Us Aha Furniture Kay u

download Us Aha Furniture Kay u

of 70

Transcript of Us Aha Furniture Kay u

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    1/70

    POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    FURNITURE KAYU

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    2/70

    POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

    FURNITURE KAYU

    BANK INDONESIA

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    3/70

    i

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku

    Pola Pembiayaan Usaha Furniture Kayu ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan

    dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama

    untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha

    yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam

    Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).

    Buku Pola Pembiayaan usaha furniture kayu mengambil sampel di Kabupaten Tangerang

    Propinsi Banten. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth

    interview kepada pelaku usaha, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan

    pihak perbankan.Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan

    Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan

    saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT

    Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank

    Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun

    perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan

    usaha furniture kayu, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan

    UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.

    Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi

    penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat

    menghubungi: Biro Pengembangan UMKM Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia

    dengan alamat:

    Gedung Tipikal (TP), Lt. V

    Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110

    Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 8951

    Email: [email protected]

    Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi

    yang berarti bagi pengembangan UMKM.

    Jakarta, Mei 2008

    Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    4/70

    USAHAFURNITURE KAYUii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    USAHA FURNITURE KAYU

    No UNSUR URAIAN

    1 Jenis Usaha Usaha Furniture Kayu

    2 Dana yang digunakan Investasi : Rp 196.700.000,-Modal Kerja : Rp 486.033.000,-Total : Rp 682.733.000,-

    3 Sumber Dana Kredit : Rp. 475.000.000,-Modal sendiri : Rp. 207.733.000,-

    4 Jangka Waktu Kredit Investasi : 2 tahunModal Kerja : 1 tahun

    5 Suku Bunga 15% per tahun

    6 Periode Pembayaran Kredit Angsuran pokok dan bunga angsurandibayarkan tiap bulan

    7 Pola Usahaa. Periode proyekb. Skala Usahac. Tingkat Teknologid. Produk yang Dihasilkane. Pemasaran Produk

    5 tahunbahan baku 2 m3 kayu jati dan 1 m3kayu mahoni per bulanSemi mekanikKursi tamu, lemari pakaian, kursi makan,kursi dipan, dan meja rias

    Dijual langsung, pesanan8 Kriteria Kelayakan Usaha

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaBEP rata-rata

    a. Total penjualanb. Rata-rata produksi

    Penilaian

    3,53Rp 844.261.802,-94,92%1 tahun 3 bulan (1,29 tahun)

    Rp 351.706.454,- per tahunKursi Tamu: 37Lemari makan: 29Kursi makan: 34Kursi dpan: 29Meja rias: 29

    Layak dilaksanakan

    9 Analisa Sensitifitas(1) Dari sisi pendapatana. Pendapatan turun 18%

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaPenilaian

    1,06Rp 20.625.846,-17,40%4 tahun 8 bulan (4,69 tahun)Layak dilaksanakan

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    5/70

    iii

    No UNSUR URAIAN

    b. Pendapatan turun 19%

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaPenilaian

    0,92Rp -20.792.639,-12,00%lebih dari 5 tahunTidak layak dilaksanakan

    (2)Dari sisi biaya operasionala. Biaya operasional naik 27%

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaPenilaian

    1,07Rp 22.676.684,-17,61%4 tahun 8 bulan (4,67 tahun)Layak dilaksanakan

    b. Biaya operasional naik 28%Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaPenilaian

    0,98Rp -7.752.395,-14,09%lebih dari 5 tahunTidak layak dilaksanakan

    (3)Dari sisi pendapatan danbiaya operasional

    a. Pendapatan turun 10% danBiaya operasional naik 10%

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usahaPenilaian

    1,25Rp 82.395.486,-24,29%3 tahun 11 bulan (3,93 tahun)Layak dilaksanakan

    b. Pendapatan turun 12% danBiaya operasional naik 12%

    Net B/C Ratio DF 15%NPV DF 15%IRRPBP usaha

    Penilaian

    0,79Rp -69.977.777,-6,44%lebih dari 5 tahun

    Tidak layak dilaksanakan

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    6/70

    USAHAFURNITURE KAYUiv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR........................................

    i

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    ii

    DAFTAR ISI...

    iv

    DAFTAR TABEL...

    vi

    DAFTAR GAMBAR......

    vii

    BAB I PENDAHULUAN.......... 1

    BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN.........................................................

    3

    2.1 Profil Usaha Abon Ikan ................................................................................... 32.2 Pola Pembiayaan ...................................... 4

    BAB III ASPEK PRODUKSI...............................................................................................

    7

    3.1 Lokasi Usaha .... 73.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan . 7

    3.2.1 Fasilitas Produksi . 73.2.2 Peralatan Produksi . 83.3 Bahan Baku dan Bahan Pembantu ... 93.4 Tenaga Kerja ... 93.5 Teknologi .. 103.6 Proses Produksi ... 103.7 Jenis dan Mutu Produk .. 123.8 Produksi Optimum .. 123.9 Kendala Produksi 13

    BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 154.1 Aspek Pasar ........................................ 15

    4.1.1 Permintaan ........................................................................................ 154.1.2 Penawaran ......................................................................................... 164.1.3 Persaingan Pasar ................................................................................ 16

    4.2 Aspek Pemasaran .............................................. 174.2.1 Harga ................................................................................................ 174.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..................................................................... 184.2.3 Kendala Pemasaran ........................................................................... 18

    BAB V ASPEK KEUANGAN...........................................

    21

    5.1 Pemilihan Pola Usaha ........................................ 215.2 Asumsi dan Parameter yang Digunakan ....................................................... 21

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    7/70

    v

    5.3 Komponen dan Struktur Biaya ..................................................................... 225.3.1 Biaya Investasi......................................................................... 225.3.2 Biaya Operasional...... 23

    5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................................................. 245.5 Produksi dan Pendapatan ......................................... 255.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point (BEP) ..................................... 275.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek ... 275.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ......... 28

    BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN .............................. 336.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ........................................................................... 336.2 Dampak Lingkungan ................................................................................... 33

    BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................

    35

    7.1 Kesimpulan .................................... 357.2 Saran .......................................................................... 36

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    8/70

    USAHAFURNITURE KAYUvi

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Jumlah Industri UMKM Furniture di Kota Tangerang Tahun 2007 ............... 4

    Tabel 5.1 Asumsi Dasar Proyek Kerajinan Furniture Kayu ............................................ 22

    Tabel 5.2 Komposisi Biaya Investasi ............................................................................ 23

    Tabel 5.3 Komposisi Biaya Operasional (Rp) ................................................................ 24

    Tabel 5.4 Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja .. 25

    Tabel 5.5 Perhintungan Angsuran Kredit Modal Kerja dan Investasi .. 25

    Tabel 5.6 Volume Produksi dan Nilai Penjualan Furniture Kayu (Persentase Produksi

    dan Penjualan = 100%) .. 26

    Tabel 5.7 Produksi dan Penjualan Mebel Kayu .. 26

    Tabel 5.8 Rata-rata Laba-Rugi dan BEP Usaha ............................................................ 27

    Tabel 5.9 Kelayakan Usaha Furniture Kayu .................. 28

    Tabel 5.10 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ........... 29

    Tabel 5.11 Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik ............................................... 29

    Tabel 5.12 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun dan Biaya Operasioanal Naik .. 30

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    9/70

    vii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 3.1 Aliran Proses Produksi Pembuatan Furniture Kayu ............................. 11

    Gambar 4.1 Contoh Produk ................................................................................. 18

    Gambar 4.2 Jalur Pemasaran Produk .................................................................... 18

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    10/70

    USAHAFURNITURE KAYUviii

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    11/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi

    sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu

    dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai

    tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari

    buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Furniture

    sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang

    dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.

    Sejauh ini industri furniture/mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dalam

    perdagangan dunia. Pada ajang pameran tunggal bertajuk Indonesia Paviliun yang berlangsung

    selama 18-22 Maret 2007 di Shenzen - Cina, furniture asal Indonesia banyak diminati oleh para

    pembeli internasional. Terdapat sekitar 50 hingga 70 pembeli telah meminta pengusaha Indonesia

    untuk menjadi pemasok furniture dan kerajinan Indonesia dengan nilai transaksi mencapai sekitar

    US$ 100 juta (Tempo Interaktif, Jakarta, 9 April 2007).

    Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri furniture. Terlebih

    sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor

    Tanah Air. Ini didukung baik oleh aspek kualitas dan desain produk yang diminati oleh konsumen

    luar negeri, ketersedian bahan baku maupun sumber daya manusia yang terampil.

    Demikian juga dari sisi pangsa pasar nasional, industri mebel lokal masih menguasai 70%

    pasar mebel domestik. Tetapi pangsa pasar ini terancam oleh impor mebel asal China yang

    pertumbuhannya mencapai 200% per tahun dalam satu tahun terakhir. Peningkatan impor mebel

    asal China yang terjadi tiap tahun terutama untuk segmen mebel murah, untuk pasar menengah

    ke bawah (Media Indonesia Online, 27 Oktober 2007).

    Terkait dengan pasar domestik, satu diantara sentra industri furniture adalah Kota

    Tangerang. Industri kecil furniture relatif cukup banyak, terutama memproduksi furniture untuk

    keperluan masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Jumlah unit usaha dalam kategori usaha mikro,

    kecil dan menengah untuk semua jenis furniture usaha adalah 71 buah. Usaha furniture lokal ini

    perlu diupayakan pengembangannya, tidak saja agar kebutuhan lokal dapat terpenuhi, tetapi juga

    guna meningkatkan daya serap tenaga kerja terampil dan meningkatkan daya saing mereka dalam

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    12/70

    Pendahuluan

    USAHAFURNITURE KAYU2

    menghadapi masuknya produk impor (China dan Vietnam). Untuk lebih mengetahui tentang

    industri furniture maka pada penyusunan pola pembiayaan usaha kecil dipilih usaha furniture.

    Guna memelihara kelangsungan usaha dan peningkatan volume penjualan, industri kecil

    furniture memerlukan dukungan kelangsungan pengadaan bahan baku dan modal usaha,

    konsumen dan kemudahan akes perbankan. Sehubungan dengan perbankan, maka dukungan

    yang diharapkan adalah kemudahan akses kredit. Jenis kredit yang dibutuhkan adalah kredit untuk

    modal kerja dan investasi. Modal kerja terutama diperlukan untuk pengadaan bahan baku dan

    upah pekerja. Sedangkan modal investasi umumnya diperlukan untuk penyediaan tempat usaha

    dan peralatan baru.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    13/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    3

    BAB II

    PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

    2.1. Profil UsahaUsaha furniture kayu di Kota Tangerang telah berkembang cukup lama, dirintis sekitar

    tahun delapanpuluhan. Perkembangan industri ini diawali melalui perpindahan domisili pengusaha

    dan pekerja dari Jepara dan beberapa sentra industri furniture di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal

    ini dapat dilihat dari motif dan model produk yang masih mengandung unsur kerajinan Jawa dan

    Jepara pada khususnya.

