Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi

download Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi

of 57

Transcript of Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA KAWASAN WISATA ALAM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD

MUTIARA INDAH SUSILOWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

VALUAS1 EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COSTMETHOI)

MUTIARA INDAH SUSILOWATI 1144051024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN MUTIARA INDAIT SUSILOWATI. Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Dibimbmg oleh AHYAR ISMAIL. Jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya yang tidak dapat diraba (intangible) menghadapi tantangan ketika jenis produk mi tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat. Pemahaman yang masih rendah terhadap manfaat rekreasi, disertai belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, telah menyebabkan terjadinya alokasi modal (investasi) yang kurang optimum dalam pemanfaatan sumberthya alam. Oleh karenanya keadaan seperti mi harus segera diperbaiki agar kesalahan-kesalahan dalam perencanaan pengalokasian sumberdaya alam dan modal menjadi tepat guna. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian mi. Adapun permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian mi adalah 1) Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Jr. H. Djuanda? 2) Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap rekreasi di objek wisata Tahura Jr. H. Djuanda? 3) Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan objek wisata Tahura Jr. H. Djuanda dengan metode biaya perjalanan?. Pengunjung merupakan fokus utama bagi pibak pengelola dalam pemasaran produk jasanya, maka hasil penelaahan karakteristik pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa mendatang. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan, perlu clihitung nilai ekonomi manfaat rekreasi yang ada di kawasan tersebut. Hasil pemlaian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pengelola Tahura untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum. Metode yang digunakan dalam penelitian mi adalah Travel Cost Method. Secara prinsip, metode mi mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dati konsumen iiii, dapat dikaji berapa nilai (value) yang dibenkan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Di dalam prakteknya, pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dan tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya. Berdasarkan penelitian, karakteristik sosial ekonomi pengunjung Tahura Djuanda yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia kurang dan 24 tahun, berasal dan dalam wilayah Bandung, mempunyai status belum menikah,

pengunjung dengan tingkat pendidikan Perguruan Tinggi, kebanyakan dan pengunjung merupakan pelajar atau mahasiswa, pendapatan Rp 1.200.001 ,00-Rp 2.400.000,00, mencapai lokasi menggunakan kendaraan pnibadi, membawa rombongan 1-5 orang, dan sebagian besar adalah laki-laki. Dan hasil pengamatan, pengunjung mengetahui keberadaan lokasi dan teman atau keluarganya, sebagian berpendapat bahwa perlu adanya penambahan fasilitas berupa papan informasi dan adanya jasa guide. Para pengunjung juga menyatakan tempat tersebut aman, pelayanan oleh petugas dilakukan dengan baik, akses menuju lokasi mudah, terdapat sedikit masalah kebersihan, dan tidak terdapat masalah pencemaran udara. Sebagian besar pengunjung menganggap mahal kenaikan tiket masuk dan mempunyai rata-rata kesediaan membayar Rp 8.155,00. Dan hasil penelitian, terdapat delapan faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap fungsi permintaan rekreasi Tahura Ir. H. Djuanda. Kedelapan faktor sosial ekonomi tersebut adalah biaya perjalanan, total pendapatan, umur, jarak tempuh, waktu tempuh, jumlah tanggungan, jenis kelamin, dan waktu di lokasi. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui surplus konsumen berdasarkan metode biaya perjalanan individual sebesar Rp 24.926,00 per kunjungan dan selanjutnya didapat nilai ekonomi lokasi sebesar Rp 3.193.579.412,00.

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Juli 2009 Mutiara Indah Susilowati 1144051024

Judul Skripsi

Nama NRP

: Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Jr. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method : Mutiara Indah Susilowati : H4405 1024

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Jr. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001

Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Jr. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP

Mutiara Indah Susilowati. Penulis dilahirkan di Sukabumi, 9 Oktober 1987 yang merupakan anak kedua dan tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dan pasangan Supatinah dan Haryono S.Pd. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dan tahun 1993 sampai dengan tahun 1999 di SDN Mawar Komplek Citeureup-Cimahi. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dan tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 di SLTPN 6 Cimahi. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 2 Cunahi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis mendapatkan Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan setahun kemudian diterima di Departemen Ekonomi Suiriberdaya dan Lingkungan FEM IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti beberapa organisasi internal kampus. Pada tahun 2006-2007 penulis aktif sebagai Sekretaris Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan BEM FEM IPB. Sedangkan di tahun berikutnya, penulis menjadi Sekretaris I REESA FEM IPB.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan kasih dan sayang-Nya pada penulis sehingga skripsi mi dapat diselesaikan. Adapun judul dan skripsi ini adalah Valuasi Ekonomi Manfaat Rekreasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dengan Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Sknipsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh dukungan dan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis ingm menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Jr. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen pembimbmg skripsi yang telah memberikan ilmu dan membimbing penulis dengan sabar dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Ir. Nmdyantoro M.SP selaku dosen penguji utama yang telah bersedia menguji dan memberikan masukan, kritik dan ilmu yang bermanfaat untuk penyempumaan skripsi ini. 3. Adi Hadianto SP selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempunaan skripsi.

4. Seluruh Staf Balai Pengelolaan Tahura Djuanda yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk dapat melakukan penelitian di lokasi yang dikelola 5. Keluarga penulis Mamah, Ayah, Mas Ai, Isa dan Teh Indri, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan serta doa yang tak henti. 6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Erny Sholihah, Tn Octora, Dwi Rahma, ika Zaharani, Nurmaya Sari, Dini Oktaviani, Dita Harakita dan Andika Putni. Terima kasih kawan atas semua kebersamaan yang tak terlupakan. 7. Rizki Sabilly Firdaus atas perhatian dan dukungannya kepada penulis. 8. Teman-teman penulis Kamila Haqq, Tn Firandani, Sahata Rio, Siti Maryati, Mia Mardyatuljannah, Mila Sari, Sylvia Amanda, Kartini, Rita Mersyta, Annissa Merryna, Meita Amanda, Margaret Bunga dan seluruh mahasiswa ESL angkatan 42 yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi untuk melangkah dan beijuang lebib gigih. Akhimya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan sam persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil dati skripsi mi dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pthak yang membutuhkan.

Bogor,

Juli 2009

Mutiara Indah Susilowati 1144051024

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ..................................................................................... PERNYATAAN .................................................................................. LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ RIWAYAT HIDUP ............................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................ DAFTAR ISI ....................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................... DAFTAR GAMBAR ........................................................................... DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ I. PENDAHULUAN ................................................................... 1.1. LatarBelakang .................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 1.3. TujuanPenelitian ............................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 1.5. Ruang Lmgkup Penelitian .................................................. II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 2.1. Pariwisata ......................................................................... 2.2. Rekreasi............................................................................. 2.3. Permintaan Rekreasi Alam ................................................ 2.4. Penawaran Rekreasi Alam ................................................. i iii iv v vi viii xi xii xiii 1 1 4 6 7 7 8 8 8 10 12

2.5. Pendekatan Penilaian Manfaat Rekreasi ............................. 2.5.1. Contingent Valuation Method ................................ 2.5.2. Hedonic Pricing .................................................... 2.5.3. Travel Cost Method ............................................... 2.6. Taman Hutan Raya ........................................................... 2.7. Penelitian Terdahulu ......................................................... III. KERANGKA PEM1KIRAN ................................................... 3.1. Kerangka Teoritis .............................................................. 3.1.1. Lingkungan Sebagai Sumberdaya Milik Bersama ... 3.1.2. Rekreasi Alam dan Fungsinya Sebagai Komoditi Ekonomi ............................................................... 3.1.3. Konsep Willingness to Pay .................................... 3.1.4. Ekonomi sebagai Instrument dalam Menyelesaikan Masalah Lingkungan .............................................. 3.1.5. Regresi Linier Berganda ......................................... 3.2. Kerangka Operasional........................................................ IV. METODE PENELITIAN ........................................................ 4.1. Tempat dan waktu penelitian ............................................. 4.2. Desain Penelitian ............................................................... 4.3. Jenis dan Sumber Data....................................................... 4.4. Metode Pengambilan Sample ............................................ 4.5. Pengolahan Data ............................................................... 4.6. Pengujian Instrumen .........................................................

13 14 16 17 19 21 24 24 24

24 26

28 32 34 37 37 37 38 38 39 41

4.7. Pengujian Parameter ......................................................... 4.8. Pendugaan Surplus Konsumen ........................................... 4.9. Hipotesis Penelitian ........................................................... V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................... 5.1. Letak, Batas dan Luas ........................................................ 5.2. Potensi Kawasan Tahura Djuanda ...................................... 5.3. Tanah dan Topografi.......................................................... 5.4. Iklim dan Curah Hujan ..................................................... 5.5. Aksesibilitas ..................................................................... VI. KARAKTERISTIK DAN PENILAIAN PENGUNJUNG ........ 6.1. Karakteristik Pengunjung .................................................. 6.1.1. Umur ..................................................................... 6.1.2. Asal Daerah ........................................................... 6.1.3. Jenis Kelamin......................................................... 6.1.4. Status Pernikahan ................................................... 6.1.5. Tingkat Pendidikan ................................................ 6.1.6. Pekerjaan ............................................................... 6.1.7. Total Pendapatan .................................................... 6.1.8. Jenis kendaraan ...................................................... 6.1.9. Banyaknya Rombongan ......................................... 6.2. Persepsi Pengunjung .......................................................... 6.2.1. Informasi Mengenai Tempat Wisata ....................... 6.2.2. Daya Tank Wisata ..................................................

43 47 47 48 49 50 53 54 54 56 57 57 58 59 59 60 61 62 63 64 64 65 65

6.2.3. Motivasi Kunjungan ............................................... 6.2.4. Persepsi Mengenai Fasilitas Tambahan .................. 6.2.5. Persepsi Pengunjung Mengenai Keamanan............. 6.2.6. Persepsi Mengenai Pelayanan Petugas .................... 6.2.7. Persepsi Pengunjung Mengenai Aksesibilitas ......... 6.2.8. Persepsi Pengunjung Mengenai Kebersihan ........... 6.2.9. Persepsi Mengenai Pencemaran Udara ................... 6.2.10. Persepsi Pengunjung Mengenai Karcis Masuk........ 6.2.11. Kesediaan Membayar ............................................. VII. FUNGSI PERMINTAAN DAN NILA1 EKONOMI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA ....................................... 7.1. Statistik Variabel Fungsi Permintaan Rekreasi ................ 7.2. Fungsi Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda .................. 7.3. Pengujian Hipotesis ........................................................ 7.3.1. Uji Parsial (Uji Statistik t) .................................... 7.3.2. Uji Simultan (Uji StatistIk F) ............................... 7.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Permintaan ...................................................................... 7.4.1. Variabel yang Berpengaruh Signifikan Terhadap Terhadap Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda .................................................. 7.4.2. Variabel yang tidak berpengaruh signifikan ......... Terhadap permintaan Rekeasi tahura Djuanda ......

66 68 69 70 70 71 72 73 74

75 76 78 79 79 80

81

86

86

7.5. Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Tahura Djuanda . 7.6. Penerimaan Tahura Djuanda ........................................... VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 8.1. Kesimpulan .................................................................... 8.2. Saran .............................................................................. IX. DAFTAR PUSTAKA .................................................................... LAMPIRAN .......................................................................................

87 88 91 91 92 94 97

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia .................................. Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data ............................................... Tabel 3. Validitas Kuesioner ............................................................... Tabel 4. Reliabilitas kuesioner ............................................................ Tabel 5. Luas Area! Kawasan THR Ir. H. Djuanda 50 Tabel 6. Jumlah Pengunjung Tahura Ir. H. Djuanda dari tahun 2004April2009 ................................................................................ Tabel 7. Kesediaan Membayar Tiket Masuk Tahura Djuanda ............. Tabel 8. Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan ..................... Tabel 9. Fungsi Permintaan Rekreasi Tahura Djuanda dengan Travel Cost Method ............................................................................ Tabel 10. Perkiraan Jurn!ah Hari Kunjungan Efektif dan Biasa serta jumlah Pengunjung Tahura Djuanda dalam Satu Tahun (2009) .................................................................................. Tabel 11. Ringkasan Perhitungan Surplus Konsumen dan Nilai Ekonomi Lokasi .................................................................. 78 56 74 77 21 40 42 43

89

90

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kiasifikasi Valuasi Non-Market ......................................... Gambar 2. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan .. Gambar 3.Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi .............................................................. Gambar 4. Kurva Permintaan Kunjungan Rekreasi ............................. Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran ............................................... Gambar 6. Diagram Kelompok Umur Responden ............................... Gambar 7. Diagram Asal Daerah Responden ....................................... Gambar 8. Diagram Jenis Kelamin Responden .................................... Gambar 9. Diagram Status Pemikahan Responden ............................... Gambar l0 Diagram Kelompok Tingkat Pendidikan Responden .......... Gambar 11. Diagram Kelompok Pekerjaan Responden ........................ Gambar 12. Diagram Kelompok Tingkat Pendapatan Responden......... Gambar 13. Diagram Jenis Kendaraan yang Dipakai Responden.......... Gambar 14. Diagram Banyaknya Rombongan Responden ................... Gambar 15. Diagram Informasi Mengenai Tempat Wisata ................... Gambar 16. Diagram Daya Tank Wisata yang Terdapat di Tahura ....... Gambar 17. Diagram Motivasi Kunjungan ........................................... Gambar 18. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Fasilitas yang Penlu Ditambah ............................................................... Gambar 19. Diagram Persepsi Mengenai Keamanan Tahura ............... Gambar 20. Diagram Persepsi Mengenai Pelayanan Petugas ............... 14 17

25 27 36 58 58 59 60 61 62 63 63 64 65 66 67

68 69 70

Gambar 21. Diagram Persepsi Mengenai Aksesibilitas Tahura ............ Gambar 22. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Kebersihan........ Gambar 23. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Pencemaran Udara ................................................................................ Gambar 24. Diagram Persepsi Pengunjung Mengenai Tiket Masuk .....

71 71

72 73

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kuesioner Pengunjung .................................................... Lampiran 2. Uji Validitas .................................................................... Lampiran 3. Uji Reliabilitas ................................................................ Lampiran 4. Hasil Regresi Linier Berganda dengan Minitab 14 ........... Lampiran 5. Uji Kenormalan dan Uji Glejser ....................................... Lampiran 6. Jumlah Pengunjung Periode Mei 2008-April 2009 ........... Lampiran 7. Perhitungan Surplus Konsumen ....................................... Lampiran 8. Foto-foto Tahura .............................................................. 97 100 101 102 103 104 105 108

I. PENDANULUAN

1.1 Latar Belakang Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembangunan. Masalah penurunan kualitas lingkungan yang terjadi saat mi pun tidak terlepas dan aktivitas pembangunan dan perlu mendapatkan perhatian yang serius jika pembangunan berkelanjutan ingin dicapai. Pembangunan di masa lalu hanya berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berkelanjutan secara lingkungan. Sistem ekonomi yang ditempatkan terpisah dengan sistem lingkungan menyebabkan permasalahan baru dimana kegiatan ekonomi yang terus meningkat di satu sisi sedangkan kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan di sisi lain. Seharusnya ekonomi ditempatkan sebagai bagian dan lingkaran sistem lingkungan dimana lingkungan sebagai satuan ekosistem yang menyediakan sumberdaya bagi kegiatan perekonomian. Apabila penyedia sumberdaya tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga mengalami kerusakan atau penurunan kualitas dan kuantitasnya maka kegiatan ekonomi pun akan terhenti, yang artinya

pembangunan tidak berjalan secara berkelanjutan. Pembangunan yang berorientasi pada lingkungan merupakan model pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Salim (2005) menyatakan bahwa saat mi fungsi ekosistem tidak memperoleh imbalan jasa dikarenakan fungsi ekosistem tersebut tidak memiliki sistem pasar sehingga tidak mempunyai harga. Hal tersebut menyebabkan jasa-jasa lingkungan belum memiliki nilai

ekonomis. Hal ini dikarenakan biaya dan jasa linakunizan belum dimasukkan dalam sistem perhitungan biaya (external cosis). Begitu pula dengan manfaat dari jasa lingkungan, manfaat lingkungan hanya diterima sebagai hal yang biasa sehingga berada di luar perhitungan manfaat (external benefits). Kecenderungan yang muncul akibat tidak dipedulikannya biaya serta manfaat dan jasa lingkungan adalah penilaku boros dan tidak peduli pada komponen-komponen ekosistem. Komponen-komponen ekosistem itu sendiri masih dianggap sebagai sumberdaya alam milik bersama sehingga setiap orang memanfaatkannya tanpa memperhatikan dampaknya terhadap kualitas dan kuantitas sumberdaya alam tersebut. Dalam pola pembangunan konvensional jasa lmgkungan dan ekosistem yang tidak memiliki pasar mengakibatkan sumberdaya tersebut mengalami eksploitasi yang berlebihan. Hal im dapat menjadi salah satu alasan mengapa pemberian nilai pada jasa-jasa lingkungan mi merupakan bagian penting dalam pembangunan berkelanjutan. Dalam mencapai pemanfaatan sumberdaya secara optimal dan

berkelanjutan, diperlukan pengetahuan mengenai manfaat sumberdaya alam secara menyeluruh, baik manfaat yang nyata (tangible) maupun manfaat yang tidak dapat dinyatakan secara jelas (intangible). Kedua manfaat tersebut perlu dikelola dengan seimbang agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan. Untuk pengelolaan sumberthya alam yang sebesar-besamya diperlukan

perencanaan yang cermat dan perhitungan yang realistis dalam menggali manfaat tangible dan intangible sumberdaya alam dan lingkungan (Darusman, 1991).

Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah. Wilayah hutan tropis Indonesia terluas ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas, tembaga dan mineral lainnya. Terumbu karang dan kehidupan laut memperkaya ke-17.000 pulaunya. Lebih dari itu, Indonesia memiliki tanah dan area lautan yang luas, dan kaya dengan berjenis-jenis ekologi. Menempati hampir 1.3 persen dan wilayah bumi, mempunyai kira-kira 10 persen jenis tanaman dan bunga yang ada di dunia, 12 persen jenis binatang menyusui, 17 persen jenis burung, 25 persen jenis ikan, clan 10 persen sisa area hutan tropis, yang kedua setelah Brazil (Sunarto, 2003). Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki manfaat tangible misalnya kayu, rotan, getah, dan sebagainya, dan manfaat intangible seperti rekreasi, hidrologi, pendidikan, dan sebagainya (Darusman, 1991). Dalam upaya pengelolaannya, perhitungan sumberdaya alam harus didasarkan pada kedua manfaat tersebut, sehingga alokasi manfaatnya dapat mencapai tingkat yang optimal. Namun, jasa rekreasi hutan sebagai produk tambahan dan sifatnya tidak dapat diraba (intangible) dan hutan menghadapi tantangan ketika jenis produk ini tidak memiliki harga pada sistem pasar normal, padahal permintaan masyarakat akan jasa rekreasi hutan terus meningkat sebagai akibat dan pendapatan per kapita penduduk naik, menmgkatnya mobilitas penduduk dan ketersediaan waktu luang bagi sebagian masyarakat. Ketidakmampuan pasar dalam menilai manfaat intangible sumberdaya alam menyebabkan nilai tersebut tidak dapat diduga secara kuantitatif.

Taman wisata alam (Tahura), menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis ash atau bukan ash, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Pemahaman yang masih rendah terhadap manfaat rekreasi sebuah obyek wisata alam, disertai belum adanya penilaian ekonomi secara kuantitatif, telah menyebabkan teijadinya alokasi modal (investasi) yang kurang optimum dalam pemanfaatan sumberdaya alam (Darusman, 1991). Padahal, Tahura sendiri merupakan salah satu penyumbang pendapatan daerah. Oleh karenanya keadaan seperti mi harus segera diperbaiki agar kesalahan-kesalahan dalam perencanaan pengalokasian sumberdaya alam dan modal menjadi tepat guna. Dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek wisata, maka diperlukan suatu dasar perhitungan investasi yang realistik, yaitu dengan penilaian manfaat intangible rekreasi secara kuantitatif. Penilaian manfaat intangible rekreasi mi tidak dapat dinilai dengan sistem pasar konvensional. Untuk tujuan penelitian mi, para ahli ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan telah berusaha mengembangkan pendekatan yang dianggap representatif yaitu Travel Cost Method atau Metode Biaya Perjalanan yang prinsipnya yaitu menggunakan biaya perjalanan untuk menghitung nilai permintaan rekreasi suatu sumberdaya alam yang tidak memiliki harga pasar. Pendekatan mi telah dipakai secara meluas untuk mendapatkan kurva permintaan rekreasi (Menz dan Wilton, 1983).

1.2 Perumusan Masalah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda merupakan taman hutan raya pertama di Indonesia, yang diresmikan pada tanggal 14 Januari 1985 oleh presiden Soeharto bertepatan dengan tanggal kelahiran Ir. H. Djuanda. Dipelataran taman ini di bangun patung Ir. H. Djuanda. Lokasi ini merupakan Awalnya dikenal sebagai Kawasan Hutan Lindung Gunung Pulosari dan Taman Wisata Alam Curug Dago. Sebagai penghormatan atas jasa perjuangan Ir. H Djuanda, di kawasan pelestarian alam yang tersisa yang juga berfungsi sebagai paru-paru kota Bandung. Selain fungsinya sebagai kawasan pelestarian alam dan paru-paru kota Bandung, Tahura Djuanda juga merupakan sarana rekreasi alam di Kota Bandung. Sebagai obyek wisata alam, Tahura Djuanda merupakan penyumbang pendapatan daerah Jawa Barat. Berbagai penelitian dan pengembangan kawasan Tahura Djuanda harus senantiasa dilakukan oleh pengelola. Pengelolaan berdasarkan studi dan kajian tertentu dapat dijadikan dasar ilmiah untuk menyusun kebijakan dalam rangka menmgkatkan fungsi dan manfaat kawasan Tahura. Salah satu indikator dalam peningkatan fungsi dan manfaat berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan dalam sektor pariwisata tersebut adalah menmgkatnya jumlah pengunjung. Agar objek rekreasi alain mampu berkembang dan bersaing dengan objek rekreasi lainnya maka diperlukan juga upaya untuk menarik kedatangan pengunjung. Pengunjung Tahura merupakan fokus utama bagi pihak pengelola dalam pemasaran produk jasanya. Keberadaan objek wisata sangat tergantung pada pengunjung yang datang sehingga penting bagi pengelola untuk mengetahui

bagaimana karakteristik pengunjung yang mendatangi Tahura. Hasil penelaahan karakteristik pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola di masa mendatang. Penilaian manfaat intangible secara obyektif dan kuantitatif dapat dijadikan sebagai dasar perhitungan investasi yang realistik dan rasional (Darusman, 1991). Dengan menjadikan perhitungan yang sesungguhnya diharapkan dapat menarik minat investasi, baik oleh permintaan, swasta maupun koperasi. Selain itu, untuk meningkatkan fungsi dan manfaat kawasan Tahura Djuanda perlu dihitung nilai ekonomi manfaat rekreasi yang ada di kawasan tersebut. Hasil penilaian tersebut diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pengelola Tahura untuk merumuskan alokasi sumberdaya alam dan alokasi dana pembangunan yang optimum. Dan pemaparan di atas maka muncul beberapa pertanyaan penelitian, diantaranya: 1. Bagaimana karakteristik pengunjung dan bagaimana penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda? 2. Faktor-faktor sosial ekonomi apa saja yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap rekreasi di objek wisata Tahura it. H. Djuanda? 3. Bagaimana nilai ekonomi manfaat rekreasi yang dihasilkan Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan metode biaya perjalanan?

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan mi mernpunyai beberapa tujuan yang mgin dicapai diantaranya: 1. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung dan memberikan gambaran mengenai penilaian pengunjung terhadap objek wisata Tahura it. H. Djuanda. 2. Mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi fungsi permintaan terhadap manfaat rekreasi di objek wisata Tahura Ir. H. Djuanda. 3. Menduga nilai ekonomi yang dihasilkan Tahura Ir. H. Djuanda berdasarkan metode biaya perjalanan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dan Penelitian mi adalah: 1. Akademisi dan Peneliti, penelitian mi diharapkan dapat menjadi pelengkap khasanah keilmuan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. 2. Penilaian yang bersifat ekonomi kuantitatif dan manfaat rekreasi dapat bermanfaat bagi kepentingan perumusan alokasi sumberdaya alam dan alokasi investasi atau biaya pembangunan yang optimum. 3. Karaktenistik dan penilaian pengunjung terhadap Tahura dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pembangunan fasilitas objek wisata oleh pengelola. 1.5 Ruang Lingkup Peneitian Penelitian yang dilakukan mi mengambil tempat di Taman Hutan Raya Jr. H. Djuanda yang benlokasi di daerah Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian mi memiliki beberapa keterbatasan. Di antananya, manfaat ekonomi

yang dianalisis hanya manfaat intangible berupa manfaat rekreasi, tidak dilakukan analisis untuk manfaat tangible dan intangible lainnya Taman Hutan Raya yang bersangkutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab I Pasal 1, dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dan kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tank wisata. Kemudian di dalam Undangundang tersebut dijelaskan pula bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tank wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata menurut Yoeti (1985) merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dan suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Institute of Tourism Britain menyatakan bahwa pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-hari dengan berbagai kegiatan selama sehanian atau lebih. Kegiatan wisata erat kaitannya dengan pengunjung. Pengunjung sendini adalah orang-orang yang datang ke suatu kawasan rekreasi dengan maksud dan tujuan tertentu (Muntasib, 2007).

2.2 Rekreasi Lieber (1983) mendefinisikan rekreasi sebagai suatu bentuk penyegaran mental jasmani melalui aktivitas yang dikenhendaki. Dengakan Cooper (1993) dalam Vanhove (2005), rekreasi dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan pada waktu luang, dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk bersenangsenang tetapi tidak hams dengan melakukan perjalanan. Rekreasi juga diartikan segala kegiatan yang dilakukan dalam waktu luang untuk kembali ke kreatif dan merupakan suatu kebutuhan dasar manusia saat mi (Muntasib, 2007). Menurut Smith (1989) dalam Pangemanan (1993), ciri-ciri umum dan rekreasi adalah: 1. Aktifitas rekreasi tidak mempunyai bentuk dan macam tertentu. Semua kegiatan manusia dapat dijadikan aktifitas rekreasi asalkan dilakukan dalam waktu senggang dengan tujuan dan maksud-maksud positifdari rekreasi. 2. Rekreasi bersifat luwes, mi berarti bahwa rekreasi tidak dapat dibatasi oleh tempat, dapat dilakukan dimana saja sesuai dengan bentuk rekreasi yang dilakukan. 3. Rekreasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun oleh sekelompok orang. 4. Rekreasi bersifat universal, tidak terbatas oleh umur, jenis kelamin, dan kedudukan sosial. Secara umum Clawson dan Knetsch (1975) membedakan rekreasi ke dalam dua golongan, yaitu rekreasi pada tempat tertutup (indoor recreation) dan rekreasi di alam terbuka (outdoor recreation). Rekreasi alam merupakan rekreasi yang dilakukan di alam terbuka dan memerlukan sumberdaya untuk memperoleh kepuasan rohani dengan modifikasi tapak seminimal mungkin.

Rekreasi alam adalah salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang berdasarkan atas prinsip kelestarian alam. Melalui rekreasi alam dengan sebagai bentuknya seperti jalan kaki, berkemah, berburu, memancing, menikmati pemandangan yang mdah dan lain-lain, setiap mdividu dapat mengembangkan kemampuannya. Rekreasi alam atau wisata alam merupakan salah satu bagian dan kebutuhan hidup manusia yang khas. 2.3 Permintaan Rekreasi Alam Menurut Nicholson (1995), permintaan merupakan hubungan antara harga barang tertentu dengan jumlah yang diminta konsumen. Permintaan merupakan sejumlah barang ataujasa yang ingin dibeli oleh individu dan mampu untuk dibeli dengan harga tertentu dan waktu tertentu (Muntasib, 2007). Sedangkan pennintaan masyarakat terhadap jasa-jasa lingkungan seperti tempat rekreasi alam juga sama dengan permintaan barang dan jasa. Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan, bila fasilitas-fasilitas yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat (Douglas, 1970). Permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga barang atau jasa lingkungan tersebut, selera konsumen, harga barang lain yang memiliki daya guna yang sama dan pendapatan (Vanhove, 2005). Apabila faktor yang mempengaruhi ini tetap sedangkan harga barang dan jasa naik, maka jumlah permintaan barang dan jasa lingkungan ini akan menurun, dan sebaliknya jika harga turun maka permintaan barang dan jasa

akan naik. Begitu dengan permintaan terhadap jasa lingkungan wisata alam semakin dekat tempat tinggal seseorang maka akan semakin kecil biaya yang di keluarkan untuk dapat menikmati jasa lingkungan tersebut, tetapi sebaliknya jika tempat tinggal seseorang jauh dari lokasi wisata alam tersebut maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk dapat menikmati jasa lmgkungan wisata alam tersebut. Permintaan wisata dapat dibagi menjadi: 1. Effective (Actual) Demand, yaitu jumlah orang yang melakukan kegiatan wisata sebagai jumiah omng yang melakukan perjalanan atau kunjungan. 2. Suppressed (Potential) Demand, yaitu suatu populasi orang yang tidak dapat melakukan perjalanan karena suatu keadaan tertentu (kurangnya daya beli atau purchasing power atau keterbatasan waktu liburan). Knetsch dan Driver (1974) dalam Darusman (1991) mengemukakan bahwa permintaan rekreasi akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk clan kemajuan teknologi. Perubahan kebutuhan rekreasi yang terjadi adalah sebagai akibat dari perubahan pola hidup, kenaikan standar hidup, penambahan waktu luang sebagai akibat efisiensi kerja, serta kemajuan transportasi, yang semuanya itu berubah sejalan dengan berkembangnya teknologi. Lieber (1983) juga menyatakan bahwa terdapat lima unsur permintaan terhadap rekreasi alam terbuka, yaitu: 1. Mudah dimanfaatkan (dirasakan manfaatnya). 2. Kegiatan yang ada sesuai dengan gambaran yang diinginkan oleh pemakai.

3. Keadaan harus memungkinkan pengidentifikasian gambaran tersebut. 4. Terdapat kesempatan untuk mendemonstrasikan. 5. Memungkinkan suatu penggunaan yang menyenangkan dan efisien. Apabila unsur-unsur tersebut dapat dipenuhi pada suatu kegiatan rekreasi maka kegiatan tersebut akan dapat menjadi populer, sehingga permintaan masyarakat dapat diukur.

2.4 Penawaran Rekreasi Alam Penawaran adalah kuantitas dan barang-barang ekonomi yang ditawarkan dengan semua harga yang mungkin dapat dicapai pada waktu tertentu (Nicholson, 1995). Penawaran rekreasi dalam kepariwisataan meliputi seluruh daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan. Penawaran rekreasi terdiri dan unsur-unsur daya tank alam seperti ildim, flora dan fauna, hutan belukar dan sebagamya, dan hasil ciptaan manusia seperti monumen, rumah ibadah, dan sebagainya yang dapat mendorong orang untuk mengunjunginya. Douglas (1970), mengemukakan bahwa unsur-unsur penawaran rekreasi yang terdiri dan ketersediaan (availability) dan keterjangkauan (accessibility) dapat mempengaruhi rekreasi di alam terbuka. Penawaran pariwisata ditandai oleh tiga ciii khas utama, yaitu: 1. Merupakan penawaran jasa-jasa. Dengan demikian, apa yang ditawarkan tidak mungkm ditimbun dan harus dimanfaatkan di tempat produk tersebut berada. 2. Penawaran bersifat kaku (rigrid), artinya dalam usaha pengadaan untuk keperluan wisata akan sulit sekali untuk mengubah sasaran penggunaannya di luar pariwisata.

3. Pariwisata belum menjadi kebutuhan pokok manusia sehingga penawaran pariwisata hams bersaing ketat dengan penawaran barang dan jasa lain. Dalam hal mi, hukum substitusi (the law of the substitution) akan sangat berpengaruh. 2.5 Pendekatan Penilaian Manfaat Rekreasi Manfaat fungsi ekologis sering tidak terkuantifikasi dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai sumberdaya. Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (Cost-Benefit Analysis atau CBA) yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan tersebut karena konsep CBA yang konvensional sering tidak memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya. Hal tersebut pada akhirnya menjadi dasar pemikiran lahimya konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-market (Fauzi, 2004). Secara umum, teknik valuasi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik mi sering disebut teknik yang mengandalkan revealed WTP (keinginan membayar yang terungkap). Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok mi adalah Travel Cost, Hedonic Pricing, dan Random Utility ModeL Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survey di mana WTP diperoleh langsung dan responden, yang langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dalam kelompok mi adalah Contingent Valuation Method, dan Discrete Choice Method. Pada

umumnya, nilai ekonomi manfaat rekreasi dihitung dengan menggunakan Contingent Valution Method, Hedonic Pricing dan Travel Cost Method.

Sumber: Fau.zi (2004) Gambar 1. Kiasifikasi Valuasi Non-Market 2.5.1. Contingent Valution Method Metode valuasi kontigensi adalah suatu metode survey untuk

menanyakan penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan. Secara prinsip, metode mi memiliki kemampuan dalam menilai keuntungan dan penyediaan barang lingkungan dan juga mampu menentukan pilihan estimasi pada kondisi yang tidak menentu. Prinsip yang menthsari metode mi adalah bahwa bagi orang yang memiliki preferensi tetapitersembunyi terhadap seluruh jenis barang Iingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan mentransformasi

preferensi ke dalam bentuk nilai moneter atau uang. Asumsi selanjutnya bahwa orang tersebut akan bertindak seperti yang dikatakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan menjadi kenyataan pada masa yang akan datang.

tambahan uang yang ingin dibayar oleh seseorang atau rumah tangga (willingness to pay) untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan. Pertanyaan tersebut digunakan untuk menentukan suatu pasar hipotesis terhadap perubahan lingkungan yang diinginkan. Tujuan dan CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati, jika pasar dan barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenamya. Responden hams mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetik yang dipergunakan untuk pembayaran. Pendekatan CVM dilakukan dengan cam menentukan kesediaan membayar (willingness to pay) dan konsumen. Pendekatan mi dapat diterapkan pada keadaan yang dapat menimbulkan kesenangan (estetic) seperti pemandangan alam, kebudayaan, historis dan karaktenistik lain yang unik serta situasi yang data harganya tidak ada. Penilaian kontigensi atau teknik survey dilakukan untuk menemukan nilai hipotensi konsumen atau rekreasi (Hufschmidt et al, 1987). Metode mi lebih fleksibel dan diakui bersifat judgment value, sebab pertanyaan diperoleh dan pertanyaan hipotesis. Namun, dalam pelaksanaannya CVM mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penerapannya. Kelemahan utamanya adalah munculnya bias. Bias terjadi jika terdapat nilai yang kurang dan

nilai yang sebenamya diinginkan oleh masyarakat ataupun nilai yang melebihi dan nilai yang sebenamya diinginkan. Sumber-sumber bias menurut Fauzi (2004) ditimbulkan oleh dua ha! yang utama yaitu: 1. Bias yang timbul karena strategi yang keliru. mi terjadi misalnya jika kita akan dipungut biaya untuk perbaikan lingkungan, sehingga timbul kecenderungan responden untuk memberi nilai kurang dan yang sebenarnya. Sebaliknya, jika kita nyatakan bahwa wawancara semata-mata hanya hipotesis belaka, maka akan timbul kecenderungan responden untuk memberikan nilai yang lebih dan sebenarnya. 2. Bias yang ditimbulkan oleh rancangan penelitian. Bias mi bisa terjadi jika informasi yang diberikan pada responden mengandung hal-hal yang kontroversial. Misalnya, responden ditawari bahwa untuk melindungi kawasan wisata alam dan pencemaran limbah oleh pengunjung, karcis masuk hams dinaikkan. Hal tersebut tenth saja akan memberikan nilai willingness to pay yang lebih rendah daripada jika alat pembayaran dilakukan dengan cara lain (misalnya melalui yayasan, trust fluid, dan sebagainya). 2.5.2. Hedonic Pricing Lingkup penerapan Hedonic Pricing relatif terbatas, misalnya keuntungan adanya fasilitas rekreasi atau kesenangan yang diperoleh penghuni lokasi tertentu karena peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya. Teknik im pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Metode mi didasarkan pada gagasan bahwa

barang pasar menyediakan pembeli dengan sejumlah jasa, yang beberapa diantaranya bisa merupakan kualitas lingkungan. Misalnya pembangunan rumah dengan kualitas udara segar disekitamya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap, mereka mau membayar lebih untuk rumah yang berada diarea dengan tempat lain yang kualitas lingkungannya buruk. Hubungan antara nilai properti dengan kualitas lingkungan adalah sebagai berikut:

Sumber: Fauzi (2004) Gambar 2. Hubungan antara Nilai Properti dan Kualitas Lingkungan Dan gambar di atas, maka dapat dikatakan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan seperti adanya pencemaran maka nilai properti, dalam hal mi adalah rumah, akan semakin menurun. Situasi sebaliknya yaitujika semakin baik kualitas lingkungan maka nilai properti akan semakin mahal. 2.5.3. Travel Cost Method Travel Cost Method (TCM) dikembangkan untuk menilai kegunaan dan barang non-market, daerah yang letak geografisnya khusus dan lokasi yang dipergunakan untuk rekreasi. Misalnya, alam yang seringkali digunakan untuk rekreasi (kebun raya, hutan, pantai, danau, dli). Alam secara khusus tidak memegang harga dalam

pasar sehingga kita hams menemukan altematif yang dimaksudkan untuk memperkirakan niiainya (Pierce et al, 2006). Menurut Hufschmidt et a! (1987), pendekatan biaya perjaianan merupakan suatu cam menilai barang yang tidak memiliki harga. Di negara maju, pendekatan in t1il, 1inkii Ir m1ii irntiik mn nstbrn kirrvi nermintn hireno

