USUL PENELITIAN MAY

33
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pangan sekarang ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk. khususnya kebutuhan sayuran terutama bahan yang berasal dari pertanian organik. Menurut Isnaini (2006) pemahaman tentang pertanian organik ada dua yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan- bahan kimia, sedangkan dalam arti luas yaitu pertanian yang masih memberi toleransi penggunaan bahan kimia dalam batas-batas tertentu, misalnya selain penggunaan pupuk organik tetapi juga masih menggunakan pupuk kimia dengan jumlah yang masih sedikit. Sayuran organik banyak diminati masyarakat selain karena bebas dari residu bahan kimia juga meningkatkan citarasa dan kandungan gizi. 1

Transcript of USUL PENELITIAN MAY

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan pangan sekarang ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya

jumlah penduduk. khususnya kebutuhan sayuran terutama bahan yang berasal dari

pertanian organik. Menurut Isnaini (2006) pemahaman tentang pertanian organik ada

dua yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pertanian organik

dalam arti sempit yaitu pertanian yang bebas dari bahan-bahan kimia, sedangkan

dalam arti luas yaitu pertanian yang masih memberi toleransi penggunaan bahan

kimia dalam batas-batas tertentu, misalnya selain penggunaan pupuk organik tetapi

juga masih menggunakan pupuk kimia dengan jumlah yang masih sedikit. Sayuran

organik banyak diminati masyarakat selain karena bebas dari residu bahan kimia juga

meningkatkan citarasa dan kandungan gizi.

Sayuran merupakan salah satu jenis makanan yang sangat erat hubungannya

dengan kesehatan manusia. Sayuran juga mengandung vitamin dan mineral yang

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan tubuh

manusia. Selain itu sayuran juga merupakan sumber serat kasar yang dapat

membantu proses pencernaan dalam tubuh (Sunaryono dan Rismunandar, 1984)

Kacang panjang mengandung enam antosianin (sianidin 3-O-galaktosida,

sianidin 3-O-glukosida, delfinidin 3-O-glukosida, malvidin 3-O-glukosida,

peonidin3-O-glukosida, dan petunidin 3-O-glukosida), flavonol atau glikosida

1

flavonol (kaempferol 3-O-glukosida, quersetin, quersetin 3-O-glukosida, kuersetin

3-O-6′-asetilglukosida) (Wong and Chang, 2004), aglikon flavonoid (kuersetin,

kaempferol, isorhamnetin) (Lattanzio et al., 2000). Daun dan akarnya mengandung

saponin dan polifenol (Hutapea, 1994). Selain itu juga mengandung protein,

karbohidrat, lemak, serat, kalsium, besi, fosfor, potasium, sodium, vitamin B1,

vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Handri and Rafira, 2003). Kandungan senyawa-

senyawa di dalam kacang panjang berperan dalam proses proliferasi, diferensiasi, dan

sintesis protein di sel target yang berbeda-beda. Secara empiris, tanaman kacang

panjang dimanfaatkan untuk merawat dan memperbesar payudara (Aryati, 2001).

Kacang panjang mempunyai potensi ekonomi yang sangat baik, sebab peluang

pasarnya cukup luas, yaitu untuk sasaran pasar dalam negeri maupun eksport.

Negara-negara yang sering mengimpor buncis dari Indonesia adalah, Singapura,

Hongkong, Australia, Malaysia dan Inggris. Bentuk-bentuk yang dieksport

bermacam-macam, ada berbentuk polong segar, didinginkan atau dibekukan dan ada

yang berbentuk biji kering.

Menurut informasi yang diperoleh dari LIPI, diperkirakan bahwa orang

Indonesia membutuhkan kacang-kacangan 40 gram/hari (LIPI dalam Handayani,

2008). Kacang buncis untuk konsumsi yang harus tersedia di Indonesia setiap

tahunnya sebanyak 261.810 ton (Setianingsih dan Khairudin, 2000). Produksi buncis

di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 202.624 ton. Produksi tersebut belum dapat

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat mengingat jumlah penduduk yang terus

meningkat (Badan Pusat Statistik, 2005 dalam Handayani, 2008).

2

Dekade terakhir ini, menunjukkan segala upaya telah ditempuh agar budidaya

tanaman kacang panjang dapat menghasilkan secara maksimal. Upaya peningkatan

hasil dan daya hasil dapat dilakukan dengan ekstensifikasi dan intensifikasi.

Intensifikasi dapat dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya antara lain dengan

perbaikan pemupukan, misalnya dengan pupuk kompos fermentasi dan pupuk hayati

mikoriza.

Pupuk kompos adalah bahan organik yang telah lapuk, seperti dedaunan,

jerami, ilalang, rerumputan dedak padi, batang jagung serta kotoran hewan. Apabila

bahan tersebut sudah hancur dan lapuk disebut pupuk organik. Jenis bahan tersebut

menjadi lapuk dan busuk bila dalam keadaan lembab dan basah serta akan mengalami

proses dengan sendirinya. Proses penghancuran dan pelapukan bisa dipercepat

dengan bantuan manusia misalnya fermentasi, hingga menghasilkan kompos bermutu

baik dalam waktu tidak terlalu lama. Sebelum mengalami proses perubahan, kotoran

hewan dan sisa tumbuhan tidak berguna bagi tanaman karena unsur hara terikat

dalam bentuk yang tidak dapat diserap oleh tanaman, oleh karena itu bahan tersebut

perlu dikomposkan. Selama proses perubahan dan penguraian bahan organik, unsur

hara akan bebas menjadi bentuk yang terlarut dan dapat diserap oleh tanaman

(Murbandono, 1996).

3

Dalam kaitannya dengan asosiasi simbiotik mutualisme, mikoriza mempunyai

beberapa manfaat bagi tanamn. Menurut Kurnianto, Mundirun (2010) diantaranya

adalah pertumbuhan tanaman, karena melalui simbiosis akar tanaman dengan

mikoriza, hifa di sekitar tanaman akan dapat membantu menyerap unsur hara

kemudian mentranslokasikannya ke akar dan melepaskannya di dalam korteks akar

Mikoriza juga membantu toleransi tumbuhan terhadap kekeringan dan

meningkatkan toleransi tanaman terhadap patogen akar, sehingga asosiasi mikoriza

dengan tanaman buncis sangat menguntungkan, terutama jika infeksi dimulai seawal

mungkin pada saat pertumbuhan buncis. Dengan demikian tanaman dapat

mempercepat pertumbuhannya serta tanaman menjadi lebih toleran terhadap

kekeringan dan patogen akar sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh

dosis kompos fermentasi dan penggunaan pupuk hayati mikoriza bagi pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang panjang.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul beberapa masalah yang perlu

dipecahkan, yaitu:

1. Berapa dosis pupuk kompos fermentasi yang berpengaruh paling baik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang?

2. Bagaimana pengaruh perlakuan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang panjang?

4

3. Adakah saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan perlakuan pupuk

hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Mengetahui dosis pupuk kompos fermentasi yang berpengaruh paling baik

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.

2. Mengetahui pengaruh perlakuan pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman kacang panjang.

3. Mengetahui pengaruh saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan pupuk

hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Diperoleh dosis kompos fermentasi yang tepat dan penggunaan pupuk hayati

mikoriza untuk budidaya kacang panjang di wilayah penelitian.

2. Diharapkan dapat memberikan informasi bagi petani mengenai budidaya yang

tepat dan lebih baik dalam meningkatkan hasil kacang panjang.

5

II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Pemikiran

Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim

dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak,

berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling,

panjang 6 sampai 8 cm, lebar 3 sampai 4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung

lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan

berwarna hijau. Bunga tanaman ini terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai

silindris, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota

berbentuk kupu - kupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang

kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna

kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu.

Buah tanaman kacang panjang berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang

15 sampai 25 cm. Bijinya lonjong, pipih, berwarna hijau. Akarnya tunggang

berwarna coklat muda (Hutapea et al., 1994). Jenis tanah yang cocok untuk tanaman

kacang panjang adalah regosol, latosol dan andosol. Ketiga jenis tanah regosol,

latososol dan andosol merupakan tanah lempung berpasir sampai lempung dan

memiliki drainase baik. Tanaman kacang panjang hanya dapat tumbuh baik pada

6

tanah yang gembur, remah, subur, dan mempunyai keasaman tanah (pH) 5,5

sampai 6. Tanaman kacang panjang yang ditanam pada tanah yang asam

(pH tanah kurang dari 5) maka pertumbuhan dan pembentukan polongnya akan

terganggu. Polong yang terbentuk tidak normal dan kecil-kecil sehingga kualitas dan

produksinya rendah.

Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan petani di

Indonesia. Kacang panjang sebagai salah satu jenis dari sayur-sayuran dapat menjadi

pilihan yang mudah untuk sebagian masyarakat (Afiat, 2009) sehingga peluang

pemasaran kacang panjang khususnya untuk pasar domestik semakin terbuka lebar

(Sirait, 2007).

Menurut Karnomo et al (1989), jarak tanam pada hakekatnya merupakan jarak

yang terdekat antara dua tanaman yang diukur menurut garis horizontal. Jarak tanam

(plan spacing) akan menentukan kerapatan bertanam (plant density) suatu jenis

tanaman dan keduanya sangat menentukan tinggi rendahnya produksi tanaman per

satuan luas. Semakin tinggi kerapatan suatu tanaman akan mengakibatkan semakin

besarnya tingkat persaingan antar tanaman dalam mendapatkan unsur hara, air, CO2

dan sinar matahari. Jarak tanam makin rapat akan dapat meningkatkan hasil tanaman

tiap satuan luas. Pada kondisi tertentu penambahan kerapatan tanaman atau

penambahan populasi tidak dapat meningkatkan hasil karena jarak tanam akan

mempengaruhi tingkat persaingan tanaman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Setyorini, 1995). Menurut Cahyono (2007), jarak tanam untuk tanaman kacang

7

panjang tergantung pada tipe pertumbuhannya, tipe tegak adalah 50 cm x 20 cm

sedangkan untuk pertumbuhan tipe merambat 40 cm x 40 cm.

Menurut Setianingsih dan Khairudin (2005) jarak tanam yang digunakan

tanaman kacang panjang adalah 20 cm x 50 cm, baik untuk tanah datar maupun tanah

miring. Tanah yang memiliki kesuburan tinggi, dapat menggunakan jarak tanam yang

lebih sempit lagi yaitu 20 cm x 40 cm karena unsur hara yang tersedia di dalam tanah

untuk tanaman tercukupi sehingga dengan jarak tanam yang sempit persaingan antar

tanaman kecil dan memperkecil tumbuh gulma. Penentuan jarak tanam berhubungan

dengan tersedianya air, hara, dan cahaya matahari.

Hubungan antara kerapatan tanam dan produksi tanam per satuan luas

digamarkan dalam bentuk kurva respon (Kipps, 1970 dalam Karnomo et al., 1989)

sebagai berikut:

Produksi

Kerapatan Tanam

1. Fase 1

Kerapatan tanaman masih rendah (jarak tanamnya masih terlalu lebar) sehingga

antara tanaman belum terdapat persaingan dalam mendapatkan air, hara dan sinar

matahari. Pada fase ini hasil per individu masih konstan sampai maksimum,

8

dengan demikian tinggi kerapatan tanam sampai pada batas-batas tertentu,

Produksi per satuan luas semakin meningkat.

2. Fase II

Kerapatan tanamnya sudah lebih tinggi (jarak tanamnya sudah cukup). sehingga

antara individu tanamannya sudah terjadi persaingan untuk mendapat air, cahaya

dan matahari. Pada fase ini hasil per individu tanamannya sudah mulai menurun

akan tetapi penurunan tersebut masih seimbang dengan meningkatnya jumlah

tanaman per satuan luas sehingga produksi tanaman per satuan luas kurang lebih

juga konstan. Pada fase ini diperoleh jarak tanam yang optimum.

3. Fase III

Kerapatan tanamnya sudah semakin tinggi (jarak tanamnya sudah semakin rapat)

persaingan untuk mendapatkan air, hara dan cahaya matahari antar individu

tanaman sudah semakin serius, sehingga hasil per individu tanaman akan menurun

dengan cepat dimana penurunannya lebih cepat daripada peningkatan jumlah

tanaman per satuan luas, dengan demikian produksi produksi tanamn per satuan

luas pada fase ini akan semakin menurun.

Pada jarak tanam jarang hasil pertanaman tidak dipengaruhi oleh jarak tanam

sehingga hasil pertanaman cenderung tetap. Semakin cepat jarak tanam maka hasil

pertanaman semakin menurun, hal ini disebabkan sudah terjadi persaingan antara

tanaman itu sendiri dalam hal penyerapan hara, cahaya matahari, pengikatan CO2 dan

air (Soemartono, 1983).

9

Jumlah biji perlubang tanam akan menentukan pertumbuhan dan produksi

polong kacang panjang, semakin meningkat jumlah biji per lubang tanam akan

meningkatkan produksi polong persatuan luas lahan tetapi produksi polong

per tanaman akan semakin menurun. Jumlah biji yang ditanam dalam tiap lubang

akan mempengaruhi jumlah biji yang dibutuhkan sekaligus jumlah individu tanaman

tiap satuan luas lahan. Menurut Soenardi (1868) jumlah biji yang diperlukan untuk

tiap satuan luas tergantung pada daya kecambahnya, keadaan cuaca, dalamnya

menabur, kesuburan tanah dan keinginan untuk memperjarang.

Menurut Harjadi (1993) jumlah biji mempengaruhi produksi per satuan luas

karena pada umumnya hasil tiap satuan luas tercapai dengan populasi tinggi karena

tercapainya penggunaan cahaya matahari secara maksimum di awal pertumbuhannya,

akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individu

menurun karena persaingan untuk mendapatkan cahaya dan faktor tumbuh lainnya.

Menurut Darjantos 1987 dalam Widiyanto, 1991, banyaknya biji yang ditanam dalam

lubang akan mempengaruhi kerapatan tanaman dan penampilan masing-masing

individu tanaman, karena akan terjadi kompetisi untuk mendapatkan obyek yang

sama yaitu faktor tumbuh yang berasal dari dalam tanah maupun yang berada di

atmosfer.

B. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah :

10

1. Diduga dosis pupuk kompos fermentasi 2000 kg/1 ha atau 100 gram / polibag

memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

kacang panjang.

2. Diduga perlakuan pupuk hayati mikoriza berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.

3. Diduga ada saling tindak antara dosis kompos fermentasi dan pupuk perlakuan

hayati mikoriza yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil

tanaman kacang panjang.

11

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, desa Grendeng, Kecamatan Purwokerto

Utara, Kabupaten Banyumas pada ketinggian 110 meter dpl dengan jenis tanah

inseptisol. Dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan Mei 2010.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Benih kacang panjang varietas 777 yang bermerek Panah Merah

2. Pupuk fermentasi Biang Kompos

3. Mikoriza

4. Pupuk Urea

5. Pupuk SP18

6. Pupuk KCL

7. Furadan 3G

8. Pestisida

12

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Cangkul

2. Tugal

3. Gembor

4. Roll meter

5. Hand sprayer

6. Timbangan

7. Tali Rafia

8. Ajir

9. Polibag

C. Rancangan Percobaan

Penelitian merupakan percobaan polibag dengan menggunakan metode

eksperimen yang dilakukan di lapang dengan pola faktorial. Faktor yang dicoba :

1. Faktor pertama yaitu jarak tanam terdiri dari tiga macam :

J1 : 30 cm x 30 cm

J2 : 30 cm x 40 cm

J3 : 30 cm x 50 cm

2. Faktor kedua yaitu jumlah biji per lubang terdiri dari :

B1 : Dua biji per lubang

B2 : Tiga biji per lubang

13

Bentuk perlakuan penelitian terdiri dari enam kombinasi :

J1B1 J1B2

J2B1 J2B2

J3B1 J3B3

Rancangan percobaan yang dilakukan adalah rancangan acak kelompok

lengkap (RAKL) dengan ulangan sebanyak empat kali petak percobaan berukuran 2.2

m x 1.1 m sebanyak 24 petak setiap percobaan diambil lima tanaman yang diambil

secara acak.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan Lahan

Tanah diolah menggunakan cangkul sampai halus dan merata dengan

kedalaman ± 30 cm, kemudian dibersihkan dari rumput dan gulma yang

mengganggu dan kering anginkan selama 3 hari. Pupuk kandang diberikan

sebanyak 10 ton/ha. Petak percobaan dibuat dengan ukuran 2,2 m x 1,1 m, jarak

antar petak 50 cm dan jarak antar blok 50 cm. luas lahan yang dibutuhkan adalah

92,63 m2.

2. Penanaman

Lubang tanam dibuat menggunakan tugal dengan kedalam 2 - 3 cm. Benih

kacang panjang dimasukkan ke dalam lubang tanam sesuai dengan perlakuan

yang dicoba, kemudian ditutup dengan tanah tipis - tipis. Benih yang ditanam

14

dipilih yang mempunyai daya tumbuh minimal 80% - 85%, bentuknya utuh,

warna hitam, bebas dari hama dan patogen, seragam, tidak tercampur dengan

variatas lain, bersih dari kotoran, dapat disimpan lama, tumbuhnya cepat dan

merata, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan

berproduksi tinggi.

3. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati yaitu lima hari setelah tanam,

dengan menggunakan benih buncis.

b. Pemasangan Lanjaran (turus)

Pemasangan turus dilakukan setelah tanaman berumur dua minggu, untuk

tempat merambat berupa bilah bambu setinggi 1,5 - 2 meter. Pemasangan

turus dengan cara berbaris tegak per tanaman.

c. Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan bersamaan yaitu pada umur tiga

minggu setelah tanam, menggunakan cangkul atau tangan. Penyiangan

dilakukan untuk membersihkan tanaman pengganggu yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman buncis dan pembumbunan dilakukan

untuk menggemburkan tanah.

d. Pemupukan

Pupuk dasar diberikan bersamaan dengan penanaman. Jenis pupuk yang

diberikan adalah Urea, SP36 dan KCL, dengan dosisi berturut-turut yaitu 100

15

kg/ha, 50 kg/ha dan 50 kg/ha. Pemupukan susulan dilakukan 20 hari setelah

tanam hanya dengan menggunakan pupuk Urea. Cara pemberian pupuk adalah

dengan memasukkan pupuk ke dalam lubang yang dibuat disebelah tanaman

kemudian ditutup dengan tanah.

e. Penyiraman

Penyiraman dilakukan secara rutin pada awal pertumbuhan yaitu pada pagi

dan sore hari dengan menggunakan alat gembor.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah tanaman terkena penyakit

busuk lunak sekitar umur sepuluh hari setelah tanam. Pengendalian hama dan

penyakit menggunakan pestisida nabati dosis 2 cc/liter air. Pestisida ini

berbentuk cairan pekat.

g. Panen

Tanaman buncis dipanen setelah berumur 60 hari setelah tanam dan dilakukan

pada pagi hari. Pemanenan buncis dilakukan sebanyak dua kali panen. Panen

kedua dilakukan satu minggu setelah panen pertama.

E. Variabel yang Diamati

1. Panjang Tanaman (cm)

Panjang tanaman adalah rata-rata panjang tanaman yang diukur dari permukaan

tanah sampai bagian titik tumbuh tanaman pada setiap perlakuan. Pengukuran

16

dimulai setelah tanaman berumur 15 hari selanjutnya dilakukan setiap satu

minggu sekali dan dihentikan setelah buncis mulai panen.

2. Jumlah Daun per Tanaman (helai)

Jumlah daun per tanaman adalah rata-rata jumlah daun setiap tanaman sampel.

Jumlah daun sampel dihitung bersamaan dengan pengukuran panjang tanaman,

yaitu dimulai setelah tanaman berumur 15 hari selanjutnya dilakukan satu minggu

sekali. Pengamatan dihentikan setelah buncis panen.

3. Bobot Kering Tanaman bagian (g)

Adalah rata-rata bobot brangkasan kering tanaman bagian bagian atas tanaman.

Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan.

4. Jumlah Bunga per Tanaman (Bunga)

Jumlah bunga mulai dihitung pada saat bunga terbuka penuh dan pengamatan

dilakukan seminggu sekali.

5. Jumlah Polong per Tanaman (buah/polong)

Jumlah polong per sampel adalah rata-rata jumlah polong dari tiap tanaman

sampel. Pengamatan dilakukan setelah panen.

6. Volume Polong (ml)

Volum polong diukur dengan cara mencelupkan polong ke dalam gelas ukur yang

sudah berisi air, penambahan volume gelas ukur merupakan volume polong.

Pengamatan dilakukan setelah panen.

7. Panjang Polong per Tanaman (cm)

17

Panjang polong ditentukan dengan mengukur polong dari ujung polong ke pangkal

polong. Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan penggaris.

8. Bobot Polong per Tanaman (g)

Bobot polong per tanaman adalah rata-rata bobot polong basah dari tiap tanaman

sampel. Pengamatan dilakukan setelah panen dengan menggunakan timbangan

dengan satuan gram.

9. Bobot Polong per Petak Efektif (g)

Adalah rata-rata bobot polong basah dari petak efektif. Pengamatan dilakukan

setelah panen yaitu tanaman berumur 60 hari setelah tanam dengan menggunakan

timbangan.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran, dianalisis dengan uji F

dan apabila hasil analisis ragam menunjukkan adanya keragaman (F hitung > F tabel)

dilanjutkan uji DMRT 5 %.

18

G. Jadwal Penelitian

Tabel 1. Jadwal Penelitian

NO Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan ****

2 Pelaksanaan **** ****

3Pengambilan dan Tabulasi Data

**** ****

4 Analisis Data **** ****

5 Penyusunan Draf **** ****

6Penyusunan dan Penggandaan Laporan

**** ****

19

DAFTAR PUSTAKA

Afiat M. 2009. Pengaruh tanaman penutup tanah terhadap serangan penggerek polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) serta hasil panen pada pertanaman kacang panjang. Jurnal Penelitian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius, Yogyaakarta.

Harjadi, Sri Setyati. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta.

Haryanto E, Suhartini T, dan Rahayu E. 2006. Budidaya Kacang Panjang. Panebar Swadaya. Jakata.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi wacana, Yogyaakarta.

Karnomo, JB Soemedi, Eko Dewanto, Amirudin, A. Y. Nirwanto. 1989. Diktat Pengantar Produksi Tanaman Agronomi. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Samadi, B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 59 hal.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Setianingsih, T dan Khairudin. 2005. Pembudidayaan Buncis Tipe Tegak dan Merambat. Penebar Swadaya, Jakarta

Soenardi, 1968. Bercocok Tanam Umum. C. V. Yasaguna, Jakarta.

Soemartono, G.H. 1983. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tomat di Daratan Rendah. Tesis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Sunarjono, H. 2003. Bertanam 30 jenis sayur. Panebar Swadaya. Jakarta. 184 hal

20

Sunaryono, H dan Rismunandar. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran Penting di Indonesia (Produksi Hortikultura II)

Sunarjono, H dan Solvia, N. 1993. Hubungan Varietas dan Banyaknya Tanaman Per Lubang Tanam pada Kacang Panjang. Buletin Penelitian Hortikultura

Kurnianto, Mundirun. 2010. Mikoriza Pupuk Hayati Super. (On-line) http://mundirun.wordpress.com/2010/01/06/mikoriza-pupuk-hayati-super/. Diakses pada tanggal 22 September 2010

21

Lampiran 1. Denah Percobaan

Ulangan 1 Ulangan II Ulangan III Ulangan IV

J2B2 J1B2 J2B1 J3B1 J1B1 J2B1 J3B2 J2B2 J1B2 J2B2 J3B1 J3B2 J3B2 J3B1 J1B2 J1B1 J3B1 J1B1 J1B2 J1B2 J2B1 J3B2 J1B1 J2B1

22