Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo
-
Upload
hadipratomo -
Category
Documents
-
view
338 -
download
0
description
Transcript of Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1
Materi Diskusi denganBadan Pemeriksa Keuangan
Urgensi Penyelesaian NPL Bank BUMN danUsulan Perubahan Regulasi dalam Akselerasi Penyelesaian NPL
Agus MartowardojoDirektur Utama
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
17 Mei 2006
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 2
Agenda
1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN
2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN
3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN
4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 3
Pertumbuhan 2005 Membaik, Namun di Bawah Target Semula 6%
Sumber: BPS, World BankSumber: BPS, World Bank
Pertumbuhan meningkat, meskipun tidak setinggi
ekspektasi …… depresiasi nilai tukar Rupiah
4.9
3.84.4
4.95.1
5.6
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pertumbuhan GDP (%)
8,405
10,256
9,3188,572
8,936
9,712
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Kurs Rupiah (rata-rata)Rp/USD
..dipengaruhi tingkat bunga yang naik...
Tingkat Bunga SBI 1 bln(%)
12.75
10.00
7.438.257.39
7.347.42
8.318.66
9.5311.40
12.9313.2215.11
16.7617.62
16.6517.57
15.58
7.44
1Q01 1Q02 1Q03 1Q04 1Q05 4Q05
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 4
Investasi Diharapkan Menjadi Driver Pertumbuhan
Agar perekonomian tumbuh 7.6%
Pertumbuhan GDP (%)
Investasi akan perlu tumbuh13.1%
Pertumbuhan Investasi(%)
Butuh Investasi sebesar 3,860Tn
Estimasi Nilai Investasi(Rp Tn)
13.114.3
15.014.8
9.9
2005 2006 2007 2008 2009
7.67.2
6.76.1
5.6
2005 2006 2007 2008 2009
726
877
1,043
1,215
3,861
2006 2007 2008 2009 total
Sumber: BPS, Bappenas, perhitungan Bank Mandiri
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 5
Bank Masih Merupakan Sumber Pembiayaan Utama Investasi
Agar GDP dapat tumbuh ~7% p.a
Harapan Pertumbuhan GDP (%)
Investasi perlu tumbuh ~14%
Harapan Pertumbuhan Investasi(%)
9.9
14.8 15.014.3
13.1
2005 2006 2007 2008 2009
5.66.1
6.77.2 7.6
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: BPS, Bappenas, perhitungan Bank Mandiri
Sebagian besar perlu dibiayai olehsektor perbankan
59.5
13.9New Issuance
Equity
MarketCapitalization
CorporateBond
AssetPerbankan
Total Posisi Desember 2005(Rp Tn)
1,410Assets
Perbankan
New IssuanceEquity
MarketCapitalization
CorporateBond
13,90
59,50*
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 6
Pertumbuhan Kredit Bank BUMN dan SwastaPertumbuhan Kredit Perbankan Indonesia
108121
151177
223256
15%
26%
18%
24%
12%
2000 2001 2002 2003 2004 2005Kredit (Rp tn) Pertumbuhan Kredit (%)
Penurunan Pertumbuhan Kredit di Bank BUMN (2004-2005)
Pertumbuhan Kredit di BUSN Devisa (2004-2005)
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .4, No 1, Desember 2005
Komposisi kredit nasional bank BUMN adalah sebesar37% yang berasal dari 4 Bank BUMN. Saat ini pertumbuhan kredit bank BUMN menurunsignifikan dibandingkan dengan bank swasta salahsatunya disebabkan adanya permasalahan penyelesaiankredit bermasalah bank BUMN tersebutTren pertumbuhan kredit cenderung melambat setelahnaik pesat di tahun 2004.
440
559
696
19%
27%
24%
2003 2004 2005
Kredit (Rp Tn)
Pertumbuhan Kredit (%)
BUMN37%
BUSN42%
Lainnya21%
Rp 256.4 Tn
Rp 294.4 Tn
Rp 144.8 Tn
Komposisi KreditPertumbuhan Kredit
7796
126160
209
294
41%
31%27%
32%
24%
2000 2001 2002 2003 2004 2005Kredit (Rp tn) Pertumbuhan Kredit (%)
Bank BUMN Memiliki Peranan Penting Tapi Pertumbuhannya Melambat1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 7
Salah Satu Sebab adalah Masalah NPL yang Dihadapi Bank BUMN 73% Dari Total NPL Sektor Perbankan Dimiliki Bank BUMN
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .4, No 1, Des 2005 dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia
Perkembangan NPL (%)
67.90%
9.00%1.60%
21.50%
Bank Mandiri
Bank BRI
Bank BTN
Bank BNI
Bank BUMN
Bank Non-BUMN
Komposisi NPL – Dec 2005
• Tingginya NPL Bank BUMN disebabkan karena bank-bank BUMN tidak dapat melaksanakan penyelesaian secara tuntasterhadap kredit bermasalah, sebagai akibat dari batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN
• Penyelesaian NPL Bank Mandiri dan Bank BUMN lain akan berdampak positif pada penurunan NPL nasional
20.1%
12.2%
7.5% 6.8%
4.5%
7.6%
13.5%
9.4%
5.0% 3.9%2.2%
2.2%
5.4%2.3%2.9%2.5%2.8%
6.6%
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Bank BUMN Bank Non-BUMN
Rp52.6 Tn
Rp13.2 Tn
25,1%
Rp39.4Tn
74.9%
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 8
Kondisi Perusahaan Terpengaruh Pada Kondisi Makro . . .
Trend Penurunan Profitabilitas . . . . . . Margin Menipis … . . . Sementara beban hutangmeningkat
Sumber: Bloomberg
5.6
5.45.6 5.5 5.6
5.7
5.9
5.7
5.8
6.2
5.9
5.0
1Q03
2Q03
3Q03
4Q03
1Q04
2Q04
3Q04
4Q04
1Q05
2Q05
3Q05
4Q05
2.4
3.2
3.7
2.72.5
3.4
4.2
2.5
2.9
3.6
4.1
2.2
1Q03
2Q03
3Q03
4Q03
1Q04
2Q04
3Q04
4Q04
1Q05
2Q05
3Q05
4Q05
61.3
70.2
61.562.7
61.0
63.9
63.0
64.865.8
64.5
66.466.6
1Q03
2Q03
3Q03
4Q03
1Q04
2Q04
3Q04
4Q04
1Q05
2Q05
3Q05
4Q05
ROA Listed Company(%)
Profit Margin Listed Company(%)
Debt/Equity Listed Company (%)
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 9
. . . Terutama Debitur Eks-Restrukturisasi
Kredit ex-restrukturisasi bagian signifikandari kredit di Bank BUMN . . .
. . . yang merupakan salah satu sebab meningkatnya NPL
Batasan-batasan yang dimiliki Bank Mandiri menyebabkan kurang tuntasnya penyelesaian kreditbermasalah dan sebagian besar kredit Ex-restrukturisasi kemudian kembali menjadi NPL
Batasan-batasan yang dimiliki Bank Mandiri menyebabkan kurang tuntasnya penyelesaian kreditbermasalah dan sebagian besar kredit Ex-restrukturisasi kemudian kembali menjadi NPL
20,2% 16,3%5,53% 5,74%0%
20%
40%
60%
80%
100%
Mandiri BNI BII Permata
Kredit Ex-Restrukturisasi Total Kredit Diberikan
40,4%
37,7%
2000 Sep-05
NPL Ex-Restrukturisasi
Rp8,5Tn
Rp25Tn
Total NPL
Total NPL
Kredit Ex-Restrukturisasi Sep-05 NPL Bank Mandiri Sep-05
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 10
Berpengaruh pada Valuasi Nilai Saham Bank BUMN (1)
Sumber: Bloomberg 21 Maret 06
Estimated P/E 2006
9.0
11.5
12.7
9.5
10.1
10.6
12.1
20.7
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
BBNI
BBRI
BMRI
BNGA
BNII
BDMN
BBCA
BNLI
P/E Bank BUMNAvg 11.1
P/E Bank swastaAvg 12,6
P/BV 2005
1.4
1.4
3.7
1.4
1.7
2.5
2.7
3.2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
BBNI
BMRI
BBRI
BNGA
BNII
BNLI
BDMN
BBCA
P/BVBank BUMNAvg 2.1
P/BVBank Non BUMNAvg 2,3
• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntas akan memberikan manfaat terhadap keuangan bank-bank BUMN.
• Selain itu akan memungkinkan bank agar kembali fokus pada pengembangan bisnis, sehingga akan menjadikan Bank BUMN lebih competitive. Harapan pertumbuhan akan meningkatkan valuasi atas perusahaannya.
• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntas akan memberikan manfaat terhadap keuangan bank-bank BUMN.
• Selain itu akan memungkinkan bank agar kembali fokus pada pengembangan bisnis, sehingga akan menjadikan Bank BUMN lebih competitive. Harapan pertumbuhan akan meningkatkan valuasi atas perusahaannya.
1. Urgensi1. Urgensi
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 11
Berpengaruh pada Valuasi Nilai Saham Bank BUMN (2)1. Urgensi1. Urgensi
20,000
30,000
40,000
50,000
5/12
/200
5
6/12
/200
5
7/12
/200
5
8/12
/200
5
9/12
/200
5
10/1
2/20
05
11/1
2/20
05
12/1
2/20
05
1/12
/200
6
2/12
/200
6
3/12
/200
6
4/12
/200
6
5/12
/200
6
Thou
sand
s
Peningkatan Nilai Saham Bank Mandiri Akhir-Akhir Ini
Nilai Kapitalisasi Saham BMRI Harian
43.1 Tn43.1 Tn
45.6 Tn45.6 Tn
22.5 Tn22.5 Tn
“...As part of the government’s financial deregulation package, state- owned banks will be given more degrees of freedom in resolving their NPLs through haircuts…”
Credit Suisse 4 Mei 2006
“We believe that upon the issuance of the new reform package, these should pave the way for Mandiri to accelerate establishing SPV to accelerate its loan recovery process. On the back of these, we see opportunities for the stock's re-rating…”
Deutsche Bank 24 April 2006
“We have not factored in these NPL improvements in our forecasts. But, assuming Mandiri can earn an additional 10% yield from these recoveries, we estimate the impact on 2007 profit to be a significant 25% . . .”
Macquarie - 3 May 2006
34.3 Tn34.3 Tn
Ekspektasi atas kemampuan menyelesaikan NPL dan diterbitkannyaperaturan pemerintah menjadi driver utama nilai kapitalisasi Bank Mandiri
Ekspektasi atas kemampuan menyelesaikan NPL dan diterbitkannyaperaturan pemerintah menjadi driver utama nilai kapitalisasi Bank Mandiri
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 12
Agenda
1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN
2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN
3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN
4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1313
“Adanya tata kelola perusahaan yang baik dapatmenciptakan kepastian hukum, sehingga image bank menjadi positif dan peran bank sebagailembaga intermediasi menjadi baik”
“Adanya tata kelola perusahaan yang baik dapatmenciptakan kepastian hukum, sehingga image bank menjadi positif dan peran bank sebagailembaga intermediasi menjadi baik”
Manfaat atas Pemeriksaan bank BUMN
Manfaat
Adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)Adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)aa
Terciptanya suatu kepastian hukum dalam transaksi bankTerciptanya suatu kepastian hukum dalam transaksi bank
Terciptanya image positif bagi bankTerciptanya image positif bagi bank
bb
cc
Terlaksananya kelancaran operasional bank dalam menjalankanfungsi intermediasiTerlaksananya kelancaran operasional bank dalam menjalankanfungsi intermediasi
dd
2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1414
Namun Berpengaruh Pada Kegiatan Operasional dan Usaha Bank (1)
Tidak percaya diri untuk mengambil business judgement.Tidak percaya diri untuk mengambil business judgement.
