Visi Jsit Indonesia

33

Transcript of Visi Jsit Indonesia

Page 1: Visi Jsit Indonesia
Page 2: Visi Jsit Indonesia

VISI JSIT INDONESIA

Menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu.

MISI JSIT INDONESIA 1. Membangun jaringan efektif antar Sekolah Islam Terpadu di Indonesia 2. Meningkatkan efektifitas pengelolaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia 3. Melakukan pemberdayaan tenaga kependidikan4. Melakukan pengembangan kurikulum Sekolah Islam Terpadu di Indonesia   5. Melakukan aksi dan advokasi bidang pendidikan6. Menjalin kemitraan strategis dengan institusi nasional dan internasional.7. Menggalang sumber-sumber pembiayaan pendidikan

Tujuan

1. Menciptakan jaringan kerjasama dalam penyelenggaraan dan pengelolaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia

2. Meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga kependidikan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia

3. Melakukan proses perbaikan dan pengembangan Kurikulum Sekolah Islam Terpadu di Indonesia

4. Menjalin kemitraan strategis dengan instansi/institusi nasional maupun internasional

Sasaran

Untuk mencapai tujuannya, JSIT INDONESIA memiliki sasaran sebagai berikut: 1. Terwujudnya media komunikasi yang efektif antar anggota JSIT INDONESIA 2. Terselenggaranya pemberdayaan manajemen sekolah, pengembangan kurikulum dan

pembinaan tenaga kependidikan

3. Terjalinnya kerjasama yang sinergis dengan pihak-pihak yang terkait dengan riset pendidikan, penentu kebijakan pendidikan, sumber dana pendidikan, dan imtak/iptek

Jatidiri

Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) yang bergerak di bidang pendidikan, JSIT INDONESIA bersifat non-partisan, nirlaba dan terbuka dalam arti siap bekerjasama dengan pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi anggota serta berkesesuaian dengan visi, misi, tujuan dan sasaran JSIT INDONESIA.

Fungsi

Dalam rangka pencapaian visi, misi, tujuan dan sasarannya, JSIT INDONESIA menjalankan 6 (enam) fungsi operasional, yaitu fungsi penggerak, koordinasi, supervisi, advokasi, fasilitasi, dan riset pengembangan.

1. Penggerak: mempelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu

2. Koordinasi: mengkoordinasikan program kerjasama antar Sekolah-Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya.

3. Supervisi: melakukan penilaian, pengawasan, dan pembinaan penyelenggaraan dan pengelolaan Sekolah-Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya ke arah sekolah efektif dan bermutu.

4. Advokasi: melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan

5. Fasilitasi: melakukan aktivitas melayani, membantu, memfasilitasi sekolah-Sekolah Islam Terpadu

Page 3: Visi Jsit Indonesia

6. Riset Pengembangan: melakukan penelitian dan pengkajian bidang pendidikan bagi pengembangan Sekolah-Sekolah Islam Terpadu yang menjadi anggotanya

Page 4: Visi Jsit Indonesia

SURAT KEPUTUSANDEWAN PENDIRI JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU

(JSIT INDONESIA)No: 001/SK/JSIT INDONESIA /VI/2003

DEWAN PENDIRI JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU (JSIT) INDONESIA

Menimbang:

 Bahwa dipandang perlu segera mengangkat personalia Pengurus Pusat Jaringan Sekolah Islam Terpadu.

1.Bahwa orang-orang yang namanya tercantum dalam lajur 2 dipandang mampua dan cakap serta memenuhi syarat untuk diangkat dalam jabatan sebagaimana tercantum dalam lajur 3 lampiran Surat Keputusan ini.

Mengingat:

 Tujuan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia.

1.Anggaran Dasar JSIT Pasal 14 ayat (1)3. Anggaran Rumah Tangga JSIT Indonesia Pasal 7

Memperhatikan:

 Rapat Dewan Pendiri JSIT Indonesia pada hari Sabtu-Aad tanggal 15-16 Maret 2003

 M E M U T U S K A N

Menetapkan:

Pertama : Mengangkat orang-orang yang nama-namanya tercantum pada lajur 2 untuk menduduki jabatan sebagaimana tercantum pada lajur 3 dari lampiran Surat Keputusan ini selama satu tahun sejak 31 Juli 2003.

Kedua : Surat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila terdapat kekeliruan di kemudian hari akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ketiga : ASLI Surat Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk digunakan sebagaimana mestinya

 Ditetapkan di YogyakartaPada tanggal 31 Juli 2003Ketua Dewan Pendiri JSIT INDONESIA

Drs. Musholli

Page 5: Visi Jsit Indonesia

ARAH KEBIJAKAN

Aspek Organisasi1. Menyempurnakan struktur organisasi kepengurusan pusat, regional, wilayah dan

daerah sesuai dengan tuntutan situasi kondisi.2. (Menyusun struktur sesuai dengan jenjang Sekolah: TK, SD, SMP, SMA).

3. Mendorong efektifitas dan aktivitas JSIT pusat, regional, wilayah dan daerah

4. Mengupayakan gedung sekretariat pusat permanent

5. Mewujudkan tertib administrasi dan registrasi keanggotaan, mempertegas hak dan kewajiban anggota.

6. Mempertegas status hukum (legal aspect) JSIT

Aspek Pemberdayaan1. Merumuskan standar mutu SIT2. Mewujudkan lembaga penjamin mutu SIT

3. Mengukur Mutu Output (lulusan) SIT agar terlihat komparasi dan kompetisi SIT tingkat Nasional.

4. Meningkatkan frekwensi dan efektifitas pemberdayaan leadership kepala sekolah.

5. Meningkatkan kompetensi guru ke arah pencapaian sertifikasi.

6. Meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan.

7. Memfasilitasi mutasi dan rotasi guru antar Sekolah Islam Terpadu

8. Memfasilitasi pemberdayaan Yayasan pengelola SIT

Aspek Komunikasi1. Mengintensifkan komunikasi antar SIT melalui pembentukan forum kepala sekolah di

tingkat nasional, regional, wilayah dan daerah.2. Mengefektifkan dan mengoptimalkan peran website dan milis

3. Mewujudkan buletin JSIT Indonesia.

Menggalang kemitraan dengan:1. Lembaga pemberdayaan sekolah, guru dan kepala sekolah.2. Media cetak dan elektronik

3. Pemerintah pusat dan daerah

4. LSM Pendidikan

5. Tokoh dan pakar pendidikan

6. Pusat-pusat sumber ilmu dan sumber belajar

7. Lembaga pendidikan/NGO luar negeri

Page 6: Visi Jsit Indonesia

ORGANISASI

Kepengurusan

Kepengurusan JSIT INDONESIA terdiri dari Pengurus Pusat, Wilayah dan Daerah yang masing-masing adalah kesatuan organisasi dan kepemimpinan di tingkat nasional, provinsi dan kota/kabupaten. Dewan Pembina secara khusus juga dibentuk sebagai unsur pembantu Pimpinan Pusat yang aktif menyampaikan masukan, pertimbangan, nasehat, konsep dan rumusan yang terkait dengan pembinaan JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-tujuannya.

Dalam rangka mencapai visi, misi, tujuan dan sasarannya, JSIT INDONESIA melengkapi setiap kepengurusan dengan adanya Divisi Sekolah Dasar (SD), Divisi SLTP dan Divisi SLTA.

1. Surat Keputusan Dewan Pendiri 2. Susunan Pengurus

Keanggotan

Unit Sekolah Islam Terpadu dan sekolah Islam lainnya yang menjadikan Islam sebagai landasan konsepsional, manajerial dan operasional serta menyetujui AD-ART dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan untuk pencapaian tujuan JSIT INDONESIA, dapat diterima sebagai anggota JSIT INDONESIA.

Status keanggotaan diperoleh dari Pengurus Pusat JSIT INDONESIA setelah sebelumnya mengajukan permohonan secara tertulis melalui Pengurus Daerah/Wilayah JSIT INDONESIA terdekat dimana calon anggota tersebut berdomisili. Keanggotaan secara formal diwakili oleh kepala sekolah atau penyelenggara pendidikan dari unit sekolahnya.

Pembiayaan Keuangan JSIT INDONESIA

Sebagai organisasi kemasyarakatan (ormas) bidang pendidikan yang bersifat nirlaba, JSIT INDONESIA bekerja dengan menggunakan pendanaan yang berasal dari iuran anggota dengan besar ditetapkan oleh Pengurus Pusat, dari infaq dan sumbangan yang tidak mengikat, dan dari pendapatan usaha yang dihasilkan oleh berbagai proyek komersil JSIT INDONESIA yang tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.

Page 7: Visi Jsit Indonesia

ANGGARAN DASAR

JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU INDONESIA

(JSIT INDONESIA)

 MUQADDIMAH

  Tugas penting sekolah yang harus dimainkan pada kondisi bangsa yang dilanda krisis multi dimensi ini adalah membentuk sumberdaya manusia yang berkualitas demi terwujudnya kepemimpinan masa depan yang kuat. Pencapaian target ini sangat ditentukan oleh efektifitas penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah itu sendiri. Sebagaimana pesan Allah SWT: “..Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa…..” (Al-Qur'an: Al-Maaidah ayat 2).

Oleh karena itu meningkatkan kualitas sekolah merupakan salah satu komitmen penting para aktivis pendidikan dalam kaitannya dengan kepedulian peningkatan kualitas sumberdaya manusia masa depan. Segala faktor yang mendukung untuk terciptanya efektifitas tersebut menjadi tuntutan yang mesti diadakan, dan itu semua menuntut perhatian dan keterlibatan seluruh pihak dari setiap elemen masyarakat ini. 

            Diantara faktor pendukung untuk mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah yang berkualitas adalah menciptakan kerjasama yang efektif  antar sekolah-sekolah yang memiliki visi, misi dan cita-cita yang sama.  Melalui kerjasama  inilah  program-program strategis pemberdayaan institusi sekolah dapat terlaksana. Juga diharapkan dengan ini akan terjadi sinergi diantara sekolah-sekolah yang terlibat yang pada gilirannya melahirkan kreatifitas  pemberdayaan sekolah secara berkelanjutan.

Disisi lain, kerjasama efektif antara Sekolah-Sekolah Islam Terpadu ini diharapkan juga dapat menjalankan   peran   untuk   mempengaruhi   kebijakan   pendidikan   nasional   demi   kemaslahatan penyelenggaraan   pendidikan   yang   berkualitas.   Forum  atau   organisasi   yang   akan  memungkinkan terjadinya kerjasama antar sekolah – sekolah tersebut menjadi tuntutan yang tak terelakkan, dan dengan   ini   Jaringan   Sekolah   Islam   Terpadu   Indonesia   (JSIT   INDONESIA)   diharapkan   dapat merealisasikan tujuan dan cita – cita tersebut.    

Dengan harapan sebagaimana tersebut di atas itulah, maka dengan Rahmat Allah SWT sekolah-Sekolah Islam Terpadu di seluruh wilayah Indonesia berhimpun dalam wadah organisasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia (JSIT INDONESIA) dengan berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut:

BAB I

NAMA, KEDUDUKAN, WAKTU

 

Pasal 1

Nama

Organisasi ini bernama “Jaringan Sekolah Islam Terpadu Indonesia” dan disingkat “JSIT INDONESIA”

 

Page 8: Visi Jsit Indonesia

Pasal 2

Kedudukan

 

JSIT INDONESIA berkedudukan di Jakarta dan dapat mendirikan cabang-cabangnya di seluruh Indonesia

 

Pasal 3

Waktu

JSIT INDONESIA didirikan pada tanggal 31 Juli 2003 di Yogyakarta untuk jangka waktu yang tidak ditentukan

BAB II

ASAS, SIFAT, BENTUK,  DAN FUNGSI

 

Pasal 4

Asas

JSIT INDONESIA berasaskan Islam

 

Pasal 5

Sifat

JSIT INDONESIA bersifat nirlaba, independen, terbuka, dan siap bekerjasama dengan pihak manapun selama mendatangkan maslahat dan manfaat bagi anggota dan berkesesuaian dengan visi dan misi JSIT INDONESIA

Pasal 6

 

JSIT INDONESIA adalah organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan.

Pasal 7

Fungsi

JSIT INDONESIA menjalankan fungsi sebagai :

1. Penggerak: mempelopori pemberdayaan Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu

Page 9: Visi Jsit Indonesia

2. Koordinasi: mengkoordinasikan program kerjasama antar anggota JSIT Indonesia

3. Supervisi:   melakukan   penilaian,   pengawasan   dan   pembinaan   penyelenggaraan   dan pengelolaan sekolah bagi anggota JSIT Indonesia ke arah sekolah efektif dan bermutu.  

4. Advokasi: melakukan pembelaan untuk umat Islam di bidang pendidikan 

5. Pelayanan : melakukan aktivitas melayani, membantu dan memfasilitasi kebutuhan anggota Islam Terpadu 

6. Riset   Pengembangan:   melakukan   penelitian   dan   pengkajian   bidang   pendidikan   bagi pengembangan sekolah-sekolah yang menjadi anggotanya

 

BAB III

TUJUAN 

 

Pasal 8

1. Terciptanya  jaringan kerjasama dalam penyelenggaraan dan pengelolaan sekolah yang menjadi anggota JSIT INDONESIA

2. Meningkatnya   kompetensi   dan   profesionalitas   tenaga   kependidikan   Sekolah   Islam   Terpadu  di Indonesia 

3. Berlangsungnya   proses   perbaikan   dan   pengembangan   Kurikulum   Sekolah   Islam   Terpadu   di Indonesia  

4. Terjalinnya kemitraan strategis dengan instansi/institusi nasional maupun internasional

 BAB IV 

KEANGGOTAAN

 Pasal 9

1.    Anggota   JSIT   INDONESIA   adalah   unit   sekolah   yang   menjadikan   Islam   sebagai   ciri   khas  sekolahnya yang memenuhi persyaratan organisasi,  menyetujui dan mendukung Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA

2.    Persyaratan   dan   prosedur   keanggotaan   JSIT   INDONESIA   diatur   dalam   Anggaran   Rumah Tangga 

3.   Keanggotaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 dan 2 pasal ini diwakili  oleh kepala sekolah atau penyelenggara pendidikan

BAB V

STRUKTUR ORGANISASI

 

Pasal 10

Page 10: Visi Jsit Indonesia

Struktur wilayah kerja

1.   JSIT INDONESIA dibentuk dalam kepengurusan pusat, wilayah dan daerah

2.   Pengurus Pusat ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat nasional

3.   Pengurus  Wilayah ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat provinsi

4.   Pengurus Daerah ialah kesatuan organisasi dan kepemimpinan yang berada di tingkat kota/kabupaten

5.   Untuk wilayah yang belum memiliki daya dukung, kepengurusan berada dalam struktur wilayah yang terdekat atau yang paling mudah dalam koordinasi dan komunikasi

6.   Setiap kepengurusan dilengkapi dengan divisi Sekolah Dasar, divisi SLTP dan divisi SLTA 

7.   Ketentuan tentang hubungan struktural dan fungsional antara Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga

 

Pasal 11

Struktur Kewenangan

 

1.  Musyawarah Nasional (MUNAS) adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam organisasi

      JSIT INDONESIA yang berwenang untuk:

a. Menetapkan dan mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

b. Menentukan arah dan haluan organisasi JSIT INDONESIA

c. Memilih anggota dan ketua formatur

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Pusat

2. Musyawarah Wilayah (MUSWIL) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat

     provinsi yang berwenang untuk:

a. Menjabarkan keputusan organisasi yang ada di atasnya

b. Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja untuk tingkat

     provinsi

c. Memilih ketua JSIT INDONESIA Wilayah

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Daerah

 

3.  Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat

Page 11: Visi Jsit Indonesia

     kabupaten/kota yang berwenang untuk:

a. Menjabarkan keputusan organisasi yang ada di atasnya

b. Menyusun dan mengesahkan Rencana Kerja untuk tingkat

     kabupaten/kota

c. Memilih ketua JSIT INDONESIA Daerah

d. Meminta dan mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Daerah

 

Pasal 12

Kuorum dan Pengambilan Keputusan

Kuorum dan Pengambilan Keputusan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

 

Pasal 13

Hak Suara dan Hak Bicara

Hak suara dan hak bicara dalam musyawarah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

 

Pasal 14

Jenis Rapat-rapat Organisasi

Bentuk dan jenis-jenis rapat yang bersifat teknis operasional diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

 

Pasal 15

Pimpinan Organisasi

1.   Pengurus Pusata.    Pengurus Pusat adalah pimpinan tertinggi dalam organisasi JSIT INDONESIAb.    Pengurus Pusat dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional untuk masa jabatan 3

(tiga) tahunc.    Pengurus Pusat terdiri dari Pengurus Harian Pusat yang akan diatur dalam Anggaran

Rumah Tangga

2.   Pengurus Wilayaha. Pengurus Wilayah memimpin organisasi JSIT INDONESIA di provinsi dan melaksanakan

kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus Pusatb. Pengurus Wilayah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah untuk masa jabatan 3

(tiga) tahunc. Pengurus Wilayah disahkan oleh Pengurus Pusat dengan Surat Keputusand. Pengurus Wilayah terdiri dari Pengurus Harian Wilayah yang akan diatur dalam Anggaran

Rumah Tangga

3.   Pengurus Daeraha. Pengurus Daerah memimpin organisasi JSIT INDONESIA di Kabupaten/Kota dan

melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus Wilayah

Page 12: Visi Jsit Indonesia

b. Pengurus Daerah dipilih dan ditetapkan dalam Musyawarah Daerah untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun

c. Pengurus Daerah disahkan oleh Pengurus Wilayah dengan Surat Keputusand. Pengurus Daerah terdiri dari pengurus Harian Daerah yang akan diatur dalam Anggaran

Rumah Tangga

 

Pasal 16

Unsur Pembantu Pimpinan Organisasi

1.   Dewan Pembina adalah unsur pembantu pimpinan pusat yang berfungsi:a.    Membina JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-tujuannyab.    Memberi nasehat kepada pengurus JSIT INDONESIA c.    Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi organisasi baik internal

maupun eksternal.

2.   Tata cara pembentukan dan mekanisme kerja Dewan Pembina diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

 

BAB VI

K E U A N G A N

Pasal 17

Sumber Keuangan

1.   Iuran Anggota

2.   Infaq dan sumbangan yang tidak mengikat

3.   Usaha yang sah dan tidak bertentangan dengan sifat dan tujuan organisasi serta tidak melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia

 

Pasal 18

Pengelolaan Keuangan

1.   Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan 

2.   Ketentuan pengelolaan keuangan diatur dalam Peraturan yang akan ditetapkan tersendiri

 

Pasal 19

Pertangungjawaban Pengelolaan Keuangan

Pengelolaan keuangan harus dipertanggungjawabkan oleh:

1.   Pengurus Pusat kepada Musyawarah Nasional

2.   Pengurus Wilayah kepada Musyawarah Wilayah

3.   Pengurus Daerah kepada Musyawarah Daerah

Page 13: Visi Jsit Indonesia

4.   Pengurus JSIT INDONESIA kepada donatur dan publik

 

BAB VII

ATRIBUT DAN KELENGKAPAN ORGANISASI

 