    Pada umumnya usaha kecil furniture kayu di Tangerang memproduksi lemari, meja, kursi,

    tempat tidur dan meja rias sebagai produk utama. Beberapa pengusaha selian menghasilkan

    produk utama, juga memproduksi perabot lain seperti akuarium, meja pajangan, papan kaligrafi,

    dan sebagainya dalam jumlah sedikit.

    Tiap pengusaha mempekerjakan beberapa orang karyawan administrasi dan sejumlah

    tenaga kerja produksi yang diupah secara harian atau borongan. Di Kota Tangerang, perusahaan

    furniture yang terdaftar pada Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata adalah

    sebanyak 71 industri dalam kategori mikro, kecil dan menengah. Industri ini tersebar di beberapa

    kecamatan yang mempekerjakan lebih dari 6.000 orang, seperti yang dapat dilihat pada tabel di

    bawah ini.

    Para pengusaha furniture kayu tersebut biasanya memfungsikan rumah sebagai tempat

    tinggal sekaligus sebagai tempat usaha. Bagian rumah yang difungsikan sebagai tempat usaha,

    sebagian untuk produksi dan sebagian lagi untuk penjualan berupa showroom/outlet/toko. Toko ini

    juga berfungsi sebagai gudang barang jadi sekaligus tempat transaksi jual beli.

    Dinas yang mengatur bidang usaha ini di Kota Tangerang adalah Dinas Perindustrian,Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata. Para pengusaha yang terdaftar pada dinas tersebut

    memperoleh kesempatan untuk mengikuti program pembinaan UMKM, baik yang diadakan oleh

    dinas ataupun oleh perkumpulan pengusaha furniture kayu seperti koperasi dan asosiasi usaha

    furniture. Demikian pula kesempatan untuk mendapatkan binaan kemitraan dari BUMN dan BUMD

    yang difasilitasi oleh dinas.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    14/70

    Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

    USAHAFURNITURE KAYU4

    Tabel 2.1. Jumlah Industri UMKM Furniture di Kota Tangerang Tahun 2007

    No. KecamatanUnit Usaha

    (buah)

    Tenaga Kerja

    (orang)

    Nilai Investasi

    (Rp. juta)1 Priuk 7 1.975 21.126

    2 Ciledug 1 17 189

    3 Karang Tengah 7 195 736

    4 Benda 4 180 2.834

    5 Batu Ceper 2 61 923

    6 Jatiuwung 12 1.578 24.883

    7 Cipondoh 10 356 6.840

    8 Cibodas 11 789 16.793

    9 Neglasari Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data

    10 Tangerang 4 882 907

    11 Pinang 4 133 786

    12 Larangan 2 Tidak ada data Tidak ada data

    13 Karawaci 7 661 5.799

    Jumlah 71 6.827 81.820

    Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata Kota Tangerang (2007)

    2.2.Pola PembiayaanPenyaluran kredit oleh pihak perbankan yaitu Bank Mandiri di Kota Tangerang untuk usaha

    furniture kayu. Kredit diberikan kepada unit usaha yang telah berjalan agar lebih berkembang atau

    untuk perluasan skala usaha. Jenis kredit yang disalurkan merupakan Kredit Modal Kerja (KMK)

    dengan plafon kredit yang sebesar Rp 700.000.000,- per debitur per seorangan dengan bunga

    pinjaman sebesar 13,5% per tahun dan jangka waktu pinjaman 3 tahun tanpa masa grace period.

    Penyaluran kredit investasi belum pernah diterapkan untuk usaha furniture kayu di Kota

    Tangerang, meskipun penyaluran kredit ini tetap dimungkinkan dengan jangka waktu 3 tahun dan

    bunga 13,5% pertahun. Khusus untuk kebutuhan investasi usaha furniture kayu, proporsi kredit

    investasi terhadap modal sendiri diberikan maksimum 70% dari total investasi dengan masa grace

    period 2-3 bulan.

    Jumlah pembiayaan yang sudah diberikan oleh bank tersebut kepada debitur perseorangan

    dalam tahun 2006 adalah sebesar Rp. 45.195.000.000,-. Di antaranya kredit yang diberikan untuk

    pengusaha furniture kayu mencapai Rp. 1.650.000.000,- kepada 4 nasabah atau sekitar 3,6%.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    15/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    5

    Persentase ini relatif kecil jika dibandingkan dengan seluruh jenis usaha lainnya. Berdasarkan

    informasi dari narasumber perbankan diketahui bahwa beberapa pengusaha furniture kayu sudah

    memperoleh pengulangan pembiayaan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha furniture kayu

    merupakan usaha yang potensial untuk dibiayai.

    Prosedur untuk memperoleh kredit dinilai cukup mudah dengan persyaratan jaminan

    berupa sertifikat tanah dan bangunan tempat usaha serta legalitas izin usaha. Proses penyaluran

    kredit sejak permohonan hingga pencairan kredit relatif cepat yaitu 14 hari kerja. Apabila

    persyaratan telah dilengkapi, bank akan segera menindak lanjuti melalui peninjauan lapangan,

    penyusunan appraisal kredit, analisis kredit dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh tim internal

    bank. Apabila disetujui dan plafon kredit masih di bawah wewenang kantor bank tersebut, maka

    kredit akan segera diproses dan dicairkan.

    Sumber pembiayaan lain berasal dari dua buah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

    menjalankan usaha di wilayah Tangerang. Penyaluran pembiayaan dilakukan dalam bentuk

    program pembinaan manajemen usaha dan kredit modal kerja. Besar bunga kredit yang dikenakan

    oleh kedua perusahaan BUMN tersebut adalah 8% dan 6% setahun. Plafon pembiayaan relatif

    kecil yaitu kurang dari Rp50 juta. Pengajuan proposal pembiayaan biasanya difasilitasi oleh

    dinas/instansi terkait. Sejauh ini, beberapa pengusaha furniture kayu sudah memfaatkan layanan

    pembiayaan dari BUMN lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kredibilitas pengusaha danproses usaha furniture kayu relatif bagus.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    16/70

    Profil Usaha dan Pola Pembiayaan

    USAHAFURNITURE KAYU6

    HHALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    17/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    7

    BAB III

    ASPEK TEKNIK PRODUKSI

    3.1. Lokasi UsahaKelangsungan usaha industri furniture kayu salah satunya dipengaruhi oleh referensi

    konsumen. Kedekatan dengan konsumen akan memudahkan pemasaran terhadap produk yang

    bersangkutan. Sebagaimana perkembangan industri furniture kayu di Kota Tenggerang yang

    didukung oleh kedekatan lokasi dengan konsumen. Hal ini mengingat pertumbuhan penduduk

    Kota Tangerang dan sekitarnya yang terus bertambah, seiring dengan perkembangan perumahan

    baru di kawasan tersebut. Pertumbuhan tersebut menjadi pemacu meningkatnya kebutuhan akan

    produk furniture kayu, khususnya kayu jati dan mahoni.

    Sedangkan akses bahan baku dijembatasni melalui pemasok. Pemasok bahan baku,

    biasanya dipenuhi oleh pedagang kayu di Pulo Gadung Jakarta. Pengadaan bahan baku kayu

    relatif lancar karena dukungan ketersediaan infrastruktur yang baik dan frekuensi pengadaan yang

    cukup satu bulan sekali.

    Dalam konteks lokasi, kelangsungan usaha industri furniture kayu di Kota Tangerang lebih

    ditentukan oleh kedekatan dan kemudahan konsumen untuk mengakses produk, dari pada

    kedekatan bahan baku. Lokasi unit-unit usaha yang berada di Kota Tangerang adalah salah satu

    bukti kelangsungan usaha furniture kayu yang berlokasi relatif jauh dari lokasi pemasok bahan

    baku kayu. Oleh karena itu pilihan lokasi usaha, terutama lokasi pemasaran yang sering menyatu

    dengan lokasi produksi, hendaknya mempertimbangkan kemudahan akses dengan konsumen.

    Faktor selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan dan penetapan lokasi

    usaha adalah kedekatan dengan domisili pekerja. Ini mengingat, usaha furniture kayu memerlukan

    cukup banyak pekerja produksi (harian/borongan), terutama ketika pesanan sedang banyak-

    banyaknya. Tenaga kerja jenis ini banyak tersedia di sekitar lokasi industri. Sementara, kedekatan

    dengan bahan pembantu atau pendukung tidak terlalu kritikal, karena bahan pendukung mudah

    diperoleh di kota-kota besar seperti halnya Kota Tangerang.

    3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan3.2.1. Fasilitas Produksi

    Fasilitas produksi yang diperlukan untuk usaha furniture kayu antara lain:

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    18/70

    Aspek Teknik Produksi

    USAHAFURNITURE KAYU8

    a. Gudang bahan bakuBahan baku berupa kayu jati dan kayu mahoni dalam bentuk papan, balok dan kaso beragam

    ukuran memerlukan tempat yang terlindung dari hujan, tetapi tidak harus terutup dengan

    dinding.

    b. Ruang produksi dengan sebagian area terbukaRuang produksi terdiri dari ruang pengerjaan dan ruang pewarnaan serta finishing. Ruang

    pengerjaan kayu perlu dipisahkan dengan ruang pewarnaan dan finishing, karena debu dari

    serbuk gergaji dapat mengganggu kualitas hasil kerja pewarnaan dan finishing. Pemisahan

    dapat diperoleh dengan penyekatan atau memberi jarak tertentu untuk menghindari debu.

    c. Tempat penyimpanan hasil produksiTempat penyimpanan hasil produksi yang disiapkan dengan baik dapat berfungsi rangkap

    sebagai toko atau tempat memajang produk yang dapat menarik calon konsumen.

    Untuk satu unit usaha kecil furniture kayu yang ada di Kota Tangerang paling tidak

    diperlukan lahan seluas 200 m2 sebagai tempat fasilitas-fasilitas yang disebut di atas.

    3.2.2. Peralatan Produksi

    Peralatan yang digunakan oleh para pengusaha furniture kayu dapat dikelompokkan ke

    dalam peralatan mekanis dengan bantuan tenaga listrik dan peralatan manual, yaitu:

    a. Peralatan mekanis dengan tenaga listrik yang digunakan antara lain adalah mesin gergaji kayu,mesin bor kayu, mesin serut, mesin ampelas, obeng listrik dan kompresor untuk pewarnaan

    dan finishing politur.

    b. Sedangkan peralatan manual terdiri dari gergaji manual, palu atau pukul besi, tang, tatah ataupahat, tatah ukir, pisau raut, mistar, meteran serta peralatan politur, cat, dsb.

    Penggunaan peralatan dalam industri ini memerlukan keterampilan serta keahlian pekerja

    produksi, baik dari segi pengoperasian alat maupun kemampuan membuat bentukan kayu denganketelitian tinggi secara manual.

    Sementara itu, tambahan peralatan yang diperlukan adalah untuk pengeringan kayu dan

    finishing selama musim hujan. Pengeringan kayu dapat dibantu dengan peralatan oven dengan

    bahan bakar arang atau sisa kayu dan serbuk gergaji. Sedangkan untuk pengeringan dalam

    pewarnaan dapat menggunakan blower yang dilengkapi dengan dryer dengan pemanasan listrik.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    19/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    9

    3.3. Bahan Baku dan Bahan Pembantu3.3.1. Bahan Baku

    Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis produk furniture kayu antara

    lain kayu jati dan kayu mahoni. Kayu jati digunakan untuk bagian furniture yang tampak

    terekspose pada produk akhir, sedangkan kayu mahoni digunakan untuk bagian dalam seperti

    rangka bagian dalam, rak, lis penyangga rak, dan sebagainya.

    Bahan baku tersebut berasal dari luar daerah, baik dari Jawa maupun luar Jawa.

    Pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu dipasok oleh pedagang kayu yang berdomisili di

    Pulogadung. Pengusaha furniture biasanya datang langsung ke pangkalan kayu di Pulogadung

    untuk membeli kayu dengan memilih kayu gelondongan. Kayu kemudian dipotong-potong sesuai

    kebutuhan dalam bentuk papan, balok dan kaso. Bahan ini selanjutnya, dibentuk dengan pola-pola

    sesuai kebutuhan, menurut disain tiap jenis produk.

    Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, biasanya pengusaha melakukan pembelian

    bahan baku setiap 30 hari atau sebulan sekali, kecuali untuk memenuhi pesanan. Harga pembelian

    sudah termasuk ongkos potong kayu dan pembayaran dilakukan secara tunai.

    3.3.2. Bahan Pelengkap dan Pembantu

    Bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis furniture kayu

    antara lain: kaca, cermin, kunci, engsel, tarikan pintu, bahan jok, asesoris dan sebagainya.

    Sedangkan bahan pembantu yang digunakan terdiri dari paku, sekrup, ampelas, dempul, bahan

    melamin, thiner, spiritus, bahan politur seperti sirlak dan pewarna, lem serta cat.

    3.4. Tenaga KerjaTenaga kerja yang terlibat dalam usaha furniture kayu terdiri dari tenaga kerja langsung

    dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah pekerja produksi yang memiliki

    keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur untuk pekerjaan finishing, serta tukang

    amplas. Sedangkan tenaga manajemen, administrasi dan penjualan serta sopir sebagai kelompok

    tenaga kerja tidak langsung.

    Pada lokasi penelitian diperoleh informasi bahwa umumnya pengusaha furniture kayu

    bersama tenaga kerjanya menerapkan 78 jam kerja per hari. Pada saat permintaan pesanan

    meningkat pengusaha furniture kayu dapat menambah tenaga kerja produksi. Penambahan ini

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    20/70

    Aspek Teknik Produksi

    USAHAFURNITURE KAYU10

    relatif mudah diusahakan baik karena tersedianya tenaga kerja dan sistem pengupahan yang

    dilakukan secara harian atau borongan. Penambahan tenaga kerja diperhitungan atas dasar jumlah

    jam kerja atau jumlah hari kerja untuk dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga

    kerja terampil yang dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh produk yang akan diproduksi.

    Permintaan produk biasanya meningkat pada saat menjelang lebaran.

    Tingkat keterampilan tenaga kerja sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.

    Oleh karena itu, kreatifitas perancang dan keahlian pekerja merupakan aset penting bagi

    kelangsungan usaha furniture kayu, mengingat produk yang diproduksi lebih mengedepankan nilai

    seni.

    3.5. TeknologiTeknologi produksi dalam usaha furniture kayu merupakan gabungan antara teknologi

    sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan

    yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam

    penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali

    pekerja bukan komputer.

    Pekerjaan dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja

    baik dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam mengoperasikan peralatan

    semi modern. Dengan demikian tingkat keahlihan tenaga kerja menjadi faktor yang kritikal untuk

    menghasilkan produk furniture yang berkualitas baik.

    3.6. Proses ProduksiProses produksi furniture kayu secara umum dapat digambarkan dengan diagram alir

    berikut ini.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    21/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    11

    Gambar 3.1: Aliran Porses Produksi Pembuatan Furniture Kayu

    Proses produksi pada usaha kecil furniture kayu ini menggunakan teknologi proses

    sederhana secara manual untuk pekerjaan kecil dan rinci. Pada pekerjaan yang lebih berat sudah

    menggunakan teknologi proses semi modern, yaitu dalam proses pemotongan, penyerutan dan

    penghalusan untuk bidang-bidang yang lebih luas. Proses pembuatan furniture kayu merupakan

    gabungan proses mekanik (pemotongan, pengeboran dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni

    (pembentukan akhir sesuai contoh model). Furniture kayu yang dihasilkan merupakan produk yang

    mempunyai kandungan seni menurut model dan fungsi produk yang dikehendaki.

    Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan kayu

    gelondongan menjadi bentuk kaso, papan dan balok yang dilakukan di tempat penjual kayu.

    Selanjutnya bahan tersebut dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran produk, pembentukan

    model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran bentukan produk jadi, pengampelasan,

    pewarnaan dan finishing.

    Pewarnaan umumnya memanfaatkan warna alami kayu jati yang sangat digemari oleh

    konsumen. Penguatan warna sesuai selera konsumen, biasanya cenderung kepada warna terang,

    Bahan baku:Kayu papan, balok, dan

    kaso

    Bahan pelengkap:Kaca, list, palstik, paku, sekrup,

    lem, politur, cat, dsb.Disain Furniture

    Pemotongan kayuberdasarkan ukuran dan

    model produk

    Penghalusan KomponenProduk dengan Serut

    dan Gergaji

    Perakitan KomponenProduk sesuai dengandisain

    Pengampelasan denganmesin dan secara manual

    Pewarnaan dan Finishing

    ProdukFurniture Jadi

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    22/70

    Aspek Teknik Produksi

    USAHAFURNITURE KAYU12

    kuning sampai kecoklatan, atau warna agak gelap, yaitu coklat sampai kehitaman. Tetapi beberapa

    konsumen juga ada yang menginginkan warna lain seperti warna keemasan atau perak. Bahan

    pelarut warna dan perekat warna dapat dipilih antara politur dan melamine.

    3.7. Jenis dan Mutu ProdukJenis produk yang diusahakan oleh industri kecil furniture kayu di Kota Tangerang sangat

    beragam. Secara umum produk yang dapat dihasilkan oleh usaha kecil furniture kayu meliputi

    kursi, meja, lemari, ukian kaligrafi, akuarium, bufet, lemari jam dan meja rias. Kursi, lemari dan

    meja merupakan produk yang dihasilkan secara rutin dengan jumlah paling dominan.

    Pengendalian mutu bahan dan produk yang akan dihasilkan dilakukan sejak penyiapan

    bahan baku hingga pengiriman barang. Pengujian kualitas atau mutu dilakukan dengan alat ukur

    dimensi serta secara visual dan indera perabaan untuk kehalusan pekerjaan. Bagian-bagian yang

    mendapat pengawasan dan pengujian adalah ukuran, ketepatan dimensi (mendatar dan vertikal

    serta lekukan), kehalusan hasil serutan dan pengampelasan, kehalusan dan kerataan warna

    pengecatan, finishing serta ketepatan bentuk menurut contoh model. Kualitas produk juga

    ditentukan oleh tingkat kualitas bahan baku kayu. Tingkat kualitas bahan kayu dapat diidentifikasi

    dari umur kayu, tingkat kekeringan kayu, keseragaman warna kayu, kekerasan kayu serta jumlah

    cacat dalam tiap satuan luas permukaan kayu.

    3.8. Produksi OptimumProduksi optimum yang dianalisis dalam pola pembiayaan ini adalah furniture kayu dengan

    siklus bahan baku sebanyak 1 kali dalam sebulan dengan jumlah per siklus sebanyak 1 m 3 kayu

    mahoni dan 2 m3 kayu jati. Bahan baku sebanyak itu dalam satu siklus usaha akan dihasilkan

    produksi secara rata-rata 10 kursi tamu, 7 lemari pakaian, 10 kursi makan, 5 kursi dipan, dan 7

    meja rias. Jenis-jenis produk ini diambil sebagai referensi karena jumlah permintaan akan jenis

    tersebut relatif tinggi. Sedangkan komposisi jumlahnya mencerminkan komposisi rata-rata volume

    penjualan yang ada berdasarkan informasi dari narasumber di lokasi penelitian.

    Ketersediaan fasilitas, peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja, mulai dari tukang kayu,

    tukang finishing dan tukang ampelas menjadi penentu kapasitas produksi dalam satu kali siklus

    usaha. Sejauh ini pengusaha kecil furniture kayu tidak merasa kesulitan dalam menjalankan usaha

    karena pada saat pesanan meningkat dalam jumlah tertentu, masih dimungkinkan untuk

    menambah pekerja lepas yang terdapat di sekitarnya.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    23/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    13

    3.9. Kendala ProduksiSecara umum, relatif kecil kendala produksi yang dihadapi oleh pengusaha industri kecil

    furniture kayu. Satu diantaranya adalah cuaca. Pada saat musim penghujan, terutama antara bulan

    Desember sampai dengan Februari saat curah hujan cukup tinggi, kelembaban udara menyebabkan

    kayu yang akan dikerjakan agak lembab. Selain itu juga membuat proses pengeringan pewarnaan

    dan finishing bertambah lama. Hal ini disebabkan belum tersedianya ruangan khusus untuk

    pengeringan dengan bantuan peralatan pengering.

    Kendala lain adalah kecenderungan harga kayu yang semakin tinggi sebagai akibat

    menipisnya persediaan hutan jati dan mahoni. Banyak pengusaha besar furniture yang terpaksa

    mengimpor kayu jati guna mengamankan pasokan agar tidak terkena sanksi dari pemesan,

    terutama pesanan impor. Pendekatan ini tentu tidak mudah untuk dilakukan oleh usaha kecil

    furniture, sehingga berpotensi menjadi kendala serius di masa depan, utamanya bagi

    kesinambungan usaha kecil furniture berbasis kayu jati. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan

    menggunakan alternatif jenis kayu lain seperti sengon, kelapa dan sebagainya.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    24/70

    Aspek Teknik Produksi

    USAHAFURNITURE KAYU14

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    25/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    15

    BAB IV

    ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

    4.1. Aspek Pasar4.1.1. Permintaan

    Di Kota Tangerang meskipun cukup banyak pengusaha furniture, tetapi usaha industri

    furniture masih berpotensi untuk berkembang. Setiap rumah tangga memerlukan pemenuhan

    kebutuhan perabot rumah tangga dalam bentuk furniture, khususnya produk meja, kursi, lemari

    dan tempat tidur. Pemasaran produk furniture yang sudah ada tidak hanya sebatas di Kota

    Tangerang dan sekitarnya tetapi juga meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Potensi pasar

    cenderung membesar sejalan dengan perkembangan jumlah rumah-rumah baru yang dibangun

    setiap tahun dan jumlah keluarga muda yang masih memerlukan furniture untuk pertama kali serta

    kelanjutan dan penggantiannya. Permintaan produk selama ini yang terbesar adalah melalui

    pesanan. Umumnya konsumen datang ke showroom perusahaan, sebagian langsung membeli

    produk jadi yang siap jual dan lebih banyak yang memesan sesuai selera dan ukuran yang

    diinginkan. Konsumen furniture umumnya adalah perorangan tetapi juga ada yang membeli atas

    nama instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta.

    Apresiasi masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh pengusaha furniture di Kota

    Tanggerang relatif bagus. Konsumen tertarik kepada bahan kayu jati yang merupakan kualitas

    pilihan dengan model yang selalu berkembang dan harga terjangkau. Reputasi masing-masing

    perusahaan juga dijadikan referensi konsumen. Kepuasan atas produk tersebut merupakan bentuk

    pemasaran yang efektif karena konsumen yang pernah membeli barang dari suatu perusahaan,

    akan menginformasikan kepada teman-teman ataupun relasinya. Model promosi getok tular (mulut

    ke mulut) inilah yang memungkinkan adanya pesanan tidak hanya dari daerah sekitar toko, tetapi

    juga sampai wilayah yang lebih jauh.

    Selama ini penjualan dilakukan dengan pembayaran tunai. Untuk mendukung permintaan

    konsumen yang menginginkan pembayaran secara mengangsur, beberapa perusahaan telah

    bekerjasama dengan lembaga pembiayaan.

    Sampai saat ini pengusaha kecil furniture masih mendapat pesanan dalam jumlah yang

    memadai dan berkesinambungan sehingga pengusaha dapat bertahan. Bahkan tidak sedikit,

    pengusaha furniture yang makin berkembang. Indikasi prospek usaha yang baik itu juga

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    26/70

    Aspek Pasar dan Pemasaran

    USAHAFURNITURE KAYU16

    mendorong minat lembaga pembiayaan untuk memberi kredit kepada pembeli furniture kayu. Ini

    berarti memberi indikasi bahwa ada permintaan yang skala ekonominya memadai.

    4.1.2. PenawaranKapasitas produksi optimun yang mampu dihasilkan oleh pengusaha di lokasi penelitian

    adalah 10 kursi tamu, 7 lemari pakaian, 10 kursi makan, 5 kursi dipan, dan 7 meja rias per bulan.

    Kapasitas produksi ini mengindikasikan kemampuan rata-rata penawaran pengusaha di wilayah

    tersebut. Secara teknis, kemampuan penawaran ini masih dapat ditingkatkan, mengingat tenaga

    kerja terampil relatif mudah diperoleh. Ini dapat dilihat dari kebiasaan pengusaha setempat yang

    mampu menerima pesanan dalam jumlah yang relatif besar dengan cara menambah jumlah tenaga

    kerja. Dengan demikian, dari sisi penawaran, berdasarkan informasi dari narasumber terkait dapat

    mengikuti jumlahpermintaan.

    4.1.3. Persaingan PasarMenurut pengalaman sejumlah pengusaha kecil furniture kayu di lokasi penelitian, pesaing

    utama mereka adalah para pengusaha sejenis di Kota Tangerang. Bentuk persaingan antara lain

    berupa persaingan harga jual produk. Penawaran harga jual yang lebih murah dapat dilakukan,

    antara lain dengan mengurangi kualitas produk. Dengan cara itu, ongkos produksi ditekan agar

    dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah. Tentu saja cara ini hanya dapat dilakukan

    dalam batas-batas harga tertentu. Di sisi lain, konsumen yang mengutamakan kualitas dan

    menghargai karya seni akan memilih pengusaha yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan

    bernilai seni. Biasanya konsumen ini adalah konsumen yang tergolong dalam kelas ekonomi

    menengah ke atas.

    Persaingan pasar tidak hanya muncul dari adanya pengusaha sejenis di daerah yang

    bersangkutan, tetapi juga oleh kemudahan konsumen untuk memperoleh produk dari pasar di luar

    Kota Tangerang, seperti Klender dan sentra produksi lainnya. Persaingan dipertajam, dengan

    membajirnya produk furniture impor, yang umumnya berasal dari China. Produk impor tersebut

    dijual dengan harga relatif murah dengan kualitas yang cukup baik.

    Strategi yang dilakukan untuk bersaing di pasar umumnya dilakukan dengan promosi getok

    tular serta mengikuti pameran-pameran, baik dengan inisiatif sendiri ataupun mengikuti pameran

    yang dilakukan oleh dinas terkait. Institusi/dinas yang memberikan perhatian terhadap

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    27/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    17

    perkembangan usaha furniture kayu antara lain: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

    Pariwisata Kota Tangaerang atau Dinas Perindustrian Provinsi.

    Strategi lain yang diterapkan dalam menghadapi persaingan pasar adalah dengan

    senantiasa memperbaiki disain produk yang mengikuti model dan selera konsumen yang sedang

    digemari.Upaya lain yang dilakukan pengusaha untuk meningkatkan pemasaran adalah membuka

    showroom sendiri dan secara tidak langsung mengupayakan untuk tidak menggunakan jasa

    perantara yang dapat mengurangi marjin keuntungan.

    4.2. Aspek Pemasaran4.2.1. Harga

    Secara rata-rata, harga produsen untuk furniture kayu untuk kursi tamu (Foto 1.) adalah

    sebesar Rp. 3.500.000,- per set, kursi makan (Foto 2.) dijual dengan harga Rp. 2.600.000,- per set,

    lemari pakaian (Foto 5.) dijual dengan harga Rp. 2.800.000,- per set, kursi dipan (Foto 3.) dijual

    dengan harga Rp. 2.100.000,- per set, dan meja rias (Foto 4.) dijual dengan harga Rp. 1.600.000,-

    per set. Harga yang ditetapkan untuk setiap produk yang dihasilkan adalah harga di lokasi usaha

    dan masih ditambah dengan biaya transportasi. Harga jual dari setiap jenis produk ditentukan oleh

    pengusaha dengan memperhitungkan keuntungan yang diharapkan.

    Photo 1. KURSI TAMU GANESHA MESI3,2,1,1+ 3 BUAH MEJA

    Photo 2. KURSI MAKAN SALING PLONG 6 KURSI +1 MEJA BESAR

    Photo 3. KURSI DIPAN MAWAR Photo 4. MEJA RIAS [TOLET KARTINI]

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    28/70

    Aspek Pasar dan Pemasaran

    USAHAFURNITURE KAYU18

    Photo 5. LEMARI PAKAIAN

    Gambar 4.1. Contoh Produk

    4.2.2. Jalur Pemasaran ProdukUmumnya pengusaha furniture kayu di Kota Tangerang memasok untuk pasar lokal. Jalur

    pemasaran furniture lokaldapat digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 4.2. Jalur Pemasaran Produk

    Upaya untuk meningkatkan volume penjualan furniture kayu dilakukan antara lain melalui

    pameran dan atau menyewa area pertokoan untuk memajang produk dalam waktu tertentu. Cara

    ini membantu pengusaha agar produknya dapat lebih dikenal dan diminati oleh konsumen yang

    lebih luas.

    4.2.3. Kendala PemasaranKendala pemasaran yang umum dialami oleh pengusaha kecil termasuk pengusaha kecil

    furniture kayu diantaranya adalah kurangnya informasi pasar seperti keterbatasan akses untuk

    mengetahui perkembangan harga dan jenis produk yang sedang diminati konsumen. Untuk

    mengatasi hal ini, disarankan untuk membentuk atau bergabung dalam koperasi atau asosiasi

    usaha sejenis.

    Pengusaha Showroom Konsumen

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    29/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    19

    Kendala lain bagi jenis usaha furniture kayu ialah sifat produk yang relatif awet.

    Konsekuensinya frekuensi pembelian menjadi kecil, karena banyak yang membeli sebatas untuk

    pembelian pertama atau penambahan furniture baru. Oleh karena itu, disarankan untuk aktif

    mengikuti pameran sehingga diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar.

    Kendala berikutnya adalah harga jual yang relatif tinggi untuk produk furniture kayu

    memperkecil potensi daya beli konsumen. Akibatnya, sebagian potensial konsumen ini beralih

    kepada jenis furniture berbahan baku murah, seperti papan partikel, rotan, bambu dan plastik.

    Kendala ini dapat dimitigasi dengan mengedepankan nilai seni dan kualitas tinggi sehingga

    diharapkan mempunyai konsumen tersendiri (captive market) yang loyal.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    30/70

    Aspek Pasar dan Pemasaran

    USAHAFURNITURE KAYU20

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    31/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    21

    BAB V

    ASPEK KEUANGAN

    5.1. Pemilihan Pola UsahaPenyajian analisis keuangan usaha kerajinan mebel kayu diharapkan dapat memberikan

    gambaran baik kepada perbankan tentang kelayakan pembiayaan terhadap usaha yang

    bersangkutan maupun pengusaha/pemerhati usaha furniture kayu terhadap nilai tambah yang

    dihasilkan melalui kegiatan usaha ini. Perhitungan analisis kelayakan ini didasarkan pada kelayakan

    usaha kerajinan mebel kayu. Model kelayakan usaha ini merupakan pengembangan usaha

    kerajinan kayu yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya

    replikasi usaha di wilayah lain.

    Pola pembiayaan yang dianalisis adalah kerajinan mebel kayu skala industri kecil. Industri

    yang menjadi contoh adalah usaha kerajinan mebel kayu yang terdapat di Kota Tanggerang,

    Propinsi Banten.

    Produk utama yang dihasilkan adalah kursi tamu, lemari pakaian, kursi makan, kursi dipan

    dan meja rias. Teknologi yang digunakan adalah semi mekanik yaitu menggunakan tenaga

    manusia dan mesin.

    5.2. Asumsi dan Parameter yang DigunakanUntuk mengetahui kelayakan usaha furniture kayu, maka dilakukan analisis kelayakan

    usaha dengan mendasarkan diri kepada beberapa asumsi yang akan dijadikan dasar perhitungan

    dalam penyusunan kelayakan usaha. Hasil analisis diharapkan dapat memberikan manfaat

    kepada berbagai pihak yang bermaksud memulai usaha baru atau pihak yang ingin memberikan

    pembinaan dan akses permodalan. Dalam membuat perhitungan kelayakan usaha ini, digunakan

    asumsi-asumsi yang disusun berdasarkan hasil pengamatan di lokasi usaha seperti dapat dilihat

    pada Tabel 5.1. Selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 1.

    Proses produksi furniture kayu dilaksanakan sepanjang tahun atau selama 12 bulan dengan

    siklus pengadaan kebutuhan bahan baku kayu jati dan mahoni sekali dalam sebulan, masing-

    masing sebanyak 2 m3 kayu jati dan 1 m3 kayu mahoni untuk asumsi produksi dan penjualan

    optimum (100%). Dalam perhitungan kelayakan finansial, prospek usaha furniture kayu

    diproyeksikan dalam waktu 5 tahun ke depan.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    32/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU22

    Tabel 5.1. Asumsi Dasar Proyek Kerajinan Furniture Kayu

    No. Perincian Jumlah Satuan

    1 Umur Proyek 5 Tahun2 Bulan Kerja efektif per tahun 12 Bulan3 Hari kerja per bulan 26 Hari4 Bahan Baku Kayu Persiklus Produksi

    Kayu Jati 2 M3

    per bulan

    Kayu Mahoni 1 M3

    per bulan

    5 Siklus bahan baku per bulan 1 sekali bulan6 Produksi Optimum per siklus (per bulan):

    - Kursi Tamu 13 Set- Lemari Pakaian 10 Unit- Kursi Makan 12 Set- Kursi Dipan 10 Unit- Meja Rias 10

    Unit7 Harga Satuan Jual

    - Kursi Tamu 3,500,000 Rp./set- Lemari Pakaian 2,300,000 Rp/unit.- Kursi Makan 2,200,000 Rp./set- Dipan 1,800,000 Rp./unit- Meja Rias 1,000,000 Rp/unit.

    8 Kapasitas Produksia. Tahun ke - 1 80%

    b. Tahun ke - 2 90%c. Tahun ke - 3 sampai 5 100%

    9 Bunga Kredit 15% %10 Discount Factor ( suku bunga) 15% %

    Sumber: Lampiran 1

    5.3. Komponen dan Struktur BiayaKomponen biaya dalam analisis kelayakan usaha furniture kayu dibedakan menjadi dua

    yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi adalah komponen biaya yang diperlukan

    untuk memenuhi kebutuhan dana pada awal pendirian usaha yang meliputi lahan atau areal

    usaha, peralatan dan sarana pengangkutan. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus

    dikeluarkan dalam proses produksi.

    5.3.1. Biaya InvestasiBiaya investasi diperlukan untuk memulai kegiatan usaha furniture kayu. Komponen

    terbesar dari biaya investasi usaha ini adalah penyediaan tanah dan bangunan untuk keseluruhan

    proses produksi serta sarana transportasi produk (Tabel 5.2). Peralatan mekanik yang digunakan

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    33/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    23

    adalah bor kayu, mesin amplas dan kompresor namun peralatan ini sebenarnya masih dapat

    digantikan dengan alat manual.

    Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi

    No. Uraian

    1 Tanah dan Bangunan 85,000,000

    2 Mesin dan Alat Produksi 12,950,0003 Inventaris Kantor 1,750,000

    4 Alat Tranportasi (pick up) 70,000,000

    5 Perijinan (4 macam) 2,000,000Jumlah Biaya Investasi 171,700,000

    6 Sumber Dana Investasi dari: % Rp

    a. Kredit 73% 125,000,000b. Dana Sendiri 27% 46,700,000

    Total Biaya (Rp.)

    Sumber: Lampiran 2

    Tanah dan bangunan yang diperlukan dengan luas yang dinilai memadai terdiri dari tanah

    seluas 320 m2, bangunan produksi membutuhkan luas sekitar 100 m2,bangunan toko/ruang

    pamer/showroom satu unit seluas 50 m2. Selebihnya adalah tempat penyimpan bahan baku dan

    penjemurannya. Selain tanah dan bangunan, biaya perizinan pendirian usaha juga dimasukkan ke

    dalam komponen biaya investasi. Meskipun perizinan sangat diperlukan untuk bisa

    mengoperasikan usaha, namun sebagian besar pengusaha tidak memiliki perizinan secara

    lengkap. Dokumen perizinan yang biasa diperlukan adalah Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha

    Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan SIKA.

    5.3.2. Biaya OperasionalBiaya operasional usaha furniture kayu terdiri dari dua komponen biaya, yaitu biaya variabel

    dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pekerja produksi, biaya bahan baku, biaya bahan

    pelengkap dan biaya pengecatan serta finishing. Sedangkan biaya tetap terdiri dari gaji karyawan

    adminsitrasi dan penjualan, serta biaya pemasaran, transportasi dan biaya overhead.

    Kebutuhan biaya operasional perbulan mencapai Rp 81.005.500,- atau Rp 972.066.000,-

    per tahun. Persentase terbesar dari biaya operasional per tahun adalah biaya bahan-bahan

    produksi yang mencapai Rp 595.866.000 (61,30%) dan tenaga kerja sebesar Rp 214.200.000

    (22,04%). Tingginya biaya bahan-bahan produksi dan tenaga kerja disebabkan oleh karakteristik

    furniture kayu yang berbahan baku mahal dan memerlukan tingkat keterampilan pekerja yang

    tinggi. Komposisi biaya operasional ditampilkan pada Tabel 5.3 dan selengkapnya pada

    Lampiran 3.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    34/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU24

    Tabel 5.3. Komposisi Biaya Operasional (Rp)

    No. Jenis Biaya 1 Bulan 1 Tahun

    Rp Rp1 Biaya Tenaga Kerja Produksi 17,850,000 214,200,000

    2 Biaya Bahan Baku Produksi 49,655,500 595,866,0003 Biaya Bahan Baku Lainnya 2,000,000 24,000,0004 Biaya Pemasaran 2,500,000 30,000,000

    5 Biaya Overhead 8,900,000 106,800,0006 Biaya Administrasi & Umum 100,000 1,200,000

    Jumlah Biaya Operasional 81,005,500 972,066,000

    Sumber: Lampiran 3

    5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal KerjaKebutuhan investasi dalam usaha furniture kayu lebih banyak diperlukan pada kebutuhan

    tanah dan bangunan, sementara untuk investasi peralatan relatif kecil. Peralatan yang cukup besar

    adalah alat transportasi produk untuk keperluan pengiriman barang kepada konsumen dan

    pengangkutan bahan baku kayu.

    Seluruh biaya pengangkutan produk kepada pembeli atau pemesan, baik yang berada di

    sekitar Kota Tangerang, Banten dan sekitarnya maupun di wilayah Jakarta ditanggung oleh

    pengusaha dengan memasukkan biaya pengiriman tersebut dalam harga jual produk. Perhitungankebutuhan modal kerja dilakukan melalui asumsi:

    a. Siklus produksi efektif rata-rata 1 bulan untuk menghasilkan sejumlah produk jadi.b. Proses perputaran barang menjadi uang kas rata-rata memerlukan waktu selama 15-30 hari.c. Total rata-rata perputaran bahan baku, produk dan penjualan menjadi uang kas diperlukan

    waktu 2 bulan.

    d. Sehingga diperlukan modal kerja 2 kali lipat dari ongkos produksi dengan mengasumsikanbesarnya biaya operasional per bulan mencapai Rp 81.005.500,- x 2 bln = Rp162.011.000,- ,

    dengan rincian satu kali untuk persedian bahan produksi dan satu kali untuk biaya operasional.

    Berdasarkan keempat asumsi tersebut, kebutuhan modal kerja adalah sebesar Rp

    162.011.000,-. Dengan jumlah Rp.100.000.000,- bersumber dari kredit perbankan dan sisanya

    dipenuhi dari modal sendiri Rp62.011.000,-. Rincian kebutuhan dana untuk investasi dan modal

    kerja dapat tampilkan pada tabel 5.4 dan Lampiran 4.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    35/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    25

    Tabel 5.4. Kebutuhan Dana untuk Investasi dan Modal Kerja

    No Rincian Biaya Proyek Total Biaya

    1 Dana investasi yang bersumber daria. Kredit 125,000,000

    b. Dana sendiri 46,700,000

    Jumlah dana investasi 171,700,000

    2 Dana modal kerja yang bersumber dari

    a. Kredit 100,000,000

    b. Dana sendiri 62,011,000

    Jumlah dana modal kerja 162,011,000

    3 Total dana proyek yang bersumber dari

    a. Kredit 225,000,000b. Dana sendiri 108,711,000

    Jumlah dana proyek 333,711,000

    Sumber: Lampiran 4

    Seperti terlihat pada Tabel 5.4, kredit untuk memenuhi kebutuhan modal investasi sebagian

    besar dapat dipenuhi sendiri, sedangkan kebutuhan modal kerja diperoleh dari bank. Kredit modal

    kerja bank akan dikembalikan selama jangka waktu 2 tahun dengan tingkat suku bunga 15% per

    tahun.

    Untuk baik kredit investasi maupun modal kerja yang berasal dari bank, tidak terdapati

    grace period. Jumlah angsuran pokok dan bunga yang harus dibayarkan per tahun ditampilkanpada Tabel 5.5, sedangkan perhitungan angsuran kredit perbulan dapat dilihat dalam Lampiran 6.

    Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Modal Kerja dan Investasi

    Sumber: Lampiran 5

    5.5. Produksi dan PendapatanVolume Produksi dan penjualan optimum per bulan berdasarkan asumsi yang digunakan

    adalah 13 set kursi tamu, 10 lemari pakaian, 12 set kursi makan, 10 set kursi dipan, dan 10 meja

    rias. Namun demikian dalam proses produksi selama 5 tahun usia proyek produksi furniture

    diasumsikan produksi dan penjualan mebel berjumlah 80% pada tahun ke-1, 90% pada tahun ke-

    Tahunke-

    AngsuranPokok

    AngsuranBunga

    TotalAngsuran

    Saldo Awal Saldo Akhir

    0 225.000.000 225.000.000

    1 162.500.000 22.578.125 185.078.125 225.000.000 62,500,000

    2 62,500,000 5,078,125 67,578,125 62,500,000 0

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    36/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU26

    2 dan 100% pada tahun ke-3 hingga ke-5. Perincian volume produksi dan nilai penjualan optimum

    kedua model tersebut ditampilkan dalam Tabel 5.6 dibawah ini.

    Tabel 5.6. Volume Produksi dan Nilai Penjualan Furniture Kayu(Persentase produksi dan penjualan = 100%)

    ModelVolume

    Produksi

    Harga Jual perunit (Rp.)

    Total Penjualanper bulan (Rp.)

    Total Penjualanper tahun (Rp.)

    Kursi Tamu 13 3,500,000 45,500,000 546,000,000

    Lemari Pakaian 10 2,300,000 23,000,000 276,000,000

    Kursi Makan 12 2,200,000 26,400,000 316,800,000

    Kursi Dipan 10 1,800,000 18,000,000 216,000,000

    Meja Rias 10 1,000,000 10,000,000 120,000,000

    Total 55 122,900,000 1,474,800,000Sumber: Lampiran 6

    Seperti terlihat pada Tabel 5.6, harga jual produk ditetapkan berdasarkan kisaran yang ada

    pada beberapa pengusaha. Melalui asumsi yang dibangun dalam pola pembiayaan ini, maka total

    penjualan optimum per bulan adalah Rp 122.900.000,- atau Rp 1.474.800.000,- pertahun.

    Pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa kapasitas produksi dan penjualan

    pada tahun ke-1 adalah 80% dari produksi optimum, meningkat menjadi 90% pada tahun ke-2

    dan 100% pada tahun ke-3 hingga tahun ke-5. Seperti terlihat pada tabel 5.7 (lampiran 6)

    Tabel 5.7. Produksi dan Penjualan Mebel Kayu

    Uraian Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

    Kapasitas Produksi Persen 80% 90% 100% 100% 100%

    Produksi Mebel

    a. Kursi Tamu set 125 140 156 156 156b. Lemari Pakaian set 96 108 120 120 120

    c. Kursi makan set 115 130 144 144 144d. Kursi Dipan set 96 108 120 120 120

    e. Meja Rias set 96 108 120 120 120

    Harga Jual

    a. Kursi Tamu Rp 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000b. Lemari Pakaian Rp 2,300,000 2,300,000 2,300,000 2,300,000 2,300,000

    c. Kursi makan Rp 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000d. Kursi Dipan Rp 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

    e. Meja Rias Rp 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

    Total Penjualan

    a. Kursi Tamu Rp 436,800,000 491,400,000 546,000,000 546,000,000 546,000,000b. Lemari Pakaian Rp 220,800,000 248,400,000 276,000,000 276,000,000 276,000,000

    c. Kursi makan Rp 253,440,000 285,120,000 316,800,000 316,800,000 316,800,000d. Kursi Dipan Rp 172,800,000 194,400,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000

    e. Meja Rias Rp 96,000,000 108,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000

    Jumlah total Rp 1,179,840,000 1,327,320,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,474,800,000

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    37/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    27

    5.6. Proyeksi Laba Rugi Dan Break Event PointHasil proyeksi labarugi usaha selama 5 tahun proyek menunjukkan bahwa usaha ini mulai

    tahun pertama sudah mampu membubuhkan laba sebesar Rp 246.938.353,-. Data perhitungan

    laba rugi usaha furniture kayu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

    Selama kurun waktu 5 tahun proyek, usaha furniture kayu secara rata-rata menghasilkan

    keuntungan per tahun sebesar Rp 318.723.097,- dan profit margin rata-rata 22,90%. Dengan

    membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan,

    maka rata-rata BEP penjualan sebesar Rp. 351.706.454,- dan BEP produksi unit rata-rata adalah 37

    set untuk kursi tamu, 29 unit untuk lemari pakaian, 34 set kursi makan, 29 unit dipan, dan 29 unit

    meja rias (Tabel 5.8).

    Tabel 5. 8. Rata-rata Laba-Rugi dan BEP Usaha

    No. Uraian Nilai

    1 Laba Pertahun 318.723.097

    2 Profit Margin 22,90%

    3 BEP Nilai penjualan (Rp) 351.706.454

    4 BEP Produksi :

    - Kursi Tamu 37

    - Lemari Pakaian 29

    - Kursi Makan 34

    - Kursi Dipan 29

    - Meja Rias 29

    Sumber: Lampiran 8

    5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan ProyekUntuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran, yaitu arus

    masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari penjualan produk

    furniture kayu selama satu tahun. Dengan asumsi kapasitas usaha berpengaruh pada besarnya

    volume produksi yang akan menentukan nilai total penjualan, sehingga arus masuk menjadi

    optimal. Arus keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok,

    angsuran bunga.dan pajak penghasilan.

    Untuk penghitungan kelayakan rencana investasi digunakan metode penilaian NPV, IRR,

    Net B/C Ratio dan Pay Back Period (PBP). Seperti ditunjukkan pada Tabel 5.9, usaha furniture kayu

    mampu memberikan keuntungan bagi pengusaha selama 5 tahun proyek dengan menghasilkan

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    38/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU28

    Net Present Value (NPV) sebesar Rp 844.261.802,- dengan Net B/C Ratio 3,53 (lebih besar dari 1).

    Nilai IRR dalam perhitungan ini mencapai 94,92% dengan PBP usaha 1 tahun 3 bulan. Dari hasil

    perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha furniture kayu ini layak dan

    menguntungkan, selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 9.

    Tabel 5. 9. Kelayakan Usaha Furniture Kayu

    No. Kriteria Nilai

    1. NPV (Rp.) 844.261.802

    2. IRR (%) 94,92%

    3. Net B/C Ratio 3.53

    4. Pay Back Periode (Usaha) 1 tahun 3 bulan

    Sumber: Lampiran 9

    5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan UsahaDalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan biasanya akan

    dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua hal tersebut merupakan

    komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi bahwa komponen biaya produksi danpendapatan juga didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian

    yang cukup tinggi. Untuk mengetahui dan mengurangi resiko ini diperlukan analisis sensitivitas

    untuk menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga, baik pembiayaan maupun

    pendapatannya. Analisis ini mencoba mengestimasi pengaruh penurunan pendapatan dan

    kenaikan biaya operasional dari asumsi yang dikemukan. Besar pengaruh terhadap kelayakan

    proyek diukur dengan perubahan NPV, Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan

    Pay Back Period. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:

    a. Skenario 1

    Pendapatan mengalami penurunan sedangkan biaya operasional tetap/konstan. Dalam

    skenario ini penurunan pendapatan disebabkan oleh penurunan total pendapatan dari hasil

    penjualan produk furniture kayu, yang dimungkinkan karena adanya penawaran harga dari

    pemesan/konsumen atau volume produk yang terjual mengalami penurunan. Hasil analisis

    sensitivitas penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.10.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    39/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    29

    Tabel 5. 10. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun

    No. Kriteria Turun 18%

    1 NPV (Rp.) 20.625.846

    2 IRR (%) 17,40

    3 Net B/C Ratio 1,06

    4 Pay Back Periode (usaha) 4 tahun 8 bulan

    Sumber: Lampiran 11

    No. Kriteria Turun 19%

    1 NPV (Rp.) -20.792.639

    2 IRR (%) 12

    3 Net B/C Ratio 0,92

    4 Pay Back Periode (usaha) >5

    Sumber: Lampiran 13

    Dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 18 %, usaha furniture kayu ini masih layak

    dilaksanakan. Hal ini berdasar hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada

    discount rate 15%) sebagai berikut : NPV sebesar Rp 20.625.846,- (> 0), nilai IRR 17,40 (>

    discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 8 bulan (< jangka waktu proyek).

    b. Skenario 2

    Dengan perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM yang semakin menekan

    masyarakat memunculkan asumsi peningkatan biaya operasional, sedangkan pendapatan

    dianggap konstan. Kenaikan biaya operasional dimungkinkan terjadi karena harga alat-alat

    produksi seperti bahan baku dan bahan-bahan produksi, tenaga kerja, dan atau biaya overhead

    mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas kenaikan biaya operasional ditampilkan pada

    Tabel 5.11.

    Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik

    No. Kriteria Naik 27%

    1 NPV (Rp.) 22.676.684

    2 IRR (%) 17,61

    3 Net B/C Ratio 1,07

    4 Pay Back Periode (usaha) 4 tahun 8 bulan

    Sumber: Lampiran 15

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    40/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU30

    No. Kriteria Naik 28%

    1 NPV (Rp.) -7.752.395

    2 IRR (%) 14,09

    3 Net B/C Ratio 0,98

    4 Pay Back Periode (usaha) >5

    Sumber: Lampiran 17

    Dalam Skenario 2, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 27%, usaha furniture kayu ini

    masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan

    investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : NPV sebesar Rp 22.676.684,- (> 0), nilai IRR

    17,61% (> discount rate), dan PBP (usaha) 4 tahun 8 bulan (< jangka waktu proyek).

    c. Skenario 3

    Penurunan jumlah produksi terjadi manakala kondisi pasar dan permintaan produk menurun.

    Dampak yang terjadi adalah penurunan total penerimaan, namun berbeda dengan skenario

    sebelumnya, maka dalam skenario ini seluruh komponen biaya operasional akan berubah sesuai

    penurunan volume produksi sedangkan harga jual produk tetap.

    Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun dan Biaya Operasional Naik

    No. Kriteria

    Pendapatan turun 10%dan biaya naik 10%

    1 NPV (Rp.) 82.395.486

    2 IRR (%) 24,29

    3 Net B/C Ratio 1,25

    4 Pay Back Periode (usaha) 3 tahun 11 bulan

    Sumber: Lampiran 19

    Pendapatan turun 12%dan biaya naik 12%

    1 NPV (Rp.) -69.977.777

    2 IRR (%) 6.44

    3 Net B/C Ratio 0,79

    4 Pay Back Periode (usaha) >5 tahun

    Sumber: Lampiran 21

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    41/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    31

    Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sebesar 10 sekaligus kenaikan biaya

    operasional sebesar 10, usaha furniture kayu ini masih layak dilaksanakan. Hal inii berdasarkan

    hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai

    berikut : net B/C ratio sebesar 1,25(> 1), dengan nilai NPV sebesar Rp 82.395.486,- (> 0), nilai

    IRR 24,29% (> discount rate), PBP (usaha) 3 tahun 11 bulan (< jangka waktu proyek).

    Hasil analisis sensitivitas tersebut di atas memperlihatkan bahwa usaha furniture kayu lebih

    sensitif terhadap penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Berdasarkan

    ketiga skenario yang dibuat tersebut maka antisipasi keadaan untuk masing-masing skenario

    dengan memperhatikan kriteria NPV, adalah :

    1. Pada Skenario 1 proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan hingga 18%, (dengan asumsibiaya operasional dan investasi tetap), artinya jika penurunan pendapatan sama dengan atau

    lebih dari 18% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.

    2. Pada Skenario 2 proyek ini sensitif pada peningkatan biaya operasional hingga 27%, (denganasumsi pendapatan dan biaya investasi tetap), artinya jika peningatan biaya operasional sama

    dengan atau lebih dari 27% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.

    3. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadipenurunan pendapatan sebesar 10% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 10%.

    4. Hasil analisis aspek keuangan di atas menunjukkan bahwa usaha furniture kayu memberikanpendapatan yang tinggi sehingga proyek ini layak dilaksanakan dan dibiayai oleh bank.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    42/70

    Aspek Keuangan

    USAHAFURNITURE KAYU32

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    43/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    33

    BAB VI

    ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

    6.1. Aspek Ekonomi dan SosialKegiatan usaha furniture kayu yang sudah dilaksanakan selama kurun waktu lebih dari 20

    tahun telah memberi dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan sosial secara nyata, baik

    bagi pengusaha maupun masyarakat sekitar Kota Tanggerang. Kemampuan masyarakat sekitar

    untuk belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi furniture telah menempatkan

    masyarakat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Bagi pengusaha, dengan semakin banyaknya

    tenaga terampil memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai

    gambaran, jika pesanan banyak dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang

    dibutuhkan

    Ketersedian infrastruktur yang relatif baik yaitu transportasi dan komunikasi, mendorong

    perkembangan industri kecil furniture kayu. Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi

    salah satu jenis usaha unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal.

    6.2. Dampak LingkunganKegiatan produksi furniture kayu secara umum tidak menghasilkan limbah pengganggu

    kehidupan masyakarat dan lingkungan sekitar. Proses produksi furniture kayu tidak menyisakan

    limbah/bahan yang membahayakan lingkungan. Hampir seluruh bahan baku kayu dapat

    dimanfaatkan untuk produk, bahkan sisanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai

    bahan bakar kayu. Risiko yang mungkin dapat terjadi adalah kemungkinan bahaya kebakaran

    karena terdapat limbah kayu dan bahan pewarnaan dalam bentuk cair yang mudah terbakar. Oleh

    karena itu, disarankan untuk menyediakan alat pemadam kebakaran sebagai upaya meminimalkan

    dampat resiko kebakaran.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    44/70

    Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan

    USAHAFURNITURE KAYU34

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    45/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    35

    BAB VII

    KESIMPULAN DAN SARAN

    7.1. Kesimpulan1. Usaha furniture kayu di Kota Tangerang merupakan usaha dengan skala kecil.2. Sumber pendanaan untuk usaha furniture kayu dapat berasal dari dana sendiri, kredit

    perbankan dan bantuan kredit dari BUMN atau dinas/instansi terkait.

    3. Teknologi proses produksi dalam usaha furniture kayu umumnya termasuk kategori semimekanik. Hal ini karena selain masih banyak yang mengandalkan tenaga para pekerja dan

    peralatan sederhana, juga dilengkapi dengan penggunaan mesin bor dan kompresor

    bertenaga listrik dalam proses pengerjaan kayu, pengecatan dan finishing.

    4. Penjualan produk umumnya melalui pesanan dari konsumen dan penjualan langsung kepadakonsumen yang datang ke perusahaan atau showroom.

    5. Harga yang ditetapkan untuk setiap produk yang dihasilkan adalah harga di lokasi usahaditambah dengan biaya transportasi. Harga jual dari setiap produk ditentukan dari biaya produk

    terjual yang tergantung dari jenis dan harga bahan baku serta kualitas produk. Persainganpasar, lokasi showroom dan tempat tinggal konsumen juga mempengaruhi harga jual.

    6. Berdasar analisis kelayakan keuangan, usaha furniture kayu ini layak untuk dilaksanakan. Padatingkat discount rate 15%, usaha furniture kayu mampu memberi keuntungan bagi pengusaha

    selama 5 tahun proyek dengan menghasilkan Net Present Value (NPV) sebesar Rp

    844.261.802,- dengan Net B/C Ratio 3,53 (lebih besar dari 1). Nilai IRR dalam perhitungan ini

    mencapai 94,92 % dengan PBP usaha 1 tahun 3 bulan.

    7. Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan, dengan asumsi biaya operasional daninvestasi konstan, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan pendapatan

    sebesar 18%. Artinya, jika penurunan pendapatan sama dengan atau lebih besar dari 18%

    tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).

    8. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya operasional, dengan asumsi pendapatan proyekdan biaya investasi tetap, menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kenaikan biaya

    operasional sebesar 27%. Artinya, jika kenaikan biaya operasional sama dengan atau lebih

    besar dari 27% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    46/70

    Kesimpulan dan Saran

    USAHAFURNITURE KAYU36

    9. Analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan usaha dan kenaikan biaya operasionalsekaligus, proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan kenaikan biaya

    operasional sebesar 10%. Artinya, jika penurunan pendapatan sama dengan atau lebih besar

    dari 10% dan sekaligus terjadi kenaikan biaya operasional sama dengan atau lebih besar dari

    10% tiap tahunnya, maka proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).

    7.2. Saran1. Perusahaan yang mengalami peningkatan permintaan yang tinggi perlu mempertimbangkan

    untuk pengadaan mesin baru menggantikan mesin yang sudah tua. Ini bertujuan untuk

    meningkatkan kapasitas produksi agar mampu memproduksi secara lebih cepat dan presisi.

    2. Risiko kenaikan harga bahan bahan baku disarankan untuk diantisipasi melalui penyediaancadangan bahan baku oleh koperasi/asosiasi pengusaha sejenis, guna menurunkan risiko

    kerugian jika harga bahan baku naik. Pembelian bahan baku secara kolektif juga dapat

    menurunkan biaya bahan baku.

    3. Peningkatan akses antara pengusaha dan konsumen serta kurangnya popularitas produsen danupaya untuk menembus pasar disarankan untuk dilakukan secara bersama (pemasaran

    bersama) dalam wadah koperasi/asosiasi.

    4. Pengusaha disarankan untuk mempertimbangkan pemanfaatan akses kredit dari lembagakeuangan formal (perbankan) guna meningkatkan kemampuan keuangan dan volume bisnis.

    Hal ini mengingat perbankan merupakan salah satu sumber kredit yang relatif besar dan

    berkesinambungan.

    5. Pembiayaan perbankan diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan kredit investasi, terutamauntuk penyediaan/ pengadaan mesin dan ruangan khusus pengeringan, sebagai solusi

    terhadap kendala pada proses pengeringan, pengecatan dan finishing terutama di musim

    penghujan.

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    47/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    37

    DAFTAR PUSTAKA

    Clive Gray, Pengantar Evaluasi Proyek, Gramedia Pustaka Utama, 2007

    Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata Kota Tangerang

    Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis: Manajemen, Metode, dan Kasus, Gramedia Pustaka Utama,

    1997

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    48/70

    Daftar Pustaka

    USAHAFURNITURE KAYU38

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    49/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    39

    L A M P I R A N

    Lampiran 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis KeuanganIndustri Furniture Kayu

    No. Perincian Jumlah Satuan

    1 Umur Proyek 5 Tahun2 Bulan Kerja efektif per tahun 12 Bulan3 Hari kerja per bulan 26 Hari4 Bahan Baku Kayu Persiklus Produksi

    Kayu Jati 2 M3

    per bulan

    Kayu Mahoni 1 M3 per bulan

    5 Siklus bahan baku per bulan 1 sekali bulan

    6 Produksi Optimum per siklus (per bulan):- Kursi Tamu 13 Set- Lemari Pakaian 10 Unit- Kursi Makan 12 Set- Kursi Dipan 10 Unit- Meja Rias 10 Unit

    7 Harga Satuan Jual

    - Kursi Tamu 3,500,000 Rp./set- Lemari Pakaian 2,300,000 Rp/unit.- Kursi Makan 2,200,000 Rp./set- Dipan 1,800,000 Rp./unit- Meja Rias 1,000,000 Rp/unit.

    8 Kapasitas Produksia. Tahun ke - 1 80%

    b. Tahun ke - 2 90%

    c. Tahun ke - 3 sampai 5 100%9 Bunga Kredit 15% %10 Discount Factor ( suku bunga) 15% %

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    50/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU40

    Lampiran 2. Biaya Investasi Industri FurnitureNo. Jenis Biaya Satuan Jumlah Harga Total Umur Penyusutan Akumulasi Nilai Sisa

    (Rp/ satuan) (Rp.) ekonmis Per Tahun Penyusutan

    1 Sewa Lahan (10x32) m2 tahun 5 10,000,000 50,000,000 5 10,000,000 50,000,000

    2 Sewa Bangunan Tempat Produksi (10x10) m2 Unit 1 25,000,000 25,000,000 5 5,000,000 25,000,0003 Sewa Show room (10x20) m2 Unit 1 10,000,000 10,000,000 5 2,000,000 10,000,000 -

    Sub Total Lahan dan Bangunan 85,000,000 17,000,000 85,000,000 -

    4 Mesin dan Alat-alat ProduksiMesin Serut Buah 3 350,000 1,050,000 5 210,000 1,050,000 -Mesin Bor Buah 4 350,000 1,400,000 5 280,000 1,400,000 -

    Gergaji Buah 2 2,250,000 4,500,000 5 900,000 4,500,000 -Mesin Compresor Buah 2 2,500,000 5,000,000 5 1,000,000 5,000,000 -

    5 Peralatan Kecil *) 1,000,000 2 500,000 500,000Sub Total Mesin dan Alat-alat Produksi 12,950,000 2,890,000 11,950,000 500,000

    6 Inventaris Kantor

    Alat-alat Tulis Buah 1 150,000 150,000 5 30,000 150,000 -Telpon Buah 1 750,000 750,000 5 150,000 750,000 -Meja Kerja Buah 1 500,000 500,000 5 100,000 500,000 -

    Mesin Ketik Buah 1 250,000 250,000 5 50,000 250,000 -

    Kalkulator Buah 1 100,000 100,000 5 20,000 100,000 -Sub Total Inventaris Kantor 1,750,000 350,000 1,750,000 -

    7 KendaraanPick up Unit 1 70,000,000 70,000,000 7 10,000,000 50,000,000 20,000,000

    Sub Total Kendaraan 70,000,000 10,000,000 50,000,000 20,000,000

    8 PerizinanSIUP 500,000 5TDP 500,000 5

    SIKA 500,000 5Perindustrian 500,000 5

    Sub Total Perizinan 2,000,000

    Jumlah biaya investasi 171,700,000 30,240,000 148,700,000 20,500,000

    *) Tatah, Pisau Raut, Pahat, Bor Manual, serut manual, palu, tang, tatah ukirObeng, Drip. Meteran gulung, mistar siku

    Rekap Jumlah Biaya Investasi

    No. Uraian

    1 Tanah dan Bangunan 85,000,000

    2 Mesin dan Alat Produksi 12,950,0003 Inventaris Kantor 1,750,000

    4 Alat Tranportasi (pick up) 70,000,000

    5 Perijinan (4 macam) 2,000,000Jumlah Biaya Investasi 171,700,000

    6 Sumber Dana Investasi dari: % Rp

    a. Kredit 73% 125,000,000b. Dana Sendiri 27% 46,700,000

    Total Biaya (Rp.)

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    51/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    41

    Lampiran 3. Biaya Operasional Industri Furniture Kayu

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    52/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU42

    Rekap Jumlah Biaya Operasional Per Tahun

    No. Jenis Biaya Per Bulan (Rp.) Per Tahun (Rp.)

    1 Biaya Tenaga Kerja Produksi 17,850,000 214,200,000

    2 Biaya Bahan Baku Produksi 49,655,500 595,866,000

    3 Biaya Bahan Baku Lainnya 2,000,000 24,000,000

    4 Biaya Pemasaran 2,500,000 30,000,000

    5 Biaya Overhead 8,900,000 106,800,000

    6 Biaya Administrasi & Umum 100,000 1,200,000

    Jumlah Biaya Operasional 81,005,500 972,066,000

    Perhitungan Modal Kerja Untuk Biaya Operasional

    No Jenis Biaya Harga/satuan Nilai (Rp)

    1 Jumlah dana modal kerja (2 bulan) 0.167 162,011,000

    2 Sumber dana modal kerja dari: % Rp

    a. Kredit 62% 100,000,000

    b. Dana sendiri 38% 62,011,000

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    53/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    43

    Lampiran 4. Kebutuhan Dana Untuk Investasi dan Modal KerjaNo Rincian Biaya Proyek Total Biaya

    1 Dana investasi yang bersumber daria. Kredit 125,000,000

    b. Dana sendiri 46,700,000

    Jumlah dana investasi 171,700,000

    2 Dana modal kerja yang bersumber dari

    a. Kredit 100,000,000

    b. Dana sendiri 62,011,000

    Jumlah dana modal kerja 162,011,000

    3 Total dana proyek yang bersumber daria. Kredit 225,000,000b. Dana sendiri 108,711,000

    Jumlah dana proyek 333,711,000 Lampiran 5. Volume Produksi dan Nilai Penjualan (100%)

    No Jenis Produk Satuan Produksi/ Produksi/ Harga satuan Penjualan Penjualan

    bulan tahun Rp Rp/tahun Rp/bulan

    1 Kursi Tamu Set 13 156 3,500,000 546,000,000 45,500,000

    2 Lemari Pakaian Unit 10 120 2,300,000 276,000,000 23,000,000

    3 Kursi Makan Set 12 144 2,200,000 316,800,000 26,400,000

    4 Kursi Dipan Unit 10 120 1,800,000 216,000,000 18,000,0005 Meja Rias Unit 10 120 1,000,000 120,000,000 10,000,000

    660 1,474,800,000 122,900,000

    Produksi dan Penjualan Furniture Kayu

    Uraian Satuan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

    Kapasitas Produksi Persen 80% 90% 100% 100% 100%

    Produksi Mebel

    a. Kursi Tamu set 125 140 156 156 156b. Lemari Pakaian set 96 108 120 120 120

    c. Kursi makan set 115 130 144 144 144

    d. Kursi Dipan set 96 108 120 120 120e. Meja Rias set 96 108 120 120 120

    Harga Jual

    a. Kursi Tamu Rp 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000b. Lemari Pakaian Rp 2,300,000 2,300,000 2,300,000 2,300,000 2,300,000

    c. Kursi makan Rp 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000 2,200,000d. Kursi Dipan Rp 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000 1,800,000

    e. Meja Rias Rp 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000

    Total Penjualan

    a. Kursi Tamu Rp 436,800,000 491,400,000 546,000,000 546,000,000 546,000,000

    b. Lemari Pakaian Rp 220,800,000 248,400,000 276,000,000 276,000,000 276,000,000c. Kursi makan Rp 253,440,000 285,120,000 316,800,000 316,800,000 316,800,000

    d. Kursi Dipan Rp 172,800,000 194,400,000 216,000,000 216,000,000 216,000,000

    e. Meja Rias Rp 96,000,000 108,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000

    Ju ml ah to tal R p 1,179,840,000 1,327,320,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,474,800,000

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    54/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU44

    Lampiran 6. Angsuran Kredit Modal Kerja danModal Investasi Industri Furniture Kayu

    A. Pembayaran Angsuran Kredit InvestasiNilai Kredit Modal Kerja Rp 125,000,000Jangka waktu kredit(bulan) 24

    Bunga per bulan 15%

    Angsuran menurun

    Bulan

    Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo

    Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir

    Thn 1

    1 5,208,333 1,562,500 6,770,833 125,000,000 119,791,667

    2 5,208,333 1,497,396 6,705,729 119,791,667 114,583,3333 5,208,333 1,432,292 6,640,625 114,583,333 109,375,000

    4 5,208,333 1,367,188 6,575,521 109,375,000 104,166,667

    5 5,208,333 1,302,083 6,510,417 104,166,667 98,958,333

    6 5,208,333 1,236,979 6,445,313 98,958,333 93,750,000

    7 5,208,333 1,171,875 6,380,208 93,750,000 88,541,667

    8 5,208,333 1,106,771 6,315,104 88,541,667 83,333,333

    9 5,208,333 1,041,667 6,250,000 83,333,333 78,125,000

    10 5,208,333 976,563 6,184,896 78,125,000 72,916,667

    11 5,208,333 911,458 6,119,792 72,916,667 67,708,333

    12 5,208,333 846,354 6,054,688 67,708,333 62,500,000

    Jml 62,500,000 14,453,125 76,953,125

    Thn 2

    1 5,208,333 781,250 5,989,583 62,500,000 57,291,667

    2 5,208,333 716,146 5,924,479 57,291,667 52,083,333

    3 5,208,333 651,042 5,859,375 52,083,333 46,875,000

    4 5,208,333 585,938 5,794,271 46,875,000 41,666,667

    5 5,208,333 520,833 5,729,167 41,666,667 36,458,333

    6 5,208,333 455,729 5,664,063 36,458,333 31,250,000

    7 5,208,333 390,625 5,598,958 31,250,000 26,041,667

    8 5,208,333 325,521 5,533,854 26,041,667 20,833,333

    9 5,208,333 260,417 5,468,750 20,833,333 15,625,000

    10 5,208,333 195,313 5,403,646 15,625,000 10,416,667

    11 5,208,333 130,208 5,338,542 10,416,667 5,208,33312 5,208,333 65,104 5,273,438 5,208,333 0

    Jml 62,500,000 5,078,125 67,578,125

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    55/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    45

    B. Pembayaran Angsuran Kredit Modal Kerja

    Nilai Kredit Modal KerjaRp 100,000,000

    Jangka waktu kredit(bulan) 12

    Bunga per bulan 15%

    Angsuran menurun

    Bulan

    Angsuran Angsuran Total Saldo Saldo

    Pokok Bunga Angsuran Awal Akhir

    #REF! #REF!

    1 8,333,333 1,250,000 9,583,333 100,000,000 91,666,667

    2 8,333,333 1,145,833 9,479,167 91,666,667 83,333,333

    3 8,333,333 1,041,667 9,375,000 83,333,333 75,000,000

    4 8,333,333 937,500 9,270,833 75,000,000 66,666,6675 8,333,333 833,333 9,166,667 66,666,667 58,333,333

    6 8,333,333 729,167 9,062,500 58,333,333 50,000,000

    7 8,333,333 625,000 8,958,333 50,000,000 41,666,667

    8 8,333,333 520,833 8,854,167 41,666,667 33,333,333

    9 8,333,333 416,667 8,750,000 33,333,333 25,000,000

    10 8,333,333 312,500 8,645,833 25,000,000 16,666,667

    11 8,333,333 208,333 8,541,667 16,666,667 8,333,333

    12 8,333,333 104,167 8,437,500 8,333,333 0.00

    100,000,000 8,125,000 108,125,000

    Jumlah Pembayaran Angsuran Kredit (Investasi dan Modal Kerja)

    Tahunke-

    AngsuranPokok

    AngsuranBunga

    TotalAngsuran Saldo Awal Saldo Akhir

    0 225.000.000 225.000.000

    1 162.500.000 22.578.125 185.078.125 225.000.000 62,500,000

    2 62,500,000 5,078,125 67,578,125 62,500,000 0

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    56/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU46

    Lampiran 7. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture Kayu

    1 2 3 4 5

    80% 90% 100% 100% 100%

    1 Pendapatan 1,179,840,000 1,327,320,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,386,312,000

    2 Biaya Operasional

    a Biaya Variabel 691,252,800 777,659,400 864,066,000 864,066,000 864,066,000 812,222,040b Biaya Tetap 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000 108,000,000

    Total Biaya Operasional 799,252,800 885,659,400 972,066,000 972,066,000 972,066,000 920,222,0403 Laba Kotor 380,587,200 441,660,600 502,734,000 502,734,000 502,734,000 466,089,960

    Bunga Kredit 22,578,125 5,078,125 - - - 5,531,2504 Laba Sebelum Pajak 358,009,075 436,582,475 502,734,000 502,734,000 502,734,000 460,558,710

    Biaya Penyusutan 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000

    5 Laba Kena Pajak 327,769,075 406,342,475 472,494,000 472,494,000 472,494,000 430,318,710Pajak 80,830,723 104,402,743 124,248,200 124,248,200 124,248,200 111,595,613

    6 Laba Bersih 246,938,353 301,939,733 348,245,800 348,245,800 348,245,800 318,723,0977 Profit margin (%) 20.93 22.75 23.61 23.61 23.61 22.90

    No Uraian

    T A H U N

    Rata-rata

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    57/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    47

    Lampiran 8. Perhitungan BEP

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    58/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU48

    Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha Furniture Kayu

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    59/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    49

    Lampiran 10. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture Kayu Pada Penurunan Pendapatan 18 %

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    60/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU50

    Lampiran 11. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 18 %

    0 1 2 3 4 5

    80% 90% 100% 100% 100%

    Inflow

    a. Pendapatan - 967,468,800 1,088,402,400 1,209,336,000 1,209,336,000 1,209,336,000

    b. Dana sendiri 108,711,000

    c. Kredit investasi 125,000,000

    d. Kredit modal kerja 100,000,000

    e. Nilai sisa - - - - - 20,500,000

    Total Inflow 333,711,000 967,468,800 1,088,402,400 1,209,336,000 1,209,336,000 1,229,836,000

    Total Inflow untuk IRR - 967,468,800 1,088,402,400 1,209,336,000 1,209,336,000 1,229,836,000

    Outflow

    a. Investasi/re-investasi 171,700,000 1,000,000 1,000,000

    b. Modal kerja 162,011,000

    c.Biaya operasional 799,252,800 885,659,400 972,066,000 972,066,000 972,066,000

    d. Angsuran pokok 162,500,000 62,500,000 - - -

    e. Angsuran bunga 22,578,125 5,078,125

    f. Pajak 80,830,723 104,402,743 124,248,200 124,248,200 124,248,200

    Total Outflow 333,711,000 1,065,161,648 1,058,640,268 1,096,314,200 1,097,314,200 1,096,314,200

    Total Outflow untuk IRR 333,711,000 880,083,523 991,062,143 1,096,314,200 1,097,314,200 1,096,314,200

    Cashflow - -97,692,847 29,762,133 113,021,800 112,021,800 133,521,800

    Kumulatif cashflow - -97,692,847 -67,930,715 45,091,085 157,112,885 290,634,685

    Cashflow untuk IRR -333,711,000 87,385,278 97,340,258 113,021,800 112,021,800 133,521,800

    PV Benefit - 841,277,217 822,988,582 795,158,050 691,441,783 611,445,847

    PV Cost 333,711,000 765,290,020 749,385,363 720,844,382 627,392,955 545,061,915

    PV Cashflow -333,711,000 75,987,198 73,603,219 74,313,668 64,048,828 66,383,933

    Kumulatif PV Cashflow -333,711,000 -257,723,802 -184,120,583 -109,806,915 -45,758,087 20,625,846

    URAIAN

    T A H U N

    Perhitungan NPV. Net B/C ratio. IRR dan PBP

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    61/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    51

    Lampiran 12. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture Kayu Pada Penurunan Pendapatan 19%

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    62/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU52

    Lampiran 13. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 19%

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    63/70

    USAHAFURNITURE KAYU

    53

    Lampiran 14. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture KayuPada Kenaikan Biaya Operasional 27%

    1 2 3 4 5

    80% 90% 100% 100% 100%

    1 Pendapatan 1,179,840,000 1,327,320,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,474,800,000 1,386,312,000

    2 Biaya Operasional

    a Biaya Variabel 877,891,056 987,627,438 1,097,363,820 1,097,363,820 1,097,363,820 1,031,521,991

    b Biaya Tetap 137,160,000 137,160,000 137,160,000 137,160,000 137,160,000 137,160,000

    Total Biaya Operasional 1,015,051,056 1,124,787,438 1,234,523,820 1,234,523,820 1,234,523,820 1,168,681,991

    3 Laba Kotor 164,788,944 202,532,562 240,276,180 240,276,180 240,276,180 217,630,009

    Bunga Kredit 22,578,125 5,078,125 - - - 5,531,250

    4 Laba Sebelum Pajak 142,210,819 197,454,437 240,276,180 240,276,180 240,276,180 212,098,759

    Biaya Penyusutan 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000 30,240,000

    5 Laba Kena Pajak 111,970,819 167,214,437 210,036,180 210,036,180 210,036,180 181,858,759

    Pajak 16,091,246 32,664,331 45,510,854 45,510,854 45,510,854 37,057,628

    6 Laba Bersih 95,879,573 134,550,106 164,525,326 164,525,326 164,525,326 144,801,1317 Profit margin (%) 8.13 10.14 11.16 11.16 11.16 10.35

    No Uraian

    T A H U N

    Rata-rata

  • 7/28/2019 Us Aha Furniture Kay u

    64/70

    Lampiran

    USAHAFURNITURE KAYU54

    Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas dan