebuah storysebuah

Page 47: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

40 | P a g e

film. Gagasanserta ide unik yang

tertuang dalam sebuah cerita film

animasi sangatlah dibutuhkan. Hal

tersebut agar menghasilkan film animasi

yang menarik dan diminati

penontonnnya setelah ditayangkan.

Penentuan ide cerita tergolong dalam

proses yang gampang-gampang susah,

terutama untuk mendapatkan sebuah ide

yang unik, segar atau aktual serta

faktual.

Menurut Djalle, dkk, (2007: 83),

cerita dapat dibagi dua kategori yaitu

pertama, fakta (fact) yaitu cerita yang

berhubungan dengan kejadian

sebenarnya, atau biasanya diangkat dari

kejadian sebenarnya. Kedua, cerita fiksi

atau khayalan (fiction) yakni

berhubungan dengan kejadian yang

dibangun atau dibuat berdasarkan

imajinasi. Untuk membuat sebuah

cerita, ada berbagai macam cara yang

dapat dilakukan di antaranya:

menceritakan sesuatu yang sedang

terjadi atau dialami secara langsung

oleh pembuat cerita; menceritakan

sesuatu yang sedang terjadi atau dialami

seseorang yang diketahui/kenal dengan

pembuat cerita; menceritakan sesuatu

yang imajinasi namun berdasarkan

situasi yang nyata; menceritakan

sesuatu secara keseluruhan yang

dibangun berdasarkan imajinasi

(fantasy). Cerita yang dibangun dalam

film animasi Kung Fu Panda

3menceritakan sesuatu yang imajinasi

namun berdasarkan situasi nyata.

Imajinasi berkaitan dengan background

mengenai tempat atau lokasi kejadian.

Lokasi kejadian dalam film animasi

Kung Fu Panda 3bersifat imajinasi,

karena yang divisualkan tersebut tidak

ada di suatu tempat yang nyata.

Setiap cerita yang dibangun

dalam sebuah film animasi memiliki

struktur. Begitu pula yang ada

dalamfilm animasi Kung Fu Panda

3.Sebuah struktur dari cerita film

animasi Kung Fu Panda 3 berangkat

dari adanya storyline. Storyline

memberikan sugesti secara visual dari

sebuah pengembangan, yang mana satu

adegan dapat diberi tanda tentang

kejadian yang sedang berlangsung atau

sedang terjadi (Djalle, dkk, 2007: 90).

Secara umum struktur cerita dapat

dibagi menjadi tiga yaitu permulaan,

pertengahan, dan penutupan. Struktur

ini sering dikenal dengan istilah struktur

tiga babak atau struktur hollywood

klasik, yaitu merupakan model struktur

cerita yang paling lama, populer serta

berpengaruh sepanjang sejarah film

(Pratista, 2008: 46).

Pada tahap permulaan atau

babak persiapan, biasanya diperkenal-

kan tokoh utama dan tokoh pendukung,

pihak protagonis dan antagonis,

Page 48: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

41 | P a g e

masalah dan tujuan serta menyangkut

ruang maupun waktu dalam sebuah

cerita. Pada babak ini terjadinya

interaksi awal dari tokoh protagonis dan

antagonis. Melalui interkasi tokoh

protagonis maupun antagonis tersebut

maka muncullah bibit-bibit masalah.

Pada babak permulaan atau persiapan

merupakan sesuatu yang menggambar-

kan latar belakang dari suatu cerita,

serta latar belakang terjadinya suatu

permasalahan.

Gambar 1. Tokoh/karakter dalam film animasiKung Fu Panda 3

Sumber: Print screen video film animasi KungFu Panda 3

Selanjutnya pada tahap

pertengahan atau disebut dengan babak

konfrontasi. Pada babak konfrontasi ini

biasanya menggambarkan usaha dari

masing-masing tokoh untuk dapat

menyelesaikan masalah yang terjadi di

babak sebelumnya. Melalui usaha yang

berupa tindakan masing-masing tokoh

tersebut biasanya memicu terjadinya

konflik. Apabila konflik tersebut

menjadi kompleks dan sering kali

sampai terjadi konfrontasi fisik antara

tokoh protagonis dan antagonis, maka

disinilah terjadinya klimaks dari sebuah

cerita. Pencapaian klimaks tersebut

dilakukan dengan tempo cerita yang

dibuat semakin meningkat.

Tahap terakhir adalah tahap

penutup atau babak resolusi. Tahap

penutup atau resolusi merupakan tahap

dimana terjadinya pemecahan masalah

dari konflik yang terjadi. Sering kali

pada babak ini terjadinya puncak dari

konflik atau sering disebut ketegangan

tertinggi. Melalui puncak konflik

tersebut, menimbulkan hasil dan

menurunkan tempo cerita. Hasil dari

pemecahan masalah, jika pada film-film

live-action biasanya terjadi konflik

tokoh antagonis dan protagonis dan

diakhiri kekalahan salah satu tokoh,

kedua tokoh sama-sama tidak berdaya,

atau kedua tokoh melakukan

perdamaian. Semua hal tersebut

tergantung dari faktor subyektif

pembuat cerita atau sutradara dari film

tersebut.

Tokoh/karakter merupakan

elemen yang sangat mendukung dalam

sebuah cerita. Menurut Djalle, dkk,

(2007: 97) karakter adalah kepribadian.

Setiap karakter dikatakan biasanya

mempunyai kekuatan, kelemahan,

kelakuan, kebiasaan, tujuan yang

mendefinisikan apa yang mereka

lakukan, mengapa mereka lakukan,

mengapa mereka melakukan, dan

Page 49: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

42 | P a g e

bagaimana mereka melakukannya.

Sebuah karakter harus dapat

menggambarkan cerita yang

diperankan.

Dalam film animasi,

penggambaran maupun pembuatan

ekspresi masing-masing tokohnya

sedikit lebih sulit dibandingkan film

live-action. Sebelum membuat

tokoh/karakter dalam sebuah produksi

film animasi, seorang animator harus

mampu memahami dan berusaha

menjadi tokoh yang dibuatnya tersebut.

Sifat dari tokoh yang akan dibuat

tersebut harus dipahami dengan oleh

animator atau harus benar-benar

dikuasai. Cahyono seorang animator

spesialisasi karakter dari PT.

Panangkaran Bening Studio Yogyakarta

berpendapat, sebagai seorang pembuat

karakter harus bisa meniru atau bahkan

bisa memiliki sifat yang sama seperti

tokoh/karakter yang akan digambar.

Memahami sifat tokoh/karakter terlebih

dahulu baru kemudian apa yang akan

digambar dapat dihayati. Apa yang

digambar merupakan hasil dari sifat

animatornya. Gambar merupakan

cerminan sifat pembuatnya. Misalnya

dalam membuat karakter panda,

animator sendiri harus menguasai sifat-

sifat/tingkah laku panda agar didapat

penjiwaannya (wawancara,13 Desember

2013).

Selain unsur naratif yang telah

diuraikan di atas, juga terdapat unsur

sinematik dalam film animasi Kung Fu

Panda 3. Unsur sinematik merupakan

aspek-aspek teknis dalam produksi

sebuah film (Pratista, 2008: 2). Dalam

hal teknis tersebut di dalamnya

mencakup gaya maupun cara untuk

mengolah bahan maupun materi film

animasinya. Unsur sinematik secara

umum menurut Pratista (2008: 1) terdiri

dari empat elemen pokok yaitu mise-en-

scene, sinematografi, editting, dan

suara. Film animasi Kung Fu Panda 3

juga memiliki keempat elemen pokok

unsur sinematik tersebut. Keempat

elemen yang berperan dalam film

animasi Kung Fu Panda 3.

Unsur sinematik yang pertama

adalahmise-en-scene. Mise-en-

scenemerupakan segala hal yang

terletak di depan kamera dan diambil

gambarnya dalam sebuah produksi film

(Pratista, 2008: 61). Mise-en-scene

adalah salah satu unsur sinematik yang

sebetulnya lebih gampang dikenali. Hal

ini karena sebagian besar yang dapat

dilihat pada film yang dalam hal ini film

animasi adalah bagian dari unsur mise-

en-scene. Unsur yang dimaksud tersebut

meliputi: setting/ background,

pencahayaan, tokoh/pemain beserta

pergerakannya, dan kostum/tata rias

wajah (dalam film live-action). Mise-

Page 50: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

43 | P a g e

en-scene sangat berkaitan erat dengan

unsur sinematik lainnya seperti

sinematografi, editting dan suara. Tanpa

adanya keterlibatan dengan unsur-unsur

tersebut, unsur mise-en-scene seperti

tidak ada bedanya dengan pertunjukan

panggung. Begitu pula halnya unsur

mise-en-scene yang terdapat dalam film

animasi Kung Fu Panda 3. Unsur-unsur

mise-en-scene diperhatikan dengan baik

sehingga di samping unsur-unsur

tersebut memerlukan unsur sinematik

lainnya, unsur sinematik yang lain

tersebut juga sangat membutuhkan

peranan unsur-unsur mise-en-scene.

Unsur-unsur mise-en-scene yang

berperan dalam film animasi Kung Fu

Panda 3 meliputi: background atau

setting (latar), pencahayaan (lighting),

dan gerakan tokoh/karakter animasinya.

Mencermati gerak animasi

dalam film animasi Kung Fu Panda 3,

gerak animasi merupakan sesuatu yang

mutlak karena merupakan film animasi.

Merujuk daripengertian kata “animasi”

maka gerak dan pergerakan karakter

merupakan elemen penting dalam

membuat film animasi. Gerak dan

pergerakankarakter dapat menimbulkan

animasi yang tampak hidup, logis dan

dapat diterima oleh akal sehat penonton

(audiens). Untuk dapat membuat

gerakan yang logis maka perlunya

memperhatikan atau mengacu pada

prinsip-prinsip film animasi. Prinsip

animasi merupakan aturan dasar yang

memungkinkan karakter yang

diciptakan dapat bergerak dan hidup

wajar, dalam arti dapat diterima oleh

akal manusia, meskipun karakter tokoh

ciptaan merupakan hasil imajinasi yang

tak mungkin dapat diterima secara rasio

(Djalle, dkk 2007:29). Prinsip film

animasi tersebut meliputi Pose to Pose,

Timing, Stretch and Squash,

Anticipation, Secondary Action, Follow

Trought and Over Lapping Action, Easy

In and Easy Out, Arch, Exaggeration,

Staging, Appeal, dan Personality.

Bertolak dari prinsip animasi tersebut,

selanjutmya mencermati prinsip animasi

yang diterapkan dalam film animasi

Kung Fu Panda 3, hasilnya

menunjukkan bahwa animator film

animasi Kung Fu Panda 3 menerapkan

semua prinsip-prinsip dari animasi

dalam setiap gerakan tokoh/karakternya.

Di samping unsur seni

rupa/desain dan pembentuk film yang

dapat menciptakan bentuk estetik dalam

karya seni film animasi seperti yang

telah diuraikan, juga didukungdengan

unsur-unsur estetik yang mendasar

dalam struktur karya seni yaitu

kesatuan, penekanan, dan

keseimbangan. Yasa (2014:155)

berpendapat bahwa wujud karya seni

(film animasi) tidak terlepas dari unsur

Page 51: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

44 | P a g e

estetik yang membentuk atau

membangun struktur film animasi itu.

Pendapat Yasa tersebut sejalan dengan

pendapatnya Djelantik (1999: 39),yang

menyatakan bahwa terdapat tiga unsur

estetik mendasar dalam struktur setiap

karya seni yaitu: 1) keutuhan atau

kebersatuan (unity), penonjolan atau

penekanan (dominance), dan

keseimbangan (balance).Dimana ke

semua unsur tersebut, baik kesatuan,

penekanan, dan keseimbangan ada atau

diterapkan dalam film animasi Kung Fu

Panda 3. Tanpa adanya unsur kesatuan,

penekanan, dan keseimbangan maka

akan terjadi kesembrautan dalam karya

seni.

Terkit dengan komunikasi

estetik film animasi Kung Fu Panda 3,

realitas keindahan dalam seni film

animasi Kung Fu Panda 3 merupakan

hasil ciptaan manusia kreatif melalui

kekuatan mengonstruksi. Barker (2000:

10) menyatakan bahwa konstruksi pada

dasarnya sebuah usaha diskursif

maupun representatif yang sadar diri

yang bertujuan menafsirkan dan

menggambarkan dunia kekinian. Lebih

lanjut dikatakan bahwa keindahan

merupakan sebuah realitas pertunjukan

yang dikontruksi oleh masyarakat

pendukungnya, baik pelaku maupun

publiknya. Jaeni (2012:192-196)

membagi fungsi komunikasi estetik

menjadi dua, yaitu komunikasi ekspresif

dan komunikasi reflektif.

Komunikasi Ekspresif dan Reflektif

Mulyana (2007: 24) dalam Jaeni

(2012:192) berpendapatbahwa dalam

fungsi-fungsi komunikasi terdapat

fungsi komunkasi ekspresif baik pada

pesan verbal maupun nonverbal.

Komunikasi ekspresif ini terdapat juga

dalam film animasi Kung Fu Panda 3.

Ekspresi tindakan yang ditunjukkan

oleh tokoh/karakter dalam film animasi

Kung Fu Panda 3 memiliki penjiwaan

yang baik. Hal tersebut dapat dilihat

melalui setiap scene-nya, seperti adegan

jahat, adegan berkelahi, memukul,

adegan bercanda, adegan bergembira,

dan lain-lain. Sementara ekspresi dialog

terdapat pada setiap dialog antar

tokoh/karakter di setiap adegannya.

Baik itu ekspresi dialog pada tokoh

antagonis yang mengekspresikan

kejahatan maupun tokoh protagonis

yang mengekspresikan kebaikan.

Page 52: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

45 | P a g e

Gambar 2. Tokoh/karakter antagonis danprotagonis

Sumber: Print screen video film animasi KungFu Panda 3

Disamping itu, komunikasi

estetik seni film animasi memiliki

fungsi komunikasi ekspresif dan lebih

jauh juga memiliki nilai sebagai

komunikasi reflektif yang atas

peristiwanya memasuki wilayah

pemahaman diluar kesadaran. Yang

dimaksud pemahaman di luar kesadaran

dalam hal ini adalah tingkat emosional

yang ditimbulkan dari film animasi

Kung Fu Panda 3 terhadap

penontonnya. Tingkat emosi itu sangat

terasa ketika tokoh protagonis dan

antagonis di benturkan. Selain itu, juga

tingkat kesadaran terhadap keindahan.

Dimana seorang penonton tenggelam

dalam keindahan yang ditunjukkan

dalam film animasi Kung Fu Panda 3.

Seperti yang diungkapkan oleh Jaeni

(2012:197) bahwa ketidaksadaran

merasakan keindahan dapat dikatakan

sebagai perangkat jiwa yang bekerja

lewat olah batin atau olah rasa. Olah

batin atau olah rasa yang dimaksud

adalah terletak pada pribadi si

penikmat/penonton film animasi itu

sendiri.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis yang telah

diuraikan di atas tentang komunikasi

estetik dalam film animasi Kung Fu

Panda 3, dapat ditarik kesimpulan

bahwa estetik (keindahan) seni erat

kaitannya dengan komunikasi. Karya

seni dapat dikatakan kurang

bagus/indah/menarik jika karya seni

tersebut tidak dapat berkomunikasi

dengan baik terhadap penikmatnya.

Apabila tidak ada proses komunikasi

atau muatan komunikasi pada karya

seni tersebut maka pesan yang

terkadung tidak akan dapat

tersampaikan dengan baik kepada

penikmat/penontonnya.Salah satu

komunikasi yang dapat dikemas yaitu

pada wilayah estetik karya seni itu

sendiri.Komunikasi keindahan pada

sebuah karya seni yang dalam hal ini

adalah film animasi yaitu sebagairelasi

nilai-nilai. Relasi nilai tersebut yaitu

peristiwa komunikasi dalam seni film

animasi yang didalamnya terdapat nilai-

nilai estetik sebagai sarana

penyampaian pesan dari animator

kepada audiens.