Tingkat kehati-hatian yang berlebihan sehingga memperlambat proses.Tingkat kehati-hatian yang berlebihan sehingga memperlambat proses.
Turunnya rasa percaya diri dalam menjalankan pekerjaan.Turunnya rasa percaya diri dalam menjalankan pekerjaan.BAGI KARYAWANBANK Menurunkan rasa saling percaya antar karyawan yang menggangu
kelancaran kerja.Menurunkan rasa saling percaya antar karyawan yang menggangukelancaran kerja.
cc
dd
aa
bb
Takut dianggap terlibat dan ikut diperiksa.Takut dianggap terlibat dan ikut diperiksa.
ee
Merasa tidak aman bekerja di BankMerasa tidak aman bekerja di Bank
ff
2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1515
BAGIBANK
Mempengaruhi fokus pada kegiatan operasional bank karena karyawan-karyawannya diminta untuk memberi keterangan oleh penyidik.Mempengaruhi fokus pada kegiatan operasional bank karena karyawan-karyawannya diminta untuk memberi keterangan oleh penyidik.
Biaya operasional meningkat untuk keperluan transportasi danakomodasi untuk karyawan yang berasal dari luar kota.Biaya operasional meningkat untuk keperluan transportasi danakomodasi untuk karyawan yang berasal dari luar kota.
aa
Rating Bank turun (baik terhadap saham maupun surat-surat berhargalainnya yang diterbitkan oleh Bank).Rating Bank turun (baik terhadap saham maupun surat-surat berhargalainnya yang diterbitkan oleh Bank).
Nasabah pindah ke bank lain.Nasabah pindah ke bank lain.
Dapat menurunkan pendapatan / laba perusahaan.Dapat menurunkan pendapatan / laba perusahaan.
Kepercayaan dari counterparty (bank lain) menurun.Kepercayaan dari counterparty (bank lain) menurun.
Kepercayaan dari masyarakat menurun.Kepercayaan dari masyarakat menurun.
Terdapat kesan adanya kelemahan dalam sistem dan prosedur yang berlaku.Terdapat kesan adanya kelemahan dalam sistem dan prosedur yang berlaku.
BAGIIMAGE BANK
bb
cc
dd
ee
aa
bb
cc
Namun Berpengaruh Pada Kegiatan Operasional dan Usaha Bank (2)2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1616
PERKREDITAN
Keputusan kredit didasarkan pada kebijakan dan prosedur kredit yang diputus oleh pemegang kewenangan berdasarkan business judgement sesuaidengan situasi dan kondisi yang melingkupinya pada saat itu. Apabilakeputusan tersebut telah diputus tanpa adanya conflict of interest dan telahaccountable, demi untuk mencapai tujuan terbaik perusahaan, maka tidakdapat dinyatakan salah secara pidana maupun perdata.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Kasus di Bidang Kredit (1)
Keputusan kredit didasarkan pada kebijakan dan prosedur kredit yang diputus oleh pemegang kewenangan berdasarkan business judgement sesuaidengan situasi dan kondisi yang melingkupinya pada saat itu. Apabilakeputusan tersebut telah diputus tanpa adanya conflict of interest dan telahaccountable, demi untuk mencapai tujuan terbaik perusahaan, maka tidakdapat dinyatakan salah secara pidana maupun perdata.
Pemberian fasilitas kredit mempunyai risiko bisnis yang bisa timbul karenafaktor internal maupun eksternal, dan oleh karena itu apabila terjadi kerugiankarena faktor eksternal dan dari sisi internal tidak ada unsur kesengajaan, maka kerugian tersebut harus dianggap sebagai risiko bisnis.
Pemberian fasilitas kredit mempunyai risiko bisnis yang bisa timbul karenafaktor internal maupun eksternal, dan oleh karena itu apabila terjadi kerugiankarena faktor eksternal dan dari sisi internal tidak ada unsur kesengajaan, maka kerugian tersebut harus dianggap sebagai risiko bisnis.
Rumusan unsur-unsur perbuatan pidana dalam Undang-undang Antikorupsidapat ditafsirkan secara luas, sehingga tindakan-tindakan bank maupunkaryawannya menjadi sangat berisiko dan menimbulkan rasa ketidakpastiandari sisi hukum walaupun seluruh tindakan-tindakan di bidang perkreditantersebut telah memenuhi prosedur.
Rumusan unsur-unsur perbuatan pidana dalam Undang-undang Antikorupsidapat ditafsirkan secara luas, sehingga tindakan-tindakan bank maupunkaryawannya menjadi sangat berisiko dan menimbulkan rasa ketidakpastiandari sisi hukum walaupun seluruh tindakan-tindakan di bidang perkreditantersebut telah memenuhi prosedur.
2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1717
PERKREDITAN
Perlu koordinasi lebih lanjut dengan Bank Indonesia untuk lebihmendalami masalah praktek dan operasional perbankan, danoleh karena itu SKB 3 institusi (Bank Indonesia, Kepolisian danKejaksaan Agung) perlu diefektifkan. Apabila ada suatupermasalahan yang akan ditangani oleh Penegak Hukum, makaperlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia sebelum dilakukan penyelidikan dan penyidikan terlebih dahulu.
Perlu koordinasi lebih lanjut dengan Bank Indonesia untuk lebihmendalami masalah praktek dan operasional perbankan, danoleh karena itu SKB 3 institusi (Bank Indonesia, Kepolisian danKejaksaan Agung) perlu diefektifkan. Apabila ada suatupermasalahan yang akan ditangani oleh Penegak Hukum, makaperlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia sebelum dilakukan penyelidikan dan penyidikan terlebih dahulu.
Bisnis bank adalah bisnis yang khas dimana setiap tahapanproses dilakukan oleh unit-unit yang berbeda. Sepanjangsemua tahapan sudah dilakukan atas dasar prinsip kehati-hatian maka keputusan kredit tersebut seyogyanya tidakdisalahkan.
Bisnis bank adalah bisnis yang khas dimana setiap tahapanproses dilakukan oleh unit-unit yang berbeda. Sepanjangsemua tahapan sudah dilakukan atas dasar prinsip kehati-hatian maka keputusan kredit tersebut seyogyanya tidakdisalahkan.
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Kasus di Bidang Kredit (2)2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1818
Diperlukan Kerjasama dengan Bank Indonesia dalam Pemeriksaan Bank
Perlunya ada kesamaan pandang / keseimbangan antara pihakpemeriksa dengan bank mengenai apa yang dimaksudkan denganbusiness judgment.
Perlunya ada kesamaan pandang / keseimbangan antara pihakpemeriksa dengan bank mengenai apa yang dimaksudkan denganbusiness judgment.
Penyelidikan dan penyidikan yang berkesinambungan atasdugaan adanya tindak pidana korupsi pada debitur-debitur macetBank Mandiri berdampak pada Bank Mandiri. Oleh karena itupenyelidikan dan penyidikan dapat lebih terjadual.
Penyelidikan dan penyidikan yang berkesinambungan atasdugaan adanya tindak pidana korupsi pada debitur-debitur macetBank Mandiri berdampak pada Bank Mandiri. Oleh karena itupenyelidikan dan penyidikan dapat lebih terjadual.
Diperlukan penyempurnaan proses dan metodologi dalampelaksanaan pemeriksaan melalui kerjasama antara pihakpemeriksa dengan Bank Indonesia.
Diperlukan penyempurnaan proses dan metodologi dalampelaksanaan pemeriksaan melalui kerjasama antara pihakpemeriksa dengan Bank Indonesia.
2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 19
Agenda
1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN
2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN
3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN
4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 20
UU Pengelolaan Keuangan Telah Mengalami Transformasi
UU No. 17 tahun 2003tentang
Keuangan Negara
UU No. 17 tahun 2003tentang
Keuangan Negara
UU No. 1 tahun 2004tentang
PerbendaharaanNegara
UU No. 1 tahun 2004tentang
PerbendaharaanNegara
UU No. 15 tahun 2004Tentang
Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
UU No. 15 tahun 2004Tentang
Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Definisi Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denganuang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan miliknegara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut
Termasuk cakupan keuangan negara, antara lain :• Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasukkekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah
Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggung jawaban Keuangan Negara, termasukInvestasi dan kekayaan negara yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN – APBD.
Termasuk dalam ruang lingkup perbendaharaan negara ialah mengelola piutang dan utang negaradan melakukan penagihan atas piutang negara• Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak
Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah
Menteri keuangan adalah Bendahara Umum Negara yang berwenang atas pengelolaan utang danpiutang negara
Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi:• pemeriksaan atas pengelolaan Keuangan Negara, yang meliputi unsur cakupan keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam UU Keuangan Negara• pemeriksaan atas tanggung jawab Keuangan Negara
Pemeriksaan tersebut di atas dilakukan oleh BPK
Trilogi Keuangan Negara Menegaskan Cakupan Keuangan NegaraTrilogi Keuangan Negara Menegaskan Cakupan Keuangan Negara
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 21
Beberapa Permasalahan Hukum Utama . . .
1. Peraturan perundang-undangan pada saat ini yang tidak memungkinkan Bank – Bank BUMN, termasuk Bank Mandiri, untuk dapat melakukan penghapusan secara mutlak (hair cut atau hapus tagih), atas piutang bermasalah (NPL) yang dimilikinya. Sementara penghapusan secara mutlak (hair cut) tersebut merupakan faktor yang sangat penting dan lazim dilakukan oleh bank-bank lainnya.Kendala yang dihadapi Bank-Bank BUMN tersebut dikarenakan perlakuan dan pandangan bahwa piutang Bank-Bank BUMN sebagai bagian dari Piutang Negara
2. Tidak adanya definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan ”penyelesaian tingkat pertama” dikaitkan dengan kewajiban penyerahan penanganan piutang perusahaan negara kepada PUPN sebagaimana dimaksud dalam UU No.49/Prp/1960 berikut peraturan-peraturan pelaksananya, sehingga Bank-Bank BUMN mempunyai kesulitan dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah dengan cara penjualan/ pengalihan kredit bermasalah kepada pihak ketiga; dan
3. Tidak adanya dasar hukum bagi pembentukan badan khusus (bad-bank) yang menerima pengalihan kredit bermasalah
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 22
. . . Diperlukan Penegasan Atas Cakupan Piutang Negara
UU 49/Prp thn 1960
UU 49/Prp thn 1960
UU 1 thn 2004UU 1 thn 2004
PP 14 tahuntahun 2005
PP 14 tahuntahun 2005
PMK 31 tahun 2005PMK 31
tahun 2005
Penghapusan Secara Mutlak, sepanjangmenyangkut piutang negara ditetapkan(a) Menteri Keuangan untuk jumlah sd Rp10 Milyar(b) Presiden untuk Rp10 Milyar sd Rp100 Milyar;(c) Presiden dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat untuk jumlah > Rp100Milyar
Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajibdibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hakPemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uangsebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah
Pelaksanaan Penghapusan secara Mutlak dalamPMK No. 31/2005 atas Piutang Perusahaan Negara sd Rp.10 Milyar hanya dapat dilaksanakan setelahDireksi Perusahaan Negara mendapatkanpersetujuan dari Menteri Keuangan
Penghapusan Secara Multak (“hair cut”) atasPiutang Perusahaan negara (piutang pokok) hanya dapat dilakukan setelah pengurusannyadiserahkan kepada PUPN
Piutang Negara pada tingkat pertamapada prinsipnya diselesaikan olehinstansi-instansi dan badan-badanyang bersangkutan.Apabila itu tidak mungkin lagiterutama disebabkan oleh karenaternyata penanggung hutang tidakada kesediaan dan termasukpenanggung hutang yang "nakal" maka oleh instansi-instansi danbadan-badan yang bersangkutanpenyelesaiannya diserahkankepada Panitya
Dalam UU 49/Prp thn 1960 piutangNegara dimaksudkan hutang yang :a. langsung terhutang kepada Negara dan harus dibayar kepada PemerintahPusat atau Pemerintah Daerah;b. terhutang kepada badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnyasebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank-bank Negara, P.T, P.T. Negara, Perusahaan-perusahaanNegara,
• Peraturan yang memuat definisi “Piutang Negara” yang mencakup “piutang Perusahaan Negara” hanya ada di UU 49/Prp thn 1960, UU 49/Prp thn 1960 sebelumnya merupakan Perpu yang disusun dalam keadaan darurat dan dalam konteks perekonomian saat itu
• Cakupan Piutang Negara sesuai UU 1/2004 dengan jelas menegaskan bahwa tidak termasuk yang terhutang kepada BUMN• Sesuai dengan doktrin hukum yang berlaku, suatu ketentuan hukum yang lebih baru yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang
terdahulu, mengesampingkan ketentuan hukum terdahulu tersebut
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 23
Batasan Hukum yang Dihadapi Menyebabkan ProsesPenyelesaian NPL di Bank BUMN yang Lebih Kompleks
RUPS
Pemerintah
BANKBUMN
• Keterbatasan dalam proses penanganankredit bermasalah oleh Bank BUMN karenadihadapkan pada peraturan perundanganyang berlaku berpengaruh pada kemampuanpenyelesaian kredit bermasalah
• Tidak optimalnya monetisasi aktivabermasalah
• Proses penghapusan kredit lebih kompleks(penghapus tagihan secara mutlak hanyadapat diproses melalui DJPLN denganpersetujuan Menteri Keuangan)
• Proses penanganan kredit bermasalahcenderung lebih cepat dan fleksibeldengan dimungkinkannya melakukanrestrukturisasi hutang, penjualan, sekuritisasi dan bentuk-bentuk monetisasilainnya yang melibatkan adanya hair-cut (penghapus tagihan)
• Proses penghapusan dan hair-cut lebihsederhana dan fleksibel hair-cut hanyapada level RUPS
Bank BUMN Bank Non-BUMN
RUPSBANKSWASTA
Batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN menyebabkanpenyelesaian kredit bermasalah Bank Mandiri terhambat,
Akumulasi kredit bermasalah menimbulkan excess baggage bagi Bank Mandiri sehingga bukan hanyamembatasi pertumbuhan kredit, namun juga berdampak negatif terhadap profitabilitas dan ekuitas
Batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN menyebabkanpenyelesaian kredit bermasalah Bank Mandiri terhambat,
Akumulasi kredit bermasalah menimbulkan excess baggage bagi Bank Mandiri sehingga bukan hanyamembatasi pertumbuhan kredit, namun juga berdampak negatif terhadap profitabilitas dan ekuitas
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 24
Perbandingan Penyelesaian Kredit EkstrakomptabelMenunjukkan Hambatan Penyelesaian Kredit Bermasalah
Perkembangan Kredit Ekstrakomptabel Bank Mandiri Perkembangan Kredit Ekstrakomptabel BII
Proses penjualan dapat mempercepat penyelesaian kredit bermasalahProses penjualan dapat mempercepat penyelesaian kredit bermasalah
Triliun RupiahTriliun Rupiah
5,8% kreditekstrakomptabel5,8% kreditekstrakomptabel
Hapus buku tahunberjalan Penyelesaian Lain-lain
21.50.31.11.820.5
2.120.6 1
1.2
2002 2003 2004
1.20.060.040.5
0.8
0.21.8
0.1
1.3
2002 2003 2004
72% kreditekstrakomptabel
72% kreditekstrakomptabel
5,3% kreditekstrakomptabel5,3% kreditekstrakomptabel
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 25
Bank Swasta Memiliki Flexibilitas dalam Mencari PenyelesaianContoh: Bank Permata
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Permata tahun 2003
26.8%
11.2%
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
2002 20030.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
Nilai pokok
Rupiah 159,5 miliar
USD 35,4 juta
Harga jual
Rupiah 45,8 miliar
USD 8,3 juta
Recovery Rate
Rupiah 28,7%
USD 23,4%
• Selama tahun 2003, Bank Permata mampu mengurangi kreditbermasalah secara gross sebesar Rp 1,3 triliun, denganmenerapkan strategi antara lain:
Program Penjualan Aset Inti (PPAI) I di tahun 2002, dilanjutkan dengan PPAI II pada bulan Februari – Maret2003 dan PPAI III pada Agustus September 2003
Restrukturisasi kredit terhadap debitur dengan prospekusaha dan karakter manajemen yang baik
Maksimalisasi hasil penjualan barang jaminan diambil alih
Reorganisasi dan menjaga agar nilai aset yang dikelolauntuk penempatan modal sementara tidak menurun
Dalam PPAI II dan III, kredit yang dijual adalah kredit yang sudahdiklasifikasikan macet dan telah seluruhnya dibentuk penyisihanpenghapusan
Nilai dan Rasio NPL Bank Permata
Program Penjualan Aset Inti II & III (2003)
Rp 2,4 Tn
Rp 1,1 Tn
Komposisi Kepemilikan Saham Bank Permata
31 Des 2003 %BPPN 91,33Negara Republik Indonesia 5,84
Masyarakat 2,83
31 Des 2002 %
Negara Republik Indonesia 6,33Masyarakat (dibawah 5%) 2,34
BPPN 91,33
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 26
Perlu Level Playing Field antara Bank BUMN dan Bank Swasta
• Peta di sektor perbankan telah berubah secarasignifikan dengan adanya akuisisi bank-bank swasta (Danamon, Niaga, BII, Lippo, dll) dalam duatahun terakhir yang menyebabkan meningkatnyatingkat persaingan terhadap bank-bank BUMN.
• Salah satu ketentuan Arsitektur PerbankanIndonesia untuk menjadi anchor bank, bank harusmemiliki Net NPL dibawah 5%
• Untuk meningkatkan daya saing bank BUMN perluadanya level playing field terhadap bank komersillainnya. Salah satu permasalahan utama untukbank BUMN adalah mengenai penyelesaian kreditbermasalah yang memberikan limitasi terhadappertumbuhan usaha dan manajemen fokus
• Oleh karena itu diperlukan:
• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntassehingga dapat mencapai rasio NPL dibawah 5%
• Dasar regulasi atau perundang-undangan yang jelas untuk menunjang hal tersebut
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .3, No 11, Okt 2005
Perlu memperkuat bank nasional, terutama Bank BUMN termasuk Bank Mandiri
Pangsa Aset Menurut Kontrol(%)
28%
2%
7%
38%
13%
23%21%
17%
41%
9%
1999 2005
PerseroLain
Mandiri
SwastaNasional
Asing*/JV
BPD
3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 27
Agenda
1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN
2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN
3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN
4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 28
Dibutuhkan Peraturan Untuk Akselerasi Penyelesaian NPL (1)
1. Diperlukan Produk Hukum Yang Memperjelas Bahwa Piutang Bank BUMN Tidak Termasuk Dalam Piutang Negara, agar dapat diatur tata cara penyelesaiannya yang berbeda dari piutang negara yaitu piutang pada pemerintah pusat• Kewenangan untuk menyelesaikan NPL tidak mungkin dilakukan tanpa adanya suatu produk hukum yang memperjelas
bahwa Piutang Bank BUMN bukan merupakan Piutang Negara. • Produk hukum ini diperlukan untuk menghilangkan pembatasan-pembatasan yang diterapkan pada Piutang Bank BUMN
(karena adanya kekurangtepatan atas penafsiran dan penerapan bahwa Piutang Bank BUMN merupakan Piutang Negara), yaitu kewajiban untuk menyerahkan pengurusan piutang kredit bermasalah kepada DJPLN dan tata cara prosedur untukpenghapusan pokok piutang.
• Hal ini penting untuk memperjelas bahwa memang penyelesaian Piutang Bank BUMN memiliki tata cara yang berbedadengan tata cara penyelesaian Piutang Negara.
• Pada akhirnya produk hukum ini akan memperjelas cakupan piutang negara, yaitu sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 dimana piutang negara merupakan piutang yang dimiliki pemerintah pusat.
• Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.
2. Diperlukan Adanya Kejelasan Atas Kewenangan Bank-bank BUMN Dalam Menyelesaikan NPL • Saat ini kurang jelas apa yang menjadi kewenangan dari Bank BUMN dalam menyelesaikan permasalahan NPL dan
ditambah dengan terdapatnya pembatasan-pembatasan bagi Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL, sehingga BankBUMN tidak dapat menerapkan pola restrukturisasi atau penyelesaian sebagaimana yang diijinkan oleh Bank Indonesia layaknya bank swasta lain.
• Dengan adanya kejelasan mengenai kewenangan Bank BUMN, maka tidak lagi terdapat keraguan bahwa seperti bank-bank lainnya, Bank BUMN dapat melakukan penghapusan pokok piutang, penjualan piutang di bawah nilai pokok sertamengalihkan/ menjual piutang sebagai bagian dari penyelesaian NPL.
3. Sebagai Salah Satu Best Practice Dalam Penyelesaian NPL Adalah Dengan Pembentukan Badan Hukum Khusus(SPV) yang Membutuhkan Peraturan Untuk Memperkenalkan Konsep “trust”• Peraturan ini bukan dimaksudkan untuk memberikan wewenang khusus kepada SPV, namun lebih untuk memperkenalkan
konsep trust di Indonesia.• Selain memperkenalkan konsep tersebut, pembentukan SPV membutuhkan peraturan ini agar jelas cakupan kegiatan serta
regulator yang akan mengatur keberadaan SPV tersebut.
1. Diperlukan Produk Hukum Yang Memperjelas Bahwa Piutang Bank BUMN Tidak Termasuk Dalam Piutang Negara, agar dapat diatur tata cara penyelesaiannya yang berbeda dari piutang negara yaitu piutang pada pemerintah pusat• Kewenangan untuk menyelesaikan NPL tidak mungkin dilakukan tanpa adanya suatu produk hukum yang memperjelas
bahwa Piutang Bank BUMN bukan merupakan Piutang Negara. • Produk hukum ini diperlukan untuk menghilangkan pembatasan-pembatasan yang diterapkan pada Piutang Bank BUMN
(karena adanya kekurangtepatan atas penafsiran dan penerapan bahwa Piutang Bank BUMN merupakan Piutang Negara), yaitu kewajiban untuk menyerahkan pengurusan piutang kredit bermasalah kepada DJPLN dan tata cara prosedur untukpenghapusan pokok piutang.
• Hal ini penting untuk memperjelas bahwa memang penyelesaian Piutang Bank BUMN memiliki tata cara yang berbedadengan tata cara penyelesaian Piutang Negara.
• Pada akhirnya produk hukum ini akan memperjelas cakupan piutang negara, yaitu sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 dimana piutang negara merupakan piutang yang dimiliki pemerintah pusat.
• Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.
2. Diperlukan Adanya Kejelasan Atas Kewenangan Bank-bank BUMN Dalam Menyelesaikan NPL • Saat ini kurang jelas apa yang menjadi kewenangan dari Bank BUMN dalam menyelesaikan permasalahan NPL dan
ditambah dengan terdapatnya pembatasan-pembatasan bagi Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL, sehingga BankBUMN tidak dapat menerapkan pola restrukturisasi atau penyelesaian sebagaimana yang diijinkan oleh Bank Indonesia layaknya bank swasta lain.
• Dengan adanya kejelasan mengenai kewenangan Bank BUMN, maka tidak lagi terdapat keraguan bahwa seperti bank-bank lainnya, Bank BUMN dapat melakukan penghapusan pokok piutang, penjualan piutang di bawah nilai pokok sertamengalihkan/ menjual piutang sebagai bagian dari penyelesaian NPL.
3. Sebagai Salah Satu Best Practice Dalam Penyelesaian NPL Adalah Dengan Pembentukan Badan Hukum Khusus(SPV) yang Membutuhkan Peraturan Untuk Memperkenalkan Konsep “trust”• Peraturan ini bukan dimaksudkan untuk memberikan wewenang khusus kepada SPV, namun lebih untuk memperkenalkan
konsep trust di Indonesia.• Selain memperkenalkan konsep tersebut, pembentukan SPV membutuhkan peraturan ini agar jelas cakupan kegiatan serta
regulator yang akan mengatur keberadaan SPV tersebut.
4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan
Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 29
Dibutuhkan Peraturan Untuk Akselerasi Penyelesaian NPL (2)
Penegasan PiutangBank BUMN tidaktermasuk Piutang
Negara
Penegasan PiutangBank BUMN tidaktermasuk Piutang
Negara
Pengaturan ataspenyelesaian Piutang
MacetBank BUMN
Pengaturan ataspenyelesaian Piutang
MacetBank BUMN
Pengaturan atas BadanHukum Khusus (SPE) yang Mengambil alihPiutang Bermasalah
Bank Mandiri
Pengaturan atas BadanHukum Khusus (SPE) yang Mengambil alihPiutang Bermasalah
Bank Mandiri
Perlu diperjelas piutang negara adalah piutang yang dimiliki negara sebagaisubyek dan bukan piutang dari perusahaan yang sahamnya dimiliki baikseluruhnya maupun sebagian oleh negara.
Piutang Bank BUMN bukan termasuk piutang negara.
Menteri Keuangan selaku pengelola keuangan negara dan sebagaimanadiamanahkan dalam UU No. 49 Tahun 1960 perlu memberikan penegasanbahwa seperti Bank swasta lainnya, Bank BUMN diberikan kewenangan untukmelakukan penanganan, penyelesaian dan pengurusan NPL sendiri, termasuk:• Melakukan hapus tagih (dan/atau penjualan pada harga diskon) atas
piutangnya tanpa harus menyerahkan kepengurusannya kepada DJPLN, sepanjang disetujui RUPS dan kreditur bila perlu, serta sesuai denganperaturan perundangan di sektor perbankan termasuk namun tidakterbatas pada PBI, UU Perseroan Terbatas dan UU Pasar Modal;
• Mengalihkan NPL kepada pihak ketiga tanpa harus melalui DJPLN.
Beberapa ketentuan PMK yang ada, yaitu PMK No. 31/PMK.07/2005 dan KMK 300/KMK.01/2002 perlu disesuaikan untuk menyelaraskan dengan PP di atassehingga Bank BUMN tidak memiliki hambatan dalam menjalankan tata carapenyelesaian NPL tersebut di atas .
• Saat ini bentuk badan hukum khusus (SPE) ini tidak dikenal dalamperaturan dan perundangan yang berlaku.
• Memperkenalkan konsep “trust”. • Menjabarkan aktifitas dari SPE yang akan membeli/ mengambil alih
piutang bermasalah dari Bank Mandiri.• SPE dapat menerbitkan surat berharga.• Supervisi dan pelaporan atas kegiatan usaha SPE.
Untuk memperjelas cakupanpiutang negara sebagaimana diaturdalam UU No. 1 tahun 2004.
Tidak mengubah cakupan keuangannegara sebagaimana diatur dalamUU No. 17 Tahun 2003.
Untuk memperjelas cakupanpiutang negara sebagaimana diaturdalam UU No. 1 tahun 2004.
Tidak mengubah cakupan keuangannegara sebagaimana diatur dalamUU No. 17 Tahun 2003.
Merupakan peraturan yang memberikan atribusi ataukewenangan kepada Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL.
Peraturan dimaksud akan mengaturhal yang bersifat teknis mengenaiapa yang menjadi kewenangan Bank BUMN.
Merupakan peraturan yang memberikan atribusi ataukewenangan kepada Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL.
Peraturan dimaksud akan mengaturhal yang bersifat teknis mengenaiapa yang menjadi kewenangan Bank BUMN.
Sistem hukum Indonesia tidak mengenal konsep ”trust”.
Terminologi SPV pernahdiperkenalkan oleh Pemerintahmelalui Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan.
Tidak dimaksudkan untukmemberikan kuasa khusus sepertiBPPN.
Sistem hukum Indonesia tidak mengenal konsep ”trust”.
Terminologi SPV pernahdiperkenalkan oleh Pemerintahmelalui Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan.
Tidak dimaksudkan untukmemberikan kuasa khusus sepertiBPPN.
4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan
Piutang Bank BUMN bukan termasuk piutang negara
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 30
Diperlukan Penegasan Bahwa Piutang BUMN Bukan Piutang Negara
1. Untuk menghilangkan segala keragu-raguan bahwa piutang bank BUMN tidaktermasuk piutang negara maka untuk permasalahan ini saja (bukan berkaitan denganhal lain, seperti kewenangan BPK), diyakini tidak diperlukan perubahan peraturansetingkat UU, karena peraturan yang harus dibenahi hanyalah setingkat PeraturanMenteri Keuangan.
2. Cakupan atas piutang negara sudah di atur di dalam UU 1/2004, yang merupakandefinisi atau cakupan terakhir atas piutang negara, sehingga tidak ada kaedah hukumbaru yang perlu ditegaskan melalui peraturan setingkat UU.
– Sehingga tidak ada kebutuhan dikeluarkannya suatu UU atau Perpu untuk meluruskan polemikdan mispersepsi ini
3. Menurut doktrin, tanpa perintah khusus dari suatu UU, tetap dapat dibuat PP untukmemperjelas hal-hal yang kurang jelas dalam UU
4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 3131
Penegasan yang memperjelas bahwa piutang bank BUMN bukan bagian dari piutang negara tidak akan merubahpengertian dan cakupan keuangan negara sebagaimanadimaksud dalam UU No. 17 Tahun 2003
Penegasan yang memperjelas bahwa piutang bank BUMN bukan bagian dari piutang negara tidak akan merubahpengertian dan cakupan keuangan negara sebagaimanadimaksud dalam UU No. 17 Tahun 2003
Penyelesaian masalah NPL Bank BUMN hanya perlumempertegas pengertian “piutang negara”, dan bukan pengertian “kekayaan negara” atau pengertian ”keuangan negara” yang notabene memiliki pengertian dalam arti luas
Penyelesaian masalah NPL Bank BUMN hanya perlumempertegas pengertian “piutang negara”, dan bukan pengertian “kekayaan negara” atau pengertian ”keuangan negara” yang notabene memiliki pengertian dalam arti luas
Dengan demikian hal ini bukan dimaksudkan untukmembatasi otoritas dan wewenang pihak pengawas(Kejaksaan, BPK dan KPK) untuk melakukan tugasnya
Dengan demikian hal ini bukan dimaksudkan untukmembatasi otoritas dan wewenang pihak pengawas(Kejaksaan, BPK dan KPK) untuk melakukan tugasnya
Penegasan Atas Cakupan Piutang Negara Bukan PemisahanKekayaan Negara
4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 32
Sebagai Best Practice Solusi NPL, Konsep Bad-Bank PerluUntuk Memperkenalkan Konsep yang Selama ini Belum Dikenal
Latar BelakangLatar Belakang
Pembentukan SPV diharapkan akan memungkinkan pemisahan NPL dari asset-asset lainnya yang dikelola oleh bank• SPV menjadi pemilik baru dari asset kredit bermasalah sehingga bank fokus pada asset yang berkualitas baik• Hal ini akan memungkinkan bank untuk fokus pada pengembangan usaha dan mengelola asset baik, sementara SPV sebagai
pemiliki baru NPL akan berkonsentrasi pada penyelesaian NPL untuk mendapatkan nilai terbaik• Berbagai studi menunjukkan bahwa pemisahaan good bank dan bad bank merupakan best practice penyelesaian NPL
SPV adalah wadah khusus yang umumnya didirikan dalam transaksi keuangan yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan asset dari pemilik awalnya (bank)• Dasar dari pembentukan SPV adalah konsep “trust” yang memungkinkan pembedaan antara economic beneficiary dari pemilik
asset (atau sekumpulan asset)• SPV umumnya dibentuk untuk transaksi sekuritisasi asset
Konsep SPV umumnya tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law (Continental) seperti di Indonesia dan umumnya lebih dikenal danditerima di negara-negara dengan sistem hukum Common Law (Anglo Saxon)• Namun disadari oleh negara Civil Law bahwa pengakuan atau penerimaan konsep trust merupakan suatu hal yang perlu. Hal ini
ditunjukkan dengan dilakukannya ratifikasi atau penandatanganan The Hague Convention on the Law Applicable to Trusts and on their Recognition oleh beberapa negara dengan sistem hukum Civil Law, seperti antara lain Belanda dan Perancis
• Hal ini didasari atas transaksi keuangan yang makin berkembang, khususnya dalam transaksi sekuritisasi
Di Indonesia, terminologi SPV sebenarnya pernah diperkenalkan pemerintah melalui PerPres 19 tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan
Untuk memperkenalkan kaedah hukum baru yaitu konsep trust tersebut, dibutuhkan sebuah Peraturan Presiden
Maksud dari dikeluarkannya peraturan adalah untuk mengatur dan mengakui badan hukum SPV dan pengakuan terhadap konsep trust tersebut• Sehingga tujuan dari pengaturan SPV bukan dimaksudkan untuk memberi kewenangan-kewenangan khusus seperti yang diberikan
kepada BPPN
Pembentukan SPV diharapkan akan memungkinkan pemisahan NPL dari asset-asset lainnya yang dikelola oleh bank• SPV menjadi pemilik baru dari asset kredit bermasalah sehingga bank fokus pada asset yang berkualitas baik• Hal ini akan memungkinkan bank untuk fokus pada pengembangan usaha dan mengelola asset baik, sementara SPV sebagai
pemiliki baru NPL akan berkonsentrasi pada penyelesaian NPL untuk mendapatkan nilai terbaik• Berbagai studi menunjukkan bahwa pemisahaan good bank dan bad bank merupakan best practice penyelesaian NPL
SPV adalah wadah khusus yang umumnya didirikan dalam transaksi keuangan yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan asset dari pemilik awalnya (bank)• Dasar dari pembentukan SPV adalah konsep “trust” yang memungkinkan pembedaan antara economic beneficiary dari pemilik
asset (atau sekumpulan asset)• SPV umumnya dibentuk untuk transaksi sekuritisasi asset
Konsep SPV umumnya tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law (Continental) seperti di Indonesia dan umumnya lebih dikenal danditerima di negara-negara dengan sistem hukum Common Law (Anglo Saxon)• Namun disadari oleh negara Civil Law bahwa pengakuan atau penerimaan konsep trust merupakan suatu hal yang perlu. Hal ini
ditunjukkan dengan dilakukannya ratifikasi atau penandatanganan The Hague Convention on the Law Applicable to Trusts and on their Recognition oleh beberapa negara dengan sistem hukum Civil Law, seperti antara lain Belanda dan Perancis
• Hal ini didasari atas transaksi keuangan yang makin berkembang, khususnya dalam transaksi sekuritisasi
Di Indonesia, terminologi SPV sebenarnya pernah diperkenalkan pemerintah melalui PerPres 19 tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan
Untuk memperkenalkan kaedah hukum baru yaitu konsep trust tersebut, dibutuhkan sebuah Peraturan Presiden
Maksud dari dikeluarkannya peraturan adalah untuk mengatur dan mengakui badan hukum SPV dan pengakuan terhadap konsep trust tersebut• Sehingga tujuan dari pengaturan SPV bukan dimaksudkan untuk memberi kewenangan-kewenangan khusus seperti yang diberikan
kepada BPPN
4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan