USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

93
i USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN DALAM RANGKA MENCEGAH KRIMINALITAS ANAK DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum Oleh Nama : Tiara Sekar Sarani NIM : A.111.15.0139 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEMARANG TAHUN 2019

Transcript of USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

Page 1: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

i

USM

UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN DALAM

RANGKA MENCEGAH KRIMINALITAS ANAK DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan

Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum

Oleh

Nama : Tiara Sekar Sarani

NIM : A.111.15.0139

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEMARANG

TAHUN 2019

Page 2: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

ii

Page 3: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

iii

Page 4: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

iv

Page 5: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil Alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karunia-Nya

yang senantiasa memberi langkah bagi penulis dengan terselesainya penyusunan

skripsi ini dengan judul “Upaya Perlindungan terhadap Anak Jalanan dalam Rangka

Mencegah Kriminalitas Anak di Kota Semarang”.

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk melengkapi tugas

dan syarat guna menyelesaikan Program Pendidikan Strata Satu (S-1) pada Fakultas

Hukum Universitas Semarang.

Penulis banyak menyadari berbagai kesulitan dan hambatan yang penulis

hadapi, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam

penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan, petunjuk, serta saran-saran maupun

arahan dari berbagai pihak, penulis mendapat kemudahan. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada:

1. Keluarga , yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil serta doa

sehingga dapat terselesainya skripsi ini

2. Bapak Andy Kridasusila, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas Semarang beserta

segenap jajarannya

3. Ibu B. Rini Heryanti, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Semarang

Page 6: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

vi

4. Bapak M. Iftar Aryaputra, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingannya dan nasehat-nasehatnya

yang diberikan kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

5. Ibu Subaidah Ratna Juita, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus

Dosen Wali yang telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis dalam

menempuh pendidikan Strata Satu Fakultas Hukum Universitas Semarang

6. Innong Pratikina Akbaruddin dan teman-teman kelas C Fakultas Hukum

Universitas Semarang

Semua pihak yang telah begitu banyak membantu namun tidak dapat penulis

sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT

membalas kebaikan pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Semarang, 31 Januari 2019

Penulis,

Tiara Sekar Sarani

A.111.15.0139

Page 7: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Bermimpilah dan jadikan mimpimu menjadi kenyataan dengan berusaha dan berdoa.

Tetap semangat jika kamu gagal, karena gagal merupakan sukses yang tertunda.

Persembahan :

o Kedua orang tuaku tercinta

o Kakak-kakakku tersayang

o Sahabat terkasih dan teman-teman

o Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Semarang

Page 8: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

viii

ABSTRAK

Perlindungan anak serta penghargaan terhadap hak-hak anak sudah sepatutnya

mendapat perhatian yang serius. Penelitian ini bertujuan menganalisa pelaksanaan

perlindungan anak jalanan dan kebijakan serta upaya yang dilakukan Pemerintah

Daerah dalam melaksanakan perlindungan anak jalanan di Kota Semarang, dan

memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi sehingga menjadi kontribusi

bagi pelaksanaan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak jalanan pada masa yang

akan datang. Anak jalanan harus dilindungi supaya tidak menjadi korban atau pelaku

kriminalitas . Bentuk perlindungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

pendataan dan penertiban secara rutin oleh Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga Kota

Semarang yang bekerja sama dengan Satpol PP dan Polisi. Penertibaan yang

dilakukan ini bertujuan untuk memberikan pembinaan di panti rehabilitasi sosial

kepada anak jalanan agar tidak menjadi korban atau pelaku tindakan kriminal. Jenis

penelitian yang digunakan merupakan penelitian yuridis sosiologis. Spesifikasi

penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis. Metode pengumpulan data yang

utama adalah data primer dan didukung data sekunder. Metode analisis data yang

digunakan adalah metode analitis-kualitatif. Aturan hukum tentang perlindungan

terhadap anak jalanan di Kota Semarang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5

Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang yang memuat penanganan pencegahan , penanganan rehabilitasi sosial dan

pasca rehabilitasi sosial. Upaya perlindungan terhadap anak jalanan di Kota

Semarang dalam rangka mencegah kriminalitas anak yang dilakukan oleh Dinas

Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang meliputi kegiatan sosialisasi, workshop,

kampanye dan patroli razia rutin. Upaya perlindungan yang dilakukan Yayasan Setara

Kota Semarang yaitu dengan melakukan sosialisasi rutin dan memberikan edukasi

terhadap anak jalanan.

Kata Kunci : Perlindungan anak, anak jalanan, kriminalitas

Page 9: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

ix

ABSTRACT

Child protection and respect for children's rights, deserves serious attention.

This study aims to analyze the implementation of street child protection and policies

and efforts made by the Regional Government in carrying out the protection of street

children in Semarang City, and provide solutions to problems that occur so as to

contribute to the implementation of protection and fulfillment of the rights of street

children in the future . Street children must be protected so they do not become

victims or perpetrators of crime. The form of protection that can be done is by

conducting routine data collection and control by the Social Service in collaboration

with the PP Satpol and the Police. The aim of this discipline was to provide guidance

in social rehabilitation institutions to street children so they would not become

victims or perpetrators of criminal acts. The type of research used is sociological

juridical research. The research specifications used are analytical descriptive. The

main data collection method is primary data and supported by secondary data. The

data analysis method used is qualitative-analytical methods. The rule of law

concerning the protection of street children in Semarang City is regulated in

Regional Regulation Number 5 of 2014 concerning Handling of Street Children,

Homeless and Beggars in Semarang City which contains handling prevention,

handling social rehabilitation and post social rehabilitation. Efforts to protect street

children in the city of Semarang in order to prevent child crime committed by the

Social, Youth and Sports Office of the City of Semarang include socialization

activities, workshops, campaigns and routine raid patrols. The protection efforts

carried out by Semarang City Setara Foundation are by conducting routine

socialization and providing education to street children.

Keywords: Child protection, street children, crime

Page 10: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN MEMPERBANYAK ............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah…………………………………………………….……..6

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………….6

1.4. Keaslian Penelitian……………………………………………………………8

1.5. Sistematika Penulisan………………………………………………………..13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 15

2.1. Tinjauan Umum tentang Anak ........................................................................ 15

2.1.1. Pengertian Anak ................................................................................. 15

2.1.2 Hak-Hak Anak ..................................................................................... 17

2.2. Tinjauan Umum tentang Anak Jalanan ........................................................... 19

2.2.1. Pengertian Anak Jalanan .................................................................... 19

2.2.2. Klasifikasi Anak Jalanan .................................................................... 20

2.3. Tinjauan Umum tentang Perlindugan terhadap Anak Jalanan ........................ 22

2.3.1. Pengertian Perlindungan Anak Jalanan .............................................. 22

Page 11: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

xi

2.3.2. Faktor-Faktor Penyebab Adanya Anak Jalanan ................................. 24

2.4. Tinjauan Umum tentang Kriminalitas Anak...................................................27

2.4.1. Pengertian Kriminalitas Anak ............................................................. 27

2.4.2. Faktor-Faktor Kriminalitas / Kenakalan Anak .................................... 28

2.4.3. Sanksi Pidana Terhadap Kriminalitas Anak........................................31

BAB III METODE PENELITIAN................................................. ........................36

3.1. Jenis Penelitian ................................................................................................ 36

3.2. Spesifikasi Penelitian ...................................................................................... 36

3.3. Metode Pengumpulan Data ............................................................................. 37

3.4. Metode Analisis Data ...................................................................................... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................41

4.1. Aturan Hukum Tentang Perlindungan Terhadap Anak Jalanan di Kota

Semarang.........................................................................................................41

4.2 Upaya Perlindungan Terhadap Anak Jalanan di Kota Semarang dalam

Rangka Mencegah Kriminalitas Anak............................................................48

BAB V PENUTUP................................................................................................72

5.1. Kesimpulan......................................................................................................72

5.2. Saran................................................................................................................73

Page 12: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sebagai generasi muda, anak merupakan sumber daya manusia yang

merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak memiliki

peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yaitu memerlukan

pembinaan dan mendapatkan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan

dan perkembangan fisik dan mentalnya. Untuk melaksanakan pembinaan dalam

memberikan perlindungan terhadap anak, diperlukan dukungan, baik yang

menyangkut kelembagaan maupun perangkat hukum yang lebih mantap dan

memadai, oleh karena itu penyelenggaraan upaya perlindungan anak perlu

dilakukan secara khusus. 1

Orang tua bertanggung jawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik

secara jasmani, rohani maupun sosial. Kewajiban orang tua terhadap anak, yaitu

mencukupi kebutuhannya baik fisik maupun psikis dan mendidiknya. Keluarga

merupakan titik awal bagi pengembangan anak. Pemenuhan kebutuhan yang

tidak tersedia di dalam keluarga dapat mendorong anak untuk mencarinya di luar.

Hal ini dapat menjadi pemicu anak untuk lebih memilih hidup di jalanan, atau

yang sering diistilahkan sebagai anak jalanan (street child).

1 Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan (Bandung: PT Refika

Aditama, 2012), halaman 1.

Page 13: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

2

Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang

menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan

jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak,

keluarga, masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan

tampaknya belum begitu besar. Pemerintah nampaknya harus bekerja lebih keras,

mengingat dalam UUD 1945 Pasal 34 yang berbunyi “fakir miskin dan anak-

anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. Artinya sesungguhnya mereka yang

hidup terlantar (termasuk anak jalanan) juga harus menjadi perhatian negara.

Ironisnya, pemerintah seolah angkat tangan dalam menangani anak jalanan.

Malah terkadang pemerintah melakukan razia baik untuk gelandangan, pengemis

ataupun anak jalanan. Padahal sebenarnya hal itu bukanlah solusi, karena akar

dari permasalahan anak jalanan itu sendiri adalah kemiskinan. Jadi kalau ingin

tidak ada anak jalanan, gelandangan dan pengemis maka pemerintah seharusnya

memikirkan cara mengentaskan mereka dari kemiskinan. Mengentaskan

kemiskinan adalah hal yang sulit, alternatif lain agar menghindarkan anak dari

kehidupan jalanan dengan cara meningkatkan pendidikan pada anak jalanan,

karena mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak lain.

Secara yuridis terdapat dua landasan hukum yang mengharuskan pemerintah

untuk terus berupaya memberikan pelayanan kepada semua anak. Pertama,

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

terutama pada Pasal 6 ayat (1) menegaskan “setiap warga negara yang berusia

tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”. Kedua,

Konvensi Hak Anak yang secara eksplisit menganjurkan kepada semua negara

Page 14: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

3

yang meratifikasi konvensi untuk menjamin kesejahteraan dan masa depan anak.

Indonesia sendiri meratifikasi Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden

Nomor 36 Tahun 1990 pada tanggal 26 Januari 1990.

Pemerintah Kota Semarang memiliki program dalam upaya perlindungan

anak jalanan yaitu mengajukan suatu model untuk mengentaskan anak jalanan di

Indonesia yakni dengan model Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), yang

baru mulai dilakukan sekitar tahun 1998. Sebagai salah satu dari lima kota yang

menjadi pilot proyek yang didukung pendanaannya oleh United Nations

Development Progamme (UNDP), ini berlanjut dengan program yang

dikembangkan ke 12 provinsi di Indonesia, termasuk provinsi Jawa Tengah. Kota

Semarang dipilih sebagai salah satu kota uji coba RPSA karena Semarang

merupakan ibu kota dari provinsi Jawa Tengah dan diperkirakan jumlah anak

jalanan yang relatif banyak. 2

Adapun langkah-langkah kebijakan yang diambil pemerintah daerah

khususnya pemerintah daerah Kota Semarang dalam menanggulangi serta

menekan meningkatknya anak jalanan adalah pemerintah daerah melalui Satpol

PP aktif melakukan razia anak jalanan. Pemkot sendiri pada masa itu mulai aktif

melakukan kampanye pelarangan pemberian uang kepada para pengemis dan

pengamen dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di

2 Asril, Wulandari dan Thalita Rifda Khaerani, “Strategi Penanganan Anak Jalanan di Dinas

Sosial Pemuda dan Olahraga Kota Semarang”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Diponegoro, 2017.

Page 15: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

4

Kota Semarang. Salah satu upaya untuk mengentaskan anak jalanan melalui

program house parent. Anak-anak akan ditempatkan pada keluarga-keluarga

yang bersedia mengasuh mereka.

Selain itu upaya-upaya lain yang telah dilakukan antara lain dengan

memberikan beasiswa dan pelatihan kewirausahaan. Disamping itu, Dinas Sosial

Pemuda dan Olahraga Kota Semarang juga melakukan penjaringan terhadap 302

anak jalanan dengan rincian laki-laki 159 dan perempuan 143, yang dilakukan

oleh keempat RPSA yang dibagi menjadi empat wilayah penjaringan yaitu :

a. RPSA Pelangi yang melakukan penjaringan di wilayah Semarang Timur

b. RPSA Anak Bangsa yang melakukan penjaringan di wilayah Semarang

Barat

c. RPSA YKSS melakukan penjaringan di wilayah Semarang Utara

d. RPSA Gratama yang melakukan penjaringan di wilayah Semarang

Selatan3

Menangani anak jalanan tidaklah sederhana, oleh sebab itu penangananyapun

tidak dapat disederhanakan, sehingga diperlukan upaya perlindungan terhadap

anak jalanan agar tidak menjadi korban atau pelaku kejahatan. Anak jalanan

sangat rentan terhadap kriminalitas / kenakalan pada anak. Kriminalitas anak

adalah tindak pidana yang dilakukan oleh anak. Kriminalitas anak mulai dari

perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti tindakan berlebihan di

3 Dwi Ratih Chaeroti, dkk., “Strategi Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, 2013.

Page 16: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

5

sekolah, pelanggaran-pelanggaran seperti melarikan diri dari rumah sampai pada

perilaku kriminal.

Anak jalanan harus dilindungi supaya tidak menjadi korban atau pelaku

kriminalitas . Bentuk perlindungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan

pendataan dan penertiban secara rutin oleh Dinas Sosial yang bekerja sama

dengan Satpol PP dan Polisi. Penertibaan yang dilakukan ini bertujuan untuk

memberikan pembinaan di panti rehabilitasi sosial kepada anak jalanan agar tidak

menjadi korban atau pelaku tindakan kriminal. Dari uraian latar belakang yang

telah dijelaskan, memberikan pertimbangan beberapa permasalahan tersebut

sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul “Upaya Perlindungan

terhadap Anak Jalanan dalam Rangka Mencegah Kriminalitas Anak di

Kota Semarang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka

Peneliti mengemukakan rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aturan hukum tentang perlindungan terhadap anak jalanan di Kota

Semarang?

2. Bagaimana upaya perlindungan terhadap anak jalanan di Kota Semarang

dalam rangka mencegah kriminalitas anak?

Page 17: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui aturan hukum tentang perlindungan terhadap

anak jalanan di Kota Semarang

b. Untuk mengetahui upaya perlindungan terhadap anak jalanan di

Kota Semarang dalam rangka mencegah kriminalitas anak

1.3.2 Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat, baik manfaat secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

a. Manfaat Teoretis

Secara teori hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai

bahan kajian lebih lanjut untuk menambah wawasan, khususnya

bagi perkembangan hukum pidana yang berkaitan dengan anak.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi pemerintah : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan utnutk membuat kebijakan/peraturan terkait dengan

perlindungan terhadap anak jalanan dalam rangka mencegah

kriminalitas anak

2) Bagi masyarakat : hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

evaluasi dalam memberikan perlindungan terhadap anak jalanan

Page 18: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

7

3) Bagi orangtua : hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadikan informasi bahwa anak mempunyai hak untuk

mendapat perlindungan.

1.4 Keaslian Penelitian

Berdasarkan judul skripsi yang Peneliti angkat, Peneliti menemukan

dua judul skripsi yang memiliki tingkat kemiripan yang hampir sama

dengan skripsi Peneliti, yaitu:

1. Bayu Christiyant, skripsi yang berjudul Penerapan Sanksi

Tindakan dalam Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan

Pengemis di Kota Semarang. Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Semarang, tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penerapan sanksi pidana dan hambatan yang dialami

dalam penerapan sanksi tindakan dalam Peraturan Daerah Nomor

5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan

Pengemis di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan

pendekatan yuridis sosiologis dengan menggunakan data primer

dan data sekunder sebagai data pendukung. Pengumpulan data

dilakukan dengan mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan

lain.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sanksi

tindakan dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Page 19: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

8

Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang belum berjalan dengan baik dan efektif. Hambatan yang

dihadapi dalam penerapan sanksi yaitu walaupun sudah dilakukan

razia dan patroli, pada kenyataannya masih banyak ditemui anak

jalanan, pembinaan di panti rehabilitasi sosial dengan harapan

dapat memperbaiki pola pikir mereka, namun hal ini juga masih

gagal karena anak jalanan sudah merasa nyaman dengan profesi

tersebut, rendahnya kesadaran masyarakat untuk mendukung

kebijakan yang ada, dan diperlukan kajian yang lebih dalam untuk

merealisasikan penegakan perda yang ada.

2. Siti Norjanah Bte Mazlan, skripsi yang berjudul Perlindungan

Hukum bagi Anak Jalanan Korban Eksploitasi Ekonomi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas

Diponegoro, tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bentuk perlindungan hukum bagi anak jalanan korban

eksploitasi ekonomi berdasarkan Undang-Undang Perlindungan

Anak, penanganan dan penecegahan dalam upaya mengatasi anak

jalanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis

(empiris) dengan menggunakan data sekunder dan data primer di

lapangan atau terhadap masyarakat. Pengumpulan data dilakukan

Page 20: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

9

dengan mencari bahan kepustakaan dan undang-undang yang

berkaitan dengan eksploitasi ekonomi anak kemudian melakukan

penelitian di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

perlindungan hukum bagi anak jalanan korban eksploitasi ekonomi

berdasar Pasal 66 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

dilakukan melalui:

a. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan

anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;

b. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi; dan

c. Pelibatan berbagai perusahaan, serikat bekerja, lembaga

swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan

eksploitasi terhadap anak secara ekonomi dan/atau seksual

Penanganan anak jalanan yang dilakukan oleh Dinas

Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang antara lain meliputi

pengawasan dan penertiban, pembinaan atau rehabilitasi sosial

bagi anak jalanan, serta pemberian bantuan materiil dalam bentuk

barang dan bukan uang, maupun immateriil bagi anak jalanan.

Secara rinci, letak persamaan, perbedaan dan orisinalitas

penelitian ini dijelaskan sebagaimana tabel berikut:

Page 21: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

10

Orisinalitas Penelitian diantara Penelitian Sebelumnya

N

o

Nama Peneliti,

Judul dan Tahun

Penelitian

Persamaan Perbedaa

n

Orisinalit

as Penelitian

1 Bayu Christiyant,

Penerapan Sanksi

Tindakan dalam

Penanganan Anak

Jalanan, Gelandangan

dan Pengemis di Kota

Semarang. 2018

Pada subjek

penelitian yaitu

anak jalanan dan

objek penelitian di

Kota Semarang

Pada

kajian penelitian

yaitu tentang

penerapan

sanksi dan

hambatannya

dalam Perda

Nomor 5 Tahun

2014 tentang

Penanganan

Anak Jalanan,

Gelandangan

dan Pengemis di

Kota Semarang

Substans

i kajian yang

mendeskripsikan

tentang

penerapan

sanksi dan

hambatannya

dalam Perda

Nomor 5 Tahun

2014 tentang

Penanganan

Anak Jalanan,

Gelandangan

dan

Pengemis di

Kota Semarang

Page 22: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

11

2 Siti Norjanah Bte

Mazlan, Perlindungan

Hukum bagi Anak Jalanan

Korban Eksploitasi

Ekonomi Berdasarkan

Undang-Umdang Nomor

35 Tahun 2014 tentang

Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun

2002 tentang

Perlindungan Anak. 2015

Pada subjek

penelitian yaitu

anak jalanan dan

objek penelitian di

Kota Semarang

Pada isi

kajian penelitian

yaitu terfokus

pada

perlindungan

hukum bagi

anak jalanan

korban

eksploitasi

ekonomi

berdasarkan

Undang-Undang

Perlindungan

Anak

Isi kajian

penelitian

terfokus pada

perlindungan

hukum bagi

anak jalanan

korban

eksploitasi

ekonomi

berdasarkan

Undang-Undang

Perlindungan

Anak

Dari beberapa hasil penelitian di atas, terdapat beberapa titik

perbedaan yang sangat mendasar dengan penelitian ini, yaitu:

1. Kajian pada penelitian ini ingin mengetahui secara mendalam tentang

aturan hukum dan upaya perlindungan terhadap anak jalanan di Kota

Semarang dalam rangka mencegah kriminalitas anak

2. Penelitian ini khusus membahas upaya perlindungan terhadap anak

jalanan di Kota Semarang

Page 23: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

12

Orisinalitas penelitian di atas dapat kita analisis bentuknya, yaitu:

1. Yang membedakan nama dan judul skripsinya

2. Hasil penelitiannya

Dengan adanya orisinalitas penelitian ini, maka hal-hal yang menjadikan

plagiat dalam sebuah skripsi terdahulu dapat dihindari, karena meskipun mirip

ataupun banyak persamaan, skripsi peneliti mempunyai sisi perbedaannya.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang penelitian,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian

penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang tinjauan umum tentang anak,

tinjauan umum tentang anak jalanan, tinjauan umum tentang

perlindungan terhadap anak jalanan, tinjauan umum tentang

kriminalitas anak.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, metode

pendekatan, spesifikasi penelitian, metode pengumpulan data

dan metode analisis data.

Page 24: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

13

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai aturan hukum tentang

perlindungan terhadap anak jalanan di Kota Semarang dan

upaya perlindungan terhadap anak jalanan di Kota Semarang

dalam rangka mencegah kriminalitas anak.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan mengenai simpulan dari hasil

penelitian dan pembahasan, serta saran bagi pihak terkait.

Page 25: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Anak

2.1.1. Pengertian Anak

Di Indonesia, pengertian atau batasan seorang anak dapat dikatakan

belum ada keseragaman dalam beberapa peraturan perundang-undangan.

Namun setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Perlindungan Anak (selanjutnya

ditulis Undang-Undang Perlindungan Anak) barulah ada suatu patokan khusus

yang dipakai, karena Undang-Undang ini bersifat lex specialis. Pengertian

anak menurut Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah “Seseorang

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih

dalam kandungan.4

Pengertian anak menurut peraturan – peraturan hukum yang lain,

diantaranya :

4 Apong Herlina, dkk., Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak.( Jakarta: UNICEF Indonesia, 2003), halaman 78.

Page 26: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

15

1) Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1979 Pasal 1 butir 2,

menerangkan bahwa anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21

(dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Pasal 330 KUHPerdata mengatakan, orang belum dewasa adalah

mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahun dan

tidak lebih dulu telah kawin.

3) Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The Child)

Dalam konvensi ini anak secara umum sebagai manusia yang

umurnya belum mencapai 18 (delapan belas) tahun, namun diberikan juga

pengakuan terhadap batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan

dalam perundangan nasional.

4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 butir 1 menerangkan bahwa anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

Anak

Page 27: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

16

Pasal 1 butir 2 menerangkan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum

adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban

tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.

2.1.2 Hak-Hak Anak

Hak anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang wajib

dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah dan negara. Hak-hak perlindungan anak telah dijamin dengan

diadakannya Konvensi Hak Anak yang memuat empat hak yaitu Survival

Rights, Development Rights, Protection Rights, dan Participation Rights.

Indonesia menindaklanjuti dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden RI

Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention on the Right of the

Child (Kovensi Hak Anak). Selain itu, di dalam UUD 1945 juga telah

diamanatkan untuk melindungi anak-anak yang mana pada Pasal 28 b ayat (2)

disebutkan, “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan

berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

dan Pasal 34 berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara

oleh negara”.

Perlindungan terhadap hak-hak anak juga termuat dalam UU No. 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian hal-hal tentang

kesejahteraan anak telah diatur pada UU No. 4 Tahun 1979 tentang

Kesejahteraan Anak serta hal-hal mengenai perlindungan anak pada UU No.

23 Tahun 2002. Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 menyatakan:

Page 28: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

17

(1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan

berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun didalam

asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar

(2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan pengetahuan

dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan

kepribadian bangsa, untuk mejadi warga negara yang baik dan

berguna

(3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa

dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan

(4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang

dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan

perkembangannya dengan wajar

Hak anak berdasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 sebagaimana telah

diubah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak :

a. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan

berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi (Pasal 4)

b. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial

sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial (Pasal 8)

c. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat

dan bakatnya (Pasal 9 ayat (1))

Page 29: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

18

2.2 Tinjauan Umum Tentang Anak Jalanan

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan

Anak jalanan ialah anak yang sebagian besar waktunya berada di

jalanan atau di tempat-tempat umum untuk sekedar bermain ataupun mencari

uang. Anak jalanan rata-rata berusia 5 sampai 18 tahun. Pada umumnya

mereka berpenampilan kusam dan mengenakan pakaian yang tidak rapi.

Anak jalanan melakukan kegiatan berjualan di jalanan, meminta-minta

atau hanya berkeliaran saja di jalanan. Anak jalanan murni menurut Asmawati

adalah anak-anak yang hidup dan mencari penghidupan di jalanan serta tidak

memiliki hubungan erat dengan keluarga.5 Departemen Sosial RI

mendefinisikan, “anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan

waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-

tempat lainnya”.6

2.2.2 Klasifikasi Anak Jalanan

Pada tahun 1999, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia

membedakan anak jalanan menjadi 4 kelompok, yaitu :7

5 Asmawati, “Anak Jalanan dan Upaya Penanganannya di Kota Surabaya” (Jurnal Hakiki. Vol.

1, No. 2, 2001). 6 Murniatun, “Problematika Anak Jalanan, Studi Mengenai Pengamen Jalanan di Kota

Yogyakarta” (Laporan Penelitian Praktikum II, Universitas Gajah Mada, 2004).

7 Siregar Hairani, dkk, ”Faktor Dominan Anak Menjadi Anak Jalanan di Kota Medan”. Jurnal

Studi Pembangunan, Vol. 1, No. 2, (Online),

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15379/1/stp-apr2006-%20%283%29.pdF, diakses 10

September 2018), 2018.

Page 30: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

19

a. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya

Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua

fasilitas jalanan sebagai ruang hidupnya. Hubungan dengan keluarga

sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh faktor sosial

psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan,

penyiksaan dan perceraian orang tua.

b. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua

Mereka adalah anak yang bekerja di jalanan (children on the

street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja migran kota yang

pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya

mereka menyemir sepatu, pengasong, pengamen, tukang ojek payung,

dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama

dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

c. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya

Mereka tinggal dengan orang tuanya, beberapa jam dijalanan

sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan karena terbawa

teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua.

Pekerjaan yang sering dilakukan adalah berjualan koran.

d. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun

Mereka berada di jalanan untuk mencari kerja, atau masih labil

suatu pekerjaan. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang

Page 31: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

20

dewasa (orang tua ataupun saudaranya) ke kota. Pekerjaan mereka

biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa barang belanjaan

(kuli panggul), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

2.3 Tinjauan Umum tentang Perlindungan terhadap Anak Jalanan

2.3.1 Pengertian Perlindungan Anak Jalanan

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dann berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.8 Perlindungan terhadap anak wajib dilakukan oleh

keluarga, masyarakat dan negara agar diharapkan anak tidak kekurangan

suatu apapun yang dapat mengakibatkan anak turun ke jalanan.

Perlindungan anak jalanan bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-

hak anak demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak

mulia, dan sejahtera. 9

Dalam pembinaan generasi muda ini tersangkut berbagai faktor,

namun demikian pelaksanaan perlindungan serta pembinaan generasi

muda hendaknya terjadi dalam empat lingkup pembinaan, yakni:

8 Herlina, op.cit., halaman 63.

9 Sugianto, “Perlindungan Hukum terhadap Anak Jalanan dalam Perspektif Hukum Positif dan

Hukum Islam”, (Jurnal Syariah dan Hukum .Vol. 5, No. 2, hlm.146-153. Fakultas Syariah Institut

Agama Islam Negeri, 2013).

Page 32: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

21

1. Keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama bagi seorang anak. Pendidikan yang diterima anak dari

orang tua dalam keluarga akan menjadi bagian dari pribadinya.

2. Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang

memberikan pengajaran dan pendidikan. Dengan sekolah, anak

diajak dan dipersiapkan untuk menjadi seseorang dewasa yang

bertanggungjawab dan mampu mengatasi segala persoalan.

3. Masyarakat

Pada usia anak dan remaja, pengaruh lingkungan

masyarakat terkadang lebih besar daripada pengaruh keluarga,

sebab saat ini merupakan masa pengembangan kepribadian,

memerlukan pengakuan lingkungan teman-teman dan masyarakat

pada umumnya.

4. Agama

Ketaatan beribadah memberikan rasa tenang dan bahagia

sebab hati dekat dengan Tuhan, sehingga agama akan mampu

membentuk sikap pribadi yang positif bagi anak dalam

menghadapi berbagai persoalan kehidupan.10

10

Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, (PT Refika Aditama, 2006), halaman 63.

Page 33: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

22

2.3.2 Faktor-faktor penyebab adanya anak jalanan :

Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya anak

jalanan adalah sebagai berikut :

a. Kemiskinan individu dan keluarga

Kemiskinan individu termasuk salah satu faktor yang

menentukan terjadinya kegiatan menggelandang dan mengemis

dikarenakan tidak cukupnya penghasilan yang diperoleh untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Umur

Faktor umur yang masih muda ini memberikan peluang

bagi mereka melakukan kegiatan menggelandang dan mengemis

karena tiadanya memikirkan rasa malu yang terlalu kuat.

c. Pendidikan formal

Pada tingkat umur yang masih terkategori anak-anak,

semestinya mereka sedang mengikuti kegiatan pendidikan formal

di sekolah. Namun, mereka memilih menjadi gelandangan dan

pengemis dibandingkan bersekolah karena tidak memiliki

kemampuan finansial untuk kebutuhan sekolah sebagai akibat dari

kemiskinan orang tua.

Page 34: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

23

d. Ijin orang tua

Sebagian besar anak-anak yang melakukan kegiatan

menggelandang dan mengemis diketahui bahwasanya mereka telah

mendapat ijin dari orang tuanya dan bahkan disuruh oleh orang

tuanya.

e. Rendahnya keterampilan

Para pengemis dan gelandangan merupakan orang-orang

tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Semestinya mereka sedang menikmati kegiatan akademik atau di

dunia pendidikan. Sementara mereka yang tergolong umur relatif

lebih tua dan berjenis kelamin perempuan sejak muda tidak pernah

memperoleh pendidikan keterampilan. Oleh karena itu, kegiatan

menggelandang dan mengemis adalah pilihan yang paling mudah

untuk dilaksanakan guna memperoleh penghasilan secara mudah.

f. Sikap mental

Kondisi ini terjadi karena dipikiran para anak jalanan,

gelandangan dan pengemis muncul kecenderungan bahwa

pekerjaan yang dilakukannya tersebut adalah sesuatu yang biasa-

biasa saja, selayaknya pekerjaan lain yang bertujuan untuk

memperoleh penghasilan. Selain itu, sikap mental yang malas ini

juga didorong oleh lemahnya kontrol warga masyarakat lainnya

atau adanya kesan permisif terhadap kegiatan menggelandang dan

Page 35: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

24

mengemis yang dilakukan oleh warga karena keadaan ekonomi

mereka yang sangat terbatas.

g. Sulitnya memperoleh modal usaha

Akses lainnya yang sulit untuk diperoleh adalah modal

usaha. Kesulitan ini diakibatkan karena perolehan modal usaha

memerlukan beberapa syarat yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh

keluarga miskin, yang menyebabkan mereka mencari pekerjaan

lain yang tidak membutuhkan modal yakni mengemis.11

2.4 Tinjauan Umum tentang Kriminalitas Anak

2.4.1 Pengertian Kriminalitas Anak

Kriminalitas anak merupakan tindak pidana yang dilakukan oleh

anak. Kenakalan anak erat kaitannya dengan kriminalitas anak.

Kenakalan anak tidak hanya tindakan-tindakan kriminal saja, melainkan

segala tindakan yang dilakukan oleh anak yang dianggap melanggar

nilai-nilai sosial ataupun masyarakat. Anak yang berusia 12 sampai

dengan 18 tahun merupakan rentang usia yang dalam perspektif

psikologi tergolong pada masa remaja yang memiliki karakteristik

perkembangan yang mungkin membuat anak sulit untuk melakukan

penyesuaian diri sehingga memunculkan masalah perilaku. Anak nakal

11

Artidjo Alkotsar, Advokasi Anak Jalanan (Jakarta: Rajawali, 1984), halaman 52.

Page 36: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

25

atau kriminal dianggap sebagai anak maladaptive yaitu anak yang tidak

dapat melakukan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma sosial.12

Kenakalan anak menurut Kartini Kartono disebut juga dengan

Juvenile Deliquency. Pengertian Juvenile Deliquency yaitu perilaku jahat

/ dursila, atau kejahatan / kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala

sakit (patologi) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan

oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka itu

mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.13

Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang

anak dibawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan

pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat

membahayakan perkembangan pribadi si anak yang bersangkutan.

2.4.2 Faktor-Faktor Kriminalitas / Kenakalan Anak

Faktor yang menyebabkan anak melakukan kenakalan adalah

sebagai berikut :

12

Santrock,J.W., Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik,J. Dan Chusairi, A

(Jakarta: Erlangga, 2003), halaman 38. 13

Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: CV. Rajawali, 1986),

halaman 7

Page 37: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

26

1. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi perilaku kenakalan oleh

anak, merupakan aspek kepribadian yang berasal dari dalam diri anak.

Hal ini dapat terjadi karena konsep diri yang rendah, penyesuaian

sosial serta kemampuan menyelesaikan masalah yang rendah, sikap

yang berlebihan serta pengendalian diri yang rendah. Lingkungan

pertama seorang anak adalah lingkungan keluarga, ketika meginjak

masa remaja maka anak mulai mengenali dan berinteraksi dengan

lingkungan selain lingkungan keluarganya.

Pada situasi ini, anak cenderung membandingkan kondisi di

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan teman

sebayanya atau bahkan lingkungan sosial dimana masing-masing

lingkungan tersebut memiliki kondisi yang berbeda-beda. Perbedaan

berbagai kondisi lingkungan itu, menyebabkan anak mengalami

kebingungan dan mencari tahu serta berusaha beradaptasi agar

diterima oleh masyarakat.14

Pada saat mengalami kondisi berganda itu,

kondisi psikologis anak yang masih labil, sehingga dapat

menimbulkan perilaku kenakalan dan tindak kriminal yang dilakukan

oleh anak.

14

Sarwono, S.W, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali, 2013)

Page 38: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

27

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang besar pengaruhnya terhadap anak dengan

kriminalitas adalah keluarga dalam hal ini kondisi lingkungan

keluarga. Kondisi lingkungan keluarga pada masa perkembangan anak

dan remaja telah lama dianggap memiliki hubungan dengan

munculnya perilaku antisosial dan kejahatan yang dilakukan oleh

remaja. Beberapa penelitian mengenai perkembangan kenakalan dan

kriminalitas pada remaja, ditemukan bahwa tindak kriminal

disebabkan adanya pengalaman pada pengasuhan yang buruk.

Ketika anak mengalami pengasuhan yang buruk, kasar, disia-

siakan dan ada kekerasan di dalam keluarga saat anak dalam masa

perkembangan awal anak-anak, maka anak akan memiliki harga diri

yang rendah, juga akan mengembangkan perilaku kekerasan tersebut

pada saudaranya dan juga mengembangkan perilaku antisosial.

Kemudian pada saat anak-anak mulai masuk di lingkungan sekolah,

anak dengan harga diri yang rendah akan mendapatkan isolasi dari

kelompok sebayanya dan mengalami kesulitan dalam sekolah,

membolos, serta mengalami kegagalan dalam kegiatan akademik di

sekolah. Anak-anak tersebut kemudian berkembang menjadi remaja

yang memiliki kecenderungan untuk berasosiasi dalam geng, dan

kelompok sebaya yang menyimpang, serta pengarahan diri dalam

Page 39: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

28

kekerasan, karena menganggap teman sebaya seperti itulah yang dapat

menerima kondisi mereka.

Saat mereka beranjak dewasa, mereka akan meneruskan perilaku

kekerasan, penerimaan dan kekerasan dalam hubungan pribadi, dan

berkelanjutan dalam siklus kekerasan ketika mereka menikah. Hal ini

secara tidak langsung dapat menerapkan pola asuh yang mengandung

unsur kekerasan pada anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya akan

berkembang menjadi individu yang melakukan kenakalan dan

tindakan kriminal.

2.4.3 Sanksi Pidana terhadap Kriminalitas Anak

Di dalam sistem hukum perlindungan anak, Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

menggunakan istilah anak yang berhadapan dengan hukum. Anak yang

berhadapan dengan hukum memuat 3 (tiga) kriteria, yaitu :

1. Anak yang berkonflik dengan hukum atau disebut Anak

Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi

belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan

tindak pidana.

Page 40: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

29

2. Anak yang menjadi korban tindak pidana atau disebut Anak

Korban

Anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang

mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi

yang disebabkan oleh tindak pidana.

3. Anak yang menjadi saksi tindak pidana atau disebut Anak Saksi

Anak yang belum berumur 18 (d elapan belas) tahun yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan,

dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara

pidana yang didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.

Penerapan sanksi terhadap pelaku anak berdasarkan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak lebih

mengedepankan kepada pendekatan keadilan restoratif serta penerapan diversi

dalam sistem peradilan pidana. Keadilan restoratif adalah penyelesaian

perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku/korban dan pihak lain yang

terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan

menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan.

Secara konsep melalui pendekatan ini respon terhadap kerusakan yang terjadi

dari suatu perbuatan yang dikualifikasi sebagai tindak pidana yang dilakukan

Page 41: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

30

oleh anak lebih ditekankan pada bagaimana memulihkan kepada keadaan

semula, bukan untuk melakukan pembalasan terhadap anak sebagai pelaku.15

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak menyatakan bahwa terdapat dua sanksi pidana yaitu berupa

pidana dan tidakan. Ancaman sanksi terhadap anak penganut sistem dua jalur

atau double track system yang merupakan sistem dua jalur mengenai sanksi

dalam hukum pidana, yakni sanksi pidana di satu pihak dan jenis sanksi

pidana di pihak lain.16

Sistem pemidanaan dalam hukum pidana modern

berorientasi pada pelaku dan perbuatan. Jenis sanksi yang ditetapkan tidak

hanya meliputi sanksi pidana saja melainkan juga sanksi tindakan. Pengakuan

tentang kesetaraan antara sanksi pidana dan sanksi tindakan inilah yang

merupakan hakikat asasi dari konsep double track system.

1. Sanksi Pidana

Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana

anak, terbagi atas pidana pokok dan pidana tambahan. Hal ini sesuai

dengan Pasal 71 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi :

Pidana pokok bagi Anak terdiri atas:

a. Pidana peringatan;

b. Pidana dengan syarat:

1) pembinaan di luar lembaga;

2) pelayanan masyarakat; atau

3) pengawasan.

15

Distia Aviandari, "Menuju Pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak", Pledoi, Edisi I/2013, hlm. 13 16

M. Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana, Rajawali Press, Kota Besar, 2002,

hlm. 17

Page 42: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

31

c. Pelatihan kerja;

d. Pembinaan dalam lembaga; dan

e. Penjara.

Pidana tambahan terdiri atas:

a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

atau

b. Pemenuhan kewajiban adat.

2. Sanksi Tindakan

Sanksi tindakan diatur dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sanksi tindakan

yang dapat dikenakan kepada anak meliputi:

a. Pengembalian kepada orang tua/wali;

b. Penyerahan kepada seseorang;

c. Perawatan di rumah sakit jiwa;

d. Perawatan di LPKS (Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial);

e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan

yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;

f. Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau

g. Perbaikan akibat tindak pidana.

Untuk anak pelaku tindak pidana yang belum berusia 14 (empat belas) tahun

hanya dapat dikenakan tindakan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 69 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

yang menyatakan bahwa anak yang belum berusia 14 (empat belas) tahun hanya

dapat dikenai tindakan. Selain itu, Pasal 21 Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Page 43: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

32

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak juga mengatur dalam hal anak belum

berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana,

penyidik, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional mengambil

keputusan untuk:

1. Menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali

2. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan

pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS (Lembaga

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial) di instansi yang menangani bidang

kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6

(enam) bulan.17

17 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta,

2010, hlm. 76

Page 44: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian yuridis sosiologis.

Yuridis sosiologis adalah suatu pendekatan dengan berdasarkan norma-norma atau

peraturan yang mengikat, sehingga diharapkan dari pendekatan ini dapat diketahui

bagaimana hukum yang secara empiris merupakan gejala masyarakat itu dapat

dipelajari sebagai suatu variabel penyebab yang menimbulkan akibat-akibat pada

berbagai segi kehidupan sosial.18

Jenis penelitian yuridis sosiologis menggunakan

data primer, dimana data primer tersebut didapatkan langsung dari sumber

sehingga masih berupa data mentah.

3.2 Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Deskriptif analitis yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Demikian

juga hukum dalam pelaksanaannya didalam masyarakat yang berkenaan objek

penelitian.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terdiri atas satu variabel atau lebih

dari satu variabel. Namun, variabel tidak saling bersinggungan sehingga disebut

penelitian bersifat deskriptif. Analisis data tidak keluar dari lingkup sampel,

18

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri (Bandung, 1990),

halaman 34

Page 45: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

34

bersifat deduktif, berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum yang

kemudian diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data, atau

menunjukkan komperasi atau hubungan seperangkat suatu data dengan

seperangkat data yang lain.19

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer didapatkan dari hasil wawancara dengan Pegawai Dinas Sosial Pemerintah

Kota Semarang dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Setara Kota Semarang.

Dalam penelitian ini juga diperlukan data pendukung yaitu data sekunder. Data

sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan

objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk skripsi/jurnal dan peraturan

perundang-undangan.

Dalam metode pengumpulan data sekunder, penulis menggunakan data

kepustakaan. Kepustakaan yaitu penelitian untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Informasi itu dapat

diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah,

tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan,

ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.20

Data sekunder di bidang hukum dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya,

dapat dibedakan menjadi :

19

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2015) 20

Ibid., halaman 100.

Page 46: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

35

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai

kekuatan mengikat. Bahan hukum primer yang Penulis gunakan adalah :

a. Norma dasar, yaitu Undang-Undang Dasar 1945

b. Peraturan Perundang-Undangan terkait seperti :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak

4) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional

6) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

7) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak

8) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Page 47: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

36

9) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak

10) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990

11) Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang tidak mempunyai

kekuatan dan hanya berfungsi sebagai penjelas dari bahan hukum primer.

Bahan hukum sekunder yang Penulis gunakan adalah buku, jurnal, artikel,

hasil karya ilmiah para sarjana dan hasil penelitian.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analitis-kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Dalam hal ini Penulis melakukan

riset wawancara dengan salah satu pegawai Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga

Kota Semarang dan Yayasan (LSM) Setara Semarang.

Page 48: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Aturan Hukum tentang Perlindungan terhadap Anak Jalanan di Kota

Semarang

Anak adalah generasi penerus bangsa yang harus dilindungi dan dipenuhi hak-

haknya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 b ayat (2) yang

berbunyi “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,

serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Selain perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi, anak juga mendapat perlindungan dari perlakuan

eksploitasi, penelantaran, kekerasan, ketidakadilan dan perlakuan yang salah lainnya

yang dilakukan oleh orang lain maupun orang yang bertanggung jawab atas

pengasuhan anak tersebut.

Anak memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, jaminan sosial dan

pendidikan sesuai yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak. Dengan diberikannya pelayanan kesehatan, jaminan sosial dan

pendidikan bagi anak, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan fisik, mental, spiritual

dan sosial dalam pengembangan kemampuan guna mencapai potensi yang maksimal.

Tetapi pada kenyataannya, di Indonesia khususnya di Kota Semarang masih banyak

anak yang belum terpenuhi hak-haknya yaitu anak jalanan.

Kota Semarang memiliki pengaturan khusus yang mengatur mengenai

penanganan anak jalanan. Peraturan tersebut diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5

Page 49: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

38

Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang, yang

dimaksud anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja

di jalanan, dan/atau anak yang bekerja dan hidup di jalanan yang menghabiskan

sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari.

Fenomena anak jalanan bukanlah persoalan yang baru, khususnya di Kota

Semarang. Kita dapat menjumpai anak jalanan tersebut di lampu merah, stasiun,

terminal, tempat belanja, tempat ibadah dan tempat-tempat umum lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Anggie Ardhita selaku Kepala

Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang di Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga

Kota Semarang pada tanggal 7 November 2018 menyatakan terdapat kurang lebih

302 anak jalanan di Kota Semarang. Anak-anak yang disuruh orang tuanya untuk

berkerja di jalanan berupa berjualan bahkan meninta- minta inilah yang disebut

sebagai anak jalanan. Faktor anak menjadi anak jalanan :

1. Ekonomi dan keluarga

Tidak dapat dipungkiri banyaknya anak turun ke jalanan karena

mengalami kesulitan ekonomi dari keluarganya, sehingga mereka disuruh

orang tuanya untuk bekerja di jalanan seperti berjualan koran, mengamen

bahkan mengemis

Page 50: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

39

2. Pola pikir

Anak jalanan yang bekerja di jalanan mereka menganggap hal itu sebagai

profesi, turun ke jalanan adalah hal yang biasa

3. Lingkungan

Anak yang memiliki pergaulan dengan anak jalanan secara tidak langsung

dapat mendorong anak tersebut untuk mengikuti temannya yang hidup di

jalanan.21

Keberadaan anak jalanan secara dominan dipengaruhi oleh krisis ekonomi

keluarga. Pada keluarga yang memiliki ekonomi tergolong rendah, orang tua akan

melibatkan anaknya untuk mencari nafkah dengan turun ke jalanan untuk meminta-

minta uang ataupun bekerja di jalanan. Misalnya berjualan koran keliling dan

mengamen. Anak jalanan yang sudah mendapat pembinaan namun kembali turun ke

jalanan, mereka akan mendapat sanksi yang lebih berat sesuai Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis

di Kota Semarang. 22

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Penulis, Penulis

tidak menemukan penjelasan tentang apa yang disampaikan oleh Anggie Ardhita

tersebut didalam pasal-pasal Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang.

21

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018). 22

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018).

Page 51: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

40

Dibentuknya Peraturan Daerah tersebut sebagai upaya penanganan terhadap

permasalahan-permasalahan sosial di Kota Semarang. Keberadaan Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis

di Kota Semarang sangat diperlukan agar penanganan permasalahan sosial dapat

dilakukan secara sinergis dan berkesinambungan antara pemerintah dan non-

pemerintah. Penanganan anak jalanan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang meliputi penanganan pencegahan, rehabilitasi sosial dan penanganan lanjut

pasca rehabilitasi sosial. Hal ini diatur dalam Pasal 5.

Tahapan pertama dalam penanganan anak jalanan menurut Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis

di Kota Semarang adalah penanganan pencegahan. Penanganan pencegahan

merupakan suatu bentuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara terencana dan

terorganisir untuk mencegah timbulnya anak jalanan di jalanan. Penanganan

pencegahan diatur dalam Pasal 6 yang berbunyi:

Penanganan Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat

(1) meliputi :

a. pendataan, termasuk pemetaan daerah sumber;

b. sosialisasi;

c. pemantauan, pengendalian dan pengawasan; dan

d. kampanye

Penanganan pencegahan tersebut bertujuan untuk mencegah timbulnya anak

jalanan, gelandangan dan pengemis agar jumlahnya tidak terus meningkat sepanjang

tahunnya. Penanganan pencegahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

anak.

Page 52: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

41

Tahapan kedua setalah dilakukan pencegahan adalah dilakukannya

penanganan rehabilitasi sosial, yaitu proses refungsionalisasi dan pemantapan taraf

kesejahteraan sosial untuk memungkinkan para penyandang masalah kesejahteraan

sosial dalam hal ini anak jalanan, mampu melaksanakan fungsi sosialnya dalam

tantangan kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan bernegara. Rehabilitasi

sosial tersebut diatur dalam Pasal 11 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang, yang

berbunyi:

Penanganan Rehabilitasi sosial dilakukan dengan cara :

a. perlindungan;

b. pengendalian sewaktu-waktu;

c. penampungan sementara;

d. pendekatan awal;

e. pengungkapan dan pemahaman masalah (Assesment);

f. bimbingan sosial dan pemberdayaan; dan

g. rujukan

Tujuan dilakukannya rehabilitasi sosial terhadap anak jalanan adalah

diharapkan anak jalanan ini dapat kembali melakukan fungsi sosialnya,

berkomunikasi dan berinteraksi secara wajar dengan masyarakat.

Tahapan ketiga setelah dilakukan rehabilitasi adalah dilakukannya tahap

lanjut pasca rehabilitasi sosial yang diatur dalam Pasal 19 ayat (2) Peraturan Daerah

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis

di Kota Semarang yang berbunyi:

Usaha penanganan lanjut pasca rehabilitasi sosial sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yaitu :

a. bimbingan mental spiritual;

b. bimbingan fisik;

Page 53: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

42

c. bimbingan sosial;

d. bimbingan hukum;

e. bimbingan pra sekolah;

f. penempatan pendidikan formal dan nonformal (Paket A, Paket B, dan

Paket C);

g. bantuan stimulans beasiswa dan peralatan sekolah;

h. bimbingan, pelatihan keterampilan dan kewirausahaan;

i. bantuan stimulans peralatan kerja dan modal usaha;

j. penempatan kerja atau magang;

k. merujuk ke panti jompo atau rumah sakit jiwa;

l. mengembalikan kepada pihak keluarga atau ke daerah asal;

m. pembinaan keluarga;

n. pembinaan pola kemitraan usaha;

o. pelatihan pengembangan bakat seni; dan

p. pelayanan berbasis masyarakat.

Dengan adanya tahapan penanganan anak jalanan tersebut diharapkan jumlah

anak jalanan di Kota Semarang dapat berkurang. Selain tahapan tersebut, terdapat

juga larangan dan sanksi bagi masyarakat atau orang yang memberikan uang kepada

anak jalanan. Larangan ini bertujuan agar anak jalanan tidak menggantungkan sumber

perekonomiannya dengan cara mengemis, mengamen dan meminta belas kasihan

orang lain.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anggie Ardhita, selaku Kepala Seksi

Tuna Sosial dan Perdagangan Orang di Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota

Semarang, beliau berpendapat bahwa Peraturan Daerah Kota Semarang sudah efektif

dan efisien untuk saat ini, hanya saja mungkin pada penerapan sanksi kurang tegas.

Penegak Peraturan Daerah salah satunya Satpol PP yang dalam hal ini melakukan

operasi terhadap anak jalanan kurang maksimal karena mungkin yang ditangani

Satpol PP terlalu banyak. Karena selain anak jalanan, Satpol PP juga menangani

pedagang kaki lima (PKL). Berdasarkan faktor yang melatarbelakangi anak turun ke

jalanan menunjukkan bahwa anak jalanan adalah korban dari suatu keadaan yang

Page 54: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

43

memaksa mereka turun ke jalanan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

Maka diperlukan upaya perlindungan terhadap anak jalanan agar tidak terjerumus

dalam suatu tindakan kriminal oleh anak.

4.2 Upaya Perlindungan terhadap Anak Jalanan di Kota Semarang dalam

Rangka Mencegah Kriminalitas Anak

Dalam menangani anak jalanan, di setiap daerah mempunyai cara yang

berbeda-beda. Dalam pembahasan mengenai anak jalanan akan lebih difokuskan pada

upaya perlindungan anak jalanan dalam rangka mencegah kriminalitas anak di Kota

Semarang karena mengingat tempat penelitian berada di Kota Semarang. Penanganan

dalam rangka mencegah kriminalitas anak khususnya pada anak jalanan di Kota

Semarang dilakukan oleh Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang dan

melibatkan lembaga pendamping yang khusus melindungi dan mendampingi anak

jalanan yaitu salah satunya Yayasan Setara Kota Semarang

4.2.1 Dinas Sosial,Pemuda dan Olahraga Kota Semarang

4.2.1.1 Visi

Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang memiliki visi

yaitu "TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT,

KEPEMUDAAN DAN KEOLAHRAGAAN YANG BERDAYA SAING"

Yang berarti bahwa kesejahteraan sosial ini mengandung arti bahwa

pembangunan bidang kesejahteraan sosial yang telah, sedang, dan akan

dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat ditujukan untuk mewujudkan

Page 55: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

44

suatu kondisi masyarakat yang masuk ke dalam kategori PMKS menjadi

berkesejahteraan. Kondisi tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dimana kondisi terpenuhinya

kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak

dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi

sosialnya.

4.2.1.2 Misi

Berdasarkan Visi tersebut, maka Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga

Kota Semarang mempunyai Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan profesionalisme pelayanan dan rehabilitasi sosial guna

pemenuhan hak dasar bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Pernyataan tersebut memiliki tujuan, sasaran, kebijakan strategis, progam

sebagai berikut :

a. Tujuan

Terwujudnya pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkualitas guna

pemenuhan hak dasar bagi penyandang masalah kesejahteaan sosial

yang sistematis, berkelanjutan dan bermartabat melelui pelayanan

panti dan non panti secara terpadu.

b. Sasaran :

Meningkatnya penanganan, pelayanan dan rehabilitasi PMKS 20%

Page 56: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

45

c. Kebijakan Strategis :

Memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang

mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya

secara wajar. Dilaksanakan secara persuasif, motivatif, koresif, baik

dalam keluarga, masyarakat maupun lembaga-lembaga sosial yang

bergerak di bidang UKS (Usaha Kesejahteraan Sosial).

d. Program :

1) Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan PMKS

Rincian kegiatan program :

a) Peningkatan kemampuan (Capacity Building) petugas dan

pendamping sosial pemberdayaan fakir miskin

b) Pelatihan keterampilan bagi penyandang masalah kesejahteraan

sosial

c) Fasilitasi manajemen usaha bagi keluarga miskin

d) Pengadaan sarana dan prasarana pendukung usaha bagi kelurga

miskin

2) Pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial

Rincian kegiatan program :

a) Pengambangan kebijakan tentang akses sarana dan prasarana

publik bagi penyandang cacat dan lanjut usia

Page 57: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

46

b) Pelayanan psikososial bagi PMKS di trauma centre termasuk

bagi korban bencana

c) Pembentukan pusat informasi penyandang cacat dan trauma

center

d) Peningkatan kualitas pelayananan sarana dan prasarana

rehabilitasi kesejahteraan sosial bagi PMKS

e) Penyusunan kebijakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi

PMKS

f) Penanganan masalah-masalah strategis yang menyangkut

tanggap cepat darurat dan kejadian luar biasa

g) Pembinaan lingkungan sosial

h) Bimbingan lanjut bagi PMKS purna bina

3) Pembinaan anak terlantar

Rincian kegiatan program :

a) Pembangunan sarana dan prasarana tempat penampungan anak

terlantar

b) Pelatihan keterampilan dan praktek belajar kerja bagi anak

terlantar

c) Penyusunan data dan analisis permasalahan anak terlantar

d) Pengembangan bakat dan keterampilan anak terlantar

Page 58: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

47

e) Peningkatan keterampilan tenaga pembinaan anak terlantar

f) Pembangunan Pusat Rehabilitasi Sosial

4) Pembinaan para penyandang cacat dan trauma

Rincian kegiatan program :

a) Pendataan penyandang cacat dan penyakit kejiwaan

b) Pembanguna sarana dan prasarana perawatan para penyandang

cacat dan trauma

c) Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat eks trauma

d) Pendayagunaan para penyandang cacat eks trauma

e) Peningkatan keterampilan tenaga pelatih dan pendidik

5) Pembinaan panti asuhan / panti jompo

Rincian kegiatan program :

a) Pembangunan sarana dan prasarana panti asuhan/jompo

b) Rehabilitasi sedang/berat bangunan panti asuhan/ jompo

c) Operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana panti

asuhan/ jompo

d) Peningkatan keterampilan tenaga pendidik

6) Pembinaan eks penyandang penyakit sosial

Rincian kegiatan program :

a) Pendidikan dan pelatihan keterampilan berusaha bagi eks

penyandang penyakit sosial

Page 59: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

48

b) Pembangunan pusat bimbingan/ konseling bagi eks

penyandang penyakit sosial

c) Pemantauan kemajuan perubahan sikap mental eks

penyandang penyakit sosial

d) Pemberdayaan eks penyandang penyakit sosial

2. Meningkatnya perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS. Pernyataan

tersebut memiliki tujuan, sasaran, kebijakan strategis, progam sebagai berikut:

a. Tujuan :

Terpenuhinya perlindungan dan jaminan sosial bagi PMKS

b. Sasaran :

Penduduk yang bekerja di sektor informal berpenghasilan rendah yang

tidak tercakup dalam sistem asuransi formal sejumlah 1000 orang untuk

mendapatkan ASKESOS

c. Kebijakan Strategis :

Jaminan sosial yang diberikan dalam bentuk asuransi kesejahteraan sosial

dan bantuan langsung berkelanjutan

d. Program :

1) Bantuan dan jaminan kesejahteraan sosial

2) Rincian kegiatan pada masing-masing program

3) Bantuan kesejahteraan sosial

Page 60: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

49

4) Peningkatan petugas pelaksana pengelolaan jaminan kesejahteraan

sosial

5) Fasilitasi pemberian bantuan dan jaminan / asuransi kesejahteraan

sosial

3. Mengembangkan potensi serta peran aktif masyarakat, keluarga,

organisasi/lembaga sosial, dunia usaha guna mendukung pembangunan

kesejahteraan sosial serta meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai

kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial untuk menjamin

keberlanjutan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan

pemberdayaan kesejahteraan sosial.

a. Tujuan :

1) Terwujudnya peran aktif masyarakat dalam menangani permasalahan

sosial

2) Terjaminnya penghargaan bagi pejuang, perintis kemerdekaan, dan

keluarga pahlawan

b. Sasaran :

1) Meningkatnya peran serta organisasi sosial di bidang UKS sebesar

20%

Page 61: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

50

2) Meningkatnya kesejahtraan sosial bagi para pejuang, perintis

kemerdekaan dan keluarga pahlawan yang mendapatkan santunan

kesejahteraan sebesar 20%

c. Kebijakan Strategis :

1) Meningkatnya profesionalisme SDM kesejahteraan sosial berbasis

pekerjaan sosial dalam penanganan masalah dan potensi

kesejahteraan sosial

2) Memantapkan manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial

dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan serta koordinasi dengan pemangku kepentingan

3) Meningkatkan kepedulian terhadap kesejahteraan sosial bagi para

pejuang, perintis kemerdekaan dan keluarga pahlawan

d. Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial

Rincian kegiatan pada masing-masing program :

a) Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial

b) Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha

c) Peningkatan jejaring kerjasama pelaku-pelaku usaha kesejahteraan

sosial masyarakat

d) Peningkatan kualitas SDM kesejahteraan sosial masyarakat

e) Operasional Panti Khusus Among Jiwo

f) Penyantunan bagi lanjut usia potensial luar panti

Page 62: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

51

g) Pemberdayaan dan pengembangan karang taruna

h) Fasilitasi terhadap organisasi sosial

i) Pemberdayaan dan pengembangan pekerja sosial masyarakat

j) Penumbuhan dan pengembangan lembaga konsultasi kesejahteraan

keluarga

k) Pembinaan dan pengembangan kelompok usaha bersama (KUBE)

l) Pembinaan dan pengembangan usaha ekonomi produktif (UEP)

m) Pembinaan dan pengembangan kesetiakawanan sosial serta

pelestarian nilai-nilai kepahlawanan

4.2.1.3 Upaya dan hambatan dalam rangka mencegah kriminalitas terhadap anak

jalanan

Anak turun ke jalanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

ekonomi, keluarga, pola pikir dan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan oleh Anggie Ardhita, selaku Kepala Seksi Tuna Sosial dan

Perdagangan Orang di Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang ,

anak jalanan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Anak jalanan murni

Yang dimaksud anak jalanan murni dalam hal ini adalah anak

jalanan yang memang tidak mempunyai keluarga, tidak mempunyai

siapa-siapa di Kota Semarang dan asli dari jalanan.

2. Anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor keluarga

Page 63: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

52

Yang dimaksud anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor keluarga

dalam hal ini adalah anak jalanan yang sengaja di eksploitasi oleh orang

tua mereka. Eksploitasi adalah memanfaatkan, memperalat dan memeras

orang lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau lembaga baik

material maupun non material. Anak jalanan tersebut disuruh orang

tuanya untuk mengemis, berjualan koran, dll.

3. Anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor lingkungan

Yang dimaksud anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor

lingkungan dalam hal ini adalah anak jalanan yang mengikuti temannya

di jalanan23

Penanganan anak jalanan di Kota Semarang merupakan tanggung

jawab dan kewajiban Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang.

Berdasarkan data mengenai anak jalanan yang diberikan oleh Anggie Ardhita,

terdapat sekitar 302 anak jalanan yang tersebar di Kota Semarang tahun 2018.

Jumlah anak jalanan yang cukup tinggi tersebut dapat menggangu ketertiban

di jalan raya dan dapat membuat masyarakat resah akan keberadaannya.

Karena menurut pandangan masyarakat anak jalanan merupakan anak nakal

yang erat kaitannya dengan perilaku kriminal. Berdasarkan hal tersebut maka

23

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018).

Page 64: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

53

diperlukan upaya perlindungan terhadap anak jalanan agar tidak terjerumus

dalam tindakan kriminal.

Anak jalanan rentan melakukan tindakan kriminal. Contoh kasus yang

menimpa anak jalanan di Kota Semarang pada akhir-akhir ini adalah kasus

anak jalanan yang melakukan pembunuhan terhadap seorang perempuan di

lokalisasi Sunan Kuning Semarang. Anak jalanan tersebut sudah melakukan

tindakan kriminal selama 2 kali. Tindakan kriminal yang pertama dilakukan

pada saat ia berumur 14 tahun, ia melakukan aksi begal. Lalu pada umur 16

tahun dia melakukan pembunuhan tersebut.

Kronologi kasusnya yaitu anak jalanan itu pergi ke lokalisasi Sunan

Kuning. Ia berkencan dengan perempuan dan sudah main (berhubungan

badan-pen) 1 kali, ia ingin menambah lagi tetapi tidak mempunyai cukup

uang. Perempuan tersebut tidak mau diajak berhubungan badan lagi, lalu ia

marah dan akhirnya membunuh perempuan tersebut. 24

Berdasarkan kasus

tersebut, Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pada umumnya anak

jalanan rentan melakukan tindakan kriminal. Oleh karena itu, anak jalanan

harus mendapatkan perhatian dan pengawasan agar tidak terjerumus dalam

tindakan kriminal.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Anggie Ardhita,

selaku Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang di Dinas Sosial,

24

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018).

Page 65: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

54

Pemuda dan Olahraga Kota Semarang, faktor anak jalanan rentan melakukan

tindakan kriminal adalah :25

1. Minum-minuman ( alkohol )

2. Narkoba

3. Lingkungan ( teman )

Walaupun anak jalanan sudah dibina, namun tidak menutup

kemungkinan untuk tidak melakukan tindakan kriminal. Karena pengawasan

yang dilakukan tidak mungkin dapat maksimal 24 jam. Pembinaan yang

dilakukan selain oleh Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang

juga dapat dilakukan oleh Yayasan (LSM).

Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara terhadap salah

satu yayasan di Kota Semarang. Yayasan tersebut adalah Yayasan Setara yang

khusus menangani anak jalanan. Yayasan ini berlokasi di Jalan Sampangan

Baru Blok A Nomor 14, Sampangan, Kota Semarang. Pembinaan yang

dilakukan seperti kegiatan edukasi, belajar bersama tetapi tidak disekolahkan.

Karena jumlah anak jalanan banyak, sehingga apabila di sekolahkan semua

tentunya memerlukan biaya yang banyak.

Penanganan yang dilakukan Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota

Semarang adalah langkah awal anak jalanan diberi pertanyaan dahulu oleh tim

25

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018).

Page 66: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

55

dari Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang, dimana dia yang

ditugaskan turun ke jalanan untuk menemui mereka dan melakukan

pengungkapan dan pemahaman masalah (assesment). Dalam assesment itu

kalau memang mereka tidak mempunyai keluarga, Dinas Sosial, Pemuda dan

Olahraga Kota Semarang kerja sama dengan panti pemerintah (negeri) /

swasta. Panti swasta yang ada di Kota Semarang adalah Al Mustaqirin yang

berlokasi di Bangetayu dan Al Hikmah di Beringin, Ngaliyan.

Kewenangan panti ada di pemerintah provinsi, kabuupaten / kota

sudah tidak mempunyai kewenanagan lagi sekarang. Panti provinsi yang ada

di Kota Semarang adalah Panti Mandiri yang berlokasi di Gemah, tetapi panti

ini khusus untuk anak laki-laki saja. Anak jalanan yang ditempatkan di panti

provinsi / swasta tersebut hanya anak jalanan yang tidak mempunyai keluarga

/ tidak mempunyai siapa-siapa di Kota Semarang. Panti tersebut fungsinya

untuk membina anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari supaya mereka

dapat hidup lebih baik.

Pada tahun 2018, Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang

melakukan program kegiatan dalam upaya perlindungan terhadap anak jalanan

yaitu diantaranya sosialisasi, workshop dan kampanye untuk anak jalanan,

termasuk patroli razia rutin. Berkaitan operasi, patroli razia tidak dilakukan

setiap hari, tetapi dilakukan secara berkala. Misalnya bulan ini akan

mengadakan operasi, maka patroli dilakukan setiap hari dalam 2-3 minggu

atau bahkan 1 bulan.

Page 67: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

56

Patroli untuk operasi anak jalanan ini dilakukan terus dari pagi sampai

malam hari. Mengadakan razia yang utama di jalur protokol, tetapi tidak

menutup kemungkinan menyisir ke daerah sekitar. Misalnya daerah protokol

ke arah timur itu bisa sampai Jalan Fatmawati, Woltermonginsidi, karena di

daerah pertigaan tersebut terdapat banyak anak punk.

Upaya lain yang dilakukan adalah sosialisasi dengan orang tua anak

jalanan, karena anak jalanan ada yang dibina oleh yayasan / LSM yang peduli

terhadap anak jalanan tergabung dalam paguyuban misalnya LSM Setara.

Mereka membina anak jalanan, karena jumlah anak jalanan yang paling

banyak terdapat di Tugu Muda, akhirnya Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga

Kota Semarang mengadakan sosialisasi di Balai Kelurahan Randusari. Binaan

mereka yang tinggal disana dan warga di daerah sana, Dinas Sosial, Pemuda

dan Olahraga Kota Semarang meminta tolong untuk menghadirkan orang tua

untuk sosialisasi yang memiliki tujuan agar Dinas Sosial, Pemuda dan

Olahraga Kota Semarang tahu apa yang dibutuhkan oleh anak jalanan, supaya

anak jalanan tidak turun lagi ke jalanan. Mereka menyampaikan semua

alasannya karena ekonomi, tapi ternyata bukan karena faktor ekonomi saja

melainkan pola pikir juga. Pola pikir anak jalanan turun ke jalanan berjualan

koran / mengemis itu dijadikan profesi karena disuruh orang tua untuk bekerja

seperti itu dengan sengaja.

LSM Setara dengan Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota

Semarang hanya koordinasi, karena LSM Setara tidak mempunyai tempat

untuk menampung anak jalanan, hanya pendampingan saja sifatnya. Dinas

Page 68: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

57

Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang hanya memantau yayasan peduli

anak jalanan, kecuali kalau ada kegiatan seperti misalnya sosialisasi kepada

orang tua anak jalanan. Orang tua anak jalanan dan wilayah yang rentan anak

jalanan seperti di Randusari diberikan surat. Wilayah dominan terdapat anak

jalanan adalah di Tugu Muda, Kampung Pelangi, Kuningan Semarang Utara.

Upaya paling efektif untuk menanggulangi anak jalanan adalah

operasi. Pada saat pengembalian anak, orang tua harus hadir untuk membuat

surat pernyataan, kalau sampai anak tersebut turun ke jalanan lagi akan benar-

benar dibina selama 6 bulan. Dalam pembinaan itu ada pembinaan mental

yang berfungsi untuk merubah pola pikir, supaya anak jalanan dapat hidup

sesuai anak-anak pada usianya.

Anak jalanan yang dititipkan di panti negeri maupun panti swasta itu

di sekolahkan. Hal ini dikarenakan panti merupakan binaan Dinas Sosial,

Pemuda dan Olahraga Kota Semarang yang mendapat fasilitas dari

pemerintah. Panti tersebut mempunyai kewajiban untuk merawat dan

mendidik anak jalanan sampai dewasa.

Dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap anak jalanan,

terdapat beberapa hambatan yang dihadapi oleh Dinas Sosial, Pemuda dan

Olahraga Kota Semarang diantaranya:

1. Anak jalanan murni

Yang dimaksud anak jalanan murni dalam hal ini adalah anak jalanan

yang memang tidak mempunyai keluarga, tidak mempunyai siapa-siapa

Page 69: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

58

di Kota Semarang dan asli dari jalanan. Hambatan yang dialami Dinas

Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang dalam melaksanakan

upaya perlindungan terhadap anak jalanan murni sangat minim, justru

yang memiliki banyak hambatan dalam penanganannya adalah anak

jalanan yang disuruh orang tuanya.

2. Anak jalanan yang disuruh orang tuanya

Yang dimaksud anak jalanan yang disuruh orang tuanya dalam hal ini

adalah anak jalanan yang sengaja dieksploitasi oleh orang tua mereka.

Anak jalanan tersebut disuruh orang tuanya untuk mengemis, berjualan

koran, dll. Hambatan yang dialami Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga

Kota Semarang dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap anak

jalanan yang disuruh orang tuanya adalah dalam tahap ingin

mengadakan pembinaan ke anak jalanan untuk mengarahkan mereka

menuju kehidupan yang lebih baik.26

4.2.2 Profil Yayasan Setara Kota Semarang

Yayasan Setara berdiri sejak tahun 1999 di Kota Semarang yang

merupakan kelompok pertama yang bergerak pada sektor wilayah hak anak

dan perlindungan anak khususnya anak – anak yang membutuhkan

26

Anggie Ardhita, Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang, Wawancara (Semarang,

7 November 2018).

Page 70: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

59

perlindungan khusus. Yayasan Setara juga memberikan perhatian dan

melakukan intervensi terhadap anak jalanan di Semarang. Dalam menjalankan

tugasnya, Yayasan Setara memiliki misi sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan langsung dan perlindungan terhadap anak,

khususnya anak yang membutuhkan perlindungan khusus.

2. Mempromosikan penghormatan terhadap hak-hak anak

Dalam menjalankan misinya, Yayasan Setara melakukan bentuk

pelayanan berupa pelayanan langsung dan tidak langsung terhadap anak-anak

di Kota Semarang yang belum terpenuhi hak-haknya. Bentuk pelayanan yang

diberikan sebagai berikut:

1. Bentuk pelayanan langsung, berupa:

a) Upaya pencegahan terhadap anak yang mempunyai resiko agar

tidak turun ke jalanan dan menjadi korban Eksploitasi Seksual

Komersial terhadap Anak (ESKA)

b) Keterlibatan anak yang beresiko dan anak jalanan dalam berbagai

kegiatan melalui pendidikan alternatif dengan pendekatan artistik

seperti; pendidikan terhadap masalah, issue ESKA, Hak Asasi

Manusia, Hak Anak, lingkungan, demokrasi, kesehatan, dan lain

sebagainya

c) Pelayanan kesehatan untuk anak-anak yang beresiko dan anak

jalanan khususnya anak-anak yang berpenyakit kronis

d) Mengembangkan forum anak

Page 71: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

60

e) Mengembangkan forum orangtua di 5 kampung (Gunung Brintik,

Batu, Gunung Sari, Delikrejo, Johar)

f) Pendampingan hukum dan re-integrasi sosial terhadap kasus

eksploitasi seksual (komersial), anak yang berkonflik dengan

hukum dan kekerasan seksual

g) Pengembangan forum anak anti ESKA dan fasilitator muda

h) Membuat bulletin forum anak anti ESKA

i) Mengembangkan Sekolah Ramah Anak di 7 Sekolah Dasar

j) Mengembangkan Jaringan Perlindungan Anak

2. Bentuk pelayanan tidak langsung yang diberikan Yayasan Setara berupa

kampanye dan advokasi. Kampanye dan advokasi yang dilakukan

sebagai berikut :

a) Melibatkan anak-anak dan orangtua dalam kegiatan kampanye

b) Pelatihan ESKA untuk orangtua, guru, dan komunitas

c) Pelatihan pelatih untuk pendidikan masyarakat penghapusan

perdagangan anak

d) Pelatihan peningkatan pemahaman hak anak dan sensitifitas bagi

Penyidik di tujuh Polres di wilayah jajaran Kepolisian Wilayah

Kota Besar Semarang dalam penanganan anak yang berkonflik

dengan hukum

e) Produksi album lagu-lagu anti ESKA

Page 72: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

61

f) Workshop; seminar; diskusi publik; talk show di radio; pameran;

performance panggung; hearing/lobby kepada pemerintah lokal;

penyebaran posters, sticker, brosur-brosur, dan bahan-bahan

kampanye lain

Pada saat awal pembentukan Yayasan Setara, yayasan tersebut memiliki

kegiatan yang terfokus pada anak jalanan. Yang dimaksud anak jalanan adalah anak

yang tidur di jalan, tidak mempunyai rumah, tidak memiliki keluarga, dll. Pada tahun

2010 hingga saat ini, Kota Semarang sudah mempunyai program penghapusan anak

jalanan. Oleh karena itu, yang semula Yayasan Setara melakukan pendampingan di

jalanan sekarang berubah menjadi pendampingan di kampung yang rentan kekerasan.

Yang dimaksud dalam hal ini adalah anak yang turun ke jalanan tetapi pada dasarnya

mereka memiliki rumah dan sebagian ada orang tua / ada orang yang mengurusnya.

Anak jalanan umumnya sekolah, karena di Kota Semarang mempunyai

program sekolah gratis. Tetapi, karena pengaruh lingkungan misalnya saja teman ada

yang cerita mendapat uang banyak dari hasil minta-minta di jalan. Hal ini tentunya

mendorong anak untuk ikut turun ke jalan dan membolos sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Iruka Danishwara

Widodo, selaku Staf Data Dokumentasi di Yayasan Setara Kota Semarang

mengungkapkan bahwa sebagian besar anak jalanan yang berada di Kota Semarang

berasal dari Kampung Brintik di Kota Semarang. Beliau juga mengatakan ironisnya

guru sampai menjemput anak jalanan di Tugu Muda untuk diajak berangkat ke

sekolah. Anak turun ke jalanan di daerah Tugu Muda itu seperti sudah mengakar,

Page 73: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

62

sehingga sangat sulit untuk dihapus, paling hanya berkurang jumlahnya. Faktor anak

turun ke jalanan adalah sebagai berikut : 27

1. Lingkungan

Faktor lingkungan dapat berupa pengaruh dari lingkungan tempat tinggal anak

tersebut. Dalam hal ini, pada lingkungan tempat tinggal anak tersebut, banyak

teman yang seusianya turun ke jalanan untuk meminta-minta uang. Sehingga

memicu anak tersebut untuk ikut turun ke jalan demi mendapat uang.

2. Ekonomi

Faktor ekonomi dapat berupa dorongan dari orang tua untuk membantu

perekonomian keluarga. Karena pada umumnya mereka berasal dari golongan

keluarga yang kurang mampu.

3. Terdapat masyarakat yang memberi uang ke anak jalanan

Faktor ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat yang tidak

mengetahui akibat dari mereka memberikan uang kepada anak jalanan. Hal ini

dapat mendorong pemikiran anak untuk terus berada di jalanan. Selain itu

pemberian uang kepada anak jalanan dapat dikenakan sanksi sesuai Peraturan

Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan,

Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang. Sanksi yang diberikan dapat

berupa pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak Rp

1.000.000,-

27

Iruka Danishwara Widodo, Staf Data Dokumentasi, Wawancara (Semarang, 14 Desember 2018).

Page 74: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

63

Yayasan Setara dan Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang

mengumpulkan anak jalanan kemudian dilakukan penyuluhan dan pemberian

keterampilan sesuai dengan keinginan anak tersebut. Dengan diadakannya

penyuluhan dan keterampilan tersebut, diharapkan anak jalanan nantinya tidak turun

lagi ke jalanan dan dapat menekuni keterampilan yang telah diberikan untuk mencari

uang. Keterampilan yang diberikan seperti membuat kue dan menjahit. Setelah

mendapat keterampilan tersebut, ironisnya anak jalanan tetap saja minta-minta di

jalanan karena mereka merasa penghasilannya lebih besar dan lebih mudah.

Kota Semarang sudah memiliki pengaturan khusus mengenai anak jalanan

yaitu Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak Jalanan,

Gelandangan dan Pengemis Kota Semarang. Walau sudah memiliki aturan tersebut,

dan Yayasan Setara juga sudah rutin melakukan sosialisasi sampai membuat

vidiotron di Tugu Muda, sayangnya kesadaran masyarakat akan hal itu masih kurang.

Masih banyak masyarakat yang memberi uang ke anak jalanan, hal ini secara tidak

langsung mendorong anak untuk turun ke jalanan.

Yayasan Setara guna memberikan edukasi anak-anak di wilayah rentan anak

jalanan dan membentuk Kelompok Anak. Yayasan Setara melakukan kegiatan

bersama dengan anak yang tergabung dalam Kelompok Anak selama satu minggu

sekali untuk mengedukasi, melakukan pendekatan, mengisi waktu luang anak dan

memberi saran kepada anak untuk kehidupan yang lebih baik. Edukasi yang diberikan

tidak sekedar tentang anak jalanan, tetapi juga tentang kerentanan di jalanan. Yayasan

Setara juga melakukan sosialisasi kepada orang tua anak yang tergabung dalam

Kelompok Anak.

Page 75: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

64

Yayasan Setara merupakan lembaga perpanjangan tangan dari Kemensos,

melalui Dinas Sosial Kota Semarang untuk membagikan tabungan kesejahteraan

anak. Tabungan ini merupakan bentuk bantuan untuk anak yang dipergunakan untuk

biaya sekolah. Tabungan tersebut diberikan melalui lembaga sosial seperti Yayasan

Setara, karena yang langsung turun ke lapangan. Sehingga diharapkan dana tersebut

jatuh tepat sasaran untuk anak yang membutuhkan. Selain upaya tersebut di atas,

Yayasan Setara juga melakukan kegiatan pencegahan berupa:

1. Edukasi

Sasaran edukasi yaitu anak jalanan dan keluarganya. Edukasi yang diberikan

berupa himbauan agar anak tidak meminta-minta di jalanan. Himbauan juga

diberikan kepada orang tua anak jalanan agar tidak menyuruh anak mencari

uang di jalanan.

2. Pengawasan

Pengawasan dilakukan di daerah tertentu yang sudah ada JPA ( Jaringan

Perlindungan Anak ). Anak jalanan yang tidak memiliki keluarga dan tempat

tinggal, biasanya dititipkan di shelter Seruni / panti provinsi rujukan yang mau

menerima. Di shelter / panti tersebut, anak diurus dan sekolah. Setelah usia

mereka 17 tahun, melalui proses yang panjang melibatkan berbagai lembaga,

anak itu dapat memilih untuk tetap tinggal di panti sambil bekerja atau

dikembalikan di lingkungan.

Page 76: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Anak jalanan adalah anak yang rentan bekerja di jalanan. Di Kota Semarang

pengaturan anak jalanan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014

tentang Penanganan Anak Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota

Semarang. Faktor anak turun ke jalanan adalah faktor ekonomi, keluarga, pola

pikir dan lingkungan. Di Kota Semarang, penanganan anak jalanan diatur

dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak

Jalanan, Gelandangan dan Pengemis yang meliputi penanganan pencegahan,

rehabilitasi sosial dan penanganan lanjut pasca rehabilitasi sosial. Penanganan

pencegahan dapat dilakukan dengan pendataan, sosialisasi, pemantauan,

pengendalian dan pengawasan serta kampanye. Penanganan Rehabilitasi

sosial dilakukan dengan cara perlindungan, pengendalian sewaktu-waktu,

penampungan sementara, pendekatan awal, pengungkapan dan pemahaman

masalah (assesment), bimbingan sosial dan pemberdayaan serta rujukan.

Usaha penanganan lanjut pasca rehabilitasi sosial meliputi bimbingan mental

spiritual, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan hukum, bimbingan

pra sekolah, dll.

2. Upaya melakukan perlindungan terhadap anak jalanan dilakukan Dinas Sosial,

Pemuda dan Olahraga Kota Semarang, yang didampingi oleh panti negeri,

panti swasta dan LSM. Klasifikasi anak jalanan dibedakan menjadi 3 yaitu

anak jalanan murni, anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor keluarga

Page 77: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

66

dan anak jalanan yang turun ke jalanan karena faktor lingkungan. Anak

jalanan di Kota Semarang kurang lebih berjumlah 302 anak. Anak jalanan

rentan terhadap tindakan kriminal. Faktor anak jalanan rentan melakukan

tindakan kriminal adalah karena pengaruh minum-minuman ( alkohol ),

narkoba, dan lingkungan ( teman ). Program kegiatan yang dilakukan Dinas

Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang dalam upaya perlindungan

terhadap anak jalanan yaitu diantaranya sosialisasi, workshop dan kampanye

untuk anak jalanan, termasuk patroli razia rutin. Hambatan yang dialami

Dinas Sosial, Pemuda dan Olahraga Kota Semarang dalam upaya melakukan

perlindungan terhadap anak jalanan terletak pada anak jalanan yang turun ke

jalanan karena disuruh orangtuanya.

5.2 Saran

1. Bagi anak jalanan, seharusnya mereka lebih fokus terhadap pendidikan karena

pada hakikatnya anak tidak harus mencari uang sendiri

2. Bagi orang tua anak jalanan, seharusnya mereka membimbing anaknya untuk

fokus terhadap pendidikannya dan tidak mengeksploitasi anak untuk mencari

uang di jalanan

3. Bagi pemerintah, seharusnya dapat mengimplementasikan peraturan-

peraturan mengenai anak jalanan agar memberikan efek jera terhadap anak

jalanan

Page 78: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

67

4. Bagi masyarakat, seharusnya tidak memberikan uang kepada anak jalanan

karena hal tersebut dapat membuat anak terus menerus berada di jalanan

karena merasa mendapat banyak uang.

Page 79: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

68

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2015.

Alkotsar, Artidjo. Advokasi Anak Jalanan. Jakarta: Rajawali, 1984.

Arief, Barda Nawawi. Masalah Perlindungan Hukum bagi Anak, dalam Beberapa

Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya

Bakti,1998.

Aviandari, Distia. Menuju Pemberlakuan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, Pledoi, Edisi I/2013.

Djamil, Nasir. Anak Bukan Untuk Dihukum Catatan Pembahasan UU Sistem

Peradilan Pidana Anak.

Gultom, Maidin. Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan. Bandung: PT

Refika Aditama, 2012.

Herlina, Apong, Ernanti Wahyurini, Sri Hariningsih, Purnianti dan Santi

Kusumaningrum. Perlindungan Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia, 2003.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. CV. Rajawali: Jakarta, 1986.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum. Surabaya: Kencana, 2005.

Prawirohamidjojo, Soetojo dan Marthalena Pohan. Hukum Orang dan Keluarga.

Surabaya: Airlangga University Press, 2000.

Santrock,J.W. Perkembangan Masa Hidup. Terjemahan Damanik dan Chusairi.

Jakarta: Erlangga, 2003.

Sarwono, S.W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali, 2013.

Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Bandung,

1990.

Soetodjo, Wagiati. Hukum Pidana Anak. PT Refika Aditama. 2006.

Page 80: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

69

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak. Jakarta, 1979.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Jakarta, 1999.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta, 2003.

Sekretariat Negara RI. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Jakarta, 2003.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak. Jakarta, 2012.

Sekretariat Negara RI. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. Jakarta, 2014.

Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990

Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Penanganan Anak

Jalanan, Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang

c. Jurnal / Skripsi

Asmawati. “Anak Jalanan dan Upaya Penanganannya di Kota Surabaya”, Jurnal

Hakiki, Vol. 1, No. 2, 2001.

Chaeroti, Dwi Ratih, Dyah Hariani dan Aufarul Marom. “Strategi Penanganan Anak

Jalanan di Kota Semarang”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Diponegoro, 2013.

Murniatun. “Problematika Anak Jalanan, Studi Mengenai Pengamen Jalanan di Kota

Yogyakarta”. Laporan Penelitian Praktikum II, Universitas Gajah Mada, 2004.

Sugianto. “Perlindungan Hukum terhadap Anak Jalanan dalam Perspektif Hukum

Positif dan Hukum Islam”, de Jure, Jurnal Syariah dan Hukum, Vol.5, No.2,

hlm.146-153. Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri, 2013.

Page 81: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …

70

d. Wawancara

Ardhita, Anggie. Kepala Seksi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang. Wawancara.

Semarang, 7 November 2018.

Widodo, Iruka Danishwara. Staf Data Dokumentasi. Wawancara. Semarang, 14

Desember 2018.

Page 82: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 83: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 84: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 85: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 86: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 87: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 88: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 89: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 90: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 91: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 92: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …
Page 93: USM UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK JALANAN …