Vaskularisasi Nervus Fasialis
-
Upload
afkur-mahesa -
Category
Documents
-
view
30 -
download
16
description
Transcript of Vaskularisasi Nervus Fasialis
![Page 1: Vaskularisasi Nervus Fasialis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf926b550346f57b964c24/html5/thumbnails/1.jpg)
Vaskularisasi Nervus FasialisDalam perjalanannya melalui os temporalis, saraf fasialis mendapatkan darah dari 3 arteri, yaituL
Arteri serebelli inferior anterior yang member perdarahan pada saraf fossa posterior. Cabang pembuluh darag ini, yaitu artei auditori interna, memebri darah pada nervus fasialis di dalam kanal auditori interna. Ujung dari cabang-cabang arteri ini memebrikan aliran darah pada saraf sampai ganglion genikulatim
Cabang petrosal dari arteria meningea media memasuki kanalis falopuu pada ganglion henikulatum dan bercabang menjadi cabang-cabang asendens dan desendens, Cabang descendens berjalan ke distal bersama saraf ke foramen stilomastoideus, sedangkan cabang ascendens member perdarahan daerah proksimal dari ganglion genikulatum.
Cabang stilomastoid daru arteria aurikularis posterior memasuki kanalis fasialis melalui foramen stilomastoideus dan segera bercabang menjadi cabang asendes dan desendens. Cabang asendens berjalan bersama nervus fasialis sampai ke batas ganglion genikulatum, cabang desendens member perdarahan pada saraf ke bawah foramen stilomastoideus dan bersamaan dengan nervus aurikularus posterior.
Apa definisi dari stroke ?
Stroke menurut WHO adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan
fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih,
dapat menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.
Klasifikasi
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi (lesi),
stadium dan lokasi (sistem pembuluh darah).
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
a. Stroke iskemik
- Transient Ischemic Attack (TIA)
- Trombosis serebri
- Emboli serebri
b. Stroke hemoragik
- Perdarahan intraserebral
- Perdarahan subarakhnoid
2. Berdasarkan stadium:
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Stroke in evolution
c. Completed stroke
![Page 2: Vaskularisasi Nervus Fasialis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf926b550346f57b964c24/html5/thumbnails/2.jpg)
3. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah):
a. Tipe karotis
– Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
– Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
– Gangguan visual : hemianopsia homonim kontralateral,
– amaurosis fugaks
– Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
Arteri prefrontal dan presentralis mensuplai area hemisfer dominan, yang
essensial untuk speaking. Kerusakkan pada area ini menyebabkan aphasia
Broca. Arteri presentralis juga mensuplai sebagian besar lobus frontalis yang
memfasilitasi sinkronisasi motorik. Satu area disini mengawasi koordinasi
pergerakan mata dan kepala. Korteks motorik disuplai oleh cabang sentral
arteri serebri media. Kerusakkan pada territori ini menyebabkan kelemahan
kontralateral wajah, lengan dan tubuh
b. Tipe vertebrobasiler
– Motorik : hemiparese alternans, disartria
– Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
– Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
Bagaimana cara pencegahannya?
Preventif
1. Pencegahan primer
Tujuannya untuk mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang
mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke,
antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-
obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
![Page 3: Vaskularisasi Nervus Fasialis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf926b550346f57b964c24/html5/thumbnails/3.jpg)
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark
miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vascular aterosklerotik
lainnya.
Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-
buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada
makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu rendah lemak serta
dianjurkan berolah raga secara teratur.
2. Pencegahan sekunder
Ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke agar tidak berlanjut menjadi
kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan; Asetosal, sebagai obat antiagregasi trombosit, antikoagulan oral
diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium,
infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain.
b. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat
antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak.
3. Pencegahan tertier
Untuk mereka yang telah menderita stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak
bertambah berat dan mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk
rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses
pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah
fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti
masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta
mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional
(Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk melatih kemampuan penderita
dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan
![Page 4: Vaskularisasi Nervus Fasialis](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082407/55cf926b550346f57b964c24/html5/thumbnails/4.jpg)
buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk
melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman
serta dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi.
Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan
konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
Rehabilitasi Sosial
Membantu mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan,
dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi
mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial.