Varises Esophagus
-
Upload
winda-a-panjaitan -
Category
Documents
-
view
34 -
download
3
Transcript of Varises Esophagus
Varises Oesophagus
Varises esophagus adalah pelebaran portosistemik yaitu pelebaran pembuluh darah
yang menghubungkan vena porta dan sirkulasi vena sistemik yang terbentuk sebagai akibat
dari hipertensi vena porta hepatis (komplikasi dari sirosis) dan terletak pada tunika
submukosa esophagus bagian bawah.
Sirosis yang merupakan tahap akhir penyakit hepar kronis adalah penyebab tersering
dari hipertensi vena porta. Tekanan vena porta (P) adalah hasil dari resistensi (R) dan aliran
darah (Q) pada porta. Pada penyakit sirosis, baik resistensi vaskuler intrahepatis maupun
aliran porta sama-sama meningkat. Kemudan, hipertensi portal inilah yang akan
menyebabkan terbentuknya pelebaran portosistemik.
Walaupun varises dapat terbetuk di semua tempat sepanjang traktus gastrointestinal,
namun varises paling sering muncul di beberapa sentimeter bagian distal dari oesophagus.
Dari data epidemiologi yang di dapat, 50% (bervariasi dari 30% sampai 70%) pasien sirosis
mengalami varises gastroesophageal dan 9-36% pasien memiliki resiko tinggi untuk
mengalami varises. Selain irtu, 4-30% pasien dengan varises yang berukuran kecil beresiko
tumbuh semakin besar dan setiap tahunnya dan kemudian beresiko untuk terjadi perdarahan.
Esophagogastroduodenoscopy (EGD) adalah gold standard untuk diagnosis dari varises
esophagus. Selain itu juga dapat di diagnosis dengan menggunakan Doppler ultrasonography
dari sirkulasi darah. Alternatif pemeriksaan antara lain adalah radiography/barium
swallowdari oesophagus dan lambung, angiography vena porta dan manometri. Pemeriksaan
EGD dianjurkan bagi penderita sirosis terkompensasi setiap 2-3 tahun (penderita sirosis tanpa
varises) dan setiap 1-2 tahun (penderita sirosis dengan varises yang berukuran kecil).
Sedangkan untuk pasien dengan sirosis dekompensasi dianjurkan menjalani EGD setiap
tahunnya.
Ada beberapa pilihan obat yang dapat digunakan dalam manajemen terapi varises
oesophagus dan hemorrhage. Walaupun obat-obatan tersebut efektif dalam menghentikan
perdarahan, namun tidak ada yang terbukti mampu mempengaruhi tingkat mortalitas.
Splanchnic vasoconstrictors
Vasopresin (analog)
Somatostatin (analog)
Non-cardioselective β-blockers
Venodilators
Nitrat
Terapi endoskopik schleroterapi dan ligasi varises adalah pilihan yang efektif untuk
menghentikan perdarahan pada 90% pasien. Endoscopic band ligation sama efektifnya
dengan sclerotherapy tapi dengan efek samping yang lebih sedikit. Namun pemasangan
endoscopic band ligation lebih sulit daripada schleroterapi pada pasien yang sedang
mengalami perdarahan.
Pada endoskopik schleroterapi (EST), injeksi endoskopik berupa sklerosans
menghasilkan reaksi kimia pada obliterasi yang melalui thrombosis vaskuler. Teknik yang
digunakan dalam EST banyak macamnya dengan menggunakan tipe, konsentrasi dan volume
sklerosan yang berbeda-beda. Sklerosans yang paling umum dan sering digunakan adalah
polidocanol 1%- 3% atau ethanolamineoleate 5% (di Eropa dan Asia) dan sodium morrhuate
atau sodium tetradecyl sulfate (di USA).
Endoscopic Variceal Ligation (EVL) dilakukan dengan meletakkan cincin karet pada
kolom varises yang sebelumnya telah dihisap ke dalam plastic, pada ujung endoskop terdapat
cap transparan yang akan mengatasi sumbatan yang ada. Kini prosedur pemasangannya lebih
aman dan mudah jika dibandingkan dengan single ligator, juga mampu menghindari
komplikasi yang berat dari overtube insertion.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan EVL terbukti sama efektifnya dengan EST
untuk mengontrol perdarahan. Namun EVL memiliki komplikasi yang lebih sedikit jika
deibandingkan dengan EST. Efek samping yang dirasakan oleh pasien antara lain adalah
disfagia, nyeri dada atau perasaan tidak nyaman pada dada, ulser superficial, perdarahan,
bakterimia, dan infeksi.
Jadi jika terjadi perdarahan akut akibat varises (terutama pada daerah oesophagus)
yang dapat kita lakukan adalah memberi:
1. Antibiotik profilaksis(quinolon dan ceftriaxone) dan obat-obat vasoaktif (terlipressin
dan somatostatin) amati selama 2-5 hari
2. Lakukan pemeriksaan endoskopi terutama bagi pasien sirosis.
3. Terapi Endoskopi (di kombinasikan dengan obat vasoaktif), dalam hal ini EVL lebih
efektif jika dibandingkan dengan EST.
DAFTAR PUSTAKA
Cestari R, Minelli L, Cengia G, et al : Endoscopic Therapy for Esophageal Varices. Karger 2010; 27: 55-63. (Di unduh dari: http://content.karger.com/ProdukteDB/produkte.asp? Doi=258348 )
Dite P, Labrecque D, Fried M, et al. 2008. Esophageal Varices. WGO Practice Guideline. (Diunduh dari: http://doctor-ru.org/main/1200/1206.pdf)