PROF. DR. USWATUN HASANAHGURU BESAR HUKUM ISLAM FHUI/ANGGOTA

KOMISI FATWA MUI

• MAYORITAS PENDUDUK INDONESIA BERAGAMA ISLAM

• PRODUK HALAL SANGAT DIPERLUKAN OLEH UMAT ISLAM

• UNTUK MENGEMBANGKAN PRODUK HALAL DIPERLUKAN DANA

• INDUSTRI HALAL HARUS MENGGUNAKAN DANA YANG HALAL PULA

• HARUS ADA KERJASAMA ANTARA INDUSTRI HALAL DENGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

• HALAL: HALLLA, YAHILLU, HILLAN MEMPUNYAI ARTI MEMBEBASKAN, MELEPASKAN, MEMECAHKAN, MEMBUBARKAN, DAN MEMBOLEHKAN.

• SEGALA SESUATU YANG MENYEBABKAN SESEORANG APABILA DIA MENGGUNAKAN BOLEH, ATAU SESUATU YANG BOLEH DIKERJAKAN MENURUT SYARA’. HALAL ADALAH KEBALIKAN DARI HARAM.

• UNGKAPAN LAIN YANG MENUNJUKKAN KEPADA PENGERTIAN YANG SAMA ADALAH MUBAH ATAU JAIZ. DALAM KITAB AT-TA’RIFAT, AL-JURJANI NENGEMUKAKAN PENGERTIAN PERTAMA DI ATAS MENUNJUKKAN BAHWA KATA HALAL MENYANGKUT KEBOLEHAN MENGGUNAKAN BENDA-BENDA ATAU APA SAJA YANG DIBUTUHKAN UNTUK MEMENUHI KEPERLUAN FISIK, TERMASUK DI DALAMNYA MAKANAN, MINUMAN, DAN OBAT-OBATAN. ADAPUN PENGERTIAN KEDUA BERKAITAN DENGAN KEBOLEHAN MEMANFAATKAN, MEMAKAN, MEMINUM, DAN MENGERJAKAN SESUATU YANG KESEMUANYA DITENTUKAN BERDASAKAN NAS.

• HALAL ADALAH SESUATU YANG JIKA DIGUNAKAN TIDAK MENGAKIBATKAN DOSA. HALAL ADALAH KEBALIKAN DARI HARAM. HARAM ADALAH SESUATU YANG OLEH ALLAH DILARANG DILAKUKAN. LARANGAN TERSEBUT BIASANYA DISEBUTKAN DENGAN TEGAS BAIK DALAM AL-QUR’AN MAUPUN HADITS, DAN ORANG YANG MELANGGAR LARANGAN TERSEBUT DIANCAM DENGAN SIKSA DI HARI AKHIR NANTI;

PRODUK HALAL MENCAKUP PRODUK PANGAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIKA, DAN PRODUK LAIN YANG JIKA DIKONSUMSI ATAU DIGUNAKAN TIDAK BERAKIBAT MENDAPATKAN SIKSA. UNTUK CONTOH MAKANAN YANG HALAL CUKUP BANYAK, YAKNI SEMUA MAKANAN PADA PRINSIPNYA HALAL KECUALI YANG DENGAN TEGAS DISEBUTKAN DALAM AL-QUR’AN AND AL-HADITS BAHWA MAKANAN TERSEBUT HARAM. SEDANGKAN OBAT-OBATAN, KOSMETIKA, DAN PRODUK LAIN YANG HALAL ADALAH YANG SUDAH MENDAPATKAN SERTIFIKAT HALAL OLEH LEMBAGA YANG BERWENANG. DI INDONESIA, LEMBAGA YANG BERWENANG MENGELUARKAN SERTIFIKAT HALAL PADA SAAT INI ADALAH MUI.

MENURUT HUKUM ISLAM, ADA BAHAN-BAHAN YANG SUDAH JELAS KEHALALANNYA DAN ADA PULA YANG SUDAH JELAS KEHARAMANNYA. DI SAMPING ITU ADA BAHAN YANG MASIH SAMAR-SAMAR (SYUBHAT) STATUS HUKUMNYA. UNTUK KELOMPOK TERAKHIR INI, KOMISI FATWA MUI BERTUGAS UNTUK MENETAPKAN FATWA HALAL ATAU HARAM, DAN TIDAK MEMBIARKAN MENGAMBANG.

