Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

56
Dwi Bahasa Indonesia Inggris Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 www.kemhan.go.id www.dmc.kemhan.go.id TNI AND THE ESTABLISHMENT OF WORLD PEACE MEDIUM-INCOME TRAP AND REGIONAL SECURITY PANORAMA KONSISTENSI DAN KONTINUITAS SISTEM PERTAHANAN NEGARA VISI STRATEGIS PERDAMAIAN INTERNASIONAL INDONESIA

Transcript of Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Page 1: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

DwiBahasa

IndonesiaInggris

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

www.kemhan.go.idwww.dmc.kemhan.go.id

TNI AND THE ESTABLISHMENT OF WORLD PEACE

MEDIUM-INCOME TRAP AND REGIONAL SECURITY PANORAMA

KONSISTENSI DAN KONTINUITAS SISTEM PERTAHANAN NEGARA

VISI STRATEGIS PERDAMAIAN INTERNASIONAL INDONESIA

Page 2: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

DIRGAHAYU

TENTARA NASIONAL INDONESIA

PATRIOT SEJATI, PROFESIONAL DAN DICINTAI RAKYAT

Page 3: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

3

Serambi Redaksi Editorial

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Para pembaca yang budiman,

Kami kembali menyapa para pembaca dengan edisi terbaru WIRA September-Oktober 2014. Dalam edisi ini, tim redaksi mengangkat tema yang berkaitan dengan TNI dan pembangunan pertahanan negara, khususnya sebagai refleksi HUT TNI ke-69. Seiring dengan hal tersebut, diketengahkan artikel Wakil Menteri Pertahanan tentang Konsistensi dan Kontinuitas Sistem Pertahanan Negara. TNI dan Perwujudan Perdamaian Dunia, Visi Strategi Perdamaian Internasional Indonesia adalah beberapa tulisan yang telah disiapkan redaksi WIRA disamping rubrik-rubrik opini yang akan memperkaya wawasan pengetahuan para pembaca sekalian.

Para Pembaca WIRA yang kami banggakan,

Untuk memperkaya artikel majalah WIRA ini, kami senantiasa mengharapkan partisipasi pembaca untuk mengirimkan tulisan, baik berupa artikel, opini, informasi, tanggapan ataupun kritik dan saran. Bagi yang ingin mendapatkan majalah WIRA bisa menghubungi tim redaksi kami melalui email [email protected]. Majalah WIRA juga dapat diakses dalam jaringan online di laman www.dmc.kemhan.go.id.

Semoga majalah WIRA edisi September– Oktober 2014 ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Dear Readers,

In this September-October Edition, WIRA will have a special report on the TNI’s 69th anniversary. Other articles include Vice Defense Minister’s article on the Consistency and Continuity of National Defense System. TNI and the establishment of World Peace; Indonesia’s strategic Vision on International Peace are few articles that have been prepared in this edition as well as rubrics that will enrich the knowledge of the readers.

Dear Readers,

To enrich the WIRA magazine, we always expect the participation to send articles, opinions, feedbacks or critic and suggestions. For those who want to have this magazine could contact us via email [email protected]. WIRA magazine can also be accessed online at the www.dmc.kemhan.go.id.

MEDIA INFORMASI KEMENTERIAN PERTAHANAN

Page 4: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

daftar isi/contents

PERANGKAP PENDAPATAN MENENGAH DAN PANORAMA KEAMANAN REGIONALMEDIUM-INCOME TRAP AND REGIONAL SECURITY PANORAMA

5

15

24

DEWAN REDAKSI

8

GELAR TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI(BADIKLAT KEMHAN MENYONGSONG PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL)

VISI STRATEGIS PERDAMAIAN INTERNASIONAL INDONESIAINDONESIA’S STRATEGIC VISION OF INTERNATIONAL PEACE

TNI DAN PERWUJUDAN PERDAMAIAN DUNIA

31

INFORMATION & COMMUNICATION TECHNOLOGY DEPLOYMENT(BADIKLAT KEMHAN PREPARES THE EDUCATION IN THE DIGITAL AGE)

TNI AND THE ESTABLISHMENT OF WORLD PEACE

Pelindung/Penasihat: Menteri Pertahanan/Sekjen Kemhan, Pemimpin Umum: Kapuskom Publik Kemhan, Pemimpin Redaksi: Kolonel Inf Drs. Silvester Albert T, M.A, Wakil Redaksi: Drs. Zul Asril, Redaksi: Letkol Sus Trisatya W, M.IT, Sri Murtiana, S.Sos, M.M, Letkol Caj Fajar Joko Sulistyo, MA., Deden Deni Doris, S.E, Mayor Inf Barnes M, M. Sc, Mutiara Silaen, S.Ikom, Desain Grafis: Lettu Sus Farah Merila S, S.Kom, Eko Prasetyo, S.Kom, Imam Rosyadi, Fotografi: M. Adi Wibowo, Percetakan & Sirkulasi: Ari Yulianto, S.Sos, M.M., Nadia Maretti, S.Kom, Diterbitkan Oleh: Puskom Publik Kemhan, Jl. Merdeka Barat 13-14 Jakarta

LAPORAN UTAMA

37

KONSISTENSI DAN KONTINUITAS SISTEM PERTAHANAN NEGARACONSISTENCY AND CONTINUITY OF THE NATIONAL DEFENSE SYSTEM

4 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

PERAN TNI UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN PERTAHANAN (KONTEMPLASI DI HARI ULANG TAHUN KE-69 TNI)

TNI’S ROLE TO ACHIEVE NATIONAL DEFENSE INDEPENDENCY (CONTEMPLATION OF THE 69th ANNIVERSARY OF THE TNI)

46 PEMIKIRAN AWAL PENATAAN INDUSTRI NASIONAL UNTUK KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA

INITIAL THOUGHT ON THE NATIONAL INDUSTRY STRUCTURING FOR A SUPPORTING COMPONENT OF THE NATIONAL DEFENSE

MEDIA INFORMASI KEMENTERIAN PERTAHANAN

FOKUS WIRA

INFO PERTAHANAN

OPINI

Page 5: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

5Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Oleh: Sjafrie Sjamsoeddin Wakil Menteri Pertahanan 2010 - 2014

CONSISTENCY AND CONTINUITY OF THE NATIONAL DEFENSE SYSTEM

KONSISTENSI DAN KONTINUITASSISTEM PERTAHANAN NEGARA

Tidak boleh diingkari perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara 69 tahun tidak dapat dilepaskan dari semangat dan komitmen keluarga bangsa Indonesia untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Inilah yang secara popular dikenal dengan kepentingan nasional yang esensinya menjaga kelangsungan hidup bangsa dan NKRI seraya melakukan pembangunan nasional. Makna inilah yang memotivasi bangsa Indonesia untuk membangun suatu negara NKRI yang kuat sebagaimana pemikiran dari Presiden sejak tahun 1945 sampai tahun 2014.

Negara mengamanatkan melalui konstitusi dan regulasi kepada pemerintah untuk memformulasikan legalitas dan legitimasi sebagai landasan membangun sistem pertahanan negara yang dikenal sebagai upaya bela negara dengan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta sebagai suatu soliditas kekuatan pertahanan militer yang diperankan oleh TNI dan kekuatan pertahanan nirmiliter yang diperankan oleh masyarakat dengan berbagai latar profesi dan juga kemampuan industri pertahanan sebagai penopang. Panglima Besar Jenderal Soedirman berpesan ”Bahwa Negara Indonesia tidak cukup dipertahankan oleh tentara saja, maka perlu sekali mengadakan kerjasama yang seerat-eratnya dengan golongan serta badan-badan di luar tentara”(Diucapkan dihadapan Konferensi Tentara Keamanan Rakyat pada tanggal 12 November 1945 bertempat di MT-TKR Yogyakarta).

Membangun Sistem Pertahanan negara yang unggul belum cukup dengan konsep pemikiran strategis, tetapi sebagai layaknya anatomi manusia menjaga daya tahan tubuhnya, pemerintah perlu senantiasa mencermati konstelasi strategis yang dinamis dan berkembang sebagai suatu referensi untuk melakukan simulasi dalam memformulasikan arsitektur pertahanan yang unggul dan berstamina tinggi. Pencermatan terhadap landscape ancaman nasional – regional – global yang diperankan oleh state actors dan non state actors harus peka dan tajam, sama halnya Negara kita yang memiliki sumber daya alam di darat dan di laut jangan terkuras dari kepentingan ilegal yang menghabiskan devisa negara.

Peta Politik-Ekonomi dan Soliditas Nasional merupakan bagian dari konstelasi strategis yang menjadi perhatian dalam merancang bangun pertahanan negara agar tidak terjadi disorientasi dalam menentukan navigasi pertahanan negara.

LAPORAN UTAMA

It must not be denied that the 69-year life of the nation and the country is inseparable from the spirit and commitment of the Indonesian nation to maintain and fill in Indonesia’s independence. It is what is popularly known as the national interest, of which the essence is to maintain the life of the nation and the Unitary State of the Republic of Indonesia as well as conducting national development. It is the meaning that motivates the Indonesian people to build a strong country of the Unitary State of the Republic of Indonesia as thought by the Presidents since 1945 to 2014.

The country has mandated the government through the constitution and regulations to formulate legality and legitimacy as a foundation to build the national defense system known with the total defense system. It is a solidity of the military defense strength acted by the Indonesian Armed Forces, and the non-military defense strength acted by the people with various professions and defense industry capabilities as the supporter. The Great Commander General Soedirman gave a message “that it is not sufficient to maintain Indonesia by only the soldiers; tight cooperation with institutions outside the armed forces must also be set up” (stated in front of the Conference of the Armed Forces on November 12th, 1945 at MT-TKR Yogyakarta).

To build an excellent national defense system shall not be sufficient with a strategic thinking concept. As the human anatomy that maintains its body resistance, the government needs to always look over the dynamic and developing strategic constellation as a reference to make a simulation in formulating an excellent and high-stamina defense architecture. Both the state actors as well as the non-state actors must sensitively and sharply look over the landscape of national, regional, and global threats. It is the same with the country, which has natural resources on the land and in the sea, which must not be exploited for illegal interests that spend the state’s foreign exchange.

Political-Economic Pattern and National Solidity is a part of the strategic constellation. It is a centre of attention in designing the national defense to prevent any disorientation in determining the national defense navigation.

Revolution in Military Affairs (RMA) is a universal demand in building the military defense strength. It directs

Page 6: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

6

LAPORAN UTAMA

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Revolution in Military Affairs (RMA) merupakan tuntutan universal dalam membangun kekuatan pertahanan militer mengarahkan kita memiliki suatu kekuatan pertahanan militer yang relevan dengan perkembangan teknologi militer yang dimiliki oleh kekuatan militer regional dan global.

Nilai Kedaulatan Teritorial NKRI di darat, di laut dan di udara tidak dapat dinilai dengan berapa nominal rupiah walaupun pemerintah perlu menentukan platform defence budget. Layaknya kita memerlukan anggaran pertahanan 1% – 2% dari PDB namun saat ini posisi anggaran pertahanan masih pada posisi 0,8% dari PDB. Menjaga kedaulatan NKRI memerlukan komitmen bangsa dan negara dari dua aspek yaitu sistem yang ditopang oleh kemampuan dan kesanggupan. Suatu kemampuan dibangun, dikembangkan dengan tingkat profesionalitas dan intelektualitas dari sumber daya manusia yang berkualitas, sedangkan kesanggupan diwujudkan dalam aplikasi kualitas kinerja disemua strata manajemen disertai semangat militansi yang tidak kenal menyerah menghadapi berbagai tantangan yang menjadi halangan kemampuan dan kesanggupan. Inilah yang menjadi prasyarat bagi kita membangun sistem pertahanan negara.

Visi dan Misi Pertahanan Negara mewujudkan suatu ketangguhan pertahanan negara yang mampu dan sanggup menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI serta menjaga keselamatan bangsa.

us to have relevant military defense strength with the military technology development possessed by both the regional as well as the global military strength.

The territorial sovereignty of the Unitary State of the Republic of Indonesia on the land, in the sea, and on the air cannot be valued in rupiah although the government needs to determine a platform of the defense budget. Ideally, we need 1% - 2% of the GDP for the defense budget. However, at present, only 0.8% of the GDP is allocated for the defense budget. Keeping the state’s sovereignty requires the nation and the country’s commitment from two aspects, including a system supported by ability and capability. Ability is built, developed with professionalism and intellectuality of qualified human resources, while capability is realized in the application of performance quality in all management forces. It must also be accompanied by a militant spirit in facing various challenges that become obstacles in the ability and capability. This is the requirement for us to build the national defense system.

Vision and Mission of the National Defense realize toughness of the national defense, able and capable to keep the sovereignty and integrity of the Unitary State of the Republic of Indonesia, and to keep the nation’s safety.

During the last decade, the state has built military strength and the defense industry to manage the national defense system. However, there is a strategic requirement that needs to be consistently and continuously implemented

Page 7: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

7Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Dalam satu dasawarsa terakhir negara telah bangkit membangun kekuatan militer dan Industri Pertahanan dalam mengelola sistem pertahanan negara namun ada keperluan strategis untuk senantiasa dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan dengan terus mengembangkan kekuatan pertahanan militer dan nir militer baik dalam parameter legalitas dan regulasi maupun kebijakan pertahanan dan rencana strategis yang dinamis dan implementatif, dengan mempedomani Strategi Pertahanan – Doktrin Pertahanan dan Postur Pertahanan militer dan nir militer. Keberadaan Industri Pertahanan merupakan penguatan strategis bagi kemampuan pertahanan negara selain berperan sebagai deterrent factor.

Langkah ke depan dalam membangun sistem pertahanan Indonesia yang kuat tidak lain tantangan strategisnya adalah konsistensi dan kontinuitas kebijakan dan strategi pertahanan yang mampu optimalkan pembangunan kekuatan pertahanan dan Industri Pertahanan dengan dukungan anggaran pertahanan 1%-2% dari PDB. Disisi lain tantangan ini hanya terjawab bila ditopang oleh Sumber Daya Manusia. Pertahanan yang memiliki kemampuan dan kesanggupan militansi dan intelektual yang terpercaya.***

Dirgahayu TNI ke 69

LAPORAN UTAMA

by developing both the military as well as the non-military defense strength in both legality and regulation parameter as well as the defense policy. A dynamic and implementing strategic plan is also carried out under the guidance of the Defense Strategy – Defense Doctrine and military and non-military Defense Posture. The defense industry exists to strengthen the strategy for the national defense capability apart from being a deterrent factor.

To build a strong Indonesia’s defense system, the strategic challenge is the consistency and continuity of the policies and defense strategy, able to optimize the defense strength and the defense industry with the support of 1%-2% of the GDP for the defense budget. On the other hand, the challenge will only be answered if supported by defense human resources, who have militant and trusted intellectual ability and capability. ***

Happy 69th Anniversary to the Indonesian Armed Forces

Page 8: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 20148

VISI STRATEGIS PERDAMAIAN INTERNASIONAL INDONESIA

INDONESIA’S STRATEGIC VISION OF INTERNATIONAL PEACE

Oleh: Bantarto BandoroUniversitas Pertahanan Indonesia

Indonesia dan anggota lainnya dari masyarakat internasional memperingati Hari Internasional Pasukan Penjaga Perdamaian PBB pada 29 Mei lalu. Ini adalah kesempatan untuk memberi hormat kepada lebih dari 111.000 pasukan penjaga perdamaian yang bertugas di 16 misi di beberapa lingkungan yang paling labil dan berbahaya di dunia. Lebih dari 29.000 pasukan penjaga perdamaian Indonesia telah berpartisipasi dalam puluhan upaya internasional selama enam dekade terakhir di negara-negara seluruh dunia. Indonesia telah membantu memberikan dukungan instrumental untuk memulihkan perdamaian dan keamanan di daerah-daerah yang dilanda konflik. Partisipasi lanjutan Indonesia dalam misi perdamaian internasional harus didasarkan pada visi strategis sangat jelas mengenai perdamaian internasional.

Visi strategis adalah sebuah istilah yang luas digunakan untuk menggambarkan salah satu unsur penting dari suatu rencana strategis secara keseluruhan. Pada dasarnya, visi adalah identifikasi dari tujuan akhir atau tujuan dari sebuah kegiatan. Dalam konteks ini, visi strategis membantu mengatur parameter untuk pengembangan perencanaan langkah-langkah yang lebih spesifik agar visi itu bisa menjadi kenyataan.

Ada beberapa elemen kunci harus dipertimbangkan agar visi itu menjadi benar-benar layak. Salah satu elemen adalah bahwa visi itu harus realistis. Ini berarti bahwa visi harus agak spesifik dibanding suatu gagasan yang kabur tentang kegiatan di masa depan. Misalnya, dalam konteks hubungan internasional, menetapkan visi untuk menjadi bagian dari kerjasama intenasional mungkin dianggap masih terlalu luas, sedangkan visi untuk ikut menyumbang pada dan menjaga perdamaian internasional di masa depan kelihatan lebih fokus dan memiliki potensi untuk menjadi bisa diterapkan.

CIRI VISI STRATEgIS PERDAMAIAN

Seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi di level intenasional, di mana konflik antar negara maupun di dalam negara bukannya semakin berkurang tetapi semakin banyak, maka untuk mempertahankan kelangsungan

Indonesia and other members of the international community commemorated the International Day of United Nations Peacekeepers on May 29. This was an occasion to salute the more than 111,000 Peacekeepers serving in 16 missions in some of the world’s most volatile and dangerous environments. More than 29,000 Indonesian Peacekeepers have participated in dozens of international efforts over the past six decades in countries all over the world. Indonesia has helped provide instrumental support to restore peace and security in areas devastated by conflict. Indonesia’s continued participation in the international peace mission should be based on a very clear strategic vision on international peace.

Strategic vision is a broad term used to describe one of the important elements of an overall strategic plan. Basically, the vision is the identification of the ultimate goal or purpose of an activity. In this context, the strategic vision helped set the parameters for development planning measures more specific so that the vision can become a reality.

There are several key elements of the vision. One of the elements is that the vision should be realistic. This means that the vision should be specific rather than a vague idea about the activities in the future. For example, in the context of international relations, a vision to become a part of international cooperation might be considered too broad, while the vision to contribute to and maintain international peace in the future seem to be more focused and has the potential to be workable.

CHARACTERISTICS OF STRATEgIC VISION OF PEACE

With the changes that occured at the international level, it is important for Indonesia to maintain its international role. Indonesia’s strategic vision in that context should be relevant to the objective of Indonesia’s involvement in international cooperation, namely the achievement of national interest. This means that each actor involved in the affairs of sustaining Indonesia’s involvement in maintaining international peace must recognize the

LAPORAN UATAMA

Page 9: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

9Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

peran internasional Indonesia, visi strategis Indonesia dalam konteks itu harus relevan dengan tujuan akhir keterlibatan Indonesia dalam pergaulan internasional, yaitu tercapainya kepentingan nasional. Ini berarti setiap pelaku yang terlibat dalam urusan menjaga kelangsungan keterlibatan Indonesia dalam menjaga perdamaian internasional harus mengenali potensi visi strategis perdamaian intenasional Indonesia dan berkomitmen untuk membantu agar visi itu menjadi kenyataan.

Sebuah visi strategis perdamaian internasional dinilai menarik jika semua yang terlibat dalam misi perdamaian internasional dapat mengidentifikasi manfaat dari pelaksanaan visi tersebut. Salah satu ciri visi strategis perdamaian internasional adalah bahwa selalu ada ruang bagi suatu negara untuk menyesuaikan strategi perdamaian internasionalnya dengan kebutuhan jangka panjang hubungan luar negerinya. Artinya ketika Indonesia merancang visi strategi perdamaian internasionalnya, ia juga harus memperhatikan bukan hanya lingkungan di mana visi itu akan dilaksanakan, tetapi juga kapasitasnya untuk menjalankan visi semacam itu.

KERjASAMA SEbAgAI DASAR PERDAMAIAN INTERNASIONAL

Banyak ahli hubungan internasional mengatakan bahwa teori-teori yang muncul dalam hubungan internasional berguna untuk memahami bagaimana perdamaian

potential of the strategic vision of international peace of Indonesia and committed to help make that vision a reality.

A strategic vision of international peace is considered interesting if all those involved in international peace missions can identify the benefits of implementing that vision. One feature of the strategic vision of international peace is that there is always room for a country to adjust its international peace strategy with long-term needs of its foreign relations. This means that when Indonesian design its vision of international peace, it also must pay attention to not only the environment in which the vision will be implemented, but also its capacity to run such a vision.

