vitamin.doc
-
Upload
helda-audya -
Category
Documents
-
view
6 -
download
2
Transcript of vitamin.doc
Setiap mahluk hidup pasti membutuhkan makanan sebagai penghasil energi untuk
tumbuh, beraktivitas dan bereproduksi. Sama halnya dengan ternak khususnya ayam. Ransum
diberikan setiap hari oleh peternak agar ayam bisa tumbuh. Pencapaian produktivitas yang
optimal salah satunya dipengaruhi oleh nutrisi ransum yang dikonsumsi. Nutrisi tersebut terdiri
dari nutrisi makro dan nutrisi mikro. Hal yang menjadi persoalan selama ini adalah bahwa
kebutuhan nutrisi mikro seperti vitamin dan mineral seringkali tidak tercukupi. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di dalam sistem pemeliharaan ternak.
Berdasarkan kelarutannya vitamin terdiri dari dua macam :
1. Vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C dan vitamin B komplek yang terdiri dari
tiamin, riboflavin, asam pantotenat, kholin, biotin, vitamin B6, B12, folasin, mio-inositol,
dan asam p-aminobenzoat.
2. Vitamin yang larut dalam lemak, meliputi vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin
K.
Dalam praktikum ini akan dibahas mengenai vitamin yang larut dalam lemak.
Vitamin A
Vitamin ini sering disebut sebagai retinol. Secara umum Vitamin A dapat ditemukan
dalam tepung ikan dan jagung. Vitamin A berfungsi dalam proses pertumbuhan, stabilitas
jaringan epitel pada membran mukosa saluran pencernaan, pernapasan, saluran reproduksi
serta mengoptimalkan indera penglihatan.
Defisiensi vitamin A pada ayam dapat menyebabkan ruffled feathers (bulu berdiri), ataxia
(kehilangan keseimbangan saat berjalan) dan bisa berakibat pada penurunan produksi telur
serta daya tetas. Bila defisiensi berlangsung terus menerus dalam waktu yang cukup lama
serta tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan munculnya cairan putih susu
(keruh) pada mata ayam tersebut sehingga bisa mengganggu penglihatan dan kadang terjadi
kerusakan mata permanen. Selain itu defisiensi vitamin A bisa menyebabkan timbulnya
bintik darah (blood spot) pada telur (Saif, 2003).
Sedangkan kelebihan vitamin A dalam tubuh disimpan dalam hati, yaitu dalam bentuk
butir-butir lemak yang berisi campuran rantai-rantai ester retinil, retinil stearat, dan retinil
oleat. Lebih jauh dinyatakan pula bahwa, vitamin A di dalam hati terdapat dalam bentuk
retinol, tetapi dalam darah retinol terikat pada protein spesifik yang disebut Retinol Binding
Protein (RBP), namun apabila tetap berlebih maka akan menyebabkan hipervitaminosis.
Sapi memperoleh vitamin A dalam ransumnya dalam bentuk karoten. Sebagian dari
karoten yang ditelan dikeluarkan dalam susu sebagai karoten dan sebagian lagi dibah
menjadi vitamin A. semakin kuning warna susu dan mentega semakin tinggi jumlah karoten
yang terdapat didalamnya. Pada umumnya bila sapi dilepas dipadang rumput yang baik
maka susu yang dihasilkan akan mempunyai nilai vitamin A yang maksimum. Sebaliknya
bila sapi berada dalam kandang, maka nilai vitamin A susu berkurang. Akan tetapi hal
tersebut dapat dipertinggi bila sapi diberikan jerami dan rumput kering yang baik.
Vitamin A tidak terdapat di dalam tumbuhan tetapi banyak tanaman yang mengandung
senyawa isoprenoid yang dikenal sebagai karotenoid yang dapat diubah secara enzimatik
menjadi vitamin A oleh hewan. Karoten yang dimaksud adalah Alpha dan beta caroten yang
mempunyai aktivitas vitamin A. Vitamin A pada kuning telur akan meningkat sejalan
dengan bertambahnya kandungan vitamin A dalam ransum. Semakin tingi pemberian
vitamin A dalam ransum dapat memberikan efek positif bagi peningkatan kualitas telur,
yang ditandai dengan peningkatan kandungan vitamin A dan warna kuning telur semakin
baik.
Vitamin D
Vitamin D pada produk-produk vitamin seringkali ditulis sebagai vitamin D3. Vitamin
D3 atau yang lebih dikenal sebagai cholecalciferol adalah satu-satunya metabolit dari
vitamin D yang bisa digunakan oleh unggas (Weber, 2009). Secara umum vitamin ini dapat
ditemukan pada tepung ikan dan sinar matahari yang berfungsi sebagai prekursor. Vitamin
D bermanfaat untuk metabolisme kalsium dan fosfor dalam pembentukan kerangka normal,
membentuk paruh dan cakar yang keras serta kerabang telur yang kuat.
Defisiensi vitamin D akan menyebabkan metabolisme kalsium dan fosfor terhambat
sehingga akan banyak ditemukan telur dengan kerabang tipis dan lembek serta paruh dan
cakar yang lembek pula. Selain itu akan terjadi pula penurunan produksi telur dan situasi
dimana ayam kesulitan untuk bergerak karena kakinya lemah sehingga terjadilah
kelumpuhan/ricketsia.
Susu sapi yang yang diberi ransum sempurna mengandung cukup vitamin D. Apabila
sapi diberi ransum yang kadar vitamin D-nya rendah dan sapi tersebut tidak mendapat sinar
matahari maka susunya akan mengandung kadar vitamin D yang lebih rendah daripada
normal, maka susunya akan mengandung kadar vitamin D yang lebih rendah daripada
normal. Cara mempertinggi kadar vitamin D dalam susu ialah dengan menambah konsetrat
vitamin D.
Pemberian vitamin D secera berlebihan dapat merusak ginjal dan hati. Ayam petarung
sebenarnya tidak perlu menambah konsumsi vitamin D karena ayam ada dijemur , serta
cukup matahari, kulit dan bulu ayam dapat memproduksi Vitamin D3 bila terkena sinar ultra
violet matahari
Vitamin E
Vitamin E dapat digunakan untuk seluruh derivate tocol dan tocotrienol yang mempunyai
aktivitas biologis α-tokoferol. Vitamin E disebut juga vitamin antisterilitas dan factor X.
Ungkapan seperti “aktivitas vitamin E” atau “defisiensi vitamin E” sering kali digunakan. α-
tokoferol disebut sebagai vitamin E semenjak diketahui mempunyai nilai nutrisi yang lebih.
Misalnya jika α-tokoferol mempunyai nilai 100, maka β dan zeta tokoferol nilainya hanya
kira-kira 1/3-nya; sedangkan gamma delta, epsilon dan etatokoferolhanya kurang dari 1%
dari nilai α-tokoferol. Maka analisis total tokoferol pakan dapat salah faham. Satu unit IU
didasarkan 1 mg d- α-tokoferol asetat sama dengan 1,36 mg dl- α- tokoferol asetat. dl-α-
tokoferol asetat adalah standar internasional yang didefinisikan sebagai aktivitas1 IU per
mg. Kemudian istilah 1 IU dan 1 mg dl- α-tokoferol asetat selalu dapat berubah untuk
digunakan.
Vitamin E sering disebut sebagai tocopherols dan sering ditemukan dalam biji kedelai,
biji gandum dan CGM (corn gluten meal). Vitamin E bermanfaat untuk meningkatkan
fertilitas, pertumbuhan embrio normal dan sebagai antioksidan. Defisiensi vitamin E akan
menyebabkan menurunnya fertilitas dan daya tetas, encephalomalacia/crazy chick disease
(penyakit ayam gila), serta kelainan pada koordinasi otot.
Pengaruh ransum dengan suplementasi vitamin E pada level yang berbeda terhadap
performan ternak kambing menunjukkan bahwa suplementasi vitamin E dengan level yang
berbeda di dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi BK dan BO ransum,
konsumsi BK berdasarkan persentase berat badan, kecernaan BK dan BO ransum, PBBH,
dan konversi ransum. Hal ini dapat disebabkan karena ternak memperoleh nutrien yang
dibutuhkan secara cukup dari ransum yang diberikan dalam proporsi yang sama sehingga
suplementasi vitamin E tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah konsumsi ternak
pada masing-masing perlakuan. Kandungan protein dan TDN pakan yang digunakan dalam
penelitian inimasing-masing sebesar 15% dan 62,70%. Lay et al.(2004) cit. Rehatta (2011)
menyatakan kualitaspakan untuk penggemukan biasanya didasarkan ataskadar protein yang
umumnya berkisar antara 12-15% dan energi (TDN) sebesar 70%. Kecernaan BK dan BO
ransum yang tidak berbeda nyata dapat disebabkan karena konsumsi bahan kering dan bahan
organik ransum yang tidak berbeda nyata di antara perlakuan dengan adanya suplementasi
vitamin E sebagaimana yang dinyatakan oleh Van Soest (1994) bahwa asupan nutrien
tercerna akan meningkat sejalan dengan peningkatan konsumsi BK. Apabila ternak
memperoleh nutrien dalam jumlah yang tidak cukup, suplementasi vitamin E kemungkinan
dapat meningkatkan kecernaan pakan sehubungan denganperan vitamin E sebagai
antioksidan yang dapatmencegah terjadinya oksidasi PUFA membran sel(Channon dan
Trout, 2002) sehingga integritas membran sel dapat terjaga. Sel-sel mukosa usus yang
merupakan organ absorbsi (Church, 1988) diharapkan dapat berfungsi secara optimal dalam
menyerap nutrien bila fluiditas membran sel dapat terjaga karena perubahan dalam
fluiditasmembran, meskipun sedikit dapat menyebabkan fungsi abnormal dan proses
patologis sel (Murraydan Granner, 2009) atau dengan kata lain fungsi selyang normal
tergantung pada membran sel yang normal. Jumlah nutrien yang dapat diserap dapat
menentukan manfaat bahan pakan sebagaimana pernyataan McDonald et al. (1988) bahwa
manfaat bahan pakan ditentukan oleh kecernaannya dan jumlah nutrien yang dapat
diabsorbsi di dalam saluran pencernaan
Vitamin K
Nama/sebutan lain vitamin K adalah : vitamin antihemoragic, vitamin pembeku darah, factor
protrombin, philloquinon, dan 2-metil-1,4-naftoquinon. Vitamin K digunakan untuk 2-metil-
1,4-naftoquinon dan turunannya, yang secara aktivitas biologisnya disebut fityl-menoquinon
(philloquinon). Istilah ‘aktivitas Vitamin K” dan “defisiensi Vitamin K” lebh sesuai
digunakan. Beberapa senyawa mempunyai struktur yang sama dan semuanya mempunyai
aktivitas sebagai vitamin K. Di alam, ada dua bentuk yang dapat diisolasi, yaitu K1, dan K2.
Selain itu beberapa senyawa sintetis telah dipreparasi mempunyai aktivitas vitamin K, satu
diantaranya adalah 2-metil-1,4-naftoquinon., yang disebut menadion yang lebih aktif
dibanding K1. Beberapa senyawa vitamin K sintetis larut dalam air, berbeda sekali dengan
K1, dan K2 yang larut dalam lemak.
Vitamin K dapat ditemukan pada tepung ikan. Vitamin K berfungsi dalam pembentukan
protrombin yang nantinya digunakan untuk pengaturan proses pembekuan darah. Defisiensi
vitamin K akan menyebabkan perdarahan pada jaringan/organ tertentu (hemoragi) serta
anemia akibat darah yang sukar membeku saat terjadi luka pada bagian tubuh yang terbuka
(Saif, 2003).
Cunha, T.J. 1980. Horse Feeding and Nutrition. Academic Press New York London,
Toronto, Sydney, San Fransisco.
NRC. 1978. Nutrient Requirements of Horse. Fourth Revised Edition. National
Academy of Sciences, Institute of Medicine, USA.
Parrakasi. 1983. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa, Bandung.
Pilliang, W.G. 1995. Nutrisi Vitamin. Volume II. Penerbit IPB, Bogor.
Pilliner, S. 1992. Horse Nutrtion and Feeding. Blackwell Science, Australia.