catatanmitha.weebly.comcatatanmitha.weebly.com/uploads/4/7/2/4/4724981/... · Web viewAyah:Daniel...
Transcript of catatanmitha.weebly.comcatatanmitha.weebly.com/uploads/4/7/2/4/4724981/... · Web viewAyah:Daniel...
LAPORAN PAPER
PENDIDIKAN PANCASILA DALAM KONTEKS
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA
Disusun Oleh :
Teguh Priya Sembada (110030408)
I Gusti Ngurah Agung Angga Dwi Guna (110030266)
Eka Mahendra (110030393)
Agung Billy Hidayes (110030333)
Muhammad Sobri Hidayat (110030403)
SISTEM INFORMASI
STMIK STIKOM BALI
2011
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Paper : Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
2. Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
3. Tim Penulis :
a. Ketua Tim Penulis : Teguh Priya Sembada
b. Anggota : 1) I Gusti Ngurah Agung Angga Dwi Guna
2) Eka Mahendra
3) Agung Billy Hidayes
4) Muhammad Sobri Hidayat
4. Kelas : V113 Sistem Informasi Eksekutif
5. Perguruan Tinggi : STMIK STIKOM Bali
Denpasar, 8 Oktober 2011
Penulis 1, Penulis 2, Penulis 3,
Teguh Priya Sembada I Gst. Ngr. Ag. Angga Dwi Guna Eka Mahendra
Penulis 4, Penulis 5,
Agung Billy Hidayes Muhammad Sobri Hidayat
Mengetahui dan Menyetujui
Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
STMIK STIKOM Bali,
I Wayan Wenen, SH, MH
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PAPER
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Tim Penulis : 1. Teguh Priya Sembada
2. I Gusti Ngurah Agung Angga Dwi Guna
3. Eka Mahendra
4. Agung Billy Hidayes
5. Muhammad Sobri Hidayat
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas : V113 Sistem Informasi
Perguruan Tinggi : STMIK STIKOM Bali
Alamat : Jl. Raya Puputan No. 86 Renon, Denpasar - Bali
Menerangkan dengan sebenarnya bahwa Paper dengan judul “Pancasila
Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa” yang kami tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya kami sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran atau karya orang lain yang kami akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran atau karya kami.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa hasil
tulisan atau pikiran atau karya kami ini adalah hasil jiplakan, maka kami bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, 8 Oktober 2011
Penulis 1, Penulis 2, Penulis 3,
Teguh Priya Sembada I Gst. Ngr. Ag. Angga Dwi Guna Eka Mahendra
Penulis 4, Penulis 5,
Agung Billy Hidayes Muhammad Sobri Hidayat
iii
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAHPERJUANGAN BANGSA
Oleh :
1. Teguh Priya Sembada 4. Agung Billy Hidayes
2. I Gst. Ngr. Ag. Angga D.G. 5. Muhammad Sobri Hidayat
3. Eka Mahendra
ABSTRAK
Penyusunan paper ini bertujuan untuk : (1) memenuhi tugas paper mata
kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di STMIK STIKOM Bali, (2)
mengetahui kronologi sejarah perumusan pancasila, (3) mengetahui dinamika
Pancasila sebagai Dasar Negara, (4) membantu menciptakan mahasiswa sebagai
warga negara Republik Indonesia yang menjiwai nilai-nilai Pancasila.
Dalam melaksanakan tujuan-tujuan di atas penulis melakukan pendekatan
sejarah dan fungsional yaitu melacak kronologi sejarah perumusan Pancasila,
fungsi-fungsi Pancasila dan menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana
yang mudah dipahami masyarakat. Untuk mengumpulkan data terkait tujuan
tersebut digunakan metode kepustakaan, dan browsing di Internet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pancasila dirumuskan dalam
waktu yang lama dan merupakan cerminan dari kondisi masyarakat Indonesia
sendiri, (2) banyak masyarakat (disini menggunakan sample adalah mahasiswa
STMIK STIKOM Bali) yang belum mengetahui sejarah perumusan Pancasila,
(3) perlunya ditingkatkan penjiwaan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
oleh masyarakat sebagai warga negara Republik Indonesia.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Pancasila adalah cermin kehidupan masyarakat Indonesia.
Tanpa Pancasila maka Indonesia bukanlah Indonesia”
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang
Widi Wasa dimana berkat bimbingan, rahmat serta kasih karunia-Nya semata,
sehingga penulisan paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini
disusun berdasarkan kebutuhan pengetahuan masyarakat akan sejarah Pancasila
dan dinamika Pancasila sebagai dasar negara.
Dalam penyusunan paper ini yang dijadikan sebagia landasan oleh
penulis adalah tugas paper dari mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di STMIK STIKOM Bali yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa akan Pancasila.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, yang telah membantu
menyiapkan, memberikan masukan dan menyusun penulisan paper ini.
Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Bapak I Wayan
Wenen, SH, MH, selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di STMIK STIKOM Bali tempat penulis menempuh
pendidikan saat ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan penulisan paper ini,
namum bukan mustahil dalam penyusunan paper ini masih terdapat kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik dan komentar
yang dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan penulisan paper
berikutnya di masa yang akan datang.
Semoga paper ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis, tetapi juga
bagi semua pihak yang selama ini ternyata juga menunggu penulisan paper ini
untuk mendapatkan tambahan pengetahuan khususnya Pancasila.
Denpasar, 8 Oktober 2011
Penulis
vi
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………..………. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN PAPER ……………………………………… iii
ABSTRAK …………………………………………………………………... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………………… x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………... 2
D. Batasan Masalah …………………………………………… 2
E. Jenis dan Sumber Data ……………………………………… 2
F. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 3
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pancasila ……………………………………… 4
B. Pengertian Konteks ……………………………………….. 4
C. Pengertian Sejarah ……….………………………………... 4
D. Pengertian Kronologi ……………………………………… 4
E. Pengertian Perumusan ……………….…………………… 5
F. Pengertian Dinamika …………..………………………….. 5
G. Pengertian Dasar Negara …………………………………… 5
BAB III : PEMBAHASAN
A. Kronologi Sejarah Perumusan Pancasila …………………… 6
1. Kebangkitan Nasional ………………………………….. 6
2. Penjajahan Jepang ……………………………………… 7
3. Perumusan Pancasila pada Sidang Pertama BPUPKI ….. 8
4. Piagam Jakarta …………………………………………. 10
vii
5. Sidang Kedua BPUPKI ………………………………… 11
6. PPKI …………………………………………………… 12
B. Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara …….………….. 14
1. Awal Proklamasi ………………………………………. 14
2. Masa Orde Lama ………………………………………. 18
3. Masa Orde Baru ………………………………………. 20
4. Masa Reformasi ………………………………………... 24
5. Pancasila Terkini ……………………………………… 25
BAB IV : PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………… 27
B. Saran …………………………………………….………….. 27
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR III.1 Mr. Mohammad Yamin …………………………………. 8
GAMBAR III.2 Prof. Soepomo ………………………………………….. 9
GAMBAR III.3 Ir. Soekarno ……………………………………………… 10
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Teguh Priya Sembada
Tempat Lahir : Blitar
Tanggal Lahir : 5 Juni 1983
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Tukad Banyusari Gg. Pelita 4A Denpasar – Bali
Tempat Kerja : LPBA & Politeknik Ganesha Guru
Jl. Teuku Umar Barat No. 27 Denpasar
Identitas Orang Tua :
Ayah : Drs. Sukanto (Almarhum)
Pekerjaan : PNS
Ibu : Widyaningsih
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :
Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. SD Negeri Kauman 1 Blitar, Jawa Timur 1995
2. SLTP Negeri 2 Blitar, Jawa Timur 1998
3. SMA Negeri 1 Blitar, Jawa Timur 2001
4. STMIK STIKOM Bali 2011 - …
Non Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. Wearnes Education Center – Malang 2002
Pengalaman Kerja
No. Posisi dan Tempat Kerja Tahun
1. Staf Marketing di Wearnes Education Center 2001 - 2008
2. Koordinator Marketing di Wearnes Education Center Bali 2008 - 2011
3. Koordinator Marketing di LPBA & Politeknik Ganesha 2011 - …
x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : I Gusti Ngurah Agung Angga Dwi Guna
Tempat Lahir : Klungkung
Tanggal Lahir : 11 January 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl Akasia VI no 5
Tempat Kerja : Mahima , Jl raya Monkey Forest No 7M Ubud
Identitas Orang Tua :
Ayah : I Gusti Ngurah Men
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu : I gusti Ayu Supermi
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan :
Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. SDK Santo Yoseph 2 , denpasar 2004
2. SMP Santo Yoseph , Denpasar 2007
3. SMAN 1 Denpasar 2010
4. STMIK STIKOM Bali 2011 - …
Pengalaman Kerja
No. Posisi dan Tempat Kerja Tahun
1. Pemilik dari MAHIMA 2010 - …
xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Eka Mahendra
Tempat Lahir : Makassar
Tanggal Lahir : 10 Juni 1993
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Hindu
Status : Belum Nikah
Alamat : Perm. Dalung Permai A4/20
Tempat Kerja : -
…
Identitas Orang Tua :
Ayah : I Wayan Pasek
Pekerjaan : POLRI
Ibu : Masni
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan
Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. SD KEMALA BHAYANGKARI 2005
2. SMPN 8 MAKASSAR 2008
3. SMAN 21 MAKASSAR 2011
4. STMIK STIKOM BALI 2011 - …
Pengalaman Kerja
No. Posisi dan Tempat Kerja Tahun
xii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Agung Billy Hidayes
Tempat Lahir : Denpasar
Tanggal Lahir : 07 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl.aya Sesetan Gang Camar II No.11
Tempat Kerja : Toko Energy
Identitas Orang Tua :
Ayah : Daniel Arif Hidayes (Almarhum)
Pekerjaan : -
Ibu : Linda Supriani
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan :
Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. SDK Anugrah 2005
2. SMPK I Harapan 2008
3. SMAK Harapan 2011
4. STMIK STIKOM Bali 2011 - …
Pengalaman Kerja
No. Posisi dan Tempat Kerja Tahun
1. Personalia di Toko Energy 2011 - …
xiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Muhammad Sobri Hidayat
Tempat Lahir : Bondowoso
Tanggal Lahir : 23 Januari 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Cok Gede Rai, Peliatan – Ubud - Gianyar
Tempat Kerja : E-Plus Grup Cellular
Jl. Cok Gede Rai, Peliatan – Ubud - Gianyar
Identitas Orang Tua :
Ayah : Abdul Manap
Pekerjaan : Petani
Ibu : Muzaini
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan :
Formal
No. Asal Sekolah Tahun Lulus
1. SD Negeri 1 Tamansari – Bondowoso 2004
2. SMP Negeri 6 Bondowoso 2007
3. SMK Negeri 2 Bondowoso 2010
4. STMIK STIKOM Bali 2011 - …
Pengalaman Kerja
No. Posisi dan Tempat Kerja Tahun
1. E-Plus Grup Cellular 2010 - …
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai dasar
negara maka masyarakat Indonesia seharusnya mencerminkan nilai-nilai
luhur Pancasila dalam setiap tingkah lakunya. Tapi seiring dengan semakin
bertambahnya usia Negara Republik Indonesia, pergantian generasi serta
tekanan budaya barat dan timur membuat banyak masyarakat Indonesia mulai
melupakan Pancasila.
Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan
penjiwaan nilai-nilai Pancasila pada para generasi muda sebagai penerus
bangsa, perlu dijelaskan kembali mengenai Pancasila. Tidak bisa
dibayangkan bagaimana bila masyarakat Indonesia melupakan Pancasila.
Pancasila akan berubah menjadi simbol dan tulisan-tulisan yang tercetak pada
buku-buku pelajaran saja. Dan tentu saja Indonesia tidak akan menjadi
Indonesia lagi tanpa Pancasila.
Pemerintah dengan berbagai macam programnya berusaha
melaksanakan hal tersebut. Salah satunya adalah memasukkan Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam kurikulum pendidikan mulai dari
tingkat dasar, menengah, umum, atas hingga perguruan tinggi.
Sebagai pelaksanaan tugas paper mata kuliah Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan di STMIK STIKOM Bali maka penulis mengambil
judul “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa”.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan paper ini, penulis mengangkat beberapa masalah
yang akan dipaparkan secara lebih detail dalam bagian pembahasan. Adapun
permasalahan yang akan dibahas antara lain sebagai berikut :
1. Bagaimana kronologi sejarah perumusan Pancasila?
2. Bagaimanakah dinamika Pancasila sebagai dasar negara?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Khusus
a. Memenuhi tugas paper mata kuliah di STMIK STIKOM Bali
b. Mengetahui kronologi sejarah perumusan Pancasila
c. Mengetahui dinamika Pancasila sebagai dasar negara
d. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman penulis akan Pancasila
2. Tujuan Umum
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terutama
kalangan mahasiswa akan perjuangan para pendahulu dalam
merumuskan Pancasila.
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terutama
kalangan mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia akan
nilai-nilai luhur Pancasila sehingga mampu menjiwai dan
mencerminkan Pancasila dalam segala kegiatannya.
D. Batasan Masalah
Sesuai judul dari paper ini maka ruang lingkup dari permasalahan
dibatasi pada kronologi perumusan Pancasila dan dinamika Pancasila sebagai
dasar negara.
E. Jenis Dan Sumber Data
1. Jenis Data
a. Data Kualitatif
Adalah data yang bersifat keterangan yang dapat memberikan
gambaran terhadap permasalahan yang dibahas dalam paper ini,
seperti kronologi perumusan Pancasila dan dinamika Pancasila
sebagai dasar negara.
b. Data Kuantitatif
Adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka tertentu
seperti tahun dirumuskannya Pancasila mulai dari proses awal hingga
akhir perumusan.
3
2. Sumber Data
a. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh
dengan cara membaca dan mempelajari teori-teori yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kepustakaan
Kepustakaan adalah cara pengumpulan data dengan membaca
buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
2. Browsing
Browsing adalah cara pengumpulan data dengan berselancar di
dunia internet.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah dasar negara yang terdiri atas lima sila, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila sebagia dasar negara berarti seluruh kehidupan bernegara
dan bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.
B. Pengertian Konteks
Konteks merupakan bagian uraian atau kalimat yang dapat
mendukung atau menambahkan kejelasan makna. Sehingga bila dihubungkan
dengan judul “Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa” berarti
menjelaskan posisi dan arti Pancasila dalam sudut pandang sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
C. Pengertian Sejarah
Sejarah memiliki arti (1) asal-usul (keturunan); (2) kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; (3) pengetahuan atau
uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa
lampau. Sehingga sejarah perjuangan bangsa berarti kejadian perjuangan
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
D. Pengertian Kronologi
Kronologi memiliki arti (1) ilmu tentang pengukuran satuan waktu;
(2) urutan waktu dari sejumlah kejadian atau peristiwa. Sehingga kronologi
dalam keterkaitannya dengan judul berarti urutan kejadian dalam perumusan
Pancasila pada masa perjuangan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
4
5
E. Pengertian Perumusan
Perumusan berarti proses, cara, perbuatan merumuskan, pernyataan
yang ringkat dan tepat. Sehingga kata perumusan dalam judul memiliki arti
proses penyusunan Pancasila secara urut berdasarkan urutan kejadian
F. Pengertian Dinamika
Dinamika adalah kata yang pada awalnya banyak digunakan pada
dunia ilmu pengetahuan alam (science) dan memiliki arti (1) ilmu fisika yang
berhubungan dengan benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkan;
(2) gerak (dari dalam); tenaga yang menggerakkan; semangat. Sehingga arti
dari “Dinamika Pancasila” berarti pergerakan atau perkembangan Pancasila
sebagai dasar negara mulai dari awal lahirnya hingga batas waktu yang
ditentukan.
G. Pengertian Dasar Negara
Dasar negara adalah fandamen yang kokoh dan kuat serta bersumber
dari pandangan hidup atau falsafah (cerminan dari peradaban, kebudayaan,
keluhuran budi dan kepribadian yang tumbuh dalam sejarah perkembangan
Indonesia) yang diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologi Sejarah Perumusan Pancasila
Pancasila yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
merupakan dasar filsafat Negara Republik Indonesia, menurut M. Yamin
bahwa berdirinya Negara Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan kerajaan-
kerajaan yang ada. Kerajaan Majapahit pada masa Hayam Wuruk dan
patihnya Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan
Budha. Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang
menulis buku Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah
“Pancasila".
Perumusan Pancasila dimulai dari beberapa peristiwa :
1. Kebangkitan Nasional
Kebangkitan nasional ditandai dengan berdirinya Budi Utomo
yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro Husodo pada 20 Mei 1908 dan
menjadi tonggak berdirinya organisasi lain seperti :
a. Yang bercorak Nasionalis : Indische Partij (1912), Indische
Vereeniging (1908) yang kemudian menjadi Indonesische
Vereeniging (1912) dan Perhimpunan Indonesia (1925). PNI (1927),
Partindo dan PNI Baru (1931) yang kemudian berfusi dengan Budi
Utomo menjadi Parindra (1935). Semua partai ini menghendaki
negara kebansaan yang bercorak sekuler (memisahkan agama dari
urusan negara).
b. Yang bercorak Islam : Sarekat Dagang Islam (1911) yang kemudian
menjadi Sarekat Islam (1912) dan Partai Sarikat Islam Indonesia
(1930), Mohammadiyah (1912), Partai Islam Indonesia (1931).
Mereka menghendaki negara merdeka berdasar Islam.
c. Yang bercorak Marxis : ISDV (1914) yang pada tahun 1920 menjadi
PKI atau ISDP (Indische Sociaal Democratische Partij, 1918), PKI
menghendaki negara komunis, sementara SDAP menghendaki negara
sosialis yang demokratik.
6
7
Dari uraian di atas Nampak bahwa pada zaman penjajahan
Belanda berkembang 3 (tiga) paham politik, yaitu : Nasionalisme murni,
Islamisme dan Marxisme. Pada tahun 1923 muncul satu partai lagi PPKD
(Perkumpulan Politik Katolik Djawi atau Perkumpulan Politik Katolik
Indonesia). Asas Katolik memang menjiwai perkumpulan ini tapi ia dapat
digolongkan dalam paham kebangsaan murni karena memang
memperjuangkan negara kebangsaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
negara Indonesia memang Bhinneka tetapi pengalaman sejarah telah
menjadikan tunggal dalam kebangsaan seperti yang dinyatakan oleh para
pemuda dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang
menyatakan satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia.
2. Penjajahan Jepang
Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu
kebohongan belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai
akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian penjajah
Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia,
Jepang saudara tua bangsa Indonesia.” Pada tanggal 29 April 1945
bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan
memberikan kemerdekaan pada bangsa Indonesia, janji ini diberikan
karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia
diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk
mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas untuk
menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yatu Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
Dokuritsu Zyumbi Tioosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai ketua
(kaicoo) Dr. KRT. Rajiman Widyodiningrat dengan dua orang wakil yaitu
Ichibangase (dari Jepang) dan R.P. Soeroso dengan jumlah anggota 60
orang dengan tugas menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia. yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang
BPUPKI adalah membahas tentang dasar negara.
8
3. Perumusan Pancasila pada Sidang Pertama BPUPKI
BPUPKI bersidang sebanyak dua kali. Sidang pertama dimulai
dari tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Sidang ini menghasilkan rumusan
rancangan dasar negara Pancasila dan sidang kedua tanggal 10 – 17 Juli
1945 menghasilkan rumusan rancangan UUD.
Pada sidang pertama BPUPKI berbagai rumusan dasar negara
dikemukakan oleh para peserta sidang diantaranya :
a. Rumusan I : Mr. Mohammad Yamin
Baik dalam kerangka pidato maupun dalam presentasi lisan
Mr. Mohammad Yamin mengemukakan lima calon dasar negara,
yaitu :
1) Peri Kebangsaan
2) Peri Kemanusiaan
3) Peri ke-Tuhanan
4) Peri Kerakyatan
5) Kesejahteraan Rakyat
Selain usulan lisan Mr. Mohammad Yamin tercatat
menyampaikan usulan tertulis mengenai rancangan dasar negara.
Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI ini berbeda dengan
rumusan kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan
secara lisan, yaitu :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kebangsaan Persatuan Indonesia
3) Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
9
Gambar III.1
Mr. Mohammad Yamin
b. Rumusan II : Prof. Soepomo
Dalam pidatonya saat sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945
Prof. Soepomo mengusulkan rancangan dasar negara sebagai berikut :
1) Paham negara kesatuan
2) Warga negara hendaknya tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap
saat ingat kepada Tuhan
3) Sistim Badan Permusyawaratan
4) Ekonomi negara bersifat kekeluargaan
5) Hubungan antarbangsa yang bersifat Asia Timur Raya
Gambar III.2
Prof. Soepomo
c. Rumusan III : Ir. Soekarno
Dalam pidatonya pada 1 Juni 1945 yang kemudian dikenal
sebagai hari lahir Pancasila, Ir. Soekarno menyampaikan rumusan
dasar negara. Usul Ir. Soekarno sebenarnya tidak hanya satu
10
melainkan tiga buah usulan calon dasar negara, yaitu lima prinsip, tiga
prinsip, dan satu prinsip. Ir. Soekarno juga mengemukakan dan
menggunakan istilah “Pancasila” (lima dasar) pada rumusannya ini
atas saran seorang ahli bahasa yaitu Mr. Mohammad Yamin yang
duduk di sebelah Ir. Soekarno. Oleh karena itu rumusan Ir. Soekarno
di atas disebut sebagai Pancasila, Trisila dan Ekasila.
Adapun rumusan Pancasila adalah sebagai berikut :
1) Kebangsaan Indonesia
2) Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3) Mufakat atau Demokrasi
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ke-Tuhanan yang berkebudayaan
Sementara rumusan untuk Trisila adalah sebagai berikut :
1) Socio-nationalisme
2) Socio-demokratie
3) Ke-Tuhanan
Dan Ekasila yang hanya terdiri dari satu sila adalah :
1) Gotong Royong
Gambar III.3
Ir. Soekarno
4. Piagam Jakarta (Rumusan IV diluar sidang BPUPKI)
Selama masa reses sidang BPUPKI antara 2 Juni – 9 Juli 1945,
delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai panitia kecil yang
bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota
11
BPUPKI yang telah masuk sesuai dengan hasil sidang BPUPKI yang
pertama. Pada 22 Juni 1945 panitia kecil tersebut mengadakan pertemuan
dengan 38 anggota BPUPKI dalam rapat informal. Rapat tersebut
memutuskan membentuk suatu panitia kecil berbeda yang disebut dengan
“Panitia Sembilan” yang bertugas menyelaraskan mengenai hubungan
Negara dan Agama.
Dalam menentukan hubungan Negara dan Agama anggota
BPUPKI terpecah menjadi golongan Islam yang menghendaki bentuk
teokrasi Islam dengan golongan Kebangsaan yang menghendaki negara
sekuler dimana negara sama sekali tidak diperbolehkan bergerak di
bidang agama.
Akhirnya dua golongan ini menemukan kata mufakat dan
menghasilkan Rancangan Pembukaan UUD atau ada juga yang menyebut
Rancangan Pembukaan Hukum Dasar. Dokumen ini pula yang disebut
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) oleh Mr. Mohammad Yamin. Piagam
Jakarta memuat rumusan dasar negara sebagai berikut :
1) Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2) Menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5) Serta dengan mewujudkan Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat
Indonesia
Adapun sembilan tokoh nasional yang ikut merumuskan Piagam
Jakarta adalah : Ir. Soekarno, Drs. Moch. Hatta, Mr. A.A. Maramis,
Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Muzakir, Haji Agus Salim, Mr.
Achmad Soebardjo, K.H. Wachid Hasjim dan Mr. Mohammad Yamin.
5. Sidang Kedua BPUPKI (Rumusan V)
Pada sesi kedua persidangan BPUPKI yang diselenggarakan pada
10 – 17 Juli 1945, dokumen Piagam Jakarta dibahas kembali secara resmi
dalam rapat pleno tanggal 10 dan 14 Juli 1945. Piagam Jakarta tersebut
12
dipecah dan diperluas menjadi dua buah dokumen berbeda yaitu
Declaration of Independence (berasal dari paragraph 1 – 3 yang diperluas
menjadi 12 paragraf) dan Pembukaan (berasal dari paragraf 4 tanpa
perluasan sedikitpun). Rumusan yang diterima oleh rapat pleno BPUPKI
tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan rumusan Piagam
Jakarta yaitu dengan menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat
terakhir. Adapun isinya adalah sebagai berikut :
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya
2) Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Dan Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam
permuyawaratan perwakilan
5) Dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
6. PPKI (Rumusan VI)
Pada tanggal 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan oleh Jepang
dan kemudian terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) atau disebut juga Dokuritsu Zyuunbi Linkai dengan ketua Ir.
Soekarno dan wakilnya Drs. Moch Hatta. Badan yang mula-mula sebagai
bentukan Jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
disempurnakan lagi keanggotaannya dari 21 orang menjadi 29 orang
termasuk ketua dan wakil ketua dengan menambah beberapa anggota
baru. Selanjutnya badan ini memiliki sifat nasional sebagai badan
nasional Indonesia.
Badan yang mula-mula bertugas memeriksa hasil-hasil Badan
Penyelidik, tetapi menurut sejarah kemudian mempunyai kedudukan dan
berfungsi penting sekali sebab :
a. Mewakili seluruh bangsa Indonesia
b. Sebagai pembentuk negara
c. Menurut teori hokum, badan seperti ini mempunyai wewenang untuk
meletakkan dasar negara.
13
Seperti kita ketahui, menyerahnya Kekaisaran Jepang pada sekutu
pada 14 Agustus 1945 karena dua kota besar yang ada di Jepang di bom
atom oleh sekutu dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal dari
kesepakatan semula dengan Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) pada
tanggal 17 Agustus 1945 menimbulkan situasi darurat yang harus segera
diselesaikan. Sore hari tanggal 17 Agustus 1945, wakil-wakil dari
Indonesia daerah Kaigun (Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan
Kalimantan), diantaranya A.A. Maramis menemui Ir. Soekarno
menyatakan keberatan dengan rumusan “dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” untuk ikut disahkan menjadi
bagian dasar negara.
Untuk menjaga integrasi bangsa yang baru diproklamasikan, Ir.
Soekarno segera menghubungi Hatta dan berdua menemui wakil-wakil
golongan Islam. Semula, wakil golongan Islam, diantaranya Teuku Moh.
Hasan, Mr. Kasman Singodimedjo dan Ki Bagus Hadikusumo keberatan
dengan usul penghapusan itu. Setelah diadakan konsultasi mendalam
akhirnya mereka menyetujui penggantian rumusan “Ketuhanan, dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan
rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai sebuah “emergency exit”
yang hanya bersifat sementara dan demi keutuhan Indonesia.
Pagi harinya tanggal 18 Agustus1945 usul menghilangkan
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
dikemukakan dalam rapat pleno PPKI. Selain itu dalam rapat pleno
terdapat usulan untuk menghilang frase “menurut dasar” dari Ki Bagus
Hadikusumo. Hingga akhirnya Sidang I PPKI tanggal 18 Agustus 1945
telah dapat menghasilkan keputusan-keputusan penting sebagia berikut :
a. Pengesahan Undang-Undang Dasar yang terdiri dari Pembukaan dan
Batang Tubuh (pasal-pasal) setelah melalui penyempurnaan-
penyempurnaan, khususnya Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia yang termuat dalam Pembukaan UUD yang
disahkan/ditetapkan pada waktu itu.
14
b. Memilih presiden dan wakil presiden yang pertama atas usul Oto
Iskandardinata, salah seorang anggota PPKI, maka Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta dipilih secara aklamasi sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia.
c. Menetapkan berdirinya Komite Nasional sebagai Badan Musyawarah
Darurat.
Adapun rumusan kalimat dasar negara (Pancasila) yang terdapat
pada paragraph keempat adalah “…dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan
Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.”