• DALAM HUKUM ISLAM, HALAL DAN HARAM MERUPAKAN HAL YANG SANGAT PENTING KARENA DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM DITUNTUT BAHWA YANG AKAN DIKONSUMSI ATAU DIGUNAKAN HARUS SUDAH ADA KEPASTIAN BAHWA MAKANAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIKA DAN HAL LAIN YANG DIPERLUKAN UMAT ISLAM BENAR-BENAR HALAL.

• JIKA SUDAH BENAR-BENAR HALAL, MAKA SESEORANG BOLEH MELAKUKAN, MENGGUNAKAN, ATAU MENGKONSUMSINYA. DEMIKIAN PULA JIKA SESUATU TERSEBUT HUKUMNYA HARAM, MAKA SEORANG YANG BERAGAMA ISLAM HARUS MENJAUHINYA.

• OLEH KARENA ITU, SEORANG MUSLIM HARUS BENAR-BENAR MEMAHAMI MANA SAJA MAKANAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIKA, DAN PERBUATAN YANG BENAR-BENAR HALAL DAN MANA SAJA MAKANAN, OBAT-OBATAN, DAN KOSMETIKA DAN PERBUATAN YANG HARAM. SEDEMIKIAN URGENNYA KEDUDUKAN HALAL DAN HARAMNYA SESUATU SEHINGGA SEBAGIAN ULAMA MENGATAKAN BAHWA HUKUM ISLAM (FIQH) ADALAH PENGETAHUAN TENTANG HALAL DAN HARAM.

HALAL ADALAH HAL YANG SANGAT PENTING DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAIK BERKENAAN DENGAN MAKANAN, PAKAIAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIKA, ALAT-ALAT, PERBUATAN DAN LAIN-LAIN. OLEH KARENA ITU DI SAAT SESEORANG AKAN MENGKONSUMSI MAKANAN, MINUMAN, ATAU OBAT, YANG PERTAMA HARUS DILAKUKAN ADALAH MENCARI TAHU APAKAH MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA OBAT-OBATAN TERSEBUT HALAL. DEMIKIAN JUGA DI SAAT SESEORANG AKAN NGGUNAKAN ATAU MEMANFAATKAN BARANG, IA HARUS TAHU BAHWA BARANG TERSEBUT HALAL. BAHKAN UNTUK MELAKUKAN SESUATU PERBUATAN, SEBAGAI CONTOH MENERIMA SESUATU DARI PIHAK LAIN, APAKAH DIPERBOLEHKAN MENERIMA BARANG TERSEBUT MENURUT HUKUM ISLAM.

DALAM ISLAM, KEHIDUPAN PRIBADI TIDAK DAPAT DILEPASKAN DENGAN KEHIDUPAN KELUARGA, ATAU SEBALIKNYA. SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA MISALNYA, TENTUNYA IA AKAN BERTANGGUNGJAWAB ATAS MAKANAN, MINUMAN, OBAT, DAN LAIN-LAIN YANG DIKONSUMSI DAN DIMANFAATKAN OLEH KELUARGANYA.

SEHUBUNGAN DENGAN HAL ITU,MASING-MA SING ANGGOTA KELUARGA DIHARAPKAN SELALU MEMPERHATIKAN SEGALA SESUATU YANG DIKONSUMSI DAN DIGUNAKAN OLEH KELUARGANYA, TERMASUK UANG ATAU PENGHASILAN YANG DI TERIMA JUGA HARUS HALAL DAN DIBENARKAN SECARA HUKUM.

PEMAHAMAN INI JUGA HARUS DISAMPAIKAN KEPADA ANAK-ANAK. DENGAN DEMIKIAN ORANG TUA (BAPAK DAN IBU) TETAP HARUS BERHATI-HATI TERHADAP APA YANG DIBELI DAN DIKONSUMSI.

SEBAGAI NEGARA YANG MAYORITAS PENDUDUKNYA BERAGAMA ISLAM, MASALAH HALAL JUGA SANGAT PENTING, KARENA UMAT ISLAM DI MANAPUN BERADA, TERMASUK DI INDONESIA TIDAK AKAN MAU MENGKONSUMSI DAN MENGGUNAKAN MAKANAN DAN BAHAN APAPUN YANG BELUM JELAS KEHALALANNYA. OLEH KARENA ITU SUDAH SEYOGYANYA PRODUK-PRODUK YANG DIJUAL DI PASAR-PASAR ATAU DI TEMPAT-TEMPAT LAIN HARUS MENDAPATKAN SERTIFIKAT DARI MUI, DAN NEGARA HARUS MENFASILITASI. SEBAGAIMANA TAFSIRAN HAZAIRIN TERHADAP PASAL 29 AYAT 1 UNDANG-UNDANG DASAR 1945 YANG BERBUNYI BAHWA “NEGARA BERDASARKAN ATAS KETUHANAN YANG MAHA ESA. MENURUT HAZAIRIN, SEMASA HIDUPNYA GURU BESAR HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA, NORMA DASAR YANG TERSEBUT DALAM PASAL 29 AYAT (1) TERSEBUT, TAFSIRANNYA ANTARA LAIN HANYA MUNGKIN: “NEGARA WAJIB MENJALANKAN SYARIAT ISLAM BAGI ORANG ISLAM, SYARIAT NASRANI BAGI ORANG NASRANI DAN SYARIAT HINDU BALI BAGI ORANG BALI, SEKADAR MENJALANKAN SYARIAT TERSEBUT MEMERLUKAN PERANTARAAN NEGARA.

MAKNA TAFSIRAN TERSEBUT ADALAH BAHWA NEGARA REPUBLIK INDONESIA WAJIB MENJALANKAN DALAM MAKNA MENYEDIAKAN FASILITAS AGAR HUKUM YANG BERASAL DARI AGAMA YANG DIPELUK BANGSA INDONESIA DAPAT TERLAKSANA SEPANJANG PELAKSANAAN HUKUM AGAMA ITU MEMERLUKAN BANTUAN ALAT KEKUASAAN ATAU PENYELENGGARA .

ARTINYA PENYELENGGARA NEGARA BERKEWAJIBAN MENJALANKAN SYARIAT AGAMA YANG DIPELUK OLEH BANGSA INDONESIA UNTUK KEPENTINGAN PEMELUK AGAMA YANG BERSANGKUTAN. SYARIAT YANG BERASAL DARI AGAMA ISLAM MISALNYA, TIDAK HANYA YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT, ZAKAT, PUASA DAN HAJJI, TETAPI JUGA MENGANDUNG HUKUM DUNIA BAIK PERDATA MAUPUN PUBLIK YANG MEMERLUKAN BANTUAN KEKUASAAN PENYELENGGARA NEGARA UNTUK MENJALANKAN DENGAN SEMPURNA.

SEBAGAI CONTOH MISALNYA MENYANGKUT HALAL DAN HARAMNYA MAKANAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIK, DAN LAIN-LAIN YANG DIJUAL DI PASAR MAUPUN TOOK-TOKO. UNTUK MENGETAUI HALALNYA SUATU PRODUK PASTI MEMERLUKAN BANTUAN PENYELENGGARA NEGARA KARENA HAL INI TERKAIT DENGAN PERUSAHAAN, BARANG DAN KONSUMEN. TANPA BANTUAN PENYELENGGARA, PASTI PENERAPAN SYARIAT YANG TERKAIT DENGAN HALALNYA SEGALA SESUATU YANG KITA KONSUMSI DAN KITA PERLUKAN TIDAK AKAN BERJALAN SECARA OPTIMAL.

SEBAGAI CONTOH MISALNYA MENYANGKUT HALAL DAN HARAMNYA MAKANAN, OBAT-OBATAN, KOSMETIK, DAN LAIN-LAIN YANG DIJUAL DI PASAR MAUPUN TOKO-TOKO. UNTUK MENGETAHUI HALALNYA SUATU PRODUK PASTI MEMERLUKAN BANTUAN PENYELENGGARA NEGARA KARENA HAL INI TERKAIT DENGAN PERUSAHAAN, BARANG DAN KONSUMEN.

TANPA BANTUAN PENYELENGGARA NEGARA, PASTI PENERAPAN SYARIAT YANG TERKAIT DENGAN HALALNYA SEGALA SESUATU YANG KITA KONSUMSI DAN KITA PERLUKAN TIDAK AKAN BERJALAN SECARA OPTIMAL. YANG PALING PENTING LAGI ADALAH PERLUNYA ADA LEMBAGA YANG BERWENANG UNTUK MENGELUARKAN SERTIFIKAT.

LEMBAGA YANG MENGELUARKAN SERTIFIKAT HALAL ADALAH LEMBAGA YANG MEMANG MEMILIKI KOMPETENSI UNTUK MENETAPKAN HALAL DAN HARAMNYA SESUATU YANG BELUM DITEGASKAN DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS.

DALAM HAL INI MENURUT SAYA KOMISI FATWA MUI ADALAH YANG PALING TEPAT. AGAR LEMBAGA TERSEBUT DAPAT BEKERJA SECARA OPTIMAL, NEGARA HARUS MEMBERI FASILITAS YANG MEMADAHI SESUAI DENGAN YANG DIPERLUKAN.

MENURUT YUSUF AL-QARADLAWI, YANG BERHAK ATAU BERWENANG MENENTUKAN KEHALALAN SEGALA SESUATU ADALAH ALLAH SWT. HAL INI SESUAI DENGAN BEBERAPA DALIL YANG ADA DALAM AL-QUR’AN MAUPUN AL-HADITS,MISALNYA DALAM AL-QUR’AN SURAT ASY-SYURA (42) AYAT 21; AT-TAUBAH: 31, YUNUS: 59.

RASULULLAH DALAM SEBUAH HADITS YANG DIRIWAYATKAN OLEH DARUQUTHNY MENYEBUTKAN BAHWA ALLAH SWT TELAH MENETAPKAN BEBERAPA KEWAJIBAN DAN BATAS-BATAS YANG HARUS MENJADI SUMBER ACUAN BAGI MANUSIA. SEGALA KEWAJIBAN-NYA HARUS DIJALANKAN SEBAGAIMANA MESTINYA DAN TIDAK BOLEH DILALAIKAN SEDIKITPUN. BEGITU PULA BATAS-BATAS YANG TELAH DITETAPKAN-NYA, YAKNI BATAS-BATAS YANG TELAH DITETAPKANNYA, YAKNI BATAS MANA YANG HALAL DAN YANG HARAM DALAM SEGALA ASPEK KEHIDUPAN , TIDAK BOLEH DILANGGAR OLEH MANUSIA, KARENA ALLAH SWT MENJADIKAN SEMUA YANG ADA DI ALAM INI UNTUK SEMATA-MATA UNTUK KEPENTINGAN MAKHLUQ-NYA, YAKNI MANUSIA (SURAT 2: 29; QS 31: 20). SEGALA YANG DITETAPKAN BERISIKAN KEBAIKAN BAGI KESEJAHTERAAN HIDUP MANUSIA DI DUNIA DAN AKHIRAT. DALAM HADITS YANG DIRIWAYATKAN OLEH IMAM BUKHARI, MUSLIM DAN DARI IMAM AT-TIRMIZI DARI NU’MAN BIN BASYAR DIJELASKAN BAHWA YANG HALAL ITU JELAS DAN YANG HARAM JUGA JELAS, SEDANG DI ANTARANYA TERDAPAT YANG SYUBHAT.

DENGAN ADANYA KOMISI FATWA LPPOM-MUI, MENURUT SAYA SUDAH SANGAT MENDUKUNG UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN HALAL DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN MASYARAKAT KITA. WALAUPUN BELUM OPTIMAL, MASYARAKAT DALAM HAL INI KHUSUSNYA UMAT ISLAM SUDAH MULAI MEMAHAMI BAHWA HALAL ADALAH HAL YANG SANGAT PENTING DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM, SEHINGGA DI SAAT BELANJAPUN SEORANG MUSLIM AKAN MEMPERHATIKAN HUKUM TERHADAP MAKANAN YANG AKAN DIKONSUMSI, ATAU ALAT YANG AKAN DIA PERGUNAKAN DAN PEKERJAAN YANG AKAN DIA LAKUKAN.

SEBAGAI CONTOH MISALNYA, SESEORANG YANG BELANJA DI SUPER MARKET, JIKA DIA TERTARIK DENGAN MAKANAN TERTENTU YANG AKAN DIA LIHAT ADALAH KEHALALAN TERHADAP BARANG TERSEBUT. HAL INI TIDAK BERARTI PENERAPAN PRODUK HALAL SUDAH TERIMPLENTASI DENGAN BAIK. TETAPI SAAT INI BAIK KONSUMEN MAUPUN PRODUSEN SUDAH ADA KESADARAN DAN KEPEDULIAN AKAN ADANYA LEBEL HALAL DALAM PRODUK-PRODUK YANG BEREDAR DALAM PEKAN RAYA JAKARTA, MALL-MAL, DAN LAIN-LAIN.

CONTOH: SESEORANG YANG BELANJA DI SUPER MARKET, JIKA DIA TERTARIK DENGAN MAKANAN TERTENTU, PERTAMA-TAMA YANG AKAN DIA PERHATIKAN ADALAH KEHALALAN BARANG TERSEBUT. HAL INI TIDAK BERARTI PENERAPAN PRODUK HALAL SUDAH TERIMPLENTASI DENGAN BAIK. TETAPI SAAT INI BAIK KONSUMEN MAUPUN PRODUSEN RELATIF SUDAH ADA KESADARAN DAN KEPEDULIAN AKAN ADANYA LEBEL HALAL DALAM PRODUK-PRODUK YANG BEREDAR DI PASAR-PASAR, PUSAT PERBELANJAAN, DAN LAIN-LAIN.

• KESADARAN BAGI SEMUA PIHAK BAIK PRODUDEN MAUPUN KONSUMEN BAHWA HALAL BAGI SEORANG MUSLIM ADALAH HAL YANG SANGAT PENTING, SEHINGGA APAPUN YANG DIPERLUKAN MANUSIA KHUSUSNYA MASALAH MAKANAN, JELAS KEHALALANNYA.

• BAGAIMANA CARANYA?• TERHADAP PRODUSEN ATAU PERUSAHAAN,

PEMERINTAH HARUS MEWAJIBKAN KEPADA MEREKA UNTUK MENGAJUKAN SERTIFIKASI KE MUI BAGI MAKANAN, MINUMAN, OBAT, DAN LAIN. SEDANGKAN TERHADAP KONSUMEN HARUS DISADARKAN OLEH TOKOH-TOKOH AGAMA DAN MEREKA YANG TERTARIK TERHADAP MASALAH HALAL, SEHINGGA SAAT MEREKA BELANJA ATAU MEMILIH PEKERJAAN YANG YANG HALAL DAN DIBENARKAN MENURUT HUKUM ISLAM.

MASIH ADA SEBAGIAN UMAT ISLAM YANG BELUM MEMAHAMI BEGITU PENTINGNYA HALAL DALAM HIDUP DAN KEHIDUPAN INI. DENGAN DEMIKIAN MEREKA KURANG MEMPERHATIKAN APAKAH PRODUK YANG DIA PERGUNAKAN BENAR-BENAR HALAL.

ADA PENGUSAHA YANG HANYA MEMENTINGKAN PASAR DAN KEUNTUNGAN TANPA MEMPERTIMBANGKAN KEHALALAN DARI PRODUK YANG MEREKA HASILKAN.

DALAM HAL INI PERAN NEGARA UNTUK MEWAJIBKAN SETIAP PERUSAHAAN MENGAJUKAN SERTIFIKASI HALAL TERHADAP PRODUKNYA KEPADA LEMBAGA YANG BERWENANG YAKNI MUI SANGAT DIPERLUKAN.

HAMBATAN YANG LAIN, MUNGKIN KARENA BELUM ADA UNDANG-UNDANG YANG MELINDUNGI PRODUK HALAL. OLEH KARENA ITU UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL SANGAT DIPERLUKAN. ADAPUN CARA MENGATASINYA ADALAH DENGAN MELAKUKAN SOSIALISASI PENTINGNYA PRODUK HALAL DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM.

YANG PALING PENTING LAGI ADALAH MASALAH DANA. DANA INI SANGAT PENTING KARENA SALAH SATU YANG YANG MENDUKUNG SUATU PROGRAM ADALAH DANA.

KARENA YANG AKAN DIKEMBANGKAN ADALAH PRODUK HALAL, MAKA DANA JUGA HARUS DARI SUMBER DANA YANG HALAL

INDUSTRI PRODUK HALAL HARUS BEKERJASAMA DENGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

SETIAP MUSLIM HARUS BERUSAHA UNTUK MENGKONSUMSI MAKANAN, MINUMAN, DAN OBAT-OBATAN YANG SUDAH JELAS KEHALALANNYA. JIKA BARANG TERSEBUT TIDAK JELAS KEHALALANNYA DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS DAN BELUM ADA KETETAPANNYA DARI KOMISI FATWA MUI, SEBAIKNYA MENGHINDARI PRODUK TERSEBUT. DEMIKIAN JUGA DALAM MEMILIH BARANG ATAU PEKERJAAN, SESEORANG HARUS MENELITI ATAU MEMPELAJARI TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMILIH BARANG ATAU PEKERJAAN TERSEBUT.

SEBAIKNYA SESEORANG MENERIMA SUATU TUGAS ATAU PEKERJAAN, KALAU PEKERJAAN TERSEBUT BENAR-BENAR HALAL MENURUT SYARIAH ISLAM. BEGITU JUGA DALAM MEMILIH BARANG, SEBAIKNYA SESEORANG MENGAMBIL BARANG TERSEBUT KALAU BARANG ITU HALAL.

POSISI MUI DALAM HAL INI KOMISI FATWA MUI SANGAT TEPAT SEBAGAI LEMBAGA YANG BERWENANG UNTUK MENETAPKAN DAN MENGELUARKAN FATWA TENTANG HALALNYA SESUATU PRODUK SERTA MENGELUARKAN SERTIKAFIKATNYA KARENA MUI ADALAH LEMBAGA INDEPENDENT DAN ANGGOTA-ANGGOTANYA TERDIRI DARI PARA ULAMA YANG MEMPUNYAI KOPETENSI DALAM BIDANG INI. OLEH KARENA ITU SAYA BERPENDAPAT BAHWA YANG BERWENANG UNTUK MENETAPKAN FATWA HALAL TERHADAP SESUATU PRODUK DAN MENGELUARKAN SERTIFIKAT HALAL ADALAH MUI.

MENURUT SAYA APA YANG ADA SEKARANG INI BERJALAN SUDAH CUKUP BAGUS, ARTINYA YANG MENGELUARKAN SERTIFIKAT HALAL DAN MENETAPKAN FATWA PRODUK HALAL TETAP KOMISI FATWA MUI, HANYA SAJA PERLU DIBERI KEKUATAN HUKUM YANG MEMADAI YAKNI UNDANG-UNDANG.

MENURUT SAYA LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM ASPEK-ASPEK SERTIFIKASI HALAL DAN FATWA HALAL ADALAH MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) DALAM HAL INI KOMISI FATWA MUI, KARENA MUI ADALAH WADAH MUSYAWARAH ULAMA, ZUAMA, DAN CENDEKIAWAN MUSLIM YANG BERFUNGSI UNTUK MENETAPKAN FATWA TENTANG KEHALALAN PRODUK MENURUT SYARIAH.

UU JPH SANGAT DIPERLUKAN DI NEGARA KITA. SEBAGAI NEGARA YANG MAYORITAS PENDUDUKNYA BERAGAMA ISLAM, UMAT ISLAM SANGAT SANGAT MEMERLUKAN KEPASTIAN HALAL AKAN PRODUK-PRODUK YANG MEREKA KONSUMSI ATAU MEREKA MANFAATKAN.

DENGAN ADANYA UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DIHARAPKAN MAKANAN, MINUMAN, OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI UMAT ISLAM BENAR-BENAR HALAL DAN AMAN.

UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL SANGAT DIPERLUKAN

UNTUK MENGEMBANGKAN PRODUK HALAL DI INDONESIA DIPERLUKAN KERJASAMA ANTARA INDUSTRI PRODUK HALAL DENGAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

KERJASAMA DAPAT DILAKUKAN ANTARA INDUSTRI HALAL DENGAN BANK SYARIAH MAUPUN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH NON BANK

UNTUK ITU DIPERLUKAN KOMITMEN BERSAMA ANTARA UMAT ISLAM, PERUSAHAAN DAN PEMERINTAH.