Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

111
Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Transcript of Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016

ISSN: 2088-0324

Vol. 6 No. 1, Januari – Juni 2016 ISSN 2088-0324

JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN

SUSUNAN REDAKSI

Pelindung dan Penasehat

Muslim, S.Sos Ketua Yayasan STKIP Taman Siswa Bima

Dr. Ibnu Khaldun, M.Si. Ketua STKIP Taman Siswa Bima

Penganggung Jawab

Mariamah, M.Pd Ketua LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Tim Penyunting Asriyadin, M.Pd.Si Nanang Diana, M.Pd.

Penyunting Pelaksana

Irfan, M.Or

Furkan.M.Or

Shutan Arie Shandi.M.Pd

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

Dr. Kholiq Mutohir

Alamat Redaksi

Redaksi Jurnal Pendidikan MIPA

LPPM STKIP Taman Siswa Bima

Jln. Lintas Bima – Tente Palibelo. Tlp (0374) 42891

Email: [email protected]

Jurnal Pendidikan Olahraga STKIP Taman Siswa Bima, terbit 2 kali setahun dengan edisi Januari – Juni dan Juli - Desember. Sebagai media informasi,

pemikiran dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pendidikan Olahraga.

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan

ii

JURNAL PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA KESEHATAN

Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2016

ISSN: 2088-0324

DAFTAR ISI

Hubungan Kekuatan Otot Lengan Terhadap Jauhnya

Lemparan Ke Dalam Pada Permaianan Sepak Bola Siswa

Putra Kelas X SMA Negeri 2 Dompu Semester I Tahun

Pelajaran 2014/2015 ................................................................................ 1232 – 1242

RABWAN SATRIAWAN

Pengaruh Tinggi Badan Terhadap Ketepatan Servis Atas

Dalam Permainan Bola Voli ................................................................... 1243 – 1253

SAMSUDIN

Meningkatkan Keterampilan Teknik-Teknik Dalam Permainan

Bola Voli Pada Siswa Kelas V Di SDN Panda Kabupaten Bima

Menggunakan Metode Demonstrasi ............................................................ 1254 – 1261

SRI LASTUTI & SITI MAANI

Survei Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasisiswa

Kelas VIII SMP Negeri 5 Woha dalam Mengikuti Mata

pelajaran Pendidikan Jasmani ................................................................. 1262 – 1280

SHUTAN ARIE SHANDI

Korelasi Antara Fleksibilitas Tubuh Terhadap Kemampuan

Teknik Servis Yang Tepat Dalam Permainan Sepak Takraw ................. 1281 – 1291

AGUSTINUS DAN SAMSUDIN

Meningkatkan Kecepatan Dan Kelincahan Dalam Permainan

Sepak Bola Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada

Siswa Kelas V di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten

Bima ......................................................................................................... 1292 – 1306

SRI LASTUTI & RAFIDIN

Hubungan Antara Keseimbangan Statis Dengan Kecepatan

Tendangan Depan Pada Pencak Silat Perguruan Cempaka

Putih Kota Ternate .................................................................................. 1307 – 1312

ROSLIAH MUHAMMAD

Upaya Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan Dalam

Bermain Sepak Bola Pada Siswa Kelas V SDN Inpres Sie 1

Tahun Pelajaran 2015/2016..................................................................... 1313 – 1324

FURKAN, SHUTAN ARIE SHANDI DAN KHAIRUL AMAR

Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Dengan

Menggunakan Ban Dalam Pembelajaran Pjok Pada Siswa

Kelas IV & V SDN Inpres Diha Tahun Pelajaran 2015/2016................. 1325 – 1332

FURKAN, MIRWAN DAN RABWAN SATRIAWAN

iii

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1231

HUBUNGAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN

ROLL DEPAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3

TIDORE KEPULAUAN

................................................................................................................... 1333-1338

TAHER HAMISI & MAHATMA RAISON PRIBADI

iv

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1232

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP JAUHNYA

LEMPARAN KE DALAM PADA PERMAIANAN SEPAK BOLA SISWA

PUTRA KELAS X SMA NEGERI 2 DOMPU SEMESTER I

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

RABWAN SATRIAWAN

STKIP TAMAN SISWA BIMA [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak ada hubungan yang

signifikan antara kekuatan otot lengan terhadap jauhnya lemparan ke dalam pada

permaianan sepak bola siswa putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu tahun pelajaran

2014/2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif.. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu Tahun

2014/2015 yang berjumlah 118 orang. Teknik pengambilan sampel dengan cara

propotional random sampling dengan pengambilan sebesar 20% agar dapat

mewakili dari jumlah populasi dengan jumlah sampel sebanyak 25 orang. Teknik

analisis data menggunakan analisis analisis statistik korelasi product moment. Hasil

uji korelasi rxy menujukan nilai hitung rxy sebesar 0.983 maka besarnya taraf

signifikan 5% dan N sebesar 25, ternyata besarnya angka batas penolakan hipotesis

nol yang dinyatakan dalam tabel adalah 0.396. Kenyataan ini menujukan bahwa

nilai rxyyang diperoleh dari hasil analisis data sebesar 0,983. Berada di atas angka

batas penolakan hipotesis nol yang besarnya 0,396. (Nilai rxy = 0,983 > r tabel

0,396) maka dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh yang signifikan kekuatan

otot bahu terhadap hasil lemparan kedalam pada permainan sepak bola siswa putra

kelas X SMA Negeri 2 Dompu semester I tahun pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: Kekuatan otot lengan, lemparan ke dalam, sepakbola.

PENDAHULUAN

Permainan sepak bola adalah

salah satu cabang olahraga yang paling

terkenal di dunia, hal ini tidak dapat

dipungkiri, bahkan di Indonesia

olahraga ini sangat banyak peminatnya.

Pertandingan sepak bola tidak hanya

dilaksanakan antar klub saja, namun

sering juga diadakan antar instansi,

antar sekolah dan antar perguruan

tinggi. Pada suatu pertandingan sepak

bola yang dimainkan oleh klub-klub yang terkenal dengan pemain-pemain

yang mempunyai teknik tinggi, seorang

berani membeli karcis walaupun

harganya relatif mahal.

Untuk menjadi pemain sepak bola

yang berprestasi, di samping harus

memenuhi persyaratan fisik yang baik

seperti kekuatan, daya tahan,

kelincahan, kecepatan, kelenturan dan

lain-lain, juga dituntut untuk menguasai

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1233

teknik-teknik dasar yang baik seperti teknik dasar mengiring, menendang,

melempar, mengoper dan

menghentikan serta menyundul bola.

Melempar bola merupakan salah satu

teknik yang kurang mendapat perhatian

oleh para pelatih, padahal teknik

tersebut sering menjadi penyebab

terjadinya gol, karena melempar akan

lebih terarah ke tujuan yang kita

inginkan.

Walaupun lemparan ke dalam

tidak dapat dilakukan untuk mencetak

gol secara langsung dalam permaianan

sepak bola. Jika kita perhatikan, tidak

sedikit para pemain yang mampu

melempar bola dari pinggir garis

samping sampai di depan gawang

lawan sehingga dapat tercipta gol baik

dengan cara ditendang' ataupun

disundul. Kemampuan pemain untuk

dapat melempar bola sedemikian

jauh, kemungkinan besar disebabkan

oleh beberapa faktor seperti

kelenturan otot punggung, kekuatan

ataupun daya ledak otot bahu, sikap

dan posisi badan saat melakukan

lemparan ke dalam dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut di

atas penulis terdorong untuk

melaksanakan penelitian tentang

“Hubungan kekuatan otot lengan

terhadap jauhnya lemparan ke dalam

pada permaianan sepak bola siswa putra

kelas X SMA Negeri 2 Dompu tahun

pelajaran 2014/2015”.

Kajian Pustaka

Menurut Sucipto, dkk. (2000: 7),

sepakbola merupakan permainan

beregu, masing-masing regu terdiri atas

sebelas pemain, dan salah satunya

penjaga gawang. Permainan ini hampir

seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai kecuali penjaga

gawang yang diperbolehkan

menggunakan tangannya didaerah

hukumannya.

Menurut Agus Salim, yang di

kutip oleh Subagyo Irianto, dkk (2010:

6), bahwa pada dasarnya sepakbola

adalah olahraga yang memainkan bola

dengan kaki yang dilakukan dengan

tangkas, cepat, dan baik. Tujuan

sepakbola mencetak gol sebanyak-

banyaknya sesuai aturan yaitu selama

dua kali 45 menit.

Dapat disimpulkan bahwa

sepakbola adalah permainan beregu,

masing-masing regu terdiri atas sebelas

pemain dan salah satunya penjaga

gawang. Permainan ini hampir

seluruhnya dimainkan dengan kaki,

kecuali penjaga gawang. Sepakbola

bertujuan mencetak angka sebanyak

mungkin selama dua kali 45 menit.

Kemenangan diperoleh apabila tim

yang paling banyak mencetak gol ke

gawang lawan.

Dari beberapa pendapat para ahli

di atas dapat disimpulkan bahwa sepak

bola merupakan olahraga yang

berbentuk permainan dan dimainkan

oleh 11 orang dalam satu tim atau regu.

Permainan ini dapat dimainkan oleh

anak-anak, dewasa dan orang tua baik

laki-laki maupun perempuan.

Seorang pemain sepak bola, agar

mencapai prestasi yang baik dituntut

memenuhi persyaratan fisik, Teknik,

taktik dan mental yang baik.

Persyaratan fisik yang dimaksud antara

lain kekuatan, daya tahan, kelincahan,

kecepatan, sedangkan yang

berhubungan dengan faktor mental dan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1234

taktik, diperlukan kerjasama yang baik dalam suatu pelaksanaan pertandingan.

Di samping faktor-faktor tersebut di

atas, faktor teknik juga sangat penting

untuk mendapatkan perhatian dalam

upaya pembinaan prestasi sepak bola.

Adapun beberapa macam teknik dasar

yang perlu mendapat perhatian,

menurut Subagyo Irianto, dkk (2010:

24) adalah sebagai brikut:

1. Teknik gerak tanpa bola

Teknik gerak tanpa bola terdiri:

a) Teknik lari

b) Teknik melompat

c) Teknik gerak tipu badan

2. Teknik gerak dengan bola

Tenik gerak dengan bola terdiri

dari:

a) Teknik menendang

b) Teknik menerima bola

c) Teknik menggiring bola

d) Teknik menembak kearah

sasaran

Sedangkan Sucipto (2000: 32)

menyebutkan ada beberapa Teknik

dasar dalam permainan sepak bola

yakni :

1. Teknik Badan, yang terdiri dari :

a) Teknik lari

b) Teknik lompat

c) Gerak tipu dengan badan

d) Sikap pertahanan

2. Teknik Dengan Bola, yang terdiri

dari:

a) Shooting (menendang bola)

Menurut Danny Mielke (2009:

67), bahwa seorang pemain harus

menguasai keterampilan gerak dasar

menendang bola dan selanjutnya

mengembangkannya. Seorang pemain

yang memiliki keterampilan shooting

yang baik tidak akan kesulitan untuk

melakukan tendangan shooting ke arah gawang dari berbagai posisi di

lapangan.

Selanjutnya Danny Mielke

(2009: 68), ketika melakukan shooting

dekati bola dari arah yang sedikit

menyamping. Usahakan langkah kaki

pendek-pendek dan cepat.

Tempatkanlah kaki yang menjadi

tumpuan kira-kira satu langkah di

samping bola dengan ujung kaki

menghadap ke gawang. Tariklah kaki

yang digunakan untuk menendang ke

belakang tubuh dengan di tekuk 90

derajat. Usahakan posisi lutut, tubuh,

dan kepala sejajar dengan bola.

Pergelangan kaki terkunci dan ujung

kaki menghadap ke bawah. Ayunkan

kaki mengikuti garis lurus tendangan.

Pertahankan ujung kaki tetap lurus

sampai mendarat di tanah. Momentum

tendangan harus membawa tubuh maju

ke depan melebihi titik persentuhan.

Gunakan kaki untuk menendang

sebagai tumpuan untuk mendarat.

b) Heading (menyundul bola)

Menurut Danny Mielke (2009:

49), bahwa salah satu ciri unik dalam

sepakbola adalah kepala boleh

digunakan untuk memainkan bola di

udara. Para pemain bisa melakukan

heading ketika sedang meloncat,

melompat ke depan, menjatuhkan diri

(diving), atau tetap diam. Heading

berfungsi mengarahkan bola dengan

tajam ke gawang atau mengoper ke

pemain satu tim.

Dalam menyundul bola kepala

dapat digunakan secara efektif untuk

mengarahkan bola yang melambung di

udara. Jika dilakukan dengan baik dan

benar teknik ini tidak membuat pemain

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1235

kesakitan. Teknik menyundul ini dapat dilakukan untuk mengoper bola ke arah

pemain lain atau mengarahkan bola ke

gawang (Robert Koger, 2007: 33).

Dari pendapat di atas dapat

diambil kesimpulan bahwa heading

merupakan keterampilan dasar

memainkan bola di udara dengan

kepala. Heading dapat berfungsi untuk

mencetak angka atau sekedar memberi

operan kepada pemain satu tim.

c) Trapping (menahan)

Menurut Danny Mielke (2009:

29), trapping terjadi ketika seorang

pemain menerima passing atau

menyambut bola dan kemudian

mengontrolnya. Sehingga pemain

tersebut dapat bergerak dengan cepat

untuk melakukan dribbling, passing,

atau shooting. Saat melakukan trapping

pemain menggunakan bagian tubuh

yang sah (kepala, tubuh, dan kaki).

Menurut Robert Koger (2007:29),

bahwa trapping adalah menghadang

bola yang melaju ke arah pemain baik

menggunakan kepala, dada, paha, dan

kaki pemain. Maka dapat disimpulkan

bahwa trapping adalah keterampilan

gerak dasar bermain sepakbola yang

dilakukan seorang pemain sepakbola

ketika menerima bola dari pemain lain.

1) Trapping Menggunakan Kaki

Bagian Dalam

Dalam melakukan kontrol bola

pemain dapat melakukan dengan

berbagai cara salah satunya dengan kaki

bagian dalam. Kebanyakan situasi di

lapangan yang penuh tekanan dari

pemain lawan memungkinkan seorang

pemain melakukan trapping dengan

kaki bagian dalam. Trapping

menggunakan kaki bagian dalam,

memberikan peluang yang baik terhadap pemain untuk memainkan bola

dengan cepat, membawa bola ataupun

mengoper bola ke pemain satu tim.

Menurut Danny Mielke (2009: 30),

dalam melakukan trapping

menggunakan kaki bagian dalam

koordinasi mata dan kaki sangat

penting. Perhatikan bola saat mendekat

dan tempatkan kaki segaris dengan arah

bola yang datang. Posisi tubuh harus

tetap seimbang di atas kaki yang tidak

menerima bola. Pada saat bola datang

gunakan kaki bagian dalam dengan

melemaskan kaki dan tariklah kaki ke

belakang untuk menyerap kekuatan

bola tersebut. Kemudian ambilah posisi

untuk melakukan permainan.

2) Trapping Menggunakan Dada

Menurut Danny Mielke (2009: 33),

bahwa ketika melakukan trapping

terhadap bola di udara gunakan prinsip

yang sama seperti teknik trapping di

tanah. Melakukan trapping pada saat

bola di udara dapat dilakukan dengan

dada hal itu jauh lebih baik dari pada

harus mengangkat kaki, jika meleset

dapat diambil lawan.

Selanjutnya Danny Mielke (2009:

33), dalam melakukan trapping

menggunakan dada, perhatikan bola

ketika mendekat dan tentukan arah

gerakan untuk menerimanya. Posisikan

tubuh benar-benar seimbang dan sejajar

dengan bola. Ketika bola datang

sentuhlah bola dengan melemaskan

tubuh dan jangan melawan kekuatan

bola akan tetapi seraplah kekuatan bola.

Jatuhkan bola tepat dihadapan pemain

untuk melanjutkan permainan dengan

cepat.

d) Dribling (menggiring bola)

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1236

Menggiring bola (dribbling) ialah mengulingkan bola di tanah sambil

berlari. Meskipun menggiring bola

hanya dilakukan dalam keadaan

terpaksa, tetapi setiap pemain sepakbola

harus dapat melakukan dengan baik.

Menurut Robert Koger (2007: 51),

bahwa Dribbling adalah metode

menggerakkan bola dari satu titik ke

titik lain di lapangan menggunakan

kaki. Dalam melakukan dribbling bola

harus selalu dekat dengan kaki pemain

agar mudah dikontrol. Pemain tidak

harus selalu melihat bola akan tetapi

melihat sekeliling lapangan, mengawasi

situasi lapangan, dan melihat

pergerakkan pemain lawan.

Menurut Danny Mielke (2009: 1),

bahwa “dribbling adalah keterampilan

gerak dasar dalam permainan

sepakbola”. Dalam melakukan

dribbling pemain harus mampu

menguasai bola saat bergerak, berdiri,

atau bersiap melakukan operan. Maka

dapat disimpulkan bahwa dribbling

dalam permainan sepakbola merupakan

penguasan bola dengan kaki saat

pemain bergerak di dalam lapangan

permainan. Adapun cara melakukan

teknik dribbling sebagai berikut:

1) Dribbling Menggunakan Sisi

Bagian Dalam

Menurut Danny Mielke (2009: 2),

bahwa dribbling menggunakan kaki

bagian dalam memungkinkan seorang

pemain dapat menggunakan sebagian

besar permukaan kaki, sehingga

penguasaan bola menjadi besar.

Melakukan dribbling dengan kaki

bagian dalam akan menjaga bola

diantara kedua kaki dan memberikan

perlindungan yang lebih baik dari lawan.

Selanjutnya Danny Mielke (2009:

2), bahwa dalam melakukan dribbling

menggunakan kaki bagian dalam.

Sentuhlah bola dengan kaki bagian

dalam dan posisikan kakimu tegak

lurus dengan bola. Tendanglah bola

dengan pelan untuk menguasai arah

bola. Ketika melakukan dribbling

dengan kaki usahakan bola tetap berada

didekat kaki. Pertahankan bola tetap

dalam jarak satu langkah. Pertahankan

kepala tetap tegak dan fokuskan

pandangan mata ke depan.

2) Dribbling Menggunakan Sisi

Kaki Bagian Luar

Menurut Danny Mielke (2009: 4),

bahwa driblling menggunakan kaki

bagian luar ini berfungsi untuk

mengontrol bola pada saat pemain

sedang berlari, dan pada saat

mendorong bola untuk mengusai bola

tetap berada di sisi bagian luar kaki.

Pemain yang baik mampu melakukan

dribbling kaki bagian luar secara

bergantian dengan kaki bagian dalam,

tanpa harus mengurangai kecapatan lari

dan kontrol bola.

Selanjutnya Danny Mielke (2009:

4), bahwa posisi tubuh sangat penting

dalam melakukan dribbling

menggunakan sisi kaki bagian luar.

Dalam melakukan dribbling

menggunakan sisi kaki bagian luar

usahakan tetap menjaga keseimbangan

tubuh. Usahakan jarak antara kedua

kaki tidak terlalu jauh pada saat

mendorong bola ke depan. Pandangan

mata.

3) Dribbling Menggunakan Kura-

kura Kaki

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1237

Menurut Robert Koger (2007: 51), bahwa Dribbling adalah metode

menggerakkan bola dari satu titik ke

titik lain di lapangan menggunakan

kaki. Dalam melakukan dribbling bola

harus selalu dekat dengan kaki pemain

agar mudah dikontrol.

Menurut Danny Mielke (2009: 5),

bahwa dribbling menggunakan kura-

kura kaki digunakan pada saat pemain

ingin bergerak cepat di lapangan. Pada

saat kaki bergerak ke depan,

turunkanlah sedikit ujung jari kaki dan

sentuhlah bola menggunakan kura-kura

kaki.

e) Throw in (lemparan kedalam)

Selanjutnya dijelaskan bahwa

lemparan kedalam (throw in) dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu :

1) Posisi tangan

a. Kedua tangan diletakkan pada

samping bola dan saling

berhadapan

b. Kedua tangan diletakkan

berdampingan pada bagian bola

yang berlawanan dengan arah

lemparan

2) Posisi kaki

a. Kedua kaki diletakkan dengan

posisi kedua ujung kaki sejajar

dengan garis samping (melempar

dengan berdiri ditempat)

b. Salah satu kaki diletakkan

didepan kaki yang lain. Kedua

kaki diletakkan dengan posisi

kedua kaki sejajar dengan garis

samping dan Inside Foot dari kaki

depan menghadap lapangan

c. Kedua kaki diletakkan dengan

posisi kedua kaki sejajar dengan

garis samping Outside Foot dari

kaki dengan menghadap kedalam

lapangan. 1. Kekuatan Otot Lengan

Kekuatan merupakan salah satu

unsur dari aspek fisik yang

memberikan hubungan terhadap

peningkatan kemampuan penampilan

seseorang. Hampir semua cabang

olahraga membutuhkan unsur

tersebut, seperti sepakbola, bolavoli,

panjat tebing, dayung, karate, pencak

silat,. tae kwon do dan sebagainya

digunakan pada saat menendang

(kekuatan otot tungkai). Sedangkan

kekuatan otot lengan dibutuhkan pada

saat mengangkat beban, menolak,

melempar dan Iain-lain pada setiap

cabang olahraga yang memerlukan

gerakan-gerakan tersebut.

Mengenai pengertian tentang

kekuatan, ada beberapa pakar

memberikan definisi sebagai berikut :

Menurut Sajoto (2001: 37), yang

dimaksudkan dengan kekuatan otot

lengan adalah kemampuan seorang atlet

pada saat menggunakan otot- ototnya

menerima beban dalam waktu kerja

tertentu.

Suharno (2003: 24)

menyatakan bahwa kekuatan otot

lengan adalah kemampuan otot untuk

dapat mengatasi tahanan/beban,

menahan atau memindahkan beban

dalam menjalankan aktifitas olahraga.

Dari beberapa pengertian

tesebut di atas dapat dijabarkan pula

bahwa kekuatan otot lengan adalah

kemampuan otot untuk dapat

mengatasi beban dengan berat dan

waktu tertentu.

a. Macam-macam kekuatan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1238

Ditinjau dari aktifitas geraknya menurut Suharno (2003: 29) kekuatan

terdiri dari beberapa macam, yakni:

1) Kekuatan maksimal, yaitu

kemampuan otot dalam kontraksi

maksimal serta dapat

melawan/menahan dan

memindahkan beban maksimal

pula (dalam perlombaan angkat

besi)

2) Explosive power (kekuatan daya

ledak) ialah kemampuan sebuah

atau sekolompok otot untuk

mengatasi tahanan beban dengna

kecepatan tinggi dalam satu gerakan

yang utuh.

3) Daya tahan kekuatan (power

endurance) adalah kemampuan

tahan lamanya kekuatan otot

untuk melawan tahanan beban

yang tinggi intensitasnya

(mendayung, balap sepeda,

berenang)

b. Faktor-faktor penentu baik

tidaknya kekuatan

Suharno (2003: 30)

mengatakan bahwa ada beberapa

faktor yang dapat menentukan baik

atau tidaknya kekuatan, yaitu antara

lain:

1) Besar kecilnya potongan melintang

otot.

2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja

dalam melawan beban

3) Besar kecilnya rangka tubuh

4) Keadaan zat kimia dalam otot

(glycogen, ATP)

5) Umur dan jenis kelamin

6) Latihan yang intensif

c. Ciri-ciri umum latihan kekuatan otot

lengan

Dalam memberikan latihan kekuatan, Suharno (2003: 30)

menyatakan harus memenuhi ciri-ciri

umum sebagai berikut :

1) Harus melawan/menahan beban

berat badan sendiri atau tambahan

beban diluar berat badan (barbell,

dumbell, push up dll).

2) Isotonik dengan gerak dinamis

3) Isometrik dengan gerak statis

4) Isokinetik

5) Mengangkat, mendorong, menarik,

menahan dan menggendong beban

2. Lemparan ke dalam (Throw in)

a. Pergertian Lemparan ke Dalam

(Throw in)

Lemparan ke dalam merupakan

salah satu cara untuk memulai kembali

permainan dalam sepak bola dengan

cara melempar bola menggunakan

tangan. Lemparan ke dalam yang

dilatih terus-menerus sehingga

memiliki akurasi yang baik dan tenaga

yang cukup, dapat menjadi senjata

untuk membuka peluang dalam

mencetak gol.

Ada beberapa pakar yang

memberikan definisi sebagai berikut :

Menurut Sajoto (2001: 41), yang

dimaksudkan dengan lemparan ke

dalam adalah kemampuan seorang

atlet pada saat menggunakan otot-

ototnya pada saat bermain dan

melakukan lemparan sejauh mungkin

dalam waktu kerja tertentu. Sedangkan

Suharno (2003: 35) memberikan

pengertian bahwa lemparan ke dalam

adalah kemampuan pemain untuk

membangkitkan tegangan terhadap

suatu tahanan untuk membuka

peluang dalam mencetak gol.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1239

b. Teknik lemparan ke dalam (throw in)

Teknik melakukan throw in atau

lemparan kedalam pada permainan

sepak bola bukanlah suatu hal yang

bisa dilakukan dengan mudah. Dengan

teknik yang tepat, sebuah gol bisa

berawal dari sebuah lemparan kedalam.

Lemparan kedalam memang terlihat

sederhana. Namun, setiap pemain yang

akan melakukannya harus terlebih

dahulu memahami beberapa hal penting

tentang lemparan kedalam, seperti cara

melempar yang baik dan benar, kepada

siapa harus memberikan bola dan yang

paling penting adalah harus mengetahui

aturan dalam melakukan lemparan

kedalam.

Berikut ini adalah peraturan

dalam melakukan lemparan kedalam

pada permainan sepak bola:

1) Pemain harus melemparkan bola

dengan kedua tangan.

2) Posisi bola sebelum dilempar berada

dibelakang kepala dan dilepas

melewati atas kepala.

3) Arah lemparan harus menghadap ke

dalam lapangan.

4) Kedua maupun salah satu kaki tidak

boleh diangkat atau melakukan

lompatan pada saat melakukan

lemparan.

Oleh karena itu perlu beberapa

teknik untuk melakukan lemparan

kedalam dengan baik dan benar serta

dapat dimanfaatkan oleh teman satu tim

untuk dikonfersikan menjadi sebuah

peluang bahkan menjadi sebuah gol.

1) Sebelum melakukan lemparan

pikirkan terlebih dahulu dengan

cepat kepada siapa atau kemana

akan memberikan bola, jangan

tergesa – gesa untuk segera melakukan lemparan, tidak tergesa –

gesa bukan berarti lambat, tetapi

pemain tidak boleh gegabah dalam

melakukan lemparan. Pemain juga

dapat mengelap bola bila keadaan

bola licin karena keadaan bola yang

licin dapat mempengaruhi akuransi

dan kekuatan lemparan.

2) Lemparan kedalam harus dilakukan

dengan kedua tangan sementara

kedua kaki harus tetap menginjak

tanah. Jika ingin melempar dengan

keras pelempar bisa berlari terlebpih

dahulu untuk mengambil ancang-

ancang, hal ini bertujuan untuk

menambah kekuatan lemparan.

Selain itu, lemparan harus sulit

dijangkau oleh lawan terutama

dengan heading, untuk itu pelempar

dapat melemparkan bola tersebut

agar menimbulkan efek menukik,

sehingga bisa memberikan umpan

yang tepat kepada teman, pelempar

juga dapat memanfaatkan lemparan

jauh ini untuk memberikan umpan

seperti umpan crossing, dengan

catatan posisi lemparan kedalam

dekat dengan gawang.

Jika ingin memberikan bola

pada teman yang posisinya dekat

dengan pelempar, cukup melempar

dengan pelan, usahakan tepat di dada,

paha, atau kakinya sehingga mudah di

kuasai. Pelempar juga bisa melakukan

umpan terobosan dengan melempar

bola ke ruang kosong yang mudah bagi

teman untuk menjangkaunya dengan

berlari, karena pada saat melakukan

lemparan kedalam, peraturan off side

tidak berlaku, maka pelempar bebas

melemparkan kemana saja bola tersebut

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1240

dan tidak perlu khawatir teman pelempar akan terjebak off side. Tips

untuk melakukan lemparan kedalam

adalah, segera melakukan lemparan

pada saat lawan belum berkonsentrasi,

tetapi tidak boleh tergesa-gesa, dan

teman yang diberi bola harus siap untuk

memanfaatkan umpan dari pelempar.

Hal ini sangat penting terutama pada

saat tim pelempar sedang tertinggal dan

harus segera mencetak gol, selain itu

juga dapat menghemat waktu beberapa

detik, karena setiap detik dalam

pertandingan sepak bola sangatlah

berarti.

Tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui ada atau tidak ada hubungan

yang signifikan antara kekuatan otot

lengan terhadap jauhnya lemparan ke

dalam pada permaianan sepak bola

siswa putra kelas X SMA Negeri 2

Dompu tahun pelajaran 2014/2015.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif yang bersifat

kuasal komparatif. Penelitian kuasal

komparatif merupakan penelitian yang

diarahkan untuk menyelidiki hubungan,

sebab akibat berdasarkan pengamatan

terhadap akibat yang terjadi dan

mencari factor yang menjadi penyebab

malalui data yang dikumpulkan. Dalam

penelitian ini pendekatan dasarnya

adalah memulai dengan adanya

perbedaan dua kelompok dan kemudian

mencari faktor yang mungkin menjadi

penyebab atau akibat dari perbedaan

tersebut.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang hasil

lemparan kedalam pada permainan

sepak bola sebagai variabel terikat

dalam penelitian ini adalah

instrumen tes, yaitu tes lemparan

kedalam pada permainan sepak bola

yang dilakukan sebanyak tiga kali

dan hasil yang terbaik yang diambil

sebagai data penelitian. Pelaksanaan

tes lemparan kedalam ini di lakukan

dari garis pinggir lapangan, dilakukan

sedemikian rupa seperti pada

pertandingan sepak bola. Sedangkan

untuk memperoleh data-data tentang

kekuatan otot lengan sebagai variabel

bebas dilakukan dengan tes push-up.

Adapun alat-alat penunjang

instrumen penelitian untuk metode

tes kekuatan otot lengan dan

lemparan kedalam pada permainan

sepak bola adalah sebagai berikut:

1. Alat pengukur (meteran)

2. Lapangan

3. Bola

4. Alat tulis.

5. Pluit

6. Bendera, dan

7. Rool meter.

Sumber data dalam penelitian

ini adalah hubungan yang signifikan

antara kekuatan otot lengan dan

jauhnya lemparan ke dalam.

Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan tes lemparan kedalam

pada permainan sepak bola yang

dilakukan sebanyak tiga kali dan

hasil yang terbaik yang diambil

sebagai data penelitian. Sedangkan

mengukur kekuatan otot lengan

dengan cara melakukan push-up

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1241

selama satu menit. Tenik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis statistik Korelasi Product

Moment dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

rxy =

N x y xy

N x 2 ( x

2 ) y

2 (y

2 )

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara

variabel X dan variabel Y N = Jumlah sampel yang diteliti

nol yang besarnya 0,396. (Nilai rxy =

0,983 > r tabel 0,396) maka dapat

disimpulkan bahwa “ada hubungan

yang signifikan kekuatan otot bahu

terhadap hasil lemparan ke dalam pada

permainan sepak bola siswa putra kelas

X SMA Negeri 2 Dompu tahun

pelajaran 2014/2015”. PEMBAHASAN

Penelitian tentang faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi hasil

lemparan kedalam pada permaianan

sepak bola penting dilakukan karena

kemampuan jauhnya lemparan kedalam x

y

x2

y 2

xy

= Jumlah skor variabel X

= Jumlah skor variabel Y

= Jumlah kuadrat variabel X

= Jumlah kuadrat variabel Y

= Jumlah perkalian variabel X

dan variabel Y (Suharsimi Arikunto, 2002: 177).

dapat membantu terciptanya gol. Dalam

permainan sepak bola, apabila terjadi

lemparan ke dalam di dekat garis

gawang maka bola dapat dilempar

kedepan mulut gawang sehingga

berpeluang untuk menciptakan gol baik

di lakukan dengan mungunakan

tendangan ataupun dengan sundulan

(heading).

Penelitian yang bertujuan

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis data dengan uji

korelasi dua variabel penelitian

mengunakan teknik Korelasi Produt

Moment, diperoleh nilai hitung xy

sebesar 0.983, dengan besarnya angka

pada tabel nilai r dengan taraf

signifikan 5% dan N = 25 adalah 0,396.

Dari hasil uji korelasi rxy menujukan

nilai hitung rxy sebesar 0.983 maka

besarnya taraf signifikan 5% dan N

sebesar 25, ternyata besarnya angka

batas penolakan hipotesis nol yang

dinyatakan dalam tabel adalah 0.396.

Kenyataan ini menujukan

bahwa nilai rxyyang diperolemh dari

hasil analisis data sebesar 0,983. Berada

di atas angka batas penolakan hipotesis

“Mengetahui hubungan kekuatan otot

bahu terhadap hasil lemparan kedalam

pada permainan sepak bola pada siswa

putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu

tahun pelajaran 2014/2015”. Ini

menujukan bahwa ada hubungan yang

signifikan kekuatan otot bahu terhadap

jauhnya lemparan ke dalam pada

permainan sepak bola, hal ini menjadi

informasi penting bagi para guru

pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan serta pelatih dalam

melakukan pemanduan bakat terhadap

para siswa. Dalam pelaksanaan latihan,

perhatikan terhadap kekuatan otot bahu

perlu diberikan latihan karena telah

terbukti dapat meningkatkan jauhnya

lemparan kedalam pada permainan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1242

sepak bola. Pelaksanaan latihan harus menerapkan prinsip-prinsip latihan

yang benar agar tujuan latihan dapat

dicapai secara optimal. Latihan-latihan

untuk meningkatkan kekuatan otot bahu

dapat dilakukan baik dengan beban

badan sendiri maupun dengan bantuan

alat.

SIMPULAN

Berdasarkan pada analisis data

untuk menjawab hipotesis penelitian

yang diajukan, diperoleh. Berdasarkan

taraf signifikan ternyata angka batas

penolakan hipotesis Nol yang

dinyatakan dalam tabel nilai-nilai r

Product Moment besarnya adalah

0,396. Dengan demikian maka

hipotesis nol ditolak dan hipotesis

alternatif yang mengatakan “Ada

hubungan yang signifikan kekuatan otot

lengan terhadap jauhnya lemparan ke

dalam pada permainan sepak bola siswa

putra kelas X SMA Negeri 2 Dompu

tahun pelajaran 2014/2015 diterima.

Hal ini berarti kekuatan otot

lengan merupakan salah satu faktor

yang mempunyai pengaruh terhadap

jauhnya lemparan kedalam pada

permainan sepak bola.

DAFTAR PUSTAKA

Danny Mielke. (2009). Dasar-dasar

sepakbola. Bandung: Pakar Raya

Pakarnya Pustaka

Robert Koger. (2007). Latihan dasar

andal sepakbola remaja latihan dan

keterampilan andal untuk

pertandingan dasar yang lebih baik.

(Terjemahan Arif Subiyanto).

Klaten: Sakha Mitra.

Sajoto Muhamad. 2001. Pembinaan

Kondisi Fisik Dalam Olahrasa.

Jakarta. Depdikbud. Dirjen Dikti.

Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga Kependidikan.

Subagyo Irianto, dkk. (2010).

Standarisasi Kecakapan Bermain

Sepakbola untuk SSB KU 14-15

tahun. Yogyakarta: FIK UNY.

Sucipto, dkk. (2000). Sepakbola

Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi.

Suharno HP. 2003. Metodologi

Pelatihan. Jakarta. Pusat

Pendidikan dan Penatara. Jakarta.

Koni Pusat.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur

Penelitian, Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta. Rineka Cipta

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1243

PENGARUH TINGGI BADAN TERHADAP KETEPATAN SERVIS ATAS

DALAM PERMAINAN BOLA VOLI

SAMSUDIN Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: “ingin mengetahui

apakah ada pengaruh tinggi badan terhadap ketepatan servis atas dalam permainan

bola voli”. Adapun variabel dari penelitian ini adalah variabel bebas yaitu tinggi

badan dan variabel terikat yaitu ketepatan servis atas. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini

siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5 Mataram tahun pelajaran 2009/2010 dengan

jumlah 120 orang siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunkan proporsional random sampling. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah mengkur tinggi badan dan tes servis atas dalam permainan bola

voli. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

analisis statistik dengan rumus korelasi product moment. Dari hasil perhitungan

ternyata menunjukkan bahwa nilai r hitung yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah lebih besar dari nilai r tabel. Maka kesimpulan analisis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut: “Ada pengaruh tinggi badan terhadap ketepatan servis atas

dalam permainan bola voli pada siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5 Mataram

tahun pelajaran 2009/2010”.

Kata Kunci: Tinggi Badan, Ketepatan servis Atas, dan Permainan Bola Voli.

PENDAHULUAN

Permainan bola voli merupakan

olahraga yang dimainkan oleh dua regu

dalam tiap lapangan permainan

dipisahkan oleh net dan bertujuan agar

setiap regu melewatkan bola secara

teratur, melalui atas net sampai bola

menyentuh lantai didaerah lawan dan

mencegah agar bola dilewatkan tidak

menyentuh lantai dalam lapangan

sendiri. Meskipun sifatnya beregu,

tetapi kemahiran individu akan

mempermudah melakukan kerjasama

untuk mencapai hasil akhir yang baik.

Untuk dapat memulai suatu permainan bola voli, hendaknya

terlebih adahulu mengetahui dan

mengajarkan teknik dasar dalam

permaian itu sendiri. Teknik dasar

permainan bola adalah bagian dasar

dalam permaian mutlak diperlukan,

sebab jika salah teknik maka dianggap

melakukan pelanggaran. Jadi

penguasaan teknik yang benar sanagat

menentukan prestasi atau menentu

kemenangan. Adapun teknik dasar

dalam permaian bola voli meliputi:

servis, passing, block dan smash/spike.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1244

Berbicara masalah servis tidak lepas dari postur tubuh karena

bagaimanapun juga keberhasilan dalam

permainan bola voli merupakan

rangkaian sistem yang menunjang,

tidak bisa lepas antara satu dengan

yang lainnya. Dengan kata lain, atlit

yang mampua meraih prestasi yang

baik adalah gabungan dari beberapa

aspek seperti teknik, mental maupun

fisik itu sendiri.

Banyak hal yang berkaitan

dengan kondisi fisik tersebut, salah satu

diantaranya adalah tinggi bbadan.

Namun demikian, penulis belum

mengetahui dengan jelas dan pasti

sejauh mana tinggi badan dapat

berpengaruh secara signifikan terhadap

ketepatan servis atas. Hal inilah yang

menarik bagi penulis untuk

mengadakan penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh metode tinggi badan

terhadap ketepatan servis atas dalam

permainan bola voli pada siswa kelas

VII Putra SMP Negeri 5 Mataram tahun

ajaran 2009/2010.

KAJIAN PUSTAKA

a. Tinggi Badan 1. Pengertian Tinggi Badan

Menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, tinggi badan terdiri dari dua

kata yaitu: Tinggi dan Badan. Tinggi

artinya jauh antara sebelah bawah atau

lawan dari rendah. Sedangkan badan

segenap jasad manusia (Alwi, 2001:

57). Jadi yang dimaksud dengan tinggi

badan adalah segenap jasad manusia

atau pokok tubuh manusia yang dilihat

dari batas bagian kaki sampai batas

bagian kepala. Sedangkan menurut

Krisdalaksana (1999:411)

mengemukakan pula bahwa, tinggi

badan adalah segenap/ jasad atau pokok

tubuh manusia yang diukur mulai dari bagian kaki sampai dengan bagian

kepala.

2. Alat dan Teknik mengukur Tinggi

Badan

a) Alat mengukur tinggi badan.

b) Teknik mengukur tinggi badan.

Sebelum melakukan pengukuran

terlebih dahulu ditentukan tanda

frendkfurt. Garis tersebut ditarik dari

pangkal telinga sebelah atas kepinggir

lekuk mata bagian bawah. Tanda ini

dibuat dari muka sebelah kanan

(ketentuan dari ICSPFT tentang

mengukur Antropommetri). Biasanya,

untuk efisiensi pengukuran tanda yang

sebenarnya tidak perlu dibuat. Jadi

cukup membayangkan ada garis yang

menghubungkan pangkal telinga bagia

atas dengan pinggir lekuk mata bagian

bawah. Garis tersebut dalam posisi

mendatar (horizontal).

Adapun langkah-langkah dalam

mengukur tinggi badan adalah sebagai

berikut:

1) Kedua tumit diukur berdiri tegak di

atas stadiometer membelakangi dan

merapat ke alat pengukur telinga.

2) Kedua tumit bersentuhan satu sama

lain, ujung kakki depannya sedikit

membuka (± 300) dan mata

menghadap lurus kedepan sehingga

posisi garis frankfurt mendatar

(horizontal). 3) Rapatkanlah penanda atau pengukur

tinggi badan dan kepala.

4) Kemudian bacalah hasil pengukuran

itu pada skala yang tertera pada

pengukur tadi.

Sikap dan cara tersebut diatas,

juga dikerjakan demikian seandainya

pengukur tinggi badan menggunakan

dinding atau pengukur lainnya. Tinggi

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1245

badan dicatat sampai bilangan persepuluh sentimeter, seperti 145,5;

161,5; 123,7 dst.

b. Servis Atas

1. Pengertian Servis Atas.

Servis atas adalah cara

memperaktekan pukulan permulaan

dari daerah servis dengan memeukul

bola, dari atas kepala sebagai usaha

menghidupkan bola ke dalam

permainan (Syarifuddin, 1997: 59).

Dengan demikian maka yang

dimaksud dengan servis atas adalah

melakukan tindakan menghidupkan

bola dalam permainan dengan memukul

bola dari atas kepala yang dilakukan

dengansatu atau dua tangan melalui

bagaian atas net.

Pukulan servis atas banyak sekali

variasinya, bola dapat dilambungkan

dengansatu tangan atau dua tangan

tinggi lambungan tergantung dari

maksud pukulan dan kesenangan

pribadi pemain. Namun pada prinsipnya

harus diusahakan agara bola

dilambungkan sedemikian rupa

tingginya, sehingga seluruh rangkaian

gerakan memukul menjadi satu gerakan

yang tidak terputus-putus.

2. Teknik Pelaksanaan Servis Atas

Adapun cara melakukan servis

atas dalam permainan bola voli adalah

sebagai bberikut:

a) Berdiri tegak, sikap tubuh

menghadap jaring, jarak kedua kaki

selebar bahu.

b) Bola dipegang denga tangan kiri,

tangan kanan diayunkan keatas

belakang kepala.

c) Lemparkan bola keatas setinggi jangkauan tangan pukul.

d) Pukul bola dengan cambukan

telapak tangan.

e) Bola dipukul pada bagian tengah

belakang otot perut membantu

kekuatan pukulan terhadap bola.

f) Setelah memukul bola berat badan

dipindahkan kekaki depan.

Kesalahan-kesalahan umum pada

mendekati servis atas:

a) Servis dilakukan secara tergesa-gesa

tampa perhitungan, dan kurang

konsentrasi.

b) Lemparan bola terlalu jauh kedepan.

c) Pandangan tidak mengawasi bola

(Kosasih, 1997: 71).

c. Permmainan Bola Voli

1. Pengertian Bola Voli

Bola voli adalah permainan yang

dilakukan oleh dua regu, yang masing-

masing terdiri dari enam orang. Bola

dimainkan di udara denga melewati net,

setiap regu hanya bisa memainkan bola

tiga kali pukulan (Dian Aksara, 2008:

24). Ahli lain mengemukakan

permainan bola voli adalah permainan

dengan memukul bola secara serentak

atau langsung. Artinya, bola dipukul

setelah jatuh ketanah (Syarifuddin,

1997: 57).

Bola voli dalam penelitian ini

adalah permainan yang dilakukan oleh

dua regu terdiri dari enam orang

dimana bola dimainkan diudara dengan

melewati net dan setiap regu hanya bisa

memainkan bola tiga kali pukulan.

2. Sejarah Permainan Bola Voli

Permainan bola voli adalah suatu

bentuk permainan, yang diciptakan tahu

1895 di Holiyoke (Amerika Bagian

Timur) oleh Willian G. Morgan

pembina pendidikan jasmani pada

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1246

Young Men Cristian Assiciation (YMCA).

Permainan bola voli sangat cepat

berkembangnnya sehingga pada tahun

1992 YMCA meengadakan kejuaraan

bola voli nasional. Kemudian

permainan bola voli ini menyebar

keseluruh penjuru dunia. Pada tahun

1947 pertama kali permainan bola voli

di pertandingkan di Polandia dengan

peserta yang cukup banyak, maka pada

tahun 1948 didirikan Federasi Bola

Voli Internasional (IVBF) yang waktu

itu beranggota 15 negara dan

berkedudukan di Paris. Permainan bola

voli masuk ke Indonesia pada waktu

penjajahan belanda (sesudah tahun

1928). Perkembangan permainan bola

voli dimasyarakat Indonesia sangat

cepat. Hal ini terbukti pada Pekan

Olahraga Nasional (PON) ke-2 tahun

1951 di Jakarta juga bola voli ikut di

pertandingkan. Sampai sekarang

permainan bola voli termasuk salah

satu cabang olahraga yang selalu

dipertandingkan.

Pada tahun 1955 tepatnya pada

tanggal 22 Januari didirikan

Organiosasi Bola Voli Indonesia

dengan nama Persatuan Bola Voli

seluruh Indonesia (PBSI) dengan

ketuanya W.J. Latumete. Setelah

adanya induk oraganisasi bola voli ini,

maka pada tanggal 28-30 Mei 1955 di

adakan kongres dan Kujuaraan

Nasionan yang pertama di Jakarta.

3. Teknik-Teknik Dasar dalam

Permainan Bola Voli

a. Pass Bawah

Pass bawah adalah mengambil dan

mengoper bola (passing) atau

memantulkan bola dengan salah satu

atau kedua tangan, lengan bagian

bawah dari bawah (Syaarifuddin, 1997:681).

b. Pass Atas

Pass atas adalah cara

pengambilan bola atau mengoper bola

dari atas kepala jari-jari tangan. Bola

datang dari atas diambil tangan atas,

didepan kepala (Syarifuddin, 1997: 69).

c. Servis Bawah

Servis bawah adalah cara

melakukan pukulan permulaan dari

petak servis dengan dengan memukul

bola dengan tangan dari bawah sebagai

usaha menghidupkan bola dalam

permainan (Syarifuddin, 1997: 70).

d. Servis Atas

Servis atas adalah cara

melakukan pukulan permulaan dari

daerah servis dengan memukul bola

dari atas kepala sebagai usaha

menghidupkan bola dalam permainan

(Syarifuddin, 1997: 58).

e. Membendung (Blocking)

Blocking adalah bentuk gerakan

seseorang atau beberapa orang pemain

yang berada didekat net atau jaring

(Syarifuddin, 1997: 58).

f. Smash (spike)

Smash (Spike) dalah gerakan

memukul bola yang dilakukan denga

kuat dan keras serta jalannya bola

cepat, tajam, dan menukik serta di

terima lawan, apabila dilakukan dengan

cepat dan tepat (Syarifuddin, 1997: 58).

4. Peraturan Permainan Bola Voli

a. Lapangan dan Ukurannya

Lapangan permainan bola voli

berbentuk persegi panjang 18 meter dan

lebar 9 meter, semua garis lapangan

garis tengah, garis daerah serang ada 3

meter (daerah depan). Lapaangan

permainan bola voli terbagi menjadi

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1247

dua bagian sama besar yang masing- masing luasnya 9 x 9 meter.

Selengkapnya dapat dilihat gambar

dibawah ini.

Gambar 1. Lapangan Permainan Bola

Voli (Kosasih, 1990: 80)

b. Jaring (Net)

Jaring untuk permainan bola voli

berukuran lebih dari 9,50 meter dan

lebar tidak lebih dari 1,00 meter dengan

petak-petak atau mata jaring berukuran

10 x 10 cm, tinggi jaring untuk putra 2,

43 meter, dan putri 2, 24 meter, tepian

atas terdapat pitah putih selebar 5 cm.

c. Tongkat atau Rod

Didalam pertandingan permainan

bola voli yang sifatnya nasional

maupun internasional, diatas batas

samping jaring digandeng tongkat atau

rod yang menonjol keatas setinggi 80

cm dari tepi jaring. Tongkat itu terbuat darai bahan fiberglas dengan ukuran

180 cm dengan di beri warna kontras.

d. Bola

Bola harus tterbuat dari bahan

yang lunak (lentur), bentuk bulat

dengan didalamnya bahan dari bahan

karet atau semacamnya dan berwarna

terang serta bola yang dipergunakan di

dalamnya berukuran berat 250 – 280

gram dan keliling bola 65 – 67 cm.

e. Pemain

Jumlah dalam lapangan sebanyak 6 orang setiap regu dan ditambah 5

orang sebagai pemain cadangan.

f. Kemeenangan satu Reli

Suatu reli dalam permainan bola

voli setiap reli memperoleh satu angka.

Apabila regu penerima memenangkan

satu reli akan mendapat satu angka dan

mendapat giliran servis, akan

melakukan pergeseran atau rot searah

jarum jam.

g. Memenangkan Suatu Set

Suatu set kecuali set ke V

dimenangkan oleh regu yang lebih

dahulu mendapatkan angkka 25 dengan

minimal selisih dua angka. Dalam

kedudukan 24 – 24 permainan

dilanjutkan sampai tercapai selisih dua

angka atau jus. Dalam kedudukan set 2

– 2, maka set penentuan (set V)

dimainkan hingga 15 dengan selisih

minimal dua angka (18 – 16 – 20 – 18

dan seterusnya).

h. Pemain Libero

1) Penunjukan pemain libero, yakni:

a) Setiap pemain berhak menjadi

seorang pemain bertahan (Libero)

diantara daftar 12 pemain.

b) Sebelum pertandingan, libero harus

terdaftar dalan score sheet pada

daftar posisi yang telah disediakan.

Nomornya harus terdaftar pada

lembar posisi di set pertama.

c) Libero tidak menjadi kapten regu

atau kapten pemain.

2) Perlengkapan Libero

Libero harus memakai seragam

jaket/topi berdesain khusus, baju kaos

harus berwarna kontras dibandingkan

anggota tim yang lain, seragam libero

harus mempunyai desain yang berbeda

tetapi bernomor seperti anggota tim

lainnya.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1248

3) Gerakan-gerakan Libero Dalam Permainan

a) Libero di ijinkan untuk mengganti

setiap pemain diposisi baris

belakang.

b) Libero dibatasi untuk berperan

sebagai pemain baris belakang dan

tidak di ijinkan untuk melakukan

serangan dari manapun (termasuk

dilapangan permainan dan didaerah

bebas). Libero tidak di perkenankan

servis, block atau mencoba untuk

memblok.

i. Menyentuh (Kontak) Net

Sentuhan terhadap net

bukan merupakan suatu kesalahan,

kecuali pemain tersebut menyentuh

pada saat berusaha memainkan bola

atau dengan senagaja memegang net.

j. Time Out atau Technical Time Out

Seluruh time out yang diminta

lamanya 30 detik. Untuk kejuaraan

dunia dan pertandingan resmi FIVB

pada set 1 – 4, terdapat taambahan

technical time out, masing- masing

60 detik, berlaku secara otomatis

pada tim yang unggul mencapai

angka 8 dan 16. Pada saat penentuan

(set ke - 5), tidak ada technical time

out, hanaya ada dua time out masing-

masing 30 detik yang dapat diminta

setiap tim.

k. Kesalahan dalam Permainan Bola

Voli

Kesalahan adalah pelanggaran

terhadap peraturan permainan yang

telah ditetapkan dan kepada

pelanggarannya diberi hukuman

sesuai kesalahan yang dilakukan.

Didalam permainan bola voli ada

dua macam kesalahan, yaitu kesalahan

ringan dan kesalahan besaar

(Syarifuddin, 1997: 120)

1. Kesalahan Ringan Yang dimaksud dengan

kesalahan ringan, antara lain

berbicara dengan laawan, penonton,

atau pemimpin/pengurus yang resmi.

Selain itu berteriak-teriak dalam

lapangan secara sengaja dan

memperlambat berjalaannya

permainan. Kepada pemain itu

diberikan hukuman dengan suatu

peringatan. Adapun perbuatan ini

diulangi, pemain itu ditegur kembali

dan dicatat dalam daftar

pertandingan dan regunya

kehilangan satu angka servis.

2. Kesalah Besar

Yang dimaksud dengan

kesalahan besar, antara lain pemain

itu mengeluarkan kata-kata tidak

sopan kepada ofisial, pihak lawan,

atau penonton. Pemain yang

melakukan kesalahan besar itu,

diberi hukuman peringatan di sertai

catatan dalam daftar pertandingan.

Regunyapun mendapat hukuman

dengan kehilangan satu angka atau

pindah servis. Apabila kesalahan itu

diulangi, wasit dapat memecatnya

untuk sisa waktu dari satu set atau

seluruh pertandingan.

3. Pengaruh Tinggi Badan Terhadap

Ketepatan Servis Atas Dalam

Permainan Bola Voli.

Penampilan olahraga yang sangat

tinggi sering kali tergantung pada

prinsip anatomi manusia, seperti

memiliki perawakan yang tinggi

maupun perawakan yang pendek. Pada

olahraga bola voli ini seorang pemain

memiliki tubuh yang lebih tinggi

biasanya memiliki kemampuan dari

keterampilan melakukan servis yang

lebih baik dari pada yang dimiliki yang

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1249

tubuh yang pendek, karena tubuh yang tinggi seorang pemain lebih memiliki

jangkauan yang lebih baik dalam

melakukan gerakan-gerakan.

Berkaitan dengan hal ini, bahwa

bentuk tubuh ataupun proporsi tubuh

merupakan salah satu penentu dalam

prestasi yang maksimal. Hal ini bahwa

seseorang yang badan tinggi

jangkauannya akan lebih baik

tingkatkan, dengan mempunyai

seseorang yang mempunyai badan yang

pendek (Kosasih, 1990: 17).dari uraian

tersebut diatas, jelaslah bahwa tinggi

rendahnya badan dapat berpengaruh

terhadap pencapaian prestasi dalam

olahraga, termasuk pula dalam olahraga

bola voli. Dengan demikian secara teori

dapaat dikatakan bahwa “Ada pengaruh

tinggi badan terhadap ketepatan servis

atas dalam permainan bola voli”.

Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah: “ingin mengetahui

apakah ada pengaruh tinggi badan

terhadap ketepatan servis atas dalam

permainan bola voli pada siswa kelas

VII Putra SMP Negeri 5 mataram tahun

ajaran 2009/2010”.

METODE PENELITIAN

Sehubungan dengan penelitian

ini, maka pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan empiris, karena

gejala yang akan diteliti sudah ada

secara wajar yaitu subyek (siswa)

melakukan servis ke atas.

Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan rancangan penelitian

“Paradigma Sederhana”. Penggunaan

Paradigma Sederhana dengan tujuan

berusaha untuk menentukan pasangan

yang diambil dari subjek-subjek yang

mempunyai kemampuan dalam batas

yang telah ditentukan. Adapun secara

konseptual rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut (Sugiyono, 1999: 5).

Gambar 2. Paradigma Sederhana

Berdasarkan gambar tersebut

diatas maka:

X = Tinggi badan siswa

Y = Ketepatan servis atas

Dalam penelitian ini yang

menjadi instrumen tesnya adalah tes

pengukuran tinggi badan dan tes

kemampuan melakukan ketepatan

servis atas dalam permainan bola voli.

Sementara perlatan/perlengkapan yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Lapangan

2. Bola Voli

3. Net (Jaring)

4. Peluit

5. Blangko pencatatan hasil dan alat

tulis

Adapun jenis lapangannya

adalah dapat dilihat di gamabar 3

sebagai berikut:

Gambar 3. Lapangan untuk tes servis atas (Drs. Nurhasan, M.Pd)

Sumber data dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian

yaitu, sumber data primer dan sumber

data sekunder.

1. Data Primer

X Y

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1250

Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data atau data

yang kumpulkan sendiri langsung

melalui obyek penelitian yaitu,

observasi tentang keadaan lokasi

penelitian, dan tes perbuatan siswa

(tes ketepatan servis atas dalam

permainan bola voli dan ukur tinggi

badan siswa).

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah sumber data

yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data.

Sumber data dapat melalui buku,

majalah, surat-surat dokumen

sekolah dan informasi lain yang

berkaitan dengan penelitian. Data

sekunder yang digunakan yaitu

dokentasi SMP Negeri 5 Mataram.

Tekni pengumpulan data dalam

penelitian ini menggunakan metode

dokumentasi dan metode tes perbuatan.

Metode dokumetasi digunakan sebagai

metode bantu untuk mengetahui data

tentang jumlah nama-nama siswa kelas

VII SMP Negeri 5 Mataram tahun

Pelajaran 2009/2010. Sedangkan

metode tes perbuatan untuk mengukur

ketepatan servis atas dalam permainan

bola voli pada siswa kelas VII SMP

Negeri 5 Mataram Tahun Pelajaran

2009/2010.

a. Langkah-langkah pelaksanaan tes

1) Tes pengukuran tinggi badan

a) Untuk mengukur tinggi badan

menggunakan alat stadiometer.

b) Caranya, siswa yang diukur bediri

tegak diatas stadiometer,

membelakangi dan merapat keatas

pengukur tinggi badan, kedua tumit

bersentuhan satu sama lain, ujung

kaki kedepannya sedikit terbuka,

menghadap lurus kedepan sehingga posisi garis transfrurd mendatar

atau horizontal. Kemudian rapatkan

tanda pengukur tinggi badan pada

kepala. Kemudian membaca hasil

yang tertera pada skala pengukur

tersebut.

2) Tes servis atas dalam permainan

bola voli.

Setelah dilakukan pengukuran

tinggi badan siswa, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan servis

atas dalam permainan bola voli pada

siswa kelas VII Putra SMP Negeri 5

Mataram tahun pelajaran 2009/2010.

Adapun langkah-langkah peelaksanaan

sebagai berikut:

a) Masing-masing teste (sampel)

melakukan pemanasan terlebih

dahulu.

b) Masing-masing teste (sampel)

melakukan servis atas sebanyak 5

kali

c) Teste berdiri berada dalam daerah

servis.

d) Teste melakukan ketepatan servis

atas kearah sasaran.

e) Nilai yang dicatat adalah nilai yang

sesuai nilai kotak dimana bola

tersebut jatuh.

f) Bola yang tidak dinamika dengan

tidak sah atau menyentuh net dan

keluar lapangan di anggap gagal

b. Petugas yang turut membantu dalam

pelaksanaan tes ini adalah:

1) Samsudin, selaku peneliti sebagai

koordinator dan pengawas

pelaksanaan penelitian sekalis

pencatat dan menyatakan

masuk/tidaknya bola.

2) Bapak Kodrat, S.pd sebagai guru

olahraga SMP Negeri 5 Mataram

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1251

yang bertugas sebagai memanggil subjek.

Data yang terkumpul selanjutnya

diolah dari analisis, pada umumnya

metode analisa dibedakan menjadi dua

cara yaitu analisa statistik dan non

analisa. Dalam buku pengantar

metodologi penelitian, dijelaskan

bahwa, mengolah data berarti

menimbang, menyaring, mengatur dan

mengklasifikasikannya. Menimbang

dan menyaring berarti memilih dengan

hati-hati data yang relevan, tepat dan

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Menggambar dan mengklasifikasikan

data berarti menggolongkan data

tersebut menurut aturan tertentu (Nazir,

1990: 86). Sehubungan dengan

penelitian ini, dimana penulis ingin

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

tinggi badan terhadap ketepatan servis

atas dalam permainan bola voli pada

siswa kelas VII SMP Negeri 5 Mataram

tahun ajaran 2009/2010, maka analisis

yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis statistik dengan

rumus korelasi product moment berikut

ini:

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari hasil pengujian nilai r

hitung, dimana r hitung adalah 0,5219

lebih besar dari r tabel sebesar 0,355

dengan taraf signifikansi 5% maka

dapat dikemukakan bahwa hipotesis nol

(Ho) di tolak dan hipotesis alternatif

(Ha) diterima, maka kesimpulan

analisis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut: “Ada pengaruh tinggi

badan terhadap ketepatan servis atas

dalam permainan bola voli pada siswa

Putra kelas VII SMP Negeri 5 Mataram

tahun pelajaran 2009/2010”.

Penampilan olahraga yang sangat

tinggi seringkali bergantung pada

prinsip anatomi manusia, seperti

mmemiliki perawakan yang tinggi

maupun perawakan yang pendek. Pada

olahraga bola voli ini seorang pemain

yang meiliki tubuh yang lebih tinggi

biasanya meemiliki kemampuan dari

keterampilan melakukan servis yang

lebih baik dari pada yang dimiliki tubuh

yang pendek, karena dengan tubuh

yang tinggi seorang pemain lebih

memilki jangkauan yang lebih baik

dalam melakukan gerakan-gerakan.

rxy = N∑XY – (∑XY)(∑Y)

{ ∑ − (∑ ) }{ (∑ ) }

Meskipun dalam mencapai

ketepatan servis atas dalam permainan

bola voli banayaak faktor yang Keterangan:

Rxy = Hubungan antara tinggi

badan dan ketepatan servis

atas

X = Ketepatan servis atas

N = Jumlah sampel penelitian

∑XY = Jumlah hasil kali antara

tinggi badan dengan

ketepatan servis atas

(Sugiyono, 1999).

mempengaruhinya, namun faktor tinggi

badan dapat mempengaruhi ketepatan

dalam melakukan servis atas. Dengan

demikian, orang yang badannya tinggi

ternyata lebih tepat melakukan servis

atas dalam permainan bola voli lebih

baik bila dibandingkan dengan orang

yang berbadan pendek dimana orang

badanya tinggi lebih memiliki aktivitas

dan keterampilan dalam melakukan

gerakan-gerakan. Hal ini didukung

pula oleh penddapat seorang ahli yang

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1252

mengemukakan bahwa bentuk tabuh atau proporsi tubuh merupakan salah

satu penentu dalam pencapaian prestasi

yang maksimal (Soeharno HP, 1985:

8). Sementara itu, Engkos Kosasih

(1990: 7) mengemukakan pula bahwa

seorang yang mempunyai badan yang

tinggi jangkauannya akan lebih baik

dibandingkan dengan seseorang yang

mempunyai badannya pendek. Hal ini

terbukti pula dari hasil penelitian ini

bahwa nilai r hitung yang diperoleh

adalah o,5219 lebih besar dari r-tabel

sebesar 0,355 dengan taraf signifikan

5%.

Namun demikian tinggi badan

bukanlah jaminan dan bukanlah satu-

satunya faktor yang dapat

mempengaruhi ketepatan dalam

melakukan servis atas, karena masih

ada faktor-faktor lainnya seperti: faktor

latihan, faktor stamina, faktor gizi,

faktor sarana dan prasarana dan bahkan

faktor keturunan (hereditas). Kita bisa

membayangkan apabila hanya

mengandalkan postur tubuh (tinggi

badan) saja tampa adanya faktor-faktor

tersebut di atas. Sebagai contoh faktor

latihan, dimana seseorang yang kurang

atau tidak melakukan latihan secara

terprogram atau kontinyu mustahil akan

mencapai ketepatan dalam melakukan

servis atas dalam permainan bola voli.

Tetapi dalam hal ini penulis

hanya meneliti sejauh mana tinggi

badan dapat mempengaruhi ketepatan

servis atas dalam permainan bola voli,

dari hasil penelitian seperti telah

diuraikan di ataas terbukti bahwa tinggi

badan dapat mempengaruhi ketepatan

servis atas dalam permainan bola voli.

SIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini

“Ada pengaruh tinggi badan terhadap

ketepatan servis atas dalam permainan

bola voli pada siswa kelas VII Putra

SMP Negeri 5 Mataram Tahun

Pelajaran 2009/2010”.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi Hasan, 2001, Kamus Besar

Bahasa Indonesia Edisi III, Balai

Pustaka, Jakarta.

Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.

Dian Aksara, 2008, Sejarah Cabang-

Cabang Olahraga, PT Kiara

Alifiani, Jakarta.

Hadi Sutrisno, 2002, Statistik Jilid II

Cetakan ke-17, Andi Offiset,

Yogyakarta.

Hasan, 1991, Buku Penelitian Event

Gabungan Atletik, Stadio Madiya,

Jakarta.

Kosasih Engkos, 1990, Pendidikan

Jasmani dan Kesehata, Penerbit

Erlangga, . Jakarta.

Krisdalaksana, 1999, Kamus Umum

Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta.

Margono Surachman, 2004, Metodologi

Penelitian, Aneka Cipta, Jakarta.

Nasution, 2000, Metode Research,

Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Nazir Muhammad, 2001, Metode

Penelitian, Ghalia, Indonesia.

Nurhasan, 2001, Konsep Dasar Tes dan

Pengukuran dalam Pendidikan

Jasmani: Prinsip-Prinsip dan

Penerapannya, Indonesia

Universitas, Jakarta.

Purwanto Ngali, 2004, Prinsip-Prinsip

Evaluasi Pengajaran,

Rosdakarya, Bandung.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1253

Sudjana Nana, 2004, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Sinar

Baru, Bandung.

Sugiyono, 1999, Metode Penelitian

dalam Pendidikan, Alfabeta,

Bandung.

Suhadi Ibnu, 2003, Dasar-Dasar

Metodologi Penelitian,

Universitas, Malang.

Syarifuddin, 1997, Pendidikan Jasmani

dan Kesehatan, PT Gramedia,

Jakarta.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1254

MENINGKATKAN KETERAMPILAN TEKNIK-TEKNIK DALAM

PERMAINAN BOLA VOLI PADA SISWA KELAS V DI SDN PANDA

KABUPATEN BIMA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

Sri Lastuti, S.Pd. Si., M.Pd. 1)

Siti Maani, S.Pd.2)

,

STKIP Taman Siswa Bima1)

, Penjaskes Rek STKIP Taman Siswa Bima2)

[email protected])

[email protected])

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan teknik-teknik bermain

voli pada siswa kelas V di SDN Panda menggunakan metode demonstrasi. Jenis penelitian

ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif

dengan guru wali kelas V di SDN Panda Kabupaten Bima. Subyek penelitian ini adalah

siswa kelas V di SDN Panda sejumlah 41 orang siswa. Teknik pengumpulan data pada

penelitian ini menggunakan teknik observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan tes. Data

yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan penguasaan

teknik-teknik bermain voli siswa sebesar 5,33%% yaitu pada siklus I sebesar 75,60% dan

pada siklus II meningkat menjadi 80,93%. Sebagai data pendukung, perolehan nilai rata-

rata siswa juga mengalami peningkatan sebesar 4.36, yaitu siklus I rata-rata kelasnya

adalah 77,78 dan siklus ke 2 rata-rata kelasnya adalah 82,14. Selain itu pemberian materi

tentang penguasaan teknik-teknik bermain voli dengan metode demonstrasi menunjukkan

peningkatan dalam hal ketuntasan belajar dari setiap siklusnya yaitu siklus I 90%

meningkat menjadi 90,25%. Dengan demikian penggunaan demonstrasi dapat membantu

meningkatkan penguasaan teknik-teknik bermain voli SDN Panda Kabupaten Bima.

Kata kunci: Teknik-teknik bermain voly , metode demonstrasi

IMPROVING SKILLS TECHNIQUES IN THE GAME BALL IN VOLLEYBALL

CLASS V IN SDN PANDA BIMA REGENCY USING DEMONSTRATION

Abstract

This study aims to improve the mastery of the techniques of playing volleyball in

the fifth grade students at SDN Panda using a method of demonstration. This type of

research is a classroom action research conducted collaboratively participatory V

homeroom teacher at SDN Panda Bima. The subjects of this study is the fifth grade

students at SDN Panda number of 41 students. Data collection techniques in this study

using observation, documentation, field notes and tests. The data obtained in this study a

quantitative and qualitative data. The results showed that the method of demonstration can

improve the mastery of the techniques of playing volleyball at 5.33 %% students are in the

first cycle of 75.60% and the second cycle increased to 80.93%. As supporting data, the

acquisition value of the average students also increased by 4:36, the first cycle the average

class is 77.78 and cycle to 2 average class is 82.14. Besides the provision of material about

the mastery of the techniques of playing volleyball with the method of demonstration

showed an increase in terms of mastery learning of each cycle is the first cycle of 90%

increased to 90.25%. Thus the use of demonstration can help improve the mastery of the

techniques of playing volleyball SDN Panda Bima.

Keywords: The techniques of playing volleyball, method of demonstration

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1255

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan cara yang

srategis untuk mencetak sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas

akan membawa pada kemajuan bangsa

terutama dalam menjadikan masyarakat

madani. Sehingga dengan adanya

pendidikan yang bermutu maka semua

hal yang berhubungan dengan masalah

pendidikan akan cepat terselesaikan.

Salah satu Pendidikan yang

mengarahkan pada perkembangan

perkembangan keseluruhan aspek

manusia adalah pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani hakikatnya

adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk

menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu baik secara jasmani dan

rohani. Sehingga pendidikan jasmani

merupakan salah satu pendidikan yang

sangat penting dan utama untuk

kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan jasmani memiliki

peran yang sangat penting dalam

mengintensifikasi penyelenggaraan

pendidikan sebagai suatu proses

pembinaan manusia yang berlangsung

seumur hidup. Pendidikan jasmani

memberikan kesempatan pada siswa

untuk terlibat langsung dalam aneka

pengalaman belajar melalui aktivitas

jasmani, bermain, dan berolahraga yang

dilakukan secara sistematis ,terarah dan

terencana. Pembekalan pengalaman

belajar itu diarahkan untuk membina,

sekaligus membentuk gaya hidup sehat

dan aktif sepanjang hayat. Badan

Standart Nasional Pendidikan (2006:729)

menyatakan bahwa: “Pendidikan

jasmani Olahraga dan Kesehatan

merupakan bagian integral dari

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan

untuk mengembangkan aspek kebugaran

jasmani,keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, keterampilan

sosial, penalaran, stabilitas

emosional,tindakan moral, aspek pola

hidup sehat dan pengenalan lingkungan

bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga

dan kesehatan terpilih yang direncanakan

secara sistematis dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional”.

Hakekatnya pendidikan jasmani

tidak hanya untuk mengembangkan

badan tetapi juga untuk mengajarkan

perilaku sosial, kebudayaan, dan

menghargai etika serta mengembangkan

kesehatan mental– emosional

(adisasmita, 1989:2) selain itu

adisasmita juga berpendapat bahwa

kegiatan jasmani tertentu yang dipilih

dapat membentuk sikap/ membentuk

karakter yang Permainan bola voli.

Permainan Bola voli merupakan

permainan beregu yang dimainkan oleh

dua regu dengan jumlah pemain masing-

masing adalah sejumlah enam orang dan

ditambah cadangan sejumlah enam

orang. Permainan bola voli sangat mudah

dilakukan, menyenangkan dan bisa

dilakukan dimana saja.

Pendidikan jasmani yang

diberikan di sekolah, khususnya untuk

materi bola voli mengharuskan pihak

sekolah mempunyai peran dan tanggung

jawab yang tinggi. Dalam hal ini guru

pendidikan jasmani harus mempunyai

inovasi– inovasi untuk melaksanakan

pembelajaran pendidikan jasmani guna

mencapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Kenyataan yang ada di

lapangan ternyata tidak sesuai dengan

harapan, karena para siswa yang berada

di bangku SD ternyata sebagian besar

belum bisa bermain bola voli terutama

tehnik dasarnya Hal ini bisa dilihat dari

kenyataan yang ada di lapangan bahwa

dalam satu kelas, sejumlah 40 siswa yang

bisa bermain bola voli dengan baik

terutama teknik dasarnya cuma 2 – 4

siswa ( 5 – 10 % ). Padahal dalam

permainan bola voli, yang paling pokok

adalah siswa bisa menguasai teknik

dasarnya, yaitu : passing, servis, smash

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

dan block. Paling tidak siswa bisa

passing bawah dan passing atas plus

servis bawah. Hal tersebut selain

dipengaruhi oleh lingkungan keluarga

dimana peserta didik tersebut tinggal,

permasalahan tersebut juga dipengaruhi

oleh pendidikan jasmani yang diberikan

di sekolah.

Keberhasilan dalam belajar

terlihat dari siswa yang berprestasi.

Keberhasilan siswa dalam belajar tidak

terlepas dari pendekatan yang digunakan

oleh guru yang mampu memberi

motivasi dan dapat menciptakan iklim

belajar yang harmonis, kondusif,

menyenangkan dan mampu memberi

semangat kepada siswa.

Rendahnya prestasi belajar

dipengaruhi beberapa faktor, baik faktor

internal maupun eksternal siswa itu

sendiri. Faktor internal antara lain minat

siswa, bakat, motivasi dan intelegensi

sedangkan faktor eksternal antara lain

metode belajar, fasilitas, media, proses

belajar baik di sekolah maupun luar

sekolah. Seseorang akan berhasil dalam

belajar kalau pada dirinya sendiri ada

keinginan untuk belajar.

Penggunaaan strategi belajar

dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

teknik dalam bermain bola voli dengan

menggunakan metode yang berfariatif.

Berdasarkan pemaparan permasalahan

tersebut, maka diperlukan suatu metode

pembelajaran yang bervariatif yang dapat

meningkatkan keterampilan teknik-

teknik dalam permainan bola voli di

SDN Panda yaitu dalam hal ini dengan

menggunakan metode demonstrasi.

Metode demonstrasi adalah metode

penyampaian informasi dengan

memperagakan/ mempraktekan

informasi yang hendak disampaikan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan di SDN Panda. Peran guru

disini adalah sebagai observer,

sedangkan peneliti sebagai pengajar dan

perancang pembelajaran. Guru wali kelas

dilibatkan sejak proses perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, hingga

refleksi. Penelitian ini bermaksud untuk

meningkatkan kecepatan dan kelincahan

belajar bola vali siswa kelas V di SDN

Panda dengan cara menggunakan metode

demonstrasi.

Adapun rancangan penelitian

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar : Desain Penelitian

Dari Gambar di atas dijelaskan

bahwa penelitian ini dilaksanakan dalam

dua siklus. Sebelum melaksanaan siklus

I, peneliti melakukakan perencanaan,

kemudian tahap pelaksanaan kemudian

dilanjutkan dengan pengamatan.

Selanjutnya melakukan refleksi dengan

tujuan untuk mengevaluasi penelitian

yang telah dilakukan. Karena pada siklus

pertama belum mendapatkan hasil sesuai

dengan tujuan penelitian yang sudah di

tetapkan maka dilanjutkan pada siklus ke

2, demikian seterusnya hingga tujuan

penelitian tercapai.

Subyek penelitian ini adalah

siswa kelas V di SDN Panda sejumlah

41 orang siswa. Adapun objek penelitian

ini adalah keseluruhan proses dan hasil

selama dilaksanakan penelitian.

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah lembar observasi,

catatan lapangan, pedoman wawancara,

dokumentasi dan tes. Lembar observasi

digunakan sebagai panduan dalam

melakukan observasi atau pengamatan di

lapangan. Observasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah melakukan

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1256

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

pengamatan secara langsung dan

pencatatan mengenai proses

pembelajaran bola voli menggunakan

metode demonstrasi untuk meningkatkan

teknik-teknik bermain voly

Catatan lapangan merupakan

instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini untuk mendokumentasikan

proses pembelajaran sehingga

mempermudah dalam evaluasi

pelaksanaan pembelajaran dan sebagai

acuan dalam penyusun laporan.

Instrumen berupa pedoman wawancara

disusun untuk menanyakan dan

mengetahui hal-hal yang tidak dapat atau

kurang jelas diamati pada saat observasi.