Dalam versi populernya Pancasila ditulis dengan penomoran
sebagai berikut :
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3) Persatuan Indonesia
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
B. Dinamika Pancasila Sebagai Dasar Negara
Meskipun Pancasila telah ditetapkan sebagai Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia, ternyata dalam perkembangannya Pancasila mengalami
cobaan yang luar biasa dan terus menerus, antara lain :
1. Awal Proklamasi
a. Konstitusi RIS
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Negara
Indonesia masih menghadapi tentara sekutu yang berupaya
menanamkam kembali kekuasaan Belanda di Indonesia, yaitu
pemaksaan untuk mengakui NICA (Netherlands Indies Civil
Administration). Selain itu Belanda juga menyebarkan propaganda
15
ke dunia luar bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari
Jepang. Untuk melawan propaganda tersebut, Pemerintah Indonesia
mengeluarkan tiga buah maklumat sebagai berikut :
1) Maklumat Wakil Presiden No. x (iks) tanggal 16 Oktober 1945
yang menghentikan kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum
masa waktunya. Kemudian maklumat tersebut memberikan
kekuasaan MPR dan DPR yang semula dipegang oleh Presiden
kepada KNIP.
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang
pembentukan partai politik sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal
ini sebagai akibat dari anggapan bahwa salah satu ciri demokrasi
adalah multi partai. Maklumat ini juga sebagai upaya agar dunia
luar menilai Negara Indonesia sebagai negara yang demokratis.
3) Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945, intinya
maklumat ini mengubah sistem kabinet Presidensial menjadi
sistem kabinet Parlementer berdasarkan asal demokrasi liberal.
Keluarnya ketiga maklumat tersebut mengakibatkan
ketidakstabilan di bidang politik karena sistem demokrasi liberal
bertentangan dengan UUD 1945, serta secara ideologis bertentangan
dengan Pancasila. Akibat penerapan sistem kabinet parlementer
maka pemerintah Negara Indonesia mengalami jatuh bangun
sehingga membawa konsekuensi serius terhadap kedaulatan Negara
Indonesia.
Konferensi Meja Bundar di Den Haag tanggal 27 Desember
1949 merupakan suatu persetujuan yang ditandatangani antara Ratu
Belanda Yuliana dan Pemerintah Indonesia yang menghasilkan
keputusan antara lain :
1) Konstitusi RIS menentukan bentuk negara serikat (federal) yang
membagi Negara Indonesia terdiri dari 16 (enam belas) negara
bagian.
16
2) Konstitusi RIS menentukan sifat pemerintahan berdasarkan asas
demokrasi liberal, para menteri bertanggung jawab kepada
parlemen.
3) Mukadimah Konstitusi RIS menghapuskan jiwa dan isi
pembukaan UUD 1945.
Akhirnya Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta
terpaksa menerima bentuk negara federal yang disodorkan
pemerintah kolonial Belanda dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS) dan hanya menjadi sebuah negara bagian saja.
Walaupun UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945 tetap berlaku bagi Republik Indonesia Yogyakarta,
namun RIS sendiri mempunyai sebuah Konstitusi Federal
(Konstitusi RIS) sebagai hasil permufakatan seluruh negara bagian
dari RIS. Dalam RIS rumusan dasar negara terdapat dalam
Mukaddimah (pembukaan) paragraf ketiga.
Adapun rumusan dasar negara dalam konstitusi RIS adalah
“…berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial.” Dan
bila ditulis dalam penomoran adalah sebagai berikut :
1) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2) Perikemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Dan Keadilan Sosial
b. UUDS1950
Hanya dalam hitungan bulan negara bagian Republik
Indonesia Serikat (RIS) membubarkan diri dan bergabung dengan
negara bagian Republik Indonesia Yogyakarta. Pada Mei 1950 hanya
ada tiga negara bagian yang tetap eksis yaitu RI Yogyakarta, Negara
Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatra Timur (NST). NIT
wilayahnya meliputi Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, kepulauan
Nusa Tenggara, dan seluruh kepulauan Maluku. Sementara NST
17
wilayahnya meliputi bagian timur propinsi Sumatra Utara
(sekarang).
Setelah melalui beberapa pertemuan yang intensif RI
Yogyakarta dan RIS, sebagai kuasa dari NIT dan NST, menyetujui
pembentukan negara kesatuan dan mengadakan perubahan
Konstitusi RIS menjadi UUD Sementara. Perubahan tersebut
dilakukan dengan menerbitkan UU RIS No. 7 Tahun 1950 tentang
Perubahan Konstitusi Sementara Republik Indonesia Serikat menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara (LN RIS Tahun 1950 No. 56,
TLN RIS No. 37) yang disahkan tanggal 15 Agustus 1950. Rumusan
dasar negara kesatuan ini terdapat dalam paragraf keempat dari
Mukaddimah (pembukaan) UUD Sementara Tahun 1950 yang
berisi : “…berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial,…”
Dan bila ditulis dalam penomoran adalah sebagai berikut :
1) Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2) Perikemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Dan Keadilan Sosial
c. Pancasila Sesuai UUD 1945
Kegagalan konstituante untuk menyusun sebuah UUD yang
akan menggantikan UUD Sementara yang disahkan pada 15 Agustus
1950 menimbulkan bahaya bagi keutuhan negara, untuk itulah pada
5 Juli 1959 Presiden Indonesia saat itu, Soekarno, mengeluarkan
Dekrit Kepala Negara/Dekrit Presiden yang berisi :
a. Pembubaran Badan Konstituante
b. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950
c. Pembentukan MPR dan DPA Sementara
Salah satu isinya menetapkan berlakunya kembali UUD yang
disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945 menjadi UUD Negara
18
Indonesia menggantikan UUD Sementara. Dengan pemberlakuan
kembali UUD 1945 maka rumusan Pancasila yang terdapat dalam
pembukaan UUD kembali menjadi rumusan resmi yang digunakan.
2. Masa Orde Lama
Orde lama merupakan konsep yang biasa dipergunakan untuk
menyebut suatu periode pemerintahan yang ditandai dengan berbagai
penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Kegagalan
konstituante dalam merumuskan UUD baru dan ketidakmampuan
menembus jalan buntu untuk kembali ke UUD 1945, telah mendorong
Presiden Soekarno pada tanggal 5 Juli 1959 mengeluarkan “Dekrit
Presiden”. Dekrit ini berisi :
a. Pembubaran Badan Konstituante
b. Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi
UUDS 1950
c. Pembentukan MPR dan DPR sementara
Dekrit ini ternyata mendapat dukungan dari seluruh rakyat Indonesia.
DPR hasil pemilihan umum 1955 dalam sidangnya 22 Juli 1959 telah
secara aklamasi bersedia terus bekerja berdasarkan UUD 1945.
Seiiring dengan berlakunyga UUD 1945 pada periode 1959 –
1965, ditetapkan konsepsi demokrasi terpimpin. Dalam pelaksanaannya,
ternyata pengertian “terpimpin” lain dari apa yang dikehendaki oleh
UUD 1945, yaitu “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.” Tindak lanjut dari Dekrit Presiden
adalah pembentukan kabinet baru yang diberi nama Kabinet Karya.
Sampai pertengahan 1960 telah disusun lembaga-lembaga seperti MPR
(S). Sampai pada tahun 1960 telah disusun lembaga-lembaga negara
seperti MPR(S), DPA, DPRGR.
Dalam prakteknya, lembaga-lembaga negara yang ada belum
dibentuk berdasarkan UUD 1945 sehingga sifatnya masih sementara.
Dalam masa ini Presiden sebagai pemegang kekuasaan eksekutif dan
pemengang kekuasaan legislative (bersama-sama DPRGR) telah
menggunakan kekuasaannya dengan tidak semestinya, antara lain :
19
a. Presiden mengeluarkan produk-produk legislatif yang mestinya
berbentuk Undang-Undang dengan persetujuan DPRGR tapi justru
berbentuk Penetapan Presiden (tanpa persetujuan DPRGR).
b. Hak budget DPR tidak berjalan, karena pemerintah tidak
mengajukan Rancangan Undang-Undang APBN untuk mendapatkan
persetujuan DPR sebelum berlakunya tahun anggaran yang
bersangkutan. Bahkan pada tahun 1960, karena DPR tidak dapat
menyetujui RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, maka Presiden
pada waktu itu membubarkan DPR.
c. Tap MPRS No. I/MPRS/1960 tentang GBHN merupakan
penyimpangan yang terjadi pada awal-awal masa orde lama.
Persoalan yang paling menarik adalah dipergunakannya istilah
USDEK (UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia). Ada
kecenderungan bahwa penggunaan istilah USDEK ini hanyalah
sekedar sebagai dasar pembenaran.
d. Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan presiden
seumur hidup jelas bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
e. Puncaknya adalah pemberontakan PKI yang dikenal dengan
G30S/PKI.
Sementara itu keadaan ekonomi dan keamanan semakin tidak
terkendali. Keadaan semacam ini menghantarkan tercetusnya “Tri
Tuntutan Rakyat” atau Tritura yang berisi :
a. Bubarkan PKI
b. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur PKI
c. Turunkan harga/perbaikan ekonomi
Gerakan untuk memperjuangkan Tritura semakin meningkat sehingga
Presiden pada tanggal 11 Maret 1966 mengeluarkan Surat Perintah
(kemudian dikenal dengan “SUPER SEMAR”) kepada Letnan Jenderal
TNI Soeharto yang intinya memberi wewenang kepadanya untuk
mengambil langkah-langkah pengamanan untuk menyelamatkan
keadaan. Lahirnya SUPER SEMAR ini menandai lahirnya orde baru.
20
3. Masa Orde Baru
Orde baru merupakan konsep yang dipergunakan untuk menyebut
suatu kurun waktu pemerintahan yang ditandai dengan keinginan
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Benih-benih lahirnya orde baru sudah ada pada waktu ABRI bersama-
sama rakyat Pancasialis menumpas pemberontakan G30S/PKI.
Dalam upaya untuk menegakkan kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan UUD 1945 maka terbentuklah Front Pancasila oleh
beberapa partai politik dan organisasi massa. Adapun partai politik dan
organisasi massa yang tergabung dalam Front Pancasila yaitu : NU, PSII,
Parkindo, Partai Khatolik, IPKI, Perti, Muhammadiyah, Soksi, dll.
Bersama-sama dengan KAMI, Front Pancasila muncul sebagai
pendukung orde baru dan mempelopori tuntutan yang lebih luas yang
menyangkut kembali kehidupan kenegaraan sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945. Oleh karena itu, orde baru sering disebut sebagai orde
pengoreksi, orde konstitusional dan orde pembaharuan.
a. Orde Pengoreksi
Orde baru resmi lahir pada 11 Maret 1966 bertekad untuk
melakukan koreksi total terhadap penyelewengan-penyelewengan
dan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pemerintah orde
lama.
b. Orde Konstitusional
Dalam masa pemerintahan orde lama, Pancasila dan UUD
1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen sehingga
merusak bangsa dan negara. Pada waktu itu telah lahir kelompok
yang dapat menilai secara objektif akibat-akibat negatif yang
disebabkan oleh penyelenggaraan pemerintah yang tidak
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kelompok ini bertekad untuk
menegakkan tatanan yang didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Bertolak dari tekad itu, maka tema pokok perjuangan orde
baru adalah melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
21
dan konsekuen. Sedangkan landasan orde baru adalah landasan
ideologi, landasan ketatanegaraan dan sikap mental. Adapun yang
menjadi landasan ideologi adalah Pancasila, sedangkan landasan
ketatanegaraan adalah UUD 1945. Sikap mental yang menjadi
landasan orde baru adalah kemurnian pengabdian kepada rakyat.
Pada tanggal 20 Juni sampai dengan 5 Juli 1966, MPRS
mengadakan sidang umum dan dalam sidang itu dikeluarkan
beberapa ketetapan dalam rangka pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Ketetapan-ketetapan itu antara
lain :
1) Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pemilihan Umum.
Dalam penetapan itu disebutkan bahwa dalam rangka
melaksanakan Demokrasi Pancasila, maka Pemilihan Umum
harus dilaksanakan selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.
2) Tap MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang pembentukan Kabinet
Ampera. Tap ini penting dalam rangka menciptakan stabilitas
dalam bidang politik ekonomi. Kabinet Ampera pembentukannya
diserahkan kepada Letjen Soeharto. Programnya antara lain :
memperaiki kehidupan rakyat, terutama sandang dan pangan,
melaksanakan pemilihan umum sesuai dengan Tap MPRS No.
XI/MPRS/1966, melaksanakan politik luar negeri yang bebas
aktif, serta meneruskan perjuangan anti imperialisme dan
kolonialisme dalam segala bentuk manifestasinya.
Dalam rangka pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, MPRS
telah menetapkan ketetapan-ketetapan yang sangat penting, seperti :
1) Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Memorandum DPRGR
mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata
Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.
2) Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran Partai
Komunis Indonesia (PKI), Pernyataan sebagai Organisasi
Terlarang Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia.
22
Kedua ketetapan ini sangat penting karena dalam Tap MPRS, hal ini
berarti semua sumber hukum yang berlaku di seluruh wilayah
Republik Indonesia harus bersumber pada Pancasila atau tidak boleh
bertentangan dengan Pancasila. Dengan Tap MPRS No.
XXV/MPRS/1966 menunjukkan bahwa orde baru telah mengambil
langkah yang mantap terhadap PKI sebagai pengkhianatan terhadap
Pancasila dan UUD 1945.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pada
tanggal 7 – 12 Maret 1967 diadakan Sidang Istimewa MPRS yang
mengambil beberapa keputusan yang sangat penting seperti Tap
MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, Tap MRPS No.
XXXI/MPRS/1967, dan Tap MRPS No. XXXV/MPRS/1967.
Sebagai tindak lanjut dari Sidang Istimewa tersebut pada tanggal 12
Maret 1967 Letjen Soeharto diambil sumpahnya dan dilantik sebagai
pejabat Presiden Republik Indonesia. Pelantikan ini untuk
menghindari dualisme kepemimpinan nasional.
Pada tanggal 21 sampai dengan 30 Maret 1968 MPRS
mengadakan Sidang Umum V di Jakarta. Dalam sidang itu MPRS
telah mengangkat Jenderal Soeharto, Pengemban Tap MPRS No.
IX/MPRS/1966 sebagai Presiden Republik Indonesia hingga
terpilihnya Presiden oleh MPR hasil Pemilihan Umum.
c. Orde Pembaharuan
Agar pelaksanaan pembangunan nasional berjalan dengan
lancar dan benar-benar mengarah pada pencapaian tujuan nasional,
maka perlu ditentukan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang
yang dimulai 1969. Adapun pelaksanaannya dengan Pembangunan
Lima Tahun (Pelita) pertama, kedua, dan seterusnya, sehinga
merupakan serangkaian Pelita yang sambung menyambung dalam
satu kesatuan yang serasi.
Untuk itu berdasarkan Tap MPRS Tahun 1968 dibentuk
Kabinet Pembangunan. Tugas pokok kabinet pembangunan atau
Panca Krida Pembangunan adalah :
23
1) Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak
berhasilnya pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun dan
Pemilihan Umum.
2) Menyusun dan melaksanakan Rencana Pembangunan Lima
Tahun.
3) Melaksanakan Pemilihan Umum selambat-lambatnya tanggal 5
Juli 1971.
4) Mengembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan setiap rongrongan
penyelewengan serta pengkhianatan terhadap Pancasila dan
UUD 1945.
5) Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan secara
menyeluruh terhadap aparatur negara baik di tingkat pusat
maupun di tingkat daerah.
Pada tanggal 1 April 1969 dimulai pelaksanaan Rencana
Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I), Orde Baru setelah
tiga tahun terakhir sejak 1966 berhasil menyelesaikan fase stabilitas,
sehingga dapat menciptakan keadaan yang stabil khususnya dalam
bidang ekonomi. Kehidupan politik mulai ditata sedemikian rupa
sehingga mendorong terciptanya stabilitas politik. Jika pada masa
sebelumnya, jumlah partai sangat besar dan kurang menguntungkan
mulai ditata dan disederhanakan. Pada tahun 1971, partai politik
yang diakui oleh pemerintah tinggal 10 partai. Jumlah partai
sebanyak ini masuk dianggap terlalu besar sehingga dalam
perkembangannya jumlah partai yang diakui sebagai organisasi
peserta pemilu tahun 1977 tinggal tiga, yaitu PPP, Golkar dan PDI.
Memang harus diakui bahwa pelaksanaan pemerintah yang
didasarkan atas pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen telah banyak meningkatkan taraf hidup bangsa
Indonesia. Meski harus diakui pula bahwa masih ada kekurangan-
kekurangan yang harus disempurnakan. Gerakan reformasi yang
muncul di akhir tahun 1998 dan terus menggelinding sampai saat ini
24
merupakan salah satu indikator ketidakpuasan rakyat terhadap
kebijakan pemerintah orde baru.
4. Masa Reformasi
Tidak ada orang yang merasa puas terhadap apa yang telah
diperolehnya. Apa yang telah dicapai oleh pemerintah orde baru dengan
berbagai kelebihan dan kekurangannya telah melahirkan ketidakpuasan
rakyat dan seluruh masyarakat Indonesia. Atas keadaan seperti itu maka
muncul gerakan protes, pemogokan, dan demonstrasi. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari dinamika masyarakat, dimana kesemuanya
menuntut adanya reformasi di segala aspek kehidupan.
Beberapa persoalan menarik untuk dikaji sehubungan dengan
gerakan reformasi diantaranya : Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD
1945 sebagai Landasan Konstitusional, serta seluruh peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kedudukan Pancasila sebagai Dasar
Negara, pandangan hidup bangsa Indonesia maupun ideologi nasional,
ternyata tidak banyak mendapatkan perhatian dari para aktivis gerakan
reformasi. Artinya kedudukan Pancasila seperti di atas masih dapat
diterima.
Sedangkan kedudukan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional negara Republik Indonesia pada dasarnya masih dapat
diterima. Adanya tuntutan akan amandemen terhadap UUD 1945 lebih
disebabkan oleh adanya perbedaan interpretasi terhadap setiap pasal
UUD 1945. Misalnya “Presiden dan Wakil Presiden pemegang jabatan
selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Sebagai
termaksud dalam pasal 7 UUD 1945. Ketentuan ini sebenarnya cukup
jelas tetapi akhirnya muncul pro dan kontra mengenai berapa kali
seseorang dapat dipilih kembali. Persoalan ini semakin gencar
dipertanyakan, manakala pemerintah yang berkuasa mulai banyak
melakukan penyimpangan yang sangat mendasar sifatnya. Artinya, jika
mantan Presiden Soeharto tidak banyak melakukan KKN mungkin tidak
banyak orang mempermasalahkan.
25
Setelah pergantian Presiden dari Bpk. Soekarno ke Bpk. Soeharto
dilanjutkan kepada Bpk. BJ. Habibie, Bpk. Abdulrahman Wahid, Ibu
Megawati Soekarno Putri hingga Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono,
Pancasila pada akhirnya tetap menunjukkan kesaktiannya sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia
5. Pancasila Terkini
Saat ini Republik Indonesia masih berada dalam masa reformasi
panjang. Berbagai macam perubahan dan pembaharuan terus dilakukan
baik di lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Tapi yang pasti dari
pengamatan masyarakat awam bisa diketahui bahwa saat ini pamor
Pancasila mulai meredup. Mustafa Rejai dalam bukunya Political
Ideologies menyatakan bahwa ideologi itu tidak pernah mati. Yang
terjadi adalah :
a. Emergence (kemunculan)
Merupakan kemunculan atau kelahiran dari sebuah ideologi
mulai dari tahap proses hingga bentuk konkritnya. Sebagai contoh
adalah Pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia muncul
atau lahir melalui perumusan yang cukup bangsa oleh para pendahulu
bangsa Indonesia dan pada akhirnya diresmikan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 menjadi Dasar Negara Indonesia.
b. Decline (kemunduran)
Merupakan suatu kondisi dimana para individu dalam
organisasi yang melaksanakan atau meyakini suatu ideologi mulai
meragukan ideologi yang dianutnya. Sebagai contoh adalah Pancasila.
Dengan semangat pembaharuan, mulai dari masa reformasi hingga
kini pengamalan Pancasila pada kehidupan masyarakat semakin
menurun pamornya.
c. Resurgence of Ideologies (kebangkitan kembali suatu ideologi)
Suatu ideologi tidak pernah mati. Kebangkitan kembali adalah
masa munculnya kembali suatu ideologi tertentu yang dulunya pernah
dianut dan mengalami kemunduran. Sebagai contoh adalah Pancasila.
Pancasila berkali-kali mengalami masa kemunduran dan kebangkitan
26
kembali. Setiap kebangkitan Pancasila diidentikkan dengan
dimulainya suatu masa yang baru. Masa Orde Lama dianggap banyak
mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan Pancasila
(kemunduran) sehingga muncullah masa Orde Baru dengan semangat
melaksanakan Pancasila dengan murni dan konsekuen (kebangkitan).
Ternyata orde barupun banyak melakukan pelanggaran (kemunduran)
terhadap Pancasila sehingga muncullah masa reformasi (kebangkitan).
Dan pada masa reformasi ini justru pelaksanaan dan pengamalan
Pancasila cenderung menunjukkan penurunan. Jadi saat ini Pancasila
sedang dalam masa penurunan kembali. Kapan Pancasila akan bangkit
kembali? Akankah terbentuk suatu masa yang baru lagi?
Agar Pancasila sebagai ideologi bangsa tetap mempunyai
semangat untuk diperjuangkan, kita perlu menerima kenyataan bahwa
belum diterimanya Pancasila oleh semua pihak. Pancasila perlu
disosialisasikan agar dipahami oleh masyarakat Indonesia dan dunia
sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia. Tentunya bentuk perjuangan
ideologi pada waktu ini berbeda dengan jaman berbenturannya
nasionalisme dan imperialisme, sosialisme dengan kapitalisme, dan
antara demokrasi dengan totaliterianisme. Keberhasilan Pancasila sebagai
suatu ideologi akan diukur dari terwujudnya kemanjuan yang pesat,
kesejahteraan yang tinggi, dan persatuan yang mantap dari seluruh rakyat
Indonesia.
Hanya dengan mencapai kondisi yang maju, sejahtera, dan
bersatu sajalah Indonesia dapat menjadi salah satu rujukan dunia. Saat
itulah Pancasila berpotensi untuk diterima oleh bangsa-bangsa lain di
dunia. Tugas kaum terpelajarlah untuk mengartikulasikan keinginan
rakyat untuk maju dengan mewarnai Pancasila yang memiliki rumusan
tajam di segala bidang untuk menjawab tantangan yang sedang dihadapi
bangsa dan negara kita. Konsepsi dan praktik kehidupan yang Pancasialis
terutama harus diwujudkan dalam keseharian kaum elite, para pemimpin,
para penguasa, para pengusaha, dan kaum terpelajar Indonesia untuk
menjadi pelajaran bagi masyarakat luas.
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan membaca dan memahami kronologi perumusan Pancasila
sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dinamika Pancasila
sebaga Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa ditarik kesimpulan
bahwa Pancasila adalah amanat luhur dari para leluhur Bangsa Indonesia.
Diharapkan dengan pengamalan Pancasila maka Bangsa Indonesia yang
terdiri dari banyak suku, agama, ras dan kebudayaan akan tetap menjadi satu
kesatuan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu diharapkan
Pancasila bisa menjadi tuntunan masyarakat Indonesia dalam pengaturan
hidup bermasyarakat.
Selama Bangsa Indonesia bersatu padu dan mempertahankan nilai-
nilai luhur Pancasila maka goncangan apapun tidak akan mampu
menggoyahkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan
bertahannya Pancasila otomatis berjayanya Negara Republik Indonesia
sebagai Indonesia yang seutuhnya. Serbuan budaya barat dan timur serta era
globalisasi tidak akan merubah jiwa dari masyarakat Indonesia sebagai
masyarakat yang ber-Pancasila, karena Pancasila Sakti dan Pancasila adalah
cermin kehidupan masyarakat Indonesia.
B. Saran
Dengan semakin bertambahnya usia Negara Republik Indonesia dan
mulai bergantinya generasi-generasi bangsa maka akhir-akhir ini bisa dilihat
bahwa pemahaman dan kecintaan generasi muda penerus bangsa terhadap
Pancasila semakin menurun. Oleh karena itu Pemerintah dan juga seluruh
lapisan masyarakat harus segera mengambil tindakan dan terobosan agar
Pancasila tidak berubah menjadi slogan-slogan dan tulisan-tulisan saja di
buku. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk menanamkan kembali nilai-nilai
luhur Pancasila pada generasi muda bangsa, antara lain :
27
28
1. Penerapan Pendidikan Pancasila bagi generasi muda mulai dari usia dini.
Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan telah
masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia mulai dari jenjang SD,
SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Ini merupakan hal yang bagus.
Tapi perlu untuk dikaji dan ditingkatkan kembali dalam penyusunan
kurikulum tersebut agar generasi muda tidak hanya belajar dan menghafal
sejarah Pancasila tapi juga bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai luhur
dari Pancasila.
2. Memasukkan pendidikan pancasila pada sendi-sendi bermasyarakat dan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tidak ada guru yang lebih baik daripada lingkungan sekitar. Oleh
karena itu diperlukan suatu format pendidikan agar nilai-nilai luhur
Pancasila bisa ditumbuhkan mulai dari keluarga, masyarakat sekitar
hingga masyarakat secara umum. Sebenarnya dulu hal ini telah diterapkan
seperti adanya kegiatan gotong royong, siskamling, dll. Tapi seiring
meningkatnya rasa individualisme dan kekelompokan maka kegiatan-
kegiatan ini mulai jarang kita temui. Sebaiknya hal-hal seperti ini
ditumbuhkan kembali di masyarakat.
3. Penegakan disiplin hukum kepada seluruh lapisan masyarakat.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa pelanggaran hukum saat ini
sering kali terjadi. Mulai dari kalangan masyarakat biasa hingga pejabat
negara dan perwakilan rakyat. Dengan memelintir hukum dan seenaknya
menerjemahkan Pancasila, UUD 1945 serta hukum di Negara Indonesia
mengakibatkan banyak celah yang memungkinkan bagi para pelaku
kejahatan ini untuk lolos dari jeratan hukum.
Untuk hal ini maka diperlukan persatuan dari seluruh lembaga dan
aparatur negara untuk kembali kepada kaidah-kaidah yang benar menurut
Pancasila, UUD 1945, serta undang-undang dan ketetapan pemerintah
yang berlaku. Para pejabat diharapkan mampu untuk memberikan contoh
yang baik kepada masyarakat. Dengan ini maka Pancasila akan mampu
menunjukkan kesaktiannya.
29
4. Perbaikan ekonomi masyarakat Indonesia.
Belum meratanya pembangunan dan perbaikan ekonomi bagi
seluruh rakyat Indonesia menjadi alasan mulai lunturnya rasa cinta tanah
air dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disini diperlukan juga
persatuan dari seluruh lembaga dan aparatur Negara untuk berkonsentrasi
memajukan perkonomian masyarakat Indonesia. Dengan perkonomian
yang baik, kesehatan yang terjamin serta pendidikan yang layak maka
rakyat Indonesia akan selalu mencintai Indonesia dan tidak akan pernah
merasa ragu terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila.
Penulis juga menyadari bahwa penyusunan paper ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itulah penulis mengharapkan kepada semua pihak
yang sudah membaca paper ini agar kiranya dapat memberikan
konstribusi yang nantinya bisa membantu pengembangan dan pengamalan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
Sucipta, I Made. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Bali: Fascom Grafi
Abdulkarim, Aim. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Grafindo
Media
Syamsudin, Muhammad, dkk. 2009. Pendidikan Pancasila : Menempatkan
Pancasila Dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta :
Total Media
Anonim. 2009. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/2/pancasila-dalam-
konteks-sejarah-perjuangan-bangsa-indonesia/
Anomim. 2011. Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia.
http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/06/01/pancasila-dalam-
konteks-sejarah-perjuangan-bangsa-indonesia/
Anonim. 2011. Perumusan Pancasila. http://jamarisonline.blogspot.com/2011/
05/proses-perumusan-pancasila-sebagai.html