Nilai-nilai estetik yang

terkandung dalam film animasi Kung

Page 53: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

46 | P a g e

Fu Panda 3adalah unsur-unsur

pembentuk karya seni film animasi

yang dapat menimbulkan kesan indah,

menarik,serta menyenangkan bagi orang

yang melihat/audiens.Nilai estetik

tersebut dibentuk melalui unsur seni

rupa/desain dan unsur pembentuk film.

Unsur seni rupa/desain itu meliputi

garis, bidang, ruang, dan warna.

Selanjutnya berkaitan dengan unsur

pembentuk film yaitu terdiri dari unsur

naratif dan unsur sinematik. Unsur

naratif tersebut meliputi unsur tema,

cerita, struktur cerita, dan

tokoh/karakter. Sementara unsur

sinematiknyameliputimise-en-scene,

sinematografi, editting, dan suara.

Masing-masing unsur tersebut baik

unsur seni rupa/desain, unsur naratif

maupun unsur sinematik saling terkait,

saling mendukung, saling membutuhkan

dan mempengaruhi antara satu dengan

lainnya sehingga tercipta satu kesatuan

yang mampu menciptakan rasa indah.

Di samping unsur seni

rupa/desain dan pembentuk film yang

dapat menciptakan bentuk estetik dalam

film animasi Kung Fu Panda 3, juga

didukung dengan unsur-unsur estetik

yang mendasar dalam struktur filmnya

yaitu kesatuan, penekanan, dan

keseimbangan.Seluruh elemen dan

relasi nilai estetik didukung dengan

komunikasi yang baik. Komunikasi

tersebut bersifat ekspresif dan reflektif.

Komunikasi ekspresif ditunjukkan oleh

tokoh/karakter dalam film animasi Kung

Fu Panda 3 memiliki penjiwaan yang

baik. Hal tersebut dapat dilihat melalui

setiap scene-nya, seperti adegan jahat,

adegan berkelahi, memukul, adegan

bercanda, adegan bergembira, dan lain-

lain. Sementara ekspresi dialog terdapat

pada setiap dialog antar tokoh/karakter

di setiap adegannya. Baik itu ekspresi

dialog pada tokoh antagonis yang

mengekspresikan kejahatan maupun

tokoh protagonis yang mengekspresikan

kebaikan. Sementara komunikasi

reflektif memasuki wilayah pemahaman

diluar kesadaran.Pemahaman di luar

kesadaran dalam hal ini adalah tingkat

emosional yang ditimbulkan dari film

animasi Kung Fu Panda 3 terhadap

penontonnya. Tingkat emosi itu sangat

terasa ketika tokoh protagonis dan

antagonis di benturkan, dan juga tingkat

kesadaran terhadap keindahan.

Daftar Pustaka

Barker, Chris. 2000. Cultural Studies:Theory and Practice, London:Sage

Boggs, Joseph M. 1992.The Art oWatching Film. Terj. Asrul Sani.Jakarta: Yayasan Citra.

Chandrasekhar, S. 1987. Truth andBeauty: Aesthetics andMotivations in Science.

Page 54: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

47 | P a g e

Chicago: The ChicagoUniversity Press

Cupchik, G.C. & Heinrichs, R.W. 1981.Toward an Intrgrated Theory ofAesthetic Preception in theVisual Art. (Ed.) Day,H.I.Advances in IntrinsicMotivation and Aesthetics. NewYork: Plenum Press

Dharsono. Seni Rupa Modern.Bandung: Rekayasa Sains, 2004.

Djalle, Zaharudin G.,dkk. 2007. TheMaking Of 3D Animation Movie.Bandung: Informatika.

Djelantik, A.A. M. 1999. EstetikaSebuah Pengantar. Jakarta:Masyarakat Seni PertunjukanIndonesia (MSPI).

Jackson, Stephanie. 2003. AestheticLinks to Motivation ThroughCommunication: An Evaluationof the Four-Drive Theory and Its

Connection to Aesthetics.University of North Carolina atGreensboro.

Jaeni. 2012. Komunikasi Estetik:Menggagas Kajian Seni dariPeristiwa KomunikasiPertunjukan. Kampus IPBTaman Kencana Bogor: PTPenerbit IPB Press

Pratista, Himawan. 2008. MemahamiFilm. Yogyakarta: HomerianPustaka.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010.Nirmana Elemen-elemen Senidan Desain. Yogyakarta:Jalasutra.

Yasa, Gede Pasek Putra Adnyana. 2014.Kajian Estetika dan Makna FilmAnimasi Bul. Tesis Penciptaandan Pengkajian Seni, Denpasar:Institut Seni IndonesiaDenpasar.

Page 55: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

48 | P a g e

ELEMEN-ELEMEN IKLAN TELEVISI XL SERBA SERIBUVERSI DONAT

Ni Wayan NandaryaniDesain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Semakin hari jumlah produk yang ingin diiklankan melalui televisi mengalamipeningkatan, hal ini mengakibatkan persaingan ketat diantara barang-barang produktersebut. Masing-masing berusaha keras mengatur siasat dengan meningkatkankreativitas dan ide-ide kreatif untuk mengungguli para pesaingnya serta dapatmempengaruhi khalayak untuk membeli produk yang diiklankan. Salah satu ide kreatifyang menarik minat serta perhatian adalah penggunaan bahasa gaul atau bahasa alaydalam iklan televisi. Iklan televisi XL serba seribu versi donat merupakan salah satuiklan yang menggunakan strategi kreatif ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui elemen-elemen apa yang digunakan dalam iklan tersebut. Penelitian inidirancang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan teknikpengumpulan data dokumentasi dan observasi serta studi kepustakaan. Hasil penelitianini menunjukkan bahwa iklan televisi XL serba seribu versi donat menggunakanelemen-elemen yang terdiri dari video, audio, talent, promps, setting, lighting dangraphics.

Kata kunci : Iklan Televisi, Elemen-elemen iklan, Iklan XL serba seribu versi donat.

PENDAHULUAN

Iklan sudah menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dari kehidupan

masyarakat. Setiap hari, kehidupan kita

selalu diwarnai oleh berbagai macam

iklan. Di televisi, radio, surat kabar, dan

hampir disetiap sudut jalan kita tidak

bisa menghindar dari iklan. Industri

periklanan di Indonesia meningkat pesat

setelah munculnya televisi swasta.

Dengan adanya televisi swasta

masyarakat bisa menikmati berbagai

tayangan hiburan, informasi, olahraga,

kesenian dan sebagainya. Hampir

semua acara televisi swasta padat

dengan iklan. Iklan televisi merupakan

salah satu media yang termasuk dalam

kategori above the line karena memiliki

beberapa karakter yakni informasi yang

disebarkan bersifat serempak dan luas

serta penerima pesan cenderung

anonim.

Televisi menggunakan warna,

suara, gerakan, dan musik. Selain itu

pemirsanya dapat diseleksi menurut

jenis program dan waktu tayangannya.

Beragam elemen biasanya terpadu

untuk menciptakan dampak visual dari

Page 56: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

49 | P a g e

iklan-iklan di televisi. Namun elemen

seperti audiovisual tidak bisa berdiri

sendiri, elemen audiovisual harus

didampingi elemen-elemen lain agar

dapat menciptakan iklan televisi yang

efektif dan menarik. Elemen-elemen

yang harus ada dalam iklan televisi

yaitu video, audio, talent, promps,

setting, lighting dan graphics.

Semakin hari jumlah produk

yang ingin diiklankan melalui televisi

mengalami peningkatan, baik dalam

segi jenis maupun merk, hal ini

mengakibatkan persaingan yang ketat

diantara barang-barang produk tersebut,

masing-masing berusaha keras

mengatur siasat dengan meningkatkan

kreativitas dan ide-ide kreatif untuk

mengungguli para pesaingnya serta

dapat mempengaruhi khalayak untuk

membeli produk yang diiklankan.

Salah satu ide kreatif yang

menarik minat serta perhatian adalah

penggunaan bahasa gaul atau bahasa

alay dalam iklan televisi. Pemakaian

serta pemilihan bahasa dalam iklan

televisi produk komersial merupakan

strategi produsen untuk menarik

perhatian konsumen melalui bahasa

unik dan menarik yang terdapat di

dalam iklan. Apabila konsumen tertarik,

mengenal sekaligus menyukai produk-

produk yang diiklankan maka promosi

dianggap berhasil.

Iklan televisi XL serba seribu

versi donat merupakan salah satu iklan

yang menggunakan strategi kreatif ini.

Berawal dari tayangan iklan televisi ini,

kini kata ciyus dan miapah akrab dalam

bahasa pergaulan sehari-hari. Kalangan

anak muda dan remaja di Denpasar juga

seolah terkena virus bahasa alay ini.

Berdasarkan uraian di atas, muncullah

pemikiran untuk menganalisis elemen-

elemen apa saja yang dimunculkan

dalam iklan televisi XL serba seribu

versi donat.

MATERI DAN METODE

PENELITIAN

Materi

Materi dalam penelitian ini adalah iklan

televisi XL serba seribu versi donal

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif, menurut Bodgan dan

Biklen dalam Metodologi Penelitian

Kualitatif Analisis Data oleh Emzir

menjelaskan terdapat lima ciri utama

penelitian kualitatif, yaitu (1)

Naturalistik, penelitian kualitatif

memiliki latar aktual sebagai sumber

langsung data dan peneliti merupakan

instrument kunci. (2) Data deskripttif,

Page 57: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

50 | P a g e

data yang dikumpulkan lebih

mengambil bentuk kata-kata atau

gambar daripada angka-angka. Hasil

penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan

dari data untuk mengilustrasikan dan

menyediakan bukti presentasi. (3)

Berurusan dengan proses, peneliti

kualitatif lebih berkonsentrasi pada

proses daripada dengan hasil atau

produk. (4) Induktif, peneliti kualitatif

cenderung menganalisis data mereka

secara induktif. (5) Makna, makna

adalah kepedulian yang esensial pada

pendekatan kualitatif (Emzir,2011:2-4).

Dalam artikel ini teknik

pengumpulan data dilakukan melalui

beberapa cara sebagai berikut :

a. Dokumentasi dan Observasi

Menurut Bungin (2010:122), teknik

dokumentasi adalah pengumpulan

data atau informasi yang disimpan

atau didokumentasikan sebagai

bahan dokumenter, sedangkan

observasi adalah teknik

pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian

melalui pengamatan dan

pengindraan.

Kedua teknik tersebut digunakan

dalam proses perekaman materi

iklan dari copy tayang pada media

televisi, dimana iklan tersebut

ditayangkan di beberapa stasiun

televisi swasta yang ada di

Indonesia pada tahun 2012.

Pengumpulan data dalam kegiatan

ini menggunakan teknik pencatatan

dan pengamatan. Data dari hasil

rekaman tersebut kemudian

diuraikan semua elemen-elemen

yang membentuk iklan tersebut.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik

untuk mendapatkan data teoritis

guna memperoleh pendapat para

ahli dan teorinya melalui sumber

acuan (Bohar,1987:244). Teknik

ini digunakan dengan

mengumpulkan informasi melalui

buku, jurnal ilmiah serta artikel

meliputi literatur tentang perikalan

dan iklan televisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Iklan

Kegiatan periklanan, sebetulnya

sudah dimulai sejak jaman peradaban

Yunani kuno dan Romawi kuno. Pada

awalnya, iklan dilakukan dalam bentuk

pesan berantai atau disebut juga the

word of mouth. Pesan berantai ini

dilakukan untuk membantu kelancaran

jual beli di dalam masyarakat, yang

pada waktu itu belum mengenal huruf

dan hanya mengenal sistem barter

dalam kegiatan jual belinya. Setelah

Page 58: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

51 | P a g e

manusia mulai menggunakan sarana

tulisan sebagai alat penyampaian pesan,

maka kegiatan periklanan mulai

menggunakan tulisan-tulisan atau

gambar yang dipahat pada batu, dinding

atau pada papan. Pada waktu itu, iklan

mulai digunakan untuk kepentingan

lost and found, yang biasanya berkaitan

berkaitan dengan pengumuman tentang

budak yang lari dari tuannya. Pada

jaman Romawi kuno, iklan dalam

bentuk stempel batu banyak

dipergunakan oleh para dukun untuk

menjajakan obat-obatan. Setelah sistem

percetakan ditemukan oleh Gutenberg

pada tahun 1450, maka kegiatan

periklanan pun mulai dilakukan dengan

menggunakan surat kabar. Sejak saat

itu, iklan semakin sering digunakan

untuk kepentingan komersial (Noviani,

2002:2).

Vestergaard and Schroder

(1985) dalam Widyatama (2007)

menuliskan bahwa iklan memiliki lima

tujuan yaitu, menarik perhatian,

membangkitkan minat, merangsang

hasrat, menciptakan keyakinan dan

melahirkan tindakan (membeli barang

atau jasa). Namun tujuan dasar iklan

adalah memberikan informasi tentang

produk dan layanan jasa dengan cara

strategi persuasif, agar berita atau pesan

dapat dipahami, diterima, disimpan,

diingat, serta ada tindakan tertentu

(membeli) yang ditingkatkan dengan

cara menarik perhatian konsumen serta

menimbulkan asosiasi-asosiasi yang

dapat menggugah selera, agar bertindak

sesuai keinginan komunikator

(Widyatama, 2011 : 29).

Iklan Televisi

Televisi merupakan media

audiovisual yang canggih. Dengan

menggunakan dua elemen kekuatan

sekaligus yaitu audio dan visual

menjadikan televisi sebagai media

promosi yang sangat mahal. Semenjak

munculnya beberapa televisi swasta,

semenjak itu pula iklan televisi menjadi

primadona media beriklan. Sumartono

(2002) memaparkan bahwa, iklan

televisi telah menjadi komoditas

masyarakat. Kehadirannya bahkan telah

menjelma menjadi kekuatan baru yang

mampu menyulap khalayak untuk

secara suka rela melakukan apa yang

diinginkan. Hal ini disebabkan karena

kekuatan (keunggulan) televisi itu

sendiri. Dilihat dari sisi teknologis,

media televisi memiliki keunggulan

yaitu mampu menjangkau wilayah yang

sangat luas dalam waktu bersamaan,

sehingga dapat menghantarkan secara

langsung suatu peristiwa di suatu

tempat ke berbagai tempat lain yang

Page 59: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

52 | P a g e

berjarak sangat jauh. Selain itu, televisi

juga mampu menciptakan suasana yang

bersamaan di berbagai wilayah

jangkauannya dan mendorong

khalayaknya memperoleh informasi dan

melakukan interaksi secara langsung

(Sumartono,2002:10).

Beragam elemen biasanya

terpadu untuk menciptakan dampak

visual dari iklan-iklan di televisi.

Namun elemen seperti audiovisual

tidak bisa berdiri sendiri, elemen

audiovisual harus didampingi elemen-

elemen lain agar dapat menciptakan

iklan televisi yang efektif dan menarik.

Elemen-elemen yang harus ada dalam

iklan televisi yaitu video, audio, talent,

promps, setting, dan lighting

(Wells,1992).

a. Video, yakni yang menyangkut

segala visualisasi yang muncul pada

iklan televisi

b. Audio, merupakan keseluruhan unsur

audio yang ditampilkan pada iklan

televisi yang biasanya berupa musik,

suara, efek suara, ataupun yang

berupa voice over dari talent yang

tampil di iklan ataupun narator yang

tidak kelihatan.

c. Talent, merupakan pemeran ataupun

tokoh-tokoh yang muncul pada

sebuah iklan di televisi.

d. Promps, merupakan produk yang

diiklankan pada iklan televisi.

e. Setting, merupakan lokasi pembuatan

iklan

f. Lighting, merupakan efek

pencahayaan yang ditampilkan di

iklan televisi yang digunakan sebagai

pelengkap iklan atau mempertegas

suatu adegan yang muncul dalam

iklan televisi.

g. Graphics, merupakan keseluruhan

efek grafis yang ada pada sebuah

iklan televisi yang dapat berupa

tulisan (seperti ilustrasi, desain

ataupun ilustrasi foto).

Iklan Televisi XL Serba Seribu Versi

Donat

Iklan ini ditayangkan pada

seluruh televisi swasta di Indonesia

pada tahun 2012 dan berdurasi 15 detik.

Mengambil setting di dalam sebuah

rumah. Dimulai dari adegan Omesh

yang menawarkan setengah potong

donat kepada laki-laki lain. Namun

untuk setengah potong donat yang

diberikan Omesh meminta imbalan agar

laki-laki tersebut mencuci piring, gelas,

sendok, berbagai peralatan dapur lain,

mobil, baju, dan celana. Karena

kesalnya, tiba-tiba laki-laki tersebut

menyumbat mulut Omesh dengan

setengah potong donat yang diberikan

Page 60: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

53 | P a g e

tadi sebelum Omesh menyelesaikan

ucapannya. Kemudian terdengar suara

narator yang mengatakan “mau modal

dikit mau dapat banyak, Cuma XL yang

bisa ngasi seribu sms ke semua

operator”. Dan diakhiri dengan adegan

Omesh memegang setengah potong

donat di tangan kiri dan telepon

genggam di tangan kanan sambil

mengucapkan kata-kata ciyus dan

miyapah.

Gambar 1. Scene Terakhir pada Iklan TelevisiXL Serba Seribu Versi Donat

Elemen-Elemen Iklan Televisi XL

Serba Seribu Versi Donat

Adapun elemen-elemen yang digunakan

dalam iklan televisi tersebut adalah

sebagai berikut :

a. Video

Visualisasi yang dimunculkan

dalam setiap adegan iklan tersebut

adalah :

1. Adegan Omesh sedang

mengaduk mug kemudian

muncul laki-laki lain. Sambil

mengaduk mug Omesh

menawarkan setengah potong

donat kepada laki-laki tersebut.

Ukuran shot menggunakan

medium shot dengan angel

camera straight angel.

Gambar 2. Adegan 1 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

2. Menampilkan ekspresi laki-laki

lain gembira melihat donat yang

ditawarkan Omesh. Ukuran shot

close up dengan angel camera

straight angel.

Gambar 3. Adegan 2 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

3. Berikutnya menampilkan adegan

Omesh tersenyum sambil

meminta kepada laki-laki itu

untuk mencuci piring. Ukuran

shot close up dengan angel

camera straight angel.

Page 61: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

54 | P a g e

Gambar 4. Adegan 3 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

4. Dilanjutkan dengan menampil-

kan adegan Omesh meminta

laki-laki tersebut mencuci gelas.

Ukuran shot medium shot

dengan angel camera straight

angel.

Gambar 5. Adegan 4 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

5. Selanjutnya menampilkan

adegan Omesh meminta laki-laki

tesebut mencuci sendoknya juga.

Ukuran shot close up dengan

angel camera straight angel.

Gambar 6. Adegan 5 Iklan Televisi XL SerbaSeribu Versi Donat

6. Kemudian menampilkan

ekspresi laki-laki tersebut yang

ingin memakan donat namun

tidak jadi karena mendengar

masih banyak permintaan yang

diinginkan Omesh. Ukuran shot

close up dengan angel camera

straight angel.

Gambar 7. Adegan 6 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

7. Menampilkan adegan Omesh

dan laki-laki yang sama melihat

ke arah tumpukan piring kotor.

Ukuran shot medium shot

dengan angel camera straight

angel.

Gambar 8. Adegan 7 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

8. Setelah itu menampilkan adegan

Omesh yang masih meminta

laki-laki tersebut untuk

mencucikan mobilnya. Ukuran

Page 62: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

55 | P a g e

shot close up dengan angel

camera straight angel.

Gambar 9. Adegan 8 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

9. Berikutnya menampilkan

ekspresi laki-laki tersebut mulai

kesal dengan permintaan Omesh

yang begitu banyak. Ukuran shot

close up dengan angel camera

straight angel.

Gambar 10. Adegan 9 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

10. Karena kesalnya akhirnya laki-

laki tersebut menyumbat mulut

Omesh dengan donat yang

tidak jadi dia makan tersebut.

Ukuran shot medium shot

dengan angel camera straight

angel.

Gambar 11. Adegan 10 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

11. Dilanjutkan dengan menampil-

kan adegan Omesh memegang

donat di tangan kiri dan telpon

genggam di tangan kanan

sambil mendengarkan suara

narator dan melihat ke atas

seolah-olah mencari sumber

suara tersebut. Disebelah kanan

Omesh juga terdapat teks :

paket serbu serba seribu 1000

sms ke semua operator.

Aktifkan sekarang

*123*1000#. Warna yang

digunakan didominasi oleh

warna biru, karena biru

merupakan warna identitas dari

XL. Ukuran shot medium shot

dengan angel camera straight

angel.

Gambar 12. Adegan 11 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

Page 63: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

56 | P a g e

12. Masih menampilkan adegan

Omesh memegang donat dan

handphone namun kini

menghadap ke kamera sambil

mengucapkan kata ciyus dan

miapah. Disebelah kanan

Omesh terdapat teks berwarna

jingga bertuliskan XLangkah

Lebih Maju dan dibawahnya

terdapat teks kecil mengani

syarat dan ketentuan berlaku.

Ukuran shot medium shot

dengan angel camera straight

angel.

Gambar 13. Adegan 12 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

13. Sama seperti di atas,

menampilkan adegan Omesh

memegang donat dan

handphone. Namun teks yang

terdapat di sebelah kanan

Omesh diganti dengan logo XL

yang berwarna putih hijau,

serta terdapat bulatan berwarna

orange di atas huruf x .

Gambar 14. Adegan 13 Iklan Televisi XLSerba Seribu Versi Donat

b. Audio

Suara dialog antara Omesh dan

seorang laki-laki. Efek suara yang

digunakan adalah efek suara berupa

bunyi gelas (mengaduk sendok

dalam gelas), Suara Narator dan

musik yang digunakan pada akhir

iklan.

c. Talent

Talent dalam iklan XL Serba seribu

versi donat ini adalah Ananda

Omesh dan seorang laki-laki yang

belum diketahui namanya.

d. Promps

Produk yang diiklankan dalam

iklan ini adalah provider XL

dengan keunggulannya Serba

Seribu yaitu memberikan gratis

1000 sms ke semua operator

dengan cara menekan *123*1000#

e. Setting

Lokasi pembuatan iklan dalam

iklan XL Serba Seribu versi donat

ini adalah di dalam sebuah rumah.

Page 64: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

57 | P a g e

f. Lighting

Pencahayaan buatan dengan

bantuan lampu karena lokasi

shooting berada di dalam ruangan.

g. Graphics

Merupakan keseluruhan efek grafis

yang ada pada sebuah iklan televisi

seperti warna, logo dan teks.

Graphics yang ditampilkan dalam

iklan ini dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Logo

Gambar 15. Logo XLPada bagian akhir iklan ditampilkan

logo XL dengan latar belakang

berwarna biru. Logo merupakan

identitas yang dipergunakan untuk

menggambarkan citra dan karakter

suatu lembaga atau perusahaan

maupun organisasi. Perusahaan PT.

Excelcomindo Pratama (XL)

menggunakan jenis logotype yaitu

nama perusahaan atau produk yang

tampil dalam bentuk tulisan khusus

untuk menggambarkan ciri khas

secara komersial. Huruf X pada logo

XL terlihat seperti orang yang

sedang berjalan. Di atas huruf X itu

terdapat sebuah bulatan berwarna

oranye. Bulatan itu melambangkan

sebuah wajah yang memberikan ciri

adanya sebuah pribadi. Sedangkan

lengkung huruf L yang berwarna

hijau terlihat luwes agar mampu

memberikan kesan bahwa XL

memberikan apa yang betul-betul

dibutuhkan pelanggan.

Warna

Pada bagian akhir iklan warna yang

dominan digunakan adalah warna

biru. Warna biru merupakan warna

identitas dari produk XL. Dalam

psikologi warna, warna biru

melambangkan ketenangan. Di dunia

desain, biru sering disebut “warna

corporate” karena hampir semua

perusahaan menggunakan warna

biru sebagai warna utamanya. Tidak

heran memang, karena biru

merupakan warna yang termasuk

tenang dan bersifat penyendiri.

Gambar 16. Lingkaran Warna

Logo XL menggunakan warna putih,

hijau dan oranye. Putih adalah warna

yang murni, tidak ada campuran

apapun. Sehingga sering di anggap

Page 65: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

58 | P a g e

sebagai warna yang menimbulkan

efek suci dan bersih. Warna putih

pada huruf X dalam logo XL dapat

memberikan kesan yang simple dan

minimalis. Huruf L menggunakan

warna hijau. Hijau adalah warna

yang tenang karena biasanya di

kaitkan dengan lingkungan dan

alam. Di dalam desain, kita bisa

menggunakan warna hijau untuk

memberikan kesan segar. Bulatan di

atas huruf X dalam logo XL

menggunakan warna oranye atau

jingga. Oranye adalah hasil

peleburan merah dan kuning,

sehingga efek yang di hasilkan kuat

dan hangat. Warna oranye juga

digunakan dalam teks yang

dimunculkan di akhir iklan ini.

Gambar 17. Teks dalam IklanTelevisi XL Serba Seribu Versi Donat

Teks

Pada 2 scene terakhir dalam iklan ini

dimunculkan teks-teks sebagai

berikut:

Scene pertama manampilkan teks :

Paket Serbu serba seribu1000 SMS ke semua operatorAktifkan sekarang *123*1000#Teks tersebut menggunakan jenis

huruf sans serif yaitu huruf tanpa kait

di ujung. Teks tersebut merupakan

inti dari pesan iklan yang ingin

disampaikan.

Pada scene kedua terdapat teks XL

Langkah lebih Maju. Ini merupakan

slogan dari produk XL. Dewasa ini

keberadaan slogan dapat dijadikan

sebagai ciri khas perusahaan atau

produk. Artinya, hanya dengan

mengetahui slogannya khalayak dapat

mengingat perusahaan atau produk

tersebut.

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa agar dapat menarik

minat konsumen dalam iklan televisi

harus mengandung elemen-elemen yaitu

video, audio, talent, promps, setting,

lighting dan graphics. Dalam iklan XL

Serba seribu ini unsur graphics menjadi

bagian yang sangat penting karena

menampilkan inti dari isi pesan iklan

yang ingin disampaikan. Selain itu yang

menjadi faktor penyebab iklan ini

Page 66: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

59 | P a g e

menarik adalah penggunaan bahasa gaul

atau bahasa alay dalam akhir iklan.

Daftar Pustaka

Bohar,Soeharto.1987. PengantarPenelitian Ilmiah: Dasar,Metode, dan Teknik. Bandung :Tarsito.

Bungin, Burhan. 2010. PenelitianKualitatif. Jakarta : KencanaPrenada Media Group.

Ratna, Noviani. 2002. Jalan TengahMemahami Iklan. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset.

Sugiyono.2005. Memahami PenelitianKualitatif. Bandung. Alfabet

Sumartono.2002. Terperangkap DalamIklan: Meneropong imbas PesanIklan Televisi. Bandung :Alfabet.

Suyanto,M. 2007. Marketing Strategi :Top Brand Indonesia.Yogyakarta : Andi Offset.

Widyatama, Rendra. 2011. TeknikMenulis Naskah Iklan.Yogyakarta : Kompas GramediaGroup.

Sumber Lain :

Video Iklan XL Serba Seribu VersiDonat

Page 67: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

60 | P a g e

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHANLOKASI TAMBANG BATU BARA DI PULAU KALIMANTAN

DENGAN METODE AHP

1Aldi Wiliar Wira Permana, 2Ketut Bayu Yogha Bintoro12Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik

InformatikaUniversitas Trilogi, [email protected] , [email protected]

ABSTRAK

Pemilihan lokasi tambang merupakan persoalan yang sangat penting dalampenentuan lokasi tambang batu bara yang harus diplih oleh perusahaan tambang. Dalammenentukan lokasi tambang batu bara, ada beberapa faktor atau kriteria yang harusdiperhatikan diantaranya kandungan zat di dalam tanah, menentukan UPS (Ultimate PitSlope), ukuran dan batas maksimum dari kedalaman tambang pada akhir operasi,dimensi jenjang/bench, kondisi geografi dan geologi, kondisi geometric jalan danpemilihan system penirisan yang tergantung kondisi air tanah dan curah hujan daerahpenambangan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kriteria-kriteria yang digunakandalam pemilihan lokasi tambang batu bara. Kriteria-kriteria tersebut dianalisismenggunakan metode AHP, AHP merupakan system yang fleksibel dalam penentuandan perhitungan prioritas yang paling tinggi. Hasil keputusan adalah lokasi yangstrategis atau tidak untuk tambang batu bara tersebut berdasarkan data yang didapat darikriteria tertinggi. Sistem ini berguna dalam pengambilan keputusan pemilihan lokasitambang batu bara.

Kata Kunci— Sistem Pendukung Keputusan, SPK, Analytical Hierarchy Process,Lokasi Tamabang.

PENDAHULUAN

Seiring banyaknya masalah yang

terjadi dalam pertambangan batu bara

berdasarkan pertimbangan teknis yaitu

seperti kandungan zat di dalam tanah,

menentukan UPS (Ultimate Pit Slope),

ukuran dan batas maksimum dari

kedalaman tambang pada akhir operasi,

dimensi jenjang/bench, kondisi geografi

dan geologi, kondisi geometric jalan dan

pemilihan system penirisan yang

tergantung kondisi air tanah dan curah

hujan daerah penambangan, oleh karena

itu peneliti ingin meneliti tentang system

pendukung keputusan untuk menentukan

lokasi tambang menggunakan AHP

(Analytic Hierarchy Process) yang akan

mempermudah perusahaan tambang

untuk menentukan lokasi tambang

batubara di pulau kalimantan. System

pendukung keputusan adalah bagian dari

system informasi berbasis pengetahuan

yang dipakai untuk mendukung

pengambilan keputusan dalam seuatu

organisasi, lembaga atau perusahaan.

Dapat juga dikatakan sebagai system

computer yang mengolah data menjadi

informasi untuk mengambil keputusan

dari masalah spesifik. Penelitian ini

Page 68: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

61 | P a g e

bertujuan untuk membantu mengambil

keputusan untuk pengusaha tambang

batu bara berdasarkan kriteria-kriteria

yang digunakan dalam pemilihan lokasi

tambang batu bara. Kriteria-kriteria

tersebut dianalisis menggunakan metode

AHP.AHP merupakan system yang

fleksibel dalam penentuan dan

perhitungan prioritas yang paling

tinggi.Hasil keputusan adalah lokasi

yang strategis atau tidak untuk tambang

tersebut berdasarkan data yang didapat

dari kriteria tertinggi.

