~UUD 1945 Pasal 23 D~ ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat … · Pada triwulan III-2014, Provinsi...
Transcript of ~UUD 1945 Pasal 23 D~ ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat … · Pada triwulan III-2014, Provinsi...
i
Dasar Hukum Bank Indonesia
Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.
~UUD 1945 Pasal 23 D~
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~
Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur
tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang
secara tegas diatur dalam Undang-undang ini.
~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui
penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan
nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan
moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk
mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi
pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang
berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas
sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan
kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta
melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka
melaksanakan tugas yang diamanatkan UU
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
ii ii
iii
KATA PENGANTAR
Kami bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sebab atas rahmat dan
berkat-Nya, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Papua dan Papua
Barat triwulan III-2014 ini dapat terbit tepat waktu. Di tengah upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisis makroekonomi daerah,
perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi
penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dan kalangan akademia maupun
untuk masyarakat luas.
Pada triwulan III-2014, Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang
positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan nasional
pada triwulan II-2014 yang sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi
Papua Barat pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 7,79% (yoy). Angka tersebut
lebih tinggi dari pertumbuhan nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy).
Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua tercatat
sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar
6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat pada triwulan
III-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang
tercatat sebesar 6,70% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua
dan Provinsi Papua Barat pada triwulan III-2014 tercatat masih cukup baik.
Untuk sistem pembayaran, transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari
Wilayah Papua mencapai Rp7,44 trilliun dengan jumlah warkat 10.887 lembar. Di
sisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp11,62 triliun.
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah kerja
KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp1,34 triliun dengan
jumlah warkat sebesar 33.757 lembar.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
iv iv
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk
itu melalui Kata Pengantar ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu terbitnya laporan ini. Semoga kerja sama yang telah
terjalin baik ini akan tetap dapat terpelihara di masa yang akan datang. Akhirnya,
besar harapan kami agar laporan pada triwulan ini bermanfaat bagi semua pihak
dalam memahami kondisi perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.
Jayapura, November 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT
Kepala Perwakilan,
Hasiholan Siahaan
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... III
DAFTAR ISI ....................................................................................... V
DAFTAR TABEL ................................................................................. IX
DAFTAR GRAFIK ............................................................................. XIII
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................... XIX
BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL ................................................... 1
1.1 PROVINSI PAPUA .................................................................................... 4
1.1.1 Sisi Permintaan ............................................................................ 4
1.1.1.1 Konsumsi ...................................................................................... 4
1.1.1.2 Investasi ........................................................................................ 6
1.1.1.3 Ekspor dan Impor .......................................................................... 7
1.1.2. Sisi Penawaran ........................................................................... 9
1.1.2.1 Sektor Pertanian ............................................................................ 9
1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................................... 11
1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran ..................................... 12
1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ......................................... 13
1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. .................... 14
1.2 PROVINSI PAPUA BARAT ......................................................................... 15
1.2.1 Sisi Permintaan .......................................................................... 15
1.2.1.1 Konsumsi .................................................................................... 15
1.2.1.2 Ekspor Impor ............................................................................ 17
1.2.2 Sisi Penawaran .......................................................................... 18
1.2.2.1 Sektor Pertanian .......................................................................... 19
1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan........................................................... 20
1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran .................................... 20
1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ......................................... 21
1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ....................... 21
1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa ........................................................................... 22
1.2.2.7 Sektor Bangunan ......................................................................... 22
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
vi vi
BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA ...................................................... 25
2.1 PROVINSI PAPUA .................................................................................. 25
2.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua .......................................... 25
2.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura ............................................. 26
2.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota
Jayapura.................................................................................................. 27
2.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas ................ 28
2.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan .......................................................... 28
2.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... 29
2.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. ......................................... 29
2.1.2.4 Kelompok Sandang .................................................................... 29
2.1.2.5 Kelompok Kesehatan .................................................................. 29
2.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .............................. 30
2.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ............... 30
2.2 PROVINSI PAPUA BARAT ......................................................................... 31
2.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat ............................................. 31
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi .................................. 31
2.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan .......................................................... 32
2.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ........... 32
2.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar .............. 32
2.2.2.4. Kelompok Sandang .................................................................... 33
2.2.2.5. Kelompok Kesehatan .................................................................. 33
2.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga .............................. 33
2.2.2.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan .............. 34
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN .............................................. 35
3.1 PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA ................................ 35
3.2 PERBANKAN PROVINSI PAPUA .................................................................. 37
3.2.1. Perkembangan Umum .............................................................. 37
3.2.2 Aset Perbankan ........................................................................ 38
3.2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan.......................................... 38
3.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan ..................................................... 39
3.2.5 LDR Dan NPL ............................................................................. 41
3.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua ................................. 42
Triwulan III 2014
vii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
3.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua .................................. 42
3.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua .......................... 43
3.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) .............. 44
3.3 PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ........................................................ 44
3.3.1 Perkembangan Umum ............................................................... 44
3.3.2 Total Aset ................................................................................ 45
3.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan........................................... 46
3.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan ..................................................... 46
3.3.5 LDR dan NPL ............................................................................. 48
3.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat ........................ 49
3.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat ......................... 49
3.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat ................. 50
3.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) .............. 50
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ................................... 53
4.1 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA ...................................................... 53
4.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua .......................... 56
4.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua ......................... 57
4.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ................................................ 58
4.2 KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT ............................................. 60
4.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................. 61
4.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat ................ 62
4.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan ................................................ 63
BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................. 65
5.1 BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) ......................... 65
5.2 SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI) ................................. 66
5.3 PERKEMBANGAN UANG KARTAL ............................................................. 68
BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN .................................... 71
6.1 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA ........................................................ 71
6.1.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua .............................. 71
6.1.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................... 72
6.2 KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT .............................................. 73
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
viii viii
6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ..................... 73
6.2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama .................... 74
6.3 KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT ........................ 75
6.3.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua ............................. 76
6.3.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat .................... 77
BAB 7 OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI ................................. 79
7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH .............................................. 79
7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ....................................... 79
7.1.1.1 Sisi Permintaan ............................................................................ 79
7.1.1.2 Sisi Penawaran ............................................................................. 80
7.2 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT ....................................... 81
7.3 PROSPEK INFLASI ............................................................................. 83
7.3.1 Inflasi Provinsi Papua ................................................................. 83
7.3.2 Inflasi Provinsi Papua Barat ........................................................ 84
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT PENGGUNAAN (RP MILIAR) ............ 2
TABEL 1.2. PDRB PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
MENURUT LAPANGAN USAHA (%) .......................................................... 2
TABEL 1.3. PERTUMBUHAN EKONOMI (YOY) PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
MENURUT PENGGUNAAN (%) ................................................................ 3
TABEL 1.4. LAJU PERTUMBUHAN TAHUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT
ATAS DASAR HARGA KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA (%) ................ 3
TABEL 1.5. PERKEMBANGAN PENJUALAN HASIL TAMBANG ............................................ 8
TABEL 1.6. PERKEMBANGAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PANGAN PAPUA..................... 10
TABEL 1.7. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN PROVINSI PAPUA ............................. 11
TABEL 1.8. PERKEMBANGAN PRODUKSI PERTAMBANGAN PAPUA .................................. 12
TABEL 1.9. PERKEMBANGAN ARUS BONGKAR MUAT BARANG DI PELABUHAN PAPUA ....... 12
TABEL 1.10. PERKEMBANGAN ARUS PENUMPANG KAPAL DI PELABUHAN PAPUA .............. 13
TABEL 1.11. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA ............................ 14
TABEL 1.12. PERTUMBUHAN SISI PERMINTAAN PROVINSI PAPUA BARAT ......................... 15
TABEL 1.13. PERTUMBUHAN SEKTORAL PDRB PROVINSI PAPUA BARAT .......................... 19
TABEL 1.14. PERKEMBANGAN NILAI TAMBAH BANK PROVINSI PAPUA BARAT .................. 22
TABEL 2.2. DISAGREGASI INFLASI KOTA JAYAPURA .................................................... 27
TABEL 2.3. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI PAPUA ................................................ 28
TABEL 3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN WILAYAH PAPUA (MILIAR) ............................. 35
TABEL 3.2. PERKEMBANGAN NPL PERSEKTOR ........................................................... 36
TABEL 3.3. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR) ......................... 37
TABEL 3.4. PERKEMBANGAN DPK PERBANKAN PROVINSI PAPUA (RP. MILIAR).................. 39
TABEL 3.5. PERKEMBANGAN INDIKATOR KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA ................. 40
TABEL 3.7. PERKEMBANGAN PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ................................ 45
TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT ............................................. 47
TABEL 3.8. KREDIT PERBANKAN BERDASARKAN SEKTOR EKONOMI ................................ 48
TABEL 3.9. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN PAPUA BARAT .............................. 49
TABEL 4.1. KOMPARASI UKURAN FISKAL PEMDA-PEMDA DI PROVINSI PAPUA .................. 53
TABEL 4.2. PERKEMBANGAN APBD PEMPROV PAPUA TAHUN ANGGARAN 2013-2014
(DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 54
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
x x
TABEL 4.3. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ................................................ 55
TABEL 4.4. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ................................................ 56
TABEL 4.5. PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ................................................ 56
TABEL 4.6. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA (DALAM MILIAR RUPIAH) ................................................ 58
TABEL 4.7. PERKEMBANGAN KESEIMBANGAN FISKAL PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
(DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 58
TABEL 4.8. REALISASI APBD PROVINSI PAPUA TRIWULAN III-2014 (DALAM MILIAR RUPIAH) 59
TABEL 4.9. PERKEMBANGAN TARGET PENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 60
TABEL 4.10. PERKEMBANGAN STRUKTUR BELANJA PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI PAPUA BARAT (DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................... 61
TABEL 4.11. REALISASI PENDAPATAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014
(DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 62
TABEL 4.12. REALISASI PENGELUARAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014
(DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 63
TABEL 4.13. REALISASI PEMBIAYAAN PROVINSI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2014
(DALAM MILIAR RUPIAH) ...................................................................... 63
TABEL 5.1. TRANSAKSI RTGS WILAYAH PAPUA ........................................................ 65
TABEL 5.2. TRANSAKSI KLIRING WILAYAH PAPUA ...................................................... 67
TABEL 5.3. PERKEMBANGAN PERKASAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ......................................................... 69
TABEL 6.1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA .............. 72
TABEL 6.2. PENDAPATAN MENURUT LAPANGAN KERJA ............................................... 72
TABEL 6.3. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN
PEKERJAAN UTAMA FEBRUARI 2012 FEBRUARI 2014 PROVINSI PAPUA ....... 73
TABEL 6.4. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA FEBRUARI
2012 AGUSTUS 2014 PROVINSI PAPUA BARAT ...................................... 74
TABEL 6.5. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN KERJA UTAMA .................. 75
TABEL 6.7. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA ......................... 76
TABEL 6.8. JUMLAH PENDUDUK PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI PAPUA BARAT ............... 77
TABEL 7.1. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA ................................. 79
Triwulan III 2014
xi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
TABEL 7.2. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN DI PROVINSI PAPUA ..... 80
TABEL 7.3. PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI PAPUA BARAT ........................ 82
TABEL 7.4. DAFTAR PROYEK INVESTASI YANG SEDANG DILAKUKAN
DI PROVINSI PAPUA BARAT ................................................................... 83
TABEL 7.5. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA .......................................................... 84
TABEL 7.6. PROYEKSI INFLASI PROVINSI PAPUA BARAT ................................................ 84
xiii
DAFTAR GRAFIK
GRAFIK 1.1. SURVEI KONSUMEN .............................................................................. 5
GRAFIK 1.3. KREDIT KONSUMSI BANK UMUM PAPUA................................................... 5
GRAFIK 1.2. KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA PAPUA .............................................. 5
GRAFIK 1.5. BELANJA PEGAWAI PEMDA PROV. PAPUA ................................................. 6
GRAFIK 1.4. JUMLAH KENDARAAN BARU PAPUA ......................................................... 6
GRAFIK 1.7. JUMLAH PENANAMAN MODAL ASING ..................................................... 7
GRAFIK 1.6. KREDIT INVESTASI PERBANKAN PAPUA ...................................................... 7
GRAFIK 1.9. NILAI EKSPOR NON MIGAS PAPUA .......................................................... 8
GRAFIK 1.8. VOLUME EKSPOR NON MIGAS PAPUA ...................................................... 8
GRAFIK 1.10. VOLUME IMPOR NONMIGAS PAPUA ....................................................... 9
GRAFIK 1.11. NILAI IMPOR NON MIGAS PAPUA .......................................................... 9
GRAFIK 1.13. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA ....................................................... 11
GRAFIK 1.12. NILAI TUKAR PETANI PAPUA ............................................................... 11
GRAFIK 1.15. TINGKAT HUNIAN HOTEL PAPUA ......................................................... 13
GRAFIK 1.14. PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN .............................................. 13
GRAFIK 1.17. KREDIT KONSUMSI PAPUA BARAT........................................................ 16
GRAFIK 1.16. GRAFIK SURVEY KONSUMEN 1 ........................................................... 16
GRAFIK 1.18. KONSUMSI LISTRIK PAPUA BARAT ....................................................... 17
GRAFIK 1.20. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR PAPUA BARAT ....................................... 18
GRAFIK 1.19. PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR PAPUA BARAT ................................... 18
GRAFIK 1.21. NILAI TUKAR PETANI PAPUA BARAT ..................................................... 19
GRAFIK 1.22. PDRB SEKTOR PERTANIAN PAPUA BARAT ............................................. 19
GRAFIK 1.23. PENGGUNAAN LISTRIK ...................................................................... 20
GRAFIK 2.1. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA DENGAN INFLASI NASIONAL ........................ 26
GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN SURVEI KONSUMEN ..................................................... 28
GRAFIK 2.4. PERBANDINGAN INFLASI PAPUA BARAT DENGAN INFLASI NASIONAL .............. 31
GRAFIK 3.1. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PROVINSI PAPUA ................................. 38
GRAFIK 3.3. PERKEMBANGAN INDIKATOR DANA PIHAK KETIGA PROVINSI PAPUA .............. 39
GRAFIK 3.4. PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN PROVINSI PAPUA .............................. 41
GRAFIK 3.5. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA .............................. 43
GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA ...................... 43
GRAFIK 3.8. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA ........................................... 44
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xiv xiv
GRAFIK 3.9. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA ................................... 44
GRAFIK 3.10. PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN PAPUA BARAT .................................. 46
GRAFIK 3.12. PERKEMBANGAN DPK PROVINSI PAPUA BARAT ...................................... 46
GRAFIK 3.13. PERKEMBANGAN KREDIT PROVINSI PAPUA BARAT ................................... 47
GRAFIK 3.15. PERKEMBANGAN NPL & LDR ............................................................. 49
GRAFIK 3.16. PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT .................. 49
GRAFIK 3.17. PERKEMBANGAN NPL KREDIT SEKTOR UTAMA PROV. PAPUA BARAT .......... 49
GRAFIK 3.18. PERTUMBUHAN KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT ................................... 50
GRAFIK 3.19. PERKEMBANGAN NPL KREDIT RT PROV. PAPUA BARAT ........................... 50
GRAFIK 3.20. PERTUMBUHAN KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT ............................... 51
GRAFIK 3.21. PERKEMBANGAN NPL KREDIT MKM PROV. PAPUA BARAT ...................... 51
GRAFIK 5.1. NILAI TRANSAKSI RTGS ...................................................................... 66
GRAFIK 5.2. PERKEMBANGAN KLIRING WILAYAH PAPUA ............................................. 68
GRAFIK 5.3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL ........................................................... 69
GRAFIK 6.1. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PROV. PAPUA ................................... 76
GRAFIK 6.2. PERKEMBANGAN UMR PROV. PAPUA .................................................... 76
GRAFIK 6.4. PERKEMBANGAN UMR PAPUA BARAT ................................................... 78
GRAFIK 6.3. PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN PAPUA BARAT .................................. 78
xv
TABEL INDIKATOR
PDRB DAN INFLASI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1114 1106 1060 1145 1151
Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1306 1148 2232
Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 169
Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 17
Bangunan 624 651 708 791 669 715 718 807 743 768 790
Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 600 616
Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 609 615 631
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 277
Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 827 974 850 853 887
TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 546
Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 290
Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1768 1798 1923
Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12
Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 291
Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 281
Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 232
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 61 63 62
Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 388
TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025
2013
2013
PDRB Papua 2012
PDRB Papua Barat 2012
2014
2014
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71 -5,60 -1,06
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21
Sandang 137,61 -0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA
Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69
Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4,51
2014
TW IIIKelompok Komoditas2013
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34 -3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60
Sandang 100,52 -0,14 -2,41 -3,99 -2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86
Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72 -2,42 11,72 111,26 -1,29 0,17 -0,72 2,47
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5,32
2014
TW IIIKelompok Komoditas2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xvi xvi
PERBANKAN
Triwulan III 2014
xvii Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
SISTEM PEMBAYARAN
Tabel Transaksi Kliring
Tabel Transaksi RTGS
Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat
I II III IV I II III
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10,106 1.77%
Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11,505 -2.20%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14,246 -3.19%
Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15,697 3.07%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4,140 -13.51%
Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4,192 20.95%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2,509 -18.00%
Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2,076 -0.76%
Growth
(YoY)RTGS
2013 2014
I III IV IV I II III IV I II III
Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.49%
Pertanian 33 32 34 34 34 31 35 108 206 218 220 528.57%
Pertambangan 1 18 43 43 49 50 52 51 57 53 63 21.15%
Industri pengolahan 54 160 118 118 102 202 305 149 145 134 118 -61.31%
Listrik,Gas dan Air 2 1 2 2 2 2 3 3 4 8 10 233.33%
Konstruksi 340 554 656 656 396 440 417 599 624 829 942 125.90%
Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2,462 15.70%
Pengangkutan 65 96 111 111 247 275 316 263 280 302 319 1.00%
Jasa Dunia Usaha 163 182 178 178 224 260 262 275 295 253 257 -1.91%
Jasa Sosial Masyarakat 99 140 148 148 240 231 229 314 402 495 499 117.90%
Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3,149 13.97%
Provinsi Papua Barat2012 2013 Growth
YOY
2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xviii xviii
xix
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. GAMBARAN UMUM
Per triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua
Barat menunjukkan kinerja yang cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh
pertumbuhan kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh
4,14% (yoy), sementara ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 6,3% (yoy).
Meski positif, pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami
perlambatan jika dibandingkan dengan kinerja triwulan II-2014.
2. MAKROEKONOMI
Dari lapangan usaha, seluruh sektor ekonomi di Papua dan Papua
Barat tumbuh positif, kecuali sektor pertambangan dan penggalian.
Pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh
sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor
perdagangan, hotel & restoran. Sementara dari sisi permintaan, struktur
ekonomi Provinsi Papua dan Papua Barat ditopang terutama oleh sektor
konsumsi dan investasi.
3. KEUANGAN DAERAH
Realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua pada triwulan
III-2014tercatat sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76% dari target
anggaran tahun ini. Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang
sama tahun sebelumnya (76,5%). Sisi pendapatan APBD sebagian besar
ditopang oleh tingginya Pendapatan Asli Daerah berupa Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah dan Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Dari sisi belanja,
realisasi Pemda Provinsi Papua sampai dengan triwulan III-2014 mencapai
Rp5,72 triliun atau setara 51,1 % total tahun berjalan. Secara nominal,
realisasi tersebut meningkat dibanding triwulan III-2013. Meningkatnya
realisasi anggaran belanja Pemda Papua terutama didorong dari sisi
peningkatan belanja Bagi Hasil Pada Pemda, Bantuan Keuangan bagi
Pemda Lain serta Belanja Barang dan Jasa.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xx xx
4. INFLASI
Sampai dengan triwulan III-2014, inflasi Provinsi Papua1 tercatat
4,51% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat
sebesar 0,59% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup
signifikan seiring dengan harga yang tidak stabil terutama dari komoditas
makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Jika dibandingkan dengan
inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat sedikit lebih rendah,
yang mana inflasi nasional pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 4,53%
(yoy). Hal sebaliknya terjadi di Provinsi Papua Barat. Inflasi gabungan di
Provinsi Papua Barat2 tercatat 5,322% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan
inflasi nasional.
5. PERBANKAN
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi
Papua Barat pada triwulan III-2014 menunjukkan perkembangan yang
positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan.
Fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan yang tercermin
dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh
sebesar 19,37% (yoy). Sementara di sisi aktiva, kredit perbankan juga
tumbuh signifikan sebesar 15,96% (yoy). Hal ini mendorong meningkatnya
loan to deposit ratio (LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada
triwulan III-2014 dari 58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun
demikian, LDR tersebut masih jauh di bawah batas aman tingkat LDR
perbankan yang berada di angka 80%.
Dari sisi kualitas penyaluran kredit, hampir seluruh sektor usaha di
Papua berada pada level yang relatif aman dengan pencapaian Non
Performing Loan (NPL) kecuali sektor industri pengolahan serta sektor
angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup dengan NPL masing-
masing mencapai 21,92% dan 12,18% Sementara itu, di Provinsi Papua
Barat, seluruh sektor masih berada pada level yang cukup aman. dengan
1 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata
tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan
bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS. 2 Perhitungan inflasi Provinsi Papua Barat dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-
rata tertimbang (weighted average) inflasi Kab. Manokwari dan dan Kota Sorong berdasarkan
bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS.
Triwulan III 2014
xxi Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat
pencapaian Non Performing Loan (NPL) di bawah 5%. Hanya sektor
industri pengolahan yang memiliki NPL tinggi (8,47%).
6. SISTEM PEMBAYARAN
Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-
RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar
1,77% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang
sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari
wilayah Papua ke wilayah lain disebabkan oleh masih besarnya
ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain dalam pemenuhan
kebutuhan barang dan jasa. Di sisi lain, jumlah dana yang masuk ke
wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 14,25 triliun.
Angka tersebut menurun sebesar -3,19% (yoy) dibandingkan dengan nilai
transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya
jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui RTGS terjadi sejalan
dengan pengalokasian berbagai dana perimbangan dari pusat. Tren
historis menunjukkan bahwa dana masuk tersebut sebagian besar baru
dibelanjakan secara maksimal pada semester kedua. Adapun nilai
transaksi keuangan antarbank melalui BI-RTGS di wilayah Papua selama
periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun cukup
signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu.
7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI
Sepanjang 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan
mengalami pertumbuhan yang positif di kisaran 4,85%±0,5% (yoy),
angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan IV-
2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan
tumbuh sebesar 6,80% (yoy). Sementara itu, untuk perekonomian
Provinsi Papua Barat diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan
tahunan yang positif di rentang 6,16%±0,5% (yoy). Angka tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 (9,29%, yoy). Adapun
pada triwulan IV-2014 perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan
akan tumbuh sebesar 8,50% (yoy).
Di triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan
berada di rentang 4,45 ± 1% (yoy). Inflasi di Provinsi Papua pada triwulan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
xxii xxii
mendatang diproyeksikan relatif lebih rendah dari triwulan sebelumnya.
Relatif stabilnya tingkat inflasi pada triwulan yang akan datang
disebabkan oleh beberapa komoditas pertanian diprediksi akan
mengalami panen raya, terjaganya kelancaran distribusi barang dari
beberapa daerah pemasok. Selanjutnya, inflasi tahunan Provinsi Papua
Barat pada triwulan IV-2014 diperkirakan berada level 5,50 ± 1% (yoy).
Inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup
moderat seiring tingginya potensi kenaikan harga dari beberapa
komoditas bahan makanan di wilayah tersebut.
1
BAB 1.
MAKROEKONOMI REGIONAL
Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua
Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan besaran
pertumbuhan yang cukup signifikan. Rilis Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 4,14% (yoy)
sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 6,39%
(yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat
terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran,
ekonomi Papua terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor jasa-
jasa; sektor pertanian; dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara
itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh sektor industri pengolahan;
sektor bangunan; dan sektor jasa-jasa.
Sampai dengan triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua dan
Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Meskipun pada
2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah
diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu tumbuh positif.
Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan
mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru
mencatatkan kinerja yang positif (qtq), meskipun dengan pertumbuhan
yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat
mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan
yang sama pada 2013 pasca diselesaikannya sejumlah isu dan
permasalahan pada sektor industri pengolahan. Untuk perekonomian
Papua Barat, triwulan ini kembali mengandalkan sektor industri
pengolahan pasca disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke
salah satu konsumen utama.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
2 2
Tabel 1.1.
PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Penggunaan (Rp miliar)
Sumber : BPS Provinsi Papua dan BPS Provinsi Papua Barat
Tabel 1.2.
PDRB Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Menurut Lapangan Usaha (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Konsumsi 5863 6009 6257 6573 6255 6376 6639 7031 6747 6876 7173
Konsumsi RT & Nirlaba 4636 4682 4843 5044 4952 5002 5177 5398 5334 5392 5583
Konsumsi Pemerintah 1227 1327 1415 1529 1302 1375 1463 1633 1412 1485 1590
PMTB 2494 2625 2715 2854 2680 2824 2911 3002 2870 3026 3123
Perubahan Stok -1201 -1378 -790 -1534 -2198 -1539 -1432 -3140 -338 -883 -1965
Ekspor 1360 1945 1779 2564 2601 1947 2851 4999 1841 1974 4810
Impor 3683 4004 4452 4561 3721 4414 4468 4587 5501 5375 6370
PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Konsumsi 1570 1648 1711 1771 1709 1779 1877 1946 1894 1950 2030
Konsumsi RT & Nirlaba 1229 1263 1309 1360 1336 1371 1422 1457 1459 1495 1545
Konsumsi Pemerintah 341 385 402 411 373 408 455 489 435 455 485
PMTB 604 621 658 690 703 734 775 818 830 843 873
Perubahan Stok 184 215 225 234 -141 -295 -271 -313 -270 -42 -122
Ekspor 2364 2337 2309 2126 2885 2874 2975 3143 2928 2726 2977
Impor 1314 1347 1416 1406 1424 1498 1572 1643 1583 1599 1733
PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025
2013
2013PDRB Papua Barat
2012
PDRB Papua 2012 2014
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1114 1106 1060 1145 1151
Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1306 1148 2232
Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 169
Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 17
Bangunan 624 651 708 791 669 715 718 807 743 768 790
Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 600 616
Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 609 615 631
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 277
Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 827 974 850 853 887
TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6501 7305 5618 5619 6770
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 546
Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 290
Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1768 1798 1923
Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12
Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 291
Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 281
Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 232
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 55 58 60 61 61 65 66 70 61 63 62
Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 388
TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3799 3877 4025
2013
2013
PDRB Papua 2012
PDRB Papua Barat 2012
2014
2014
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 3
Tabel 1.3.
Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Menurut Penggunaan (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua dan Papua Barat
Tabel 1.4.
Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (%)
Sumber: BPS Provinsi Papua dan Papua Barat Diolah
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Konsumsi 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84% 8.04%
Konsumsi Rumah Tangga 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79% 7.86%
Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02% 8.71%
PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18% 7.27%
Perubahan Stok 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% 82.95% 11.65% 81.19% 104.72% -84.61% -42.63% 37.25%
Ekspor -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% -29.20% 1.42% 68.71%
Dikurangi Impor -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78% 42.58%
PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 18.01% 23.90% 0.04% 8.19% 4.14%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15%
Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65%
Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60%
PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66%
Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -233.53% 91.47% -85.62% -54.94%
Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08%
Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24%
PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39%
2013
2013
2012
2012
Growth PDRB Papua
Growth PDRB Papua
Barat
2014
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 5.51% 5.0% 6.8% 5.3% 10.0% 8.8% 5.7% 3.3%
Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.8% -24.6% 43.0% 64.2% -26.0% 2.0% -1.3%
Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.8% 0.9% 5.2% 4.9% 13.3% 11.6% 6.7%
Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.18% 6.6% 8.1% 9.3% 8.4% 10.4% 7.2% 5.5%
Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 16.04% 7.3% 9.8% 1.5% -1.1% 11.1% 7.4% 10.0%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.7% 11.8% 8.7% 7.4% 9.7% 10.6% 9.8%
Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.6% 9.1% 7.6% 8.3% 12.8% 11.2% 10.4%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.4% 12.3% 14.9% 23.1% 17.8% 14.8% 1.7%
Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.09% 19.8% 15.1% 16.0% 10.4% 15.7% 14.9% 7.2%
TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.94% 16.2% -0.1% 18.0% 23.9% 0.0% 8.2% 4.1%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55%
Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45%
Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28%
Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68%
Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86%
Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46%
Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76%
TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39%
2013 2014
2013Growth PDRB Papua
2012
Growth PDRB Papua Barat2012
2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
4 4
1.1 Provinsi Papua
1.1.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh
sebesar 4,14 % (yoy) atau lebih rendah dari triwulan II-2014 yang
tercatat sebesar 8,19% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua
ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan
komponen ekspor yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan
paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja
komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi
terjadi seiring meningkatnya belanja yang dilakukan oleh sektor Rumah
Tangga dan Pemerintah Daerah. Selain itu, kinerja ekspor juga mengalami
pertumbuhan yang cukup baik sejalan dengan peluang dari diterbitkannya
Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral olahan bagi industri pertambangan
terbesar di Provinsi Papua. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia,
ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu ke depan diprediksi akan
tetap tinggi. Hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi
Papua untuk tetap tumbuh positif.
1.1.1.1 Konsumsi
Pada triwulan III-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai
8,04% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 7,84% (yoy). Masih tingginya
pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan
ekspor di Provinsi Papua. Pertumbuhan konsumsi juga konsisten dengan
hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan kecenderungan
peningkatan konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indeks pembelian
durable good dengan nilai 121,1 di triwulan III-2014. Indeks tersebut
sedikit meningkat dibandingkan indeks pada triwulan II-2014 yang sebesar
103,3. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) secara keseluruhan
sebesar 127,8 atau lebih tinggi di atas level optimistis dibandingkan
triwulan II-2014 yang sebesar 114,1.
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 5
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat
Peningkatan komponen konsumsi juga ditunjukkan oleh
perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 12,22% (yoy)
pada triwulan III-2014. Tingginya aktivitas konsumsi tersebut sejalan
dengan tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh
perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 6,31% (yoy). Pada
triwulan III-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga dicerminkan oleh
peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat
mengalami peningkatan sebesar 15,08 % (yoy).
Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan III-2014
juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,71% (yoy). Angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2014 sebesar
8,02% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga merupakan
konsekuensi dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda
yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp467,39 miliar. Besaran
tersebut mengambil porsi yang cukup besar dalam anggaran.
Sumber: KPwBI Provinsi Papua dan Papua Barat Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah
Grafik 1.3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Grafik 1.2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua
Grafik 1.1. Survei Konsumen
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
6 6
Secara tahunan, konsumsi nirlaba tumbuh 7,86% (yoy). Komponen
konsumsi nirlaba merupakan komponen yang juga memberikan
sumbangan dalam pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan.
Kebijakan pengupahan baru pada tahun 2014 (UMR 2014) menjadi
suatu faktor pendorong tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada
triwulan laporan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya indeks
penghasilan triwulan III-2014 yaitu sebesar 148,3, meningkat dibandingkan
triwulan II-2014, 123,2.
1.1.1.2 Investasi
Investasi (PMTB) pada triwulan III-2014 menunjukkan
pertumbuhan yang signifikan, yaitu 7,27% (yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,18% (yoy).
Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih besarnya peluang
bisnis di Papua. Hal itu mendorong peningkatan minat investor untuk
melakukan ekspansi bisnis seperti yang ditunjukkan oleh kenaikan
penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada triwulan III-
2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp2,26 triliun atau
mengalami pertumbuhan sebesar 4,64% (yoy) jika dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi
mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam
mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Selain faktor pembiayaan
perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan III-2014 juga didorong oleh
meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk (foreign direct
investment) ke Provinsi Papua. FDI naik sebesar 19,19% (yoy) pada triwulan
ini.
Grafik 1.4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 1.5. Belanja Pegawai Pemda Prov. Papua
Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 7
1.1.1.3 Ekspor dan Impor
Ekspor Provinsi Papua pada triwulan III-2014 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi yaitu 68,71% (yoy). Hal ini diikuti pula
oleh peningkatan impor sebesar 42,58% (yoy).
Peningkatan ekspor Provinsi Papua pada periode berjalan disebabkan
oleh meningkatnya kegiatan ekspor antardaerah. Di sisi lain kegiatan
ekspor ke luar negeri dari Provinsi Papua masih rendah. Meningkatnya
kegiatan ekspor antardaerah terjadi sebagai akibat langsung dari
penerapan UU Minerba yang mengakibatkan perusahaan tambang di
Provinsi Papua tidak dapat secara langsung mengekpor bahan tambangnya
ke luar negeri namun harus melalui kegiatan pengolahan yang berada di
luar wilayah Papua.
Pada triwulan III-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor
nonmigas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$766,15
juta atau mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 10,06% (yoy),
sementara secara volume tercatat sebesar 301,08 ribu ton atau mengalami
penurunan sebesar -19,31% (yoy). Penerapan ketentuan UU Minerba
sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90%
dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah.
Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang
searah dengan pertumbuhan penjualan perusahaan pertambangan yang
terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada
triwulan III-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan masing-
masing sebesar 8,86% (yoy) dan 81,65% (yoy). Perbaikan kinerja ekspor ini
Grafik 1.7. Jumlah Penanaman Modal Asing Grafik 1.6. Kredit Investasi Perbankan Papua
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
8 8
Tabel 1.5. Perkembangan Penjualan Hasil Tambang
didukung oleh telah diterbitkannya Surat Persetujuan Ekspor (SPE) mineral
olahan bagi industri tambang terbesar di Provinsi Papua.
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan
Volume dan Nilai impor nonmigas Papua juga mengalami
pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan ini masing-masing sebesar
24,47% (yoy) dan 107,71% (yoy). Peningkatan kinerja impor dinilai
merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa
kebutuhan barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam
negeri. Ke depannya, hal tersebut dikhawatirkan dapat memperbesar
defisit neraca perdagangan nasional.
I II III IV I II III IV I II III
Penjualan Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 134 183 195 204 198 158 237 292 109 117 258.00
Pertumbuhan Tahunan Penjualan Tembaga (%) -51.80 -30.94 -22.92 308.00 47.76% -13.66% 21.54% 43.14% -44.95% -25.95% 8.86%
Penjualan Konsentrat Emas (Ribu Ons) 266 247 178 224 191 151 278 476 162 135 505.00
Pertumbuhan Tahunan Penjualan Emas (%) -41.41 -25.15 -53.65 119.61 -28.20% -38.87% 56.18% 112.50% -15.18% -10.60% 81.65%
2013 2014Jenis Komoditas
2012
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Grafik 1.8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 1.9. Nilai Ekspor Non Migas Papua
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 9
1.1.2. Sisi Penawaran
Pada triwulan III-2014, hampir seluruh sektor ekonomi di Provinsi
Papua tumbuh positif kecuali sektor pertambangan dan penggalian.
Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor angkutan dan komunikasi,
yaitu 10,42% (yoy). Sementara pertumbuhan terendah dialami sektor
pertambangan dan penggalian yang turun -1,34% (yoy). Adapun
pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut:
sektor pertanian 3,3% (yoy); sektor bangunan 10,02% (yoy); sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1,74% (yoy); sektor industri
pengolahan 6,74% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran 9,8%
(yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi 12,04% (yoy); sektor listrik
dan air bersih 5,52% (yoy), dan sektor jasa 7,2% (yoy).
1.1.2.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh 3,3%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 5,7% (yoy). Hal tersebut disebabkan produksi dan produktivitas
beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen
raya. Akibatnya, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan ini menjadi
lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Perkembangan produktivitas
tanaman pangan juga menunjukkan pertumbuhan produksi ubi jalar dan
jagung yang melambat jika dibandingkan produksi 2013. Pertumbuhan
pada sektor pertanian itu sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka
Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS, yang mana tingkat produksi padi
Grafik 1.10. Volume Impor Nonmigas Papua Grafik 1.11. Nilai Impor Non Migas Papua
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
10 10
sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang 2014 diprediksi akan meningkat.
Peningkatan tahunannya bervariasi antara 2-23%.
Tabel 1.6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua
Subsektor perikanan sebaliknya menunjukkan peningkatan
pertumbuhan. Pada triwulan III-2014, subsektor perikanan mengalami
peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan
tangkap yang tumbuh 3,04% (yoy) . Sementara itu, hasil budidaya
menunjukkan penurunan sebesar -100%. Turunnya produksi perikanan
yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari
beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang
triwulan III-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak
75.330 ton atau tumbuh sebesar 1,01% (yoy) dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya.
Seperti pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor pertanian di
Papua justru berkorelasi negatif dengan perkembangan nilai NTP Papua
yang turun -2,28% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013.
Sebelumnya NTP triwulan II-2014 adalah 97,54. Pada triwulan III-2014
NTP-nya turun lagi menjadi 97,08. Angka NTP di bawah 100 menunjukkan
biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang
diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua
mengalami pertumbuhan, namun secara ironis kesejahteraan petani justru
menurun.
2013 2014
Produksi (Ton) 85.699 98.510 102.610 115.437 138.032 169.790 185.726 19,57 23,01
Luas Panen (Ha) 24.461 26.336 26.686 29.262 37.149 41.111 44.515 26,95 10,67
Produktivitas (Ton/Ha) 35 37 3,85 3,94 3,72 4,13 4,17 -5,81 11,15
2013 2014
Produksi 337.096 343.325 349.135 348.438 345.095 405.520 415.709 17,51 2,51
Luas Panen (Ha) 34.028 35.028 34.670 34.413 33.071 30.980 30.483 -6,32 -1,60
Produktivitas (Ton/Ha) 99 98 10,07 10,13 10,43 13,09 13,64 25,44 4,18
2013 2014
Produksi 337.096 343.325 6.834 6.885 6.393 7.034 7.372 10,03 4,81
Luas Panen (Ha) 34.028 35.028 3.903 3.825 3.553 3.005 3.147 -15,42 4,73
Produktivitas (Ton/Ha) 99 98 1,75 1,80 1,80 2,34 2,34 30,09 0,08
2014
2014
2014
2013Growth (%)
2008 2009 2010 2011 2012
2012 2013Growth (%)
2009 2010 2011 2012 2013
Padi Sawah dan
Ladang2008 2009 2010 2011
Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah
Ubi Jalar 2008Growth (%)
Jagung
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 11
Tabel 1.7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua
1.1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2014
mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -1,34% (yoy) atau
berbalik arah dari triwulan II-2014 yang tercatat mengalami
pertumbuhan sebesar 2% (yoy). Penurunan ini lebih disebabkan
penyesuaian setelah diterapkannya pelonggaran ekspor mineral sebagai
mandat dari UU Minerba sehingga menyebabkan kondisi kebijakan yang
berbeda dengan tahun sebelumnya. Perbaikan produksi terjadi setelah
diterapkannya penangguhan UU minerba, dapat dilihat dari angka
produksi hasil pertambangan Papua pada triwulan III-2014 sebenarnya
dapat dilihat bahwa jumlah produksi tembaga dan emas mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3
LAUT
Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 69016 69342 73,352
Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67 -6.30 0.68 3.86 -5.70 3.20 3.04
PERAIRAN UMUM (axis kanan)
Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1920.3 1977.2 1977.2
Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11 -27.80 -15.51 -18.69 -17.47 1.69 -0.16 0.72
BUDIDAYA (axis kanan)
Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 0 0 0
Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15 -11.39 38.54 -100.00 -100.00 -100.00
TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,936 71,319 75,330
PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29 1.12 3.92 -7.65 0.65 1.01
No URAIAN
1
2
2013
3
2012 2014
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,
diolah
Grafik 1.12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 1.13. PDRB Sektor Pertanian Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
12 12
Tabel 1.8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua
Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan
disinyalir juga terjadi seiring adanya peningkatan produksi komoditas emas
serta adanya basis perhitungan angka pertumbuhan yang lebih rendah
(low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil tambang yang
cukup signifikan pada triwulan II-2014, menyebabkan angka produksi
tambang pada triwulan III-2014 cukup besar.
1.1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-
2014 tumbuh 9,8% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tumbuh sebesar 10,6%(yoy).
Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga sejalan dengan
peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai 78%
atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang
sebesar 77%. Banyaknya acara dan perhelatan yang dilakukan oleh Pemda
sebelum triwulan akhir menjadi salah satu pendorong meningkatnya
tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan
pada triwulan III-2014 juga konsisten dengan pertumbuhan penyaluran
kredit perdagangan oleh perbankan di Provinsi Papua yang meningkat
sebesar 9% (yoy).
Dari sisi arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua,
sepanjang periode triwulan III-2014 mengalami peningkatan sebesar
6,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 1.9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua
Sumber: PT Pelindo Papua
I II III IV I II III IV I II III
Produksi Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) 123 173 199 200 219 139 253 304 140 122 203
Pertumbuhan Tahunan Produksi Tembaga (%) -56.69% -33.72% -14.59% 194.12% 78.05% -19.65% 27.14% 52.00% -36.07% -12.23% -19.76%
Konsentrat Emas (Ribu Ons) 229 230 182 221 212 131 297 502 208 142 426
Pertumbuhan Tahunan Produksi Emas (%) -48.07% -29.23% -49.02% 49.32% -7.42% -43.04% 63.19% 127.15% -1.89% 8.40% 43.43%
2013 2014Jenis Komoditas
2012
I II III IV I II III IV I II III
Volume Bongkar Muat 284,266 302,668 259,997 205,380 255,672 295,761 265,424 216,786 258,649 279,931 283,547
Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%) 13.64% 1.65% 2.06% -27.27% -10.06% -2.28% 2.09% 5.55% 1.16% -5.35% 6.83%
201420132012Perkembangan Arus Bongkar
Muat Barang
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 13
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik
1.1.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2014
tumbuh 10,42% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
pada triwulan II-2014 yang mencapai 11,2% (yoy). Pertumbuhan pada
sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut,
angkutan udara, komunikasi, serta subsektor angkutan jalan raya yang
tumbuh lebih tinggi pada periode triwulan laporan dibandingkan triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya.
Tabel 1.10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua
Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua
Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara
memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi
barang maupun orang. Kinerja sektor ini mengalami peningkatan. Hal
tersebut terlihat dari jumlah penumpang Kapal Laut yang pada kuartal ini
meningkat sebesar 1,53% (yoy) dari periode yang sama tahun lalu. Selain
itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi diperkirakan dalam beberapa
waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan
investasi berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I
Perkembangan Arus Penumpang
(orang)47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 68576
Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41% 1.53%
201420132012Indikator
Grafik 1.14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.15. Tingkat Hunian Hotel Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
14 14
1.1.2.5 Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan
III-2014 tumbuh 1,74% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan
triwulan II-2014 yang mencapai 14,81% (yoy). Salah satu parameter
pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank pada triwulan III-
2014 yang turun sebesar -0,91% (yoy) atau merosot dibandingkan dengan
triwulan II-2014 yang mencapai 19,14% (yoy).
Kinerja sektor keuangan diperkirakan akan mengalami perlambatan
seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi
penyaluran kredit pada 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi
hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014.
Tabel 1.11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua
Sumber: Bank Indonesia
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561 144,134 219,326
2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628 381,078 231,981
3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333 524 814
4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692 14,899
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 467,020
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608 603,988 551,858
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146) (808)
3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61,993 64,611
4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564 6,698
GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690 676,399 622,359
5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867 135,971 155,339
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 467,020
Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14% -0.91%
2013 20142012KOMPONEN
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 15
1.2 Provinsi Papua Barat
1.2.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan III-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar
6,39% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Dari sisi penggunaan,
kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi
(masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap
bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen
konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi
seiring tingginya realisasi belanja Pemda paruh awal semester kedua 2014.
Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga
mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya
dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur di daerah. Pasca
dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada salah satu
konsumennya di Fujian (China) meningkatkan kinerja sektor industri
pengolahan Papua Barat secara cukup signifikan. Adanya kemungkinan
renegosiasi di masa mendatang juga menjadi salah satu faktor mendorong
meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Selain
itu, maraknya kegiatan investasi di sektor ini di Provinsi Papua Barat juga
turut mendorong kinerja sektor industri pengolahan pada periode berjalan.
Tabel 1.12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1.2.1.1 Konsumsi
Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar
8,15% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang tercatat 8,15% (yoy). Masih positifnya pertumbuhan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% 8.15%
Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% 8.65%
Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% 6.60%
PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% 12.66%
Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.73% -237.39% -220.61% -233.53% 91.47% -85.62% -54.94%
Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -5.14% 0.08%
Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.77% 10.24%
PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39%
2014Growth PDRB Papua
Barat
2012 2013
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
16 16
kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung
mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih
tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan
optimisme. Seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (Grafik
16). Pada triwulan III-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat
sebesar 133,7 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat
sebesar 125, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB
komponen konsumsi dimana pada triwulan III-2014 mengalami sedikit
perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang
berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap
optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi
dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan.
Komponen konsumsi masyarakat menyumbangkan 3,25% (yoy) dari
total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan III-
2014. Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan komponen lainnya. Pertumbuhan komponen
konsumsi ini sejalan dengan peningkatan kredit konsumtif seperti:
pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya. Pada triwulan III-
2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 3,1 trilliun atau tumbuh
sebesar 12,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga
tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara
tahunan naik sebesar 16,29% (yoy) atau mencapai 504,21 juta Kwh.
Grafik 1.16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 1.17. Kredit Konsumsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua dan Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua dan Papua Barat
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 17
Meningkatnya lapangan kerja yang merupakan implikasi terus
meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun juga mendorong
peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran
wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan
akan terus meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan
kesejahteraan yang menjadi tujuan dari proses pemekaran wilayah
tersebut.
1.2.1.2 Ekspor Impor
Ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan III-2014 relatif
tidak berubah dari triwulan yang sama di 2013 lalu. Kuartal ini ekspor
Papua Barat hanya tumbuh 0,06% (yoy). Stagnasi tersebut merupakan
imbas dari sempat menurunnya kontribusi ekspor gas salah satu
perusahaan di bidang industri pengolahan migas yang mana pada awal
triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum
selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di
China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, sejak akhir Juni
2014 perusahaan sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal
seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud.
Grafik 1.18. Konsumsi Listrik Papua Barat
Sumber: PLN Wilyah Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
18 18
Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar
10,24% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 6,77% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh
pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasinya
ditengarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua
Barat. Ke depan, kegiatan impor Provinsi Papua Barat diperkirakan akan
mengalami peningkatan seiring dengan semakin maraknya kegiatan
investasi di sektor industri pengolahan di sana.
1.2.2 Sisi Penawaran
Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan
yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi
adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,55%); sektor pertambangan
dan penggalian (-5,45%): sektor industri pengolahan (8,28%); sektor
listrik, gas dan air bersih (8,68%); sektor bangunan (13,21%); sektor
perdagangan, hotel dan restoran (8,86%); sektor angkutan dan
komunikasi (9,27%); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (-
5,46%); dan sektor jasa-jasa (9,79%). Lebih lanjut perkembangan rinci
pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2012-2014
disajikan pada Tabel 13.
Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat
Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 19
Tabel 1.13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1.2.2.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada periode triwulan III-2014 tumbuh sebesar
0,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
II-2014 sebesar 1,36% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di
Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti
oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan
tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar
Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan III-2014 yang mengalami
peningkatan menjadi sebesar 100,72 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir
triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 99,31. Indeks NTP yang berada di
atas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat
telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus
mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian.
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% 0.55%
Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% -5.45%
Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -2.42% 10.23% 8.28%
Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% 8.68%
Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% 13.21%
Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% 8.86%
Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% 9.27%
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 1.32% -3.20% -5.46%
Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.50% 9.76%
TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.79% 7.87% 6.39%
Growth PDRB Papua Barat2012 2013 2014
Grafik 1.21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 1.22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
20 20
1.2.2.2 Sektor Industri Pengolahan
Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan sebesar
8,28% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,23% (yoy). Secara umum,
sektor ini memegang kontribusi terbesar (47,8%) dari total PDRB Papua
Barat. Pada triwulan laporan dari total 6,39% (yoy) pertumbuhan ekonomi
Papua Barat, sebesar 3,89% bersumber dari sektor industri pengolahan.
Artinya, pertumbuhan yang bersumber sektor-sektor lain hanya 2,50%.
Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan III-2014
terjadi sebagai akibat dari peningkatan produksi gas seiring adanya
keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi
harga baru dengan salah satu konsumennya akan dapat segera
diselesaikan. Secara umum, kinerja sektor industri pengolahan di Provinsi
Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga tercermin dari
peningkatan penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang
mencapai sebesar 9,29 % atau menjadi sebesar 12,40 juta kWh.
Grafik 1.23. Penggunaan Listrik
Sumber: PLN Wilayah Papua
1.2.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II I-
2014 tumbuh sebesar 8,86% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,11% (yoy).
Pertumbuhan persisten sektor PHR merupakan implikasi dari
perkembangan ekonomi secara keseluruhan di Papua Barat. Pertumbuhan
sektor PHR juga konsisten dengan penyaluran kredit oleh perbankan
terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,70% (yoy) atau
mencapai Rp2,46 triliun.
Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 21
Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga
mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja
Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat
yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian
terutama di subsektor perdagangan. Selain itu, besarnya ketergantungan
Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat
Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan
konsumsinya dari subsektor perdagangan.
1.2.2.4 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Pada triwulan III-2014, sektor Pengangkutan dan Komunikasi
tumbuh sebesar 9,27% (yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian
triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,29% (yoy). Masih tingginya
pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari
tumbuhnya subsektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis
angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat.
Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari
perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua
Barat yang diprediksi masih tumbuh di kisaran 5-10% (yoy). Selain itu,
penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di
wilayah Provinsi Papua Barat, berpotensi terus mendorong pertumbuhan
sektor ini.
1.2.2.5 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Pada periode laporan, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan turun sebesar 5,46% (yoy), lebih menurun lagi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga -3,20% (yoy). Subsektor
Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor Keuangan,
Persewaan dan Jasa Perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi
penggerak utama dari sektor ini. Oleh karena itu, tumbuhnya
pertumbuhan sektor Keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan
Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar
18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun 2013.
Program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama di daerah
Sumber: PLN Wilayah Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
22 22
terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, ikut mendorong
kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat.
Tabel 1.14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat
Sumber: Bank Indonesia
1.2.2.6 Sektor Jasa-jasa
Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 9,76%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 7,50% (yoy). Hal ini terlihat dari
pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan
117,90% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di
bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya Raja Ampat
sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong
kinerja sektor jasa-jasa . Pelaksanaan Sail Raja Ampat yang dilakukan pada
Agustus lalu, juga mendorong kinerja sektor ini pada periode berjalan.
1.2.2.7 Sektor Bangunan
Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 13,21%
(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 14,45% (yoy). Cukup tingginya
pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di
Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 48,920 sak atau bertumbuh
sebesar 24,68% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada
tahun sebelumnya.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III
A. PENDEKATAN PENDAPATAN
1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35,944 46,961
2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836 162,265 147,165
3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83 233 334
4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292 4,113
PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 198,573
B. PENDEKATAN PRODUKSI
1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370 209,767 210,719
2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871) (321)
3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20,508 22,683
4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830 2,052
GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340 234,234 235,133
5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500 36,560
NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 198,573
Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15% 16.13%
2013 20142012KOMPONEN
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 23
Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan
pertumbuhan yang cukup signifikan akibat dari persiapan pelaksanaan Sail
Raja Ampat serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang
merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Pemekaran tersebut
tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur
serta fasilitas umum lainnya. Hal ini pada gilirannya akan mendorong
tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan.
25
BAB 2.
PERKEMBANGAN HARGA
Inflasi
Triwulan III-2013 Triwulan III-2014
mtm ytd yoy mtm ytd yoy
Papua -1.15 5,61 0,59 0,62 2,70 4,51
Papua Barat -3,60 6,98 7,89 0,59 5,40 5,32
Nasional -0,35 7,57 8,40 0,27 3,71 4,53
2.1 Provinsi Papua
2.1.1 Kondisi Umum Inflasi Provinsi Papua
Inflasi tahunan (yoy) Papua cenderung menurun sejak triwulan I-2014. Per
triwulan III-2014, inflasi Papua3 tercatat sebesar4,51% (yoy). Angka tersebut
sedikit lebih rendah dari inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Inflasi
nasional dan Papua juga cenderung bergerak konvergen. Sementara itu, inflasi
bulanan pada triwulan ini cenderung naik mengikuti tren musimannya. Per
September 2014, inflasi bulanan Papua tercatat 0,62% (mtm). Jika pada triwulan
sebelumnya sejak 2014 inflasi bulanan Papua lebih rendah dari inflasi bulanan
nasional, maka sekarang inflasi bulanan Papua sudah lebih tinggi (Papua 0,62%
dan Nasional 0,27%, mtm). Peningkatan inflasi bulanan terutama didorong oleh
Jayapura dan kenaikan harga kompo
3 Perhitungan inflasi Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan rata-rata
tertimbang (weighted average) inflasi Kota Jayapura dan Kabupaten Merauke berdasarkan
bobot masing-masing dalam Indeks Harga Konsumen yang dirilis oleh BPS.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
26 26
2.1.1.1 Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura
Sampai dengan triwulan III 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat
4,23% (yoy). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di 2013 (8,27%,
yoy), inflasi saat ini jauh lebih rendah. Tahun lalu, inflasi yang tinggi disebabkan
oleh kebijakan pemerintah mengurangi subsidi harga bahan bakar minyak, yang
berimbas juga ke harga komoditas-komoditas lain. Saat ini, dampak kenaikan
harga BBM bersubsidi tersebut sudah semakin mengecil. Sementara itu, jika
memperhatikan akumulasi inflasi tahun berjalan, dapat dilihat bahwa inflasi di
Kota Jayapura masih relatif terkendali (1,58%, ytd). Secara tahunan, kenaikan
(5,35%, yoy).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Inflasi Papua mtm Inflasi Nasional mtm
Inflasi Papua yoy Inflasi Nasional yoy
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 112,08 0,44 -3,10 -1,87 4,13
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 117,59 1,48 5,99 2,81 9,74
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 115,40 0,51 4,25 2,00 5,35
Sandang 137,61 -0,02 4,07 0,64 4,07 108,16 -0,19 2,42 1,69 2,94
Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 105,75 0,47 1,26 0,79 2,10
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,43 0,19 0,78 0,67 0,79
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,99 0,04 1,36 0,68 1,37
Inflasi Jayapura 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 113,08 0,46 1,58 0,72 4,23
2014
TW IIIKelompok Komoditas2013
Grafik 2.1. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 27
2.1.1.2 Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Kota
Jayapura
Jika dilakukan disagregasi atas inflasi Kota Jayapura dapat dilihat bahwa
komponen administered price mengalami kenaikan tertinggi, disusul oleh core
inflation dan volatile foods. Secara tahunan, administered price tercatat naik
5,30% (yoy), core inflation naik 4,15% (yoy), sedangkan volatile foods naik
3,15% (yoy).
Tabel 2.2. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS diolah
Kenaikan di administered price terutama disebabkan oleh kebijakan PLN
yang menaikkan Tarif Tenaga Listrik secara gradual sejak Mei 2014. Dampak
kebijakan tersebut di September adalah kenaikan indeks harga untuk kelompok
komodit sebesar 2,21%
(mtm) dan akumulasi kalender berjalan sebesar 4,82% (ytd).
Sementara itu, kenaikan core inflation pada triwulan III ini merupakan pola
normal. Data historis menunjukkan bahwa secara bulanan dan kuartalan, core
inflation pada triwulan III di Jayapura akan lebih tinggi daripada triwulan I dan II.
Tekanan pada core inflation akan memuncak pada triwulan IV, sebelum akhirnya
mereda di triwulan I dan II tahun berikutnya.
Untuk komponen volatile foods kenaikan harga disebabkan oleh kenaikan
-padian, Umbi-
(1,13%, mtm) dan Ikan Segar (1,72%).
Secara umum, pola pergerakan harga agregat di Jayapura tersebut sesuai
dengan ekspektasi inflasi masyarakat seperti yang digambarkan dalam Survei
Konsumen. Kesesuaian ekspektasi inflasi masyarakat dan inflasi aktual di
perekonomian juga tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks
Ekspektasi Konsumen yang relatif stabil pergerakannya.
I II III IV I II III IV I II III
Inflasi Core (mtm) -0.25 1.15 -0.54 2.34 -1.61 0.24 -0.52 2.94 0.15 0.22 0.50
Inflasi Core (qtq) 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08 1.05 0.20 1.37
Inflasi Core (yoy) 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15 4.75 4.15
Inflasi Volatile (mtm) -4.18 1.00 1.94 4.95 -7.16 -0.56 -3.70 2.40 1.90 -3.53 0.07
Inflasi Volatile (qtq) -2.86 2.13 3.75 4.41 -0.06 -1.75 6.01 3.09 6.20 -6.84 -2.50
Inflasi Volatile (yoy) 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37 9.32 3.55
Inflasi Adm Price (mtm) 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00 0.94 1.18 0.78
Inflasi Adm Price (qtq) 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70 1.15 2.46
Inflasi Adm Price (yoy) 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86 11.56 5.30
20142013
Adm
Price
2012
Core
Volatile
Foods
Komponen Disagregasi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
28 28
Grafik 2.2. Perkembangan Survei Konsumen Grafik 2.3. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura
Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
2.1.2 Inflasi Provinsi Papua Menurut Kelompok Komoditas
Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
2.1.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Harga kelompok Bahan Makanan per September 2014 di Papua lebih
rendah 1,06% (qtq) dibandingkan triwulan lalu, jika dibandingkan dengan awal
tahun, harga kompositnya lebih rendah -0,81% (ytd). Di Jayapura, penurunan di
-
yang turun - a turun -5,56% (qtq). Untuk
Merauke, penurunan di kelompok itu diakibatkan oleh turunnya harga pada
- - - (-1,70%, qtq).
Lancarnya pasokan beberaapa komoditas bahan makanan dan ikan segar ke
pasar menyebabkan terjaganya ketersediaan barang bagi masyarakat. Hal
tersebut disebabkan meningkatnya tangkapan ikan dari nelayan seiring
bertambahnya jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di wilayah
Jayapura.
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 162,66 4,36 7,12 6,28 7,12 114,19 0,71 -5,60 -1,06
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163,91 0,89 8,18 3,28 8,18 116,57 1,48 5,06 2,86
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131,56 0,18 9,18 1,07 9,18 116,74 0,60 2,84 2,21
Sandang 137,61 -0,02 4,07 0,64 4,07 109,38 0,00 3,18 2,36 NA
Kesehatan 119,92 0,32 3,80 0,89 3,80 107,63 0,54 1,72 1,23
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118,39 0,02 3,73 0,02 3,73 107,62 0,70 2,17 2,04
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135,98 0,41 11,97 0,01 11,97 112,59 0,02 2,89 1,69
Inflasi Prov. Papua 143,68 1,48 8,27 2,52 8,27 114,05 0,62 0,86 1,24 4,51
2014
TW IIIKelompok Komoditas2013
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 29
2.1.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, harga komposit untuk
kelompok ini naik 2,86% (qtq). Secara akumulasi kenaikan harga per kalender
berjalan, kenaikannya telah mencapai (5,06%, ytd). Kelompok ini mengalami
kenaikan harga kuartalan tertinggi pada triwulan-III 2014. Penyebab kenaikan
harga di kelompok tersebut di Jayapura adalah kenaikan harga untuk komoditas
n yang Tidak
2.1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.
di Papua pada triwulan ini juga relatif tinggi . Secara kuartalan kenaikan
harganya hanya 2,21 %(qtq). Sementara itu, dalam akumulasi kalender berjalan,
kenaikan harga yang terjadi adalah sebesar 2,84% (ytd) jika dibandingkan
dengan awal tahun. Kenaikan harga tertinggi di kelompok ini dialami oleh
(qtq) di Merauke dan 6,14% (qtq) di Jayapura. Hal tersebut seiring dengan
kebijakan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara gradual
sejak Mei 2014.
2.1.2.4 Kelompok Sandang
Sama seperti kelompok Perumahan, Air dan Listrik, harga komoditas di
kelompok Sandang juga naik cukup tinggi. Per September 2013, tingkat harga
Sandang naik 2,36 (qtq) dan 3,18% (ytd). Faktor pendorongnya adalah kenaikan
-
harga di Jayapura relatif stabil.
2.1.2.5 Kelompok Kesehatan
Tingkat harga untuk komoditas di kelompok Kesehatan masih relatif stabil
pada kuartal ini. Secara kuartalan, tingkat harga mengalami kenaikan 1,23%
(qtq), dan untuk kalender berjalan, kenaikannya sudah mencapai 1,72% (ytd).
Subkelompok yang mengalami kenaik
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
30 30
2.1.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok komoditas Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga juga mengalami
kenaikan yang signifikan pada kuartal ini. Pada triwulan III 2014, kelompok ini
tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 2,04%(qtq) dan 2,17%(ytd).
Penyebab utama kenaikan harga kelompok tersebut adalah peningkatan biaya
2.1.2.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Pada triwulan III 2014, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa
Keuangan mengalami kenaikan harga kuartalan sebesar 1,69% (qtq). Untuk
kalender berjalan, kenaikan harga di kelompok ini sudah mencapai 2,89%.
Faktor penyebab kenaikan harga di kelompok ini adalah kenaikan harga di
permintaan atas penerbangan untuk rute dari dan keluar Provinsi Papua.
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 31
2.2 Provinsi Papua Barat
2.2.1 Kondisi Umum Inflasi Papua Barat
Mirip dengan Provinsi Papua, inflasi tahunan Papua Barat cenderung
menurun sementara inflasi bulanan cenderung stabil. Inflasi tahunan Papua Barat
per September 2014 tercatat 5,32% (yoy), dan inflasi bulanannya 0,59% (mtm).
Jika pada triwulan sebelumnya sejak triwulan II-2013, inflasi tahunan Papua Barat
selalu lebih rendah dari inflasi nasional, triwulan III ini inflasinya sudah lebih
tinggi. Inflasi tahunan nasional per triwulan III 2014 adalah 4,53% (yoy.
Sementara itu, inflasi bulanan nasional per September 2014 adalah 0,27%
(mtm).
Grafik 2.4. Perbandingan Inflasi Papua Barat dengan Inflasi Nasional
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
Jika diuraikan berdasarkan kelompok komoditas penyusunnya, inflasi di
Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan yang relatif tinggi untuk beberapa
kelompok. Kelompok komoditas yang mengalami kenaikan tingkat harga
tertinggi adalah Bahan Makanan (7,32%, yoy); Makanan Jadi, Minuman, Rokok
dan Tembakau (6,94%, yoy); serta Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
(5,60% yoy).
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
I II III IV I II III IV I II III
2012 2013 2014
Inflasi Papua Barat mtm
Inflasi Nasional mtm
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
32 32
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
2.2.2.1 Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Bahan Makanan merupakan yang mengalami kenaikan harga
tertinggi pada triwulan ini. Per September 2014, akumulasi kenaikannya untuk
kalender berjalan mencapai 10,67% (ytd). Jika dibandingkan dengan indeks
tahun lalu, kenaikannya adalah sebesar 7,32% (yoy). Sementara itu jika
dibandingkan dengan kuartal lalu, kenaikannya mencapai dua digit,
10,76%(qtq). Kenaikan harga di kelompok komoditas ini terutama didorong oleh
ganya
meningkat sampai 36,19% (qtq) di Sorong dan 31,33% (qtq) di Manokwari.
Berbanding terbalika dengan yang terjadi di Papua, harga ikan di Papua Barat
justru mengalami kenaikan. Tingginya permintaan dalam beberapa waktu
terkahir; terbatasnya jumlah nelayan yang beroperasi serta tingginya
ketergantungan terhadap pasokan dari daerah lain, menjadi salah satu faktor
penyebab tingginya inflasi yang berasal dari subkelompok ikan segar.
2.2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Meskipun secara kuartalan maupun bulanan kenaikan harga untuk
kelompok ini relatif stabil, yaitu 0,61% (mtm) dan 1,24% (qtq), namun secara
tahunan kenaikannya cukup tinggi (6,94% yoy). Faktor yang mendorong
q) di
di Sorong.
2.2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
-rata meningkat 2,81% (qtq). Kenaikan tahunannya mencapai 5,60%
(yoy), sementara itu jika dilihat secara akumulasi tahun 2014 kenaikannya adalah
IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY
Bahan Makanan 110,08 1,68 9,53 1,46 9,53 121,83 1,10 10,67 10,76 7,32
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 108,05 0,36 6,06 9,32 6,06 113,00 0,61 4,58 1,24 6,94
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 106,24 0,21 5,34 -3,85 5,34 111,11 1,07 4,58 2,81 5,60
Sandang 100,52 -0,14 -2,41 -3,99 -2,41 101,13 0,02 0,61 0,20 0,86
Kesehatan 105,78 1,24 4,77 2,92 4,77 108,32 0,23 2,41 0,83 4,82
Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 105,29 0,30 1,27 2,36 1,27 107,69 1,07 2,28 1,93 2,77
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 111,07 0,71 11,72 -2,42 11,72 111,26 -1,29 0,17 -0,72 2,47
Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 108,09 0,91 7,28 1,06 7,28 113,93 0,59 5,40 4,27 5,32
2014
TW IIIKelompok Komoditas2013
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 33
4,58% (ytd). Sama seperti di Provinsi Papua, kenaikan harga kelompok ini
disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan TTL sejak Mei 2014
seca
di Manokwari dan 5,20% (qtq) dan
di Sorong.
2.2.2.4. Kelompok Sandang
Harga komoditas-komoditas di kelompok Sandang relatif stabil pada kuartal
ini. Secara kuartalan, harganya naik 0,20% (qtq). Kenaikan tersebut lebih
-
1,33% (qtq). Sementara itu untuk subkelompok lainnya, baik di Manokwari
maupun Sorong, harganya relatif stabil.
2.2.2.5. Kelompok Kesehatan
0,83% (qtq) pada triwulan ini. Jika dilihat secara tahunan, perubahannya relatif
tinggi 4,82% (yoy). Di Manokwari, faktor yang mendorong kenaikan harga
-
Sementara itu di Sorong, kenaikannya didorong oleh harga- -
yang naik 2,20% (qtq).
2.2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
kompositnya cukup tinggi pada triwulan ini, yaitu 1,91%. Namun demikian pola
tersebut relatif umum mengingat perubahan tahunannya hanya 2,77% (yoy)
lebih tinggi dibanding indeks tahun lalu. Akumulasi inflasi per tahun kalendernya
juga belum terlalu tinggi, yaitu 2,28% (ytd). Faktor-faktor yang mendorong
tingginya perubahan harga-harga pada triwulan ini adalah subkelompok
ong.
-
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
34 34
2.2.2.7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Berbeda dengan kelompok-kelompok komoditas lainnya, kelompok
triwulan ini, yaitu -0,72% (qtq). Kendati demikian secara tahunan, tingkat
harganya masih lebih tinggi 2,47% (yoy) dibandingkan tahun lalu. Penurunan
-5,11%
(qtq) di Manokwari dan -19,61% (qtq) di Sorong. Penurunan itu merupakan
imbas dari usaha beberapa maskapai untuk memperluas pangsa pasarnya di
Papua Barat dengan menawarkan harga promo.
35
BAB 3.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
3.1 Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua
Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
pada triwulan III-2014 menunjukan perkembangan yang positif. Hal ini tercermin
dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi
intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin
dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh
sebesar 19,37% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh sebesar
15,96% (yoy). Akan tetapi pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2014
lebih kecil dibanding pertumbuhan kredit perbankan di triwulan III-2013 yaitu
sebesar 28,54% (yoy). Hal ini juga mendorong menurunnya loan to deposit ratio
(LDR) perbankan menjadi sebesar 57,07% (yoy) pada triwulan III-2014 dari
58,75% (yoy) pada triwulan III-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih jauh
dibawah batas atas yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat
kesehatan perbankan.
Tabel 3.1. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
I II III IV I II III IV I II III
Total Asset (Rp miliar) 40,915 44,398 47,808 43,380 43,376 48,484 52,316 49,691 47,333 56,320 63,750 21.85%
DPK (Rp miliar) 31,557 34,254 36,358 35,432 35,432 38,589 40,884 40,714 39,564 44,589 48,805 19.37%
Giro (Rp miliar) 12,375 14,577 16,166 10,390 12,687 15,260 17,697 12,960 13,471 17,710 19,486 10.11%
Deposito (Rp miliar) 5,930 5,968 6,179 6,519 6,996 7,956 7,405 7,571 8,878 10,053 12,040 62.59%
Tabungan (Rp miliar) 13,252 13,709 14,013 18,523 15,350 15,373 15,782 20,184 17,216 16,827 17,279 9.48%
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,598 17,429 18,687 19,940 20,555 22,851 24,020 25,224 25,518 26,919 27,853 15.96%
Modal Kerja 6,802 7,471 7,932 8,345 8,287 8,884 9,170 9,482 10,065 11,079 11,875 29.50%
Investasi 1,905 2,548 2,719 2,905 2,901 3,517 3,575 3,984 3,807 3,965 3,817 6.77%
Konsumsi 6,891 7,410 8,036 8,690 9,367 10,449 11,275 11,758 11,646 11,875 12,161 7.86%
Kredit MKM (Rp miliar) 6,602 7,342 7,522 7,793 7,314 8,346 8,669 10,421 10,503 11,487 11,752 35.57%
Modal Kerja 5,496 5,707 5,857 6,072 5,930 6,285 6,534 7,693 7,860 8,604 8,944 36.89%
Investasi 1,106 1,635 1,665 1,721 1,384 2,061 2,130 2,722 2,637 2,882 2,808 31.83%
Kredit Mikro (Rp miliar) 1,042 1,199 1,097 1,185 1,149 1,299 1,382 1,512 1,549 1,902 1,752 26.74%
Modal Kerja 891 1,026 933 1,009 971 952 1,022 1,098 1,104 1,319 1,274 24.66%
Investasi 151 173 164 176 178 343 360 408 440 582 482 33.89%
Kredit Kecil (Rp Miliar) 3,470 3,830 3,934 4,041 3,275 3,658 3,766 3,996 3,930 4,218 4,404 16.93%
Modal Kerja 2,937 2,840 2,942 3,041 2,696 2,691 2,777 2,833 2,807 3,031 3,173 14.24%
Investasi 533 990 992 1,000 579 967 989 1,162 1,122 1,187 1,231 24.47%
Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,090 2,313 2,491 2,567 2,890 3,389 3,520 4,913 5,024 5,373 5,592 58.86%
Modal Kerja 1,668 1,841 1,982 2,022 2,263 2,643 2,739 3,762 3,949 4,260 4,497 64.18%
Investasi 422 472 509 545 627 758 782 1,151 1,075 1,113 1,095 40.03%
NPL 204 242 278 255 325 405 481 450 511 764 812 68.95%
NPL Ratio 1.31% 1.39% 1.49% 1.28% 1.58% 1.77% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91% 0.91%
LDR 49.43% 50.88% 51.40% 56.28% 58.01% 59.22% 58.75% 61.95% 64.50% 60.37% 57.07% -1.68%
2014Wilayah Papua
2012 2013 Growth
YOY
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
36 36
Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 21.85% (yoy) yang
mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka
penyaluran kredit sebesar 15,96% (yoy). Sesuai dengan historisnya, kredit
konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan
dengan total share mencapai +86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing
sebesar 7,86% (yoy) dan 29,50% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit
investasi masih relatif kecil, namun jenis kredit ini selalu mengalami pertumbuhan
yang konsisten setiap waktunya. Pertumbuhan kredit perbankan yang positif
tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat
terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan
III-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,91%, meskipun pencapaian
tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya
tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus
tetap diwaspadai.
Tabel 3.2. Perkembangan NPL Persektor
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh
peningkatan deposito yang signifikan dengan pertumbuhan sebesar 62,59%
(yoy) dan diikuti oleh giro sebesar 10,11% (yoy) serta tabungan sebesar 9,48%
(yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama
disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian
dananya dalam bentuk deposito.
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I
Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82% 2.43%
Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39% 18.40%
Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67% 4.92%
Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13% 3.79%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15% 3.10%
Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09% 8.31%
Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68% 2.82%
Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33% 3.04%
Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62% 1.67%
Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% 2.91%
20132012NPL PAPUA & PAPUA BARAT
(%)
2014
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 37
3.2 Perbankan Provinsi Papua
3.2.1. Perkembangan Umum
Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti
tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar
22,95% (yoy), DPK sebesar 20,07 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar
13,15% (yoy).
Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan penyaluran kredit
menyebabkan menurunnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar
54,48% (yoy) atau mengalami penurunan sebesar 3,33% dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 57,80% (yoy). Penurunan LDR
pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau
Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan III-2014 tercatat sebesar 3,28%
atau meningkat sebesar 1,38% dibandingkan triwulan yang sama di tahun
sebelumnya.
Tabel 3.3. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
I II III IV I II III
Total Asset (Rp miliar) 34,490 37,928 40,808 37,429 36,028 43,525 50,172 14.8%
DPK (Rp miliar) 26,365 28,862 30,294 29,653 29,275 32,899 36,373 14.0%
Giro (Rp miliar) 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13,964 12.4%
Deposito (Rp miliar) 5,556 6,217 5,595 5,607 6,748 7,927 9,543 27.5%
Tabungan (Rp miliar) 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12,866 8.2%
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19,814 14.7%
Modal Kerja 5,858 6,186 6,392 6,598 6,778 7,384 8,038 19.4%
Investasi 2,195 2,601 2,605 2,897 2,649 2,787 2,726 7.2%
Konsumsi 7,401 7,869 8,513 8,872 8,739 8,933 9,050 13.5%
Kredit MKM (Rp miliar) 5,094 5,803 6,080 7,418 7,161 7,839 8,048 35.1%
Modal Kerja 4,131 4,391 4,607 5,480 5,397 5,901 6,179 34.4%
Investasi 963 1,408 1,468 1,933 1,759 1,938 1,869 37.6%
Kredit Mikro (Rp miliar) 837 939 996 1,107 1,090 1,365 1,224 45.4%
Modal Kerja 693 669 713 780 780 951 896 42.2%
Investasi 140 270 283 322 306 414 332 53.3%
Kredit Kecil (Rp Miliar) 2,239 2,521 2,594 2,828 2,695 2,907 3,052 15.3%
Modal Kerja 1,815 1,844 1,909 1,974 1,916 2,093 2,192 13.5%
Investasi 424 677 685 854 779 814 860 20.2%
Kredit Menengah (Rp Miliar) 2,022 2,343 2,489 3,482 3,375 3,567 3,768 52.2%
Modal Kerja 1,623 1,883 1,989 2,726 2,701 2,857 3,091 51.7%
Investasi 399 460 500 756 674 710 677 54.3%
NPL 237 298 332 318 371 604 649 102.8%
NPL Ratio 1.5% 1.8% 1.9% 1.7% 2.0% 3.2% 3.28% 1.4%
LDR 58.6% 57.7% 57.8% 61.9% 62.1% 58.1% 54.48% 0.4%
Provinsi Papua2013 Growth
YOY
2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
38 38
3.2.2 Aset Perbankan
Pada triwulan III-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat
sebesar Rp 50,17 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP)
masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 81,03% dari total
keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan
pangsa sebesar 18,33% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 0,64%.
Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah
dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mencapai angka Rp 49,48 triliun,
sedangkan aset BPR mencapai Rp 693 miliar. Pertumbuhan aset tersebut
terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 13,15%
(yoy).
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.2. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
3.2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 36,37 triliun yang terdiri dari
giro sebesar Rp 13,96 triliun, tabungan sebesar Rp 12,87 triliun dan deposito
sebesar Rp 9,54 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 70,56%
(yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 8,80% (yoy) dan pertumbuhan
tabungan yang tercatat sebesar 8,44% (yoy).
Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank
Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 81,03% diikuti kelompok
bank swasta 18,33% dan kelompok BPR 0,64%. Salah satu penyebab masih
tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua
adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 39
Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya.
Tabel 3.4. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
Grafik 3.3. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.2.4 Penyaluran Kredit Perbankan
Walaupun sampai dengan September 2014, tingkat suku bunga perbankan
masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu
I II III IV I II III IV I II III
Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26,185 29,471 10.49%
Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10,479 12,056 -2.12%
Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5,832 7,191 16.22%
Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9,874 10,224 21.00%
Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6,486 6,669 12.28%
Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1,990 1,908 -8.77%
Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1,930 2,185 29.48%
Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2,566 2,576 18.50%
BPR 237 207 217 203 203 216 230 229 229 229 232 -14.54%
Deposito 191 154 162 149 149 159 171 166 166 166 167 -21.86%
Tabungan 46 53 55 53 53 56 59 63 63 63 65 16.07%
Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32,900 36,372 10.64%
Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469 13,964 -3.39%
Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7,928 9,543 18.99%
Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 12,865 20.47%
2013 Growth
(yoy)
2012 2014Kelomok Bank
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
40 40
mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat
terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara
signifikan sebesar 13,15% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit
dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 25,76% (yoy), kredit konsumsi
sebesar 6,31% (yoy) dan kredit investasi sebesar 4,64% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat
dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu,
pertumbuhan yang cukup pesat juga tampak dari sektor-sektor produktif yang
bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi
berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan kredit untuk pembangunan
infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi
investasi.
Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup
dominan dengan share sebesar 45,67%, modal kerja 40,57% dan investasi
13,76%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan
bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah
tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran
umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian
barang modal (barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan
minum bagi restoran, dan lain-lain.
Tabel 3.5. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
I II III IV I II III
Kredit Sektoral (Rp miliar) 15,454 16,656 17,511 18,367 18,166 19,104 19,814 14.7%
Pertanian 234 270 306 797 710 769 602 184.8%
Pertambangan 79 75 77 62 46 54 77 -28.0%
Industri pengolahan 373 487 544 510 371 349 333 -28.3%
Listrik,Gas dan Air 22 28 30 32 33 37 51 32.1%
Konstruksi 1,101 1,205 1,295 1,259 1,217 1,398 1,804 16.0%
Perdagangan 4,144 4,816 4,869 4,929 4,953 5,233 5,403 8.7%
Pengangkutan 300 373 399 437 462 551 583 47.6%
Jasa Dunia Usaha 567 562 519 547 545 532 453 -5.3%
Jasa Sosial Masyarakat 903 953 958 1,090 1,217 1,222 1,308 28.2%
Lain-lain 7,730 7,887 8,513 8,704 8,612 8,959 9,201 13.6%
Provinsi Papua2013 Growth
YOY
2014
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 41
Grafik 3.4. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 3.5. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
3.2.5 LDR Dan NPL
Peran perbankan sebagai lembaga intermediasi antara pihak yang
mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di Provinsi Papua
masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari
pencapaian LDR pada triwulan laporan yang hanya mencapai 54,48%, dimana
angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana
perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang
cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut
tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang
sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu,
jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3
Bank Umum) serta 1 Kantor pusat Bank Umum (BPD) yang masih terpusat pada
daerah tertentu ditengarai juga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya
LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan
kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya
kemampuan UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan
(bankable) juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
pencapaian LDR di Provinsi Papua.
Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua
masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian
NPL sebesar 3,28% yang masih berada di bawah batas maksimal yang
ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor
angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari
NPL sektor ini masing-masing mencapai 21,92% dan 12,18%. Adapun untuk
Sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
42 42
dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL yang relatif rendah
(di bawah 10%)
Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.2.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua
3.2.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua
Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi
Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan
September 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi
Papua mencapai Rp 10,61 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 17,95%
(yoy). Sektor usaha pertanian dan kontruksi mencatatkan nilai dan pertumbuhan
yang cukup tinggi sebesar 528,57% (yoy) dan 125,90% (yoy).
Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor
utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih
berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan
(NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral,
sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi
memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena
pangsa kredit dari sektor-sektor tersebut tidak terlalu besar, menyebabkan
pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman.
I I I I I I IV I I I I I I
Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82% 2.66%
Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92% 21.92%
Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11% 5.88%
Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94% 5.16%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17% 3.17%
Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98% 12.18%
Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63% 3.31%
Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70% 3.59%
Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70% 1.73%
Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16% 3.27%
2013NPL PAPUA (%)
2014
Tabel 3.6. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 3.4. Perkembangan NPL & LDR
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 43
Grafik 3.5. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua
Grafik 3.6. Perkembangan NPL Kredit Sektor
Utama Prov. Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
3.2.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua
masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi.
Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah
(KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing
berhasil tumbuh sebesar 12,26% (yoy) dan 19,76% (yoy). Dari total kredit
konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,45 triliun, pangsa kredit multiguna
tercatat sebesar 39,50%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa
masing-masing sebesar 16,68% dan 0.75%, sedangkan sisanya merupakan
kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya
diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di
Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut
terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah
angka 5 %.
Grafik 3.6. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Grafik 3.7. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
44 44
3.2.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang
cukup menggembirakan. Pada triwulan III-2014, kredit UMKM di Papua tercatat
berhasil tumbuh sebesar 32,38% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki
pangsa sebesar 40,62% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi
Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah
sebesar Rp 8,05 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang
pangsa sebesar 76,78%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit
UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 23,22%.
Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan
perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam
mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi.
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua
Grafik 3.9. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov.
Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
3.3 Perbankan Provinsi Papua Barat
3.3.1 Perkembangan Umum
Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan
yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti
total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan III-2014. Total aset perbankan
Provinsi Barat pada triwulan III-2014 mencapai Rp 13,58 triliun atau meningkat
cukup signifikan sebesar 17,98% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 12,43
triliun atau meningkat 17,39% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya.
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 45
Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 8,04 triliun atau
tumbuh sebesar 23,49% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 64,66%. Pesatnya
pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang
cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 2,03%, atau
masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%.
Tabel 3.7. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh
perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif
terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa
perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua
maupun dari perusahaan induknya (parent company).
3.3.2 Total Aset
Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 13,58 triliun atau
tumbuh 17,98% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan
dengan kondisi di Provinsi Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat
masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 91,13% sedangkan bank swasta hanya
7,55% dan BPR 1,32%.
I III IV IV I II III IV I II III
Total Asset (Rp miliar) 7,865 9,002 9,136 9,136 9,554 10,556 11,508 12,262 11,305 12,795 13,577 17.98%
DPK (Rp miliar) 7,225 8,376 8,284 8,284 9,381 9,727 10,591 11,061 10,289 11,690 12,433 17.39%
Giro (Rp miliar) 2,474 3,517 2,085 2,085 3,489 4,171 4,862 3,882 3,729 5,241 5,522 13.57%
Deposito (Rp miliar) 1,388 1,455 1,424 1,424 3,863 1,738 1,810 1,963 2,129 2,125 2,497 37.94%
Tabungan (Rp miliar) 3,363 3,404 4,775 4,775 1,630 3,818 3,918 5,216 4,431 4,324 4,413 12.63%
Kredit Penggunaan (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,194 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.50%
Modal Kerja 1,915 2,351 2,574 2,574 2,508 2,699 2,778 2,884 3,287 3,695 3,837 38.12%
Investasi 411 610 651 651 710 915 970 1,086 1,157 1,177 1,091 12.52%
Konsumsi 1,851 2,013 2,172 2,172 2,371 2,580 2,762 2,887 2,908 2,943 3,111 12.63%
Kredit MKM (Rp miliar) 1,840 2,226 2,357 2,357 2,220 2,543 2,589 3,003 3,342 3,654 3,704 43.07%
Modal Kerja 1,573 1,843 1,938 1,938 1,799 1,894 1,927 2,213 2,463 2,709 2,765 43.49%
Investasi 267 383 419 419 421 649 662 789 878 944 939 41.84%
Kredit Mikro (Rp miliar) 265 343 377 377 312 360 386 404 458 536 528 36.79%
Modal Kerja 244 311 341 341 278 287 309 318 324 368 378 22.33%
Investasi 21 32 36 36 38 73 77 86 134 168 150 94.81%
Kredit Kecil (Rp Miliar) 948 1,135 1,171 1,171 1,036 1,137 1,172 1,168 1,235 1,311 1,352 15.36%
Modal Kerja 837 944 972 972 881 847 868 859 891 938 981 13.02%
Investasi 111 191 199 199 155 290 304 308 343 373 371 22.04%
Kredit Menengah (Rp Miliar) 627 749 809 809 868 1,046 1,031 1,431 1,649 1,806 1,824 76.92%
Modal Kerja 492 588 625 625 640 760 750 1,036 1,248 1,403 1,406 87.47%
Investasi 135 161 184 184 228 286 282 395 401 403 418 48.23%
NPL 53 90 76 76 93 119 148 132 140 160 163 9.75%
NPL Ratio 1.27% 1.81% 1.41% 1.41% 1.67% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.03% -0.25%
LDR 57.81% 59.38% 65.15% 65.15% 59.84% 63.68% 61.46% 62.15% 71.45% 66.85% 64.66% 3.20%
Provinsi Papua Barat2012 2013 Growth
YOY
2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
46 46
Grafik 3.10. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 3.11. Komposisi Aset Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.3.3 Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 12,43 triliun yang terdiri
dari giro Rp 5,52 triliun, tabungan Rp 4,41 triliun dan deposito Rp 2,50 triliun.
Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, deposito
mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu sebesar 37,94% sedangkan giro
dan tabungan masing-masing tumbuh terbatas sebesar 13,57% (yoy) dan
12,63% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih
mendominasi sebesar 91,13% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa
7,55% dan BPR sebesar 1,32% terhadap total keseluruhan DPK di Provinsi Papua
Barat.
Grafik 3.12. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat
3.3.4 Penyaluran Kredit Perbankan
Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan III-2014 mencapai sebesar
Rp 8,04 triliun atau tumbuh sebesar 23,50% (yoy) dibanding periode yang sama
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 47
tahun 2013. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa
tertinggi sebesar 47,73%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 38,70%,
dan diikuti oleh kredit investasi 13,57%.
Tabel 3.8. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 3.13. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 3.14. Komposisi Kredit Perbankan
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar
didominasi oleh kredit kredit perdagangan,hotel dan restoran (PHR) yang
mencapai sebesar 30,63% dari total kredit secara keseluruhan. Selanjutnya,
diikuti oleh sektor kontruksi yang mencapai sebesar 11,72% dari kredit secara
keseluruhan. Tingginya pangsa kredit untuk sektor kontruksi terjadi seiring
tingginya aktivitas pembangunan di Papua Barat yang merupakan salah satu
daerah yang mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah.
I I I I I I IV I I I I I I IV I I I I I I
Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287 3695 3837
Pertumbuhan 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% 36.91% 38.12%
Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1 1177.1 1091
Pertumbuhan 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% 28.59% 12.52%
Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6 2942.6 3111
Pertumbuhan 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% 14.05% 12.63%
Provinsi Papua Barat2012 2013 2014
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
48 48
Tabel 3.8. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.3.5 LDR dan NPL
Pada triwulan III-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan
mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit Ratio (LDR) menjadi
sebesar 64,66% atau meningkat sebesar 3,20% (yoy) dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih terbatas menunjukan
bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum
menunjukkan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian
tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya
peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi
Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level
yang lebih tinggi.
Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua
Barat, pada triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di
Papua Barat juga masih berada dalam rentang yang cukup aman. Hal tersebut
dapat tercermin dari adanya penurunan NPL menjadi sebesar 2,03% pada
triwulan III-2014 dari 2,28% pada triwulan III-2013. Kedepannya perbankan di
Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit,
hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk)
yang akan dihadapi oleh masing-masing bank.
I III IV IV I II III IV I II III
Kredit Sektoral (Rp miliar) 4,177 4,974 5,397 5,397 5,614 6,195 6,510 6,857 7,352 7,815 8,039 23.49%
Pertanian 33 32 34 34 34 31 35 108 206 218 220 528.57%
Pertambangan 1 18 43 43 49 50 52 51 57 53 63 21.15%
Industri pengolahan 54 160 118 118 102 202 305 149 145 134 118 -61.31%
Listrik,Gas dan Air 2 1 2 2 2 2 3 3 4 8 10 233.33%
Konstruksi 340 554 656 656 396 440 417 599 624 829 942 125.90%
Perdagangan 1,298 1,600 1,712 1,712 1,771 2,119 2,128 2,151 2,341 2,456 2,462 15.70%
Pengangkutan 65 96 111 111 247 275 316 263 280 302 319 1.00%
Jasa Dunia Usaha 163 182 178 178 224 260 262 275 295 253 257 -1.91%
Jasa Sosial Masyarakat 99 140 148 148 240 231 229 314 402 495 499 117.90%
Lain-lain 2,122 2,191 2,395 2,395 2,549 2,585 2,763 2,944 2,998 3,067 3,149 13.97%
Provinsi Papua Barat2012 2013 Growth
YOY
2014
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 49
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
3.3.6 Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat
3.3.6.1 Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat
Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat
masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada
triwulan III-2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga
bulan September 2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya
mencapai sebesar Rp 4,89 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa
tertinggi sebesar 30,63%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar
11,72%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 6,21%, dan sektor
pengangkutan dengan pangsa sebesar 3,97%. Adapun jika dilihat dari kualitas
penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat
dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang
cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada
dibawah 5%, tercatat hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih
dari 5% (yaitu sebesar 8,47%).
Grafik 3.16. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama
Prov. Papua Barat
Grafik 3.17. Perkembangan NPL Kredit Sektor
Utama Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
I I I I I I IV I I I I I I
Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% 1.83% 1.82%
Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% 8.21% 8.47%
Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% 1.09% 1.17%
Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% 3.09% 2.97%
Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% 0.99% 1.25%
Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% 2.77% 1.95%
Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% 1.41% 1.60%
Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% 1.40% 1.49%
Total 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% 2.01%
2013NPL PAPUA BARAT (%)
2014
Tabel 3.9. Perkembangan Indikator Perbankan
Papua Barat
Grafik 3.15. Perkembangan NPL & LDR
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
50 50
3.3.6.2 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat
Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua
Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut
didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna
yang mana pada triwulan III-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar
31,99% (yoy) dan 25,38% (yoy). Dari total kredit rumah tangga yang disalurkan
sebesar Rp 2,94 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,71%,
sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 18,96%
dan 1,23%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk
peruntukkan konsumsi lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di
Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal
tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5
%.
Grafik 3.18. Pertumbuhan Kredit RT
Prov. Papua Barat
Grafik 3.19. Perkembangan NPL Kredit RT
Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
3.3.6.3 Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM)
Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan
III-2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,07%
(yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,08% dari keseluruhan
kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil
disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,70 triliun. Kredit UMKM
untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 74,65% lebih tinggi
dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,35%.
Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 51
baik seiring dengan terus bertumbuhnya jumlah UMKM dan semakin baiknya
prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan.
Grafik 3.20. Pertumbuhan Kredit MKM
Prov. Papua Barat
Grafik 3.21. Perkembangan NPL Kredit MKM
Prov. Papua Barat
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
52 52
53
BAB 4
PERKEMBANGAN KEUANGAN
DAERAH
4.1 Keuangan Daerah Provinsi Papua
Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan
digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah
Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan
pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak
mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam
hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda
lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 4.1). Alasan lainnya adalah bahwa
kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena
itu, untuk asesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD
pemprov sebagai proksi aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan.
Tabel 4.1. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua
Pemerintah Daerah
Pendapatan Belanja
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
Prov. Papua 10,489.10 30.9% 11,205.10 31.7%
Kab. Asmat 1,090.20 3.2% 1,130.20 3.2%
Kab. Biak Numfor 763.13 2.3% 812.24 2.3%
Kab. Boven Digoel 1,065.77 3.1% 1,072.64 3.0%
Kab. Deiyai 594.42 1.8% 592.92 1.7%
Kab. Dogiyai 655.16 1.9% 757.94 2.1%
Kab. Intan Jaya 913.51 2.7% 911.01 2.6%
Kab. Jayapura 868.21 2.6% 889.84 2.5%
Kab. Jayawijaya 880.21 2.6% 810.41 2.3%
Kab. Kepulauan Yapen 745.79 2.2% 721.79 2.0%
Kab. Lanny Jaya 864.62 2.6% 864.62 2.4%
Kab. Mamberamo Raya 998.52 2.9% 997.02 2.8%
Kab. Mamberamo Tengah 865.34 2.6% 885.44 2.5%
Kab. Merauke 1,674.39 4.9% 1,846.70 5.2%
Kab. Nabire 916.35 2.7% 889.35 2.5%
Kab. Nduga 731.60 2.2% 732.10 2.1%
Kab. Paniai 748.96 2.2% 747.96 2.1%
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
54 54
PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.2%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.9%
PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.4%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.4%
BELANJA 8,982.51 11,205.08 24.7%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5,115.09 5,903.04 15.4%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,919.64 4,253.91 45.7%
BELANJA PEGAWAI 947.78 1,048.13 10.6%
SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.3%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.9%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00 -37.1%
PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97 -577.3%
Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan
Pemerintah Daerah
Pendapatan Belanja
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
dalam miliar
rupiah
Kontribusi di
Total Provinsi
Kab. Pegunungan Bintang 1,085.42 3.2% 1,092.15 3.1%
Kab. Puncak 1,075.29 3.2% 1,340.52 3.8%
Kab. Puncak Jaya 1,004.67 3.0% 997.67 2.8%
Kab. Sarmi 880.17 2.6% 906.01 2.6%
Kab. Supiori 686.32 2.0% 717.82 2.0%
Kab. Tolikara 928.97 2.7% 923.97 2.6%
Kab. Waropen 661.78 2.0% 691.30 2.0%
Kab. Yahukimo 863.66 2.5% 900.92 2.6%
Kab. Yalimo 820.71 2.4% 817.21 2.3%
Kota Jayapura 1,027.70 3.0% 1,057.95 3.0%
TOTAL PAPUA 33,899.98 100.0% 35,312.79 100.0%
Sumber: Data APBD 2014 diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Secara umum postur keuangan daerah di Papua mengalami
peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.2). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah
diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang
dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja
pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung
(tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk
pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain
memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen.
Tabel 4.2. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Indonesia
Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua
tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 55
PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.15%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.94%
Pajak Daerah 326.31 597.34 83.06%
Retribusi Daerah 11.90 50.37 323.24%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.89 27.93 40.44%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49.59 86.51 74.44%
PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.45%
Dana Perimbangan 2,502.57 2,604.85 4.09%
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.40 493.14 2.87%
Dana Alokasi Umum 1,889.27 1,991.20 5.40%
Dana Alokasi Khusus 133.90 120.51 -10.00%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4,703.04 4,777.07 1.57%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.38%
APBD 2014 PertumbuhanUraian APBD 2013
dibandingkan dengan 2013. Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov
adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut
pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan.
Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain
memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 4.2). Jika kondisi ini
terus berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah
pusat dapat semakin berkurang.
Tabel 4.3. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21
triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika
dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua
terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja
Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa
(27%).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
56 56
BELANJA 8,982.51 11,205.08 24.7%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 5,115.09 5,903.04 15.4%
Belanja Hibah 851.24 841.47 -1.1%
Belanja Bantuan Sosial 265.00 202.23 -23.7%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 132.28 267.34 102.1%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota 3,052.73 4,541.90 48.8%
Pemerintah Desa dan Partai Politik 43.22 - -100.0%
Belanja Tidak Terduga 2,919.64 50.10 -98.3%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,919.64 4,253.91 45.7%
Belanja Barang dan Jasa 1,558.12 1,978.66 27.0%
Belanja Modal 1,184.37 2,275.25 92.1%
BELANJA PEGAWAI 947.78 1,048.13 10.6%
URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
PENDAPATAN 6,343.87 77.5% 8,013.84 76.4%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 404.76 99.3% 586.16 76.9%
Pajak Daerah 332.14 101.8% 376.28 63.0%
Retribusi Daerah 19.79 166.3% 29.83 59.2%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 0.20 1.0% 32.69 117.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 52.62 106.1% 147.37 170.3%
PENDAPATAN TRANSFER 5,187.12 72.0% 5,584.12 75.6%
Dana Perimbangan 1,920.15 76.7% 2,001.32 76.8%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 305.59 63.7% 471.77 95.7%
Dana Alokasi Umum 1,574.39 83.3% 1,493.40 75.0%
Dana Alokasi Khusus 40.17 30.0% 36.15 30.0%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 3,266.96 69.5% 3,582.80 75.0%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 751.99 131.6% 1,843.56 78.6%
Uraian
Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014
Tabel 4.4. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
4.1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Per triwulan III-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat
sebesar Rp8,01 triliun atau setara 76 persen dari target anggaran tahun ini.
Kondisi tersebut sama dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya
(76,5%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya
masih di bawah 75 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah
(63,0%); Retribusi Daerah (59,2%) serta Dana Alokasi Khusus (30%). Dana
Alokasi Khusus dan Penyesuaian sendiri, meskipun realisasi hingga pertengahan
tahun anggaran masih di bawah 50 persen, pencapaiannya sama seperti yang
terjadi padatahun 2013 (30%).
Tabel 4.5. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi
Papua (dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 57
4.1.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda
secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan III-2014,
realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp5,72 triliun atau setara
51,1 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat
dibandingkan triwulan III-2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total
belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini,
apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas
institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang
terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing
institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total
alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan
kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda
untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan III-2014
menunjukkan tingkat penyerapan terendah (13,1%) dibandingkan pos-pos
lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini
menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun
relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada
dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi
pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik
memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan IV tahun anggaran pada
kesempatannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi
tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang
dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta
berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak
dilakukan secara efisien.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
58 58
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
BELANJA 4,049.59 45.1% 5,721.70 51.1%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 2,546.42 49.8% 3,994.68 67.7%
Belanja Hibah 583.74 68.6% 560.26 66.6%
Belanja Bantuan Sosial 116.65 44.0% 44.32 21.9%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 71.84 54.3% 88.94 33.3%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1,761.62 57.7% 3,291.06 72.5%
Pemerintah Desa dan Partai Politik
Belanja Tidak Terduga 12.56 0.4% 10.10 20.2%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,001.25 34.3% 1,198.63 28.2%
Belanja Barang dan Jasa 697.05 44.7% 899.84 45.5%
Belanja Modal 304.20 25.7% 298.79 13.1%
BELANJA PEGAWAI 501.92 53.0% 528.39 50.4%
Realisasi s.d Triwulan III-2014URAIAN
Realisasi s.d Triwulan III-2013
SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.31%
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.88%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825.97 100.00%
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00 -37.14%
Pembentukan Dana Cadangan 100.00 - -100.00%
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75.00 110.00 46.67%
Pembayaran Pokok Utang - - 0.00%
PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97 -577.31%
URAIANANGGARAN
2013
ANGGARAN
2014PERTUMBUHAN
Tabel 4.6. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
4.1.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit.
Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan
dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal
yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang
dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya
harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit
fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau
keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Secara real, pemprov Papua
sebenarnya menjalankan kebijakan balance budgeting.
Tabel 4.7. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Realisasi anggaran per triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa
sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,29
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 59
SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2,292.15
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825.97 -
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825.97
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110.00 90.00
Pembentukan Dana Cadangan -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110.00 90.00
Pembayaran Pokok Utang -
PEMBIAYAAN NETTO 715.97 (90.00)
URAIANANGGARAN
2014
Realisasi s.d
Triwulan III-2014
triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan
untuk menopang kebutuhan anggaran dalam beberapa waktu kedepan.
Tabel 4.8. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan III-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
60 60
PENDAPATAN 4,253.30 5,270.32 23.9%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 142.25 203.78 43.3%
Pajak Daerah 117.03 165.99 41.8%
Retribusi Daerah 0.95 0.77 -19.3%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.96 13.00 162.0%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 19.30 24.03 24.5%
PENDAPATAN TRANSFER 4,111.06 5,066.53 23.2%
Dana Perimbangan 1,700.89 2,393.67 40.7%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 571.08 1,210.19 111.9%
Dana Alokasi Umum 1,064.87 1,122.26 5.4%
Dana Alokasi Khusus 64.93 61.22 -5.7%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2,410.17 2,672.86 10.9%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - 0.0%
APBD 2013 APBD 2014 PertumbuhanUraian
4.2 Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat
Selanjutnya, asesmen mengenai keuangan daerah akan membahas
mengenai Provinsi Papua Barat. Sama seperti Provinsi Papua, asesmen akan
dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di
Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 4.9). Kenaikan
pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan
pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya.
Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos
Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen.
Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun
kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil.
Tabel 4.9. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah
Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan
Pendapatan sebesar Rp5,87 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 38
persen, jika dibandingkan dengan 2013. Dari seluruh sumber pendapatan
pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan.
Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama
didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya
hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama
dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan
lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 61
BELANJA 4,253.30 5,870.18 38.0%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,949.87 2,893.90 48.4%
Belanja Hibah 390.79 437.13 11.9%
Belanja Bantuan Sosial 35.67 32.04 -10.2%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 373.21 917.96 146.0%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, 1,130.20 1,486.77 31.5%
Pemerintah Desa dan Partai Politik - - 0.0%
Belanja Tidak Terduga 20.00 20.00 0.0%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 1,873.80 2,494.55 33.1%
Belanja Barang dan Jasa 1,020.40 1,114.91 9.3%
Belanja Modal 853.40 1,379.64 61.7%
BELANJA PEGAWAI 429.63 481.74 12.1%
URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan
(lihat Tabel 4.9). Artinya, dalam horizon waktu ke depan, kebijakan fiskal daerah
di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat.
Tabel 4.10. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua
Barat (dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87
triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika
dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat
terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja
Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada
pemerintah lainnya (31,5%).
4.2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp3,82
triliun atau setara 73 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan
periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan.
Triwulan III-2013 mencatatkan nilai realisasi Rp4,14 triliun (97,4%). Namun
demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan
kecenderungan yang lazim bagi perilaku fiskal di wilayah Papua. Di 2013, terlihat
realisasi Dana Bagi Hasil (DBH) mencapai 237,3 persen, sementara Dana Alokasi
Umum (DAU) sudah mendekati angka 100 persen dari target anggaran.
Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan
alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan.
Sementara itu, Pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
62 62
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
PENDAPATAN 4,140.67 97.4% 3,823.55 72.5%
PENDAPATAN ASLI DAERAH 71.70 50.4% 209.79 102.9%
Pajak Daerah 36.30 31.0% 146.97 88.5%
Retribusi Daerah 1.10 115.6% 0.90 117.4%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang 13.02 262.5% 14.36 110.5%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 21.28 110.3% 47.56 197.9%
PENDAPATAN TRANSFER 4,068.97 99.0% 3,613.76 71.3%
Dana Perimbangan 2,262.27 133.0% 1,610.19 67.3%
Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1,355.39 237.3% 629.05 52.0%
Dana Alokasi Umum 887.39 83.3% 935.22 83.3%
Dana Alokasi Khusus 19.48 30.0% 45.91 75.0%
Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1,806.71 75.0% 2,003.57 75.0%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - -
Uraian
Realisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014
di bawah 75 persen per triwulan III tahun anggaran hanyalah DBH (52,0%).
Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 75 persen dari yang
ditargetkan.
Tabel 4.11. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
4.2.2 Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
Per triwulan III-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan
Rp2,81 triliun anggaran belanjanya atau setara 47,9 persen total tahun
berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun
proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan III 2013, yang operasional
administrasi pemerintahan di tahun itu sempat terganggu. Pos yang realisasi
tengah tahunnya telah melampaui 75 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial
dan Belanja Hibah. Selain itu, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 75
persen.
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 63
Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD
BELANJA 287.24 6.8% 2,808.99 47.9%
BELANJA TIDAK LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 0.25 0.0% 1,735.60 60.0%
Belanja Hibah 0.25 0.1% 334.21 76.5%
Belanja Bantuan Sosial - 0.0% 24.80 77.4%
Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah - 0.0% 305.71 33.3%
Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, - 0.0% 1,070.89 72.0%
Pemerintah Desa dan Partai Politik - 0.0% - 0.0%
Belanja Tidak Terduga - 0.0% - 0.0%
BELANJA LANGSUNG (tidak termasuk Belanja Pegawai) 219.76 11.7% 889.48 35.7%
Belanja Barang dan Jasa 191.40 18.8% 478.24 42.9%
Belanja Modal 28.36 3.3% 411.23 29.8%
BELANJA PEGAWAI 67.23 15.6% 183.91 38.2%
URAIANRealisasi s.d Triwulan III-2013 Realisasi s.d Triwulan III-2014
SURPLUS /(DEFISIT) (599,864,011,525) 647,874,956,140
PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 649,880,133,538 1,000,000
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 649,880,133,538 1,000,000
PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 50,000,000,000 -
Pembentukan Dana Cadangan - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 50,000,000,000 -
Pembayaran Pokok Utang - -
PEMBIAYAAN NETTO 599,880,133,538 1,000,000
URAIAN ANGGARAN 2014Realisasi s.d Triwulan
III-2014
Tabel 4.12. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
4.2.3 Surplus, Defisit dan Pembiayaan
Sama seperti di Provinsi Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat
menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang
dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per
triwulan III-2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat
mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang
umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos
belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV.
Tabel 4.13. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan III-2014
(dalam miliar rupiah)
Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat
65
I II III IV I II III
Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442 10,106 1.77%
Lembar Warkat 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887 11,505 -2.20%
Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 14,246 -3.19%
Lembar Warkat 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785 15,697 3.07%
Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 4,140 -13.51%
Lembar Warkat 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 4,192 20.95%
Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 2,509 -18.00%
Lembar Warkat 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813 2,076 -0.76%
Growth
(YoY)RTGS
2013 2014
BAB 5
PERKEMBANGAN SISTEM
PEMBAYARAN
5.1 Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)
Pada triwulan III-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di
Wilayah Papua mencapai nilai Rp 10,11 trilliun atau naik sebesar 1,77%
(yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun
sebelumnya. Tingginya nilai transaksi yang keluar dari wilayah Papua ke wilayah
lain diyakini terjadi karena masih besarnya ketergantungan wilayah Papua
terhadap daerah lain dalam pemenuhan kebutuhan barang dan jasa. Disisi lain,
jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow)
mencapai Rp 14,25 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar -
3,19% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di
tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua
melalui sarana RTGS terjadi seiring adanya pengalokasian berbagai dana
perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat, dimana alokasi dana tersebut
mayoritas baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun 2014.
Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah
Papua selama periode triwulan III-2014 tercatat sebesar Rp 2,51 triliun atau turun
cukup signifikan sebesar -18,00% (yoy) dibandingkan dengan pencapaian tahun
lalu.
Tabel 5.1. Transaksi RTGS Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum
termasuk bulan Maret
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
66 66
Grafik 5.1. Nilai Transaksi RTGS
Dengan demikian, pada triwulan III-2014 transaksi masuk bersih (net
inflow) tercatat sebesar Rp 4,14 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan
sebesar -13,51% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu. Menurunnya nilai transaksi masuk bersih ke wilayah Papua terjadi seiring
tingginya jumlah transaksi keluar wilayah Papua akibat adanya pembayaran
kepada beberapa kontraktor pembangunan infrastruktur yang mayoritas berasal
dari luar daerah Papua. Namun demikian, masih dicapainya nilai transaksi masuk
bersih (net inflow) yang positif pada triwulan III-2014, menandakan bahwa
jumlah dana perimbangan yang masuk wilayah Papua yang berasal dari
pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) yang ada di
wilayah Papua memiliki porsi yang cukup tinggi. Adapun terdapat beberapa hal
yang perlu menjadi perhatian, seiring adanya tren yang menunjukan bahwa nilai
transaksi bersih dalam beberapa waktu terakhir cenderung mengalami
penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua
terhadap daerah lain semakin meningkat, terutama dari segi pasokan kebutuhan
barang dan jasa.
.
5.2 Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)
Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Papua & Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar
bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura,
Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar
peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang
didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh sebuah
sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam
kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai
Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 67
I II III IV I II III
Total Volume (lembar) 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757 40,455 -8.77%
Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 1,557 -3.72%
Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari)
Rata-Rata Volume (lembar) 849 832 703 517 526 562 663 -5.75%
Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari
(Rp Milliar) 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39 25.49 -0.70%
Nisbah Rata-Rata Penolakan
Volume (%) 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69 1.60 -0.32%
Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan (%) 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02 1.85 -0.27%
Growth
(YOY)Kliring
2013 2014
nominal yang relatif rendah dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat
perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui
kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya
jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang penyelesaiannya dilakukan
seketika (real time).
Tabel 5.2. Transaksi Kliring Wilayah Papua
Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2014 di wilayah
kerja KPw BI Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp
1,56 triliun, angka tersebut menurun sebesar -3,72% (yoy) jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi
volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 40.455 lembar, menurun sebesar -
8,77% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan
pertumbuhan volume dan nilai kliring pada triwulan III-2014. Masih relatif
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat serta terbatasnya jumlah daerah (kota
dan kabupaten) yang menyediakan fasilitas kliring di wilayah Papua, menjadi
salah satu faktor yang menunjukan relatif rendahnya nilai transaksi keuangan
melalui fasilitas kliring.
Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada
triwulan III-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran
kliring menjadi sebesar Rp 25,49 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -
0,70% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Rata-
rata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak 663 lembar/hari, atau turun
sebesar -5,75% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumya. Di samping itu, Bank Indonesia senantiasa mewaspadai terkait rasio
rata-rata penolakan warkat, yang mana pada triwulan III-2014 secara nominal
mengalami penurunan signifikan menjadi sebesar 1,85% dari pencapaian
triwulan sebelumnya sebesar 4,02%.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
68 68
Sumber: KBI Jayapura
Grafik 5.2. Perkembangan Kliring Wilayah Papua
Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
5.3 Perkembangan Uang Kartal 4
Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua &
Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk
menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan
uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah,
pecahan/denominasi maupun tingkat kelayakan edar.
Pada triwulan III-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas
KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar
-2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain,
total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun
sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan, pada triwulan III-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar,
yang artinya selama periode triwulan III-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan
lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Papua & Papua Barat. Namun begitu, jumlah netoutflow tersebut
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
sebelumnya yang mencapai Rp. 995,77 Milyar. Penurunan netoutflow tersebut
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah semakin banyaknya
uang kartal yang masuk ke wilayah Papua dari daerah lain, semakin
meningkatnya transaksi non tunai serta dapat juga disinyalir sebagai indikator
4 Oleh karena kendala teknis, analisis mengenai Perkembangan Uang Kartal masih
menggunakan data Triwulan II 2014
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 69
I II III IV I II III IV I II
Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 1,224.47 -2.84%
Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 1,870.83 -17.07%
Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 (646.37) -35.09%
Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 2,878.30 79.17%
- Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 2,178.28 74.49%
- Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 700.02 95.46%
Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 200.57 -38.69%
Growth
(YOY)Uang Kartal
2012 2013 2014
awal dalam perlambatan ekonomi sebagaimana yang diprediksi pada sepanjang
tahun 2014 ini untuk di wilayah Papua.
Tabel 5.3. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Papua & Papua Barat
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Grafik 5.3. Perkembangan Uang Kartal
Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat
Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat
tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan
berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar,
memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada
masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas
keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan
melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak.
Saldo kas titipan sampai dengan posisi Juni 2014 dilaporkan mencapai Rp 700.02
miliar, atau meningkat 95,46% dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun sebelumnya.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
70 70
71
BAB 6
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN
6.1 Ketenagakerjaan Provinsi Papua
Pada triwulan III-2014, perekonomian Provinsi Papua mengalami
pertumbuhan yang cukup baik, kondisi tersebut turut berkontribusi terhadap
kondisi ketenagakerjaan dimana pada periode laporan menunjukan
perkembangan yang positif. Hal ini dapat terlihat dari tumbuhnya angka tingkat
partisipasi angkatan kerja serta meningkatnya jumlah orang yang berkerja di
beberapa sektor ekonomi utama daerah.
6.1.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua5
Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Agustus 2014 mencapai
1.675.113 orang, mengalami pertumbuhan sebesar 4,01% (yoy)
dibandingkan periode tahun laporan sebelumnya. Sementara itu, tingkat
partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 78,67% atau mengalami sedikit
peningkatan sebesar 0,97% dibandingkan dengan peride laporan tahun
sebelumnya. Akan tetapi, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan
dari 3,15% pada Agustus 2013 menjadi 3,44% pada Agustus 2014. Kondisi
demikian merupakan suatu keadaan yang tidak terlalu baik mengingat tingkat
pengangguran dalam beberapa waktu terkahir selalu menunjukan tren
peningkatan yang cukup persisten, sehingga dalam jangka panjang perlu
diwaspadai sebagai salah satu faktor yang memicu peningkatan angka
kemiskinan. Di sisi lain, minimnya tingkat partisipasi angkatan kerja di Papua
terjadi seiring terbatasnya ketersediaan lapangan kerja yang cukup layak bagi
masyarakat.
5 Data ketenagakerjaan diterbitkan oleh BPS setiap bulan Februari dan Agustus.
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
72 72
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
1. Penduduk 15+ 2,017,383 1,989,403 2,057,145 2,072,706 2,097,242 2,129,404
2. AngkatanKerja 1,595,116 1,557,089 1,645,263 1,610,484 1,689,030 1,675,113
Bekerja 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219 1,617,437
Penganggur 47,105 56,822 47,067 50,809 58,811 57,676
3. Bukan Angkatan Kerja 422,267 432,314 411,882 462,222 408,212 454,291
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 79.07 78.27 79.98 77.70 80.54 78.67
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2.95 3.65 2.86 3.15 3.48 3.44
2014Kegiatan Utama
2012 2013
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 828,924.89 973,396.77 832,646.86 960,748.24 910,048.83 1,008,070.98
Industri Pengolahan 10,027,966.80 8,847,901.50 6,256,633.96 7,359,492.08 12,825,621.20 10,522,601.02
Perdagangan, Hotel & Restoran 3,393,281.50 4,496,168.34 3,924,976.65 4,926,237.00 4,073,028.75 5,273,041.29
Jasa - jasa 4,061,706.95 4,563,158.36 4,622,615.19 5,244,089.86 5,842,682.57 4,072,781.93
20142012 2013PDRB Papua Per Kapita
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama
Apabila dilakukan perbandingan pendapatan perkapita dari masyarakat yang
berkerja di beberapa sektor ekonomi utama Papua, maka sektor pertanian
menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita yang paling rendah
diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berada pada level Rp.
1.008,070.98,-. Sementara itu, sektor industri pengolahan menempati
urutan tertinggi dengan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp
10.522.601,02,-.
Tabel 6.2. Pendapatan Menurut Lapangan Kerja
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
6.1.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap hingga Agustus 2014
mengalami sedikit peningkatan sebesar 3,70% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor yang mengalami peningkatan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah sektor jasa-jasa
(39,08%) dan sektor perdagangan (2,59%). Sedangkan sektor lainnya tidak
mengalami peningkatan yang signifikan.
Sampai dengan Agustus 2014, Sektor pertanian masih tetap mendominasi
penyerapan tenaga kerja di Papua. Tenaga kerja yang berhasil diserap oleh
sektor pertanian mencapai 70,59% diikuti oleh sektor jasa-jasa yang
menyerap tenaga kerja sebesar 13,47% dan sektor lainnya sebesar 7,73%.
Namun demikian, apabila dilihat dari besaran pendapatan per kapita, sektor ini
justru merupakan yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor lainnya. Oleh
karena itu, perlu upaya dari pemerintah untuk melakukan melakukan
Sumber: BPS Provinsi Papua
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 73
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 1,119,729 1,086,559 1,161,204 1,140,787 1,197,105 1,141,671
Industri 14,852 17,003 23,383 21,496 12,929 16,048
Perdagangan 140,242 114,830 137,808 113,899 146,072 116,847
Jasa-Jasa 150,928 156,278 159,301 156,594 153,189 217,796
Lainnya 122,260 125,597 116,500 126,899 120,924 125,075
TOTAL 1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219 1,617,437
Pertanian 8.0% -3.0% 6.9% -1.8% 4.9% -4.6%
Industri -25.3% 14.5% 37.5% -8.1% -39.9% 24.1%
Perdagangan 7.2% -18.1% 20.0% -17.3% 28.2% -20.0%
Jasa-Jasa 2.0% 3.5% 1.9% -1.7% -2.2% 42.2%
Lainnya -13.4% 2.7% -7.2% 8.9% -4.7% 3.4%
TOTAL 4.9% -3.1% 6.5% -2.4% 4.5% -0.8%
Pertanian 2.5% 4.8% 3.7% 5.0% 3.1% 0.1%
Industri -39.7% -14.5% 57.4% 26.4% -44.7% -25.3%
Perdagangan 18.7% -12.2% -1.7% -0.8% 6.0% 2.6%
Jasa-Jasa -5.9% 5.7% 5.5% 0.2% -3.8% 39.1%
Lainnya 19.5% -11.0% -4.7% 1.0% 3.8% -1.4%
TOTAL 3.3% 1.6% 3.2% 4.0% 2.00% 3.70%
Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester
Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun
2013Lapangan Pekerjaan Utama
2012 2014
pembenahan dalam rangka meningkatkan prospek dan kinerja sektor ini,
sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi mayarakat yang
berkerja di sektor pertanian.
Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah
6.2 Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat
6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat
Sampai dengan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua
Barat mencapai 398.424 orang, atau mengalami peningkatan sebesar
7,46% dibandingkan periode tahun laporan sebelumnya. Meningkatnya
jumlah angkatan kerja diikuti secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan
kerja dari 67,20% pada Agustus 2013 menjadi 68,30% pada Agustus 2014. Hal
itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan lapangan kerja di Papua Barat
yang selaras dengan dicapainya pertumbuhan perekonomian yang cukup
signifikan pada triwulan III 2014. Namun, meningkatnya partisipasi angkatan
kerja juga turut meningkatkan tingkat pengangguran terbuka dari 4,62% pada
Agustus 2013 menjadi 5,02% pada Agustus 2014.
Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin meningkat
baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus
digiatkannya kegiatan pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
74 74
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Penduduk 15+ 531,489 538,709 549,724 558,262 573,822 558,262 Angkatan Kerja 384,092 361,597 375,189 370,750 407,707 398,424 - Bekerja 358,846 341,741 358,430 353,619 392,634 378,436 - Penganggur 25,246 19,856 16,759 17,131 15,073 19,988 Bukan Angkatan Kerja 147,397 177,122 174,535 187,512 166,115 184,950 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72.27 67.12 67.44 67.20 71.05 68.30 Tingkat Pengangguran terbuka (%) 6.57 5.49 4.47 4.62 3.70 5.02
20142013 2012 Keterangan
yang dilakukan di Provinsi Papua Barat diharapkan dapat mendorong investor
untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah lapangan usaha juga turut
bertambah.
Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari
2012 Agustus 2014 Provinsi Papua Barat
6.2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pada Agustus 2014, tingkat penyerapan tenaga kerja di beberapa sektor
utama perekonomian Papua Barat mengalami peningkatan tahunan yang
positif sebesar 7,02% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan tertinggi dalam hal
penyerapan tenaga kerja dicatatkan oleh sektor lainnya sebesar 47,77% (yoy),
dimana didalamnya tergabung beberapa sektor seperti: sektor pertambangan,
LGA, kontruksi, transportasi dan keuangan. Sektor selanjutnya yang mencatatkan
pertumbuhan tertinggi adalah sektor perdagangan yang berhasil mencatatkan
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sebesar 21,49% (yoy). Adapun jika
melihat secara proporsi, sampai dengan Agustus 2014, Sektor Pertanian masih
menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja sebesar 45,28% dari
keseluruhan, dikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 17,65%.
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 75
Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus
Pertanian 170,911 158,974 173,563 172,247 191,714 171,340
Industri 16,049 17,652 11,538 12,877 15,995 8,532
Perdagangan 56,596 51,869 50,998 51,120 53,705 62,107
Jasa-Jasa 62,655 60,633 69,675 70,244 78,215 66,810
Lainnya 52,635 52,613 52,656 47,131 53,005 69,647
TOTAL 358,846 341,741 358,430 353,619 392,634 378,436
Pertanian 4.75 -6.98 9.18 -0.76 11.30 -10.63Industri 38.59 9.99 -34.64 11.61 24.21 -46.66Perdagangan 0.48 -8.35 -1.68 0.24 5.06 15.64Jasa-Jasa 6.68 -3.23 14.91 0.82 11.35 -14.58Lainnya 12.50 -0.04 0.08 -10.49 12.46 31.40TOTAL 6.61 -4.77 4.88 -1.34 11.03 -3.62
Pertanian -1.66% -2.57% 1.55% 8.35% 10.46% -0.53%Industri 57.22% 52.44% -28.11% -27.05% 38.63% -33.74%Perdagangan 35.83% -7.91% -9.89% -1.44% 5.31% 21.49%Jasa-Jasa 0.20% 3.24% 11.20% 15.85% 12.26% -4.89%Lainnya 8.13% 12.45% 0.04% -10.42% 0.66% 47.77%TOTAL 7% 2% 0% 3% 10% 7%
2014
Pertumbuhan tenaga kerja per semester
Pertumbuhan tenaga kerja per tahun
20132012
Lapangan Pekerjaan Utama
Tabel 6.5. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat
6.3 Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
Pada awal tahun 2014, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi
daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada
dasarnya, setiap kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat telah memberikan otonomi
khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang kemudian juga
diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian,
berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua
Barat.
Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata.
Perlu adanya suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat,
pengusaha/pemilik modal, tokoh adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang
mana hal tersebut diharapkan dapat mempermudah penanaman modal maupun
pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga kedepan, ketersediaan
lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat Papua akan semakin
meningkat .
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
76 76
2014
Mar Sept Mar Sept Mar Sept Mar
Jumlah Penduduk Miskin 944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980 924,410
Presentase Penduduk Miskin 31.98% 31.24% 31.11% 30.66% 31.13% 31.53% 30.05%
Garis Kemiskinan 276,116 280,302 284,388 297,502 315,025 339,096 355,380
Perkotaan 314,606 320,321 321,228 344,415 362,401 387,789 404,944
Pedesaan 262,626 266,271 271,431 281,022 298,395 322,079 338,206
Kemiskinan2011 2012 2013
6.3.1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga Maret 2014 tercatat
sebanyak 924.410 Jiwa atau sebanyak 30,05% dari jumlah penduduk
Provinsi Papua, angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi
Maret 2013 yang tercatat sebesar 1.017.400 Orang atau sebanyak 31,13%
dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka garis kemiskinan di
Provinsi Papua pada bulan Maret 2014 sebesar Rp 355.380 per kapita per bulan
atau mengalami kenaikan sebesar Rp 40.355 per kapita per bulan jika
dibandingkan dengan posisi per Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp 315.025
per kapita per bulan.
Masih rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan
angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu faktor
yang dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat. Namun begitu, peningkatan
UMR tidak semena-mena dapat dilakukan. Sehingga kedepan, pemerintah perlu
menerapkan suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan
kemiskinan dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Tabel 6.7. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua diolah
Grafik 6.2. Perkembangan UMR Prov.
Papua
Grafik 6.1. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 77
2014
Maret September Maret September Maret September Maret
Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230 229,430
Presentase Penduduk Miskin 31.92% 28.53% 28.20% 27.04% 26.67% 27.14% 27.13%
Garis Kemiskinan 318,796 334,449 333,485 354,626 363,930 397,003 397,662
Perkotaan 342,709 356,222 349,678 374,382 382,905 414,900 416,158
Pedesaan 311,737 325,128 326,613 346,157 355,839 389,163 389,812
2012 2013Uraian
2011
6.3.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga Maret 2014
tercatat sebanyak 229.430 Jiwa atau sebanyak 27,13% dari jumlah
penduduk Provinsi Papua Barat, angka tersebut mengalami kenaikan
dibandingkan posisi Maret 2013 yang tercatat sebanyak 224.273 Jiwa atau
sebanyak 26,67% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Peningkatan
ketersediaan lapangan kerja di Provinsi Papua Barat ternyata belum mampu
menurunkan angka kemiskinan di Provinsi Papua Barat. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat Provinsi Papua Barat masih banyak yang bekerja di tingkat
buruh kasar dimana penghasilannya masih lebih rendah dari angka garis
kemiskinan yang ditetapkan. Oleh karena itu, program peningkatan kualitas SDM
di Provinsi Papua Barat mutlak diperlukan.
Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan
Maret 2014 sebesar Rp 397.662 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan
sebesar Rp 33.732 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per
Maret 2013 yang tercatat sebesar Rp 363.930 per kapita per bulan.
Meningkatnya angka garis kemiskinan yang cukup signifikan disinyalir
disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan
angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu faktor yang dapat
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
Tabel 6.8. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
78 78
Sumber: BPS Provinsi Papua Barat diolah
Grafik 6.3. Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat Grafik 6.4. Perkembangan UMR Papua
Barat
79
1 2 3 4 1 2 3
1. Pertanian 4.96 6.76 5.33 10.0 6.79 8.8 5.70 3.30 5.94 - 6.44 5.62 - 6.12
2. Pertambangan & Penggalian 31.82 -24.61 43.04 64.24 29.77 -25.96 2.00 -1.34 0.52 - 1.02 -5.9 - -5.4
3. Industri Pengolahan -1.77 0.94 5.16 4.91 2.33 13.34 11.57 6.74 8.78 - 9.28 9.81 - 10.31
4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.58 8.08 9.26 8.41 8.10 10.37 7.22 5.52 9.15 - 9.65 7.82 - 8.32
5. Bangunan 7.30 9.84 1.54 -1.11 3.98 11.09 7.39 10.02 11.18 - 11.68 9.73 - 10.23
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 13.66 11.82 8.69 7.41 10.25 9.73 10.60 9.80 10.56 - 11.06 9.96 - 10.46
7. Angkutan & Komunikasi 9.58 9.07 7.64 8.26 8.61 12.84 11.20 10.42 9.72 - 10.22 10.78 - 11.28
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 17.43 12.32 14.92 23.09 16.97 17.77 14.81 1.74 11.41 - 11.91 10.96 - 11.46
9. Jasa - jasa 19.78 15.07 16.03 10.44 14.89 15.71 14.92 7.20 13.61 - 14.11 12.55 - 13.05
PDRB 16.22 -0.05 18.01 23.86 14.84 0.04 8.19 4.14 6.50 - 7.00 4.55 - 5.05
PA
PU
A
yoy
(%)
4P2014P
20132013
2014Sektor Ekonomi
BAB 7
OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN
INFLASI
7.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah
7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Berdasarkan perkembangan informasi serta indikator terkini, sepanjang
tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami
pertumbuhan yang positif sebesar 4,85%±0,5% (yoy), angka tersebut jauh
lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013
sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan IV-2014 pertumbuhan
perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,80% (yoy).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh
tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah
tangga dan pemerintah) dan investasi. Sementara dari sisi penawaran,
pertumbuhan ekonomi yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor
bangunan, jasa-jasa, dan pertanian.
Tabel 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua
Sumber: BPS Provinsi Papua
7.1.1.1 Sisi Permintaan
Pada triwulan IV-2014, tingkat konsumsi (rumah tangga dan Pemda)
diperkirakan akan meningkat seiring dengan adanya perayaan hari besar
keagamaan dan tahun baru yang mana khusus di wilayah Papua, event tersebut
selalu dirayakan secara sangat meriah. Sementara untuk konsumsi Pemda juga
diprediksi akan mengalami peningkatan seiring dengan praktik memacu
penyerapan anggaran yang dilakukan oleh dilakulan Pemda setempat, dimana
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
80 80
No. Nama Proyek Investasi Bidang Status Pengerjaan
1 Optimalisasi dan ekstensifikasi lahan pertanian untuk pemberdayaan petani Pertanian Pangan 80 -100 %
2 Pembangunan dan pengembangan Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP I) Jangka Pendek Pertanian Pangan 1 - 80 %
3 Penambangan bawah tanah pada CoW Area Block A di Mimika Tembaga 1 - 80 %
4 Penanganan Jalan Depapre - Bonggrang dan Ringroad Jayapura (137,1 Km) - Trans Papua Jalan 1 - 80 %
5 Penanganan Jalan Merauke Okaba (Buraka) Wanam Bian Wogikel (152 Km) - Trans Papua Jalan 1 - 80 %
6 Penanganan Jalan Merauke - Muting - Waropko (511,4 km) Jalan 1 - 80 %
7 Penanganan Jalan Timika Potowaiburu Wagete - Nabire Jalan 1 - 80 %
8 Pengembangan Bandara Sentani Bandara 1 - 80 %
9 Pengembangan Pelabuhan Jayapura Pelabuhan 1 - 80 %
10 Pengembangan Pelabuhan Merauke Pelabuhan 1 - 80 %
11 Peningkatan produksi tambang emas Lain-lain 1 - 80 %
12 Penyediaan modal pemberdayaan masyarakat dan pengembangan investasi Pertanian Pangan 80 -100 %
secara pola historis selalu terkonsentrasi di penghujung tahun anggaran. Dengan
semakin mendekatnya akhir tahun juga akan meningkatkan belanja Pemda,
dimana realisasi pembayaran proyek pembangunan infrastruktur mayoritas mulai
dilakukan pada periode ini. Di sisi lain, adanya pembayaran bonus/Tunjangan Hari
Raya (THR) yang diberikan oleh beberapa perusahaan maupun instansi
pemerintahan pada akhir tahun 2014, dinilai akan menjadi pemacu yang dapat
meningkatkan kinerja konsumsi masyarakat.
Komponen Investasi di triwulan IV-2014 diperkirakan juga akan mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan. Adanya realisasi proyek investasi baik yang
sedang berjalan maupun yang baru akan mulai dilaksanakan pada triwulan IV-
2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi kinerja investasi pada
triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan disahkannya Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Pekan Olah
Raga Nasional (PON) pada tahun 2020, diperkirakan juga akan mendorong
kegiatan investasi dalam beberapa waktu kedepan.
Tabel 7.2. Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua
7.1.1.2 Sisi Penawaran
Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2014
diperkirakan akan ditopang oleh kontribusi dari sektor bangunan, jasa-jasa
dan pertanian. Pada triwulan yang akan datang, mayoritas kontraktor
pembangunan akan berupaya mengejar penyelesaian proyek pembangunan
infrastruktur skala kecil hingga menengah. Hal tersebut terjadi seiring adanya
ketentuan yang dikelurkan Pemerintah guna mempermudah pencairan dana
pada tahun anggran berjalan. Kinerja sektor jasa-jasa ditopang oleh semakin
berkembangnya industri jasa-jasa didaerah, yang ditenggarai oleh bertambahnya
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 81
perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan (a.l. bioskop, karaoke, wahana
permainan anak, dsb.). Sementara itu, di sektor pertanian, pada triwulan yang
akan datang beberapa komoditas yang dihasilkan oleh subsektor perkebunan
(a.l. kelapa sawit, kayu jati, kakao, dsb.) dan pertanian (a.l. cabai, bawang,
tomat, dsb.) di Papua akan memasuki masa panen, sehingga dipercaya akan
turut mendorong kinerja sektor tersebut pada periode yang akan datang. Namun
demikian, adanya risiko banjir dan intensitas hujan yang sangat tinggi menjelang
akhir tahun, dinilai dapat menjadi faktor risiko terjadinya gagal panen.
Pada triwulan IV-2014, Sektor pertambangan yang merupakan salah satu
sektor usaha utama di Provinsi Papua sudah dapat beroperasi secara normal. Hal
ini sejalan dengan diperolehnya izin untuk melakukan ekspor mineral mentah
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, meskipun pada praktiknya perusahan
tersebut masih dikenakan bea keluar. Namun demikian, meskipun pada triwulan
yang akan datang kondisi sektor pertambangan di Papua sudah tidak mengalami
hambatan yang berarti, namun seiring tingginya pencapaian kinerja sektor ini
pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka pada triwulan yang akan
datang kinerja pertumbuhan sektor pertambangan secara relatif akan terlihat
melambat jika dibandingkan dengan triwulan III-2013.
Pada triwulan yang akan datang, kinerja beberapa sektor lainnya seperti
Sektor angkutan & komunikasi diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang
masih signifikan dan relatif sama dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal
tersebut terjadi seiring meningkatnya kinerja dari sub sektor pengangkutan
(angkutan udara) dimana menjelang akhir tahun 2014, di wilayah Papua terdapat
libur panjang. Sehingga momen tersebut akan digunakan masyarakat untuk
mudik ke daerah asal maupun berlibur. Sementara itu, sektor PHR pada triwulan
yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang menguat
dari triwulan sebelumnya seiring adanya beberapa perayaaan besar di wilayah
Papua. kondisi tersebut secara historis selalu memberikan kontribusi yang positif
bagi sektor PHR yang dipicu oleh kenaikan konsumsi masyarakat.
7.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih
akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,16%±0,5% (yoy),
angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan
selama tahun 2013 sebesar 9,29% (yoy). Adapun pada triwulan IV-2014
pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
82 82
1 2 3 4 1 2 3
1. Pertanian 2.41 3.78 5.84 2.12 3.52 0.97 1.36 0.55 2.82 - 3.32 1.20 - 1.70
2. Pertambangan & Penggalian -3.88 -0.93 2.84 2.99 0.19 1.78 2.25 -5.45 0.78 - 1.28 -0.39 - 0.11
3. Industri Pengolahan 13.41 -0.79 9.58 28.23 12.19 -2.42 10.2 8.3 9.38 - 9.88 6.07 - 6.57
4. Listrik, Gas & Air Bersih 8.67 9.65 9.45 8.33 9.02 8.33 8.65 8.68 8.60 - 9.10 8.34 - 8.84
5. Bangunan 12.03 11.51 11.31 10.73 11.37 15.75 14.45 13.21 13.73 - 14.23 14.03 - 14.53
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 12.51 12.78 11.11 10.75 11.76 9.39 9.11 8.86 9.29 - 9.79 8.94 - 9.44
7. Angkutan & Komunikasi 10.27 11.12 10.65 8.91 10.22 9.30 9.29 9.27 10.12 - 10.62 9.28 - 9.78
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 10.91 13.20 9.57 14.84 12.16 1.32 -3.20 -5.46 6.30 - 6.80 -0.39 - 0.11
9. Jasa - jasa 10.71 10.94 7.43 6.19 8.69 5.75 7.50 9.76 10.57 - 11.07 8.26 - 8.76
PDRB 9.54 3.47 8.52 15.74 9.29 1.8 7.9 6.39 8.20 - 8.70 5.86 - 6.36
PA
PU
A B
AR
AT
yoy
(%)
4P2014P
20132013
2014Sektor Ekonomi
sebesar 8,50% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang masih
positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya
konsumsi rumah tangga dan pemerintah), investasi dan ekspor. Sedangkan dari
sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari
sektor industri pengolahan, jasa-jasa dan bangunan.
Tabel 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat
Sumber: BPS Provinsi Papua
Proyeksi tingginya pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2014
dibandingkan dengan pencapaian pada beberapa triwulan sebelumnya didorong
oleh beberapa faktor. Dari Sisi Permintaan, kinerja ekspor Papua Barat diprediksi
akan mengalami perbaikan yang signifikan jika dibandingkan pencapaian kinerja
pada periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi seiring adanya insentif bagi kinerja
ekspor Migas dari Papua Barat seiring penerapan harga jual baru yang telah
disepakati. Selain itu, permintaan masyarakat yang semakin meningkat
menjelang perayaan hari besar keagamaan dan tahun baru, dinilai akan turut
meningkatkan konsumsi masyarakat secara keseluruhan.
Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi akan menunjukan
pertumbuhan kinerja yang cukup tinggi. Masih terbukanya peluang bagi
produsen migas untuk meningkatkan kapasitas produksi, semakin meningkatnya
harga internasional gas alam serta adanya optimisme produsen migas atas proses
negosiasi harga jual gas alam yang baru dengan salah satu konsumen dinilai
menjadi suatu katalis atas tercapainya pertumbuhan kinerja yang cukup
memuaskan dari sektor industri pengolahan Provinsi Papua Barat pada triwulan
IV-2014. Sektor jasa-jasa diprediksi dapat tumbuh cukup signifikan seiring adanya
peningkatan penyerapan APBD Provinsi Papua Barat yang cukup signifikan pada
tahun 2014. Sektor Bangunan juga diprediksi akan tumbuh signifikan seiring
dengan adanya beberapa proyek seperti: proses pembangunan pabrik semen di
Manokwari, persiapan pembangunan fasilitas produksi migas baru,
Triwulan III 2014
Kantor Perwakilan BI Provinsi Papua dan Papua Barat 83
No. Nama Proyek Pembangunan BidangStatus
Pengerjaan
1 Pembangunan Proyek exploitasi Gas di Teluk Bintuni Minyak dan Gas 1 - 80 %
2 Pembangunan padang pengembalaan Sapi di Fak Fak Peternakan 80 - 100 %
3 Penanganan Jalan Fakfak -Kokas - Bomberai (139,9 km) Jalan 1 - 80 %
4 Penanganan jalan Manokwari - Kebar - Sorong (606,2 km) Jalan 1 - 80 %
5 Peningkatan Jalan Manokwari - Bintuni (257 Km) Jalan 1 - 80 %
pembangunan gedung kantor pemerintahan seiring adanya pemekaran beberapa
kota/kabupaten baru.
Tabel 7.4. Daftar Proyek Investasi yang Sedang dilakukan di Provinsi Papua
Barat
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua Barat
7.3 PROSPEK INFLASI
7.3.1 Inflasi Provinsi Papua
Pada triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada
level 4,45 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan
mendatang diroyeksikan relatif lebih rendah dibanding pencapaian pada triwulan
sebelumnya. Relatif terjaganya tingkat inflasi pada triwulan yang akan datang
diakibatkan oleh masuknya musim penghujan dimana beberapa komoditas
pertanian diprediksi akan mengalami panen raya disamping terjaganya
kelancaran distribusi barang dari beberapa daerah pemasok. Adapun potensi
risiko yang dapat menggiring inflasi ke tingkat yang lebih tinggi dari prediksi
sebelumnya adalah potensi terjadinya banjir yang dapat menghambat pasokan
beberapa komoditas bahan pokok apabila intensitas hujan terlampau tinggi dan
yang paling utama adalah adanya kenaikan harga BBM yang sampai dengan
akhir tahun dapat diputuskan oleh pemerintah.
Dapat kami informasikan bahwa angka proyeksi yang kami sampaikan pada
penjelasan sebelumnya adalah angka tanpa adanya asumsi kenaikan harga BBM
sepanjang tahun 2014. Adapun angka proyeksi inflasi dengan
mempertimbangkan bahwa pada pada akhir tahun terjadi kenaikan harga BBM
adalah sebesar 5,15% (yoy).
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat
84 84
I II III IV I II III IV I II III IVP
Tanpa Kenaikan BBM 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 4.45
Kenaikan BBM 5.15Inflasi YoY Papua (%)
Provinsi2012 2013 2014
I II III IV I II III IV I II III IVP
Tanpa Kenaikan BBM 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 5.50
Kenaikan BBM 6.99
Provinsi
Inflasi YoY Papua Barat (%)
2012 2013 2014
Tabel 7.5. Proyeksi Inflasi Provinsi Papua
Sumber: Kantor Perwakilan BI Prov. Papua & Papua Barat
7.3.2 Inflasi Provinsi Papua Barat
Pada triwulan IV-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan
berada level 5,50 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada
triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring tingginya potensi kenaikan
harga dari beberapa komoditas bahan makanan di wilayah Papua Barat. Namun
demikian, besarnya kenaikan harga di Papua Barat untuk triwulan yang akan
datang masih berada dalam rentang yang cukup terkendali. Serupa halnya
seperti yang terjadi di Papua, adanya potensi kenaikan harga BBM sampai
dengan akhir tahun menjadi faktor pendorong meningkatnya inflasi dari prediksi
sebelumnya.
Dapat kami informasikan bahwa angka proyeksi yang kami sampaikan pada
penjelasan sebelumnya adalah angka tanpa adanya asumsi kenaikan harga BBM
sepanjang tahun 2014. Adapun angka proyeksi inflasi dengan
mempertimbangkan bahwa pada pada akhir tahun terjadi kenaikan harga BBM
adalah sebesar 6,99% (yoy).
Tabel 7.6. Proyeksi Inflasi Provinsi Papua Barat
Sumber: Kantor Perwakilan BI Prov. Papua & Papua Barat