Vedro
-
Upload
vedro-agasi -
Category
Documents
-
view
148 -
download
0
Transcript of Vedro
2. Krisis Pangan, antara Globalisasi dan Tantangan Global
KRISIS PANGAN, ANTARA GLOBALISASI DAN TANTANGAN GLOBAL
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap
warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung
pada kemampuan dan kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran kualitas sumberdaya
manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran
kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat.
IPM merupakan ukuran agregat yang dipengaruhi oleh tingkat ekonomi, pendidikan dan
kesehatan. Kualitas SDM Indonesia saat ini masih tertinggal dibandingkan negara lain.
Hal ini ditunjukkan oleh posisi IPM Indonesia yang berada pada urutan ke-108 dari 177
negara. Posisi IPM negara ASEAN lainnya lebih baik dibanding Indonesia, seperti
Malaysia pada urutan ke-56, Filipina 77, Thailand 67, Singapura 22, dan Brunai 25.
Persentase penduduk miskin juga menjadi faktor penting penentu IPM. Pada tahun 2006
tingkat kemiskinan di Indonesia masih mencapai 17,8 persen yang berarti sekitar 40 juta
jiwa masih berada di bawah garis kemiskinan.
Dalam beberapa hari terakhir kita sering melihat headline beberapa surat kabar yang pada intinya memberitakan masalah krisis pangan yang mulai dirasakan secara global. Sebelum
membicarakan hal ini lebih lanjut, perlu kita pahami mengenai esensi dari krisis pangan ini terlebih dahulu. Krisis secara harafiah memiliki arti suatu keadaan di mana suatu hal dirasa memiliki kekurangan.
Sedangkan pangan itu sendiri ialah suatu kebutuhan pokok bagi makhluk hidup yang berfungsi untuk mempertahankan hidupnya
Munculnya krisis pangan ini sendiri melibatkan dua faktor teknis yang terlibat di dalamnya. Faktor pertama ialah dari segi produsen. Penyebab pertama ini dapat dilihat dari segi ketidakmampuan para produsen bahan pangan untuk memenuhi permintaan konsumennya.
Faktor kedua ialah dari segi konsumen. Faktor kedua ini dapat dilihat dari perilaku konsumen itu sendiri, apakah memang konsumen semakin bertambah sementara shingga produksi pangan dari
produsen menjadi tidak mampu untuk memenuhi permintaan konsumen. Di samping dua faktor tersebut ada beberapa faktor nonteknis yang juga mempengaruhi diantaranya ialah kondisi geografis serta kondisi alam yang terutama dipengaruhi oleh kondisi iklim.
Faktor Produsen
Produsen merupakan salah satu faktor produksi. Berbicara mengenai produsen, perlu dilihat lebih jauh mengenai latar belakang kondisi produsen. Pada umumnya di era globalisasi seperti sekarang ini, produsen bahan pangan (baca: petani, peternak, dll) menempati kelas masyarakat
marjinal. Produsen pada umumnya menempati kelas masyarakat menengah ke bawah. Posisi yang kurang menguntungkan seperti ini menyebabkan banyaknya produsen yang beralih
profesi yang lebih menguntungkan dalam perspektif masyarakat modern. Hal itu diperparah dengan lambatnya proses regenerasi produsen. Dalam perspektif masyarakat modern, yang mengagungkan nilai keduniaan, memandang bahwa berprofesi di bidang industri lebih
menguntungkan daripada berprofesi sebagai produsen bahan pangan. Dengan munculnya era industrialisasi dalam rangka globalisasi inilah yang memicu banyaknya produsen bahan pangan
yang beralih profesi menjadi berprofesi di bidang industri, dan juga lambatnya proses regenerasi produsen bahan pangan (dibuktikan dengan semakin sedikitnya kaum muda yang berprofesi
sebagai produsen bahan pangan). Menurunnya produksi pangan juga tidak hanya sebatas hal tersebut di atas saja. Industrialisasi yang terjadi juga menjadi penyebab beralihnya produsen bahan pangan menjadi produsen faktor-
faktor produksi bagi industri. Petani kini banyak beralih menanam tanaman jarak daripada menanam padi ataupun kedelai. Menanam jarak lebih menguntungkan daripada menanam padi
atau kedelai karena harga jualnya yang tinggi, dan bebas dari permainan harga tengkulak. Faktor Konsumen
Konsumen memegang peranan yang tidak kalah pentingnya dalam terjadinya krisis pangan. Meningkatnya jumlah konsumen yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi pangan
dapat memicu terjadinya krisis pangan. Konsumen merupakan faktor yang unik, jumlah konsumen selalu bertambah, sedangkan produksi pangan cenderung menurun tiap tahunnya. Kondisi konsumen perlu dipelajari terlebih dahulu sebelum melihat korelasinya dengan krisis
pangan. Konsumen (baca: penduduk) selalu bertambah. Setiap manusia pasti berkeinginan untuk melanjutkan keturunannya. Dalam hal ini, perlu dilihat lagi perbandingan antara angka kelahiran
bayi dengan angka kematian manusia. Menurut data Biro Pusat Statistik dalam beberapa tahun terakhir, angka kelahiran cenderung meningkat sementara angka kematian cenderung menurun. Dengan adanya hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk semakin banyak.
Peningkatan jumlah penduduk ini membawa implikasi semakin meningkatnya kebutuhan bahan pokok. Bahan pokok di sisni dapat diartikan tiga hal yaitu sandang, pangan, papan. Kebutuhan
yang sangat berpengaruh terhadap terjadi krisis pangan ialah kebutuhan pangan dan kebutuhan papan. Kebutuhan pangan penduduk, dirasa semakin meningkat karena semakin mengkatnya jumlah
penduduk yang tidak dapat diimbangi dengan jumlah produksi bahan pangan. Adanya pengaruh industrialisasi atas nama globalisasi seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya telah membawa
dampak menurunnya jumlah produksi bahan pangan. Kebutuhan papan penduduk turut andil dalam terjadinya krisis pangan. Setiap penduduk pasti membutuhkan tempat tinggal. Kebutuhan papan ini semakin meningkat seiring dengan adanya
peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan papan ini, banyak lahan pertanian yang beralih menjadi pemukiman penduduk. Dengan adanya konversi lahan secara massal ini,
menyebabkan banyaknya lahan yang dulunya merupakan lahan pertanian beralih menjadi pemukiman penduduk. Imlikasi dari adanya hal ini tentu saja menurunnya jumlah produksi bahan pangan secara drastis.
Faktor nonteknis
Diantara faktor nonteknis ini ialah kondisi geografis. Indonesia lebih beruntung daripada negara-negara lain di dunia (yang telah merasakan adanya krisis pangan lebih dahulu). Indonesia sebagai negara agraris, lebih beruntung daripada negara lain karena Indonesia memiliki kondisi geografis
yang berada di sekitar garis khatulistiwa, hal ini sangat mendukung terhadap produksi pangan. Selain kondisi geografis, juga terdapat faktor kondisi iklim. Adanya globalisasi, membawa
pengaruh perubahan iklim (climate change) yang mulai dirasakan beberapa tahun terakhir. Globalisasi, membawa implikasi terhadap gaya hidup masyarakat. Kecenderungan yang terjadi
ialah masyarakat cenderung memilih gaya hidup yang serba praktis dan simpel. Diantaranya ialah semakin tingginya jumlah angka kendaraan pribadi baik roda dua atau pun roda empat.
Tingginya angka pertumbuhan kendaraan bermotor ini, dapat memiliki ekses negatif berupa meningkatnya tingkat polusi udara akibat emisi gas buang kendaraan bermotor. Selain itu,
kebutuhan masyarakat yang makin meningkat mendorong munculnya pabrik-pabrik industri baru. Banyaknya pabrik yang muncul ini, juga turut menyumbang tingginya tingkat polusi udara yang dihasilkan dari kegiatan produksi yang dilakukan pabrik-pabrik tersebut. Hal lain yang
turut memperparah terjadinya perubahan iklim ialah pembabatan hutan secara liar. Meningkatnya kebutuhan papan/tempat tinggal manusia, semakin meningkatkan kebutuhan akan
sumber daya alam berupa kayu. Dengan adanya hal tersebut semakin banyak pelaku usaha yang melakukan kegiatan pada sektor ini. Ada yang beroperasi secara legal, namun ada pula yang beroperasi secara illegal. Melihat faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, semakin jelaslah
bahwa perubahan iklim merupakan bahaya yang akan menyebabkan terjadinya krisis pangan. Sebagian besar varietas tanaman sangat rentan terhadap adanya perubahan iklim ini.
Dalam menyikapi ancaman krisis pangan global, perlu dirumuskan suatu kebijakan secara global pula. Karena hal ini bukan merupakan tanggung jawab satu negara saja, namun ini merupakan
sebuah dampak dari apa yang dinamakan globalisasi. Krisis pangan terjadi akibat adanya globalisasi dan ini merupakan sebuah tantangan global yang
harus dihadapi bersama. Penanganan terhadap ancaman krisis pangan ini harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya krisis lebih lanjut. Mengutip tulisan ilmiah Effendi Gazali dalam Opini, Kompas 18 April 2008, di era modern
seperti ini timbul sindiran sebagai “Orca” atau “Orde Capek Antre”. Penanganan terhadap krisis pangan secara komprehensif dan dilakukan sedini mungkin dapat menghindarkan timbulnya
“Orde Capek Antre”. Ya, capek antre beras, capek antre minyak goreng dsb. http://azfanluthfi.blogspot.com/2008/04/krisis-pangan-antara-globalisasi-dan.html
1. Jelaskan bagaimana globalisasi gaya hdp dapat mmpgruhi stts gizii
--