Ustek Database Jalan Lingkungan Kecamatan

31
Bab 2 Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja 2.1. Latar Belakang Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah salah satu Instansi pada Pemerintah Kota Denpasar yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengaturan, pembangunan, pengawasan, pembinaan sarana transportasi jalan darat termasuk jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar. Dengan semakin pentingnya data/informasi jalan yang akurat untuk dapat memonitor perkembangan warga dan wilayah sekaligus untuk mengembangkan kebijakan yang akurat, maka Pemerintah Kota Denpasar perlu memiliki aplikasi Sistem Informasi Jalan dengan berbasis database dan sistem informasi. Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar akan melaksanakan Penyusunan Sistem Informasi / Database jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar melalui Pengadaan Jasa Konsultasi Pendataan dan Pemetaan di Kota Denpasar. 2.2. Maksud dan Tujuan 1. Membangun basis data jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar, sehingga terbentuk suatu data-data bereferensi geografis yang terintegrasi sebagai suatu sistem informasi jaringan jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar.

description

Ustek Database Jalan Lingkungan Kecamatan

Transcript of Ustek Database Jalan Lingkungan Kecamatan

Bab 2

Uraian Pendekatan Teknis, Metodologi dan Program Kerja

2.1. Latar Belakang

Dinas Pekerjaan Umum Kota Denpasar adalah salah satu Instansi pada Pemerintah Kota

Denpasar yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam pengaturan,

pembangunan, pengawasan, pembinaan sarana transportasi jalan darat termasuk jalan

lingkungan / gang di Kota Denpasar. Dengan semakin pentingnya data/informasi jalan

yang akurat untuk dapat memonitor perkembangan warga dan wilayah sekaligus untuk

mengembangkan kebijakan yang akurat, maka Pemerintah Kota Denpasar perlu memiliki

aplikasi Sistem Informasi Jalan dengan berbasis database dan sistem informasi.

Sehubungan dengan hal tersebut Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pekerjaan

Umum Kota Denpasar akan melaksanakan Penyusunan Sistem Informasi / Database

jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar melalui Pengadaan Jasa Konsultasi Pendataan

dan Pemetaan di Kota Denpasar.

2.2. Maksud dan Tujuan

1. Membangun basis data jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar, sehingga terbentuk

suatu data-data bereferensi geografis yang terintegrasi sebagai suatu sistem

informasi jaringan jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar.

2. Melakukan inventarisasi data ruas-ruas jalan lingkungan / gang di Kota Denpasar

dengan penanganan melalui dukungan ketersediaan informasi yang lengkap dan

akurat dalam suatu basis data yang tersentralisasi.

3. Menjaga kelengkapan, akurasi, dan aktualisasi data sehingga selalu dapat

mempresentasikan keadaan sebenarnya di lapangan yang dapat digunakan dalam

kegiatan peningkatan, pemeliharaan, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan.

2.3. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah :

1. Seluruh ruas jalan lingkungan / gang yang ada di wilayah Kota Denpasar.

2. Kegiatan pembuatan data base jalan lingkungan / gang dibagi dalam tiap kecamatan

yang ada di Kota Denpasar.

2.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan

Denpasar Utara meliputi :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap awal kegiatan ini, dilakukan persiapan tenaga ahli dan pendukungnya

serta penyiapan gambar citra satelit dan peta-peta pendukung lainnya yang

memenuhi koordinat bumi yang tepat.

2. Tahap Pencarian Data / pengumpulan data

Data yang dibutuhkan dicari dengan melakukan survey dan pengumpulan data, baik

data primer maupun data sekunder, survey dilakukan untuk memperoleh data

sebagai berikut :

- Data mengenai kepadatan lalu lintas

- Data mengenai jalur-jalur kendaraan umum

- Data mengenai nama, panjang dan lebar jalan lingkungan / gang

- Data mengenai status dan fungsi jalan lingkungan / gang

- Data mengenai konstruksi dan kondisi jalan lingkungan / gang

- Data mengenai panjang dan lebar jalan lingkungan / gang

3. Tahap Integrasi Data

Kegiatan pemasukan dan integrasi data ini meliputi kegiatan integrasi data citra

satelit, peta pendukung, data hasil survey dan data multimedia.