biasa digunakan bagi barang-barang yang tidak memiliki harga. Secara prinsip, metode mi mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mengunjungi tempat rekreasi. Dengan mengetahui pola pengeluaran dan konsumen mi, dapat dikaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan. Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dan tempat tertentu dan bukan rekreasi pada umumnya (Hufschmidt et at, 1987). Secara umum terdapat dua teknik yang digunakan dalam menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu Zonal Travel Cost Method (ZTCM) dan Individual Travel Cost Method (ITCM). ZTCM merupakan pendekatan yang relatif mudah dan murah. Pendekatan mi bertujuan untuk mengukur nilai dan jasa rekreasi dan sebuah tempat secara keseluruhan. ZTCM diaplikasikan dengan mengumpulkan informasi dan jumlah kunjungan ke tempat rekreasi dan berbagai daerah atau zona. Dalam ha! mi, biaya perjalanan dan waktu akan meningkat seiring dengan meningkatnya jarak, maka informasi yang didapat memungkinkan peneliti untuk memperhitungkan jumlah kunjungan di berbagai harga. informasi tersebut digunakan untuk membangun fungsi permintaan dan mengestimasi

surplus konsumen, atau keuntungan ekonomi untuk jasa rekreasi dan sebuah tempat. Peralihan metode biaya perjalanan dan ZTCM menjadi ITCM dalam menurunkan nilai surplus konsumen disebabkan beberapa hal, pertama sering analisa yang dilakukan didasarkan pada willingness to pay individual. Hal yang kedua adalah karena pengamatan sering kali teramat kecil dibandingkan dengan melakukan perjalanan dan daerah asal yang umum dan selanjutnya terdispersi dalam kelompok-kelompok kecil menuju lokasi wisata sekitarnya. Sebab lain yaitu karena individu tidak semata-mata ingin menikmati paniwisata saja tetapi mungkm kombinasi dan melihat-lihat, berbuni, dan sebagainya. Metodologi ITCM secara prinsip sama dengan ZTCM (Mehmet dan Turker, 2006) namun ITCM menggunakan data dan survei setiap pengunjung dalam analisis statistik bukan data dan masing-masing zona. Sehingga metode mi memerlukan data yang lebih banyak dan analisis lebih rumit, tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat. 2.6. Taman Wisata Alam Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis ash dan atau bukan ash, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (Ditjen PHKA - Departemen Kehutanan, 2008). Adapun kniteria penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan Tahura:

1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik ash maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utah ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah. 2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam. 3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis ash dan atau bukan ash. Kawasan Tahura dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan Tahura sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Sesuai dengan fungsinya, Tahura dapat dimanfaatkan untuk: 1. Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut). 2. Ilmu pengetahuan dan pendidikan 3. Kegiatan penunjang budidaya. 4. Pariwisata alam dan rekreasi. 5. Pelestarian budaya. Prestasi sebuah Tahura sebenarnya dapat dilihat pada kemampuannya menampung sebanyak mungkin spesies tumbuhan yang mewakili bioregionnya, atau Iebih bagus lagi jika dibatasi pada biolocalnya. Tetapi dalam kondisi praktis tertentu, terkadang sebuah Tahura hanya memperhitungkan kepadatan dan

kerimbunan hutannya, bukan keragaman jenis penyusun hutannya. Tahura sebenarnya adalah sebuah etalase bagi wilayahnya, yaitu pada ketika seseorang memasuki hutan raya tersebut, langsung dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi, keragaman, keunikan, dan berbagai hal lainnya yang terkait dengan keadaan flora dan fauna setempat. Sampai dengan tahun 2008, di Indonesia telah ditetapkan Tahura pada 21 lokasi, dengan luas total 343.454,4 1 ha. Adapun Tahura yang telah ditetapkan di

Penelitian Terdahulu Studi mengenai pengukuran manfant sumberdaya alam dan lingkungan dalam bentuk nilai moneter telah banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan dan penelitian mi adalah untuk mengukur manfaat yang diterima oleh seseorang yang melakukan kegiatan rekreasi. Pada umumnya metode yang dipakai dalam penelitian mi adalah metode biaya perjalanan. Terdapat perbedaan pendekatan yang dipakai dalam penerapan metode tersebut diantaranya pendekatan zonal dan pendekatan individual. Beberapa penelitian yang menggunakan metode zonal diantaranya telah di?kukan oleh Djijono (2002) dan Jalil (2006). Sedangkan penelitian yang rnenggunakan pendekatan individu dilakukan oleh Adrianto (2003), Nurdini (2004) dan Sari (2007).

Djijono (2002) melakukan penelitian di salah satu Tahura di Indonesia yaitu Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman yang berlokasi di Propinsi Lampung. Penelitian mi menggunakan biaya perjalanan dengan teknik pendekatan zonasi dengan alat analisis regresi, zona dibagi berdasarkan daerah kecamatan tempat tinggal pengunjung. Dan penelitian tersebut didapatkan surplus konsumen sebesar Rp 9.275,2137 per 1000 penduduk. Berdasarkan analisis yang dilakukan diketahui bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan atau tingkat kunjungan adalah biaya perjalanan, jumlah penduduk dan waktu kerja. Adrianto (2003) melakukan penelitian terhadap permintaan dan surplus konsumen di Taman Bunga Nusantara. Dan hasil analisis diperoleh nilai surplus konsumen tahunan sebesar Rp 11.040.439.050,00 per tahun. Sedangkan nilai manfaat lokasi sebesar Rp 12.486.469.050,00. Biaya perjalanan bagi individu ke lokasi wisata tidak menjadi masalah karena adanya keinginan mereka untuk mengunjungi tempat-tempat yang belum pemah mereka kunjungi. Penelitian dengan pendekatan individual yang dilakukan oleh Nurdini (2004) di Hutan Mangrove Muara Angke. Penelitian mi bertujuan untuk mengetahui permintaan rekreasi dan surplus konsumen. Dan penelitian yang dilakukan diketahui nilai dan surplus konsumen tahunan total responden sebesar Rp 52.623,00 per kunjungan sedangkan rata-rata nilai surplus konsumen setiap mdividu adalah Rp 900,00 per kunjungan. Variabel tingkat pendapatan kategori pendapatan rendah, jumlah tanggungan, waktu luang, pengetahuan pengunjung dan frekuensi kunjungan berpengaruh nyata dan negatif.

Penelitian yang dilakukan Jalil (2006) yang menilai manfaat ekonomi pada kunjungan rekreasi di TWAGS dipengaruhi oleh biaya perjalanan secara nyata dan negatif. Nilai manfaat rekreasi yang didapatkan adalah sebesar Rp 2.904.032.238,00. Sari (2007) melakukan penelitian mengenai permintaan dan nilai ekonomi dan obyek wisata Air Panas Gunung Salak Endah. Dalam penelitian tersebut, nilai surplus konsumen total dan responden yang mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan nilai surplus konsumen dan responden yang tidak mampu mensubstitusikan waktu dengan pendapatan. Surplus konsumen total pertahun yang dijumlahkan dengan pendapatan total dan tiket masuk selama periode yang sama merupakan nilai ekonomi obyek wisata Air Panas GSE yaitu sebesar Rp 150.897.500,00.

111. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Lingkungan sebagai Sumberdaya Milk Bersama Barang lingkungan sebagai salah satu dan barang-barang bebas adalah barang yang secara fisik kuantitatif tidak terukur. Demikian juga tidak dapat langsung dinilai dengan uang. Walaupun tidak dapat terkuantifikasi, barang tersebut merupakan komoditi yang banyak digunakan atau dimanfaatkan orang. Barang demikian dikenal sebagai non-marketable goods, yaitu suatu komoditi yang tidak memiliki sistem pasar, seperti keindahan alam, kejernihan air sungai dan danau, air tanah dan udara bersih.