Selain itu wawancara juga bertujuan

untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan tanya jawab tentang

bagaimana tanggapan siswa terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

Instrumen lain dalam penelitian

ini adalah Instrumen dokumentasi yang

digunakan untuk memperkuat data yang

diperoleh, memberikan gambaran secara

kongkrit mengenai kegiatan siswa pada

saat pembelajaran. Adapun instrumen

angket digunakan untuk memperkuat

data peningkatan kecepatan dan

kelincahan belajar bola voli siswa yang

telah diperoleh berdasarkan lembar

observasi serta catatan lapangan terutama

mengenai respon siswa terhadap

pembelajaran bola voli dengan

menggunakan metode demonstrasi.

Instrumen tes digunakan untuk

mengetahui peningkatan pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan dan

juga untuk melihat ketuntasan belajar

siswa digunakn soal tes.

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini berupa data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kualitatif diperoleh

berdasarkan hasil observasi dan catatan

lapangan. Adapun data teknik-teknik

bermain voly diperoleh dari observasi

yang dilakukan oleh observer

berdasarkan pedoman observasi yang

telah disusun. Lembar observasi berupa

lembar check list yang mencentang

aktivitas apa saja yang dilakukan siswa

selama proses pembelajaran.

Adapun catatan lapangan dan

dokumentasi digunakan untuk menulis

kegiatan apa saja yang dilakukan siswa

selama proses pembelajaran. Instrumen

lain dalam penelitian ini adalah

dokumentasi yang digunakan untuk

memperkuat data yang diperoleh,

memberikan gambaran secara kongkrit

mengenai kegiatan siswa pada saat

pembelajaran. Dan untuk mengetahui

peningkatan pemahaman siswa terhadap

materi yang diajarkan dan juga untuk

melihat ketuntasan belajar siswa

digunakn soal tes.pembelajaran.

Sedangkan analisis data kuantitatif

meliputi analisis data hasil observasi

pembelajaran. Data tentang teknik-teknik

bermain voly diperoleh dari hasil

pengamatan, catatan lapangan dan

dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan tindakan pada

siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 15

Mei s/d 22 Mei 2014 di kelas V dengan

jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Pada

proses tindakan ini peneliti bertindak

sebagai pengajar. Adapun proses

tindakan mengacu pada rencana

pelajaran yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Ketika tindakan

berlangsung pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Setiap siklus dilakukan dua kali

tatap muka dengan alokasi waktu 2 x 45

menit pada setiap tatap muka. Setiap

siklus pembelajaran penjas diberikan

teori dan praktek bola voli dengan

menggunakan metode demonstrasi.

Setiap siklus terdapat kegiatan yang

meliputi perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, observasi serta

refleksi.

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1257

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Adapun kegiatan yang di

lakukan guru yaitu: Adapun kegiatan

yang di lakukan guru antara lain: 1)

Menyusun rencana pembelajaran untuk

siklus I, 2) membuat lembar observasi,

3) membuat lembar angket untuk siklus

I, 4) Membuat soal tes evaluasi untuk

siklus I. 5) Menyiapkan sarana prasarana

penunjang pembelajaran yang berkaitan

dengan teori dan praktek dalam bermain

bola voli seperti bola voly, net dan

pengkondisian lapangan.

Pada tahap tindakan,

pelaksanaan tindakan penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut: 1)

memberikan motivasi kepada siswa

untuk siap melakukan permainan voly, 2)

guru memberikan informasi kepada

siswa mengenai tujuan pembelajaran dan

materi yang akan di ajarkan pada

pertemuan tersebut, kemudian

dilanjutkan dengan 3) membagi siswa

dalam dua kelompok besar, 4)

menjelaskan langkah-langkah untuk

dalam bermain bola voli bersama siswa,

5) mendemonstrasikan langkah-langkah

untuk dalam bermain bola voli bersama

siswa, embimbing siswa mendiskusikan

hasil kegiatan dalam kelompok, 6) siswa

melakukan praktek bola voli dengan

memperagakan teknik-teknik yang

didemontrasikan oleh guru.

Diakhir pembelajaran kegiatan

yang dilakukan guru melakukan

penilaian tes formatif dan psikomotor

dari permainan bola voli yang dilakukan

siswa, menuntun siswa untuk menarik

kesimpulan dari pelajaran yang telah

diikuti, dan terakir membaca doa

penutup pembelajaran bersama-sama.

Adapun aspek yang dinilai pada

tindakan siklus I yaitu teknik-teknik

melakukan passing atas dan set up bola,

mempraktekkan cara teknik-teknik

passing Bawah Atrau Onderhand bola.

Berdasarkan pelaksanaan siklus I

tersebut, diperoleh persentase teknik-

teknik bermain voly siklus I yang

disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Penguasaan Teknik-

teknik Permain Voly Siklus I

Pertemuan Ke- Persentase

I 75,05 %

II 75,55 % Rata-rata 75,60%

Dari Tabel 1 diperoleh bahwa

persentase penguasaan teknik-teknik

bermain voly kelas V SDN Panda pada

pertemuan pertama siklus I dengan

metode demonstrasi sebesar 75,05%.

sedangkan untuk pertemuan kedua

75,55%. Itu artinya secara rata-rata

penguasaan teknik-teknik bermain voly

pada siklus I mencapai 75,60 %.

Selain itu, pada siklus I juga

diperoleh data ketuntasan belajar siswa

yang diperoleh dari tes yang diberikan

oleh guru di akhir siklus. Ketuntasan

belajar dilihat dari nilai yang diperoleh

siswa minimal 71. Dari tes tersebut nilai

rata-rata kelas yang diperoleh siswa

sebesar 77,78. Adapun persentase

ketuntasan belajar siswa pada siklus I

menggunakan metode demonstrasi

disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Siklus I

A = 85 – 100 10 24,39%

B = 71 – 84 21 51,21 %

C = 60 – 70 5 4,75%

D = 40 – 59 4 12,19%

E = 00 – 39 1 2.43%

Jumlah 41 100 %

Dari Tabel 2 diperoleh hasil

ketuntatasan belajar pada siklus I yaitu,

siswa dengan rata-rata 85-100 sebanyak

21,39 % sedangkan untuk rata-rata 71-84

sekitar 51,21%. Sedangkan lainya berada

pada rata-rata di bawah 71 yaitu

sebanyak 19,07 %. Artinya siswa yang

tuntas belajar mencapai 80,93 % atau

sebanyak 31 siswa. Sedangkan siswa

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1258

Nilai Persentse

Rata-Rata Jumlah

(%)

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

yang belum tuntas atau yang mendapat

nilai di bawah KKM yaitu 19,07% atau

sebanyak 10 siswa.

Selama pelaksanaan tindakan

berlangsung, dilakukan pengamatan dan

pencatatan oleh observer dengan

menggunakan lembar observasi dan

catatan pendukung. Untuk memudahkan

pelaksanaanya, maka observer

mengambil tempat duduk pada bagian

yang paling belakang sambil mengisi

lembar observasi yang telah disediakan.

Hal- hal yang dicatat selama

berlangsungnya kegiatan observasi

adalah lembar observasi tentang aktivitas

belajar IPS siswa pada materi pokok

keragaman budaya nasional.

Berdasarkan keseluruhan

tindakan siklus I yang meliputi

perencanaan dan pelaksanaan tindakan

serta hasil observasi yang dilakukan

selama tindakan siklus I dilakukan

tindakan hasil refleksi. Guru dan

observer melakukan hasil pelaksanaan

tindakan. Adapun permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dan perlu

dicari penyelesaianya antara lain: 1)

sebelum memasuki pokok bahasan

teknik-teknik dalam bermain voly

hendaknya guru memotivasi siswa agar

siswa memiliki keinginana yang lebih

dalam mengikuti pembelajaran yang

diajarkan, 2) penyampaian tujuan

pembelajaran perlu dimaksimalkan.

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya refisi

sebagai perbaikan pada siklus

berikutnya. 1) guru perlu lebih terampil

dalam memotivasi siswa, 2) guru lebih

memperjelas penyampaian tujuan

pembelajaran . Dimana siswa diajar

untuk terlibat langsung dalam setiap

kegiatan yang akan dilakukan. 3) guru

perlu mendistribusikan waktu secara baik

dengan menambahkan informasi-

informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan, 4) guru harus lebih terampil dan

bersemangat dalam mendemonstrasikan

teknik-teknik dalam permainan bola voli

sehingga siswa lebih antusias dalam

mengikuti pembelajaran yang

berlangsung.

Pada tahap tindakan,

pembelajaran tindakan siklus II

merupakan kelanjutan dari tindakan

siklus I. Materi yang diajarkan pada

pertemuan siklus ke II yaitu tentang

bentuk-bentuk keberagaman budaya

setempat. Kegiatan pembelajaran pada

siklus II ini dilaksanakan sebanyak dua

kali pertemuan. Pelaksanaan

pembelajaran pada siklus II berdasarkan

hasil refleksi pada siklus I dimana

menunjukan hasil belum mencapai target

yang diinginkan atau standar minimal

yang telah ditetapkan. Kegitan

pembelajaran pada siklus II dilaksanakan

seperti pada siklus I dengan memperbaiki

hal-hal yang diperoleh dari hasil refleksi

atau evaluasi.

Berdasarkan pelaksanaan siklus

II diperoleh persentase penguasan teknik

permainan bola voly siswa seperti pada

Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Penguasaan Teknik-

teknik Permain Voly Siklus II

Pertemuan Ke- Persentase

I 85 %

II 95 % Rata-rata 90%

Dari Tabel 3 diperoleh bahwa

persentase penguasaan teknik-teknik

bermain voly kelas V SDN Panda pada

pertemuan pertama siklus II

menggunakan metode demonstrasi

mencapai 85 %, sedangkan untuk

pertemuan kedua 90%. Sehingga secara

rata-rata teknik-teknik bermain voly pada

siklus II mencapai 90%.

Selain itu, pada siklus II juga

diperoleh data ketuntasan belajar siswa

yang diperoleh dari tes yang diberikan

oleh guru di akhir siklus dimana dari tes

tersebut nilai rata-rata kelas yang

diperoleh siswa sebesar 82,14. Adapun

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1259

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1260

persentase ketuntasan belajar siswa pada

siklus I menggunakan metode

demonstrasi disajikan pada Tabel 5

berikut:

Tabel 4. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa

Siklus II

Nilai Rata-Rata Jumlah Persentse (%)

A = 85 – 100 15 36,58%

B = 71 – 84 22 53,65 %

C = 60 – 70 4 9,75%

D = 40 – 59 0 0%

E = 00 – 39 0 0%

meningkatnya nilai tes yang diperoleh

siswa dari siklus I hingga siklus II.

Adapun peningkatan pencapaian nilai

perolehan siswa tersebut yaitu pada

siklus I dan II diperoleh persentase

pencapaian siswa yaitu pada siklus I

secara klasikal sebesar 75,60 dan pada

siklus II meningkat menjadi 80,93. Hal

ini menunjukan bahwa penggunaan

metode demonstrasi bagus digunakan

sebagai solusi untuk meningkatkan

keterampilan terkait teknik-teknik dalam

Jumlah 41 100% bermain voly bagi siswa kelas V di SDN

Dari Tabel 4 diperoleh hasil

ketuntatasan belajar pada siklus I yaitu,

siswa dengan rata-rata 85-100 sebanyak

336,58 % sedangkan untuk rata-rata 71-

84 sekitar 53,65%. Sedangkan lainya

berada pada rata-rata di bawah 71 yaitu

sebanyak 9,75 %. Dengan demikian

ketuntasan belajar siswa mencapai

90.23% atau sebanyak 37 siswa,

sedangkan siswa yang belum tuntas

sebanyak 4 orang siswa atau sebesar

9.75%.

Berdasarkan keseluruhan

tindakan siklus II yang meliputi

perencanaan dan pelaksanaan tindakan

serta hasil observasi yang dilakukan

selam tindakan siklus II dapat dilakukan

hasil refleksi. Dari hasil refleksi pada

siklus II bahwa proses pembelajaran

menunjukan hasil yang sangat baik dan

optimal. Hal ini dapat dilihat dari siswa

semakin aktif selama proses belajar

mengajar berlangsung. Kekurangan pada

siklus sebelumnyan sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehinga

menjadi lebih baik dan hasil belajar

siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan.

PEMBAHASAN

Hasil penilitian ini menunjukkan

bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam

teknik-teknik bermain bola voli. Hal ini

ditunjukan dengan semakin

Panda.

SIMPULAN

Metode demonstrasi dapat

meningkatkan penguasaan teknik-teknik

bermain voli siswa sebesar 5,33%%

yaitu pada siklus I sebesar 75,60% dan

pada siklus II meningkat menjadi

80,93%. Sebagai data pendukung,

perolehan nilai rata-rata siswa juga

mengalami peningkatan sebesar 4.36,

yaitu siklus I rata-rata kelasnya adalah

77,78 dan siklus ke 2 rata-rata kelasnya

adalah 82,14. Selain itu pemberian

materi tentang penguasaan teknik-teknik

bermain voli dengan metode demonstrasi

menunjukkan peningkatan dalam hal

ketuntasan belajar dari setiap siklusnya

yaitu siklus I 90% meningkat menjadi

90,25%. Dengan demikian penggunaan

demonstrasi dapat membantu

meningkatkan penguasaan teknik-teknik

bermain voli SDN Panda Kabupaten

Bima.

SARAN

Saran dari penelitian ini antara

lain: 1) Perlu adanya penelitian yang

lebih lanjut, karena hasil penelitian ini

hanya dilakukan di SDN Panda

Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima

Tahun pelajaran 2013 /2014. 2) Untuk

penelitian yang serupa hendaknya

dilakukan perbaikan agar diperoleh hasil

yang lebih baik.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1261

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih, C. (2005). Belajar

dan pembelajaran. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 19, Tahun

2005, tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Depdiknas. (2009). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 41, Tahun

200, tentang Standar Proses

Pendidikan.

Djemari Mardapi. (2008). Teknik

GBS.2007.kamus lengkap Biologi.

Jakarta: GBS Jakarta.

Wina Sanjaya. (2009). Kurikulum dan

pembelajaran: Teori dan praktik

pengembangan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Zuriah, Nurul. 2001. Penelitian tindakan

kelas (Action Research) dalam

bidang pendidikan (Ed. Revisi).

Malang: Universitas Negeri

Malang

penyusunan instrumen tes dan non .http://id.wikipedia.org/wiki/Bola

tes. Yogyakarta: Mitra Cendekia

Press.

Volly_. diakses pada tanggal 9

April 2014 pukul 19.00.

Ida Bgus Putu Aryana. (2004). .http://id.wikipedia.org/wiki/ Pengembangan perangkat

pembelajaran yang berdasarkan

masalah yang dipadu dengan

strategi kooperatif. Malang: UNM

Nana Sudjana.2005. Penilai hasil proses

belajar mengajar. Bandung: PT

Remaja rosdakarya.

Suharsimi arikunto .2008. Penelitian

tindakan kelas: Jakarta. Bumi

aksara.

Sri Lastuti. 2010. Peningkatan motivasi

dan aktivitas belajar biologi siswa

melalui problem based laerning

(PBL) dengan metode eksplorasi

pada materi pokok

keanekaragaman hayati untuk

siswa kelas x di sma n 1 godean

sleman yogyakarta tahun ajaran

2009/2010. Skripsi, Tidak

dipublikasikan, Universitas Negeri

Yogyakarta, Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin

Abdul Jabar. (2009). Evaluasi

program pendidikan: Pedoman

teoretis bagi mahasiswa dan

praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Surahman. (1998). Pengembangan

bahan ajar. Yogyakarta: Ikip

Yogyakarta. Tim

Teknik-teknikBola Volly_. diakses

pada tanggal 29 April 2014 pukul

19.00.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1262

SURVEI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 WOHA DALAM MENGIKUTI

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Shutan Arie Shandi

Dosen prodi penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

email. [email protected]

ABSTRAK

Permasalahan penelitian adalah seberapa tinggi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa kelas VIII dalam mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani di SMPN 5 Woha Tahun Pelajaran 2015/2016. Maka penelitian ini

ditujukan untuk mengetahui seberapating faktor-faktor yang mempengaruhi

motivasi siswa kelasVIIIdalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmanidi SMPN

5 Woha.

Populasi yang diambil adalah siswa kelas VIII SMPN 5 Woha sejumlah

115 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, yaitu

mengambil secara acak 50 siswa sampel. Selanjutnya data yang terkumpul

dianalisis menggunakan skala motivasi dan deskriptif persentase dan hipotesis

diuji dengan analisis regresi linear.

Dari hasil penelitian disimpulkan motivasi siswa kelas VIIISMPN 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam kategori tinggi. Jika dirinci, faktor intrinsik

92% mempengaruhi motivasi, sedangkan faktor ekstrinsik 96%. tingginya

pengaruh faktor intrinsik disebabkan derajat kesehatan siswa yang tinggi sebesar

94%), perhatian sebesar 82,7%,minat sebesar 78,7%,sertabakatsebesar 75%.

Faktor ekstrinsik tinggi karena metode mengajar guru memiliki variasi yang

tinggiyaitu 82%, dukungan alat pelajaran sebesar 77,3%, waktu pelajaran memiliki

kesesuaian dengan kondisi siswa 92% serta kondisi lingkungan memiliki

dukungan 96%.

Berdasarkan kesimpulan, penulis menyarankan : 1) Bagi siswa hendaknya

dapat mempertahankan motivasinya. 2) Bagiguru hendaknya dapat

mempertahankan metode mengajarnya dan selalu berinovasi dalam mengajar. 3)

Bagi sekolah diharapkan untuk senantiasa berusaha meningkatkan sarana dan

prasarana dalam mata pelajaran penjas seiring dengan perkembangan teknologi

pendidikan jasmani saat ini.

Kata Kunci: Motivasi; Pendidikan Jasmani; Minat; Bakat

PENDAHULUAN

Di Indonesia, mata pelajaran

jasmani beberapa kali berganti nama.

Nama terakhir adalah Pendidikan

Jasmani tanpa ditambah kesehatan.

Perubahan nama ini tidak berarti menghilangkan perhatian terhadap

kesehatan siswa. Kesehatan siswa

tetap menjadi perhatian utama, tetapi

kesehatan siswa merupakan dampak

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1263

dari pendidikan jasmani. Nama pendidikan jasmani lebih

menegaskan bahwa mata pelajaran

ini menggunakan aktivitas jasmani

sebagai media untuk tujuan

pembelajarannya. (Depdikbud,

2003:2).

Melalui pendidikan jasmani

diharapkan kesehatan siswa tetap

terjaga. Seorang siswa yang

mempunyai tingkat kesehatan

jasmani yang baik akan dengan

mudah melakukan aktivitas belajar

dengan lancar. Dengan demikian

motivasi mengikuti pelajaran akan

meningkat karena jasmani yang baik.

Sedangkan motivasi itu sendiri

menurut Oemar Hamalik (2005:106),

adalah suatu perubahan energi dalam

diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi mendorong seseorang

melakukan sesuatu untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapainya.Disini

motivasi adalah sangat penting,

motivasi merupakan konsep yang

menjelaskan alasan seseorang

berperilaku. Apabila terdapat dua

anak yang memiliki kemampuan

sama dan memberikan peluang dan

kondisi yang sama untuk mencapai

tujuan, kinerja dan hasil yang dicapai

oleh anak yang termotivasi akan

lebih baik dibandingkan dengan anak

yang tidak termotivasi. Motivasi

menentukan tingkat berhasil atau

gagalnya kegiatan belajar siswa.

Belajar tanpa motivasi sulit untuk

mencapai keberhasilan secara

optimal (Oemar Hamalik, 2005:108).

Hal ini dapat diketahui dari

pengalaman dan pengamatan sehari-

hari. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka

tidak akan terjadi kegiatan belajar

pada diri anak tersebut. Walaupun

begitu, hal itu kadang-kadang

menjadi masalah karena motivasi

bukanlah suatu kondisi. Apabila

motivasi anak itu rendah, umumnya

diasumsikan bahwa prestasi yang

bersangkutan akan rendah dan besar

kemungkinan ia tidak akan mencapai

tujuan belajar. Bila hal ini tidak

diperhatikan, tidak dibantu, siswa

gagal dalam belajar. (Catharina,

2004:112).

Pada kenyataannya motif setiap

orang dalam belajar dapat berbeda

satu sama lain. Ada siswa yang rajin

belajar karena ingin menambah ilmu

pengetahuan, adapula siswa yang

belajar karena takut dimarahi oleh

orang tua.Adanya perbedaan

motivasi tersebut dipengaruhi oleh

motivasi instrinsik yang muncul

dalam diri sendiri tanpa dipengaruhi

oleh sesuatu diluar dirinya. Dan

motivasi ekstrinsik yang muncul

dalam diri seseorang karena adanya

pengaruh dari luar seperti: guru,

orang tua dan lingkungan sekitar.

Seseorang yang motivasinya

besar akan menampakkan minat,

perhatian, konsentrasi penuh,

ketekunan tinggi, serta berorientasi

pada prestasi tanpa mengenal

perasaan bosan, jenuh apalagi

menyerah. Sebaliknya siswa yang

rendah motivasinya akan terlihat

acuh tak acuh, cepat bosan, mudah

putus asa dan berusaha menghindar

dari kegiatan. Dalam kaitannya

dengan kegiatan, motivasi erat

hubungannya dengan aktualisasi diri

sehingga motivasi yang paling

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1264

mewarnai kebutuhan siswa dalam belajar adalah motivasi belajar untuk

mencapai prestasi yang tinggi.

Berdasarkan pengamatan saat

pengalaman di lapangan (PPL),

pendidikan jasmani merupakan mata

pelajaran yang paling ditunggu-

tunggu oleh siswa. Hal ini

dikarenakan siswa merasa jenuh dan

pikirannya sudah terlalu tegang

akibat melakukan proses belajar

mengajar di kelas. Biasanya

pelajaran yang dilakukan di dalam

kelas memerlukan konsentrasi yang

tinggi, suatu perhatian serius akan

melelahkan siswa dalam berpikir,

terutama mata pelajaran yang eksak

seperti: matematika, fisika, kimia,

dan biologi.

Tentunya mata pelajaran

tersebut di atas banyak memeras

pikiran didalam memahaminya

sehingga ketika akan ganti pelajaran

pendidikan jasmani siswa ingin

rasanya bel pergantian pelajaran

cepat-cepat berbunyi. Sewaktu bel

pergantian pelajaran berbunyi maka

siswa merasa senang, secara tidak

langsung siswanya langsung

mengganti pakaiannya dengan

pakaian olahraga dan langsung

menuju ke lapangan. Siswa akhirnya

melampiaskan kejenuhannya

kedalam pelajaran penjas akibatnya

mereka antusias dalam mengikuti

pelajaran penjas.

Dalam hal ini siswa termotivasi

mengikuti pelajaran penjas tentunya

disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya: yang pastinya

pendidikan jasmani merupakan

masuk dalam kurikulum kelas VIII

SMP sebagai syarat untuk naik kelas

yang tercantum dalam nilai rapot.

Ada yang ingin mendapat nilai plus, ada yang ingin menjaga kesehatan

badan, ada juga yang menyalurkan

hobinya sehingga ingin menjadi

seorang atlet. Seseorang melakukan

aktivitas karena didorong oleh

adanya faktor-fakor, kebutuhan

biologis, insting dan mungkin unsur-

unsur kejiwaan yang lain serta

adanya pengaruh perkembangan

budaya manusia. (Sardiman A. M,

2006:77).

KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Motivasi

Menurut Slameto (2003:170)

menyatakan bahwa motivasi adalah

suatu proses yang menentukan

tingkatan kegiatan, intensitas,

konsistensi, serta arah umum dari

tingkah laku manusia.Menurut

Dimiyati dan Mudjiono (2002:80)

motivasi adalah dorongan mental

yang menggerakkan dan

mengarahkan perilaku manusia,

termasuk perilaku belajar.Dalam

motivasi terkandung adanya

keinginan, harapan, kebutuhan,

tujuan, sasaran, dan insentif.Keadaan

inilah yang mengaktifkan,

menggerakkan, menyalurkan, dan

mengarahkan sikap dan perilaku

individu belajar.

Menurut Oemar Hamalik

(2005:106), motivasi adalah suatu

perubahan energi dalam diri (pribadi)

seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan.Menurut Sardiman

A. M. (2006:73), motivasi adalah

suatu perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan

munculnya ’’feeling’ dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1265

Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang

mendorong seseorang untuk bereaksi

dalam berbagai situasi. Sedangkan

menurut RochmanNatawidjaya

(1979:78) menyatakan motivasi

adalah suatu proses untuk

menggiatkan motif-motif menjadi

perbuatan atau tingkah laku, yang

mengatur tingkah laku atau perbuatan

untuk memuaskan kebutuhan atau

menjadi tujuan.

Gambar 2.1. Proses Terjadinya

Motivasi (Rochman Natawidjaya,

1979:79)

Motivasi

Motif yang mendasari tingkah

laku manusia banyak jenisnya dan

dapat digolongkan berdasarkan latar

belakang perkembangannya, motif

dapat dibagi menjadi dua yaitu motif

primer dan sekunder. 1.) Motif primer

adalah motif bawaan, tidak dipelajari.

Motif ini timbul akibat proses

kimiawi fisiologik yang terdapat pada

setiap orang. 2.) Motif sekunder

adalah motif yang diperoleh dari

belajar melalui pengalaman. Motif

sekunder ini, oleh beberapa ahli

disebut juga motif sosial.Lidgren

menyatakan bahwa motif sosial

adalah motif yang dipelajari dan

bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting

(Darsono, 2000:62).

Menurut Bimo Walgito

(2003:224) menyatakan bahwa motif

dibagi menjadi dua yaitu motif

fisiologis dan motif sosial. 1.) Motif

fisiologis adalah dorongan yang

berkaitan dengan kebutuhan-

kebutuhan untuk melangsungkan

eksistensinya sebagai mahluh hidup.

Seperti ketika lapar ada dorongan

untuk makan, haus ada dorongan

untuk minum. Karena itu motif ini

sering disebut sebagai motif dasar

(basic motives) atau motif primer

(primery motives). 2.) Motif sosial

adalah motif yang mempelajari dalam

kelompok sosial (social group).

McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984)

berpendapat bahwa motif sosial itu

dapat dibedakan dalam (1) motif

berprestasi (achievement motivation),

(2) motif kebutuhan afiliasi (need for

affiliation), (3) motif kebutuhan

berkuasa (need for power).

a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah

motivasi yang tercakup dalam situasi

belajar yang bersumber dari

kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa

sendiri. Motivasi ini sering disebut

motivasi murni atau motivasi yang

sebenarnya, yang timbul dari dalam

diri peserta didik misalnya keinginan

untuk mendapat ketrampilan tertentu,

memperoleh informasi dan

pemahaman, mengembangkan sikap

untuk berhasil, menikmati kehidupan

secara sadar memberikan sumbangan

kepada kelompok, keinginan untuk

diterima oleh orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1266

motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar,

seperti: angka, ijazah, tingkatan,

hadiah, medali, pertentangan dan

persaingan; yang bersifat negatif ialah

ejekan (ridicule) dan hukuman.

Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan

di sekolah, sebab pembelajaran di

sekolah tidak semuanya menarik

minat, atau sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.Ada kemungkinan

peserta didik belum menyadari

pentingnya bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru.Dalam

keadaan ini peserta didik

bersangkutan perlu dimotivasi agar

belajar. Guru berupaya

membangkitkan motivasi belajar

peserta didik sesuai dengan keadaan

peserta didik itu sendiri (Oemar

Hamalik, 2005:112).

Teori-teori Motivasi

Menurut Catharina (2004:120- 137) menyatakan bahwa teori-teori

motivasi dibagi menjadi 6 antara lain

sebagai berikut:

a. Teori Belajar Behavioral

Para pakar Behaviorisme

menyatakan bahwa tidak perlu

memisahkan teori belajar dengan

motivasi, karena motivasi merupakan

produk dari sejarah penguatan. Siswa

yang diperkuat untuk belajar akan

termotivasi untuk belajar, namun bagi

siswa yang tidak mendapatkan

penguatan dalam belajar maka anak

itu tidak termotivasi untuk belajar.

b. Teori Kebutuhan Manusia

Abraham Maslow merupakan

pakar teori kebutuhan manusia yang

menjelaskan konsep motivasi untuk

memenuhi berbagai kebutuhan.

Banyak kebutuhan dasar yang

semuanya harus dipenuhi, seperti

makan, rasa aman, cinta dan perawatan harga diri yang positif.

c. Teori Disonansi

Teori disonansi menyatakan

bahwa kebutuhan untuk

mempertahankan citra diri yang

positif merupakan motivator yang

sangat kuat. Kebanyakan perilaku

anak diarahkan pada upaya

pemenuhan standar personalnya.

Misalnya jika anak memiliki

keyakinan bahwa dirinya adalah anak

yang baik dan jujur, maka anak itu

akan berperilaku baik dan jujur

walaupun tidak ada anak lain yang

melihatnya.

d. Teori Kepribadian

Istilah motivasi umumnya

digunakan untuk menggambarkan

suatu dorongan kebutuhan atau

keinginan untuk melakukan sesuatu.

Anak pergi ke perpustakaan karena

ingin mencari buku yang dibutuhkan;

atau ingin memperoleh nilai yang

baik pada semua mata pelajaran agar

memperoleh rangking satu. Itulah

sebabnya istilah motivasi dapat

diterapkan pada perilaku di berbagai

situasi.

e. Teori Atribusi

Teori ini berupaya memahami

penjelasan dan alasan-alasan perilaku,

terutama apabila diterapkan pada

keberhasilan atau kegagalan anak.

Weiner menyatakan ada tiga

karakteristik dalam menjelaskan

kegagalan atau keberhasilan anak,

yaitu: penyebab keberhasilan atau

kegagalan itu dipandang dari dalam

(dalam diri anak) atau dari luar;

dipandang sebagai sesuatu yang

bersifat stabil atau tidak stabil,

dipandang dari sesuatu yang dapat

dikendalikan atau tidak dapat

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1267

dikendalikan.

f. Teori Motivasi Berprestasi

Salah satu teori motivasi paling

penting dalam psikologi adalah

motivasi berprestasi, yakni

kecenderungan untuk mencapai

keberhasilan atau tujuan, dan

melakukan kegiatan yang mengarah

pada kesuksesan/ kegagalan. Siswa

yang meempunyai motivasi

berprestasi, mereka cenderung

memiliki patner belajar yang cakap

dalam mengerjakan tugas (Catharina,

2004:120-137).

g. Motivasi Belajar

Menurut pendapat aliran

Skolastik belajar adalah mengulang-

ulang bahan yang harus dipelajari

(Sumadi Suryabrata, 1984:244).

Sedangkan menurut OemarHamalik

(2005:36) menyatakan bahwa belajar

adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman.

Belajar adalah suatu tingkah laku atau

kegiatan dalam rangka

mengembangkan diri, baik dalam

aspek kognitif, psikomotor, maupun

sikap.Agar kegiataan ini terwujud,

harus ada motivasi, yang disebut

motivasi belajar (Max Darsono,

2000:64). Menurut Slameto

menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar adalah sebagai

berikut:

1. Faktor Intern

a. Kesehatan Sehat berarti dalam keadaan

baik segenap badan beserta bagian-

bagiannya/bebas dari penyakit.

Kesehatan adalah keadaan atau hal

sehat. Kesehatan seseorang

berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan

terganggu, selain itu juga ia akan

cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya

lemah, kurang darah ataupun ada

gangguan- gangguan/kelainan-

kelainan fungsi alat inderannya serta

tubuhnya.

b. Perhatian

Perhatian menurut Gazali

adalah keaktifan jiwa yang

dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata

tertuju kepada suatu obyek

(benda/hal) atau sekumpulan objek.

Untuk dapat menjamin hasil yang

baik, maka siswa harus mempunyai

perhatian terhadap bahan yang

dipelajarinya, jika bahan pelajaran

tidak menjadi perhatian siswa, maka

timbulah kebosanan, sehingga ia

tidak lagi suka belajar. Agar siswa

dapat belajar dengan baik,

usahakanlah bahan pelajaran itu

sesuai dengan hobi atau bakatnya.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa

kegiatan.Kegiatan yang diminati

seseorang, diperhatikan terus-

menerus yang disertai dengan rasa

senang.Jadi berbeda dengan

perhatian, karena perhatian sifatnya

sementara (tidak dalam waktu yang

lama) dan belum tentu diikuti dengan

perasaan senang, sedangkan minat

selalu dikuti dengan perasaan senang

dan dari situ diperoleh kepuasan.

d. Bakat

Bakat atau aptitude menurut

Hilgard adalah: ”the city to learn”.

Dengan perkata lain bakat adalah

kemampuan untuk belajar.

Kemampuan itu baru terealisasi

menjadi kecakapan yang nyata

sesudah belajar atau berlatih. Orang

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1268

yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik

dengan lancar dibandingkan dengan

orang lain yang kurang/tidak berbakat

dibidangnya.

2. Faktor Ekstern

a. Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu

cara/jalan yang harus dilalui dalam

mengajar. Metode mengajar guru

yang kurang baik akan

mempengaruhi belajar siswa yang

tidak baik pula. Metode mengajar

yang kurang baik itu dapat terjadi

misalnya karena guru kurang

persiapan dan kurang menguasai

bahan pelajaran sehingga guru

tersebut menyajikannya tidak jelas

atau sikap guru terhadap siswa atau

mata pelajaran itu sendiri tidak baik,

sehingga siswa kurang senang

terhadap pelajaran atau

gurunya.Akibatnya siswa malas untuk

belajar.

b. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat

hubungannya dengan cara belajar

siswa, karena alat pelajaran yang

dipakai oleh guru pada waktu

mengajar dipakai pula oleh siswa

untuk menerima bahan yang

diajarkan itu. Alat pelajaran yang

lengkap dan tepat akan memperlancar

penerimaan bahan pelajaran yang

diberikan kepada siswa. Jika siswa

mudah menerima pelajaran dan

menguasainya, maka belajarnya akan

menjadi lebih giat dan maju.

c. Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu

terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat pagi hari,

sore, /malam hari. Waktu sekolah

juga mempengaruhi belajar siswa.Jika

terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat

dipertanggungjawabkan kecuali ada

hal yang mendesak seperti

keterbatasan ruangan kelas.Dimana

siswa harus beristirahat, tetapi

terpaksa masuk sekolah hingga

mendengarkan pelajaran sambil

mengantuk. Sebaliknya siswa belajar

di pagi hari, pikiran masih segar,

jasmani dalam kondisi yang baik. Jika

siswa bersekolah pada waktu kondisi

badannya sudah lelah/lemas,

misalnya pada siang hari, akan

mengalami kesulitan didalam

menerima pelajaran. Kesulitan itu

disebabkan karena siswa sukar

berkonsentrasi dan berfikir pada

kondisi badan yang lemah tadi.

2. Pentingnya Motivasi Dalam

Belajar

Bagi siswa pentingnya

motivasi belajar sebagai berikut :

a. Menyadarkan kedudukan pada

awal belajar, proses, dan hasil

akhir.

b. Menginformasikan tentang

kekuatan usaha belajar, bila

dibandingkan dengan teman

sebaya.

c. Mengarahkan kegiatan belajar.

d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya

perjalanan belajar.

Motivasi belajar juga penting

diketahui oleh guru. Pengetahuan dan

pemahaman tentang motivasi belajar

pada siswa bermanfaat bagi guru

sebagai berikut :

1. Membangkitkan, meningkatkan,

dan memelihara, semangat siswa

untuk belajar sampai berhasil.

2. Motivasi siswa yang bermacam- macam, sehingga guru dapat

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1269

menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.

3. Meningkatkan dan menyadarkan

guru untuk memilih satu diantara

peran seperti: sebagai penasihat,

fasilitator, instruktur, teman

diskusi, penyemangat, pemberi

hadiah, atau guru pendidik.

4. Memberi peluang guru untuk

kerja keras rekayasa pedagogis.

3. Cara Memotivasi Siswa Belajar

Memotivasi belajar penting

artinya dalam proses belajar siswa,

karena fungsinya yang mendorong,

menggerakkan, dan mengarahkan

kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-

prinsip penggerakan motivasi belajar

erat kaitannya dengan prinsip-prinsip

belajar sebagai berikut :

a. Kebermaknaan

Siswa akan suka dan

bermotivasi belajar apabila hal-hal

yang dipelajari mengandung makna

tertentu baginya. Kebermaknaan

sebenarnya bersifat personal karena

dirasakan sebagai sesuatu yang

penting bagi diri seseorang.Ada

kemungkinan pelajaran yang

disajikan oleh guru tidak dirasakan

sebagai bermakna berusaha

menjadikan pelajarannya dengan

makna bagi semua siswa.Caranya

ialah dengan mengaitkan

pelajarannya dengan pengalaman

masa lampau siswa, tujuan-tujuan

masa mendatang, minat serta nilai-

nilai yang berarti bagimereka.

b. Modelling

Siswa akan suka

memperoleh tingkah laku baru bila

disaksikan dan ditirunya. Pelajaran

akan lebih mudah dihayati dan

diterapkan oleh siswa jika guru

mengajarkannya dala bentuk tingkah

laku model, bukan dengan hanya menceramahkan/menceritakannya

secara lisan. Dengan model tingkah

laku itu, siswa dapat mengamati dan

menirukan apa yang diinginkan oleh

guru. Beberapa petunjuk yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut

:Guru supaya menetapkan aspek-

aspek penting dari tingkah laku yang

akan dipertunjukkan sebagai model.

Jelaskan setiap tahap dan keputusan

yang akan ditempuh agar mudah

diterima oleh siswa.

c. Komunikasi terbuka

Siswa lebih suka belajar bila

penyajian terstruktur supaya pesan-

pesan guru terbuka terhadap

pengawasan siswa. Ada bebepar cara

yang dapat ditempuh untuk

melaksanakan komunikasi terbuka,

yaitu sebagai berikut :

1. Kemukakan tujuan yang hendak

dicapai kepada para siswa agar

mendapat perhatian siswa mereka.

2. Tunjukkanhubungan-

hubungan,kunciagarsiswabenar-

benar mamahami apa-apa yang

sedang diperbincangkan.

3. Jelaskan pelajaran secara nyata,

diusahaka menggunakan media

instruksional sehingga lebih

menjelaskan masalah yang sedang

dibahas.

d. Hubungan pengajaran dengan

masa depan siswa.

