Web viewMENGHINDARI PENYAKIT HATI. Mari Belajar . Membaca . Al-Qur’an. Kegiatan pembelajaran ....

28
MENGHINDARI PENYAKIT HATI A. Mari Belajar Membaca Al-Qur’an Kegiatan pembelajaran 1. Membentuk kelompok, 3 – 4 orang per kelompok. 2. Pilihlah teman yang dapat membimbing kamu membaca Al quran. 3. Bukalah Al Quran dan carilah surat Al Hujurat : 11- 12 4. Bacalah Qs. Al Hujurat :11- 12 secara bergantian diawali dengan teman pembimbingmu. 5. Lakukan secara berulang-ulang 1- 3 kali. 6. perhatikan tanda baca ( harakat) panjang dan pendeknya. 7. Guru membimbing peserta didik dan meluruskan serta mendemonstrasikan bacaan. B. Mari Belajar Mengartikan Ayat Arti harfiah/ Mufrodat Lapal Arti Lapal Arti wahai orang-orang yang Jauhilah mereka beriman Kebanyakan jangan memperolok- olok dari prasangka suatu kaum sesungguhnya dari kaum sebagian prasangka boleh jadi Dosa bahwa mereka adalah dan jangan kalin mencari kesalahan lebih baik dan jangan kalian mengumpat daripada mereka sebagian kalian dan janganlah kalian mencela apakah menyukai diri kalian sendiri salah seorang diantara kalian dan jangan kalian bahwa memakan

Transcript of Web viewMENGHINDARI PENYAKIT HATI. Mari Belajar . Membaca . Al-Qur’an. Kegiatan pembelajaran ....

MENGHINDARI PENYAKIT HATI

A. Mari Belajar Membaca Al-Qur’an Kegiatan pembelajaran 1. Membentuk kelompok, 3 – 4 orang per kelompok.2. Pilihlah teman yang dapat membimbing kamu membaca Al quran.3. Bukalah Al Quran dan carilah surat Al Hujurat : 11- 124. Bacalah Qs. Al Hujurat :11- 12 secara bergantian diawali dengan teman pembimbingmu.5. Lakukan secara berulang-ulang 1- 3 kali.6. perhatikan tanda baca ( harakat) panjang dan pendeknya. 7. Guru membimbing peserta didik dan meluruskan serta mendemonstrasikan bacaan.

B. Mari Belajar Mengartikan Ayat

Arti harfiah/ Mufrodat

Lapal Arti Lapal Arti wahai orang-orang yang Jauhilah

mereka beriman Kebanyakan jangan memperolok-olok dari prasangka

suatu kaum

sesungguhnya

dari kaum sebagian prasangka boleh jadi Dosa

bahwa mereka adalah

dan jangan kalin mencari kesalahan

lebih baik

dan jangan kalian mengumpat

daripada mereka sebagian kalian dan janganlah kalian mencela apakah menyukai

diri kalian sendiri

salah seorang diantara kalian

dan jangan kalian panggil memanggil

bahwa memakan

Lapal Arti Lapal Arti

dengan gelar daging

seburuk-buruk nama Saudaranya fasiq/jahat bangkai/mati

sesudah keimanan

maka kalian benci kepadanya

dan barang siapa tidak bertobat

dan bertakwalah kepada Allah

maka mereka itu Maha Penerima Taubat

orang-orang yang zalim Maha Penyayang

Terjemahan Ayat

11. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah Suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). dan jangan pula perempuan- perempuan (mengolok-olokan) perempuan lain, boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). dan janganlah kamu saling mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.

12. Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

C. Mari Belajar Memahami Kandungan Makna

Sabab Nuzul

Diriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan tingkah laku kabilah Bani Tamim yang pernah berkunjung kepada Rosulullah, lalu mereka memperolok-olok beberapa sahabat yang fakir dan miskin seperti ‘Ammar, Suhaib, Bilal, Khabbab, Salman Al-Farisi, dan lain-lain karena pakaian mereka sangat sederhana.

Adapun kandungan makna ayat ini adalah sebagaai berikut:

1. Allah melarang kaum muslimin saling mengejek, mencela diri sendiri, dan memanggil orang lain dengan panggilan yang tidak baik.

2. Mengejek orang lain baik dengan perkataan maupun perbuatan berarti mengejek diri sendiri.3. Orang-orang yang tidak mau bertobat dari kesalahan-kesalahannya dicap oleh Allah sebagai orang-

orang yang zalim4. Dalam ayat ini terkandung prinsip-prinsip dasar saling menghargai antara seorang Muslim dengan

muslim yang lainnya.5. Allah melarang orang-orang yang beriman berburuk sangka, mencari cari kesalahan orang lain dan

bergunjing.6. Allah memberi perumpamaan bagi orang yang suka bergunjing itu seperti orang yang makan daging

saudaranya yang sudah mati.7. Allah memerintahkan supaya tetap bertaqwa karena Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

D. Mari belajar menyalin/ menuliskan Qs. Al Hujurat : 11- 12Salinlah surat Al Hujurat : 11- 12 ke dalam buku catatanmu! (tugas di rumah)Sebelum menyalin surat di atas, perhatikan hal-hal berikut ini!1. Telaah bentuk tulisan huruf, kata dan kalimat dengan teliti sehingga sesuai dengan struktur

kalimat berikut artionya.2. Telitilah perubahan huruf- huruf hijaiyah setelah dirangkai dengan huruf lain.3. Perhatikan huruf-huruf yang harus ditulis tapi tidak dibaca.4. Perhatikan huruf-huruf yang dibaca panjang dengan harakat panjang/fathah dan kasroh berdiri

atau dlomah terbalik. 5. Lakukan/ latihlah secara berulang-ulang.6. Sesekali guru bisa membimbing dengan imla untuk mengevaluasi hasil tulisannya.

BELAJAR BAHASA ARAB

Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal) adalah kalimat yang kata kerjanya sebelum pokok kalimat. Atau kalimat yang berpredikat kata kerja. Contoh: Perintah Allah telah datang ( الله �مر أ �ى �ت Jumlah .(أFi’liyah juga diartikan sebagai kalimat yang terdiri dari fi’il (kata kerja) dan Fa’il (pelaku).

Contoh : يد Zaid telah pergi = ذ�ه�ب� ز�

ج�ع� ع�لي Ali telah pulang = ر�

Unsur-unsur dalam jumlah fi'liyyah yakni:

JUMLAH FI’LIYAH

1. Subyek yang disebut Faa'il2. Predikat yang disebut Fi'il (verb/kata kerja)3. Obyek yang disebut Maf'ul Bih4. Zhorof-majrur

Pada jumlah fi'liyah kombinasi zhorof-majrur tidak lazim dikatakan sebagai syibhul jumlah. Namun, tetap disebut sebagai zhorof majrur apa adanya.

Lihat pula contoh-contoh di bawah ini!

Arti Fa’il (الفاعل) Fi’il (الفعل)

Allah telah menciptakan… ... الله �ق� خ�لAllah telah mengutus… ... الله �ع�ث� بPerintah Allah telah datang �مر الله أ �ى �ت أKami telah mengutus Musa ل �رس� �اأ موس�ى ن

Catatan: ل �رس� �اأ موس�ى ن Kalimat di samping, kata kerja aslinya ل� �رس� �ا :sedangkan Fa’ilnya أ Dlomir) ن

Muttasil dari  (حن� Sehingga, kalimatnya menjadi .(ن ل �رس� �اأ نDalam kalimat verbal, kata kerjanya selalu dalam bentuk Tunggal,walaupun pokok kalimat yang

mengikuti kata kerja tersebut jamak (banyak) atau Mutsana’ (dua). Perhatikan contoh di bawah ini!

Arti Fa’il (الفاعل) Fi’il (الفعل)

Para Malaikat sujud… �ة �ئك ... الم�ال ج�د� س�Dua wanita sujud… �ان ...البنت ج�د�ت س�Orang-orang Islam berkata… ...المسلمون� ق�ال�

BANDINGKAN PERBEDAAN CONTOH JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH

Arti Jumlah Ismiyah Jumlah Fi’liyah

Seorang Islam laki-laki membuka pintuفتح المسلم

الباب فتح المسلم

البابDua orang Islam laki-laki membuka pintu

المسلمانالباب افتح

فتح المسلمانالباب

Orang-orang Islam laki-laki membuka pintu المسلمون

الباب وافتح فتح المسلمون

البابOrang Islam perempuan membuka pintu

المسلمةالباب تفتح

المسلمة تفتح الباب

Dua orang Islam perempuan membuka pintu المسلمتان

الباب تافتح فتحت

المسلمتانالباب

Orang-orang Islam perempuan membuka pintu فتحت المسلمات

الباب نفتح المسلماتالباب

Mubtada’ dibagi 2 yaitu: Dhohir dan Mudlmar.1. Mubtada’ Dhohir adalah isim marfu’ yang bebas dari amil lafadz melainkan oleh amil

maknawi, yaitu ibtida’ atau permulaan kalimat saja, seperti contoh-contoh di atas.2. Mubtada’ Mudlmar (Isim Dlomir) adalah ada 12 (dlomir Munfashil), seperti: ا� �ن هو�, هم�ا, هم.....ا

�حن �نت� ق�ادم :Contoh .ن �ين� أ ؟من أ

QS. Al Hujurat (49): 11-12

Tulislah bebarapa jumlah fi’liyah dari QS. Al Hujurat (49): 11-12, kemudian uraikan jabatan kalimah

dari jumlah tersebut !

PENGHAFAL QUR’AN DAPAT MEMBERI SYAFA’AT BAGI SEPULUH ANGGOTA KELUARGANYA DI HARI KIAMAT

GGه لى اللGGه ع�لي �GGه صGGول الل GGس GGه ق�GGال� ، ق�GGال� ر� ي� اللGGه ع�ن GGض �بي ط�الب ر� ع�ن ع�لي بن أ�هGGل ة من أ ر� �GGفع�ه في ع�ش �GGة� ، و�ش ن ه الج� �GGه الل ل �دخ� � القGGرآن� و�ح�فظ�GGه أ أ م� : م�ن ق�GGر� ل وس�

ار� )رواه ابن ماجه) هم ق�د استوج�ب� الن �يته ، كل بArtinya: Dari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, Rasulullah s.a.w bersabda:“Barangsiapa yang membaca Al-Quran kemudian menghafalkannya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga, memberikan syafaat kepada sepuluh anggota keluarganya yang semuanya telah terfonis masuk neraka” (HR. Ibnu Majah)

Kalima Artinya Kalimat Artinya

ع�ن Dari �ه ل �دخ� أ Akan memasukannya

ق�ال� Berkata ه الل Allah

م�ن Barangsiapa ة� ن الج� Syurga� أ ق�ر� Membaca فع�ه و�ش� Dan memberi syafaat

القرآن� Al-qur’an في Bagi

و�ح�فظ�ه Dan menghafalnya ة ر� ع�ش� Sepuluh

من Dari ق�د Sudah pasti

�هل أ Anggota استوج�ب� Masuk

�يته ب Keluarganya ار الن Neraka

هم كل Seluruhnya

Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah. Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca Al-Qur’an adalah wajib ‘ain. Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu baca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.

Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an tanpa mau membaca dan memahaminya. Beriman terhadap Al-Qur’an bukan sekedar percaya saja, namun mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, dan aturan hidup manusia. Dalam konteks hablum minallah, Al-Qur’an mengatur relasi hamba dengan khaliqnya. Hubungan vertikal ini dalam bahasa syariat disebut ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam konteks hablum minan naas, Al-Qur’an menjelaskan tata cara pergaulan dan hubungan manusia dengan dirinya, manusia lain dan makhluk Allah lainnya. Hubungan horizontal ini dikenal dengan sebutan muamalah. Konkritnya, Al-Qur’an memberi petunjuk bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Mengamalkan al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap muslim, bahkan menjadi syarat utama menjadi seorang yang beriman. Allah swt dan Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, agar kita selamat dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw mengingatkan kita akan penting pengamalan terhadap al-Qur’an dan sunnah Rasul saw dengan sabdanya, “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul.” (H.R. At-Tirmizi) Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang sesat itu orang meninggalkan ajaran al-Qur’an dan As-Sunnah. Namun sayangnya, selama ini kebanyakan umat Islam telah meninggalkan al-Qur’an. Al-Qur’an tidak mendapat perhatian dan tidak dibaca untuk diamalkan sebagaimana mereka sibuk membaca bacaan lain selainnya. Selama ini kita mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun kita tidak mampu membaca al-Qur’an.

Kita mampu membaca dan mengkhatamkan surat kabar yang jumlah kata atau hurufnya hampir sama dengan 1 juz al-Qur’an dalam waktu belasan menit, namun kita tidak mampu membaca beberapa halaman dari al-Qur’an. Begitu pula kita mampu membaca majalah yang tebalnya seperempat atau sepertiga al-Qur’an dalam waktu beberapa jam, namun giliranya membaca al-Qur’an kita tidak mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama. Bahkan kita mampu membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang tebalnya sama dengan al-Qur’an dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun. Inilah kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.

Sejatinya kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih. Mereka menjadikan al-Qur’an sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak pernah bosan dan kenyang dengan al-Qur’an, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, “Kalau hati kita bersih, maka kita tidak pernah kenyang dengan al-Qur’an.” Karena dengan senantiasa membaca al-Qur’an, kita akan mendapatkan banyak kebaikan.

Asy syahid Sayyid Quthub mengatakan dalam muqaddimah tafsirnya, “Hidup dalam naungan al-Qur’an adalah nikmat. Nikmat yang hanya diketahui oleh siapa yang telah merasakannya. Nikmat yang

akan menambah usia, memberkahi dan menyucikannya.” Sungguh banyak keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca al-Qur’an. Keuntungan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya seperti surat kabar, majalah dan buku. Diantara keutamaan dan keuntungan orang yang membaca al-Qur’an yaitu;

Pertama: orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw bersabda: ”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.” (H. R. Muslim). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.

Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain.

Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).

Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an dan meninggalkannya. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an” (H.R Muslim). Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw. Mengapa demikian?

Jawabannya adalah karena mereka mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw. Maka Islampun berjaya pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun, setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an.

Kelima, orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah. Nabi saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).

Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, “…Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Al-Qur’an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.

Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf (H.R at-Tirmizi) Membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu halaman al-Qur’an? Bahkan berapa

jumlah pahala yang kita peroleh bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu? Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.

Demikianlah berbagai keutamaan dan keuntungan bagi orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an pada bulan-bulan biasa. Maka, terlebih lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an? Tentu, pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Maka, sangatlah rugi bagi orang-orang yang tidak mau membaca dan mempelajari al-Qur’an, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan pahala padanya. Dan keutamaan-keutamaan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya selain al-Qur’an.

Namun tentu bagi kita, kita tidak cukup hanya sebatas membaca saja namun tentu lebih jauh bagaimana kita harus termasuk diantara orang-orang yang gemar menghafal al-qur’an, karena menghafal al-Qur’an adalah hal yang sangat agung dan mulia. Hampir setiap muslim baik yang muda, tua ataupun anak kecil ingin menjadi seorang penghafal al-Qur’an karena menjadi seorang hafidz (orang yang hafal al-Qur’an) akan mendapatkan keutamaan yang sangat banyak sekali, baik di dunia maupun di akhirat. Di bawah ini ada beberapa keutamaan seorang hafidz yang patut diketahui oleh setiap muslim agar memacu dirinya untuk menjadi seorang hafidz dan sebagai penjaga atas kemurnian al-Qur’an dari orang-orang yang ingin merubahnya, diantaranya:

1. Memiliki kedudukan yang mulia di surga dibandingkan yang lainnya. Ketika seorang muslim masuk ke dalam surga, maka seorang hafidz memiliki kemuliaan yang berbeda dengan yang lain. Dimana ia lebih tinggi derajatnya dibandingkan yang lainnya di akhirat kelak, sebagaimana dia telah diangkat derajatnya di dunia.

2. Al-Hafidz itu lebih berhak untuk menjadi seorang yang mempunyai kedudukan. Di antara orang-orang yang telah diangkat derajatnya oleh Allah karena al-Qur’an adalah Zaid bin Tsabit -radhiyallahu anhu-. Dia adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw yang diangkat menjadi sekretaris Rasulullah Saw, dan juga Mu’adz bin Jabal -radhiyallahu anhu- yang dipilih untuk menjadi delegasi Rasulullah Saw ke negeri Yaman untuk menyampaikan dakwah Islam. Sebagaimana tercantum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muadz bin Jabbal -radhiyallahu anhu- ,

3. Al-Hafidz itu adalah orang yang paling berhak untuk menjadi seorang imam. Bukan menjadi hal yang aneh dalam suatu masyarakat kita bahwa seorang yang hafal al-Quran akan dipilih menjadi seorang imam masjid. Hal ini bukannya tanpa dasar, akan tetapi hal ini berlandaskan pada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Masud al-Anshari -radhiyallahu anhu-. Bahwasanya Nabi Saw pernah bersabda, “Hendaknya yang menjadi imam bagi suatu kaum adalah orang yang paling memahami isi Kitab Allah. Ini adalah keutamaan yang sangat besar dari seorang hafidz, di mana ia selalu didahulukan dari sekian banyak orang yang hadir di masjid untuk menjadi imam shalat. Kecuali di dalam masjid tersebut sudah ada atau sudah ditentukan imam tetapnya.

4. Al-Hafidz didahulukan pendapatnya dalam syura atau musyawarah. Di antara keutamaan seorang hafidz yang akan ia dapatkan di dunia adalah pendapatnya selalu didahulukan dalam syura (musyawarah) atau diskusi. Hal ini bukannya tanpa dasar, akan tetapi berlandaskan pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu. Ia berkata yang artinya, Dewan syuranya Umar -radhiyallahu anhu- dipenuhi oleh ahli al-Quran, baik yang tua maupun yang muda usianya. Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya apabila dalam sebuah organisasi ada orang yang hafal al-Quran, maka sudah sepantasnya bagi anggota yang lainnya untuk mendahulukan pendapatnya dari pada pendapat yang lainnya, meskipun tidak semua pendapat yang muncul darinya diterima secara mutlak.

5. Al-Hafidz didahulukan penguburannya. Sebagaimana Allah Swt telah mengangkat derajat al-Hafidz di dunia, maka Dia mengangkat pula derajat seorang hafidz di akhirat. Maka seorang hafidz berhak untuk selalu didahulukan dalam kondisi apapun, bukan hanya dalam masalah syura, imam, bahkan hingga sesudah matinya.

Hal ini berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah -radhiyallahu anhu-. Ia berkata, Bahwasanya Nabi Saw pernah mengumpulkan dua orang laki-laki yang gugur di perang

Uhud, kemudian Rasulullah Saw bersabda, Manakah antara keduanya yang lebih banyak hafalan al-Quran? Ketika ditunjukkan kepada beliau salah seorang dari keduanya (yang hafalannya lebih banyak), maka beliau mendahulukan penguburannya. Beliau bersabda, Aku menjadi saksi bagi mereka pada hari Kiamat. Kemudian beliau menyuruh menguburkan mereka beserta darah mereka, tidak memandikan dan menshalatkan keduanya.

6. Al-Hafidz adalah ahli (wali) Allah Swt dan orang khusus-Nya. Setiap muslim pasti menginginkan agar dirinya menjadi ahli (wali) Allah subhaanahu wa taala dan orang khusus-Nya, namun dalam mewujudkannya tidaklah mudah karena harus melalui proses yang berat. Salah satu caranya adalah menjadi seorang penghafal al-Quran. Allah Swt akan menyempurnakan derajat orang yang hafal al-Quran dengan menjadikannya sebagai ahli (wali)-Nya dan orang khusus-Nya. Itulah kemuliaan yang besar dan kedudukan tinggi yang akan didapatkan oleh al-Hafidz.

7. Al-Hafidz termasuk golongan orang yang diberi ilmu. Allah Swt menyanjung dan memuji para penghafal kitab-Nya. Dimana ia menjadikan al-Quran sebagai ayat-ayat yang nyata dalam hati mereka. Hal ini merupakan kedudukan yang sangat agung bagi mereka yang tidak akan dimiliki oleh yang lainnya. Allah Swt berfirman, Sebenarnya, al-Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dhalim.

Maksud dari ayat di atas, bahwasanya al-Quran akan tetap terjaga kemurniannya dalam dada-dada orang yang menghafalnya, meskipun banyak dari kalangan musuh-musuh Islam yang ingin merubahnya. Sehingga orang yang telah hafal al-Quran mempunyai gelar sebagai penjaga al-Quran.

8. Al-Hafidz jasadnya tidak tersentuh api neraka. Perlu diketahui bahwasanya usaha terbesar yang dilakukan seorang muslim untuk membebaskan dirinya dari siksa api neraka dan memasukkan dirinya ke dalam surga adalah dengan menghafal al-Quran. Dimana Allah Swt telah memuliakan para penghafal al-Quran dengan menyelamatkan mereka dari siksa api neraka. Sementara api neraka tidak akan menyentuh tubuh mereka yang suci. Hal yang demikian itu karena keagungan apa yang ada dalam dada mereka dari kalamullah.

Inilah sejumlah keutamaannya :

1. Menjadi Keluarga Allah SWT. Dalam sebuah hadits disebutkan : Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia”. Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?" Rasul menjawab, "Para ahli Al Quran. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya." (HR Ahmad). Para ahli Al Quran yang dimaksud adalah para penghafal Al Quran yang juga mengamalkan kandungannya.

2. Ditempatkan di Surga Tertinggi. Sabda rasulullah SAW: Diakhirat nanti para ahli Al Quran di perintahkan,"Bacalah dan naiklah ke surga. Dan bacalah Al Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggalmu di surga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca."

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda : "Jumlah tingkatan-tingkatan surga sama dengan jumlah ayat-ayat Al Quran. Maka tingkatan surga yang dimasuki oleh penghafal Al Quran adalah tingkatan yang paling atas, dimana tidak ada tingkatan lagi sesudah itu.”

3. Dapat Memberikan Syafaat Kepada Anggota Keluarganya. Sabda Rasulullah SAW: "Daripada Ali Bin Abi Thalib Karramallahu Wajhah ia berkata, "Barangsiapa membaca Al Quran dan menghafalnya, maka Allah akanmemasukkannya kedalam syurga dan memberikannya hak syafaat untuk sepuluh anggota keluarganya dimana mereka semuanya telah ditetapkan untuk masuk neraka." (Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)

Sedih rasanya jika salah satu anggota keluarga kita ada yang tidak beruntung dan masuk neraka. Dengan menjadi penghafal Al Quran, kita bisa membantu mereka menyelamatkan diri dari api neraka.

4. Orang Tua Mendapat Pahala Khusus Jika Anaknya Penghafal Al Quran. Sabda Rasulullah SAW : "Pada hari kiamat nanti, Al Quran akan menemui penghafalnya ketika penghafal itu keluar dari kuburnya. Al Quran akan berwujud seseorang dan ia bertanya kepada penghafalnya: "Apakah anda mengenalku?".

Penghafal tadi menjawab; "saya tidak mengenal kamu." Al Quran berkata; "Saya adalah kawanmu, Al Quran yang membuatmu kehausan di tengah hari yang panas dan membuatmu tidak tidur pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang akan mendapat keuntungan di belakang dagangannya dan kamu pada hari ini di belakang semua dagangan. Maka penghafal Al Quran tadi diberi kekuasaan di tangan kanannya dan diberi kekekalan ditangan kirinya, serta di atas kepalanya dipasang mahkota perkasa. Sedang kedua orang tuanya diberi dua pakaian baru lagi bagus yang harganya tidak dapat di bayar oleh penghuni dunia keseluruhannya. Kedua orang tua itu lalu bertanya: "kenapa kami di beri dengan pakaian begini?". Kemudian di jawab, "karena anakmu hafal Al Quran."

Kemudian kepada penghafal Al Quran tadi di perintahkan, "Bacalah dan naiklah ketingkat-tingkat syurga dan kamar-kamarnya." Maka ia pun terus naik selagi ia tetap membaca, baik bacaan itu cepat atau perlahan (tartil).

5. Penghafal Al Quran akan Memakai Mahkota Kehormatan. Nabi SAW bersabda: "Orang yang hafal Al Quran nanti pada hari kiamat akan datang dan Al Quran akan berkata; "Wahai Tuhan pakaikanlah dia dengan pakaian yang baik lagi baru." Maka orang tersebut di berikan mahkota kehormatan.

Al Quran berkata lagi: "Wahai Tuhan tambahlah pakaiannya." Maka orang itu di beri pakaian kehormatannya. Al Quran lalu berkata lagi, "Wahai Tuhan, redailah dia." Maka kepadanya di katakan; "Bacalah dan naiklah." Dan untuk setiap ayat, ia di beri tambahan satu kebajikan.

MENGENAL NAMA – NAMA ALLAH

1. AL WALIYYU ( لو� لي� ( اArtinya Allah Yang Maha Melindungi dan Menolong serta membela Hamba-Hamba-Nya. Atau Yang

Maha Bersahabat lagi Maha Pelindung. Allah merupakan Sahabat setia terhadap segenap Sahabat-Nya.

Marilah kita lanjutkan mempelajari Asmaul Husna. Pada bab ini kita akan membahasa 17 Asmaul Husna, yang meliputi : : Al

Waliy, Al Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi’u, Al Mu’id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayy, Al Qayyum, Al Wajid dan Al Ahad, Al Majid,Al

Wahid, As Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim.

Al Waliy adalah sebuah sikap yang harus tertanam dalam jiwa kita, dengan cara meningkatkan kapasitas diri kita agar menjadi jalan perlindungan dan kebaikan bagi orang lain. Bisa kita saksikan, bagaimana seorang ibu mencintai dan memberikan perlindungan pada anaknya yang tidak bertepi, sehingga memiliki kedudukn istimewa di hadapan Allah SWT. Allah berfirman :

Artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. ( Q.S. Al Baqarah, 2 : 257 )

2. AL-HAMID ( ميد �لح� ( اArtinya Allah Yang Maha Terpuji, sebuah perbuatan dinamakan terpuji apabila memenuhi tiga

kriteria, yaitu :a. Perbuatan tersebut indah ( baik )b. Dilakukan dengan sadar,c. Tanpa paksaan

Denga demikian Allah Al Hamid adalah yang menciptakan segala sesuatu dengan baik atas dasar ihtiar dan Kehendak-Nya, tanpa paksaan. Semua perbuatan-Nya terpuji segala yang terpuji adalah pasti perbuatan-Nya. Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah ayat 267 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. ( Q.S. Al Baqarah, 2 : 267 )

3. AL-MUHSHI ( لمحصي� ( اArtinya : Yang Maha Menghitung, dengan Ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, Dia menghitung

dan memelihara segala yang ada, baik yang besar maupun yang kecil sekali pun, hingga tiada suatu pun yang luput dari Perhitungan dan Pemeliharaan-Nya. Atau Yang Maha Penghitung atau pun Yang Maha Perancang. Ia sumber ilmu matematika, dan oleh sebab itu sumber segala ilmu pengetahuan alam.

Quraish Shihab dalam buku Menyingkap tabir Ilahi menjelaskan: Al Muhshi adalah Dia Yang Mengetahui dengan sangat teliti rincian segala sesuatu dari segi jumlah dan kadarnya, panjang dan lebarnya, jauh dan dekatnya, tempat dan waktunya, kadar gelap dan terangnya, sebelum dan saat wujudnya.

Kita sebagai Hamba-Nya bisa menerapkan Al Muhshi ini dalam kehidupan sehari – hari, contohnya teliti dan penuh perhitungan dalam setiap tindakan. Allah berfirman :

Artinya: “Supaya dia mengetahui, bahwa Sesungguhnya rasul-rasul itu Telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu”.( Q.S. Al Jin, 72 : 28 ).

4. AL-MUBDI'U ( المبدئ )Artinya Yang Maha Memulai; Yang menjadikan segala sesuatu dari tiada. Segala apa yang diambil

oleh Allah dapat dikembalikan-Nya. Allah lah yang pertama kali menciptakan dan mewujudkan segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang mendahului penciptaan selain Allah Swt

Firman Allah dalam AL Qur’an Surat Al Ankabuut ayat : 19.

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” ( Q.S. Al Ankabuut, 29 : 19).

5. AL-MU'IIDU ( لمعيد� ( اArtinya: Yang Maha Mengembalikan atau Maha Mengulangi. Allah Swt mampu mengembalikan atau

mengulangi sesuatu dengan sangat mudah, karena Dia yang memulai penciptaan tanpa model atau contoh, dan Dia pun yang memiliki otoritas untuk mengembalikan keadaan makhluk-Nya kepada keadaan semula. Allah Swt berfirman :

Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, Kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Q.S. Ar Ruum, 30 : 27)

6. AL-MUHYI ( لمحي� ( ا

Artinya Yang Maha Menghidupkan, Allah Yang Maha Kuasa Menghidupkan segala sesuatu yang sudah mati. Ia memberi hayat kepada segala makhluk hidup. Allah Pun sangat mampu menghidupkan kembali manusia untuk kedua kalinya setelah kematiannya di dunia.

Lebih luas lagi Allah Swt tidak hanya menghidupkan manusia secara fisik, ataupun menghidupkan manusia setelah kematiannya, tetapi kuasa Allah pula menghidupkan qalbu manusia dengan hidayah dan keimanan, sehingga manusia hidupnya lebih bermakna. Allah berfirman :

Artinya: “Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa) menghidupkan orang-orang yang Telah mati. dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Q.S. Ar Ruum, 30 : 50).

7. AL-MUMIITU ( المميت ) Artinya Allah Yang Maha Mematikan. Dia berkehendak mematikan seseorang atau menahan

seseorang untuk tidak mati sampai waktu yang ditentukan. Dia Yang Maha Kuasa mematikan apapun yang hidup. Atau Yang Maha Pencipta Maut, atau Yang Maha Pemusnah. Segala sesuatu yang hidup akhirnya ditakdirkan mati oleh-Nya, tidak terkecuali para malaikat, jin, dan setan.

Dengan demikian, tidak seorangpun yang bisa bersembunyi dari kematian apabila telah tiba waktunya walaupun bersembunyi dalam benteng yang sangat kuat. Allah berfirman :

Artinya: “Dan dialah Allah yang Telah menghidupkan kamu, Kemudian mematikan kamu, Kemudian menghidupkan kamu (lagi), Sesungguhnya manusia itu, benar-benar sangat mengingkari nikmat”. ( Q.S. Al Hajj, 22 : 66 ).

8. AL-HAYYU ( ) Artinya Allah Yang maha Hidup, sifat ini adalah sifat yang wajib ada pada zat-Nya, apabila Allah tidak

hidup, mustahil ada kehidupan ini. Dia hidupnya langgeng, Dia yang memberi dan mencabut kehidupan dari yang hidup, Makhluk-Nya hidup karena dianugrahi kehidupan, sedangkan Allah hidup bukan karena anugrah. Selai Allah akan binasa. Firman Allah dalam surat Al Baqarah, 2 : 255 ;

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. ( Q.S. Al Baqarah, 2 : 255).

9. Al Qayyuum ( )Al Qayyuum artinya : Yang Maha Berdiri sendiri, Allah SWT. tidak membutuhkan bantuan dari siapa

pun dalam menciptakan alam semesta, karena Allah SWT. berdiri sendiri. Bahkan Allah SWT. Maha Penolong makhluk-Nya. Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Baqarah :

Artinya: “Allah itu Tuhan yang Maha Esa hidup lagi mengurus kebutuhan makhluk-Nya Dia tidak mengantuk dan tidak tidur”. (Al-Baqarah:255)

10. AL-WAAJID (لو�اجد� ( اArtinya : Yang Maha Menemukan , Maha Mendapatkan. Allah Swt Maha Kaya dengan Penemuan

dan dapat melaksanakan segala sesuatu yang dikehendaki. Ia memberi bentuk badani kepada segala sesuatu yang terdapat di dunia ini. Al Waajid memiliki kesamaan makna dengan Al ‘Aliim dalam hal pengetahuan-Nya tentang sesuatu.

Pengertian Al Waajid menurut Imam Ghazali sama dengan Al Ghaniy, yaitu Maha Kaya, karena Dia tidak membutuhkan sesuatu. Asmaul Husna Al Waajid menunjukkan bahwa Dia mengetahui keadaan setiap makhluk-Nya. Dia pun akan mengambil langkah tepat terhadap mereka sesuai keadaannya, baik berupa pertolongan, memberikan ujian, dan balasan berupa pahala atau hukuman. Allah berfirman :

Artinya: “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu dia memberikan kecukupan”. (Q.S. Adh Dhuha,93: 6 – 8).

11. AL-MAAJID ( لم�اجد� ( اArtinya : Allah Yang Maha Mulia. Allah lah Yang Mempunyai Kemuliaan dan Maha Tinggi dari segala

Kekurangan. Dia Yang Maha Mulia Zat-Nya, yang indah perbuatan-Nya, dan yang banyak anugrah-Nya.

Dengan ke-Maha Muliaan-Nya, Dia berkuasa untuk melimpahkananeka kebaikan yang tiada terhingga bagi manusia. Dia memberikan kesempatan seluas – luasnya untuk mewujudkan sifat – sifat yang mulia. Kemudian Allah memuliakan hamba-Nya yang berakhlak mulia, beserta limpahan pahala, penghapusan dosa, serta ditutupnya macam-macam ‘aib dan kelemahan yang dimilikinya.

Menurut Imam Ghazali, Al Maajid menghimpun makna – makna yang terkandung dalam sifat; Al Jaliil, al Wahhab dan Al kariim. Allah berfirman :

Artinya: “Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, Hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia." (Q.S. Huud, 11 : 73)

12. AL-WAAHID (لو�احد� ( اArtinya Yang Maha Tunggal dan Maha Esa. Menurut Imam Ghazali kata “Wahid” mengandung arti

sesuatu yang tidak terdiri atas bagian-bagian dan tidak memiliki duanya. Allah itu satu, tiada tandingan-Nya, menjadi tempat bersandar, tempat memohon dan satu-satunya tempat bergantung bagi semua hamba-Nya. Firman Allah QS Albaqarah,2:163

Artinya: “Dan Tuahanmu adalah yang Maha Esa, tidak ada Tuhan(yang berhak disembah)selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS Albaqarah, 2:163)

13. AL-AHAD (ح�د� ( االArtinya Yang Maha Esa. Walaupun memiliki akar kata yang sama dengan Al Waahid, keduanya

memiliki makna dan penggunaan tersendiri. Ahad hanya digunakan untuk sesuatu yang tidak dapat menerima penambahan. Kita lihat kata ahad yang terdapat dalam Al Qur’an Surat Al Ikhlas berikut ini :

Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”. ( Q.S. Al Ikhlas, 112 : 1)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa zat Allah itu tunggal tidak terbagi ke dalam bagian – bagian dan tidak ada penambahan. Kemudian Dia memiliki sifat – sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.

Keesaaan Allah menurut Al Asyqar tampak dalam empat hala) Zat dan sifat-Nya. Keesaan Zat-Nyab) Esa dalam rububiyyah-Nya Maksudnya, Allah sendiri yang menciptakan langit dan bumi. Dia

sendiri yang menurunkan air dari langit dan menumbuhkan kebun-kebun. Dia pula yang memberikan rezeki kepada seluruh makhluk, dengan seluruh pergerakan yang ada di alam, Dia sendiri yang mengaturnya.

c) Esa dalam memerintah kerajaan-Nya. Dialah yang memiliki otoritas mengatur kehidupan. d) Esa dalam penyembahan, Allah SWT adalah satu-satunya Zat yang berhak disembah.

14. AS-SHAMAD (الصم�د )Artinya: Yang Maha Dibutuhkan, Allah adalah tempat bergantung semua makhluk, Dia mengetahui

semua kebutuhan kita, tidak ada celah sedikitpun dari selain Allah yang dapat menolong kita. Oleh karena itu bergantung kepada selain Allah adalah bencana. Sebab makhluk adalah ciptaan Allah yang memiliki kelemahan, keterbatasan dan tidak memiliki kekuatan. Firman Allah Dalam QS Al Iklas, 112: 1- 4

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Q.S. Surat Al Ikhlas, 112 : 1 – 4 ).

Kalau kita menyebut kata Allah As Shamad artinya kita bergantung sepenuhnya Kepada Allah dan tidak ada celah sedikitpun bagi kita untuk meminta kepada selain Dia. Allah adalah Zat yang Maha mengetahuai semua kebutuhan kita.

15. AL-QOODIR ( لق�ادر� ( اArtinya Allah Yang Maha Kuasa. Firman Allah dalam Q.S Al Isra ,17 : 99 )

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah Kuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan Telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran”. ( Q.S. Al Israa, 17 : 99 )

Yang perlu dicermati adalah bahwa kemahakuasaan Allah dan kebebasan-Nya dalam melakukan sesuatu, bukan berarti kekuasaan dan kebebasan-Nya memilih satu dari dua atau lebih. Akan tetapi, kekuasaan dan kebebasan Allah itu adalah karena tida ada sebab selain diri-Nya yang mendorong untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Dalam ayat lain Allah berfirman :

Artinya: “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”. ( Q.S. Al Baqarah, 2 : 20)

16. AL-MUQTADIRU (در� �لمقت ( اArtinya Allah Yang Maha Menentukan atau Yang Maha Memutuskan. Seorang hamba tidak

berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya, kecuali hanya dengan izin-Nya. Manusia hanya berkeinginan, berencana dan berikhtiar saja, perkara hasil, sepenuhnya berada pada keputusan Allah yang Al Muqtadir.

Apa yang Allah tentukan dan apa yang Allah putuskan untuk Makhluk-Nya, itulah yang terbaik, walaupun terkadang tidak sesuai dengan keinginan kita. Allah berfirman :

Artinya: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( Q.S. Al Kahfi, 18 : 45 ).

Dalam Q.S Al Baqarah 2 : 216 Allah Berfrman:

Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui”.( Q.S. Al Baqarah, 2 :216 ).

Allah Swt memberikan kekuatan terhadap segala sesuatu yang berada di bumi dan di langit serta menggunakannya sesuai ilmu dan kehendak-Nya yang meliputi segala sesuatu. Jika berkehendak, Dia akan menguatkan yang lemah dan melemahkan yang kuat, menciptakan kedamaian di antara keduanya, dan menjadikan keduanya saling mencintai. 17. AL-MUQADDIMU ( لمق�دم� ( ا

Artinya Yang Maha Mendahulukan. Zat yang memiliki kekuasaan Mutlak Mendahulukan. Ia berhak mendahulukan apa-apa yang dapat didahulukan Atau Yang Maha Pemercepat. Bila dikehendaki-Nya, Allah sanggup mempercepat segala urusan. Dia Berhak menenteukan apa pun yang dikehendaki-Nya, hanya Dia yang tahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya. Firman Allah Swt :

Artinya: “Allah berfirman : "Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal Sesungguhnya Aku dahulu Telah memberikan ancaman kepadamu" ( Q.S. Qaaf, 50 : 28 ).

LATIHAN SOAL

JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI !

1. Jelaskan arti Asmaul Husna ; Al Waliy, Al Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi’u, Al Mu’id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayy, Al Qayyum, Al Wajid dan Al Ahad, Al Majid,Al Wahid, As Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim !

2. Sebutkan salah satu dalil yang menunjukkan asmaul husna : Al Waliy, Al Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi’u, Al Mu’id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayy, Al Qayyum, Al Wajid dan Al Ahad, Al Majid,Al Wahid, As Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim !

3. Tulislah terjemahan salah satu dalil yang menunjukkan asmaul husna : Al Waliy, Al Hamid, Al Muhshi, Al Mubdi’u, Al Mu’id, Al Muhyi, Al Mumit, Al Hayy, Al Qayyum, Al Wajid dan Al Ahad, Al Majid,Al Wahid, As Shamad, Al Qadir, Al Muqtadir, Al Muqaddim !

MENGHINDARI VANDALISME

1. Pengertian Vandalisme

Vandalisme adalah suatu faham sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab yang suka melakukan perbuatan merusak harta benda dan fasilitas umum. Rata-ratanya perbuatan ini dilakukan oleh golongan remaja yang terpengaruh dengan budaya ‘funk’ dan ‘rock’ dari barat. Atau dapat diartikan juga kegiatan merusak properti kelompok/individu oleh suatu kelompok maupun perorangan.

2. Beberapa kategori vandalisme remaja :

Pertama, vandalisme ini dilakukan oleh mereka yang hanya mencoba kebebasan berbuaat demikian. Mereka mungkin berbuat demikian sekedar untuk menghabiskan waktu luang.

Kendua, golongan remaja yang mengalami konflik jiwa yang hebat. Remaja yang hidup menyendiri merasakan dunia ini tidak bermakna. Kesunyian mengakibatkan mereka melakukan andalisme untuk menarik perhatian orang banyak.

Ketiga, kelompok yang terdiri dari meraka yang tidak memperoleh kepuasan hati dengan keadaan diri dan masyarakat.

Keempat, golongan remaja yang dimabuk cinta. Vandalisme yang dilakukan oleh kelompok ini terpusat di taman-taman, tepi pantai dan temoat rekreasi, mereka ini dikuasai oleh dorongan emosi diri.Walaupun vandalisme tidak membawa kerusakan yang berat, namun perbuatan ini merusak keindahan tempat umum. Bagaimana kalau coret-coretan, perkataan yang tidak senonoh dibaca oleh anak kecil ? ini sudah tentu menimbulkan imaginasi dan khayalan kotor yang dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan yang menyimpang. Selain itu, waktu dan biaya yang tinggi diperlukan untuk memberihkan tempat yang dicorat-coret. Semua usaha pembersihan dan pemulihan ini memerlukan biaya yang bukannya sedikit.

3. Ayat Al qur’an tentang larangan vandalisme

Artinya : “Dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. ( Q.S. Al Baqoroh ayat 11-12 )

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. ( Q.S. Al Qoshos ayat 77 )

KETENTUAN WAKAF, HIBAH DAN HADIAH

A. Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Lafal Waqf (pencegahan), tahbis (penahanan), tasbil (pendermaan untuk fi sabilillah) mempunyai pengertian yang sama. Wakaf menurut bahasa adalah menahan untuk berbuat, membelanjakan. Wakaf menurut syara’ (jumhur ulama) adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan sementara barang tersebut masih utuh, dengan menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang mewakafkan dan lainnnya, untuk pengelolaan yang diperbolehkan dan riil, atau pengelolaan revenue (penghasilan) barang tersebut untuk tujuan kebajikan dan kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah.

2. Legalitas wakaf, hikmah atau sebabnya

Wakaf menurut mayoritas ulama hukumnya adalah sunnah yang dianjurkan. Ini termasuk sedekah yang disunahkan sebagaimana firman Allah (Q.S. Ali Imran : 92)

3:92. kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Ayat tersebut memberi pengertian secara umum bahwa infak untuk tujuan kebaikan. Wakaf adalah menafkahkan harta untuk tujuan-tujuan kebaikan.

3. Rukun Wakaf

Menurut mayoritas ulama bahwa rukun wakat ada 4, yaitu :a. Orang yang mewakafkanb. Barang yang diwakafkanc. Pihak yang diberi wakaf, dand. Shighat (ucapan, pernyataan tegas, lafadh-lafadh yang menunjukkan makna wakaf, seperti :

“Tanahku ini diwakafka selamanya untuk orang-orang miskin”)

4. Macam-macam Barang Wakaf

Objek wakaf adalah harta yang berwujud, bisa dinilai harganya, seperti : pekarangan, tanah, rumah, atau barang yang bisa dipindah seperti : buku, pakaian, hewan, senjata.

5. Syarat-syarat Wakaf

1) Syarat Pewakaf : merdeka, berakal, baligh atau dewasa, bukan orang yang terhalang karena pander, pailit atau lalai menurut mayoritas ulama.

2) Syarat Barang yang diwakafkan : a. Barang yang diwakafkan hendaknya berupa harta yang bisa diukur nilainyab. Barang yang diwakafkan itu diketahuic. Milik penuh orang yang wakaf ketika dia mewakafkand. Barang yang diwakafkan bukan milik umum.

3) Syarat-syarat pihak yang menerima wakaf :a. Hendaklah orang tersebut diketahui, dia orang baik berbakti hanya karena Allah.b. Wakaf orang muslim kepada pihak pelaku maksiyat, disepakati tidak sahc. Wakaf muslim untuk gereja, perbadatan api, kuil, kelenteng tidak sah

B. HIBAH1. Pengertian hibah

Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah hibah yaitu

عقد يفيد التمليك بال عوض حا ل االلحياة تطوعا“akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika masih hidup dan dilakukan secara sukarela

2. Hukum hibah

Hibah disyariatkan dan dihukumi mandub (sunat) dalam Islam. Dan Ayat ayat Al quran maupun teks dalam hadist juga banyak yang menganjurkan penganutnya untuk berbuat baik dengan cara tolong menolong dan salah satu bentuk tolong menolong tersebut adalah memberikan harta kepada orang lain yang betul – betul membutuhkannya, dalam firman Allah … dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa..( QS: Al Maidah: 2)

Adapun barang yang sudah dihibahkan tidak boleh diminta kembali kecuali hibah orang tua kepada anaknya dalam sabda Nabi :

ال يحل لرجل أن يعطى عطية أوييهب هبة فيرجع فيها اال الوالد فيما يعطى لولده.))رواه ابو داوود وغيره

“Tidak halal bagi seseorang yang telah memberi sesuatu pemberian atau menghibahkan suatu hibah atau menarik kembali kecuali orang tua yang memberi kepada anaknya.” (HR. Abu Daud)

3. Rukun HibahMenurut jumhur ulama’ rukun hibah ada empat:a. Wahib (Pemberi). Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang miliknya kepada

orang lain.b. Mauhub lah (Penerima) Penerima hibah adalah seluruh manusia dalam arti orang yang

menerima hibah.c. Mauhub. Mauhub adalah barang yang di hibahkan.d. Shighat (Ijab dan Qabul) Shighat hibbah adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan ijab dan

qabul.

4. Syarat-syarat hibah

Hibah menghendaki adanya penghibah, orang yang diberi hibah, dan sesuatu yang dihibahkan.

a. Syarat-syarat penghibah. Disyaratkan bagi pengbhibah syarat-syarat sebagai berikut:1) Penghibah memiliki sesuatu untuk dihibahkan2) Penghibah bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan.3) Penghibah itu orang dewasa, sebab anak-anak kurang kemampuannya.4) Penghibah itu tidak dipaksa, sebab hibah itu akad yang mempersyaratkan keridhaan dalam

keabsahannya.

b. Syarat-syarat bagi orang yang diberi hibahOrang yang diberi hibah disyaratkan benar-benar ada waktu diberi hibah. Bila tidak benar-benar ada, atau diperkirakan adanya, misalnya dalam bentuk janin, maka hibah tidak sah. Apabila orang yang diberi hibah itu ada di waktu pemberian hibah, akan tetapi dia masih atau gila, maka hibah itu diambil oleh walinya, pemeliharaannya atau orang mendidiknya sekalipun dia orang asing.

c. Syarat-syarat bagi yang dihibahkan. Disyaratkan bagi yang dihibahkan:1) Benar-benar ada2) Harta yang bernilai3) Dapat dimiliki dzatnya, yakni bahwa yang dihibahkan itu adalah apa yang bisa dimiliki, diterima

peredarannya, dan pemilikannya dapat berpindah tangan. Maka tidak sah menghibahkan air di sungai, ikan di laut, burung di udara, masjid-masjid atau pesantren-pesantren.

4) Tidak berhubungan dengan tempat pemilik hibah, seperti menghibahkan tanaman, pohon, atau bangunan tanpa tanahnya.

5) Dikhususkan, yakni yang dihibahkan itu bukan untuk umum, sebab pemegangan dengan tangan itu tidak sah kecuali bila ditentukaan (dikhususkan) seperti halnya jaminan

5. Sifat wakaf

Menurut Muhammad Ibnul Hasan, kalangan Syafii’yyah, dan Hanabila, jika sudah syah hukumnya maka ia mempunyai konsekuensi mengikat, tidak bisa dibatalkan karena pencabutan atau lainnya. Pengelolaan orang yang mewakafka menjadi terputus. Dia tidak bisa mencabut kembali dan kepemilikannya terhadap harta yang diwakafkan menjadi hilang. Hal ini karena hadits Umar di atas,

دقت بها , ال تباع وال تو هب وال تورث بت اصلها وتص ان شئت حس“Jika kamu menginginkan, kamu bisa menahan (mewakafkan) tanah itu dan bersedekah dengan hasilnya. Ia tidak bisa dijual, tidak bisa dihibahkan atau diwariskan.”

C. HadiahMenurut istilah fiqh, hadiah adalah penyerahan hak milik harta benda tanpa ganti rugi yang umumnya

dikirimkan kepada penerima untuk memuliakannya. Menurut Sayyid Sabiq, hadiah itu seperti hibah dalam segi hokum dan maknanya.sehingga ketentua yang berlaku bagi hibah berlaku pula bagi hadiah.

Menurut Qal’aji, hadiah adalah pemberian sesuatu tanpa imbalan untuk menyambung tali silaturrahim, mendekatkan hubungan dan memuliakan.

Ketentuan hadiah, hibah harus ikhlas.D. Hikmah Wakaf, Hibah dan Hadiah :

1. Di dunia, untuk berbuat baik kepada orang –orang yang terkasih.2. Di akhirat, untuk mendapatkan pahala yang terus menerus.3. Menghilangkan sikap tamak4. Menanamkan kesadaran bahwa dalam setiap harta benda itu meskipun telah menjadi hak milik

seseorangsecara sah, tapimasih ada di dalamnya harta agama yang mesti diserahkan sebagaimana juga zakat.

5. Menopang rasa persaudaraan, social, persatuan dan solidaritas umat Islam6. Jauh dari murka Allah dan siksa-Nya.

Sumber Belajar1. Akhsan Muhammad Suga.Buku Pintar Rahasia IbadahMengungkap Makna dan Rahasia Ilmiah

Dibalik Perintah Ibadah dan Sunah Rasul, Jakarta, Graha Grafindo, Cet.1 20112. Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta, Departemen Agama RI. 20053. Sabiq, Sayid, Fikih Sunnah 13 cetakan pertama, Bandung, PT. Alma’arif 1996.4. Zuhaili, Wahbah. Prof. DR, Fiqh Islam Wa’adillatuhu, penerjemah Abdu Hayyi Al-Khattani, Depok:

Gema Insani, 2011.