COOPERATION AS THE FOUNDATION OF INTERNATIONAL PEACE

Many experts say that international relations theories that arise in international relations is useful to understand how peace can be created. Realism, for example embracing the notion that peace can only be built on the basis of a balance of power between states, even peace may be achieved by the power of the hegemon. Idealism takes the position that peace is a condition in which the state and individuals enjoy freedom, prosperity, and with the absence of threat. More than that liberalism is of the opinion that the basis of international peace is not the balance of power between the state as believed by the realists, but based on adherence to norms and international

LAPORAN UTAMA

Page 10: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 201410

bisa diciptakan. Realisme misalnya menganut sebuah pemikiran bahwa perdamaian hanya dapat dibangun atas dasar keseimbangan kekuatan antar negara, bahkan perdamaian mungkin dicapai dengan adanya kekuatan hegemoni. Idealisme mengambil sikap bahwa perdamaian adalah sebuah kondisi di mana negara dan individu menikmati kebebasan, sejahtera, dan tidak ada ancaman. Lebih daripada itu liberalisme memandang basis perdamaian internasional bukan keseimbangan kekuatan antara negara seperti yang diyakini oleh kaum realis, tetapi berdasarkan kepatuhan kepada norma dan hukum internasional. Dalam konteks ini kerjasama intenasional menjadi sangat penting sebagai basis untuk membangun perdamaian internasional. Masih banyak teori-teori lain yang menjelaskan bagaimana perdamaian internasional bisa diciptakan.

Di bawah ini adalah beberapa dinamika yang merupakan cara bagaimana konsep Hubungan Internasional menempatkan dan memikirkan soal perdamaian:

1. Perdamaian adalah sesuatu yang selalu dicita-citakan;

2. Perdamaian dipandang sebagai tujuan global yang dapat dicapai, berdasarkan norma-norma universal;

3. Perdamaian dipandang sebagai kerangka yang diikat oleh geografis yang ditentukan oleh wilayah, budaya, identitas dan kepentingan nasional;

4. Perdamaian disajikan sebagai kebenaran obyektif, terkait dengan legitimasi lengkap;

5. Perdamaian berkaitan dengan ideologi tertentu atau kerangka kerja politik atau ekonomi (liberalisme, neol iberal isme, demokrasi, komunisme atau sosialisme, dan lain lain);

6. Perdamaian dipandang sebagai fase temporal;

7. Perdamaian didasarkan atas negara atau keamanan kolektif;

8. Perdamaian didasarkan pada bentuk-bentuk pengaturan lokal, regional atau global, bahkan mungkin didefinisikan oleh aktor hegemonik atau lembaga multilateral yang spesifik;

9. Perdamaian dipandang sebagai kerangka institusional top-down atau kerangka bottom up yang yang berorientasi pada masyarakat madani;

10. Perdamaian adalah salah satu bentuk liberalisme yang ideal;

11. Pandangan dasar HI mengenai perdamaian adalah bahwa perdamaian dimulai dari upaya pencegahan konflik.

law. In this context, international cooperation is essential as a basis for building international peace. There are many other theories that explain how international peace can be created.

Below are some of the understanding of what peace is as portrait from the international relations prespective:

1. Peace is something that people has always aspired;

2. Peace is, as a global objective, can be achieved through the acceptance of universal norms;

3. Peace is bounded by geographic framework defined by region, culture, identity and national interests;

4. Peace is an objective truth, associated with complete legitimacy;

5. Peace is related to a particular ideology or political or economic framework (liberalism, neoliberalism, democracy, communism or socialism, etc.);

6. Peace is a temporal phase;

7. Peace is based on state or collective security;

8. Peace can be in the form of local arrangements, regional or global, perhaps even defined by hegemonic actors or specific multilateral institutions;

9. Peace is one of the ideal form of liberalism;

10. The basic view of international relations on peace is that peace starts from conflict prevention efforts.

Although Indonesia does not explicitly link its strategic vision of peace to the above understanding of peace, in practice Indonesia’s strategic vision reflect at least some of the dynamics of peace as understood in international relations. President Sukarno, for example, has said that world peace must be created without “evil”. It was during

LAPORAN UTAMA

Page 11: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

11Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Meskipun Indonesia tidak secara eksplisit mengkaitkan visi strategis perdamaiannya dengan dinamika perdamaian seperti disebutkan di atas, dalam prakteknya visi strategis Indonesia setidaknya mencerminkan sebagian dari dinamika dari perdamaian sebagaimana dipahami dalam HI. Presiden Soekarno, misalnya, pernah mengatakan bahwa perdamaian dunia harus bisa diciptakan tanpa “kejahatan”. Pada masa Presiden Soekarno itulah Indonesia pertama kali mengirim pasukan pemeliharaan perdamaiannya (Kontingen Garuda) untuk bergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB di Mesir,1957. Semangat partisipasi Indonesia dalam misi pemeliharaa perdamaian PBB tahun 1957 dan tahun-tahun berikutnya didasari oleh sebuah visi bahwa untuk Indonesia perdamaian internasional bukan sesuatu yang bisa dilakukan secara sendirian, tetapi sebuah kegiatan yang didasari oleh kerjasama internasional.

Ketika Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, Indonesia sudah memiliki sebuah pandangan, kalau bukan visi dalam arti yang sesungguhnya, bahwa perdamaian dunia adalah hak seluruh bangsa. Pandangan demikian kemudian menjadi bagian penting dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pandangan demikian inilah yang kemudian memberi inspirasi kepada Indonesia untuk secara teratur ikut serta dalam pasukan penjaga perdamaian PBB dan memberikan pandangan-pandangannya mengenai bagaimana menyelesaikan masalah-masalah internasional.

President Sukarno’s administration that Indonesia sent its first its Peacekeeping force (The Garuda contingent) to join the UN Peacekeeping force in Egypt, 1957. The spirit of Indonesia’s participation in the UN peace mission in 1957 and in subsequent years are based on a vision that for Indonesia international peace is not something that can be done alone, but an activity that is based on international cooperation.

When Indonesia declared its independen in 1945, Indonesia has had a vision that world peace is the right of all nations. Such a view then becomes an important part of the preamble of the 1945 Constitution. It then inspired to Indonesia to regularly participate in the UN Peacekeeping mission and to help solve international problems.

Indonesia’s strategic vision of international peace is based on a view that when the world was experienced by the conflict and the ongoing war, it is the responsibility of the international community to contribute not only to the prevention of conflict, but also conflict resolution. National documents on Indonesian participation in international peace keeping are plenty. Indonesia first participation in UN Peacekeeping operations is not only because of the mandate given by the 1945 Constitution, but also based on a vision of the future that the participation in international peace should remain the objective Indonesian national interests. Because of the demands for Indonesia’s participation in the maintenance of international peace

LAPORAN UTAMA

Page 12: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

12 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Vi s i s t r a t e g i s p e r d a m a i a n internasional Indonesia didasari oleh sebuah pandangan bahwa ketika dunia dilanda konflik dan perang yang berkelanjutan, maka menjadi tanggung jawab masyarakat internasional untuk memberi kontribusi bukan hanya kepada pencegahan konflik, tetapi juga penyelesaian konflik. Dokumen-dokumen nasional yang menjadi rujukan partisipasi Indonesia dalam menjaga perdamaian internasional sudah cukup banyak. Partisipasi Indonesia pertama kali dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB bukan hanya karena mandat yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945, tetapi juga didasari oleh sebuah visi bahwa ke depan partisipasi itu harus tetap menjadi arena pemenuhan kepentingan nasional Indonesia. Karena tuntutan partisisipasi Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian internasional dari waktu ke waktu semakin tinggi, maka Indonesia, melalui panglima TNI, membentuk Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian. Partisipasi Indonesia dalam misi pemeliharaan perdamaian internasional juga didasari oleh UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI dan UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan.

VISI PERDAMAIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA

Visi strategis Indonesia mengenai perdamaian internasional dari pemerintahan yang satu ke pemerintahan berikutnya dinilai konstan. Presiden Soekarno melihat perdamain dunia hanya bisa diciptakan kalau dunia mendukung kemerdekaan negara-negara yang dijajah. Presiden Soeharto memiliki prinsip bahwa perdamaian dunia harus didasari oleh semagat membangun dunia yang lebih adil dan baik. Sementara Presiden Habibie berpendapat bahwa perdamaian dunia hanya bisa diwujudkan melalui kesepakatan internasional. Presiden Gus Dur pun memiliki pandangan bahwa kerjasama internasional harus menggerakkan kepada terciptanya perdamaian dunia. Presiden Megawati melihat diplomasi sebagai cara melalui mana perdamaian internasional bisa diciptakan. Sedangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki pandangan bahwa perdamaian internasional adalah tugas sebuah negara yang menjungjung tinggi prinsip equality among nations. Sama dengan Presiden Gus Dur dan Presiden Habibie, perdamaian internasional menurut Presiden SBY harus didasari oleh kesepakatan dan kejasama internasional.

Visi strategis Indonesia mengenai perdamaian internasional bukah hanya dibentuk oleh sikap dan pernyataan para pemimpin Indonesia dari masa ke masa, tetapi juga dibentuk oleh lingkungan internasional yang berubah. Ketika konflik antar negara sudah semakin berkurang, meskipun tidak hilang sama sekali, dan konflik dalam negara semakin banyak, pandangan Indonesia pun

increase from time to time, then Indonesia establihed International Peacekeeping Mission Center. Indonesia’s participation in international Peacekeeping missions are also based on Law No. 34 of 2004 on TNI and Law No. 3 of 2002 on Defense.

INDONESIA’S PEACE VISION FROM PAST TO PRESENT

Indonesia’s strategic vision of international peace from one administration to the next administration seemed to be constant. President Sukarno saw that world peace can only be created if the world supports the independennt of colonized countries. President Suharto perceived that that world peace must be based on the spirit of building a fair and just world. While President Habibie argued that world peace can only be realized through international agreements. President Gus Dur also has the view that international cooperation should lead to the creation of world peace. President Megawati saw diplomacy as a means through which international peace can be created. Meanwhile, President Yudhoyono has the view that international peace is a task that uphold the principle of state equality among nations. Similar President Gus Dur, President Habibie, President SBY viewed that peace must be based on international agreements and cooperation.

Indonesia’s strategic vision of international peace is not only shaped by the attitudes and statements of the leaders of Indonesia from time to time, but also shaped by changing international environment. When conflicts between countries has decreased, although not disappear totally, and the conflict within states increse , Indonesia’s view is that the humanitarian aid, for example, should be part of an international Peacekeeping objetive. This view was expressed by President SBY during his meeting with former British Prime Minister Tony Blair who visited Jakarta in early 2014.

LAPORAN UTAMA

Page 13: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

13Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

bergerak pada suatu arah bahwa bantuan kemanusiaan, misalnya, harus menjadi bagian dari tujuan pemeliharaan perdamaian internasional. Pandangan yang disebut terakhir ini sempat dikemukakan oleh Presiden SBY dalam pertemuannya dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang berkunjung ke Jakarta pada awal tahun 2014.

Peran Indonesia dalam pemeliharaan perdamaian internasional harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, yaitu keberadaan Indonesia sebagai bagian dari masyarakat internasional yang peduli terhadap masalah-masalah intenasional. Ketika Indonesia diminta menjadi bagian dari operasi pemeliharaan perdamaian internasional di bawah naungan PBB, mulai dari masa pemerintahan Presiden Soekarno hingga pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia selalu berpijak pada sebuah pandangan bahwa peran Indonesia itu tidak melulu menjaga perdamaian dalam arti luas, tetapi perdamaian itu sendiri juga harus membuka jalan bagi sebuah proses politik menuju demokrasi.

Komitmen Indonesia terhadap perdamaian internasional tidak berubah dari waktu ke waktu. Partisipasinya dalam pemeliharaan perdamaian diperlihatkan secara reguler oleh Indonesia, bukan hanya dalam bentuk operasional saja, tetapi juga dalam bentuk diskusi-diskusi nasional maupun internasional mengenai masalah perdamaian. Tetapi komitmen itu dinilai menurun kalau misalnya saja Indonesia tidak memperlihatkan apa yang seharusnya ada dalam visinya mengenai perdamaian internasional.

KOMPONEN KUNCI VISI STRATEgIS PERDAMAIAN INDONESIA

Pernyataan visi strategis Indonesia mengenai perdamaian internasional haruslah sebuah visi yang khas, bukan hanya mengenai Indonesia dan lingkungan di mana Indonesia akan menjalankan perdamaian itu, tetapi juga megenai ke arah mana perdamaian internasional itu akan dibawa. Karena itu visi strategis Indonesia mengenai perdamaian internasional harus mengandung beberapa komponen kunci, termasuk (1) Visi itu harus ditulis dalam konteks masa depan, sebuah visi yang menggambarkan bagaimana seharusnya Indonesia berkiprah dalam operasi-operasi pemeliharaan perdamaian internasional; (2) Visi strategis itu harus menggambarkan hasil yang ingin dan dapat dicapai oleh Indonesia dari partisipasinya dalam perdamaian internasional dan bukan mengungkap langkah-langkah sukses secara numerik; (3) Tujuan partisipasi dalam perdamaian internasional harus mencerminkan atau sesuai dengan tujuan-tujuan politik luar negeri Indonesia.

Partisipasi sebuah negara dalam kegiatan internasional seperti pemeliharaan perdamaian juga harus didukung oleh kesiapan infrastruktur dalam negeri sejauh itu berkaitan dengan persiapan negara itu untuk terlibat dalam operasi pemeliharaan perdamaian internasional. Hal itu juga berlaku untuk Indonesia. Dalam konteks ini, adalah suatu keharusan untuk Indonesia untuk

Indonesia’s role in the maintenance of international peace must be seen in a broader context, namely the existence of Indonesia as one of the members of the international community. When Indonesia was asked to be part of international Peacekeeping operations under the auspices of the UN, from the period of President Sukarno to President Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia has always adhered to the perspective that Indonesian role was not merely to keep the peace in a broad sense, but peace itself must also be paves the way for a political process towards democracy.

Indonesia’s commitment to international peace does remain. Indonesia’s participation in the international Peacekeeping not only in the form of operational undertakings, but also in the form of discussions on issues of national and international peace. But Indonesia’s commitment to participate in the international peace keeping mission can be seen as decreasing if Indonesia fails to reveal what is supposed to be in its vision of international peace .

KEy COMPONENTS OF INDONESIA’S PEACE VISION

Indonesia’s strategic vision statement regarding international peace must be a vision that is distinctive, not only about Indonesia and its environment where peace will be implemented, but also about the direction of international peace Indonesia will lead to. It is therefore important that Indonesian strategic vision of international peace contain several key components, including (1) the vision must be written in the context of the future, a vision which describes how Indonesia should take part in Peacekeeping operations internationally; (2) the strategic vision should describe the results to be achieved by Indonesia’s participation in international peace and not revealing the successful steps in such a course; (3) the purpose of participation in international peace must reflect or in accordance with the objectives of Indonesian foreign policy.

Participation of a country in international activities such as the maintenance of peace must also be supported by domestic infrastructure readiness as far as it relates to the preparation of the country to engage in international Peacekeeping operations. The same case also applies to Indonesia. It is in this context that Indonesia should inject into its stategic vision of international peace elements which closely related to the preparation of peace keeping force, from the planning stage to the termination of the mission.

Another equally important component to appear in the strategic vision of Indonesia’s Peacekeeper is how to realize the Peacekeeping operations in accordance with the form of Peacekeeping operations mandated by the UN, namely multidimensional Peacekeeping. Indonesia’s efforts to realize the vision of building a Peacekeeping operation can not be separated from the challenges faced by the United Nations in carrying out the task of maintaining international peace. The challenge thus clearly

LAPORAN UTAMA

Page 14: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 201414

memasukkan dalam visi strategisnya komponen-komponen yang berkaitan dengan proses penyiapan pasukan pemeliharaan perdamaian Indonesia dimulai misalnya dari tahap perencanaan hingga pengakhiran misi.

Komponen lain yang sama pentingnya untuk muncul dalam visi strategis pemeliharaan perdamaian Indonesia adalah pandangan mengenai bagaimana mewujudkan operasi pemeliharaan perdamaian yang sesuai dengan bentuk operasi pemeliharaan perdamaian yang dihendaki oleh PBB, yaitu Multidimensional Peacekeeping. Upaya Indonesia membangun visi untuk mewujudkan operasi pemeliharaan perdamaian tentu tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi oleh PBB sendiri dalam melaksanakan tugas memelihara perdamaian internasional. Tantangan demikian jelas menentukan arah kebijakan Indonesia mengenai partisipasinya dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB. Karena itu visi strategis Indonesia juga harus menyentuh langkah-langkah yang tepat sebagai respon terhadap tuntutan atau tantangan operasi pemeliharaan perdamaian di masa depan.

NILAI STRATEgIS VISI PERDAMAIAN INDONESIA

Untuk Indonesia, membangun sebuah visi perdamaian internasional, apalagi yang sifatnya harus strategis, bukanlah pekerjaan yang mudah. Nilai strategis dari visi perdamaian internasional Indonesia bukan hanya terletak pada identifikasi manfaat pelaksanaan visi tersebut dan kemampuannya untuk menyesuaikan strategi perdamaian internasionalnya dengan kebutuhan jangka panjang hubungan luar negeri Indonesia, tetapi juga terletak pada kemampuan untuk memproyeksi atau memperkirakan berbagai tantangan di masa depan yang mungkin dihadapi oleh peserta operasi pemeliharaan perdamaian internasional PBB.

Dalam bukunya ‘Peace Operation’ Paul F.Diehl ( 2008) menemukan sepuluh jenis tantangan operasi pemeliharaan perdamaian. Ia mengelompokkan tantangan itu ke dalam empat kategori tantangan, yaitu (1) Environment; (2) Political; (3) Capacity; dan (4) Overarching Challenge.

Visi perdamaian internasional Indonesia bisa dinilai tidak strategis jika visi itu tidak mampu memproyeksikan langkah-langkah Indonesia dalam menghadapi tantangan-tantangan itu. Yang jelas tantangan-tantangan semacam itu terlalu penting untuk diabaikan oleh visi strategis Indonesia karena kemungkinan pengaruhnya terhadap kebijakan Indonesia di masa depan berkaitan dengan partisipasinya dalam operasi pemeliharaan perdamaian.***

set the direction of Indonesia regarding its participation in UN Peacekeeping operations. It is important that the future of Indonesia’s strategic vision also touch upon the steps to respond to challenges faced by the Peacekeeping operations.

THE VALUE OF INDONESIA’S STRATEgIC VISION OF PEACE

For Indonesia, to build a vision of international peace, let alone to be strategic in nature, is not an easy task. The value of the strategic vision of international peace of Indonesia not only lies in the identification of the benefits of the implementation of the vision and ability to adjust international peace strategy with long-term needs of Indonesia’s foreign relations, but also lies in the ability to project or predict future challenges that may be faced by the participants UN international Peacekeeping operations.

In his book ‘Peace Operation’ Paul F.Diehl (2008) identified ten challenges Peacekeeping operations. He grouped the challenges into four categories of challenges, namely (1) Environment; (2) Political; (3) Capacity; and (4) Overarching Challenge.

Indonesia’s vision of international peace can be judged as not strategic if it is not able to project the measures Indonesia should take in facing these challenges. What is clear is that such challenges are too important to be ignored by the strategic vision of Indonesia because of the impact it may have on Indonesia’s future policy regarding its participation in Peacekeeping operation.***

LAPORAN UTAMA

Page 15: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

15Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

TNI DAN PERWUJUDAN PERDAMAIAN DUNIA

TNI AND THE ESTABLISHMENT OF WORLD PEACE

Oleh: Benedicta Trixie Ariestianti, S. IP., M. Si (Han).Analis Kebijakan Sub Bidang Pertahanan, Sekretariat Kabinet RI

FOKUS

PRESTASI PEACEkEEPERs INDONESIA

Negara yang merdeka dan berdaulat memiliki tugas dan kewajiban untuk menjaga keutuhan wilayah dan keselamatan bangsanya. Sejak kemerdekaannya pada tahun 1945, Indonesia telah mempunyai sebuah wilayah berdaulat dengan sistem pemerintahan dan warga negara di dalamnya sesuai dengan syarat terbentuknya sebuah negara. Untuk mempertahankan hal tersebut, pada tahun yang sama, dibentuklah suatu badan pertahanan negara dengan nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang selanjutnya disebut TNI sejak tahun 1947. Selama 69 tahun, TNI telah membuktikan dirinya baik selama masa-

ACHIEVEMENT OF INDONESIAN PEACEKEEPERS

An independent and sovereign country has responsibility and main task to maintain and defend its territorial integrity and to safeguard its people and nations. Since its independence in 1945, Indonesia has had sovereign territory along with the system of its government and citizens as a condition of establishing a state. In order to maintain this, in the same year, a national defense unit was formed under the name of People’s Security Army, which since 1947 changed into the name of Indonesian Armed Forces. Over 69 Years, Indonesian military has greatly proven its capability both during the critical times

Page 16: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

16 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

FOKUS

masa kritis perang mempertahankan kemerdekaan (1945-1949) maupun selama tugas-tugas perdamaian dunia yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.

