Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

32
Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1 Materi Diskusi dengan Badan Pemeriksa Keuangan Urgensi Penyelesaian NPL Bank BUMN dan Usulan Perubahan Regulasi dalam Akselerasi Penyelesaian NPL Agus Martowardojo Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. 17 Mei 2006

description

QQ Posisi BUMN dalam diskusi dengan pemerintah mengenai penyelesaian NPLyang unik disini adalah Sri Mulyani kala itu sebagai Menteri Keuangan dan Agus Marto sebagai perwakilan perbankan. Dimana saat ini Agus Marto menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan RI

Transcript of Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Page 1: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1

Materi Diskusi denganBadan Pemeriksa Keuangan

Urgensi Penyelesaian NPL Bank BUMN danUsulan Perubahan Regulasi dalam Akselerasi Penyelesaian NPL

Agus MartowardojoDirektur Utama

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

17 Mei 2006

Page 2: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 2

Agenda

1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN

2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN

3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN

4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN

Page 3: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 3

Pertumbuhan 2005 Membaik, Namun di Bawah Target Semula 6%

Sumber: BPS, World BankSumber: BPS, World Bank

Pertumbuhan meningkat, meskipun tidak setinggi

ekspektasi …… depresiasi nilai tukar Rupiah

4.9

3.84.4

4.95.1

5.6

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Pertumbuhan GDP (%)

8,405

10,256

9,3188,572

8,936

9,712

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Kurs Rupiah (rata-rata)Rp/USD

..dipengaruhi tingkat bunga yang naik...

Tingkat Bunga SBI 1 bln(%)

12.75

10.00

7.438.257.39

7.347.42

8.318.66

9.5311.40

12.9313.2215.11

16.7617.62

16.6517.57

15.58

7.44

1Q01 1Q02 1Q03 1Q04 1Q05 4Q05

1. Urgensi1. Urgensi

Page 4: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 4

Investasi Diharapkan Menjadi Driver Pertumbuhan

Agar perekonomian tumbuh 7.6%

Pertumbuhan GDP (%)

Investasi akan perlu tumbuh13.1%

Pertumbuhan Investasi(%)

Butuh Investasi sebesar 3,860Tn

Estimasi Nilai Investasi(Rp Tn)

13.114.3

15.014.8

9.9

2005 2006 2007 2008 2009

7.67.2

6.76.1

5.6

2005 2006 2007 2008 2009

726

877

1,043

1,215

3,861

2006 2007 2008 2009 total

Sumber: BPS, Bappenas, perhitungan Bank Mandiri

1. Urgensi1. Urgensi

Page 5: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 5

Bank Masih Merupakan Sumber Pembiayaan Utama Investasi

Agar GDP dapat tumbuh ~7% p.a

Harapan Pertumbuhan GDP (%)

Investasi perlu tumbuh ~14%

Harapan Pertumbuhan Investasi(%)

9.9

14.8 15.014.3

13.1

2005 2006 2007 2008 2009

5.66.1

6.77.2 7.6

2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: BPS, Bappenas, perhitungan Bank Mandiri

Sebagian besar perlu dibiayai olehsektor perbankan

59.5

13.9New Issuance

Equity

MarketCapitalization

CorporateBond

AssetPerbankan

Total Posisi Desember 2005(Rp Tn)

1,410Assets

Perbankan

New IssuanceEquity

MarketCapitalization

CorporateBond

13,90

59,50*

1. Urgensi1. Urgensi

Page 6: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 6

Pertumbuhan Kredit Bank BUMN dan SwastaPertumbuhan Kredit Perbankan Indonesia

108121

151177

223256

15%

26%

18%

24%

12%

2000 2001 2002 2003 2004 2005Kredit (Rp tn) Pertumbuhan Kredit (%)

Penurunan Pertumbuhan Kredit di Bank BUMN (2004-2005)

Pertumbuhan Kredit di BUSN Devisa (2004-2005)

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .4, No 1, Desember 2005

Komposisi kredit nasional bank BUMN adalah sebesar37% yang berasal dari 4 Bank BUMN. Saat ini pertumbuhan kredit bank BUMN menurunsignifikan dibandingkan dengan bank swasta salahsatunya disebabkan adanya permasalahan penyelesaiankredit bermasalah bank BUMN tersebutTren pertumbuhan kredit cenderung melambat setelahnaik pesat di tahun 2004.

440

559

696

19%

27%

24%

2003 2004 2005

Kredit (Rp Tn)

Pertumbuhan Kredit (%)

BUMN37%

BUSN42%

Lainnya21%

Rp 256.4 Tn

Rp 294.4 Tn

Rp 144.8 Tn

Komposisi KreditPertumbuhan Kredit

7796

126160

209

294

41%

31%27%

32%

24%

2000 2001 2002 2003 2004 2005Kredit (Rp tn) Pertumbuhan Kredit (%)

Bank BUMN Memiliki Peranan Penting Tapi Pertumbuhannya Melambat1. Urgensi1. Urgensi

Page 7: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 7

Salah Satu Sebab adalah Masalah NPL yang Dihadapi Bank BUMN 73% Dari Total NPL Sektor Perbankan Dimiliki Bank BUMN

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .4, No 1, Des 2005 dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia

Perkembangan NPL (%)

67.90%

9.00%1.60%

21.50%

Bank Mandiri

Bank BRI

Bank BTN

Bank BNI

Bank BUMN

Bank Non-BUMN

Komposisi NPL – Dec 2005

• Tingginya NPL Bank BUMN disebabkan karena bank-bank BUMN tidak dapat melaksanakan penyelesaian secara tuntasterhadap kredit bermasalah, sebagai akibat dari batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN

• Penyelesaian NPL Bank Mandiri dan Bank BUMN lain akan berdampak positif pada penurunan NPL nasional

20.1%

12.2%

7.5% 6.8%

4.5%

7.6%

13.5%

9.4%

5.0% 3.9%2.2%

2.2%

5.4%2.3%2.9%2.5%2.8%

6.6%

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Bank BUMN Bank Non-BUMN

Rp52.6 Tn

Rp13.2 Tn

25,1%

Rp39.4Tn

74.9%

1. Urgensi1. Urgensi

Page 8: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 8

Kondisi Perusahaan Terpengaruh Pada Kondisi Makro . . .

Trend Penurunan Profitabilitas . . . . . . Margin Menipis … . . . Sementara beban hutangmeningkat

Sumber: Bloomberg

5.6

5.45.6 5.5 5.6

5.7

5.9

5.7

5.8

6.2

5.9

5.0

1Q03

2Q03

3Q03

4Q03

1Q04

2Q04

3Q04

4Q04

1Q05

2Q05

3Q05

4Q05

2.4

3.2

3.7

2.72.5

3.4

4.2

2.5

2.9

3.6

4.1

2.2

1Q03

2Q03

3Q03

4Q03

1Q04

2Q04

3Q04

4Q04

1Q05

2Q05

3Q05

4Q05

61.3

70.2

61.562.7

61.0

63.9

63.0

64.865.8

64.5

66.466.6

1Q03

2Q03

3Q03

4Q03

1Q04

2Q04

3Q04

4Q04

1Q05

2Q05

3Q05

4Q05

ROA Listed Company(%)

Profit Margin Listed Company(%)

Debt/Equity Listed Company (%)

1. Urgensi1. Urgensi

Page 9: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 9

. . . Terutama Debitur Eks-Restrukturisasi

Kredit ex-restrukturisasi bagian signifikandari kredit di Bank BUMN . . .

. . . yang merupakan salah satu sebab meningkatnya NPL

Batasan-batasan yang dimiliki Bank Mandiri menyebabkan kurang tuntasnya penyelesaian kreditbermasalah dan sebagian besar kredit Ex-restrukturisasi kemudian kembali menjadi NPL

Batasan-batasan yang dimiliki Bank Mandiri menyebabkan kurang tuntasnya penyelesaian kreditbermasalah dan sebagian besar kredit Ex-restrukturisasi kemudian kembali menjadi NPL

20,2% 16,3%5,53% 5,74%0%

20%

40%

60%

80%

100%

Mandiri BNI BII Permata

Kredit Ex-Restrukturisasi Total Kredit Diberikan

40,4%

37,7%

2000 Sep-05

NPL Ex-Restrukturisasi

Rp8,5Tn

Rp25Tn

Total NPL

Total NPL

Kredit Ex-Restrukturisasi Sep-05 NPL Bank Mandiri Sep-05

1. Urgensi1. Urgensi

Page 10: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 10

Berpengaruh pada Valuasi Nilai Saham Bank BUMN (1)

Sumber: Bloomberg 21 Maret 06

Estimated P/E 2006

9.0

11.5

12.7

9.5

10.1

10.6

12.1

20.7

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

BBNI

BBRI

BMRI

BNGA

BNII

BDMN

BBCA

BNLI

P/E Bank BUMNAvg 11.1

P/E Bank swastaAvg 12,6

P/BV 2005

1.4

1.4

3.7

1.4

1.7

2.5

2.7

3.2

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4

BBNI

BMRI

BBRI

BNGA

BNII

BNLI

BDMN

BBCA

P/BVBank BUMNAvg 2.1

P/BVBank Non BUMNAvg 2,3

• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntas akan memberikan manfaat terhadap keuangan bank-bank BUMN.

• Selain itu akan memungkinkan bank agar kembali fokus pada pengembangan bisnis, sehingga akan menjadikan Bank BUMN lebih competitive. Harapan pertumbuhan akan meningkatkan valuasi atas perusahaannya.

• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntas akan memberikan manfaat terhadap keuangan bank-bank BUMN.

• Selain itu akan memungkinkan bank agar kembali fokus pada pengembangan bisnis, sehingga akan menjadikan Bank BUMN lebih competitive. Harapan pertumbuhan akan meningkatkan valuasi atas perusahaannya.

1. Urgensi1. Urgensi

Page 11: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 11

Berpengaruh pada Valuasi Nilai Saham Bank BUMN (2)1. Urgensi1. Urgensi

20,000

30,000

40,000

50,000

5/12

/200

5

6/12

/200

5

7/12

/200

5

8/12

/200

5

9/12

/200

5

10/1

2/20

05

11/1

2/20

05

12/1

2/20

05

1/12

/200

6

2/12

/200

6

3/12

/200

6

4/12

/200

6

5/12

/200

6

Thou

sand

s

Peningkatan Nilai Saham Bank Mandiri Akhir-Akhir Ini

Nilai Kapitalisasi Saham BMRI Harian

43.1 Tn43.1 Tn

45.6 Tn45.6 Tn

22.5 Tn22.5 Tn

“...As part of the government’s financial deregulation package, state- owned banks will be given more degrees of freedom in resolving their NPLs through haircuts…”

Credit Suisse 4 Mei 2006

“We believe that upon the issuance of the new reform package, these should pave the way for Mandiri to accelerate establishing SPV to accelerate its loan recovery process. On the back of these, we see opportunities for the stock's re-rating…”

Deutsche Bank 24 April 2006

“We have not factored in these NPL improvements in our forecasts. But, assuming Mandiri can earn an additional 10% yield from these recoveries, we estimate the impact on 2007 profit to be a significant 25% . . .”

Macquarie - 3 May 2006

34.3 Tn34.3 Tn

Ekspektasi atas kemampuan menyelesaikan NPL dan diterbitkannyaperaturan pemerintah menjadi driver utama nilai kapitalisasi Bank Mandiri

Ekspektasi atas kemampuan menyelesaikan NPL dan diterbitkannyaperaturan pemerintah menjadi driver utama nilai kapitalisasi Bank Mandiri

Page 12: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 12

Agenda

1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN

2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN

3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN

4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN

Page 13: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1313

“Adanya tata kelola perusahaan yang baik dapatmenciptakan kepastian hukum, sehingga image bank menjadi positif dan peran bank sebagailembaga intermediasi menjadi baik”

“Adanya tata kelola perusahaan yang baik dapatmenciptakan kepastian hukum, sehingga image bank menjadi positif dan peran bank sebagailembaga intermediasi menjadi baik”

Manfaat atas Pemeriksaan bank BUMN

Manfaat

Adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)Adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)aa

Terciptanya suatu kepastian hukum dalam transaksi bankTerciptanya suatu kepastian hukum dalam transaksi bank

Terciptanya image positif bagi bankTerciptanya image positif bagi bank

bb

cc

Terlaksananya kelancaran operasional bank dalam menjalankanfungsi intermediasiTerlaksananya kelancaran operasional bank dalam menjalankanfungsi intermediasi

dd

2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 14: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1414

Namun Berpengaruh Pada Kegiatan Operasional dan Usaha Bank (1)

Tidak percaya diri untuk mengambil business judgement.Tidak percaya diri untuk mengambil business judgement.

Tingkat kehati-hatian yang berlebihan sehingga memperlambat proses.Tingkat kehati-hatian yang berlebihan sehingga memperlambat proses.

Turunnya rasa percaya diri dalam menjalankan pekerjaan.Turunnya rasa percaya diri dalam menjalankan pekerjaan.BAGI KARYAWANBANK Menurunkan rasa saling percaya antar karyawan yang menggangu

kelancaran kerja.Menurunkan rasa saling percaya antar karyawan yang menggangukelancaran kerja.

cc

dd

aa

bb

Takut dianggap terlibat dan ikut diperiksa.Takut dianggap terlibat dan ikut diperiksa.

ee

Merasa tidak aman bekerja di BankMerasa tidak aman bekerja di Bank

ff

2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 15: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1515

BAGIBANK

Mempengaruhi fokus pada kegiatan operasional bank karena karyawan-karyawannya diminta untuk memberi keterangan oleh penyidik.Mempengaruhi fokus pada kegiatan operasional bank karena karyawan-karyawannya diminta untuk memberi keterangan oleh penyidik.

Biaya operasional meningkat untuk keperluan transportasi danakomodasi untuk karyawan yang berasal dari luar kota.Biaya operasional meningkat untuk keperluan transportasi danakomodasi untuk karyawan yang berasal dari luar kota.

aa

Rating Bank turun (baik terhadap saham maupun surat-surat berhargalainnya yang diterbitkan oleh Bank).Rating Bank turun (baik terhadap saham maupun surat-surat berhargalainnya yang diterbitkan oleh Bank).

Nasabah pindah ke bank lain.Nasabah pindah ke bank lain.

Dapat menurunkan pendapatan / laba perusahaan.Dapat menurunkan pendapatan / laba perusahaan.

Kepercayaan dari counterparty (bank lain) menurun.Kepercayaan dari counterparty (bank lain) menurun.

Kepercayaan dari masyarakat menurun.Kepercayaan dari masyarakat menurun.

Terdapat kesan adanya kelemahan dalam sistem dan prosedur yang berlaku.Terdapat kesan adanya kelemahan dalam sistem dan prosedur yang berlaku.

BAGIIMAGE BANK

bb

cc

dd

ee

aa

bb

cc

Namun Berpengaruh Pada Kegiatan Operasional dan Usaha Bank (2)2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 16: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1616

PERKREDITAN

Keputusan kredit didasarkan pada kebijakan dan prosedur kredit yang diputus oleh pemegang kewenangan berdasarkan business judgement sesuaidengan situasi dan kondisi yang melingkupinya pada saat itu. Apabilakeputusan tersebut telah diputus tanpa adanya conflict of interest dan telahaccountable, demi untuk mencapai tujuan terbaik perusahaan, maka tidakdapat dinyatakan salah secara pidana maupun perdata.

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Kasus di Bidang Kredit (1)

Keputusan kredit didasarkan pada kebijakan dan prosedur kredit yang diputus oleh pemegang kewenangan berdasarkan business judgement sesuaidengan situasi dan kondisi yang melingkupinya pada saat itu. Apabilakeputusan tersebut telah diputus tanpa adanya conflict of interest dan telahaccountable, demi untuk mencapai tujuan terbaik perusahaan, maka tidakdapat dinyatakan salah secara pidana maupun perdata.

Pemberian fasilitas kredit mempunyai risiko bisnis yang bisa timbul karenafaktor internal maupun eksternal, dan oleh karena itu apabila terjadi kerugiankarena faktor eksternal dan dari sisi internal tidak ada unsur kesengajaan, maka kerugian tersebut harus dianggap sebagai risiko bisnis.

Pemberian fasilitas kredit mempunyai risiko bisnis yang bisa timbul karenafaktor internal maupun eksternal, dan oleh karena itu apabila terjadi kerugiankarena faktor eksternal dan dari sisi internal tidak ada unsur kesengajaan, maka kerugian tersebut harus dianggap sebagai risiko bisnis.

Rumusan unsur-unsur perbuatan pidana dalam Undang-undang Antikorupsidapat ditafsirkan secara luas, sehingga tindakan-tindakan bank maupunkaryawannya menjadi sangat berisiko dan menimbulkan rasa ketidakpastiandari sisi hukum walaupun seluruh tindakan-tindakan di bidang perkreditantersebut telah memenuhi prosedur.

Rumusan unsur-unsur perbuatan pidana dalam Undang-undang Antikorupsidapat ditafsirkan secara luas, sehingga tindakan-tindakan bank maupunkaryawannya menjadi sangat berisiko dan menimbulkan rasa ketidakpastiandari sisi hukum walaupun seluruh tindakan-tindakan di bidang perkreditantersebut telah memenuhi prosedur.

2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 17: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1717

PERKREDITAN

Perlu koordinasi lebih lanjut dengan Bank Indonesia untuk lebihmendalami masalah praktek dan operasional perbankan, danoleh karena itu SKB 3 institusi (Bank Indonesia, Kepolisian danKejaksaan Agung) perlu diefektifkan. Apabila ada suatupermasalahan yang akan ditangani oleh Penegak Hukum, makaperlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia sebelum dilakukan penyelidikan dan penyidikan terlebih dahulu.

Perlu koordinasi lebih lanjut dengan Bank Indonesia untuk lebihmendalami masalah praktek dan operasional perbankan, danoleh karena itu SKB 3 institusi (Bank Indonesia, Kepolisian danKejaksaan Agung) perlu diefektifkan. Apabila ada suatupermasalahan yang akan ditangani oleh Penegak Hukum, makaperlu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia sebelum dilakukan penyelidikan dan penyidikan terlebih dahulu.

Bisnis bank adalah bisnis yang khas dimana setiap tahapanproses dilakukan oleh unit-unit yang berbeda. Sepanjangsemua tahapan sudah dilakukan atas dasar prinsip kehati-hatian maka keputusan kredit tersebut seyogyanya tidakdisalahkan.

Bisnis bank adalah bisnis yang khas dimana setiap tahapanproses dilakukan oleh unit-unit yang berbeda. Sepanjangsemua tahapan sudah dilakukan atas dasar prinsip kehati-hatian maka keputusan kredit tersebut seyogyanya tidakdisalahkan.

Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Kasus di Bidang Kredit (2)2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 18: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 1818

Diperlukan Kerjasama dengan Bank Indonesia dalam Pemeriksaan Bank

Perlunya ada kesamaan pandang / keseimbangan antara pihakpemeriksa dengan bank mengenai apa yang dimaksudkan denganbusiness judgment.

Perlunya ada kesamaan pandang / keseimbangan antara pihakpemeriksa dengan bank mengenai apa yang dimaksudkan denganbusiness judgment.

Penyelidikan dan penyidikan yang berkesinambungan atasdugaan adanya tindak pidana korupsi pada debitur-debitur macetBank Mandiri berdampak pada Bank Mandiri. Oleh karena itupenyelidikan dan penyidikan dapat lebih terjadual.

Penyelidikan dan penyidikan yang berkesinambungan atasdugaan adanya tindak pidana korupsi pada debitur-debitur macetBank Mandiri berdampak pada Bank Mandiri. Oleh karena itupenyelidikan dan penyidikan dapat lebih terjadual.

Diperlukan penyempurnaan proses dan metodologi dalampelaksanaan pemeriksaan melalui kerjasama antara pihakpemeriksa dengan Bank Indonesia.

Diperlukan penyempurnaan proses dan metodologi dalampelaksanaan pemeriksaan melalui kerjasama antara pihakpemeriksa dengan Bank Indonesia.

2. Pemeriksaan Bank2. Pemeriksaan Bank

Page 19: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 19

Agenda

1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN

2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN

3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN

4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN

Page 20: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 20

UU Pengelolaan Keuangan Telah Mengalami Transformasi

UU No. 17 tahun 2003tentang

Keuangan Negara

UU No. 17 tahun 2003tentang

Keuangan Negara

UU No. 1 tahun 2004tentang

PerbendaharaanNegara

UU No. 1 tahun 2004tentang

PerbendaharaanNegara

UU No. 15 tahun 2004Tentang

Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung

Jawab Keuangan Negara

UU No. 15 tahun 2004Tentang

Pemeriksaan Pengelolaandan Tanggung

Jawab Keuangan Negara

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Definisi Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denganuang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan miliknegara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut

Termasuk cakupan keuangan negara, antara lain :• Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat

berharga, piutang barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasukkekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah

Perbendaharaan negara adalah pengelolaan dan pertanggung jawaban Keuangan Negara, termasukInvestasi dan kekayaan negara yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN – APBD.

Termasuk dalam ruang lingkup perbendaharaan negara ialah mengelola piutang dan utang negaradan melakukan penagihan atas piutang negara• Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hak

Pemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah

Menteri keuangan adalah Bendahara Umum Negara yang berwenang atas pengelolaan utang danpiutang negara

Pemeriksaan Keuangan Negara meliputi:• pemeriksaan atas pengelolaan Keuangan Negara, yang meliputi unsur cakupan keuangan

negara sebagaimana dimaksud dalam UU Keuangan Negara• pemeriksaan atas tanggung jawab Keuangan Negara

Pemeriksaan tersebut di atas dilakukan oleh BPK

Trilogi Keuangan Negara Menegaskan Cakupan Keuangan NegaraTrilogi Keuangan Negara Menegaskan Cakupan Keuangan Negara

Page 21: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 21

Beberapa Permasalahan Hukum Utama . . .

1. Peraturan perundang-undangan pada saat ini yang tidak memungkinkan Bank – Bank BUMN, termasuk Bank Mandiri, untuk dapat melakukan penghapusan secara mutlak (hair cut atau hapus tagih), atas piutang bermasalah (NPL) yang dimilikinya. Sementara penghapusan secara mutlak (hair cut) tersebut merupakan faktor yang sangat penting dan lazim dilakukan oleh bank-bank lainnya.Kendala yang dihadapi Bank-Bank BUMN tersebut dikarenakan perlakuan dan pandangan bahwa piutang Bank-Bank BUMN sebagai bagian dari Piutang Negara

2. Tidak adanya definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan ”penyelesaian tingkat pertama” dikaitkan dengan kewajiban penyerahan penanganan piutang perusahaan negara kepada PUPN sebagaimana dimaksud dalam UU No.49/Prp/1960 berikut peraturan-peraturan pelaksananya, sehingga Bank-Bank BUMN mempunyai kesulitan dalam rangka penyelesaian kredit bermasalah dengan cara penjualan/ pengalihan kredit bermasalah kepada pihak ketiga; dan

3. Tidak adanya dasar hukum bagi pembentukan badan khusus (bad-bank) yang menerima pengalihan kredit bermasalah

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 22: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 22

. . . Diperlukan Penegasan Atas Cakupan Piutang Negara

UU 49/Prp thn 1960

UU 49/Prp thn 1960

UU 1 thn 2004UU 1 thn 2004

PP 14 tahuntahun 2005

PP 14 tahuntahun 2005

PMK 31 tahun 2005PMK 31

tahun 2005

Penghapusan Secara Mutlak, sepanjangmenyangkut piutang negara ditetapkan(a) Menteri Keuangan untuk jumlah sd Rp10 Milyar(b) Presiden untuk Rp10 Milyar sd Rp100 Milyar;(c) Presiden dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat untuk jumlah > Rp100Milyar

Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajibdibayar kepada Pemerintah Pusat dan/atau hakPemerintah Pusat yang dapat dinilai dengan uangsebagai akibat perjanjian atau akibat lainnyaberdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah

Pelaksanaan Penghapusan secara Mutlak dalamPMK No. 31/2005 atas Piutang Perusahaan Negara sd Rp.10 Milyar hanya dapat dilaksanakan setelahDireksi Perusahaan Negara mendapatkanpersetujuan dari Menteri Keuangan

Penghapusan Secara Multak (“hair cut”) atasPiutang Perusahaan negara (piutang pokok) hanya dapat dilakukan setelah pengurusannyadiserahkan kepada PUPN

Piutang Negara pada tingkat pertamapada prinsipnya diselesaikan olehinstansi-instansi dan badan-badanyang bersangkutan.Apabila itu tidak mungkin lagiterutama disebabkan oleh karenaternyata penanggung hutang tidakada kesediaan dan termasukpenanggung hutang yang "nakal" maka oleh instansi-instansi danbadan-badan yang bersangkutanpenyelesaiannya diserahkankepada Panitya

Dalam UU 49/Prp thn 1960 piutangNegara dimaksudkan hutang yang :a. langsung terhutang kepada Negara dan harus dibayar kepada PemerintahPusat atau Pemerintah Daerah;b. terhutang kepada badan-badan yang umumnya kekayaan dan modalnyasebagian atau seluruhnya milik Negara, misalnya Bank-bank Negara, P.T, P.T. Negara, Perusahaan-perusahaanNegara,

• Peraturan yang memuat definisi “Piutang Negara” yang mencakup “piutang Perusahaan Negara” hanya ada di UU 49/Prp thn 1960, UU 49/Prp thn 1960 sebelumnya merupakan Perpu yang disusun dalam keadaan darurat dan dalam konteks perekonomian saat itu

• Cakupan Piutang Negara sesuai UU 1/2004 dengan jelas menegaskan bahwa tidak termasuk yang terhutang kepada BUMN• Sesuai dengan doktrin hukum yang berlaku, suatu ketentuan hukum yang lebih baru yang bertentangan dengan ketentuan hukum yang

terdahulu, mengesampingkan ketentuan hukum terdahulu tersebut

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 23: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 23

Batasan Hukum yang Dihadapi Menyebabkan ProsesPenyelesaian NPL di Bank BUMN yang Lebih Kompleks

RUPS

Pemerintah

BANKBUMN

• Keterbatasan dalam proses penanganankredit bermasalah oleh Bank BUMN karenadihadapkan pada peraturan perundanganyang berlaku berpengaruh pada kemampuanpenyelesaian kredit bermasalah

• Tidak optimalnya monetisasi aktivabermasalah

• Proses penghapusan kredit lebih kompleks(penghapus tagihan secara mutlak hanyadapat diproses melalui DJPLN denganpersetujuan Menteri Keuangan)

• Proses penanganan kredit bermasalahcenderung lebih cepat dan fleksibeldengan dimungkinkannya melakukanrestrukturisasi hutang, penjualan, sekuritisasi dan bentuk-bentuk monetisasilainnya yang melibatkan adanya hair-cut (penghapus tagihan)

• Proses penghapusan dan hair-cut lebihsederhana dan fleksibel hair-cut hanyapada level RUPS

Bank BUMN Bank Non-BUMN

RUPSBANKSWASTA

Batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN menyebabkanpenyelesaian kredit bermasalah Bank Mandiri terhambat,

Akumulasi kredit bermasalah menimbulkan excess baggage bagi Bank Mandiri sehingga bukan hanyamembatasi pertumbuhan kredit, namun juga berdampak negatif terhadap profitabilitas dan ekuitas

Batasan-batasan peraturan perundangan yang berlaku terhadap bank BUMN menyebabkanpenyelesaian kredit bermasalah Bank Mandiri terhambat,

Akumulasi kredit bermasalah menimbulkan excess baggage bagi Bank Mandiri sehingga bukan hanyamembatasi pertumbuhan kredit, namun juga berdampak negatif terhadap profitabilitas dan ekuitas

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 24: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 24

Perbandingan Penyelesaian Kredit EkstrakomptabelMenunjukkan Hambatan Penyelesaian Kredit Bermasalah

Perkembangan Kredit Ekstrakomptabel Bank Mandiri Perkembangan Kredit Ekstrakomptabel BII

Proses penjualan dapat mempercepat penyelesaian kredit bermasalahProses penjualan dapat mempercepat penyelesaian kredit bermasalah

Triliun RupiahTriliun Rupiah

5,8% kreditekstrakomptabel5,8% kreditekstrakomptabel

Hapus buku tahunberjalan Penyelesaian Lain-lain

21.50.31.11.820.5

2.120.6 1

1.2

2002 2003 2004

1.20.060.040.5

0.8

0.21.8

0.1

1.3

2002 2003 2004

72% kreditekstrakomptabel

72% kreditekstrakomptabel

5,3% kreditekstrakomptabel5,3% kreditekstrakomptabel

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 25: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 25

Bank Swasta Memiliki Flexibilitas dalam Mencari PenyelesaianContoh: Bank Permata

Sumber: Laporan Keuangan Publikasi Bank Indonesia, Laporan Tahunan Bank Permata tahun 2003

26.8%

11.2%

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

2002 20030.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

Nilai pokok

Rupiah 159,5 miliar

USD 35,4 juta

Harga jual

Rupiah 45,8 miliar

USD 8,3 juta

Recovery Rate

Rupiah 28,7%

USD 23,4%

• Selama tahun 2003, Bank Permata mampu mengurangi kreditbermasalah secara gross sebesar Rp 1,3 triliun, denganmenerapkan strategi antara lain:

Program Penjualan Aset Inti (PPAI) I di tahun 2002, dilanjutkan dengan PPAI II pada bulan Februari – Maret2003 dan PPAI III pada Agustus September 2003

Restrukturisasi kredit terhadap debitur dengan prospekusaha dan karakter manajemen yang baik

Maksimalisasi hasil penjualan barang jaminan diambil alih

Reorganisasi dan menjaga agar nilai aset yang dikelolauntuk penempatan modal sementara tidak menurun

Dalam PPAI II dan III, kredit yang dijual adalah kredit yang sudahdiklasifikasikan macet dan telah seluruhnya dibentuk penyisihanpenghapusan

Nilai dan Rasio NPL Bank Permata

Program Penjualan Aset Inti II & III (2003)

Rp 2,4 Tn

Rp 1,1 Tn

Komposisi Kepemilikan Saham Bank Permata

31 Des 2003 %BPPN 91,33Negara Republik Indonesia 5,84

Masyarakat 2,83

31 Des 2002 %

Negara Republik Indonesia 6,33Masyarakat (dibawah 5%) 2,34

BPPN 91,33

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 26: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 26

Perlu Level Playing Field antara Bank BUMN dan Bank Swasta

• Peta di sektor perbankan telah berubah secarasignifikan dengan adanya akuisisi bank-bank swasta (Danamon, Niaga, BII, Lippo, dll) dalam duatahun terakhir yang menyebabkan meningkatnyatingkat persaingan terhadap bank-bank BUMN.

• Salah satu ketentuan Arsitektur PerbankanIndonesia untuk menjadi anchor bank, bank harusmemiliki Net NPL dibawah 5%

• Untuk meningkatkan daya saing bank BUMN perluadanya level playing field terhadap bank komersillainnya. Salah satu permasalahan utama untukbank BUMN adalah mengenai penyelesaian kreditbermasalah yang memberikan limitasi terhadappertumbuhan usaha dan manajemen fokus

• Oleh karena itu diperlukan:

• Penyelesaian kredit bermasalah secara tuntassehingga dapat mencapai rasio NPL dibawah 5%

• Dasar regulasi atau perundang-undangan yang jelas untuk menunjang hal tersebut

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia – Vol .3, No 11, Okt 2005

Perlu memperkuat bank nasional, terutama Bank BUMN termasuk Bank Mandiri

Pangsa Aset Menurut Kontrol(%)

28%

2%

7%

38%

13%

23%21%

17%

41%

9%

1999 2005

PerseroLain

Mandiri

SwastaNasional

Asing*/JV

BPD

3. Masalah Hukum3. Masalah Hukum

Page 27: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 27

Agenda

1. Urgensi Penyelesaian NPL Khususnya di Bank BUMN

2. Pemeriksaan Kasus Perkreditan di Bank BUMN

3. Permasalahan Hukum Akselerasi Penyelesaian NPL Bank BUMN

4. Usulan Perubahan Peraturan untuk Akselerasi Penyelesaian NPL di Bank BUMN

Page 28: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 28

Dibutuhkan Peraturan Untuk Akselerasi Penyelesaian NPL (1)

1. Diperlukan Produk Hukum Yang Memperjelas Bahwa Piutang Bank BUMN Tidak Termasuk Dalam Piutang Negara, agar dapat diatur tata cara penyelesaiannya yang berbeda dari piutang negara yaitu piutang pada pemerintah pusat• Kewenangan untuk menyelesaikan NPL tidak mungkin dilakukan tanpa adanya suatu produk hukum yang memperjelas

bahwa Piutang Bank BUMN bukan merupakan Piutang Negara. • Produk hukum ini diperlukan untuk menghilangkan pembatasan-pembatasan yang diterapkan pada Piutang Bank BUMN

(karena adanya kekurangtepatan atas penafsiran dan penerapan bahwa Piutang Bank BUMN merupakan Piutang Negara), yaitu kewajiban untuk menyerahkan pengurusan piutang kredit bermasalah kepada DJPLN dan tata cara prosedur untukpenghapusan pokok piutang.

• Hal ini penting untuk memperjelas bahwa memang penyelesaian Piutang Bank BUMN memiliki tata cara yang berbedadengan tata cara penyelesaian Piutang Negara.

• Pada akhirnya produk hukum ini akan memperjelas cakupan piutang negara, yaitu sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 dimana piutang negara merupakan piutang yang dimiliki pemerintah pusat.

• Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.

2. Diperlukan Adanya Kejelasan Atas Kewenangan Bank-bank BUMN Dalam Menyelesaikan NPL • Saat ini kurang jelas apa yang menjadi kewenangan dari Bank BUMN dalam menyelesaikan permasalahan NPL dan

ditambah dengan terdapatnya pembatasan-pembatasan bagi Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL, sehingga BankBUMN tidak dapat menerapkan pola restrukturisasi atau penyelesaian sebagaimana yang diijinkan oleh Bank Indonesia layaknya bank swasta lain.

• Dengan adanya kejelasan mengenai kewenangan Bank BUMN, maka tidak lagi terdapat keraguan bahwa seperti bank-bank lainnya, Bank BUMN dapat melakukan penghapusan pokok piutang, penjualan piutang di bawah nilai pokok sertamengalihkan/ menjual piutang sebagai bagian dari penyelesaian NPL.

3. Sebagai Salah Satu Best Practice Dalam Penyelesaian NPL Adalah Dengan Pembentukan Badan Hukum Khusus(SPV) yang Membutuhkan Peraturan Untuk Memperkenalkan Konsep “trust”• Peraturan ini bukan dimaksudkan untuk memberikan wewenang khusus kepada SPV, namun lebih untuk memperkenalkan

konsep trust di Indonesia.• Selain memperkenalkan konsep tersebut, pembentukan SPV membutuhkan peraturan ini agar jelas cakupan kegiatan serta

regulator yang akan mengatur keberadaan SPV tersebut.

1. Diperlukan Produk Hukum Yang Memperjelas Bahwa Piutang Bank BUMN Tidak Termasuk Dalam Piutang Negara, agar dapat diatur tata cara penyelesaiannya yang berbeda dari piutang negara yaitu piutang pada pemerintah pusat• Kewenangan untuk menyelesaikan NPL tidak mungkin dilakukan tanpa adanya suatu produk hukum yang memperjelas

bahwa Piutang Bank BUMN bukan merupakan Piutang Negara. • Produk hukum ini diperlukan untuk menghilangkan pembatasan-pembatasan yang diterapkan pada Piutang Bank BUMN

(karena adanya kekurangtepatan atas penafsiran dan penerapan bahwa Piutang Bank BUMN merupakan Piutang Negara), yaitu kewajiban untuk menyerahkan pengurusan piutang kredit bermasalah kepada DJPLN dan tata cara prosedur untukpenghapusan pokok piutang.

• Hal ini penting untuk memperjelas bahwa memang penyelesaian Piutang Bank BUMN memiliki tata cara yang berbedadengan tata cara penyelesaian Piutang Negara.

• Pada akhirnya produk hukum ini akan memperjelas cakupan piutang negara, yaitu sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 2004 dimana piutang negara merupakan piutang yang dimiliki pemerintah pusat.

• Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.

2. Diperlukan Adanya Kejelasan Atas Kewenangan Bank-bank BUMN Dalam Menyelesaikan NPL • Saat ini kurang jelas apa yang menjadi kewenangan dari Bank BUMN dalam menyelesaikan permasalahan NPL dan

ditambah dengan terdapatnya pembatasan-pembatasan bagi Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL, sehingga BankBUMN tidak dapat menerapkan pola restrukturisasi atau penyelesaian sebagaimana yang diijinkan oleh Bank Indonesia layaknya bank swasta lain.

• Dengan adanya kejelasan mengenai kewenangan Bank BUMN, maka tidak lagi terdapat keraguan bahwa seperti bank-bank lainnya, Bank BUMN dapat melakukan penghapusan pokok piutang, penjualan piutang di bawah nilai pokok sertamengalihkan/ menjual piutang sebagai bagian dari penyelesaian NPL.

3. Sebagai Salah Satu Best Practice Dalam Penyelesaian NPL Adalah Dengan Pembentukan Badan Hukum Khusus(SPV) yang Membutuhkan Peraturan Untuk Memperkenalkan Konsep “trust”• Peraturan ini bukan dimaksudkan untuk memberikan wewenang khusus kepada SPV, namun lebih untuk memperkenalkan

konsep trust di Indonesia.• Selain memperkenalkan konsep tersebut, pembentukan SPV membutuhkan peraturan ini agar jelas cakupan kegiatan serta

regulator yang akan mengatur keberadaan SPV tersebut.

4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan

Pemisahan Piutang Bank BUMN dari Piutang Negara tersebut tidak dimaksudkan untuk merubah cakupan dari keuangannegara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. Oleh karenanya konsekuensi lainnya seperti pemeriksaan kinerjaBUMN masih tetap ada.

Page 29: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 29

Dibutuhkan Peraturan Untuk Akselerasi Penyelesaian NPL (2)

Penegasan PiutangBank BUMN tidaktermasuk Piutang

Negara

Penegasan PiutangBank BUMN tidaktermasuk Piutang

Negara

Pengaturan ataspenyelesaian Piutang

MacetBank BUMN

Pengaturan ataspenyelesaian Piutang

MacetBank BUMN

Pengaturan atas BadanHukum Khusus (SPE) yang Mengambil alihPiutang Bermasalah

Bank Mandiri

Pengaturan atas BadanHukum Khusus (SPE) yang Mengambil alihPiutang Bermasalah

Bank Mandiri

Perlu diperjelas piutang negara adalah piutang yang dimiliki negara sebagaisubyek dan bukan piutang dari perusahaan yang sahamnya dimiliki baikseluruhnya maupun sebagian oleh negara.

Piutang Bank BUMN bukan termasuk piutang negara.

Menteri Keuangan selaku pengelola keuangan negara dan sebagaimanadiamanahkan dalam UU No. 49 Tahun 1960 perlu memberikan penegasanbahwa seperti Bank swasta lainnya, Bank BUMN diberikan kewenangan untukmelakukan penanganan, penyelesaian dan pengurusan NPL sendiri, termasuk:• Melakukan hapus tagih (dan/atau penjualan pada harga diskon) atas

piutangnya tanpa harus menyerahkan kepengurusannya kepada DJPLN, sepanjang disetujui RUPS dan kreditur bila perlu, serta sesuai denganperaturan perundangan di sektor perbankan termasuk namun tidakterbatas pada PBI, UU Perseroan Terbatas dan UU Pasar Modal;

• Mengalihkan NPL kepada pihak ketiga tanpa harus melalui DJPLN.

Beberapa ketentuan PMK yang ada, yaitu PMK No. 31/PMK.07/2005 dan KMK 300/KMK.01/2002 perlu disesuaikan untuk menyelaraskan dengan PP di atassehingga Bank BUMN tidak memiliki hambatan dalam menjalankan tata carapenyelesaian NPL tersebut di atas .

• Saat ini bentuk badan hukum khusus (SPE) ini tidak dikenal dalamperaturan dan perundangan yang berlaku.

• Memperkenalkan konsep “trust”. • Menjabarkan aktifitas dari SPE yang akan membeli/ mengambil alih

piutang bermasalah dari Bank Mandiri.• SPE dapat menerbitkan surat berharga.• Supervisi dan pelaporan atas kegiatan usaha SPE.

Untuk memperjelas cakupanpiutang negara sebagaimana diaturdalam UU No. 1 tahun 2004.

Tidak mengubah cakupan keuangannegara sebagaimana diatur dalamUU No. 17 Tahun 2003.

Untuk memperjelas cakupanpiutang negara sebagaimana diaturdalam UU No. 1 tahun 2004.

Tidak mengubah cakupan keuangannegara sebagaimana diatur dalamUU No. 17 Tahun 2003.

Merupakan peraturan yang memberikan atribusi ataukewenangan kepada Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL.

Peraturan dimaksud akan mengaturhal yang bersifat teknis mengenaiapa yang menjadi kewenangan Bank BUMN.

Merupakan peraturan yang memberikan atribusi ataukewenangan kepada Bank BUMN dalam menyelesaikan NPL.

Peraturan dimaksud akan mengaturhal yang bersifat teknis mengenaiapa yang menjadi kewenangan Bank BUMN.

Sistem hukum Indonesia tidak mengenal konsep ”trust”.

Terminologi SPV pernahdiperkenalkan oleh Pemerintahmelalui Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan.

Tidak dimaksudkan untukmemberikan kuasa khusus sepertiBPPN.

Sistem hukum Indonesia tidak mengenal konsep ”trust”.

Terminologi SPV pernahdiperkenalkan oleh Pemerintahmelalui Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan.

Tidak dimaksudkan untukmemberikan kuasa khusus sepertiBPPN.

4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan

Piutang Bank BUMN bukan termasuk piutang negara

Page 30: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 30

Diperlukan Penegasan Bahwa Piutang BUMN Bukan Piutang Negara

1. Untuk menghilangkan segala keragu-raguan bahwa piutang bank BUMN tidaktermasuk piutang negara maka untuk permasalahan ini saja (bukan berkaitan denganhal lain, seperti kewenangan BPK), diyakini tidak diperlukan perubahan peraturansetingkat UU, karena peraturan yang harus dibenahi hanyalah setingkat PeraturanMenteri Keuangan.

2. Cakupan atas piutang negara sudah di atur di dalam UU 1/2004, yang merupakandefinisi atau cakupan terakhir atas piutang negara, sehingga tidak ada kaedah hukumbaru yang perlu ditegaskan melalui peraturan setingkat UU.

– Sehingga tidak ada kebutuhan dikeluarkannya suatu UU atau Perpu untuk meluruskan polemikdan mispersepsi ini

3. Menurut doktrin, tanpa perintah khusus dari suatu UU, tetap dapat dibuat PP untukmemperjelas hal-hal yang kurang jelas dalam UU

4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan

Page 31: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 3131

Penegasan yang memperjelas bahwa piutang bank BUMN bukan bagian dari piutang negara tidak akan merubahpengertian dan cakupan keuangan negara sebagaimanadimaksud dalam UU No. 17 Tahun 2003

Penegasan yang memperjelas bahwa piutang bank BUMN bukan bagian dari piutang negara tidak akan merubahpengertian dan cakupan keuangan negara sebagaimanadimaksud dalam UU No. 17 Tahun 2003

Penyelesaian masalah NPL Bank BUMN hanya perlumempertegas pengertian “piutang negara”, dan bukan pengertian “kekayaan negara” atau pengertian ”keuangan negara” yang notabene memiliki pengertian dalam arti luas

Penyelesaian masalah NPL Bank BUMN hanya perlumempertegas pengertian “piutang negara”, dan bukan pengertian “kekayaan negara” atau pengertian ”keuangan negara” yang notabene memiliki pengertian dalam arti luas

Dengan demikian hal ini bukan dimaksudkan untukmembatasi otoritas dan wewenang pihak pengawas(Kejaksaan, BPK dan KPK) untuk melakukan tugasnya

Dengan demikian hal ini bukan dimaksudkan untukmembatasi otoritas dan wewenang pihak pengawas(Kejaksaan, BPK dan KPK) untuk melakukan tugasnya

Penegasan Atas Cakupan Piutang Negara Bukan PemisahanKekayaan Negara

4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan

Page 32: Usulan Penyelesaian NPL BUMN - Agus Martowijoyo

Melayani dengan hati, menuju yang terbaik 32

Sebagai Best Practice Solusi NPL, Konsep Bad-Bank PerluUntuk Memperkenalkan Konsep yang Selama ini Belum Dikenal

Latar BelakangLatar Belakang

Pembentukan SPV diharapkan akan memungkinkan pemisahan NPL dari asset-asset lainnya yang dikelola oleh bank• SPV menjadi pemilik baru dari asset kredit bermasalah sehingga bank fokus pada asset yang berkualitas baik• Hal ini akan memungkinkan bank untuk fokus pada pengembangan usaha dan mengelola asset baik, sementara SPV sebagai

pemiliki baru NPL akan berkonsentrasi pada penyelesaian NPL untuk mendapatkan nilai terbaik• Berbagai studi menunjukkan bahwa pemisahaan good bank dan bad bank merupakan best practice penyelesaian NPL

SPV adalah wadah khusus yang umumnya didirikan dalam transaksi keuangan yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan asset dari pemilik awalnya (bank)• Dasar dari pembentukan SPV adalah konsep “trust” yang memungkinkan pembedaan antara economic beneficiary dari pemilik

asset (atau sekumpulan asset)• SPV umumnya dibentuk untuk transaksi sekuritisasi asset

Konsep SPV umumnya tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law (Continental) seperti di Indonesia dan umumnya lebih dikenal danditerima di negara-negara dengan sistem hukum Common Law (Anglo Saxon)• Namun disadari oleh negara Civil Law bahwa pengakuan atau penerimaan konsep trust merupakan suatu hal yang perlu. Hal ini

ditunjukkan dengan dilakukannya ratifikasi atau penandatanganan The Hague Convention on the Law Applicable to Trusts and on their Recognition oleh beberapa negara dengan sistem hukum Civil Law, seperti antara lain Belanda dan Perancis

• Hal ini didasari atas transaksi keuangan yang makin berkembang, khususnya dalam transaksi sekuritisasi

Di Indonesia, terminologi SPV sebenarnya pernah diperkenalkan pemerintah melalui PerPres 19 tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan

Untuk memperkenalkan kaedah hukum baru yaitu konsep trust tersebut, dibutuhkan sebuah Peraturan Presiden

Maksud dari dikeluarkannya peraturan adalah untuk mengatur dan mengakui badan hukum SPV dan pengakuan terhadap konsep trust tersebut• Sehingga tujuan dari pengaturan SPV bukan dimaksudkan untuk memberi kewenangan-kewenangan khusus seperti yang diberikan

kepada BPPN

Pembentukan SPV diharapkan akan memungkinkan pemisahan NPL dari asset-asset lainnya yang dikelola oleh bank• SPV menjadi pemilik baru dari asset kredit bermasalah sehingga bank fokus pada asset yang berkualitas baik• Hal ini akan memungkinkan bank untuk fokus pada pengembangan usaha dan mengelola asset baik, sementara SPV sebagai

pemiliki baru NPL akan berkonsentrasi pada penyelesaian NPL untuk mendapatkan nilai terbaik• Berbagai studi menunjukkan bahwa pemisahaan good bank dan bad bank merupakan best practice penyelesaian NPL

SPV adalah wadah khusus yang umumnya didirikan dalam transaksi keuangan yang bertujuan untuk memisahkan sekumpulan asset dari pemilik awalnya (bank)• Dasar dari pembentukan SPV adalah konsep “trust” yang memungkinkan pembedaan antara economic beneficiary dari pemilik

asset (atau sekumpulan asset)• SPV umumnya dibentuk untuk transaksi sekuritisasi asset

Konsep SPV umumnya tidak dikenal dalam sistem hukum Civil Law (Continental) seperti di Indonesia dan umumnya lebih dikenal danditerima di negara-negara dengan sistem hukum Common Law (Anglo Saxon)• Namun disadari oleh negara Civil Law bahwa pengakuan atau penerimaan konsep trust merupakan suatu hal yang perlu. Hal ini

ditunjukkan dengan dilakukannya ratifikasi atau penandatanganan The Hague Convention on the Law Applicable to Trusts and on their Recognition oleh beberapa negara dengan sistem hukum Civil Law, seperti antara lain Belanda dan Perancis

• Hal ini didasari atas transaksi keuangan yang makin berkembang, khususnya dalam transaksi sekuritisasi

Di Indonesia, terminologi SPV sebenarnya pernah diperkenalkan pemerintah melalui PerPres 19 tahun 2005 tentang PembiayaanSekunder Perumahan

Untuk memperkenalkan kaedah hukum baru yaitu konsep trust tersebut, dibutuhkan sebuah Peraturan Presiden

Maksud dari dikeluarkannya peraturan adalah untuk mengatur dan mengakui badan hukum SPV dan pengakuan terhadap konsep trust tersebut• Sehingga tujuan dari pengaturan SPV bukan dimaksudkan untuk memberi kewenangan-kewenangan khusus seperti yang diberikan

kepada BPPN

4. Usulan Perubahan4. Usulan Perubahan