Pasal 20

JSIT INDONESIA mempunyai atribut-atribut, simbol, lambang dan kelengkapan organisasi lainnya,  diatur dalam Peraturan yang akan ditetapkan tersendiri

 

BAB VIII

PERATURAN PERALIHAN

Pasal 21

1.   Sebelum Musyawarah Nasional pertama dilaksanakan, Pengurus Pusat ditetapkan oleh Musyawarah Dewan Pendiri

2.   Peraturan-peraturan yang ada tetap berlaku selama belum diadakan perubahan dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini

3.   Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Musyawarah Nasional

 

BAB IX

P E N U T U P

Pasal  22

1.   Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga adalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain

2.   Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran  Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

3.   Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

  

Ditetapkan di           :  Yogyakarta

Pada Tanggal          :  31 Juli 2003

Page 14: Visi Jsit Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA

JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU INDONESIA

(JSIT INDONESIA)

BAB I

ARTI NAMA DAN LAMBANG ORGANISASI

Pasal 1

Arti nama

1. Jaringan adalah wadah kerjasama efektif dalam pemberdayaan pengelolaan pendidikan.

2. Sekolah Islam Terpadu adalah lembaga penyelenggara pendidikan formal tingkat dasar dan menengah yang menjadikan Islam sebagai landasan filosofis, konsepsional, operasional; dan menumbuhkan seluruh potensi fitrah peserta didik yang didukung oleh penyelenggara pendidikan, orangtua, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan.

Pasal 2

Arti Lambang JSIT INDONESIA

1. Bentuk lambang JSIT INDONESIA memiliki arti sebagai berikut :

a. Pena menunjukkan kekuatan ilmu pengetahuan dan pendidikan

b. Tiga Jejak Bulan Sabit menunjukkan jaringan kerja yang solid

c. Tulisan JSIT INDONESIA menunjukkan identitas organisasi

2. Warna lambang JSIT INDONESIA memiliki arti sebagai berikut :

a. Biru menunjukkan cerdas dan bijaksana

b. Hijau menunjukkan Islam sebagai rahmatan lil'aalamiin

c. Kuning emas menunjukkan kecemerlangan dan kejayaan

3. Arti lambang secara keseluruhan berarti JSIT INDONESIA berperan sebagai penggerak munculnya kekuatan pendidikan Islam Indonesia untuk membangun kejayaan umat

BAB II

SASARAN DAN SARANA

Pasal 3

Sasaran

Untuk mencapai tujuan JSIT INDONESIA dirumuskan sasaran berikut :

1. Terselenggaranya pemberdayaan manajemen sekolah, pengembangan kurikulum dan pembinaan tenaga kependidikan

Page 15: Visi Jsit Indonesia

2. Terwujudnya media komunikasi yang efektif antar anggota

3. Terjalinnya kerjasama yang sinergis dengan pihak-pihak yang terkait dengan riset pendidikan, penentu kebijakan pendidikan, sumber dana, dan imtak/iptek

Pasal 4

Sarana

Dalam mewujudkan tujuan dan sasarannya JSIT INDONESIA menggunakan cara dan sarana yang tidak bertentangan dengan norma-norma hukum dan kemaslahatan umum, antara lain: forum komunikasi, seminar, forum silaturahim, sarasehan, pendidikan dan pelatihan, riset dan pengembangan, website, milis, ekshibisi, aksi dan advokasi.

BAB III

KEANGGOTAAN

Pasal 5

Persyaratan Anggota

Yang dapat diterima menjadi anggota JSIT INDONESIA adalah:

1. Sekolah Islam Terpadu dan sekolah lainnya yang menjadikan Islam sebagai landasan filosofis, konsepsional dan operasional

2. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta berpartisipasi dalam mencapai tujuan dan kegiatan JSIT INDONESIA.

3. Mendapat rekomendasi sekurang-kurangnya dari 2 (dua) anggota JSIT INDONESIA

4. Mengajukan permohonan dan menyatakan secara tertulis kesediaan menjadi anggota

5. Bersedia mentaati peraturan yang berlaku

Pasal 6

Prosedur Penerimaan Anggota

1. Permohonan untuk menjadi anggota harus diajukan secara tertulis melalui Pengurus Daerah/Wilayah terdekat di mana calon anggota yang bersangkutan berdomisili

2. Pengurus Daerah/Wilayah setelah meneliti persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon anggota tersebut, harus memberitahukan keputusannya secara tertulis selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak surat permohonan tersebut diterima secara lengkap

3. Kepada anggota yang diterima diberikan Kartu Tanda Anggota yang diterbitkan oleh Pengurus Pusat

4. Jika Pengurus Daerah/Wilayah menolak permohonan menjadi anggota, maka Pengurus Daerah/Wilayah berkewajiban memberitahukan secara tertulis

5. Pengurus Wilayah melaporkan data anggota daerah kepada Pengurus Pusat

6. Pengurus Daerah melaporkan data anggota daerah kepada Pengurus Wilayah

Page 16: Visi Jsit Indonesia

Pasal 7

Hak dan Kewajiban Anggota

1. Berhak mendapatkan supervisi ke arah penyelenggaraan Sekolah Islam Terpadu yang efektif dan bermutu.

2. Berhak mendapatkan pembelaan sesuai dengan aturan hukum dan undang-undang yang berlaku

3. Berhak mendapatkan segala informasi yang bermanfaat bagi pemberdayaan sekolah

4. Berkewajiban mentaati AD/RT dan peraturan serta tata tertib organisasi

5. Berkewajiban menyampaikan segala informasi yang bermanfaat bagi pemberdayaan sekolah kepada pengurus JSIT

BAB IV

STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 8

Pengurus Pusat

Struktur Pengurus Pusat terdiri dari :

1. Pengurus Harian yang terdiri dari: satu orang ketua umum, wakil ketua umum, dan dua orang ketua-ketua, satu orang sekretaris umum dan satu orang wakil sekretaris, satu orang bendahara umum dan dibantu 2 orang Bendahara

2. Untuk pelaksanaan tugas-tugas ketua-ketua, maka Pengurus Harian membentuk biro, departemen, dan koordinator regional

3. Bidang terdiri dari beberapa departemen dan setiap departemen dipimpin oleh Ketua departemen dengan beberapa anggota

Pasal 9

Pengurus Wilayah

Struktur Pengurus Wilayah terdiri dari:

1. Pengurus Harian yang terdiri dari: satu orang Ketua, satu orang sekretaris dan satu orang Bendahara

2. Untuk Pelaksanaan tugas Ketua dapat membentuk unit-unit kerja sesuai dengan yang dibutuhkan

Pasal 10

Pengurus Daerah

Struktur Pengurus daerah terdiri dari:

Page 17: Visi Jsit Indonesia

1. Pengurus Harian yang terdiri dari satu orang ketua dan satu orang wakil ketua, satu orang sekretaris dan satu orang wakil sekretaris, satu orang bendahara dan satu orang wakil bendahara

2. Untuk Pelaksanaan tugas Ketua dapat membentuk bidang-bidang yang terdiri dari beberapa departemen dan dipimpin oleh Ketua departemen dengan beberapa anggota

Pasal 11

Dewan Pembina

1. Pengertian

Dewan Pembina adalah lembaga/unsur pembantu Pimpinan Pusat JSIT INDONESIA yang di dalamnya berhimpun para pakar di bidang pendidikan, agama dan ilmu pengetahuan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan sekolah Islam di Indonesia.

2. Tugas dan Wewenang

Aktif memberikan masukan, pertimbangan, nasehat, konsep-konsep dan rumusan-rumusan yang berkaitan dengan pembinaan JSIT INDONESIA dalam mencapai tujuan-tujuannya, termasuk dalam rangka menyelesaikan berbagai masalah internal dan eksternal organisasi

3. Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan Dewan Pembina sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota

Pasal 12

Syarat Kepengurusan

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, dan berakhlak mulia

2. Sehat jasmani-rohani

3. Praktisi/pakar/pemerhati pendidikan.

4. Memiliki kepedulian terhadap pendidikan

5. Mampu berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik

6. Tidak sedang terlibat kasus pidana/perdata

7. Bukan anggota organisasi terlarang atau aliran sesat

8. Usia minimal 20 tahun

BAB V

FORUM PENGAMBILAN KEBIJAKAN

Pasal 13

Musyawarah Nasional

1. Musyawarah Nasional (Munas) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi dalam Organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Pusat dan dilaksanakan

Page 18: Visi Jsit Indonesia

sekali dalam 3 (tiga) tahun yang dihadiri oleh : Peserta Munas, Peninjau Munas dan Undangan Munas

2. Peserta Munas terdiri dari: Pengurus Harian Pusat, Pengurus Harian Wilayah, Pengurus Harian Daerah

3. Peninjau Munas terdiri dari: utusan yang ditunjuk oleh Pengurus Daerah atau Wilayah, Seluruh Dewan Pembina, dan anggota Pengurus Pusat

4. Undangan Munas adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Pusat untuk menghadiri acara pembukaan dan/atau penutupan Munas

5. Hak Suara dan Hak Bicara

a. Hak Suara dan Hak Bicara hanya dimiliki oleh peserta Munas

b. Hak Bicara dimiliki oleh Peninjau Munas

c. Undangan Munas tidak memiliki Hak Suara maupuan Hak Bicara

Pasal 14

Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah Wilayah (Muswil) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi di tingkat Wilayah dalam organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Wilayah dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dan dihadiri oleh: Peserta Muswil, Peninjau Muswil dan Undangan Muswil

2. Peserta Muswil terdiri dari: Seluruh Pengurus Wilayah, seluruh Pengurus Harian Daerah di wilayah tersebut

3. Peninjau Muswil terdiri dari: tokoh-tokoh masyarakat yang dipandang tepat oleh Pengurus Wilayah dan dua orang utusan dari Pengurus Pusat

4. Undangan Muswil adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Wilayah untuk menghadiri acara pembukaan dan/atau penutup Muswil

Pasal 15

Musyawarah Daerah

1. Musyawarah Daerah (Musda) adalah forum pengambilan kebijakan tertinggi di tingkat Daerah dalam organisasi JSIT INDONESIA yang diadakan atas undangan Pengurus Daerah dilaksanakan sekali dalam 3 (tiga) tahun dan dihadiri oleh:

a. Peserta Musda

b. Peninjau Musda dan

c. Undangan Musda

2. Peserta Musda terdiri dari:

a. Seluruh Pengurus Daerah

b. Seluruh Anggota JSIT INDONESIA Daerah tersebut

3. Peninjau Musda terdiri dari:

Page 19: Visi Jsit Indonesia

a. Tokoh-tokoh masyarakat yang dipandang tepat oleh Pengurus Daerah

b. Dua orang utusan dari Pengurus Wilayah

4. Undangan Musda adalah peserta yang diundang oleh Pengurus Daerah untuk menghadiri acara pembukaan dan/atau penutup Musda

Pasal 16

Forum pengambilan kebijakan Luar Biasa

1. Forum pengambilan kebijakan luar biasa adalah forum pengambilan keputusan yang dilaksanakan untuk membicarakan masalah-masalah yang luar biasa, yang waktu dan sifatnya tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya forum pengambilan kebijakan seperti tercantum dalam Bab ini

2. Forum pengambilan kebijakan luar biasa terdiri dari Munas luar biasa, Muswil luar biasa dan Musda luar biasa

3. Forum pengambilan kebijakan luar biasa dilaksanakan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Pengurus JSIT INDONESIA dibawah jenjang tersebut

4. Peserta forum pengambilan kebijakan luar biasa sama dengan peserta forum pengambilan kebijakan biasa yang tersebut dalam Bab ini

5. Acara pokok forum pengambilan kebijakan luar biasa adalah :

a. Mengganti dan menetapkan Ketua JSIT INDONESIA

b. Menjaga keselamatan organisasi JSIT INDONESIA

6. Seluruh ketentuan dalam forum pengambilan kebijakan seperti di Bab ini berlaku untuk forum pengambilan kebijakan luar biasa

Pasal 17

Rapat-rapat

1. Jenis-jenis rapat

a. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Khusus tingkat pusat:

a.1 Menjabarkan hasil Munas dalam bentuk program kerjaa.2 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam jangka waktu antar Rakernas dan

menjabarkan hasil Munasa.3 Mengevaluasi Kinerja pengurus selama masa waktu periode rakernas sebelumnyaa.4 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan program kerja JSIT INDONESIAa.5 Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan materi-materi Munas untuk yang akan

datang

b. Rapat Paripurna dihadiri seluruh anggota dan Pengurus

c. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus Pusat dan Dewan Pembina

d. Rapat Harian dihadiri oleh Pengurus Harian JSIT INDONESIA

2. Rincian lebih lanjut tentang ketentuan-ketentuan penyelenggaraan rapat-rapat tersebut dirumuskan dalam peraturan yang ditetapkan kemudian

Page 20: Visi Jsit Indonesia

Pasal 18

Kuorum Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan dalam Munas, Muswil, dan Musda dinyatakan sah apabila dihadiri oleh setengah tambah satu dari jumlah peserta terdaftar

Pasal 19

Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam munas, Muswil, dan musda diutamakan dengan musyawarah mufakat, namun jika musyawarah mufakat tidak tercapai dilakukan pemungutan suara(voting)

BAB VI

K E U A N G A N

Pasal 20

Sumber Pembiayaan

Keuangan organisasi diperoleh dari :

1. Iuran Anggota yang besarnya ditetapkan oleh Pengurus Pusat dengan memperhatikan kondisi wilayah/daerah

2. Donasi tetap maupun tidak tetap yang jumlahnya tidak ditentukan

3. Infaq dari hasil usaha yang didapat ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dan tidak mengikat

4. Pendapatan dari usaha yang dihasilkan dari berbagai proyek komersil JSIT INDONESIA

Pasal 21

Pengelolaan Keuangan

1. Pembiayaan organisasi ditetapkan dalam anggaran tahunan yang disahkan oleh rapat kerja Pengurus

2. Pertanggung-jawaban keuangan dibuat dalam laporan keuangan menurut standar akuntansi pada umumnya

BAB VII

SANKSI ORGANISASI

Pasal 22

Sanksi Organisasi

Sanksi organisasi dapat diberlakukan kepada pengurus dan anggota apabila:

1. Yang bersangkutan nyata-nyata menurut pengamatan dan penilaian pengurus telah melanggar AD/ART dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya

2. Melakukan tindakan yang tidak terpuji yang dapat merusak nama baik JSIT INDONESIA

Page 21: Visi Jsit Indonesia

3. Tidak membayar iuran dalam jangka waktu tertentu

Page 22: Visi Jsit Indonesia

Pasal 23

Bentuk-Bentuk Sanksi

1. Teguran tertulis diberikan oleh Pengurus JSIT INDONESIA kepada yang melanggar

2. Pemberhentian Sementara/Skorsing

a. Pemberhentian sementara anggota JSIT INDONESIA ditetapkan oleh rapat harian Pengurus Daerah

b. Pemberhentian sementara anggota Pengurus JSIT INDONESIA ditetapkan oleh Ketua JSIT INDONESIA jenjang di atas kepengurusan yang bersangkutan

3. Pemberhentian Tetap

a. Pemberhentian tetap anggota JSIT INDONESIA ditetapkan oleh rapat pleno Pengurus Daerah dan disetujui oleh Pengurus Pusat

b. Pemberhentian tetap anggota Pengurus JSIT INDONESIA ditetapkan oleh ketua JSIT INDONESIA jenjang di atasnya

Pasal 24

Mekanisme Pembelaan Diri

1. Pembelaan Diri secara Tertulis

a. Pembelaan diri secara tertulis dilakukan oleh anggota JSIT INDONESIA atau anggota pengurus JSIT INDONESIA yang ditujukan kepada ketua pengurus jenjang yang bersangkutan

b. Keputusan diambil oleh Pengurus JSIT INDONESIA yang bersangkutan dalam rapat yang khusus diadakan untuk itu

2. Kehadiran dalam Sidang Pembelaan Diri

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA yang diberhentikan sementara diminta hadir dalam sidang pembelaan diri dalam rapat Pengurus Daerah

b. Pengurus Daerah menetapkan keputusan tersebut setelah berkonsultasi dengan Pengurus Wilayah

3. Pembelaan Diri dalam Sidang Pengurus Wilayah

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA Daerah yang diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dapat melakukan pembelaan diri dalam Sidang Pengurus Wilayah

b. Pengurus Wilayah mengukuhkan sanksi atau membatalkan sanksi berdasarkan pertimbangan sidang

4. Pembelaan Diri dalam Sidang Pengurus Pusat

a. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus Daerah JSIT INDONESIA yang diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dalam Sidang Pengurus Wilayah dan tidak

Page 23: Visi Jsit Indonesia

puas terhadap keputusan tersebut dapat melakukan pembelaan diri dalam sidang Pengurus Pusat

b. Anggota JSIT INDONESIA atau Anggota Pengurus JSIT INDONESIA Wilayah yang diberhentikan sementara atau diberhentikan tetap dalam Sidang Pengurus Wilayah dan tidak puas terhadap keputusan tersebut dapat melakukan pembelaan diri dalam Sidang Pengurus Pusat

c. Pengurus Pusat mengukuhkan sanksi atau membatalkan sanksi berdasarkan pertimbangan sidang

Pasal 25

Pembatalan Status Anggota

Status Anggota menjadi batal karena :

1. Unit sekolahnya bubar, atau dibubarkan pihak berwenang

2. Atas permintaan sendiri, berdasarkan rapat keputusan unit sekolah/yayasan yang menaunginya

3. Dibatalkan berdasarkan pasal 22 ayat 3 Angaran Rumah Tangga

BAB VIII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA SERTA PEMBUBARAN

Pasal 26

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

1. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA hanya dapat dilakukan oleh Musyawarah Nasional

2. Rencana Perubahan pada ayat 1 pasal ini dapat diajukan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Wilayah atau Pengurus Daerah

3. Rencana Perubahan disampaikan kepada Pengurus Pusat JSIT INDONESIA selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) bulan sebelum Musyawarah Nasional dimulai

4. Pengurus Pusat JSIT INDONESIA menyampaikan salinan rencana perubahan pada ayat 3 pasal ini kepada Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah

5. Rencana perubahan pada ayat 3 pasal ini hanya dapat diagendakan dalam Musyawarah Nasional apabila disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) peserta

Pasal 27

PEMBUBARAN

1. Pembubaran JSIT INDONESIA hanya dapat dilakukan dalam suatu Musyawarah Nasional yang diadakan khusus untuk maksud tersebut

2. Harta kekayaan dan segala hak milik JSIT INDONESIA akan diserahkan kepada badan-badan sosial atau perkumpulan-perkumpulan lainnya yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional

Page 24: Visi Jsit Indonesia

BAB IX

ATURAN TAMBAHAN DAN PENUTUP

Pasal 28

Aturan Tambahan

1. Jika struktur Pengurus Daerah atau Pengurus Wilayah belum memungkinkan terbentuk, maka kepengurusan berada dalam koordinasi daerah/wilayah terdekat

2. Setiap anggota JSIT INDONESIA dianggap telah mengetahui isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA

3. Setiap anggota dan Pengurus harus mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga JSIT INDONESIA

Pasal 29

Penutup

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan diatur dalam ketetapan tersendiri

2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di : Yogyakarta

Pada Tanggal : 31 Juli 2003

Page 25: Visi Jsit Indonesia