Prestasi TNI dalam skala internasional ini tercermin dalam aktifnya Indonesia mengirimkan Kontingen Garuda pada misi-misi perdamaian PBB. Pengiriman pasukan perdamaian ini sesuai dengan amanat konstitusi yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yaitu “Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Selain itu peran aktif Indonesia juga sesuai dengan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Dengan demikian, menjaga perdamaian dunia merupakan tugas bersama bangsa Indonesia pada umumnya dan Kontingen Garuda pada khususnya sehingga perdamaian dunia dapat terwujud.

Peran TNI dalam menjaga perdamaian dunia dimulai pada tahun 1957 di Mesir pada konflik Terusan Suez. Konflik ini mengundang perhatian PBB untuk mendamaikan negara-negara yang bertikai dengan mengirimkan pasukan perdamaian ke Mesir. Indonesia sebagai negara yang baru merdeka dan telah menjalin persahabatan dengan negara-negara Liga Arab serta merta mengemukakan kesediaannya untuk ikut mengirimkan pasukan perdamaiannya dengan nama Kontingen Garuda I dalam misi UNEF-1 (United Nation Emergency Force). Misi pengiriman pasukan perdamaian Indonesia yang pertama ini, merupakan sebuah prestasi bagi TNI dan Indonesia karena peran aktifnya dalam menjaga perdamaian dunia tidak hanya tertulis dalam UUD 1945 namun juga terimplementasikan dalam pengiriman pasukan perdamaian ke daerah misi perdamaian PBB. Semenjak itu, TNI dipercaya untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai misi perdamaian PBB. Hal ini sebagai bukti bahwa TNI merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah Indonesia yang berkomitmen akan turut serta menjaga perdamaian dunia dan keadilan sosial.

Indonesia juga diberikan kepercayaan oleh PBB untuk terus berprestasi dalam misi UNIFIL di Lebanon sejak tahun 2006. Prestasi ini terlihat dengan terus bertambahnya jumlah personil Kontingen Garuda di Lebanon dalam berbagai penempatan maupun unit kerja. Indonesia sampai saat ini tercatat sebagai penyumbang pasukan terbanyak dibandingkan dengan negara anggota PBB lain di UNIFIL. Selain prestasi akan jumlah personil Peacekeepers Indonesia di Lebanon, keberhasilan Kontingen Garuda lainnya yang mendapatkan apresiasi dari UNIFIL adalah keberhasilan mencegah kontak senjata antara Angkatan Bersenjata Lebanon dengan Angkatan Bersenjata Israel pada tahun 2010. Prestasi-prestasi TNI yang berhasil mengharumkan nama Indonesia ini menjadi sebuah penyemangat bagi Indonesia untuk terus berperan aktif dalam misi menjaga perdamaian dunia. Dengan demikian, diharapkan prestasi Indonesia di Lebanon ini menjadi pintu bagi Kontingen Garuda untuk dapat mengisi posisi-posisi strategis baik struktural maupun fungsional, sehingga bisa meningkatkan kualitas pasukan perdamaian Indonesia.

KOMITMEN INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN DUNIA

Kontingen Garuda sebagai pelaksana politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif terus mengirimkan pasukan-pasukan perdamaian ke daerah

of maintaining the independence (1945-1949) and during the task of peace keeping forces which have been widely acknowledged in international arena.

Military achievements in international scale are reflected by the frequency of sending the Garuda Contingent to the UN peace missions. This deployment of in accordance with the constitutional mandate that is written in the Preamble of the 1945 Constitution, paragraph 4, “join the effort to promote world order based on freedom, eternal peace and social justice”. Additionally the active role of Indonesia is also in accordance with the basis of Indonesia’s free and active foreign policy. Thus, maintaining world peace is a task of all Indonesian in general and Garuda Contingent in particular, so the world peace can be realized.

TNI’s role in maintaining world peace began in 1957 in Egypt at Suez Canal conflict that drew the attention of the UN to reconcile the clashed countries. Indonesia as a new independent state that also have had established good relationship with the Arab League Countries, necessarily expressed willingness to participate in sending Peacekeeping troops to Egypt, called Garuda Contingent-1 in the mission of UNEF-1 (United Nations Emergency Force). These first Indonesian Peacekeepers have been a great achievement for TNI and also for Indonesia considering its active role in maintaining world peace. It is not only written in Constitution of 1945 but also practically implemented by contributing Peacekeepers to the UN mission. Since then, the TNI has been trusted to actively participate in various UN Peacekeeping missions. This is a proof that Indonesia has been really committed to participate in maintaining world peace and social justice.

Indonesia has been also entrusted by the UN to continue its mission at UNIFIL in Lebanon since 2006. Indonesia’s achievement was shown by the increasing of the number of Garuda Contingent personnel in Lebanon through a variety of developments and working units. Currently Indonesia has been recorded as the largest contributor of troops in comparison with other UN member states in UNIFIL. Another achievement of Indonesian Peacekeepers in Lebanon was the success to prevent fire contact between the Lebanese Armed Forces and the Israeli Army in 2010. These achievements built the encouragement for Indonesia to continue its active role in world Peacekeeping missions. Therefore, hopefully, the achievements will be an entry path for Garuda Contingent

Page 17: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

17Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

FOKUS

misi pemeliharaan perdamaian PBB. Cita-cita seluruh bangsa di muka bumi ini memang menginginkan adanya perdamaian dunia sebagai tujuan dan kemajuan bersama. Namun, seiring globalisasi, konflik tidak dapat dihindarkan. Konflik yang bermula dari adanya sengketa internal yang mengatasnamakan agama dan masalah struktural dapat tereskalasi menjadi perang saudara yang meluas menjadi konflik nasional dan tidak jarang terinternasionalisasi dengan adanya jumlah korban dan pengungsi lintas negara. Konflik yang tereskalasi dengan jumlah korban yang terus bertambah tentu saja menjadi perhatian PBB sehingga permintaan PBB terhadap bantuan untuk pengiriman pasukan perdamaian guna mencegah eskalasi lebih lanjut dan membina perdamaian di daerah pasca konflik ke negara-negara penyumbang pasukan perdamaian terus bertambah.

Indonesia sebagai negara yang berkomitmen untuk menjaga perdamaian dunia selama ini telah secara aktif menjawab panggilan-panggilan tugas tersebut. Saat ini kontribusi pasukan perdamaian dan pengiriman Kontingen Garuda TNI untuk Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia tersebar pada 8 misi pemeliharaan perdamaian di bawah PBB dan 1 misi non PBB sebagaimana digambarkan pada tabel di bawah ini.

to hold strategic positions of both structural and functional in the mission. Obviously, it can improve the quality of Indonesian Peacekeepers.

INDONESIA COMMITMENT FOR WORLD PEACE

Garuda Contingent as the executor of Indonesian foreign policy has been actively sent to UN Peacekeeping mission areas. The ideal goal of all nations on earth is to have peace among the people worldwide. However, conflict is unavoidable. The conflict may start from the internal disputes of religion and structural problem, may also escalate into a civil war that extends into a national conflict and frequently could be internationalized by the fact of the number of casualties and transnational refugees. The conflicts that produce greater number of victims will be a big concern for UN. Therefore, UN increases its demand of Peacekeeping troops to support peace, prevent further escalation and build peace in post-conflict countries.

As a country that commits to maintain world peace, Indonesia has been actively fulfilling the calls to create and maintain peace in the world. Currently, the contribution of Peacekeepers Garuda Contingent for World Peace Mission has been spreading out in 8 Peacekeeping missions under UN and 1 Non-UN mission as described in the below table.

1. Sumber data diambil dari WebSite Pbb, httP://WWW.un.org/en/PeacekeePing/reSourceS/StatiSticS/contributorS.Shtml Per 31 mei 2014, diakSeS Pada tanggal 16 oktober 2014.

Page 18: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 201418

FOKUS

Berdasarkan data di atas, sampai hari ini, Indonesia masih aktif mengirimkan pasukan perdamaian ke daerah-daerah misi perdamaian yang memerlukan bantuan internasional, dan terus berupaya untuk menambah jumlah pasukan karena permintaan dari PBB pun terus bertambah. Usaha Indonesia dalam mengirimkan Kontingen Garuda ini mendapatkan apresiasi khusus dari Sekjen PBB, Ban Ki Moon dalam peninjauan langsungnya ke Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian di Sentul pada tanggal 20 Maret 2012.

Dalam rangka menambah kualitas Kontingen Garuda di berbagai misi di dunia, pasukan perdamaian Indonesia terus membekali diri dengan kemampuan IT, kemampuan mengemudi setir kiri dan kefasihan bahasa Inggris serta bahasa lainnya. Hal ini di samping untuk kesuksesan misi juga untuk pembinaan profesionalitas prajurit TNI. Hal-hal tersebut semata merupakan bagian dari pelaksanaan komitmen Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.

DUKUNgAN PEMERINTAH bAgI KEMAjUAN PEACEkEEPERs INDONESIA

Dukungan Pemerintah terhadap peran TNI di dunia internasional sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Sentul. Presiden SBY sendiri memberikan perhatian dan dukungan untuk perkembangan dan kemajuan serta eksistensi Kontingen Garuda pada misi pemeliharaan perdamaian PBB. Peran aktif Presiden dalam

Based on the above data, until today, Indonesia has been actively sending Peacekeeping troops to the Peacekeeping mission areas that require international assistance, and continually strive to increase the number of UN troops as the demand continues to increase. Indonesia’s efforts to send Garuda Contingent has got a special appreciation of the UN Secretary General, Ban Ki Moon in his direct observation to Peacekeeping Mission Center in Sentul on March 20th 2012.

To increase the quality of the Garuda Contingent in various missions in the world, Indonesian Peacekeepers also continue to equip themselves with IT skills, the ability to drive the left wheel car, and fluency of English and other languages. It is not only for the success of the mission itself but also for development of TNI’s professionalism. These things are part of exercising Indonesia’s commitment to maintain world peace.

gOVERNMENT SUPPORT FOR THE DEVELOPMENT OF INDONESIAN PEACEKEEPERS

The Government is support for TNI’s role in international community is outstanding. This has been proven by the construction of Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) in Sentul. The President himself has given his fully support and attention to the development, progress and well-known existence of Garuda Contingent on UN Peacekeeping missions. The active role of President in developing Indonesian Peacekeepers is shown through

Page 19: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

19Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

FOKUS

pengembangan pasukan penjaga perdamaian Indonesia tertuang dalam instruksi penggelaran visi Indonesia menuju peringkat sepuluh besar negara penyumbang pasukan perdamaian. Arahan Presiden ini sejalan dengan harapan Sekjen PBB agar Indonesia meningkatkan kontribusi Peacekeepers nya dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB. Sekjen PBB mengharapkan Indonesia yang aktif mengirimkan pasukan penjaga perdamaian, menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga stabilitas keamanan dunia2.

Peningkatan kontribusi personil Peacekeepers di daerah misi pemeliharaan perdamaian PBB adalah jaminan keberhasilan implementasi peran aktif Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia. Keinginan Indonesia untuk bisa terus menambah jumlah personil TNI di misi pemeliharaan perdamaian PBB ini dikenal dengan Vision 4.000 Peacekeepers. Saat ini, Indonesia masih berada pada urutan ke 20 negara kontributor pasukan misi pemeliharaan perdamaian PBB. Dengan demikian, perjalanan Indonesia menuju Vision 4.000 Peacekeepers masih panjang dan perlu kerja keras.

Dukungan Pemerintah terhadap pengiriman pasukan perdamaian ke daerah misi PBB diharapkan dapat ditingkatkan. Selain telah aktifnya PMPP sebagai tempat pelatihan dibutuhkan juga pengembangan studi resolusi konflik dan peran TNI sebagai pasukan perdamaian di dunia Internasional. Saat ini program tersebut telah

the vision to be the top ten contributors of Peacekeepers. This President’s direction is well-suited to the expectation of UN Secretary General to increase the number of Indonesian Peacekeepers in UN Peacekeeping missions. Secretary General UN also confirmed that Indonesia, which has been actively sending Peacekeeping troops, has become a good example for other nations to participate in maintaining security and stability of the world2.

The increasing of the Peacekeepers personnel contribution in the UN Peacekeeping mission is a guarantee for successful implementation of Indonesia’s active role in maintaining world peace. Indonesia’s program to increase the number of military personnel in UN Peacekeeping missions has been eventually known as Vision 4000 Peacekeepers. Currently Indonesia is still in the rank of 20 as contributors to the UN Peacekeeping mission. It is long way to go to achieve Vision 4000 Indonesian Peacekeepers.

The Government supports of Peacekeepers deployment to the UN mission should been seriously implemented and enhanced. Besides the existence PMPP TNI, it also needs research and development on conflict resolution and the role of the military as Peacekeepers. Currently, that program has also become one of the major studies in Indonesia Defense University at Program Peace and Conflict Resolution. Indonesia Defense University, continually examine the active role of Indonesian

2. Diirektorat Keamanan Internasional, dan Perlucutan Senjata, Kementerian Luar Negeri, Buletin Direktorat Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri, Majalah Diplomasi Multilateral Volume I, Nomor I, Triwulan I/2012, dalam artikel “Kunjungan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa ke Indonesia, 19-21 Maret 2012.”

Page 20: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

20 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

FOKUS

menjadi salah satu kajian utama di Universitas Pertahanan Indonesia. Program Studi Damai dan Resolusi Konflik, Universitas Pertahanan Indonesia secara berkesinambungan meneliti mengenai peran aktif Peacekeepers Indonesia di bawah payung PBB dan juga menjadi penelitian mengenai resolusi konflik nasional dan internasional. Hal-hal tersebut juga sudah menjadi mata kuliah utama yang bertujuan untuk melahirkan pakar sipil dan militer yang mampu mengembangkan pengetahuan dalam bidang pemeliharaan perdamaian dunia. Diharapkan kedepannya, keterlibatan pakar-pakar dan akademisi semakin besar dan memberikan masukan bagi penguatan fungsi dan tugas pasukan perdamaian Indonesia. Untuk jangka panjang perlu adanya keterlibatan peneliti dalam pasukan perdamaian Indonesia. Dalam hal ini, sinergitas antara TNI dan akademisi menjadi modal utama menghasilkan pasukan perdamaian Indonesia yang berkualitas.

Selanjutnya untuk lebih menguatkan eksistensi pasukan perdamaian Indonesia, diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian (TKMPP). TKMPP bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan mengkoordinasikan langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan partisipasi Indonesia pada misi-misi pemeliharaan perdamaian dunia berdasarkan kepentingan nasional3. Dengan adanya TKMPP ini, pengkoordinasian perencanaan, persiapan dan pelaksanaan serta evaluasi terhadap pasukan perdamaian Indonesia di daerah misi pemeliharaan perdamaian PBB menjadi lebih terarah dan terorganisir dengan baik. Misalnya saja permintaan PBB terhadap keterlibatan Kontingen Garuda untuk berbagai misi yang sedang berjalan seperti UNIFIL, MONUSCO, UNMISS, MINUSCA, dan UNAMID dapat dibahas dan dikoordinasikan dalam rapat-rapat koordinasi TKMPP. Dalam rapat tersebut membahas berbagai aspek antara lain keperluan pasukan, legalisasi pemberangkatan dan pendanaan pasukan, serta kemungkinan penarikan pasukan. Keberadaan TKMPP sangat penting terutama dalam mewujudkan Vision 4.000 Peacekeepers. Diharapkan pengiriman pasukan perdamaian Indonesia dapat terus bertambah dan nama Indonesia sebagai penyumbang pasukan untuk pemeliharaan perdamaian dunia semakin tersohor.

TANTANgAN PEACEkEEPERs INDONESIA

Untuk dapat mencapai 4.000 pasukan perdamaian memerlukan perencanaan yang matang dan komprehensif. Sinergitas yang positif antara Kementerian dan Lembaga terkait sangat diperlukan. Penyederhanaan sistem mengenai dasar hukum yang mengatur tentang struktur organisasi, landasan hukum, dan pendanaan untuk pasukan yang akan berangkat juga sangat diperlukan. Selama ini, pengiriman pasukan perdamaian dilakukan dengan memakai 1 dasar hukum untuk 1 misi. Pembuatan Perpres ini sebenarnya merupakan bentuk sinergitas dari instansi-instansi terkait. Instansi yang terkait dengan Pasukan Misi Perdamaian Indonesia adalah Kemhan, Mabes TNI, dan Mabes Polri, Kemlu, Kemenkumham, Sekretariat Kabinet, Kemenkeu, dan Bappenas. Pada

Peacekeepers under the UN flag, and do the research on national and international conflict resolution. These things has also become the main subject to produce civil and military mastering in the field of Peacekeeping. Hopefully the involvement of experts and scholars in this field can significantly enrich the empowerment of Garuda Contingent in peace mission. In a long term plan, it would be better to include the researcher in Indonesian Peacekeeping Mission. In this case, the synergy between TNI and academician is important to increase the quality of Indonesian Peacekeepers.

To strengthen the existence of Indonesia Peacekeeper, then Presidential Regulation Number 85 Year 2011 about Peacekeeping Mission Coordination Team (TKMPP) was issued. TKMPP is under President and has a duty to prepare the formulation of policies and coordinate the necessary steps in the implementation of Indonesia’s participation in Peacekeeping missions3. By the existence of TKMPP, planning coordination, preparation, implementation and evaluation of Indonesian Peacekeepers in the UN mission become more focused and well-organized. For example, the demand for UN Peacekeepers in varies missions such as UNIFIL, MONUSCO, UNMISS, MINUSCA, and UNAMID can be discussed and coordinated in coordination meetings of TKMPP. The meeting discuss welfare and safety of the troops, the legalization of departure and forces funding, and also the possibility of withdrawal. Into reality TKMPP is important to achieve the vision of 4,000 Peacekeepers. The deployment of Indonesian Peacekeepers to the UN mission is expected to grow and Indonesia as Peacekeeper contributor country will be more acknowledged.

CHALLENgES FOR INDONESIAN PEACEKEEPERS

To achieve 4,000 UN Peacekeepers, needs comprehensive planning. Synergy between relevant ministries and institutions is indispensable. The simplification of the system of basic laws that regulates the organizational structure, legal basis, and funding for the troops is also needed. So far, the deployment of Indonesian Peacekeepers take 1 legal basis for 1 mission. The process to form regulation is actually a synergy of the related

3. Perpres ri no. 85 tahun 2011 Tentang Tim Koordinasi Misi Pemeliharaan Perdamaian, Pasal 3 huruf a, b, c, dan d.

Page 21: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

21Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

FOKUS

dasarnya pembuatan landasan hukum ini masih dapat disederhanakan. Tujuannya untuk mempercepat proses pengiriman pasukan ke daerah misi perdamaian PBB. Saat ini sedang disusun satu Perpres sebagai payung hukum yang disinergikan dengan Roadmap Vision 4.000 Peacekeepers. Rencananya Perpres ini mengatur dan menetapkan pengiriman pasukan perdamaian dari Indonesia dalam jangka waktu 5 tahun.

Penyusunan Perpres sebagai ‘Payung’ tentang Pengiriman Misi Pemeliharaan Perdamaian ini masih digodok dalam rapat-rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh TKMPP. Hal ini merupakan langkah Pemerintah Indonesia untuk merespon banyaknya permintaan pasukan perdamaian dan bagaimana agar pasukan tersebut dapat dikirim ke daerah konflik dalam waktu cepat.

Jika dilihat dari segi kesiapan pasukan, ada beberapa tantangan kedepan yang akan dihadapi oleh para Peacekeepers Indonesia. Era globalisasi saat ini tidak hanya menuntut kesiapan fisik pasukan, namun juga kesiapan akademis dan psikologis sebagai syarat keberhasilan bertugas di daerah konflik. Ke depannya konflik semakin bertransformasi secara asimetrik. Medan penugasan semakin berbahaya karena Negara dimana konflik itu ada seakan tidak punya kendali dan gagal berperan (failed state).

Dengan demikian pasukan perdamaian menghadapi situasi dan kondisi yang lebih berbahaya. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagaimana pasukan perdamaian Indonesia mampu lebih siap ditugaskan ke daerah konflik yang lebih berbahaya daripada misi-misi sebelumnya, dengan resiko lebih besar, dan beban tugas lebih berat. Keberadaan PMPP sangat penting dalam menyiapkan pasukan-pasukan tangguh yang siap untuk segala medan tugas. Kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi di daerah konflik, kemahiran perorangan untuk mempertahankan diri menghadapi subyek konflik yang dipersenjatai, kesiapan psikologis, dan tentunya pengetahuan akan bahasa dan budaya setempat sangat diperlukan.

Sudah saatnya meningkatkan pelibatan para peneliti dan akademisi dalam penyiapan, penguatan Peacekeeper Indonesia. Keberadaan PMPP di kawasan IPSC yang terintegrasi dengan badan-badan strategis lainnya menjadi modal utama penguatan penyiapan pasukan perdamaian Indonesia secara komprehensif. Program studi Peace and Conflict Revolution Unhan menjadi partner yang dapat didayagunakan untuk memaksimalkan penyiapan pasukan perdamaian Indonesia.***

agencies, such as the Ministry of Defense, TNI and the National Police Headquarters, Foreign Ministry, Ministry of Justice and Human Rights, Cabinet Secretariat, Ministry of Finance, and National Development and Planning Agency. Actually, the formulation of the legal basis for Indonesia Peacekeeper could be simplified. Its aim is to speed up the process of sending troops to the UN Peacekeeping mission. Currently TKMPP is setting a Presidential Regulation as legal umbrella that synergize with roadmap of Vision 4000 Peacekeepers. This Presidential regulation will regulate Indonesian Peacekeepers within 5 years period of time.

TKMPP has been drafting the Presidential Regulation as Legal Umbrella through coordinated meetings. This is a step to respond UN request for Indonesian Peacekeeper and how the deployment can be done as quick as possible.

In terms of forces readiness, there are various challenges a head for Indonesian Peacekeepers. The globalization demand not only the physical readiness of troops, but also academic and psychological readiness to be successful in the mission. In the future, the conflict will be transforming in an asymmetric way. Consequently, the mission will be more challenging and dangerous. It is quite possible that the mission will face the brutal conflict that difficult to manage and resolve, not to mention as well the disappear of the country’s and government’s role (failed state).

This is a challenge for Indonesia Peacekeeper to cope with skills and capability to survive and be adaptive. It also need to enhance the skill of soldier particularly in dealing with self defense. Psychological readiness and knowledge are among other thing to be included in preparing the soldiers.

The involvement of academician and researcher in strengthening the preparation of the soldier for peacekeeping mission is highly important. The PMPP which is integrated and located along other strategic institutions become a good starting point to prepare troops in comprehensive way. Peace and Conflict Study at Indonesia Defense University (Unhan) is a partner in preparing TNI Peacekeepers.***

Page 22: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

22 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Page 23: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

23Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Page 24: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

24 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

GELAR TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI(Badiklat Kemhan Menyongsong Pendidikan di Era Digital)

Oleh: Mayjen TNI Hartind Asrin Kabadiklat Kemhan

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DEPLOYMENT(Education and Training Agency of the Ministry of Defense to Welcome Education in the Digital Era)

Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu besar. Teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai bidang kehidupan seperti, pendidikan, transportasi, kesehatan, militer dan penelitian. Teknologi adalah sesuatu yang diciptakan untuk memudahkan hidup manusia dengan bekal pengetahuan melalui akal manusia. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dunia pendidikan sangat diuntungkan dari kemajuan teknologi informasi karena memperoleh manfaat yang luar biasa. Mulai dari eksplorasi materi-materi pembelajaran berkualitas seperti literatur, jurnal, dan buku, membangun forum-forum diskusi ilmiah, sampai konsultasi/diskusi dengan para pakar, semua itu dapat dengan mudah dilakukan dan tanpa mengalami sekat-sekat karena setiap individu dapat melakukannya sendiri. Dampak yang sedemikian luas tersebut telah memberikan warna atau wajah baru dalam sistem pendidikan dunia, yang dikenal dengan berbagai istilah e-learning, distance learning, online learning, web based learning, computer-based learning, dan virtual class room, dimana semua terminologi tersebut mengacu pada pengertian yang sama yakni pendidikan berbasis teknologi informasi1.

Dari sudut pandang lembaga yang dikhususkan bagi suatu upaya meningkatkan kapasitas peserta didik dari kalangan militer dan pegawai negeri sipil, maka Badiklat Kementerian Pertahanan harus mampu menjawab tantangan lembaga secara lebih luas dengan pengembangan sistem pendidikan berbasis TIK. Untuk menjawab itu, sebuah sistem pendidikan bukan hanya ditujukan bagi peningkatan pemahaman akan pengetahuan yang diberikan di dalam lembaga itu. Lebih jauh lagi, lembaga pendidikan tersebut pasti harus bisa membangkitkan satu proses kesadaran baru di kalangan peserta didiknya. Dalam hal peningkatan kesadaran itu sendiri, maka Badiklat Kemhan harus mengembangkan satu orientasi dengan segera memperkenalkan dan memulai penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai basis pembelajaran yang lebih mutakhir. Hal ini menjadi penting mengingat penggunaan teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang memungkinkan kecepatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik2. Dalam konteks yang lebih spesifik

The information technology (IT) currently plays an important role in human activities. Information and communication have become the main facilities in various sectors of activities, such as education, transportation, health, military, and research. Technology is something created to simplify the human life with science through the human brain. The Information and Communication Technology (ICT) is an important element in the life of the nation and the country. The education sector has a great deal of advantages from advances in technology. From exploring quality educational materials such as literatures, journals, and books, organizing scientific discussion forums, to having consultations/discussion with experts, all can be easily conducted without any divider as each individual can do it on his/her own. Such a vast impact has given a new color in the world’s education system, known as e-learning, distance learning, online learning, web-based leaning, computer-based learning, and virtual class room. All these terminologies refer to the same meaning, that is information technology-based education1.

From the point of view of the institution specialized on efforts to increase capacity of the education learners from both the military as well as civilian circle, the Education and Training Agency of the Ministry of Defense must be able to answer the institution’s challenges better with development of the ICT-based education system. To answer it, an education system is not just aimed at increasing the understanding of the knowledge provided in the institution, but also at boosting a new awareness in the learners. To increase the awareness, the Education and Training Agency of the Ministry of Defense must develop an orientation by introducing and starting the use of ICT as the latest learning basis. It is important as the use of IT is one of the factors that can accelerate knowledge transformation to the learners2. In a more specific context in the scope of the Education and Training Agency of the Ministry of Defense, it can be said that the education policy, the research and development system through the System and Information subdivision, can prepare the formulation and implementation of the education and training system and method, compilation and processing of data, presentation of information, management of education and training administration, with ICT base3.

INFO PERTAHANAN

1. Suripto, et.al., Penggunaan teknologi informasi komunikasi dan dampaknya dalam dunia pendidikan Makalah Seminar - Citizen Journalism dan Keterbukaan Informasi Publik untuk Semua (Jurnal Teknodik, Edisi No.12/VII/Oktober/2003)

2. Amarulla Octavian, Transformasi Pendidikan Militer,(Jakarta,Seskoal 2013)p.117.

Page 25: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

25Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

dalam lingkup Badiklat Kemhan, dapat dikatakan bahwa kebijakan penyelenggaraan pendidikan, Sisdiklat melalui Subbagian Sistem dan Informasi dapat melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan sistem dan metode pendidikan dan pelatihan, pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi, pengurusan administrasi pendidikan dan pelatihan3, dengan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Informasi teknologi memang memiliki beberapa keunggulan dan Brogmann memberi beberapa catatan mengenai keunggulan tersebut. Baginya, secara historis, TI adalah hasil konvergensi dua teknologi yaitu antara transmisi informasi dan automatisasi proses menghitung. Informasi teknologi menerapkan keketatan digital, struktur logika dan data yang masif serta proses informasi yang sangat cepat. Ciri-ciri tersebut menunjukan sifat informasi teknologi yang mengagumkan yaitu permanen, mudah dipahami dan lentur4.

Program peningkatan mutu lembaga pendidikan yang terpadu dan terarah berbasis teknologi paling tidak akan memberikan multiplier effect terhadap hampir pada setiap sisi pendidikan. Sehingga IT berfungsi untuk memperkecil kesenjangan penguasaan teknologi mutakhir

IT has indeed some excellences, of which Brogmann gives some notes. For him, historically, IT is a convergence result of two technologies, including information transmission and automation of the calculation process. IT can apply digital tightness, massive logics and data structure, and very fast information process. These are amazing characteristics of IT, which are permanent, understandable, and flexible4.

The program to increase the quality of integrated, directed and technology-based education institution will at least give a multiplier effect to almost every side of education. IT then functions to minimize the gap between the latest technologies, especially in the education sector. If we look over it, development of the IT-based education provides at least two advantages, to encourage the education community to be more appreciative and proactive in maximizing the education potentials, and to provide a broad opportunity to the learners to take advantage of every potential, which can be obtained from unlimited sources.

Based on the above description, this article will discuss the application of ICT in the Education and Training Agency of the Ministry of Defense, particularly in the learning process.

INFO PERTAHANAN

3. Permenhan No 16 Tahun 2010, Pasal 901

4. Margawati Van Eymeren, Informasi Teknologis,(Jakarta, Pusat Kajian F dan P,2013),p.45.

Page 26: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

26 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

khususnya dalam dunia pendidikan. Apabila kita cermati, pembangunan pendidikan berbasis teknologi informasi setidaknya memberikan dua keuntungan, yaitu sebagai pendorong komunitas lembaga pendidikan untuk lebih apresiatif dan proaktif dalam memaksimalkan potensi pendidikan dan memberikan kesempatan luas kepada peserta didik memanfaatkan setiap potensi yang ada dapat diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbatas.

Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan membahas bagaimana penerapan TIK di lembaga pendidikan Badiklat Kementerian Pertahanan khususnya pada proses pembelajaran.

Secara jelas TI didefinisikan oleh Sulistyo Basuki (1993) sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi. Teknologi tidak terbatas pada perangkat keras dan perangkat lunak saja, tetapi juga mengikutsertakan

IT is clearly defined by Sulistyo Basuki (1993) as technology, which is used to store, produce, and process as well as disseminate information. It is not limited to the hardware and software, but it also includes the people. Included in IT are telecommunication, optic communication units, video tape and video compact disc system, computer including data environment and micro-formed expert system, communication with the help of computer, data network, and email5. Considering that we must absolutely master ICT to welcome the global era with the competition of the rapid progress of technology, the Education and Training System at the Education and Training Agency of the Ministry of Defense must have a good adaptive capability. It can certainly be realized by optimizing the task of preparing the formulation and implementation services of the management technique and education and training administration, education and training system, information system, standardization, accreditation, and certification as well as education and training cooperation.

INFO PERTAHANAN

Page 27: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

27Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

manusia. Yang termasuk TI antara lain adalah telekomunikasi, satuan komunikasi optik, sistem pita video dan cakram video, komputer termasuk lingkungan data dan sistem pakar bentuk mikro, komunikasi dengan bantuan komputer, jaringan data, dan surat elektronik (e-mail)5. Menyadari bahwa peran teknologi informasi dan komunikasi sudah menjadi nilai mutlak yang harus dikuasai untuk menyambut era global dengan persaingan kemajuan teknologi yang pesat, maka Sistem Pendidikan dan Pelatihan pada Badiklat Kemhan harus memiliki kemampuan adaptif yang baik. Hal tersebut dapat diwujudkan, tentunya dengan mengoptimalkan tugas penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan pelayanan teknis manajemen dan administratif pendidikan dan pelatihan, sistem pendidikan dan pelatihan, sistem informasi, standarisasi, akreditasi dan sertifikasi serta kerjasama pendidikan dan pelatihan.

Dahulu di dalam dunia pendidikan, seseorang harus berkelana atau berjalan menemui pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini, cara tersebut dapat dilakukan dari rumah dengan menggunakan alat komunikasi seperti telepon atau dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui internet, via email, ataupun dengan mekanisme file sharing. sharing informasi juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat d igunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi6. Bagi Badiklat Kemhan, manfaat-manfaat yang disebutkan di atas, sudah menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan teknologi informasi sebagai infrastruktur dibidang pendidikan.

Untuk mewujudkan manfaat TIK bagi lembaga pendidikan di lingkungan Badiklat Kemhan, maka diperlukan sumber daya manusia yang handal. Untuk menghasilkan Sumber daya Manusia (SDM) yang berkualitas ini, telah dilakukan peningkatan kapasitas SDM agar dapat mengadopsi sistem pembaruan teknologi pendidikan. Muara dari semua itu adalah agar lembaga pendidikan dilingkungan Badiklat Kementerian Pertahanan bisa adaptif dan antisipatif terhadap proses globalisasi, teknologi yang menunjang pendidikan. Badiklat Kemhan yang melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan (Diklat) akan terus berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat guna meningkatkan kompetensi pegawai/personel Kemhan/TNI sesuai kebutuhan organisasi.

Badiklat Kemhan sebagai unsur pendukung di bidang Diklat dalam melanjutkan revitalisasi Diklat berbasis kompetensi untuk menjawab sistem agar dalam membentuk, memelihara dan meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) pertahanan yang berintelektualitas dan berkepribadian sehingga terampil dalam bidangnya. Dengan keahlian dan keterampilan tersebut SDM Kemhan dan TNI akan menjadi kompeten serta memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu

In the previous education system, someone had to go out to see an expert to discuss a problem. Today, this can be done from home by using a telecommunication tool such as a telephone or sending an email. A paper or research can be prepared by exchanging data through the internet, email, or file-sharing mechanism. Sharing information is also needed not to reinvent the wheel. Research results at the higher education and research institutions can be jointly used to accelerate the process of science and technology development6. For the Education and Training Agency of the Ministry of Defense, the above-mentioned advantages are a strong reason to make IT an infrastructure in the education sector.

To take advantage of the ICT for the Education and Training Agency of the Ministry of Defense, reliable human resources are required. To produce qualified human resources, capacity of the human resources has been increased to adopt the renewal system of the education technology. The goal is that all education institutions at the Education and Training Agency of the Ministry of Defense can be adaptive and anticipative to the globalization process, and technology that supports the education. The Education and Training Department of the Ministry of Defense, which carries out the education and training function, will continue to make efforts to increase the quality of the education and training program, which will in turn increase competence of the employees/personnel of the Ministry of Defense/the Indonesian Armed Forces as the organizations’ need.

The Education and Training Agency of the Ministry of Defense, as a supporting element in the education and training sector, can continue revitalize the Education and Training Department based on competence to answer the system. This way, it can form, maintain, and increase competence of the defense human resources, who have intellectuality and personality so that they are expert in their field. Having such expertise and skill, the human resources of the Ministry of Defense and the Indonesian Armed Forces are competent, confident, and capable to implement the idea, goal, and sense to a quality work in increasing performance of the human resources, for their own interest as well as the organization’s and the environment’s to increase science and technology-based human resources competence.

Following are the education and training programs of the Defense Functional and Technical Education and Training Centre of the of the Education and Training Agency of the Ministry of Defense to respond ICT development:

1. Computer functional education and training program for the skilled level. The program provides knowledge and skill in the website design and application program in computers. After having participated in the program, participants are expected to have knowledge and skill in the website design and application program in computers according to the qualification.

INFO PERTAHANAN

5. Etty Andriaty, Luki wijayanti, Peran TI dalam pengindekan, penyimpanan dan penyebaran informasi(Perpustakaan UI, Jurnal 1998)

6. Purwo Riwayadi http://imadiklus.com/pemanfaatan-perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-untuk-kemajuan-pendidikan-di-indonesia/

Page 28: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

28 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

mengimplementasikan ide, cita dan rasa menjadi wujud karya yang bermutu dalam meningkatkan kinerja SDM baik bagi diri pribadi maupun organisasi serta lingkungannya. Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berikut adalah program diklat/kursus Pusdiklat Tekfunghan Badiklat Kemhan dalam merespon perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi:

1. Diklat Fungsional Pranata komputer Tingkat Terampil. Diklat ini merupakan Diklat yang memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perancangan Website dan Program Aplikasi pada komputer. Setelah mengikuti Diklat/kursus ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang perancangan Website dan Program Aplikasi pada komputer sesuai kualifikasi.

2. Diklat Teknis Teknisi Komputer. Diklat ini merupakan Diklat, yang memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan dan pemeliharaan komputer. Setelah mengikuti Diklat/kursus ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang Teknologi Informasi khususnya dalam pemeliharaan dan perawatan perangkat komputer serta jaringannya.

3. Diklat Teknis Web Programming Komputer. Diklat Web Programming Komputer Tingkat Dasar merupakan Diklat yang memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang websi te komputer dan program-program aplikasi pendukungnya . Se te lah mengikuti diklat/kursus ini diharapkan peserta memiliki kualifikasi dan kompetensi untuk bertugas di bidang teknologi informasi khususnya Web Programming Komputer.

4. Diklat Teknis Keamanan Jaringan Komputer. Diklat Teknis Keamanan Jaringan Komputer merupakan Diklat yang memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan di bidang perancangan sistem keamanan jaringan komputer, Setelah mengikuti diklat/kursus ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang perancang sistem keamanan jaringan komputer.

5. Diklat Teknis Cyber Defence. Diklat Teknis Cyber Defence merupakan Diklat yang memberikan

2. Computer technician technical education and training program. The program provides knowledge and skill in computer maintenance. After having participated in the program, participants are expected to have knowledge and skill in the IT, particularly in computer maintenance and the network.

3. Computers web programming technical education and training program. The program provides knowledge and skill in computer website and supporting application programs. After having participated in the program, participants are expected to have qualification and competence to be assigned in IT, particularly computer web programming.

4. Computers network security technical education and training program. The program provides knowledge and skill in the computers network security system design. After having participated in the program, participants are expected to have knowledge and skill in the computer network security system design.

5. Cyber defense technical education and training program. The program provides managerial and technical knowledge and skill in computer web-based ICT management for the national defense in the management level. After having participated in the program, participants are expected to have managerial and technical knowledge and skill in computer web-based ICT management, for a special purpose in cyber defense.

INFO PERTAHANAN

Page 29: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

29Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis manajerial di bidang pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berbasis Web Komputer untuk kepentingan Pertahanan Negara pada tingkatan jabatan manajerial. Setelah mengikuti Diklat ini diharapkan peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis manajerial di bidang pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berbasis Web Komputer untuk tujuan khusus di bidang Cyber Defence.

Pesatnya perkembangan teknologi informasi, khususnya internet memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih baik dalam institusi pendidikan. Di lingkungan perguruan tinggi dikenal dengan e-university sebagaimana yang telah diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan/perguruan tinggi. Sebagai ilustrasi adalah di Universitas Indonesia, pemanfaatan teknologi informasi diwujudkan dalam SIAk-NG [Sistem Informasi Akademis – New Generation]. SIAk-NG adalah aplikasi online yang digunakan untuk menunjang kegiatan akademis di Universitas Indonesia. SIAk-NG memiliki 4 kategori pengguna [role], yaitu: Sub bagian Akademik [membuat jadwal, kurikulum, dll.] Mahasiswa [mengisi IRS, melihat jadwal, dll.] Dosen [memberi bimbingan, nilai, dll.] Direktorat Pendidikan [mengatur periode kegiatan

The rapid IT development, particularly the internet, enables better information services in the educational institutions. In the higher education, e-university is known as has been applied by some universities. For example at Universitas Indonesia, IT is used in the New Generation of Academic Information System. The system is an online application used to support academic activities at Universitas Indonesia. Academic Information System has four user categories: the Academic Subdivision (to make schedules, curriculum, etc); students (to fill in IRS, to see the schedule, etc); lecturers (to give consultations, scores, etc); and the Education Directorate (to manage the academic activities, etc). Each owner of an Account ID has one or more roles that he/she can use to access Academic Information System. Students can take advantage of the system to make it easier for them to see the scores and academic activities; to see the course and exams schedule; to see the payment status; and to add or cancel courses in the running semester.

Development of e-university is aimed at supporting education, so that the higher education can provide better service of communication to the community, both inside as well as outside the university, through the internet. Other educational services, which can be implemented through the internet, are online course materials, which can be

INFO PERTAHANAN

Page 30: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

30 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

akademis, dll.] Setiap pemilik Account ID dapat memiliki satu atau lebih role yang dapat digunakannya untuk mengakses SIAk-NG. Disini peserta didik (mahasiswa) dapat memanfaatkan untuk memudahkan pemantauan nilai-nilai dan kegiatan akademis; memudahkan registrasi IRS; melihat jadwal kuliah dan ujian; melihat status pembayaran; dan menambah atau membatalkan mata kuliah pada semester yang sedang berjalan.

Pengembangan e-university bertujuan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat memberi layanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di dalam maupun di luar perguruan tinggi tersebut melalui internet. Layanan pendidikan lain yang bisa dilaksanakan melalui internet yaitu dengan menyediakan materi kuliah secara online dan materi kuliah tesebut dapat diakses oleh siapa saja yang membutuhkan, sehingga memberikan informasi bagi yang sulit mendapatkannya karena kendala ruang dan waktu. Menerapkan beberapa layanan pendidikan berbasis TIK (sebagaimana telah diterapkan oleh beberapa lembaga pendidikan), setelah disesuaikan dengan model pendidikan yang ada di lembaga-lembaga pendidikan dalam lingkungan Badiklat, tentu adalah sebuah keniscayaan. Sebagai sebuah organisasi, dan sebagaimana organisasi yang lain, Badiklat juga berinteraksi dengan lingkungan, melakukan berbagai kegiatan dengan jalan bertukar informasi, menyerap sumberdaya7, untuk dimanfaatkan bagi pengembangan lembaga.

Berikut adalah manfaat lain penerapan teknologi informasi bagi lembaga pendidikan, seperti akses ke perpustakaan; akses ke pakar; melakukan kuliah/pembelajaran online; menyediakan layanan informasi akademi dan administrasi suatu institusi pendidikan; menyediakan fasilitas mesin pencari data menyediakan fasilitas diskusi; menyediakan fasilitas direktori alumni ke sekolah; dan menyediakan fasilitas kerjasama8.

Mencermati perkembangan TIK, dan begitu pentingnya jika disinergikan pada penerapan kurikulum pada lembaga pendidikan di lingkungan Badiklat Kemhan. Maka sesungguhnya Badiklat Kemhan telah siap menyongsong persoalan-persoalan global, karena globalisasi sebenarnya membuka peluang bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk menghasilkan peserta didik yang bisa mengisi ruang bagi siapa saja yang unggul.

Sebagai kesimpulan dapat disampaikan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan wahana pembelajaran dan penyampaian materi pendidikan yang cepat, tepat, dan efisien. Sesuai dengan tugas pokok Badiklat Kemhan yaitu, melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang pertahanan maka Badiklat Kemhan sebagai unsur pendukung di bidang diklat harus selalu mendorong lembaga-lembaga pendidikan di lingkungannya untuk selalu update dan mengadopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan.***

accessed by anyone in need. It provides information for those who face difficulties due to room and time obstacles. Applying some ICT-based services (as applied by some education institutions), after having been adjusted to the education models in the educational institutions under the Education and Training Department, is certainly a must. As an organization, like other organizations, the Education and Training Department interacts with its environment by exchanging information and absorbing resources in its activities to be taken advantage for the institution’s development7.

Following are other advantages of absorbing IT for the education institution, such as an access to the library, an access to experts, online courses, services of academic and administration information of an educational institution, facility of the alumni directory to schools, and cooperation facilities8.

Looking over ICT development, it is very important to synergize it with the curriculum application at the educational institutions at the Education and Training Agency of the Ministry of Defense. The department is already prepared to welcome global issues, as the globalization actually opens opportunities to educational institutions to produce learners, who can fill in the space for anyone excellent.

As a conclusion, it can be stated that ICT is a fast, correct, and efficient way for learning facility and to submit educational materials. According to the principal duty of the Education and Training Agency of the Ministry of Defense, which is to implement education and training in the defense sector, as a supporting element in education and training, the Education and Training Agency of the Ministry of Defense must always encourage educational institutions in the department to update and adopt ICT for education and training purposes.***

INFO PERTAHANAN

7. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta, Kencana 2009)p.58.

8. SuriPto, et.al, loc.cit.

Page 31: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

31Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Oleh: Dr. Herry Darwanto Staf Ahli Menhan Bidang Ekonomi

MEDIUM-INCOME TRAP AND REGIONAL SECURITY PANORAMA

PERANGKAP PENDAPATAN MENENGAH DAN PANORAMA KEAMANAN REGIONAL

Sampai dengan akhir-akhir ini, dunia bisa dikatakan dalam suasana damai, setelah sebelumnya terjadi Perang Dunia II (1940-an) dan perang di Korea dan Vietnam (1950-1960-an). Dunia yang tenang ini terjadi karena Amerika Serikat dan Rusia berebut pengaruh tanpa kekerasan, sehingga disebut Perang Dingin, sampai akhir 1980-an. Selanjutnya dengan terjadinya reformasi di Uni Soviet, Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya (super power) di dunia. Dalam keadaan tanpa perang, dunia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat selama 7 dekade terakhir. Maka munculah negara-negara maju baru seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, dan juga Indonesia. Perkembangan terakhir adalah munculnya Tiongkok sebagai negara terkaya di dunia, menggeser kedudukan Jepang. Kemajuan ekonomi dan kapabilitas militer Tiongkok mengubah panorama kekuatan baru di Asia Pasifik.

PERKEMbANgAN EKONOMI INDONESIA

Selama sepuluh tahun terakhir ini ekonomi Indonesia menunjukkan perkembangan yang cukup baik (Bank Dunia, 2014). Setelah mengalami pertumbuhan negatif sebesar 13 persen (1998), ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,7 persen (2000-2005), meningkat menjadi 5,7 persen (2006-2010) dan 6,0 persen (2011-2012). Dengan pertumbuhan seperti ini, PDB Indonesia meningkat dua kali lipat dari US$580 miliar (2001) menjadi US$1,1 triliun (2012), menempatkan Indonesia sebagai ekonomi dunia terbesar ke-15, dan masuk dalam kelompok negara G-20, negara satu-satunya dari Asia Tenggara.

Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh kebijakan makro pasca krisis moneter tahun 1997/1998 dan lonjakan harga komoditas dunia (batubara, minyak sawit mentah, minyak mentah, nikel, karet, kopi, dll.) yang mendorong ekspor, dan selanjutnya meningkatkan konsumsi dan investasi swasta1. Sektor jasa tumbuh cepat, menjadi kontributor terbesar dalam nilai tambah dan lapangan kerja (khususnya skala kecil). Sektor industri dan konstruksi tumbuh cukup baik, sedangkan sektor pertanian tumbuh kurang mengesankan, tertekan oleh impor pangan yang meningkat secara signifikan. Investasi gedung bangunan mencapai 85 persen dari jumlah investasi tetap, menjadikan kawasan sepanjang jalan-jalan protokol Jakarta dipenuhi gedung-gedung

INFO PERTAHANAN

1. Separoh lebih ekspor minyak sawit mentah dunia berasal dari Indonesia.

Lately, we can say that the world is in a peaceful situation following the World War II (1940s) and the wars in Korea and Vietnam (1950s and 1960s). Such a peaceful condition can be created because the United States and the Soviet Union grabbed influence without any violence, that it was called Cold War until late 1980s. Following a reform in the Soviet Union, the United States became the world’s only super power. Since the absence of war, the world has been experiencing a rapid economic growth during the last seven decades. New countries have emerged, such as Japan, South Korea, Taiwan, Singapore, Malaysia, and Indonesia. The last development is the emergence of China as the world’s richest country, replacing Japan. China’s economic advancement and military capability have changed the new strength in the Asia Pacific.

INDONESIA’S ECONOMIC DEVELOPMENT

During the last ten years, Indonesia’s economy has been showing significant development (The World Bank, 2014). After negative growth of 13% (1998), Indonesia’s economy grew by 4.7% (2000-2005), 5.7% (2006-2010), and 6% (2011-2012). Having such growth, Indonesia’s GDP has doubled from US$580 billion (2001) to US$1.1 trillion (2012), placing the country as the world’s 15th largest economy. Indonesia then became a member of the G-20 countries, the only one from South East Asia.

The economic growth is encouraged by macro policies post monetary crisis in 1997-1998, and the soaring price of the world commodities (coal, crude palm oil, crude oil, nickel, rubber, coffee, etc). These boost the export, and further increases consumption and private investment1. The service sector is growing rapidly and becomes the largest contributor in the added value and employment (particularly the small scale). The industrial and construction sectors are growing well; however, the agricultural sector is not impressing as it is pressed by the significantly-increasing import of food. Investment in buildings reaches 85% of the fixed investment, making the main streets in Jakarta full of skyscrapers. On the other hand, investment (government and private) in infrastructure does not stand out, as it is left behind by the priority for the fuel and electricity subsidies. Consequently, there are severe traffic congestions in Jakarta.

Page 32: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

32 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

tinggi. Namun di pihak lain, investasi (pemerintah dan swasta) untuk infrastruktur kurang begitu menonjol, terkalahkan prioritasnya oleh program subsidi BBM dan listrik, mengakibatkan kemacetan yang sangat parah di Jakarta saat ini.

Di sektor moneter, kurs nilai tukar yang menguat akibat lonjakan ekspor komoditas dan disiplin pemerintah dalam membatasi defisit anggaran menyebabkan utang pemerintah menurun menjadi sekitar 25 persen PDB (2012), jauh di bawah angka 100 persen saat pemerintah harus berutang untuk mengatasi krisis tahun 1997/1998.

Dari aspek sosial, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut (walau masih kalah dari Tiongkok dan India) menyebabkan PDB per kapita meningkat menjadi US$ 4.272 (2012); menjadikan Indonesia termasuk dalam kelompok negara berpenghasilan rendah-menengah (middle-income country), yang tidak berhak lagi mendapatkan pinjaman sangat lunak dari Bank Dunia.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi menyebabkan tingkat kemiskinan menurun menjadi 12 persen (2012) dari 24 persen (1999). Penurunan tingkat kemiskinan ini terjadi melalui peningkatan kesempatan kerja sebanyak 20 juta orang (2001-2011), sebagian besar tercipta di kota-kota besar. Namun sebagian besar pekerjaan baru ini ada di sektor-sektor yang produktivitasnya rendah, yaitu sektor informal, menyebabkan pemerintah kota kesulitan menyediakan layanan pendidikan, kesehatan, air bersih, sanitasi, listrik, dll. Saat ini masih ada sekitar 65 juta jiwa yang rentan terhadap gejolak ekonomi. Di pihak lain, sebagian kecil masyarakat memperoleh penghasilan yang meningkat karena peningkatan harga-harga komoditas ekspor, tanah, bangunan, tarif jasa-jasa finansial dan profesional; yang secara keseluruhan memperlebar kesenjangan pendapatan dengan kelompok tidak berpunya.

Terlepas dari masalah kemiskinan dan kesenjangan, prospek ekonomi Indonesia ke depan cukup menjajikan. Indonesia dapat naik peringkat menjadi negara berpenghasilan tinggi dalam beberapa tahun yang akan datang karena ada beberapa faktor yang mendukung, antara lain: kondisi demografi, urbanisasi, dan pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

• Demografi. Indonesia akan memiliki tenaga kerja sebanyak 190 juta orang pada tahun 2020, suatu jumlah yang besar untuk menggerakkan ekonomi. Di samping itu, penduduk usia muda yang sebanyak 50% saat ini akan mendorong produktivitas ekonomi sangat besar pada tahun-tahun mendatang, memunculkan gejala yang disebut bonus demografi.

• Urbanisasi. Dengan laju urbanisasi yang sebesar 4%/tahun saat ini jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan semakin besar pada tahun-tahun mendatang. Pada tahun 2025 sekitar 68 persen penduduk Indonesia akan hidup di perkotaan, yang berarti kebutuhan akan barang-barang konsumsi, pasar dan pertokoan, serta perumahan akan meningkat lebih pesat lagi. Jika kebutuhan itu dapat dipenuhi, maka kegiatan ekonomi perkotaan yang tumbuh pesat akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih besar lagi.

INFO PERTAHANAN

In the monetary sector, the strengthening exchange rate due to the soar of commodities export and the government’s discipline in limiting the budget deficit, decreased the government’s debt by 25% of the GDP (2012). It is far from 100% when the government needed to make debts to overcome the 1997/1998 crisis.

In terms of the social aspect, the high economic growth (although left behind from China and India) increased the GDP per capita from US$4.272 (2012). Consequently, Indonesia is then categorized a middle-income country, no longer entitled to get very soft loan from the World Bank.

The relatively high economic growth decreased the poverty level to 12% (2012) from 24% (1999). The decrease of the poverty level was caused by an increase in the employment opportunities, which totaled 20 million (2001 – 2011), mostly in major cities. However, most of the works were in sectors with a low productivity, which was the informal sector, which made it difficult for the government to provide education, health, clean water, sanitation, electricity, etc. There remain some 65 million people, who are prone to the economic fluctuation. On the other hand, a small part of the people gains an increased income due to the increasing price of export commodities, land, buildings, financial and professional services; overall, it has widened the income gap between them and the poor.

Regardless of the poverty and the gap, Indonesia has promising economic prospects in the future. The country can be placed at a higher ranking as a high-income country in the next few years. The supporting factors include the demographic condition, urbanization, and China’s economic growth.

• Demography. Indonesia will have some 190 million of workers in 2020, a large number to move the economy. In addition, the number of young people, which currently totals 50%, will encourage the economic productivity in the coming years, causing a demographic bonus.

• Urbanization. With the 4% rate of urbanization, the number of people living in urban cities will continue to increase in the coming years. In 2025, some 68% of the Indonesian people will live in urban cities. It means that there will be an increase in the need of consumption goods, markets and shops, and housing. If the needs are met, the fast-growing urban economic activities will encourage larger economic growth.

Sumber: http://justkardoman.wordpress.com

Page 33: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 33

• Perkembangan di Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang tinggi selama ini agaknya akan mengalami penurunan, karena beberapa hal, seperti meningkatnya upah (15 persen/tahun sejak tahun 2001), menurunnya produktivitas tenaga kerja, apresiasi Yuan (30 persen sejak tahun 2005), meningkatnya program pemerataan ekonomi. Perlambatan ekonomi domestik Tiongkok ini akan mendorong investor dunia mencari negara-negara lain yang lebih kompetitif, termasuk Indonesia.

Berbagai faktor tadi memungkinkan Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, namun jika Indonesia tidak melakukan perubahan manajemen pembangunan dan faktor-faktor eksternal bergerak negatif, maka Indonesia akan dapat mengalami pertumbuhan rendah berkepanjangan, seperti yang dialami Brasil, Meksiko, dan Afrika Selatan pada awal 1980an. Brasil tumbuh pesat pada tahun 1960-70an kemudian ketika PDB per kapitanya mencapai US$3.939 pada tahun 1981 (seperti Indonesia saat ini), terjadi perlambatan pertumbuhan hingga tahun 2004. Meksiko juga mengalami hal yang sama setelah PDB per kapitanya mencapai US$6.965, demikian pula Afrika Selatan. Gejala ini disebut perangkap pendapatan menengah, karena banyak negara-negara berpenghasilan menengah yang mengalaminya. Pertumbuhan yang mendatar terjadi karena teknologi yang perlu diimpor untuk memproduksi barang-barang konsumsi yang dibutuhkan penduduk tidak lagi murah, sementara selera penduduk yang penghasilannya meningkat terhadap barang impor semakin besar,

INFO PERTAHANAN

• Development in China. The high economic growth in China is lowering due to some factors, such as a wage raise (15%/year since 2001), decreasing productivity of the workers, Yuan appreciation (30% since 2005), and an increase in the economic equality program. The slowing Chinese domestic economy will encourage the world investors to look for other more competitive countries, including Indonesia.

These factors will enable Indonesia to reach higher economic growth; however, without any change in the development management and external factors that move negatively, Indonesia will experience prolonged low growth as Brazil, Mexico, and South Africa in the early 1980s. Brazil grew rapidly in 1960s and 1970s. In 1981, when the GDP per capita reached US$3,939 (like Indonesia at present), the growth slowed down until 2004. Mexico experienced the same thing after its GDP per capita reached US$6,965, so did South Africa. Such a symptom is called a medium-income trap, because many medium-income countries are experiencing it. Stagnant growth takes place because technology that needs to be imported to produce consumption goods is no longer cheap. On the other hand, there is a higher taste in imported goods of the people with an increased income, leaving behind local products. The medium-income trap can be avoided if a country improves the infrastructure, labor productivity, market mechanism, public services, and business guidance for small and middle-scale business, etc.

Sumber: https://www.mobilkomersial.com

Page 34: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

34 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

menyebabkan produksi lokal kalah menarik. Perangkap pendapatan menengah dapat dihindari jika negara melakukan perbaikan besar dalam bidang infrastruktur, produktivitas tenaga kerja, mekanisme pasar, layanan umum, pendampingan bisnis bagi UKM, dll.

PERUbAHAN bESAR DI ASIA PASIFIK

Sullivan (2014) mencatat adanya kecenderungan besar (megatrends) yang berimplikasi pada perubahan tatanan keamanan khususnya di kawasan Asia Pasifik, diantaranya sebagai berikut:

• Kemunculan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang cepat membuatnya mampu membangun pengaruh politik dan kekuatan militer yang besar di kawasan Asia Pasifik. Modernisasi militer dan semakin tegasnya Tiongkok menguasai wilayah yang diklaim sebagai miliknya telah mendorong terjadinya sengketa politik dan militer dengan negara-negara tetangganya.

• Kehadiran AS. Menghadapi perkembangan kekuatan militer Tiongkok, AS mengubah prioritas strategisnya (rebalancing) ke arah Asia Pasifik dengan menambah kehadiran pasukan marinir di Darwin, mengirim kapal perang ke Singapura, mengintensifkan kerjasama keamanan dengan negara-negara di Asia Pasifik, dsb2. Tujuannya adalah menjamin akses ke wilayah laut, udara, ruang angkasa dan ruang siber yang bebas untuk semua negara secara inklusif, berdasarkan norma dan peraturan yang disepakati. Pergeseran strategis ini disambut baik oleh negara-negara sekutu AS namun mendatangkan kecurigaan bagi Tiongkok yang menganggap kebijakan ini sebagai upaya untuk

INFO PERTAHANAN

2. Davidson (2013) menekankan perlunya AS menjaga kepercayaan negara-negara sekutunya seperti Jepang dan Korea Selatan, serta menyesuaikan kerjasama keamanannya dengan lingkungan strategis yang berubah.

SIgNIFICANT CHANgES IN THE ASIA PACIFIC

Sullivan (2014) noted a megatrend that implied a change in the security order, particularly in the Asia Pacific, as follows:

• The rise of China. The rapid economic growth in China has enabled the country to build a political influence and major military strength in the Asia Pacific. Military modernization and Chinese increasing firmness in controlling a region, which it claims as its property, have caused a political and military conflict with its neighboring countries.

• The US presence. To confront Chinese military strength, the United States has changed its strategic priority in the Asia Pacific. The country has added the number of marine troops in Darwin, sent war ships to Singapore, and intensified security cooperation with Asia Pacific countries, etc2. The purpose is to guarantee an access to the sea and air territories, aerospace and cyber space, free for all countries inclusively, based on an agreed norm and regulation. The strategic shift has been warmly welcomed by the US allied countries. However, China was suspicious because it considered the policy was an effort to block Chinese influence, as happened to the Soviet Union during the Cold War era.

• Competition amongst countries. The emerging competition amongst countries will still color the regional security panorama in the Asia Pacific. It is characterized by the continuous tensions, sometimes violence, which have caused a grey situation between war and peace. Unlike NATO, Asia has no multilateral

Page 35: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

35Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

membendung pengaruh Tiongkok, seperti yang terjadi pada Rusia era Perang Dingin yang lalu.

• Persaingan antar negara. Persaingan yang muncul antar negara akan tetap mewarnai panorama keamanan regional Asia Pasifik, dicirikan dengan ketegangan yang terus menerus, sekali-kali terjadi letupan kekerasan, menimbulkan suasana abu-abu antara perang dan damai. Tidak seperti NATO, Asia tidak memiliki mekanisme keamanan multilateral yang dapat meredam munculnya krisis dengan mengelola sengketa yang terjadi. Seringkali beberapa pemimpin politik memperparah sengketa antar negara dengan menggunakan sentimen nasionalisme untuk memperkuat legitimasinya. Beberapa negara mengklaim kedaulatan atas suatu wilayah untuk mengamankan ketersediaan sumberdaya ekonomi jangka panjangnya. Klaim atas pulau kecil atau wilayah laut yang sempit dapat membuka akses ke sumberdaya perikanan, hidrokarbon dan mineral dasar laut yang sangat menguntungkan, sehingga dilakukan oleh negara-negara tertentu.

• Kerjasama keamanan. Pada pihak lain, negara-negara di Asia Pasifik juga menunjukkan kerjasama keamanan yang meningkat pesat, baik pada tingkat bilateral maupun multilateral. Kecenderungan ini didorong oleh hubungan perdagangan, kegiatan diplomasi, intensifnya ancaman non-tradisional, terjadinya bencana lintas negara, dsb. Kerjasama keamanan ini meliputi diplomasi pertahanan, kesepakatan pertahanan, latihan bersama, perdagangan Alutsista, dan lain-lain. Jaringan keamanan atau Power Web menurut Cronin, et al (2013) ini mengimbangi sistem aliansi hub and spoke yang dibentuk AS.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat dari negara-negara Asia Pasifik ini rawan terhadap goncangan ekonomi, yang dapat berakibat buruk pada keamanan regional. Asia Pasifik adalah lahan bagi demokrasi yang belum matang, rezim otokratik yang mendasarkan legitimasinya pada pertumbuhan ekonomi, minoritas etnis dan agama yang tersingkir, pemerintahan yang rentan korupsi, kerusakan lingkungan yang tidak terkendali, masyarakat yang tidak siap menghadapi risiko bencana, dll.

PERUbAHAN PANORAMA KEKUATAN

Semakin makmurnya negara-negara Asia Pasifik dan terjadinya perubahan-perubahan geopolitik mendorong penguasaan teknologi tinggi semakin meningkat, baik dalam bidang sipil maupun militer. Belanja pertahanan negara-negara Asia Pasifik untuk menguasai teknologi persenjataan meningkat pesat selama sepuluh tahun terakhir ini dan diperkirakan akan terus meningkat. Beberapa negara maju Asia Pasifik akan menjadi produsen sekaligus konsumen alutsista, seperti Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan, India, Singapura, Taiwan, dan Indonesia3.

Kapabilitas yang akan dikembangkan oleh negara-negara Asia Pasifik adalah dalam bidang-bidang seperti komando dan kontrol, komunikasi, komputer, intelijen, pemetaan dan pengintaian; senjata presisi, rudal balistik, dll. Negara-negara Asia Pasifik juga serius menyiapkan

INFO PERTAHANAN

3. Indonesia sendiri sudah membuat regulasi untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri guna membangun kemandirian dalam pengadaan alutsista. Anggaran pertahanan Indonesia juga meningkat drastis selama lima tahun terakhir (2010-2014).

security mechanism, which can muffle any crisis by managing the conflict. Quite often, some political leaders worsen the conflict amongst countries by using a nationalism sentiment to strengthen their legitimacy. Some countries claim their sovereignty on a region to secure the long-term economic resources. A claim on a small island or a narrow sea territory can open an access to fishery resources, beneficial hydrocarbon and mineral at the bottom of the sea, so that certain countries have done it.

• Security cooperation. On the other hand, Asia Pacific countries have shown rapidly increasing security cooperation, both bilateral as well as multilateral. The tendency is encouraged by trade relations, diplomacy activities, intensive non-traditional threats, disasters amongst countries, etc. Security cooperation includes defense diplomacy, defense agreement, joint trainings, trade of the main weaponry system, etc. According to Conin, et al (2013), the power web balances the alliance system set up by the United States.

The rapid economic growth in the Asia Pacific countries is prone to economic turbulence, which might result in a negative impact in the regional security. The Asia Pacific is a land for immature democracy, an autocratic regime, which bases its legitimacy on the economic growth, minor ethnics and eliminated religions, corruption-prone governments, uncontrolled environmental destruction, communities unprepared for disaster risks, etc.

CHANgE OF STRENgTH PANORAMA

The increasingly prosperous Asia Pacific countries and the geopolitical changes have encouraged the mastery of high technology, both in the civilian as well as the military sectors. The defense expenditure of the Asia Pacific countries to master the weaponry technology has been rapidly increasing in the past ten years, and is predicted to continue to increase. Some developed countries in the Asia Pacific will become both producers as well as consumers of the main weaponry system, such as China, Australia, Japan, South Korea, India, Singapore, Taiwan, and Indonesia3.

Capability to be developed by the Asia Pacific countries includes command and control, communication,

Page 36: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

36 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

satuan-satuan operasi khusus dengan profesionalitas tinggi, meningkatkan latihan gabungan antarmatra, membangun kapabilitas maritim, amfibi, ruang siber, ruang angkasa. Latihan perang antara beberapa negara semakin intensif dilakukan akhir-akhir ini. Singkatnya, panorama kekuatan di Asia Pasifik sedang mengalami perubahan besar akhir-akhir ini, yang bentuk akhirnya masih belum dapat ditebak.

PENUTUP

Modernisasi militer negara-negara Asia Pasifik, yang didukung oleh kemajuan ekonomi yang pesat, yang dimungkinkan oleh situasi damai era Perang Dingin disambung dua dekade adidaya tunggal AS, dapat berimplikasi pada ketidak-seimbangan geopolitik regional. Kapabilitas militer negara-negara Asia Pasifik yang semakin canggih dapat memperumit strategi penangkalan menghadapi aktor negara dan bukan negara, mengubah pemahaman tentang pilihan perang atau bertahan, mendorong perlombaan senjata antarnegara.

Dalam situasi keamanan yang kurang begitu kondusif tersebut, Indonesia harus bisa keluar dari perangkap pendapatan menengah. Pilihan kebijakan yang berkualitas dalam banyak bidang strategis harus diambil saat ini, diwujudkan secara konsisten, dievalusi dampak positif dan negatifnya. Kegagalan Indonesia mengatasi perangkap pendapatan menengah dapat menambah ketegangan yang terjadi di kawasan. Indonesia perlu ikut mendorong disepakatinya ketentuan dan tata berperilaku oleh negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk mencegah agar sengketa yang timbul sewaktu-waktu tidak menjadi konflik skala besar.***

INFO PERTAHANAN

Sumber :httPS://beritadaerah.co.id

computer, intelligence, mapping and espionage, précised weapons, ballistic missiles, etc. The Asia Pacific countries must also seriously prepare special operation units with high professionalism to increase joint trainings amongst forces, to build maritime capability, amphibians, cyber space, aerospace. War trainings amongst countries are intensified lately. Briefly, the strength panorama in the Asia Pacific is experiencing a major change lately, of which the final form remains unpredictable.

CLOSINg

Military modernization of the Asia Pacific countries, supported by a rapid economic advancement, enabled by the peace situation after the Cold War era, and followed by two decades of the US single superpower, can imply an unbalance of the regional geopolitics. The increasingly sophisticated military capability of the Asia Pacific countries can complicate the deterrence strategy to confront state and non-state actors, change the understanding on the choice of war or being defensive, and encourage a weapon race amongst countries.

In such a non-conducive situation, Indonesia must be able to get out of the medium-income trap. Quality policies in many strategic sectors must be taken now, which are realized consistently, of which the positive and negative impacts are then evaluated. Indonesia’s failure to overcome the medium-income trap can add to the regional tension. Indonesia needs to encourage an agreement of stipulation and ethics by the Asia Pacific countries to prevent any conflict that may emerge any time to become a large-scale conflict.***

Page 37: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

37Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Oleh: Dra. Ernalem Bangun,M.A

Kabag Datin Balitbang Kemhan

TNI’S ROLE TO ACHIEVE NATIONAL DEFENSE INDEPENDENCY(CONTEMPLATION OF THE 69TH ANNIVERSARY OF THE TNI)

PERAN TNI UNTUK MENCAPAI KEMANDIRIAN PERTAHANAN(KONTEMPLASI DI HARI ULANG TAHUN KE-69 TNI)

PERTAHANAN NEgARA DAN KEMANDIRIAN ALUTSISTA

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan tersebar dalam 17.504 pulau, yang terangkai dari Sabang sampai Merauke. Di dalamnya terdapat lebih dari 700 etnis dengan lebih dari 50 bahasa yang berbeda-beda. (Zudan Arif Fakrulloh, 2009). Di samping itu Indonesia berada pada posisi silang yang strategis. Indonesia bahkan memiliki lima choke points arus perdagangan di dunia. Ini menyebabkan berbagai tantangan, gangguan dan ancaman yang dihadapi baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang muncul juga besar. Oleh sebab itu dibutuhkan pembangunan pertahanan negara yang kuat, pertahanan negara yang mandiri.

Terminologi ”kemandirian” itu sendiri yang dapat diartikan sebagai ”kemampuan untuk melakukan sendiri segala sesuatu yang dikehendaki/diinginkan dan yang seharusnya mampu dilakukan sendiri, serta tidak menggantungkan diri kepada pihak-pihak lain untuk mewujudkan keinginan tersebut”. Ini berarti untuk mencapai kemandirian tersebut sesungguhnya perlu terlebih dahulu diperoleh satu kesamaan kehendak dan komitmen unsur-unsur yang terkait, seberapa besar keinginan dan tindakan yang harus diperbuat untuk pencapaiannya, yang dituangkan dalam rencana pembangunan strategis nasionalnya, yang dituangkan dalam aturan-aturan/regulasi untuk operasionalnya sampai ke teknis pelaksanaan, dengan segala konsekuensi, risiko yang harus ditanggung.

Berkaitan dengan kemandirian pertahanan, hal yang perlu disoroti adalah kemandirian Alutsista melalui pembangunan industri pertahanan. Mengacu pada kategori yang dibuat oleh Adnan Wijayanto tentang tiga model utama industri pertahanan, Indonesia berupaya ke arah pembangunan industri pertahanan yang mandiri. Model ini diterapkan oleh suatu negara yang berambisi mendapatkan kemandirian pertahanan yang diukur dari (1) kapasitas negara untuk menguasai teknologi militer yang dibutuhkan untuk membuat sistem senjata, (2) kapasitas finansial nasional untuk membiayai produksi sistem senjata, serta (3) kapasitas industri nasional untuk memproduksi sistem senjata di dalam negeri. Model ini akan tercapai jika suatu negara mampu memiliki minimal 70 persen kapasitas teknologi, finansial, dan produksi sistem senjata.

NATIONAL DEFENCE AND WEAPONS SySTEM INDEPENDENCy

Indonesia is the largest archipelago in the world. Indonesian archipelago has 17,504 islands wich span from Sabang to Merauke. There are more than 700 ethnic and 50 different local languages. (Zudan Fakrulloh Arif, 2009). In addition, Indonesia is located in a strategic position. Indonesia even has five choke points in the world trade lanes. It causes a variety of challenges, disturbances and threats from both domestic and abroad.Therefore, it needs a strong and independent national defense.

The term “independency” itself can be defined as “the ability to do everything by themselves and not rely on other parties to achieve these goals”. This means that to achieve the real independency, it firstly must obtain a common will and commitment of the elements involved, how big the goal and action to be done to achieve them, as outlined in the national strategic development plan, and also outlined in the rules/regulations for operations down to the technical implementation, with all the consequences and risks to face.

In connection with the defense independency, it is worth to highlight the independence of weapons systems through the development of the defense industry. Referring to categories made by Adnan Wijayanto on three main models of defense industry, Indonesia strives towards the development of an independent defense industry. This model is used by a country with ambitions to gain independency in defense, measured by: (1) the capacity of the state to control the military technology needed to make the weapons systems, (2) national financial capacity to finance the production of weapons systems, and (3) the capacity of the national industry to produce weapons systems in the country. This model will be achieved if a country is able to have a capacity of at least 70 percent of the technology, financial, and production of weapons systems.

Indonesian Defense Minister Purnomo Yusgiyantoro in his keynote speech in Subang, stated that there are 4 types of defense industry development in the world. Firstly, countries which build its defense industry because of their ability. Secondly, contries which build their defense industry as forced by surrounding enemies. Thirdly, countries that do not build defense industry but fulfill their defense equipment by purchasing from other countries,

OPINI

Page 38: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

38 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Menhan RI, Purnomo Yusgiyantoro dalam keynote speechnya di Subang pada acara Forkom Litbang tanggal 11 September 2014 menyebutkan bahwa ada 4 tipe pembangunan industri pertahanan di dunia. Pertama, negara yang membangun industri pertahanannya karena kemampuannya. Kedua, negara yang membangun industri pertahanannya karena terpaksa dimana musuh yang ada di sekelilingnya, Ketiga. Negara yang tidak membangun industri pertahanannya tapi memenuhi Alutsistanya dengan cara membeli, Keempat, negara yang ingin memenuhi kebutuhan Alutsistanya walaupun keadaan belum memaksa, namun dilakukan berdasarkan lingkungan strategis yang dihadapi.

Pembangunan industri pertahanan Indonesia dilakukan berdasarkan kesadaran akan pentingnya kemandirian pertahanan untuk ketersediaan Alutsista dan alat perlengkapan militer. Di samping itu efek peningkatan ekonomi karena produksi industri tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan TNI dan Polri, tapi diharapkan memiliki kemampuan menembus pasar internasional. Munculnya nama Indonesia sebagai negara yang mampu memproduksi Alutsista memiliki efek penggetar yang tinggi, ditambah lagi peningkatan rasa nasionalisme yang muncul karena kebanggaan yang diperoleh ketika nama Indonesia dikenal sebagai bangsa yang “hebat”.

Ini berarti pembangunan pembangunan industri pertahanan yang dilakukan memiliki “multiply effect”, memiliki efek ganda. Dengan membangun industri pertahanan, kebutuhan negaranya akan Alutsista dapat

Fourthly, countries that want to meet the needs of their defense equipment, although it is not urgent, but be based on the strategic environment development.

Indonesian defense industry development is done based on the awareness of the importance of the independency of defense in terms of availability of weapons systems and military equipments. In addition, the effect of economic improvement for the industrial production not only to meet the needs of the TNI and Police, but it is expected to have the ability to go through the international market. The emergence of Indonesia as a country capable of producing weapons systems has a high deterrent effect, and added by a growing sense of nationalism that emerged by the pride of Indonesia being acknowledged as a great nation.

This means the development of the defense industry has a “multiply effect”. By building a defense industry, the need of weapons systems can be fulfilled. Moreover, the results of this industry then will be massivelly produced and tailored to the needs of the international market, so it is able to penetrate the international market, by exporting it. It is able to increase foreign exchange, giving the effect of economic sustainability because being able to provide security for the public welfare. In other words, the defense industry products that able to penetrate the world market, can provide the deterrence effect, high deterring power, produce a good image for indonesia. It is psychologically give pride for the people of Indonesia, increasing the spirit of nationalism.

OPINI

Page 39: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

39Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

dipenuhi. Tidak hanya itu, hasil industri ini kemudian diproduksi secara massal dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar internasional, sehingga dapat menembus pasar internasional, diekspor. Ini mampu menambah devisa negara, memberi efek ketahanan ekonomi karena mampu memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan kata lain produk industri pertahanan yang mampu menembus pasar dunia, dapat memberi deterrence effect, daya gentar yang tinggi, citra bangsa Indonesia di mata dunia baik. Ini secara psikologis memberi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia, yang pada gilirannya mampu meningkatkan rasa nasionalisme.

KEMANDIRIAN ALUTSISTA DAN KEMAMPUAN TNI

Setiap tahun pada bulan Oktober tanggal lima merupakan momen yang sangat menentukan bagi TNI untuk berkontemplasi mengenai keadaan jati dirinya saat ini dan harapan ke depan, yang mungkin dan ingin dicapai bangsa Indonesia di tengah-tengah percaturan bangsa-bangsa dunia.

Ulang tahun ke-69 bukanlah usia yang muda. Jika dikaitkan dengan usia manusia, usia 69 merupakan usia yang sudah sangat matang, dalam arti memiliki performance yang optimal. Berbeda halnya dengan usia TNI. Memasuki usianya yang ke-69, TNI masih menapaki jalan menuju kemampuan yang optimal dimana TNI diperlengkapi dengan Alutsista yang mutakhir, produk negaranya sendiri.

Melihat perkembangan teknologi militer dunia (Revolution in Military Affairs-RMA), perkembangan teknologi pertahanan Indonesia saat ini sudah lumayan dibanding dengan negara-negara yang relatif memulai kemerdekaan bersamaan. Namun kita masih perlu menindaklanjuti teknologi pertahanan nasional agar tidak jauh ketinggalan dengan negara maju yang telah dapat mengembangkan teknologi persenjataan dan peralatan militer mutakhir. Untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan, pengoperasian, dan pengadaan suku cadang Alutsista, saat ini Indonesia mulai memperdayakan industri pertahanan nasional. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap profesionalisme dan kualitas sumber daya manusia prajurit yang pada akhirnya berperan besar terhadap pertahanan Negara. Jika diperhadapkan dengan jumlah penduduk dengan berbagai variasi yang menyertainya, luas dan letak wilayah, mengharuskan Indonesia untuk memproduksi sendiri Alutsista dan alat perlengkapannya.

Berbagai keunggulan yang diperoleh jika Alutsista dan alat perlengkapan yang digunakan oleh TNI dan Polri diproduksi di Indonesia yaitu:

Kerahasiaan terjaga. Dengan memproduksi sendiri Alutsista dan alat perlengkapannya maka kemampuan militernya sulit ditebak. Kemampuan sistem teknologi tidak secara gamblang diketahui. Informasi yang dapat diperoleh pihak luar sangat tergantung pada kebijakan dalam mengekspose kemampuan sistem senjata yang diproduksi. Di samping itu,

WEAPONS SYSTEMS INDEPENDENCY AND TNI’S CAPABILITIES

Every October 5th is an important moment for the TNI to contemplate its identity and future expectations, which may be achieved by Indonesia in the midst of the constellation of nations in the world.

69 years is not a young age. If associated with human age, the age of 69 is a very mature age, in the sense of having optimal performance. Entering the age of 69, the TNI is still on the track to achieve optimal performance which the TNI is equipped with a sophisticated weapons systems, domestically own produced.

To confront with the development of military technology (Revolution in Military Affairs-RMA), Indonesia’s defense technological developments currently as good as countries which actually got independence almost in the same time with Indonesia. However, we still need to improve the national defence technology in order not to be far behind the developed countries that have been able to develop the advanced technology of weaponry. To meet the needs of maintenance, operation, and some procurement of the spare parts of weapons systems, Indonesia has started to empower its national defense industry. The condition affect the professionalism and quality of military human resources, which consequently contribute significantly to the national defense. Given the fact of its population, teritory and strategic location, Indonesia should produce its own weapons systems and equipment.

Many benefits if Indonesia produce its own domestically weapons systems, namely:

To maintain confidentiality. Producing its own weapons systems makes the military’s capability difficult to predict. The technological capabilities are not clearly known. The Information that can be obtained by outside parties, highly depends on the policy of exposing capabilities of its weapons systems. In addition, there is no possibility of an outside party to put a particular equipment on the weapons systems that give possibility to outside party detect. It is very different if we buy weapons systems

OPINI

Page 40: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

40 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

tidak ada kemungkinan pihak luar menempatkan alat tertentu di dalam Alutsista dan alat perlengkapan yang digunakan, yang dapat dideteksi oleh pihak luar. Ini tentu sangat berbeda jika kita membeli Alutsista dan alat perlengkapan produksi negara lain. Kemungkinan ditempatkannya alat tertentu yang dapat memberi informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, sangat besar.

Terhindar dari embargo. TNI tampaknya sangat trauma dengan embargo militer yang dilakukan AS dan negara Barat pada tahun 2000-2005 yang menyebabkan turunnya kesiapan Alutsista di semua matra baik TNI AD, TNI AL maupun TNI AU. Dengan memproduksi Alutsista dan alat perlengkapan di negeri sendiri, maka hal ini tidak akan mungkin terjadi. Kebutuhan akan suku cadang untuk berbagai kepentingan dapat cepat teratasi dan terpenuhi.

Hargayangefisien. Dari perbandingan harga produk dalam negeri dan luar negeri akan tampak bahwa harga produk dalam negeri lebih murah. Ini berarti dana yang tersedia dapat membeli dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan jika dibeli dari luar negeri. Rendahnya kurs mata uang Indonesia dibandingkan dengan negara-negara pengekspor Alutsista dan alat perlengkapan lain, menyebabkan nilai nominal harga produk tersebut menjadi lebih tinggi. Berbagai jenis pembiayaan yang selama ini menjadi pengeluaran yang menambah harga Alutsista tersebut, tidak ada pada produksi Alutsista dalam negeri, seperti biaya perjalanan dinas ke luar negeri berkaitan dengan realisasi pengadaan produk tersebut, biaya pajak pembelian, biaya transportasi, dan lain-lain. Semua ini menambah panjang daftar pengeluaran yang semuanya menambah harga produk yang akan dibeli semakin tinggi.

Memiliki kesempatan untuk mengembangkan produk ke arah yang lebih baik. Evaluasi atas suatu produk akan lebih tepat jika produk tersebut digunakan. Berdasarkan evaluasi ini maka perbaikan dan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan dapat dilakukan. Di sinilah kerja sama pengguna, industri dan lembaga Litbang (Kemhan, Angkatan, institusi pendidikan dan lembaga Litbang lainnya) dapat diwujudkan.

Dengan diproduksinya senjata secara mandiri oleh industri dalam negeri, maka kesesuaian antara produk senjata yang akan digunakan dengan karakteristik pasukan dan kondisi alam kita dapat tercapai. Pengalaman menunjukkan betapa seringnya Alutsista yang diimpor tidak sesuai dengan kondisi alam dan karakteristik pasukan sehingga sering kali alat tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

KEbIjAKAN bERKAITAN DENgAN PENgADAAN ALUTSISTA

Sesuai dengan amanat Pasal 23 Undang-Undang

from other countries. Possibility to put particular equipment that may provide information to those who need, is widely open.

To avoid the embargo. TNI seems very traumatized by military embargo imposed by the United States and Western countries in 2000-2005 that led to the decline in readiness of weapons systems for the Army, Navy and Air Force. By producing its own weapons systems, then this worry is not going to happen. The need for spare parts can be quickly resolved and fulfilled.

Price efficiency. In terms of comparison of prices, domestic products are cheaper. This means that available funds can be used to buy greater numbers than if purchased from abroad. The low exchange rate of the Indonesian currency compared to weaponry system exporting countries has caused the nominal value price of the product much higher. Various types of additional cost, such as travel expenses abroad, tax costs of purchase, costs of transportation, and others will be cut if we can build our own weapons systems.

Having the opportunity to develop better products. Evaluation of a product would be more appropriate if the product is used. Based on this evaluation, the repairs and adjustments can be made in line with the needs. This is where the user, industrial, and R & D institutions (Ministry of Defense, TNI, educational institutions and other R & D institutions) work together.

With weapons independently produced by the domestic industry, the compatibility between the products of weapons with the characteristics of troops and conditions of our nature can be achieved. Experience shows how often imported weapons systems does not comply with our conditions, so such weapons are quite often not fully utilized.

WEAPONS SySTEMS PROCUREMENT POLICy

In accordance with the mandate of Article 23 of Law No.

OPINI

Page 41: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

41Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2013 membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Komite yang berkedudukan di Ibukota Negara ini menyelenggarakan fungsi merumuskan dan mengevaluasi kebijakan mengenai pengembangan dan pemanfaatan Industri Pertahanan.Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud, KKIP mempunyai tugas dan wewenang antara lain: a. merumuskan kebijakan nasional yang bersifat strategis di bidang Industri Pertahanan; b. menyusun dan membentuk rencana induk Industri Pertahanan yang berjangka menengah dan panjang; c. mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian kebijakan nasional Industri pertahanan; d. menetapkan kebijakan pemenuhan kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan; e. mengkoordinasikan kerjasama luar negeri dalam rangka memajukan dan mengembangkan Industri Pertahanan; dan f. merumuskan kebijakan pendanaan dan/atau pembiayaan Industri Pertahanan.

Dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 59 Tahun 2013 tersebut berarti secara formal sudah ada panduan untuk mewujudkan industri pertahanan yang mandiri. KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) bersama tiga stakeholder yaitu Pembuat Kebijakan, Industri dan Pengguna diharapkan dapat membangun sinergitas yang mampu membawa industri pertahanan ke arah yang dicita-citakan, yaitu industri yang mampu memenuhi kebutuhan Alutsista dalam negeri bahkan juga mampu memenuhi kebutuhan dunia.

Konsep di atas merupakan hubungan kemitraan yang terpadu dan terkonsentrasi dalam pengembangan industri pertahanan sebagai suatu sistem dimana unsur-unsurnya saling terkait dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya, yakni antara Perguruan Tinggi dan komunitas Litbang yang memiliki potensi untuk mengembangkan Iptek pertahanan, Industri yang mempunyai potensi untuk mendayagunakan Iptek yang disebut dengan BUMNIP (Badan Usaha Milik Negara Industri Perahanan) yaitu PT PAL yang bergelut di bidang Alutsista matra Laut, PT Pindad di bidang Alutsista matra darat, PT DI menangani burung besi tempur dan segala macam pendukungnya, PT Krakatau Steel yang menangani logam dan bahan kimia, PT LEN Industri menangani komponen elektronik khusus alat tempur, dan PT Dahana mengurus soal bahan peledak dan hulu ledak. Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP) ini didukung oleh perusahaan swasta.

Berdasarkan prinsip kemitraan antara industri, pemerintah dan pengguna (TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara), maka ketiga komponen ini turut serta dalam pengembangan desain, prototype sampai menghasilkan produk. TNI tidak hanya berfungsi sebagai pemberi proyek, melainkan turut serta mengembangkan produk sesuai kebutuhan. Ini berarti masalah ergonomi dapat diterapkan serta melekat pada setiap desain. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan telah membuat masterlist alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang terdiri atas 18

16 Year 2012 on the Defence Industry, President Susilo Bambang Yudhoyono through Presidential Decree No. 59 Year 2013 form the Defence Industry Policy Committee (KKIP). Committee domiciled in the State Capital is to formulate and evaluate policies on the development and utilization of the Defense Industry. In performing its functions, KKIP has duties among others: a. formulate strategic national policy in the field of defense industry; b. to develop and establish a master plan for the Defense Industry medium and long term; c. to coordinate the implementation of national policies and control the defense industry; d. establish policies to meet the needs of defense equipment and Security equipment; e. to coordinate foreign cooperation in order to promote and develop the defense industry; and f. to formulate policy funding and/or financing of the defense industry.

The issuance of Presidential Decree No. 59, means that we have formal guidelines to create an independent defense industry. KKIP (Defence Industry Policy Committee) with three stakeholders namely policy makers, industry and users are expected to build a synergy that enable to bring the defense industry toward the ideal one; the industry that is able to fulfill domestic and international needs of weapon system.

The concept is an integration partnership in the development of the defense industry as a system in which the elements are interrelated and influence each other. For example between universities and R & D community that has the potential to develop a defense science and technology, industry which has the potential to harness science and technology called BUMNIP (State Owned Defense Industry, PT PAL which deals in Naval weapons system, PT Pindad for land weapons systems, PT DI handles aircraft and other supporting equipments, PT Krakatau Steel handles metals and chemicals, PT LEN Industry handles electronic weapons systems, and PT Dahana deals with explosives and warheads. This State Owned Industry Defense (BUMNIP) is supported by private companies.

Based on the principle of partnership between industry, governments and users (Army, Navy and Air Force), then the three components participating in the design

OPINI

Page 42: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

42 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

Alutsista, antara lain kendaraan tempur, propelan, roket, senjata, kapal perang atas air, kapal selam, radar, satelit, peluru kendali, dan lain-lain.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan menuntut Indonesia harus siap memproduksi sendiri alusista di dalam negeri. Impor hanya dilakukan untuk senjata dan Alutsista yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri dan itupun harus ada syaratnya, yaitu adanya alih teknologi sehingga dalam waktu tertentu semuanya bisa diproduksi di dalam negeri. Kemandirian industri pertahanan nasional ini akan mewujudkan kemampuan menjamin ketersediaan Alutsista sehingga kemandirian pertahanan negara dan keutuhan kedaulatan NKRI akan terjaga.

Terdapat tiga hal yang dapat dicapai ketika Indonesia sudah mandiri dalam industri pertahanan, yakni kemampuan dalam membuat/mengintegrasikan Alutsista, kebebasan dalam memilih sumber material, sistem dan teknologi, dan ketidaktergantungan terhadap berbagai ikatan.

PERAN TNI DALAM TERWUjUDNyA KEMANDIRIAN ALUTSISTA SEKALIgUS KEMANDIRIAN PERTAHANAN

TNI hendaknya berkomitmen untuk memprioritaskan penggunaan Alutsista produk dalam negeri, walaupun memang mungkin pada kenyataannya kemampuan industri masih hanya mampu menghasilkan produk yang relatif masih tertinggal dengan berbagai kekurangannya. Namun apabila ide, desain, prototipe hasil Litbang sampai produk industri dalam negeri sendiri tidak pernah dikembangkan dan diberdayakan, terlebih hanya karena belum mampu memenuhi tuntutan persyaratan pengguna (user) yang mengacu kepada standar kemampuan teknologi luar negeri yang relatif sudah lebih maju, maka sebenarnya

development, prototype up to produce the product. TNI not only serves to deliver the project, but also to participate in developing the product as needed. This means the issues of ergonomics can be applied and attach to each design. Government as policy maker has made masterlist of main weaponry system (defense equipment) consisting of 18 defense equipments, including combat vehicles, propellant, rocket, weapons, war ships, submarines, radar, satellites, missiles, and others.

Law No. 16/2012 on the Defense Industry demands Indonesia to be ready to produce its own weapons systems. Import only done for weapons and defense equipment that can not be produced domestically, and even then there should be a prerequisite, namely the transfer of technology, so that within a certain time it can be produced domestically. The independence of the national defense industry will actualize the ability to guarantee the availability of weapons systems, so the independence of national defense and the sovereignty of the NKRI will be maintained.

There are three things that can be achieved when Indonesia is independent in the defense industry, the ability to create/integrate weapons systems; the freedom in choosing the source materials, systems and technologies; and the independence of any affiliations.

TNI’S ROLE IN THE INDEPENDENCE OF WEAPONS SySTEMS AS WELL AS THE INDEPENDENCE OF NATIONAL DEFENSE

TNI should be committed to prioritize the use of domestic products, although it may be still uncompetitive products. However if the domestic industry has never been developed and empowered, especially simply because not able to meet the demands of the user requirements, which refers to foreign standards that are relatively more

OPINI

Page 43: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

43Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

produk dalam negeri akan mengalami kesulitan untuk terus mampu dikembangkan, direalisasikan apalagi ditingkatkan. Padahal logikanya pada saat terjadinya perang berlarut, kita hanya akan tergantung pada teknologi yang masih ada dan tertinggal di dalam negeri kita sendiri tersebut.

Saatnya sekarang untuk merubah mindset, paradigma berfikir. Pengguna adalah unsur yang sangat penting dalam industri pertahanan. TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara adalah pengguna utama. Kita sepatutnya “bangga dengan Produk Indonesia”. Hal ini sesungguhnya tidak sulit di negara yang bersifat paternalistik dan berorientasi ke atas. Para pemimpin, orang-orang yang dituakan menjadi panutan dan pusat orientasi. Jika para pemimpin mengekspresikan kebanggan akan suatu produk, strata yang ada di bawahnya dengan tanpa pikir panjang mengikutinya. Itu berarti para pemimpin di lingkungan TNI yakin bahwa menggunakan Alutsista dan alat perlengkapan produk dalam negeri adalah baik. Mungkin dari segi kualitas produk yang digunakan masih ada kekurangan dibandingkan dengan produk luar negeri. Namun dengan keyakinan bahwa melalui penggunaan produk tersebut, akan dapat diketahui kelemahannya untuk selanjutnya dapat dilakukan perbaikan menuju kesempurnaan produk tersebut sampai memberi manfaat yang optimal.

Kerja sama antar industri pertahanan, institusi litbang dan TNI (Angkatan Darat, Angkatan Laut dan angkatan Udara) serta Kepolisian sebagai pengguna dalam mengadakan evaluasi suatu produk agar selalu ditingkatkan. Pengguna dengan penuh ketekunan, ketelitian dan kecerdasan perlu melihat secara seksama kelemahan-kelemahan suatu produk dan berupaya secara teoritis dan teknis memberikan masukan-masukan kepada industri dan pranata Litbang untuk melakukan perbaikan-perbaikan.

Personil TNI yang terlibat dalam kegiatan operasional maupun dalam kegiatan Litbang harus memiliki tingkat kompetensi yang tinggi. Pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pertahanan, dapat memperkuat pertahanan suatu negara dan juga menjadi bahan perhitungan kekuatan bagi negara lain. Pengembangan teknologi pada industri militer dapat meningkatkan kemampuan Alutsista dan peralatan militer sebuah negara. Pengembangan teknologi militer diarahkan untuk mendukung strategi militer, misalnya meningkatkan jarak capai rudal, meningkatkan kemampuan anti radar, memperkuat kemampuan teknologi komunikasi anti jamming dan anti blank spot, meningkatkan kemampuan senjata penyerbu yang dapat dilengkapi dengan berbagai alat yang memungkinkan seorang prajurit dapat langsung berkomunikasi dengan komandannya dalam suatu pertempuran, sehingga keputusan komandan dapat segara bisa diterima langsung oleh prajurit di medan pertempuran. Pengembangan persenjataan sebuah negara juga berarti dan berpengaruh langsung terhadap kemampuan pertahanan sebuah negara namun menjadi ancaman bagi negara lain.***

advanced, then the domestic products will not be able to develop. Bearing in mind that in total war, we will only depend on our technology and domestic defense industry.

It is the time for change the mindset and paradigm of thinking. The user is a very important element in the defense industry. Army, Navy and Air Force are the main users. We should be “proud of Indonesian products”. It is actually not difficult in a country like Indonesia that is paternalistic and always follow the leader. The leaders and the elders will become a role model. If the leaders expressing pride for a product, the other will follow mindlessly. That means the leaders in the armed forces should be sure that the use of domestic weapons systems is good. Maybe in terms of quality of products, it is less than the foreign products. However, with the belief that through the use of these products, the weaknesses will be known and then it can be improved towards perfection to provide optimum benefits.

Cooperation between the defense industries, R & D institutions and the military (Army, Navy and Air Force) and police as users and evaluators of the product should be maintained. Users have to diligently, thoroughly and intelligently look the weaknesses of a product and seek to provide the theoretical and technical inputs to the industry and R & D institutions in order to make improvements.

TNI’s personnel involved in operations as well as in R & D activities must have a high level of competence. Utilization of Science and technology in the field of defense will strengthen the defense of the country and also deter other countries. Technology development in the industry can improve the ability of weapons systems and military equipment of a country. Development of military technology is directed to support the military strategy, for example, increase the distance of a missiles; improvement of anti-radar capabilities; improving the ability of anti-jamming technology and anti blank spots; improving the ability of assault weapons that can be equipped with a variety of tools that allows soldier to directly communicate with the commander in a battlefield, so the commander’s decision can be immediately received by the soldiers on the battlefield. The weaponary development will have direct impact in defending the counry as well as being threat to other countries.***

OPINI

Page 44: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...
Page 45: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...
Page 46: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

46 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

PEMIKIRAN AWAL PENATAAN INDUSTRI NASIONAL UNTUK KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA

Oleh: Kolonel Caj K.D. Andaru Nugroho, S.Sos., M.Si.

Analis Madya Nirmiliter Bidang Lingkungan Hidup. Direktorat Komponen Pendukung, Ditjen Pothan, Kemhan

INITIAL THOUGHT ON THE NATIONAL INDUSTRY STRUCTURING FOR A SUPPORTING COMPONENT OF THE NATIONAL DEFENSE

PENDAHULUAN

Sistem pertahanan negara bersifat semesta memberi ciri pemeranan segenap potensi bangsa dalam usaha pertahanan negara, dengan menata segenap potensi, komponen dan unsur kekuatan bangsa, sehingga memiliki kontribusi nyata dan dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. Oleh sebab keluasan pelibatan segenap potensi kekuatan bangsa, maka dalam sistem pertahanan negara disusun sistem kekuatan pertahanan negara yang merupa sesuai dengan ancaman yang dihadapi. Penyusunan untuk menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa. Sedangkan jika yang dihadapi ancaman militer, maka kekuatan yang disusun sebagai komponen pertahanan negara yang terdiri dari Komponen Utama, Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung.

Industri nasional merupakan salah satu unsur kekuatan bangsa yang dapat ditransformasikan menjadi komponen kekuatan pertahanan negara. Untuk itu industri nasional perlu dipersiapkan agar dapat menjadi salah satu kekuatan pendukung komponen pertahanan negara. Terdapat dua dimensi peran industri nasional sebagai kekuatan pendukung, yaitu: (1) industri nasional sebagai industri pertahanan, yang untuk sebagian atau seluruhnya menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan dan jasa pemeliharaan, (2) industri nasional yang memproduksi berbagai produk barang dan jasa sesuai dengan bidang usahanya yang dapat dipergunakan sebagai komponen pertahanan negara. Untuk industri pertahanan sebagai kekuatan pendukung telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, sedangkan untuk industri nasional sebagai komponen pertahanan negara menjadi komponen cadangan dan komponen pendukung, yang saat ini sedang dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangannya. Tulisan singkat ini hendak memberikan tawaran pemikiran awal penataan industri nasional sebagai komponen pendukung pertahanan negara.

OPINI

INTRODUCTION

The universal national defense system characterizes the role of the nation’s all potentials in defending the country. It structures all potentials, components, and elements of the nation’s strength, so that it provides real contribution, of which the use can be accounted. Due to the vast involvement of the nation’s all potentials, a national defense system is structured according to the threats confronted. To face non-military threats, government institutions outside the defense sector are the main element according to the form and type of threats confronted, with the support of other elements of the nation’s strength. To confront military threats, strength as the national defense component consists of a main component, a reserve component, and a supporting component.

The national industry is one of the nation’s strength elements, which can be transformed into an element of the national defense strength. The national industry must therefore be prepared to be a supporting element of the national defense. There are two dimensions of the role of the national industry as the supporting strength, including (1) national industry as the defense industry, of which a part or the whole part produces defense and security equipment and maintenance, (2) national industry that produces various goods and services according to the business sector, which can be used as a national defense component. The defense industry as supporting strength is regulated in Law No. 16/2012 on the Defense Industry; while the legislation on the national defense component as a reserve component and a supporting component, is being processed. This brief article proposes an initial thought on the national industry structuring as a supporting component of the national defense.

SUPPORTINg COMPONENT OF THE NATIONAL DEFENSE

The Total defense system consequently makes the defense responsibility and duty of the government’s all elements, and not only those taking care of the defense. Every element of the government has the responsibility to concretely contribute according to their respective

Page 47: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

47Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

KOMPONEN PENDUKUNg PERTAHANAN NEgARA

Kesemestaan pertahanan negara membawa implementasi tanggung jawab dan tugas pertahanan menjadi bagian tanggung jawab dan tugas segenap unsur Pemerintah dan tidak hanya yang menangani bidang pertahanan. Setiap unsur pemerintahan memiliki tanggung jawab bersama untuk berkonstribusi nyata sesuai dengan fungsinya masing-masing terhadap pertahanan negara. Kesemestaan pertahanan negara adalah kesatupaduan segenap sektor. Untuk menjaga dan mengoperasionalkannya, diperlukan kejelasan tentang eksistensi dan pembeda antara subyek dan obyek dari unsur-unsur negara secara jelas.

Dalam hal ini Komponen Pendukung merupakan bagian dari manajemen komprehensif menyertakan segenap sumber daya dan sarana prasarana nasional sebagai kekuatan pertahanan negara menghadapi ancaman militer, yang memberikan kejelasan kontribusi dan status serta perannya dalam sistem pertahanan negara. Komponen Pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Dengan gradasi peningkatan dalam pengertiannya menjadikan Komponen Pendukung dari wujud asalnya mengalami proses transformasi yang bersifat perubahan peruntukan tetapi tidak merubah wujud. Perubahan peruntukan warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan,

OPINI

function in the national defense. The total national defense is integrity of all sectors. To maintain and operate it, the existence and differentiator of the subject and object of the country’s elements must be clear.

In this case, a supporting component is a part of the comprehensive management, which involves all resources and the national facilities as the national defense in confronting military threats. The component clarifies the contribution and status as well as the role in the national defense system. A supporting component consists of citizens, natural resources, man-made resources, and national facilities, which can directly and indirectly increase strength and capability of a main component and a reserve component. A supporting component is transformed in its function but not its form. The change of function of the citizens, natural resources, man-made resources, and national facilities to a supporting component requires a process and a procedure, so that use in the national defense system is accountable.

Unlike a main component and a reserve component, which are structured as strength, a supporting component is relatively unstructured as a unit. As structured strength, a main component and a reserve component are formed on special requirements, while a supporting component is attached to the technical capability and professionalism of the citizens, and the function and use of the national resources in the dynamics of the nation’s life. Despite its vague strength, it has to be well organized so that it can aggregate the variety of its strength. A supporting

Page 48: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

48 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

serta sarana dan prasarana nasional menjadi Komponen Pendukung memerlukan proses dan prosedur, sehingga penggunaannya dalam sistem pertahanan negara memiliki akuntabilitas.

Berbeda dengan Komponen Utama dan Komponen Cadangan yang terstruktur sebagai kekuatan, komponen pendukung relatif tidak terstruktur sebagai satuan. Sebagai kekuatan yang terstruktur, Komponen Utama dan Komponen Cadangan dibentuk dengan persyaratan khusus, sedangkan kekuatan Komponen Pendukung justru melekat pada kemampuan teknis dan profesionalitas warga negara serta fungsi dan kegunaan segenap sumber daya nasional dalam dinamika kehidupan bangsa. Meskipun sifat kekuatannya tersamar, tetapi penyelenggaraannya harus tertata, sehingga dapat mengagregasikan keberagaman watak kekuatannya. Penataan Komponen Pendukung merupakan proses penyiapan dan penetapan sumber daya nasional menjadi Komponen Pendukung secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut.

INDUSTRI NASIONAL UNTUK KEPENTINgAN PERTAHANAN NEgARA

Dalam hal industri nasional untuk kepentingan pertahanan terdapat dua aliran pemahaman yang dapat disarikan dari pendapat Hans J. Morgenthau dalam bukunya berjudul “Politics Among Nations”. Hans J Morgenthau menempatkan kemampuan industri sebagai elemen kekuatan nasional untuk mendukung kekuatan militer. Jika pandangan Hans J. Morgenthau

OPINI

component is structured in a process or preparing and determining the national resources to become a total, integrated, directed, and continuous supporting component.

NATIONAL INDUSTRy FOR THE INTEREST OF THE NATIONAL DEFENSE

The national industry for defense has two understandings, which can be summarized from the opinion of Hans J. Morgenthau in his book entitled ”Politics Among Nations”. Hans J Morgenthau places the industrial capability as a national strength element to support the military strength. If Hans J. Morgenthau tends to the defense industry segment as stated in this article’s introduction, TB. Simatupang, in his book entitled ”Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai, kupasan Mengenai Masalah Pertahanan Negara dan Angkatan Perang RI” sees the industry in a broader way related to another aspect in supporting the national defense strength. “One of the problems that a country is facing is to set up an organization that can guarantee continuous cooperation amongst experts, academicians, military and industrial leaders.” It means that the industrial sector can contribute in building the national defense as a strategic part, in cooperation with other sectors. It forms totality, integrity, direction, and sustainability of the universal national defense. The national industry plays a strategic role for its direct and indirect potentials, of which each must be clearly and accountably organized and planned.

Page 49: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

49Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

cenderung mengarah pada segmen industri pertahanan sebagaimana dikemukakan dalam pendahuluan tulisan ini, maka TB. Simatupang dalam bukunya berjudul ”Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai, Kupasan Mengenai Masalah Pertahanan Negara dan Angkatan Perang RI” melihat industri secara lebih luas terkait dengan aspek yang lain dalam mendukung kekuatan pertahanan negara. Ditulis oleh beliau: ”Salah satu persoalan yang dihadapi oleh tiap negara pada waktu ini ialah mengadakan organisasi yang dapat menjamin kerja sama yang terus menerus di antara ahli negara, sarjana, militer dan pemimpin industri”. Hal itu berarti sektor industri dapat berkontribusi membangun kekuatan pertahanan negara sebagai bagian yang bersifat strategis bekerja sama dengan sektor yang lain membentuk totalitas, keterpaduan, keterarahan, dan keberlanjutan penyelenggaraan pertahanan negara bersifat semesta. Industri nasional memiliki peran strategis dalam hal itu karena potensinya secara langsung maupun potensi tidak langsung, yang masing-masing harus terkonsepsi dan terselenggara terencana secara jelas dan akuntabel.

INDUSTRI PERTAHANAN

Secara langsung dukungan industri untuk kekuatan pertahanan adalah dalam urusan membuat alat utama sistem senjata (Alutsista) dan dengan teknologi yang digunakannya dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara. Sementara secara tidak langsung industri dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan militer dalam hal perlengkapan yang dibutuhkan untuk mendukung daya gerak, daya kejut, dan daya tembak yang akan sangat berpengaruh terhadap

OPINI

DEFENSE INDUSTRy

A direct support for the defense industry is in the production of the main weaponry system, of which the technology can be used to increase the national defense strength and capability. Indirectly, the industry can increase its military strength and capability to complete the needs, to support the mobility force, the deterrence force, and the firing force, very influential to the soldiers’ fighting spirit.

According to the character, an industrial product can increase support to the strength and capability in relation to a troop’s mobility and its logistics. In this case, the transporter industry is the main back bone. The deterrence force has an element of the confidentiality of a troop’s movement supported by the deterrence by the weapon or the shouting when the troop begins to invade. In line with both power, the firing force relates to the effectiveness and efficiency of the into-the-target shots. It includes continuity in maintaining the shooting momentum, so that the enemies are bound by the shots.

These three powers greatly influence a troop’s moral as they become confident. High confidence, which is accompanied by alertness, is an important element to support the troop’s high fighting spirit. The supporting industry is therefore of high importance. The obstacle currently faced is that the national industry is a sector, which certainly has a tradition and vision according to the field of its duty. For the national industry to be aware of the defense vision, an understanding must be planted based on a comprehensive thought through the harmonization of the vision. The context then gives birth

Page 50: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

50 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

daya juang tentara.

Sesuai dengan sifat produk industri yang dapat meningkatkan dukungan kekuatan dan kemampuan daya gerak berkaitan dengan mobilitas pasukan beserta logistik yang menyertainya. Dalam hal itu industri alat angkut menjadi tulang punggung utamanya. Sementara daya kejut yang dielemeni oleh kerahasiaan gerakan pasukan juga didukung oleh penggentaran yang ditimbulkan oleh gelegaran senjata ataupun teriakan yang membahana ketika pasukan mulai menyerbu. Seiring dengan dua daya tersebut, daya tembak berkaitan dengan efektifitas dan efisiensi tembakan yang tepat sasaran, termasuk kontinyuitas dalam menjaga momentum tembakan sehingga musuh terikat oleh tembakan-tembakan yang dilakukan.

Segenap tiga daya tersebut berpengaruh besar terhadap moril dan moral pasukan karena tumbuh kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang tinggi disertai dengan kewaspadaan menjadi elemen penting untuk mendukung daya juang pasukan yang tinggi. Oleh sebab itu industri pendukung kekuatan tersebut menjadi sangat penting. Kendala yang dihadapi saat ini ialah industri nasional merupakan sektor yang tentu memiliki tradisi dan visi sesuai dengan bidang atau sektor yang menjadi beban tugasnya. Agar industri nasional memiliki kesadaran visi pertahanan, maka harus ditumbuhkan pemahaman berdasarkan pemikiran komprehensif melalui harmonisasi visi. Konteks inilah kemudian lahir Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas

OPINI

to Law No. 16/2012 on the Defense Industry. It is national industry that consists of state-owned companies and private companies, both individually as well as in groups, stipulated by the government. The industry partly or wholly produces defense and security equipment, maintenance service to fulfill the strategic interest in the defense and security located in the Unitary State of the Republic of Indonesia.

NATIONAL INDUSTRy AS A COMPONENT OF THE NATIONAL DEFENSE

In addition to the defense industry, the national industry in the total defense system is a part of the strategic segment of the national defense component, as a supporting component and a reserve component. As a strategic segment of the national defense supporting component, the national industry is expected to support the increase of strength, the mobility force, the deterrence force, and the firing force, as well as a troop’s logistics. The increase of strength and capability by the national industry as a supporting component is based on the same function in the frame of increasing the mobility force, the deterrence force, and the firing force,as well as the troop’s logistics of a main component and a reserve component.

The working method of the national industry as a supporting component to increase strength and capability of a main component and a reserve component is conducted by increasing the quantity and effectiveness of the use of the products and the technology produced and used in the national industry. Such a method will not

Page 51: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

51Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

badan usaha milik negara dan badan usaha milik swasta baik secara sendiri maupun berkelompok yang ditetapkan oleh pemerintah untuk sebagian atau seluruhnya menghasilkan alat peralatan pertahanan dan keamanan, jasa pemeliharaan untuk memenuhi kepentingan strategis di bidang pertahanan dan keamanan yang berlokasi di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

INDUSTRI NASIONAL SEbAgAI KOMPONEN PERTAHANAN NEgARA

Di samping sebagai industri pertahanan, industri nasional dalam sistem pertahanan negara besifat semesta, merupakan bagian dari segmen strategis komponen pertahanan negara, yakni sebagai komponen pendukung dan komponen cadangan. Sebagai segmen srategis komponen pendukung pertahanan negara, industri nasional diharapkan dukungannya untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan daya gerak, daya kejut dan daya tembak, serta perbekalan pasukan. Peningkatan kekuatan dan kemampuan yang dilakukan industri nasional sebagai komponen pendukung sifatnya hanya berdasarkan kesamaan fungsi dalam rangka meningkatkan daya gerak, daya kejut, dan daya tembak serta perbekalan pasukan komponen utama dan komponen cadangan.

Cara kerja industri nasional sebagai komponen pendukung dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan dilakukan melalui peningkatan jumlah dan efektifitas penggunaan produk dan teknologi yang dihasilkan dan dipergunakan industri nasional. Cara kerja ini tidak merubah spesifikasi produk dari industri yang bersangkutan untuk disesuaikan dengan spesifikasi peralatan atau perlengkapan tempur. Hal ini berbeda dengan cara kerja industri nasional komponen cadangan dalam memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. Cara kerja industri nasional sebagai komponen cadangan dilakukan dengan peningkatan spesifikasi produk dan jasa industri nasional sesuai dengan spesifikasi produk dan jasa yang dipergunakan oleh Komponen Utama.

Perbedaan karakter perlakuan ini akan mengakibatkan berbedaan pembinaan sehingga kemudian membedakan kebijakan yang diterapkan terhadap industri nasional antara sebagai komponen pendukung dan sebagai komponen cadangan. Pada akhirnya kebijakan yang diberlakukan terhadap industri nasional sebagai komponen pendukung adalah penataan, sedangkan sebagai komponen cadangan adalah pembentukan.

PENATAAN INDUSTRI NASIONAL UNTUK KOMPONEN PENDUKUNg PERTAHANAN NEgARA

Penataan komponen pendukung merupakan proses penyiapan dan penetapan sumber daya nasional menjadi komponen pendukung. Penataan industri nasional sebagai komponen pendukung bertujuan untuk menyiapkan dan menetapkan industri nasional agar secara langsung maupun tidak langsung digunakan pada saat dibutuhkan melalui mobilisasi.

Penyiapan industri nasional sebagai komponen pendukung dilakukan melalui kegiatan pendataan, pemilahan dan pemilihan. Hasil dari pemilihan sumber

OPINI

change specification of the related products and industry, adjusted to specification of combat equipment. It is unlike the working method of the national industry of a reserve component in enlarging and increasing strength and capability of a main component. The working method of the national industry as a reserve component is conducted by increasing specification of the products and services of the national industry according to specification of the products and services used by a main component.

The difference in the treatment will result in a difference in the guidance, which will then differentiate the policy applied in the national industry between a supporting component and a reserve component. At the end, the policy applied to the national industry as a supporting component is structuring, while as a reserve component is formation.

STRUCTURINg THE NATIONAL INDUSTRy FOR A SUPPORTINg COMPONENT OF THE NATIONAL DEFENSE

Structuring a supporting component is a process of preparation and determination of the national resources to be a supporting component. The structuring of the national industry as a supporting component is aimed at preparing and determining the national industry to be directly and indirectly used when needed through mobilization.

The national industry as a supporting component is prepared through collecting, sorting, and selecting data. Result of the selection of the national resources is then determined as a supporting component. The determination starts with verification, characterization, and certification.

PREPARATION

The national industry is prepared to maintain effectiveness of support as a supporting component. Data is therefore sorted, which has been prepared during the data collecting. Despite two activities, collecting and sorting data must be treated as a unity. It means that prior to collecting the data, the data must be planned to be sorted as a basis, so that when collecting the data, the national industry is immediately grouped. Selecting data is a further work of sorting data, related to the quality and quantity, so that it is a more profound technical activity.

Page 52: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

52 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

daya nasional itu kemudian ditetapkan sebagai komponen pendukung. Kegiatan penetapan diawali dengan verifikasi, pemeranan dan sertifikasi.

PENyIAPAN

Penyiapan industri nasional dilakukan untuk menjaga efektifitas dukungan sebagai komponen pendukung. Untuk itu dilakukan pemilahan yang sudah dipersiapkan pada saat pendataan. Meskipun merupakan dua kegiatan, pendataan dan pemilahan harus dilakukan sebagai satu kesatuan. Artinya, sebelum pendataan rencana pemilahan harus menjadi dasar sehingga saat pendataan sudah langsung dilakukan pengelompokan industri nasional. Sedangkan pemilihan merupakan pekerjaan lanjutan dari hasil pemilahan menyangkut kualitas dan kuantitas sehingga ia merupakan kegiatan teknis yang lebih mendalam.

1. Pendataan dan Pemilahan

Kebutuhan pasukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi daya tempurnya dan kebutuhan pasokan perbekalan dan materiil menjadi dasar dalam pendataan dan pemilahan industri nasional. Pendataan dan pemilahan dimaksudkan untuk melakukan pengelompokan menyangkut potensi industri nasional, yakni data spesifikasi produk dan kapasitas produksi. Secara implementatif pendataan dan pemilahan dilakukan terhadap data sekunder dari pengelola dan pembina sumber daya nasional.

OPINI

1. Collecting and sorting data

The need of a troop to increase effectiveness and efficiency of its combat power and the need of logistics are the basis in collecting and sorting data of the national industry. They are aimed at grouping potentials of the national industry, including data of the products specification and the production capacity. In the implementation, secondary data is collected and sorted by administrator and builder of the national resources.

2. Selecting data

Selecting data is based on the result of collecting data, which includes data components as the selection basis. Technically, with reference to collecting secondary data, coordination is only at the administrator level. In other words, data is not yet selected on a tactical and factual way, regarding the selected industry.

The national industry must be selected specifically to increase strength and capability of a reserve component and a main component. In this case, the Ministry of Defense must coordinate intensively with a main component related to the criteria of the national industry selected to be the supporting component. The criteria is in relation to strength in the meaning of the production quantity, production capacity in the meaning of the suitable use between the goods and services of the products, and the location of the industry. The criteria is related to the support purpose, which is to increase strength and capability of the mobility force, the deterrence force, and the firing force,as well as logistics and material.

Page 53: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

53Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

2. Pemilihan

Pemilihan dilakukan berdasarkan hasil pendataan, yang sudah mencakup komponen data sebagai dasar pemilihan. Secara teknis, mengacu pada pendataan di tingkat data sekunder, koordinasi yang dilakukan hanya pada tingkatan pembina dan pengelola. Dengan kata lain pemilihan dilakukan belum secara taktis faktual melihat fisik industri yang dipilih.

Pemilihan industri nasional harus sudah sangat spesifik dapat dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen cadangan dan komponen utama. Dalam hal ini Kemhan harus berkoordinasi secara intens dengan komponen utama berkaitan dengan kriteria industri nasional yang dipilih menjadi komponen pendukung. Kriteria dimaksud berkaitan dengan kekuatan dalam arti kuantitas produksi, kemampuan produksi dalam arti kecocokan penggunaan dari barang atau jasa hasil produksi, dan gelar atau lokasi industri. Kriteria-kriteria dimaksud dikaitkan dengan tujuan dukungan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan daya gerak, daya kejut dan daya tembak serta perbekalan dan materiil.

PENETAPAN

Hasil kegiatan penyiapan dipergunakan sebagai dasar penetapan industri nasional sebagai komponen pendukung. Kegiatan yang dilakukan dalam penetapan industri nasional sebagai komponen pendukung merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari verifikasi, pemeranan dan sertifikasi industri nasional.

1. Verifikasi

Pada saat penetapan, mengingat industri nasional yang ditetapkan harus sudah siap untuk digunakan sebagai komponen pendukung saat mobilisasi, maka harus sudah dapat dipastikan kekuatan, kemampuan, dan lokasi dari industri secara makro berkaitan dengan rencana operasi pertahanan yang dilakukan oleh komponen utama dan komponen cadangan. Oleh sebab itu verifikasi dilakukan secara langsung dari data hasil pemilihan dihadapkan dengan data faktual di lapangan.

2. Pemeranan

Pemeranan adalah kegiatan internalisasi peran dan fungsi industri nasional sebagai komponen pendukung. Kegiatan pemeranan dilakukan melalui berbagai format, dari mulai kegiatan sosialisasi sampai dengan gladi posko yang dijadwalkan berdasarkan koordinasi dengan instansi pembina dan pengelola industri nasional serta industri nasional yang menjadi obyek pemeranan. Kegiatan pemeranan dapat dilakukan serangkaian dengan pelaksanaan verifikasi.

3. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan kegiatan pengesahan peran dan fungsi industri nasional sebagai komponen pendukung, sehingga bersifat administratif. Dalam sertifikasi ditetapkan kekuatan, kemampuan dan peran bersifat lokal dari industri nasional dalam mendukung Komponen Utama Dan Komponen Cadangan. Dalam sertifikasi juga dicantumkan kompensasi terhadap industri nasional yang menunaikan haknya sebagai komponen pendukung. Kompensasi yang diberikan berupa nilai tambah bagi industri nasional yang dilibatkan sebagai komponen pendukung pertahanan negara. Sebagai contoh kompensasi dimaksud adalah

OPINI

DETERMINATION

Result of the preparation is used as a basis to determine the national industry as a supporting component. It is a series of activities, which consist of verification, characterization, and certification of the national industry.

1. Verification

During the determination, as the determined national industry must be ready for use as a supporting component during mobilization, the strength, capability, and location of the industry must be ensured in a macro way. It is related to a plan of the defense operation conducted by a main component and a reserve component. The verification is therefore conducted directly from data of the selection, confronted with the factual data on the field.

2. Characterization

Characterization is an internalization of the role and function of the national industry as a supporting component. The activity is conducted through various formats, from socialization to rehearsal. These formats are scheduled based on the coordination with the building institution and administrator of the national industry, as well as the national industry as object of the characterization. The activity can be conducted in the same series with the verification.

3. Certification

Certification is an endorsement of the role and function of the national industry as a supporting component, that it is administrative. In certification, the strength, capability, and local role of the national industry are determined to support a main component and a reserve component. Compensation of the national industry, which carries out its right as a supporting component, is also mentioned. Compensation is provided in an added value to the national industry, which is involved as a supporting component of the national defense. For example, the compensation is a special sign at the symbol of the company/industry, which has been certified. The special sign provides facilities, such as tax relief, tender of government projects, etc, regarding the prevailing stipulations.

CLOSINg

Structuring the national industry as a supporting component is a series of activities to prepare and determine

Page 54: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

54 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

OPINI

tanda khusus pada lambang perusahaan/industri yang sudah disertifikasi dan dengan tanda khusus itu diberikan kelonggaran tertentu yang dapat berupa keringanan pajak, pemenangan tender proyek pemerintah dan lain sebagainya tanpa meninggalkan ketentuan yang berlaku.

PENUTUP

Penataan industri nasional sebagai komponen pendukung merupakan rangkaian kegiatan untuk menyiapkan dan menetapkan industri nasional untuk kepentingan pertahanan, yakni sebagai komponen pendukung. Penataan perlu dilakukan karena pada dasarnya secara faktual dan sektoral industri nasional itu ada dan berkembang, namun dengan visi sesuai dengan sektornya. Penataan awal dilakukan dengan menyelaraskan visi sektor industri dengan visi pertahanan negara.

Industri nasional sebagai komponen pendukung secara filosofis merupakan keterlibatan paling ringan sumber daya nasional dalam pertahanan negara. Dalam komponen pendukung aspek eksitensi dalam sektornya berupa wujud produk dari industri nasional dilihat sebagai sebagaimana wujudnya dan karena kegunaan dan fungsinya ia dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan.

Berdasarkan filosofi komponen pendukung itu, rangkaian analisis terhadap industri nasional dikomparasikan, sehingga wujud dukungannya dapat efektif dan efisien meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Efektifitas dan efisiensi itu ditentukan oleh bagaimana penataan industri nasional sebagai komponen pendukung pertahanan negara dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan daya gerak, daya kejut dan daya tembak serta perbekalan pasukan. Dalam rangka mewujudkannya dalam penataan dilakukan penyiapan dan penetapan. Penyiapan dan penetapan ini harus dikelola sedemikian rupa sehingga industri nasional mau dan mampu untuk ditata sebagai komponen pendukung pertahanan negara.***

the national industry for the defense interest. It must be structured because basically, the national industry exists and develops in terms of the fact and the sector, of which the vision must be adjusted to the sector. Initial structuring is conducted to adjust the vision of the industrial sector with the vision of the national defense.

Philosophically, the national industry as a supporting component is the lightest involvement of the national resources in the national defense. In a supporting component, the existence aspect is materialized in the products of the national industry. Due to the use and function, it can increase strength and capability of a main component and a reserve component.

Based on the philosophy of the supporting component, the series of analysis on the national industry are compared. This way, the support can effectively and efficiently increase strength and capability of a main component and a reserve component. The effectiveness and efficiency are determined by how the structuring of the national industry as a supporting component of the national defense, can increase strength and capability of the mobility force, the deterrence force, and the firing force, as well as a troop’s logistics. To realize this, preparation and determination are conducted in the structuring. The preparation and determination must be managed in a certain way, so that the national industry is willing and capable to be structured as a supporting component of the national defense.***

Page 55: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...
Page 56: Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014 Dwi Bahasa ...

54 Volume 50 / No. 34 / September-Oktober 2014

LAPORAN UTAMA

Volume 01 / No 01 / Januari - Februari 2014

Media Informasi Kementerian