AHP (Analytic Hierarchy

Process) merupakan system pendukung

keputusan menggunakan perhitungan

matrik berpasangan. AHP memiliki

hirarki yang kompleks antara lain tujuan,

kriteria, sub kriteria perhitungannya

sampai level yang paling bawah dari sub

kriteria tersebut. Dengan menggunakan

system pendukung keputusan ini

sangatlah akurat dalam proses

perhitungan dalam penentuan lokasi

pertambangan. Dalam penelitian ini,

metode AHP diaplikasikan pada system

pendukung keputusan untuk menentukan

lokasi tambang yang tepat dan

strategis.Untuk penentuan lokasi

tambang, diasumsikan bahwa kriteria-

kriteria yang digunakan dalam menilai

lokasi tambang adalah legalitas lahan,

lokasi apakah aktivitas pertambangan

berdampak pada pemukiman masyarak

atatau tidak, kandungan di dalam tanah

apakah aman atau tidak dan masalah

keungan.

Dengan adanya penelitian ini,

membantu mengambil keputusan untuk

pengusaha tambang batu bara

berdasarkan kriteria-kriteria yang

digunakan dalam pemilihan lokasi

tambang batu bara yang strategis di

pulau kalimantan.

Tinjauan Pustaka

Terdapat pada penelitian sebelumnya

tentang bagaimana mengambil

keputusan dengan kasus-kasus yang ada

dengan caracara yang berbeda, ada yang

menggunakan satu metode untuk

analisisnya dan ada juga yang

menggabungkan beberapa metode dalam

studi kasus yang di ambilnya.

Penelitian yang pernah dilakukan

oleh Rian Kurnia Setiawan pada tahun

2014 dengan judul “Implementasi

Metode Analytical Hierarchy Process

Dalam Medukung Keputusan Investasi

Perumahan Berdasarkan Lokasi”

didalam penelitian ini menjelaskan

mengenai penentuan pemilihan rumah

dari beberapa kriteria yang dipilih

pembeli diantaranya yaitu :

Diskon/Promo, Spesifikasi/Fasilitas,

Jarak dari Sekolah/Keunggulan Lokasi

dan Tipe. Dengan mengembangkan

Sistem Pendukung Keputusan

Page 69: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

62 | P a g e

menggunakan metode AHP ini

diharapkan calon pembeli mendapatkan

kemudahan dalam memilih rumah

berdasarkan lokasi yang sesuai dengan

keinginan dan keadaan calon pembeli.

Penelitian yang pernah dilakukan

oleh Friska Abadi pada tahun 2016

dengan judul “Penentuan Penerima

Bantuan Dana untuk Sekolah Menengah

Di Kab. Banjar Menggunakan Metode

AHP-TOPSIS Dengan Pendekatan

Fuzzy” yang dapat memberikan prioritas

penerima bantuan dana dengan

memperhitungkan segala kriteria yang

membantu, mempercepat serta

mempermudah penentuan sekolah mana

yang berhak menerima bantuan.

Penelitian yang pernah dilakukan

oleh Ermawati pada tahun 2015 dengan

judul “Sistem Pendukung keputusan

Pemilihan Calom Peserta Cerdas Cermat

Dengan Metode Analytical Hierarchy

Process (Studi kasus: SMAN 1 Simpang

Kiri Subulussalam)” yang dapat

melakukan pemilihan siswa dalam

mengikuti cerdas cermat pada tingkat

Sekolah Menengah Atas dengan kriteria-

kriteria yang sudah ditentukan oleh

pihak sekolah.

Penelitian yang pernah dilakukan

oleh Lusiana Kristiyanti, Aris Sugiharto,

Helmie Arif W dengan judul “Sistem

Pendukung Keputusan Pemilihan

Pengajar Les Private Untuk Semua

Lembaga Bimbingan Belajar dengan

Metode AHP (Studi Kasus LBB System

Cerdas)” yang dapat memberikan

rangking pengajar berdasarkan nilai

yang didapat pengajar sehingga dapat

digunakan untuk pemilihan pengajar di

lembaga bimbingan belajar.

Penelitian yang pernah dilakukan

oleh Tri Ginanjar Laksana, Ma’mun

Efendi Zarkasy pada tahun 2015 dengan

judul “Sistem Pendukung Keputusan

Seleksi Supplier Pemilihan Bibit Ayam

Boiler Menggunakan Metode AHP

(Study kasus : CV.CMB)” yang dapat

mempermudah Bagian Quality Control

dalam melakukan penilaian untuk

mendapatkan satu supplier yang

memberikan penawaran serta pelayanan

terbaik dan dapat mengevaluasi dan

menyeleleksi supplier tidak hanya

menekankan pada aspek/kriteria biaya

(cost) dan ditambah penilaian lain yang

sifatnya subjektif tetapi menakan pada

aspek benefit.

Berdasarkan penelitian sebelum-

nya dapat dipastikan bahwa satu metode

ataupun kombinasi beberapa metode

analisis dapat digunakan sebagai

pengambilan keputusan untuk dapat

digunakan atau hanya sebagai

rekomendasi oleh pihak-pihak yang

berkepentingan.

Page 70: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

63 | P a g e

Metodelogi Penelitian

Perhitungan AHP

Pada dasarnya langkah-langkah

dalam metode AHP meliputi :

1. Menyusun hirarki dari permasalahan

yang dihadapi. Persoalan yang akan

diselesaikan, diuraikan menjadi

unsurunsurnya, yaitu kriteria dan

alternatif, kemudian disusun menjadi

struktur hierarki.

2. Penilaian kriteria dan alternatif

Kriteria dan alternatif dinilai melalui

perbandingan berpasangan. Menurut

Saaty (1988), untuk berbagai

persoalan, skala 1 sampai 9 adalah

skala terbaik dalam mengekspresikan

pendapat. Nilai dan definisi pendapat

kualitatif dari skala perbandingan.

Perbandingan dilakukan berdasarkan

kebijakan pembuat keputusan dengan

menilai tingkat kepentingan satu

elemen terhadap elemen lainnya.

Proses perbandingan berpasangan,

dimulai dari level hirarki paling atas

yang ditujukan untuk memilih

kriteria, misalnya A, kemudian

diambil elemen yang akan

dibandingkan, misal A1, A2, dan A3.

3. Penentuan prioritas Untuk setiap

kriteria dan alternatif, perlu

dilakukan perbandingan berpasangan

(pairwise comparisons). Nilainilai

perbandingan relatif kemudian diolah

untuk menentukan peringkat

alternatif dari seluruh alternatif. Baik

kriteria kualitatif, maupun kriteria

kuantitatif, dapat dibandingkan

sesuai dengan penilaian yang telah

ditentukan untuk menghasilkan

bobot dan proritas. Bobot atau

prioritas dihitung dengan manipulasi

matriks atau melalui penyelesaian

persamaan matematik. Pertimbangan

- pertimbangan terhadap perbanding-

an berpasangan disintesis untuk

memperoleh keseluruhan prioritas

melalui tahapan-tahapan berikut:

i.Kuadratkan matriks hasil

perbandingan berpasangan. ii. Hitung

jumlah nilai dari setiap baris,

kemudian lakukan normalisasi

matriks.

4. Konsistensi Logis Semua elemen

dikelompokkan secara logis dan

diperingatkan secara konsisten sesuai

dengan suatu kriteria yang logis.

Matriks bobot yang diperoleh dari

hasil perbandingan secara

berpasangan tersebut harus

mempunyai hubungan kardinal dan

ordinal. Hubungan tersebut dapat

ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi

& Ramdhani, 1998) : Hubungan

kardinal : aij . a¬jk = aik¬ Hubungan

ordinal : Ai¬> Aj, Aj> Ak maka Ai>

Ak Hubungan diatas dapat dilihat

dari dua hal sebagai berikut : a.

Dengan melihat preferensi

Page 71: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

64 | P a g e

multiplikatif, misalnya bila anggur

lebih enak empat kali dari mangga

dan mangga lebih enak dua kali dari

pisang maka anggur lebih enak

delapan kali dari pisang. b. Dengan

melihat preferensi transitif, misalnya

anggur lebih enak dari mangga dan

mangga lebih enak dari pisang maka

anggur lebih enak dari pisang. Pada

keadaan sebenarnya akan terjadi

beberapa penyimpangan dari

hubungan tersebut, sehingga matriks

tersebut tidak konsisten sempurna.

Hal ini terjadi karena

ketidakkonsistenan dalam preferensi

seseorang. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan

proritas bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian

per baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris

dibagi prioritas bersangkutan dan

hasilnya dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen,

akan didapat λ maks.

e. Indeks Konsistensi (CI) =

(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio

Konsistensi = CI/ RI, di mana RI

adalah indeks random

konsistensi. Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, hasil perhitungan data

dapat dibenarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.

A. Perbandingan Antara Kriteria Dan

Kriteria.

Untuk perbandingan kriteria dan

kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5

di dalam table ada kolom berwarna

biru, pada kolom biru dapat diisi

berdasarkan range skala

perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warna ungu adalah

hasil dari total.

Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.

B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria

Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat

dijelaskan pada tabel 1 di dalam table

ada kolom berwarna orange, pada kolom

orange dapat diisi berdasarkan range

64 | P a g e

multiplikatif, misalnya bila anggur

lebih enak empat kali dari mangga

dan mangga lebih enak dua kali dari

pisang maka anggur lebih enak

delapan kali dari pisang. b. Dengan

melihat preferensi transitif, misalnya

anggur lebih enak dari mangga dan

mangga lebih enak dari pisang maka

anggur lebih enak dari pisang. Pada

keadaan sebenarnya akan terjadi

beberapa penyimpangan dari

hubungan tersebut, sehingga matriks

tersebut tidak konsisten sempurna.

Hal ini terjadi karena

ketidakkonsistenan dalam preferensi

seseorang. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan

proritas bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian

per baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris

dibagi prioritas bersangkutan dan

hasilnya dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen,

akan didapat λ maks.

e. Indeks Konsistensi (CI) =

(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio

Konsistensi = CI/ RI, di mana RI

adalah indeks random

konsistensi. Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, hasil perhitungan data

dapat dibenarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.

A. Perbandingan Antara Kriteria Dan

Kriteria.

Untuk perbandingan kriteria dan

kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5

di dalam table ada kolom berwarna

biru, pada kolom biru dapat diisi

berdasarkan range skala

perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warna ungu adalah

hasil dari total.

Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.

B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria

Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat

dijelaskan pada tabel 1 di dalam table

ada kolom berwarna orange, pada kolom

orange dapat diisi berdasarkan range

64 | P a g e

multiplikatif, misalnya bila anggur

lebih enak empat kali dari mangga

dan mangga lebih enak dua kali dari

pisang maka anggur lebih enak

delapan kali dari pisang. b. Dengan

melihat preferensi transitif, misalnya

anggur lebih enak dari mangga dan

mangga lebih enak dari pisang maka

anggur lebih enak dari pisang. Pada

keadaan sebenarnya akan terjadi

beberapa penyimpangan dari

hubungan tersebut, sehingga matriks

tersebut tidak konsisten sempurna.

Hal ini terjadi karena

ketidakkonsistenan dalam preferensi

seseorang. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan

proritas bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian

per baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris

dibagi prioritas bersangkutan dan

hasilnya dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen,

akan didapat λ maks.

e. Indeks Konsistensi (CI) =

(λmaks-n) / (n-1) f. Rasio

Konsistensi = CI/ RI, di mana RI

adalah indeks random

konsistensi. Jika rasio konsistensi

≤ 0.1, hasil perhitungan data

dapat dibenarkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel.1 Gambar skala intensitas kepentingan.

A. Perbandingan Antara Kriteria Dan

Kriteria.

Untuk perbandingan kriteria dan

kriteria dapat dijelaskan pada tabel 5

di dalam table ada kolom berwarna

biru, pada kolom biru dapat diisi

berdasarkan range skala

perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warna ungu adalah

hasil dari total.

Tabel 2. Pembobotan pada setiap kriteria.

B. Hasil Rata-Rata Dan Kriteria

Untuk hasil kriteria dan kriteria dapat

dijelaskan pada tabel 1 di dalam table

ada kolom berwarna orange, pada kolom

orange dapat diisi berdasarkan range

Page 72: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

65 | P a g e

skala perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warga hijau adalah

hasil dari total.

Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.

C. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kandungan Zat Dalam

Tanah

Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.

D. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)

Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.

E. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Batas Maksimum

Kedalaman Tambang

Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.

F. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Dimensi Jenjang/ Bench

Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan

alternative.

G. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geografi &

Geologi

Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.

65 | P a g e

skala perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warga hijau adalah

hasil dari total.

Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.

C. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kandungan Zat Dalam

Tanah

Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.

D. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)

Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.

E. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Batas Maksimum

Kedalaman Tambang

Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.

F. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Dimensi Jenjang/ Bench

Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan

alternative.

G. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geografi &

Geologi

Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.

65 | P a g e

skala perbandingan kriteria dan kriteria

sedangkan untuk warga hijau adalah

hasil dari total.

Tabel 3. Hasil pembobotan kriteria.

C. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kandungan Zat Dalam

Tanah

Tabel 4 Perbandingan kriteria 1 dan alternavite.

D. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Ultimate Pit Slope (UPS)

Tabel 5. Perbandingan kriteria 2 denganalternative.

E. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Batas Maksimum

Kedalaman Tambang

Tabel 6. Perbandingan kriteria 3 denganalternative.

F. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Dimensi Jenjang/ Bench

Tabel 7. Perbandingan kriteria 4 dengan

alternative.

G. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geografi &

Geologi

Tabel 8. Perbandingan kriteria 5 denganalternative.

Page 73: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

66 | P a g e

H. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geometric Jalan

Dan Pemilihan System Penirisan

Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.

1. Menentukan Perankingan

Untuk setiap kriteria dan

alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons).

Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan

peringkat alternatif dari seluruh

alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun

kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan

sesuai dengan penilaian yang telah

ditentukan untuk menghasilkan bobot

dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik.

Tabel 10. perankingan.

Dari hasil di atas pada tabel 13

dapat disimpulkan sebagai berikut dari

hasil yang ada di bagian penentuan

prioritas pilihan Pontiak dengan nilai

0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan

0,16. Jika diranking maka urutannya

prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu

Katingan selanjutnya adalah

Balikpapan.Maka sebagai pengusaha

disarankan memilih Pontianak karena

memperoleh prioritas tertinggi.

2. Perhitungan Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria

yang logis. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan proritas

bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian per

baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi

prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan

didapat λmaks.

e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)

/ (n-1)

f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana

RI adalah indeks random konsistensi.

Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil

perhitungan data dapat dibenarkan.

66 | P a g e

H. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geometric Jalan

Dan Pemilihan System Penirisan

Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.

1. Menentukan Perankingan

Untuk setiap kriteria dan

alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons).

Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan

peringkat alternatif dari seluruh

alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun

kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan

sesuai dengan penilaian yang telah

ditentukan untuk menghasilkan bobot

dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik.

Tabel 10. perankingan.

Dari hasil di atas pada tabel 13

dapat disimpulkan sebagai berikut dari

hasil yang ada di bagian penentuan

prioritas pilihan Pontiak dengan nilai

0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan

0,16. Jika diranking maka urutannya

prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu

Katingan selanjutnya adalah

Balikpapan.Maka sebagai pengusaha

disarankan memilih Pontianak karena

memperoleh prioritas tertinggi.

2. Perhitungan Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria

yang logis. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan proritas

bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian per

baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi

prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan

didapat λmaks.

e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)

/ (n-1)

f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana

RI adalah indeks random konsistensi.

Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil

perhitungan data dapat dibenarkan.

66 | P a g e

H. Perbandingan Kriteria Dan

Alternative Kondisi Geometric Jalan

Dan Pemilihan System Penirisan

Tabel 9. Perbandingan kriteria 6 denganalternative.

1. Menentukan Perankingan

Untuk setiap kriteria dan

alternatif, perlu dilakukan perbandingan

berpasangan (pairwise comparisons).

Nilai-nilai perbandingan relatif

kemudian diolah untuk menentukan

peringkat alternatif dari seluruh

alternatif.Baik kriteria kualitatif, maupun

kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan

sesuai dengan penilaian yang telah

ditentukan untuk menghasilkan bobot

dan proritas.Bobot atau prioritas dihitung

dengan manipulasi matriks atau melalui

penyelesaian persamaan matematik.

Tabel 10. perankingan.

Dari hasil di atas pada tabel 13

dapat disimpulkan sebagai berikut dari

hasil yang ada di bagian penentuan

prioritas pilihan Pontiak dengan nilai

0,56 ; Katingan 0,28 ; dan Balikpapan

0,16. Jika diranking maka urutannya

prioritas tertinggi adalah Pontianak lalu

Katingan selanjutnya adalah

Balikpapan.Maka sebagai pengusaha

disarankan memilih Pontianak karena

memperoleh prioritas tertinggi.

2. Perhitungan Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokkan

secara logis dan diperingatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria

yang logis. Penghitungan konsistensi

logis dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengalikan matriks dengan proritas

bersesuaian.

b. Menjumlahkan hasil perkalian per

baris.

c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi

prioritas bersangkutan dan hasilnya

dijumlahkan.

d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan

didapat λmaks.

e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n)

/ (n-1)

f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana

RI adalah indeks random konsistensi.

Jika rasio konsistensi ≤ 0.1, hasil

perhitungan data dapat dibenarkan.

Page 74: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

67 | P a g e

Tabel 11. Index random konsistensi.

Implementasi menghitung konsistensi

Tabel 12. Perhitungan konsistensi.

Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +

0,98 + 0,52 = 6,36

Indeks konsistensi =

CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan

keputusan yg sangat konsisten,

sedangkan CI > 0, maka pengambilan

keputusan yang tidak konsisten

(inkonsisten).

Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI

dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai

RI ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel.13 Nilai RI.

CI/RI =, , = 0,058

Secara umum, tingkat konsistensi

adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤

0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10

maka terdapat inkonsistensi yang serius

dan hasil analisis AHP tidak mempunyai

arti atau analisis AHP tidak ampuh

dalam pengambil keputusan.

Dapat disimpulkan dari keputusan

nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)

Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat

menyelesaikan masalah dalam

pengambilan keputusan.

KesimpulanKonsep rancangan sistem

pendukung keputusan penentuan lokasi

tambang batu bara diharapkan menjadi

acuan bagi pengembangan sistem

nantinya. Dari berbagai lokasi tambang

batu bara yang ada di pulau kalimantan

diharapkan dapat membantu pengusaha

batu bara dalam menentukan lokasi

67 | P a g e

Tabel 11. Index random konsistensi.

Implementasi menghitung konsistensi

Tabel 12. Perhitungan konsistensi.

Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +

0,98 + 0,52 = 6,36

Indeks konsistensi =

CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan

keputusan yg sangat konsisten,

sedangkan CI > 0, maka pengambilan

keputusan yang tidak konsisten

(inkonsisten).

Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI

dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai

RI ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel.13 Nilai RI.

CI/RI =, , = 0,058

Secara umum, tingkat konsistensi

adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤

0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10

maka terdapat inkonsistensi yang serius

dan hasil analisis AHP tidak mempunyai

arti atau analisis AHP tidak ampuh

dalam pengambil keputusan.

Dapat disimpulkan dari keputusan

nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)

Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat

menyelesaikan masalah dalam

pengambilan keputusan.

KesimpulanKonsep rancangan sistem

pendukung keputusan penentuan lokasi

tambang batu bara diharapkan menjadi

acuan bagi pengembangan sistem

nantinya. Dari berbagai lokasi tambang

batu bara yang ada di pulau kalimantan

diharapkan dapat membantu pengusaha

batu bara dalam menentukan lokasi

67 | P a g e

Tabel 11. Index random konsistensi.

Implementasi menghitung konsistensi

Tabel 12. Perhitungan konsistensi.

Jumlah dari 1,42 + 1,31 + 1,28 + 0,85 +

0,98 + 0,52 = 6,36

Indeks konsistensi =

CI = = , = , = 0,072Jika CI = 0, maka pengambilan

keputusan yg sangat konsisten,

sedangkan CI > 0, maka pengambilan

keputusan yang tidak konsisten

(inkonsisten).

Jika CI > 0 harus dilihat kembali ratio CI

dengan RI (RI=Random Indeks). Nilai

RI ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel.13 Nilai RI.

CI/RI =, , = 0,058

Secara umum, tingkat konsistensi

adalah sangat memuaskan (CI/RI ≤

0,10), tetapi sebaliknya jika CI/RI > 0,10

maka terdapat inkonsistensi yang serius

dan hasil analisis AHP tidak mempunyai

arti atau analisis AHP tidak ampuh

dalam pengambil keputusan.

Dapat disimpulkan dari keputusan

nilai konsistensi lebih dari (CI/RI ≤ 0,10)

Hasilnya adalah 5,8 % Maka AHP dapat

menyelesaikan masalah dalam

pengambilan keputusan.

KesimpulanKonsep rancangan sistem

pendukung keputusan penentuan lokasi

tambang batu bara diharapkan menjadi

acuan bagi pengembangan sistem

nantinya. Dari berbagai lokasi tambang

batu bara yang ada di pulau kalimantan

diharapkan dapat membantu pengusaha

batu bara dalam menentukan lokasi

Page 75: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

68 | P a g e

tambang batu bara yang sesuai dengan

keinginan penusaha.

Daftar Pustaka

Adriyendi, Yeni Melia. DSS using AHPin selection of Lecturer. March2013.

Alit Suryo Irawan. System pendukungkeputusan pemilihan jurusan diSMA Islam Sudirman ambarawamenggunakan metode AnalyticalHierarchy Process(AHP).

Angga Fitra Nurifai, Nova Rijati, SSiM.Kom. system pendukungkeputusan pemilihan perumahandengan metode Fuzzy tahani(Studi pada PT.BUKITSEMARANG JAYA METRO).

Armadyah Amborowati. Sistempenunjang keputusan pemilihanperumahan dengan metode AHPmenggunakan Expert Choice.

Aris Sugiharto, Lusina Kristiyanti,Helmie Arif W. Sistempendukung keputusan pemilihanpengajar les privat untuk siswalembaga bimbingan belajardengan metode AHP (Studi kasusLBB system cerdas).

Ermawati. System pendukung keptusanpemilihan calon peserta cerdascermat dengan metode analyticalhierarchy(AHP) (Studikasus:SMA Negeri 1 SimpangKiri Subulussalam). Maret 2015.

Friska Abadi. Penentuan Penerimabantuan dana untuk sekolahmenengah di kab.Banjarmenggunakan metode AHP-Topsis dengan pendekatanFuzzy. 2016.

Krupesh A Chauhan, N,C Shah,R.Venkata Rao. The AnalyticalHierarchy Process as aDecision-Support System in theHousing Sector: A Case Study.2008.

Mohamed Salah, Soliman Abu Samra,Ossama Hosny. AnalyticalHierarchy Process DecisionSupport System(AHP-DSS) fortrenchless technology..

Rok Pupnik, Matja Kukar. DecisionSupport System to SupportDecision Processes with DataMining. 2007.

Ms. Simi Sojan, Ms Sify K Raphy,Ms.Pinky Thomas. TechniquesUsed in Support System forCRM-A Review. February 2014.

Page 76: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

69 | P a g e

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI

PEMBANGUNAN SUPERMARKET DENGAN METODE AHP

1Arif Setyo Pambudi,

2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,

3Aldi Riyanto,

123Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik

InformatikaUniversitas Trilogi, Jakarta

[email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Penentuan lokasi merupakan masalah utama dalam membangun

Supermarket.Investor sering kali mendapat kesulitan karena banyaknya kriteria yang

harus dipertimbangkan untuk mencari lokasi strategis. Masalah dalam pembangunan

Supermarket sering di anggap sepele sehingga tidak sedikit supermarket yang tidak

dapat mencapai target penjualan. Pembahasan utama dalam penelitian ini adalah

perancangan pembuatan sistem penunjang keputusan penentuan lokasi strategis

pembangunan Supermarket.Perencanaan ini menggunakan metode Analitycal Hierarchy

Process (AHP).Sistem penunjang keputusan dapat membantu investor dalam memilih

lokasi strategis dengan hasil analisis yang didapat dari Multi-CriteriaDecision Making.

Kriteria yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi yaitu Geografis, Penduduk,

Biaya, sarana dan Prasarana, dengan sub-criterianya luas lahan, Dekat dengan

pemukiman, Kondisi jalan, Rawan bencana, Kepadatan Penduduk, Jumlah UKM, Biaya

Pembelian Lahan, Biaya total pembangunan, dll.Tujuan dari penelitian ini adalah

menghasilkan sebuah Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk mempermudah

Investordalam mengambil keputusan menentukan lokasi strategis. Perhitungan metode

AHP menggunakan perangkat lunak Expert choice 11.

Kata Kunci : Sistem penunjang keputusan, Pemilihan lokasi strategis, Analitycal

Hierarchy Process(AHP), Expert choice 11.

PENDAHULUAN

Penentuan lokasi merupakan

masalah utama dalam membangun

supermarket.Dalam penentuan lokasi

strategis untuk pembangunan

Supermarket, Investor sering kali

mendapat kesulitan karena banyaknya

kriteria yang harus dipertimbangkan

untuk mencari lokasi yang baik.Masalah

dalam pembangunan Supermarket ini

sering di anggap sepele, sehingga tidak

sedikit Supermarket yang tidak dapat

mencapai target penjualan. Kegagalan

dalam menentukan lokasi strategis

untuk membangun Supermarker akan

merugikan investor, sehingga memilih

lokasi yang tepat adalah salah satu hal

yang paling penting. Bila pilihannya

tepat, maka target penjualan akan

tercapai, dan kelak akan meningkatkan

pendapatan perusahaan dan ekonomi

masyarakat.

Kemajuan teknologi komputer

yang pesat dapat membantu kehidupan

manusia bahkan di dalam bidang-

bidang yang sulit kita selesaikan secara

Page 77: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

70 | P a g e

bersamaan.Melihat pentingnya dalam

menentukan lokasi yang tepat, maka

perlu dibuatkan sistem pendukung

keputusan (SPK) yang dapat membantu

investor dalam menentukan lokasi

untuk membangun supermarket dengan

menggunakan perangkat lunak Expert

choice 11 untuk teknis analisa

Analytical Hierarchy Process(AHP).

Berdasarkan latar belakang diatas, serta

untuk menetukan arah dari penulisan

ini, dengan demikian perumusan

masalah yang ada adalah “memecahkan

masalah dalam menentukan lokasi

strategis pembangunan Supermarket”.

Tujuan dari penelitian ini adalah

menghasilkan sebuah Sistem

Pendukung Keputusan (SPK) untuk

mempermudah pengambilan keputusan

penentuan lokasi strategis supermarket,

denganmenggunakan perangkat lunak

Expert choice 11 untuk teknis analisa

Analytical Hierarchy Process(AHP).

Sehingga dapat membantu investor

dalam menentukan lokasi strategis yang

tepat.

1. Landasan Teori

Sistem Pendukung Keputusan

Konsep Sistem Pendukung

Keputusan atau Decision Support

System (DSS) pertama kali diungkapkan

pada awal tahun 1970-an oleh Michael

S. Scott Morton dengan istilah

Management Decision System.Definisi

dari sistem pendukung keputusan

adalah suatu sistem berbasis komputer

yang diajukan untuk membantu

pengambilan keputusan dalam

memanfaatkan data dan model tertentu

untuk memecahkan berbagai persoalan

yang tidak tersetruktur (Daihani, 2001).

Sistem Pendukung keputusan

(SPK) atau Decision Support System

(DSS) adalah sebuah sistem yang

mampu memberikan kemampuan

pemecahan masalah maupun

kemampuan pengkomunikasian untuk

masalah dengan kondisi semi terstruktur

dan tak terstruktur.Sistem ini digunakan

untuk membantu pengambilan

keputusan dalam situasi smei terstruktur

dan situasi tidak terstruktur (Turban,

2001).

Sistem Pendukung Keputusan

mengacu pada suatu sistem yang

memanfaatkan dukungan computer

dalam proses pengambilan keputusan.

Hal ini dikemukanan oleh beberapa ahli,

diantaranya Little Man dan Watson

memberi definisi bahwa Sistem

Pendukung Keputusan merupakan suatu

sistem yang interaktif, yang membantu

mengambil keputusan melalui

penggunaan data dan model-model

keputusan untuk memecahkanmasalah –

masalah yang sifatnya semi terstruktur

dan tidak terstruktur (Suryadi, 2001).

Page 78: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

71 | P a g e

Sistem Pendukung Keputusan

adalah sistem berbasis komputer

intetraktif yang membantu pengguna

dalam penilaian dan pemilihan Sistem

tidak hanya menyediakan penyimpanan

dan pengambilan data tapi juga

meningkatkan akses informasi

tradisional dengan dukungan untuk

pembuatan model pengambilan

keputusan dan penalaran berbasis model

(Roger & Marek, 2007).

2. Teori Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan

salah satu keputusan yang harus dibuat

secara hati-hati.Penelitian-penelitian

terdahulu menemukan bahwa lokasi

usaha berhubungan dengan kesuksesan

usaha tersebut (Nurul Indarti,

2004).Pemilihan lokasi tersebut

didorong oleh pertimbangan besarnya

sarana transportasi, jalur angkutan

umum, tingkat perekonomian, luas area,

kemanan, harga tanah, dan sumber daya

manusia.

Metode Analytical Hierachy Process

(AHP)

Mengambil Keputusan adalah

suatu proses yang dilaksakan orang

berdasarkan pengetahuan dan informasi

yang ada dengan harapan bahwa akan

terjadi. oleh karena itu diperlukan suatu

metode yang tepat untuk mengambil

keputusan. Salah satu metode yang

digunakan untuk memilih lokasiadalah

Analytical Hierarchy Process

(AHP).Metode AHP ini pertama kali

dikemukan oleh Dr. Thomas L. Saaty

dari Wharton School of Business pada

tahun 1970. AHP merupakan suatu

metode yang digunakan dalam proses

pengambilan keputusan suatu masalah-

masalah kompleks seperti

permasalahan: perencanaan, penentuan

alternatif, penyusunan prioritas,

pemilihan kebijaksanaan, alokasi

sumber,penentuan kebutuhan,

peramalan kebutuhan, optimasi, dan

pemecahan konflik. Suatu masalah

dikatakan kompleks jika struktur

permasalahan tersebut tidak jelas dan

tidak tersedianya data dan informasi

statistik yang akurat, sehingga input

yang digunakan untuk menyelesaikan

masalaha ini adalah intuisi manusia.

(Saaty, 1980).

Keputusan dapat diambil dari

kriteria keputusan yang ada.Kriteria itu

dapat dilakukan dengan adanya

informasi yang diolah dan disajikan

dengan dukungan sistem penunjang

keputusan.Adapun informasi terbentuk

dari adanya data yang terdiri dari

bilangan dan trems yang disusun,

diolah, dan disajikan dengan dukungan

sistem infromasi manajemen. Kemudian

keputusan yang diambil ditindaklanjuti

Page 79: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

72 | P a g e

dengan aksi yang dalam pelaksanaanya

perlu mengacu pada standar prosedur

operasi, dan akan membentuk kembali

data, begitu seterusnya yang terjadi

pada siklus data, informasi, keputusan,

dan aksi.

Analitycal Hierarchy Process

(AHP) oleh Dr. Thomas L. Saaty dari

Whartoon School of Business pada

tahun 1970-an untuk mengorganisasi-

kan informasi dan judgement dalam

memilih alternatif yang paling disukai

(Saaty,1983) (Marimin, 2004) persoalan

yang komplek dapat di sederhanakan

dan dipercepat proses pengambilan

keputusannya.

Dalam menentukan keputusan

dengan AHP ada beberapa prinsip yang

harus dipahami, diantaranya adalah :

1. Penyusunan Hierarki

System yang komplek dapat

dipahami dengan memecahnya menjadi

elemen-elemen pendukung keputusan,

menyusun elemen secara hierarki, dan

menggabungkannya atau dengan

mensistesiskannya.

2. Penilaian Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternative

dilakukan dengan perbandingan

berpasangan. Menurut Saaty (1983),

untuk berbagaipersoalan, skala 1

sampai 9 adalah skala terbaik dalam

mengekpresikan pendapat. Nilai dan

pendapat kulaitatif dari skala

perbandingan Saaty dapat dilakukan

pada tabel 1 berikut

Tabel 1. Skala perbandingan Saaty (MARMIN,

2004)

NILAI KETERANGAN

1 Kriteria/Atrenatif A sama penting

dengan Kriteria/Alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangan jelas lebih peting dari B

9 A mutlah lebih penting dari B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai

yang berdekatan

1. Penentuan Prioritas

Untuk setiap kriteria dan

alternatif, perlu dilakukan perbandingan

dengan perpasangan. Nilai-nilai

perbadingan relative dari seluruh

alternatif kriteria bisa disesuaikan

dengan keputusan yang telah ditentukan

untuk menghasilkan bobot dan

prioritas.Bobot dan prioritas dihitung

dengan memanipulasi matriks atau

melalui penyelesaian persamaan

matematika.

2. Konsistensi Logis

Semua elemen dikelompokan

secara logis dan diperingkatkan secara

konsisten sesuai dengan suatu kriteria

yang logis.

Perhitungan indeks konsistensi (CI),

pengukuran ini dimaksud untuk

mengetahui konsistensi jawaban yang

akan berpengaruh pada kesahihan hasil.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Page 80: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

73 | P a g e

𝐶𝐼 =𝜆𝑀𝑎𝑥 − 𝑛

𝑛 − 1

Untuk mengetahui apakah Ci dengan

besaran tertentu cukup baik atau tidak,

perlu diketahui rasio yang dianggap

baik, yaitu apabila:

CR ≤ 0,1

Rumus CR (Consistency Ratio) adalah :

𝐶𝑅 = 𝐶𝐼

𝑅𝐼

CR merupakan parameter yang

digunakan untuk memeriksa apakah

perbandingan berpasangan telah

dilakukan dengan konsekuen atau tidak.

Nilai Ri merupakan nilai random index

yang dikeluarkan oleh Oarkridge

Labolatory seperti pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Skala Nilai Random Indeks Oarkridge

Labolatory(MARMIN, 2004)

N 1 2 3 4 5 6 7

RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32

N 8 9 10 11 12 13

RI 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56

METODE

Analisis penelitian diawali

dengan pengamatan penduduk dalam

menetukan kriteria lokasi belanja yang

baik.Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analitik dengan

menyajikan rangkuman wawancara dan

hasil survey yang berupa kuesioner.

Selanjutknya dilakukan

pencarian data skunder yang ada di

lapangan melalui berbagai media,

seperti : internet, literatur dan jurnal

serta artikel-artikel sehingga didapatkan

informasi yang akurat mengenai

penentuan lokasi strategis pembangunan

supermarket.

Berdasarkan wawancara dengan

pakar mengenai data, selanjutnya diolah

dengan menggunakan pendekatan

proses hieraki analitis (AHP) untuk

menentukan lokasi pembangunan

supermarket.

SPK pemilihan lokasi

pembangunan

supermarket

Memberikan rekomendasi

pengambilan keputusan

tentang alternatif lokasi

Menetukan

kriteria, sub-

kriteria penelitian

Menetukan

alternatif

penelitian

Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran

Dalam menentukan prioritas

langkah-langkah Sistem Penunjang

Keputusan penentuan lokasi strategis

pembangunan Supermarket, diusulkan

sebanyak Empat jenis kriteria,

Tigabelas jenis sub-kriteria, dan Tiga

jenis alternatif strategis yang

mendukung dapat terlihat pada tabel 3

berikut :

Page 81: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

74 | P a g e

Tabel 3. Kriteria, Sub-kriteria dan alternatif

penentuan lokasi strategis pembangunan

supermarket Sasaran Kriteria Sub-kriteria Alternatif

Penentuan

Lokasi

Strategis

pembangunan

Supermarket

Geografis

Luas Lahan

Lokasi A

Lokasi B

Lokasi C

Dekat dengan

Pemukiman

Kondisi Jalan

Dekat dengan

Supllayer

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

Respon

Penduduk

Jumlah UKM

Biaya

Biaya

Pembelian

Lahan

Biaya Total

Pembangunan

Biaya Total

Pajak

Sarana

dan

Prasarana

Jangkauan

Internet

Jangkauan

Kendaraan

Umum

Jaringan Jalan

Supermarket

Penyelesaian metode

pengambilan keputusan dengan AHP

menggunakan Perangkat lunak Expert

Choice 11untuk perhitunangan

pemecahan persoalan yang sudah teruji

kehandalannya. Pemodelan AHP untuk

Penentuan lokasi strategis

pembangunan supermarket dapat dilihat

pada gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Diagram Hierarki dan Keputusan

dengan Pendekatan AHP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Kriteria pemilihan Geografis yang

harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

Supermarket

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam Gambar 3

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria Geografis

yaitu luas lahan dengan nilai bobot

0.426 atau sebanding dengan 42,6%

dari sisi Geografis, urutan berikutnya

lokasi yang dekat dengan pemukiman

dengan nilai 0.243 atau sebanding

dengan 24,3% , Kondisi jalan dengan

nilai 0.140 atau sebanding dengan 14%,

Rawan bencana dengan nilai 0.137 atau

sebanding dengan 13,7%, dan peringat

Page 82: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

75 | P a g e

prioritas kriteria yang terakhir adalah

lokasi dekat dengan supplayer dengan

nilai 0.054 atau sebanding dengan

0,54%.

Gambar 4. Kriteria Penduduk yang harus

dipertimbangkan dalam pembangunan dan

target pasar Supermarket

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 4

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

yang harus diperhatikan dalam kriteria

penduduk yaitukepadatan penduduk

dengan nilai 0.540 atau sebanding

dengan 54%, Respon Penduduk dengan

nilai 0.297 atau sebanding dengan 29%

, Jumlah UKM dengan nilai 0.163 atau

sebanding dengan 16,3%.

Gambar 5. Kriteria sarana dan prasarana yang

harus dipertimbangkan dalam materi penunjang

Supermarket.

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 5

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

yang harus diperhatikan dalam kriteria

sarana dan prasarana yaitu Jangkauan

Internet dengan nilai 0.547 atau

sebanding dengan 54,7%, Jangkauan

kendaraan Umum dengan nilai 0.263

atau sebanding dengan 26,3% ,

Jaringan jalan menuju supermarket

dengan nilai 0.190 atau sebanding

dengan 19%.

Gambar 6. Kriteria Biaya yang harus

dipertimbangkan dalam pembangunan

Supermarket

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 6

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

yang harus diperhatikan dalam kriteria

Biaya yaitu Biaya total Pajak dengan

nilai 0.484 atau sebanding dengan

48,4%, Biaya total pembangunan

dengan nilai 0.349 atau sebanding

dengan 34,9% , Biaya Pembelian

Lahan dengan nilai 0.168 atau

sebanding dengan 16,8%.

Gambar 7. Nilai Bobot Global Prioritas

Alternatif Strategis Berdasarkan Penentuan

Lokasi pembangunan Supermarket

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 7

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

Page 83: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

76 | P a g e

atau tertinggi alternative dalam strategis

SPK penentuan lokasi strategis

pembangunan Supermarket adalah

Lokasi A dengan nilai bobot 0,501 atau

sebanding dengan 50,1% dari total

alternatif yang ditetapkan. Peringkat

prioritas berikutnya adalah Lokasi B

dengan nilai bobot 0,300 atau sebanding

dengan 30% peringkat prioritas yang

terakhir adalah Lokasi C dengan nilai

bobot 0,200 atau sebanding dengan

20% dari total alternatif yang

ditetapkan.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengolahan data

menggunakan software expert Choice

11maka diperoleh kesimpulan bahwa

urutan prioritas dari paling tertinggi

sampai terendah adalah :

1. Lokasi a dengan nilai bobot 50%

2. Lokasi b dengan nilai bobot 30%

3. Lokasi c dengan nilai bobot 20%

Dari 3 buah kriteria pemilihan.

Daftar Pustaka

Dedi Trisnawarman, margaret Liveraja.

2006. Aplikasi Sistem

Pengambilan Keputusan

Pemilihan Sekolah.

Ellya, 2013. Penilaian Kinerja Dosen

dengan Menggunakan metode

AHP Studi Kasus di STIE

Ahmad Dahlan Jakarta.

Faisal, 2010. Strategi IT Rencana

Penanggulangan Bencana

(Disaster Recovery Planning

DRP) pada Core UICo System

Dengan Pendekatan Analytical

Hierarchy Process Studi Kasus

unical Indonesia. STMIK Nusa

Mandiri Jakarat.

Faisal, 2015. Sistem Penunjang

Keputusan Pemiliha Perangkat

Pemrosesan Data Menggunakan

Metode Analytical Hierarchy

Process(AHP) dan Multi-

Criteria Decision Making

(MCDM).

Faisal, Silvester Dian handy Permana,

2015. Sistem Penunjang

Keputusan Pemilihan Sekolah

Menengah Kejuruan Teknik

Komputer dan Jaringan yang

terfaforit dengan menggunakan

Multi-Criteria Decision Making.

Fitriyani, 2012. Aplikasi AHP Sebagai

Model SPK Pemilihan Tempat

Kuliah di Bangka Belitung.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi

Pengambilan Keputusan

Kriteria Majemuk. Penerbit PT

Grasindo, Jakarta.

Parmadiharto, 2007. Rancang Bangun

SPK Pemilihan SMA Swasta

Favorit Degan Metode AHP

Berbasis WEB.

Saaty, R.W. The Analytic Hierarchy

Process - What It Is and How It

Used, Journal of Mathematical

Modelling Vol. 9 no. 3-5,

1987.p. 161-176.

Sri Andayani. 2012. Performance

Assessment Dalam Perspektif

Multiple Criteria Decision

Making, Seminar Nasional

Penelitian. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Suryadi.2001.Sistem Pendukung

Keputusan, Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Page 84: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

77 | P a g e

Supriyono, Wisnu Arya Wardhana,

Sudaryo. 2007. Pemilihan

pejabat dengan metode AHP.

Supriyono, Wisnu Arya, Sudaryo. 2007.

Sistem Pemilihan Pejabat

Struktural dengan Metode AHP.

Turban. 2005. Decision Support

Systems and Intelligent Systems

(Sistem pendukung keputusan

dan sistem cerdas). Andi Offset,

Yogyakarta.

Yohanes, Kusrini, Andi. 2015. Sistem

Pendukung Keputusan

Pemilihan Jurusan SNMPTN

Bagi Siswa SMAN 7 Purworejo.

Page 85: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

78 | P a g e

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN LOKASI

STRATEGIS PEMBANGUNAN PERUMAHAN

DENGAN METODE AHP

1Aldi Riyanto,

2Ketut Bayu Yogha Bintoro ,

3Arif Setyo Pambudi,

123Fakultas Industri Kreatif dan Telematika Program Studi Teknik

InformatikaUniversitas Trilogi, Jakarta

[email protected],[email protected]

[email protected]

ABSTRAK

Sistem Pendukung Keputusan memiliki peran penting untuk menentukan lokasi

strategis pembangunan perumahan.Manfaat dari sistem pendukung keputusan ini adalah

dapat digunakan para pengembang perumahan untuk penentukan lokasi strategis

pembangunan perumahan dengan hasil analisis yang didapat dari kriteria

tertinggi.Dalam penentuan lokasi yang strategis untuk pembangunan sebuah perumahan,

pengembang perumahan sering kali kesulitan dalam mengambil keputusan karena

banyaknya alternatif kriteria yang mempengaruhi pilihan - pilihan yang ada. Penelitian

kali ini untuk menentukan lokasi strategis pembangunan perumahan digunakan metode

Analytical Hierarchy Process.Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya

luas tanah yang tersedia, Jalur listrik, ketersediaan air, harga lahan, biaya pembangunan,

pajak, jalur menuju jalan raya, angkutan umum, jarak menuju fasilitas umum, kepadatan

tanah, penghijauan, bebas banjir, kebersihan lingkungan, pekerjaan penghuni

perumahan, pendapatan penghuni perumahan, dan pendirian perdagangan. Kriteria-

kriteria tersebut dianalisis dengan metode Analytical Hierarchy Process menggunakan

software Expert Choice.

Keywords: Analytical Hierarchy Process, Real Estate Development, Decision

Support System.

PENDAHULUAN

Rumah tidak hanya berfungsi

sebagai tempat berlindung tetapi juga

sebagai sarana investasi.Hal tersebut

menyebabkan intensitas pembangunan

perumahan yang terus menerus

meningkat.Untuk menentukan lokasi

strategisdalam pembangunan

perumahan pengembang tentu memiliki

banyak parameter yang harus

dipertimbangkan agar lokasi yang

nantinya terpilih akan memberikan

keputusan tertinggi bagi pengembang

perumahan itu sendiri. Penentuan lokasi

perumahan mencakup beberapa faktor

diantaranya luas tanah yang tersedia,

jalur menuju jalan raya, ketersediaan

air, angkutan umum, bebas banjir,

polusi, penghijauan, kebersihan

lingkungan dan keamanan.Banyaknya

parameter yang harus dipertimbangkan

tersebut membuat para pengembang

kesulitan akan pemilihan lokasi yang

strategis untuk pembangunan

perumahan.

Page 86: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

79 | P a g e

Untuk meningkatkan efisiensi

dan efektifitas pengembang dalam

mengambil keputusan maka dibuatlah

sebuah sistem pendukung keputusan

yang menerapkan metode Analytical

Hierarchy Process (AHP).Penggunaan

metode ini yang nantinya digunakan

sebagai metode untuk perhitungan

dalam penentuan lokasi strategis

pembangunan perumahan.Adapun Area

cakupan pengambilan data lokasi hanya

hanya dilakukan pada wilayah

Kabupaten Bogor .

Oleh karena itu diperlukan

adanya Solusi untuk mengatasi masalah

tersebut.Pada penelitian saat ini

digunakan sebuahperangkat lunak

sistem pendukung keputusan penentuan

lokasi strategis pembangunan

perumahan di Kabupaten bogor. kriteria

- kriteria yang digunakan nantinya akan

dijadikan pertimbangan untuk

menentukan hasil penentuan lokasi

yang tepat dengan kriteria tertinggi.

Sistem ini nantinya akan digunakan

oleh para pengembang perumahan

untuk menentukan lokasi strategis

ketika akan membangunan perumahan

di wilayah Kabupaten Bogor.

landasan teori

Teori yang digunakan sebagai

landasan mengenai Sistem Pendukung

Keputusan Penentuan Lokasi Strategis

Pembangunan Perumahan dengan

metode Analytical Hierarchy Process

adalah sebagai berikut.

1. Sistem

Sistem adalah kumpulan elemen-

elemen sistem yang saling berhubungan

atau saling berinteraksi antara satu

elemen dengan elemen yang lain untuk

membentuk sistem. (Jogiyanto HM,

1998 )

2. Informasi

Informasi merupakan data yang

sudah diolah, dibentuk atau

dimanipulasi sesuai dengan keperluan

tertentu.Informasi dibuat untuk

kepentingan manajemen sesuai dengan

unit kerja dan tingkatan masing-

masing.Informasi berasal dari kegiatan

operasional sehingga dapat dibuat

beberapa model. (Zulkifli Amsyah,

1997)

3. Sistem Pendukung Keputusan

Mempertajam pendapat Gorry dan

Scott Morton mengenai definisi SPK,

maka Little menyusun definisi SPK

adalah sekumpulan prosedur berbasis

model untuk data pemrosesan dan

penilaian, guna membantu para manajer

mengambil keputusan. Little

mempunyai argumen bahwa untuk

berhasil maka sistem harus mudah,

kuat, mudah dikontrol, mampu

menyesuaikan diri, lengkap pada

Page 87: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

80 | P a g e

persoalan penting, dan mudah

dikomunikasikan (Kusumadewi, 2006).

Menurut Turban pada tahun

2005, Sistem pendukung keputusan

merupakan suatu pendekatan untuk

mendukung pengambilan keputusan.

Sistem pendukung keputusan

menggunakan data, memberikan

antarmuka pengguna yang mudah, dan

dapat menggabungkan pemikiran

pengambil keputusan (Turban, 2005).

4. Analytical Hierarchy Process

(AHP)

Menurut Armadyah

Amborowati, menegaskan bahwa

Analytical Hierarchy Process (AHP)

adalah suatu metode unggul untuk

memilih aktivitas yang bersaing atau

banyaknya alternative berdasarkan

beberapa kriteria tertentu atau khusus.

Kriteria dapat bersifat kuantitatif atau

kualitatif, dan bahkan kriteria kuantitatif

ditangani dengan struktur kesukaan

pengambil keputusan berdasarkan

angka.

Struktur sebuah model AHP

adalah model dari sebuah pohon

terbaik.Ada suatu tujuan tunggal di

puncak pohon yang mewakili tujuan

dari masalah pengambilan

keputusan.Seratus persen bobot

keputusan dari di titik ini.Tepat

dibawah tujuan adalah titik daun yang

menunjukkkan kriteria, baik kualitatif

maupun kuantitatif. Bobot Tujuan harus

dibagi diantara titik-titik kriteria

berdasarkan rating.suatu

Gambar 1. Struktur Hierarki AHP

Bobot dari setiap kriteria adalah 100%

dibagi dengan bobot tititk kriteria

berdasarkan rating.Setiap alternative

dibandingkan dengan masing masing

kriteria.(Armadyah Amborowati, 2005)

Dalam menyelesaikan

permasalahan dengan AHP ada

beberapa prinsip yang harus dipahami,

diantaranya adalah :

1. Membuat Hirarki

Sistem yang kompleks bisa di

pahami dengan memecahnya menjadi

elemen - elemen pendukung keputusan,

menyusun elemen secara hirarki, dan

menggabungkannya atau mensintesis-

nya

Page 88: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

81 | P a g e

Tabel 1. Daftar Index Random Consistency

2. Penilaian Kriteria Dan Alternatif

Kriteria dan alternative

dilakukan dengan perbandingan

berpasangan.Untuk berbagai persoalan,

skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik

untuk mengekspresikan pendapat.Nilai

dan definisi pendapat.Nilai dan definisi

pendapat kuantitatif dari skala

perandingan Saaty bisa diukur

menggunakan table analisis seperti pada

Tabel 2. (Saaty, 1983)

Tabel 2. Skala perbandingan Saaty (MARMIN,

2004)

NILAI KETERANGAN

1 Kriteria/Atrenatif A sama penting

dengan Kriteria/Alternatif B

3 A sedikit lebih penting dari B

5 A jelas lebih penting dari B

7 A sangan jelas lebih peting dari B

9 A mutlah lebih penting dari B

2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai

yang berdekatan

3. Menentukan Prioritas (Synthesis

Of Priority)

Untuk setiap kriteria dan

alternative, perlu dilakukan

perbandingan berpasangan (pairwise

comparison). Nilai – nilai perbandingan

relative dari seluruh alternative kriteria

bisa disesuaikan dengan keputusan yang

telah ditentukan untuk menghasilkan

bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas

dihitung dengan memanipulasi matriks

atau melalui penyelesaian persamaan

matematika.

4. Konsistensi Logis (Logical

Consistency)

Konsistensi memiliki dua

makna.Pertama, objek-objek yang

serupa bisa dikelompokkan sesuai

dengan keseragaman dan relavansi.

Kedua, menyangkut tingkat tingkat

hubungan antara objek yang di dasarkan

pada kriteria tertentu (Kusrini, 2007).

Adapun Perhitungan indeks

konsistensi (CI), pengukuran ini

dimaksud untuk mengetahui konsistensi

jawaban yang akanberpengaruh pada

kesahihan hasil. Rumusnya adalah

sebagai berikut:

𝐶𝐼 =𝜆𝑀𝑎𝑥 − 𝑛

𝑛 − 1

Untuk mengetahui apakah Ci

dengan besaran tertentu cukup baik atau

tidak, perlu diketahui rasio yang

dianggap baik, yaitu apabila:

Ukuran

Matriks

Nilai IR

1,2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

0,00

0,58

0,90

1,12

1,24

1,32

1,41

1,45

1,49

1,51

1,48

1,56

1,57

1,59

Page 89: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

82 | P a g e

CR ≤ 0,1

Rumus CR (Consistency Ratio) adalah :

𝐶𝑅 = 𝐶𝐼

𝑅𝐼

CR merupakan para meter yang

digunakan untuk memeriksa apakah

perbandingan berpasangan telah

dilakukan dengan konsekuen atau tidak.

Nilai Ri merupakan nilai random index

yang dikeluarkan oleh Oarkridge

Labolatory seperti pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Skala Nilai Random Indeks Oarkridge

Labolatory (MARMIN, 2004)

Metode Penelitian

Analisis penelitian ini diawali

dengan melakukan pengamatan kepada

pengembang perumahan dalam

menetukan kriteria lokasi perumahan

yang baik.Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analitik dengan

menyajikan rangkuman wawancara dan

hasil survey yang berupa kuesioner.

Selanjutknya dilakukan pencarian data

skunder yang ada di lapangan melalui

berbagai media, seperti : internet,

literatur dan jurnal serta artikel-artikel

sehingga didapatkan informasi yang

akurat mengenai penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan.

Berdasarkan wawancara dengan

pengembang perumahan mengenai data,

selanjutnya diolah dengan

menggunakan pendekatan proses

hieraki analitis (AHP) untuk

menentukan lokasi pembangunan

perumahan.

Gambar 2. Kerangka Konsep Pemikiran

Dalam menentukan prioritas langkah-

langkah Sistem Penunjang Keputusan

penentuan lokasi strategis pembangunan

perumahan, diusulkan sebanyak lima

jenis kriteria, 16 jenis sub-kriteria, dan

tiga jenis alternatif strategis yang

mendukung dapat terlihat pada tabel 4

berikut :

N

1

2

3

4

5

6

7

RI

0.00

0.00

0.58

0.90

1.12

1.24

1.32

N

8

9

10

11

12

13

RI

1.41

1.45

1.49

1.51

1.48

1.56

Page 90: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

83 | P a g e

Tabel 4. Kriteria, Sub-kriteria dan alternatif

penentuan lokasi strategis pembangunan

perumahan

Penyelesaian metode pengambilan

keputusan dengan AHP menggunakan

Perangkat lunak Expert Choice 2000TM

untuk perhitungan pemecahan persoalan

yang sudah teruji kehandalannya.

Pemodelan AHP untuk Penentuan

lokasi strategis pembangunan

perumahan dapat dilihat pada gambar 3

berikut ini :

Gambar 3. Diagram Hierarki dan Keputusan

dengan Pendekatan AHP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4. Kriteria Sumber daya yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan beserta nilai

bobotnya

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 4

diatas di peroleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria sumber

daya yaitu Ketersediaan Air dengan

nilai bobot 0.528 atau sebanding 52,8%

dari sisi sumber daya, urutan berikutnya

Jalur Listrikdengan nilai bobot 0,333

atau sebanding dengan 33,3%, %, dan

peringkat prioritas kriteria yang terakhir

adalah Luas Tanah Yang Tersedia

Sasaran Kriteria Sub-kriteria Alternatif

Penentuan

Lokasi Strategis

Pembangunan Perumahan

Sumber

daya

Ketersediaan Air

Lokasi A

Lokasi B

Lokasi C

Jalur Listrik

Luas Tanah yang

Tersedia

Biaya Harga Lahan

Biaya

Pembangunan

Pajak

Jarak

Jarak menuju jalan

raya

Angkutan Umum

Jarak menuju

fasilitas umum

Geografis Kepadatan Tanah

Penghijauan

Bebas Banjir

Kebersihan

Lingkungan

Ekonomi

Perdagangan

Pekerjaan

Penghuni

Perumahan

Pendapatan Penghuni

Perumahan

Page 91: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

84 | P a g e

dengan nilai bobot 0,140 atau sebanding

dengan 14,0.

Gambar 5. Kriteria Biaya yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan beserta nilai

bobotnya

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 5

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria Biaya yaitu

Harga Lahandengan nilai bobot 0,594

atau sebanding dengan 59,4% dari sisi

Biaya, urutan berikutnya Biaya

Pembangunandengan nilai bobot 0,249

atau sebanding dengan 24,9%, dan

peringkat prioritas kriteria yang terakhir

adalah Pajak dengan nilai bobot 0,157

atau sebanding dengan 15,7%.

Gambar 6. Kriteria Jarak yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan beserta nilai

bobotnya

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 6

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria Jaraka yaitu

Jarak Menuju Jalan Rayadengan nilai

bobot 0,547 atau sebanding dengan

54,7% dari sisi Jarak, urutan berikutnya

Angkutan Umumdengan nilai bobot

0,263 atau sebanding dengan 26,3%,

dan peringkat prioritas kriteria yang

terakhir adalah Jarak Menuju Fasilitas

Umum dengan nilai bobot 0,190 atau

sebanding dengan 19,0%.

Gambar 7. Kriteria Geografis yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan beserta nilai

bobotnya

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 7

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria Geografis

yaitu Kepadatan Tanahdengan nilai

bobot 0,477 atau sebanding dengan

47,7% dari sisi Geografis, urutan

berikutnya Penghijauandengan nilai

bobot 0,240 atau sebanding dengan

24,0%, Bebas Banjirdengan nilai bobot

0,166 atau sebanding dengan 16,6%,

dan peringkat prioritas kriteria yang

Page 92: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

85 | P a g e

terakhir adalah Kebersihan Lingkungan

dengan nilai bobot 0,117 atau sebanding

dengan 11,7%.

Gambar 8. Kriteria Ekonomi yang harus

dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

strategis pembangunan perumahan beserta nilai

bobotnya

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 8

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi dalam kriteria Ekonomi

yaitu Perdagangandengan nilai bobot

0,540 atau sebanding dengan 54,0%

dari sisi Ekonomi, urutan berikutnya

Pekerjaan Penghuni Perumahandengan

nilai bobot 0,297 atau sebanding dengan

29,7%, dan peringkat prioritas kriteria

yang terakhir adalah Pendapatan

Penghuni Perumahan dengan nilai

bobot 0,163 atau sebanding dengan

16,3%.

Gambar 9. Nilai Bobot Global Prioritas

Alternatif Strategis Berdasarkan Penentuan

Lokasi Strategis Pembangunan Perumahan

Berdasarkan hasil pengolahan

data responden ahli dalam gambar 9

diatas diperoleh bahwa prioritas utama

atau tertinggi alternatif dalam strategis

SPK penentuan lokasi strategis

pembangunan perumahan adalah Lokasi

A dengan nilai bobot 0,563 atau

sebanding dengan 56,3% dari total

alternatif yang ditetapkan. Peringkat

prioritas berikutnya adalah Lokasi B

dengan nilai bobot 0,285 atau sebanding

dengan 28,5%. Peringkat prioritas

kriteria yang terakhir adalah Lokasi C

dengan nilai bobot 0,152 atau sebanding

dengan 15,2% total alternatif yang

ditetapkan.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan pengolahan

data menggunakan software Expert

Choice 2000 maka diperoleh

kesimpulan bahwa urutan prioritas dari

paling tertinggi sampai yang terendah

adalah:

1. Lokasi A dengan nilai bobot 56,3%.

2. Lokasi B dengan nilai bobot 28,5%.

3. Lokasi B dengan nilai bobot 15,2%.

dari 3 buah kriteria pemilihan.

Daftar Pustaka

Amborowati, Amardyah. 2008. Sistem

Penunjang Keputusan

Pemilihan Perumahan dengan

Metode AHP Menggunakan

Expert Choice.

Page 93: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

86 | P a g e

Faisal, Silvester Dian handy Permana,

2015. Sistem Penunjang

Keputusan Pemilihan Sekolah

Menengah Kejuruan Teknik

Komputer dan Jaringan yang

terfaforit dengan menggunakan

Multi-Criteria Decision Making.

Faisal, 2010. Strategi IT Rencana

Penanggulangan Bencana

(Disaster Recovery Planning

DRP) pada Core UICo System

Dengan Pendekatan Analytical

Hierarchy Process Studi Kasus

unical Indonesia.STMIK Nusa

Mandiri Jakarat.

Faisal, 2015. Sistem Penunjang

Keputusan Pemiliha Perangkat

Pemrosesan Data Menggunakan

Metode Analytical Hierarchy

Process(AHP) dan Multi-

Criteria Decision Making

(MCDM).

Hermawan, Julius. 2005. Membangun

Decision Support

System.Yogyakarta: Andi.

Jogiyanto HM, 1998. Analisa dan

Desain Sistem Informasi.

Yogyakarta.

Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi

Sistem Pendukung Keputusan.

Yogyakarta: Andi.

Kusumadewi, 2006. Sistem Pendukung

Keputusan dan

Aplikasinya.Yogyakarta: Gava

Media.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi

Pengambilan Keputusan

Kriteria Majemuk. Jakarta:

Penerbit PT Grasindo.

Saaty, R.W., The Analytic Hierarchy

Process - What It Is and How It

Used, Journal of Mathematical

Modelling Vol. 9 no. 3-5,

1987.p. 161-176.

Saaty, T.L., 2004. Decision making -

the analytic hierarichal process

and the analytic network

process.Journal of Systems

Science and Systems

Engineering.Vol 13(1) : 35.

Sri Andayani, 2012. Performance

Assessment Dalam Perspektif

Multiple Criteria Decision

Making, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Supriyono, Wisnu Arya, Sudaryo, 2007.

Sistem Pemilihan Pejabat

Struktural dengan Metode AHP.

Turban, 2005.Decision Support Systems

and Intelligent Systems (Sistem

pendukung keputusan dan

system cerdas) Jilid 1, Andi

Offset.

Zulkifli Amsyah, 1997.Perencanaan

dan Pembangunan Sistem

Informasi.Yogyakarta: CV Andi

offset.

Page 94: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

87 | P a g e

“MAKRO” DUNIA KECIL YANG DIPERBESAR

I Putu Sinar WijayaDesain Komunikasi Visual, Sekolah Tinggi Desain Bali

email : [email protected]

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan di

bidang fotografi dimulai oleh

banyaknya penemuan-penemuan dari

para ahli di berbagai belahan dunia,

salah satunya Makro fotografi Secara

teknis makro didefinisikan sebagai foto

yang dibuat antara 1 / 10 ukuran dan

ukuran hidup hidup. Normal fotografi

didefinisikan sebagai kurang dari 1 / 10

ukuran hidup, dan microphotography

didefinisikan sebagai ukuran lebih besar

dari kehidupan. Jangan khawatir

mengenai hal ini karena bahkan istilah-

istilah ini didefinisikan secara berbeda

oleh orang yang berbeda mengacu pada

lensa makro mereka sebagai "mikro"

lensa.

Makro fotografi adalah fotografi

close-up. Definisi klasik adalah bahwa

gambar yang diproyeksikan pada

bidang film " (yaitu, film atau sensor

digital) dekat dengan ukuran yang sama

sebagai subyek. Pada film 35 mm

(misalnya), lensa biasanya dioptimalkan

untuk fokus tajam pada area kecil

mendekati ukuran frame film.

Kebanyakan lensa makro 35mm format

mencapai setidaknya 1:2, artinya,

gambar pada film ini adalah 1 / 2

ukuran obyek yang dipotret. Banyak

35mm lensa makro, adalah 1:1, berarti

gambar pada film ini ukuran sama

dengan objek yang sedang difoto.

Dalam beberapa tahun terakhir,

istilah makro telah digunakan dalam

bahan pemasaran untuk berarti bisa

fokus pada subjek yang cukup dekat

sehingga ketika biasa 6 × 4 inch (15 ×

10 cm) cetak dibuat, gambar hidup-

ukuran atau lebih besar. Dengan 35mm

film ini memerlukan rasio pembesaran

hanya sekitar 1:4, yang menuntut

kualitas lensa yang lebih rendah dari

1:1. Dengan kamera digital ukuran

gambar yang sebenarnya jarang

dinyatakan, sehingga rasio pembesaran

sebagian besar tidak relevan; kamera

bukan mengiklankan jarak fokus

terdekatmereka.

Macroscopy bersaing dengan

mikroskop digital di mana sebuah

tabung kamera kecil yang bisa

Page 95: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

88 | P a g e

dilekatkan langsung ke sebuah

komputer, biasanya melalui port USB.

Macroscopy(bisa dilihat dengan mata

telanjang) juga bersaing dengan

photomicroscopy, dan jauh lebih murah

untuk mencapai gambar berkualitas

tinggi. Namun, pembesaran gambar

yang tinggi lebih sulit menggunakan

macroscopy.

Metode ini sangat berguna

dalam pekerjaan forensik, di mana

rincian kecil pada kejahatan atau

kecelakaan adegan sering mungkin

penting. Trace bukti seperti sidik jari

dan tanda skid sangat penting, dan

mudah direkam menggunakan

macroscopy. Retak permukaan dari

produk pecah sangat mengungkapkan

menggunakan fraktografi, terutama

ketika memotret menggunakan lampu

melirik untuk menyorot detail

permukaan. Terbatas kedalaman

lapangan merupakan suatu

pertimbangan penting dalam fotografi

makro. Hal ini penting untuk fokus

kritis pada bagian paling penting dari

subyek, sebagai elemen yang lebih

dekat bahkan milimeter atau lebih jauh

dari bidang fokus mungkin terlihat

kabur. Karena ini, penggunaan

mikroskop tahap sangat dianjurkan

untuk fokus yang tepat dengan

pembesaran besar seperti memotret sel-

sel kulit. Atau, lebih banyak gambar

subjek yang sama dapat dibuat dengan

sedikit berbeda fokus panjang dan

kemudian bergabung dengan fokus

khusus susun perangkat lunak yang

mengambil keluar bagian-bagian paling

tajam setiap gambar, artificial

meningkatkan kedalaman.

Setiap mahluk hidup, baik

manusia, binatang maupun tumbuh-

tumbuhan, tidak dapat lepas dari

lingkungan di sekitarnya. Hanya saja,

seperti yang dikatakan Berger

(Wuthnow, 1984), manusia adalah

mahluk yang terus-menerus terlibat

dalam proses pembentukan diri dengan

lingkungan atau dunia manusia itu.

Coba kita amati tanah /lapangan yang

tidak begitu luas, disana terdapat

populasi serangga yang giat di

sekelililng, serangga tadi tidak henti-

hentinya berterbangan, bergerak kesana

kemari di rerumputan, bebungaan dan

tanah. Diantara binatang-binatang di

dunia serangga ialah mahkluk yang

paling beraneka ragam .

Page 96: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

89 | P a g e

salah satu contoh foto makro

serangga

pencipta sering mengamati

gerakan-gerakan dan ekpresi-ekpresi

dari serangga-serangga kecil yang

sangat membuat penasaran akan tingkah

mereka, corak warna, tekstur kulit dan

bentuknya membri ide untuk

mengabadikan kedalam karya seni

fotografi. Di karenakan detail serangga

sangat menarik untuk di dijadikan karya

seni fotografi dengan memotret bagian-

bagian tertentu dari serangga sesuai

dengan engel

Rumusan Ide Penciptaan

Berdasarkan penjelasan di atas

maka rumusan masalanya adalah

penulis ingin mengekplorasi dan

menghadirkan aspek-aspek visual yang

unik dan menarik dari seekor serangga

dan mengabadikan, dan mengamati

detail yang menarik dari kondisi

serangga tingkah laku serangga-

serangga kecil, warna-warninya yang

cerah serta corak-coraknya dengan

teknik makro fotografi.

Tujuan Penciptaan

Dalam setiap penciptaan karya

seni tentu adanya berbagai hal yang

ingin dicapai, termasuk didalamnya

adalah tujuan,adapun tujuan yang ingin

dicapai dalam hal ini adalah: ingin

menampilkan sebuah karya foto yang

dapat menghadirkan dunia yang kecil

kedalam kehidupan manusia..melalui

foto macro, kita dapat mempelajari

kompleksitas dunia kecil yang sering

kita abaikan. Seperti populasi serangga

yang giat di sekelililng, yang tidak

henti-hentinya berterbangan, bergerak

kesana kemari direrumputan, bebungaan

dan tanah. dan menjadikan sebuah karya

seni fotografi yang menarik.

Manfaat Penciptaan

Adapun manfaat yang ingin diperoleh

dalam penciptaan karya seni fotografi

ini adalah:

Meningkatkan wawasan serta

kreativitas dalam menciptakan suatu

karya seni fotografi.

Dapat menjadi sebuah media

pembelajaran dalam seni fotografi,

sehingga dalam membuat suatu

karya seni fotografi yang kreatif.

Dapat dijadikan sebuah referensi

dalam penciptaan karya fotografi

dalam perbandingan pengetahuan

maupun praktek secara kontekstual.

Page 97: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

90 | P a g e

KAJIAN PUSTAKA

Istilah fotografi berasal dari

bahasa latin yaitu photos dan graphos.

Photos artinya cahaya/sinar, sedangkan

graphos adalah menulis, mencatat/

melukis dengan cahaya, (Leo nardi,

1989:8). Kamus besar bahasa Indonesia

member arti foto sebagai seni dari

proses penghasil gambar dengan cahaya

pada film atau permukaan yang

dipekakan (KBBI,1989:236).

Pengertian fotografi di atas juga

terdapat dalam bukunya Photography

:A Handbook of History, Materials, and

Processes, yangmenyebutkan sebagai

berikut:

A the term of photography isderived from two Greeks wordsmeaning “Light” (phos) and“writing” (graphein). Light isessential element inphotography, for it processestwo properties that combine tocreate a permanent image. Thefirst is that light, when processtrough lens and focused uponsame fields, such as paper ofglass, can produce an image.(Wheeler,1974:2)

Fotografi merupakan proses

merefleksikan kenyataan dalam suatu

karya yang berkat bentuk dan isinya

mempunyai daya untuk mendapatkan

imaji yang akurat (benar dan tepat) dari

objek, dengan menggunakan reaksi

kimia atau digital antara sinar/cahaya,

melewati susunan lensa dan di fokuskan

pada sebuah bidang serta berbagai

macam energi yang memancar, dengan

permukaan yang sudah dipersiapkan

secara kimiawi atau secara digital.

Melalui foto, seseorang dapat

bercerita banyak tentang suatu

kenangan, peristiwa, kegiatan,

nostalgia, ekspresi. Foto adalah bahasa

gambar, bahasa gambar, merupakan

bahasa universal, bahasa yang mudah

dipahami oleh setiap orang. Disamping

itu, foto juga memiliki sifat jujur, tanpa

mengurangi dan menambah detail

ataupun situasi, seperti ditulis dalam

buku Pengantar jurnalistik bahwa

fotografi dengan sifat-sifatnya yang

mampu merekam sesuatu secara tepat,

cepat, dan objektif serta menyediakan

informasi visual yang gambling

(Soelarko,1985:61).

Salah satu sifat khas pada

fotografi adalah sangat menguntungkan

dalam komunikasi antara manusia,

antara suku bangsa karena sifatnya yang

nonverbal, sehingga gambar-gambar

yang dihasilkan kamera dapat melintasi

batasan-batasan bahasa dan perlu

diterjemahkan terlabih dahulu. Foto

merupakan mediumrepresentasi yang

menghasilkan kebenaran atau realitas

karena hal yang direpresentasikan

memang yang sesungguhnya ada

(Marianto,2006:158).

Page 98: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

91 | P a g e

Fotografi adalah salah satu

media yang digunakan untuk

menyampaikan gagasan, cerita,

peristiwa,. Sehingga foto sangat

memungkinkan menjadi alat

komunikasi yang komunikatif dan

informatif. Sedangkan bila dilihat dalam

konteks sebagai bahasa gambar, karya

fotografi mampu memberikan

pengertiannya sendiri tanpa harus

menggunakan kata-kata. David Ogilvy

(1983:76) mengatakan : A picture, they

say, can be worth a thousand word.

Dari pendapat di atas dapat dikatakan

bahwa sebuah gambar/foto mampu

berbicara, menggungkapkan gagasan

dan bahkan mewakili daripada ribuan

kata.

Selain hal tersebut di ataas,

fotografi (kamera) memiliki

kemampuan merekam benda yang

bergerak dengan sangat cepat yang

tidak dapat ditangkap oleh mata,

memotret benda-benda yang angat

kecil, yang tidah terlihat mata manusia,

kemampuan untuk melukiskan seribu

satu detail dalam sekejap mata,

memiliki kemampuan dalam

menyajikan warna dan proporsi secara

tepat yang sulit diuraikan secara verbal.

Penggunaan atau pemilihan foto baik

berwarna maupun hitam putih

tergantung pesan yang akan

disampaikan. Dalam mengekspresikan

sosok serangga kedalam karya fotografi,

saya sajikan dengan foto berwarn,

karena foto berwarna menyajikan

keadaan yang nyata, realism, dan

mampu menyampaikan pesannya,

dengan demikian warna tersebut

menjadi esensial

Namun, sepertinya mustahil

dapat menghasilkan foto seperti itu jika

tidak mengenal dan memahami dari

masing-masing teknis fotografi dasar.

Fotografi memang bukan segalanya

tentang kamera, namun kamera adalah

alat untuk menyalurkan visi kita itu.

Maka, sekiranya perlu mengenal dan

memahami bagaimana kamera bekerja.

Tugas utama dari kamera adalah

mengatur intensitas cahaya yang masuk

dan pada akhirnya mengenai

film/sensor (selanjutnya saya sebut

medium). Apabila, kamera mengizinkan

terlalu banyak cahaya yang masuk maka

medium akan terbakar (overexposed).

Dan sebaliknya. Bagaimana agar cahaya

yang masuk itu tidak berlebih dan tidak

kurang, atau dengan kata lain ‘pas’.

Berikut saya jabarkan satu-satu.

Makro fotografi adalah seni

mengambil gambar close-up yang

mengungkapkan rincian yang tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang.

Sebagai contoh, sementara kita dapat

Page 99: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

92 | P a g e

melihat serangga terbang di dinding,

mata kami tidak dilengkapi untuk

melihat rincian halus dari bulu wajah

itu. Di sinilah masuk fotografi makro ini

memberi kita gambaran sekilas tentang

dunia yang sangat kecil,

METODE PROSES PENCIPTAAN

Dalam proses penciptaan seni

fotografi, penulis menggunakan

beberapa tahapan untuk mewujudkan

sebuah karya seni yang mengambil

tema “Dunia kecil yang di perbesar”

yaitu:

A. Proses Penciptaan

Ada pun pertimbangan dalam

segala kendala tenis dalam penciptaan

karya ini akan dibagi ke dalam dua

proses, proses lain yang biasa dilakukan

tentunya akan dipersiapkan terlebih

dahulu, survey tempat yang banyak

terdapat serangga, persiapan teknis

fotografer sendiri, alat dan proses

pemotretan.

B. Pengamatan subjektif

Pada tahapan ini di lakukan

observasi yang mendalam tentang jenis

dan anatomi serangga, dan memilih

serangga yang memiliki tekstur kulit

yang menarik, warna yang menarik, dan

bentuk yang unik, seperti:

a. Lebah,

b. capung

c. Kupu-kupu,

d. Belalang, dan masih banyak lagi.

Sehingga nantinya dapat dijadikan karya

seni fotografi makro yang menarik.

C. Proses persiapan

Proses persiapan ini dimulai

dengan survey tempat atau lokasi,

sehingga terdapat berbagai macam

serangga yang akan dijadikan objek

pemotretan. Selain itu dibutuhkan alat

untuk mendukung observasi, secara

umum material yang dibutuhkan adalah

sebagai berikut:

• Kamera DSLR

• Lensa macro 50mm, 85mm, 100mm

• Lighting/ ring flash

• tripod

D. Proses Pemotretan

Tingkatan sangat kecil ketika

fokus pada objek dekat; diafragma kecil

(f8-f22 angka tinggi) seringkali

diperlukan untuk memastikan

kedalaman lapangan. Hal ini

memerlukan baik kecepatan rana yang

rendah atau pencahayaan terang untuk

eksposur benar; di semua tetapi

pencahayaan alami terang jika kontak

yang terlalu lama tidak dianjurkan,

tambahan pencahayaan (seperti dari unit

flash) diperlukan. Uniform pencahayaan

Page 100: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

93 | P a g e

bisa sulit dengan subjek yang sangat

dekat dengan lensa, cincin flash (ring

flash) dipasang di bagian depan lensa.

Mata kita harus peka akan

gerakan-gerakan, dan juga bisa

membedakan mana tiupan angin dan

mana gerakan kecil serangga, dan

mereka pun lebih peka dari kita, jadi

harus bisa memposisikan diri agar tidak

membuat mereka merasa terganggu

Ada beberapa cara saat

mengambil photo serangga saat masih

pagi, dimana serangga-serangga masih

kurang peka karena kurang cahaya, tapi

itu pun sulit kalau kita tidak

menggunakan flash, karena dibutuhkan

kestabilan tangan jika tidak

menggunakan tripod, karena gambar

akan menjadi blur (tidak fokus).

pencipta lebih suka saat ada

matahari, karena pencahayaan akan

bagus, dan speednya akan terekam baik

pada kamera, karena pencipta tidak

menggunakan tripod serta tidak

menggunakan flash (ini hanya karena

bebih mudah bergerak dengan

menggunakan kamera dan lensa saja).

Referensi Makro Fotografi

Sumber : fotografer.net

Sumber : Best fotografi makro

Sumber : fotografer.net

Page 101: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun

94 | P a g e

Sumber : Best fotografi makro

Sumber : fotografer.net

Sumber : fotografer.net

Proses pemotretan makro, dengan cara

membalikan lensa

Daftar Pustaka

Alwi, Audi Mirza. 2004. FotoJurnalistik. Bumi AksaraJakarta.

Marianto,M Dwi. 2006. Quantum Seni.Semarang : Dahara Prize.

Nardi, Leo. 1989. “PenunjangPengetahuan Fotografi”,dalamFotina Fotografi. Bandung.

Soelarko. RM. 1985. Pengantar FotoJurnalistik.Bandung: PT. KaryaNusantara.

Wheeler, Dan W. 1974. Photography :A Handbook of History,Materials, and Processes.London : Holt, Rinehart andWinston Inc.

Page 102: VOLUME 8 NOMOR 1 AGUSTUS 2017 - std-bali.ac.idstd-bali.ac.id/jurnal/Jurnal-New-Media-Vol-8-No-1-Agustus-2017.pdfJURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun