Argo Khoirul Anas, dkk/ Pengaruh Variasi Massa …….. Prosiding ...
UTS Lengkap Anas Urbaningrum.doc
-
Upload
inggar-ash -
Category
Documents
-
view
253 -
download
2
Transcript of UTS Lengkap Anas Urbaningrum.doc
TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH KEPEMIMPINAN
ANALISIS KEPEMIMPINAN ANAS URBANINGRUM
Oleh :
Inggar Saputra
NPM. 1306432711
Program Pasca Sarjana
Program Studi Kajian Ketahanan Nasional
Kajian Strategik Pengembangan Kepemimpinan
2013
1
Daftar Isi
Daftar Isi i
BAB I : Pendahuluan 1
I. Latar belakang masalah 1
II. Rumusan Masalah 3
III. Tujuan dan Manfaat Penulisan 4
IV. Sistematika Penulisan 4
BAB II : Biografi Umum Anas Urbaningrum 7
I. Seputar Kehidupan Singkat Anas Urbaningrum 7
II. Kepemimpinan Anas Urbaningrum 8
BAB III : Analisa Gaya Kepemimpinan Anas Urbaningrum
Berdasarkan Teori Kepemimpinan Perilaku
I. Uraian Teori Kepemimpinan 17
1. Studi Universitas Iowa 19
2. Studi Universitas Michigan 21
3. Studi Universitas Ohio 22
II. Analisa Kepemimpinan Anas Urbaningrum 24
BAB IV : Kesimpulan dan Penutup
I. Kesimpulan 30
II. Penutup 31
Daftar Pustaka 32
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam proses perubahan sosial, kepemimpinan adalah
sebuah seni yang dibutuhkan untuk dapat merubah masyarakat
sehingga mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ini disebabkan
dalam kepemimpinan seseorang akan berusaha belajar bagaimana
mempengaruhi, mengatur, mengendalikan dan mengambil
keputusan yang berdampak kepada lingkungan sosial di sekitarnya.
Apalagi sebuah keniscayaan manusia adalah makhluk sosial yang
hidup dan saling berinteraksi antar sesamanya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sehingga sampai kapanpun dan dimanapun
dalam setiap zaman, kepemimpinan selalu memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia.
Pentingnya kepemimpinan memang sesuatu yang tak dapat
dinafikan mengingat, perkembangan dan pertumbuhan kehidupan
manusia akan semakin kompleks. Kerumitan hidup manusia di
berbagai bidang sering ditengarai akibat krisis global dan
multidimensional yang terkait dengan krisis kepemimpinan di
dalamnya (Wirawan, 2002)
Untuk itu kepemimpinan dirasakan penting, sebab seorang
pemimpin menjadi penentu akhir sebuah keputusan. Akibat krisis
3
kepemimpinan, Indonesia beberapa kali masuk peringkat atas
negeri terkorup, peringkat HDI Indonesia juga terhitung rendah
yakni 111 dari 177 negara pada tahun 2004., rendahnya posisi
daya saing global, rendahnya peringkat universitas terbaik dan
hasil risetnya semakin banyak “pengguna hak pilih
golput”(Kompas, 2004)
Namun dalam mempelajari kepemimpinan, kita tidak dapat
terlepas dari bagaimana gaya kepemimpinan seseorang dalam
memimpin orang lain. Ada pemimpin yang menampilkan gaya
otoriter (direktif-pen), konsultatif, partispatif dan delegasi (Gatto,
1992) Semua gaya kepemimpinan itu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Dalam konteks gaya kepemimpinan,
sulit tentunya membandingkan kepemimpinan Soekarno yang
revolusioner dengan Soeharto misalnya yang mengutamakan
pendekatan kepemimpinan pembangunan dan modal asing.
Dalam usaha mempelajari kepemimpinan secara mendalam,
mengkaji tipe kepemimpinan seorang tokoh adalah hal yang
penting. Dengan mempelajarinya, kita akan mengenal dan
memahami model kepemimpinan seorang tokoh. Pada kesempatan
ini penulis akan membahas salah satu politisi muda Indonesia yakni
mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Pemilihan Anas disebabkan adanya beberapa alasan, pertama,
kepemimpinan Anas sangat unik dimana dalam usia muda, Anas
4
sudah berhasil menduduki posisi tertinggi dalam partai politik
pemenang Pemilu 2004 dan 2009 tersebut. Hal itu tentunya tidak
terlepaskan dengan gaya kepemimpinan politiknya yang
demokratis, mampu merangkul semua kalangan dan menerima
perbedaan pendapat sebagai sebuah kewajaran dalam kehidupan
berdemokrasi. Kedua, Anas adalah pemimpin muda yang mampu
mengukir prestasi dengan menang dalam Kongres partai Demokrat
di Bandung.
Dengan mempertimbangkan kedua alasan mendasar itu,
gaya kepemimpinan Anas Urbaningrum layak dijadikan objek
analisis sehingga kelak dapat bermanfaat untuk pembelajaran para
pemimpin Indonesia khususnya politisi muda yang bergelut dalam
parlemen maupun partai politik.
II. Rumusan Masalah
Setelah melihat dan membaca uraian latar belakang singkat
diatas, maka penulis mencoba melihat kepemimpinan Sultan
Hamengkubuwono IX dari suatu teori kepemimpinan yang ada.
sedangkan rumusan masalah yang coba diangkat dalam tulisan ini
ialah sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan Anas Urbaningrum sebagai seorang
pemimpin?
2. Model kepemimpinan apa yang digunakan Anas
Urbaningrum dalam memimpin Partai Demokrat?
5
III. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dibuatnya tulisan ini dimaksudkan untuk melengkapi
tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah Kepemimpinan
yang mencoba mengangkat tokoh nasional yang telah berjasa dan
telah banyak menyumbangkan tenaga, waktu, serta pikirannya bagi
bangsa Indonesia. Pada kesempatan kali ini penulis mencoba
mengangkat tema kepemimpinan Anas Urbaningrum sebagai
pemimpin muda Indonesia yang bergelut di dunia politik. Tujuan
diangkatnya gaya kepemimpinan Anas agar masyarakat Indonesia
mengenal sosok pemimpin reformis, muda, intelektual dan adaptif
terhadap perubahan dari lingkungan strategis yang ada di
sekitarnya sehingga diharapkan mampu menjadi inspirasi anak
muda Indonesia untuk mengikuti jejak langkah dan perilaku
positifnya. Manfaat penulisan yakni menambah referensi mengenai
tokoh muda nasional yang mewarnai perjalanan Indonesia dengan
karya intelektualnya, sumbangsih nyata dalam berpolitik dan
bergerak maju dalam memimpin institusi politik.
IV. Sistematika Penulisan
Didalam tulisan ini, penulis membagi menjadi 4 (empat) bab
yang didalamnya mencoba mengupas model kepemimpinan yang
dilakukan oleh Sultan Hamengkubowono IX, yakni :
6
1. BAB I yang merupakan bab mengenai Pendahuluan.
Didalamnya terdapat 5 (lima) Sub Bab yakni : Latar belakang
masalah yang mencoba memperkenalkan sekilas tokoh
pemimpin yang akan dibahas didalam tulisan ini yakni Anas
Urbaningrum, Rumusan Masalah yang mencoba merumuskan
masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini, Tujuan dan
Manfaat Penulisan yang menguraikan secara ringkas
mengenai tujuan serta manfaat yang bisa diambil dari
penulisan tulisan ini, Sistematika Penulisan yang menguraikan
secara ringkas isi dari tulisan ini. Sumber dan Teknik
Pengolahan Data yang berisi mengenai bagaimana penulis
mendapatkan data yang kemudian diolah sehingga
menghasilkan karya tulis ini.
2. BAB II yang merupakan pembahasan dari rumusan masalah
pertama yakni kehidupan Anas Urbaningrum sebagai seorang
pemimpin. Bab ini mengandung 2 (dua) sub bab yang saling
berkaitan yakni : Sub Bab Pertama berisi mengenai riwayat
singkat kehidupan dan latar belakang Anas Urbaningrum. Sub
Bab kedua berisi mengenai Kepemimpinan Anas Urbaningrum
di Partai Demokrat.
3. BAB III, Berjudul Analisa Gaya Kepemimpinan Anas
Urbaningrum. Bab ini akan membahas uraian teori
7
kepemimpinan yang dijadikan acuan menganalisis gaya
kepemimpinan Anas Urbaningrum dan
4. BAB IV, yang berjudul Kesimpulan dan Penutup, dibagi
menjadi 2 (dua) Sub Bab yakni pertama, Kesimpulan yang
Berisi Kesimpulan analisa dari Kepemimpinan Anas
Urbaningrum dan penutup dari tulisan ini.
8
BAB II
BIOGRAFI UMUM ANAS URBANINGRUM
I. Riwayat Singkat Anas Urbaningrum
Anas Urbaningrum lahir di Desa Ngaglik, Srengat, Blitar, Jawa
Timur pada 15 Juli 1969. Ayahnya, Habib Mughni adalah guru
agama di MTs Al Kamal, Kunir, Kecamatan Wonodadi, Blitar,
sedangkan ibunya Sriati yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Anas memiliki lima orang saudara kandung. Beberapa diantaranya
menjabat posisi penting seperti Salah satu kakaknya, Agus
Nasirudin kini menjabat Sekretaris Desa Ngaglik. Sedangkan
adiknya, Anna Lutfi menjabat ketua DPW PAN Jawa Timur.
Sejak kecil, Anas Urbaningrum dikenal sebagai seorang
organisatoris dan memiliki bakat kepemimpinan yang baik. Dalam
melalui masa kecilnya, Anas kesempatan bersekolah di SDN
Bendo No 1, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur
dimana dirinya mendapatkan kesempatan sebagai spesialis
pengibar bendera. Seperti anak kecil umumnya, Anas mengalami
kenakalan bersama teman masa kecilnya, dimana ketika istirahat,
mereka membuka laci guru dan menemukan daftar nilai murid
kelas. Begitu ketahuan, sang guru memberikan sanksi. Bakat
kepemimpinan Anas semakin teruji di Madrasah Tsanawiyah Al
9
Kamal, Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, Blitar. Pengalaman
kepemimpinannya semakin bertambah ketika bersekolah di SMA
Negeri Srengat, Blitar dimana Anas menempati posisi Sekretaris
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah1
Selesai dari SMA, Anas melanjutkan pendidikan tinggi dengan
masuk ke Universitas Airlangga, Surabaya, melalui jalur
Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) pada 1987. Di
kampus ini ia belajar di Jurusan Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik, hingga lulus pada 1992 dengan predikat mahasiswa teladan
dan lulusan terbaik. Selesai menamatkan kuliah, Anas melanjutkan
pendidikannya di Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan
meraih gelar master bidang ilmu politik pada 2000. Tesis
pascasarjananya telah dibukukan dengan judul "Islamo-Demokrasi:
Pemikiran Nurcholish Madjid" (Republika, 2004). Kini Anas sudah
merampungkan studi doktor ilmu politik pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta2
II. Kepemimpinan Anas Urbaningrum
Proses kepemimpinan Anas Urbaningrum tentunya tidak
dapat dilepaskan dari karir politiknya yang dimulai dengan aktif
dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Dalam
organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia ini, Anas mendapatkan
1 http://www.tribunnews.com/nasional/2011/07/21/masa-kecil-anas-urbaningrum-hidup-dari-membuat-batu-bata diakses 10 oktober 2013 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Anas_Urbaningrum
10
kesempatan menduduki posisi puncak dengan menjadi Ketua
Umum Pengurus Besar HMI periode 1997-1999 usai menang
dalam kongres di Yogyakarta pada 1997. Dalam perannya sebagai
Ketua Umum PB HMI, Anas berada di tengah pusaran perubahan
politik pada Reformasi 1998. Anas menjadi anggota Tim Revisi
Undang-Undang Politik (Tim Tujuh-pen) yang dibentuk Departemen
Dalam Negeri sebagai konsekuensi logis dari adanya tuntutan
Reformasi. Pada pemilihan umum demokratis pertama tahun 1999,
Anas menjadi anggota Tim Seleksi Partai Politik, atau Tim Sebelas,
yang bertugas memverifikasi kelayakan partai politik untuk ikut
dalam pemilu. Karir politiknya semakin cemerlang setelah Anas
mendapatkan jabatan sebagai anggota Komisi Pemilihan Umum
periode 2001-2005 yang mengawal pelaksanaan pemilu 2004.
Setelah mengundurkan diri dari KPU, Anas bergabung
dengan Partai Demokrat sejak 2005 dan mendapatkan jabatan
sebagai Ketua Bidang Politik dan Otonomi Daerah DPP Partai
Demokrat. Perjalanan politiknya semakin mulus usai mendapatkan
kesempatan mencicipi kursi Senayan dengan menjadi Anggota
DPR hasil pemilu tahun 2009 dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VI
(Kota Blitar, kabupaten Blitar, Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Tulungagung) Anas berhasil meraih suara terbanyak
dan membawanya sempat menduduki jabatan ketua Fraksi Partai
Demokrat.
11
Selanjutnya, pada tahun 2010 Anas ikut mendaftarkan diri
menjadi calon Ketua Umum, berkompetisi dengan dua kader Partai
Demokrat lainnya, yakni Menteri Pemuda dan Olahraga Menteri
Negara Pemuda dan Olahraga (2009-2014) Andi Mallarangeng dan
Ketua DPR RI Ketua DPR RI 2009-2014 Marzuki Alie. Pada
putaran pertama pemilihan Ketua Umum pada Kongres II Partai
Demokrat di Padalarang, Bandung, Jawa Barat, 21-23 Mei 2010,
Anas sukses mengalahkan dua pesaingnya Andi Malarangeng dan
Marzuki Alie. Sementara dalam putaran kedua, Anas Urbaningrum
meraih dukungan terbanyak sebesar 280 suara, mengalahkan
Marzuki Alie yang hanya mendapatkan 248 suara3
Sejak itu Anas resmi terpilih sebagai ketua Umum Partai
Demokrat 2009-2014. Kemenangannya dalam Kongres Demokrat
membuat dirinya mendapatkan penghargaan Man of the Year 2010
dengan predikat Guard of Integrity dari Rakyat Merdeka Online.
Penghargaan yang diberikan pada awal tahun 2011 itu diberikan
kepada individu yang dianggap memainkan peranan penting dan
inspiratif sepanjang 20104
Melejitnya karir politik Anas sebenarnya sesuatu yang
sangat wajar sebab dirinya berada dalam kondisi dan tempat yang
tepat. Anas melaju dalam perpolitikan nasional Indonesia sebagai
3 http://politik.kompasiana.com/2011/01/16/menyelisik-gaya-kepemimpinan-anas-urbaningrum-reproduksi-kepemimpinan-politik-tanpa-gesekan-333656.html diakses 10 Oktober 20134 http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/693-piawai-memilih-kata diakses 10 Oktober 2013
12
tokoh muda hasil produk reformasi 1998 yang ditopang pemikiran
akademisi-intelektual hasil pergulatan akademik di kampus. Kondisi
itu diperkuat dengan basis pengalaman yang kuat dengan menjadi
pemimpin organisasi mahasiswa Islam terbesar di Indonesia dan
partai politik pemenang Pemilu 2004 dan 2009. Berbagai situasi itu
memungkinkan Anas memainkan peranan penting dalam
pergulatan dan dinamika politik Indonesia yang mengimpikan figur
kepemimpinan muda, bersih dan reformis.
Dapat dikatakan, perjalanan karier politik Anas merupakan
sebuah dramaturgi fantastis yang telah mengantarkannya dari
seorang zero menjadi hero dalam lanskap politik Tanah Air dengan
cepat. Bentangan tarikh kehidupan politiknya telah menempatkan
Anas sebagai a man for all seasons. Ia betul-betul menjadi manusia
untuk segala musim yang telah dilaluinya dengan segala kelebihan,
keterbatasan dan polemiknya. Sebagai seorang manusia pendaki,
petualangan hidup Anas terbilang monumental sehingga menjadi
ikon bagi banyak pihak, terutama pada kawula muda.5
Salah satu bukti pengakuan kepemimpinan Anas datang dari
lembaga survei. Berdasarkan hasil survei CIRUS Surveyors Group
menyimpulkan Anas Urbaningrum paling memiliki jiwa
kepemimpinan, demokratis, dan paling terampil dalam komunikasi
politik. Dalam survei kepada 150 responden yang merupakan
5 http://gagasanhukum.wordpress.com/2013/03/07/anas-urbaningrum-a-man-for-all-seasons/ diakses 10 Oktober 2013
13
"opinion leader" di 15 provinsi di Indonesia pada periode 24-30 April
2010 menyebutkan Anas memiliki 10 kriteria penampilan sebagai
seorang pemimpin. Kepemimpinan Anas dinilai unggul pada
dimensi pemikiran yang visoner, intelektualitas yang teruji,
keberhasilan memimpin organisasi besar, kepemimpinan yang
demokratis, keterampilan politik, komunikasi politik, stabilitas
emosional, religiusitas dan nasionalisme dan integritas moralitas6
Sebagai seorang lulusan doktor politik, Anas adalah tokoh
perubahan par excellence sehingga ia menjadi sosok yang lebih
independen. Ia menempatkan dirinya sebagai seorang intelektual-
birokratis. Namun, meski mendapatkan kesibukan luar biasa
sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas tidak meninggalkan
dunia sebagai salah satu ruh gerakan yang membesarkan
namanya sehingga dikenal luas masyarakat Indonesia. Ini
dibuktikan dengan kemampuan beretorika dan kepiawaian
menuangkan gagasan dalam berbagai ruang publik khususnya
melalui media massa di tanah air. Dalam konteks kepenulisan,
Anas berkembang sebagai intelektual yang produktif menulis di
sejumlah media massa sebagai upaya dirinya menyumbangkan
dan bertukar gagasan demi tegaknya pemerintahan demokratis dan
masyarakat sipil yang bergerak kritis reflektif dalam memandang
persoalan kebangsaan yang terjadi di Indonesia.
6 http://www.antaranews.com/print/186141/survei-anas-urbaningrum-paling-miliki-jiwa-kepemimpinan diakses 10 Oktober 2013
14
Sebagai politisi yang hidup dalam masa demokrasi dan
melalui masa kepemimpinan Orde Baru, selain memiliki jiwa
kepemimpinan, Anas juga banyak memfokuskan pemikirannya
kepada bagaimana mempertahankan dan meningkatkan agenda
reformasi sebagai konsekuensi logis reformasi. Dalam pandangan
Anas, terdapat delapan agenda reformasi yang harus diselesaikan
bangsa Indonesia. Pertama, pembangunan sistem kepartaian yang
mendorong partai politik yang sehat dan fungsional. Parpol sehata
dan fungsional akan berjalan jika parpol sebagai institusi yang
memiliki kedudukan kuat di masyarakat mampu menjalankan
fungsinya seperti kaderisasi kepemimpinan politik, pendidikan
politik, kontrol dan artikulasi kepentingan politik. Kedua, adanya
penyelenggaraan pemilu yang demokratis dan fair. Pemilu harus
diarahkan bagaimana memunculkan kompetisi yang sehat antara
penyelenggara pemilu dan peserta pemilu sehingga cita-cita
masyarakat yang demokratis dapat diwujudkan. Ketiga,
mematangkan hubungan sipil dan militer sesuai prinsip demokrasi.
Peningkatan hubungan keduanya adalah kebutuhan mendesak
sebab setiap manusia Indonesia memiliki kebebasan, persamaan
dan hak yang sama dalam mendapatkan keamanan dan
kenyamanan. Keempat, melanjutkan program otonomi daerah yang
produktif dan adil. Kehadiran otonomi daerah sudah seharusnya
dilanjutkan sehingga keseimbangan kerja pusat dan daerah dalam
15
alokasi kekayaan alam dan kerja strategis dapat dikelola dengan
baik. Kelima, meningkatkan partisipasi aktif dan kebebasan pers
yang berkualitas dan produktif demi terwujudnya kekuatan pers
sebagai elemen demokrasi yang keempat. Keenam, pembangunan
kelompok masyarakat madani yang meningkat baik secara kualitas
maupun perannya. Ketujuh, pembangunan kepemimpinan nasional
yang terbuka, independen, taat kepada hukum dan konstitusi.
Kedelapan, pembangunan ekonomi yang berkeadilan sehingga
mampu melahirkan kemakmuran dan kesejahteraan untuk rakyat
Indonesia7
Namun, perjalanan politik Anas kandas di tangan gurita
Cikeas dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Kejadian ini berawal
dari hasil survei yang menempatkan Partai Demokrat mengalami
penurunan suara yang sangat parah akibat korupsi yang mengakar
kuat di tubuh partai berlambang mercy. Salah satu korupsi besar
yang menerpa Demokrat adalah terbongkarnya skandal korupsi
dana pembangunan Hambalang yang menyeret nama mantan
Bendahra Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Dalam
keterangannya, Nazaruddin menilai adanya keterlibatan Anas
Urbaningrum dalam korupsi Hambalang. Kondisi ini sangat
menyudutkan Anas sehingga menimbulkan gonjang-ganjing di
kalangan masyarakat luas. Mereka (masyarakat luas-pen)
7 Anas Urbaningrum, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia, Jakarta, 2004 penerbit Republika
16
menuntut penegak hukum khususnya KPK bertindak tegas dengan
secepatnya menetapkan status hukum untuk Anas Urbaningrum.
Melalui perdebatan panjang dan sesudah mempelajari bukti
yang ada pada 22 Februari 2013, Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menetapkan Anas sebagai tersangka atas atas dugaan
gratifikasi dalam proyek Hambalang. Dalam pernyataannya yang
banyak dikutip media, Anas menolak tuduhan korupsi dana
Hambalang. Anas juga menyatakan tidak menerima dana
seseserpun dari proyek Hambalang dan siap digantung di Monas
jika menerima dana korupsi Hambalang.
Kondisi ini menimbulkan pro kontra berkepanjangan di
kalangan masyarakat dan internal Partai Demokrat. Kubu pro Anas
berusaha membela mati-matian Anas dengan memberikan
dukungan moral berupa kedatangan langsung ke rumah Anas di
Duren Sawit, Jakarta Timur. Para loyalis Anas umumnya kalangan
HMI, KAHMI dan kolega yang mendukung Anas dalam Kongres
Partai Demokrat 2010 lalu. Sedangkan kubu kontra Anas dipimpin
Ruhut Sitompul terus mendesak Anas dihukum berat atas
“musibah” korupsi yang dilakukannya termasuk mendesak SBY
sebagai pimpinan Majelis Tinggi Partai Demokrat untuk
memberhetikan Anas.
Keesokan harinya, pada 23 Februari 2013, Anas
menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Ketua Umum DPP
17
Partai Demokrat dalam sebuah pidato yang disampaikan di Kantor
DPP Partai Demokrat, Jakarta. Anas seperti dikutip dari
kompas.com menyatakan :
"Hari ini, saya nyatakan ini baru permulaan. Ini baru awal dari langkah-langkah besar, ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman berikutnya yang akan kita buka dan kita baca bersama untuk kebaikan kita bersama," kata Anas saat jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat di Jakarta, Sabtu (23/2/2013)8
Pasca mundur dari Partai Demokrat, Anas membuat
organisasi masyarakat Perhimpunan Pergerakan Indonesia
sebagai labuhan politiknya agar tetap menjaga demokratisasi dan
membuka saluran politik kepada pendukungnya agar tetap dapat
memperjuangkan syahwat politiknya. Meski mendapatkan banyak
tekanan mulai dari persamaan nama sampai ancaman pemecatan
loyalisnya dari kepengurusan Partai Demokrat., organisasi
bentukan Anas ini tetap bertahan dan mulai perlahan tapi pasti
bergerak mewarnai dunia perpolitikan Indonesia dengan berbagai
maunuver politiknya.
BAB III
ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN ANAS URBANINGRUM
BERDASARKAN TEORI KEPEMIMPINAN PERILAKU
8http://nasional.kompas.com/read/2013/02/25/14311381/Anas.Urbaningrum.Keluar.dari.Demokrat diakses 13 Oktober 2013
18
III. Uraian Teori Kepemimpinan
Menurut Tead, Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang
tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan kelompok. Sedangkan Weirich dan Koontz
(1993) menegaskan kepemimpinan adalah seni atau proses
mempengaruhi orang lain, sehingga mereka bersedia dengan
kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai
tujuan organisasi
Modern Dictionary of Sociology mendefinisikan pemimpin
sebagai sesorang yang menempati peranan sentral atau posisi
dominan dan pengaruh suatu kelompok. Stogdil menilai
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kelompok
dalam perumusan dan mencapai tujua. Jadi kepemimpinan adalah
sebuah seni untuk menempatkan pola hubungan, kemampuan
mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk
dan mempengaruhi orang lain tentu menghasilkan banyak teori.
Dalam memperbincangkan kepemimpinan tidak terlepaskan
dari teori kepemimpinan sebab kepemimpinan adalah suatu cabang
ilmu pengetahuan. Suatu cabang ilmu pengetahuan disyaratkan
memenuhi sejumlah persyaratan tertentu. Pertama, mempunyai
19
objek bahasan dan penelitian. Objek ilmu kepemimpinan adalah
interaksi saling mempengaruhi antara pemimpin dan pengikut
dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Kedua, ilmu pengetahuan
memiliki metodologi penelitian dan pengembangan. Ilmu
kepemimpinan memiliki metodologi, termasuk quasi eksperimen
dan eksperimen. Ketiga, pengetahuan dapat disebut ilmu
pengetahuan jika mempunyai teori. Ilmu kepemimpinan juga
menghasilkan berbagai teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan, meramalkan fenomena kepemimpinan dan
membimbing pelaksanaan praktek kepemimpinan9
Jadi kepemimpinan memiliki teori dimana dalam kesempatan
ini penulis akan memperbincangkan salah satu teori mengenai
kepemimpinan yakni teori kepemimpinan perilaku. Dasar pemikiran
teori ini berangkat dari kenyataan bahwa keberhasilan seorang
pemimpin sangat bergantung kepada perilakunya dalam
menjalankan fungsi kepemimpinan.
Gaya atau perilaku kepemimpinan perilaku itu dapat dilihat
dari bagaimana seorang pemimpin mengambil keputusan, cara
memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara mendorong semangat
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, cara menegakkan
disiplin, cara memimpin rapat, cara menegur dan memberikan
sanksi. Dalam hal ini, terdapat beberapa penelitian dari tiga
9 Dr. Wirawan, MSL, Sp.A, Kapita Selekta Teori Kepemimpinan I, Jakarta, 2003, hal. 37
20
universitas yang akan menjelaskan mengenai teori kepemimpinan
perilaku.
1. Studi Universitas Iowa
Salah satu eksplorasi pertama dari kepemimpinan perilaku
dilakukan Kurt Lewin dan koleganya di University of Iowa, pada
1930-an. Lewin menjelaskan ada tiga macam gaya kepemimpinan
yakni
a. Otokratis yakni staf/pengikut hanya melakukan perintah
dari sumber kuasa atau wewenang berasal. Jadi otoritas berada di
tangan pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan
keputusan terdapat pada dirinya sehingga mengakibatkan
partisipasi bawahan dalam proses kepemimpinan rendah.
Pemimpin memegang tanggung jawab penuh, jika bawahan
melanggar/melawan maka mereka diancam akan diberikan
hukuman. Meski dinilai negatif, otokratis juga memiliki beberapa
dampak positif seperti pengambilan keputusan cepat, dapat
memberikan kepuasan pada pimpinan dan memberikan rasa aman
dan keteraturan bagi bawahan. Orientasi utama dari perilaku
otokratis ini adalah pada tugas.
b. Demokratis yakni staf/bawahan memiliki kesempatan
mengatakan atas apa yang terjadi di tempat kerja mereka. Dalam
21
kepemimpinan perilaku yang demokratis sumber kuasa atau
wewenang berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika pimpinan
dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan
kerjasama dan team work untuk mencapai tujuan, pemimpin
senang menerima saran, pendapat dan kritik dari bawahannya.
Pada kepemimpinan ini, penekanan pada rasa tanggung jawab
internal sehingga pemimpin akan selalu mengajak partisipasi aktif
dari bawahan dalam bekerja sehingga partisipasi bawahan tinggi.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui
keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada
saat-saat dan kondisi yang tepat.
c. Laisser Faire yakni seorang pemimpinan membiarkan
anggotanya bekerja sendiri, bekerja secara bebas, tanpa kontrol
dan tidak ada hukuman. Pada tipe kepemimpinan dapat dikatakan
pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan
setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua
pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan dan
fungsi Pemimpin hanya sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan
teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah,
tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
22
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai
pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan
atau karena sistem nepotisme. Untuk itu organisasi yang
dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
Dalam kesimpulannya, Lewis menjelaskan tidak ada gaya
khusus yang secara konsisten lebih baik dalam menghasilkan
kinerja yang lebih baik. Selain itu, para bawahan cenderung
merasa lebih puas dibawah kepemimpinan demokratis
dibandingkan dengan kepemimpinan otokrasi.
2. Studi Universitas Michigan
Teori kepemimpinan perilaku datang pada tahun 1940 dan
1950-an ketika dua kelompok terpisah peneliti dari University of
Michigan, dan Ohio State University mulai sistematis melihat
perilaku yang ditunjukkan oleh pemimpin yang efektif. Pekerjaan
yang dilakukan oleh University of Michigan, di bawah pengawasan
Rensis Likert menemukan dua hasil mengenai teori kepemimpinan
perilaku sebagai berikut.
a. Berorientasi produksi yang menekankan kepada
penyelesaian tugas dengan baik.
b. Berorientasi bawahan yang menekankan kepada
hubungan antar pribadi antara atasan dan bawahan.
23
Kesimpulan dari penelitian ini, kepemimpinan berorientasi
kepada bawahan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan berorientasi kepada produksi. Kepemimpinan
berorientasi kepada bawahan juga membuat bawahan lebih
memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi dibandingkan
kepemimpinan yang berorientasi produksi. Seorang pimpinan yang
terpusat pada pekerjaan dengan derajat yang tinggi mengakibatkan
perhatian kepada bawahan rendah. Sebaliknya pimpinan yang
terpusat pada pekerjaan dengan derajat yang rendah
mengakibatkan perilaku terpusat pada bawahan tinggi.
3. Studi Ohio State University
Studi Ohio dilakukan pada waktu yang sama seperti yang di
Michigan di bawah arahan Ralph Stogdill. Studi ini menghasilkan
dua hasil sebagai berikut.
1. Memulai struktur di mana pemimpin menentukan
dengan ketat struktur pekerjaan bawahan. Dalam konteks ini,
pemimpin cenderung mendefinisikan dan menyusun perannya dan
peranan anggota kelompok dalam mencapai sasaran. Perilaku
kepemimpinan menurut struktur tugas mempunyai ciri-ciri
mengutamakan tercapainya suatu tujuan, mementingkan produksi
yang tinggi, mengutamakan penyelesaian tugas menurut jadwal
yang telah ditetapkan, lebih banyak melakukan pengarahan,
24
pelaksanaan tugas melalui prosedur yang ketat, pengawasan
dilakukan secara ketat dan penilaian dinyatakan semata-mata
berdasarkan hasil kerjanya atau prestasi kerjanya
2. Pertimbangan dimana pemimpin memelihara rasa saling
percaya dan hubungan intepersonal kuat. Dalam konteks ini,
seberapa jauh hubungan kerja pemimpin bercirikan saling percaya
dan hormat terhadap ide dan perasaan para anggota kelompok.
Perilaku kepemimpinan menurut pertimbangan mempunyai ciri-ciri
memperhatikan kebutuhan bawahan, berusaha menciptakan
suasana saling percaya dan saling menghargai, memiliki sikap
bersahabat dan simpati terhadap bawahan, menumbuhkan peran
serta bawahan dalam pembuatan keputusan dan kegiatan dan lain-
lain, lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplinkan diri,
mengawasi diri
Penemuan Likert menemukan hasil, pemimpin tinggi-tinggi,
akan selalu mencapai kinerja kelompok dan tingkat kepuasan yang
tinggi. Selain itu bukti mengindikasikan bahwa faktor situasional
secara kuat mempengaruhi kefektifan kepemimpinan. Namun,
penelitian ini unik karena tidak melihat dua dimensi kepemimpinan
untuk menjadi eksklusif gaya bersama, di mana seorang pemimpin
adalah tugas baik atau hubungan terfokus.
I. Analisa Kepemimpinan Anas Urbaningrum
25
Gaya kepemimpinan Anas pada dasarnya tidak selalu sama
dalam berbagai kesempatan. Dalam pemenangannya pada Kongres
Partai Demokrat di Bandung tahun 2010, Anas misalnya menerapkan
gaya kepemimpinan demokratis dengan merangkul kadernya di daerah
sehingga mendapatkan dukungan 391 DPC dan DPD Partai Demokrati
di seluruh Indonesia. Ketika itu Anas juga merangkul beberapa tokoh
kunci Demokrat seperti Nazaruddin untuk menyiapkan logistik dan
Mubarok sebagai ketua tim sukses serta menyiapkan relawan
pemenangannya sampai ke akar rumput.
Pola hubungan atasan-bawahan yang terjalin dengan harmonis
memicu tingkat kepuasan kader Demokrat dalam Kongres tinggi.
Tingkat produktivitas kader juga tinggi dan mesin partai (kader,
simpatisan, underbouw Demokrat-pen) berjalan baik sebab mereka
mengharapkan Anas mampu membawa Demokrat menjadi pemenang
Pemilu 2014 sehingga mampu menguasai sektor eksekutif dan
legislatif dalam perpolitikan nasional. Anas juga digadang mampu
menggantikan peran kepemimpinan Demokrat yang dinilai banyak
kalangan masih berpusat kepada SBY atau SBY-sentris. Apalagi hasil
survei Cirrus menegaskan Anas memiliki jiwa kepemimpinan
demokratis yang akan membawa Demokrat mencapai puncak
kejayaan dalam pentas politik Indonesia.
Meski menampilkan gaya kepemimpinan koruptif – dibuktikan
dengan adanya politik uang (money politic), dimana dana Hambalang
26
dikorupsi untuk pemenangannya - Anas mampu menerapkan sistem
partisipasi aktif bawahan dengan mengajak mereka memenangkan
dirinya. Kepemimpinan ini tentu tidak terlepas dari kewenangannya
dan kebiasaan Anas yang sering hadir dalam berbagai kampanye
kadernya di daerah ketika ada kader partainya maju dalam Pilkada di
daerahnya. Hubungan emosional, kesamaan ide dan rasa saling
percaya dengan menekankan partisipasi bawahan dan tugas
organisasi dalam mencapai tujuan ini membentuk ikatan yang kuat
untuk membela Anas dalam berbagai peristiwa politik yang
melandanya di kemudian hari. Apalagi Anas pernah berkecimpung
dalam HMI yang memiliki jaringan mengakar hampir di seluruh
Indonesia.
Namun, Anas juga pernah menerapkan kepemimpinan otokratis
dengan mengorbankan salah satu tim suksesnya yakni bendahara
umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin ketika ditetapkan
KPK sebagai tersangka korupsi dana Hambalang. Dalam kasus itu,
Anas membantah pernyataan Nazaruddin meski akhirnya terbukti oleh
KPK adanya keterlibatan Anas dalam kasus tersebut. Kondisi ini
menyiratkan terlepas dari motif di baliknya, Anas menampilkan perilaku
politik yang pragmatis dan otokratis dengan mengorbankan teman
seperjuangannya di PT Anugerah Nusantara itu demi kepentingan
dirinya dengan berdalih atas nama kepentingan partai Demokrat.
Dalam kepentingan politiknya, Anas menilai kerja Nazaruddin
27
terpinggirkan usai ditetapkan KPK dan dihukum dalam opini publik
sebagai tersangka kasus korupsi. Penilaian ini membuat Anas dan
loyalisnya menyudutkan Nazaruddin dengan berdalih bahwa korupsi
itu tidak melibatkan Anas dan melimpahkan kewenangan kepada
pribadi Nazaruddin. Anas juga pada kemudian hari melakukan hal
serupa kepada loyalisnya yang lain yakni Angelina Sondakh dengan
membiarkan mantan Putri Indonesia itu dijerat KPK terkait kasus
Hambalang.
Gaya kepemimpinan Anas dengan menekankan kepada tugas
yakni menggalang dana untuk kepentingan dirinya dan partai
Demokrat membuat Anas kemudian menjadi common enemy sehingga
merugikan karir politiknya dan membuat dukungan serta tingkat
kepuasan kader Demokrat kepada Anas menurun tajam pasca
Kongres tahun 2010 di Bandung. Apalagi para kompetitornya dalam
internal kepengurusan Demokrat menilai Anas hanya membangun
kepemimpinan struktural yang koruptif, mementingkan kelompoknya
dengan meminggirkan kelompok yang lain (tidak akomodatif-pen)
sehingga melahirkan penurunan suara Partai Demokrat. Faktor
penurunan suara Partai Demokrat secara tidak langsung dapat
ditelusuri atas lemahnya Anas dalam merangkul kader di bawah pasca
Kongres di Bandung sehingga pemusatan wewenang ada pada
pemimpin dan mengabaikan kritikan, masukan dan saran dari para
bawahan.
28
Secara umum, perilaku kepemimpinan Anas dijelaskan dalam
tabel berikut.
A. Studi Universitas Iowa
Gaya Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan
Otokratis Merangkul kader bawah dalam
kongres partai demokrat,
membentuk relawan dengan
memanfaatkan kekuatan
berbasiskan DPC dan jaringan
KAHMI
Demokratis Membiarkan Nazaruddin dan
Angelina Sondakh dihukum KPK
atas korupsi yang menjeratnya dan
tidak merangkul kelompok yang
kalah dalam kongres dalam
kepengurusan yang dipimpinnya
Laissez Faire Anas tidak menampilkan gaya
kepemimpinan ini
B. Studi Universitas Michigan
Gaya Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan
Berorientasi Produksi Menekankan pada penyelesaian
tugas pada kasus Hambalang
29
meski harus mengorbankan kader
yang menjadi loyalisnya, tingkat
kepuasaan dan produktivitas
menurun tajam pasca Kongres
akibat menurunnya suara Demokrat
dan perilaku koruptif Anas dan
kader demokrat lainnya
Berorientasi Bawahan Merangkul kader sampai tingkat
DPC pada Kongres Demokrat
sehingga tercipta hubungan
emosional yang kuat, tingkat
kepuasaan dan produktivitas kader
Demokrat tinggi pada kongres
Demokrat 2010 di Bandung
C. Studi Ohio State University
Gaya Kepemimpinan Perilaku kepemimpinan
Memulai Struktur Anas menyusun peran timses
sesuai kompetensinya dalam
mencapai sasaran (Dalam Kongres
Partai Demokrat, Nazaruddin
mengurus logistik, Mubarok jadi
30
ketua timses-pen)
Pertimbangan Dalam kongres Demokrat, Anas
mendapatkan dukungan kader
bawah (DPC Demokrat-pen),
mendatangi kampanye kader
Demokrat yang bertarung di Pilkada
dan mengarahkan kadernya untuk
membesarkan Partai Demokrat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
I. Kesimpulan
Dalam membaca kepemimpinan Anas Urbaningrum di Partai
Demokrat ada kekuatan dan kelemahan. Anas dengan umurnya
31
yang masih tergolong politisi muda memiliki kekuatan modal
jaringan, kemampuan intelektual dan finansial sehingga mampu
membangun kekuatan yang besar dan menang dalam Kongres
Partai Demokrat tahun 2010 di Bandung. Dalam teori
kepemimpinan perilaku, kemenangan Anas disebabkan kuatnya
pola hubungan emosional dan kesamaan ide antara Anas dan
pendukungnya (kader tingkat bawah-pen) sehingga memunculkan
kepercayaan bahwa Anas akan mampu melakukan perubahan
besar untuk kejayaan Demokrat. Harapan itu juga terbangun
karena Anas mampu menempatkan tugas organisasi sebagai
sasaran utama dalam mencapai tujuan politiknya.
Namun, Anas menampilkan perilaku politik yang koruptif
dengan memakai dana pembangunan Hambalang untuk suksesi
kepemimpinan di Demokrat tahun 2010 sehingga mengakibatkan
kicauan Nazaruddin selaku tersangka korupsi dana Hambalang.
Anas juga menampilkan perilaku politik yang otokratis dengan
mengorbankan Angelina Sondakh dalam kasus serupa (korupsi
Hambalang-pen) dan tidak merangkul kelompok yang kalah dalam
kongres Demokrat sehingga membuat kinerja partai terganggu.
Ketidaksolidan itu berdampak kepada menurunnya suara Demokrat
dalam berbagai hasil survei dan berujung kepada jatuhnya Anas
dari kursi kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat.
32
II. Penutup
Kepemimpinan Anas Urbaningrum dalam Partai Demokrat
adalah pelajaran penting bagi pemimpin dan pelaku demokrasi di
Indonesia. Anas dengan berbagai keunggulan (intelektual, finansial
dan jaringan-pen) adalah sosok yang mampu menampilkan politik
yang mengakar kuat hingga ke bawah. Kondisi ini membawa
dampak kepada terbangunnya hubungan emosional yang kuat
meski harus diakui fragmatisme politik akhirnya menumbangkan
kekuasaan Anas Urbaningrum di Partai Demokrat.
Akhirnya, kepemimpinan Anas Urbaningrum dapat dijadikan
pelajaran bagi siapa saja bahwa memimpin bukan persoalan
mudah karena harus mampu menampilkan gaya kepemimpinan
yang tepat dalam berbagai situasi yang melingkupinya sehingga
pengaruh, wibawa, rasa saling percaya dapat terbangun dengan
baik. Semoga kasus Anas dapat diambil pelajaran untuk para
pemimpin Indonesia pada masa mendatang di tengah betapa krisis
kepemimpinan masih melanda Indonesia yang kita cintai ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lewin, K., Lippett, R. & White, R. (1939). Pola Perilaku Agresif Dalam
Eksperimen
Dibuat Iklim Sosial, Jurnal Psikologi Sosial, 10, 271-301.
Likert, R. (1961). Pola Baru Manajemen, McGraw-Hill).; Kahn, R. & Katz,
D. (1960. Kepemimpinan Praktek Dalam Kaitannya Dengan
Produktivitas dan Moral, dalam D. Carwright & A. Zander (eds),
Dinamika kelompok: Penelitian dan teori, Row Peterson.
33
Stogdill, R. & Coons, A. (1957). Pemimpin Perilaku: Deskripsi Its dan
Pengukuran, Biro Penelitian Bisnis, Ohio State University,
Columbus, OH
Wirawan, Dr., MSL, Sp.A, Kapita Selekta Teori Kepemimpinan I, Jakarta,
2003 UHAMKA Press
Anas Urbaningrum, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia,
Jakarta, 2004 Penerbit Republika
Internethttp://id.wikipedia.org/wiki/Anas_Urbaningrumhttp://www.tribunnews.com/nasional/2011/07/21/masa-kecil-anas-
urbaningrum-hidup dari-membuat-batu-bata http://politik.kompasiana.com/2011/01/16/menyelisik-gaya-kepemimpinan-
anas- urbaningrum-reproduksi-kepemimpinan-politik-tanpa-gesekan-333656.html
http://gagasanhukum.wordpress.com/2013/03/07/anas-urbaningrum-a-man-for-all-seasons/
http://www.antaranews.com/print/186141/survei-anas-urbaningrum-paling-miliki-jiwa-kepemimpinan
http://nasional.kompas.com/read/2013/02/25/14311381/Anas.Urbaningrum.Keluar.dari. Demokrat
http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/286-direktori/693-piawai-memilih-kata \
34