USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

59
USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M. Ag ) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh: Muhammad Sapil NIM: 214410573 PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADIST PASCA SARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

Page 1: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN

KIAMAT: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (M. Ag )

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Muhammad Sapil

NIM: 214410573

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADIST

PASCA SARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN

KIAMAT: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister

Agama (M. Ag )

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh:

Muhammad Sapil

NIM: 214410573

Pembimbing:

Prof. Dr. H. D. Hidayat. MA

Dr. H. Hasanuddin, M. Ag

PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN DAN ULUM AL-HADIST

PASCA SARJANA MAGISTER (S2)

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 3: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …
Page 4: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Uslûb Al-Qur’ân Dalam Pengungkapan Kiamat:

Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-Ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân” yang

disusun oleh Muhammad Sapil dengan nomor induk Mahasiswa 214410573

telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing

telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan disidang munâqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. D. Hidayat, MA Dr. H. Hasanudin, M. Ag

Tanggal: 18/07/2018 Tanggal: 26/07/2018

Page 5: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul “Uslûb Al-Qur‟ân Dalam Pengungkapan Kiamat: Kajian

Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-Ayat Kiamat di dalam Al-Qur‟ân” yang ditulis oleh

Muhammad Sapil dengan Nomor Induk Mahasiswa 214410573 telah diujikan

di sidang munaqasyah pada tanggal 15 Agustus 2018 dan dinyatakan LULUS

dengan yudisium/predikat AMAT BAIK. Tesis ini telah disahkan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Magister Agama ( M. Ag ) pada program

pasca sarjana Magister Studi Agama Islam konsentrasi Ulumul Qur‟an dan

Ulumul Hadist.

Direktur Program

( Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA )

Panitia Ujian

Keterangan Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ____________ _______

Ketua Sidang

Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA ____________ _______

Sekretaris Sidang

H. Edward Maofur, MA, Ph. D ____________ _______

Penguji I

Dr. H. Ahmad Syukron, MA ____________ _______

Penguji II

Prof. Dr. H. D. Hidayat, MA ____________ _______

Pembimbing I

Dr. H. Hasanudin, MA ____________ _______

Pembimbing II

Page 6: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Sapil

NIM : 214410573

Tempat / Tanggal Lahir : Mesanggok, 27 November 1986

Menyatakan bahwa tesis dengan judul “Uslûb Al-Qur’ân Dalam

Pengungkapan Kiamat: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-Ayat Kiamat di

dalam Al-Qur’ân” adalah benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang

telah disebutkan sumbernya. Kesalahan dan kekurangan dalam karya saya ini

sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 30 Juli 2018

Muhammad Sapil

Page 7: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

iv

بسم الله الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur hanya kepada Allah s.w.t

atas segala nikmat yang telah dikaruniakan-Nya terutama nikmat iman dan

Islam. Shalawat dan salam untuk baginda Nabi Muhammad s.a.w, keluarga,

dan seluruh sahabatnya yang dengan perantara merekalah nikmat iman dan

Islam tersebar ke berbagai pelosok bumi.

Pemilihan judul tesis “Uslûb Al-Qur’ân Dalam Pengungkapan

Kiamat: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-Ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân”

dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap kajian Al-Qur‟ân dengan

pendekatan gaya bahasa, yang masih jarang dibahas dalam tingkatan

akademik di Indonesia. Pengetahuan tentang ilmu gaya bahasa Al-Qur‟ân

sudah penulis ketahui tapi baru memahami fungsi dan urgennya ilmu gaya

bahasa dalam memaknai makna-makna ayat-ayat Al-Qur‟ân tersurat ataupun

tersirat setelah kuliah di IIQ Jakarta berkat bimbingan guru Prof. Dr. H. D.

Hidayat, MA dan para dosen lainnya.

Berkat rahmat Allah s.w.t, penulisan tesis ini bisa diselesaikan dengan

bantuan dan dukungan pembimbing, para dosen, kawan-kawan mahasiswa,

keluarga dan kerabat, serta pihak-pihak lainnya. Karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Seluruh civitas akademika IIQ Jakarta terutama Rektor IIQ Jakarta

Prof. Dr. Hj, Huzaemah T. Yanggo, MA dan Direktur Pascasarjana

IIQ Jakarta Dr. K.H Ahmad Munif Suratmaputra, MA yang telah

memudahkan proses penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. H. D. Hidayat, MA dan Dr. H. Hasanudin, M. Ag yang telah

berkenan meluangkan waktu dan tenaga membimbing penulisan tesis

ini hingga selesai.

3. Staff TU Pascasarjana IIQ Jakarta terutama Ibu Sofie yang telah

memudahkan seluruh administrasi dalam rangka penulisan tesis ini.

Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada staf-staf lainnya

yang dengan bantuan informasinya penulis bisa menuntaskan tesis ini

4. Pimpinan dan staff perpustakaan IIQ Jakarta, perpustakaan Bait Al-

Qur‟an Jakarta, perpustakaan Darul Qur‟ân Mulia Bogor yang telah

membantu penulis mengakses berbagai macam referensi dan data.

Dan semua muhsinin yang menyediakan perangkat rujukan digital

berupa maktabah ʻilmiyyah sehingga memudahkan penulis dalam

mencari rujukan yang relevan, semoga Allah s.w.t membalas segala

amal kebaikannya.

5. Ayahanda H. Sueb yang terus mendoakan dan mendukung penulis,

Ibunda Halilah yang telah mendidik anak-anaknya hingga dewasa,

Page 8: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

v

semoga Allah s.w.t melapangkan kuburnya. Tidak lupa pula pada

saudara-saudara penulis yang selalu memberikan semangat dalam

menuntasan pendidikan. Semoga tulisan ini menjadi amal jariah bagi

penulis, kedua orang tua, istri dan saudara-saudara penulis, kelak di

hari penghisaban

6. Istri tercinta Yanti Sumarti dan nanda Raghib Zakiyya yang selalu

memberikan semangat, keceriaan setiap hari, memberikan refreshing

sehingga memudahkan penulis menyelesaikan tesis ini.

7. Guru kami KH. Abdul Hasib Hasan Lc, Dr. Abdul Ghoni, M. Hum,

stakeholder di lingkup yayasan Darul Qur‟an Mulia terutama bidang

SDM dan Litbang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semua

sahabat-sahabat guru di lingkungan pesantren Darul Qur‟ân Mulian,

para dosen di STIU AL-HIKMAH serta seluruh teman-teman

mahasiswa pascasarjana IIQ Jakarta terutama angkatan 2014 yang

telah banyak memberikan dukungan dan wawasan kepada penulis

melalui diskusi-diskusi formal maupun non formal. Untuk semua

pihak yang membantu selesainya penulisan ini baik yang telah penulis

sebutkan maupun tidak, penulis tidak dapat membalas kebaikan

tersebut kecuali memohon kepada Allah s.w.t semoga kebaikan-

kebaikan tersebut dibalas dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Akhir

kata, penulis mengakui bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna karena keterbatasan yang ada pada diri

penulis. Karena itu, kritik dan masukan sangat penulis harapkan agar

tulisan ini bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Penulis

memohon kepada Allah s.w.t agar tulisan ini bisa memberikan

manfaat yang luas bagi kalangan akademisi, kaum muslimin, dan

pembaca secara umum.

Bogor, 16 juli 2018

Ttd

Penulis

Page 9: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Pedoman transliterasi ini mengacu kepada sistem transliterasi dalam

buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi IIQ Jakarta.

A. Konsonan

Huruf Transliterasi Huruf Transliterasi

Th ط a ا

Zh ظ b ب

ʻ ع t ت

Gh غ ts ث

F ؼ j ج

Q ؽ h ح

K ؾ kh خ

L ؿ d د

M ـ dz ذ

N ن r ر

W و Z ز

H ه S س

Page 10: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

vii

„ ء Sy ش

Y ي Sh ص

Dh ض

B. Vokal

Vocal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah A ا â م Ai

Kasrah I م î ك Au

Dhammah U ك û

C. Kata Sandang

Alif Lâm (ال) Syiddah Ta Marbûthah

Qamariyah Syamsiyah Waqaf Washal

البقرة

al-Baqarah

الرجل

ar-Rajul

نماإ

Innamâ

فئدةأ

Af‟idah

فئدةأ

Af‟idatun

Page 11: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

viii

ABSTRAK

Penelitian dengan judul “Uslûb Al-Qur’ân Dalam Pengungkapan

Kiamat: Kajian Hadzf al-Fâʻil pada Ayat-Ayat Kiamat di dalam Al-Qur’ân”

dilatar belakangi oleh keajegan ayat-ayat Al-Qur‟ân saat pertama diturunkan

di Makkah. Ayat-ayat makiyyah lebih puitis, berirama, singkat, dan bersaja‟

dibanding madaniyyah. Konten ayat makiyyah banyak menceritakan bukti

kekuasaan Allah dari alam semesta dan menjelaskan hal-hal yang sangat

menakutkan seperti gambaran kehancuran alam semesta saat kiamat tiba.

Tentu, karakteristik ayat-ayat seperti ini dilatarbelakangi oleh bangsa Arab

Makkah yang umumnya pakar bahasa Arab tidak percaya dengan hari

kiamat. Karenanya ayat-ayat kiamat sangat cocok dijadikan sebuah kajian

lebih detail lagi seperti penelitian tentang penyebab ayat-ayat tersebut

berstruktur singkat dengan pola yang sama yaitu pola singkat menggunakan

gaya elipsis (îjâz al-hadzf).

Tesis ini adalah penelitian tentang uslûb bahasa Al-Qur‟ân pada ayat-

ayat yang khusus menjelaskan peristiwa kiamat atau ayat-ayat tentang

kehancuran alam semesta. Pokok permasalahannya adalah study elipsis unsur

subjek (hadzf al-fâʻil) pada kata kerja yang terdapat dalam ayat-ayat tersebut.

Masalah ini diteliti dengan pendekatan linguistik, pendekatan ilmu retorik

(balagah), teori nuzûl Al-Qur‟ân (ilmu makiyyah wa madaniyyah) serta

dibahas dengan metode kualitatif menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayat-ayat yang membahas

peristiwa kiamat menggunakan tiga macam konsep gaya hadzf al-fâʻil.

Pertama penjelasan faktor utama kehancuran alam semesta dimulai dengan

kehancuran matahari seperti pada ayat makiyah pertama dari surat at-Takwîr

menggunakan gaya hadzf al-fâʻil berpola majhûl untuk tujuan (إذا الشمس كورت)

menarik perhatian terhadap peristiwa tanpa harus mengetahui pelaku

sesungguhnya. Ayat ini seakan menarik perhatian lawan tutur bahwa

peristiwa tersebut adalah peristiwa maha dahsyat yang sangat menakutkan,

yang akan menjadi penyebab utama kehancuran benda-denda angkasa

lainnya. Kedua berpola muthâwaʻah seperti ayat kedua (كإذا النجوـ انكدرت) untuk

menjelaskan dampak dari faktor utama seperti penjelasan ayat pertama dan

menjelaskan peristiwa terjadi secara mekanik oleh sebab hukum alam atau

faktor alam lainnya, sehingga sejalan dengan pola gaya yang pertama. Sebab

itu ayat kedua ini tidak berbentuk majhûl (كإذا النجوـ كدرت) seperti ayat pertama.

Terakhir, yang ketiga menggunakan pola majâz al-ʻaqli seperti yang terdapat

pada potongan ayat ( Majaz ini berfungsi untuk memberikan .(ففذا بىرؽى البى ىري

makna predikatif yang nyata sebagai penegasan sebuah peristiwa, bahwa

kiamat itu benar-benar akan terjadi. Sehingga memberikan keyakinan pada

kaum musyrikin yang ingkar terhadap kebenaran peristiwa kiamat.

Page 12: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

ix

ملخص البحث ذه الرسىالىةي ىي جىماليةي أيسلوب لفيةي ىى يات القيرآف الكىريم المينػىزلىة بمىكةى فى آخى

ىـ قبل الهجرىة مىرحىلىة الأيكلىاؿ ، كىقىافيىةه ةه ميخت ىرةه أما مىكيةي ميعظمي آياتهىا قى ير. كيةيسىمي تػفىاقية كىذلكى كىكىافى كيجيودي القىافيىة فيهىا في تىشكيل الميوسيقية . عه كسس من خلاىؿ ال

ذه الظاىرىة .تىشتملي ىلىى الأحواؿ الميخيفىةى كى ىىوىاؿ القيىامىة كإىلاؾ العىالىم . اللفظية كيل ىىا ت تىالأيسليوبية اف نػيزيكلهىا كىخطىابهى ؿ اىىوآيات أكىمنى الوىاقع أف ميعظىمى آياتها ؾ. حىسبى مىكى

يػزىةي القيىامىة لىهىا الألفاظي الخىاصة يوـ لى كجو أيسليوب الإيجاز ؾ كالأساليبي الميتىمى .إيجىاز حىذؼ الفىا ل الخي يوص

ا البىحثي حىوؿى أسليوب القيرآف الكىريم المينػىزؿ بمىكةى، كىىيوى بنىاءنا ىلىى ذىلك، فػىهىذىهىسى . القيىامىة يو ـحىذؼ الفىا ل فى تى وير إىلاؾ العىالىمى ك إحداث ا نػىهىسى البىاحثي منػ لذى

هىس التىحليليو ني كىمىنػ . لم الل ىة كىالبىلالاىة كىمىعرفىة مىكي كىمىدىا البىاحثي أف آيات القيىامىة تىديؿ ىلىى ؼى النتيجىةي الرئيسىةي التى حى ىلى ىلىيهى

إف كىافى كيلل من ختىلفي تى الثلا ىة ذه قى إستعماؿ ىلا ىة أنواعو من أسلوب حىذؼ الفىا ل كى، كىىي كالتالى الأىكؿي حىذؼي الفىا ل فى البنىاء للمىجهيوؿ يىكيوفي لتػىركيز : السبىبى كال ىرضى

اـ ىلىى ال ى ىتمى إذا ) كىصىرؼ النظىر ىن ميحد و كاليىة الأكلى من سيورىة التكوير ةدىثااليـ إ ا ىوكى ىف تػىركيزن (الشمسي كيورىت ا ىظيمىةه تىكيوفي ميسىببنا حاد ىةه المخاطب ىلىى أنها ىتمى

ىلاىؾ الكىوىاكب الأيخرىل فى العىالىمى تم بهىا تالبنىاء للميطاك ىة للطوىا يىة التى فى الثانى . لإهىا (كإذا النجيويـ انكىدىرىت ) كىىي كىمىا تىجدي فى اليىة الثانيىة ةن تلقائي ةي دثاال ى كى ىف ييفيدي منػر نىحوى سينة الكىوف ت قىد كىقىعى ةي دىثاال ى ا الأيسلوبي مينىاسبه . بنػىفسو أك بسىبىبو آخى كىىىذى

ا لى تى كىمىا فى اليىةى (كإذا النجيوهـ كيدرىت ) المىجهيوؿ صي ة اليىةي الثانيىةي ب أتىبالأىكؿ لذى يػيعطى م كىيوى المىجىازي العقل.(ففذا بىرؽى البى ىري ) كالية الثالثي بفسنادو مىجىازمي . الأكلى

دثه كىاقعيل الذم لى رىيبى فيو كىمىا شىك كىانكىرى اكىيىكيوفي بو حى . الميسنىدى إلىيو فا ليةن ميحىققىةن .بو

Page 13: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

x

ABSTRACT

The research entitled "Uslûb Al-Qur'ân In the Doomsday Disclosure:

The Study of Hadzf al-Fâ'il on the verses of Resurrection in the Qur'ân"

against the background of the versatility of the Qur'anic verses when it was

first revealed in Mecca. The Qur'ân descended in two periods known as the

period of Mecca and Period of Medina. The Mecca period is the verses

revealed in Mecca and its surroundings which are called makkiyyah, while

the verses revealed in Madinah are called madaniyyah. Makiyyah is more

poetic, rhythmic, brief, and homely than madaniyyah. The contents of

makiyyah verses tell the proof of the power of Allah from the universe,they

also explain scary things like the picture of the destruction of the universe

when Doomsday arrived. Of course, these are characteristics of makiyyah

verses , because they are addressed to the polytheists people of Mecca which

is generally an expert on Arabic and they do not believe of doomsday . Of

course verses of doomsday are appropriate to be researched deeply such as

research why the verses has short pattern and form using ellipse style (îjâz al-

hadzf).

This thesis is a study of uslûb, the language style of the Qur'ân on

verses that explain specifically the occurrence of the Doomsday or verses

about the destruction of the universe. The subject matter of the research is

ellipsis study (hadzf al-fâ'il) on the verbs in the verses. This problem is

researched by linguistic approach, rhetorical approach (balagah), the theory

of nuzûl Al-Qur'ân (science of makiyyah and madaniyyah) and it is

discussed by qualitative method using descriptive analysis as well.

The results show that the verses which are discussing the Doomsday

use three of four kinds of hadzf al-fâ'il concept, with different explanations

and motives. At first they explain main factors of the destruction of the

universe begins with the destruction of the sun as in the first verse of the

Surah at-takwîr ( They uses uslûb hadzf al-fâ'il with majhûl .(إذا الشمسي كيورىت

pattern to draw attention to events without knowing the doer. This verse

seems to attract the attention of the opponent speech that the event is a

terrible frightening event, which will be the main cause of the destruction of

other objects on space. Second, they pattern muthâwa'ah as the second

verse ( which clarifies the impact of the main factors. As the (كإذا النجيوىـ انكىدىرىت

explanation of the first verse,it describes events occurring mechanically by

natural law or other natural factors, thus it is in line with the first uslûb.

Therefore the second verse is not in the form of majhûl ( كيدرىت كإذا النجيوهـ ) as the

first verse. Finally, third uses the style of majāz al-'aqli ( ففذا بىرؽى البى ىري) pattern to

give a real predicative meaning as an affirmation of an event, that the

doomsday is really going to happen. Thus the event gives the belief to the

idolatrous polytheists against the truth of the events Of Doomsday.

Page 14: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

xi

.

Page 15: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

vi

DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ................................................................................. i

Lembar Pengesahan ........................................................................................ ii

Pernyataan Penulis..........................................................................................iii

Kata Pengantar ............................................................................................... iv

Daftar Isi......................................................................................................... vi

Pedoman Transliterasi.................................................................................... ix

Abstrak........................................................................................................... xi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Permasalahan......................................................................................19

1. Identifikasi Masalah.....................................................................19

2. Pembatasan Masalah.....................................................................20

3. Rumusan Masalah.........................................................................20

C. Penelitian Terdahulu yang relevan.....................................................21

D. Tujuan dan Urgensi Penelitian...........................................................22

E. Metodologi Penelitian.........................................................................22

F. Sistematika Penulisan.........................................................................26

BAB II: USLÛB ALQUR’AN DAN KIAMAT

A. Pengertian Uslûb.................................................................................27

B. Uslūb dalam Konteks Budaya Arab...................................................30

1. Budaya Uslûb Masyrakat Arab Jahiliyah Pra Islam.....................31

2. Fenomena Uslūbiyah Masyrakat Arab Priode Islam....................36

C. Posisi Kajian Uslûb dalam Ilmu Balaghah dan Linguistik.................42

1. Uslûb dan Balaghah......................................................................43

2. Uslûb dan Linguistik....................................................................45

D. Ruang Lingkup Kajian Uslûb.............................................................46

1. Uslûb al-Maʻâni............................................................................46

2. Uslûb al-Bayân.............................................................................52

3. Uslûb al-Badîʻ...............................................................................56

E. Karakteristik Uslûb Al-Qur’ân dan Kiamat........................................61

1. Definisi Uslûb Al-Qur’ân.............................................................61

2. Karateristik Uslûb Al-Qur’ân.......................................................62

3. Karakteristik Uslûb Ayat-Ayat Kiamat........................................65

BAB III: BALAGAH AL-QURʻÂN............................................................67

A. Kandungan Balagah Al-Qur’ân....................................................70

1. Struktur Lafazh Al-Qur’ân.....................................................70

2. Susunan Ayat Al-Qur’ân........................................................75

Page 16: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

vii

3. Surah-Surah Al-Qur’ân...........................................................86

B. Al-Hadzf ............ .........................................................................91

1. Definisi...................................................................................91

2. Sebab dan Tujuan al-Hadzf....................................................92

3. Macam-macam al-Hadzf........................................................96

C. Hadzf al-Fâʻil..............................................................................100

1. Pemahaman Hadzf al-Fâʻil...................................................100

2. Macam-macam Hadzf al-Fâʻil dan tujuannya......................102

3. Konsep Kajian Hadzf al-Fâʻil...............................................106

BAB IV: KAJIAN HADZF AL-FÂʻIL PADA AYAT-AYAT KIAMAT

DALAM AL-QUR’ÂN

A. Penjelasan Singkat Surat Ayat-Ayat Kiamat....................................116

1. Surat at-Takwîr...........................................................................116

2. Surat al-Fajr................................................................................117

3. Surat al-Qiyâmah........................................................................118

4. Surat al-Mursalât........................................................................118

5. Surat al-Qamar...........................................................................118

6. Surat al-Wâqiʻah.........................................................................119

7. Surat ad-Dukhân........................................................................ 119

8. Surat an-Nabâ’............................................................................132

9. Surat al-Infithâr...........................................................................133

10. Surat al-Insyiqâq.........................................................................121

11. Surat al-Zalzalah.........................................................................121

12. Surat ar-Rahmân.........................................................................134

B. Kajian Hadzf al-Fâʻil........................................................................135

1. Hadzf al-Fâʻil pada Verba Majhûl..............................................123

2. Hadzf al-Fâʻil pada Verba Muthâwaʻah.....................................142

3. Hadzf al-Fâʻil pada Majâz ʻAqli.................................................150

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................153

B. Saran dan Rekomendasi....................................................................155

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................156

LAMPIRAN................................................................................................162

Page 17: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai media komunikasi sangat berperan dalam kehidupan

bermasyarakat. Untuk menyampaikan pesan dengan baik kepada teman tutur

atau lawan interaksi maka dibutuhkan sebuah style1, gaya bahasa tertentu,

disebut juga sebagai uslûb. Al-Qur‟ân merupakan salah satu mu‟jizat yang

berisi pesan-pesan Tuhan dengan menggunakan gaya bahasa indah sebagai

mediator utama dalam menyampaikan pesan tersurat maupun tersirat. Al-

Qur‟ân dalam satu sudut pandang adalah sebuah teks bahasa2. Sebagai teks

bahasa, Al-Qur‟an dapat disebut sebagai teks sentral dalam sejarah peradaban

Arab. Hal ini tidak dalam maksud bahwa peradaban Arab-Islam adalah

“peradaban teks”. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa dasar-dasar ilmu dan

budaya Arab-Islam tumbuh dan berdiri tegak di atas landasan teks sebagai

pusatnya tidak dapat diabaikan.3 Kajian terhadap suatu bahasa berarti kajian

terhadap teks-teks tersebut yang melibatkan peran serta suatu budaya dan

kultur saat itu. Mukjizat nabi Muhammad berupa sekumpulan teks-teks inilah

yang mampu memposisikan Al-Qur‟ân sebagai kitab i‟jāz dari segi bahasa (

ditengah kaum berbudaya teks). Al-Qur‟ân memiliki gaya bahasa yang indah,

menakjubkan bagi orang yang membaca dan mendengarnya, membuat

mereka tertunduk, menyentuh lubuk hati mereka dengan nilai kesusatraannya

yang indah, untaian kalimatnya tersusun rapi. Seakan para pujangga mereka

tidak bernilai apapun di hadapannya, para khutaba‟ tidak lagi berucap dan

berkata-kata, sastra mereka menjadi kering tak bermakna apa-apa di hadapan

keindahan bahasa Al-Qur‟ân meskipun ia diturunkan dalam bahasa mereka4”.

Daya tarik Al-Qur‟ân hakikatnya, sebagaimana diulas di atas,

bertumpu pada teks-teks yang tersusun menjadi kata dan kalimat,

mengandung sebuah makna yang mempersentasikan tentang pesan-pesan

Tuhan. Sejarah mencatat kisah tentang masuknya Umar lbn al-Khathâb ke

1 Geoffrey Leech mengatakan bahwa style masuk dalam kajian stilistika, yaitu

bagaimana penggunaaan pariasi bahasa dalam konteks saat itu, pada suatu periode. Lihat

Geoffrey Leech, Language in Literature, (New York, Routledge 2013), hal. 54. 2 Masa awal turunnya ayat belum ada pentasyriatan melainkan lebih kepada muatan

gaya bahasa (teks) yang menjadi pusat perhatian orang-orang Arab kala itu. 3 Nasr Hamid Abu Zaid, Tektualitas , (Lkis,tt),hal. 1. Lihat juga, Aminuddin, Drs.

M.Pd., Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, Sinar Bari al-Gesindo, Bandung, 2003. 4 Abdul Karim Khatib, I‟jāz al-Qur‟ān Baina as-Sabiqain Dirāsah Kasyifah, ( Dar

Fikr Araby, cet I, 1974), hal.162

Page 18: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

2

dalam Islam serta cerita bersyahadatnya al-Walid lbn al-Mughirah5 adalah

dua contoh tentang riwayat keimanan dan keberpalingan keduanya

diakibatkan dan tanggapan mereka terhadap Al-Qur‟ân. Kedua cerita tersebut

sama-sama menerangkan, kira-kira pengaruh daya tarik bahasa Al-Qur‟ân.

Baik mereka yang beriman dan yang kafir, sama-sama memiliki peran dalam

mengakui daya tarik Al-Qur‟ân .6

Menurut Sayyid Quthb bahwa daya tarik yang menyita perhatian

bangsa Arab sejak mula turunnya bukan terletak pada syari'ah yang diemban

dan dimuat di dalam ayat-ayat Al-Qur‟ân. Tapi keindahan bahasanyalah yang

menjadi daya tariknya karena bagaimanapun saat itu Al-Qur‟ân diturunkan

secara bertahap7. Berdasarkan penjelasan ini seharusnya sumber daya tarik

(gaya bahasa Al-Qur‟ân) terlebih dahulu dibahas sebelum membahas syari'ah

atau berita-berita ghaib. Juga sebelum bahasan ilmu pengetahuan, atau

konten-konten lainya dalam Al-Qur‟ân. Karena ayat-ayat Al-Qur‟ân yang

diturunkan pada periode dakwah pertama belum berisikan hal-hal tersebut.

Sehingga saat-saat itu orang-orang Arab merasakan betul keindahan bahasa

Al-Qur‟ân, dan berkata,”Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata".8

Untuk mendapatkan rahasia sebuah makna yang tersusun dibalik

fenomena uslûb bahasa Al-Qur‟ân9, kalam tuhan yang menggunakan bahasa

Manusia (lisânu al-ʻArab)10

sebagai media komunikasi11

tentu diperlukan

sebuah persepektif tentang bagaimana mengungkapkan kandungan makna

teks. Maka penggunaan analisa uslûbiyah bahasa sangat tepat. Tidak

dipungkiri lagi bahwa kajian terhadap teks adalah termasuk kajian terhadap

uslûb. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kajian linguistik. Karena teks

5 Di antara pujangga Arab yang terkagum dengan kekhasan style al-Quran adalah al-

Walid bin al-Mugirah lihat syihabudin, “ilm uslub, hal. 4.. 6 Lihat Habib, „Gaya Bahasa : Daya Tarik Al-Qur‟ân dari sisi Bahasa,” dalam

jurnal Adabiyyat,Vol..I No.2 Maret 2003: 61-74 hal. 1 7 Sayyid Qutub, at-Tashwir al-Fanni fi Al-Qur‟ân , (Cairo, Dar Syurq 1968) hal. 18

8Lihat Sayyid Qutub, at-Tashwir al-Fanni, hal. 17-18. “dan tatkala telah datang

kepada mereka kebenaran[tanda kekuasaan Allah] dari sisi Kami, mereka berkata:

"Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata".(Yunus: 76) 9 Style juga disebut dalam bahasa Arab dengan uslub, yaitu metode penyampaian

kepada lawan tutur. Kajian-kajian tentang uslub disebut stilistika. Lihat Muhammad Abul

Adzim Az-Zarqani, Manahil urfan fi Ulum , (Cairo, tt), Hal. 303 10

“ Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab,

agar kamu memahaminya” (Yusuf: 02). “dan Demikianlah Kami menurunkan Al Quran

dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya

sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Quran itu menimbulkan

pengajaran bagi mereka”.(Thâha: 113). Dan banyak lagi ayat yang menjelaskan eksitensi

bahasa Arab sebagai mediator komunikasi . 11

Proses enkulturasi sebagai usaha masuk dalam suatu budaya, meresapi

kebudayaan saat itu. konteks islam menyebutnya sebagai proses penanaman nilai-nilai islam.

Lihat, A.Sunarja SJ, enkulturasi (Yogyakarta, 1977),Hal. 8 lihat Juga,Ali sodiq, antropologi .

model dialektika wahyu dan budaya,(Yogyakarta, Arus media,2008),hal.182

Page 19: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

3

merupakan satuan bahasa serta bagian dari produk budaya. Proses dialektis

bahasa Al-Qur‟ân meresap di tengah-tengah kebanggaan akan keindahan

bahasa (uslūb) dalam mendiskripsikan makna-makna yang ingin diutarakan

kepada lawan tutur. Dalam konteks sistem budaya hal ini sebagai suatu usaha

teks-teks Al-Qur‟ân memasukkan point of reference wahyu Tuhan ke dalam

point of reference sistem kebudayaan masyrakat.12

Gaya bahasa yang sangat unik dan memesona ini, mendorong para

tokoh-tokoh Qur‟an13

(Sarjana Qur‟an) untuk menelaah lebih terperinci lagi

tentang komponen-komponen Uslūb bahasa Al-Qur‟ân. Jauh sebelum

Cendikiawan Barat meletakkan pondasi tentang kajian style bahasa atau

dikenal dengan istilah stilistic14

, para sarjana Islam sudah memulainya

berabad-abad silam, yang mereka sebut dengan kajian Uslûbiyyah. Dalam

kesarjanaan Islam bahwa gaya bahasa yang disebut uslûb masuk dalam ranah

kajian balagah yang merupakan salah satu bidang kajian retorika dalam

bahasa Arab. Seperti kitab Majâzu Al-Qur‟ân karya Abu Ubaidah Muʻammar

bin al-Mutsanna (w.209 H/213 H) adalah yang pertama kali secara khusus

mengkaji balagah.15

Dan datang di antaranya al-Jâhizh (w.255), ia paling banyak

mengkaji uslûb bahasa Al-Qur‟an. Ia menulis kitab tentang kajian bahasa

seperti al-Bayân wa at-Tabyîn, Masâil min Al-Qur‟ân, dan Nazhm Al-

Qur‟ân. Ia memfokuskan pada aspek semantik, terutama kata-kata dalam

konteks tertentu yang mengandung makna tertentu pula, lalu memfokuskan

juga pada al-Iʻjâz dan al-Hazdf (ellipsis). Menurutnya, Al-Qur‟ân adalah teks

bahasa yang penuh dengan kekhasannya. Berdasarkan temuan-temuannya itu,

ia terapkan dalam menyusun teori-teori balagah dan nazhm.16

Pada paruh

abad ke 4 muncul al-Baqillâni menurutnya, tuturan pada uslûb

menggambarkan apa yang dimaksud penutur. Tetapi tujuan penuturan hanya

dapat difahami melalui tuturan-tuturan tersebut. Oleh sebab itu style, uslûb

berfungsi sebagai pengungkap maksud al-Mutakallim. Pendapat ini sesuai

12

Ali sodiq, Antropologi Al-Qur‟ān . Model Dialektika Wahyu dan

Budaya,(Yogyakarta, Arus media,2008),hal.182 13

Tokoh adalah mereka yang memfokuskan diri dalam kajian –kajian Al-Qur‟ān

selanjutnya akan ditulis Sarjana 14

Ilmu ini tumbuh subur dalam dua tradisi, yaitu tradisi Barat dan Arab. Dalam

tradisi Barat kajian stilistika dipelopori Charless Bally (1865-1947) dengan teoristilistika

descriptive ekspresive-nya. Ia adalah murid Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang dikenal

sebagai peletak linguistik modern, sedangkan Chaless Bally sendiri dikenal sebagai peletak

stilistika modern dan di antara pujangga Arab yang terkagum dengan kekhasan style al-

Quran adalah al-Walid bin al-Mugirah. Lihat Kontribusi „ilm uslub, hal. 4 15

D. Hidayat, al-Balagah li al-jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ,

(Semarang: Toha Putra 2002), h.4 16

Syihabudin Qalyubi, kontribusi „ilm Uslūb dalam pemahaman komunikasi politik,

(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010),Hal.5

Page 20: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

4

dengan pemahaman sarjana Barat seperti diungkapkan style adalah orangnya

itu sendiri.17

Dari pandangan-pandangan para pakar di atas dapat disimpulkan

bahwa kajian terhadap fenomena ragam bahasa dalam Al-Qur‟ân adalah

bentuk kajian uslûb itu sendiri. Sementara balagah mengkaji tentang uslûb.

Sehingga dapat dikatakan uslûb menjadi sub-bab dalam kajian ilmu balagah.

Hal ini bisa dicermati pada kajian bahasa Al-Qur‟ân yang terus

berkembang terutama kajian melalui kritik sastra dan balagahnya. Sehingga

banyak terbit kitab tentang iʻjâz Al-Qur‟ân yang tidak lain sebagai

representasi terhadap ketinggian uslûb bahasa Al-Qur‟ân.18

Seperti yang

terlihat pada karya-karya sarjana Qur‟ân yaitu kitab as-Sinâʻatain karya Abu

Hilal al-ʻAskari (w.395 H) muncul sekitar abad ke- 4, kemudian pada abad ke

-5 ada kitab Dalâilu al-Iʻjâz karya Abdul Qâhir al-Jurjâni (w.471 H). Kitab

Sirru al-Fashâhah li Khafâji, al-Mitslu as-Sâir li Dhiyâu ad-Dîn bin Atsîr,

dan pada abad ke 8 hijriah ada kitab at-Thurâz li Yahya bin Hamzah.

Pada fase ini disebut sebagai puncak pembahasan iʻjâz Al-Qur‟ân.

Abdul Qâhir disebut sebagai peletak dasar ilmu bahasa yaitu mulai

menganalisa teks-teks Al-Qur‟ân dengan pendekatan an-Nazhm, teori

struktural. Menurutnya, dalam kajian i‟jâz bahasa Al-Qur‟ân ada dua

kelompok pembahasan yaitu pertama disebut al-Maʻâni dan kedua disebut

al-Bayân. Kemudian ada lagi setelahnya yaitu kajian al-Badî yang digagas

oleh Ibnu Muʻtaz.19

Dapat disimpulkan sebagaimana sudah diulas di atas, bahwa uslûb

adalah bagian dari kajian balagah. Balagah sendiri adalah padanan dari

linguistik dalam kajian bahasa. Sehingga uslûb dalam ilmu bahasa Indonesia

disebut sebagai stilistika, masuk dalam salah satu cabang kajian linguistik.

Meskipun masing-masing memiliki disiplin pembahasan dan lingkup kajian.

Sementara jika dilihat dari sudut definisi masing-masing istilah di atas

dapat difahami bahwa kata al-uslûb memiliki arti leksikal garisan di pelepah

kurma, jalan yang terbentang, aliran pendapat dan seni. Adapun secara

terminologi al-uslūb berarti cara penuturan yang ditempuh penutur dalam

menyusun kalimat dan memilih kosa katanya.20

Dalam istilah lain disebut dengan istilah Stilistika yang merupakan

cabang linguistik yang mempelajari karakteristik penggunaan bahasa yang

secara situsional berbeda, secara khusus merujuk pada bahasa sastra, dan

berusaha dapat menjelaskan pemilihan-pemilihan khas oleh individu-individu

17

Syihabudin Qalyubi, kontribusi „ilm Uslūb. H.6 18

Muhammad Zaglûl Salâm, Tsalâts Rasâil fi Iʻjâz Al-Qur‟ân, (Cairo: Dâr al-

Maʻârif, 2012), cet.6, h.7 19

D. Hidayat, al-Balagah li al-jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.5 20

Az-Zarqani, Manāhil al-Irfan fi Ulum al-Qur‟ān, juz II. (Beirut: dar al-kitab al-

Arbay 1995) ,hlm.239

Page 21: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

5

manusia atau kelompok kelompok masyarakat dalam menggunakan

bahasanya21

.

Dengan ungkapan yang berbeda, al-Jurjani22

menyebut uslūb harus

mencapai dua aspek. Pertama metode berfikir. dan kedua metode

penyampaian lafal struktur (nazhm) yang nampak dalam bentuk ekspresi.23

Uslūb juga bisa diartikan sebagai metodologi penyampaian yang deskriptif.24

Pendapat ini tidak jauh beda dengan pengertian Geofferry leech,” Style as the

„dress of thought”.25

Dari pengertian-pengertian di atas nampak jelas bahwa ada dua aspek

yang menonjol dalam kajian uslûb. Aspek pertama sifatnya hissy

(kebahasaan), kedua sifatnya maknawy (estetik/seni). Dari sudut pandang

sarjana Barat, uslûb sebagai padanan dari style, seperti pandangan De

Saussure26

, ahli bahasa kenamaan Swedia. Menurutnya, istilah style bisa

dilihat dengan cara membedakan antara langue dan parole. Langue adalah

kode atau sistem kaedah-kaedah bahasa yang biasa digunakan oleh para

penutur bahasa. Sedang parole adalah penggunaan atau pemilihan sistem

tersebut secara khas oleh penutur bahasa atau penulis dalam situasi tertentu.

Makna uslub 1ebih dekat ke makna parole27

. “Flaubert mengatakan tentang

style: „It is like body and soul”.28

Jadi, style diibaratkan seperti jasad dan jiwa

yang tak mungkin terpisah seperti analogi lainnya antara buku dan isinya.

Selaras dengan apa yang telah dikatakan al-Jurjâni di atas, uslûb

memiliki dua aspek penting. Sisi struktur kalimat sebagai covernya.

Kemudian sisi makna sebagai isi bukunya. Dalam ilmu balaghah disebut

sebagai mahassinât lafzhiyah wa maʻnawiyyah yaitu keindahan bunyi dan

makna.

Sehingga sangat jelas bahwa setiap bahasa dan tuturan adalah bagian

dari uslûb yang merefresentasikan maksud penutur pada lawan tutur. Apalagi

bahasa Al-Qur‟ân yang sudah jelas memakai bahasa Arab dalam

menerjemahkan pesan Tuhan kepada manusia melalui bangsa Arab.

Penyampaian pesan lewat wahyu menggambarkan terjadi dialog antara dua

21 Syihabudin Qalyubi, Kontribusi „ilm Uslūb.5

22. Lihat Abdul Qahir al-Jurzani, 2004, Kitab Dalâ'il al-I'jaz, (Cairo: Maktabah al-

Khanji), hlm.82- 87. Bandingkan , Syihabudin Qalyubi, Kontribusi „Ilm Uslub...hal.8 23

Abdul Qahir al-Jurjani, Dalail al-l'jaz , h.338-339 24

Abdul Qahir al-Jurjani, Dalail al-l'jaz , hal. 468 25

Geoferry leech, style in fiction, (Great Britain, Pearson 2007),hal. 13. 26

Ferdinand de Saussure (lahir di Jenewa, 26 November 1857 – meninggal di

Vufflens-le-Château, 22 Februari 1913 pada umur 55 tahun) adalah linguis Swedia yang

dipandang sebagai salah satu Bapak Linguistik Modern dan semiotika. Karya

utamanya,Cours de linguistique générale diterbitkan pada tahun 1916, tiga tahun setelah

kematiannya, oleh dua orang mantan muridnya, Besarlah Bally and Albert Sechehaye. 27

Geoferry leech, style in fiction, (Great Britain, Pearson 2007), hal. 9. Lihat juga

Habib, Uslub : Daya Tarik,,,hal.63 28

Geoferry Leech, style in fiction, hal.13.

Page 22: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

6

dimensi, alam dunia dan alam gaib. Sebab itu tidak dipungkiri sampai dengan

saat ini Al-Qur‟ân masih layak dikaji dengan berbagai macam ragam ilmu,

terutama pendekatan ilmu bahasa.

Adapun teori-teori al-Jurjani tentang uslûb dalam kontek analisa iʻjâz

bahasa Al-Qur‟ân yang cemerlang adalah tentang nazhm yang ia kemukakan

dalam Kitab Dalâ'il al-I'jâz .

Adapun teori tersebut dapat diintisarikan sebagai berikut ini: a).

Nazm adalah saling keterkaitannya antara unsur-unsur kalimat,

salah satu unsur dicantumkan atas unsur lainnya, dan salah satu

unsur ada disebabkan ada unsur lainnya. b). Kata dalam nazm

mengikuti makna, dan kalimat itu tersusun dalam ujaran karena

maknanya sudah tersusun terlebih dahulu dalam jiwa. c). Kata

harus diletakkan sesuai dengan kaidah gramatikanya sehingga

semua unsur diketahui fungsi yang seharusnya dalam kalimat.

d). Huruf-huruf yang menyatu dengan makna, dalam keadaan

terpisah, memiliki karateristik tersendiri sehingga semuanya

diletakkan sesuai dengan kekhasan maknanya, misalnya huruf ما

/ ma diletakkan untuk makna negasi dalam konteks sekarang,

huruf لا / la diletakkan untuk makna negasi dalam konteks

future. e). Kata bisa berubah dalam bentuk ma'rifah, nakirah,

pengedepanan, pengakhiran, حذف /ellipsis, dan repetisi. Semua

diperlakukan pada porsinya dan dipergunakan sesuai dengan

yang seharusnya. f). Keistimewaan kata bukan dalam banyak

sedikitnya makna tetapi dalam peletakannya sesuai dengan

makna dan tujuan yang dikehendaki kalimat.29

Jadi pada hakikatnya apa yang dijelaskan al-Jurjâni tentang gaya

adalah apa yang dikelompokkan dalam kitab-kitabnya sebagai al-bayân dan

al-maʻâni, bagian dari ilmu balagah itu sendiri seperti yang sudah lewat

pembahasannya. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa balagah dengan ketiga

bidang kajiannya, al-Maʻâni, al- Bayân, dan al-Badîʻ meskipun memiliki

kajian tersendiri tapi tetap mempunyai hubungan tak terpisahkan dengan

kajian al-uslûb. Karena sama-sama membahas gaya bahasa.30

29 Syihabudin Qalyubi, kontribusi „ilm Uslūb.7

30 D. Hidayat, al-Balagah li al-Jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.64

Page 23: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

7

Balagah sendiri memiliki definisi seperti berikut: تأدية المعنى الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة لها فى الن فس "

أث ر خلب، مع ملءمة كل كلم للموطن الذي ي قال فيه والشخاص الذين ."يخاطب ون

"Balagah adalah menyampaikan makna luhur secara jelas dengan

menggunakan ungkapan bahasa yang benar serta fasih, memiliki pengaruh

yang menarik dalam jiwa, serta kesesuaian setiap ujaran dengan situasi

tempat dan kondisi lawan tutur".31

Dari penjelasan definisi di atas, meskipun berbeda dengan kata uslûb

tapi sama-sama mengakaji bahasa. Bahkan, secara langsung dari definisi-

definisi dapat diartika bahwa dalam balagah dituntut ujaran sesuai situasi dan

kondisi yang disebut dengan muqtadha al-hâl. Maka, syarat seperti ini dalam

konsep uslûb disebut al-mauqif. Sehinga dapat pula didefinisikan bahwa

uslûb Al-Qur‟ân adalah cara atau metode khas Al-Qur'an dalam menyusun

kalamnya dan memilih lafazh-lafazhnya yang sesuai dengan al-mauqif. Jelas

bahwa memiliki cara atau metode khusus yang mencirikan dirinya untuk

berbeda dengan uslub-uslub lainnya.

Dalam setiap kalam itu memiliki ciri khas yang tidak dimiliki kalam

lainnya bahkan dalam satu tema tertentu dapat memunculkan berbagai

macam bentuk uslûb sekalipun kaedah dan jenis bahasanya sama. Hal itu

karena adanya perbedaan kepribadian si penutur ataupun si penulis.32

Dari perbedaan yang ada, dalam penelitian ini, penulis lebih memilih

sisi persamaannya. Yaitu uslûb adalah bagian dari kajian ilmu balagah.

Sehingga maksud dari tema besar dalam kajian tesis ini lebih jelas dan

terarah. Kalau diartikan tema besar, uslûb Al-Qur‟ an dalam pengungkapan

kiamat, adalah gaya bahasa Al-Qur‟ân dalam menggambarkan kiamat.

Kajian-kajian tentang uslûb, gaya bahasa banyak ragamnya, dalam

disiplin ilmu retorika Arab kata style berpusat dalam dua kajian. Pertama

kajian struktur kalimat atau dirâsah tarkibiyyah dan kedua kajian makna

disebut juga dirâsah ad-dalâlah. Seperti dalam balagah dipetakan menjadi

tiga unsur yang mengkaji tentang uslûb. Pertama uslûb al-maʻâni yang

membahas uslûb berdasarkan struktur kalimat, kedua uslûb al-bayân

31

Ali al-Jârim dan Musthafa Amîn, al-Balâgah al-Wâdhihah, (Cairo: Dâr al-

Maʻârif tt), h.8 32

Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, juz II. (Beirut, dar al-kitab al-

Arbay 1995) ,hlm.239

Page 24: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

8

membahas uslûb dari sisi makna penyandangan atau metafor, dan ketiga

uslûb al-badîʻ adalah mengkaji gaya keserasian antara bunyi dan makna33

.

Sementara uslûb dalam disiplin ilmu bahasa indonesia atau kesarjanaan Barat

lebih dikenal dengan istilah stilistika. Beberapa pakar sastra telah mengurai

ruang lingkup stilistika. Pradopo misalnya, menjelaskan ruang lingkup

stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata dan kalimat sehingga lahirlah gaya

intonasi, gaya bunyi, gaya kata dan gaya kalimat.34

Az- Zarqāni menyebutkan

bahwa karakteristik uslub paling tidak mencakup cin-ciri sebagai benkut: {a)

keindahan dan keunikan nada dan lagamnya (struktur lafaz dan bahasa), (b)

singkat dan padat, (c) memuaskan para pernikir dan orang banyak sekaligus,

(d) memuaskan akal dan jiwa, (e) keindahan dan ketepatan makna yang tepat,

(f) keanekaragaman dalam penyampaian khitâb.35

Dalam kitab uslûb Al-Qur‟ân disebutkan secara garis besar ada lima

macam style yang mengandung nilai kesusastraan tinggi yaitu uslub al-hiwâr

wa al-jidâl ( style komunikasi dan debat), metafor , qasm, novel, al-qishshah,

sastra,36

dan lainnya seperti istifhâm. Lingkup-lingkup kajian uslûb di atas

sangat menarik perhatian para linguis Islam ataupun Barat. Dan akan menarik

lagi sebagai bahan analisa akademik pada aspek karakteristik gaya bahasa

yang digunakan Al-Qur‟ân. Tanpa dipungkiri bahwa Al-Qur‟ân kaya akan

gaya bahasa. Meskipun menggunakan bahasa kaum Arab namun ketinggian

nila seni dan sastranya tak mampu ditandingi oleh mereka.

Tiga unsur kajian gaya bahasa dalam retorika Arab yang telah disebut

adalah representasi unsur-unsur gaya bahasa Al-Qur‟ân secara umum. Seperti

yang telah disinggung, ada al-maʻâni meliputi gaya al-îjâz (ringkas padat

makna), al-hadzf (elipsis), al-qashr (penegasan), at-takrâr (repetisi), dzikru al-

khâs baʻda al-ʻâm ( unsur umum ke khusus), al-iʻtirâdh (sisipan), al-fash

baina al-jumlataini (kalimat penjelas), dan al-iltifât(pengalihan). Dan ada al-

bayân, gaya bahasa yang lebih ke makna ungkapan, metafor, atau majaz.

Uslûb ini mengkaji tentang at-tasybîh (perumpamaan), al-istiʻârah

(metafora), al-majâz ( kiasan,majaz), dan kinâyah ( metonimi,sindiran).

Unsur ketiga adalah al-badîʻ mencakup dua kajian yaitu al-muhassinât al-

lafzhiyah wa al-maʻna ( keindaha bunyi kata dan makna).37

Semua gaya bahasa retorik di atas berangkat dari fenomena bahasa

dalam Al-Qurʻân selain dari gaya bahasa bangsa Arab sendiri. Beragam jenis

uslûb yang ditampilkan tidak terlepas dari situasi dan kondisi sebagaimana

33

D. Hidayat, al-Balagah li al-jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.144 34

Lihat Syihabudin,,,hal.10 35

Az-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran, hal. 243 36

Umar Muhammad, Uslûb Al-Qur‟ân al-Karim: Baina al-Hidayah wa al-I‟jaz al-

bayani, (Beirut: Dār al-Makmun, 1994/1414H), hal. 167. 37

D. Hidayat, al-Balagah li al-Jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ,

h.72,110,145

Page 25: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

9

hal ini didapati dalam uslûb sebagai istilah al-mauqif dan balagah sebagai

istilah muqtadha al-hâl. Artinya dalam ragam gaya tutur terdapat juga

macam makna yang hendak disampaikan penutur kepada lawan tutur sesuai

situasi saat bertutur. Dan di setiap penutur memiliki ciri khas gaya tersendiri.

Maka, tentu beragam uslûb Al-Qur‟ân menandakan beragmanya makna

dan tujuan tertentu yang hendak disampaikan al-mutakallim kepada al-

mukhâthab.

Perlu diketahui bahwa jiwa manusia sebagai lawan tutur memiliki dua

daya (al-ʻaql) daya pikir dan daya rasa. Masing-masing daya itu memiliki

keinginan dan penalaran yang berbeda satu sama lainnya. Daya pikir

mendorongnya untuk memberikan argumentasi-argumentasi guna

mendukung pandangannya, sedangkan daya rasa menghantarkannya untuk

mengekspresikan keindahan dan mengembangkan imajinasi. Dalam

berbahasa orang sulit sekali memuaskan keduanya dalam saat yang sama.

Namun Al-Qur‟ān sendiri dengan uslûbnya memiliki kemampuan

menggabungkan kedua hal tersebut, sebab at-taʻbîr dalam Al-Qur‟ân tidak

hanya menekankan aspek rasio saja akan tetapi aspek rasa (emosi)

sekaligus38

. Gejala ekpresi seperti ini banyak didapati dalam Al-Qur‟ān

dengan bentuk verb pasif dalam ilmu nahwu sharaf disebut majhûl dan

muthâwaʻah, terutama dalam ayat-ayat yang membicarakan tentang adegan

kiamat, kejadian-kejadian masa lalu, peristiwa novelis, metafor sebuah cerita,

gambaran surga dan neraka.39

Kalimat- kalimat seperti ini sangat menarik

untuk dianalisa karena bagian deskripsi kengerian dan kedahsyatan kiamat,

bagaimana pun padanan verb pasif memberi efek kesadaran mendalam

kepada lawan tutur sehingga menyentuh jiwa-jiwa terdalam. Seperti kata

verba majhûl pada surah al-Baqarah ayat 183 berikut:

يأي ها ٱلذين ءامنوا كتب عليكم ٱلصيام كما كتب على ٱلذين من قبلكم ت ت قون لعلكم

Kata kerja kutiba (diwajibkan), menggunakan lafazh majhûl (pasif bukan

dengan kata kataba). Tujuan ayat ini tampaknya ingin menjelaskan bahwa

manusia sendirilah yang akan mewajibkan puasa atas dirinya, saat ia

menyadari betapa penting dan bermanfaatnya puasa. Di samping memberikan

kesadaran bahwa kewajiban berpuasa itu bukanlah sesuatu yang baru dan

khusus untuk mereka, puasa yang dituntut tidak berlangsung lama tetapi

hanya beberapa hari yang telah ditentukan. itupun kalau kuat, kalau sakit atau

38

Sayyid Qutub, at-Tashwir al-Fanni fi Al-Qur‟ân,,,hal. 241 39

Sayyid Qutub, at-Tashwir al-Fanni fi Al-Qur‟ân,,,hal. 241

Page 26: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

10

dalam perjalanan maka tidak harus berpuasa, asal menggantinya sebanyak

hari tidak berpuasa.40

Kalimat-kalimat seperti ini disebut juga sebagai fenomena kalimat-

kalimat yang tidak disebutkan langsung pelakunya, turut menghiasi struktur

ungkapan yang berkaitan dengan kiamat dalam Al-Qur‟ân, tentu lebih

menarik lagi untuk ditelaah karena uslûb akan menggambarkan tujuan

penutur sesuai kontek tuturannya. Maka keajegan, ciri khas seperti ini jauh

lebih menarik untuk dikaji karena berkaitan langsung dengan tema kiamat,

dari pada kalimat-kalimat pasif yang tersebar pada tema-tema biasa.

Keajegan style ini sangat mengusik penulis untuk menganalisa lebih

jauh lagi, bagaimana makna yang ditimbulkan oleh kalimat berpola majhûl

dan pola muthâwaʻah dalam ayat-ayat tentang kiamat. Hal ini juga menjadi

bahan perdebatan akademik di kalangan sarjana Qur‟an, sastra, atau pakar

ilmu Balaghah.

Uslūb pola seperti ini, dalam bahasa Indonesia dikategorikan sebagai

kalimat pasif yang memiliki makna ter dan di meskipun secara struktur

berbeda. Dalam kalimat bahasa Indonesia kalimat pasif, imbuhan di masih

memungkinkan ditampilkan pelakunya. Seperti kalimat, „ibu dipukul oleh

bapak‟. Beda jika pola ini berbentuk bahasa Arab, „ ت أمضرب „ ( dhuribat

ummun), maka pelaku tidak bisa ditampilkan dalam kalimat tersebut. Tapi

secara struktur tetap ada yaitu objek yang menggantikan fungsi subjek,

disandangkan kata kerja padanya sebagai pelaku. Oleh sebab itu disebut nâib

al-fâʻil, sebagai pengganti posisi pelaku secara struktur kalimat, juga berarti

bahwa kata kerja majhûl adalah kata kerja yang berasal dari fi‟il mutaʻaddi

kata kerja yang membutuhkan objek. Sehingga verba majhûl dapat dikaji dari

dua sisi yaitu sisi sintaksis (nahwu, sharaf) dan aspek makna verba

penyandangnya.

Kata kerja yang pelakunya tidak ditampilkan, dalam uslûb al-maʻâni

disebut sebagai uslûb al-hazf, gaya ellipsis. Secara leksikal al-hadzf berarti

pengguguran. Maka bisa didefinisikan sebagai gaya ellipsis, menghilangkan

salah satu atau beberapa unsur dalam sebuah kalimat lengkap.41

Dalam penerapannya bisa diketahui bagian kalimat yang dihilangkan

dengan penalaran yaitu memerhatikan kontek situasi seperti kalimat dalam

bahasa Indonesi berikut:

“ ibu ke pasar membeli ikan”

“ bapak ke sawah menanam padi‟

Pada kalimat di atas jelas sekali ada unsur yang terbuang, yaitu kata

„pergi, sehingga kalau dimasukkan dalam kalimat menjadi, “ibu pergi ke

pasar membeli ikan”. Adapun contoh dari bahasa Arab atau Al-Qur‟ân

40 Habib , Gaya Bahasa Al-Qur‟ân..hal.71

41 D. Hidayat, al-Balagah li al-Jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.76

Page 27: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

11

banyak sekali padanannya. Maka perlu diketahui terlebih dahulu bentuk-

bentuk kalimat atau kata terjadinya ellipsis, karena menurut para ahli

balagah, al-hadzf atau pembuangan unsur kalimat tidak diperbolehkan selama

tidak ada bukti pada konteks kalimat bahwa unsur yang dimaksud terbuang.42

Hadzf dalam bahasa Arab memiliki ragam bentuk, secara gelobal

yaitu 1) ellipsis al-musnad dan musnad ilaih yaitu pembuangan pada bagian

kalimat baik bentuk jumlah kalimat fiʻliyyah kata kerja dan kata benda atau

bentuk ismiyyah, kata benda dan ism fâʻil. 2) ellipsis unsur huruf seperti

huruf istifhâm, nidâ, la nâfiyah. 3) ellipsis susunan kalimat syarat. 4) ellipsis

pada kalimat penyempurna seperti kata sifat, kata penghubung (wau

maʻthûf), yang disifati.43

Tentu fenomena ellipsis ini hampir terjadi pada semua bahasa

manusia meskipun memiliki tingkatan dan bentuk yang berbeda tapi ada

maksud dan tujuan yang tersimpan tak terkecuali dalam bahasa Arab.

Sebagaimana diulas bahwa fenomena ellipsis bukan suatu kesengajaan tapi

lebih kepada keindahan makna yang ingin disampaikan atau sebuah gaya

dalam bertutur sesuai kontek situasi. Sehingga lawan tutur terpacu dalam

mendiskripsikan maksud dan tujuan tersebut. Sebagai gambaran bahwa

situasi sangat genting, kritis , keadaan bahaya, menakjubkan atau sebaliknya

mengerikan, maka dalam semua kondisi seperti ini tidak memungkinkan

seseorang menggunakan kalimat secara lengkap.44

Karena terkadang tidak

menyebutkan bagian kalimat atau membuangnya lebih baik dari

menyebutkan. Terlebih dalam bahasa Al-Qur‟ân, hadzf bukan lagi sebagai

style saja tapi lebih dari itu yaitu sebagai bagian dari iʻjâz Al-Qur‟ân

sebagaimana dikatakan al-Jurjâni dalam ulasan pertamanya bahwa hadzf

adalah perkara yang sangat luar biasa.

شبيه ، عجيب المر ، لطيف المأخذ ،هو باب دقيق المسلك " والصمت عن الفادة ، فإنك ترى به ت رك الذكر افصح من الذكر ،بالسحر

وأتم ماتكون ب يانا إذا لم ، وتجدك أنطق ماتكون إذا لم ت نطق ،أزيد للفادة ".ت ب ين

Bab ini merupakan metode yang sangat tajam, sebuah cara

penanganan yang halus, sebuah hal yang luar biasa dan mirip

magis; di dalamnya Anda melihat bahwa tidak menyebutkan

42

Fathullah Ahmad Sulaiman, al-uslûbiyah; madkhal wa dirâsah tathbiqiyyah,

(Cairo: al-Adab, 2004), h.138 43

Fathullah Ahmad Sulaiman, al-uslûbiyah; madkhal wa dirâsah tathbiqiyyah, h.

139 44

D. Hidayat, al-Balagah li al-Jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.76

Page 28: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

12

sesuatu merupakan hal yang dianggap fasih ketimbang

menyebutkannya, menahan untuk mengungkapkan dianggap

lebih informatif ketimbang mengungkapnya, dan Anda

menemukan diri Anda lebih fasih tentang sesuatu jika Anda

tidak membicarakannya, dan Anda menemukan penjelasan

yang lebih lengkap jika Anda tidak menjelaskannya. 45

Sebagai contoh ellipsis dalam Al-Qur‟ân :

إذا ب لغت ٱلت راقي كل Sekali-kali jangan apabila (…) telah sampai ke kerongkongan (Qs. al-

Qiyâmah [75]: 26)

تنظرون حينئذوأنتم . إذا ب لغت ٱلحلقوم ف لوMaka mengapa ketika (…) sampai di kerongkongan padahal kamu ketika itu

melihat. ( Qs. al-Wâqiʻah [56]: 83-84)

Dua contoh di atas adalah hadzf unsur subjek, yaitu pembuangan

pelaku pada kata kerja (بلغت). Menurut para ahli tafsir bahwa pelaku yang

dibuang pada kata kerja tersebut adalah „nyawa‟ ( Karena .( الروح،النفس

sangat jelas dari kontek kalimat yang membahas tentang suasana kritis pada

saat nyawa akan dicabut, dengan kondisi tersebut sehingga pelaku tidak

begitu penting untuk disebut.46

Dengan gaya ellipsis ini pendengar, lawan

tutur diajak untuk mendeskripsikan keadaan yang sangat sakit ketika nyawa

akan dicabut, karena gambaran seperti ini tidak bisa dideskripkan dalam

bentuk kata-kata. Sehingga apa yang dikatakan al-Jurjani di atas bahwa

terkadang tidak menyebutkannya lebih fasih dari menyebutnya. Lebih

informatif dari menjelaskannya.

Macam-macam hadzf yang telah disebutkan juga terdapat dalam ayat-

ayat Al-Qur‟ân. Dari fenomena-fenomena gaya hadzf ini penulis sangat

tertarik untuk mengkaji lebih lanjut. Terutama dalam masalah tidak

ditampilkan pelaku dalam kalimat baik secara langsung atau secara tidak

langsung. Terlebih hadzf seperti ini banyak terdapat dalam ayat-ayat Al-

Qurʻân tentang kiamat dengan berbagai berbentuk susunan atau padanannya.

Seperti yang paling banyak ditemukan adalah dibuangnya pelaku secara tidak

langsung pada kata kerja majhûl. Beda pada contoh di atas yang hanya

terdapat pada beberapa kata kerja saja.

45

Abdul Qâhir al-Jurjâni, Dalâil al-Iʻjâz,taʻlîq Muhammad Syâkir, (Cairo: maktab

al-Khânji, 2004), h.146 46

D. Hidayat, al-Balagah li al-jamiʻ wa as-Syawâhid min Kalâmi al-Badîʻ, h.79

Page 29: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

13

Dalam bahasa Indonesia pola ini disebut verb imbuhan yang memiliki

makna di. Seperti kata, ( ضرب زيد عمرا), Zaid telah memukul Amr, jika

dibuang fâʻilnya menjadi thuriba ʻamrun ( .Amr telah dipukul ,(ضرب عمر

Ada juga pembuangan secara tidak langsung dengan cara penyandangan

dalam bentuk afiksasi pada kata kerja stulâtsi mazîd, yaitu kata kerja

muthâwaʻah yang bermakna ter. Dapat pula disebut sebagai penyandangan

kata kerja dengan cara metafor, isnâd majâzi. Yaitu penyandangan kata kerja

pada bukan pelakunya berimplikasi pada perubahan verba dari bentuk

mutaʻaddi menjadi maʻlûm.47

Dikatakan secara tidak langsung karena secara

struktur kalimat tetap sempurna. Hanya saja pekerjaan disandangkan pada

bukan pelakunya dengan cara perubahan kata kerja, dari mutaʻaddi menjadi

lâzim yang menyebabkan posisi objek berubah menjadi posisi subjek.

Fenomena hadzf fâʻil pada kata kerja adalah gejala stilistik yang

banyak ditemukan dalam ayat-ayat kiamat terutama pada kata kerja majhûl.

Sehingga hal ini cukup mengundang perhatian dikalangan sarjana Qur‟ân

seperti bintu Syâthi‟ dan lainnya. Tapi belum banyak dibahas dan disinggung

pada tataran tafsir balagi. Karena konteks situasi sangat jelas sekali yaitu

bagaimana ayat-ayat kiamat yang akan dikaji pada tesis ini hampir semuanya

turun pada priode awal atau disebut surah makiyah. Makiyyah merupakan

ayat-ayat yang turun di Makkah pada saat kondisi islam sebagai agama baru,

keadaan masyrakat kala itu sangat jauh dari keimanan. Sehingga dalam

sejarah mereka disebut orang kafir Qurays. Kondisi seperti ini ikut tergambar

dalam uslûb hadzf ayat-ayat kiamat dalam surah makiyyah, seakan-akan

uslûb dalam ayat-ayat ini langsung mengkhitâb kondisi mereka saat itu.

Sebagaimana yang telah disinggung, bahwa sesuatu yang menakjubkan,

keindahan atau sebaliknya seperti kondisi kritis, bahaya, dan hal-hal yang

mengerikan tidak memungkinkan orang menggunakan kalimat lengkap.

Sehingga beberapa unsur kalimat dibuang dan tidak ditampilkan itulah yang

disebut dengan uslûb hadzf. Seperti yang tergambar dalam ayat-ayat

makiyyah yang menceritakan gambaran kengerian hari kiamat, adzab neraka

juga memberitakan keindahan surga dengan kalimat singkat sebagai bentuk

khitâb pada situasi yang terjadi.

Misalnya hadzf fâ‟il pada kata kerja majhûl dalam ayat kiamat yang

berkaitan dengan kehancuran dunia sebagai gambaran situasi kiamat48

:

47

„Aisyah Abdurahman Bintu as-Syathi‟, al-„Ijâz al-Bayâni li Al-Qurʻân ,,,Cet. III

(Cairo: Dār Maarif, tt), hal. 240. 48

Ayat-ayat kiamat tentang situasi kehancuran dunia diambil berdasarkan kitab

tafsir serta kitab-kitab yang membahas tentang hari kiamat atau yang berkaitan dengannya,

dan surah-surah dirunut berdasarkan waktu turunnya. Lihat kitab Mâhir Ahmad as-Shaufi,

al-Mausuʻah al-Kauniyyah al-Kubra, Ayâtullahi fi al-Maut wa Nihâyat al-Kaunial wa

Page 30: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

14

وإذا . وإذا ٱلجبال سي رت.وإذا ٱلنجوم ٱنكدرت . إذا ٱلشمس كورتوإذا ٱلن فوس . وإذا ٱلبحار سجرت.وإذا ٱلوحوش حشرت .ٱلعشار عطلت

وإذا . وإذا ٱلصحف نشرت. قتلتبأي ذنب .دة سئلتۥء وإذا ٱلمو. زوجت ما نفسعلمت. وإذا ٱلجنة أزلفت. وإذا ٱلجحيم سعرت .ء كشطتٱلسما

.أحضرتApabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.

Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. Dan apabila unta-unta yang

bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan. Dan apabila binatang-binatang

liar dikumpulkan. Dan apabila lautan dijadikan melua. Dan apabila ruh-ruh

dipertemukan (dengan tubuh. Dan apabila bayi-bayi perempuan yang

dikubur hidup-hidup ditanya. Karena dosa apakah dia dibunuh. Dan apabila

catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka. Dan apabila langit

dilenyapkan. Dan apabila neraka Jahim dinyalakan. Dan apabila surga

didekatkan. Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah

dikerjakannya. (Q.S. al-Takwiîr [81]:1-14)

وجايء يومئذ . وجاء ربك وٱلملك صفا صفا.إذا دكت ٱلرض دكا دكا كل ن وأنى له ٱلذكرى .بجهنم يومئذي تذكر ٱلنس

Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-

turut. Dan datanglah Tuhanmu, sedang malaikat berbaris-baris. Dan pada

hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia,

akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Q.S. al-Fajr [89]: 21-

23)

ن .وجمع ٱلشمس وٱلقمر .وخسف ٱلقمر .فإذا بر ٱلبصر ي قول ٱلنس .يومئذ أين ٱلمفر

Maka apabila mata terbelalak (ketakutan). Dan apabila bulan telah

hilang cahayanya. Dan matahari dan bulan dikumpulkan. Pada hari itu

manusia berkata: "Ke mana tempat berlari?. (Q.S. al-Qiyâmah [75]: 7-10)

Qiyâmi as-Sâʻah…,( Beirut: al-Matabah al-ʻAshriyyah 2007), cet.I. Bandingkan juga dengan

kitab Sayyid Qutb, Masyâhid al-Qiyâmah fi Al-Qur‟ân, yang menampil ayat-ayat berkenaan

dengan kiamat. Lihat juga kitab ʻAisyah Abdurrahmân bintu as-Syâthi‟, Iʻjâz al-Bayâni li

Al-Qur‟ân,,,h.241

Page 31: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

15

وإذا ٱلرسل . وإذا ٱلجبال نسفت. ء فرجتوإذا ٱلسما. فإذا ٱلنجوم طمست ويل .م ٱلفصل رىك ما يو أدوما . م ٱلفصل ليو. م أجلتلي يو .أق تتبين مئذيو . للمكذ

Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan. Dan apabila langit

telah dibelah. Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu.

Dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Niscaya

dikatakan kepada mereka:) "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab

orang-orang kafir itu)?. Sampai hari keputusan. Dan tahukah kamu apakah

hari keputusan itu. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-

orang yang mendustakan. (al-Mursalât [77]: 8-15)

Kemudian situasi kiamat juga disinggung baik dalam bentuk kata

kerja majhûl atau muthâwaʻah di surah lain seperti:

Surah al-Qomar, surah makiyyah ke-36:

ٱقت ربت ٱلساعة وٱنشق ٱلقمر

Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. (Q.S.

al-Qamar [54]: 1

Surat al-Wâqiʻah. Surah makiyyah ke-46:

وبست ٱلجبال بسا إذا رجت ٱلرض رجا Apabil bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-

gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya. (Q.S. al-Wâqiʻah [56]: 4-5)

Surat ad-Dukhân, surah makiyyah ke-64:

مبينء بدخانتي ٱلسمام تأ يوتقبفٱرMaka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang

nyata. (Q.S ad-Dukhân [44]: 10)

Surat an-Naba‟, surah makiyyah ke-80:

Page 32: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

16

تا إن يو وفتحت تون أفواجا م ينفخ في ٱلصور ف تأيو م ٱلفصل كان ميق سرابا وسي رت ٱلجبال فكانت أبوبا ء فكانتٱلسما

Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang

ditetapkan. Yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu

kamu datang berkelompok-kelompok. Dan dibukalah langit, maka

terdapatlah beberapa pintu. Dan dijalankanlah gunung-gunung maka

menjadi fatamorganalah ia. (Q.S an-Naba‟[78]: 17-20)

Surat al-Infithâr, surah makiyyah ke-82:

وإذا ٱلبحار فجرت وإذا ٱلكواكب ٱنتث رت ء ٱنفطرتإذا ٱلسماApabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh

berserakan. Dan apabila lautan menjadikan meluap.(Q.S al-Infithâr

[82]:1-3

Surat al-Insyiqâq, surah makiyyah ke-83:

ما وألقت ض مدتوإذا ٱلر لرب ها وحقتوأذنت ء ٱنشقتإذا ٱلسما فيها وتخلت

Apabila langit terbelah. Dan patuh kepada Tuhannya, dan

sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan. Dan

dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (Q.S al-

Insyiqâq [84]: 1-4)

Surat al-Zalzalah, surah makiyyah ke-93:

ن ما لها ض أثقالها وأخرجت ٱلر ض زلزالها إذا زلزلت ٱلر وقال ٱلنس تحدث أخبارها مئذيو

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat). dan

bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan

manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?". Pada hari itu bumi

menceritakan beritanya. (Q.S al-Zalzalah [99]: 1-4)

Page 33: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

17

Surat ar-Rahmân, surah makiyyah ke-97:

هان فإذا ٱنشقت ٱلسماء فكانت وردة كٱلدMaka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti

(kilapan) minyak. (Q.S ar-Rahmân [55]: 37).

Sehingga, pembahasan ayat-ayat kiamat yang dimaksudkan dalam

tesis ini dibatasi dalam satu tema dari beberapa tema kiamat yaitu

pembahasan situasi kiamat tentang kehancuran dunia serta yang berkaitan

dengannya. Tema ini tersebar dalam 12 surah dari 114 surah Al-Qurʻan

sebagaiman yang telah diuraikan di atas.

Realitas gambaran pristiwa kiamat ini diperlihatkan oleh Al-Qur‟ān

dalam bentuk nyata di tengah kehidupan Manusia. Berbagai macam adegan

ditunjukkan sebagai ajang tontonan yang tersirat dalam susunan kalimat

bernilai seni tinggi dan indah, memuaskan setiap jiwa, terbuai dalam daya

imajinasi nyata49

. Seakan- akan adegan-adegan itu hadir di tengah-tengah

hiruk pikuk kehidupan manusia sebagai bentuk pengalihan perhatian.

Karaktristik style Al-Qur‟ān dalam menyampaikan sebuah makna

sangatlah menarik untuk ditelaah lebih jauh lagi secara mendetail (termasuk

„kalimat tak disebutkan pelakunya‟50

), yang menjadi keunikannya adalah

struktur formal dalam pemilihan kata-kata indah di luar kemampuan orang

Arab sendiri (meskipun menggunakan bahasa mereka).51

Ekpresi bahasa Al-

Qur‟ān dengan kata-kata singkat bermakna luas, pemilihan lafazh sesuai

makna kekinian, kondisi dan situasi dengan tingkat akurasi susunan kalimat

luar biasa52

. Bentuk makna yang tersimpan dalam kata mampu difahami oleh

semua kalangan dengan berbagai macam latar belakang manusia dan

zamannnya ataupun asalnya.53

Dan terakhir fenomena gaya pengulangan kata

atau makna54

yang berfungsi sebagai penegasan dan penguatan untuk

memberikan efek tekanan dalam jiwa lawan tutur, memberi implikasi efek

nyata dalam imajinasi dan psikologi al-mukhâthab.

Pemilihan kata dan harakat sangat berpengaruh terhadap redaksi dan

pemaknaan suatu kalimat pada tema yang dibahas. Sebagai contoh dalam

tema hari Kiamat, misal dalam masalah an-na‟îm, kenikmatan.

49

Sayyid Qutub, masyahid al-Qiyamah fi , hal. 43 50

Kalimat tak bersubjek sendiri mendapat sorotan khusus sebagai fenomena stilistik

, lihat Bintu As-Syathi, al-i‟jaz al-bayani li , hal. 239 51

Mahmud sayid Syaikhun, al-I‟jaz fi Nazm (Cairo, Maktabah kuliyaat Azhariyah,

cet I, 1398 H/1978M), hal, 66. 52

Mahmud sayid Syaikhun, al-I‟jaz fi Nazm , hal. 68 53

Mahmud sayid Syaikhun, al-I‟jaz fi Nazm , hal. 70 54

Mahmud sayid Syaikhun, al-I‟jaz fi Nazm , hal. 73

Page 34: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

18

Kalimat yunzifûn dalam surah al-Waqi‟ah:

“mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk”.

Berpola bina li al-maʻlūm, fi‟il mudhāriʻ maʻlūm, kata kerja dengan

subjek sudah pasti. Bandingkan dengan kalimat yunzafūn pada surah As-

Shāffāt ayat 47:

“Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya”.

Berpola bina li al-majhūl, fʻiil mudhāri‟ yang pelakunya terbuang

atau disebut kata kerja bermakna pasif. Dari dua kalimat sama yang berbeda

dalam harakat, sama-sama menggambarkan peristiwa kiamat tentang

kenikmatan namun dari sisi substansi kata kerja ma‟lūm digunakan untuk

orang-orang yang jauh lebih istimewa sehingga dalam konteks ini pemakaian

lafazh atau kata lebih banyak digunakan sebagai bentuk penjelasan yang

detail dibanding kata kerja majhūl. Sementara penggunaan kata kerja majhul

dalam surah as-Shāffāt berimplikasi pada penggunaan kalimat yang ringkas,

tidak sesempurna pada kalimat aktif.55

Keringkasan kata pada kalimat pasif

ini sangat berefek pada lawan tuturnya jika hal-hal yang digambarkan

bernuansa siksaan atau adegan kehancuran dunia, sebagaimana sudah

disinggung di atas, seolah menjadi teka-teki dan pertanyaan besar terhadap

peristiwa tersebut, menarik jiwa para pendengarnya, berimajinasi serta

berusaha menyingkap makna secara deskriptif.

Tentu, pembahasan tentang kiamat dalam Al-Qur‟ân adalah

pembahasan yang sangat luas. Maka diperlukan pembatasan masalah atau

objek yang akan dikaji dalam tesis ini.

55

Lihat Fadhlul Sholeh As-Samira‟i, Balaghatu al-Kalimati fi Al-Qur‟ân (Baghdad,

Maktabah an-Nahdhah, cet II. 1427 H/2006M), hal. 72

Page 35: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

19

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dalam ayat-ayat Al-Qur‟an terdapat banyak uslûb. Baik berbentuk

kata dan huruf seperti kata tanya dan konjungsi, wa athaf. Atau frasa dan

kalimat Seperti gaya metafora, kiasan, makna konotasi, dan denotasi.

Adapun ayat-ayat yang membahas tema kiamat memiliki beragam uslûb.

Salah satunya yang paling banyak dijumpai adalah hadzf. Gaya pembuangan

unsur huruf, kata, dan kalimat pada kalimat sempurna. Bahwa fenomena

hadzf pada ayat-ayat kiamat ini banyak ditemukan berbentuk pembuangan

unsur fail, pembuangan unsur pelaku pada kata kerja majhûl. Hadzf fâʻil ini

banyak dijumpai dalam bentuk kata kerja majhûl, dan ditemukan juga dengan

pola penyandangan kata kerja secara majazi, metafora. Yaitu penyandang

suatu pekerjaan bukan pada pelaku aslinya sehingga pelaku utama tidak

dibutuhkan. Karenanya, diperlukan sebuah kajian linguistik56

mendalam

tentang gejala style seperti ini guna mendiskripsikan makna yang terkandung

padanya.

Tema yang akan dibahas di sini merupakan pembahasan permasalahan

luas, ada beberapa permasalahan serta objek kajian yang terdapat pada tema

tersebut seperti berikut:

a. Ayat-ayat yang berkaitan dengan kiamat memiliki banyak tema yang

tersebar dalam Al-Qurʻan dengan beragam uslûb.

b. Kiamat dalam Al-Qur‟ân memiliki banyak tema seperti ayat-ayat

tentang kahancuran dunia, hari kebangkitan, hari perhitungan amal

baik dan buruk, pembalasan surga dan neraka.

c. Unsur gaya bahasa dalam ayat-ayat kiamat sangat beragam tapi secara

gelobal bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian, pertama uslûb

maʻâni seperti gaya elipsis, uslûb al-bayân seperti majaz dan

metafora, dan terakhir uslûb al-badîʻ seperti sajaʻ dan majaz

hiperbola.

d. Penelitian tentang hadzf memiliki banyak padanan dan jenis; ada jenis

hadzf huruf, hadzf al-fâʻil, hadzf mubtada‟ subjek, hazdf objek atau

mafʻûl bih.

e. Hadzf al-fâ‟il disebutkan juga tidak ditampilkan subjek pada sebuah

kata atau kalimat seperti hadzf al-fâʻil li al-majhûl, hadzf al-fâʻil pada

kata kerja sanjungan, hadzf al-fâʻil pada isim fiʻil haihât (هيهات), dan

terdapat dalam bentuk kata kerja tambahan yang bermakna

56

Linguistik adalah kajian tentang bahasa, mengkaji sisi bentuk struktur, bunyi, dan

sudut pemaknaan kata pada suatu bahasa. Lihat abdullah Chaer, linguistik umum.

Page 36: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

20

muthâwa‟ah begitu juga pada isnâd majâzi tidak ditampilkan pelaku

asli pada kata kerja kiasannya57

.

f. Penelitian tentang fenomena tidak ditampilkan pelaku sesungguhnya

pada kata kerja banyak terdapat dalam ayat-ayat kiamat yang

menjelaskan gambaran kehancuran dunia.58

Oleh karenanya, perlu ada pembatasan masalah pembahasan yang akan

dikaji dalam tesis ini.

2. Pembatasan masalah

Mengkaji ayat-ayat tentang hari kiamat dalam Al-Qur‟ān adalah

kajian yang sangat luas. Tentunya, Membutuhkan usaha maksimal dalam

membahasnya. Dari uraian identifikasi permasalahan di atas, maka kajian ini

dibatasi pada kajian hadzf dalam ayat-ayat kiamat yang berkaitan tentang

situasi kiamat atau gambaran kehancuran dunia.

Sehingga bisa dimaksudkan pada judul tesis, “ uslûb Al-Qur‟ân dalam

pengungkapan kiamat: kajian hadzf al-fâʻil dalam ayat-ayat kiamat,” adalah

pembahasan hadzf al-fâ‟il, yaitu penelitian tentang pelaku sesungguhnya

yang tidak ditampilkan pada kata kerja yang terdapat dalam ayat-ayat kiamat

tentang gambaran kehancuran alam semesta.

3. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka penulis perlu merumuskan secara khusus

permasalah yang akan dikaji pada tesis ini dalam bentuk pertanyaan berikut:

a. Bagaiman jenis-jenis hadzf al-fâʻil dalam ayat-ayat kiamat tentang

kehancuran dunia?

b. Apa tujuan hadzf al-fâʻil dalam ayat-ayat kiamat tentang

kehancuran dunia?

57

Bintu as-Syâthi‟ mengkategorikan sebagai al-istignâ‟ ʻani al-fâʻil, gejala tidak

ditampilkan pelaku. Berbeda istilah dengan al-hadzf sendiri namun memiliki kesamaan pada

tingkatan tidak disebutkan pelaku atau penyandangan sebuah kata kerja pada selain

pelakunya. 58

Al-Khâlidi,“Hadzfu al-Fâʻil,”https://platform.almanhal.com/Reader/Article/65033

di akses 04 maret 2018

Page 37: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

21

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Dari penulusuran penulis dan penelaahan literasi yang ada belum ada

tema kajian seperti judul tesis ini. Adapun kajian-kajian terdahulu yang

sepadan dan berkaitan dengan judul tesis ini yaitu di antaranya:

1. Masyâhid al-Qiyâmah fi al-Qurân karya Sayid Quthub

2. al-Hadzf al-Balagi fi Al-Qur‟ân Al-Karîm karya Abdul as-Salâm

3. Penggunaaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam ayat-ayat tentang

hari Kiamat. Karya Hanik Mahliatussikah. Hanik Mahliatussikah

adalah Dosen Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas

Negeri Malang.

4. al-Af‟al al-Mabniyah lilmajhul fi Surah al-maidah : Dirasah

Tahliliyah Sharfiyah, karya Mega Maya, Tesis Fakultas Dirasah

Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah.59

5. al-Hadzf fi al-Qishashi Al-Qur‟âni; Qisshatu Mûsa ʻAlaihi as-Salâm,

karya Nûrah Thabasyi, Tesis Universitas Kasdi Al-Jazair.

Penulis sendiri membahas uslûb Al-Qur‟ân dalam pengungkapan

Kiamat yang berkaitan dengan situasi kehancuran dunia. Sayyid Qutub

sendiri dalam bukunya menjelaskan secara umum bagaimana adegan-adegan

Kiamat dalam Al-Qur‟ān, dengan menganalisa gaya kalimat-kalimat yang

dipakai dalam menggambarkan makna refrensial peristiwa kiamat dan

kedahsyatannya, disebut juga dengan tashwir al-haul60

. Kemudian Abdul as-

Salam hanya menyinggung fenomena al-hadzf secara umum yang terdapat

dalam Al-Qur‟ân. Pembeda dengan penelitian Syihabudin dan Hanik

Mahliatussikah adalah fokus penilitian. Syihabudin Qalyubi lebih kepada

pemaknaan gaya bahasa pada kisah-kisah dalam Al-Qur‟ān yaitu kisah nabi

Ibrahim as. Sedangkan Hanik Mahliatussikah lebih fokus pada gaya bahasa

perbandingan dalam ayat-ayat tentang hari kiamat, Mega sendiri hanya

menyinggung kalimat tak bersubjek dalam bentuk mabni li al-majhūl

(kalimat pasif) saja pada lingkup surah al-Baqarah, dan Nûrah membahas

jenis al-hadzf secara umum dalam kisah nabi Musa. Sementara penulis

memfokuskan pada analisa unsur gaya bahasa, uslub pada bentuk hadzf al-

fâʻil yaitu tidak disebutkan aktor sesungguhnya dari sebuah pekerjaan atau

perbuatan yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur‟ân tentang pristiwa kiamat.

59

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/11126 60

Tashwir dan tamsil memiliki arti berbeda. Tashwir lebih kepada gambaran nyata,

konkrit. Seperti gambaran manusia dalam bentuk patung. Adapun tamstil adalah sebuah

ilustrasi atau perumpaman suatu peristiwa dalam bentuk lukisan, contoh gambaran peristiwa

yang dituangkan dalam bentuk gambar. Lihat Kitab at-Ta‟rifat

Page 38: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

22

D. Tujuan dan Urgensi Penelitian

Urgensi kajian dalam tesis ini adalah ikut memberikan kontribusi

dalam khazanah perkembangan kajian ilmu Al-Qur‟ān. Terutama dalam

kajian style kalimat tak disebutkan dalam ayat-ayat kiamat. Tentu

memberikan sudut pandang baru dalam disiplin ilmu studi Al-Qur;ān.

Penelitian ini juga memiliki beberapa tujuan yang dibagi menjadi dua yaitu

tujuan dan kegunaannya akan di uraikan berikut:

a. Tujuan Penelitian:

1. Untuk menemukan ayat-ayat kiamat tentang gambaran

kehancuran dunia yang mengandung unsur hadzf.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk atau macam-macam hazdf al-

fâʻil dalam ayat-ayat kiamat yang membahas masalah kehancuran

dunia.

3. Untuk menjelaskan makna, tujuan, dan sebab terjadinya hadzf

dalam ayat-ayat kiamat tentang kehancuran dunia.

b. Kegunaan Penelitian:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang

baru dalam penafsiran ayat-ayat kiamat dan berguna bagi

pengembangan pengetahuan ilmiah pada bidang ilmu-ilmu Al-

Qur‟ân.

2. Diharapkan dapat menjadi refrensi dan sumber skunder untuk

penelitian yang sejenis pada masa-masa mendatang.

3. Diharapkan mampu memberikan sudut pandang baru dalam

kajian teori al-hadzf.

E. Metodologi Penelitian

1. Metode, Pendekatan, dan Jenis Penelitian

Penelitian dalam tesis ini dilakukan dengan menggunakan metode

deskriptif untuk menjelaskan dan menggambarkan objek yang diteliti yaitu

fenomena kebahasaan dalam ayat-ayat kiamat. Dengan metode ini penulis

dapat menfokuskan pada penjelasan dan gambaran uslûb yang digunakan

dalam ayat-ayat tersebut. Metode ini merupakan salah satu bentuk terapan

dari penelitian kualitatif. Oleh karenanya dalam tesis ini pendekatan yang

digunakan adalah deskriftik analitik.

Adapun jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian yang pada

dasarnya menggunakan pendekatan deduktif dan induktif artinya pendekatan

berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman

peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi

permasalahan beserta pemecahan yang diajukan untuk memperoleh

Page 39: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

23

pembenaran dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan61

. Penelitian

kualitatif memiliki beberapa karakteristik yaitu berlangsung dalam latar yang

alamiah, peneliti sendiri merupakan instrumen atau alat pengumpul data yang

utama, analisis datanya dilakukan secara induktif62

.

Penelitian ini juga termasuk dari jenis penelitian pustaka (library

reseacrh), studi pustaka juga termasuk dari salah satu jenis terapan penelitian

kualitatif. Karena pembahasan dalam tesis ini berfokus pada analisis teks,

sementara data-data pustaka sangat dibutuhkan sebagai sumber sekunder

dalam penulisan ini. Oleh sebab itu aktivitas literasi dilakukan hanya pada

analisis isi dalam dokumen-dokumen pendukung berupa buku, journal,

artikel, dan lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian. Begitu juga,

dengan studi kepustakaan ini penulis bisa mencari menjawab atas pertanyaan

pada rumusan masalah karena tidak mungkin mencari jawaban dari studi

lapangan. Adapun ciri-ciri penelitian pustaka adalah63

:

a. Bahwa peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data

angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau

saksi mata berupa kejadia, orang atau benda-benda lainnya.

b. Data pustaka bersifat siap pakai artinya peneliti tidak pergi kemana-

mana kecuali hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang

sudah tersedia di perpustakaan.

c. Bahwa data pustaka umumnya adalah sumber skunder, artinya bahwa

peneliti memperoleh bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil

dari tangan pertama di lapangan.

d. Bahwa kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

2. Sumber Data dan Tehnik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini penulis merujuk pada dua sumber data. Pertama

sumber data primer sebagai objek penelitian. Adapun sumber data primer

terdiri dari kumpulan teks berupa ayat-ayat kiamat dalam Al-Qur‟ân yang

membahas tentang kehancuran semesta alam. Sehingga data yang

ditampilkan adalah data yang sesuai dengan variabel pembahasan dalam

tesis ini bukan data sampel. Dan kedua bahan sekunder adalah bahan

pendukung berupa buku-buku, artikel, journal ilmiah, majalah, dan

internet yang berkaitan dengan pembahasan.

Beberapa cara dalam pengumpulan data yang dilakukan, sebagaimana

yang telah disinggung pada langkah penelitian pustaka bahwa intrumen

dan pelaku central dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

61

Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), 66. 62

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996), 140. 63

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, ( Jakarta, Obor Indonesia, 2004),

h. 4

Page 40: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

24

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan,

mengklasifikasi, dan menganalisa ayat-ayat yang relevan dengan tema

kemudian dikomparasikan serta disesuaikan dengan pendapat para ahli

tafsir, bahasa, dan buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti.

Sebab itu penulis melakukan langkah-langkah pengumpulan data untuk

validasi data objek dengan langkah seperti berikut:

a. Studi Pustaka

Semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka khususnya

jenis penelitian historis yang semua data-data sebagian besar

diperoleh melalui kajian pustaka. Namun kajian pustaka tentu saja

tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau

buku-buku sebagaimana yang sering dipahami banyak orang. Apa

yang disebut dengan riset perpustakaan atau sering juga disebut studi

pustaka, ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah

bahan penelitian.64

b. Teknik Dokumentasi

Dalam setiap pengumpulan data dibutuhkan cara

mendokumentasikan. Teknik dokumentasi ini merupakan salah satu

cara pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Maka di sini

penulis melakukan literasi dalam rangka mendapatkan dan

mengumpulkan data-data yang relevan. Dengan dokumentasi ini

penulis langsung sebagai intrumen peneliti melakukan penelusuran

data-data terkait kemudian dicatat dan disesuaikan dengan tema

pembahasan sebagai proses pembuktian yang didasarkan atas semua

jenis sumber terpercaya seperti buku-buku tafsir, ulum Al-Qur‟ân,

buku bahasa yang relevan, journal ilmiah, dan lainnya.

3. Teknik Analisis Data

Setelah data penelitian terkumpul maka berikutnya adalah

bagaimana cara mengolah data. Analisis data merupakan kegiatan

yang paling sulit disebut demikian karena aktivitas ilmiah ini

memerlukan kerja keras, daya kreatif serta kemampuan intelektual

yang tinggi.65

Rumit karena tujuannya adalah mendapatkan informasi

yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu hal, menemuakan solusi suatu

masalah, memperoleh pengertian juga pemahaman yang tepat atas

suatu pokok perkara dan mengemukakan penjabaran yang tepat dari

64

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, h. 16 65

Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), dikutip dalam

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2005), 88

Page 41: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

25

kajian-kajian yang diadakan. Lebih lanjut Nasution mengatakan

bahwa tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan

analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa

diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.

Pandangan yang dikemukakan para ahli termasuk yang disebutkan

sebelumnya sekaligus mengisyaratkan urgensi analisis dokumen

dalam sebuah penelitian, demikian halnya dalam penelitian yang

menggunakan metode studi kepustakaan. Selain buku, dokumen

seperti otobiografi, memoar, catatan harian, surat pribadi, berita koran

dan artikel majalah dan buletin66

, merupakan referensi yang dapat

digunakan dalam metode penelitian ini.

Sebagaimana yang telah diulas bahwa dalam penelitian kualitatif

terdapat jenis penelitian kepustakaan dengan maksud mendiskripsikan

fenomena atau gejala yang diteliti. Salah satu cara analisa data dalam

penelitian kualitatif atau jenis library research adalah analisa

kebahasaan, karena yang akan diteliti adalam dokumen berupa teks.

Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis

linguistik atau ilmu balagah untuk bisa menggambarkan unsur,

bentuk, dan fenomena kebahasaan dalam ayat-ayat yang akan diteliti.

Berikut beberapa langkah analisis data dalam penelitian kepustakaan:

a. Mengklasifikasi, menulis, menelaah, sekaligus memahami

ayat-ayat yang membahasa kehancuran semesta alam. Seperti

gambaran hancurnya bumi, bintang berjatuhan, planet-planet

bertabrakan, dan istilah lainnya.

b. Mendaftar semua variable dan istilah yang perlu diteliti dalam

hal ini gaya elipsis dalam pengungkapan kiamat yang terdapat

pada ayat-ayat kiamat.

c. Mengidentifikasi macam uslûb elipsis dalam ayat-ayat kiamat

yang sudah dihimpun.

d. Mencari setiap variable tersebut berikut definisi setiap

variabel yang ada.

e. Deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber

yang tersedia yang ada kaitannya dengan judul seperti buku-

buku tafsir, buku kebahasaan seperti balaghah, uslûb, dan

lainnya.

f. Mengecek semua bahan pustaka lalu kemudian melakukan

proses analisis.

66 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Cet. VII; Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010) 195

Page 42: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

26

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab:

Bab kesatu menjelaskan tentang latar belakang masalah,

permasalahan, penelitian terdahulu yang relevan, tujuan, urgensi penelitian,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Semua poin-poin di atas

berfungsi sebagai fondasi awal untuk memahami kajian dan penelitian yang

akan dibicarakan selanjutnya, pendahuluan dalam bab pertama tidak memuat

semua isi yang akan diuraikan namun sebagai pendahuluan67

. Karena sifatnya

sebagai pendahuluan maka patut diletakan diawal bab.

Bab kedua menjelaskan pengertian uslūb dan kiamat sebagai tema

besar kajian ini. Seperti definisi uslūb, uslūb dalam konteks budaya Arab,

keterkaitan uslūb sebagai fenomena linguistik, ruang lingkup kajian uslūb,

dan ditutup dengan karakteristik uslūb Al-Qur‟ān yang membahas kiamat.

Dalam bab ini penulis berusaha menggambarkan bahwa uslūb sebagai

fenoma bahasa manusia di jazirah Arab yang menjadi bahasa Al-Qur‟an

kemudian mencocokkan dengan disiplin ilmu linguistik atau balagah untuk

menganalisa bentuk uslub ayat-ayat kiamat. Sehingga analisa selanjutnya

sejalan dalam bab ini.

Bab ketiga membahas tentang objek penelitian dalam tesis ini yaitu

hazdf yang terdapat dalam ayat-ayat kiamat. Pada bab ini penulis

memaparkan dengan rinci kerangka teori yang akan menjadi objek penelitian

pada ayat-ayat kiamat yang menjelaskan tentang kehancuran semesta alam.

Bab kekempat adalah bab inti kajian yaitu hasil kajian hadzf al-fâʻil

dalam ayat-ayat kiamat tentang kehancuran dunia dengan pendekatan

desktiftif analitik menggunakan alat analisa linguistik dan ilmu balagah. Pada

bab ini penulis akan membahas bentuk-bentuk uslûb hadzf pada ayat-yat

kiamat sesuai dengan kerangka teori yang terbangun pada bab III. Kemudian

menganalisa verba yang terdapat hadzf guna mengetahui tujuan dan makna

yang timbul oleh pola hadzf ini berdasarkan pendapat-pendapat para ahli

dibidangnya.

Bab kelima adalah bab penutup yang berisi kritik, saran, rekomendasi,

dan kesimpulan untuk memudahkan dalam penyempurnaan, pemahaman dan

pengembangan kajian selanjutnya. Sehingga bab ini sangat cocok diletakkan

pada bab terakhir.

67

Lihat Lexy J Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 2.

Page 43: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

27

Page 44: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

153

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang sudah

ditentukan penulis, akan dijelaskan seperti berikut:

1. Ayat-ayat peristiwa kiamat yang tersebar dalam 12 surat dalam Al-

Qur‟ân terdiri dari 11 surat turun di Makkah dan sisanya termasuk

ayat madaniyyah. Hasil dari analisa ayat-ayat tersebut didapatkan tiga

jenis hadzf al-fâʻil yaitu yang pertama digunakan adalah hadzf pola

majhûl yang berjumlah 20 kata kerja dalam surat-surat tersebut

dengan rincian 7 ayat dalam surat at-takwîr, 1 ayat dalam surat al-fajr,

1 ayat dalam surat al-qamar, 3 ayat dalam surat al-mursalât, 2 ayat

dalam surat al-wâqiʻah, 3 ayat dalam surat an-naba‟, 1 ayat dalam

surat al-infithâr, 1 ayat dalam surat al-insyiqâq, dan 1 ayat dalam

surat al-zalzalah. Kedua pola muthâwaʻah yang kedua digunakan

dalam ayat-ayat peristiwa kiamat berjumlah 7 verba dalam surat-surat

tersebut dengan rincian 1 ayat dalam surat at-takwîr dan al-qamar, 2

ayat dalam surat al-infithâr, satu ayat dalam surat al-insyiqâq dan al-

zalzalah. Ketiga uslûb majâz al-ʻaqli uslûb yang terakhir digunakan

berjumlah 3 kalimat dalam ayat-ayat tersebut yaitu 1 ayat dalam surat

al-fajr, 1 ayat dalam surat al-qiyâmah, dan 1 ayat dalam surat al-

zalzalah. Jadi, ayat-ayat peristiwa kiamat dalam Al-Qur‟ân

menggunakan tiga macam uslûb hadzf al-fâʻil dari empat jenis.

2. Hasil kajian hadzf dalam ayat-ayat peristiwa kiamat menunjukkan

beberapa faedah yang menggambarkan struktur dan makna ayat

tersebut berikut akan dijelaskan:

a. Aspek struktur kalimat

Penggunaan uslûb hadzf pada ayat-ayat peristiwa kiamat

berimplikasi pada bentuk ayat menjadi ringkas, padat, berirama,

bersaja‟. Salah satu faktornya adalah pola tidak ditampilkan

pelaku sebenarnya dalam kalimat karena beberapa sebab dan

alasan. Yaitu sebagian besar disebabkan karena pelaku sudah

diketahui ( maʻlûm ), sehingga tidak perlu ditampilkan karena

tidak laik kata Allah dinisbatkan langsung kepadaNya dengan

perbuatan yang bersifat merusak meskipun Ia kuasa atas segala

sesuatu. Tanpa penyebutan langsung akan memberikan kesan

makna bahwa Allah swt maha kuasa. Kemudian berfungsi untuk

menjaga ritme saja‟ dalam ayat-ayat tersebut seperti dua akhiran

Page 45: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

154

kata yang memiliki bunyi sama contoh kuwwirat, fujjirat, suyyirat

dan seterusnya. Dan ada juga yang disebabkan oleh ketiadaan

hubungan target dengan sasarannya sehingga pelaku tidak ada

kepentingan untuk ditampilkan dalam kalimat.

b. Aspek makna

Setelah dianalisa ayat-ayat peristiwa kiamat membuktikan bahwa

hadzf al-fâ‟il yang digunakan ayat-ayat tersebut memiliki

pengaruh terhadap penjelasan maksud ayat. Ayat pertama yaitu

penjelasan faktor utama kehancuran alam semesta yang akan

dimulai dengan kehancuran matahari terlebih dahulu seperti pada

ayat ( menggunakan uslûb hadzf al-fâʻil berpola (إذا الشمس كورت

majhûl untuk tujuan menarik perhatian terhadap peristiwa tanpa

harus mengetahui siapa pelakunya. Ayat ini seakan hendak

menarik perhatian lawan tutur bahwa peristiwa yang akan terjadi

adalah peristiwa maha dahsyat yang sangat menakutkan, yang

akan menjadi penyebab utama kehancuran benda-denda angkasa

lainnya. Begitu juga dengan ayat-ayat lain yang berpola seperti ini

seolah memberikan penjelasan yang utuh dan nyata sehingga

menarik perhatian lawan tutur. Kemudia pada ayat kedua berpola

muthâwaʻah seperti ayat ( (وإذا النجوم انكدرت tujuan pola uslûb ini

untuk menjelasan dampak dari faktor utama seperti penjelasan

ayat pertama, serta menjelaskan peristiwa tersebut terjadi secara

mekanik oleh sebab hukum alam atau faktor alam lainnya,

sehingga sejalan dengan uslûb yang pertama. Sebab itu ayat kedua

ini tidak berbentuk majhûl ( seperti pola ayat (وإذا النجوم كدرت

pertama. Hanya untuk menjelaskan dampak dari redupnya

matahari. Pola ini memberikan pemaknaan mekanik, peristiwa

tersebut terjadi secara tiba-tiba. Tapi ada juga yang bermakna

mubâlagah meskipun menggunakan pola muthâwaʻah. Terakhir,

yang ketiga menggunakan gaya pola majâz al-ʻaqli, pola pada

ayat tersebut untuk memberikan makna predikatif yang nyata

sebagai penegasan sebuah peristiwa, bahwa kiamat itu benar-

benar akan terjadi. Sehingga memberikan keyakinan pada kaum

musyrikin yang ingkar terhadap kebenaran peristiwa kiamat.

Bahwa kelak apa yang mereka ragukan, mereka ingkari akan

benar-benar terjadi. Maka, pola ini menjadikan konten ayat

tersebut selaras dengan khitâbnya. Begitulah tujuan uslûb

digunakan harus sesuai al-mauqif. Jadi fenomena uslûb-uslûb

dengan pola di atas dalam ayat-ayat peristiwa kiamat tersebut

memiliki makna sebagai pemusatan perhatian lawan tutur, sebagai

penjelasan peristiwa kiamat terjadi secara mekanik sesuai hukum

Page 46: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

155

alam, dan sebagai penegasan terhadap lawan tutur yang

mengingkari serta meragukan kedatangan kiamat.

B. Saran dan Rekomendasi

1. Kajian ayat-ayat Al-Qur‟ân dengan konsep uslûb hadzf adalah

kajian yang masih jarang dilakukan, mungkin masih sebatas

kajian fenomena struktur bahasa tanpa menyentuh inti dari tujuan

gaya bahasa sendiri, yaitu makna. Karenanya bagi mereka yang

bergelut dibidang ilmu bahasa Arab dan mumpuni dapat

mengkajinya lebih detail dan lebih luas lagi.

2. Hasil penelitian ini tentu jauh dari kata sempurna, maka sangat

membutuhkan bimbingan, masukan, dan koreksi lanjutan untuk

kesempurnaan penelitiaan ini.

Page 47: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

156

DAFTAR PUSTAKA

ad-Dimasyq, ʻImaduddin Abi al-Fidâ‟ Ismâʻil ibn Katsîr, Tafsîr Ibnu Katsir:

Tafsîr Al-Qur’ân al-Âdzîm, Tahqîq Musthafa as-Sayyid Muhammad

dkk, Muassasah Qurtubah.

al-Âdawi, Abi Abdillah Mushthâfa ibn, at-Tashîl li Ta’wîl at-Tanzîl: Tafsîr

Juz ʻAmma, tt.p : Maktabah ʻIlmiyyah, tt.

al-Ānī, Sāmi Makky, Silsilah kutub At-Tsaqofah lil ādāb wa Al-Ma’rifah; Al-

Islām wa As-Syi’ri, Kuwait: Majlis Wathaniyah, tt.

al-Hasyimi, Sayyid Ahmad, Jawahir Al-Adab, Beirut: Muassasah Al-

Ma‟arif. tt.

al-Husain, Abu Abdillah, Syarhu Al- Mu’allaqāt al As-Sab’i, Dār Alamiyah

Wa An-Nasyr, 1993.

al-Jāhizh, Abi Utsmān Amr bin Bahr, Al-Bayān wa Al-Tabyīn -Tahqīq

Abdussalam Muhammad Harun- Cairo: Maktabah Khanji, 1998.

al-Jârim, Ali dan Musthafa Amîn, al-Balâgah al-Wâdhihah, Cairo: Dâr al-

Maʻârif tt.

al-Jurjâni, Abdul Qâhir, Dalâil al-Iʻjâz,taʻlîq Muhammad Syâkir, Cairo:

maktab al-Khânji, 2004.

_______, Kitāb At-Ta’rifāt; As-Syi’ru, Beirut: Maktabah Lubnān,tt.

al-Kawwaz, Muhammad Karim, Kalām Allah, al-Janib asy-syafāhi min az-

zhāhirah Al-Qur’āniyah, London: Dar as-Saqi, 2002.

al-Khâlidi,“Hadzfu al-Fâʻil,”

https://platform.almanhal.com/Reader/Article/65033

Al-Qur‟ân al-Karîm, terj. Al-Qur‟ân in Word.

Amal, Taufik Adnan, Rekontruksi Sejarah Al-Qur’ān, Jakarta: Divisi Muslim

Demokrat, 2011.

Aminuddin, Drs. M.Pd., Semantik Pengantar Studi Tentang Makna, Sinar

Bari al-Gesindo, Bandung, 2003.

Page 48: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

157

Anang Santoso, “ Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis

Wacana Kritis, dalam jurnal BAHASA DAN SENI, Tahun 36, Nomor 1,

Februari 2008.

Ansusa, D.I, Sajak Al-Qur’ān, Jakarta: GP Press, cet.I 2011.

ar-Rāfi‟i, Mushthofa Shādiq, tārikh ādab al-Arab, Beirut: Dār al-Kutub al-

„ilmiyyah, cet.I, 2000.

As-Samira‟i, Fadhlul Sholeh, Balaghatu al-Kalimati fi Al-Qur’ân, Baghdad:

Maktabah an-Nahdhah, cet II. 1427 H/2006M.

as-Shâbûni, Muhammad ʻAli, Safwatu at-Tafâsîr, Beirut: Dâr Al-Qur‟ân al-

Karîm.

as-Shufi, Mâhir Ahmad, al-Mausuʻah al-Kauniyyah al-Kubra, Ayâtullahi fi

al-Maut wa Nihâyat al-Kaunial wa Qiyâmi as-Sâʻah, Beirut: al-

Matabah al-ʻAshriyyah 2007.

as-Suyūthi, Jalāluddin „Abdu ar-Rahmān bin Abī Bakr, al-Itqān fī ‘Ulūm Al-

Qur’ān, Tahqīq Markazu ad-Dirāsāt Al-Qur’āniyah, juz I , (KSA:

Wizarāt as-Syu‟ūn al-Islāmiyah, t.t.

As-Syanqithy, Ahmad Amiīn, Al-Mu’allaqāt al-Asyr wa Akhbāru

syu’arāihā: Tarājum As-Syu’ārā, Dār An-Nashr li At-Thibā‟ah wa An-

Nasyar, tt.

as-Syaʻrawi , Muhammad Mutawalli, tafsîr as-Syaʻrawi, tt.p: Maktabah

ʻIlmiyyah,tt.

as-Syathi‟, „Aisyah Abdurahman Bintu, al-‘ijâz al-Bayâni li Al-Qurʻân ,

Cairo: Dār Maʻârif, tt.

at-Tsaʻâlabi, Abu Mansûr, al-Iʻjâz wa al-Îjâz, Mesir: tp. 1897.

az-Zamakhsyâri , Abi al-Qasim Mahmûd ʻUmar, al-Kassyâf an Haqâiqi

Gawamidhi at-Tanzîl wa ʻUyuni al-Aqâwîl, tahqîq ʻAdil Ahmad

Riyadh: Maktab al-Abikan, 1998.

az-Zarqany, Abdul „Adzim, Manāhil Al-Irfān fiī ulum Al-Qur’ān, Beirut: Dar

Al Kitab Al-Araby 1995.

Page 49: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

158

Boullata, Issa J, Al-Qur’ân yang Menakjubkan, Ciputat: lentera Hati 2008.

Chaer, Abdul, linguistik umum, lihat juga liliana muliastuti,

PBIN4101/MODUl 1, bahasa dan linguistik.

Dhoyf, Syaqi, Tārīkh al-Adāb al-Araby; al-‘Ashru al-Jāhili, Cairo: Dār al-

Ma‟ārif, 2003.

Habib , “Gaya Bahasa Al-Qur‟ân: Daya tarik Al-Qur‟ân dari Aspek Bahasa,”

dalam Jurnal bahasa dan Sastra Arab, Vol. I No.2 Maret 2003, h.71

Hafni Nâshif dkk, Durûsu al-Balâgah, Pakistan: Makatabah al-Madînah,

2007.

Hanik Mahliatussikah, “ Penggunaan Gaya Bahasa Perbandingan dalam

Ayat-Ayat Al-Qur‟ân tentang Kiamat,” dalam Bahasa dan Seni, Tahun

32, No. 2 Agustus 2004.

Hassân ,Tammân, al-Ushûl, dirâsah efistimologia li al-fikr al-lughawi ʻinda

al-ʻArab, Beirut: Alam al-Kutub, 2000.

Hidayat, Prof. Dr. H.D., al-Balâgah li al-Jamîʻ, balagah untuk semua,

Semarang: Toha Putra, tt.

Hitti, Phillip K., History of The Arabs, terj. Cecep Lukman dan Dedi Slamet

Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010.

http://kbbi.kata.web.id/stilistika/ .

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/11126

https://kbbi.web.id/kiamat diakses tanggal 15 mei 2018

https://kbbi.web.id/simile diakses 05 mei 2018

Ibu Manzhûr, Lisânu al-ʻArab tahqîq ‘Amir Ahmad Haidar, ( Beirut: Dâr al-

Kutub al-„Ilmiyyah, 2003.

Iʻrâb Al-Qur’ân al-Karîm, Beirut: Dâr an-Nafâis,tt.

Page 50: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

159

Ismâʻil , Thâlib Muhammad, Hadzf al-Fâʻil baina al-Miʻyâriyah wa at-

Tathbîq fi Al-Qur’ân al-Karîm, Amman: Dâr Kunûz al-Maʻrifah al-

ʻIlmiyyah 2010.

Iyadh , Syukri Muhammad, madkhal ila ‘ilmi al-Uslūb, Giza Publik Library

1992.

Jārim, „Ali dan Musthfa Amīn, Syarah Al-Balaghah Al-Wādhihah, Dār Al-

Ma‟ārif, 1999.

Keraf, Gorys, Diksi dan gaya Bahasa, Jakarta: gramedia 2001

Khaironi , A. Shohib, Audhahu al-Manâhij fi Muʻjami Qawâʻidi al-Lugah al-

Arâbiyyah, Indonesia: WCM Press, 2008.

Khatib, Abdul Karim, I’jāz al-Qur’ān baina al-sabiqain dirāsah kasyifah,

tt.p: Dar Fikr Araby, cet I, 1974.

Leech, Geoferry, style in fiction, Great Britain: Pearson 2007.

____________, Language in Literature, New York: Routledge 2013

Manzhur, Ibnu, lisanu al-arab- kalimat salaba- , Cairo: Darul Ma‟arif, tt.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1996.

Mu‟jam al-Wasîth, Mesir: Maktabah Syurûq Dauliya, 2004

Muhammad , Umar, Uslûb Al-Qur’ân al-karîm: baina al-hidayah wa al-I’jaz

al-bayani, Beirut: Dār al-Makmun, 1994/1414H..

Muhammad, Abdullah bin, “Atsaru Al-Islām fi Maudū’āti As-Syi’ri Al-

Amawī”, Tesis, Jāmi‟ah Ummul Quro Saudi 1985.

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010.

Muthollib , Muhammad Abdul, Al-balāgah wa Al-Uslūbiyah, Beirut:

Maktabah libanon, 1994.

Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif , Bandung: Tarsito, 1988.

Page 51: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

160

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,Bandung: Alfabeta, 2005

Pasha, Ahmad Fuad, Dimensi Sains Al-Qur’ân: Menggali kandungan Ilmu

Pengetahuan dari Al-Qur’ân Terj. Muhammad Arifin, Solo: Tiga

Serangkai 2004.

Qolyubi, Syihabudin, Stilistika Al-Qur’ān: Makna dibalik Kisah Ibrahim,

Yogyakarta: Lkis 2009.

Quthb, Sayyid , at-Tashwȋir al-Fanni fi al-Qur’ān, Cairo: Dār Syurq 1968.

____________, fi zhilâli Al-Qur’ân di bawah naungan Al-Qur’ân terj. Asʻad

Yasin dan Abdul ʻAzis Basyarahil, Jakarta: Gema Insani Press, 2001

____________, at-Tashwir al-Fanni fi Al-Qur’ān, Cairo: Dar Syurq 1968.

Salām, Muhammad Zaghlu, al-adab fi ‘Ashri Fāthimi Asy-Syi’ru wa As-

Syu’arā, Iskandariah: Mansya al-Ma‟ārifah, t.t.

Salâm, Muhammad Zaglûl, Tsalâts Rasâil fi Iʻjâz Al-Qur’ân, Cairo: Dâr al-

Maʻârif, 2012.

Saqar, Sayyid Ahmad, Ta’wȋl Musykili Al-Qur’ān li ibni Qutaibah-ta‟liq

watahq Sayyid Ahmad Saqir-, Kairo: Dār At-Turost, 1873.

Sodiq, Ali, antropologi . model dialektika wahyu dan budaya, Yogyakarta:

Arus media,2008.

Sulaimân , Umar, al-Yaumu al-Akhir, al-Qiyâmah al-Kubra, Oman: Dâr an-

Nafâis, 1999

Sulaiman, Fathullah Ahmad, al-uslûbiyah; madkhal wa dirâsah

tathbiqiyyah, Cairo: al-Adab, 2004.

Syâhir, Musthafa, Uslûb al-Hadzf fi Al-Qur’ân al-Karîm, Ammân: Dâr al-

Fikr 2009

Syaikhun, Mahmud sayid, al-I’jaz fi Nazm Al-Qur’ân, Cairo: Maktabah

kuliyaat Azhariyah, cet I, 1398 H/1978M.

Page 52: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

161

Syihabudin Qalyubi, kontribusi ‘ilm Uslūb dalam pemahaman komunikasi

politik, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2010

Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009

Thâhir Sulaimân: Zhâhiratu al-Hadzf fi ad-Darsi al-Lughawi, Iskandariyah:

al-Dâr al-Jâmiʻiyyah, 1998.

Tim Lintas Media, Kamus Arab-Indonesia, Jombang: Lintas Media, tt.

Tim Tafsir Ilmiah ITB, Tafsir Salman: Tafsir Ilmiah Juz ʻAmma, Bandung:

Mizan Pustaka 2014.

https://sains.kompas.com/skenario.kehancuran.bumi.menurut.sains,

www.eramuslim.com/quransunnah/misteri kematian matahari di akses 26

juni 2018.

Wicaksono, Andri, Catatan Ringkas Stilistika, tt.p : Garudhawaca 2015.

www.kbbi.id/metonimia diakses tanggal 10 mei 2018

Zaid, Nasr Hamid Abu, tektualitas , tt.p: Lkis,tt.

Zaidān , Jurjī, Tārīkh at-Tamadu al-Islāmī, Lebanon: Dār Maktabah al-

Hikmah, t.t.

_________ , Tārikh ādab Al-Lughah al-Arabiyah, Cairo: Dār Al-Hilal, cet. I,

tt.

Zakariya , Husain Ahmad bin Fâris bin, Maqâyîs al-Lugah tahqîq

Abdussalâm Muhammad Hârûn, tt.p: Dâr al-Fikr, tt.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Obor Indonesia, 2004

Page 53: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

162

LAMPIRAN

Lampiran I: Tabel surat dan jumlah ayat-ayat tentang kiamat dalam buku

Masyâhid al-Qiyâmah karya Sayyid Quthb.

No Surah Surat Ayat Status Nuzul Jumlah

Ayat

1

al-Qolâm 42-43 makiyah 2 2

2

al-Muzammil 9- 19 ayat Makiyah 3 10

3

al-Mudasstir 8—51 Makiyah 4 44

4

al-Masad 1-5 Makiyah 6 5

5

at-Takwîr 1-14 Makiyah 7 14

6

al-Aʻla 1-15 Makiyah 8 5

7

al-Fajr 21-30 Makiyah 10 10

8

al-'Adiyât 1-11 Makiyah 14 11

9

ʻAbasa 33-42 Makiyah 24 10

10

al-Burûj 10-11 Makiyah 27 2

11

al-Qâriah 1-11 Makiyah 30 11

12

al-Qiyâmah 7-33 Makiyah 31 23

13

al-Humazah 1-9 Makiyah 32 9

14

al-Mursalât 1-50 Makiyah 33 50

15

Qof 19-35 Makiyah 34 15

16

at-Thâriq 1-14 Makiyah 36 14

17

al-Qamar 4-8, 45-50,54-

55 Makiyah

12

18

Shad 49-64 Makiyah 38 16

19

al-A'râf 1-31 Makiyah 39 17

20

Yasîn 48-67 Makiyah 41 20

21

al-Furqân 11-19, 21-29,

34 Makiyah 42 19

22

al-Fâthir 33-37 makiyah 43 5

23

Maryam 61-63, 68-72,

85-87, 96 Makiyah 44 12

24

Thâha 74-76 Makiyah 45 18

25

al-Wâqi'ah 1-56, 83-94 Makiyah 46 67

26

as-Syu'arâ‟ 90-102 Makiyah 47 13

Page 54: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

163

27

an-Naml

82-

85,86,87,88,89-

90

makiyah 48 9

28

al-Qashash 41-42, 62-

66,74-75,83 Makiyah 49 10

29

al-Isrâ‟ 8,13-14,52,71-

72,97 Makiyah 50 7

30

Yânus 9-10,26-27,28-

30,45,54 Makiyah 51 10

31

Hâd 18,96-99,102-

108 Makiyah 52 12

32

al-Hijr 42-44,45-48 Makiyah 54 7

33

al-An'âm

15-16,22-

24,27-29,30-

31,128-130

Makiyah 55 13

34

as-Shâffât

Makiyah 56 8

35

Luqmân

Makiyah 57 2

36

Saba‟

Makiyah 58 11

37

Ghâfir

Makiyah 60 14

38

az-Zumâr

Makiyah 59 15

39

Fusshilat

Makiyah 61 15

40

as-Syura

Makiyah 62 5

41

az-Zukhruf

Makiyah 63 16

42

ad-Dukhân

Makiyah 64 19

43

al-Jâstiah

Makiyah 65 9

44

al-Ahqâf

makiyah 66 2

45

adz-Zâriyaat

Makiyah 67 10

46

al-Ghâsyaih

Makiyah 68 16

47

al-Kahfi

Makiyah 69 8

48

an-Nahl

Makiyah 70 13

49

Ibrâhim

Makiyah 72 11

50

al-Anbiyâ‟

Makiyah 73 11

51

al-Mukminûn

Makiyah 74 17

52

as-Sajdah

Makiyah 75 3

53

at-Thûr

Makiyah 76 28

54

al-Mulk

Makiyah 77 10

55

al-Hâqoh

Makiyah 78 37

56

al-Ma'ârij

Makiyah 79 21

Page 55: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

164

24

an-Nabâ‟

Makiyah 80 24

58

an-Nâziʻât

makiyah 81 27

59

al-Infithâr

Makiyah 82 19

60

al-Insyiqâq

Makiyah 83 15

61

Arrûm

Makiyah 84 8

62

al-Ankabût

Makiyah 85 3

63

al-Muthaffifin

Makiyah 86 30

64

al-Baqarah

Madaniyah 87 6

65

Ali Imrân

Madaniyah 89 7

66

al-Ahzâb

madaniyah 90 3

67

an-Nisâ‟

Madaniyah 92 6

68

al-Zalzalah

Madaniyah 93 8

69

al-Hadîd

Madaniyah 94 5

70

Muhammad

Madaniyah 95 1

71

ar-Ra'du

Madaniyah 96 4

72

ar-Rahmân

madniyah 97 42

73

al-Insân

Madniyah 98 21

74

an-Nûr

Madnaiyah 102 3

75

al-Haj

Madaniyah 103 8

76

al-Mujâdalah

Madniyah 105 1

77

at-Tahrîm

Madaniyah 107 3

78

at-Taghâbun

Madaniyah 108 2

79

al-Mâidah

madaniyah 112 7

80

at-Taubah

Madaniyah 113 2

Page 56: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

165

Lampiran II: Tabel surat dan jumlah ayat-ayat tentang kahancuran jagad

raya (peristiwa kiamat).

No Surah Surat Ayat Status Jumlah

Ayat

1 81 at-Takwîr 1-14 Makiyyah 14

2 89 al-Fajr 21-23 Makiyyah 3

3 75 al-Qiyâmah 7-10 Makiyyah 4

4 77 al-Mursalât 8-15 Makiyyah 8

5 54 al-Qamar 1 Makiyyah 1

6 56 al-Wâqiʻah 4-5 Makiyyah 2

7 44 ad-Dukhân 10 Makiyyah 1

8 78 an-Nab‟ 17-20 Makiyyah 4

9 82 al-Infithâr 1-3 Makiyyah 3

10 84 al-Insyiqâq 1-4 Makiyyah 4

11 99 al-Zalzalah 1-4 Madaniyyah 4

12 55 ar-Rahmân 37 Makiyyah 1

Page 57: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

166

Lampiran III: Tabel uslûb hadzf al-fâʻil pada ayat-ayat peristiwa kiamat.

No Surat

Uslûb Hadzf al-Fâʻil

Majhûl Muthâwaʻah Majaz al-

ʻAqli

Dalâlah al-

Maqâm

1 at-Takwîr

إذا ٱلشمس - كورت

وإذا ٱلجبال - سي رت

وإذا ٱلعشار - عطلت

وإذا ٱلوحوش - حشرت

وإذا ٱلبحار - سجرت

وإذا ٱلن فوس - زوجت

ء وإذا ٱلسما- كشطت

وإذا ٱلنجوم - ٱنكدرت

2 al-Fajr

إذا دكت ك - ٱلأرض دكا دكا

وجاء ربك - وٱلملك صفا صفا

3 al-

Qiyâmah

وجمع - ٱلشمس وٱللمر

فإذا برق - ٱلب ر

Page 58: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

167

4 al-Mursalât

فإذا ٱلنجوم - طمست

ء وإذا ٱلسما- فرجت

وإذا ٱلجبال - نسفت

5 al-Qamar

ٱقت ربت - ٱلساعة

وٱنش ٱللمر -

6 al-Wâqiʻah

إذا رجت - ٱلأرض رجا

وبست - ٱلجبال بسا

7 ad-Dukhân

8 an-Nab‟

م ينفخ في يو-تون ٱل ور ف تأ أفواجا

وفتحت - ء فكانتٱلسما أبوبا

وسي رت - ٱلجبال فكانت

سرابا

Page 59: USLÛB AL-QUR’ÂN DALAM PENGUNGKAPAN KIAMAT: Kajian …

168

9 al-Infithâr

وإذا ٱلبحار - فجرت

ء إذا ٱلسما- ٱنفطرت

وإذا ٱلكواكب - ٱنتث رت

10 al-Insyiqâq ض وإذا ٱلأر-

مدت

ء إذا ٱلسما- ٱنشلت

11 al-Zalzalah

إذا زلزلت - ض زلزال ٱلأر

وأخرجت - ض أثلالها ٱلأر

مئذيو-تحدث أخبارها

12 ar-Rahmân