Veruka Vulgarissd

5
VERUKA VULGARIS A. Definisi Infeksi HPV (Human Papiloma Virus) pada epidermis dengan gambaran klinis berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari (Djuanda, 2011). B. Etiologi Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57 dan 63 (Djuanda, 2011). C. Epidemiologi Veruka vulgaris dapat mengenai semua ras. Veruka vulgaris merupakan gambaran infeksi HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya 15% yang terdapat pada usia di atas 35 tahun. Berkaitan dengan pekerjaan, orang yang sering bekerja di air angka terjadinya veruka vulgaris ini lebih besar (Price, 2005). D. Patogenesis Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang (kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan lembab.

description

gsd

Transcript of Veruka Vulgarissd

Page 1: Veruka Vulgarissd

VERUKA VULGARIS

A. Definisi

Infeksi HPV (Human Papiloma Virus) pada epidermis dengan gambaran klinis

berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit, permukaan kasar dan

berbatas tegas, dapat tunggal maupun berkelompok. Predileksi terutama di daerah tangan,

siku, lutut, kaki dan jari-jari (Djuanda, 2011).

B. Etiologi

Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub tipe HPV yang

telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57

dan 63 (Djuanda, 2011).

C. Epidemiologi

Veruka vulgaris dapat mengenai semua ras. Veruka vulgaris merupakan gambaran

infeksi HPV yang paling umum, terdapat paling banyak pada usia 5-20 tahun dan hanya

15% yang terdapat pada usia di atas 35 tahun. Berkaitan dengan pekerjaan, orang yang

sering bekerja di air angka terjadinya veruka vulgaris ini lebih besar (Price, 2005).

D. Patogenesis

Human papiloma virus ditularkan secara kontak langsung antara orang dengan orang

(kulit dengan kulit) atau secara tidak langsung dari benda-benda yang dapat menjadi

sumber penularan. Virus dapat bertahan pada lingkungan hangat dan lembab.

Autoinokulasi juga merupakan cara penularan yang penting dimana Massing dan

Epstain menemukan peningkatan insiden dan resiko infeksi berulang pada orang yang

telah mendapat veruka vulgaris sebelumnya.

Virus akan mengadakan inokulasi pada epidermis melalui defek pada epitelium

(Price, 2005).

E. Patofisiologi

HPV dapat masuk ke lapisan kulit manusia dengan cara langsung (kulit dengan kulit)

maupun tidak langsung (melalui benda)

Page 2: Veruka Vulgarissd

Virus mengadakan inokulasi di tempat trauma atau bagian kulit yang terdapat abrasi,

maserasi atau fisura

virus harus memasuki sel punca atau merubah sel yang terinfeksi menyerupai sel punca

salinan dari genom viral berperan sebagai plasmid ekstrakromosom atau episom di dalam

nukleus sel basal epitel yang terinfeksi

Ketika sel ini membelah viral genom juga bereplikasi dan mengambil tempat pada sel

anakan, yang akan mengantarkan infeksi virus ke lapisan-lapisan epitelium berikutnya

inkubasi dari inokulasi

↓ → ±1-6 bulan

veruka

Patofisiologi veruka vulgaris (Price, 2005)

F. Gambaran klinis

Berupa papul, nodul berbentuk kubah sewarna dengan kulit dengan permukaan kasar,

berbatas tegas, dapat tunggal ataupun berkelompok. Predileksi dari veruka vulgaris

adalah dibagian tangan, siku, lutut, kaki dan jari-jari.

Gambaran secara histopatologis veruka vulgaris memberikan gambaran berupa

epidermal akantosis dengan papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis. Terdapat

pemanjangan rete ridge pada bagian tengah veruka. Pembuluh darah kapiler dermis

menonjol dan dapat terjadi trombosis (Price, 2005).

G. Penegakkan diagnosis

Veruka vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan anamnesis. Lesi

veruka vulgaris yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan

ini hanya dilakukan pada kasus-kasus yang memerlukan konfirmasi. Selain histopatologi,

jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan pemotongan sedikit

permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah nomor 15 dan dilihat

karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan gambaran dari trombosis kapiler

(Djuanda, 2011).

Page 3: Veruka Vulgarissd

H. Penatalaksanaan

Tujuan utama dari pengobatan veruka vulgaris adalah untuk mengobati

ketidaknyamanan pasien baik fisik maupun psikologis dan untuk mencegah penyebaran

infeksi. Dilakukan dengan menghilangkan lesi pada kulit dengan kerusakan seminimal

mungkin pada kulit sehat atau dapat dengan topikal cairan asam triklorasetat 50-80%

cairan itu bersifat asam/ korosi yang akan menyebakan denaturasi protein kemudian akan

terjadi nekrosis pada veruka tersebut.

Indikasi dilakukannya pengobatan pada veruka berdasarkan The American Academy

of Dermatology Committe and Guidelines of Care adalah keinginan pasien untuk diobati,

terdapat gejala berupa nyeri, berdarah, gatal atau rasa terbakar, lesi yang mengganggu

secara kosmetik maupun fungsi, lesi banyak atau besar, pasien ingin mencegah penularan

veruka kepada dirinya sendiri atau orang lain dan keadaan pasien imunosupresi (Siregar,

2004).

I. Prognosis

Dubia ad bonam. Baik disini berarti penyakit veruka vulgaris ini tidak menyebabkan

kematian ataupun kewatdaruratan yang lainnya. Namun kemmungkinan terjadinya

jaringan parut setelah pengambilan lesi ini dapat terjadi, pasien sedikit kehilangan nilai

kosmetik (nilai keindahan di kulit) (Siregar, 2004)

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta: EGC.

Siregar, RS. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC.