Vernal Keratokonjungtivitis Comp

19
 1 BAB I PENDAHULUAN Penyakit ini dikenali dari adanya bintil kecil yang biasanya terdapat pada konjungtiva tarsal, dan bintil dapat membesar atau berkembang secara terpisah maupun menyatu pada sekeliling konjungtiva. Bagian yang warnanya putih, tampak berkapur dan mengeras, dikenal sebagai titik-titik “Horner -Trantas” yang kadangkala tampak pada satu atau lebih daerah sekitar limbus. Gejala yang mendasar adalah rasa gatal; manifestasi lain yang menyertai meliputi: mata  berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas  penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal. IMUNOLOGI Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Respon imun seseorang terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing (antigen) yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Reaksi Hipersensitivitas adalah suatu keadaan imunopatologik yang terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen atau gangguan mekanisme pertahanan tubuh . Reaksi Hipersensitivitas Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Menurut Ge ll dan Coombs, re aksi Hi persensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe yaitu Hipersensitivitas tipe I (anafilaktik), Hipersensitivitas tipe II (sitotoksik), Hipersensitivitas tipe III (kompleks imun), Hipersensitivitas tipe IV ( cell mediated )

Transcript of Vernal Keratokonjungtivitis Comp

Page 1: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 1/19

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit ini dikenali dari adanya bintil kecil yang biasanya terdapat pada konjungtiva

tarsal, dan bintil dapat membesar atau berkembang secara terpisah maupun menyatu pada

sekeliling konjungtiva. Bagian yang warnanya putih, tampak berkapur dan mengeras, dikenal

sebagai titik-titik “Horner -Trantas” yang kadangkala tampak pada satu atau lebih daerah sekitar 

limbus. Gejala yang mendasar adalah rasa gatal; manifestasi lain yang menyertai meliputi: mata

 berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan perasaan seolah ada benda asing yang

masuk. Penyakit ini cukup menyusahkan, muncul berulang, dan sangat membebani aktivitas

 penderita sehingga menyebabkan ia tidak dapat beraktivitas normal.

IMUNOLOGI

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Respon imun seseorang

terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan sistem imun untuk mengenal

molekul-molekul asing (antigen) yang terdapat pada permukaan unsur patogen dan kemampuan

untuk melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Reaksi Hipersensitivitas

adalah suatu keadaan imunopatologik yang terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigen atau

gangguan mekanisme pertahanan tubuh .

Reaksi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah

dipajankan atau dikenal sebelumnya.

Menurut Gell dan Coombs, reaksi Hipersensitivitas dapat dibagi menjadi 4 tipe yaitu

Hipersensitivitas tipe I (anafilaktik), Hipersensitivitas tipe II (sitotoksik), Hipersensitivitas tipe

III (kompleks imun), Hipersensitivitas tipe IV ( cell mediated )

Page 2: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 2/19

 

2

Konjungtivitis Vernal terjadi karena reaksi Hipersensitivitas tipe I. Reaksi Hipersensitivitas tipe I

merupakan reaksi alergi yang terjadi karena terpapar oleh antigen spesifik yang dikenal sebagai

alergen. Terpapar dengan cara ditelan, dihirup, disuntik ataupun kontak langsung. Perbedaan

antara respon imun normal dan Hipersensitivitas tipe I adalah adanya sekresi IgE yang dihasilkan

oleh sel plasma. Antibodi ini akan berikatan dengan reseptor IgE pada permukaan jaringan sel

Mast dan Basofil. Sel Mast dan Basofil yang dilapisi oleh IgE akan tersensitisasi (fase

sensitisasi) karena sel memerlukan waktu untuk menghasilkan IgE maka pada kontak pertama

tidak terjadi reaksi apapun.

Waktu yang diperlukan untuk fase sensitisasi bervariasi dari 15-30 menit hingga 10-20 jam.

Adanya alergen pada kontak pertama menstimulasi sel B untuk memproduksi antibody yaitu IgE.

IgE kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel Mastosit dan Basofil

sehingga sel Mastosit atau Basofil menjadi tersensitisasi. Pada saat kontak ulang dengan allergen

maka alergen akan berikatan dengan IgE yang berikatan dengan antibodi di sel Mastosit atau

Basofil dan menyebabkan terjadinya granulasi.

Menurut jarak waktu timbulnya reaksi Hipersensitivitas tipe I dibagi menjadi

1.  Tipe cepat

Terjadi beberapa menit setelah terpajan antigen yang sesuai.reaksi ini dapat bertahan

dalam beberapa jam walaupun tanpa kontak dengan alergen lagi.

2.  Tipe lambat

Reaksi alergi tipe lambat ini jarang terjadi tanpa didahului reaksi alergi tipe cepat. Sel

Mast dapat membebaskan mediator kemotaktik dan sitokin yang menarik sel radang ke

tempat terjadinya reaksi alergi . mediator fase aktif dari sel Mast tersebut akan

meningkatkan permeabilitas kapiler yang meningkatkan jumlah sel radang.

Page 3: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 3/19

 

3

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

1I. Anatomi Mata

Gambar 2.1. Anatomi Mata

Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi

targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik 

mendadak m aupun perlahan) . Bagian berpigmen pada mata uvea bagian iris, warna yang

tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris (banyak pigmen = coklat, sedikit

 pigmen = biru, tidak ada pigmen = merah / pada albino)

II.2. Media Refraksi

Page 4: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 4/19

 

4

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,

aqueous humor  (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.

Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata

sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan

tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan

menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi

atau istirahat melihat jauh.

1I.2.1. Kornea

Kornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang

tembus cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan

terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel

  Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih;

satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

  Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi

lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat

 berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui

desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan

glukosa yang merupakan barrier.

  Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi

gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

  Epitel berasal dari ektoderm permukaan

2. Membran Bowman

 Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun

tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi

Page 5: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 5/19

 

5

3. Stroma

  Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan

lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer 

serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu

lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea

yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit

membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau

sesudah trauma.

4. Membran Descement

  Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea

dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya

  Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40

μm. 

5. Endotel

  Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel

melekat pada membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus,

saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea,

menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi

samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin

ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi

dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel

terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya

regenerasi.

Page 6: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 6/19

 

6

Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan.

Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar 

masuk kornea dilakukan oleh kornea.

1I.2.2. Aqueous Humor (Cairan Mata)

 Aqueous humor  mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak 

memiliki pasokan darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu

lewatnya cahaya ke fotoreseptor.  Aqueous humor  dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh

 jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior.

Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah. Jika aqueous

humor  tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh, karena

sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan

menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (“di dalam mata”). Keadaan ini dikenal sebagai

glaukoma. Kelebihan aqueous humor  akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous

humor , yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini

menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak 

diatasi.

1I.2.3. Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata

dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus

cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat

terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.

Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa.

Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya

serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa

merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul

lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar 

nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang

Page 7: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 7/19

 

7

terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan

dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding

korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang

menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar .

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:

  Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk 

menjadi cembung

  Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

  Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan

 berada di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

  Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

  Keruh atau apa yang disebut katarak,

  Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat .

1I.2.4. Badan Vitreous (Badan Kaca)

Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel

transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat

yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen

dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk 

meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya

 pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan

memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.

Vitreous humor  penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.

1I.2.5. Panjang Bola Mata

Page 8: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 8/19

 

8

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata

seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea

(mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola

mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai

ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.IIIIIIIIIIIIIIII

BAB IV

KERATOKONJUNGTIVITIS VERNALIS

IV.1 Definisi

Konjungtivitis vernal adalah iritasi bilateral yang terjadi musiman dan berulang pada

konjungtiva (selaput mata).

IV.2 Epidemiologi 

Penyebaran konjungtivitis vernal merata di dunia, terdapat sekitar 0,1% hingga 0,5%

 pasien dengan masalah tersebut. Penyakit ini lebih sering terjadi pada iklim panas (misalnya di

Italia, Yunani, Israel dan sebagian Amerika Selatan) daripada iklim dingin (seperti Amerika

Serikat, Swedia, Rusia dan Jerman). Penyakit ini tergolong penyakit anak muda, jarang terjadi

 pada pasien usia di bawah 3 tahun atau di atas 25 tahun. Dari 1000 kasus yang tercatat di

literatur, 750 kasus terjadi pada pasien dengan usia 5 hingga 20 tahun. Dalam koleksi kami

sendiri terdapat 38 dari 39 pasien yang berusia lebih muda dari 14 tahun, ketika penyakit tersebut

 berawal. Usia yang paling banyak adalah 5 tahun, dimana lebih banyak anak laki-laki daripada

 perempuan yang terinfeksi. Beigelman memaparkan 5000 kasus yang dilaporkan dan

menemukan bahwa penyakit berpeluang dua kali lipat terjadi pada anak laki-laki.

Page 9: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 9/19

 

9

Umumnya terdapat riwayat keluarga yang bersifat alergi atopik (turunan). Kami menemukan

 bahwa 65% pasien kami yang menderita konjungtivitis vernal memiliki satu atau lebih sanak 

keluarga setingkat yang memiliki penyakit turunan (misalnya asma, demam rumput, iritasi kulit

turunan atau alergi selaput lendir hidung permanen). Penyakit-penyakit turunan ini umumnya

ditemukan pada pasien itu sendiri. Dalam koleksi kami, 19 dari 39 pasien memiliki satu atau

lebih dari empat penyakit turunan utama.

Kurun waktu konjungtivitis vernal rata-rata berkisar 4 sampai 10 tahun. Penyakit ini jarang

tinggal menetap pada usia 30 an, 40 an dan 50 an, tetapi jika terinfeksi maka infeksinya lebih

 parah daripada jika terjadi pada anak-anak.

Semua penelitian tentang penyakit ini melaporkan bahwa biasanya kondisi akan memburuk pada

musim semi dan musim panas di belahan bumi utara, itulah mengapa dinamakan konjungtivitis

”vernal” (atau musim semi). Di belahan bumi selatan penyakit ini lebih menyerang pada musim

gugur dan musim dingin. Akan tetapi, banyak pasien mengalami gejala sepanjang tahun,

mungkin disebabkan berbagai sumber alergi yang silih berganti sepanjang tahun.

IV.3 Etiologi

Konjungtivitis vernalis terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musimpanas.

Konjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas

dan berhenti sebelum usia 20.

IV.4 Klasifikasi

Ada dua tipe konjugtivitis vernalis :

1.  Bentuk Palpebra

Pada tipe palpebral ini terutama mengenai konjungtiva tarsal superior, terdapat pertumbuhan

 papil yang besar atau Cobble Stone yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva bawah

hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat disbanding bentuk limbal. Secara klinik,

 papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan rata dengan kapiler 

ditengah

Page 10: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 10/19

 

10

2.  Bentuk Limbal

Hipertrofi pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatine.

Dengan Tranta’  s dot yang merupakan degenerasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel

Limbus Kornea, terbentuknya Panus dengan sedikit eosinofil

vernal keratokonjungtivitis tipe limbal

Page 11: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 11/19

 

11

IV.5 Patofisiologi

Konjungtivitis vernal disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen. Alergen terikat

dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast

dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin

dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat,

 prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi

nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan

dan injeksi konjungtiva. 

Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial yang

 banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada Konjungtiva akan dijumpai hiperemi

dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi

 jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan

diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah

gambaran cobblestone Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu

kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada

konjungtiva tarsal disebut von Graefe’s pavement like granulations. Hipertrofi papil pada

konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik 

Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi yang

menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat kekeruhan pada limbus sering menimbulkan

gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas Stem cells.

Tahap awal konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan

tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel

epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white.

Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil

dan sel mast.

Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel Mononuklear serta Limfosit makrofag. Sel mast daneosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial. Dalam hal ini hampir 80%

sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna dalam membuktikan peran

sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan eosinofil dan basofil, khususnya

dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas jaringan..

Fase vaskular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi kolagen, hialuronidase,

Page 12: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 12/19

 

12

 peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok serta reduksi sel radang secara keseluruhan.

Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan terbentuknya deposit stone

yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis. Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas

membentuk giant papil bertangkai dengan dasar perlekatan yang luas.  Horner- Trantas dot’s 

yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari eosinofil, debris selular yang

terdeskuamasi namun masih ada sel PMN dan limfosit.

Gambar : Horner- Trantas dot’s 

IV.6 Gambaran Klinis

IV.6.1 Gambaran Histopatologik 

Tahap awal konjungtivitis vernalis ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini,

akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis

sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky

white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltra sistroma oleh sel-sel PMN, eosinofil,

 basofil, dan sel mast.Tahap berikutnya akan dijumpai sel- sel mononuclear lerta limfosit

makrofag. Selmast dan eosinofil yang dijumpai dalam jumlah besar dan terletak superficial.

Dalam hal ini hampir 80% sel mast dalam kondisi terdegranulasi. Temuan ini sangat bermakna

Page 13: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 13/19

 

13

dalam membuktikan peran sentral sel mast terhadap konjungtivitis vernalis. Keberadaan

eosinofil dan basofil, khususnya dalam konjungtiva sudah cukup menandai adanya abnormalitas

 jaringan. Fase vascular dan selular dini akan segera diikuti dengan deposisi

kolagen,hialuronidase, peningkatan vaskularisasi yang lebih mencolok, serta reduksi sel radang

secara keseluruhan. Deposisi kolagen dan substansi dasar maupun seluler mengakibatkan

terbentuknya deposit stone yang terlihat secara nyata pada pemeriksaan klinis.

Hiperplasi jaringan ikat meluas ke atas membentuk giant papil bertangkai dengan dasar 

 perlekatan yang luas. Horner- Trantas dots yang terdapat di daerah ini sebagian besar terdiri dari

eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan limfosit.Kolagen

maupun pembuluh darah akan mengalami hialinisasi. Epiteliumnya berproliferasi menjadi 5-10

lapis sel epitel yang edematous dan tidak beraturan. Seiring denganbertambah besarnya papil,

lapisan epitel akan mengalami atrofi di apeks sampai hanyatinggal satu lapis sel yang kemudian

akan mengalami keratinisasi. Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis

mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit dan sel plasma

 padakonjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk beberapa nodul limfoid. Sementara

itu,beberapa granula eosinofilik dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksikyang

 berperan dalam kekambuhan konjungtivitis. Dalam penelitian tersebut jugaditemukan adanya

reaksi hipersensitivitas. Tidak hanya di konjungtiva bulbi dan tarsal,tetapi juga di fornix, serta

 pada beberapa kasus melibatkan reaksi radang pada iris dan badan siliar. Pada limbus juga terjadi

transformasi patologik yang sama berupa pertumbuhanepitel yang hebat meluas, bahkan dapat

terbentuk 30-40 lapis sel (acanthosis). Horner-Trantas dot`s yang terdapat di daerah ini sebagian

 besar terdiri atas eosinofil, debris selular yang terdeskuamasi, namun masih ada sel PMN dan

limfosit.

IV.5.2 Gejala

Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam , jerami, eczema, dan lain-lain) dan kadang-

kadang pada pasien muda juga. Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak 

 papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering memiliki

Page 14: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 14/19

 

14

gambaran cobble stone. Setiap papil raksasa berbentuk poligonal, dengan atap rata dan

mengandung berkas kapiler.

Gambar 1. konjungtivitis vernalis. Papilla batu bata di konjungtiva tarsalis superior

Mungkin terdapat kotoran mata berserabut dan pseudomembran fibrinosa (tanda

 Maxwell-Lyons). Pada beberapa kasus, terutama pada orang negro turunan Afrika, lesi paling

mencolok terdapat di limbus, yaitu pembengkakan gelatinosa ( papillae). Sebuah

 pseudogerontoxon (arcus) sering terlihat pada kornea dekat papilla limbus. Tranta’s dots adalah

 bintik-bintik putih yang terlihat di limbus pada beberapa pasien dengan konjungtivitis vernalis

selama fase aktif dari penyakit ini.Sering tampak mikropannus pada konjungtivitis vernal

 palpebra dan limbus,namun pannus besar jarang dijumpai. Biasanya tidak timbul parut pada

konjungtivakecuali jika pasien telah menjalani krioterapi, pengangkatan papilla, iradiasi, atau

 prosedur lain yang dapat merusak konjungtiva.

IV.7 Diagnosa

Page 15: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 15/19

 

15

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk 

mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dangranula-

granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas.

IV.7.1 Diagnosa Banding

Diagnosis banding pada umumnya tidak sulit. Diagnosis banding untuk konjungtivitis

vernalis dapat berupa konjungtivitis atopik. Kelainan mata pada konjungtivitis atopik berupa

kelopak mata yang tebal, likenisasi, konjungtiva hiperemi dan kemosis disertai papil- papil di

konjungtiva tarsalis inferior. Kadang- kadang papil ini besar mirip dengan gambaran cobble

 stone dan dapat dijumpai pada konjungtiva tarsalis superior. Trantas dot’s juga dapat dijumpai

 pada konjungtivitis atopik meskipun tidak sesering pada konjungtivitis vernalis.

Selain konjungtivitis atopik, perlu juga dipikirkan kemungkinan adanya Giant Papillary 

conjungtivitis pada pemakaian lensa kontak, baik yang keras maupun yang lunak. Gejalanya

mulai dengan gatal disertai banyak mukus serta timbulnya papil raksasa di konjungtiva tarsalis

superior. Kelainan ini dapat timbul baik satu minggu sesudah pemakaian lensa kontak maupun

setelah lama pemakaian. Pada kelainan ini tidak ada pengaruh musim. Pemeriksaan sitologi

hanya menunjukkan sedikit eosinofil. Dengan dilepasnya lensa kontak, gejala- gejalanya akan

 berkurang.

Konjungtivitis vernalis kadang- kadang perlu di diagnosis banding dengan trachoma

stadium II yang disertai folikel- folikel yang besar mirip cobble stone.

IV.8 Penatalaksanaan

Umumnya kebanyakan konjungtivitis vernal awalnya diperlakukan seperti ringan sampai

ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan sampai

sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang

Page 16: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 16/19

 

16

ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada

konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) Ulkus Kornea.

Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten,

dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topical yang dapat digunakan

 bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer . Topikal NSAID dapat

ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya

 beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat,

infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler dan pembentukan katarak. Kortikosteroid

yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.

Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan

sebagai lini kedua dari kortikosteroid. Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua

 pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.

Seperti halnya semua penyakit alergi lainnya, terapi konjungtivitis vernalis bertujuan untuk 

mengidentifikasi allergen dan bahkan mungkin mengeliminasi atau menghindarinya. Untuk itu,

anamnesis yang teliti baik pada pasien maupun orang tua akan dapat membantu menggambarkan

aktivitas dan lingkungan mana yang harus dihindari. Dengan demikian, penatalaksanaan pada

 pasien ini akan terbagi dalam tiga bentuk yang saling menunjang untuk dapat memberikan hasil

yang optimal. Ketiga bentuk pelaksanaan tersebut meliputi : (1) Tindakan umum; (2) Terapi

medikasi; (3) Pembedahan.

1.Tindakan Umum

  Dalam hal ini mencakup tindakan- tindakan konsultatif yang membantu mengurangi

keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis tersebut diatas. Beberapa tindakan

tersebut antara lain :

  Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter 

  Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari

  Menggunakan kacamata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan allergen di

udara terbuka.

  Kompres dingin di daerah mata

  Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga berfungsi protektif 

karena membantu menghalau allergen.

Page 17: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 17/19

 

17

  Memindahkan pasien ke daerah beriklim dingin yang sering juga disebut climato-therapy.

Cara ini memang kurang praktis mengingat tingginya biaya yang dibtuhkan. Namun

efektivitasnya yang cukup dramatis patut diperhitungkan sebagai alternatif bila keadaan

memungkinkan.

  Menghindari tindakan menggosok- gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena

telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator- mediator sel mast.

2.Terapi Medik 

Dalam hal ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepada pasien dan orang tua pasien tentang sifat

kronis serta self limiting ( dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan ) dari penyakit ini.

Selain itu perlu juga dijelaskan mengenai keuntungan dan kemungkinan komplikasi yang dapat

timbul dari pengobatan yang ada terutama dalam pemakaian steroid. Salah satu faktor 

 pertimbangan yang penting dalam mengambil langkah untuk memberikan obat- obatan adalah

eksudat yang kental dan lengket pada konjungtivitis vernalis ini, karena merupakan indicator 

yang sensitive dari aktivitas penyakit, yang pada gilirannya akan memainkan peran penting

dalam timbulnya gejala.

Untuk menghilangkan sekresi mukus dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik sepertiasetil sistein 10% - 20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya

gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 10%. Larutan alkaline

seperti sodium karbonat monohidrat dapat membantu melarutkan atau mengencerkan musin,

sekalipun tidak efektif sepenuhnya.

Satu- satunya terapi yang dipandang paling efektif untuk pengobatan konjungtivitis vernalis ini

adalah kortikosteroid baik topikal maupun sistemik. Namun untuk pemakaian dalam dosis besar 

harus diperhitungkan kemungkinan timbulnya resiko yang tidak diharapkan.

Untuk Konjungtivitis vernal yang berat, bias diberikan steroid topikal prednisolon fosfat 1%, 6-

8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai dosis

terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan

steroid sistemik seperti prednisolon asetet, prednisolon fosfat atau deksametason fosfat 2- 3

Page 18: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 18/19

 

18

tablet 4 kali sehari selama 1-2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan

 pemakaian preparat steroid adalah menggunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat

mungkin.

Antihistamin baik lokal maupun sistemik dapat dipertimbangkan sebagai plihan lain karena

kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan

vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau

memungkinkan reduksi dosis. Bahkan menangguhkan pemberian kortikosteroid topikal. Satu hal

yang tidak disukai dari pemakaian antihistamin adalah efek samping yang menimbulkan rasa

mengantuk. Pada anak- anak hal ini dapat juga mengganggu aktivitas sehari- hari.

Emedastine adalah antihistamin paling poten yang tersedia di pasaran dengan kemampuan

mencegah sekresi sitokin. Sementara olopatadine merupakan antihistamin yang berfungsi

sebagai inhibitor degranulasi sel mast konjungtiva.

Sodium kromolin 4% terbukti bermanfaat karena kemampuannya sebaga pengganti steroid bila

 pasien sudah dapat dikontrol. Ini juga berarti dapat membantu mengurangi kebutuhan akan

 pemakaian steroid. Sodium kromolin berperan sebagai stabilisator sel mast, mencegah

terlepasnya beberapa mediator yang dihasilkan pada reaksi alergi tipe I, namun tidak mampumenghambat pengikatan IgE terhadap sel maupun interaksi sel IgE dengan antigen spesifik. Titik 

tangkapnya, diduga sodium kromolin memblok kanal kalsium pada membrane sel serta

menghambat pelepasan histamin dari sel mast dengan cara mengatur fosforilasi.

Lodoksamid 0,1% bermanfaat mengurangi infiltrate radang terutama eosinofil dalam

konjungtiva. Levokabastin tetes mata merupakan suatu antihistamin yang spesifik terhadap

konjungtivitis vernalis dimana gejala dan tanda konjungtivitis vernalis hilang dalam 14 hari.

3. Terapi pembedahan

Terapi pembedahan seperti krioterapi dan diatermi pada papil raksasa konjungtiva tarsal kini

sudah ditinggalkan mengingat banyaknya efek samping dan terbukti tidak efektif karena dalam

Page 19: Vernal Keratokonjungtivitis Comp

7/27/2019 Vernal Keratokonjungtivitis Comp

http://slidepdf.com/reader/full/vernal-keratokonjungtivitis-comp 19/19

 

19

waktu dekat akan tumbuh lagi. Apabila segala bentuk pengobatan telah dicoba dan tidak 

memuaskan maka metode dengan tandur alih membrane mukosa pada kasus konjungtivitis

vernalis tipe palpebra yang parah perlu dipertimbangkan. Akhirnya perlu ditekankan bahwa

Konjungtivitis Vernalis biasanya berlangsung selama 4- 6 tahun dan bisa sembuh sendiri apabila

anak sudah dewasa.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1.  Wybar , Kenneth. Ophthalmology .  Bailliere Tindall, 1 St Anne „s Road,Eastbourne, East

Sussex BN 21 3 UN, England. 1984

2.  Duane , Thomas D, Jaeger, Edward A . Clinical Opthalmology . Harper & Row, Publisher ,

Inc., East Washington Square, Philadelphia, Pensylvania 19105. 1986

3.  Vaughan , Daniel, Asbury, Tailor. General Ophtalmology. Lange Medical Publications,

Drawer L Los Altos, California 94022. 1977

4.  Wright , Kenneth W, Spiegel, Peter H.  Pediatric Opthalmology and Strabismus. Springer-

Verlag New York Inc 175 fifth avenue, New York, NY 10010, USA.2003

5.  Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun  Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

 Indonesia. Jakarta. 1998