Vaksin Virus

download Vaksin Virus

If you can't read please download the document

description

biologi

Transcript of Vaksin Virus

VAKSIN VIRUSewanVAKSIN VIRUSSecara umum yang dinamakan vaksin adalah bahan yang berasal dari mikroorganisme atau parasit yang lain yang dapat merangsang pembentukan kekebalan terhadap penyakit. Vaksin virus terdiri dari 2, yaitu :Vaksin aktif yang mengandung partikel virus aktif tetapi tetapi virulen 2.Vaksin aktif yang mengandung partikel virus inaktif.* Vaksin aktif dibuat dengan membiakkan virus aktif atauvirus hidup di dalam media penumbuh yang steril,misaltelur ayam berembrio, hewan percobaan yang bebashama, biakan jaringan (tissue culture) atau hewan yangmerupakan induk semang dari virus tersebut.Biakan jaringan yang digunakan dalam pembuatan vaksin dapat dibuat langsung dari jaringan hewan hidupdisebut kultur primer atau merupakan jaringan sel yang dapat tumbuh terus melalui beberapa kali pasase. Virus aktif yang digunakan dalam vaksin terdiri dariTiga jenis virus,yaitu :1. Virus yang diisolasi dari hewan sehat sebagai virus Yang secara alamiah tidak virulen.2. Virus yang tadinya ganas atau virulen tetapi setelah dipasase berkali-kali di laboratorium pada biakan ja ringan atau hewan percobaan,virus tersebut menjadi tidak virulen dan tetap imunogenik. Misal virus ND strain komarov.Virus ini dikatakan telah mengalami atenuasi atau sudah teradaptasi pada hewan perco- baan, sehingga tidak virulen lagi terhadap induk se- mangnya.3. Virus-virus sejenis yang memiliki kesamaan antigen Yang satu dengan antigen yang lain dapat saling me Netralisasi.Sebagai contoh : Penggunaan virus Morbili (Measles) dalam vaksin untuk penyakit distemper pada anjing. Vaksin hidup digunakan apabila : a.Hanya terdapat sedikit tipe antigenik dari virus penyebab penyakit. b. Virus menimbulkan kelainan sistemik pada tubuh hospes. c. Bila sesudah infeksi alami terjadi kekebalan (imuni- tas) yang sangat efektif.* Virus pada vaksin inaktif berasal dari virus virulen yang diinaktifkan dengan bahan kimia, misal : Formaldehid, Beta propiolakton, asetiletilenimin. Untuk meningkatkan daya imunogenik pada vaksin inaktif,maka ditambah kan dengan ajuvan yaitu bahan kimia yang memperlam bat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta me rangsang pembentukan kekebalan. Ajuvan yang sering dicampurkan ke dalam vaksin misal minyak nabati. Vaksin inaktif digunakan apabila : a. Virus memiliki banyak tipe antigenik b.Infeksi terjadi superficial c. Imunitas yang didapat sangat pendek pengaruhnya.Keuntungan dan kerugian vaksin hidup dan vaksin mati.Vaksin hidup :Keuntungan : a. Pemakaian mudah dan dosis tunggal b. Pemakaian secara alami atau tidak alami, infeksi yang terjadi subklinik dan imunitas yang timbul sama de- ngan imunitas alami. c. Imunoglobulin yang dihasilkan (IgG, IgM dan IgA dan cell imediated, mempunyai spektrum yang luas. d. Dapat menekan virus tipe liar lokal (wild type). e. Imunitas bertahan lama f. Membutuhkan sedikit virus.Kerugian a. Virus dapat menjadi virulen b. Mungkin menyebar secara alami c. Kontaminasi virus kanker d. Bisa menimbulkan komplikasi berupa demam e. Interferensi virus mengurangi nilai respons imun. f. Virus labil.Vaksin mati :Keuntungan : a. Perlu polivalen vaksin b. Stabil c. Tak ada penyebaran alami.Kerugian : a. Perlu dosis booster b. IgA tidak terbentuk c. Perlu antigen virus dalam konsentrasi tinggi d. Hanya dapat dilakukan melalui suntikan. Kegagalan yang dapat terjadi pada penggunaan vak sin adalah timbulnya penyakit sesudah hewan divaksin karena masih terdapat partikel virus virulen yang tidak inaktif. Dengan demikian untuk mengatasi kegagalan, maka ditetapkan setiap vaksin harus memenuhi persyaratan Yaitu : 1. Vaksin harus murni,artinya vaksin X hanya boleh me ngandung virus X saja. 2. Vaksin harus aman, artinya vaksin tersebut tidak bo- leh menimbulkan penyakit pada hewan yang divaksin 3. Vaksin harus menimbulkan kekebalan terhadap pe- kit pada hewan yang divaksinasi. Pembuktian bahwa suatu vaksin memenuhi ketiga persyaratan tersebut dengan cara : *Vaksin diberikan pada hewan hostnya Setelah 2 minggu diperiksa kadar antibodi dalam se- rum dengan uji serum netralisasi (SN) bila virus ter- but bersifat mengaglutinasi sel darah merah. *Uji tantang, yaitu hewan yang sudah divaksinasi kemu dian diinfeksikan dengn virus ganas.. Vaksin yang baik harus memberikan proteksi terha- dap lebih dari 95% hewan dalam percobaan tsb atau tidak lebih dari 5% hewan yang menjadi terinfeksi. Pada vaksin untuk manusia, proteksi harus 100%. METODOLOGI DALAM VIROLOGIA. Metoda Pembiakan Virus 1. Inokulasi pada hewan percobaan 2. Inokulasi pada telur 3. Inokulasi pada kultur sel.B. Metoda Pengamatan Replikasi VirusC. Metoda Titrasi Virus 1. Menghitung partikel virus 2. Menetukan infektivitas virusA.Metoda Pembiakan Virus Virus adalah mikroorganisme yang hidup secara obligat Intraselluler, oleh karena itu cara pembiakannya lebih su-Lit dari pada pembiakan bakteri. Tiga cara yang umum digunakan untuk membiakkan virus hewan adalah dengan : 1. Inokulasi pada hewan percobaan 2. Inokulasi pada telur 3. Inokulasi pada kultur sel.1. Inokulasi pada hewan percobaan. Pada mulanya hewan percobaan merupakan cara satusatunya untuk membiakkan virus. Tetapi dengan banyaknya perbedaan kepekaan hewan terhadap inveksi virus. Shg menimbukan reaksi yang berbeda-beda pada spesies yang sama maupun yang berbeda spesiesnya.Maka untuk pembiakan virus kini lebih banyak digunakan metoda pembiakan dengan cara invitro dengan menggunakan kultur sel. Namun demikian, hewan percobaan masih digunakan untuk mempelajari sifat-sifat onkogenik virus, patogenesis penyakit virus, reaksi imun terhadap virus, pengaruh lingkungan terhadap infeksi virus dan isolasi primer terhadap beberapa jenis virus, misal : virus coxackie A. Metoda yang digunakan untuk mengadakan inokulasi virus tergantung pada jenis virus yang akan dicoba dan lokasi anatomi dari sel yang dituju dalam percobaan. Sebagai contoh :virus berselubung segera menjadi tidak aktif jika berada pada pH asam, sehingga tidak mungkin dilakukan dengan cara inokulasi melalui alat pencernaan.Cara yang sering dilakukan untuk melakukan inokulasi adalah melalui jalan intravena, intraserebral, intraperitoneal, intranasal, intratrakeal dan intradermal. Sesuda terjadi replikasi virus, jaringan yang terinfeksi diambil, dihancurkan kemudian dibuat homogen dalam larutan pengawet kemudian disimpan dalam keadaan beku untuk kelak digunakan sebagai sumber virus yang infektif. 2. Inokulasi pada telur Beberapa jenis virus dapat dibiakkan pada sel-sel yang membungkus rongga telur berembrio atau pada embrio yang sedang tumbuh itu sendiri. Berbagai jenis telur dapat digunakan untuk membiakkan virus, antara lain telur bebek, telur ayam, misal virus rabies. Tapi yang sering digunakan adalah telur ayam.Tempat inokulasi dan umur embrio yang digunakan untuk inokulasi tergantung virus yang dibiakkan. Sebagai contoh untuk inokulasi primer virus influenza yang berasal dari cairan tenggorok sebaiknya dilakukan dalam rongga amnion embrio berumur antara 7 jam sampai 8 hari. Tetapi untuk inokulasi virus yang sudah mengalami beberapa kali subkultur, maka inokulasi yang terbaik adalah dalam membran alantois. Selain dalam rongga amnion dan alantois, inokulasi juga dapat dilakukan dalam membran kerioalantois dan yolsac.Dalam keadaan tertentu, virus juga dapat disuntikkan secara langsung kedalam embrio yang sedan tumbuh melalui intravena, intraperitoneal atau intraserebralSesudah virus berkembang biak dalam sel embrio atau membran, virus akan memasuki cairan disekitarnya sehingga dapat digunakan sebagai sumber virus. Virus juga dapat dikumpulkan dengan cara menggerus membran yang terinfeksi dalam larutan garam fisiologik. 3. Inokulasi pada kultur sel Teknik kultur sel telah menggantikan sebagian besar peranan binatang percobaan dan telur yang berembrio yang mahal dan sulit penanganannya. Dengan kultur jaringan ini selain pembiakan virus juga dapat dilakukan berbagai macam tindakan misalnya peneluan berbagai macam virus baru, penelitian sifat virus dalam jangka panjang,misalnya virus polio dan juga usaha untuk menemukan vaksin terhadap penyakit virus. Terdapat tiga dasar jenis kultur sel hewa, yaitu : a. Kultur primer dan kultur sekunder b. Diploid cell strains c. Continuous cell lines.Kultur primer berasal langsung dari jaringan hewan atau telur berembrio dan merupakan sel-sel satu lapis (monolayer). Sedangkna kultur sekunder merupakan sub kultur dari kultur primer jaringan normal. Sesudah melalui 30 sampai 50 subkltur atau bila dilakukan subkultur ulangan, sel-sel mengalami degenerasi atau mati. Kadang-kadang sel mengalami perubahan sehingga mampu hidup sesudah melewati subkultur lebih dari 50 kali. Sel-sel ini umumnya telah mengalami perubahan morfologi meskipun jumlah kromosom tidak berubah dan disebut sebagai Diploid cell strains. Selama mengadakan kultur dari cell strains dapat terjadi continuous cell lines yang berubah sifat-sifat khasnya, tumbuh dengan cepat, membentuk beberapa lapis sel dan juga berubah jumlah kromosomnya. Continuous cell lines ini juga dapat terbentuk dari kultur primer yang diinfeksi dari virus onkogenik. B.Metoda Pengamatan replikasi virus Replikasi virus di dalam suatu sel dapat menghancurkan seluruh sel tetapi juga mungkin tidak menunjukkan perubahan yang dapat dilihat oleh mata.Jenis CPE (Cytopathogenic effect)tergantung pada jenis virus dan juga pada sistem sel tuan rumah yang digunakan.Perubahan morfologi yang terjadi pada sel bersifat khas untuk tiap jenis virus sehingga dapat digunakan untuk menentukan diagnosis penyakit virus.Perubahan yang paling sering terjadi sesudah infeksi virus adalah : 1. Lisis sel atau nekrosis 2. Pembentukan sinsitia yaitu sel raksasa berinti ba- nyak akibat fusi dari beberapa sel yang terinfeksi tetapi tidak hancur sehingga tampak sebagai sito plasma yang melebar dengan banyak inti. 3. Kelompok sel-sel yang terjadi oleh karena mem- Bran mengalami perubahan dengan sel-sel yang Saling melekat tetapi tidak menyatu. 4. Pembentukan bahan inklusi (Inclusion body). Da- lam sel-sel yang terinfeksi virus, dalam inti atau dalam sitoplasma dapat terbentuk struktur yang dapat digunakan untuk patokan diagnosis. Con- toh: pada rabies akan dijumpai badan inklusi da- Sitoplasma sel syaraf. Jika pertumbuhan virus tidak menunjukkan perubah-an morfologi sel, hal ini bisa diketahui dengan adanya si-fat hemadsorption positif yaitu kemampuan sel yang terinfeksi virus untuk bergabung dengan sel darah meraholeh karena adanya partikel atau komponen virus pada membran sel yang terinfeksi tersebut.pada beberapa jenis virus, terutama virus onkogenik, akan menimbulkan rangsangan pada proses pembelahan sel yang diinfeksinya sehingga terjadi pembentukan fokusfokus timbunan sel-sel yang berubah bentukn ya (trans-formed cells). C. Metoda titrasi virus Titrasi virus dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah partikel virus yang ada tanpa memandang kemampuan menginfeksi dari virus tersebut dan cara yang lain adalah menghitung jumlah virus yang infektif. 1. Menghitung partikel virusa).Mikrokup Elektron Pada suspensi virus murni yang berkonsentrasi tinggi, Jumlah partikel virus dapat dihitung dengan mikroskup Elektron. Salah satu cara ialah dengan menambahkan Partikel latex yang berukuran samadengan virus dan Telah diketahui konsentrasinya kedalam suspensi virus Dan kemudian dicampur sehingga homogen. Dengan Menghitung perbandingan antara latex dan virus yang tampak dibawah mikroskup elektron, dapat ditentukanTiter virus.b) Hemaglutinasi Virus yang infektif maupun tidak, dapat menimbulkan aglutinasi sel darah merah, maka sifat ini dapat digunakan untk menghitung jumlah virus yang ada. Satu seri larutan dengan konsentrasi virus tertentu, masing-masing ditetesi dengan sel darah merah. Jika konsentrasi virus mencukupi, maka akan terjadi pengendapan virus cell complex di dasar tabung. Dengan metode pengenceran ini akan didapatkan titer virus yang diukur dengan hemaglutination unit. 2. Menentukan kemampuan infeksi virus Infektifitas virus ditentukan dengan berbagai cara Antara lain dengan menggunakan kultur jaringan.a).Metoda kultur tabung. Sejumlah 0,1 ml virus dari berbagai pengenceran, masing-masing diinokulasikan pada kultur tabung.CPE yang terjadi pada pengenceran yang tertinggi dicatat dan dengan menggunakan metoda Reed dan Muench dapat ditentukan TCID 50( 50% tissue culture infectious dosis).b)Plaque method. Sel-sel monolayer diinfeksi dengan virus yang telah diencerkan kemudian dieramkan selama satu jam agar cukup terjadi absorpsi virus kedalam sel. Kemudian lapisan sel yang terinfeksi tersebut dilapisi dengan agar atau methil selulosa.Sesudah dieramkan selama beberapa hari, jumlah plaque yang terjadi dihitung dan dengan memperhitungkan angka pengenceran, maka PFU (plaque forming unit) dapat ditentukan.c) Tes Netralisasi dalam tes ini yang paling sering digunakan adalah sistem dengan penyediaan virus dengan pengenceran tertentu dan berbagai tingkat pengenceran serum yang diperiksa. Sejumlah volume tertentu virus dari 1000 TCID 50 dan serum dari pengenceran tertentu dengan volume yang sama dicampur dalam tabung dan disimpan pada suhu 37 C, selama satu jam. Masing-masing ta bung kultur sel diberi 0,2 ml campuran tsb dan ditambahkan 1 ml medium pemelihara lalu dieramkan dan diamati selama satu minggu. Penghanbatan CPE oleh konsentrasi serum yang tertinggi dicatat dan titer antibodi dapat dihitung plaque sehingga dapat ditentukan angka plaque reduction.d) Tehnik Immunofluoresens Prinsip dari cara ini adalah mengenai antigen virus yang terdapat pada apusan atau irisan jaringan yang bereaksi dengan antibodi yang mengandung zat warna fluoresense sehingga akan bersinar dibawah pengamatan mikroskup fluoresens.e)Metoda imunoperoksidase. Prinsip metoda ini sama dengan imunofluoresens tetapi sesudah terjadi reaksi antigen antibodi yang mengandung horse raddish peroxidase sebagai pengganti zat warna fluoresens, dilakukan penambahan bahan substrat 3-3 diaminobenzidin tetrahidroklorida yang mengandung hidrogen peroksida. Hasilnya dapat dilihat dengan mikroskup biasa.f) ELISA (Enzym Linkage Immunosorbent assay) Dengan metode yan g baru ini, maka baik antigen maupun antibodi dapat dideteksi dengan mudah. Sesuai dengan prosedur dari V0ller dkk yang sudah dimodifikasi,maka Elisa dapat dilakukan sebagai berikut :Sumur-sumur microplate diisi dengan mikroliter antigen yang telah diencerkan dengan 0,05 M buffer karbonat-bikarbonat pH 9,6 dan dieramkan semalam pada lemari es untuk mendapatkan mikroplate dengan antigen. Sisa antigen dibuang dan sumur dicuci. Kemudian dalam sumur ditambahkan 100 ul serum yang sudah diencerkan lalu dieramkan pada suhu 37 C selama satu jam. Sesudah dicuci dari sisa-sisa serum tambahkan 100 mikroliter peroxidase conjugated anti-human immunoglobulin yang sudah diencerkan, lalu eramkan lagi 37 C selama satu jam. Akhirnya ditambahkan 100 mikroliter larutan sustrat yang mengandung 0,5 mg o-fenilen diamin per ml dan fosfat pH 5,0 ke dalam masing-masing sumur dan dieramkan pada suhu kamar dalam ruang gelap. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 4N hidrogen sulfoksida (H2OS4) sebanyak 75 mikroliter dalam tiap sumur. Akhirnya optical density (OD) pada panjang gelombang 500 nm dapat dicatat dengan menggunakan mikrospektrofotometer.g.Pock Assay Beberapa macam virus membentuk kelainan (pock) yang berbatas jelas pada membran khrioalantois telur embrio. Dengan menghitung jumlah pock yang terbentuk sesudah peanambahan larutan virus yang diketahui pengencerannya, maka jumlah partikel virus yang infektif dapat ditentukan.h)Quantal assays Satu seri pengenceran virus dibuat dan sel-sel yang peka dieramkan sesudah diinokulasi dengan virus. Sesudah beberapa waktu pengeraman, kultur, telur hewan percobaan diperiksa untuk mengetahui akibat replikasi virus. Untuk menentukan titik akhir titrasi metode quantal digunakan kriteria sbb: *Pembentukan CPE dalam kultur sel *Jumlah binatang yang mati atau yang menderita sakit akibat virus. * Kelainan yang terjadi pada membran telur berembrio atau kelainan pada embrio * Terjadinya kelainan yang dapat dideteksi dengan prosedur invitro, misalnya tes hemaglutinasi.Titer dinyatakan dalam ID 50 (50% infectious dose) yaitu pengaruh virus yang memiliki pengenceran tertinggi yang menimbulkan kelainan pada 50 % kultur sel, telur atau biNatang yang telah diinokulasi dengan virus.B. PAPOVIRUS YANG PENTING ; 1. Virus polyoma 2. Simian vacuolating virus ( virus SV 40) 3. Virus papiloma1. Virus PolyomaTersebar diantara hewan tikus akibat pencemaran dengan faeces dan urine.Menimbulkan transformasi pada primary hamster embryo cells, baby hamsterkidney cells (BHK 21) dan 3T3 sel yang berasal dari tikus. Meskipun demikian virus ini tidak pernah didapatkan dari sel yangmengalami transformasi.Tumor antigen (T antigen) dalam inti dan Transplantation antigen dalam selaput sitoplasma selalu dapat diketahui dengan alat Immunofluorescent antibody technique2. Simion vaculoting virus (virus SV 40)Didapatkan dari hasil biakan pada kultur sel ginjal kera rhesus dan kera cynomolgus tidak menimbulkan perubahan patologik pada sel tersebut. Tetapi pada sel ginjal kera hijau Afrika , virus ini menimbulkan CPE (CYTOPHATIC EFFECT) dengan membentuk vakuole terutama di sekitar selaput inti.Menpunyai kemampuan untuk merangsang terjadinya tumor pada bayi hamster dan mengadakan transformasi sel yang berasal dari manusia, hamster dan kera.Catatan :Kelompok virus polyoma kadang-kadang didaptkan pada urin penderita yang mengalami transplantasi ginjal atau dari sel glia manusia. Meskipun virus polyoma ini tersebar luas pada populasi manusia, tetapi kemaampuan untuk menimbulkan penyakit pada manusia belum jelas. 3. Virus PapilomaDalam kelompok virus papiloma ini termasuk rabbit papiloma virus, human virus , human warts virus dan virus papilomatosis pada sapi, anjing kuda dan hamster.Rabbit papiloma virus dapat diserap oleh sel darah merah tetapi tidak menimbulkan aglutinasi terhadapnya.Human warts virus dihubungkan dengan terjadinya papilomata genital dan laringeal pada manusia.ADENOVIRIDAEAdenovirus dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan yang mirip dengan influenza. Meskipun demikian adenovirus manusi yang diinokulasi pada bayi hamster , tikus atau mencit ternyata dapat menimbulkan kanker. Juga sel-sel rodent secara invitro dapat dipengaruhi oleh virus ini sehingga bersifat ganas.MORFOLOGI ADENOVIRUS* Virus tidak mempunyai selubung, garis tengah 70 -80 nm mengandung double stranded-DNA Virion mempunyai pusat inti (centrl core) yang padat disebut nucleoiddan dikelilingi oleh kapsid dari luar yg ikosahedral terdiri dari 252 kapsomer, dari 252 tsb, 240 disebut hekson karena dikelilingi 6 kapsomer.Hekson merupakan subunit utama yang menyusun morfologi kapsid. Pada puncak ikosahendron terdapat 12 kapsomer lain disebut penton, karena dikelilingi 5 buah kapsomer. Dari dasar setiap penton akan keluar sebiuah serat yang ujungnya mempunyai terinal knob.Pada manusia Adenovirus dibagi menjadi subgrup berdasarkan :Kemampuan mengadakan aglutinasi eritrosit kera rhesus atau tikus.Kemampuannya menimbulkan kanker pada hamster (sifat onkogenik)Berat molekul dan adanya guanin-sitosin pada DNA.Letak replikasi Adenovirus dalam inti sel, mempunyai 31 serotipe. KLASIFIKASI ADENOVIRUSDengan tes netralisasi , adenovirus dapat dibedakan menjadi 33 serotip yang berbeda.Dengan tes fiksasi komplemen, antigen yang merupakan komponen adenovirus dapat dideteksi dari sel-sel yang terinfeksi dengan virus ini.Serat-serat yang merupakan bagian dari penton merupakan penentu spesifik dari tipe virus dan dapat diperiksa dengan reaksi hemagglutination inhibition test.*Kemempuan hemaglutinasi unt. Pengelompokan adenovirus.Biasanya tipe adenovirus mempunyai kemampuan untuk bersifat onkogeni terhadap hamster dengan membentuk tumor atau menimbulkan transformasi terhadap cell-lines. Sangat onkogenik terdapat 3 tipe virus, kurang onkogenik 7 tipe dan tidak onkogenik 20 tipe virus.MANIFESTASI KLINIK ADENOVIRUS*Adenovirus pada manusia menimbulkan berbagai gejala dan keluhan saluran pencernaan serta demam yang disertai dengan eksantem, keratokonjungtivitis, gastroentritis dan nefritis akut.Jenis keluhan dan gejala trergantung kepada tipe adenovirus yang menginfeksinya.Diagnosis infeksi adenovirus dilakukan dengan memeriksa adanya peningkatan antibodi pada pasangan serum dengan tes fiksasi komplemen untuk mengetahui terjadinya infeksi yang sedang berlangsung.Penetuan tipe adenovirus dengan tes netralisasi atau hemagglutination inhibition test.Isolasi virus dapat dikerjakan dari bahan yang berasal dari penderita yaitu hapusan tenggorokan, hapusan konjungtiva, faeses dan urine yang kemudian dibiakkan pada kultur jaringan HeLa, Hep2 atau vero cell lines.Identifikasi virus yang diperoleh dilakukan dengan tes fiksasi komplemen atau tes netralisasi. PoxviridaeA. Sifat Umum Poxvirus.B. Poxvirus yang pentingA. Sifat Umum PoxvirusFamili poxviridae merupakan virus yg strukturnya sangat kompleks dan mempunyai anggota yang erjumla banyak.Berdasarkan sifat antigenik dan kemampuan mengadakan rekombinasi, diagi 7 genera, yaitu :orthopoxvirus, leporipoxvirus, avipoxvirus, capripoxvirussuipoxvirus, parapoxvirus, ungroupedpoxvirus.Terdapat netralisasi silang yang nyata antara virus-virus dalam satu genus,tetapi tidak terjad antara 2 genus yang berbeda.Semua poxvirus mempunyai antigen nukleoprotein (NP) bersama yang dapat diekstraksi dari dalam core.Asam nukleat poxvirus double-stranded linear DNA.Berat molekul 150 x 10 dalton, ukuran 250 x 400 nmVirion mempunyai selubung dengan kapsid simetris yang kompleksReplikasi terjadi dlm sitoplasma dg pembentukan inclusion body.POXVIRUS YANG PENTING1.Virus VariolaVirus cacar (smallpox virus) sukar dibedakan dari virus-virus vaccinia,monkeypox dan cowpox.Virion berbentuk batu-bata , ukuran 250 x 400 x 100 nmManusia merupakan satusatunya tuan rumah alami virus variola meskipun virus ini dapat diinfeksikan pada kera dan menimbulkan sakit ringan dan dapat dibiakkan pada suckling mice. Virus variola tumbuh baik pada membran korioalantois embryo ayam.Infeksi awal virus variola pada manusia terjadi pada membrana mukosa saluran pernapasan bagian atas,memperbanyak diri dalam mukosa dan jaringan limfa regional,selanjutnya terjadi viremia yang pertama.Viremia sekunder terjadi sesudah multiplikasi virus dalam organ dan menimbulkan gejala klinik .terutama erupsi pada kulit dan membrana mukosa.Variola vera adalah variola yang terjadi pada orang yang tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya. Gejala klinik yang khas terjadi setelah 2 3 hari invasi virus ini. Terjadi postula setelah satu minggu dan minggu kedua terjadi krusta dan sisik.WHO mengawali program imunisasi th 1967 ,untuk memberantas varola di duniadan pada th.1977 merupakan kasus terakjhir di Somalia.Oleh karena itu sekarang vaksinasi cacar sudah tidak dianjurkan lagi. VIRUS Molluscum contagiosumMorfologi virus ini mirip dengan virus variola tetapi mempunyai antigen yang tidak tahan panas, yang berbeda dengan antigen virus variola. Manusia merupakan satu-satunya tuan rumah virus ini dan tidaka dapat dibiakkan baik pada binatang percobaan maupun pada embryo ayam.Molluscum contagiosum virus menyebabkan terbentuknya tumor benigna pada manusia dan primata, yang tidak menimbulkan nyeri, berwarna putih seperti mutiaradan bisa dijmpai pada setiap bagian tubuh, kecuali telapak tangan dan telapak kaki.Cytoplasmic inclusion body yang terdiri dari partikel-partikel virus yang tidak dapat dibedakan dari poxvirus lainnya, disebut Molluscum body.