Sumberdaya lingkungan merupakan barang publik dimana konsumsi yang berlebihan akan terjadi. Ketiadaan pasar bagi barang lingkungan sebagai barang milik bersama menyebabkan tidak adanya suatu mekanisme keseimbangan yang secara otomatis membatasi eksploitasi. Hal tersebut menyebabkan perlunya institusi yang mampu menggantikan fungsi pasar. Institusi yang dimaksud adalah pemerintah. Dengan pengelolaan oleh institusi maka regulasi dalam membatasi akses terhadap sumberdaya dapat dibatasi. Hal tersebut dapat membatasi demand dan menjaga supply agar sumberdaya lingkungan dapat terus mampu menyediakan manfaatnya. Pengelolaan tersebut juga akan dapat mengatur metode pemanfaatan yang tepat dan tidak merusak. 3.1.2. Rekreasi Alam dan Fungsinya sebagai Komoditi Ekonomi Sumberdaya lingkungan merupakan penyedia barang dan jasa yang

konsumen maupun produsen. Sebagai konsumen manusia dapat menikmati atau mengkonsurnsi keindahan alam, air dan udara bersih. Sebagai produsen, manusia dapat memanfaatkan barang dan jasa dan sumberdaya untuk kegiatannya seperti kemampuan air dalam mengalirkan limbah suatu industri.

Gambar 3. Peran Sumberdaya Alam dan Lingkungan terhadap Kegiatan Ekonomi Djajadiningrat (1997) menyatakan bahwa lingkungan memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama berfungsi sebagai persediaan bahan baku, dimana rumah tangga dan perusahaan sangat tergantung pada lingkungan alam, antara lain udara, air dan keperluan lain seperti mineral dan tenaga. Fungsi kedua athlah sebagai wadah untuk limbah, dimana perusahaan dan rumah tangga menghasilkan sejumlah besar limbah sementara ditumpuk di lingkungan. Sedangkan fungsi ketiga sebagai penyedia fasilitas, yaitu lingkungan mempunyai sejumlah fasilitas yang merupakan sumber dan estetika termasuk pemandangan yang indah. Sumberdaya hutan mempunyai manfaat intangible salah satunya berupa rekreasi alam yang berperan dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara, mempengaruhi ekonomi setempat, dan secara nyata dapat meningkatkan

(Rahmawati, 2003). Kesulitan yang menantang dalam wisata adalah penilaian dan biaya dan manfaatnya. Seperti halnya dengan hasil hutan Iainnya pemanfaatan rekreasi alam memerlukan input tenaga kerja, modal dan kegiatan pengusahaan. Ada beberapa hal yang membedakan rekreasi alam dengan hasil hutan lainnya. Kesempatan rekreasi tidak bertahan lama, artinya kesempatan rekreasi yang keuntungannya tidak diambil sekarang tidak dapat lagi diambil pada waktu mendatang. Selain itu, rekreasi hams dijual di tempat artinya konsumen yang harus datang ke tempat rekreasi (Fauzi, 2004). 3.1.3. Konsep Willingness To Pay Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep mi disebut dengan keinginan untuk membayar (WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasillcan oleh sumberdaya dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran mi, nilai ekologis ekosistem bisa dikonversikan ke dalam nilai ekonomi. Pendekatan kesediaan membayar juga digunakan untuk menilai manfaat intangible dan sumberdaya hutan yang tidak dapat dinilai secara kuantitatif oleh mekanisme pasar. Pada pelaksanaanya, pendekatan mi sama saja dengan pendugaan kurva permintaan yang menggambarkan besamya keinginan membayar dan sekelompok konsumen pada berbagai tingkat manfaat intangible yang dikonsumsinya (Darusman, 1991). Dalam penilaian manfaat rekreasi dan sumberdaya hutan, pendekatan kesediaan membayar dilakukan dengan pendugaan kurva permintaan yang menggambarkan kesediaan dan para pengunjung untuk

membayar biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk dapat menikmati suatu kegiatan rekreasi.

Gambar 4. Kurva Permintaan Kunjungan Rekreasi Kesediaan membayar berada di area di bawah kurva permintaan. Kurva permintaan mengukur jumlah yang akan dibayar oleh konsumen untuk tiap unit sumberdaya yang dikonsumsi. Dalam kurva di atas, 01 merupakan i unit kunjungan dan OB merupakan biaya yang dibayar oleh orang yang mengambil manfaat kunjungan OQm (konsumen j), sedangkan OD merupakan biaya kunjungan pengambil manfaat yang datang dan tempat terjauh (konsumen marjinal). Menurut Lipsey et al (1995), surplus konsumen adalah perbedaan antara nilai jumlah yang diberikan konsumen terhadap seluruh unit barang dan jasa yang dikonsumsi untuk setiap komoditi dan jumlah yang harus dibayarkan untuk membeli sejumlah komoditi tersebut. Surplus konsumen muncul dikarenakan konsumen menerima lebih dan yang dibayarkan dan bonus mi berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Secara sederhana, surplus

konsumen dapat diukur sebagai bidang yang terletak diantara kurva permintaan harga F maka surplus konsumen ditunjukkan oleh daerah DEF. Bila kunjungan sebanyak OQm maka surplus konsumen sebesar BAD. Jadi, dapat dikatakan bahwa surplus konsumen j sama dengan biaya perjalanan konsumen marjinal dikurangi biaya perjalanan konsumen j. 3.1.4. Ekonomi sebagai Instrumen dalam Menyelesaikan Masalah Lmgkungan Pada penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat masalah berupa terjadinya kegagalan pasar menangkap nilai kegunaan ekosistem. Apabila ekonomi diterapkan pada isu-isu lingkungan, maka diperoleh kesadaran yang lebth mendalam untuk meningkatkan lingkungan (Djajadinmgrat, 2001). Metode biaya perjalanan (travel cost method atau TCM), berguna untuk menemukan nilai daerah alam yang menyediakan berbagai kesenangan untuk rekreasi, serta daerahdaerah yang seringkali dikunjungi oleh orang-orang untuk kegiatan seperti darmawisata. Anggapan dasarnya adalah bahwa nilai lingkungan dimanifestasikan dalam nilai pelayanan rekreasi yang disediakan. Pengaruh langsung dan anggapan mi adalah permintaan untuk rekreasi sama dengan permintaan untuk daerah alam. Nilai ekonomi rekreasi yang diduga dengan menggunakan metode biaya perjalanan meliputi biaya transport pulang pergi dan tempat tinggalnya ke obyek wisata dan pengeluaran lain selama di perjalanan dan di dalam obyek wisata mencakup dokumentasi, konsumsi, parkir, dan biaya lain yang berkaitan dengan kegiatan rekreasi untuk satu han kunjungan. Sehingga biaya perjalanan dapat dirumuskan sebagai benikut:

BPt = BTr + BDk + BKr + B? + BSv + BL

Keterangan: BPI Biaya Perjalanan (Rp/orang/hari) BTr = Biaya Transportasi (Rp/orang/hari) BDk = Biaya Dokumentasi (Rp) BKr = Biaya Konsumsi selama rekreasi (Rp/orang/hari) BP = Biaya Parkir (Rp) BSv Biaya souvenir (Rp) BL = Biaya Lainnya (Rp) Pengeluaran untuk tarif masuk tidak dimasukkan dalam perhitungan biaya perjalanan karena merupakan suatu konstanta. Tujuan dasar dan metode biaya perjalanan aclalah ingin mengetahui nilai kegunaan clan sumberdaya alam yang atraktif untuk rekreasi melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dan sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dan sumberdaya tersebut. Hanley dan Spash (1993) menyatakan asumsi yang dipakai dalam kebanyakan penelitian yang menggunakan metode perjalanan adalah bahwa utilitas dan setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi, bersifat terpisah. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan metode biaya perjalanan. Teknik tersebut adalah: 1. Pendekatan sederhana melalui zonasi.