2.4. Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan berada di wilayah administrasi Kecamatan Denpasar Utara.

2.5. Waktu Pelaksanaan Pekerjaan

Masa pelaksanaan pekerjaan Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan

Denpasar Utara adalah 120 (seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak

dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh Pihak Pengguna Jasa. Rencana

Jadwal Pekerjaan dan Jadwal Penugasan Personil disampaikan dalam sub bab

selanjutnya.

2.6 Metodologi

2.6.1. Istilah Umum Pekerjaan Data Base Jalan Lingkungan

1. Ruas Jalan

Adalah jalan antara dua simpul yang mempunyai karakteristik lalu-lintas

yang relatif sama.

2. Simpul

Adalah suatu titik dari suatu jaringan jalan yang timbul sebagai akibat

adanya persimpangan (termasuk simpang susun), batas kota, atau

kegiatan lalu-lintas maupun non lalu-lintas yang memanfaatkan jaringan

jalan tersebut, sehingga menimbulkan karakterisrik lalu-lintas yang berbeda

pada ruas jalan tersebut. Contoh Kegiatan Non Lalu-lintas yaitu pasar,

pabrik, tempat rekreasi dan sebagainya.

3. Nomor Simpul

Adalah sederet angka yang berlaku hanya untuk simpul.

4. Nomor Ruas Jalan

Adalah nomor ke dua simpul yang mengapit ruas jalan tersebut.

5. Persimpangan

Adalah persimpangan antara dua atau lebih ruas jalan yang mempunyai

karakteristik lalu-lintas hampir sama. Persimpangan dimana salah satu

kakinya mempunyai volume lalu-lintas kurang dari 25 % terhadap kaki

lainnya tidak dikodefikasikan sebagai simpul.

6. Kekerasan Permukaan

Kekerasan permukaan (tekstur) adalah kondisi permukaan perkerasan

dilihat dari keadaan bahan batuan, aspal dan ikatan antara kedua bahan

tersebut.

7. Tambalan/Patching

Tambalan adalah keadaan permukaan perkerasan yang sudah diperbaiki

setempat-setempat dengan material perkerasan.

8. Lubang

Lubang adalah kerusakan perkerasan jalan setempat dengan kedalaman

minimal sama dengan tebal lapis permukaan.

9. Retak-retak

Berdasarkan jenisnya retak jalan dibagi menjadi retak buaya, retak acak,

retak melintang dan retak memanjang.

10. Alur

Alur adalah penurunan memanjang yang disebabkan oleh roda kendaraan.

11. Keriting/Gelombang

Adalah perubahan-perubahan bahan perkerasan ke arah melintang

berbentuk gelombang. Gelombang merupakan kerusakan-kerusakan

struktur sedangkan keriting merupakan kerusakan permukaan.

12. Amblas

Amblas adalah penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang

biasanya terjadi dengan bentuk tidak menentu tanpa terlepasnya material

perkerasan.

13. Selokan Samping

Adalah saluran pembuang terbuka maupun tertutup yang terletak di kiri /

kanan jalan yang berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan yang

berasal dari permukaan badan jalan.

14. Bahu Jalan

Adalah suatu struktur yang berdampingan dengan jalur lalu-lintas yang

diperuntukkan guna melindungi perkerasan, mengamankan kebebasan

samping dan menyediakan ruang tempat berhenti sementara.

2.6.2. Klasifikasi Jalan

Sesuai peruntukannya jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan

umum merupakan jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, sedangkan

jalan khusus merupakan jalan yang bukan diperuntukkan untuk lalu lintas umum

dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut Undang

Undang Nomor 38 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, jalan umum dapat diklasifikasikan dalam

sistem jaringan jalan, fungsi jalan, status jalan, dan kelas jalan.

1. Klasifikasi menurut fungsi pada sistem jaringan jalan

- Sistem Jaringan Jalan Primer

a. Jalan arteri primer

b. Jalan kolektor primer

c. Jalan lokal primer

d. Jalan lingkungan primer

- Sistem Jaringan Jalan Sekunder

a. Jalan arteri sekunder

b. Jalan kolektor sekunder

c. Jalan lokal sekunder

d. Jalan lingkungan sekunder

2. Klasifikasi menurut status jalan

- Jalan Nasional

- Jalan Provinsi

- Jalan Kabupaten

- Jalan Kota

- Jalan Desa

3. Klasifikasi menurut kelas jalan

- Jalan bebas hambatan

- Jalan raya

- Jalan sedang

- Jalan kecil

Bagian-bagian Jalan

2.6.3. Pekerjaan Persiapan

1. Pendahuluan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan data dan informasi yang

diperlukan, dalam rangka penyusunan rencana kerja Pembuatan Data

Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara. Data dan informasi

yang dikumpulkan dalam pendahuluan antara lain adalah :

a) Peta Rupabumi Bakorsurtanal skala 1:50.000

b) Peta citra satelit dari google map dan atau bing map

c) Peta administratif wilayah pekerjaan

d) Peta jaringan jalan yang ada

e) Kota Denpasar dalam angka

2. Penyusunan Rencana Kerja

Data yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan pendahuluan terlebih

dahulu dianalisis dan selanjutnya dijadikan bahan untuk menyusun

rencana kerja. Materi yang perlu dituangkan dalam rencana kerja tersebut

antara lain adalah :

a) Sasaran dan volume pekerjaan

b) Alternatif kegiatan

c) Standar prestasi petugas

d) Jadwal pelaksanaan pekerjaan

e) Organisasi dan jumlah pelaksana

f) Perkiraan peningkatan pokok ketetapan pajak

g) Hasil akhir

Dalam penyusunan rencana kerja perlu diperhatikan dua hal berikut :

1) Fleksibilitas, artinya rencana kerja tersebut mampu menampung

perubahan-perubahan pelaksanaan di lapangan tanpa harus

mengubah rencana kerja.

2) Konsisten, artinya hal-hal yang telah ditentukan dalam rencana kerja

tersebut harus dapat dipenuhi secara konsisten, seperti halnya standar

prestasi kerja, jumlah personil, waktu yang diperlukan, biaya, dan lain-

lain.

Diagram alur utama pekerjaan

Mulai

Orientasi AwalStudi Literatur

Identifikasi Metoda Kerja

Penyusunan format survey

Identifikasi Kebijakan dan Pengembangan

Pengumpulan DataSurvey Data Sekunder

Survey Data Primer

Evaluasi Sistem Informasi

Pembangunan Sistem Informasi

Implementasi dan Evaluasi

Laporan PekerjaanPembuatan Data Base

Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar

Utara

Selesai

Laporan Pendahuluan

Laporan Antara

Laporan Akhir

2.6.4. Tahap Pencarian / Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait, seperti Dinas PU,

Bappeda, Dinas Perhubungan, Kantor Statistik dan lain-lain sebagai data

tambahan untuk mendukung data primer dalam proses analisis. Data

sekunder yang dikumpulkan meliputi :

a. Data tata guna lahan dan sarana pendukung di tiap wilayah studi.

Tata guna lahan yang ada meliputi : kehutanan, pertanian, perkebunan,

perdagangan, perkantoran, pendidikan, serta industri rumah tangga.

Selain besaran potensi, perlu diketahui juga pertumbuhannya selama

rentang waktu tertentu, serta lokasi penyebaran potensi tersebut.

Apabila potensi-potensi ini bisa dimanfaatkanm akan membangkitkan

arus barang dan penumpang yang menuntut penyediaan sara

transportasi.

b. Data demografi kependudukan.

Data kependudukan meliputi : penyebaran penduduk, jumlah penduduk,

mata pencaharian, penghasilan perkapita, tingkat pendidikan, serta

parameter-parameter demografi lainnya. Keberadaan penduduk dapat

dipandang sebagai sumber daya manusia yang akan mengolah potensi

wilayah yang ada dan terlibat dalam implementasi pembangunan

prasaran. Selain itu, penduduk juga sebagai konsumen dari berbagai

komoditi yang akan menimbulkan arus barang yang butuh penyediaan

prasaran transportasi.

c. Data dan peta jaringan jalan yang ada

Perlu dikaji ketersediaan data prasarana transportasi jalan raya yang

sudah ada (eksisting). Adanya pengembangan permukiman yang

dilengkapi dengan jalan penghubung ke pusat kegiatan merupakan

pemacu pertumbuhan wilayah. Dimana keseluruhan jaringan jalan yang

ada tergambar dalam peta jaringan jalan.

d. Pengumpulan kebijakan pemerintah terkait.

Pembuatan klasifikasi jalan menurut fungsinya ini merupakan turunan

dari RTRW Kota Denpasar. Kebijakan pemerintah terkait yang perlu

dipertimbangkan dalam hal ini termasuk peraturan-peraturan dan

program pembangunan yang sudah ada, seperti Rencana Tata Ruang

Nasional, Rencana Tata Ruang Provinsi, Sistem Transportasi Nasional

(Sistranas), Rencana Sistem Transportasi Propinsim Rencana

Pengembangan Daerah, Properda, Renstra dan sebagainya.

2. Data Primer

Sebelum dilaksanakan survei data primer, perlu dilakukan penomoran ruas

jalan untuk memudahkan pelaksanaan survei dan tabulasi data hasil survei.

Beberapa hal penting dalam tahapan pengumpulan data primer jalan

lingkungan adalah sebagai berikut :

a. Penomoran Ruas dan Simpul Jalan Kota

- Format Kodefikasi

1. Peta ruas jalan yang akan dipakai menggunakan kertas ukuran

A3.

2. Apabila peta dalam 1 kota tidak dapat tergambar seluruhnya

pada kertas ukuran A3, maka peta kota tersebut dapat

digambar dalam beberapa lembar.

3. Peta digambar dengan jelas dan baik.

4. Disebelah kanan terdapat kolom yang berisikan

a. Keterangan mengenai klasifikasi dan status jalan.

b. Keterangan mengenai nama dan kode Kota, Propinsi,

Kabupaten, dan tahun penyusunan.

c. Penggambaran Peta diusahakan agar tidak terlalu kecil

dibandingkan ukuran kertas (proporsional).

d. Skala garis yang menggambarkan ukuran peta.

- Sistem Pemberian Kode

1. Kode Propinsi diberikan dua angka sesuai dengan petunjuk

yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga (contoh :

01, 20, 24)

2. Kode Kota/Kabupaten diberikan dua angka, sesuai dengan

nomor yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.

3. Kode Kota diberikan angka 00. Kode kota di dalam Kabupaten

diberikan 2 (dua) angka sesuai dengan kode yang telah

dikeluarkan oleh Direktorat Pembinanan Jalan Kota.

4. Nomor simpul ditulis dalam 3 angka (contoh 001, 011 dan

seterusnya.)

5. Penulisan nomor simpul diurut dari angka kecil.

- Penggambaran

1. Tanda simpul pada peta dibuat titik hitam bulat penuh.

2. Angka simpul sedapat mungldn ditulis di atas tanda simpul.

3. Ukuran angka simpul harus proporsional dan mudah dibaca.

- Prosedur Penomoran Ruas dan Simpul

1. Menyiapkan peta dasar kota yang memuat jaringan jalan dan

batas kota menurut format yang telah ditentukan.

2. Menentukan ruas jalan yang akan diberi nomor (jalan Arteri

Primer, Arteri Sekunder, Kolektor Primer, Kolektor Sekunder)

3. Melakukan survai lalu-lintas dan situasi sepanjang jalan yang

akan diberi nomor untuk mendapatkan data/informasi lapangan

mengenai karakteristik lalu-lintas pada ruas jalan dan

persimpangan.

4. Menentukan simpul berdasarkan data lapangan dan mengikuti

ketentuan yang ada.

5. Cara menentukan nomor simpul di Peta yaitu :

a. Membagi kota menjadi empat bagian (kwadran) yang kira-

kira sama besar. Kwadran I terletak di sisi kiri atas dan

kwadran berikutnya mengikuti arah jarum jam.

b. Menentukan pusat kwadran di salah satu titik simpul. Titik

pusat (titik kwadran) harus merupakan titik simpul yang

dianggap mewakili.

c. Menetapkan pusat kwadran sebagai nomor 001.

d. Menetapkan nomor simpul-simpul pada kwadran pertama

dan kwadran selanjutnya. Pemberian nomor simpul dimulai

dari kwadran pertama dan diurut dimulai dari angka yang

terkecil. Nomor simpul pada kwadran berikutnya

merupakan kelanjutan dari nomor simpul akhir dari

kwadran sebelumnya. Penerapan nomor urut pada setiap

kwadran dilakukan berdasarkan rute.

e. Bila ada penambahan ruas dan simpul, maka nomor simpul

tersebut harus merupakan kelanjutan nomor simpul yang

terakhir.

Contoh Nomor Simpul Jalan

d. Persyaratan dan Perlengkapan Survei

1. Sebelum pelaksanaan survei petugas harus meminta ijin terlebih

dahulu dari instansi terkait.

2. Petugas survei harus mengetahui ruas jalan yang akan disurvei

3. Dalam pelaksanaan survei diusahakan agar tidak mengganggu

kelancaran lalu-lintas.

4. Kelengkapan survei : surat keterangan tugas, tanda pengenal, alat

survei

c. Data yang dibutuhkan

Survei data primer yang perlu dilakukan antara lain :

- Data mengenai kepadatan lalu lintas

- Data mengenai jalur-jalur kendaraan umum

- Data mengenai nama, panjang dan lebar jalan lingkungan / gang

- Data mengenai status dan fungsi jalan lingkungan / gang

- Data mengenai konstruksi dan kondisi jalan lingkungan / gang

- Data mengenai panjang dan lebar jalan lingkungan / gang

2.6.5. Tahap Integrasi Data

Selanjutnya setelah data primer dan sekunder terkumpul, tahapan berikutnya

adalah integrasi data yang mencakup keseluruhan data primer dan data

sekunder yang secara umum terbagi atas :

- Data infrastruktur : jaringan jalan, fasilitas pendukung transportasi

- Data tata guna lahan

- Data sosial ekonomi mencakup demografi, perekonomian wilayah, dll.

Alternatif metoda analisa data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Model Multi Criteria Analysis (MCA)

Model Multi Criteria Analysis (MCA) merupakan salah satu teknik untuk

melakukan pengambilan keputusan pada kasus yang kompleks.

Kompleksitas permasalahan dapat disebabkan oleh karena banyaknya

informasi yang harus dipertimbangkan atau dapat juga disebabkan oleh

karena banyaknya pendapat dan sudut pandang yang harus difasilitasi.

Melalui penerapan metoda MCA, hierarki atau ranking prioritas dari

alternatif-alternatif keputusan yang mungkin dilaksanakan dapat ditetapkan,

sehingga pada gilirannya memudahkan pengambil keputusan mencari solusi

yang optimal.

Secara garis besar kegiatan MCA terdiri atas beberapa langkah utama yakni:

penetapan sasaran, penetapan kriteria, pembobotan (weighting) kriteria dan

penilaian (scoring) atas berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan

kriteria. Sasaran (objectives) ditetapkan sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai, yaitu terwujudnya keseimbangan, kesatuan pengembangan,

efisiensi dan pemulihan daya dukung lingkungan. Dengan kata lain, sasaran

merupakan turunan dari tujuan atau penjabaran yang lebih spesifik dari

tujuan.

Setelah sasaran ditetapkan, kemudian ditetapkan kriteria yang ingin

diterapkan berkaitan dengan sasaran tersebut. Dalam hal ini kriteria bisa

merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai atau kondisi batas yang menjadi

prasyarat bagi tercapainya sasaran. Kriteria dapat juga berfungsi sebagai

tolok ukur bagi tercapainya sasaran yang diinginkan.

Dalam penerapannya, dikenal beberapa macam teknik yang termasuk ke

dalam jenis analisa MCA, seperti: analisa kinerja matriks langsung (direct

analysis of the performance matrix), model linier additive, model teori atribut

utilitas, model analytical hierarchy process (AHP), dan sebagainya. Setiap

model memiliki kelebihan dan kekurangan, dan penggunaannya sangat

tergantung pada jenis data yang dianalisa. Model analisa langsung kinerja

matriks langsung misalnya, cukup baik jika diterapkan pada kondisi yang

dominansi antar kriterianya cukup jelas.

Model ini sangat praktis, namun kurang tepat jika diterapkan pada kasus

kriteria yang bersifat kompleks. Sedangkan model AHP di lain pihak,

cenderung agak rumit dalam proses pembobotan kriteria, namun cukup

efektif untuk digunakan pada analisa kriteria yang cenderung kompleks.

2. Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Model ini dikembangkan oleh Saaty pada tahun 1970an, dan hingga kini

sudah mengalami berbagai pengembangan. Beberapa sifat atau karakter

dari model AHP ini adalah:

- pembobotan kriteria dilakukan dengan cara membandingkan sepasang

kriteria (pairwise). Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang

tegas antara dua buah kriteria yang diperbandingkan.

- Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan kemudian diberi nilai

bobot. Nilai bobot antara 2 hingga 9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih

penting daripada nilai kriteria yang diperbandingkan. Sedangkan nilai

pecahan antara 1/2 hingga 1/9 menunjukkan nilai kriteria satu lebih

rendah daripada nilai kriteria yang diperbandingkan.

2.6.6. Metoda Pemetaan Berbasis GIS

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah teknologi baru yang dapat digunakan

sebagai alat untuk menganalisis dan mentransfer data kebumian. Menurut

Burrough (Dulbahri, 1996), sistem informasi geografis adalah suatu alat yang

dapat digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mendapatkan kembali,

mentransformasi, dan menayangkan kembali data keruangan dari dunia nyata

untuk tujuan tertentu. Dengan kata lain, SIG adalah suatu sistem berbasis

komputer yang dapat mengolah dan menginformasikan unsur alam dan unsur

buatan yang bergeoreferensi. Unsur bergeoreferensi artinya unsur tersebut

mempunyai acuan posisi tertentu dimuka bumi.

SIG mempunyai kemampuan untuk mengolah data grafis, non-grafis secara

terpadu. Agar supaya konsep SIG dapat terwujud, maka diperlukan 5 komponen,

yaitu sumber daya manusia, data, perangkat lunak, perangkat keras dan

manajemen. Kelima komponen tersebut saling terkait satu dengan lainnya

(Dulbahri, 1996).

Penerapan sistem informasi geografis sudah berkembang untuk berbagai bidang,

antara lain : (1). Pemetaan kadaster, (2). Pemetaan jalan raya, (3). Perencanaan

kota dan wilayah, (4). Pemilihan rute jalan raya, jalur pipa, dan jalur transmisi, (5).

Bidang teknik sipil, (6). Bidang kesehatan, (7). Proses kartografi.

Keunggulan SIG terletak pada kemampuannya memadukan data untuk

memperoleh informasi baru berdasarkan data base yang sudah ada, dan analisis

keruangan serta integrasi. data vektor, raster, dan data atribut.

Sistem informasi meliputi software, hardware dan data. Software merupakan

perangkat lunak dalam komputer untuk mengolah data yang berasal dari

perangkat keras (hardware), yang biasanya digunakan untuk penelitian sistem

lingkungan adalah Map Info, Epi Info dan Arcview, software ini memiliki kriteria

sebagai berikut :

- Data yang digunakan merupakan data yang dapat diterjemahkan secara

geografis seperti koordinat

lintang dan bujur.

- Dapat diinterprestasikan dalam bentuk peta digital.

- Peta digital yang diolah dapat memperlihatkan dalam skala kecil (jalan raya,

blok perumahan).

- Peta dapat diolah dalam beberapa layer.

- Data dari berbagai layer dapat saling dibandingkan dan dipilih untuk dianalisis.

- Sistem Data termasuk pendukung utama GIS, tanpa data GIS tidak akan berarti

apa-apa. Sebaliknya data yang lengkap akan sangat menunjang sistem

informasi yang dibangun. Berdasarkan jenis dan cara penanganannya data

dapat dikelompokkan, yaitu data grafis/ spasial dan data atribut/ non-spasial.

Disamping data grafis (peta), maka GIS memerlukan data non-grafis (atribut/ non

spasial). Data atribut yang dibutuhkan tergantung dari kebutuhan dan tujuan

pemakaian GIS itu sendiri. Data atribut harus disimpan dalam bentuk digital,

sehingga akan mudah digabungkan dengan data grafisnya.

Secara khusus, perangkat lunak GIS (Geographic Information Systems), terdiri

dari tiga tahapan yaitu tahapan Input, Proses dan Analisis, Output dan Visualisasi.

Gambar berikut menjelaskan diagram kerja perangkat lunak tersebut.

Survei Data Sekunder

- Peta Kota Bandar Lampung

- Peta Wilayah Administrasi

- Peta dan Daftar Jaringan Jalan

Survei Data Primer(Inventarisasi)

- Lokasi (GPS)- Kondisi struktur- Kondisi visual- Geometrik Jalan

dan saluran drainase

Input dan AnalisaData

- Data hasil invetarisasi

- Hasil analisa data sekunder

- Skema jaringan jalan

PETA JARINGAN JALAN

Output

Peta Spasial

Aplikasi GIS menerima data-data masukan dari pengguna maupun dari

pengembang sistem. Adapun data-data yang dapat dijadikan data masukan bagi

sistem tersebut adalah sebagai berikut:

- Peta Digital

Data utama yang membedakan sistem informasi geografik dengan sistem

informasi lainnya adalah kemampuannya dalam menampilkan dan menangani

basis data spasial atau data bergeoreferensi. Dalam hal inilah keberadaan peta

digital menjadi sangat esensial bagi system ini. Penyediaan peta digital untuk

penerapan sistem informasi geografik memerlukan pengetahuan dan

pengalaman yang memadai agar dapat menghasilkan peta berkualitas baik.

Basis administrasi terkecil yang akan dikembangkan pada sistem ini adalah

Kelurahan.

- Data Tabular

Yang dimaksud dengan data tabular adalah data-data yang berupa teks, angka,

ataupun biner yang disimpan dalam bentuk tabel-tabel. Terdapat 2 (dua) jenis

data tabular yang dimaksud, yaitu data tabular yang terikat dengan objek dalam

peta dan yang tidak terikat.

Data tabular yang terikat dengan objek di dalam peta digital umumnya berupa

data-data yang melengkapi (atribut) objek tersebut. Sebagai contoh adalah data

demografi yang terikat dengan objek wilayah administrasi, data nama, alamat,

dan keadaan interior/eksterior bangunan yang terikat dengan objek bangunan,

data nama dan panjang yang terikat dengan objek jalan, dan masih banyak lagi

lainnya. Data-data tersebut disimpan dalam sebuah sistem basis data yang

sama dengan yang digunakan untuk menangani data spasial.

- Data Image

Database GIS dapat menerima data masukan berupa foto digital, gambar, dan

objek grafis digital lainnya. Data-data tersebut dapat ditampilkan sebagai data

pelengkap, misalnya: foto Lokasi Bangunan pelintas, pintu air, tapal batas,

obyek vital, dan berbagai macam hal lainnya.

- Data Digital Lainnya

Secara umum, hampir semua jenis data dalam bentuk digital yang ingin

dicantumkan dan ditampilkan dapat diterima dan disimpan dengan baik oleh

basis data GIS dan dapat pula ditampilkan sesuai dengan kebutuhan. Selain

data peta digital, data image, dan data tabular, data-data berbentuk digital

lainnya juga dapat dengan mudah diikutkan dalam sistem ini: musik, animasi,

atau film misalnya.

- Analisis

Data-data yang tersimpan dalam sistem basis data yang bersangkutan

kemudian dijadikan bahan untuk melakukan analisis sehingga dapat ditarik

sebuah informasi darinya sesuai dengan kebutuhan pengguna dan pemilik

sistem. Adapun analisis-analisis yang dapat dilakukan dalam sistem ini adalah

sebagai berikut:

- Analisis Spasial

- Analisis Tabular

- Analisis numeris

- Analisis Statistik

- Analisis Tekstual

Dengan menggunakan fungsi analisis ini maka pengguna akan dapat dengan

mudah menemukan kembali catatan yang diinginkan, atau mengelompokkan

data-data.

Keluaran dari proses analisis-analisis yang telah disebutkan sebelumnya adalah

berupa informasi-informasi yang diinginkan oleh pengguna. Informasi tersebut

disajikan dalam berbagai bentuk yaitu peta tematik, tabel, dan grafik.

2.6.7. Pelaporan

1. Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan berisikan narasi latar belakang, dasar hukum, maksud

dan tujuan, sasaran dan manfaat, ruang lingkup, pendekatan dan

metodologi, analisa awal terhadap data sekunder serta metodologi, rencana

kerja dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Laporan Pendahuluan dicetak

sebanyak 5 (lima) buku dan diserahkan 1 (satu) bulan pekerjaan berjalan.

2. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan memuat hasil sementara pelaksanaan kegiatan: Berisi

tentang hasil kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dan rencana kerja

lanjutan pada bulan berikutnya Laporan harus diserahkan selambat-

lambatnya: 5 (lima) hari kerjapada bulan berikutnya sejak SPMK diterbitkan

sebanyak 5 (lima) buku laporan..

3. Draft Laporan Akhir

Laporan Draft Laporan Akhir memuat: Draft laporan akhir yang perlu dikaji

secara bersama-sama guna perbaikan dan penyempurnaan aplikasi yang

dihasilkan.

Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya: pada bulan ke 3 (tiga) hari

kerja/bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) buku laporan.

4. Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan produk akhir kegiatan yang memuat :

- Laporan data base jaringan jalan dan pengembangan Sistem Informasi

Geografis (GIS).

- Laporan temuan yang mendukung kesimpulan yang dipresentasikan

sebagai hasil studi lapangan (data dan hasil analisa).

Laporan Akhir merupakan hasil revisi dan masukan dari hasil ekpose/diskusi

dengan seluruh stakeholder terkait. Laporan Akhir ini diserahkan 120

(seratus dua puluh) hari kerja sejak SPMK diterbitkan. Laporan ini dibuat

sebanyak 5 (lima) buku.

5. Buku Petujuk Operasional

Berisi detail petunjuk operasional aplikasi, diserahkan bersama Laporan

Akhir sebanyak 5 (lima) buku.

6. Master CD Aplikasi

Diserahkan bersama Laporan Akhir sebanyak 5 (lima) keping CD.

7. Presentasi Pekerjaan

Konsultan memperagakan kepada pemberi tugas bahwa program yang

dibangun dapat dioperasionalkan dan petugas operator sudah siap

melaksanakan tugasnya. Presentasi dilakukan paling sedikit sebanyak

2(dua) kali.

8. Peta Jaringan Jalan

Peta Jaringan Jalan lingkungan / gang di wilayah pekerjaan sebanyak (3)

buah yang memuat data-data sebagai berikut :

1. Nomor Ruas Jalan lingkungan / gang

2. Nama Ruas Jalan lingkungan/ gang

3. Panjang Ruas Jalan lingkungan / gang

4. Lebar Badan Jalan lingkungan / gang

5. Jenis Perkerasanlingkungan / gang

6. Kondisi Jalan lingkungan / gang

7. Titik-titik pengenal awal dan akhir ruas jalan lingkungan / gang .

8. Data kepadatan lalu lintas jalan lingkungan / gang

Jadwal Pekerjaan

Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara

Jadwal Penugasan Personil

Pembuatan Data Base Jalan Lingkungan di Kecamatan Denpasar Utara