Uveitis Anterior

31
UVEITIS ANTERIOR I. Definisi Uveitis anterior adalah radang pada iris (iritis) atau badan siliar (siklitis) dan dapat terjadi bersama yang disebutsebagai iridosiklitis. 1) Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior 1,2) Uveitis anterior dapat dibedakan dalam bentuk uveitis granulomatosa (iridosiklitis dengan adanya kuman) dan uveitis nongranulomatosis (iridosiklitis tanpa adanya bakteri yang lazim) 1) . Masing-masing uveitis granulomatosa dan uveitis non granulomatosa dibedakan lagi menjadi bentuk yang akut dan kronis. 1) II. Penyebab Biasanya perjalanannya dimulai dengan gejala iridosiklitis akut 1) Penyebab uveitis anterior akut non granulomatosa dapat oleh trauma, diare kronis, penyakit reiter, herpes simplex, sindrom Posner Schlosman, pascabedah, infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan chlamydia. 2) 1

Transcript of Uveitis Anterior

Page 1: Uveitis Anterior

UVEITIS ANTERIOR

I. Definisi

Uveitis anterior adalah radang pada iris (iritis) atau badan siliar (siklitis) dan

dapat terjadi bersama yang disebutsebagai iridosiklitis. 1)

Iritis dan iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi

imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior 1,2)

Uveitis anterior dapat dibedakan dalam bentuk uveitis granulomatosa

(iridosiklitis dengan adanya kuman) dan uveitis nongranulomatosis

(iridosiklitis tanpa adanya bakteri yang lazim) 1).

Masing-masing uveitis granulomatosa dan uveitis non granulomatosa

dibedakan lagi menjadi bentuk yang akut dan kronis. 1)

II. Penyebab

Biasanya perjalanannya dimulai dengan gejala iridosiklitis akut 1) Penyebab

uveitis anterior akut non granulomatosa dapat oleh trauma, diare kronis,

penyakit reiter, herpes simplex, sindrom Posner Schlosman, pascabedah,

infeksi adenovirus, parotitis, influenza, dan chlamydia. 2)

Penyebab uveitis anterior kronis non granulomatosa dapat disebabkan oleh

artritis reumatoid dan fuchs heterokromik iridosilitis.1)

Sedangkan penyebab uveitis anterior granulomatosa akut antara lain : 1)

Sarkoiditis, sifilis, tuberkulosis, virus, jamur (histoplasmosis) atau parasit

(toksoplasmosis).

III. Patofisiologi 2,4,5)

Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata yang memberi

makanan pada lensa dan kornea. Dengan adanya peradangan di iris dan badan

siliar, maka timbullah hiperemi yang aktif, pembuluh darah melebar,

1

Page 2: Uveitis Anterior

pembentukan cairan bertambah, sehingga dapat menyebabkan glaukoma

sekunder. Selain oleh cairan bilik mata, dinding pembuluh darah, sekarang

dapat juga dilalui oleh sel darah putih, sel darah merah, eksudat, dan fibrin

yang menyebabkan tekanan osmose cairan bilik mata bertambah dan dapat

mengakibatkan glaukoma. Cairan dan berbagai zat ini dari bilik mata

belakang melalui celah antara lensa dan iris, pupil masuk ke bilik mata depan

(BMD).

Di BMD oleh karena iris banyak megandung pembuluh darah, maka suhunya

meninggi dan berat jenis cairan berkurang, sehingga cairan akan bergerak ke

atas. Di daerah kornea tidak mengandung pembuluh darah suhu menurun dan

berat jenis cairan bertambah sehingga di sini cairan akan turun ke bawah,

sambil turun sel-sel radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea

membentuk keratik presipitat yang dari depan tampak seperti segitiga dengan

endapan yang makin ke bawah makin besar. Di sudut BMD cairan melalui

trabekula masuk ke dalam kanal schlemm untuk menuju ke pembuluh darah

episklera. Bila keluar masuknya cairan ini masih seimbang, maka tekanan

mata masih dalam batas-batas normal 15-20 mmHg. Sel radang dan fibrin

dapat pula menyumbat sudut BMD sehingga cairan BMD keluar terhambat

dan menimbulkan glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi

bila pada trabekulanya ikut meradang. Elemen darah dapat berkumpul di

dalam BMD dan timbulah :