Pelajaran dirasakan akan

bermakana bagi diri siswa apabila

pelajaran itu dapat dilaksanakan atau

digunakan pada kehidupan sehari-hari

diluar kelas pada masa mendatang.

Untuk itu, guru hendaknya

menyajikan macam-macam situasi

yang mungkin ditemui oleh siswa

pada waktu mendatang.Untuk itu

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1270

mereka membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu. Bila siswa

telah menyadaritentang kemungkinan

aplikasi pelajaran tersebut maka

sudah tentu motivasi belajar akan

tergugah dan merangsang kegiatan

belajar lebih efektif.

e. Latihan/Praktek yang Aktif dan

Bermanfaat

Siswa lebih senang belajar

jika mengambil bagian yang aktif

dalam latihan/praktek untuk mencapai

tujuan pengajaran.Praktek secara aktif

berarti siswa mengerjakan sendiri,

bukan mendengarkan ceramah dan

mencatat pada buku tulis.

f. Latihan Terbagi

Siswa lebih senang belajar

jika latihan dibagi menjadi sejumlah

kurun waktu yang pendek. Latihan-

latihan secara demikian akan lebih

meningkatkan motivasi siswa belajar

dibandingkan dengan latihan yang

menggunakan sekaligus dalam jangka

waktu yang panjang. Cara yang

terakhir itu akan melelahkan siswa,

bahkan mungkin menyebabkan

mereka tidak menyenangi pelajaran,

serta mengalami kekeliruan dalam

mempraktekkannya.

g. Kurangi Secara Sistematik

Paksaan Belajar

Pada waktu mulai belajar,

siswa perlu diberi paksaan atau

pemompaan.Akan tetapi bagi siswa

yang sudah mulai mengusai

pelajaran, maka secara sistematik

pemompaan itu dikurangi dan

akhirnya lambat laun siswa dapat

belajar sendiri.Harus dihindarkan

jangan sampai mau belajar tergantung

pada pemompaan saja.Lagi pula

pemompaan itu jangan terlalu segera

dihilangkan karena mungkin siswa mendapat kekeliruan.Cara itu

memeng perlu dilaksanakan dalam

rangkaian meningkatkan motivasi

belajar siswa.

h. Kondisi yang Menyenangkan.

Siswa akan lebih senang melanjutkan

belajarnya jika kondisi pengajaran

menyenangkan. Meka guru dapat

melakukan cara berikut :

1. Usahakan jangan mengulangi hal-

hal yang telah mereka ketahui,

karena akan menyebabkan

kejenuhan.

2. Suasana fisik kelas jangan sampai

memebosankan.

3. Hindarkan terjadinya frustasi

dikarenakan situasi kelas yang tak

menentu atau mengajukan

permintaan yang tak masuk akal,

dan diluar jangkauan pikiran

manusia.

4. Hirdarkan suasana kelas yang

bersifat emosional sebagai akibat

adanya kontak personal.

Adapun upaya-upaya yang bisa

dilakukan untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa adalah sebagai

berikut:

1. Memahami keadaan seorang

siswa.

2. Memberi harapan yang nyata.

3. Memberi insentif (hadiah).

4. Mengarahkan periaku siswa.

5. Menggairahkan anak didik.

6. Mendorong rasa ingin tahu.

7. Menyajikan pelajaran menjadi

menarik

i. Motivasi Berolahraga

Kita menyadari bahwa

prestasi olahraga yang tinggi tidak

hanya tergantung pada penguasaan

teknik dan taktik saja, tetapi peranan

kemantapan jiwa dalam latihan dan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1271

pertandingan ternyata juga ikut menentukan. Menurut Harsono dalam

Herman Subardjah (2000:22)

mengemukakan bahwa, ”...olahraga

bukan hanya merupakan masalah

fisik saja, yaitu yang berhubungan

dengan gerakan-gerakan anggota

tubuh, otot tulang dan sebagainya.”

Motivasi berprestasi

merupakan suatu dorongan yang

terjadi dalam diri individu

untuksenantiasa meningkatkan

kualitas tertentu dengan sebaik-

baiknyaatau lebih dari biasa

dilakukan.Motivasi berprestasi dapat

didefinisikan sebagai dorongan untuk

berbuat baik berdasarkan standar

yang paling baik.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Data hasil penelitian

berupajawabanyangdiperolehdarisisw

a terhadap pertanyaan-

pertanyaanyang tertuang dalam

angket yang berisi skala motivasi

tentang faktor-

faktoryangmempengaruhimotivasibel

ajarsiswakelasVIII dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani di SMP

Negeri 5 WohaTahun Pelajaran

2015/2016 berupa data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah data yang

berupa angka-angka atau bilangan-

bilangan.Selanjutnya data yang

bersifat kuantitatif, yang berwujud

angka-angka hasil perhitungan dari

jawaban siswa terhadap

pertanyaandianalisis dengan

menggunakan aplikasi pengolah

statistik yaitu software SPSS versi 20

untuk Windows. Dari hasil olah

statistik tersebut, berikut adalah

deskripsi data variabel motivasi

siswa berdasarkan output SPSS (Lampiran 13)

Tabel 4.1 Deskripsi Data Variabel

Motivasi Siswa Variabel N Min Max Sum Mean Std.

Dev

Varia

nce

Motivasi 50 24 38 1.584 31,68 3,755 14,1 Faktor Ins 50 10 20 822 16,44 2,628 6,9

Faktor 50 10 20 854 17,08 2,530 6,4

Eks. Sumber : Data diolah

Dari tabel di atas terungkap

bahwa jumlah sampel (N) adalah 50,

masing-masing skor terendah (Min)

untuk skor skala motivasi : 24 faktor

instrinsik : 10 dan faktor ekstrinsik :

10. Sedangkan skor tertinggi untuk

skala motivasi : 38 faktor instrinsik :

20 dan faktor ekstrinsik : 20, dengan

total skor (Sum) untuk skala motivasi

: 1,584 faktor instrinsik : 822 dan

faktor ekstrinsik : 854. Adapun rata-

rata (Mean) skala motivasi : 31,68

faktor instrinsik : 16,44 dan faktor

ekstrinsik : 17,08. Yang lainnya

adalah standar deviasi dan nilai

varians data.

Untuk melihat distribusi

frekuensi persentase skala motivasi

dapat dilihat dalam output SPSS

berikut ini :

Tabel 4.2 Deskripsi Persentase Skala

Motivasi Siswa

Persent ase

Frequency Percent Valid Percent

Cumulativ e Percent

60 2 4.0 4.0 4.0

65 4 8.0 8.0 12.0

70 6 12.0 12.0 24.0

75 12 24.0 24.0 48.0

80 4 8.0 8.0 56.0

85 11 22.0 22.0 78.0

90 8 16.0 16.0 94.0

95 3 6.0 6.0 100.0

Total 50 100.0 100.0 Sumber : Data diolah menggunakan

SPSS versi 20.

Berdasarkan tabel di atas

dapat dilihat bahwa skala motivasi

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1272

siswa kesemuanya berada di atas 50% atau dalam kategori tinggi. Yang

persentasenya tertinggi adalah yang

memiliki persentase 75% yaitu

terdistribusi sebanyak 12 orang atau

24%. Distribusi frekuensi untuk

faktor instrinsik dan ekstrinsik dapat

pula dilihat dalam output SPSS

berikut ini :

Tabel 4.3 Deskripsi Frekuensi

Persentase Faktor Instrinsk

Freque ncy

Percent Valid Percent

Cumula tive

Percent

50 4 8.0 8.0 8.0

70 6 12.0 12.0 20.0

80 19 38.0 38.0 58.0

90 13 26.0 26.0 84.0

100 8 16.0 16.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas

dapat dilihat bahwa skor faktor

instrinsik siswa sebanyak 4 orang

berada pada 50% atau dalam kategori

rendah. Sedangkan sisanya 46 orang

lebih dari 50% atau dalam kategori

tinggi. Yang distribusi persentasenya

tertinggi adalah yang memiliki

persentase 80% yaitu terdistribusi

sebanyak 19 orang atau 38%.

Tabel 4.4Deskripsi Frekuensi

Persentase Faktor Ekstrinsik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulati ve

Percent

50 2 4.0 4.0 4.0

60 2 4.0 4.0 8.0

70 4 8.0 8.0 16.0

80 12 24.0 24.0 40.0

90 19 38.0 38.0 78.0

100 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0 Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas

dapat dilihat bahwa skor faktor

ekstrinsik siswa sebanyak 2 orang

berada pada 50% atau dalam kategori rendah. Sedangkan sisanya 48 orang

lebih dari 50% atau dalam kategori

tinggi. Yang distribusi persentasenya

tertinggi adalah yang memiliki

persentase 90% yaitu terdistribusi

sebanyak 19 orang atau 38%.

Hasilanalisis

datadisajikandengancaradijumlahkan

dan dibandingkan dengan jumlah

yang diharapkan dan diperoleh

persentase. Hasil persentase tersebut

kemudian ditafsirkan dengan kalimat

yang bersifat deskriptif.

Halinidimaksudkanuntukmempermud

ahdalam memahamihasilakhirdalam

mengkualifikasikan hasil penelitian

tersebut. Berikut ini disajikan data

secara keseluruhan dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

a. Faktor Instrinsik

Guna mengungkap faktor

instrinsik yang mempengaruhi

motivasi siswa kelasVIII dalam

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani di SMP Negeri 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016

digunakan 10 butir pertanyaan,

Masing-masingpertanyaan diberikan

2 opsi jawaban yaitu setuju dan tidak

setuju, yang skornya adalah 0 untuk

tidak setuju dan 2 untuk

setuju. Sehingga skor minimal = 0 x

10 = 0 dan skor maksimal = 2 x 10 =

20. Jadi rentang skor=0–20 =20.

Intervalkelas=20:2=10. Dari

perhitungan tersebut dapat dibuat

tabel kategori sebagai berikut:

Tabel 4.5 Kategori Faktor Intrinsik Interval Skor Interval Persentase Kategori

10,1 - 20 0,0 – 10,0

51 % - 100 % 0 % - 50 %

Tinggi Rendah

Sumber : data yang diolah

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1273

Dari kriteria tersebut, apabila siswa mempunyai persentase skor

antara 0% - 50%, maka faktor

instrinsiknya termasuk dalam kategori

rendah, apabila antara 5 1% - 1 0 0 %,

maka termasuk dalam kategori tinggi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif

persentase pada lampiran

menunjukkan bahwa rata-rata skor

faktor instrinsik 16,44 dengan

persentase 82,2 % dan termasuk

kategori tinggi. Dari jawaban skala

motivasi masing-masing siswa

diperoleh hasil seperti disajikan pada

tabel berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Faktor Instrinsik Interval

Persentase

Kriteria Frekuensi Persentase

51 % - 100 % 0 % - 50 %

Tinggi

Rendah 46 4

92 % 8 %

Jumlah 50 100%

Sumber : data yang diolah

Lebih jelasnya gambaran faktor

instrinsik yang mempengaruhi

motivasi siswa disajikan secara grafis

pada diagram batang berikut ini.

Tabel 4.7 Deskripsi Tiap Indikator

Faktor Instrinsik yang Mempengaruhi

Motivasi Belajar

3 Minat 15,7 78,7% Tinggi

4 Bakat 15 75% Tinggi

Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel 4.7 di

atas tampak bahwa indikator

kesehatan bagi siswa kelasVIII

SMPN 5 Woha Tahun Pelajaran

2015/2016 sangat mempengaruhi

motivasinya dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani dalam

kategori tinggi (94%). Hal tersebut

disebabkan hampir seluruh siswa

menjaga kebugaran tubuh dan

mengoptimalkan fungsi organ tubuh

melalui aktivitas olahraga secara baik

sehingga menghindarkan mereka dari

berbagai penyakit sehingga kondisi

ini akan menunjang siswa untuk

dapat belajar secara baik.

Indikator perhatian siswa

kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun

Pelajaran 2015/2016 dalam

mempengaruhi motivasi mengikuti

mata pelajaran pendidikan jasmani

termasuk kategori tinggi (82,7%). Hal

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Faktor Instrinsik yang

Mempengaruhi Motivasi

Belajar

100%

0%

KATEGORI

TINGGI RENDAH

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Indikator Faktor Instrinsik yang

Mempengaruhi Motivasi Belajar

100%

90%

80%

70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%

94%

82.70% 78.70%

75%

Kesehatan

Indikator Perhatian Minat Bakat

No Indikator Rata-rata

Skor Persentase Kriteria

1 Kesehatan 18,8 94% Tinggi

2 Perhatian 16,5 82,7% Tinggi

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1274

tersebut dikarenakan sebagian besar siswa memperhatikan pelajaran

yang diajarkan oleh guru serta

berkonsentrasi penuh selama

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani.

Untuk indikator minat siswa

kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun

Pelajaran 2015/2016dalam

mempengaruhi motivasi mengikuti

mata pelajaran pendidikan jasmani

termasuk kategori tinggi (78,7%). Hal

tersebut dikarenakan pelajaran

pendidikan jasmani yang

dilaksanakan guru dipandang siswa

menarik dan sesuai dengan cita-cita

dari sebagian besar siswa.

Terakhir untuk indikator bakat

siswa siswa kelas VIII di SMPN 5

Woha Tahun Pelajaran 2015/2016

dalam mempengaruhi motivasi

mengikuti mata pelajaran pendidikan

jasmani termasuk kategori

tinggi(75%). Hal tersebut

dikarenakan para siswa telah

memiliki hobi kemampuan pada

berbagai bidang olahraga yang

diajarkan serta memiliki keinginan

untuk mengembangkannya.

b. Faktor Ekstrinsik

Guna mengungkap faktor

ekstrinsik yang mempengaruhi

motivasi siswa kelas VIII dalam

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani di SMPN 5 Woha Tahun

Pelajaran 2015/2016 digunakan 10

butir pertanyaan, Masing-masing

pertanyaan diberikan 2 opsi jawaban

yaitu setuju dan tidak setuju, yang

skornya adalah 0 untuk tidak setuju

dan 2 untuk setuju. Sehingga skor

minimal : 0 x 10 = 0 dan skor

maksimal : 2 x 10 = 20. Jadi rentang

skor :0 – 20 = 20. Interval kelas: 20 :

2 = 10. Dari perhitungan tersebut

dapat dibuat tabel kategori sebagai

berikut:

Tabel 4.8 Kategori Faktor Ekstrinsik Interval Skor Interval Persentase Kategori

10,1 - 20

0,0 – 10,0

51 % - 100 %

0 % - 50 %

Tinggi

Rendah

Sumber : data yang diolah Berdasarkan kriteria tersebut,

apabila siswa mempunyai persentase

skor antara 0%- 50%, maka faktor

ekstrinsiknya termasuk dalam kategori

rendah, apabila antara 51%- 100%

maka faktor eksterinsiknya termasuk

dalam kategori tinggi. Berdasarkan

hasil analisis deskriptif persentase

pada lampiran menunjukkan bahwa

rata-rata skor faktor ekstrinsik sebesar

1,708 dengan persentase 85,4% dan

termasuk kategori tinggi. Ditinjau

dari jawaban angket masing-masing

siswa diperoleh hasil seperti

disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Faktor Ekstrinsik Interval

Persentase

Kriteria Frekuensi Persentase

51 % - 100 %

0 % - 50 %

Tinggi

Rendah

48

2

96 %

4 %

Jumlah 50 100%

Sumber : data yang diolah

Lebih jelasnya data tentang

faktor ekstrinsik yang

mempengaruhi motivasi siswa kelas

VIII dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani di SMPN 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016 dapat

disajikan secara grafis pada

diagrambatang berikut ini.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1275

Faktor ekstrinsik yang

mempengaruhi motivasi mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani dalam

kategori tinggi yaitu 96%, sedangkan

selebihnya yaitu 4% dalam kategori

rendah. Ditinjau dari tiap-tiap

indikator faktor ekstrinsik yang

mempengaruhi motivasi belajar siswa

diperoleh hasil seperti disajikan pada

tabel berikut dan grafik:

Tabel 4.10 DeskripsiTiap Indikator

Faktor Instrinsik yang Mempengaruhi

Motivasi Belajar

Sumber : data yang diolah

Berdasarkan tabel dan grafik di atas tampak bahwa metode

mengajar dari guru pendidikan

jasmani kelas VIII di SMPN 5 Woha

mampu mempengaruhi motivasi

siswa mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani dalam kategori tinggi (82%).

Hal ini disebabkan cara mengajar

yang dilakukan guru telah bervariasi

sehingga mudah diterima oleh siswa.

Alat pelajaranyang adadi

SMPN 5 Woha mampu

mempengaruhi motivasi dalam

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani dalam kategori tinggi

(77,3%). Hal ini disebabkan alat-alat

yang digunakan dalam pelajaran

pendidikan jasmani sudah dianggap

cukup modern, lengkap dan penuh

inovatif sehingga mampu mendorong

siswa untuk lebih sunguh-sungguh

dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani.

Waktu mengajar yang

diterapkan pihak sekolah telah

mampu mempengaruhi motivasi

siswa kelas VIII di SMPN 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam

mengikuti mata pelajaran pendidikan

jasmani dalam kategori tinggi

(92%).Hal ini disebabkan karena jam

pelajaran yang diterapkan cenderung

terlalu sore sehingga membuat siswa

kurang bersemangat dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani karena

sebelumnya siswa mengikuti

pelajaran lain di dalamkelas yang

melelahkan.

Kondisi lingkungan siswa

kelas VIII di SMPN 5 Woha Tahun

Pelajaran 2015/2016 mempengaruhi

motivasinya dalam mengikuti mata

pelajaran pendidikan jasmani dalam

kategori tinggi(96%). Hal ini

Gambar 4.4 Grafik Distribusi Indikator Faktor Eksstrinsik yang

Mempengaruhi Motivasi Belajar

100%

50%

0%

8727%.30%75% 92.00%

Indikator

Metode Mengajar Alat Pelajaran

Waktu Kondisi Lingkungan

Gambar 4.3 Grafik Distribusi Faktor Eksstrinsik yang

Mempengaruhi Motivasi Belajar

150%

100%

50%

0%

KATEGORI

TINGGI RENDAH

No Indikator Rata-rata Persentase Kriteria

1 Metode mengajar 16,4 82% Tinggi

2 Alat pelajaran 15,5 77,3% Tinggi

3 Waktu 18,4 92% Tinggi

4 Kondisi 19,2 96% Tinggi

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1276

disebabkan karena lingkungan keluarga maupun lingkungan

pergaulan siswa yaitu teman-teman

mereka mendukung kepada mereka

dalam melakukan kegiatan olahraga.

PEMBAHASAN

Motivasi mempunyai peranan

penting dalam dunia pendidikan,

karena motivasi merupakan salah satu

faktor yang memungkinkan siswa

lebih konsentrasi, lebih semangat dan

menimbulkan perasaan gembira

sehingga siswa tidak mudah bosan,

tidak mudah lupa dalam

usahanyauntukbelajar. Bagisiswa,

motivasi ini sangat penting karena

dapat menggerakkan perilakunya

kearah yang positif sehingga mampu

menghadapi segala tuntutan, kesulitan

serta menanggung resiko dalam

studinya. Menurut Catharina

(2004:112) mengatakan bahwa

motivasi mendorong seseorang

melakukan sesuatu untuk mencapai

tujuan yang ingin dicapainya. Disini

motivasi adalah sangat penting,

motivasi merupakan konsep yang

menjelaskan alasan seseorang

berperilaku.

Pada dasarnya motivasi

belajar seseorang ditentukan oleh dua

faktor, yaitu faktor instrinsik yang

ada pada diri siswa dan faktor

ekstrinsik yang tumbuh atas dorongan

dari luar diri siswa. Hasil deskripsi

data menunjukkan bahwa faktor

instrinsik pada diri siswa kelas VIII

di SMPN 5 Woha mampu

mempengaruhi motivasinya dalam

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani dalam kategoritinggi

(82,2%). Hal ini disebabkan siswa

kelas VIII di SMPN 5 WohaTahun

Pelajaran 2015/2016 telah memiliki

derajat kesehatan yang sangat tinggi (80,46%). Hal tersebut dikarenakan

dengan mengikuti pelajaran penjas

tubuh aktif bergerak semua sehingga

organ-organ tubuh berfungsi dengan

baik dan kebugaran tubuh akan

terjaga. Hal ini sesuai dengan

pendapat Slameto (2003:54) yang

menyatakan bahwa kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap

belajarnya. Agar seseorang dapat

belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan badannya

tetap terjamin.

Secara keseluruhan mereka

juga telah memiliki perhatian yang

tinggi pada mata pelajaran

pendidikan jasmani (79,2%). Hal

tersebut dikarenakan siswa selalu

memperhatikan dan berkonsentrasi

sewaktu menerima pelajaran

pendidikan jasmani. Hal ini sesuai

dengan pendapat Slameto (2003:56)

yang menyatakan bahwa untuk

menjamin hasil yang baik, maka

siswa harus mempunyai perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya.

Mereka juga memiliki minat

yang tinggi dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani

(78,7%), Hal tersebut dikarenakan

pelajaran penjas berada di lapangan

sehingga bisa melampiaskan

kejenuhan setelah mengikuti

pelajaran eksak di dalam kelas serta

pelajarannya menarik. Akibatnya

siswa merasa puas dan senang

mengikuti pelajaran penjas. Hal ini

sesuai dengan pendapat Slameto

(2003:57) yang menyatakan bahwa

kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus-menerus yang

disertai dengan rasa senang dan disitu

diperoleh kepuasan.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1277

Mereka memiliki bakat dalam bidang olahraga yang tinggi (75%).

Hal tersebut dikarenakan siswa

mengikuti pelajaran penjas sesuai

dengan kemampuan bakat yang

dimilikinya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Slameto (2003:57) yang

menyatakan bahwa jika bahan

pelajaran yang dipelajari siswa sesuai

dengan bakatnya, maka hasil

belajarnya lebih baik karena ia

senang belajar dan pastilah

selanjutnya ia lebih giat lagi dalam

belajarnya itu.

Selain dipengaruhi faktor

instrinsik yang tinggi, motivasi siswa

kelas VIII dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani di SMPN 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016 juga

dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik

yang masuk dalam kategori tinggi

pula (85,4%). Bahkan jika dilihat dari

bobot persentase yang diperoleh

menunjukkan bahwa faktor ekstrinsik

memiliki persentase yang sedikit

lebih tinggi dalam mempengaruhi

motivasi siswa kelas VIII SMPN 5

Woha Tahun Pelajaran 2015/2016

dalam mengikuti pelajaran

pendidikan jasmani.

Ditinjau dari tiap-tiap

indikator faktor ekstrinsik diketahui

bahwa metode mengajar guru di

SMPN 5 Woha mempengaruhi

motivasi siswa dalam kategori tinggi

(82%). Hal tersebut dikarenakan

metode mengajar guru penjas yang

mudah dipahami dan diterima oleh

siswa serta bervariasi sehingga tidak

membosankan siswa dalam menerima

pelajaran. Hal ini sesuai dengan

pendapat Slameto (2003:65) yang

menyatakan bahwa guru yang

progresif berani mencoba metode-

metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan

belajar mengajar, dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar.

Alat pelajaran pendidikan

jasmani yang ada di SMPN 5 Woha

mempengaruhi motivasi siswa dalam

kategori tinggi (77,3%). Hal tersebut

dikarenakan peralatan yang lengkap

sangat diperlukan untuk kelancaran

proses belajar mengajar. Hal ini

sesuai dengan pendapat Slameto

(2003:68) yang menyatakan bahwa

alat pelajaran yang lengkap dan tepat

akan memperlancar penerimaan

bahan pelajaran yang diberikan

kepada siswa.

Waktu pelajaran

mempengaruhi motivasi siswa dalam

kategori tinggi (92%). Mereka

termotivasi belajar di pagi hari. Hal

tersebut dikarenakan siswa yang

seharusnya beristirahat di sore

harinya akan tetapi digunakan untuk

menerima pelajaran penjas sehingga

tidak bisa berkonsentrasi penuhdalam

menerima pelajaran. Halini sesuai

dengan pendapat Slameto (2003:68)

yang menyatakan bahwa waktu

sekolah juga mempengaruhi belajar

siswa, jika terjadi siswa terpaksa

masuk sekolah disore hari sebenarnya

kurang dapat dipertanggung

jawabkan. Di mana siswa harus

beristirahat, tetapi terpaksa masuk

sekolah, hingga mereka

mendengarkan pelajaran sambil

mengantuk.

Kondisi lingkungan

mempengaruhi motivasi siswa dalam

kategori tinggi (96%). Hal tersebut

dikarenakan siswa terpengaruh

dengan lingkungan teman- temannya

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1278

yang suka terhadap aktivitas olahraga penjas serta suasana

pembelajaran yang menyenangakan.

Hal ini sesuai dengan pendapat

Max Darsono (2000:67) yang

menyatakan bahwa lingkungan siswa

ada tiga yaitu lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Guru harus

berusaha mengelola kelas,

menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, menampilkan diri

secara menarik, dalam rangka

membantu siswa termotivasi dalam

belajar.

Secara umum dapat dijelaskan

bahwa motivasi merupakan faktor

batin yang memiliki fungsi

menimbulkan, mendasari, dan

mengarahkan perbuatan seseorang

dalam belajar. Seorang yang besar

motivasinya akan giat berusaha,

tampak gigih, tidak mau menyerah

untuk meningkatkan prestasi serta

memecahkan masalah yang

dihadapinya. Sebaliknya siswa yang

motivasinya rendah, tampak acuh tak

acuh, mudah putus asa, perhatiannya

tidak tertuju pada pelajaran yang

akibatnya siswa akan mengalami

kesulitan belajar. Motivasi juga dapat

menggerakkan siswa mengarahkan

tindakan serta memilih tujuan belajar

yang dirasa paling berguna bagi

kehidupannya.

Motivasi dapat menentukan

baik tidaknya dalam mencapai tujuan

sehingga semakin besar motivasi

belajar seorang siswa akan semakin

besar kesuksesannya dalam belajar.

Hal ini sesuai dengan pendapat

Menurut Slameto (2003:170)

menyatakan bahwa motivasi adalah

suatu proses yang menentukan

tingkatan kegiatan, intensitas,

konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia. Perilaku yang

termotivasi dan diperhatikan terus-

menerus yang disertai dengan rasa

senang, dan pada akhirnya akan

memperoleh hasil yang memuaskan

dari kegiatan tersebut.

Dengan adanya berbagai

faktor baik instrinsik maupun

ekstrinsik yang mampu

mempengaruhi motivasi siswa kelas

VIII di SMPN 5 Woha Tahun

Pelajaran 2015/2016 dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani, hal

tersebut tentunya akan berdampak

positif terhadap kegiatan

pembelajaran penjas yang telah

diikuti oleh siswa, selain kegiatan

pembelajaran dapat berjalan secara

baik, hasil yang akan dicapai siswa

pun juga akan menjadi lebih baik

pula. Dengan demikian megenai

penguasaan materi yang diterima oleh

siswa akan mengarah pada

pencapaian tujuan pembelajaran

penjas itu sendiri yang meliputi:

pengembangan aspek fisik,

pengembangan psikomotor,

pengembangan kognitif dan

pengembangan psikis / afektif pada

diri siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasannya, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Faktor instrinsik pada diri siswa

kelas VIII di SMPN 5 Woha

Tahun Pelajaran 2015/2016

mampu mempengaruhi

motivasinya dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani

dalam kategori tinggi (92%)

sedangkan faktor ekstrinsik juga

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1279

mampu mempengaruhi motivasinya dalam mengikuti

pelajaran pendidikan jasmani

dalamkategori tinggi pula (96%).

2. Tingginya pengaruh faktor

intrinsik terhadap motivasi siswa

disebabkan siswa telah memiliki

derajat kesehatan yang tinggi

(94%), memiliki perhatian yang

tinggi pada mata pelajaran

pendidikan jasmani (82,7%),

memiliki minat yang tinggi dalam

mengikuti pelajaran pendidikan

jasmani (78,7%), serta memiliki

Depdikbud. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan

Penilaian MataPelajaran

Pendidikan Jasmani. Jakarta

Dimiyati & Mujiono. 2002. Belajar

dan Pembelajaran. Jakarta:

Dirjen Perguruan Tinggi dan

Depdikbud

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002.

Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi

Research Jilid 1. Yogyakarta:

Andi Offset .

bakat dalam bidang olahraga yang . 2001. Metodologi tinggi (75%). Sedangkan tingginya

pengaruh faktor ekstrinsik

disebabkan karena metode

mengajar guru memiliki variasi

yang tinggi (82%), alat pelajaran

pendidikan jasmani yang ada

Research Jilid 2. Yogyakarta:

Andi Offset

Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan

Pengajaran Berdasarkan

PendekatanSistem. Jakarta:

Bumi Aksara

memiliki inovasi dan kelengkapan . 2005. Kurikulum

yang tinggi (77,3%), waktu

pelajaran memiliki kesesuaian

dengan kondisi siswa yang tinggi

pula (92%) serta kondisi

lingkungan yang mendukung

tinggi (96%).

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur

Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta

. 2002. Prosedur

Penelitian. Jakarta: Rineka

Cipta

Azari, Akyas. 2000. Psikologi Umum

dan Perkembangan. Jakarta:

Teraju

Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan

Skala Psikologi. Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Darsono. Max dkk. 2000. Belajar

Dan Pembelajaran.

Semarang: IKIP

dan Pembelajaran. Jakarta:

Bumi Antariksa

Natawidjaya, Rochman. 1979.

Psikologi Pendidikan. Jakarta:

CV Mutiara

Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta: Rajawali Pers

Singarimbun, Masri. dan Effendi,

Sofian. 1989. Metode

Penelitian Survai. Jakarta: PT

Pustaka

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Subardjah, Herman. 2000. Psikologi

Olahraga. Jakarta: Depdiknas

Sudradjat SW, 1985. Statistika

Nonparametrik. Bandung: CV

Armico 58

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1280

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

CV.Alfabeta:

Bandung

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi

Pendidikan. Yogyakarta: PT

Raja Grafindo Persada

Surya, Mohammad. 2004. Psikologi

Pembelajaran dan

Pengajaran. Bandung:

Pustaka Bani Quraisi

Tri Anni, Catharina dkk. 2004.

Psikologi Belajar. Semarang:

UPT MKK UNNES Semarang

Press

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar

Psikologi Umum. Yogyakarta:

Andi Yogyakarta

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1281

MENINGKATKAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN DALAM

PERMAINAN SEPAK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN

METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V

DI SDN 1 RUPE KECAMATAN LANGGUDU

KABUPATEN BIMA

Sri Lastuti, S.Pd.Si., M.Pd. 1)

Rafidin, S.Pd.2)

,

STKIP Taman Siswa Bima1)

, Penjaskes Rek. STKIP Taman Siswa Bima2)

,

[email protected])

, [email protected])

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan dasar-dasar sepak bola

bagi siswa dengan metode demonstrasi di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten

Bima terutama dalam hal meningkatkan kecepatan dan kelincahan dalam permainan sepak

bola siswa dengan menggunakan metode demonstarasi di SDN 1 Rupe Kecamatan

Langgudu Kabupaten Bima. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif dengan guru wali kelas V di SDN 1 Rupe

Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V di

SDN 1 Rupe sejumlah 33 orang siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan teknik observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan tes. Teknik analisis

data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif (data non tes) dan analisis

data kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan dasar-

dasar sepak bola siswa dengan metode demonstrasi di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu

Kabupaten Bima yaitu siklus I 63,63% siklus II 90,90%. Dan perolehan nilai Kecepatan

dan kelincahan sepak bola siswa dengan menggunakan metode demonstarasi di SDN 1

Rupe Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima yaitu pada siklus I sebanyak 23 siswa atau

78,79% mencapai nilai kelincahan dan kecepatan yang distandarkan oleh guru dan pada

siklus II sebanyak 33 siswa atau 100% mencapai kecepatan dan kelincahan seperti yang

ditargetkan.

Kata kunci: speed, agility, football, demonstrations method.

IMPROVING SPEED AND AGILITY SKILLS IN SOCCER GAME USING

DEMONSTRATION IN CLASS V IN SDN 1 RUPE SUB DISTRICT

LANGGUDU BIMA

Abstract

This study aims to improve the mastery of the basics of football for students with

methods of demonstration at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima, especially in terms

of improving the speed and agility in the game of football students using demonstarasi at

SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima. This type of research is a classroom action

research conducted collaboratively participatory V homeroom teacher at SDN 1 Langgudu

Rupe District of Bima. The subjects of this study is the fifth grade students at SDN 1 Rupe

number of 33 students. Data collection techniques in this study using observation,

documentation, field notes and tests. Data analysis techniques in this study is qualitative

data analysis techniques (data non-test) and quantitative data analysis. Results of this study

showed that increasing mastery of the basics of football students with the method of

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1282

demonstration at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima ie cycle I Cycle II 63.63%

90.90%. And the acquisition value of speed and agility football student using demonstarasi

at SDN 1 Langgudu Rupe District of Bima is the first cycle as many as 23 students or

78.79% to the value of agility and speed that is standardized by the teacher and the second

cycle as many as 33 students or 100% achieve speed and agility as targeted.

Keywords: Kecepatan, Kelincahan, sepak bola, metode demonstrasi.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan cara yang

srategis untuk mencetak sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas.

Dengan kebijakan yang berkelanjutan

khususnya dalam dunia pendidikan di

indonesia, bukan mustahil pendidikan di

indonesia akan menciptakan SDM yang

berwawasan luas dan berkualitas.

Sumber daya manusia yang berkualitas

akan membawa pada kemajuan bangsa

terutama dalam menjadikan masyarakat

madani. Sehingga dengan adanya

pendidikan yang bermutu maka semua

hal yang berhubungan dengan masalah

pendidikan akan cepat terselesaikan.

Salah satu Pendidikan yang

mengarahkan pada perkembangan

perkembangan keseluruhan aspek

manusia adalah pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani hakikatnya

adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk

menghasilkan perubahan holistik dalam

kualitas individu baik secara jasmani dan

rohani. Sehingga pendidikan jasmani

merupakan salah satu pendidikan yang

sangat penting dan utama untuk

kemajuan suatu bangsa.

Pendidikan jasmani memiliki

peran yang sangat penting dalam

mengintensifikasi penyelenggaraan

pendidikan sebagai suatu proses

pembinaan manusia yang berlangsung

seumur hidup. Pendidikan jasmani

memberikan kesempatan pada siswa

untuk terlibat langsung dalam aneka

pengalaman belajar melalui aktivitas

jasmani, bermain, dan berolahraga yang

dilakukan secara sistematis ,terarah dan

terencana. Pembekalan pengalaman

belajar itu diarahkan untuk membina,

sekaligus membentuk gaya hidup sehat

dan aktif sepanjang hayat. Badan

Standart Nasional Pendidikan (2006:729)

menyatakan bahwa: pendidikan jasmani

Olahraga dan Kesehatan merupakan

bagian integral dari pendidikan secara

keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan aspek kebugaran

jasmani,keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, keterampilan

sosial, penalaran, stabilitas

emosional,tindakan moral, aspek pola

hidup sehat dan pengenalan lingkungan

bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga

dan kesehatan terpilih yang direncanakan

secara sistematis dalam rangka mencapai

tujuan pendidikan nasional.

Hakekatnya pendidikan jasmani

tidak hanya untuk mengembangkan

badan tetapi juga untuk mengajarkan

perilaku sosial, kebudayaan, dan

menghargai etika serta mengembangkan

kesehatan mental emosional (adisasmita,

1989:2) selain itu adisasmita juga

berpendapat bahwa kegiatan jasmani

tertentu yang dipilih dapat membentuk

sikap / membentuk karakter yang

berguna bagi pelakunya.

Sepak bola merupakan olah raga

yang sederhana dan murah. Bahkan

hampir tidak memerlukan biaya. Namun

bila pertandingan yang professional, olah

raga ini biayanya bisa terbesar dari aneka

cabang olah raga lainnya. Bila dikaji

bersama pola permainan sepak bola. Itu

sederhana, pola permainan hanya

menyerang (Attacktion),

mempertahankan (defention) dan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1283

menyusun posisi strategi ini, keahlian

dan keterampilan masing-masing pemain

tampak jelas, kemauan membawa bola,

menggiring bola, merebut bola,

mempertahankan bola dan mengecoh

lawan. Hal tersebutlah yang sangat

diperlukan oleh setiap pemain untuk

diterapkan dalam kerja sama antara

pemain.

Selain kemampuan membawa

bola, menggiring bola, merebut bola,

mempertahankan bola dan mengecoh

lawan,dalam sepak bola memiliki daya

tahan tubuh yang kuat,lentur,cepat dan

lincah menjadi faktor utama dalam

keberhasilan bermain sepak bola. Faktor

tersebut harus dimiliki para pemain

untuk mengembangkan ke posisi puncak.

Dari faktor-faktor tersebut yang menarik

untuk dikaji bersama adalah faktor

kecepatan dan kelincahan. Kecepatan

dan kelincahan ini dapat dibentuk dari

dalam diri (pembawaan) atau dari luar

diri (karena mampu mengkombinasikan

dari segala teknik yang dimiliki).

Memiliki kecepatan dan

kelincahan yang lebih, bagi setiap

pemain merupakan mudal meraih sukses

untuk mencetak gol, dan

mempertahankan kemasukan bola.

Dengan kemampuan kecepatan dan

kelincahan akan memudahkan pemain

tersebut dalam rangka membawa bola

(menggiring bola) ke hadapan gawang

lawan. Seorang pemain yang mempunyai

kelincahan dan kecepatan yang bagus,

bola yang digiring bagaikan lekat di kaki

dan tentu mudah melewati halangan

lawan dan tidak mudah dikelabuhi

lawan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

maka harus ada lingkungan yang lebih

banyak dari pihak lain seperti keluarga,

sekolah, serta lingkungan pergaulannya.

Berdasarkan observasi, sekolah

yang masih lemah dalam kelincahan dan

kecepatan dalam bermain sepak bola

adalah siswa di SDN 1 Rupe. Hal itu

sangat disayangkan mengingat siswa di

SDN 1 Rupe memiliki potensi yang

besar dalam mengembangkan

kemampuan untuk bermain sepak bola.

Oleh karenanya menmgingat faktor

kecepatan dan kelincaan menjadi aspek

yang sangat penting dalam bersepakbola

maka harus dilakukan upaya

meningkatkan kemampuan sepakbola

siswa di SDN 1 Rupe dalam hal

kecepatan dan kelincahan. Oleh karena

itu peneliti melakukan penelitian dan

memberikan inovasi yang dapat

meningkatkan kecepatan dan kelincahan

siswa dalam bermain sepak bola di SDN

1 Rupe dengan menggunakan metode

demonstrasi.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan di SDN 1 Rupe. Peran guru

disini adalah sebagai observer,

sedangkan peneliti sebagai pengajar dan

perancang pembelajaran. Guru dilibatkan

sejak proses perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, hingga refleksi. Penelitian

ini bermaksud untuk meningkatkan

kecepatan dan kelincahan belajar sepak

bola siswa kelas V di SDN 1 Rupe

dengan cara menggunakan metode

demonstrasi.

Adapun rancangan penelitian

dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar : Desain Penelitian

Dari Gambar di atas dijelaskan

bahwa penelitian ini dilaksanakan dalam

dua siklus. Sebelum melaksanaan siklus

I, peneliti melakukakan perencanaan,

kemudian tahap pelaksanaan kemudian

dilanjutkan dengan

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1284

pengamatan.Selanjutnya melakukan

refleksi dengan tujuan untuk

mengevaluasi penelitian yang telah

dilakukan. Karena pada siklus pertama

belum mendapatkan hasil sesuai dengan

tujuan penelitian yang sudah di tetapkan

maka dilanjutkan pada siklus ke 2,

demikian seterusnya hingga tujuan

penelitian tercapai.

Subyek penelitian ini adalah siswa

kelas V di SDN 1 Rupe sejumlah 33

orang siswa. Adapun objek penelitian ini

adalah keseluruhan proses dan hasil

selama dilaksanakan penelitian.

Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lembar

observasi, catatan lapangan, pedoman

wawancara, dokumentasi dan tes.

Lembar observasi digunakan sebagai

panduan dalam melakukan observasi

atau pengamatan di lapangan.

Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah melakukan

pengamatan secara langsung dan

pencatatan mengenai proses

pembelajaran sepak bola

menggunakan metode demonstrasi

untuk meningkatkan kecepatan dan

kelincahan belajar sepak bola siswa.

Catatan lapangan merupakan

instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini untuk

mendokumentasikan proses

pembelajaran sehingga

mempermudah dalam evaluasi

pelaksanaan pembelajaran dan

sebagai acuan dalam penyusun

laporan. Instrumen berupa pedoman

wawancara disusun untuk

menanyakan dan mengetahui hal-hal

yang tidak dapat atau kurang jelas

diamati pada saat observasi. Selain

itu wawancara juga bertujuan untuk

mempermudah peneliti dalam

melakukan tanya jawab tentang

bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Instrumen lain dalam

penelitian ini adalah Instrumen

dokumentasi yang digunakan untuk

memperkuat data yang diperoleh,

memberikan gambaran secara

kongkrit mengenai kegiatan siswa

pada saat pembelajaran. Adapun

instrumen angket digunakan untuk

memperkuat data peningkatan

kecepatan dan kelincahan belajar

sepak bola siswa yang telah diperoleh

berdasarkan lembar observasi serta

catatan lapangan terutama mengenai

respon siswa terhadap pembelajaran

sepak bola dengan menggunakan

metode demonstrasi.

Instrumen tes diberikan

dengan tujuan untuk mengetahui

kecepatan dan kelincahan belajar

siswa dalam menyelesaikan suatu

permasalahan. Tes berupa soal

uraian, disusun dengan berpedoman

pada indikator untuk mengungkap

kemampuan pemahaman siswa

terhadap materi sepak bola yang

sudah diajarkan. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif (data non-tes) dan

kuantitatif. Dada kualitatif dalam

penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil

observasi dan catatan lapangan. Adapun

analisis data kuantitatif meliputi analisis

data hasil observasi pembelajaran. Data

observasi merupakan data yang didapat

dari hasil observasi tentang

keterlaksanaan pembelajaran sepak bola

dengan menggunakan metode

demonstrasi berdasar lembar observasi.

Untuk jawaban ”ya” pada lembar

observasi diberi skor 1 dan untuk

jawaban ”tidak” diberi skor 0.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1285

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini

dijabarkan berdasarkan hasil yang

diperoleh tiap siklusnya. Penelitian

tindakan ini dilakukan di SDN 1

Rupe Kecamatan Langgudu

Kabupaten Bima. Pelaksanaan

penelitian tindakan ini dilakukan

selama dua siklus yaitu dilaksanakan

pada tanggal 12 Mei 2014 s/d 26 Mei

2014. Setiap siklus dilakukan dua kali

tatap muka dengan alokasi waktu 2 x

45 menit pada setiap tatap muka.

Setiap siklus pembelajaran penjas

diberikan teori dan praktek sepak

bola dengan menggunakan metode

demonstrasi. Setiap siklus terdapat

kegiatan yang meliputi perencanaan

tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi serta refleksi.

Pada siklus pertama, kegiatan

penelitian dimulai dengan

perencanaan. Pada tahap perencanaan

guru melakukan kegiatan-kegiatan

persiapan dalam melaksanakan siklus

I. Adapun kegiatan yang di lakukan

guru yaitu: 1)menyusun rencana

pembelajaran untuk siklus I, 2)

membuat lembar observasi, 3)

membuat lembar angket untuk siklus

I. 4) membuat soal tes formatif untuk

siklus I. 5) menyiapkan alat-alat

pengajaran yang berkaitan dengan

teori dan praktek dalam bermain

sepak bola.

Pada tahap tindakan,

pelaksanaan tindakan penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut: 1)

memberikan motivasi kepada siswa

untuk siap melakukan belajar, 2) guru

memberikan informasi kepada siswa

mengenai tujuan pembelajaran dan

materi yang akan di ajarkan pada

pertemuan tersebut.

Selanjutnya 3) guru membagi siswa menjadi tiga kelompok, 4)

mendiskusikan langkah-langkah

untuk meningkatkan kecepatan dan

kelincahan dalam bermain sepak bola

bersama siswa, mendemonstrasikan

langkah-langkah untuk meningkatkan

kecepatan dan kelincahan dalam

bermain sepak bola bersama siswa,

membimbing siswa mendiskusikan

hasil kegiatan dalam kelompok, dan

siswa melakukan praktek sepak bola

dengan memperagakan teknik-teknik

yang didemontrasikan oleh guru.

Di akhir pembelajaran guru

melakukan penilaian tes formatif dan

psikomotor dari permainan sepak

bola yang dilakukan siswa, kemudian

menuntun siswa untuk menarik

kesimpulan dari pelajaran yang telah

diikuti dan membaca doa penutup

pembelajaran bersama-sama.

Adapun aspek yang dinilai

pada tindakan siklus I yaitu: ranah

psikomotor yang terdiri dari cara

menendang bola, cara mengontrol

bola dan cara mengiring bola,

sedangkan untuk ranah afektif yaitu

terdiri dari kedisplinan, ketekunan

dan ketepatan.

Berdasarkan pelaksanaan

siklus I tersebut, diperoleh hasil

observasi untuk melihat kemampuan

sepakbola siswa dalam hal

penguasaan tehnik-tenik dasar

sepakbola, kecepatan dan kelincahan.

Hasilnya disajikan pada Tabel 1

berikut:

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1286

Nilai Persentse

Rata-Rata Jumlah

(%)

Tabel 1. Penguasaan Kemampuan Sepakbola Siswa

dilihat pada lampiran) tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant.

Kemapuan Jumlah

Siswa

Persentase Adapun aktifitas guru yang dominant

pada siklus I tersebut adalah

Teknik

Dasar

21 63,63% menjelaskan materi yang sulit,

membimbing dan mengamati siswa

Kecepatan 23 69,69%

Kelincahan 23 69,69%

Berdasarkan Tabel 1 diperole

bahwa pada siklus satu setelah

dilakukan demonstrasi disetiap

pertemuan maka diperoleh hasil yang

sudah dianalisis secara keseluruhan

untuk setiap pertemuan siklus I.

Untuk teknik dasar sebanyak 21

siswa yang sudah menguasai,

sedangkan untuk kelincaan dan

kecepatan masing-masing 69,69%.

Arinya sebagian besar siswa sudah

mulai memperlitkan kemampuan

sepakbolanya setelah diberikan

demonstrasi.

Selain itu, diperoleh juga

data kemampuan siswa dari tes

formatif dan ketuntasan belajar siswa

pada Siklus I yang disajikan pada

Tabel 2 dan Tabel 3 berikut :

Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siklus I

Banyak Siswa (Tuntas) 25

Persentase (%) 75,45

Tabel 3. Ketuntasan Belajar Siklus I

A = 85 – 100 0 0%

B = 71 – 84 10 77,8 %

C = 60 – 70 23 22,2%

D = 40 – 59 0 0%

E = 00 – 39 0 0%

Jumlah 33 100 %

Berdasarkan hasil observasi (rekapitulasi hasil observasi dapat

dalam menemukan konsep yaitu 21,7%. Aktivitas lain yang

presentasenya cukup besar adalah

memberi umpan balik/evaluasi/tanya

jawab, menjelaskan materi yang sulit

dan membimbing siswa merangkum

pelajaran yaitu masing-masing

sebesar 18,3% dan 13,3%. Sedangkan

aktivitas siswa yang paling dominant

adalah mengerjakan/ memperhatikan

penjelasan guru yaitu 22,5%.

Aktivitas lain yang presentasenya

cukup besar adalah bekerja dengan

sesama anggota kelompok, diskusi

antar siswa dengan guru, dan

membaca buku/ literature yang

berhubuangan dengan kelincahan dan

kecepatan dalam bermain sepak bola

yaitu masing-masing 18,8% dan

11,5%.

Berdasarkan keseluruhan

tindakan siklus I yang meliputi

perencanaan dan pelaksanaan

tindakan serta hasil observasi yang

dilakukan selam tindakan siklus I

dapat dilakukan tindakan hasil

refleksi. Guru dan observer

melakukan hasil pelaksanaan

tindakan. Adapun permasalahan-

permasalahan yang dihadapi dan

perlu dicari penyelesaianya antara

lain : 1) Guru kurang baik dalam

memotivasi siswa, 2) penyampaian

tujuan pembelajaran perlu

dimaksimalkan, guru kurang baik

pengelolaan waktu dan siswa kurang

antusias selama pembelajaran

berlangsung, 3) pelaksanaan kegiatan

Nilai Rata-rata Tes Formatif

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga

perlu adanya refisi sebagai perbaikan

pada siklus berikutnya.

Adapun perbaikan yang

harus dibenahi olehguru agar

penelitian pada siklus selanjutnya

lebih baik dari siklus sebelumnya

adalah sebagai berikut: 1) guru perlu

lebih terampil dalam memotivasi

siswa, 2) guru lebih memperjelas

penyampaian tujuan pembelajaran .

Dimana siswa diajar untuk terlibat

langsung dalam setiap kegiatan yang

akan dilakukan, dan 3) guru perlu

mendistribusikan waktu secara baik

dengan menambahkan informasi-

informasi yang dirasa perlu dan

memberi catatan. 4) Guru harus lebih

terampil dan bersemangat dalam

mendemonstrasikan teknik-teknik

dalam permainan sepak bola sehingga

siswa lebih antusias dalam mengikuti

pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan hasil refleksi tersebut

maka penelitian dilanjutkan pada

siklus ke II.

Adapun hasil penelitian untuk

siklus II dimulai dengan tahap

perencanaan. Tahap perencanaan

siklus 2 guru telah melakukan

persiapan-persiapan yang lebih

serius. Adapun kegiatan yang di

lakukan antara lain: 1) menyusun

rencana pembelajaran pada siklus

Dua dengan mengacu pada

perbaikan-perbaikan yang telah

dilakukan pada siklus I, membuat

lembar observasi, 3) membuat soal-

soal latihan untuk siklus II , 4)

Menyiapkan media gambar dengan

metode diskusi untuk siklus II , dan

5) membuat lembar angket untuk

siklus II.

Pada tahap tindakan siklus II, kegiatan diaharapkan kompetensi

dasar siswa dapat melakukan

keterampilan salah satu nomor

olahraga beregu dengan

menggunakan bola besar (sepak

bola). Kegiatan pembelajaran pada

siklus II ini dilaksanakan sebanyak

dua kali pertemuan. Pelaksanaan

pembelajaran pada siklus dua

berdasarkan hasil refleksi pada siklus

I yang menunjukan hasil belum

mencapai target yang diinginkan atau

standar minimal yang telah

ditetapkan.

Pada tindakan siklus II guru

memulai kegiatan dengan melakukan

apersepsi. Apersepsi dilakukan untuk

menarik minat dan perhatian siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran

dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan singkat kepada siswa

tentang materi yang pernah diajarkan

sebelumnya, karena materi pada

siklus II masih terkait dengan materi

pada siklus I. Guru menjelaskan poin-

poin yang akan dilaksanakan

bersama. Tidak lupa guru selalu

menanyakan kembali terkait

pemahaman siswa agar pelajaran bisa

melanjutkan ke langkah berikutya.

Pelaksanaan pembelajaran pada

siklus II berdasarkan hasil refleksi

pada siklus I yang menunjukan hasil

belum mencapai target yang

diinginkan atau standar minimal yang

telah ditetapkan. Untuk kegitan

pembelajaran dilaksanakan seperti

pada siklus I dengan memperbaiki

hal-hal yang diperoleh dari hasil

refleksi atau evaluasi.

Adapun aspek yang dinilai

pada tindakan siklus dua sama

dengan penilaian pada siklus I yaitu:

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1287

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1288

Nilai Rata-rata Tes Formatif

Ranah psikomotor yang terdiri dari cara menendang bola, cara

mengontrol bola dan cara mengiring

bola, sedangkan untuk ranah afektif

yaitu terdiri dari kedisplinan,

ketentuan dan ketetapan.

Berdasarkan pelaksanaan

siklus II tersebut, diperoleh hasil

observasi untuk melihat kemampuan

sepakbola siswa dalam hal

yang dilakukan. Adapun pencapaian tes formatif dan ketuntasan belajar

siswa pada siklus II disajikan pada

Tabel 5 dan Tabel 6 berikut :

Tabel 5. Hasil Tes Formatif Siklus II

Banyak Siswa (Tuntas) 28

Persentase (%) 84,84 %

Tabel 6. Ketuntasan Belajar Siklus II

Teknik

Dasar

30 90,90%

Jumlah 33 100 %

Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5

Kecepatan 33 100%

Kelincahan 33 100%

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh bahwa pada siklus satu

setelah dilakukan demonstrasi

disetiap pertemuan maka diperoleh

hasil yang sudah dianalisis secara

keseluruhan untuk setiap pertemuan

siklus II. Untuk teknik dasar

sebanyak 30 siswa yang sudah

menguasai, sedangkan untuk

kelincaan dan kecepatan masing-

masing 100%. Arinya semua siswa

sudah mulai menguasai kemampuan

sepak bola di aspek kemampuan

dasar, kecepatan dan kelincahan

setelah diberikan demonstrasi.

Pada akhir proses belajar

mengajar siswa diberi tes formatif

siklus II dengan tujuan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar

diperoleh hasil ketuntatasan belajar pada siklus II sudah mencapai target.

Berdasarkan hasil observasi

(rekapitulasi hasil observasi dapat

dilihat pada lampiran) tampak bahwa

aktifitas guru yang paling dominan

pada siklus II adalah membimbing

dan mengamati siswa melakukan

latihan yaitu 25%. Jika dibandingkan

dengan siklus I aktifitas ini

mengalami peningkatan. Aktivitas

guru yang mengalami penurunan

adalah memberi umpan balik

(16,6%), menjelaskan/ melatih

menggunakan alat (11,7). Meminta

siswa mendiskusikan dan menyajikan

hasil kegiatan (8,2%) dan

membimbing siswa memperbaiki

kesalahan (6,7%).

Sedangkan untuk aktivitas

siswa yang paling dominan pada

siklus II adalah praktik menggunakan

alat yaitu 21%. Jika jika

dibandingkan dengan siklus I,

penguasaan tehnik-tenik dasar sepakbola, kecepatan dan kelincahan.

Nilai

Jumlah Rata-Rata

Persentse

(%)

Hasilnya disajikan pada Tabel 4 A = 85 – 20 60,60% berikut: 100

Tabel 4. Penguasaan Kemampuan B = 71 – 84 10 30,30 %

Sepakbola Siswa C = 60 – 70 3 9,09%

Kemapuan Jumlah

Persentas

e Siswa

D = 40 – 59 E = 00 – 39

0 0

0% 0%

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1289

aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa mengalami

penurunan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru

17,9%. Diskusi antara siswa dengan

guru (13,8%), mempraktekkan yang

relevan dengan KBM (7,7%) dan

merangkum pembelajaran (6,7%).

Adapun ktivitas siswa yang

mengelami peningkatan adalah

memperhatikan pragaan (12,1%)

menyajikan hasil pembelajaran

(4,6%), menanggapi /mengajukan

pertanyaan (5,4%) dan berlatihan

dengan siswa lain (10,8%).

Proses pembelajaran pada

siklus II secara keseluruhan siswa

terlihat semakin perhatian dengan

materi pembelajaran yang

disampaikan guru. Hal tersebut

ditunjukan dengan siswa semakin

bersemangat dengan mengikuti

proses belajar mengajar. Siswa

semakin terbiasa belajar dengan

menggunakan metode

demonstrasi.Pada tahap refleksi dari

keseluruhan tindakan siklus II yang

meliputi perencanaan dan

pelaksanaan tindakan serta hasil

observasi yang dilakukan selam

tindakan siklus II dapat dilakukan

hasil refleksi.

Dari hasil refleksi pada siklus

II diperoleh bahwa proses

pembelajaran menunjukan hasil yang

sangat baik dan optimal. Hal ini dapat

dilihat dari siswa semakin aktif

selama proses belajar mengajar

berlangsung. Kekurangan pada siklus

sebelumnyan sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehinga

menjadi lebih baik dan hasil belajar

siswa pada siklus II mencapai

ketuntasan.

PEMBAHASAN

Hasil penilitian ini

menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan menggunakan metode

demonstrasi dapat meningkatkan

kecepatan dan kelincahan siswa

dalam bermain sepak bola. Hal ini

ditunjukan dengan semakin

meningkatnya nilai tes perbuatan

maupun nilai afektif yang diperoleh

siswa dari siklus I hingga siklus II.

Adapun peningkatan pencapaian nilai

perolehan siswa tersebut yaitu pada

siklus I dan II diperoleh persentase

pencapaian siswa yaitu pada siklus I

secara klasikal sebesar 63,63% dan

pada siklus II meningkat menjadi

90,90%. Begitupun halnya

pencapaian siswa dengan

menggunakan ujian tertulis yaitu

pencapaian siswa pada siklus I

sebesar tujuh orang siswa belum

mencapai ketuntasan belajar dan pada

siklus II sebanyak 33 siswa mencapai

ketuntasan belajar. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dan pembahasan maka diperoleh hasil

sebagai berikut: 1) peningkatan

penguasaan dasar-dasar sepak bola

siswa dengan metode demonstrasi di

SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu

Kabupaten Bima yaitu siklus I

63,63% siklus II 90,90%. Dan 2)

perolehan nilai kecepatan dan

kelincahan sepak bola siswa dengan

menggunakan metode demonstarasi

di SDN 1 Rupe Kecamatan Langgudu

Kabupaten Bima yaitu pada siklus I

sebanyak 23 siswa atau 78,79%

mencapai nilai kelincahan dan

kecepatan yang distandarkan oleh

guru dan pada siklus II 33 siswa

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1290

atau 100% mencapai kecepatan dan kelincahan seperti yang ditargetkan. SARAN

Berdasarkan hasil yang

diperoleh peneliti selama melakukan

proses penelitian, maka diberikan

beberapa saran sebagai berikut: 1)

untuk menerapkan metode

demontrasi memerlukan persiapan

yang cukup matang, sehingga guru

harus mempu menentukan atau

memilih topik yang benar-benar bisa

diterapkan dengan metode

demonstrasi dalam proses belajar

mengajar sehingga diperoleh hasil

yang optimal. 2) dalam rangka

meningkatkan prestasi belajar siswa,

guru hendaknya lebih sering melatih

siswa dengan berbagai metode

pembelajaran, walaupun dalam taraf

yang sederhana, dimana siswa

nantinya menemukan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga siswa berhasil

atau mampu memecahkan masalah-

masalah yang di hadapinya. 3) Perlu

adanya penelitian yang lebih lanjut,

karna hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN I Rupe Langgudu

Tahun pelajaran 2013 /2014. 4)

Untuk penelitian yang serupa

hendaknya dilakukan perbaikan agar

diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih, C. (2005). Belajar

dan pembelajaran. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 19,

Tahun 2005, tentang Standar

Nasional Pendidikan.

Depdiknas. (2009). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 41,

Tahun 200, tentang Standar Proses Pendidikan.

Djemari Mardapi. (2008). Teknik

penyusunan instrumen tes dan

non tes. Yogyakarta: Mitra

Cendekia Press.

Ida Bgus Putu Aryana. (2004).

Pengembangan perangkat

pembelajaran yang

berdasarkan masalah yang

dipadu dengan strategi

kooperatif. Malang: UNM

Nana Sudjana.2005. Penilai hasil

proses belajar mengajar.

Bandung: PT Remaja

rosdakarya.

Suharsimi arikunto .2008. Penelitian

tindakan kelas: Jakarta. Bumi

aksara.

Sri Lastuti. 2010. Peningkatan

motivasi dan aktivitas belajar

biologi siswa melalui problem

based laerning (PBL) dengan

metode eksplorasi pada materi

pokok keanekaragaman hayati

untuk siswa kelas x di sma n 1

godean sleman yogyakarta

tahun ajaran 2009/2010. Skripsi, Tidak dipublikasikan,

Universitas Negeri Yogyakarta,

Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto & Cepi

Safruddin Abdul Jabar. (2009).

Evaluasi program pendidikan:

Pedoman teoretis bagi

mahasiswa dan praktisi

pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Surahman. (1998). Pengembangan

bahan ajar. Yogyakarta: Ikip

Yogyakarta. Tim

GBS.2007.kamus lengkap

Biologi. Jakarta: GBS Jakarta.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1291

Wina Sanjaya. (2009). Kurikulum dan pembelajaran: Teori dan praktik

pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Zuriah, Nurul. 2001. Penelitian

tindakan kelas (Action

Research) dalam bidang

pendidikan (Ed. Revisi).

Malang: Universitas Negeri

Malang

.http://id.wikipedia.org/wiki/

metode demonstrasi_. diakses

pada tanggal 29 April 2014

pukul 19.00.

.http://id.wikipedia.org/wiki/

sepak bolar_. diakses pada

tanggal 29 April 2014 pukul

19.00.

Biodata Penulis:

Sri Lastuti, M.Pd.

Lahir di Bima pada tanggal 7 Juni 1988.

Jenjang pendidikan yang ditempuh mulai

jenjang sarjana (S1) pada jurusan

pendidikan Biologi Universitas Negeri

Yogyakarta (UNY) dan lulus pada tahun

2010. Pada tahun 2013 berhasil

menyelesaikan jenjang magister (S2)

pada jurusan Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan (PEP) di program pascasarja

UNY. Saat ini tercatat sebagai salah satu

dosen tetap di Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Taman Siswa Bima.

Rafidin, S.Pd.

Lahir di Bima-NTB pada tanggal ..

Menyelesaikan pendidikan S1 pada

program studi Penjaskes Rek. di Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (STKIP) Taman Siswa

Bima dan sekarang tercatat sebagai

guru Pengawai Negeri Sipil di SDN 1 Rupe.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1292

KORELASI ANTARA FLEKSIBILITAS TUBUH TERHADAP KEMAMPUAN

TEKNIK SERVIS YANG TEPAT DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW

Agustinus dan Samsudin

Program Studi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

[email protected]

Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara fleksibilitas tubuh terhadap kemampuan teknik service yang tepat

dalam permainan sepak takraw pada siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo Satap

Kabupaten Bima tahun pelajaran 2012/2013. Variabel dalam penelitian ini adalah

fleksibilitas sebagai variabel X dan kemampuan teknik servis sebagai variabel Y.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif.

Populasi dalam penelitian ini yyaitu pada siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 59 orang siswa.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yyaitu tes

fleksibilitas tubuh dan tes kemampuan teknik servis yang tepat dalam permainan

sepak takraw. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan analisis statistik dengan rumus korelasi product moment.

Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata r hitung lebih besar dari t tabel (3,134 >

1,701), dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Maka kesimpulan dalam

penelitian ini “Ada Korelasi yang signifikan antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik servis yang tepat dalam permainan sepak takraw pada siswa

putra kelas VIII SMPN 7 Donggo Satap Kabupaten Bima tahun pelajaran

2012/2013”.

Kata Kunci : Fleksibilitas tubuh, Kemampuan teknik servis yang tepat, Permainan

sepak takraw.

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan

jaman di era globalisasi seperti

sekarang ini, sumber daya manusia

dituntut untuk berpacu dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, khususnya dalam cabang

olahraga sepak takraw. Dewasa ini

hampir semua cabang olahraga

mengalami peningkatan prestasi baik

yang sifatnya terukur maupun

kompetisi, mengingat hal ini

didukung oleh adanya fasilitas dan

sarana yang serba modern dan tenaga-

tenaga pelatih yang profesional.

Namun demikian dalam menentukan

prestasi atlit kondisi tubuh baik secara

anatomis, fisiologis dan psikologis

juga merupakan penentu dalam

pencapaian prestasi.

Cabang olahraga sepak takraw

di Indonesia mengalami pasang surut.

bankan hampir kurang mendapatkan

perhatian dari berbagai kalangan

masyarakat. Namun demikian cabang

ini masih tetap diakui untuk

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

dipertandingkan pada setiap kejuaraan tingkat nasional, seperti

halnya pada kejuaraan PON ke XV

2009 beberapa tahun lalu. Secara

historis dalam menentukan prestasi

atlit sepak takraw tidak hanya

ditentukan dari hasil latihan-latihan

disebuah club saja, akan tetapi justru

pembibitan dasar di mulai dari

pendidikan formal. Kita tahu bahwa

usia anak berkaitan erat dengan

tingkat penentuan prestasi, oleh

karena itu pemerintah mengupayakan

pendidikan formal mulai dari sekolah

dasar sampai perguruan tinggi. Hal

ini tertuang dalam Garis-Garis Besar

Haluan Negara (GBHN) 1993 : 129)

disebutkan tentang tujuan Pendidikan

Nasional sebagai berikut:

“Pendidikan nasional bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia

Indonesia yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

pekerti luhur, berkepribadian,

mandiri, maju, tangguh, cerdas,

kreatif, terampil, berdisiplin, beretos

kerja, profèsional, bertanggung jawab

dan produktif serta sehat jasmani atau

rohani.

Sepak Takraw merupakan

olahraga tradisional bangsa-bangsa di

Asia Tenggara termasuk juga bangsa

Indonesia. Daerah-daerah di

Indonesia yang terlebih dahulu

memainkan sepak takraw adalah

Sulawesi Selatan (Makasar),

Sumatera Barat (Minang Kabau),

Riau, Kalimantan (Kandangan ) dan

Jawa Barat (Banten), semua

merupakan daerah yang berada di

pesisir pantai. Daerah-daerah inilah

yang terlebih dahulu dan aktif

memasalkan, mengembangkan dan

meningkatkan olahraga sepak takraw, sehingga sangatlah wajar kalau

daerah Sulawesi Selatan dan Riau

selalu unggul da prestasi dan menjadi

juara pada kejuaraan-kejuaraan

Nasional (Ratinus Darwis, 1992).

Kemampuan teknik dasar

antara satu dengan lainnya

merupakan kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Selain teknik dasar dalam

permainan sepak takraw dimaksud,

seorang pemain harus pula menguasai

teknik khusus bermain sepak

takraw.Teknik khusus bermain sepak

takraw adalah cara-cara bermain

sepak takraw yang meliputi sepak

mula, menerima sepak mula,

mengumpan, smesh, dan block atau

menahan. Tanpa dikuasainya teknik

tersebut, permainan sepak takraw

tidak mungkin dilaksananakan

dengan baik dan sempurna.

Selanjutnya dalam upaya peningkatan

prestasi olahraga perlu terus

dilaksanakan pembinaan olahragawan

sediri mungkin melalui pencarian dan

pemantauan bakat, pembibitan,

pendidikan dan pelatihan olahraga

prestasi yang didasarkan pada ilmu

pengetahuan dan teknologi secara

lebih efektif dan efisien serta

peningkatan kualitas organisasi

keolahragaan baik ditingkat nasional

maupun di tingkat daerah. Begitu

halnya dengan cabang olahraga sepak

takraw yang merupakan salah satu

jenis olahraga khas Indonesia,

diperlukan adanya suatu upaya

pembinaan dan pelatihan yang intens

untuk menghasilkan fleksibilitas

tubuh yang baik, dengan fleksibilitas

tubuh yang baik akan memudahkan

dalam melakukan servis bola.

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1293

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Servis bola merupakan salah satu komponen yang cukup

menentukan keberhasilan dalam suatu

pertandingan sepak takraw. Namun

demikian untuk dapat melakukan

servis yang baik perlu dukungan

unsur–unsur kesegaran jasmani salah

satunya adalah kelentukan tubuh yang

maksimal. Kelentukan tubuh akan

memberikan kemudahan bagi seorang

pemain dalam melakukan servis.

Berangkat dari pemikiran

tersebut maka peneliti berkeinginan

untuk meneliti tentang “ Korelasi

antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

pada permainan sepak takraw siswa

putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun

pelajaran 2012/2013”.

KAJIAN PUSTAKA

a. Permainan Sepak Takraw

Permainan sepak takraw

berlangsung tanpa menggunakan

tangan untuk memukul bola bahkan

bola tidak boleh menyentuh

lengan.Bola hanya menyentuh atau

dimainkan kaki, pada dada, bahu, dan

kepala.Permainan sepak takraw

diawali dengan sepak mula sebagai

servis yang dilakukan oleh

tekong.Sepak mulai dilakukan tekong

atas lambungan bola oleh pelambung

yang diarahkan ke tekong.

Pelambung adalah salah satu pemain

depan, pada waktu dia

melambungkan bola kea rah tekong.

Tekong harus berada didalam

lingkaran yang telah disediakan.

Begitu juga tekong, pada waktu

melakukan sepak mula salah satu

kakinya harus tetap berada didalam

lingkaran tempat tekong melakukan

sepak mula salah satu kakinya harus

tetap berada didalam lingkaran tempat tekong melakukan sepak

mula. Tekong mengarahkan bola

kedaerah lawan melaui atas net

(jaring), dilain pihak lawan harus

menerima bola itu dan

mengembalikan ke dalam lawan.

Dalam hal ini mereka diberi

kesempatan menyentuh bola

sebanyak tiga kali (Sudrajad

Prawirasaputra, 2000). Dengan

demikian perlulah bahwa seorang

pemain sepak takraw itu banyak

berlatih diri dengan menggunakan

kaki atau sepakan. Namun tidak

berarti bahwa unsur lain atau

kemampuan lain tidak perlu atau

tidak penting yang dapat diabaikan,

factor-faktor lain pun banyak lagi

yang menunjang peningkatan prestasi

Sepak Takraw.

Salah satu daya tarik yang

ditemui dalam permainan Sepak

Rakraw adalah teletak pada gerakan

Smash. Smesh merupakan gerakan

terakhir dalam gerakan kerja

serangan, untuk itu perlu dipelajari

dan dilatih secara teratur. Latihan

adalah suatu proses mempersiapkan

oranisme atlet secara sistematis untuk

mencapai mutu prestasi maksimal

yang diberi beban fisik dan mental

yang teratur, terarah, meningkat, dan

berulang-ulang waktunya (Suharno,

1978).

Permainan sepak rakraw

dilakukan oleh dua regu yang

berhadapan didepan lapangan yng

disahkan oleh net (jaring) yang

terbentang membelah lapangan

menjadi dua bagian. Setiap regu yang

berhadapan tediri atas 3 orang pemain

yang bertugas sebagai tekong yang

berdiri paling belakang, dua orang

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1294

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

lainya menjadi pemain depan yang berada disebelah kiri dan kanan

disebut apit kiri dan apit kanan.

Ada beberapa komponen

pendukung yang harus diperhatikan

dalam pencapaian prestasi seorang

atlit dalam permainan sepak Takraw

(Suharno, 1978; 54).diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Kekuatan (strength) adalah

komponen kondisi fisik

seseorang tentang kemampuan

dalam mempergunakan otot

untuk menerima beban sewaktu

bekerja. Contohnya Apabila

seorang pemain menerima smash

dari lawan atau pada saat latihan

beban untuk event yang besar

(SEA GAMES, PON, dan lain-

lain)

2. Daya tahan (Endurance) dalam

hal ini dikenal 2 macam daya

tahan. Daya tahan Umum

(General Endurance) adalah

kemampuan seseorang dalam

mempergunakan sistem jantung,

paru – paru dan peredaran

darahnya secara efektif dan

efisien untuk menjalankan kerja

secara terus rnenerus yang

melibatkan kontraksi sejumlah

otot – otot. dengan intensitas

tinggi dalam waktu yang cukup

lama.b aya tahan Otot (Local

Endurance) adalah kemampuan

seseorang dalam

mempergunakan ototnya untuk

berkontraksi secara terus

menerus dalam waktu yang

relatif lama dengan beban

tertentu. Contohnya: Seorang

pemain yang akan menghadapi

suatu turnamen pertandingan

yang besar, secara otomatis

pemain tersebt harus berlatih lebih tekun, rutin dan keras serta

bagaimana pemain tersebut

menghadapi lawan tanding dalam

tim agar tim / regunya menang.

3. Daya Ledak (Muscular Power)

adalah kemampuan seseorang

untuk mempergunakan kekuatan

maksimum yang dikerahkan

dalam waktu yang sependek –

pendeknya. Dalam hal ini dapat

dinyatakan bahwa daya ledak.

Contohya: seperti pelompat

tinggi. Tolak peluru atau seorang

pemain sepak takraw melakukan

smash atau memblok bola.

4. Kecepatan (Speed) adalah

kemampuan seseorang untuk

mengerjakan gerakan

berkesinambungan dalam bentuk

yang sama dalam waktu

sesingkat-singkatnya.Contoh:

Seorang pelari cepat, pukulan

dalam tinju, pembalap sepeda,

pemanah atau seorang pemain

melakukan servis keras, dalam

hal ini ada kecepatan gerak dan

kecepatan eksplosive.

5. Daya Lentur (Flexibility) adalah

efektifitas seseorang dalam

penyesuaian din untuk segala

aktivitas dengan pengukuran

tubuh yang luas. Hal mi akan

sangat mudah ditandai dengan

tingkat flexibilitas persendian

pada seluruh tubuh. Contoh:

Seorang pemain sepak takraw

melakukan servis, seorang

pelompat gaya flute atau seorang

perenang melakukan pembalikan

gaya bebas.

6. Kelincahan (agility), adalah

kemampuan seseorang untuk

merubah posisi di arena tertentu.

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1295

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Contoh: Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi

dengan koordinasi yang baik,

berarti kelincahannya baik.Setiap

pemain dalarn regu sepak takraw

mampu memainkan bola dengan

berbagai macam gaya atau aksi

dalam permainan sepak takraw

bulatan (circle games) dengan

waktu 10 menit.

7. Koordinasi (Coordination)

adalah kemampuan seseorang

mengintegrasikan bermacam –

macam gerakan yang berbeda ke

dalam pola gerakan tunggal

secara efektif. Contoh: Seorang

pemain tenis kelihatan

mempunyai koordinasi yang baik

bila dapat bergerak ke arah bola

sambil mengayun raket,

kemudian memukulnya dengan

benar atau seorang pemain sepak

takraw memainkan bola

kemudian melakukan smash.

8. Keseimbangan (Balance) adalah

kemampuan seseorang

mengendalikan organ-organ

syaraf otot. Contoh: Bagaimana

seorang pesenam melakukan

gerakar hand stand, meniti di

balok titian atau seorang pemain

sepak takraw setelah melakukan

smash dapat jatuh dengan posisi

yang benar.

9. Ketepatan (Accuracy), adalah

kemampuan seorang untuk

mengendalikan gerakan bebas

terhadap suatu sasaran. Sasaran

ini dapat merupakan suatu jarak

atau mungkin suatu obyek

langsung yang harus dikenai

dengan salah satu bagian

tubuh.Contoh: Seorang pemain

sepak takraw, bola voly ataupun sepak bola mengarahkan bola

agar tidak dapat diterima oleh

lawan (baik smash maupun

tendangan)

10. Reaksi (Reaction), adalah

kemampuan seseorang untuk

segera bertindak secepatnya

dalam menanggapi rangsangan

yang ditimbulkan lewat indera

syaraf atau feeling lainnya.

Contoh: Bagaimana seorang

pemain sepak takraw menerima

bola dari lawan, apakah akan di

smash atau diumpankan ke teman

(melihat situasi) atau seorang

penjaga gawang dalam

mengantisipasi datangnya bola

(ditangkap atau di tip atau di

tendang).

b. Kelentukan tubuh (flexibilitas)

Kelentukan tubuh (flexibilitas)

adalah kemampuan dari seseorang

untuk berubah arah dan posisi

secepat mungkin sesuai dengan

situasi yang dihadapi dan dikehendaki

(Suharno HP (1995: 33). Sedangkan

menurut Nossek Jossef (1992: 93)

menyatakan bahwa, kelentukan tubuh

diidentitaskan dengan kemampuan

mengkoordinasikan dari gerakan-

gerakan, kemampuan keluwesan

gerak, kemampuan memanuver

sistem motorik atau deksteritas.

Harsono (1998 : 172) berpendapat

Kelentukan tubuh merupakan

kemampuan untuk mengubah arah

dan posisi tubuh dengan tepat pada

waktu sedang bergerak, tanpa

kehilangan keseimbangan dan

kesadaran akan posisi tubuhnya.

Kelentukan sebagai suatu komponen

kebugaran fisik, adalah kemampuan

dari suatu individu untuk

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1296

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

menggerakkan tubuh dan bagian- bagiannya di mana lebar bidang

gerakan tanpa merasakan ketegangan

pada artikulasi-artikulasi dan

pemasangan-pemasangan otot. Ketika

kita berbicara tentang kelentukan,

tidak terelakkan kita mendengar

istilah seperti: pembelokan (flexion),

yakni yaitu gerakan ruas tubuh yang

menyebabakan pengurangan

(memperkecil) sudut sendi pada

sumbu tranversal/horizontal atau

bidang sagital; perluasan (extension),

yakni gerakan ruas tubuh kearah

kebalikan dari flexion yang

menyebabkan penambahan

(pembesaran) sudut sendi;

hyperextension, yakni di mana sudut

dari suatu sambungan persendian

diperluas di luar cakupannya yang

normal; persendian ganda , yakni

suatu kondisi yang hampir tidak ada,

tetapi meskipun demikian istilah

tersebut digunakan ketika mengacu

pada seseorang dengan kelentukan

yang tidak biasa di dalam posisi-

posisi tertentu; dan akhirnya,

musclesboundness (otot tak berbatas),

yakni satu istilah yang digunakan

untuk menguraikan kasus-kasus dari

kekakuan (tak memiliki kelentukan)

yakni ketika seseorang mengalami

perkembangan otot yang bagus

sekali. Dengan mengabaikan

bagaimana Anda menggambarkan

atau menguraikannya, kelentukan

menyediakan dimensi-dimensi lain

kinerja yang membiarkan suatu

tingkat kebebasan gerakan dan

kesenangan gerakan yang lebih tinggi

digabungkan dengan beberapa

implikasi penting akan keselamatan

yang lebih besar dari cidera. Lebih

dari itu, pengukuran kelentukan

menyoroti konsep-konsep lain yang harus dikenali dengan baik guna

memilih dan memberi penilaian

(sore) test-test yang tersedia.

Kelentukan tubuh merupakan

salah satu komponen fisik yang

banyak dipergunakan dalam

olahraga. Kelentukan tubuh pada

umumnya didefinisikan sebagai

kemampuan mengubah arah secara

efektif dan cepat, sambil berlari

hampir dalam keadaan penuh.

Kelentukan tubuh terjadi karena

gerakan tenaga yang ekplosif.

Besarnya tenaga ditentukan oleh

kekuatan dari kontraksi serabut otot.

Kecepatan otot tergantung dari

kekuatan dan kontraksi serabut

otot. Kecepatan kontraksi otot

tergantung dari daya rekat serabut-

serabut otot dan kecepatan transmisi

impuls saraf. Kedua hal ini

merupakan pembawaan atau bersifat

genetis, atlet tidak dapat

merubahnya (Baley, James A.,1996

:198). M. Sajoto (1995 : 90)

mendefinisikan Kelentukan tubuh

sebagai kemampuan untuk mengubah

arah dalam posisi di arena tertentu.

Seseorang yang mampu mengubah

arah dari posisi ke posisi yang

berbeda dalam kecepatan tinggi

dengan koordinasi gerak yang baik

berarti Kelentukan tubuhnya cukup

tinggi. Sedangkan menurut Dangsina

Moeloek dan Arjadino Tjokro (1994

: 8), Kelentukan tubuh adalah

kemampuan mengubah secara cepat

arah tubuh atau bagian tubuh tanpa

gangguan pada keseimbangan.

Mengubah arah gerakan tubuh secara

berulang-ulang seperti halnya lari

bolak- balik memerlukan kontraksi

secara bergantian pada kelompok

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1297

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

otot tertentu. Sebagai contoh saat lari bolak-balik seorang atlet harus

mengurangi kecepatan pada waktu

akan mengubah arah. Untuk itu otot

perentang otot lutut pinggul (knee

ekstensor and hip ekstensor)

mengalami kontraksi eksentris

(penguluran), saat otot ini

memperlambat momentum tubuh

yang bergerak ke depan. Kemudian

dengan cepat otot ini memacu

tubuh ke arah posisi yang baru.

Gerakan Kelentukan tubuh

menuntut terjadinya pengurangan

kecepatan dan pemacuan momentum

secara bergantian.

Rumus momentum adalah

massa dikalikan kecepatan. Massa

tubuh seorang atlet relatif konstan

tetapi kecepatan dapat ditingkatkan

melalui pada rogram latihan dan

pengembangan otot. Diantara atlet

yang beratnya sama (massa sama),

atlet yang memiliki otot yang lebih

kuat dalam Kelentukan tubuh akan

lebih unggul (Baley, James A.,1996 :

199).

Dari beberapa pendapat

tersebut tentang Kelentukan tubuh

dapat ditarik pengertian bahwa,

kelentukan tubuh adalah kemampuan

seseorang untuk mengubah arah atau

posisi tubuh secara cepat dan efektif

di arena tertentu tanpa kehilangan

keseimbangan. Seseorang dapat

meningkatkan kelentukan tubuh

dengan meningkatkan kekuatan otot-

ototnya. Kelentukan tubuh biasanya

dapat dilihat dari kemampuan bergerak

dengan cepat, mengubah arah dan

posisi, menghindari benturan antara

pemain dan kemampuan berkelit dari

pemain di lapangan. Kemampuan

bergerak mengubah arah dan posisi

tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam waktu yang

relatif singkat dan cepat.

Kelentukan tubuh yang

dilakukan oleh atlet atau pemain

sepakbola saat berlatih maupun

bertanding tergantung pula oleh

kemampuan mengkoordinasikan

sistem gerak tubuh dengan respon

terhadap situasi dan kondisi yang

dihadapi. Kelentukan tubuh ditentukan

oleh faktor kecepatan bereaksi,

kemampuan untuk menguasai situasi

dan mampu mengendalikan gerakan

secara tiba-tiba.

Dari batasan di atas

menunjukkan kesamaan konseptual

sehingga dapat diambil suatu

pengertian untuk menjelaskan

pengertian ini. Adapun yang

dimaksudkan dengan kelentukan

tubuh adalah kemampuan untuk

bergerak mengubah arah dan posisi

dengan cepat dan tepat sehingga

memberikan kemungkinan

seseorang untuk melakukan gerakan

ke arah yang berlawanan dan

mengatasi situasi yang dihadapi

lebih cepat dan lebih efisien.

Kegunaan Kelentukan tubuh

sangat penting terutama olahraga

beregu dan memerlukan

ketangkasan, khususnya sepakbola.

Suharno HP (1995 :33) mengatakan

kegunaan Kelentukan tubuh adalah

untuk menkoordinasikan gerakan-

gerakan berganda atau stimulan,

mempermudah penguasaan teknik-

teknik tinggi, gerakan-gerakan

efisien, efektif dan ekonomis serta

mempermudah orientasi terhadap

lawan dan lingkungan adalah sebagaj

berikut:

1) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1298

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Kelentukan Tubuh. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi Kelentukan tubuh

menurut Dangsina Moeloek dan

Arjadino Tjokro (1994 : 8-9) adalah :

a) Tipe tubuh. Seperti telah

dijelaskan dalam pengertian

Kelentukan tubuh bahwa gerakan-

gerakan Kelentukan tubuh

menuntut terjadinya pengurangan

dan pemacuan tubuh secara

bergantian. Dimana momentum

sama dengan massa dikalikan

kecepatan. Dihubungkan dengan

tipe tubuh, maka orang yang

tergolong mesomorfi dan

mesoektomorfi lebih tangkas dari

sektomorf dan endomorf .

b) Usia. Kelentukan tubuh anak

meningkat sampai kira-kira

usia 12 tahun (memasuki

pertumbuhan cepat). Selama

periode tersebut (3 tahun)

Kelentukan tubuh tidak

meningkat,bahkan menurun.

Setelah masa pertumbuhan

berlalu, Kelentukan tubuh

meningkat lagi secara mantap

sampai anak mencapai maturitas

dan setelah itu menurun kembali.

c) Jenis kelamin. Anak laki-laki

menunjukkan Kelentukan tubuh

sedikit lebih baik dari pada anak

wanita sebelum mencapai usia

pubertas. Setelah pubertas

perbedaan tampak lebih

mencolok.

d) Berat badan. Berat badan yang

berlebihan secara langsung

mengurangi Kelentukan tubuh.

e) Kelelahan. Kelelahan mengurangi

ketangkasan terutama karena

menurunnya koordinasi.

Sehubungan dengan hal itu

penting untuk memelihara daya tahan kardiovaskuler dan otot agar

kelelahan tidak mudah timbul.

2) Sifat Alami Kelentukan tubuh

Kelentukan tidak ada sebagai

suatu karakteristik umum yang

tunggal, tetapi sebagai suatu

kemampuan sangat spesifik kepada

setiap persendian dari tubuh. Jadi,

seseorang yang sangat fleksibel dalam

satu gabungan-gabungan, bisa rata-

rata di dalam gabungan yang lain, dan

sangat tidak fleksibel di dalam bagian

yang ketiga. Seperti komponen-

komponen lain dari kebugaran fisik,

kelentukan dapat diperbaiki melalui

latihan. Banyak studi-studi mandiri

yang mengungkapkan perbaikan

penting sebagai hasil dari latihan yang

reguler/teratur. Anak-anak, usia 6

sampai 2, secara umum jadinya

semakin lebih fleksibel tiap tahun

sampai mereka menjangkau masa

remaja. Lebih dari itu, studi dari anak-

anak lelaki dan anak-anak perempuan

yang diperbandingkan berdasarkan

usia setuju bahwa anak- anak

perempuan secara umum lebih

fleksibel.

Prosedur latihan kelentukan

spesifik yang disertai metode

peregangan statis dan metode

peregangan balistik telah dipelajari

dengan hasil signifikan yang

dilaporkan untuk masing-masing.

Meski tidak ada perbedaan signifikan

yang ditemukan antara kedua metode,

penelitian Riddle menandai masing-

masing metode untuk bersifat

superior terhadap suatu kombinasi

keduanya. Di tahun terakhir,

bagaimanapun, pendidik-pendidik

jasmani dan pelatih-pelatih atletik

lebih menyukai metode peregangan

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1299

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

yang statis, mereka mengaku lebih sedikit kesempatan otot untuk

mencair dan tegang.

c. Kemampuan Teknik Servis

Peranan lompat tegak atau

vertikal jump merupakan salah satu

unsur yang sangat dominan dalam

mendukung permainan sepak takraw,

karena hal ini merupakan koordinasi

gerak permainan yang sangat efektif

dan sangat menunjang keahlian dalam

bermain sepak takraw dalam

melakukan smash ataupun blocking

untuk menambah point atau angka.

Sehingga perlu sekali para pemain

diberikan bentuk–bentuk latihan yang

sifatnya dapat meningkatkan daya

ledak pemain. Adapun bentuk

latihannya dapat berupa vertikal

jump, plyometrik ataupun squat jump,

agar nantinya dapat terbentuk power

yang sangat bagus.

Menurut Nurhasan (1980 : 23)

menyebutkan bahwa secara

operasional vertikal jump atau lompat

tegak lurus adalah cara untuk

mengukur lompatan tegak tanpa

awalan atau mengukur power

tungkai, oleh karena itu lompat tegak

penting untuk dilatihkan disanping

faktor lain yang mendukung dalam

pembentukan power.

Menurut Hadi Basuki (1968 : 4)

menyebutkan bahwa di dalam

permainan sepak takraw lompatan

tegak sangat penting artinya. Karena

di dalam membuat nilai dengan jalan

bertahan atau menyerang maupun

berusaha untuk pindah bola semua

pemain di depan net harus melompat

pada waktu melakukan smash atau

blocking.

Berdasarkan dari uraian

tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa kemampuan power atau daya ledak sangat penting bagi para

pemain sepak takraw, mengingat

unsur ini sangat mendukung di dalam

melakukan aktivitas gerakan yang

sifatnya mendadak dan perlu

dilakukan gerakan yang secepat

mungkin. Disamping banyak faktor

lain yang masih perlu untuk

diperhatikan, misalnya unsur

fleksibilitas, unsur kecepatan

bergerak dan ketepatan mereaksi.

Bila diatas telah dijelaskan

tentang unsur dan peranannya maka

selanjutnya didalam proses

melakukan smash atau blocking,

nampaknya perlu dipertimbangkan

masalah tumpuan atau ketepatan di

dalam menumpu, tumpuan yang baik

disaat melakukan smash atau blockin

adalah bila antara datangnya bola

diatas net dengan lompatan baik

tanpa awalan maupun menggunakan

awalan tepat dengan reaksi disaat

akan melakukan smash atau blocking.

Di dalam kemampuan ketepatan

servis terdapat taktik yang harus

dijalankan oleh pemain, menurut

Untung Suharjo (1987 : 147)

mengemukakan bahwa ketepatan atau

taktik servis dibedakan menjadi 4

macam, yaitu sebagai berikut:

1) Servis ditujukan pada tempat yang

kosong

2) Kalau ada lawan yang membuat

block, servis dibelokkan

3) Ketepatan servis perlu diantisipasi

datangnya dengan ketinggian bola

4) Semua bola dapat diservis sesuai

dengan arah yang dituju.

Servis pada prinsipnya selalu

ditujukan pada tempat yang kosong.

Bagi orang–orang yang tinggi

badannya dan mampu melompat

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1300

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

tinggi, maka servis akan lebih berhasil bila dilakukan agak tinggi

bolanya dan lebih mudah untuk

mengatur dan arah yang dituju. Jadi

untuk mendapatkan nilai yang banyak

perlu adanya strategi permainan,

termasuk dalam melakukan pola –

pola penyerangan dan pola

pertahanan sehingga hal ini akan

dapat memotivasi din pada pemain.

Disamping itu ada juga ahli

berpendapat bahwa Servis adalah

suatu teknik penyajian bola pertama

dalam permainan sepak takraw”

(Hengky Talakua, Pengda Persetasi

Jatim ; 1992:8)

Adapun jenis-jenis servis dalam

permainan sepak takraw adalah

sebagai berikut:

1) Servis dari bawah (untuk pemula)

2) Servis keras terarah

3) Servis tinggi ke belakang (Servis

Loop)

4) Servis dekat bibir net (servis Drop)

5) Servis Plintir (Servis Screw)

Didalam melakukan servis pada

cabang permainan sepak takraw

terdapat beberapa komponen gerakan.

Dengan demikian yang perlu

diperhatikan adalah sikap pada saat

melakukan gerak kerja, Gerak kerja

servis permainan sepak takraw, terdiri

dari:

1) Tekong berada pada posisinya

yaitu salah satu kaki berada dalam

lingkaran dan satu kaki lagi berada

di luar lingkaran.

2) Berat badan berada pada kaki

tumpuan (kaki kanan atau kiri)

3) Salah satu tangan diangkat ke

depan sebagai arahan permintaan

bola.

4) Togok badan lurus menghadap ke

depan kearah pelambung bola.

5) Bola dilambungkan oleh apit sesuai dengan permiritaan tekong

6) Pada saat bola sudah

dilambungkan (inplay) tekong

mengayunkan kaki yang di luar

lingkaran ke arah bola untuk

menyepak kearah sasaran yang

diinginkan di daerah lapangan

lawan.

Untuk memperoleh gerak kerja

servis sepak takraw yang optimal,

kita harus memperhatikan tahap –

tahap awal atau cara berlatih servis

yang baik seperti tersebut diatas dan

hal tersebut dilakukan berulang kali

sehingga pemain itu mahir.

d. Hubungan Kelentukan Tubuh

dengan Teknik Ketepatan Servis

Diatas telah peneliti jelaskan bahwa

faktor kelentukan atau

fleksibilitas tubuh sangat diperlukan

sekali bagi seorang pemain sepak

takraw yang handal atau mahir,

dikarenakan terlalu kompleknya

gerakan koordinatif mulai dari

gerakan kaki sampai kepala.

Sehingga seorang pemain yang

mempunyai fleksibilitas tubuh yang

optimal disertai dengan latihan –

latihan yang rutin, kontinyu

berkesinambungan serta tidak mudah

putus asa dapat dipastikan pemain

tersebut dalam melakukan servis bola

akan selalu tepat sesuai dengan yang

diinginkan.

Selanjutnya dikatakan bahwa

unsur– unsur dasar bagi suatu

olahraga permainan agar berprestasi

baik di tingkat lokal, nasional

maupun dunia harus meliputi:

1) Faktor kondisi fisik, terutama

kecepatan, fleksibilitas, daya

tahan, tenaga lompatan dan tujuan

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1301

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1302

akhir yang diarahkan kepada ketrampilan.

2) Faktor teknik, sikap awalan

menerima umpan teknik,

tendangan (tekong) dan

penempatan bola pada daerah yang

dituju.

Selanjutnya dalam upaya

mendapatkan hasil ketepatan bola

pada sasaran tentunya perlu dukungan

sikap koorinatif tubuh yang baik.

Menurut Hossek, (1982)

menyebutkan ada 3 macam prinsip

kecepatan dalam rnendukung

olahraga permainan yaitu:

1) Kecepatan sprint, yaitu merupakan

kemampuan organisme untuk

bergerak ke depan dengan cepat.

2) Kecepatan reaksi, yaitu merupakan

kecepatan menjawab suatu

rangsangan dengan cepat

rangsangan itu bisa berupa suara

atau pendengaran.

3) Kecepatan sprint merupakan

kemampuan organisme untuk

bergerak ke depan dengan cepat,

kecepatan ini ditentukan oleh

kekuatan otot dan persendian.

Kecepatan reaksi merupakan

kecepatan menjawab suatu

rangsangan dengan cepat, rangsangan

itu berupa suara atau pendengaran,

kecepatan ini ditentukan oleh

iritabilitas susunan syaraf, daya

orientasi situasi dan ketajaman panca

indera.

Kecepatan bergerak merupakan

kecepatan mengubah arah dalam

gerakan yang utuh, kecepatan ini

ditentukan oleh kekuatan otot, daya

ledak, daya koordinasi gerakan,

kelincahan dan keseimbangan.

Tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini ” untuk

mengetahui apakah ada korelasi antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

dalam permainan sepak takraw pada

siswa putra kelas VIII SMPN 7

Donggo Satap Kabupaten Bima

tahun pelajaran 2012/2013.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu

rancangan penelitian “paradigma

sedeerhana”. Adapun secara

konseptual rancangan penelitian

tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut (Sugiyono, 1999: 5).

Gambar 1. Paradigma Sederhana Berdasarkan gambar tersebut

diatas maka:

X = Fleksibilitas Tubuh

Y = Kemampuan Servis

Adapun alat pengukur

fleksibilitas tubuh adalah sebagai

berikut:

a. Fleksimeter

b. Bangku/mistar dengan ukuran

tinggi 50 cm.

c. Buku catatan nilai data/

rekapitulasi data.

Gambar 2. Alat Pengukur

Fleksibilitas Tubuh

Adapun Alat Pengukur

Kemampuan Servis Bola adalah

sebagai berikut:

a. Lapangan sepak takraw

b. Bola takraw

X Y

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1303

13,40 Meter

6,10M 1,55

c. Kapur d. Peluit

e. Alat tulis / score sheet

f. Buku catatan nilai data/rekapitulasi

Gambar 3. Lapangan pengetesan

servis bola sepak takraw

a. Data Primer. Adalah data yang

diperoleh secara langsung pada

tempat penelitian, yaitu data

lapangan yang dalam hal ini

sumbernya adalah data yang

diperoleh langsung dari sampel

penelitian.

b. Data Sekunder. Adalah data

pendukung, yaitu data yang

diperoleh dari berbagai dokumen

atau sumber tertulis lainnya yang

berkaitan dengan subyek

penelitian ini seperti data jumlah

siswa putera kelas VIII SMP

Negeri. Sumber data sekunder

yaitu buku induk siswa kelas VIII

SMP Negeri 7 Donggo Satu Atap

Kabupaten Bima tahun pelajaran

2012/2013.

Dalam penelitian ini

menggunakan jenis metode test

perbuatan, untuk mengukur

fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik servis yang tepat

pada permainan Sepak Takraw pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 7

Donggo Satu Atap Kabupaten Bima

Tahun pelajaran 2012/2013. 1) Pengukur Fleksibilitas Tubuh

Pelaksanaan:

Pada masing-masing orang coba

melaksanakan tes kelenturan 2 kali

berturut – turut secara bergantian.

(1) Peserta tidak memakai alas

kaki.

(2) Feserta berdiri

dengan kaki lurus.

(3) Lutut bagian

belakang lurus (tidak boleh ditekuk)

(4) Pelan-pelan bungkukkan badan

dengan posisi tangan lurus ke

bawah menyentuh mistar skala

sejauh mungkin, sikap mi

dipertahankan selama 3 detik.

b) Hasil

1) Yang diukur adalah tanda bekas

jari yang tampak pada mistar

skala.

2) Hasil yang dicatat adalah angka

skala yang dapat dicapai oleh

kedva ujung jan yang terjauh.

2) Kemampuan Servis Bola

Pelaksanaan

Siswa melakukan servis bola

sebanyak 5 kali dengan dibantu

pengumpan (apit) guna mendapatkan

hasil servis yang baik dan

penempatan bola yang sesuai dengan

keinginan server/tekong. Selanjutnya

dari ke 5 servis tersebut akan diambil

nilai yang terbaik sesuai dengan

jatuhnya bola dan pelaksanaannya

dilakukan secara perorangan

bergantian sampai pada urutan orang

coba terakhir.

Nilai / score Hasil yang

digunakan dalam penelitian diambil

nilai yang terbaik sesuai dengan

penempatan bola yang dinyatakan

syah oleh peneliti.

Adapun peraturan dalam

permainan sepak takraw adalah

sebagai berikut :

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1304

13,40 Meter

6,10M 1,55 {(N.x

2 (x)

2 (N .y

2 (y)

2 }

a. Lapangan dan Ukurannya moment sebagai berikut (Arikunto, 2010):

Nxy (x) yr x y

Keterangan:

r x y = Koefisien korelasi antara

Gambar 4. Lapangan

pengetesan servis bola sepak takraw.

Keterangan :

A = Orang coba yang melakukan

servis

B = Pengumpan atau Pelambung

C = Kotak 1 sampai 12 merupakan

score / nilai perolehan hasil

servis

Permainan sepak takraw

dimainkan dilapangan yang

berukuran 13, 40 meter 6,10 m yang

dibagi oleh garis dan net (jarring)

setinggi 1,55 meter dan lebar 72 cm,

dan lubang jarring sekitar 4-5 cm.

bola yang dimainkan terbuat Dario

fiber yang anyam dengan lingkaran

antara 41-43 cm. Jumlah pemain

dalam lapangan permainan sebanyak

tiga orang setiap regu dan ditambah 2

orang sebaga i pemain cadangan.

Analisa data merupakan suatu

cara yang diperoleh dari tes dan

pengumpulan data, setelah terkumpul

kemudian diadakan analisa data untuk

memperoleh kesimpulan hasil

penelitian yang dilaksanakan dalam

penelitian ini, diperlukan metode

analisa statistic dengan perhitungan

angka–angka yang diperoleh

berdasarkan hasil tes kelenturan

tubuh dan tes kemampuan servis bola

sepak takraw, yaitu dengan

menggunakan rumus korelasi product

variabel x dan variabel y

xy = Perkalian antara

variabel x dengan variabel y

x = jumlah nilai dari variabel x

y = Jumlah nilai dari variabel y

N = Jumlah sampel

Adapun yang ditempuh dalam menganalisa data dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan hipotesis (Ho)

2) Menyusun tabel kerja

3) Memasukan data kedalam rumus

4) Menguji nilai product moment

5) Menarik kesimpulan analisis.

HASIL PENELITIAN

Dari analisis statistik diperoleh

t hitung = 3,134 dan dibandingkan

dengan harga r tabel dengan (N = 30

– 2 = 28) dengan taraf kepercayaan

0.05% adalah 1,701. Berdasarkan

perhitungan tersebut, ternyata r

hitung lebih besar dari t tabel (3,134

> 1,701), dengan demikian Ho ditolak

dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya

adalah hipotesis Ha menyatakan

bahwa ada Korelasi yang signifikan

antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

pada permainan sepak takraw siswa

putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun

pelajaran 2012/2013 diterima.

Dengan hasil analisis data yang

signifikan, maka dengan dasar ini

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1305

Hipotesis ini (H0) di tolak dan

Hipotesis Alternatif (Ha) di terima.

Berdasarkan uraian di atas peneliti

berkesimpulan bahwa “ada Korelasi

yang signifikan antara fleksibilitas

tubuh terhadap kemampuan teknik

service yang tepat pada permainan

sepak takraw siswa putra kelas VIII

SMPN 7 Donggo Satap Kabupaten

Bima tahun pelajaran 2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian

dan hasil analisis data yang dilakukan

maka dapat dijelaskan bahwa ada

Korelasi yang signifikan antara

fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

pada permainan sepak takraw siswa

putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun

pelajaran 2012/2013.

Dalam analisa data, dapat

diketahui ada Korelasi yang

signifikan antara fleksibilitas tubuh

terhadap kemampuan teknik service

yang tepat pada permainan sepak

takraw siswa putra kelas VIII SMPN

7 Donggo Satap Kabupaten Bima

tahun pelajaran 2012/2013. Hubungan

ini dibuktikan dari hasil perhitungan t-

hitung product moment lebih besar

dari nilai t-tabel yaitu (3,134 >

1,701), pada taraf signifikan 5%.

Sehingga ditarik suatu kesimpulan

bahwa ada Korelasi yang signifikan

antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

pada permainan sepak takraw siswa

putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun

pelajaran 2012/2013. Sehingga

Hipotesis yang berbunyi “Diduga ada

Korelasi yang signifikan antara

fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik service yang tepat

pada permainan sepak takraw siswa putra kelas VIII SMPN 7 Donggo

Satap Kabupaten Bima tahun

pelajaran 2012/2013, terbukti

diterima”.

KESIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian

ini “ada korelasi yang signifikan

antara fleksibilitas tubuh terhadap

kemampuan teknik servis yang tepat

dalam permainan sepak takraw pada

siswa putra kelas VIII SMPN 7

Donggo Satap Kabupaten Bima

tahun pelajaran 2012/2013”.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, U, 1993, Teori dan

Praktek Sepaktakraw, Kantor

Menpora, Jakarta.

Bahar Asril, 1997, Teknik Dasar dan

Teknik Khusus, Padang, FPOK

IKIP Padang.

Depdikbud, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan

Menengah, 1998, Buku

Pedoman Pemandu Bakat

Olahraga, Jakarta.

GBHN, 1993, TAP - TAP MPR

NO.II/MPR/1993 Pidato

Pertanggung jawaban

Presiden/Mandataris, Dirjen

Dikti, Jakarta.

Handoko, 1982, Belajar dan Berlatih

Atletik, Penerbit Pioner,

Bandung.

Hadi, Sutrisno, 1984, Statistik 2,

Fakultas Psikologi Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Jonath, U./Haag., E/ Krempel., R.,

Atletik I, Teknik, Taktik dan

Latihan, Penerbit PT. Rosda

Jaya Putra, Jakarta.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1306

Moktar, 1995, Sejarah dan Perkernbangan Sepaktakraw,

Kanwil Depdikbud Prop.,

Jatim.

Majalah Sepaktakraw, 1997,

PERSETASI (Persatuan

Sepaktakraw Seluruh

Indonesia), Jakarta.

Noer A. Hamidsyah, Dkk, 1993,

Kepelatihan Dasar, Depdikbud,

. Jakarta.

Pusat Kesegaran Jasmani dan

Rekreasi, 1996, Ketahuilan

Tingkat Kesegaran Jasniani

Anda, Depdikbud, Jakarta.

Sajoto, M, 1998, Peningkatan dan

Pernbinaan Kekuatan Kondisi

Fisik dalam Olahraga, Dahara

Prize, Semarang.

Sugiyono, 1999, Metode Penelitian

dalam Pendidikan, Alfabeta,

Bandung.

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1307

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN STATIS DENGAN

KECEPATAN TENDANGAN DEPAN PADA PENCAK

SILAT PERGURUAN CEMPAKA PUTIH

KOTA TERNATE

Rosliah Muhammad

Dosen prodi pendidikan olahraga STKIP kieraha ternate

[email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

keseimbangan dengan kecepatan tendangan depan, serta seberapa besar kedua

variabel tersebut saling memberikan hubungan. Penelitian ini dilaksanakan di

Perguruan Cempaka Putih Kota Ternate dengan sampel 30 orang. Populasi dalam

penelitian ini adalah atlet pencak silat Perguruan Cempaka Putih Kota

Ternate.Metode yang digunakan adalah dengan teknik prosesiv sampling. Untuk

memproleh data keseimbangan. Sedangkan untuk memperoleh data tendangan

depan dengan menggunakan tes tendangan depan secepat mungkin. Analisa data

menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson pada taraf signifikan

= 0,05% hasil temuan dalam penelitian ini menunjukan bahwa: terdapat hubungan

yang sangat signifikan antara keseimbangan dan kecepatan tendangan depan. Hasil

perhitungan analisis data dari kedua variabel menunjukan bahwa r_hitung = 0,789

> r_tabel = 0,789 pada taraf signifikan = 0,05%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa keseimbangan dapat memberikan kontribusiyang sangat signifikan, dengan

kecepatan tendangan depan pencak silat.

Kata kunci: kecepatan tendangan depan, pencak silat

PENDAHULUAN

Olahraga adalah salah satu

bentuk dari upaya peningkatan

kualitas manusia indonesia yang

diarakan pada pembentukan watak

dan kepribadain , disiplin sportivitas

yang tinggi, serta peningkatan

prestasi yang dapat membangkitkan

rasa kebanggaan Nasional. Untuk

itu pemerintah berusaha agar

rakyat selalu dalam keadaan sehat

dan segar, sebab sehat dan segar

adalah gejala awal untuk menuju

peningkatan prestasi dan kualitas

manusia. Sebagai mana tercantum

dalam undang-undang tentang

sistem keolahragaan Nasional yang

berbunyi: keselurahan aspek keolahragaan yang saling terikat

secara terencana, sistematis, terpadu,

dan berkelanjutan sebagai suatu

pelatihan, pegolaan, pembinaan,

pengembangan dan pengawasan

untuk mencapai tujuan

keolahragaan Nasional karena itu

upaya membina warga masarakat

peserta didik melalui perguruan

pencak silat cempaka putih. Awal

perkembangan perguruan pencak silat

cempaka putih mulai pesat dan

memeliki tempat latihan di SMP

Negeri 3 Kota Ternate,

berkembangnya perguruan pencak

silat cempaka putih ternate, tak lepas

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1308

dari usaha dan kerja keras oleh saudari “Nurjani A. Konoras,S.Pd”,

yang telah berupaya mengembangkan

perguruan hingga bergabung ke

pusat.Pencak Silat Cempaka Putih

Kota Ternate mulai giatnya berlatih

demi meraih hasil sempurna pada

kejuaraan tingkat pelajar yang di

laksanakan di dalam daerah maupun

luar daerah, tak diragukan lagi satu

pesilat putri PSCP ranting ternate

selatan yang di percayakan oleh

kabupaten Halmahera Barat untuk

membela daerahnya dan hasil yang

dicapai adalah meraih medali

perunggu pada POPDA ke II di

sanana,prestasi-prestasi terbaik PSCP

ternate yang diraih adalah juara

umum kejuaraan wali kota CUP 2011

yang diadakan oleh DISPORA kota

ternate dan juga meraih 1 medali

emas pada kejuaraan terbuka

Gubernur CUP Gorontalo 2012.

Olahraga pencak silat pada

hakekatnya adalah suatu bentuk

cabang olahraga yang lebih banyak

menggunakan kaki dan tangan.

Faktor yang diduga menjadi salah

satu penyebab tidak konsistennya

prestasi atlet pencak silat adalah

kemampuan meningkatkan kecepatan

tendangan, pukulan dan kondisi

fisik. Kemampuan tendangan salah

satunya adalah tendangan

samping.Tendangan samping adalah

tehnik olahraga pencak silat yang

tergolong dalam tehnik serangan

dengan kaki sebagai tehnik yang

digunakan dalam usaha

penyerangan lawan pada suatu

pertandingan.

Salah satu komponen

kondisi fisik yang dibutuhkan

dalam tendangan samping adalah

keseimbangan dalam pencak silat pada saat melakukan serangan

berupa tendangan sangat

membutuhkan keseimbangan. Sebab

apabila keseimbangan kurang baik

dalam melakukan tendangan

dengan baik serta tidak

menghasilkan poin atau nilai.

Kelebihan-kelebihan tendangan

samping saat melakukan serangan

dengan memanfaatkan sikap pasang

terbuka dari lawan, pesilat yang

menggunakan serangan dengan

tendangan samping yaitu pesilat

selalu siaga dengan sikap pasang

tertutup kepada lawan, selesai

melakukan serangan dengan cepat

ke sikap pasang awal. Banyak atlet

yang kurang memperhatikan

keseimbangan dalam kecepatan

tendangan samping sehingga

mereka sering jatuh dan terlambat

kembali ke posisi awal sikap

pasang, kondisi ini sangat

merugikan atlet tersebut selain

dapat mengakibatkan atlet tersebut

terjatuh dan memudahkan pihak

lawan dengan mudah serangan

balik.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah

korelasional.penelitian ini dilakukan

untuk memperoleh data tentang

hubungan keseimbangan statis

dengan kecepatan tendangan samping

pada perguruan cempaka putih Kota

Ternate.Penelitian ini dilaksanakan di

Perguruan Cempaka Putih Kota

Ternate. Pelaksanaan penelitian ini

selama 2 (Dua) minggu yang di mulia

pada bulan juli 2015. Dengan kegitan

meliputi penyiapan sampel dan

tenaga lapangan,dan pelaksanaan tes

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1309

pengambilan dataPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pesilat

putri Perguruan Cempaka Putih Kota

Ternate dengan jumlah populasi

sebanyak 30 orang dari populasi

terjangkau tersebut,kemudian diambil

secara keseluruhan tetap sampling.

dianalisis dengan menggunakan

korelasi product moment dari pearson

pada taraf signifikan α = 0,05% dan α

= 0,01%, dengan rumus sebagai

berikut :

1. Model regresi sederhana: Ŷ = a +

bX

2. Koefisien korelasi

3. Uji signifikansi

= √

1. Keseimbangan (x)

Dari perhitungan data yang

terkumpul, hasil pengukuran tes

keseimbangan dapat diperoleh

rentang skor 8.09 dengan skor

terendah sebesar 6.77 dan skor

tertinggi sebesar 14.82. Distribusi

frekuensinya dapat dilihat tabel

berikut: Range (r) =14.82-

6.77=8.09 Banyaknya kelas (k) = 1+

3.3 log 30 = 6.35 di bulatkan menjadi

6 Interval= 8.09 / 6 = 1

Tabel distribusi frekuensi hasil tes

keseimbangan

PEMBAHASAN

Penelitian ini terdiri dari dua

variabel, yakni variabel terikat yang

dilambangkan dengan X dan variabel

bebas yang dilambangkan dengan Y.

Variabel adalah kecepatan,variabel

bebas adalah tendangan depan pencak

silatData yang terkumpul dari hasil

tes kedua variabel tersebut,

selanjutnya akan digunakan sebagai

bahan analisis. Kumpulan data dari

masing-masing variabel tersebut,

dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan data tabel di atas

maka diperoleh 26.66% atau

sebanyak 8 orang memperoleh skor

keseimbangan di atas rata-rata.

16.67% atau sebanyak 5 orang berada

pada rata-rata. 56.67%. atau sebanyak

17 orang memperoleh skor

keseimbangan di bawah rata-rata.

Sedangkan frekuensi hasil

pengukuran keseimbangan dapat

digambarkan dalam bentuk histogram

sebagai berikut:

= ∑

(∑ )(∑ )

No. Kelas Interval Frek.

Absolut

Frek.

Relatif %

1 6.77 - 6.78 5 16.67

2 6.79 - 9.41 7 23.33

3 9.42 - 10.82 5 16.67

4 10.83 - 12.17 5 16.67

5 12.18 -13.52 4 13.33

6 13.53 - 14.87 4 13.33 Jumlah 30 100%

Keseimbangan (x) Tendangan Depan(y)

Nilai Tertinggi : 14.82 Nilai Tertinggi : 31

Nilai Terendah : 6.77 Nilai Terendah : 20

∑ X = 314.11 ΣY = 793

ΣX2 = 3449.991 ∑Y2 = 21139

Σ = 10.47 Σ = 30

n =30 N = 30

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1310

35

30

25

20

15

10

5

0

20,21 22,32 24,25 26,27 28,29 30,31

kelas interval

memperoleh skor tendangan samping di bawah rata-rata. Sedangkan

frekuensi hasil tendangan depandapat

digambarkan dalam bentuk

histrogeram sebagai berikut:

Grafik histogram frekuensi

hasil tes tendangan depan

2. Kemampuan tendangan depan

Data yang terkumpul dari

hasil tes tendangan samping, di

peroleh rentang skor 11 dengan skor

terendah sebesar 20 dan skor tertinggi

31. Distribusi frekuensi dapat dilihat

pada tabel berikut:

Range (r) = 31- 20 = 11

Banyaknya kelas = 1+ 3,3 log 30 =

6,35 dibulatkan 6

Interval = 11 / 6 = 2

Tabel Distribusi frekuensi kecepatan

tendangan depan

Analisis untuk mengetahui beberapa

besar hubungan antara keseimbangan

dan hasil kecepatan tendangan depan

dengan menggunakan korelasi

product moment dan person.

Rangkuman hasil analisis dapat

dilihat pada tabel berikut:

Rangkuman hasil analisis data antara

keseimbangan dengan tendangan

depan

Berdasarkan tabel

diatas,maka diperoleh 36,67% atau

sebanyak 11 oarang memperoleh

skor tendangan depan diatas rata-

rata,33,33% atau 4 orang berada pada

rata-rata, dan 30% sebanak 9 orang

Keterangan : X = Keseimbangan Y = Kecepatan

tendangan depan

Hasil perhitungan data tes dari

kedua variabel keseimbangan dan

hasil kecepatan tendangan depan

dapat di peroleh r_hitung sebesar

0,789 hasil ini kemudian

dikonsultasikan dengan r_tabel pada

16

14

12

10

8

6

4

2

0

6,77 6,79 9,42 10,83 12,18 13,53

kelas interval

frek

uen

si

frek

ue

nsi

Nomor Kelas

Interval Frek.

Absolut Frek.

Relatif %

1 20-21 1 3,33

2 22-23 3 10 V ariabe

l Dk

r-

hitung

r-tabel Kesimpula

n 3 24-25 5 16,67 0,05 0,01

4 26-27 10 33,33 X dengan

Y

29

0,789

0,789

0,470 Sangat

signifikan 5 28-29 9 30

6 30-31 2 6,67

Jumlah 30 100%

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1311

taraf signifikan = 0.05% dengan dk = n – 1 = 29 yakni sebesar 0,789.Dengan demikian r_hitung =

0,035 > r_tabel = 0,789 pada taraf

signifikasi 0,05% sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian atau hipotesis alternatif (h1) di terima dan

hipotesis nol (h0) ditolak. Hal ini

berarti hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini terbukti, yakni: terdapat hubungan yang sangat signifikan antara keseimbangan dengan kecepatan tendangandepan pada pencak silat.

KSIMPULAN

Hasil penelitian membuktikan

bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara keseimbangan statis

dengan kecepatan tendangan

depanpada pencak silat perguruan

cempaka putih kota ternate. Hasil

perhitungan analisis data dari kedua

variabel keseimbangan dan hasil

kecepatan tendangan depan pencak

silat menunjukan bahwa ,r_hitung =

0,789 > r_tabel = 0,367 pada taraf

signifikasi 0,05% sehingga dapat

disimpulkan bahwa kedua variabel ini

memberikan korelasi yang sangat

signifikan .

SARAN

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang sangat signifikan

antara keseimbangan dengan

kecepatan tendangan depan.Dengan

demikian untuk meningkatkan

prestasi atlet khususnya perguruan

pencak silat cempaka putih kota

ternate maka perlu ada peningkatan

kondisi fisik yang baik seperti

keseimbangan pada saat melakukan

gerakan tendangan depan pada

pencak silat. Bagi para pelati, altet

maupun peneliti agar senantiasa memperhatikan unsur kebugaran

seperti keseimbangan dalam upaya

meningkatakan prestasi atlet dalam

cabang olahraga bela diri pencak

silat.

DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2003. peraturan pertandingan

pencak silat, jakarta : PB IPSI

Bompa, 1983. The And Methodologi

Of Traning, The Key To Atletik

Performance Kendala Hunf,

Dobogan Iqbal, Toronto. Kanada

Debdikbud, 1983. Fisiologi olahraga

modul Akta VB, Dirjen dikti.

Jakarta

Kotot slamet hariyadi, 2002. Teknik

dasar olah raga pencak silat

Kosasih, engkos. 1985. Olahraga

teknik dan program latihan.

Jakarta :Akademika presindo

Kotot Slamet Hariyadi,2002.Teknik

Dasar Olahraga Pencak Silat

Muttalib pemi, 1984. mengukur

kemampuan fisik, penolaragaan

secara sederhana, arcam. Jakarta

Nurhasan, 201l. tes dan pengukuran

dalam pendidikan jasmani.

Jakarta drektorat Jenderal

olahraga

PB IPSI, 2003,Teknik Dasar Dalam

Pencak Silat.Indonesia

Priharstono Arif, 1994, Pembinaan

Fisik Karateka, CV Anaka Solo.

Romiszowki, A.J. 1981. Desingning

linstructional System:Decision

Making in Course Planning and

Ciriculum Design, New

york:Page

Richard A Smidt, Motor Control and

Learning . lllinois: Human

Kinetics Publishers, 1988

Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1312

Robert N. Singer, Motor Learning and Human Perfonmance,an

Aplictaion to Mcmillan

Company Publishers,1980.

Sugiyono,2009 Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R

danD, Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono,2000 Statistika Untuk

Penelitian, Bandung:CV Afabeta

Subroto, J, 1994. Pencak Silat

Pertahanan Diri. jakarta : CV

Aneka Madiri

Sajoto, Muhammad. Pembinaan

Kondisi Fisik Dalam

Olahraga,Jakarta: Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan,

Dirjen Pendidikan Tinggi

P2LTK,1980.

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1313

UPAYA MENINGKATKAN KELINCAHAN DAN KECEPATAN DALAM

BERMAIN SEPAK BOLA PADA SISWA KELAS V SDN INPRES SIE 1 TAHUN

PELAJARAN 2015/2016

Furkan, Shutan Arie Shandi dan Khairul Amar

Dosen Prodi Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Kecepatan dan kelincahan adalah model dasar dalam permainan sepakbola dan bagi

pemain merupakan modal sukses untuk mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan

gol. Dengan kemampuan kecepatan akan memudahkan pemain dalam rangka membawa

bola.

Tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-

dasar sepakbola pada siswa setelah diterapkannya metode demonstrasi, (b) mengetahui

motivasi belajar dasar-dasar sepakbola setelah diterapkannya metode demonstrasi.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua

putaran. Setiap putaran terdiri dari dua tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan.

Refleksi dan refisi Sasaran penelitian ini adalah Siswa Kelas VSDN Inpres Sie 1 dari data

diperoleh berupa hasil tes praktik, lembar observasi kegiatan belajar mengajar

Dari hasil analisa didapat bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatakan dari

siklus I sampai II yaitu, siklus I (61.54%), siklus II (89,74%) untuk ranah psikomotor,

siklus I (84,62%). Siklus II (100%) untuk ranah afktif

Simpulan dari penelitian ini adalah metode demonstrasi dapat berpengaruh positif

terhadap motivasi belajar siswa kelasV SDN Inpres Sie 1 serta model pembejalaran dapat

digunakan sebagai salah satu alternatif penjas.

Kata kunci: kelincahan dan kecepatan bermain sepak bola

PENDAHULUAN

Sepakbola adalah salah satu

jenis olahraga yang sangat digemari

orang seluruh dunia. Olahraga ini sangat

universal. Selain digemari orang laki-

laki olah raga ini juga digemari para

perempuan tidak hanya tua muda bahkan

anak-anak Sejak tahun 1990 an olahraga

ini mulai digunakan untuk para wanita

meskipun sebelumnya olahraga ini hanya

diperuntukkan bagi kaum pria.

Olah raga ini melibatkan 11

orang dalam satu teamnya. Untuk

menjadi pemenang dalam suatu

pertandingan harus melawan satu team

lainnya. Para pemain sepak bola

memperebutkan sebua bola untuk

dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga

seorang penjaga gawang (goal keeper)

Olahraga ini menjadi sangat

menarik karena selain hanya

memperebutkan sebuah bola dilapangan

dengan menggunakan kaki tetapi juga

terlihat gaya-gaya permainannya dalam

memperebutkan bola untuk memasukkan

bola ke dalam gawang lawan. Oleh

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1314

karena olah raga ini melibatkan banyak

orang tentunya kerjasama team yang

baik sangat dibutuhkan selain teknik

bermain yang baik.

Hanya para atlet sepak bola

yang sukses membina karier di bidang

olahraga ini. Tentunya diperlukan usaha

dan latihan yang keras untuk menjadi

atlet sepak bola yang handal dan

professional.

“goallll……!” teriakan ini

sungguh identik dengan sepakbola

siapapun yang berteriak “ goal” dapat

dipastikan akan mengangkat tangan,

berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka

lebar, mata berbinar-binar, hati

berbunga-bunga dan diakhiri dengan

tengok kanan, tengok kiri sambil

mengulurkan tangan dan suara gemuruh .

hal ini sungguh kontradiksi dengan

sebagian orang yang ada di tempat yang

sama yang tidak bisa berteriak” goal..”

Mereka duduk diam, kaget, gelisah,

kecewa, dengan tangan di depat mulut,

sambil menggit jari dengan muka yang

pucat. Sebagian lain berteriak langkat,

mengutuki, menyumpahi, protes keras,

pemandangan seperti ini selalu ada di

dalam permaianan sepak bola, baik di

kampung, halaman rumah, sekolah ,

lapangan kecil atau di stadion yang

megah.

Olahraga ini juga dilakukan anak

kecil, anak-anak, remaja, pemuda, orang

dewasa, pria bahkan wanita. Sepakbola

sungguh popular di mata masyarakat,

dari pelosok desa hingga kota besar di

seluruh dunia.

Sepak bola merupakan olahraga

yang simpel, sederhana dan murah.

Bahkan hampir tidak memerlukan biaya.

Namun bila pertandingan yang

professional, olahraga ini biayanya bisa

terbesar dari aneka cabang olahraga

lainnya. Untuk mengelola dan

menghidupi sebuah klub sepak bola bisa

memakan biaya milyaran rupiah. Di satu

pihak sepak bola dikatakan hampir tidak

memerlukan biaya, karena alat dan

sarana yang dibutuhkan hanya satu

benda bulat dan tanah lapang. Benda

bulat yang disebut bola itu bisa bola

yang mahal, (bola karet), bola plastik,

jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas,

serabut kelapa, yang pengelola harus

mengadakan studi banding, harus

tanggap akan anak asuhnya, mau belajar

dari pengalaman pahit, sekaligus

berusaha membuktikan pengelolaan yang

lebih professional.

Bila dikaji bersama pola

permainan sepak bola. Itu sederhana,

pola permainan hanya menyerang

(Attacktion), mempertahankan

(defention) dan menyusun posisi strategi

ini, keahlian dan keterampilan masing-

masing pemain tampak jelas, kemauan

membawa bola, menggiring bola,

merebut bola, mempertahankan bola,

mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh

individu pemain untuk diterapkan dalam

kerja sama antara pemain.

Tiap pemain harus punya

kemampuan DK4, maksudnya daya

tahan tubuh, kekuatan, kelenturan,

kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor

ini harus dimiliki para pemain untuk

mengembangkan ke posisi puncak. Dari

kelima faktor tersebut yang menarik

untuk dikaji bersama adalah faktor

kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan

kelincahan ini dapat dibentuk dari dalam

diri (pembawaan) atau dari luar diri

(karena mampu mengkombinasikan dari

segala teknik yang dimiliki)

Mempunyai kecepatan dan

kelincahan yang lebih, bagi setiap

pemain merupakan mudah dan sukses

untuik mencetak gol, dan

mempertahankan kemasukan bola.

Dengan kemampuan kecepatan dan

kelincahan akan memudahkan pemain

tersebut dalam rangka membawa bola

(menggiring bola) ke hadapan gawang

lawan.

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1315

Seorang pemain yang

mempunyai kelincahan dan kecepatan

yang bagus, bola yang digiring bagaikan

lekat di kaki dan tentu mudah melewati

halangan lawan dan tidak mudah

dikelabuhi lawan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas , cabang olahraga sepak bola menarik

untuk dikaji bersama sehingga

perkembangan sepak bola Indonesia

semakin diminati masyarakat sekaligus

mampu duduk sejajar dengen club-club

di negeri luar. Sedangkan masalah yang

khusus menarik untuk dibahas bersama

dengan judul “Upaya Meningkatkan

Kelincahan dan Kecepatan Dalam

Bermain Sepak Bola Pada

SiswaKelasVSDN Inpres Sie 1 tahun

pelajaran 2015/2016.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan

diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan prestasi

belajar dasar-dasar bermain

sepakbola pada siswa setelah

diterapkan metode demonstrasi.

2. Mengetahui pengaruh motivasi

belajar dasar-dasar bermain

sepakbola pada siswa setelah

diterapkan metode demonstrasi.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan (action research)

Karena penelitian dilakukan untuk

memecahkan masalah pembelajaran di

kelas. Penelitian ini juga termasuk

penelitian deskriptif, sebab

menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana

hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Oja dan Sumarjan

(dalam titik sugiarti, 1997:8) ada 4

macam bentuk penelitian tindakan, yaitu

(1) penelitian tindakan guru sebagai

peneliti, (2) penelitian tindakan

kolaboratif, (3) penelitian tindakan

simulatif terinteratif dan (4) penelitian

tindakana sosial eksperimental.

Dalam penelitian tindakan ini

menggunakan bentuk penelitian

kolaboratif dengan guru mata diklat dan

di dalam proses belajar mengajar dikelas

yang bertinak sebagai pengajar adalah

guru mata diklat sedangkan peneliti

bertindak sebagai pengamat, penanggung

jawab penuh penelitian tindakan adalah

pengamat (peneliti). Tujuan utama dari

penelitian tindakan ini adalah

meningkatkan hasil pembelajaran di

kelas dimana peneliti secara penuh

terlibat dalam penelitian mulai dari

perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi.

Dalam penelitian ini peneliti

bekerja sama dengan guru mata diklat,

kehadiran peneliti sebagai guru di

tengah-tengah proses belajar mengajar

sebagai pengamat diberitahukan kepada

siswa. Dengan cara ini diharapkan

adanya kerja sama dari seluruh siswa dan

bisa mendapatkan data yang seobjektif

mungkin demi kevalidan data yang

diperlukan.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menurut tim Pelatih Proyek PGSM, PK

adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang

dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas,

memperdalam pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan itu,

serta memperbaiki kondisi dimana

praktek pembelajaran tersebut dilakukan

(dalam Mukhlis, 2003:3)

Sedangkan menurut Mukhlis

(2003:5) PTK adalah suatu bentuk kajian

yang bersifat sistematis reflektif oleh

pelaku tindakan untuk memperbaiki

kondisi pembelajaran yan dilakukan.

Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1316

meningkatkan praktek pembelajaran

secara berkesinambungan, sedangkan

tujuan penyertaannya adalah

menumbuhkan budaya meneliti

dikalangan guru (Mukhlis, 2003:5).

PTK terdiri atas empat tahap,

yaitu planning (Rencana), action

(tindakan), observasi (pengamatan) dan

reflection (refleksi). Siklus spiral dari

tahap-tahap PTK dapat dilihat pada

gambar berikut:

1. Rangangan/rencana awal, sebelum

mengadakan penelitian peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan

dan membuat rencana tindakan,

termasuk di dalamnya instrumen

penelitian dan perangkat

pembelajaran

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi

tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya membangun

pemahaman konsep siswa serta

mengamati hasil atau dampak dari

ditetapkannya metode demonstrasai.

3. Refleksi, peneliti mengkaji melihat

dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang

dilakukan berdasarkan lembar

pengamatan yang diisi oleh

pengamat

4. Rancangan/rencana yang direvisi,

berdasarkan hasil refleksi dari

pengamat membuat rangangan yang

direvisi untuk dilaksanakan pada

siklus berikutnya

5. Observasi terbagi dalam dua putaran,

dimana pada masing-masing putaran

dikenal perilaku yang sama alur

kegiatan yang sama dan membahas

satu sub pokok bahasan yang diahiri

dengan tes praktek di akhir masing-

masing putaran. Dibuat dalam dua

putaran dimaksudkan untuk

memperbaiki system pengajaran

yang dilaksanakan.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus

2. Rencana Pembelajaran (RP) 3. Lembar Observasi Kegiatan

Belajar Mengajar

4. Angket Motivasi Terhadap Metode

demonstrasi

5. Tes praktek 6. Lembar observasi penilaian

kinerja siswa ranah psikomotor

7. Lembar observasi penilaian kinerja

siswa ranah afektif.

Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui efektivan

suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakananalisa data.

Pada penelitian ini menggunakan teknik

analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu

metode penelitian yang bersifat

menggambarkan kenyataan atau fakta

sesuai dengan data yang diperoleh

dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

belajar yang dicapai siswa juga untuk

memperoleh respon siswa terhadap

kegiatan pembelajaran serta aktivitas

siswa selama proses pembelajaran.

Untuk menganalisis tingkat

keberhasilan atau persentase

keberhasilan siswa setelah proses belajar

mengajar setiap putarannya dilakukan

dengan cara memberikan evaluasi berupa

tes praktek pada setiap akhir putaran,

Analisa ini dihitung dengan

menggunakan statistik sederhana yaitu:

1. Untuk menilai tes praktek Peneliti melakukan penjumlahan

nilai yang diperoleh siswa yang

selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa

yang ada di kelas tersebut sehingga

diperlukan rata-rata tes

2. Untuk ketuntasan belajar

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1317

Ada dua kategori ketuntasan

belajar yaitu secara perorangan dan

secara klasikal. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaan belajar mengajar kurikulum

1994 Depdikbud, 1994) yaitu siswa telah

tuntas belajar bila di kelas tersebut

mendapat 85% yang telah mencapai daya

serap dari sama dengan.

3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengolahan metode

penampilan dan eksperimen

untuk menghitung lembar

observasi pengolahan metode

penampilan dan eksperimen digunakan

rumus sebagai berikut:

X P1 _ P2

2 Dimana : P1 = pengamatan 1 dan P2 = pengamat 2

b. Lembar observasi aktivitas guru dan

siswa

Untuk menghitung lembar

observasi aktivitas guru dan siswa

digunakan rumus sebagai berikut:

% = X

x100% dengan

X

Z = Alternatif jawaban (A,B,C,D)

N = Jumlah responden

5. Aspek yang diamati Mengadakan analisis terhadap data

hasil pengamatan yanbg menggunakan

rating scale, hal ini dimaksudkan apakah

penelitian bisa dihentikan atau

dilanjutkan pada siklus berikutnya.

a. Ranah Psikomotor skala penilaian yang digunakan

sesuai dengan instrumen yang telah

direncanakan, yaitu antara 1-3 (1=

kurang tepat, 2 = cukup dan 3 = tepat)

untuk aspek penilaian. Hal ini berarti

bahwa:

- Skor minima yang diperoleh siswa

adalah : 1 x 4 =4

- Skor maksimal yan diperoleh siswa

adalah : 3 x 4 = 12

- Medium skor adalah

: (4 12)

8

2 - Dibuat rentang skor dan dikonversi

menjadi nilai rapor sebagai pedoman

penilaian.

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah

psikomotor

X jumlahhasilpengama tan

P1 P2

jumlahpengamat 2

Dimana:

% = persentase angket

X = Rata-rata

X = Jumlah Rata-rata

P1 = Pengamat 1

P2 = Pengamat 2

4. Untuk menghitung persentase angket

digunakan rumus sebagai berikut:

P Z

n

dimana P = Persentase

Mutu Pembelajaran dikatakan

baik apabila siswa yang mendapat nilai

diatas 70 mencapai 85% atau lebih dari

keseluruhan siswa

b. Ranah Afektif

Skala penilaian yang digunakan

sesuai dengan instrumen yang telah

direncakanakan yaitu antara 1-4 (1=

No Rentang

skor

Nilai

Rapor

Predikat

1 11-12 A Baik sekali

2 9-10 B Baik

3 7-8 C Cukup

4 5-6 K Kurang

5 3-4 KS Kurang sekali

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1318

kurang baik, 2 cukup baik, 3 = baik, 4 =

sangat baik) untuk 3 aspek penilaian.

Hal ini berarti bahwa:

- Skor minima yang diperoleh siswa

adalah : 1 x 3=3

- Skor maksimal yan diperoleh siswa

adalah : 4 x 3 =12

- Medium skor adalah : (3 12)

7,5 2

- Dibuat rentang skor dan dikonversi

menjadi nilai rapor sebagai pedoman

penilaian.

Tabel 3.1 Pedoman Penilaian Ranah

psikomotor

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif I dengan tujuan

untuk mengetahui keberhasln siswa

dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian

pada siklus I adalah sebagai berikut:

Hasil observasi berikutnya adalah

aktivitas guru dan siswa seperti pada

tabel berikut:

Tabel 4.2Aktivitas Guru Dan Siswa Pada

Siklus I

No Rentang

skor

Nilai

Rapor

Predikat

1 11-12 A Baik sekali

2 9-10 B Baik

3 7-8 C Cukup

4 5-6 K Kurang

5 3-4 KS Kurang sekali

Mutu Pembelajaran dikatakan

baik apabila siswa yang mendapat nilai

diatas C mencapai 85% atau lebih dari

keseluruhan siswa

HASIL PENELITIAN

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti

mempersiapkan pembelajaran yang

terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes

formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengelolahan

pembelajaran metode demostrasi dan

lembar observasi aktivitas siswa.

b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk siklus I dilaksanakan

pada tanggal 4 Juli 2015 di kelas V

dengan jumlah siswa 30 siswa. Adapun

proses belajar mengajar mengacu pada

rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi)

No Aktivitas guru yang

diamati

%

1. Menyampaikan tujuan 5,0

2. Memotivasi 8,3

siswa/merumuskan masalah

3. Mengkaitkan dengna 8,3

pelajaran berikutnya

4. Menyampaikan materi/ 6,7

langkah-langkah/ strategi

5. Menjelaskan materi yang 13,3

sulit

6. Membimbing dan 21,7

mengamati siswa dalam menemukan konsep

7. Meminta siswa menyajikan 10,0

dan mendiskusikan hasil kegiatan

8. Memberikan umpan balik 18,.3

9. Membimbing siswa 8,3

merangkum pelajaran

Aktivitas siswa yang diamati

10. Mendengarkan/memperhati 22,5

kan penjelasan guru

11. Membaca buku siswa 11,5

12. Bekerja dengan sesame 18,8

anggota kelompok

13. Diskusi antar siswa/antara 14,4

siswa dengan guru

14. Menyajikan hasil 2,9

pembelajaran

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1319

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa Pada Siklus I

Berdasarkan tabel di atas tampak

bahwa aktivitas guru yang paling

dominant pada siklus I adalah

menjelaskan materi yang sulit,

membimbing dan mengamati siswa

dalam menemukan konsep yaitu 21,7 %.

Aktivitas lain yang persentasenya cukup

besar adalah memberi umpan balik/

evaluasi/ Tanya jawab, menjelaskan

materi yang sulit dan membimbing siswa

merangkum pelajaran yaitu masing-

masing sebesar 18,3 % dan 13,3 %.

Sedangkan aktivitas siswa yang paling

dominan adalah mengerjakan/

memperhatikan penjelasan guru yaitu

22,5%. Aktivitas lain yang persentasenya

cukup besar adalah bekerja dengan

sesama anggota kelompok, diskusi antar

siswa dengan guru, dan membaca bukup

yaitu masing-masing 18,8 % dan 11,5 %

Pada siklus I, secara garis besar

kegiatan belajar mengajar dengan metode

pembelajaran kooperatif model

Demonstrasi sudah dilaksanakan dengan

baik, walaupun peran guru masih cukup

dominant untuk memberikan penjelasan

dan arahan karena model tersebut masih

dirasakan baru oleh siswa.

Berikutnya adalah rekapitulasi

hasil tes formatif siswa seperti terlihat

pada tabel berikut ini:

Dari tabel di atas dapat dijelaskan

bahwa degnan menerapkan metode

Demonstasi diperoleh nilai rata-rata

presentasi belajar siswa adalah 76,15 dan

ketuntasan belajar mencapai 61,54 %

atau ada 21 siswa dari 30 siswa sudah

tuntas belajar. Hasl tersebut

menunjukkan bahwa pada siklus pertama

secara klasikal siswa belum tuntas

belajar, karena siswa yang memperoleh

nilai 70 hanya sebesar 61,54% lebih

kecil dari persentase ketuntasan yang

dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih merasa

baru dan belum mengerti apa yang

dimaksud dan digunakan guru dengan

menerapkan model pembelajaran metode

demonstrasi.

c. Analisis data penelitian Siklus I

1. Ranah Psikomotor - Siswa yang mendapat nilai 60 tidak

ada

- Siswa yang mendapat nilai 70

sebanyak 13 (38,46%)

- Siswa yang mendapat nilai 80

sebanyak 17 (61,54%)

Berarti siswa yang mendapat

nilai diatas 70 sebanyak 61, 54%,

secara klasikal termasuk kategori

belum tuntas.

2. Ranah Afektif - Siswa yang mendapat nilai C

sebanyak 6 (15,38%)

No Uraian Hasil

Siklus I

1 Nilai rata-rata tes 76,15

formatif

2 Jumlah siswa yang

tuntas belajar 24

3 Persentase ketuntasan

belajar 61,54

15. Mengajukan/ menanggapi 5,2

pertanyaan/ ide

16. Menulis yang relevan 8,9

dengan KBM

17. Merangkum pembelajaran 6,9

18. Mengerjakan tes evaluasi 8,9

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1320

- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak

17 (66,6%)

- Siswa yang mendapat nilai A

sebanyak 7 (17,95%)

Berarti siswa yang mendapat

nilai diatas C sebanyak 84,62%,

secara klasikal termasuk kategori

tuntas.

d. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan

belajar mengajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut

1. Guru kurang baik dalam memotivasi

siswa dan dalam menyampaikan

tujuan pembelajaran.

2. Guru kurang baik dalam pengelolaan

waktu

3. Siswa kurang bisa antusias selama

pembelajaran berlangsung

e. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi

untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam

memotivasi siswa an lebih jelas dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran.

Dimana siswa diajak untuk terlibat

langsung dalam setiap kegiatan yang

akan dilakukan.

2. Guru perlu mendistribusikan waktu

secara baik dengan menambahkan

informasi-informasi yang dirasa perlu

dan memberi catatan.

3. Guru harus lebih terampil dan

bersemangat dalam memotivasi siswa

sehingga siswa bias lebih antusias.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan Pada tahap in peneliti

mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal

tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran

yang mendukung. Selain itu juga

dipersiapkan lembar observasi

pengelolaan pembelajaran metode

demonstasi dan lembar observasi siswa.

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar untuk siklus II dilaksanakan

pada tanggal 23 Juli 2015 di kelas V

dengan jumlah siswa 30 siswa. Dalam

hal ini peneliti bertindak sebagai

pengajar. Adapun proses belajar

mengajar mengacu pada rencana

pelajaran dengan memperhatikan revisi

pada siklus I, sehingga kesalahan atau

kekuarangan pada siklus I tidak terulang

lagi pada siklus II.

Pengamatan (observasi)

dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai

pengamat adalah peneliti dibantu oleh

seorang guru Penjaskesrek.

Pada akhir proses belajar mengajar

siswa diberi tes formatif II dengan tujuan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan

siswa dalam proses belajar mengajar

yang dilakukan. Instrument yang

digunakan adalah tes praktek II.

Keterangan : Nilai : Kriteria

Berikut disajikan hasil observasi

aktivitas guru dan siswa

Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan

Siswa Pada Siklus II

No Aktivitas guru yang

diamati

%

1. Menyampaikan tujuan 6,7

2. Memotivasi 6,7

siswa/merumuskan masalah

3. Mengkaitkan dengna 6,7

pelajaran berikutnya

4. Menyampaikan 10,7

materi/langkah- langkah/strategi

5. Menjelaskan materi yang 11,7

sulit

6. Membimbing dan 25,0

mengamati siswa dalam

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1321

Aktivitas siswa yang mengalami

penurunan adalah mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru (17,9%).

Diskusi antar siswa / antara siswa

dengan guru (13,8%), mempraktekkan

yang relavan dengan KBM (7,7%) dan

merangkum pembelajaran (6,7%).

Adapun aktivitas siswa yang mengalami

peningkatan aalah memperhatikan

peragaan (12,1%) menyajikan hasil

pembelajaran (4,6%), menanggapi/

mengajukan pertanyaan/ ide (5,4%) dan

berlatih bersama siswa lain (10,8%) Hasil tes praktik siswa terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes

Formatif Siswa Pada Siklus II

No Uraian Hasil

Siklus I

1 Nilai rata-rata tes 81,79

formatif

2 Jumlah siswa yang

tuntas belajar 35

3 Persentase ketuntasan

belajar 89,74

Berdasarkan tabel diatas tampak

bahwa aktivitas guru yuang paling

dominant pada siklus II adalah

membimbing dan mengamati siswa

melakukan latihan yaitu 25%. Jika

dibandingkan dengan siklus I aktivitas

ini mengalami peningkatan. Aktivitas

guru yang mengalami penurunan adalah

memberi umpan balik (16,6%),

menjelaskan/melatih menggunakan alat

(11,7). Meminta siswa mendiskusikan

dan menyajikan hasil kegiatan (8,2%)

dan membimbing siswa memperbaiki

kesalahan (6,7%)

Sedangkan untuk aktivitas siswa

yang paling diminan pada siklus II

adalah praktik menggunakan alat yaitu

(21%). Jika dibandingkan dengan siklus

I, aktivitas ini mengalami peningkatan.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh

nilai rata-rata tes praktek sebesar 81,79

dan dari 30 siswa yang telah tuntas

sebanyak 25 siswa an 5 siswa belum

mencapai ketuntasan belajar. Maka

secara klasikal ketuntasan belajar yang

telah tercapai sebesar 89,74% (termasuk

kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini

mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus I.

Adanya peningkatan hasil belajar

pada siklus II ini dipengaruhi oleh

adanya peningkatan kemampuan guru

dalam menerapkan pembelajaran metode

demonstrasi sehingga siswa menjadi

lebih terbiasa dengan pembelajaran

seperti ini sehingga siswa lebih mudah

dala memahami materi yang telah

7.

8.

9.

menemukan konsep

Meminta siswa

menyajikan dan

mendiskusikan hasil

kegiatan

Memberikan umpan balik

Membimbing siswa

merangkum pelajaran

8,2

16,6

6,7

Aktivitas siswa yang diamati

10. Mendengarkan/memperhat 17,9

ikan penjelasan guru

11. Membaca buku siswa 12,1

12. Bekerja dengan sesame 21,8

anggota kelompok

13. Diskusi antar siswa/antara 13,8

siswa dengan guru

14. Menyajikan hasil 4,6

pembelajaran

15. Mengajukan/menanggapi 5,4

pertanyaan/ide

16. Menulis yang relevan 7,7

dengan KBM

17. Merangkum pembelajaran 6,7

18. Mengerjakan tes evaluasi 10,8

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1322

diberikan. c. Analisis data penelitian Siklus II

1. Ranah Psikomotor - Siswa yang mendapat nilai 60 tidak

ada

- Siswa yang mendapat nilai 70

sebanyak 4 (10,36%)

- Siswa yang mendapat nilai 80

sebanyak 20 (61,53%)

- Siswa yang mendapat nilai 90

sebanyak 6 (28,21%)

Berarti siswa yang mendapat

nilai diatas 70 sebanyak 89,74%,

secara klasikal termasuk kategori

tuntas.

2. Ranah Afektif - Siswa yang mendapat nilai C tidak

ada

- Siswa yang mendapat nilaiB sebanyak

17 (33,33%)

- Siswa yang mendapat nilai A

sebanyak 13 (66,67%)

Berarti siswa yang mendapat

nilai diatas C mencapai 100% secara

klasikal termasuk kategori tuntas.

Mengingat hasil observasi selama

siklus II nilai yang diperoleh siswa

dalam penilaian kinerja ranah

psikomotorik 89,74% memperoleh

nilai diatas 70 dan ranah afektif 100%

memperoleh nilai diatas C secara

keseluruhan ranah psikomotorik dan

ranah afektif telah tercapai ketuntasan

belajar, maka penelitian ini diakhiri

pada siklus II

d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa

yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam

proses belajar mengajar dngan penerapan

pembelajaran metode demonstrasi. Dari

data-data yang telah diperoleh dapat

diuraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru

telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun

ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentasae

pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. berdasarkasn data hasiul pengamatan

diketahui bahwa siswa aktif selama

proses belajar berlangsung

3. Kekurangan pada siklus-siklus

sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga

menjadi lebih baik

4. Hasil belajar siswa pada siklus II

mencapai ketuntasan.

e. Refisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah

menerapkan pembelajaran metode

demonstrasi dengan baik dan dilihat dari

aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar

sudah berjalan dengan baik. Maka tidak

diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi

yuang perlu diperhatikan untuk tindakan

selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada

dengan tujuan agar pada pelaksanaan

proses belajar mengajar selanjutnya

penerapan pembelajaran metode

demonstrasi dapat meningkatkan proses

belajar mengajar sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai

4. Analisa Data Angket Angket yang diberikan pada siswa

setelah siswa melaksanakan proses

pembelajaran dengan metode

demonstrasi (siklus II) dengan jumlah

pertanyaan sebanyak 36 butir dan

jumlah responden sebanyak 30 siswa

untuk mengetahui tanggapan siswa

terhadap model pembelajaran metode

demonstrasi. Berdasarkan hasil angket

siswa pada lampiran diperoleh hasiol

analisi angket motivasi siswa pada tabel

berikut:

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1323

Tabel 4.7. Angket Siswa Terhadap model Pembelajaran Metode Demonstrasi

No

Indicator No pertanyaan

Jumlah dalam persen Jumlah rata-rata dalam

persen

SS S TS STS SS S TS STS

I Kegiatan pembelajaran dalam pembelajaran metode demonstrasi

2,5,7,8,9, 26,28,30, 31,32,34,35,36

215 1043 38 4 17 80 3 0

II Materi yang diajarkan degnan

pembelajaran metode demonstrasi 3,24,25, 27,29,33

109 379 10 0

12 18 63 17 2

III Kegiatan praktik dalam pembelajaran metode demonstrasi

1,4,6,10 11,12,13,

14,22,23

149 533 28,9 29 15 53 29 3

IV Penggunaan ujian praktik dalam

kegiatan pembelajaran metode

demontrasi

15,16,17,

18,19,20,21

53 516 112 19 8 73 16 7

Keterangan : SS: Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Dari tabel diatas menunjukkan

bahwa tanggapan siswa terhadap model

pembelajaran metode demonstrasi adalah

positif. Berdasarkan jumlah rata-rata

dalam persen menunjukkan bahwa 80%

siswa setuju dengan kegiatan

pembelajaran metode demonstrasi 63%

setuju dengan materi yang diajarkan

dengan metode, 53% setuju dengan

kegiatan praktik yang dilaksanakan

dalam pembelajaran metode demonstrasi

dan 73% siswa setuju dengan

penggunaan ujian praktik dalam kegiatan

pembelajaran metode demonstrasi.

Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran

pertemuan terbimbing memiliki dampak

positif dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

semakin mantapnya pemahaman siswa

terhadap materi yang disampaikan guru

(ketuntasan belajar meningkat dari siklus

I, dan II) untuk ranah psikomotor yaitu

61,54%,84,62 % dan 100 % . pada siklus

II ketuntasan belajar siswa secara

klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran

Berdasarkan analisis data,

diperoleh aktivitas siswa dalam proses

belajar mengajar dengan menerapkan

metode demonstrasi dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan

dengan meningkatnya nilai rata – rata

siswa pada setiap siklus yang terus

mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data,

diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan model

pembelajaran metode demonstrasi paling

dominan adalah belajar dengan sesama

anggota kelompok,

mendengarkan/memperhatikan

penjelasan guru dan diskusi antara

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi

dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa

dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru

selama pembelajaran telah melaksanakan

langkah-langkah metode demonstrasi

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1324

guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa

dalam mempraktikkan hasil

pembelajaran, menjelaskan/ melatih

menggunakan alat, memberi umpan balik

dalam prosentase untuk aktivitas di atas

cukup besar.

4. Tanggapan siswa terhadap Model

pembelajaran metode demonstrasi

Berdasarkan analisis angket

siswa dapat diketahui bahwa tanggapan

siswa termasuk positif. Ini ditunjukkan

dengan rata-rata jawaban siswa yang

menyatakan bahwa siswa tertarik dan

berminat dengan model pembelajaran

model dmonstrasi. Hal ini menunjukkan

bahwa siswa memberikan respopn positif

terhadap model pembelajaran metode

demonstrasi, sehingga siswa menjadi

termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi

dapat disimpulkan bahwa dengan

diterapkannya metode demonstrasi dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

SIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan selama tiga siklus

dan berdasarkan seluruh pembahaan serta

analisis yang telah dilakukan dapa

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode

pembelajaran metode demonstrasi

memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa

yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap

siklus, yaitu siklus I (61,54%), siklus

II (89,74%), sedangkan untuk ranah

afektif yaitu siklus I (84,62%), siklus

II (100%)

2. Penerapan metode pembelajaran

metode demonstrasi mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa

yang ditunjukkan dengna rata-rata

jawaban siswa yang menyatakan

bahwa siswa tertarik dan berminat

dengan metode pembelajaran metode

Demonstrasi sehingga mereka menjati

termotivasi untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi , 2002. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik.Jakarta PT. Rineksa Cipta

Bachrie, Eddy, dkk. 1982. Buku Kerja

Pelatih Sepakbola Remajai.

Bandung; Binacipta

Betty, C. Eric. 1987. Latihan Sepakbola

Metode Baru Pertahanan.Bandung;

Pioner Jaya

Coever, Weil. 1982; Sepakbola

Pembinaan Pemain Ideal. Jakarta;

PT Gramedia.

Engkos S.R. 1994. Penjaskes.Jakarta;

Erlangga

Remmy, Muchtar. 1992 . Olah Raga

Pilihan Sepak Bola,Jakarta;

Depdikbud Dirjen Dikti

Roji. 1996. Penjaskes 3,Jakarta; Intan

Parawara

Sajono, 1986. Pembinaan dan Kondisi

fisik,Jakarta: Depdikbud Dirjen

Dikti

Slamet, S.R. 1994.Penjaskes 3.Jakarta;

Tiga Serangkai

Sneyer, J. 1988. Sepakbola Latihan dan

Strategi, Jakarta; PT. Rosda Karya

Suharno. 1986, Ilmu Kepelatihan Olah

Raga Yogyakarta; IKIP Yogyakarta.

Syafi’I, Imam, 1999, Sepakbola

Dasar.Surabaya; UM Press IKIP

Surabaya

Syarifuddin, Aib. 1997, Penjaskes

1,2,3,Jakarta; PT. Gramedia

Widiasmara Indonesia

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1325

PENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DENGAN MENGGUNAKAN

BAN DALAM PEMBELAJARAN PJOK PADA SISWA KELAS IV & V SDN

INPRES DIHA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Furkan, Mirwan dan Rabwan Satriawan

Dosen Prodi penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pembelajaran lompat jauh

menggunakan ban dapat meningkatan prestasi lompat jauh. Penelitian ini dilaksanakan di

SDN Inpres Diha yang melibatkan kelas IV & V semester genap tahun pelajaran

2015/2016 dengan jumlah 31 siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian, dengan menggunakan metode classroom action research (Penelitian Tindakan

Kelas), yang bertujuan untuk memperoleh perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran

berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran di SDN Inpres Diha. Penelitian tindakan

kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu;

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.

Rancangan penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data

dalam penelitian dikumpulkan dengan menggunakan: (1) teknik observasi untuk

mengumpulkan data aktivitas siswa dalam belajar yang disusun oleh peneliti sebelum

pembelajaran berlangsung; (2) Teknik tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar

siswa dalam setiap siklusnya; (3) Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang kondisi sekolah objek penelitian serta proses belajar mengajar di sekolah. Adapun

subjek yang diwawancarai adalah kepala SDN Inpres Diha dan guru penjaskes di SDN

Inpres Diha; dan (4) Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa gambar

selama proses pembelajaran berlangsung. Data dianalisis dengan deskriptif inferensial dan

deskriptif statistik.

Kata Kunci: Kemampuan Lompat Jauh, Ban

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani di Sekolah

Dasar (SD) menekankan pada

pembentukan gerak dasar yang baik dan

benar serta pembentukan perilaku

sehingga akan berpengaruh pada

kesegaran jasmani siswa dan

memperkaya keterampilan gerak dasar

siswa berupa gerak lokomotor

(berpindah) jalan, lari, lompat dan gerak

non lokomotor (ditempat) melempar,

menendang, memukul, dan manipulatif

berlari melempar bola.

Proses pembelajaran pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan

(penjasorkes) dirancang dengan seksama

dan teliti untuk meningkatkan kebugaran

jasmani, mengembangkan keterampilan

motorik, pengetahuan, dan perilaku

hidup aktif dan sikap sportif. Pendidikan

jasmani yang ada di sekolah terutama

dalam pembelajarannya harus diatur

untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan, psikomotor, kognitif, dan

afektif bagi setiap siswa.

Konsekuensi logisnya adalah

tersedianya seperangkat peralatan yang

memungkinkan proses pembelajaran

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1326

penjasorkes sehingga dapat berjalan dengan baik. Salah satu yang mendukung

adalah kemampuan guru penjasorkes

dalam mengelola kelasnya dengan

menyajikan pembelajaran yang

dimodifikasi, dilaksanakan dalam bentuk

permainan yang dimodifikasi yang

disesuaikan dengan kebutuhan siswa.

Kegiatan pembelajaran adalah

suatu proses komunikasi yang harus

diciptakan melalui tukar menukar pesan

atau informasi seorang guru kepada anak

didiknya sehingga dapat diserap dan

dihayati pesan dari pembelajaran

tersebut.

Proses pembelajaran penjasorkes

di sekolah dasar akan dimungkinkan

berjalan kurang baik apabila guru

penjasorkes hanya menggunakan

berbagai sarana dan prasarana yang ada,

penggunaan media yang baik dan tepat

akan memudahkan pencapaian tujuan

pembelajaran, keterbatasan kemampuan

guru dalam melakukan demonstrasi

merupakan masalah sendiri yang sering

terjadi, hal ini dapat mengaburkan

persepsi siswa terhadap suatu rangkaian

gerakan, karena itu perlu dicari media

pembelajaran atau pengembangan suatu

media pembelajaran. Penggunaan media

yang baik dan tepat akan memudahkan

pencapaian tujuan pembelajaran selain

itu dengan media pembelajaran dapat

mendukung demontrasi dan mendukung

pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani, olahraga dan kesehatan.

Pembelajaran Penjasorkes di

SDN Inpres Diha relatif berjalan dengan

baik, tetapi guru hanya mempergunakan

sarana yang ada tanpa mempergunakan

alat bantu, contohnya dalam

pembelajaran atletik guru hanya

mempergunakan sarana bak lompat jauh

tanpa mempergunakan media lainnya

untuk pembelajaran lompat, sehingga

ketertarikan dan perhatian siswa pada

pembelajaran atletik terutama

pembelajaran lompat jauh terlihat

menurun dan tidak maksimal, hal itu

diketahui dengan rendahnya perolehan

nilai pembelajaran lompat jauh yang

sistem penilaiannya mempergunakan

model penilaian lompat jauh gaya

jongkok. sedangkan perolehan nilai

siswa-siswi kelas IV & V di SDN Inpres

Diha belum sepenuhnya mencapai nilai

KKM yang diharapkan yaitu 67.

Pada proses pembelajaran Atletik

khususnya lompat jauh, guru hanya

mempergunakan metode ceramah dan

demonstrasi, hal ini kurang mendukung

terjadinya proses komunikasi, sehingga

pesan yang disampaikan kurang begitu

mengena, karena gerakan yang cepat

pada saat demonstrasi menyebabkan

siswa kurang begitu menerima pesan

yang disampaikan oleh guru.

Peranan dan fungsi guru

penjasorkes akan terwujud apabila guru

tersebut memiliki inisiatif, kreativitas

serta inovasi dalam menyajikan

pembelajaran yang menarik minat siswa,

sehingga penggunaan alat atau sarana

pembelajaran untuk menunjang proses

belajar mengajar lompat jauh sangatlah

diperlukan, karena siswa akan senang

dan semakin termotivasi dalam

mengikuti pembelajaran, juga hal

tersebut hal itu akan memudahkan guru

dan terutama siswa menangkap pesan

yang disampaikan oleh guru.

Penggunaan ban motor

berdiameter 55 cm ketinggian 8 cm

dipandang merupakan salah satu alat

yang dapat dimanfaatkan oleh guru

dalam pembelajaran penjas, sehingga

siswa merasa senang dalam proses

pembelajarannya hal itu terjadi jika guru

menggunakan sarana atau alat yang

menarik, ban selain mudah didapat juga

murah karena merupakan benda yang

sudah tidak terpakai lagi, Prof. Dr. Azhar

Arsyad, M.A (2005: 2) menyatakan:

Guru sekurang-kurangnya dapat

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1327

menggunakan alat yang murah dan

efisien yang meskipun sederhana dan

bersahaja tetapi merupakan keharusan

dalam upaya mencapai tujuan pengajaran

yang diharapkan.

Penggunaan alat yang tepat tentu

saja akan membantu tercapainya suatu

tujuan pembelajaran, penggunaan ban

akan membantu siswa dan guru dalam

proses pembelajaran atletik kususnya

lompat jauh, dengan adanya ban, siswa

dapat melakukan gerakan awalan,

tolakan saat melayang di udara dan saat

mendarat dengan tepat.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian, dengan

menggunakan metode classroom action

research (Penelitian Tindakan Kelas),

yang bertujuan untuk memperoleh

perbaikan dan peningkatan proses

pembelajaran berdasarkan hasil observasi

proses pembelajaran di SDN Inpres Diha.

Zainal Aqib (2006: 12)

mengatakan ada tiga kata yang

membentuk pengertian tersebut, maka

ada tiga pengertian pula yang dapat

diterangkan sebagai berikut: 1. Penelitian, merupakan kegiatan

mencermati suatu obyek,

menggunakan aturan metodologi

tertentu untuk memperoleh data atau

informasi yang bermanfaat untuk

meningkatkan mutu dari suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi

peneliti.

2. Tindakan, merupakan suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu, yang dalam

penelitian ini berbentuk rangkaian

siklus kegiatan.

3. Kelas, merupakan sekelompok siswa

yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari

seorang guru.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan suatu pencermatan kegiatan

yang sengaja dilaksanakan dalam sebuah

kelas yang sama dan penelitian ini adalah

bentuk penelitian yang dilakukan oleh

guru secara kolaborasi dalam proses

pembelajaran guna memperbaiki keadaan

ke arah yang lebih baik.

Penelitian ini diharapkan dapat

memecahkan permasalahan yang

dihadapi guru sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan lancar,

sehingga tujuan pembelajaran dapat

dicapai secara efisien. Melalui

pendekatan penelitian tindakan kelas ini

permasalahan yang dirasakan dan

ditemukan oleh guru dan siswa dapat

dicarikan solusinya.

Langkah dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah

desain yang dikemukakan oleh Taggart

(1988) dalam Zainal Aqib (2008: 30)

yang menyatakan bahwa prosedur

pelaksanaan PTK mencakup:

a. Penetapan fokus masalah penelitian

b. Perencanaan tindakan

1) Membuat skenario pembelajaran. 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana

pendukung yang diperlukan di

kelas.

3) Mempersiapkan instrumen untuk

merekam dan menganalisa data

mengenai proses dan hasil

tindakan.

4) Melaksanakan simulasi

pelaksanaan tindakan perbaikan

untuk menguji keterlaksanaan

rancangan.

c. Pelaksanaan Tindakan

Meliputi siapa melakukan apa,

kapan, dimana dan bagaimana

melakukannya.

d. Pengamatan Interprestasi

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1328

Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang

meliputi proses dan hasil dari

pelaksanaan kegiatan.

e. Refleksi.

Pada bagian refleksi dilakukan

analisis data mengenai proses,

masalah, dan hambatan yang dijumpai

dan dilanjutkan dengan refleksi

terhadap dampak pelaksanaan

tindakan yang dilaksanakan. Peneliti

bersama kolaborator mendiskusikan

hasil pengamatan yang telah

dilakukan, kelemahan dan kekurangan

yang telah ditemukan pada pertemuan

sebelumnya digunakan sebagai dasar

untuk menyusun rencana tindakan

berikutnya.

Instrumen penelitian merupakan

alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data (Arikunto, 1990:

177). Instrumen penelitianantara lain: tes

hasil belajar untuk mengumpulkan data

prestasi belajar siswa. Adapun tes hasil

belajar berpedoman pada tiga aspek yang

dinilai yaitu: kecepatan lari awalan,

kekuatan kaki tolakan, dan koordinasi

gerakan sewaktu pendaratan.

TeknikPengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam

penelitian tindakan kelas ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa teknik

sebagai berikut:

1. Teknik observasi Teknik observasi adalah suatu

cara memperoleh atau mengumpulkan

data yang dilakukan dengan jalan

mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis tentang

suatu objek tertentu” (Agung,

1996:68). Berdasarkan pendapat

tersebut, dapat dipertegas bahwa

teknik observasi pada prinsipnya

merupakan cara memperoleh data

yang lebih dominan menggunakan

indera penglihatan (mata).

Dalam penelitian ini, teknik

observasi digunakan untuk

mengumpulkan data aktivitas siswa

dalam belajar yang disusun oleh

peneliti sebelum pembelajaran

berlangsung. Lembar observasi

tersebut memuat aktivitas belajar

siswa yang perlu diamati dari siswa

dalam pembelajaran penjasorkes

dengan menggunakan ban pada materi

lompat jauh.

2. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk

mengukur hasil belajar siswa dalam

pelajaran penjasorkes. Teknik tes

merupakan cara memperoleh data

yang berbentuk tugas yang harus

dikerjakan oleh seseorang atau

kelompok orang yang dites (Agung,

1996: 75). Sementara itu, Arikunto

(1992: 29) mengemukakan bahwa

teknik tes adalah suatu percobaan

yang diadakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya hasil belajar tertentu

pada seseorang atau kelompok siswa.

Teknik ini digunakan untuk

mengetahui prestasi belajar siswa

dalam setiap siklusnya.

3. Wawancara Wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan

itu (Moleong. 2002:135). Dalam

penelitian ini, wawancara dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang

kondisi sekolah objek penelitian serta

proses belajar mengajar di sekolah.

Adapun subjek yang diwawancarai

adalah kepala SDN Inpres Diha dan

guru penjaskes di SDN Inpres Diha.

4. Dokumentasi Dokumentasi adalah metode

yang digunakan untuk mengumpulkan

data-data dalam bentuk tulisan dan

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1329

gambar. Dalam penelitian ini,

dokumentasi digunakan untuk

mengumpulkan data berupa gambar

selama proses pembelajaran

berlangsung.

Teknik Analisis Data

Prestasi belajar siswa dianalisis

dengan cara deskriptif kuantitatif.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui

prestasi belajar siswa ketika melakukan

permainan. Adapun aspek-aspek yang

dinilai adalah: awalan (20), tolakan (20),

sikap badan di udara (30), dan

pendaratan (30).

HASIL PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas pada

siswa kelas IV & V SDN Inpres Diha,

peneliti beserta kolaborator mengadakan

observasi pada proses belajar mengajar

penjasorkes atau pembelajaran

penjasorkes dengan tujuan untuk

mengetahui adanya peningkatan

pembelajaran lompat jauh melalui media

ban yang dilakukan selama penelitian

berlangsung.

1. Siklus Pertama

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan

kolaborator sudah menentukan apa yang

akan diteliti, menyiapkan rencana

pelaksanaan pembelajaran beserta sarana

prasarana yang dipergunakan, pada tahap

ini peneliti dan kolaborator sudah

mendata dan mengidentifikasi tindakan

apa yang akan dilakukan, serta skenario

pembelajaran yang dapat dilihat pada

lampiran 01.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan pertama dilaksanakan

pada tanggal 19 Maret 2013, dua jam

pelajaran (70 menit). Materi pokok

pembelajaran atletik dengan sub pokok

bahasan lompat jauh dengan media ban.

Adapun bentuk pembelajarannya

menggunakan pendekatan permainan,

siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok, masing-masing kelompok

siswa melompati ban yang telah disusun

3 baris dengan jarak 3 meter dengan

sistem kompetisi. Pada kegiatan

pembelajaran ini, siswa melewati ban

dengan langkah biasa, latihan ini

dilakukan sebanyak 3 kali, setelah itu

dalam posisi ban yang sama, hanya

perbedaannya siswa melawati ban

dengan satu kaki pertama dengan kaki

kanan terlebih dahulu setelah itu dengan

kaki kiri. Masih sama dengan kegiatan

yang pertama dengan sistem kompetisi

melakukan dengan langkah biasa.

Pembelajaran berikutnya, siswa

melompati ban yang telah disusun 3 baris

dengan jarak 3 meter dengan sistem

kompetisi. Pada kegiatan pembelajaran

ini, siswa melewati ban dengan lari biasa,

latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali,

setelah itu dalam posisi ban yang sama,

hanya perbedaannya siswa melawati ban

dengan satu kaki pertama dengan kaki

kanan terlebih dahulu setelah itu dengan

kaki kiri. Masih sama dengan kegiatan

yang pertama dengan sistem kompetisi.

c. Tahap Observasi/Evaluasi Pada pertemuan yang pertama

ini, kolaborator mencermati, mencatat

dan mendokumentasikan hal yang terjadi

selama proses pembelajaran atau

tindakan berlangsung, pengamatan

dengan berpedoman pada lembar

observasi dapat dilihat pada lampiran 02.

d. Tahap Refleksi Setelah selesai tindakan pada

petemuan pertama, peneliti dan

kolaborator mendiskusikan hasil

pengamatan yang telah dilakukan, pada

pembelajaran yang pertama sudah ada

peningkatan siswa dalam melakukan

belajar lompat jauh, hasil yang diperoleh

meningkat dari sebelumnya yaitu rata-

rata nilai 69,35, masih ada 11 siswa yang

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1330

belum mencapai nilai 70 sesuai KKM.

Peningkatan hasil siswa belum

memenuhi KKM, dengan pertimbangan

dan masukan dari kolaborator maka perlu

dilaksanakan tindakan pada pertemuan

kedua dengan menambah variasi dalam

pembelajaran menggunakan alat ban.

2. Siklus Kedua

a. Tahap Perencanaan

Setelah peneliti dan kolaborator

melakukan refleksi pada siklus pertama,

maka perlu dilakukan tindakan pada

siklus kedua. Sebagai dasar pelaksanaan

tindakan pertemuan pada siklus dua

adalah hasil proses belajar siswa pada

pertemuan kedua sudah memenuhi 100%

mencapai nilai KKM yaitu 70. Skenario

pembelajaran dapat dilihat pada lampiran

04.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan ketiga dilaksanakan

pada tanggal 30 Mei 2015 dua jam

pelajaran (70 menit). Materi sama

dengan pertemuan yang pertama pada

siklus satu, pada pertemuan ini

dilaksanakan evaluasi proses belajar

lompat jauh menggunakan alat ban

penekanannya pada cara siswa

melakukan awalan, tolakan, saat diudara,

dan pendaratan.

Pada pertemuan ini dibuat

sebuah latihan seperti sirkuit berbentuk

segi empat, dengan beberapa macam

latihan yang harus dilalui masing-masing

kelompok dalam bentuk kompetisi,

macam rintangan yang harus dilalui

ialah: rintangan yang 1 siswa melewati 3

buah ban dengan jarak masing-masing

ban 3 m, rintangan yang ke 2 siswa

melompati 2 buah ban yang diatur

berjajar sebanyak 2 buah, rintangan 3

siswa melompati 2 buah ban yang diatur

berlapis, dan rintangan yang ke 4 siswa

melompati 3 buah ban yang diatur

dengan jarak masing-masing 50cm

dengan tumpuan 2 kaki, pada akhir

sirkuit berlari melakukan awalan dan

melompat serta mendarat kedalam bak

lompat jauh kemudian berlari menuju

kelompok dan memberikan bola sebagai

pesan yang harus diberikan kepada

teman yang paling belakang

c. Tahap Observasi/Evaluasi Pada siklus ini, guru kolaborator

mengamati, mencermati dan mencatat

serta mendokumentasikan segala sesuatu

yang terjadi pada kegiatan pembelajaran

dengan berpedoman pada lembar

pengamatan dan observasi. Selama

pembelajaran lompat jauh siswa sudah

mengalami peningkatan, baik motivasi,

semangat dan minat serta disiplin siswa.

Lembaran observasi dapat dilihat pada

lampiran 06.

d. Tahap Refleksi Pada akhir tindakan pada siklus

ini, peneliti dan kolaborator

mendiskusikan hasil pengamatan

pembelajaran. Dalam melakukan

pembelajaran lompat jauh dengan

menggunakan ban sudah dapat dikatakan

berhasil dengan baik, pertemuan ketiga

rata-rata kemampuan siswa sudah 100%

memenuhi KKM yaitu 70.

Ada peningkatan dari yang

sebelumnya, mereka lebih bersemangat,

melakukan dengan gembira tanpa merasa

dipaksa dan tidak mengurangi keseriusan

dan antusias mereka dalam mengikuti

pembelajaran, hal ini dibuktikan juga

dari jumlah 31 siswa yang diteliti

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

data dapat dilihat pada lampiran 08.

Dengan demikian tindakan pada

pertemuan ketiga sudah dianggap cukup

dan tidak perlu lagi diadakan tindakan

pada siklus berikutnya.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil refleksi dan

analisis hasil penelitian menunjukkan

bahwa sudah ada peningkatan pada

proses pembelajaran, pada siklus kedua

telah tercapai tujuan pembelajaran

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1331

lompat jauh hal itu terlihat dari rata-rata

siswa telah mencapai diatas 70 atau

KKM, yaitu 77,03 daripada siklus

pertama yang hanya mendapatkan nilai

rata-rata sebesar 63,74. Berikut

perkembangan hasil proses belajar

lompat jauh dari dua siklus.

Tabel 4.1: Data Hasil Belajar Lompat

Jauh setelah tindakan pada siswa

Kelas IV & V SDN Inpres Diha

Dari tabel di atas, terlihat jelas

kemajuan dan peningkatan yang dicapai

oleh siswa, dengan demikian tindakan

proses belajar lompat jauh dengan media

ban yang diberikan pada siswa kelas IV

& V SDN Inpres Diha dapat dikatakan

berhasil.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil

penelitian, pembelajaran lompat jauh

dengan media ban dapat meningkatkan

minat, daya tarik dan kemampuan serta

hasil belajar siswa SDN Inpres Diha,

adapun tahapan-tahapannya sebagai

berikut:

1. Proses peningkatan pembelajaran

lompat jauh diawali dengan

melompati 3 buah ban dengan jarak

masing-masing ban 3 m, rintangan

yang ke 2 siswa melompati 2 buah

ban yang diatur berjajar sebanyak 2

buah, siswa terbagi dalam 5 kelompok

berlari melewati ban yang telah

tersusun dengan sistem kompetisi.

Pada siklus satu nilai rata-rata yang

diperoleh siswa sebesar 63,74.

2. Proses peningkatan pembelajaran

lompat jauh pada siklus kedua

dilakukan dengan latihan sirkuit

berbentuk segi empat, dimulai dengan

rintangan yang 1 siswa melewati 3

buah ban dengan jarak masing-masing

ban 3 m, rintangan yang ke 2 siswa

melompati 2 buah ban yang diatur

berjajar sebanyak 2 buah, rintangn 3

siswa melakukan gerakan melompati

4 buah ban, dan rintangan yang ke 4

siswa melompati 3 buah ban yang

diatur dengan jarak masing-masing

50cm dengan tumpuan 2 kaki, pada

akhir sirkuit berlari melakukan

awalan dan melompat serta mendarat

kedalam bak lompat jauh kemudian

berlari menuju kelompok dan

memberikan bola sebagai pesan yang

No

Kode Subjek

Skor yang

Diperoleh

Siklus I Siklus II

1. S1. 70 80

2. S2. 75 85

3. S3. 75 85

4. S4. 60 75

5. S5. 75 85

6. S6. 70 80

7. S7. 75 80

8. S8. 65 75

9 S9 70 85

10. S10. 70 85

11. S11. 70 85

12. S12. 60 75

13. S13. 75 85

14. S14. 70 75

15. S15. 65 75

16. S16. 60 75

17. S17. 70 80

18. S18. 65 80

19. S19. 70 85

20. S20. 75 80

21. S21. 70 80

22. S22. 70 80

23. S23. 70 80

24. S24. 70 75

25. S25. 65 70

26. S26. 75 85

27. S27. 75 80

28. S28. 70 75

29. S29. 65 75

30. S30. 75 80

31. S31. 60 70

Jumlah Nilai 2155 2465

Rata-rata 63,74 77,03

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1332

harus diberikan kepada teman yang

paling belakang. Nilai rata-rata yang

diperoleh siswa sebesar 77,03.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A.Gede. 1996. Pengantar

Evaluasi Pendidikan. Singaraja.

STKIP Singaraja

Agus S. Suryobroto. 2004. Diktat Mata

Kuliah Sarana dan Prasarana

Pendidikan Jasmani. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen

Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

-------. 1992. Prosedur Penelitian; Suatu

Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azhar Arsyad, M.A. 2005. Media

Pembelajaran, Jakarta : Depdiknas

Yrama Widya

Depdiknas. 2003. Model Pembelajaran

Pendidikan Jasmani Sekolah

Dasar. Jakarta : Bagian Proyek

Peningkatan Mutu Pelajaran IPA

(SEQIP)

Eddy Purnomo. 2007. Pedoman

Mengajar Dasar Gerak Atletik,

Yogyakarta: FIK UNY

Hujair AH Sanaky. 2009. Media

Pembelajaran, Yogyakarta: Safiria

Insania Press

Johanata, Ari Mamang. 2009.

Peningkatan Hasil Belajar Lompat

Jauh Gaya Jongkok dengan

pemberian Media Pembelajaran di

SLTPN 1 Pracimantoro Wonogiri.

Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Kurniawan, Wawan. 2012. Teknik

Pemodelan sebagai Upaya untuk

Meningkatkan Prestasi Lompat

Jauh Siswa Kelas VIIIE SMP

Negeri 1 Palibelo Tahun

Pelajaran 2012/2013. Bima:

STKIP Taman Siswa.

LAAF : 2000. Mengajar Pendidikan

Jasmani, Jakarta : Direktorat

Jenderal Olahraga, Depdiknas

Moleong, Lexi, J. 2002. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Remaja

Rosdakarya: Bandung.

Tim Penyusun. 2003. Pedoman Tugas

Akhir. Yogyakarta: Universitas

Negeri Yogyakarta

Winkel, W.S. 1983. Bimbingan dan

Konseling di` Institusi Pendidikan.

Jakarta: Gramedia.

Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan

Kelas, Bandung : CV Yrama

Widya

UUD 1945, GBHN 1999, Tap-tap MPR

RI 1999. Semarang: CV. Aneka

Ilmu.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : Diperbanyak Oleh Media

Wiyata.

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1333

HUBUNGAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN ROLL DEPAN

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TIDORE KEPULAUAN

Taher Hamisi¹, Mahatma Raison Pribadi²

Program Studi Pendidikan Olahraga

STKIP Kie Raha

ABSTRAK

Hubungan Keseimbangan Dengan Kemampuan Roll Depan pada Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Dibimbing oleh Zainul

Azis,S.Or.,M.Kes selaku pembimbing I dan Suratni Muhamad, M.Pd

selaku pembimbing II. Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Kie Raha Ternate. Keseimbangan

ini penting dalam olahraga untuk itu penting dimana keseimbangan orang

tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pesenam apabila

memiliki keeimbangan yang baik maka pesenam itu akan dapat

mempertahankan tubuhnya pada waktu ia melakukan roll depan dengn

baik. Penelitian ini menelitih beratkan pada hubungan keseimbangan

dengan kemampuan roll depan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Tidore Kepulauan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui

keseimbangan dengan kemampuan roll depan. Penelitian ini termasuk

dalam penelitian korelasional dengan meggunakan metode survei tes dan

pengukuran dan pendekatan kuantitatif. Instrumen penelitian berupa tes

keseimbangan dan tes roll depan. Populasi dalam penelitian ini adalah

SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan dan sampel penelitian ini adalah siswa

kelas VIII yang berjumlah 30 siswa. Teknik analisis data menggunakan uji

regresi sederhana. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara

keseimbangann dan roll depan dapat dilihat dari hasi analisis bahwa thitung

sebesar 6,74 ˃ttabel sebesar 1,70, maka dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa kedua variabel terdapat hubngan yang singnifikan.

Kata kunci: keseimbangan, roll depan

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan salah satu bidang

yang sangat penting peranannya dalam

rangka membangun manusia indonesia

seutuhnya. Dengan melakukan

olahraga dapat mengembangkan sikap

mental, kejujuran, keberanian, daya

juang dan semangat bersaing, jiwa

sporttivitas yang di dalamnya

terkandung nilai-nilai pendorong

generasi yang baik dan berjiwa sehat

dalam rangka mengisi kemerdekaan.

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1334

Pembinaan olahraga disekolah

dilakukan melalui dua bentuk program

kegiatan yaitu: (1) kegiatan kurikuler

yang merupakan kegiatan olahraga

yang dilakukan pada jam-jam pelajaran

dan (2) kegiatan ekstrakulikuler yang

merupakan kegiatan olahraga yang di

lakukan oleh pelajar pelajar yang

berminat atau berbakat dalam cabang

olahraga tertentu diluar dari jam

pelajaran.

Pendidikan jasmani dan

kesehatan dasar tujuan membantu

siswa dalam meningkatkan dan

memperbaiki kesehatan kesegaran

jasmani melalui pengertian

pengembangan, sikap positif dan

kertampilan gerak dasar serta sebagai

aktifitas jasmani. Salah satu bagian

dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar pendidikan jasmani di

sekolah di berikan pelajaran terutama

senam lantai.

Dari hakekat krakteristik dan

stuktur gerak senam dianggap kegiatan

fisik yang cocok untuk menjadi ”alat”

pendidikan jasmani, karena dianggap

mampu memberikan sumbangan

terhadap pengembangan kualiatas

motorik dan kualitas fisik anak. Dilihat

stuktur lokomotor,senam bisa

meningkatkan aspek kekuatan,

kecepatan, serta sekaligus daya tahan

umum dan khusus, disamping itu tentu

saja membangun kelincahan serta

keseimbangan dinamis, senam mampu

meningkatkan aspek kelentukan aspek

kekuatan dan keseimbangan statis.

Senam artistik yang di berikan

sekolah merupakan dasar senam lantai

dengn bentuk latihan dasar roll depan.

Dalam senam lantai, seorang pesenam

tidak akan mampu melakukan

keterampilan senam dengan baik, jika ia

tidak memiliki keseimbangan yang baik

dalam melakukan roll depan dalam

senam lantai.

Namun untuk mencapai gerakan

senam lantai degan baik dan sempurna

tidaklah muda, hal ini diduga kurangnya

beberapa hal yang yang dapat

mempengaruhi prestasi sala satu yaitu

keseimbangan dalam melakukan

rolldepan.

Keseimbangan adalah

kemampuan seseorang dalam

mengendalikan organ-organ syaraf otot

(M. Sajoto, 1995:9). Keseimbangan

adalah kemampuan mempertahankan

sikap tubuh yang pada saat melakukan

gerakan tergantung pada kemampuan

integrasi antara kerja indera

penglihatan, kanalis semisis kuralis

pada telinga dan reseptor pada otot.

Diperlukan tidak hanya pada olah raga

tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Keseimbangan penting dalam

kehidupan maupun olah raga untuk itu

penting di mana tampa keseimbangan

orang tidak akan dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Atlit senam

apabila memiliki keseimbangan yang

baik maka atlit itu akan dapat

mempertahankan tubuhnya pada waktu

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1335

melakukan senam terutama roll

kedepan. Apabila keseimbangan baik

maka atlit tersebut tidak akan muda

jatu dalam melakukan roll depan.

Kemampuan Roll Depan

Kegiatan pada dasarnya

merupakan kegiatan yang melibatkan

unsur fisik dan mental dari unsur

manusia sebagai unsur pelaksana,

Menurut Mochamad sajoto (1988:57),

dimana dapat memberikan manfaat

bagi manusia itu sendiri maupun untuk

tujuan tertentu misalnya untuk

mencapai pestasi. Prestasi yang dicapai

seorang atlit ini merupakan tujuan

utama berbagai kegiatan olahraga.

Untukmencapai suatu prestasi olahraga

maka seseorang harus meningkatkan

kemampuan secara maksimal dari

semua unsur sesuai dengan kebutuhan

cabang yang digelutinya.

Untuk meningkatkan fisik sangat

mutlak dilakaksanakan, karena bila

kondisi fisik baik maka Menurut

Harsono (1988:153). 1) akan ada

peningkatan dalam sistem sikkulasi

darah dan kinerja jantung. 2) akan

adanya peningkatan dalam kekuatan,

kelentukan, stamina, kecepatan dan

kondisi fisik lainnya. 3) akan ada

ekonomi gerak yang lebih baik pada

waktu latihan. 4) akan ada pemulihan

yang lebih cepat dalam organ–organ

tubuh setelah latihan. 5)akan ada

respon yang cepat dari organisme

tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon di perlukan.

Dalam cabang olahraga senam lantai

tampa alat, kondisi fisik merupakan

faktor yang paling penting utama dalam

peningkatan prestasi bagi seorang atlit.

Menurut moch. Sejoto (1988: 78)

mengemukakan bahwa: Kondisi fisik

adalah suatu kesatuan dari kemponen-

komponen yang tidak dapat dipisahkan,

baik peningkatan maupun pemeliharaan.

Artinya bahwa setiap usaha peningkatan

kondisi fisik, maka harus

mengembangkan semua komponen

tersebut, walaupun perlu dilakukan

perlu dilakukan dengan prioritas.

Prestasi cabang olahraga senam lantai

sangat ditunjang oleh kemampuan fisik

seseorang yang melakukan. Tampa

kemampuan fisik maka peningkatan

teknik sulit untuk capai, sehingga

berpengaru terhadap prestasi senam

lantai secara keseluruhan. Menurut

moch. Sajoto (1988: 92), mengatakan

bahwa ada berbagai macam komponen

fisik yaitu kekuatan, kecepatan, daya

ledak, kelincahan, ketepatan,

kelentukan, daya tahan, keseimbangan,

dan kondisi. Dari berbagai kompunen

fisik tersebut yang paling dibutuhkan

dalam cabang senam lantai pada

gerakan roll adalah keseimbangan.

Kalau kompunen fisik tersebut kurang

tercapai setelah suatu masa latihan,

maka hal ini berarti perencanaan dan

sistematika latihan kurang sempurna,

menurut Harsono (1988: 53),

mengatakan bahwa, kalau kondisi fisik

baik maka akan ada peningkatan dalam

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1336

kekuatan, kecepatan, stamina, dan

kondisi fisik lainnya.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian korelasional dengan

mengunakan metode survey. Penelitian

korelasional adalah suatu metode yang

dirancang untuk mengetahui seberapa

besar hubungan antara variable bebas

dengan variabel terikat. Adapun variabel

yang dilibatkan dalam penelitian ini antara

lain keseimbangan sebagai variabel bebas,

yang dilambangkan dengan X, dan

kemampuan roll depan sebagai variable

terikat yang dilambangkan dangan Y

Pengumpulan data penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan tes dan

pengukuran. Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini memerlukan data-

data sebagai berikut : (1) Melakukan

survey awal. (2) Menyiapkan tenaga

lapangan. (3) Menyiapkan sampel. (4)

Melakukan tes dan pengukuran dari

kedua variabel yang ada. Teknik analisa

data di pergunakan dalam penilitian ini

adalah regresi dan korelasi untuk

mengetahui antara kedua variabel X dan

variabel Y.

HASIL

Tabel 1 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Keseimbangan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Roll Depan (Y)

No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)

1 6 - 7 4 13.33

2 8 - 9 6 20.00

3 10 - 11 3 10.00

4 12 - 13 9 30.00

5 14 - 15 5 16.67

6 16 - 17 3 10.00

Σ 30 100

Tabel 3. Anava Regresi Linier Sederhana Y atas X dengan persamaan

Regresi: Ŷ = -14,12 + 0,683X

No Kelas Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)

1 32 – 33 5 16.67

2 34 – 35 5 16.67

3 36 – 37 7 23.33

4 38 – 39 4 13.33

5 40 – 41 4 13.33

6 42 – 43 5 16.67

Σ 30 100

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1337

Sbr.Var DK JK RJK Fh Ft

0.05 0.01

Total (T) 30 4107

1.87 2.44 Reg (a) 1 3830.70 3830.70

50.54 Reg (b) 1 177.79 177.79

Sisa 28 98.51 3.52

Tuna Cocok 26 86.01 3.31 0.53 2.51 3.78

Galat (G) 2 12.50 6.25

Keterangan:

** = Signifikan Fhitung = 50,54 > Ftabel = 1,87. Maka regresi signifikan

ns. = Non signifikan Fhitung = 0,53 < Ftabel = 2,51. Maka regresi linear

dk = Derajat kebebasan

JK = Jumlah kuadrat

RJK = Rata-rata jumlah kuadrat

Tabel 4. Hasil Perhitungan Korelasi X dengan Y

Korelasi N R r2

thit

ttab

0,05

X dengan Y 30 0,80 0,6435 6,74 1,70

Keterangan:

ry = Koefesien korelasi keseimbangan dengan kemampuan roll depan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis, ternyata hipotesis yang

diajukan menunjukkan hasil yang

berkorelasi positif secara signifikan.

Uraian hipotesis tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Hasil perhitungan tentang hipotesis

yang menyebutkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara

keseimbangan dengan kemampuan roll

depan menunjukkan model persamaan

regresi sederhana Ŷ = -14,12 +

0,683X.Melalui analisis varians untuk

signifikansi diperoleh Fhit = 50,54 lebih

besar dari Ftab = 1,87 sedangkan untuk

persamaan regresi sederhana yaitu Ŷ = -

14,12 + 0,683X dinyatakan sangat

signifikan dan linier. Artinya apabila

keseimbangan ditingkatkan satu skor

maka kemampuan roll depan meningkat

0,683 pada konstanta -14,12.

Selanjutnya koefisien korelasi antara

keseimbangan dengan kemampuan roll

depan sebesar 0,6435 melalui uji-t

diperoleh thitung sebesar 6,74 lebih besar

daripada ttabel sebesar 1,70 sehingga

koefisien korelasi (ry) dinyatakan signifikan

pada taraf 0,05 yang berarti bahwa makin

baik keseimbangan maka makin baik pula

kemampuan roll depan. Sebaliknya, apabila

keseimbangan kurang akan membawa

konsekuensi lampatnya kemampuan roll

Vol. 6. No. 1, Januari-Juni 2016 ISSN: 2088-0324

Jurnal Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan 1338

depan.

Berdasarkan koefisien korelasi (ry) 0,80

tersebut kemampuan roll depan juga

diperoleh nilai determinasi 0,6435. Hal ini

berarti bahwa variansi keseimbangan

dapat dijelaskan oleh variansi kemampuan

roll depan sebesar 64,35%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengolaan

data terdapat koefisien korelasi (ry) 0,80

tersebut maka, kemampuan roll depan

juga diperoleh nilai determinasi 0,6435.

Hal ini berarti bahwa variansi koordinasi

mata tangan dapat dijelaskan oleh variansi

kemampuan roll depan 64,35%.

Kemudian dari hasil analisis data bahwa

thitung = 6,74 > ttabel = 1,70, dari hasil ini

maka disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara

koordinasi mata tangan dengan

kemampuan roll depan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

FIG (2005). Dasar-Dasar Metode

Statistika Untuk Penelitian.

Bandung: CV

Pustaka Setia.

Harsono. (1988:53). Dasar-Dasar Roll

Depan . Kaliwangi:Yogyakarta.

Hariyanti N (2008). Tes dan Pengukuran

dalam Pendidikan Jasmani.

Depdiknas. Ditjen Pendidikan

Dasar danMenengah. Ditjen

Olahraga. Jakarta.

Haryanti Sri. (2008). Proses Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

seanbase's. woedpress. com.

Loken etal (1986) : Pendidikan Olahraga

Program Pasca Sarjana

Universitas Negeri Jakarta.

Maria. (2011). Dasar-Dasar Gerak Senam

Lantai. Yogyakarta: Alfamedia.

Margono, Agus. 2009: 41. Senam.

Surakarta: UNS Press.

Moleong, Rexy J. 2011: 94 . Metode

Penelitian Kuntitatif. Bandung:

Remaja. Rosdakarya.

M. Sajoto. 1995 9. Pembinaan Kondisi

Fisik Dalam Olahraga. Semarang:

Effhar & Dahara Prize Offset.

------------. 1988: 78. Pembinaan Kondisi

Fisik Dalam Olahraga. Semarang:

Effhar & Dahara Prize Offset.

M. Sajoto. 1988: 92. Pembinaan Kondisi

Fisik Dalam Olahraga. Semarang:

Effhar & Dahara Prize Offset.

Muhajir. 2004:135. Metodologi Penelitian

dalam Olahraga. Surabaya:

Fakultas Ilmu Keolahragaan –

Universitas Negeri Surabaya.

Subyanto Efendi.(1991:29). Modul

Kurikulum Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan.