Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan...

70
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal pula (Bungin, 2006:72). Informasi yang disebarkan secara massal dan dapat ditangkap oleh masyarakat secara massal memberikan kemudahan dalam mengkonsumsi media, sehingga media menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Tanpa media dapat kita bayangkan bagaimana kehidupan manusia yang sangat butuh akan informasi. Dewasa ini, media massa menjadi kebutuhan bagi manusia. Adanya media massa, seseorang dapat mengetahui informasi dari belahan dunia meski jaraknya sangat jauh. Dalam bukunya Sosiologi Komunikasi, Burhan Bungin (2006:86) menjelaskan sebagai agent of change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong kebudayaan, katalisator 1

Transcript of Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan...

Page 1: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara

massal pula (Bungin, 2006:72). Informasi yang disebarkan secara massal dan

dapat ditangkap oleh masyarakat secara massal memberikan kemudahan dalam

mengkonsumsi media, sehingga media menjadi bagian penting dalam kehidupan

manusia. Tanpa media dapat kita bayangkan bagaimana kehidupan manusia

yang sangat butuh akan informasi. Dewasa ini, media massa menjadi kebutuhan

bagi manusia.

Adanya media massa, seseorang dapat mengetahui informasi dari belahan

dunia meski jaraknya sangat jauh. Dalam bukunya Sosiologi Komunikasi, Burhan

Bungin (2006:86) menjelaskan sebagai agent of change, media massa juga

menjadi institusi budaya, yaitu institusi yang setiap saat menjadi corong

kebudayaan, katalisator perkembangan budaya. Sebagai agent of change yang

dimaksud adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat bagi

manusia bermoral dan masyarakat sakinah, dengan demikian media massa juga

berperan untuk mencegah berkembangnya budaya-budaya yang justru merusak

peradaban manusia dan masyarakatnya.

Keunggulan media massa yang dapat diakses secara massal berkembang dan

bergerak dalam lingkup budaya untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat

1

Page 2: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

(massa). Media massa mampu mengubah kebudayaan dengan budaya baru dan

media massa juga mampu mencegah berkembangnya budaya baru yang tidak

sesuai dengan budaya yang sudah ada dengan membentuk pola pikir

masyarakatnya.

Media sebagai sebuah sistem komunikasi manusia telah kian penting di

dunia di mana meminjam istilah C. Wright Mills – penglaman primer telah

digantikan oleh komunikasi sekunder, seperti media cetak, radio, televisi, dan

film. Media telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial

menjadi masyarakat serba massal. Lebih dari itu, menurut Mills, media juga kian

penting sebagai alat kekuasaan kaum elite. Media tidak hanya menyaring

pengalaman eksternal manusia, melainkan bahkan ikut membentuk pengalaman

itu sendiri. Media memberi tahu kita tentang apa atau siapa diri kita, harus

menjadi apa diri kita nanti, apa yang kita inginkan, dan bagaimana kita

menampilkan diri kepada orang lain. Media menyajikan aneka informasi tentang

dunia. Namun karena media menyajikannya dalam bahasa, stereotype dan

harapannya sendiri, media sering membuat manusia frustasi dalam upayanya

mengaitkan hubungan pribadinya dengan kenyataan dunia di sekelilingnya.

Manusia kian tergantung pada media untuk memperoleh informasi dan kian rapuh

terhadap manipulasi dan eksploitasi kalangan tertentu di masyarakat yang

menguasai media (Rivers dan Jensen, 2003:321-322).

Film yang merupakan bagian dari media, seperti yang dikatakan oleh Mills

menjadi pengalaman primer bagi manusia. Film, di dalamnya kaya akan nilai

budaya. Konstruksi dan geraknya tak lepas dari budaya. Film mempunyai

2

Page 3: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

kekuatan dalam memperkenalkan budaya baru, mensosialisasikan, dan

menghilangkan budaya lama. Hal ini dilatar belakangi oleh power yang dimiliki

film. Dalam buku Teori Komunikasi Massa, yang ditulis oleh John Vivian

(2008:159) disebutkan bahwa film bisa membuat orang tertahan, setidaknya saat

mereka menontonnya, secara lebih intens ketimbang medium lainnya. Bukan hal

yang aneh jika seorang pengulas film menyarankan agar calon penonton

menyiapkan sapu tangan. Anda tentu tak pernah mendengar saran seperti itu dari

pengulas musik dan buku.

Oey Hong Lee (dalam Sobur, 2003:126) misalnya, menyebutkan, “film

sebagai alat komunikasi massa yang kedua muncul di dunia, mempunyai massa

pertumbuhannya pada akhir abad ke-19, dengan perkataan lain pada waktu unsur-

unsur yang merintangi perkembangan surat kabar sudah dibikin lenyap. Ini berarti

bahwa dari permulaan sejarahnya film dengan lebih mudah dapat menjadi alat

komunikasi yang sejati, karena ia tidak mengalami unsur-unsur teknik, politik,

ekonomi, sosial dan demografi yang merintangi kemajuan surat kabar pada

pertumbuhannya pada abad ke-18 dan permulaan abad ke 19”.

Orang terpesona oleh film sejak awal penciptaan teknologi film itu, meski

gambar saat itu tak lebih dari gambar putus-putus dan goyang-goyang di tembok

putih. Medium ini tampaknya punya kekuatan magis. Dengan masuknya suara

pada akhir 1920-an dan kemudian warna serta banyak kemajuan teknis lainnya,

film terus membuat orang terpesona (Vivian, 2008:160).

Pada tanggal 24 April 1894 “The New York Times” memberitakan

dahsyatnya sambutan publik terhadap film layar lebar pertama yang ditayangkan.

3

Page 4: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Filmnya sendiri sederhana, yakni tentang dua gadis pirang yang memperagakan

tarian payung. Disebutkan bahwa masyarakat sangat antusias menyambut

tontonan baru itu. Teriakan kagum terdengar tanpa henti. Semua hal mereka

soraki, termasuk pencipta film Mr. Edison (Rivers dan Peterson, 2003:60).

Pada awal dipertunjukannya film mendapat sambutan antusias dari

masyarakat. Yang dipertunjukkan adalah tarian dua orang gadis. Munculnya film

pertama, memang menjadikan sosok wanita sebagai objek tontonan. Dalam

perkembangannya film tetap menjadikan wanita sebagai bagian utama untuk

menarik penonton.

Segala kelebihan yang dimiliki oleh wanita, mungkin menjadi inspirasi

pembuat film. Dalam banyak film di dunia termasuk Indonesia, wanita menjadi

objek tontonan adalah hal yang sangat lumrah dan biasa. Bagian fisik si wanita

sering menjadi daya tarik sebuah film. Belum lagi sisi kehidupannya yang berliku,

juga mampu memberi inspirasi bagi pembuat film. Sederhananya, wanita adalah

makhluk penuh sensasi yang mengundang inspirasi.

Daya tarik film tergantung bagaimana kreatifitas insan film berkarya. Meski

dalam film itu hanya dibutuhkan pemeran laki-laki, namun kehadiran perempuan

dibutuhkan walau hanya sebagai pemeran pendukung. Dalam perannya, sikap dan

perilaku perempuan tersebut selalu dikonstruksikan dengan tujuan menjadi

pemeran yang mempunyai daya tarik. Tujuannya, agar film mempunyai daya tarik

bagi masyarakat.

Stereotype perempuan juga tidak lepas kaitannya dengan seks dan gender,

yaitu suatu konsep sosial yang berhubungan dengan pembedaan karakter

4

Page 5: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

psikologis dan fungsi sosial antara perempuan dan laki-laki yang dikaitkan dengan

anatomi jenis kelaminnya (sex) (Mufid, 2009: 281). Stereotype perempuan adalah

akibat dari konstruksi budaya. Perempuan digambarkan sebagai seseorang

berkarakter lemah lembut, memikirkan sesuatu dengan pendekatan perasaan, lebih

bodoh dari laki-laki, dan menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan

menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangga.

Perempuan sebenarnya dapat menentukan bagaimana dirinya meski budaya

telah menentukannya lebih dahulu. Hal ini erat kaitannya dengan citra. Citra

dijelaskan oleh Dan Nimmo (1989: 4) adalah segala sesuatu yang telah dipelajari

seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi

didalamnya. Ke dalam citra tercakup seluruh pengetahuan seseorang (kognisi),

baik benar ataupun keliru, semua preferensi (afeksi) yang melekat kepada tahap

tertentu peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut dalam situasi itu, dan

semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang apa yang mungkin

terjadi jika ia berperilaku dengan cara yang berganti-ganti terhadap objek di dalam

situasi itu. Ringkasnya, citra adalah kecendrungan yang tersusun dari pikiran,

perasaan, dan kesudian. Citra selalu berubah seiring dengan berubahnya

pengalaman.

Citra perempuan dalam film dibentuk oleh ide cerita dan penulis naskah

(scrip writer). Bagaimana realnya, hal ini merupakan bagian dari tugas sutradara

dalam film.

Sutradara memberikan contoh bagaimana aktris/aktor melakonkan adegan

yang sudah ada dalam skenario. Sutradara juga mengatur bagaimana proses

5

Page 6: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

pembuatan film termasuk waktu dan lokasi dimana sebuah adegan diambil. Oleh

karena itu, sutradara merupakan orang-orang yang memang berkecimpung di

dunia perfilman. Layak atau tidak sebuah adegan untuk ditampilkan, ditentukan

oleh sang sutradara. Sebut saja Teddy Soeriaatmadja, Nia Dinata, Hanung

Bramantyo, Riri Riza, Deddy Mizwar, Garin Nugroho, dan banyak lagi nama-

nama lain merupakan deretan nama sutradara Indonesia. Apresiasi mereka

terhadap film Indonesia adalah kontribusi yang sungguh luar biasa dalam dunia

perfilman nasional. Disadari atau tidak, sebagai sutradara mereka telah

mengkonsepkan citra perempuan dalam karya-karya mereka.

Film dibentuk oleh sutradara dengan perspektif yang berbeda-beda.

Begitupun dengan pemerannya. Aktor dan aktris diarahkan oleh sutradara sesuai

dengan tujuannya. Aktris dalam memerankan perannya dalam film mencitrakan

perannya dalam film tersebut. Sebut saja ruang lingkup perempuan yang terbatas

dari pada laki-laki, perempuan yang patah hati ditinggalkan seorang lelaki,

perempuan yang hidupnya hancur karena lelaki yang disayang telah

mengkhianatinya, atau cerita tentang kesuksesan seorang perempuan yang

dibidani oleh seorang laki-laki, dan masih banyak cerita lainnya dari film yang

mengisahkan perempuan. Sekalipun ia sebagai pemeran utama dalam film,

perempuan dalam ceritanya selalu diposisikan nomor dua di bawah laki-laki. Hal

itu bisa terjadi akibat adaptasi budaya dari suatu komunitas masyarakat atau ingin

mempertahankan citra perempuan yang dikukuhkan dari budaya. Film yang

diperankan oleh perempuan – baik sebagai pemeran utama maupun pemeran

pendukung – menghasilkan citra perempuan.

6

Page 7: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Sutradara Hanung Bramantyo merupakan sineas berbakat Indonesia yang

sukses manggarap 20 judul film. Sebagai sutradara, Hanung Bramantyo tak luput

dengan peran perempuan dari film yang digarapnya. Disadari atau tidak, Hanung

Bramantyo ikut berperan dalam membentuk citra perempuan di media. Sebagaian

filmnya, menjadikan perempuan sebagai bintang utama. Film layar lebarnya yang

berjudul Brownies, bertema percintaan yang menceritakan sisi perempuan modern

sebagai pemeran utamanya. Get Merried yang dilakonkan Nirina Zubir sebagai

pemeran utama adalah film dengan kisah seorang perempuan yang mempunyai

latarbelakang masyarakat pinggiran. Perempuan Berkalung Sorban dari genre

drama islami adalah film dengan kisah perjuangan seorang perempuan untuk

mencerdasakan kaum perempuan. Dengan perspektif yang berbeda, Hanung

Bramantyo mengangkat berbagai sisi (sosial, budaya, dan agama) perempuan.

Setiap film garapannya, jika pemeran utama adalah perempuan, selalu dicitrakan

berbeda-beda meski dari genre yang sama.

Dari penggambaran yang penulis paparkan di atas, kiranya hal ini sangat

penting untuk diperhatikan melalui sebuah kajian mendalam tentang dunia

perfilman. Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengangkat permasalah

ini menjadi sebuah tulisan ilmiah dengan judul, Analisis Semiotik Citra

Perempuan Dalam Film Perempuan Berkalung Sorban.

B. Alasan Pemilihan Judul

Alasan peneliti mengambil judul ini adalah:

7

Page 8: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

1. Dunia perfilman Indonesia banyak mengangkat realitas perempuan Indonesia

yang berhubungan erat dengan sosial dan budaya

2. Dalam film Perempuan Berkalung Sorban, memerankan perempuan sebagai

pemeran utama dan alur ceritanya adalah cerita dari sosok perempuan itu

sendiri.

3. Judul ini erat kaitannya dengan Ilmu Komunikasi yang sesuai dengan

pendidikan penulis.

4. Hanung Bramantyo merupakan sutradara berbakat yang karyanya fenomenal di

Indonesia. Sebagian film yang telah digarap, bercerita tentang perempuan.

C. Penegasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan terhadap judul karya ilmiah ini, maka penulis

memberikan penegasan istilah yang terdapat pada judul tersebut, sebagai berikut:

1. Analisis Semiotik

Semiotika adalah salah satu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak

mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things)

(Sobur, 2003:15).

2. Citra

Citra dijelaskan oleh Dan Nimmo (1989: 4) adalah segala sesuatu yang telah

dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa

terjadi didalamnya. Ke dalam citra tercakup seluruh pengetahuan seseorang

(kognisi), baik benar ataupun keliru, semua preferensi (afeksi) yang melekat

8

Page 9: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

kepada tahap tertentu peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut dalam

situasi itu, dan semua pengharapan (konasi) yang dimiliki orang tentang apa yang

mungkin terjadi jika ia berperilaku dengan cara yang berganti-ganti terhadap

objek di dalam situasi itu.

3. Perempuan

Perempuan adalah jenis sebagai lawan laki (Kamus Umum Bahasa

Indonesia, 2006: 873).

4. Film

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia film memiliki berbagai arti yang

saling berkaitan. Pertama, dalam pengertian kimia fisik dan teknik, film berarti

selaput halus. Pengertian ini dapat dicontohkan, misalnya pada selaput tipis, cat,

atau pada lapisan tipis yang biasa dipakai untuk melindungi benda-benda seperti

misalnya dokumen (laminasi). Dalam fotografi dan sinematografi, film berarti

bahan yang dipakai untuk segala sesuatu yang berkaitan dengan foto. Film juga

mempunyai pengertian paling umum, yaitu untuk menamakan serangkaian

gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Gambar objek itu memperlihatkan

suatu seri gerakan atau momen yang berlangsung secara terus menerus, kemudian

diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya dalam kecepatan tertentu

sehingga menghasilkan sebuah gambar hidup (Ensiklopedi Nasional Indonesia,

2004: 305).

9

Page 10: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

5. Perempuan Berkalung Sorban

Gambar 1: Cover Film Perempuan Berkalung Sorban

(Sumber: Wikipedia Indonesia, 2011)

Sutradara Hanung Bramantyo

ProduserChand Parwez Servia

Hanung Bramantyo

Penulis

Ginatri S. Noer

Hanung Bramantyo

Novel:

Abidah El Khalieqy

Pemeran

Revalina S. Temat

Joshua Pandelaki

Widyawati

Oka Antara

Reza Rahadian

Ida Leman

Musik oleh Tya Subiakto

Distributor Starvision Plus

10

Page 11: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Durasi 129 menit

Negara Indonesia

(Tabel 1, Film Perempuan Berkalung Sorban)(Sumber data: Wikipedia Indonesia: 2011)

Film ini berkisah mengenai perjalanan hidup Annisa (Revalina S. Temat),

seorang wanita berkarakter cerdas, berani dan berpendirian kuat. Annisa hidup

dan dibesarkan dalam lingkungan dan tradisi Islam konservatif di keluarga Kyai

yang mengelola sebuah pesantren kecil Salafiah putri Al-Huda di Jawa Timur,

Indonesia. Dalam lingkungan dan tradisi konservatif tersebut, ilmu sejati dan

benar hanyalah al-Qur’an, Hadist dan Sunnah, dan buku-buku modern dianggap

sebagai ajaran menyimpang. Dalam pesantren Salafiah putri Al-Huda diajarkan

bagaimana menjadi seorang perempuan yang harus tunduk pada laki-laki,

sehingga Annisa beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan

menempatkan perempuan dalam posisi sangat lemah dan tidak seimbang. Tapi

protes Annisa selalu dianggap rengekan anak kecil. Hanya Khudori (Oka Antara),

paman Annisa dari pihak Ibunya yang selalu menemani Annisa, menghibur

sekaligus menyajikan dunia yang lain bagi Annisa. Diam-diam Annisa menaruh

hati pada Khudori. Tapi cinta itu tidak terbalas karena Khudori menyadari dirinya

masih ada hubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), ayah

Annisa, sekalipun bukan sedarah. Hal itu membuat Khudori selalu mencoba

menghindari perasaannya pada Annisa. Sampai akhirnya Khudori melanjutkan

sekolah ke Kairo, Mesir. Secara diam-diam Annisa yang mendaftarkan kuliah ke

Yogyakarta, Indonesia, dan diterima. Namun Kyai Hanan tidak mengizinkannya

dengan alasan bisa menimbulkan fitnah, ketika seorang perempuan belum

11

Page 12: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

menikah berada sendirian jauh dari orang tua. Namun Annisa bersikeras dan

protes kepada ayahnya. Akhirnya Annisa dinikahkan dengan Samsudin (Reza

Rahadian), seorang anak Kyai dari pesantren Salaf besar di Jawa Timur.

Sekalipun hati Annisa berontak, tapi pernikahan itu dilangsungkan juga.

Kenyataannya Samsudin yang berperangai kasar dan ringan tangan menikah lagi

dengan Kalsum (Francine Roosenda). Harapan untuk menjadi perempuan

muslimah yang mandiri bagi Annisa seketika runtuh. Dalam kiprahnya itu, Annisa

dipertemukan lagi dengan Khudori dan keduanya masih sama-sama mencintai.

Film kemudian menceritakan perjalanan cinta Annisa dan Khudori dan juga

perjuangan Annisa untuk membela hak-hak perempuan muslim di tengah

rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif (Wikipedia Indonesia, 2011).

D. Permasalahan

1. Batasan Masalah

Film Perempuan Berkalung Sorban merupakan film yang dibintangi oleh

perempuan sebagai tokoh utamanya. Untuk mengetahui citra perempuan dalam

film tersebut, batasan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis (analisis

semiotik) citra perempuan sebagai tokoh utama dalam film Perempuan Berkalung

Sorban karya sutradara Hanung Bramantyo.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah; Bagaimana analisis semiotik citra perempuan dalam film

Perempuan Berkalung Sorban karya Hanung Bramantyo?

12

Page 13: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui citra perempuan dalam

film Perempuan Berkalung Sorban karya Hanung Bramantyo dengan

menggunakan analisis semiotik.

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai sumbangan partisipasi pemikiran peneliti dalam penelitian ilmiah, dan

sebagai wujud pengabdian penulis terhadap kajian budaya dan perfilman

Indonesia

b. Dapat menambah wawasan dan cakrawala bagi penulis

c. Sebagai referensi untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai permasalahan yang serupa.

d. Sebagai penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Suska Riau.

F. Kerangka Teoritis

Kerangka teori memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

sudut mana masalah penelitian akan di sorot. Untuk itulah perlu disusun kerangka

teori yang akan menjadi landasan berpikir bagi penulis dalam menganalisis

masalah penelitian (Nawawi, 2005:23).

Teori adalah seperangkat dalil atau prinsip umum yang kait mengkait

(hipotesis yang diuji berulang kali) mengenai aspek-aspek suatu realitas yang

13

Page 14: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

berfungsi untuk menerangkan, meramalkan, atau memprediksi, dan menemukan

keterpautan fakta-fakta secara sistematis (Effendy, 2004:244)

1. Analisis Semiotik

Semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda. Studi tentang tanda dan segala

yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-

tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang

menggunakannya. Menurut Preminger (2001), ilmu ini menganggap bahwa

fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda.

Semiotik mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang

memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti (Kriyantono, 2006: 263).

Kajian semiotik menurut Saussure lebih mengarah pada penguraian sistem

tanda yang berkaitan dengan linguistik, sedangkan Pierce lebih menekankan pada

logika dan filosofi dari tanda-tanda yang ada di masyarakat (Kriyantono, 2006:

264).

Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang

tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Karena sistem tanda

sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut.

Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi

sosial di mana pengguna tanda tersebut berada (Kriyantono, 2006: 264).

Yang dimaksud “tanda” ini sangat luas. Pierce yang mengutip dari Fiske

(1990) membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index).

Dapat dijelaskan sebagai berukut (Kriyantono, 2006:264):

14

Page 15: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

a. Lambang: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya

merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang ini

adalah tanda yang dibentuk karena adanya konsensus dari para pengguna

tanda. Warna merah bagi masyarakat Indonesia adalah lambang berani,

mungkin di Amerika bukan.

b. Ikon: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa

hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam

berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut. Patung kuda adalah ikon

dari seekor kuda.

c. Indeks: suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya timbul

karena ada kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu tanda yang

mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objeknya. Asap

merupakan indeks dari adanya api

Model Analisis Semiotik Charles S. Peirce

Semiotika berangkat dari tiga elemen utama yaitu (Kriyantono, 2006:265),

a. Tanda

Adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera

manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (mempresentasikan) hal lain di

luar tanda itu sendiri. Acuan tanda ini disebut objek.

b. Acuan tanda (objek)

Adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang

dirujuk tanda.

c. Pengguna tanda (Interpretant)

15

Page 16: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya

ke suatu makna yang ada dalam benak sesorang tentang objek yang dirujuk

sebuah tanda.

Yang dikupas teori segitiga, maka adalah persoalan bagaimana makna

muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu

berkomunikasi. Peirce dalam Fiske (1990) menyatakan hubungan antara tanda,

objek, dan interpretant digambarkan di bawah ini (Kriyantono, 2006: 265),

Hubungan antara tanda, objek dan interpretant (Triangle Of Mining)

Sign

Interpretant object

(Gambar 2, sumber: Kriyantono, 2006:266)

Model analisis Semiotik Ferdinand Saussure

Menurut Saussure, tanda terbuat atau terdiri dari (Kriyantono, 2006: 267):

a. Bunyi-bunyi dan gambar (sounds and images), disebut “Signifier”

b. Konsep-konsep dari bunyi-bunyian dan gambar (The concepts these sounds

and images), disebut “signified” berasal dari kesepakatan.

Tanda (sign) adalah sesuatu yang berbentuk fisik (any sound-image) yang

dapat dilihat dan didengar yang biasanya merujuk kepada sebuah objek atau aspek

dari realitas yang ingin dikomunikasikan (Kriyantono, 2006: 268).

Model Semiotik dari Saussure

SIGN

Composed of

16

Page 17: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Signifier Signification Referent Signified (External Reality)

(Gambar 3, sumber: Kriyantono, 2006:268)

Kode

Kode merupakan sistem pengorganisasian tanda. Kode mempunyai

sejumlah unit (atau kadang-kadang satu unit) tanda. Cara menginterpretasi pesan-

pesan yang tertulis yang tidak mudah dipahami. Jika kode sudah diketahui, makna

akan bisa dipahami. Dalam semiotik, kode dipakai untuk merujuk pada struktur

perilaku manusia. Budaya dapat dilihat sebagai kumpulan kode-kode (Kriyantono,

2006: 268).

Saussure merumuskan dua cara pengorganisasian tanda ke dalam kode,

yaitu (Kriyantono, 2006: 269):

a. Paradigmatik

Merupakan sekumpulan tanda yang dari dalamnya dipilih satu untuk

digunakan

b. Syntagmatic

Merupakan pesan yang dibangun dari paduan tanda-tanda yang dipilih.

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural

atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest (1993), film dibangun

dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang

bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan

fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem

17

Page 18: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

penandaan. Karena itu, menurut Van Zoest (1993), bersamaan dengan tanda-tanda

arsitektur, terutama indeksikal, pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis,

yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Memang, ciri gambar-gambar

film adalah persamaannya dengan realitas yang ditujukannya. Gambar yang

dinamis dalam film merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya (Sobur,

2001:128).

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu termasuk

berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek

yang diharapakan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara: kata

yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara lain yang serentak mengiringi

gambar-gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih penting lagi dalam

film adalah digunakannya tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang

menggambarkan sesuatu (Sobur, 2003:128).

Tentu saja, seperti dikatakan Van Zoest (1999), film menuturkan ceritanya

dengan cara khususnya sendiri. Kekhususan film adalah mediumnya, cara

pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya dengan proyektor dan layar.

“Semiotika film untuk membuktikan hak keberadaannya–yang dalam hal-hal

penting menyimpang dari sintaksis dan semantik teks dalam arti harfiah–harus

memberikan perhatian khusus pada kekhususan tersebut,” kata Van Zoest.

Menurutnya, pada sintaksis dan semantik film dapat dipergunakan pengertian-

pengertian yang dipinjam dari ilmu bahasa dan sastra, tetapi akan merupakan

metafor-metafor, jadi dengan pengertian-pengertian yang dipergunakan sebagai

perbandingan–tidak perlu kita tolak. Van Zoest mengatakan bahwa “hanya dengan

18

Page 19: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

betul-betul menyadari dimana letak perbedaan-perbedaannya dengan cara kerja

teks bahasa, kita akan menemukan cara kerja khusus semiotika film”. Ada hal-hal

yang dapat dilakukan film yang tidak dapat dilakukan cerita tertulis dan

sebaliknya. Bila kita mempelajari penyimpangan–pemyimpangan ini, maka

menurut Van Zoest lagi, akan banyak kekhusussan film yang dapat terungkapkan,

sehingga perbandingan antara roman dan film, dalam rangka kepentingan di atas,

sangatlah berguna (Sobur, 2001:130).

Sardar dan Loon (2001) menyebutkan bahwa film juga sebetulnya tidak

jauh beda dengan televisi. Namun, film dan televisi memiliki bahasanya sendiri

dengan sintaksis dan tata bahasa yang berbeda (Sobur: 2001:130).

Tata bahasa itu terdiri atas semacam unsur yang akrab, seperti pemotongan

(cut), pemotretan jarak dekat (close-up), pemotretan dua (two short), pemotretan

jarak jauh (long shot), pembesaran gambar (zoom –in), pengecilan gambar (zoom-

out), memudar (fade), pelarutan (dissolve), gerakan lambat (slow motion), gerakan

yang dipercepat (speeded-up), efek khusus (special effect). Namun, bahasa

tersebut juga mencakup kode-kode representasi yang lebih halus yang tercakup

dalam kompleksitas dari penggambaran visual yang harfiah hingga simbol-simbol

yang paling abstrak dan arbitrer serta metafora. Metafora visual sering

menyinggung objek –objek dan simbol-simbol dunia nyata serta mengonotasikan

makna-makna sosial dan budaya (Sobur, 2001:130-131).

Dalam buku Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Burhan Bungin

(2010:173), pada umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam

analisis semiotik, yaitu:

19

Page 20: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

a. Masalah makna (the problem of meaning)

b. Masalah tindakan (the problem of action) atau pengetahuan tentang bagaimana

memperoleh sesuatu melalui pembicaraan.

c. Masalah koherensi (problem of coherence) yang menggambarkan bagaimana

membentuk suatu pola pembicaraan masuk akal (logic) dan dapat dimengerti

(sensible).

Burhan Bungin (2010:173-174) mengutip dari Sudibyo, Hamad, Qodari

(2003) dalam Sobur, membagi tiga unsur semiotik yang menjadi pusat perhatian

penafsiran teks secara kentekstual, yaitu:

a. Medan wacana (field of discourse): menunjuk pada hal yang terjadi: apa yang

dijadikan wacana oleh pelaku (= media massa) mengenai sesuatu yang sedang

terjadi di lapangan peristiwa.

b. Pelibat wacana (tenor of discourse) menunjukkan pada orang-orang yang

dicantumkan dalam teks (berita); sifat orang-orang itu, kedudukan dan peranan

mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dan bagaimana sumber itu

digambarkan sifatnya.

c. Sarana wacana (made of discourse) menunjuk pada bagian yang diperankan

oleh bahasa: bagaimana komunikator (media massa) menggunakan gaya

bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang

dikutip); apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau hiperbolis,

eufumistis atau vulgar.

Pateda (dalam Sobur, 2001: 100-101) menjelaskan terdapat Sembilan

macam semiotik yang kita kenal sekarang, yaitu:

20

Page 21: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

a. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce

menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi

ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna

adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek

tertentu.

b. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang

dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti

yang disaksikan sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa

hujan tidak lama lagi akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti

itu. Demikian pula jika ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa

laut berombak besar. Namun, dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhannya.

c. Semiotik founal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan

sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda

untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda

yang dapat ditafsirkan oleh manusia.

d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa

masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah

turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam

masyarakat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu

yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

21

Page 22: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang

berwujud mitos dan cerita lisan, ada di antaranya memiliki nilai kultural tinggi.

Itu sebabnya Greimas (1987) memulai pembahasannya tentang nilai-nilai

kultural ketika ia membahas persoalan semiotik naratif.

f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan,

dan daun pohon-pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak

bersahabat dengan manusia, misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya

memberikan tanda kepada manusia bahwa manusia telah merusak alam

g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu-

lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang

merokok.

h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata

maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Buku

Halliday (1978) itu sendiri berjudul Language Social Semiotic. Dengan kata

lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.

i. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

2. Citra Perempuan

a. Citra

22

Page 23: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Dalam film animasi seperti film-film Wold Disney, film-film kartun Mickey

Mouse dan sebagainya adalah sebuah hasil konstruksi dari teknologi media yang

mampu membangun sebuah realitas kehidupan, seakan-akan memang benar

terjadi. Seakan realitas itu benar ada dalam kehidupan di sekeliling kita, bahkan

seakan kita hidup bersama mereka (Bungin, 2006:215).

Baudrillard mengutip pernyataan Piliang (1998), menyebutkan bahwa

penciptaan realitas tersebut menggunakan satu model produksi yang disebut

dengan simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal-usul atau

realitas awal. Hal ini olehnya disebut (hiper-reality). Melalui model simulasi,

manusia dijebak dalam satu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun

sesungguhnya semu, maya, atau khayalan belaka (Bungin, 2006:218-219).

Menurut Piliang (1998) dalam buku yang ditulis oleh Burhan Bungin, ruang

realitas itu dapat digambarkan melalui analogi peta. Bila di dalam suatu ruang

nyata, sebuah peta merupakan representasi dari sebuah territorial, maka di dalam

model simulasi, petalah yang mendahului territorial. Realitas (teritorial) sosial,

kebudayaan atau politik, kini dibangun berdasarkan model-model (peta) fantasi

yang ditawarkan televisi, iklan, bintang-bintang layar perak, sinetron atau tokoh-

tokoh kartun. Namun tidak mustahil, kadang pemirsa memberi pemaknaan yang

berbeda, sesuai dengan lapisan (layer) pemirsa, jadi sangat mungkin terjadi

pemaknaan citra yang berbeda pula (Bungin, 2006: 219).

Realitas sosial yang dimaksud adalah sebuah konstruksi pengetahuan

dan/atau wacana dalam dunia kognitif yang hanya hidup dalam pikiran individu

dan simbol-simbol masyarakat, namun sebenarnya tidak ditemukan dalam dunia

23

Page 24: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

nyata. Koridor realitas inilah yang dimaksud dengan realitas yang dicitrakan

media, artinya realitas citra itu hanya ada dalam media (Bungin, 2006: 210).

Menurut Dan Nimmo (1989: 4) citra adalah segala sesuatu yang telah

dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa

terjadi di dalamnya.

b. Perempuan

Dalam Kamus Linguistik yang ditulis oleh Kridalaksana (1993), Sejarah

kontemporer bahasa Indonesia mencatat bahwa kata wanita menduduki posisi dan

konotasi terhormat. Kata ini mengalami proses ameliorasi (suatu perubahan

makna yang semakin positif, arti sekarang lebih tinggi daripada arti dahulu)

(Sudarwati dan Jupriono; 2011).

Kata kewanitaan, yang diturunkan dari wanita, berarti keputrian atau sifat-

sifat khas wanita. Sebagai putri (wanita di lingkungan keraton), setiap wanita

diharapkan masyarakatnya untuk meniru sikap laku, gaya tutur, para putri keraton,

yang senantiasa lemah gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, mendukung,

mendampingi, mengabdi, dan menyenangkan pria. Dengan kata wanita, benar-

benar dihindari nuansa memprotes, memimpin, menuntut, menyaingi,

memberontak, menentang, melawan. Maka, bisa dimengerti bahwa yang muncul

dipilih sebagai nama organisasi wanita bergengsi nasional adalah "Darma

Wanita", sebab di sinilah kaum wanita berdarma, berbakti, mengabdikan dirinya

pada lembaga tempat suaminya bekerja. Maka, program kerjanya pun harus selalu

mendukung tugas-tugas dan jabatan suami (Sudarwati dan Jupriono; 2011).

24

Page 25: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Berdasarkan "Old Javanese English Dictionary" (Zoetmulder, 1982), kata

wanita berarti yang diinginkan. Arti yang dinginkan dari wanita ini sangat relevan

dibentangkan di sini. Maksudnya, jelas bahwa wanita adalah sesuatu yang

diinginkan pria. Wanita baru diperhitungkan karena (dan bila) bisa dimanfaatkan

pria. Sudut pandangnya selalu sudut pandang lawan mainnya (pria). Jadi,

eksistensinya sebagai makhluk Tuhan menjadi nihil. Dengan demikian, kata ini

berarti hanya menjadi objek (bagi lelaki) belaka (Sudarwati dan Jupriono; 2011).

Ini merupakan pantulan realitas bahwa apa pun yang dilakukan wanita

tetaplah tak sanggup menghapus kekuasaan pria. Wanita berada dalam alam tanpa

otonomi atas dirinya. Begitulah inferioritas wanita akan selalu menderita gagap,

gagu, dan gugup di bawah gegap gempitanya superioritas pria (Sudarwati dan

Jupriono; 2011).

Sedangkan kata perempuan dalam pandangan masyarakat Indonesia, kata

perempuan mengalami degradasi semantis, atau peyorasi, penurunan nilai makna;

arti sekarang lebih rendah dari arti dahulu. Di pasar pemakaian, terutama di tubuh

birokrasi dan kalangan atas, nasib perempuan terpuruk di bawah kata wanita,

sehingga yang muncul adalah Menteri Peranan Wanita, pengusaha wanita (wanita

pengusaha), insinyur wanita, peranan wanita dalam pembangunan (Sudarwati dan

Jupriono; 2011).

Dalam tinjauan etimologisnya, kata perempuan bernilai cukup tinggi, tidak

di bawah, tetapi sejajar, bahkan lebih tinggi daripada kata lelaki (Sudarwati dan

Jupriono; 2011).

25

Page 26: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

1) Secara etimologis, kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan,

orang yang mahir/berkuasa, atau pun kepala, hulu, atau yang paling besar;

maka, kita kenal kata empu jari: ibu jari, empu gending: orang yang mahir

mencipta tembang.

2) Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu: sokong, memerintah,

penyangga, penjaga keselamatan, bahkan wali; kata mengampu artinya

menahan agar tak jatuh atau menyokong agar tidak runtuh; kata mengampukan

berarti memerintah (negeri); ada lagi pengampu: penahan, penyangga,

penyelamat.

3) Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami

pemendekan menjadi puan yang artinya ‘sapaan hormat pada perempuan’,

sebagai pasangan kata tuan 'sapaan hormat pada lelaki'.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keperempuanan juga berarti

kehormatan sebagai perempuan. Di sini sudah mulai muncul kesadaran menjaga

harkat dan martabat sebagai manusia bergender feminin. Tersirat juga di sini

makna kami jangan diremehkan atau kami punya harga diri (Sudarwati dan

Jupriono; 2011).

c. Citra Perempuan, Perempuan Dalam Film, dan Teori Perempuan Dalam

Media

Gandhi mengungkapkan (dalam Johan, 2009:15) bahwa fenomena kaum

perempuan Dunia Ketiga termasuk Indonesia secara umum digambarkan sebagai

26

Page 27: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

perempuan yang bodoh, miskin, terkebelakang, terikat adat, jinak, berorientasi

keluarga, dan selalu menjadi korban.

Jenis kelamin biologis merupakan pemberian; kita dilahirkan sebagai

seorang laki-laki atau seorang perempuan. Tetapi, jalan yang menjadikan kita

maskulin atau feminim adalah gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan

interpretasi biologis oleh kultur kita. Setiap masyarakat memiliki berbagai

‘naskah’ (scripts) untuk diikuti oleh anggotanya seperti mereka belajar

memainkan peran feminim atau maskulin, sebagaimana halnya setiap masyarakat

memiliki bahasanya sendiri. Sejak kita sebagai bayi mungil hingga mencapai usia

tua, kita mempelajari dan mempraktikkan cara-cara khusus yang telah ditentukan

oleh masyarakat bagi kita untuk menjadil laki-laki dan perempuan. Gender adalah

seperangkat peran, yang seperti halnya kostum dan topeng di teater,

menyampaikan pada orang lain bahwa kita adalah feminim atau maskulin.

Perangkat perilaku khusus ini – yang mencakup penampilan, pakaian, sikap,

kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah tangga, seksualitas, tanggung

jawab keluarga dan sebagainya – secara bersama-sama memoles “peran gender”

kita (Mosse, 1996:2-3).

Yang jelas, suatu masyarakat dapat memiliki beberapa naskah yang berbeda,

kebiasaan yang berbeda, tetapi nilai inti dari suatu kultur, yang mencakup peran

gender berlangsung dari generasi ke generasi seperti halnya bahasa (Mosse,

1996:3).

Salah satu hal yang paling menarik mengenai peran gender adalah peran-

peran itu berubah seiring waktu dan berbeda antara satu kultur dengan kultur

27

Page 28: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

lainnya. Peran itu juga amat dipengaruhi oleh kelas sosial, usia, dan latar belakang

etnis (Mosse, 1996:3-4).

Gender kita menentukan berbagai pengalaman hidup yang akan kita

singkap. Gender dapat menentukan akses kita terhadap pendidikan, kerja, alat-

alat, dan sumber daya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender

bisa menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan gerak kita. Yang jelas,

gender ini akan menentukan seksualitas, hubungan, dan kemampuan kita untuk

membuat keputusan dan bertindak secara autonom. Gender bisa jadi merupakan

satu-satunya faktor terpenting dalam membentuk kita akan menjadi apa nantinya

(Mosse, 1996:4-5).

Gender kita membatasi dan mendahului kita. Kita lahir kedalamnya

sebagaimana halnya kita lahir ke dalam keluarga kita, dan gender kita bekerja

pada suatu tingkat di luar tujuan-tujuan individu kita. Untuk itulah kita cenderung

menjalani peran gender sebagai sesuatu yang benar, alami dan baik. Peran gender

yang kita jalani dalam kehidupan sehari –hari merupakan bagian dari landasan

cultural kita, dan tidak mudah di ubah (Mosse, 1996:7).

Setiap saat, sebagian besar di antara kita belajar menyukai diri sendiri

dengan “kostum” yang dianggap tepat bagi gender kita. Sehingga, kebanyakan di

antara kita akhirnya memilih peran gender yang bisa diterima oleh diri kkita

(Mosse, 1996:7).

Sesuai dengan asal-usulnya, pembentukan identitas gender didasarkan pada

acuan ekspektasi dan preskripsi nilai-nilai religius, sosial, dan kultural. Oleh

sebab itu, gender dapat berubah sewaktu-waktu seiring dengan perubahan dimensi

28

Page 29: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

ruang dan waktu. Pencitraan seseorang dalam perspektif gender dibingkai dalam

konteks semangat ruang dan waktu (Chuzaifah, et.al., 2004:18).

Dalam buku Perempuan Dalam Wacana Politik Orde Baru yang disusun

oleh Liza Hadiz (2004:273) yang merupakan kumpulan dari artikel Prisma

menuliskan bahwa perempuan berorientasi pada laki-laki yang lebih penting

perannnya, di samping itu dia tergantung pada pria dan perlu berlindung pada

mereka. Tempatnya tiada lain ialah di rumah, dalam rumah tangga, di mana

kesejahteraan menjadi tanggung jawab dan tugas sucinya.

Perempuan yang menyiratkan makna radikal memiliki citra. Tamagola

(Bungin, 2006: 220-222) menjelaskan citra perempuan dalam media

tergambarkan sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra pergaulan.

1) Citra pigura

Pentingnya perempuan untuk selalu tampil memikat dengan mempertegas

sifat kewanitaannya secara biologis, seperti memiliki waktu menstruasi, memiliki

rambut hitam dan panjang, merupakan pencitraan perempuan dengan citra pigura.

Ditekankan lagi dengan menebar isu ‘natural anomy’ bahwa umur perempuan

sebagai momok yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan perempuan.

2) Citra pilar

Citra pilar dalam pencitraan perempuan, ketika perempuan digambarkan

sebagai tulang punggung utama keluarga. perempuan sederajad dengan laki-laki,

namun karena fitrahnya berbeda dengan laki-laki, maka perempuan digambarkan

memiliki tanggungjawab yang besar terhadap rumah tangga. Secara lebih luas,

perempuan memiliki tanggung jawab terhadap persoalan domestik.

29

Page 30: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

3) Citra pinggan

Perempuan tidak bisa melepaskan diri dari dapur karena dapur adalah dunia

perempuan, hal ini merupakan penggambaran dari citra pinggan.

4) Citra pergaulan

Citra ini ditandai dengan pergulatan perempuan untuk masuk ke dalam

kelas-kelas tertentu yang lebih tinggi dimasyarakatnya, perempuan dilambangkan

sebagai makhluk yang anggun, menawan.

Pencitraan perempuan seperti di atas tidak sekedar dilihat sebagai objek,

namun juga dilihat sebagai subjek pergaulan perempuan dalam menempatkan

dirinya sebagai realitas sosial, walaupun tidak jarang perempuan lupa bahwa

mereka telah masuk dalam dunia hiper-realitik (pseudo-reality), yaitu sebuah

dunia yang hanya ada dalam media (Bungin, 2006: 219-220).

Film mempunyai jauh lebih banyak bahan untuk mengatakan sesuatu

tentang wanita secara langsung – yaitu bahwa banyak film secara sadar mulai

membuat pernyataan tentang wanita – kesadarannya, tempatnya di dalam

masyarakat, sebagaimana dibuat dalam kesusasteraan. Apa yang dikatakan film

tentang wanita lebih menarik dari pada bagaimana wanita dimanfaatkan/dipakai

dalam media tersebut (Liza Hadiz, 2004:295).

Keindahan perempuan dan kekaguman lelaki terhadap perempuan adalah

cerita klasik dalam sejarah umat manusia. Dua hal itu pula menjadi dominan

dalam inspirasi banyak pekerja seni dari masa ke masa. Namun ketika perempuan

menjadi simbol dalam seni-seni komersial, maka kekaguman-kekaguman terhadap

perempuan itu menjadi sangat diskriminatif, tendensius, dan bahkan menjadi

30

Page 31: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

subordinasi dari simbol-simbol dari kekuatan laki-laki. Bahkan terkadang

mengesankan perempuan menjadi simbol-simbol kelas sosial dan kehadirannya

dalam kelas tersebut hanya karena kerelaan yang dibutuhkan laki-laki (Bungin,

2006: 202).

Komunikasi memang terikat dalam budaya (culture-bound). Teori

komunikasi yang dihasilkan dari penelitian dalam suatu budaya belum tentu

sesuai bila diterapkan dalam budaya lain. Namun variabel-variabel yang sama

dapat diteliti oleh para peminat dan ahli-ahli dalam bidang itu, sehingga muncul

suatu teori baru yang lebih khas atau modifikasi dari teori sebelumnya (Deddy

Mulyana, 2001:22)

Perempuan Berkalung Sorban merupakan film garapan sutradara Hanung

Bramantyo. Bintang utama dari kedua film tersebut adalah perempuan. Film yang

merupakan bagian dari media, mencitrakan perempuan dalam bangunan budaya.

Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)

Teori Norma Budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa

media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanannya pada tema-

tema tertentu, menciptakan kesan-kesan pada khlayak di mana norma-norma

budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan cara-cara

tertentu (Effendy, 2003: 279).

Dalam pada itu kadang-kadang media massa menggalakkan bentuk-bentuk

baru dari perilaku yang diterima oleh masyarakat secara luas. dengan lain

perkataan, dalam situasi-situasi tertentu media massa menciptakan norma-norma

budaya baru. Mengenai hal ini tampak pada media surat kabar, radio, televisi, dan

31

Page 32: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

film. Media tersebut menampilkan banyak bentuk baru dari hiburan, bahkan

interaksi di kalangan keluarga (Effendy, 2003: 280).

3. Tinjauan Terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban

a. Film

Pendahulu teknis film adalah fotografi. Penemuan tahun 1727 bahwa cahaya

menyebutkan nitrat perak menjadi gelap adalah dasar dari perkembangan

teknologi film. Demikian pula fenomena manusia yang disebut persistensi visi.

Mata manusia menangkap gambar selama sepersekian detik. Jika serangkaian foto

menangkap sesuatu yang bergerak dan jika foto itu digerakkan secara berurutan

dengan cepat, maka mata manusia akan melihatnya sebagai gambar yang bergerak

tak putus-putus (Vivian, 2008:161).

Yang diperlukan adalah kamera yang tepat dan film untuk menangkap

sekitar 16 gambar per detik. Peralatan ini muncul pada 1888. William Dickson

dari laboratorium Thomas Edison mengembangkan sebuah kamera film. Dickson

dan Edison menggunakan film seluloid yang kemudian disempurnakan oleh

George Eastman, yang memperkenalkan kamera Kodak. Pada 1891 Edison telah

mulai memproduksi film (Vivian, 2008:161).

film dibuat karena rangsangan konteks sosial dan konteks pemikiran

tertentu. Konteks itu dijawab oleh penciptanya yang hidup dalam kontek sosial

dan pemikiran yang sama. Jawaban sang pencipta bisa mengukuhkan atau malah

menolak konteks sosial dan pemikiran tadi. Celakanya, film tidak hanya beredar

di wilayah dengan konteks sosial dan pemikiran yang sama. Film bisa dilihat

dimana saja, karena sifat medium ini “terpaket”, mudah dikirim dan dibawa-bawa

32

Page 33: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

(apalagi dengan adanya teknologi pita video dan kemudian teknologi digital),

sehingga juga bersifat “massal”. Film bisa ditonton penikmat yang punya konteks

sosial berlainan sama sekali, sehingga bisa jadi suatu film tidak bisa dinikmati

atau dipahami karena perbedaan konteks sosial dan pemikiran tadi (Kristanto,

2004:9).

Film dalam batasan sinematografi sepanjang sejarahnya memberikan

keleluasaaan tema bila dilihat dari sisi dan sasaran atau tujuannya. Terdapat

berbagai jenis film, diantarnya film instruktif, film penerangan, film jurnal, film

gambar atau animasi, film boneka, film iklan, film dokumenter, dan film cerita

(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004: 305).

Film cerita adalah film yang berisi kisah manusia (roman) yang dari awal

sampai akhir merupakan suatu keutuhan cerita dan dapat memberikan kepuasan

emosi kepada penontonnya. Film cerita dapat diputar di gedung bioskop atau

dibikin untuk acara televisi. Sebuah film cerita biasanya dimainkan oleh sejumlah

pemeran (aktor/aktris) dengan dukungan pemain lain. Film cerita dapat berupa

satu film dengan satu masa putar, dapat pula berupa film serial dengan masa putar

lebih dari satu kali. Film serial biasanya ditujukan untuk penayangan televisi

(Ensikopedi Nasional Indonesia, 2004: 306).

Untuk membuat sebuah film cerita dibutuhkan suatu kerja kolektif. Untuk

pembuatan film yang baik dibutuhkan saling mendukung antar unsur dalam

kolektivitas. Unsur pokok itu adalah penulis skenario, sutradara, bintang film, juru

kamera, juru tata suara, dan produser (Ensikopedi Nasional Indonesia, 2004: 306-

307).

33

Page 34: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Sutradara berperanan sebagai pemegang pimpinan dalam pembuatan film.

Bidang kerjanya tidak hanya pada satu segi saja, melainkan pada seluruh

pembuatan film. Sutradara memimpin pembuatan skenario, permainan para

bintang film yan mendukung film bersangkutan, pengambilan gambar-gambar

oleh juru kamera, perekam suara oleh juru rekam, penyusunan gambar oleh

penyusun film sampai seluruh film selesai. Karena itu, seorang sutradara dituntut

mempunyai pengetahuan bidang perfilman, mempunyai kepribadian yang masak,

dapat berorganisasi dan memiliki kreativitas serta daya artistik yang memadai

(Ensikolpedi Nasional Indonesia, 2004:307).

Kerja sutradara dimulai dari membedah skenario ke dalam director’s

treatment, yaitu konsep kreatif sutradara tentang arahan gaya pengambilan

gambar. Selanjutnya, sutradara mengurai setiap adegan (scene) ke dalam sejumlah

shot dan membuat shot list, yaitu uraian arahan pengambilan gambar dari tiap

adegan. Shot list tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam story board, yaitu

rangkaian gambar ala komik yang memuat informasi tentang ruang dan tata letak

pemeran (blocking) yang nantinya akan direkam menjadi sebuah film. Berbekal

director’s treatment, shot list, dan story board, script breakdown bisa dikerjakan.

Sutradara kemudian memberi pengarahan tentang film apa yang akan dibuat.

Untuk itu, sutradara harus berkomunikasi secara intensif dengan desainer

produksi, peñata artistik, peñata suara, dan editor (Effendy, 2002: 61).

Jadi, kedudukan suatu akting dilihat berdasarkan hubungan: sutradara

memilih naskah untuk diperagakan aktor. Aktor harus paham nilai naskah dan

34

Page 35: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

arahan yang dimaui sutradara, tentang nilai kehidupan yang direka pengarang

dalam naskahnya itu. gambarannya sebagai berikut (Tambayong, 2000:53)

Naskah Kehidupan

Sutradara

Aktor Pengarang

(Gambar 4, sumber: Tambayong, 2000:53)

Bintang film adalah pemegang peran (pemain) dalam film. Seorang bintang

film dituntut mempunyai kemampuan kating sesuai dengan apa yang telah

dituliskan dalam skenario serta sejalan dengan apa yang diinginkan sutradara.

Namun tidak mustahil seorang bintang film diperbolehkan mengembangkan

kemampuan aktingnya dalam sebuah adegan di luar apa yang ditulis skenario,

sejauh masih berada dalam jalur cerita (Ensikopedi Nasional Indonesia,

2004:307).

Ada berbagai macam kategori bintang film. Tingkat teratas adalah bintang

utama (main star atau main plot). Ia adalah pemain yang memerankan tokoh

utama yang ada dalam cerita dan menjadi andalan kebagusan sebuah film. Bintang

utama didampingi bintang pembantu atau pemeran pembantu yang biasa disebut

costar (substar atau subplot). Pemeran pembantu adalah bintang film yang

memainkan tokoh yang dekat dengan tokoh utama. Bintang ini tidak harus

seorang pemeran, dapat juga seekor hewan kesayangan. Bintang utama dan

bintang pembantu didukung oleh bintang samping atau aktor/aktris pendukung

yang biasa disebut side star atai side plot. Lalu semua itu masih mendapat

dukungan dari bintang-bintang pelengkap yang biasa disebut figuran (figurant)

(Ensikopedi Nasional Indonesia, 2004: 307-308).

b. Perempuan Berkalung Sorban

35

Page 36: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Film Perempuan Berkalung Sorban adalah sebuah film yang menceritakan

kehidupan seorang wanita yang memiliki pemikiran modern. Hidup dalam

lingkungan pesantren dengan ajaran Islam yang kental. Wanita yang memilih

hidup dengan pemikiran modern dianggap sebagai wanita yang liar dan keluar

dari aturan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

Berangkat dari apa yang dituliskan Asghar Ali yang dikutip oleh Chumaidi

Syarif Romas (2000: 96) dalam bukunya yang berjudul Wacana Teologi Islam

Kontemporer, perempuan modern mampu mendefinisikan dirinya secara

eksistensial dalam sejarah teristerial peradaban modern. Asghar Ali dengan

berpijak pada konsep penciptaan pria dan perempuan sebagai nafsin wahidatin

(an-Nisa: 1 dan az-Zumar: 6) menyatakan bahwa lelaki dan perempuan secara

substansial setara. Akan tetapi didasari oleh Boisard bahwa Al-Qur’an diturunkan

pada masa Nabi, budaya arab masih primitif, yang tradisinya belum dapat

diberantas, meskipun tujuan Al-Qur’an ingin membawa perbaikan martabat

perempuan. Kemudian ia mengatakan bahwa dalam perkembangan sejarah

menunjukkan penyalahgunaan memahami Al-Qur’an, yang secara Harfiah

memperkuat egoisme lelaki. Dikatakan pula bahwa risalah nabi Muhammad ialah

menegakkan hak-hak suci perempuan di hadapan hukum, perlindungan hak milik

pribadi dan hak waris secara sederajad.

Firman Allah yang menyatakan bahwa kasih sayang-Ku meliputi segala

sesuatu (QS al-A’raf:156) merupakan substansi dari paradigma moralitas ilahiyah,

yang dapat mendasari teologi perempuan, sehingga perempuan juga sederajad

dengan sosok lelaki dalam arti yang sebenarnya. Namun demikian, disadari atau

36

Page 37: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

tidak, dalam perjalanan sejarah perempuan telah “menyimpang” dari perspektif

Al-Qur’an itu sendiri. Akibat lebih jauh, dapat dikatakan bahwa perempuan telah

kehilangan otoritas “keimamahan” dalam ritual keagamaan (Romas, 2000:97).

G. Konsep Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam kajian ini, maka konsep teori

perlu dioperasionalkan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini. Menurut Rachmat

Kriyantono (2006:26) riset tergantung pada pengamatan dan pengamatan tidak

dapat dibuat tanpa sebuah pernyataan atau batasan yang jelas mengenai apa yang

diamati. Pernyataan atau batasan ini adalah hasil dari kegiatan

mengoperasionalkan konsep, yang memungkinkan riset mengukur

konsep/konstruk/variabel yang relevan, dan berlaku bagi semua jenis variabel.

Konsep opeasional dalam penelitian ini yaitu mengenai sebuah konsep yang

akan memberikan penjelasan terhadap pendekatan teori yang digunakan untuk

membahas citra perempuan dalam film Perempuan Berkalung Sorban.

Untuk mengkaji citra perempuan dalam film Perempuan Berkalung Sorban,

peneliti menggunakan konsep semiotik untuk mengkonsepkan citra perempuan

dalam film tesebut. Sembilan konsep semiotik seperti yang telah dibahas pada

kerangka teoritis di halaman sebelumnya digunakan untuk meninjau konstruksi

perempuan. Sesuatu yang ditimbulkannya melalui bangunan yang ia buat dalam

lakonnya sebagai Anissa, memberi makna pada orang lain tentang dirinya

terutama dalam bentuk bahasa (bahasa verbal dan non verbal), dan atribut diri

37

Page 38: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

yang ia pergunakan dalam film tersebut. Tinjauan dengan analisis semiotik

dijabarkan oleh Sobur (2001:100-101) sebagai berikut:

a. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce

menyatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi

ide, objek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna

adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada objek

tertentu.

b. Semiotik deskriptif, yakni semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang

dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti

yang disaksikan sekarang. Dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan

seni, telah banyak tanda yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi

kebutuhannya.

c. Semiotik founal (zoosemiotic), yakni semiotik yang khusus memperhatikan

sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda

untuk berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda

yang dapat ditafsirkan oleh manusia.

d. Semiotik kultural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa

masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah

turun-temurun dipertahankan dan dihormati. Budaya yang terdapat dalam

masyarakat yang juga merupakan sistem itu, menggunakan tanda-tanda tertentu

yang membedakannya dengan masyarakat yang lain.

38

Page 39: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

e. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang

berwujud mitos dan cerita lisan, ada di antaranya memiliki nilai kultural tinggi.

f. Semiotik natural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh alam.

g. Semiotik normatif, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu-

lintas. Di ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang

merokok.

h. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata

maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.

i. Semiotik struktural, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang

dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

H. Metode Penelitian

Metode adalah cara atau teknik yang digunakan untuk riset. Metode

mengatur langkah-langkah dalam melakukan riset. Sedangkan penentuan metode

riset, periset memilih metode apa yang akan dipakai dalam mendekati dan

mencari data, apakah melalui metode survey, analisis isi, eksperimen, semiotik,

analisis historis, etnometodologi, FGD atau pun observasi partisipan. Metode ini

disesuaikan dengan permasalahan, pendekatan, juga bentuk data yang diinginkan

(Kriyantono, 2006: 82).

39

Page 40: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Rachmat Kriyantono (2006: 56) menjelaskan riset kualitatif bertujuan untuk

menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Riset ini tidak mengutamakan

besarnya populasi atau sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat

terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan

fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang

lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya

(kuantitas) data.

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tempat yang menyediakan perangkat-perangkat

tertentu yang memudahkan peneliti untuk bisa menyaksikan film Perempuan

Berkalung Sorban.

2. Subjek Dan Objek Penelitian

a. Subjek penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian adalah tokoh utama

perempuan dalam film Perempuan Berkalung Sorban.

b. Objek penelitian

Sedangkan objek penelitiannya adalah citra perempuan dalam film karya

sutradara Hanung Bramantyo yaitu film Perempuan Berkalung Sorban.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

40

Page 41: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Sugiyono (dalam Kriyantono, 2006: 151) menyebutkan populasi sebagai

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari,

kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi yang digunakan peneliti adalah

keseluruhan subjek yang diteliti, yaitu tokoh utama perempuan dalam film

Perempuan Berkalung Sorban.

b. Sampel

Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil

riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik, yang belaku pada waktu dan tempat

tertentu sewaktu riset dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak dikenal

istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek riset,

yaitu orang-orang yang dipilih diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset

disebut subjek riset—bukan objek—karena informan dianggap aktif

mengkonstruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner.

Dalam studi semiotik, framing ataupun analisis wacana dikenal dengan istilah

korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga terbatas dari unsur yang

memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama dan karena itu dapat

dianalisis sebagai keseluruhan, meskipun tidak secara langsung menghasilkan

generalisasi (Kriyantono, 2006: 163).

I. Teknik Pengumpulan Data

41

Page 42: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang lengkap, maka

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu,

1. Data Teks

Ini biasanya digunakan pada penelitian yang membahas sistem tanda.

Dalam kajian komunikasi segala macam tanda adalah teks yang di dalamnya

terdapat simbol-simbol yang sengaja dipilih, di mana pemilihan, penyusunannya,

dan penyampaiannya tidak bebas dari maksud tertentu, karena itu akan

memunculkan makna tertentu(Kriyantono, 2006: 38).

Data teks digunakan peneliti untuk meneliti sistem tanda pada film

Perempuan Berkalung Sorban.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung – tanpa

mediator – sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan

objek tersebut (Kriyantono, 2006:108).

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah instrument pengumpulan data yang sering digunakan

dalam berbagai metode pengumpulan data. Tujuannya untuk mendapatkan

informasi yang mendukung analisis dan interpretasi data (Kriyantono, 2006:118)

J. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis semiotik. Luxemburg

(1984), seperti dikutip Santosa (1993) menyatakan bahwa semiotik adalah ilmu

42

Page 43: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

yang secara sistematis mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem-

sistemnya dan perlambangan (Sobur, 2001: 96).

Batasan yang lebih jelas dikemukakan oleh Preminger (2001), “semiotik

adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena

sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu

mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang

memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti” (Sobur, 2001: 96).

Langkah-langkah penelitian semiotika (Sobur, 2001: 154)

1. Cari topik yang menarik perhatian

2. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, di mana, apa)

3. Tentukan alasan/rationale dari penelitian

4. Rumuskan tesis penelitian dengan mempertimbangkan tiga langkah

sebelumnya (topik, tujuan, dan rationale)

5. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)

6. Klasifikasi data

a. Identifikasi teks

b. Berikan alasan mengapa teks tersebut dipilih dan perlu diidentifikasi

c. Tentukan pola semiosis yang umum dengan mempertimbangkan hierarki

maupun sekuennya atau, pola sintagmatig dan paradigmatik

d. Tentukan kekhasan wacananya dengan mempertimbangkan elemen semiotika

yang ada

7. Analisis data berdasarkan

a. Ideologi, interpretant kelompok, frame work budaya;

43

Page 44: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

b. Pragmatik, aspek sosial, komunikatif;

c. Lapis makna, intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hukum yang

mengaturnya;

d. Kamus vs ensiklopedi

8. Kesimpulan

K. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini tardiri dari pokok-pokok permasalahan

yang dibahas pada masing-masing bab yang diuraikan menjadi beberapa bagian:

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang Latar Belakang Permasalahan; Alasan

Pemilihan Judul; Penegasan Istilah; Permasalahan; Tujuan dan

Manfaat Penelitian; Kerangka Teoritis; Konsep Operasional;

Metode Penelitian; dan Sistematika Penulisan

BAB II : GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menjelaskan mengenai film Perempuan

Berkalung Sorban.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab penyajian data ini, peneliti menyajikan data dari teks

film Perempuan Berkalung Sorban.

BAB IV : ANALISIS DATA

Dalam analisis data, peneliti mencoba menganalisis dan

mengevaluasi data sesuai dengan penyajian data yang baik.

44

Page 45: Web viewDalam buku . Teori Komunikasi ... Asap merupakan indeks dari adanya api. ... pembentukan identitas gender didasarkan pada acuan ekspektasi dan

BAB V : PENUTUP

Menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang

diteliti

45