1. Hifema, bila banyak mengandung sel darah merah

2. Hippion, jika yang banyak terkumpul sel darah putih.

Elemen-elemen radang yang mengandung fibrin yang menempel pada pupil

dapat juga mengalami jaringan organisasi sehingga melekatkan ujung iris

pada lensa, perlekatan ini disebut sinekhia posterior. Bila seluruh pinggir iris

melekat pada lensa disebut seklusio pupil sehingga cairan dari BMB tidak

dapat melalui pupil untuk masuk ke BMD, iris terdorong ke depan disebut iris

bombe dan menyebabkan sudut BMD sempit dan timbulah glaucoma

2

Page 3: Uveitis Anterior

sekunder. Perlekatan-perlekatan iris pada lensa menyebabkan pupil bentuknya

tidak teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang dan fibrin yang

kemudian mengalami jaringan organisasi dan terbentuklah oklusi pupil.

Peradangan di badan siliar dapat pula menyebabkan kekeruhan di dalam

badan kaca oleh sel-sel radang yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu.

Dengan adanya peradangan ini maka metabolisme dari lensa menjadi

terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa yang disebut katarak.

Pada kasus yang sudah lanjut kekeruhan badan kacapun mengalami jaringan

organisasi dan tampak sebagai membran yang terdiri dari jaringan ikat

dengan neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina yang disebut retinitis

proliferans. Bila membran ini mengkerut dapat menarik retina sehingga robek

dan cairan badan kaca melalui robekan itu masuk ke dalam celah retina

potensiil dan mengakibatkan ablasio retina.

IV. Gejala 1,2,3)

- Mata merah, akibat injeksi perikornea yang disebabkan melebarnya a. silia

anterior. Warna pembuluh darah ini ungu dan tidak menghilang bila

ditetesi dengan epinefrin 1 : 1000. Injeksi perikornea juga terdapat pada

keratitis dan glaukoma akut.

- Mata sakit, berupa sakit yang dalam dan bertambah bila mata ditekan,

terutama pada malam hari

- Fotofobia dan lakrimasi, terutama bila melihat sinar kuat

- Penurunan visus, akibat kekeruhan pada cairan mata di BMD (bilik mata

depan), disertai penimbunan di dataran belakang kornea. Lebih nyata bila

pasien mengeluh sukarnya melihat jarak dekat, akibat terjadinya gangguan

akomodasi pada siklitis ini.

- Kornea keruh atau oedema. Di dalam BMD terdapat penimbunan protein,

sel fibrin, dan sel radang sehingga akan terlihat gambaran suar (flare) sinar

yang dimasukkan. Sel yang banyak dapat tertimbun di dataran belakang

3

Page 4: Uveitis Anterior

kornea keratik presipitat yang bila banyak dapat mengendap dalam BMD

sehingga terjadi hipopion.

- Iris terlihat kabut, sehingga gambaran kripti iris tidak dapat diihat atau

gambaran seperti lumpur.

- Pupil mengecil atau miosis, akibat terjadinya iritis disertai adanya

rangsangan pada otot sfingter pupil

- Sinekia posterior, dapat terjadi bila pupil menempel pada dataran depan

lensa. Eksudat yang tertimbun di dataran pupil dapat menyebabkan

terjadinya oklusi pupil, sinekia posterior, dan seklusi pupil.

- Bila siklitis atau radang badan siliar berat mengakibatkan kekeruhan di

dalam aqueous humor (badan kaca) dan dapat terjadi hipotoni atau tekanan

bola mata yang menurun.

Pada oklusi pupil : akan terjadi penurunan penglihatan yang berat. Adhesi

dan terbentuknya membran siklitik di daerah pupil akan mengakibatkan

berkurangnya tajam penglihatan yang menetap dalam waktu yang singkat.

Bila terjadi seklusi pupil : akan terjadi bendungan cairan mata di BMB

iris bombe glaukoma sekunder. Perlekatan pupil dapat meliputi seluruh

lingkaran pupil sehingga terjadi seklusi pupil.

V. Pengobatan 1,2)

Terapi harus segera dilakukan untuk mencegah kebutaan.

- Steroid, dalam bentuk tetes (untuk siang hari) dan bentuk salep (untuk

malam hari). Pada keadaan berat, dapat pula diberikan steroid sistemik

dosis tunggal 8-12 tablet selang sehari, kemudian diturunkan sampai dosis

efektif. Pemberian steroid jangka lama dapat mengakibatkan timbulnya

katarak, glaukoma, dan midriasis pada pupil

4

Page 5: Uveitis Anterior

- Sikloplegik, untuk mengurangi rasa sakit, melepas sinekia yang terjadi,

dan memberi istirahat pada iris yang meradang. Dapat diberikan sulfas

atropin 1% 3 x sehari.

- Pengobatan dengan spesifik diberikan bila kuman penyebab diketahui

- Bila terjadi glaukoma sekunder diberi asetazolamida

VI. Penyulit 1,2,3)

- Glaukoma sekunder, akibat sinekia posterior dan sinekia anterior perifer.

Glaukoma sekunder yang sering terjaid pada uveitis akibat tertutupnya

trabekulum oleh sel radang atau sisa sel radang.

- Katarak, antara lain : katarak kortikal posterior dan katarak di tempat

sinekia posterior.

- Radang pada satu mata dapat mengakibatkan peradangan yang berat pada

mata sebelahnya atau terjadi pada suatu keadaan yang disebut sebagai

uveitis simpatis.

- Retinitis proliferans

- Ablasio retina

VII. Diagnosa Banding 1)

Tabel 12. Perbedaan Iridoksiklitis Akut, Glukoma Akut, dan Keratitis

Akut

Iridosiklitis Glaukoma Keratitis

Sakit Sakit rasa

tertekan

Sakit sekali Sakit sedikit

Visus Berkurang Sangat berkurang Berkurang

Merah Injeksi

perikorneal

Injeksi episkleral Injeksi

perikorneal

5

Page 6: Uveitis Anterior

Iris Warna kotor Warna kotor Normal

Pupil Mengecil Sedikit lebar Normal kecil

Reaksi Lambat Kaku Kuat

Prognosis

Ditentukan oleh adanya komplikasi :

1. Bila terdapat glaukoma sekunder yang dapat menekan N II sehingga dapat

menyebabkan kebutaan maka prognosisnya dubia ad malam

2. Bila terjadi peradangan hebat sehingga pembentukan cairan bilik mata

menurun dan TIO menurun sehingga terjadi ptisis bulbi maka prognosisnya

dubia ad malam

3. Jika terjadi katarak yang menyebabkan penurunan visus yang hebat maka

prognosisnya dubia ad bonam

4. Bila terjdi ablasio retina prognosisnya adalah malam

6

Page 7: Uveitis Anterior

STATUS OFTALMOLOGI

I. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama : Tn. Harjo S

Jenis Kelamin : Laki - laki

Umur : 52 tahun

Bangsa : Indonesia/Betawi

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Pendidikan : Tamat SMA

Alamat : Jl. Pegajuten no.37 Pejaten Timur Ps. Minggu

Tanggal berobat : 10 Agustus 2004

No. Rekam Medik : 612977

II. ANAMNESIS

Dilakukan Autoanamnesis tanggal 10 Agustus 2004

Keluhan utama

Mata kiri merah dan sakit sejak 1 minggu yang lalu.

Keluhan tambahan

Mata kiri penglihatan agak buram..

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik mata RSUP Fatmawati dengan keluhan mata kiri

merah dan sakit sejak 1 minggu yang lalu. Penglihatan mata kiri juga dirasakan

menurun sudah + 2 minggu, dirasakan ada yang menghalangi dan selalu merasa

kelilipan, sehingga mata sering berair. Dan mata dirasakan agak silau bila

berada diluar ruangan. Sebelumnya, + 1 bulan yang lalu pasien mengaku mata

kemasukan debu saat naik motor lalu pasien mengucek kedua mata tapi mata

7

Page 8: Uveitis Anterior

menjadi merah dan sakit. Pasien mencoba memakai insto dan rohto tapi tidak

ada perubahan. Kemudian pasien mengganti dengan catarlent, mata sakit dan

merah agak berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat trauma disangkal.

- Riwayat DM disangkal.

- Riwayat Hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : Afebris

Mata : Lihat status oftalmologi

Telinga : AD/S : normotia, nyeri tekan tragus (-/-),

serumen, membran timpani sulit dinilai, sekret -/-

Hidung : Septum nasi lurus ditengah, sekret (-/-), mukosa

tidak hiperemis, concha tidak hipertrofi

Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi geligi baik.

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, tiroid tidak teraba

membesar

Thorax

8

Page 9: Uveitis Anterior

Jantung : S1 - S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Datar, supel, hepar dan lien tidak teraba

membesar

Ekstremitas : simetris, akral hangat, tidak sianosis, tidak edema

Status Oftalmologi

AVOD : 5/10 S + 0,75 5/5

AVOS : 5/30 S + 1,00 5/10 ph (-)

9

Page 10: Uveitis Anterior

PEMERIKSAAN KAMAR TERANG

OD OS

Kedudukan Bola Mata

Posisi Orthoforia

Eksoftalmus - -

Enoftalmus - -

Eksotropia - -

Esotropia - -

Palpebra Superior

Edema - -

Hiperemis - -

Benjolan - -

Ptosis - -

Blefarospasme - -

Palpebra Inferior

Edema - -

Hiperemis - -

Benjolan - -

Margo Palpebra Superior et Silia

Edema - -

Hiperemis - -

Ektropion - -

Entropion - -

Sekret - -

10

Page 11: Uveitis Anterior

Benjolan - -

Trikiasis - -

Madarosis - -

Ulkus - -

Fistel - -

Kalazion - -

Hordeolum - -

Margo Palpebra Inferior et Silia

Edema - -

Hiperemis - -

Ektropion - -

Entropion - -

Sekret - -

Benjolan - -

Trikiasis - -

Madarosis - -

Ulcus - -

Fistel - -

Kalazion - -

Hordeolum - -

Area Kelenjar Lakrimalis

Edema - -

Hiperemis - -

Fistel - -

Benjolan - -

11

Page 12: Uveitis Anterior

Punctum Lakrimalis

Edema - -

Bengkak - -

Hiperemis - -

Epikantus - -

Konjungtiva Tarsalis Superior et Inf

Kemosis - -

Folikel - -

Papil - -

Lithiasis - -

Konjungtiva Fornik Sup et Inf

Kemosis - -

Folikel - -

Simblefaron - -

Konjungtiva Bulbi

Kemosis - -

Pterigium - -

Pinguekula - -

Flikten - -

Simblefaron - -

Injeksi konjungtiva - +

Injeksi siliar - +

Injeksi episklera - -

Perdarahan subkonjungtiva - -

12

Page 13: Uveitis Anterior

Kornea

Kejernihan Jernih Keruh

Edema - -

Ulkus - -

Flikten - -

Makula - -

Leukoma - -

Leukoma adherens - -

Stafiloma - -

Mutton fat - +

Neovaskularisasi - -

Pigmen iris - -

Bekas jahitan - -

Tes Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Flouresin Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Limbus Kornea

Arkus senilis + +

Sklera

Sklera biru - -

Episkleritis - -

Skleritis - -

13

Page 14: Uveitis Anterior

Pergerakan bola mata

Nasal Baik Baik

Temporal Baik Baik

Atas Baik Baik

Bawah Baik Baik

Kiri atas Baik Baik

Kiri bawah Baik Baik

Kanan Atas Baik Baik

Kanan bawah Baik Baik

Nistagmus - -

Tekanan intraokuler

Palpasi Normal Normal

Tonometri Schiotz 7/7,5 = 18,5 mmHg 8/7,5 = 1 mmHg

PEMERIKSAAN KAMAR GELAP

Kornea

Kejernihan Jernih Keruh

Nebula - -

Imbibisio - -

Mutton fat - +

Infiltrat - -

Kamera Okuli Anterior

14

Page 15: Uveitis Anterior

Kedalaman Dangkal Dalam

Kejernihan Jernih Keruh

Flare - +

Hipopion - -

Hifema - -

Iris

Warna Coklat Coklat

Gambaran Radier Nyata Nyata

Eksudat - -

Atrofi - -

Sinekia posterior - +

Sinekia anterior - -

Iris Bombe - -

Iris Tremulans - -

Pupil

Bentuk Bulat Bulat

Besar 3 mm 4 mm

Regularitas Reguler Ireguler

Isokoria Anisokor

Letak Sentral Sentral

Reflek cahaya langsung + +

Reflek cahaya tidak langsung + +

Seklusi - -

15

Page 16: Uveitis Anterior

Oklusi - -

Leukoria - -

Lensa

Kejernihan Jernih Jernih

Shadow test - -

Refleks kaca - -

Pigmen iris - -

Luksasi - -

Corpus Vitreus

Flare - -

Sel Radang - -

Funduskopi

Reflek Fundus Positif Positif ()

Papil

- Bentuk Bulat Bulat

- Batas Tegas Tegas

- Warna Orange Orange

- C/D ratio 0,3 0,3

Arteri : vena 2 : 3 2 : 3

Retina Baik Baik

Refleks fovea + +

16

Page 17: Uveitis Anterior

Makula lutea Tidak ada kelainan Tidak ada

kelainan

GAMBAR

OD OS

REFLEKS FUNDUS

OD OS

FUNDUSKOPI

OD OS

17

Page 18: Uveitis Anterior

SHADOW TEST

OD OS

IV. RESUME

Pasien seorang pria berusia 52 tahun, datang ke Poli Klinik Mata RUSP

Fatmawati dengan keluhan mata kiri buram sejak 1,5 tahun yang lalu, timbul

perlahan-lahan, sehingga pasien hanya dapat melihat bayang-bayang dan

cahaya saja. Pasien mengeluh rasa sakit berdenyut pada mata kiri dan dirasakan

seperti tertarik, silau bila melihat cahaya dan melihat lampu seperti pelangi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Status generalis : dalam batas normal

Status oftalmologi :

Oculi Dextra

AVOD : 5/10 S + 0,75 5/5

COA : Dangkal

Pupil : Bentuk bulat, besar 3 mm,

anisokor, reflek cahaya

langsung (+), reflek cahaya

tidak langsung (+)

18

Page 19: Uveitis Anterior

Refleks fundus : Positif, papil bentuk bulat,

batas tegas, warna orange,

C/D ratio : 0,3 A/V = 2 : 3,

reflek makula baik.

TIO : 7/7,5 = 18,5 mmHg

Oculi Sinistra

AVOS : 5/30 S + 1,00 5/10 ph (-)

Kornea : Keruh, mutton fat +

COA : Dalam, keruh, flare +

Iris : Sinekia posterior

Pupil : Bentuk bulat, besar 4 mm,

anisokor, reflek cahaya

langsung (+), reflek cahaya

tidak langsung (+)

Refleks fundus : Positif menurun, papil bentuk

bulat, batas tegas, warna

orange, C/D ratio : 0,3 A/V

= 2 : 3, reflek makula baik.

V. DIAGNOSIS

- Uveitis anterior OS

VI. DIAGNOSIS BANDING

- Glaukoma akut

VII. PENATALAKSANAAN

- Sulfas Tropin 1 %

- Kortikosteroid tetes mata

19

Page 20: Uveitis Anterior

VIII. PROGNOSIS

OS Ad vitam : dubia ad bonam

Ad visam : dubia ad bonam

IX. RENCANA PEMERIKSAAN

- Gonioskopi

X. ANJURAN

- Kontrol mata secara teratur

- Pemakaian obat yang teratur

DISKUSI KASUS

Uveitis anterior disebut juga iridosiklitis, dimana terjadi peradangan pada iris

dan badan siliar. Pada kasus ini seorang pria berusia 52 tahun didiagnosa menderita

uveitis anterior mata kiri. Diagnosa didapat dan ditegakkan pada anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang telah dilakukan. Keluhan pada pasien dengan uveitis anterior

mata sakit, merah, fotofobia, penglihatan turun ringan. Keluhan penurunan

penglihatan adalah akibat meradangnya otot-otot akomodasi.

Gejala objektif : terdapat injeksi konjungtiva dan injeksi silier, kornea keruh

dan keratik presipitat, COA dalam bila terdapat sinekia posterior dan flare +, iris

warna tidak berubah, lensa dapat keruh.

Pada kasus ini seorang pria berusia 52 tahun didiagnosa menderita uveitis

anterior mata kiri. Diagnosa didapat dan ditegakkan pada anamnesis dan pemeriksaan

fisik yang telah dilakukan Pada pasien ini ditemukan keluhan mata merah, sakit,

penglihatan menurun, silau dan sering berair. Dan pada pemeriksaan oftalmologi

mata kiri ditemukan AVOS 5/30 S + 1,00 5/10 ph (-), injeksi silier dan injeksi

20

Page 21: Uveitis Anterior

konjungtiva, kornea keruh dan motten fat, COA dalam dan flare +,iris terdapat

sinekia posterior, lensa jernih.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi yang didapatkan, kasus

pada pasien ini didiagnosa Uveitis Anterior.

KESIMPULAN

Uveitis anterior adalah peradangan pada iris dan badan siliar. Penyebab dari

iridosiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinis reaksi imunologi terlambat, dini

atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Pada kekambuhan atau rekuren

terjadi reaksi imunologik humoral. Bakteremia atau viremia dapat menimbulkan

iridosiklitis ringan.

Kasus pada pasien ini didiagnosa Uveitis anterior, karena didapatkan keluhan

mata kiri merah, sakit, penglihatan menurun, silau dan sering berair. Dan pada

pemeriksaan oftalmologi mata kiri ditemukan injeksi silier dan injeksi konjungtiva,

kornea keruh dan motten fat, COA dalam dan flare +,iris terdapat sinekia posterior,

lensa jernih. Pada kasus Uveitis anterior dengan sinekia posterior perlu diwapadai

terjadinya glukoma sekunder karena terjadi perlekatan iris pada lensa menyebabkan

pupil bentuk tidak teratur dan bisa menjadi oklusi dan seklusi pupil. Selain itu badan

siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humor akueus) yang memberi

makanan kepada lensa dan kornea.

Dengan adanya peradangan iris dan badan siliar, maka timbul hiperemi yang

aktif, pembuluh darah melebar, pembentukan cairan bertambah, Untuk menghindari

hal itu, pasien ini dapat kita berikan Sulfas atropin 1 % dan kortikosteroid tetes mata.

Dan pasien dianjurkan untuk berobat secara teratur untuk mencegah terjadinya

komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

21

Page 22: Uveitis Anterior

1. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. : Glaukoma, Edisi kedua, hal : 1-30, Jakarta, 2001,

Balai Penerbit FKUI.

2. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H : Ilmu Penyakit Mata, Edisi kedua, hal : 172 – 175, 219

– 223, Jakarta, 2003. Balai Penerbit FKUI

3. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H : Ilmu Penyakit Mata, Edisi kedua, hal : 155 – 171,

Jakarta, 2000. Balai Penerbit FKUI

4. Ilyas Sidarta, Prof. dr. H : Ilmu Penyakit Mata, Edisi kedua, hal : 120 - 124,

Jakarta, 2000. Balai Penerbit FKUI

5. Vaughan Daniel G, Asburg Taylor : Opthalmologi Umum, Edisi 14, hal : 230 –

231, Jakarta, 2000, Widya Medika.

22

Page 23: Uveitis Anterior

KASUS BESAR

UVEITIS ANTERIOR OKULI SINISTRA

Pembimbing :

dr. Bambang Sugiharto, Sp.M

Presentan :

Ika Puspirawati

030.96.071

23

Page 24: Uveitis Anterior

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

PERIODE 19 JULI – 21 AGUSTUS 2004

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

24