Uses and Gratifications Theory - repository.usu.ac.id
Embed Size (px)
Transcript of Uses and Gratifications Theory - repository.usu.ac.id

1
Uses and Gratifications
Theory
Dr. Humaizi, M.A
2018

2
USU Press Art Design, Publishing & Printing
Gedung F, Pusat Sistem Informasi (PSI) Kampus USU
Jl. Universitas No. 9 Medan 20155, Indonesia
Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737
usupress.usu.ac.id
© USU Press 2018
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang; dilarang memperbanyak menyalin,
merekam sebagian atau seluruh bagian buku ini dalam bahasa atau bentuk
apapun tanpa izin tertulis dari penerbit.
ISBN 978-602-..................
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Uses and Gratifications Theory / Humaizi -- Medan: USU Press 2018.
v, 128 p.; ilus.: 24 cm
Bibliografi
ISBN: 978-602-................

iii
Kata Pengantar
Komunikasi merupakan disiplin ilmu yang terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Belakangan ini minat orang untuk mempelajari komunikasi semakin luas mereka tidak hanya berasal dari kalangan pelajar atau mahasiswa tetapi juga dari kalangangan umum. Hal ini dikarenakan komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dan fundamental di dalam kehidupan bermasyarakat. Disamping makhluk sosial tentunya manusia juga sebagai individu harus dapat berkomunikasi dan menjalin hubungan yang baik dengan sekitarnya.
Di dalam Ilmu Komunikasi terdapat beberapa bidang komunikasi yang di kaji, seperti: Komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Kelompok, Komunikasi Organisasi dan Komunikasi Massa. Komunikasi massa merupakan salah satu bidang komunikasi yang mengkaji tentang komunikasi bermedia dan khalayak luas. Belakangan ini komunikasi massa memiliki kajian yang semakin luas seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Dalam komunikasi massa terdapat beberapa teori yang menjelaskan hubungan media dan khalayak salah satunya yaitu Teori Uses and Gratifications. Buku ini membahas mengenai Teori Uses and Gratifications secara singkat, jelas dan padat.
Penulis telah berusaha menyusun buku ini secara sistematis dari tahap ke tahap menurut kajian Teori Uses and Gratifications. Dalam menyelesaikan penulisan buku ini penulis memanfaatkan gagasan dari beberapa teman dan rekan-rekan di dunia akademis. Ucapan terimakasih diucapkan kepada pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan buku ini, semua jasa baik anda semua tidak akan pernah terlupakan.
Penulis
Dr. Humaizi, M.A

iv
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................ iii Daftar Isi ................................................................................................ iv Daftar Gambar ......................................................................................... v Daftar Istilah ............................................................................................ vi BAB I. PERKEMBANGAN TEORI USES AND
GRATIFICATIONS .................................................................... 1 A. Sejarah Awal Munculnya Teori Uses and
Gratifications ........................................................................ 1 B. Hubungan Teori Uses and Gratifications dengan
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow .......................................... 5 BAB II. HAKIKAT TEORI USES AND GRATIFICATIONS .................... 8
A. Paradigma Teori Uses and Gratifications ............................ 8 B. Asumsi Dasar Teori Uses and Gratifications ..................... 11 C. Elemen – Elemen Teori Uses and Gratifications ............... 19 D. Model dari Teori Uses and Gratifications ........................... 21
BAB III. INTERNET DAN TEORI USES AND GRATIFICATIONS ....... 44
A. Sejarah dan Definisi Internet ............................................. 44 B. Internet sebagai Media Baru (New Media) ........................ 50 C. Aplikasi teori uses and gratifications dalam Internet .......... 51
BAB IV. KEUNGGULAN DAN KRITIKAN TERHADAP TEORI
USES AND GRATIFICATIONS54 A. Keunggulan Teori Uses and Gratifications ........................ 54 B. Kritikan terhadap Teori Uses and Gratifications ................ 56
BAB V. KAJIAN TERDAHULU YANG MENGAPLIKASIKAN
TEORI USES AND GRATIFICATIONS .................................. 61 A. Media Cetak ...................................................................... 63 B. Media Elektronik ................................................................ 69 C. Media Baru (New Media) ................................................... 85
Daftar Pustaka ....................................................................................... 97

v
Daftar Gambar
No. Judul Halaman
1 Piramida Kebutuhan Maslow ................................................................. 7
2. Paradigma Uses and Gratifications Rosrengen..................................... 9
3. Skema Aplikasi Paradigma Uses and
Gratifications menurut Takeuchi .......................................................... 11
4. Model Pendekatan Kegunaan dan Kepuasan ..................................... 26
5. Model Expectancy – Values ................................................................ 32
6. Model Teori ketergantungan De Fleur dan Rokeach ........................... 48

vi
Daftar Istilah
GMHR : Good Morning Hard Rockers
GO : Gratification Obtained
GS : Gratification Sought
KPI : Komisi Penyiaran Indonesia
LPP : Lembaga Penyiaran Publik
RRI : Radio Republik Indonesia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMU : Sekolah Menengah Umum
SPSS : Statistical Program for Science

Uses and Gratifications Theory
1
BAB I
PERKEMBANGAN TEORI
USES AND
GRATIFICATIONS
A. Sejarah Awal Munculnya Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications (Kebutuhan dan Kepuasan) pada
awalnya muncul karena adanya kritikan terhadap teori Bullet yang
dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1930-an. Sebelumnya,
teori bullet menyatakan bahwa khalayak media dianggap sebagai
khalayak pasif yang mudah dipengaruhi oleh media. Oleh karena itu
muncullah teori ini yang menyatakan jika khalayak media dipandang
sebagai khalayak aktif dimana mereka menggunakan media dikarenakan
kebutuhan akan informasi, pendidikan dan hiburan. Teori ini menjadikan
komunikan (khalayak media) sebagai fokus utamanya bukan
komunikator (media). Akan tetapi dalam karya tulisnya yang diterbitkan
pada awal tahun 1970-an, Schramm pada akhirnya meminta kepada
para peminatnya agar teori bullet tersebut dianggap tidak ada, sebab
khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Didalam teori uses and gratifications khalayak dilihat sebagai individu
aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggungjawab dalam pemilihan
media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Menurut teori ini, individu sadar akan kebutuhan mereka dan bagaimana
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Media hanya menjadi salah satu
cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media
untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan
memilih cara lain. Selanjutnya, teori uses and gratifications juga memberi
pengertian bahwa penggunaan media diarahkan oleh motif tententu.
Motif merupakan sekumpulan kepentingan dari individu, oleh karena itu

Uses and Gratifications Theory
2
mereka menggunakan media masa untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan mereka. Uses and Garatifications mengasumsikan khalayak
sebagai individu yang “pintar” di mana mereka hanya mengkonsumsi
media yang mampu memenuhi kepentingan-kepentingan yang mereka
bawa. Teori ini melihat ”bagaimana dan seberapa besar media dapat
memenuhi kebutuhan khalayak” bukan “bagaimana dan seberapa besar
suatu media dapat mempengaruhi khalayak.
Di awal dekade 1940-an dan 1950-an sebenarnya para pakar telah
meneliti alasan mengapa khalayak terlibat dalam berbagai perilaku
komunikasi. Dimulai pada tahun 1940-an, Herta Harzog (Kholil, 2011:
325) dipandang sebagai orang pertama yang mengawali riset uses and
gratifications ini. Ia mencoba mengelompokkan berbagai alasan
mengapa orang memilih mengonsumsi surat kabar dari pada radio.
Herzog mempelajari peran keinginan dan kebutuhan audiens terhadap
pilihan media. Hal ini menyebabkan para sarjana dan ahli komunikasi
mengalami pergeseran fokus yang awalnya berfokus pada kajian media
bergeser ke kajian audiens media. Mereka berasumsi bahwa individu
menggunakan media untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan
mereka. Maka muncullah teori uses and gratificationsini.
Sejak riset yang dilakukan oleh Hertzog tersebut, maka Schramm
pada tahun 1954 (Morrison, 2010: 83) mengembangkan suatu formula
dalam menentukan “apa yang dipilih individu atas apa yang ditawarkan
komunikasi massa.” Misalnya apa yang akan dipilih orang untuk
menghibur dirinya? Apakah menonton televisi atau membaca majalah di
rumah atau pergi menonton ke bioskop bersama teman? Berikut
rumusan yang dikemukakan Schramm:
Janji Imbalan = Probabilitas Seleksi
Upaya yang Diperlukan
Scrhamm menegaskan bahwa audience media massa menilai tingkat
kepuasan yang mereka harapkan dari media dan pesan yang
disampaikan dengan cara membandingkannya dengan banyak
pengorbanan yang harus mereka berikan untuk mendapatkan hasil.

Uses and Gratifications Theory
3
Gagasan ini adalah elemen utama dari apa yang dikenal nantinya
dengan teori uses and gratifications.
Namun penelitian yang sistematik dalam rangka perkembangan teori
uses and gratifications dilakukan pada dekade 1960-1970-an. Pada
dekade ini penelitian yang berkaitan dengan penggunaan teori ini lebih
memfokuskan pada identifikasi variabel-variabel psikologis dan sosial
yang diperkirakan sebagai precursors dalam perbedaan pola konsumsi
media massa. penelitian tersebut dilakukan di berbagai negara bukan
saja di Amerika namun juga di negara lainnya seperti Jepang, Inggris,
Jerman, Swedia, Finlandia dan lainnya.
Teori uses and gratifications pertama kali digunakan oleh Elihu Katz
pada tahun 1959, sebagai reaksi yang menolak tuduhan Bernard
Berelson bahwa bidang komunikasi tampaknya telah mati (Katz:
1974).Katz menunjukkan bahwa kebanyakan penelitian di bidang
komunikasi pada waktu itu meneliti tentang dampak kampanye terhadap
penonton. Menurutnya, penelitian sebelumnya bertujuan untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan “Apakah yang dilakukan media
terhadap masyarakat?” namun persoalan mengenai “Apakah yang
dilakukan masyarakat terhadap media massa” belum mampu terjawab.
Menurut beliau, penelitian Berelson di tahun 1954 mengenai “Apakah
dampak dari ketiadaan surat kabar?” menunjukkan bidang ini masih
berpotensi.
Menurut Katz, et.al (1974: 20) konsep dasar pendekatan kegunaan
dan kepuasan yang diteliti adalah:
1. Sumber sosial dan psikologi;
2. Keperluan;
3. Harapan – harapan;
4. Media massa atau sumber lain;
5. Pola penggunaan media yang berbeda;
6. Pemuasan keperluan;
7. Akibat-akibat lain yang mungkin tidak terduga.
Sementara itu, Rosengre, dkk (1974), membedakan teori Uses and
Gratifications dalam tiga fase, yaitu:

Uses and Gratifications Theory
4
1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler yang
memberikan deskripsi tentang orientasi subgrup audiens untuk
memilih dari ragam isi media. Pada fase ini masih terdapat
kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi
audiens.
2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan
operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang
diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola
konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian
pada tipologi penelitian gratifikasi media.
3. Fase ketiga, ditandai dengan adanya usaha menggunakan data
gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi,
dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.
Selanjutnya Blumler dan Katz (1974: 65) mengatakan bahwa
pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media tersebut.Dengan kata lain, pengguna media adalah
pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha
untuk mencari sumber media yang paling baik dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhannya. Menurut teori ini, konsumen media
mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media
massa) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan
berdampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat
mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. Pengaruh dalam bentuk
perilaku atau berkenaan dengan pemilihan tontonan yang dilakukan para
audiens.
Seringkali individu yang memilih berita-berita lokal sebagai fokus
perhatian muncul sebagai pengemuka-pengemuka pendapat (opinion
leaders) dalam masyarakatnya, sedangkan individu lainnya yang
menaruh perhatian kepada kejadian-kejadian di luar masyarakat
seringkali bertindak sebagai “cosmopolitan influentials” atau tokoh
kosmopolit (Wright, 1975: 16). Seseorang yang menggemari berita-berita
politik akan tetap mengikuti warta berita yang disampaikan melalui radio
atau televisi, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan mencari sumber-

Uses and Gratifications Theory
5
sumber berita yang digemarinya melalui berbagai media yang dianggap
dapat memenuhi keperluannya.
B. Hubungan Teori Uses and Gratifications dengan Teori Hirarki
Kebutuhan Maslow
Manusia selain sebagai makhluk individu juga disebut sebagai
makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan, kemampuan dan
kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang
lain. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkan dengan dirinya
sendiri. Oleh karena itu Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan
hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Sebagai makhluk sosial,
dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia selalu
memerlukan pihak lain.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan
dan kesehatan. Teori kebutuhan dasar manusia inilah yang dijelaskan
oleh Maslow dalam teori Hirarki Kebutuhan. Konsep hierarki kebutuhan
dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku
monyet. Berdasarkan pengamatannya, didapatkan kesimpulan bahwa
beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan
yang lain. Contohnya jika individu merasa lapar maka individu akan
cenderung memuaskan kebutuhan akan makanan, sehingga individu
tersebut tidak dapat bertahan tanpa makanan, namun individu dapat
bertahan beberapa bulan tanpa pakaian ataupun tempat tinggal.
Dalam Teori Hirarki Kebutuhan dijelaskan bahwa untuk mencapai
kepuasan kebutuhan, seseorang harus berjenjang, tidak peduli seberapa
tinggi jenjang yang sudah dilewati, kalau jenjang dibawah mengalami
ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan
kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat
kepuasan yang dikehendaki. Contohnya yaitu untuk memperoleh
kebutuhan aktualisasi diri tentunya seorang individu harus memenuhui

Uses and Gratifications Theory
6
kebutuhan yang lebih mendasar terlebih dahulu seberti kebutuhan akan
rasa aman dan sebagainya. Namun apabila kebutuhan dasar tersebut
masih belum terpenuhi maka tentunya individu tersebut belum bisa
memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya.
Teori uses and gratification sadalah penyempurnaan dan
perpanjangan dari teori pemuasan kebutuhan Maslow pada tahun 1954.
Berikut Maslow membagi kebutuhan manusia ke dalam bentuk gambar
piramida berikut:
Gambar 1: Piramida Kebutuhan Maslow
Sumber: (Sendjaja, 1993: 245)
Pada piramida di atas kebutuhan dasar jasmani berada diposisi
pertama dan terendah. Pada urutan pertama terdapat kegiatan bernapas,
kehangatan, minum, makan, tidur dan seks yang biasanya muncul
sebagai naluri, dorongan atau ambisi. Ketika kebutuhan ini dipenuhi
berikutnya muncul kebutuhan tuntutan akan rasa keamanan. Ketika jenis
kebutuhan pertama dan kedua telah terpenuhi tingkat selanjutnya adalah
hubungan sosial. Tahap ini melibatkan kebutuhan individu untuk hidup
sebagai anggota suatu kelompok, yang dapat digambarkan sebagai

Uses and Gratifications Theory
7
tuntutan untuk hidup bermasyarakat. Cinta termasuk kedalam kategori ini
karena cinta memerlukan objek dan berlandaskan hubungan sosial.
Setelah tercapainya ketiga kebutuhan ini, berikutnya akan muncul
kebutuhan pengakuan sosial dan aktualisasi diri. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan pengakuan diri dari orang lain yang berkaitan dengan harga
diri. Di dalamnya termasuk antara lain: kepercayaan diri bahwa lebih
hebat dari orang lain, keyakinan yang kuat terhadap kemampuan diri
sendiri, hasil nyata kinerja diri dan penegasan kemandirian. Bukti
kemampuan khalayak ini dapat berupa medali, gelar, kemasyhuran dan
julukan. Ketika manusia sudah mencapai titik ini, sebenarnya dia telah
agak maju, meskipun belum sampai pada tujuan. Di sinilah kebutuhan
kelima atau terakhir yakni aktualisasi diri berperan (Sendjaja, 1993: 245).

Uses and Gratifications Theory
8
BAB II
HAKIKAT TEORI
USES AND
GRATIFICATIONS
A. Paradigma Teori Uses and Gratifications
Rosrengen (Katz dan Blumer, 1974: 269) menyajikan paradigma dari
teori uses and gratifications dengan gambar berikut:
I. Bas
ic
Nee
ds
2.
In
divi
dual
Cha
ract
eris
tics
(10)
In
clud
ing
Psy
chol
ogic
al S
et U
p S
ocia
l Pos
ition
and
Life
His
yory
3. (
11)
S
ocie
ty In
clud
ing
Med
ia S
truc
turs
4. P
erce
ived
Pro
blem
s
9.
Gra
tific
atio
ns
or N
on
Gra
tific
atio
ns
5. P
erce
ived
Sol
utio
ns
6.
Mot
ivat
es
8. O
ther
Beh
avio
r
7. M
edia
Beh
avio
r

Uses and Gratifications Theory
9
Gambar 2: Paradigma Uses and Gratifications Rosengren Sumber: (Effendy, 2003: 291)
Butir pertama paradigma tersebut melambangkan infrastruktur biologis
dan psikologis yang membentuk landasan semua perilaku sosial
manusia. Kebutuhan biologis dan psikologis inilah yang membuat
seseorang bertindak dan bereaksi. Selain itu butir1,2 dan 3 pada gambar
menunjukkan interaksi antara faktor internal dan eksternal atau dengan
istilah yang konkret disebut sebagai interaksi yang terjalin antara
seseorang dengan masyarakat sekitar.
Dengan meninggalkan kebutuhan dasar (basic needs) untuk
sementara, marilah kita lihat butir 2 dan 3, ciri individual (individual
Characteristics) dan ciri masyarakat (societal characteristics). Minat para
peneliti terkonsentrasi pada butir ke-2, ciri individual khususnya ciri
ekstra individual, misalnya posisi sosial. Sementara itu proses interaksi
individual erat kaitannya dengan butir 1,4,5,6 dan 9 pada paradigma
tersebut.
Dari gambar di atas menjelaskan bahwa kondisi sosial dan psikologis
seseorang akan menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan
harapan-harapan terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang
membawa kepada perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan
dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan pemuasan
kebutuhan, serta konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan
sebelumnya.
Berikutnya Takauchi, seorang guru besar di Universitas Tokyo yang
juga merupakan direktur Institute Of Journalism and Communications
Studies memodifikasi paradigma uses and gratifications yang telah
diajukan sebelumnya. Model yang diajukan oleh Takeuchi di muat dalam
Jurnal “Studies of Broadcasting” terbitan tahun 1986. Model tersebut
menjelaskan mengenai paradigma uses and gratifications yang berbunyi
: “What kind of people in which means of communication and how,” yang
diterjemahkan sebagai berikut: “Jenis khalayak mana dalam keadaan
bagaimana dipuaskan oleh kebutuhan apa dari sarana komunikasi mana
dan bagaimana”.

Uses and Gratifications Theory
10
The
Soc
ial
Con
ditio
ns
Per
sona
l
Cha
ract
eris
tics
Nee
ds
Med
ia
Imag
es
Occ
asio
nal
cond
ition
s
for
expo
sure
to
the
med
ia
Exp
osur
e to
mas
s
com
mun
icat
ions
(m
otiv
e
and
actu
al
beha
vior
).
Bob
med
ia
sour
cer
Gra
tific
atio
ns
patte
rn
Gam
bar
3: S
kem
a ap
likas
i par
adig
ma
use
s an
d g
rati
fica
tio
ns
men
uru
t T
ake
uch
i
Sum
ber
: (Ef
fen
dy,
20
03
: 29
5)

Uses and Gratifications Theory
11
Pada skema yang diajukan oleh Takeuchi tersebut dijelaskan bahwa
unsur-unsur yang harus dihayati secara perspektif adalah ciri-ciri pribadi
khalayak, kondisi sosial khalayak, kebutuhan khalayak, motivasi dan
perilaku khalayak menanggapi terpaan dari media serta pola kebutuhan.
Namun, pada akhirnya semua faktor dilihat sebagai faktor yang
menerangkan pola kebutuhan. Selain itu tekanan-tekanan kondisional
seperti peristiwa politik dan sosial yang terjadi disekitar khalayak dapat
menimbulkan kebutuhan pada khalayak yang memiliki ciri-ciri pribadi
yang berbeda antara satu dengan lainnya serta citra media yang berbeda
pula. Hal ini tergantung kepada kebutuhan khalayak.
B. Asumsi Dasar Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications merupakan salah satu yang paling
terkenal diantara teori-teori lainnya pada bidang komunikasi massa. Teori
ini menunjukan bahwa permasalahan utamanya bukan pada bagaimana
cara media mengubah sikap dan perilaku khalayak, dan seberapa besar
media dapat mempengaruhi serta mengubah sikap dan perilaku
khalayak, akan tetapi lebih kepada bagaimana media memenuhi
kebutuhan pribadi dan sosial khalayak dan seberapa besar media dapat
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Sehingga sasarannya
adalah pada khalayak yang aktif, yang memang menggunakan media
untuk mencapai tujuan khusus.
Dalam melihat media, teori ini lebih menekankan pada pendekatan
manusiawi. Artinya, manusia itu punya otonomi dan wewenang dalam
memperlakukan media. Khalayak memiliki berbagai alasan untuk
menggunakan media. Selain itu, konsumen memiliki kebebasan untuk
memutuskan bagaimana mereka menggunakan media dan bagaiman
media akan berdampak pada dirinya. Selanjutnya, teori ini secara
keseluruhan membahas mengenai khalayak aktif suatu media di mana
khalayaklah yang menentukan media mana yang akan mereka gunakan
untuk meuaskan kebutuhan mereka baik kebutuhan akan informasi,
pendidikan dan hiburan. Namun perlu diketahui bahwa media dianggap

Uses and Gratifications Theory
12
bukan satu satunya sarana dalam pemenuhan kebutuhan khalayak
tersebut.
Dalam perkembangannya, terdapat beberapa asumsi yang mendasari
teori uses and gratifications ini. Salah satunya yaitu asumsi dasar dari
tokoh yang mempelopori munculnya teori uses and gratifications, Elihu
Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch (Baran dan Davis, 2009)
yang menguraikan lima asumsi-asumsi dasar dari teori ini yaitu:
1. Khalayak memiliki peran aktif
Khalayak bukanlah penerima (audiens) yang pasif atas apapun
yang media siarkan. Khalayak memiliki peran dalam memilih dan
menentukan isi program media. Perilaku komunikasi khalayak
mengacu kepada target dan tujuan yang ingin dicapai serta
berdasarkan kepada motivasi, khalayak melakukan pilihan
terhadap media berdasarkan motivasi, tujuan dan kebutuhan
personal lainnya.
2. Khalayak bebas memilih media
Pada prinsipnya, khalayak secara bebas menyeleksi media dan
program-programnya yang terbaik agar bisa mereka gunakan
untuk memuaskan kebutuhannya. Produser media mungkin tak
menyadari penggunaan oleh khalayak yang menjadi sasaran
program, dan anggota khalayak yang berbeda mungkin
memanfaatkan program yang sama untuk memuaskan
kebutuhan yang berbeda. Khalayak mengambil inisiatif dalam
penggunaan media. Kita memilih untuk menonton acara berita
yang ada di stelievisi jika sedang membutuhkan informasi begitu
juga sebaliknya, kita akan memilih tayangan komedi apabila
membutuhkan hiburan.
3. Media bukan satu-satunya sumber pemuas
Media bukanlah satu-satunya sarana yang dapat memuaskan
kebutuhan khalayak. Media bersaing dengan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya dalam hal pilihan, kegunaan dan perhatian
untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Khalayak dapat
memuaskan kebutuhannya tanpa media semisal pergi berlibur,
olahraga, menari, memancing dan sebagainya. Contohnya
seseorang yang menyukai hubungan akrab lebih suka untuk

Uses and Gratifications Theory
13
berbincang langsung secara interpersonal dengan teman
ataupun keluarga dari pada mengkonsumsi media. Khalayak
yang tidak memiliki inisiatif akan lebih mudah dipengaruhi oleh
media.
4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang
diberikan anggota khalayak atau audiens.
Individu dianggap cukup paham untuk melaporkan kepentingan
dan motif pada situasi-situasi tertentu. Audiensi melakukan
pilihan secara sadar mengenai penggunaan media yang
digunakannya. Riset awal terhadap teori uses and gratifications
adalah dengan mewawancarai responden untuk menanyakan
mengapa ia mengonsumsi media tertentu dan secara langsung
melakukan observasi terhadap reaksi responden selama
wawancara berlangsung. Namun dengan seiring
berkembangnya teori ini, pendekatan kualitatif tersebut
ditinggalkan dan beralih menggunakan pendekatan kuantitatif.
5. Pencegahan Signifikansi nilai Kultural
Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa
harus dicegah. Program atau muatan media harus bersifat
global karena akan ditangkap oleh khalayak yang beragam dari
kultur yang beragam pula. Namun selain itu. Katz, dkk (dalam
Morissan: 2014) menyatakan bahwa situasi sosial dimana
audiensi berasal turut terlibat dalam mendorong atau
meningkatkan kebutuhan audiens terhadap media melalui lima
cara sebagai berikut:
Pertama, situasi sosial dapat menghasilkan ketegangan dan
konflik yang mengakibatkan orang membutuhkan sesuatu
yang dapat mengurangi ketegangan melalui penggunaan
media.
Kedua, situasi sosial dapat menciptakan kesadaran adanya
masalah yang menuntut perhatian. Media memberikan
informasi yang membuat kita menyadari hal-hal yang
menarik perhatian kita dan kita dapat mencari lebih banyak
informasi yang menarik perhatian kita melalui media.

Uses and Gratifications Theory
14
Ketiga, situasi soial dapat mengurangi kesempatan
seseorang untuk dapat memuaskan kebutuhan tertentu dan
media berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap. Dengan
kata lain, terkadang situasi yang kita hadapi menjadikan
media sebagai sumber terbaik atau mungkin satu-satunya
yang tersedia. Pada situasi bencana alam, banyak orang
yang tidak dapat pergi langsung ke lokasi bencana
sehingga mereka sangat bergantung pada media untuk
mengetahui keselamatan anggota keluarga mereka.
Keempat, situasi sosial terkadang menghasilkan nilai-nilai
tertentu yang dipertegas dan diperkuat melalui konsumsi
media. Orang terdidik akan memilih media yang dapat
mempertegas atau memperkuat nilai-nilai yang menghargai
akal sehat, kesadaran diri dan ilmu pengetahuan. Namun
sebaliknya, media juga dapat mempertegas atau
memperkuat nilai-nilai yang bertentangan dengan akal
sehat.
Kelima, situasi sosial menuntut audiensi untuk akrab
dengan media agar mereka tetap dapat diterima sebagai
anggota kelompok tertentu. Dalam pergaulan sosial,
seseorang yang serba tidak tahu mengenai isu-isu yang
menjadi sorotan media akan dianggap sebagai orang yang
tidak mengikuti perkembangan zaman.
Berdasarkan asumsi dasar yang diajukan oleh Elihu Katz, Jay G.
Blumler dan Michael Gurevitch dapat dilihat bahwa secara umum asumsi
dasar dari teori uses and gratifications itu adalah berfokus pada khalayak
media. Di mana keputusan menggunakan media sepenuhnya berada di
tangan khalayak hingga pada akhirnya mereka dapat memutuskan untuk
menggunakan media atau tidak menggunakan sama sekali. Contohnya,
seseorang akan memilih tayangan yang menghibur seperti stand up
comedy, apabila mereka merasa sedih dan membutuhkan kebutuhan
akan hiburan.Oleh karena itu mood juga sangat berpengaruh bagi
seorang khalayak dalam menentukan penggunaan suatu media.

Uses and Gratifications Theory
15
Khalayak yang dimaksud dalam Komunikasi massa sangat beragam
mulai dari khalayak pembaca (surat kabar, majalah, tabloid, dll), khalayak
pendengar (radio) dan khalayak penonton (televisi). Setiap khalayak
memiliki perbedaan dengan khalayak lainnya seperti dalam hal berpikir
dan reaksi terhadap pesan yang diterima. Akan tetapi, masing-masing
individu bisa saling bereaksi terhadap pesan yang diterimanya (Nurudin,
2009).
Menurut Rosengren, dkk (1974) Pengujian-pengujian terhadap
asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam
(6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya sebagai berikut:
1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.
John W.C. Johnstone (1974) menganggap bahwa anggota audiens
tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai
anggota kelompok sosial yang terorganisir dan sebagai partisipan dalam
sebuah kultur. Sesuai dengan anggapan ini, maka media berhubungan
dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu-individu, yang
tumbuh didasarkan atas nilai lokalitas dan relasi sosial individu-individu
tersebut.
Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan
media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan
persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan memiliki
hubungan kausalitas dengan motivasi media.
2. Pendekatan nilai pengharapan.
Konsep pengharapan audiens fokus (concern) pada karakteristik
media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi
pokok Uses and Gratifications Media mengenai audiens aktif. Jika
anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non
media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki
persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh
kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi
faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.

Uses and Gratifications Theory
16
3. Aktifitas audiens.
Levy dan Windahl (1984) menyusun tipologi aktifitas audiens yang
dibentuk melalui dua dimensi:
a. Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
b. Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan (baca
handsout ”audiens”)
Penelitian tentang penggunaan media, menemukan adanya
perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang
dirasakan. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non
media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh.
4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.
Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media
menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau
pencarian gratifikasi atau gratification sought (GS) dan pemerolehan
gratifikasi atau gratifications obtained (GO). GS merupakan kepuasan
yang dicari seseorang pada saat menggunakan media, di mana
seseorang menggunakan media dikarenakan dorongan dari motif
tertentu. Menurut McQuail motif seseorang menggunakan media, yaitu:
motif hiburan, yang menetapkan sebagai pelarian dari rutinitas atau
masalah sehari-hari; motif integrative sosial, terjadi ketika mereka
menggantikan media sebagai sahabat mereka; motif identitas pribadi,
cara untuk memperkuat nilai-nilai pribadi; dan motif informasi, tentang
bagaimana media akan membantu seseorang untuk mendapatkan
informasi (Rachmat: 2005).
Gratifikasi atau efek yang diperoleh dikenal juga dengan instilah
Gratifications Obtained (GO) dalam teori uses and Gratifications. GO ini
merupakan kepuasan yang diperoleh oleh individu setelah menggunakan
suatu media. Terdapat tiga kategori bentuk kepuasan dalam hal ini yaitu :
puas, biasa saja dan tidak puas. Beikutnya menurut Palmgreen (2001:
27), Gratifications Obtained (Kepuasan yang diperoleh) adalah sejumlah
kepuasan yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan media. Katz,
Gurevich dan Haas memandang media massa sebagai suatu alat yang

Uses and Gratifications Theory
17
digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan (atau memutuskan
hubungan) dengan yang lain.
Melalui perbandingan antara GO dan GS kita dapat menilai bahwa
kepuasan yang diperoleh seseorang, apabila GO seseorang lebih besar
daripada GS, maka kepuasaan orang itu terpenuhi dan sebaliknya,
apabila GO seseorang lebih kecil daripada GS maka kepuasaan orang
itu tidak terpenuhi. Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO
menghasilkan temuan berupa korelasi yang kuat antara GS individual
dengan GO yang saling terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara
empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dan GO secara
konseptual, sebagai berikut:
a. GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan
bagi yang lain.
b. Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam
beberapa studi.
c. Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-
rata GO.
d. GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan
pengukuran konsumsi media dan efek.
Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan
dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan
program dependensi media; kepercayaan; dan evaluasi terhadap ciri-ciri
atau sifat-sifat media.
5. Gratifikasi dan konsumsi media.
Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan
konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
A. Studi tipologis mengenai gratifikasi media.
B. Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu
sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media
di sisi lain.
Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan
dengan pemilihan program. Becker dan Fruit (1979) memberi bukti
bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda,
berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media

Uses and Gratifications Theory
18
menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara
pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi. Pada dasarnya apabila
kepuasan seseorang terpenuhi maka penggunaan akan suatu jenis
media pun akan meningkat, karena individu memperoleh kepuasan
setelah menggunakan media, begitu juga sebaliknya individu hanya akan
menggunakan media yang dapat memuaskan kebutuhan mereka.
6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.
Windahl (1981) penggagas model uses and effects, menunjukkan
bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan
spektrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi,
sikap, persepsi mengenai realitas sosial, agenda setting, diskusi, dan
berbagai efek politik. Adanya teori ini merupakan sintesis dari teori
sebelumnya, yaitu uses and gratifications theory dan teori tradisional
mengenai efek dari konsep “use” yang merupakan bagian penting atau
pokok darisuatu pemikiran. Jika pada teori sebelumnya mengenai uses
and gratifications theory, penggunaan media pada dasarnya ditentukan
oleh kebutuhan dasar individu sedangkan dalam uses and effects theory,
kebutuhan hanyalah salah satu dari faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya penggunaan media. Karakter individu, harapan dan persepsi
terhadap media, dan tingkat akses kepada media, akan membawa
individu kepada keputusan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
isi media massa.
Blumler mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan
perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang
lebih teoritis, Blumler menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:
a) Motivasi kognitif, akan memfasilitasi penemuan informasi.
b) Motivasi pelepasan dan pelarian, akan menghadiahi penemuan
audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.
c) Motivasi identitas personal, akan mendorong penguatan efek.

Uses and Gratifications Theory
19
C. Elemen – Elemen Teori Uses and Gratifications
Rosengren (Sendjaja, 1993: 5.4-5.42) mengemukakan 11 elemen
teori uses and gratificationsseperti yang di jabarkannya dalam gambar
berikut:
A.
dalam interaksinya dengan 1. Kebutuhan mendasar
tertentu
dan juga dengan 2. Berbagai kombinasi antara karakteristik intra dan ekstra individu
menghasilkan 3. Struktur masyarakat, termasuk struktur media
dan 4. Berbagai kombinasi
persoalan individu
Kombinasi persoalan dan
solusinya menunjukkan
5. Persepsi mengenai solusi
berbagai persoalan tersebut
yang menghasilkan 6. Berbagai motif untuk mencaripemenuhanpenyelesaian persoalan
dan 7. Perbedaan pola konsumsi
media
yang menyebabkan
9. Perbedaan pola
pemenuhan
yang mempengaruhi
yang sekaligus akan
mempengaruhi pada 10. Kombinasi karakteristik intra
dan ekstra individu
11. Struktur media dan berbagai
struktur politik, kultural
ekonomi masyarakat
8. Perbedaan pola perilaku
lainnya

Uses and Gratifications Theory
20
Kebutuhan individu merupakan titik awal meskipun tumbuhnya
kebutuhan tentu saja dikarenakan interaksi dengan elemen-elemen di
dalam dan di sekitar individu (kotak 2 dan 3). Rosengren mengemukakan
bahwa kebutuhan-kebutuhan pada tataran yang lebih tinggi (kebutuhan
akan teman, cinta, pengakuan dan aktualisasi diri) adalah yang paling
relevan bagi model uses and gratifications dibandingkan kepada
kebutuhan pada tataran rendah (kebutuhan psikologis dan keamanan).
Pada kotak 4, Rosengren memperkenalkan konsep persoalan yang
terjadi melalui interaksi antara kebutuhan, karakteristik, individu dan
kondisi lingkungan-lingkungan sosialnya. Tingkat kerumitan persoalan
berbeda tiap individunya, yang berlaku pula dalam persepsi mengenai
bagaimana suatu persoalan dapat diselesaikan (kotak 5).
Pada tingkat individual persoalan-persoalan yang dirasakan dan
solusinya dapat memberikan motif untuk bertindak (kotak 6). Meskipun
motif sulit dipisahkan dari persoalan namun motif dapat diarahkan pada
berbagai tujuan pemenuhan atau jenis-jenis solusi persoalan. Beberapa
penelitian memberikan contoh mengenai hal ini, yaitu: ketika mengalami
situasi sosial tertentu yang penuh dengan konflik dan tekanan, individu
akan memiliki motif untuk rileks dan menghibur diri dengan
mengkonsumsi media, individu sadar akan adanya persoalan dalam
masyarakat sehingga termotivasi untuk mencari informasi untuk
mendapatkan orientasi melalui media massa.
Persoalan yang membawa pada motif tertentu akan menyebabkan
tindakan dalam bentuk konsumsi media atau perilaku lainnya (kotak 7
dan 8). Karena kebutuhan, persoalan dan motif berbeda di setiap individu
maka hasilnya adalah pola-pola perilaku yang berbeda pula. Sejumlah
orang menggunakan media massa untuk mencari informasi, sejumlah
orang untuk mencari hiburan dan bahkan sejumlah lainnya tidak
menggunakan media apapun. Kotak 9 menyatakan perbedaan pola
pemenuhan (termasuk kemungkinan tidak tercapainya pemenuhan)
merupakan hasil dari proses tersebut. Sementara kotak 10 dan 11
berkaitan tentang efek proses tersebut. Keseluruhan proses ini
menunjukkan bahwa uses and gratifications dapat mempengaruhi
masyarakat dan media yang beroperasi di dalamnya.

Uses and Gratifications Theory
21
D. Model dari Teori Uses and gratifications
Model dibangun berdasarkan teori atau setidaknya pengertian teoritis.
Tanpa masukan teoritis, maka mustahil untuk membuat konstruksi yang
berfokus dari sebuah realitas yang terjadi. Teori memberitahu kepada
kita dimana harus mencari, apa yang harus dicari, dan bagaimana
melihat suatu masalah.Sementara kita perlu mengetahui bahwa model
berbeda dengan fenomena. Model merupakan suatu alat yang digunakan
untuk menjelaskan suatu fenomena. Oleh karena itu, model komunikasi
merupakan alat yang digunakan untuk menjelaskan fenomena
komunikasi yang terjadi. Model membantu merumuskan suatu teori, oleh
karena itu model lebih bersifat khusus dibandingkan teori.
Menurut Fisher (1986: 93-94) model adalah analogi yang
mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau
komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan suatu model.
Model merupakan gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori. Dengan kata lain model adalah teori yang
disederhanakan. Sementara itu menurut Severin dan Tankard, model
membantu dalam merumuskan suatu teori. Oleh karena hubungan antar
model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan
teori. Oleh karena kita perlu memilih unsur-unsur tertentu yang kita
masukkan dalam model, suatu model mengimplikasikan penilaian akan
relevansi dan ini pada gilirannya mengimplikasikan suatu teori mengenai
fenomena yang diteorikan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi
suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan teori dan
menyarankan cara untuk memperbaiki konsep-konsep (Mulyana, 2001:
121-122).
Deutsch (Severin dan Tankard, 1992: 37) menyebutkan bahwa model
mempunyai empat fungsi yaitu:
1. Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya
tidak teramati;
2. Heuristik (menunjukkan fakta-fakta dan metode baru yang tidak
diketahui);

Uses and Gratifications Theory
22
3. Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipenya atau
tidak hingga yang kuantitatif yang berkenaan dengan kapan dan
berapa banyak
4. Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi.
Pembuatan model dalam menjelaskan fenomena dan
penyederhanaan teori dirasa memberikan manfaat bagi ilmuan. Irwin D.J
Bross menyebutkan beberapa keuntungan pembuatan model,
diantaranya: Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan
masalah, bila model awal tidak berhasil memprediksi; Model mungkin
menawarkan kesenjangan informasional yang tidak segera tampak dan
konsekuensinya dapat menyarankan tindakan yang berhasil. Ketika
suatu model diuji, karakter kegagalan kadang-kadang dapat memberikan
petunjuk mengenai kekurangan model tersebut. Ilmu pengetahuan justru
dihasilkan oleh kegagalan suatu model. Karya einsten adalah
perkembangan dari eksperimen Michelson-Morley yang menunjukkan
model eter menimbulkan prediksi yang gagal ((Bross, 1965: 17-18).
Pada bahasan ini terdapat sebanyak lima model teori uses and
gratifications yang akan dijelaskan di mana kelima model tersebut akan
menjelaskan bagaimana individu menggunakan dan mengkonsumsi
media dan efek yang ditimbulkannya. Model ini mecakup: model uses
and gratifocations menurut katz, et.al, model transaksional (McLeod &
Becker), model pencarian kepuasan dan aktifitas audiens (A. Rubin &
Perse), model nilai harapan (Palmgreen &Rayburn) serta model
penggunaan & ketergantungan (Rokeach & De Fleur).
a) Model Teori Uses and Gratifications Katz, et.al
Pendekatan kegunaan dan kepuasan yang diajukan oleh Katz et,al
ini menjelaskan bahwa kondisi sosial dan psikologis seseorang akan
menyebabkan adanya kebutuhan, yang menciptakan harapan-harapan
terhadap media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa
kepada perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam
aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan pemuasan
kebutuhan, serta konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan

Uses and Gratifications Theory
23
sebelumnya. model uses and gratifications yang diajukan oleh katz, et.al
dapat dilihat dalam bentuk model berikut ini:
Gambar 4 : Model Pendekatan Kegunaan dan Kepuasan
Sumber : (Tan, 1981: 99)
Model ini berawal dengan kondisi di sekitar yang meliputi ciri-ciri
demografi seperti umur, bangsa, jenis kelamin, afiliasi kumpulan dan ciri-
ciri pribadi. Katz et.al dalam penelitiannya di Israel mendapati bahwa
keperluan yang berkaitan dengan media terkait erat dengan umur dan
taraf pendidikan. McQuail et, al menyatakan bahwa keperluan untuk
pelepasan (escapism) mencirikan bahwa individu itu mempunyai
penyesuaian pribadi yang lemah (low personal adjustment) dan harga diri
yang rendah.
Menurut Katz et.al (1973: 164-181) keperluan – keperluan
khalayak dikategorikan sebagai :
Keperluan
Kognitif Afektif Integratif Sosial
Escapism
Sumber Media Jenis Media Isi Media Penggunaan Media Konteks Sosial dari Penggunaan terhadap Media
Sumber Bukan Media Keluarga dan Rekan-rekan Hubungan Interpersonal Hobi, Tidur dan Lain-lain
Rekreasi
Fungsi Media Gratifications -Pengawasan -Identitas diri -Hiburan/Escapism/Pelepasan -Hubungan/integrasi diri
Lingkungan Sosial Ciri-ciri Demografi
Keanggotaan dalam Komunitas Ciri-ciri Kepribadian (Personality)

Uses and Gratifications Theory
24
1. Keperluan Kognitif
Keperluan yang terlibat untuk memperkukuh informasi,
pengetahuan dan pemahaman sekitar. Keperluan ini berasaskan
kepada keinginan untuk memahami dan menguasai persekitaran
serta memuaskan atau untuk memenuhi perasaan ingin tahu.
2. Keperluan Afektif
Keperluan yang berkaitan dengan estetika, keindahan dan
pengalaman emosi. Keindahan dan hiburan merupakan motivasi
dan dapat dipenuhi melalui media.
3. Keperluan Integratif Individu
Integratif individu adalah yang berkaitan dengan pengukuhan
kredibilitas, keyakinan, stabilitas dan status individu. Ini bermula
dari keinginan individu untuk mencapai self-esteem.
4. Keperluan Integratif Sosial
Keperluan yang berkaitan dengan pengukuhan hubungan
dengan keluarga, kawan dan dunia sekitar. Ini berasaskan
kepada keinginan seseorang itu untuk berafiliasi dengan kawan-
kawan.
5. Keperluan Pelepasan (Escapism)
Keperluan yang berkaitan untuk menghilangkan atau
mengurangkan tekanan dan keinginan untuk mengelak dari
masalah yang dihadapi atau untuk melupakan sesuatu yang
tidak mengenakkan.
Terdapat dua sumber yang dapat memenuhi keperluan-keperluan
khalayak yaitu sumber bukan media dan media massa. Sumber bukan
media ialah seperti keluarga, rekan-rekan, hubungan antar pribadi,
melibatkan diri dengan hobi-hobi tertentu ataupun tidur bahkan dengan
berbagai cara yang lain. Sedangkan sumber yang kedua adalah media
massa. Terdapat beberapa variabel penggunaan media atau kombinasi
variable tersebut yang membawa kepuasan media. Menurut Katz, et,al,
(1973), Variabel yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
1. Isi media seperti berita, drama, soap opera, cerita-cerita dan
berbagai bentuk lainnya;
2. Jenis media seperti surat kabar, radio, televisi dan film;

Uses and Gratifications Theory
25
3. Konteks Sosial terhadap terpaan media seperti penggunaan
media di rumah atau bioskop, seorang diri atau secara
berkelompok.
Keperluan-keperluan khalayak ini dipenuhi oleh fungsi media.
Lasswell telah memberikan tiga kategori fungsi media (Laswell, 1948):
Pertama, media memberikan informasi mengenai alam sekeliling kita
atau dikenali sebagai pengawasan. Kedua, hubungan antara bagian-
bagian dalam masyarakat sebagai reaksi terhadap sekeliling dan ketiga
adalah kelangsungan warisan dari satu generasi kepada satu generasi
yang lain. Wright (1975: 16) telah menambah satu fungsi lagi yaitu fungsi
hiburan. Fungsi-fungsi media ini dianggap telah memenuhi keperluan –
keperluan khalayak. Keperluan kognitif dapat dicapai atau dipenuhi oleh
fungsi pengawasan. Keperluan afektif dan pelepasan dapat dipenuhi oleh
pengalihan dan fungsi hiburan. Keperluan integratif personal dipenuhi
oleh fungsi identitas diri, dan keperluan integratif sosial dipenuhi oleh
fungsi hubungan sosial.
Dalam tahap operasionalisasi, model kegunaan dan kepuasan telah
menimbulkan berbagai uraian. Menurut Blumler (1979: 203) di bawah
grand theory uses and gratifications, bermacam-macam teori bernaung
dan bertentangan satu sama lain. Variabel meliputi variabel individual
yang terdiri dari data demografi seperti jenis kelamin, umur dan faktor-
faktor psikologi khalayak, serta variabel lingkungan seperti organisasi,
sistem sosial dan struktur sosial.
b) Model Transaksional Teori Uses and Gratifications (McLeod &
Becker)
Model ini melihat komunikasi sebagai kegiatan transaksional. Model
komunikasi transaksional (Barnlud: 1970: 35) menggaris bawahi
pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus
menerus dalam sebuah episode komunikasi dimana pengirim dan
penerima pesan sama-sama bertanggung jawab terhadap dampak dan
efektifnya komunikasi yang terjadi. Dalam model transaksional, orang
membangun kesamaan makna, apa yang dikatakan orang dalam sebuah
transaksi sangat di pengaruhi oleh pengetahuan dan pengalamannya di

Uses and Gratifications Theory
26
masa lalu. Model transaksional sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
McLeod & Becker pada tahun 1974.
Didalam komunikasi massa tidak hanya menjelaskan tentang
seseorang yang berbuat sesuatu kepada orang lain melainkan juga
menjelaskan perbedaan antara sumber dan penerima yang berubah-
ubah dapat mempengaruhi proses komunikasi. Sumber asal dapat
mempengaruhi sumber. Sebagai contoh, pemikiran khalayak terhadap
program dapat mempengaruhi programer televisi dalam merancang
acara televisi. Model ini menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang
menghasilkan efek pada audiens ketika menggunakan media, yaitu
karakteristik pesan dan orientasi psikologis individu (Morissan, 2002).
Terpaan media (media exposure) terhadap diri individu akan
menghasilkan efek besar selama orientasi psikologis audiens
memungkinkan untuk hal itu. Misal, berita tentang pemerintah untuk
menaikkan gaji guru tentunya akan berpengaruh pada audiens yang
berprofesi sebagai guru dibandingkan yang berprofesi sebagi pedagang,
dsb.
Efek dari media dengan model yang berlabel transaksional
sepenuhnya menggabungkan penggunaan dan paradigma kepuasan.
Model ini mengacu pada dalil-dalil Davison (1959), Bauer (1964), Weiss
(1969), dan lain-lain, yang berargumen bahwa untuk memahami efek
media yang satu, kita harus juga memahami yang lainnya. Menurut
Bauer, komunikasi adalah "suatu proses transaksional di mana dua pihak
masing-masing berharap untuk memberi dan menerima dari kesepakatan
nilai keadilan.”
c) Model Nilai Harapan
Model teori ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kepuasan
seseorang terhadap suatu media ditentukan oleh faktor sikap atau
kebutuhan yang dimiliki oleh orang tersebut. Dimana apabila suatu media
dapat memenuhi kebutuhan yang di miliki seorang individu maka mereka
dapat dikatakan puas setelah menggunakan media tersebut. Model nilai
dan harapan pertama kalinya dikenalkan oleh Palmgreen (1984) dimana
Palmgreen mengajukan gagasan bahwa perhatian audiens terhadap
suatu media ditentukan oleh sikap yang dimilikinya. Menurutnya,

Uses and Gratifications Theory
27
kepuasan yang diperoleh seseorang dari media ditentukan juga oleh
sikap orang tersebut terhadap media, yaitu kepercayaan dan evaluasi
yang diberikan terhadap media tersebut. Pada prinsipnya, suatu sikap
individu terdiri atas kepercayaan dan evaluasi. Sikap seseorang misalnya
terhadap program televisi ditentukan oleh kepercayaannya terhadap
program dan evaluasi yang diberikan terhadap program yang
bersangkutan. Contohnya, jika seseorang percaya pada program siaran
berita yang ditayangkan di stasiun televisi seperti: Metro TV dan TV One
yang dipercaya dapat memberikan informasi terkini dan faktual
kepadanya dan ia menyukai informasi yang disajikan maka ia akan
mencari pemuas terhadap dirinya akan informasi dengan menonton
siaran berita yang ditayangkan stasiun televisi tersebut. Begitu pula
sebaliknya, ia akan menghindari siaran program berita yang disiarkan
stasiun televisi tersebut apabila ia menganggap jika program berita
tersebut tidak faktual.
Tentu saja sikap seseorang terhadap siaran program berita tersebut
sangat tergantung kepada kepercayaan dan evaluasi yang dimilikinya.
Apakah mereka akan memilih untuk menonton dan menjadi khalayak
setia program tersebut ditentukan oleh beberapa hal. Kumpulan
kepercayaan dan evaluasi akan menentukan orientasi seseorang
terhadap program tertentu. Palmgreen (1984) mengajukan rumusan
(formula) mengenai tingkat kepuasan yang diinginkan audiensi dari
media massa sebagai berikut:
dimana : GS = Kepuasan yang dicari
bi = Kepercayaan
ei = Evaluasi
Formula di atas dapat digunakan untuk mencari kepuasan terhadap
suatu media (program atau isi media). Ketika seseorang mendapatkan
pengalaman dari suatu media maka kepuasan yang diperolehnya pada
gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan dan memperkuat pola
menontonnya (Morissan, 2014: 515).Palmgrenn menggunakan asumsi

Uses and Gratifications Theory
28
dasar bahwa orang menggunakan media di dorong oleh motif-motif
tertentu, namun konsep yang diteliti oleh Palmgreen ini tidak berhenti di
situ. Palmgrenn menanyakan apakah motif-motif khalayak tersebut telah
dapat dipenuhi oleh media konsep mengukur kepuasan ini. Adapun
konsep yang ditawarkan disebut Gratification Sought (GS) dan
Gratification Obtained (GO). Penggunaan konsep-konsep baru inilah
yang memunculkan teori yang merupakan varian dari teori uses and
gratifications yaitu teori expectacy values (teori pengharapan) (Rachmat,
2008: 208).
Menurut model ini, GS adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan
individu ketika mengkonsumsi suatu jenis media tertentu (radio,tv atau
koran). Dengan kata lain GS ini merupakan motif seseorang untuk
mengkonsumsi media. Sedangkan GO adalah kepuasan yang nyata
yang diperoleh seseorang setelah mengonsumsi suatu jenis media
tertentu (Rachmat, 2008: 209).Berikut model Nilai Pengharapan yang
diajukan oleh Palmgreen:
Gambar 5: Model Expectancy – Values
Sumber: (Kriyantono, 2010: 112)
A. Gratifications Sought (GS)
Rini adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi bidang studi
Jurnalistik, karena latar belakangnya sebagai mahasiswi jurnalistik,
membuat Rini sering mendengar ataupun menonton siaran berita yang
disiarkan di berbagai stasiun televisi seperti TVRI, Metro TV dan TV One.
Beliefs
Gratification
Sought
Evaluations
Gratifications
Obtained
Media
Consumption

Uses and Gratifications Theory
29
Oleh karena itu di saat menghabiskan waktu luang di kosan, Rini
seringkali memutar siaran TV One ataupun metro TV karena kebutuhan
informasinya serta ketertarikannya di dunia Jurnalistik. Hal ini terkadang
membuatnya terlibat percekcokan dengan teman sekamarnya Ira. Ini
dikarenakan Ira lebih menyukai hiburan dan lebih memilih untuk
menonton program komedi ataupun sitkom yang sering disiarkan di
Trans TV, Tran7 ataupun Net TV.
Kasus percecokan yang terjadi karena pemilihan program siaran
televisi tersebut seringkali kita jumpai di lingkungan sekitar baik dalam
keluarga maupun di lingkungan pertemanan. Hal Ini menunjukkan bahwa
setiap individu memiliki motivasi yang berbeda dalam menggunakan
suatu media. Motifasi yang mereka miliki inilah yang disebut dengan
gratifications Sought (GS).
Motif berasal dari bahasa Latin, movere yang artinya bergerak atau to
move. Menurut Branca motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri
individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force
(Walgito,1997). Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya
mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang
melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan
dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu
(Ardiyanto, 2004:87). Dalam teori uses and gratifications dijelaskan
bahwa khalayak terlibat aktif dalam memilih media, di mana media di
gunakan untuk memenuhi motif-motif kepuasan yang di cari khalayak
seperti : informasi, pendidikan, dan hiburan.
Di dalam Alquran sendiri telah dijelaskan bahwa komunikasi berfungsi
untuk memberi informasi atau menggambarkan “bashir” (pemberi kabar)
atau memberitahukan. Proses mencari informasi merupakan salah satu
motif seseorang dalam menjalin komunikasi termasuk halnya dalam
menggunakan media. Didalam Agama Islam, komunikasi berfungsi untuk
memberitahukan kepada manusia mengenai segala sesuatu yang
diridhoi dan dimurkai oleh Allah S.W.T. Di mana Rasulullah S.A.W
bersabda:
"Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian
dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang
berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati

Uses and Gratifications Theory
30
tempat duduknya di neraka" (HR al-Bukhari, Hadits sahih, diriwayatkan
oleh al-Bukhari, hadits no. 3202) .
Selain itu, menurut Rosengren (1974) maksud “kegunaan”
memberikan pengertian bahwa khalayak tidak dianggap sebagai pasif
tetapi adalah merupakan sebagian dari proses komunikasi yang aktif.
Keterlibatan yang aktif ini pula seterusnya mendorong kepada pemilihan
isi media yang sealiran dan yang dapat memenuhi keperluan serta minat
khalayak. Keadaan ini akan disesuaikan dengan kegiatan khalayak
dalam usaha untuk memenuhi keperluan dan minat tersebut. Rosengren
juga menambahkan bahwa perkataan “kepuasan” merujuk kepada
pengalaman tentang ganjaran atau nikmat yang diperoleh dengan
menggunakan isi atau jenis media.
Kepuasan ini memainkan peranan penting dalam membentuk tabiat
(kebiasaan) terhadap pemilihan isi media dan dalam memberikan
pemahaman pada motivasi serta perhatian kepada media massa.
Walaupun terdapat beberapa perbedaan dari segi pendekatan tentang
cara untuk mengukur keperluan–keperluan khalayak dan fungsi-fungsi
media, namun dalam kajian kegunaan dan kepuasan ini terdapat asumsi
yang disetujui bersama. Adapun asumsi tersebut adalah sebagai berikut:
1 Penggunaan media adalah berdasarkan kepada informasi. Media
massa digunakan untuk memenuhi keperluan-keperluan tertentu.
Keperluan ini merupakan wujud dari lingkungan sosial sekitar;
2 Penerima atau khalayak memilih jenis media dan isi media untuk
memenuhi keperluan mereka, dengan itu khalayak yang memulai
proses komunikasi, serta merekalah yang dapat menentukan media
berdasarkan keperluan masing-masing dan membiarkan media
mempengaruhi mereka;
3 Terdapat sumber lain yang dapat memenuhi keperluan-keperluan
khalayak dan media massa terpaksa bersaing dengan sumber-
sumber tersebut;
4 Khalayak menyadari keperluan mereka dan dapat melaporkan atau
menggambarkan apabila ditanya. Khalayak juga menyadari apa
alasan mereka menggunakan media massa.

Uses and Gratifications Theory
31
Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara:
unifungsional (hasrat melarikan diri, kontak sosial atau kelompok
bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasist-escapist atau
pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat ditunda), empat –fungsional
(diversi, hubungan personal, identitas personal dan pengamatan; atau
pengamatan, korelasi, hiburan, transmisi budaya dan multifungsional
(Greenberg: 1974). Berbagai motif memang tidak terbatas, tetapi
operasionalisasi Blumler lebih sesuai dan mudah untuk dijadikan
petunjuk penelitian. Blumler menyebutkan tiga orientasi: orientasi kognitif
(keperluan akan informasi, pengamatan atau eksplorasi kenyataan),
diversi (keperluan akan pelepasan dari tekanan dan keperluan akan
hiburan), serta identitas personal (yaitu menggunakan isi media untuk
memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan
atau situasi khalayak sendiri) (Blumler, 1974: 209). Penggunaan media
terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi
media yang dipergunakan dan berbagai hubungan antara individu yang
mempergunakan media dengan isi media yang dipergunakan atau
media secara keseluruhan.
Selain itu menurut Mc. Quail, et.al (1972: 132-165) terdapat empat
alasan mengapa khalayak menggunakan media, yaitu:
1. Pengalihan (diversion), yaitu melarikan diri dari rutinitas atau
masalah sehari-hari. Mereka yang sudah bekerja seharian
membutuhkan media sebagai pengalih perhatian dan rutinitas.
2. Hubungan personal, hal ini terjadi ketika seseorang
menggunakan media sebagai pengganti teman
3. Identitas personal, sebagai cara untuk memperkuat nilai-nilai
individu. Misalnya, banyak pelajar yang merasa lebih bisa belajar
jika ditemani alunan musik dari radio.
4. Pengawasan (surveillance), yaitu informasi mengenai
bagaimana media membantu individu mencapai sesuatu. Misal
orang menonton program agama di televisi untuk membantunya
memahami agamanya secara lebih baik.
Selanjutnya Siregar dan Pasaribu (2001: 57) menjelaskan bahwa
terdapat tiga jenis motif yang terdapat pada setiap orang yang
mendorongnya untuk menggunakan media. Ketiga motif tersebut yaitu:

Uses and Gratifications Theory
32
1. Seseorang disebut memiliki motif informasional dalam upayanya
memperoleh kejelasan tentang kebutuhan terhadap informasi
tertentu agar ia meperoleh kejelasan tentang sesuatu hal.
Informasi itulah yang memberi kejelasan tentang sesuatu yang
digunakan untuk mengurangi keragu-raguannya terhadap
lingkup sosial atau lingkungan pergaulannya.
2. Seseorang disebut memiliki motif edukasional jika, upayanya
mencari informasi didorong oleh kebutuhan terhadap informasi
yang dapat digunakannya untuk belajar atau memproses diri.
Informasi yang diperoleh pembaca berdasarkan motif semacam
ini dapat digunakan untuk memperbaiki penampilan dirinya
dalam pergaulan sosial, meperbaiki cara kerjanya, dan
sebagainya.
3. Seseorang disebut memiliki motif hiburan dikarenakan ia
mencari informasi yang didapat untuk memperoleh kesenangan-
kesenangan psikologis. Jadi informasi itu digunakan dalam
konteks kepentingan pribadi dan secara langsung tidak berkaitan
dengan lingkungan sosialnya.
Menurut McQuail motif seseorang menggunakan media, yaitu: motif
hiburan, yang menetapkan sebagai pelarian dari rutinitas atau masalah
sehari-hari; motif integrative sosial, terjadi ketika mereka menggantikan
media sebagai sahabat mereka; motif identitas pribadi, cara untuk
memperkuat nilai-nilai pribadi; dan motif informasi, tentang bagaimana
media akan membantu seseorang untuk mendapatkan informasi. Untuk
lebih lengkapnya Rakhmat (2004:1998) menambahkan kategori motif
penggunaan media menurut McQuail sebagai berikut:
1. Informasi
a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan
dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia;
b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis,
pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan
pilihan;
c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum;
d) Belajar, pendidikan diri sendiri.

Uses and Gratifications Theory
33
2. Identitas pribadi
a) Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi;
b) Menemukan model perilaku;
c) Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam
media);
d) Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Integritas dan interaksi sosial
a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain;
empati sosial;
b) Mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan
meningkatkan rasa memiliki;
c) Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial;
d) Memperoleh teman.
e) Membantu menjalankan peran sosial.
f) Memungkinkan seseorang untuk dapat menghubungi sanak-
keluarga, teman, dan masyarakat.
4. Hiburan
a) Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.
b) Bersantai.
c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d) Mengisi waktu.
e) Penyaluran emosi.
Motif-motif di ataslah yang disebut dalam model nilai pengharapan
Palmgreen sebagai GS. GS adalah kepuasan yang dicari atau diinginkan
pengguna ketika menggunakan suatu jenis media tertentu. Dengan kata
lain, pengguna akan memilih atau tidak suatu media tertentu dipengaruhi
oleh sebab-sebab tertentu, yaitu didasari motif pemenuhan sejumlah
kebutuhan yang ingin dipenuhi (Palmgreen, 2001: 27). Selain itu efek
media dapat dioperasionalisasikan sebagai penilaian kemampuan media
untuk memberikan kepuasan (sejauhmana media membantu responden
memperjelas suatu masalah), sebagai dependensi media (kepada media
mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk tujuan
informasi) dan sebagai pengetahuan (apa yang diketahui responden
mengenai persoalan tertentu).

Uses and Gratifications Theory
34
B. Gratifications Obtained (GO)
Gratifications Obtained (Kepuasan yang diperoleh) adalah sejumlah
kepuasan yang diperoleh individu atas terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan tertentu setelah individu tersebut menggunakan media
(Palmgreen, 2001: 27). Katz, Gurevich dan Haas (1973) memandang
media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu
untuk berhubungan (atau memutuskan hubungan) dengan yang lain.
Pendekatan teori uses and gratifications lebih mengarah kepada
perhatian penggunaan (uses) isi media untuk mendapatkan pemuasan
(gratifications) terhadap kebutuhan seseorang, yang mana dalam teori ini
khalayak yang aktif, secara sengaja menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya. “Pendekatan uses and gratifications
mempersoalkan yang dilakukan orang pada media, yakni menggunakan
media untuk pemuas kebutuhannya (Palmgreen, 2001: 144).” Meskipun
masih diragukan adanya ‘satu’ model uses & gratifications ataukah ada
banyak di antaranya, namun para ahli sependapat mengenai gagasan
utama pendekatan ini.
d) Model pencarian kepuasan dan aktifitas Audiens
Model pencarian kepuasan dan aktifitas audien menjelaskan bahwa
untuk memperoleh kepuasan baik dari segi informasi, pendidikan dan
hiburan, khalayak atau audiens akan melakukan berbagai upaya dalam
pemilihan media yang dapat memenuhi kepuasan tersebut. Dimana
menurut Menurut Kim & Rubin (Miller, 2002: 244-245) menjelaskan
proses internal yang dialami oleh seorang khalayak dalam mencari
gratifikasi (kepuasan) dari media adalah sebagai berikut:
a. Seorang khalayak akan melakukan proses seleksi (selecting).
Gratifikasi yang diinginkannya akan disesuaikan dengan media yang
akan digunakannya. Seseorang yang ingin beristirahat setelah lelah
bekerja seharian, tentu akan memilih mendengarkan musik video
ketimbang melihat dialog atau debat di televisi yang memerlukan
perhatian dan konsentrasi lebih.
b. Proses memperhatikan (attention). Pada proses ini, individu
khalayak akan mengalokasikan usaha kognitifnya untuk
mengkonsumsi media. Seorang instruktur senam tentu akan lebih

Uses and Gratifications Theory
35
teliti dalam membaca tabloid Aerobik, ketimbang seseorang yang
sekedar membaca untuk mengisi waktu luang.
c. Proses terakhir adalah proses keterlibatan (involvement). Pada
proses ini seorang khalayak akan terlibat lebih dalam secara
personal dengan media tersebut, bahkan juga memiliki “hubungan
spesial” dengan karakter media tersebut. Proses ini seringkali juga
disebut sebagai “para-social interaction”. Misalnya, para penonton
sepak bola level maniak, biasanya akan mampu merasakan
ketegangan permainan meski hanya menonton dari layar televisi.
Rubin menemukan bahwa motivasi orang menggunakan media dapat
dikelompokkan kedalam sejumlah kategori yaitu: untuk menghabiskan
waktu, sebagai teman, memenuhi ketertarikan, pelarian, kesenangan,
interaksi sosial, memperoleh informasi dan untuk mempelajari konten
media tertentu (Morissan, 2010:270). Aktifitas audiens merujuk pada
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a) Sejauh mana selektivitas audiens terhadap pesan-pesan
komunikasi;
b) Kadar dan jenis motivasi audiens yang menimbulkan
penggunaan media;
c) Penolakan terhadap pengaruh yang tidak diinginkan;
d) Jenis & jumlah tanggapan(response) yang diajukan audiens
media (McQuail, 1987).
Windahl dan Levy (1984) Menyusun tipologi aktifitas audiens yang
dibentuk melalui dua dimensi:
a) Orientasi audiens: selektifitas; keterlibatan; kegunaan.
b) Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan
Orientasi audiens merupakan dimensi pertama dalam tipologi aktifitas
audiens, dimana pada bagian orientasi audiens tersebut terdapat faktor
selektifitas, keterlibatan dan kegunaan. Selektifitas di sini maksudnya
yaitu seleksi atau penyaringan yang dilakukan oleh khalayak dalam
memilih suatu media, seleksi atau penyaringan tersebut bisa didasarkan
kepada faktor kebutuhan dan pengalaman dari audiens. Berikutnya yaitu
keterlibatan dan kegunaan, keterlibatan maksudnya yaitu intensitas
audien dalam penggunaan media sedangkan kegunaan yaitu manfaat

Uses and Gratifications Theory
36
yang diberikan media kepada audiens apakah media berguna atau tidak
bagi audiens ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan audiens.
Pada dimensi kedua yaitu Skedule audiens yang terdiri dari tiga
rentang waktu yaitu sebelum, selama, dan sesudah terpaan media.
Maksudnya disini, bagaimana pendapat, sikap dan perilaku yang
ditunjukkan audiens sebelum, selama dan sesudah diterpa media.
Contoh: Arya sangat disibukkan dengan tugas kampusnya, sehingga
untuk mendapatkan hiburan dan merilekskan pikirannya, Arya
memutuskan untuk menonton program sitkom komedi yang diputar di
salah satu stasiun televisi swasta. Setelah menonton program tersebut
Arya merasa lebih tenang dan terhibur. Aryapun memutuskan untuk terus
menonton program tersebut. Dari contoh di atas dapat dilihat perubahan
sikap Arya dari sebelum, selama dan sesudah menonton. Di mana
sebelum menonton program sitkom tersebut Arya merasa lelah namun
selama menonton sitkom Arya merasa nyaman dan terhibur. Sehingga
pada akhirnya Arya memutuskan untuk terus menonton program
tersebut.
Levy dan Windahl (1984) mengidentifikasikan 3 jenis aktivitas audiens
sebagai berikut:
1. Jenis aktivitas pertama, disebut pra-aktivitas, dilakukan oleh
individu yang dengan mandiri mencari media tertentu untuk
memuaskan kebutuhan intelektual mereka. Sebagai contoh,
penonton tertentu dengan mandiri memilih liputan berita untuk
gratifikasi tersebut.
2. Duraktivitas, berurusan dengan tingkat perhatian psikologis atau
keterlibatan anggota audiens dalam sebuah pengalaman
menonton televisi. Jenis aktivitas ini dapat dipahami dengan baik
dari orientasi konstruktivis. Fokus dari aktivitas ini adalah pada
memperkirakan bagaimana individu menginterpretasi dan
memahami pesan termediasi. Komprehensi, pengorganisaian,
dan struktur pesan media menuntun kepada gratifikasi intelektual
dan emosional tertentu bagi penonton. Mencoba menebak plot
atau akhir dari sebuah program drama di televisi adalah salah
satu contoh penggunaan duraktivitas media.

Uses and Gratifications Theory
37
3. Pos-aktivitas, Membahas perilaku audiens dan penggunaan
pesan setelah terkena terpaan pesan termediasi. Orang-orang
yang terlibat dalam postaktivitas mengikuti sebuah pesan
termediasi karena mereka merasa informasi tersebut mungkin
memiliki nilai personal atau interpersonal. Individu yang secara
aktif mencari berita televisi sebagai konten untuk komunikasi
interpersonal seperti "pembicaraan kecil" telah menunjukkan
perilaku postaktivitas audiens.
e) Model Penggunaan dan Ketergantungan
Robin dan Windahl (1986), yang telah mengusulkan suatu sintesis
antara pendekatan dan manfaat gratifikasi dengan teori ketergantungan
(Ball-Rokeach dan DeFleur). Model manfaat dan ketergantungan mereka
(Rubin dan Windahl) menempatkan individu di dalam sistem-sistem
kemasyarakatan yang membantu membentuk kebutuhan-kebutuhan
mereka. Teori penggunaan dan ketergantungan membahas mengenai
audiens yang akan menggunakan media ketika motif dan kebutuhan
mereka terpenuhi dan akan terangkum dalam kategori audiens aktif.
Sebelumnya teori penggunaan dan kepuasan sering dinilai sebagai
gagasan yang memandang media hanya memberi efek terbatas kepada
audiens dimana teori ini menyatakan individu memiliki kontrol terhadap
media yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Namun pada tahun 1975, De Fleur dan Ball-Rokeach (Morisson, 2010:
515) mengemukaan gagasan mereka mengenai teori ketergantungan
yang membahas mengenai kekuatan media massa dalam
mempengaruhi khalayak audiensi karena adanya sifat ketergantungan
audiensi terhadap isi media.
Teori ini merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu, yang
mengintegrasikan berbagai perspektif: pertama, menggabungkan
perspektif dari psikologi dengan teori kategori sosial. Kedua, hal tersebut
terintegrasi dalam perspektif sistem dengan unsur-unsur dari pendekatan
kausal. Ketiga, memadukan unsur-unsur penelitian penggunaan dan
gratifikasi dengan orang-orang dari tradisi efek media (Kholil, 2011: 234).
Sama halnya dengan teori uses and gratifications, model ini juga
menolak asumsi kausal dari awal tentang hipotesis penguatan. Untuk

Uses and Gratifications Theory
38
mengatasi kelemahan ini, pengarang mengambil suatu sistem
pendekatan yang lebih jauh. Di dalam model mereka mengusulkan suatu
relasi yang bersifat integral antara pendengar, media dan sistem sosial
yang lebih besar. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh teori uses and
gratifications, teori ketergantungan memprediksikan bahwa khalayak
tergantung kepada informasi yang berasal dari media massa dalam
rangka memenuhi kebutuhan khalayak bersangkutan serta mencapai
suatu tujuan tertentu dari proses konsumsi media massa. Namun semua
khalayak tidak memiliki ketergantungan yang sama terhadap semua
media.
Teori ketergantungan mengatakan bahwa seseorang akan tergantung
pada media dengan tujuan memenuhi kebutuhannya. Media akan
menjadi lebih penting untuk individu tersebut apabila media dapat
memenuhi kepentingan penggunanya. Media juga akan memiliki
pengaruh lebih banyak serta kekuasaan atas individu tersebut. Jika
seseorang sangat bergantung pada media untuk informasi dan media
adalah satu-satunya sumber orang itu untuk informasi maka mudah
untuk mengatur agenda publik atau hal yang dianggap penting bagi
publik.
Teori ketergantungan memiliki dasar asumsi bahwa pengaruh media
ditentukan oleh hubungan antara sistem sosial yang lebih luas, peran
media dalam sistem tersebut dan hubungan khalayak dengan media.
Menurut De Fleur dan Rokeach ketergantungan audiensi terhadap media
bersifat integral yang mencakup tiga pihak yaitu: media, audiensi dan
sistem sosial yang melingkupinya. Dalam hal ini De Fleur dan Rokeach
mengemukakan gagasan mereka mengenai “teori ketergantungan” yang
menekankan pada pendekatan sistem secara luas (De Fleur dan
Rokeach, 1982: 240-251). Menurut Sandjaja (Hidayat, 2012) dari
hubungan ketiga komponen tersebut kita dapat melihat efek dalam
rumusan:
1. Efek kognitif, berhubungan dengan pemikiran atau penalaran,
sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak
mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas. Menurut
Mc Luhan (Rakhmat, 2003: 224) media massa adalah
perpanjangan panca indra. Dengan media massa akan

Uses and Gratifications Theory
39
diperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang
belum pernah dilihat dan dikunjungi secara langsung. Dunia
terlalu luas untuk dijelajahi secara keseluruhan, namun media
massa dapat menyampaikan informasi dari seluruh penjuru
dunia mengenai sosial, politik dan budaya.
2. Efek afektif, berkaitan dengan perasaan. Akibat dari menonton
televisi, membaca tabloid atau majalah dan mendengar radio,
timbul perasaan tertentu pada khalayak. Suasana emosional
seperti gembira, sedih, iba, terharu, marah, takut dan
sebagainya sebagai akibat dari menonton tayangan televisi
sangat sulit untuk diteliti. Emosi tidak dapat diukur dengan air
mata penonton. Kegembiraan juga tidak dapat diukur dengan
tertawa keras ketika menyaksikan adegan lucu. Tetapi para
peneliti telah berhasil menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media
massa. Faktor-gaktor tersebut antara lain: suasana emosional,
skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi individual dan
identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa
(Ardianto & Erdiyana, 2004: 54).
3. Efek behavioral, bersangkutan dengan niat, upaya, tekad, dan
usaha yang cenderung menjadi suatu keinginan atau tindakan.
Efek behavioral tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan
media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan
afektif. Menurut Kuswandi (1993: 100) pesan-pesan yang
disampaikan media massa secara terus menerus akan sangat
mempengaruhi perilaku khalayak. Berita tentang kriminal yang
seringkali ditayangkan ditelevisi membuat khalayak audiens
menjadi lebih berhati-hati dan waspada dengan lingkungan
sekitar serta gaya hidup (Life Style) yang secara terus menerus
disiarkan atau ditayangkan oleh media akan membuat khalayak
individu meniru gaya hidup tersebut seperti dari segi fashion
dan gadget.
Dari perspektif makroskopik juga dikatakan bahwa semakin banyak
orang bergantung pada media maka institusi media akan mengalami
perubahan, pengaruh media keseluruhan akan muncul. De Fleur dan

Uses and Gratifications Theory
40
Rokeach (1975: 261-263), memberikan penjelasan yang lebih utuh ke
dalam beberapa pernyataan, yaitu: Pertama, dasar pengaruh media
terletak pada hubungan antara sistem sosial yang lebih besar, peranan
media di dalam sistem tersebut dan hubungan khalayak dengan media.
Efek terjadi karena media bekerja dengan cara tertentu untuk memenuhi
keinginan tertentu dan juga kebutuhan khalayak. Kedua, derajat
ketergantungan khalayak terhadap informasi media adalah variabel kunci
dalam memahami kapan dan bagaimana pesan media mengubah
keyakinan, perasaan dan perilaku khalayak. Pada akhirnya efek yang
diberikan media tergantung kepada khalayak serta “apakah pesan yang
disiarkan atau ditayangkan media tersebut penting bagi mereka atau
tidak. Jika individu lebih banyak bergantung kepada sumber lain selain
media, maka peranan media menjadi lebih sedikit.
Ketiga, Dalam masyarakat industri kita menjadi bergantung pada
media karena untuk memahami dunia sosial, bertindak dengan efektif di
dalam masyarakat serta untuk fantasi dan juga pelarian. Ketika dunia
semakin rumit dan semakin cepat, maka kita akan membutuhkan media
untuk memahami dan mengerti respon terbaik yang bisa kita berikan
serta membantu untuk bersantai dan bertahan. Terakhir yang keempat
yaitu “semakin besar kebutuhan maka semakin besar
ketergantungan...... semakin besar kemungkinan” bahwa media dan
pesan yang mereka produksi memiliki efek. Tidak semua orang akan
dipengaruhi secara sama oleh media. Mereka yang memiliki
ketergantungan yang lebih akan paling terpengaruh.
De Fleur dan Ball-Rokeach setuju dengan gagasan awal teori
penggunaan dan kepuasan bahwa orang bergantung pada informasi
yang diberikan media untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau untuk
mencapai tujuan tertentu, tetapi tidak bergantung pada semua media.
Kedua ahli tersebut mengemukakan dua faktor yang menentukan
ketergantungan seseorang terhadap media:
1. Seseorang akan lebih bergantung pada media yang dapat
memenuhi sejumlah kebutuhannya sekaligus dibandingkan
dengan media yang hanya mampu memenuhi beberapa
kebutuhan saja.
2. Perubahan sosial dan konflik yang terjadi di masyarakat dapat

Uses and Gratifications Theory
41
menyebabkan perubahan pada institusi, kepercayaan dan
kegiatan yang sudah mapan. Situasi sosial yang bergejolak
(perang, bencana dan kerusuhan). Misalnya orang menjadi lebih
bergantung pada media untuk mendapatkan informasi atau
berita. Pada situasi sosial yang stabil kebutuhan manusia juga
akan berubah di mana orang lebih menyukai program hiburan
(Morisan, 2014: 516).
Dengan demikian ketergantungan individu pada media dikarenakan
dua faktor yaitu: motif audien untuk mendapatkan kepuasan dan
ketersediaan alternatif tontonan. Misalnya seseorang yang sedang
mengalami masalah kesehatan dan tidak bisa pergi kemana-mana akan
bergantung kepada media seperti tabloid, radio dan televisi untuk
memenuhi kebutuhannya. Dalam masyarakat modern sesorang
bergantung kepada media dikarenakan beberapa hal seperti untuk
memahami keadaan sosial, dimana dengan menggunakan media
seorang individu dapat memahami kondisi sosial yang berada di
sekitarnya baik secara sempit maupun luas, seperti keadaan politik,
ekonomi dan sosial. Berikutnya alasan seseorang menggunakan media
dikarenakan sebagai suatu pelarian atau pelepasan, pelarian yang
dimaksud yaitu untuk mencari hiburan dan menenangkan pikiran dari
kesibukan sehari hari seperti: dengan menonton program komedi,
sitkom, variety show dan sebagainya. Dalam perkembangan teknologi
masa ini, seseorang juga menggunakan media untuk berinteraksi dengan
individu lainnya seperti teman, keluarga dan sebaginya. Berbagai aplikasi
yang ditawarkan oleh media dapat mempermudah interaksi sosial seperti
media sosial (medsos).
Sementara itu Morrison (2014: 516) menyatakan bahwa masyarakat
industri modern semakin bergantung kepada media untuk:
a) Memahami dunia sosial mereka.
b) Bertindak secara bermakna dan efektif di dalam masyarakat.
c) Untuk menemukan fantasi dan untuk pelarian.
d) Tingkat kepentingan informasi yang disampaikan media.
e) Derajat perubahan dan konflik yang terjadi di dalam masyarakat.
Berikut model Nilai Pengharapan yang diajukan oleh De Fleur dan

Uses and Gratifications Theory
42
Rokeach:
Gambar 6: Model Teori ketergantungan De Fleur dan Rokeach
Sumber: (De Fleur dan Rokeach, 1989)
Menurut model penggunaan dan ketergantungan, beberapa elemen
tertentu dalam sistem media seperti struktur masyarakat, perbedaan
individu dan sistem media itu sendiri menyebabkan orang menggunakan
dan bergantung pada media. Ketergantungan pada media ini akan
menimbulkan efek pada media itu sendiri. Semakin besar
Estabilished Media System Dependency and
Specific Media Content
Active selector
Selextive exposure
(based on one or more
type of media
dependency
The greater the INVOLVEMENT, the greater the
Probability of cognitive , AFEECTIVE
andBEHAVIORAL EFFECT FROM THE MEDIA
The greater the AROUSAL, the greater the
INVOLVEMENT IN INFORMATIONPROCESSING
Casual observer
Incidental exposure
The greater the INTENSITY of relevant dependencies, the greater the degree of; COGNITIF AROUSAL (e.g.. attentiond And AFFECTIVE ARROUSAL (e.g,, liking/disliking)
Dependency Activated
during exposure
OR No activation
ofdependencies - exit

Uses and Gratifications Theory
43
ketergantungan seseorang terhadap media maka semakin besar pula
efek yang dapat ditimbulkan media terhadap orang yang bersangkutan
(Rubin & Windahl, 1986). Miller dan Reese (1982) dalam penelitiannya
terhadap efek politik menemukan bahwa efek media semakin besar
terjadi pada mereka yang lebih bergantung kepada media dibandingkan
mereka yang tidak.

Uses and Gratifications Theory
44
BAB III
INTERNET DAN TEORI
USES AND
GRATIFICATIONS
A. Sejarah dan Definisi Internet
Internet merupakan alat yang banyak dipakai masyarakat pada saat
ini. Teknologi komunikasi ini banyak diminati karena dapat digunakan di mana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan tentunya sangat mudah digunakan. Media internet sangat melekat di masyarakat, karena dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dari dalam negeri hingga ke luar negeri dan mengetahui informasi di belahan dunia, serta menjalin kerja sama untuk mempromosikan suatu produk ataupun jasa. Melalui internet kita dapat menjalin komunikasi dengan siapa saja dari belahan dunia manapun, internet menghapuskan sekat dan batas serta membuat komunikasi menjadi lebih efisien dan cepat. Perkembangan teknologi telah mempermudah manusia dalam berbagai hal termasuk dalam berinteraksi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Dahulu kala untuk berkomuniasi dengan orang yang jaraknya jauh, manusia menggunakan, surat kemudian telepon dan sekarang dengan internet. Jika dengan telepon seseoarang hanya bisa bertukar pesan melalui suara namun dengan internet seseorang bisa bertukar pesan tidak hanya melalui suara saja, tetapi juga tatap muka (face to face) melalui aplikasi webcam yang ada. Mengakses internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat.
Internet sendiri merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet berasal dari bahasa latin “inter” yang berarti antara. Secara kata perkata INTERNET berarti jaringan antara atau penghubung, sehingga kesimpulan dari defenisi internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem

Uses and Gratifications Theory
45
operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi Adapun protokol yang digunakan yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol) (Supriyanto 2008: 60).
Menurut Lee M dan Charla Johnson (2007: 382-383) internet juga dirujuk sebagai ruang maya atau informasi super cepat (information super highway) dan memungkinkan transfer informasi secara elektronik. Internet merupakan jaringan global dari komputer-komputer yang saling terhubung di mana satu jaringan yang terhubung dengan berbagai jaringan. Pendapat lainnya dikemukakan oleh seorang pakar internet asal Indonesia, Onno W. Purbo yang menjelaskan bahwa Internet dengan berbagai aplikasinya seperti Web, VoIP, E-mail pada dasarnya merupakan media yang digunakan untuk mengefisiensikan proses komunikasi (Prihatna, 2005: 7).
Menurut Reddick dan King (1996: 107-110) sejarah internet bermula pada tahun 1969 ketika dibangun riset APRAnet yang dipelopori oleh DARPA (Defense Advance Research Projects Egency). Riset ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bekerja sama dengan empat universitas, yaitu UCLA, Stanford Research Institued, UCSB dan University of Utah yang komputer servernya berada di UCLA. Tujuan pertama riset ini difokuskan pada keperluan militer Amerika Serikat. Pada tahun 1970, sudah lebih dari 10 komputer yang bergabung dan membentuk jaringan. Di tahun 1972, Roy Tomlinson menyempurnakan program e-mail yang diciptakan untuk APRAnet. Pada tahun yang sama, icon @ juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan “at” atau “pada”. Tahun 1973 APRAnet mulai berkembang diluar AS dan komputer University College di London adalah merupakan komputer pertama yang bergabung pada jaringan APRAnet. Di tahun yang sama dua orang ahli komputer Vinton Cerf dan Bob Khan mempresentasikan ide mereka tentang internet di University Sussex.
Setahun setelah peristiwa keberhasilan Ratu Inggris mengirimkan e-mail, maka lebih dari 100 komputer bergabung di APRAnet membentuk sebuah jaringan atau network. Tahun 1979, Tom Triscott, Jim Ellis, dan Steve Bellovin menciptakan newsgroup pertama dengan nama USEnet. Kemudian tahun 1981, France Telecom berhasil menciptakan telepon televisi pertama, dimana orang bisa saling menelepon sambil berhubungan dengan video link. Seiring perkembangannya, tahun 1982 DCA (Defense Communication Agency) bekerja sama dengan DARPA

Uses and Gratifications Theory
46
berhasil menciptakan TCP (Transmission Control Protocol) dan IP (Internet Protocol) untuk digunakan sebagai protokol utama pada ARPAnet. Kemudian pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain untuk menyeragamkan alamat jaringan komputer. Dan perkembangan jaringan komputer bertambah menjadi 10.000 lebih. Tahun 1988, Jarko Oikarinen yang berasal dari Finlandia memperkenalkan IRC (Internet Relay Chat).
Setahun kemudian tepatnya tahun 1987 tak kurang dari 100.000 komputer bergabung dan membentuk jaringan. Program editor dan browser diperkenalkan oleh Tim Bernes Lee pada tahun 1990 dengan istilah www atau world wide web. Pada tahun 1992 muncullah istilah– istilah lainnya seperti surfing the internet, virtual shopping atau e-retail dan kemudian ditahun yang sama didirikan juga yahoo dan Netscape Navigator (Haris, 1996:1-2). Perkembangan teknologi Internetwork yang dimulai dari sejarah pendiriannya dan perkembangannya hingga saat ini benar–benar dapat dirasakan sangat bermanfaat dalam setiap aspek kehidupan. Sutedjo (2002:52) memaparkan sejarah masuknya internet di Indonesia, dimana jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia, berupa UInet oleh Dr.Joseph F.P Luhukay yang ketika itu baru saja menamatkan program dokter filosofi ilmu komputer di Amerika Serikat. Jaringan itu dibangun selama empat tahun. Pada tahun yang sama, Luhukay juga mulai mengembangkan University Network (UNInet) dilingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan yang merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih luas yang meliputi Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Hasanuddin dan Ditjen Jaringan internet yang telah menjadi pelopor terjadinya revolusi teknologi. Internet semakin diminati oleh banyak kalangan baik perorangan maupun instansi–instansi pemerintah ataupun swasta, termasuk diantaranya perpustakaan.
Menurut Prasetyo (2003:5), hal–hal yang menyebabkan internet menjadi solusi praktis, sehingga diminati banyak kalangan antara lain:
1. Audiens Global dimana Informasi yang dipublikasikan dalam internet, dengan segera tersedia ke seluruh pengguna audien secara global. Hal inilah yang membuat internet (www) menjadi media yang sangat efektif dari segi pembiayaan untuk mempublikasikan informasi, kurang lebih mencapai hingga 190 negara di seluruh penjuru dunia.

Uses and Gratifications Theory
47
2. Operasi Non–Stop Internet selama 24 jam sehari, hal ini menjadikannya sebagai mesin bisnis yang sangat efisien sekali, sehingga anda tidak perlu lagi menunggu hingga sumber–sumber tersedia untuk menyelenggarakan bisnis anda, karena setiap saat anda dapat menggunakannya.
3. Murahnya Internet jika dibandingkan media lainnya. Hanya dengan biaya beberapa ratus ribu saja, anda dapat menampilkan informasi ke seluruh pengguna internet di dunia. Jelas sekali kalau internet merupakan media yang praktis dengan biaya yang terjangkau (murah).
4. Penyebaran Informas. Ketika informasi ditampilkan kedalam web, saat itu juga siap dinikmati oleh jutaan pengguna yang lain. Misalnya dengan media www, dimana hal ini sangat sulit dilakukan pada dunia nyata.
5. Alat Publikasi yang cukup andal. Sebagaimana diketahui, saat ini banyak sekali aplikasi berbasis internet yang telah dikomersialkan dan mudah sekali didapatkan.
Internet sebenarnya mengacu kepada istilah untuk menyebut sebuah jaringan, bukannya suatu aplikasi tertentu. Oleh karenanya, internet tidaklah memiliki manfaat apa-apa tanpa adanya aplikasi yang sesuai. Internet menyediakan beragam aplikasi yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Menurut M.Sutiyadi, dkk (2007), setiap aplikasi berjalan diatas sebuah protokol tertentu. Berikut aplikasi-aplikasi yang paling sering dimanfaatkan oleh pengguna internet sebagai berikut:
1. WWW (World Wide Web) Secara teknis, web adalah sebuah sistem dimana informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain yang tersimpan dalam sebuah internet webserver dipresentasikan dalam bentuk hypertext. Informasi di web dalam bentuk teks umumnya ditulis dalam format HTML (Hypertext Markup Language). Informasi lainnya disajikan dalam bentuk grafis (dalam format GIF, JPG, PNG), suara (dalam format AU, WAV), dan objek multimedia lainnya (seperti MIDI, Shockwave, Quicktime Movie, 3D World). 23 Web dapat diakses oleh perangkat lunak web client yang secara populer disebut sebagai browser. Browser membaca halaman-halaman web yang tersimpan dalam webserver melalui protokol yang disebut HTTP (Hypertext Transfer Protocol). Dewasa ini, tersedia beragam perangkat lunak browser. Beberapa diantaranya cukup populer dan digunakan secara

Uses and Gratifications Theory
48
meluas, contohnya seperti Microsoft Internet Explorer, Mozilla Firefox, maupun Opera, namun ada juga beberapa produk browser yang kurang dikenal dan hanya digunakan di lingkungan yang terbatas.
2. Electronic Mail/E-mail/Messaging E-mail E-mail adalah aplikasi yang memungkinkan para pengguna internet untuk saling berkirim pesan melalui alamat elektronik di internet. Para pengguna e-mail memilki sebuah mailbox (kotak surat) elektronik yang tersimpan dalam suatu mailserver. Mailbox memiliki sebuah alamat sebagai pengenal agar dapat berhubungan dengan mailbox lainnya, baik dalam bentuk penerimaan maupun pengiriman pesan. Pesan yang diterima ditampung dalam mailbox, selanjutnya pemilik mailbox sewaktu-waktu dapat mengecek isinya, menjawab pesan, menghapus, atau menyunting dan mengirimkan pesan e-mail. Layanan e-mail biasanya dikelompokkan dalam dua basis, yaitu e-mail berbasis client dan e-mail berbasis web. Bagi pengguna e-mail berbasis client, aktifitas pere-mailan dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak e-mail client, misalnya Outlook Express atau Thunderbird. Perangkat lunak ini menyediakan fungsi - fungsi penyuntingan dan pembacaan e-mail secara offline (tidak tersambung ke internet).Dengan demikian, biaya koneksi ke internet dapat dihemat.
3. File Transfer Fasilitas ini memungkinkan para pengguna internet untuk melakukan pengiriman (upload) atau menyalin (download) sebuah file antara komputer lokal dengan komputer lain yang terhubung dalam jaringan internet. Protokol standar yang digunakan untuk keperluan ini disebut sebagai File Transfer Protocol (FTP). FTP umumnya dimanfaatkan sebagai sarana pendukung untuk kepentingan pertukaran maupun penyebarluasan sebuah file melalui jaringan internet. FTP juga dimanfaatkan untuk melakukan proses upload suatu halaman web ke webserver agar dapat diakses oleh pengguna internet lainnya.
4. Remote Login Layanan remote login mengacu pada program atau protokol yang menyediakan fungsi yang memungkinkan seorang pengguna internet untuk mengakses (login) ke sebuah

Uses and Gratifications Theory
49
terminal (remote host) dalam lingkungan jaringan internet. Dengan memanfaatkan remote login, seorang pengguna internet dapat mengoperasikan sebuah host dari jarak jauh tanpa harus secara fisik berhadapan dengan host bersangkutan. Dari sana ia dapat melakukan pemeliharaan (maintenance), menjalankan sebuah program atau malahan meng-install program baru di remote host. Protokol yang umum digunakan untuk keperluan remote login adalah Telnet (Telecommunications Network). Telnet dikembangkan sebagai suatu metode yang memungkinkan sebuah terminal mengakses resource milik terminal lainnya (termasuk hard disk dan program-program yang ter-install didalamnya) dengan cara membangun link melalui saluran komunikasi yang ada, seperti modem atau network adapter. Dalam hal ini, protokol Telnet harus mampu menjembatani perbedaan antar terminal, seperti tipe komputer maupun sistem operasi yang digunakan.
5. Layanan IRC, atau biasa disebut sebagai "chat" saja adalah sebuah bentuk komunikasi di internet yang menggunakan sarana baris-baris tulisan yang diketikkan melalui keyboard. Dalam sebuah sesi chat, komunikasi terjalin melalui saling bertukar pesan-pesan singkat. Kegiatan ini disebut chatting dan pelakunya disebut sebagai chatter. Para chatter dapat saling berkomunikasi secara berkelompok dalam suatu chat room dengan membicarakan topik tertentu atau berpindah ke modus private untuk mengobrol berdua saja dengan chatter lain. Kegiatan chatting membutuhkan software yang disebut IRC Client, diantaranya mIRC, Yahoo Messenger, Gtalk, MSN Messenger. Ada juga beberapa variasi lain dari IRC, misalnya apa yang dikenal sebagai MUD (Multi-User Dungeon atau Multi-User Dimension). Berbeda dengan IRC yang hanya menampung obrolan, aplikasi pada MUD jauh lebih fleksibel dan luas. MUD lebih mirip seperti sebuah dunia virtual (virtual world). Dengan adanya MUD para pengguna dapat saling berinteraksi seperti halnya pada dunia nyata, misalnya dengan melakukan kegiatan tukar menukar file atau meninggalkan pesan. Karenanya, selain untuk bersenang-senang, MUD juga sering dipakai oleh komunitas ilmiah serta untuk kepentingan pendidikan (misalnya untuk memfasilitasi kegiatan kuliah jarak jauh).

Uses and Gratifications Theory
50
B. Internet sebagai Media Baru (New Media)
Media baru belakangan ini, membuat khalayak mengembangkan
bisnis, ataupun informasi, melalui media berteknologi canggih. Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi kepada khalayak dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi ini. Media baru sendiri merupakan sebuah media dengan segala karakteristiknya yang memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup layanan, isi dan image sendiri. Media baru tidak memiliki, tidak dikendalikan atau dikelola oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara internasional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan telekomunikasi berperan dalam operasi media baru (McQuail, 2009: 28-29). New media adalah teknologi-teknologi informasi dan komunikasi dan konteks-konteks sosial yang terkait, serta infrastruktur yang terdiri dari tiga komponen, yakni: alat-alat yang akan digunakan untuk berkomunikasi atau menyampaikan informasi, aktivitas-aktivitas di mana orang-orang terlibat untuk berkomunikasi atau membagikan informasi dan pengaturan sosial atau bentuk-bentuk organisasional yang berkembang melalui alat-alat dan aktivitas-aktivitas tersebut (Lievrouw dan Livingstone, 2006).
Sementara itu menurut Septiawan Santana titik esensi dari keunikan media baru terletak pada esensinya sebagai sebuah medium, dimana media baru merupakan medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Komunikasi dalam hal ini berbeda satu sama lain bukanlah karena penerapan aktualnya, namun perubahan dalam proses komunikasi, persepsi pihak-pihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer (Kurnia, 2009: 5). Media baru tidak hanya memperkecil jarak dalam mengkomunikasikan pesan, teknologi komputer dan internet juga telah berkembang dan mengeliminasi penggunaan koneksi kabel, namun tetap dapat memfasilitasi transmisi informasi yang sangat cepat ke seluruh dunia. Duplikasi dan penyebaran materi melalui media baru ini bisa mencapai jangkauan yang sangat luas (Bagdakian, 2004:114). Media baru memungkinkan untuk terkoneksi dengan siapa saja dan

Uses and Gratifications Theory
51
mendapatkan informasi dari seluruh penjuru belahan dunia dengan cepat.
Internet berbeda dengan media-media yang lebih tradisional. Mc Quail menjelaskan bahwa, internet merupakan gabungan radio, film, dan televisi dan menyebarkannya melalui teknologi ‘tekan’ (push). Secara lebih singkat Livingstone menulis: “Apa yang baru mengenai Internet barangkali adalah kombinasi dari interaktivitas dengan ciri yang inovatif bagi komunikasi massa-jenis konten yang tidak terbatas, jangkauan khalayak, sifat global dari komunikasi” (McQuail, 2011 : 151). McQuail (2011:44) menjelaskan klaim status paling utama sebagai media baru dan mungkin juga sebagai media massa adalah internet. Dari serangkaian teknologi baru yang memusingkan, internet muncul di pertengahan 1990-an sebagai media baru yang memberikan perubahan. Internet merupakan contoh jaringan terbesar yang menghubungkan jutaan komputer yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Istilah internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking (Tjiptono, 2000 : 2).
Adapun perbedaan media baru dari media lama, yakni media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan memungkinakan terjadinya percakapan antar banyak pihak, memungkinkan penerimaan secara simultan, perubahan dan penyebaran kembali objek-objek budaya, mengganggu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya dari hubungan kewilayahan dan modernitas, menyediakan kontak global secara instan, dan memasukkan subjek modern/akhir modern ke dalam mesin yang berjaringan. (McQuail, 2011:151). Perubahan utama yang berkaitan dengan munculnya media baru yakni:
1. Digitalisasi dan konvergensi atas segala aspek media. 2. Interaksi dan konektivitas jaringan yang makin meningkat. 3. Mobilitas dan delokasi untuk mengirim dan menerima. 4. Adaptasi terhadap peranan publikasi khalayak. 5. Munculnya beragam bentuk baru ‘pintu’ (gateway) media. 6. Pemisahan dan pengaburan dari ‘lembaga media’.
C. Aplikasi teori uses and gratifications dalam Internet Teori uses and gratifications adalah salah satu teori yang paling
populer dan paling banyak digunakan peneliti dalam memecahkan kasus penelitian terkait komunikasi massa. Dalam perkembangan teknologi

Uses and Gratifications Theory
52
sekarang ini, internet sebagai media baru juga di anggap sebagai bagian dari media massa. Khususnya di lihat idari sudut pandang konvergensi yang mulai marak akhir-akhir ini. Banyak media massa elektronik dan cetak yang mulai merambah ke dunia internet, seperti e-paper, streaming, dll. Mereka memudahkan masyarakat untuk menerima informasi dimana saja dan lebih cepat dibandingkan dengan media lainnya. Dalam hal ini berarti sesuai dengan karakteristik media massa. McQuail sendiri juga menyatakan jika internet merupakan jenis media baru yang menggabungkan radio, film dan televisi dengan teknologi sebagai penyebarannya.
Oleh karena itu banyak peneliti pada zaman sekarang yang menggunakan teori uses and gratifications dalam memecahkan penelitian terkait dengan media baru (internet). Banyaknya penelitian dalam bidang teknologi media baru (internet) dengan menggunakan teori uses and gratifications juga membuktikan bahwa media baru (internet) juga dianggap sebagai media massa karena uses and gratifications sendiri merupakan teori yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam komunikasi massa. Pada dasarnya uses and gratifications selalu membawa pendekatan yang mutakhir pada tahap awal setiap media komunikasi massa baru (Baran & Davis, 2009:237). Ruggiero (Baran & Davis, 2009: 237&238) merumuskan tiga karakteristik dari komunikasi berbasis komputer (internet) yang harus diteliti oleh peneliti berbasis uses and gratifications, yaitu:
1. Interactivity, bermakna suatu kondisi dimana individu dalam proses komunikasi memiliki kontrol dan dapat merubah peran dalam proses tersebut (komunikator-komunikan).
2. Demassification, adalah peluang dari individu pengguna media untuk memilih dari menu yang amat luas/bervariasi. Tidak seperti media tradisional lainnya, internet dalam hal ini mengijinkan para penggunanya untuk menyesuaikan pesan sesuai dengan kebutuhan mereka.
3. Asynchroneity, bermakna bahwa pesan yang dibawa oleh media internet dapat menghubungkan komunikator dan komunikan pada waktu yang berbeda, namun mereka masih tetap dapat berinteraksi secara nyaman. Seorang individu dapat mengirim, menerima dan menyimpan pesan sesuai kehendaknya. Untuk media televisi asynchroneity bermakna individu dapat menyimpan sebuah tayangan televisi untuk kemudian ditontonnya kembali pada waktu yang lain.

Uses and Gratifications Theory
53
Dalam kasus perkembangan dari media tradisional ke media baru Uses and Gratifications sangat penting posisinya untuk memetakan kecenderungan media baru yang menjadi suplemen atau bahkan menggantikan posisi media tradisional di dalam masyarakat (Baran & Davis, 2009: 238).

Uses and Gratifications Theory
54
BAB IV
KEUNGGULAN DAN
KRITIKAN TERHADAP
TEORI
USES AND
GRATIFICATIONS
A. Keunggulan Teori Uses and Gratifications
Setiap teori tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing. Kelemahan inilah nantinya yang mendorong para peneliti atau
ahli untuk melakukan penelitian kembali sehingga nantinya melahirkan
teori yang dianggap lebih sesuai jika diaplikasikan dalam suatu
fenomena sosial yang sedang berkembang serta teori yang di anggap
lebih sempurna dan lengkap. Teori uses and gratifications merupakan
teori dalam komunikasi massa yang cukup populer, namun sama dengan
teori lainnya, teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan atau kritikan.
Menurut Baran dan Denis (2009: 242) teori uses and gratifications
memiliki beberapa keunggulan, berikut diantaranya yaitu:
1) Memfokuskan perhatian pada individu dalam melihat proses
komunikasi massa;
2) Respek pada kemampuan intelektual dari pengguna media;
3) Menyediakan analisis yang mencerahkan bagaimana pengguna
berinteraksi dengan isi media;
4) Membedakan antara pengguna aktif dengan pengguna pasif;
5) Mempelajari media sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari;
6) Menyediakan wawasan yang berguna dalam proses adopsit
terhadap media baru.

Uses and Gratifications Theory
55
Selain itu, Werner dan James (2005), menyatakan bahwa teori ini
memiliki kelebihan dalam penelitiannya, antara lain :
1) Audiens dipandang bersikap aktif, artinya peranan penting
manfaat media massa diasumsikan berorientasi pada sasaran;
2) Dalam proses komunikasi massa, banyak inisiatif pengaitan
antar gratifikasi kebutuhan dan pilihan media yang terletak
pada audiens;
3) Media bersaing dengan sumber-sumber pemenuhan
kebutuhan yang lain.
4) Pengalihan pelarian dari rutinitas dan masalah; pelampiasan
emosi.
5) Hubungan personal, manfaat sosial informasi dalam
percakapan; pengganti media untuk kepentingan perkawanan;
6) Identitas pribadi atau psikologi individu-penguatan nilai atau
penambah keyakinan, pemahaman diri, eksplorasi realitas dan
sebagainya;
7) Pengawasan – informasi mengenai hal – hal yang mungkin
mempengaruhi seseorang atau akan membantu seseorang
melakukan atau menuntaskan sesuatu.
Dari beberapa pendapat sebelumnya tentang keunggulan dari teori
uses and gratifications dapat dikatakan bahwa pada dasarnya teori ini
memiliki dua keunggulan yaitu, pertama teori ini tepat untuk diaplikasikan
pada penelitian yang memfokuskan kepada individu atau khalayak
audiens dalam konsumsi media pada zaman sekarang, dimana khalayak
dianggap aktif sehingga manfaat media berorientasi kepada kebutuhan
dari audiens. Untuk saat sekarang manusia sudah berkembang baik
dalam hal sosial, teknologi dan pendidikan, sehingga individu telah
dianggap pintar dalam menentukan pilihan termasuk media.
Oleh karena itu teori ini tepat di aplikasikan untuk penelitian tentang
komunikasi massa pada zaman sekarang, karena audiens bukanlah
individu “pasif” lagi yang hanya menerima mentah-mentah apa yang
disampaikan oleh media. Namun audiens sekarang adalah individu “aktif”
yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih baik sehingga
mereka dapat memilih dan memilah media mana yang akan mereka
konsumsi atau tidak. Kedua, media merupakan bagian dari kehidupan

Uses and Gratifications Theory
56
sehari-hari di mana teori ini meletakkan media sebagai peranan penting
dalam kehidupan sosial. Media tidak hanya sebagai sarana untuk
memenuhi kebutuhan informasi tapi juga bisa dijadikan sebagi teman.
Teori ini merupakan teori yang menjelaskan dengan tepat tentang
interaksi yang terjalin antara khalayak audiens dan media.
B. Kritikan terhadap Teori Uses and Gratifications
Pendekatan kegunaan dan kepuasan media seperti pendekatan atau
teori lain yang tidak akan terlepas dari kritikan. Kritikan ini timbul dari
beberapa sudut pandang pengkritik itu sendiri. Di antara kelemahan
tersebut adalah kelemahan dari segi perkonsepan terhadap pendekatan
dimana peneliti menganggap data penelitian lebih diutamakan daripada
teori. Pendekatan ini telah dikritik karena terlalu rasionalitas dan berfokus
kepada aktivitas sasaran serta melupakan ciri-ciri stimuli. Pendekatan ini
telah mempercepat keruntuhan pendekatan jarum hipodermik, tetapi
dengan fokus penelitian yang telah berubah. Efek kepada sikap dan
pendapat berubah ke efek kesadaran dan pengetahuan dan dari efek
afektif ke efek kognitif.
Menurut Elliot (Blumler & Katz, 1974), pendekatan ini adalah salah
satu pendekatan yang atheoretical dimana mereka yang
mempeloporinya menganggap bahwa setiap apa yang dapat diukur itu
nyata dan berhubungan secara signifikan. Oleh karena itu, pendekatan
ini seolah-olah dianggap sebagai metode pengumpulan data semata dan
dikatakan sebagai satu sistem perhitungan (Swanson, 1977). Disamping
itu ada beberapa peneliti yang menganggap pendekatan ini sebagai satu
lapangan yang luas dimana berbagai fenomena komunikasi diterima
selain dari menjadi model khusus hubungan antara khalayak dan
komunikasi massa. Tegasnya pendekatan ini adalah satu strategi
penelitian yang menempatkan berbagai hipotesis mengenai fenomena-
fenomena komunikasi yang khusus dan sebagai bidang ujian kepada
proposisi-proposisi mengenai oritentasi khalayak yang lahir dari berbagai
teori sosiologi dan psikologi.

Uses and Gratifications Theory
57
Dari segi kerangka konsep, apa yang terdapat pada pendekatan ini
masih kabur. Walaupun asas atau asal-usul pendekatan kegunaan dan
kepuasan ini adalah berbentuk fungsional, tetapi McQuail dan Gurevitch
telah mempertentangkannya, karena di samping bersifat fungsional,
pendekatan ini dapat dilihat dari sudut struktural/budaya atau
tindakan/motif (Mc Quail, 1972: 287-302). Dilihat dari ketiga sudut ini,
penggunaan media didorong oleh satu sistem pribadi bersama dengan
peluang dan situasi sosial yang lalu dan saat ini (fungsional) serta
dicorakkan oleh budaya dan struktur sosial (struktural atau budaya) dan
sebagai hasil dari alasan serta peluang (tindakan dan motivasi).
Ketiga, sudut teori ini amat berbeda tentang bagaimana ia melihat
peranan individu. Bagi fungsionalis, individu dilihat sebagai satu sistem
yang hidup yang terdiri dari bagian-bagian yang berhubungan. Tindakan
manusia bermula dari sistem individu dengan menjaga serta memastikan
sistem senantiasa berfungsi. Pandangan ini bertentangan dengan
perspektif struktural atau budaya dimana individu dianggap sebagai
bagian dari sistem yang kolektif dan bukan sistem yang bebas. Tindakan
individu adalah untuk menjaga sistem yang kolektif dan bukannya sistem
individu. Sedangkan pendekatan tindakan atau motivasi memberikan
tumpuan kepada individu sebagai unit analisis tetapi seseorang itu
dianggap sebagai organisme dan bukannya dalam bentuk sistem.
Pendekatan atas tindakan menekankan fungsi individu yang tidak
dimaksudkan dalam sistem, yang menjadi masalah adalah ketiga situasi
tadi pada dasarnya bertentangan antara satu sama lain dan jika
digabungkan ketiganya kedalam satu kerangka yang sama seperti dalam
pendekatan kegunaan dan kepuasan, maka kekeliruan akan terjadi atas
data yang coba untuk dijelaskan. Jika diterima salah satu, maka secara
tidak langsung kita menolak yang lainnya. Nampaknya pandangan
McQuail dan Gurevitch ini menjadikan pendekatan kegunaan dan
kepuasan ini tidak mempunyai dasar panduan dan tidak lebih dari
berisikan lambang-lambang yang tidak bermakna.
Berikutnya aspek lain yang sering ditentang oleh pengkritik-pengkritik
seperti Elliot dan Swanson adalah definisi konsep utama serta istilah
yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep dan istilah ini tidak
mempunyai pengertian yang benar-benar teguh. Rosengren (Blumler &

Uses and Gratifications Theory
58
Katz, 1974) mengatakan bahwa pernyataan “keperluan” yang digunakan
dalam pendekatan ini membawa arti atau maksud yang sama maknanya
dengan masalah motif. Namun, pada hakikatnya ketiga istilah ini
membawa konsep yang berlainan. Keperluan ialah kehendak struktural
organisme dalam lingkungan fungsionalisme. Sedangkan masalah dan
motif adalah hal yang berlainan sekali. Motif dan masalah mungkin timbul
dari keperluan tetapi keperluan tidak dapat menimbulkan motif dan
masalah (Swanson 1977). Kegagalan dalam memberikan makna yang
tepat terhadap konsep-konsep tersebut akan mengelirukan hasil-hasil
penelitian yang menggunakan pendekatan kegunaan dan kepuasan ini.
Di samping kekeliruan dalam konsep, kekeliruan juga terlihat dari
aspek bagaimana penggunaan media dijelaskan oleh pendekatan ini.
Ragam penggunaan media dijelaskan dengan merujuk kepada kegunaan
melalui terpaan khalayak kepada media. Mereka yang menggunakannya
untuk tujuan yang berlainan akan menunjukkan pola-pola penggunaan
media yang berbeda. Melalui pendekatan kegunaan dan kepuasan ini,
penggunaan media dijelaskan dengan mengenal kegunaan media
(media use) tersebut. Ini berarti untuk melihat kegunaannya didasarkan
kepada perlakuan seseorang itu dan variabel-variabel lain adalah tetap.
Terjadi kebingungan pada penelitian yang tidak memberikan jawaban
jelas terhadap persoalan kegunaan (use) itu sebagai satu konstruksi
psikologikal atau struktural. Begitu juga kegunaan tersebut merujuk
kepada penyebab atau motif, kesan, akibat ataupun proses.
Secara psikologis kegunaan media merujuk kepada tujuan atau
informasi tertentu yang ingin dicapai seperti mendapatkan hiburan dan
sebagainya. Jika untuk mengetahui bagaimana seseorang itu
menggunakan media, kita dapat menanyakan apakah tujuan dia
menggunakan media tersebut. Kegunaan juga dapat dipahami sebagai
suatu konstruk struktural. Dalam lingkungan fungsionalis, keperluan
adalah suatu hal yang diperlukan oleh sistem. Keperluan ini menjelaskan
fungsi yang mesti dipenuhi untuk kelangsungan sistem karena memenuhi
fungsi yang sama seperti memuaskan keperluan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui mengapa seseorang menggunakan media dapat juga
dilakukan dengan bertanya apakah fungsi atau keperluan yang diperoleh
dari penggunaan media tersebut (Swansos, 1977). Walaupun para

Uses and Gratifications Theory
59
peneliti mengasumsikan bahwa seseorang itu sadar dengan motif dalam
menggunakan media (kegunaan sebagai konstruk psikologikal) tetapi
tidak terdapat alasan untuk mengandaikan seseorang sadar terhadap
kehendak atau keperluan strukturalnya.
Dari segi metodologis, pendekatan ini mempunyai kelemahan dimana
dalam setiap penelitian yang dilakukan itu dimensi-dimensi kepuasan
ditetapkan terlebih dahulu oleh pengkaji. Analisis faktor adalah
metodologi yang populer di kalangan peneliti untuk menentukan
kepuasan. Oleh karena itu dimensi atau faktor itu lebih bergantung
kepada input penelitian daripada jawaban responden. Kecenderungan ini
juga memberikan perkiraan kurang tepat terhadap angka kepuasan yang
benar-benar operatif (Lomettti: 1977). Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai usaha untuk melihat efek media
terhadap khalayak berdasarkan asumsi keaktifan khalayak. Penelitian
seperti ini juga diharapkan akan dapat memberikan gambaran mengenai
khalayak dari negara dunia ketiga karena mereka ini dianggap sebagai
khalayak yang pasif (Idid, 1986: 26). Selain itu Stanley dan Davis (2009:
142), menyatakan bahwa kelemahan dari teori uses and gratifications
adalah sebagai berikut:
1. Bergantung pada analisis fungsional, yang dapat menciptakan
bias terhadap status quo;
2. Tidak dapat dengan mudah memberi petunjuk ada tidaknya
efek;
3. Banyak konsep kuncinya dikritik, karena tidak dapat diukur;
4. Terlalu berorientasi pada level mikro.
Teori uses and gratifications juga memiliki beberapa kelemahan
dalam beberapa penelitiannya, yaitu:
1. Tidak bersifat teoritis, karena masih kabur dalam
mendefinisikan konsep – konsep utama kebutuhan;
2. Terlalu sempit fokusnya, yaitu pada individu. Pendekatan ini
bersandar pada konsep-konsep psikologis seperti kebutuhan,
mengabaikan struktur sosial maupun tempat media itu berada
dalam strukutur tersebut (Stanley dan Davis, 2009: 142).
Walaupun terdapat beberapa kelemahan dalam penggunaan
pendekatan ini, tapi hal ini tidak menyurutkan semangat di kalangan

Uses and Gratifications Theory
60
peneliti untuk menggunakan pendekatan ini, karena usaha-usaha
mereka merupakan upaya untuk mencapai pendekatan yang teruji dalam
usaha membentuk satu teori. Kelemahan-kelemahan ini menjadi
pendorong kepada peneliti untuk menyempurnakan kesalahan mereka
supaya hasil-hasil penelitian dapat diterima oleh umum tanpa keraguan.
Kepopuleran pendekatan ini dikalangan peneliti-peneliti komunikasi
membuktikan bahwa banyak lagi aspek-aspek yang belum teruji dan
dalam setiap penelitian yang dijalankan, hasil-hasil penemuan yang baru
sering diperoleh.

Uses and Gratifications Theory
61
BAB V
KAJIAN TERDAHULU
YANG MENGAPLIKASIKAN
TEORI
USES AND GRATIFICATIONS
Berikut peneliti menjelaskan berbagai penelitian masa lalu yang
berkaitan dengan penelitian ini, baik yang dilakukan di Indonesia atau di negara lain. Pembahasan penelitian masa lalu dijelaskan sesuai dengan kategori penelitian seperti keaktifan memilih media, jenis kelamin, umur, status sosial ekonomi seperti tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan serta berbagai faktor lainnya. Untuk kasus peluberan dan penggunan siaran tersebut, cukup banyak terjadi di Indonesia. Fenomena peluberan siaran ini terutama terjadi di kawasan perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti yang terangkum di dalam buku “Komisi Penyiaran Indonesia: Buku Penyiaran dan Perbatasan”. Buku ini menerangkan tentang fenomena peluberan siaran di berbagai kawasan perbatasan, beberapa di antaranya yaitu: Maluku, Kepulauan Riau dan Kalimantan Timur.
Untuk wilayah Maluku terdapat dua wilayah yang berbatasan langsung dengan Timur Leste, salah satu di antaranya yaitu Maluku Barat. Maluku Barat merupakan kawasan terluar dari daerah Maluku. Masalahnya yaitu di kawasan perbatasan ini hanya terdapat satu stasiun siaran Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) radio, namun sayangnya radio tersebut belum memiliki izin penyiaran. Oleh karena secara demografis dan topografis kabupaten Maluku Barat Daya berbatasan langsung dengan Timur Leste dan sedikitnya infrastruktur penyiaran di sana, maka masyarakat di Maluku Utara dihadapkan dengan peluberan siaran. Di mana banyak siaran dari Negara tetangga yaitu: Timur Leste dan Australia yang masuk ke kawasan ini, sehingga masalah yang ditimbulkan adalah masyarakat menjadi kehilangan informasi dan tidak terlalu mengetahui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tetapi cenderung lebih mengenal negara lain yang berbatasan dengan Negara

Uses and Gratifications Theory
62
Kesatuan Republik Indonesia dikarenakan mereka lebih sering mendengarkan siaran radio dari Negara-negara tersebut (Kusmawarni, 2006: 51-52).
Kepulauan Riau juga mengalami hal yang tak jauh berbeda dari Kabupaten Maluku Barat Daya. Kepulauan Riau merupakan wilayah yang luas yang berada dekat dengan Negara serumpun Malaysia dan juga Singapura. Oleh karena itu banyak sekali terdapat siaran asing yang bebas masuk ke kawasanan Kepulauan Riau. Teridentifikasi terdapat 28 channel siaran televisi dan radio milik Malaysia dan Singapura yang masuk ke kawasan ini. Selain itu di Kepulauan Riau juga terdapat kawasan blankspot di Anambas dan Natuna yang tidak tersentuh oleh Lembaga Penyiaran Indonesia. Namun pengaruh siaran dari Malaysia tidak terlalu mengkhawatirkan dibandingkan dengan pengaruh siaran dari Lembaga Penyiaran Singapura. Oleh karena itu, perlu adanya komitmen dari kedua Negara (Kusmawarni, 2006: 47).
Berikutnya peluberan siaran di Provinsi Kalimantan Timur, di mana Kalimantan Timur memiliki 3 kabupaten yang berbatasan dengan Malaysia, yaitu: Kutai Barat (Kubar), Malinau, dan Nunukan. Dari wilayah ini menuju Malaysia hanya tinggal menyeberang. Kenyataan ini seolah-olah juga berlaku untuk bidang penyiaran. Warga di perbatasan Kalimantan Timur Indonesia-Malaysia, lebih mudah, cepat dan murah mendapatkan siaran-siaran Malaysia. Sementara itu untuk mendapatkan siaran radio maupun televisi dari Indonesia sangat sulit (Kusmawarni, 2006: 32).
Seterusnya, Tan (1981: 297) mengungkapkan bahwa pendekatan kegunaan dan kepuasan dalam penelitian komunikasi bukanlah suatu hal yang baru melainkan telah digunakan sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Sejarah awal penggunaan pendekatan ini dimulai sejak tahun 1940-an dan tahun 1950-an. Pada masa itu para peneliti memberikan perhatian untuk meneliti sekelompok orang yang terlibat dalam berbagai perilaku komunikasi massa seperti mendengar siaran radio, membaca komik, membaca surat kabar dan media lainnya. Namun hingga hari ini studi yang dilakukan terhadap aspek peluberan siaran (spill-over) belum begitu banyak jumlahnya. Oleh karena itu, peneliti akan mengumpulkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan untuk menjadi dasar kajian.
Dalam kajian terdahulu, para peneliti hanya mengambil sebagian dari komponen-komponen model. Misalnya, Becker melihat hubungan variabel demografi dengan motif (Whitney, dkk), sedangkan Mendelshon dan O’Keefe meneliti tentang kemampuan media untuk memuaskan kepentingan politik individu (Mendelsohn & Keefe, 1976: 54). Disini

Uses and Gratifications Theory
63
peneliti juga berusaha menguraikan kajian terdahulu yang menggunakan pendekatan kegunaan dan kepuasan dengan mengkategorikan jenis penelitian kedalam 3 kategori media, yaitu: media cetak, media elektronik dan new media. A. Media Cetak
Media cetak merupakan dokumen atas segala yang dikatakan orang
lain dan rekaman peristiwa yang ditangkap oleh jurnalis dan diubah dalam bentuk kata-kata, gambar, foto dan sebagainya. Media cetak mulai berkembang pesat sejak ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg pada tahun 1455. Media cetak merupakan jenis media massa yang tertua dibandingkan media elektronik dan new media. Pada pembahasan ini peneliti telah merangkum beberapa kajian terdahulu terkait dengan media cetak, berikut beberapa kajian terdahulu yang telah peneliti rangkum. Penelitian pertama dilakukan oleh Gallup pada tahun 1928 yang telah melakukan satu penelitian untuk mengetahui minat pembaca surat kabar (Gallup, 2013: 1-13). Dalam penelitiannya, Gallup menyatakan beberapa metode awal yang telah digunakan untuk menguji minat pembaca diantaranya :
a. Melihat respon terhadap sesuatu berita melalui pandangan-pandangan yang disampaikan melalui surat pembaca;
b. Melihat tingkat penjualan surat kabar tersebut; c. Menilai perhatian pembaca surat kabar tersebut; d. Mengadakan pengedaran dan menyediakan hadiah
untuk surat yang baik dari pembaca; e. Menjalankan daftar pertanyaan dan wawancara.
Gallup telah membuat sebuah metode baru yang bersifat ilmiah untuk meneliti minat pembaca surat kabar. Hasil penelitian terhadap enam surat kabar di tiga kota, yang masing-masing mempunyai penduduk sebanyak 50.000, 100.000 dan lebih dari 100.000 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaca surat kabar di kota metropolitan menghabiskan waktu yang lebih lama untuk membaca bagian-bagian tajuk rencana dibandingkan dengan berita. Gallup juga menemukan walaupun surat kabar memuat berbagai berita, tetapi pembaca memilih untuk membaca tajuk rencana. Di samping itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pembaca banyak mengutarakan ketidakpuasan terhadap cara penyiaran berita radio yang sulit untuk didengar, kurang

Uses and Gratifications Theory
64
tepat dan kurang bermutu. Gallup juga mendapati hanya 5% responden yang membaca tajuk rencana dan 20 persen membaca sekali atau lebih. Dari jumlah ini, jumlah pembaca pria lebih dominan dibandingkan dengan pembaca wanita, faktor jenis kelamin juga merupakan faktor kecenderungan pembacaan ruang halaman pembaca dalam surat kabar lokal.
Swanson juga telah melakukan satu penelitian pembacaan pada isi berita, halaman penulis serta artikel lain, kecuali ruang iklan di dalam 130 suratkabar di Amerika Serikat, di antara tahun 1930 dan 1950 dengan mewawancarai hampir 50.000 responden. Surat kabar-surat kabar itu dipilih berdasarkan pada beberapa fitur seperti jumlah distribusi naskah antara 8.570 hingga 635.346 dan ciri geografis kawasan. Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan dalam kuesioner adalah mengenai faktor-faktor yang terkait tentang pembacaan berita baik secara menyeluruh atau sebagian.Hasil penelitian menunjukkan jenis halaman dibandingkan dengan melihat jumlah pembaca yang berbeda di setiap halaman. Misalnya, ruang gambar dan komik memiliki 13.5 persen jumlah pembaca, sedangkan halaman pembaca menulis hanya 4.8 persen dan sisanya untuk pembacaan halaman yang lain. Disamping itu, hasil penelitian menunjukkan semakin panjang suatu artikel maka semakin tinggi tingkat pembacanya (Swanson, 1977).
Selanjutnya, pada tanggal 30 Juni 1954 delapan distributor utama surat kabar di Kota New York telah melakukan mogok selama dua minggu. Akibatnya, penduduk kota tersebut berhenti mendapatkan informasi dari surat kabar mereka seperti biasa. Kebanyakan pembaca surat kabar telah "dipaksa" untuk mencari atau mendapatkan sumber-sumber lain karena merasa mereka telah ketinggalan banyak informasi. Banyak yang berusaha untuk mendapatkan informasi tersebut untuk tujuan pengawasan, penghiburan, kemegahan serta sebagai tanda penghormatan sosial dan mengurangi ketegangan. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa sebagian pihak menginginkan informasi yang bersifat harian dengan topik tentang fashion, resep, ramalan cuaca dan berbagai informasi lain yang berguna (Severin, 1992: 301).
Kondisi ini telah mendorong Bernard Berelson yang pada waktu itu menjabat pada Bureau of Applied Social Research di Universitas Columbia untuk melakukan penelitian yang berbentuk eksplorasi yang berjudul "What Missing the Newspaper Means". Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji secara mendalam beberapa aspek psikologis untuk menentukan apa yang dirasakan oleh masyarakat akibat tidak adanya pasokan surat kabar dalam jangka waktu tertentu disekitar

Uses and Gratifications Theory
65
Manhattan. Wawancara yang intensif telah dilakukan terhadap 60 responden. Pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah peran surat kabar, penggunaan surat kabar sebagai penyedia informasi dan interpretasi hal-hal publik sebagai alat untuk kehidupan harian, untuk beristirahat, prestise dan hubungan sosial (Schramm & Robert, 1954). Penelitian tersebut telah mengoreksi jawaban yang lebih luas terhadap permasalahan yang biasa dijumpai dalam penelitian-penelitian yang kompleks dari sudut Psikologis dan Sosiologis. Dari studi tentang kepentingan surat kabar yang lazim dilakukan, penelitian ini telah bergerak ke arah untuk mengkaji kepuasan pembaca yang bisa diberikan oleh surat kabar. Hasil penelitian menemukan bahwa surat kabar digunakan dalam dua cara yaitu secara rasional (informasi dan berita) dan secara tidak rasional (tujuan hubungan sosial dan prestise sosial). Hal ini menyebabkan kehilangan informasi dari surat kabar sangat dirasakan karena surat kabar berfungsi sebagai sumber hubungan masyarakat dalam lingkungan yang tidak menentu dan juga disebabkan sikap suka membaca telah menjadi kebiasaan bagi banyak orang.
Sedangkan untuk melihat kecenderungan pembacaan berdasarkan keinginan untuk memperoleh informasi, lama waktu pembacaan dan pemilihan ruang berita, Eugene dan Daniel telah melakukan suatu penelitian pada tahun 1979 yang berjudul "Pembacaan Surat kabar di Dua Kota" (Newspaper Reading in Two Towns).Kedua peneliti tersebut telah memilih sebanyak 30.000 penduduk dari Kota Morristown (20.318 penduduk) dan Kota Oak Ridge (28.401 orang penduduk). Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk proses pengumpulan data dan hasilnya menunjukkan bahwa, dari segi isi surat kabar yang paling diminati di kalangan penduduk Oak Ridge, halaman komentar politik dan penulis menempati tempat setelah ruang berita lokal, berita nasional atau peristiwa dunia. Disamping itu, hasil penelitian Eugene dan Daniel juga menunjukkan kelompok yang membaca surat kabar lebih dari 30 menit merupakan kelompok yang menempuh pendidikan lebih dari 13 tahun. Pembaca wanita membaca lebih dari 30 menit secara mendalam terhadap hal-hal publik dibandingkan dengan pembaca laki-laki yang membaca untuk jangka waktu kurang dari 30 menit. Menurut kedua peneliti, jumlah waktu memiliki kaitan diantara pembacaan jenis ruang dan menyatakan mereka mendapat kepuasan yang lebih dari pembacaan surat kabar dibandingkan dengan penonton televisi sejak beberapa tahun terakhir (Eugene & Daniel, 1979).
Oleh karena itu, dapat dikaitkan antara waktu pembacaan dengan kebutuhan dan kepentingan pembacaan suatu ruang berita dalam surat

Uses and Gratifications Theory
66
kabar yang menjadi prioritas pemilihan, dibandingkan dengan media lainnya. Bila dikaitkan dengan teori penelitian yaitu teori kegunaan dan kepuasaan, maka dapat disimpulkan khalayak akan memilih media yang dapat memberikan kepuasan yang dibutuhkan dan penilaian pembacaan ditentukan oleh kecenderungan dan tingkat pencapaian kepuasaan. Sedangkan dari segi penggunaan bahasa dalam penulisan, ditemukan penggunaan bahasa yang berbeda mengakibatkan penilaian pembacaan berbeda terhadap jenis halaman. Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Ismail Khafidz Ahmad Zabid menunjukkan bahwa surat kabar berbahasa Inggris memiliki lebih banyak pembaca ruang artikel penulis dibandingkan dengan surat kabar berbahasa Malaysia( Zabidi: 1983).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Syed Arabi Idid (1983) berjudul “Minat terhadap Berita dan Rencana Pengarang: Satu Kajian Perbandingan,” penelitian yang menggunakan teori penggunaan dan kepuasaan untuk meneliti penggunaan majalah dikalangan para remaja di Malaysia ini, telah meninjau faktor-faktor sosio-psikologis yang memotivasi khalayak untuk mempergunakan media massa. Ia mengasumsikan para remaja menggunakan media massa untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebanyak 651 reponden telah diuji melalui kuesioner yang terdiri dari 16 jenis pertanyaan mengenai kepuasan. Hasil penelitiannya menunjukkan banyak responden membaca majalah karena tiga alasan yaitu pengawasan, mempererat hubungan, persahabatan dan hiburan. Ia juga menemukan, umur memiliki hubungan positif terhadap kepuasan tetapi variabel pendapatan memiliki hubungan negatif terhadap pertanyaan mengenai perekat persahabatan. Remaja "tua" membaca majalah untuk mendapatkan informasi, sedangkan golongan remaja "muda" membaca majalah untuk memudahkan mereka dalam memenuhi kebutuhan untuk mempererat hubungan persahabatan.
Berikutnya, pada tahun 2000 terdapat penelitian yang dilakukan oleh Rosita Anggraini Tagor yang berjudul “Konsumsi Majalah dan Tabloid Anak pada Anak-Anak Usia Sekolah (Studi dengan Pendekatan Uses and Gratifications pada Murid-Murid Sekolah Dasar (SD) di Wilayah DKI Jakarta).” Penelitian ini mencoba mencermati perilaku mengkonsumsi majalah dan atau tabloid anak pada anak-anak usia sekolah (middle childhood, school age). Sampel populasi adalah murid-murid Sekolah Dasar (SD) di tiga lingkungan sosial di Jakarta yang diasumsikan SD di lingkungan bawah, menengah dan atas yang ditarik secara purposive. Responden adalah murid-murid SD berusia 7-12 tahun (kelas 2-kelas 6 SD) yang membaca majalah dan atau tabloid anak sebanyak 439 anak,

Uses and Gratifications Theory
67
termasuk 3 anak sebagai informan. Penelitian ini merupakan kombinasi studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara bertahap. Pengumpulan data kuantitatif melalui survei menggunakan kuesioner (Tagor, 2010).
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan lingkungan sosial berpengaruh terhadap inisiatif membaca, cara memperoleh majalah atau tabloid anak dan waktu membaca anak. Sementara lingkungan sosial tidak berpengaruh terhadap lama dan cara membaca. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif, integratif personal dan pelepasan tekanan. Anak-anak dari sekolah di lingkungan menengah dan atas cenderung berpendapat dengan membaca mereka dapat berimajinasi, memiliki pengetahuan baru dan tidak tegang lagi daripada anak-anak sekolah di lingkungan bawah. Jenis kelamin berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan afektif dan pelepasan tekanan. Anak perempuan cenderung merasa senang sekali saat membaca majalah atau tabloid anak dan tidak merasa tegang lagi dibanding anak laki-laki. Usia berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial dan pelepasan tekanan. Anak-anak dalam kategori usia 7-8 tahun cenderung membaca untuk pemenuhan kebutuhan kognitif, integratif personal dan integratif sosial. Anak dalam kategori usia 9-10 membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif. Sedangkan anak-anak dalam kategori usia 11-12 tahun membaca untuk pelepasan tekanan (Tagor: 2010).
Selain itu pada tahun 2010 terdapat penelitian yang lainnya dengan objek penelitian berupa majalah yang dilakukan oleh Paramita Putri larasati (2010) dengan judul “Kesenjangan Kepuasan Pembaca Majalah Wanita Remaja”, Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Kesenjangan Kepuasan Pembaca Rubrik Fashion Majalah GADIS dan ANEKA di Kalangan Siswi SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini, yaitu: untuk mengetahui tingkat kepuasan yang diharapkan (GS), tingkat kepuasan yang diperoleh (GO), pola penggunaan media majalah (Media Uses). kesenjangan kepuasan (Gratifications Discrepancy) dan untuk mengetahui majalah mana yang lebih memuaskan dikalangan responden. Penelitian ini bersifat deskriptif-kuantitatif dengan metode survei. Jumlah responden sebanyak 87 orang.
Hasil penelitian menyimpulkan: Pertama, dari unsur GS didapati bahwa dari 13 item kebutuhan yang ditawarkan kepada responden, hampir seluruhnya merupakan kebutuhan yang ingin dicarikan pemuasannya dengan membaca majalah GADIS dan ANEKA. terdapat

Uses and Gratifications Theory
68
7 item kebutuhan yang mendapat persentasi tertinggi pada skala penting, yakni kebutuhan untuk mengetahui informasi mengenai fashion, memperoleh pengetahuan mode baik memperoleh pengetahuan cara memadu-padankan pakaian, memperoleh informasi tentang pakaian yang dikenakan para artis, agar bisa memberikan informasi kepada orang lain, memperoleh bahan perbincangan dan berkumpul dengan keluarga dan teman. Sedangkan dua item kebutuhan lainnya pada skala sangat yang kurang ingin dicarikan pemuasannya oleh responden yaitu kebutuhan untuk berkumpul dengan keluarga dan teman dan untuk menghilangkan rasa penat dan bosan. Namun secara umum, tingkat kepuasan yang diharapkan responden menunjukkan persentase terbesar pada skala tinggi. Artinya sebagian besar responden ingin mencarikan pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhannya dari membaca majalah GADIS dan ANEKA.
Kedua, penggunaan media (media uses) yang dikategorikan ke dalam 3 kategori, yaitu: Berdasarkan tingkat perhatian dibagi kedalam 3 kategori: kategori pertama, sebelum terpaan media ditemukan bahwa tingkat perhatian responden terhadap majalah gadis lebih tinggi. Kategori Kedua, selama terpaan media dalam fase ini tingkat perhatian responden terhadap majalah GADIS lebih tinggi. Kategori ketiga, setelah terpaan media ditemukan bahwa perhatian responden pada majalah GADIS lebih tinggi daripada majalah ANEKA. Berdasarkan Frekuensi membaca ditemukan bahwa tingkat perhatian responden terhadap majalah GADIS lebih tinggi daripada majalah ANEKA. Berdasarkan curahan waktu membaca dalam hal ini perhatian responden terhadap majalah GADIS lebih tinggi daripada majalah ANEKA.
Ketiga, kepuasan yang diperoleh (Gratifications Obtained) secara umum, tingkat kepuasan yang diperoleh responden setelah membaca majalah GADIS dan ANEKA termasuk dalam kategori tinggi. Artinya responden merasa terpenuhi kebutuhannya setelah membaca kedua majalah tersebut. Keempat, kesenjangan kepuasan (Gratifications Discrepancy) untuk tingkat pemenuhan kepuasan yang diklasifikasi dalam kategori tinggi atau kesenjangan kepuasan dalam kategori kecil, hanya dimiliki majalah GADIS yaitu pada kebutuhan untuk mengetahui informasi mengenai fashion di majalah, untuk memperoleh pengetahuan mode baik dikenakan sehari-hari atau pada kesempatan tertentu, untuk memperoleh informasi tentang pakaian yang dikenakan para artis, agar bisa memberikan informasi kepada orang lain, dan untuk memperoleh bahan perbincangan dengan orang lain. Pada majalah GADIS hanya ada satu item yang tergolong kategori rendah. Sedangkan untuk majalah

Uses and Gratifications Theory
69
ANEKA terdapat 5 item kebutuhan yang mendapat kategori rendah. Kelima, dari penelitian ditemukan bahwa majalah GADIS lebih mampu memuaskan kebutuhan responden dibandingkan dengan majalah ANEKA (Larasati, 2010). B. Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang meliputi radio, televisi dan new
media. Media elektronik berkembang seiring perkembangan dari teknologi dan informasi. Penyebarluasan informasi melalui media elektronik telah mengalami perkembangan, hal tersebut didukung pula dengan perangkat dari media elektronik itu sendiri dengan munculnya radio, televisi dan new media (Makarim, 2004: 193). Namun, di sisi lain banyak pihak yang membedakan antara media elektronik dan new media, hal ini dikarenakan new media dalam beberapa hal memiliki perbedaan dengan media elektronik lainnya, di mana perbedaan yang signifikan antara media yang terbit di internet dan media cetak atau elektronik menurut Jhon Vivian yaitu terdapat pada feed back (umpan balik) (Vivian, 2008: 270).
Selain itu, perbedaan media Elektronik, media cetak dan media online secara subtansial dapat dilihat berdasarkan pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyebaran berita yang dilakukan. Perbedaan tersebut di antaranya dalam filosofi penyajian berita, positioning masing-masing jenis media, teknis pengelolaan dan target (Yunus, 2010: 27). Berdasarkan beberapa keterangan diatas, pada akhirnya peneliti mengklasifikasikan media elektronik kedalam 2 jenis media, yaitu: radio dan televisi. Berikut ini peneliti menyajikan berbagai penelitian yang berhubungan dengan penggunaan teori uses and gratifications dalam media elektronik, antara lain: 1. Radio
Radio adalah pemancar gelombang elektromagnetik yang membawa muatan sinyal suara yang terbentuk melalui microphone, kemudian pancaran ini diterima oleh sistem antena untuk diteruskan ke pesawat penerima dan sinyal radio itu diubah menjadi suara atau audio di dalam loudspeaker (Wahyudi, 1226: 12). Radio sendiri merupakan salah satu media massa yang masuk kedalam kategori media elektronik. Radio biasanya menyiarkan berita, iklan, musik, diskusi, drama dan sebagainya. Berikut peneliti telah merangkum beberapa kajian terdahulu

Uses and Gratifications Theory
70
yang berkaitan dengan radio yang dimulai dari tahun 1954. Di mana pada tahun tersebut Herzog telah melakukan penelitian mengenai motivasi dan kepuasaan pembantu rumah tangga yang mendengar opera sabun yang disiarkan melalui radio (Schramm & Robert, 1954).
Penelitian ini dilakukan dalam tiga fase. Dalam fase pertama, 100 responden telah diwawancarai secara intensif. Dari penelitian, tiga jenis kepuasaan telah teridentifikasi yaitu: kepuasan melalui identifikasi, kemitraan dalam memenuhi kebutuhan bersama dan sebagai konsultan ke atas role playing untuk pendengar-pendengar. Pada fase kedua, Herzog telah menggunakan sebanyak 2.500 sampel/pendengar untuk mempelajari bagaimana rencana dan peran soap opera tersebut dalam menyelesaikan masalah. Sebanyak 41 persen dari responden mengakui peran tersebut. Mereka terdiri dari responden yang kurang berpendidikan dan selalu menganggap diri mereka sebagai orang yang memiliki masalah. Dalam kondisi tersebut mereka cenderung untuk menjadi pendengar acara radio yang lain. Dalam fase ketiga, sebanyak 150 sampel digunakan dan hasilnya menemukan bahwa pelajaran yang dicari oleh responden bukanlah pelajaran dalam arti yang sebenarnya. Pelajaran yang dimaksud adalah untuk memilih cara-cara yang sesuai untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Berdasarkan pada temuan-temuan ini, Herzog telah merekomendasikan kepada penulis skrip drama radio untuk memberikan fokus pada pelajaran yang sebenarnya bisa disampaikan melalui hiburan dan tidak memiliki maksud yang terselubung dibalik fungsi hiburan tersebut (Schramm & Robert, 1954).
Selanjutnya, pada tahun 2000 Basuki meneliti “Keterkaitan Media, Terpaan Informasi Radio Siaran Asing Terhadap Sikap Nasionalisme Mahasiswa Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Surakarta.” Hasil penelitian mendapati bahwa terpaan informasi radio siaran asing berpengaruh negatif terhadap sikap nasionalisme, artinya ada kecenderungan semakin tinggi terpaan informasi radio siaran asing semakin rendah nasionalisme. Pada kenyataaannya, siaran radio negeri tetangga masuk ke ruang publik di daerah perbatasan tidak hanya terjadi di Aceh Timur tetapi juga wilayah lain di Indonesia seperti Pulau Terong Batam, Pulau Pecong, Bengkalis dan beberapa wilayah lain di Kepulauan Riau. Radio Era, Warna, Surya dan Ria asal Singapura dan Malaysia terus mengalunkan lagu-lagu Melayu mulai pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore (Sulistyowati dan Dale, 2012). Tanpa listrik, apalagi sinyal telepon seluler, siaran radio menjadi satu-satunya hiburan bagi 400-an keluarga di Pulau Terong dan Pulau Pecong yang berhadapan langsung

Uses and Gratifications Theory
71
dengan Johor, Malaysia dan Singapura tersebut. Siaran yang tertangkap dengan baik adalah siaran dari negeri seberang, sebab siaran radio lokal cenderung memble, suaranya timbul tenggelam.
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Iswandi Syahputra menyebutkan, dari 30-an siaran radio yang tertangkap di Bengkalis, Riau, misalnya, hanya dua yang berbahasa Indonesia. Itu pun siaran yang mengudara tidak terdengar jernih. Masyarakat setempat menyebutnya: spleteran. Sebaliknya, suara dari seberang begitu kuat masuk ke ruang publik Indonesia (Sulystyowati & Dale, 2012) .
Berikutnya juga terdapat penelitian yang diteliti oleh Agustini, dkk, di Jakarta pada tahun 2007 tentang “Hubungan Karakteristik dan Motif dengan Efek Media Kasus Ibu Rumah Tangga Pendengar Acara Pro Dokter di Pro 2 LPP RRI Jakarta.”Metode penelitian menggunakan survei deskriptif korelasional, dengan populasi ibu rumah tangga pendengar Pro Dokter yang berinteraksi melalui sms/telpon. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan harapan setiap unit dalam sampel mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. Jumlah sampel 100 orang ibu rumah tangga yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta. Data primer berbentuk kuesioner, data sekunder berupa data sms/telpon pendengar Pro 2, isi acara Pro Dokter, rekaman siaran Pro Dokter dan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pro 2 untuk mengetahui perencanaan dan penyusunan acara Pro Dokter.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu rumah tangga dalam penelitian ini mempunyai motif mendengarkan Pro Dokter untuk menambah informasi, memperluas wawasan dan untuk mengetahui masalah yang terkait dengan kesehatan karena informasi kesehatan penting dan bermanfaat. Motif mendengarkan untuk memudahkan responden mengatasi masalah, menghilangkan ketidakpastian/merasa yakin yaitu sebesar 96%. Motif mendengarkan untuk meningkatkan kepercayaan diri sebesar 93%. Hanya terdapat sebanyak 47% motif mendengarkan dijadikan sebagai referensi untuk bahan percakapan dengan teman. Motif mendengarkan tidak hanya berfungsi untuk mendapatkan hiburan dan mengisi waktu luang, namun juga untuk menambah pengetahuan, sebesar 91%. Hasil penelitian juga mendapati motif mendengar acara Pro Dokter merupakan kegiatan rutin bagi ibu-ibu di Jakarta yang didasarkan mood dan waktu mendengarkan.
Data penelitian juga menyimpulkan bahwa karakteristik ibu rumah tangga yang mendengarkan siaran Pro Dokter rata-rata berusia 37 tahun, tidak bekerja, pendapatan keluarga 1–2 juta/bulan, pendidikan SMU/ sederajat, tanggungan keluarga 1–3 anak. Motif mendengarkan

Uses and Gratifications Theory
72
untuk menambah informasi, memperluas wawasan, mengetahui masalah yang berkaitan dengan kesehatan, memudahkan mengatasi masalah, menghilangkan ketidakpastian/ merasa yakin, meningkatkan kepercayaan diri, menjadikan sebagai bahan percakapan dengan teman. Sementara itu, juga terdapat hubungan antara karakteristik pendapatan dan karakteristik jumlah tanggungan keluarga dengan motif menambah informasi, memperluas wawasan, menjadikan sebagai bahan percakapan dengan teman, memudahkan mengatasi masalah, menghilangkan ketidakpastian. Terdapat perbedaan signifikan pada setiap motif mendengarkan Pro Dokter dengan jenis pekerjaan antara ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan bekerja. Terdapat hubungan yang erat antara pekerjaan dengan motif untuk memudahkan mengatasi masalah, meningkatkan kepercayaaan diri, menghilangkan ketidakpastian, menjadikan sebagai bahan percakapan dengan teman, mendapatkan hiburan, mengisi waktu luang, dan melakukan hal yang rutin.
Berikutnya juga terdapat hubungan antara penggunaan media dari frekuensi mendengarkan dengan motif menambah informasi, mengisi waktu luang, melakukan hal yang rutin, intensitas mengikuti acara Pro Dokter hingga berakhir, aktif sms/telpon, dan tempat/di mana mendengarkan berhubungan dengan motif mengisi waktu luang, mengetahui masalah yang terkait dengan kesehatan dan melakukan hal yang rutin. Temuan selanjutnya juga mendapati hubungan antara motif mendengarkan untuk melakukan hal yang rutin, menjadikan sebagai bahan percakapan dengan teman, menambah informasi, memperluas wawasan dengan kepuasan aspek kognitif, afektif dan konatif (Agustini, 2007).
Selanjutnya terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Naine Eka Damayanti pada tahun 2009, tentang “Motivasi Mendengarkan Program Musik Friday Night Jazz pada Radio Mitra Fm. Purwokerto dengan Kepuasaan Mendapatkan Informasi Tentang Musik Jazz di Kalangan Anggota Purwokerto Jazz Community.” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motivasi yang melatarbelakangi anggota komunitas mendengarkan Friday Night Jazz di radio Mitra Fm dan sejauh mana kepuasaan yang di peroleh dalam pemenuhan kebutuhan akan informasi tentang musik jazz. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan menggunakan kuesioner serta pendekatan analisa data kuantitatif menggunakan korelasi tata jenjang Spearman. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus di mana seluruh populasi anggota komunitas yang berjumlah 35 orang dijadikan sampel.

Uses and Gratifications Theory
73
Untuk menjawab tujuan dan hipotesis, seluruh data yang terkumpul diolah menggunakan program SPSS (Statistical Program for Science ).
Penelitian ini menekankan penggunaan teori uses and gratifications. Penggunaan media yang didasarkan pada teori ini menitik beratkan pada “apa yang dilakukan khalayak terhadap media” dan bukan sebaliknya. Model ini mengikuti perkembangan orientasi penelitian komunikasi yang bersifat riset media beralih pada riset khalayak. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa penggunaan media oleh khalayak didorong oleh motif-motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, meskipun pada saat yang lain kebutuhan tersebut juga dapat dipuaskan oleh sumber lain selain media massa. Contohnya jika kita ingin mendapatkan kesenangan, media bisa memberikan hiburan. Namun tentu saja kesenangan itu juga bisa didapatkan dengan berkumpul dengan keluarga, sahabat dan lain – lain (Damayanti, 2009). Adapun indikator motivasi mendengarkan program musik Friday Night Jazz yang diteliti yaitu: motivasi kognitif/pengetahuan, motivasi diversi dan motivasi identitas personal. Hasil penelitian menyimpulkan sebagai berikut: Semakin tinggi motivasi mendengarkan program musik Friday Night Jazz maka semakin tinggi pula pola penggunaan media radio Mitra Fm. Purwokerto. Temuan berikutnya yaitu semakin tinggi pola penggunaan media radio Mitra Fm. Purwokerto maka semakin tinggi pula tingkat kepuasaan anggota Purwokerto Jazz Community dalam mendapatkan informasi tentang musik jazz. Temuan selanjutnya adalah semakin tinggi motivasi mendengarkan program musik Friday Night Jazz di Radio Mitra Fm. Purwokerto maka semakin tinggi pula tingkat kepuasaan di kalangan anggota Purwokerto Jazz Community dalam mendapatkan informasi tentang musik jazz (Damayanti, 2009: 106-107).
Di akhir penelitiannya, peneliti menyatakan bahwa Program Friday Night Jazz melalui siaran radio Mitra Fm. dianggap ampuh dalam menentukan siapa dan dari kalangan mana program tersebut ditujukan. Namun tidak semua khalayak pendengar di kota Purwokerto menyukai atau bahkan mengerti tentang musik jazz, untuk itu dalam memuat sebuah program acara hendaknya memberikan gambaran yang mengandung unsur pengetahuan yang bermanfaat bagi pendengar sehingga dapat menambah pengetahuan para pendengar radio secara umum. Radio Mitra FM. ada baiknya terus mengembangkan pola penyiaran khusus untuk program Friday Night Jazz, misalnya mendatangkan musisi jazz sebagai narasumber atau sesekali mengadakan acara Off – Air di kafe dengan live musik jazz, untuk lebih menarik minat khalayak tentang musik jazz. Selain itu diharapkan agar

Uses and Gratifications Theory
74
kedepannya forum komunitas tersebut dapat tidak hanya dijadikan sarana bertukar informasi atau share pengalaman tentang perkembangan musik jazz khususnya, namun sebagai penambah wawasan agar tingkat apresiasi terhadap musik jazz dapat terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah anggota komunitasnya. Idealnya sebuah anggota komunitas musik adalah sosok yang menyukai musik apa pun dan dari mana pun, karena musik adalah bahasa yang universal (Damayanti, 2009: 108).
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Muhammad Indra Nugraha pada tahun 2010 di Bandung tentang “Fungsi Program Pop Circle dalam Meningkatkan Pengetahuan Musik Indie Pendengar Radio Rase 102.3 Fm. Bandung.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi program Pop Circle dalam meningkatkan pengetahuan pendengar khususnya dalam dunia musik indie. Selain itu juga untuk mengetahui hambatan-hambatan dan usaha yang dilakukan oleh pihak Radio Rase 102.3 Fm. Bandung, khususnya dalam program Pop Circle. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan analisis data deskriptif, teknik pengambilan data melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara dan penyebaran angket menggunakan teknik sampling probability terhadap 37 responden (Nugraha, 2010). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa fungsi program Pop Circle masih kurang efektif dalam meningkatkan pengetahuan musik indie para pendengar program ini. Hal ini disebabkan oleh:
a) Isi informasi yang disampaikan oleh program Pop Circle masih kurang kelengkapan dan kejelasannya, hal ini dikarenakan masih kurangnya pesan yang disampaikan oleh acara ini dan penyiar dalam penyampaian informasinya masih kurang jelas sehingga pemirsa masih kurang bisa menerima pesan dengan lengkap;
b) Intensitas waktu atau durasi yang dirasa cukup lama membuat para pendengar merasa bosan dengan materi yang disampaikan penyiar program Pop Circle;
c) Daya tarik acara program Pop Circle masih kurang menarik. Hal ini dikarenakan format dari program Pop Circle sendiri masih kurang menarik dan monoton, karena formatnya tidak jauh berbeda dengan format-format program acara tentang musik indie yang disiarkan oleh stasiun radio lainnya.
Walaupun demikian hasil penelitian menunjukkan program Pop Circle bermanfaat bagi pendengar program Pop Circle di Radio Rase 102.3 FM. Bandung, hal ini terlihat dari:

Uses and Gratifications Theory
75
a) Sensasi dalam program Pop Circle, di mana penyajian informasi masih kurang sehingga belum bisa menambah pengetahuan baru bagi pendengar Radio Rase 102.3 FM. Bandung khususnya tentang musik indie;
b) Persepsi pendengar tentang siaran Program Pop Circle dapat menambah pengalaman mereka, siaran tersebut berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan pendengar. Walaupun demikian perhatian pendengar terhadap program ini masih kurang;
c) Pendengar siaran Pop Circle menyatakan terdapat manfaat dalam program tersebut, karena materi yang disajikan aktual, lengkap, meskipun kurang menarik, sehingga siaran tersebut menjadi andalan pendengar.
Selanjutnya ditemukan bahwa berbagai hambatan yang sering dihadapi oleh Radio Rase 102.3 Fm. Bandung yaitu sulitnya menghubungi narasumber untuk mengisi program acara tersebut. Berikutnya hambatan teknis yang mengakibatkan tidak dapat digunakannya akses internet, karena materi-materi yang akan dibicarakannya sebagian besar didapat melalui internet.
Berikutnya juga terdapat penelitian lainnya dengan radio sebagai objek penelitiannya yang dilakukan oleh Eunike Laura, c.s yangmembahas mengenai kepuasan pendengar terhadap program berita yang dikenal Sonora News di Radio Sonora Surabaya setelah perubahan target usia pendengar. Di mana sebelum Tahun 2012, target pendengarnya adalah kelompok usia 15–50 tahun, sedangkan pada Tahun 2012 target pendengar menjadi kelompok usia 20–34 tahun (C.S Laura, 2013).
Penelitian ini dilandaskan pada teori uses and gratifications dengan pengukuran kepuasannya menggunakan konsep GS dan GO. Operasionalisasinya yaitu membandingkan nilai mean GS dan GO. Apabila GS > GO dan selisih nilai mean adalah negatif, artinya media tidak memuaskan khalayak, jika GS = GO dan selisih mean adalah positif/nol maka media memenuhi kebutuhan khalayak, jika GS < GO dan selisih nilai mean tersebut positif, maka artinya media memuaskan khalayak. Sampel dalam penelitian ini yaitu sabanyak 100 orang pendengar Sonora Surabaya yang tersebar di berbagai wilayah Kota Surabaya. Sementara itu motif mendengarkan radio dibagi adalah sebagai berikut: Motif pengalihan (diversion), motif pengawasan (surveillance), informasi atau berita secara umum dan lokal (news and localness of news) dan kebiasaan (ritualistic nature). Secara keseluruhan

Uses and Gratifications Theory
76
penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan hasilnya adalah H0 yang diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara gratification sought dengan gratification obtained pada setiap indikator pengalihan, pengawasan, informasi/berita dan kebiasaan/ ritualistic nature (C.S Laura, 2013).
Kesimpulannya, pendengar tidak puas akan program Sonora News di Radio Sonora Surabaya. Namun, Radio Sonora Surabaya dapat melakukan perbaikan dengan memperhatikan analisis motif dan tingkat kepuasan. Selain itu juga terdapat kesimpulan lainnya, yaitu: Pertama, program Sonora News telah berhasil menjangkau target pendengar berdasarkan usia 20–34 tahun. Kedua, pendengar yang frekuensi mendengarkan program Sonora News lebih dari 10 kali dalam sebulan tidak sepuas pendengar yang mendengarkan antara 5–10 kali dalam sebulan. Sehingga kesimpulannya program Sonora News tidak efektif apabila disiarkan secara intensif dalam seharinya (C.S Laura, 2013).
Selanjutnya terdapat juga penelitian yang dilakukan oleh Danny Suhartono pada tahun 2013 berjudul “Peran Penyiar Good Morning Hard Rockers (GMHR) di Hard Rock FM Surabaya Dalam Menjaring Pendengar.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran penyiar GMHR di Hard Rock FM. Surabaya dalam menjaring pendengar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh program unggulan yaitu Good Morning Hard Rockers pada siaran Radio Hard Rock FM. Surabaya di mana pada tahun 2012 mengalami penurunan rating dan jumlah pendengar. Informan dalam penelitian ini adalah penyiar GMHR yaitu Angga Prameswara dan Citra Permata. Penelitian ini dalam bentuk kualitatif deskriptif dengan pendekatan dan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi (Suhartono, 2013).
Peran penyiar di program GMHR sudah berjalan dengan baik. Penyiar GMHR sudah mempunyai peran yang baik terhadap pendengarnya, di mana mereka melakukan interaktif, ekspresif dan empati kepada pendengarnya. Angga dan Citra sudah melibatkan pendengar dalam siarannya, meskipun pemahaman tentang konsep interaksi mereka berbeda. Mereka juga sudah ekspresif dalam siarannya dengan menggunakan gerakan-gerakan atau gesture meskipun radio adalah media auditif dan juga sudah berempati dalam siarannya (Suhartono, 2013).
Walaupun demikian, penyiar GMHR juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu perencanaan program kurang terkoordinasi antara produser atau dengan sesama penyiar. Selain itu, penyiar sering

Uses and Gratifications Theory
77
mengganti topik yang sudah disusun sebelumnya, sehingga perencanaan program menjadi kacau. Akibatnya terjadi kesalahan-kesalahan dalam on air karena tidak ada kesepahaman antara sesama penyiar dan produser. Kesalahan ini membuat peran penyiar di program GMHR belum berjalan dengan optimal. Sementara itu peneliti menemukan adanya pengaruh pakaian yang digunakan oleh penyiar radio dalam siarannya, meskipun radio merupakan media auditif, pakaian yang digunakan Angga dan Citra berpengaruh dalam menjaga mood atau semangat siaran mereka, meskipun pendengar tidak melihat pakaian yang mereka gunakan (Suhartono, 2013).
Berikutnya, juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Gita Gowinda tentang Motif Pendengar Aktif Program EBS Nine One One Dalam Mendengarkan Dan Mengirimkan Sms Pada Fitur Sos Number. Penelitian ini dilakukan di Surabaya pada tahun 2014 untuk mengetahui motif pendengar aktif radio EBS FM yang mengikuti fitur SOS Number dalam Program Nine One One. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena radio saat ini masih tergolong media konvesional, namun masih digunakan oleh kalangan anak muda untuk bersosialisasi dengan lingkungannya (Feiz, 2014). Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan secara akurat tentang fakta dan sifat populasi atau objek penelitian. Melalui kerangka konseptual, peneliti melakukan operasionalisasi variabel beserta indikatornya. Di mana pada penelitian ini motif pendengar dibedakan atas 4 variabel, yaitu: informasi, identitas personal, hubungan personal dan pengalihan (escapism). Populasi di dalam penelitian ini adalah pendengar program EBS Nine One One yang mengirimkan SMS dalam fitur SOS Number berusia 15–24 tahun, strata pendidikan dimulai dari pelajar SMP hingga sarjana. dengan jumlah responden sebanyak 147 orang dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling (Feiz, 2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 95% responden perempuan menyetujui setelah mendengarkanSOS Number dirinya lebih mengetahui bagaimana harus bersikap dan mengorientasikan diri di tengah-tengah lingkungannya, sedangkan responden laki-laki identitas diri tidak hanya didapatkan melalui siaran SOS Number. Mayoritas responden yang berusia 17 tahun menyetujui alasan mendengarkan SOS Number untuk mencari ‘Identitas Personal’. Hasil penelitian juga menemukan bahwa pendengar EBS Nine One One didominasi oleh usia remaja. Motif selanjutnya yang menjadi alasan responden untuk mendengarkan EBS Nine One One adalah untuk mendapatkan Informasi, dengan indikator yang paling menonjol adalah informasi terkait

Uses and Gratifications Theory
78
karakter dari masing-masing lawan jenis, sekaligus untuk mencari jalan keluar dalam menyelesaikan permasalahan percintaan, pertemanan, serta hubungan dengan orangtua. Hasil penelitian juga mendapati bahwa responden perempuan merupakan responden yang dominan mencari informasi lewat siaran radio, dibandingkan dengan responden laki-laki. Selain itu didapati bahwa responden yang mendengarkan radio dengan motif mencari informasi didominasi oleh responden yang berusia < 17 tahun, sementara itu berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang menjadikan Informasi sebagai alasan dalam mendengarkan SOS Number adalah responden yang berpendidikan SMA (Feiz, 2014).
Selanjutnya adalah motif ‘Hubungan Personal’. Responden perempuan dan laki-laki menyetujui bahwa ‘Hubungan Personal’ adalah motif dalam mendengarkan program siaran SOS Number. Pada tingkatan usia, penggunaan motif ‘hubungan personal’ diakui oleh mayoritas pendengar yang berusia ≤ 17 tahun yaitu sebanyak 66 responden. Indikator yang mendominasi motif ini adalah hubungan dengan teman-teman sebaya, khususnya untuk mendapatkan topik pembicaraan dengan teman sebaya. Motif selanjutnya yang menjadi alasan responden dalam mendengarkan program siaran EBS Nine One One fitur SOS Number adalah untuk pengalihan. Responden perempuan maupun laki-laki yang berusia 11 hingga 17 tahun menyetujui bahwa ‘Pengalihan’ adalah salah satu motif untuk mendengarkan siaran EBS Nine One One fitur SOS Number. Terutama untuk pengalihan dari masalah yang sedang dihadapi; baik yang berasal dari keluarga, teman sebaya, maupun sekolah. Selain itu, strata pendidikan juga mempengaruhi responden untuk menyetujui bahwa siaran SOS Number dapat menjadi media ‘Pengalihan’ atas problematika yang sedang dihadapi oleh tiap-tiap individu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas pelajar SMA memiliki banyak tekanan dalam menjalani kehidupan dan untuk itulah dibutuhkan media yang dapat mengurangi beban pikiran. Indikator yang mendominasi adalah menghilangkan stress; perasaan stress terkait permasalahan yang dialami oleh para remaja. 2. Televisi
Secara Harafiah Televisi dapat diartikan sebagai media yang bisa melihat keadaan dari jarak jauh. Televisi adalah paduan radio (broadcast) (2016:16), dan film (moving picture) (Effendy, 2003: 174). Sementara itu Baksin mendefinisikan bahwa televisi merupakan hasil dari produk teknologi tinggi (hi-tech) yang mampu menyampaikan

Uses and Gratifications Theory
79
berbagai informasi dalam bentuk audio visual gerak. Pada saat ini televisi adalah media yang memegang peranan penting dalam perputaran informasi. Selain penyebar informasi, televisi juga menjadi sarana edukasi dan hiburan bagi masyarakat, sehingga sangat wajar jika keberadaan televisi dalam satu rumah dianggap sebagai suatu keharusan. Pada pembahasan ini peneliti telah merangkum beberapa kajian terdahulu sehubungan dengan televisi. Berikut beberapa kajian terdahulu yang telah peneliti rangkum.
Kajian pertama dimulai dari penelitian yang telah dilakukan oleh Blumler dan McQuail di Great Britain berjudul “Television In Politics: It’s Uses and Influence” untuk melihat peran televisi dalam kampanye pemilihan umum pada tahun 1964 (Mc. Quail & Mc. Quail, 1969).Tujuan utama penelitian mereka adalah untuk mengetahui mengapa khalayak melihat atau menghindari penyiaran partai, apa manfaat yang mereka inginkan, dan apakah pilihan mereka di antara berbagai alternatif dalam memperkenalkan politisi di televisi. Pendekatan penggunaan dan kepuasaan telah digunakan untuk mempelajari bagaimana para pemilih menggunakan rencana politik saat mengikuti kampanye pemilihan dan bagaimana program propaganda di televisi mempengaruhi pandangan politik mereka. Penelitian ini dilakukan di dua daerah pemilihan di Yorkshire dengan menggunakan 750 responden yang terdiri dari kalangan pemilih pada saat pemilihan umum tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis mengenai efek media, jenis pemilihan media, motivasi penonton dan tingkat keterlibatan dalam pemilihan. Temuan utama dalam penelitian ini bahwa peran utama komunikasi massa saat pemilihan adalah pembentukan isu-isu politik dan tidak memiliki efek yang langsung terhadap perilaku pemilihan pemilih. Pengukuhan sikap politik adalah fungsi utama surat kabar, sedangkan fungsi pemilihan suara adalah fungsi televisi. Hal ini dikarenakan surat kabar lebih berperan dalam memberikan pendapat media atau editorialize, sedangkan televisi lebih seimbang dalam liputan dan pemberitaannya. Kepuasaan yang diterima dari komunikasi massa berhubungan dengan pengungkapan media sehingga dapat memberikan efek kepada khalayaknya. Selanjutnya, alasan untuk menonton atau menghindari siaran politik adalah terkait atau tergantung pada pengungkapan, sikap politik dan pengetahuan pemilih.
Blumler dan McQuail melanjutkan untuk membuat beberapa saran kebijakan untuk liputan pemilihan melalui televisi di Inggris. Terdapat dua saran kebijakan yang diberikan yaitu: kebijakan menempatkan siaran-siaran politik secara serentak disemua saluran televisi Inggris harus

Uses and Gratifications Theory
80
segera dihentikan. Seharusnya terdapat kebijakan program di mana calon-calon ditantang atau diadakan perdebatan, apakah oleh responden televisi atau oleh calon-calon lain dalam bentuk pembahasan (Mc. Quail & Mc. Quail, 1969). Kedua saran ini timbul secara langsung dari keinginan yang dinyatakan oleh khalayak televisi dan menunjukkan pendekatan penggunaan dan kepuasaan untuk membentuk kebijakan.
Berikutnya pada tahun 1972 Greenberg mengadakan penelitian mengenai “Motif Anak Dalam Menonton Televisi Dan Hubungan Antara Motif-Motif Ini Dengan Perilaku Media, Sikap Pada Televisi Dan Variabel Sosio-Demografi.” Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 726 orang murid sekolah di London pada minggu pertama bulan Maret. Kategori motif diperoleh setelah Greenberg meminta dua kelas murid-murid sekolah untuk menulis karangan, "Why I like To Watch Television?". Ia mendapatkan delapan motif: mengisi waktu, melupakan kesulitan, mempelajari sesuatu, mempelajari tentang diri, memberikan semangat, istirahat atau relax, menemukan persahabatan dan kebiasaan yang sama. Kemudian, perilaku media diukur melalui menonton televisi, membaca buku, menonton film dan mendengarkan radio. Greenberg kemudian melakukan analisis faktor dan korelasi ganda. Delapan motif itu disebutnya sebagai fungsi. Penelitiannya menemukan bahwa televisi berkorelasi dengan semua fungsi kecuali dengan fungsi mempelajari sesuatu. Membaca buku berkorelasi dengan fungsi belajar dan motivasi (Greeenberg, 1974).
Jika Greenberg menentukan kategori motif dari anak-anak, Kline, et.al (1974) menentukan motif dari beberapa variabel lain secara tidak langsung. Mereka melakukan penelitian berjudul “informasiKeluarga Berencana Dikalangan Kaum Remaja.” Motif tidak diukur dari "self-report" tentang motif, tetapi dengan menggunakan konsep congruency dari Chaffee dan McLeod. Mereka membagi tiga kelompok remaja: pertama, remaja kongruen (yang merasa pengetahuannya kira-kira sama dengan orang lain dalam kelompok sebayanya). Kedua, remaja tak kongruen di muka (remaja yang merasa orang-orang dalam kelompok sebayanya memiliki pengetahuan tentang keluarga berencana di bawah dia) dan yang ketiga adalah remaja yang tak kongruen di belakang (remaja yang merasa bahwa kelompok sebayanya lebih tahu tentang perencanaan keluarga dari dirinya).
Kelompok kongruen kurang memerlukan informasi perencanaan keluarga melalui media, karena saluran komunikasi informal dapat memenuhinya. Begitu juga kelompok tak kongruen di belakang. Kelompok remaja tak kongruen di muka yang justru lebih banyak

Uses and Gratifications Theory
81
tergantung kepada media massa untuk memperoleh informasi. Ini disebabkan kelompok remaja tak kongruensi di muka tidak membutuhkan informasi dari anggota-anggota kelompoknya, karena sumber interpersonal tidak dapat memenuhi kebutuhannya dan berikutnya ia beralih ke media massa (Kline, et.al, 1974). Dalam penelitian, penggunaan dan kepuasaan informasi dibutuhkan sebagai variabel bebas. Sedangkan untuk variabel terikat, Kline, dkk menggunakan kepuasan terhadap media (gratifications), yang dirincikan ke dalam message discrimination dan knowledge. Message discrimination adalah sejumlah informasi dalam media keluarga berencana yang diperhatikan responden dalam jangka waktu tertentu. Pengetahuan meliputi informasi tentang sumber-sumber informasi keluarga berencana, alat-alat kontrasepsi dan masa subur wanita (Kline, et.al, 1974).
Berbagai variabel yang dioperasionalisasikan seperti diatas, Kline, et al. kemudian melakukan penelitian eksperimental dengan menggunakan siaran "Empat Kelompok" Solomon. Hasilnya antara lain, menunjukkan bahwa:
1) Ada dua macam kebutuhan informasi sosial; 2) Kebutuhan maturasional (usia dan sex) sangat kuat dalam
memprediksi pengetahuan tentang keluarga berencana, tetapi tidak dapat memprediksi diskriminasi pesan;
3) Kebutuhan informasi sosial (kongruensi dan diskusi tentang keluarga berencana) berkorelasi dengan diskriminasi pesan dan pengetahuan mengenai sumber-sumber informasi, tetapi tidak secara sistematis dapat memprediksi pengetahuan tentang alat kontrasepsi dan masa subur wanita.
Hasil yang mengejutkan berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Buddenbaum pada tahun 1981 yang berjudul “Characteristic and Media-related Needs of the Audience for Religious TV.’ yang menemukan bahwa ciri-ciri penonton siaran agama di televisi Amerika Serikat ialah orang yang lebih tua, tingkat pendidikan rendah dan memiliki status yang terbelakang dari segi ekonomi (Buddenbaum, 1981). Senada dengan hal ini, Gaddy dan Pritchard, D dalam penelitiannya yang berjudul “When Watching Religious TV is Like Attending Church” menarik suatu kesimpulan bahwa ciri-ciri penonton siaran agama di televisi ialah orang yang aktif dalam kegiatan-kegiatan agama dan lebih konservatif dalam keyakinan agama. Namun secara umum mereka menyimpulkan bahwa ada hubungan antara menonton siaran agama di televisi dengan

Uses and Gratifications Theory
82
keaktifan mengikuti kegiatan agama dan pengamalan agama (Pritchard & Gaddy, 1982).
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Harmaini Riza Danan Djaja, berjudul “TV-3 dan Sosialisasi Politik: Analisis Dampak Pengenaan Siaran TV-3 STMB Malaysia Terhadap Sosialisasi Politik Khalayak di Kota Medan”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dampak dari pengenaan siaran TV-3 terhadap khalayak lebih bersifat sebagai peluberan informasi saja dan menolak prasangka sementara yang menyatakan bahwa peluberan informasi dari TV-3 di Kota Medan dapat menurunkan rasa nasionalisme (Djaja, 1982).
Penelitian selanjutnya juga dilakukan Abelman, R pada tahun 1987 berjudul “Religius Television Uses and Gratification’’ mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara frekuensi menonton siaran agama di televisi Amerika Serikat dengan pengamalan agama masyarakat. Orang yang sering menonton siaran agama di televisi, cenderung pengamalan agamanya lebih baik dan berlaku pula sebaliknya (Abelman, 1987).
Berikutnya, sebuah penelitian tentang kebiasaan menonton televisi dengan pendekatan penggunaan dan kepuasaan telah dilakukan oleh Stone dan Stone pada tahun 1987.Fokus penelitian ini adalah membahas enam rencana drama serial di televisi, seperti Colbys, Dallas, Dynasty, Falcon Crest, Hotel dan Knots Landing. Sebanyak 5539 responden telah diwawancarai dengan kuesioner dalam waktu tiga minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan adalah sebab utama mereka menonton drama televisi. Selain itu, kebiasaan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi penontonan drama televisi atau apakah mereka pernah membaca surat kabar tentang rencana yang akan disiarkan oleh televisi.
Beberapa penyebab lain tentang alasan menonton televisi telah ditemukan diantaranya untuk mengisi waktu, sebagai teman dekat, perilaku, pelepasan, untuk referensi pribadi dan lain-lain. Menurut Stone dan Stone, meskipun fungsi perilaku adalah penting dalam mempengaruhi pola menonton televisi tetapi pola ini telah dikesampingkan oleh banyak sarjana. Oleh karena itu, mereka mengusulkan di masa yang akan datang, faktor kebiasaan perlu dijadikan sebagai salah satu faktor dalam studi komunikasi, terutama ketika menggunakan pendekatan kegunaan dan kepuasaan (Stone & Stone, 1987).
Ying Bi dalam tesisnya yang berjudul “Audience Analysis of Television Religious Channels :A Study of Taiwanese Buddhists Behavior” juga

Uses and Gratifications Theory
83
meneliti hal yang serupa. Tesis ini meneliti tingkah laku 325 pemeluk Agama Buddha di Taiwan dan mencari jawaban atas penggunaan media keagamaan mereka serta melihat hubungan antara motif penggunaan media dan kepuasan. Dari hasil penelitian diperoleh korelasi positif antara keduanya. Umat Buddha yang diteliti cenderung mencari informasi mengenai kehidupan lebih dari sekedar untuk hiburan semata. Mereka juga cenderung memanfaatkan saluran agama untuk tujuan kedamaian rohani bukan interaksi parasosial. Hasil studi ini juga memperlihatkan bahwa responden menonton program televisi keagamaan secara intens dan mencurahkan banyak waktu untuk kegiatan amal yang disponsori oleh beragam organisasi pemeluk Agama Buddha (Ying Bi, 2002).
Selanjutnya Sikumbang meneliti tentang hubungan pola menonton sinetron keagamaan di televisi dengan pengamalan agama pada masyarakat di kota Medan. Responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 183 orang yang di peroleh dari tiga kecamatan dengan 12 kelurahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif diantara frekuensi menonton, lama menonton dan pola menonton sinetron keagamaan di televisi dengan pengamalan agama di kalangan masyarakat. Dengan demikian, semakin sering dan semakin lama pola menonton sinetron keagamaan seseorang, maka pengamalan agamanya juga cenderung meningkat (Sikumbang, 2007).
Selanjutnya juga terdapat penelitian yang membahas tentang pemanfaatan media elektonik sebagai media penyiaran agama. Penelitian yang dilakukan oleh Syukur Kholil ini menemukan bahwa kelompok usia yang lebih lama menonton siaran Agama Islam di televisi adalah yang berusia 46 tahun ke atas, kuat atau sangat kuat beragama, mempunyai pengetahuan agama yang lebih tinggi dan selalu shalat di masjid. Sedangkan khalayak yang lebih rendah pengetahuan agamanya cenderung memiliki jumlah waktu menonton yang lebih rendah pula. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja lebih menyukai siaran agama yang berbentuk dokumenter, dialog interaktif, drama dan diskusi agama. Sedangkan khalayak yang berusia lebih dari 45 tahun menyukai siaran yang berbentuk ceramah dan konsultasi (Kholil, 2008).
Selain itu, keterkaitan antara penayangan siaran agama dengan loyalitas pengikut agama juga diteliti oleh Kay. Penelitiannya sendiri berjudul “Pentecoctalism and Religious Broadcasting”. Hasil penelitian menyatakan bahwa siaran agama Pentakosta pada televisi Amerika Serikat mampu mempertahankan loyalitas pengikut agama yang ditunjukkan dengan kesediaan banyak orang untuk mengirimkan

Uses and Gratifications Theory
84
sumbangan agar siaran ini tetap mengudara dan memperoleh dukungan luas hingga ke aspek politik di Amerika Serikat (Kay, 2009).
Penelitian tentang penggunaan televisi dan keterkaitannya dengan pengetahuan agama juga telah diteliti pada masyarakat Turki. Penelitian ini dilakukan oleh Bicer yang mendapati bahwa televisi tidak diragukan lagi menjadi instrument komunikasi dalam masyarakat Turki. Siaran agama paling populer di Turki yakni “Door to Secret” yang mampu mencapai rating tertinggi dan hadir untuk menciptakan budaya, nilai-nilai dan etika masyarakat Islam di Turki (Ramazan, 2011). Disisi lain, Jamiluddin mengemukakan bahwa penyelenggaraan penyiaran perlu secara tegas diarahkan untuk membina wawasan nusantara dan memperkukuh serta meningkatkan ketahanan nasional. Hal ini penting mengingat Indonesia mempunyai pulau-pulau terluar yang sehari-harinya menkonsumsi siaran asing. Oleh karena itu sistem siaran yang bernuansa Indonesia perlu diperhatikan terutama pada kawasan perbatasan karena nilainya amat strategis bagi keutuhan NKRI (Jamiluddin, 2011).
Saleh dengan thesis berjudul: “Nasionalisme masyarakat pinggiran: Studi atas pemaknaan nasionalisme masyarakat Desa Aji Kuning Pulau Sebatik Kalimantan Timur di Perbatasan Indonesia – Malaysia”, juga menemukan bahwa kehadiran siaran Negara Indonesia di desa Aji Kuning masih sangat terbatas walaupun pemaknaan masyarakat terhadap nasionalisme tetap terjaga dengan baik (Hairul, 2009).
Selanjutnya Humaizi (2018) dalam artikelnya yang berjudul “The Correlation between Broadcasting Spill-Over of Malaysian Television and Radio on Islamic Religious Knowledge of Community Members in East Aceh.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan peluberan siaran media elektronik Malaysia dengan pengetahuan agama. Kerangka teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori Uses and Gratification. Penelitian ini dilakukan pada 3 Kecamatan di Aceh Timur dengan melibatkan 300 responden yang terpilih melalui multistage sampling dengan langkah purposive sampling dan accidental sampling. Pengumpulan data diperoleh melalui survei. Analisa data dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu: uji normalitas, uji linearitas, analisa tabel tunggal, analisa tabel silang, uji korelasi dan uji signifikansi korelasi atau uji hipotesa menggunakaan rumus Product Moment/Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluberan siaran media elektronik Malaysia dapat menurunkan pengetahuan agama masyarakat Aceh Timur. Hal ini disebabkan pengetahuan agama masyarakat Aceh Timur

Uses and Gratifications Theory
85
lebih tinggi/dalam dibandingkan dengan pengetahuan agama yang mereka peroleh lewat siaran radio Malaysia. C. Media Baru (New Media)
New media atau internet berkembang di akhir abad 20-an untuk
menggambarkan kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi. Selama tahun 2000-an, new media telah memasuki fase yang disebut web 2.0 (web two point-o), dimana semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk semua orang. Semua orang saat ini dapat langsung mengambil peran dalam new media. Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah mengubah interaktivitas di web dalam membuka alam semesta bagi pengguna media. Sedangkan metafora halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi sejalan dan karena itu tidak jauh berbeda dengan konsumsi media penyiaran. Sementara itu aplikasi web 2.0 memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Youtube, Blog, Ebay, Flickr, situs jaringan sosial online (facebook, twitter, instagram, snapchat) dan lainnya, memungkinkan pengguna media untuk memiliki pengalaman siaran. Pentingnya web 2.0 adalah media siar yang menghasilkan sebuah konteks hubungan sosial instan secara nasional dan internasional. Terdapat beberapa cara di mana individu mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi global secara nyata. Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media siar sebagai sebuah cara mengembangkan ruang publik (Littlejohn, 2009: 686).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa new media adalah media yang merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan komputer dan internet termasuk web, blog, media jejaring sosial dan lain-lain yang menggunakan komputer sebagai medianya. Pada pembahasan ini peneliti telah mengumpulkan beberapa kajian terdahulu yang terkait dengan new media diawali dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas E. Ruggiero pada tahun 2000 mengenai ”Uses and Gratifications Theory in the 21st Century.” Di dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memberikan spekulasi tentang arah teori media massa kedepannya yang menekankan kepada pentingnya pendekatan uses and gratification terutama di era informasi ini. Meskipun para peneliti lainnya mengatakan bahwa teori uses and gratification tidak tepat dikatakan sebagai teori ilmu sosial dan masih menggunakan teori lama untuk menjawab berbagai pertanyaan mengenai media massa, namun peneliti menekankan bahwa pentingnya menggunakan teori uses and

Uses and Gratifications Theory
86
gratification. Hal ini dikarenakan pada masa depan media harus mencakup konsep interactivity, demassification, hypertextuality, dan asynchroneity (Ruggiero, 2000).
Peneliti disini secara lengkap dan terperinci menjelaskan mengenai uses and gratifications serta berbagai penelitian yang pernah di lakukan sebelumnya yang berkaitan dengan pendekatan uses and gratification. Pada awalnya peneliti menjelaskan tentang munculnya teori uses and gratification, di mana menurut Mc Quail teori ini merupakan generalisasi dari penelitian tentang efek media (Ruggiero, 2000). Berikutnya terdapat penjelasan mengenai penelitian pada tahun 1950-an hingga 1960-an, pada rentang tahun ini masih banyak peneliti yang belum sepakat mengenai akar yang tepat mengenai pendekatan uses and gratification. Selain itu, dalam rentang tahun ini juga terdapat beberapa penelitian tentang motif penggunaan media massa, seperti yang dilakukan oleh Greenberg dan Dominick menyimpulkan bahwa remaja menggunakan televisi sebagai sumber informal dalam belajar dikarenakan alasan ras dan kelas sosial. Selanjutnya penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan pada tahun 1970-an. Pada tahun ini penelitian berkonsentrasi kepada motivasi awal yang melatarbelakangi seseorang memilih menggunakan media tersebut atau yang disebut dengan gratifications sought.
Berikutnya peneliti menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu 1980-an hingga 1990-an, hingga penjelasan mengenai audiens aktif, teori model penonton aktif berkisar dari aktivitas penonton dan tinggi rendahnya tingkat keterlibatan penonton. Dilanjutkan dengan penjelasan mengenai dependency theory serta deprivation Theory di mana kedua teori ini berhubungan dengan teori uses and gratifications. Tidak lupa peneliti juga memberikan penjelasan mengenai theories of low-level and variable audience, serta upaya untuk memperbaiki uses and gratifications. Pada bagian ini, Swanson mandesak agar penelitian difokuskan pada tiga bidang yaitu: peranan kepuasan dalam menggunakan media massa, hubungan antara kepuasan dan bingkai interpretative audiens yang memahami konten media serta hubungan antara kepuasan dan konten media (Ruggiero, 2000).
Penelitian ini juga membahas kelanjutan kritikan dan kelemahan dari teori uses and gratifications hingga bangkitnya ini. Peneliti juga menjelaskan mengenai teknologi telekomunikasi dan bangkitnya uses and gratifications, di mana dengan munculnya perkembangan teknologi komunikasi ini orang-orang dihadapkan dengan berbagai pilihan media,

Uses and Gratifications Theory
87
motivasi dan faktor kepuasan menjadi sangat penting bagi penonton. Sehingga teori ini sangat tepat diterapkan peneliti dalam melihat perkembangan berbagai teknologi new media yang dipopulerkan. Dalam penelitian ini terdapat penjelaskan tentang interactivity, demassification dan asynchroneity. Penelitian ini juga semakin lengkap dengan adanya penjelasan mengenai model tradisional uses and gratifications, dua dikotomi teori, model structural uses and gratifications, media komunikasi baru, internet dan uses and gratifications, uses and gratifications dan metodologi kualitatif, sinopsis teori dari uses and gratifications, uses and gratifications adalah teori yang sah, uses and gratifications sebagai teori yang mutakhir hingga terakhir yaitu uses and gratifications dan peranannya di abad 21.
Pada penjelasan terakhir yaitu uses and gratifications dan perkembangannya di abad 21 peneliti menjelaskan bahwa Internet merupakan ekologi dari media baru yang telah mengubah struktur hubungan antara media tradisional seperti cetak dan elektronik dan menyatukan mereka dengan teknologi yaitu komputer dan satelit (Ruggiero, 2000). Lewat internet kita bisa menikmati teks, suara, gambar, animasi, video dan sebagainya. Internet menawarkan berbagai peluang komunikasi. Oleh karena itu, jika internet adalah ranah kekuasaan baru bagi aktivitas manusia, berarti hal ini juga merupakan kekuasaan baru untuk penelitian uses and gratifications.
Akhirnya, peneliti menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat pertanyaan yang sama bagi peneliti uses and gratifications yaitu mengapa orang terlibat dalam satu jenis media tertentu atau yang lainnya dan apa kepuasan yang mereka terima dari media tersebut?. Peneliti menekankan bahwa meskipun kita cenderung untuk menjelaskannya dengan tipologi yang tradisional, namun kita juga harus siap untuk memperluas model teoritis uses and gratifications yang meliputi konsep-konsep seperti: interactivity (terjadi komunikasi dua arah dimana masing-masing pengguna dapat berperan sebagai pengirim dan penerima pesan dan menembus batas ruang dan waktu), demassification (kontrol sistem komunikasi bergeser dari produsen pesan ke konsumen media/kontrol pesan berada pada individu pengguna), hypertextuality (text yang berhubungan dengan dokumen lain, pada link dalam dokumen hypertext apabila di klik, maka dapat dengan cepat menuju/melompat ke konten yang berbeda), asynchroneity (Kemampuan untuk menentukan waktu pengiriman dan penerimaan pesan pada waktu yang dikehendaki) dan aspek interpersonal. Kemudian, kita dapat menempatkan sebuah "modernisasi" teori uses and gratifications dalam ekologi new media, di

Uses and Gratifications Theory
88
dalam konteks pengembangan psikologis, sosiologis, dan budaya. Kita harus bisa mengantisipasi teori yang sangat berguna untuk abad ke-21 (Ruggiero, 2000).
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, yaitu: Pertama, penelitian yang diteliti oleh Aine Dunn, et.al (2010). Mereka melakukan penelitian tentang “Penggunaan Jejaring Sosial Pada Generasi Muda Dilihat Dari Perspektif Kegunaan Dan Kepuasan.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi mengapa generasi muda menggunakan dan berpartisipasi dalam Situs jaringan sosial (SNSs) Bebo. Metodologi penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan alasan untuk dapat mengetahui secara mendalam mengenai penggunaan dan kepuasan yang diperoleh remaja perempuan yang berumur 12–14 tahun di lingkungan sekolah Irlandia dalam memanfaatkan situs Bebo. Salah satu alasan dipilihnya remaja perempuan sebagai responden dikarenakan gadis-gadis remaja adalah pengendali utama dari pertumbuhan SNSs melebihi jumlah remaja pria (Dunne, et.al, 2010).
Peneliti memfokuskan penelitiannya pada berbagai aspek GS dan GO dari situs Bebo, dengan pendekatan kualitatif. Dimana sebelumnya, aspek GS dan GO ini telah terabaikan oleh banyak peneliti selama dua dekade. Temuan menunjukkan bahwa peserta secara aktif menggunakan situs Bebo karena motif dan kepuasan yang mereka cari yang berasal dari dalam diri mereka sendiri yaitu menyajikan dan mengelola identitas diri mereka. Selain itu jejaring sosial merupakan mediasi bagi mereka dalam melakukan negosiasi dan menyelesaikan masalah yang mereka peroleh dari dunia offline (Dunne, et.al, 2010). Penelitian ini menegaskan penggunaan pendekatan teoritis Uses and Gratifications dalam konteks penelitian online. Para peneliti menyimpulkan bahwa SNSS Bebo memfasilitasi peserta dalam melaksanakan tujuan pribadi (misalnya, dalam membangun identitas) dengan maksud untuk memperoleh kepuasan tertentu (misalnya, penerimaan). Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang jelas serta hubungan yang kuat antara GS dan GO di dalam SNSs.
Selain itu, Penelitian ini menunjukkan bahwa SNSs dalam hal ini Bebo, memainkan peranan penting didalam kehidupan anak perempuan berusia12–14 tahun yang berpartisipasi dalam penelitian ini, tetapi alasan mereka untuk terlibat dalam situs tersebut bervariasi dan seringkali bersifat sangat pribadi. Penelitian ini juga mendukung temuan dari (Boyd and Ellison, 2008; Tong et al., 2008; Liu, 2008; Boyd, 2007) yang menyatakan bahwa seseorang menggunakan media karena aspek

Uses and Gratifications Theory
89
pertemanan dan (Boyd and Ellison, 2008; Doster, 2008; Fraser and Dutta, 2008; Boyd, 2007) tentang pembangunan identitas diri. Namun, penelitian ini juga menemukan beberapa kepuasan yang dicari (GS) lainnya dari menggunakan SNSs yaitu: komunikasi, hiburan, pelarian dan pengentasan kebosanan, interaksi denganlawan jenis dan mencari informasi (Dunne, et.al, 2010).
Sementara itu kepuasan yang didapatkan (GO) setelah menggunakan SNSs Bebo yaitu: membentuk citra ideal, penerimaan oleh teman sebaya, pemeliharaan hubungan, keamanan dari rasa malu dan penolakan dan akhirnya keterlibatan dalam kelompok bermain. Dalam penelitian ini, unsur-unsur GS dan GO jelas menunjukkan hubungan misalnya yaitu alasan (GS) seseorang menggunakan SNSs Bebo adalah untuk pembangunan dan pembentukan identitas diri setelah menggunakan SNSs Bebo pada akhirnya mereka memperoleh kepuasan (GO) dalam bentuk penerimaan dari rekan sebaya (Dunne, et.al, 2010).
Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja perempuan menggunakan SNS Bebo untuk berbagi informasi tentang gaya hidup, minat, selera dan pengalaman, sehingga menawarkan wawasan berharga. Sayangnya, penelitian ini hanya berfokus kepada penggunaan SNS Bebo pada satu kelompok usia saja. Diharapkan penelitian kedepannya dapat mempertimbangkan penggunaan dan kepuasan pada kelompok usia yang lebih beragam dan terutama pada kelompok usia tua. Serta melakukan penelitian terhadap SNS lainnya seperti Facebook dan My Space.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Gina Masullo Chen dari Syracuse University, dengan pengambilan 437 orang sampel. Penelitian ini berjudul tentang “Computers in Human Behavior: Tweet this: A uses and gratifications perspective on how active Twitter use gratifies a nee to connect with others”.Pada penelitiannya, dinyatakan bahwa Twitter merupakan media jejaring sosial yang menggabungkan antara komunikasi massa dan komunikasi interpersonal. Dikatakan bahwa, OLS regression of survey menemukan dari 317 pengguna Twitter, kebanyakan dari mereka aktif menggunakan Twitter dan menghabiskan banyak jam untuk bermain Twitter dalam seminggu, kebanyakan dari mereka menggunakan Twitter untuk memenuhi kebutuhan akan persahabatan, yang disebut koneksi dengan pengguna lain. Variabel demografis tidak mengurangi hubungan pertemanan ini. Selain itu frekuensi pesan dan balasan akan pesan antara pengguna Twitter berguna untuk memediasi hubungan antara mereka dan memuaskan

Uses and Gratifications Theory
90
kebutuhan untuk berhubungan. Hasilnya sendiri dibahas dalam teori uses and gratifications (Chen, 2011).
Disini peneliti juga menyatakan bahwa hanya terdapat sedikit penelitian terkait Twitter dibandingkan aplikasi jejaring sosial lainnya seperti Facebook. Namun, menurut Nielsen Wire Twitter merupakan aplikasi jejaring sosial dengan perkembangan yang paling pesat dimana berkembang dari 1 juta unique visitors pada bulan Juni 2008 hingga menjadi 21 juta unique visitors pada tahun berikutnya, selain itu anggota Twitter juga mengalami pertumbuhan dari 6 juta anggota pada tahun 2008 meningkat hingga 3 kali lebih banyak pada tahun berikutnya (Chen, 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip uses and gratifications. Melihat bagaimana orang-orang yang mencari media ini dan menggunakannya secara aktif untuk memuaskan kebutuhan dalam berhubungan dengan orang lain melalui twitter sebagai mediumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana penggunaanTwitter berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk hubungan antar individu, yang bergantung kepada model struktural Weibull tentangpenggunaan media. Teori yang dipakai didalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Connection dalam hal ini berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lainnya melalui Twitter.
B. Uses and Gratifications dalam penelitiannya dikatakan bahwa pada penelitian sebelumnya oleh Zhao tahun 2006 ditemukan bahwa orang yang sering menggunakan internet memiliki lebih banyak ikatan sosial. Uses and gratifications membantu menjelaskan fenomena ini, karena web menawarkan potensi interaktivitas yang tidak ditawarkan dalam media yang lebih tradisional, seperti koran atau televisi. Teori uses and gratifications menyatakan bahwa perilaku komunikasi diarahkan kepada tujuan dimana tujuan ini berdasarkan kebutuhan, keinginan atau harapan (untuk berpartisipasi atau pesan media yang dipilih, dengan menggunakan faktor sosial dan psikologis sebagai pertimbangannya).
C. Bagaimana teori uses and gratifications menjelaskan kebutuhan akan suatu hubungan. Teori ini menjelaskan bagaimana penonton atau pengguna aktif mencari media melalui komputer untuk memuaskan kebutuhan psikologis. Selanjutnya, teori ini juga menyatakan bahwa orang dapat memilih dari berbagai media, jadi jika mereka memilih tetap menggunakan Twitter

Uses and Gratifications Theory
91
maka Twitter harus memenuhi kebutuhan mereka di dalam berbagai aspek. Penelitian ini berfokus pada satu macam kepuasan yaitu kepuasan untuk berhubungan dengan orang lain. Peneliti mengandaikan bahwa mereka yang menghabiskan sebagian besar waktu dengan bermain Twitter dapat memuaskan kebutuhan akan hubungan dibandingkan dengan dengan mereka yang pasif (Chen, 2011).
Hasil penelitian ini menyatakan orang-orang yang menggunakan Twitter secara aktif membenarkan bahwa kepuasan mereka berhubungan dengan orang lainnya lebih terpenuhi dibandingkan dengan pengguna pasif. Jumlah tweet menjadi unsur yang paling penting dalam menjalin hubungan diikuti oleh balasan perminggunya. Twitter digunakan untuk memenuhi kebutuhan psikologis atau sosial mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa mereka yang tetap menggunakan Twitter pada akhirnya dapat memuaskan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, tetapi penelitian ini tidak menjelaskan karakteristik orang-orang yang tetap menggunakan Twitter. Diharapkan penelitian di masa depan harus berfokus kepada alasan mengapa beberapa orang terus menggunakan Twitter selama berbulan-bulan sementara yang lain meninggalkannya setelah beberapa kali mencoba, dan apa yang membedakan antara kedua kelompok ini.
Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Jennifer Obligasi-Raacke & John Raacke at University of North Carolina at Pembroke dengan judul “MySpace and Facebook: Identifying Dimensions of Uses and Gratifications for Friend Networking Sites.” Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dimensi kegunaandan kepuasan pengguna situs jaringan pertemanan. Hasilnya akan diidentifikasi kedalam 3 dimensi, yaitu: dimensi Informasi (memposting kehidupan sosial, belajar suatu peristiwa, membagi informasi yang berkaitan dengan diri sendiri, untuk tujuan akademik dan untuk memposting atau melihat foto atau gambar), dimensi persahabatan (menjaga hubungan dengan teman lama, menjaga hubungan dengan teman baru, mencari keberadaan teman lama) dan dimensi koneksi (untuk tujuan kencan, untuk mencari teman baru dan untuk merasakan terhubung). Selain itu, perbedaan jenis kelamin juga berkaitan dengan penggunaan situs jaringan teman. Di mana misalnya pria lebih suka menggunakan situs jaringan pertemanan untuk tujuan kencan dan perempuan lebih mungkin untuk mengatur akun mereka menjadi privasi (Raacke & Raacke).
Internet memberikan fasilitas untuk hubungan dan komunikasi antar individu. Fasilitas inilah yang disediakan oleh situs jaringan pertemanan,

Uses and Gratifications Theory
92
seperti facebook. Tingkat penggunaan situs jaringan pertemanan ini terbilang sangat tinggi, yaitu menurut kompas (https://tekno.kompas.com/read/2018/03/02/08181617/indonesia-pengguna-facebook-terbanyak-ke-4-di-dunia) pada tahun 2017, Facebook memiliki lebih dari 2.17 Milyar pengguna. Menurut Murphy situs teman jaringan memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi dengan orang lain, memanfaatkan fitur yang fleksibel dan bervariasi seperti posting informasi tentang diri mereka di profil mereka, posting gambar, meninggalkan pesan dan menyediakan link ke situs lain.
Responden didalam penelitian ini terdiri dari 201 orang calon mahasiswa di East Coast, yang terdiri dari 63 orang laki-laki dan 138 orang perempuan. Rata-rata usia responden yaitu 19,4 tahun. Selain itu sebanyak 91 responden berasal dari Caucasian, 60 orang berasal dari Afro America , 29 orang penduduk asli Amerika, 10 orang yang multi-ras/lainnya, 5 orang Asia, 3 orang berasal dari Hispanik dan 3 orang lainnya berasal dari Hawaii / Kepulauan Pasifik. Data penelitian diperoleh dengan cara pengisian kuesioner. Hasil penelitian digolongkan kedalam 3 kelompok sebagai berikut (Raacke & Raacke):
A. General frekuensi di mana dari total peserta, 175 (87,1%) menunjukkan memiliki salah satuaplikasi antara MySpace atau Facebook. 82% diantara mereka memiliki akun MySpace, 87% memiliki akun Facebook, dan 70% memiliki akun dikedua situs. Lebih dari 60% peserta memiliki akun selama satu tahun atau lebih. Mereka biasanya login rata-rata 4 kali per hari dan menghabiskan lebih dari 2 jam per hari memanfaatkan kedua situs jaringan pertemanan ini. Sebagian besar pengguna (93%) membuat informasi tentang diri mereka sendiri seperti jenis kelamin, usia dan penampilan fisik yang tersedia pada profil mereka. Namun,67% dari pengguna mengatur situs web mereka menjadi privasi dan hanya 6% yang memposting jadwal harian mereka. Jumlah rata-ratateman-teman di situs jejaringan pertemanan mereka adalah 318,39 orang, dengan 54% diantara mereka menyatakan mengenal semua teman-teman yang terhubung ke akun mereka.
B. Dimensi penggunaan, dalam dimensi penggunaan sendiri dibagi kedalam 3 dimensi yaitu: dimensi informasi, dimensi pertemanan dan dimensi koneksi. Untuk dimensi informasi, memposting kehidupan sosial merupakan alasan utama seseorang menggunakan MySpace ataupun Facebook, sementara menjaga hubungan dengan teman lama merupakan alasan utama

Uses and Gratifications Theory
93
seseorang menggunakan kedua situs jaringan pertemanan ini yang termasuk kedalam dimensi pertemanan. Sementara itu untuk dimensi koneksi tujuan kencan merupakan alasan utama seseorang menggunakan jaringan pertemanan.
C. Perbedaan gender, hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung menggunakan akun mereka untuk tujuan berkencan dibandingkan perempuan dan laki-laki lebih signifikan membagikan profil pribadi mereka dibandingkan perempuan. Selain itu perempuan lebih cenderung mengatur akun mereka menjadi privasi dibandingkan laki-laki.
Berikutnya terdapat penelitian yang dilakukan oleh Galen Clavio dan Ted M. Kian (2010). Penelitian ini berjudul “Uses and Gratifications of a Retired Female Athlete’s Twitter Followers.” Peneliti menyatakan bahwa sebelumnya sebuah survei berbasis internet telah diposting di Twitter dari mantan atlet wanita untuk memastikan demografi, penggunaan dan kepuasan pengikutnya. Analisis data menunjukkan bahwa pengikutnya didominasi oleh orang kulit putih, menengah keatas, berpendidikan dan cakupan usia yang cukup tua. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu karakteristik demografi yang paling menonjol dari pengikut atlet wanita tersebut, alasan pengguna apa yang paling menonjol dari pengikut Twitter tersebut, faktor dimensi kegunaan dan kepuasan diantara pengikut Twitter serta apakah jenis kelamin responden mempengaruhi alasan mereka untuk mengikuti atlet wanita di Twitter.
Penelitian ini memperoleh 216 tanggapan dari pengikut Twitter mantan atlet tersebut. Jauh lebih kecil dari 8300 pengikut akun mantan atlet tersebut. Kelompok terbesar responden diidentifikasi berusia 40–49tahun, diikuti oleh 50–59, 30–39, 60 atau lebih tua, dan 18–29 dengan 56,1% dari mereka laki-laki dan 43,9% perempuan. Dalam hal ras dan etnis, sebagian besar responden (93,7%) mengidentifikasidiri mereka sebagai ras kulit putih dan 3,4% mengidentifikasi diri mereka sebagai Asia atau Asia–Amerika. Untuk masalah ekonomi, hanya 17,3% responden melaporkan pendapatan rumah tangga di bawah $60.000 dan 56% responden memiliki pendapatan rumah tangga $80.000 atau lebih. Sementara itu, dalam hal pendidikan, 69,9% melaporkan memiliki gelar minimal sarjana dan 32,9% memiliki gelar master. Kebanyakan dari mereka, yaitu 82,8% responden menyatakan bahwa mereka memeriksaTwitter setidaknya sekali sehari, sisanya menunjukkan bahwa mereka memeriksa Twitter beberapa kali sehari atau terus-menerus sepanjang hari. Sebagian besar responden menggunakan komputer pribadi untuk login di akun Twitter mereka (Clavio & Kian, 2010).

Uses and Gratifications Theory
94
Sementara itu laki-laki sendiri mengatakan ketertarikan fisik merupakan alasan mereka untuk mengikuti Twitter mantan atlet tersebut dan perempuan menyatakan mengikuti akun atlet tersebut karena membeli produk atlet tersebut, mendapatkan informasi tentang atlet tersebut serta mengikuti update tweet atlet tersebut. Responden menyatakan motivasi mereka mengikuti Twitter dikarenakan atlet merupakan pakar olahraga. Selain itu faktor dimensi dalam penggunaan Twitter dibagi kedalam tiga karakteristik, yaitu: pertama, fandom organik di mana alasan utamanya menggunakan Twitter untuk mengikuti atlet karena untuk mengikuti karir atlet dan menikmati tulisan atlit. Kedua, fandom fungsional untuk menjaga hubungan dengan atlet demi tujuan bisnis merupakan alasan utama mereka dan ketiga untuk interaksi dimana dapat merespon apa yang dikatakan atlet merupakan tujuan utama mereka mengikuti Twitter mantan atlet perempuan tersebut.
Keempat, terdapat penelitian yang dilakukan oleh Silvia Winda Dwi Astuti mengenai “Motivasi Mendengarkan Radio Internet Oleh Mahasiswa Indonesia yang Studi Diluar Negeri yang Mengakses Situs Www. Radioppidunia.Org.” Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama empat bulan (Juni–Oktober ) dan juga dilakukan wawancara dengan tiga informan pendengar Radio PPI Dunia didapat kesimpulan bahwa motivasi pendengar untuk mengakses situs Radio PPI Dunia adalah untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman karena adanya solidaritas yang telah terjalin pada sobat PPI Dunia. Faktor kedua, motivasi pendengar mengakses Radio PPI Dunia adalah untuk memenuhi rasa keterikatan dan cinta diantara sesama pendengar (Astusi, 2010).
Masih berhubungan dengan motivasi yang pertama, motivasi yang kedua juga karena adanya solidaritas yang terjalin sehingga terbentuk sense of belonging. Faktor ketiga, yaitu kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan akan penghargaan lahir karena adanya interaksi dari penyiar kepada pendengar, dengan hanya meminta lagu kemudian mengirimkan salam pendengar akan merasa dihargai, dengan begitu maka pendengar biasanya merasa betah untuk mendengarkan Radio PPI Dunia. Faktor keempat adalah untuk pemenuhan diri. Kebutuhan untuk pemenuhan diri adalah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi pendengar, misalnya dalam interaksi di chat box pendengar saling bertukar kontak jejaring sosial atau sekedar untuk memamerkan tulisan dalam blog. Masih berkaitan dengan motivasi, namun analisis berdasarkan uses and gratifications, dimana program acara “Keliling Indonesia” yang disiarkan lewat situs tersebut telah memenuhi fungsinya sebagai media yaitu untuk

Uses and Gratifications Theory
95
memenuhi kebutuhan informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial serta hiburan.
Selain mengelompokkan jenis penelitian kedalam 3 kategori media, disini peneliti juga melengkapi kajian terdahulu dengan beberapa penelitian yang menjelaskan tentang kecenderungan seseorang dalam memilih media, apakah mereka lebih memilih menggunakan media cetak atau elektronik. Di mana Katz, dkk (1973) telah menjalankan satu penelitian di Israel berjudul “On the Use of the Mass Media for Important Things”. ”Penelitian mereka ini menggunakan sebanyak 1.500 responden terdiri dari orang dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan media untuk memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis serta untuk menyelidiki hubungan antara jenis dan fungsi yang diperankan oleh media. Analisis faktor yang dilakukan terhadap kenyataan kepuasaan memperoleh sebanyak empat faktor yaitu pengawasan, pelepasan atau hiburan, identitas diri dan hubungan atau integrasi diri.
Selain dari itu hasil penelitian lainnya adalah sumber bukan media lebih penting dari media massa dalam memenuhi segala kebutuhan khalayak, serta menjadi lebih penting sebagai kepuasaan atas kebutuhan untuk mereka yang renggang dari keluarga, teman atau mayarakat. Surat kabar adalah media yang terpenting untuk memberikan informasi dan kebutuhan lainnya yang berhubungan dengan masyarakat dan negara. Media penting yang kedua adalah radio dan diikuti oleh televisi. Beberapa kebutuhan dapat dipenuhi oleh media seperti keinginan untuk mencapai standar hidup yang tinggi. Tetapi kepuasan diri sendiri atau kebutuhan afektif dapat dipenuhi oleh teman-teman dibandingkan dengan media massa. Sedangkan televisi memenuhi kebutuhan untuk menghabiskan waktu dan sebagai media yang tidak khusus. Televisi juga bisa memberi kepuasan kepada banyak kebutuhan dibandingkan dengan media lain. Film dan surat kabar lebih bersifat khusus sebagai media hiburan serta memiliki keterlibatan dalam masyarakat dan negara.
Kippax dan Murray (1977) juga menjalankan satu penelitian di Sidney, Australia terhadap 98 responden pria dan 108 responden perempuan yang berumur 18 tahun ke atas. Penelitian ini bertujuan untuk mencari asumsi pendekatan penggunaan dan kepuasaan apakah khalayak itu berorientasi pada informasi dalam pemilihan dan penggunaan media. Sebagian dari penelitian ini mengulangi penelitian Katz, dkk di mana kebutuhan yang terkait dengan media dan tanggapan terhadap peran media dalam memuaskan kebutuhan yang telah diberikan. Peneliti juga mencari hubungan antara kebutuhan yang terkait dengan media dan

Uses and Gratifications Theory
96
penggunaan media serta keterkaitan penggunaan media terhadap tanggapan dan peran media dalam memberikan kepuasan kepada kebutuhan. Peneliti juga meneliti hubungan antara kebutuhan yang terkait dengan media dan penggunaan media serta keterkaitan penggunaan media dengan tanggapan sejauh mana ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
Pada akhirnya, dari 30 pernyataan kebutuhan yang tersedia, peneliti mengelompokkannya ke dalam empat kategori atau faktor. Pertama dan yang paling penting adalah yang terkait dengan identitas diri dan konteks sosial, kedua terkait dengan kepuasan sendiri. Selanjutnya yang ketiga diikuti oleh kebutuhan yang berkaitan dengan informasi dan keempat terkait dengan kebutuhan hiburan dan pelepasan. Televisi sebagai media yang paling utama dalam memenuhi kepuasan kebutuhan dan memiliki berbagai fungsi. Surat kabar dan buku memiliki fungsi yang agak khusus, seperti untuk mendapatkan informasi atau untuk menambah pengetahuan. Sedangkan radio, jurnal dan film kurang membantu dalam memberikan kepuasaan. Namun radio dan jurnal secara keseluruhan dianggap memenuhi kebutuhan keempat faktor diatas, sedangkan film hanya dapat memenuhi untuk kebutuhan hiburan saja.
Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel demografi yang sesuai untuk memprediksi penggunaan media adalah jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Hal ini juga berhubungan dengan tanggapan terhadap kepuasaan, dan polanya sangat jelas. Buku, film dan jurnal digunakan oleh mereka yang berpendidikan tinggi, berpenghasilan tinggi dan menengah serta kalangan golongan muda. Radio dan televisi lebih digunakan oleh mereka yang tua dan kurang berpendidikan. Sedangkan surat kabar lebih banyak dibaca oleh kaum pria, yang tua dan memiliki pendidikan yang tinggi. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hubungan antara penggunaan media dan kepentingan kebutuhan tergantung pada keragaman fungsi suatu media dan fasilitas untuk mendapatkan media itu (Kippax dan Murray,1977).

Uses and Gratifications Theory
97
Daftar Pustaka
Abelman, R. (1987). Religious Television Uses and Gratifications.
Journal of Broadcasting and Electronic, 31(3), 293-307.
Al-Quran.
Arabi, I. (1986). Mass Media and Malaysian Images for Foreign Countries: A Uses and Gratifications Perspectives (Disertasi, University of Wisconsin).
Ardianto, E.L. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Astusi, S.W.D. (2010). Motivasi Mendengarkan Radio Internet: Studi
Deskriptif Kualitatif Pada Mahasiswa Indonesia yang Studi di Luar
Negeri yang Mendengarkan www.radioppidunia.orgdalam Program
Keliling Indonesia, (Skripsi, Universitas Atma Jaya).
Bagdakian, B.H. (2004). The New Media Monopology. Boston: Beacon
Press. 2004.
Baksin, A. (2016). Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media
Baran, S.J. & Davis, D.K. (2009). Mass Communication Theory
Foundation, Ferment and Future (5th eds). Boston: Wadsworth.
Berelson, N. (1954). What Missing the Newspaper Means,” dalam
Schramm, W & Robert, D. The Process and Effects of Mass
Communication. Urbana: University of Illinois.
Basuki. (2000). Pengaruh Media Exposure Informasi Radio Siaran Asing terhadap Sikap Nasionalisme: Studi pada Mahasiswa Anggota HMI Cabang Surakarta (Thesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada).
Becker L. B. (1982). The Mass Media and Citizen Assessment or Issue Importance: A Reflection on Agenda-Setting Research, dalam Whitney, D.C, Wartella, E & Windahl, S. Mass Communication review yearbook. Beverly Hills: Sage Publications.

Uses and Gratifications Theory
98
Bi, Y. (2002). Audience Analysis of Television Religious Channels: A Study of Taiwanese Buddhist’s Behavior (Tesis, NHU University).
Blumer, J.G. & E. Katz. (1974). The Uses of Mass Communication: Current Perspectives on Gratification Research. Beverly Hills: Sage Publication.
Bross, I.D.J. (1965). Models” dalam James H. Campell dan Hal W. Hepler, (eds). Dimension in Communication: Readings. California: Belmont.
Buddenbaum, J.M. (1981). Characteristic and Media-related Needs of the Audience for Religious TV. Journalism Quarferly, 58 (1), 266–272.
Chen, G.M. (2011). Tweet this: A uses and gratifications perspective on how active Twitter use gratifies a need to connect with others. Computers in Human Behavior, 27(2), 755-762.
Clavio, G & Kian, T.M. (2010). Uses and Gratifications of a Retired Female Athlete’s Twitter Followers. International Journal of Sport Communication, 3 (1), 485–500 .
Christina, E.L. Kepuasan Pendengar Terhadap Program Sonora News di Radio Sonora Surabaya. E-Komunikasi, 1(1), 1–11.
Damayanti, N.E. (2009). Motivasi Mendengarkan Dan Kepuasaan Pendengar (skripsi, Universitas Sebelas Maret).
Defleur, M. L & Ball-Rokeach, S. (1989). Theories Of Mass Communication (5th Ed). New York: Longman, 1989.
Defleur, M. L & Ball-Rokeach, S. (2003). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djaja, H.R.D. (1982). TV-3 dan Sosialisasi Politik: Analisis Dampak Pengenaan Siaran TV-3 STMB Malaysia Terhadap Sosialisasi Politik Khalayak di Kecamatan Medan, Kotamadya Medan (Thesis, Program Pascasarjana UI Jakarta).
Dunne, A. et. al., (2010). Young People's Use of Online Social Networking Sites: a Uses and Gratifications Perspective. Journal of Research in Interactive Marketing, 4(1), 46 – 58.
Effendy, O.U. (2007). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Uses and Gratifications Theory
99
Eugene, F.S. & Daniel, R. (1979). Newspaper Readership in Two Towns. Journalism Quarterly, 56(1), 477-487 .
Gaddy, G.D & Pritchard, D. (1982). When Watching Religious TV is Like Attending Church. Journal of Communication, 35(1), 123–131.
Feiz, G. G. A. (2014). Motif pendengar aktif program Ebs Nine One One dalam mendengarkan dan mengirimkan sms pada fitur sos number. Commonline, 3(1), 98-109.
Fisher, B.A. (1985). Teori-teori Komunikasi. Penerj. Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gallup, G. (2013). A Scientific Method Determining Reader Interest. Journalism Quarterly, 7 (1), 1–13.
Greenberg, B.S. (1974). Gratifications of Television Viewing and Their Correlates for British Children, dalam , J.G Blumler & E Katz, The Uses of Mass Communication: Current Perspectives and Gratification Research. Beverly Hills: Sage Publications.
Herzog, H. (1954). Motivations and Gratifications of Daily Serial Listeners, dalam Schramm, W. & Robert, D.F. (pnyt), The Process and Effects of Mass Communications. Urbana: University of Illinois.
Humaizi. (2018). The Correlation between Broadcasting Spill-Over of
Malaysian Television and Radio on Islamic Religious Knowledge of Community Members in East Aceh. Jurnal Komunikasi, Malaysian Journal of Communication, 34(1), 202-217.
Jamiludin. (2008). Memperkukuh Integrasi Nasional Melalui Tayangan
Siaran Televisi. Selami IPS, 24(1), 68–74 .
Katz, E., Gurevitch, M., & Haas, H. (1973). On the Use of the Mass Media for Important Things. American Sociological Review 38(2), 164-181.
Kay, W.K. (2009). Pentecostalism and Religious Broadcasting. Journal of Beliefs and Values, 30(3), 245–254.
Kholil, S. (2008). Pemanfaatan Media Elektronik Sebagai Media Penyiaran Islam. Analytica Islamica, 6(1),156–171.

Uses and Gratifications Theory
100
Kholil, S. (2011). Teori Komunikasi Massa. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Kline, et.al, (1974). Adolescent and Family Planning Information: An Exploration of Audience Need and Media Effect. Beverly Hills: Sage Publications.
Kriyanto, R. (2008) Teknik Praktik Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group.
Kurnia, S. (2009). Santa Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kurnia, S. (2010) Teknik praktis riset komunikasi: disertai contoh praktis
riset media, public relation, advertising, komunikasi organisasi, komunikasi pemasaran. Jakarta: Kencana Lasswell.
Kusmawarni, I. et, al. (2006). Komisi Penyiaran Indonesia: Buku Penyiaran dan Perbatasan. Jakarta: KPI.
Larasati, P.P. (2010). Kesenjangan Kepuasan Pembaca Majalah Wanita Remaja (Skripsi, Universitas Sebelas Maret).
Laswell, H.D. (1948). The Structure & Function of Communication in Society. Dalam Bryson, L (peny.) The Communication of Ideas. New York: Harper & Brothers.
Lee, M & Johnson, C. (2007). Prinsip – Prinsip Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana.
Lievrouw, L.A. & Livingstone, S. (2006). Handbook of New Media: Social Shaping and SocialConsequences of ICTs. Los Angeles: SAGE.
Littlejohn. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Lometti, et.al. (1977). Investigating the Assumption of Uses and Gratifications Research. Communication Research, 4(3), 321–338.
Makarim, E. (2004). Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Uses and Gratifications Theory
101
Mcquail, D. (2009). Mass Communication Theory. London: Stage Publication Ltd.
Mendelsohn, H, & O’Keefe, G.J. (1976). The People Choose a President. New York: Praeger.
Miller, K. (2002). Communication Theories: Perspective, Processes, and
Contexts. New York: McGraw-Hill Higher Education.
Miller & Reese. (1982). Media Dependencyas Interaction Effect of Exposure and Reliance on Political Activity and Efficacy. Communication Research, 9(1), 227-248.
Morissan. (2014). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (2nd ed). Jakarta: Kencana, 2014.
Mulyana, D. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (3rd ed) Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nugraha, M.I. (2010). Fungsi Program Pop Circle Dalam Meningkatkan Pengetahuan Musik Indie Pendengar Radio Rase 102.3 Fm Bandung (Universitas: Pasundan Bandung, Skripsi).
Nurudin. (2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Palmgreen, P. (2001). Communication Research Measures: A
Sourcebook. The Guilford Press.
Raacke, J.B. & Raacke, J. MySpace and Facebook: Identifying Dimensions of Uses and Gratifications for Friend Networking Site. Individual Differences Research, 8(1), 27–33.
Rahmat, J. (2004). Metode Penelitian Komunikasi. Cet ke-16. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Ramazan, B. (2011). The Important of the TV on the Religious Understanding of Turkish People. Electronic Journal of Vocational Colleges, 1(1), 177-183.

Uses and Gratifications Theory
102
Ribun, A.M & Windahl, S. (1986). The Use Of Dependency Model Of Mass Communication. Critical Studies in Mass Communication 3(1), 184-199.
Rosengren, K.E. (1974). Uses and Gratifications: A Paradigm Outlined. Dalam Blumler J.G. & Katz, E. (Pnyt.). The Uses of Mass Communication: Current Perspectives In Gratifications Research. Beverly Hills: Sage Publications.
Ruggiero, T.E. (2000). Uses and Gratifications Theory in the 21st Century. journal Mass Communication and Society, 3(1), 3–37.
Saleh, M.H. (2009). Nasionalisme Masyarakat Pinggiran : Studi atas Pemaknaan Nasionalisme Masyarakat Desa Aji Kuning Pulau Sebatik Kalimantan Timur di Perbatasan Indonesia – Malaysia (Thesis, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada).
Kippax, S. & Murray, J.P. (1977). Using the Mass Media: Need Gratification and Perseived Utility. Communication Research 7(3), 335–360.
Sendjaja, (1993). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Severin, W. J. & Tankard, J. W. (1992). Communication Theories: Origins, Methods, and Uses in The Mass Media (3th ed). New York: Longman.
Severin, W. J. & Tankard, J. W. (2005). Teori Komunikasi. Jakarta:
Kencana, 2005.
Severin, W. J. & Tankard, J. W. (2011). Teori komunikasi sejarah:
Metode dan Terapan di dalam Media Massa (5th ed). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sikumbang, A. T. (2007). Hubungan Pola Menonton Sinetron Keagamaan di Televisi dengan Pengamalan Agama Masyarakat di Kota Medan. Analytica Islamica, 9 (1), 183-189.
Siregar, A & Pasaribu, S. (2001). Bagaimana Mengelola Media Komunikasi Organisasi Yogyakarta: Kanisius.

Uses and Gratifications Theory
103
Stone,G & Stone, D.B. (1987). Lurking in the Literature: Another Look at Media Use Habits. Mass Communications Review, 17(1), 25–33.
Suhartono, D. (2013). Peran Penyiar Good Morning Hard Rockers Di Hard Rock Fm Surabaya Dalam Menjaring Pendengar. Jurnal E-Komunikasi, 1(1), 1-13.
Sulistyowati, R. dan Dale, R. Dengah Mahathir di Radio. Tempo (1 Juli 2012), h.112.
Supriyanto, A. (2007). Web dengan HTML dan XML. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Swanson, D.L. (1977). The Continuing Evolution of Uses and Gratifications Approach. Communication Research, 6(1), 214-221.
Tagor, R.A. (2010). Konsumsi Majalah dan Tabloid Anak pada Anak-Anak Usia Sekolah (Studi dengan Pendekatan Uses And Gratifications pada Murid-Murid Sekolah Dasar (SD) di Wilayah DKI Jakarta) (Tesis: Universitas Sumatera Utara).
Tan, A.S. (1981) Mass Communication Theories and Research. Colombus: Grid Publishing,
Vivian, J. Teori Komunikasi Massa (8th ed). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyudi, J.B. (1996). Dasar-Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi . Jakarta: Pustaka Utama Grafit.
Walgito, B. (1987). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.
Wright, C.R. (1975). Mass Communication: A Sociological Perspective (2nd ed). New York: Random House.
Yunus, S. (2010). Jurnalistik Terapan. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Zabidi, I.K.A. (1983) Minat terhadap Berita dan Rencana Pengarang: Satu Kajian Perbandingan (Skripsi, Universiti Kebangsaan Malaysia).
HR al-Bukhari, Hadits sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits no. 3202 . http://rumasyu.com