2. Pendekatan individual dengan menggunakan data sebagian besar dan survey. Dalam Zonal Travel Cost Method (ZTCM) tempat rekreasi diidentifikasi dan kawasan yang mengelilinginya dibagi ke dalam zona konsentrik yang semakin jauh yang menunjukkan peringkat biaya perjalanan yang semakin tinggi. Survei terhadap para pemakai tempat rekreasi kemudian dilakukan pada tempat berbagai karakteristik sosial ekonomi. Informasi dan sample para pengunjung dianalisis dan data yang dihasilkan digunakan untuk meregresi tingkat kunjungan yang dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan berbagai variabel sosial ekonomi.

Q1 = f ( TC, X1, X2 X)

Keterangan: Q1 = Tingkat kunjungan (banyaknya pengunjung dan zona i tiap 1000 penduduk pada zona i TC1 = Biaya perjalanan X = Variabel sosial ekonomi Regresi tersebut menguji hipotesis bahwa biaya perjalanan kenyataannya berpengaruh pada tingkat kunjungan. Masuknya variabel lain membantu menghilangkan dampak komponen tingkat kunjungan yang tak ada hubungannya dengan biaya perjalanan. ITCM (individual travel cost method) pada dasarnya serupa dengan ZTCM, tetapi menggunakan data survey yang berasal dan pengunjung secara individu dalam

analisis statistik danipada data dan setiap zona. Metode mi niemerlukan pengumpulan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih sulit tetapi akan memberikan hasil yang lebih tepat. Dengan menggunakan data survey, peneliti dapat memulainya dengan cara yang sama dan ZTCM, dengan memperkirakan hubungan diantara jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan dan vaniabel yang relevan lainnya menggunakan analisis regresi. Persamaan regresi memberikan fungsi permintaan untuk rata-rata pengunjung yang datang, dan area dibawah kurva permintaan tersebut merupakan rata-rata dan surplus konsumen.

Dalam membangun fungsi permintaan dalam TCM diperlukan asumsi dasar agar penilaian sumberdaya alam dengan metode mi tidak bias. Adapun asumsi yang membangun fungsi permintaan tersebut adalah: 1. Biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga dan rekreasi. 2. Waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas dan disutilitas. 3. Perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multitrips). Bentuk persamaan ITCM adalah sebagai berikut: Vj = f ( Cg, X1) Keterangan: V, = Jumlah kunjungan per tahun dan individu i ke tempat rekreasi j = Biaya perjalanan individu I ke tempat rekreasi j XI Faktor-faktor lain yang menentukan kunjungan indiviclu i

Kelebihan dan ITCM dibandingkan dengan ZTCM diantaranya: 1. Lebih efisien dan sisi statistik (proses perhitungan). 2. Konsistensi teori dalam perumusan model permintaan dan penilaku individu. 3. Menghindari keterbatasan zonal atau lokasi. 4. Menambah heterogenitas karakteristik populasi pengunjung diantara suatu zona, serta mengeliminasi efek pengunjung dengan tingkat kunjungan nol (nonparticipant). Adapun kelemahan dan penggunaan metode biaya perjalanan mi diantaranya: 1. Hanya dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki

2. Tidak membedakan individu yang memang datang dan kalangan pelibur dan mereka yang datang dan wilayah setempat. 3. Masalah pengukuran nilai dan waktu, dalam teori ekonomi mikro, variabel waktu memiliki nilai intrinsik tersendiri yang dinyatakan dalam bentuk opportunity cost. 3.1.5. Regresi Linier Berganda Menurut Gujarati (1978), analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan satu variabel, variabel tak bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan (explanatory variables), dengan maksud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang dan segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sample berulang) variabel yang menjelaskan (yang belakangan). Persamaan

regresi merupakan persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dan nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (Walpole, 1982). Dalam regresi terdapat hubungan sebab akibat antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Vaniabel independen merupakan variabel penjelas sedangkan variabel dependen menupakan vaniabel yang terikat yang nilamya dipengaruhi oleh variabel independen. Jika hanya terdapat satu buah variabel independen maka persamaan tersebut merupakan regresi sederhana, tapi jika mempunyai lebih dafl satu variabel independen maka persamaan tersebut menupakan regresi berganda.

Dalam menibentuk model yang akan dipergunakan dalam TCM, maka dipergunakan model regresi imier berganda. Secara umum, regresi linier berganda berbentuk: = Po + f32X2 + ... + PtX + Dimana Y merupakan variabel dependen dan X merupakan variabel independen dengan t menunjukkan observasi pada cross section data. Sedangkan f dan J3t merupakan parameter dan koefisien regresi yang berhubungan linier. Dalam hal mi, 3o dan f3 ada!ah parameter yang hams diestimasi dan data sedangkan dinyatakan sebagai error yang bersifat random atau acak yang disebabkan oleh empat efek yaitu oleh penghilangan variabel, non-linearitas, kesalahan pengukuran clan efek yang tidak dapat diprediksi lainnya (Ramanathan, 1998).

Pada analisis regresi linier berganda, akan dilihat bagaimana pengaruh beberapa variabel bebas (X1-X) terhadap vaniabel terikatnya (Y). Bila perubahan itu searah maka dikatakan hubungannya positif, sebaiknya apabila perubahannya berlawanan arah maka hubungan keduanya negatif. Metode untuk mendapatkan besar, arah dan keeratan hubungan vaniabel-variabel tersebut adalah metode kuadrat terkecil atau sening disebut dengan Ordinary Least Square (OLS). Didalam analisis regresi yang menggunakan OLS, asumsi-asumsi dan OLS hams terpenuhi, jika asumsi tidak dipenuhi maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Asumi BLUE diantaranya: 1. Nilai harapan dan rata-rata kesalahan adalah no!. 2. Variansnya tetap (homoskedasticity). 3. Tidak ada hubungan antara variabe! bebas dan error term.

5. Pada regresi linier berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (nomulticolinearity). 3.2. Kerangka Operasional Hutan merupakan suatu sumberdaya alam yang memiliki manfaat ganda, yaitu manfaat tangible maupun manfaat intangible. Kedua manfaat tersebut mempunyai nilai ekonomi yang sangat besar. Dalam pengelolaan hutan secara optimal dan lestari maka diperlukan perencanaan yang cermat dan perhitungan yang realistis dalam menggali manfaatnya. Usaha penggalian manfaat intangible mendapatkan kendala ketika manfaat tersebut belum dapat dmilai oleh pasar.

Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, merupakan salah satu bentuk dan fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam atau kawasan konservasi in-situ. Selain sebagai sarana rekreasi juga bennanfaat sebagai sarana penelitian, pendidikan, dan mempunyai nilai sejarah karena di Tahura tersebut memiliki goa peninggalan jaman penjajahan. Sebagai sarana rekreasi, Tahura Djuanda berhubungan erat dengan pengunjung. Karena hal tersebut, penting bagi pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan mencari tahu gambaran penilaian pengunjung yang mendatangi Tahura. Hasil penelaahan karakteristik dan penilaian pengunjung diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan oleh pihak pengelola. Setiap pengunjung yang melakukan kegiatan wisata pasti akan mengeluarkan biaya perjalanan yang terdiri dan biaya transportasi, dokumentasi, konsumsi, parkir dan biaya lainnya disamping biaya tiket masuk. Selain biaya diantaranya total pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jarak dan waktu tempuh dan tempat tinggal menuju lokasi, jumlah tanggungan, jenis kelamm, waktu di lokasi dan lama mengetahui lokasi. Biaya perjalanan dan faktor-faktor sosial ekonomi tersebut kemudian dimasukkan pada model regresi sehingga akan didapatkan fungsi permintaan rekreasi Tahura Djuanda. Dan estimasi mi akan didapatkan nilai dan surplus konsumen. Setelah mendapatkan surplus konsumen maka akan diperoleh manfaat rekreasi Tahura Djuanda. Kerangka pemikiran operasional tersebut ditampilkan dalam skema berikut mi